STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

14
Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun 2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33 23 STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR CIMANDIRI BAGIAN BARAT, DAERAH SUKABUMI, JAWA BARAT OLEH : Supartoyo*), Emmy Suparka**), Chalid Idham Abdullah**), Imam Achmad Sadisun**), Darwin Siregar***), dan Nandang****) *) Mahasiswa Program Doktor, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB **) Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB. ***) Laboratorium Pusat Survei Geologi ****) Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI SARI Sesar Cimandiri terletak di sepanjang lembah Sungai Cimandiri yang membentang dari Teluk Palabuhanratu, Cikembar, selatan Kota Sukabumi, dan menerus hingga wilayah Kabupaten Cianjur. Berdasarkan data Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) dan foto udara terlihat adanya kelurusan sepanjang lembah Cimandiri yang berhubungan dengan keberadaan Sesar Cimandiri. Studi paleoseismologi bertujuan untuk mengetahui aktivitas gempabumi masa lampau dari pergerakan Sesar Cimandiri. Studi ini dilakukan dengan membuat dan menganalisis paritan yang diperkirakan terdapat bukti deformasi gempabumi masa lampau, pada Sesar Cimandiri bagian barat. Lokasi paritan ditentukan berdasarkan pengamatan bentuk lahan, pengamatan lapangan, dan pengamatan stratigrafi di sekitar calon lokasi paritan. Berdasarkan analisis dinding paritan (log trenching), terlihat adanya ketidakmenerusan lapisan (pasir kerakalan, pasir kerikilan, lempung pasiran, lempung, dan paleosols), adanya sesar minor, adanya lempung yang terdeformasi, dan adanya pola sesar minor yang searah gawir sesar (sesar sintetik) dan berlawanan dengan gawir sesar (sesar antitetik). Indikasi ini membuktikan terjadinya deformasi tektonik berupa gempabumi masa lalu. Berdasarkan analisis umur dari paleosols yang terdapat pada zona sesar, maka diperkirakan telah terjadi gempabumi purba yang diperkirakan lebih muda dari 1.170 ± 190 BP (1950). Oleh karena itu berdasarkan studi paleoseismologi dapat disimpulkan bahwa Sesar Cimandiri tergolong sebagai sesar aktif. Kata Kunci : paleoseismologi, paritan, paleosols, gempabumi purba. ABSTRACT Cimandiri fault lies along the Cimandiri river valley that extends from Palabuhanratu Bay to southern part of Sukabumi city. Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) and aerial photograph showed lineaments along the valley and associated with the existing of the Cimandiri Fault. This paleoseismology study is aimed to find out the signs of historical earthquakes from Cimandiri Fault movement. A trench was dug to ascertain evidence of the historical earthquakes which can be seen

Transcript of STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Page 1: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

23

STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR CIMANDIRI BAGIAN BARAT,DAERAH SUKABUMI, JAWA BARAT

OLEH :

Supartoyo*), Emmy Suparka**), Chalid Idham Abdullah**), Imam Achmad Sadisun**),Darwin Siregar***), dan Nandang****)

*) Mahasiswa Program Doktor, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB**) Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB.***) Laboratorium Pusat Survei Geologi****) Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

SARI

Sesar Cimandiri terletak di sepanjang lembah Sungai Cimandiri yang membentang dari TelukPalabuhanratu, Cikembar, selatan Kota Sukabumi, dan menerus hingga wilayah Kabupaten Cianjur.Berdasarkan data Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) dan foto udara terlihat adanya kelurusansepanjang lembah Cimandiri yang berhubungan dengan keberadaan Sesar Cimandiri.

Studi paleoseismologi bertujuan untuk mengetahui aktivitas gempabumi masa lampau dari pergerakanSesar Cimandiri. Studi ini dilakukan dengan membuat dan menganalisis paritan yang diperkirakanterdapat bukti deformasi gempabumi masa lampau, pada Sesar Cimandiri bagian barat. Lokasi paritanditentukan berdasarkan pengamatan bentuk lahan, pengamatan lapangan, dan pengamatan stratigrafi disekitar calon lokasi paritan.

Berdasarkan analisis dinding paritan (log trenching), terlihat adanya ketidakmenerusan lapisan (pasirkerakalan, pasir kerikilan, lempung pasiran, lempung, dan paleosols), adanya sesar minor, adanyalempung yang terdeformasi, dan adanya pola sesar minor yang searah gawir sesar (sesar sintetik) danberlawanan dengan gawir sesar (sesar antitetik). Indikasi ini membuktikan terjadinya deformasi tektonikberupa gempabumi masa lalu. Berdasarkan analisis umur dari paleosols yang terdapat pada zona sesar,maka diperkirakan telah terjadi gempabumi purba yang diperkirakan lebih muda dari 1.170 ± 190 BP(1950). Oleh karena itu berdasarkan studi paleoseismologi dapat disimpulkan bahwa Sesar Cimandiritergolong sebagai sesar aktif.

Kata Kunci : paleoseismologi, paritan, paleosols, gempabumi purba.

ABSTRACT

Cimandiri fault lies along the Cimandiri river valley that extends from Palabuhanratu Bay to southernpart of Sukabumi city. Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) and aerial photograph showedlineaments along the valley and associated with the existing of the Cimandiri Fault.

This paleoseismology study is aimed to find out the signs of historical earthquakes from Cimandiri Faultmovement. A trench was dug to ascertain evidence of the historical earthquakes which can be seen

Page 2: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

24

through the wall of the trench on western part of Cimandiri Fault. Site of trenching is defined based onfield, landform and stratigraphic observations around the fault scarp.

Analysis of wall trenching showed a discontinuity of layer (sandy granules, sandy pebbles, sandy clay,clay, and paleosols), a minor fault, the deformed of clay and a pattern of the minor of synthetic andantithetic fault. These indicated the evidence of tectonic deformation of historical earthquakes. Moreover,age analysis of paleosols in the fault zone revealed an ancient earthquakes occurred approximately moreyoung than 1170 ± 190 BP (1950). It suggests that Cimandiri Fault can be classified as an active fault.Key word : paleoseismology, trenching, paleosols

1. Latar Belakang

Daerah Sukabumi merupakan salah satu daerah rawan bencana gempabumi di Indonesia(Supartoyo dan Surono, 2008), karena terletak dengan sumber gempabumi yang terletak di daratdan di laut (Gambar 1). Daerah Sukabumi terletak dekat dengan zona pertemuan antara LempengBenua Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 1 - 2 cm/ tahun danbertumbukan dengan Lempeng Samudera Indo – Australia yang bergerak ke arah utara dengankecepatan sekitar 7 cm/ tahun (Minster dan Jordan, 1978 dalam Yeats dkk., 1997). Zonapertemuan antar lempeng tersebut dikenal dengan sebutan zona subduksi atau zona penunjamandan merupakan sumber gempabumi. Gempabumi yang dihasilkan dari zona subduksi berpotensimenghasilkan magnitudo besar dan berpotensi untuk terjadi tsunami. Disamping itu prosestumbukan antar lempeng tersebut juga mengakibatkan terbentuknya struktur geologi di daerahSukabumi. Salah satu struktur geologi tersebut adalah Sesar Cimandiri yang membentang mulaidari Teluk Palabuhanratu menerus ke selatan kota Sukabumi hingga ke Kabupaten Cianjur.

Gambar 1. Peta wilayah rawan gempabumi di Indonesia (Supartoyo dan Surono, 2008). Sukabumimerupakan salah satu wilayah rawan bencana gempabumi di Indonesia.

Page 3: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

25

Sesar Cimandiri tergolong sebagai sesar aktif dan merupakan salah satu sumber gempabumiyang terletak di darat (Soehaimi dkk., 2004; Kertapati, 2006; Supartoyo, 2008; Abidin dkk.,2008). Beberapa kejadian gempabumi merusak telah terjadi di wilayah ini yaitu pada tahun 1900,1962, 1969, 1973, 1975, 1977, 1982, 2000, 2006, 2007 (Supartoyo dan Surono, 2008). Beberapakejadian gempabumi merusak tersebut diperkirakan berkaitan dengan aktivitas Sesar Cimandiri.

Aktivitas gempabumi masa lampau dari Sesar Cimandiri belum sepenuhnya diketahui. Kajianaktivitas gempabumi masa lampau dari suatu sesar sangatlah penting untuk diketahui, terutamauntuk mengetahui karakteristik kejadiannya, wilayah mana yang pernah mengalami kerusakan,dan untuk mengetahui ada berapa kejadian gempabumi masa lampau yang pernah terjadi. Untukmenjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan studi paleoseismologi. Pada penelitian inidilakukan studi paleoseismologi yang berlokasi di Sesar Cimandiri pada bagian barat.

Maksud dari penelitian ini adalah mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan studipaleoseismologi, terutama data geologi dan bentuk lahan (landform) yang difokuskan sepanjangZona Sesar Cimandiri. Tujuannya adalah untuk menentukan lokasi pembuatan paritan gunamenganalisis adanya kejadian gempabumi masa lampau.

2. Tatanan Tektonik dan Geologi Daerah Sukabumi

Tatanan tektonik daerah Sukabumi sangat dipengaruhi oleh tumbukan antara Lempeng Eurasiadan Indo-Australia yang terletak di Samudera Hindia di sebelah selatan daerah Sukabumi. Prosestektonik dan erosi yang terjadi telah mengakibatkan terbentuknya struktur geologi dankenampakan morfologi seperti kenampakan sekarang. Secara fisiografi daerah Sukabumi bagianselatan dan Palabuhanratu merupakan bagian dari zona pegunungan selatan Jawa Barat yangmemanjang mulai dari Teluk Palabuhanratu hingga Pulau Nusa Kambangan, dan bagian utaranyamerupakan kubah dan punggungan zona depresi (Van Bemmelen, 1949) yang dipisahkan olehsungai Cimandiri. Menurut Verstappen (1999), daerah Palabuhanratu merupakan pemisah antarapegunungan vulkanik yang telah mengalami perlipatan, dan berbatasan oleh busur vulkanikdengan kemiringan ke selatan. Zona pembatas tersebut diperkirakan merupakan sebaran SesarCimandiri.

Secara umum daerah Kabupaten Sukabumi mempunyai kenampakan topografi perbukitanbergelombang hingga terjal, dan terpotong oleh keberadaan Sungai Cimandiri yang bermuara keTeluk Palabuhanratu. Sungai Cimandiri merupakan sungai utama di daerah Sukabumi yangberarah barat – timur. Hulu Sungai Cimandiri terdapat di bagian timur Sukabumi dan daerahCianjur, mengalir ke arah barat dari selatan Kota Sukabumi, Cikembar, Warungkiara hinggabermuara di Teluk Palabuhanratu. Di kanan – kiri Sungai Cimandiri terbentuk endapan aluvialsungai.

Berdasarkan kenampakan peta topografi dan pengamatan bentang alam di lapangan, wilayahKabupaten Sukabumi secara umum dapat dibagi menjadi 3 satuan morfologi, yaitu dataran,perbukitan bergelombang, dan perbukitan terjal. Satuan morfologi dataran terdiri dari dataran

Page 4: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

26

pantai dan dataran aluvial sungai yang terdapat di kanan – kiri sungai Sungai Cimandiri danCitarik. Sungai Citarik mengalir ke selatan dan bermuara ke Sungai Cimandiri. Dataran pantaipada umumnya tersusun oleh endapan pantai berupa pasir pantai berwarna putih dan berukuranpasir halus hingga pasir kasar. Beberapa dataran pantai di wilayah ini merupakan tempat wisata,seperti halnya Teluk Palabuhanratu dan pantai Citepus. Kota Sukabumi menempati satuanmorfologi dataran yang tersusun oleh batuan rombakan gunungapi muda hasil kegiatan vulkanikGunung Pangrango yang terdapat di sebelah utara. Satuan morfologi perbukitan bergelombangmenempati sebagian besar daerah Sukabumi. Satuan perbukitan terjal terdapat setempat-setempatdi daerah Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas, Nyalindung, Cimanggu, Jampang Kulon, JampangTengah, Surade, Purabaya, Kadudampit, Cicurug, Cidahu, Kabandungan, Cikidang, danCikakak. Satuan morfologi perbukitan bergelombang dan terjal tersusun oleh batuan berumurTersier berupa breksi, batugamping, dan sebagian lagi berupa batuan rombakan gunungapi yaitulava, breksi gunungapi, pasir tufan, dan tuf.

Berdasarkan peta geologi lembar Bogor (Effendi dkk., 1998) dan lembar Jampang (Soekamto,1975), terlihat bahwa sebagian daerah Sukabumi tersusun oleh batuan berumur Tersier yaitubatupasir (Formasi Walat), batulempung (Formasi Batuasih), batugamping (FormasiRajamandala), breksi (Formasi Jampang), napal (Formasi Jatiluhur), batupasir gloukonit(Formasi Nyalindung), dan batupasir tufan (Formasi Bentang) (Gambar 2). Sebagian daerahlainnya tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunungapi, endapan aluvialpantai, dan endapan aluvial sungai. Wilayah perkotaan yang terdapat banyak permukiman danaktivitas manusia terdapat di Kota Sukabumi, Cibadak, Palabuhanratu, dan pada umumnyatersusun oleh endapan Kuarter. Adanya endapan Kuarter ini mengakibatkan daerah Sukabumirawan terhadap goncangan gempabumi, karena endapan tersebut pada umumnya bersifat lepas,lunak, urai, belum padu (unconsolidated), dan memperkuat efek goncangan gempabumi atauadanya efek amplifikasi.

Sedangkan morfologi perbukitan yang terdapat pada bagian utara dan selatan Sungai Cimandiripada umumnya tersusun oleh batuan Tersier. Beberapa wilayah perbukitan bergelombang danterjal yang telah mengalami pelapukan dan tertutup oleh endapan rombakan vulkanik mudamengakibatkan sebagian wilayah ini rawan terjadinya gerakan tanah, baik yang dipicu olehcurah hujan maupun goncangan gempabumi.

Daerah Sukabumi dan sekitarnya mempunyai struktur geologi yang cukup kompleks, berupasesar, lipatan (antiklin dan sinklin), dan kekar. Kekar dijumpai pada batuan berumur Tersiermaupun Kuarter. Sebaran pola lipatan mempunyai 3 arah, yaitu barat daya - timur laut (SW-NE),barat-timur (W-E), dan barat laut-tenggara (NW-SE) (Soekamto, 1975 dan Effendi dkk., 1998).Struktur geologi utama di daerah ini adalah Sesar Cimandiri berarah barat – timur pada bagianbarat, dan barat daya – timur laut pada bagian timur.

Page 5: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

27

Gambar 2. Peta geologi daerah Sukabumi (Soekamto, 1975 dan Effendi dkk., 1998).

Beberapa ahli telah mengadakan penelitian tentang keberadaan sesar Cimandiri, danmenyimpulkan hasil yang berbeda-beda mengenai kinematika serta tingkatan aktivitasnya.Noeradi (1991) menyatakan bahwa Sesar Cimandiri dominan komponen strike slip dengan arahpergerakan sinistral atau mengiri, dengan kenampakan sesar dan lipatan terdapat di sekitar ZonaSesar Cimandiri. Martodjojo (2003) berdasarkan pengamatan lapangan menyatakan bahwa SesarCimandiri merupakan sesar normal, blok bagian utara relatif bergerak turun terhadap blok bagianselatan Sungai Cimandiri yang berarah barat daya – timur laut. Kertapati (2006) menyatakanbahwa Sesar Cimandiri merupakan sesar normal dengan komponen geser dan berkaitan denganbeberapa kejadian gempabumi merusak di lembah Cimandiri dan sekitarnya. Hall dkk. (2007)dan Clements dkk. (2009) menyatakan bahwa Sesar Cimandiri merupakan sesar naikberdasarkan munculnya Formasi Jampang yang berumur Oligosen – Miosen di lembahCimandiri dan tergolong sebagai sesar tidak aktif. Abidin dkk. (2008) berdasarkan pengolahandata GPS yang dilaksanakan dari hasil pengukuran pada bulan Desember 2006, Agustus 2007,dan Agustus 2008, menyimpulkan bahwa Sesar Cimandiri tergolong sebagai sesar aktif dengankecepatan pergerakan horizontal berkisar antara 0,5 – 1,7 cm/ tahun.

Page 6: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

28

3. Metodologi

Paleoseismologi adalah studi gempabumi masa lampau meliputi lokasi, waktu, dan ukuran(McCalpin, 1996 dan 2009). Apabila para seismologis bekerja berdasarkan interpretasi data dariperalatan perekam gempabumi atau seismograf, sedangkan para paleoseismologis bekerjaberdasarkan data geologi permukaan, dan bawah permukaan untuk menafsirkan kejadiangempabumi lampau. Pada penelitian ini, studi paleoseismologi dilakukan dengan membuatparitan pada Zona Sesar Cimandiri. Kesalahan penentuan lokasi paritan akan mengakibatkantidak diperoleh informasi terjadinya gempabumi masa lampau. Sebelum dilakukan penggalian,dilakukan analisis bentuk lahan, pengamatan lapangan, dan pengamatan stratigrafi teras. Analisistersebut bertujuan untuk memperkirakan lokasi gawir sesar.

Pada penelitian ini untuk penentuan umur menggunakan metode radiokarbon yang dilakukan diLaboratorium Geologi, Pusat Survei Geologi (PSG), Badan Geologi (BG), Kementerian Energidan Sumber Daya Mineral (KESDM). Contoh yang dianalisis berupa tanah purba (paleosols ataugeosol) dengan berat minimum 500 gr sesuai yang dipersyaratkan oleh Laboratorium Geologi(2010).

4. Hasil dan Diskusi

Sebaran Sesar Cimandiri dapat diamati dari kenampakan citra SRTM (Shuttle Radar TopographyMission). Berdasarkan kenampakan data tersebut terlihat adanya beberapa kelurusan sepanjanglembah sungai Cimandiri (Gambar 3). Kelurusan tersebut dominan berarah berarah barat daya –timur laut dan barat laut – tenggara, sedangkan pada lembah Cimandiri bagian barat berarahbarat – timur. Gambar 4 menampilkan sebaran Sesar Cimandiri daerah penyelidikan.

Pada penelitian ini studi paleoseismologi dilakukan pada bagian barat Sesar Cimandiri yangmemperlihatkan kelurusan berarah barat – timur. Penentuan pembuatan paritan berdasarkananalisis bentuk lahan, pengamatan lapangan yang diperkirakan merupakan gawir sesar, dananalisis stratigrafi di sekitar gawir sesar. Analisis bentuk lahan menggunakan data foto udara,memperlihatkan adanya pola sungai - sungai yang mempunyai pola pembelokan sama. Sungai -sungai tersebut mengalir ke Sungai Cimandiri sebagai sungai utama. Lokasi tempat pembelokansungai-sungai tersebut terletak pada zona muka pegunungan (mountain front) yang merupakanZona Sesar Cimandiri (Gambar 5). Lokasi pembelokan sungai tersebut terletak di Desa Cibuntubagian timur dan Desa Mekarasih.

Page 7: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

29

Gambar 3. Analisis kelurusan daerah penyelidikan. Garis merah merupakan arah kelurusan.

Gambar 4. Sebaran sesar daerah penyelidikan. Garis merah merupakan sebaran Sesar Cimandiri,sedangkan garis merah muda merupakan sesar lainnya.

Berdasarkan pengamatan lapangan, penentuan lokasi untuk penggalian studi paleoseismologidifokuskan di Desa Mekarasih karena lebih memungkinkan untuk melakukan penggalian,dibandingkan di tempat lainnya. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengidentifikasi lokasiyang diperkirakan merupakan gawir sesar.

Page 8: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

30

Gambar 5. Data foto udara memperlihatkan adanya pembelokan sungai sepola yang terletakpada zona pegunungan muka. Warna biru merupakan anak sungai yang mengalirke Sungai Cimandiri. Garis merah putus – putus merupakan zona mukapegunungan. Lingkaran kuning merupakan calon tempat pembuatan paritan.

Berdasarkan pengamatan lapangan teridentifikasi bahwa pada bagian depan dari zona sesartersebut terdapat undak yang diperkirakan merupakan lokasi gawir sesar (Gambar 6). Bentukundak tersebut diperkirakan terjadi secara alamiah bukan buatan manusia. Di sekitar lokasi calonuntuk pembuatan paritan, bentuk undak tersebut masih dapat diikuti sepanjang 30 m ke arahtimur dan 20 m ke arah barat. Lokasi undak tersebut merupakan sawah. Pada saat surveidilakukan, sawah tersebut belum ditanami padi meskipun sudah mulai masuk musim hujan.Kondisi sawah cukup kering, sehingga tidak memerlukan pompa air.

Untuk mengetahui stratigrafi di sekitar lokasi calon pembuatan paritan, dilakukan denganmenggunakan bor tangan dengan kedalaman bervariasi antara 100 cm – 130 cm. Kegiatan bortangan dilakukan pada bagian atas dan bawah calon lokasi pembuatan paritan. Pemborandifokuskan untuk mengamati stratigrafi pada bagian atas dan bawah calon lokasi paritan.

Page 9: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

31

Gambar 6. Pengamatan lapangan memperlihatkan adanya lokasi berupa undak yangdiperkirakan merupakan gawir sesar dan terletak pada muka pegunungan. Gambarkiri memperlihatkan calon lokasi paritan terletak pada muka pegunungan dangambar kanan terlihat adanya gawir sesar (garis kuning putus-putus).

Pada lokasi paritan, pengamatan stratigrafi dapat dilakukan dengan melakukan pembersihandinding untuk mengamati lapisan yang tersingkap. Berdasarkan data stratigrafi pada bagian ataslokasi paritan urutannya dari bawah ke atas adalah pasir kerakalan berwarna coklat terangdengan tebal lebih dari 10 cm, dan bentuk butir menyudut tanggung. Di atas pasir kerakalanadalah lempung kerikilan berwarna coklat, plastis, dan ketebalan 60 cm. Paling atas merupakantanah penutup berwarna coklat kehitaman, plastis, lembek, banyak akar, dan ketebalan 30 cm.

Stratigrafi pada bagian bawah lokasi paritan berdasarkan hasil bor tangan, urutannya dari bawahke atas adalah gravel berwarna abu-abu kehitaman, ukuran butir kerikil hingga kerakal (2 mm -64 mm), bentuk butir membulat tanggung hingga menyudut tanggung, dan tebal lebih dari 20cm. Di atasnya lempung kerikilan berwarna coklat, plastis, dan ketebalan 35 cm. Paling atasmerupakan tanah penutup berwarna coklat kehitaman, plastis, lembek, banyak akar, danketebalan 35 cm. Kehadiran gravel pada bagian bawah calon lokasi paritan ini menarik untukdianalisis, karena pada bagian atas tidak dijumpai. Gambar 7 menampilkan stratigrafi lokasiparitan.

Page 10: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

32

Gambar 7. Stratigrafi teras berdasarkan hasil bor tangan. Gambar kiri atas stratigrafi terasbagian bawah gawir sesar dan gambar kiri bawah merupakan stratigrafi terasbagian atas gawir sesar.

Berdasarkan analisis data bentuk lahan, pengamatan lapangan yang diperkirakan merupakangawir sesar dan data stratigrafi di sekitar gawir sesar, maka dilakukan penggalian. Lokasipenggalian diperkirakan tempat yang bagus untuk mengamati sebaran gravel. Lokasi paritanyang digali terletak pada Zona Sesar Cimandiri pada bagian barat. Lokasi paritan yang digaliberukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan dalam 3 m (Gambar 8). Gambar 9 merupakan sketsa dariparitan yang dibuat.

Tinggi gawir sesar tersebut adalah 166 cm. Berdasarkan pengamatan dinding paritan, makalokasi tersebut merupakan endapan teras dan bukan merupakan pelapukan dari batuan yang ada.Endapan teras tersebut dicirikan adanya gravel dengan ukuran butir membulat. Gravel tersebutberupa andesit, pasir, basal, dan dominan andesit. Pada umumnya gravel endapan sungaidicirikan adanya imbrikasi arah butiran. Pada lokasi penggalian paritan kenampakan graveltersebut tidak menerus.

Page 11: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

33

Gambar 8. Hasil pembuatan paritan di Desa Mekarasih, dengan panjang 5 meter, lebar 1meter, dan dalam 3 meter. Tinggi gawir sesar adalah 166 cm.

Gambar 9. Sketsa penampang endapan teras berdasarkan dinding paritan.

Berdasarkan pengamatan dari dinding paritan memberikan kenampakan sebagai berikut: Adanya lapisan gravel, pasir kerakalan, pasir kerikilan, lempung pasiran, lempung, dan

tanah purba yang sebarannya tidak menerus serta terpotong.

Gawir sesar

Gawir sesar

Paleosols 1 Paleosols 2

Paleosols 1 Paleosols 2

Page 12: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

34

Adanya sesar minor dengan pola searah gawir sesar (sesar sintetik) dan berlawanan dengangawir sesar (sesar antitetik). Sebaran sesar – sesar minor tersebut sepintas memperlihatkanpola struktur bunga negatif.

Adanya lapisan lempung yang acak dan pada beberapa tempat memberikan kenampakanseperti seretan sesar.

Kenampakan tersebut memberikan indikasi bahwa hal ini diakibatkan oleh kejadian tektonik.Pada kondisi normal, seharusnya lapisan gravel, pasir kerakalan, pasir kerikilan, lempungpasiran, lempung, dan tanah purba sebarannya akan menerus sesuai dengan sedimentasi yangberlangsung, namun kenyataannya sebaran lapisan tersebut tidak menerus, dan terpotong.Walker, 1978 menyebut istilah tanah purba dengan paleosols atau geosol. Kejadian tektonik inidiperkirakan adanya gempabumi masa lampau. Berdasarkan sebaran sesar minor, makadiperkirakan bahwa kejadian gempabumi tersebut terjadi sekali dan umurnya diperkirakan lebihmuda dari umur lapisan yang dipotongnya.

Berdasarkan pengamatan terlihat adanya dua paleosols yang ditemukan, dan terpotong atauterpisah oleh gravel. Adanya paleosols dapat untuk menentukan umur. Berdasarkan analisisumur dari Laboratorium Geologi, PSG, BG, maka umur dari paleosols 1 adalah 1620 ± 230 BP(Before Present), sedangkan umur dari paleosols 2 adalah 1.170 ± 190 BP. BP diawali padatahun 1950. Sebelum tahun 1950 dianggap bahwa atmosfer belum terkontaminasi oleh radiasinuklir, karena radiokarbon ditemukan sekitar tahun 1940.

Untuk menentukan umur dari kejadian gempabumi masa lampau tersebut tidaklah mudah.Berdasarkan penampang paritan tersebut satu – satunya data umur yang tersedia adalahpaleosols. Pendekatan ini dipakai untuk menafsirkan umur dari kejadian gempabumi masalampau. Pembentukan sesar minor tersebut ditafsirkan berkaitan dengan kejadian gempabumimasa lampau. Kejadian gempabumi tersebut memotong lapisan gravel, pasir kerakalan, pasirkerikilan, lempung pasiran, lempung dan 2 lapisan paleosols. Umur paleosols yang termudaadalah paleosols 2 yaitu 1.170 ± 190 BP. Dengan demikian kejadian gempabumi masa lampautersebut terjadi lebih muda dari umur paleosols 2 yaitu lebih muda dari 1.170 ± 190 BP.

Gambar 10. Penampang paritan dan posisi masing – masing paleosols untuk menduga umur kejadiangempabumi masa lampau.

Page 13: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

35

5. Kesimpulan

Pada studi paleoseismologi ini, penentuan pembuatan paritan berdasarkan analisis bentuk lahan,pengamatan lapangan yang diperkirakan merupakan gawir sesar, dan analisis stratigrafi di sekitargawir sesar. Berdasarkan analisis tersebut maka dibuat paritan dengan dimensi: panjang 5 m,lebar 1 m, dan dalam 3 m. Berdasarkan analisis penampang paritan terlihat adanya lapisan yangsebarannya tidak menerus dan terpotong (gravel, pasir kerakalan, pasir kerikilan, lempungpasiran, lempung, dan paleosols), adanya sesar minor, dan adanya lempung yang acak.Berdasarkan analisis tersebut disimpulkan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kejadiangempabumi masa lampau. Berdasarkan umur paleosols yang termuda yaitu paleosols 2, makakejadian gempabumi masa lampau tersebut diperkirakan terjadi lebih muda dari 1.170 ± 190 BP.Dengan adanya kejadian gempabumi masa lampau, maka membuktikan bahwa Sesar Cimandiripada bagian barat tergolong sebagai sesar aktif.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih atas selesainya penyelidikan dan tulisan ini kepada Dr. GedeSuantika dan Dr. Sri Hidayati dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang telahmemberikan dukungan finansial terhadap kegiatan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasihkepada Dr. Eko Yulianto dari Pusat Penelitian Geotektonologi LIPI yang telah memberikanpenggunaan peralatan bor tangan, diskusi serta masukan yang diberikan.

Daftar Pustaka

1. Abidin, H.Z., Meilano, I., Natawidjaya, D.H., Sarsito, D.A., Andreas, H., dan Gamal, M., 2008, StudiKarakteristik Sesar Cimandiri (Jawa Barat) Dengan Metoda Survei GPS Untuk Antisipasi BencanaGempabumi, Laporan Akhir Hibah Bersaing Tahun I (2008), Lembaga Penelitian dan PengabdianPada Masyarakat, ITB.

2. Clements, B., Hall, R., Smyth, H.R., Cottam. M.A., 2009, Thrusting of volcanic arc : a new structuralmodel for Java, Petroleum Geoscience, Vol. 15 2009, pp.159 - 174.

3. Effendi, A.C., Kusnama dan Hermanto, B., 1998, Peta geologi lembar Bogor, Jawa Barat (edisikedua), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

4. Hall, R., Clements B., Smyth H.R., and Cottam M.A., 2007, A new interpretation of Java’s structure,Proceedings Indonesian Petroleum Association, Thirty-First Annual Convention and Exhibition, May2007, IPA07-G-035, CD files.

5. Kertapati, E.K., 2006, Aktifitas Gempabumi di Indonesia (Perspektif Regional Pada KarakteristikGempabumi Merusak), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, ISBN 979-010-X: 109 hal.

6. Laboratorium Geologi, 2010, Penarikhan Radiokarbon, Laboratorium Geologi, Pusat Survei Geologi,Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

7. Martodjojo, S., 2003, Evolusi cekungan Bogor, Penerbit ITB Bandung: 238 hal.8. Noeradi, D., Villemin, T., Rampnoux, J.P., 1991, Cenozoic fault systems and paleostress along the

Cimandiri fault zone, West Java, Indonesia, Proceeding of the silver Jubilee Symposium, Researchand development Center for Geotechnology, LIPI, 233-253.

9. Soehaimi, A., Kertapati, E.K., dan Setiawan, J.H., 2004, Seismotektonik dan Parameter dasar TeknikKegempaan Wilayah Jawa Barat, Lokakarya Cekungan Bandung Geodinamika, Permasalahan dan

Page 14: STUDI PALEOSEISMOLOGI SESAR ... - Kebencanaan Geologi

Buletin Geologi, KK Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB, Jilid/ Volume 41, No. 1, Tahun2014, ISSN 0126-3498, Halaman 23 - 33

36

Pengembangannya di Bandung Tanggal 21-22 Desember 2004, Pusat Penelitian dan PengembanganGeologi.

10. Soekamto, 1975, Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa Barat, Pusat Penelitiandan Pengembangan Geologi, Bandung.

11. Supartoyo dan Surono, 2008, Katalog Gempabumi Merusak Indonesia Tahun 1629 – 2006 (EdisiKeempat), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi danSumber Daya Mineral: 159 hal.

12. Supartoyo, 2008, Tektonik aktif Sesar Cimandiri, Thesis Magister (tidak dipublikasikan), FakultasIlmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB).

13. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol IA, Martinus Nijhoff, The Hague.14. Verstappen, T.H., 1999, Geomorphological map of Indonesia, Division of applied Geomorphological

surveys, ITC.15. Yeats, R.S., Sieh, K., and Allen, C.R., 1997, The geology of earthquakes, Oxford university press:

567 pp.