Studi Settlement Pada Konstruksi Pondasi Tiang Jembatandigilib.unila.ac.id/32553/2/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of Studi Settlement Pada Konstruksi Pondasi Tiang Jembatandigilib.unila.ac.id/32553/2/SKRIPSI TANPA BAB...
Studi Settlement Pada Konstruksi Pondasi Tiang JembatanBerdasarkan Standar Pembebanan Untuk Jembatan
(Skripsi)
Oleh
FISTA SEPTIANINGTIAS
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
ABSTRAK
STUDI SETTLEMENT PADA KONSTRUKSI PONDASITIANG JEMBATAN BERDASARKAN STANDAR
PEMBEBANAN UNTUK JEMBATAN
OLEH
FISTA SEPTIANINGTIAS
Sebagai pondasi pendukung, tanah mempunyai fungsi yang cukup penting untukstruktur bangunan sipil. Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang berfungsiunruk meneruskan beban yang dipikul struktur bagian atas suatu bangunan kedasar tanah dengan kedalaman tertentu. Penelitian ini ditinjau dari salah satujembatan di Jalan Tol Trans Sumatera. Jenis pondasi yang digunakan padaproyek ini adalah pondasi dalam yaitu pondasi tiang. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk menghitung pembebanan pada pilar dan abutment yang terjadiakibat beban konstruksi bagian atas dan untuk mengetahui penurunan(settlement) yang terjadi pada pondasi tiang yang diakibatkan oleh beban padakonstruksi bagian atas.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai daya dukung padaabutment sebesar 5540,36 kN, lalu pada pilar sebesar 11051,65 kN. Jumlah tiangpada abutment 6 buah serta penurunan total yang terjadi pada abutment sebesar30,2 cm dengan diameter tiang 60 cm. Penurunan total yang terjadi pada pilardengan jumlah tiang 15 buah sebesar 28,41 cm.
Kata Kunci: Pondasi, Tiang pancang, Penurunan Tanah.
ABSTRACT
SETTLEMENT STUDY ON FOUNDATION OF BRIDGECONSTRUCTION BASED ON LOAD STANDARD OF BRIDGE
BY
FISTA SEPTIANINGTIAS
As a supporting foundation, soil has an important role in the structure of civilbuildings. The pile foundation is a foundation that used to carry the load on theupper structure of a building to a certain depth of ground. This research isreviewed from one of the Sumatera highway. The type of foundation used in thisproject is pile foundation. The purpose of this research is to calculate the burdenon the pier and abutment occurring due to the upper construction load and todetermine the settlement occurring on the pile foundation caused by the load onthe upper construction.
From this research obtained the value of soil bearing capacity of abutment is5540,36 kN and then the value of pier is 11051,65 kN. The number of piles on theabutment is 6 pieces and the total settlement that occurred in the abutment is 30.2cm with a pile diameter is 60 cm. The total settlement that occurred on the pierwith 15 pieces of piles is 28.41 cm
Keywords: Foundation, Pile, Soil Settlement
Studi Settlement Pada Konstruksi Pondasi Tiang JembatanBerdasarkan Standar Pembebanan Untuk Jembatan
Oleh
FISTA SEPTIANINGTIAS
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan kerendahan hati dan puji syukur kehadirat Allah SWT kupersembahan
skripsiku ini kepada:
Kedua orang tuaku, Papa Sarjono, Amd dan Mama Dra Sumarwati tercinta yang
telah memberikan segalanya, yang sangat sabar mendidik dan mendukung.
Terima kasih banyak atas do’a, dukungan dan motivasi yang telah diberikan
sehingga saya dapat melewati semuanya. Dan mohon maaf karena selalu
merepotkan Papa dan Mama, semoga Allah SWT memberikan Papa dan Mama
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Atri, Dhyna, Rara, Septi, Atika, Poppy, Oktary, Debbie, Rinanda, Tika Ayu, Reni,
Annisa, Firgi, Riri, Anggun, terima kasih banyak selalu menemani disaat susah
maupun senang, terima kasih sudah membantu dan memotivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini. Hanya Allah SWT yang bisa membalas semua
kebaikan kalian.
Partner skripsi, Dian, yang telah menemani selama dan sampai sekarang, terima
kasih atas bantuannya dan motivasinya selama ini. Semoga kita semua menjadi
orang sukses.
Keluarga kedua, teman-teman Teknik Sipil Universitas Lampung Angkatan
2013, Terima kasih telah menjadi sumber kebahagian saya, menemani dari
propti, makrab, sampai sekarang. Saya tidak pernah menyesal menjadi bagian
dari kalian. Semoga Allah SWT selalu mempertemukan kita.
Guru-guruku, guru TK ,SD dan SMP Xaverius 1 Teluk Betung, SMAN 3 Bandar
Lampung, dan Dosen-dosen Teknik Sipil Universitas Lampung, terima kasih
untuk semua ilmu dan pelajaram hidup yang telah diberikan.
Dan untuk semua yang sudah Allah SWT kirimkan ke hidup saya.
Jazakumullahukhairan Katsiran.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 26
September 1995, sebagai anak dari Bapak Sarjono, A.md dan
Ibu Dra Sumarwati.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD
Xaverius I Bandar Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di SMP Xaverius I Bandar Lampung pada tahun 2010 dan Sekolah Menengah
Atas diselesaikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bandar Lampung
pada tahun 2013. Tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas
Teknik Universitas Lampung melalui Undangan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Pada tahun 2015 penulis juga menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa (HIMA)
jurusan Teknik Sipil periode 2014-2015 sebagai anggota Bidang Kesekretariatan.
Penulis melakukan Kerja Praktik selama 5 bulan di Proyek Pembangunan Jalan
Tol Trans Sumatra Bakauheni – Terbanggi Besar Seksi 2 Sidomulyo – Kotabaru
(Sta. 39+400-Sta. 80+000) dimulai pada bulan Oktober 2015 dan berakhir pada
Maret 2016. Serta mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) tanggal 19 Januari 2017
di Desa Goras Jaya, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah.
MOTTO“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan)
Tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)
Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.”
(Q.S. Al – Insyirah: 6-8)
“Man Jadda Wajada (Barang siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil).”
“ All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them”(Walt Disney)
“Lakukan hal-hal yang kamu pikir tidak bisa kamu lakukan.”
(Eleanor Roosevelt)
“Bermimpilah seakan kau akan hidup selamanya. Hiduplah seakan kau akan mati
hari ini.”
(James Dean)
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Studi Settlement Pada Konstruksi Pondasi Tiang Jembatan
Berdasarkan Standar Pembebanan Untuk Jembatan” adalah merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung.
2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
3. Bapak Ir Idharmahadi Adha, M.T selaku Dosen Pembimbing I skripsi saya
yang telah sabar membimbing, menasihati serta meluangkan waktunya untuk
memberikan pengarahan, masukan, saran dan kritiknya demi kesempurnaan
skripsi ini.
4. Bapak Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
pengarahan dan nasihat.
5. Ibu Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan pengarahan, kritik dan saran pemikiran untuk penulisan skripsi..
6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
7. Papaku Sarjono, A.md dan Mamaku Dra, Sumarwati tercinta yang telah
memberikan segalanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
8. Teman seperjuangan skripsi Dian Erlisa, yang selalu bersama-sama baik
susah maupun senang selama mengerjakan penelitian ini.
9. Sahabat-sahabat terbaik yaitu Atri, Dhyna, Rara, Andini, Septi, Atika, Poppy,
yang selalu menghibur dan menyemangati disaat penulis mengalami
kejenuhan.
10. Sahabat SMA ku Anggun, Ulfah, Dinda, Sagina yang selalu memotivasi dan
memberi semangat selama ini.
11. Teman-teman Teknik Sipil Universitas Lampung Angkatan 2013 yang tidak
bisa disebutkan satu per satu terima kasih banyak atas keceriaan dan pelajaran
dalam kebersamaan kita selama ini.
12. Kakak-kakak dan adik-adik Teknik Sipil Universitas Lampung yang telah
membantu tanpa pamrih yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan
khususnya bagi penulis pribadi. Selain itu, penulis berharap dan berdoa semoga
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis,
mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 2018
Penulis
Fista Septianingtias
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
DAFTAR NOTASI.............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................. ....................................... 2C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 2D. Batasan Masalah ...................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pondasi ..................................................................................................... 4B. Pondasi Tiang Pancang ............................................................................. 5C. Pembebanan ............................................................................................. 7D. Penurunan ..............................................................................................13E. Penurunan Tiang ....................................................................................14
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Pengumpulan Data ....................................................................19B. Diagram Alir............................................................................................20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data..........................................................................................21B. Pengolahan Data.......................................................................................27
V. PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................71B. Saran.........................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kecepatan angin rencana (Vw)........................................................................ 12
2. Karakteristik penampang balok prategang......... ............................................. 28
3. Kombinasi beban ultimate pada abutment ..................................................... 38
4. Hasil perhitungan kombinasi geser ultimate pada abutment ......................... 39
5. Hasil perhitungan kombinasi momen ultimate pada abutment ..................... 39
6. Kombinasi beban ultimate pada pilar.............................................................. 49
7. Hasil kombinasi geser ultimate pada pilar ...................................................... 50
8. Hasil kombinasi momen ultimate pada pilar................................................... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pembagian beban akibat aksi lalu lintas ........................................................... 8
2. Beban Lajur “D”.............................................................................................. ..8
3. Beban “D” : BTR vs Panjang yang dibebani ................................................. ..9
4. Pembebanan Truk “T” 500 kN........................................................................10
5. Gaya Rem........................................................................................................11
6. Contoh kerusakan bangunan akibat penurunan................................................14
7. Penurunan konsolidasi pada kelompok tiang...................................................18
8. Tampak memanjang jembatan ....................................................................... 23
9. Tampak melintang abutment (A1).................................................................. 24
10. Tampak melintang pilar (P2).......................................................................... 24
11. Tampak Atas Abutment (A1)..........................................................................25
12. Tampak Samping Abutment (A1)................................................................... 25
13. Tampak depan Pilar (P2)................................................................................ 26
14. Tampak Samping Pilar (P2)............................................................. ...............26
15. Tampak Atas Pilar (P2).................................................................................. 27
16. Dimensi Penampang balok prategang.............................................................27
17. Detail diafragma .............................................................................................30
18. Kerja beban lajur pada balok prategang..........................................................31
19. Beban Truk “T”..............................................................................................32
iv
20. Kerja gaya rem pada balok prategang..............................................................34
21. Kerja beban angin............................................................................................35
22. Kerja beban gempa........................................................................................ 38
23. Penampang pada abutment..............................................................................40
24. Detail diafragma..............................................................................................41
25. Kerja beban lajur pada balok prategang..........................................................42
26. Beban Truk “T”...............................................................................................43
27. Kerja beban rem pada balok prategang........................................................... 45
28. Kerja beban angin.......................................................................................... 46
29. Kerja beban gempa.......................................................................................... 49
30. Penampang pada pilar (P2) .............................................................................51
31. Penurunan konsolidasi pada abutment A1...................................................... 55
32. Penurunan konsolidasi pada pilar P2 .............................................................60
33. Kondisi pengangkatan I dan momen yang ditimbulkan..................................65
34. Kondisi pengangkatan 2 dan momen yang ditimbulkan................................. 66
35. Penampang tiang............................................................................................. 68
36. Tulangan utama dan geser tiang..................................................................... 70
v
DAFTAR NOTASI
BGT = Beban garis terpusat dalam pembebanan lajur ”D”
BTR = Beban terbagi rata dalam pembebanan lajur “D”
C = Koefisien beban dasar untuk daerah
Cc = Indeks pemampatan
Cw = Koefisien seret
D = Beban lajur
DLA = Dynamic load allowance
e0 = Angka pori awal
= Modulus elastisitas beton (MPa)
= Modulus elastisitas tulangan dan baja struktural (MPa)
= Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (MPa)
= Kekuatan leleh tulangan yang disyaratkan (MPa)
g = Berat tiang pancang (kg/m)
h = Tinggi gelagar
H = Tebal lapisan tanah
hd = Tinggi diafragma
= Momen inersia penampang bruto balok terhadap sumbu pusat
Kh = Koefisien beban gempa horizontal
Kp = Kekakuan struktur / gaya horizontal yang dibutuhkan untuk menghasilkansatu satuan lendutan (kN/m)
L = Panjang bentang jembatan
MA = Beban mati tambahan
MS = Berat sendiri
vi
MMA = Momen akibat beban mati tambahan
MMS = Momen akibat beban sendiri
MTD = Momen akibat beban lajur
= Kekuatan lentur nominal pada penampang (Nmm)
= Momen terfaktor pada penampang (Nmm)
m = Momen lentur akibat momen 1 satuan (kNm)
P = Intensitas beban garis
p = Selimut beton
Po = Tekanan efektif overbuden
Po’ = Tekanan pra konsolidasi
PTD = Beban garis beban lajur D
= Beban truk
q = Intensitas beban terbagi merata dalam arah memanjang jembatan
= Beban mati tambahan
QTD = Beban merata beban lajur
Rn = Besaran ketahanan atau kekuatan nominal dari penampang komponenStruktur
S = Faktor tipe bangunan
S = Penurunan total
Sc = Penurunan konsolidasi
T = Beban truk
T = Waktu getar satu bangunan (s)
ta = Tebal aspal
TB = Gaya rem
TEW = Kecepatan Angin Rencana (kN)
Vw = Kecepatan angin rencana untuk keadaan batas yang ditinjau (m/s)
Wt = Beban total nominal bangunan (kN)
Δp = Penambahan tekanan vertikal
= Rasio terhadap bd
vii
= Rasio terhadap bd yang menghasilkan kondisi regangan seimbang∅ = Faktor reduksi kekuatan
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai pondasi pendukung, tanah mempunyai fungsi yang cukup penting
untuk struktur bangunan sipil. Bangunan sipil terbagi dari dua bagian yaitu
struktur bangunan di atas tanah dan struktur bangunan di bawah tanah.
Pondasi merupakan bagian dari struktur bawah suatu bangunan untuk
meneruskan dan menempatkan suatu beban bangunan yang disalurkan dari
struktur atas ke dalam lapisan tanah yang keras agar dapat menahan beban
konstruksi tersebut.
Secara umum pondasi dibagi dalam dua jenis, yaitu pondasi dangkal dan
pondasi dalam. Pondasi menerus dan pondasi setempat termasuk dalam pondasi
dangkal. Macam – macam pondasi dalam yaitu pondasi tiang kayu, pondasi tiang
beton, pondasi tiang baja. Berdasarkan metode instalasinya terdiri dari pondasi
tiang bor (drilled shaft pile), pondasi tiang pancang (driven pile). Serta
berdasarkan proses pembuatan tiang, terdiri dari pondasi tiang pracetak (precast
pile), pondasi tiang cetak di tempat (cast in place pile).
Dalam merencanakan sebuah pondasi untuk suatu bangunan konstruksi,
jenis pondasi yang akan digunakan dipilih berdasarkan hasil kondisi
permukaan tanah, beban yang akan dipikul, fungsi dari bangunan
2
tersebut, daya dukung yang cukup, penurunan (settlement) yang tidak
membahayakan bangunan serta biaya pada pelaksanaan di lapangan.
Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang berfungsi untuk meneruskan
beban yang dipikul struktur bagian atas suatu bangunan ke dasar tanah
dengan kedalaman tertentu. Jenis pondasi yang digunakan pada proyek di
Tugas Akhir ini adalah pondasi dalam yaitu pondasi tiang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah untuk
mengetahui penurunan yang terjadi pada pondasi tiang pada salah satu
jembatan di jalan tol di daerah Mesuji, Lampung Timur pada STA 108 +
155.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menghitung pembebanan pada pilar dan abutment yang terjadi
akibat beban konstruksi bagian atas.
b. Untuk mengetahui penurunan ( settlement ) yang terjadi pada pondasi
tiang yang diakibatkan oleh beban pada konstruksi bagian atas.
D. Batasan Masalah
Untuk mencapai dari tujuan penulisan ini maka dilakukan pembatasan
masalah yaitu :
a. Data hasil pengujian tanah diperoleh dari data sekunder yaitu data dari
pengujian di laboratorium dan pengujian di lapangan.
b. Perhitungan pembebanan struktur atas jembatan pada abutment dan
pilar menggunakan peraturan standar pembebanan untuk jembatan
3
yaitu RSNI-T-02-2005.
c. Perhitungan pembebanan jembatan menggunakan metode manual.
d. Menganalisa penurunan (settlement) pada abutment dan pilar pondasi
tiang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pondasi
Struktur bagian bawah pada bangunan yang berfungsi untuk menahan beban
yang ada diatasnya disebut pondasi. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar
bangunan yang kuat yang terdapat dibawah konstruksi.
Hal – hal yang harus diperhatikan pada saat memilih jenis pondasi adalah
sebagai berikut :
- Keadaan tanah pondasi
Hal – hal yang berkaitan pada keadaan tanah pondasi meliputi jenis tanah,
daya dukung tanah, kedalaman lapisan tanah keras dan sebagainya.
- Batasan-batasan akibat struktur di atasnya
Jenis tipe pondasi dipengaruhi oleh keadaan struktur atas. Yang
mempengaruhi batasan ini adalah arah beban, besar beban dan penyebaran
beban serta sifat dinamis pada bangunan di atasnya seperti statis tertentu atau
tak tentu, kekakuannya, dan lain lain.
- Batasan-batasan keadaan lingkungan di sekitarnya
5
Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi lokasi proyek, dimana perlu
diingat bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu ataupun
membahayakan bangunan dan lingkungan yang telah ada di sekitarnya.
- Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan
Pada aspek waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan sangat diperhatikan dalam
suatu proyek pembangunan, karena aspek ini sangat erat hubungannya dengan
tujuan pencapaian kondisi yang ekonomis dalam pembangunan.
(Sosrodarsono, 1984)
B. Pondasi Tiang Pancang
Bagian dari konstruksi yang berfungsi untuk memindahkan beban dari
konstruksi di atasnya menuju lapisan tanah paling keras yang terbuat dari kayu,
beton, atau baja adalah tiang pancang. (Bowles, 1993).
Pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi pada suatu
bangunan jika tanah dasar pada konstruksi bangunan tidak mempunyai daya
dukung (bearing capacity) yang cukup untuk menahan beban dan berat
bangunannya, atau jika tanah keras yang mempunyai daya dukung yang cukup
untuk menahan beban dan berat bangunannya terletak sangat dalam (Sardjono,
1996).
Dalam pelaksanaan pemancangan, pada umumnya dipancangkan tegak lurus
dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat
menahan gaya - gaya horizontal yang bekerja. Hal ini umumnya terjadi di
dermaga yang terdapat tekanan kesamping dari perahu dan kapal.
6
Sudut kemiringan yang didapat oleh tiang tergantung dari alat yang
dipergunakan serta disesuaikan dengan perencanaannya.
Tiang pancang pada umumnya digunakan :
1. Untuk mentransfer beban dari suatu konstruksi di atas tanah, ke dalam tanah
melalui lapisan tanah. Beban lateral dan beban vertikal dapat terlihat
didalamnya.
2. Untuk menahan gaya desakan ke atas, atau gaya guling, seperti untuk telapak
ruangan bawah tanah di bawah bidang batas air jenuh atau untuk kaki – kaki
menara terhadap guling.
3. Melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan dorongan dapat
dimampatkan endapan yang tak berkohesi dan bebas.
4. Mengontrol penurunan bila kaki – kaki yang tersebar atau telapak berada pada
tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
5. Untuk mengontrol frekuensi asli dan amplitude getaran dari sistem tersebut
dibuat tanah di bawah pondasi menjadi kaku.
6. Jika terjadi permasalahan yang potensial seperti erosi, bisa menjadi faktor
keamanan tambahan di bawah tumpuan jembatan atau pier (tiang).
7. Untuk mentransfer beban di atas permukaan air melalui air ke dalam tanah
yang mendasari air tersebut dalam konstruksi lepas pantai. Hal seperti ini
adalah mengenai tiang pancang yang sebagian ditanam dan yang terpengaruh
oleh beban lateral maupun beban vertikal (Bowles, 1993).
7
C. Pembebanan
Dalam penelitian ini, perhitungan pembebanan beban jembatan mengikuti standar
beban untuk jembatan yaitu RSNI T-02-2005.
1. Berat Sendiri
Berat sendiri adalah berat dari bagian jembatan dan struktur elemen lain yang
ditahannya. Yang termasuk beban ini adalah berat bahan dari bagian jembatan
yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen bukan struktural
yang dianggap tetap (RSNI T-02,2005).
2. Beban Mati Tambahan
Berat suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen yang bukan
termasuk struktural, dan besarnya dapat berubah mengikuti umur jembatan
adalah definisi dari beban mati tambahan (RSNI T-02,2005).
Dalam suatu hal harga faktor beban untuk beban mati tambahan (KMA)
yang telah berkurang boleh digunakan dengan persetujuan dari instansi yang
berwenang. Hal tersebut dapat dilanjutkan jika instansi yang terkait
mengawasi beban mati tambahan supaya tidak dilampaui selama umur
jembatan (RSNI T-02,2005)
Kecuali ditentukan lain oleh instansi yang berwenang, semua jembatan harus
direncanakan untuk bisa menahan beban mati tambahan seperti aspal beton
sdengan tebal 50 mm untuk pelapisan kembali dikemudian hari. Pelapisan
kembali yang diizinkan yaitu beban nominal yang berhubungan dengan
faktor beban untuk menghasilkan beban rencana (RSNI T-02,2005).
8
3. Beban Lalu Lintas
Yang termasuk beban lalu lintas adalah beban Lajur “D” dan beban Truk “T’.
Pembagian beban dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pembagian Beban Akibat Aksi Lalu Lintas
(Sumber : RSNI-02,2005)
a. Beban Lajur “D”
Yang termasuk beban lajur “D” adalah beban tersebar merata (BTR) yang
disatukan dengan beban garis (BGT) seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Beban lajur “D” (Sumber : RSNI T-02,2005)
Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya
q tergantung pada panjang total yang dibebani L seperti berikut ini :
Untuk L ≤ 30m, q = 9,0 kPa….............................................................(2.1)
Untuk L > 30m, q = 9,0 (0,5 + 15/l) kPa…………...………...…..........(2.2)
9
q = Intensitas BTR dalam arah memanjang jembatan
L = Panjang total jembatan yang dibebani (m)
Besarnya nilai BTR secara grafis terdapat pada gambar 3.
Gambar 3. Beban “D” : BTR vs Panjang yang dibebani
(Sumber : RSNI-T-02,2005)
Dengan intensitas p kN/m, Beban garis (BGT) harus diletakkan tegak
lurus terhadap arah lalu lintas jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0
kN/m (RSNI T-02,2005). Untuk menghasilkan momen lentur negatif
maksimum pada jembatan menerus, BGT kedua yang identik harus
ditempatkan pada posisi dalam arah melintang jembatan pada bentang
lainnya.
Jumlah total beban lajur “D” yang bekerja ditentukan pada lebar jalur
kendaraan itu sendiri.
b. Beban Truk “T”
Kendaraan berat 3 as yang diletakkan pada posisi dalam lajur lalu lintas
rencana yaitu Beban Truk “T”. Setiap as terdiri dari dua bidang kontak
pembebanan yang diartikan sebagai simulasi pengaruh roda kendaraan
10
berat. Yang diterapkan tiap lajur lalu lintas rencana hanya satu beban truk
saja.
Kendaraan truk semi-trailer yang memiliki berat dan susunan as yang
termasuk dalam pembebanan truk seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pembebanan Truk “T” 500 kN
(Sumber : RSNI T 02,2005)
Berat masing – masing as didistribusikan menjadi 2 beban merata sama
besar yang termasuk bidang kontrak antara roda dengan permukaan lantai.
Untuk dihasilkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan, Jarak
antara 2 as dapat diubah – ubah antara 4 m sampai 9 m.
c. Gaya Rem
Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan gaya rem sebesar 5% dari
beban lajur D yang dianggap ada pada semua jalur lalu lintas. Besar gaya
rem per lajur 2,75 m dapat dilihat pada Gambar 5.
11
Gambar 5. Gaya Rem (Sumber RSNI T-02,2005)
Gaya rem dianggap bekerja secara horizontal dalam arah sumbu jembatan
dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas permukaan lantai kendaraan.
4. Beban Angin
Daya layan jembatan serta gaya nominal ultimit akibat angin tergantung
kecepatan angin rencana seperti ini :
TEW = 0,0006 Cw (Vw)2
Ab ……..........……………...……………….....(2.3)
Dengan : TEW = Kecepatan angin rencana (kN)
Vw = Kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang
ditinjau
Cw = Koefisien Seret
Ab = Luas koefisien bagian samping jembatan (m2)
Angin dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas, jika
suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis merata
tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti
pada rumus berikut :
TEW = 0,0012 x Cw (Vw)2 ...................................................................(2.4)
12
TEW = kN/m2
Dengan : Cw = 1,2
Besarnya kecepatan angin dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kecepatan Angin Rencana (Vw)
Keadaan Batas Layan Lokasi
Sampai 5 km dari
pantai
> 5 km dari pantai
Daya Layan 30 m/s 25 m/s
Ultimit 35 m/s 30 m/s
(Sumber :RSNI T-02,2005)
5. Beban Gempa
Besarnya beban dinamis akibat gempa dihitung dengan rumus :
Kh = C x S .............................................................................................(2.5)
√
.....................................................................................(2.6)
Dengan :
T = Waktu getar satu bangunan (s)
Kh = Koefisien beban gempa horizontal
C = Koefisien beban dasar untuk daerah, waktu dan kondisi
tanah setempat .
S = Faktor tipe bangunan
13
WT =Beban total nominal bangunan yang mempengaruhi
percepatan gempa, diambil sebagai beban mati ditambah
beban mati tambahan (kN)
Kp = Kekakuan struktur atau gaya horizontal yang dibutuhkan
untuk menghasilkan satu satuan lendutan. (kN/m)
D. Penurunan
J ika seluruh permukaan di bawah dan di sekitar bangunan turun secara seragam
dan penurunan terjadi tak berlebihan, mungkin turunnya bangunan tak tampak
oleh pandangan mata dan penurunan yang terjadi tak menyebabkan kerusakan
bangunannya. Namun, kondisi demikian tentu mengganggu baik pandangan
mata maupun kestabilan bangunan, bila penurunan terjadi secara berlebihan.
Penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu
pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan tak
seragam lebih membahayakan bangunan daripada penurunan totalnya.
Contoh - contoh kerusakan bangunan akibat penurunan tak seragam, diberikan
dalam Gambar 6.
{1) Gambar 6a. Jika tepi bangunan turun lebih besar dari bagian tengahnya,
bangunan diperkirakan akan retak-retak pada bagian A.
{2) Gambar 6b. Bagian atas suatu bangunan mengalami kondisi tertekan dan
bagian bawah tertarik, jika bagian tengah bangunan tersebut turun lebih
besar. Tegangan tarik yang berkembang di bawah bangunan dapat
14
mengakibatkan retakan-retakan maka bangunan tersebut mengalami
deformasi yang sangat besar.
{3) Gambar 6c. Penurunan satu tepi dapat menyebabkan keretakan pada bagian
C.
(4) Gambar 6d. Penurunan ini berakibat miringnya bangunan tanpa menyebabkan
keretakan dan terjadi secara perlahan dari salah satu tepi bagian suatu
bangunan.
Gambar 6. Contoh kerusakan pada bangunan akibat penurunan
(Hardiyatmo, 1996)
E. Penurunan Tiang
1. Penurunan Tiang Tunggal (Anggara, 2010)
a. Tanah Pasir
Penurunan yang terjadi pada tiang dapat dihitung dengan metode empiris
dan semi empiris.
b. Tanah Lempung
Penurunan tiang tunggal pada tanah lempung mencakup dua komponen
yaitu penurunan yang terjadi setelah beban bekerja yaitu penurunan
15
seketika (immediate settlement) serta penurunan konsolidasi (consolidation
settlement).
2. Penurunan Tiang Pancang Kelompok
Pada perhitungan fondasi tiang, kapasitas ijin tiang didasarkan pada
persyaratan penurunan. Penurunan tiang terutama bergantung pada nilai
banding tahanan ujung dengan beban tiang. Jika beban yang didukung per
tiang lebih kecil atau sama dengan tahanan ujung tiang, penurunan yang
terjadi mungkin sangat kecil. Sebaliknya, bila beban per tiang melebihi
tahanan ujung tiang, maka penurunan yang terjadi akan besar.
Apabila tiang dipancang ke dalam sebuah lapisan pendukung yang relatif
keras dan tidak mudah mampat, penurunan yang dapat terjadi disebabkan oleh
pemendekan badan tiangnya sendiri ditambah penurunan tanah yang berada di
bawah dasar tiang tersebut. Pada keadaan ini, penurunan kelompok tiang akan
kurang lebih sama dengan penurunan tiang tunggal.
Masalah utama saat menghitung penurunan kelompok tiang yaitu :
l. Saat memprediksi berapa besar tegangan di dalam tanah yang disebabkan
oleh sifat-sifat tanah serta beban tiang yang berada di bawah ujung tiang.
2. Dalam menentukan seberapa besar beban aksial yang terjadi di sepanjang
tiang-tiang serta beban yang didukung oleh masing-masing tiang di dalam
kelompoknya, untuk menghitung perpendekan tiang.
Tipe tiang saat mendukung beban struktur didapat berdasarkan distribusi
tekanan fondasi tiang ke tanah di sekitarnya. (Hardiyatmo, 2008)
16
Sifat penting dari lapisan lempung (sedimentary clays) adalah lapisan
lempung akan mengalami konsolidasi dan penurunan setelah mengendap
dalam waktu yang cukup lama yang disebabkan oleh tekanan dari lapisan-
lapisan yang kemudian mengendap di atasnya. Endapan yang dihasilkan
lapisan lempung ini semakin lama mungkin menjadi menghilang yang
disebabkan oleh erosi es atau air yang berarti lapisan-lapisan bawah pada
suatu saat dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi akibat
tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan yang berlaku di atasnya pada masa
sekarang ini. Lapisan seperti di atas disebut over consolidated, sedangkan
normally consolidated adalah lapisan yang belum pernah mengalami tekanan
yang lebih tinggi diatasnya daripada tekanan yang berlaku pada masa
sekarang.
Penurunan total adalah jumlah dari seluruh penurunan konsolidasi yang
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
S = Sc ( S1 + S2 + S.. ) ..............................................................(2.7)
Dengan : S : Penurunan total
Sc : Penurunan konsolidasi
Penurunan Konsolidasi (Das, 1993)
Dalam penghitungan penurunan konsolidasi pada tanah lempung
menggunakan rumus persamaan :
1. Tanah konsolidasi normal (normal consolidated)
Bila (Po= Pc)
17
Δe = Cc Log
.............................................................................. (2.8)
Sc = ∑
........................................................................(2.9)
2. Tanah konsolidasi berlebih (over consolidated)
a. Bila (P0 + P) < Pc
Sc = ∑
..............................................................(2.10)
b. Bila (P0+ P) >Pc
Sc = ∑
∑
............................. (2.11)
Dengan : H : Tebal lapisan tanah
Cc : Indeks pemampatan
Cs : Indeks pemampatan kembali (rebound curve) atau indeks
pemuaian
∆P : Penambahan tekanan vertikal
Po : Tekanan efektif overburden
S : Penurunan konsolidasi
Po’ : Tegangan pra konsolidasi
eo : Angka pori awal
Gambar distribusi penurunan konsolidasi pada kelompok tiang dapat
dilihat pada Gambar 7. berikut ini.
18
Gambar 7. Penurunan konsolidasi pada kelompok tiang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini tidak dilakukan penelitian didalam laboratorium,
namun penelitian dilakukan dengan cara menganalisis data lapangan.
Dalam proses perencanaan, diperlukan analisis yang teliti, semakin
rumit permasalahan yang dihadapi maka semakin kompleks pula
analisis yang akan dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang
baik, diperlukan data/informasi, teori konsep dasar dan alat bantu
memadai, sehingga kebutuhan data sangat mutlak diperlukan. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Mempelajari literature ( studi pustaka ) yang berhubungan dengan
penurunan pada pondasi tiang serta pembebanan yang terjadi pada
struktur atas.
2. Mengumpulkan data yang digunakan sebagai input proses
perencanaan.
Adapun jenis data sekunder yang digunakan yaitu :
Data Sekunder yaitu data yang didapatkan dari instansi terkait atau
literature yang berhubungan dengan penelitian ini. Data berupa gambar
detail jembatan, data penyelidikan tanah
20
Mulai
a. Gambar detail jembatan
Gambar detail suatu jembatan yang akan direncanakan merupakan
desain dari gambar proyek jembatan jalan tol trans sumatera yang
meliputi : dimensi gambar, detail jembatan tampak memanjang,
dimensi abutment dan pilar.
b. Data penyelidikan tanah
Data penyelidikan tanah yang didapat berupa data Standard
Penetration Test (SPT) dan data hasil uji laboratorium.
B. Diagram Alir
Persiapan
Pengumpulan
data sekunder
Perhitungan dan analisa
pembebanan
Selesai
Perhitungan
Penurunan Tiang
Penulangan Tiang
Tidak
Ok
Kesimpulan dan saran
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan hasil analisis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perhitungan pembebanan struktur atas berdasarkan RSNI-T-02-2005.
2. Pembebanan pada struktur atas pada abutment menghasilkan gaya geser
ultimate sebesar 788,38 kN, lalu menghasilkan momen ultimate sebesar
3451,31 kNm.
3. Pada perhitungan pilar dihasilkan gaya geser ultimate sebesar 1490,28 kN,
lalu momen ultimate sebesar 645,12 kNm.
4. Kedalaman tiang pada abutment dari bawah muka tanah sebesar 20 m, dan
kedalaman tiang pada pilar dari bawah muka tanah sebesar 18,276 m
dinyatakan aman dari beban struktur atas.
5. Dari hasil daya dukung didapatkan jumlah tiang pada abutment 6 buah,
penurunan total yang terjadi pada abutment adalah sebesar 30,2 cm dengan
diameter tiang 60 cm. Hal ini terjadi karena pada penelitian ini panjang
tiang didesain 20 m belum mencapai tanah keras.
6. Penurunan total yang terjadi pada pilar di salah satu jembatan di Jalan tol di
daerah Terbanggi Besar dengan jumlah tiang 15 buah sebesar 28,41 cm.
Penurunan yang terjadi cukup besar, karena panjang tiang didesain belum
72
mencapai tanah keras. Karena tanah keras ditemukan pada kedalaman 24
m. Hal ini dilakukan hanya untuk penelitian saja.
B. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengkaji lebih detail mengenai
perencanaan pondasi untuk konstruksi sipil lainnya.
2. Perhitungan pembebanan pada struktur jembatan dapat dihitung
menggunakan software yang tersedia agar hasil lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Y, F., 2010. Analisis Pondasi Tiang Bor Pada Proyek Jembatan
Tambalan II Bantul. Fakultas Teknik. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta. 127 halaman.
Bowles, J, E., 1993. Analisis dan Desain Pondasi Jilid II. : Erlangga. Jakarta. 123
halaman.
Das, B, M., 1993. Mekanika Tanah (Prinsip – Prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid
II . Surabaya. 243 halaman.
Hardiyatmo, H, C., 1996. Teknik Pondasi I : Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
314 halaman.
Hardiyatmo, H, C., 2008. Teknik Pondasi II : Beta Offset. Yogyakarta. 259
halaman.
Ilham, M, N., 2008. Perhitungan Balok Prategang (PCI Girder) Jembatan
Srandakan Kulon Progo D. I. Yogyakarta. 107 halaman.
RSNI-T-02,2005. Standar Pembebanan Untuk Jembatan : Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) Departemen Pekerjaan Umum (PU) RSNI-T-02-
2005. Jakarta . 59 halaman.
Sardjono, HS., 1996. Pondasi Tiang Pancang 1 untuk Universitas dan Umum :
PT. Sinar Wijaya. Surabaya. 207 halaman.
SNI-03-2847,2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan dan
Gedung : Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI-03-2847-2002 : Badan
Standarisasi Nasional. Bandung. 292 halaman.
Sosrodarsono, S., 1984. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi : PT. Pradnya
Pratama. Jakarta. 334 halaman
Setyanto, 1999. Buku Ajar Rekayasa Fondasi II. Fakultas Teknik : Universitas
Lampung. Lampung. 108 halaman.