STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS...

27
STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS DAN SINDROM UREMIA PADA KUCING SUCI SITI SHOLIHAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS...

Page 1: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS DAN

SINDROM UREMIA PADA KUCING

SUCI SITI SHOLIHAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Patomorfologi

Kasus Urolithiasis dan Sindrom Uremia pada Kucing adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa

pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Suci Siti Sholihah

NIM B04110012

Page 3: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

ABSTRAK

SUCI SITI SHOLIHAH. Studi Patomorfologi Kasus Urolithiasis dan Sindrom

Uremia pada Kucing. Dibimbing oleh EVA HARLINA dan MAWAR SUBANGKIT.

Urolithiasis adalah penyakit dimana ditemukannya batu atau kalkuli pada

traktus urinarius. Kucing merupakan karnivora atau hewan pemakan daging,

namun karena komposisi pakan yang tidak sehat menyebabkan

ketidakseimbangan nutrisi dan menimbulkan penyakit urolithiasis. Urolith pada

traktus urinarius menyebabkan obstruksi sehingga menahan produk buangan dari

ginjal, salah satunya adalah urea. Uremia adalah meningkatnya kadar urea di

dalam darah karena gagal ginjal kronis, dan menyebabkan berbagai gejala klinis

dan lesio multisistemik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari patomorfologi

urolithiasis dan uremia pada seekor kucing yang dinekropsi di Laboratorium

Patologi FKH IPB. Sediaan histopatologi diwarnai Hematoksilin-Eosin (HE), dan

pewarnaan khusus Masson Trichrome, Periodic Acid Schiff (PAS), dan Von

Kossa. Secara histopatologi ditemukan berbagai perubahan yang disebabkan

urolithiasis dan uremia, diantaranya ginjal mengalami nefrolithiasis, gagal ginjal

kronis dan fibrosis, hati mengalami nekrosa sentrilobuler, dan paru-paru yang

mengalami hemoragi, kongesti dan emfisema. Pada paru-paru ditemukan

multifokal abses akibat infeksi jamur yang menunjukkan kucing mengalami

infeksi sekunder akibat imunosupresi. Sindrom uremia yang ditemukan berupa

mineralisasi di pleura musculus intercostalis, degenerasi organ parenkim, dan

hiperplasia kelenjar paratiroid. Penyebab kematian kucing adalah gagal ginjal,

yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Kata kunci: histopatologi, kucing, urolithiasis, uremia,

ABSTRACT

SUCI SITI SHOLIHAH. Pathomorphological Changes of Urolithiasis and Uremic

Syndrome on Cat. Supervised by EVA HARLINA and MAWAR SUBANGKIT.

Urolithiasis is a disease which presence of stones in the urinary tract. Cat is

carnivore or animal mostly eat meat, but because of unhealthy food composition

cause nutrition imbalance and get urolithiasis disease. Urolith in urinary tract

cause obstruction and restrain waste product from kidney, which one is urea.

Uremia is increase in level of urea in blood because of renal failure and causes

various syndromes which related to clinical signs and multisystemic lesions. The

aim of this research is to study pathomorphological changes of urolithiasis and

uremia on cat that necropsied by Pathology Laboratory, FKH IPB. The tissue

stained with Hematoxyllin-Eosin (HE), special stains Masson Trichrome, Periodic

Acid Schiff (PAS), and Von Kossa. Histopathologically, there is some lesions in

many organs because of urolithiasis and uremia, i.e. nephrolithiasis, chronic renal

Page 4: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

failure and fibrosis, centrilobuler necrosis of liver, and hemorrhage, congestion

and emphysema of the lung. There were found multifocal abscesses with fungal

infection caused by secondary infection of immunosupression. Uremia syndrome

was found as mineralization of pleura at intercostae, parenchyma organ

degeneration and parathyroid hyperplasia. The cause of the death of the cat was

renal failure that triggers hypertension which induces heart failure.

Key words: cat, histopathology, urolithiasis, uremia

Page 5: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS DAN

SINDROM UREMIA PADA KUCING

SUCI SITI SHOLIHAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 6: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Judul Skripsi : Studi Patomorfologi Kasus Urolithiasis dan Sindrom Uremia pada Kucing

Nama NIM

: Suci Siti Sholihah : B04110012

Disetujui oleh

}My Dr Drh Eva Harlina, MSi, APVet

Pembimbing I

Tanggal Lulus : 1 5 SEP 7.015

Drh Mawar Subangkit. MSi. APVet Pembimbing II

Page 7: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena

atas rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Judul

penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni 2014 hingga Februari 2015 ini

adalah Studi Patomorfologi Kasus Urolithiasis dan Sindrom Uremia pada Kucing.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Drh Eva Harlina, MSi,

APVet dan Bapak Drh Mawar Subangkit, MSi, APVet selaku dosen pembimbing.

Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Bapak Drh Adi Winarto, PhD selaku

dosen pembimbing akademik. Selain itu, terima kasih juga penulis sampaikan

kepada Bapak Kasnadi, Bapak Sholeh, dan Bapak Endang beserta staf Bagian

Patologi FKH IPB yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima

kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik beserta seluruh keluarga atas

segala doa, semangat dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada para sahabat

yakni Naim, Sri, Resti, Mimi, Rina, Ega, Mangga, Hesti, Laras, Najia dan teh

Rika yang telah banyak membantu dan memberi dukungan, serta rekan-rekan

angkatan 48.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

Suci Siti Sholihah

Page 8: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

DAFTAR ISI

PRAKATA vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelititan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Urolithiasis 2

Uremia 2

Gagal Ginjal 3

METODE PENELITIAN 3

Waktu dan Tempat penelitian 3

Bahan dan Alat 3

Prosedur Penelitian 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pemeriksaan Histopatologi 6

Patogenesis Penyakit 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

RIWAYAT HIDUP 18

Page 9: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil pemeriksaan patologi anatomi berbagai organ kucing P 256/11 4

2 Hasil pemeriksaan histopatologi berbagai organ kucing P 256/11 6

1 Ginjal kucing urolithiasis 7

2 Degenerasi hidropis dan tubulus ginjal nekrotik 8

3 Ginjal urolithiasis, fibrosis, deposit mineral di lumen tubulus 9

4 Edema paru-paru, multifokal abses pada paru-paru dan hifa jamur. 10

5 Abses di paru-paru karena infeksi jamur. 10

6 Nekrosa sentrilobular hati dan degenerasi lemak hepatosit 11

7 Degenerasi otot jantung 12

8 Limpa splenitis 13

9 Mineralisasi di pleura parietalis 13

10 Hiperplasia kelenjar paratiroid 14

11 Bagan patogenesis urolithiasis dan sindrom uremia pada kucing 16

Page 10: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kucing merupakan karnivora atau hewan pemakan daging, namun

seringkali pemilik memberikan pakan yang tidak sehat yang dapat menyebabkan

ketidakseimbangan nutrisi. Nutrisi yang tidak seimbang dapat menimbulkan

penyakit, salah satunya adalah batu ginjal (urolithiasis). Urolithiasis merupakan

salah satu penyebab Feline Urolithiasis Syndrome (FUS), selain idiopathic

cystitis. Pakan kering tertentu merupakan faktor penyebab terjadinya FUS

(Buffington 2001).

Feline Urolithiasis Syndrome (FUS) sering menyerang kucing-kucing

rumahan. Gejala penyakit ini yaitu rasa nyeri di daerah pinggang ataupun di

daerah saluran kencing lainnya. Rasa nyeri mulai dari ringan sampai berat

tergantung dari besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala lainnya adalah kucing

kesulitan urinasi dan urin kadang merah disertai darah akibat luka gesekan batu

pada dinding vesika urinaria (Wakidi 2003). Jika dibiarkan, kucing sama sekali

tidak bisa kencing karena sumbatan urolith dalam saluran kencingnya. Kucing

jantan paling rentan dengan masalah ini, karena saluran kencingnya lebih panjang.

Kucing akan menjadi pendiam, tidak mau makan hingga menunjukkan gejala

muntah. Pada bagian perut belakang akan teraba kandung kemih yang membesar

dan keras seperti bola.

Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkuli (urolith) di traktus urinarius

yang disebabkan oleh adanya akumulasi zat-zat yang terkandung di dalam urin

sehingga membentuk seperti batu (Brunner dan Suddarth 2002). Batu ginjal

tersusun atas mikrolit-mikrolit (calon urolith) yang memadat kemudian dapat

tumbuh membesar (Fuadi 2009). Batu dapat ditemukan sepanjang saluran kemih

mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria dan uretra. Batu

dapat terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah. Batu

dapat juga terbentuk karena adanya stasis urin, seperti batu di vesika urinaria atau

karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel

uretra.

Seekor kucing betina mixed Persia berumur 1,5 tahun dinekropsi di

Laboratorium Patologi FKH IPB, untuk didiagosis penyebab kematiannya.

Anamnese kucing tersebut adalah kesulitan urinasi dan kejang-kejang. Dari hasil

pemeriksaan patologi anatomi didiagnosis kucing tersebut menderita urolithiasis

dan sindrom uremia. Untuk mempelajari patomorfologi urolithiasis dan

hubungannya dengan sindrom uremia maka dilakukan pemeriksaan histopatologi

organ-organ kucing tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari patomorfologi urolithiasis dan

sindrom uremia pada kucing.

1

Page 11: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

patomorfologi urolithiasis dan sindrom uremia pada kucing.

TINJAUAN PUSTAKA

Urolithiasis

Urolithiasis adalah kalsifikasi berupa kalkuli yang terjadi pada sistem

urinari yang seringkali disebut batu ginjal. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk

di tubuli ginjal, kemudian dapat berada di kaliks dan pelvis ginjal bahkan bisa

mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal (Purnomo 2008). Batu terbentuk karena

adanya supersaturasi zat-zat yang terlarut dalam urin seperti kalsium oxalat,

fosfat, asam urat, dan lain-lain pada suatu keadaan tertentu, seperti retensi urin

dan suasana asam dan basa urin. Urolith membungkus nidus di sekelilingnya,

yang terdiri atas leukosit, bakteri, dan matriks organik bercampur kristal, atau

hanya kristalnya saja. Nidus adalah nukleus atau inti dari urolith atau embrio

kristal. Nidus menyusun sekitar 10-20% dari total massa urolith. Nidus dibentuk

dari berbagai tipe kristal dan bagian lainnya, yang biasa dikenal sebagai epitaxial

growth. Struvite dan kalsium oksalat adalah jenis urolith yang paling banyak

ditemukan pada kasus klinik (Buffington 2001).

Bentuk batu ginjal ada yang licin, kasar, bulat dan ada yang bercabang-

cabang sepeti tanduk rusa. Permukaannya ada yang tajam sehingga dapat

menimbulkan luka pada dinding saluran kencing (Wakidi 2003). Urolithiasis

merupakan gangguan yang paling sering ditemukan pada sistem perkemihan

kucing (Holt 1983; Vedrenne et al. 2003). Faktor yang mempengaruhi

pembentukan urolith pada kucing diantaranya infeksi bakteri, kurangnya aktivitas

fisik, kurang minum atau kualitas minum yang buruk, dan juga karena selalu

diberi pakan kering.

Uremia

Uremia merupakan peningkatan kadar ureum dalam darah yang diakibatkan

oleh kondisi gagal ginjal. Uremia dapat menyebabkan berbagai sindrom yang

berhubungan dengan tanda klinis dan lesio multisistemik yang diakibatkan gagal

ginjal (Zachary dan McGavin 2012). Gagal ginjal mengakibatkan menurunnya

daya pembersihan ureum oleh ginjal sehingga menyebabkan retensi ureum.

Retensi atau tertahannya ureum menyebabkan perubahan biokimia dan fisiologis

cairan tubuh. Retensi ureum menyebabkan beberapa komponen plasma berperan

sebagai toksin uremik diantaranya senyawa inorganik, urea, oxalic acid, hormon

paratiroid (PTH), dan ß2-microglobulin (Vanholder dan Smet 1999). Lesio yang

ditimbulkan akibat uremia diantaranya edema pulmonum, perikarditis fibrinosa,

gastritis hemoragik dan ulseratif, stomatitis ulseratif dan nekrotik, trombosis

atrium dan aorta, mineralisasi di berbagai jaringan lunak (lambung, paru-paru,

2

Page 12: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

pleura dan ginjal), osteodistrofi fibrosa, dan hiperplasia paratiroid (Carlton dan

McGavin 1995).

Gagal Ginjal

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

komposisi kimia darah, dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.

Fungsi vital ginjal dicapai melalui filtrasi plasma darah oleh glomerulus, dan

reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang

tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air dieksresikan melalui sistem

pengumpulan urin (Price dan Wilson 2005).

Fungsi ginjal dapat menurun karena penyakit ginjal atau oleh penyebab

postrenal, seperti obstruksi aliran urin pada saluran urinari bawah. Menurunnya

fungsi ginjal mengakibatkan retensi komponen plasma yang secara normal

dikeluarkan oleh ginjal. Uji konsentrasi urea dan kreatinin yang merupakan

produk buangan nitrogen dari katabolisme protein, secara rutin digunakan sebagai

indikasi berkurangnya fungsi ginjal. Apabila fungsi ginjal yang terganggu

mencapai 25%, akan mengakibatkan gagal ginjal (Dewayani 2007). Penyakit

ginjal yang hebat dapat mengakibatkan gagal ginjal, yang terbagi menjadi bentuk

akut dan kronis. Pada gagal ginjal akut ditandai dengan tingginya onset dari

oliguria atau anuria dan azotemia. Gagal ginjal kronis adalah akhir dari banyaknya

penyakit ginjal kronis yang bersifat irreversible, yang ditandai dengan sindrom

uremia dalam waktu yang lama (Jubb et al. 1993).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Divisi Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

dan Patologi (KRP), Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2014 hingga Februari 2015.

Bahan dan Alat

Bahan studi patomorfologi berasal dari organ seekor kucing yang

dinekropsi di Divisi Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi

FKH-IPB dengan kode P 256/11. Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi

anatomi organ ginjal dan organ-organ lainnya menunjukkan kucing tersebut

menderita urolithiasis dan sindrom uremia. Hasil pemeriksaan patologi anatomi

organ kucing keseluruhan disajikan pada Tabel 1.

3

Page 13: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Tabel 1 Hasil pemeriksaan patologi anatomi berbagai organ kucing P 256/11

Sistem Organ Organ Perubahan Integumen Kulit Hidrops anasarka Sirkulasi Jantung Dilatasi bilateral Respirasi

Paru-paru

Pleura parietalis

Edema pulmonum, multifokal abses,

hidrothoraks Kalsifikasi musculus intercostae

Urinaria Ginjal Nefrolithiasis (16 buah batu di ginjal kanan

dan satu buah batu ginjal kiri), nefritis

interstitialis kronis Digesti Lidah

Lambung Hati

Glossitis Stomatitis, ulkus lambung, hidrops ascites

Kongesti Limforetikuler Limpa Splenitis, kongesti Saraf Otak Vasa injeksio Kelenjar endokrin Kelenjar thyroid Atrofi

Sumber: Buku P, Divisi Patologi, Departemen KRP FKH-IPB Tahun 2011

Bahan-bahan lain yang digunakan adalah etanol konsentrasi 70%, 80%, 90%,

96%, etanol absolut, xylene, parafin, akuades, pewarna Mayer’s Haematoxylin-

Eosin, pewarna Von Kossa, pewarna Masson Trichrome dan pewarna PAS.

Peralatan yang digunakan adalah timbangan, tissue casette, tissue basket,

parrafin embedding console, automatic tissue processor, cetakan blok parafin,

mikrotom putar, waterbath, gelas objek, gelas penutup, aluminium foil,

mikroskop cahaya dan digital eyepiece camera MD 150.

Prosedur Penelitian

Pembuatan Sediaan Histopatologi

Sampel organ dipotong dan ditempatkan ke dalam tissue casette, lalu

dimasukkan ke dalam automatic tissue processor untuk proses dehidrasi, clearing,

dan embedding. Dehidrasi yaitu merendam jaringan secara berturut-turut ke dalam

etanol 70%, 80%, 90%, 96%, etanol absolut I, II dan III, clearing yaitu merendam

jaringan dalam larutan xylene I dan II, dan infiltrasi yaitu merendam jaringan

dalam parafin cair I dan II yang bersuhu 60oC. Perendaman pada setiap larutan

dilakukan selama 2 jam. Kemudian dilakukan embedding, yaitu menanam

jaringan dalam parafin cair dan didinginkan hingga terbentuk blok parafin.

Selanjutnya jaringan dipotong dengan ketebalan 3-5 µm menggunakan mikrotom

putar. Hasil potongan dimasukkan ke dalam air hangat 45oC dalam waterbath

untuk menghilangkan lipatan, kemudian sediaan diangkat dengan gelas objek

yang sudah diberi albumin dan dikeringkan dalam inkubator 60oC.

Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE)

Sebelum dilakukan pewarnaan, sediaan dideparafinasi dan rehidrasi.

Deparafinasi dengan cara diinkubasi pada suhu 60oC selama dua jam, kemudian

4

Page 14: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

sediaan direndam dalam xylene I, II dan III selama 2 menit. Rehidrasi

menggunakan etanol absolut, 95% dan 80% masing-masing selama 2 menit, dan

dicuci dengan air mengalir 1 menit. Selanjutnya sediaan direndam dalam pewarna

Mayer’s Haematoxylin selama 8 menit, dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan

Lithium karbonat selama 15-30 detik, dan dibilas dengan air mengalir kembali.

Kemudian sediaan dicelup ke dalam pewarna Eosin selama 3 menit dan dibilas

dengan air mengalir selama 30-60 detik. Tahap selanjutnya adalah dehidrasi yaitu

sediaan dicelup ke dalam etanol 95% sebanyak 10 kali, etanol absolut I sebanyak

10 kali, etanol absolut II selama 2 menit dan xylene I, II dan III masing-masing

selama 2 menit. Tahap akhir, sediaan ditetesi Permount® dan ditutup dengan gelas

penutup.

Pewarnaan Masson Trichrome

Sebelum dilakukan pewarnaan, sediaan dideparafinasi dan rehidrasi.

Selanjutnya sediaan ditetesi larutan Mordant selama 2 menit, dibilas dengan

akuades, kemudian ditetesi larutan Carrazi’s Haematoxylin selama 5-7 menit, lalu

dibilas dengan akuades. Tahap selanjutnya, sediaan ditetesi larutan Orange G

0.75% selama 1-2 menit, dibilas dengan Asam Asetat 1% sebanyak dua kali,

ditetesi larutan Ponceau Xylidine Fuchsin selama 5 menit, dibilas dengan Asam

Asetat 1% sebanyak dua kali, lalu ditetesi Phosphotungstic Acid 2.5% selama 2

menit, dibilas dengan Asam Asetat 1% sebanyak dua kali, ditetesi Anilin Blue

selama 5 menit, dan dibilas dengan Asam Asetat 1% sebanyak dua kali. Terakhir

sediaan dicelupkan ke dalam alkohol 95% selama 3 menit yang dilanjutkan

dengan proses dehidrasi dan ditutup dengan gelas penutup.

Pewarnaan Von Kossa

Sebelum dilakukan pewarnaan, sediaan dideparafinasi dan rehidrasi.

Selanjutnya sediaan direndam dalam silver nitrat dan diletakkan di tempat yang

gelap selama 30-60 menit, kemudian dibilas dengan akuades. Setelah itu sediaan

direndam dalam akuades dan disinari lampu selama 60 menit. Sediaan dan lampu

ditutupi dengan kertas aluminium foil. Selanjutnya sediaan dibilas kembali

dengan akuades, kemudian direndam dalam Sodium Thiosulphat selama 3-5

menit, dicuci dengan akuades, direndam dalam pewarna latar (0.2% Safranin

dalam 1% Asam Asetat) selama 1-5 menit, dan dilanjutkan dengan proses

dehidrasi dan ditutup dengan gelas penutup.

Pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS)

Sebelum dilakukan pewarnaan, sediaan dideparafinasi dan rehidrasi.

Kemudian sediaan direndam dalam Asam Asetat 1% selama 5 menit, dibilas

dengan akuades, dan dioksidasi dalam Periodic Acid 1% selama 5-10 menit,

kemudian dibilas dengan akuades. Selanjutnya sediaan dimasukkan ke dalam

Schiff Reagent selama 15-30 menit, dibilas dengan Air Sulfit (10% sodium

bisulfate/NaHSO3 10 mL), dibilas dengan air mengalir, lalu dibilas dengan

akuades. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam Haematoxylin selama 2-3

5

Page 15: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

menit, dibilas air mengalir dan akuades, dan dilanjutkan dengan proses dehidrasi

dan ditutup dengan gelas penutup.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Histopatologi

Hasil pemeriksaan histopatologi organ-organ kucing kasus P 256/11

mendukung adanya urolithiasis dan sindrom uremia. Hasil pemeriksaan

histopatologi organ kucing keseluruhan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil pemeriksaan histopatologi berbagai organ kucing kasus P 256/11

Sistem Organ Organ Perubahan Sirkulasi Jantung Degenerasi otot Respirasi Paru-paru Kongesti, hemoragi, emfisema,

multifokal abses dengan infeksi hifa

jamur Urinaria Ginjal Nefrolithiasis, nefritis interstitialis

kronis Digesti Limforetikuler

Hati Limpa

Nekrosa sentrilobuler, kongesti Splenitis dan kongesti limpa

Kelenjar endokrin Kelenjar Paratiroid Hiperplasia

Ginjal

Hasil pengamatan histopatologi organ ginjal ditemukan adanya perubahan

pada parenkim maupun interstitiumnya yang diakibatkan oleh urolithiasis dan

sindrom uremia. Pada glomerulus ditemukan atrofi glomerulus serta penebalan

dan penipisan kapsula Bowman. Penipisan kapsula Bowman diakibatkan adanya

retensi urin, sedangkan penebalan kapsula Bowman diakibatkan gagal ginjal

kronis. Atrofi glomerulus ditandai dengan mengecilnya glomerular tuft dalam

kapsula Bowman, sehingga ruang Bowman tampak meluas. Menurut Mu’nisa et

al. (2013), kerusakan glomerulus yang parah dapat mengganggu sistem vaskular

peritubular dan berpotensi mengalirkan zat racun ke tubuli. Sebaliknya, kerusakan

yang parah pada tubuli akibat peningkatan tekanan intraglomerulus menyebabkan

terjadinya atrofi glomerulus. Atrofi glomerulus disajikan pada Gambar 1.

Perubahan histopatologi yang ditemukan pada tubulus ginjal kucing ini

berupa dilatasi tubulus, degenerasi hialin, degenerasi hidropis, dan nekrosis

(Gambar 1). Pada tubulus yang dilatasi terlihat epitel kubus sebaris menjadi pipih

karena tertekan oleh cairan. Dilatasi tubulus terjadi akibat urin hasil filtrasi

glomerulus tidak bisa disalurkan ke pielum karena saluran tersumbat oleh batu

ginjal. Hal ini mengakibatkan urin kembali dan menggenangi tubulus sehingga

menyebabkan tubulus melebar. Pada beberapa tubulus ditemukan endapan

mineral (mineralisasi), yang merupakan calon urolith.

Pada lumen tubulus kucing ini banyak dijumpai massa hialin sehingga

tubulus didiagnosis mengalami degenerasi hialin (Gambar 1). Hialin merupakan

6

Page 16: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

massa homogen berwarna merah muda cerah dan tidak berstruktur dengan

pewarnaan HE, yang merupakan perubahan dalam sel atau ruang ekstraseluler.

Terjadinya degenerasi hialin menunjukkan butiran protein yang diserap ulang di

bagian lumen tubulus ginjal. Benda hialin pada lumen tersebut sebenarnya adalah

albumin, namun protein ini telah mengalami pembekuan di dalam lumen. Jika

ditemukan benda hialin, biasanya jaringan epitel dari tubulus telah menjadi kecil

karena atrofi. Biasanya bagian glomerulus ginjal tidak mengalami kelainan, hanya

beberapa yang akan mengalami degenerasi hialin (Sudiono et al. 2001).

A B

Gambar 1 Ginjal kucing urolithiasis. (A). Degenerasi hialin (anak panah), endapan

mineral di lumen tubulus (panah), dilatasi tubulus (asterik), fibrosis dan

infiltrasi sel radang (bintang). (B). Tubulus nekrotik (panah) dan atrofi

glomerulus (anak panah). Pewarnaan HE, bar 100 µm

Epitel tubulus yang mengalami degenerasi dan nekrosa tampak terlepas dari

membran basalnya (Gambar 1). Beberapa tubulus yang nekrotik dicirikan oleh inti

yang piknotis dan struktur sitoplasma yang tidak telihat jelas. Inti yang piknotis

berwarna lebih gelap, padat seperti limfosit, dan lebih mengambil warna

hematoksilin (Gambar 2). Epitel tubulus merupakan bagian yang sensitif terhadap

bahan-bahan toksik. Bahan toksik dapat menimbulkan perubahan pada epitel

tubulus berupa cloudy swelling, degenerasi hialin, degenerasi lemak, dan nekrosa

(Mu’nisa et al. 2013). Epitel tubuli yang nekrotik tampak berdilatasi dan

hiperselular. Tubuli kemungkinan berisi sel nekrotik, debris dan hialin berbutir

(Carlton dan McGavin 1995). Nekrosa tubuli dapat disebabkan keadaan iskemia

atau zat toksik yang masuk ke epitel tubuli. Respon sel epitel tubuli berupa

degenerasi yang kemudian dilanjutkan dengan nekrosa dan deskuamasi epitel.

Menurut Nelson dan Couto (2003), pembentukan urolith biasanya

dipengaruhi oleh adanya nidus kristal (embrio kristal), pH urin serta ada atau

tidaknya faktor inhibitor kristal dalam urin. Pembentukan urolith meliputi fase

awal pembentukan dan fase pertumbuhan. Fase awal dimulai dengan terbentuknya

nidus kristal, yang sangat tergantung pada pusat nukleus atau matriks, dan

supersaturasi urin oleh kristal kalkulogenik. Derajat supersaturasi urin

dipengaruhi oleh banyaknya kristal yang dieksresikan oleh ginjal dan volume

urin. Fase pertumbuhan nidus kristal tergantung pada kemampuannya untuk tetap

7

Page 17: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

bertahan dalam lumen traktus urinarius, derajat dan durasi supersaturasi urin yang

mengandung kristal, baik yang identik atau berbeda dengan kristal yang ada

dalam nidus. Jika suatu kristal mempunyai sifat yang cocok dengan kristal lain,

maka beberapa kristal bergabung dan tumbuh menjadi nidus atau kristal lain.

Pada bagian interstitial ginjal ditemukan infiltrasi sel radang limfosit dan

makrofag (Gambar 1). Adanya sel radang menandakan reaksi tanggap kebal

terhadap benda asing yang masuk. Selain itu banyak ditemukan hemoragi atau

perdarahan yang disebabkan perlukaan jaringan karena endapan urolith.

Selain degenerasi hialin, ditemukan juga degenerasi hidropis. Degenerasi

hidropis terjadi karena adanya gangguan membran sel sehingga banyak cairan

masuk ke dalam sitoplasma dan menimbulkan vakuola-vakuola kecil sampai

besar. Akibatnya epitel menjadi tidak berbatas jelas. Pembengkakan sel epitel

terjadi karena tidak dapat mengatur keseimbangan ion dan cairan yang

menyebabkan hidrasi sel. Degenerasi hidropis pada epitel tubulus menyebabkan

inti terdesak ke tepi, karena sitoplasma sel mengandung air. Menurut Sudiono et

al. (2001), sebenarnya bagian sel yang mengalami kerusakan adalah mitokondria.

Sel yang mengalami degenerasi hidropis menjadi renggang dan mengandung

vakuola berisi cairan (Gambar 2).

Gambar 2 Degenerasi hidropis (anak panah) pada epitel tubulus ginjal, dan

tubulus ginjal yang nekrotik dengan inti piknotis (panah). Pewarnaan

HE, bar 50 µm

Pada ginjal kucing ini banyak ditemukan jaringan ikat atau fibrosis (Gambar

3). Pewarnaan Masson Trichrome (MT), digunakan untuk melihat jaringan ikat

tersebut (Lumongga 2008). Jaringan ikat terlihat berwarna biru, parenkim

berwarna merah dan sel darah merah berwarna kuning. Nukleus terwarnai biru

gelap, otot berwarna merah, kalsium berwarna ungu, hialin biru muda, dan

kolagen biru kehijauan. Banyaknya jaringan ikat di bagian interstisium

menandakan peradangan bersifat kronis, karena parenkim ginjal yang nekrosa

digantikan oleh jaringan ikat. Seperti diketahui jaringan ikat menyebabkan

penurunan fungsi ginjal sehingga filtrasi tidak berjalan maksimal.

8

Page 18: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

A B

Gambar 3 Ginjal urolithiasis. (A). Bagian interstitium meluas karena fibrosis

(warna biru, pewarnaan MT); (B). Deposit mineral mengandung

kalsium di lumen tubulus (warna coklat, Von Kossa). Bar 100 µm

Untuk meyakinkan massa yang terbentuk di lumen tubulus adalah mineral

yang mengandung kalsium, maka dilakukan pewarnaan Von Kossa. Pada sediaan

yang telah diwarnai, terlihat deposit kalsium berwarna coklat gelap sampai hitam

(Gambar 3), sedangkan untuk nukleus dan jaringan yang lain berwarna merah dan

rose.

Paru-paru

Pada pengamatan histopatologi paru-paru ditemukan lesio berupa emfisema,

kongesti, hemoragi dan edema. Keadaan ini disebabkan adanya gangguan di ginjal

dan sindrom uremia. Selain itu ditemukan pula multifokal abses yang diakibatkan

oleh infeksi jamur. Emfisema disebabkan robeknya dinding alveol sehingga

beberapa alveol bersatu (Gambar 4). Emfisema terjadi karena adanya peradangan

pada alveol. Menurut Jubb et al. (1993), emfisema dapat timbul karena faktor

genetik, peradangan, atrofi septa alveolar yang berkaitan dengan iskemia, faktor

mekanik hingga terjadi perluasan dan ruptur ruang udara, atau penyebab yang

tidak diketahui.

Alveolar paru mengalami atelektasis, yaitu kempesnya alveol. Pada kasus

ini, terjadi atelektasis dapatan atau kolaps alveolar yang diakibatkan oleh

obstruksi aliran udara (Jubb et al. 1993). Paru-paru juga mengalami

pembendungan atau kongesti, yang diakibatkan oleh adanya gagal jantung karena

menurunnya laju filtrasi glomerulus akibat kerusakan ginjal. Menurut Zachary dan

McGavin (2012), kongesti sering diakibatkan oleh gagal jantung. Gagal jantung

menyebabkan stagnasi darah di pembuluh darah paru-paru yang berlanjut menjadi

kongesti disertai eritrosit keluar ke ruang alveolar. Oleh karena itu kongesti yang

berat menyebabkan hemoragi pada paru-paru.

Hemoragi paru-paru dapat diakibatkan oleh berbagai sebab. Menurut Jubb

et al. (1993), hemoragi pada paru-paru dan pleura sering terjadi karena hemoragi

diatheses, septikemia, disseminated intravascular coagulation (DIC) dan kongesti

9

Page 19: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

yang hebat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh infark, ruptur aneurisma, dan

trauma.

A B

Gambar 4 (A). Edema paru-paru, dengan cairan berwarna pink dalam alveol

(panah), dan emfisema (bintang); (B). Multifokal abses pada paru-

paru yang didominasi oleh sel radang neutrofil (panah), perdarahan

dan hifa jamur. Pewarnaan HE, bar 100µm (A) dan bar 50 µm (B)

Paru-paru juga mengalami peradangan berupa multifokal abses (Gambar 4).

Abses tersebut didominasi oleh sel radang neutrofil, makrofag, sel debris dan

banyak dijumpai perdarahan. Di dalam abses tersebut ditemukan banyak hifa

jamur. Infeksi jamur pada kasus ini diduga merupakan infeksi sekunder.

Tahap peradangan pada paru-paru ini masih bersifat akut karena ditemukan

banyak perdarahan dan tidak ditemukan sel raksasa (giant cell). Menurut Carlton

dan McGavin (1995), jamur yang mungkin menginfeksi kucing ini diantaranya

Blastomyces dermatitidis, Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis,

Histoplasma capsulatum, dan Mycobacterium bovis.

Gambar 5 Abses di paru-paru karena infeksi jamur. Tampak hifa jamur memenuhi

alveol. Pewarnaan PAS, bar 50 µm

10

Page 20: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Hati

Hasil pemeriksaan histopatologi hati menunjukkan adanya lesio yang

diakibatkan urolithiasis dan sindrom uremia yaitu nekrosa sentrilobular,

degenerasi lemak, dan kongesti. Nekrosa terjadi pada hepatosit-hepatosit yang

berada di sekitar vena sentralis. Nekrosa tipe ini disebabkan oleh adanya kongesti

yang berlangsung kronis, diantaranya diakibatkan oleh gagal jantung. Adanya

kongesti mengakibatkan sinusoid meluas (dilatasi), sehingga menyebabkan

hepatosit tergencet yang akhirnya atrofi.

Kongesti yang berlangsung lama menyebabkan hepatosit kekurangan

oksigen sehingga menyebabkan degenerasi lemak hati (Gambar 6). Degenerasi

lemak dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu bahan toksik, kekurangan

oksigen, atau kelebihan konsumsi lemak (Carvalho et al. 2005). Degenerasi lemak

yang terjadi pada hati dapat disebabkan oleh akumulasi bahan toksik ureum dan

kekurangan oksigen. Perdarahan dan kongesti hati menimbulkan akumulasi

pigmen hemosiderin. Menurut Macfarlane et al. (2000), ada dua pigmen yang

berasal dari runtuhan sel darah merah yaitu hemosiderin dan bilirubin.

Gambar 6 Nekrosa sentrilobular hati dengan sinusoid meluas (insert), degenerasi

lemak hepatosit (anak panah) dan akumulasi pigmen hemosiderin

(panah). Pewarnaan HE, bar 50 µm dan bar 100 µm (gambar insert)

Otot Jantung

Lesio yang dialami jantung akibat urolithiasis dan sindrom uremia adalah

degenerasi otot-ototnya. Otot jantung terlihat berwarna lebih merah dibanding

yang normal pada pewarnaan HE (Gambar 7). Menurut Pasaribu (2001),

degenerasi otot jantung disebabkan otot tersebut tidak mendapatkan aliran darah

yang cukup akibat vasokonstriksi. Vasokonstriksi terjadi akibat aktivitas sistem

rennin-angiotensin pada gangguan ginjal kronis.

11

Page 21: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Gambar 7 Degenerasi otot jantung dengan ciri sitoplasma lebih merah dan inti

piknotis (panah). Pewarnaan HE, bar 50 µm

Limpa

Limpa kucing ini mengalami peradangan atau splenitis, yang ditandai

dengan adanya infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag. Selain itu, struktur

pulpa merah dan pulpa putih sudah tidak terlihat jelas, deplesi folikel limfoid dan

kongesti (Gambar 8). Kongesti limpa sebagai akibat dari adanya gagal jantung.

Limpa merupakan organ pertahanan tubuh yang menghasilkan komponen

sistem kekebalan. Kerusakan limpa menyebabkan sistem pertahanan tubuh

berkurang atau hewan mengalami imunosupresi. Menurut Sakas (2002),

imunosupresi adalah kondisi sistem imun yang tertekan oleh suatu agen infeksius

maupun non infeksius. Kondisi ini terjadi akibat berbagai faktor yaitu manajemen

kandang, stres, malnutrisi, penyakit yang sudah ada sebelumnya, dan terapi

antibiotik atau kortikosteroid yang berkepanjangan. Pada kasus ini kucing

mengalami keadaan imunosupresi.

12

Page 22: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Gambar 8 Limpa mengalami splenitis, kongesti (bintang), infiltrasi limfosit

(panah) dan makrofag (anak panah). Pewarnaan HE, bar 50 µm

Otot Rangka

Pada pleura parietalis yang melekat di m. intercostalis ditemukan

mineralisasi (Gambar 9). Mineralisasi terlihat sebagai deposit kalsium berwarna

ungu dengan pewarnaan HE. Adanya mineralisasi pada jaringan lunak merupakan

salah satu ciri dari hewan mengalami uremia. Pengendapan mineral disebabkan

oleh perubahan pada mekanisme kalsium-fosfor.

Gambar 9 Mineralisasi di pleura parietalis. Akumulasi kalsium terlihat sebagai

deposit berwarna ungu dengan pewarnaan HE, bar 50 µm.

13

Page 23: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Kelenjar Paratiroid

Uremia berdampak pada kelenjar paratiroid sehingga menyebabkan

hiperplasia kelenjar tersebut. Kondisi ini mengikuti kejadian berkurangnya

kalsium plasma (gangguan metabolisme kalsium-fosfor) pada kondisi gagal ginjal

kronis. Akibatnya kelenjar paratiroid melepaskan hormon parathormon, agar

tulang melepaskan kalsiumnya untuk memenuhi kekurangan kalsium plasma.

Gambar 10 Kelenjar paratiroid yang mengalami hiperplasia. Pewarnaan HE, bar

100 µm

B. Patogenesis Penyakit

Urolithiasis seringkali terjadi pada keadaan gagal ginjal kronis, ataupun

sebaliknya gagal ginjal kronis dapat menyebabkan terjadinya urolithiasis atau

nefrolitiasis. Metabolit dan hasil filtrasi glomerulus yang seharusnya

diekskresikan bersama urin, tidak bisa dialirkan karena saluran tersumbat oleh

adanya urolith. Akibatnya, metabolit-metabolit kembali bersirkulasi dan

menumpuk dalam darah, salah satunya adalah ureum.

Akumulasi urea yang tinggi dalam darah disebut uremia. Uremia adalah

sindrom klinis dan laboratoris yang mencerminkan disfungsi seluruh sistem

sebagai akibat dari gagal ginjal kronis. Uremia adalah kondisi dimana insufisiensi

ginjal sudah pada tahap lanjut sehingga terjadi gangguan sistem multiorgan

kompleks dan bermanifestasi klinis (Dewayani 2007). Sindrom uremia ditandai

dengan terdapatnya mineralisasi di berbagai organ. Kondisi ini disebabkan oleh

perubahan metabolisme kalsium-fosfor (mekanisme ion) pada ginjal (Carlton dan

McGavin 1995).

Sebagian besar hewan yang gagal ginjal mengalami hiperfosfatemia dan

normokalsemia atau hipokalsemia. Perubahan dalam metabolisme kalsium-fosfor

pada hewan uremia merupakan kumpulan dari kejadian yang kompleks. Ketika

laju filtrasi glomerulus di bawah 25% dari normal, akan mengakibatkan

14

Page 24: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

hiperfosfatemia. Keadaan hiperfosfatemia akan mengurangi ion kalsium di dalam

darah, karena seperti diketahui fosfat dan kalsium berada dalam keadaan

seimbang dalam darah.

Keadaan hipokalsemia akan menstimulasi sekresi hormon paratiroid, dan

menyebabkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari tulang. Perubahan dalam

metabolisme kalsium-fosfor akan berakibat lebih parah, karena berkurangnya

kemampuan ginjal untuk mengubah hydroxylate 25-hydroxy cholecalciferol

menjadi bentuk aktif 1,25-dihydroxycholecalciferol (kalsitriol). Keadaan ini

menyebabkan absorbsi kalsium di usus berkurang. Produksi kalsitriol selanjutnya

terhalang karena hiperfosfatemia. Akibatnya akan terjadi hiperplasia paratiroid,

osteodistrofi fibrosa, dan kalsifikasi jaringan lunak (Jubb et al. 1993).

Uremia juga berdampak pada organ lain dan mengakibatkan berbagai lesio

seperti edema pulmonum, kongesti dan hemoragi pada paru-paru. Ginjal yang

rusak menyebabkan laju filtrasi glomerulus menurun, sehingga akan merangsang

apparatus juxtaglomerular mensekresikan renin.

Renin yang beredar sistemik akan mengaktifkan angiotensinogen menjadi

angiotensin I, dan kemudian berubah menjadi angiotensin II oleh enzim

angiotensin converting enzyme (ACE) yang dihasilkan oleh paru-paru.

Angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi (Jusuf 2001). Akibatnya, tekanan

darah arteri meningkat dan beban jantung akan meningkat pula. Kondisi tersebut

menyebabkan jantung mengalami kompensasi berupa hipertrofi ventrikel kiri.

Hipertrofi ini menyebabkan lumen ventrikel kiri menjadi sempit, sehingga volume

darah yang dipompa menjadi lebih sedikit dari seharusnya. Akibat hipertrofi pada

ventrikel kiri jantung menyebabkan pembendungan di paru-paru. Apabila keadaan

tersebut terjadi secara terus-menerus dan berlebihan, maka menyebabkan

terbentuknya edema pulmonum, karena terjadi peningkatan tekanan hidrostatik di

kapiler paru-paru.

Adanya kelemahan otot jantung menyebabkan terjadinya kongesti di organ-

organ internal, diantaranya hati dan limpa. Akibat kongesti hati yg berlangsung

lama, hati mengalami nekrosa sentrilobular, perluasan sinusoid dan degenerasi

lemak. Mineralisasi akibat uremia dapat terjadi di berbagai jaringan lunak

termasuk otot rangka. Menurut Ganong (2002), perdarahan sebagai dampak

uremia, edema serta pembendungan pada kegagalan jantung menyebabkan

gangguan keseimbangan volume darah atau mengakibatkan hipovolemic shock.

Sindrom uremia menimbulkan lesio di berbagai organ bahkan sampai ke

otak. Adanya akumulasi ureum berlebih menyebabkan fungsi neuron terganggu,

karena ureum bersifat toksik. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya gejala

klinis kejang-kejang pada kucing sebelum kematiannya.

Berdasarkan pengamatan lesio patologi anatomi dan histopatologi, dapat

disimpulkan penyebab kematian (causa mortis) pada kucing ini adalah karena

gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis menyebabkan timbulnya gangguan pada

jantung, sehingga pintu gerbang kematian (atria mortis) pada kucing ini adalah

jantung. Peningkatan tekanan darah akibat kerja sistem renin menyebabkan

hipertrofi ventrikel kiri. Untuk memenuhi curah jantung yang cukup, maka

jantung bekerja keras hingga mencapai titik balik dan menyebabkan terjadinya

gagal jantung. Proses patogenesis penyakit yang disebabkan urolithiasis dan

sindrom uremia secara singkat dapat dilihat pada bagan di Gambar 11.

15

Page 25: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Gambar 11 Bagan patogenesis penyakit kasus urolithiasis dan sindrom uremia

pada kucing

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Urolithiasis menyebabkan kerusakan ginjal kronis dan menimbulkan

kerusakan di berbagai organ akibat sindrom uremia. Gagal ginjal kronis menjadi

penyebab kematian kucing dengan pintu gerbang kematian adalah jantung.

Saran

Apabila terdapat kasus atau gangguan yang sama pada penelitian yang

serupa, sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan patologi

klinis terhadap fungsi ginjal diantaranya ureum dan kreatinin untuk memastikan

kerusakan ginjal.

16

Page 26: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Ed ke-8.

Jakarta (ID): EGC.

Buffington CAT. 2001. Managing common chronic lower urinary tract disorders

of cats. Am. J. Vet. Med. Orlando (FL): American College of Veterinary

Internal Medicine. hlm 282-285.

Carlton WW, MD Mac Gavin. 1995. Special Veterinary Pathology. Ed ke-2. St

Louis, Missouri (US): Mosby-Year Book. Inc.

Carvalho JC, Oishi BO, Pandey A, Soccol CR. 2005. Biopigments from

Monascus: strains selection, citrinin production, and color stability.

Brazilian Archieves of Biology and Technology. 48: 85-94.

Confer AW, RJ Panciera. 1995. The Urinary System. In Thomson. Special

Veterinary Pathology. Ed ke-2. Boston (MA): St Louis Baltimore. hlm 209-

213.

Dewayani R. 2007. Penyakit Jantung Koroner pada “Chronic Kidney Disease”. J

Kardiol Ind. 28(5): 387-395

Fuadi A. 2009. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill)

Terhadap Gambaran Ureum dan Kreatinin pada Tikus Putih Jantan yang

Diinduksi Etilen Glikol [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ganong WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Widjajakusumah

HMD, Irawati D, Siagian M, Moeloek D, Pendit BU, penerjemah;

Widjajakusumah HMD, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Review

of Medical Physiology.

Holt P. 1983. Urinary Incontinencia in The Dogs. In Practice 5 (5): 167-173.

Jubb KVF, Kennedy PC, Palmer N. 1993. Pathology of Domestic Animals. Vol 2.

San Diego (US): Academic Pr Inc.

Jusuf AA. 2001. Diktat Kuliah Histologi (Fakultas Ilmu Keperawatan). Sistem

Perkemihan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Lumongga F. 2008. Interpretasi Mikroskopis Jaringan Dari Biopsi Hati. Medan

(ID): Universitas Sumatera Utara.

Macfarlane PS, Reid R, Callander R. 2000. Pathology Illustrated. Ed ke-5.

Churchill Livingstone (UK): Harcourt.

Mu’nisa, A Muflihunna, Andi FA. 2013. Gambaran Histologi Ginjal Pada Mencit

Diabetes Yang Diberi Ekstrak Daun Sukun. UNM [Internet]. [diunduh 2015

Juni 25]. Tersedia pada:http://digilib.unm.ac.id/files/disk1/8/ unm-digilib-

unm-amunisaamu-380-1-artikel-3.pdf

Nelson RW, Couto CG. 2003. Small Animal Internal Medicine. Ed ke-3. London

(UK): Mosby Inc. Missoury.

Price S, Wilson L. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed

ke-6.Jakarta (ID): EGC.

Pasaribu S. 2001. Telaah Histopatologi Urolithiasis Pada Kucing [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Purnomo. 2008. Dasar-Dasar Urologi. Ed ke-2. Jakarta (ID): CV. Sagung Seto.

Sakas P. 2002. Essentials of Avian Medicine: A Practitioner’s Guide. Ed ke-2.

Milwuakee (US): AAHA Press.

Sudiono J, Budi K, Andhy H, Bing D. 2001. Penuntun Praktikum Patologi

Anatomi. Jakarta (ID): EGC.

17

Page 27: STUDI PATOMORFOLOGI KASUS UROLITHIASIS …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77809/1/B15sss.pdf · yang memicu terjadinya hipertensi dan menginduksi terjadinya gagal jantung.

Vanholder R, Smet RD. 1999. Review pathopysiologic effects of uremic retention

solution. J Am Soc Nephrol. 10: 1815-1823.

Vedrenne N, JP Cotard, B Paragon. 2003. L’Urolythiase Feline: Actualites

Epidemiologi-ques. Le Point Vet. 232: 44-48.

Wakidi. 2003. Prospek Tumbuhan Obat Tradisional Untuk Menghancurkan Batu

Ginjal (Urolitikum). Medan (ID): Universitas Sumatera Utara, Fakultas

Kedokteran Bagian Farmasi-Kedokteran.

Zachary JF, MD McGavin. 2012. Pathologic Basic of Veterinary Disease. Ed ke-

5. St Louis, Missouri (US): Mosby-Year Book. Inc.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 28 Februari 1993.

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Asep

Gunawan dan Ibu Ai Sopiah. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai

mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI. Pendidikan formal yang pernah ditempuh sebelumnya yaitu SD Negeri

Nanjung 2 pada tahun 1999, Ponpes Modern Al-Ihsan pada tahun 2005, dan MAN

1 Bandung pada tahun 2008. Selama mengikuti masa perkuliahan, penulis aktif

dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan, diantaranya anggota divisi Kubah dan

Internal Himpro Ornithologi danUnggas, anggota DKM An-Nahl, Pet Care Day

(2012), KAKNAS (2013 & 2014), dan asisten praktikum Patologi Sistemik II

(2015).

18