STUDY PERILAKU MEKANIK KOMPOSIT BERBASIS...
Transcript of STUDY PERILAKU MEKANIK KOMPOSIT BERBASIS...
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No. 16, Desember 2009 ISSN 1693-248X
*) Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
STUDY PERILAKU MEKANIK KOMPOSIT BERBASIS POLYESTER
YANG DIPERKUAT DENGAN PARTIKEL SERBUK KAYU
KERAS DAN LUNAK
A z w a r *)
email : [email protected]
Abstrak
Penggunaan serat alami sebagai pengisi (filler) dan penguat (reinforcement) pada
pembuatan komposit merupakan suatu paradigma untuk mengahasilkan suatu
material komposit yang ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan masalah
bagi lingkungan hidup. Penelitian ini menggunakan pengisi (filler) alamiah dari
serbuk kayu keras dan kayu lunak dengan matrik polimer dari jenis resin polyester
tak jenuh dan katalis asam sebagai pengeras. Penelitian ini bertujuan mendapatkan
suatu material komposit serbuk kayu serat pendek dengan orientasi acak
(randomly) yang lebih unggul dari segi sifat mekaniknya sebagai bahan dasar
perencanaan alat-alat teknik sederhana. Metode penelitian dilaksanakan dengan
pembuatan material komposit dengan proses hand lay-up satu tahap, dengan
variasi ukuran dan fraksi volume filler dari jenis kayu keras dan kayu lunak.
Dimensi dan konsfigurasi specimen uji dibuat mengikuti standar ASTM D 3039
untuk sifat-sifat tarik resin – serat komposit. Proses pengujian dilakukan
menggunakan mesin uji tarik universal untuk mendapatkan kekuatan tarik,
modulus elastisitas dan regangan dari material uji. Hasil pengujian menunjukkan
komposit dengan filler dari jenis serbuk kayu lunak dengan komposisi dan ukuran
filler 10 % fraksi volume dan 0.4 mm mengalami peningkatan sifat mekanik yang
paling baik yaitu: kekuatan tarik 0,0722 kN/mm2, regangan 1.703 % dan modulus
elastisitas 0,0424 kN/mm2.
Kata kunci : Komposit, filler, matriks, serat alam, serbuk kayu, perilaku mekanik.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan dalam segala bidang
talah menuntut ketersediaan bahan
teknik sebagai pendukung utamanya.
Bahan-bahan teknik konvensional dari
alam yang tidak dapat diperbaharui
akan terbatas ketersediaannya sehingga
perlu dicari alternative bahan-bahan
teknik non konvensional yang dapat
diperbaharui. Dalam membuat suatu
perencanaan teknik memerlukan suatu
bahan teknik yang kuat, tangguh,
mudah dibentuk , ekonomis, tahan
korosi serta ramah lingkungan.
Sebagian besar material konvensional
bersifat homogen dan isontropik,
sedangkan material non konvesional
bersifat tidak homogen dan
anisotropic. Bahan komposit
merupakan suatu bahan non
konvensioanal yang sifatnya tergantung
dari arah dan posisi penyusunnya.
Penemuan bahan komposit
merupakan revolusi terbesar dalam
dunia ilmu material, karena bahan
komposit telah mampu menyaingi
bahan konvensional lainnya. Bahan
komposit dapat dibuat sehingga
mempunyai kekuatan dan kekakuan
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No. 16, Desember 2009 ISSN 1693-248X
*) Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
sama dengan baja, namun bahan
komposit lebih ringan. Walaupun
demikian material komposit tidak
langsung diaplikasikan untuk
menggantikan peran material
konvensional dari komponen suatu
mesin, namun harus melalui tahap-
tahap perencanaan yang matang
melalui suatu riset. Perkembangan ilmu
dan riset memungkinkan untuk
dilakukannya penelitian yang terus
menerus terhadap bahan komposit, baik
dari segi analisisi, perancangan dan
proses pembuatannya sehingga menjadi
suatu bahan yang unggul.
Komposit merupakan gabungan
dua atau lebih material yang berbeda
secara makroskopik membentuk suatu
material dengan sifat yang lebih
unggul. Keunggulan bahan komposit
tergantung dari penggabungan sifat-
sifat yang unggul dari unsur
pembentuknya.
Pembuatan komposit serbuk kayu
merupakan penggabungan antara resin
polyester sebagai matrik dengan serbuk
kayu sebagai filler. Penambahan filler
kedalam matrik bertujuan mengurangi
densitas, meningkatkan sifat
mekaniknya seperti kekakuan dan
kekuatan serta mengurangi biaya per
unit volume. Pemakaian serbuk kayu
sebagai filler juga akan meningkatkan
efisiensi pemanfaatan kayu yang
selama ini belum dimanfaatkan secara
maksimal bahkan banyak yang
terbuang secara percuma.
Di daerah NAD potensi kayu
sebagai filler sangat besar, terutama
limbah serbuk kayu hasil gergajian
yang pemanfaatannya masih belum
optimal.
Pemakaian bahan komposit
dalam bidang teknik dewasa ini
semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya pengetahuan tentang
karakteristik material ini, dan biaya
produksi yang diperlukan relativ sama
dan cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan bahan
konvensional. Munculnya peraturan
pemerintah dan berkembangnya
kesadaran masyarakat untuk
melestarikan lingkungan hidup telah
memicu pergesaran paradigma untuk
mendesain material yang ramah
lingkungan.
TUNJAUAN PUSTAKA
Jones, dkk (1975) menyebutkan
bahwa penemuan bahan komposit
merupakan revolusi terbesar dalam
dunia ilmu material. Karena bahan
komposit telah menunjukkan kelasnya
sebagai pesaing bahan konvensional
lainnya. Bahan komposit dapat dibuat
sehingga mempunyai kekuatan dan
kekakuan yang sama dengan baja,
namun lebih ringan hingga 70 %.
Derek Hull (1981) menyatakan
bahwa komposit adalah dua atau lebih
bahan yang berbeda secara fisik dan
mekanik yang dicampur dengan cara
tertentu sehingga penyebaran bahan
yang satu terhadap lainnya dapat dijaga
untuk mendapatkan sifat-sifat yang
maksimum yang lebih unggul dari sifat
masing-masing pada penyusunnya.
Komposit terdiri dari dua unsure
penyusun yaitu matrik sebagai unsure
pengikat (bonding agent) dan serta atau
filler sebagai penguat. J.R. Vinson
membagikan komposit berdasarkan
bahan pengikat (matrik) dan bahan
penguatnya,dimana berdasarkan bahan
pengikatnya dikenal beberapa jenis
komposit yaitu : Polimer matriks
composite (PMC), Metal matriks
composite ( MMC) dan Ceramic
matriks composite (CMC). Sedangkan
berdasarkan bahan penguatnya adalah :
komposit serat (fibrous composite),
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No. 16, Desember 2009 ISSN 1693-248X
*) Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
komposit berlapis (lamellar composite),
dan komposit partikel (particulate
composite).
Menurut Kroschwitz, matriks
berfungsi untuk memelihara arah dan
jarak antar serat atau partikel,
meneruskan dan membagi gaya kepada
serat atau partikel, melindungi serat
atau partikel. Sedangkan filler
ditambahkan untuk meningkatkan
kekuatan tarik, tekan, kekakuan,
stabilitas dimensi dan panas.
Bahan yang sering digunakan
sebagai filler adalah serbuk atau tepung
kayu, serat selulosa pendek, bubuk
mika, asbestos, pasir silica, aluminum
okside dan serbuk perak. Jenis filler
dari serbuk kayu sangat ekonomis
dalam pemakaiannya, karena mudah
didapat dan murah, juga sifatnya dapat
mencegah terjadinya slip didalam resin
serta dapat diikat dengan baik oleh
resin.
Menurut Van Vlack, kayu
adalah material yang bersifat
anisotropic dan higroskopis yang
sangat penting dalam ilmu material
denga struktur makro berbentuk serat.
Kayu memiliki beberapa sifat yang
tidak dapat ditiru oleh bahan lainnya.
Kayu terdiri dari 40 – 50 % selulosa,
hemiselulosa 20 – 30 % dan lignin
sebanyak 20 – 30 %. Serat kayu yang
dijadikan filler sangat tergantung dari
jenis kayu. Kayu lunak memiliki
panjang serat antara 2 s.d 6 mm
dengan ukuran kekasaran yang lebih
besar yaitu 15 s.d. 35 mg/100 mm.
Kayu pinus merupakan salah satu jenis
kayu lunak yang mempunyai serat yang
baik. Sementara kayu keras adalah
tumbuhan yang mengugurkan daunnya
setiap tahun, seratnya lebih halus dan
kompak dengan panjang serat antara
0.6 s.d 1.5 mm dengan ukuran
kekasaran 5 s.d 10 mg / 100 mm.
Berdasarkan arah serat, maka
kayu mempunyai kekuatan tarik yang
sangat kuat terhadap tarikan dalam arah
parallel terhadap serat, namun relative
lemah terhadap beban dalam arah tegak
lurus serat. Interaksi yang maksimum
antara filler dan matrik diperoleh pada
ukuran filler yang mendekati seragam.
Ikatan permukaan antara filler dan
matriks sangat mempengaruhi kekuatan
mekanik komposit, dimana terjadi
mekanisme transfer tegangan yang
efisien diantara keduanya. Bila ikatan
interface dan transfer tegangan cukup
baik, maka akan diperoleh suatu
material komposit yang baik pula.
Menurut Setyawati (2003),
penambahan filler ke dalam matrik
dalam pembuatan komposit bertujuan
untuk meningkatkan sifat-sifat mekanik
melalui penyebaran tekanan yang
efektif di antara serat dan matrik,
disamping mengurangi biaya serta
memperbaiki sifat-sifat produk. Serbuk
kayu mempunyai kelebihan sebagai
filler bila dibandingkan dengan jenis
filler lainnya yaitu : temperatur
prosesnya lebih rendah (kurang dari
400 oF), dapat terdegradasi secara
alamiah, berat jenisnya rendah, gaya
gesek rendah, dapat diperbaruhi serta
tersedia dalam jumlah yang banyak
sebagai limbah pertanian.
Menurut Reseno, dkk (2003),
Pemakaian bahan komposit dalam
bidang teknik dewasa ini semakin
meningkat seiring dengan
meningkatnya pengetahuan tentang
karakteristik material ini, dan biaya
produksi yang diperlukan relativ sama
dan cenderung lebih rendah
dibandingkan bahan konvensional.
Munculnya peraturan pemerintah dan
berkembangnya kesadaran masyarakat
untuk melestarikan lingkungan hidup
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No. 16, Desember 2009 ISSN 1693-248X
*) Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
telah memicu pergesaran paradigma
untuk mendesain material yang ramah
lingkungan. Hal ini dilakukan dengan
membuat material komposit dari matrik
termoset dan termoplastik yang
menggunakan serat alam serbagai
penguat (reinforcements) yang tersedia
dalam jumlah melimpah di Indonesia
sebagai limbah pertanian.
Pakar Teknik Kimia dan Kimia
Terapan Universitas Toronto, Canada
Prof. Mohini Sain mengungkapkan
dalam riset terkininya bahwa serat alam
dari tanaman sejenis ‘hemp’ dapat
diproses menjadi serat material bio-
komposit berkekuatan tinggi yang
dapat dibuat sebagai material structural
mulai dari komponen yang berat seperti
komponen body mobil, bangunan dan
pesawat sampai komponen yang ringan
seperti helm sport, alat pacu jantung
dan kantung penyimpan darah.
Tanaman sejenis ‘hemp’ seperti flax,
gandum dan jagung dapat
menghasilkan serat material bio-
komposit yang sama kuat atau bahkan
melebihi kekuatan serat baja dengan
beberapa kelebihannya yaitu : ringan,
effisien energi, terbarukan (renewable)
dan mudah terurai secara alamiah
(biodegradability).
Kekuatan tarik dari komposit
dapat dihitung dengan persamaan :
S = 0A
PMaks ; .…………. (1)
dimana :
S = Kekuatan Tarik (N/mm2)
Pmax = Beban Maksimum (N)
A0 = Luas Penampang awal (mm2)
Komposit yang mengalami
pengujian tarik akan mengalami
deformasi memanjang sehingga terjadi
penambahan panjang (regangan).
Besarnya perubahan tersebut disebut
regangan yang ditentukan dengan
persamaan :
o
o
l
ll 1 …………………… (2)
dimana:
ε = Regangan
lo = Panjang awal (mm)
l1 = Panjang akhir (mm)
Sedangkan modulus elastisitas dapat
ditentukan dengan persamaan :
E = L
P
A
l ; ………………. (3)
Dimana
E = Modolus Elastisitas (MPa)
METODE PENELITIAN
Bahan
Material penyusun komposit serbuk
kayu pada penelitian ini adalah:
a. Bahan matriks adalah Unsaturated
Polyester Resin BQTN 157-EX
dengan sifat mekanis seperti
diperlihatkan pada Tabel 1.
b. Bahan pengisi (filler) yang
digunakan adalah serbuk kayu lunak
(meranti) dan serbuk kayu keras
(semantok). Sifat lunak atau keras
dari serbuk kayu yang dipilih
didasari pada densitas yang miliki
oleh masing-masing serbuk kayu.
Sifat-sifat dari serbuk kayu tersebut
adalah sebagai berikut :
Kayu lunak yang dipilih adalah
kayu meranti (shorea) yang
mempunyai density 0,98 gr/cm3.
Kayu keras yang dipilih adalah
kayu semantok (hopea) yang
mempunyai density 0,55 gr/cm3.
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No. 16, Desember 2009 ISSN 1693-248X
*) Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
Tabel 1. Sifat mekanik unsaturated polyester resin BQTN 157-EX
Sifat mekanis Harga Satuan
Kekukekuatan tarik statis (tensile strength) 5.5 Kg/mm2
Modulus elastisitas (tensile modulus) 300 Kg/mm2
Kekuatan lentur (flexural strength) 9.4 Kg/mm2
Modulus lentur (flexural modulus) 300 Kg/mm2
Elongation 1.6 %
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mesin Freis Merek ACERA untuk
pembuatan cetakan spesimen uji
tarik dari alumnium.
2. Mesin ayak LEYBOLD
DIDACTIC GMBH MS – 21 – 061
buatan Jerman.
3. Timbangan digital PRESCA 1000 C
– 3000 P buatan Swiss
4. Mesin Uji Tarik (universal tersting
machine)
5. Mitatuyu Digimatic Indicator
buatan Jepang
6. Jangka sorong digital dan mesin
amplas dan polishing.
Proses Penyiapan Filler
Serbuk kayu yang digunakan
sebagai filler merupakan serat pendek
(whisker) dengan orientasi serat
(randomly). Ukuran filler direncanakan
≤ 0.4 mm dan ≤ 0.60 mm. Proses
penyiapan filler serbuk kayu tidak
dilakukan secara khusus melalui suatu
proses pembuatan filler, namun
diperoleh dari tempat pengolahan kayu
dengan mengambil serbuk kayu hasil
gergajian. Untuk memperoleh filler dari
kayu keras atau kayu lunak, maka akan
diambil hasil penggergajian masing-
masing jenis kayu tersebut. Proses ini
akan dilakukan secara selektif dengan
mengidentifikasi secara teliti jenis dan
kualitas kayu yang akan diambil
sebagai filler.
Kemudian untuk mendapatkan
filler yang baik akan dilakukan proses
pembersihan, pensortiran dan
penjemuran. Selanjutnya untuk
memperoleh ukuran filler sesuai dengan
yang telah ditentukan, maka dilakukan
pengayakan menggunakan Mesin Ayak
Electric bertingkat posisi ayak dari atas
kebawah, dengan diameter ayak 0.60
mm dan 0.40 mm dan 0.25 mm. Ukuran
filler yang diperoleh dipastikan tidak
pasti sama dengan dimensi yang
beragam pula (randomly).
Proses Pembuatan Spesimen
Spesimen uji dibuat dengan
proses hand lay-up, dengan
memcampur resin dengan serbuk kayu
(filler) sesuai dengan perbandingan
fraksi volume antara volume filler
dengan volume matrik dengan ratio 10
%, 15 % dan 20 %. Resin yang
digunakan adalah resin polyester tak
jenuh dengan katalis asam sebagai
pengeras. Sebuah wadah disiapkan
sebagai tempat pencampuran antara
resin dengan filler. Proses pengadukan
dilakukan secara perlahan sehingga
diperkirakan telah tercampur secara
merata. Kemudian dimasukkan katalis
asam (acid) sebagai pengeras dengan
perbandingan 0.5 – 0.7 % dari berat
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No. 16, Desember 2009 ISSN 1693-248X
*) Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
resin. Campuran ketiga unsur tersebut
siap untuk dicetak dengan percetakan
tanpa tekanan didalam ruang dengan
suhu kamar. Setelah komposit
terbentuk dengan waktu pengerasan
± 15 jam, dilepaskan dari cetakan.
Selanjutnya dibentuk menjadi
specemen uji tarik mengikuti standar
ASTM D 3039 (gambar 3.1) .
Gambar 3.1. Spesimen Uji Tarik
berdasarkan ASTM D 3039.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekuatan tarik
Dari hasil pengolahan data
penelitian menunjukkan bahwa
kekuatan tarik yang tertinggi diberikan
oleh specimen uji dengan filler dari
jenis kayu lunak (kayu meranti) dengan
kandungan filler 10 % fraksi volume
dengan ukuran filler rata-rata 0,40 mm
yaitu 0,0722 KN/mm2. Sedangkan
kekuatan tarik terendah diberikan oleh
specimen uji dengan filler dari jenis
kayu keras (kayu semantok) pada
kandungan filler 20 % fraksi volume
dengan ukuran filler acak (tanpa
pengayakan) yaitu 0,0528 kN/mm2.
Hal ini menunjukkan bahwa
kekuatan tarik dari material komposit
menjadi menurun dengan
meningkatnya komposisi/kandungan
filler. Kemudian ukuran filler juga
sangat menentukan nilai kekuatan tarik,
dimana ukuran filler 0,4 mm yang
merupakan ukuran terkecil pada
penelitian ini menunjukkan nilai
kekuatan tarik terbesar pada semua
komposisi filler, sementara filler
dengan ukuran 0,6 mm dan acak (tanpa
pengayakan) menunjukkan penurunan
kekuatan tarik. Hal ini mengindikasikan
bahwa ukuran dan komposisi filler di
dalam matriks sangat menentukan sifat
mekanik material komposit. Ukuran
filler yang kecil dapat meningkatkan
sifat mekanik material komposit,
karena ukuran filler yang kecil akan
memiliki kemampuan wettability yang
baik pada seluruh permukaannya
sehingga akan menghasilkan ikatan
adhesive yang baik pada bidang
interface antara resin dan filler,
sehinggga akan menghasilkan komposit
yang kuat dan tangguh. Disamping itu
filler akan tersebar secara merata di
dalam matriks yang merupakan factor
penting terhadap perbaikan sifat
mekaniknya
Perbedaan kekuatan tarik
disebabkan oleh kemampuan dari
masing-masing jenis filler serbuk kayu
dalam menyerap resin (matriks). Filler
serbuk kayu yang memiliki densitas
yang rendah memiki kemampuan dalam
menyerap resin yang lebih baik
sehingga memiliki ikatan interface yang
lebih baik bila dibandingkan dengan
filler serbuk kayu dengan densitas yang
lebih tinggi. Filler serbuk kayu lunak
yang memiliki densitas yang lebih
rendah dari kayu keras akan
menghasilkan ikatan interface antara
filler dan matriks yang lebih bagus
sehingga distribusi filler serbuk kayu
dalam matriks lebih merata serta dapat
meminimalkan terjadinya rongga udara
(voids).
t = 1 t
≤ 30 0
t = ≤ 3.2
153
mm 38
mm
mm
38
mm
mm
12.5
mm
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No. 16, Desember 2009 ISSN 1693-248X
*) Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
Regangan
Secara umum regangan terbaik
diberikan oleh specimen uji yang
menggunakan serbuk kayu lunak
(meranti) sebagai filler dengan ukuran
filler 0.4 mm pada komposisi 10 %
fraksi volume. Hal ini menunjukkan
ukuran dan komposisi filler juga
mempengaruhi nilai regangan yang
terjadi seperti pada kekuatan tarik.
Disamping itu regangan yang terjadi
pada specimen uji komposit sangat
dipengaruhi oleh homogen atau
tidaknya specimen tersebut. Filler
serbuk kayu lunak akan menghasilkan
suatu material komposit yang lebih
homogen dan kandungan voids yang
lebih sedikit bila dibandingkan dengan
material komposit yang dibuat dengan
filler dari serbuk kayu keras.
Modulus Elastisitas
Nilai modulus elastisitas tertinggi
diperoleh pada specimen uji dengan
filler serbuk kayu lunak pada komposisi
10 % fraksi volume dengan ukuran
filler 0,4 mm. Nilainya semakin
menurun dengan bertambahnya
komposisi dan ukuran dari filler yang
digunakan seperti halnya pada nilai
kekuatan tarik. Modulus elastisitas
material komposit dipengaruhi oleh
modulus elastisitas dari masing-masing
unsur penyusunya yaitu modulus
elastisitas resin dan modulus elastisitas
serbuk kayu serta ikatan silang yang
terjadi antara filler dan matriks dimana
semakin baik ikatan silang yang terjadi
maka semakin baik pula komposit yang
dihasilkan dengan demikian modulus
elastisitas juga akan mengalami
peningkatan. Modulus elastisitas serbuk
kayu sangat ditentukan oleh arah dan
posisi serat di dalam resin, sehingga
posisi filler serbuk kayu yang kurang
seragam di dalam matriks
menyebabkan nilai modulus
elastisitasnya jadi beragam. Modulus
elastisitas yang besar berarti material
semakin kaku dan tangguh.
Rongga Udara (voids)
Kandungan rongga udara (void)
tidak bisa dihindari pada pembuatan
komposit dengan proses ini, namun
hanya bisa diminimalkan dengan
memperbaiki performance resin yang
digunakan. Voids yang terjadi pada
specimen uji perlu diperhatikan secara
seksama, karena sangat mempengaruhi
kekuatan dari komposit, karena dapat
menurunkan kekuatan geser antar
lapisan di dalam komposit sehingga
akan menurunkan kekuatan
mekaniknya.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan :
1. Material komposit polyester dengan
filler serbuk kayu lunak memiliki
kekuatan mekanik yang lebih baik
dari filler serbuk kayu keras dan
nilai-nilai sifat mekaniknya yang
meliputi kekuatan tarik, regangan
serta modulus elastisitas
berbanding lurus.
2. Ukuran filler 0,40 mm dengan
komposisi 10 % fraksi volume
memiliki sifat mekanik yang paling
bagus yaitu 0,0722 kN/mm2 untuk
filler kayu lunak dan 0,0657
kN/mm2 untuk filler kayu keras.
3. Komposit yang berkualitas dengan
sifat mekanik yang tinggi hanya
dapat dicapai bila filler serbuk kayu
terdistribusi secara baik dan merata
di dalam matriks dengan ukuran
dan komposisi yang sesuai dengan
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No. 16, Desember 2009 ISSN 1693-248X
*) Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
performance resin yang digunakan
sebagai matriks.
4. Disamping dapat meningkatkan
kekuatan komposit, pemakaian
serbuk kayu sebagai filler telah
dapat mengurangai penggunaan
resin dalam pembuatan material
komposit sehingga dapat
menghasilkan bahan yang ekonomis
dan ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Jones, Robert M, Mecahnical Of
Composite Material, Mc.Graw-
Hill KOGA KUSHA, LTD,
Tokyo, 1975.
Chawla, Krisnan K, Composite
Material and Enggineering,
Springer-Verlag New York Inc,
1987.
Hull, Derek, An Introduction To
Composite Material, Cambridge
University Press, Cambridge,
1981.
ASTM commite, Annual Book of ASTM
Standart Part 35, ASTM
International USA, 1981.
Setyawati, D, Sifat Fisis dan Mekanis
Komposit Serbuk Kayu Plastik
Polipropelena daur ulang, IPB,
Bogor, 2003.
Reseno, Seto, dkk, Karakteristik dan
Model Mekanis Material
Komposit Berpenguat Serat
Alam, Proseding Seminar
Teknologi untuk Negeri,
HUMAS-BPPT, 2003.
Azwar, Abdullah SB, Study Sifat
Mekanik dan Permukaan Patah
Statik Material Komposit
Polyester Serbuk Kayu, FT.
UNSYIAH, Banda Aceh, 2001
K. Kaw, Autar, Mechanical Of
Composite Material, CRC Press,
New York, 1991.
Elfahmi, Roni, Pengaruh Variasi
Serbuk Kayu sebagai Filler
Terhadap Sifat Mekanik
Komposit Polyester, FMIPA
UNSYIAH, 2001.