STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

184
ii STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH ANTARA FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) MUI NOMOR 16 TAHUN 2000 DAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI (PSAK) NOMOR 102 TESIS Oleh: NARINDRA PALITA AMNESTI NIM 501180014 PROGRAM MAGISTER PRODI EKONOMI SYARIAH PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2020

Transcript of STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Page 1: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

ii

STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON

MURA>BAH{AH ANTARA FATWA DEWAN SYARIAH

NASIONAL (DSN) MUI NOMOR 16 TAHUN 2000 DAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI (PSAK) NOMOR

102

TESIS

Oleh:

NARINDRA PALITA AMNESTI

NIM 501180014

PROGRAM MAGISTER

PRODI EKONOMI SYARIAH

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONOROGO

2020

Page 2: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

iii

STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON

MURABAHAH ANTARA FATWA DEWAN SYARIAH

NASIONAL (DSN) MUI NOMOR 16 TAHUN 2000 DAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI (PSAK)

NOMOR 102

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengomparasikan dan

mengetahui konsep diskon dalam akad mura>bah{ah dalam

transaksi Lembaga keuangan Syariah. Diskon dalam mura>bah{ah ini pada dasarnya konsep dan sistemnya sudah diatur oleh Fatwa

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI

dan sistem akuntansi diatur oleh Pernyataan Standar Akuntansi

keuangan (PSAK). Kedua dasar hukum ini seharusnya menjadi

dasar transaksi dalam praktik lembaga keuangan Syariah.

Pembiayaan mura>bah{ah ini merupakan pembiayaan yang paling

dominan digunakan dalam transaksi lembaga keuangan Syariah.

Namun ditemukan ketidak sinkronan mengenai status diskon

dalam mura>bah{ah akan menjadi milik nasabah atau milik Bank

sehingga menimbulkan berbagai perbedaan pemahaman.

Penelitian ini menggunakan penelitian pustaka dan pendeketan

komparatif normatif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana konsep diskon mura>bah{ah pada DSN-

MUI No 16 Tahun 2000 dan PSAK 102. Dengan adanya

penelitian ini semoga menjadi rujukan para praktisi lembaga

Keuangan Syariah dalam praktik dan sistem dalam

bermuamalah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

DSN-MUI dan PSAK mengenai konsep diskon mura>bah{ah tidak

sepenuhnya berbeda akan tetapi terdapat harmonisasi sehingga

keduanya bisa saling melengkapi.

Page 3: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

iv

COMPARATIVE STUDY ON THE MURA<BAH{AH

DISCOUNT CONCEPT BETWEEN NATIONAL SHARIA

COUNCIL FATWA (DSN) MUI NUMBER 16 YEAR 2000

AND ACCOUNTING STANDARD STATEMENT

(PSAK) NUMBER 102

ABSTRACT

This study purposes to compare and find out the discount

concept in the mura<bah{ah contract in Islamic financial

institution transactions. The discount in mura<bah{ah is basically

the concept and system already regulated by the National Sharia

Council Fatwa - Indonesian Ulama Council (DSN-MUI) and the

accounting system is regulated by the Statement of Financial

Accounting Standards (PSAK). These two legal bases should be

the basis for transactions in the practice of Islamic financial

institutions. Mura<bah{ah financing is the most dominant

financing used in the Islamic financial institution transaction.

However, it was found that the discrepancy in the discount status

in the mura<bah{ah will belong to the customer or the property of

the bank. So, it causes various differences in understanding. This

study used literature research and qualitative normative

comparative approach. The research objective is to find out how

the mura<bah{ah discount concept on DSN-MUI No. 16 of 2000

and PSAK 102. Hopefully, it will become a reference for

practitioners of Islamic finance in practicing and its system in

muamalah. The result of this study is the DSN-MUI and PSAK

regarding the mura<bah}ah discount concept are not completely

different but there is a harmonization so they can complement

each other

Page 4: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

v

Page 5: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

vi

Page 6: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

vii

Page 7: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

viii

Page 8: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

ix

Page 9: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …
Page 10: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembiayaan Mura<bah{ah pada Lembaga Keuangan

Syariah sering menggunakan diskon atau potongan harga

pembelian dalam skala sedikit dan banyak bahkan borongan,

sehingga barang yang akan dibeli oleh nasabah akan lebih

murah karena mendapat diskon.1Diskon berasal dari suku kata

Bahasa Inggris “discount” yang berarti potongan harga,

sedangkan diskon menurut kamus perbankan adalah potongan

yang diterima berupa pengurangan harga dari daftar harga yang

resmi. Adapun diskon dalam KBE (Kamus besar Ekonomi)

adalah pengurangan harga yang dikenakan atas sesuatu barang

atau jasa oleh pemasok kepada pelanggan.2Diskon merupakan

potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli

1Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil (Bandung:

Pustaka Setia, 2013), 36.

2Winarno, Sigit & Ismaya, Sujana. Kamus Besar Ekonomi (Bandung: CV.

Pustaka Grafika, 2003). 157.

Page 11: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

2

sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang

menyenangkan bagi penjual.3

Pada dasarnya syariat Islam membolehkan adanya

diskon dalam transaksi jual beli. Diskon sah dalam syariat

apabila itu adalah karena kebaikan hati dan tanda terima kasih

penjual kepada pembeli ataupun karena alasan-alasan tertentu

selama tidak dilarang, berpedoman pada al-Qur’an dan tunduk

pada etika dalam bisnis Islam. Islam membenarkan setiap

kegiatan bertransaksi selama tidak menyakiti orang lain atau

masyarakat secara keseluruhan. Diskon sendiri dalam transaksi

jual beli dapat dikatakan sebagai strategi promosi untuk

menarik konsumen dan penjualan. Akan tetapi diskon ini bisa

menjadi tidak sah hukumnya apabila sudah mengandung unsur

ketidakpastian atau gharar dalam transaksi jual beli. Di

Indonesia, diskon dalam transaksi mura<bah{ah sudah diatur

dalam Fatwa DSN-MUI No.16/DSN-MUI/IX/2000.

Fatwa merupakan bagian produk hukum Islam yang

sudah ada semenjak masa Nabi Saw, yang kemudian menjadi

produk hukum Islam yang berkembang hingga sekarang. Fatwa-

fatwa ulama yang terhimpun dalam kitab-kitab fiqh dan

3Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Edisi III, (Yogyakarta, CV. ANDI

OFFSET, 2008), 116.

Page 12: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

3

keputusan-keputusan lembaga fatwa merupakan bagian dari

hasil ijtihad yang bersifat kasuistik, karena merupakan respon

atau jawab terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peminta

fatwa.4

Melihat daftar istilah dalam himpunan fatwa DSN

(Dewan Syariah Nasional) dijelaskan mengenai maksud dari

mura<bah{ah adalah menjual suatu barang dengan memberikan

ketegasan harga belinya kepada pembeli dan pembeli

membayarnya dengan lebih sebagai laba. Fatwa DSN

dirumuskan guna mengatur dan menjadi pedoman. Prinsip jual

beli dengan akad mura<bah{ah diatur dalam Fatwa DSN MUI

No.04/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa ini dikeluarkan untuk

menjadi landasan hukum diskon dalam mura<bah{ah.

Salah satu bentuk akad fiqh yang paling popular

digunakan oleh perbankan syariah adalah akad mura<bah{ah.

Sejak munculnya dalam fiqh, akad mura<bah{ah tampaknya telah

digunakan murni untuk tujuan dagang. Udovitch menyatakan

bahwa mura<bah{ah adalah suatu bentuk jual beli dengan komisi,

dimana si pembeli biasanya tidak dapat memperoleh barang

yang diinginkan kecuali lewat perantara, atau ketika si pembeli

4Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam perubahan Sosia, (Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2010), 103.

Page 13: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

4

tidak mau susah-susah mendapatkanya sendiri, sehingga ia

mencari jasa seorang perantara.5 Konsep fiqh dalam mura<bah{ah,

jumhur ulama sepakat bahwa jual beli mura<bah{ah ialah jika

penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli,

kemudian ia menyaratkan atasnya laba dalam jumlah tertentu,

dinar atau dirham.6

Menurut data pembiayaan bank syariah di Indonesia,

struktur pembiayaan yang disalurkan bank syariah masih

didominasi oleh akad mura<bah{ah, pembiayaan dengan skim

mura<bah{ah merupakan pembiayaan paling besar dalam

komposisi pembiayaan yang disalurkan bank syariah di

Indonesia.7

Jika dikaitkan dengan nilai risiko pembiayaan,

pembiayaan mura<bah{ah memiliki karakteristik risiko yang

paling rendah di antara pembiayaan-pembiayaan lainnya. Jual

beli mura<bah{ah adalah jual beli barang pada harga asal barang

ditambah keuntungan yang di sepakati penjual yang harus

5Abdullah Saeed, Islamic Banking and Interest A Study of The Prohibition of

Riba and ist Contemporery Interpretetation, Muhammad Ufuqil Mubin dkk.,

“Menyoal Bank Syariah Kriti katas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-

Revitalis”, (Jakarta: Paramadina, 2004). 137.

6Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujatahid, Fiqh Para Mujtahid, penerjemah, Imam

Ghazali Said dan Achamad Zainudin, jilid 3. (Jakarta: Pustaka Amani,2007).

45.

7Wiroso, Jual Beli Murabahah (UII Press: Yogyakarta, 2005), 13.

Page 14: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

5

diberitahukan harga produk yang ia beli dan menentukan suatu

tingkat keuntungan tambahannya.8

Misalnya, seseorang

membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan

keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat

dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk

persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau

20%.9Ketentuan-ketentuan terkait jual beli mura<bah{ah telah

diatur di Lembaga Keuangan Syariah, seperti yang digariskan

Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 04/DSN-

MUI/IV/2000 tentang Mura<bah{ah. Ketentuan tersebut

menjelaskan bahwa mura<bah{ah yaitu menjual suatu barang

dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli, dan pembeli

membayar dengan harga yang lebih yang telah disepakati

sebelumnya sebagai laba.10

Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK), yang

merupakan pedoman dalam melakukan transaksi akuntansi baik

dalam praktik maupun teori juga menjelaskan bahwa

8Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: dari Teori ke Praktik, cet.

ke-1 (Jakarta: Gema Insani, 2001), 101.

9Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh Keuangan, cet.

ke-7 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 113.

10Hartono Soryo pratikno, Aneka Perjanjian Jual Beli (Bandung: PT Aditya

bakti, 2012), 23.

Page 15: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

6

mura<bah{ah adalah akad jual beli yang disepakati sebesar biaya

perolehan ditambah margin yang disepakati dan penjual harus

mengungkapkan harga perolehan kapada pembeli.11 Definisi ini

menunjukkan bahwa jual beli mura<bah{ah tidak harus dalam

bentuk pembayaran tangguh (kredit), melainkan dapat juga

dalam bentuk tunai setelah menerima barang, ataupun

ditangguhkan dengan membayar sekaligus di kemudian

hari.12Dalam transaksi mura<bah{ah telah menjadi kelaziman

apabila sebuah bank membeli suatu barang tunai, maka pihak

penjual atau supplier memberikan potongan harga atau diskon.

Penggunaan akad mura<bah{ah disini penjual wajib

memberitahu harga pokok atau harga awal barang yang dijual

tersebut kapada pembeli negosiasi yang dilakukan ini untuk

menentukan besarnya margin atau keuntungan harga barang

yang akan dijual. Standar inilah yang menyebabkan perlunya

standar khusus untuk laporan dalam keuangan atau akuntansi

dalam Bank Syariah mengingat disini Bank bertindak aktif

11Ikatan Akuntasi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi.(Jakarta:

Salemba Empat, 2007), 102.

12Rizal Yaya dkk., Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik

Kontemporer, cet. ke-1 (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 180.

Page 16: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

7

sebagai penj\\\\\\\\ual atau aktif sebagai pedagang dan tidak hanya

sebagai mediator dalam transaksi.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). telah mengeluarkan

PSAK. no.102 tentang Mura<bah{ah. Peraturan PSAK Nomor

102 tentang akuntansi mura<bah{ah merupakan hak sistem

akuntansi yang melihat bagaimana proses perlakuan akuntansi

terhadap transaksi yang terjadi dimana tahapannya dimulai

dengan pengakuan dan pengukuran, pencatatan, penyajian dan

pengungkapan terhadap produk pembiyaan mura<bah{ah yang

memakai sistem jual beli dari proses transaksi antara pihak-

pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai di

Lembaga keungan Syariah.

Mura<bah{ah mengatur praktik dan teori dalam

pelaksanaanya. Praktik atau teorinya akuntansi Syariah perlu

adanya standar yang digunakan kemudian standar inilah yang

digunakan untuk membantu dalam pembentukan standar

akuntansi dalam akad mura<bah{ah. Standar dalam akuntansi

tidak hanya dalam sisi akuntansi saja akan tetapi dalam sisi

agama dan Syariah juga perlukan. Standar akuntansi pada akad

Mura<bah{ah merupakan standar akuntansi yang berbasis Syariah

oleh karenany dalam praktik standar akuntansi mura<bah{ah ini

perlu memperhatikan sesuai dengan Al-Qur’an dan hadith.

Page 17: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

8

Ketentuan-ketentuan mengenai potongan harga atau

diskon dalam mura<bah{ah, pembayaran tangguh yang terjadi

dalam transaksi mura<bah{ah dan perwakilan dalam membeli

barang mura<bah{ah ini muncul perbedaan antara Fatwa DSN

MUI Nomor 16 Tahun 2000 dan PSAK No 102 itu sendiri,

perlakuan potongan pembelian atau diskon mura<bah{ah dalam

PSAK Nomor 102 menyatakan pembelian barang setelah

terjadinya akad maka keuntungan dari diskon adalah milik

penjual. Penjual di sini adalah Bank dan bukan nasabah.

Sedangkan ketentuan dalam DSN MUI perlakuan keuntungan

potongan pembelian dalam mura<bah{ah didalam traksaksi

tersebut adalah dibagi sesuai kesepakatan yang telah disepakati

di awal perjanjian. Sedangkan dalam mura<bah{ah, perlakuan

potongan pembelian atau diskon menuntut transparansi harga

perolehan atau marjin dan kejelasan dari transksi dan potongan

pembelian dalam benuk apapun termasuk diskon keuntungan

harus menjadi milik nasabah.13

Potongan harga dapat ditawarkan karena pembayaran

dilakukan dengan cepat atau pembelian dalam partai besar.

Pemberian diskon pada nasabah yang rajin membayar cicilanya

13Kiki Pricilia Ramadhani, “Analisis Kesyari’ahan Penerapan Pembiayaan

Mur>abahah”. Jurnal Imiah. (2014).7.

Page 18: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

9

sebelum jatuh tempo. Sebagian besar ulama melarang praktik

ini kaluar diskon tersebut dikaitkan dengan waktu pembayaran

yang dipercepat, denga alasan ada indikasi riba, dimana riba

terjadi ketika satu pihak diuntungkan dan pihak lain dirugikan.

Namun dari sebagian ulama klasik mengijinkan praktik ini,

tetapi dari kebanyakan ulama juga menolak praktik pemberian

diskon karena nasabah rajin membayar diskon dikarenakan ada

indikasi riba.14 Pemberian diskon dalam pembiayaan

mura<bah{ah merupakan suatu bentuk pemberian berupa hadiah

yaitu berupa pengurangan harga yang diberikan oleh supplier

karena pembelian suatu barang yang dilakukan Lembaga

Keuangan Syariah untuk memenuhi permintaan nasabah dalam

partai besar.

Melihat dari permasalahan di atas menarik karena

pembiayaan mura<bah{ah merupakan salah satu pembiayaan

dengan risiko rendah dan paling sering digunakan oleh lembaga

keuangan syari’ah dan dalam kasus ini terdapat perbedaan

antara Fatwa DSN MUI Nomor 16 Tahun 2000 dengan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tentang

pernyataan mengenai diskon dalam transaksi mura<bah{ah,

14Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam

(Jakarta: Sinar Grafika,1993). 113.

Page 19: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

10

Pembayaran tunai dan tangguh, perwakilan dalam membeli

barang mura<bah{ah, sanksi dalam mura<bah{ah. Seharusnya Fatwa

DSN MUI sejalan dengan Pernyataan Standar Akuntansi

keuangan karena kedua peraturan ini merupakan landasan dan

pedoman dalam lembaga keuangan syariah.

Penulis menggunakan tinjauan fatwa DSN MUI dan

PSAK dimana keduanya, yaitu DSN MUI sendiri dibuat

sebelumnya telah meninjau dari perspektif hukum Islam dan

kaidah-kaidah Islam yang ada sehingga terbentuklah sebuah

fatwa. Yang mana fatwa tersebut dijadikan pedoman Lembaga

Keuangan Syariah dalam praktik operasionalnya. Sedangkan

PSAK merupakan standar khusus yang harus dimilik Lembaga

Keungan Syariah dalam pelaporan dan penulisan jurnal keungan

Syariah tentang mura<bah{ah dalam Lembaga keungan Syariah.

Melihat gambaran permasalahan di atas, penulis tertarik

meneliti masalah mengenai diskon dalam mura<bah{ah khususnya

dalam Lembaga keuangan Syariah dan Bank Syariah umunya

yang menerapkan akad mura<bah{ah sebagai rujukan dan

kejelasan mengenai perlakuan diskon yang sering dijumpai

dalam bertransaksi. Kemudian sebagai masukan pada Dewan

Pengawas Syariah dalam menyusun peraturan-peraturan

Page 20: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

11

selanjutnya dalam DSN MUI dan juga PSAK mengenai diskon

dalam akad mura<bah{ah dalam Lembaga keuangan Syariah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar. belakang di atas, maka pokok

permasalahan yang akan dikaji dalam tesis ini adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana konsep diskon mura<bah{ah menurut Fatwa DSN

MUI Nomor 16 Tahun 2000?

2. Bagaimana konsep diskon Mura<bah{ah menurut Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 102?

3. Apakah aplikasi diskon Mura<bah{ah pada Perbankan

Syariah sudah sesuai dengan konsep Fatwa DSN MUI

nomor 16 Tahun 2000 dan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) Nomor 102?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada fokus masalah yang dikemukakan di

atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bagaimana konsep diskon Mura<bah{ah

pada Fatwa DSN MUI Nomor 16 Tahun 2000 yang

sudah berlangsung selama disusun hingga saat ini

Page 21: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

12

yang harusnya di taati oleh Lembaga keungan

syariah.

2. Mendeskripsikan bagaimana konsep diskon

Mura<bah{ah pada Pernyataan Standar akuntansi

Syariah (PSAK) Nomor 102.

3. Mengungkapkan ketentuan Diskon dalam akad

Mura<bah{ah yang sudah berjalan selama ini dalam

Lembaga keuangan Syariah umumnya bank Syariah

dalam konsep Fatwa DSN MUI Nomor 16 Tahun 2000

dan PSAK 102.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi

manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi

kontribusi khususnya bagi para pelaku Lembaga

keuangan syariah dan sumber referensi bagi kepada

peneliti lembaga keuangan syariah khususnya

Mura<bah{ah.

b. Sebagai rujukan apabila terjadinya sengketa khususnya

dalam Produk Mura<bah{ah pada masa yang akan datang.

Page 22: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

13

2. Manfaat Praktis

a. Penelitin ini diharapkan menjadi penelitian yang berarti

dan rujukan para pelaku Bank syariah umumnya dan

Lembaga keuangan syariah yang menerapkan akad

Mura<bah{ah sebagai kejelasan menganai perlakuan

diskon yang sering di jumpai dalam bertransaksi.

b. Diharapkan menjadi masukan yang berarti kepada

Dewan Pengawas syariah dalam penyusunan peraturan-

peraturan selanjutnya dalam DSN MUI dan PSAK

mengenai diskon dalam akad Mura<bah{ah Lembaga

Keuangan Syariah.

E. Studi Penelitian Terdahulu

Telaah atau kajian pustaka sangat diperlukan untuk

menghindari duplikasi penelitian, serta untuk membedakan

dengan penelitian terdahulu. Persoalan mengenai akad

Mura<bah{ah telah banyak diteliti oleh peneliti terdahulu. Penulis

menemukan beberapa penelitian yang relevan dengan apa yang

menjadi fokus penelitian. Ada beberapa penelitian yang

menggunakan teori yang sama dengan penelitian ini.

Penulis Novalia Tri Aryanti pada tahun 2011. Penelitian

tersebut lebih ke pembahasan tentang perlakuan akuntansi

Page 23: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

14

produk pembiayaan Mura<bah{ah dan penyesuaian PSAK No

102. Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif dan

analisis yang digunakan adalah analisis prespektif. Hasil yang

didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan Mura<bah{ah sudah

sesuai dengan PSAK No 102. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan penyusun yaitu berkaitan dengan pembandingan

antara fatwa dengan PSAK No 102 tentang diskon mura<bah{ah.

15

Penulis Aninda Adhaninggar dan Syamsul Hadi dengan

jurnalnya yang berjudul “Pembandingan perlakuan Jurnal

Akuntansi dalam PSAK No.102 dengan Fatwa MUI

No.04/DSN-MUI/IV/2000”,16 penelitian ini membahas

mengenai system akuntansi dan perlakuan akuntansi dalam

pandangan PSAK dan dalam penelitian ini dijelaskan tentang

bagaimana pandangan Fatwa DSN MUI dan Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tentang mura<bah{ah.

15Novalia Tri Aryanti, “Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan

Murabahah Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No 102: Studi Pada BMT Sunan Kalijaga Yogyakarta”, Tesis Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2011).

16Aninda Andhaninggar dan Syamsul. Hadi, ”Pembandingan Perlakuan

Akuntansi PSAK No.102 dengan Fatwa MUI No 04/DSN-MUI/IV/2000”

http://Ejournal.uin-suka.ac.id/index.php, akses 2 November 2019.

Page 24: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

15

Hasil dari penelitian tersebut mengungkapkan bagaimana

pernyataan PSAK yang mengatur tentang system akuntansi

Syariah selama ini yang sudah berlangsung. Beda dengan tema

yang diangkat oleh penulis yaitu tentang perbandingan DSN

MUI dan PSAK yang mengatur diskon dalam Mura>bah{ah.

Penulis Ita Yuliana Setia Ningsih dalam jurnalnya yang

berjudul “Perlakuan Akuntansi Mura<bah{ah berdasarkan PSAK

102 pada BMT Al- Fath”. Penelitian ini membahas tentang

bagaimana konsep akuntansi pembiayaan Mura<bah{ah serta

aplikasi penerapan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan) 102 dalam pembiayaan Mura<bah{ah pada BMT Al-

Fath.17 Hasil dari penelitian ini adalah, beberapa sistem

akuntansi yang diterapkan oleh B<T Al-Fath dalam akad

mura>bah{ah belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 102.

Penulis Ana Maratun Marchumah meneliti tentang

“Analisis Pemberian Diskon Pembiayaan Mura<bah{ah di KJKS

BMT Madani Pati dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI

No.16/DSN- MUI/IX/2000”.9

Penelitian ini membahas tentang

pemberian diskon yang diberikan KJKS BMT madani kepada

17Jurnal Ita Yuliana Setya Ningsih, “ Perlakuan akuntansi Murabahah

berdsarkan PSAk 102 pada BMT Al Fath ” http://Ejournal.uin-

suka.ac.id/index.php.

Page 25: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

16

nasabahnya, apakah sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan

oleh Fatwa DSN MUI atau belum.18 Hasil dari penelitian ini,

KJKS BMT Madani sudah menerapkan akad mura>bah{ah sesuai

dengan DSN MUI.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dibahas

sebelumnya, belum ditemukan secara spesifik membahas

tentang Analisis Diskon Mura<bah{ah studi komparatif Fatwa

DSN MUI Nomor 16 Tahun 2000 dengan PSAK 102 yang

membahas mengenai potongan pembelian atau diskon dalam

transaksi mura<bahah. Oleh karena itu penulis mencoba untuk

menyusun sebuah tulisan dalam bentuk tesis dengan judul

“Studi Komparatif Tentang Konsep Diskon

Mura<bah{ahberdasarkan Fatwa DSN MUI Nomor 16 Tahun

2000 dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Nomor 102.”

F. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan beberapa aspek

diantaranya.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

18Jurnal Mizani, Ana Maratun Marchumah, “Analisis Pemberian Diskon

Murabahah di KJKS Madani Sakti” diakses 3 Desember 2019.

Page 26: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

17

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pustaka

(library reseach) yaitu penelitian yang sumber datanya

diperoleh melalui penelitian buku-buku yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas dalam diskon Mura<bah{ah: studi kasus

komparatif Fatwa DSN MUI Nomor 16 Tahun 2000 dengan

PSAK 102, serta literatur-literatur penunjang sebagai

pelengkap dan pembanding.19 Peneliti menggunakan

pendekatan komparatif yaitu pendekatan yang dilakukan

dengan menganalisis dan mengetahui persamaan dan

perbedaan yang ditentukan dengan pengujian secara simultan

dari dua hal atau lebih antara peraturan yang satu dengan

peraturan yang lain.20 Dalam hal ini membandingkan antara

Fatwa DSN MUI dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian pustaka (library research), yaitu sumber data yang

diperoleh dari literatur atau buku- buku, jurnal, penelitian

terdahulu, serta artikel ilmiah maupun dari internet yang

sesuai dan relevan untuk dapat menjawab persoalan yang

19Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Muamalah. (Ponorogo, STAIN PO

Press 2010), 23.

20Philip Babcock Gove, Webster Third New International dictionary

(Massachusset: G.C, Meriam Comany, 1996), 461.

Page 27: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

18

ada di dalam penelitian. Adapun penelitian ini menggunakan

sumber data sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer dalam peneitian ini yang menjadi

data objek penelitian adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN-MUI) Nomor 16 Tahun 2000 dan

Pernyataan Stardar Akuntansi Keuangan (PSAK) 102

yang menjadi regulasi objek pertama penelitian ini.

b. Sumber data Sekunder berdasarkan sumbernya, penelitian

ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, jurnal

serta sumber lain yang berkaitan dengan materi pada

masalah penelitian ini. Dalam penelitian ini, data sekunder

yang dperoleh berupa Peraturan Perundang-undagan,

peraturan bank Indonesia, Peraturan atau regulasi yang

berkaitan dengan objek penelitian yang erat kaitanya

dengan sumber primer serta regulasi yang terkait dengan

Ekonomi Islam, sehingga dapat membantu menganalisis

dan memahami proses dan penelitian ini.21

21Ibid, 58.

Page 28: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

19

2. Data dan Sumber Data Penelitian

Data ialah sekumpulan informasi yang dikumpulkan

untuk menjawab suatu permasalahan dalam suatu penelitian.

Data juga merupakan sekumpulan informasi yang dicari untuk

menjawab suatu pertanyaan. Data merupakan aspek penting

dalam penelitian karena data inilah yang dijadikan bahan

analisis atau kajian yang dilakukan. Dalam sebuah penelitian

data diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu data primer dan

data sekunder. Karena penelitian ini merupakan penelitian

kepustakaan, maka data primer merupakan data yang

diambil dari literatur atau buku yang menjadi acuan utama,

sementara itu data sekunder merupakan data tambahan dari

sumber sekunder atau kedua atau yang bukan jadi acuan utama.

Sumber data data yang bersumber dari peraturan

Fatwa DSN MUI Nomor 16.dan PSAK 102 data tambahan

yang digunakan penyusun untuk membantu penyusunan

tesis. Data tambahan tersebut berupa karya-karya ilmiah,

jurnal, internet dan bentuk tulisan lain yang berkaitan dengan

bahasan studi pada penelitian ini yaitu Fatwa DSN MUI Tahun

2000 dan Pernyataan Standar Akuntansi Keungan No 102.

Page 29: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

20

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer yaitu data yang bersumber

dari DSN MUI dan PSAK dengan menyertakan data tambahan

atau data primer yang digunakan penyusun untuk membantu

penyusunan tesis tersebut berupa karya-karya ilmiah, jurnal,

internet dan bentuk tulisan lain yang berkaitan dengan bahasan

studi pada penelitian ini. Setelah data-data yang diperlukan

terkumpul, kemudian diklasifikasikan dan dikategorikan

sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

Selanjutnya dianalisis menggunakan komparasi, yaitu

membandingkan sebuah peraturan yang satu dengan yang

lainnya untuk mencari persamaan serta perbedaan tentang

permasalahan yang terkait dengan penelitian yang dibahas.

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah memperoleh data dalam penelitian, maka

langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul

dengan menganalisis data, mendeskripsikan data, serta

mengambil kesimpulan. Penelitian ini dianalisa secara

kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu membuat deskripsi

secara sistematis.22

22Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: CV Rajawali, 1983),

15-20.

Page 30: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

21

Teknik pengolahan data yang digunakan penulis dalam

menysusun tesisi ini adalah:

a. Editing, yaitu pemeriksaan Kembali data-data yang

diperoleh dari buku, jurnal, majalah dan lainya secara

cermat dari segi kelengkapan, keterbacaan, kejelasan

makana, keserasian makna satu sama lain, relevansi dan

keseragaman.

b. Pengorganisaian data, yakni mengatur dan Menyusun

data-data secara sistematis dalam kerangka yang sudah

direncanakan sebelumnya, yaitu sesuai degan

permasalahanya.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan kemuadian data tersebut

diolah, ditata dan dianalisa dengan cara berfikir induktif,

metode ini digunakan utuk menganalisis data kualitatif bahwa

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data berupa buku, naskah, catatan, atau

dokumen-dokumen. Sedangkan dalam menganalisis data

tersebut digunakan cara berpikir induktif yaitu: berangkat dari

fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian diteliti untuk

diambil suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Page 31: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

22

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode analisis isi (Content Analysis). Setelah data-

data terkumpul, kemudian diklarifikasikan dan dikategorikan

sesuai denga permasalahan yang akan diteliti. Selanjutnya

dianalisis mengunakan komparasi, yaitu membandingkan

sebuah karya yang satu dengan karya yang lainya untuk

mencari persamaan serta perbedaan tentang permasalahan

yang terkait dengan penelitian yang akan dibahas. Analisis ini

digunakan untuk mendapatkan inferensi yang valid dan dapat

diteliti ulang berdasarkan konteksnya.23 Untuk menjaga

kekeliruan proses pengkajian dan mencegah serta mengatasi

mis–informasi (Kesalahan pengertian manusiawi yang bisa

terjadi karena kekurangan penulis pustaka) maka dilakukan

pengecekan antar pustaka dan memperhatikan komentar

pembimbing.24

6. Pendekatan Penelitian25

Dalam hal pendekatan penelitian yang digunakan,

sebagai berikut:

23Krippendorff Klaus, Pengantar Teori dan Methodologi.(Jakarta: Rajawali,

1993).

24Rachman Sutanto, Dasar Ilmu Tanah. (Jakarta: Abadi, 2005).

25Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme penelitian hukum

Normatif dan empiris. Cet 3. ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015). 185-186.

Page 32: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

23

a. Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.

b. Pendekatan regulasi yang mengatur tentang aktivitas

perbankan Syariah dalam hal ini transaksi akad yaitu

diskon mura>bah{ah dalam hal ini adalah DSN MUI

Nomor 16 Tahun 2000 dan PSAK 102 yang menagtur

tentang diskon dalam mura>bah{ah.

c. Pendekatan Content Analysis, dilakukan karena

menganalisis dokumen berupa Fatwa DSN-MUI dan

PSAK dalam pernyataan dan konspe diskon dalam

mura>bah{ah.

d. Pendekatan komparatif, karena dilakukan dengan

mengadakan studi perbandingan antara Fatwa DSN

MUI dan PSAK.

e. Pendekatan konseptual dengan menelaah konsep yang

beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin yang

berkemabng dalam ilmu hukum Ekonomi Syariah.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam Tesis ini dibagi ke dalam beberapa

bab yang masing-masing bab mempunyai sub-sub bab, dan

masing-masing bab itu saling terkait satu sama lainnya.

Sehingga membentuk rangkaian kesatuan pembahasan.

Page 33: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

24

Bab pertama, Pendahuluan. Bab ini berfungsi sebagai

gambaran umum untuk memberi pola pemikiran bagi

keseluruhan tesis, meliputi latar belakang masalah yang

memaparkan tentang kegelisahan peneliti. Tujuan penelitian

merupakan tujuan dari perpecahan masalah. Kegunaan

penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan

penelitian di mana menjelaskan tentang manfaat dari

penelitian itu sendiri.

Studi penelitian terdahulu memaparkan tentang

penelitian yang dapat menjadi rujukan penelitian ini. Metode

penelitian berisi tentang jenis penelitian, peneliti

menggunakan jenis penelitian pustaka (library Research)

dengan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam metode

penelitian meliputi jenis penetian, data dan sumber data,

teknik pengumpulan data, pengecekan data, teknik

pengumpulan data, analisis data dan sistematika penulisan.

Bab kedua, Diskon dalam Pembiayaan

Mura>bah{ahkajian teori. Dalam setiap penelitian kualitatif ada

teori yang digunakan untuk membaca \data. Teori yang dipakai

peneliti dalam penelitian ini adalah teori diskon dan teori

mura<bahah. Dalam teori diskon meliputi pengertian diskon,

Page 34: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

25

Macam-macam diskon, Tujuan diskon, Faktor terjadinya

diskon, Diskon dalam Islam.

Dalam teori Mura<bah{ah meliputi pengertian

mura<bahah, dasar hukum mura<bahah, rukun dan syarat

Mura<bah{ah teantang pengertian Mura<bah{ah, dasar hukum

murabahah dan terakhir pengertian diskon dalam murabahah

Bab ketiga, Diskon Mura>bah{ah dalam dewan Syariah

Nasional (DSN) MUI Nomor 16 Tahun 2000. Paparan data

(tesis) yang membahas mengenai konsep diskon Mura<bah{ah

dalam DSN MUI Nomor 16 Tahun 2000. Berkaitan gambaran

umum DSN MUI Nomor 16 Tahun 2000, narasi akademik

mengenai kemunculan diskon mura<bahah, menganalisis diskon

Mura<bah{ah perspektif menurut ulama, kemudian mengetahui

kontekstualisasi diskon mura<bah{ah.

Bab keempat, Diskon Mura>bah{ah dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 102. Paparan

data (tesis) yang membahas mengenai konsep PSAK Nomor

102 peran serta fungsi dan tujuan khususnya dalam hal diskon

Mura<bah{ah dan mendeskripsikan Pernyataan Standar

Akuntansi Syariah PSAK yang mengatur tentang Akad

Mura<bah{ah, analisis mengenai konsep diskon Mura<bah{ah dan

Page 35: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

26

konstkestual PSAK dalam akademik mengenai PSAK Nomor

102.

Bab kelima, Aplikasi Diskon Mura<bah{ah dalam

perbankan Syariah. Paparan data (tesis) yang menjelaskan

analisis aplikasi diskon Mura<bah{ah pada perbankan syariah

yang terdapat dalam Fatwa DSN MUI dan PSAK tentang

diskon dalam mura<bah{ah.

Bab keenam, bab terakhir Penutup dalam Penelitian ini

berisi jawaban dari rumusan masalah yang memaparkan

kesimpulan dan saran serta rekomendasi yang dipandang perlu

bagi penelitian selanjutnya.

Page 36: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

BAB II

DISKON DALAM PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH

A. Tinjauan Umum Sistem Diskon

Transaksi perdagangan melibatkan dua pihak yaitu

penjual dan pembeli yang kedua pihak ini selaku penerima dan

penjual barang yang akan menyerahkan barang dagangan.

Diawal transaksi kedua belah pihak harus melakukan transaksi

yang disepakati mengenai barang-barang yang ditransaksikan

termasuk didalamnya syarat-syarat jual beli termasuk

didalamya mengenai diskon atau potongan harga atas barang

yang akan dibeli.

1. Pengertian Diskon

Diskon dalam kamus Inggris - Indonesia berasal dari

Bahasa Inggris discount yang artinya potongan harga atau

korting (harga).1 Diskon adalah potongan harga setiap pembeli

memperoleh 15%.2 Potongan atau diskon dari sudut penjual

1Slamet Riyanto, Kamus-Inggris Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2014). 295.

2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 333.

Page 37: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

disebut potongan penjualan dari sudut pembeli disebut

potongan pembelian. Diskon merupakan potongan harga yang

diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan

atas aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan pembeli,

misalnya membayar tagihan lebih cepat, membeli dalam jumlah

besar.3

Diskon dalam transaksi jual beli merupakan

pengurangan dari daftar harga yang diberikan yang mana juga

mengorbankan. fungsi pemasaran.4 Diskon sering disebut

dengan korting yang berarti potongan harga yang diberikan

untuk menarik pembeli atau pelanggan sebagai daya tarik untuk

membeli dalam jumalah besar. Besaran diskon biasanya

dinyatakan dalam bentuk persentase, jarang diskon dinyatakan

dalam bentuk rupiah. Diskon diberikan pada umumnya 10%,

30%,50%, dan 70%.5

3Fandy Tjiptono, Strategi pemasaran (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2015),

310.

4Erry Fitrya, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Diskon (Malang: NTP

Press, 2005), 891.

5Siti Rupi’ah, “Pengaruh Pemberian Diskon Terhadap Peningkatan

Penjualan”, Jurnal Syariah, Vol.10, Nomor 2 (Malang: Universitas Islam

Negeri, 2015), 33.

Page 38: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

29

Berdasarkan pada konsep tersebut bahwa dengan

diberikannya diskon seorang pembeli pasti melakukan suatu hal

agar bisa menarik simpati orang lain yakni dapat dengan

promosi melalui mulut kemulut, atau dari orang ke media atau

juga melalui potongan harga. Diskon atau potongan harga yang

diberikan. kepada pembeli dengan. harga yang telah ditetapkan

yang biasanya diskon. diberikan pada umumnya 10%,

30%,50%, dan 70% dan .merupakan strategi dalam promosi dan

sistem diskon sering .digunakan oleh .penjual dalam

meningkatkan .penjualannya karena .dengan adanya diskon

atau potongan harga .sangat menarik minat pembeli untuk

mendapatkan barang yang dibutuhkan. Hal ini menyebabkan

penjualan. dalam. Jumlah. banyak. akan. mengurangi biaya

produksi disetiap unitnya. Manfaat bagi pembeli yaitu akan

mengurangi biaya pesanan dan membayar dengan sistem satuan

yang menajdi lebih rendah dari biasanya, akan tetapi juga

menimbulkan kerugian yaitu membengkaknya biaya

penyimpananan karena pemesanan yang meningkatkan

insventory. Dalam pemberian diskon ada untungnya bagi

konsumen yaitu diskon dapat menghasilkan nilai standar

ekonomi dengan cara menurunkan jumlah uang yang harus

dibayarkan dan konsumen tetap mendapatkan keuntungan yang

Page 39: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

sama dari produk tersebut dan pemberian diskon, yaitu

konsumen dapat membandingkan harga yang telah didiskon.

Sistem diskon yang memotong beberapa persen dari

harga awal, sehingga harga yang ditawarkan menjadi berkurang

dari harga asli yang ditawarkan. Besar. diskon. .biasanya

dinyatakan. dalam. bentuk presentase (%). Berdasarkan konsep

di atas bahwa. diskon. adalah. pemberian potongan harga yang

diberikan penjual kepada pembeli adapun keuntungan bagi

penjual adalah dalam jumlah banyak akan menggurangi .biaya

produksi. tiap. unitnya. sedangkan bagi pembeli adalah akan

menggurangi biaya pesanan dan pembayaran harga satuan lebih

rendah dari biasanya.

Menurut Charty dalam buku yang ditulis oleh .Arif

Isnaini., mengatakan bahwa diskon. adalah pengurangan. dari

harga. daftar. yang diberikan. oleh penjual. kepada pembeli

yang mengorbankan fungsi pemasaran sehingga memebrikan

fungsi untuk dirinya sendiri.6 Menurut Sigit dalam buku yang

ditulis oleh Arif Isnaini menyebutkan diskon adalah

6Arif Isnaini, Model dan Strategi pemasaran (Makassar: NTP Press, 2005),

89.

Page 40: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

31

pengurangan harga yang ditetapakan sebelumnya karena

pembeli telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan.7

Somarso memberikan pengertian bahwa potongan

penjualan atau potongan tunasi (cahs discount) merupakan

potongan harga yang diberikan jikalai pembayaran dilakukan

lebih cepat dari jangka waktu kredit. Menurut Kotler diskon

adalah penyesuaian harga dasar untuk memberikan

penghargaan pada pelanggan terhadap reaksi-reaksi

teretentu/sepeti pembayaran tagihan lebih awal, volume

pembelian, dan pembeli di luar musim. Diskon atau potongan

harga menurut Mahmud Mahfoedz ialah penyesuaian harga

pokok yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya yang

bertujuan untuk menghargai konsumen atau respons tertentu,

misalnya pembayaran rekening tepat waktu, volume pembelian,

atau alasan sejenis lainya.8

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil

pengertian bahwa diskon adalah potongan yang diberikan

kepada pembeli dengan harga yang sudah ditetapkan yang

biasanya bagian dari strategi dalam promosi yang sering

7Ibid., 90.

8Henry Simamora, Akuntansi .Basis .Pengambilan .Keputusan Bisnis,

(Jakarta: Salemba Empat, 2000). 154.

Page 41: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

digunakan oleh penjual guna meningkatkan penjualan

karenanya diskon atau potongan menarik minat pembeli untuk

memperoleh barang yang dibutuhkan.

2. Macam-macam Diskon

Menurut Mahmoedz Mahfoedz, terdapat beberapa

macam. bentuk. diskon. yaitu: 9

a. Diskon tunai

Diskon tunai ialah pengurangan harga untuk pembeli

yang segera membayar tagihanya tepat pada waktunya. Diskon

tunai baisayan ditetapkan sebagai presentase hara yang tidak

perlu dibayar. Jika faktur dibayar dalam beberapa hari, dan

jumlah penuh dibayar dalam jumlah penuh yang harus

dibayarkan melampaui periode diskon. Misalnya, “2/10, net

30,” dimana artinya bahwa pemabayaran akan jatuh tempo

dalam 30 hari tetapi pembeli dapat mengurangi 2% jika

mebayar tagihan dalam 10 hari. Sistem diskon ini diberikan

kepada pembeli yang yang memenuhi syarat tersebut. Diskon

seperti ini biasanya diterapkan dalam industru dan bertujuan

menigkatkan likuiditas penjual dan mengurangu biaya tagihan

dan biaya hutang tertagih.

9Ibid.,93-94.

Page 42: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

33

b. Diskon kuantitas

Diskon Kuantitas atau yang biasa di sebut dengan

(quantity discount) yitu pengurangan harga bagi pembeli dalam

jumlah besar. Misalnya “$10 per unit untuk kurang dari 100

unit; $9 per unit untuk 100 unit atau lebih.” Di Amerika, diskon

kuantitas harus ditawarka sama untuk semua pelanggan dan

tidak melebihi biaya yang diperoleh penjual karena menjual

dalam jumlah yang besar. Penghematan biaya biaya yang

dimaksud meliputi biaya persediaan, mengurangi biaya

penjualan dan pengangkutan. Diskon ini dimaksudkan nantinya

dapat memberikanintensif bagi pelanggan untuk membei lebih

banyak dari seorang penjual dan tidak membeli dari banyak

sumber.

c. Diskon Fungsional (Functional Discount)

Diskon fungsional atau biasa disebut dengan diskon

perdagangan (Trade Discount), digagas olej produsen pada para

anggota saluran perdagangan jika mereka melakukan fungsi-

fungsi tertentu seperti menjual, menyimpangn dan melakukan

pencatatan.

d. Diskon Musiman (Seasonal Discount)

Page 43: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Diskon musiman merupakan pengurangan harga bagi

pembeli yang membeli barang atau jasa di luar musimnya.

Diskon ini memungkinkan bagi penjual untuk meningkatkan

penjual mempertahankan produksi yang lebih stabil selama

setahun. Dalam hal ini produsen banyak berperan yaitu

mengecer pada musim semi dan musim panas untuk mendorong

dilakukanya pemesanan lebih awal. Misalnya hotel, dan

perusahaan penerbangan atau transportasi musiman pada

periode-periode yang lambat penjualanya.

e. Potongan (Allowence)

Potongan yaitu pengurangan dari harga. Misalnya,

potongan tukar tambah (trade in allowance) dan potongan

promosi (propotional allowance). Potongan ini adalah

pengurangan harga yang diberikan untuk menyerahkan barang

lama ketika membeli yang baru. Biasanya potongan seperti ini

terjadi pada tukar barang bergerak misalnya tukar tambah

mobil.

f. Potongan harga

Potongan harga adalah pembayaran extra yang

dirancang untuk memeperoleh partisipasi penjual ulang

Page 44: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

35

(reseller) dan program khusus. Potongan harga tuka tambah

(trade in allowence) diberikan kepada orang yang

mengembalikan baranag lama ketika membeli barang yang

baru. Potongan harga promosi (promoting allowance)

memberikan kepada penyalur imbalan karena berperan serta

dalam program pengiklanan dan dukungan penjuaan.10

Diskon dalam penjualan juga dapat dibagi atas dua yaitu

trade discount dan cahs discount. Trade discount adalah

potongan harga yang diberikan oleh penjual dari harga resi yang

teretera pada daftar harga atau katalog. Salah satu alas an

pemebrian potongan ini adalah pembelian dalam jumlah. Alasan

adalah bahwa harga beli dari pemasok sering berfluktuasi

sehingga harga jual harus sering disesuaikan. Agar tidak sering

mengubah daftar (katalog) harga jua maka ditetepakanlah harga

yang tinggi tetapi memberikan trade discount.

Cash discount adalah potongan yang diberikan openjual

kepada pembeli karena pembeli membayar dalam masa

potongan tunai sebagaimana teretara dalam syarat pembayaran,

misalnya syarat seperti 2/10. n/30. Syarat ini menyatakan

bahwa barang harus dibayar paling lambat 30 hari setelah

10Apri Budianto, 79.

Page 45: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

tanggal pembelian. Jika pembeli membayar harga barang dalam

masa 10 hari terhitung sejak tanggal pembelian, maka diberi

potongan sebesar 2%. Jika lebih dari 10 hari, pemebli harus

membayar 100% dari harga barang.11

3. Tujuan Diskon

Tujuan pemberian diskon atau potongan harga

dilakukakn penjual dengan tujuan mengurangi produk yang

disimpan dan meningkatkan penjualan pada kategori produk

tertentu. Tujuan diadakanya diskon ini adalah.

a. Mendorong pembeli untuk membeli dalam jumlah yang

besar sehingga volume penjualan diharapkan bisa naik.

Potongan terhadap konsumen, terutama pola pembelian

konsumen yang selanjutnya berdampak pada volume

penjualan yang didapatkan.

b. Pembeli dipusatkan perhatianya pada penjual tersebut,

sehingga dapat menambah atau mempertahankan

pelanggan penjual yang bersangkutan.

c. Sales service yang dapat menarik terjadinya transaksi

pembelian.12

11Slamet Sugiri dan Agus Riyono, Akuntansi Pengantar 1, cet ke-1

(Yogyakarta: STIM YKPN, 2007), 210-211.

12Arif Isnaini, Model dan strategi Pemasaran (Makassar: NTP Press,2005).

89.

Page 46: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

37

4. Faktor Terjadinya Diskon

Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan atau

penjual memberikan diskon.13

a. Konsumen membayar lebih cepat dari waktu yang

telah ditentukan.

b. Pembelian dalam jumlah besar.

c. Adanya pertimbangan.

Sedangkan menurut Djasmin Saladin ada beberapa alasan

perusahaan memprakarsai adanya diskon atau potongan harga.14

a. Kelebihan kapasitas.

b. Merosotnya bagian pasar akibat makin ketatnya

persaingan guna mengunggulkan pasar melalui biaya

yang lebih rendah.

B. Diskon Dalam Islam

1. Pengertian Diskon dalam Islam

Menurut Syabbul Bachri potongan harga dalam istilah

fuqaha’ dikenal dengan istilah al- naqis min al- thsaman

13Bukhrai Alma, manajemen Pemasaran Jasa (Bandung; Alfabeta, 2000).

132.

14Djasmin Saladin. Manajemen dan Pemasaran Jasa. (Bandung: Linda

karya,2003). 151.

Page 47: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

(pengurangan harga).15 Diskon. juga disebut. dengan. istilah

khasm. Diskon dalam istilah Islam juga terdapat dalam akad

muwada‘ ah atau wadi‘ ah. Prinsip jual beli ini dari segi

perbandingan harga jual dan harga beli. Bay‘ al muwada ah

dimana penjual .melakukan .penjualan .dengan .harga yang

lebih .rendah dari .pada harga pasar .atau dengan .potongan

(discount). 16

Berikut merupakan syarat dan rukun Bay’ al- Muwada

ah akad jual beli yang yang di dalamya terdapat akad muwada

ah.17berikut syarat dan rukun bay’ al-muwada’ah.

a. Pelaku

1) Adanya penjual dan pembeli

2) Cakap hukum (berakal dan dapat membedakan)

3) Akad anak kecil atau dibawah umur yang

didampingi oleh walinya.

b. Objek harus memenuhi:

15Syabbul Bachri, Ekonomi Islam pada Bank Syariah (Jakarta: Pustaka

Setya, 2008). 45.

16Samir Abdun Nur Jaballahu, dhawabitu Tsamani wa Tathbiqtuhu fi Aqdil

Bay’ (Riyadh: Dar> Kanzu Isybiliya Lilnayiri wa tauzi’, 2005), 203.

17 Ibid., 203.

Page 48: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

39

1) Barang yang diperjual belikan harus dapat diambil

manfaatnya. Oleh sebab itu barang yang tidak

bermafaat seperti lalat, nyamuk dan sebagainya

tidak sah diperjual belikan.

2) Barang dimiliki oleh penjual. Maksud di sini adalah

menjual benda yang belum jelas dan belum ada

seperti beurung yang terlepas dari sangkar, yang

lazimnya tidak kembali ke sangkarnya. Jika dia bisa

kembali pada malam hari, maka menurut Jumhur

Ulama tidak sah juga, kecuali lebah yang dipandang

boleh.

3) Barang dapat diserahkan tanpa tergantung dengan

kejadian tertentu di masa depan.

4) Barang dapat diketahui kuantitas dan kulitasnya

dengan jelas.

c. Ijab-qabul

1) Ijab qabul dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.

2) Sikap rela satu sama lain antara penjual dan pembeli

terhadap barang yang dijual dan harganya. Apabila

dalam system jual beli ini terdapat unsur terpaksa

(ikrar) atau ada unsur penipuan (tadlis) atau ada ketidak

Page 49: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

sesuaian (gharar) obyek akad maka jual beli menjadi

tidak sah karena prinsip saling ridha/rela tidal terpenuhi.

Ketentuan harga pada bay’ Muwada’ah dalam

kitab dawabithul al-tsani wa tathbiqatuhu fi aqdil bay’

disebutkan bahwa wajib tertera harga awal pada awal

pada barang yang akan didiskon. Dengan tujuan agar

pengurangan harga dapat diketahui jumlahnya.

Mengenai harga awal dari barang yang akan dikenai

diskon tidak boleh bertentangan dengan kondisi

barang yang ada. Kerena apabila bertentangan makan

termasuk ke dalam kategori riba. Rasulullah Saw, telah

memperingatkan untuk menjajakan barang dagangan

dengan memilih jenis berdasarkan kualitas dengan

menetapkan harga barang sesaui dengan kuliats

barang. Tidak boleh ada kulitas dan harga barang yang

ditutupi. Semuanya berdasarkan harga yang wajar

sesuia dengan kulitas barang.18

2. Dasar Hukum Diskon dalam Islam

Mengenai diskon atau potongan harga, para ulama

memiliki perbedaan pendapat dalam menentukan hukum diskon

dalam Islam. Ada beberapa ulama yang memperbolehkan

18Menurut Hanafi dikuti Samir Abdun Nur Jaballahu, Ibid, 203.

Page 50: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

41

diskon namun dengan batasan-batasan tertentu dan sebagian

lainnya melarang. Diskon atau potongan harga adalah

diperbolekan selama tidak membawa kepada hal yang

diharamkan. seperti penipuan kepada konsumen menimbulkan.

mudharat kepada oranglain, dan lain sebagainya.

Istilah potongan harga atau diskon belum dikenal di

kalangan fuqaha dalam kitab-kitab mereka, akan tetapi istilah

yang dikenal mereka untuk menunjuk pengertian potongan

harga atau diskon adalah Al-hatt min al-thsaman atau yaitu

penuruan harga atau pengurangan harga. Salah satu kategori

jual beli berdasarkan prinsip perbedaan harga jual dan harga beli

adalah akad bay’ al- muwada’ah.

Bay’ Al-Muwada’ah adalah jual beli dimana penjual

melakukan penjualan dengan harga yang lebih rendah yang

lebih rendah dari pada harga pasar atau dengan potongan

(discount). Penjualan seperti ini biasanya dilakukan untuk

barang-barang atau aktiva yang memiliki pembukuan yang

sudah sangat rendah.19 bay’ al-muwada’ah sering juga disebut

dengan bay’ alwadi’ah yang secara Bahasa artinya kerugian.

Secara istilah wadi’ah berarti menjual barang dengan harga

19Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen bank Syariah (Jakarta: Pusat

Alvabeta, 2006). 27.

Page 51: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

yang lebih rendah dari pada harga beli dan pembeli diberi tahu

tentang harga belinya.

Landasan Syariah terkait potongan harga atau diskon

terdapat dalam Al-qur’an surat al-maidah ayat 1 sebagai

berikut:20

ايها ا الذين ي منو ى ما ال النعام بهيمة لكم احلت بالعقود اوفوا ا محل ى غير عليكم يتل

يد يريد ما يحكم الل ان حرم وانتم الص

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.

Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan

dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak

menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan

haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum

menurut yang dikehendaki-Nya.”

Serta kaidah fikih yang menyatakan bahwa pada

dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada

dalil yang mengharamkannya dan dimana ada kemaslahatan

disana terdapat hukum Allah. Rukun dan syarat rukun jual beli

pada umumnya yaitu:

20 Departemen Agama RI, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahanya

(Semarang: PT. Karya Toha Putra,2002), 156.

Page 52: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

43

a. Pelaku transaksi (penjual dan pembeli). Pelaku adalah orang

yang diperbolehkan melakukan akad yaitu orang yang telah

baliq, berakal dan mengerti.

b. Objek transaksi. Objek transaksi merupakan barang yang

telah dimiliki sebelumnya oleh kedua belah pihak,

dibolehkan dalam agama, barang yang bisa diserahterimakan

serta diketahui oleh kedua belah pihak saat akad.

c. Akad, antara penjual dan pembeli keduanya harus saling

rela.21

Pada konsepnya diskon harus terlepas dari factor yang

diharamkan sebagai berikut.

a. Haram Dzatnya

Transaksi dianggap dilarang karena objeknya terlarang.

Misalnya Khamr, bangkai, babi, dan lainya dengan demikian

jika terjadi transaksi jual beli barang-barang haram tersebut

dengan akad secara otomatis transaksi ini menjadi haram.

b. Haram selain Dzatnya

Transaksi dilarang karena objeknya tidak diharamkan

dikarenakan melanggar prinsip “An Taradin Minkum” dan

21Mardani, Fiqih Jual Beli, cet. ke-1 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015),

49.

Page 53: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Prinsip “La Tazhlimuna wa la Tuzhlamuna”.22 Dimaksud

melanggar prinsip diatantaranya antaranya.

1) Tadlis

Tadlis merupakan transaksi yang mengandung suatu hal

tidak diketahui oleh pihak (unknown to the party). Padahal

sudah ditetapkan dalam Syariah jika semua transaksi dalam

Islam harus didasarkan atas kerelaan antara kedua belah pihak.

Ada 4 hal dalam transaksi tadlis, yaitu:

a) Kuantitas mengurangi takaran.

b) Kualitas, menyembunyikan kecacatan barang

c) Harga, menggunakan ketidaktahuan pembeli akan harga

pasar.

d) Waktu, menyanggupi delivery time delivery time yang

sebenaranya tidak sanggup memenuhinya.

Dari empat bentuk tadlis di atas semuanya bersifat

melangar dan keluar dari prinsip rela sama rela. (an taradlin

minkum).23 An-Najasy dalam istilah etimogis yaitu al-Itsa>rah

yaitu menggerakkan. Sedangkan dalam terminologisnya yaitu

22Muhammad Hafiz, “Identifikasi Transaksi Terlarang,” http://belajar-

ekonomi islam.blogspot.com/2011/03/identifikasi-transaksi-terlarang.htm.

23Andi Iswandi, “Peran Etika Qur’ani terhadap sistem Ekonomi Islam”

Jurnal Al-Iqtishad, Vol. No.1. (2014) 144

Page 54: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

45

Ketika seseorang menambah harga pada barang yang dijual. 24

Demikian juga, meninggikan harga barang untuk menunjukkan

bahwa barang tersebut "berkelas" padahal tidak demikian

realitanya, dengan harapan agar pembeli mau mengadakan

transaksi.25

2) Gharar

Secara istilah Bahasa khatar (resiko, berbahaya). Dan

taghrir berarti melibatkan diri dalam sesuatu yang gharar.

gharar mencakup dua bentuk yaitu keragu-raguan dan

kebimbangan dimana keberhasilan dari transaksi ini diragukan

dan dibimbangkan keberhasilanya.

Gharar dikategorikan dan dibatasi terhadap sesuatu

yang tidak diketahui anatar tercapai dan tidaknya suatu tujuan,

dan tidak termasuk di dalamnya hal yang majhul (tidak

diketahui).26 Sistem jual beli gharar yaitu transaksi batil

contohnya, Dari segi ketidakjelasan objek : Fisik barang tidak

jelas, misalnya, penjual berkata: "Aku menjual kepadamu

24Sugeng Wibowo, “Sejarah Ekonomi Islam Masa Kontemporer”, An-

Nisbah, Vol.III. No.1. (2016). 68-83.

25Penjelasan Taudhih Al-Ahkam, juz 4, 360.

26Ibid. Mardani, 35.

Page 55: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

barang yang ada di dalam kotak ini dengan harga Rp. 100.000,-

” dan pembeli tidak mengetahui fisik barang yang berada di

dalam kotak tersebut.

Ketidak jelasan harga penjual tidak menentukan harga,

misalnya, penjual berkata: "Aku jual mobil ini kepadamu

dengan harga sesukamu." Lalu mereka berpisah dan harga

belum ditetapkan oleh kedua belah pihak. Pada bank

konvensional, potongan yang diterima dari pihak pemasok atau

dari pihak lain tidak perlu diberitahukan atau diserahkan ke

nasabah bahkan menjadi pendapatan bank konvensional, akan

tetapi dalam transaksi mura>bah{ah potongan harga yang

diterima oleh bank syariah dari pemasok pada prinsipnya adalah

milik nasabah sehingga mengurangi harga pokok barang yang

akan diperjual belikan kepada nasabah. Apabila potongan harga

tersebut diterima dari pemasok setelah akad mura>bah{ah

dilakukan, maka pembagian potongan harga antara bank

syariah dan pembeli, dibagi sesuai dengan kesepakatan

sehingga potongan setelah akad ini harus diperjanjikan dalam

akad mura>bah{ah.27

27Wiroso, Jual Beli Murabahah, cet. ke-1 (Yogyakarta: UII Press, 2005). 67.

Page 56: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

47

C. Mura>bah{ah

1. Pengertian Mura>bah{ah

Mura>bah{ah adalah jual beli barang yang harga pokok

perolehanya ditambahkan keuntungan yang disepakati antara

pihak penjual dengan pihak pembeli. Perbadaan jual beli

mura>bah{ah dengan jual beli yang lain adalah penjual harus

mengungkapkankan harga awal pembelian kepada pembeli dan

disepakati kedua belah pihak. Transaksi ini dituntut penuh

kerelaan kedua belah pihak sebagai unsur yang penting dalam

transaksi dan proses akad mura>bah{ah.28

Mura>bah{ah berasal dari kata ribhu yang artinya

keuntungan, adalah tranksasi jual beli di mana bank

menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai

penjual dan nasabah adalah sebagai pembeli. Faqih mazhab

Hanafi (w.593/1197). Membenarkan keabsahan Mura>bah{ah

berdasarkan syarat-syarat yang penting bagi keabsahan suatu

jual beli ada dalam Murabah{a>h, dan juga karena orang

memerlukannya. Sedangkan Faqih Mazhab Syari’I, Nawawi

28Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan syariah: Konsep dan Implementasi

Keuangan Syariah (Yogyakarta: P3EI Press), 41.

Page 57: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

(w.676/1277) cukup menyatakan “Mura>bah{ah adalah boleh

tanpa ada penolakan sedikitpun).29

Akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual

menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan

termasuk harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian

mensyaratkan atasnya laba atau keuntungan dalam jumlah

tertentu. Para fuqaha mendefinisikan Mura<bah{ah sebagai

penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang

tersebut ditambah mark up atau margin keuntungan yang telah

disepakati. Karakteristik Mura<bah{ah adalah bahwa penjual

harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk

dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada

biaya (cost) tersebut.30

Para ulama membagi jual beli kepada dua jenis, yaitu

musawammah (saling tawar menawar) dan Mura>bah{ah (saling

beruntung). Mura>bah{ah secara Bahasa merupakan mashdar dari

kalimat ribhun yang artinya ziyadah (tambahan). Sedangkan

pengertian Mura>bah{ah secara istilah adalah jual beli barang

29Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan

Peradilan Agama (Jakarta: Kencana Prenada Group), 145.

30Zainul Arifin, Dasar-dasar Bank Syariah (Jakarta Pusat: Alfabeta, 2006),

27.

Page 58: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

49

dengan harga yang dilakukan pembayaran dengan syarat-syarat

teretentu.31

Menurut para fuqaha Mura>bah{ah didefinisikan sebagai

penjualan sehari biaya/harga poko (cost) barang tersebut

ditambah mark-up atau margin keuntungan yang dispekati.

Karakteristik Mura>bah{ah adalah penjual harus memberi tahu

pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan

jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.

Beberapa kitab fiqh menyatakan bahwa akad Mura>bah{ah adalah

salah satu pembeli mengenai harga pembeli prosuk dan

menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya

tersebut.

2. Rukun dan Syarat Mura>bah{ah

Rukun dan syarat Mura>bah{ah pada dasarnya sama

dengan jual beli biasa, seperti penjual dan pembeli melakukan

jual beli atas kehendaknya sendiri, sehat akalnya, baligh

kemudian barang yang diperjual belikan merupakan barang

yang halal, ada secara hakiki, dan dapat diserah terimakan.32

31Rozalinda, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Rajawali Press, 2016), 83.

32Sudarsono, pokok-pokok Hukum Islam (Jakarta: Rajawalu Pers, 2016), 84.

Page 59: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Walaupun pada dasarnya sama namun diantara ulama

fiqh berbeda pendapat dalam menetapkan persyaratan jual-beli.

Dibawah ini akan dibahas sekilas pendapat beberapa mazhab

tentang persyaratan jaul beli tersebut.

a. Menurut ulama Hanafiyah

Persyaratan yang ditetapkan oleh ulama Hanafiyah

berkaitan dengan syarat jual beli adalah:33

1) Syarat terjadinya akad (in’iqad)

Syarat terjadinya akad merupakan syarat-

syarat yang teah ditetapkan syara’. Jika persyaratan

tidak terpenuhi, jual-beli batal. Tentang syarat ini,

ulama Hanafiyah menetapkan empat syarat, yaitu:

2) Syarat aqid (orang yang akad)

Ulama hanafiyah tidak mensyaratkan harus

baligh. Tasharuf yang boleh dilakukan oleh anak

mumayizz dan berakal secara umum terbagi tiga.

Tasharuf yang berada diantara kemanfaatan dan

kemadharatan. Yaitu aktivitas yang boleh dilakukan,

tetapi atas seizin wali, aqid harus berbulang, sehingga

tidaklah sah akad dilakukan seorang diri. Minimal

33Racmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Satia, 2001), 76.

Page 60: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

51

dilakukan dua orang, yaitu pihak yang menjual dan

membeli.

3) Syarat dalam akad.

Syarat ini hanya satu, yaitu harus selesai antara

ijab dan qabul. Namun demikian, dalam ijab, ahli akad,

qabul haru sesuai dengan ijab, ijab dan qabul harus

bersatu, yakni berhubung antara ijab dan qabul

walaupun tempatnya tidak bersatu.

a) Tempat akad, harus bersatu atau berhubungan antara

ijab dan qabul.

b) Ma’qud ‘alaih (objek akad), harus ada, harta harus

kuat, tetap, dan bernilai, milik sendiri dan dapat

diserahkan.

c) Syarat pelaksanaan akad yakni benda dimiliki aqid

atau orang berkuasa untuk akad, benda tersebut

bukan milik orang lain.

4) Syarat sah akad

Syarat sah akad syarat ini terbagi atas dua bagian,

yaitu umum dan khusus. Syarat umum, merupakan syarat-

syarat yang berhubungan dengan semua bentuk jual beli

yang telah ditetapkan syara’. Sedangkan syarat khusus

Page 61: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

merupakan syarat-syarat yang hanya ada pada barang-

barang tertentu.

5) Syarat lujum (kemestian)

Merupakan akad jual-belu harus terlepas atau

terbebas dari khiyar yang berkaitan denga kedua pihak

yang akad dan akan menyebabkan batalnya akad.

Menurut ulama Maliki Syarat-syarat yang

dikemukakan oleh ulama malikiyah yang berkenan dengan

a>qid (orang yang berakad), sighat, dan ma’qu>d alaih

yaitu:34

1) Syarat A>qid

Penjual atau pembeli, dalam hal ini tedapat tiga

syarat ditambah satu bagi penjual yakni penjual dan

pembeli harus mumayyiz, antara penjual dan pembeli

dalam keadaan sukarela atau yang dijadikan wakil dan

penjual harus sadar dan dewasa.

2) Syarat dalam shigat

34Ibid., 79.

Page 62: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

53

Penjual dan pembeli berada pada tempat yang

sama. Pengucapan ijab dan qabul tidak terpisah dan

tidak mengandung unsur penolakan dari salah satu aqid

secara adat.

3) Syarat harga yang dihargakan

Dalam hal ini barang yang digunakan bukan

barang yang dilarang syara’. Harus suci, maka tidak

boleh menjual khamr dan barang yang dilarang oleh

syariat. Barang yang bermanfaat serta dapat diketahui

oleh kedua orang yang berakad dan dapat diserahkan.

Para ulama bersepakat sahnya akad mura>bah{ah syarat-

syarat yang harus dipenuhi yaitu:

a) Harga pokok diketahui oleh pembeli kedua jika harga

pokok tidak diketahui maka jual beli mura>bah{ah

menjadi fasid.

b) Keuntungan diketahui karena keuntungan merupakan

bagian dari harga.

c) Modal merupakan mal misliyyat (benda yang ada

perrbandingan di pasaran) seperti benda yang ditakar,

benda yang ditimnbang dan benda yang dihitung atau

sesuatu yang nilainya diketahui, misalnya dinar, dirham

atau perhiasan.

Page 63: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

d) Mura>bah{ah tidak boleh dilakukak terhadap harta riba,

dan memunculkan riba karena dinisbahkan pada harga

pokok, seperti seorang pembeli barang yang ditakar atau

ditimbang dengan jenis yang sana maka tidak boleh

baginya untuk menjual barang tersebut secara

Murabaha>h. Dikarenakan Mura>bah{ah adalah jual beli

dengan harga pokok dan tambah laba. Semetara itu,

tambahan pada harta riba adalah riba fadhl. Bukan laba.

e) Akad jual beli yang pertama dilakukan adalah sah jika

akad jual belu pertama fasid maka Mura>bah{ah tidak

boleh dilakukakan.

Aplikasi Mura>bah{ah pada lembaga keuangan Syariah

diterapkan pada pembiayaan dalam bentuk jual beli dengan

modal pokok ditambah keuntungan yang disepakati anatar

nasabah dan bank, pada pembiayaan Mura>bah{ah ini nasabah

dan bank Syariah melakukan kesepakatan untuk melakukan

transaski pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli. Dimana

bank bersedia membiayai pengadaan barang yang dibutuhkan

nasabah dengan membeli kepada suplier dan menjual kembali

kepada nasabah ditambah dengan margin keuntungan yang

Page 64: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

55

telah disepakati, kemudian nasabah membayar sesuai dengan

jangka waktu yang disepakati.35

3. Tujuan Mura>bah{ah

Menurut Al Marghiani, tujuan dari Mura>bah{ah adalah

untuk melindungi konsumen yang tidak berdaya terhadap tipu

muslihat para pedagang yang curang karena konsumen tersebut

tidak memili keahlian untuk dapat melakukan jual beli.

Seseorang yang tidak memiliki ketrampilan untuk melakukan

pembelian di pasar dengan cara musawammah, seharusnya

menghubungi seorang dealer. Mura>bah{ah yang dikenal

kejujuranya dan membeli barang yang dibutuhkannya dari

dealer tersebut dengan membayar harga perolehan dealer

tersebut atas barang itu ditambah dengan keuntungan. Dengan

cara seperti ini, konsumen tersebut akan terpuaskan dan

terlindungi dari kecurangan.36

Imam Ahmad lebih memilih musawamah, yaitu jual beli

biasa, karena musawamah lebih mudah daripada mura<bah{ah.

Menurut Imam Ahamad, Mura>bah{ah lebih rumit pelaksanaanya

dari pada musawamah, karena menghendaki perlunya bagi

35Rozalinda , Fikih Ekonomi Syaria (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 85.

36Sutan Remi Sjahdeini, perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek

Hukumnya (Jakarta: Prenamedia Group,2014), 226.

Page 65: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

pemebeli untuk mengetahui keterangan perinci dari barang

yang akan dibeli.37

D. Diskon dalam Mura>bah{ah

Pengertian tentang diskon Mura>bah{ah diatur dalam

pernyataan standar akuntansi keuangan nomor 102 tentang

akuntansi mura>bah{ah, serta terdapat dalam fatwa Dewan

Syariah Nasional (DSN) MUI nomor 16 Tahun 2000 tentang

Diskon Murabaha>h. Diskon Mura>bah{ah menurut pernyataan

standar akuntansi keuangan (PSAK) adalah pengurangan harga

atau penerimaan dalam bentuk apapun yang diperoleh lembaga

keuangan syariah sebagai pembeli dari pemasok.38

Para ulama sepakat bahwa diskon ini menjadikan harga

lebih murah jika dilakukan sebelum akad penjualan kepada

nasabah. Kembali dalam pengertian pertama bahwa akad

Mura>bah{ah merupakan akad jual beli pada harga pembelian

ditambah keuntungan yang disepakati. Oleh karenanya

potongan harga yang diberikan dari pemasok ini merupakan

kelanjutan transaksi Mura>bah{ah dengan pesanan yang akan

37Ibid,. 227.

38Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan:

Akuntansi Murabahah (Jakarta: Graha Akuntan, 2013). 2.

Page 66: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

57

membuat harga jual baru dari bank yang lebih rendah dari yang

diperkirakan di awal, sederhananya diskon atau potongan harga

ini adalah hak nasabah. Berdasarkan pengertian diskon

mura>bah{ah di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa diskon

mura>bah{ah adalah potongan atau pengurangan harga yang

diperoleh lembaga keuangan syariah dalam transaksi jual beli

mura<bah{ah.

Kaidah fikh dalam Islam merupakan hukum yang tidak

mengikat seperti Hukum Syariah, akan tetapi fikh menjadi

landasan yang sudah disesuaikan dengan keadaan manusia pasa

saat ini. Dalam bab ini penulis menggunakan fikh sebagai teori

karena fikh merupakan hukum yang sudah di sesuaikan dengan

syariat dalam hal ini khususnya yang mengatur tentang jual

beli.

Page 67: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …
Page 68: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

BAB III

DISKON MURA>BAH{AH DALAM DEWAN SYARIAH

NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (DSN-MUI)

NOMOR 16 TAHUN 2000

A. Gambaran Umum Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI

Ekonomi dalam beberapa dasawarsa terakhir memiliki

pengaruh pada Umat Islam Indonesia dalam segi peningkatan

dan perkembangan, hal tersebut disebabkan karena system

ekonomi konvensional ternyata tidak dapat memenuhi harapan,

kesadaran umat untuk syariah secara kaffah (menyeluruh)

dalam berebagai aspek kehidupan ternyata juga terus

meningkat. Momerentum pergerakan ekonomi syariat dimulai

Ketika lahirnya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992.1

Sebagai bank pertama di Indonesia yang berlandaskan pada

prinsip syariah dalam kegiatan transaksinya. Kelahiran bank

syariah ini kemudian diikuti oleh bank-bank lain, baik yang

berbentuk full baranch maupun yang hanya berbentuk divisi

1PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Didirikan [ada 24 Rabius Tsani 1412 H

atau 1 Nopember 1991.

Page 69: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

atau unit usaha Syariah, tak ketinggalan, lembaga keungan

lainya pun, seperti perusahaam Asuransi Takaful yang berdisi

pada tahun 1994 dan Lembaga investasi syariah terus

bermunculan.

Upaya menghadapi perkembangan ekonomi Syariah

yang signifikan di Indonesia, diperlukan suatu perangkat

peraturan perundang-undangan yan dapat memebrikan

kepastian hukum kepada para praktisi ekonomi Syariah dalam

menjalankan ekonomi Syariah. Di dalam konstitusi, kegiatan

ekonomi syariah secara implisiti didasarkan pada Pasal 29 ayat

(1 dan 2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoesia

Tahun 1945 (UUD 1945).

Selain peraturan perundang-undangan tersebut di atas,

para paraktisi ekonomi Syariah, masyarakat dan pemerintah

(regulator) membutuhkan fatwa-fatwa terkait ekonomi syariah

dari para ulama atau Lembaga-lembaga atau organisasi-

organisasi Islam lainya yang berkompeten mengeluarkan

fatwa-fatwa sebagai suatu pegangan atau petunjuk untuk

melaksanakan segiatan ekonomi Syariah. Perkembangan

lembaga ekonomi Syariah yang demikian cepat harus

diimbangi dengan fatwa-fatwa ekonomi syariah yang valid dan

akurat.

Page 70: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

1. Pengertian Fatwa

Pengertian fatwa secara etilogis berasal dari Bahasa

Arab al-fatwa. Pendapat ini hampir sama dengan manzhur kata

fatwa ini merupakan bentuk mashdar dari kata fata yaitu fatwan

yang bermakna muda, baru, penjelasan, penerangan. Pendapat

ini hamper mirip dengan pendapat al- Fayumi yang mengatakan

bahwa fatwa berasal dari kata fata artinya pemuda yang kuat.

Sehingga seorang yang mengeluarkan fatwa dikatakan mufti

karena orang tersebut diyakini memiliki kekuatan dalam

memberikan penjelasan (albahan) dan jawaban terhadap

permasalahan yang dihadapanya sebagaimana kekuatan yang

dimiliki oleh seorang yang masih muda.2

Menurut Al-Jurnani, fatwa berasal dari al-fatwa atau al-

futya, yang artinya (jawaban atas segala masalah).3 Menurut

Yusuf Qardawi, fatwa adalah menerangkan hukum syara’ dalam

suatu persoalan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan

oleh peminta fatwa (mustafi) secara perorangan atau kolektif.4

2Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, (Jakarta Elsas, 2008). 19.

3Ibid,20.

4Ibid,21.

Page 71: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Dari beberapa pengertian di atas, terdapat dua hal

penting, yaitu:

a. Fatwa bersifat responsif, yaitu merupakan jawaban

hukum (legal opinion) yang dikeluarkan setelah adanya

suatu pertanyaan atau permintaan fatwa (based on

demand).

b. Fatwa sebagai jawaban hukum (legal opinion) tidaklah

bersifat mengikat. Orang yang meminta fatwa

(mustafti), baik perorangan, lembaga, maupun

masyarakat luas tidak harus mengikuti isi atau hukum

yang diberikan kepadanya.

Pengertian fatwa menurut arti bahasa (lughawi) adalah

jawaban suatu kejadian (memberikan jawaban yang tegas

terhadap segala peristiwa yang terjadi dalam masyarakat) dan

penjelasan itu mengarah pada dua kepentingan, yakni

kepentingan pribadi atau kepentingan masyarakat banyak.5

Fatwa dikeluarkan baik diminta ataupun tidak, karena

itu perkembangan fatwa dalam sistem hukum Islam sangat

penting seiring dengan permasalahan sosial yang semakin hari

semakin banyak dan kompleks dibandingkan dengan

5Rohadi Abdul Fatah, Analisis Fatwa Keagamaan Dalam Fikih Islam

(Jakarta: Bumi Aksara,2006), 7.

Page 72: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

permasalahan yang terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw

dan para sahabat. Permasalahan yang dialami Rasulullah dan

para sahabatnya tidak serumit yang dihadapi sekarang, disisi

lain Allah SWT telah mencukupkan wahyu-Nya dan hadits

yang disampaikan Rasulullah untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan yang ada.6

Rasulullah sebagai rasul terakhir membawa konsekuensi

bahwa aturan-aturan dan hadits yang telah berhenti ketika

Rasulullah meninggal dunia bisa digunakan untuk memecahkan

permasalahan kekinian. Konsekuensi ini merupakan tugas dan

tanggung jawab yang besar dan berat yang dipikul oleh umat

Islam, khususnya mereka yang memiliki titel sebagai Alim

Ulama. Ulama atau mujtahid atau mufti memiliki tugas untuk

mengurai ayat-ayat Al-qur’an dan hadits tidak hanya secara

kontekstual, tidak hanya dengan memahami asbab al wurud dan

asbab al nuzul, tetapi dia harus bisa mengkonstekstualkan ayat

dan hadits tersebut dengan kondisi sekarang sebagai

pengejawantahan hadits alislam shalih li kulli zaman wa makan

6Ridwan Nurdin, Kedudukan Fatwa MUI Dalam Pengembangan Ekonomi

Syariah di Indonesia, makalah disampaikan dalam diskusi dengan Tim

Penelitian, tanggal 17 Juni 2011. Diakses tanggal 2 Juli 2020. Pukul 5.56

WIB.

Page 73: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

(Al-Qur’an dan hadits sebagai kitab suci umat Islam yang

‘diyakini’ selalu relevan disetiap zaman dan waktu).

Fungsi ulama terdapat pada berbagai profesi seperti

peradilan, maka hakimnya adalah ulama yang menjadi Qadhi

(hakim) atau ulama yang memberikan fatwa disebut Mufti.

Dalam kaitan dengan fatwa, terdapat tiga hal yang dominan,

yaitu:

1) Pihak-pihak yang berkepentingan seperti peseorangan,

masyarakat, pemerintah dan lainnya atas fatwa.

2) Masalah atau persoalan yang diperlukan ketetapan

hukumnya.

3) Para ulama yang mengerti hukum syariat, mempunyai

otoritas mengeluarkan fatwa.

2. Dasar Hukum Fatwa

Fatwa merupakan sebuah upaya ulama untuk merespon

masalah yang dihadapi masyarakat yang memerlukan

keputusan hukum. Dasar hukum fatwa adalah al-quran, hadist

dan sunnah. Penalaran yang dilakukan oleh para ulama

merupaka legal opinion. Sebagaimana dalam al-quran Surat Al-

nahl ayat 43:7

7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan terjeahanya (Semarang,

PT.Karya Toha Putra,2002),408.

Page 74: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

ا اليهم نوحي رجال ال قبلك من ارسلنا وما كر اهل فسـلو تعلمون ل كنتم ان الذ

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali

orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka;

maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai

pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

Al-Quran surat Al-Nahl ayat 43 tersebut di atas

merupakan aturan tentang bagaimana seseorang diperintahkan

untuk bertanya sesuatu jika tidak atau memerlukan kepastian

hukum kepada orang yang mengetahui. Kata “bertanya”

menjadi bahasa al-Quran dalam menjelaskan berbagai

persoalan.

3. Pihak-pihak Pemberi Fatwa

Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk bisa

diangkat menjadi mufti atau pemberi fatwa, Al-Nawawi

menyebutkan bahwa.8

a. Mukallaf

b. Muslim

c. Berkepribadian kuat

d. Dapat Dipercaya

e. Suci dari sifat-sifat tercela

f. Berjiwa kuat

8Zainudin Ali, Hukum Ekonomi Syariah,(Jakarta: Sinar Grafika,2008), 1.

Page 75: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

g. Berotak cermelang

h. Berpikiran tajam

i. Bisa melakukan istinbath hukum

j. Sehat jasmani dan rohani.

Al-nawawi juga menambahkan bahwa untuk bisa

diangkat menjadi seorang mufti mustaqil dan mufti ghair

mustaqil.9Seorang Mufti Mustaqil memiliki persyaratan

sebagai berikut.

a. Mengetahui dengan pasti dalil hukum dari kitab,

sunnah, ijma, Qiyas dan hal-hal yang berkaitan

denganya.

b. Mengetahui dalil dilalahnya dan bagaimana mengambil

hukum darinya sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu

ushul fiqh.

c. Mengetahui ilmu al-quran, mansuh, Nahwu, bahasa, dan

tasyrif didalamnya.

d. Mengetahu fiqh, baik masalah ushuliyah atau

furu’iyyah.

Orang yang memiliki kulifikasi demikian dia dapat

dikategorikan sebagai mufti al- muthlaq al-mustaqil yang

9Rohadi Abdul Fatah, Analisis Fatwa Keuangan dalam Fikih Islam, (Jakarta:

Bumi Aksara,2006).7.

Page 76: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

keberadaanya merupakan fardu kifayah, karena dia bisa

melakukan istinbath hukum sendiri tanpa bersandar kepada

madzhab tertentu. Seorang mufti mustaqil juga harus

mengetahui disiplin ilmu tertentu sesuai dengan bidang fatwa.10

Jalaluddin al-Mahalli menyebutkan bahwa diantara

syarat seorang mufti adalah menguasai pendapat-pendapat dan

kaidah-kaidah dalam ushul fiqh dan fiqh, mempunyai

kelengkapan untuk melakukan ijtihad, mengetahui ilmu-ilmu

yang dibutuhkan untuk memformulasikan suatu hukum

memperlonggar dan mempermudah hukum.11

Seorang mufti dapat mengeluarkan suatu fatwa apabila

terpenuhi empat syarat mutlak, yakni (1) orang tersebut harus

dan memahami bahasa arab dengan sempurna dari segala

seginya; (2) orang tersebut mengetahui ilmu al-Quran dengan

sempurna dari segala seginya, yakni berkaitan dengan hukum-

hukum yang dibawa oleh al-Qur’an dan mengetahui secara

persis cara-cara pengambilan hukum (istinbath al-hukmi) dari

ayat-ayat tersebut.12

10Ma’ruf Amin, 36.

11Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syariah,(Jakarta: Sinar Grafika,2008), 20.

12Muhamuda sa’diyah dan Nur Aziroh,”Fatwa Dalam Konteks Syariah yang

Sebenarnya”Jurnal Equilibrium. Vol II. No.2. (2017). 316.

Page 77: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Fatwa dan ijtihad memiliki hubungan keterkaitan, sebab

keduanya bakan mempengaruhi hasil ijtihad para ahli itu

sehingga lahir dalam bentuk fatwa-fatwa yang berharga untuk

kepentingan masyarakat Islam. Hakikatnya hukum yang akan

dikembnagkan itu selaras dengan masyarakat itu sendiriyang

senantiasa disesuaikan dengan kondisi masyarakat.13

Hukum Islam dalam proses sitinbath pengambilan

hukum diatur dalam suatu kajian keilmuan tersendiri dalam

ilmu hukum Islam disebut ilmu Ushul fiqh secara umum

pengertianya adalah pengertian tentang kaidah-kaidah yang

menjelaskan tetang metode pengambilan hukum.14

Ilmu ushul fiqh selalu mengembalikan dalil-dalil

hukum syara kepada Allah SWT. Sedangkan dalil-dalil yang

ada hanyalah berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui

hukum-hukum Allah SWT.15 Dalam kaedah landasan hukum

yang dipakai dalam ilmu ushul fiqh secara urut adalah sebagai

berikut: (1) al-Quran; (2) al-Hadits; (3) Ijma adalah salah satu

dalil syara` yang memiliki tingkat kekuatan argumentasi

13Asmuni, “Aplikasi Fatwa dalam Dewan Syariag Nasional”. Jurnal

Mawarid. Vol IX. (2014).34.

14Ibid, 41.

15Multa E Siregar, “ Dewan Syariah Nasional dalam Ruang Lingkup Hukum

Nasional”. (Jakarta: Sinar Utama, 2016).11.

Page 78: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

setingkat dibawah dalil-dalil nash al-Quran dan Hadits; (4)

Qiyas adalah menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada

nashnya dalam al-Quran dan Hadits dengan cara

membandingkannya dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya

berdasarkan nash akan tetapi ada persamaan `illat-nya; (5)

Istihsan adalah penetapan hukum dari seorang mujtahid

terhadap suatu masalah yang menyimpang dari ketetapan

hukum yang diterapkan pada masalah-masalah yang serupa,

karena ada alasan yang lebih kuat yang menghendaki

dilakuakan penyimpangan itu; (6) `Urf adalah bentuk-bentuk

mu`amalah (hubungan kepentingan) yang telah menjadi adat

kebiasaan dan telah berlangsung ajeg (konstan) di tengah

masyarakat; (7) Maslahah Mursalah adalah pertimbangan

kepentingan hukum yang sifatnya hakiki yang meliputi lima

jaminan dasar, yaitu: (a) keselamatan keyakinan agama; (b)

keselamatan jiwa; (c) keselamatan akal; (d) keselamatan

keluarga dan keturunan; (e) keselamatan harta benda; (8)

Istihsab adalah dalil yang memandang tetapnya suatu perkara

selama tidak ada yang mengubahnya. Dalam pengertian bahwa

ketetapan di masa lampau, berdasarkan hukum asal, tetap terus

berlaku untuk masa sekarang dan masa akan datang; dan (9)

syari`at umat terdahulu adalah pemakain hukum syari`at umat

Page 79: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

terdahulu selama tidak ada dalil yang me-nasakh hukum

tersebut, ataukah syari`at itu tidak bisa diambil sebagai sumber

hukum yang berdiri sendiri.16Keberadaan pihak-pihak pemberi

fatwa di Indonesia, pada awalnya abad ke-20 dikeluarkan oleh

ulama secara individu. Pada pertengahan kedua abad ke-20

beberapa fatwa mulai dikeluarkan oleh ulama secara

kelompok.17Pada perkembangan tahun berikutnya, dibentuk

majelis Ulama Indonesia. Majelis ini beranggotakan para ulama

dari berbagai kalangan, baik berkaitan dengan masalah ritual

keagamaan, pernikahan, kebudayaan, politik, ilmu pengetahuan

maupun transaksi ekonomi.18

4. Sejarah Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI)

MUI adalah sebuah Lembaga yang mewadahi ulama

zu’ama dan cendekiawan Islam di Indonesiauntuk

membimbing, mengayomi dan membimbing serta menyatukan

gerakn Langkah umat Islam di Indonesia. MUI berdiri 7 rajab

1395 Hijriah bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta

16Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Hukum Islam 43.

17M. Cholil Nafis, Teori Hukum Ekonomi Syariah,(Jakarta: UI Press,2011),

4.

18Ibid,6.

Page 80: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

sebagai hasil pertemuan atau musyawarah para ulama,

cendekiawan dan zuama. Dari berbagai kalangan yaitu

Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al-

Wasliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al

ittihadiyyah dan 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, AD,

AU, AL dan Polri serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang

merupakan tokoh perorangan.19

Dari musyawarah tersebut dihasilkan sebuah

kesepakatan untuk membentuk wadah, tempat

bermusyawarahnya para ulama dan cendekiawan muslim yang

tertuang dalam sebuah “Piagam Berdirinya MUI”, yang

ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang

kemudian disebut Musyawarah Nasional I Majelis Ulama

seluruh Indonesia.

Dikalangan. umat Islam sendiri. akibatnya .umat .Islam

dapat. terjebak. dalam. egoisme. kelompok yang berlebihan.

Oleh karena itu kehadiran DSN-MUI sangat berpengaruh dalam

social umat Islam di Indonesia.20 Pada Munas yang ke III MUI

disempurnakan menjadi: “MUI bertujuan mengamalkan ajaran

19Safar, “Lahirnya Kesejarahan MUI di Indonesia. (Jakarta: Bumi Aksara,

2009). 32.

20Ibid, 48.

Page 81: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Islam untuk ikut serta mewujudkan masyarakat yang aman,

damai, adil dan makmur rohaniah dan jasmaniah yang diridhoi

ole Allah SWT dalam negara Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila.21

Tugas utama MUI adalah membina dan membimbing

umat untuk meningkatkan keimanan dan mengamalkan ajaran-

ajaran agama Islam, dalam usaha untuk mewujudkan

masyarakat yang aman, adil dan makmur rohaniah dan

jasmaniah sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dan Garis-Garis

Besar Haluan Negara, sedangkan peran MUI sebagaimana

dirumuskan oleh Munas I dalam Pedoman Dasar Pasal 4, yaitu

berperan untuk mengeluarkan fatwa dan nasihat kepada

pemerintah dan umat Islam dalam masalah yang berhubungan

dengan masalah keagamaan dan kemaslahatan bangsa, menjaga

kesatuan umat, institusi representasi umat Islam dan sebagai

perantara yang mengharmonisasikan hubungan antara umat

beragama.22

Rencana pembentukan DSN mulai dibicarakan tahun

1990 ketika acara lokakarya dan pertemuan yang membahas

21M. Cholil Nafis, 63.

22Wisam, Rohilina dan Yusuf Wibisono.” Perbankan Syariah Menuju

Pertumbuhan Tinggi yang Berkelanjutan”. (Yogyakarta: Universitas Islam

Indoensia Press, 2011). 2.

Page 82: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

tentang bunga bank dan pengembangan ekonomi rakyat, dan

merekomendasikan agar pemerintah memfasilitasi pendirian

bank berdasarkan prinsip syariah. Pada tahun 1997, MUI

mengadakan lokakarya ulama tentang Reksadana Syariah yang

salah satu rekomendasinya adalah pembentukan DSN. Pada

pertemuan tanggal 14 Oktober 1997, telah disepakati

pembentukan DSN. Usulan ini ditindaklanjuti sehingga

tersusunlah DSN secara resmi tahun 1998.23

5. Peran Dewan Syariah Nasional (DSN)

Tugas utama yang lembaga DSN adalah menggali dan

merumuskan nilai dan juga prinsip-prinsip hukum Islam

(Syariah) dalam bentuk yang telah di keluarkan yaitu berupa

fatwa. Fatwa yang dikeluarkan ini menjadi pedoman dalam

kegiatan ekonomi dan jugakegiatan yang berlandaskan ibadah

Syariah dan juga bermuamalah yang ada di Indonesia:24

a. Dengan berkembangnya Lembaga-lembaga keuangan

Syariah yang ada di Indonesia dan adanya Dewan

23Muhammad Abu Zahrah, “Ushul Fiqh dalam Konteks Indoensia”. (Jakarta:

Pustaka Firdaus,1999). 3.

24Dewan Syari’ah Nasional dan Dewan Pengawas Syari’ah, sumber:

www.scrib.com/doc/57565656/Makalah-Dewan-Syari’ah-Nasional-Dan-

DewanPengawas-Syari’ah.

Page 83: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Pengawas Syariah pada Lembaga keuangan Syariah

perlu didirikanya Dewan Pengawas Syariah.

b. Terbentukanya DSN merupakan Langkah efisiensi dan

koordinasipara ulama dalam menangani masalah dan isu

yang terjadi dengan masalah khususnya mauamalah dan

Ekonomi Syariah di Indonesia.

c. Adanya Dewan Syariah Nasional diharapkan dapat

berfungsi sekaligus mendorong penerapan ajaran

Islamdan kehidupan ekonomi.

d. Dewan Pengawas Syariah ditunjuk sebagai pihak yang

proaktif dalam menangani ekonomi Syariah.

6. Diskon Mura>bah{ahdalam Fatwa DSN MUI Nomor 2000

Adapun landasan utama yang menjadi tolok ukur DSN-

MUI dalam berfatwa adalah kaidah dasar dalam bermualamah

yakni (hukum asal dalam Muamalah adalah mubah)”. Kaidah

ini berkaitan dengan hukum segala sesuatu yang didiamkan

yaitu tidak ada dalil yang membolehkkanya. Dalam fatwa-

fatwa ekonomi Syariah DSN-MUI, kaidah tersebut selalu

dicantumkan sebagai dasar hukum dari pengambilan fatwa,

artinya dalam hal ini kaidah tersebut secara konsisten

Page 84: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

mempengaruhi setiap pola ijtihad fatwa DSN-MUI meskipun

metode yang digunakan berbeda.25

Produk unggulan dari Lembaga Keuangan Syariah

adalah akad mura>bahah. Akad ini terbukti menjadi akad paling

sering digunakan dari semua jenis akad yang ada dalam lembaga

keuangan Syariah. Hal tersebut menunjukkan bahwa skim

mura>bah{ah sangat diminati para nasabah Ketika melakukan

kerja sama dengan Lembaga keuangan Syariah. Dominasi

pembiayaan mura>bah{ah ini di terapkan di seluruh Lembaga

keuangan Syariah di Indonesia karena memiliki pola

pembiayaan yang hampir mirip dengan kredit dalam system

konvensional. Sebenarnya pembiayaan ini adalah system

pembiyaan jual-beli yang kemudian diterapkan dalam transaksi

perbankan Syariah.26

Sistem akad fiqh mengenai akad mura>bah{ah tidaklah

mudah dan kaffah bila diterapkan dalam bertransaksi,

diperlukan keimaanan dan ketaqwaan dari para pihak yaitu

lemabaga keuangan dan nasabah. Pembiyaan Mura>bah{ah ini

kemudian membuat sikap pemerintah menegeluarkan peraturan

25Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,( Jakarta: Kencana,

2011). 175.

26Arah Perkembangan Industri Keuangan Syariah, 2017. Depok Pos 7 Maret.

Page 85: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

yang dikelurkan oleh Majelis Ulama Nasional agar praktik dan

system mura<bah{ah sesuai dengan prinsip Syariah, sehingga

tidak memicu munculnya ketidak nyamanan tranksi jasa

pengguna akad mura<bah{ah.

Mura>bah{{ahmerupakan akad jual beli dengan peluang

pengambilan keuntungan yang sangat menjanjikan dengan

memperhatikan penghitungan modal awal dari penjual. Poin

utama dari mura>bah{ah adalah kesepakatan keuntungan,

keterbukaan dan kejujuran menjadi syarat utama terjadinya

mura>bah{ah yang sesungguhnya, mura<bah}ah merupakan sistem

jual beli yang amanah sehingga menajadi karakteristik dari

mura>bah{ah adalah menjual harus memberi tahu pembeli tentang

harga beli awal dan menyatakan jumlah pendapatan dari

keuntungan tersebut.

Keterbukaan harga meliputi harga barang dari supplier

dan segala kekurangan barang, kondisis barang, hingga

kecatatan barang harus disampaikan dengan jujur kepada

nasabah dalam hal ini terakit dengan adanya diskon yang

didapat dari penyedia barang (supplier). Karena hal inilah

menajadikan muncunya peraturan menegani diskon dalam

mura>bah{ah yang telah diatur dalam Fatwa DSN-MUI Nomor

16/DSN-MUI/IV/2000 tentang diskon dalam mura>bah{ah.

Page 86: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Fatwa DSN-MUI muncul sebagai respon atas persoalan

tentang ekonomi Islam, terutama yang berkaitan dengan

Lembaga keuangan Syariah, khususnya perbankan Syariah,

mengingat sebagian besar fatwa yang dikeluarkan berkaitan

dengan persoalan sistem Syariah. Fatwa DSN-MUI menjadi

rujukan bagi Bank Indonesia untuk membuat Peraturan Bank

Indonesia (PBI) dan Dewan pengawas Syariah (DPS) yang ada

di masing-masing Lembaga keuangan Syariah.27

Diskon mura>bah{{ah dalam Fatwa DSN MUI muncul

untuk membahas konsep jual beli khususnya akad mura>bah{ah di

Lembaga keuangan Syariah. Satu fatwa memiliki keterkaitan

dengan fatwa lain karena memutuskan persoalan dalam jenis

akad memiliki keterkaitan dengan kaffahnya suatu transaksi.

Diskon dalam Mura>bah{ah memiliki ketentuan pokok sebagai

berikut:28

a. Harga (thsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang

disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai

(qimah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi

maupun lebih rendah.

27Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1998 tentang Perbankan Syariah, 1-3.

28Fatwa DSN-MUI Nomor 16 Tahun 2000.

Page 87: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

b. Harga dalam jual beli mura>bah{ah adalah harga beli dan

biaya yang diperlakukan ditambah keuntungan sesuai

dengan kesepakatan.

c. Jika dalam jual beli mura>bah{ah LKS mendapat diskon dari

supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon,

karena itu diskon adalah hak nasabah.

d. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian

diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian

(persetujuan) yang dimuat dalam akad.

e. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah

diperjanjikan dan ditanda tangani.

Fatwa tentang diskon dalam mura>bah{ah yang diatur

dalam fatwa DSN MUI No.16/IX/2000 tentang diskon dalam

mura>bah{ah ini lahir untuk memperjelas status diskon yang

diberikan dari pihak pemasok kepada bank sebenarnya adalah

harga adalah harga setelah diskon karena diskon adalah hak

nasabah. Namun jika pemeberian diskon setalah akad,

makapem bagian diskon tersebut didiskon berdasarkan

perjanjian yang dimuat dalam akad.

B. Analisis Diskon Mura>bahah

Page 88: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Diskon mura>bah{ah muncul karena salah satu transaksi

pembiayaan yang ada dalam transaksi jual-beli mura>bah{ah di

Bank Syariah. Pembiayaan mura>bah{ah ini mirip dengan

pembiayaan kredit dalam bank konvensional. Dimana bank

akan mendapatkan keuntungan dari harga barang yang dijual

kepada nasabah yaitu menambahkan atau menaikkan (mark up)

sebelum menjual barang tersebut kepada nasabahnya atas dasar

cost plus profit (biaya ditambah laba). Mura>bah{ah merupakan

transaksi jual beli barang antara bank dan nasabah, barang yang

dibeli tersebut berfungsi sebagai agunan. Hal ini, nasabah

membayar barang tersebut dengan cara mencicil kepada bank

kemudian kepemilikan barang akan beralih sesuai dengan

dengan system proporsional cicilan yang telah dibayarkan.

Tambahan biaya (keuntungan) bagi bank dirundingkan dan

ditentukan di awal sebelum terjadinya transaksi antara pihak

bank dan nasabah.29

Melalui akad mura>bah{ah ini nasabah dapat memenuhi

kebutuhan atau memperoleh barang dan memiliki barang yang

dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih

dahulu. Sederhananya nasabah memperoleh pembiyaan dari

bank untuk pengadaan barang yang diinginkan. Praktik

29Adria Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, 99.

Page 89: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

pembiayaan yang dapat dilakukan pada perbankan Syariah

yaitu nasabah mengajukan permohonan berupa pembelian

persediaan atau investasi kepada bank. Kemudian bank

membelikan barang yang diinginkan nasabah tersebut,

kemudian kembali menjual kepada nasabah tersebut ditambah

margin keuntungan.

Sudah seharusnya jika dalam transaksi mura>bah{ah ini

bank membeli barang secara tunai maka pemasok akan

memberikan potongan harga, yang menjadi permasalahan disini

apabila transaksi ini merupakan kelanjutan dari transaksi

mura>bah{ah antara nasabah dalam hal ini nasabah menjadi

pembeli kedua dan bank selaku pembeli pertama dari pemasok

atau yang biasa disebut dengan mura>bah{ah pesanan atau dalam

kaidah fiqh dikenal dengan istilah mura>bah{ah li al-amir bi

alsyira, maka diskon atau potongan harga ini menjadi hak pihak

bank atau pihak nasabah.

Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara

lain yaitu:30

1. Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian

barang.

30Muahammad Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teoti ke Praktik (Jakarta;

Gema Insani Press, 2001). Cet-1. 235.

Page 90: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

2. Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rang

pemebelian barang.

3. Komisi dalam bentuk apapun yang terkait pembelian

barang.

4. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad

mura>bah{ah disepakati dan diperlukan sesuai dengan

kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur

maka diskon tersebut merupakan hak penjual.31

Pada Bank konvensional, potongan yang didapatkan

dari pihak pemasok atau dari pihak yang lain selaku supplier

keuntungan atau margin yang diperoleh tidak akan di

beritahukan kepada nasabah atau pembeli dan di klaim sebagai

keuntungan atau fee pendapatan yang diterima oleh pihak bank

namun jika pada bank Syariah sudah menjadi keharusan pihak

bank memberitahukan kepada nasabah karena pada prinsipnya

keuntungan atau potongan tersebut adalah milik nasabah.

Berikut penjelasan mengenai diskon mura>bah{ah pada DSN-

MUI.

Table 3.1

Penjelasan Fatwa DSN MUI Nomor 16 Tahun 2000 mengenai

Diskon dalam Mura>bah{ah

31Sarip Muslim, Akuntansi Keuangan Syariah Teori & Praktek, 106-107.

Page 91: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

No Fatwa DSN MUI

Tahun 2000

Penjelasan

1. Harga tsaman

dalam jual beli

adalah suatu

jumlah yang

disepakati oleh

kedua belah pihak,

baik (qimah) benda

yang menjadi

obyek jual beli,

lebih tinggi

maupun lebih

rendah.

Harga dalam jual beli adalah

harga yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak (penjual dan

pembeli)

2. Harga dalam jual

beli mura>bah{ah

adalah harga beli

dan biaya yang

diperlukan

ditambah

euntungan sesuai

Harga dalam jual beli mura>bah{ah

adalah harga yang telah

disepakati oleh kedua belah

pihak (penjual dan pembeli)

dengan tambahan keuntungan

serta biaya operasional lainnya.

Page 92: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

dengan

kesepakatan.

3. Jika dalam jual beli

mura>bah{ah LKS

mendapatt diskon

dari supplier, harga

sebenarnya adalah

harga setelah

diskon karena

diskon adalah hak

nasabah.

Harga yang sebenarnya adalah

harga yang telah dikurangi

dengan diskon dari supplier

karena pada hakikatnya, diskon

adalah milik nasabah.

2.

3.

4.

Jika pemberian

diskon terjadi

setelah akad,

pembagian diskon

tersebut dilakukan

berdasarkan

perjanjian

(persetujuan) yang

dimuat dalam akad.

Harga yang sebenarnya adalah

harga yang telah dikurangi

dengan diskon dari supplier,

karena pada hakikatnya, diskon

adalah milik nasabah.

5. Jika pemberian

diskon terjadi

Jika diskon diberikan setelah

akad mura>bah{ah dilakukan,

Page 93: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Penjelasan dalam fatwa DSN MUI tentang Diskon

Mura>bah{ah berkaitan dengan penentuan harga berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak, pembagian diskon yang

diperoleh dari supplier sebelum dan sesudah akad, serta diskon

sesudah akad yang harus dicantumkan dalam akad. Fatwa

memandang bahwa diskon yang didapatkan sebelum akad

adalah menjadi milik pembeli atau nasabah sedangkan diskon

yang diperoleh setelah akad, dibagi berdasarkan kesepakatan

yang termuat dalam akad. Terkait diskon yang didapatkan

setelah akad mura>bah{ah ini, dalam fatwa tidak dicantumkan

bahwasanya apabila diskon tersebut tidak diperjanjikan dalam

setelah akad,

perjanjian (per-

setujuan) yang

dimuat dalam akad.

maka pembagiannya dilakukan

berdasarkan perjanjian yang

telah disepakati kedua belah

pihak yang dimuat dalam akad.

5

. 6.

Dalam akad,

pembagian diskon

setelah akad

hendaklah

diperjanjikan dan

ditandatangani.

Pembagian diskon setelah akad

hendaknya dipenjanjikan dalam

akad dan ditandatangani.

Page 94: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

akad, apakah diskon tersebut menjadi milik pembeli (nasabah),

penjual (bank) atau dibagi dua antara bank dan nasabah.

Apabila dikaji ulang mengenai fatwa diskon mura>bah{ah

ini bisa dikatakan kurang begitu singkron. Peraturan dalam

ketentuan umum fatwa tentang mura>bah{ah di atas dikatakan

bahwa apabila bank membeli barang yang diinginkan nasabah

dengan mengatas namakan bank sendiri, dan pembeli ini harus

sah dan bebas riba, kemudian bank menjual kembali kepada

nasabah bisa disimpulkan pihak bank selaku yang membeli atau

pembeli utama diharuskan melakukan transaksi pembelian

kepada supplier dan melakukan transaksi jual beli dengan

nasabah selaku pihak kedua. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Ulama Indonesia menyatakan diskon dalam akad mura>bah{ah

ini, merupakan hak nasabah.

Dalam sitilah ekonomi diskon ekonomi dan bisnis juga

menjadi langkah utama pemasaran dalam menarik pelanggan.

Diskon merupakan langkah suatu perusahaan memberikan

potongan harga terhadap produk-produk yang dijual. Pada

intinya maksud dari diskon merupakan suatu langkah dalam

transaksi jual beli yang bermaksud tertentu.32

32M Cholil Nafis, Teori Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta:Universitas

Indoensia, 2011), 70.

Page 95: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Apabila ditelaah kembali dari uraian diatas ketidak

susuaian ini timbul karena adanya pemahaman dari makna

diskon itu sendiri. Dilihat dari pengertian diskon dalam

mura>bah{ah fatwa DSN-MUI tentang diskon dalam

mura>bah{ahini tidak sesuai dengan kandungan pada fatwa DSN-

MUI tentang mura>bah{ah yang menjadi landasan pembiayaan

akad mura>bah{ah pada bank Syariah di Indonesia. Status diskon

untuk nasabah adalah tergantung dari bank yang bersangkutan,

apakah bank akan memberikan diskon kepada nasabah selaku

pembeli kedua atau tidak itu menjadi wewenang serta kebijakan

bank selaku pemilik penuh (al-milk at tam).

Praktik pembiayaan mura>bah{ah yang dilakukan di

Indonesia, diberi contoh misalnya seorang nasabah ingin

membeli motor, maka nasabah tersebut akan menggunakan

konsep tamwil bil mura>bah{ah dalam transaksi. Maka nasabah

datang ke bank Syariah dengan untuk mengajukan pembiayaan

berbasis mura>bahah. Disini yang digunakan adalah konsep

pembiayaan tamwil bil mura>bahah. Dengan adanya konsep ini

pembeli akhirnya menandatangai kontrak dengan bank Syariah

untuk melakukan pembelian motor. Bank akan menerbitkan

akad wakalah kepada nasabah bahwa bank menyetujui adanya

pembelian motor terhadap nasabah. Dengan akad ini bank

Page 96: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Syariah diaggap telah memiliki barang yang akan dijual lagi

kepada nasabah tersebut.

C. Kontekstulisasi Fatwa DSN MUI Nomor.16 Tahun 2000

Tentang Diskon Mura>bah{ah

1. Kedudukan Fatwa DSN-MUI Nomor 16 Tahun 2000

dalam Hukum Indonesia

Berdasarkan penjelasan sebelumnya telah dibahas

bahwa DSN berwenang dalam mengeluarkan fatwa ekonomi

Syariah, termasuk didalamya adalah perbankan Syariah. Fatwa

merupakan pedoman bagi Lembaga keuangan Syariah dalam

menjalankan aktivitasnya. Apabila melihat praktik yang telah

berjalan dalam kegiatan perbankan Syariah di Indonesia saat

ini, maka fatwa perbankan Syariah merupakan peraturan yang

mengikat dalam perbankan Syariah. Seharusnya, bank Syariah

harus tunduk dengan peraturan DSN MUI dalam menjalankan

aktivitas dan wajib mengikuti fatwa yang dikeluarkan DSN-

MUI. Tentunya apabila lembaga perbankan Syariah tidak

mengikuti terlebih hingga menyimpang dari fatwa DSN-MUI

dalam hal ini berhak mengusulkan kepada instansi terkait,

Page 97: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan selaku pihak yang

mengambil tindakan tegas apabila peringatan tidak diindahkan.

Menurut pasal 7 ayat (1) UU No.12 tahun 2011 tentang

pembentukan peraturan Perundang-Undangan Dasar Negara

Repubik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan pasal yang

tercantum menjelaskan bahwa Fatwa tidak termasuk salah satu

jenis peraturan perundang-undangan yang diatur oleh Undang-

Undang. Oleh karenanya dalam hukum positif di Indonesia

Fatwa baru bisa diimplementasikan pada lembaga perbankan

Syariah. Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI bukanlah

hukum positif,33 sama seperti fatwa-fatwa DSN-MUI lainya

dalam bidang ekonomi, fatwa .mengenai .diskon .dalam

mura>bahah. Fatwa tenatang diskon dalam mura>bah{ah dalam hal

ini memiliki status sama dengan fatwa yang lain yaitu tidak

berkekuatan hukum positif. Sehingga ada kekuatan yang

mengikat antara fatwa DSN dengan hukum positif yang

dikeluarkan oleh Peraturan bank Indonesia.

Peraturan mengenai Diskon murabah dalam DSN-MUI

ini jika ditili kembali dari penjelasan di atas peraturan dan

komponen perumusanya telah dimusyawarahkan dan

33Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah:Titik temu Hukum dan

hukum Nasional, ed.1. (Jakarta: Rejawali Pers,2009), 25.

Page 98: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

dipertimbangkan dengan sangat matang, mengingat para ahli

sudah mengeluarkan peraturan mengenai diskon mura>bah{ah ini,

terkait dengan inovasi produk akad pembiayaan yang ada dalam

Bank Syariah, seharusnya peraturan semakin diperjelas

khususnya dalam hal ini adalah status diskon, dalam diskon

mura>bah{ah yang diataur oleh DSN-MUI ini isitilah diskon

belum begitu diperjalas, sehingga banyak pihak yang salah

dalam mengartikan stastus diskon yang terkadung dalam

peraturan DSN-MUI No. 16 Tahun 2000 ini.

Terkait dengan peraturan yang dikeluarkan tersebut,

banyak peraturan yang secara tidak langsung mengakibatkan

ketidak optimalan Bank Syariah dalam pelaksanaanya menjadi

kurang sesuai dengan Syariah. Kepakaran Anggota DSN-MUI

dalam hal syariah tidak dapat diragukan lagi, namun dalam

menetapan suatu hal DSN-MUI memiliki wewenang dalam

memanggil tenaga ahli, guna manangani isu-isu keuangan

dengan lebih professional. Bila dilihat dari perkembangan

innovasi produk perbankan di Indonesia masih berada di bawah

Malaysia dan Pakistan.

Page 99: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

2. Kedudukan dan Fungsi Lembaga Fatwa di Beberapa

Negara34

a. National Shariah Advisor Council (NSAC) sebagai fatwa

di Malaysia.

Malaysia merupakan negara yang menduduki peringkat

diatas Indonesia dalam hal transaksi perbankan Syariah.

Dukungan pemerintah terhadap perbankan Syariah terihat

sangat besar dan sangat memberikan kesempatan bagi

perluasan bank Syariah di Malaysia. Lahirnya BIM juga disertai

pembentukan Sharia Supervirosy Council (SSC) yang tugasnya

menagwasu agar operasi BIM tidak menyimpang dari ketentuan

hukum Islam.35 Dengan semakin berkembangnya system

perbankan Islam di Malaysia, maka SSC juga di tugaskan untuk

mengawasi perbankan konvensional yang menawarkan jasa

perbankan syaria pada wal tahun 1993.

Seiring dengan berkembangnya perbankan di Malaysia

pemeruntah Malaysia mendirikan otoritas Syariah tertinggi di

Malaysia yaitu National Shariah Advisory Counchil (NSAC)

yang didikan pada tanggal 1 Mei 1997, lembaga ini berfungsi

34Fadli Muhammad, “Aplikasi Syariah dalam Praktik Ekonomi Indonesia dan

Malaysia”. Jurnal Mawarid, No. XI. Vol. 8.

35Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah Teori,

Prantik, dan Perananya (Jakarta: Celestial Pusblishing, 2007). 196.

Page 100: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

sebagai pemegang otoritas tetinggi dalam memutuskan

masalah Syariah pada lemabaga keuangan Syariah baik bank

ataupun nonbank. Dengan dibentuknya National Shariah

Advisory Counchil maka tugas Shariah Supervisory Counchil

(SSC) yang berada di lembaga-lembaga keuangan Syariah

hanya tinggal mengawasi operasi lemabag keunagn yang

diawasinya apakah sudah sesui atau tidak bertentangan dengan

pedoman dan fatwa yang dikeluarkan oleh National Shariah

Advisor council.36

Dari sejarah munculnya SSC Diawali lahirnya bank

Syariah Malaysia kemudian disusul dengan dibentuknya NSAC

adalah menunjukkan bahwa pemerintah Malaysia dalam

mebentuk dewan Syariah melalui tahapan-tahapan diawali

dengan pengawas Syariah di masing-masing lembaga lalu

dibuat dewan pengawas nasional beberapa tahun setelah

pertumbuhan dan perkebangan bank syariah di Malaysia.

Keberadaan National Shariah Advisor council (NSAC) di dalam

bank sentral akan meningkatkan respons dan efektivitas

pengambioan keputusan dan fatwa-fatwa yang berhubungan

dengan masalah-masalah Syariah yang dihadapi oleh perbankan

36Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendur Tanjung (Bank Syariah teori,

Praktik, dan Perananya). 197.

Page 101: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

dan asuransi Syariah. Hal ini berneda dengan Indonesia di mana

Dewan Syariah Nasional DSN-MUI merupakan Lembaga non-

pemerintah atau indevenden.

b. Shariah Board Pakistan

Otoritas Syariah tertinggu di bidangan keuangan dan

pervankan di Pakitasn bedara pada Shariah Board (Dewan

Syariah) SBP yang dibentuk dalam struktur orgabisasi State

Bank of Pakitastan. Anggota Dewan Syariah terdiri dari dua

orang ulama Syariah ternama, seorang akuntan, seorang ahli

hukum dan seorang banking, tugas dari Dewan Syariah SBP

tidak berbeda dengan tugas dewan Syariah pada umumnya,

dewan Syariah terdeiri dari 5 orang dua diantaranya erupakan

ahli Syariah, dan yang menajdi ketua dewan Syariah harus

berasal dari ahli Syariah.37 Dewan Syaruah Keberadaan SBP di

dalam bank sentral akan meningkatkan resepon efektivitas

pengambulan keputusan dan fatwa-fatwa yang berhubungan

dengan masalah-masalah Syariah yang dihadapi oleh perbankan

Syariah. Namun demikian, independensi dewan syariag ini

terabtas dan juga bukan merupakan anggota dari berbagai

disiplin ilmu.

37http://www.sbp.org.pk/departments/pdf/StrategicPalnPDF/AppendixC%2

0Shariah%20Compliance.pdf.

Page 102: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

c. Lembaga Fatwa Mesir

Negara Mesir adalah negara pertama sebagai negara

Timur tengah yang mendirikan bank Syariah pertama kali.

Walaupun perbanan Syariah di Mesir pernah mengalami masa-

masa seram dengan terpaksanya penutupan bank Mith gamr

yang beroperasi tanpa bunga untuk menggunakan system

bunga, dan akhirnya tutup pada tahun 1968. Berkaitan dengan

Lemabga fatwa di Mesir atau Dar al-Ifta’ al-Misriyah

meruapakan lemabaga fatwa yang diakui negara dalam hal

otoriter menegani Syariah. Dismaping itu, mesir banyak mufti

pribadi, yang bukan merupakan pejabat negara.

d. Dewan Syariah di Inggris

Inggris sebaai erope yang mendobrak lahirnya

perabnkan Syariah wilayah eropa. Dengan di lahirkanya Islamic

bank of Britain (IBB) yang disokong dan dari Timur Tengan,

bank ini berdiri berdasarkan izin pedirian bank Syariah yang

dikeluarjan oleh Financial Servoce Authority (FSA) Inggris.

Kemudian disusul dididkanya ban HSBC Amanah yang

kemudian berkemabng diseluruh penjuru dunia, banyak

langskah-loagskah positf yang diterapkan pemerintah Inggris,

memalui FSA dalam mengemabangkan dan endukung

pertumbuhan bank Syariah di Negara tersebut, seperti

Page 103: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

penghilangan pajak ganda pada produk mura>bah{ah. Dalam

pengawasan Syariah dan lemabag fatwa yang digunakan oleh

abbj Syariah diatur oleh FSA, dengan mengadopsi standar

Syariah Internasional pengemabangan bank Syariah di Inggris

melakukakn koordinasi dengan Dewan pengawas Syariah

setampat di Negara bank tersebut dibuka.

e. Uni Emirat Arab

Negara Uni Emirat Arab membuat lemabag otoritas

Syariah tertinggi yang berfungsi sebagai penetap ketentuan

Syariah dari lemabag keuangan Syariah. Lembaga ini didirikan

berdasarkan UU Federal Nomor 6 tahun 1985 Pasal 5.

Keweanangan dari Lembaga ini adalah sebagai pemegang

kekuatab Syariah tertinggu di UEA. Anggota dari Otoritas

Syariah di UEA tidak dibatasi untuk dapat menajdi dewan

pengawas syariah di Lemabaga Keuangan Islam yanga ada di

negara tersebut.38

3. Sinkronisasi Hukum Islam Tentang Diskon Mura>bah{ah

pada DSN-MUI

Sinkronisasi hukum tidak dibatasi pada hukum berupa

peraturan perundang- undangan secara formil, melainkan

38Aznan Bin Hasan, Optimal Shariah Governance in Islamic Fianance.

Ahamd Ibrahim Kulliyah of Laws international Islamic University Malaysia.

Page 104: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

termasuk pula hukum yang lahir selain dari institusi negara

sepanjang memiliki kapasitas mengikat secara yuridis. Dalam

hal ini, fatwa DSN-MUI dikategorian sebagai produk hukum.39

Tidak jauh dengan lembaga fatwa di Indonesia yang juga

dimiliki oleh organisasi Islam teretantu, pada negara-negara

Uni emirate Arab (UES) juga banyak terdapat mufti-mufti

pribadi.

Banyaknya mufti-mufti di negara UEA

memberikan kebebasan pada masyarakat untuk mengikuti

mufti yang dia yakini, ataupun lembaga-lembaga keuangan

syaruag berhak untuk mengangkat dewan pengawas syariahnya

sendiri, tanpa ada rekomendasi dari Lembaga Fatwa Negara.

Sebenarnya, peluang untuk potifisasi40 hukum Islam di

Indonesia sudah dijamin dalam pasal 2 Aturan Peralihan UUD

’45.

39Ahyar A, Gayo dan tim 2012. Laporan akhir penelitian Hukum Tentang

Kedukan Fatwa MUI dalam Upaya mendorong pelaksanaan Ekonomi

Syariah (Portable document format), Badan Pembina: Hukum Nasional

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

http://www.bphn.go.id/data/documents/kedudukan_fatwa_mui_dala_upaya

mendorong_pelaksanaan_ekonomi_syariah.pdf. (diunduh tanggal 12

sepetember 2020)

40“Potifisasi” adalah pemebrlakuan hukum islam yang disahkan secara

formal konstitusional. LihatA. Qadri Azizi. Ekslektisisime hukum nasional,

Komoetensi anatara Hukum Islam dan Hukum Umum, cet1 (Yogyakarta:

Gama Media, 2002)172-173.

Page 105: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Hukum Muamalat yang biasa dikenal dengan hukum

Keuangan Syariah, secara umum belum dipraktikkan dan belum

menjadi adat-istiadat umat Islam. Dalam hal ini hukum

keuangan yang diparktikkan dalam lemabaga keuangan Syariah

di atur karena menyangkut hak-hak dan kepentingan banyak

pihak dan dalam skala yang lebih besar. Sehingga perbedaan

tersebut juga berimplikasi terhadap perbedaan proses

potifikasinya. Potifikasi ini lahir karena adanya gejala-gejala

insitusiaonalisasi hukum dalam keuangan Syariah atau

muamalat yang secara adat belum diparktikkan oleh seluruh

umat Islam. Dalam hal ini diskon dalam mura>bah{ah juga

menagalami pengertian yang berbeda dari mura>bah{ah awal atau

system mura>bah{ah klasik, sehingga para pihak yang serta

khususnya bank Syariah dalam hal ini semakin tenggelam

dalam praktik ekonomi umat Islam yang semakin menyimpang

dari Hukum Silam dan semakin mengkristal menjadi semacam

kebiasaan atau dalam istilah ushul fiqh, disebut dengan ‘urf

fasid. Hukum keuangan Syariah dalam hal ini muamalat lebih

menerima mengiblat pada penerapan teori Receptie41 secara

41Teori ini diprakarsai oleh Cornelis van Vollenhoven (1874-1933), Ter Haar,

dan Cristia Snouck Hurgronje (1857-1936). Teori ini lahir sebagai counter

terahdpa teori receptive in Complexu. Menurut teori ini bahwa hukum yang

beralku di masyarakat itu hukum adat, sedangkan hukum Islam hanya

Page 106: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

totalitas. Terlepas dari pertentangan teori tersebut, tetapi

norma hukum Islam mengehendaki pemeberlakuan hukum oleh

setiap pemelukanya.

Nabi SAW sendiri telah memberikan isyarat sifat

hukum muamalat yang dinamis dan terbuka dengan

mengatakan, “kamu sekalian yang lebih mengetahui urusan

dunianya,42 kaitanya dengan fleksibelitas dalam hukum

muamalat dikenal kaidah, “semua akad muamalah itu mutlak

diperbolehkan sampai ada hukum yang melarangnya”.

Akomodasi terhadap kenyataan sosiologis umat Islam yang

berkaitan dengan hukum ekonomi Syariah sangat diperlukan

karena hal ini berdampak pada efektifitas dan respon di

masyarakat serta prospek hukum ekonomi Islam itu sendiri.

Kembali dengan akad yang terkandung dalam diskon

mura>bahah, peraturan yang rekandung dalam DSN MUI masih

terlalu sederhana dan kurangya kejelasan. Disinilah perlunya

formar hukum atau peraturan yang lebih rinci dan jelas.

menajdi pelengkap hukum Adat. Hukum Islam dapat berlaku jika diterima

msyarakat sebagai hukum Adat. Lihat Juhaya S. Praja.

42Imam Muslim, 1934. Sahih Musim Syark an-Nawai, itab fada’il” (Al-

matbah’ah al-Misriyah wa Maktabatuha, XV). 18.

Page 107: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …
Page 108: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

BAB IV

DISKON MURABA<H{AH DALAM PERNYATAAN

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 102

A. Gambaran Umum Pernyataan Standar Akuntansi Syariah

1. Sejarah Munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Syariah

di Indonesia

Tonggak sejarah perkembangan akuntansi pertama kali

merupakan masa menjelang diaktifkanya pasar modal di

Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu, pertama kalinya

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) melakukan kodifikasi prinsip

dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Kemudian

tonggak kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite

PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian

mengkodifikasikanya dengan tujuan menyesuaikan ketentuan

akuntansi dengan perkembangan usaha. Kemudian pada tahun

1994, IAI kembali melaukan revisi total terhadap PAI 1894 dan

melaukan kodifikasi dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan

(SAK) per 1 Oktober 1994”. Sejak tahun 1994, IAI juga telah

mengembangkan standarnya. Perkembangan selanjutnya,

terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian

Page 109: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

menjadi adopsi dalam rangka kovergensi dengan International

Fianacial Stadars (IFSR). Melalui perkembanganya, standar

akunatsi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik

berupa penyempurnaan maupun perubahan standar baru sejak

tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan selama 8 kali.1

Asanya perubahan lingkungan global yang semakin

menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas

tunggal, yang dijembatan perkembangan teknologi komunikasi

dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya

transaparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan

yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk

mewujudkan transaparansi tersebut.2

Untuk entitas non-pemerintah, setelah dilakukan

konvergensi dengan IFRS, ada tiga pilar akuntansi di Indonesia

yaitu, SAK (yang merupakan hasil konvergensi IFRS), SAK

1Acarya dan Diana Yumanita, Bank Syariah: Gambaran Umum, Seri

Kebanksentralan No. 14 (Jakarta: Pusat Studi dan kebanksentralan (PPSK).

3.

2Ansori, Abdul Ghofur, Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi dan

Konversi: Pendekatan Hukum Positif dan Hukum Islam (Yogyakarta: UII

Press, 2010), 40-44.

Page 110: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

ETAP dan SAK Syariah.3 Ketiga SAK atau Standar Akuntansi

Keuangan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. SAK Umum (Standar Akuntansi Keuangan)

Satuan Akuntansi keuangan ini dikena di dalam praktik

sebagai SAK umum. SAK ini mulai diterapkan secara

menyeluruh pada tahun 2012. Sebanyak 58 PSAK (non Syariah)

yang diterbitkan per 1 Juli 2009 38 standar akuntansi

internasional. Sehingga menghasilkan 40 PSAK.

2. SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas

Tanpa Akuntabilitas Publik)

ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas

yang signifikan dan mengelurkan laporan keuangan untuk

tujuan umum. SAK ETAP ini menejelaskan bahwa entitas

memiliki akuntabilitas public yang signifikan. Regulator lain

untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal dan asset dalam

kapasitas fidusia.4Fidusia yang dimaksud sesuai dengan Pasal 1

angka 1 UU No. 42/1999 tenang jaminan Fidusia adalah

pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan

dengan ketentuan bahwa benda yang kepemilikannya dialihkan

3Transformasi,www.transformasi.net/articles/read/146/Standar-Akuntansi-

Keuangan-di-Indonesia.html

4Ibid. 34.

Page 111: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Surat Edaran

Bapepam LK No. SE-06/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010

berisi tentang penggunaan SAK ETAP bagi entitas yang

melakukan kegiatan di pasar modal atau menghimpun dan

mengelola dana masyarakat melalui pasar modal, perusahaan

publik, dan lembaga keuangan non-bank.5

3. SAK Syariah

\SAK Syariah menjadi landasan opersional atau praktik

bagi pengguna ketika mereka melakukan transaksi yang

berbasis syariah Islam. Berdasarkan paragraf 27 KDPPLK

(Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan

Keuangan) Syariah, implementasiya harus sama dengan

paradigma dan asas transaksi Syariah harus memenuhi

karakteristik dan persyaratan antara lain:6

a) Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling

paham dan saling ridha.

b) Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya

halal dan baik.

5 Fandi Tjiptono, Keuangan dan ekonomi perbankan Syariah, (Yogyakarta:

Pushbilshing, 2006). 174.

6Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).82.

Page 112: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

c) Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan

pengukur nilai, bukan komoditas.

d) Tidak mengandung riba.

e) Tidak mengandung unsur kezaliman.

f) Tidak mengandung unsur maysir.

g) Tidak mengandung unsur gharar

h) Tidak mengandung unsur haram.

i) Tidak menagnut prinsip nilai waktu dari uang (time value

of money) karena keuntungan yang didapatkan dari usaha

terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha

tersebut sesuai dengan prinsip no again without

accompanying risk.

j) Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang

jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak lain.

SAK Syariah yang sudah diterbitkan oleh DSAK IAI

antara lain:

1) Akuntansi Perbankan Syariah (Revisi 2013), PSAK No

59.

2) Penyajian Laporan Keuangan Syariah, PSAK No101.

3) Akuntansi Mura>bahah, PSAK No 102.

4) Akuntansi Salam, PSAK No 103.

5) Akuntansi Istishna, PSAK No 104.

Page 113: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

6) Akuntansi Mudharabah, PSAK No 105.

7) Akuntansi Musyarakah, PSAK No 106.

8) Akuntansi Ijarah, PSAK No 107.

9) Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah, PSAK No 108.

39

10) Akuntansi Zakat dan Infak/ Sedekah, PSAK 109.

11) Akuntansi Sukuk, PSAK No 110.7

Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur,

dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat

pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi

pemakai informasi tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan

dasar atau pedoman yang digunakan dalam menyusun laporan

keuangan. Baik dan buruknya perkembangan PSAK secara

otomatis akan mempengaruhi baik dan buruknya perkembangan

akuntansi, yang juga akan mempengaruhi akuntansi syariah.

Hal tersebut dikarenakan bahwa, PSAK merupakan sebuah

standar dalam penerapan akuntansi. Akuntansi mempunyai

peran penting dalam menyediakan informasi yang menyangkut

posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu

7Ibid,50.

Page 114: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan keputusan ekonomi.8

Dalam operasionalnya perbankan sangat berkaitan erat

dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Keberadaan PSAK akan mampu menghantarkan sistem

akuntansi yang baik pula, yang mana hal tersebut juga akan

mendorong pesatnya perekonomian Islam. Standar akuntansi di

Indonesia yang berprinsip bahwa akuntansi Indonesia

merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai

laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Standar

Akuntansi ini akan terus berkembang dan berubah sesuai

dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat.9

Dalam penjelasan PSAK aset mura>bah{ah untuk tujuan

dijual kembali diakui sebagai persediaan sebesar biaya

perolehan, namun saat ini tidak dapat dipungkiri lagi bahwa

tidak sedikit bank yang tidak sesuai dengan PSAK dengan kata

lain bank melakukan pembiayaan dengan memberikan uang

tunai atau cash, atau bisa juga diartikan bahwa bank tidak

menyerahkan barang kepada nasabah tetapi memberikan

8M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah teori dan Praktik.

(Bandung: Pustaka Setia, 2015). 356.

9Sofyan Safri Harahap, Akuntansi Islam. (Jakarta: Bumi Aksara,2004).26.

Page 115: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

sejumlah uang kepada nasabah sebagai wakil untuk membeli

barang tersebut. Sedangkan mura>bah{ah adalah akad jual beli

barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah

disepakati, dengan kata lain penjual harus memberi tahu harga

produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan

sebagai tambahannya.

Akuntansi (bank) Syariah adalah akuntansi yang

berhubungan dengan aspek-aspek lingkungan. Karena syariah

mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia baik

ekonomi, politik dan sosial. Dengan kata lain, syariah

berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan manusia

termasuk dalam hal akuntansi. Selain itu akuntansi syariah juga

diartikan sebagai teori yang menjelaskan bagaimana

mengalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil. 10

2. Badan Penyusun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi pada umumnya disusun oleh

lembaga resmi yang diakui oleh pemerintah, profesi dan umum.

Di Indonesia yang berwenang menyusun ini adalah Dewan

Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang berada di bawah

naungan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam penyusunan

10Andria Soemitra, Bank dan perbankan Syariah. (Jakarta; Kencana, 2009).

36.

Page 116: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

standar akuntansi ada beberapa lembaga atau badan-badan yang

terlibat, yang salah satunya adalah: Kantor Akuntan Publik dan

Individu. Kantor Akuntan Publik (KAP) dan individu

bertanggung jawab secara independen menyatakan bahwa

laporan keuangan suatu perusahaan disajikan secara wajar dan

akurat atas seluruh aktivasinya. Kriteria wajarnya adalah

laporan keuangan yang diperiksanya sesuai dengan standar

akuntansi yang diterima oleh umum.11

Standar Profesi Akuntansi Indonesia adalah Standar

Profesional Akuntan Publik, dan Standar Akuntansi Keuangan

(SAK). Sejak berdirinya Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun

1959 telah beberapa kali menghimpun atau menyusun dan

merevisi prinsip atau standar akuntansi keuangan tersebut.12

Dalam menyusun standar Akuntansi ini terdapat tiga

kemungkinan yakni:

a. Diserahkan sepenuhnya kepada kekuatan pasar atau

mekanisme pasar.

b. Diserahkan kepada profesi atau swasta.

c. Diserahkan kepada pemerintah

11Wiwin Yadiati,Teori Akuntansi, 31.

12Ibid. 25.

Page 117: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

3. Dasar Hukum Dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan

Prinsip umum akuntansi Syariah pada Lembaga

keungan Syariah terdapat dalam al-Qur’an dalam surat Al-

Baqarah 282 yang penjelasanya sebagai berikut.

Pertama, prinsip pertanggungjawaban. Dalam prinsip

ini terdapat konsep yang tidak asing lagi di seluruh lapisan

masyarakat, yang khususnya pada masyarakat muslim. Prinsip

ini selalu berkaitan dengan konsep amanah, dan hal tersebut

merupakan hasil transaksi antara manusia dengan sang Khaliq.

Sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 282:13

٢٨٢ ف ليكتب وليملل ٱلذي عليه ٱلق ولي تق ٱلل ربهۥ...

Artinya:

“Dan janganlah penulis enggan menuliskannya

sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia

menulis.”

Kedua, prinsip keadilan. Dalam konteks akuntansi,

menegaskan kata adil sebagaimana yang terdapat dalam surat

al-Baqarah ayat 282. Secara sederhana dapat berarti bahwa

13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-karim dan Terjemahanya

(Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2002), 80.

Page 118: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan harus dicatat

dengan benar. Dengan demikian dalam konteks ini terdapat dua

pengertian, pertama berkaitan dengan praktik moral, yakni

kejujuran yang merupakan faktor dominan, tanpa hal tersebut

informasi akuntansi akan menyesatkan dan merugikan

masyarakat. Sebagaimana yang terdapat dalam surat al-

Baqarah ayat 282 di atas yang berbunyi:14

... نكم كاتب بٱلعدل ٢٨٢وليكتب ب ي

Artinya:

“Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menulisnya dengan adil”

Ketiga, prinsip kebenaran. Dalam surat al-Baqaraah

ayat 282 disebutkan bahwa:

... ب كاتب أن يكتب كما علمه ٱلل ٢٨٢ول ي

Artinya:

“Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu

menuliskannya dengan benar.”

14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim. 70

Page 119: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Dengan prinsip ini akan dapat menciptakan keadilan

dalam mengakui, mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi

ekonomi.

4. Diskon Mura>bah{ah dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan

Akad mura>bah{ah terdapat teori dan praktik dalam

penggunaanya. Pada teori dan praktinya mura>bah{ah

memerlukan standar-standar. Standar-standar itulah yang akan

membantu pembentukan standar akuntansi untuk akad

mura>bahah. Standar yang digunakan tidak hanya standar dari

sisi akuntansi saja tetapi sisi agama merupakan yang harus

diperhatikan dan dipatuhi dalam akuntansi mura>bah{ah

merupakan standar akuntansi yang berbasis syariah yang

menganut sesuai dengan syariah Islam.15

Landasan konseptual untuk akuntansi transaksi Syariah

telah disusun oleh DSAK dalam bentuk Keranga Dasar

{Penyusunan dan penyajian laporan keuangan Syariah.Ikatan

Akuntansi Syariah (IAI) telah mengatur tentang pengakuan,

pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi

15L.M Samryn, Pengantar Akuntani: Mudah membuat Jurnal dengan

Pendekatan Siklus Transakso, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012).3.

Page 120: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

mura>bah{ahdi lemabaga keuangan Syariah dalam PSAK 102.

PSAK ini berlaku efektif mulai tanggal 1 januari 2008. Namun

IAI Kembali mengesahkan revisi pada 1 Januari 2019

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102 mengatur tentang

ketentuan ketentuan diskon ayat 10, 11, 12, 20 dan 21 dalam

tabel sebagai berikut:16

Table 4.1

Pernyataan Standar Akuntani Keuangan Nomor 102 yang

Mengatur tentang Diskon dalam Mura>bah{ah.

Ayat

10.

Harga yang disepakati dalam mura>bah{ah adalah

jual, sedangkan biaya perolehan harus

diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon

sebelum akad mura>bah{ah, maka diskon itu

merupakan hak pembeli.

Ayat

11.

Diskon yang terkait dengan pembelian barang,

antara lain meliputi:

a. Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas

pembelian barang.

16Lihat Pernytaan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 102.

Page 121: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

b. Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi

dalam rangka pembelian barang.

c. Komisi dalam bentuk apapun yang diterima

terkait dengan pembelian barang.

Ayat

12.

Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah

akad mura>bah{ah disepakati diperlakukan sesuai

dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak

diatur dalam akad maka diskon tersebut menjadi hak

penjual.

1. Diskon pembelian aset Mura>bah{ah diakui sebagai:

a. Pengurangan biaya asset mura>bah{ah jika terjadi sebelum

akad mura>bah{ah.

b. Kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad

mura>bah{ah sesuai akad yang disepakati menjadi hak

pembeli.

c. Tambahan keuntungan yang diperoleh dari transaksi

mura>bahah, jika terjadi setelah akad mura>bah{ahdan

tidak diperjanjikan dalam akad.

2. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian

diskon pembelian akan gugur pada saat yaitu:

Page 122: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

a. Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah

potongan setelah dikurangi dengan biaya

pengembalian.

b. Diganti atau dipindah sebagai dana kebajikan jika

tidak bisa dijangkau oleh penjual.

3. Diskon mura>bah{ah merupakan pengurangan harga atau

penerimaan dalam bentuk apapun yang didapatkan dari

pemasok. Mura>bah{ah merupakan akad jual belidengan harga

jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan atau

margin yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan

perolehan biaya barang tersebut kepada pembeli.

4. Mura>bah{ah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau

tanpa pesanan. dalam mura>bah{ah berdasarkan pesanan,

penjual melakukan barang setalh menerima pesanan dari

pembeli.

5. Harga dalam mura>bah{ah adalah harga jual. Penjualan harus

memberitahukan biaya perolehan persediaan mura<bah{ah

kepada pembeli. Biaya perolehan persediaan mura>bah{ah

merupakan jumalah kas neto yang dikeuarkan oleh penjual

sampai dengan akad mura>bah{ah, termasuk diskon yang

diterima oleh penjual dalam bentuk apapun atas pembelian

Page 123: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

persediaan mura>bah{ah sampai dengan terajadinya akad

mura>bah{ah.

6. Diskon atas pembelian barang yang diterima oleh penjual

setelah akad mura>bah{ah akan disepakati diperlukan sesuai

dengan kesepakatan dalam akad tersebut, jika tidak diatur

dalam akad, maka diskon tersebut menajadi hak pembeli.

7. Diskon pembelian persediaan mura>bah{ah yang terjadi

setelah akad mura>bah{ah diakui sebagai:

a. Liabilitas kepada pembeli, jika tersebut merupakan hak

pembeli sesuai yang diperjanjiakan dalam akad

mura>bah{ah.

b. Penghasilan periode berjalan, jika diskon tersebut

merupakan hak penjual sesuai yang diperjanjikan dalam

akad.

8. Diskon pembelian yang diterima setelah akad mura>bah{ah,

potongan pelunasan, dan potongan utang mura>bah{ah diakui

sebagai pengurangan beban mura>bah{ah tangguhan.

Berlakunya PSAK ini menimbulkan pertanyaan apa

acuan untuk metode pengakuan pendapatan atas keuntungan

mura>bah{ah tangguh dimana penjual tidak memiliki risiko

persediaan yang signifikan. Sejauh ini, bank masih

menggunakan sistem akuntansi PSAK yang belum terevisi,

Page 124: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

untuk perlakuan akuntansinya sepanjang penerapanya

disesuaikan dengan prinsip, karakteristik dan istilah transaksi

Syariah. Perubahan secara prinsip pengakuan, pengukuran,

penyajian dan pengungkapan atas transaksi mura>bah{ah tidak

ada yang berubah dalam revisi PSAK 102 tersebut.

B. Analisis Diskon Mura>bah{ah dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan

Akad mura>bah{ah merupakan akad yang paling sering

di gunakan dalam transaksi dan pembiayaan bank Syariah. Para

ulama sepakat bahwa diskon dari transaksi kegiatan

pembiayaan mura>bah{ah ini menjadi hak dari nasabah. Kembali

kepada definisi arti murabah yaitu jual-beli pada harga

pemebelian ditambah keuntungan yang disepakati.17

Munculnya status diskon dalam mura>bah{ah disini melahirkan

dampak dari sisi akuntansi dalam bank Syariah. Terbitnya

PSAK No. 102 ini merupakan Langkah maju khusunya bagi

Lembaga professional yang memliki otoritas untuk

menerbitkan standar akuntansi keungan bagi dunia perbankan

17Ibid, Fofyan harahap, 43.

Page 125: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Syariah di Indonesia. Terbitnya PSAK No.102 ini, perbankan

Syariah di Indonesia bisa menjadikan kejelasan status diskon

dalam transaksi mura>bah{ah dalam pembukaun khususnya

laporan keuangan.

Sebelum munculnya PSAK No. 102 ini perbankan

Syariah lebih banyak menggunakan standar akuntansi

konvensional dalam yang tentunya tidak pas digunakan oleh

perbankan Syariah. PSAK No. 102 ini menjadi instrument kuat

dalam mendukung keberadaan Bank Syariah di Indonesia saat

ini terlebih mendapat dukungan penuh oleh Bank Indonesia dan

DSN MUI. Demikian akuntansi Islam dalam hal ini PSAK No.

102 dapat menjadi pedoman dalam ststus diskon mura>bah{ah

dalam Perbankan Syariah dalam mendapatkan keuntungan

dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam dan

menjadikannya sebagai suatu kegiatan yang berdimensi ibadah.

Namun apabila pelaksanaan peraturan ini masih menggunakan

akuntansi konvensional yang berbasis nilai sekuler kapitalis

maka akan timbul ketidak susuaian antara prantik dan tujuan

pencapaian social ekonomi Syariah. Aplikasi akuntansi yang

sejalan dengan prinsi Syariah akan menjadi saran aktivitas

ibadah didasari oleh prinsip pokok ajaran Islam yang

Page 126: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

memandang bahwa seluruh aktivitas hidup hendaknya

merupakan ibadah.18

Pernyataan standar akuntansi Keuangan (PSAK) No.

102 bagi perbankan syariah ini bersisi dan bertujuan untuk

mengatur perlakuan akuntansi dalam status diskon mura>bah{ah

(pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan) ialah

transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank Syariah.

Penjelasan sebelumnya bahwa fatwa DSN MUI berkaitan

dengan penetuan harga berdasarkan kesepakatan kedua belah

pihak, pembagian diskon yang diperoleh dari supplier sebelum

dan sesudah akad. Fatwa memandang bahwa diskon yang

didapatkan sebelum akada adalah menajdi milik pembeli atau

nasabah sedangkan diskon yang diperoleh setelah akad, dibagi

berdasarkan kesepakatan yang termuat daam akad.

Table 4.2

18Zaidah kususmawato, Menghitung Laba perusahaan: Aplikasi Akuntans

Syariag, (Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2005). 17.

Page 127: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Diskon Mura>bah{ah dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan Nomor 102

No

Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan

Nomor 102

Penjelasan

1. Mura>bah{ah sebagai

akad jual beli barang

dengan menyatakan

harga perolehan dan

keuntungan (margin)

yang disepakati oleh

penjual dan pembeli.

Mura>bah{ah adalah transaksi

jual beli antara bank dan

nasabah, dimana bank

sebagai penjual yang

memenuhi kebutuhan

nasabah dan menjual

kepada nasabah dengan

menambah margin yang

telah disepakati. Akad

mura>bah{ah dapat berupa

wakalah mura>bah{ah

maupun mura>bah{ah murni.

2. Mura>bah{ah dapat

dilakukan dengan

pesanan maupun tanpa

pesanan

Bank hanya menyediakan

pembiayaan mura>bah{ah

dengan pesanan.

Page 128: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

3. Pembayaran

mura>bah{ah dapat

dilakukan secara tunai

maupun Tangguh

Bank hanya menerapkan

pembayaran secara

tangguh.

4. Penerimaan uang

muka adalah sebagai

berikut:

a. Uang muka diakui

sebagai uanh

muka pembelian

sebesar jumlah

yang diterima.

b. Pada saat barang

jadi dibeli oleh

pembeli maka uang

muka diakui

sebagai pembayaran

piutang (merupakan

bagian pokok)

Uang diakui sejumlah yang

diterima dan diakui sebagai

pengurang piutang

5. Diskon pembelian aset

mura>bah{ah diakui

sebagai:

Diskon Mura>bah{ah diakui

sebagai:

Page 129: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

a. Jika terjadi

sebelum akad

maka mengurangi

harga perolehan

b. Jika terjadi setelah

akad dan sesuai

kesepakatan

menjadi hak

pembeli maka

menimbulkan

kewajiaban

penjual kepada

pembeli atas

pengembalian

diskon

c. Jika terjadi setelah

akad dan sesuai

kesepakatan

menjadi hak

penjual maka

dianggap sebagai

a. Pengurangan

pendapatan atau

keuntungan jika diskon

didapatkan sebelum

akad dilakukan.

b. Merupakan hak pembeli

jika diskon didapatkan

setelah akad dilakukan

dan telah dimuat dalam

akad bahwasanya

diskon tersebut menjadi

hak pembeli.

c. Tambahan keuntungan

mura>bah{ah jika diskon

tersebut didapatkan

setelah akad

diperjanjikan dan telah

dimuat dalam akad

bahwasanya diskon

tersebut adalah milik

penjual.

Page 130: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

keuntungan

mura>bahah

d. Jika terjadi setelah

akad dan tidak

diperjanjikan

dalam akad

menjadi hak

penjual maka

dianggap sebagai

pendapatan

operasional lain

d. Jika diskon didapatkan

setelah akad dan dalam

akad tersebut tidak

diperjanjikan apakah

diskon tersebut hak

pembeli atau penjual,

maka diskon tersebut

diakui sebagai

pendapatan operasional.

6. Keuntungan

mura>bah{ah diakui :

a. Jika akad

mura>bah{ah tidak

melebihi satu

tahun maka

keuntungan diakui

pada saat

penyerahan aset

mura>bah{ah.

Keuntungan mura>bah{ah

diakui:

a. Jika akad mura>bah{ah

tidak melebihi satu

tahun maka keuntungan

diakui pada saat

penyerahan aset

mura>bah{ah.

b. Jika akad mura>bah{ah

melebihi satu tahun

maka keuntungan

Page 131: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

b. Jika akad

mura>bah{ah

melebihi satu

tahun maka

keuntungan

dikategorikan

berdasarkan

tingkat resikonya

yaitu: Mura>bah{ah

dengan resiko

relative kecil,

keuntungan diakui

sama dengan poin

a.Mura>bah{ah

dengan resiko

relative besar,

keuntungan diakui

secara

proporsional

dengan besaran

kas yang berhasil

ditagih dar piutang

dikategorikan

berdasarkan tingkat

resikonya yaitu:

1) Mura>bah{ah dengan

resiko relative kecil,

keuntungan diakui sama

dengan poin a.

2) Mura>bah{ah dengan

resiko relative besar,

keuntungan diakui

secara proporsional

dengan besaran kas yang

berhasil ditagih dari

piutang mura>bahah

3) Mura>bah{ah dengan

resiko cukup besar,

keuntungan diakui saat

seluruh piutang

mura>bah{ah berhasil

ditagih.

Page 132: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

mura>bahah.

Mura>bah{ah

dengan resiko

cukup besar,

keuntungan diakui

saat seluruh

piutang

mura>bah{ah

berhasil ditagih.

7. Adalah harga jual,

sedangkan biaya

perolehan harus

diberitahukan, jika

penjual mendapatkan

diskon sebelum akad

mura>bah{ah maka

diskon itu merupakan

hak pembeli.

Harga yang disepakati

adalah harga jual,

sedangkan biaya perolehan

atau keuntungan harus

diberitahukan kepada

pembeli. Diskon yang

didapatkan sebelum akad

mura>bah{ah merupakan hak

pembeli.

8. Diskon yang terkait

pembelian barang

antara lain:

Kategori diskon dari

pemasok terkait pembelian

barang antara lain:

a. Diskon dari supplier

Page 133: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

a. Diskon dalam

bentuk apapun dari

pemasok atas

pembelian barang.

b. Diskon biaya

asuransi dari

perusahaan

asuransi dalam

rangka pembelian

barang.

c. Komisi dalam

bentuk apapun

yang diterima

terkait pembelian

barang.

b. Potongan biaya asuransi

dari perusahaan

asuransi.

c. Komisi atau pendapatan

lainnya

9. Diskon atas pembelian

barang yang diterima

setelah akad

mura>bah{ah disepakati

diperlukan sesuai

dengan kesepakatan

Diskon yang diterima

setelah akad mura>bah{ah

dibagi berdasarkan

perjanjian yang dimuat

dalam akad, jika tidak

diatur dalam akad, maka

Page 134: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

dalam akad tersebut.

Jika tidak diatur dalam

akad maka diskon

tersebut menjadi hak

penjual.

diskon tersebut menjadi hak

penjual.

Berdasarkan tabel diatas Diskon dalam mura>bah{ah

terkait diskon dari supplier yang diberikan kepada pembeli

berdasarkan tabel diatas ada tiga. Pertama, diskon yang

didapatkan sebelum sebelum akad dilakukakan adalah milik

pemebeli atau nasabah. Kedua, diskon yang didapat setelah

akad dan tidak diatur dala akad merupakan milik penjual.

Ketiga, diskon yang didapatkan setelah akad dan diatur dalam

akad mura>bah{ah merupakan milik nasabah atau pembeli, milik

bank atau penjual atau diskon tersebutdibagi berasama anatra

bank dan nasabah. Apabila diskon didapatkan setalah akad dan

tidak diatur dalam akad maka perlu diketahui apakah diskon

tersebutmempengaruhi hak pembeli dan harga jual barang

tersebut dalam akad tersebut apakah dalam bentuk presentase

ataukah dalam bentuk rupiah. Jika perhitungan keuntungan

tersebut dalam bentuk rupiah tidak ada masalah dalam

pembagian diskon, tetapi jika dalam bentuk presentase maka

Page 135: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

perlu perhitungan Kembali. Contoh perhitungan diskon sebagai

berikut:

Harga perolehah Rp1000.000 dan keuntungan yang

disepakati 20%, maka nilai jualnya Rp1.200.000 tetapi setalah

akad, bank mendapatkan diskon dari supplier senilai Rp.

100.000 dan diskon tersebut telah dimuat dalam akad. Jika

diskon tersebut menjadi milik nasabah 100% maka cara

menghitungnya adalah sebagai berikut:

Biaya Perolehan: Rp 1000.000 – Rp 100.000 =

Rp 900.000

Keuntungan: Rp. 900.000 x 20% = Rp 180.000

Nilai Jual: Rp. 900.000 + Rp. 180.000 = Rp.

1.800.000

Selisih nilai jual sebelum terjadi diskon dan sesudah

diskon dengan nilai setelah adanya diskon: Rp. 1.200.000

dengan nilai jual setelah diskon Rp. 1.200.000- Rp. 180.000 =

Rp. 1.200.000. Diskon yang didapatkan nasabah yaitu Rp.

120.000. diskon Rp. 120.000 tresebut berasal dari supplier Rp.

100.000 dan tambahan Rp. 20.000 yang berasal dari penurunan

nilai margin. Selanjutnya jika diskon dibagi dua sama besar

nasabah dan penjual maka perhitungannya sebagai berikut:

Page 136: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Biaya perolehan Rp. 1000.000 x (Rp 100.000 x 50%)

= Rp. 950.000

Keuntungan: Rp. 950.000 x 20% = Rp. 190.000

Nilai Jual: Rp. 950.000 + Rp. 190.000 = Rp.

1.140.000

Selisih nilai dari diskon sebelum dan setelah didiskon =

Rp. 1.200.000 – Rp. 1.140.000 = Rp. 60000. Diskon Rp. 60.000

tersebut berasal dari supplier Rp. 50.000 karena telah dibagi dua

dengan penjual dan mendapatkan tambahan Rp. 10.000 yang

berasal dari penurunan nilai margin.

Jika dilihat dari pembahasan di atas, seharusnya diskon

dalam bentuk apapun dan kapanpun adalah milik nasabah dan

Bank berkewajiban memberitahukan adanya diskon dan besaran

diskon tersebut. Dalam sisi hukum muamalat atau Syariah

adanya keterbukaan dan kerelaan segala pihak merupakan dasar

dari adanya sahnya akad transaksi. Sesuai dengan Mura>bah{ah,

seharusnya diskon dalam bentuk apaun adalah miliki nasabah

atau pembeli dikarenakan diskon dalam hal ini mengurangi

biaya perolehan. Mura>bah{ah mengharuskan keterbukaan dan

tranparansi dalam penyampaian harga perolehan dan negosiasi

Page 137: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

yang mengakibatkan selisih atas perolehan margin dan bukan

harga jual.

C. Konteksualisasi Diskon Mura>bah{ah dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan Nomor 102

1. Peran Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Nomor 102

Segala aktivitas yang dilakukan umat Muslim haruslah

mendasarinya dengan aturan yang diberikan oleh Allah SWT.

Al-qur’an melindngi kepentingan masyakarakat agar tercipta

rasa adil. Karena akuntansi betujaun untuk pertanggung

jawaban Penyusunan akuntansi Islam sangat ada kemungkinan

besar perasamaan dalam Teknik akuntansi konvensional dalam

hal Teknik dan operasionalnya. Filosofi yang membedakan

adalah substansi dari isi laporanya. Dasar hukum akuntansi

yang bersumber Al-Qur’an menjadikan akuntansi dalam hal ini

PSAK harus berbeda dengan akuntansi konvensional yang

mana PSAK harus tunduk dengan kaidah-kaidah Syariah dan di

Indonesia harus sesuia dengan prinsip Syariah oleh DSN-MUI

(Majelis Ulama Indonesia). PSAK berasal dari konsep

akuntansi yang harus dipatuhi dalam ekonomi, dalam ekonomi

Page 138: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Syariah hukum Syariah bukan berasal dari ciptaan manusia

akan teatpi hukum yang telah di di ciptakan Allah SWT.

Dimana pertanggung jawaban tidak hanya berupa bukti di dunia

tetapi cenderung pada akhirat.

Lembaga keuangan bank Syariah tidak jarang masih

menggunakan pernyataan standar akuntansi konvensional

sebagai acuan, PSAK dalam Lembaga keuangan Syariah sendiri

mengiblat dan berpedoman pada fatwa DSN yang dibuat oleh

MUI. Tidak jarang Bank Syariah menggunakan standar

akuntansi yang berbeda untuk menyusun laporan keuangan.

Karena bank Syariah memiliki akuntabilitas public, laporan

keuangan pun harus dibuat menggunakan PSAK konvensional.

Jika dilihat sari pernyataan sebelumnya, jika pembagian hasil

keuntungan dalam diskon mura>bah{ah kesepakatan dan

keterbukaan kepada nasabah terkait diskon dari supplier dalam

jual beli muarabahah. Hal ini perlu bekenaan kemungkinan yang

didapatkan potongan harga yang diterima setelah akad

dilakukan.

2. Diskon Mura>bah{ah dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan Implementasi Hukum Islam

Sistem akuntansi dalam perbankan Syariah mura>bah{ah

bukanlah jual beli melainkan hilah denga tujuan untuk

Page 139: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

mengambil riba. Sebagian uama berpendapat bahwa tujuan

mura>bah{ah pada awalnya adalah riba dan mengasilkan uang

sebagaimana yang dilakukan oleh bank-bank konvensional.

Gambaranya, sebagai berikut, secara hakiki, pembeli datang ke

bank untuk mendapatkan uang pinjaman dan bank tidak

membeli barang (asset) kecuali dengan maksud untuk menjau

kepada pembeli secara kredit. Yang demikian itu bukanlah

tujuan jual beli.

Kembali dengan definisi dan pengertian diskon dalam

mura>bah{ah dalam Islam dalam pengertian mura>bah{ah sendiri

adalah akad jual-beli, kalangan fuqaha mengenal istilah diskon

dengan menunjuk pengertian potongan harga atau al- hatt min

al- thaman atau al- naqs min al-thamn (penurunan harga atau

pengurangan harga)19. Salah satu kategori jual belu berdasarkan

prinsip perbedaan harga jual dan ahrga beli adalah akad bay’ al-

muwada’ah.

Bay’ al-Muwada’ah adalah jual beli dimana penjual

melakukan penjualan dengan harga yang lebih rendah daripada

harga pasar atau dengan potongan (discount).20 Bay’ al-

19Syahbul Bachri, Promosi Produk dalam Perspektif hukum Islam, Artikel

Anatlogi kajian Islam, vol, 8;1.

20Zainul Arifin. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pusat

Alvabet, 2006). 27.

Page 140: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

muwada’ah sering juga dinamakan dengan bay’ al-wadiah yang

secara Bahasa artinya kerugian. Secara istilah, wadi’ah berarti

menjual barang dengan harga yang lebih rendah dari pada harga

beli dan diberi tahu tentang harga belinya. 21 bay’ al-wadi’ah

menurut Enang Hidayat yaitu penjual barangnya dengan harga

asal dan menyebutkan potongan harganya (diskon).22

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bay’

al-muwada’ah yang juga disebut dengan al wadi’ah adalah

transaksi jual beli yang dilakukan dengan memberikan

potongan harga yang lebih rendah dari harga pasar dengan

menyebutkan harga asal serta potongan harga dari barang

tersebut. Rukun dan syarat bay’ al-muwada’ah sama denagan

rukun dan syarat jual beli pada umunya antara lain:

a) Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli.

b) Objek transaksi, yaitu harga dan abarang,

c) Akad (transaksi)23

Syarat sahnya jual beli antara lain:

21Pengusaha Muslim, “Jual beli Amanah”

http://pengusahamuslim.com/2804-jual=beli-amanah-1491.html. Diakses 14

sepetember 2020.

22Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, cet ke-1 (Bandung: Kencana, 2012).102.

23Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, cet. Ke 1 (Jakarta;

Kencana, 2012). 102.

Page 141: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

a) Saling rela antara kedua belah pihak.

b) Pelaku akad adalah orang yang diperbolehkan melakukan

akad, yaitu orang yang telah baliq, berakal, dan mnegertu.

Maka kad yang dilakukan oleh anak dibawah umur, orang

gila, atau idiot tidak sah kecuali denagn seizin walinya,

kecuali akad yang bernilai rendah seperti kembang gula,

korek api dan lain-lain.

c) Harta menjadi objek transaksi telah dimiliki sebelumnya

oleh kedua belah pihak. Maka, tidak sah jual beli barag

yang belum dimiliki tanpa seizin pemiliknya.

d) Objek transksi adalah barang yang diperbolehkan agama,

tidak boleh menjual barang haram seperti khamr (minuman

keras), bangkai dan lain-lain.

e) Objek transaski adalah barang yang bisa diserahterimakan.

Maka. Tidak sah mejaul mobil yang telah hilang, atau

burung di angkasa karna tidak dapat diserahterimakan.

f) Objek hedaknya diketahui oleh kedua belah pihak saat

akad.

g) Harga tersebut harus jelas saat transaksi. Maka, tidak sah

jual beli di maba penjual mengatakan “aku jual mobil ini

kepadamu dengan harga yang akan kita sepakati nanti”24.

24Ibid., 104-105.

Page 142: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Diskon atau potongan hrga menurut syariat islam boleh

dilakukan dalam transaksi jual beli. Diskon tersebut sah dalam

Islam apabila itu dilakukan karena keabikan hati dan tanda

terima kasih penjual kepada pembeli karena alasan-alasan

tertentu selama tidak dilarang. Hal ini sesuai dengan kaisah

fiqih yang menaytan bahwa pada dasarnya semua bentuk

muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang

mengharamkannya.

Sistem diskon boleh dilakukan terlepas dari hal-hal yang

diharamkan seperti jual beli yang terlarang karena tidak

memenuhi syarat dan rukun, bentuk jual beli yang termasuk

dalam kategori ini ialah:

1) Jual beli barang yang zatnya haram, najis atau tidak boleh

diperjual belikan.

2) Jual beli yang belum jelas. Misalnya, jual beli buah-buhan

yang belum tampak hasilnya.

3) Jual beli bersyarat. Jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan

dengan syarat-syarat tertentu yang tidak ada kaitanya

dengan jual beli atau ada unsur-unsur yang merugikan

dialarang dalam agama.

4) Jual beli yang menimbulkan kemudharatan, kemaksiatan,

bahkan kemusyrikan yang dilarang untuk diperjual-belikan,

Page 143: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

5) Jual beli yang dilarang karena aniaya. Misalnya menjual

anak binatang yang masig membutuhkab induknya.

6) Jual beli tanaman yang masih berada di sawah atau di

lading.

7) Jual beli buah-buahan yang masih hijau atau belum siap

panen.

8) Jual beli secara sentuh menyentuh.

9) Jual beli secara lempar-melempar.

10) Jual beli buah yang basah dengan buah yang kering. Seperti

menjual padi kering dengan bauaran padi basah sedang

ukuranya dengan ditimbang (dikilo) sehingga akan

merugikan melilik padi kering.

Page 144: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

BAB V

APLIKASI DISKON MURA>BAH{AH DALAM

PERBANKAN SYARIAH

A. Diskon Mura>bah{ah Pada Bank Syariah

Akad mura>bah{ah menyebabkan kemunculan diskon

dalam mura>bah{ah yang diterapkan dalam pembiyaan di Bank

Syariah, yakni pembiayaan dalam bentuk jual beli barang

dengan modal pokok ditambah keuntungan yang disepakati

antara nasabah dan bank. Pada pembiayaan murabaah ini

nasabah dan bank syariah melakukan kesepakatan untuk

transaksi pembiyaan berdasarkan prinsip jual beli. Dimana bank

bersedia membiayai pengadaan barang yang dibutuhkan

nasabah dengan margin keuntungan yang telah disepakati.

Kemudian nasabah membayar sesuai dengan jangka waktu yang

disepakati.

Dilarangnya riba dan judi dalam Islam, menjadikan

aliran investasi menjadi optimal dan tersalur lancar, sementara

itu pelarangan gharar dimaksudkan untuk mengutamakan

transparansi dalam bertransaksi kegiatan operasaional lainya

dan menghindari ketidak jelasan.Telah dijelasakan sebelumnya,

Page 145: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

bahwa diskon mura>bah{ah {adalah potongan harga yang diperoleh

dari suplier atau pemasok dalam transaksi akad mura>bahah.1

Hukum positif Indonesia sudah legal dan sah sebagai

salah satu produk akad mura>bah{ah pada Bank Syariah. Kerena

terdapat pada Undang-Undang No.21 Tahun 2008, dan

Kompilasi Hukuk Ekonomi Syariah yang dapat dikatakan

sebagai hukum positif di Indonesia.

1. Prosedur Diskon Mura>bah{ah pada Bank Syariah

Pada umumnya pembiayaan mura>bah{ah pada Bank

Syariah mendapatkan keuntungan dari harga barang yang

dinaikan karena bank membiayai pembelian barang dengan

membeli barang itu atas nama nasabahnya dan menambahkan

suatu mark up (menaikkan) sebelum menjual barang itu kepada

nasabah atas dasar cost plus profit (biaya ditambah laba).

Mura>bah{ah atau juga akad jual beli barang antara bank

dan nasabah, barang yang dibeli berfungsi sebagai agunan.

Harga barang dalam perjanjian mura>bah{ah dibayar nasabah

(pembeli) secara cicilan yang telah terbayar. Tambahan biaya

(keuntungan) bagi bank dirundingkan dan ditentukan di muka

antara bank dan nasabah. Dalam aplikasi bank Syariah, bank

1Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahman. Akuntansi Perbankan

Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer. (Jakarta: Salemba Empat, 2016).

170.

Page 146: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

merupakan penjual atas objek barang dan nasabah merupakan

pembeli. Bank menyediakan barang yang dibutuhkan oleh

nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian

menjual kepada nasabah dengan harga lebih tinggi dibanding

yang dilakukan oleh bank syariah.2

Pada bank Syariah, mengakui piutang mura>bah{ah

sebesar harga perolehan barang mura>bah{ah ditambah margin

yang disepakati, pada saat akhir periode piutang mura>bah{ah

diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yaitu

piutang mura>bah{ah dikurang kerugian piutang mura>bah{ah.

Margin keuntungan mura>bah{ah yang ditangguhkan disajikan

sebagai pos lawan piutang mura>bah{ah. Diskon yang didapatkan

pada saat pembelian barang mura>bah{ah di Sebagian bank

Syariah masih menerapkan praktik pengurangan harga barang

tersebut tanpa ada pemisahan pencatatan dalam sisi PSAK.

Transaksi mura>bah{ah pada Bank Syariah menerapkan

mura>bah{ah bil wakalah, dalam arti bank memberi pembiyaan

mura>bah{ah dengan mewakilkan kepada nasabah untuk membeli

sendiri barang yang diinginkan oleh nasabah. Nasabah datang

mengajukan pembiayaan dengan akad mura>bahah, kemudian

2Adiwaman Karim, Bank Isam: Analisis Fiqh dan keuangan. (Jakarta: raja

Grafindo Persada,2007).113.

Page 147: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

pihak Bank Syariah melakukan akad mura>bah{ah kemudian baru

melakukan akad wakalah dengan nasabah. Dalam artian Bank

Syariah mewakilkan kepada nasabah untuk melakukan

pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabah kepada

supplier, tetapi dengan masih menggunakan nama Bank Syariah

terkait.

Beberapa bank Syariah dan BPRS secara prinsip

menggunakan akad mura>bah{ah secara langsung, misalnya

nasabah datang pada Bank kemudian berniat membeli motor

dengan menggunakan akad mura>bah{ah dalam praktiknya

nasabah tersebut secara langsung tidak menerima uang dari

bank, namun setelah menyetujui perjanjian, bank dan nasabah

sama-sama datang ke dealer kemudian setelah nasabah memilih

barang yang diinginkan bank akan membayar pembelian motor

tersebut. Kemudian menandatangani akad mura>bah{ah atas

pembelian motor tersebut. Tapi apabila bank Syariah dalam

akad ini terpaksa tidak dapat mendampingi nasabah untuk

melakukan jual beli barang pada dealer, maka bank bisa

memeberikan kuasa kepada nasabah untuk melakukan

pembanyaran kepada dealer dengan opsi akad wakalah yang

telah ditanda tangani oleh Bank dan Nasabah.

Page 148: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Diskon mura>bah{ah yang diberikan dealer pada saat

tranksaksi antara bank dan nasabah tersebut jika diberikan dari

dealer atau pemasok maka diskon ini secara langsung akan

diberikan kepada nasabah, akan tetapi apabila diskon ini atau

fee ini dilakukan atau muncul setalah adanya akad antara

nasabah dan Bank, diskon akan menjadi hak Bank. Namun

sebelum jual beli ini berlangsung biasanya bank akan

melakukan negosiasi dan memastikan apakah harga dari

penawaran tersebut terdapat potongan atau diskon. Jikalau ada

bank akan memberikan pada nasabah dalam bentuk harga

perolehan yang turun sebesar diskon dari dealer.

Dalam fatwa DSN-MUI 04/DSN-MUI/IV/2000

tentang mura>bah{ah juga disebutkan:

”Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk

membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli

mura>bah{ahharus dilakukan setelah barang, secara prinsip

menjadi milik bank”.

Dalam transaksi ini, seyogyanya akad mura>bah{ah

dilakukan setelah akad wakalah. Adanya model atau jenis

mura>bah{ah yang seperti ini diperbolehkan dan sudah disahkan

oleh fatwa DSN-MUI tentang mura>bah{ah menjadikan banyak

Perbankan Syariah lebih cenderung mempraktikkan mura>bah{ah

model seperti ini daripada mura>bah{ah secara langsung karena

Page 149: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

alasan dan argument bahwa hal tersebut lebih efisien dari segi

biaya dan alokasi.

Pembayaran atas transaksi akad ini dapat dilakukan

dengan cara membayar sekaligus pada saat jatuh tempo atau

melaksanakan pembayaran ansuran selama waktu yang

disepakati. Pada bank konvensional, diskon potongan yang

diterima dari pemasok atau supplier ini akan di klaim menjadi

keuntungan dan pendapatan bank, akan tetapi dalam transaksi

mura>bah{ah yang sesuai dengan syariah potongan harga yang

diterima oleh bank syariah ini seharusnya menjadi milik

nasabah kapanpun dan bagaimanapun bentuk diskon dalam

DSN MUI mengklaim bahwa diskon adalah hak dari nasabah

atau dalam praktik ini adalah sebagai pembeli, Transaksi

mura>bah{ah diatur oleh Fatwa DSN-MUI No.16/DSN-MUI

2000, PSAK 102. Peraturan Bank Indonesia, OJK. Dan

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES).3

2. Diskon Mura>bah{ah dalam Standar Otoritas Jasa Keuangan

Perbankan Syariah

Lahirnya Otoritas Jasa Keuangan, maka sama halya

dengan Lembaga independent negara setingkat kementrian

lainya. Otoritas Jasa keuagan ini diberi keleluasaan oleh

3Ibid, 34.

Page 150: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Undang-Undang No.21 Tahun 2011 untuk mengeluarkan segala

peraturan demi menciptakan keadilan dan stabilitas dalam

sector keuangan. Kaitanya dengan hal ini, Pertauran Jasa

Keuanga bersifat mengikat. Otoritasa jasa keuangan

mempunyai fungsi, tugas dan wewenang, pengaturan,

pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan berdasarkan

Undang-Undang No. 21 Tahun 2011.4

Standar produk Mura>bah{ah ini sebagai salah satu upaya

standarisasi produk perbankan Syariah sacara serial yang

dilakukan oleh OJK, bekerjasama dengan pelaku industry dan

Dewan Syariah Nasional serta narasi sumber lainnya. Produk

Mura>bah{ah merupakan produk pembiayaan dengan

menggunakan akad mura>bah{ah merupakan salah satu produk

yang paling banyak diterapkan dalam berbagau aktivitas

pembiyaan perbankan Syariah.5

Diskon dalam mura>bah{ah ini dibidani oleh transaki

mura>bah{ah yang ada pada lembaga keuangan Syariah sehingga

munculnya standarisasi dan dasar hukum pada status

munculnya diskon mura>bah{ah. Sehubungan dengan hal tersebut

4Undang-Undang No. 21 Tahun 2011.

Page 151: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

dan guna meningkatkan layanan dan kualitas produk bank

Syariah serta memberikan jaminan rasa aman dan kenyamanan

dalam konteks perlindungan konsumen perbankan syariah,

dalam hal ini OJK merujuk pada fatwa DSN-MUI sebagai

pemegang konstitusi hukum syariah di Indonesia. Peraturan

tentang akad mura>bah{ah diatur pada Peraturan Otoritas Jasa

keuangan/Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK No. 36

tahun 2015) dalam mengeluarkan peraturan dimana pengakuan

keuntungan pendapatan bank Syariah dalam akad mura>bah{ah

dapat menggunakan metode anuitas atau metode proporsional

dalam artian setiap pihak pun berhak medapat haknya berupa

informasi untuk mencegah penyelewengan pengambilan

keuntungan.

Jika ditelaah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah

suatu badan independent setingkat mentri, berarti lembaga

yang memegang dirancang khusus untuk membantu pemetintah

dalam mengatur keuangan. Adapun produk hukum yang

dikeluarkan oleh OJK yang disebut dengan peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah, sehingga dalam agama Islam ini

disebut dengan “Umara atau Ulil Amri”. Ulil Amri adalah

seorang atau sekelompok orang yang mengurus kepentingan-

kepentingan umat.

Page 152: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Ketaatan pada Ulil Amri merupakan kewajiban bagi

umat, selama tidak bertentangan dengan nash.6 oleh karena itu

salah satu produk peraturan yang dikeluarkan pemerintah/Ulil

Amri secara langsung harus tunduk kepada peraturan tersebut

selama tidak bertentangan dengan sumber ajaran agama Islam,

yakni Al-Qur’an dan Sunnah. Pada dasarnya kedudukan

Otoritas Jasa Keuangan dan peraturanya adalah suatu

kebutuhan negara dalam menyempurnakan pelayanan keuangan

bagi perusahaan keuangan dan masyarakat.

B. DSN-MUI Nomor 16 Tahun 2000 dan PSAK Nomor 102

Tentang Diskon dalam Mura>bah{ah.

Diskon dalam mura>bah{ah pada praktik perekonomian

dan regulasi yang mengatur jalanya praktik ini adalah DSN-

MUI dan PSAK, peraturan DSN-MUI harus diperhatikan lebih

lanjut secara substansional. Karena yang menjadi sumber

landasan Ekonomi Syariah tertinggi adalah DSN-MUI.

Kemudian dalam pencatatan sistem keuangan PSAK pemegang

peranan tanggungjawab tertinggi dalam praktik Bank Syariah

6Kaizal Bay, “Pengertian Ulil Amri dalam Al-Qur’an dan Implementasinya

dalam Msyarakat Muslim”, Jurnal Ushuludin, Vol XVII. No.1. (Januari

2011), 115.

Page 153: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

khusunya dalam diskon mura>bah{ah yaitu pencatatan

keuntungan (margin) dalam Bank Syariah menjadi faktor utama

penentuan sebuah lemaga keuangan tersebut kaffah dan sesuai

dengan Syariah.

Jika lembaga yang berwenang dalam mengeluarkan

regulasi itu terdapat peraturan yang tidak sama isinya, tidak

sesuai/kontradiktif bahkan tidak saling melengkapi satu sama

lain, sehingga dapat membuat kerancuan atau pemahaman

ganda regulasi tersebut dalam mengatur aktifitas lembaga

keungan Syariah. Hal ini juga ber implikkasi pada berjalanya

aktifitas lembaga keuangan Syariah jika terjadi suatu sengketa

dan juga suatu pemahaman yang salah dalam mengartikan

diskon dalam mura>bah{ah ini. Oleh karenanya diperlukan

komparasi untuk mengetahui hal tersebut.

Dalam bab ini akan dianalisi dan dilakukan

perbandingan antara fatwa DSN-MUI Nomor 16 tahun 2000

dengan Pernyataan Standar akuntansi Keuangan (PSAK)

tentang diskon mura>bah{ah.

Table 5.1

Page 154: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Persamaan Pernyatan Fatwa Dan Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan7

No Fatwa DSN MUI Nomor

16 Tahun 2000

Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan

1. Pernyataan dalam fatwa

DSN MUI diterapkan

dalam ruang lingkup

hukum ekonomi Syariah

seperti perbankan

Syariah dan lemabag

keuangan Syariah lainya.

Pernyataan diterapkan

untuk perbankan Syariah,

lemabaga keuangan

Syariah dan koperasi non

bank seperti asuransi

lemabaga pembiayaan dan

BMT.

2. Penentuan harga dalam

fatwa DSN-MUI

berdasarkan hasil

kesepakatan kedua belah

pihak (penjual dan

pembeli), ditambah

dengan keuntungan

lainya.

Harga yang disepakati

adalah harga jual,

sedangkan biaya perolehan

lainya harus diberitahukan.

7Fatwa DSN-MUI Nomor 16 Tahun 2000 dan Pernyatan Standar Akuntansi

Keuangan 102.

Page 155: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

3. Diskon yang didaptkan

dari supplier sebelum

akad dilaksanakan,

merupakan milik

nasabah atau pembeli.

Pernyataan standar

akuntasi keuangan juga

menejalskan bahwa diskon

sebelum akad merupakan

milik pembeli.

4. Tidak menjelaskan cara

menghitung diskon,

apakah diskon tersebut

mempengaruhi harga jual

atau tidak.

Pernyataan standar

akuntansi keuangan juga

tidak menjelaskan hal

tersebut.

Tabel 5.2

Perbedaan Fatwa DSN-MUI Nomor 16 Tahun 2000 dan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102

No Fatwa DSN MUI Nomor

16 Tahun 2000

Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan

Page 156: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

1. Pernyataan mengenai

pengertian diskon

mura>bah{ah sangat

umum.

Menjelaskan secara khusus

pngertian diskon

mura>bah{ah.

2. Diskon yang didapatkan

setelah akad tidak

dijelaskan apakah diskon

tersebut menjadi milik

nasabah atau bank.

Fatwa hanya

menjelaskan bahwa

diskon yang didaparkan

setelah akad adalah

dibagi berdasarkan

kesepakatan yang

termuat dalam akad,

PSAK menjelaskan bahwa

diskon yang didaparkan

setalah akad dan tidak

dicantumkan dalam akan

adalah milik penjual atau

Bank Syariah.

3. Pernyataan mengenai

kategori diskon dari

supplier tidak dijeaskan

dalam fatwa.

Menjelaskan kategori

diskon yang didapat dari

supplier.

Page 157: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

4. Pengembalian diskon

pembelian tidak

dijelaskan.

Mejelaskan secara khusus

pengembalian diskon

kepada pembeli.

Berdasarkan tabel hasil perbandingan fatwa DSN-MUI

dan pernyataan Standar akuntansi keuangan di atas. Dapat

dilihat bahwasanya penjelaan diskon mura<bah{ah pada fatwa

bersifat sangat umum, sedangkan dalam pernyataan standar

akuntansi keuangan mencantumkan kemungkinan-

kemungkinan terkait diskon tersebut secara khusus. Terdapat

beberapa peraturan yang dijelaskan dalam penytaan Standar

Akuntansi Keuangan akan tetapi tidak tercantum dalam fatwa

DSN.

Penejelasan dalam fatwa DSN MUI tentang diskon

Mura<bah{ah terkait dengan penentuan harga berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak, pembagian diskon yang

diperoleh dari supplier sebelum dan sesudah akad, serta diskon

sesudah akad yang haris dicantumkan dalam akad. Fatwa

memandang bahwa diskon yang didapatkan sebelum akad

adalah milik pembeli atau nasabah sedangkan diskon yang

diperoleh setelaha akad, dibagi berdasarkan kesepakatan yang

termuat dalam akad. Terkait diskon yang didapatkan setalh

Page 158: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

akad mura<bah{ah ini, dalam fatwa tidak dicantumkan bahwa

sanya apabila diskon tersebut tidak diperjanjikan dalam akad.

Apakah diskon tersebut menjadi milik pembeli (nasabah),

penjual (bank) atau dibagi dua antara bank dan nasabah.

Pernyataan Standar akuntansi keuangan tentang diskon

mura>bah{ah ini terkait dengan penentuan harga, diskon sebelum

dan sesudah akad, kategori diskon yang didapatkan dari

supplier, pengakuan tentang diskon tersebut, dan pengembalian

diskon pembelian. Pandangan PSAK tentang diskon

muerabahah terkait diskon yang didapatkan sebelum akad sama

dengan yang terdapat dalam fatwa yaitu diskon tersebut

merupakan hak nasabah, sedangkan diskon yang diperoleh

setelah akad dan tidak diperjanjikan dalam akad adalah milik

penjual. PSAK mejelaskan ketentuan terkait diskon mura>bah{ah

ini dengan mencantumkan kemungkinan-kemungkinan yang

akan terjadi, selain itu juga PSAK menjelaskan terkait diskon

mura>bah{ah secara rinci meskipun terdapat beberapa penjelasan

yang sulit dipahami.

Penjelasan terkait penentuan harga dan diskon sebelum

akad, baik fatwa maupun PSAK berpendapat sama yaitu harga

dalam jual beli meruapakan hasil kesepakatan antara Bank dan

Nasabah serta diskon yang didapatkan merupakan hak nasabah.

Page 159: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

Diskon yang diperoleh sesudah akad dalam fatwa dijelaskan

bahwa pembagian diskon tersebut berdasarkan kesepakatan

yang termuat dalam akad sedangkan PSAK berpendapat jika

pembagian diskon tersebut tidak diatur dalam akad maka

diskon tersebut menjadi milik penjual.

Selanjutnya mengenai kategori atau jenis diskon dari

supplier, fatwa tidak mencantumkan kategori tersebut

mencakup apa saja sedangkan PSAK menjaleskan hal tersebut.

Kewajiban atas pembelian diskon terkait dalam PSAK

dijelaskan diskon tersebut diakui sebagai dana sebajikan jika

pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual, sedangkan

dalam fatwa tidaka menjelaskan terkait pengembalian diskon

tersebut.

Perbedaan yang paling terlihat pada diskon yang

didapatkan setelah akad dilakukan. Kemungkinan pembagian

diskon dari supplier yang diberikan keapda pembeli berdsarkan

tabel diatas ada tiga. Yaitu diskon yang didapatkan sebelum

akad dilakukan dilakukan adalah milik pembeli atau nasabah.

Diskon yang didapatkan setalah akad dan diatur dalam akad

merupakan milik penjual. Diskon yang didapatkan setalah akad

dan diatur dalam akad mura>bah{ah merupakan milik nasabah

Page 160: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

atau pembeli, mlik bank atau penjual, atau diskon tersebut

dibagi Bersama anatara bank dan nasabah.

Apabila diskon didapatkan setelah akad dan tidak diatur

dalam akad maka perlu diketahui apakan diskon tersebut

mempengaruhi hak pembeli dan harga jual barang tersebut atau

tidak. Oleh karena itu, dilihat penghitungan keuntungan yang

dipakai yang telah dijalaskan pada bab sebelumnya. Jika dilihat

dari peryataan keduanya, sebenarnya pernyatan fatwa dan

PSAK anatara keduanya sudah selesai dalam pengaturan diskon

dalam mura>bahah. Apaun penyataan yang tidak dicantumkan

atau dijelaskan pada fatwa terkait dikon dalam mura>bah{ah

kemudian dilengkapi dengan pernyataan dalam PSAK.

Jika dilihat dari pengertian mura>bah{ah yaitu jual beli

berdasarkan keuntungan yang disepakati Bersama, maka

seharusnya diskon dalam bentuk apapun dan kapanpun yang

didapatkan dari supplier adalah milik nasabah, penjual hanya

mendapatkan keuntungan berdasarkan perjanjian yang telah

disepakati Bersama. Bank dituntut untuk terbuka kepada

nasabahnya terkait diskon dari supplier dalam jual beli

mura>bah{ah ini.

Adapun jika jual beli mura>bah{ah mendapatkan diskon

dari supplier, maka penetapan harga pokok oleh Bank Syariah

Page 161: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

untuk nasabah adalah harga setelah diskon dan bukan sebelum

diskon, karena Bank Syariah harus jujur sebagaimana ketentuan

dalam fatwa DSN-MUI 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang

mura>bah{ah dalam penetapan putusan di bagian peratama pada

nomor enam tersebut dia atas dan fatwa tentang diskon dalam

mura>bah{ah dalam penetapan putusan di bagian pertama pada

nomor tiga yang menyatan bahwa jika daam jual beli

mura>bah{ah LKS menadapat diskon dari supplier, maka harga

sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena diskon adalah

hak nasabah.

Aspek kejujuran adalah bukti harga dari transaksi yang

dilakukan oleh Bank Syariah dengan supplier ditunjukkan

kepada nasabah sebelum terjadinya akad mura>bah{ah, agar

nasabah tahu harga pokonya, karena akad mura>bah{ah termasuk

jual beli amanah (jujur), namun pada praktiknya masih di Bank

Syariah di Indonesia yang tdak menunjukan bukti tersebut dan

hal tersebut bertententangan dengan DSN-MUI tentang diskon

dalam mura>bah{ah.8

8Abbas Arfab, Implementasi Akad Murabahah Pada Bank Syariah, Laporan

Penelitian Kompetitif Tahun Anggaran, 2016. 41.

Page 162: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

C. Diskon Mura>bah{ah pada Bank Syariah menurut Hukum

Islam

Diskon mura>bah{ah adalah diskon yang diberikan dari

supplier kepada pembeli atau nasabah. Dalam hal ini jika

ditelaah kembali akad mura>bah{ah adalah akad jual beli barang

sebesar harga pokok barang yang ditambah dengan margin

keuntungan yang disepakati. Berdasarkan akad jual beli

tersebut bank membeli barang yang dipesan nasabah dan

menjualnya Kembali kepada nasabah. Dalam mura>bah{ah pada

pesanan bank melaukan pembelian berdasarkan pesanan.

Praktik yang sering terjadi, pihak bank Syariah ini tidak murni

sebagai penjual barang seperti pada industri perdagangan yang

menjual barang secara langsung kepada pembeli, karena

umumnya bank Syariah (Bay’) tidak mempunyai persediaan

barang, bank juga bukan sebagai agen investasi karena tidak

menawarkan barang yang menjadi obyek jual-beli.

Diskon dalam Akad murabah ini pada jika di di

kodifikasikan pada hukum Syariah maka status diskon ini sama

dengan potongan pembelian atau penurunan harga. Yaitu salah

sau kategori jual beli beradsarkan prinsip perbedaan harga jual

dan harga beli yitu akad bay’ al- muwada’ah. Bay’ al-

muwada’ah adalah jual beli di mana penjual mealkukan

Page 163: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

penjuala dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar

atau dengan potongan (discount).

Dalam sitilah ulama fikih muwada’ah adalah jual beli

dengan harga lebih rendah dari harga awal. Maknanya harga beli

dengan harga yang lebih redah dari harga beli dan hal teresebut

dikatahui oleh kedua belah pihak degan prinsip amanahbjenis

jual beli ini diperbolehkan secara syar’i. Pada konsep diskon

dalam mura>bah{ah bank selaku penjual hendaknya mejadikan

landasan amanah dan kejujuran dalam transaksi diskon ini. Pada

syarat jenis jual beli al-muwada’ah ini hanya beberapa hal

membedakan:

a. Hendaknya pembeli mengetahui harga awal (harga beli).

Sebagaimana menurut Imam Madzhab, sepakat boleh

menjual apa saja yang telah dibelikanya dengan mengambil

keuntungan asalkan dengan menjelaskan harga pembelian

dan hendaknya juga menjelaska banyaknya laba yang

dikehendaki. “misalnya dengan mengatakan, aku menjual

barang ini pada anda dengan harga sekian dan laba sekian).

Dalam hal ini, kaitanya dengan pihak Bank selaku penjual

menejelaskan pada nasabaah atau pembeli tetang barang

tersebut yaitu harga awal pembelinya kemuadia juga

Page 164: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

menjelaskan keuntungan laba yang diambil dari transaski

dan potongan harga dari supplier.

b. Mengetahui jumlah keuntungan (yang diminta penjual).

Yaitu menegathui keuntungan yang di minta penjual

hendaknya jelas, karena kuuntungan adalah bagian dari

harga barang. Sementara mengetahui harga barang adalah

syarat sah semua jenis jual beli. Dalam hal ini bank Syariah

selaku penjual sebaiknya bertanya atau makukan survey

dengan kepada suppliyer barang untuk mengetahui tentang

harga barang sebelum adanya diskona atau potongan

pembelian. Agar lebih mudah dan terbuka dalam penulisan

margin dallam PSAK dan pembukuan akuntansi.

c. Modal yang dikeluarkan hendaknya misliyat (barang denga

memiliki varian serupa). Misalnya barang yang bida

ditakar, ditimbang dan dijual satuan dengan varian

berdekatan ini adalah syarat untuk mura>bah{ah dan

tawliyah, terlepas dari penjaulan pertama atau dengan

orang lain, juga terlepas keuntungan yang diminta serupa

dengan modal pertama atau tidak. Jika harga itu berupa

sesuatu yang tidak memiliki varian sejenis seperti barang

dagangna, maka tidak boleh dijual dengan cara mura>bah{ah.

Jika barang tersebut dijual dengan cara mura>bah{ah dari

Page 165: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

orang yang memilikimya atau menguasainya, jika dia

menajdikan keuntungan itu suatu yang berbeda dari harga

awal dan bersifat jelas misalnya dirham dan pakaian

tertentu maka hukumnya boleh.

d. Jual beli amanah pada barang-barang ribawi hendaknya

tidak menyebabkan terjadinya riba nasiah terhadap harga

pertama. Contohnya, membeli barang yang ditimbang atau

ditajar dengan barang sejenis, maka tidak boleh

menjaualnya Kembali dengan mura>bah{ah, karena

mura>bah{ah adalah menjual dengan harga pertama dengan

ditambah keuntungan tertentu, sementara memberikan

barang tersebut tembahan adalah riba. Tapi jika barangnya

berbeda maka boleh menjualnya dengan mura>bah{ah dan

jenis lainya.

e. Transaksi yang pertaman hendaknya sah, dalam artian

disini jiak transaksi yang pertama antara supplier dan bank

Syariah tidak sah maka maka bbarang yang bersangkutan

tidak boleh dijual dengan cara mura>bah{ah.

Diskon atau potongan pembelian menurut syariat Islam

boleh dilakukan dalam transaksi jual beli, mengingat akad

mura>bah{ah adalah akad jual beli. Diskon atau potongan

pembelian ini disebut sah dalam Islam apabila itu dilakukan

Page 166: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

karena kebaikan hati dan tanda terima kasih penjual kepada

pembeli karena alasan-alasan tertentu selama tidak dilarang

syariat. Hal ini juga sesuai dengan kaidah fikih yang

menyatakan bahwa pada dasarnya semua bentuk mualamalah

dan transaksi boleh dilakukan kecuali ada dalil yang

mengharamkanya.

Page 167: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …
Page 168: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pemabahasan pada bab terdahulu

serta tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep diskon dalam mura>bah{ah pada Fatwa No.16/DSN-

MUI/IX/2000 tentang Diskon Mura>bah{ah, Fatwa

memandang bahwa diskon yang didapatkan sebelum akad

adalah menjadi milik pembeli atau nasabah sedangkan

diskon yang diperoleh setelah akad, dibagi berdasarkan

kesepakatan yang termuat dalam akad. Terkait diskon yang

didapatkan setelah akad mura>bah{ah, dalam fatwa tidak

dicantumkan apabila diskon tersebut tidak diperjanjikan

dalam akad, apakah diskon tersebut menjadi milik pembeli

(nasabah), penjual (bank) atau dibagi dua antara bank dan

nasabah.

2. Konsep diskon dalam Mura>bah{ah pada Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) memandang bahwa diskon

Page 169: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

160

mura<bah{ah adalah milik Bank syariah. Menurut PSAK

bentuk margin yang didapat adalah hak dari bank dan

apabila transaksi yang diperjanjikan dalam transaksi diskon

Mura>bahah tidak disepakati maka keuntungan akan

menjadi hak bank, maka hal ini keluar dari konteks DSN-

MUI yang menyatakan seharusnya diskon dalam bentuk

apapun juga dan kapanpun juga adalah milik Nasabah,

karena diskon mengurangi harga perolehan karena

mura>bah{ah menuntut transparansi harga perolehan dan

negosiasi yang terjadi adalah atas besaran marjin, bukan

harga jual.

3. Implementasi diskon mura>bah{ah dalam Bank Syariah

secara garis besar Fatwa DSN-MUI dan PSAK yang

mengatur tentang diskon dalam mura<hah{ah ini terdapat

adanya harmonisasi, kenapa demikian setelah dilakukan

telaah perbandingan dan persamaan dan analisis dari DSN-

MUI dan PSAK yang mengatur tentang diskon dalam

mura>bah{ah peraturan yang tercantum dalam DSN MUI

telah dilengkapi oleh PSAK dalam perumusan dan

implementasi pengertian pada diskon dalam mura>bah{ah di

Bank Syariah. Jika dilihat kembali tentang pembagian

(margin) diskon dalam mura>bah{ah setelah terjadinya akad,

Page 170: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

161

dalam fatwa tidak mencantumkan status keuntungan akan

diskon tersebut menjadi milik nasabah atau Bank Syariah,

namun PSAK kemudian menjelaskan tentang status diskon

tersebut milik Bank Syariah. Mengingat pengertian diskon

seperti yang dijelaskan dalam peraturan DSN-MUI dan

PSAK pelaksanaanya tidak sama dengan diskon yang

terjadi pada pertokoan atau teori diskon dalam strategi

pemasaran atau promosi. Dalam DSN-MUI dan PSAK

diskon diartikan kentungan atau potongan yang diberikan

supplier kepada pembeli dalam bentuk apapun dan

kapanpun dan statusnya adalah milik nasabah atau

pembeli.

Diskon dalam mura>bah{ah substansinya sama

dengan bay’ al-muwadi’ah maka diskon mura<bah{ah dalam

perspektif Syariah dan muamalat adalah sah dalam

persepekstif hukum Islam juga sah. Asal tidak

menimbulkan kedzaliman antar pihak, dalam artian

kerelaan para pihak khususnya nasabah sebagai pemilik sah

kentungan diskon dalam mura>bah{ah menjadi prioritas dan

bank selaku penjual wajib memberitahukan keuntungan

dan keterbukaan terkait diskon dalam mura>bah{ah.

Page 171: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

162

B. Saran

1. Bagi stakeholder yang berwenang dalam regulasi Ekonomi

Syariah, terpenting dalam penyusunan peraturan yang

menyangkut system perekonomian dan Lembaga

keuangan, para regulator seharsnya lebih bisa membaca dan

memperkirakan peraturan yang akan muncul agar sisi

kebutuhan yang dicantumkan dalam peraturan terpenuhi.

Redaksi kata dalam penyusunan serta kejelasan status

objek dalam hal ini diskon dalam mura<bah{ah tidak

dijelaskan secara rinci sehingga menimbulkan kesalahan

dalam pemahaman.

2. DSN-MUI selaku pemegang kekuasaan Syariah dan OJK

selaku pemegang kekasaan tertinggi dalam bidang

keuangan Bank, Lembaga Keuangan dan Bank Syariah

harusnya lebih tanggap dan responsive terahadap regulasi

yang mengatur aktivitas keuangan Syariah sehingga

apabila terdapat permasalahan hukum atau permasalahan

ekonomi Syariah lainya dapat memeroleh kepastian yang

jelas. Dalam hal ini perhitungan diskon dalam mura>bah{ah

bisa diperjelas dalam PSAK sehingga menghindari

terjadinya kesalah pahaman pengambilan keuntungan pada

metode akuntansi.

Page 172: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

163

3. Bagi akademisi dan pembaca, diharapkan adanya

penelitian berlanjut yang lebih terperinci berkenaan dengan

kegelisahan atau disharmonisasi dan kekosongan materi

hukum ekonomi Islam, karena adanya upaya tersebut dapat

meminimalisir ketidak pastian dan tumpang tindihnya

hukum. Hal ini juga dapat membawa dampak positif bagi

aktivitas Lembaga keuangan Syariah di Indonesia.

Page 173: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

164

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an:

Departemen Agama RI. Al-Qur’an Al-Karim dan

Terjemahanya. Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2002

Jurnal Ilmiah:

Aninda Andhaninggar dan Syamsul Hadi,”Pembandingan

Perlakuan Akuntansi PSAK No.102 dengan Fatwa MUI

No 04/DSN-MUI/IV/2000” .

Aryanti, Novalia Tri Aryanti, “Analisis Perlakuan Akuntansi

Pembiayaan Murabahah Menurut Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) No 102: Studi Pada

BMT Sunan Kalijaga Yogyakarta”, Tesis Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

.2011.

Jurnam Mizani, Ana Maratun Marchumah,“Analisis pemberian

diskon Murabahah di KJKS Madani Sakti” diakses 3

Desember 2019.

Rupi’ah, Siti. “Pengaruh Pemberian Diskon Terhadap

Peningkatan Penjualan”, Jurnal Syariah, Vol.10, Nomor 2

Malang: Universitas Islam Negeri, 2015.

Page 174: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

165

Saaed, Abdullah Saeed, Islamic Banking and Interest A Studyof

The Prohibition of Riba and ist Contemporery

Interpretetation, Muhammad Ufuqil Mubin dkk.,

“Menyoal Bank Syariah Kriti katas Interpretasi Bunga

Bank Kaum Neo-Revitalis”, Jakarta: Paramadina, 2004.

Yuliana, Setya Ningsih, “Perlakuan akuntansi Murabahah

berdsarkan PSAK 102 pada BMT Al Fath ”

http://Ejournal.uin-suka.ac.id/index.php.

Buku:

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif

Kewenangan Peradilan Agama (Jakarta: Kencana

Prenada Group. 2004.

Abdul, Rohadi Abdul Fatah, Analisis Fatwa Keagamaan Dalam

Fikih Islam. Jakarta: Bumi Aksara,2006.

Abdun, Samir Nur Jaballahu, dhawabitu Tsamani wa

Tathbiqtuhu fi Aqdil Bay’ Riyadh: Dar>Kanzu Isybiliya

Lilnayiri wa tauzi’, 2005.

Acarya dan Diana Yumanita, Bank Syariah: Gambaran Umum,

Seri Kebank sentralan No. 14 (Jakarta: Pusat Studi dan

kebanksentralan (PSAK).

Ahyar A, Gayo dan tim 2012. Laporan akhir penelitian Hukum

Tentang Kedukan Fatwa MUI dalam Upaya mendorong

pelaksanaan Ekonomi Syariah (Portable document

format), Badan Pembina: Hukum Nasional

Page 175: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

166

Alma, Bukhrai, manajemen Pemasaran Jasa .Bandung;

Alfabeta, 2000.

Amin, Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam.Jakarta

Elsas, 2008.

Andria Soemitra, Bank dan perbankan Syariah.Jakarta;

Kencana, 2009.

Ansori, Abdul Ghofur, Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi dan Konversi: Pendekatan Hukum Positif dan Hukum Islam .Yogyakarta: UII Press, 2010.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah: dari Teori ke

Praktik, cet. ke-1. Jakarta: Gema Insani, 2001.

Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah.Jakarta:

Pusat Alvabet, 2006.

Bachri, Syabbul. Ekonomi Islam pada Bank Syariah .Jakarta:

Pustaka Setya, 2008.

Damanuri,Aji. Metodologi Penelitian Muamalah. Ponorogo,

STAIN PO Press. 2010.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2008.

Dewan Syari’ah Nasional dan Dewan Pengawas Syari’ah,

sumber: www.scrib.com/doc/57565656/Makalah-Dewan-Syari’ah-

Nasional-Dan-DewanPengawas-Syari’ah.

Page 176: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

167

Fandi Tjiptono, Keuangan dan ekonomi perbankan

Syariah.Yogyakarta: Pushbilshing, 2006.

Fitriya,Erry. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Diskon.

Malang: NTP Press, 2005.

Hasan, Aznan Bin. Optimal Shariah Governance in Islamic

Fianance. Ahamd Ibrahim Kulliyah of Laws international

Islamic University Malaysia.

Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah:Titik temu

Hukum dan hukum Nasional, ed.1.Jakarta: Rejawali

Pers,2009.

Hidayat,Enang. Fiqih Jual Beli, cet ke-1 .Bandung: Kencana,

2012.

http://www.sbp.org.pk/departments/pdf/StrategicPalnPDF/AppendixC%20S

hariah%20Compliance.pdf.

Ikatan Akuntasi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi

.Jakarta: Salemba Empat, 2007.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan: Akuntansi Murabahah (Jakarta: Graha

Akuntan, 2013.

Isnaini, Arif , Model dan Strategi pemasaran. Makassar: NTP

Press, 2005.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh

Keuangan, cet. ke-7 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2010.

Page 177: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

168

Khaaeruman,Badri.Hukum Islam dalam perubahan

Sosia,Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.

Klause, Krippendorff. Pengantar Teori dan Methodologi.

Jakarta: Rajawali, 1993.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, cet. Ke

1.Jakarta; Kencana, 2012.

Mardani, Fiqih Jual Beli, cet. ke-2 .Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2015.

Muhammad Hafiz, “Identifikasi Transaksi Terlarang,”

http://belajar-ekonomi

islam.blogspot.com/2011/03/identifikasi-transaksi-

terlarang.html.

Muhammad, Rifqi. Akuntansi Keuangan syariah: Konsep dan

Implementasi Keuangan Syariah (Yogyakarta: P3EI

Press.2005.

Muslim, Sarip. Akuntansi Keuangan Syariah Teori & Praktek.

Nafis, M. Cholil. Teori Hukum Ekonomi Syariah.Jakarta: UI

Press,2011.

Pasaribu, Chairuman, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian

dalam Islam. Jakarta: Sinar Grafika,1993.

Pengusaha Muslim, “Jual beli Amanah”

http://pengusahamuslim.com/2804-jual=beli-amanah-1491.html.

Page 178: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

169

Pertaatmadja, Karnaen A.dan Hendri Tanjung, Bank Syariah

Teori, Prantik, dan Perananya.Jakarta: Celestial

Pusblishing, 2007.

Philip, Babcock Gove, Webster Third New International

dictionary.Massachusset: G. dn C, MeriamComany, 1996.

Pratikno, Hartono Soryo, Aneka Perjanjian Jual Beli.Bandung:

PT Aditya bakti, 2012.

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Didirikan [ada 24 Rabius

Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991.

Ridwan, Nurdin Kedudukan Fatwa MUI Dalam Pengembangan

Ekonomi Syariah di Indonesia, makalah disampaikan

dalam diskusi dengan Tim Penelitian, tanggal 17 Juni

2011.

Ridwan,Ahmad Hasan , Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil

Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Riyanto,Slamet. Kamus-Inggris Indonesia .Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2014.

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syaria . Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Rusyd. Ibn. Bidayatul Mujatahid, Fiqh Para Mujtahid,

Penerjemah, Imam Ghazali Said dan Achamad Zainudin,

jilid 3.Jakarta: Pustaka Amani,2007.

Saladin, Djasmin Saladin. Manajemen dan Pemasaran

Jasa.Bandung: Linda karya,2003.

Page 179: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

170

Simamora, Henry. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan

Bisnis.Jakarta: Salemba Empat. 2000.

Sjahdeji, Sutan Remi Sjahdeini, perbankan Syariah Produk-

produk dan Aspek Hukumnya . Jakarta: Prenamedia

Group,2014.

Sudarsono, pokok-pokok Hukum Islam. Jakarta: Rajawalu Pers,

2016.

Sugiri, Slamet dan Agus Riyono, Akuntansi Pengantar 1, cet

ke-1. Yogyakarta: STIM YKPN, 2007.

Suryabrata, Surya. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV

Rajawali, 1983.

Sutanto,Rachman ,Dasar Ilmu Tanah.Jakarta: Abadi, 2005.

Sutedi, Adria Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa

Segi Hukum.

Syafei, Racmat, Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Satia,

2001.

Syahbul bachri, Promosi Produk dalam Perspektif Hukum islam, Artikel Anatlogi kajian Islam, Vol. 8.

Tim DSN-MUI, Modul Pelatihan DPS Perbankan Syariag

2018.Jakarta: Dewan Syariah Nasiona-Majelis Ulama

Indonesia.

Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, Edisi III, Yogyakarta,

CV. ANDI OFFSET, 2008.

Page 180: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

171

Transformasi,www.transformasi.net/articles/read/146/Standar-

Akuntansi-Keuangan-di-Indonesia.html.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1998 tentang Perbankan

Syariah.

Winarno, Sigit & Ismaya, Sujana. Kamus Besar Ekonomi

Bandung: CV. Pustaka Grafika, 2003.

Wiroso, Jual Beli Murabahah, cet. ke-1.Yogyakarta: UII Press,

2005.

Yaya, Rizal dkk., Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan

Praktik Kontemporer, cet. ke-1 Jakarta: Salemba Empat,

2013.

Zaidah kususmawato, Menghitung Laba perusahaan: Aplikasi Akuntans Syariah. Yogyakarta: Magistra Insani Press,

2005.

Page 181: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

172

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 182: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

173

FATWA DSN-MUI NOMOR 16 TAHUN 2000

Page 183: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

174

Page 184: STUDI KOMPARATIF TENTANG KONSEP DISKON MURA>BAH{AH …

i