STUDI PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDUAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SURABAYA SELATAN

16
Pelaksanaan Konseling Individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri STUDI PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDUAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SURABAYA SELATAN Ashriani Nur Fajarini (Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) Drs. Mochamad Nursalim, M.Si (Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) [email protected] , [email protected] , Abstrak Masalah siswa sekolah menengah kejuruan lebih kompleks daripada siswa sekolah menengah atas yang perlu dibantu konselor, dengan salah satu layanan bimbingan conseling yaitu konseling individual. Pada empat tempat penelitian, konseling individual lebih banyak dilaksanakan karena pemanggilan oleh konselor, tidak di ruangan khusus konseling. Maka perlu diteliti untuk mendeskripsikan pelaksanaan konseling individual di SMK Negeri Surabaya Selatan, yang dapat dijadikan bahan evaluasi konselor pada tiap SMK. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan angket, wawancara dan dokumentasi sebagai instrumen pengumpul data, dengan jumlah sumber data 12 orang konselor dan 36 siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Konseling individual terdapat dalam program BK di SMK Negeri Surabaya Selatan, dan mempunyai instrumen non-tes untuk asesmen kebutuhan siswa, namun belum terlaksana dengan maksimal. Konselor melakukan analisis data untuk perencanaan konseling pada siswa. Konselor dapat berkolaborasi dengan teman sejawat atau pihak sekolah yang lain. 2) Mekanisme pelaksanaan konseling individual di SMK Negeri Surabaya Selatan lebih banyak dilaksanakan di ruang BK, waktu kondisional, dan tidak menggunakan alat perekam atau alat lain. Sarana yang dimiliki cukup baik, tapi belum memenuhi kriteria Dirjen PMPTK dan BNSP. 3) Hasil konseling individual bergantung pada kemauan konseli menyelesaikan masalah. Indikator keberhasilan konseling adalah adanya perbaikan pada presensi dan perubahan sikap konseli. 4) Hambatan dalam pelaksanaan konseling individual berasal dari konseli, wali murid, kurang tenaga BK, waktu, dan personil sekolah yang lain. 5) Cara konselor mengatasi hambatan adalah meningkatkan kemampuan diri konselor, memberi kesempatan pada konseli, memaksimalkan penggunaan teknik konseling, serta menjalin komunikasi dengan orang tua. 6) Evaluasi dan pelaporan hasil konseling dilaksanakan pada internal BK, dikoordinasikan dengan wali kelas dan ketua program studi vokasional siswa, kemudian dilaporkan dalam rapat akhir tahun ajaran. Kata kunci: konseling individual, konselor, konseli Abstract Vocational senior high school student’s problems are more complex than senior high school’s that should be solved by havingcounseling services. In this case, one of which is by doing individual counseling. At four places of the study, individual counseling is more about the counselor calls the studens and the counselor does the couseling in a special counseling room. 1

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : ASHRIANI NUR F

Transcript of STUDI PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDUAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SURABAYA SELATAN

Paper Title (use style: paper title)

Studi Pelaksanaan Konseling Individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2015Pelaksanaan Konseling Individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri

STUDI PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDUAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SURABAYA SELATANAshriani Nur Fajarini(Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya)Drs. Mochamad Nursalim, M.Si(Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya)[email protected], [email protected],AbstrakMasalah siswa sekolah menengah kejuruan lebih kompleks daripada siswa sekolah menengah atas yang perlu dibantu konselor, dengan salah satu layanan bimbingan conseling yaitu konseling individual. Pada empat tempat penelitian, konseling individual lebih banyak dilaksanakan karena pemanggilan oleh konselor, tidak di ruangan khusus konseling. Maka perlu diteliti untuk mendeskripsikan pelaksanaan konseling individual di SMK Negeri Surabaya Selatan, yang dapat dijadikan bahan evaluasi konselor pada tiap SMK. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan angket, wawancara dan dokumentasi sebagai instrumen pengumpul data, dengan jumlah sumber data 12 orang konselor dan 36 siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Konseling individual terdapat dalam program BK di SMK Negeri Surabaya Selatan, dan mempunyai instrumen non-tes untuk asesmen kebutuhan siswa, namun belum terlaksana dengan maksimal. Konselor melakukan analisis data untuk perencanaan konseling pada siswa. Konselor dapat berkolaborasi dengan teman sejawat atau pihak sekolah yang lain. 2) Mekanisme pelaksanaan konseling individual di SMK Negeri Surabaya Selatan lebih banyak dilaksanakan di ruang BK, waktu kondisional, dan tidak menggunakan alat perekam atau alat lain. Sarana yang dimiliki cukup baik, tapi belum memenuhi kriteria Dirjen PMPTK dan BNSP. 3) Hasil konseling individual bergantung pada kemauan konseli menyelesaikan masalah. Indikator keberhasilan konseling adalah adanya perbaikan pada presensi dan perubahan sikap konseli. 4) Hambatan dalam pelaksanaan konseling individual berasal dari konseli, wali murid, kurang tenaga BK, waktu, dan personil sekolah yang lain. 5) Cara konselor mengatasi hambatan adalah meningkatkan kemampuan diri konselor, memberi kesempatan pada konseli, memaksimalkan penggunaan teknik konseling, serta menjalin komunikasi dengan orang tua. 6) Evaluasi dan pelaporan hasil konseling dilaksanakan pada internal BK, dikoordinasikan dengan wali kelas dan ketua program studi vokasional siswa, kemudian dilaporkan dalam rapat akhir tahun ajaran.Kata kunci: konseling individual, konselor, konseli

Abstract

Vocational senior high school students problems are more complex than senior high schools that should be solved by havingcounseling services. In this case, one of which is by doing individual counseling. At four places of the study, individual counseling is more about the counselor calls the studens and the counselor does the couseling in a special counseling room. Thus, it is necessary to do reseach to describe the implementation of individual counseling in south Surabaya vocational senior high school that could be used for counseling evaluation of every single vocational senior high shool. This study used descriptive qualitative method with questionnaires, interview, and documentation as data collection instruments, with 12 counselors and 36 students as the data sources. The study concluded that : 1)There is individual counseling in the counseling program at Vocational Senior High School of South Surabaya and it has non-test instrument to assess the needs of students. Unfortunatly, it does notimplement up to full potential yet. Counselors conduct data analysis for counseling planning to students. Counseling can be done by collaborating withcolleagues or other school authorities. 2)The mechanism of the implementation of individual counseling in Vocational Senior High School of South Surabaya iscommonly implemented in the Counseling and Guidances room, in conditional time and it does not use tape recorder or other devices. Actually the facilities are quite good, but they do notmeet the requirement of Dirjen PMPTK and BNSP yet. 3)The results of individual counseling depend on the counselee willingness to solve their problems. Success counselingindicators are counselees improvement of their presence and attitude change. 4)Obtacles in individual counseling derived from counselees, parents, lack of counselor energy, time, and the other school personnel. 5)Counselors solve the obstacles are by improvingtheir ability, providing opportunities for counselees, maximizing the use of counseling techniques, and establishing communication with the parents. 6)Evaluation and reporting of the counseling results carried out on the Counseling and Guidance internal, coordinated with the homeroom teacher and head of the vocational study program, and then reported at the end of school year meeting.Keyword: individual counseling, counselor, counseleePENDAHULUANPendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (Yusuf,2009:4). Yusuf (2009:5) juga mengemukakan bahwa bidang pembinaan (bimbingan dan konseling) terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada siswa dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya.Konselor sekolah memiliki peran penting dalam membantu mengentaskan masalah-masalah tersebut. Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang dapat membantu siswa adalah kegiatan konseling, baik individual maupun kelompok. Pelayanan konseling memfasilitasi perkembangan siswa, secara individual atau kelompok sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, serta peluang-peluang yang dimiliki.Salah satu layanan BK yang dapat membantu siswa menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan segera atau perencanaan diri untuk masa depan ialah layanan konseling. Dalam rambu-rambu penyelenggaaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal (Dirjen PMPTK,2007:39), porsi alokasi pelayanan BK pada pelayanan individual di SMK memiliki 25-35% daripada jenjang sekolah menengah atas juga dibandingkan dengan pelayanan BK yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan individual mempunyai peran penting dalam membantu siswa dalam mengembangkan diri baik dalam aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Maka dari itu, layanan konseling merupakan bagian bimbingan dan konseling yang tidak terpisahkan, dan terdapat pada jenjang sekolah pertama dan menengah. Sekolah menengah kejuruan (SMK) ialah salah satu pilihan siswa dalam melanjutkan sekolah menengah khususnya pada satu bidang karir atau vokasional, disamping adanya jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di sekolah menengah atas. SMK lebih difokuskan pada pemantapan keterampilan menuju dunia kerja, sehingga pada awal tahun ajaran kelas X para siswa telah memilih jurusan vokasional atau program keahlian yang diminati. Tidak hanya kemampuan secara teori, siswa SMK juga dituntut mampu dalam hard skills-nya, maka tidak salah jika siswa merasa kurang mampu menguasai keduanya secara bersamaan sehingga merasa tertekan. Berawal dari situ masalah bisa timbul, baik secara akademis, sosial, belajar, bahkan keluarga, karena tidak dipungkiri setiap individu punya masalah pribadi yang terbawa ke sekolah. Merasa salah pilih jurusan adalah salah satu masalah siswa yang menjadi perhatian konselor dan personil sekolah yang lain. Disinilah perlunya layanan konseling individual untuk membantu siswa memahami keadaan diri serta masalahnya.Kota Surabaya mempunyai 12 sekolah menengah kejuruan yang terdapat pada tiap bagian wilayah kota Surabaya. Wilayah Surabaya selatan terdapat jumlah SMK yang paling banyak dibanding wilayah lain, yaitu 6 SMK. Antara lain SMK Negeri 1 (program keahlian akuntansi dan bisnis manajemen), SMK Negeri 2 (program keahlian teknik dan industri), SMK Negeri 3 (program keahlian teknik), SMK Negeri 6 (program keahlian PKK), SMK Negeri 9 dan SMK Negeri 11 (program keahlian seni). Keenam SMK tersebut memiliki program keahlian yang bervariasi, sehingga dimungkinkan bervariasi pula kebutuhan siswa dalam masalahnya. Pada akhir tahun 2013, SMK Negeri 9 dan SMK Negeri 11 digabung menjadi SMK Negeri 12.Merasa tidak cocok dengan jurusan yang telah dimasuki, atau merasa tidak paham tentang jurusannya adalah satu dari masalah yang ada pada SMK. Menurut konselor SMK Negeri 6, hal di atas disebabkan sistem penerimaan siswa baru yang menggunakan sistem online, maka banyak siswa memilih program keahlian dengan kurang pertimbangan dan informasi mengenai program keahlian tersebut. Ketidakcocockan itu terbawa di sekolah dan menimbulkan masalah, seperti sering bolos sekolah, tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar, tidak pulang ke rumah, dan masalah lainnya. Pada SMK Negeri 1, SMK Negeri 3, SMK Negeri 6, dan SMK Negeri 12, semuanya menyatakan bahwa identifikasi awal adanya masalah siswa adalah sebagian besar berdasarkan presensi. Hal tersebut digunakan sebagai dasar pemanggilan siswa untuk konseling. Layanan konseling individual dimaksudkan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi siswa. Menurut koordinator BK SMK Negeri 6 Surabaya, mayoritas siswa berasal dari keluarga menengah ke bawah, mereka mempunyai masalah sebelum masuk sekolah, dan setelah masuk sekolah masalah yang dimiliki lebih kompleks, terutama mengenai kompetensi keahlian yang telah dipilih.Dari hasil angket pada siswa SMK Negeri 11 Surabaya mengenai persepsi BK dalam survey pelaksanaan BK di sekolah, 14 dari 18 siswa menyatakan bahwa BK berperan untuk membantu siswa, memberi pembelajaran, membimbing, tempat curhat, sharing, dan menyelesaikan masalah. 4 siswa lainnya menyampaikan kurang tahu apa fungsi BK untuk siswa. Dari data tersebut, diketahui bahwa bimbingan dan konseling tidak hanya berperan dalam pendidikan, namun memang dibutuhkan siswa.Pada pelaksanaan kegiatan konseling individual, idealnya berlangsung di suatu ruangan khusus konseling. Namun dari pengamatan peneliti di lapangan, konseling individual dilakukan ruang BK bersama atau tempat lain, sehingga guru atau orang lain yang sedang berada di ruang BK mengetahui bagaimana konseling tersebut berlangsung, mengetahui pembicaraan antara konselor dan konseli. Padahal di SMK N 1 dan SMK N 6 memiliki ruang konseling. Sedangkan di SMK N 3 dan SMK N 12 belum memiliki ruang konseling. Pada empat SMK tempat penelitian, konselor mengatakan tetap memperhatikan kenyamanan siswa untuk bisa mengungkapkan masalahnya. Namun sayangnya ada siswa menyatakan bahwa ada konselor yang tidak menjaga kerahasiaan konseling, atau diceritakan kepada orang lain.

Berdasarkan fakta di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui gambaran pelaksanaan konseling individual di sekolah menengah kejuruan Surabaya selatan dengan fokus penelitian sebagai berikut:1. Bagaimana program layanan konseling individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan?

2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan layanan konseling individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan?

3. Bagaimana hasil pelaksanaan konseling individual yang diperoleh siswa?

4. Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam pelaksanaan layanan konseling individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan?

5. Bagaimana cara konselor mengatasi hambatan pelaksanaan konseling individual?

6. Bagaimana evaluasi dan pelaporan hasil konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan?

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditentukan di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui program layanan konseling individual Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan.

2. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan layanan konseling individu di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan

3. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan konseling individual yang diperoleh siswa.

4. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan layanan konseling individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan.

5. Untuk mengetahui cara konselor mengatasi hambatan pelaksanaan konseling individual.

6. Untuk mengetahui evaluasi dan pelaporan hasil konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan.

Manfaat yang dapat diperoleh peneliti maupun pihak-pihak lain yang bersangkutan dari penelitian ini, yaitu:a. Manfaat bagi penelitiPeneliti mendapat pengalaman mengenai pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan konseling individual di sekolah, baik dari penyusunan program, pelaksanaan, hingga hasil yang diperoleh siswa dalam penyelesaian masalahnya.b. Manfaat bagi konselor sekolah

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan dan memperbaiki pelaksanaan layanan konseling individual di sekolah oleh konselor.

c. Manfaat bagi peneliti yang lain

Dapat dijadikan bahan wacana, acuan, atau perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya. Serta sebagai tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan layanan konseling di sekolah wilayah Surabaya selatan.

Definisi Istilaha. Pelaksanaan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya).b. Konseling Individual

Konseling individual merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan konselor dalam usaha membantu siswa mengentaskan masalah yang dialami melalui suatu bentuk hubungan pribadi yang khusus disertai kepercayaan agar siswa (sebagai konseli) dapat mencapai pemahaman tentang diri dan masalahnya.c. Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.

Asumsi dalam penelitian ini adalah:a. Setiap siswa sekolah menengah kejuruan mempunyai masalah dalam bidang vokasionalnya yang perlu dibantu.

b. Salah satu upaya membantu siswa menyelesaikan masalahnya adalah dengan layanan konseling individual.

c. Pendekatan konseling di sekolah menengah kejuruan mempunyai perbedaan fokus karena masalah yang dialami memiliki perbedaan dengan sekolah menengah umum.

Keterbatasana. Penelitian ini terbatas pada pelaksanaan layanan konseling individual di Sekolah Menengah Kejuruan Surabaya Selatan. b. Sasaran penelitian terbatas pada guru bimbingan konseling (konselor sekolah) dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Surabaya Selatan.KAJIAN PUSTAKALayanan konseling individual pada hakikatnya merupakan suatu hubungan yang dedifinisikan oleh The National Conference of State Legistures and the American Counseling Association (Glosoff & Kioprowicz, dalam Darminto, 2007:3) sebagai suatu proses dimana profesional yang terlatih mengembangkan atau menciptakan suatu hubungan yang penuh kepercayaan dengan pribadi lain yang membutuhkan bantuan. Prayitno (2004:1) mengemukakan, konseling individual merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi konseli.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan konseling individual merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan konselor dalam usaha membantu siswa mengentaskan masalah yang dialami melalui suatu bentuk hubungan pribadi yang khusus disertai kepercayaan agar siswa (sebagai konseli) dapat mencapai pemahaman tentang diri dan masalahnya.PP nomor 29 Tahun 1990 pasal (3) (dalam Winkel & Hastuti, 2006) yang menjelaskan bahwa pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi, sedangkan pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.

Maka berbeda dengan sekolah menengah atas, bimbingan dan konseling di sekolah menengah kejuruan lebih difokuskan pada upaya membantu siswa memantapkan pilihan dan pengembangan karir sesuai dengan bidang vokasi yang dipilih. Fokus tersebut ditujukan pada pengembangan secara sinergis antara bimbingan karir (membangun soft skills) dan bimbingan vokasional (membangun hard skills), maka diperlukan kolaborasi produktif antara konselor dengan guru bidang studi keterampilan vokasional (Dirjen PMPTK,2007:32).Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan asesmen ini meliputi:1. Asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi sekolah dan masyarakat (orang tua siswa), sarana prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, dan kebijakan pimpinan sekolah.2. Asesmen kebutuhan atau masalah siswa, yang menyangkut karakteristik siswa, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (pekerjaan, jurusan, olah raga, seni, dan keagamaan), masalah yang dialami, dan kepribadian; atau tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.Pada dasarnya konseling individual terlaksana atas keinginan siswa sebagai konseli, namun konselor tidak hanya menunggu kedatangan konseli, tetapi juga aktif mengupayakan agar siswa menyadari masalah yang dialami dan juga menyadari bahwa mereka memerlukan bantuan untuk mengatasinya. Nursalim dan Suradi (2002:50) menyatakan bahwa salah satu keberhasilan layanan konseling ialah semakin banyak siswa yang mencari dan mendatangi konselor untuk mendapatkan layanan konseling individual. Upaya yang lain ialah konselor memanggil siswa untuk mengonsultasikan masalahnya. Pemanggilan didahului dengan analisis tentang perlunya siswa yang bersangkutan dipanggil, sehingga pemanggilan tersebut memiliki dasar yang tepat dan dapat memberikan hasil yang berarti bagi siswa.Secara garis besar proses konseling dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:a. Tahap awal

Tahap dimana konselor menerima konseli, membangun hubungan konseling dengan konseli untuk menumbuhkan kepercayaan, sehingga eksplorasi masalah akan berjalan lancar karena konseli mau terbuka pada konselor. Pada tahap awal perlu adanya kontrak konseling yang menyatakan kesediaan konseli, tempat, dan waktu pelaksanaan konseling.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap dimana konselor membantu konseli untuk mengeksplorasi masalahnya dengan baik agar dapat menemukan pemahaman baru terhadap diri sendiri, masalah, lingkungan, dan alternatif pengentasan masalahnya. Selama proses konseling, konselor harus selalu menjaga hubungan konseling yang terbentuk.c. Tahap akhir

Merupakan tahap dimana konseli membuat keputusan mengenai perubahan perilaku, persepsi mengenai masalahnya, mampu menentukan tujuan hidup dengan baik. Sehingga konseli mampu menentukan sendiri alternatif atau cara pengentasan masalahnya.

Dirjen PMPTK (2007:54) menyebutkan bahwa ruangan konseling individual merupakan tempat yang nyaman dan aman untuk terjadinya interaksi antara konselor dan konseli. Ruangan ini dilengkapi dengan satu set meja kursi atau sofa, tempat untuk menyimpan majalah, yang dapat berfungsi sebagai biblio terapi. Hal yang diperhatikan adalah sarana prasarana yang digunakan perlu disesuaikan dengan permasalahan konseli dan teknik yang digunakan konselor untuk membantunya, serta memperhatikan kenyamanan siswa.Laporan layanan konseling individual yang telah terlaksana disusun menurut sistematika tertentu dengan berpegang pada format tertentu pula yang dijadiakan bahan acuan evaluasi penyelenggaraan program BK. Evaluasi dimaksudkan sebagai acuan penilaian pelaksanaan konseling individual, serta pelaksanaan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Dirjen PMPTK (2007:47) menetapkan penilaian program bimbingan dan konseling dilakukan pada aspek proses dan aspek hasil, yaitu :a. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan

b. Keterlaksanaan program

c. Hambatan-hambatan yang dijumpaid. Respon peserta didik, personel sekolah/madrasah, orang tua, dan masyarakat terhadap pelayanan bimbingane. Perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan pelayanan bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan dan hasil belajar, dan keberhasilan peserta didik setelah menamatkan sekolah/madrasah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di masyarakat.METODE

Jenis yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dikarenakan penelitian ini bertujuan memaparkan atau menggambarkan suatu hal yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu berdasarkan fakta yang ada. Bungin (2008) menyatakan bahwa, penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas soial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.Menurut Arikunto (2010), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai usaha pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang atau fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Nurhasyim:2003).Dalam penelitian deskriptif kualitatif, yang dimaksud kualitatif adalah datanya, yaitu yang ditunjukkan dalam kata keadaan atau kata sifat. Data kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek (Bungin, 2008:103).Sumber data atau subjek penelitian ini adalah konselor dan siswa SMK Negeri Surabaya selatan. Menggunakan Random Sampling, karena memberikan kemungkinan yang sama bagi individu yang menjadi anggota popoulasi untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian. (Winarsunu,2009:16). Jumlah sumber data sebanyak 12 konselor dan 36 siswa.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: (1)Angket, Menurut Sugiyono (2009:142), angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket digunakan untuk mendapatkan data tertulis mengenai pelaksanaan dan hasil dalam konseling individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan. Angket diberikan kepada siswa yang akan memberi informasi mengenai pelaksanaan konseling individual yang diketahui dan atau dialami. (2)Wawancara, menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang pertanyaan yang diajukan tidak disiapkan seacara terperinci. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari konselor mengenai program, pelaksanaan, hasil, hambatan yang dialami, cara mengatasinya, serta evaluai dan pelaporan dalam pelaksanaan konseling individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan. Wawancara juga dilakukan kepada siswa yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan konseling individual yang diketahui dan atau dialami. Data yang diperoleh akan mendukung data hasil angket, (3)Dokumentasi, Arikunto (2010:274) mengemukakan bahwa dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notueln rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Data yang akan dicari mengacu pada Purwoko (2008).Untuk menganalisis data hasil angket, digunakan metode analisis statistik dengan perhitungan persentase yang dirumuskan sebagai berikut:P=(f/N) x 100%Keterangan :

P: persentase yang dicari

f: jumlah subyek yang ada pada kategori tertentu

N: frekuensi total

Uji kredibiltas data yang digunakan adalah Triangulasi yaitu menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Arikunto, 2009:241). Dalam hal ini penggabungan data yang dimaksud adalah gabungan teknik angket, wawancara, dan dokumentasi dari sumber data.Miles dan Huberman (dalam Arikunto, 2009:246) mengemukakan bahwa analisis triangulasi menggunakan (1) Data Reduction (Reduksi Data) yang merangkum, memlilih hal-hal yang pokok dari data yang diperoleh, mengkategorisasi, (2) Data Display (Penyajian Data) agar peneliti dapat mengorganisir data, manyusun pola hubungan dari data yang diperoleh, sehingga memudahkan untuk memahami masalah atau objek yang diteliti, (3) Conclusion Drawing/ verifikasi dari hasil penyajian data dan adanya data-data yang mendukung, maka dapat dijadikan suatu kesimpulan yang kredibel.

HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian dilakukan pada tanggal 3 Desember 2012 sampai dengan 8 Januari 2013 di empat sekolah berbeda. Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman wawancara yaitu, pedoman wawancara untuk konselor dan siswa yang ditujukan memberikan gambaran mengenai program, pelaksanaan, hasil, hambatan, serta evaluasi dan pelaporan hasil layanan konseling individual. Kedua pedoman di atas menggunakan aspek yang sama namun dengan pengembangan pertanyaan yang berbeda, dengan maksud untuk triangulasi data dari wawancara dengan konselor dan dengan siswa. Sedangkan angket diberikan kepada siswa untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan layanan konseling individual yang dialami siswa dalam proses dan hasilnya. Kesimpulan yang diketahui dari data tabel di atas mengenai pelaksanaan konseling individual di SMK Negeri Surabaya selatan adalah sebagai berikut:

1. Program konseling individual SMK Negeri Surabaya Selatan

a. Semua BK SMK Negeri Surabaya selatan belum melakukan asesmen kebutuhan atau masalah dengan maksimal.

b. Semua BK SMK Negeri Surabaya selatan belum menginformasikan tentang adanya dan manfaat konseling individual dengan maksimal.

c. Semua BK SMK Negeri Surabaya selatan mengembangkan informasi/ data yang diperlukan untuk konseling.

d. Semua BK SMK Negeri Surabaya selatan berkolaborasi dengan teman sejawat dan pihak sekolah yang lain.

2. Mekanisme pelaksanaan konseling individual SMK Negeri Surabaya Selatan

a. Waktu pelaksanaan konseling individu semua BK SMK Negeri Surabaya selatan kondisional.

b. Frekuensi pelaksanaan konseling individu 2 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan 2 kali pertemuan.

c. Frekuensi pelaksanaan konseling individu 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan 2-3 kali pertemuan.

d. Frekuensi pelaksanaan konseling individu 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan bersifat situasional.

e. Frekuensi pelaksanaan konseling individu 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan 20 konseli tiap semester.

f. Frekuensi pelaksanaan konseling individu 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan 20 pertemuan konseling tiap bulan.

g. Frekuensi pelaksanaan konseling individu 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan 78 pertemuan konseling tiap semester.

h. 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan belum diketahui frekuensi pelaksanaan konseling individu dalam tiap semesternya.

i. Sarana yang dimiliki 3 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan cukup.

j. Sarana yang dimiliki 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan kurang.

k. Dalam proses konseling individu, semua BK SMK Negeri Surabaya selatan tidak menggunakan alat perekam atau alat lain.

l. Masalah yang dibantu dalam konseling pada semua BK SMK Negeri Surabaya selatan ialah presensi, masalah pribadi, keluarga, sosial, akademik siswa.

m. Tempat pelaksanaan konseling individu pada semua BK SMK Negeri Surabaya selatan sering di ruang BK.

n. Konselor pada semua BK SMK Negeri Surabaya selatan menggunakan keterampilan dasar konseling, dan kontrak konseling.o. 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan menggunakan strategi konseling cognitive restructuring, tought stopping, konseling realita.

p. 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan menggunakan strategi konseling eklektif.

q. 2 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan lebih menekankan penggunaan keterampilan dasar konseling.

r. Pemanfaatan instrumen non-tes pada semua BK SMK Negeri Surabaya selatan belum maksimal.

s. Dari hasil persentase, diketahui mekanisme pelaksanaan konseling pada semua BK SMK Negeri Surabaya selatan sudah cukup baik.

3. Hasil konseling individual SMK Negeri Surabaya Selatan

a. Hasil konseling semua BK SMK Negeri Surabaya selatan bersifat situasional, bergantung pada kemauan konseli.

b. Indikator keberhasilan konseling pada semua BK SMK Negeri Surabaya selatan ialah perbaikan presensi dan sikap.c. Dari hasil persentase, diketahui hasil pelaksanaan konseling yang dirasakan siswa sudah cukup baik.

4. Hambatan konseling individual SMK Negeri Kejuruan Surabaya Selatan

a. Hambatan pada semua BK SMK Negeri Kejuruan Surabaya selatan ialah konseli yang introvert.

b. Hambatan pada 3 dari 4 BK SMK Negeri Kejuruan Surabaya selatan ialah orang tua kurang kooperatif, kurang tenaga konselor.

c. Hambatan pada 2 dari 4 BK SMK Negeri Kejuruan Surabaya selatan ialah tidak ada jam masuk kelas, shift konselor dan jadwal sekolah konseli tidak sama, dan siswa tidak mengindahkan panggilan.

d. Hambatan lainnya ialah kesulitan mengarahkan siswa memahami dir pihak sekolah (selain BK) kurang memahami siswa, kurangnya niat konseli mengubah perilaku, dan orang tua kurang peduli pada anak.5. Cara mengatasi hambatan konseling individual SMK Negeri Surabaya Selatan

a. 3 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan menggunakan panggilan tertulis, mengisi jam kosong, mengadakan kunjungan rumah.

b. 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan menggunakan blanko monitoring.c. 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan memanfaatkan sistem akademik sekolah (SAS).

d. 1 dari 4 BK SMK Negeri Surabaya selatan menemui orangtua saat penerimaan rapor siswa.

e. Cara yang lain ialah sabar, memberi waktu, pendekatan lebih pada siswa, menjalin komunikasi dengan orang tua, dan meminta satu dari delapan jam mata pelajaran produktif.6. Evaluasi dan pelaporan konseling individual SMK Negeri Surabaya Selatan

a. Semua BK SMK Negeri Surabaya selatan melakukan rapat internal BK, dikoordinasikan dengan wali kelas dan ketua program studi.b. Semua BK SMK Negeri Surabaya selatan memberikan laporan dalam rapat akhir tahun ajaran.

Pembahasan terhadap hasil penelitian yang diuraikan pada tiap fokus penelitian sebagai berikut:

1. Program layanan konseling individualDalam merencanakan kegiatan layanan konseling individual, diperlukan asesmen kebutuhan atau masalah siswa (Dirjen PMPTK,2007:36) untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan siswa dari keadaan fisik maupun psikis sebagai dasar pelayanan bimbingan dan konseling. Pada pelaksanaannya, BK SMK Negeri Suabaya selatan mempunyai instrumen non-tes, seperti angket atau inventory tapi jarang digunakan karena kurang tenaga konselor dan banyaknya siswa yang mempunyai masalah, padahal hal tersebut dapat dimanfaatkan dalam asesmen kebutuhan siswa. Perencanaan konseling pada semua BK SMK Negeri Suabaya selatan dilaksanakan ketika ada atau ditemukan siswa yang mempunyai masalah, namun jika menggunakan asesmen kebutuhan, siswa-siswa yang mempunyai masalh akan teridentifikasi lebih awal.Kolaborasi dengan teman sejawat dan pihak sekolah yang lain dalam rencana tindakan konseling termasuk pada pelayanan responsif dalam strategi implementasi program BK (Dirjen PMPTK,2007:42). Hal tersebut terlaksana pada semua BK SMK Negeri Surabaya selatan.

2. Mekanisme pelaksanaan layanan konseling individual

Lamanya waktu pelaksanaan konseling bergantung pada keperluan akan pengentasan masalah (Nursalim dan Suradi,2002:51), kemudian pada keterlaksanaannya di SMK Negeri Surabaya selatan, waktu bergantung adanya masalah atau kedatangan konseli dengan frekuensi 2 kali pertemuan dan tempat sering di ruang BK. Konselor tidak menggunakan alat perekam atau alat lain. Sarana yang dimiliki BK SMK Negeri Surabaya Selatan dinilai cukup pada pengumpul data non-tes dan alat penyimpan data, tapi dalam hal ruangan bimbingan dan konseling belum sesuai dengan gambaran Dirjen PMPTK dan BNSP.

Masalah yang ada ialah presensi, masalah pribadi, keluarga, sosial, dan akademik siswa. Hal-hal tersebut juga berkaitan dengan pilihan vokasional siswa yang seringkali merasa salah jurusan, maka tugas konselor difokuskan pada upaya membantu siswa mengokohkan pilihan dan pengembangan karir sejalan dengan bidang vokasi yang menjadi pilihannya.

Menurut Nursalim dan Suradi(2002:50), semakin banyak siswa yang sukarela datang mengonsultasikan masalahnya pada konselor adalah salah satu kriteria keberhasilan layanan konseling individual. Dalam pelaksanaannya di SMK Negeri Surabaya selatan, lebih banyak konselor yang memanggil siswa, namun tetap berdasarkan analisis data atau informasi yang dimiliki konselor.

Dalam pelaksanaan konseling individu, konselor harusnya menerapkan berbagai teknik konseling dan pendekatan yang eklektif sesuai masalah yang dialami siswa. Pada pelaksanaan konseling individual di SMK Negeri Surabaya selatan, konselor menggunakan keterampilan dasar konseling, dan kontrak konseling, namun tidak semua konselor menggunakan strategi konseling.3. Hasil pelaksanaan konseling individual

Pada dasarnya, hasil yang diharapkan sebagai tujuan konseling individual ialah mengentaskan masalah yang dialami siswa. Dalam pelaksanaannya di SMK Negeri Surabaya selatan, hasil konseling yang diperoleh bergantung pada kemauan konseli untuk menyelesaikannya tapi konselor tetap berusaha membantu masalah siswa dengan kemampuan kualifikasi yang dimiliki. Indikator keberhasilan layanan ditunjukkan dengan adanya perbaikan presensi dan sikap.

4. Hambatan-hambatan pelaksanaan layanan konseling individual

Hambatan yang dialami BK dan konselor dalam pelaksanaannya ialah konseli yang introvert, kurangnya niat konseli untuk menyelesaikan masalah, orang tua yang kurang kooperatif, kemudian shift konselor dan jadwal sekolah konseli tidak sama sehingga pengaturan pertemuan konseling kurang lancar. Hambatan lain yang kurang mendukung pemaksimalan layanan konseling individual ialah tidak ada jam masuk kelas, sedangkan dalam standar kurikulum SMK/MAK (dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006) menyebutkan bahwa pengembangan diri siswa difasilitasi konselor dalam bentuk pelayanan konseling terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karir dengan ekuivalen waktu 2 jam pembelajaran. Hambatan lainnya ialah pihak sekolah (selain BK) kurang memahami siswa pada perkembangan usianya, dan tenaga BK yang tidak sesuai rasio 1:150.

5. Cara konselor mengatasi hambatan

Konselor memiliki kompetensi akademik dan profesional, hal tersebut mempengaruhi unjuk kerja konselor di sekolah dan pasti terdapat hambatan atau kesulitan dalam implentasi pelayanannya. Namun konselor harus mampu mengatasi karena telah menguasai esensi bimbingan dan konseling, serta cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif dalam mencari solusi.

Berdasar hal di atas, pada pelaksanaannya di SMK Negeri Surabaya selatan, cara konselor ialah dengan meningkatkan kesabaran, lebih mendekatkan diri pada siswa, dan meminta satu dari delapan jam mata pelajaran produktif atau mengisi jam kosong agar dapat mengenal siswa lebih baik, dan saat wawancara konseling lebih memberi waktu pada konseli untuk mengungkapkan masalahnya. Kemudian konselor lebih menjalin komunikasi dengan orang tua, bisa menggunakan panggilan tertulis, mengadakan kunjungan rumah, atau menemui orang tua saat penerimaan rapor siswa.

6. Evaluasi dan pelaporan hasil konseling

Evaluasi dan pelaporan hasil konseling di SMK Negeri Surabaya Selatan dilaksanakan dalam rapat internal BK yang dikoordinasikan dengan wali kelas dan ketua program studi vokasional siswa. Kemudian dilaporkan dalam rapat akhir tahun ajaran. Hal tersebut sesuai dengan Prayitno (2004:37) yang menyebutkan bahwa laporan konseling individual meliputi:

a. menyusun laporan layanan konseling individual

b. menyampaikan laporan kepada pihak terkait

c. mendokumentasikan laporan

Laporan tersebut juga dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban atas rencana program BK yang telah dibuat.

PENUTUP

Dari hasil penelitian ditentukan simpulan sebagai berikut:1. Konseling individual terdapat dalam program BK di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri, dan mempunyai instrumen non-tes untuk asesmen kebutuhan agar mengetahui masalah siswa, namun belum terlaksana dengan maksimal pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan. Dalam perencanaan konseling, konselor melakukan analisis data baik dari arsip sendiri atau informasi pihak lain untuk mengetahui masalah dan pribadi siswa. Hal tersebut dapat dijadikan dasar jika perlu pemanggilan siswa. Konselor dapat berkolaborasi dengan teman sejawat dan pihak sekolah yang lain dalam rencana tindakan konseling. Dalam sosialisasinya, konselor belum menginformasikan tentang konseling individual dan manfaatnya dengan maksimal, sehingga siswa mengetahui layanan ini adalah untuk menangani siswa bermasalah.

2. Mekanisme pelaksanaan konseling individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan lebih banyak dilaksanakan di ruang BK, meski ada ruang konseling. Waktu kondisional, bergantung adanya masalah atau kedatangan konseli dengan frekuensi 2 kali pertemuan dan tidak menggunakan alat perekam atau alat lain. Sarana yang dimiliki dinilai cukup, tapi belum memenuhi kriteria ideal Dirjen PMPTK dan BNSP. Masalah yang terjadi ialah presensi, masalah pribadi, keluarga, sosial, dan akademik siswa. Konselor menggunakan keterampilan dasar konseling dan kontrak konseling.

3. Pada semua tempat penelitian diketahui bahwa hasil pelaksanaan konseling individual bergantung pada siswa sendiri, yakni pada kemauan konseli memahami diri dan menyelesaikan masalah. Adanya perbaikan pada presensi dan perubahan sikap menunjukkan keberhasilan pelaksanaan layanan.

4. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan layanan konseling individual di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan pada dasarnya sama, yaitu konseli yang introvert, kurangnya niat konseli untuk menyelesaikan masalah, orang tua yang kurang kooperatif, kurang tenaga BK, tidak adanya jam masuk kelas, atau pihak sekolah (selain BK) yang kurang memahami siswa pada perkembangan usianya.

5. Cara konselor mengatasi hambatan dalam pelaksanaan layanan konseling individual pada dasarnya pun sama. Sabar dan melaksanakan tugas sebaik-baiknya, lebih mendekatkan diri pada siswa baik di dalam maupun luar kelas. Memberi kesempatan pada konseli untuk membuka diri dan memaksimalkan penggunaan teknik konseling yang dimiliki, serta menjalin komunikasi dengan orang tua.

6. Evaluasi dan pelaporan hasil konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Surabaya Selatan dilaksanakan pada internal BK terlebih dahulu, dikoordinasikan dengan wali kelas dan ketua program studi vokasional siswa. Kemudian dilaporkan dalam rapat akhir tahun ajaran.

Saran1. Bagi konselor sekolah

Dari hasil penelitian, diketahui pelaksanaan konseling indiviudal belum terlaksana secara optimal yang mungkin adanya hambatan atau hal lain yang kurang mendukung. Namun konselor harus bisa melalui tantangan tersebut demi peningkatan kinerja BK di sekolah masing-masing. Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan ialah sebagai berikut:

a. Konselor dapat melakukan konseling individual sesuai dengan konsep yang telah dikemukakan para ahli, tapi tetap memperhatikan pribadi konseli.

b. Memaksimalkan asesmen kebutuhan dan lingkungan, agar lebih memahami anak didiknya.

c. Selalu memperbarui informasi, serta wawasan mengenai hal-hal yang menyangkut pendidikan dan pengembangan diri siswa.

d. Konselor juga perlu meningkatkan intensitas pendekatan dan interaksi dengan siswa baik dalam atau luar kelas bahkan sekolah.

2. Bagi sekolah

Diharapkan sekolah memberikan dukungan kepada BK dalam pelaksanaan konseling individual, baik dalam koordinasi, pemahaman penanganan siswa agar selaras dengan BK. Serta memberikan dukungan peningkatan sarana, prasarana, dan pembiayaan.DAFTAR PUSTAKA

Agustin.2007.Hubungan Antara Ketermapilan Komunikasi Guru BK dalam Konseling dengan Sikap Siswa untuk Memanfaatkan Layanan Konseling Individu di SMK Negeri 1 Sumenep Tahun Ajaran 2006/2007.Skripsi tidak diterbitkan.Surabaya:PPB FIP Unesa.

Arikunto, Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka CiptaBungin, Burhan.2008.Penelitian Kualitatif.Jakarta:KencanaDarminto, Eko.2007.Teori-Teori Konseling.Surabaya:UNESA University PressDirektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2007.Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.JakartaHanafi,Rifqi Nur.2009.Pelaksanaan Layanan Konseling Individual di SMP Negeri Se-Kabupaten Batang. (Online). (http://rifqinurhanafi.blogspot.com/2009/07/hasil-survey-konseling-individual-di.html, diakses 11 Oktober 2012).

Hariastuti, Retno, dan Darminto, Eko.2007.Keterampilan-Keterampilan Dasar dalam Konseling.Surabaya:UNESA University PressLaksmiwati, Hermien,dkk.2002.Pengantar Bimbingan dan Konseling.Surabaya:UNESA University PressNurihsan, Ahmad Juntika.2006.Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.Bandung:PT. Refika AditamaNursalim, Mochammad, dan Suradi.2002.Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya:UNESA University Press

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran Lampiran IV

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006, (Online),(www.ranking-ptai.info/regulasi/ permendiknas_22_06.pdf , diakses 1 Februari 2012)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.27 Tahun 2008, (Online), (http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/Permen27-2008KualifikasiKonselor.pdf diakses 1 Februari 2012)

Prayitno.2004.Seri Layanan Konseling:Layanan Konseling Perorangan.Padang:Universitas Negeri PadangPurwoko, Budi.2008.Organisasi dan Manajemen Bimbingan Konseling.Surabaya:UNESA University Press

Seplita, Mira.2012. Pengembangan Instrumen BK untuk Aspek UCA (Understanding, Comfort, and Action).(Online),(http://mira-seplita.blogspot.com/2012_11_01_archive.html, diakses 4 Februari 2015)Sudrajat, Akhmad.2008.StandarRuangBimbingandanKonseling (Online),(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/05/standar-ruang-bimbingan-dan-konseling/, diakses 6 Februari 2012)Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV AlfabetaSupriatna, Mamat.2011.Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor.Jakarta:Rajawali Press

Tim Penyusun Pedoman Skripsi.2006.Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi.Surabaya:UnesaTim Penyusun Pedoman Skripsi. 2014. Buku Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi Unesa. Surabaya:Unesa.Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta:Balai Pustaka

Wahyuningsih, Sri.2004.Pelaksanaan Konseling Individu di SMA N Se-Kecematan Jombang Tahun 2008/2009.Skripsi tidak diterbitkan.Surabaya:PPB FIP Unesa.

Wardati dan Jauhar,Mohammad.2011.Implementasi Bimbingan & Konseling di Sekolah.Jakarta:Prestasi Pustaka

Winarsunu, Tulus.2009.Statistik dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan.Malang:UMM Press

Winkel, W.S dan Hastuti,Sri.2006.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Yogyakarta:Media Abadi

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Achmad. 2009.Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung:PT Remaja Rosdakarya

1