STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

36
STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN APLIKATIF PSIKOTERAPI SUFI AL-GHAZA>LI> DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY ALBERT ELLIS Disertasi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pengkajian Islam dalam bidang Psikologi Islam Oleh Ghoza>li> NIM. 31151200000081 Pembimbing Prof. Dr. Achmad Mubarok , M.A Prof. Dr. Asep Usman Ismail MAg KONSENTRASI PSIKOLOGI ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIEF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

Page 1: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA

TEORETIK DAN APLIKATIF PSIKOTERAPI SUFI

AL-GHAZA>LI> DENGAN RATIONAL EMOTIVE

BEHAVIOR THERAPY ALBERT ELLIS

Disertasi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Doktor Pengkajian Islam dalam bidang Psikologi Islam

Oleh

Ghoza>li>

NIM. 31151200000081

Pembimbing

Prof. Dr. Achmad Mubarok , M.A

Prof. Dr. Asep Usman Ismail MAg

KONSENTRASI PSIKOLOGI ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIEF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

Page 2: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

i

PRAKATA

Segala puji saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat karunia dan

rahmat Nya, saya dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul “Studi Komparatif

Sistematika Psikoterapi Sufi Al-Ghazali dengan Rational Emotive Behavir Therapy

(REBT) Albert Ellis” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa

tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAWA beserta segenap keluarga

dan sahabat pilihannya.

Ucapan terima kasih serta penghargaan yang setingi-tingginya kepada Prof.

Dr. Achmad Mubarak, MA, Prof. Dr. Asep Usman Ismail, MAg. selaku promotor 1

dan 2, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan,

arahan kepada saya dalam penyusunan disertasi ini hingga selesai, semoga menjadi

amal shaleh di sisi Allah SWT. Dan kepada dewan penguji; Prof..Dr. Masykuri

Abdillah, Prof. Dr. Amtsal Bakhtiar, MA, Dr. Zainun Kamal MA, Prof. Dr. Zulkifli,

terima kasih atas masukannya yang sangat berharga, serta Prof. Dr. Mulyadi

Kertanegara, MA, Prof. Dr. Asif H. Pranata, dan Prof. Dr. Abdul Mujib. M.Si

selaku pembimbing 1 dan 2 awal, Mudah-mudahan curahan ilmu serta jerih

payahnya selama proses bimbingan dicatat sebagai amal shaleh oleh Allah SWT.

Kepada Prof. Dede Rosyada MA, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Prof Masykuri Abdillah MA, selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa buku ini dapat diselesaikan berkat motivasi dan

dukungan serta arahan, koreksi dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua saya H. Ali dan Hj. A. Nanik atas jerih payah, perjuangan dan

pengorbanannya yang tanpa pamrih berupa dukungan, kebanggaan dan doa dalam

setiap ibadahnya, serta harta benda hanya untuk membekali saya dengan

pengetahuan dan agama, dan terima sebesar-besarrnya karena telah menjadi figur

dan teladan dalam menjalani kehidupan yang penuh kesederhanan, menjunjung

tinggi kehormatan dan mengedepankan kejujuran dalam segala hal.

Selanjutnya kepada Istri tercinta Meitina Ventini yang telah memberikan dukungan

dan bantuan baik moril maupun materiil, semoga dengan bantuan Allah saya dapat

segera membalas semua kebaikannya, disamping itu juga dukungan doa dari ibu

mertua Martini Nadzir, serta motivasi dari anak-anak saya Akbar Nurfitriantoro,

Anita Dwi Kurniawati, Muhammad Farhan Dziaulhaq untuk segera menyelesaikan

disertasi, tanpa dorongan mereka disertasi ini tidak akan pernah terselesaikan.

Terima kasih atas semua kasih sayang dan penghormatannya, saya bangga dan

bersyukur karena telah hadir menjadi bagian dari kehidupan saya, semoga kelak

kalian menjadi orang-orang sukses yang penuh integritas, jujur, amanah serta

berguna untuk agama, keluarga, masyarakat bahkan untuk bangsanya.

Demikian juga ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.

Dr. Sawitri Sadarjoen, Psikolog, Urip Purwono PhD, Dr. Gimmy Prathama, M.Si,

Iman Setiadi Arief, M.Si yang telah memberikan pelatihan tentang materi

Page 3: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

ii

konseling dan sikoterapi REBT, CBT, Psychosexual Therapy, Positive

Psychotherapy, Marriage Counseling yang diselenggarakan oleh Liberia Insani dan

SAUH. Serta seluruh dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki kontribusi besar dalam memberikan

arahan dan masukan baik secara langsung maupun tidak langsung saat pembekalan

materi dikelas, bimbingan pengajuan proposal, dan sharing akademik, verifikasi-

verifikasi maupun ujian work in progress I, II, serta ujian komprehensif,

diantaranya yang terhormat Prof. Dr. Atho Mudzhar, MSPD, Prof. Dr. Didin

Syaefudin, MA, Dr. Fuad Jabali, MA, Prof. Suwito, MA, Prof. Dr. Yusuf Rahman,

MA, dan lain-lain.

Selain itu, saya juga mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada

keluarga besar di Jember terutama untuk adik sekaligus kakak bagi saya, Muhamad

Ali (Cak Amat), bahkan tidak jarang seringkali berperan sebagai orang tua,

khususnya disaat saya sedang mengalami kesulitan secara finansial, semoga

senantiasa menjadi pribadi yang jujur, rendah hati, sederhana, dan penuh empati,

begitu pula harapan saya untuk istri tercintanya (Rani), semoga Allah

memanjangkan usia kalian dalam kesehatan, keberkahan dan kebahagiaan. Kepada

Ipar dan adik-adik saya yang baik hati, Mas Gufron dan Khalisah Ali (Dholis),

Bachrul dan Noer Imamah Ali (Im), semoga Allah senantiasa memberikan

keberkahan dalam keluarga kalian, menjadi suami shaleh dan istri shalehah, dan

semoga bentuk usahanya diberikan kemudahan dan kesuksesan yang besar dalam

waktu dekat. Fathimiah Ali (Mia) mudah-mudahan cepat lulus dan bisa

melanjutkan ke jenjang S3, serta Allah segerakan kesuksesan yang besar dibidang

akademik maupun di dunia karirmu, sehingga kelak dapat membanggakan dan

dibanggakan keluarga besar. Dan calon-calon ilmuan serta pemimpin yang jenius

dan amanah di masa depan; Shaloom Syahr Banu Az-Zahra, Ahmad Pasha

Avicenna, Muhammad Azzam Mehrabian, Salwa Shaquilla Ramadhani,

Muhammad Javad Noer Bach, Quinsha Abigail Noer Bach, semoga Allah

menganugerahkan kalian dengan usia yang panjang dan berkah, sehat walafiat,

kecemerlangan dalam berpikir, keluasan hati, kejujuran, keluhuran budi, dan

senantiasa dalam lindungan dan keridhaan Allah dan RasulNya.

Kepada Direktur Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG) Pascasarjana

Universitas Indonesia Dr. Muhammad Luthfi Z, dan seluruh dosen pengajar dan

pegawai akademik khususnya untuk Kajian Islam dan Psikologi, Prof Reni Akbar

Hawadi, Psikolog. Sahabat karib saya Dr Thobieb al-Asyhar, Cholil Nafis Ph.D, Dr.

Hanief Saha Ghafur, Dr. Hendra Kurniawan, Dr Aliah Purwakania Hasan, Gagan

Hartana, M.Psi, Dr. Ida Sajida, Kepada Kaprodi Psikologi Universitas Paramadina,

Bapak Handrix Chris Haryanto M.A. beserta seluruh dosen psikologi Paramadina,

Dr. Ayu Nindyawati, Psi, Dr. Fatchiah Kertamuda MSc, Alfikalia, MSi, Tia

Rahmania, M.Psi, Dinar Syaputra, S.Psi, M.Psi serta kawan-kawan seperjuangan

dalam Forum Pegiat Psikologi Sufi dan Islam (FPPSI) Universitas Indonesia; Riki,

Rizki, pak Rakimin al-Jawi, Agung, Roy, Huda, Azizah, Ihya, Akbar, Nurul, Irfandi

(Fandi) dan lain-lain semoga segala asa dan cita mulia kita bersama akan segera

terealisasi dalam waktu dekat.

Page 4: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

iii

Kepada keluarga besar (alm) Kak Suud dan bang Hasyim beserta keluarga, Ibrahim

bin Yahya dan Fifi beserta keluarga, Ali bin Yahya dan Eva beserta keluarga,

terima kasih yang tak terhingga atas semua perhatian, dukungan dan bantuannya

selama saya menjalani masa-masa kuliah, semoga Allah membalas semua

kebaikannya.

Keluarga besar Om Zul dan tante Rina, Om Pur dan tante Nen sekeluarga, mas

Andi dan mba Susi sekeluarga, Uda Reinaldi Abu Dzar dan uni Vani sekeluarga,

mas Riki dan uni Diana sekeluarga, uda M. Savitri dan linda sekeluarga, da Bob dan

sekeluarga.

Last but not least, kepada Staff administrasi dan pegawai akademik

Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

Mba Vemi, Mas Adam Hesa, Mas Arif, saya mengucapkan banyak terima kasih

atas bantuan, pelayanannya, informasi-informasinya serta dorongannya untuk

segera terselesaikan.

Jakarta, April 2019

Penulis

Page 5: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

iv

Page 6: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

ARAB - LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah

sebagai berikut:

A. Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h{ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s{ = ص

d{ = ض

t{ = ط

z{ = ظ

ع = ‘

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م n = ن

h = ه

w = و

y = ي

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fath}ah A A

Kasrah I I

D}ammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama Fath}ah dan ya Ai a dan i ... ى

Fath}ah dan wau Au a dan w ... و

Contoh:

س ين ول H}usain : ح h}aul : ح

C. Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif a> a dan garis di atas ــــا

Kasrah dan ya i> i dan garis di atas ــــي

D}ammah dan wau u> u dan garis di atas ــــو

Page 7: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

vi

D. Ta’ Marbu>t}ah (ة)

Transliterasi ta’ marbu>t}ah ditulis dengan “h” baik dirangkai dengan kata

sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah (مرأة) madrasah ( )مدرسة

Contoh:

al-Madi>nat al-Munawwarah : المدينة المنورة

E . Shaddah

Shaddah/tashdi>d pada transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang

sama dengan huruf yang bershaddah itu.

Contoh:

nazzala : نزل

F. Kata Sandang

Kata sandang “الـ” dilambangkan berdasarkan huruf yang mengikutinya, jika diikuti

huruf shamsiyah maka ditulis sesuai huruf yang bersangkutan, dan ditulis “al” jika

diikuti dengan huruf qamariyah. Selanjutnya ا ل ditulis lengkap baik menghadapi

al-Qamariyah, contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah seperti kata al-

Rajulu (الرجل)

`Contoh:

al-Qalam : القلم al-Shams : الشمس

G. Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata bahasa arab yang telah

lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia dan menjadi bagian dalam bahasa

Indonesia, seperti lafal الله, asma>’ al-h}usna> dan Ibn.

Page 8: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

PRAKATA ii

PEDOMAN TRANSLITERASI iii

ABSTRAK iv

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan Penelitian 15

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan 17

D. Tujuan Penelitian 20

E. Manfaat Penelitian 20

F. Signifikansi Penelitian 21

G. Metodologi Penelitian 22

H. Sistematika Pembahasan 24

BAB II . SISTEMATIKA TEORITIK DAN PRAKTIK RATIONAL

EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT)

A. Biografi singkat Albert Ellis 28

B. Filosofi dasar Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) 28

C. Domain Pendekatan REBT 29

D. Pandangan tentang Manusia 33

E. Teori Kepribadian 34

F. Kesehatan Mental 36

G. Peran dan Tanggung Jawab Terapis 37

H. Hubungan klien dan terapis 37

I. Tujuan terapi REBT 38

J. Konsep Abnormalitas. 39

K. Tahap dan Langkah-langkah dalam REBT 40

L. Penerapan; teknik-teknik terapeutik 41

BAB III CORAK PSIKOLOGI AL-GHAZALI DAN

PERKEMBANGAN RUMAH SAKIT JIWA DAN PSIKOTERAPI

ISLAM ABAD PERTENGAHAN

A. Biografi Al-Ghazali 48

B. Karya-karya al-Ghazali di Bidang Psikologi dan Psikoterapi 49

C. Pengembaraan Intelektual al-Ghazali 49

D. Corak Psikologi Sufi Al-Ghazali 53

Page 9: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

viii

E. Perkembangan Rumah Sakit Jiwa (Bimaristan) dan

Psikoterapi Islam Abad Pertengahan 57

BAB IV. SISTEMATIKA TEORETIK DAN APLIKATIF

PSIKOTERAPI SUFI AL-GHAZALI

A. Definisi Psikoterapi Sufi 89

B. Komponen Psikoterapi Sufi 95

C. Landasan Filosofis Psikoterapi Sufi 95

D. Sistematika Teoretik Psikoterapi Sufi Al-Ghazali 106

E. Sistematika Aplikatif Psikoterapi Sufi Al-Ghazali 142

BAB V. STUDI KOMPARATIF PSIKOTERAPI SUFI AL-GHAZALI

DENGAN REBT ALBERT ELLIS

A. Filosofi Dasar 175

B. Domain Pendekatan Psikoterapi 177

C. Model Pendekatan 184

D. Peran dan Tanggung Jawab Terapis 185

E. Hubungan antara klien-terapis 187

F. Tahapan terapeutik 189

G. Tujuan Psikoterapi 192

H. Konsep-konsep Utama 196

1. Pandangan tentang Manusia 196

2. Teori dan Tipologi Kepribadian 196

3. Kesehatan Jiwa 200

4. Faktor Penyebab Gangguan Jiwa (Abnormalitas) 205

5. Standar Abnormalitas 207

6. Klasifikasi Gangguan Jiwa 209

7. Penerapan: Teknik Psikoterapi 216

8. Sasaran dan Target 217

BAB VI. PENUTUP

A. KESIMPULAN 235

B. SARAN 236

DAFTAR PUSTAKA 237

GLOSARIUM 250

INDEKS 273 LAMPIRAN 290

CURRICULUM VITAE 317

Page 10: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelusuran akar historis tentang perkembangan psikoterapi dari masa

Yunani klasik hingga abad modern, merupakan karakteristik model pembahasan

dalam berbagai sumber literatur psikoterapi mainstream. Sebuah tradisi

psikoterapi yang pernah berkembang pada masa yunani klasik, dipelopori oleh

Hipocrates (460 SM) dan Galen (130-200 M), kemudian disusul dengan terjadinya

abad demonologi 1 di dunia Eropa (Dark-Ages). 2 Selama abad demonologi,

perkembangan teori dan aplikasi di bidang psikoterapi mengalami antiklimaks.

Paparan tentang sejarah perkembangan psikoterapi kemudian melompat jauh

sekitar lima belas abad setelahnya (missing link), sekaligus menandai terjadinya

sebuah revolusi moral dalam dunia psikoterapi yang diprakarsai oleh William

Tuke (1732-1822.M), Philippe Pinel (1745-1826. M), Eli Todd (1769-1833), dan

lainnya pada abad ke XIII.

Perspektif historis diatas, mengindikasikan sebuah generalisasi terjadinya

abad demonologi secara besar-besaran diseluruh dunia, sehingga dunia timur

termasuk Islam seolah-olah juga mengalami fenomena yang serupa dengan dunia

Barat. Sumber sejarah tentang perkembangan psikoterapi yang menjadi acuan

utama dalam berbagai literatur mainstream diatas, menunjukkan adanya sikap

apriori, ahistoris serta semangat romantisme yang berlebihan. Sebuah sikap

1Demonologi adalah sebuah keyakinan tentang adanya kekuatan roh jahat, seperti

setan atau iblis, yang dapat merasuki seseorang dan mengendalikan pikiran dan tubuhnya.

Contoh-contoh pemikiran demonologis terdapat dalam berbagai manuskrip Babilonia,

Cina, Mesir dan Yunani kuno. Davison, Gerald, John M., Ann M Kring Neal. Abnormal Psychology. (New Jersey: John Wiley & Son, 2004), 8

2Abad kegelapan di Eropa ini seringkali dikaitkan dengan kemunduran dalam agama

Kristen, sebagai akibat dari legitimatisi berkembangnya sistem teokrasi pada zaman

pertengahan, sehingga memasung kreatifitas dan pemikiran para penganutnya. Namun

generalisasi tersebut tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, karena banyak pakar dibidang

ilmu kedokteran, filosof Arab-Kristiani maupun Yahudi yang hidup di wilayah kekuasaan

Islam pada abad pertengahan yang banyak mempengaruhi pemikiran para dokter dan

filosof muslim, di antaranya adalah; Ibn Rabban al-T}abari (Guru dari Abu Bakar al-Razi

yang kemudian memeluk agama Islam), Yohanna Ibn Haylan (Filosof sekaligus guru dari

al-Farabi), Abu Sahl al-Masihi (1010 M) seorang dokter sekaligus filosof yang juga

merupakan guru dari Ibn Sina), Abu al-Faraj ‘Abdullah Ibn al-T}oyyib (1043), ia menulis

berbagai komentar tentang sejumlah karya Aristoteles temasuk rhetoric, yang

diterjemahkan menjadi tafsi>r kita>b al-khita>bah, Ibn al-‘Aynzarb (1153.M) seorang dokter

Yahudi yang membuka praktik astrologi untuk membiayai hidupnya. Kemampuannya

dikenal luas sehingga kemudian ia diminta untuk melayani para khalifah. Lihat Makdisi,

George A. Cita Humanisme Islam: Panorama Kebangkitan Intelektual dan Budaya Islam

dan Pengaruhnya terhadap Renaisance Barat. (Jakrata: PT.Serambi Ilmu Semesta, 2005),

387-400.

Page 11: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

2

ignorance dari para ilmuan Barat yang pada hakikatnya justru mengabaikan

sebuah kontribusi besar yang bersifat komplementer bagi kemajuan dunia

konseling dan psikoterapi yang berbasis moral. Terkait dengan sikap ignorance

dan ahistoris diatas, Benyamin Harris menegaskan bahwa,

“Pada dasarnya sejarah bersifat netral, artinya ahli sejarah menyeleksi kejadian mana yang dilaporkan dan mereka memilih penafsiran analitis yang saling bertentangan. Mereka membuat pilihan subyektif tentang apa yang penting dan apa yang tidak, pilihan yang mempengaruhi bagaimana orang memandang masa kini dan masa lalu. Begitu juga halnya dengan psikologi, sejarah psikologi memainkan peranan yang sama: yaitu memperkuat status quo psikologi dan mendiskreditkan perlawanan terhadap psikologi mainstream. Dengan memuja psikologi sebagai sebuah disiplin yang sangat ilmiah, berkembang maju dalam pola yang linear dalam menolong masyarakat melalui penelitian yang bebas nilai, sejarah ini mengabaikan peran faktor ideologis dan politis dalam evolusi psikologi.” 3

Sikap apriori dan ahistoris diatas, salah satunya dapat dijumpai dalam sebuah

pernyataan yang di kemukakan oleh Mc Leod bahwa,

"Sampai sejauh ini, wacana Konseling dan Psikoterapi hanya terkonsentrasi pada pendekatan Kristiani (Pastoral), dan Yahudi. Penting untuk diketahui, bahwa hingga saat ini, tidak tampak adanya upaya pengembangan konseling atau psikoterapi yang sistematik dalam perspektif Islam, Hindu, maupun Sikh."4

Sementara, jika merunut kembali kronologi historis perkembangan psikoterapi,

konseling 5 dan dan rumah sakit jiwa dalam berbagai literatur sejarah, yang

berawal sejak era klasik hingga munculnya reformasi penanganan kesehatan

mental pada abad renaissance, akan ditemukan sebuah perbedaan yang sangat

mencolok dalam sejarah perkembangannya yang terjadi di dunia Islam dan dunia

Barat.

3 Lihat Dennis Fox, Isaac Prilleltensky. Psikologi Kritis: Metanalisis Psikologi

Modern. (Jakarta: Teraju, 2005), 31-33. 4Mc Leod, John. An Introduction to Counseling (Open University Press, 2003), 410 5Dalam penelitian ini, penulis menggunakan istilah konseling dan psikoterapi secara

bergantian, karena pada dasarnya keduanya memiliki persamaan secara teoritik maupun

praktik, sebagaimana yang diungkapkan oleh Nelson-Jones (1982), bahwa baik konseling

maupun psikoterapi, keduanya sama-sama:

b. Didasarkan pada aplikasi dan prinsip psikologi,

c. Menggunakan berbagai model teoritik dan menekankan pada kebutuhan untuk: menilai

klien sebagai “pribadi”, mendengarkan secara empatik, meningkatkan kapasitas untuk

membatu diri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Bahkan dengan tegas

Nelson-Jones menyatakan bahwa membedakan keduanya adalah sesuatu yang

tidak esensial dan akan selalu menjadi perdebatan dan polemik, karena baik

secara prinsip maupun teoritik, keduanya tidak dapat dibedakan. Nelson and R

Jones. The Theory and Practice of Counseling Psychology. (London: Holt, Rinehart

and Winston, 1982), 57.

Diantara tokoh penting lainnya yang menyamakan antara konseling dan psikoterapi

adalah; Rogers, Truax, Carchuff, dan Paterson.

Page 12: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

3

Dalam dunia Barat, awal mula terjadinya abad demonologi ditengarai terjadi

setelah kematian Galen (130-200 M)6 seorang ilmuwan besar dibidang kedokteran

dan psikologi berkebangsaan Yunani.7 Selama beberapa abad dalam kemunduran

tersebut, peradaban Yunani dan Romawi berangsur-angsur runtuh, 8 dan

mengawali munculnya negara teokrasi yang sangat kaku, puritan, dan stagnan.

Keadaan ini terus berlanjut hingga munculnya reformasi psikoterapi pada tahun

1793 yang diprakarsai oleh Philippe Pinel (1745-1828) di sebuah asylum La Bicetre di kota Paris Perancis, 9 dan tokoh-tokoh setelahnya. Sebuah revolusi

penting dalam dunia kesehatan mental yang dianggap telah mereformasi secara

radikal teknik-teknik psikoterapi yang cenderung demonologis dan tidak

manusiawi pada abad-abad sebelumnya. Sehingga dapat diperkirakan bahwa

kekosongan dan stagnansi dalam dunia kedokteran dan psikologi yang terjadi di

dunia Eropa selama masa kegelapan berjalan lebih dari 1400 tahun.

Disaat peradaban Eropa sedang mengalami kemunduran dan keruntuhan,

Dunia Arab justru bangkit dan mengambil alih kontrol dan peradaban dunia

hingga mencapai puncak kejayaannya pada masa daulah Abbasiah dibawah

kepimpinan Harun al-Rasyid (786-809M). Khalifah Harun al-Rasyid

memanfaatkan kekayaannya untuk membangun lembaga pendidikan kedokteran

dan farmasi, ia juga membangun kurang lebih 60 Bimaristan (rumah sakit jiwa)

yang tersebar dibeberapa negara Islam, dan tidak kurang dari 800 dokter

bersertifikat yang telah ditugaskan. Disamping itu, ia juga membangun Bayt al-

Hikmah, sebuah institusi pendidikan sekaligus tempat berkumpulnya para

ilmuwan dari lintas agama, multi disiplin dan berasal dari berbagai belahan dunia

untuk mengembangkan keilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Sementara pada

masa putranya al-Makmun (813-833M), sangat menggalakkan program

penerjemahan buku-buku berbahasa asing, seperti teks-teks Yunani kuno,

Romawi, Syiria, dan Persia yang bertulis tangan kedalam bahasa arab. Bahkan ia

6Dalam dunia Islam, ajaran Galen terus berkembang. Sebagai contoh, dokter Persia

al-Razi (865-925.M) mendirikan suatu unit penanganan penyakit mental di Bagdad dan

merupakan pelopor praktisi psikoterapi. Lihat pernyataan selengkapnya dalam Gerald

Davison, John M Neal, and Ann M Kring. Abnormal Psychology. (John wiley and Son.

2004), 9. 7Dalam dunia Islam, ajaran Galen terus berkembang. Sebagai contoh, dokter Persia

al-Razi (865-925.M) mendirikan suatu unit penanganan penyakit mental di Bagdad dan

merupakan pelopor praktisi psikoterapi. Lihat pernyataan selengkapnya dalam Gerald

Davison, John M Neal, and Ann M Kring. Abnormal Psychology. (John wiley and Son.

2004), 9. 8Dengan jatuhnya kekaisaran Roma, menandai berawalnya abad kegelapan di dunia

Barat dalam segala segala dimensinya, hingga berakhir pada era renaisance. 9 Phililipe Pinel dianggap sebagai perintis psikoterapi atau penanganan kesehatan

mental yang berbasis moral dan lebih manusiawi. Lihat sejarah psikologi dalam beberapa

literatur berikut ini; S. Jefrey Nevid. Ratus, Beverly Green. Psikologi Abnormal, Jilid.1

(Jakarta: PT. Erlangsa 2002), 12. Robert G Meyer, Paul Salmon. Abnormal Psychology.

Second edition (Sage. 1998), 20. Gerald Davison. John M., Ann M Kring Neal. Abnormal Psychology. (John wiley and Son. 2004),18. Selling, L.S. Men against madness. (New

York: Greenberg. 1940), 72. Weiner, D.B. Le geste de Pinel: The hystory of Psychiatric Myth. M.S. Micale and R. Porte (Eds). Discovering the hystory of psychiatry. (NY:

Oxford. 1994),7. Hothersall, David. History of Psychology, Third Edition. (McGraw-hill,

Inc. 1995), 266. Lihat pula gambar. 6 pada lampiran.

Page 13: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

4

juga menggaji penerjemah-penerjemah yang ahli dibidangnya dari penganut

agama lain.10

Dengan kata lain, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan psikologi dan

psikoterapi di dunia Islam justru mencapai puncaknya pada abad-abad

pertengahan. Tradisi pemikiran dan kejayaan Yunani dan Romawi seblumnya

justru tumbuh subur dan berkembang pesat di dunia Islam. Gagasan Hipocrates11

atau Galen12 tentang psikoterapi misalnya, dapat dijumpai dalam teori dan praktik

yang dikembangkan oleh para sufi dan terapis muslim, seperti Abu Bakar al-Ra>zi,

Ibn Sina, Al-Ghaza>li 13 , Fakhruddin al-Ra>zi, dan lain-lainnya. Melalui karya-

karyanya, diketahui bahwa para sufi telah banyak mengelaborasi, mengembangkan

dan mengaplikasikan secara turun-temurun teori dan aplikasi psikologi secara

umum dengan cara membuat sinergi antara teori warisan Yunani klasik tersebut

dengan khazanah keislaman.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa para sufi

dan terapis muslim merupakan pelopor revolusi konseling dan psikoterapi yang

berpengalaman dan memiliki andil yang sangat besar dalam perkembangan dunia

10 Lihat Jalal al-Din al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa’, ditahqiq Ahmad Ibrahim Zahwah

& Sa‘id ibn Ahmad al-‘Aidrusi (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 2006), h. 246. 11Hipocrates lahir pada tahun 460 SM, ia adalah seorang ahli di bidang kedokteran

pada zamannya. Dalam menjalankan praktik medisnya, ia sangat mengedapankan standar

keilmiahan yang ketat, ia seringkali berseberangan dengan model pengobatan dimasa itu

yang bersifat klenik dan superstisi. Sehingga tidak jarang ia menerapkan teknik-teknik

terapeutik yang berkembang kemudian pada masa modern. Salah satunya, ketika

memberikan resep, ia menganjurkan pasiennya untuk melakukan diet atau pantangan

terhadap beberapa makanan, beristirahat, menggunakan terapi musik, dan sebagainya. Di

samping itu, orientasi penanganannya lebih diarahkan atau berpusat kepada pasien bukan

pada penyakitnya, sehingga metode yang dikembangkannya lebih dikenal dengan metode

penyembuhan holistik. Lihat Hothersall, David. History of Psychology. Third Edition

(McGraw-hill, Inc. 1995), 15-21. 12Galen (130-200 M), banyak mengembangkan ilmu psikologi yang bersifat teoritis

maupun aplikatif diantaranya, teknik-terapeutik, teori kepribadian yang dikembangkan

bedasarkan humors (cairan tubuh). Lihat Hothersall, David. History of Psychology. Third

Edition (McGraw-hill, Inc. 1995), 15-21. Lihat tabel 2 pada lampiran tentang konsep

humors Hipocrates, Empedokles, Galen yang dikomparasikan dengan konsep Humors yang

dikembangkan oleh Fakhruddin al-Razi. 13Sharif (1968): “Modern philosophical thought really began with the speculation of

Descartes (17th Century). Muslim philosophy had penetrated deep into the West much

before Descartes’ time, and most of the work of Al-Ghazali had been translated into Latin

before the middle of the twelfth century; since then, he exercised a considerable influence

on Jewish and Christian scholasticism.”

He continues; “… There is no acknowledgment by Descartes of his indebtedness (direct or indirect) to any Muslim thinker and yet it is difficult to believe that he did not know Al-Ghazali’s general position and was not influenced by it through the Latin scholastics. [Al Ghazali was an 11th-century Muslim psychologist, psychotherapist,

philosopher, and doctor] … This most amazing resemblance between the two works makes George Henry Lewis say in his Biographical History of Philosophies (1845-46), that ‘had any translation of … (Al Ghazali’s treatise) Al-Munqidh min al-Dalal [Saving Oneself

from Going Astray] existed in the days of Descartes, everyone would have cried out

against the plagiarism’.” Sharif M.M. The History of Muslim Philosophy, Lahore: Sang-R-

Meel Press, 1968

Page 14: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

5

penanganan kesehatan jiwa, sebagaimana yang diungkapkan oleh Syed Ibrahim

bahwa orang Arab (muslim) membawa semangat pencerahan dalam bidang

psikoterapi. Mereka tidak terpengaruh dengan teori-teori dan keyakinan

demonologis yang berkembang didunia Kristen (Barat). Sehingga membuat

mereka mampu melakukan observasi dengan jernih dan logis dalam memberikan

intervensi terhadap kasus gangguan kejiwaan.14

Lynn Wilcox, seorang murshid sufi sekaligus profesor psikologi pada

California State University USA, mengatakan bahwa sufisme merupakan sebuah

teknik psikoterapi sekaligus sebuah metode untuk mencapai puncak kemampuan

yang dianugerahkan kepada semua manusia sejak dilahirkan. Secara tegas ia juga

menambahkan bahwa sufisme adalah psikoterapi dalam arti sejatinya.15

Sejak berabad-abad yang silam, dalam upayanya untuk mendukung sebuah

penanganan kesehatan jiwa yang efektif dan efisien bagi kliennya, para sufi telah

banyak mengembangkan metode psikodiagnostik untuk memudahkan dalam

melakukan sebuah intervensi terhadap para kliennya, sebagaimana yang

dinyatakan oleh Najjar,16 bahwa para sufi umumnya sangat cermat dalam

melakukan sebuah psikodiagnosa serta sangat piawai dalam

mengaplikasikan teknik-teknik psikoterapi.

Salah satu contohnya adalah metode insight, melalui metode ini, para

sufi dapat memberikan sebuah pemahaman diri yang positif dan

menjelaskan bagaimana cara mencapai kesempurnaan jiwa (psychological perfection) serta memperbaharui keimanan khususnya bagi mereka yang

memiliki jiwa-jiwa lemah yang sangat rentan terhadap berbagai gangguan-

gangguan kejiwaan maupun spiritual, untuk melakukan penyucian jiwa

(tazkiya al-nafs), penyerahan diri kepada Allah, menanamkan sikap

tawakkal, jujur, dan keimanan. Dimensi inilah yang menjadi andalan dalam

psikoterapi sufistik. Namun demikian seringkali diabaikan efektifitasnya

dalam psikologi mainstream.

Dalam hal ini, William James adalah orang yang pertama mengemukakan

tentang pentingnya terapi keagamaan atau keimanan yang digali dari khazanah

timur, ia mengatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa teknik terapi terbaik bagi

kesehatan mental adalah dengan meningkatkan keimanan kepada Tuhan, sebab

hanya dengan keimanan seseorang dapat membentengi individu dari berbagai

stressor dan gangguan yang akan terjadi.17

Senada dengan apa yang diungkapan oleh William James, Carl Gustav Jung

juga menyatakan bahwa, "Sudah barang tentu nilai-nilai spiritual memiliki

pengaruh dalam psikoterapi. Menurut Jung, diantara para pasien yang telah

14 Lihat Syed Ibrahim B. Islamic Medicine: 1000 years ahead of it times.

(http//www.irfiweb.org.2002), 8. Lihat juga pada lampiran “Psikoterapi dari masa ke

masa” sebuah perspektif sejarah yang komprehensif selama rentang sejarah dalam dunia

Islam dan non-Islam. 15 Lynn Wilcox. Criticism of Islamic Psychology. (Boston: Shambala Publication Inc.

2001) 57. 16 Amir, Najjar. Al-Tasawwuf al-Nafs. (Cairo: Al-Hay’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah

li al-Kita>b. 2002), 73 17Najati. al-Dirasa>t al-Nafsiah ‘inda al-Ulama>’ al-Muslimin. (Da>r al-Syuru>q, 1993),

283

Page 15: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

6

menginjak umur pertengahan (di atas empat puluh tahun) dapat disembuhkan

kecuali mereka yang telah kehilangan nilai-nilai agama. Salah seorang diantara

para pasien tersebut tidak ada yang lebih siap untuk tersembuhkan melebihi

kesiapannya melalui pandangan keagamaan.

Dalam sumber yang sama, Weatherhead juga memperkuat pandangan Jung

tentang nilai-nilai agama (spiritulaitas) dalam psikoterapi. Dalam kaitannya

dengan hal tersebut, ia menjelaskan bahwa aspek spiritualitas inilah yang

menjadikan agama memiliki nilai tambah dalam menerapi berbagai penyakit,

gangguan, dan krisis psikologis.18

Terkait dengan pentingnya dimensi spiritualitas agama dalam psikoterapi,

telah terbukti dalam berbagai penelitian, salah satunya adalah penelitian yang

dilakukan di Universitas Michigan. Dimana tingkat gangguan depresi dan

kecemasan pada orang-orang yang taat beragama berada pada level terendah.

Penemuan lainnya, yang dilakukan Universitas Rush di Chicago menyebutkan

bahwa, tingkat kematian dini di kalangan orang-orang yang beribadah dan berdoa

secara teratur, lebih rendah sekitar 25% dibandingkan dengan mereka yang tidak

memiliki keyakinan agama.19

Oleh karenanya, tidak berlebihan jika kemudian Robert Freger melalui sebuah

analoginya menyebutkan bahwa, praktik sufisme adalah semacam obat, sedangkan

sang murshid adalah terapisnya. Semua manusia, pada umumnya sakit secara

spiritual sepanjang mereka tidak menjalani kehidupan sesuai kemampuannya

sebagai seorang klien yang mencari jalan kesempurnaan. Sedangkan akar dari

segala bentuk gangguan psikologis berawal dari keterpisahan dari Tuhan.20

Para ahli sejarah sepakat bahwa akar historis psikologi sufi atau psikologi

Islam, jauh melampaui psikologi modern. Dalam hal ini, kontribusi Islam dimulai

sejak 14 abad yang lalu dalam berbagai ragam kebudayaan dan peradaban,

termasuk didalamnya berupa karya seni, literatur, kedokteran, psikologi dan

sebagainya. Jejak tersebut dapat ditelusuri melalui hasil-hasil tulisan para sufi

yang luar biasa besar kontribusinya dalam menginspirasi dan menyokong

kemajuan ilmu pengetahuan modern.

Menurut Wilcox, para sufi telah menorehkan ribuan tulisan dan karya yang

bertautan dengan semua aspek tingkah laku manusia dan hanya sebagian saja yang

telah diterjemahkan kedalam bahasa inggris atau sampai pada kita. Para sufi juga

menjelaskan tentang psikologi manusia secara holistik sejak seribu tahun silam,

sebelum psikologi sendiri menjadi obyek yang terpisah dan independen. Namun,

arti sejati dari tulisan mereka hanya dapat ditangguk oleh orang-orang yang telah

menerima pencahayaan sejati dari hasil bimbingan profesional seorang terapis

sufi.21

18Amir Najjar, Al-Tas}awwuf al-Nafs. (Cairo:Al-Hay’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li

al-Kita>b. 2002), 32 19 http://www.harunyahya.com. 20Robert, Frager. Heart, Self & Soul: The Sufi Psychology of Growth, Balance, and

Harmony. (Wheaton:Theological Publishing House, 1999), 295-297. 21Lynn Wilcox. Criticism of Islamic Psychology, 17.

Page 16: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

7

Salah satu bukti nyata kontribusi Islam lainnya bagi penanganan kesehatan

jiwa adalah banyaknya bermunculan Bimaristan (rumah sakit jiwa atau asylum),22

yang didirikan pada Abad ke VIII dan abad-abad setelahnya, seperti; Bimaristan

al-Muqtadir di kota Bagdad,23 Bimaristan di kota Fes (Maroko),24 Bimaristan di

Divrigi (Turki), 25 Bimaristan Qalaon di Mesir, 26 Bimaristan yang dibangun

disekitar komplek istana Bayazid II (Turki) 27 , Bimaristan di kota Damaskus,

Bimaristan di Aleppo, serta masih banyak Bimaristan lainnya yang tumbuh subur

di dunia Islam pada abad ke XV dan abad-abad setelahnya.

Bimaristan di kompleks Bayazid II misalnya, banyak mengembangkan

teknik-teknik psikoterapi yang berakar dari tradisi-tradisi yang berkembang di

masanya, diantaranya: penggunaan teknik terapi musik, penggunaan aroma

(aromatherapy), dan terapi air (hydrotherapy). Sehingga banyak menginspirasi

pembangunan dan metode penanganan di asylum yang di bangun pada abad-abad

setelahnya di dunia Eropa.28

Selain itu sejak abad ke X, bimaristan di Dunia Islam telah menerapkan kode

etik profesionalisme yang sangat ketat bagi para terapis, dokter ataupun praktisi

medis lainnya. Penerapan kode etik profesionalisme di atas, telah berlaku sejak

awal-awal perkembangan bimaristan di dunia Islam, seperti pada Bimaristan al-

Muqtadir, dimana para terapis diwajibkan untuk memiliki lisensi resmi yang

diatur oleh pengawai instansi pemerintahan yang disebut Muhtasib (Jenderal

Pengawas). Para dokter dalam hal ini memberikan tes lisan sekaligus ujian

praktikum, jika berhasil, maka para muhtasib kemudian meminta calon dokter

22Secara leksikal, penggunaan istilah asylum menunjuk pada beberapa makna yaitu;

suaka, tempat tahanan politik, tempat isolasi atau barak untuk perawatan pasien dengan

gangguan kejiwaan pada abad pertengahan. Adapun dalam penelitian ini, istilah asylum

digunakan mengacu pada makna yang terakhir, sebagaimana yang diungkapkan oleh

Davison, at al (Abnormal Psychology, 2005)12, yaitu tempat pengungsian yang disiapkan

untuk penempatan dan perawatan terhadap orang dengan gangguan kejiwaan. Dalam

tradisi penanganan kesehatan pada abad pertengahan Islam, bangunan asylum ini menyatu

atau berada di dalam bangunan rumah sakit umum yang dikenal dengan Bimaristan. 23Sebuah Rumah sakit tertua yang di bangun pada tahun 705 M, pada masa transisi

kekhalifahan Umayyah antara Abdul Malik (pendiri dome of the rock di Jerussalem) dan

Al- Walid I. Lihat George A. Makdisi. Cita Humanisme Islam: Panorama Kebangkitan Intelektual dan Budaya Islam dan Pengaruhnya terhadap Renaisance Barat. (Jakarta: PT.

Serambi Ilmu Semesta, 2005), 387. 24Dibangun pada abad ke VIII oleh Raja Idris, seorang raja yang mendirikan kota Fes

pada tahun 808. George A. Makdisi. Cita Humanisme Islam: Panorama Kebangkitan Intelektual dan Budaya Islam dan Pengaruhnya terhadap Renaisance Barat, 387.

25Rumah Sakit (Bimaristan) di Divrigi, Turki, dibangun pada abad ke-18. Howard R.

Turner dalam Science in Medieval Islam; An Illustrated Intruduction. 1995),142. Lihat

gambar. 1 pada lampiran. 26Dibangun pada abad ke- XIII Howard, R. Turner dalam Science in Medieval Islam;

An Illustrated Intruduction. (Austin: University of Texas Press, 1995), 143. Lihat maket

atau perencanaan pembangunannya dalam gambar.3 pada lampiran 27 Rumah sakit (Bimaristan) di komplek istana Bayazid II, dibangun pada abad ke 15.

Turner, Howard, R. dalam Science in Medieval Islam; An Illustrated Intruduction.

(Austin: University of Texas Press, 1995),142. Lihat gambar. 2 pada lampiran 28 Howard R.Turner.Science in Medieval Islam; An Illustrated Intruduction, 143-145

Page 17: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

8

atau terapis untuk melakukan “Sumpah Hipocrates” sebelum akhirnya

mengeluarkan lisensi untuk melakukan praktek medis.29

Terkait dengan perkembangan dunia medis dan klinis di dunia Islam tersebut,

Emilie Savage-Smith30 dari St Cross College di Oxford menegaskankan bahwa,

Islam adalah peradaban pertama yang memiliki rumah sakit jiwa. Bahkan secara

tegas, Smith menambahkan bahwa rumah sakit jiwa yang berdiri di Baghdad pada

tahun 800 M itu, lebih mutakhir dibandingkan rumah sakit di Eropa Barat yang

dibangun berabab-abad setelahnya. 31 Hal ini berbanding terbalik dengan

perkembangan asylum maupun tradisi psikoterapi yang dilakukan oleh para

terapis Kristiani di Abad Pertengahan. Khususnya, ketika biara-biara Kristen,

melalui tugas misionari dan pendidikan mengambil alih peran para dokter sebagai

penyembuh dan otoritas dalam menangani gangguan mental. Sehingga dalam

praktiknya, mereka cenderung berlandaskan pada hal-hal yang bersifat superstisi,

dimana klien yang mengalami gangguan kejiwaan seringkali diidentifikasi sebagai

kerasukan (possessed), korban penyihiran atau bahkan sebagai pelaku sihir,

sehingga diperlakukan secara tidak manusiawi.

Fenomena diatas mencapai puncaknya pada Abad ke XV, tepatnya pada

tahun 1484, yakni ketika Paus Innocent VIII memerintahkan para pendeta Eropa

untuk melakukan pencarian dan perburuan besar-besaran terhadap para tukang

sihir. Dia mengirimkan dua biarawan Dominikan ke Jerman Utara sebagai

penyelidik. Dua tahun kemudian mereka menerbitkan manual lengkap dan jelas,

yang disebut dengan Malleus Mallefacarum (Palu Para Tukang Sihir), sebagai

panduan sekaligus dokumen teologis dalam perburuan tukang sihir maupun

sebagai buku teks tentang ilmu sihir oleh kaum Katolik. Bagi mereka yang

dituduh sebagai tukang sihir dan memberikan pengakuan, maka akan ditindak

dengan hukuman penjara seumur hidup. Sedangkan mereka yang tidak mengakui

serta tidak menyesalinya, maka akan dieksekusi mati (disiksa, dibakar atau

ditenggelamkan-pen). Manual tersebut menjelaskan bahwa hilangnya nalar

(gangguan kognitif-pen) merupakan simptom utama kerasukan setan, sehingga

pembakaran menjadi alasan atau metode umum untuk mengusir setan dari

tubuhnya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa, selama periode ini dan

29 Syed IB. Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times. Journal for the

International Society for the History of Islamic Medicine 2002),2: 2-9 30 Emilie Savage Smith with co-author P. Pormann. Medieval Islamic Medicine.

(Edinburgh: University Press, 2007), 2. 31Perkembangan psikologi modern saat ini, mengalami kemajuan yang sangat pesat

dalam berbagai bidang termasuk dibidang konseling dan psikoterapi. Namun kemajuan

ilmu konseling dan psikoterapi (psikologi) tidak berarti bahwa secara toeri dan aplikasinya

lebih efektif dibandingkan dengan teori dan praktek psikoterapi sebelumnya, sehingga

dengan serta merta dapat mengambil jarak dengan pengetahuan-pengetahuan pada ratusan

bahkan ribuan tahun sebelumnya. Hal ini sangat berbeda dengan ilmu pengetahuan

dibidang teknologi pada umumnya. Dalam hal ini, seorang konselor terkenal bernama Alex

Howard, mengatakan bahwa “Teknologi kita memang mencengangkan, dan kita dalam beberapa hal lebih cerdas dan berpengetahuan dari generasi terdahulu. Tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa kita (para konselor & terapis) lebih kooperatif, koordinatif, komunikatif, suportif, dan konstruktif satu sama lain (esensi psikoterapi). lihat penjelasan

selengkapnya dalam Alex Howard. Konseling & Psikoterapi Cara Filsafat : Dari Pythagoras Hingga Posmodernisme.(Jakarta: PT. Teraju, 2005), ix.

Page 18: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

9

setelahnya, diperkirakan ratusan ribu wanita, pria, dan anak-anak telah dituduh,

disiksa dan dibunuh.32

Bahkan meskipun model rumah sakit jiwa (asylum) di dunia Barat telah

mengalami revolusi, namun hingga abad ke XVI, rumah sakit jiwa tersebut tidak

memiliki perawatan khusus bagi para penghuninya, bahkan cenderung

ditelantarkan. Dalam hal ini, Foucault (1965) menggambarkan fenomena diatas

dengan menyatakan bahwa,

“Banyak rumah sakit jiwa pada saat itu, menjadi tempat penampungan tidak hanya bagi para pasien dengan gangguan kejiwaan, namun juga bagi para pengemis, hal ini disebabkan karena pengemis juga dianggap sebagai masalah sosial besar. Pada abad ke XVI, Paris memiliki 30.000 dari total populasinya yang kurang dari 100.000.”

Sebaliknya, para terapis Islam pada abad pertengahan, telah menggunakan

standar keilmiahan dengan berlandaskan pada paradigma holistik yang jauh lebih

komprehensif dibandingkan dengan metodologi ilmiah dalam psikologi modern,

baik dari aspek ontologi, epistemologi dan metodologinya. Aspek ontologi

mencakup obyek materiil dan Immateriil, aspek epistemologi meliputi indera, akal

dan qalbu. Sedangkan aspek metodologi mencakup dimensi empirik (tajriby>), logis

(burha>ny>), otoritatif (baya>ny>) dan intuitif (‘irfa>ny>).33

Metode Tajriby>(Eksperimental-empirik) yaitu sebuah metode yang

digunakan oleh para sufi untuk mengamati tingkah laku yang dapat ditangkap

oleh indera melalui gejala-gejala ataupun melalui data-data yang dapat terukur

dan dapat diamati. Sedangkan metode Burhani (Logis-Demonstratif) adalah

metode yang bersumber dari akal. Adapun metode Bayani (Otoritatif/Expository)

32Gerald Davison, John M Neal, and Ann M Kring. Abnormal Psychology, 10-11 33 Metode ini dikenal pula dengan pendekatan integral atau holistik, sebuah

pendekatan yang komprehensif dibandingkan dengan pendekatan positivistik yang

dijadikan sebagai landasan dalam psikologi mainstream. Sebuah metode yang saat ini,

semakin marak dikembangkan oleh pengikut transpersonal, mazhab psikologi yang

keempat, diantaranya; Stanislav Grof mengembangkan teknik terapi Breathwork dan

Holothropic yang diadopsi dari ajaran Buddha. Lihat Stanislav Grof, Hall Zina Bennet.

The Holothropic Mind: The Three Level of Human Consciousness and how they shape our lives. (Harper Collin e-Books,1991). Jack Kornfield mengembangkan meditasi Vippasana

(Buddha), Sementara Ken Wilber mengembangkan psikologi integral yang diinspirasi oleh

ajaran Sri Airobindo (Yoga Integral) dengan mengembangkan sebuah metode integral dan

diberi nama All Quadrant All Level (AQAL Quadrant), yang digadang-gadang sebagai

mazhab kelima psikologi setelah Psikoanalisa, Behaviorisme, Humanistik, dan

Transpersonal. Baca Wilber, Ken. The Marriage of Sense and Soul: Integrating Science and Religion. (New York: Random House Inc, 1998). Baca juga Cortright, Brant. Integral Psychology; Yoga, Growth and Opening The Heart. (Albany: State University of New

York Press, 2007).

Sedangkan Robert Frager pendiri ITP (Institute of Transpersonal) bersama rekan-

rekannya dari aliran transpersonal seperti, James Fadiman mengembangkan psikologi sufi

yang juga menawarkan metode integral dalam perspektif sufisme. Robert Freger, James

Fadiman. Essential Sufism. (San Francisco: Harper San Francisco,1997). Lihat juga

Frager, Robert. Heart, Self & Soul: The Sufi Psychology of Growth, Balance, and Harmony. Wheaton:Theological Publishing House, 1999

Page 19: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

10

menggunakan penjelasan teks atau nash keagamaan sebagai salah satu sumber

pendukung, seperti penjelasan tentang ruh, qalbu ataupun penjelasan tentang

obyek-obyek metafisis lainnya, serta yang terahir adalah metode Irfani atau intuisi

yang bersumber dari hati spiritual.34

Briffault (1919) menyatakan bahwa sering terjadi polemik terkait peletak

dasar metode eksperimen, sebagian besar beranggapan bahwa Roger Bacon adalah

pioner metode ilmiah modern. Padahal, Roger Bacon sendiri menegaskan kepada

para ilmuwan di zamannya, bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia

Arab adalah satu-satunya metode yang paling obyektif. Roger Bacon tidak lain

hanyalah perantara yang menghubungkan metode ilmu pengetahuan dari dunia

Arab kepada dunia Eropa. Dimana, kemudian pada era Roger Bacon, metode ilmu

pengetahuan tersebut mulai tersebar dan banyak dipelajari oleh masyarakat Eropa

secara luas. Secara tegas, ia kemudian menyatakan bahwa tidak ada visi dan

semangat keilmiahan masyarakat Eropa yang tidak berakar dari ilmu pengetahuan

Islam.

Selanjutnya Briffault juga menambahkan bahwa meskipun bangsa Yunani

telah menciptakan berbagai mazhab pemikiran serta mengembangkan hukum-

hukum logika. Namun, metode melakukan riset, mengkodifikasi ilmu, metode

ilmu pengetahuan yang teliti, observasi yang rinci dan mendalam, serta riset

eksperimen, adalah hal yang asing bagi bangsa Yunani. Sehingga dengan demikian

umat Islam adalah sumber peradaban Eropa yang berdiri diatas metode

eksperimen. 35 Sedangkan menurut Doland beer, para observer bangsa Yunani

hanya berjumlah dua atau tiga orang saja, namun para observer bangsa Arab,

jumlahnya sangat banyak. Bahkan dalam bidang kimia misalnya, tidak

seorangpun ahli kimia yang berasal dari Yunani, sedangkan dari dunia Islam

berjumlah ratusan.

Perkembangan metode riset dan obeservasi di dunia Islam, sudah dimulai

sejak dinasti Ummaya berdaulat, terutama sejak ekspansi Arab ke Spanyol.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Macchio Cicio (dalam Qardhawi 2005) bahwa

bangsa Arab telah mengembangkan metode riset ilmiah sejak abad kesembilan

dan selama berabad-abad lamanya mereka menerapkan metode tersebut dan

menjadi semangat ilmiah yang merupakan corak pendidikan di universitas-

universitas di Bagdad pada masa itu.36

Dalam bidang psikoterapi sufi misalnya, Najjar mengungkapkan bahwa dalam

praktiknya para sufi terlebih dahulu melakukan sebuah diagnosa sebelum

memberikan intervensi terhadap para kliennya. Para sufi menjelaskan

bagaimana teknik untuk mencapai kesempurnaan jiwa (psychological perfection), melalui pengembangan spiritualitas dan keimanan didalam

jiwa-jiwa yang lemah dan rentan serta menghimbau mereka agar

mensucikan jiwa, menyerahkan segala persoalan yang dihadapi kepada

Tuhan, mengajak mereka agar menjadi pribadi yang tawakkal, penuh

34 Ghazali, Ali., al-Asyhar, Thobib. Psikologi Islam: Pesona Tradisi Keilmuan

yangMengintegrasikan Nilai-nilai Ketuhanan dangan Sains. PT. Saadah Cipta Mandiri

bekerjasama dengan Kajian Islam dan Psikologi Universitas Indonesia. 2011 35Lihat selengkapnya Robert Briffault. The Making of Humanity. (London, G Allen

& Unwin ltd,1919) hal 160-292. 36 Yusuf Qardhawi. Distorsi sejarah Islam.(Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2005).116

Page 20: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

11

dengan kejujuran dan keikhlasan, serta menghindari makanan yang tidak

halal. Kemudian beranjak pada sebuah intervensi kejiwaan melalui teknik

dzikir yang benar, yang dapat memberikan ketenangan kepada jiwa dan

hati. 37 Melalui diagnosa tersebut, mereka kemudian melakukan studi klinis

terhadap klien yang memiliki karakteristik perilaku abnormal dalam segala

aspeknya38 Sehinga memudahkan dan memaksimalkan mereka dalam melakukan

intervensi.

Selain itu, mereka juga berhasil mengembangkan teknik-teknik terapeutik

yang berorientasi pada pembinaan moral bagi penderita sakit jiwa, seperti dengan

terapi musik dan sebagainya. Hal inilah yang kemudian membuat Hossein Nasr39

mengklaim bahwa dalam sejarahnya, kehadiran Islam menjadi semacam terapi

yang mampu melepaskan simpul gangguan (keburukan) yang menjerat kebeningan

jiwa. Karena dalam aplikasinya, para terapis sufi memanfaatkan mediasi ruh yang

menentramkan jiwa, serta memberinya cahaya yang terpancar dari-Nya, sesuatu

yang tak bisa dilakukan oleh psikoterapi modern.

Bahkan menurut Carnevali dan Masilo (2007), terminologi psikoterapi sendiri

pertama kali diciptakan oleh Abu Bakar al-Razi, sebuah istilah yang kemudian

diterjemahkan dari bahasa arab tathbi>b nafsa>ni yang berarti terapi psikis.

Selengkaponya mereka mengatakan,

“The word “psychotherapy” could have been created by al-Razī with the expression tathbi>b nafsānī, which could mean “psychic therapy”, even if actually the term nafs means “soul”.40

Oleh karena itu, tidak mengherankan, jika sebagian besar prinsip-prinsip

dasar dalam teknik-teknik psikoterapi modern, pernah dikembangkan dan

dipraktekkan oleh para sufi terdahulu, diantaranya seperti; teknik tafsir al-ah}lam

(analisis mimpi), teknik mudhakarah (Abreaksi), tahdzi>b al-akhlaq (Modifikasi perilaku) maupun pada teknik-teknik tazkiyah al-fikr (purifikasi kognitif).

Dimana teknik-teknik tersebut dapat ditemui pada teknik-teknik interpretasi atau

37Amir, Najjar. Al-Ilmu al-Nafsi al-S}ufiyyah. Cairo: Da>r al-Ma’a>rif, 1997 38 Dalam hal ini, istilah perilaku abnormal lebih luas psikologi abnormal sendiri

mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi

tentang gangguan mental, cabang psikologi ini lebih dikenal dengan psikologi abnormal,

yakni sebuah kajian yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara

menolong orang-orang yang mengalaminya. S. Jefrey Nevid. Ratus, Beverly Green.

Psikologi Abnormal. Jilid.1 (Jakarta: PT. Erlangga 2002), 4. Begitu juga halnya dalam

terminologi psikologi Islam, penggunaan istilah gangguan mental didalam psikologi sufi

atau Islam, merupakan sebentuk inkonsistensi, karena aspek psikologis (al-nafs) dalam

sufisme mencakup domain akal (intellect), hati (heart) dan ruh (spirit), sementara aspek

mental merupakan proses kognitif atau akal, sebagaimana dalam kamus psikologi, bahwa

definisi mental berhubungan dengan pikiran, akal dan ingatan. Lihat CP. Chaplin, Kamus Psikologi, (Jakarta: PT. Rajawali, 1999).75

39Amir, Najjar. Al-Tas}awwuf al-Nafs (Cairo:Al-Hay’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li

al-Kita>b. 2002), 74. 40 Journal of The International Society For The History Of Islamic Medicine

(JISHIM). Vol.6-7 No.11-12-13-14 April / October 2007-2008

Page 21: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

12

analisis mimpi, teknik katarsis maupun teknik memodifikasi perilaku. 41

Sedangkan teknik tazkiyah al-fikr (purifikasi kognitif), dapat dijumpai pada

teknik inti dari terapi perilaku kognitif (CBT) yang dikenal dengan teknik

restrukturisasi kognitif. Dalam hal ini, Idris Shah menyatakan bahwa:

“We may think that the West pioneered certain psychological ideas. In reality the 'discoveries' of Freud and Jung are to be found in Al-Ghazzali and Ibn Arabi, who died in the twelfth century, and in the other great thinkers of the time.42

Diantara tokoh sufi yang memiliki kontribusi besar bagi pengembangan teori

dan aplikasi psikoterapi dan konseling sufi adalah al-Ghaza>li> (450 H-1058 M-

505H/1111M). Teori dan aplikasi psikoterapi sufi al-Ghaza>li> memiliki banyak

kesamaan dengan REBT (Rational, Emotive, Behavior Therapy) yang

dikembangkan oleh Albert Ellis. 43 Sebuah pendekatan psikoterapi yang paling

banyak digunakan dan paling berpengaruh abad ini.

Menurut Ellis terjadinya gangguan mental disebabkan oleh adanya

keterlibatan tigal hal sekaligus, yaitu; rasio, emosi dan perilaku (REBT). Dengan

kata lain, saat individu berpikir, maka pada saat yang sama ia juga merasa

sekaligus bertindak, ketika ia bertindak maka ia juga berpikir dan merasa. Begitu

juga sebaliknya, ketika ia merasa, ia juga berberpikir sekaligus bertindak.

Sehingga ketiganya tidak pernah terlapas dalam menghadapi masalah.

Oleh karena itu Ellis juga menggunakannya sebagai metode terapi untuk

mengatasi gangguan tersebut dengan cara membantu individu untuk

mengeliminasi segala bentuk pemikiran yang bersifat irrasional dan

menggantikannya dengan pemikiran yang lebih rasional. Dalam hal ini, mengutip

pernyataan Epictatus, Ellis mengatakan,

“People are not disturbed by things, but by the view they take of them.”44

Sebagaimana halnya Ellis, Al-Ghazali juga sangat menekankan pada dimensi

yang hampir sama namun dengan terminologi dan karakteristik yang berbeda,

yaitu; Ilmu (Knowledge), Ha>l (Mental State), dan Amal (Action). Dimana dalam

41 Sebuah teknik andalan dari terapi perilaku yang kemudian diadopsi dan

dikembangkan oleh Aaron T Beck, ke dalam CBT (Cognitive Behavior Therapy). Lihat

Martin, G., & Pear, J. Behavior modification: What it is and how to do it. Eighth Edition.

Upper Saddle River, NJ: (Pearson Prentice Hall, 2007),74-111. 42Selengkapnya lihat Idris Shah, Learning How To Learn Psychology and Spirituality

in the Sufi Way, (USA: Penguine Compass), 1978. 43 Sebuah endowrsement dari Psychology today untuk karya Albert Ellis yang

berjudul How to Stubbornly Refuse to make Yourself Miserable About Anything- yes anything, menyatakan bahwa tak seorang pun, yang telah menimbulkan pengaruh yang

luar biasa besar terhadap psikoterapi modern seperti Albert Ellis, bahkan Sigmund Freud.

Adapun American Psychological Association (APA) menyebutnya sebagai Psikoterapis

kedua paling berpengaruh Abad ke 21-melampaui Sigmund Freud – dan psikoterapis

pertama yang paling berpengaruh menurut Canadian Psychological Assocition (CPA).

Baca selengkapnya dalam How to Stubbornly Refuse to make Yourself Miserable About Anything- yes anything. (New York: Citadel Press Book, 2006)

44 Epstein, Robert. The Prince of Reason. Psychology today.com published on

January 1, 2001.

Page 22: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

13

kitab ihya ulum al-din, al-Ghazali menyatakan bahwa penyebab penyakit hati

(amra>d al-qulu>b) dan gangguan jiwa (asqa>m al-nufu>s) diantaranya, seperti marah,

diakibatkan oleh pandangan yang keliru (irrasional) tentang sikap pemarah yang

dianggapnya sebagai ekspresi kejantanan, keperkasaan, kekuasaan, kewibawaan,

dan anggapan-anggapan irrasional lainnya yang bersumber dari pemikiran dan

rasio (akal) yang lemah.45

Jika sasaran REBT bertujuan untuk mengubah semua pemikiran irrasional

menjadi rasional, maka berbeda dengan psikoterapi sufi al-Ghazali, psikoterapi

sufi al-Ghazali memiliki cakupan yang jauh lebih luas. Dimana tujuannya adalah;

Pertama, Mengubah sebagian pemikiran Irrasional (ghairu maqul) menjadi

Rasional (maqul), seperti; pada kasus phobia, dan takut mati (karo>hiyatu al-maut), dan semacamnya. Kedua. Mengubah sebagian pemikiran atau perasaan tidak

realistik (ghair waqiiy) menjadi realistik, seperti; pada gangguan al-ghuru>r (delusi), thu>l al-amal (panjang angan-angan) dan sebagainya.

Ketiga, Mengubah semua pemikiran atau perbuatan yang buruk (Syarr) menjadi perbuatan yang baik (Khair), seperti; tamak, zina, kecanduan alkohol dan

zat adiktif lainnya atau segala bentuk maksiat pada umumnya, dan lain

sebagainya. Keempat, Mengubah semua keyakinan yang salah (bathil) menjadi

benar (haqq), seperti; Fasik, kufur, syirik dan semacamnya.

Adapun teknik-teknik terapi yang dikembangkan al-Ghazali antara lain;

teknik al-Qissah (Story telling), teknik sama’ (listening/music therapy), Membaca

al-quran (Bibliotherapy), teknik ta’ri>f al-‘uyu>b al-Nafsi (Identification of Self

weaknesses), teknik Murabathah (Self perseverance) yang mencakup;

Musharathah (Self provision), Muraqabah (Self control), Muhasabah (Self

accounting), Muaqabah (Self Punishing), Mujahadah (Self striving), dan

Mu`atabah (Self reproach). Bahkan konsep dasar dari teknik desensitisasi

sistematik dan sejenisnya yang dikembangkan oleh Wolpe 46 pun lazim

dipraktekkan oleh al-Ghaza>li>. Dalam melakukan perbaikan perilaku (tahzi>b al-akhla>q) digunakannya untuk menerapi perilaku-perilaku negatif, al-Ghazali

teknik mudha>ddah bi al-daf’ah maupun teknik mudha>ddah bi al-tadri>j, 47

disamping teknik lainnya seperti Mudha>karah, Tazkiyah al-fikr (purifikasi

kognitif), disamping teknik-teknik terapeutik lainnya seperti s}alat, dhikir,

tafakkur, doa, hidrotherapy48 dan sebagainya.

45 Al-Ghazali, Mukhtashar Ihya ulum al-din, (Beirut, Lebanon: Da>r al-fikr. 1993/1414

H) hal. 163-164

46 Joseph Wolpe mengembangkan beberapa teknik terapi dalam pendekatan

behavioral, diantaranya, desensitization systematic, reciprocal inhibition, dan lain-lainnya.

Lihat Joseph Wolpe. Psychotherapy by reciprocal inhibition. (Stanford, CA: Stanford

University Press, 1979). 67 47Al-Ghaza>li> dalam kitab Miza>n al- amal (CD. Maktabah Syamilah, ver. 2.8) 48 Dalam manuskrip Persia, Jami menggambarkan bagaimana tradisi awal

hidrotherapy yang berkembang dan dilakukan di kolam pemandian relaksasi di istana-

istana raja maupun di pusat-pusat kota pada abad pertengahan. Turner, Howard, R. dalam

Science in Medieval Islam; An Illustrated Intruduction. (Austin: University of Texas

Press, 1995), 161. Lihat gambar.4 pada lampiran.

Page 23: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

14

Ide utama al-Ghaza>li> tentang modifikasi perilaku adalah dengan melibatkan

aspek; Ilmu (Knowledge), Ha>l (psychological state) dan Amal (Action).49 Menurut

al-Ghaza>li> pola dan proses ketiganya sangat efektif untuk memodifikasi perilaku

(tahzi>b al-akhla>q). Hal ini karena dengan melibatkan aspek kognitif, afektif dan

behavioral, individu dapat mengetahui sisi negatif perilaku buruk serta sisi positif

dan manfaat perilaku baik. Selain itu, ia juga perlu mengetahui pentingnya usaha

memperbaiki perilakunya. Ketiga komponen tersebut seringkali digunakan al-

Ghaza>li> secara bersamaan dalam memodifikasi perilaku atau karakter negatif.

Sementara dalam perpsektifnya tentang abnormalitas, al-Ghaza>li

menggunakan term al-akhla>q al-khabi>thah (karakter buruk) sebagai representasi

dari penyakit hati dan penyakit jiwa.50 Menurutnya, i’tida>l (equilibrium) dalam

berperilaku sebagai standar untuk membedakan antara sehat jiwa (psychological health) dan gangguan jiwa (Psychological disorder). Karakter yang seimbang

(i’tida>l) merupakan manifestai dari jiwa yang sehat. Sebaliknya, karakter yang

menyimpang dari kurva equilibrium (i’tida>l) 51 menunjukkan adanya gangguan

kejiwaan.52

Adapun alat ukur yang digunakan al-Ghaza>li> untuk menentukan perilaku

baik-buruk adalah dengan menggunakan Rasio dan Syariat (Aql wa Shara). Dalam

perspektif al-Ghaza>li>, akhlak adalah sebuah terminologi tentang suatu kondisi

atau lebih tepatnya disebut karakter yang telah terbentuk dalam jiwa.53 Dimana

semua perilaku lahir darinya secara mudah tanpa proses berpikir. Sehingga, jika

karakter tersebut melahirkan perilaku yang baik menurut standar akal dan syariah,

maka karakter itu disebut dengan akhlak baik. Sebaliknya, bila karakter itu

melahirkan perilaku negatif, maka kondisi tadi dinamakan dengan akhlak buruk.54 Pernyataan di atas mengimplikasikan sebuah persistensi dan konstanitas,

yang menjadi faktor utama dalam menentukan kategori sebuah karakter (akhlak).

49 Al-Ghaza>li> Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, (Beirut: al-maktabah al-Asri>yyah,1424 H.2004),

III: 41 50Al-Ghaza>li> Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, (Beirut: al-maktabah al-Asri>yyah,1424 H.2004), III:

64 51 Dalam psikologi mainstream, kurva normal adalah sebuah standar dalam

melakukan identifikasi adanya perilaku abnormal, adapun kriterianya menurut Davison,

antara lain adalah kejarangan statistik, pelanggaran norma, distress pribadi, disabilitas

atau disfungsi perilaku, dan perilaku yang tidak diharapkan (Unexpectedness). (Gerald

Davison. Neale, John M, Abnormal Psychology. (John wiley and Son. 2004), 3-5.

Sedangkan dalam Nevid, S. dkk. Kriteria atau standar abnormalitas adalah ; (a) Perilaku

yang tidak biasa (b) Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (c) Persepsi atau

interpretasi yang salah terhadap realitas (d) Berada dalam stress personal yang tidak

signifikan (e) Perilaku maldaptif dan self defeating. (f) Perilaku yang membahayakan (g)

Model Biologis. Lihat Nevid, S. Jefrey. Ratus, Beverly Green. Psikologi Abnormal, Jilid 1.

(Jakarta: Erlangsa 2002), 7. 52 Al-Ghaza>li> Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, III: 79 53Istilah akhlak dalam hal ini sinonim dengan karakter, dalam terminologi psikologi

modern karakter adalah sebuah deskripsi tentang tingkah laku yang tampak (evident) dan

bersifat evaluatif atau menitik beratkan pada nilai (baik-buruk atau benar-salah) baik

secara ekplisit maupun implisit. Berbeda dengan terminologi kepribadian yakni sistem

psikofisis yang bersifat laten yang secara spesifik menentukan penyesuaian diri dengan

lingkungannya dan bersifat devaluatif (tidak ada penilaian baik-buruk atau benar-salah). 54 Al-Ghaza>li> Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, III: 64

Page 24: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

15

Berdasarkan hal tersebut, individu yang sesekali berperilaku negatif atau

abnormal, tidak dapat serta merta dianggap memiliki akhlak buruk (perilaku

abnormal). Sehingga, dapat disimpulkan akhlak buruk adalah sebuah perilaku

negatif yang menyimpang dari norma etika, moral dan rasio yang dilakukan secara

persisten.55 Salah satu teknik yang diterapkan al-Ghaza>li> dalam memodifikasi perilaku

adalah dengan teknik Mudhaddah atau aksi tandingan (Counter-aksi) yakni

dengan memberikan suatu respons yang berlawanan. 56 Teknik terbagi menjadi

dua, yaitu; Pertama, Mudhaddah bi al-amal (Counter-aksi dengan Aksi). Kedua,

Mudhaddah bi al-ilmi (Counter-aksi dengan ilmu), serta sub teknik masing-

masing. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa latar belakang

penelitian ini, adalah; Pertama, untuk memberikan perspektif lain berupa

informasi yang berimbang terkait dengan sejarah perkembangan psikoterapi dan

kesehatan jiwa di dunia Islam yang berlandaskan pada bukti-bukti historis

(historical evidence based). Dalam hal ini, akan dipaparkan mengenai pesatnya

perkembangan bimaristan (rumah sakit jiwa) pada abad pertengahan di dunia

Islam jauh sebelum berdirinya rumah sakit jiwa di dunia barat. Kedua, mengungkap upaya-upaya penanganan kesehatan jiwa (psikoterapi)

yang bersifat humanis pada masa kejayaan Islam (abad pertengahan) yang

dipelopori oleh para sufi maupun filosof muslim, jauh sebelum reformasi

kesehatan mental yang digagas oleh Philippe Pinel di rumah sakit jiwa La Bice>tre. Ketiga, penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan sebuah rumusan

tentang teori dan aplikasi yang sistemik dan sistematik terkait dengan psikoterapi

sufistik yang dikembangkan oleh al-Ghaza>li> pada abad pertengahan. Keempat, membuktikan relevansi psikoterapi sufi al-Ghazali melalui studi komparatif

dengan teori dan aplikasi Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) sebagai

representasi pendekatan psikoterapi mainstream. Mencermati fenomena perkembangan bimaristan (rumah sakit jiwa) dan

psikoterapi yang berkembang pada abad pertengahan di dunia Islam tersebut di

atas, menarik perhatian peneliti untuk merumuskan secara sistemik dan sistematis

psikoterapi di dunia Islam khususnya konsep dan aplikasi Psikoterapi sufi al-

Ghaza>li>.

B. Permasalahan Penelitian

(a) Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diketahui bahwa

perspektif historis yang dikembangkan dalam berbagai literatur psikoterapi

mainstream, mengindikasikan sebuah sikap ahistoris dan over generalisasi

terjadinya abad demonologi secara masif dan menyebar ke seluruh dunia,

55 Kriteria atau standar syariah (Hukum agama) dan rasio yang digunakan oleh al-

Ghaza>li> hampir sama dengan standar abnormalitas yang dikembangkan oleh psikologi

mainstream,kelebihan al-Ghaza>li> memasukkan aspek syariat, disamping standar

keberfungsian dan standar equilibrium (Itidal). 56Meminjam istilah Wolpe, teknik Mudhaddah (counteraction) ini dikenal dengan

istilah reciprocal inhibition)

Page 25: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

16

sehingga dunia timur termasuk Islam seolah-olah juga mengalami fenomena

sejarah yang serupa dengan dunia Barat.

a. Sebagian besar pakar konseling dan psikoterapi modern beranggapan bahwa

hingga saat ini belum ada upaya sistematik terkait dengan pengembangan

konseling dan psikoterapi di dunia Islam. Diantaranya adalah John Mc Leod.

Sampai sejauh ini, wacana Konseling dan Psikoterapi hanya terkonsentrasi pada pendekatan Kristiani (Pastoral), dan Yahudi. Penting untuk diketahui, bahwa hingga saat ini, tidak tampak adanya upaya pengembangan konseling atau psikoterapi yang sistematik dalam perspektif Islam, Hindu, maupun Sikh.57

b. Hampir semua literatur tentang sejarah psikopatologi dan psikoterapi

menyebutkan bahwa William Tuke (1732-1822), Philippe Pinel (1745-

1826), 58 Eli Todd (1762-1832), dan Dorothea Dix (1802-1887), 59 adalah

tokoh penggagas dan perintis utama bagi gerakan penanganan yang berbasis

pendekatan moral (manusiawi) terhadap orang yang mengalami gangguan

mental di asylum, dibandingkan dengan teknik-teknik penanganan kesehatan

mental pada abad sebelmunnya yang cenderung bersifat demonologis dengan

memperlakukan pasien secara tidak bermoral. 60 Diantara pendukungnya,

adalah;

1) Thomas Hobbs (dalam Jefrey,1964), yang mengatakan bahwa,

“......Philippe Pinel menjadikan kebebasan, egalitarian, dan persaudaraan

sebagai slogan tuntutan kepada penguasa di masa itu, untuk melepas

belenggu para penderita sakit jiwa. Perjuangan Philippe Pinel tersebut,

dicatat sebagai revolusi kesehatan mental pertama, karena setelah

peristiwa ini penanganan terhadap pasien sakit jiwa menjadi lebih

bermoral (manusiawi).61 2) Gerald Davison, et al (2004), mengatakan bahwa sejalan dengan

egalitarianisme Republik Prancis, Philippe Pinel pun meyakini bahwa para

pasien jiwa yang dirawatnya pada dasarnya adalah manusia yang harus

57 Dalam an Introduction to Counseling, (Open University Press, 2003), 410 58 Pada tahun 1793, ketika Revolusi Prancis berkecamuk, dia ditugaskan untuk

menangani Rumah Sakit Jiwa terbesar di Paris yaitu La Bice>tre. 59 Andrew Pomerantz, PSIKOLOGI KLINIS; Ilmu Pengetahuan, Praktik, dan

Budaya. Edisi ketiga (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013)hal, 34-36. 60 Pada abad pertengahan, khususnya setelah Paus Innocent VIII menerbitkan buku

manual “Malles Mallefacrum” (Palu bagi para penyihir) gangguan jiwa dipercayai sebagai

akibat memiliki atau kerasukan kekuatan gaib, makhluk halus atau setan (demon). Dan

satu-satunya penanganan dilakukan adalah dengan mengusir pengaruh roh jahat, oleh

karena itu diperlukan seorang pendeta sebagai pengusir setan (exorcists). Dan seringkali

metode terapi juga dilakukan dengan kekerasan, dengan tujuan untuk mengusir roh jahat.

misalnya: Penderita dirantai, ditempatkan diruangan yang sangat sempit dan sesak, dan

tidur beralaskan jerami. Hothersall, David. History of Psychology, Third Edition

(McGraw-hill, Inc. 1995). Lihat gambar 7 pada lampiran. 61 Jefrey. Mental Healths Third Revolution, (American Journal of

Orhopsychiatry.1964), 64

Page 26: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

17

didekati dengan kesabaran dan pengertian serta ditangani sebagai manusia

yang memiliki harga diri.62

3) Sushma dan Tavaragi (2016) juga menyatakan bahwa Philippe Pinel

adalah sang pelopor, seorang psikiater Perancis, dokter, juga dikenal

sebagai Bapak psikiatri modern, Ia melakukan revolusi besar terhadap

penanganan gangguan mental dengan menggunakan pendekatan moral

(concept of moral treatment). Pinel secara tegas menolak teori

sebelumnya yang menyatakan bahwa penyakit mental disebabkan oleh

kerasukan syetan (demonic possession).Sebaliknya ia menyatakan bahwa

gangguan mental dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk stressor

psikologis atau sosial, kondisi bawaan, adanya cedera fisik atau

psikologis, maupun karena faktor hereditas. Philippe Pinel untuk pertama

kalinya dalam sejarah psikiatri pasien memperlakukan mereka secara

manusiawi, dengan membuka rantai yang mengikat tangan dan kaki

pasien yang dianggap sebagai orang gila. Momen bersejarah ini, dilakukan

untuk pertama kalinya di Asylum La Bicêtre 1798 di kota Paris.63

(b) Perumusan Masalah

Adapun permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Sistematika Teoritik dan Aplikatif Psikoterapi Albert Ellis yang

berbasis Rational Emotive Behavior Therapy ?

2. Bagaimana Sistematika Teoritik dan Aplikatif Psikoterapi sufi al-Ghazali

yang berbasis Ilmu (Knowledge), Hal (State) dan Amal (Actions) ?

3. Bagaimana hasil komparasi antara sistematika teoritik dan aplikatif

Psikoterapi sufi al-Ghazali yang berbasis Ilmu (Knowledge), Hal (State)

dan Amal (Actions) dengan Psikoterapi REB (Rational, Emotive, Behavior)

Albert Ellis?

(c) Pembatasan Masalah

Adapun untuk kepentingan keterjangkauan penelitian, maka peneliti

menfokuskan diri pada teori dan aplikasi psikoterapi sufi yang dikembangkan

oleh al-Ghaza>li> pada abad ke XI, serta teori dan aplikasi REBT (Rational

Emotive Behavior Therapy) yang dikembangkan oleh Albert Ellis sebagai

bahan komparasi untuk membuktikan relevansi penerapan psikoterapi sufi al-

Ghazali. Sedangkan terkait dengan pemaparan mengenai perkembangan

Rumah Sakit Jiwa (Bimaristan) dan fenomena psikoterapi pada masa sebelum,

sezaman, dan sesudah Al-Ghaza>li> merupakan fakta historis (arkeologis) untuk

membuktikan adanya upaya-upaya sistematik dan sebuah model psikoterapi

62 Lihat Gerald Davison, and Others, Abnormal Psychology (John Wiley & Sons,

2004), 8 63 Sushma, Meghamala. S. Tavaragi, Moral Treatment: Philippe Pinel, The

International Journal of Indian Psychology. 2016. Volume 3, Issue 2, No.8.

Page 27: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

18

yang berbasis moral (humanis) bagi penanganan kesehatan jiwa pada abad

pertengahan di dunia Islam.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut beberapa bukti penelitian yang mendukung tentang tema pokok

dalam penelitian ini, yang diklasifikasi ke dalam dua bagian. Pertama, hasil

penelitian yang berkaitan dengan perkembangan rumah sakit jiwa (bimaristan)

di dunia Islam pada abad pertengahan, penelitian tersebut diantaranya adalah;

1. Syed dalam "Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times",

mengemukakan bahwa para dokter dan psikolog Islam pada abad

pertengahan, telah mendirikan Bimaristan (insane asylum) dihampir

semua kota besar di dunia Islam, beberapa abad sebelum peradaban Barat

menemukannya. Diantaranya terdapat dibeberapa negara seperti;

Baghdad, kota Fes di Maroko, dan di Kairo Mesir yang dibangun pada

tahun 800 M. Kemudian pada abad ke XIII M, disusul kota Damaskus dan

Aleppo juga mendirikan rumah sakit jiwa.64

2. Savage-Smith, dalam Medieval Islamic Medicine mengungkapkan bahwa,

Islam adalah peradaban pertama yang memiliki rumah sakit jiwa. Dia juga

menambahkan bahwa, rumah sakit jiwa (Bimaristan) pertama di dunia

dibangun kekhalifahan Abbasiyah di kota Baghdad, Irak sekitar tahun 800

M. dan memiliki metode dan fasilitas yang lebih mutakhir dibandingkan

rumah sakit jiwa di Eropa Barat yang dibangun beberapa abad setelahnya.

65

Kedua, hasil penelitian yang berhubungan dengan konsep dan aplikasi

psikoterapi al-Ghaza>li, penelitian tersebut adalah,

1. Yahya Jaya,66dalam Konsep Tazkiyah al-Nafs Menurut al-Ghaza>li>: Kajian atas Ilmu Islam dan ilmu jiwa. Sebuah penelitian yang mengungkapkan

tentang konsep tazkiyah al-nafs menurut al-Ghaza>li> dalam Ihya’ ‘Ulu>m al-din yang memiliki relevansi bagi pembinaan kesehatan jiwa dizaman

modern. Namun, penelitian ini tidak banyak menggunakan analisis atau

perspektif psikologi mainstream, serta cenderung berorientasi teoritis dan

kurang aplikatif.

2. Roslee Ahmad dan Mohamed Sharif Mustaffa (2011) dalam penelitiannya

yang berjudul, “Dampak Bimbingan kelompok dengan menggunakan

pendekatan al-Ghazali (Group Guidance using al-Ghazali Approach

/GGGA) dalam mengatasi penyimpangan perilaku seksual pada siswa”.

Penelitian ini menggunakan kerangka teori yang dikembangkan oleh

Yatimah dan Mohd Tajudin (2008). Desain penelitian menggunakan

desain pre dan post test yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok

yang mendapat perlakuan dan kelompok kontrol. Penelitian ini

64Syed Ibrahim. Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times. (www.irfiweb.org,

2002), 8. 65 Emilie Savage-Smith with co-author P. Pormann, Medieval Islamic Medicine.

(Edinburgh: University Press, 2007), 8. 66Jaya Yahya. Konsep Tazkiyah al-Nafs menurut al-Ghaza>li>: Kajian atas Ilmu Islam

dan ilmu jiwa. (Jakarta: Disertasi Program Pasca Sarjana Syarif Hidayatullah, 1999).57

Page 28: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

19

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimental.

Adapun karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah orang Melayu

dan Muslim. Mereka dipilih dengan teknik purposive dari dua sekolah

berbeda. Populasi kelompok treatmen berjumlah 215 orang, sementara

kelompok kontrol memiliki total 320 orang.

Setelah melalui proses penyaringan, 40 orang terpilih masing-masing

20 pelajar laki-laki dan 20 pelajar perempuan. 20 orang yang telah menjadi

subyek dari laki-laki dan 20 subyek perempuan untuk kedua kelompok.

Intervensi GGGA diberikan selama delapan minggu berturut-turut

sementara kelompok kontrol tidak menerima segala bentuk treatmen.

Secara keseluruhan, hasil pre-post test yang menggunakan analisis

deskriptif pada aspek perilaku, menunjukkan adanya penurunan dalam

perilaku seksual dan meningkatkan kesadaran perilaku seksual siwa.

Sementara berdasarkan hasil t tes menunjukkan semua perawatan dan

kesadaran subconstruct di seksual perilaku dalam kelompok pengobatan

menunjukkan signifikan perbedaan untuk efek pengobatan GGGA.

Sementara pada kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan

yang signifikan dalam hal pembicaraan kotor (jorok), batasan pergaulan,

memandang, batasan aurat dan tanggung jawab. Hal itu, menunjukkan

bahwa kelompok tretmen dengan menggunakan Modul GGGA

menunjukkan efek perawatan dan kesadaran perilaku seksual yang lebih

baik daripada kelompok kontrol.67

3. Ghozali (2007) dengan judul penelitian “Efektifitas Psikoterapi Sufistik

dalam mengatasi tingkat kecemasan dan Depresi pada ODHA (Orang

Dengan HIV/AIDS).” Didalamnya juga terdapat konsep dan aplikasi

teknik-teknik terapeutik yang dikembangkan oleh al-Ghazali. Dimana dari

hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa berdasarkan hasil

wawancara (asesmen) dengan subyek dan dampingan masing-masing

subyek secara langsung, maupun melalui catatan harian mereka pada

setiap sesi atau setiap harinya hingga pasca terapi, dapat diketahui bahwa

kedua subyek menunjukkan adanya perkembangan yang cukup signifikan.

Dimana tingkat kecemasan dan dan depresi keduanya menurun secara

berangsur-angsur hingga terapi selesai.

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala HRS-A diperoleh

skore pre test untuk subyek pertama (M.F) sebesar 49 (kategori

kecemasan sangat berat) kemudian pada tahap post-tes terjadi penurunan

hingga mencapai skore 15 (kategori kecemasan ringan). Sedangkan pada

skala HRS-D diperioleh hasil 47 (kategori depresi berat) dan terjadi

penurunan secara drastis hingga mencapai angka 4 (kategori tidak ada

depresi).

Sementara subyek kedua (A.N), pada tahap pre-tes memperoleh skore

HRS-A sebesar 34 (kategori kecemasan berat) sedangkan pada skala HRS-

67 Roslee Ahmad, Mohamed Sharif Mustaffa, EFFECT OF GROUP GUIDANCE

USING AL-GHAZALI APPROACH IN HANDLING SEXUAL BEHAVIOUR DEVIATION STUDENT International Conference on Social Science and Humanity

IPEDR vol.5 (2011). IACSIT Press, Singapore

Page 29: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

20

D memperoleh skore 38 (depresi berat), kemudian pada tahap post tes,

juga terjadi penurunan pada skore keduanya (kecemasan dan depresi)

meskipun tidak terlalu tinggi, dimana skore kecemasan menurun hingga

pada angka 21(depresi ringan) sedangkan skore HRS-D menurun pada

angka 25 (tidak ada depresi).

Sedangkan pengaruhnya terhadap sistem kekebalan tubuh ODHA,

diketahui melalui hasil tes CD4, dimana Subyek pertama (M.F) hasil pre

tes T Helper (CD4+) Abs : 206 dan hasil post tes (pasca terapi)

menunjukkan adanya peningkatan system kekebalan tubuh yang sangat

signifikan yaitu : 518. Adapun hasil pre tes subyek kedua (A.N) jumlah

CD4 nya : 206, dan hasil post tes (pasca terapi) menunjukkan adanya

peninggakatan yang kurang signifikan yaitu: 213 (masih dibawah batas

normal).68

C. Tujuan Penelitian

Peneliti dalam hal ini, mencoba untuk merespon pernyataan Mc Leod, sekaligus

memberikan pembuktian terbalik (counter proof) dengan bukti-bukti otentik

terkait dengan perkembangan psikoterapi dan asylum yang dikutip dalam berbagai

sumber literatur psikoterapi modern. Pertama, untuk menguatkan argumentasi

diatas, maka peneliti memaparkan beberapa bukti dan fakta-fakta historis terkait

dengan perkembangan Bimaristan (rumah sakit jiwa) di dunia Islam yang jauh

melampaui perkembangan asylum di Dunia Barat, baik menyangkut fasilitas

maupun penanganannya, yang telah berkembang sejak abad ke VIII, diantaranya

di kota Baghdad, Mesir, Tunisia Damaskus, Aleppo, dan negara-negara Islam

lainnya.69

Kedua, memaparkan upaya-upaya sistematika teoritik dan aplikatif

psikoterapi sufi oleh tokoh-tokoh Islam yang ditengarai telah terjadi sejak abad ke

VIII hingga Abad ke XV Masehi, jauh sebelum Philippe Pinel (1745-1828)

mereformasi dengan model penanganan kesehatan mental yang berbasis moral.

Hal ini terbukti dari beberapa teori dan praktek tokoh-tokoh psikoterapi Islam di

abad pertengahan, seperti Ibn Sina, Abu Bakar al-Razi, al-Zahrawi, Ibn Qayyim,

al-Ghazali dan tokoh-tokoh lainya yang menggunakan treatmen dan teknik-teknik

psikologis yang berbasis perbaikan moral (tahzib akhlak). Salah satunya adalah al-

Ghazali yang mengembangkan psikoterapi sufi berbasis ILHAM (Ilmu, Ha>l, dan

Amal ).

Adapun untuk mengetahui relevansi teori dan aplikasi psikoterapi sufi al-

Ghazali ini, peneliti mengkomparasikan dengan teori dan praktik psikoterapi REB

(Rational, Emotive, Behavior) yang dikembangkan oleh Albert Ellis, sebuah

pendekatan psikoterapi mainstream yang paling populer pada abad ini.

68Ghozali, Efektifitas Psikoterapi sufistik dalam mengatasi tingkat kecemasan dan

depresi yang dialami ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di PKBI Jakarta. Jakarta, 2007,

Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia. 69 Lihat Syed Ibrahim, Islamic Medicine: 1000 years ahead of its

times.(www.irfiweb.org, 2002).7

Page 30: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

21

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat praktis bagi

para pembaca dari kalangan praktisi dan akademisi, di antaranya;

a. Melalui teori dan aplikasi psikoterapi sufi yang dikembangkan oleh al-

Ghaza>li>, diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para akademisi atau

praktisi untuk diterapkan, dikembangkan serta dipublikasikan secara

sistemik terkait dengan teori dan aplikasi psikoterapi maupun konseling

sufistik.

b. Melalui penelitian ini pula, diharapkan dapat memberikan perspektif baru

bagi para pembaca (umum) tentang dimensi helping dalam syi’ar Islam

khususnya dalam sufisme yang terabaikan, dimana dalam peranannya para

sufi, seperti al-Ghaza>li>, mengembangkan syiar islam secara dinamis,

penuh dedikasi dan multi tasking yang meliputi beberapa aspek, yaitu;

a) Ibla>gh/Tabli>g (Teaching)

b) Qiya>dah (Leadership)

c) Ri’a >yah (Care & Guardianship)

d) Irsha>d (Guidance & Counseling)

e) Tathbi>b (Healing/ Psychotherapy)

2. Manfaat Teoritis

Disamping manfaat praktis di atas, melalui penelitian ini pula diharapkan

menjadi sumbangan teoritik bagi pengembangan indegenous psychology, eastern psychology yang lebih membumi dan memiliki paradigma integral

dalam memahami psyche sebagaimana adanya, seperti pendekatan psikoterapi

atau konseling sufistik atau semacamnya.

E. Signifikansi Penelitian

Adapun signifikansi penelitian ini dapat diklasifikasi menjadi empat hal, yaitu;

Pertama, untuk membuktikan kekeliruan kesimpulan yang dikemukakan oleh Mc

Leod (2003), Davison, et al (2004), dan Hobbs (1964) yang cenderung bersikap abai

(ignorance) dan ahistoris terhadap kontribusi dan kemajuan konseling dan

psikoterapi Islam pada abad pertengahan.

Kedua, menjabarkan tentang pentingnya pengembangan teori dan aplikasi

psikoterapi dan konseling yang berdimensi religius dan spiritual disamping

psikoterapi mainstrean bagi pengembangan konseling dan psikoterapi yang bersifat

integratif. Ketiga, penelitian ini mengungkap tentang relevansi sekaligus kelebihan

dan kelemahan teori dan aplikasi psikoterapi sufi al-Ghaza>li> yang berbasis Ilmu

(Knowledge), Hal (State) dan Amal (Action), melalui studi komparasi dengan

psikoterapi REB (Rational, Emotive Behavior) Albert Ellis.

Keempat, penelitian ini juga akan membuktikan beberapa hal, diantaranya:

1. Teori dan praktik Psikoterapi sufi telah berkembang sejak abad pertengahan

(sebuah respon sekaligus counter proof terhadap kesimpulan John, Mc

Leod). Dalam hal ini, Malik Badri, Pendiri Psikologi Klinis di Universitas

Riyadh, menegaskan bahwa,

Page 31: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

22

“I must at once strongly state that if Muslim psychologists and psychotherapists patiently read into the rich literature of early muslim physicians and philosophical psychologists such as Ibnu Sina, al-Ghaza>li> and al-Balkhi and formulated their theories and practices along their guidance, they would have been the pioneers of the most modern forms of therapy which took the west more than 70 years to develop.”70

Bahkan Carnevali dan Masillo (2007), menduga bahwa munculnya istilah

psikoterapi, berasal dari istilah bahasa arab tathbi>b nafsa>ni (terapi psikis),

yang dikembangkan oleh Abu Bakar al-Razi. Selengkapnya mereka

mengatakan,

“The word “psychotherapy” could have been created by al-Razī with the expression tathbi>b nafsānī, which could mean “psychic therapy”, even if actually the term nafs means “soul”.71

2. Praktik konseling dan psikoterapi sufistik pada abad pertengahan

merupakan bentuk intervensi yang berlandaskan pada nilai-nilai agama

Islam, yang cenderung humanis dan bermoral, karena Islam melarang

dengan keras bentuk-bentuk penganiayaan, pembiaran dan penelantaran,

termasuk dalam hal ini, penanganan terhadap pasien dengan gangguan jiwa.

(Counter proof terhadap kesimpulan Gerald Davison, at al)

3. Konsep dasar konseling dan psikoterapi sufistik yang dikembangkan oleh

Al-Ghaza>li> pada abad pertengahan masih sangat relevan untuk diterapkan

pada konteks kekinian dan kedisinian (here and now), hal ini terbukti

dengan kelebihan sekaligus banyaknya kesamaan dengan teknik-teknik

psikoterapi Rational Emotive Behavior (REB) yang dikembangkan oleh

Albert Ellis.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, yaitu sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

dari fenomena yang terjadi. Data deskriptif yang dimaksud dapat berupa kata-

kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh adanya penerapan

metode kualitatif.72

Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif–komparatif. Metode

deskriptif dalam hal ini adalah sebuah metode yang cenderung mengacu pada

penggalian makna sehingga terjadi temuan-temuan yang kemudian disusun

menjadi suatu teori yang bersumber pada data atau bahan-bahan tulisan dari

70 Malik Badri. Successes with Islamic Counseling and Psychotherapy, Seminar

Kebangsaan Kaunseling Islam IV, (Kuala Lumpur, Dewan Muktamar Pusat Islam.1995).7-

8 71 Journal of The International Society For The History Of Islamic Medicine

(JISHIM). Vol.6-7 No.11-12-13-14 April / October 2007-2008 72 Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung, Penerbit PT

Remaja Rosdakarya Offset, 2007), 4-11

Page 32: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

23

tokoh yang bersangkutan terkait dengan topik yang dikaji. Sedangkan metode

komparatif adalah metode yang membandingkan teori dan aplikasi Psikoterapi

sufi al-Ghazali yang berbasis Ilmu (Knowledge), Hal (State) dan Amal (Actions)

dengan REBT Albert Ellis, disamping perbandingan terkait dengan

perkembangan Rumah sakit jiwa dan tokoh-tokoh psikoterapi di dunia Islam dan

Barat.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

studi kepustakaan dan dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data

yang diinginkan agar lebih akurat.

a. Studi Literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan informasi secara lengkap terkait dengan

gagasan, konteks, pemikiran dan aplikasi dari pemikiran tersebut, sebagai

bahan acuan atau rumusan yang akan diambil dalam penelitian ini.

Sehingga dengan menggunakan teknik kajian literatur, peneliti

mendapatkan berbagai sumber data melalui buku-buku literatur primer

maupun sekunder yang berkaitan dengan masalah yang diteliti”.

Dalam hal ini, peneliti mengelaborasi konsep-konsep utama REBT dan

Psikoterapi sufi al-Ghazali tentang hakikat dan struktur jiwa, daya-daya

jiwa, perkembangan jiwa, penyakit hati dan teknik-teknik penyembuhannya

serta metode penyucian jiwa yang digali dari pemikiran al-Ghaza>li> yang

tersebar dibeberapa karyanya, diantaranya; Ihya’ Ulu>muddi>n, Ma’arij al-Quds fi mada>rij Ma’rifat al-Nafs, Kimiya’ al-Sa’a>dah, Al-Jawa>hir al-Ghaza>li> min al-Rasa>il al-imam al-Ghaza>li>, Maqa>sid al-Fala>sifah, Mi’ya>r al-ilmi,Miza>n al-amal disamping juga sumber-sumber yang bersifat sekunder

yang diperoleh dari jurnal, buku dan sumber representatif lainnya yang

mengkaji tentang pemikiran al-Ghazali.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat berbentuk

tulisan, gambar maupun karya seni. Pertama, dokumen berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life history), cerita biografi,

peraturan, dan kebijakan. Kedua, dokumen yang berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya, misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,

film, dan lain- lain.73

Dengan kata lain, dokumentasi adalah bukti-bukti historis yang dapat

dikumpulkan berupa; tulisan sejarah, karya tulis, catatan harian, cerita,

biografi, artefak, foto, dan lain sebagainya yang dapat dijadikan sebagai

bahan utama atau penunjang dalam sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini, untuk memperkuat tujuan penelitian maka peneliti

menggali tentang fakta-fakta terkait dengan sejarah perkembangan

73 Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), 329

Page 33: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

24

Bimaristan dan tokoh-tokoh psikoterapi Islam beserta gagasantang

penanganan kesehatan jiwa (Psikoterapi).

4. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan

triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus

menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai

teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Dalam hal ini Patton

(dalam Subagyo, 2014) menyatakan bahwa dengan menggunakan Trianggulasi

akan lebih banyak meningkatkan kekuatan data, dibandingkan hanya dengan

satu pendekatan saja.74

Sementara orientasi utama dari teknik triangulasi adalah bukan semata-

mata mencari kebenaran, namun lebih pada peningkatan pemahaman terhadap

apapun yang sedang diteliti dalam rumusan atau latar belakang permasalahan

penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Susan Stainback (1988)

bahwa,

The aims is not determine the truth about some social phenomena, rather the purpose of triangulation is to increase ones understanding of whatever is being investigated. 75

Menurut Denzin (1978), triangulasi meliputi empat hal, yaitu; (1).

Triangulasi sumber data, (2). Triangulasi metode (3). Triangulasi analis atau

peneliti, dan (4) Triangulasi teori atau perspektif.76 Adapun triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data, Peneliti dalam

hal ini berupaya untuk menjawab pertanyaan penelitian melalui berbagai bukti

dan fakta-fakta yang diperoleh dari sumber pengumpulan data. Dimana dalam

penelitian ini, selain menggunakan teknik studi pustaka, peneliti juga

menggunakan teknik dokumentasi berupa foto, karya tulis dan sejarah tentang

pengembangan psikoterapi dan perkembangan Rumah sakit jiwa baik di dunia

Islam dan Barat.

5. Teknik Analisa Data

Adapun untuk kepentingan analisis data, maka peneliti dalam hal ini

menggunakan beberapa metode Analisis Konten (Content analysis) yaitu

teknik analisis data yang dilakukan secara sistematis dan objektif, 77 guna

mencapai validitas dan reliabilitas, yang dibuat terkait dengan konten

pemikiran al-Ghaza>li >.78 Disamping itu, peneliti juga mengelaborasi tentang

74 Sugiyono, Metode penelitian Kombinasi, Mixed Methods (Bandung: Alfabeta,

2014), 327 75 Sugiyono, Metode penelitian Kombinasi, Mixed Methods (Bandung: Alfabeta,

2014), 327 76 Denzin, NK. Sociological Methode (New York: Mc Graw-Hill, 1978), 243 77 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rakesarasin,

1991), 49 78 Lihat Klaus Krippendorf. Content Analysis; Introduction to Its Theory and

Methodology (Sage. 1991), 87

Page 34: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

25

konsep-konsep utama yang menjadi landasan umum psikoterapi al-Ghaza>li>

menyangkut filosofi dasar psikoterapi, konsep abnormalitas, tujuan terapi,

teknik terapi, hubungan klien dan terapis, dan proses terapeutik, yang

dirumuskan secara deskriptif dalam bentuk teori dan aplikasi psikoterapi yang

sistemik dan sistematik, kemudian dikomparasikan dengan teori dan aplikasi

psikoterapi REBT Albert Ellis untuk mengetahui persamaan dan perbedaan

G. Sistematika Pembahasan

Disertasi ini terdiri atas enam bab. Masing-masing bab memuat uraian yang dibagi

kedalam beberapa sub-bab berdasarkan cakupan pembahasannya masing-masing.

Setiap sub-bab membahas tema yang terkait dengan pokok pembahasan yang

dijelaskan dalam bab bersangkutan untuk menjawab permasalahan penelitian,

melalui bukti-bukti historis serta memaparkan teori dan praktik konseling al-

Ghazali secara sistematik dan sistemik.

Bab. I Bab ini memuat sejumlah informasi terkait permasalahan penelitian, dalam

hal ini peneliti menemukan adanya ketidaksesuaian antara data dan fakta,

dimana sebagian besar pakar konseling dan psikoterapi modern

beranggapan bahwa hingga saat ini belum ada upaya sistemik terkait

dengan perkembangan konseling dan psikoterapi di dunia Islam.

Sementara dalam beberapa literatur sejarah menyebutkan sebaliknya,

bahwa praktik konseling dan psikoterapi sufistik telah berkembang pesat

pada abad pertengahan, sebuah model penangan kesehatan jiwa yang

berlandaskan pada nilai-nilai agama Islam yang cenderung humanis dan

bermoral, melampaui gagasan yang dikembangkan oleh Philippe Pinel.

Sehingga dalam bab ini, peneliti mengemukakan beberapa pertanyaan,

terkait dengan pentingnya penelitian ini dilakukan serta permasalahan

penelitian yang perlu dijawab. Pada bab ini, peneliti juga menguraikan

tentang hasil penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan teori dan

aplikasi konseling dan psikoterapi Al-Ghazali serta relevansinya terhadap

perkembangan zaman.

Selain itu dijelaskan juga tentang urgensi dan manfaat dari penelitian ini,

serta uraian tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian ini

terkait dengan jenis penelitian, metode dan teknik analisis yang

diperlukan.

Bab II. Berisi analisis Sistematika teoritik dan praktik Rational Emotive Behavior

Therapy (REBT) Albert Ellis yang mencakup: Definisi dan komponen

psikoterapi, Biografi singkat Albert Ellis, filosofi REBT, domain

pendekatan, pandangan tentang manusia, teori kepribadian ,kesehatan

mental, peran dan tanggung jawab terapis, hubungan klien dan terapis,

tujuan terapi, konsep abnormalitas, tahapan dan langkah-langkah terapi

serta penerapan teknik-teknik terapi.

Bab III. Berisi tentang biografi al-Ghazali yang mencakup karya-karya al-Ghazali

dibidang psikologi dan psikoterapi, pengembaraan intelektual al-Ghazaali

dan corak psikologi sufi al-Ghazali. Disamping itu juga sejarah

perkembangan psikoterapi dan tumah sakit jiwa di dunia Islam pada abad

pertengahan.

Page 35: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

26

Bab IV Berisi tentang Sistematika teoritik Psikoterapi Sufi al-Ghazali,

diantaranya, Biografi al-Ghaza>li>, Karya-karya al-Ghazali tentang

Psikologi dan Psikoterapi, Corak Psikologi Sufi al-Ghazali, Ruang

lingkup, Filosofi pandangan tentang manusia, teori kepribadian, fungsi

dan energi psikis, konsep abnormalitas dan klasifikasinya serta tujuan

pikoterapi sufi al-Ghazali. Dan Sistematika Aplikatif Psikoterapi Sufi al-

Ghazali yang mencakup; Proses dan tahapan terapeutik (Therapeutic),

Asesmen dalam Psikoterapi Sufi al-Ghaza>li>, Fungsi dan Peranan Terapis

(Therapist), Kualitas terapis (Terapist), Kualitas klien, Hubungan antara

terapis dengan klien, Penerapan; teknik-teknik dan prosedur terapeutik.

Bab V Memapaparkan tentang studi komparatif tentang hasil Studi Komparatif

Sistematika Teoritik dan Aplikatif Psikoterapi Sufi al-Ghazali dengan

REBT (Rational, Emotive, Behavior Therapy) Albert Ellis, yang

mencakup;

a. Filosofi dasar Psikoterapi

b. Pandangan tentang Manusia

c. Kepribadian Manusia

d. Konsep dan Klasifikasi Abnormalitas

e. Kesehatan Jiwa dan Kesehatan Mental

f. Tujuan Psikoterapi

g. Hubungan antara klien-terapis (Therapist) h. Proses dan tahapan terapeutik (Therapeutic)

i. Penerapan: Teknik Psikoterapi

Bab VI Memuat penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran. Bab ini

merupakan kesimpulan umum dari hasil penelitian dan saran-saran kepada

para pihak yang berkepentingan dengan tema dan judul penelitian ini

Gambar I. 1

Kerangka Penelitian

Page 36: STUDI KOMPARATIF SISTEMATIKA TEORETIK DAN …

27