Studi Perencanaan Jacketed Storage System Memanfaatkan CO ... · Pada tahun 2002, produksi...

7
Abstrak - Salah satu faktor yang mempengaruhi harga jual ikan adalah kualitas dan kesegaran ikan. Perlakuan dan penangan terhadap ikan baik selama pelayaran ataupun pasca panen menjadi hal yang sangat penting. Ikan harus terjaga pada suhu yang tepat agar kualitas ikan tetap terjaga dengan baik. Cara yang paling mudah dilakukan ketika penyimpanan adalah dengan mendinginkan ikan. Dari kesekian banyak teknik pendinginan ikan, metode pendinginan menggunakan crushed ice adalah yang paling sering digunakan. Namun, sejatinya, metode ini dinilai kurang efektif karena sifat es basah yang tergolong cepat mencair. Sehingga perlu adanya inovasi dalam pendinginan ikan. Salah satunya adalah dengan menggabungkan CO 2 cair dengan es basah. Selain itu, juga perlu memodifikasi palka ikan (cold storage). Dalam penelitian ini, didapatkan jumlah es basah yang lebih sedikit, yaitu 3,9 ton es dan 274,5 kg CO 2 cair selama empat hari pelayaran, untuk 15 ton ikan. Dan terdapat volume sisa sebesar 3,64 m 3 yang bisa digunakan untuk menampung tambahan ikan sebesar 2,5 ton. Oleh karena itu, perlu media pendingin tambahan berupa 650 kg es basah dan CO 2 cair sebesar 45,75 kg. Biaya yang dikeluarkan per bulan juga lebih hemat, yaitu mencapai 24,07 % jika dibandingkan dengan metode pendinginan hanya menggunkan es basah. Kata Kunci - Cold storage, Crushed ice, Es basah, CO 2 cair, Media Pendingin, Pendinginan ikan I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan wilayah laut yang besar. Kondisi geografis seperti ini menjadikan Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Pada tahun 2002, produksi perikanan tangkap tercatat sebesar 4.378.495 ton (Irianto dan Giyatmi 2009). Namun, dalam beberapa tahun terakhir banyak sekali ditemukan kasus overfishing. Yang dimaksud overfishing disini adalah penangkapan ikan dalam jumlah yang sangat besar di daerah tidak jauh dari pantai. Akibatnya, saat ini nelayan harus berlayar lebih jauh lagi dalam mencari ikan.Tidak lagi seperti dulu dalam mencari ikan di perairan tidak terlalu jauh dari garis pantai. Otomatis nelayan membutuhkan waktu berhari- hari dalam mencari ikan sampai kembali ke darat. Ikan yang telah ditangkap, pada umumnya akan disimpan pada ruang muat (palka) kapal. Sehingga lama penyimpanan ikan tersebut tidak cukup sehari atau dua hari tetapi berhari-hari. Selama ini, kebanyakan nelayan mendinginkan hasil tangkapannya dengan cara yang masih konvensional. Menggunakan es basah dinilai cara yang sederhana dan murah. Pada dasarnya, pendinginan ikan ini dimaksudkan untuk menghambat metabolisme bakteri. Sehingga pertumbuhan bakteri tersebut terhambat, dan ikan tidak menjadi rusak dan busuk. Permasalahan yang ditemui adalah bagaimana menyimpan ikan dalam waktu yang lama agar tetap segar sampai kembali ke darat. Sedangkan dalam kenyataannya, es basah yang digunakan oleh nelayan tidak mampu bertahan lama. Es basah yang berbentuk balok tersebut cepat mencair. Apabila tanpa pendinginan, maka ikan tidak awet dan bisa menjadi rusak. Selain cepat mencair, hal tersebut mengakibatkan berkurangnya volume ruang muat untuk menampung ikan. Teknologi yang banyak dipakai di lapangan adalah Refrigerated Sea Water (RSW. Sistem ini memanfaatkan air laut sebagai media pendingin. Evaporator yang melekat pada dinding palka akan mendinginkan air laut. Setelah mencapai suhu tertentu, maka ikan dimasukkan ke dalam palka. Sistem ini dinilai efektif ketika ikan yang akan disimpan berukuran besar, seperti ikan tuna. Permasalahan yang terjadi adalah ketika sistem ini diaplikasikan pada ikan hasil tangkapan yang berukuran lebih kecil. Ikan tersebut memang segar, namun kadar garamnya melebihi batas normal. Selain itu, sistem RSW dinilai cukup berat Bravo Yovan Sovanda, Alam Baheramsyah, dan Taufik Fajar Nugroho Jurusan Teknik Sistem Permesinan Kapal, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Email : [email protected] dan [email protected] Studi Perencanaan Jacketed Storage System Memanfaatkan CO 2 Cair Sebagai Refrigeran

Transcript of Studi Perencanaan Jacketed Storage System Memanfaatkan CO ... · Pada tahun 2002, produksi...

Abstrak - Salah satu faktor yang

mempengaruhi harga jual ikan adalah kualitas

dan kesegaran ikan. Perlakuan dan penangan

terhadap ikan baik selama pelayaran ataupun

pasca panen menjadi hal yang sangat penting.

Ikan harus terjaga pada suhu yang tepat agar

kualitas ikan tetap terjaga dengan baik. Cara

yang paling mudah dilakukan ketika penyimpanan

adalah dengan mendinginkan ikan. Dari kesekian

banyak teknik pendinginan ikan, metode

pendinginan menggunakan crushed ice adalah

yang paling sering digunakan. Namun, sejatinya,

metode ini dinilai kurang efektif karena sifat es

basah yang tergolong cepat mencair. Sehingga

perlu adanya inovasi dalam pendinginan ikan.

Salah satunya adalah dengan menggabungkan

CO2 cair dengan es basah. Selain itu, juga perlu

memodifikasi palka ikan (cold storage). Dalam

penelitian ini, didapatkan jumlah es basah yang

lebih sedikit, yaitu 3,9 ton es dan 274,5 kg CO2

cair selama empat hari pelayaran, untuk 15 ton

ikan. Dan terdapat volume sisa sebesar 3,64 m3

yang bisa digunakan untuk menampung tambahan

ikan sebesar 2,5 ton. Oleh karena itu, perlu media

pendingin tambahan berupa 650 kg es basah dan

CO2 cair sebesar 45,75 kg. Biaya yang

dikeluarkan per bulan juga lebih hemat, yaitu

mencapai 24,07 % jika dibandingkan dengan

metode pendinginan hanya menggunkan es basah.

Kata Kunci - Cold storage, Crushed ice, Es basah,

CO2 cair, Media Pendingin,

Pendinginan ikan

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara

dengan wilayah laut yang besar. Kondisi geografis

seperti ini menjadikan Indonesia memiliki potensi

perikanan yang cukup besar. Pada tahun 2002,

produksi perikanan tangkap tercatat sebesar

4.378.495 ton (Irianto dan Giyatmi 2009).

Namun, dalam beberapa tahun terakhir

banyak sekali ditemukan kasus overfishing. Yang

dimaksud overfishing disini adalah penangkapan

ikan dalam jumlah yang sangat besar di daerah

tidak jauh dari pantai. Akibatnya, saat ini nelayan

harus berlayar lebih jauh lagi dalam mencari

ikan.Tidak lagi seperti dulu dalam mencari ikan di

perairan tidak terlalu jauh dari garis pantai.

Otomatis nelayan membutuhkan waktu berhari-

hari dalam mencari ikan sampai kembali ke darat.

Ikan yang telah ditangkap, pada umumnya akan

disimpan pada ruang muat (palka) kapal. Sehingga

lama penyimpanan ikan tersebut tidak cukup

sehari atau dua hari tetapi berhari-hari.

Selama ini, kebanyakan nelayan

mendinginkan hasil tangkapannya dengan cara

yang masih konvensional. Menggunakan es basah

dinilai cara yang sederhana dan murah. Pada

dasarnya, pendinginan ikan ini dimaksudkan untuk

menghambat metabolisme bakteri. Sehingga

pertumbuhan bakteri tersebut terhambat, dan ikan

tidak menjadi rusak dan busuk.

Permasalahan yang ditemui adalah

bagaimana menyimpan ikan dalam waktu yang

lama agar tetap segar sampai kembali ke darat.

Sedangkan dalam kenyataannya, es basah yang

digunakan oleh nelayan tidak mampu bertahan

lama. Es basah yang berbentuk balok tersebut

cepat mencair. Apabila tanpa pendinginan, maka

ikan tidak awet dan bisa menjadi rusak. Selain

cepat mencair, hal tersebut mengakibatkan

berkurangnya volume ruang muat untuk

menampung ikan.

Teknologi yang banyak dipakai di lapangan

adalah Refrigerated Sea Water (RSW. Sistem ini

memanfaatkan air laut sebagai media pendingin.

Evaporator yang melekat pada dinding palka akan

mendinginkan air laut. Setelah mencapai suhu

tertentu, maka ikan dimasukkan ke dalam palka.

Sistem ini dinilai efektif ketika ikan yang akan

disimpan berukuran besar, seperti ikan tuna.

Permasalahan yang terjadi adalah ketika sistem ini

diaplikasikan pada ikan hasil tangkapan yang

berukuran lebih kecil. Ikan tersebut memang

segar, namun kadar garamnya melebihi batas

normal. Selain itu, sistem RSW dinilai cukup berat

Bravo Yovan Sovanda, Alam Baheramsyah, dan Taufik Fajar Nugroho

Jurusan Teknik Sistem Permesinan Kapal, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

Email : [email protected] dan [email protected]

Studi Perencanaan Jacketed Storage System

Memanfaatkan CO2 Cair Sebagai Refrigeran

dan membutuhkan biaya besar, baik initial cost,

operational cost, maupun maintenance cost.

Salah satu inovasi yang bisa dikembangkan

adalah membuat desain jacketed storage system

dengan memanfaatkan CO2 cair sebagai

refrigeran. Harapannya adalah waktu pendinginan

yang dihasilkan lebih lama. Selain itu, jika

dibandingkan dengan sistem RSW, dari segi biaya

lebih murah dan lebih ringan.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam

pengerjaan tugas akhir ini adalah

A. Studi Literatur

Mengumpulkan dan mempelajari teori dasar

dari berbagai referensi guna menunjuang

pengerjaan skripsi ini. Referensi didapatkan dari

buku ajar, artikel ilmiah, jurnal internasional,

paper, atau pun wawancara secara langsung

mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan

skripsi ini.

B. Pengumpulan Data

Dilakukan kegiatan survey ke wilayah objek

yang dituju dalam hal ini kapal ikan tradisional

untuk mendapatkan data pendukung pengerjaan

skripsi ini, antara lain data kapal.

Berikut data kapal yang didapat :

Lama Pelayaran : 4 hari

Engine

1 Unit Main Engine

Type : Dongfeng Diesel Engine

Daya : 155 kW

Dimensi Ruang Muat

Panjang : 380 cm

Lebar : 150 cm

Tinggi : 170 cm

Jumlah : 3 Buah

Media Pendingin

Type : Es basah

Jumlah : 5000 kg/storage

C. Perancangan Jacketed Storage System

Melakukan perancangan dan modifikasi palka

ikan dengan tambahan liquid CO2 storage tank.

Dinding palka ikan dimodifikasi sehingga terjadi

perpindahan panas dan mencapai suhu yang

diinginkan.

Gambar 1. Rancangan Jacketed Storage System

Gambar 2. Modifikasi Palka Ikan

Gambar 3. Perencanaan peletakan Pipa dan Permesinan

Gambar 4. Schematic Diagram Jacketed Storage System

III. ANALISA DATA

A. Penentuan Es Basah

Dalam desain cold storage ini, juga

menggunakan es basah sebagai pendinginan awal.

Penggunaan es basah juga dinilai memiliki efek

Final Project :MARINE MACHINERY SYSTEM

Fishing Vessel

Jacketed StorageSystem

DRAWN BY:

APPROVED BY:

DRAWING NO:

Bravo Yovan Sovanda

4209 100 021

Ir. Alam Baheramsyah, M..Sc

SIGNED:

SIGNED:

REV:DATE: SCALE:

the DEPT of MARINE ENGINEERING - ITS

ODD SEMESTER 2012/2013

3 WAY VALVE

BUTTERFLY VALVE

VENT PIPE

3

3

1

11

3

3

CO2 STORAGE TANK 11

PRESSURE INDICATOR 22

COLD STORAGE

SAFETY VALVE

FLOW RATE CONTROLLER

9.69 m³

COLD STORAGE

EQUIPMENT ID /

SYMBOLNAME SPEC QTY

TEMPERATURE

INDICATOR3

-23°C19.25 Bar

9.69 m³

-23°C19.25 Bar

-23°C19.25 Bar

9.69 m³

COLD STORAGE

9.69 m³

COLD STORAGE

Main

Deck

Co

llisio

n

Bu

lkh

ea

d

E/R

Bu

lkh

ea

d

FLOW REGULATE VALVE 11

positif. Jika tanpa es basah di dalam cold storage,

maka dengan suhu yang cukup rendah, bisa

menyebabkan satu ikan dengan yang lainnya

saling menempel (rekat). Sehingga, perlu

diketahui terlebih dahulu berapa banyak es basah

yang diperlukan. Dalam hal ini, diasumsikan

bahwa kalor yang dihasilkan oleh ikan sampai

mencairkan es basah. Penentuan jumlah es basah

bisa dihitung dengan cara sebagai berikut :

𝑄𝑖𝑘𝑎𝑛 = 𝑚 𝐿 dimana :

m : massa es basah (kg)

L : kalor laten es basah (336 kJ/kg)

Sehingga :

𝑄𝑖𝑘𝑎𝑛 = 𝑚 𝐿 436800 𝑘𝐽 = 𝑚 . 336 𝑘𝐽/𝑘𝑔

436800

336 = 𝑚

1300 = 𝑚

B. Perhitungan Beban Kalor

Beban pendingin dapat didefinisikan sebagai

suatu beban yang dihasilkan oleh sumber energi

panas yang nantinya dapat mempengaruhi

kapasitas sistem pendingin. Beban sumber energi

panas berasal dari beban produk, beban infiltrasi,

dan beban transmisi. Beban produk disini

dihasilkan oleh kalor dari ikan, dapat dihitung

dengan cara sebagai berikut :

𝑄𝑖𝑘𝑎𝑛 = 𝑚𝑖𝑘𝑎𝑛 × 𝐶𝑖𝑘𝑎𝑛 × (𝑇𝑎 − 𝑇𝑏)

dimana :

Qikan : Beban panas yang dilepaskan

oleh ikan (kJ)

mikan : Massa ikan (kg)

Cikan : Kalor spesifik ikan (kJ/kgoK)

Ta :Temperatur awal ikan sebelum

didinginkan (K)

Tb : Temperatur akhir ikan setelah

didinginkan (K)

Dari hasil survey yang telah dilakukan,

diketahui bahwa massa ikan yang didinginkan

untuk setiap palka sebesar 5000 kg. Suhu awal

pada ikan adalah 28oC, sedangkan suhu akhir

setelah pendinginan adalah sebesar 2oC. Sehingga,

beban kalornya adalah :

Qikan = 5000kg x 3.36 kJ/kgoK x

(301.15K-275.15K)

Qikan = 436800 kJ

C. Suhu Dinding Aluminium

Storage System yang direncanakan adalah

storage yang memiliki beberapa lapisan-lapisan.

CO2 yang mengalir dalam void space adalah CO2

dalam fasa gas. CO2 ini memiliki temperatur -

800C dan bersentuhan langsung dengan dinding

aluminium. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada

gambar 4.

Gambar 4. Lapisan pada cold storage

Sehingga perhitungan temperatur dinding

dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut, yaitu : 𝑄

𝑡= 𝑘 𝐴

∆𝑇

∆𝑥

dimana :

Q : Beban Kalor (kJ)

t : Waktu pendinginan (s)

k : Konduktivitas termal (W/moC)

A : Luas Area (m2)

∆T : Beda temperatur (0C)

∆x : Ketebalan Plat (m)

sehingga :

436800 𝑘𝐽

3600 𝑠= 202 𝑤 𝑚 𝐶 . 2,45 𝑚2 .

2 − 𝑇𝐴 𝐶

0,03 𝑚

121333 𝑤 = 164,97 2 − 𝑇𝐴 . 102

121333 𝑤 = 329,9 − 164,97 𝑇𝐴 . 102

16497 𝑇𝐴 = 32990 − 121333

𝑇𝐴 = −88343

16497

TA = - 5,3 0C

D. Perpindahan Kalor Menyeluruh

Perpindahan panas menyeluruh merupakan

gabungan dari proses konduksi yang terjadi pada

logam (aluminium) dan konveksi. Untuk lebih

jelasnya bisa dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Analogi Perpindahan Panas

Perpindahan panas menyeluruh bisa

ditentukan dengan cara sebagai berikut :

𝑞 = ∆𝑇

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

dimana :

∆𝑇 ∶ Beda Temperatur

Rtotal : Tahanan termal menyeluruh

Untuk mendapatkan nilai berapa besarnya

kalor, maka harus melakukan perhitungan

mengenai tahanan termal menyeluruh, yaitu

sebagai berikut :

𝑅 = 1

ℎ. 𝐴+

∆𝑥

𝑘. 𝐴

𝑅 = 1

0,0162 × 2,45+

3 × 10−2

202 × 2,45

𝑅 = 103

3,06 × 2,45+

3 × 10−2

202 × 2,45

𝑅 = 25,157

Sehingga :

𝑞 = −(−80 − −2

25,15)

𝑞 = 1,4 𝑤

E. Laju Alir Massa CO2

Laju aliran massa CO2 sebanding dengan

kebutuhan panas yang terjadi akibat proses

konduksi dan konveksi. CO2 yang tersedia harus

mampu mengatasi beban panas tersebut. Sehingga,

laju aliran massa bisa dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu :

𝑞 = 𝑚𝐶𝑂2 . ∆ℎ𝐶𝑂2

dimana :

∆ℎ ∶ Beda Entalpi CO2 (kJ/kg)

m : Laju aliran massa CO2 (kg/s)

t : Waktu pendinginan (s)

Sehingga : 𝑞 = 𝑚𝐶𝑂2

. ∆ℎ𝐶𝑂2

1,4 𝑤 = 𝑚𝐶𝑂2 . 727,7 − 722,4 𝑘𝐽/𝑘𝑔

1,4 𝑗/𝑠

5,3 𝑘𝐽/𝑘𝑔= 𝑚𝐶𝑂2

0,00026 𝑘𝑔/𝑠 = 𝑚𝐶𝑂2

0,95 𝑘𝑔/ℎ = 𝑚𝐶𝑂2

Jika pelayaran dilakukan selama 4 hari, maka

jumlah CO2 yang harus tersedia adalah sebesar

274,5 kg.

F. Analisa Ekonomis

1. Perhitungan Volume Ikan dan Es Basah

Perlu dilakukan perhitungan mengenai

volume ikan dan es basah yang bisa ditampung di

dalam satu palka. Seperti yang telah diketahui,

bahwa dimensi dari palka ikan adalah 3,8 m x 1,5

m x 1,7 m. Sehingga volume dari palka ikan

adalah sebesar 9,69 m3. Jika menggunakan

kombinasi es basah dan CO2 cair, maka es basah

yang ada di dalam satu palka ikan hanya 1300 kg.

Sedangkan ikan yang diangkut adalah sebesar

5000 kg. Perhitungan volume bisa diselesaikan

dengan cara di bawah ini, yaitu:

Volume = Volume Ikan + Volume Es

Volume = (Massa ikan/massa jenis ikan)

+ (Massa Es/massa jenis es)

Volume = 5000 kg + 1300 kg

1080 kg/m3 916 kg/m

3

Volume = 4,63 m3 + 1,416 m

3

Volume = 6,05 m3

Perhitungan volume di atas menandakan

bahwa ikan dan es akan menempati volume 6,05

m3 dari 9,69 m

3. Sehingga masih ada volume sisa

sebesar 3,64 m3. Nelayan dapat memanfaatkan

volume sebesar 3,64 m3 dengan mencari ikan dan

menyimpannya.

2. Volume Ikan dan Es Basah Tambahan

Perhitungan kalor tambahan ikan sebesar

2500 kg, yaitu

Qikan = mikan x Cpikan x (Ta-Tb)

Qikan = 2500kg x 3.36 kJ/kgoK x (301.15K-

275.15K)

Qikan = 218400 kJ

Sehingga perlub tambahan es basah untuk

mengatasi kalor yang dihasilkan oleh ikan.

Perhitungan mengenai tambahan es basah, yaitu :

Qikan = Qes

Qikan = m x Les

Qikan = m x Les

218400 kJ = m x 336 kJ/kg

218400 kJ = m

336 kJ/kg

650 kg = m

Langkah selanjutnya adalah menghitung

perhitungan volume tambahan es basah dan ikan.

Hal ini dilakukan supaya tahu apakah volume

kosong pada palka sebesar 3,64 m3 mampu

menampung tambahan ikan dan es atau tidak.

Berikut ini adalah perhitungan mengenai volume

tambahan ikan dan volume tambahan es basah,

yaitu :

Volume = Volume Ikan + Volume Es

Volume = (Massa ikan/massa jenis ikan)

+ (Massa Es/massa jenis es)

Volume = 2500 kg + 650 kg

1080 kg/m3 916 kg/m

3

Volume = 2,31 m3 + 0,71 m

3

Volume = 3,02 m3

Perhitungan di atas menunjukkan bahwa

volume sisa sebesar 3,64 m3/palka bisa digunakan

untuk menambah tangkapan ikan sebesar 2500 kg

ikan dan es basah sebesar 650 kg. Perlu tambahan

CO2 cair guna menjaga suhu supaya konstan pada

suhu yang diinginkan, yakni 20C. Banyak CO2 cair

yang harus disediakan adalah 45,75 kg.

3. Biaya Operasional Campuran CO2 Cair

dan Es Basah

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan

di lapangan, maka didapatkan hasil sebagai

berikut, yaitu :

Massa CO2 cair/botol = 25 kg

Harga CO2 cair/botol = Rp 85.000 sampai

Rp 90.000,00

Biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan

guna mencukupi kebutuhan CO2 adalah sebagai

berikut

Biaya Operational CO2 = Jumlah botol x

Harga per botol

Biaya Operational CO2 = 11 botol x

Rp 85.000,00

Biaya Operational CO2 = Rp 935.000,00

Selain menggunakan CO2, dalam

perancangan jacketed storage system ini juga

menggunakan es basah sebanyak 1300 kg untuk

setiap palka. Karena ada tiga buah palka ikan,

maka jumlah es basah yang harus disediakan

adalah sebesar 3900 kg. Dimana es dijual dengan

harga per balok Rp 9000,00 dan setiap baloknya

memiliki berat sebesar 25 kg. Sehingga nelayan

harus menyediakan es balok sebanyak 156 buah

dengan harga Rp 1.404.000,00. Biaya tambahan

dari CO2 cair dan es basah untuk mengatasi kalor

ikan sebesar 2,5 ton adalah Rp 1.212.000,00.

Jumlah total biaya operasional untuk empat

hari adalah penjumlahan antara biaya kebutuhan

CO2 dan biaya kebutuhan es basah. Sehingga

jumlah biaya operasionalnya adalah sebesar Rp

3.551.000,00

Biaya modifikasi jacketed storage system

meliputi pengadaan elbow 900, elbow 45

0, tee

connector, butterfly valve, flow rate controller,

pipe insulation, carbon steel pipe, biaya instalasi.

Total biaya modifikasi yang harus dikeluarkan

adalah sebesar 15.456.800,00. Biaya modifikasi

palka ikan bisa diangsur selama 10 bulan,

sehingga biaya nya sebesar Rp 1.545.680,00. Dan

biaya operasional campuran CO2 cair-es dalam

satu bulan sebesar Rp 26.402.680,00. Keuntungan

dari tambahan 7,5 ton ikan dari 3 cold storage (1

cold storage = 2,5 ton ikan) adalah sebesasar Rp

135.000.000,00.

Sedangkan jika menggunakan es basah

sebagai pendingin dan menjaga temperatur agar

konstan di level 20C, sesuai dengan perhitungan,

butuh sebesar 5200 kg es untuk setiap palka.

Karena kapal yang ditinjau memiliki 3 buah palka

ikan, maka butuh 15600 kg es. Karena setiap

balok es adalah 25kg, maka nelayan harus

menyediakan sebanyak 624 balok es. Besar biaya

yang harus disediakan oleh nelayan adalah sebesar

Rp 5.616.000,00. Dalam satu bulan, maka

menghabiskan biaya sebesar Rp 39.312.000,00.

Es basah sebesar 5200 kg ternyata tidak

mampu ditampung oleh satu palka jika ikan yang

di dalamnya sebanyak 5000 kg. Dengan ikan

sebanyak 5000 kg, maka volume ruang muat

hanya akan terisi es basah sebesar 4600 kg es

basah per satu palka. Sehingga Biaya

operasionalnya per bulan adalah sebesar Rp

34.776.000,00.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan

perancangan yang telah dilakukan, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Perancangan sistem ini merupakan

perancangan sistem pendingin palka

ikan(cold storage) dengan memanfaatkan

CO2 cair dan es basah. Dengan menggunkan

sistem ini, maka suhu dapat diturunkan

sekaligus dijaga pada 20C. Lama pendinginan

bisa sampai empat hari.

Jika dalam 3 palka terisi ikan sebanyak 15 ton

ikan, maka butuh es basah sebanyak 3900 kg

dan 275 kg CO2 cair guna mengatasi kalor

yang dilepas. Nelayan harus menyediakan 11

botol CO2 cair dengan kapasitas 25kg/botol

dan 156 balok es dalam 4 hari.

Jika menggunakan kombinasi es basah dan

CO2 cair, maka setiap palka akan menyisakan

volume sebesar 3,64 m3. Volume sisa tersebut

bisa dimanfaatkan untuk menyimpan

tambahan hasil tangkapan sebesar 2,5 ton

ikan. Guna mengatasi kalor yang dilepaskan,

maka perlu tambahan es basah sebanyak 650

kg dan CO2 cair sebanyak 45,75 kg.

Volume satu palka ikan (cold storage)

sebesar 9,69 m3 mampu menampung ikan

sebanyak 7,5 ton ikan dan 1950 kg es basah.

CO2 cair yang harus disediakan adalah

sebanyak 137,25 kg. Sehingga perbandingan

ikan, es basah, dan CO2 cair adalah 1 : 0,26 :

0,02

Biaya operasional yang dikeluarkan per bulan

jika menggunakan kombinasi es basah dan

CO2 cair lebih hemat 24,07% daripada

menggunakan metode es basah saja.

Keuntungan dari hasil penjualan tambahan

ikan sebesar 7,5 ton (3 palka dengan masing-

masing 2,5ton) mencapai Rp 135.000.000,00.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan, doa, dukungan dan semagat selama

pengerjaan skripsi ini. Semoga Tuhan yang Maha

Esa membalas kebaikan anda semua dan

senantiasa dimudahkan dalam segala urusan.

Amin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alam, Muhammad Dipo. 2004. “Studi

Perencanaan Sistem Pendingin Tipe Flo Ice

Untuk Kapal Ikan Purse Seine 30 GT Di

Perairan Kalimantan Timur”, Tugas Akhir S-

1, Teknik Sistem Perkapalan, Surabaya.

2. Aziz, Alwi Asy’ari. 2012. “Desain Sistem

Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional

Dengan Memanfaatkan Es Kering”, Tugas

Akhir S-1, Teknik Sistem Perkapalan FTK-

ITS, Surabaya

3. Geankoplis, Christie J. 1993. “Transport

Processes and Unit Operations”, Prentice-

Hall, Inc, United States of America

4. Holman, J.P. 1997. “Perpindahan Kalor”,

Penerbit Erlangga, Jakarta

5. Ilyas, Sofyan. 1983. “Teknologi Refrigerasi

Hasil Perikanan, Teknik Pendingin Ikan,” CV.

Paripurna, Jakarta

6. Sayogyo, Adi. 2006. “Studi Media Pendingin

Ikan Pada Kapal Ikan Tradisional”, Tugas

Akhir S-1, Teknik Sistem Perkapalan,

Surabaya

7. Shawyer, Michael dan Pizzali, Avilio. 2003.

“The Use Of Ice On Small Fishing Vessels”,

Food And Agriculture Organization Of United

Nation, Rome

8. Sondana, Agung. 2013. “Desain Sistem

Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional

Dengan Teknologi Insulasi Vakum”, Tugas

Akhir S-1, Teknik Sistem Perkapalan, FTK-

ITS, Surabaya

9. Stoecker, Wilbert F. 1998. “Industrial

Refrigeration Handbook”, McGraw-Hill

companies, Inc, United States of America