STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS...

15
1 KAJIAN KUALITAS BAKSO SAPI HASIL RENDAMAN DENGAN PENGAWET DARI EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum, L) SECARA FISIKOKIMIA DAN MIKROBIOLOGI STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS PRESERVATIVED BY MARINATING OF GARLIC EXTRACT (Allium sativum, L) ON PHYSICOCHEMICAL AND MICROBIOLOGICAL Mey Angraeni Tamal, Effendi Abustam dan Lellah Rahim ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama penyimpanan dan perendaman ekstrak bawang putih serta interaksinya terhadap total bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus, ketengikan bakso (nilai TBA), kelentingan serta organoleptik bakso. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak dan Laboratorium Mikrobiologi Farmasi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pengujian di Laboratorium terhadap uji penentuan total bakteri (TPC) dan bakteri Staphylococcus aureus, Uji nilai TBA (ketengikan), uji kelentingan dan uji organoleptik. Data dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 4 dengan 3 kali ulangan, dengan faktor pertama lama penyimpanan (1 hari, 3 hari dan 5 hari), faktor kedua level perendaman bakso dengan ekstrak bawang putih (0%, 10%, 20%, 30%). Untuk uji organoleptik dianalisis secara deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan level ekstrak bawang putih menurunkan total bakteri, tidak ditemukan adanya bakteri Staphylococcus aureus, mempertahankan kelentingan, nilai kesukaan terhadap citarasa meningkat dan meningkatkan kekenyalan bakso. Lama penyimpanan meningkatkan ketengikan, serta interaksi level perendaman dengan ekstrak bawang putih berpengaruh terhadap total bakteri dan kelentingan bakso. Kata kunci : bakso, ekstrak bawang putih, lama penyimpanan, total bakteri.

Transcript of STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS...

Page 1: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

1

KAJIAN KUALITAS BAKSO SAPI HASIL RENDAMAN DENGAN PENGAWET DARI EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum, L)

SECARA FISIKOKIMIA DAN MIKROBIOLOGI

STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS PRESERVATIVED BY MARINATING OF GARLIC EXTRACT (Allium sativum, L) ON

PHYSICOCHEMICAL AND MICROBIOLOGICAL

Mey Angraeni Tamal, Effendi Abustam dan Lellah Rahim

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama penyimpanan dan perendaman ekstrak bawang putih serta interaksinya terhadap total bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus, ketengikan bakso (nilai TBA), kelentingan serta organoleptik bakso. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak dan Laboratorium Mikrobiologi Farmasi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pengujian di Laboratorium terhadap uji penentuan total bakteri (TPC) dan bakteri Staphylococcus aureus, Uji nilai TBA (ketengikan), uji kelentingan dan uji organoleptik. Data dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 4 dengan 3 kali ulangan, dengan faktor pertama lama penyimpanan (1 hari, 3 hari dan 5 hari), faktor kedua level perendaman bakso dengan ekstrak bawang putih (0%, 10%, 20%, 30%). Untuk uji organoleptik dianalisis secara deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan level ekstrak bawang putih menurunkan total bakteri, tidak ditemukan adanya bakteri Staphylococcus aureus, mempertahankan kelentingan, nilai kesukaan terhadap citarasa meningkat dan meningkatkan kekenyalan bakso. Lama penyimpanan meningkatkan ketengikan, serta interaksi level perendaman dengan ekstrak bawang putih berpengaruh terhadap total bakteri dan kelentingan bakso. Kata kunci : bakso, ekstrak bawang putih, lama penyimpanan, total bakteri.

Page 2: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

2

ABSTRACT

This research aimed to find out the effect of storage duration and determine the effect of garlic extract with the interaction effect between storage duration and extract of garlic on the number of bacteria and Staphylococcus aureus, meatballs rancidity (TBA values), flexibiliy and organoleptic meatballs. This research was conducted at the Laboratory of Animal Product Technology, the Laboratory Nutrition and animal feed and the Laboratory of Pharmacy Microbiology. The method used in the study is testing in the laboratory to test the determination of the number of bakteria (TPC) and the bacterium Staphylococcus aureus, Test TBA value (rancidity), test the flexibility and organoleptic tests. Data were analyzed using Completely Randomized Design (CRD) pattern of 3 x 4 factorial with three replications, with the first factor of storage duration (1 day, 3 day and 5 days), both levels of immersion factor meatballs with garlic extract (0%, 10%, 20%, 30%). For the organoleptic test were analyzed descriptively. Research shows that increased levels of garlic extract lowered the number of bacteria, increasing flexibility, increase the value of flavor preferences and improve elasticity meatballs. Storage duration increase rancidity, as well as the interaction level of immersion with garlic extract affects the amount of the number bacteria and resilience meatballs.

Keywords : meatball, garlic extract, storage duration, the number bacteria.

PENDAHULUAN

Makanan sehat adalah makanan yang bergizi dan tidak mengandung zat

berbahaya sehingga tidak menimbulkan penyakit bagi yang memakannya.

Kesehatan seseorang tergantung dari makanan yang dimakannya serta pola

makan yang teratur.

Makanan sering kali harus disimpan untuk beberapa waktu, akibatnya

dapat terjadi kebusukan dan kerusakan sehingga diperlukan bahan pengawet

untuk memperpanjang masa simpan.

Saat ini penggunaan formalin sebagai bahan pengawet pada pangan telah

membuat masyarakat terutama pihak konsumen menjadi resah. Pemakaian

formalin pada makanan sangat tidak dianjurkan karena formalin mengandung zat

formaldehid bersifat racun, iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik dan

Page 3: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

3

bersifat mutagen (Winarno, 2004 dalam Retnaningtyas, dkk, 2009), sehingga

perlu usaha untuk menemukan bahan pengawet dari bahan yang alami, salah

satunya adalah bawang putih.

Bawang putih merupakan salah satu rempah-rempah yang digunakan pada

makanan yang memiliki daya antibakteri, antimikroba, dan bakterisidal yang

bermanfaat meningkatkan metabolisme tubuh serta sebagai obat kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian Tamal (2008) menunjukkan bahwa perendaman

bakso sapi pada air bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella penyebab diare sedangkan perendaman bakso pada larutan formalin

tidak menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella.

Pengujian secara mikrobiologi sangat penting untuk keamanan bakso

serta uji kualitas fisik dan kimia. Hasil penelitian Tamal (2008) tidak

dilaksanakan uji ini sehingga masih kurang jelas keamanan dan kualitas dari

bakso sapi tersebut. Selain itu ada banyak pertanyaan mengenai bahan-bahan

alami tersebut seperti : benarkah bahan-bahan pengawet alami ini mampu

memperpanjang umur simpan bahan pangan segar sebagaimana halnya formalin.

Oleh sebab itu penelitian ini difokuskan untuk melihat pengaruh ekstrak bawang

putih terhadap kualitas bakso sapi secara fisikokimia dan mikrobiologi.

WAKTU DAN LOKASI

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2011. Tempat

penelitian di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Laboratorium Nutrisi dan

Makanan Ternak Fakultas Peternakan serta Laboratorium Mikrobiologi Farmasi

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Page 4: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

4

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan RAL pola faktorial 3 x 4 dengan pengulangan

sebanyak 3 kali dengan perlakuan Faktor A yaitu lama penyimpanan : A1 = 1

hari ; A2 = 3 hari ; A3 = 5 hari dan Faktor B yaitu ekstrak bawang putih : B1

= 0 % ; B2 = 0 % ; B3 = 20 % ; B4 = 30%. Parameter pengumpulan data

yaitu perhitungan total koloni bakteri (TPC) dan bakteri Staphylococcus aureus,

penentuan nilai TBA bakso untuk uji ketengikan, Uji daya lenting dan uji

organoleptik

Apabila dari analisis data menunjukkan pengaruh perlakuan yang nyata

maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Bromez, dkk 1995).

Untuk uji organoleptik dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perhitungan Total Koloni Bakteri (Total Plate Count) berdasarkan Standar Plate Caunt (SPC).

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa penyimpanan 1 hari tanpa

perendaman (0%) dan perendaman 10% ekstrak bawang putih totalnya sama

yaitu 4,0 x 106 koloni/g sedangkan pada perendaman 20% dan 30% total koloni

menurun yaitu 5,4 x 105 dan 1,8 x 105. Hal ini disebabkan sifat komponen aktif

pada bawang putih 0% dan 10% masih kurang sedangkan pada level 20% dan

30% telah terjadi efek penghambatan pertumbuhan bakteri sehingga total bakteri

yang tumbuh telah berkurang. Menurut Anonim (2008a) bahwa komponen aktif

yang terdapat pada bawang putih mempunyai efek penghambatan terhadap

beberapa mikroba patogen seperti Staphylococcus aureus, Echericia coli, dan

Page 5: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

5

Bacillus cereus dan menghambat produksi toksin dari Clostridium botulinum tipe

A dengan menurunkan produksi toksinnya sebanyak 3 log cycle.

Pada level ekstrak bawang putih 20% dan 30% pada penyimpanan 3 hari,

jumlah bakteri mengalami kenaikan yaitu 1,6 x 106 dan 8 x 105, demikian juga

pada penyimpanan 5 hari. Hal ini menunjukkan bahwa efek dari zat antimikroba

allicin telah berkurang sehingga jumlah bakteri semakin bertambah. Menurut

Anonim (2008b) bahwa bawang putih yang disimpan dalam air dengan suhu

ruangan lebih baik daripada bawang yang disimpan dalam minyak sayur. Kadar

allicin menurun hingga setengahnya setelah disimpan selama enam hari dalam

air, namun penyimpanan dalam minyak sayur bisa menurunkan kadar allicin

dalam bawang hanya dalam beberapa jam saja. Kandungan kimia pembunuh

bakteri juga menurun kadarnya seiring dengan berkurangnya kadar.

Perlakuan tanpa perendaman 0% berpengaruh nyata terhadap 20% dan

30% ekstrak bawang putih namun tidak berpengaruh nyata terhadap 10%.

Sedangkan 10% berpengaruh nyata terhadap 20% dan 30%. Kemudian 20%

berpengaruh nyata terhadap 0%,10% dan 30%, dan level 30% berpengaruh nyata

terhadap 0%, 10% dan 20%. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.

Page 6: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

6

Gambar 1. Grafik Jumlah Bakteri Bakso Sapi dengan Perendaman Ekstrak Bawang

Putih.

Pada perlakuan lama penyimpanan menunjukkan bahwa penyimpanan 1

hari berpengaruh nyata terhadap penyimpanan 3 hari dan tidak berpengaruh nyata

terhadap penyimpanan 5 hari. Penyimpanan 3 hari berpengaruh nyata terhadap

penyimpanan 1 hari dan 5 hari. Selanjutnya penyimpanan 5 hari tidak

berpengaruh nyata terhadap penyimpanan 1 hari namun berpengaruh nyata

terhadap penyimpanan 3 hari. Analisis ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

level ekstrak bawang putih semakin rendah total bakteri sedangkan lama

penyimpanan tidak menunjukkan pengaruh terhadap total bakteri. Interaksi antara

level ekstrak bawang putih dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap

total bakteri

2. Penentuan Jumlah Bakteri Staphylococcus aureus.

Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa tidak ditemukan

adanya koloni bakteri Staphylococcus aureus sehingga hasil yang diperoleh

negatif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi kontaminasi Staphylococcus

aureus pada saat pemprosesan bakso hingga perlakuan dan penyimpanan.

Berdasarkan SNI 01-3818-1995 dalam Sutaryo dan Mulyani (2004) bahwa

4 x 106 1,8 x 106 3,4 x 106

4 x 106 1,7 x 106 3,1 x106

5,6 x105 1,6 x 106 2 x 106

1,8 x 105 8 x 105 8,5 x 106

0

2

4

6

8

1 hari 3 hari 5 hariLog

Tot

al B

akte

ri (K

olon

i/g)

Lama Penyimpanan

Ekstrak0%

10%

20%

30%

Page 7: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

7

cemaran mikroba Staphylococcus aureus adalah 1 x 102 koloni/g. Hal ini

menunjukkan bakso aman dari adanya Staphylococcus aureus.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Mikroba Staphylococcus aureus pada Bakso Sapi yang telah di rendam dengan Air Bawang Putih.

Level Ekstrak Bawang

Putih

Ulangan

Lama Penyimpanan

1 Hari 3 Hari 5 Hari

0%

1 negatif negatif negatif 2 negatif negatif negatif 3 negatif negatif negatif

10%

1 negatif negatif negatif 2 negatif negatif negatif 3 negatif negatif negatif

20%

1 negatif negatif negatif 2 negatif negatif negatif 3 negatif negatif negatif

30%

1 negatif negatif negatif 2 negatif negatif negatif 3 negatif negatif negatif

Gambar 2. Tidak Terdapat Bakteri Staphylococcus aureus pada media BPA.

Bakso sapi ataupun pangan lainnya dapat terkontaminasi bakteri

Staphylococcus aureus saat diproses karena bakteri ini hidup di kulit,

tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah pada

manusia oleh karena itu saat memproses makanan sebaiknya ditangani secara

Spiral

Bacillus

Page 8: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

8

higienis agar produk aman dikonsumsi. Saat pemasakan sebaiknya pada suhu

100o C atau lebih sehingga tidak terkontaminasi bakteri Staphylococcus karena

bakteri ini mati pada suhu 100oC. Hal ini sesuai dengan Belind (2009) bahwa

Staphylococcus aureus dapat tumbuh dengan baik pada suhu 35oC, terhenti

pertumbuhannya pada suhu 13oC dan mati pada suhu 100oC.

3. Perbandingan Nilai TBA Bakso Sapi Hasil Rendaman dengan Ekstrak

Bawang Putih setelah Penyimpanan.

Ketengikan adalah terjadinya oksidasi lemak dalam bahan makanan

akibat penyimpanan. Tingkat ketengikan bakso diukur dengan penetapan

bilangan TBA. Berikut Grafik nilai TBA bakso sapi setelah penyimpanan.

Gambar 3. Grafik Nilai TBA Bakso Sapi dengan Perendaman Ekstrak Bawang Putih

Setelah Penyimpanan.

Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan

maka semakin tinggi nilai TBA yaitu nilai TBA bakso penyimpanan 1 hari level

ekstrak bawang putih 0 %, 10 %, 20% dan 30% nilainya meningkat hingga

penyimpanan 5 hari. Pada penyimpanan 1 hari pada level 30% dengan nilai

TBA paling rendah yaitu 0,67 % sedangkan pada penyimpanan 3 hari yang

terendah pada level 0% yaitu sebesar 0,88%. Nilai ini belum menyebabkan

0.76 0.881

0.81 0.91.2

0.93 0.981.39

0.670.97

1.21

0

0.5

1

1.5

1 hari 3 hari 5 hari

Nila

i TBA

(mg

mal

onal

dehi

d)

Lama Penyimpanan

Ekstrak0%10%20%30%

Page 9: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

9

ketengikan. Pada penyimpanan 5 hari nilai TBA terendah yaitu 0% yaitu

dengan nilai 1% dan tertinggi pada level 20% yaitu sebesar 1,39%. Hal ini

menunjukkan penyimpanan 5 hari bakso telah tengik karena nilai TBA melebihi

1 %. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pasopati (2005) bahwa tanda-tanda

ketengikan mulai tampak jika nilai TBA lebih besar dari 1 % dan ketengikan

terasa sangat nyata jika TBA lebih besar dari 10 %.

Level ekstrak bawang putih tidak mempengaruhi tinggi rendahnya

ketengikan. Uji beda nyata terkecil (LSD) menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang nyata (P < 0,05) antara penyimpanan 1 hari dan 5 hari, 3 hari dan

5 hari serta penyimpanan 5 hari dengan 1 hari dan 3 hari. Hal ini

mengindikasikan bahwa penyimpanan mempengaruhi ketengikan pada bakso.

Sedangkan Level ekstrak bawang putih tidak signifikan terhadap nilai TBA.

4. Perbandingan Nilai Kelentingan dari Bakso Sapi Hasil Rendaman dengan Ekstrak Bawang Putih setelah Penyimpanan.

Kelentingan merupakan daya ukur kualitas bakso terhadap kekenyalan.

Nilai rata-rata kelentingan bakso setelah perendaman dan penyimpanan

dinyatakan dalam skor dapat dilihat pada Gambar 4.

2.5

1 1

2.4 2.4 2.72.7 2.5 2.62.5 2.5 2.7

0

1

2

3

1 hari 3 hari 5 hari

Nila

i Kel

entin

gan

Lama Penyimpanan

Ekstrak0%10%20%30%

Page 10: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

10

Gambar 4. Grafik Nilai Kelentingan Bakso Sapi dengan Perendaman Ekstrak Bawang Putih Setelah Penyimpanan.

Keterangan : Skor 1 : daya lenting kurang Skor 2 : daya lenting agak kurang Skor 3 : daya lenting agak baik Skor 4 : daya lenting terbaik

Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa level 0% kelentingannya

menurun selama penyimpanan sedangkan pada bakso dengan perendaman level

10%, 20% dan 30% ekstrak bawang putih kelentingannya cenderung tetap. Hal

ini menunjukkan terdapat pengaruh perendaman ekstrak bawang putih terhadap

kelentingan bakso.

Uji Beda Nyata Terkecil (LSD) menunjukkan adanya perbedaan yang

nyata (P < 0,01) antara perendaman ekstrak bawang putih dan tanpa perendaman

(0%). Tanpa perendaman (0%) berbeda nyata terhadap 10%, 20% dan 30%,

namun antara setiap level ekstrak bawang putih tidak menunjukkkan perbedaan

yang nyata.

Uji beda nyata terkecil (LSD) kelentingan bakso selama penyimpanan

menunjukkan bahwa penyimpanan 1 hari berpengaruh nyata terhadap

penyimpanan 3 hari dan 5 hari namun penyimpanan 3 dan 5 hari tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata. Sedangkan interaksi antara lama

penyimpanan dan ekstrak bawang putih juga berpengaruh sangat nyata (P <

0.01).

Pada level perendaman (0%) penyimpanan 3 hari dan 5 hari terjadi

penurunan nilai skor dari 2,5 menjadi 1 yang merupakan nilai kelentingan yang

kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa bakso telah mengalami pembusukan

Page 11: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

11

dan berlendir akibat aktivitas bakteri sehingga bakso kurang bagus nilai

kelentingannya.

Kekenyalan pada bakso mempengaruhi kelentingan. Bakso yang

kekenyalannya bagus memungkinkan memiliki kelentingan yang tinggi

sebaliknya bakso yang kekenyalannya kurang memiliki kelentingan yang rendah

pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Abustam, dkk (2009) bahwa makin tinggi

daya pantul maka kualitas bakso (kekenyalan) makin membaik.

5. Perbandingan Uji Organoleptik (Aroma, Rasa dan Kekenyalan) Bakso Sapi Hasil Rendaman dengan Ekstrak Bawang Putih.

a. Pengaruh Perendaman dan Penyimpanan terhadap Aroma Bakso.

Pada penyimpanan 1 hari menunjukkan penurunan nilai kesukaan

terhadap aroma pada setiap level perendaman. Bakso dengan perendaman ekstak

bawang putih 20 % dengan nilai rata-rata 4,05 menunjukkan panelis lebih

menyukai aroma bakso tersebut dibandingkan bakso dengan level 10% dan 30%.

Sedangkan yang tanpa perendaman (0%) memiliki nilai rata-rata terendah yaitu

3,38 yang menunjukkan panelis sudah tidak menyukai aroma bakso karena telah

mengalami proses pembusukan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.

5.1

3.35

1.5

4.73.85

1.85

4.84.05

2.6

4.853.85

2.95

0

2

4

6

0 hari 1 hari 3 hari

Bau

Lama Penyimpanan

Ekstrak0%

10%

20%

30%

Page 12: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

12

Gambar 5. Perubahan Aroma Bakso Sapi dengan Perendaman Ekstrak Bawang Putih setelah Penyimpanan

Keterangan : 1 : sangat busuk , 2 : busuk, 3: kurang busuk, 4 : tidak busuk dan agak beraroma khas bawang putih, 5: tidak busuk dan beraroma khas bakso daging sapi, 6 : tidak busuk dan sangat beraroma khas bakso daging sapi. Penyimpanan 3 hari mengindikasikan nilai kesukaan panelis terhadap

aroma bakso menurun lagi pada semua level perendaman disebabkan bakso telah

mengalami proses pembusukan. Namun pada Gambar 11 bakso penyimpanan 3

hari menunjukkan bahwa semakin tinggi level perendaman maka aroma bakso

semakin baik. Bakso tanpa perendaman (0%) memiliki nilai aroma terendah yaitu

1,5. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan 0% (tanpa perendaman)

menyebabkan bakso cepat basi dan beraroma busuk sehingga kurang disukai oleh

panelis.

b. Pengaruh Perendaman dan Penyimpanan terhadap Cita Rasa Bakso.

Pada Gambar 6 menunjukkan lama penyimpanan menurunkan nilai

kesukaan terhadap rasa bakso. Hal ini dapat dilihat dengan menurunnya grafik

sampai penyimpanan 3 hari. Sedangkan semakin tinggi level perendaman bakso

dengan ekstrak bawang putih maka semakin tinggi pula nilai kesukaan terhadap

rasa bakso saat disimpan, kecuali bakso yang tidak disimpan (0 hari) memiliki

nilai rata-rata kesukaan hampir sama pada setiap level perendaman. Hal ini

menunjukkan bahwa panelis tetap suka pada rasa bakso dengan perendaman

ekstrak bawang putih, yang berarti bahwa proses perendaman tanpa penyimpanan

(0 hari) tidak mempengaruhi kesukaan terhadap rasa bakso

Page 13: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

13

Gambar 6. Rata-rata Nilai Kesukaan terhadap Rasa Bakso Sapi Hasil Rendaman

dengan Ekstrak Bawang Putih setelah penyimpanan pada Suhu Kamar.

Keterangan : 1 : Sangat tidak suka, 2 : Tidak suka, 3 : Kurang suka, 4 : Agak suka, 5 : Suka, 6 :Sangat suka.

c. Pengaruh Perendaman dan Penyimpanan terhadap Kekenyalan Bakso Sapi Kekenyalan berarti bila bakso ditekan akan cepat kembali ke keadaan

semula dan liat. Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa semakin lama

penyimpanan maka kekenyalan semakin menurun. Hal ini dapat dilihat semakin

menurunnya grafik sampai penyimpanan 3 hari. Sedangkan semakin tinggi level

ekstrak bawang putih pada perendaman bakso semakin tinggi kekenyalannya.

Gambar 7 . Rata-rata Nilai Kekenyalan Bakso Sapi Hasil Rendaman dengan Ekstrak

Bawang Putih pada Penyimpanan Suhu Kamar. Keterangan : 1 : sangat tidak kenyal, 2 : tidak kenyal, 3 : kurang kenyal, 4 : agak kenyal, 5 : kenyal, 6 : sangat kenyal.

4.7

2.9

1.25

4.5

3.3

1.7

4.65

3.55

2.45

4.553.55

2.45

0

1

2

3

4

5

0 hari 1 hari 3 hari

Rasa

Lama Penyimpanan

Ekstrak0%

10%20%

30%

4.83.2

1.8

4.73.65

2.05

4.95 3.852.55

53.85 3.1

0246

0 hari 1 hari 3 hari

Keke

yala

n

Lama Penyimpanan

Ekstrak0%10%20%30%

Page 14: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

14

Bakso yang tanpa penyimpanan (0 hari) level 0%, 10%, 20% dan 30%

nilai rata-rata kekenyalannya hampir sama masing-masing yaitu 4,8 ; 4,7 ; 4,95

dan 5 yang berarti bakso teksturnya kenyal. Hal ini sejalan dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) 01-3818-1995 dalam Sutaryo dan Mulyani (2008)

bahwa mutu bakso yang baik adalah teksturnya kenyal.

KESIMPULAN

Semakin tinggi perendaman bakso dengan ekstrak bawang putih maka

semakin rendah jumlah bakteri, meningkatkan kelentingan, meningkatkan nilai

kesukaan terhadap rasa bakso, dan meningkatkan kekenyalan, semakin lama

penyimpanan nilai TBA bakso semakin meningkat. Interaksi level perendaman

dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap jumlah bakteri, dan

kelentingan bakso, sedangkan perlakuan perendaman bakso dengan ekstrak

bawang putih hingga level 30% merupakan perlakuan yang terbaik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Direktorat Pendidikan

Tinggi atas Beasiswa BPPS sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abustam, E, J.C.Likadja dan A. Ma’arif. 2009. Penggunaan Asap Cair sebagai Bahan Pengikat pada Pembuatan Bakso Daging Sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan peternakan. Program Magister Ilmu Ternak Pascasarjana Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.Badan Penerbit Universitas Diponegoro ISBN : 978-979-704-746-7.

______. 2008a. Antimikroba dari Tumbuhan bagian Pertama.

http://www.kamusilmiah.com/pangan/antimikroba-dari-tumbuhan-bagian-pertama/ (Akses 23 Nopember 2010).

Page 15: STUDI OF QUALITY OF BEEF MEATBALLS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0bc4abb2d32ba73f5f16877934db3fd1.pdf · tenggorokan dan hidung manusia jadi sumber kontaminasi terbesar adalah

15

______. 2008b. Bawang Putih Segar Lebih Sehat, (online), (http://pijatbagus.wordpress.com/2008/09/, diakses 24 Juli 2011).

Belind Ch. 2009. Pengaruh Faktor Suhu dan pH terhadap Pertumbuhan dan Pertahanan Hidup Staphylococcus aureus. http://belindch.wordpress.com/2009/12/07/pengaruh-faktor-suhu-dan-ph-terhadap-pertumbuhan-dan-pertahanan-hidup-staphylococcus-aureus/ (Akses 4 Juli 2011).

Bromez, K.A. dan Gomez, A.A. 1995. Statistical Prosedures for Agriculture

Research(Prosedur Statistik untuk Penelitian diedit oleh Endang Sjamsuddin dan Justika S. Baharsjah. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Pasopati, C. 2005. Teknologi ekstrusi mampu awetkan bekatul dan menir.

Retnaningtyas N, E., Purwani. E, Tjahjadi Purwoko. T. 2009. Pemanfaatan ekstrak buah mengkudu (Morinda citriforia L) dan daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb) sebagai pengawet alami daging dan ikan segar. LPPM UNS, Penelitian, DP2M, Hibah Bersaing.

Sutaryo dan Mulyani. 2004. Pengetahuan Bahan Olahan Hasil Ternak dan Standar Nasional Indonesia. http://www.dsgzyzh.com/other/sni% 20bakso%20daging-pdf.html (Akses 27 Juni 2011)

Tamal, M.A. 2008. Keawetan Bakso Sapi pada Perendaman Air Bawang Putih

(Alliun sativum L) dan Formalin. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur, Sangatta.