STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI...

91
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI SOSIALISASI TERHADAP KEJADIAN NYARIS CEDERA PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK RAWAT JALAN DI RUMKITAL DR. MINTOHARDJO PERIODE APRIL - MEI 2016 SKRIPSI APRILIANA NUR 1112102000016 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JAKARTA 2016

Transcript of STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI...

Page 1: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI

SOSIALISASI TERHADAP KEJADIAN NYARIS CEDERA

PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK RAWAT

JALAN DI RUMKITAL DR. MINTOHARDJO PERIODE

APRIL - MEI 2016

SKRIPSI

APRILIANA NUR

1112102000016

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

2016

Page 2: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI

SOSIALISASI TERHADAP KEJADIAN NYARIS

CEDERA PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

RAWAT JALAN DI RUMKITAL DR. MINTOHARDJO

PERIODE APRIL - MEI 2016

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

APRILIANA NUR

1112102000016

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

JUNI 2016

Page 3: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

ii

Page 4: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

iii

Page 5: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

iv

Page 6: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

v

ABSTRAK

Nama : Apriliana Nur

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul : Studi Prospektif Dampak Intervensi sosialilasi terhadap

Kejadian Nyaris Cedera Pelayanan Kefarmasia di apotek

Rawat Jalan Rumkital Dr. Mintohardjo periode April - Mei

2016

Analisa KNC merupakan aspek yang sangat penting dalam keselamatan pasien

dan pelayanan kefarmasian karena dapat membantu mengurangi terjadinya

medication error. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat KNC

pelayanan kefarmasian peresepan, penyiapan,dan pemberian obat, pada resep

rawat jalan di Instalasi Apotek Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan April – Mei

2016 dan melihat dampak hasil intervensi yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian

yang dilakukan bersifat deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara

prospektif. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

total sampling, didapatkan sebanyak 7627 resep yang di amati, dimana terdapat

2540 resep yang mengalami KNC. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa KNC

pada tahap peresepan obat pada bulan April 15,97% dan pada bulan Mei 15,24% ,

KNC pada tahap penyiapan obat pada bulan April 33,34% dan pada bulan Mei

20,23% , KNC pada tahap pemberian obat dibulan April dan Mei tidak terjadi

KNC dengan hasil persentase yang di dapat 0,00%. Adanya hubungan bermakna

antara kedua sampel berpasangan yang digunakan, dengan nilai kolerasi 0,984

dengan singnifikansi <0,05 yaitu 0,016. Hasil pengamatan mengenai analisa

Paired T-test menunjukkan nilai t tabel 1,372 berdasarkan nilai t maka dapat

disimpulkan ada perbedaan pada taraf signifikan sebesar 95%. Simpulan sig.(2-

tailed) yaitu 0,264 (sigvalue >0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi

perubahan yang sagnifikan pada sosialisai KNC Pelayanan Kefarmasian. Tidak

ada pengaruh yang bermakna antara sesudah dan sebelum dilakukan sosialisasi

secara statistik, namun secara substansi kemungkinan ada hubungan.

Kata Kunci :Kejadian Nyaris Cedera (KNC), persepan obat, penyiapan obat,

pemberian obat, keselamatan pasien, .

Page 7: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

vi

ABSTRACT

Name : Apriliana Nur

Program Study : Strata-1 Pharmacy

Title : Prospective Studies the Impact of Intervention

socialiszation on Near miss Pharmaceutical of Drugs in

Pharmacy installation Naval Hospital Dr. Mintohardjo

period April - Mey 2016

The analysis of near miss is a very important aspect in thepatient safety

pharmaceutical carebecause it can help to reduce the occurrence of medication

errors. This study aimed to determine the level near miss prescribing, dispensing

and administration of drugs outpatient in pharmacy installation Naval Hospital Dr.

Mintohardjo in April – Mey 2016 and see the impact of intervention results

conducted by researchers. This is a descriptive research where the data has been

retrieved prospectively. The sampling method that has been used in this research

was the total sampling method, with a total of 7627 prescription studiesit was

found in 2540 as a prescriptions near miss. The research is descriptive and data

collection was done prospectively. The results showed that the near miss at the

stage of the prescraibing in April 15,97% and 15,24% in May, near miss at the

stage of dispensing of drugs in April 33,34% and 20.23% in May, near miss at

the stage administrationin month April and may are not going near miss with the

percentage that can be 0,00%. The existence of a significant relationship between

the two paired samples were used, with a value of 0.984 correlates with

singnifikansi<0.05 is 0.160. Observations on Paired T-test analysis shows the

value of t table 1,372 based on the value of t can be concluded there is a

difference at significant level of 95%. Conclusion sig. (2-tailed) is 0.260

(sigvalue> 0.05) so that it can be concluded that there was no change in the

socialization near miss sagnifikan Pharmaceutical Services. There is no significant

effect between after and before any socialization statistically, but in substance

there may be a relationship.

Keywords: near miss, prescribing, dispensing, administration, patien safety.

Page 8: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha pengasih dan

Maha penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan

kepada Baginda Rasul, Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan

bagiumatnya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

melaksanakan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penyusunan ini

tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt sebagai Pembimbing I dan Ibu Siti Fauziyah

S.Si.,M.Far.,Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu,

nasehat, waktu, tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr.Nurmeilis, M.Si., Apt., selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan arahan selama masa perkuliahan.

4. Bapak penguji Yardi Ph.D., Apt sebagai penguji I dan bapak Karyadi M.kep.,

Ph.D sebagai penguji ke II yang telah memberikan ilmu dan pikiran selama

penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayah Drs. Panangian Ritonga (alm) dan Mama Hj.

Eliana Sormin yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang,

dukungan moral, materil, nasehat-nasehat, serta lantunan do’a di setiap waktu.

Page 9: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

viii

7. Kakak-adik tercinta, Siska Elpariani Ritonga S.Keb , Eko Ardinsyah Hasibuan

SH, Ahmad Pael Hidayat Ritonga S.Pd, Senny Pelantika Ritonga yang sudah

memberikan semangat dan do’a.

8. Ibu dan Bapak Apoteker di Rumkital Dr. Mintohardjo yang telah memberikan

bantuan selama penulis melakukan penelitian.

9. Teman-teman seperjuangan selama penelitian di Rumkital Dr. Mintohardjo

Khaerunnissa Apriani,terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Sahabat – sahabat terkasih Dwi Putri Rahmawati, Ayu Nopita, Chalila deli

Gayo, Vesty Anis Triana, Shafizah Ummu Harisah, Ratnika Sari, Tharlis

Diansyah Lubis serta teman-teman Farmasi 2012 atas semangat dan

kebersamaan kita selama perkuliahan berlangsung. Semoga ukhuwah yang

telah terjalin tidak pernah putus dan akan terus berlanjut.

11. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Lembaga Kesehatan

Mahasiswa Islam (LKMI) atas semangat dan kebersamaan kita selama

berperoses diorganisasi berlangsung. Semoga ukhuwah yang telah terjalin

tidak pernah putus dan akan terus berlanjut.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, Agustus 2016

Penulis

Page 10: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

ix

Page 11: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….…….. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS…………………………….….... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………...... iv

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….… v

ABSTRAK……………………………………………………………………....… vi

ABSTRACT………………………………………………………………….….... vii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………....... x

DAFTAR ISI…………………………………………………………..……….… xi

DAFTAR TABEL………………………………………………………………... xiii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..…… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...... xv

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1

1.2 RumusanMasalah……………………………………….……………. 5

1.3 Tujuan.................................................................................................. 5

1.4 Manfaat................................................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 7

2.1 Pelayanan Kefarmasian....................................................................... 7

2.2 Keselamatan Pasien............................................................................. 7

2.2.1 Definisi Keselamatan Pasien ................................…………….. 8

2.2.2 Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit........…….....…....... 9

2.3Kesalahan Pengobatan ....................……………………..……....…... 9

2.3.1 Defenisi Kesalahan Pengobatan....................................................... 10

2.3.2 Tahapan Kejadian Kesalahan Pengobatan...................................... 11

2.3.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kesalahan Pengobatan............. 14

2.3.4 Upaya – Upaya Pencegahan Kesalahan Pengobatan....................... 15

2.4 Kejadian Nyaris Cedera (Near miss).......…………………..…...…. 17

2.4.1 Defenisi Kejadian Nyaris Cedera ......……………………… 17

2.4.2 Prevalensi Kejadian Nyaris Cedera.....…………………….. 19

2.5 Sosialisasi 20

2.6 Root Cause Analysis (RCA) .............................……………………. 21

2.6.1 Definisi RCA.....................................................…................ 21

2.6.2 Alat dan Teknik RCA......…………………………………. 21

Halaman

Page 12: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

xi

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL....….…. 24

3.1 Kerangka Konsep.................................................….......................... 24

3.2 Definisi Operasional............................................…........................... 25

BAB 4 METODEPENELITIAN…………………………………………….… 30

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………… 30

4.2 Rancangan Penelitian…...…………..…….……..……………….… 30

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………………..………….……….. 30

4.3.1 Populasi…………….………………..………….………...... 30

4.3.2 Sampel ……………..………….......……….…..……….…. 30

4.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi……………..…..……………….…..… 31

4.4.1 Kriteria Inklusi……….………………..…………………… 31

4.4.2 Kriteria Ekslusi….………………..……...…………..……… 31

4.5 Prosedur Penelitian.......………...…………..…………………….... 31

4.5.1 Tahap perencanaan dan persiapan....………………….….... 31

4.5.2 Tahap pengumpulan data.………......................…..………. 31

4.5.3 Tahap melakukan intervensi sosialisasi................................ 33

4.5.4 Tahap manajemen data....…………………....................… 33

4.6 Alat Pengumpulan Data…………………………..…………….... 33

4.7 Teknik Pengolahan Data…………………….…………………… 33

4.8 Analisis Data…………………………………………………….. 35

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN...………………………………..………. 37

5.1 Hasil Penelitian………………………………………........................ 37

5.1.1 Analisis KNC pelayanan kefarmasian bulan April dan Mei 37

5.1.2 Analisis KNC Pelayanan kefarmasian menggunakan

Paired T-test........................................................................

39

5.2 Pembahasan Penelitian…………………………………………… 43

5.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian…………................................. 43

5.2.1.1 Analisis KNC peresepan obat......…........................... 44

5.2.1.2 Analisis KNC penyiapan obat………....................... 48

5.2.1.3 Analisis KNC pemberiaan obat……….................... 53

5.2.1.4 Analisis Dampak uji Paired T-test............................. 54

5.2.2 Keterbatasan Penelitian…………………………………….. 57

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………... 58

6.1 Kesimpulan…………………..……….……………………………… 58

6.2 Saran………………………………………………………………… 59

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..…………... 60

LAMPIRAN………………………………………………………………………. 64

Page 13: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26

Tabel 4.1 Rincian variable penelitian 32

Tabel 5.1 Data KNC pelayanan kefarmasian April – Mei 2016 37

Tabel 5.2 Data Analisis KNC Pelayanan Kefarmasian bulan April

dan Mei 2016

38

Tabel 5.3 Statistik sampel paired T-test 39

Tabel 5.4 Korelasi sampel paired T-test 40

Tabel 5.5 Nilai hasil sampel paired T-test 40

Page 14: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Diagram kesalahan pengobatan menurut Medication

Practices 2002

13

Gambar 2.2 Model diagram fishbone 22

Gambar 5.1 Grafik persentase insiden KNC pelayanan kefarmasian

pada bulan April dan Mei 2016

42

Gambar 5.2 Model diagram fishbone KNC upaya perbaikan 56

Page 15: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian 64

Lampiran 2. Lembar rekapitulasi data KNC 65

Lampiran 3. Denah dan Alur Perjalanan Resep di Apotek

Rawat Jalan Rumkital Dr. Mintohardjo

66

Lampiran 4. Penjabaran Ketidaktepatan Nama, Dosis, Aturan

Pakai dan Bentuk Sediaan Obat

67

Lampiran 5. Penjabaran Ketidaklengkapan Obat Secara Klinis 70

Lampiran 6. Penjabaran Kesalahan dalam Mengambil dan

Meracik Obat

71

Lampiran 7. Contoh Resep 72

Lampiran 8. Tempat Penyimpanan Obat tablet, cream dan

syrup

73

Lampiran 9. Tempat Penyimpanan Obat High Alert 74

Lampiran 10. Tempat Entry Resep 75

Lampiran 11. Contoh Etiket Obat 75

Lampiran 12. Dokumentasi sosialisasi hasil penelitian KNC

bulan April 2016

76

Page 16: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 menjelaskan

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur serta pengendalian mutu pelayanan

kefarmasian yang dipergunakan sebagai pedoman kegiatan yang sedang berjalan

maupun yang sudah berlalu dan dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi

dengan tujuan untuk menjamin pelayanan kefarmasian yang sudah dilaksanakan

sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

menjelaskan bahwa rumah sakit wajib melaksanakan standar keselamatan pasien.

Definisi tentang keselamatan pasien diungkapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/PER/VII/2011 yang menyatakan bahwa

keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat

asuhan pasien lebih aman yang meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan

hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko dan mencegahterjadinya cedera yang disebabkan oleh

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil.

Medication Error merupakan salah satu penyebab cedera pasien yang dapat

dicegah. Medication Error (ME), didefinisikan sebagai kesalahan dalam peresepan,

penyiapan dan pemberian obat, apakah ada konsekuensi yang merugikan atau tidak.

Kesalahan ini dapat terjadi pada setiap tahap dalam proses penggunaan obat dari

peresepan sampai pemberian kepada pasien (NMIC Bulletins, 2001). Studi yang

dilakukan di 36 rumah sakit menemukan bahwa pada setiap kemungkinan terjadi dua

ME setiap harinya. ME dapat terjadi dalam menentukan obat dan regimen dosis antara

lain: (1) Kesalahan dalam peresepan: resep tidak rasional, resep yang tidak tepat dan

Page 17: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak efektif, kelebihan dosis, kekurangan dosis dalam penulisan resep. (2) Penulisan

resep: kesalahan dalam mengartikan resep. (3) Manufaktur dalam formulasi: salah

dosis, keliru kemasan. (4) kesalahan memformulasi: salah obat, formulasi yang salah,

label yang salah. (5) pemberian atau pengambilan obat: salah dosis, salah rute,

frekuensi yang salah, dan durasi yang salah. (J.K. ARONSON, 2009).

Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres

PERSI September 2006), dari 10 besar insiden yang dilaporkan, kesalahan dalam

pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%). ME adalah jenis error yang

paling umum terjadi di berbagai rumah sakit.

Ada beberapa istilah untuk menjelaskan tindakan yang bertujuan untuk

mengurangi risiko pada pasien. Dari beberapa istilah tersebut adalah Kejadian Tidak

Diharapkan/KTD (adverse event) dan Kejadian Nyaris Cedera/KNC (near miss).

KTD dapat dikatagorikan menjadi KTD yang dapat dicegah atau tidak dapat dicegah.

KTD yang dapat dicegah disebut KNC. (Depkes, 2008).

KNC adalah sebuah peristiwa yang tidak direncanakan, yang tidak

mengakibatkan cedera, sakit, atau kejadian yang merugikan, tetapi memiliki potensi

untuk terjadi. Pencegahan KNC ini sangat menguntungkan karena dapat mencegah

kerugian atau kematian. Sebuah proses atau sistem manajemen yang selalu salah

adalah akar penyebab peningkatan risiko yang mengarah ke KNC dan harus menjadi

fokus perbaikan (National Safety Council Alliance,2013).

Menurut Anderson (2010), pelaporan tentang KNC dapat digunakan untuk

mengurangi terjadinya kesalahan pengobatan. Hal itu disebabkan karena data KNC

dapat direview dan dianalisis untuk mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan

masalah dan strategi pengurangan kesalahan yang tepat agar dapat

diimplementasikan. Selain itu, adanya pengurangan angka KNC akan berdampak pula

pada penurunan angka KTD sehingga terjadinya kesalahan pengobatan pun dapat

diminimalkan.

Di Indonesia, data tentang KTD dan KNC dikategorikan masih sedikit untuk

ditemukan karena standar pelayanan kesehatan di Indonesia masih kurang optimal

(Depkes RI, 2006). Angka KTD dan KNC masih belum terdokumentasi dengan baik,

sehingga diperlukan penerapan program keselamatan pasien agar terhindar dari

masalah malpraktek yang semakin banyak terjadi dan tentu saja agar dapat

Page 18: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

meningkatkan mutu, efektifitas dan efisiensi pelayanan kesehatan yang diberikan dari

Rumah Sakit kepada pasien (Cinderasuci, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah sakit Pondok Indah (RSIP) KNC lebih

sering terjadi sebesar 73,7% dibandingkan KTD 26,3 %. Bentuk KNC dan KTD yang

didapat dari laporan adalah lebih besar terjadi pada proses penyiapan obat

(Hestikawati, 2011). Penelitian KNC di Rumah Sakit Umum Surya Husada mendapati

bahwa tenaga medis yang tidak melaksanakan pemberian tepat dosis sebanyak 8,8%,

ketidaktepatan waktu sebanyak 8,1%, dan tidak dilakukannya pendokumentasian yang

benar sebanyak 17,6% (Virawan, 2012). Laporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)

oleh KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien-Rumah Sakit) di Indonesia pada bulan

Januari-April 2011, menemukan bahwa kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53%)

yang terjadi, disebabkan karena proses atau prosedur klinik dan terapi sebanyak

9,26%, serta pasien jatuh sebanyak 5,15%. Pada tahun 2003-2004, kurang lebih

885.832 KTD dan KNC terjadi di 256 kejadian akut pada National Health Service

(NHS) dan pada tahun 2004-2005, ada 974.000 KTD dan KNC. Berdasarkan hasil

pelaporan diatas dapat terlihat bahwa KNC dan KTD semakin meningkat disetiap

tahunnya.

Berdasarkan berbagai temuan dari data laporan ME dan KNC diatas, maka

perlu dilakukan intervensi sosialisasi mengenai KNC untuk menurunkan tingkat KNC

serta mengetahui tingkat KNC yang terjadi pada pasien rawat jalan di Rumkital Dr.

Mintohardjo yang belum pernah diteliti sebelumnya.

Rumkital Dr. Mintohardjo memiliki jumlah peresepan yang banyak dan

jumlah peresepan tiap harinya mencapai kira-kira 200-300 resep. Banyaknya resep

yang masuk ke Apotek Rumkital Dr. Mintohardjo ini memerlukan waktu proses

pengolahan resep yang cepat dan tepat sehingga berpotensi menyebabkan KNC.

Mekanisme KNC di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo mengacu kepada

Buku Saku tentang Tanggung Jawab Apoteker terhadap Keselamatan Pasien yang

diterbitkan oleh Depkes RI pada tahun 2008. Mekanisme KNC dapat terjadi pada

tahap peresepan, penyiapan dan pemberian obat. Apoteker yang menemukan atau

terlibat dalam terjadinya KNC pada ketiga tahap tersebut, maka harus

menindaklanjutinya. Setelah ditindaklanjuti, apoteker segera melaporkan insiden

KNC dalam formulir yang telah dibuat kepada Apoteker Penanggung Jawab untuk

Page 19: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diperiksa dan dilakukan grading risiko terhadap insiden tersebut sebelum diserahkan

kepada Tim Keselamatan Pasien (KP) di RS.

Pada tanggal 1 April telah dilakukan penelitian mengenai KNC pelayanan

kefarmasian di apotek Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo, pada tanggal 5 Mei

telah dilakukan intervensi sosialisasi hasil penelitian selama bulan April dan bahaya

KNC pelayanan kefarmasian, yang bertujuan untuk meminimalisir KNC pelayanan

kefarmasian. Sosialisasi dilakukan kepada seluruh staff apotek dan staff Depertemen

Farmasi di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo, yang nantinya akan dilakukan

penelitian kembali dibulan Mei untuk melihat perbandingan KNC setelah dilakukan

sosialisasi.

Dari uraian di atas dapat di usulkan penelitian yang berjudul, STUDI

PROSPEKTIF DAMPAK INTERPENSI SOSIALISASI TERHADAP KEJADIAN

NYARIS CEDERA PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK PASIEN

RAWAT JALAN RUMKITAL DR. MINTOHARDJO PERIODE APRIL - MEI

2016. Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini berupa studi observasional

yang bersifat kualitatif dan dilakukan secara prospektif. Variabel-variabel yang

diamati dalam studi prospektif ini yaitu tahap peresepan, penyiapan dan pemberian

obat untuk pasien rawat jalan.

Laporan data prospektif KNC didapatkan dari diobservasi langsung oleh

peneliti, yakni pada bulan April sampai Mei 2016 dan dilakukan pada hari kerja dari

pukul 10.00 hingga pukul 14.00 karena pada jangka waktu tersebut merupakan

puncak dari banyaknya resep yang masuk, sehingga kemungkinan terjadinya KNC

pun besar. Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan memaparkan fenomena yang

terjadi dengan bantuan tabel atau gambar menggunakan diagram fishbone (tulang

ikan) kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan analisis statistis

parametik dengan menggunakan metode Paired T-test.

Data kualitatif KNC yang telah diolah tersebut, kemudian dievaluasi faktor-

faktor yang paling berkontribusi menyebabkan terjadinya KNC, melihat perubahan

tingkat KNC setelah dilakukannya sosialisasi, serta penelusuran upaya-upaya yang

sebaiknya dilakukan agar meminimalkan terjadinya KNC berdasarkan jurnal-jurnal

terkait, sehingga penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas

pelayanan kefarmasian kepada pasien untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal

serta mendukung pelaksanaan patient safety di Rumah sakit TNI AL Dr. Mintohardjo.

Page 20: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa masih banyak terdapat Kejadian

Nyaris Cedera di berbagai Rumah Sakit di Indonesia, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah faktor yang mendominasi penyabab terjadinya KNC pelayanan

kefarmasian ?

2. Apakah terdapat perubahan tingkat KNC yang singnifikan setelah

dilakukan sosialisasi ?

3. Apa saja upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah atau

meminimalkan terjadinya KNC ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pola

KNC pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit TNI AL

Dr. Mintohardjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk melihat angka KNC pelayanan kefarmasian melalui

beberapa aspek pada masing-masing peresepan, penyiapan dan

pemberian obat.

b. Untuk melihat perubahan tingkat KNC setelah dilakukan

sosialisasi untuk penurunan KNC pelayanan kefarmasian di RS

TNI AL Mintoharjo.

c. Untuk menentukan upaya-upaya yang harus dilakukan agar

angka KNC pada pasien rawat jalan dapat diminimalkan.

Page 21: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat, sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambagi lmu

pengetahuan dalam bidang peningkatan pelayanan kefarmasian dan keselamatan

pasien khususnya KNC yaitu peresepan, penyiapan dan pemberian obat.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan dalam menurunkan KNC

pelayanan kefarmasian di RS. TNI AL Dr. Mintohardjo sehingga dapat

mendukung upaya pelaksanaan keselamatan pasien dan pelayanan kefarmasian di

RS. TNI AL Dr. Mintohardjo.

Page 22: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI No. 58). Pelayanan kefarmasian

adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam

pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2014 Pasal 1 ayat 2 menjelaskan Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur

yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan

pelayanan kefarmasian. Pasal 1 ayat 3 menjelaskan Pelayanan Kefarmasian adalah suatu

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58

pasal 2 menjelaskan Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit

bertujuan untuk:

a. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian

c. dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional

dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

2.2 Keselamatan Pasien (patient safety)

Perawatan kesehatan merupakan industri beresiko tinggi yang telah ada sejak

satu dekade atau lebih dalam perhatiannya untuk memastikan keselamatan dasar.

Keselamatan merupakan langkah awal yang penting dalam meningkatkan kualitas

kepedulian. Penelitian Praktik Kedokteran Harvard, studi penelitian pada fokus ini,

telah diterbitkan hampir sepuluh tahun yang lalu; penelitian lainnya telah menguatkan

Page 23: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

fokus ini dan hingga kini, beberapa tindakan nyata untuk meningkatkan pasien

keselamatan dapat ditemukan (Institute Of Medicine, 2000).

Keselamatan pasien dikembangkan sejalan dengan pemikiran Internasional,

yang dinyatakan secara pasti dalam penelitian Amerika : To Err is Human: Building a

Safer Health System (2000), bahwa sebuah kejadian yang berakibat atau berisiko

membahayakan pasien jauh lebih mungkin dihasilkan dari kegagalam sistemik daripada

aksi individual tenaga kesehatan. Upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien tidak

seharusnya fokus pada hukuman secara individual terhadap kesalahannya, melainkan

pada penghilangan aspek “penyebab error” pada proses pelayanan kesehatan. Hal ini

memerlukan penggeseran dari “budaya saling menyalahkan” dalam insiden yang

sekiranya memicu sifat saling menyalahkan pada tiap individu tenaga kesehatan (House

of Commons Health Committee : Patient Safety, 2009).

2.2.1 Defenisi Keselamatan Pasien

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal

43 ayat 1 menjelaskan bahwa rumah sakit wajib melaksanakan standar keselamatan

pasien. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,

menganalisa dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka

kejadian tidak diharapkan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1691/Menkes/PER/VII/2011 yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient

safety) adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih aman

yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden

dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Menurut Sir Liam Donaldson (Ketua WHO world Alliance For Patient Safety

pada tahun 2006-2007) mengungkapkan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien

bukan sebuah pilihan akan tetapi merupakan hak pasien untuk percaya pada pelayanan

yang diberikan oleh suatu sistem pelayanan (dikutip, DedeSM 2013). Menurut IOM,

keselamatan pasien (patien sefety) didefenisikan sebagai kebebasan dari cedera akibat

Page 24: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kecelakaan. Cedera akibat kecelakaan disebabkan karena kesalahan yang meliputi

kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan.

Cedera akibat dari melaksanakan tindakan yang salah (commission) atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

Menurut Binfar Depkes RI (Tentang Keselamatan Pasien, 2008) ada beberapa

istilah dalam yang digunakan dalam kesalamatan pasien, diantaranya:

a. Kesalahan Medis (medication error) Medication error adalah suatu kesalahan

dalam proses pengobatan yang masih dalam pengawasan dan tanggung jawab

profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen,

1991).

b. KTD adalah kejadian yang mengakibatkan cedera pasien akibat pelaksanaan

suatu tindakan atau akibat tidak melaksanakan tindakan yang perlu

dilakukan,dan bukan karena penyakit dasar atau kondisi pasien (Kohn, 2000).

c. KNC adalah keadaan yang tidak menimbulkan KTD, namun memiliki

kesempatan besar untuk terjadinya KTD (Joint Commission Assosiation of

Health Organization, 2005).

d. Kejadian Sentinel (KS) adalah kejadian tidak terduga yang mengakibatkan

kematian, cedera berat pada fisik atau psikologi atau resiko yang mengarah ke

kematian atau cedera berat. Istilah ini dipakai untuk kejadian yang sangat tidak

diharapkan atau tidak dapat diterima. (Joint Commission Assosiation of Health

Organization, 2005).

2.2.2 Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Standar keselematan pasien rumah sakit merupakan acuan bagi rumah sakit di

indonesia. standar keselematan pasien rumah sakit disusun oleh Depertemen Kesehatan

(Depkes RI) tahun 2006. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar

yaitu:

1) Hak pasien

2) Mendidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Page 25: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien

5) Peran pemimpin dalam meningkatkan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

2.3 Kesalahan Pengobatan (Medication Error)

Pengobatan merupakan sebuah proses antara pasien dengan petugas

kesehatan yang saling berinteraksi mencapai tujuan yaitu kesembuhan dan

derajat kesehatan pasien yang lebih baik. Selama proses pemberian medikasi

berlangsung, terdapat kesalahan yang mungkin terjadi baik disebabkan oleh

tenaga kesehatan maupun oleh pasien itu sendiri yang lebih dikenal dengan

istilah medication error.

Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan antara

manfaat dan risiko. Tujuan pengkajian farmakoterapi adalah mendapatkan luaran

klinik yang dapat dipertanggungjawabkan untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien dengan risiko minimal. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden

Keselamatan Pasien (Kongres PERSI September 2006), kesalahan dalam

pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden

yang dilaporkan. Jika disimak lebih lanjut, dalam proses penggunaan obat yang

meliputi prescribing, transcribing, dispensing, dan administering, dispensing

menduduki peringkat pertama. Dengan demikian, keselamatan pasien

merupakan bagian penting dalam risiko pelayanan rumah sakit selain risiko

keuangan, risiko properti, risiko tenaga profesi, maupun risiko lingkungan dan

pelayanan dalam risiko manajemen (Depkes, 2008).

Sejak tahun 1992, the Food and Drug Administration telah menerima

20.000 laporan tentang kesalahan pengobatan.kesalahan pengobatan

Diperkirakan 7000 orang meninggal pertahun (The Business Case for

Medication Safety, February 2003). A Havard Practise Study menemukan

bahwa kurang lebih 1 juta kecelakaan terjadi setiap tahunnya, akibat efek yang

Page 26: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak diinginkan dari obat dimana 25-50% yang sebenarnya dapat dicegah.

kesalahan pengobatan yang di temukan oleh Ann Lykkegaard Soerensen (team)

di Aalborg University Hospital, Denmark,dari 1.082 sampel ditemukan 189 error

yang terjadi, dimana peluang terjadinya kesalahan(17%) dari data yang

berpotensi membahayakan (8%). Frekuensi kesalahan terjadi pada resep (5%),

penyiapan (10%), administrasi(75%). Kesalahan yang paling umum adalah

kelalaian dari melakukan input dosis rezim dikomputerisasi oleh dokter.

2.3.1 Defenisi Medication Error

Menurut Kementrian Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004,

kesalahan pengobatan adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian

obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat

dicegah. Kerugian yang dialami pasien bisa bermacam-macam mulai dari

kerugian dalam hal biaya bahkan sampai meninggal.

Kesalahan pengobatan didefinisikan sebagai kesalahan dalam peresepan ,

penyiapan dan pemberian obat,apakah ada konsekuensi yang merugikan atau

tidak. medication error merupakan salah satu penyebab cedera pasien yang dapat

dicegah . Kesalahan ini dapat terjadi pada setiap tahap dalam proses penggunaan

obat dari peresepan sampai pemberian kepada pasien (NMIC Bulletins, 2001).

kesalahan pengobatan atau kesalahan pelayanan obat menurut NCC

MERP yaitu setiap kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau

berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien

sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau pasien.

2.3.2 Tahapan Kejadiaan kesalahan pengobatan

Menurut NCC MERP, 2012, kejadian kesalahan pengobatan dapat dibagi

menjadi 3 yaitu kesalahan peresepan obat, kesalahan penyiapan obat dan

kesealahan pemberian obat.

1. Kesalahan peresepan adalah kesalahan yang dapat timbul karena pemilihan

obat yang salah untuk pasien. Kesalahan meliputi dosis, jumlah obat,

indikasi, atau peresepan obat yang seharusnya menjadi kontraindikasi.

Page 27: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kekurangan pengetahuan tentang obat yang diresepkan, dosis yang

direkomendasikan dan kondisi pasien berkontribusi dalam prescribing

errors. Faktor lain yang berkontribusi meliputi penulisan resep yang sulit

dibaca, sejarah pengobatan pasien yang tidak akurat, keraguan nama obat,

penulisan angka desimal pada obat, penggunaan singkatan, serta permintaan

secara lisan.

2. Kesalaahan penyiapan terjadi pada saat pelayanan resep atau peracikan,

yaitu saat resep diserahkan ke apotek sampai penyerahan obat kepada pasien.

Kesalaahan penyiapan terjadi sekitar 1-24% meliputi kesalahan dalam

pemilihan kekuatan atau pemilihan obat. Kesalaahan penyiapan juga dapat

terjadi pada setiap tahap selama proses penyiapan obat dari penerimaan resep

di apotek melalui pasokan dari produk sampai dibagikan kepada pasien.

Studi di Amerika Serikat telah memperkirakan bahwa kesalahan penyiapan

terjadi dengan tingkat 1-24%. kesalahan Pemberian Obat dapat merusak

kepercayaan pasien di apoteker dan meningkatkan kemungkinan kesalahan

prosedur. Kesalahan ini meliputi pemilihan produk obat. Hal ini terjadi

karena dua atau lebih obat memiliki penampilan yang sama atau nama yang

sama (LASA). Penggunaan komputerisasi pelabelan telah menyebabkan

munculnya kesalahan transkripsi dan pengetikan, dimana keduanya

merupakan penyebab paling umum dari kesalahan penyiapan. kesalahan

penyiapan yang berpotensial lainnya termasuk dosis yang salah, obat yang

salah, pasien yang salah.

3. Kesalahan dalam pemberian obat didefinisikan sebagai perbedaan antara

obat Terapi yang diterima oleh pasien dan obat terapi yang dimaksudkan

oleh penulisan resep (dokter). Kesalahan pemberian obat sebagian besar

melibatkan kelalaian dimana proses pemberian obat dihilangkan karena

berbagai faktor misalnya salah pasien, kurangnya stok. Jenis lain dari

kesalahan pemberian obat termasuk salah teknik pemberiani, pemberian obat

kadaluarsa dan pereparasi obat yang salah diberikan, Bisa juga karena salah

dalam menuliskan instruksi pemakaian obat kepada pasien atau salah

Page 28: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memberi penjelasan secara lisan kepada pasien sehingga pasien pun akhirnya

salah dalam menggunakan obat tersebut.

Medication error dapat terjadi pada setiap fase dalam menejemen logistik

farmasi seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1: Diagram proses kesalahan pengobatan menurut Medication Practices

2002

Kejadian kesalahan pengobatan dalam rantai proses pengobatan, kesalahan

pengobatan dapat terjadi sejak resep dituliskan hingga pasien menggunakan obat

yang telah diresepkan. dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu

(1) fase peresepan obat, (2) fase pembacaan resep, (3) fase penyiapan obat dan (4)

fase pemberian obat oleh pasien. Kesalahan dalam pengobatan pada fase peresepan

obat adalah kesalahan yang terjadi pada fase penulisan resep. Fase ini meliputi :

obat yang diresepkan tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien atau kontraindikasi,

tidak tepat obat atau ada obat yang tidak ada indikasinya, tidak tepat dosis dan

aturan pakai. Pada fase pembacaan resep, kesalahan terjadi pada saat pembacaan

resep untuk proses penyiapan. kesalahan pada fase penyiapan terjadi pada saat

Page 29: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penyiapan hinga penyerahan resep oleh petugas apotek. Sedangkan kesalahan pada

fase pemberian adalah kesalahan yang terjadi pada saat penggunaan obat. Fase ini

dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau keluarganya.

2.3.3 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kesalahan Pengobatan

Kesalahan dapat terjadi pada beberapa langkah, dimulai dari pemberian

resep sampai penyediaan akhir obat ke pasien. Penyebab umum kesalahan medikasi

meliputi diagnosis yang tidak tepat, kesalahan pemberian resep, kekeliruan dalam

penghitungan dosis, praktek distribusi obat yang buruk, masalah terkait obat dan

perangkatnya, pemberian obat yang tidak tepat, adanya kegagalan komunikasi antar

tenaga kesehatan dan kurangnya edukasi pasien (AMCP, 2010).

Menurut American Society of Health-System Pharmacists (ASHP) dalam

Guideline on Preventing Medication Errors in Hospitals, penyebab-penyebab

umum yang memicu terjadinya medication error, yaitu diantaranya :

1. Adanya ambigu pada penunjukkan di label atau di dalam pengemasan.

2. Nomenklatur produk obat [Look-Alike-Sound-Alike (LASA) , penggunaan

huruf atau nomor prefiks dan sufiks dalam nama obat]

3. Adanya kegagalan atau kerusakan pada alat kesehatan

4. Resep yang tak terbaca

5. Transkripsi yang tidak tepat

6. Perhitungan dosis yang tak tepat

7. Personil yang tidak cukup terlatih

8. Menggunakan singkatan yang tidak dimengerti dalam resep

9. Kesalahan dalam pelabelan

10. Beban kerja yang berlebihan

11. Penyimpangan dalam kerja individu

12. Tidak tersedianya obat

Page 30: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.4 Upaya – Upaya Pencegahan Kesalahan Pengobatan

Upaya intervensi untuk meminimalkan insiden belum sempurna tanpa

disertai upaya pencegahan. Upaya pencegahan akan lebih efektif jika dilakukan

bersama dengan tenaga kesehatan lain (multidisiplin) terkait penggunaan obat,

terutama dokter dan perawat. (Depkes, 2008).

Menurut The Academy of Managed Care Pharmacy (AMCP), terdapat

kunci- kunci untuk mencegah medication error, yang diantaranya :

1. Edukasi kepada pasien

Tenaga kesehatan professional harus menyediakan pendidikan pasien yang

adekuat tentang tata cara penggunaan obat yang tepat sebagai bagian dari program

pencegahan medication error. Beberapa contoh instruksi kepada pasien yang dapat

membantu mencegah medication error, antara lain :

a. Mengetahui nama dan indikasi pengobatan yang sedang dijalani

b. Membaca informasi obat di lembaran yang disediakan oleh Apoteker

c. Tidak berbagi obat

d. Selalu mengecek tanggal kadaluwarsa obat

e. Pelajari tentang penyimpanan obat yang benar

f. Jauhkan obat-obatan dari jangkauan anak-anak

g. Pelajari tentang peringatan dan interaksi obat

2. Prior Authorization

Program prior authorization digunakan oleh sistem perawatan kesehatan

sebagai alat untuk membantu dalam menyediakan kualitas, keuntungan

peresepean obat yang ekonomis dan efektif. Meningkatkan keselamatan pasien

dengan cara mempromosikan penggunaan obat yang tepat merupakan fungsi

integral dari program prior authorization ini. Medication error dapat dikurangi

oleh sistem prior authorization dengan berbagai cara.

3. Teknologi elektronik

a. Bar coding

Salah satu cara di mana teknologi elektronik dapat meningkatkan

keselamatan pasien dan mengurangi kesalahan pengobatan adalah melalui

penggunaan kode yang dapat dibaca mesin standar ("bar kode"). Pengobatan bar

Page 31: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

coding adalah alat yang dapat membantu memastikan bahwa obat yang tepat dan

dosis yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat. NCCMERP

merekomendasikan US Food and Drug Administration (FDA), the United States

Pharmacopeia (USP), and pharmaceutical manufacturers untuk berkolaborasi

dalam menciptakan teknologi bar coding dengan cara menanamkan informasi

berikut ke dalam bar kode obat :

Kode Obat Nasional (NDC) : nomor yang mengidentifikasikan obat,

bentuk sediaan dan kekuatan obat.

Lot/Kontrol/Nomor Batch : untuk membantu jika ada kasus

penarikan obat.

Tanggal kadaluwarsa : untuk membantu memastikan bahwa pasien

tidak menerima obat yang kadaluwarsa.

b. Electronic Prescription Record (EPR)

Sebuah rekam resep elektronik (EPR) mengandung semua data legal

yang diperlukan untuk diisi, diberi label, disiapkan dan/atau untuk memasukkan

permintaan pembayaran untuk peresepan. Apoteker menggunakan EPR sebagai

alat untuk mengurangi medication errors dengan cara memperhatikan interaksi

obat, duplikasi obat dan kontraindikasi. EPR ini juga dapat membantu

mengurangi medication errors dengan cara membantu Apoteker dalam

memonitor dan mengaudit penggunaan obat dan dengan cara memfasilitasi

komunikasi diantara tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kepada

pasien.

c. E-prescribing

Penggunaan peresepan elektronik dengan cara memasukkan perintah

resep pada komputer, yang dikenal sebagai Computerized Physician Order

Entry (CPOE). CPOE adalah teknologi yang dapat membantuk mencegah

beberapa kesalahan medik. Sistem CPOE memperkenankan dokter untuk

memasukkan perintah resep ke dalam komputer atau alat lain secara langsung,

dengan demikian dapat menghilangkan atau mengurangi kebutuhan resep tulisan

tangan secara signifikan. E-prescribing dan CPOE dapat mengurangi kesalahan

medik dengan cara menghilangkan resep tulisan tangan yang tak terbaca,

Page 32: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memastikan terminologi dan singkatan-singkatan yang tepat, dan mencegah

adanya resep yang ambigu dan informasi yang hilang pada resep.

1. Electronic Drug Utilization Review (DUR)

Proses DUR online memungkinkan Apoteker untuk mengatur

sebuah review dari urutan resep pada saat diperlukan dalam kegiatan

penyiapan obat dan secara pro aktif dalam mengatasi masalah obat, seperti

interaksi obat-obat, penggunaan obat yang berlebihan, penggunaan obat

yang kurang dan masalah alergi. Teknologi ini juga memungkinkan

Apoteker untuk menilai urutan resep pada saat meracik dan menggunakan

informasi dari rekam medik dan/atau apotek, dan untuk menentukan

kesesuaian terapi obat yang diresepkan.

2. Automated Medication Dispensing

Sistem dispensing otomatis saat ini digunakan secara luas sebagai

metode penyiapan obat yang intensif dan sedikit menggunakan tenaga

kerja. Sistem dispensing otomatis lebih efisien dalam melakukan tugas-

tugas Apoteker yang membosankan, gerakan yang berulang, yang

membutuhkan konsentrasi tinggi dan tugas pencatatan, dimana hal-hal

tersebut dapat menyebabkan dispensing errors.

3. Prosedur Kontrol Kualitas Internal

Kebanyakan pengaturan dispensing obat telah mengembangkan

prosedur evaluasi kualitas. Praktik-praktik ini memberikan evaluasi alur

kerja dan analisis pelaporan kesalahan, yang nantinya akan menghasilkan

perlindungan yang sangat baik dari medication error.

2.4 Near Miss (Kejadian Nyaris Cedera)

2.4.1 Defenisi Kejadian Nyaris Cedera

Kejadian Nyaris Cedara (KNC) adalah sebuah peristiwa yang tidak

direncanakan, yang tidak mengakibatkan cedera, sakit, atau kejadian yang

merugikan, tetapi memiliki potensi untuk terjadi. KNC ini sangat

menguntungkan karena dapat mencegah kerugian atau kematian, dan

kemungkinan terjadi sangat besar. Sebuah proses atau sistem manajemen yang

Page 33: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

selalu salah adalah akar penyebab peningkatan risiko yang mengarah KNC dan

harus menjadi focus perbaikan (National Safety Council Alliance,2013). Di

Indonesia data tentang Kejadian Tidak Dinginkan (KTD) apalagi KTD masih

langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang

belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan

keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

Indonesia telah mengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien

Rumah Sakit (KKP-RS). KNC merupakan suatu kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya diambil yang

dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, yang disebabkan

karena keberuntungan, pencegahan atau peringatan (KPP-RS, 2008).

KNC lebih sering terjadi dibandingkan dengan KTD, Data KNC harus

dianalisa agar pencegahan dan pembentukan sistem dapat dibuat sehingga

cedera tidak terjadi. Pada sebahagian besar kasus KNC memberi dampak pada

pembuatan model penyebab insiden (incident causation model) atau proses

hingga KNC. Model peyebab terjadinya insiden, KNC berperan sebagai pelapor

awal sebelum terjadinya KTD. KNC meyediakan 2 tipe informasi terkait dengan

keamanan pasien: (Robert, 2002 dalam Aspen 2004).

1. Kelemahan dari sistem pelayanan kesehatan (kesalahan dan kegagalan

termasuk tidak kuatnya sistem pertahanan)

2. Kekuatan dari sistem pelayanan kesehatan ( tidak ada perancanaan,

tindakan pemulihan secara informal.

Tujuan sistem pelaporan KNC (Kaplan,2002 dalam Yully.H.M,2013):

- Pemodelan: Bertujuan melihat lebih mendalam bagaimana kegagalan atau

kesalahan berkembang menjadi KNC. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi terjadinya kejadian diawal, bagaimana meningkatkan

keamanan pasien, bagaimana mencegah hal ini tidak terjadi, memberi penguatan

pada model pemecahan masalah yang diambil pada kasus sebelumnya.

- Arah atau kecenderungan yang bertujuan melihat kecenderungan terjadinya

masalah (masalah apa yang sering terjadi, faktor apa saja yang berkontribusi

Page 34: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap terjadinya masalah, menyediakan cara pemecahan masalah yang paling

efektif dan prioritas untuk dijalankan,

- Meningkatkan kesadaran dan kehati-hatian

2.4.2 Prevalensi Kejadian Nyaris Cedera

Hasil penelitian di Rumah sakit Pondok Indah (RSIP) KNC lebih sering

terjadi Sebesar 73,7% dibandingkan dengan KTD 26,3 %. Bentuk KNC dan

KTD yang didapat dari laporan kejadian yaitu: ketidak sesuaian identifikasi

pasien seperti penulisan nomor medical record, nama pasien salah, penempelan

stiker, nama pasien tidak sama dengan penulisan manual, kesalahan penulisan

kamar pasien, kesalahan dalam pemberian obat (salah pasien, dosis, jenis obat),

sampel darah pasien tertukar, dan pasien jatuh (Yully,2011).

Hasil penelitian KNC di Rumah Sakit Umum Surya Husada, tenaga

Medis yang tidak melaksanakan pemberian tepat dosis 8,8%, ketidak tepatan

waktu 8,1%, Pendokumentasian yang benar 17,6% (Koen,2012). Laporan

Insiden Keselamatan Pasien (IKP) oleh KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien-

Rumah Sakit) di Indonesia pada bulan Januari-April 2011, menemukan bahwa

adanya pelaporan kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53%) yang disebabkan

karena proses atau prosedur klinik (9,26%), medikasi (9,26%), dan pasien jatuh

(5,15%). Sebuah penelitian di Utah dan Colorado (USA) melaporkan KNC

sebanyak 2,9% dimana 6,6%-nya meninggal dunia. Sebanyak 44.000 warga

Amerika meninggal setiap tahunnya akibat kesalahan medis (medical error)

(IOM, 2000). Sebuah sumber ketiga dan yang terbaru dari data prevalensi

berasal dari kantor Inggris Audit Nasional. Pada tahun 2003-2004, kurang lebih

885.832 KTD dan KNC terjadi di 256 kejadian akut pada National Health

Service (NHS), ambulans, dan Perserikatan Kesehatan Mental (96% di NHS);

dan pada tahun 2004-2005, ada 974.000 KTD dan KNC.

Page 35: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Sosialisasi

Menurut Vembriarto ( dalam Khairudin 2008,: 63), menyebutkan Sosialisasi

adalah sebuah proses belajar yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan,

mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan

masyarakatnya. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap ide-

ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku, dan standard tingkah laku dalam masyarakat di

mana ia hidup. Semua sifat kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu

disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan system dalam diri pribadinya.

Menurut Jaeger ( dalam Sunarti Kamanto 2000,: 33), Membagi dua pola sosialisasi

antara lain; Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan

hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada

penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Dalam pola sosialisasi represif, juga

menekanan pada kepatuhan karyawan dalam melakukan pekerjaan. Penekanan pada

komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah; penekanan titik berat

sosialisasi terletak pada pimpinan dan keinginan karyawan untuk berubah, dan peran

seluruh karyawan sebagai significant other. Sedangkan dalam Pola Sosialisasi yang

partisipatoris (participatory socialization), merupakan pola di mana karyawan diberi

imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik.

Menurut tahapannya sosialisasi oleh dibedakan Berger dan Luckman (Soe’oed

dalam ihromi, 1999: 32), menjadi dua tahap yakni:

1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil,

melalui mana ia menjadi anggota masyarakat; dalam tahap ini proses sosialisasi

primer membentuk kepribadian anak kedalam dunia umum, dan keluargalah

yang berperan sebagai agen sosialisasi.

2. Sosialisasi sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan

individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif

masyarakatnya; dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada terwujudnya

sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus); dan dalam hal ini yang

menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan.

Page 36: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Root Cause Analysis (RCA)

2.6.1 Definisi RCA

Root Cause Analysis adalah proses terstruktur yang membantu dalam

mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari atau penyebab dari suatu

peristiwa yang merugikan atau nyaris cedera. Memahami faktor atau penyebab

dari kegagalan system dapat membantu mengembangkan tindakan yang dapat

mencegah terjadinya kesalahan. RCA merupakan suatu analisis sistematis dari

semua faktor yang mempengaruhi atau memiliki potensi untuk mencegah suatu

kesalahan. Metode ini dapat diaplikasikan untuk insiden berbahaya kepada

pasien yang sifatnya dapat dihindari, atau dalam KNC, dimana merupakan suatu

kejadian yang menempatkan pasien pada risiko berbahaya (WHO, 2008). RCA

adalah suatu metode yang digunakan untuk menunjukkan sebuah masalah atau

ketidaksesuaian, agar mendapatkan akar penyebab dari suatu masalah. RCA ini

digunakan sehingga dapat mengoreksi atau mengeliminasi penyebab suatu

masalah, dan mencegahnya agar tidak terulang kembali (Quality Management

and Training, 2008).

2.6.2. Alat dan Teknik RCA

Teknik RCA Menurut Quality Management and Training, terdapat

beberapa

alat dan teknik yang digunakan untuk melakukan RCA, yang diantaranya :

a. 5-Mengapa (Gemba Gembutsu)

5-Mengapa kadang-kadang disebut sebagai Gemba

Gembutsu, dimana artinya adalah tempat dan informasi dalam

bahasa Jepang. 5-Mengapa biasanya mengacu pada praktik

bertanya sebanyak 5 kali, mengapa kegagalan telah terjadi, agar

mendapatkan akar penyebab dari suatu masalah. 5-Mengapa

digunakan untuk menyelesaikan metode RCA yang sederhana.

Page 37: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Analisis Pareto

Analisis Pareto merupakan teknik mudah yang digunakan

untuk membantu memilih perubahan yang paling efektif. Analisis

pareto merupakan teknik formal untuk menemukan perubahan

yang akan menghasilkan keuntungan yang besar. Sebagai contoh,

suatu produsen mungkin ingin menyusun mengapa konsumen

tidak lagi memilihnya sebagai supplier.

c. Diagram Tulang Ikan (Fishbone)

Diagram fishbone merupakan teknik yang sangat berguna

untuk RCA yang lebih kompleks. Tipe diagram ini

mengidentifikasikan semua proses dan faktor potensial yang

berkontribusi pada suatu masalah.

Gambar 2.2: Model Diagram Fisbone

d. Brainstorming atau Wawancara

Kebanyakan orang familiar dengan teknik brainstorming

atau wawancara. Kumpulkan semua ide sebanyak mungkin dari

semua partisipan tanpa adanya kritik atau penghakiman ketika

partisipan menyampaikan idenya.

e. Analisis Proses, Pemetaan dan Flow Chart

Flowchart mengatur informasi tentang sebuah proses secara

grafis sehingga terlihat jelas dampak yang akan muncul dalam

suatu proses.

Page 38: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

f. Pohon Kesalahan (Fault Tree)

Metode ini merupakan teknik grafis yang menyediakan

deskripsi sistemik pada kombinasi kejadian yang mungkin dalam

suatu sistem, yang dapat mengakibatkan hasil yang tak

diinginkan. Metode ini dapat mengombinasikan kegagalan sistem

dan manusia.

g. Lembar Pengecekan (Check Sheets)

Teknik ini sederhananya digunakan untuk mengumpulkan dan

merekam data.Data yang dihasilkan biasanya numerik, tetapi bisa

juga digunakan untuk tujuan lain, seperti membuat daftar

pertanyaan audit dan merekam jawabannya.

Page 39: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN KATEGORISASI KNC

3.1 Kerangka Konsep

Menurut Wehrli, G., Nyquist, J.G. (2003) banyak setrategi tehnik yang

digunakan untuk menyampaikan sosialisasi dengan berbagai macam tehnik.

Proses sosialisai dengan menggunakan berbagai media, baik berupa media

komunikasi seperti brosur, poster, leaflet, spanduk, dan baliho, maupun melalui

media elektronik, seperti internet,cakram optik (compact disk atau DVD), radio

dan televisi. Berikut tehnik dan media yang digunakan untuk menyampaikan

sosialisasi.

Intervensi

sosialisasi

Brain storming

Diskusi terarah

Belajar mandiri

persentase

Kesadaran diri

Tehnik yang digunakan

Media yang digunakan

lefleat

sepanduk

billboard

Media

elektronik

Media cetak

Gambar 3.1 : kerangka konsep intervensi sosialisasi

Page 40: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC

Definisi operasional mendefinisikan variable secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Alimul Hidayat, 2007). Kategorisasi KNC dapat ditentukan bila telah

terjadi insiden KNC lebih dari 0%, dengan kata lain bila hasil persentase suatu

variabel adalah 0%, maka tidak termasuk KNC, dan melihat apakah terjadi

penurunan KNC setelah dilakukan intervensi sosialisasi, bila hasil KNC menurun

maka intervensi sosialisasi dapat mempengaruhi penurunan KNC. Definisi

operasional dan kategorisasi KNC pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.

Page 41: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC

No. Variabel Parameter yang

diamati

Definisi operasional Alat

penilaian

Cara

penilaian

Hasil penilaian Kategorisasi

KNC

1. Peresepan

obat

a. Ketidaklengkapan

resep

Tidak lengkap

secara administrasi

Tidak lengkap

secara farmasetik.

Tidak lengkap

secara klinis.

Perintah

pengobatan tidak

terbaca

Ketidaklengkapan resep

adalah aspek-aspek yang

seharusnya ada di dalam

resep, tetapi tidak diisi

lengkap oleh penulis

resep. Lengkap secara

administrasi meliputi

data pasien (nama, tgl

lahir, alamat/nomor

telepon, dan nomor

rekam medik pasien dan

paraf dokter). Lengkap

secara farmasetik

meliputi bentuk sediaan

dan ketercampuran obat.

Lengkap secara klinis,

meliputi (nama, dosis,

signa, dan frekuensi

pemberian obat).

Lembar

rekapitulasi

KNC yang

memuat

semua

variable-

variabel yang

diamati.

Menuliskan

setiap insiden

KNC yang

terjadi pada

tahap

peresepan

obat di

lembar

rekapitulasi

KNC

Didapatkan hasil

persentase KNC

terhadap total

sampel dan

dilakukan penilaian

upaya – upaya

menggunakan

diagram fishbone.

Bila hasil

persentase

>0% = KNC

b. Ketidaktepatan

nama, dosis, aturan

pakai, dan bentuk

sediaan obat.

Nama obat, dosis, aturan

pakai, dan bentuk

sediaan obat tercantum di

resep, akan tetapi aturan

yang dianjurkan tidak

tepat.

Lembar

rekapitulasi

KNC yang

memuat

semua

variabel-

variabel yang

Menuliskan

setiap insiden

yang terjadi

pada tahap

peresepan

obat di

lembar

Didapatkan hasil

persentase KNC

terhadap total

sampel dan

dilakukan penilaian

upaya – upaya

perbaikan

Bila hasil

persentase

>0% = KNC

Page 42: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diamati. rekapitulasi

KNC

menggunakan

diagram fishbone.

c. Perintah

pengobatan yang

tidak terbaca

Segala sesuatu yang

diperintahkan di resep,

seperti nama, dosis, rute

pemberian, dan aturan

pakai tidak tertulis jelas

atau menggunakan

singkatan yang tidak

lazim sehingga

membingungkan

apoteker.

Lembar

rekapitulasi

KNC yang

memuat

semua

variabel-

variabel yang

diamati.

Menuliskan

setiap insiden

yang terjadi

pada tahap

peresepan

obat di

lembar

rekapitulasi

KNC

Didapatkan hasil

persentase KNC

terhadap total

sampel dan

dilakukan penilaian

upaya – upaya

perbaikan

menggunakan

diagram fishbone.

Bila hasil

persentase

>0% = KNC

2. Penyiapan

obat

a. Kesalahan dalam

mengambil dan

meracik obat

Terjadinya kesalahan

dalam proses mengambil

dan meracik obat, seperti

melakukan teknik

peracikan yang tidak

benar, menyiapkan dan

meracik obat di tempat

yang banyak gangguan

(interupsi, cahaya

kurang, bising, terlalu

panas atau dingin).

Lembar

rekapitulasi

KNC yang

memuat

semua

variabel-

variabel yang

diamati.

Menuliskan

setiap insiden

yang terjadi

pada tahap

penyiapan

obat di

lembar

rekapitulasi

KNC

Didapatkan hasil

persentase KNC

terhadap total

sampel dan

dilakukan analisis

data menggunakan

Paired T- test untuk

melihat pengaruh

sebelum dan

sesudah dilakukan

intervensi

sosialisasi .

Bila hasil

persentase

>0% = KNC

Bila hasil

P<0,05 ada

perubahan,

bila >0,05

tidak ada

perubahan.

b. Kesalahan dalam

menyimpan obat

Kesalahan dalam

menyimpan obat yang

meliputi penyimpanan

obat tanpa identitas yang

jelas, susunan obat yang

membingungkan,

penyimpanan obat look-

Lembar

rekapitulasi

KNC yang

memuat

semua

variabel-

variabel yang

Menuliskan

setiap insiden

yang terjadi

pada tahap

penyiapan

obat di

lembar

Didapatkan hasil

persentase KNC

terhadap total

sampel dan

dilakukan analisis

data menggunakan

Paired T- test untuk

Bila hasil

persentase

>0% = KNC

Bila hasil

P<0,05 ada

perubahan,

Page 43: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

alike-sounds-alike

(LASA) yang berdekatan,

dan menyimpan obat

kadaluwarsa.

diamati. rekapitulasi

KNC

melihat pengaruh

sebelum dan

sesudah dilakukan

intervensi

sosialisasi .

bila >0,05

tidak ada

perubahan.

c. Ketidaklengkapan

dalam pemberian

label atau etiket

Tidak terisi lengkapnya

komponen etiket dan

tidak sesuai dengan

perintah atau aturan

pakai yang memadai.

Lembar

rekapitulasi

KNC yang

memuat

semua

variabel-

variabel yang

diamati.

Menuliskan

setiap insiden

yang terjadi

pada tahap

penyiapan

obat di

lembar

rekapitulasi

KNC

Didapatkan hasil

persentase KNC

terhadap total

sampel dan

dilakukan analisis

data menggunakan

Paired T- test untuk

melihat pengaruh

sebelum dan

sesudah dilakukan

intervensi

sosialisasi .

Bila hasil

persentase

>0% = KNC

Bila hasil

P<0,05 ada

perubahan,

bila >0,05

tidak ada

perubahan.

d. Ketidaktersediaan

obat di apotek

Tidak tersedianya obat-

obat yang dicover BPJS

atau obat yang dibeli

mandiri oleh pasien di

apotek yang sesuai

dengan resep dan

formularium rumah sakit

atau kosongnya stok obat

yang diminta oleh

penulis resep.

Lembar

rekapitulasi

KNC yang

memuat

semua

variabel-

variabel yang

diamati.

Menuliskan

setiap insiden

yang terjadi

pada tahap

penyiapan

obat di

lembar

rekapitulasi

KNC

Didapatkan hasil

persentase KNC

terhadap total

sampel dan

dilakukan analisis

data menggunakan

Paired T- test untuk

melihat pengaruh

sebelum dan

sesudah dilakukan

intervensi

sosialisasi .

Bila hasil

persentase

>0% = KNC

Bila hasil

P<0,05 ada

perubahan,

bila >0,05

tidak ada

perubahan.

3. Pemberian

obat

a. Tidak adanya

pemberian

Tidak dilakukannya

tindakan edukasi atau

Lembar

rekapitulasi

Menuliskan

setiap insiden

Didapatkan hasil

persentase KNC

Bila hasil

persentase

Page 44: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

informasi terkait

obat kepada pasien.

pemberian informasi

terkait obat kepada

pasien pada saat

penyerahan obat.

Informasi obat kepada

pasien, sekurang-

kurangnya meliputi

nama, indikasi, dosis,

frekuensi pemberian,

cara pemakaian obat, dan

instruksi tertentu (misal,

antibiotik harus

dihabiskan).

KNC yang

memuat

semua

variabel-

variabel yang

diamati.

yang terjadi

pada tahap

pemberian

obat di

lembar

rekapitulasi

KNC

terhadap total

sampel dan

dilakukan analisis

data menggunakan

Paired T- test untuk

melihat pengaruh

sebelum dan

sesudah dilakukan

intervensi

sosialisasi .

>0% = KNC

Bila hasil

P<0,05 ada

perubahan,

bila >0,05

tidak ada

perubahan.

Page 45: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit TNI AL Dr.

Mintohardjo yang beralamat di Jl. Bendungan Hilir No 17 Jakarta Pusat 10210 dan

waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan April sampai Mei 2016, pada pukul

10.00 – 14.00 WIB.

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasi Eskperimen pre dan post

sosialisasi yang dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan analisis

statistik parametik dengan menggunakan metode Paired T-test. Penelitian ini

bersifat prospektif dengan melakukan evaluasi terhadap KNC di apotek rawat

jalan pada April – Mei 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian adalah seluruh resep

yang masuk pada pasien rawat jalan yang masuk ke Apotek rawat jalan Rumah

Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo.

4.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan semua resep

rawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian yang terdapat di

Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo pada April – Mei

2016, pada pukul 10.00 – 14.00 WIB.

Page 46: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

4.4.1 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh resep

yang masuk ke apotek dan yang mengalami KNC di apotek rawat jalan Rumah

Sakit TNI AL Dr.Mintohardjo pada jam 10.00 – 14.00 pada bulan April-Mei

2016.

4.4.2 Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah resep-resep yang tidak

mengalami KNC dan resep obat yang masuk diluar jam 10.00-14.00.

4.5 Prosedur Penelitian

Terdapat tiga tahapan penelitian yang dilakukan, yaitu tahap

perencanaan, pengumpulan data, dan pengolahan data.

4.5.1. Tahap perencanaan dan persiapan

Tahap perencanaan dimulai dengan penentuan masalah yang akan

diteliti. Di dalam penentuan masalah ditetapkan masalah yang akan

diteliti, dalam hal ini tingkat pencegahan KNC pada peresepan,

penyiapan dan pemberian obat. Tahap persiapan dimulai dengan

membuat dan menyerahkan surat permohonan izin pelaksanaan

penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta kepada Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo.

4.5.2 Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi langsung

seluruh resep yang masuk di Apotek rawat jalan dan melakukan

intervensi sosialisasi KNC di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo

pada bulan April – Mei 2016. Adapun rincian dari variabel-variabel

penelitian tertera pada tabel 4.1 berikut.

Page 47: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.1 : Rincian variabel penelitian

Variabel Aspek-aspek yang diamati

Peresepan Obat 1. Kelengkapan resep

Lengkap secara administrasi (data pasien, paraf dokter,

legalitas narkotik dan kesesuaian dengan formularium)

Lengkap secara farmasetik (bentuk sediaan dan

ketercampuran obat).

Lengkap secara klinis (nama obat, dosis, signa, rute

pemberian, frekuensi pemberian dan interaksi obat).

2. Dosis dan jumlah tidak tepat

3. Resep atau perintah pengobatan yang tidak terbaca

Penyiapan Obat 1. Salah mengambil obat dan meracik obat

Mengambil obat dalam banyak wadah sekaligus

Melakukan aturan peracikan yang tidak benar

Menyiapkan dan meracik obat di tempat yang banyak

gangguan (cahaya kurang, bising, ruang peracikan

yang terlalu sempit).

2. Salah dalam penyimpanan obat

Penyimpanan obat tanpa identitas yang jelas

Susunan obat yang membingungkan

Penyimpanan obat LASA yang berdekatan

Menyimpan obat kadaluwarsa.

3. Salah dalam pemberian label atau etiket

Memberi etiket yang tidak sesuai dengan perintah atau

aturan pakai yang memadai

Pemberian Obat 1. Pemberian informasi terkait obat yang tidak benar,

tidak jelas, dan ada informasi yang tertinggal.

Informasi obat kepada pasien, sekurang-kurangnya

meliputi aturan pakai obat, interaksi obat, baik itu

interaksi obat-obat maupun interaksi obat-makanan,

penyimpanan obat, efek samping obat, dan jangka

waktu pengobatan

2. Pemberian obat tidak lengkap , dimana pasien tidak

menerima obat sesuai permintaan dokter. Sehingga

pasien tidak meminum obat.

Proses pengambilan data dilakukan dengan mengamati alur

penyiapan, melakukan pengecekan obat sebelum diberikan kepada pasien

dan melakukan pemberian obat kepada pasien serta mencatat semua tipe

KNC kedalam formulir yang telah dibuat.

Page 48: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5.3 Tahap melakukan intervensi sosialisasi

Intervensi sosialisasi dilakukan dengan melakukan penyuluhan hasil

sosialisasi KNC yang sudah dilakukan pengamatan selama bulan April,

sosialisasi dilakukan pada tanggal 4 Mei 2016, intervensi hanya

dilakukan pada tahap penyiapan dan pemberian obat. Yang nantinya

akan dilakukan penelitian kembali dibulan Mei sebagai pembanding

untuk melihat dampak hasil intervensi sosialisasi.

4.5.4 Tahap manajemen data

Manajemen data dilakukan dengan cara mentranskrip data yang telah

didapat menjadi data rekapitulasi KNC yang dikumpulkan ke dalam

komputer.

4.6. Alat Pengumpulan Data

Alat yang dipakai dalam pengumpulan data ini adalah lembar kerja

insiden KNC yang dipakai untuk memperoleh data seluruh variabel penelitian

dan seluruh resep yang masuk ke apotek rawat jalan di Rumah Sakit TNI AL Dr.

Mintohardjo yang dibantu dengan alat tulis dan alat-alat yang digunakan untuk

mendokumentasikan penelitian, seperti foto dan lain-lain. Data yang

dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari seluruh resep rawat

jalan yang masuk di apotek rawat jalan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo

pada bulan April-Mei 2016.

4.7. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Editing data

Editing data merupakan kegiatan pengecekan laporan KNC

apakah data yang didapat sudah lengkap dan jelas. Apabila data yang

didapat masih memiliki kekurangan, maka dapat segera dilengkapi.

b. Coding data

Coding data merupakan kegiatan merekapitulasi data KNC yang

masih berbentuk huruf menjadi sebuah data yang berbentuk angka atau

Page 49: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bilangan agar lebih mudah diinterprestasikan. Data KNC yang telah

berbentuk angka atau bilangan tersebut selanjutnya dikelompokkan ke

masing-masing tahap peresepan, penyiapan dan pemberian obat.

c. Entry data

Entry data merupakan kegiatan memproses data yang telah

dikelompokkan sebelumnya. Rekapitulasi data KNC tersebut selanjutnya

diinput ke dalam komputer untuk melihat persentase KNC pada proses

peresepan, penyiapan dan pemberian obat yang telah diamati.

d. Tabulasi

Peroses penempatan data kedalam bentuk tabel yang telah doberi

kode sesuai dengan kebutuhan analisa. Penelitian memasukkan data yang

telah dilakukan proses coding kedalam Microsoft Excel dalam bentuk

tabel.

e. Cleaning data

Data yang telah diinput ke dalam komputer selanjutnya diperiksa

kembali untuk memastikan bahwa data sudah bersih dari kesalahan dan

siap untuk dianalisis.

f. Analisis Data

Analisis data kualitatif menggunakan Microsoft Excel untuk

mendeskripsikan secara objektif dan memaparkan fenomena yang terjadi

dengan bantuan table atau gambar. Kemudian dilanjutkan dengan

pengolahan data penyiapan dan pemberian obat (data yang mengalami

intervensi) menggunakanan analisa statistik parametik SPSS dengan

menggunakan metode Paired T-test.

Fishbone diagram merupakan alat visual untuk mengidentifikasi,

mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua

penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Konsep dasar

dari fishbone diagram adalah permasalahan mendasar diletakkan pada

bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang

ikannya (scarvada, 2004)

Page 50: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.8. Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan

program Statistical Package for the Social Science (SPSS) 16.0. Confidance Interval

(CI) yang digunakan sebesar 95% dengan nila α = 0,05. Pengolahan data yang

dilakukan meliputi:

4.7.1 Analisa Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang digunakan untuk

menganalisis setiap variabel yang ada secara deskriptif (Notoatmojo,

2003). Adapun penerapan analisa univariat pada penelitian ini adalah

analisa KNC pelayanan kefarmasian pada tahap peresepan, penyiapan,

dan pemberian obat yang didapat dari hasil observasi KNC yang masuk

pada bulan April – Mei 2016 di Rumkital Dr. Mintohardjo. Analisa yang

dilakukan didasarkan dari pengamatan satu persatu dan pencatatan semua

tipe KNC di formulir yang telah dibuat.

4.7.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan/berkolerasi. Analisa data sampel

menggunakan analisis statistik parametik dengan menggunakan metode

Paired T-test. Sampel yang diuji adalah sampel sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi sosialisasi yaitu pada tahap penyiapan dan

pemberian obat. Paired T-test adalah uji yang digunakan untuk

menentukan apakah ada perbedaan rata – rata dua sampel yang

berpasangan, sampel berpasangan merupakan sampel dengan subjek

yang sama, tetapi mendapat dua perlakuan atau pengukuran yang

berbeda. Cara mengambil keputusannya adalah melihat nilai korelasi (r)

pada kolom Paired Sampels Correlations dan nilai Sig.(2-tailed) dan

nilai uji t pada kolom Paired Sampels Test dari hasil SPSS Statistic 16.0.

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

H0 : tidak ada perbedaan nilai sesudah dan sebelum dilakukan

sosialisasi

H1 : ada perbedaan nilai sesudah dab sebelum dilakukan sosialisasi

Page 51: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nilai Sig (2-tailed) adalah kesimpulan taraf signifikan, nilai

signinifikansi kepercayaan 95% sebagai berikut:

a. singnifikansi: P < 0,05 ada perbedaan, berarti H0 ditotak

b.singnifikansi: P > 0,05 tidak ada perbedaan, berarti H0 diterima

Uji Paired T-test digunakan untuk menganalisa univariat untuk

mengetahui hubungan kolerasi dan kekuatan sampel berpasangan dan

melihat apakah ada perbedaan sesusah dan sebelum dilakuakn interpensi

disalah satu sampel berpasangan (Widiarso,2014)

Page 52: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

37

UIN SyarifHidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang KNC pelayana kefarmasian ini dilakukan

terhadap total sampel resep rawat jalan di Rumah Sakit TNI AL Dr.

Mintohardjo pada bulan April dan Mei dengan mengamati semua KNC

pelayanan kefarmasian peresepan, penyiapan dan pemberian obat. Dalam

pengkajian KNC Pelayanan Kefarmasian ini mengacu kepada Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1691/Menkes/PER/VII/2011 tentang Keselamatan Pasien dan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan keputusan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004.

Melalui hasil pengamatan resep rawat jalan pada bulan April – Mei 2016

masih banyak yang mengalami KNC pelayanan kefarmasian setiap

harinya, dapat dilihat ditabel 2 .

Tabel 5.1 Data KNC pelayanan kefarmasian April – Mei 2016

Jumlah Bulan April Bulan Mei

Resep 3512 resep 4112 resep

KNC 1359 resep 1182 resep

5.1.1 Analisis KNC Pelayanan Kefarmasian pada bulan April

Berdasarkan hasil pengamatan pada tahap peresepan obat

meliputi data pasien, bentuk sediaan,nama, signa,rute pemberian, dosis

dan jumlah obat, perintah pengobatan yang tidak terbaca. Penyiapan obat

meliputi salah mengambil dan menyiapkan obat, ketidaklengkapan

pemberian etiket, obat tidak tersedia di apotek dan tahap terakhir

pemberian obat meliputi pemberian informasi tidak tepat. Data KNC

Pelayanan Kefarmasian tersebut dapat dilihat pada table 2

Page 53: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

38

UIN SyarifHidayatullah Jakarta

Tabel 5.2 Hasil KNC Pelayanan Kefarmasian bulan April dan Mei 2016

Berdasarkan table 5.2, dapat diketahui hasil analisis KNC

Pelayana Kefarmasian terbanyak pada bulan April dan Mei yaitu pada

penyiapan obat sebesar 33,34% (1171 KNC) pada bulan april dan terjadi

penurunan pada bulan Mei menjadi 20,23% (823 KNC), dimana pada

tahapan penyiapan obat yang terbanyak mencakup; penulisan etiket tidak

lengkap yaitu 20,52% (721 KNC) pada bulan April dan terjadi

penurunan menjadi 11,13% (458%) pada bulan Mei, meliputi tidak

dituliskannya aturan pakai, nama, jenis sediaan, dosis, expired date obat

dan penulisan habiskan pada obat antibiotik. Obat tidak ada di apotek

pada bulan April 12,58% (442 KNC) terjadi penurunan pada bulan Mei

menjadi 8,97% (368 KNC) meliputi obat - obat seperti Aspirin,

Rifampisin, Isoniazid, Neurodex, Cendo Xytrol, Cendo Lyters,

Tobrosom, ISDN, dll.

KNC pelayanan kefarmasian terbanyak kedua peresepan obat

pada bulan April sebesar 15,97% (561 KNC) terjadi penurunan pada

bulan Mei menjadi 15,24% (627 KNC), dimana pada tahapan ini yang

No.

Kelengkapan Resep

Jumlah resep yang mengalami KNC

APRIL (%) MEI (%)

1.

Peresepan

561 (15,97)

627 (15,24)

Nama Pasien 17 (0,48) 8 (0,19)

No rekamedik 493 (14,03) 593 (14,42)

Bentuk sediaan 5 (0,14) 2 (0,04)

Nama obat 7 (0,19) 4 (0,09)

Signa 9 (0,25) 7 (0,17)

Rute pemberian 5 (0,14) 0 (0)

Dosis dan jumlah obat tidak tepat 17 (0,48) 11 (0,26)

Perintah pengobatan tidak terbaca 8 (0,22) 2 (0,04) 2. Penyiapan obat 1171 (33,34) 832 (20,23)

Salah mengambil dan meyiapkan obat 8 (0,22) 5 (0,12)

penulisan etiket tidak lengkap 721 (20,52) 458 (11,13)

obat tidak tersedia di apotek 442 (12,58) 369 (8,97)

3. Pemberian obat 0 (0,0) 0 (0)

Pemberian informasi tidak tepat 0 (0,0) 0 (0,0)

Page 54: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

39

UIN SyarifHidayatullah Jakarta

tidak menuliskan Nomor rekam medik pada bulan April yaitu 14,03%

(493 KNC) terjadi peningkatan KNC pada bulan Mei menjadi 14,42%

(593 KNC), tidak dituliskan nama pasien yaitu 0,48% (17 KNC) pada

bulan April sedangkan pada bulan Mei menurun menjadi 0,19% (8

KNC).

Analisis KNC pelayanan kefarmasian selanjutnya adalah melihat

apakah terdapat perubahan tingkat KNC pelayanan kefarmasian setelah

dilakukan sosialisasi hasil KNC pada bulan April dan dampak negatif

jika teradinya KNC kepada pasien, analisi KNC pelayana kefarmasian

akan dianalisis menggunakan statistik parametik dengan bantuan

program Statistical Package for the Social Science (SPSS) 16.0. yaitu

metode Paired T-Test yang bertujuan untuk menentukan apakah ada

perbedaan rata – rata dua sampel yang berpasangan, sampel berpasangan

merupakan sampel dengan subjek yang sama, tetapi mendapat dua

perlakuan atau pengukuran yang berbeda.

5.1.2 Analisis KNC Pelayanan Kefarmasian menggunakan Paired T-test

Pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap gambaran apakah

terdapat perubahan tingkatan KNC pelayanan kefarmasian sebelum dan

sesudah dilakukannya sosialisasi serta korelasi antara kedua sampel yang

digunakan.

Tabel 5.3 Statistik sampel paired T-test

Tabel 5.3, menunjukkan bahwa rata-rata KNC pada sebelum dan

sesudah terjadi penurunan angka. Yang berarti terjadi penurunan KNC

sebelum dilakukan sosialisasi rata-rata KNC pada bulan April sebanyak

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 APRIL 292.75 4 352.353 176.177

MEI 208.00 4 240.065 120.033

Page 55: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

40

UIN SyarifHidayatullah Jakarta

4,1025 KNC dan setelah sosialisasi pada bulan Mei menurun menjadi

2,9525 KNC, dilihat dari hasil rata - rata tabel 5.3.

Tabel 5.4 Korelasi sampel paired T-test

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 APRIL & MEI 4 .984 0.016

Tabel 5.4, menunjukkan hasil analisa hubungan antara jumlah

sebelum dan sesudah dilakukannya sosialisasi menggunakan uji Paired

T-Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

jumlah sebelum dan sesudah dilakukanya sosialisasi dengan signifikansi

sebesar 0,016 (sigvalue <0,05). Berdasarkan nilai korelasi(r) didapatkan

0,984 jika r2

maka akan menunjukkan pengaruh sosialisasi terhadap

perubahan KNC pelayanan kefarmasian. Pengaruh sosialisasi untuk

pencegahan KNC sebanyak 96,82%, disebabkan faktor lain sebanyak

3,4%.

Tabel 5.5 Nilai hasil sampel paired T-test

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

SEBELUM DAN

SESUDAH

84.750 123.527 61.763 -111.809

281.3

09 1.372 3 0.264

Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisis perhitungan sebelum dan

sesudah dilakukanya sosialisasi, sebelum sosialisasi lebih banyak terjadi

KNC Pelayanan Kefarmasian jika dibandingkan dengan sesudah

sosialisasi, dapat dibuktikan dengan nilai t tabel 1.372. Singnifikansi

0,264 (sigvalue >0,05), berdasarkan nilai signifikansi terjadi penurunan

Page 56: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

41

UIN SyarifHidayatullah Jakarta

KNC Pelayanan Kefarmasian tetapi tidak terjadi perubahan yang

singnifikan. Sehingga sosialisasi dapat menurunkan KNC tetapi tidak

signifikan.

Page 57: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.1 Diagram hasil analisi univariat KNC pelayana kefarmasian April dan Mei 2016 di RS TNI AL Dr.Mintoharjo

nama pasien

No rekamedik

bentuk sediaan

nama obat

signa obat

rute pemberian

dosis dan jumlah obat tidak tepat

perintah pengobatan tidak terbaca

salah menyiapkan obat

penulisan etiket tidak jelas

obat tidak tersedia

pemberian informasi

0.48%

14.03%

0.14%

0.19%

0.25%

0.14%

0.48%

0.22%

0.22%

20.52%

12.58%

0.00%

0.19%

14.42%

0.04%

0.09%

0.17%

0.00%

0.26%

0.04%

0.12%

11.13%

8.97%

0.00%

Data KNC Pelayanan Kefarmasian bulan April dan Mei 2016

APRIL MEI

Page 58: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.2 PEMBAHASAN PENELITIAN

5.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian tentang analisa KNC pelayana kefarmasian ini dilakukan

di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo

menggunakan lembar resep periode bulan April dan Mei 2016, sampel

yang didapatkan selama pengamatan menggunakan teknik total sampling

sebanyak 7624 lembar resep, dan 2541 lembar resep yang mengalami

KNC yaitu peresepan sebanyak 1118 KNC, penyiapan 2003 KNC dan

pemberian obat tidak terjadi KNC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

masih banyak KNC pada peresepan obat dan penyiapan obat.

Alur perjalanan resep di apotek rawat jalan Rumah Sakit TNI AL

Dr. Mintohardjo, yakni pasien bertemu dengan dokter, Kemudian dokter

akan menentukan anamnesis, diagnosis, serta terapi. Lalu dokter akan

menulis resep dan pada penulisan resep tersebut bisa terjadi kesalahan

dalam peresepan obat. Selanjutnya pasien akan menyerahkan resep

tersebut kepada petugas transkrip resep yang ada di apotek dan pasien

akan menerima nomor antrian. Resep akan diterima oleh apoteker yang

nantinya pada penerjemahan atau intervensi resep tersebut bisa terjadi

kesalahan dalam menerjemahkan resep. Setelah itu apoteker akan

menyiapkan , meracik, dan memberikan obat kepada pasien. Pada proses

tersebut bisa terjadi kesalahan dalam penyiapan obat dan pemberian obat.

Dari resep resep tersebut dinilai berdasarkan formulir KNC yang telah

dibuat oleh peneliti. Pada penelitian ini peneliti menilai 3 tahap pada

KNC pelayanan kefarmasian, yakni pada tahap peresepan, penyiapan dan

pemberian obat.

Page 59: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.2.1.1 Analisis KNC Pelayanan Kefarmasian pada tahap Peresepan obat

Pada tabel 3 diketahui hasil dari analisa KNC pada bula April.

Untuk KNC peresepan obat sebesar 15,97% KNC, dimana

ketidaklengkapan data pasien tersebut cukup tinggi yaitu 14,51% dari

15,97%. Sedangkan bulan Mei KNC pelayana kefarmasian pada

peresepan obat sebesar 15,24% KNC, dimana mencakup;

ketidaklengkapan data pasien tersebut cukup tinggi yaitu 14,61% dari

15,24%.

Hasil ketidaklengkapan data pasien ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Prawitosari (2009) yang mendapatkan hasil

ketidaklengkapan penulisan data pasien sebanyak 39% umur pasien,

36,4% alamat pasien dan 2,6% nama pasien. Data pasien dalam

penulisan resep cukup penting, karena hal ini sangat diperlukan dalam

proses pelayanan peresepan sebagai pembeda ketika ada nama pasien

yang sama agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien.

Seperti contohnya umur dan nomor rekam medis pasien sangatlah

penting dan harus dicantumkan dalam resep. Bentuk ketidaklengkapan

data pasien dalam resep yang diamati ini beragam, yaitu karena tidak

dituliskannya nama pasien, tanggal lahir atau umur pasien, alamat,

nomor rekam medis pasien, atau bahkan tidak dicantumkan keseluruhan.

Seperti data pasien yang tidaklengkap hal ini menyebabkan

adanya hambatan ketika resep tersebut akan diberikan kepada pasien.

Tulisan tangan yang tidak jelas, nama obat yang membingungkan dapat

mengakibatkan kesalahan pengambilan obat sehingga berakibat fatal

bagi pasien bila sampai pada tahap pemberian obat, karena yang

diberikan tidak sesuai dengan penyakitnya. Frekuensi pemberian obat

yang tidak jelas sehingga aturan obat yang diberikan melenceng dari jam

dan waktu yang seharusnya. Penulisan signa obat yang tidak jelas,

pemberian bentuk sediaan obat yang tidak tepat, jumlah obat yang tidak

tepat sehingga dapat mengakibatkan kegagalan terapi pada saat

penggunaan obat oleh pasien. Penulisan etiket tidak lengkap akan

Page 60: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengurangi informasi cara pengunaan obat, ketepatan pelabelan obat

sangat erat dengan jaminan keamanan pasien dalam penggunaan obat.

Obat tidak tersedia di apotek sangat merugikan pasien yang

kemungkinan terlambat mendapatkan obat atau harus mencari diluar

apotek rumah sakit. Hal ini juga akan memberatkan pasien dari keluarga

yang tidak mampu (miskin) membeli obat.

Penulisan resep harus ditulis dengan benar dan jelas, jika resep

tidak terbaca dengan jelas akan berakibat fatal, karena akan

menimbulkan kesalahan pada tahap penerjemahan nama obat,

konsentrasi, dosis pemberian obat, durasi pemberian, rute pemberian,

bentuk sediaan, sehingga pada tahap penyiapan obat juga salah dalam

melakukan pelayanan kefarmasian yakni pada saat pengambilan obat

(jenis/konsentrasi berbeda). Dengan demikian kemungkinan terjadi KNC

menjadi lebih besar. Sehingga perlu dilakukan komfirmasi kepada dokter

mengenai resep yang dituliskan. Penulisan resep tidak jelas ini sesuai

dengan penelitian Susanti (2013) yang mendapatkan hasil 0,3%.

Penulisan nama obat sangat penting dalam resep agar ketika

dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan pemberian obat, karena

banyak obat yang tulisannya hampir sama atau penyebutannya sama.

Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga

terhindar dari kesalahan pemberian obat ini sesuai dengan peneilitian

Bilqis (2015) yang mendapatkan hasil 4,8%.

Penulisan signa obat sangat penting agar dalam proses pelayanan

tidak terjadi kekeliruan dalam pembacaan pemakaian obat, sehingga

pasien dapat meminum obat sesuai dengan cara dan aturan pemakaian.

Dengan demikian, seharusnya dokter menuliskan signa obat dengan jelas

sehingga terhindar dari kesalahan pemakaian obat. Hasil ketidakjelasan

penulisan signa obat ini sesuai dengan penelitian Bilqis (2015) yang

mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan signa obat sebanyak 3,8%.

Penulisan jumlah dan dosis obat obat harus ditulis dengan jelas

agar terhindar dari kesalahan pemberian jumlah dosis mengingat adanya

Page 61: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

obat-obat yang memiliki dosis lebih dari satu, dimana dosis obat itu

sendiri adalah jumlah atau ukuran yang diharapkan dapat menghasilkan

efek terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan. Namun

biasanya ada kesepakatan tidak tertulis dalam pelayanan obat tersebut

bahwa jika kekuatan obat tidak tertulis maka diberikan obat dengan

kekuatan kecil. Oleh karena itu, dosis sediaan harus ditulis dengan jelas

dan harus sesuai/tepat. Hasil ketidakjelasan penulisan kekuatan sediaan

obat ini sesuai dengan penelitian Bilqis (2015) yang mendapatkan hasil

ketidakjelasan penulisan kekuatan sediaan sebanyak 32,8%.

Untuk melakukan antisipasi kesalahan dalam peresepan obat

maka apoteker harus melakukan komfirmasi ulang mengenai penulisan

resep yang tidak lengkap dan jelas untuk menghindari kesalahan –

kesalahan dalam pelayanan kefarmasian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terjadi penurunan

persentase KNC Pelayanan Kefarmasian secara keseluruhan pada bulan

April dan Mei dapat dilihat pada tabel 3. Hal tersebut meliputi tidak

lengkap bentuk sedian,nama, signa, rute pemberian, dosis dan jumlah

obat, perintah pengobatan yang tidak terbaca, dan tidak ada nama pasien.

Terjadi peningkatan persentase KNC Pelayanan Kefarmasian pada

nomor rekamedik sebanyak 14,03% pada bulan april dan 14,42% pada

bulan Mei. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan teman sejawat

dokter dan perawat akan pentingnya penulisan nomer rekam medik pada

resep dan tidak dilakukan sosialisasi mengenai hasil penelitian peresepan

obat yang dilakukan pada bulan April, karena terbatasnya waktu yang

dimiliki peneliti.

Perlu dilakukan upaya – upaya perbaikan untuk mengurangi

kesalahan dalam penulisan resep. Adapun upaya yang diusulkan peneliti

sebagai berikut:

a. E- prescribing,Computerized Physician Order Entry (CPOE),

Sistem CPOE yang dilakukan sebagai berikut.

Page 62: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dokter memasukkan perintah resep pada komputer atau alat

lain secara langsung.

CPOE memastikan resep yang di input terbaca dan lengkap,

termasuk semua informasi yang diperlukan, seperti nama

obat, dosis, rute pemberian dan bentuk sediaan.

CPOE menyediakan aplikasi perhitungan dosis yang sesuai

dengan aturan.

Mengecek ketepatan obat sesuai riwayat penggunaan obat dan

hasil laboratorium pasien .

Adapun pihak – pihak yang terlibat dalam melaksanakan

upaya – upaya perbaikan ini meliputi petugas IT, dokter,

apoteker, dan asisten apoteker.

b. Electronic Prescription Record (EPR)

Sebuah rekam resep elektronik yang bekerja dengan cara:

Mengandung semua data legal yang diperlukan untuk diisi

yaitu nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, umur, tinggi

badan, berat badan, riwayat pengobatan serta biaya

pengobatan.

Apoteker menggunakan EPR sebagai alat untuk mengurangi

medication errors dengan cara memperhatikan interaksi,

duplikasi obat dan kontraindikasi.

c. Komponen pada resep sebaiknya ditambah dengan data berat

badan, usia, dan riwayat alergi pasien untuk mempermudah

apoteker dalam pengecekan atau penyesuaian obat dengan dosis

yang ditulis oleh dokter. Pihak yang terlibat antara lain seluruh

staf departemen farmasi, penanggung jawab apotek rumkital Dr.

Mintoharjo.

d. Untuk penulisan resep secara manual, sebaiknya ditulis secara

tepat, jelas dan terbaca. Pada hasil penelitian ini masih banyak

terdapat kesalahan dalam penulisan resep yang dilakukan oleh

dokter koas, sehingga dokter penanggung jawab harus melakukan

Page 63: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengecekan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada pasien.

Pihak yang terlibat untuk melaksanakan upaya – upaya tersebut

adalah dokter, dokter koas, dokter internship.

e. Ditambahkan tabel paraf pada setiap proses pelayan kefarmasian

(pengkajian dan klarifikasi, penyiapan obat, dispensing,

penyerahan informasi) seperti tabel di bawah ini.

Tahap1: Pengkajian dan klarifikasi (paraf dan nama petugas)

Tahap2: Pengambilan obat (paraf dan nama petugas)

Tahap3: Dispensing (paraf dan nama petugas)

Tahap4: Penyerahan dan informasi (paraf dan nama petugas)

Pihak yang terlibat untu melaksanakan upaya – upaya ini adalah

departemen farmasi, penanggung jawab apotek, dan seluruh staf yang

bekerja di setiap peroses pelayanaan kefarmasian.

5.2.1.2. Analisis KNC Pelayanan Kefarmasian pada tahap penyiapan obat

Pada tabel 3, dapat dilihat hasil analisis KNC Pelayana

Kefarmasian penyiapan obat pada bulan April sebesar 33,34%.

Sedangkan pada bulan Mei menurun menjadi 20,23%. Hasil kesalahan

dan ketidaklengkapan pada tahap penyiapan obat ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan karna et al (2013) yang mendapatkan hasil

kesalahan dalam penyiapan obat sebanyak 24,5%.

Pada tahap pengambilan dan penyiapan obat dibutuhkan

ketelitian dan ketepatan penglihatan pada rak obat yang tersedia. Salah

jenis atau konsentrasi obat terjadi dengan persentase yang sangat kecil,

hal itu disebabkan karena sudah masuk jam istirahat, menumpuknya

jumlah resep yang harus disiapkan dan penyusunan obat yang sudah

mulai tidak teratur. Penyusunan obat di apotek sudah sesuai dengan

aturan yaitu penyusunan menggunakan alfabeth sehingga lebih mudah

dalam mengambil dan untuk obat dengan nama yang mirip atau dengan

penampilan yang mirip diberi tanda peringatan LASA (look alike sound

alike) dan di beri jarak setiap obat yang LASA sehingga menambah

kewaspadaan dispenser dalam mengambil obat.

Page 64: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kemudian setelah selesai dilakukan penyiapan obat, transcriber

menulis etiket sesuai dengan permintaan resep, namun dalam menulis

etiket ada bebarapa kolom yang tidak diisi. Kolum yang sering tidak diisi

yaitu aturan pakai, dosisdan masa kedaluwarsa obat pada label item obat

yang diserahkan. Hal ini disebabkan karena pada saat jam makan siang,

resep yang masuk meningkat sehingga kurangnya proses control dan

ketidaktahuan petugas mengenai pentingnya aturan pakai obat. Menurut

WHO (1993) komponen informasi minimal yang harus tertera di dalam

label obat adalah : nama pasien, nama obat, tanggal obat diserahkan, dan

cara/aturan penggunaan obat. Informasi yang memadai merupakan hak

pasien, tentu saja ketepatan pelabelan obat sangat erat dengan jaminan

keamanan pasien dalam penggunaan obat. Informasi dan pelabelan yang

benar merupakan tanggung jawab pengelola instalasi farmasi rumah sakit

untuk menjamin keamanan pengunaan obat. Hasil ketidaklengkapan

pada tahap penulisan etiket ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Yuliastuti (2009) yang mendapatkan hasil 1,94%.

Pada penyiapan obat ini terdapat kekurangan ketersediaan obat di

apotek. Kurangnya obat ini bisa menganggu sistem kerja apoteker karena

harus melakukan penulisan bon obat dan melakukan pencarian obat di

apotek Yanmaksum sehingga pelayanan yang terjadi di apotek kurang

lancar, kemudian juga sangat merugikan pasien yang kemungkinan

terlambat mendapatkan obat atau harus mencari diluar apotek rumah

sakit. Hal ini juga akan memberatkan pasien dari keluarga yang tidak

mampu (miskin) membeli obat.

Untuk obat yang memiliki efek terapi,mungkin pasien akan

mengalami efek samping yang berbeda atau lebih parah, berbeda dengan

obat-obat suplemen,vitamin dan herbal, sehingga perlu diberikan obat

alternatif. Kekurangan obat dapat berpotensial menciptakan penundaan

atau pembatalan prosedur pengobatan dan akan memperpanjang masa

pengobatan pasien menjadi lebih lama sehingga jika pasien diberikan

obat alternatif mungkin pasien akan terpaksa membayar lebih lebih untuk

Page 65: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

obat alternatif yang diberikan. Pengubahan terapi atau penggunaan obat

alternatif yg tidak familiar mungkin bisa meningkatkan masalah pada

keselamatan pasien berdasarkan survei yang dilakukan oleh ISMP (Drug

Supplay Distribution, 2011). Kekurangan ketersediaan obat di apotek

sesuai dengan hasil penelitian Susanti (2013) yang mendaptkan hasil

0,6%.

Menurut Canadian Agency for Drugs and Technologies in

Health, penyebab dari ketiadaan stok obat disebabkan oleh adanya

masalah dalam bahan mentah obat, pada pabrik obat, Pedagang Besar

Farmasi (PBF) dan distributor, dan masalah regulasi. Di apotek rawat

jalan Rumkital Dr. Mintohardjo itu sendiri, sistematika pengadaan obat

dari rumah sakit ke bagian pengadaan yaitu apoteker penanggung jawab

gudang melihat kondisi stok obat di gudang, lalu dibuatkan perencanaan

kebutuhan dan pengadaan obat dan alat kesehatan yang sesuai dengan

epidemiologi, pemakaian di RS dan sisa stok di gudang.

Selanjutnya, dilaksanakan pemesanan obat-obatan dan alat

kesehatan dari bagiaan pengadaan ke pihak PBF atau distributor. Setelah

barang yang dipesan datang, maka dicek kembali apakah barang yang

tiba tersebut apakah sudah sesuai dengan surat pemesananan. Tingginya

persentase ketidaktersediaan obat di apotek rawat jalan Rumkital Dr.

Mintohardjo biasanya karena kondisi stok di PBF kosong, sehingga stok

di distributor pun juga belum ada penambahan stok dari PBF. Selain itu,

obat-obat BPJS sering ditemukan kosong di distributor karena distributor

itu sendiri tidak memiliki stok obat yang banyak dan obat-obatan serta

alat kesehatan diperebutkan oleh berbagai rumah sakit dan sarana

kesehatan lainnya. Selain dari PBF dan distributor, ketidaktersediaan

obat di apotek juga disebabkan oleh masalah finansial yang berasal dari

bagian keuangan Rumkital Dr. Mintohardjo. Rumkital Dr. Mintohardjo

merupakan rumah sakit pemerintah yang melayani BPJS, sehingga

biaya-biaya klaim dan dana-dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara

Page 66: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(APBN) Kesehatan sering tidak terbayarkan tepat waktu, sehingga

pembiayaan faktur obat-obat dan alat kesehatan pun menjadi terhambat.

Dampak dari ketidaktersediaan obat di apotek menurut Canadian

Agency for Drugs and Technologies in Health akan melibatkan pasien,

pelayanan kefarmasian dan dokter. Pada pasien, dampak yang akan

terjadi yakni untuk obat yang tidak memiliki terapi alternatif, maka

pasien diharuskan menebus obat pengganti, dalam hal ini obat paten,

yang mungkin harganya jauh lebih mahal sehingga pasien dipaksa untuk

membayar lebih dan tentu saja hal tersebut akan memberatkan pasien

dari keluarga yang kurang mampu. Untuk obat yang memiliki pilihan

terapi lain, pasien mungkin akan mengalami efek samping yang berbeda

atau efek obat yang tidak diinginkan.

Kekurangan obat di apotek disebabkan banyak hal dikarenakan

meningkatnya pasien, perhitungan stok yang tidak sesuai dengan catatan

baik manual maupun komputer, dokter yang membuat resep yang

tidaksesuai dengan formularium rumah sakit, terbatasnya dana dikarena

tidak sesuai dengan anggaran yang disediakan, kosongnya obat di pabrik,

administrasi pembayaran yang membutuhkan proses lama.

Untuk melakukan antisipasi kesalahan dalam penyiapan obat

maka apoteker harus melakukan pengecekan kembali obat dan

disesuaikan dengan resep dokter untuk menghindari kesalahan dalam

penyiapan obat. Untuk obat yang tidak tersedia di apotek sebaiknya

pihak pengadaan selalu melakukan pengecekan berkala pada stock yang

ada di gudang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terjadi penurunan

persentase KNC Pelayanan Kefarmasian secara keseluruhan pada bulan

Mei dapat dilihat perbedaan hasil sesudah dan sebelum dilakukannya

sosialisasi, dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2 . Hal tersebut meliputi

salah mengambil dan meyiapkan obat, penulisan etiket tidak lengkap,

dan tidak tersedianya obat di apotek. Hal ini terjadi karena sudah

dilakukannya sosialisasi dan edukasi mengenasi cara penulisan etiket,

Page 67: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dampak negatif jika pasien tidak minum obat,dan pentingnya

menerapkan patien safety dirumah sakit kepada seluruh staff depertemen

farmasi, apoteker dan petugas apotek Rumah Sakit TNI AL Mintoharjo.

Perlu dilakukan upaya – upaya perbaikan untuk mengurangi

kesalahan dalam penulisan resep, adapun upaya yang diusulkan peneliti

sebagai berikut:

a. Drug Product Database (DPD)

DPD merupakan sebuah sistem informasi yang berisikan

data semua stok obat dan alat kesehatan yang tersedia di apotek

Rumital Dr.Mintohardjo. DPD sebaiknya digunakan di komputer

yang digunakan untuk entry resep agar staf entry segera

mengetahui kodisi stok obat sebelum resep di siapkan. Petugas

yang terlibat petugas IT, Defartemen Farmasi, dan seluruh staf

apotek.

b. System information management (SIM)

SIM merupakan sistem informasi obat yang dapat

mendeteksi stok ketersediaan obat di rumah sakit, dimana sistem

SIM ini dapat membaca keluar masuk obat, sehingga petugas

apotek dapat mengetahui stok ketersedian obat. Petugas yang

terlibat petugas IT, Departemen Farmasi, dan seluruh staf apotek.

c. Penambahan staf apotek

Depertemen Farmasi sebaiknya melakukan penambahan

staf apotek yang bertugas khusus disetiap depo untuk mengatur

kesediaan stok obat selama part atau full time. Staf bertugas

mengecek stok obat dan melaporkan stok keluar masuk obat di

sore hari setiap harinya agar ketersediaan obat yang mulai habis

dapat diketahui, dan dilakukan pemesanan secepatnya. Petugas

yang terlibat depertemen farmasi, penanggung jawab apotek dan

petugas apotik.

Page 68: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Kolaborasi antara beberapihak

Untuk menghindari terjadinya ketidakadaan obat atau

kosongnya obat di apotek, sebaiknya perlu dilakukan kolaborasi

anatara pihak pengadaan obat, pihak gudang, pihak keuangan

rumah sakit TNI AL Dr. Mintoharjo dan pedagang besar farmasi

(PBF).

e. Alur penyiapan obat

Pada saat penulisan etiket obat, sebaiknya staf apotek

menulis atau mengisis setiap komponen etiket secara lengkap

beserta informasi – informasi khusus yang terdapat di resep.

Setelah diberikan etiket obat sebaiknya dilakukan tahap-tahap

sebagai berikut:

- Obat dimasukan kedalam etiket dengan cara meletakkan

nama obat di belakang agar mudah terbaca oleh petugas

- Obat yang sudah diberi etiket disusun sesuai urutan obat yang

tertulis pada resep untuk memudahkan pengecekan oleh

petugas

Setelah obat dikemas, AA atau Apoteker senantiasa melakukan

pengecekan kembali obat yang sudah di beri etiket sebelum

diberikan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahan. Hal ini

sudah dilakukan di RS.TNI AL Mintoharjo. Petugas yang terlibat

adalah seluruh staf apotek rawat jalan.

5.2.1.3. Analisis KNC Pelayanan Kefarmasian pada tahap pemberian obat

Diketahui hasil KNC Pelayanan Kefarmasian pada tahap

pemberian obat tidak terjadi KNC, yaitu pada pemberian informasi tidak

tepat 0,00%.Artinya bahwa, proses pemberian informasi yang dilakukan

di RS.TNI AL Mintoharjo sudah cukup baik. Hal ini terbukti dengan

hasil penelitian yang didapat. Sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2015 bahwa apoteker

Page 69: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,

akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien

sekurang-kurangnya meliputi; cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman

yang harus dihindari.

Untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan pada tahap

pemberin obat dan infomasi perlu dilakukan upaya sebagai berikut.

a. Penyerahan obat

Staf yang bertugas menyerahkan obat dan pemberi informasi

sebaiknya dilakukan oleh apoteker agar sesuai dengan PP 51 tahun

2009.

b. Pemanggilan nomor antrian

Sistem pemanggilan nomor antrian sebaiknya diberi jarak 60

detik disetiap pasien, dan pemanggilan pasien dilakukan paling

banyak 10 pasien agar tidak terjadi penumpukan pasien pada saat

peroses pemberian obat.

5.2.1.4 Analisis Dampak dengan Uji Paired T-test

Hasil analisis dengan uji paired T-test menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah KNC sebelum dan

sesudah dilakukanya sosialisasi. Hasil ini ditunjukan oleh nilai

singnifikansi sebesar 0,016 (sigvalue <0,05) , berdasarkan nilai

korelasi(r) didapatka 0,984, jika r2

maka akan menunjukkan pengaruh

sosialisasi terhadap perubahan KNC pelayanan kefarmasian. Pengarus

sosialisasi untuk pencegahan KNC sebanyak 96,82%, disebabkan faktor

lain sebanyak 3,4%. maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara sesudah dan sebelum dilakukan sosialisasi.

Hasil analisis perhitungan sebelum dan sesudah dilakukanya

sosialisasi, sebelum sosialisasi lebih banyak terjadi KNC Pelayanan

Kefarmasian jika dibandingkan dengan sesudah sosialisasi, dengan nilai t

tabel 1,373 berdasarkan nilai t maka dapat disimpulkan ada perbedaan

Page 70: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada taraf signifikan sebesar 95%.Simpulan sig.(2-tailed) yaitu 0,264

(sigvalue >0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi perubahan

yang signifikan pada sosialisai KNC Pelayanan Kefarmasian. Hasil

secara umum menunjukkan nilai yang lebih rendah, perubahan yang

terjadi tidak konsisten hanya terjadi pada beberapa variabel, dan sebagian

variabel lebih rendah, sebagian tidak berubah, atau sebagian lain

mengalami penambahan (Widhiarso,2014).

Dari data SPSS di atas, maka dapat diketahui bahwa KNC

Pelayanan Kefarmasian masih sering terjadi dalam praktek sehari-hari,

dan tidak terjadi perubahan yang singnifikan bahkan tidak dapat

menurunkan tingkat kenjadian nyaris cedera pelayanan kefarmasian di

rumah sakit TNI AL Mintoharjo.

Perlu dikalukan upaya untuk menurunkan tingkat KNC pelayanan

kefarmasian sebagai berikut.

Dilakukan edukasi secara bertahap mengenai keselamatan pasien dan

penerpan pelayanan kefarmasian kepada seluruh tenaga medis di

rumah sakit TNI AL Mintoharjo.

Dilakukan penukaran dan penambahan personil petugas apotek

Hasil pengamatan pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai informasi kepada dokter dan farmasis Rumah Sakit TNI AL Dr.

Mintohardjo mengenai penulisan resep yang tidak sesuai dengan

PERMENKES RI No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan

kefarmasian di Apotek, Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Rumah Sakit wajib

melaksanakan standar keselamatan pasien.

Dari hasil kejadian nyaris cedera dapat disimpulkan dengan

menggunakan model diagram fishbone dibawah ini, untuk mengeathui

sebab akibat terjadinya KNC pelayanan kefarmasian serta upaya upaya

yang harus dilakukan, dapat dilihat seperti pada gambar 3.

Page 71: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.2: Model Diagram fishbone KNC upaya perbaikan

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

Tidak ada

NO RM

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

KNCPelayan

an

kefarmasian

Tidak ada

NO RM

KNC

Upaya perbaikan

- Pemanggilan nomor

antrian pasien diberi

selang waktu 60 detik di

setiap nomor berikutnya

- pemanggilan pasien

dilakukan maksimal 10

pasien

- penambahan pegawai

apoteker

Pemberian

informasi

tidaklengkap Bentuk

sediaan

Nama obat

Signa obat

tidak tepat

Upaya perbaikan

- Melakukan sistem informasi

manajemen (SIM) - Peningkatkan kolaborasi

antara pihak pengadaan obat,

pihak gudang, keuangan serta

PBF - Sistem pelaporan keluar

masuk obat perlu diperhatikan - Sistem pendistribusian obat

ke apotek sebaiknya

dilakukan setiap sore hari - Edukasi secara bertahap

untuk penulisan etiket secara

lengkap.

- Obat setelah di berikan etiket

menerapkan cara berikut. - nama obat diletakkan

dibelakang

- obat diurutkan sesuai urutan

resep

- AA melakukan pengecekan

ulang

Obat tidak tersedia di

apotek

Penulisan etiket

tidak lengkap

Tidak ada

nama

Tidak ada nomor RM

Upaya perbaikan

- Pengobatan bar coding

- Penulisan resep sebaiknya

ditulis dengan jelas dan

terbaca.

- Penambahan kolom usia,

BB dan TB di resep.

- Penambahan formulir

riwayat alergi pasien, serta

proses pengkajian sampai

kepada penyerahan.

Upaya perbaikan

- Electronic Prescription

Record (EPR) sebuah

rekam resep elektronik

(EPR) mengandung semua

data legal.

- Edukasi secara bertahap Salah mengambil

dan menyiapkan

obat

Signa obat

tidak jelas

Rute

pemberian

Perintah

pengobatan

tidak jelas

Page 72: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.3 Keterbatasan Peneliti

5.3.1 Kendala

a. Pengambilan data dan jumlah resepada peroses pengumpulan data

masih cukup banyak kendala karena keterbatasan waktu dan

banyaknya resep yang harus diamatin satu persatu.

b. Masih banyak variabel yang belum diukur dan diamati, hal ini

karena tidak termasuk kedalam variabel pengamatan

5.3.2 Kelemahan

a. Memerlukan waktu yang cukup lama

b. Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit

5.3.3 Kekuatan

a. Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di Rumah Sakit

TNI AL Dr. Mintoharjo. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi

referensi dan gambaran KNC pelayanan kefarmasian pada pasien

rawat jalan.

b. Penelitian ini dilakukan secara prospektif, sehingga dapat

mengeksplorasi lebih dari satu variabel, dan data yang di dapat

masih meggunakan data fresh.

Page 73: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini, masih banyak ditemukan adanya KNC pada

pelayanan kefarmasian, dimana ketidaksesuaian dalam penulisan resep

menurut PERMENKES RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Instalasi Apotek dan berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Rumah

Sakit wajib melaksanakan standar keselamatan pasien.

1. Hasil angka KNC ketidaklengkapan peresepan obat pada bulan

April yaitu 15,97%, terjadi penurunan pada bulan Mei menjadi

15,24%. Penyiapan obat April 2016 yaitu 33,34%, terjadi

penurunan pada bulan Mei menjadi 20,23%. Pemberian

informasi obat pada bulan April dan Mei 2016 menunjukkan tidak

terjadi KNC pelayanan kefarmasian.

2. Sosialisai dapat menurunkan KNC tetapi tidak singnifikan,

sehingga tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara sesudah

dan sebelum dilakukan sosialisasi secara statistik, namun secara

substansi kemungkinan ada hubungan.

3. Perlu dilakukan upaya-upaya seperti: Computerized Physician

Order Enty, Electronic Prescription Record, penambahan

komponen pada resep, punulisan resep secara manual yang tepat,

jelas dan terbaca, penambahan tabel paraf, Drug Product

Databest, System Information Management, penambahan staf

apotek, kolaborasi Antara beberapa pihak, perbaikan alur

penyiapan obat dan pemberian obat.

Page 74: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6.2 Saran

1. Kepada dokter, dalam penulisan resep diharapkan dapat menerapkan

PERMENKES RI No. 35 tahun 2014 sehingga resiko kesalahan pada

resep dapat dihindari.

2. Kepada apoteker, dalam melayani resep perlu mengacu pada

PERMENKES RI No. 35 tahun 2014 sehingga terapi obat yang

diberikan dapat maksimal.

3. Kepada seluruh tenaga kesehatan wajib menerapkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 yang

menjelaskan bahwa Rumah Sakit wajib melaksanakan standar

keselamatan pasien.

4. Perlu ditingkatkan komunikasi antara apoteker dan dokter dalam

menentukan terapi untuk mencegah terjadinya kesalahan

pengobatan.

5. Bisa dilakukan penelitian kembali mengenai KNC pelayanan

kefarmasian dengan penambahan variabel waktu dan personil

kesehatan.

Page 75: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Amira, A. 2011. Skripsi: Penulisan Resep Askes di Apotek RSUP Haji Adam

Malik Periode Mei 2011. Medan

Anonim. 2004. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

1197/Menkes/SK/X/2004

Anonim. 2008. Pedoman Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta:

Departemen kesehatan RI

Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieka Cipta

Anderson, Townsend. (2010). Medication errors: Don’t let them happen to you.

American Nurse Today. Volume 5 No.3: Mar 10.

American Society of Health-System Pharmacists. (2016). ASHP Guidelines on

Preventing Medication Errors in Hospitals. http://www.ashp.org. diakses pada tanggal

10 Maret 2016 pukul 00.23 WIB.

Academy of Managed Care Pharmacy. (2010). Medication Errors.

http://www.amcp.org/WorkArea/DownloadAsset.aspx?id=9300. diakses pada tanggal

11 Maret 2016 pukul 10.49 WIB.

Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. (2010). Patient

Safety in Primary Health Care. http://www.safetyandquality.gov.au. diakses pada

tanggal 13 Maret 2016 pukul 19.46 WIB.

Ballard, K.A. (2003). Patient Safety: A shared responsibility. Online Journal of

Issues in Nursing. Volume 8 – 2003 No.3: Sept 03

Ballard, K.A. (2003). Patient Safety: A shared responsibility. Online Journal of

Issues in Nursing. Volume 8 – 2003 No.3: Sept 03

Bird, F.E.Jr. and Germain, G.L. (1996). Practical Loss Control Leadership (ed-

3). Loganville, Georgia: Det Norske Veritas.

Cahyono, J.B.S.B, 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam

Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius

Page 76: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cinderasuci, Rizki. (2012). Perbaikan Angka Kejadian Tidak Diharapkan

Dengan Metode Six Sigma di Instalasi Rawat Inap RS Anna Medika Bekasi Tahun

2011. Tesis Magister pada Universitas Indonesia: tidak diterbitkan.

Conklin, Annalijn. (2008). Improving Patient Safety in the EU. Cambridge:

RAND Corporation.

Dwiprahasto Iwan, Erna Kristin. 2008. Intervensi Pelatihan untuk

Meminimalkan Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal

Berkala Ilmu Kedokteran

Department of Health. (2002). Improving Patient Safety : Insights from

American, Australian and British Healthcare. ECRI Europe: Department of Health of

United Kingdom.

DepKes. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58

tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: DepKes

RI.

______. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient

Safety). (ed-2). Jakarta: DepKes RI.

______. (2009). Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Depkes RI.

______. (2009). Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Jakarta: DepKes RI.

______. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Depkes

RI.

House of Commons Health Committee. (2009). Patient Safety. The Reports and

evidence of the Committee. London: The Stationery Office.

Institute of Medicine. 2000. To Err is human: Building a safer health system.

Washington D.C: The National Academies Press.

Joint Commission International. (2012). International Patient Safety Goals

(IPSG). http://www.jointcommissioninternational.org. diakses pada tanggal 12 Maret

2016 pukul 20.59 WIB.

Page 77: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hartayu, T.S., dan Widayati, A. Kajian Kelengkapan Resep Pediatri yang

Berpotensi Menimbulkan Medication Error di Rumah Sakit dan 10 Apotek di

Yogyakarta. Yogyakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2014

Lisby, M (2005) . Errors in the medication process: frequency , type , and

potential clinical consequences. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15668306. diakses

pada tanggal 01 Desember 2015 pukul 14.33 WIB.

Medication errors are the single most preventable cause of patient injury.

http://www.stjames.ie/GPsHealthcareProfessionals/Newsletters/NMICBulletins/MICBu

lletins2001/VOL7-3MEDICATION%20ERRORS.pdf.

diakses pada tanggal 01 Desember 2015 pukul 14.25 WIB.

National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention.

(2016). About Medication Errors. http://www.nccmerp.org/about-medication-errors.

diakses pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 21.50 WIB.

National Health Service. (2004). Seven steps to patient safety: full reference

guide. http://www.nrls.npsa.nhs.uk. diakses pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 02.11

WIB.

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rieka Cipta

Octavia, Hanna. 2011. Skripsi: Analisis Kelengkapan Peresepan di Apotek KPRI

Praktiknya, A.W. 2001. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Prawitasari, Diah. 2009. Skripsi: Tinjauan Aspek Legalitas dan Kelengkapan

Resep di 5 Apotek Kabupaten Klaten Tahun 2007. Surakarta

Rahmawati, F. 2002. Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek Legalitas dan

Kelengkapan Resep di Apotek-apotek Kotamadya Yogyakarta. Yogyakarta: Majalah

Farmasi Indonesia

Setiawati, A. 2007. Interaksi Obat, dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta: Gaya Baru

Page 78: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Shaw, R., et al. (2005). Adverse events and near miss reporting in the NHS.

Qual saf Health Care, 2005 Aug; 14(4): 279-283.

The Institute for Safe Medication Practices Canada (ISMP Canada). (2007).

Near Miss Identification and Reporting. http://www.ismp-canada.org. diakses pada

tanggal 13 Maret 2016 pukul 10.12 WIB.

Virawan, Koen. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Staf

Perawat dan Staf Farmasi Menggunakan Enam Benar dalam Menurunkan Kasus

Kejadian yang Tidak Diharapkan dan Kejadian Nyaris Cedera di Rumah Sakit Umum

Surya Husada. Tesis Magister pada Universitas Indonesia: tidak diterbitkan.

Vorley M.Sc. MCQI, Geoff. (2008). Mini Guide to Root Cause Analysis.

http://www.root-cause-analysis.co.uk. diakses pada tanggal 13 Maret 2016 pukul 11.48

WIB

WHO. (2008). Learning From Error. http://www.who.int. diakses pada tanggal

13 Maret 2016 pukul 20.57 WIB.

____. (2009). Human Factors in Patient Safety. http://www.who.int. diakses

pada tanggal 13 Maret 2016 pukul 21.09 WIB.

Wibowo, A. 2010. Skripsi: Analisis Kelengkapan Resep di Apotek Wilayah

Lamongan Bulan Februari2010. Surabaya

World Health Organization. 1994. The Contribution of the Family Doctor,

WHO-WONCA Conference 1994.

Page 79: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

64

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Gambar 1: Surat izin melakukan penelitian

Page 80: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2.

No Nama Pasien No

RM

Insiden

Peresepan Obat

penyiapan obat

pemberian

obat

kronologis

lengkap

secara

administratif

lengkap

secara

farmasetik lengkap secara klinis

dosis

dan

jumlah

obat

tidak

tepat

perintah

pengobatan

yang tidak

terbaca

salah

mengambil

dan

meracik

obat salah dalam pemberian lebel

Obat tidak

tersedia di

apotik

pemberian

informasi

yang tidak

lengkap

data pasien

tidak

lengkap

bentuk

sedian

nama

obat signa

rute

pemberian aturan pakai

cara

pemakaian

bentuk

sedian

Tabel 1: Lembar rekapitulasi KNC

Page 81: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3

Di tempat (1), (2), dan (3) peneliti dibantu oleh petugas

apotek dalam melihat adanya KNC di tahap peresepan dan

penyiapan obat. Jika terdapat resep KNC, maka petugas

apotek akan memberi tahu peneliti untuk segera dicatat

dalam lembar rekapitulasi KNC.

Di tempat (4) peneliti standby untuk melakukan pengecekan

akhir dan untuk mencatat jika terdapat KNC pada resep dan

obat-obat yang sudah selesai disiapkan, sedangkan di tempat (5)

peneliti juga kembali melakukan pengecekan dan mengamati

KNC di proses penyerahan obat kepasien.

Tempat penyimpanan obat rawat jalan

3 4 Penyiapan obat (dispensing) Pengecekan akhir

1

Penerimaan dan transkip resep

2

Proses entry dan pembacaan resep (prescribing)

5

Tempat penyerahan obat (Administering)

Gambar 2: Denah dan Alur Perjalanan Resep Di Apotek Rawat jalan

Page 82: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4.

Kejadian Nyaris

Cedera

Tertulis Seharusnya Keterangan

Dosis tidak

tepat

Dokter menuliskan

Omeprazol cap 40 mg

2 x 1 hari

Dokter

menuliskan

Omeprazol 20

mg 2 x 1 hari

Dosis maksimum untuk pasien

dewasa 20-40 mg. Berdasarkan

komfirmasi dokter obat diberikan

20mg. Jika diberikan dengan dosis

tinggi akan memberikan efek

samping pertumbuhan bakteri

dalam saluran cerna.

Dokter menuliskan

Tramadol 500mg

Dokter

menuliskan

Tramadol 50 mg

Dosis maksimum untuk pasien

dewasa maksimal 400 mg sehari.

Berdasarkan komfirmasi dokter

obat diberikan 50mg. Jika di

berikan berlebihan akan

menyebabkan kecanduan dan

overdosis

Dokter menuliskan

Spironolakton 2,5 mg

signa 0-0-1

Dokter

menuliskan

Spironolakton 25

mg signa 1-0-0

Dosis minimum obat

spironolakton 25 mg, Berdasarkan

komfirmasi dokter obat diberikan

25 mg. sebaiknya diminum pada

pagi hari karena memiliki efek

samping poliuria

Dokter menuliskan

ramipril 20 mg

Berdasarkan

riwayat

seharusnya dokter

menuliskan

ramipril 5 mg

Dosis maksimum obat ramipril 10

mg/hari. Berdasarkan komfirmasi

dokter obat diberikan 5 mg. Jika

di berikan dengan dosisi tinggi

akan menyebabkan over dosis dan

efek samping yang tidak

diinginkan

Dokter menuliskan

candesartan 32mg 2x1

hari

Berdasarkan

riwayat dokter

menuliskan

Candesartan 16

mg 1 x sehari

Dosis maksimum candesartan 32

mg/hari untuk hipertensi berat.

Berdasarkan komfirmasi dokter

obat diberikan candesartan 16 mg.

Jika diberikan dosis yang

berlebihan akan menyebabkan

over dosis dan menyebabkan efek

samping yang membahayakan.

Dokter menuliskan

amitripilin 75mg

3x1hari

Dokter

menuliskan

Amitripilin 25mg

3x1 hari

Dosis maksimal 75 mg untuk dosis

terbagi apabila penambahan dosis

menjadi 150 mg, jika diberikan

berlebihan akan menyebabkan

overdosis dan efek samping yang

membahayakan

Tabel 2: Penjabaran Ketidaktepatan Nama, Dosis, Aturan Pakai dan Bentuk

Sediaan Obat Lembar rekapitulasi KNC

Page 83: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dokter menuliskan

Diazepam 25mg

Dokter menuliskan

Diazepam 2mg

Dosis maksimum

diazepam 10 mg/hari.

Berdasarkan

komfirmasi dokter obat

diberikan 2mg. Jika

diberikan dosis tinggi

akan menyebabkan

over dosis dan

menyebabkan

gangguan fungsi

koordinasi

keseimbangan

Dokter menuliskan

Metilprednisolon 40

mg

Dokter menuliskan

Metilprednisolon 4 mg

Dosis perhari obat

metilprednisolon 4-48

mg/hari. Berdasarkan

komfirmasi dokter obat

diberikan 4mg. Jika

obat diberikan dengan

dosis 40 mg akan

menyebabkan

overdosis dan

menimbulkam efek

samping berbahaya.

Dokter menuliskan

meloxicam 75 mg

Meloxicam 7,5mg Dosis perhari

meloxicam

15mg/hari.berdasarkan

komfirmasi kepada

dokter diberikan

meloxicam 7,5 mg.

Jika diberikan dengan

dosis 75 mg akan

menyebabkan

overdosis dan

menimbulkan efek

samping berbahaya.

Rute pemberian

obat

Dokter menuliskan Vip

albumin PO 3dd2

Dokter menuliskan Vip

albumin injeksi

Sedian obat Vip

albumin tidak tersedia

dalam pemberian oral

hanya tersedia dalam

bentuk seidaan injeksi,

setelah dikomfirmasi

dengan dokter Vip

albumin diberikan

secara Fi.

Dokter menuliskan

Norit tab Fi no 1

Dokter menuliskan

Norit per oral

Sedian obat norit tidak

tersedia dalam

pemberian Fi hanya

tersedia dalam sedian

tablet, setelah

dikomfirmasi dengan

Page 84: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dokter norit tablet.

Dokter menuliskan

Laxadine tab no X

Dokter menuliskan

Laxadine syr no II

Sedian obat laxadine

tidak tersedia dalam

sediaan tablet hanya

ada dalam bentuk

syrup. Setelah di

komfirmasi dengan

dokter yang diberikan

laxadine syrup.

Dokter menuliskan

cefotaxime 500 mg tab

Dokter menuliskan

Cefotaxime injeksi

Sedian obat cefotaxime

tidak tersedia dalam

sedian tablet 500mg,

yang tersedia hanya

cefotaxime 500 mg

injeksi. Setelah

dikomfirmasi dengan

dokter yang diberikan

cefotaxime 500 mg

injeksi.

Penulisan resep tidak

jelas

Dokter menuliskan

PCT 500 tetapi angka 5

seperti 3

Dokter menuliskan

PCT 500 mg

Tidak terlulis secara

jelas dosis didalam

resep, setelah

dikomfirmasi dosis

yang dimaksut PCT

500mg.

Dokter menuliskan Vit Dokter menuliskan Vit

B-com

Tidak tertulis jelas vit

yang diminta, setelah

dilihat pada riwayat

pengobatan pasien

menggunakan Vit B-

com.

Dokter menuliskan

lansoprazol singna

tidak ditulis

Dokter menuliskan

Lansoprazol 2x1

Tidak tertulis aturan

pakai obat lansoprazol,

setlah dikomfirmasi

dan disamakan dengan

riwayat pengobatan

dokter memberikan

lansoprazol 2x1 hari.

Dokter menuliskan

Azoma 100 mg

Dokter menuliskan

Azomax 100 mg

Tidak terlulis secara

jelas nama obat

didalam resep, setelah

dikomfirmasi obat

yang dimaksut Azomax

100 mg.

Page 85: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5.

No. Nama obat Tidak ada

signa obat

Tidak ada

dosis obat

Keterangan

1. Lansoprazol 30

mg

1 Di resep tidak tertulis dosis signa obat

lansoprazol, setelah dilakukan komfirmasi

diberikan 2x1 hari.

2. Bisoprolol 1 Di resep tidak tertulis signa obat bisoprolol,

setelah dikomfirmasi diberikan obat

bisoprolol 2,5 mg

3. Digoxin 1 Di resep, tidak tertulis dosis digoxin, setelah

dikomfirmasi diberikan obat digoxin 0,5 mg.

4. Candesartan 1 Di resep tidak tertulis dosis untuk

candesartan, setelah dikomfirmasi diberikan

candesartan 8 mg.

5 Cetirizin 1 Di resep tidak tertulis dosis obat cetirizin,

setelah dikomfirmasi diberikan obat cetirizin

5 mg.

6 ISDN 1 Di resep tidak tertulis signa obat ISDN,

setelah di komfirmasi diberikan ISDN 1x1

sehari.

7 Valesco 1 Di resep tidak tertulis dosis untuk valesco,

setelah dilihat riwayat pengobatan diberikan

valesco 80

8 Depakote 1 Di resep tidak tertulis signa obat depakote,

setelah dikomfirmasi diberikan depakote 3x1

hari dengan dosis 500 mg.

9 Diazepam 1 Di resep tidak tertulis dosis obat diazepam,

setelah dikomfirmasi diberikan dosis obat

diazepam 2 mg 1x1 hari.

10 Laxadine syr 1 Di resep tidak tertulis signa obat, setelah

dikomfirmasi diberikan laxadine syr 2x1

sehari.

11 Cefixime 1 Di resep tidak tertulis signa obat, setelah

dikomfirmasi dosis obat cefixime 200 mg

tab.

12 Simarc 1 Di resep tidak tertulis dosis obat, setelah

dikomfirmasi diberikan simarc 2mg.

13 Aspilet 1 Di resep tidak tertulis signa obat, setelah

dikomfirmasi diberikan aspilet 80 mg.

Tabel 3: Penjabaran ketidaklengkapan obat secara klinis.

Page 86: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6.

No. Nama obat Jenis dan Jumlah Insiden

Keterangan Salah mengambil obat Salah meracik obat

1. Asam

mefenamat

1 Asisten Apoteker mengambil

obat Asam Traneksamat

sedangkan yang seharusnya

diambil adalah asam

mefenamat

2. Amlodipin 1 Asisten Apoteker mengambil

obat amlodipin 5 mg.

Seharusnya obat yang

diambil yakni amlodipin 10

mg

3 CaCO3 1 Asisten Apoteker mengambil

obat CaCO3 22 kapsul.

Seharusnya obat yang

diambil yakni CaCO3 30

kapsul

4 Hardol 1 Asisten Apoteker mengambil

obat hardol 10 tab.

Seharusnya obat yang

diambil 30 tab.

5 Ramipril 1 Asisten Apoteker mengambil

obat ramipril 5 mg.

Seharusnya obat yang

diambil yakni ramipril

52,5mg.

6 NaCl 0,9% 1 Asisten Apoteker mengambil

cairan NaCl 0,9% I botol.

Seharusnya cairan yang

diambil III botol.

7 Gabapentin 1 Asisten Apoteker mengambil

obat Acarbose. Seharusnya

obat yang diambil yakni

gabapentin.

Tabel 4: Penjabaran Kesalahan dalam Mengambil dan Meracik Obat

Page 87: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7.

Gambar 3: Contoh Resep pasien rawat jalan

Page 88: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8.

Gambar 4: Tempat penyimpanan obat tablet, cream dan syrup

Page 89: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9.

Gambar 5: Tempat Penyimpanan Obat High Alert

Page 90: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10.

Gambar 8: Tempat entry resep

Lampiran 11.

Gambar 9: Contoh etiket obat

Page 91: STUDI PROSPEKTIF DAMPAK INTERVENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32813/1... · Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kategorisasi KNC 26 Tabel 4.1 Rincian variable

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12.

Gambar 10: Dokumentasi sosialisasi hasil penelitian KNC bulan April 2016