Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

87
Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban Dalam Kitab Fadhail al-Awqaat karya Imam Baihaqi Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) Oleh : Dwi Aprinita Lestari NIM: 208034000001 JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

Page 1: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban Dalam Kitab Fadhail al-Awqaat karya Imam Baihaqi

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)

Oleh : Dwi Aprinita Lestari NIM: 208034000001

JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010

Page 2: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban Dalam Kitab Fadhail al-Awqaat karya Imam Baihaqi

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)

Oleh : Dwi Aprinita Lestari NIM: 208034000001

Dosen Pembimbing :

Drs. Harun Rasyid, MA NIP: 19600902 198703 1 001

JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010

Page 3: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

i

KATA PENGANTAR

بسم االله الرحمن الرحیم

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan nikmat, hidayah dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dalam rangka memperoleh gelar

akademis. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabatnya serta umatnya yang selalu

mengamalkan sunnahnya.

Munculnya berbagai hambatan dan kesulitan seakan ringan berkat

bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis berkenan

mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak tertentu tanpa mengurangi

penghormatan penulis bagi pihak-pihak yang tidak mungkin disebutkan satu

persatu dalam pengantar singkat ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya, penulis

sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainun Kamal, MA. Selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu

dekan.

2. Bapak Drs. A.Rifqi Muchtar, MA. Selaku ketua jurusan Tafsir Hadis

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Drs. Harun Rasyid, MA. Selaku pembimbing penulis. Terima

kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan atas bimbingan serta

waktu luangnya yang telah diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi

4. Bapak Dr. Isa M.Salam dan Ibu Dr.Atiyatul Ulya, MA. Selaku

penguji dalam siding munaqasyah

Page 4: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

ii

5. Kedua orangtua penulis Almarhum Ayahanda Watoni dan Ibunda

Ngadiningrum yang sabar membimbing serta mendidik dan

memberikan doa restunya

6. Suami tercinta Rohimuddin yang senantiasa setia dan sabar dalam

membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini, kakak tercinta Donny

dan adik iparku tersayang Rosyidah, dan Mbak Nunk, Eliz.

7. Teman-teman semua yang secara langsung maupun tidak langsung

ikut andil dalam memacu, memotivasi penulis agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Mudah-mudahan jasa dan amal baik tersebut mendapatkan

balasan yang setimpal dari Allah SWT, sebagai amal saleh serta

senantiasa berada dalam ampunan dan lindungan-Nya.

Akhirnya semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan

sumbangan pengetahuan serta membantu bagi kemajuan seluruh civitas

akademik khususnya dalam bidang kritik hadis. Mudah-mudahan tulisan

ini bermanfaat bagi orang banyak dan membawa keberkahan di dunia

dan di akhirat. Semoga Allah SWT memberikan petunjuk ke jalan yang

benar dan mencurahkan taufik serta hidayah-Nya kepada kita sekalian.

Amin..

Jakarta, 19 Juni 2010

Penulis

Page 5: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. iii

PEDOMAN TRANSLITERASI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………… 7

C. Metodologi Penelitian …………………………………….. 8

D. Tujuan Penulisan ………………………………………….. 10

E. Sistematika Penulisan …………………………………….. 10

BAB II : KITAB FADHAIL AL-AWQAAT DAN HADIS-HADIS

KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA’BAN

A. Biografi Pengarang ……………………………………….. 12

B. Metode Penulisan Kitab Fadhail al-Awqaat ……………… 19

C. Sekilas Isi Kitab Fadhail al-Awqaat ……………………… 20

D. Hadis-hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ………….. 21

BAB III : KRITIK SANAD KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA’BAN

A. Melakukan Takhrij Hadis ………………………………… 24

B. Melakukan al-I’tibar ……………………………………… 28

C. Melakukan Penelitian Sanad Hadis ……………………. 29

Page 6: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

iv

1. Pengertian Kritik Sanad ……………………………. 29

2. Kualitas Periwayat dan Kebersambungan Sanad ….. 30

3. Kriteria Persambungan Sanad Hadis ………………. 68

BAB IV : KRITIK MATAN HADIS KEUTAMAAN MALAM NISFU

SYA’BAN

A. Pengertian Kritik Matan ………………………………… 70

B. Penelitian Kualitas Matan Hadis ……………………….. 71

1. Meneliti Matan Dengan Melihat Kualitas Sanad …… 72

2. Meneliti Susunan Lafal Berbagai Matan yang semakna. 73

3. Meneliti Kandungan Matan ………………………… 74

C. Syarah Hadis …………………………………………… 76

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………….. 79

B. Saran-saran ……………………………………………… 79

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril

kepada Nabi Muhammad saw., sesuai dengan redaksi yang datang dari-Nya,

secara tawatur. Dimana Malaikat Jibril menyampaikannya sesuai dengan

redaksi kalam Allah, tanpa sedikit pun perubahan, dan ketika disimpankan

kedalam jiwa Nabi Muhammad saw., beliau merasa seperti telah terpatri di

dalam dada beliau suatu kitab.1

Kemurnian teks Al-Qur’an menyebabkan ia mempunyai kedudukan

yang istimewa. Sehingga konsep mutawatir inilah yang menjadikan al-Qur’an

bersifat qat’i al-tsubut, serta di kalangan kaum muslim tidak didapati

perbedaan pendapat menyangkut kebenaran al-Qur’an. Semuanya sepakat

meyakini bahwa redaksi ayat-ayat al-Qur’an di dalam mushaf yang dimiliki

kaum muslim di seluruh penjuru dunia dewasa ini adalah sama tanpa ada

sedikit pun perbedaan yang diterima oleh Nabi Muhammad saw., dari Allah

melalui Malaikat Jibril.2 Sebagaimana firman-Nya:

1M.Quraish Shihab, M.Quraish Shihab Menjawab:1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda

Ketahui, (Jakarta : Lentera Hati, 2008) h.275 2 M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996), h.107

1

Page 8: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

2

یَتَفَكَّرُونَ وَلَعَلَّھُمْ إِلَیْھِمْ نُزِّلَ مَا لِلنَّاسِ لِتُبَیِّنَ الذِّكْرَ إِلَیْكَ وَأَنْزَلْنَا )٤٤ (

Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan. (QS. an-Nahl (16): 44)

Kalaulah diteliti lebih mendalam lagi, di dalam al-Qur’an hanya

terdapat pokok-pokok yang bersifat umum bagi hukum-hukum syari’at, tanpa

ada pemaparan rincian keseluruhannya dan pencabangannya, sedangkan

Sunnah sejalan dengan al-Qur’an, menjelaskan yang mubham, merinci yang

mujmal, membatasi yang muthlaq, mengkhususkan yang umum, dan

menguraikan hukum-hukum dan tujuan-tujuannya, di samping membawa

hukum-hukum yang belum dijelaskan secara eksplisit oleh al-Qur’an yang

isinya sejalan dengan kaedah-kaedahnya dan merupakan realisasi dari tujuan

dan sasarannya. Dengan demikian, Sunnah merupakan tuntunan praktis

terhadap apa yang dibawa oleh al-Qur’an, suatu bentuk praktik yang

mengambil bentuk pengejawantahan yang beragam. Terkadang merupakan

amal yang muncul dari Rasulullah SAW. Terkadang merupakan perkataan

beliau sabdakan pada suatu kesempatan, dan terkadang merupakan perilaku

atau ucapan para sahabat Rasulullah SAW., lalu beliau melihat perilaku itu

atau mendengar ucapan itu, kemudian memberikan pengakuan. Beliau tidak

menentang atau mengingkari, tetapi hanya diam atau justru menilai baik. Itulah

yang disebut dengan taqrir.3 Karena hadis itu sendiri adalah sesuatu yang

3 M.’Ajaj al-Khatib, Pokok-Pokok Ilmu Hadis. Penerjemah M. Qadirun Nur dan Ahmad

Musyafiq (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1998), h. 34-35

Page 9: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

3

disandarkan kepada Nabi saw., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir

(diamnya) maupun sifatnya.4

‘Ajaj al-Khatib dalam bukunya Pokok-Pokok Ilmu Hadis mengutip

pendapat Imam Ahmad ibn Hanbal, menyebutkan ada tiga fungsi Sunnah

terhadap al-Qur’an, yakni:

1. Menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam

al-Qur’an (bayan al-taqrir)

2. Memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang

masih mujmal, memberikan taqyid ayat-ayat al-Qur’an yang masih

muthlaq, memberikan takhsis ayat-ayat yang masih umum.

3. Mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati

dalam al-Qur’an.5

Jika dilihat ke atas dapatlah disimpulkan, bahwa hukum yang terdapat

dalam Sunnah itu ada kalanya merupakan hukum-hukum yang menetapkan

hukum al-Qur’an, ada kalanya merupakan hukum-hukum yang menjelaskan al-

Qur’an, ada kalanya merupakan hukum yang tidak disinggung oleh al-Qur’an

yang dikembangkan berdasarkan qiyas atau sesuatu yang terdapat di dalamnya

(al-Qur’an), atau dengan menerangkan prinsip-prinsip dan pokok-pokoknya

yang bersifat umum. Ringkasnya, pokok penjelasan bagi ayat al-Qur’an ada

4 Mahmud Thahan, Ilmu Hadis Praktis, (Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2009), h.13 5Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1996), h.50-56

Page 10: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

4

kalanya terdapat dalam al-Qur’an sendiri dan adakalanya terdapat dalam as-

Sunnah.6

Ditinjau dari kehujjahan Sunnah dalam pembentukan hukum Islam,

maka hubungan as-Sunnah dengan al-Qur’an adalah sebagai urutan yang

beriringan al-Qur’an pada tempat pertama dan sunnah pada urutan kedua

sesudah al-Qur’an, yang keduanya merupakan sumber hukum Islam dan

rujukan para mujtahid dalam pembentukan syariat Islam. Dalam masalah ini al-

Qur’an merupakan sumber pokok dan sumber pertama pembentukan hukum

Islam. Oleh karena itu, jika ada nash dalam al-Qur’an mengenai suatu hukum,

maka nash itu harus diikuti, tapi jika tidak dijumpai di dalam al-Qur’an, harus

dikembalikan kepada Sunnah Nabi saw., apabila dalam Sunnah didapati hukum

yang menentukan, maka sunnah tersebut harus diikuti.7

Kita harus membedakan Sunnah yang benar-benar berupa hukum yang

dapat dipertanggungjawabkan keotentikannya dan Sunnah yang bukan berupa

hukum, yang diragui keotentikannya (da’if).8 Dan apabila dilihat dari segi

periwayatannya, jelas berbeda antara hadis dengan al-Qur’an. Dalam menerima

wahyu (al-Qur’an) Nabi saw., secara langsung mencatat melalui sekretaris

wahyu yang telah ditunjuk dan menyampaikan (meriwayatkan) al-Qur’an pada

sahabat-sahabatnya secara umum, sehingga para sahabat bisa menghapal,

menulis al-Qur’an (wahyu) yang dibacakan oleh Nabi saw., secara langsung.

6Zufran Rahman, Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam : Jawaban Terhadap

Aliran Ingkar Sunnah, (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h.108 7 Zufran Rahman, Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam : Jawaban Terhadap

Aliran Ingkar Sunnah, h.109 8 Zufran Rahman, Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam : Jawaban Terhadap

Aliran Ingkar Sunnah, h.109

Page 11: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

5

Sedangkan periwayatan hadis kadangkala berlangsung mutawatir9 dan lebih

banyak yang ahad,10 sehingga tidak semua hadis dihukumi sahih, tapi ada yang

dihukumi hasan dan da’if, bahkan sampai tingkatan tertentu dihukumi palsu.

Semua itu tergantung pada banyaknya susunan periwayat yang ikut dalam

meriwayakan suatu hadis pada setiap sanad11 nya.

Pentingnya penelitian hadis dilatarbelakangi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor itu ada yang berkaitan dengan kedudukan hadis sebagai salah

satu sumber ajaran Islam di samping al-Qur’an; ada yang berhubungan dengan

diri Nabi SAW., dalam berbagai kapasitasnya; dan ada yang berhubungan

kesejarahan hadis itu sendiri, termasuk di dalamnya proses dan metode

penghimpunannya ke dalam berbagai kitab hadis.12 Faktor-faktor tersebut

adalah yang menyebabkan adanya penelitian sanad dan matan hadis dalam

kedudukan hadis sebagai hujjah.

Hadis sebagai sumber hukum setelah al-Qur’an memiliki peranan yang

sangat penting dalam menetapkan hukum. Maka dari itu, perlu adanya

penelitian dan pengkajian terhadap kualitas dan kedudukan hadis. Di mana

sebagian umat Islam ada yang mengamalkan hadis-hadis nisfu sya’ban, tetapi

mereka tidak mengetahui bagaimana kualitas hadis-hadis nisfu sya’ban tersebut

dan mereka tidak mengetahui apakah hadis-hadis tersebut berasal dari Nabi

saw., atau hanya perkataan sahabat dan tabi’in. Di mana pada malam nisfu

9Hadis Mutawatir adalah hadis atau khabar yang diriwayatkan oleh banyak rawi dalam setiap tingkatan (thabaqat) sanadnya, yang menurut akal dan adat kebiasaan mustahil mereka (para perawi itu) sepakat untuk menyalahi khabar tersebut dan mustahil mereka sepakat untuk berdusta.

10 Hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang atau dua orang atau lebih, tetapi tidak cukup untuk mencapai syarat-syarat mutawatir.

11 Sanad adalah urutan para perawi hadis yang kemudian berlanjut kepada matan 12M.Syuhudi Ismail, Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadis, (Yogyakarta: Lembaga

Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), 1996), h.18

Page 12: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

6

sya’ban banyak orang yang terbiasa melaksanakan praktek ibadah seperti

berkumpul di masjid selepas shalat maghrib, membaca yasin dua kali, shalat

seratus rakaat, dan lain-lainnya. Mereka mengira praktek tersebut dibenarkan

oleh syariat, padahal hal tersebut tidak ditetapkan oleh syariat. Mereka

melakukan hal tersebut dengan sangat berlebihan, bahkan sebagian mereka

menganggap bahwa perayaan tersebut sebagai suatu kewajiban yang ditetapkan

oleh Allah.

Islam datang dengan petunjuk dan ajarannya yang sangat jelas. Ia

menjelaskan yang halal dan yang haram. Melalui al-Qur’an yang mengajak

manusia menuju jalan yang lurus dan juga melalui sunnah Rasul SAW., maka

akan tampaklah penjelasan apa yang halal dan apa yang haram tersebut.13

Maka hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti dan mengkaji

hadis-hadis tentang nisfu sya’ban khususnya yang terdapat dalam kitab Fadhail

al-Awqaat karya Imam Baihaqi. Di dalam kitab tersebut tema yang dikajinya

memuat banyak informasi tentang keutamaan berbagai waktu, hari dan bulan

tertentu. Dan kitab ini juga mengulas tentang amalan-amalan yang disunnahkan

untuk mendapatkan kemuliaan pada waktu-waktu tersebut.

Nisfu Sya’ban adalah kata majemuk yang terambil dari kata bahasa

Arab, Nisfu dan Sya’ban. Kata Nisfu berasal dari kata nashafa, yanshifu,

nashfan yang berarti mencapai tengah-tengah atau setengah.14 Sedangkan kata

13 Ahmad Asy-Syarbashi, Yas’alunaka: Tanya Jawab Lengkap tentang Agama dan

Kehidupan, Penerjemah Muhammad Alkaf, (Jakarta: Lentera, 2006) Jil.4, h. 372 14Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al-MUNAWWIR, (Surabaya : Pustaka

Progressif, 1997), h.1426

Page 13: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

7

Sya’ban berarti Bulan Sya’ban15, atau bulan ke-8 tahun Hijriah.16 Jadi Nisfu

Sya’ban berarti pertengahan atau tengah-tengah bulan Sya’ban tahun hijriah.

Dalam tema nisfu sya’ban yang terdapat dalam kitab Fadhail al-

Awqaat karya Imam Baihaqi terdapat delapan hadis. Menurut penulis, dari

delapan hadis tersebut, tema nisfu sya’ban terbagi menjadi dua bagian:

Pertama, lima hadis tentang nisfu sya’ban yang berisi bahwa pada malam nisfu

sya’ban Allah SWT mengampuni dosa-dosa seluruh hambanya kecuali orang

yang musyrik, orang yang bertengkar, dan pezina. Kedua, tiga hadis tentang

nisfu sya’ban yang menganjurkan untuk menghidupkan dan mendirikan ibadah

pada malam nisfu sya’ban dan berpuasa pada siang harinya.

Dari uraian di atas penulis mencoba untuk menguraikan lebih jelas

pembahasan ini dalam judul “Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan

Malam Nisfu Sya’ban Dalam Kitab Fadhail al-Awqaat karya Imam

Baihaqi”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak menjadi pembahasan yang

tidak ada ujung pangkalnya dan dimaksudkan agar pembahasannya dapat

terarah dengan baik, maka penulis membatasi permasalahan tersebut mengenai

tiga hadis keutamaan malam nisfu sya’ban yang terdapat dalam kitab Fadhail

15 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al-MUNAWWIR, h.723 16 PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 1114

Page 14: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

8

al-Awqaat karya Imam Baihaqi. Karena lima hadis dalam kitab Fadhail al-

Awqaat lainnya sudah dijelaskan kedudukan dan kualitas hadis tersebut.

Berangkat dari permasalahan yang penulis paparkan pada latar

belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana kualitas hadis yang terdapat dalam kitab Fadhail al-Awqaat karya

Imam Baihaqi tentang keutamaan malam nisfu sya’ban?

C. Metodologi Penelitian

Dalam melakukan pengkajian dan penelitian hadis-hadis yang berada

dalam kitab Fadhail al-Awqaat penulis sepenuhnya melakukan telaah

kepustakaan (library research). Sumber primer penelitian adalah kitab Fadhail

al-Awqaat karya Imam Baihaqi sedangkan sumber-sumber sekundernya adalah

kitab-kitab Rijal al-Hadis serta buku-buku yang berkaitan dengan judul

penelitian diatas.

Adapun metode dalam kegiatan dalam kegiatan penelitian hadis ini,

yaitu:

1. Melakukan takhrij hadis dari matan hadis yang telah disebut pada

judul, langkah pertama penelitian hadis ini merujuk melalui lafal

hadis dari kitab Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Hadis al-Nabawi

karya A.J Wensinck.

2. Mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan merujuk

pada kitab asli yang ditunjukkan oleh kitab kamus

Page 15: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

9

3. Menguraikan skema jalur-jalur sanad agar terlihat ada tidaknya

pendukung yang berstatus muttabi’ dan syawahid.

4. Melakukan penelitian sanad (kritik sanad) dari data yang diambil

dari kitab-kitab Rijal al-Hadis seperti Tahdzib al-Kamal, Tahdzib at-

Tahdzib, al-Jarh at-Ta’dil, dan lain-lain. Dan penelitian sanad ini

yaitu menelesuri data setiap periwayat dengan menilai keadaannya,

hubungan guru dan murid, tahun kelahiran dan tahun wafat, hingga

penilaian para ulama tentang kredibilitas perawi tersebut. Untuk

kemudian menentukan kedudukan hadis dari semua jalur.

5. Melakukan penelitian matan dari hasil penelitian sanad di atas.

6. Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian di atas dan pesan

penting dari hadis tersebut.

Sedang dalam pembahasan skripsi ini menggunakan metode deskriptif

analisis, yakni melalui pengumpulan data dan pendapat para ulama dan pakar

untuk kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan

yang ilmiah.

Selain itu juga metode penulisan ini penulis juga mengacu pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang disusun oleh

tim CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.17

17Tim CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman penulisan Karya Ilmiah

(Skrisi, Tesis, Disertasi), (Jakarta: CeQDA, 2007)

Page 16: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

10

D. Tujuan Penulisan

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hadis-hadis

keutamaan malam nisfu sya’ban yang terdapat dalam kitab Fadail al-Awqaat

karya Imam Baihaqi, serta sejauh mana kehujjahan hadis yang terdapat dalam

kitab tersebut. Dan sebagai informasi pada khalayak masyarakat ramai tentang

keutamaan malam nisfu sya’ban. Dan untuk memenuhi salah satu syarat

menempuh gelar sarjana tafsir hadis.

E. Sistematika Penulisan

Sebagaimana karya ilmiah umum lainnnya, agar penulisan penelitian

ini tersusun dan terarah dengan baik, maka penulisan penelitian ini akan

disusun secara sistematis, yang terdiri dari beberapa bab. Dan pada tiap-tiap

bab terdiri dari sub-sub bab sebagai penjelasan yang memiliki korelasi dengan

pembahasan bab-bab tersebut. Adapun sistematika penulisan ini adalah:

Bab I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Kitab Fadail al-Awqaat dan hadis-hadis keutamaan malam nisfu

sya’ban. Pada bab ini akan dibahas tentang biografi pengarang kitab Fadail al-

Awqaat, metode penulisan kitab Fadail al-Awqaat serta hadis-hadis yang

membahas tentang keutamaan malam nisfu sya’ban dalam kitab Fadail al-

Awqaat karya Imam Baihaqi.

Page 17: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

11

Bab III kritik sanad hadis keutamaan malam nisfu sya’ban pada kitab

Fadail al-Awqaat karya Imam Baihaqi. Pada bab ini akan membahas tentang

kebersambungan sanad dan kualitas periwayat hadis yang meriwayatkan hadis-

hadis tentang keutamaan malam nisfu sya’ban pada kitab Fadail al-Awqaat

karya Imam Baihaqi.

Bab IV kritik matan hadis tentang keutamaan malam nisfu Sya’ban

dalam kitab Fadail al-Awqaat karya Imam Baihaqi. Pada bab ini akan

membahas tentang perbandingan hadis keutamaan malam nisfu sya’ban dalam

kitab Fadail al-Awqaat karya Imam Baihaqi dengan nas, serta asbab al-wurud

al-hadis atau kajian historisnya. Dan bab V merupakan uraian terakhir berupa

penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 18: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

12

BAB II

KITAB FADHAIL AL-AWQAAT DAN HADIS-HADIS KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA’BAN

A. Biografi Pengarang

Nama lengkap penulis kitab Fadhail al-Awqaat adalah Ahmad ibn al-

Husain ibn ‘Ali ibn ‘Abdullah ibn Musa. Kunyah beliau adalah Abu Bakar dan

dijuluki dengan gelar al-Hafidz,1 lebih dikenal lagi dengan Imam al-Hafizh

Ahmad ibn Husain ibn Ali, alias Abu Bakar. Beliau merupakan ahli hadis,

lebih lengkapnya lagi Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain ibn ‘Aliy ibn ‘Abdullah

ibn Musa al-Baihaqi.2

Imam Baihaqi dilahirkan pada tahun 384 H di bulan Sya’ban di

Khusraujird, sebuah desa kecil di pinggiran kota Baihaq, Nisabhur.3 Baihaq

adalah salah satu daerah yang terletak di Naisabur. Sedangkan Naisabur adalah

salah satu kota utama wilayah Khurasan (Afghanistan) yang banyak

menghasilkan ulama. Naisabur pertama kali dikuasai umat Islam pada masa

Umar ibn al-Khattab di bawah panglima al-Ahnaf ibn Qays.4

Pada masa hidup al-Baihaqi, wilayah Khurasan dikuasai oleh dinasti

Ghaznawiyah (999-1040). Dinasti Ghaznawiyah terbentuk pada tahun 366

H/976 M dan berakhir pada tahun 579 H/1183 M. dinasti ini mempunyai

1Ahmad ibn Husain al-Baihaqi, Kitab Fadhail al-Awqaat, (Mekkah al-Mukarramah :

Maktabah al-Manarah), h.22 2 Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain al-Baihaqi, Kitab as-Sunan as-Saghir, (Beirut : Dar al-Fikr),

h.3 3 Ahmad ibn Husain al-Baihaqi, Kitab Fadhail al-Awqaat, h.23 4 Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta : TERAS, 2003), h.196

12

Page 19: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

13

peranan penting dalam melakukan islamisasi pada anak benua India

(Afghanistan, India, Pakistan) dan Transaxonia.5

Al-Baihaqi hidup pada masa dis-integrasi setelah dinasti Abbasiyah

mengalami penurunan, dan banyak daerah yang melepaskan diri serta

membentuk kerajaan-kerajaan kecil,6 dimana era disintegrasi daulat Abbasiyah

menampakan dua kecenderungan yang dominan. Pertama, merupakan

kecendrungan Abbasiyah yang mengarah pada dua percabangan kosmopolitan

Islam dan kultur keagamaan Islam. Ketika seni dan arsitektur, syair, sains, dan

bentuk-bentuk tertentu dari literature prosa merupakan ekspresi elit istana,

rezim, dan elite sejumlah kajian keagamaan Islam. Kedua, mengarah pada

keragaman yang bersifat regional. Ketika Abbasiyah semakin lemah,

Samarkand dan Bukhara, Naisabur dan Isfahan, Kairo Fez, dan Cordoba

menjadi kota-kota baru bagi peradaban Islam. Dengan menggantikan

kedudukan kultur kosmopolitan tunggal yang dikembangkan oleh Abbasiyah,

maka masing-masing kota besar tersebut melahirkan corak khusus yang

berkenaan dengan motif-motif Islam dan warisan lokal.7

Imam Baihaqi tumbuh dewasa di kota Khusraujird, di mana di desa

tersebut beliau mulai belajar ilmu qiraah, menghapal al-Qur’an, dan

mempelajari hal-hal yang mudah dari Ilmu Syari’at yang terkenal pada

zamannya dari masjid ke masjid, beliau adalah seorang yang sangat bersunguh-

sungguh dan tekun dalam menuntut ilmu kepada guru-guru di desanya. Beliau

mulai mempelajari dan mendalami hadis sejak berusia 15 tahun, dengan cara

5 Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, h.206 6 Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, h.203 7 Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, h.207-208

Page 20: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

14

menulisnya kemudian menghapalnya sehingga beliau mendalami dan

mengusai hukum-hukum syar’i.8

Menurut al-Subkiy, al-Baihaqi adalah seorang imam kaum Muslimin,

pemberi petunjuk orang beriman, da’i yang mengajak kepada agama Allah

yang kokoh, seorang faqih mulia, hafiz kabir, ahli usul yang cerdas, zahid,

wara’, merendahkan diri untuk Allah, pembela madzhab Syafi’i dalam hal

ushul maupun furu’-nya. Ia belajar fiqih dari Nashir al-‘Umari dan belajar ilmu

kalam Madzhab al-Asy’ari. Beliau bekerja keras mengarang berbagai macam

kitab. Beliau adalah ahli hadis yang paling cakap yang mampu menyatukan

perbedaan faham. Beliau cepat dalam memahami dan memiliki potensi

kecerdasan yang sangat baik.9

Imam Baihaqi pindah ke sebuah kota yang bernama Baihaq dan

kemudian menetap di kota tersebut, Baihaq adalah kota terbesar dan terluas di

Khusraujird. Di kota tersebut beliau bergaul dengan para ulama dan mengambil

ilmu dari para ulama tersebut.10

Setelah dewasa, beliau meninggalkan Baihaq dan berkelana menuntut

ilmu dari satu kota ke kota lainnya, seperti: Baghdad, Kufah, Mekah, dan kota-

kota lainnya.11 Perjalanan Imam Baihaqi dalam menuntut ilmu ke berbagai

kota dan berbagai daerah, beliau menemui guru-gurunya di berbagai kota dan

berbagai daerah untuk menuntut ilmu serta berkonsentrasi dan terfokus dalam

mempelajari sanad-sanad ‘ali, selain itu juga beliau berkelana pergi ke Irak,

kota-kota sekitar Irak (al-Jibal), dan ke Hijaz untuk belajar ilmu kepada para

8Ahmad ibn Husain al-Baihaqi, Kitab Fadhail al-Awqaat, h.24 9 Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain al-Baihaqi, Kitab as-Sunan as-Saghir, h.4 10 Ahmad ibn Husain al-Baihaqi, Kitab Fadhail al-Awqaat, h.24 11 Imam Baihaqi, Waktu-waktu Penuh Berkah. Penerjemah Muflih Kamil (Jakarta: Qisthi Press,

2007), h.1

Page 21: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

15

ulama. Di antara ilmu yang dikuasai oleh al-Baihaqi antara lain adalah ilmu

hadis, ‘ilal al-hadis, dan fiqih.12 Setelah sekian lama beliau melakukan

perjalanan dari kota ke kota dan dari daerah ke daerah untuk menuntut ilmu

dari guru-gurunya, Imam Baihaqi kembali lagi ke kota asalnya.13

Di antara para ulama yang menjadi guru dari al-Baihaqi adalah :

1. Al-Hakim an-Naisaburi. Imam ahli hadis pada masanya. Penyusun

kitab “al-Mustadrak ‘ala al-Sahihain” dan kitab “‘Ulum al-Hadis”,

“al-Madkhal ila Ma’rifat al-Iklil”, “Manaqib al-Syafi’I” dan

sebagainya. Al-Hakim merupakan guru al-Baihaqi di bidang hadis yang

paling utama.

2. Abu al-Hasan Muhammad ibn al-Husain al-‘Alawi al-Husna al-

Naisaburi. Seorang syaikh yang mulia, pandai, dan salih. Ia adalah guru

al-Baihaqi yang paling tua. Wafat pada bulan Jumadil Akhir tahun 401

H.

3. Abu Abdurrahman al-Sullami Muhammad ibn al-Husain ibn Musa al-

Azadi al-Naisaburi (303-412 H). Seorang hafiz, ‘alim, zahid, syaikh sufi.

Penyusun kitab “Tabaqat al-Sufiyah”.

4. Abu Sa’ad ‘Abd Malik ibn Abi ‘Usman al-Khurkusi al-Naisaburi. Ia

adalah seorang tsiqah, wara’ dan salih. Ia menyusun kitab Tafsir yang

besar, dan kitab “Dalail al-Nubuwah”, serta kitab “al-Zuhd”.

Meninggal pada bulan Jumadil al-Ula tahun 407 H.

12 Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, h.197 13 Ahmad ibn Husain al-Baihaqi, Kitab Fadhail al-Awqaat, h.24

Page 22: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

16

5. Abu Ishaq al-Tusi Ibrahim ibn Muhammad ibn Ibrahim. Wafat bulan

Rajab tahun 411 H.

6. Abu Muhammad ‘Abdullah ibn Yusuf ibn Ahmad al-Ashfahaniy.

Seorang tokoh tasawwuf dan ahli hadis yang tsiqah. Al-Baihaqi paling

banyak meriwayatkan hadis darinya.

Adapun para murid al-Baihaqi antara lain :

1. Abu ‘Abdullah al-Farawi Muhammad ibn al-Fadhl

2. Abu Muhammad ‘Abdu al-Jabbar ibn Muhammad ibn Ahmad al-Baihaqi al-

Khuwari.

3. Abu Nashr ‘Ali ibn Mas’ud ibn Muhammad al-Syuja’i

4. Zahir ibn Thahir ibn Muhammad

5. Abu Abdullah ibn Abi Mas’ud al-Sha’idi

6. Abu al-Ma’ali Muhammad ibn Ismail ibn Muhammad ibn al-Husaiyn

al-Farisiy al-Naisaburi

7. Al-Qadhi Abu ‘Abdullah al-Husain ibn ‘Ali ibn Fathimah al-Baihaqi

8. Ismail ibn Ahmad al-Baihaqi, anak penyusun kitab Fadhail al-Awqaat

9. Abu al-Hasan ‘Abdullah ibn Muhammad ibn Ahmad, cucu laki-laki

Imam Baihaqi

10. Al-Hafiz Abu Zakariya Yahya ibn ‘Abd al-Wahhab ibn Muhammad

ibn Ishaq ibn Mundah al-‘Abdi al-Asbahani.14

Tentang keistimewaan penulis kitab ini, Imam al-Haramain berkata:

“Tidak ada seorang ulama penganut Mazhab Syafi’I yang tidak hanya

14 Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain al-Baihaqi, Kitab as-Sunan as-Saghir, h.6-20

Page 23: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

17

menerima jasa Imam Syafi’i tapi juga berjasa kepadanya selain Baihaqi. Dia

sangat berjasa kepada Imam Syafi’I dikarenakan banyaknya karya yang ia tulis

untuk menyebarkan dan menjelaskan Mazhab Syafi’i.

Sementara Imam adz-Dzahabi berkata: “Seandainya Baihaqi ingin

mendirikan mazhab sendiri dan leluasa berijtihad di dalamnya, niscaya ia

mampu mewujudkan hal itu dengan keluasan ilmunya dan kedalaman

pemahamannya tentang masalah ikhtilaf (perselisihan pendapat).15

Kredibilitas imam al-Baihaqi di mata para ulama bisa dilihat dari

berbagai komentar yang ditujukan kepadanya. Di antara berbagai komentar

terhadap al-Baihaqi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Yaqut al-Himawy: “ al-Baihaqi adalah Imam, hafiz, ahli dalam usul

al-Din, wara’, mempersatukan masa dengan agama yang kokoh. Murid

Abu ‘Abdullah al-Hakim yang akhir, tetapi mampu melebihi yang

lainnya dalam penguasaan ilmu.

2. Ibn Nashir, “Ia adalah tokoh pada zamannya. Sulit dicarikan

bandingan dalam hafalan, keteguhan dan ketsiqahan. Dia adalah syaikh

Khurasan.

3. Ibn al-Jauzi: “Ia adalah tokoh pada zamannya dalam hal hafalan dan

keteguhan, pengarang yang baik. Ia mengumpulkan ‘Ulum al-Hadis dan

usul. Ia adalah murid utama Abu ‘Abdullah al-Hakim. Dari al-Hakim ia

mentakhrijkan hadis, melakukan perjalanan dan mengumpulkan banyak

ilmu. Ia juga memiliki banyak karya tulis yang baik”.

15Imam Baihaqi, Waktu-waktu Penuh Berkah, h.1

Page 24: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

18

4. Ibn Khalikan: “Ahli Fikih mazhab Syafi’i. hafiz kabir yang masyhur,

tokoh zamannya, mengatasi koleganya dalam penguasaan ilmu, murid

al-Hakim yang utama dalam hadis”.

5. Al-Sam’ani: “Ia adalah Imam, faqih, dan hafiz. Ia mempertemukan

antara ilmu hadis dengan pemahaman hadis”.

6. Ibn al-Asir: “Ia adalah imam dalam hadis, dan ahli fiqih mazhab

Syafi’i. 16

Al-Baihaqi banyak menulis buku, bahkan dikatakan sampai seribu

juz. Karya-karyanya meliputi bidang hadis, fikih dan ‘Aqaid.17 Di antara karya-

karya al-Baihaqi adalah sebagai berikut:

As-Sunan al-Kubra

Ma`arifat as-Sunan wa al-Atsar

Bayan al-Khata Man Akhta`a `Ala al-Shafi`i

Al-Mabsut

Al-Asma’ wa ash-Sifat

Al-I`tiqad `ala Madhhab al-Salaf Ahl al-Sunna wa al-Jama`a

Dalail al-Nubuwwah

Syu`ab al-Iman

Al-Da`wat al-Kabir

Al-Zuhd al-Kabir

Al-Arba`un al-Sughra

Al-Khilafiyyat

Fadha’il al-Awqaat

Manaqib al-Shafi`i

Manaqib al-Imam Ahmad

Tarikh Hukama al-Islam18

16 Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, h.199-200 17 Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, h.200

Page 25: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

19

Pada tanggal 10 Jumadil Ula 458 H Imam Baihaqi telah berpulang ke

rahmatullah di Naisabur, dan dimakamkan di kota asalnya, Baihaq.19

B. Metode Penulisan Kitab Fadhail al-Awqaat

Kebiasaan Imam Baihaqi dalam menyusun karya-karyanya, beliau

menggunakan beberapa metode yaitu20 :

1. Imam Baihaqi menjelaskan metodologinya dalam menyusun kitab

ini dengan dikaitkan dan dikembalikan kepada ushul, agar para

peneliti hadis didalamnya benar-benar dengan sepenuh hati

melakukan penelitian hadis.

2. Susunan yang baik, yang terdiri dari beberapa bab. Dan beliau

memulainya dengan membahas keutamaan bulan Rajab, Sya’ban,

Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah, dan Muharram. Beliau juga

membagi pembahasan dalam kitab tersebut kedalam 28 bab

3. Pada setiap bab disertai dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan

pembahasan bab kemudian disebutkan juga hadis dan atsar.

4. Periwayatan hadis dan atsar yang terdapat dalam kitab fadhail al-

awqaat berdasarkan pada metode-metode para muhadditsin.

5. Kemudian membandingkannya dengan berbagai permasalahan

fiqhiyah yang disertai dengan tanya jawabnya.

18 Imam Baihaqi, Waktu-waktu Penuh Berkah, h.2 19 Ahmad ibn Husain al-Baihaqi, Kitab Fadhail al-Awqaat, h.28 20 Ahmad ibn Husain al-Baihaqi, Kitab Fadhail al-Awqaat, h.60

Page 26: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

20

6. Beliau juga mengumpulkan riwayat-riwayat yang bertentangan

atau hadis-hadis kontradiksi agar dapat dijadikan pelajaran bagi

para peneliti hadis

7. Menjelaskan kosakata asing yang terdapat dalam matan hadis

maupun dalam ayat yang terdapat dalam matan hadis tersebut.

8. Menggunakan persyaratan hadis shahih yang ditetapkan oleh

Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, atau salah satu diantara

mereka

9. Terkadang beliau juga menyebutkan kota dimana beliau belajar

hadis dari guru-gurunya.

C. Sekilas Isi Kitab Fadhail al-Awqaat

Kitab Fadhail al-Awqaat karya Imam Baihaqi ini terkenal karena

memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia serta susunannya yang

sangat indah dan bagus, yang terdiri bari beberapa tema. Di mana di dalamnya

terdapat informasi tentang keutamaan berbagai waktu, hari dan bulan tertentu.

Seperti keutamaan bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawwal, Dulhijjah dan

Muharram, keutamaan hari jum’at, senin dan kamis.

Kitab ini juga mengulas tentang amalan-amalan yang disunnahkan

untuk mendapatkan kemuliaan pada waktu-waktu tersebut. Melalui kitab ini,

kita akan mengetahui kenapa kita disunnahkan berpuasa pada hari senin dan

kamis, ada apa dengan malam nisfu sya’ban, mengapa disunnahkan mandi

Page 27: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

21

pada hari jumat, dan masih banyak lagi keutamaan waktu lain yang akan

diungkap.

Hadis-hadis yang dinukil oleh Imam Baihaqi dalam kitab ini berasal

dari berbagai sumber yang terpercaya dengan penjelasan kosakata asing yang

terdapat dalam matan hadis dan disertai dengan takhrij yang teliti dan cermat.

Sehingga setiap lembar dari kitab ini menjadi sangat penting untuk dibaca dan

kemudian diamalkan untuk menambah perbendaharaan amal baik kita di

akhirat kelak.

D. Hadis-hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban

Adapun hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Fadhail al-Awqaat, yang penulis

teliti dalam pembahasan skripsi ini ada tiga hadis:

بن یوسف / و أبو عبداالله إسحاق بن محمد , أخبرنا أبو عبداالله الحافظ - ١أخبرنا أبو العباس محمد بن : قالوا, السواس و أبو بكر محمد بن الحسن

حَدَّثَنَا ھشام : قال, حَدَّثَنَا یزید بن محمد بن عبدالصمد الدمشقي: قال, یعقوبوابن (, عن الأوزاعي, مادحَدَّثَنَا أبو خلید و ھو عتبة بن ح: قال, بن خالد

عن مالك , عن مكحول, عن أبیھ, ثابت بن ثوبان نوھو عبدالرحمن ب) ثابت االله یَطَّلِعُ قَالَ وَسَلَّمَ عَلَیْھِ االله صَلَّى النبي عَنْ ,عن معاذ بن جبل, بن یخامر

إِلَّا خَلْقِھِ لِجَمِیعِ رُفَیَغْفِ , شَعْبَانَ مِنْ النِّصْفِ لَیْلَةِ فِي خَلْقِھِ تبارك و تعالى إِلَى مُشَاحِنٍ أَوْ لِمُشْرِكٍ

Dari Mu’adz ibn Jabal, dari Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah memperhatikan malam nisfu sya’ban dimana Dia akan mengampuni dosa seluruh makhluk-Nya kecuali orang yang musyrik atau orang yang bermusuhan.”21

21Abu Abdullah al-Hafizh menuturkan dari Abu Abdullah Ishaq ibn Muhammad ibn

Yusuf as-Sus dan Abu Bakar Muhammad ibn Hasan dari Abu Abbas ibn Yakub dari Yazid ibn Muhammad ibn Abdi Shamad ad-Dimasyqi bahwa Hisyam ibn Khalid menuturkan dari Abu

Page 28: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

22

أخبرنا أبو إسحاق : قال, بن یوسف الأصفھاني) عبداالله(حَدَّثَنَاأبو محمد - ٢, حَدَّثَنَامحمد بن علي بن زید الصائغ, )المكي(إبراھیم بن أحمد بن فراس

بِيأَ ابْنُ أخبرنا: قال, الرَّزَّاقِ عَبْدُ حَدَّثَنَا : قال, عَلِيٍّ بْنُ الْحَسَنُ حَدَّثَنَا: قال عَنْ , جَعْفَرٍ بْنِ االله عَبْدِ عَنْ, مُعَاوِیَةَ عَنْ , مُحَمَّدٍ بْنِ إِبْرَاھِیمَ عَنْ , سَبْرَةَ

االله صَلَّى االله رَسُولُ قَالَ : قَالَ طَالِبٍ رضي االله عنھ أَبِي بْنِ عَلِيِّ عَنْ , أَبِیھِ , وَصُومُوا یومھَا لَیْلَتھَا فَقُومُوا شَعْبَانَ مِنْ النِّصْفِ لَیْلَةُ كَانَ إِذَا وَسَلَّمَ عَلَیْھِ , فَأَرْزُقَھُ مُسْتَرْزِقٌ أَلَا , لَھُ فَأَغْفِرَ مُسْتَغْفِر أَلَا: تبارك و تعالى یَقُولُ االله فَإِنَّ الْفَجْرُ یَطْلُعَ حَتَّى ,كَذَا أَلَا, سائل فأعطیھ أَلَا

Dari Ali ibn Abu Thalib berkata: Rasulullah saw bersabda: “Apabila malam nisfu Sya’ban tiba, dirikanlah shalat pada malamnya dan berpuasalah pada siangnya. Karena, sesungguhnya Allah SWT berseru, ‘Siapa yang meminta ampun pada malam ini, niscaya Aku akan mengampuninya; siapa yang meminta rezeki (pada malam ini), niscaya Aku akan memberinya rezeki; siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku (pada malam ini), niscaya Aku akan mengabulkan permintaannya; siapa yang meminta ini dan itu, niscaya Aku akan memberinya apa yang ia minta, hingga terbit fajar.”22

: قال, حَدَّثَنَا أبو العباس محمد بن یعقوب : قال, أخبرنا أبو عبداالله الحافظ - ٣حَدَّثَنَا أبو الأسود : قال, حَدَّثَنَا محمد بن محمد بن إسحاق الصغاني

عن الضحاك بن , عن زبیر بن سلیم, حَدَّثَنَا ابن لھیعة: قال, المصريسمعت : موسى الأشعري یقول سمعت أبا: قال, أَبِیھِ عَنْ , عبدالرحمن

فِي الدُّنْیَا السَّمَاءِ إِلَى یَنْزِلُ ربنا :وَسَلَّمَ یقول عَلَیْھِ االله صَلَّى االله رَسُولَ مُشَاحِنٍ أَوْ مُشْرِكٍ إِلَّا ,لِأَھل الأرض فَیَغْفِرُ , شَعْبَانَ النِّصْفِ مِنْ

Abu Musa al-Asy’ari berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tuhan kita turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban untuk memberi ampunan kepada seluruh penduduk bumi kecuali orang musyrik dan orang yang meninggalkan persatuan umat.”23

Khulaid-Utbah ibn Hammad-dari Auza’I dan Ibnu Tsabit- Abdurrahman ibn Tsabit ibn Tasuban dari ayahnya dari Makhul, dari Malik ibn Yakhamir.

22 Dari Abu Ishaq Ibrahim ibn Ahmad ibn Firas al-Makki, dari Muhammad ibn Ali ibn Zaid ash-Shaigh, menuturkan hasan ibn Ali dari Abdur Razaq, dari ibnu Sabrah, dari Ibrahim ibn Muhammad, dari Mu’awiyah, dari Abdullah ibn Ja’far, dari ayahnya.

23Abu Abdullah al-Hafizh menuturkan dari Abu Abbas Muhammad ibn Ya’kub, dari Muhammad ibn Ishaq ash-Shagani, dari Abu Aswab al-Miishri, dari Ibnu Lahi’ah, dari Zubair ibn Salim dari Dhahhak ibn Abdurrahman dari ayahnya.

Page 29: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

23

Page 30: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

24

BAB III

KRITIK SANAD KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA’BAN

A. Melakukan Takhrij Hadis

Secara etimologis, takhrij (تخریج ) berasal dari kata kharroja (خرج)

yang berarti tampak atau jelas. Sedangkan secara terminologis, takhrij menurut ahli

hadis berarti bagaimana seseorang menyebutkan dalam kitab karangannya suatu

hadis dengan sanadnya sendiri.1

Jadi takhrij hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai

kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang mana di dalam sumber

itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.

Kegiatan takhrij hadis bagi seorang peneliti hadis sangatlah penting, tanpa

melakukannya maka akan sulit diketahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti.2

Dan takhrij hadis tersebut bertujuan untuk menunjukan sumber hadis-hadis dan

menerangkan ditolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut.3 Dengan demikian, ada

beberapa hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhrij hadis dalam

melaksanakan penelitian hadis, yaitu:

1. Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti.

2. Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti

1 Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadis,

(Semarang: Bina Utama 1994), h.2 2 M. Syuhudi Isma’il, Metode Penelitian Hadis Nabi SAW (Jakarta: Bulan Bintang,

1992), h.43-45 3Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadis, h.4

24

Page 31: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

25

3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi’ pada

sanad yang akan diteliti.4

4. Untuk memperkenalkan sumber-sumber hadis, kitab-kitab asal di mana

suatu hadis berada beserta ulama yang meriwayatkannya.

5. Untuk menambah perbendaharaan sanad hadis-hadis melalui kitab-

kitab yang ditunjukinya.

6. Untuk memperjelas keadaan sanad

7. Untuk memperjelas hukum hadis dengan banyak riwayatnya itu

8. Untuk mengetahui pendapat-pendapat para ulama sekitar hukum hadis

9. Untuk memperjelas perawi hadis yang samar, karena terkadang kita

dapati seorang perawi yang belum ada kejelasan namanya.

10. Untuk dapat menafikan pemakaian “AN” dalam periwayatan hadis

oleh seorang perawi mudallis. Dengan didapatinya sanad yang lain

yang memakai kata yang jelas ketersambungan sanadnya, maka

periwayatan yang memakai “AN” tadi akan tampak pula

ketersambungan sanadnya.

11. Untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat.

12. Untuk dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya. Hal ini karena

kemungkinan saja ada perawi-perawi yang mempunyai kesamaan gelar.

Dengan adanya sanad yang lain, maka nama perawi itu akan menjadi

jelas.

13. Untuk memperkenalkan periwayatan yang tidak terdapat dalam satu

sanad.

4 M. Syuhudi Isma’il, Metode Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 45-50

Page 32: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

26

14. Untuk memperjelas arti kalimat yang asing yang terdapat dalam satu

sanad.

15. Untuk menghilangkan hukum ‘Syadz” (kesendirian riwayat yang

menyalahi riwayat tsiqat) yang terdapat pada suatu hadis melalui

perbandingan riwayat.

16. Untuk membedakan hadis yang mudraj (yang mengalami penyusupan

sesuatu) dari yang lainnya.

17. Untuk mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dialami

oleh seorang perawi.

18. Untuk mengungkap hal-hal yang terlupakan atau diringkas oleh

seorang perawi.

19. Untuk membedakan antara prooses periwayatan yang dilakukan

dengan lafal dan yang dilakukan dengan makna (pengertian) saja.

20. Untuk menjelaskan masa dan tempat kejadian timbulnya hadis atau

sebab-sebab timbulnya hadis. Melalui perbandingan sanad-sanad yang

ada maka asbab al-wurud dalam hadis tersebut akan dapat diketahui

dengan jelas

21. Untuk mengungkap kemungkinan terjadinya kesalahan percetakan

dengan melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada.5

Sesuai dengan cara para ulama mengumpulkan hadis-hadis, dapatlah dikatakan

bahwa metode-metode takhrij hadis disimpulkan dalam lima macam metode:6

5 Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadis, h.6 6 Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadis, h.15

Page 33: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

27

1. Metode takhrij hadis menurut lafal pertama hadis.

Kitab yang digunakan untuk kegiatan ini adalah kitab al-Jami’ ash-

Shagir, kitab al-Fath al-Kabir, dan kitab Jam’u al-Jawami’ karya al-Hafizh

Jalaludin Abul Fadl Abdu ar-Rahman ibn Abi Bakr Muhammad al-Khudhairy

as-Suyuthi as-Syafi’i, kitab al-Jami’ al-Azhar karya al-Imam al-Hafizh Abdu ar-

Rauf ibn Taju ad-Diin Ali ibn al-Haddady al-Manawy al-Qahiry asy-Syafi’i, dan

kitab Hidayat al-Baary karya as-Sayyid Abdur-Rahim ibn ‘Anbar ath-Thahawy.

2. Metode takhrij hadis menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadis.

Kitab yang digunakan untuk kegiatan ini adalah kitab al-Mu’jam al-

Mufahras Li Alfaazh al-Hadits an-Nabawy karya A. J. Wensinck dan kawan-

kawan, yang diterjemahkan oleh Muhammad Fuad Abdu al-Baqy.

3. Metode takhrij hadis menurut perawi terakhir.

Kitab yang digunakan untuk kegiatan ini adalah kitab Musnad Ahmad

bin Hambal

4. Metode takhrij hadis menurut tema hadis.

Kitab yang digunakan untuk kegiatan ini adalah Kitab Kanzu al-ummaal

oleh al-Hindy, Kitab Muntakhab Kanzu al-Ummaal oleh al-Hindy, kitab Miftah

Kunuz al-Sunnah oleh Wensinck, Kitab al-Mughny ‘An Hamli al-Asfar oleh al-

‘Iraqy, kitab Nashbu al-Rayah oleh al-Zayla’iy, kitab al-Dirayah oleh Ibnu Hajar,

kitab al-Talkhish al-Habir oleh Ibnu Hajar, kitab Muntaqaa al-Akhbar oleh Ibnu

Taimiyah, kitab Bulugh al-Maram oleh Ibnu Hajar, kitab Taqrib al-Asanid oleh

a-‘Iraqi, kitab al-Targhib Wa al-Tarhib oleh al-Mundziry, kitab al-Zawajir oleh

Ibnu Hajar al-Haitamy, kitab al-Durr al-Mantsur oleh al-Suyuthi, kitab Fath al-

Page 34: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

28

Qadir oleh al-Syaukany, kitab Tafsir ibnu Katsir, kitab al-Kaaf al-Syaaf oleh

Ibnu Hajar, kitab al-Khashaaish al-Kubra oleh al-Suyuthi, kitab Manahil al-

Shafaa oleh al-Suyuthi, kitab Siirah Ibnu Katsir, dan kitab Subul al-Huda Wa

al-Rasyad oleh al-Syaamy.

5. Metode takhrij hadis menurut klasifikasi jenis hadis.

Kitab yang digunakan untuk kegiatan ini adalah Kitab al-Azhaar al-

Mutanaatsirah Fii al-Akhbar al-Mutawaatirah karya Imam as-Suyuti, Kitab al-

Ittihaafaat al-saaniyah Fii al-Ahaadits al-Qudsiyah karya al-madani, kitab al-

Ahaadits al-Qudsiyah dari Lembaga al-Qur’an dan Hadis, Kitab al-Maqashid al-

Hasanah karya Imam Sakhawi, Kitab Kasyfu al-Khafaa karya al-‘Ijluuni, Kitab

al-Maraasiil karya Imam Abu Daud, Kitab Tanziih al-Syari’ah karya Ibnu ‘Iraq,

dan Kitab al-Mashnuu’ karya al-Qaari.

B. Melakukan al-I’tibar

Menurut istilah ilmu hadis, al-I’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain

untuk suatu hadis tertentu. Yang hadis itu pada bagian sanad-nya tampak hanya terdapat

seorang periwayat saja dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat

diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari

sanad hadis yang dimaksud.7 Dengan dilakukannya al-I’tibar maka akan terlihat dengan

jelas seluruh jalur sanad hadis yang teliti, demikian juga dengan nama-nama

periwayatnya, dan metode periwayat yang digunakan untuk masing-masing periwayat

yang bersangkutan. Jadi kegunaan al-I’tibar adalah untuk mengetahui keadaan sanad

7 M. Syuhudi Isma’il, Metode Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 114

Page 35: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

29

hadis seluruhnya, dilihat dari ada tidak adanya pendukung berupa periwayat yang

berstatus mutabi’8 dan syahid9. Melalui al-I’tibar akan dapat diketahui apakah sanad

hadis yang diteliti memiliki mutabi’ dan syahid atau kah tidak.

C. Melakukan Penelitian Sanad Hadis

1. Pengertian Kritik Sanad

Kata kritik merupakan alih bahasa dari kata د atau dari (naqd) نق

kata ز -Sekalipun kata tersebut tidak ditemukan dalam al .(tamyiz) تمیی

Qur’an maupun dalam hadis, namun tidak perlu diperbedakan, apakah

kegiatan kritik pantas diterapkan dalam kajian hadis atau tidak, karena

disiplin ilmu kritik memang muncul belakangan. Sedangkan menurut

istilah, kritik berarti berusaha menemukan kekeliruan dan kesalahan

dalam rangka menemukan kebenaran. Kritik yang dimaksud di sini

adalah sebagai upaya mengkaji hadis Rosulullah SAW. Untuk

menentukan hadis yang benar-benar datang dari Nabi Muhammad SAW.

Menurut bahasa, kata سند sanad mengandung kesamaan arti kata

,yaitu jalan atau sandaran. Sedangkan menurut istilah hadis (thariq) طریق

sanad ialah jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis.

8Muttabi’ adalah periwayat yang berstatus pendukung pada periwayat yang bukan sahabat Nabi

SAW. Lih. Syuhudi, Metode Penelitian Hadis Nabi SAW, h.52 9 Syahid adalah periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk

sahabat Nabi SAW. Lih. Syuhudi, Metode Penelitian Hadis Nabi SAW, h.52

Page 36: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

30

Jadi, penelitian kritik sanad hadis ialah penelitian, penilaian dan penelusuran

sanad hadis tentang individu perawi dan proses penerimaan hadis dari guru mereka

masing-masing dengan berusaha menemukan kekeliruan dan kesalahan dalam rangkaian

sanad untuk menemukan kebenaran, yaitu kualitas hadis (shahih, hasan dan dha’if)

Kegiatan kritik atau penelitian hadis bertujuan untuk mengetahui kualitas hadis

yang terdapat dalam rangkaian sanad hadis yang diteliti. Apabila hadis yang diteliti

memnuhi kriteria keshahihan sanad, hadis tersebut digolongkan sebagai hadis shahih

dari segi sanad.10

2. Kualitas Periwayat dan Kebersambungan Sanad

Ada tiga unsur berkenaan dengan sanad atau yang harus dimiliki oleh periwayat

hadis, yaitu:

1. Sanad bersambung

2. Periwayat bersifat ‘adil

3. Periwayat bersifat dhabith11

Kriteria periwayat ‘adil adalah beragama Islam, melaksanakan

ketentuan agama, memelihara muru’ah (sopan santun). Sedangkan

kriteria periwayat dhabit kuat ingatan kuat pula hapalannya,

membawakan hadis dan memahami apa yang didengarkan, dan

menghapalnya dari waktu membawakannya sampai waktu

menyampaikannya. Dalam kegiatan ini, peneliti dapat dimulai pada

10Bustamin dan M. Isa Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004),h. 5-7 11M. Syuhudi Ismail, Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadis, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1996), h.6

Page 37: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

31

periwayat pertama ataupun periwayat terakhir. Berikut ini adalah

kualitas periwayat hadis tentang keutamaan malam nisfu sya’ban.

1. Hadis Pertama

بن یوسف / و أبو عبداالله إسحاق بن محمد , أخبرنا أبو عبداالله الحافظ - أخبرنا أبو العباس محمد بن : قالوا, السواس و أبو بكر محمد بن الحسن

حَدَّثَنَا : قال, حَدَّثَنَا یزید بن محمد بن عبدالصمد الدمشقي: قال, یعقوب, عن الأوزاعي, حَدَّثَنَا أبو خلید و ھو عتبة بن حماد: قال, ھشام بن خالد

, عن مكحول, عن أبیھ, بانوھو عبدالرحمن بت ثابت بن ثو) وابن ثابت( قَالَ وَسَلَّمَ عَلَیْھِ االله صَلَّى النبي عَنْ ,عن معاذ بن جبل, عن مالك بن یخامر

فَیَغْفِرُ , شَعْبَانَ مِنْ النِّصْفِ لَیْلَةِ فِي خَلْقِھِ تبارك و تعالى إِلَى االله یَطَّلِعُ مُشَاحِنٍ أَوْ لِمُشْرِكٍ إِلَّا خَلْقِھِ لِجَمِیعِ

Dari Mu’adz ibn Jabal, dari Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah memperhatikan malam nisfu sya’ban dimana Dia akan mengampuni dosa seluruh makhluk-Nya kecuali orang yang musyrik atau orang yang bermusuhan.”12

Dalam kegiatan ini kritik sanad (Naqd as-sanad) dimulai pada periwayat terakhir

lalu diikuti pada periwayat sebelumnya dan seterusnya sampai periwayat pertama.

a. Abu ‘Abdullah al-Hafidz

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn ‘Aliy ibn Hamzah al-Maruziy,

kunyahnya Abu ‘Aliy, ada juga yang mengatakan Abu ‘Abdullah al-Hafidz.

12 Abu Abdullah al-Hafizh menuturkan dari Abu Abdullah Ishaq ibn Muhammad ibn Yusuf as-

Sus dan Abu Bakar Muhammad ibn Hasan dari Abu Abbas ibn Yakub dari Yazid ibn Muhammad ibn Abdi Shamad ad-Dimasyqi bahwa Hisyam ibn Khalid menuturkan dari Abu Khulaid-Utbah ibn Hammad-dari Auza’I dan Ibnu Tsabit- Abdurrahman ibn Tsabit ibn Tasuban dari ayahnya dari Makhul, dari Malik ibn Yakhamir.

Page 38: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

32

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Ishaq ibn Sulaiman ar-Razi,

Sulaiman ibn ‘Abdirrahman, Hibban ibn Musa, Ibnu Ya’kub as-Suus, Abu Bakar

Muhammad ibn al-Hasan, dan banyak lagi yang lain-lainnya. Sedangkan murid-

muridnya di bidang periwayatan hadis adalah Ahmad ibn Ja’far ibn Nasr, Ishaq ibn

Ibrahim, Ahmad ibn Muhammad ibn Hazim, dan banyak lagi yang lain-lainnya.13

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. An-Nasa’i berkata : Tsiqah

b. Ibnu Hajar berkata : Abu Abdullah adalah seorang perawi yang tsiqah

c. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau al-Tsiqaat

b. *Abu ‘Abdullah Ishaq ibn Muhammad ibn Yusuf as-Suus

Nama lengkapnya adalah Ishaq ibn Muhammad al-Ansariyu al-

Hijaziyu, kunyahnya Ibnu Ya’kub as-Suus.

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Rabih ibn

‘Abdirrahman, Abu al-‘Abbas Muhammad ibn Ya’kub, dan banyak lagi

yang lain-lainnya. Sedangkan murid-muridnya di bidang periwayatan hadis

adalah ‘Abdullah ibn Ibrahim al-Ghifariy, Abu ‘Abdullah al-Hafiz, dan

banyak lagi yang lain-lainnya.14

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Abu Daud berkata : Tsiqah

b. Ibnu Hajar berkata : Tsiqah

13 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 18, h.425

14 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 3, h.356

Page 39: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

33

*Abu Bakar Muhammad ibn al-Hasan

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibn al-Hasan,

kunyahnya Ibnu Faurak. 15

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah az-Zubair ibn al-

Mundzir ibn Abi Asiid, Yazid ibn ‘Abdulllah ibn Qasit, Abu al-Abbas

Muhammad ibn Ya’kub, dan banyak lagi yang lain-lainnya. Sedangkan

murid-muridnya di bidang periwayatan hadis adalah Safwan ibn Sulaim,

Muhammad ibn Jahdam, Abu ‘Abdullah al-Hafiz, dan banyak lagi yang lain-

lainnya.

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Ibnu Hajar berkata : Maqbul

b. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau al-Tsiqaat

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk menetapkan

kesimpulan bahwa Abu ‘Abdullah Ishaq ibn Muhammad ibn Yusuf as-Suus dan Abu

Bakar Muhammad ibn al-Hasan adalah seorang periwayat hadis yang tsiqah. Dengan

demikian, pernyataan keduanya menerima hadis di atas dari Abu al-‘Abbas Muhammad

ibn Ya’kub tidak diragukan lagi kebenarannya. Karena telah terjadi pertemuan yang

menghubungkan antara guru dan murid di antara mereka. Itu berarti pula bahwa sanad

antara Abu ‘Abdullah Ishaq ibn Muhammad ibn Yusuf as-Suus dan Abu Bakar

Muhammad ibn al-Hasan dengan Abu al-‘Abbas Muhammad ibn Ya’kub dalam

keadaan bersambung.

c. Abu al-‘Abbas Muhammad ibn Ya’kub

15 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 22, h.345

Page 40: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

34

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn’Amr ibn al-‘Abbas, ada juga yang

mengatakan Ahmad ibn ‘Amr ibn ‘Ubaidah, kunyahnya Abu al-‘Abbas al-‘Asfariyu al-

Basriyu. W 253 H.16

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Sa’id ibn ‘Amir ad-

Daba’i, ‘Abdurrahman ibn Hammad, ‘Utsman ibn Zafar, ‘Utsman ibn Umar

ibn Faris, Yazid ibn Muhammad ibn ‘Abd as-Samad, dan banyak yang lain-

lainnya. Sedang murid-muridnya di bidang periwayatan hadis adalah Abu

Bakar Ahmad ibn ‘Amr ibn ‘Abd al-Khaliq, Abu Bakr Ahmad ibn Muhammad

ibn Sadaqah, Abu al-Husain ibn Abi Ma’syar, Abu ‘Abdullah Ishaq ibn

Muhammad ibn Yusuf, dan banyak yang lain-lainnya.

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Ibnu Hajar berkata : Tsiqah17

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa Abu al-‘Abbas Muhammad ibn Ya’kub adalah

seorang periwayat hadis yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan Abu al-

‘Abbas Muhammad ibn Ya’kub bahwa dia menerima hadis di atas dari Yazid

ibn Muhammad tidak diragukan lagi kebenarannya, karena telah terjadi

pertemuan yang menghubungkan anatara guru dan murid. Itu berarti pula

bahwa sanad antara Abu al-‘Abbas Muhammad ibn Ya’kub dengan Yazid ibn

Muhammad bersambung.

16 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 18, h.371 17 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 4, h. 399-400

Page 41: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

35

d. Yazid ibn Muhammad ibn ‘Abd as-Samad ad-Dimsyiqiy

Nama lengkapnya adalah Yazid ibn Muhammad ibn ‘Abd as-Samad ibn

‘Abdillah ibn Yazid ibn Dzakwan al-Qurasyiyu, kunyahnya Abu al-Qaasim ad-

Dimsyiqiy.18

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Ahmad ibn Abi al-

Hawariyi, Adam ibn abi Iyyas, Muhammad ibn al-Mubarak, Hisyam ibn

Khalid al-Azraq, dan banyak yang lain-lainnya. Sedang murid-muridnya di

bidang periwayatan hadis adalah Abu Ishaq Ibrahim ibn Muhammad ibn abi

Tsabit, Ja’far ibn Muhammad, Muhammmad ibn Bakar ibn Bilal, Abu al-

‘Abbas Muhammad ibn Ya’kub al-Asaam, dan banyak yang lain-lainnya.19

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. An-Nasa’I dan ad-Daaruquthniy berkata : Tsiqah

b. ‘Abdurahman ibn Abi Hatim berkata : Tsiqah, Saduq

c. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau “Al-Tsiqaat”

d. Abu al-‘Abbas Muhammad ibn Ja’far berkata : Beliau wafat pada

tahun 276 H

e. ‘Amru ibn Duhaim berkata : Beliau wafat di Damasyqus pada malam

rabu di bulan Syawal pada tahun 276 H, dan beliau dilahirkan pada

tahun 198 H.20

18 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 20, h.371 19Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 20, h.373 20 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 20, h.373

Page 42: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

36

Tak ada seorang kritikus pun yang mencela Yazid ibn Muhammad ibn ‘Abd as-

Samad. Sehingga kesimpulannya adalah beliau seorang periwayat yang tsiqah. Dengan

demikian, pernyataan Yazid ibn Muhammad ibn ‘Abd as-Samad yang mengatakan

bahwa ia menerima hadis diatas dari Hisyam ibn Khalid dengan metode al-sama’

(dengan lambang tsana), dapat dipercaya kebenarannya. Apabila dilihat dari tahun

wafat dari Yazid ibn Muhammad ibn ‘Abd as-Samad (276 H) dengan Hisyam ibn

Khalid (149 H) dapat diterima. Dimana sangat mungkin terjadinya pertemuan karena

diantara keduanya masih hidup sezaman. Itu berarti, sanad antara Yazid ibn Muhammad

ibn ‘Abd as-Samad dan Hisyam ibn Khalid dalam keadaan muttashil (bersambung).

e. Hisyam ibn Khalid

Nama lengkapnya adalah Hisyam ibn Khalid, ada juga yang mengatakan Yazid

ibn Mrwan al-Azraq, kunyahnya Abu Marwan ad-Dimsyiqiy as-Sulamiy.21

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Ayyub ibn Suwaid

ar-Ramliyu, al-Hasan ibn Yahya, Zaid ibn Yahya ibn ‘Ubaid, Abu Khulaid

‘Utbah ibn Hammad al-Hakamiy, dan banyak yang lain-lainnya. Sedang

murid-muridnya di bidang periwayatan hadis adalah Ishaq ibn Ibrahim,

Sulaiman ibn Muhammad, Abu Hatim Muhammad ibn Idris, Yazid ibn

Muhammad ibn ‘Abd as-Samad, dan banyak yang lain-lainnya.22

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

21 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 19, h.249 22Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 19, h.250

Page 43: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

37

a. Abu hatim berkata : Saduq

b. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau “Al-Tsiqaat”

c. ‘Amru ibn Duhaim, dan Ja’far ibn Ahmad ‘Asim, dan Abu Sulaiman

berkata : Beliau wafat pada tahun 149 H,

d. Dan ‘Amru menambahkan : beliau wafat pada hari Rabu bulan

Jumadal Ula.23

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa Hisyam ibn Khalid adalah seorang periwayat

hadis yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan Hisyam ibn Khalid bahwa dia

menerima hadis di atas dari Abu Khulaid tidak diragukan lagi kebenarannya.

berarti pula bahwa sanad antara Hisyam ibn Khalid dengan Abu Khulaid dapat

dikatakan dalam keadaan bersambung, dimana antara keduanya telah terjadi

pertemuan dalam hubungan sebagai murid dan guru.

f. Abu Khulaid (‘Utbah ibn Hammad)

Nama lengkapnya adalah “Utbah ibn Hammad ibn Khulaid al-Hakamiy,

kunyahnya Abu Khulaid asy-Syamiy ad-Dimsyiqiy.24

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Khalid ibn Yazid ibn

Salih, Said ibn Basyir, Sufyan ibn ‘Uyainah, ‘Abdurrahman ibn Tsabit ibn

Tsauban, dan banyak yang lain-lainnya. Sedang murid-muridnya di bidang

periwayatan hadis adalah Ibrahim ibn Yazid ibn Mus’ab, Ayyub ibn

23 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 19, h.250 24 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 12, h361

Page 44: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

38

Muhmmad, Sulaiman ibn Ahmad ibn Muhammad, Hisyam ibn Khalid al-

Azraq, dan banyak yang lain-lainnya.25

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Abu “aliy an-Naysaburiy al-Hafiz dan abu Bakar al-Khatib berkata :

Tsiqah

b. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau “Al-Tsiqaat”.26

Tak ada seorang kritikus pun yang mencela Abu Khulaid. Pujian orang

yang diberikan kepadanya adalah pujian yang berperingkat tinggi. Dengan

demikian pernyataan Abu Khulaid yang mengatakan bahwa ia menerima hadis

diatas dari Ibn Tsabit dengan metode al-sama’ (dengan lambing tsana), dapat

dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Abu Khulaid dan Ibn Tsabit

dalam keadaan muttashil (bersambung).

g. Ibn Tsabit (‘Abdurrahaman ibn Tsabit)

Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahman ibn Tsabit ibn Tsauban al-‘Ansiyu,

kunyahnya Abu ‘Abdullah ad-Dimsyiqiy.

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Hasan ibn ‘Athiyah, Khalid

ibn Ma’dan, dan ayah beliau Tsabit ibn Tsauban, dan banyak yang lain-

lainnya27.Sedangkan murid-muridnya di bidang periwayatan hadis adalah Zaid ibn al-

25Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 12, h.362 26 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 12, h.362

27 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 11, h.130

Page 45: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

39

Hubab, Sulaim ibn Salih, ‘Abdullah ibn Salih, Abu Khulaid ‘Utbah ibn Hammad, dan

banyak yang lain-lainnya.28

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Abu Bakar al-Atsram dari Ahmad ibn Hanbal : hadis-hadisnya mungkar

b. Ibrahim ibn ‘Abdullah ibn al-Junaid, dari Yahya ibn ma’in berkata : Salih

c. Abbas ad-Duriyu, dari Yahya ibn ma’in berkata : tak ada masalah dengan

hadis-hadisnya

d. ‘Utsman ibn Sa’id ad-Darimiy, dari Duhaim : Tsiqah

e. Abu Hatim berkata : Tsiqah

f. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau “Al-Tsiqaat”.

g. Abu Zur’ah ad-Dimsyiqiy, dari Ibrahim ‘Abdillah ibn Zabr berkata :

beliau dilahirkan pada tahun 75 H, dan wafat pada tahun 165 H

h. Yahya ibn Ma’in berkata : beliau wafat di Baghdad.29

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa Ibn Tsabit adalah seorang periwayat hadis yang

tsiqah. Dengan demikian, pernyataan Ibn Tsabit bahwa dia menerima hadis di

atas dari Tsabit ibn Tsauban ayahnya tidak diragukan lagi kebenarannya.

Apabila dilihat dari tahun wafat dari Ibn Tsabit (165 H) dengan Tsabit ibn

Tsauban dapat diterima. Jadi sangat mungkin terjadinya pertemuan karena

diantara keduannya masih hidup sezaman. Itu berarti pula bahwa sanad antara

Ibn Tsabit dengan Tsabit ibn Tsauban dalam keadaan bersambung.

28 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 11, h.131

29 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 11, h.132-133

Page 46: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

40

h. Tsabit ibn Tsauban (Abiihi)

Nama lengkapnya adalah Tsabit ibn Tsauban al-‘Ansiyu asy-Syamiyu ad-

Dimsyiqiy.(Beliau adalah ayah dari ‘Abdurrhaman ibn Tsabit ibn Tsauban.

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Khalid ibn Ma’dan, Said ibn

al-Musayyab ‘Abdullah ibn ad-Dailamiy, Makhul asy-Syamiy, dan banyak yang lain-

lainnya. Sedangkan murid-muridnya di bidang periwayatan hadis adalah Ibrahim ibn

Jidar, anaknya ‘Abdurrahman ibn Tsabit ibn Tsauban, ‘Utsman ibn Husain Yahya

ibn Hamzah, dan banyak yang lain-lainnya.30

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. ‘Utsman ibn Sa’id ad-Dirimiy, dan Mu’awiyah ibn Salih, dari Yahya ibn

Ma’in berkata : Tsiqah

b. Abu Hatim berkata : Tsiqah.31

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa Tsabit ibn Tsauban adalah seorang periwayat

hadis yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan Tsabit ibn Tsauban bahwa dia

menerima hadis di atas dari Makhul tidak diragukan lagi kebenarannya. berarti

pula bahwa sanad antara Tsabit ibn Tsauban dengan Makhul dapat dikatakan

dalam keadaan bersambung, dimana antara keduanya telah terjadi pertemuan

dalam hubungan sebagai murid dan guru.

i. Makhul

30 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 3, h.228 31 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 3, h.228

Page 47: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

41

Nama lengkapnya adalah Makhul asy-Syamiy, kunyahnya Abu ‘Abdillah, ada

juga yang mengatakan Abu Ayyub, ada juga yang mengatakan Abu Muslim. Beliau

adalah seorang Faqih dari Damaskus.

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Ubay ibn Ka’ab, Anas ibn

Malik, Sa’id ibn al-Musayyab, Malik ibn Yakhamir as-Saksakiy, dan banyak lagi

yang lain-lainnya. Sedangkan murid-muridnya di bidang periwayatan hadis adalah

Ibrahim ibn Abi Hanifah al-Yamaniy, Usamah ibn Zaid, Ismail ibn abi Bakar, Tsabit

ibn Tsauban, dan banyak lagi lain-lainnya.32

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

a. Muhammad ibn ‘Abdullah ibn ‘Amma’ berkata : Makhul adalah seorang

Imam dari negeri Syam.

b. Al-‘Ijliyu berkata : Makhul adalah seorang tabiin, tsiqah

c. Ibnu Khirasy berkata : Makhul adalah orang Syam yang saduq

d. Abu Sa’id ibn Yunus berkata : Beliau wafat pada tahun 118 H.33

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa Makhul adalah seorang periwayat hadis yang

tsiqah. Dengan demikian, pernyataan Makhul bahwa dia menerima hadis di

atas dari Malik ibn Yakhamir tidak diragukan lagi kebenarannya. berarti pula

bahwa sanad antara Makhul dengan Malik ibn Yakhamir dapat dikatakan

dalam keadaan bersambung, dimana antara keduanya telah terjadi pertemuan

dalam hubungan sebagai murid dan guru.

32 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 18, h.356-357 33 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 18, h.360-361

Page 48: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

42

j. Malik ibn Yakhamir

Nama lengkapnya adalah Malik ibn Yakhamir, kunyahnya ibnu Akhamir as-

Saksakiy al-Alhaniy al-Himsiyi.

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah ‘Abdullah ibn as-Sa’diyu,

Abdullah ibn ‘Amr, ‘Abdurrahmana ibn ‘Auf, Mu’adz ibn Jabal, dan Mu’awiyah ibn

Abi Sufyan. Sedangkan murid-muridnya di bidang periwayatan hadis adalah Jubair ibn

Nufair al-Hadramiyu, Khalid ibn Ma’dan, Sulaiman ibn Musa, Makhul Asy-Syamiy,

dan banyak lagi yang lain-lainnya.34

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau “Al-Tsiqaat”

b. Abu Bakar ibn Abi ‘Asim berkata : beliau wafat pada tahun 70 H.35

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa Malik ibn Yakhamir adalah seorang periwayat

hadis yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan Malik ibn Yakhamir bahwa

dia menerima hadis di atas dari Mu’adz ibn Jabal tidak diragukan lagi

kebenarannya. berarti pula bahwa sanad antara Malik ibn Yakhamir dengan

Mu’adz ibn Jabal dapat dikatakan dalam keadaan bersambung, dimana antara

keduanya telah terjadi pertemuan dalam hubungan sebagai murid dan guru.

k. Mu’adz ibn Jabal

Nama lengkapnya adalah Mu’adz ibn Jabal ibn ‘Amr ibn Aus ibn ‘Aidz ibn

‘Adiyu ibn Ka’ab ibn ‘Amr ibn ‘Adiyu ibn Sa’ad ibn ‘Aliy ibn Asad ibn Saridah ibn

34Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 17, h.411 35Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 17, h.411

Page 49: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

43

Yazid ibn Jusyam ibn al-Khazraj al-Ansariyu al-Khazrajiyu, kunyahnya Abu

‘Abdirrahman al-Madaniyu, beliau adalah sahabat Rasulullah SAW.36

Gurunya di bidang periwayatan hadis adalah langsung kepada Nabi

Muhammad SAW. Dan muridnya di bidang periwayatan hadis adalah al-

Aswad ibn Hilal, Anas ibn Malik, Jabir ibn ‘Abdullah, Junadah ibn Abi

Umayyah, Malik ibn Yakhamir as-Saksakiyu, dan banyak lagi yang lain-

lainnya.37

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Asy-Sya’biy, dari Masruq berkata : Bahwa Mu’adz adalah seorang yang

patuh lagi taat pada Allah SWT, dan tidak ada sedikit pun kemusyrikan

dalam dirinya.

b. Dalam riwayat lain ada juga yang mengatakan : Bahwa Mu’adz adalah

seorang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, dan beliau adalah

seorang yang taat pada Allah dan Rasul-Nya.

c. Abu Mushir berkata : aku membaca dalam kitab Yazid ibn ‘Abidah bahwa

Mu’adz wafat pada tahun 17 H.

d. Yahya ibn Ma’in dan ‘Aliy ‘Abdullah at-Tamimiy berkata: Mu’adz wafat

sekitar tahun 17 atau 18 H. dan Yahya menambahkan bahwa beliau wafat

pada usia 34 tahun.38

36Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 18, h.163

37 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 18, h.164

38 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 18, h.166-167

Page 50: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

44

Tidak ada seorang pun yang mencela pribadi Mu’adz ibn Jabal dalam

periwayatan hadis. Jadi, kesimpulannya beliau adalah seorang perawi yang

tsiqah. Melihat hubungan pribadinya dengan Nabi yang akrab dan dedikasinya

yang tinggi dalam membela Islam sebagai agama yang diyakininya sejak kecil,

maka Mu’adz ibn Jabal termasuk salah seorang sahabat Nabi yang tidak

diragukan kejujuran dan keshahihannya dalam menyampaikan hadis Nabi.

Lambang periwayatan yang digunakan dalam meriwayatkan hadis yang diteliti

sanadnya ini dengan menggunakan metode al-sama’. Itu berarti, Mu’adz ibn

Jabal benar-benar telah mendengar langsung hadis tersebut dari Nabi SAW.

Dengan demikian dapatlah dinyatakan bahwa hadis yang sanadnya diteliti ini

diterima langsung oleh Mu’adz ibn Jabal dari Nabi SAW. Itu berarti pula

bahwa antara Nabi dan Mu’adz ibn Jabal telah terjadi persambungan

periwayatan hadis.

Dengan argumen-argumen tersebut jelaslah bahwa sanad Imam Baihaqi

yang melalui Mu’adz ibn Jabal ini seluruh periwayatnya bersifat adil dan

dhabith (tsiqah), serta sanadnya dalam keadaan muttasil (bersambung). Itu

berarti, hadis yang diteliti ini telah memenuhi unsur-unsur kaidah keshahihan

sanad hadis, sehingga natijat (kongklusinya) dapat dinyatakan bahwa hadis

yang bersangkutan berkualitas shahih li zatih.

2. Hadis Kedua

أخبرنا أبو إسحاق : قال, بن یوسف الأصفھاني) عبداالله(حَدَّثَنَاأبو محمد - , حَدَّثَنَامحمد بن علي بن زید الصائغ, )المكي(إبراھیم بن أحمد بن فراس

أَبِي ابْنُ أخبرنا: قال, الرَّزَّاقِ عَبْدُ حَدَّثَنَا : قال, عَلِيٍّ بْنُ الْحَسَنُ حَدَّثَنَا: قال

Page 51: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

45

عَنْ , جَعْفَرٍ بْنِ االله عَبْدِ عَنْ, مُعَاوِیَةَ عَنْ , مُحَمَّدٍ بْنِ إِبْرَاھِیمَ نْعَ , سَبْرَةَ االله صَلَّى االله رَسُولُ قَالَ : قَالَ طَالِبٍ رضي االله عنھ أَبِي بْنِ عَلِيِّ عَنْ , أَبِیھِ

, وَصُومُوا یومھَا لَیْلَتھَا وافَقُومُ شَعْبَانَ مِنْ النِّصْفِ لَیْلَةُ كَانَ إِذَا وَسَلَّمَ عَلَیْھِ , فَأَرْزُقَھُ مُسْتَرْزِقٌ أَلَا , لَھُ فَأَغْفِرَ مُسْتَغْفِر أَلَا: تبارك و تعالى یَقُولُ االله فَإِنَّ الْفَجْرُ یَطْلُعَ حَتَّى ,كَذَا أَلَا, سائل فأعطیھ أَلَا

Dari Ali ibn Abu Thalib berkata: Rasulullah saw bersabda: “Apabila malam nisfu Sya’ban tiba, dirikanlah shalat pada malamnya dan berpuasalah pada siangnya. Karena, sesungguhnya Allah SWT berseru, ‘Siapa yang meminta ampun pada mala mini, niscaya Aku akan mengampuninya; siapa yang meminta rezeki (pada malam ini), niscaya Aku akan memberinya rezeki; siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku (pada malam ini), niscaya Aku akan mengabulkan permintaannya; siapa yang meminta ini dan itu, niscaya Aku akan memberinya apa yang ia minta, hingga terbit fajar.”39

Dalam kegiatan ini kritik sanad (Naqd as-sanad) dimulai pada periwayat terakhir lalu

diikuti pada periwayat sebelumnya dan seterusnya sampai periwayat pertama.

a. Abu Muhammad ‘Abdullah ibn Yusuf al-Asfahaniy

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Yusuf ibn ‘Abdullah ibn Salam al-

Asfahaniy Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah ‘Abdullah ibn az-Zubair,

Yusuf ibn ‘Abdullah, Abu Ishaq Ibrahim ibn Ahmad al-Makiy, Abu Sa’id ‘Abdullah,

dan banyak lagi yang lain-lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalahSyu’aib ibn

Safwan, ‘Abd al-Malik, Utsman ibn Dahhak.dan banyak lagi yang lain-lainnya.

39Dari Abu Ishaq Ibrahim ibn Ahmad ibn Firas al-Makki, dari Muhammad ibn Ali ibn

Zaid ash-Shaigh, menuturkan hasan ibn Ali dari Abdur Razaq, dari ibnu Sabrah, dari Ibrahim ibn Muhammad, dari Mu’awiyah, dari Abdullah ibn Ja’far, dari ayahnya.

Page 52: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

46

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau “Al-Tsiqaat”

b. Ibnu Hajar berkata : Maqbul40

Dengan demikian, para kritikus hadis menilai positif terhadap kapasitas

Abu Muhammad ‘Abdullah dalam kegiatan transmisi hadis. Pujian orang yang

diberikan kepadanya adalah pujian yang berperingkat tinggi. Dengan demikian,

pernyataan Abu Muhammad ‘Abdullah yang mengatakan bahwa ia menerima

hadis diatas dari Abu Ishaq Ibrahim dengan metode al-sama’ (dengan lambing

tsana), dapat dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Abu

Muhammad ‘Abdullah dan Abu Ishaq Ibrahim dalam keadaan muttasil

(bersambung).

c. Abu Ishaq Ibrahim ibn Ahmad ibn Firaas al-Makiy

Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Muni’ ibn ‘Abdirrahman ibn Ishaq Ibrahim

Firaas al-Makiy.

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Asbat ibn

Muhammad, Ishaq ibn Isa, Ishaq ibn Yusuf, Muhammad ibn ‘Aliy ibn Zaid

dan banyak yang lain-lainnya. Sedang murid-muridnya di bidang periwayatan

hadis adalah Abu Ya’kub Ishaq ibn Ibrahim, Ja’far ibn Ahmad, al-Husain ibn

Muhammad ibn Ziyad, Abu Muhammad ‘Abdullah ibn Yusuf, dan banyak

yang lain-lainnya.

40 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 18, h. 448

Page 53: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

47

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. An-Nasa’I dan Salih ibn Muhammad berkata : Tsiqah

b. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau “Al-Tsiqaat”

c. Maslamah ibn Qasim berkata : Tsiqah

d. Ad-Daruquthniy berkata : tidak ada masalah dengan hadis-

hadisnya.41

Seluruh kritikus hadis di atas memuji Abu Ishaq Ibrahim. Pujian yang

diberikan orang kepadanya adalah pujian yang menunjukan bahwa Abu Ishaq

Ibrahim adalah seorang periwayat yang memiliki kualitas pribadi dan

kemampuan intelektual yang tidak diragukan. Sehingga kesimpulan yang

didapat dari keterangan tersebut adalah bahwa Abu Ishaq Ibrahim adalah

seorang yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan yang menyatakan bahwa

dia menerima riwayat hadis di atas dari Muhammad ibn ‘Aliy ibn Zaid as-Saig

dapat dipercaya, di mana telah terjadi pertemuan antara guru dan muridItu

berarti bahwa sanad antara Abu Ishaq Ibrahim dengan Muhammad ibn ‘Aliy

ibn Zaid as-Saig dalam keadaan bersambung.

d. Muhammad ibn ‘Aliy ibn Zaid as-Saig

Nama lengkapnya adalah ‘Aliy ibn Zaid ibn ‘Abdullah ibn Zahir ibn ‘Abdullah

ibn Zaid as-Saig.42

41 Syihabuddin Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Al-‘Asqalani. Kitab Tahzib al-Tahzib.

(Beirut: Daar al-Fkir). jilid 1, h.84

Page 54: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

48

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Ishaq ibn ‘Abdullah ibn al-

Harits, Anas ibn Hakim, Aus ibn Khalid, al-Hasan ibn ‘Ali al-Khalal, dan banyak lagi

yang lain-lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalah Ja’far ibn Sulaiman, Hammad ibn

Zaid, Zaidah ibn Qudamah, Abu Ishaq Ibrahim al-Makiy, dan banyak lagi yang lain-

lainnya.

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Hanbal ibn Ishaq berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdullah berkata :

Muhammad ‘Aliy ibn Zaid hadis-hadisnya lemah

b. Mu’awiyah ibn Salih, dari Yahya ibn Ma’in berkata : Da’if

c. Ya’kub ibn Syaibah berkata : Tsiqah

d. An-Nasa’I berkata : Da’if.43

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa Muhammad ibn ‘Aliy ibn Zaid as-Saig adalah

seorang periwayat hadis yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan

Muhammad ibn ‘Aliy ibn Zaid as-Saig bahwa dia menerima hadis di atas dari

al-Hasan ibn ‘Ali al-Khalal tidak diragukan lagi kebenarannya. Berarti sanad

antara Muhammad ibn ‘Aliy ibn Zaid as-Saig dengan al-Hasan ibn ‘Ali al-

Khalal dalam keadaan bersambung.

43 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 11, h. 448

Page 55: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

49

e. Al-Hasan ibn ‘Ali al-Khallal

Nama lengkapnya adalah al-Hasan ibn ‘Ali ibn Muhammad al-Hudzaliy

al-Khallal Abu ‘Ali, ada juga yang mengatakan : Abu Muhammad, al-

Hulwaniy ar-Rayhaniy.44

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Ibrahim ibn Khalid

as-Sun’aniy, Azhar ibn Sa’d as-Saman, ‘Abdurrazzaq ibn Hammam, dan

banyak yang lain-lainnya. Sedang murid-muridnya di bidang periwayatan hadis

adalah Ibrahim ibn Ishaq, Abu Bakr Ahmad ibn ‘Amru, Ibnu Majah, dan

banyak yang lain-lainnya.

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

b. Ya’kub ibn Syaibah berkata : Hasan adalah seorang yang tsiqah,

kokoh, dan bertaqwa.

c. An-Nasa’I berkata : Tsiqah

d. Abu Bakar al-Khatib : Hasan adalah seorang yang Tsiqah dan Hafiz

e. Abu al-Qasim al-Lalkaniy : Hasan wafat pada tahun 242, ada juga

yang menambahkan : pada bulan Dzulhijjah di Mekkah.45

Seluruh kritikus hadis di atas memuji Al-Hasan ibn ‘Ali al-Khallal.

Pujian yang diberikan orang kepadanya adalah pujian yang menunjukan bahwa

Al-Hasan ibn ‘Ali al-Khallal adalah seorang periwayat yang memiliki kualitas

pribadi dan kemampuan intelektual yang tidak diragukan. Sehingga

44 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 4, h. 398 45 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 4, h. 399-400

Page 56: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

50

kesimpulan yang didapat dari keterangan tersebut adalah bahwa Al-Hasan ibn

‘Ali al-Khallal adalah seorang yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan yang

menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis di atas dari ‘Abdurrazaq ibn

Hammam dapat dipercaya. Apabila dilihat dari tahun wafat dari Al-Hasan ibn

‘Ali al-Khallal (242 H) dengan Ibnu Majah (273 H) dapat diterima, begitu pula

dengan ‘Abdurrazaq ibn Hammam (211 H). Jadi sangat mungkin terjadinya

pertemuan karena diantara keduanya masih hidup sezaman. Itu berarti bahwa

sanad antara Al-Hasan ibn ‘Ali al-Khallal dengan ‘Abdurrazaq ibn Hammam

dalam keadaan bersambung.

f. ‘Abdurrazzaq

Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrazaq ibn Hammam ibn Naafi’ al-

Himyariy, kunyahnya Abu Bakar as-San’aniy.46

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Ya’kub ibn ‘Atha ibn

Abi Rabah, Yunus ibn Sulaim, Abi Bakr ibn ‘Abdillah ibn Abi Sabrah, dan

banyak yang lain-lainnya. Sedang murid-muridnya di bidang periwayatan hadis

adalah Hatim ibn Siyah al-Marwaziy, Hajjaj ibn Yusuf asy-Sya’ir, al-Hasan

ibn ‘Ali al-Khallal, dan banyak yang lain-lainnya.47

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Ahmad ibn Hanbal berkata : ‘Abdurrazaq adalah seorang yang

memiliki penglihatan yang bagus

46 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 11, h.447

47 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 11, h. 448

Page 57: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

51

b. Ahmad ibn Hanbal dan Ya’kub ibn Syaibah berkata : beliau

dilahirkan pada tahun 126 H

c. Muhammad ibn Sa’d, dan Khalifah ibn Khayyat, dan al-Bukhari

berkata : Beliau wafat pada tahun 211 H

d. Muhammad ibn Sa’d menambahkan : yaitu pada pertengahan bulan

Syawwal.48

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa ‘Abdurrazaq adalah seorang periwayat hadis

yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan ‘Abdurrazaq bahwa dia menerima

hadis di atas dari Ibnu Abi Sabrah tidak diragukan lagi kebenarannya. Berarti

sanad antara ‘Abdurrazaq dengan Ibnu Abi Sabrah dalam keadaan bersambung.

g. Ibnu Abi Sabrah

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar ibn ‘Abdullah ibn Muhammad ibn

Abi Sabrah ibn Abi Ruhm ibn ‘Abdil ‘Uzza ibn Abi Qais ibn ‘Abdi Wadd ibn

Nasr ibn Malik ibn Hisl ibn ‘Amir ibn Luay ibn Ghalib al-Qurasyiyu al-

‘Amiriy as-Sabriy al-Madaniy, ada juga yang mengatkan namanya adalah

‘Abdullah.49

Ahmad ibn Hanbal dan Abu Hatim ar-Razi berkata : beliau bernama

Muhammad. Dan beliau wafat pada masa pemerintahan Utsman ibn ‘Affan.50

48Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 11, h. 453 49 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 21, h. 75 50 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 21, h. 76

Page 58: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

52

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Ibrahim ibn

Muhammad, Ishaq ibn ‘Abdullah, Husain ibn ‘Abdullah ibn ‘Ubaidillah, dan

banyak yang lain-lainnya. Sedang murid-muridnya di bidang periwayatan hadis

adalah ‘Abdurrrazaq ibn Hammam, ‘Abdul Malik ibn Juraij, ‘Isa ibn Yunus,

dan banyak lagi yang lainnya.51

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Salih ibn Ahmad ibn Hanbal, dari ayahnya berkata : Abu bakar

Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Abi Sabrah memalsukan hadis, dan

Ibnu Juraij meriwayatkan darinya.

b. ‘Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal, dari ayahnya berkata : Bahwa Abi

Sabrah telah memalsukan hadis dan beliau adalah seoarng pendusta.

c. Al-Ghalabiy, dari Yahya ibn ma’in berkata : Hadis-hadisnya lemah.

d. ‘Ali Ibnu al-Madiniy : Abi Sabrah adalah seorang periwayat hadis

yang lemah, ada juga yang berkata : beliau adalah seorang munkir al-

hadits.

e. Ibrahim ibn Ya’kub al-Juzjaniy berkata : Hadis-hadisnya lemah.

f. Al-Bukhari : Dha’if (lemah), Munkir al-Hadits.

g. An-Nasa’I : Matruk al-Hadits (Hadis-hadisnya tidak dipakai sebagai

hujjah).52

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa Ibnu Abi Sabrah adalah seorang periwayat

51 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 21, h. 76 52Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 21, h. 77-78

Page 59: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

53

hadis yang dhaif. Karena di dalamnya terdapat unsur-unsur kejanggalan (syadz)

dan cacat (‘illat) yang dikemukakan dari para kritikus di atas. Walaupun telah

terjadi pertemuan antara Ibnu Abi Sabrah dan Ibrahim ibn Muhammad sebagai

murid dan guru.

h. Ibrahim ibn Muhammad

Nama lengkapnya adalah Ibrahim ibn Muhammad. Guru-gurunya di

bidang periwayatan hadis adalah Mu’awiyah ibn ‘Abdullah ibn Ja’far ibn

Abi Talib, ayahnya dan ‘Ali ibn Abi talib pada hadis keutamaan malam nisfu

Sya’ban. Sedang muridnya di bidang periwayatan hadis adalah Abu Bakar ibn

‘Abdullah ibn Abi Sabrah.53

Dan beliau meriwayatkan dari Ibnu Majah.

Penulis tidak menemukan penilaian negatife terhadap kredibilitas

Ibrahim ibn Muhammad. Sehingga penulis berkesimpulan bahwa Ibrahim ibn

Muhammad adalah seorang periwayat hadis yang tsiqah. Dengan demikian,

pernyataan Ibrahim ibn Muhammad bahwa dia menerima hadis di atas dari

Mu’awiyah ibn ‘Abdullah tidak diragukan lagi kebenarannya. Karena telah

terbukti terjadinya pertemuan yang menunjukkan hubungan guru dan murid

antara keduanya. Itu berarti pula bahwa sanad antara Ibrahim ibn Muhammad

dengan Mu’awiyah ibn ‘Abdullah bersambung (muttasil).

53Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 1, h.424

Page 60: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

54

i. Mu’awiyah ibn ‘Abdillah ibn Ja’far

Nama lengkapnya adalah Mu’awiyah ibn ‘Abdullah ibn Ja’far ibn Abi

Talib al-Qurasyiy al-Hasyimiy al-Madaniy.

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Raafi’ ibn Khadij,

as-Saib ibn Yazid, dan ayahnya ‘Abdullah ibn Ja’far, ‘Abdullah ibn ‘Utbah

ibn Mas’ud, dan Ubaidillah ibn Abi Raafi’. Sedang murid-muridnya di bidang

periwayatn hadis adalah Ibrahim ibn Mas’ud, Ibrahim ibn Muhammad, Ishaq

ibn Yahya ibn Talhah ibn ‘Ubaidillah, dan banyak lagi yang lain-lainnya.54

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Al-‘Ijliy berkata : Tsiqah

b. Ibnu Hibban menyebutkan dalam kitabnya “al-Tsiqaat”55

Para kritikus hadis di atas memberikan sifat tinggi sehingga

kesimpulannya adalah Mu’awiyah ibn ‘Abdullah adalah seorang periwayat

yang tsiqah. Oleh karena itu beliau tidak diragukan pernyataannya yang

mengatakan bahwa dia menerima riwayat hadis di atas dari ayahnya, dapat

dipercaya walaupun shighat al-tahammul yang digunakan oleh Mu’awiyah ibn

‘Abdullah dalam menerima riwayat dari ayahnya adalah ‘an, tetapi terbukti

bahwa antara keduanya telah terjadi pertemuan dalam hubungan sebagai murid

dan guru. Itu berarti bahwa sanad antara Mu’awiyah ibn ‘Abdullah dengan

ayahnya dalam keadaan muttasil (bersambung).

54Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 18, h. 211 55Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 18, h.212

Page 61: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

55

j. ‘Abdullah ibn Ja’far (Abiihi)

Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah ibn Ja’far ibn Abi Talib al-

Qurasyiy al-Hasyimiy, kunyahnya adalah Abu Ja’far al-Madaniy, dan ibunya

bernama Asma’ bint ‘Umais al-Khats’amiyah. Beliau dilahirkan di Habsyah,

dan beliau adalah seorang anak yang pertama kali dilahirkan di Habsyah dalam

keadaan Islam. Beliau adalah seorang yang pintar, kuat, dan lembut hati.56

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Rasulullah SAW,

Utsman ibn ‘Affan, pamannya Ali ibn Abi Talib, ‘Ammar ibn Yasir, dan

ibunya Asma’ bint ‘Umais. Sedang murid-muridnya di bidang periwayatan

hadis adalah Ishaq ibn ‘Abdullah ibn Ja’far, Ismail ibn ‘Abdullah ibn Ja’far,

anaknya Mu’awiyah ibn ‘Abdullah ibn Ja’far, dan banyak lagi yang lain-

lainnya.57

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Az-Zubair ibn Bakkar berkata : ‘Abdullah ibn Ja’far adalah seorang

yang kuat, dan terpuji.

b. Az-Zubair ibn Bakkar berkata : Beliau wafat pada tahun 80 H, pada

masa pemerintahan ‘Abdul Malik ibn Marwan.58

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa ‘Abdullah ibn Ja’far adalah seorang periwayat

56Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 10, h.57 57Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 10, h.57 58Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 10, h.60

Page 62: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

56

hadis yang tsiqah dengan demikian, pernyataan ‘Abdullah ibn Ja’far bahwa dia

menerima hadis di atas dari Ali ibn Abi Talib tidak diragukan lagi

kebenarannya. Apabila dilihat dari tahun wafat dari ‘Abdullah ibn Ja’far

dengan Ali ibn Abi Talib (40 H) dapat diterima. Jadi sangat mungkin

terjadinya pertemuan karena diantara keduannya masih hidup sezaman. Itu

berarti pula bahwa sanad antara ‘Abdullah ibn Ja’far dengan Ali ibn Abi Talib

bersambung. Oleh karena itu beliau tidak diragukan pernyataannya yang

mengatakan bahwa dia menerima riwayat hadis di atas dari Ali ibn Abi Talib,

dapat dipercaya walaupun shighat al-tahammul yang digunakan oleh ‘Abdullah

ibn Ja’far dalam menerima riwayat dari Ali ibn Abi Talib adalah ‘an, tetapi

terbukti bahwa antara keduanya telah terjadi pertemuan dalam hubungan

sebagai murid dan guru. Itu berarti bahwa sanad antara ‘Abdullah ibn Ja’far

dengan Ali ibn Abi Talib dalam keadaan muttasil (bersambung).

k. Ali ibn Abi Thalib(40 H)

Nama lengkapnya adalah Ali ibn Abi Talib, ‘Abdu Manaaf ibn ‘Abdil

Mutalib ibn Hasyim al-Qurasyiy, gelarnya adalah Abu al-Hasan al-Hasyimiy

Amirul Mukminin, anak dari paman Rasulullah SAW. Dan Rasulullah SAW

memberinya kunyah dengan nama Abu Turaab, dan hadis-hadisnya sangat

terkenal (masyhur). Ibunya bernama Fatimah bint Asad ibn Hasyim al-

Hasyimiyah59

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Rasulullah SAW,

Abu Bakar as-Siddiq ‘Abdullah (ibn Abi Quhafah, ‘Umar ibn al-Khattab, al-

59 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 13, h.293

Page 63: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

57

Miqdad ibn al-Aswad, dan Istrinya Fatimah binti Rasulullah SAW. Sedang

murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Harmalah, anaknya al-Husain

ibn ‘Ali ibn Talib, Husain ibn Safwan, ‘Abdullah ibn Tsa’labah, keponakannya

‘Abdullah ibn Ja’far ibn Abi Talib, dan banyak lagi yang lainnya.60

Tidak ada seorang pun yang mencela pribadi Ali ibn Abi Talib dalam

periwayatan hadis. Melihat hubungan pribadinya dengan Nabi yang akrab dan

dedikasinya yang tinggi dalam membela Islam sebagai agama yang

diyakininya sejak kecil, maka Ali ibn Abi Talib termasuk salah seorang sahabat

Nabi yang tidak diragukan kejujuran dan keshahihannya dalam menyampaikan

hadis Nabi. Oleh karena itu beliau tidak diragukan pernyataannya yang

mengatakan bahwa beliau menerima riwayat hadis di atas dari Nabi SAW,

dapat dipercaya walaupun shighat al-tahammul yang digunakan oleh Ali ibn

Abi Talib dalam menerima riwayat dari Nabi SAW adalah ‘an, tetapi terbukti

bahwa antara keduanya telah terjadi pertemuan dalam hubungan sebagai murid

dan guru. Itu berarti, Ali ibn Abi Talib benar-benar telah mendengar langsung

hadis tersebut dari Nabi SAW. Dengan demikian dapatlah dinyatakan bahwa

hadis yang sanadnya diteliti ini diterima langsung oleh Ali ibn Abi Talib dari

Nabi SAW. Itu berarti pula bahwa antara Nabi SAW dan Ali ibn Abi Talib

telah terjadi persambungan periwayatan hadis.

Dengan argumen-argumen tersebut dapat disimpulkan bahwa sanad

Imam Baihaqi yang melalui Ali ibn Abi Talib ini tidak seluruh periwayatnya

memenuhi kriteria sifat adil dan dhabith (tsiqah). Itu berarti, hadis yang diteliti

60 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 13, h. 294-295

Page 64: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

58

ini tidak memenuhi unsur-unsur kaidah keshahihan sanad hadis, sehingga

natijat (kongklusinya) dapat dinyatakan bahwa hadis yang bersangkutan

berkualitas dhaif.

3. Hadis Ketiga

: قال, حَدَّثَنَا أبو العباس محمد بن یعقوب : قال, أخبرنا أبو عبداالله الحافظ - حَدَّثَنَا أبو الأسود : قال, حَدَّثَنَا محمد بن محمد بن إسحاق الصغاني

عن الضحاك بن , عن زبیر بن سلیم, حَدَّثَنَا ابن لھیعة: قال, المصريسمعت : سى الأشعري یقولسمعت أبا مو: قال, أَبِیھِ عَنْ , عبدالرحمن

فِي الدُّنْیَا السَّمَاءِ إِلَى یَنْزِلُ ربنا :وَسَلَّمَ یقول عَلَیْھِ االله صَلَّى االله رَسُولَ مُشَاحِنٍ أَوْ مُشْرِكٍ إِلَّا ,لِأَھل الأرض فَیَغْفِرُ , شَعْبَانَ النِّصْفِ مِنْ

Abu Musa al-Asy’ari berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tuhan kita turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban untuk member ampunan kepada seluruh penduduk bumi kecuali orang musyrik dan orang yang meninggalkan persatuan umat.”61

Dalam kegiatan ini kritik sanad (Naqd as-sanad) dimulai pada periwayat

terakhir lalu diikuti pada periwayat sebelumnya dan seterusnya sampai

periwayat pertama

1. Abu ‘Abdullah al-Hafidz62

2. Abu al-‘Abbas Muhammad ibn Ya’kub63

3. Muhammad ibn Muhammad ibn Ishaq as-Saghaniy

61Abu Abdullah al-Hafizh menuturkan dari Abu Abbas Muhammad ibn Ya’kub, dari

Muhammad ibn Ishaq ash-Shagani, dari Abu Aswab al-Miishri, dari Ibnu Lahi’ah, dari Zubair ibn Salim dari Dhahhak ibn Abdurrahman dari ayahnya.

62 Lihat halaman 32 63Lihat halaman 34

Page 65: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

59

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Ishaq ibn Ja’far ibn Muhammad,

kunyahnya Ibnu Ja’far as-Saghaniy. w.270H.64

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Muhammad ibn

Ja’far al-Madaniy, Mu’awiyah ibn ‘Amr ibn al-Azdiy, Abi Salamah Mansur

ibn Salamah, Abi al-Aswad an-Nadr ibn ‘Abd al-Jabbar dan masih banyak

laagi yang lain-lainnya. Sedangkan murid-muridnya di bidang periwayatan

hadis adalah ‘Ali ibn Ishaq, Abu Bakar Muhammad ibn Ishaq, Muhammad ibn

Harun, Abu al-‘Abbas Muhammad ibn Ya’kub, dan masih banyak lagi yang

lain-lainnya.65

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. ‘Abdurahman ibn Abi Hatim berkata : Beliau adalah seorang perawi

yang kokoh dan Saduq

b. An-Nasa’I berkata : tidak ada masalah dengan hadis-hadisnya.

c. Ibnu Hajar berkata : Tsiqah Tsabat

d. Ibnu Khirasy berkata : Tsiqah Ma’mun

e. Ad-Daruquthniy berkata : Tsiqah

f. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau al-Tsiqaat

g. Abu Hatim ar-Razi berkata : Tsiqah

64 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 18, h.146 65 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 4, h.148 Yang Ts

Page 66: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

60

Seluruh kritikus hadis di atas memuji Muhammad ibn Ishaq as-Saghaniy..

Pujian yang diberikan orang kepadanya adalah pujian yang menunjukan bahwa

Yazid ibn Harun adalah seorang periwayat yang memiliki kualitas pribadi dan

kemampuan intelektual yang tidak diragukan. Jadi kesimpulannya adalah

bahwa beliau adalah seorang periwayat yang tsiqah. Dengan demikian,

pernyataan yang menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadis di atas dari

Abu al-Aswad al-Misriyu dapat dipercaya, dimana telah terjadi pertemuan

antara guru dan murid. Itu berarti bahwa sanad antara Muhammad ibn Ishaq as-

Saghaniy dengan Abu al-Aswad al-Misriyu dalam keadaan bersambung.

4. Abu al-Aswad al-Misriy

Nama lengkapnya adalah an-Nadr ibn ‘Abd al-Jabbar ibn Nadir al-

Muradiyu, kunyahnya Abu al-Aswad al-Misriyu.

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Bakar ibn Mudar,

Dimam ibn Ismail, ‘Abdullah ibn Lahi’ah, al-Laits ibn Sa’d, dan banyak lagi

yang lain-lainnya.66 Sedangkan murid-muridnya di bidang periwayatan hadis

adalah Ahmad ibn Salih al-Misriyu, Ja’far ibn Ilyas, Sa’id ibn Asad ibn Musa,

Muhammad ibn Ishaq as-Saghaniy, dan banyak lagi yang lain-lainnya.67

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Abu Hatim berkata : Saduq

b. An-Nasa’I berkata : tidak ada masalah dengan hadis-hadisnya

66Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 19, h.87 67 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 19, h.88

Page 67: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

61

c. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau “Al-Tsiqaat”68

Seluruh kritikus hadis memuji Abu al-Aswad al-Misriyu. Pujian yang

diberikan kepadanya adalah pujian yang menunjukan bahwa Abu al-Aswad al-

Misriyu adalah seoarang periwayat yang memiliki kualitas pribadi dan

kemampuan intelektual yang tidak diragukan lagi. Dengan demikian,

pernyataannya yang mengatakan bahwa dia menerima riwayat hadis diatas dari

Ibnu Lahi’ah dapat dipercaya. Itu berarti bahwa sanad antara Abu al-Aswad al-

Misriyu dan Ibnu Lahi’ah dalam keadaan bersambung.

5. Ibnu Lahi’ah

Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah ibn Lahi’ah ibn ‘Uqbah ibn Fur’an

ibn Rabi’ah ibn Tsauban al-Hadramiyu al-U’duliyu, ada juga yang mengatakan

al-Ghafiqiyu, kunyahnya Abu ‘Abdirrahman, beliau adalah seorang hakim

yang ahli fiqih di Mesir.69

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Ahmad ibn Khazim,

Ishaq ibn ‘Abdullah, Ja’far ibn Rabi’ah, az-Zubair ibn Sulaim, dan masih

banyak lagi yang lain-lainnya.70 Sedangkan murid-muridnya di bidang

periwayatan hadis adalah Ishaq ibn Isa, Asad ibn Musa, al-Hasan ibn Musa al-

68 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 19, h.88 69Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 10, h.450 70 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 10, h.451

Page 68: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

62

Asyyab, Abu al-Aswad an-Nadr ibn ‘Abd al-Jabbar, dan masih banyak lagi

yang lain-lainnya.71

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

a. Yahya ibn Bukair dan al-Mufadal ibn Ghassan al-Ghalabiyu berkata

: beliau dilahirkan pada tahun 96 H

b. Yahya ibn Bukair, Ahmad ibn Salih, Muhammad ibn Sa’d, al-

Mufadal ibn Ghassan, Muhammad ibn ‘Abdullah ibn ‘Abd al-

Hakam, dan Abu sa’id ibn Yunus berkata: Ibnu Lahi’ah wafat pada

tahun 174 H

c. Ibnu ‘Abd al-Hakam berkata : pada Jumadal Ula.72

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan bahwa Ibnu Lahi’ah adalah seorang periwayat hadis yang tsiqat.

Dengna demikian, pernyataan Ibnu Lahi’ah bahwa dia menerima hadis diatas

dari az-Zubair ibn Sulaim, tidak diragukan lagi kebenarannya dimana telah

terjadi pertemuan antara guru dan murid. Itu berarti pula bahwa sanad antara

Ibnu Lahi’ah dan az-Zubair ibn Sulaim dalam keadaan bersambung.

6. Zubair ibn Sulaim

71Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 10, h.452 72Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 10, h.458

Page 69: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

63

Nama lengkapnya az-Zubair ibn Sulaim, dan gurunya di bidang

periwayatan hadis adalah ad-Dahak ibn ‘Abdirrahman ibn ‘Arzab sedangkan

muridnya di bidang periwayatan hadis adalah ‘Abdullah ibnu Lahi’ah.73

Tak ada seorang kritikus pun yang mencela az-Zubair ibn Sulaim.

Pujian orang yang diberikan kepadanya adalah pujian yang berperingkat tinggi.

Dengan demikian pernyataan az-Zubair ibn Sulaim yang mengatakan bahwa ia

menerima hadis diatas dari ad-Dahak ibn ‘Abdirrahman dengan metode al-

sama’ (dengan lambing tsana), dapat dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad

antara az-Zubair ibn Sulaim dan ad-Dahak ibn ‘Abdirrahman dalam keadaan

muttashil (bersambung).

7. Ad-Dahak ibn ‘Abdirrahman

Nama lengkapnya adalah ad-Dahak ibn ‘Abdirrahman ibn ‘Arzab, ada

juga yang mengatakan ibn ‘Arzam, kunyahnya Abu ‘Abdirrahman, ada juga

yang mengatakan Abu Zur’ah Asy-Syamiy at-Tabraniy.

Guru-gurunya di bidang periwayatan hadis adalah Abu Musa al-

Asy’ariyu, ayahnya ‘Abdurrahman ibn ‘Arzab, ‘Abdirrahman ibn al-

Asy’ariy, dan Abu Hurairah. Sedangkan murid-muridnya di bidang

periwayatan hadis adalah Hariz ibn ‘Utsman ar-Rahabiy, az-Zubair ibn

Sulaim, ad-Dahak ibn Aiman, ‘Abdullah ibn ‘Ata’. Dan banyak lagi yang lain-

lainnya.

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya :

73 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 6, h.277

Page 70: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

64

a. Ahmad ibn ‘Abdullah al-‘Ijliy berkata : beliau adalah seorang tabi’in

Syam yang tsiqah

b. Dan Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab beliau “Al-Tsiqaat”74

Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk

menetapkan kesimpulan bahwa ad-Dahak ibn ‘Abdirrahman adalah seorang

periwayat hadis yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan ad-Dahak ibn

‘Abdirrahman bahwa dia menerima hadis di atas dari ‘Abdurrahman ibn

‘Urzab ayahnya tidak diragukan lagi kebenarannya karena telah terjadi

pertemuan antara guru dan murid.Itu berarti pula bahwa sanad antara ad-Dahak

ibn ‘Abdirrahman dengan ‘Abdurrahman ibn ‘Urzab ayahnya dalam keadaan

bersambung.

8. ‘Abdurrahman ibn ‘Urzab (Abiihi)

Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahman ibn ‘Urzab, ada juga yang

mengatakan ibn ‘Arzam, al-Asy’ariy, beliau adalah ayah dari ad-Dahak ibn

‘Abdirrahman ibn ‘Arzab.

Dalam periwayatan hadis beliau berguru pada Abu Musa al-Asy’ariy

dalam hadis keutamaan malam nisfu sya’ban. Sedangkan muridnya adalah

anaknya sendiri yaitu ad-Dahak ibn ‘Abdirrahman ibn ‘Arzab.75

Tak ada seorang kritikus pun yang mencela‘Abdurrahman ibn ‘Urzab.

Dengan demikian, pernyataan ‘Abdurrahman ibn ‘Urzab yang mengatakan

74 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 9, h.161

75 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut: Dar el-Fikri) jilid 11, h.295

Page 71: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

65

bahwa ia menerima hadis diatas dari Abu Musa al-Asy’ariy dengan metode al-

sama’ (dengan lambing tsana), dapat dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad

antara ‘Abdurrahman ibn ‘Urzab dan Abu Musa al-Asy’ariy dalam keadaan

muttashil (bersambung).

9. Abu Musa al-Asy’ariy

Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah ibn Qais ibn Sulaim ibn Haddar ibn

Harab ibn ‘Amir ibn ‘Atar ibn Bakar ibn ‘Amir ibn ‘Adzar ibn Wail ibn

Najiyah ibn Jumahir ibn al-Asy’ariy. Kunyahnya Abu Musa al-‘Asy’ariy.76

Abu Musa al-‘Asy’ariy selain menerima riwayat langsung dari Nabi

saw juga menerima riwayat dari sahabat yang lain, di antaranya adalah Ubay

ibn Ka’ab, ‘Abdullah ibn Mas’ud, ‘Aliy ibn Abi Talib, Mu’adz ibn Jabal, dan

banyak lagi yang lain-lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalah al-Aswad

ibn Yazid an-Nakha’I, Anas ibn Malik al-Ansariyu, Tsabit ibn Qais,

‘Abdurrahman ibn ‘Arzab, dan banyak lagi yang lain-lainnya.

Pendapat para ulama tentang Abu Musa al-‘Asy’ariy :

a. Abu Nu’aim, Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair, Qa’nab ibn al-

Muharrar, Abu Bakar dan ‘Utsman berkata : Beliau wafat pada tahun

44 H

b. Ibn Barrad menambahkan : yaitu pada bulan Dzulhijjah dalam usia

mendekati 60 tahun.77

76Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 10, h.425

Page 72: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

66

Keadilan Abu Musa al-‘Asy’ariy sebagai perawi hadis tidak diragukan

lagi apalagi bagi jumhur ulama yang berpendapat bahwa semua sahabat adalah

adil. Oleh karena itu beliau tidak diragukan pernyataannya yang mengatakan

bahwa beliau menerima riwayat hadis di atas dari Nabi SAW, terbukti bahwa

antara keduanya telah terjadi pertemuan dalam hubungan sebagai murid dan

guru. Itu berarti, Abu Musa al-‘Asy’ariy benar-benar telah mendengar

langsung hadis tersebut dari Nabi SAW. Dengan demikian dapatlah dinyatakan

bahwa hadis yang sanadnya diteliti ini diterima langsung oleh Abu Musa al-

‘Asy’ariy dari Nabi SAW. Itu berarti pula bahwa antara Nabi SAW dan Abu

Musa al-‘Asy’ariy telah terjadi persambungan periwayatan hadis.

Dengan argumen-argumen tersebut dapat disimpulkan bahwa sanad

Imam Baihaqi yang melalui Abu Musa al-‘Asy’ariy ini seluruh periwayatnya

dalam keadaan bersambung, bersifat adil dan dhabith (tsiqah). Itu berarti, hadis

yang diteliti ini memenuhi unsur-unsur kaidah keshahihan sanad hadis,

sehingga natijat (kongklusinya) dapat dinyatakan bahwa hadis yang

bersangkutan berkualitas Sahih.

3. Kriteria Persambungan Sanad Hadis

77 Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal (Beirut:

Dar el-Fikri) jilid 10, h.429

Page 73: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

67

Hadis yang terhimpun dalam kitab-kitab hadis tersebut di atas, terdiri

dari matan dan sanad. Dalam sanad hadis termuat nama-nama periwayat dan

kata-kata atau singkatan kata-kata yang menghubungkan antara masing-masing

periwayat dengan periwayat yang lainnya yang terdekat.78

Matan hadis yang sahih atau yang tampak sahih, belum tentu sanadnya

sahih. Sebab boleh jadi, dalam sanad hadis itu terdapat periawayat yang tidak

tsiqah (‘adil dan dabit).79

Kriteria persambungan sanad,80yaitu:

a. Periwayat hadis yang terdapat dalam sanad hadis yang diteliti semua

berkualitas tsiqah (‘adil dan dabit).

b. Masing-masing periwayat menggunakan kata-kata penghubung yang

berkualitas tinggi yang disepakati oleh ulama (al-Sama’), yang

menunjukan adanya pertemuan antara guru dan murid. Istilah atau

kata yang dipakai untuk cara al-Sama’ beragam, diantaranya:

haddatsana, sami’tu, sami’na, haddatsani, akhbarana, akhbarani,

‘an dan anna.

c. Adanya indikasi kuat perjumpaan antara mereka, seperti: terjadi

proses guru dan murid, tahun lahir dan wafat mereka diperkirakan

adanya pertemuan antara mereka atau dipastikan bersamaan dan

mereka belajar dan mengabdi di tempat yang sama.

78M. Syuhudi Ismail, Kaidah Keshahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang,

2005), cet. Ke-5, h.217 79 M. Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 82 80 Bustamin dan M.Isa Salam, Metodologi Kritik Hadis, h. 53

Page 74: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

68

Jadi, hadis yang penulis teliti tidak seluruhnya memenuhi kriteria

persambungan sanad. Karena pada hadis kedua terdapat salah seorang perawi

yang memiliki sifat daif (lemah) yaitu Ibnu Abi Sabrah, sedangkan pada hadis

ketiga terdapat ketidakbersambungan sanad yang menunjukan terputusnya

hubungan antara murid dan guru yaitu antara Hajjaj ibn Artah dan Yahya ibn

Katsir.

Page 75: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

69

BAB IV

KRITIK MATAN HADIS KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA’BAN

A. Pengertian Kritik Matan

Menurut bahasa, kata matan berasal dari bahasa Arab تن yang , م

artinya punggung jalan (muka jalan), tanah yang tinggi dan keras. Sedangkan

menurut istilah matan berarti perkataan terakhir dari sanad.1 Matan menurut

ilmu hadis adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad saw., yang

disebut sesudah habis disebutkan sanad. Matan hadis adalah isi hadis. Matan

hadis terbagi tiga, yaitu ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad

saw.2

Kritik matan hadis adalah proses lanjutan dari kritik terhadap sanad

hadis. Karena studi kritis terhadap sanad dan matan hadis adalah dua

metodologi yang mapan dalam penentuan kualitas hadis. Dua metode ini

berjalan seirama karena sama-sama membersihkan hadis dari berbagai

kemungkinan yang tidak benar. Kritik sanad bertujuan untuk melihat validitas

dan kapabilitas menyangkut tingkat ketaqwaan dan intelektualitas perawi hadis

serta mata rantai periwayatannya, sedangkan kritik matan bertujuan untuk

1Mahmud Thahan, Ilmu Hadis Praktis. Penerjemah Abu Fuad (Bogor: Pustaka

Thariqul Izzah, 2005), h.14 2Bustamin dan M. Isa Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004),h.89

69

Page 76: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

70

menyelidiki isi atau materi hadis. Apakah hadis itu mengandung keanehan, dari

segi bahasa, rasionalitas maupun pertentangan dengan al-Qur’an.3

B. Penelitian Kualitas Matan Hadis

Dalam hubungannya dengan status kehujahan hadis, maka penelitian

sanad dan matan memiliki kedudukan yang sama pentingnya. Karena menurut

ulama hadis, suatu hadis barulah dinyatakan berkualitas shahih apabila sanad

dan matan hadis tersebut sama-sama berkualitas shahih.

Adapun langkah-langkah metodologis kegiatan penelitian matan hadis

ada tiga, yaitu:

1. Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya

2. Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna

3. Meneliti kandungan matan

Sedangkan yang menjadi unsur-unsur acuan utama yang harus dipenuhi

oleh suatu matan yang berkualitas shahih adalah terhindar dari syuzuz

(kejangggalan) dan terhindar dari ‘illat (cacat).

Dalam kegiatan kritik matan (naqd al-matan) ini, penulis akan berusaha

mengikuti langkah-langkah tersebut.

3Cecep Sumarna dan Yusuf Saefullah, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung : Pustaka

Bani Quraisy, 2004), h.99

Page 77: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

71

1. Meneliti Matan Dengan Melihat Kualitas Sanad

Pada langkah pertama menunjukan bahwa telaah matan tidak dapat

dilepaskan dari telaah sanad sebagai satu kesatuan hadis, sehingga matan yang

sahih tetapi tidak didukung dengan sanad yang sahih tidak dapat dinyatakan

sebagai hadis yang sahih.

Dari hasil penelitian sanad hadis yang terdapat pada bab keutamaan

malam nisfu sya’ban dalam kitab Fadail al-Awqaat di atas, hadis yang diteliti

ada tiga hadis memiliki predikat sahih. Keshahihan sanad Imam Baihaqi

tersebut dapat mewakili dari para mukharrij lainnya. Dimana antara sanad-

sanad lainnya berkualitas shahih juga karena tak ada seorang kritikus pun yang

mencela mukharrij lainnya. Pujian orang yang diberikan kepadanya adalah

pujian yang berperingkat tinggi dan tertinggi. Dan sanad mukharrij antara satu

dengan lainnya dalam keadaan bersambung (muttasil).

Dengan demikian jika dilihat dari sanadnya, maka semua hadis dapat

dijadikan hujjah karena memiliki predikat sahih. Sedangkan hadis-hadis

lainnya hanya dapat dijadikan sebagai pelajaran dan tidak dapat dijadikan

sebagai hujjah. Hal itu karena dikhawatirkan masyarakat awam akan

menganggap bahwa hadis tersebut disyar’iatkan, padahal hadis tersebut sama

sekali tidak ada dalam syar’iat, atau didengar oleh orang yang tidak tahu

sehingga ia mengira hadis tersebut sahih.4

4Asyraf ibn Sa’id, Hukum Mengamalkan Hadis Dha’if, Penerjemah Neni Kurniati

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2004) h.80

Page 78: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

72

2. Meneliti Susunan Lafal Berbagai Matan yang Semakna

Langkah kedua yaitu dengan melakukan telaah lafaz, karena hadis yang

sampai kepada beberapa mukharrij memiliki keragaman. Hal ini juga

dipengaruhi oleh adanya hadis Nabi yang sampai kepada mukharrij lebih

bnayak bersifat riwayat Bi al-Ma’na dari pada riwayat Bi al-Lafz.

Hadis pertama dan ketiga mengindikasikan bahwa periwayatannya

dengan riwayat bi al-Lafz karena terlihat jelas perbedaaan dari bunyi lafal

kedua matan hadis tersebut, sedangkan hadis kedua mengindikasikan bahwa

hadis tersebut bersamaan maknannya. Perbedaan lafal memang ada, tetapi

tidak menjadikan perbedaan makna. Hal itu menunjukkan bahwa hadis yang

diteliti telah diriwayatkan dalam bentuk riwayat bi al-ma’na.

Untuk memperjelas adanya perbedaan lafal dimaksud, berikut ini

dikemukakan kutipan dua matan dari riwayat Ibnu Majah

, وَصُومُوا یومھَا لَیْلَتھَا فَقُومُوا شَعْبَانَ مِنْ النِّصْفِ لَیْلَةُ كَانَ إِذَا - ١ , فَأَرْزُقَھُ مُسْتَرْزِقٌ أَلَا , لَھُ فَأَغْفِرَ مُسْتَغْفِر أَلَا: االله تبارك و تعالى یَقُولُ فَإِنَّالْفَجْرُ یَطْلُعَ حَتَّى ,كَذَا أَلَا, سائل فأعطیھ أَلَا

االله فَإِنَّ نَھَارَھَا وَصُومُوا لَیْلَھَا فَقُومُوا شَعْبَانَ مِنْ النِّصْفِ لَیْلَةُ كَانَتْ ذَاإِ - ٢ فَأَغْفِرَ لِي مُسْتَغْفِرٍ مِنْ أَلَا فَیَقُولُ الدُّنْیَا سَمَاءِ إِلَى الشَّمْسِ لِغُرُوبِ فِیھَا یَنْزِلُ

الْفَجْرُ یَطْلُعَ حَتَّى كَذَا أَلَا كَذَا أَلَا فَأُعَافِیَھُ بْتَلًىمُ أَلَا فَأَرْزُقَھُ مُسْتَرْزِقٌ أَلَا لَھُ Pada kedua matan di atas adanya perbedaan lafal, tetapi perbedaan itu

tidak terlalu menonjol. Misalnya ada riwayat yang menyebutkan kata ا یومھَ ,

dan ada juga riwayat yang menyebutkan kata ا ,Dengan demikian .نَھَارَھَ

apabila ditempuh metode muqaranat terhadap perbedaan lafal pada berbagai

Page 79: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

73

matan yang semakna, maka dapat dinyatakan bahwa perbedaan lafal tersebut

masih dapat ditoleransi.

3. Meneliti Kandungan Matan

Untuk meneliti kandungan matan hadis, penulis membandingkan matan

tersebut dengan Nas (al-Qur’an dan Hadis). Hadis pertama berisi tentang

berkah, rahmat serta ampunan Allah swt yang diturunkan pada malam nisfu

sya’ban kepada seluruh makhluknya, kecuali kepada orang-orang musyrik dan

orang-orang yang bermusuhan. Yakni Allah akan menampakan karunia-Nya

kepada hamba-hamba-Nya. Dia akan mengampuni mereka jika mereka tobat

kepada-Nya, sedangkan orang-orang yang menyekutukan Allah dan orang-

orang yang memiliki hati yang penuh dengan penyakit kedengkian dan

permusuhan, Allah tidak akan mengampuni mereka selama mereka masih

menyimpan syirik dan kedengkian.5 Hadis ini tidak bertentangan dengan al-

Qur’an bahkan sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat asy-Syura, 42:

19-20. Hal tersebut sekaligus memberikan informasi kepada kita, bahwa hadis

yang sedang diteliti selain berfungsi sebagai penjelas terhadap ayat al-Qur’an,

juga mendapat dukungan dari ayat-ayat al-Qur’an.

مَنْ كَانَ ) ١٩(لَطِیفٌ بِعِبَادِهِ یَرْزُقُ مَنْ یَشَاءُ وَھُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِیزُ ’االلهیُرِیدُ حَرْثَ الْآَخِرَةِ نَزِدْ لَھُ فِي حَرْثِھِ وَمَنْ كَانَ یُرِیدُ حَرْثَ الدُّنْیَا نُؤْتِھِ مِنْھَا وَمَا

)٢٠(لَھُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ نَصِیبٍ “Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya. Dia memberi rizki

kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Barang siapa yang menghendaki tanaman akhirat, maka akan Kami tambah tanaman itu baginya. Dan barangsiapa yang menghendaki tanaman

5Ahmad Asy-Syarbashi, Yas’alunaka: Tanya Jawab Lengkap tentang Agama dan

Kehidupan, Penerjemah Muhammad Alkaf, (Jakarta: Lentera, 2006) Jil.4, h. 370

Page 80: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

74

dunia, maka Kami berikan dia sebagian daripadanya, sedang dia tidak memperoleh suatu bagian pun di akhirat.”

Matan hadis yang diteliti apabila diperbandingkan dengan matan hadis

lain yang lebih kuat, sudah jelas bahwa ditemukan pesan yang sangat baik bagi

umat manusia sampai kapanpun. Yaitu tentang beberapa hal tentang keutamaan

malam nisfu sya’ban. Seperti hadis yang telah diriwayatkan oleh al-Bukhari,

kitab al-adab, bab ja’alallahu al-rahmah mi’ah al-rahmah, Rasulullah SAW

bersabda:

أَخْبَرَنَا الزُّھْرِيِّ عَنْ شُعَیْبٌ أَخْبَرَنَا الْبَھْرَانِيُّ نَافِعٍ بْنُ الْحَكَمُ الْیَمَانِ وأَبُ حَدَّثَنَا وَسَلَّمَ عَلَیْھِ اللَّھُ صَلَّى اللَّھِ رَسُولَ سَمِعْتُ قَالَ ھُرَیْرَةَ أَبَا أَنَّ الْمُسَیَّبِ بْنُ سَعِیدُ جُزْءٍ ئَةَمِا الرَّحْمَةَ اللَّھُ جَعَلَ یَقُولُ

ذَلِكَ فَمِنْ وَاحِدًا جُزْءًا الْأَرْضِ فِي وَأَنْزَلَ جُزْءًا وَتِسْعِینَ تِسْعَةً عِنْدَهُ فَأَمْسَكَ. تُصِیبَھُ أَنْ خَشْیَةَ وَلَدِھَا عَنْ حَافِرَھَا الْفَرَسُ تَرْفَعَ حَتَّى الْخَلْقُ یَتَرَاحَمُ الْجُزْءِ

:وفي روایة لمسلم

الْقِیَامَةِ یَوْمَ عِبَادَهُ بِھَا یَرْحَمُ رَحْمَةً وَتِسْعِینَ تِسْعًا للَّھُا وَأَخَّرَ Dari Abu Hurairah berkata bahwa aku mendengar Rasulullah

SAW bersabda: “Allah Ta’ala. Telah menjadikan kasih sayang menjadi 100 bagian, lalu Dia menahan di sisi-Nya 99 kasih sayang dan menurunkan satu bagian ke bumi. Maka karena itulah, makhluk-makhluk saling memberikan kasih sayang, termasuk binatang yang menghilangkan kukunya dari anaknya khawatir bahaya menimpanya.” Dalam riwayat muslim disebutkan: “Dan Dia menunda 99 bagian yang Allah Ta’ala. Akan memberikan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.”

Page 81: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

75

C. Syarah Hadis

1. Menelusuri Asbab al-Wurud

Setelah penulis telusuri dalam kitab asbab al-wurud yang ditulis oleh

Ibn Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Dimasyqi, penulis tidak menemukan

asbab al-wurud tentang keutamaan malam nisfu sya’ban.

2. Arti Beberapa Kosakata

Kata Nisfu Sya’ban adalah kata majemuk yang terambil dari kata

bahasa Arab, Nisfu dan Sya’ban. Kata Nisfu berasal dari kata nashafa,

yanshifu, nashfan yang berarti mencapai tengah-tengah atau setengah.6

Sedangkan kata Sya’ban berarti Bulan Sya’ban7, atau bulan ke-8 tahun

Hijriah.8 Jadi Nisfu Sya’ban berarti pertengahan atau tengah-tengah bulan

Sya’ban tahun hijriah.

Dan kata رك berarti orang yang menyekutukan/menyerikatkan مش

Allah,9 sedangkan kata احن ,berarti orang yang saling bermusuhan مش

bertengkar, bercekcok.10 Hadis pertama mengenai keutamaan malam nisfu

sya’ban menjelaskan bahwa berkah, rahmat serta ampunan Allah SWT., yang

6Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al-MUNAWWIR, (Surabaya :

Pustaka Progressif, 1997), h.1426 7 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al-MUNAWWIR, h.723 8PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 1114 9PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, h.768 10 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al-MUNAWWIR, h.699

Page 82: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

76

diturunkan pada malam nisfu sya’ban kepada seluruh makhluknya, kecuali

kepada orang-orang musyrik dan orang-orang yang bermusuhan.

Sebagaimana Firman Allah SWT :

إِنْ ذَّبُوكَ فَ لْ كَ مْ فَقُ ةٍ ذُو رَبُّكُ عَةٍ رَحْمَ رَدُّ وَلا وَاسِ ھُ یُ نِ بَأْسُ وْ عَ مِالْقَ)١٤٧( الْمُجْرِمِینَ

Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah, “Tuhanmu mempunyai rahmat yang sangat luas, dan siksa-Nya kepada orang-orang yang berdosa tidak dapat dielakkan.”(Q.S.al-An’am : 147)

Pada malam nisfu sya’ban disunnahkan untuk dihidupkan dengan

berbagai macam ibadah, seperti zikir, tahajud, berdoa, beristigfar yang tentu

tidak sampai melanggar ketentuan syariat sebagaimana ibadah yang

dilaksanakan di malam-malam yang lain karena salat malam dan

menghidupkan malam dengan ibadah adalah hal yang dianjurkan pada semua

malam.11

Sebagaimana firman Allah SWT :

نَ لِ وَمِ دْ اللَّیْ ھِ فَتَھَجَّ ةً بِ كَ نَافِلَ ى لَ كَ أَنْ عَسَ كَ یَبْعَثَ ا رَبُّ مَقَامً)٧٩( مَحْمُودًا

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Q.S.al-Isra’ : 79)

11 Ahmad Asy-Syarbashi, Yas’alunaka: Tanya Jawab Lengkap tentang Agama dan Kehidupan,

Penerjemah Muhammad Alkaf, Jil.4, h. 377

Page 83: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

77

Sebagai hamba Allah yang daif sudah seharusnya kita berdoa dan

memperbanyak doa kepada-Nya baik di malam nisfu sya’ban atau di malam

lainnya. Karena Doa adalah suatu harapan dari seorang hamba kepada Tuhan

yang disembahnya yang tentu harapan tersebut berdasarkan keimanan seorang

hamba kepada Tuhannya. Oleh karena itu, doa yang tulus adalah dasar dari

keimanan dan keyakinan.

Meskipun banyak hadis-hadis yang menyatakan tentang keutamaan

malam nisfu sya’ban, akan tetapi tidak seorang pun berhak mengagungkan

dengan cara yang dilarang oleh Syar’i.

Page 84: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dikaji dan diteliti, penulis berkesimpulan bahwa hadis-hadis

tentang keutamaan malam nisfu sya’ban yang terdapat dalam kitab “Fadail al-

Awqaat” karya Imam Baihaqi semuanya bisa dipertanggungjawabkan. Dari

tiga hadis yang penulis teliti berkualitas sahih.

B. Saran-saran

Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an.

Selain sebagai sumber ajaran Islam yang kedua, hadis juga berfungsi sebagai

sumber dakwah (perjuangan Rasulullah SAW) dan juga mempunyai fungsi

penjelas bagi al-Qur’an. Oleh karena itu perlu diadakan pengkajian atau

penelitian hadis agar dapat diketahui apakah hadis-hadis tersebut bernilai sahih

dan benar-benar berasal dari Rasulullah SAW atau sebaliknya.

Maka menurut penulis, hadis-hadis da’if yang terdapat dalam kitab

Fadail al-Awqaat seharusnya tidak dijadikan pedoman atau acuan sebagai

sumber penetapan hukum. Jika hadis-hadis tersebut dijadikan rujukan maka

selayaknya digunakan sebagai motivasi atau pelajaran dalam kehidupan sehari-

hari.

78

Page 85: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

79

Penulis berharap di kemudian hari ada peneliti yang meneliti lebih

lanjut hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Fadail al-Awqaat baik per-bab

maupun seluruhnya.

Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi khalayak masyarakat ramai.

Page 86: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrhaman. Studi Kitab Hadis. Yogyakarta: TERAS, 2003.

Al-‘Asqalani, Syihabuddin Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Abu Fadl. Kitab Tahzib al-Tahzib.

Beirut: Daar al-Fkir.

Al-Baihaqi, Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain. Kitab Fadhail al-Awqaat.

Mekkah al-Mukarramah: Maktabah al-Manarah.

Al-Baihaqi, Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain. Kitab as-Sunan as-Saghir. Beirut:

Dar al-Fikr.

Al-Dzahabi, Muhammad bin Ahmad bin ‘Usman. Siyar A’lam al-Nubala’. Beirut: Daar

al-Fikr.

Al-Khatib, M. Ajaj. Pokok-pokok Ilmu Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama,

1998.

Al-Mizzi, Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf. Tahzib al-Kamal Fi ‘Asma’ al-Rijal. Beirut:

Muasassah Ar-Risalah, 1993.

Asy-Syarbashi, Ahmad. Yas’alunaka: Tanya Jawab Lengkap tentang Agama dan

Kehidupan. Penerjemah Muhammad Alkaf, Jakarta: Lentera, 2006.

Al-Qazwiniy, Abu ‘Abdullah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah. Beirut:

Daar al-Fikr.

Baihaqi, Imam. Waktu-waktu Penuh Berkah. Penerjemah Muflih Kamil. Jakarta:

Qisthi Press, 2007.

Bustamin, dan Salam, M.Isa. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004.

Hanbal, Abd Allah Ahmad bin. Musnad ahmad bin Hanbal. Beirut: Daar al-Fikr.

Ibn Sa’id, Asyraf. Hukum Mengamalkan Hadis Dha’if. Penerjemah Neni

Kurniati. Jakarta: Pustaka Azzam, 2004.

Ismail, M. Syuhudi. Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadis. Jogyakarta:

Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), 1996.

Ismail, M.Syuhudi. Metode Penelitian Hadis Nabi SAW. Jakarta: Bulan Bintang,

1992.

Page 87: Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban ...

Ismail, M.Syuhudi. Pengembangan Pemikiran terhadap Hadis. Yogyakarta: Lembaga

Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), 1996.

Ismail, M.Syuhudi. Kaidah Keshahihan Sanad Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, Cet. Ke-3,

2005

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Khon, Majid. dkk. Ulumul Hadis. Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN, 2005.

Munawwar, Agil Husain dan Mucktar, Ahmad Rifqi. Metode Takhrij Hadis.

Semarang: Bina Utama 1994.

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia Al-Munawwir. Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996.

Rahman, Zufran. Kajian Sunah Nabi SAW sebagai Sumber Hukum Islam:

Jawaban Terhadap Aliran Inkar Sunnah. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu

Jaya, 1995.

Shihab, M. Quraish. M. Quraish Shihab Menjawab: 1001 Soal Keislaman yang

Patut Anda Ketahui. Jakarta: Lentera Hati, 2008.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996.

Sumarna, Cecep dan Saefullah, Yusuf. Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka

Bani Quraisy, 2004.

Thahan, Mahmud. Ilmu Hadis Praktis. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2009.

Tim CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Skripsi, Tesis dan Disertasi). Jakarta: CeQDA, 2007.

Wensinck, A.J. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi ‘an al-Kutub al-

Sittah wa ‘an Sunan al-Darimi wa Muwatta Malik wa Musnad Ahmad bin

Hanbal. Leiden: Maktabah Brill, 1936.