STUDI PENGARUH IRADIASI GAMMA TERHADAP …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...

14
STUDI PENGARUH IRADIASI GAMMA TERHADAP Pseudomonas SP. DAN KEMAMPUANNYA DALAM PENDEGRADASIAN FENOL E. Suwadji*, A. Sumartono*, M. Udiharto**, F. Suhadi*, dan T. Hud* ABSTRAK STUDI PENCARUH IRADIASI CAttMA TERHADAP Pseudo_mas SP. DAN KmAttPUANMYA DAI.Att PENDEGRADASIAN FENOL. Telah dilakukan percobaan degradasi fenol dengan menggunakan bakteri Pseudomonas sp. Untuk memperoleh data pendukung yang akan digunakan aebagai latar belakang si fat bakteri telah di lakukan beberapa percobaan pendahul uan. Per- cobaan tersebut terdiri atas: 1. Percobaan penentuan waktu generasi, 2. Penga-ruh iradiasi pada pertumbuhan Pseudomonas sp. baik secara langsung setelah iradiasi maupun diinkubasi 3 jam (Jog fase), 3. pengaruh iradiasi pada kepadatan bakteri di dalam media NB yang dhikur dengan spektrofotometer, 4. Degradasi fenol oleh bakteri. lIasi Inya menunjukkan bahwa lag dan log fase bakt,eri Pseudomonas sp. ter jadi pada 1-2 dan 2-4 jam. Pada percobaan 2 pertumbuhan koloni 0,1 kGy menghasilkan jumlah koloni yang lebih tinggi dari pada 0,4 kGy. Pada percobaan 3, Derajat korelasi transmisi dengan spektrofotometer yaitu pada r = 0,88 yang sangat nyata. Pada seri percobaan 4, hasil iradiasi bakted pada dosis iradiasi 0,3 - 0,6 kGy menunjukkan degradasi fenol yang lebih tinggi dibanding kontrol. ABSTRACT STUDY OF GAKKA IRRADIATION EFFECT ON PReudcwonaS SP. AND THE CAPABILITY ON rENOL DKGRADATION. The experiment was carried out to study fenol degradation using Pseudomonas sp. bacteria. Prel iminary E'xperiment was done to support background bacterial characteristics data on fenol degradation. The series of experiments were mainly consisted of 4 bat.ches, as follows: 1. The det.ermination of bacterial gene- ration time, 2. Irradiation effects on growth of Pseudomonas sp. after irradiation directly and 3 hours after incubat.ion, 3. Effect.s of irradiation on growth ••edium densit.y using spectrophot.omet.er, 4. Fenol degradation. Result of experiments showed that lag and log phase of bacteria occured on 1- 2 hours and 2- 4 hours after tiMe of incubation, respectively. Colony growt.h on experiment of serie 2, that dose of 0,1 kGy showed more bact.erial colony populat.ion than that of increasing doses of iradiation. In experiment 3, populat.ion densit.y transmission showed good correlation on r = 0,88. In experiment 4, dose of 0,3 - 0,6 kGy affected fenol degradation com- pared t.o control treat.ment. * Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN ** Lemigas 481

Transcript of STUDI PENGARUH IRADIASI GAMMA TERHADAP …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...

STUDI PENGARUH IRADIASI GAMMA TERHADAP Pseudomonas SP.DAN KEMAMPUANNYA DALAM PENDEGRADASIAN FENOL

E. Suwadji*, A. Sumartono*, M. Udiharto**, F. Suhadi*,dan T. Hud*

ABSTRAK

STUDI PENCARUH IRADIASI CAttMA TERHADAP Pseudo_mas SP. DAN KmAttPUANMYA DAI.Att

PENDEGRADASIAN FENOL. Telah dilakukan percobaan degradasi fenol dengan menggunakanbakteri Pseudomonas sp. Untuk memperoleh data pendukung yang akan digunakan aebagailatar belakang si fat bakteri telah di lakukan beberapa percobaan pendahul uan. Per­cobaan tersebut terdiri atas: 1. Percobaan penentuan waktu generasi, 2. Penga-ruhiradiasi pada pertumbuhan Pseudomonas sp. baik secara langsung setelah iradiasimaupun diinkubasi 3 jam (Jog fase), 3. pengaruh iradiasi pada kepadatan bakteri didalam media NB yang dhikur dengan spektrofotometer, 4. Degradasi fenol oleh bakteri.lIasi Inya menunjukkan bahwa lag dan log fase bakt,eri Pseudomonas sp. ter jadi pada 1-2dan 2-4 jam. Pada percobaan 2 pertumbuhan koloni 0,1 kGy menghasilkan jumlah koloniyang lebih tinggi dari pada 0,4 kGy. Pada percobaan 3, Derajat korelasi transmisidengan spektrofotometer yaitu pada r = 0,88 yang sangat nyata. Pada seri percobaan4, hasil iradiasi bakted pada dosis iradiasi 0,3 - 0,6 kGy menunjukkan degradasifenol yang lebih tinggi dibanding kontrol.

ABSTRACT

STUDY OF GAKKA IRRADIATION EFFECT ON PReudcwonaS SP. AND THE CAPABILITY ON

rENOL DKGRADATION. The experiment was carried out to study fenol degradation usingPseudomonas sp. bacteria. Prel iminary E'xperiment was done to support backgroundbacterial characteristics data on fenol degradation. The series of experiments weremainly consisted of 4 bat.ches, as follows: 1. The det.ermination of bacterial gene­ration time, 2. Irradiation effects on growth of Pseudomonas sp. after irradiationdirectly and 3 hours after incubat.ion, 3. Effect.s of irradiation on growth ••ediumdensit.y using spectrophot.omet.er, 4. Fenol degradation. Result of experiments showedthat lag and log phase of bacteria occured on 1 - 2 hours and 2 - 4 hours after tiMeof incubation, respectively. Colony growt.h on experiment of serie 2, that dose of0,1 kGy showed more bact.erial colony populat.ion than that of increasing doses ofiradiation. In experiment 3, populat.ion densit.y transmission showed good correlationon r = 0,88. In experiment 4, dose of 0,3 - 0,6 kGy affected fenol degradation com­pared t.o control treat.ment.

* Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN** Lemigas

481

PENDAHULUAN

Unsur pencemar di dalam 8isa minyak qas bumi yang dapat menye­

habkan atau mempengaruhi kehidupan mahluk hidup yaitu 2 fraksinya.

Yang termasuk tilik didih rendah yaitu parafinis, homolog siklopen­

tana, dan homolog sik]oheksana. Sedangkan yang termasuk titik didih

tinggi yaitu sikloparafin monosikJis, bisiklis, dan trisiklis (1 ).

Sebagai akibat keracunan unsur pencemar dapat menyebabkan anas­

tesia, narkosis, sampai kepada kematian (2 ). Jenis pencemar lainnya

ialah senyawa aromatik yang mudah ]arut dalam air yang merupakan

racun kuat dan bckerja dalam waktu yang lama dengan sirat karsinoge­

nik (2 ). Salah satu contoh ialah fenol yaitu senyawa yang mudah

larut dalam air, merupakan racun kuat yang bekerja da]am waktu lama

dan juga merupakan pencemar yang berasal dari ai r buangan industri

pengilangan minyak, yang clapal menyebabkan masalah pencemaran per­

airan yang sangat mengganggu lingkungan.

Pada konsentrasi yang sangat ked I, fenol dapat mempengaruhi

sifat, aroma clan rasa air minum. Pacla konsentrasi 0,1 mg/l dapat

menyebabkan keracunan pada kehidupan yang lebih rendah. Mikroba

pendegradasi dapat merupakan ku 1tur campuran atau sendi ri-sendi ri

yang mempunyai kemampuan untuk mendegradasi fenol, yang terdiri atas

Pseudomonas sp., Sf;aphyllococcllS aureus, Flavo bacterium sp. dan

Chromobacter sp. Dari campuran tersebut Pseudomonas sp. merupakan

populasi yang paling dominan.

Da] am percobaan ini akan d iamati pertumbuhan Pseudomonas sp.

dalam media nutrient agar dengan kombinasi perlakuan iradiasi sinal'

gamma dan pengaruhnya terhadap degradasi fenol yang terdapat pada

media pertumbuhan bakteri.

BAHAN DAN METODE

Untuk memperoleh hasi] percobaan yang paling baik, terlebih

dahulu dilakukan percobaan pendahuluan dari bakteri Pseudomonas sp.

Bakteri Pseudomonas yang digunakan berasal dari Lemigas dengan kode

Pseudomonas sp. 1.

Percobaan Seri 1. Dibuat percobaan untuk menentukan "waktu

generasi" berdasarkan pertumbuhan bakteri yang paling baik. Pada

percobaan ini ditentukan waktu dan ]amanya lag rase, log fase dan

482

fase stasioner sampat 6 jam. Dari kepadatan bakteri 3,8 x 108

sel/ml, kemudian diencerkan sampai 10-2 (diencerkan 100 kali), se­

hingga untuk tiap-tiap cawan petri diperoleh sejumlah 500 koloni

pakteri. Untuk percobaan selanjutnya dilakukan di dalam media nutri­

ent agar dan disesuaikan dengan waktl1 log fase yang telah diperoleh.

Pada percobaan ini di1akukan ulangan 3 kali.

Percobaa.n Serf 2. Dengan pengenceran yang sarna kemudian dilaku­

kan iradiasi dengan sinar g~mma 60Co dalam larutan bufer dengan

dosis perlakuan 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan 0,6 kGy. Setelah diinku­

basi dalam media NB selama 3 jam, kemudian inokulum ditanamkan dalam

cawan petri pada pengenceran 10-5 de.ngan medium NA.

Percobaan Serf 3. Dari larutan bakteri hasil iradiasi yang sarna

pada percobaan seri 2, kemudian ditanamkan langsung sebanyak 1 tetes

dalam medium NA, tanpa melalui inkubasi, dengan pengenceran 10-4,

dalam cawan petri dengan ulangan 4.

Percobaan Serf 4. Dad satu tetes bakteri hasil iradiasi, keml1­

dian ditanamkan di dalam medium NB selama 20 jam untuk diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 685 nm. Percobaan diulang 4

kal i.

PercoblJ.an Serf 5. Untuk menentukan konsentrasi fenol dalam

larutan NB sesuai dengan tingkat degradasi yang berlaku akibat per­

turnbuhan bakteri di dalam larutan tersebut, telah dilakukan 2 metode

penetal'an fenol menurut ETTINGER et .!l...L. dan ASTM 1783-80. Metode

ETTI NGER : Pada dasarnya ialah penentuan senyawa fenol dengan 4­

aminoantipirin.

Preaksi: - larutan 4-aminoantipirin 3%

- kaliumferisianida 2%

- amonil1mhidroksida 6N

- kloroform

- standar fenol (1 g/l air) terdiri atas 10 - 100 ppm.

Tata Kerja. Setengah ml sampel atau standar dipipet ke dalam

tabung bertutup, ditambah 1,6 ml amoniumhidroksida 6N dan pH diten­

tukan yang berkisar antara 9,8-10,2. Kemudian ditambahkan ke dalam­

nya 1 ml larutan 4- aminoantipirin 3% dan 10 ml larutan kalium­

ferisianida 2%, encerkan dengan air hingga volume 25 ml. Larutan

diekstrak dengan kloroform 20 ml, kemudian ekstrak disaring melalui

corong yang berisi natrium suI fat ke dalam labu ukur 25 mI. Volume

483

ditepatkan menjadi 2!'iml dengan kloroform. Larutan diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 447,7 nm. Dilakukan peng-

unumn KontrO! iOiU~i DrogodlJl1 MQtodo Ag~M D JryQg-QO yaHu penetapan

senyawa fenol dalam air.

Pereaksi

- larutan 4-aminoantipirin 2%

- larutan amonium klorida 2%

- amoniumhidroksida pekat

- larutan standar fenol, dibuat 10 s.d. 100 ppm

- kaliumferisianida 8%

Tata Kerja. Ke dalam 100 ml gelas piala dimasukkan standar yang

mengandung fenol 0,2; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mg fenol dalam 100 ml

air. Tambahkan 5 ml larutan amoniumklorida 2% dan tepatkan pH dengan

amonia pekat, yang berkisar antara 9,8-10,2. Tambahkan 2 ml larutan

4-aminoantipirin 2% aduk hingga rata dan tambahkan larutan kalium­

ferisianida 2% sebanyak 2 mI. Setelah 15 menit larutan diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm.

Percobaan Seri 6. Dari bakteri hasil iradiasi yang telah

diinkubasi selama 3 jam, kemudian ditanamkan 1 tetes ke dalam 20

ml larutan NB yang mengandung 100 ppm fenol. Setelah diinkubasi

selama 24 jam kemudian ditetapkan kandungan fenol di dalam larutan

NB untuk dibandingkan dengan kadar fenol sebelum diinkubasi dengan

bakteri. fiap perlakuan diulang 4 kali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Sed 1. Dari hasil percobaan terlihat bahwa lag fase

terjadi 1 sampai dengan 2 jam ( 676-1813 koloni), log fase terjadi

pada 2- 4 jam (2400-2900 koloni) dan waktu stasioner terjadi pada 5

jam berikutnya (4000-6000 koloni), seperti terlihat pada Gambar 1.

Hasil percobaan seri 1, yaitu untuk menentukan waktu generasi bak­

teri dalam larutan NB. Dari hasil pengamatan tersebut kemudian

dilakukan percobaan lebih lanjut. Pada penentuan waktu generasi ini

perlakuan awal bakteri sangat menentukan. Umpamanya bakteri yang

diinokulasi kurang baik pertumbuhannya akibat berbagai faktor awal

seperti pengambilan contoh inokulum pada fase stasioner, inokulum

sempat didinginkan dalam lemari es, inokulum kemungkinan terkontami-

484

nasi dan lain-lain. Pada percobaan ini lag fase, log fase dan fase

stasioner seperti terlihat pada Gambar 1, dapat menjadi agak ber­

beda. Lag fase yaitu sekitar 1 - 3,5 jam, log fase antara 3,5 - 5,5

jam sedangkan fase stasioner lehih dari 6 jam. Keadaan ini antara

lain dapat disebabkan oleh perlakuan awal bakted yang digunakan

sebagai inokulum untuk penentuan waktu generasi tersebut. Dari bebe­

rapa percobaan pendahuluan umumnya ~og fase diperoleh pada 2 - 4 jam

setelah masa inkubasi. Untuk menggambarkan waktu generasi ini dapaL

dilihat pada Tabel 3.

PercolJ8an Serj 2. Untuk mendapatkan gambaran potensi pertumbuh­

an pada periode log fase, masing-masing bakteri hasil iradiasi diin­

kubasi selama 3 jam dan ditanamkan dalam cawan petri setelah melalui

pengenceran 10-2. Oleh karena pertumbuhan belum mencapai jumlah yang

maksimal, maka pada kontrol rata-rata hanya tumbuh 95 koloni. Selan­

jutnya pertumbuhan menjadi semakin berkurang dengan naiknya dosls

iradiasi yang diberikan. Kekecualian terlihat dosis 0,4 kGy yaitu

pertumbuhan lebih tinggi rata-rata 15 koloni dibanding pada perlaku­

an dosis iradiasi lainnya. Oasis 0,1 kGy masih lebih baik dari dosis

0,4 kGy pada pertumbuhan koloninya. Hal ini menunjukkan bahwa ke­

'mungkinan telah terjadi adanya gejala rangsangan pertumbuhan atau

mungkin pula salah satu sel tertentu di dalam koloni telah mengalami

mutasi ( 5 ), seperti terlihat pada Tabel 1. Tidak demikian mudah

uhtuk menentukan adanya gejala stimulasi, apalagi yang mudah ter­

lihat secara visual, demikian juga adanya gejala mutasi. Kemungkinan

limbulnya gejala mutasi atau slimulasi dapat diketahui tidak secara

langsung, yai lu antara lain berdasarkan si fat enz imatisnya yang

menghasilkan produk yang menguntungkan. Oalam hal percobaan pende­

gradasian fenol ini, umpamanya hakteri dapat mendegradasi fenol

dalam kadar yang tinggi, waktu yang singkat, mampu tumbuh dalam

nutrisi yang terbatas dan lain-lain.Oari gejala stimulasi dan mutasi

yang diperoleh tersebut, masi h perlu dibuktikan melalui penguj Ian

lebih lanjut, atau kemungkina pula gejala tersebut karena adanya

konlaminasl. Oasis iradiasi 0,6 kGy menunjukkan pertumbuhan yang

saugat sedikit yail\] hanya 1 koloni. Seperti diketahui bakteri Pseu­

domonas sp. adalah paling peka terhadap radiasi sinar gamma (5).

Percob;jan Sed .1.lJntuk membandingkan has i1 yang diperoleh pada

percobaan seri 2, pacta percobaan seri 3 ini, inokulum langsung dita-

485'

namkan clari bakteri yang telah diradiasi di dalam larutan bufernya,

tanpa diinkubasi terlebih dahulu, yaitu dari kepadatan 3,8 x 108

sel/ml sehanyak 1 Letes ke dalam cawan pelri dengan medium agar NA.

Hasil percobaan menunjukkan penurunan jum] ah hakteri akibat semakin

tingginya dosis iradiasi yang diberikan, seperti terlihat pada Tabel

l.Pada percobaan ini dosis iradiasi 0,4 dan 0,5, kGy tidak memper­

lihatkan adanya kelainan sepert} pada percobaan seri 2. Gambaranpada percobaan 3 dapat menunjukkan secara ]angsung pengaruh iradia­

si terhadap kemampuan tumbuh bakteri, sedangkan pada percobaan 2

hanya sebagian dapat menggambarkan kemampuan tumbuh bakteri sebagai

akibat iradiasi. Dalam hal ini ( percobaan 2) bakteri masih sempat

diinkubasi selama 3 jam sebelum ditanam pada cawan petri. Sarna

dengan percobaan 2 hasil iradiasi 0,6 kGy menunjukkan batas pengaruh

yang paling nyata dalam pertumbuhan bakteri Pselldomona.ssp.

Percobaan Seri 4. Pacla percobaan ini diamati pertumbuhan bakte­

d hasil iradiasi yang ditanamkan dalam medium NB selama 20 jam,

yang kemudian diukur dengan spektrofot.ometer pada panjang gelombang

685 nm. Umumnya hasi 1 pemeriksaan menunjukkan transmisi yang se­

Makin bertambah akibat pertumbuhan bakteri yang semakin menurun

disebabkan pengaruh iradiasi, seperti dapat dilihat pada Tabel 1 dan'

Gambar 2 dengan derajat korelasi r = 0,88 dan Y = 20x + 73,4.

Percobaan Seri 5. Pada percobaan ini lebih dahulu dilakukan

perbandingan metode penetapan fenol dalam larutan NB, yaitu larutan

dimana akan diillkubasikan bakteri Pseudomona.s sp. 1 di dalamnya.

Penetllpllndengan metode ETTINGER et aI, menggunakan kloroform yang

banyak, sehingga cukup boros dalam penggunaannya. Sedangkan dengan

cara metode ASTM D 1783-80, yaitu penetapan fenol dalam air, tidak

menggunakan kloroform, sebagai penggantinya ialah ukuran perubahan

nilai pH akibat perubahan konsentrasi fenol dal~m larutannya. Dengan

demikian metode ke dua illidapat lebih menghemat kloroform dibanding

metode pertama. Pacla dasarnya ke dua cara tersebut cukup baik untuk

digunakan. Pada metode ETTINGER terlihat pada Tabel 2 dan Gambar 3

dengan Y = 74xt 33,9 dan r = 0,89, sedangkan pada metode ASTM D

1783-80 dipero]eh Y = 53,5x + 0,22 dengan r = 0,99. Berdasarkan

penelitian pada percobaan 5, penetapan konsentrasi fenol dalam

larutan pertumbuhan NB dilakukan dengan metode ASTM D 1783-80.

Percobaan Seri 6. Pada percobaan ini perbedaan antara kemampuan

486

bakteri kontrol dengan bakteri hasil iradiasi tidak demikian nyata,

kecuali pada hasil iradiasi dosis 0,3 s.d. 0,6 kGy, yang menunjukkan

degradasi [enol oleh bakteri yang lebih tinggi dibanding kontrol dan

dosis iradiasi yang lain (Tabel 1). Bakteri Pseudomonas sp.1 kontrol

dapat mendegradasi [enol sampai dengan 77,6 ppm dibanding kontrol

(94,5 ppm), seperti terlihat pada Tabel 1. Dari hasil yang diper­

oleh pada percobaan ini terlihat bahwa Pseudomonas sp. 1 tanpa ira­

diasi kurang menunjukkan kemampuan dalam mendegradasi renol, yaitu

hanya 77,6 ppm da~i 94,5 ppm pada kontrol. Tetapi pada bakteri hasil

iradiasi, terlihat adanya kemampuan dalam mendegradasi fenol antara

69,0-71,7 ppm, mulai dosis 0,1 s.d. 0,6 kGy, terutama pada bakteri

hasil iradiasi dosis 0,3 - 0,6 kGy yang berbeda nyata pada P<O,05,

seperti terlihat pada Tabel 1 perlakuan 4, yaitu antara 69 - 71

ppm dibanding 77,6 ppm pada perlakuan bakteri kontrol. Dibandingkan

dengan koleksi bakteri jenis Pseudomonas sp. yang lain dari Lemigas,

hasil iradiasi dari bakteri Pseudomonas ini masih kurang memuaskan.

Dari penelitian yang dilakukan QADARWATI (4 ), telah diperoleh bak­

teri hasil irad iasi yang mampu mendegradasi fenol sampai 0 ppm

dalam larutannya. Apabila diamati ternyata tidak terlihat hubungan

antara dosis iradiasi dengan kemampuan bakteri dalam mendegradasi

fenol. Hal ini mungkin disebabkan di dalam kemampuan tumbuh dan ber­

kembang ditentukan oleh sifat masing-masing indi vidu sel, di mana

sel yang mengalami stimulasi atau mutasi akan berkembang lebih

unggul dari sel lainnya, dengan demikian sifat individu dalam hal

ini akan muncul sebagai sifat koloni, setelah melalui suatu inter­

aksi pertumbuhan di antara individu bakteri tersebut (5).

KESIMPULAN

Berdasarkan kepada hasil percobaan yang telah dilakukan melalui

6 seri pengamatan tersebut, ternyata bakteri Psedomonas sp. merupa­

kan bakteri yang cukup peka terhadap iradiasi sinar gamma. Dengan

dosis tertinggi 0,6 kGy kemampuan h idup bakteri menunjukkan batas

lerendah yaitu hanya 1-3 koloni setiap cawan petri. Log fase pertum­

buhan bakleri dicapai paling baik pada 2-4 jam, berdasarkan keadaan

ini percobaan lanjutan dilakukan dengan pengaruh iradiasi sinar

gamma. Pada percobaan dengan jalan menginkubasikan bakteri terlebih

487

dahulu, ternyata hasilnya antara pengaruh dosis radiasi dengan per­

tumbuhan bakteri tidak berbanding Im'us. Hasil ini merupakan hal

yang gnngat b~rbedn, npabila bakteri Lers~but tidak diinkubasi ter­

lebih dahulu sebelum ditanam dalam agar petri yang menunJukkan

hubungan yang sangat nyata antara pengaruh radiasi dengan pertumbllh­

an bakteri. Untuk penetapan fenol ternyata dengan menggunakan cara

penetapan fenol dalam air, yaitu dengan me lode ASTM D 1783-80, lebih

menghemat bahan kimia dibanding pada penetapan menggunakan metode

ETTINGER. Pada dasis 0,3-0,6 kGy terlihat bakteri hasil radiasi

mampu mendegradasi fenol antara 69,0-71,7 ppm dibanding kontrol

dengan perbedaan nyata P<O,05.

DAFTAR PUSTAKA

1. DAVIS, J .B., Petroleum Microbiology. Elsvier Publishing Co.,Amsterdam (1967).

2. TEAM STUDI MIKROBIOLOGI, Laporan Penelitian Pendahuluan Mikrobi­

ologi Minyak dan Gas Bumi (1982).

3. UDIHARTO, M.,"Degradasi hidrokarbon dan fenol oleh nlikroba", Se­minar Ilmiah Teknik Penyehatan dan Lingkungan serta Bioteknolo­

gi Pengolahan Limbah, ITS, Bondung (1986).

4. QJ\DARWATI, E., Degr'adasi fenol oleh bakteri Pseudomonas sp.,Thesis 8-1, MIPA-UI, Jakarta (1990).

5. WILLIAMS, R.J., and LANSFORD, E.M., Bacterial Genetics, The Ency­clopedia of Biochemistry, Reinhold Pub] ishing Corp. New York

(1967) ]09-114.

6. HARSOJO, ANDINI, L.S., HILMY, N., SUWIRMA, S., dan DANIUS, J.,Radiation desinfection of manure for animal feed Supplement(PAIR/T.202/19R8), PAIR-BATAN, Jakarta (1988).

438

Tabel 1. Perbedaan secara statistik percobaan pengaruh iradiasipada Pseudomonas sp. 1 dalarn beberapa perlakuan

---------------------------------------------------.-----------------

DORis Pcr1akuan--------------------------------------------------------

1 2 3 4--------------------------------------------------------------------

Kontrol ---94,5 c0

94,8 d631,5 d70,577,6 b0,1 0,2

16,5 c282,5 d75,073,7 a0,3

6,0 b57,0 b82,769,0 a0,4

15,0 c9,8 a83,070,0 a0,5

11,0 b6,8 a83,371,7 a0,6

2,0 a1,5 a84,370,5 a

--------------------------------------------------------------------

Setiap perbedaan dalarn huruf, berbeda nyata pada p<O,05

Perlakuan :

1. Pengaruh iradiasi pada perturnbuhan Pseudomonas Bp. 1 setelah masainkubasi 3 jam, dihitung jurnlah koloni

2. Pengaruh iradiasi pada perturnbuhan bakteri Pseudomonas sp. 1 yangditanamkan langsung dari larutan bufernya.

3. Pengaruh iradiasi pada perturnbuhan Pseudomonas sp. 1 dalarn NB(medium nutrisi broth, diukur dengan spektrofotometer berdasarkan% absorpsi.

4. Hasil degradasi fenol oleh bakteri (ppm)

489

Tabel 2. Standar penetapan fenol dengan spektrofotometermenurut ETTINGER dan ASTM D 1783-80

-------------------------------------------------------------

(Ettinger)Standar [enol (ppm) Hasi 1 pengukuran (abs.)

-------------------------------------------------------------

25

40506070

80100

1020304050

(ASTM D 178.3-80)

0,127

0,162

0,2340,247

0,302

0,406

0,986

0,186

0,367

0,5500,747

0,929------------------------------------------------------------

Tabel 3. Pertumbuhan Jumlah koloni bakteri dalam agar

petri pada penentllan waktu generasi 6 jam.-------------------------------------------------------------

Waktu inku­

bas i (j am)Pe rc. T Perc. II Pe rc • I I I

-------------------------------------------------------------

1 490 770768

2

168018561904

3

2432 20082408

4

2912 27682832

5

3232 53124160

6

5104 61124864

-------------------------------------------------------------

490

,/1,0

:w 0,8

'"

E- 0,6o'"

.CI«0,4

0,2

.//././~• 0

.....--

o

Gambar 1. Fase perturrbuhan P.6e.udomonM sp. 1selama masa inkubasi 6 jam

6

O,88XX20x + 73,4

0,1 0,2 0,3 0,4dos is i radi as i (kGy)

Pengaruh i radiasi pada pertumbuhan P.6e.u­

domonM sp. 1 di ukur dengan spektrofoto­ter pada panjang gelombang 685 nm (% ab­sorps i)

10020 40 60 80kadar feno I (ppm)

Gambar 3. Standar penetapan fenol denganspektrofotometer pada panjanggelombang 447,7 dan 500 nm

e----e Metode ASTH D 1783-80(0-0,89; Y=74x+33,9)

0----0 Hetode ETTINGERlr=O,99; Y=53x+O,22)

o

0,60,5

Gambar 2.

85

8075~

70- '"C.L.

~ 65.CI«

60

0

491

DISKUSI

HARSOYO

Pada perco~aan IV, bnkteri diukur dengan spektro pada panjang

gelombang 685 urn. Bagaimana jika diukur dengan panjang gelombang 660

urn seperti pada biasanya ?

TAUFIK HUD

Pan,jang gelombang 685 urn adaJah maksimum, ,jika 660 urn maka hasilnya

akan tidak memadai.

NURHAYATI

1. Mohon dijelaskan apa alasannya Anda mengambil pan,jang gelombang

685 urnuntuk mengukur perlumbuhan Pseudomonas sp ?

2. Apakah ada bedanya kalau diambil panjang gelombang 650 urn, untuk

pengukuran mikroba tersebul ?

TAUFIK HUD

1. Karena media MB berwarna kuning kecoklatan maka diambil panjang

ge lombang yang mempunyai respon yang pal ing baik pada suspensi

lersebut. Dari hasil percobaan ternyata panjang gelombang 685 urn

merupakan panjang gelombang maksimum.

2. Ada, sebab panjang gelombang maksimum 685 urn maka pada 650 urn

akan berpengaruh sehingga pengukuran tidak maksimum.

MARIA LINA

]. Pada fase apa Anda mengiradiasi Pseudomonas sp ~'ang l\nda gunakan.

2. Dosis 0,3 - 0,6 kGy menun,jukkan degradasi fenol lebih besar

daripada kontrol. Bagaimana dengan populasi jumlah bakteri pada

dosis tersebut apakah lebih banyak atau lebih sedikit ?

TAUFI K !Hm

1. Pada log fase.

492

2. Dalam hal ini Jumlah populasi tidak berpengaruh, tetapi yang

berpengaruh adalah aktivitasnya.

YB. SUBOWO

1. Setelah dilakukan radiasi, bakteri Pseudomon:ls sp mengalami per­

ubahan, yaitu dalam kemampuannya mendegradasi fenol. Faktor-fak­

tor apa saja yang berubah di dalam bakteri sehingga kemampuannya

mendegradasi fenol berubah ?

2. Pada percobaan, 2 setelah di inkubasi dikatakan ,jumlah populasi

bakter i naik. Apa pengaruh inkubas i pada pertumbuhan Pselldomonas

sp.

TAUFIK HUD

1. Kemungkinan karena adanya rangsangan sifat pendegradasian akibat

radiasi yang maksimumnya belum Jelas.

2. Log fase adalah fase pertumbuhan yang pal ing akti f yang dapat

menaikkan bakteri.

I. DJATMIKO

Dad tabel yang Anda sa,jikan nampak bahwa degradasi fenol pada per­

lakuan 0,] kGy dan 0,2 kGy berbeda nyata (becla 1,1), tetapi 0,1 kGy

dengan 0,4 kGy tidak berbeda nyata pada hal bedanya > 1,1. bagaimana

cara Anda menguji statistiknya ? Mohon penjelasan.

TAUFIK BUD

Memang hasil percobaan ini merupakan hasi 1 pengaruh dosis iradiasi

pada pertumbuhan Pseudomonas sp. ~'ang sifatnya tidak linier,

kemungkinan 0,4 kGy tersehut masih merupakan hasil yang helum

mantap dan sebenarnya kami kurang yakin bahwa hasil tersehut adalah

merupakan rangsangan iradiasi terhadap ,jum]ah koloni. Secara

statistik akan kami koreksi kembali, meskipun umumnya pakai anova.

ARWAN SUGIHARTO

1. Bagaim!lnakah mekanisme (secara fisiologi) pendegradasian fenol

493

oleh Pseudomonas sp.

ZI Mengapa/bagairnanaKah D~rbgdalln rngk!lnigrnQ DMM~ d~~u_dAs ~ Pseudo-

monas sp. setelah diiradiasi dan sebelum diiradiasi ?

TAUFIK HUD

1. Fenol dengan oksidasi menjadi katekol kemudian asam cis-cis muko­

let dan umumnya degradasi terjadi akibat adanya reaksi enzimatis

dari bakteri.

2. Dengan iradiasi diharapkan akan terjadi perubahan genetis yang

dapat meningkatkan sifat bakteri dalam pendegradasian fenol baik

dilihat dari waktu, jumlah fenol maupun pertumbuhan bakteri.

SUWI RMA S.T.

1. Berapa persen degradasi fenol dengan bakteri Pseudomonas sp ?

2. Keuntungan dan kerugian dari kedua metode. Berapa recoveri untuk

masing-masing metode ?

TAUFIK HUD

1. Dalam percobaan kami belum sampai selesai dan dalam botol

tertutup hanya mencapai 25 - 32%.

2. Dengan metode ASTM, penetapan fenol lebih hemat bahan kimia

dengan hasil sensitivitas yang tinggi, demikian juga untuk

recoveri.

494