Studi Pengaruh Lama Pengukusan dan Kadar Bumbu …
Transcript of Studi Pengaruh Lama Pengukusan dan Kadar Bumbu …
Studi Pengaruh Lama Pengukusan dan Kadar Bumbu Terhadap Kualitas Keripik Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
dengan Metode Penggorengan Vacum
Study The Effect Of Steaming Time And Seasoning Measure The Quality Of Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) Chips
with Vacuum Frying Method
Oleh
LUKMANUL HAKIM L G 311 09 273
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
Studi Pengaruh Lama Pengukusan dan Kadar Bumbu Terhadap Kualitas Keripik Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
dengan Metode Penggorengan Vacum
Study The Effect Of Steaming Time And Seasoning Measure The Quality Of Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) Chips
with Vacuum Frying Method
Oleh
LUKMNUL HAKIM L G 311 09 273
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada
Jurusan Teknologi Pertanian
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Studi Pengaruh Lama Pengukusan dan Kadar Bumbu Terhadap Kualitas Kripik Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dengan Metode Penggorengan Vacum
Nama : Lukmanul Hakim L Stambuk : G 311 09 273 Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan
Disetujui
1. Tim Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Mulyati M. Tahir, MS Pembimbing I
Ir. Nurlaila Abdullah, MS Pembimbing II
Mengetahui
2. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Mulyati M. Tahir, MS Nip. 19570923 198312 2 001
3. Ketua Panitia Ujian Sarjana
Ir. Nandi K. Sukendar,M.App.Sc Nip. 19571103 198406 1 001
Lukmanul Hakim (G31109273). Study The Effect Of Steaming Time
And Seasoning Measure The Quality Of Oyster Mushroom
(Pleurotus ostreatus) Chips with Vacuum Frying Method. Supervised
by Mulyati M.Tahir dan Nurlaila Abdullah.
ABSTRACT
Oyster mushroom is a fungus that grows on tropical forests in Indonesia, but the cultivation and using of oyster mushroom is still a bit because of less knowledge about the cultivation and processing. This study aimed to produce oyster mushroom chips which has a good taste, flavor and crunchy texture. Processing steps of chips oyster mushrooms were washing steps, shreding, steaming, draining, mixing glasur flour, mixing spices, warapping, frying, pressing. The oyster mushroom chips processing consists of six treatments. They were A1B1 (25% + 25% tapioca flour steaming bread + 1 min + 5% flavoring), A1B2 (25% + 25% cassava flour bread flour 1 mins + steaming + 10% flavoring), A2B1 (25% flour 25% tapioca flour + bread + steaming + 3 min 5% flavoring), A2B2 (25% + 25% cassava flour bread flour 3 mins + steaming + 10% flavoring), A3B1 (25% + 25% cassava flour bread flour + steaming 5 min + 5% flavoring), A3B2 (25% + 25% cassava flour bread flour + steaming 5 min + 10% flavoring). Data was processed by descriptive quantitative. Parameters were proteins, fats, carbohydrates, moisture content, ash content, in the best result of obtained from organoleptic testing color, aroma, texture, flavor. Based on organoleptic test, treatment A1B1 (25% + 25% cassava flour bread flour 1 min + steaming + 5% flavoring) was the best treatment. It had protein content of 11.16%, 24.02% fat, 51.59% carbohydrate, 8.62% moisture content, ash content of 4.61%. Keywords: oyster mushrooms, processing, chips.
Lukmanul Hakim (G31109273). Studi Pengaruh Lama Pengukusan
dan Kadar Bumbu Terhadap Kualitas Keripik Jamur Tiram
(Pleurotus ostreatus) dengan Metode Penggorengan Vacum.
Dibawah bimbingan Mulyati M.Tahir dan Nurlaila Abdullah.
RINGKASAN
Jamur tiram merupakan suatu jenis jamur yang banyak tumbuh di hutan-hutan tropis di Indonesia, namun budidaya dan pemanfaatannya masih sedikit karena kurangnya pengetahuan tentang budidaya dan pengolahannya. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk kripik jamur tiram yang memiliki cita rasa yang baik dan diharapkan dapat diterima konsumen seperti pada produk kripik pada umumnya yang memiliki cita rasa dan aroma yang khas serta tekstur yang renyah. Pembuatan kripik jamur tiram meliputi tahap pencucian, penyuiran, pengukusan, penirisan, pencampuran tepung glasur, pencampuran bumbu, pembaluran, penggorengan, pengepresan. Pengolahan kripik jamur tiram ini terdiri dari enam perlakuan yaitu A1B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 1 menit + 5% bumbu ), A1B2 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 1 menit + 10% bumbu ), A2B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 3 menit + 5% bumbu ), A2B2 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 3 menit + 10% bumbu ), A3B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 5 menit + 5% bumbu ), A3B2 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 5 menit + 10% bumbu ). Pengolahan data dilakukan secara diskriptif kuantitatif. Analisa yang dilakukan meliputi analisa protein, lemak, karbohidrat, kadar air, kadar abu berdasarkan hasil terbaik yang diperoleh dari pengujian organoleptik warna, aroma, tekstur, rasa. Berdasarkan uji organoleptiok, perlakuan A1B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 1 menit + 5% bumbu ) merupakan perlakuan terbaik. Kripik yang dihasilkan memiliki karakteristik yaitu kadar protein 11,16 %, kadar lemak 24,02 %, karbohidrat 51,59 %, kadar air 8,62 %, kadar abu 4,61%. Kata kunci: Jamur tiram, Pengolahan, Kripik.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Studi Pembuatan Kripik
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) dengan Metode Penggorengan
Vacum merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
pada Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan
terima kasih yang sangat besar kepada Prof. Dr. Ir. Hj. Mulyati M.Tahir,
MS dan Ir. Nurlaila Abdullah, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberi banyak saran, arahan, bimbingan, dan motivasi selama
penelitian hingga skripsi ini selesai.
Melalui kesempatan ini pula, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada seluruh dosen di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
yang telah memberikan banyak Ilmu selama penulis berkuliah,
Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan
skipsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
Makassar, Januari 2014
Lukmanul Hakim
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang tak akan ada habisnya penulis ucapkan kepada
kedua orang tua penulis. Ibunda tercinta, Nurmi dan Ayahanda yang
selalu penulis banggakan, Laendre. Terima kasih atas segala doa dan
dorongan yang selalu diberikan kepada penulis, terima kasih untuk
semuanya.
Demikian halnya dengan saudara-saudara penulis Safaruddin
dan Rahmad yang selalu memberi semangat dengan caranya sendiri.
Permohonan maaf juga penulis sampaikan jika ada perkataan dan
perbuatan yang tidak berkenan di hati Saudara-saudaraku.
Untuk teman-teman KKN (the Singki’s) kanda ilho,indra, iwan, achy,
desta, lisa yang telah menjadi partner dan sahabat serta pendukung
selama KKN dan pastinya takkan terlupakan kenangan bersama kalian.
Spesial Thanks untuk sahabat the_texa ITP 09 Tariq Hussein,
Abdul halim, Naziruddin AB, Mutawakkil, Suhartono Akkas, Huzain Hasan
A.P, Hasri, Ahmad Husain, Muh.Fadlyl hasqial, Adhyatma anshari, Agy
kusuma iskandar, Jhon fiscer, stevano wiliam kakisina, F.I Ramadhan
Natsir, Khusnul khatimah salman, Surya ashar akbar, Hamzah, Wahdiyat
rahmat, Firman salim, Asriyanti, Hasrayanti, A. Tenri padauleng T.B.P,
Riska vivi alvira syam, Noviyanti, Yolanda F. Margareta, Idha reskia
rustan, Nur aliyah zulkarnain, Husnul khatimah yasin, Mukarramah lubis,
Munirah muchtar, Hikma sulaiman, Rahmadana S, In srikandi, Ummu
farah fadilla, Amrida akkas, Muhpidah, Nuraidah, Musdalifah umar, Anita
Puspita sari, Iffah auliyah, Sri Mantan sari, Hasriani, hari-hari bersama
kalian adalah hari-hari dimana mengenal arti sebuah sahabat, hari dimana
mengerti arti sebuah persaudaraan, hari dimana mengenal arti sebuah
kebersamaan, hari dimana mengenal kampus dan perkuliahan meski suka
dan duka, dan hari yang terindah dan kan menjadi sebuah kenangan.
Teguran, candaan, dan pujian dari teman-teman adalah hal yang akan
menyertai kenangan kita, kalimat terakhir yang aku ingin tulis “
pesaudaraan dan kebersamaan yang sudah kita lalui semoga selalu ada
dan tersimpan buat aku dan kalian” terimakasih untuk semuanya dan
sukses selalu.. AMIN.
Makassar, Januari 2014
Penulis
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis bernama lengkap Lukmanul Hakim L,
anak kedua dari tiga bersaudara pasangan
Laendre dan Nurmi. Penulis lahir di Tetewatu
pada tanggal 3 januari 1990. Pendidikan formal
yang pernah dijalani penulis adalah:
1. TK PKK Irennuang, soppeng. Tahun 1995-1996
2. SDN 123 Tetewatu, soppeng. Tahun 1996-2002
3. SMPN 3 Kabawo, Muna Sutral. Tahun 2002-2005
4. SMAN 1Lilirilau,soppeng . Tahun 2005-2008
5. Pada Tahun 2009 penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Hasanuddin Program Strata Satu (S1) dan tercatat sebagai
mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar dengan nomor induk mahasiswa G311 09 273.
Selama kuliah, Penulis bergabung dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Teknologi Pertanian Unhas (HIMATEPA UH) sebagai
pengurus periode 2010-2011. Selain itu, penulis juga sempat mengikuti
Pendidikan Dasar UKM Sepak Bola Unhas tahun 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamur Tiram(Pleurotus ostreatus) ............................................. 4
B. Tepung Glasur .......................................................................... 7
C. Bumbu-bumbu .......................................................................... 10
D. Pengukusan ............................................................................. 16
E. Penggorengan ......................................................................... 16
F. Vacum Frier ............................................................................... 17
G. Spiner ........................................................................................ 18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ................................................................... 19
B. Alat dan Bahan ......................................................................... 19
C. Prosedur Penelitian .................................................................. 19
1. Pembuatan Bumbu ............................................................... 19
2. Penelitian pendahuluan ......................................................... 20
3. Penelitian utama ................................................................... 21
D. Perlakuan penelitian .................................................................. 22
E. Paremeter Pengamatan ............................................................ 23
1. Analisis kadar air .................................................................. 23
2. Analisis kadar karbohidrat ..................................................... 23
3. Analisis kadar lemak ............................................................. 24
4. Analisis kadar protein ............................................................ 24
5. Analisis kadar abu ................................................................. 25
6. Uji organoleptik ..................................................................... 26
F. Pengolahan Data ....................................................................... 26
Diagram alir ............................................................................... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian Pendahuluan............................................................. 28
B. Penelitian Utama ....................................................................... 29
a) Uji organoleptik .................................................................... 29
1. Warna ............................................................................. 29
2. Arom ............................................................................... 33
3. Tekstur ............................................................................ 36
4. Rasa ............................................................................... 39
b) Analisis Proximat.................................................................. 42
1) Kadar protein .................................................................. 43
2) Kadar lemak .................................................................... 45
3) Karbohidrat ..................................................................... 46
4) Kadar air ......................................................................... 47
5) Kadar abu ....................................................................... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 50
B. Saran ........................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 51
LAMPIRAN ......................................................................................... 54
DAFTAR TABEL
NO Judul Halaman
1. Kandungan Gizi Jamur Tiram .......................................................... 6
2. Komposisi Kimia Tepung beras ....................................................... 9
3. Komposisi Kimia Buah Lada per 100 gram Bahan (%) .................... 14
4. Rancangan Perlakuan Penelitian Pendahuluan .............................. 20
5. Rancangan Perlakuan Penelitian Utama ......................................... 22
6. Hasil Analisis Proximat Kripik Jamur Tiram Perlakuan Terbaik ....... 43
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Diagram Alir Proses pembuatan Kripik Jamur Tiram ...................... 27
2. Hasil Uji Organoleptik Parameter Warna pada Produk Kripik
Jamur Tiram ................................................................................... 31
3. Hasil Uji Organoleptik Parameter Aroma pada Produk Kripik
Jamur Tiram ................................................................................... 34
4. Hasil Uji Organoleptik Parameter Tekstur pada Produk Kripik
Jamur Tiram ................................................................................... 37
5. Hasil Uji Organoleptik Parameter Rasa pada Produk Kripik
Jamur Tiram ................................................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Uji organoleptik .............................................................................. 54
a) Warna ........................................................................................ 54
1) Tabel hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur
Tiram perlakuan A1B1........................................................... 54
2) Tabel hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur
Tiram perlakuan A1B2........................................................... 55
3) Tabel hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur
Tiram perlakuan A2B1........................................................... 55
4) Tabel hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur
Tiram perlakuan A2B2........................................................... 56
5) Tabel hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur
Tiram perlakuan A3B1........................................................... 56
6) Tabel hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur
Tiram perlakuan A3B2........................................................... 57
b) Aroma ........................................................................................ 58
1) Tabel hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur
Tiram perlakuan A1B1........................................................... 58
2) Tabel hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur
Tiram perlakuan A1B2........................................................... 58
3) Tabel hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur
Tiram perlakuan A2B1........................................................... 59
4) Tabel hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur
Tiram perlakuan A2B2........................................................... 59
5) Tabel hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur
Tiram perlakuan A3B1........................................................... 60
6) Tabel hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur
Tiram perlakuan A3B2........................................................... 60
c). Tekstur ........................................................................................ 61
1) Tabel hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur
Tiram perlakuan A1B1 .......................................................... 61
2) Tabel hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur
Tiram perlakuan A1B2 .......................................................... 61
3) Tabel hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur
Tiram perlakuan A2B1 .......................................................... 62
4) Tabel hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur
Tiram perlakuan A2B2 .......................................................... 62
5) Tabel hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur
Tiram perlakuan A3B1 .......................................................... 63
6) Tabel hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur
Tiram perlakuan A3B2 .......................................................... 63
d). Rasa ........................................................................................... 64
1) Tabel hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur
Tiram perlakuan A1B1 .......................................................... 64
2) Tabel hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur
Tiram perlakuan A1B2 .......................................................... 64
3) Tabel hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur
Tiram perlakuan A2B1 .......................................................... 65
4) Tabel hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur
Tiram perlakuan A2B2 .......................................................... 65
5) Tabel hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur
Tiram perlakuan A3B1 .......................................................... 66
6) Tabel hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur
Tiram perlakuan A3B2 .......................................................... 66
2. Uji proximat .................................................................................... 67 1) Tabel Hasil pengujian Kadar Air .............................................. 67 2) Tabel Hasil pengujian Kadar Abu ............................................ 67 3) Tabel Hasil pengujian Kadar Protein ....................................... 67 4) Tabel Hasil pengujian Kadar Lemak ........................................ 68 5) Hasil perhitungan kadar karbohidrat ........................................ 68
3. Dokumentasi Gambar .................................................................... 69
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alami berupa jamur tiram yang
tumbuh dihutan-hutan tropis tetapi budidayanya terbatas dipulau jawa.
Pemanfaatan jamur masih sangat sedikit, hal ini di karenakan
kurangnya pengetahuan tentang cara membudidayakan dan
pengolahan jamur itu sendiri. Jenis jamur yang sudah mulai di
usahakan khususnya di kawasan timur Indonesia yaitu jamur tiram.
Salah satu tempat budidaya jamur tiram yaitu di BBPP (Balai Besar
Pelatihan Pertanian) kabupaten gowa, Sulawesi selatan.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur yang hidup di kayu
yang mempunyai cirri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga
krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang
tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram termasuk jamur
pangan potensial yang mempunyai nilai gizi tinggi.
Pemanfaatan dari jamur tiram masih sedikit, salah satu bentuk
pemanfaatan dari jamur tiram yaitu nugget jamur tiram dan kebanyakan
jamur tiram yang sudah di panen hanya di suplay di supermarket. Dari
segi ekonomi jamur tiram masih mempunyai nilai ekonomi yang rendah,
hal ini di karenakan masih kurangnya produk olahan yang di usahan
dari jamur tiram. Untuk meningkatkan nilai ekonomi dari jamur tiram
perlu diusahakan berbagai macam produk olahan yang nantinya akan
memberi nilai tambah. Salah satu produk olahan dari jamur tiram yang
dapat di usahakan yaitu Kripik Jamur Tiram.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian
yang dapat mendukung untuk menghasilkan keripik jamur tiram yang
berkualitas dengan sistem penggorengan vacum. Untuk itu, pada
peneIitian ini dilakukan rangkaian metode modifikasi tepung glasur,
pengaruh lama pengukusan dan jumlah bumbu yang digunakan.
Penggorengan jamur tiram dengan vacum frier tanpa menggunakan
tepung glasur menghasilkan kripik yang liat dan kurang renyah, oleh
karena itu dalam penelitian ini di ujikan menggunakan glasur aneka
tepung sebagai parameter perlakuan.
B. Rumusan masalah
Produk olahan jamur tiram bentuk kering yang ditemukan
dimasyarakat ada yang berupa kripik tanpa glasur tepung dan ada yang
menggunakan tepung glasur. Pada pembuatan kripik jamur tiram perlu
di perhatikan beberapa aspek yang dapat menghasilkan kripik jamur
tiram yang berkualitas tinggi. Salah satu aspek yang sangat penting
yaitu jenis dan komposisi tepung glasur yang akan digunakan sebab
apabila jenis dan komposisi tepung glasur yang digunakan tidak sesuai
maka kripik jamur tiram yang di hasilkan akan memiliki kualitas yang
rendah. Kripik jamur tiram yang tidak menggunakan tepung glasur
menghasilkan kripik yang liat dan agak keras. Selain itu hal yang perlu
diperhatikan adalah proses penggorengan. Dengan proses
penggorengan yang tepat akan memberikan hasil keripik yang
berkualitas. Metode penggorengan yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode vacum. Penggorengan vacum dapat mempertahankan
kandungan gizi, menghasilkan tekstur yang renyah dan warna
yang bagus.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai pada penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui formulasi tepung glasur yang tepat pada
pembuatan kripik jamur tiram dengan sistem penggorengan vacum.
b. Untuk mengatahui pengaruh perlakuan pengukusan jamur tiram
pada pembuatan kripik jamur tiram terhadap mutu hasil olahan.
c. Untuk mengetahui kandungan nilai gizi pada kripik jamur tiram yang
dihasilkan setelah melalui sistem penggorengan vacum.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi
kepada masyarakat, industri pangan, maupun peneliti tentang
proses pembuatan kripik jamur tiram yang berkualitas baik dan
bentuk olahan lain yang dapat diusahakan dari jamur tiram.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamur Tiram(Pleurotus ostreatus)
Jamur adalah organism berinti,berspora, tidak berkelorofil,
berupa benang-benang bercabang. Dinding sel terdiri dari
selulosa,khitin atau keduanya. Hidupnya tergantung dari zat-zat organic
yang terdapat pada substrak yang digunakansebagai tempat
tumbuhnya, oleh karena itu jamur digolongkan sebagai organism
heterotrof (Alexopoulus&Mims, 1996).
Jamur tiram dalam bahasa latin dinamakan Pleurotus spp. Nama
Pleurotus berasal dari bahasa Yunani “pleuron” yang berarti sisi dan
“ous” yang berarti telinga. Hampir semua jenis jamur Pleurotus memiliki
tubuh buah yang dapat dikonsumsi (Suprapti, 2000).
Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet
menyamping pada kayu yang lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah
yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kering
(tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus dan tangkai
/stipe). Jamur tiram termasuk golongan jamur yang memiliki spora
berwarna. Jamur tiram yang akan di kembangkan adalah jamur tiram
putih (Pleurotus florida) memiliki tudung berwarna putih susu
atau kekuningan dengan garis tengah 3cm-14 cm. Hifa jamur
terdiri atas sel-sel berinti satu dan haploid. Miselium jamur bercabang-
cabang dan pada titik-titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang
disebut sporangium yang tumbuh menjadi tunas dan akhirnya tumbuh
menjadi jamur atau tubuh buah jamur (Marlina dan Siregar.2001).
Klasifikasi lengkap jamur tiram menurut beberapa peneliti dalam
Alexopoulos et al. (1996) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Mycota
Phyllum : Basidiomycota
Kelas : Hymenomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Species : Pleurotus spp.
Menurut Gunawan (2001) jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
memiliki tudung dengan diameter 4-15 cm atau lebih, bentuk seperti
tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang
membentuk corong, permukaan licin, agak berminyak ketika lembab,
tetapi tidak lengket, warna bervariasi dari putih sampai abu-abu,
cokelat.
Tabel 1. Kandungan Gizi Jamur Tiram Berikut ini adalah kandungan gizi
jamur tiram per 100 gram
Uraian pengamatan Kandungan (%)
Protein 13,8
Serat 3,5
Lemak 1,41
Abu 3,6
Karbohidrat 61,7
Kalori 0,41
Kalsium 32,9
Zat Besi 4,1
Fosfor 0,31
Vitamin B1 0,12
Vitamin B2 0,64
Vitamin C 5
Niacin 7,8
Sumber:FAO 1992
Jamur tiram juga memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai
makanan, menurunkan kolesterol, sebagai antibakterial dan antitumor
karena kandungan pleuran, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis
dan enzim oksidasi. Selain itu, jamur tiram juga dapat berguna dalam
membunuh nematoda. Jamur ini juga mempunyai khasiat obat untuk
berbagai penyakit seperti penyakit lever, diabetes, anemia dan penurun
berat badan karena jamur ini berserat tinggi. Adanya kandungan
polisakarida, khususnya Beta-D-glucans pada jamur tiram mempunyai
efek positif sebagai antitumor, antikanker, antivirus (termasuk AIDS),
(Anonim, 2013a).
B. Tepung Glasur
a. Tepung Tapioka(kanji)
Tepung tapioka atau biasa di sebut tepung kanji adalah suatu
bentuk tepung yang terbuat dari singkong. Tepung tapioka apabila di
campur dengan air panas akan menjadi liat atau membentuk seperti
lem, sehingga tepung tapioka sering digunakan sebagai perekat.
Secara sederhana tepung tapioka dapat di buat dengan cara
singkong diparut, diperas, dicuci, diendapkan, diambil sari patinya,
lalu dijemur/keringkan. Salah satu keunggulan tepung tapioka
dibandingkan dengan tepung-tepung lain yaitu tepung tapioka tidak
mengandung gluten sehingga sangat aman dikomsumsi khususnya
bagi masyarakat yang alergi gluten (Anonim, 2012a).
Tepung tapioka digunakan sebagai bahan pengental, bahan
pengisi, dan bahan pengikat dalam industri pangan seperti dalam
pembuatan pudin, sup, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis
daging serta dalam indusrti farmasi. Tepung tapioka juga banyak di
gunakan sebagai bahan pewarna alami pada industri pangan dan
industri tekstil. Selain sebagai pengental tepung tapioka juga
digunakan sebagai pengenyal dalam pembuatan bakso.
Tepung tapioka juga mempunyai kelemahan dalam
penggunaannya yaitu tidak larut dalam air dingin, pemanasannya
memerlukan waktu yang cukup lama, dan pasta yang terbentuk
cukup keras. Karena itu perlu dilakukan modifikasi pada tepung
tapioka. Modifikasi pada tapioka umumnya dilakukan dengan
merendanya dengan asam klorida sehinnga di dapatkan struktur pati
yang lebih renggang, sehingga pati yang termodifikasi lebih mudah
dicampur saat digunakan dalam pembuatan adonan
(Anonim,2013b).
b. Tepung beras
Tepung beras adalah tepung yang di buat dari beras yang
di haluskan atau di giling. Warnanya putih, bila diraba dengan jari
akan terasa lembut dan halus bila di bandingkan dengan tepung
ketan, biasanya di gunakan untuk bahan dasar pembuatan makanan
tradisional. Manfaat utama tepung beras yaitu mudah larut
dengan air dan mempermudah pengeluaran produk dari cetakan.
(Anonim 2012b).
Tepung beras merupakan tepung yang diperoleh dari hasil
proses penggilingan beras. Pada salah satu tahap pemrosesan hasil
panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga
bagian luarnya atau kulit gabah terlepas dari isinya. Bagian isi inilah,
yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam. Beras
secara biologi merupakan bagian biji padi yang terdiri dari aleuron
yang merupakan lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam
proses pemisahan kulit kemudian endosperma yaitu tempat
sebagian besar pati dan protein beras berada, dan embrio yang
merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh
lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan. Sebagaimana
bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati sekitar
80-85% (Arindyah, 2010).
Tabel 2. Komposisi Kimia Tepung beras/100 g
Komposisi Satuan Jumlah
Protein gram 7,0
Lemak gram 0,5
Karbohidrat gram 80,0
Abu miligram 0,5
Air gram 12,0
Sumber: Direkorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1995.
c. Tepung Roti
Tepung roti atau tepung panir adalah sejenis tepung yang
dibuat dari roti kering yang ditumbuk halus. Tepung ini gunanya
untuk memberikan makanan memiliki lapisan luar yang renyah.
Tepung roti biasa digunakan untuk membuat kroket dan sebagainya
(Anonim, 2013c)
Macam-macam tepung roti menurut (Anonim, 2013c)
a) Tepung Roti Putih Basah, digunakan untuk campuran isian ayam
atau daging gulung, mengentalkan adonan puding, cake atau saus
yang bercita rasa manis.
b) Tepung Roti Putih Kering, digunakan untuk membalut ikan, ayam,
daging atau sayuran sebelum digoreng. Membuatnya: letakkan
roti tanpa kulit pada loyang datar selembar-selembar lalu jemur di
bawah matahari sampai kering atau dioven dengan suhu 120°
hingga kering tapi tidak kecoklatan lalu haluskan.
c) Tepung Roti Coklat Kering untuk taburan masakan panggang
seperti potato gratin atau untuk risoles dan kroket. Membuatnya:
sama seperti membuat tepung roti putih kering. hanya suhunya
lebih panas hingga roti berwarna kecoklatan.
d) Panko Flour atau Tepung Panko, tepung roti dengan tekstur yang
lebih kasar dari tepung roti biasa, ada yang berwarna kuning
keemasan dan ada yang berwarna putih. Biasa digunakan untuk
makanan Jepang seperti Katsu atau Tempura.
C. Bumbu-bumbu
Tanaman yang digunakan sebagai bumbu diutamakan
mengandung cukup oleoresin dan minyak atsiri, karena kedua
komponen ini yang sangat penting dalam pembuatan bumbu karena
kandungan oleoresin dan atsiri akan menghasilkan cita rasa dan aroma
yang khas pada bumbu. Oleh karena itu rempah yang akan
dimanfaatkan untuk bumbu harus cukup tua, sehingga kandungan
oleoresin dan minyak atsirinya mencapai optima (Ria, 2012).
Bumbu yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu bawang
putih, bawang merah, pala, ketumbar, lada, garam. Bumbu-bumbu
tersebut dapat memberikan aroma dan rasa pada produk, serta sebagai
pengawet sesuai dengan pernyataan (Marliyati 1995) bahwa bumbu
dari tanaman alam berguna memberikan aroma, rasa yang khas, serta
daya awet tertentu pada suatu produk.
a. Bawang Putih (Allium sativum)
Bawangputih adalah nama tanaman dari genus Allium
sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Bawang putih memiliki
aroma yang khas senggi bawang putih menjadi salah satu bahan
bunbu yang selalu digunakan dalam pengolahan bahan pangan
dikalngan masyarakat. Umbi dari tanaman bawang putih merupakan
bahan utama untuk bumbu dasar. Bawang mentah penuh dengan
senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat kimia yang disebut alliin yang
membuat bawang putih mentah terasa getir atau angur. Bawang
putih mempunyai khasiat sebagai antibiotik alami didalam tubuh
manusia (Anonim,2013d).
Bawang putih dalam keadaan mentah mengandung senyawa
sulfur termasuk zat kimia bernama Alliin. Ketika bawang putih
dimemarkan/dihaluskan, zat aliin yang sebenarnya tidak berbau akan
terurai. Dengan dorongan enzim alinase, aliin terpecah menjadi
alisin, amonia, dan asam piruvat. Bau tajam alisin disebabkan karena
kandungan zat belerang. Aroma khas ini bertambah menyengat
ketika zat belerang (sulfur) dalam alisin diterbangkan ammonia ke
udara, sebab ammonia mudah menguap. Senyawa alisin berkhasiat
menghancurkan pembentukan pembekuan darah dalam
arteri, mengurangi gejala diabetes dan mengurangi tekanan darah
(Dadan Harjana, 2013)
Nilai kandungan gizi bawang putih mentah per 100 g menurut
(USDA Nutrient database) yaitu energi 623 kJ (149 kcal),
karbohidrat 33,06 g, gula 1.00g, diet serat 2,1 g, lemak 0,5 g,
protein 6,39 g, beta-karoten 5 mg (0%), thiamine (Vit. B1) 0,2 mg
(15%), riboflavin (Vit. B2) 0,11 mg (7%), niacin (Vit. B3) 0,7 mg (5%),
asam pantotenat (B5) 0,596 mg (12%), vitamin B6 1,235 mg (95%),
folat (B9 Vit.) 3 mg (1%), vitamin C 31.2 mg (52%), kalsium 181 mg
(18%), zat besi 1,7 mg (14%), magnesium 25 mg (7%), fosfor 153
mg (22%), kalium 401 mg (9%), sodium 17 mg (1%), seng 1,16 mg
(12%), mangan 1,672 mg, selenium 14.2 mg.
b. Bawang Merah
Bawang merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) adalah
sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan Asia
Tenggara dan dunia. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan
adalah umbi, meskipun beberapa tradisi kuliner juga menggunakan
daun serta tangkai bunganya sebagai bumbu penyedap masakan.
Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia Tengah dan Asia
Tenggara (Anonim,2013e).
Kandungan gizi bawang merah dari setiap 100g menurut
(Tarmizi, 2010) yaitu air 80-85 g, protein 1,5 g, lemak 0,3 g,
karbohidrat 9,3 g. Adapun komponen lain adalah beta karoten 50 IU,
tiamin 30 mg, riboflavin 0,04 mg, niasin 20 mg, asam askorbat
(vitamin C) 9 mg. Mineralnya antara lain kalium 334 mg, zat besi 0,8
mg, fosfor 40 mg, dan menghasilkan energi 30 kalori. Senyawa-
senyawa yang bersifat bakterisida dan fungisida diduga juga terdapat
dalam minyak atsiri bawang merah.
Bawang merah selain bermanfaat sebagai pemberi aroma
pada masakan juga bermanfaat mengatasi penyakit lambung, yaitu
dengan membiasakan memakan bawang merah mentah.
Berdasarkan penelitian, bawang merah dapat digunakan untuk
menekan penyakit kencing manis, menurunkan kolesterol dalam
darah, dan memperlancar aliran darah (Rahayu da Nur, 1994).
c. Ketumbar
Ketumbar (Coriandrum sativum L) biasa di manfaatkan
sebagai bumbu masakan dengan di bubuk terlebih dahulu. Ketumbar
dapat memberikan rasa dan aroma yang sedap pada
masakan(Sutejo, 1990). Ketumbar mempunyai aroma yang khas ,
aroma tersebut disebabkan dari komponen kimia yang terdapat di
dalam biji ketumbar. Biji ketumbar banyak mengandng mineral
seperti kalsium,posfor, magnesium, dan besi, selain itu ketumbar
mempunyai kandungan minyak atsiri yaitu senyawa hidrokarbon
beroksigen, senyawa tersebut menimbulkan aroma wangi pada
ketumbar (Guenther, 1987).
d. Lada
Lada berfungsi member rasa pedas selain itu juga
memberikan aroma yang khas. Lada mengandung zat yang
bermanfaat bagi manusia yaitu alkaloid (piperin), eteris, dan resin.
Alkaloid sejenis zat yang mirip dengan nikotin, aerocoline, dan
conicine namun dalam jumlah sedikit sehingga tidak berbahaya bila
di komsumsi. Eteris adalah sejenis minyak yang dapat memberikan
aroma dan rasa sedap. Resin adalah zat yang dapat member aroma
khas (Sarpian,2003).
Kandungan gizi pada lada dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 3. Komposisi kimia Lada per 100 gram
Komponen Komposisi
Air(g) 13
Energi(Kal) 359
Protein(g) 11,5
Lemak(g) 6,8
Karbon(g) 64,4
Kalsium,Ca(mg) 460
Fosfor,F(mg) 200
Besi, Fe(mg) 16,8
Vitamin B(mg) 0,2
Sumber:Ahmad Djaeni Sediaoetama, Ilmu Gizi I(1987)
e. Pala
Pala (Myristica fragrans) atau lebih dikenali dengan buah Pala
adalah rempah-rempah yang banyak di gunakan untuk bumbu
masakan. Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala
dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus,
sayuran, dan minuman penyegar. Pala memberikan rasa pedas hal
ini terjadi karena kandungan minyak atsirinya (Somaatmaja, 1985).
Biji pala banyak mengandung senyawa kimia yang berfungsii
sebagai anti-oksidan, mencegah penyakit Kandungan kimia buah
pala yaitu Energi 42 kkal, Protein 0,3 gr, Lemak 0,2 gr, Karbohidrat
10,9 gr, Kalsium 32 mg Zat Besi 2 mg, Vitamin A 29 IU, Vitamin C 22
mg (Wayan, dkk, 1998).
f. Garam
Garam atau biasa disebut garam dapur atau dalam istilah
kimia Natrium Clorida (NaCl). Garam berfungsi sebagai pemberi cita
rasa, garam juga digunakan sebagai bahan pengawet pada ikan,
daging dan bahan pangan lainnya. Garam mempengaruhi aktivitas
air dari bahan pangan dengan menyerapa air sehingga aktivitas air
akan menurun dengan menurunnya kadar air. Garam dapat
digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba dengan
suatu metode yang bebas dari racun (Buckle et al, 1988).
Tujuan penambahan garam adalah untuk menguatkan rasa
bumbu yang sudah ada sebelumnya.Jumlah penambahan bumbu
tidak boleh terlalu banyak karena akan menutupi rasa bumbu yang
lain dalam makanan. Kebutuhan garam sebagai pemberi cita rasa
yaitu debesar 2-5% dari berat bahan bakunya (Suprapti, 2000).
D. Pengukusan
Pengukusan merupakan salah satu cara pengolahan
bahan pangan melalui pemanasan menggunakan uap air dalam wadah
tertutup. Cara pengolahan ini dianggap sebagai salah satu cara terbaik
untuk mengolah bahan makanan karena menekan pengurangan
nilai gizi dari bahan makanan. Pengukusan lebih baik dari
penggorengan dan perebusan karena jumlah gizi yang hilang dari
bahan pangan lebih sedikit (Lisdiana Facruddin, 1997).
Lama pengukusan dan tinggi suhu pengukusan sangat
berpengaruh terhadap mutu dan tekstur bahan pangan. Suhu yang
terlalu tinggi dan waktu pengukusan yang terlalu lama akan
menyebabkan penurunan mutu dan tekstur bahan pangan. Faktor yang
mempengaruhi kecepatan pengurangan kadar air selama pengukusan
adalah luas, permukaan, konsentrasi zat terlarut dala air panas dan
pengadukan air (Harris, 1989).
E. Penggorengan
Penggorengan merupakan proses pemasakan produk dengan
suhu tinggi. Penggorengan dapat dilakukan dengan menggunakan
minyak atau tanpa menggunakan minyak. Selama proses
penggorengan terjadi proses penyerapan minyak, pemekaran
teksturisasi, perubahan warna, rasa dan pengerasan permukaan pada
bahan pangan. Pada proses penggorengan juga terjadi proses oksida,
perubahan warna minyak dan penyerapan minyak oleh bahan pangan
(Budi, dkk, 2009).
Komposisi bahan pangan yang di goreng akan menentukan
jumlah minyak yang diserap. Bahan pangan yang kandungan air yang
tinggi akan lebih banyak menyerap minyak karena semakin bnyak
ruang kosong yang ditinggalkan oleh air setelah penguapan selam
penggorengan. Selain itu semakin luar permukaan bahan pangan yang
digoreng semakin banyak menyerap minyak (Muchtadi, 2008).
Pemanasan minyak selama proses penggorengan dapat
menghasilkan persenyawaan yang dapat menguap yaitu alkohol, ester,
lakton, aldehida keton dan senyawa aromatik. Aldehid adalah senya
yang paling banyak sehingga menhasilkan aroma yang khas dari hasil
gorengan. Pada umumnya minyak dari tumbahan mempunyai pigmen
karatenoid sehingga menghasilkan warna pada bahan pangan yang di
goreng (Ketaren, 1986).
F. Vacum Frier
Vacum frier adalah alat yang dipakai untuk menggoreng buah-
buahan dan sayuran yang memiliki kadar air tinggi dengan tetap
mempertahan kan warna, aroma, dan cita rasa alami pada buah dan
sayuran tersebit. Penggorengan vacum pada umumnya digunakan
dalam pembuatan kripik (Ferisa septiana, dkk, 2009). Beberapa
keuntungan yang diperoleh dengan penggorengan Vacum
adalah warna, rasa,dan aroma tidak banyak berubah, kandungan
seratnya tinggi, tahan lama meskipun tidak mempergunakan bahan
pengawet (Lastriyanto, 2006).
Produk yang digoreng dengan penggorengan vacum memakai
medium minyak goreng dengan perbandingan 1:8 dari berat bahan.
Pemanasan suhu minyak diatur pada suhu 80-85 0C, karena bila suhu
pemanasan terlalu tinggi maka produk akan mengalami kerusakan.
Tekanan Vacum pada alat ini antara 65-75 CmHg3. Manfaat
penggorengan vacum adalah dapat membuat kadar air pada produk
turun namun tetap mempertahankan warn,aroma dan cita rasa alami
pada produk tersebut (Ferisa septiana, dkk, 2009)
G. Spinner
Spinner merupakan alat atau mesin yang berfungsi untuk
meniriskan atau mengurangi kandungan minyak atau air dari bahan
baku dengan menggunakan sistem putaran. Penggunaan spinner
sangat membantu untuk mengurangi kandungan minyak pada
produk-produk makanan yang digoreng, sehingga dapat meningkatkan
mutu produk dan meningkatkan nilai keawetan produk-produk
tersebut (Anonim 2012b).
Kelebihan menggunakan mesin spinner antara lain, mempercepat
proses pengeringan sehingga sayur atau buah menjadi crispy,
membuat keripik dengan rendah lemak, serta yang terpenting adalah
membuat keripik sayur atau buah menjadi awet (Anonim, 2012c).
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2013
di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Gowa, dan di Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada pembuatan kripik jamur tiram
dengan penggorengan vacum adalah timbangan analitik, panci,
kompor, vacum, wadah, sendok, spinner, sealer, freezer, kemasan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah jamur tiram putih, lada,
pala, ketumbar, garam, air mineral, bawang merah, bawang putih,
tepung roti,tepung tapioka, tepung beras, minyak goreng(Filma),
penyedap rasa.
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Bumbu
Prosedur pembuatan bumbu yang akan dignakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pertama-tama bersihkan bawang merah dan bawang putih
2) Selanjutnya timbang bawang merah 150 gram dan bawang
putih 300 gram
3) Kemudian di potong-potong kemudian di blander, dan
ditambahkan air mineral 100 ml
4) Kemudian ditumis sampai bening
5) Lalu di tambahkan lada bubuk 45 gram, ketumbar bubuk 60
gram, pala bubuk 5 gram
6) Aduk rata sampai semua bercampur
7) Bumbu diangkat dan didinginkan lalu disimpan, untuk
digunakan sesuai dengan formulasi.
2. Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui formulasi
campuran tepung glasur yang tepat pada pembuatan kripik jamur
tiram dan pengaruh pengukusan atau tampa pengungukusan serta
sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian utama. Perlakuan
pada penelitian pendahuluan ini dilakukan 12 variasi formulasi
tepung glasur, variasi tersebut dapat dilihat pada tabel beriku:
Tabel 4. Rancangan Perlakuan Penelitian pendahuluan
Perlakuan Y1 Y2
X1 X1Y1 X1Y2
X2 X2Y1 X2Y2
X3 X3Y1 X3Y2
X4 X4Y1 X4Y2
X5 X5Y1 X5Y2
X6 X6Y1 X6Y2
Keterangan:
1. X1 = 15% Tepung tapioka + 35% tepung roti
2. X2 = 25% tepung tapioka + 25% tepung roti
3. X3 = 35% tepung tapioka + 15% tepung roti
4. X4 = 15% tepung beras + 35% tepung roti
5. X5 = 25% tepung beras + 25% tepung roti
6. X6 = 35% tepung beras + 15% tepung roti
7. Y1 = tanpa pengukusan (jamur segar)
8. Y2 = pengukusan
Data hasil penelitian menunjukan bahwa untuk keseluruhan
percobaan yang dilakukan, perlakuan X2Y2 (25% tepung tapioka +
25% tepung roti + kukus) yang paling banyak disukai konsumen
berdasarkan uji organoleptik.
3. Penelitian Utama
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pertama-tama jamur tiram dicuci hingga bersih.
2. Jamur tiram kemudian disuwir-suwir.
3. Suwiran jamur tiram dikukus dengan lama pengukusan
A1 = 1 menit
A2 = 3 menit
A3 = 5 menit
4. Suwiran jamur tiram yang sudah dikukus kemudian di tiriskan
selama 20 menit
5. Selanjutnya, dilakukan pencampuran tepung glasur dengan
terlebih dahulu membuat adonan dengan penambahan air
sebanyak 10 ml. Adonan kemudian ditambahkan bumbu dengan
formulasi B1 = 5% dari berat adonan , dan B2= 10% dari berat
adonan
6. Kemudian suwiran jamur tiram ditimbang masing-masing 150
gram per perlakuan lalu dibalur dengan adonan.
7. Kemudian dilakukan penggorengan menggunakan vacuum frying
dengan suhu 83oC dengan tekan vacum -66 cmHg3.
8. Lalu dilakukan pengepresan minyak menggunakan spinner.
Keripik jamur tiram yang telah dingin kemudian dikemas.
D. Perlakuan Penelitian
Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
A = Perlakuan lama pengukusan
A1 = 1 menit
A2 = 3 menit
A3 = 5 menit
B = kosentrat penambahan bumbu
B1 = 5% dari berat adonan
B2 = 10% dari berat adonan
Pada penelitian ini dilakukan dua faktor dimana faktor pertama
yaitu perlakuan lama pengukusan (A) dan faktor kedua yaitu kosentrat
penambahan bumbu (B). Perlakuan penelitian dapat secara lengkap
dilihat pada table 5:
Tabel 5. Rancangan Penelitian Utama
Perlakuan B1 B2
A1 A1B1 A1B2
A2 A2B1 A2B2
A3 A3B1 A3B2
E. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kadar air,
kadar karbohidrat, kadar lemak, kadar protein dan kadar abu.
a. Analisis Kadar Air (SNI 3747: 2009)
1. Dimasukkan dengan seksama 2 g contoh ke dalam cawan
bertutup yang sudah diketahui bobot tetapnya, tutup dan
timbang.
2. Dikeringkan cawan yang berisi contoh dalam oven pada suhu
100 °C dalam kondisi tutup dibuka hingga bobotnya konstan.
3. Ditutup cawan pada saat masih dalam oven dan dipindahkan
ke dalam desikator, dinginkan selama 20 menit – 30 menit
kemudian ditimbang.
4. Dihitung kadar air dalam contoh dengan rumus :
kadar air = m1 − m2
m0 x 100%
Keterangan :
m0 = bobot contoh (g)
m1 = bobot contoh sebelum dikeringkan (g)
m2 = bobot contoh setelah dikeringkan (g)
b. Analisis Kadar karbohidrat (Winarno FG, 1984)
Perhitungan kadar karbohidrat dilakukan secara by different
yaitu dengan cara mengurangkan 100% dengan komponen gizi
lainnya (kadar air, abu, lemak, dan protein), cara ini biasa juga
disebut dengan cara perhitungan kasar (aproximate analysis),yaitu
suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar
diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan sebagai
berikut:
% karbohidrat = 100% - % ( protein + lemak + abu + air )
c. Analisis Kadar lemak (AOAC, 1984)
1. Ditimbang bahan sebanyak 1 gram dan dibungkus dengan kertas
saring, selanjutnya diletakkan dalam ekstraksi soxlet.
2. Dituangkan pelarut dietil eter kedalam labu lemak secukupnya
3. Dilakukan repluk selama minimal 5 jam sampai pelarut yang
turun kembali ke labu lemak berwarna jernih.
4. Destilasi pelarut yang ada dalam labu lemak, tampung
pelarutnya selanjutnya lemak yang diekstraksi dipanaskan dalam
oven bersuhu 1050C.
5. Setelah dikeringkan sampai berat konstan dan didinginkan dalam
desikator kemudian berat lemak ditimbang kembali.
6. Dilakukan perhitungan kadar lemak dengan rumus
% 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟) × 100%
d. Analisis Kadar Protein (Sudarmadji, 1984).
1. Ambil 10 ml susu atau larutan protein dan masukkan kedalam
labu takar 10 ml dan encerkan dengan akuades sampai tanda.
2. Ambil 10ml dari lartan ini dan masukkan kedalam labu kjeldahl
500ml dan tambahkan 10ml H2SO4 (93 – 98 % bebas N).
Tambahkan 5gr campuranNa2SO4 – HgO (20:1) untuk
katalisator.
3. Didihkan sampai jernih dan lanjutkan pendidihan 30 menit lagi.
Setelah dingin, cucilah dinding dalam labu kjeldahl dengan
akuades dan didiihkan lagi selama 30 menit. Setelah dingin
tambahkan 140ml akuades, dan tambahkan 35ml NaOH –
Na2S2O3 dan beberapa butiran zink.
4. Kemudian lakukan distilasi: Distilat ditampung sebanyak 100ml
dalam Erlenmeyer yang berisi 25ml larutan jenuh asam borat,
dan beberapa tetes indicator metal merah atau metilen biru.
5. Titrasilah larutan yang diperoleh dengan 0,02N HCl
6. Hitunglah total N atau % protein dalan contoh.
7. Perhitungan jumlah total N
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑁 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 =𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙
𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜× 14,008 × 𝑓𝑚𝑔 𝑚𝑙
F = faktor pengenceran, dalam contoh petunjuk ini besrnya f =
10
e. Analisis Kadar Abu (Fauzi M, 2006)
Cawan porselin dikeringkan dalam oven 105°C selama
beberapa jam, kemudian didinginkan dalam eksikator dan berat
awal ditimbang (x). Sampel bahan ditimbang dengan berat kira-kira
5 gram (y) dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Sampel
tersebut dipijarkan di atas nyala api pembakar bunsen sampai titik
berasap lagi, kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan
suhu 400 - 600°C. Sesudah sampel abu berwarna putih, seluruh
sampel diangkat dan didinginkan dalam eksikator. Setelah kira-kira
1 jam sampel ditimbang kembali (z). Adapun rumus penentuan
kadar abu menggunakan rumus sebagai berikut:
( z – x ) Kadar Abu = ______ x 100%
y
Kadar bahan organik dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Bahan Organik (BO) = ( Bahan Kering (BK) – Abu ) % f. Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan meliputi rasa, aroma, warna,
dan tekstur produk yang dihasilkan. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap produk
dengan menggunakan 15 panelis yang memberikan penilaiannya
berdasarkan tingkat kesukaannya terhadap produk pada kuesioner
yang disediakan. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif.
Skala pengujian 1-5 yaitu : 5 = sangat suka, 4 = suka, 3 = agak
suka, 2 = tidak suka, 1 = sangat tidak suka.
F. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode
diskriptif kuantitatif dengan tiga kali ulangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kripik merupakan salah satu bentuk produk yang sudah umum di
kenal dan dikomsumsi oleh masyarakat, yang terbuat dari buah-buahan,
sayuran , dan umbi-umbian, melalui dengan proses yang sederhana,
yaitu dengan pencucian, pengukusan, penyuiran atau pengirisan,
pencampuran bumbu, penggorengan, pengepresan dan pengemasan.
Pada penelitian ini digunakan jamur tiram sebagai bahan utama dalam
pembuatan kripik jamur tiram dengan penambahan bumbu-bumbu seperti
bawang merah, bawang putih, ketumbar, pala, garam, dan penyedap
rasa.
Menurut Anonim (2013 f), bahwa kripik adalah
sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbi-umbian, buah-
buahan, atau sayuran yang digoreng di dalam minyak nabati. Untuk
menghasilkan rasa yang gurih dan renyah biasanya dicampur dengan
adonan tepung yang diberi bumbu rempah tertentu. Secara umum keripik
dibuat melalui tahap penggorengan, tetapi ada pula dengan hanya
melalui penjemuran, atau pengeringan. Keripik dapat berasa
dominan asin, pedas, manis, asam, gurih, atau paduan dari kesemuanya.
A. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan sebelum melakukan penelitian
utama dengan tujuan untuk menentukan komposisi tepung glasur yang
terbaik untuk digunakan dalam pembuatan kripik jamur tiram. Jamur
tiram banyak mengandung serat dan teksturnya lunak karena
kandungan air pada jamur tiram itu sendiri tinggi sehingga diperlukan
komposisi tepung glasur yang tepat agar mendapatkan kripik jamur
tiram yang berkualitas. Berdasarkan hasil pengujian organoleptik dari
beberapa panelis terhadap komposisi dan takaran dari tepung glasur
yang tepat untuk digunakan dalam pembuatan kripik jamur tiram
diperoleh formulasi 25% tepung tapioca + 25% tepung roti.
B. Penelitian Utama
a. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik (uji hedonik) merupakan pengujian
sensori yang dilakukan untuk menentukan tingkat penerimaan
konsumen (panelis) terhadap suatu produk. Pengujian ini
digunakan untuk menghasilkan, mengukur, menganalisis dan
menginterpretasikan reaksi terhadap karakteristik pangan dan
bahan pangan yang diterima oleh indera penglihatan, peraba,
perasa, dan pencium dengan menggunakan skala tertentu. Pada
penelitian ini digunakan skala angka dengan nilai sensori
(1 = sangat tidak suka), (2 = tidak suka), (3 = agak suka), (4 =
suka), (5 = sangat suka). Berdasarkan hasil uji organoleptik
berdasarkan parameter warna, aroma, tekstur, dan rasa maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Warna
Warna merupakan tampilan pertama yang akan dilihat konsumen
sebelum memutuskan untuk mengkomsumsi suatu produk olahan.
Warna sangat penting bagi setiap produk makanan karena dapat
mempengaruhi penerimaan konsumen. Selain itu warna pada produk
olahan dapat memberikan petunjuk terjadinya perubahan kimia seperti
pencoklatan dan karamelisasi (De Man, 1997).
Warna merupakan parameter organoleptik yang pertama dalam
penyajian. Warna merupakan kesan pertama karena menggunakan
indera penglihatan, warna yang menarik akan mengundang selesa
konsumen untuk mencicipi produk tersebut. Setelah warna, rasa
makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa suatu
makan. Apabila warna makanan yang disajikan merangsang syaraf
melalui indera penglihatan sehingga membangkitkan selera, maka
tahap selanjutnya rasa makan itu akan ditentukan oleh rangsangan
terhadap penciman dan indera perasa (Winarno, 1997). Hasil uji
organoleptik tingkat penilaian panelis terhadap warna kripik jamur tiram
berkisar antara 3,40 (agak suka) sampai 4,05 (suka) hal ini dapat
dilihat pada gambar 2 berikut ini:
Gambar 2. Hasil Uji Organoleptik Parameter Warna Pada Produk Kripik
Jamur Tiram
Berdasarkan gambar 2 diatas menunjukkan bahwa penilaian
panelis terhadap warna kripik jamur tiram memberikan penilaian yang
berbeda-beda. Respon panelis terhadap warna kripik jamur tiram pada
perlakuan A1B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan
1 menit + 5% bumbu ) adalah pada tingkat 4,05 (suka), tingkat
penerimaan panelis pada perlakuan A1B2 (25% tepung tapioka + 25%
tepung roti + pengukusan 1 menit + 10% bumbu ) adalah pada tingkat
3,49 (agak suka), respon panelis pada perlakuan A2B1 (25% tepung
tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 3 menit + 5% bumbu ) adalah
pada tingkat 3,53 (agak suka), dan respon panelis pada perlakuan
A2B2 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 3 menit +
10% bumbu ) adalah pada tingkat 3,51 (agak suka), penilaian panelis
1
2
3
4
5
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
4.05
3.49 3.53 3.51 3.42 3.4
Nila
i Se
nso
ri (
Skal
a 1
-5)
WARNA
pada perlakuan A3B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti +
pengukusan 5 menit + 5% bumbu ) adalah pada tingkat 3,42 (agak
suka), serta penilaian panelis pada perlakuan A3B2 (25% tepung
tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 5 menit + 10% bumbu ) adalah
pada tingkat 3,40 (agak suka).
Dari keenam jenis perlakuan yang diujikan secara umum dapat
diterimah oleh panelis dengan tingkat penilaian yang berbeda. Pada
perlakuan A1B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan
1 menit + 5% bumbu ) merupakan yang paling di sukai panelis dari
segi warna. Hal ini diduga dari proses penggorengan. Pada proses
penggorengan akan terjadi perubahan warna menjadi
kuning kecoklatan seperti pada produk kripik pada umumnya. Warna
kuning kecoklatan yang terjadi selama proses penggorengan
disebabkan karena adanya reaksi antara asam amino dan gula
pereduksi (reaksi maillard).
Selain itu, faktor yang mempengaruhi warna yaitu minyak goreng
yang digunakan. Pada umumnya minyak nabati memiliki kandungan
pigmen karatenoid (kuning keemasan). Warna yang dihasilkan
tergantung pada suhu dan lama penggorengan yang dilakukan.
Semakin tinggi suhu dan lama pemanasan yang digunakan dalam
penggorengan menyebabkan proses oksidasi pada minyak akan
semakin meningkat sehingga menyebabkan warna minyak menjadi
semakin gelap dan akan mempengaruhi hasil penggorengan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan De Man (1997), bahwa perubahan warna
pada proses pengolahan seperti penggorengan disebabkan oleh reaksi
maillard dan non enzimatis. Tingkat intensitas warna tergantung dari
lama dan suhu penggorengan dan juga komposisi kimia pada
permukaan luar bahan pangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ketaren (1986), bahwa timbulnya warna pada permukaan bahan
disebabkan pada reaksi browning atau reaksi maillard.
2. Aroma
Aroma sangat menentukan tingkat penerimaan konsumen
terhadap suatu produk. Aroma yang enak atau khas akan
meninggkatkan selera konsumen terhadap suatu produk. Melalui
aroma, konsumen dapat mengetahui bahan-bahan yang terkandung
dari produk tersebut. Aroma biasa muncul dari suatu produk karena
bahan yang digunakan dalam pembuatan produk tersebut mengandung
senyawa volatile yang kemudian keluar karena melalui proses
pengolahan. Aroma yang dihasilkan dari bahan makan banyak
menentukan kelezatan makan tersebut. Hasil uji organoleptik tingkat
penilaian panelis pada parameter aroma pada kripik jamur tiram
berkisar antara 3,33 (agak suka) sampai 3,77(suka) hal ini dapat dilihat
pada gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Hasil Uji Organoleptik Parameter Aroma Pada Produk Kripik Jamur Tiram
Berdasarkan gambar 3 diatas menunjukkan bahwa penilaian
panelis terhadap parameter aroma pada produk kripik jamur tiram
memberikan penilaian yang berbeda-beda. Respon panelis terhadap
parameter aroma pada perlakuan A1B1 (25% tepung tapioka +
25% tepung roti + pengukusan 1 menit + 5% bumbu ) adalah pada
tingkat 3,77 (suka), tingkat penerimaan panelis pada perlakuan A1B2
(25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 1 menit + 10%
bumbu ) adalah pada tingkat 3,33 (agak suka), respon panelis pada
perlakuan A2B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan
3 menit + 5% bumbu ) adalah pada tingkat 3,60 (suka), dan respon
1
2
3
4
5
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
3.77
3.333.6
3.44 3.5 3.49
Nila
i Se
nso
ri (
skal
a 1
-5)
AROMA
panelis pada perlakuan A2B2 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti +
pengukusan 3 menit + 10% bumbu ) adalah pada tingkat 3,44 (agak
suka), penilaian panelis pada perlakuan A3B1 (25% tepung tapioka
+ 25% tepung roti + pengukusan 5 menit + 5% bumbu ) adalah pada
tingkat 3,50 (suka), serta penilaian panelis pada perlakuan A3B2
(25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 5 menit + 10%
bumbu ) adalah pada tingkat 3,49 (suka).
Aroma yang paling disukai berdasarkan uji organoleptik dari
penilaian panelis yaitu perlakuan A1B1 (25% tepung tapioka + 25%
tepung roti + pengukusan 1 menit + 5% bumbu ) adalah pada tingkat
3,77 (suka). Hal ini diduga dari penambahan bumbu-bumbu pada
produk kripik jamur tiram. Aroma yang dihasilkan pada produk kripik
jamur tiram secara umum juga dipengaruhi oleh penambahan bumbu-
bumbu, bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar yang memilki
minyak atsiri yang mudah menguap pada suhu ruang sehingga pada
saat diolah akan mengeluarkan aroma yang khas. Aroma yang timbul
selama proses pengolahan disebabkan oleh pelunakan tekstur dan
kehilangan keutuhan jaringan atau sel sehingga minyak atsiri yang
terdapat pada rongga-rongga dalam jaringan pada bumbu akan keluar
sebagai akibat dari pemanasan sehingga zat-zat kimia dalam bahan
makanan akan bereaksi dan menimbulkan perubahan flavor. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Rahmawati (1998), bahwa rempah-rempah
yang digunakan sebagai bumbu diutamakan mengandung cukup
oleoresin dan minyak atsiri, karena kedua komponen ini menimbulkan
cita rasa dan aroma yang khas yang diinginkan.
3. Tekstur
Tekstur merupakan salah satu parameter dalam pengujian
organoleptik yang dapat dirasakan melalui kulit atau peraba maupun
dengan indera pengecap. Tekstur paling penting pada makanan yaitu
lunak dan renyah. Ciri tekstur yang paling sering dilihat adalah
kekerasan dan kandungan air. Yang dimaksud dengan tekstur adalah
kehalusan suatu irisan saat disentuh dengan jari oleh panelis (De Man,
1997). Keadaan tekstur merupakan sifat fisik dari bahan pangan yang
penting. Hal ini mempunyai hubungan dengan rasa pada waktu
mengunyah bahan tersebut (Rampengan dkk, 1985). Hasil pengujian
organoleptik tingkat pengujian panelis terhadap tekstur pada produk
kripik jamur tiram berkisar antara 2,73 (agak suka) sampai 4,17 (suka),
hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yaitu sebagai berikut:
Gambar 4. Hasil Uji Organoleptik Parameter Tekstur Pada Produk Kripik Jamur Tiram
Berdasarkan gambar 4 diatas menunjukkan respon penilaian
yang berbeda-beda dari panelis terhadap tekstur kripik jamur tiram.
Penilaian panelis terhadap parameter tekstur pada perlakuan A1B1
(25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 1 menit + 5%
bumbu ) adalah pada tingkat 4,17 (suka), tingkat penerimaan panelis
pada perlakuan A1B2 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti +
pengukusan 1 menit + 10% bumbu ) adalah pada tingkat 2,73 (agak
suka), respon panelis pada perlakuan A2B1 (25% tepung tapioka +
25% tepung roti + pengukusan 3 menit + 5% bumbu ) adalah pada
tingkat 3,56 (suka), dan respon panelis pada perlakuan A2B2 (25%
tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 3 menit + 10%
1
2
3
4
5
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
4.17
2.73
3.563.22 3.09
3.62
Nila
i Se
nso
ri (S
kala
1-5
)
TEKSTUR
bumbu ) adalah pada tingkat 3,22 (agak suka), penilaian panelis pada
perlakuan A3B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan
5 menit + 5% bumbu ) adalah pada tingkat 3,09 (agak suka), serta
penilaian panelis pada perlakuan A3B2 (25% tepung tapioka + 25%
tepung roti + pengukusan 5 menit + 10% bumbu ) adalah pada tingkat
3,62 (suka).
Tekstur yang paling disukai berdasarkan uji organoleptik dari
penilaian panelis yaitu perlakuan A1B1 (25% tepung tapioka + 25%
tepung roti + pengukusan 1 menit + 5% bumbu ) adalah pada tingkat
4,17 (suka).Hal ini diduga adanya perlakuan pengukusan dan
dilanjutkan dengan penirisan sehingga pengeluaran air atau penurunan
kadar air dalam bahan pangan lebih banyak. Pada proses pengukusan
selain untuk mempertahankan agar tidak terjadinya browning juga
membantu proses penguapan kandungan air pada bahan pangan
dengan suhu panas sehingga kadar air akan menurun kemudian
dilanjutkan dengan proses penirisan, pada proses penirisan kandungan
air pada bahan pangan yang belum menguap selama pengukusan akan
keluar hal ini di karenakan akan terbentuk pori-pori dibagian dalam
bahan pangan yang ditinggalkan oleh air yang diuapkan. Selain itu
proses pengurangan kadar air akan semakin cepat selain dengan
pemanasan tekstur kripik jamur tiram juga dipengaruhi dari penyuiran
jamur tiram sehingga ukuran permukaan bahan lebih luas sehingga
akan mempermudah proses pengeluaran air dalam bahan pangan
sehingga produk memiliki tekstur yang lebih kering. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Mellema (2003), bahwa semakin banyak pori-pori
yang terbentuk dengan pengeluaran uap air dalam bahan pangan maka
produk akan menjadi semakin kering dan renyah. Ditambahkan dengan
De Man (1997) Tekstur paling penting pada makanan yaitu lunak dan
renyah. Ciri tekstur yang paling sering diacuh adalah kekerasan dan
kandungan air.
4. Rasa
Rasa merupakan faktor yang penting dalam menentukan
keputusan bagi konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk.
Produk yang memiliki rasa yang enak dan menarik akan disukai oleh
konsumen. Rasa dari suatu produk berasal dari bahan-bahan dan
pembuatan produk tersebut. Rasa makanan merupakan parameter
yang sangat penting dalam menentukan tingkat penerimaan konsumen
terhadap suatu produk makanan.
Menurut Winarno (1997), bahwa rasa dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu senyawa kimia, suhu dan interaksi dengan komponen rasa
yang lain. Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan
cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri, apabila
penampilan makanan yang disajikan merangsang saraf melalui indera
penglihatan sehingga mampu membangkitkan selera untuk mencicipi
makanan itu. Hasil pengujian organoleptik tingkat pengujian panelis
terhadap rasa pada produk kripik jamur tiram berkisar antara 3,29 (agak
suka) samapai 4,11 (suka). Hal ini dapat dilihat pada gambar 5 yaitu
sebagai berikut:
Gambar 5. Hasil Uji Organoleptik Parameter Rasa Pada Produk Kripik Jamur Tiram
Berdasarkan gambar 5 diatas menunjukkan respon penilaian
yang berbeda-beda dari panelis terhadap rasa kripik jamur tiram.
Penilaian panelis terhadap parameter tekstur pada perlakuan A1B1
(25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 1 menit + 5%
bumbu ) adalah pada tingkat 4,11 (suka), tingkat penerimaan panelis
pada perlakuan A1B2 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti +
pengukusan 1 menit + 10% bumbu ) adalah pada tingkat 3,29 (agak
suka), respon panelis pada perlakuan A2B1 (25% tepung tapioka +
1
2
3
4
5
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
4.11
3.293.62 3.47 3.56 3.62
Nila
i Se
nso
ri (
Skla
1-5
)
RASA
25% tepung roti + pengukusan 3 menit + 5% bumbu ) adalah pada
tingkat 3,62 (suka), dan respon panelis pada perlakuan A2B2
(25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 3 menit + 10%
bumbu ) adalah pada tingkat 3,47 (agak suka), penilaian panelis pada
perlakuan A3B1 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan
5 menit + 5% bumbu ) adalah pada tingkat 3,56 (suka), serta penilaian
panelis pada perlakuan A3B2 (25% tepung tapioka + 25% tepung roti +
pengukusan 5 menit + 10% bumbu ) adalah pada tingkat 3,62 (suka).
Rasa yang paling disukai berdasarkan uji organoleptik dari
penilaian panelis yaitu perlakuan A1B1 (25% tepung tapioka + 25%
tepung roti + pengukusan 1 menit + 5% bumbu ) adalah pada tingkat
4,11 (suka). Hal ini diduga karena adanya penambahan bumbu pada
produk. Penambahan bumbu pada produk akan memberikan cita rasa
yang khas sesuai dengan asal bahan tersebut. Masing-masing dari
jenis rempah-rempah yang digunakan mempunyai bau khas sehingga
pada saat di komsumsi akan menggambarkan jenis bumbu yang
digunakan. Penambahan bumbu tersebut akan menutupi bau alami dari
jamur tiram. Penambahan dari berbagai jenis bumbu akan memberikan
cita rasa yang khas dari perpaduan bumbu tersebut. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rahmawati (1998), bahwa rempah-rempah
yang digunakan sebagai bumbu diutamakan mengandung cukup
oleoresin dan minyak atsiri karena kedua komponen ini menimbulkan
cita rasa dan aroma yang khas yang diinginkan. Ditambah dengan
pernyataan winarno (1997), bahwa rasa dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu senyawa kimia, suhu, kosentrasi dan interaksi dengan
komponen rasa yang lain.
Berdasarkan hasil uji organoleptik pada produk kripik jamur tiram
dari empat parameter yang diujikan yaitu warna, aroma, tekstur, dan
rasa secara umum dapat diterima oleh panelis. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dari keempat parameter yang diujikan, perlakuan
yang paling diterima atau disukai konsumen yaitu pada perlakuan A1B1
(25% tepung tapioka + 25% tepung roti + pengukusan 1 menit + 5%
bumbu ). Produk dari perlakuan terbaik tersebut kemudian dilanjutkan
dengan analisa proximat meliputi kandungan protein, lemak,
karbohidrat, kadar air dan kadar abu.
b. Analisis Proximat
Berdasarkan dari hasil uji organoleptik pada produk kripik jamur
tiram yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan yang paling
diterimah oleh panelis berdasarkan parameter warna, aroma, tekstur,
dan rasa adalah pada perlakuan A1B1 (25% tepung tapioka + 25%
tepung roti + pengukusan 1 menit + 5% bumbu). Selanjutnya produk
pada perlakuan tersebut dilanjutkan dengan analisa proximat meliputi
kandungan protein, lemak, karbohidrat, kadar air, dan kadar abu.
Tabel 6. Hasil Analisa Proximat Kripik Jamur Tiram perlakuan terbaik
No Kandungan gizi Kripik jamur tiram (%)
1 Protein 11,16
2 Lemak 24,02
3 Karbohidrat 51,59
4 Kadar air 8,62
5 Kadar Abu 4,61
Sumber: Hasil analisa proximat kripik jamur tiram, 2013
1. Kadar Protein
Protein merupakan zat yang penting bagi tubuh, karena zat
ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur (Winarno,
1997). Protein merupakan senyawa organik yang besar yang
mengandung atom karbon, hydrogen, oksigen, dan nitrogen.
Beberapa diantaranya mengandung sulfur, posfor , besi atau
mineral lain (Harris, 1989). Analisa protein bertujuan untuk
mengetahui jumlah protein dalam produk kripik jamur tiram karena
selama proses pengolahan, jamur tiram mengalami denaturasi
protein yang menyebabkan kehilangan sejumlah protein.
Penggorengan vacum dapat digunakan sebagai alternative
pengolahan bahan yang rentan terhadap suhu yang tinggi. Bahan
dipanaskan dibawah tekanan vakum sehingga menurunkan titik
didih air dalam bahan Dengan penurunan tekanan maka suhu
penggorengan bisa dilakukan relatif lebih rendah dibandingkan
suhu penggorengan dengan tekanan atmosfer. Beberapa
keuntungan yang diperoleh dengan penggorengan Vacum adalah
warna, rasa,dan aroma tidak banyak berubah, kandungan seratnya
tinggi, tahan lama meskipun tidak mempergunakan bahan
pengawet (Lastriyanto, 2006).
Berdasarkan tabel 6 hasil protein yang diperoleh dari uji
proximat pada produk kripik jamur tiram yaitu sebesar 11,16%,
kandungan protein jamur tiram mengalami penurunan setelah
diolah bila dibandingkan dengan FAO (1992) yaitu sebesar
13,08 %. Penurunan kandungan protein pada produk kripik jamur
tiram ini diduga karena pengaruh penggorengan karena selama
proses penggorengan kandungan protein pada jamur tiram itu
sendiri terdenaturasi. Hal ini sesuai dengan winarno (1997), bahwa
Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga
kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi
panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang
ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan
kovalennya yang berupa ikatan peptida. Sedangkan penurunan
nilai protein yang tidak terlalu tinggi ini diduga karena metode
penggorengan yang digunakan yaitu metode penggorengan vacum
karena dengan menggunakan penggorengan vacum dapat
mengurangi tingkat kehilangan kandungan gizi pada
bahan pangan. Hal ini sesuai pendapat Muchtadi (2008), bahwa
penggorengan vacum dengan kondisi tekanan rendah sekitar
70 cmHg.
2. Kadar Lemak
Lemak merupakan bahan-bahan yang tidak larut dalam air
yang umumnya berasal dari tumbuhan atau pun hewan. Lemak
merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan.
Selain itu, lemak juga merupakan sumber energi yang efektif yang
sangat penting bagi tubuh (Sudarmdji, 1997). Pengujian kadar
lemak bertujuan untuk mengetahui kandungan lemak pada produk
kripik jamur tiram karena seperti yang telah diketahui bahwa dalam
proses pembuatan kripik jamur tiram dilakukan penggorengan yang
menggunakan minyak goreng.
Berdasarkan tabel 6 hasil uji proximat pada produk kripik
jamur tiram yaitu sebesar 24,02%. Kandungan lemak sudah
memenuhi standar jika dibandingkan dengan standar mutu kripik
SNI 01-2891-1992 yaitu maksimal 25,0%. Peningkatan kandungan
lemak dari produk kripik jamur tiram diduga karena akibat dari
penggorengan yang menggunakan minyak goreng. Karena selama
proses penggorengan terjadi penguapan air dan di ganti dengan
minyak yang digunakan. Semakin lama proses penggorengan
semakin banyak minyak yang yang terserap oleh bahan yang
digoreng. Hal ini sesuai dengan pendapat Ketaren (1986), bahwa
Selama proses penggorengan, sebagian minyak masuk ke dalam
bahan pangan dan mengisi ruang kosong yang pada mulanya diisi
oleh air. Penyerapan minyak oleh bahan pangan pada saat
penggorengan adalah sekitar 10% - 12%. Penyerapan minyak ini
berfungsi untuk mengempukkan bagian luar bahan pangan dan
untuk membasahi bahan pangan yang digoreng sehingga
menambah rasa lezat dan gurih. Faktor lain yang berpengaruh yaitu
dari penyuiran jamur tiram sehingga permukaan bahan menjadi
luas sehingga akan mempermudah penyerapan minyak. Hail ini
sesuai dengan pernyataan Muchtadi (2008), bahawa semakin luas
permukaan bahan pangan yang digoreng maka akan semakin
bnyak minyak yang diserap.
3. Karbohidrat
Salah satu kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yakni
karbohidrat sebagai penghasil kalori. Karbohidrat merupakan nilai
gizi pokok sumber energi yang dikomsumsi oleh masyarakat.
Berdasarkan tabel 6 hasil uji proximat kandungan karbohidrat dari
produk kripik jamur tiram yaitu sebesar 51,59%. Kandungan
karbohidrat ini diperoleh dari jamur tiram itu sendiri dan dari tepung
glasur yang digunakan. Kandungan karbohidrat pada jamur tiram
itu sendiri berdasarkan FAO (1992) yaitu sebesar 61,7%.
Kandungan karbohidrat pada kripik jamur tiram mengalami
penurunan hal ini diduga karena proses pemanasan yaitu dengan
cara penggorengan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Palupi.dkk
(2007), bahwa pengaruh pemanasan terhadap karbohidrat
umumnya terkait dengan terjadinya hidrolisis. Sebagai contoh,
pemanasan akan menyebabkan gelatinisasi pati yang akan
meningkatkan nilai cernanya. Sebaliknya, peranan karbohidrat
sederhana dan kompleks dalam reaksi Maillard dapat menurunkan
ketersediaan karbohidrat dalam produk-produk hasil
pemanggangan.
4. Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu parameter yang sangat
menentukan mutu bahan pangan. Sehingga untuk meningkatkan
umur simpan suatu bahan pangan perlu dilakukan pengurangan
kadar air dalam batas tertentu untuk memperlambat proses
kerusakan dari suatu bahan pangan. Setiap bahan pangan memiliki
batas kadar air tertentu untuk dapat disimpan atau dikonsumsi
dalam jangka waktu yang lama. Penetapan kadar air bertujuan
untuk mengetahui batas maksimal atau rentang besarnya jumlah
kandungan kadar air dalam bahan pangan.
Produk keripik jamur terpilih yang dihasilkan memiliki kadar
air sebesar 8,62 %. Sedangkan rata-rata kadar air untuk keripik dari
bahan lain sekitar 6 % berdasarkan standar mutu SNI. Kadar air
produk keripik jamur tiram belum memiliki standar mutu khusus
untuk keripik jamur tiram. Namun berdasarkan hasil pengujian
kadar air yang dihasilkan tidak berbeda jauh dari standar acuan
untuk produk kripik lain. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor
penggorengan. Selama proses penggorengan akan terjadi
pengurangan kadar air yang akan digantikan oleh minyak yang
digunakan selama proses penggorengan. Minyak akan masuk ke
dalam bahan pangan setelah terjadi penguapan air pada titik
didihnya. Hal ini sesuai pernyataan Muchtadi (2008), bahwa
komposisi bahan pangan yang digoreng akan menetukan jumlah
minyak yang diserap. Bahan pangan dengan jumlah kadar air yang
tinggi, akan lebih banyak menyerap minyak karena akan semakin
banyak ruang kosong yang ditinggalkan oleh air yang menguap
selama penggorengan.
Selain faktor penggorengan penurunan kadar air juga
dipengaruhi oleh pengukusan dan penyuiran. Selama proses
pengukusan kandungan air pada bahan pangan akan diuapkan
sehingga banyak pori-pori yang terbentuk dalam bahan pangan
sebagai akibat ruang yang ditinggalkan air pada awalnya. Selain itu
penyuiran akan mempercepat penurunan kadar air pada jamur
tiram karena ukuran permukaan bahan lebih luas sehingga akan
mempermudah proses pengeluaran air dalam bahan pangan
sehingga produk memiliki tekstur yang lebih kering. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Mellema (2003), bahwa semakin banyak pori-
pori yang terbentuk dengan pengeluaran uap air dalam bahan
pangan maka produk akan menjadi semakin kering dan renyah.
5. Kadar Abu
Kadar abu atau kandungan mineral merupakan sisa yang
tertinggal jika suatu sampel bahan makan dibakar sempuirna di
dalam suatu tungku pengabuan. Kadar abu ini menggambarkan
banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat
menguap. Kadar abu menentukan ada tidaknya zat mineral dalam
bahan pangan. Kandungan mineral dibutuhkan dalam jumlah yang
sedikit dalam proses kerja tubuh.
Kadar abu yang dihasilkan dalam produk kripik jamur tiram
yaitu sebesar 4,62 % sedangkan rata-rata kadar abu dalam produk
kripik yang lain yaitu sebesar 2,5 % berdasarkan standar mutu SNI.
Kadar abu produk keripik jamur tiram belum memiliki standar mutu
khusus untuk keripik jamur tiram karena merupakan produk baru.
Namun berdasarkan hasil pengujian kadar abu yang dihasilkan
tidak berbeda jauh dari standar acuan untuk produk kripik lain. Hal
ini diduga dari kandungan mineral alami pada jamur tiram itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparti (2000), bahwa
jamur tiram mengandung mineral yang banyak diantaranya yaitu
kalsium, natrium, kalium, zat besi, magnesium, tembaga, zeng, dan
fosfor. Kandungan mineral tertinggi dalam jamur tiram yaitu natrium
dan kaliaum.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Formulasi tepung glasur yang baik pada pembuatan kripik jamur
tiram yaitu pada perlakuan 25% tepung tapioka + 25% tepung roti +
pengukusan 1 menit + 5% bumbu
2. Proses pengukusan mempengaruhi produk kripik jamur tiram yang
dihasilkan, semakin singkat waktu pengukusan maka semakin baik
tekstur dan tingkat keutahan kripik jamur tiram yang dihasilkan
sebaliknya semakin lama waktu pengukusan semakin menurunkan
tekstur dan tingkat keutuhan dari kripik jamur tiram yang dihasilkan.
3. Hasil analisa proximat perlakuan terbaik 25% tepung tapioka + 25%
tepung roti + pengukusan 1 menit + 5% bumbu pada produk kripik
jamur tiram yakni kadar protein 11,16 %, kadar Lemak 24,02 %,
karbohidrat 51,59 %, Kadar air 8,62 %, Kadar abu 4,61 %.
B. Saran
Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dilakukan penelitian
tentang pengujian tekstur, kandungan vitamin dan penentuan kemasan
yang cocok untuk mengemas dan menentukan masa simpan kripik
jamur tiram. Sebaiknya dalam pembuatan kripik jamur tiram hal yang
perlu juga di perhatikan yaitu tingkat kesegaran dari jamur tiram itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012a http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tapioka&oldid=" diakses di Makassar 28-09-2013
Anonim, 2012b. http://anekamesin.com/centrifuge-spinner.html diakses di
Makassar 28-09-2013 Anonim, 2012c. http://bisnisukm.com/spinner-untuk-keripik-sayur-dan-buah.html
diakses di Makassar 28-09-2013 Anonim, 2013a http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram, diakses
di Makassar 28-09-2013 Anonim, 2013b http://aremaipb.wordpress.com/2010/02/11/tepung-tapioka-
manfaatnya-dan-cara-pembuatannya/. diakses di Makassar 28-09-2013
Anonim 2013c. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tepung_roti&oldid"
diakses di Makassar 28-09-2013 Anonim, 2013d. http://ms.wikipedia.org/wiki/Bawang_putih diakses
di Makassar 28-09-2013 Anonim, 2013e http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah diakses
di Makassar 28-09-2013 Anonim 2013 f, http://id.wikipedia.org/wiki/Keripik, diakses di Makassar 28-
10-2013 Arindyah Kusmartan, 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Penurunan Kadar
Abu Tepung Beras Dengan Me nggunakanAlat Furnace. Buckle et al, 1988. Ilmu Pangan.Terjemahan: Henri purnomo dan Aldiono.
Universitas Indonesia. Jakarta Budi,dkk.2009. Rekayasa Tekstur Pemekaran dan Penyerapan Minyak
pada Penggorengan dan Penyangraian Makanan Berpati.Jurnal pdf. diakses di Makassar 29-09-2013
Dadan Harjana, 2013http://manfaatnyasehat.blogspot.com/2013/06/1001-
manfaat-bawang-putih-dan-kandungan.html diakses di Makassar 29-09-2013
De man, J.M. Kimia Pangan.Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung. ITB Bandung
Ferisa septiana, dkk, 2009. Vaccum frying. Jurnal pdf. Universitas Brawijaya. Malang.
Gergaji. Bogor: Pusat Penelitian Hasil Hutan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan.
Guenther,1987. Minyak atsiri Ketumbar, Jurnal penelitian Resipository.ipb.ac.id diakses di Makassar 29-09-2013
Gunawan AW. 2001. Usaha Pembibitan Jamur. Bogor: Penebar Swadaya. Harris, R. S. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan .
Bandung: Penerbit ITB. Ketaren.S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak.Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta. Lastriyanto A. 2006. Mesin Penggoreng Vakum (Vacuum Fryer). Malang :
Lastrindo Engineering Lisdiana, F. 1997. Membuat Aneka Abon. Penerbit kanisius (Anggota
IKAPI). Yogyakarta. Marilina & Siregar . 2001. Budi Daya Jamur Tiram . Yogyakarta : Kanisius
Alexopolous, CJ.1962. Intoduction Mycology. Jhon Willey & Son’s: New York. 613 hal
Mellema, M. 2003. Mechanism and Reduction of fat Up Take in Deep fat Fried Food.Food sci journal. 14:436-437
Muchtadi.2008. Penggorengan Vacum pada Kerupuk Ikan.Jurnal penelitian BAB 1.Pendahuluan.coverpdf. diakses di Makassar 29-09-2013
Palupi,NZ, Dkk. 2007. Modul e-Learning ENBP Pengaruh Pengolahan
terhadap Nilai Gizi Pangan. Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta-IPB
Rahayu, E., dan N. Berlian. 1994. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahmawati, Yulia. 1998. Pengaruh Beberapa Tingkat Konsentrasi Bahan
Penstabil CarboxyMetil Celulose (CMC)Terhadap Sari Lidah Buaya[Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. UNAND. Padang
Ria Rahmadani, 2012. Mempelajari Formulasi Bumbu Penyedap Berbahan Dasar Ikan Teri dan Daging Buah Picung dengan penambahan Rempa-Rempah. Penanganan bumbu
rempah.http:// ilmu pangan. pengananan bumbu dan remapah.html. diakses di Makassar 29-09-2013
Sarpian, T.2003.Pedoman Berkebun lada dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius.Yogyakarta SNI,1992. Cara uji makanan dan minuman Suprapti S. 2000. Petunjuk Teknis Budidaya Jamur Tiram pada Media
Serbuk Sutejo,M.M.1990. Pengembangan Kultur Tanaman Berkasiat Obat.
Rineke Cipta. Jakarta Somaatmaja. D. 1985. Rempah-rempah Indonesia. Departemen
Perindustrian. Badan Litbang industri. Malai Besar Litbang Industri Hasil Pertanian Bogor.
Tarmizi, 2010.Bawang Merah. http;//kimia .unp.ac.id/?p=716. diakses di
Makassar 29-09-2013. Wayan Darmini, Betty Sri Laksmi Jenie, Ni Luh Puspitasari (1998)
Aktivitas Antioksidan Bumbu Segar Masakan Tradisional Indonesia. Seminar Nasional Makanan Tradisional, 21 Februari, Bogor.
Winarno, F.G . 1997. Kimia Pangan dan Gizi Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN
UJI ORGANOLEPTIK
WARNA
Lampiran 01. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur Tiram Perlakuan A1B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 4 3 10 3.333333
2 Panelis 2 4 3 4 11 3.666667
3 Panelis 3 4 4 4 12 4
4 Panelis 4 4 5 4 13 4.333333
5 Panelis 5 4 5 4 13 4.333333
6 Panelis 6 3 4 4 11 3.666667
7 Panelis 7 4 4 4 12 4
8 Panelis 8 4 5 5 14 4.666667
9 Panelis 9 5 5 4 14 4.666667
10 Panelis 10 4 4 3 11 3.666667
11 Panelis 11 4 4 3 11 3.666667
12 Panelis 12 4 5 4 13 4.333333
13 Panelis 13 4 3 4 11 3.666667
14 Panelis 14 4 5 4 13 4.333333
15 Panelis 15 4 3 4 11 3.666667
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 02. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur Tiram Perlakuan A1B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 3 3 9 3
2 Panelis 2 3 3 3 9 3
3 Panelis 3 3 2 3 8 2.666667
4 Panelis 4 4 4 4 12 4
5 Panelis 5 4 4 4 12 4
6 Panelis 6 4 4 3 11 3.666667
7 Panelis 7 4 4 4 12 4
8 Panelis 8 5 3 4 12 4
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 3 4 4 11 3.666667
11 Panelis 11 3 4 4 11 3.666667
12 Panelis 12 4 3 3 10 3.333333
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 14 4 3 3 10 3.333333
15 Panelis 15 3 3 3 9 3
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 03. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur Tiram Perlakuan A2B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 4 4 3 11 3.666667
2 Panelis 2 4 3 3 10 3.333333
3 Panelis 3 4 2 2 8 2.666667
4 Panelis 4 4 5 3 12 4
5 Panelis 5 4 4 3 11 3.666667
6 Panelis 6 4 4 3 11 3.666667
7 Panelis 7 4 4 4 12 4
8 Panelis 8 3 4 4 11 3.666667
9 Panelis 9 3 4 5 12 4
10 Panelis 10 3 4 3 10 3.333333
11 Panelis 11 3 3 3 9 3
12 Panelis 12 3 4 4 11 3.666667
13 Panelis 13 3 3 4 10 3.333333
14 Panelis 14 4 4 4 12 4
15 Panelis 15 3 3 3 9 3
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 04. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur Tiram Perlakuan A2B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 3 4 10 3.333333
2 Panelis 2 3 3 4 10 3.333333
3 Panelis 3 3 2 3 8 2.666667
4 Panelis 4 4 4 4 12 4
5 Panelis 5 4 4 4 12 4
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 4 4 4 12 4
8 Panelis 8 4 4 3 11 3.666667
9 Panelis 9 4 3 4 11 3.666667
10 Panelis 10 3 2 3 8 2.666667
11 Panelis 11 3 3 4 10 3.333333
12 Panelis 12 4 4 4 12 4
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 14 4 4 4 12 4
15 Panelis 15 3 3 3 9 3
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 05. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur Tiram Perlakuan A3B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 3 3 9 3
2 Panelis 2 2 4 3 9 3
3 Panelis 3 3 3 3 9 3
4 Panelis 4 3 4 3 10 3.333333333
5 Panelis 5 4 4 3 11 3.666666667
6 Panelis 6 3 3 4 10 3.333333333
7 Panelis 7 4 4 4 12 4
8 Panelis 8 3 4 4 11 3.666666667
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 3 3 3 9 3
11 Panelis 11 4 3 2 9 3
12 Panelis 12 4 4 4 12 4
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 14 4 4 4 12 4
15 Panelis 15 4 3 3 10 3.333333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 06. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Warna Kripik Jamur Tiram Perlakuan A3B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 3 3 9 3
2 Panelis 2 2 4 3 9 2.333333333
3 Panelis 3 1 3 3 7 2.333333333
4 Panelis 4 4 4 3 11 3.666666667
5 Panelis 5 4 4 3 11 3.666666667
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 4 4 4 12 4
8 Panelis 8 4 3 5 12 4
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 3 4 3 10 3.333333333
11 Panelis 11 3 3 4 10 3.333333333
12 Panelis 12 4 4 4 12 3.333333333
13 Panelis 13 3 4 3 10 3.333333333
14 Panelis 14 4 4 4 12 3.333333333
15 Panelis 15 3 4 3 10 3.333333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
AROMA
Lampiran 07. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur Tiram Perlakuan A1B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 4 4 4 12 4
2 Panelis 2 4 5 4 13 4.333333
3 Panelis 3 4 3 4 11 3.666667
4 Panelis 4 4 5 4 13 4.333333
5 Panelis 5 3 4 4 11 3.666667
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 5 4 4 13 4.333333
8 Panelis 8 4 4 4 12 4
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 4 4 4 12 4
11 Panelis 11 4 4 4 12 4
12 Panelis 12 4 4 4 12 4
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 14 3 2 4 9 3
15 Panelis 15 3 2 2 7 2.333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 08. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur Tiram Perlakuan A1B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 3 4 10 3.333333
2 Panelis 2 4 3 3 10 3.333333
3 Panelis 3 3 3 3 9 3
4 Panelsi 4 4 4 3 11 3.666667
5 Panelis 5 4 4 4 12 4
6 Panelis 6 4 3 4 11 3.666667
7 Panelis 7 3 3 3 9 3
8 Panelis 8 5 3 4 12 4
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 4 3 4 11 3.666667
11 Panelis 11 4 3 2 9 3
12 Panelis 12 4 3 3 10 3.333333
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 4 3 2 2 7 2.333333
15 Panelis 5 3 3 2 8 2.666667
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 09. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur Tiram Perlakuan A2B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 4 3 3 10 3.333333
2 Panelis 2 4 4 4 12 4
3 Panelis 3 3 3 4 10 3.333333
4 Panelis 4 4 4 4 12 4
5 Panelis 5 4 3 3 10 3.333333
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 3 3 5 11 3.666667
8 Panelis 8 4 3 4 11 3.666667
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 4 4 4 12 4
11 Panelis 11 4 4 3 11 3.666667
12 Panelis 12 4 4 3 11 3.666667
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 14 2 3 4 9 3
15 Panelis 15 4 4 2 10 3.333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran10. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur Tiram Perlakuan A2B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 3 3 9 3
2 Panelis 2 4 4 4 12 4
3 Panelis 3 3 3 3 9 3
4 Panelis 4 3 4 4 11 3.666667
5 Panelis 5 3 3 4 10 3.333333
6 Panelis 6 4 3 4 11 3.666667
7 Panelis 7 4 4 4 12 4
8 Panelis 8 4 4 4 12 4
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 4 4 4 12 4
11 Panelis 11 2 4 2 8 2.666667
12 Panelis 12 3 4 3 10 3.333333
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 14 2 3 3 8 2.666667
15 Panelis 15 3 4 3 10 3.333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran11. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur Tiram Perlakuan A3B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 4 3 3 10 3.333333333
2 Panelis 2 4 4 4 12 4
3 Panelis 3 3 3 3 9 3
4 Panelsi 4 3 4 4 11 3.666666667
5 Panelis 5 4 3 3 10 3.333333333
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 3 4 3 10 3.333333333
8 Panelis 8 4 4 4 12 4
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 4 4 4 12 4
11 Panelis 11 3 2 4 9 3
12 Panelis 12 4 4 4 12 4
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 4 3 1 3 7 2.333333333
15 Panelis 5 3 4 3 10 3.333333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran12. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Aroma Kripik Jamur Tiram Perlakuan A3B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 4 3 10 3.333333333
2 Panelis 2 4 4 4 12 4
3 Panelis 3 3 3 3 9 3
4 Panelsi 4 4 4 4 12 4
5 Panelis 5 4 3 4 11 3.666666667
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 3 4 3 10 3.333333333
8 Panelis 8 4 4 4 12 4
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 4 4 4 12 4
11 Panelis 11 3 3 3 9 3
12 Panelis 12 3 3 4 10 3.333333333
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 4 3 4 3 10 3.333333333
15 Panelis 5 3 2 2 7 2.333333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
TEKSTUR Lampiran13. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik
Jamur Tiram Perlakuan A1B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 2 4 9 3
2 Panelis 2 4 5 2 11 3.666667
3 Panelis 3 5 5 4 14 4.666667
4 Panelis 4 5 5 4 14 4.666667
5 Panelis 5 4 4 4 12 4
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 5 5 5 15 5
8 Panelis 8 2 5 5 12 4
9 Panelis 9 5 5 4 14 4.666667
10 Panelis 10 4 4 4 12 4
11 Panelis 11 4 3 2 9 3
12 Panelis 12 4 5 4 13 4.333333
13 Panelis 13 4 4 4 12 4
14 Panelis 14 4 5 4 13 4.333333
15 Panelis 15 4 4 4 12 4
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran14. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur Tiram Perlakuan A1B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 2 2 7 2.333333
2 Panelis 2 3 2 1 6 2
3 Panelis 3 2 2 2 6 2
4 Panelis 4 3 3 3 9 3
5 Panelis 5 3 3 2 8 2.666667
6 Panelis 6 2 3 3 8 2.666667
7 Panelis 7 3 4 2 9 3
8 Panelis 8 2 2 3 7 2.333333
9 Panelis 9 2 3 3 8 2.666667
10 Panelis 10 2 3 3 8 2.666667
11 Panelis 11 3 4 4 11 3.666667
12 Panelis 12 4 3 3 10 3.333333
13 Panelis 13 2 3 3 8 2.666667
14 Panelis 14 4 3 3 10 3.333333
15 Panelis 15 2 3 3 8 2.666667
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran15. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur Tiram Perlakuan A2B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 2 3 8 2.666667
2 Panelis 2 3 3 3 9 3
3 Panelis 3 3 3 3 9 3
4 Panelis 4 4 4 3 11 3.666667
5 Panelis 5 4 4 4 12 4
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 4 3 4 11 3.666667
8 Panelis 8 4 4 4 12 4
9 Panelis 9 4 3 5 12 4
10 Panelis 10 4 3 4 11 3.666667
11 Panelis 11 4 4 3 11 3.666667
12 Panelis 12 3 4 4 11 3.666667
13 Panelis 13 3 3 4 10 3.333333
14 Panelis 14 3 4 4 11 3.666667
15 Panelis 15 3 3 4 10 3.333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran16. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur Tiram Perlakuan A2B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 3 4 10 3.333333
2 Panelis 2 2 2 3 7 2.333333
3 Panelis 3 3 2 4 9 3
4 Panelis 4 2 3 3 8 2.666667
5 Panelis 5 2 3 3 8 2.666667
6 Panelis 6 2 3 3 8 2.666667
7 Panelis 7 4 5 4 13 4.333333
8 Panelis 8 5 3 4 12 4
9 Panelis 9 4 3 3 10 3.333333
10 Panelis 10 3 3 3 9 3
11 Panelis 11 3 3 3 9 3
12 Panelis 12 4 4 4 12 4
13 Panelis 13 2 4 3 9 3
14 Panelis 14 4 4 4 12 4
15 Panelis 15 3 3 3 9 3
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran17. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur Tiram Perlakuan A3B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 3 2 8 2.666666667
2 Panelis 2 2 3 2 7 2.333333333
3 Panelis 3 2 2 2 6 2
4 Panelis 4 3 3 4 10 3.333333333
5 Panelis 5 3 3 4 10 3.333333333
6 Panelis 6 3 2 3 8 2.666666667
7 Panelis 7 4 3 4 11 3.666666667
8 Panelis 8 2 3 4 9 3
9 Panelis 9 3 3 3 9 3
10 Panelis 10 4 2 4 10 3.333333333
11 Panelis 11 4 3 3 10 3.333333333
12 Panelis 12 3 4 4 11 3.666666667
13 Panelis 13 3 4 3 10 3.333333333
14 Panelis 14 3 4 4 11 3.666666667
15 Panelis 15 2 4 3 9 3
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran18. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Tekstur Kripik Jamur Tiram Perlakuan A3B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 4 3 10 3.333333333
2 Panelis 2 3 3 3 9 3
3 Panelis 3 2 4 3 9 3
4 Panelis 4 4 3 4 11 3.666666667
5 Panelis 5 3 2 4 9 3
6 Panelis 6 4 4 3 11 3.666666667
7 Panelis 7 4 5 5 14 4.666666667
8 Panelis 8 5 4 5 14 4.666666667
9 Panelis 9 3 4 3 10 3.333333333
10 Panelis 10 4 3 4 11 3.666666667
11 Panelis 11 4 3 3 10 3.333333333
12 Panelis 12 4 4 4 12 4
13 Panelis 13 2 4 4 10 3.333333333
14 Panelis 14 4 4 4 12 4
15 Panelis 15 3 4 4 11 3.666666667
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
RASA Lampiran 19. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur
Tiram Perlakuan A1B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 4 4 11 3.666667
2 Panelis 2 4 5 4 13 4.333333
3 Panelis 3 4 4 4 12 4
4 Panelis 4 4 5 4 13 4.333333
5 Panelis 5 4 3 3 10 3.333333
6 Panelis 6 4 4 3 11 3.666667
7 Panelis 7 5 5 4 14 4.666667
8 Panelis 8 5 5 5 15 5
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 4 4 4 12 4
11 Panelis 11 5 5 4 14 4.666667
12 Panelis 12 4 4 4 12 4
13 Panelis 13 5 4 4 13 4.333333
14 Panelis 14 4 5 4 13 4.333333
15 Panelis 15 4 2 4 10 3.333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 20. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur Tiram Perlakuan A1B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 4 4 3 11 3.666667
2 Panelis 2 4 4 3 11 3.666667
3 Panelis 3 4 4 3 11 3.666667
4 Panelis 4 4 4 3 11 3.666667
5 Panelis 5 4 3 3 10 3.333333
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 3 4 4 11 3.666667
8 Panelis 8 3 4 4 11 3.666667
9 Panelis 9 4 3 4 11 3.666667
10 Panelis 10 3 3 3 9 3
11 Panelis 11 4 3 2 9 3
12 Panelis 12 4 4 2 10 3.333333
13 Panelis 13 2 2 1 5 1.666667
14 Panelis 14 3 3 2 8 2.666667
15 Panelis 15 3 3 2 8 2.666667
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 21. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur Tiram Perlakuan A2B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 4 4 4 12 4
2 Panelis 2 4 4 4 12 4
3 Panelis 3 4 4 4 12 4
4 Panelis 4 4 4 4 12 4
5 Panelis 5 3 3 3 9 3
6 Panelis 6 3 4 4 11 3.666667
7 Panelis 7 4 3 4 11 3.666667
8 Panelis 8 4 4 4 12 4
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 4 3 4 11 3.666667
11 Panelis 11 3 5 3 11 3.666667
12 Panelis 12 3 5 4 12 4
13 Panelis 13 3 2 3 8 2.666667
14 Panelis 14 3 2 3 8 2.666667
15 Panelis 15 4 4 2 10 3.333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 22. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur Tiram Perlakuan A2B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 4 4 3 11 3.666667
2 Panelis 2 4 4 4 12 4
3 Panelis 3 4 4 3 11 3.666667
4 Panelis 4 4 4 4 12 4
5 Panelis 5 3 3 3 9 3
6 Panelis 6 3 3 4 10 3.333333
7 Panelis 7 4 4 3 11 3.666667
8 Panelis 8 4 3 4 11 3.666667
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 3 4 4 11 3.666667
11 Panelis 11 3 3 3 9 3
12 Panelis 12 3 3 3 9 3
13 Panelis 13 3 3 3 9 3
14 Panelis 14 3 3 2 8 2.666667
15 Panelis 15 4 4 3 11 3.666667
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 23. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur Tiram Perlakuan A3B1
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 4 4 3 11 3.666666667
2 Panelis 2 4 4 4 12 4
3 Panelis 3 4 4 3 11 3.666666667
4 Panelis 4 4 4 4 12 4
5 Panelis 5 4 3 3 10 3.333333333
6 Panelis 6 4 2 4 10 3.333333333
7 Panelis 7 3 4 4 11 3.666666667
8 Panelis 8 3 4 5 12 4
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 3 3 3 9 3
11 Panelis 11 3 3 4 10 3.333333333
12 Panelis 12 4 3 4 11 3.666666667
13 Panelis 13 4 2 3 9 3
14 Panelis 14 3 3 3 9 3
15 Panelis 15 3 4 4 11 3.666666667
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 24. Tabel Hasil Organoleptik Parameter Rasa Kripik Jamur Tiram Perlakuan A3B2
No Nama U1 U2 U3 Total Rata-rata
1 Panelis 1 3 4 4 11 3.666666667
2 Panelis 2 4 4 4 12 4
3 Panelis 3 3 4 4 11 3.666666667
4 Panelis 4 4 4 4 12 4
5 Panelis 5 4 4 3 11 3.666666667
6 Panelis 6 4 4 4 12 4
7 Panelis 7 3 4 4 11 3.666666667
8 Panelis 8 5 4 5 14 4.666666667
9 Panelis 9 4 4 4 12 4
10 Panelis 10 4 4 3 11 3.666666667
11 Panelis 11 4 3 4 11 3.666666667
12 Panelis 12 4 4 4 12 4
13 Panelis 13 1 3 3 7 2.333333333
14 Panelis 14 1 3 3 7 2.333333333
15 Panelis 15 4 2 3 9 3
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
Lampiran 25. Tabel Nilai Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Kripik Jamur Tiram
Parameter Perlakuan
1 2 3 4 5 6
warna 4.05 3.49 3.53 3.51 3.42 3.4
aroma 3.77 3.33 3.6 3.44 3.5 3.49
tekstur 4.17 2.73 3.56 3.22 3.09 3.62
rasa 4.11 3.29 3.62 3.47 3.56 3.62
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
KADAR AIR Lampiran 26. Tabel Hasil Pengujian Kadar Air
No Ulangan Jumlah (%)
1 1 8.62
2 2 8.64
3 3 8.59
Rata-rata 8.61666667
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
KADAR ABU Lampiran 27. Tabel Hasil Pengujian Kadar Abu
No Ulangan Jumlah (%)
1 1 4.72
2 2 4.49
3 3 4.63
Rata-rata 4.61333333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
KADAR PROTEIN
Lampiran 28. Tabel Hasil Pengujian Kadar Protein
No Ulangan Jumlah (%)
1 1 11.17
2 2 11.37
3 3 10.95
Rata-rata 11.1633333
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
KADAR LEMAK
Lampiran 29. Tabel Hasil Pengujian Kadar Lemak
No Ulangan Jumlah (%)
1 1 23.96
2 2 24.04
3 3 24.05
Rata-rata 24.0166667
Sumber: Data Sekunder Penelitian Pembuatan Kripik Jamur Tiram, 2013.
KARBOHIDRAT
Rumus yang digunakan dalam penentuan jumlah karbohidrat yaitu: Karbohidrat % = 100% - (protein% + lemak% + air% + abu%)
100% - (11,16 % + 24,02 % + 8,62 % + 4,61%) = 51,59 %
LAMPIRAN GAMBAR
Jamur tiram putih
Perlakuan A1B1
Perlakuan A1B2
Perlakuan A2B1
Perlakuan A2B1
Perlakuan A2B2
Perlakuan A3B1
Perlakuan A3B2