Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

37
i STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000 9600 HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA HIJAU (LACTUCA SATIVA L) Oleh: Kukuh Oktavianus NIM: 192010007 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

Page 1: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

i

STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000 –

9600 HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA

HIJAU (LACTUCA SATIVA L)

Oleh:

Kukuh Oktavianus

NIM: 192010007

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

ii

Page 3: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

iii

Page 4: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

iv

Page 5: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

v

Motto

“Sesuatu hal yang paling utama adalah kesabaran disaat

menghadapi masalah, dan selalu bersikap bijaksana dalam

menyelesaikan berbagai masalah”

”Segala kesulitan yang sering dihadapi, akan menjadikan

seseorang menjadi lebih kuat dan lebih tabah”

Page 6: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Betapa besar kasih dan

anugrah Tuhan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Tugas akhir ini ditulis dan disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana pendidikan (S.Pd.) Fisika di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tentunya

banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini namun

berkat pertolongan Tuhan semuanya dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Atas

segala bantuan dan dukungan tersebut, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak dan Ibu selaku orangtua dan mba Yeni dan mas Dani yang sangat baik dan luar

biasa tidak ada henti untuk memberi dukungan , semangat dan doa terus menerus untuk

kelancaran buah hatinya.

2. Ibu Made Rai Suci Shanti N.A, S.Si., M.Pd. selaku pembimbing utama dan Bapak Nur

Aji Wibowo, S.Si., M.Si. selaku pembimbing pendamping. Terima kasih untuk waktu,

tenaga,pemikiran, dan kesabaran saat membimbing penulis dari awal hingga akhir.

3. Dosen – dosen Fisika dan Pendidikan Fisika ( Ibu Dra. Marmi Sudarmi, M.Si. Ibu

Made Rai Suci Shanti N.A, S.Si., M.Pd. Ibu Diane Noviandini, S.Pd. Bapak Adita

Sutresno, S.Si.,M.Sc. Bapak Andreas Setiawan, S.Si.,MT. Bapak Dr. Suryasatriya

Trihandaru, M.Sc, Bapak Wahyu Hari Kristiyanto, S.Pd., M.Pd. Ibu Debora Natalia

Sudjito, S.Pd, Bapak Nur Aji Wibowo, S.Si.,M.Si. Bapak Prof. Liek Wilardjo, Bapak

Prof. Ferdy S. Rondonuwu ) terima kasih telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan

nasehat – nasehat yang sangat berguna bagi penulis.

4. Mas Tri, Mas Sigit, dan Pak Tafip selaku Laboran Fisika dan Pendidikan Fisika FSM

UKSW atas segala bantuannya selama ini.

5. Teman – teman seperjuangan ( Tesar Aditya, Eko Yuli Kristianto ) yang telah bersama-

sama membuat penelitian ini dengan baik.

6. Teman-teman Pendidikan Fisika dan Fisika 2010. Ice, Dian, Erfi, Ucik, Galuh, Maya,

Olik, Pujo, Kresno, Kriswantoro, Wahyu, Gigih, Hafids dan teman-teman lain yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan semangat

yang kalian berikan.

7. Teman-teman Fakultas Sains dan Matematika angkatan 2010 yang telah menemani

dalam proses perkuliahan selama kurang lebih 4 tahun.

8. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Page 7: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

vii

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyelesaian tugas akhir

ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi

perbaikan penulis. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua

pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan baik dari

Tuhan YME.

Salatiga, 08 Januari 2015

Penulis

Kukuh Oktavianus

Page 8: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii

LEMBAR HAK BEBAS ROYALTY DAN PUBLIKASI iv

MOTTO v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

BAB 1. PENDAHULUAN

Pendahuluan 1

Dasar Teori 2

Daftar Pustaka 2

BAB 2. STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000 –9600

HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA HIJAU

(LACTUCA SATIVA L)

ABSTRAK 4

Pendahuluan 4

Metode Penelitian 6

Hasil dan Pembahasan 8

Kesimpulan 12

Daftar Pustaka 12

LAMPIRAN 14

Page 9: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pendahuluan

Selada Hijau (Lactuca Sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

memiliki prospek dan nilai ekonomi yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk

Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan

bertambahnya permintaan akan sayuran khususnya sayuran Selada. Kandungan gizi pada

sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok.[1]

Menurut data USDA (2010), kandungan zat besi dalam 100 g pada daun selada sekitar 0,86 mg.

Kandungan zat besi tersebut diduga masih dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan

manusia terhadap zat besi setiap harinya.[2]

Untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran Selada

yang semakin meningkat, maka usaha – usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas

khususnya sayuran Selada terus dikembangkan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut

adalah pemupukan dengan disertai perlakuan fisik yakni penggunaan teknologi gelombang

suara. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spectrum suara

Garengpung dimana Garengpung adalah hewan serangga yang memiliki suara khas.

Garengpung biasanya terdengar ketika akhir musim penghujan dan mengawali musim kemarau.

Konon petani di pedesaan mempercayai bahwa suara hewan Garengpung ini mampu menjadikan

hasil panen lebih melimpah dibanding menggunakan pupuk kimia.

Teknologi alternatif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sayuran khususnya bagi

para petani Selada yaitu dengan teknologi AFF (Audio Farming Frequency). Teknologi ini

ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat, dimana Carlson mengkaji secara serius

setelah melihat bencana kelaparan selama perang Korea pada tahun 1950. Carlson meluangkan

waktu untuk studi fisiologi tumbuhan di Universitas Minnesota. Dipicu oleh gagasan bahwa

frekuensi suara bisa membantu tumbuhan bernafas lebih baik serta menyerap lebih banyak zat

makanan.

AFF merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang suara

berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemaparan frekuensi tinggi

mampu meningkatkan aspek penting diantaranya yaitu mampu merangsang mulut daun atau

stomata untuk tetap membuka sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi

lebih baik. Stomata sangat penting bagi tumbuhan dikarenakan pori stomata merupakan tempat

dimana terjadinya pertukaran gas dan air. Hal ini menyebabkan stomata sangat berperan dalam

proses transpirasi dan fotosintesis.[3]

Bunyi mempunyai energi karena bunyi merupakan bentuk gelombang yang memiliki

kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui. Energi atau getaran yang

dihasilkan oleh suatu sumber bunyi mampu untuk membantu membukanya stomata menjadi

lebih lebar pada suatu tanaman.[4]

Seperti telah banyak diketahui bahwa salah satu sifat makhluk hidup normal adalah

memberikan tanggapan (response) terhadap gelombang suara dan gelombang cahaya.

Pemanfaatan teknologi gelombang merupakan suatu teknologi baru di bidang pertanian. Prinsip

dasarnya tanaman memiliki kemampuan tanggap terhadap gelombang suara.[5]

Telah dilakukan penelitian oleh Puji, dkk (2011) tentang pengaruh berbagai jenis musik

pada pertumbuhan sawi hijau. Musik yang digunakan dalam perlakuan tanaman adalah jenis

musik gamelan Bali, gamelan Jawa, klasik, dan musik rock. Hasil penelitian menunjukkan

Page 10: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

2

bahwa semua tanaman yang diberi perlakuan gelombang suara tumbuh lebih baik dibandingkan

sampel yang tidak diberi perlakuan (kontrol).[6]

Penelitian selanjutnya dilakukan penelitian oleh

Iriani, dkk (2005) hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pemberian nutrisi dan suara musik

dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman kentang menjadi lebih cepat. Hal ini ditunjukkan

dengan peningkatan produksi sebesar 24%, yaitu dari 15,8 ton/ha menjadi 19,6 ton/ha.[7]

Selanjutnya dilakukan oleh oleh Kukuh, dkk (2012) tentang pengaruh gelombang akustik

terhadap pertumbuhan atau perkembangan sawi hijau. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan

tanaman didasarkan pada spektrum suara Garengpung dengan frekuensi rendah 4200–6000 Hz

dan frekuensi tinggi 6000–9600 Hz. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berfrekuensi

tinggi menunjukan kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan dengan frekuensi

rendah dan tanpa perlakuan.[8]

Melihat hasil-hasil penelitian di atas, untuk itu dilakukanlah penelitian menggunakan

tanaman Selada Hijau sebagai obyek penelitian dengan jenis frekuensi musik 6000–9600 Hz

yang di dasarkan pada spektrum suara Garengpung (cryptotymphana acuta). Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat

memberikan pengaruh positif pada sayuran Slada Hijau.

Dasar Teori

A. Audio Farming Frequency

Audio farming frequency merupakan suatu teknologi baru yang memanfaatkan efek

gelombang suara untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Teknologi ini

memanfaatkan suatu gelombang suara alami dengan frekuensi tinggi yang mampu merangsang

mulut daun supaya tetap terbuka saat fotosintesis sehingga dapat meningkatkan laju dan

efisiensi penyerapan pupuk yang bermanfaat bagi tanaman guna meningkatkan jumlah produksi

dengan mutu yang lebih baik.

B. fisiologi Selada ( Lactuca Sativa L )

Selada ( lactuca sativa L ) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai nilai

ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi

sesuai dengan jenisnya. Pertumbuhan selada akan optimal pada kisaran suhu udara 25° - 26°C

dan kelembaban berkisar antara 76-77%. Keadaan suhu di dalam rumah kaca selama penelitian

berkisar antara 27,8° - 33,9°C dengan kelembaban antara 58,17% - 75,5%.[7]

C. Karakteristik Suara musik yang di dasarkan pada suara garengpung

Penelitian yang dilakukan oleh Kukuh, dkk ( 2012)[6]

tentang pengaruh gelombang akustik

terhadap pertumbuhan dan Perkembangan Sawi Hijau (Brassica rapa var. parachinensis L.) ,

dalam penelitiannya digunakan 2 jenis frekuensi musik yaitu A ( 4200 Hz – 6000 HZ ) dan B (

6000 Hz – 9600 Hz ) yang di dasarkan pada spectrum suara garengpung ( cryptotymphana acuta

). Dari hasil penelitian didapat tanaman sawi hijau yang di beri perlakuan musik pada frekuensi

B ( 6000 Hz – 9600 Hz ) memiliki berat sampel paling besar dari pada frekuensi A ( 4200 Hz –

6000 Hz ) dan tanaman tanpa perlakuan.

Daftar Pustaka

[1] Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.

Penebar Swadaya, Jakarta.

[2] Putri Eva Sari BR. Tarigan. ( 2009 ). Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada

Permata Hati Organik Farm Di Bogor, Jawa Barat. Skripsi Program S1 Fakultas

Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Page 11: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

3

[3] Hou TZ et al. .1994. Experimental evidence of a plant meridian system: III the sound

characteristics of Phylodendron (Alocasia) and effects of acupuncture on those

properties. Am J Chin Med 3-4:205-214.

[4] Pengaruh Beragai Jenis Musik Pada Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica Juncea).

Puji Kuswanti, Triana Susanti, Adita Sutresno.Prosiding Seminar Nasional Sains

dan Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, Vol 2, No. 1, ISSN:2087-0922.

[5] Iriani, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005). Kaji Terap

Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin

Pertanian dan Peternakan. Vol. 6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15.

[6] Pengaruh Gelombang Akustik terhadap Pertumbuhan atau Perkembangan Sawi

Hijau (Brassica Rapa Var. Parachinensis L). Kukuh Oktavianus, Tesar Aditya, Eko

Yuli Kristianto, Adita Sutresno. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan

Sains VII, Salatiga, 21-22 September 2012, Vol 3, No. 1, ISSN:2087-0922.

[7] Darmawan, I. A. 1997. Pengaruh Topoklimat terhadap Produksi dan Kualitas Selada

(Lactuca sativa L.). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Skripsi.

Page 12: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

4

BAB 2

STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000 –

9600 HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA

HIJAU (LACTUCA SATIVA L)

Kukuh Oktavianus

1, Nur Aji Wibowo

1,2, Made Rai Suci Shanti

1,2,*

1Progam Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika

2Progam Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana

Jln. Diponegoro No. 52-60 Salatiga

*Email: [email protected]

ABSTRAK

AFF (Audio Farming Frequency) merupakan suatu teknologi organik yang

memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan

produktivitas tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat memberikan pengaruh positif

pada sayuran Slada Hijau (Lactuca Sativa L). Frekuensi yang dipakai dalam

perlakuan tanaman didasarkan pada spektrum suara Garengpung

(cryptotymphana acuta). Perlakuan tanaman dilakukan dengan memberi musik

selama 2 jam setiap hari yaitu pagi pukul 07.00-08.00 WIB dan sore pukul

15.00-16.00 WIB. Parameter yang diukur adalah panjang lebar daun, dan berat

dari hasil panen. Variabel yang dikontrol adalah pH tanah (pH 7), suhu

lingkungan tempat perlakuan, dan kelembaban tanah yang sama untuk setiap

tanaman. Dari hasil rata-rata perhitungan lebar, panjang daun dan berat hasil panen

selada perlakuan adalah 68.96 ± 8.929 mm, 111.1 ± 11.03 mm, dan 125.59 gram dan

hasil rata-rata perhitungan lebar,panjang daun dan berat hasil panen selada tanpa

perlakuan adalah 54.38 ± 5.284 mm, 92.52 ± 5.775 mm, dan 95.30 gram. Dari

pengukuran luasan stomata daun, pembukaan stomata pada daun yang mendapatkan

perlakuan adalah 0.032 mm2 sedangkan pembukaan stomata daun tanpa perlakuan

adalah 0.011 mm2. Jika dilihat dari hasil perhitungan lebar daun, panjang daun, berat

hasil panen dan pembukaan stomata daun tanaman yang mendapatkan perlakuan

dengan frekuensi 6000-9600 Hz memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan

dengan tanaman tanpa perlakuan.

Kata kunci :AFF, Selada, Frekuensi

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Selada Hijau (Lactuca Sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

memiliki prospek dan nilai ekonomi yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah

penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi

menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran khususnya sayuran Selada.

Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi

melalui makanan pokok.[1]

Menurut data USDA (2010), kandungan zat besi dalam 100

g pada daun selada sekitar 0,86 mg. Kandungan zat besi tersebut diduga masih dapat

ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap zat besi setiap harinya.[2]

Untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran Selada yang semakin meningkat, maka usaha

– usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas khususnya sayuran Selada terus

Page 13: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

5

dikembangkan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah pemupukan

dengan disertai perlakuan fisik yakni penggunaan teknologi gelombang suara. Frekuensi

yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spectrum suara Garengpung

dimana Garengpung adalah hewan serangga yang memiliki suara khas. Garengpung

biasanya terdengar ketika akhir musim penghujan dan mengawali musim kemarau.

Konon petani di pedesaan mempercayai bahwa suara hewan Garengpung ini mampu

menjadikan hasil panen lebih melimpah dibanding menggunakan pupuk kimia.

Teknologi alternatif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sayuran

khususnya bagi para petani Selada yaitu dengan teknologi AFF (Audio Farming

Frequency). Teknologi ini ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat, dimana

Carlson mengkaji secara serius setelah melihat bencana kelaparan selama perang Korea

pada tahun 1950. Carlson meluangkan waktu untuk studi fisiologi tumbuhan di

Universitas Minnesota. Dipicu oleh gagasan bahwa frekuensi suara bisa membantu

tumbuhan bernafas lebih baik serta menyerap lebih banyak zat makanan.

AFF merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang suara

berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemaparan frekuensi

tinggi mampu meningkatkan aspek penting diantaranya yaitu mampu merangsang mulut

daun atau stomata untuk tetap membuka sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

tanaman menjadi lebih baik. Stomata sangat penting bagi tumbuhan dikarenakan pori

stomata merupakan tempat dimana terjadinya pertukaran gas dan air. Hal ini

menyebabkan stomata sangat berperan dalam proses transpirasi dan fotosintesis.[3]

Bunyi mempunyai energi karena bunyi merupakan bentuk gelombang yang memiliki

kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui. Energi atau getaran

yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi mampu untuk membantu membukanya

stomata menjadi lebih lebar pada suatu tanaman.[4]

Seperti telah banyak diketahui bahwa salah satu sifat makhluk hidup normal

adalah memberikan tanggapan (response) terhadap gelombang suara dan gelombang

cahaya. Pemanfaatan teknologi gelombang merupakan suatu teknologi baru di bidang

pertanian. Prinsip dasarnya tanaman memiliki kemampuan tanggap terhadap gelombang

suara.[5]

Telah dilakukan penelitian oleh Puji, dkk (2011) tentang pengaruh berbagai jenis

musik pada pertumbuhan sawi hijau. Musik yang digunakan dalam perlakuan tanaman

adalah jenis musik gamelan Bali, gamelan Jawa, klasik, dan musik rock. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua tanaman yang diberi perlakuan gelombang suara tumbuh

lebih baik dibandingkan sampel yang tidak diberi perlakuan (kontrol).[6]

Penelitian

selanjutnya dilakukan penelitian oleh Iriani, dkk (2005) hasil penelitian menunjukan

bahwa dengan pemberian nutrisi dan suara musik dapat memacu pertumbuhan tinggi

tanaman kentang menjadi lebih cepat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan produksi

sebesar 24%, yaitu dari 15,8 ton/ha menjadi 19,6 ton/ha.[7]

Selanjutnya dilakukan oleh

oleh Kukuh, dkk (2012) tentang pengaruh gelombang akustik terhadap pertumbuhan

atau perkembangan sawi hijau. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman

didasarkan pada spektrum suara Garengpung dengan frekuensi rendah 4200–6000 Hz

dan frekuensi tinggi 6000–9600 Hz. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan

berfrekuensi tinggi menunjukan kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan

dengan frekuensi rendah dan tanpa perlakuan.[8]

Melihat hasil-hasil penelitian di atas, untuk itu dilakukanlah penelitian

menggunakan tanaman Selada Hijau sebagai obyek penelitian dengan jenis frekuensi

musik 6000–9600 Hz yang di dasarkan pada spektrum suara Garengpung

(cryptotymphana acuta). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat memberikan pengaruh positif pada sayuran

Page 14: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

6

Slada Hijau.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan meliputi beberapa tahap :

1. Menganalisis frekuensi musik yang didasarkan pada sepektrum suara

Garempung. Langkah pertama diawali dengan menganalisis frekuensi 6000-9600 Hz,

kemudian di ekstrak menjadi Mp3 yang ditunjukan pada pada Gambar 1.

Gambar 1. Karakteristik suara musik gamelan jawa sebelum di analisis 43-4000

Hz.

Gambar 2. Pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz untuk perlakuan tananam.

Sebelum memulai perlakuan, musik yang akan dipakai di analisis menggunakan

software Adobe Audition 3.0, kemudian hasil analisis di simpan dalam bentuk MP3

supaya pada saat perlakuan pada tanaman bisa di putar berulang-ulang secara otomatis.

Hasil pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz pada Gambar 2 tersebut di dasarkan dengan

salah satu frekuensi Garengpung (cryptotymphana acuta).

Page 15: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

7

Gambar 3. Desain Rumah Selada

Dalam penelitian ini rumah Selada seperti Gambar 3 berfungsi sebagai

pengontrol kelembaban, intensitas cahaya, suhu dan untuk melindungi Selada dari

gangguan hama selain itu juga digunakan sebagai tempat perlakuan tanaman dengan

menggunakan teknologi AFF.

3. Proses penyemaian, pemeliharaan, pengukuran

Bahan penelitian terdiri dari benih Selada Hijau. Pada penelitian ini digunakan tanah

yang subur dengan perbandingan tanah dan pupuk 2 : 1. Alat yang digunakan saat

melakukan penelitian terdiri dari : speaker mono dan Amplifier dengan daya 40 watt

yang berfungsi untuk memaparkan suara musik ke tanaman, Sound Level Meter yang

berguna untuk mengetahui keras lemahnya suara, Jangka Sorong untuk mengukur

panjang daun dan lebar daun, Lux meter untuk pengukur intensitas cahaya, Ph meter

untuk pengukur kadar asam tanah dan kelembaban dan kesuburan tanah, Termometer

dinding untuk mengukur suhu, Timbangan digital yang digunakan untuk mengukur

berat tanaman hasil panen dan 1 unit notebook yang dilengkapi program adobe audition

3.0 yang digunakan untuk menganalis frekuensi musik yang didasarkan pada spektrum

suara Garengpung.

Pada proses penyemaian, semua benih Selada mendapatkan perlakuan yang sama

yaitu ditebarkan pada media tanam yang sama. Dari penyemaian benih hingga tumbuh

rata-rata setinggi 5cm membutuhkan waktu 1 minggu. Setelah benih tumbuh, kemudian

ditanam ke media tanam yang berbentuk bedengan. Selama masa pemeliharaan,

tanaman disiram dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Tanaman di beri perlakuan musik

dengan selang frekuensi 6000-9600 Hz, pada pagi hari dan sore hari dengan durasi

selama 1 jam. Untuk dapat melihat stomata, pengambilan dilakukan pada tempat

perlakuan yaitu saat dilakukannya perlakuan pemberian musik pada tanaman selada.

Parameter yang diukur selama masa pemeliharaan adalah lebar daun dan panjang daun

yang diukur dua hari sekali, sedangkan pada akhir masa panen ditambahkan pengukuran

berat tanaman.

2. Desain Rumah Selada dengan Teknologi AFF.

Page 16: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

8

4. Denah Tanaman Perlakuan

Gambar 4. Denah tanaman yang mengalami perlakuan.

Pada penelitian digunakan 2 speaker yang dipasang menggantung seperti pada Gambar

4, hal ini bertujuan supaya semua tanaman mendapat pemaparan musik yang sama

dengan intensitas bunyi rata-rata diseluruh bedengan 70 – 73 db dan suhu dalam rumah

Selada berkisar 28OC – 30

OC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada proses pemeliharaan ini dilakukan selama 28 hari dari proses menanam hingga

panen. Pada hari ke 28 semua Selada di panen secara bersama dan di timbang untuk

mengetahui perbandingan berat antara Selada yang mendapatkan perlakuan dan Selada

yang tidak mendapatkan perlakuan. Selain itu pengukuran panjang dan lebar daun

dilakukan 2 hari sekali. Hasil pengambilan data panjang dan lebar daun dapat dilihat

pada gambar brikut :

Gambar 5. Pertumbuhan panjang daun Selada antara Selada perlakuan dan

selada tanpa perlakuan selama 28 hari.

Dari Gambar 5 dapat dilihat pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan panjang

daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dimana

Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami penambahan panjang daun lebih pesat

dibandingkan dengan Selada tanpa perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa perlakuan

terlihat penambahan panjangnya lebih tertinggal di bandingkan dengan tanaman selada

perlakuan. Untuk panjang daun Selada perlakuan yaitu 111.1 ± 11.03mm dan panjang

daun tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775mm.

Page 17: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

9

Gambar 6. Pertumbuhan lebar daun Selada antara Selada perlakuan dan Selada

tanpa perlakuan selama 28 hari.

Dari Gambar 6 dapat dilihat pula pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan lebar

daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dan

seterusnya dimana lebar daun Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami

penambahan panjang daun lebih cepat dibandingkan dengan lebar Selada tanpa

perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa perlakuan terlihat relatif stabil jauh tertinggal

di banding dengan tanaman Selada perlakuan hingga saat hari panen. Hal ini hamper

sama dengan pertumbuhan panjang Selada baik yang mendapatkan perlakuan dan tidak

mendapatkan perlakuan. Untuk lebar daun Selada perlakuan yaitu 68.96 ± 8.929mm dan

lebar daun tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284mm.

Berat Selada setelah dipanen dapat dapat dilihat pada gambar 7 :

Gambar 7. Berat hasil panen Selada Hijau perlakuan dan Selada Hijau tanpa

perlakuan.

Gambar 7 menunjukan rata-rata berat sampel paling besar adalah tanaman Selada

perlakuan dengan frekuensi 6000-9600 Hz yaitu dengan berat 125.59 gram sedangkan

berat Selada tanpa perlakuan adalah 95.30 gram dengan umur panen masing-masing 28

hari. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan penggunaan teknologi AFF

(Audio Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung

Page 18: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

10

(cryptotymphana acuta) dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan produktivitas tanaman Selada yang sangat signifikan di bandingkan

dengan selada tanpa perlakuan.

Table 1. Selisih panjang dan lebar Selada perlakuan dan Selada tanpa perlakuan. Keterangan Selada

Panjang

daun

(mm)

perlakuan 111.1 ± 11.03

Tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775

Selisih (∆P) 18.58 ± 5.255

Lebar

daun

(mm)

perlakuan 68.96 ± 8.929

Tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284

Selisih (∆L) 14.58± 3.645

Selisih panjang dan lebar daun tanaman Selada dengan perlakuan dan tanpa

perlakuan menunjukan bahwa tanaman perlakuan dengan teknologi AFF (Audio

Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan

frekuensi 6000-9600 Hz memberikan peningkatan yang lebih baik di bandingkan

dengan tanaman Selada tanpa perlakuan.

Contoh hasil analisis pembukaan stomata antara Selada perlakuan dengan

frekuensi 6000-9600 Hz dan Selada tanpa perlakuan.

Gambar 8. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) perlakuan.

Gambar 9. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) tanpa perlakuan.

Page 19: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

11

Dari hasil pembukaan stomata pada gambar diatas terlihat jelas bahwa pada Gambar 8

terdapat 8 stomata dan pada Gambar 9 terdapat 7 stomata. Dari gambar stomata yang

nampak pada gambar diatas terlihat jelas pada stomata Selada yang diberi perlakuan

semuanya membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata Selada tanpa perlakuan.

Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan teknologi AFF (Audio Farming

Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan frekuensi 6000-

9600 Hz dapat merangsang mulut daun (stomata) membuka lebih lebar, sehingga

mampu meningkatkan laju dan efisiensi dalam penyerapan nutrisi yang bermanfaat bagi

pertumbuhan tanaman.

Pengambilan sampel daun untuk melihat pembukaan stomata menggunakan

Microskop Binokuler yang menunjukan skala 0 – 100 dan setiap 37 skala binokuler

menunjukan 0.1 mm pada skala penggaris.

Gambar 10. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun perlakuan.

Pada Gambar 10 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah :

Panjang x lebar stomata

(6) x (2) = P12 skala

(12 skala : 37) x 0.1 = 0.032 mm2

Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2

Gambar 11. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun tanpa perlakuan.

Pada Gambar 11 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah :

Page 20: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

12

Panjang x lebar stomata

(4) x (1) = 4 skala

(4 skala : 37) x 0.1 = 0.011 mm2

Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.011 mm2

Dilihat dari Gambar 10 dan Gambar 11 tentang pembukaan stomata daun menunjukan

gambar tersebut menggunakan pembesaran 40 kali pada daun. Jumlah stomata daun

perlakuan ada 8 buah dan stomata daun tanpa perlakuan berjumlah 7 buah. Setelah

dilakukan pengukuran pembukaan stomata daun didapatkan pada stomata daun

perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2 sedangkan pada

stomata daun tanpa perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.011 mm2.

Dari hasil pengukuran tersebut nampak jelas bahwa stomata daun perlakuan membuka

lebih lebar dibandingkan dengan stomata daun tanpa perlakuan.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditrik dari hasil penelitian ini antara lain adalah :

Selada Hijau yang mendapatkan perlakuan frekuensi 6000-9600 Hz memiliki

panjang lebar daun dan berat hasil panen yang jauh lebih baik dibandingkan dengan

Selada tanpa perlakuan. Dari hasil rata-rata perhitungan lebar, panjang daun dan berat

hasil panen Selada perlakuan adalah 68.96 ± 8.929 mm, 111.1 ± 11.03 mm, dan 125.59

gram dan hasil rata-rata perhitungan lebar,panjang daun dan berat hasil panen Selada

tanpa perlakuan adalah 54.38 ± 5.284 mm, 92.52 ± 5.775 mm, dan 95.30 gram.

Dari pengukuran panjang dan lebar stomata daun, pembukaan stomata pada daun

yang mendapatkan perlakuan adalah 0.032 mm2 sedangkan pembukaan stomata daun

tanpa perlakuan adalah 0.011 mm2.

Dengan menggunakan teknologi AFF yang didasarkan pada spectrum suara

Garengpung dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat merangsang mulut daun (stomata)

membuka lebih lebar, sehingga mampu meningkatkan laju dan efisiensi dalam

penyerapan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Dengan memanfaatkan teknologi AFF dapat mempersingkat umur panen tanaman

Selada Hijau dari normalnya para petani selama 35 hari menjadi 28 hari.

Referensi

[1] Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran

Rendah.Penebar Swadaya, Jakarta.

[2] Anonim. 2010. National Nutrient Database for Standart Reference. United States

Departement of Agriculture (USDA).

[3] Moore, R., W.D. Clark, D.S.Vodopich. 1998.Botany.McGraw-Hill Companies Inc.,

USA.

[4]

Kadarisman Nur. 2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan dan Produktivitas

Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Melalui Spesifikasi Variable Fisis

Gelombang Akustik Pada Pemupukan Daun Melalui Perlakuan Variasi Peak

Frekuensi, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan

MIPA, UNY.

[5] Hou TZ et al. .1994. Experimental evidence of a plant meridian system: III the

sound characteristics of Phylodendron (Alocasia) and effects of acupuncture on

those properties. Am J Chin Med 3-4:205-214.

[6] Puji Kuswanti, Triana Susanti, Adita Sutresno.Pengaruh Beragai Jenis Musik Pada

Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica Juncea). Prosiding Seminar Nasional Sains dan

Page 21: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

13

Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, Vol 2, No. 1, ISSN:2087-0922.

[7] Iriani, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005). Kaji Terap

Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin

Pertanian dan Peternakan.Vol.6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15.

[8] Kukuh Oktavianus, Tesar Aditya, Eko Yuli Kristianto, Adita Sutresno. Pengaruh

Gelombang Akustik terhadap Pertumbuhan atau Perkembangan Sawi Hijau

(Brassica Rapa Var. Parachinensis L). Prosiding Seminar Nasional Sains dan

Pendidikan Sains VII, Salatiga, 21-22 September 2012, Vol 3, No. 1, ISSN:2087-

0922.

Page 22: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

14

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 23: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...
Page 24: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...
Page 25: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

Menurut data USDA (2010), kandungan zat besi dalam 100 g pada daun

selada sekitar 0,86 mg. Kandungan zat besi tersebut diduga masih dapat ditingkatkan

untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap zat besi setiap harinya.[2]

Untuk

memenuhi kebutuhan akan sayuran Selada yang semakin meningkat, maka usaha –

usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas khususnya sayuran Selada terus

dikembangkan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah pemupukan

dengan disertai perlakuan fisik yakni penggunaan teknologi gelombang suara.

Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spectrum suara

Garengpung dimana Garengpung adalah hewan serangga yang memiliki suara khas.

Garengpung biasanya terdengar ketika akhir musim penghujan dan mengawali

musim kemarau. Konon petani di pedesaan mempercayai bahwa suara hewan

Garengpung ini mampu menjadikan hasil panen lebih melimpah dibanding

menggunakan pupuk kimia.

Teknologi alternatif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sayuran

khususnya bagi para petani Selada yaitu dengan teknologi AFF (Audio Farming

Frequency). Teknologi ini ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat, dimana

Carlson mengkaji secara serius setelah melihat bencana kelaparan selama perang

Korea pada tahun 1950. Carlson meluangkan waktu untuk studi fisiologi tumbuhan

di Universitas Minnesota. Dipicu oleh gagasan bahwa frekuensi suara bisa membantu

tumbuhan bernafas lebih baik serta menyerap lebih banyak zat makanan.

AFF merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang

suara berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemaparan

frekuensi tinggi mampu meningkatkan aspek penting diantaranya yaitu mampu

merangsang mulut daun atau stomata untuk tetap membuka sehingga dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Stomata sangat penting

bagi tumbuhan dikarenakan pori stomata merupakan tempat dimana terjadinya

pertukaran gas dan air. Hal ini menyebabkan stomata sangat berperan dalam proses

transpirasi dan fotosintesis.[3]

Bunyi mempunyai energi karena bunyi merupakan bentuk gelombang yang memiliki

kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui. Energi atau getaran

yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi mampu untuk membantu membukanya

stomata menjadi lebih lebar pada suatu tanaman.[4]

Seperti telah banyak diketahui bahwa salah satu sifat makhluk hidup normal

adalah memberikan tanggapan (response) terhadap gelombang suara dan gelombang

cahaya. Pemanfaatan teknologi gelombang merupakan suatu teknologi baru di

bidang pertanian. Prinsip dasarnya tanaman memiliki kemampuan tanggap terhadap

gelombang suara.[5]

Telah dilakukan penelitian oleh Puji, dkk (2011) tentang pengaruh berbagai

jenis musik pada pertumbuhan sawi hijau. Musik yang digunakan dalam perlakuan

tanaman adalah jenis musik gamelan Bali, gamelan Jawa, klasik, dan musik rock.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tanaman yang diberi perlakuan

gelombang suara tumbuh lebih baik dibandingkan sampel yang tidak diberi perlakuan

(kontrol).[6]

Penelitian selanjutnya dilakukan penelitian oleh Iriani, dkk (2005) hasil

penelitian menunjukan bahwa dengan pemberian nutrisi dan suara musik dapat

memacu pertumbuhan tinggi tanaman kentang menjadi lebih cepat. Hal ini

ditunjukkan dengan peningkatan produksi sebesar 24%, yaitu dari 15,8 ton/ha

Page 26: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

menjadi 19,6 ton/ha.[7]

Selanjutnya dilakukan oleh oleh Kukuh, dkk (2012) tentang

pengaruh gelombang akustik terhadap pertumbuhan atau perkembangan sawi hijau.

Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spektrum suara

Garengpung dengan frekuensi rendah 4200–6000 Hz dan frekuensi tinggi 6000–9600

Hz. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berfrekuensi tinggi menunjukan

kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan dengan frekuensi rendah dan

tanpa perlakuan.[8]

Melihat hasil-hasil penelitian di atas, untuk itu dilakukanlah penelitian

menggunakan tanaman Selada Hijau sebagai obyek penelitian dengan jenis frekuensi

musik 6000–9600 Hz yang di dasarkan pada spektrum suara Garengpung

(cryptotymphana acuta). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat memberikan pengaruh positif pada

sayuran Slada Hijau.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan meliputi beberapa tahap :

1. Menganalisis frekuensi musik yang didasarkan pada sepektrum suara

Garempung. Langkah pertama diawali dengan menganalisis frekuensi 6000-9600 Hz,

kemudian di ekstrak menjadi Mp3 yang ditunjukan pada pada Gambar 1.

Gambar 1. Karakteristik suara musik gamelan jawa sebelum di analisis 43-4000

Hz.

Page 27: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

Gambar 2. Pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz untuk perlakuan tananam.

Sebelum memulai perlakuan, musik yang akan dipakai di analisis menggunakan

software Adobe Audition 3.0, kemudian hasil analisis di simpan dalam bentuk MP3

supaya pada saat perlakuan pada tanaman bisa di putar berulang-ulang secara

otomatis. Hasil pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz pada Gambar 2 tersebut di

dasarkan dengan salah satu frekuensi Garengpung (cryptotymphana acuta).

Gambar 3. Desain Rumah Selada

Dalam penelitian ini rumah Selada seperti Gambar 3 berfungsi sebagai

pengontrol kelembaban, intensitas cahaya, suhu dan untuk melindungi Selada dari

gangguan hama selain itu juga digunakan sebagai tempat perlakuan tanaman dengan

menggunakan teknologi AFF.

2. Desain Rumah Selada dengan Teknologi AFF.

Page 28: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

3. Proses penyemaian, pemeliharaan, pengukuran

Bahan penelitian terdiri dari benih Selada Hijau. Pada penelitian ini digunakan

tanah yang subur dengan perbandingan tanah dan pupuk 2 : 1. Alat yang digunakan

saat melakukan penelitian terdiri dari : speaker mono dan Amplifier dengan daya 40

watt yang berfungsi untuk memaparkan suara musik ke tanaman, Sound Level Meter

yang berguna untuk mengetahui keras lemahnya suara, Jangka Sorong untuk

mengukur panjang daun dan lebar daun, Lux meter untuk pengukur intensitas

cahaya, Ph meter untuk pengukur kadar asam tanah dan kelembaban dan kesuburan

tanah, Termometer dinding untuk mengukur suhu, Timbangan digital yang digunakan

untuk mengukur berat tanaman hasil panen dan 1 unit notebook yang dilengkapi

program adobe audition 3.0 yang digunakan untuk menganalis frekuensi musik yang

didasarkan pada spektrum suara Garengpung.

Pada proses penyemaian, semua benih Selada mendapatkan perlakuan yang sama

yaitu ditebarkan pada media tanam yang sama. Dari penyemaian benih hingga

tumbuh rata-rata setinggi 5cm membutuhkan waktu 1 minggu. Setelah benih tumbuh,

kemudian ditanam ke media tanam yang berbentuk bedengan. Selama masa

pemeliharaan, tanaman disiram dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Tanaman di beri

perlakuan musik dengan selang frekuensi 6000-9600 Hz, pada pagi hari dan sore

hari dengan durasi selama 1 jam. Untuk dapat melihat stomata, pengambilan

dilakukan pada tempat perlakuan yaitu saat dilakukannya perlakuan pemberian

musik pada tanaman selada. Parameter yang diukur selama masa pemeliharaan

adalah lebar daun dan panjang daun yang diukur dua hari sekali, sedangkan pada

akhir masa panen ditambahkan pengukuran berat tanaman.

4. Denah Tanaman Perlakuan

Gambar 4. Denah tanaman yang mengalami perlakuan.

Pada penelitian digunakan 2 speaker yang dipasang menggantung seperti pada

Gambar 4, hal ini bertujuan supaya semua tanaman mendapat pemaparan musik yang

sama dengan intensitas bunyi rata-rata diseluruh bedengan 70 – 73 db dan suhu

dalam rumah Selada berkisar 28OC – 30

OC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada proses pemeliharaan ini dilakukan selama 28 hari dari proses menanam hingga

panen. Pada hari ke 28 semua Selada di panen secara bersama dan di timbang untuk

Page 29: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

mengetahui perbandingan berat antara Selada yang mendapatkan perlakuan dan

Selada yang tidak mendapatkan perlakuan. Selain itu pengukuran panjang dan lebar

daun dilakukan 2 hari sekali. Hasil pengambilan data panjang dan lebar daun dapat

dilihat pada gambar brikut :

Gambar 5. Pertumbuhan panjang daun Selada antara Selada perlakuan dan

selada tanpa perlakuan selama 28 hari.

Dari Gambar 5 dapat dilihat pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan panjang

daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dimana

Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami penambahan panjang daun lebih

pesat dibandingkan dengan Selada tanpa perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa

perlakuan terlihat penambahan panjangnya lebih tertinggal di bandingkan dengan

tanaman selada perlakuan. Untuk panjang daun Selada perlakuan yaitu 111.1 ±

11.03mm dan panjang daun tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775mm.

Gambar 6. Pertumbuhan lebar daun Selada antara Selada perlakuan dan

Selada tanpa perlakuan selama 28 hari.

Dari Gambar 6 dapat dilihat pula pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan lebar

daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dan

seterusnya dimana lebar daun Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami

Page 30: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

penambahan panjang daun lebih cepat dibandingkan dengan lebar Selada tanpa

perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa perlakuan terlihat relatif stabil jauh

tertinggal di banding dengan tanaman Selada perlakuan hingga saat hari panen. Hal

ini hamper sama dengan pertumbuhan panjang Selada baik yang mendapatkan

perlakuan dan tidak mendapatkan perlakuan. Untuk lebar daun Selada perlakuan

yaitu 68.96 ± 8.929mm dan lebar daun tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284mm.

Berat Selada setelah dipanen dapat dapat dilihat pada gambar 7 :

Gambar 7. Berat hasil panen Selada Hijau perlakuan dan Selada Hijau tanpa

perlakuan.

Gambar 7 menunjukan rata-rata berat sampel paling besar adalah tanaman Selada

perlakuan dengan frekuensi 6000-9600 Hz yaitu dengan berat 125.59 gram

sedangkan berat Selada tanpa perlakuan adalah 95.30 gram dengan umur panen

masing-masing 28 hari. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan

penggunaan teknologi AFF (Audio Farming Frequency) yang didasarkan pada

spectrum suara Garengpung (cryptotymphana acuta) dengan frekuensi 6000-9600 Hz

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman Selada yang sangat

signifikan di bandingkan dengan selada tanpa perlakuan.

Table 1. Selisih panjang dan lebar Selada perlakuan dan Selada tanpa

perlakuan. Keterangan Selada

Panjang

daun

(mm)

perlakuan 111.1 ± 11.03

Tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775

Selisih (∆P) 18.58 ± 5.255

Lebar

daun

(mm)

perlakuan 68.96 ± 8.929

Tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284

Selisih (∆L) 14.58± 3.645

Selisih panjang dan lebar daun tanaman Selada dengan perlakuan dan tanpa

perlakuan menunjukan bahwa tanaman perlakuan dengan teknologi AFF (Audio

Page 31: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan

frekuensi 6000-9600 Hz memberikan peningkatan yang lebih baik di bandingkan

dengan tanaman Selada tanpa perlakuan.

Contoh hasil analisis pembukaan stomata antara Selada perlakuan dengan

frekuensi 6000-9600 Hz dan Selada tanpa perlakuan.

Gambar 8. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) perlakuan.

Gambar 9. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) tanpa perlakuan.

Dari hasil pembukaan stomata pada gambar diatas terlihat jelas bahwa pada Gambar

8 terdapat 8 stomata dan pada Gambar 9 terdapat 7 stomata. Dari gambar stomata

yang nampak pada gambar diatas terlihat jelas pada stomata Selada yang diberi

perlakuan semuanya membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata Selada

tanpa perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan teknologi AFF

(Audio Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung

dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat merangsang mulut daun (stomata) membuka

lebih lebar, sehingga mampu meningkatkan laju dan efisiensi dalam penyerapan

nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Page 32: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

Pengambilan sampel daun untuk melihat pembukaan stomata menggunakan

Microskop Binokuler yang menunjukan skala 0 – 100 dan setiap 37 skala binokuler

menunjukan 0.1 mm pada skala penggaris.

Gambar 10. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun perlakuan.

Pada Gambar 10 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah :

Panjang x lebar stomata

(6) x (2) = 12 skala

(12 skala : 37) x 0.1 = 0.032 mm2

Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2

Gambar 11. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun tanpa perlakuan.

Pada Gambar 11 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah :

Panjang x lebar stomata

(4) x (1) = 4 skala

(4 skala : 37) x 0.1 = 0.011 mm2

Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.011 mm2

Page 33: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

Dilihat dari Gambar 10 dan Gambar 11 tentang pembukaan stomata daun

menunjukan gambar tersebut menggunakan pembesaran 40 kali pada daun. Jumlah

stomata daun perlakuan ada 8 buah dan stomata daun tanpa perlakuan berjumlah 7

buah. Setelah dilakukan pengukuran pembukaan stomata daun didapatkan pada

stomata daun perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2

sedangkan pada stomata daun tanpa perlakuan mengalami pembukaan stomata daun

sebesar 0.011 mm2. Dari hasil pengukuran tersebut nampak jelas bahwa stomata

daun perlakuan membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata daun tanpa

perlakuan.

KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditrik dari hasil penelitian ini antara lain adalah :

Selada Hijau yang mendapatkan perlakuan frekuensi 6000-9600 Hz memiliki

panjang lebar daun dan berat hasil panen yang jauh lebih baik dibandingkan dengan

Selada tanpa perlakuan. Dari hasil rata-rata perhitungan lebar, panjang daun dan

berat hasil panen Selada perlakuan adalah 68.96 ± 8.929 mm, 111.1 ± 11.03 mm, dan

125.59 gram dan hasil rata-rata perhitungan lebar,panjang daun dan berat hasil panen

Selada tanpa perlakuan adalah 54.38 ± 5.284 mm, 92.52 ± 5.775 mm, dan 95.30

gram.

Dari pengukuran panjang dan lebar stomata daun, pembukaan stomata pada daun

yang mendapatkan perlakuan adalah 0.032 mm2 sedangkan pembukaan stomata

daun tanpa perlakuan adalah 0.011 mm2.

Dengan menggunakan teknologi AFF yang didasarkan pada spectrum suara

Garengpung dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat merangsang mulut daun

(stomata) membuka lebih lebar, sehingga mampu meningkatkan laju dan efisiensi

dalam penyerapan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Dengan memanfaatkan teknologi AFF dapat mempersingkat umur panen

tanaman Selada Hijau dari normalnya para petani selama 35 hari menjadi 28 hari.

Referensi

[1] Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran

Rendah.Penebar Swadaya, Jakarta.

[2] Anonim. 2010. National Nutrient Database for Standart Reference. United

States Departement of Agriculture (USDA).

[3] Moore, R., W.D. Clark, D.S.Vodopich. 1998.Botany.McGraw-Hill Companies

Inc., USA.

[4]

Kadarisman Nur. 2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan dan Produktivitas

Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Melalui Spesifikasi Variable Fisis

Gelombang Akustik Pada Pemupukan Daun Melalui Perlakuan Variasi Peak

Frekuensi, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan

MIPA, UNY.

[5] Hou TZ et al. .1994. Experimental evidence of a plant meridian system: III the

sound characteristics of Phylodendron (Alocasia) and effects of acupuncture on

those properties. Am J Chin Med 3-4:205-214.

[6] Puji Kuswanti, Triana Susanti, Adita Sutresno.Pengaruh Beragai Jenis Musik

Page 34: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...

Pada Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica Juncea). Prosiding Seminar Nasional

Sains dan Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, Vol 2, No. 1, ISSN:2087-

0922.

[7] Iriani, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005). Kaji Terap

Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin

Pertanian dan Peternakan.Vol.6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15.

[8] Kukuh Oktavianus, Tesar Aditya, Eko Yuli Kristianto, Adita Sutresno. Pengaruh

Gelombang Akustik terhadap Pertumbuhan atau Perkembangan Sawi Hijau

(Brassica Rapa Var. Parachinensis L). Prosiding Seminar Nasional Sains dan

Pendidikan Sains VII, Salatiga, 21-22 September 2012, Vol 3, No. 1,

ISSN:2087-0922.

Page 35: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...
Page 36: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...
Page 37: Studi Pengaruh Gamelan Jawa Frekuensi 6000-9600 HZ Untuk ...