Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ......

15
1 Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam Efisiensi Energi dan Biaya untuk Pendinginan Udara (Air Conditioner) Eka Pradana SUSANTO 1 , Biemo W SOEMARDI 2 , dan Ivindra PANE 3 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Manajemen Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung 2 Dosen pengajar Program Studi Teknik Sipil, Manajemen Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung 3 Dosen pengajar Program Studi Teknik Sipil, Pengutamaan Struktur, Institut Teknologi Bandung Abstrak Konsumsi energi terbesar dalam siklus hidup suatu bangunan terjadi pada masa operasional. Dalam masa operasional, energi dikonsumsi untuk menciptakan kenyamanan bagi penghuninya dimana salah satunya adalah kenyamanan termal. Di sisi lain, jumlah energi yang ada di bumi semakin terbatas ditandai makin mahalnya harga minyak bumi. Oleh karena itu, passive design building diterapkan untuk menciptakan kenyamanan termal dengan memaksimalkan penggunaan cahaya, vegetasi, angin dan keadaan alam sekitar seperti dengan menggunakan diding insulasi termal yang mampu menahan rambatan kalor. Dalam usaha menahan rambatan kalor, material insulasi dinding ditinjau dari 2 aspek yaitu aspek mekanis dan aspek termal. Dari aspek mekanis ditinjau dari besar kuat tekan sedangkan dari aspek termal ditinjau dari konduktivitas termal. Untuk mengetahui besar kuat tekan yang terjadi maka perlu dilakukan uji kuat tekan (ASTM C165-95 tentang Standard Test Method for Measuring Compresive Properties of Termal Insulation ) sedangkan besar konduktivitas termal didapat dari uji konduktivitas termal (ASTM C 1113-99 tentang Standard Test Method for Thermal Conductivity of Refractories by Hot Wire). Sebagai koreksi atas nilai kuat tekan dan konduktivitas termal maka dilakukan uji densitas (ASTM C 167-93 tentang Standard Test Methods for Thickness and Density of Blanket or Batt Thermal Insulation) dan uji porositas (ASTM C 642-90 tentang Standard Test Method for Specific Gravity, Absorption and Voids in Hardened Concrete). Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga mampu difungsikan sebagai material insulasi. Foam Concrete berbahan semen-pasir dengan perbandigan mortar: foam= 0,4: 0,6 tidak dapat dijadikan sebagai dinding struktural karena belum memenuhi persyaratan SNI 03-0349-1989 namun dapat dapat menghemat energi operasional AC sebesar 59-64% lebih rendah terhadap dinding bata. Penggunaan Foam Concrete berbahan semen-fly ash sudah memenuhi SNI 03-0349-1989 dan mampu menghemat energi operasional AC sebesar 40% dari dinding bata. Pembuatan foam Concrete semen-fly ash memenuhi prinsip konstruksi hijau seperti daur ulang (Recycle), menghilangkan bahan berbahaya, penghematan biaya siklus hidup (Life Cycle Costing), melindungi lingkungan hidup. Penghematan energi operasional AC dari penggunaan FC merupakan usaha konservasi lingkungan karena secara tidak langsung dapat mengurangi dampak global warming. Kata kunci: Foam Concrete, kenyamanan termal, konduktivitas termal ABSTRACT The largest energy consumed in building’s life cycle happens in operasional cycle. In operasional cycle, energy is consumed in order to create comfort for the inhabitant, for the example thermal comfort. In other side, the amount of energy in the world is getting less which marked by fossil fuel become expensive. For that reason, passive design building can be applied to create thermal comfort by maximaxing the using of sunlight, vegetation, wind and suroundings like using wall insulation which able to block the heat transfer. In order blocking heat transfer, wall insulation must has low thermal conductivity. Low thermal conductivity is affected by its material substance , porosity. Foam Concrete is a concrete which has low density and high porosity so it can be used as wall insulation. To know the compression strength value, the compression test must be done (with ASTM C165-95 tentang Standard Test Method for Measuring Compresive Properties of Termal Insulation as code), the value of thermal conductivity is resulted by the thermal conductivity test (ASTM C 1113-99 tentang Standard Test Method for Thermal Conductivity of Refractories by Hot Wire as code). As correction of compression strength and thermal conductivity value so it needs density and porosity value. Density test use ASTM C 167-93 tentang Standard Test Methods for Thickness and Density of Blanket or Batt Thermal Insulation) and porosity test use ASTM C 642-90 tentang Standard Test Method for Specific Gravity, Absorption and Voids in Hardened Concrete as code. Foam Concrete made of cement:sand with mortar:foam ratio=0,4:0,6 is not able used as structural wall because it does not fullfil SNI 03-0349-1989 but able to save Air Conditioner (AC) operational cost 59-64% lower than brick wall. Foam Concrete made cement-fly ash fullfil

Transcript of Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ......

Page 1: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

1

Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam Efisiensi Energi

dan Biaya untuk Pendinginan Udara (Air Conditioner)

Eka Pradana SUSANTO

1, Biemo W SOEMARDI

2, dan Ivindra PANE

3

1Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Manajemen Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung

2Dosen pengajar Program Studi Teknik Sipil, Manajemen Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung

3 Dosen pengajar Program Studi Teknik Sipil, Pengutamaan Struktur, Institut Teknologi Bandung

Abstrak Konsumsi energi terbesar dalam siklus hidup suatu bangunan terjadi pada masa operasional. Dalam

masa operasional, energi dikonsumsi untuk menciptakan kenyamanan bagi penghuninya dimana salah satunya

adalah kenyamanan termal. Di sisi lain, jumlah energi yang ada di bumi semakin terbatas ditandai makin

mahalnya harga minyak bumi. Oleh karena itu, passive design building diterapkan untuk menciptakan

kenyamanan termal dengan memaksimalkan penggunaan cahaya, vegetasi, angin dan keadaan alam sekitar

seperti dengan menggunakan diding insulasi termal yang mampu menahan rambatan kalor. Dalam usaha

menahan rambatan kalor, material insulasi dinding ditinjau dari 2 aspek yaitu aspek mekanis dan aspek termal.

Dari aspek mekanis ditinjau dari besar kuat tekan sedangkan dari aspek termal ditinjau dari konduktivitas termal.

Untuk mengetahui besar kuat tekan yang terjadi maka perlu dilakukan uji kuat tekan (ASTM C165-95 tentang

Standard Test Method for Measuring Compresive Properties of Termal Insulation ) sedangkan besar

konduktivitas termal didapat dari uji konduktivitas termal (ASTM C 1113-99 tentang Standard Test Method for

Thermal Conductivity of Refractories by Hot Wire). Sebagai koreksi atas nilai kuat tekan dan konduktivitas

termal maka dilakukan uji densitas (ASTM C 167-93 tentang Standard Test Methods for Thickness and Density

of Blanket or Batt Thermal Insulation) dan uji porositas (ASTM C 642-90 tentang Standard Test Method for

Specific Gravity, Absorption and Voids in Hardened Concrete).

Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga mampu

difungsikan sebagai material insulasi. Foam Concrete berbahan semen-pasir dengan perbandigan mortar: foam=

0,4: 0,6 tidak dapat dijadikan sebagai dinding struktural karena belum memenuhi persyaratan SNI 03-0349-1989

namun dapat dapat menghemat energi operasional AC sebesar 59-64% lebih rendah terhadap dinding bata.

Penggunaan Foam Concrete berbahan semen-fly ash sudah memenuhi SNI 03-0349-1989 dan mampu

menghemat energi operasional AC sebesar 40% dari dinding bata. Pembuatan foam Concrete semen-fly ash

memenuhi prinsip konstruksi hijau seperti daur ulang (Recycle), menghilangkan bahan berbahaya, penghematan

biaya siklus hidup (Life Cycle Costing), melindungi lingkungan hidup. Penghematan energi operasional AC dari

penggunaan FC merupakan usaha konservasi lingkungan karena secara tidak langsung dapat mengurangi

dampak global warming.

Kata kunci: Foam Concrete, kenyamanan termal, konduktivitas termal

ABSTRACT The largest energy consumed in building’s life cycle happens in operasional cycle. In operasional cycle,

energy is consumed in order to create comfort for the inhabitant, for the example thermal comfort. In other side,

the amount of energy in the world is getting less which marked by fossil fuel become expensive. For that reason,

passive design building can be applied to create thermal comfort by maximaxing the using of sunlight,

vegetation, wind and suroundings like using wall insulation which able to block the heat transfer. In order

blocking heat transfer, wall insulation must has low thermal conductivity. Low thermal conductivity is affected

by its material substance , porosity. Foam Concrete is a concrete which has low density and high porosity so it

can be used as wall insulation. To know the compression strength value, the compression test must be done

(with ASTM C165-95 tentang Standard Test Method for Measuring Compresive Properties of Termal

Insulation as code), the value of thermal conductivity is resulted by the thermal conductivity test (ASTM C

1113-99 tentang Standard Test Method for Thermal Conductivity of Refractories by Hot Wire as code). As

correction of compression strength and thermal conductivity value so it needs density and porosity value.

Density test use ASTM C 167-93 tentang Standard Test Methods for Thickness and Density of Blanket or Batt

Thermal Insulation) and porosity test use ASTM C 642-90 tentang Standard Test Method for Specific Gravity,

Absorption and Voids in Hardened Concrete as code. Foam Concrete made of cement:sand with mortar:foam

ratio=0,4:0,6 is not able used as structural wall because it does not fullfil SNI 03-0349-1989 but able to save Air

Conditioner (AC) operational cost 59-64% lower than brick wall. Foam Concrete made cement-fly ash fullfil

Page 2: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

2

SNI 03-0349-1989 and able to save AC operational cost 40% lower than brick wall. The production of Foam

Concrete made of cement-fly ash fullfil green construction principle such as recycle, removing hazardous

material, saving life cycle cost , and living environment conservation.

Key Word: Foam Concrete, thermal comfort, thermal conductivity

1. Pendahuluan

Setiap bangunan akan mengalami siklus hidup mulai dari ekstraksi material, manufakturing

material mentah menjadi material bangunan, konstruksi, masa pemakaian (operasional), dan demolisi

saat masa pakai bangunan habis. Dalam setiap siklus hidup tersebut terjadi konsumsi energi.Cole dan

Kernan (1996) menyatakan bahwa konsumsi energi terbesar dalam siklus hidup bangunan terdapat

pada masa operasional bangunan. Konsumsi tersebut berasal dari pemakaian listrik untuk pengaturan

cahaya dan suhu (Kibert, 2008). Secara kuantitatif, Deblin dkk (2005) menyatakan bahwa energi

terbesar dikeluarkan pada rumah tinggal terdapat pada pencahayaan sebesar 23%, air panas sebesar

26%, dan pemakaian pendingin udara sebesar 32%. Pemakaian energi tersebut dilakukan untuk

memberikan kenyamanan sehingga penghuni bangunan menjadi betah untuk memakai bangunan

tersebut.

Dalam usaha memperoleh kenyamanan termal, Air Conditioner (AC) digunakan untuk

mendinginkan udara suatu ruangan. Penggunaan AC dilakukan karena adanya perpindahan panas dari

lingkungan ke ruangan sehingga suhu akhir ruangan mendekati dengan suhu lingkungan dan

kenyamanan termal dalam ruangan menjadi hilang. Penggunaan AC perlu mendapat perhatian khusus

karena penggunaan AC mengeluarkan biaya operasional listrik yang relatif besar sebagai contoh

penggunaan listrik dari AC selama 1 bulan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

dengan pemakaian 8 jam per hari menghabiskan biaya sebesar Rp. 25.002.468,00 (Hasan dkk, 2010).

Selain menggunakan AC, kenyamanan termal dapat diperoleh dengan melakukan desain pasif

pada bangunan (passive building design) dimana bangunan didesain untuk memaksimalkan

pemakaian cahaya matahari, angin, vegetasi dan keadaan alam di sekitar bangunan dengan mengatur

arah hadap bangunan terhadap sinar matahari, pengaturan ventilasi dan penggunaan dinding insulasi

termal. Desain pasif pada bangunan juga didorong karena jumlah sumber energi fosil semakin lama

menjadi semakin terbatas yang menyebabkan harga energi seperti listrik, minyak bumi semakin

meningkat. Salah satu contoh passive design building adalah dengan menggunakan dinding insulasi

termal (Ramamurthy, 2009). Dengan menggunakan dinding insulasi termal, perpindahan panas dari

dalam ruangan ke lingkungan dapat dihambat sehingga energi yang diperlukan untuk mengoperasikan

AC menjadi lebih rendah.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini, pengembangan material yaitu Foam Concrete (FC) dilakukan untuk

mendapatkan insulasi dinding alternatif. FC adalah beton berpori yang dibuat dengan memberi

campuran foam agent ke dalam campuran dasar (base mix) yaitu semen dan pasir. Foam concrete

(FC) memiliki nilai porositas lebih dari 20% (Jones, 2001) sehingga mudah dipindahkan. Porositas

yang tinggi menyebabkan nilai konduktivitas termal bahan menjadi rendah (Al-Jabri, 2004). Di sisi

lain, pembuatan FC dapat memakai material lokal antara lain semen, pasir dan fly ash sehingga

memenuhi salah satu aspek konstruksi hijau (Kibert, 2008).

Penelitian ini diadakan dengan maksud mengkaji potensi FC sebagai alternatif dinding

insulasi termal dari kelayakan mekanis dan termal. Kelayakan mekanis dilihat dari kuat tekan yang

dihasilkan sedangkan kelayakan termal dapat dilihat dari besar energi kalor yang hilang terserap pada

dinding secara konduksi.

3. Kajian Literatur

3.1 Fenomena Konduktivitas Termal Perpindahan panas melalui benda padat disebut konduksi. Panas tersebut bergerak dari

partikel yang lebih panas (memiliki energi lebih tinggi) ke molekul yang lebih dingin (memiliki

Page 3: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

3

energi yang lebih rendah). Perpindahan panas ini tidak menyebabkan perpindahan molekul benda.

Kecepatan aliran panas pada suatu benda padat ditunjukkan dari nilai konduktivitas termal material

tersebut. Semakin besar nilai konduktivitas termal suatu material maka material tersebut semakin baik

dalam memindahkan panas, dan sebaliknya. Konduktivitas termal adalah laju aliran panas (dalam

Watt) melalui suatu luasan material yang homogen dengan ketebalan 1 m yang menyebabkan

perbedaan suhu 1 K. Konduktivitas termal memiliki satuan W/m.K. Konduktivitas merupakan ukuran

keefektifan suatu material dalam menghantarkan panas. Konduktivitas termal beton dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain jenis agregat, porositas beton (tipe pori, volume pori, jarak pori, arah pori)

dan kadar kelembapan

Material insulasi panas memiliki konduktivitas termal yang rendah sehingga dapat menahan

aliran kalor. Aliran kalor ditahan oleh udara yang terjebak dalam material insulasi. Udara yang

terjebak dalam ukuran mikroskopik dan dalam jumlah banyak sehingga dapat disebut sel mikroskopis.

Sel mikroskopis ini juga mampu mengurangi efek penyaluran panas secara radiasi. Efek radiasi

tersebut dipatahkan sehingga gelombang radiasi yang panjang menjadi pendek. Pendeknya gelombang

radiasi panas dapat diserap udara yang terjebak dalam material insulasi.

4 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif melalui pendekatan eksperimental dalam bentuk uji material.

Variabel bebas dari penelitian ii adalah densitas dari foam concrete. Parameter yang dicari dalam

penelitian ini adalah kuat tekan, kapasitas panas, densitas, porositas dan konduktivitas termal FC.

Kuat tekan adalah parameter kelayakan FC dari aspek mekanis sedangkan konduktivitas termal adalah

parameter kelayakan FC dari aspek termal. Densitas dan porositas merupakan koreksi atas kuat tekan

dan konduktivitas termal yang didapat.

a. Penghitungan densitas benda uji Dalam penghitungan densitas benda uji digunakan standar ASTM C 167-93 tentang Standard Test

Methods for Thickness and Density of Blanket or Batt Thermal Insulation. Benda uji berupa foam

concrete berbentuk balok dengan ukuran 20cm x 10cm x 5cm (tiap jenis kuat tekan ada 5 buah benda

uji). Pengujian ini dilakukan di Lab Struktur sipil ITB

b. Penghitungan kapasitas panas Dalam penghitungan kapasitas panas digunakan standar ASTM C 351-92b tentang Standard Test

Method for Mean Specific Heat of Thermal Insulation. Benda uji berupa foam concrete dengan berat

± 100gr (tiap jenis kuat tekan ada 3 buah benda uji), air. Pengujian ini dilakukan di Lab Fisika Dasar

ITB.

c. Uji konduktivitas termal Salah satu metode untuk menentukan besar konduktivitas termal suatu bahan adalah dengan

metode Hot Wire Test. Hot Wire Test mengikuti prosedur dari ASTM C 1113-99 tentang Standard

Test Method for Thermal Conductivity of Refractories by Hot Wire. Benda uji berupa foam concrete

berukuran 20cm x10cm x 5 cm (ada 3 benda uji untuk tiap campuran, tiap benda uji terdiri 1 pasang

benda uji). Pengujian dilakukan di Pusat Penelitian&Pengembangan Pemukiman Cileunyi Wetan.

d. Uji tekan beton Dalam uji tekan beton digunakan standar ASTM C165-95 tentang Standard Test Method for

Measuring Compresive Properties of Termal Insulation. Benda uji berupa foam concrete berbentuk

silinder dengan diameter= 10cm dan tinggi= 20 cm serta kubus rusuk 7,5 cm (tiap jenis kuat tekan ada

5 buah benda uji). Pengujian ini dilakukan di Lab Struktur sipil ITB.

e. Uji porositas Dalam uji porositas digunakan standar ASTM C 642-90 tentang Standard Test Method for Specific

Gravity, Absorption and Voids in Hardened Concrete. Benda uji berupa foam concrete berbentuk

Page 4: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

4

balok dengan ukuran 20cm x 10 cmx 5cm (tiap jenis kuat tekan ada 5 buah benda uji), air. Pengujian

ini dilakukan di Lab Struktur sipil ITB.

4.1 Kelayakan Bata Beton sebagai Pasangan Dinding dari Aspek Mekanis a. Berdasarkan SNI 03-0349-1989

Kelayakan bata beton sebagai pasangan dinding dilihat dari terpenuhinya karakteristik kuat

tekan dan nilai porositas bata beton sesuai dengan SNI 03-0349-1989 tentang Bata beton untuk

pasangan dinding. Bata beton yang diisyaratkan terdiri dari 2 macam yaitu

-Bata beton pejal

Yaitu bata yang memiliki penampang pejal 75% atau lebih dari luas penampang seluruhnya

dan memiliki volume pejal lebih dari 75% volume bata seluruhnya.

-Bata beton berlubang

Yaitu bata yang memiliki luas penampang lubang lebih dari 25% luas penampang batanya dan

volume lubang lebih dari 25% volume batas seluruhnya.

Adapun syarat fisis yang harus dipenuhi yaitu Tabel IV.1 Tabel persyaratan SNI 03-0349-1989

Syarat fisis Satuan Tingkat mutu bata beton pejal Tingkat mutu bata beton

berlubang

I II III IV I II III IV

1.Kuat tekan bruto rata-rata minimum Kg/cm2 100 70 40 25 70 50 35 20

2.Kuat tekan bruto masing-masing

benda uji minimum

Kg/cm2 90 65 35 21 65 45 30 17

3.Penyerapan air rata-rata maksimum % 25 35 - - 25 35 - -

*Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda coba pecah dibagi luas

ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta cekungan tepi.

b. Berdasarkan Metode ASD

Dalam pembebanan dengan metode ASD (Allowable Stress Design) terdapat rumusan

(1)

Persamaan dari metode ASD dapat diturunkan menjadi

(2)

Dimana

f’c : kuat tekan FC

FS : faktor keamanan (bergantung pada bahan; untuk beton = 1,5)

Allowable stress : gaya yang diperbolehkan dalam menahan beban (dapat dilihat dari

densitas x tinggi aman dari dinding FC atau

).

Foam concrete : densitas FC

h aman : tinggi aman dinding FC (Tyler,2004)

4.2 Kelayakan Bata Beton sebagai Pasangan Dinding dari Aspek Termal a. Besar Kalor yang Diserap Besar kalor yang hilang terserap oleh dinding secara konduksi terlihat dari transfer kalor yang

terjadi. Transfer kalor adalah sejumlah kalor yang mengalir per unit waktu. Bila kalor mengalir dari

daerah yang memiliki suhu lebih tinggi (t2) ke daerah yang memiliki suhu lebih rendah (t1) maka laju

transfer panas secara konduksi dapat dirumuskan sebagai berikut

(3)

Page 5: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

5

Ketahanan termal (Thermal resistance) R adalah kebalikan dari U untuk setiap luas yang

dapat dirumuskan sebagai berikut

(4)

dimana

Q= transfer kalor dalam Watt (W)

U =koefisien transfer kalor dalam W/m2 K

A = luas permukaan material dalam m2

Δt = t2 − t1 = perbedaan suhu dalam Kelvin

λ = konduktivitas termal material

x = tebal dinding

(Kutz,2006)

b. Waktu Optimum Dalam Menahan Perpindahan Kalor

Ashby (1992) merumuskan ketebalan optimum suatu bahan dalam menahan perpindahan

kalor dengan memperhatikan karakteristik bahan seperti konduktivitas termal (λ), densitas (ρ) serta

kapasitas panas (Cp). Tebal optimum dalam menahan perpindahan kalor dirumuskan sebagai berikut

(

)

(5)

Dari perumusan tersebut, waktu optimum (dalam jam) suatu bahan dalam menahan

perpindahan kalor dapat diturunkan sebagai berikut

(6)

4.3 Alat dan Bahan

Bahan

Pasir berdiameter <1,18 mm

Fly ash dari PLTU Suralaya

Semen PCC merk Tiga Roda

Air

Foam Agent

Alat

Cetakan beton

Kuas

Oli bekas

Sendok semen

Ember

4.4 Proses Pembuatan

1. Pembuatan Base Mix

Berat pasir, semen, dan air ditimbang sesuai dengan mix design yang ditetapkan.

Pasir, semen diaduk terlebih dahulu agar tercampur rata, dilanjutkan dengan

pencampuran air. Ketiga bahan tersebut dicampur sampai bersatu.

2. Pembuatan Foam

Foam dihasilkan dari cairan foam yang dikembangkan dengan foam generator yang

telah terpasang dengan kompresor udara

Foam ditimbang sesuai dengan mix design

3. Pencampuran Base Mix + Foam= Foam Concrete

Foam dimasukkan ke dalam base mix dan diaduk dengan mixer.

FC dituang ke cetakan yang telah disiapkan.

FC dapat dibuka dari cetakan setelah mengeras

Page 6: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

6

4.5 Penghitungan Energi yang Hilang Terserap oleh Dinding Besarnya biaya yang akibat kehilangan energi ini dihitung dengan mengalikan harga Q

dengan harga listrik per KWh yaitu Rp 795,00/KWh. Harga Rp 795,00/KWh diperuntukkan

Golongan R-1 dengan batas daya 2200 VA dimana golongan R-1 berjumlah 93,1% dari total

pelanggan listrik PLN di Indonesia (PLN,2010). Penghitungan energi yang hilang diserap

dilakukan berdasarkan data yang sudah dikumpulkan dalam tabel sebagai berikut Tabel IV.2 Tabel Penghitungan Energi yang Hilang Terserap

dimana

Q : transfer kalor dalam Watt (W)

U : koefisien transfer kalor dalam W/m2 K

A : luas permukaan material dalam m2

Δt : t2 − t1 = perbedaan suhu dalam Kelvin ρ : densitas dinding (kg/m

3)

λ : konduktivitas thermal (W/m.K)

R : Resistansi termal

w : tebal dinding (m)

5 Hasil&Analisis

5.1 Mix Design Foam Concrete

Mix design diambil berdasarkan hasil kajian literatur yang juga diadaptasikan dengan produk

dari pihak kerjasama penelitian. Tabel V.1 Tabel Mix design semen-pasir

Asumsi

Luas dinding= 49 m2(luas ruang= 3mx4m, tinggi 3,5 m; penutup atap tidak diperhitungkan;tanpa jendela dan pintu)

Beda suhu Δt= 8 (perbedaan suhu 330C dan 250 C)

durasi t = 10 jam

AC bekerja terus-menerus selama 10 jam

Q beton ringan

selama 30 hari

(kWh)

Biaya akb

pemakaian energi=

Q x Rp 795

Campuran ρ(kg/m3)λ

(W/m.K)

tebal

dinding

w (m)

Thermal Resistance

(R) = w/λ

Thermal

transmittance

(U)= 1/R

Q beton ringan =

U x A x Δt x t

(kWh/hari)

Komposisi Landasan

Air Semen Pasir Mortar: Foam

0. 5 1 0.67 0,4: 0,6 Mix design awal yaitu 1: 0,5 (Zulkarnain 2011) dan diadaptasi

dengan mix design produk partner kerjasama penelitian

menjadi 1: 0,67

0.5 1 2 0.4:0,6 Mix design ini diambil dari percobaan 25 Februari 2012

0,5 1 1 0,4:0,6 Berdasarkan dari penelitian Rahman (2010) dengan kuat tekan

0,96 MPa

0,5 1 1,5 0,4:0,6 Berdasarkan dari penelitian Zulkarnain (2011) dengan kuat

tekan 2,5 MPa di hari ke-3

Page 7: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

7

Hasil Penelitian

Tabel V.2 Hasil Kuat tekan Mix Design semen-pasir

Gambar V.1 Grafik perbandingan kuat tekan

Campuran 1: 0,67 adalah campuran yang yang mampu menghasilkan kuat tekan

tertinggi sampai di hari ke-28 dari campuran semen-pasir yang diuji. Namun sampai di hari

ke-28, campuran ini belum memenuhi persyaratan sebagai bata beton untuk pasangan dinding

dalam SNI 03-0349-1989 karena hanya menghasilkan kuat tekan 1,14 MPa. Berdasarkan

penelitian Zulkarnain (2010) didapatkan bahwa dengan campuran 1:1,5 saja sudah dapat

menghasilkan kuat tekan 2,5 MPa di hari ke-3, namun dalam penelitian ini campuran 1:1,5

menghasilkan kuat tekan yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan karena ada perbedaan jenis

semen yang digunakan dimana semen dalam penelitian Zulkarnain (2010)

menggunakan semen OPC (Ordinary Portland Cement) yang merupakan semen Tipe 1

murni sedangkan dalam penelitian ini menggunakan semen PCC (Portland Composite

Cement) yang masih kategori semen tipe 1 namun sudah mendapat campuran Pozzolan dan

trass. Penggunaan PCC menghasilkan kuat tekan lebih rendah dibandingkan semen OPC

yang tidak diberi campuran fly ash dan trass (Hariawan,2007).

Karena campuran semen-pasir sudah mencapai batas maksimum dan optimum namun

namun kuat tekan yang dihasilkan belum masuk ke dalam syarat SNI 03-0349-1989 maka

dilakukan perbaikan campuran dengan menggunakan fly Ash sebagai agregat halus.

Pemakaian fly Ash sebagai agregat halus didasarkan pada penelitian Jones (2005) yang dapat

menghasilkan kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan pasir. Mix design yang dipakai

yaitu campuran air: PC: Fly Ash= 0,5: 1: 1,67 dengan campuran mortar: foam=0,40:0,60. Tabel V.3 Mix Design Semen-Fly Ash

Komposisi Landasan

Air Semen Pasir Mortar:

Foam

0. 5 1 1,6 0,40:0,60 Penggunaan mix design dengan agregat Fly ash berdasarkan penelitian

Jones (2005) menyatakan bahwa perkembangan kuat tekan yang

dihasilkan sangat signifikan yang diadaptasi dengan mix design produk

dari partner kerjasama penelitian.

Page 8: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

8

Hasil Uji Tekan Tabel V.4 Hasil Kuat Tekan Mix Design

Dengan mix design semen:fly ash=1:1,67 didapatkan hasil bahwa kuat tekan di hari ke-

28 adalah 3,92 Mpa. Hal ini berarti bahwa kuat tekan yang dihasilkan sudah memenuhi SNI

03-0349-1989 yang menyatakan bahwa kuat tekan adalah minimum 2,5 MPa. Baik pada

campuran semen-pasir maupun semen- fly ash, kenaikan kuat tekan pada semen-pasir

maupun semen- fly ash seiring dengan peningkatan densitas.

Tingginya kuat tekan pada campuran semen-fly ash disebabkan karena faktor kimiawi

dan faktor mekanis. Dari hasil X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa reaksi CSH

yang terjadi pada campuran semen-fly ash lebih tinggi daripada campuran semen-pasir.

Reaksi CSH merupakan reaksi yang berperan penting dalam penambahan kekuatan beton

(Neville, 1981). Tabel V.5 Tabel reaksi kimia semen dengan agregat

Selain itu dari faktor mekanis dapat dilihat dari ukuran pori pada FC campuran semen-

pasir lebih besar daripada FC campuran semen-fly ash. Hal ini dapat dilihat dari hasil

Scanning Electron Microscope (SEM) dengan pembesaran 2000 kali bahwa FC dengan

campuran pasir memiliki banyak rongga sehingga terlihat keropos sedangkan FC campuran

semen-fly ash lebih padat sehingga densitas FC semen- fly ash lebih besar daripada FC

semen-pasir.

Gambar V.2 SEM semen-pasir dan semen-fly ash

1:0,67 920,70 1,03

1:1 811,25 0,64

1:1,5 774,06 0,53

1:2 716,40 0,44

1:1,67(Fly Ash) 1298,96 3,92

Kuat tekan

(Mpa)Campuran

Densitas

(kg/m3)

Reaksi(%)

Campuran

Calsium Silicate

Hydrat (CSH)

Calcite Quartz Ettringite Gypsum Portlandite

Semen-Pasir 34,4 38,6 31,8 4,5 5,2 3,3

Semen-Fly Ash 27,4 29,8 14 3,6 4,9 2,5

Pores

Pores

Page 9: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

9

4.1 Nilai Konduktivitas Termal

Untuk melihat kelayakan insulasi termal suatu bahan maka karakteristik bahan yang

diperlukan adalah konduktivitas termal. Setelah dilakukan pengujian didapatkan bahwa Tabel V.6 Harga Konduktivitas Termal

Gambar V.3 Hubungan densitas-konduktivitas termal

Dari grafik dapat dilihat bahwa nilai densitas berbanding terbalik terhadap

konduktivitas termal yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari kemiringan garis (gradien)

yang dibentuk persamaan garis bernilai negatif. Dalam kasus ini perbedaan densitas semen-

pasir tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada konduktivitas termal. Hal ini

disebabkan karena nilai porositas pada benda uji konduktivitas termal juga tidak berbeda

secara signifikan. Tabel V.7 Ringkasan Konduktivitas termal-Porositas

Gambar V.4 Hubungan densitas-porositas

1: 0,67 920,70 0,18 0,01 54,98 3,41

1: 1 811,25 0,18 0,01 55,22 9,28

1: 1,5 784,88 0,21 0,01 49,03 2,76

1: 2 716,40 0,19 0,00 50,55 4,57

1: 1,6 (Fly Ash) 1298,96 0,30 0,01 23,38 3,73

Densitas

(kg/m3)

St.dev

(W/m.K)St.dev (%)Porositas (%)Campuran Konduktivitas

Termal (W/m.K)

1: 0,67 920,70 0,18 0,01 54,98 3,41

1: 1 811,25 0,18 0,01 55,22 9,28

1: 1,5 784,88 0,21 0,01 49,03 2,76

1: 2 716,40 0,19 0,00 50,55 4,57

1: 1,6 (Fly Ash) 1298,96 0,30 0,01 23,38 3,73

Densitas

(kg/m3)

St.dev

(W/m.K)St.dev (%)Porositas (%)Campuran Konduktivitas

Termal (W/m.K)

Page 10: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

10

Nilai porositas berbanding terbalik dengan nilai konduktivitas termal dimana hubungan

ini dapat dilihat dari kemiringan garis (gradien) yang dibentuk bernilai negatif. Hal ini terlihat

dari grafik konduktivitas dan porositas untuk campuran semen-pasir sebagai berikut

Gambar V.6 Hubungan porositas-konduktivitas termal

4.2 Penghitungan Kalor yang Hilang

Suatu ruangan mengalami kenaikan suhu karena adanya kalor yang terserap ke sebuah

ruangan. Ruangan (diasumsikan berukuran 3mx4m dengan tinggi 3,5m) yang tadinya bersuhu

nyaman (250C) menjadi bersuhu sama dengan lingkungan luar ruangan (33

0C). Konduksi

panas terjadi karena batas ambang kemampuan bahan dalam menghambat panas sudah

terlewati sehingga panas dapat merambat ke dalam ruangan. Oleh karena itu, untuk

menciptakan kenyamanan termal ruangan maka diperlukan AC untuk melepaskan kalor yang

ada dalam ruangan ke lingkungan. Adapun energi yang harus dikeluarkan dalam usaha ini

adalah sebagai berikut Tabel V.8 Kalor yang Terserap

Dinding FC campuran semen-pasir mampu menghemat energi operasional listrik untuk

AC sebanyak 59-64% terhadap dinding bata. Sedangkan untuk dinding FC campuran semen-

fly ash mampu menghemat energi operasional listrik untuk AC sebanyak hampir 40%

terhadap dinding bata.

5.2 Metode Pengerjaan

Mekanisme pencampuran dalam mixer untuk FC merupakan pencampuran dari 2 arah

yaitu pencampuran dengan putaran sumbu x dan sumbu y di saat bersamaan sehingga

digunakan sistem putaran berpilin. Mixer Putaran berpilin ini mampu mencampurkan adonan

dasar (base mix) dan foam secara seragam (uniform) dengan waktu lebih cepat dibandingkan

y = -0,0041x + 0,4067R² = 0,8364

0,17

0,18

0,19

0,20

0,21

0,22

48,00 51,00 54,00

kon

du

ktiv

itas

te

rmal

(W

/m.K

)

porositas (%)

Hubungan Porositas-Konduktivitas Termal

1: 0,67 920,7 0,18 0,075 0,41 2,44 9,56 286,91 Rp228.094

1:1 811,2 0,18 0,075 0,42 2,37 9,30 279,01 Rp221.812

1:1,5 774,1 0,21 0,075 0,37 2,74 10,74 322,17 Rp256.122

1: 2 716,4 0,19 0,075 0,39 2,56 10,05 301,50 Rp239.692

1:1,67 (fly ash) 1299,0 0,30 0,075 0,25 4,01 15,71 471,40 Rp374.760

Bata 1500 0,5 0,075 0,15 6,67 26,13 784,00 Rp623.280

Thermal

transmittance

(U)= 1/R

Q beton ringan =

U x A x Δt x t

(kWh/hari)

Q beton ringan

selama 30 hari

(kWh)

Biaya akb

pemakaian energi=

Q x Rp 795

Campuran ρ(kg/m3) λ (W/m.K)

tebal

dinding

w (m)

Thermal Resistance

(R) = w/λ

Asumsi

Luas dinding= 49 m2(luas ruang= 3mx4m, tinggi 3,5 m; penutup atap tidak diperhitungkan;tanpa jendela dan pintu)

Beda suhu Δt= 8 (perbedaan suhu 330C dan 250 C)

durasi t = 10 jam

AC bekerja terus-menerus selama 10 jam

Page 11: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

11

mixer biasa sehingga lebih sedikit foam yang pecah untuk menghasilkan FC yang seragam.

Sedangkan pencampuran secara konvensional hanya mampu melakukan putaran pada satu

sumbu putar sehingga susah untuk menghasilkan FC yang seragam.

Gambar V.7 Mekanisme putaran berpilin pada Mixer khusus Foam Concrete

Walaupun sudah menggunakan mixer khusus untuk FC namun deviasi produk masih

besar. Deviasi yang besar ini terlihat dari perbedaan densitas yang cukup besar pada 1 jenis

campuran sehingga menimbulkan deviasi harga kuat tekan pada campuran yang sama.

Deviasi yang besar dari tiap campuran tergambarkan pada tabel sebagai berikut

Gambar V.8 Grafik perbandingan densitas pada hari ke-7,14 dan 28

Gambar V.9 Grafik perbandingan kuat tekan pada hari ke-7,14 dan 28

5.3 Kelayakan Foam Concrete sebagai Insulator dinding

Setelah dilakukan perbaikan campuran, campuran air: semen: fly ash = 0,5: 1: 1,67

dengan perbandingan mortar: foam= 0,4: 0,6 adalah campuran yang memenuhi persyaratan

sebagai dinding maupun insulator termal. Campuran ini menghasilkan nilai kuat tekan yaitu

Page 12: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

12

3,92 MPa (yang diisyaratkan oleh SNI 03-0349-1989 adalah di atas 2,5 MPa) serta nilai

konduktivitas termal sebesar 0,30 W/m.K.

FC semen- pasir hanya dapat dimanfaatkan sebagai dinding partisi insulasi termal

(tidak sebagai dinding struktural) karena tidak memenuhi SNI 03-0349-1989 karena memiliki

konduktivitas termal yang rendah. Sebagai partisi insulasi termal, FC semen-pasir hanya

harus mampu menahan beratnya sendiri karena FC hanya difungsikan untuk menahan laju

kalor bukan menahan beban seperti struktur. Untuk menunjukkan kemampuan FC dalam

menahan beratnya sendiri maka metode perhitungan kekuatan ASD dapat dipergunakan

untuk analisis. Metode ASD (Allowable Stress Design) adalah suatu metode penghitungan

struktur untuk menentukan besar gaya yang mampu ditopang suatu material sesuai dengan

karakteristik mekanik dari bahan tersebut setelah dikali dengan faktor aman. Berdasarkan

data kuat tekan di hari ke-28 dan densitas dari setiap campuran analisis tentang tinggi aman

bata beton untuk menopang berat sendirinya dapat dilakukan sebagai berikut Tabel V.9 Tinggi aman FC sebagai insulator termal dalam menahan beratnya sendiri

Dengan melihat hasil perhitungan metode ASD maka FC yang difungsikan sebagai

dinding partisi dapat menahan beratnya sendiri hingga ketinggian 48 m.

5.4 Tebal dinding optimum untuk Menahan Laju Kalor

Pengembangan volume foam menciptakan pori udara pada FC. Udara yang terjebak di

dalam pori FC mampu menghambat konduksi panas (Kadir, 2010). Bahan yang mampu

menghambat konduksi panas memiliki nilai konduktivitas panas yang rendah. Dalam usaha

menghambat perpindahan panas dalam durasi waktu dan suhu tertentu, suatu material harus

memiliki ketebalan tertentu. Adapun ketebalan optimum untuk durasi waktu dan suhu

tertentu yaitu Tabel V.10Tebal optimum dan waktu maksimum Foam Concrete dalam menahan perpindahan kalor

5.5 Optimasi Pemilihan Konduktivitas Termal dan Kuat tekan

Penghematan biaya operasional AC pada ruangan merupakan tujuan utama dari

penggunaan foam concrete sebagai insulasi termal. Nilai kuat tekan FC didapat dari mix

design yang telah ditentukan dan untuk menghasilkan kuat tekan tersebut maka menyebabkan

keluarnya sejumlah biaya untuk produksi. Kedua aspek tersebut dapat ditinjau dari sudut

1:0,67 0,18 3189,059 920,701 6,7 12,54

1:1 0,18 2838,472 811,246 7,5 10,11

1:1,5 0,21 1965,070 774,059 9,9 5,78

1:2 0,19 1658,845 716,401 10,8 4,83

1:1,67 0,30 2857,587 1298,963 7,6 9,65

catatan:

durasi t menahan kalor= 10 jam= 36000 sekon

ketebalan produk, wproduk = 7,5cm = 0,075 m

Campuran λ (W/m.K) Cp (J/kg.K) ρ(kg/m3)

w optimum utk menahan

transfer panas selama

10 jam(cm)

waktu maks imum, t

maks untuk w=7,5 cm

(jam)

Page 13: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

13

pandang yang sama yaitu dari sejumlah nilai uang yang bisa dihemat dan biaya produksi.

Hubungan antara besarnya densitas dengan penghematan listrik untuk AC dengan besarnya

densitas dan biaya produksi yang dikeluarkan dapat digambarkan dengan persamaan garis.

Dari kedua garis itu dapat dicari pertemuan kedua garis persamaan tersebut yang merupakan

titik optimum. Besarnya penghematan biaya operasional AC pada ruang berdinding FC dan

biaya produksi FC dalam menciptakan nilai kuat tekan direkap dalam tabel sebagai berikut Tabel V.11Tabel densitas-penghematan

Tabel IV.12Tabel densitas-biaya produksi per m3

Dari kedua tabel tersebut dapat dibuat grafik beserta persamaan yang menyatakan hubungan

antar densitas yaitu

Gambar V.10 Optimasi densitas dan biaya

Biaya produksi berbanding terbalik dengan densitas FC dimana dari kemiringan garis

(gradien) persamaan intrapolasi dari keempat titik berharga negatif. Sedangkan penghematan

biaya operasional AC pada ruang berdinding FC relatif berbanding lurus dengan densitas FC

dimana kemiringan garis (gradien) persamaan intrapolasi berharga positif. Kedua persamaan

garis tidak saling bersinggungan sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada biaya optimum

dalam range densitas benda uji. Bila kedua garis persamaan diperpanjang (ekstrapolasi) maka

densitas FC optimum untuk penghematan biaya operasional AC dengan biaya produksi FC

didapat sebesar 1590,17 kg/m3. Ini menyebabkan baik besar penghematan dan biaya produksi

yang terjadi adalah sebesar Rp 449.739,50. Karena titik optimum densitas berada di luar

range maka besar penghematan dan biaya produksi dapat terjadi sebesar Rp 449.739,50 bila

dalam kondisi sesuai dengan persamaan garis.

1: 0,67 920,77 Rp395.186

1:1 811,25 Rp401.468

1:1,5 784,88 Rp367.158

1: 2 716,4 Rp383.588

Penghematan thd

dinding bataρ(kg/m3)Campuran

1: 0,67 920,77 Rp1.542.830

1:1 811,25 Rp1.666.683

1:1,5 784,88 Rp1.908.527

1: 2 716,4 Rp2.074.717

Biaya produksi

per m3Campuran ρ(kg/m3)

Page 14: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

14

6 Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Dinding FC campuran semen-pasir mampu menghemat energi operasional listrik untuk AC

sebanyak 59-64% (untuk campuran semen-pasir) dan 40% (untuk campuran semen-fly ash)

terhadap dinding bata. Namun dengan mempertimbangkan optimasi biaya produksi dan

penghematan biaya operasional AC maka didapat densitas optimal FC yaitu 1590,17 kg/m3

dengan biaya produksi dan penghematan biaya operasional AC sebesar Rp 449.739,50.

Dari kelayakan secara struktural, mix design FC dengan campuran semen- pasir (semen:

pasir= 1:0,67; 1:1; 1:1,5; 1:2) hanya dapat difungsikan sebagai partisi insulasi termal karena

tidak memenuhi SNI 03-0349-1989. Sebagai insulator termal, FC memiliki konduktivitas

termal antara 0,18-0,21 W/m.K. FC dengan mix design semen: fly ash= 1: 1,67 sudah

memenuhi SNI 03-0349-1989 dengan konduktivitas termal sebesar 0,30 W/m.K.

6.2 Saran

Untuk melakukan penelitian sejenis disarankan untuk

1. Melakukan penggunaan agregat halus berbutir kecil (diameter < 1,18 mm) agar tidak

terjadi segregasi dan foam FC tidak pecah saat pencampuran base mix dengan foam.

2. Trial error pengukuran densitas foam.

Saran Pengembangan

Adapun saran yang bisa diberikan untuk pengembangan berikutnya yaitu

1. Penelitian FC dengan penambahan admixture yang mampu mempercepat pengerasan

beton (accelerator) perlu dilakukan untuk menghasilkan produksi FC yang lebih

banyak.

2. Penelitian FC dengan memanfaatkan material lokal dengan berat jenis rendah seperti

serbuk kayu, batu apung dapat dilakukan sebagai tambahan variasi agregat.

3. Penelitian FC dengan menjadikan komposisi foam sebagai variabel dapat dilakukan

untuk menghasilkan jumlah produksi, kuat tekan serta konduktivitas termal yang

optimal.

4. Penelitian FC dengan memperhitungkan kuat lentur perlu dilakukan untuk kasus

pengecoran secara in-situ.

Referensi

Al-Jabri,KS dkk. (2004) : Concrete Blocks for Thermal Insulation in Hot Climate. Science Direct: Cement and

Concrete Research 35 (2005) 1472-1479

Ashby, M.F. (1992) : Materials Selection in Mechanical Design. UK: Pergamon Press

ASTM. (1999) : Standard Test Method for Thermal Conductivity of Refractories by Hot Wire, ASTM C 1119-

99. American Society for Testing and Material

ASTM. (1997) : Standard Test Method for Mean Specific Heat of Thermal Insulation, ASTM C 351-92b.

American Society for Testing and Material

ASTM. (1997) : Standard Test Method for Thickness and Density of Blanket or Batt Thermal Insulation,

ASTM C 167-93. American Society for Testing and Material

ASTM. (1997) : Standard Test Method for Measuring Compressive Properties of Thermal Insulation, ASTM C

167-93. American Society for Testing and Material

Badan Standardisasi Nasional. (1989) : SNI 03-0349-1989 tentang Bata Beton untuk Pasangan Dinding. Badan

Standardisasi Nasional: Jakarta

Bapedal, 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya

dan Beracun, Sekretariat Bapedal, Jakarta

Bbc.co.uk. 2011. Emisi Gas CO2 Buka Rekor Baru. http : / / www. bbc. co. uk / indonesia / dunia / 2011 / 05 /

110530 _ co2record. shtml (31 Mei 2011 - 01:00 WIB) (diakses 7 Juni 2012)

British Cement Association, Foamed Concrete, Composition and Properties, 1994 Ref. 46.042, 4 pp.

BKPM. 2011. Iklim: Kelembapan dan Suhu. http: // bekas. bkpm. go. id /id/ indonesia_brief/ climate

(diakses 19 Agustus 2011)

Page 15: Studi Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam ... · termal maka dilakukan uji densitas ... Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga

15

Cole R.J. and Kernan P.C. (1996) : Life-Cycle Energy Use In Office Buildings. Building

and Environment, Vol. 31, No. 4, pp. 307-317

Close, Paul Dunham. 1966. Sound Control and Thermal Insulation of Building. New York: Reinhold Publishing

Corporation

Delbin, S., Gomes da Silva, Vanessa. (2005) : Energy Efficiency Simulation of Buildings in Brazil: Proposal of

Methodology for Insertion in Design Practice. Sustainable Building Conference, Tokyo, 27-29

September 2005

Detikfinance. 2012. Gawat! Cadangan Minyak RI Habis 12 Tahun Lagi. http:// finance. detik. Com /read /2012

/04/05/124625/1885898/1034/gawat-cadangan-minyak-RI-habis-12-tahun-lagi Kamis, 05/04/2012

12:53 WIB (diakses 7 Juni 2012)

Green Building Council Indonesia, 2010, “Greenship Rating Tools untuk Gedung Baru versi 1.0”, Jakarta

Hasan, Syamsuri et al. (2011) : Audit Energi Untuk Pemakaian Air Conditioning (AC) Pada Gedung

Perkantoran Dan Ruang Kuliah di UPI. http://www.scribd.com/doc/76205097/Audit-Energi-Air-

Conditioning-06-03-11 (diakses 20 Agustus 2011)

Hariawan,JB. (2007) : Pengaruh Perbedaan Karakterstik Tipe Semen Ordinary Portland Cement (OPC) dan

Portland Composite Cement (PPC) Terhadap Kuat Tekan Mortar. http:// www. gunadarma. ac. Id /

library /abstract/gunadarma_10302047-skripsi_fpsi.pdf (diakses 1 April 2012)

Hicks, Tyler. (2004) : Standard Handbook of Engineering Calculations: Fourth Edition. Mc GrawHill. http:

www. digitalengineeringlibrary.com

Jones dkk. (2001) : Specification for Foamed Concrete. TRL Limited: British

Jones,MR dkk. (2006) : Heat of Hydration in Foamed Concrete: Effect of Mix Constituents and Plastic Density.

Elsevier: Cement and Concrete Research 36 (2006) 1032-1041

Jones MR, McCarthy A. (2005) : Preliminary Views On The Potential Of Foamed Concrete As A Structural

Material. Mag Concr Res 2005;57:21–31.

Jones, M.R, McCarthy. (2005) : A, Utilising Unprocessed Low-Lime Coal Fly ash In Foamed Concrete, Fuel 84

(2005) 1398–1409

Kadir,Aeslina Abdul dkk. (2010) : Density, Strength, Thermal Conductivity and Leachate Characteristics of

Light-Weight Fired. International Journal of Civil and Environmental Engineering 2(2010)4,pp179-

184.

Kibert, C.J. (2008) : Sustainable Construction. USA: John Wiley

Kutz, Myer. (2006) : Heat Transfer Calculations. USA: Mc Graw-Hill

Lab Fisika Dasar. (2011) : Modul Praktikum Fisika Dasar I. Bandung: Penerbit ITB

Mohhamed, Bashar S. (2009) : Papercrete as Infill Materials for Composite Wall System. European Journal of

Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.34 No.4 (2009), pp.455-462

Munir, Misbachul. 2008. Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) untuk Hollow Block yang Bermutu dan Aman

bagi Lingkungan. Thesis tidak dipublikasikan. Program magister Ilmu Lingkungan Universitas

Diponegoro Semarang

Neville& Brand,AM. (1981): Cements Based Compsites. London: E&FN Spon

Othuman, Md Azree and Wang,Y.C. (2011) : Elevated-Temperature Thermal Properties of Lightweight Foamed

Concrete. ScienceDirect: Constrcution and Building Materials 25 (2011) 706-716.

Publiknasional.com. 2012. Diduga, 53 Perusahaan Buang Limbah Sembarangan. http:// publiknasional. Com /

index . php? option=com _ content & view = article & id = 1254 : diduga – 53-perusahaan-buang-

limbah-sembarangan&catid=36:jawa-timur Selasa, 06 Maret 2012 23:01 (diakses 7 Juni 2012)

PLN. 2011: PLN Statistics 2010. Corporate Secretary PT PLN (Persero) ISSN : 0852 - 8179

No. 02302.110722

Rachman, Abdul dkk. (2008) : Pembuatan Bata Beton Ringan untuk Diterapkan di IKM Bahan Bangunan.

Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 12 No.33 April 2008:10-16

Seputarindonesia.com, 2012. Pabrik Masih Buang Limbah Seenaknya, http:// www. seputar-indonesia. Com /

edisicetak / content /view/499637/ 1 Juni 2012 (diakses 7 Juni 2012)

Shalahuddin, Muhammad. (2009) : Pengaruh Penambahan Fly ash Batu Bara Campur Kayu Pada Kuat Tekan

Beton. Jurnal Sains dan Teknologi 8 (2), September 2009: 58-65

Simatupang, Partogi dkk. (2011) : The Comparison of Microscopic and Macroscopic Characteristics between

Low Calcium Fly ash Geopolymer Binder and High Calcium Fly ash Geopolymer Binder Using

Indonesian Fly ash. Proceedings of The 3rd

International Conference of European Asian Civil

Engineering Forum (EACEF), Yogyakarta-Indonesia, (ISBN. 978-602-8817-30-1)

Sutiyono, Arga Paradita. (2009) : Outlook Industri Semen 2010. http:// www. asiasecurities. co. Id / sys12x

/images / stories/ Riset%20Desember/outlook_semen_2010.pdf (diakses 1 Februari 2012)

Zulkarnain, Fahrial dkk. 2011. Performance and Characteristic Foamed ConcreteMix design with Silica Fume

for Housing Development. International Journal of Academic Research Vol 3. No.2 March ,2011,

Part IV