Komparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi ...
STUDI KOMPARASI KEBERAGAMAAN ANTARA SISWA...
Transcript of STUDI KOMPARASI KEBERAGAMAAN ANTARA SISWA...
xi
STUDI KOMPARASI KEBERAGAMAAN
ANTARA SISWA MAN 1 DAN SMA NEGERI 6 SEMARANG
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Program Strata 1 (S.1) Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh
APRILIA UMI RAHMATIN 3103154
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
xii
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
PENGESAHAN
Skripsi Saudari: Aprilia Umi Rahmatin
Judul: Studi Komparasi Keberagamaan antara Siswa MAN 1
dan SMA Negeri 6 Semarang
Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat
cumlude/baik/cukup, pada tanggal 24 Januari 2008.
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 tahun
akademik 2007/2008.
Semarang, 24 Januari 2008
Ketua SidangSekretaris Sidang Drs. Fatah Syukur, M. Ag.Amin Farikh, M. Ag. NIP: 150 267 028NIP: 150 314 242 Penguji IPenguji II Dra. Siti Mariam, M. Pd.Drs. Mahfud Junaidi, M. Ag. NIP: 150 257 373NIP: 150 289 436
Pembimbing
Drs. Abdul Wahib, M.Ag. NIP: 150 248 884
Jl. Prof. DR. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp. 024-7601295 Semarang 50185
xiii
MOTTO
الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلك فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر
)٣· :الروم ( .الدين القيم ولكن أآثر الناس لا يعلمون
Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama (Allah); (tetapkanlah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(QS. Al-Rum: 30)1
1Soenarjo, dkk., al-Qur’ân dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama Republik
Indonesia, 1971), hlm. 645.
xiv
ABSTRAK
Aprilia Umi Rahmatin (NIM 3103154) Studi Komparasi Keberagamaan antara Siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang. Skripsi, Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008.
Kaitannya dengan judul di atas, dapat penulis rumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah keberagamaan siswa MAN 1 Semarang? 2) Bagaimanakah keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang? 3) Bagaimanakah komparasi keberagamaan antara siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana keberagamaan siswa MAN 1 Semarang (X1), 2) Bagaimana keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang (X2), 3) Bagaimana komparasi keberagamaan antara siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang.
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode angket dengan teknik komparatif. Teknik pengambilan sampel dengan memakai teknik Random Sampling yang digunakan untuk menjaring 100 sampel (50 siswa kelas X MAN 1 Semarang dan 50 siswa kelas X SMA Negeri 6 Semarang). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan: a). Angket, untuk menjaring data tentang keberagamaan siswa; b). Dokumentasi, untuk menjaring data tentang profil sekolahan yang berupa catatan, agenda dan sebagainya; c). Observasi, untuk menjaring data tentang kegiatan yang dilakukan siswa dan benda yang menjadi objek penelitian, seperti keadaan sekolah dan lain-lain.
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis komparasi yaitu t-scor. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: “Ada perbedaan yang signifikan tentang keberagamaan antara siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang”. Ditunjukkan to = 3,45 kemudian dikonsultasikan pada taraf signifikansi 5% = 1,98 dan signifikansi 1% = 2,63, sehingga to>tt. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tentang keberagamaan antara siswa kelas X MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang.
Setelah penulis menganalisis data secara lebih rinci, yaitu dicari hasil per indikator (dimensi), hasilnya menunjukkan bahwa kualitas keberagamaan siswa MAN 1 lebih tinggi dibanding siswa SMA Negeri 6 baik dari dimensi pengetahuan keyakinan, praktik agama, konsekuensi maupun pengalaman. Perolehan tersebut yaitu: 1). Siswa MAN 1: Dimensi pengetahuan sebesar 34,9 (baik); dimensi keyakinan sebesar 18,42 (sangat baik); dimensi praktik agama sebesar 24,34 (sangat baik); dimensi k onsekuensi sebesar 15,86 (baik);
xv
dimensi pengalaman sebesar 9,16 (baik). 2). Siswa SMA Negeri 6: Dimensi pengetahuan sebesar 34,42 (cukup); dimensi keyakinan sebesar 17,92 (baik); dimensi praktik agama sebesar 22,86 (baik); dimensi konsekuensi sebesar 14,9 (baik); dimensi pengalaman sebesar 8,1 (baik).
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, tenaga pendidik, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan terutama di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
xvi
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Penulis memanjatkan rasa syukur yang tiada terkira kehadirat Illahi Robbi
,atas rahmat dan hidayah-Nya selesailah skripsi ini yang merupakan tugas dan
beban yang sangat berat. Shalawat serta salam semoga tetap untuk nabi
Muhammad Saw., keluarga, sahabat, dan para pengikutNya.
Selanjutnya dengan hati yang tulus penulis sampaikan terimakasih banyak
kepada berbagai pihak yang telah berkenan membantu agar skripsi ini terwujud.
Untuk itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah merestui
pembahasan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Abdul Wahib M.Ag. selaku pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Segenap Bapak/Ibu Dosen beserta staf karyawan karyawati civitas akademika
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membagikan
pengalaman hidup dan ilmunya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini.
4. Keluarga besar MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang, yang telah memberikan
waktu, informasi dalam penelitian ini.
5. DIKNAS beserta stafnya yang telah membantu terlaksananya penelitian dalam
skripsi ini.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta beserta seluruh keluarga yang telah
memberikan dukungan, baik moril maupun materiil yang tulus dan ikhlas
berdoa demi terselesainya skripsi ini. Jazâkumullahu Khoiran Katsĭra…
7. Ibu Rosmarin, trimakasih atas bimbingan serta do’anya slama ini.
xvii
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini tetap membawa manfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca umumnya, sekecil apapun manfaat itu bagi
pengembangan pendidikan Islam maupun sebagai pengayaan khasanah keilmuan.
Amin…
Semarang, 11 Januari 2008
Penulis
xviii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
DEKLARASI .................................................................................................. iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. v
PENGESAHAN............................................................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 4
D. Rumusan Masalah .................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6
BAB II : KEBERAGAMAAN DAN PERKEMBANGAN
KEAGAMAAN REMAJA
A. Keberagamaan.......................................................................... 7
1. Pengertian Keberagamaan.................................................. 7
2. Dimensi atau Aspek Keberagamaan .................................. 9
a. Dimensi pengetahuan agama........................................ 10
b. Dimensi keyakinan....................................................... 10
c. Dimensi praktik agama ................................................ 11
d. Dimensi konsekuensi ................................................... 12
e. Dimensi pengalaman.................................................... 12
3. Pembinaan Keberagamaan di Sekolah............................... 19
xix
B. Perkembangan Keagamaan Remaja......................................... 21
1. Pengertian Remaja ............................................................. 21
2. Perkembangan Keagamaan Remaja................................... 24
a. Perkembangan Psikologis ............................................ 24
b. Perkembangan Rasa Agama......................................... 25
1) Pertumbuhan Pikiran dan Mental........................... 25
2) Perkembangan Perasaan......................................... 26
3) Pertimbangan Sosial............................................... 26
4) Perkembangan Moral ............................................. 26
5) Sikap dan Minat ..................................................... 28
6) Ibadah..................................................................... 28
3. faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan ............. 30
C. Kajian Penelitian Yang Relevan .............................................. 32
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ..................................................................... 33
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 33
C. Variabel Penelitian .................................................................. 34
D. Metode Penelitian .................................................................... 34
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi dan Sampel .......................................................... 35
2. Teknik Pengambilan Sampel.............................................. 36
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37
1. Metode Angket................................................................... 37
2. Metode Dokumentasi ......................................................... 38
3. Metode Observasi .............................................................. 38
G. Teknik Analisis Data ............................................................... 39
1. Analisis Pendahuluan......................................................... 39
2. Analisis Uji Hipotesis ........................................................ 39
3. Analisis Lanjut ................................................................... 40
xx
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang......... 41
1. Profil MAN 1 Semarang .................................................... 41
2. Profil SMA Negeri 6 Semarang ........................................ 43
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................... 44
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Per Dimensi..................... 44
a. Data tentang Keberagamaan Siswa MAN 1
Semarang...................................................................... 45
b. Data tentang Keberagamaan Siswa SMA
Negeri 6 Semarang....................................................... 54
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian General............................ 64
a. Data tentang Keberagamaan Siswa MAN 1
Semarang...................................................................... 64
b. Data tentang Keberagamaan Siswa SMA
Negeri 6 Semarang....................................................... 66
C. Teknik Analisis Data................................................................ 68
1. Teknik Analisis Data Per Dimensi..................................... 68
a. Analisis Pendahuluan ................................................... 68
b. Analisis Uji Hipotesis .................................................. 73
c. Analisis Lanjut ............................................................. 87
2. Teknik Analisis Data General ............................................ 88
a. Analisis Pendahuluan ................................................... 88
b. Analisis Uji Hipotesis .................................................. 89
c. Analisis Lanjut ............................................................. 93
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 93
E. Keterbatasan penelitian ............................................................ 95
xxi
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 97
B. Saran-saran............................................................................... 98
C. Penutup..................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah keluarga yang
dapat mempengaruhi kepribadian anak, terutama bidang studi Pendidikan
Agama Islam yang banyak berperan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional, yakni terbinanya ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Sehubungan dengan hal tersebut M. Arifin mengatakan:
Pendidikan agama Islam di Indonesia adalah merupakan bagian dari pendidikan Islam, di mana tujuan utamanya ialah membina dan mendasari anak didik dengan nilai-nilai agama sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga ia mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai agama.1
Pendidikan agama di sekolah bagaimanapun juga pasti akan memberi
pengaruh pada peserta didik dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka.
Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada
anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga
atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima
pendidikan agama dalam keluarga.2 Mengingat hal tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa lingkungan sekolah mempengaruhi tingkat keberagamaan
seseorang.
Perlu diketahui bahwa pendidikan agama adalah salah satu dari tiga
mata pelajaran yang wajib diberikan pada setiap jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan (pendidikan pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan
kewarganegaraan). Sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 2 Tahun 1989
Pasal 39 ayat 2. Dalam pasal penjelasan diterangkan pula bahwa pendidikan
agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik
1Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bina Aksara, 1991), hlm. 4-5.
2Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 224.
2
yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional, dan merupakan salah satu
hak peserta didik mendapat pendidikan agama sesuai pasal 12 Bab V UU No.
20 Tahun 2003. “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan sesuai oleh pendidik yang beragama”3
Bila dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka pendidikan agama
mestilah mampu mengantarkan seorang peserta didik kepada terbina
setidaknya tiga aspek. Pertama, aspek keimanan mencakup seluruh arkânul
iman. Kedua, aspek ibadah, mencakup seluruh arkânul Islam. Ketiga, aspek
akhlak, mencakup seluruh akhlâqul karĭmah.4
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam
hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.5
Pendidikan agama Islam mencakup dua hal: (a) mendidik siswa/siswi
untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; (b) mendidik
siswa/siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam-subyek berupa
pengetahuan tentang ajaran Islam. Di sekolah (umum) yang dominan adalah
yang pertama (a); sedangkan di madrasah (agama) yang dominan adalah yang
kedua (b). Namun keduanya, (a) dan (b), tetap harus diwujudkan, baik di
sekolah (umum) maupun di madrasah (agama).6
Menurut hemat penulis dari uraian di atas, tidak ada diskriminasi
tujuan PAI antara pembelajaran PAI di sekolah agama maupun umum.
3Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 37. 4Ibid., hlm. 38 5Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), Cet. 1, hlm. 135. 6A. Qodri Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka
Ilmu, 2003), Cet. 2, hlm. 22.
3
Sehingga out put yang diharapkan sama antara lulusan sekolah agama dan
umum. Karena pada dasarnya setiap individu memiliki fitrah beragama.
Sebagaimana yang telah diwahyukan oleh Allah SWT. Sebagai berikut:
تبديل لخلق الله ذلك فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها ال ) ٣.الروم ( . يعلمونالدين القيم ولكن أكثر الناس ال
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Al-Rum: 30)7
Ada salah satu masalah yang sering dikemukakan para pengamat
pendidikan Islam adalah adanya kekurangan jam pelajaran untuk pengajaran
agama Islam yang disediakan di sekolah-sekolah umum seperti Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Umum dan seterusnya. Masalah inilah yang kemudian
menimbulkan asumsi bahwa ada perbedaan keberagamaan antara siswa dari
sekolah agama dan umum.
Penulis memilih judul: “Studi Komparasi Keberagamaan antara Siswa
MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang”, karena beberapa alasan sebagai
berikut:
1) Adanya persepsi bahwa kualitas keberagamaan siswa yang bersekolah di
sekolah agama (madrasah) lebih tinggi dari pada siswa yang bersekolah di
sekolah umum
2) Masa remaja adalah masa dimana seseorang telah melalui masa anak-anak
dan belum mencapai masa kematangan atau kedewasaan berpikir (labil).
Bahkan kepercayaan terhadap agama yang telah tumbuh pada masa
sebelumnya dapat mengalami kegoncangan. Sekolah merupakan salah satu
lingkungan yang mempunyai peran dalam membentuk dan membina
keberagamaan siswa baik sekolah agama maupun sekolah umum.
7Soenarjo, dkk., Al-Qur’ân dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama
Republik Indonesia, 1971), hlm. 645.
4
Alasan-alasan inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk menulis
skripsi ini dengan judul yang telah tersebut di atas.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasikan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keberagamaan siswa MAN 1 Semarang.
2. Bagaimanakah keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang.
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberagamaan remaja pada
siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang.
4. Bagaimanakah komparasi keberagamaan antara siswa MAN 1 dan SMA
Negeri 6 Semarang.
C. Pembatasan Masalah
Berikut ini penulis jelaskan istilah-istilah pokok yang terkandung
dalam judul skripsi untuk menghindari kesalahpahaman tentang penafsiran
dari judul di atas:
1. Studi Komparasi.
a. Studi
Kata studi berasal dari bahasa Inggris study yang artinya dalam
kata kerja “belajar, mempelajari.”8 Sedangkan Poerwadarminta
memberikan arti “pelajaran, penyelidikan, penggunaan waktu dan
pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan.”9
b. Komparasi
Komparasi adalah “berkenaan dengan atau berdasarkan
perbandingan.”10 Secara istilah studi komparasi adalah penyelidikan
deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang
8S. Wojowasito dan W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris Indonesia,
(Bandung: Hasta, 1980), hlm. 217. 9W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1985), hlm. 965. 10Anton M. Moeliono, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1990), hlm. 516.
5
perhubungan-perhubungan sebab akibat, yakni meneliti faktor-faktor
tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang
diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan faktor lain.11
Jadi, penelitian (studi) komparatif diarahkan untuk mengetahui apakah
antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek
atau variabel yang diteliti.12
2. Keberagamaan
Keberagamaan berasal dari kata beragama, yang mendapat awalan
ke dan akhiran an, berarti menganut atau memeluk agama.13
Keberagamaan yang dimaksud dalam penulisan ini adalah
bagaimana perilaku siswa dalam beragama dan memegang norma dan
kaidah yang sesuai dengan ketentuan agama Islam. Perilaku keberagamaan
siswa yang dimaksud adalah tingkah laku dan aktivitas dalam
melaksanakan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari yakni
dalam aktivitas shalat, puasa dan segala aktivitas yang didasarkan pada
nilai-nilai agama, baik yang bersifat mahd}ah dan gairu mahd}ah.
D. Rumusan Masalah
Kaitannya dengan judul dan latar belakang di atas, dapat penulis
rumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keberagamaan siswa MAN 1 Semarang?
2. Bagaimanakah keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang?
3. Bagaimanakah komparasi keberagamaan antara siswa MAN 1 dan SMA
Negeri 6 Semarang?
11Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1990), hlm. 143. 12Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 220. 13Anton M. Moeliono, dkk., op.cit., hlm. 10.
6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keberagamaan siswa MAN 1 Semarang.
2. Untuk mengetahui keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang.
3. Untuk mengetahui komparasi keberagamaan antara siswa MAN 1 dan
SMA Negeri 6 Semarang.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis merupakan wahana untuk menambah wawasan ilmu serta
menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat pada perkuliahan.
2. Terkumpulnya informasi tentang ada atau tidak perbedaan keberagamaan
antara siswa MAN 1 dan siswa SMA Negeri 6 Semarang. Atas informasi
tersebut dapat disarankan khususnya kepada guru PAI untuk
mempertahankan (bagi sekolah yang sudah baik) atau meningkatkan (bagi
sekolah yang belum baik) strategi yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajarannya.
3. Bagi Fakultas Tarbiyah penelitian ini dapat menambah khazanah
kepustakaan pengembangan karya-karya ilmiah lebih lanjut.
7
BAB II
KEBERAGAMAAN DAN PERKEMBANGAN KEAGAMAAN REMAJA
A. Keberagamaan
1. Pengertian Keberagamaan
Keberagamaan berasal dari kata beragama, yang mendapat konfiks
ke dan an, berarti menganut atau memeluk agama.1
Kita kenal istilah religi (religio, bahasa Latin; religion, bahasa
Inggris), agama, dan din (al-dĭn, bahasa Arab) dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun secara etimologis memiliki arti sendiri-sendiri, namun secara
terminologis dan teknis istilah di atas berinti makna sama.
Religi yang berakar kata religare berarti mengikat. Ahli psikologi
Wulff sebagaimana yang dikutip oleh Fuad Nashori dan Rachmy Diana
Mucharam pernah memberikan penjelasan tentang istilah ini, yaitu sesuatu
yang dirasakan sangat dalam, yang bersentuhan dengan keinginan seseorang,
membutuhkan ketaatan dan memberikan imbalan atau mengikat seseorang
dalam suatu masyarakat.2
Michel Mayer yang juga dikutip oleh Fuad Nashori dan Rachmy
Diana Mucharam berpendapat bahwa religi adalah seperangkat aturan dan
kepercayaan yang pasti untuk membimbing manusia dalam tindakannya terhadap
Tuhan, orang lain, dan diri sendiri.3
Pengertian agama (berasal dari al-dĭn), menurut Quraish Shihab
sebagaimana yang dikutip juga oleh Fuad Nashori dan Rachmy Diana
Mucharam, bahwa agama adalah ketetapan illahi yang diwahyukan kepada
Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia.4
1Anton M. Moeliono, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1990), hlm. 9. 2Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam
Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus Jogjakarta, 2002), Cet.1, hlm. 69. 3 Ibid, hlm. 70. 4Ibid.
8
Terungkap secara jelas dari penjelasan di atas, bahwa ciri umum
agama adalah adanya keyakinan terhadap Tuhan dan adanya aturan tentang
perilaku hidup manusia. Dalam skripsi ini konteks agama adalah Islam.
Istilah agama dan religi memunculkan istilah keberagamaan dan
religiusitas (religiousity). Pengertian religiusitas adalah seberapa jauh
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan
kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi
seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan,
keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.5
Raymond F. Paloutzian mendefinisikan: “Religiousness is more or less
conscious dependency on a deity/God and the transcendent. This dependency
or commitment is evident in One's personality -experiences, believes and
thinking- and motivates one's devotional practice and moral behavior and other
activity.”6
Keberagamaan kurang lebih merupakan kesadaran akan ketergantungan pada Tuhan dan transenden. Ketergantungan atau komitmen ini adalah bukti pada diri pribadi seseorang -pengalaman-pengalaman, keyakinan-keyakinan, dan angan-angan dan mendorong seseorang melaksanakan kebaktian keagamaan dan perilaku moral dan aktivitas lainnya.
Keberagamaan atau religiusitas, menurut Islam adalah
melaksanakan ajaran agama atau ber-Islam secara menyeluruh, seperti dalam
firman Allah Swt:
هطان إنيات الشطووا خبعتال تلم كآفة ولوا في السخوا ادنآم ا الذينها أيي بنيم ودع ٢٠٨:البقرة ( لكم(
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah Syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S. Al-Baqarah: 208).7
5 Ibid., hlm. 71. 6Raymond F. Paloutzian, Invitation to The Psychology of Religion, (Boston: Allin and
Bacon), Second Edition, hlm. 12. 7Soenarjo, dkk., al-Qur’ân dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama Republik
Indonesia, 1971), hlm. 50.
9
Setiap muslim, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak,
diperintahkan untuk ber-Islam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial,
politik atau aktivitas apapun, seorang muslim diperintahkan untuk
melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah. Di manapun dan
dalam keadaan apapun, setiap muslim hendaknya ber-Islam. Esensi Islam
adalah tauhid atau peng-esaan Tuhan, tindakan menegaskan Allah sebagai
yang Esa, pencipta yang mutlak dan transenden, penguasaan segala yang ada.
Tidak ada satupun perintah dalam Islam yang bisa dilepaskan dari tauhid.8
Keberagamaan yang dimaksud dalam penulisan ini adalah bagaimana
perilaku siswa dalam beragama dan memegang norma dan kaidah yang sesuai
dengan ketentuan agama. Perilaku keberagamaan siswa yang dimaksud adalah
tingkah laku dan aktivitas dalam melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari yakni dalam aktivitas salat, puasa, dan segala aktivitas yang
didasarkan pada nilai-nilai agama, baik yang bersifat madah dan gairu mahdah.
2. Dimensi atau Aspek Keberagamaan
Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi
kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain
yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan
aktivitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang
tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan
seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi.9
Faulkner dan De Jong (1966) mengemukakan:
The Five Dimensions Scale of Religiousity (FDSR) measure the major dimensions of religiousity first described by Glock (1962). They include the ideological (belief), intellectual (knowledge), ritualistic (religius behavior),
8Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), Cet. 2, hlm. 297. 9Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami (Solusi atas Problem-
problem Psikologi), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 76.
10
experiential (feeling and emotion), and consequential (effect of religion in everyday life) dimensions.10
Lima skala dimensi keberagamaan mengukur dimensi-dimensi utama dalam keberagamaan yang pertama kali dijelaskan oleh Glock (1962). Termasuk diantaranya ideologi (keyakinan), intelektual (pengetahuan), ritual (perilaku beragama), pengalaman (perasaan dan emosi), dan konsekuensi (akibat dari agama dalam kehidupan sehari-sehari).
Seberapa jauh keberagamaan seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia
melaksanakan dimensi-dimensi keberagamaan. Menurut Glock dan Stark ada
lima dimensi keberagamaan. Dimensi-dimensi tersebut adalah dimensi
pengetahuan, keyakinan, praktik agama, konsekuensi-konsekuensi dan
pengalaman.11
a. Dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa
orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal
pengetahuan-pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab
suci dan tradisi-tradisi.12 Dimensi pengetahuan atau ilmu
menunjukkan pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim
terhadap ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari
agamanya, sebagaimana dimuat dalam kitab sucinya. Dalam keberislaman,
dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi al-Qurân, pokok-pokok
ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun iman),
hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya.13
Uraian di atas memberikan pengertian bahwa seberapa awam
seseorang dalam beragama, paling tidak dia tahu tentang dasar-dasar agama.
b. Dimensi keyakinan. Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan di
mana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu
dan mengakui kebenaran doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan
10Faulkner dan De Jong, “Five Dimension Scale of Religiosity”, in Peter C. Hill and Ralp
W. Hood Jr (eds.), Measure of Religiosity, (Birmingham: Religious Education Press, 1999), hlm. 295.
11R. Stark dan C.Y. Glock, “Dimensions of Religiosity, dalam Roland Robertson (eds.) Sociology of Religion, terj. Achmad Fedyani Saifuddin, Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 4, hlm. 295. 12Ibid., hlm. 297.
13Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, op.cit., hlm. 81.
11
seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat.14
Dimensi keyakinan atau akidah dalam Islam menunjukkan pada
seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran
agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental
dan dogmatik.15
Dimensi ini dalam Islam berisi tentang keyakinan umat Islam
untuk meyakini keberadaan dan eksistensi Allah Swt. Serta mengimani
rukun iman dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Dimensi praktik agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan.
ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan
komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan
ini terdiri atas dua kelas penting, yaitu ritual dan ketaatan. Ritual
mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan
praktik-praktik suci yang semua agama mengharapkan para
penganutnya melaksanakan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan
air, meskipun ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari
komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal
juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi
personal yang relatif spontan, informal, dan khas pribadi.16 Dalam
keberislaman, dimensi-dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan
shalat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qurân, do’a, ibadah qurban,
i’tikaf di masjid, dan sebagainya.
Dimensi pengamalan atau akhlak menunjukkan pada seberapa
tingkatan muslim berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran-ajaran
agamanya, yaitu bagaimana individu-individu berelasi dengan
dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman,
dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma,
menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan
keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, menjaga lingkungan hidup,
14Ibid. 15Ibid., hlm. 80. 16R. Stark dan C.Y. Glock, op.cit., hlm. 296.
12
menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak
berjudi, tidak meminum minuman memabukkan, mematuhi norma-
norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses
menurut ukuran Islam dan sebagainya.17
Lebih ringkasnya dapat dikatakan bahwa dimensi ini
menyangkut frekuensi, intensitas pelaksanaan ibadah yang telah
ditetapkan.
d. Dimensi konsekuensi. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-
akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan
seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis
digunakan di sini.18 Dimensi ini menyangkut tingkah laku dalam
kehidupan bermasyarakat.
e. Dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta
bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu,
meskipun tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama
dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif
dan langsung mengenai kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai
suatu kontak dengan kekuatan supernatural. Dimensi ini berkaitan
dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi
dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh
suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat
komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu
dengan Tuhan, dan dengan otoritas transendental.19
Ancok dan Suroso membagi Islam menjadi lima aspek, yaitu
aspek iman, aspek Islam, aspek ihsan, aspek ilmu dan aspek amal.
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam dengan
menggabungkan kedua pandangan di atas, membagi agama Islam dalam
lima dimensi, yaitu dimensi akidah (iman atau ideologi), dimensi ibadah
17Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, loc. cit. 18R. Stark dan C.Y. Glock, op.cit., hlm. 297. 19Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, op. cit., hlm. 78
13
(ritual), dimensi amal (pengamalan), dimensi ihsan (penghayatan), dan
dimensi ilmu (pengetahuan).
a. Dimensi Akidah (Iman atau Ideologi)
Seorang muslim yang religius akan memiliki ciri utama berupa
akidah yang kuat. Dimensi akidah ini mengungkap masalah keyakinan
manusia terhadap rukun iman (iman kepada Allah, malaikat, kitab-
kitab, Nabi, hari pembalasan, serta qadha dan qadar), kebenaran
agama dan masalah-masalah gaib yang diajarkan agama. Inti dimensi
akidah dalam ajaran Islam adalah tauhid. Menurut Isma al-Faruqi
sebagaimana yang dikutip oleh Fuad Nashori dan Rachmy Diana
Mucharam, esensi Islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, tindakan
yang menegaskan Allah ‘Azza wa jalla sebagai Yang Maha Esa, Pencipta
yang Mutlak dan Transenden, penguasa segala yang ada.20
Sifat-sifat orang-orang beriman bisa diklasifikasikan dalam
sembilan bidang perilaku yang pokok, yaitu:
مسات تتعلق بالعقيدة .١ بالعبادة مسات تتعلق .٢
عيةابالعالقات اإلجتم مسات تتعلق .٣
ريةاألس بالعلقات مسات تتعلق .٤
مسات خلفية .٥
انفعالية وعاطفية مسات .٦
مسات عقلية ومعرفية .٧
باحلياة العملية واملهنية مسات تتعلق .٨
21مسات بدنية .٩
1. Sifat-sifat yang berkenaan dengan akidah 2. Sifat-sifat yang berkenaan dengan ibadah 3. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan sosial
20Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, op.cit., hlm. 78. 21Mohammad ‘Usman Najati, al-Qurân wa ‘llmu an-Nafs, (Kairo: Dârus Syauq, 2005),
Cet. 8, hlm. 239.
14
4. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan kekeluargaan 5. Sifat-sifat moral 6. Sifat-sifat emosional dan sensual 7. Sifat-sifat intelektual dan kognitif 8. Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan
profesional 9. Sifat-sifat fisik
Setiap bidang pokok sifat-sifat orang beriman ini da dalamnya
terdapat seperangkat sub-sifat yang masing-masing berkaitan dengan salah
satu aspek tertentu dari tingkah laku. Berikut ini akan dikemukakan
seperangkat sub-sifat yang terkandung dalam bidang-bidang pokok sifat-sifat
orang-orang beriman yang telah dikemukakan di atas.
1) Sifat-sifat yang berkenaan dengan akidah: beriman kepada Allah, para
Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat, hari akhir, kebangkitan dan
perhitungan, surga dan neraka, hal yang gaib, dan qadar.
2) Sifat-sifat yang berkenaan dengan ibadah: menyembah Allah,
melaksanakan kewajiban-kewajiban salat, berpuasa, zakat, haji, berjihad di
jalan Allah dengan harta dan jiwa, bertakwa kepada Allah, mengingat-Nya
selalu, memohon ampun kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan
membaca al-Qurân.
3) Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan sosial: mempergauli orang
lain dengan baik, dermawan dan suka berbuat kebajikan, suka bekerja
sama, tidak memisahkan diri dari kelompok, menyeru pada kebaikan dan
mencegah kemungkaran, suka memaafkan, mementingkan kepentingan
orang lain, dan menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak ada
manfaatnya.
4) Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan kekeluargaan: berbuat baik
kepada orang tua dan kerabat, pergaulan yang baik antara suami dan
isteri, menjaga dan membiayai keluarga.
5) Sifat-sifat moral: sabar, lapang dada, lurus, adil, melaksanakan amanat,
menepati janji kepada Allah dan kepada manusia, menjauhi dosa,
15
merendahkan diri, teguh dalam kebenaran dan di jalan Allah, luhur jiwa,
mempunyai kehendak yang kuat, mampu mengendalikan hawa nafsu.
6) Sifat-sifat emosional dan sensual: cinta kepada Allah, takut akan
azab Allah, tidak putus asa akan rahmat Allah, cinta dan senang
berbuat kebajikan kepada sesama, menahan marah dan bisa
mengendalikan kemarahan, tidak suka memusuhi orang lain, dan
menyakitinya, tidak dengki pada orang lain, tidak menyombongkan
diri, penyayang, menyesali diri dan merasa bersalah setelah melakukan
dosa.
7) Sifat-sifat intelektual dan kognitif: memikirkan alam semesta dan
ciptaan Allah, selalu menuntut ilmu, tidak mengikuti sesuatu yang
masih merupakan dugaan, teliti dalam meneliti suatu realitas, bebas
dalam berpikir dan berakidah.
8) Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan profesional:
tulus dalam bekerja dan menyempurnakan pekerjaan, berusaha
dengan giat dalam upaya memperoleh rezeki.
9) Sifat-sifat fisik: kuat, sehat, bersih, dan suci dari najis.22
Sifat-sifat tersebut dalam kepribadian seorang mukmin,
tidaklah lepas antara satu sama lainnya, tetapi saling berinteraksi dan
saling menyempurnakan.
Orang-orang beriman tidaklah semuanya berada pada peringkat
ketakwaan yang sama, tetapi berbeda-beda, al-Qurân sendiri telah
mengemukakan tingkat peringkat atau kelompok orang-orang beriman:
ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا فمنهم ظالم لنفسه ومنهم ل الكبريالفض وه ات بإذن الله ذلكريبالخ ابقس مهمنو صدقتفاطر (.م :
٣٢ (.
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang
22Mohammad ‘Usman Najati, Terjemah al-Qurân wa ‘llmu an-Nafs, (Bandung: Pustaka,
1985), Cet. 1, hlm. 258-259.
16
menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Q.S. Fathir: 32).23
Tafsir al-Jalâlain di dalamnya menguraikan bahwa orang yang
menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang terbatas dalam beramal
kebaikan. Sedang orang yang pertengahan ialah orang yang dalam
sebagian besar waktu berbuat kebaikan. Sementara orang yang cepat
berbuat kebaikan ialah orang yang di samping beramal kebaikan juga
mengajarkan dan mengarahkan orang lain untuk beramal kebaikan.
مل به يع) ومنهم مقتصد(بالتقصري يف العمل به ) فمنهم ظامل لنفسه (… 24 …يضم إىل العمل) ومنهم سابق باخلريات(أغلب االوقات
…maka orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang terbatas dalam beramal kebaikan. Dan orang yang pertengahan ialah orang yang dalam sebagian besar waktu berbuat kebaikan. Dan orang yang cepat berbuat kebaikan ialah orang yang di samping beramal kebaikan juga mengajarkan dan mengarahkan orang lain untuk beramal kebaikan…
Perlu diketahui juga bahwa kadar keimanan seseorang bisa
berkurang karena berbuat maksiat. Sebagaimana tercantum dalam Hadis\
Abu Hurairah di bawah ini:
نحي انيالز نيزالي لمسه ولياهللا ع لىص بيقال الن هناهللا ع ضية رريره ابي نع نحي رقسال يو منؤم وهو برشي نحي رمالخ برشاليو منؤم وهو نيزي
ينتهبها ينتهب نهبة يرفع الناس إليه فيها أبصارهم حينيسرق وهو مؤمن وال منؤم وه25)أخرجه البخاري يف كتاب املظامل (.و
23Soenarjo, dkk., al-Qur’ân dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 700. 24Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahally wa Jalaluddin Abdurrahman bin Abi
Bakri al-suyutị, Tafsir al-Imamaini al-Jalalain, (Bairut-Libanon: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, tt), hlm. 567-568
25Al-Imam Abĭ ‘Abdillah Muhammad Ismâ’ĭl Bin Ibrâhĭm Bin al-Mugĭrah Bin Bardzbah al-Bukhârĭ al-Ja’fĭ, Sahih al- Bukhârĭ, (Bairut-Libanon: Dârul Kutub al-‘Ilmiyah, 1412), Cet. 1, Juz 3, hlm. 149.
17
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: "Rasulullah Saw. bersabda, Tidaklah seorang berzina ketika ia sedang berzina sedangkan ia mukmin, dan tidak seorang mencuri ketika ia mencuri sedang ia mukmin, dan tidak seorang minum-minuman keras ketika ia mukmin, dan tidak seorang merampas harta orang lain sampai orang lain melihat padanya ketika ia merampas sedangkan ia mukmin.” (H.R. Bukhari)
Berdasarkan Hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang
mukmin tidak akan mungkin melakukan kemaksiatan seperti zina,
mencuri, minum-minuman keras, merampas hak orang lain, artinya: ketika
seseorang melakukan kemaksiatan maka saat itu juga iman yang rendah
dalam dirinya semakin berkurang bahkan hilang.
b. Dimensi Ibadah (Ritual)
Ciri yang tampak dari religiusitas seorang muslim adalah dari
perilaku ibadahnya kepada Allah Swt. Dimensi ibadah ini dapat diketahui
sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-
kegiatan ibadah sebagaimana yang diperintahkan oleh agamanya.
Ibadah dalam Islam dibedakan antara ibadah mahdạh dan gairu
mahdạh. Ibadah mahdạh dipahami sebagai ibadah yang aturan dan tata
caranya sudah baku. Syarat rukunnya sudah diatur secara pasti oleh ajaran
Islam. Yang termasuk dalam dimensi ini adalah sạlat, puasa, zakat, ibadah
haji, dan lain-lain. Ada juga yang namanya ibadah umum atau gairu
mahdạh, yaitu suatu peribadatan yang bersifat umum dan pelaksanaannya
tidak seluruhnya diberikan contohnya oleh Nabi.26
c. Dimensi Amal (Pengamalan)
Dimensi amal ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk
merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan
sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama. Dimensi
ini menyangkut hubungan manusia satu dengan manusia yang lain dan
hubungan manusia dengan lingkungan alamnya. Dalam religiusitas Islam,
26Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, op.cit., hlm. 79.
18
manifestasi dimensi ini meliputi ramah dan baik terhadap orang lain,
bertanggung jawab, dapat dipercaya, dan lain sebagainya.27
d. Dimensi Ihsan (Penghayatan)
Sesudah memiliki keyakinan yang tinggi dan melaksanakan
ajaran agama (baik ibadah maupun amal) dalam tingkatan yang
optimal, maka dicapailah situasi ihsan. Dimensi ihsan berkaitan
dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dilihat oleh Tuhan
dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ihsan mencakup pengalaman
dan perasaan tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan, ketenangan
hidup, takut melanggar larangan Tuhan, keyakinan menerima balasan,
perasaan dekat dengan Tuhan, dan dorongan untuk melaksanakan
perintah agama.
Dimensi ihsan dalam religiusitas Islam mencakup perasaan
dekat dengan Allah, perasaan nikmat dalam melaksanakan ibadah,
pernah merasa diselamatkan oleh Allah, perasaan doa-doa didengar
Allah, tersentuh atau tergetar ketika mendengar asma-asma Allah
(misalnya suara adzan dan alunan ayat suci al-Qurân), dan perasaan
syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah Swt. dalam kehidupan
mereka.28
e. Dimensi Ilmu (Pengetahuan)
Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman
seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Orang-orang beragama
paling tidak harus mengetahui hal-hal yang pokok mengenai dasar-
dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. al-Qurân
merupakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu pengetahuan.
Dimensi ilmu meliputi empat bidang, yaitu akidah, ibadah, akhlak, serta
pengetahuan al-Qurân dan Hadis.29
27Ibid., hlm. 79-80. 28Ibid., hlm. 80-81. 29Ibid., hlm. 81-82.
19
Dimensi-dimensi di atas, dapat diwujudkan melalui berbagai
kegiatan keagamaan sebagai wahana dalam upaya menciptakan
suasana religius, baik di lingkungan masyarakat, keluarga, maupun di
sekolah.
3. Pembinaan Keberagamaan di Sekolah
Sekolah-sekolah secara kelembagaan pada hakikatnya merupakan
lembaga pendidikan yang artifisialis (sengaja dibuat). Selain itu sejalan
dengan fungsi dan perannya, maka sekolah sebagai kelembagaan pendidikan
adalah pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan para orang tua
untuk mendidik anak-anak mereka, maka mereka diserahkan ke sekolah-
sekolah. Sejalan dengan kepentingan dan masa depan anak-anak, terkadang
para orang tua sangat selektif dalam menentukan tempat untuk
menyekolahkan anak-anak mereka. Mungkin saja para orang tua yang berasal
dari keluarga yang taat beragama akan memasukkan anaknya ke sekolah-
sekolah agama. Sebaliknya para orang tua lain lebih mengarahkan anak mereka
untuk masuk ke sekolah-sekolah umum. Atau sebaliknya para orang tua yang
sulit mengendalikan tingkah laku anaknya akan memasukkan anak-anak
mereka ke sekolah agama dengan harapan secara kelembagaan sekolah
tersebut dapat memberi pengaruh dalam membentuk kepribadian anak-anak
tersebut.30
Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan
memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun
demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada
berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai
agama. Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan
nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana
membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.
Kebiasaan adalah cara bertindak atau berbuat seragam. Dan
pembentukan kebiasaan ini yang dikutip oleh Jalaluddin menurut Wetherington
30Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 8, hlm. 223.
20
melalui dua cara. Pertama, dengan cara pengulangan dan kedua, dengan
disengaja dan direncanakan. Jika melalui pendidikan keluarga pembentukan
jiwa keagamaan dapat dilakukan dengan menggunakan cara yang pertama,
maka melalui kelembagaan pendidikan cara yang kedua tampaknya akan
lebih efektif, dengan demikian, pengaruh pembentukan jiwa keagamaan
pada anak di kelembagaan pendidikan, barang kali banyak tergantung dari
bagaimana perencanaan pendidikan agama yang diberikan di sekolah
(lembaga pendidikan).31
Pembinaan keberagamaan di sekolah tidaklah berupa pendidikan
agama yang diberikan oleh guru agama saja tetapi mencakup semua guru
bidang studi lainnya dan staf pendidikan lain yang terkait. Setiap guru baik ia
guru agama maupun umum harus berjiwa dan berakhlak agama sehingga anak
didik tertolong untuk mencintai agama dan hidup sesuai dengan ajaran
agama. Apabila jiwa dan semangat beragama tidak ada dalam guru di
sekolah, pendidikan agama yang diberikan oleh guru agama melalui bidang
studi PAI tidak akan berkembang dalam diri anak dan mungkin akan
menimbulkan rasa tidak suka terhadap agama.
Pembinaan keberagamaan telah dikatakan bahwa guru umum pun ikut
berperan dalam bidang studinya masing-masing dengan cara menyisipkan
ajaran agama yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang dibahas dalam
bidang studinya.
Pembinaan keberagamaan di sekolah di samping dapat dilihat dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar juga dapat dilihat dalam pengaturan
jam pelajaran dengan mempertimbangkan waktu sạlat, jangan sampai
terlewatkan. Misalnya waktu istirahat pertama pada waktu sạlat duha dan waktu
istirahat kedua pada waktu sạlat dzuhur. Pembinaan keberagamaan di sekolah
juga bisa melalui kegiatan ekstra kurikuler di luar jam bidang studi yang telah
ditetapkan oleh sekolah. Guru dalam pembinaan keberagamaan anak di
sekolah harus memperhatikan perkembangan suasana yang terjadi di luar
31Ibid., hlm. 224.
21
lingkungan sekolah, sehingga anak dapat terhindar dari hal-hal yang bertentangan
dengan agama.32
B. Perkembangan Keagamaan Remaja
1. Pengertian Remaja
Sebelum membicarakan agama pada remaja, kiranya lebih baik kita
mengetahui apa yang dimaksud dengan remaja.
Sebenarnya masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh
seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa
remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa
dewasa. Anak-anak jelas kedudukannya, yaitu yang belum dapat hidup sendiri,
belum matang dari segala segi, tubuh masih kecil organ-organ belum dapat
menjalankan fungsinya secara sempurna, kecerdasan, emosi dan hubungan
sosial belum selesai pertumbuhannya. Hidupnya masih bergantung pada orang
dewasa, belum dapat diberi tanggung jawab atas segala hal. Dan mereka
menerima kedudukan seperti itu.33
Masa dewasa juga jelas pertumbuhan jasmani telah sempurna.
kecerdasan dan emosi telah cukup berkembang. Segala organ dalam tubuh
telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Di samping itu ia telah
mampu mencari rezeki untuk kepentingan dirinya, dan tidak bergantung lagi
pada orang tua atau orang lain. Dia telah dapat diberi tanggung jawab dan
mampu memikul tanggung jawab tersebut. Dia diterima oleh masyarakat di
mana dia berada sebagai orang dewasa yang matang, pendapatnya patut
didengar, pertimbangannya perlu diindahkan dan dia diberi kepercayaan
untuk aktif dalam kegiatan masyarakat, baik kegiatan sosial, politik, ekonomi
maupun agama.
32Zakiyah Daradjad, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,
1997), hlm. 89-90. 33 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), Cet. 12, hlm.
69.
22
Lain halnya dengan masa remaja. Jika dilihat tubuhnya dia seperti
orang dewasa, jasmaninya telah jelas berbentuk laki-laki atau wanita.
Organ-organnya telah dapat pula menjalankan fungsinya. Dari segi lain, dia
sebenarnya belum matang, segi emosi dan sosial masih memerlukan waktu
untuk berkembang menjadi dewasa. Dan kecerdasan pun sedang mengalami
pertumbuhan. Mereka ingin berdiri sendiri, tidak bergantung lagi kepada orang
tua atau orang dewasa lainnya, akan tetapi mereka belum mampu bertanggung
jawab dalam soal ekonomi dan sosial. Apalagi kalau dalam masyarakat dimana
ia hidup syarat-syarat untuk dapat diterima dan dihargai sebagai orang dewasa
itu banyak, misalnya ketrampilan dan kepandaian, pengetahuan dan
kebijaksanaan tertentu.34
Masa remaja tidak sama panjangnya antara satu masyarakat dengan
lain. Misalnya pada masyarakat desa yang masih tertutup dengan masyarakat
yang telah maju. Oleh sebab itulah maka ahli-ahli jiwa tidak mempunyai
kata sepakat tentang berapa panjang masa remaja tersebut. Mereka hanya
sepakat dalam menentukan permulaan masa remaja, yaitu dengan dimulainya
kegoncangan, yang ditandai dengan datangnya haidh (menstruasi) pertama bagi
wanita dan mimpi basah pada pria. Kejadian yang menentukan ini tidak
sama antara satu anak dengan lainnya, ada yang mulai pada umur 12 tahun,
ada yang sebelum itu dan ada yang sesudah umur 13 tahun. Tapi secara kira-
kira ditentukan umur kurang lebih 13 tahun sebagai permulaan masa remaja
(adolescence) sedangkan akhir masa remaja itu, bermacam-macam. Ada
yang mengatakan umur 15 tahun, ada pula yang menentukan umur 18 tahun,
bahkan dalam bidang kemantapan beragama umur itu oleh para ahli jiwa
agama diperpanjang lagi sampai 24 atau 25 tahun. Batas-batas umur yang
bermacam-macam tersebut adalah wajar dan cocok bagi masing-masing
masyarakat, sesuai dengan nilai dan ukurannya sendiri-sendiri.35
Menurut Sarlito (1991) sebagaimana yang dikutip oleh Sunarto dan
Agung Hartono, tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan
34Ibid., hlm. 70. 35Ibid., hlm. 71
23
berlaku secara nasional. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri atas
berbagai macam suku, adat dan tingkatan sosial-ekonomi, maupun pendidikan.
Di Indonesia, kita biasa menjumpai masyarakat golongan atas yang sangat
terdidik dan menyerupai masyarakat di Negara-negara Barat dan kita bisa
menjumpai masyarakat semacam masyarakat di Samoa. Sebagai pedoman
umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11- 24 tahun
dan belum menikah. Pertimbangan-pertimbangannya adalah sebagai berikut:
a. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai tampak (kriteria fisik).
b. Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil
baligh, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan
jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity) (Erik Erikson),
tercapainya fase genital dari perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral
(Kohlberg).
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih
menggantungkan diri pada orang lain, belum mempunyai hak-hak
penuh sebagai orang dewasa (secara tradisi). Golongan ini cukup banyak
terdapat di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat kelas menengah
ke atas yang mempersyaratkan berbagai hal (terutama pendidikan
setinggi-tingginya) untuk mencapai kedewasaan. Tetapi dalam
kenyataannya cukup banyak pula orang yang mencapai kedewasaannya
sebelum usia ini.
e. Status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih
sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Seorang
yang sudah menikah pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan
24
sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan
masyarakat dan keluarga.36
Kendatipun bermacam-macam umur yang ditentukan sebagai
batas yang menentukan masa remaja, namun pada umumnya ahli-ahli
mengambil patokan kurang lebih antara 13-21 tahun adalah umur remaja.
Sedang yang khususnya mengenai perkembangan jiwa agama dapat
diperpanjang menjadi kurang lebih 12-24.37
Menurut Konopka, sebagaimana dikutip Syamsu Yusuf, masa
remaja dibagi menjadi beberapa fase, yaitu: (a). remaja awal: 12-15 tahun;
(b). remaja madya: 15-18 tahun; (c). remaja akhir: 18-22 tahun.38 Remaja
dalam pembahasan di sini adalah remaja madya yaitu usia 15-18.
2. Perkembangan Keagamaan Remaja
a. Perkembangan Psikologis
Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa
berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang
menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan dengan
masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.
Kendatipun besar atau kecil kegoncangan yang dialami oleh para
remaja dari berbagai tingkat masyarakat, namun dapat dipastikan bahwa
kegoncangan remaja itu pasti ada. Dalam kondisi jiwa yang demikian,
agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja. Memang,
kadang-kadang kita melihat keyakinan remaja terombang-ambing, tidak
tetap, bahkan kadang-kadang berubah-ubah, sesuai dengan perubahan
perasaan yang dilaluinya. Satu hal yang tidak dapat disangkal, adalah
bahwa remaja-remaja itu secara potensial telah beragama.39
36Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002), Cet. 2, hlm. 56-57. 37Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, op.cit., hlm. 72.
38Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 1, hlm. 72.
39Ibid.
25
b. Perkembangan Rasa Agama
Masa remaja dalam pembagian tahap perkembangan manusia,
menduduki tahap progresif (berpikir sangat maju). Dalam pembagian
yang agak terurai masa remaja mencakup masa Juvenilitas
(adolescence)40, pubertas (puberty)41, dan nubilitas.42
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka
agama pada para remaja turut dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya
penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan
yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan
tersebut.
Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh
beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan
itu antara lain menurut W. Starbuck yang dikutip oleh Jalaluddin
adalah:43
1) Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja
dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi
mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain
masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah
kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma- norma kehidupan lainnya
40Adolescence; adolesensi, masa remaja, keremajaan:
a) Satu periode di antara usia-usia kurang lebih tiga belas sampai dua puluh tahun untuk anak laki-laki, dan satu sampai dua tahun lebih awal bagi anak-anak gadis; dalam periode ini individu mendapatkan karakteristik-karakteristik seks sekunder dan sifat-sifat kedewasaan. Perubahan-perubahan fisik disertai dengan perubahan-perubahan psikologis yang penting.
b) Berasal dari kata latin adolescere, yaitu berarti mendekati kedewasaan. Diawali pada masa pubertas, dan diakhiri dengan kedewasaan.
c) Satu periode perkembangan manusia yang berlangsung pada kira-kira usia tiga belas tahun sampai delapan belas tahun. Lihat Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), Cet. 1, hlm. 9.
41Puberty: tahap dimana organ-organ reproduktif mulai dapat berfungsi dan karakteristik-karakteristik seks sekunder berkembang. Diperkirakan mulai pada umur dua belas tahun bagi wanita dan empat belas tahun bagi pria dan berlangsung hingga kira-kita dua atau tiga tahun kemudian. Lihat juga Kartini Kartono dan Dali Gulo, Ibid., hlm. 392.
42Nubile berarti yang sudah boleh kawin. John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris, (Jakarta: PT. Gramedia, 2000), hlm. 398.
43Jalaluddin, op. cit., hlm 74.
26
2) Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja.
Perasaan sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk
menghayati peri kehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya.
Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat
kea rah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang
kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih
mudah didominasi dorongan seksual. Didorong oleh perasaan ingin
tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah terperosok ke arah
tindakan seksual yang negatif.
3) Pertimbangan Sosial
Corak keberagamaan pada remaja juga ditandai oleh adanya
pertimbangan sosial dalam kehidupan keagamaan mereka timbul
konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat
bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih
dipengaruhi kepentingan materi, maka para remaja lebih cenderung
jiwanya untuk bersikap materialis.
4) Perkembangan Moral
Kita tidak dapat mengatakan seorang anak yang baru lahir
bermoral atau tidak bermoral karena moral itu tumbuh dan
berkembang dari pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh anak
sejak lahir. Pertumbuhannya baru dapat dikatakan mencapai
kematangannya pada usia remaja, ketika kecerdasannya telah selesai
bertumbuh.44
Perkembangan moral remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan
usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada para
remaja mencakupi:
(a) Self–directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan
pertimbangan pribadi.
(b) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
44Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, op.cit., hlm. 83.
27
(c) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan
agama.
(d) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
(e) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral
masyarakat. 45
Pembinaan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman
dan kebiasaan-kebiasaan, yang ditanamkan sejak kecil oleh orang
tuanya. Moralitas tidak dapat terjadi hanya melalui pengertian-
pengertian tanpa latihan-latihan, pembiasaan dan contoh-contoh yang
diperoleh sejak kecil. Kebiasaan itu tertanam dengan berangsur-angsur
sesuai dengan pertumbuhan kecerdasannya, sesudah itu barulah anak
diberi pengertian-pengertian tentang moral.46
Moralitas dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Namun,
secara umum moralitas dapat dikatakan sebagai kapasitas untuk
membedakan yang benar dan yang salah, bertindak atas perbedaan
tersebut, dan mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang
benar dan merasa bersalah atau malu ketika melanggar standar
tersebut.
Moralitas memiliki tiga komponen, yaitu komponen afektif,
kognitif, dan perilaku. Komponen afektif atau emosional terdiri
atas berbagai jenis perasaan (seperti perasaan bersalah atau malu,
perhatian terhadap perasaan orang lain, dan sebagainya) yang
meliputi benar dan salah yang memotivasi pemikiran dan tindakan
moral. Komponen kognitif merupakan pusat di mana seseorang
melakukan konseptualisasi benar dan salah dan membuat keputusan
tentang bagaimana seseorang berperilaku. Komponen perilaku
mencerminkan bagaimana seseorang sesungguhnya berperilaku
ketika mengalami godaan untuk berbohong, curang atau melanggar
aturan moral lainnya.
45Jalaluddin, Ibid., hlm 76.
46Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, loc. cit.
28
Komponen afektif moralitas (moral affect) merupakan pikiran
yang ditunjukkan seseorang ketika memutuskan berbagai tindakan
yang benar atau yang salah. Islam mengajarkan bahwa Allah
mengilhamkan ke dalam jiwa manusia dua jalan kefasikan dan
ketakwaan. Manusia memiliki akal untuk memilih jalan mana yang ia
akan tempuh.47
5) Sikap dan Minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh
dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa
kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil
minatnya).48
6) Ibadah
Remaja di antaranya ada yang bertambah rajin beribadah,
apabila merasa bersalah (dosa). Semakin besar rasa dosanya, semakin
banyak ibadahnya dan sebaliknya, apabila rasa dosa itu kurang, maka
ibadahnya juga agak menurun. Maka ibadah bagi remaja seolah-olah
untuk menentramkan batin yang gelisah, karena merasa bersalah dan
merasa kalah menghadapi dorongan-dorongan yang sedang mengikuti
arus darah mudanya dalam pergaulan.49
Penjelasan di atas mengandung pengertian bahwa sebenarnya perasaan
remaja dalam beragama, khususnya terhadap Tuhan, tidaklah tetap. Kadang-
kadang sangat cinta dan percaya kepada-Nya, tetapi sering pula berubah
menjadi acuh tak acuh bahkan menentang. Dan perasaan ambivalensi inilah ciri
khas dari remaja.
Berikut ini akan penulis kemukakan tentang sikap remaja dalam
beragama menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Sururin, yaitu:
1. Percaya Ikut-ikutan
47Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm. 261-262. 48Jalaluddin, loc. cit. 49Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, op. cit., hlm. 84.
29
Kebanyakan remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan
ajaran agama karena terdidik dalam lingkungan beragama, karena ibu
bapaknya beragama, teman-teman dan masyarakat sekelilingnya yang
beribadah, maka mereka ikut percaya dan melaksanakan ibadah dan
ajaran-ajaran agama dan tidak mau aktif dalam kegiatan-kegiatan agama.50
2. Percaya dengan Kesadaran
Terjadinya kegelisahan, kecemasan, ketakutan bercampur aduk
dengan rasa bangga dan kesenangan serta bermacam-macam pikiran dan
khayalan sebagai perkembangan psikis dan pertumbuhan fisik,
menimbulkan daya tarik bagi remaja untuk memperhatikan dan
memikirkan dirinya sendiri. Pada tahap selanjutnya akan mendorong
remaja untuk berperan dan mengambil posisi dalam masyarakat.
Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang
masalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin
menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk
membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara
ikut-ikutan saja. Biasanya semangat beragama tersebut terjadi pada usia
17 tahun atau 18 tahun.51
3. Percaya, tetapi Agak Ragu-ragu
Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya, dapat dibagi
menjadi dua:
a. Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses
perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran.
b. Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang
dilihatnya dengan apa yang diyakininya, atau dengan pengetahuan
yang dimiliki. Pertentangan tersebut antara lain: antara ajaran agama
dengan ilmu pengetahuan; antara nilai-nilai moral dengan kelakuan
manusia dalam kenyataan hidup; antara nilai-nilai agama dengan
50Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 1, hlm. 72. 51Ibid., hlm. 74.
30
tindakan para tokoh agama, guru, pimpinan, orang tua dan sebagainya;
terjadinya konflik agama dalam dirinya.52
4. Tidak Percaya atau Cenderung pada Ateis
Perkembangan ke arah tidak percaya pada Tuhan sebenarnya
mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa
tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah
memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya
terhadap kekuasaan apa pun, termasuk kekuasaan Tuhan. Namun demikian,
ketidakpercayaan mereka, khususnya terhadap Tuhan, dan keingkaran
terhadap ajaran agama bukanlah murni dari pembawaan seseorang,
sebab dorongan spiritual dalam diri seseorang adalah bersifat fitri.53
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan
Menurut Robert H. Touless ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keberagamaan seseorang, sebagaimana yang dikutip oleh
Sururin yaitu:
a. Pengaruh-pengaruh sosial
b. Berbagai pengalaman
c. Kebutuhan, dan
d. Proses pemikiran
Faktor sosial mencakup semua pengaruh sosial dalam
perkembangan sikap keberagamaan, yaitu: pendidikan orang tua,
tradisi-tradisi sosial dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang
disepakati oleh lingkungan.
Sebagian besar orang menganggap bahwa kehadiran keindahan,
keselarasan dan kebaikan yang dirasakan dalam dunia nyata
memainkan peranan dalam pembentukan sikap keberagamaan. Dan
inilah yang dikategorikan dalam faktor kedua.54
52Ibid., hlm. 76. 53Ibid., hlm. 77. 54Ibid., hlm.79.
31
Masih dalam kelompok yang sama, pengalaman konflik moral
juga memainkan peranan dalam sikap keberagamaan. Di samping itu,
seperangkat pengalaman batin emosional yang tampaknya terikat
langsung dengan Tuhan atau dengan sejumlah wujud lain pada sikap
keberagamaan juga dapat membantu dalam perkembangan sikap
keagamaan.
Faktor lain yang dianggap sebagai sumber keyakinan agama
adalah kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara
sempurna, sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan
kepuasan agama. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan
dalam empat bagian: kebutuhan akan keselamatan; kebutuhan akan
cinta; kebutuhan untuk memperoleh harga diri; dan kebutuhan yang
timbul karena adanya kematian.
Faktor terakhir yang ditawarkan oleh Touless adalah peranan
yang dimainkan oleh penalaran verbal dalam perkembangan sikap
keberagamaan. Manusia adalah makhluk berpikir (hayawan al-natiq).
Salah satu akibat dari pemikirannya adalah bahwa ia membantu dirinya
untuk menentukan keyakinan-keyakinan mana yang harus diterimanya
dan mana yang harus ditolak.
Faktor terakhir inilah yang relevan untuk masa remaja, karena
disadari bahwa masa remaja mulai kritis dalam menyikapi soal-soal
keagamaan, terutama bagi mereka yang mempunyai keyakinan secara
sadar dan bersikap terbuka. Mereka akan mengkritik guru agama
mereka yang tidak rasional dalam menjelaskan ajaran-ajaran agama
Islam, khususnya bagi remaja yang selalu ingin tahu dengan
pertanyaan-pertanyaan kritisnya. Meski demikian, sikap kritis remaja
tidak menafikan faktor-faktor lainnya, seperti faktor berbagai
pengalaman.55
55Ibid., hlm. 81-82
32
C. Kajian Penelitian Yang Relevan
Dalam kegiatan penelitian ini penulis telah melaksanakan
penelususran dan kajian terhadap berbagai penelitian yang sejalan dengan
penelitian ini. Hal tersebut dimaksudkan agar arah atau fokus penelitian ini
tidak terjadi pengulangan dari penelitian sebelumnya melainkan untuk
mencari sisi lain yang signifikan dan diteliti. Selain itu kegiatan penelusuran
sumber juga berguna dan membangun kerangka teoritik yang mendasar,
kerangka berfikir penulis dan kaitannya dengan proses penulisan laporan
hasil penelitian.
Pertama, skripsi yang berjudul ”Studi Komparasi tentang Perilaku
Keagamaan Siswa Kelas II MTs NU 20 dan Siswa Kelas II SMP Negeri 2
Kangkung Kabupaten Kendal” yang diteliti oleh Cholifah, NIM. 3100290.
Aspek komparabilitas dalam penelitian ini adalah aspek aqidah, ibadah, dan
akhlak. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
perilaku antara siswa kelas II MTs NU 20 Kangkung dan siswa kelas II SMP
Negeri 2 Kangkung ditunjukkan oleh hasil t sebesar 3,35 dengan df =88 dan
hasilnya signifikan bila dikonsultasikan t tabel pada taraf signifikansi 1%
maupun 5%.
Kedua, skripsi yang berjudul “Studi Komparasi tentang
Keberagamaan Siswa yang Mempunyai Nilai PAI Di Bawah dan Di Atas
Rata-rata Di SLTP N 1 Dempet Kabupaten Demak Th 2000/2001” yang
diteliti oleh Qori’ah, NIM 4196095. Aspek komparabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hasil nilai PAI siswa.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penulisan skripsi ini
penulis lebih menitikberatkan kepada keberagamaaan siswa yang diukur dari
lima dimensi (aspek) keberagamaan konsep Glock dan Stark yaitu
dimensi: pengetahuan, keyakinan, praktik agama, konsekuensi, dan
pengalaman. Tiap dimensi (aspek) dicari hasilnya, kemudian dikomparasikan
antara hasil keberagamaan siswa MAN dan SMA Negeri.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian (juga seringkali disebut metodologi) adalah “cara-
cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang
dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur
yang reliabel dan terpercaya”.1
Adapun dalam metode penelitian ini akan diuraikan tujuan penelitian,
waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, metode
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Tujuan Penelitian
Secara umum, studi ini bertujuan mencari data dan informasi yang
kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan
gambaran yang semaksimal mungkin tentang studi komparasi keberagamaan
antara siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang.
Adapun tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keberagamaan siswa MAN 1 Semarang.
2. Untuk mengetahui keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang.
3. Untuk mengetahui komparasi keberagamaan antara siswa MAN 1 dan
SMA Negeri 6 Semarang.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Guna memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 September-25 Oktober 2007 di
SMA Negeri 6 Semarang dan pada tanggal 18 Nopember-14 Desember 2007
di MAN 1 Semarang.
1Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 10.
34
34
C. Variabel Penelitian
Kata “variabel” berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti:
”ubahan”, “faktor tak tetap”, atau “gejala yang dapat diubah-ubah”.2
John W. mendefinisikan variabel sebagai berikut: Variables are the
conditions or characteristics that the experimenter manipulates, controls, or
observes.3 (Variabel adalah kondisi atau karakter yang digerakkan, dikontrol,
atau diobservasi oleh para peneliti).
Variabel dapat diarahkan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Seringkali dinyatakan variabel penelitian sebagai
faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.4
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah
keberagamaan siswa, yang indikasinya sebagai berikut:
1. Dimensi pengetahuan
2. Dimensi keyakinan (akidah)
3. Dimensi praktik agama (ibadah)
4. Dimensi konsekuensi (akhlak)
5. Dimensi pengalaman.
D. Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses
penelitian. Sedangkan penelitian ini adalah upaya dalam bidang ilmu
pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-
prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk menjawab kebenaran.5
Metode penelitian adalah cara seseorang untuk mendapatkan fakta atau
kebenaran dengan sabar, hati-hati, dan sistematis.
2Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), hlm. 36. 3Best John W., Research in Education, (America: Prentice Hall, 1981), hlm. 59.
4S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 82. 5Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),
hlm. 24.
35
35
Penentuan metode dalam skripsi ini ditentukan oleh jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, subyek penelitian, populasi, sampel, metode
pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan.
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan
(Field Research) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif (suatu
pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka-angka), dan dengan
metode angket dengan teknik komparatif. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan keterangan seluas-luasnya mengenai keberagamaan siswa
MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang.
Penelitian komparatif diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua
atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang
diteliti.6
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Salah satu langkah yang harus dilakukan dalam penelitian adalah
menentukan subyek penelitian. Subyek yang akan diambil dalam
penelitian biasanya disebut dengan populasi. Populasi atau Subyek adalah
individu yang ikut serta dalam penelitian, dari mana data akan
dikumpulkan.7
Populasi adalah keseluruhan subyek yang diteliti. Sedangkan
sampel merupakan miniature population yaitu proporsi kecil dari populasi
yang seharusnya diteliti, yang dipilih atau ditetapkan untuk keperluan
analisis.8 Arikunto membatasi untuk sekedar ancer-ancer, apabila
subyeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya
6Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 56. 7Ibnu Hadjar, op.cit., hlm. 133. 8Anas Sudijono, op.cit., hlm. 266.
36
36
apabila subyeknya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil antara
10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada situasi dan kondisi.9
Dalam penelitian ini, subyeknya adalah siswa kelas X di MAN 1
Semarang yang jumlahnya 402 dan siswa kelas X di SMA Negeri 6
Semarang yang berjumlah 413. karena populasinya lebih dari 100, maka
sesuai patokan di atas, peneliti mengambil sampel:
a) Untuk siswa MAN 1 sampelnya kurang lebih 10% dari 402 siswa
yang kemudian dibulatkan menjadi 50 siswa.
b) Untuk siswa SMA Negeri 6 sampelnya kurang lebih 10% dari 413
siswa yang kemudian dibulatkan menjadi 50 siswa.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah “proses
pemilihan sejumlah individu (objek penelitian) untuk suatu penelitian
sedemikian rupa sehingga individu-individu (objek penelitian) tersebut
merupakan perwakilan kelompok yang lebih besar pada objek yang
dipilih”.10 Tujuannya adalah menggunakan sebagian objek penelitian yang
diselidiki tersebut untuk memperoleh informasi tentang populasi.
Teknik pengambilan sampel dari populasi di atas memakai teknik
randomisasi. Dengan randomisasi dimaksudkan suatu teknik mengambil
individu untuk sampel dari populasi dengan cara random (acak). Suatu
cara disebut random kalau kita tidak memilih-milih individu-individu yang
kita tugaskan untuk mengisi sampel kita.11 Ada tiga cara untuk
mendapatkan sampel yang representatif pada teknik sampel random, yaitu
melalui cara undian, cara ordinal, dan dengan menggunakan tabel bilangan
random. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara ordinal.
Cara ordinal dilakukan dengan jalan mengurutkan nomor semua anggota
populasi di dalam suatu daftar dan kemudian mengambil anggota sampel
9Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1993), hlm. 107. 10Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset,
1995), hlm. 97. 11Sutrisno Hadi, Statistik, (Yogyakarta: Andi, 1989), Cet. 9, hlm. 223.
37
37
sebanyak yang dibutuhkan dengan mengambil nomor-nomor urut individu
secara sistematis. Misalnya yang dijadikan sampel adalah mereka yang
bernomor ganjil atau genap saja, juga mungkin individu yang memiliki
nomor berkelipatan tertentu, misalnya 2, 3, 5 dan sebagainya.
F. Teknik Pengumpulan Data
“Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. “Cara” menunjuk pada sesuatu yang
abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya
dapat dipertontonkan penggunaannya.12
Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Angket (questionnaire)
Menurut pengertiannya, angket adalah kumpulan dari pertanyaan
yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut
responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis.13
Data yang digali adalah tanggapan tentang dimensi-dimensi
keberagamaan dan hal-hal yang membutuhkan pertimbangan atau
argumentasi secara eksplisit dalam menyatakan kesetujuan atau
ketidaksetujuan. Penyusunan pertanyaan dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan tentang masalah yang diukur. Di sini masalah yang
diukur adalah masalah keberagamaan.
Angket ini terdiri dari 30 item pertanyaan masing-masing adalah:
a. Untuk variabel dimensi pengetahuan10 buah pertanyaan.
b. Untuk variabel dimensi keyakinan 5 buah pertanyaan.
c. Untuk variabel dimensi praktek 7 buah pertanyaan.
d. Untuk variabel dimensi konsekuensi 5 buah pertanyaan.
e. Untuk variabel dimensi pengalaman 3 buah pertanyaan.
12Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. 7, hlm.
100. 13Ibid., hlm. 101.
38
38
Adapun kriteria nilai angket atau kuesioner yang penulis gunakan
dipandang dari cara jawabannya, yaitu :
a. Untuk alternatif jawaban a, nilai 4
b. Untuk alternatif jawaban b, nilai 3
c. Untuk alternatif jawaban c, nilai 2
d. Untuk alternatif jawaban d, nilai 1
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya.14
Metode ini penulis gunakan untuk menjaring data tentang profil
sekolahan yang berupa catatan.
3. Metode Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap kajian yang akan diteliti serta mengadakan
pencatatan secara sistematis. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara
guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan
pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dan
sebagainya.15 Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui kegiatan yang
dilakukan siswa dan benda yang menjadi objek penelitian, seperti keadaan
sekolah dan lain-lain.
G. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa
data tersebut. Dalam analisis ini penulis menggunakan teknik analisis data
statistik. Adapun tahapan analisisnya serta rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
14Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, op. cit., hlm. 202. 15Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., hlm. 220.
39
39
1. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan digunakan untuk menyelidiki satu
variabel yang berbeda tempat yaitu keberagamaan siswa MAN 1 (X1) dan
keberagamaan siswa SMA Negeri 6 (X2) Semarang, kemudian data-data
tersebut dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi16. Penyajian tabel
ini sebagai persiapan untuk analisa selanjutnya.
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang penulis
ajukan dengan menggunakan perhitungan lebih lanjut dengan analisis
statistik, dalam hal ini menggunakan rumus tes “t”, yaitu:17
21
21 tomxSEmx
MxMx−
−=
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Mencari Mean Variabel X1, dengan rumus:
(N)fx'' Mx 1
1Σ
+= iM
b) Mencari Mean Variabel X2, dengan rumus:
(N)fy''Mx 2
2Σ
+= iM
c) Mencari Standar Deviasi Variabel X1, dengan rumus:
21
21
1 Nfx
Nfx'i SDx ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
d) Mencari Standar Deviasi Variabel X2, dengan rumus:
16“Distribusi” (distribution, bahasa Inggris) berarti “penyaluran”, “pembagian” atau
“pencaran”. Jadi “distribusi frekuensi” dapat diberi arti “penyaluran frekuensi”, “pembagian frekuensi”, atau “pencaran frekuensi”. Dalam statistik, “distribusi frekuensi” kurang lebih mengandung pengertian: “suatu keadaan yang menggambarkan bagaimana frekuensi dari gejala atau variabel yang dilambangkan dengan angka itu, telah tersalur, terbagi atau terpencar”. Apa yang dimaksud “tabel” tidak lain adalah: alat penyajian data statistik yang berbentuk (dituangkan dalam bentuk) kolom dan lajur. Adapun yang dimaksud dengan tabel distribusi frekuensi dapat kita beri pengertian sebagai: Alat penyajian data statistik yang berbentuk kolom dan lajur, yang di dalamnya dimuat angka yang dapat melukiskan atau menggambarkan pencaran atau pembagian frekuensi dari variabel yang sedang menjadi objek penelitian. Lihat dalam buku Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, op. cit.,hlm.35-36.
17Anas Sudijono, op. cit., hlm. 347-348.
40
40
22
22
2 Nfx
Nfx'i SDx ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
e) Mencari Standard Error Mean Variable X1 dengan rumus:
1NSDx SEmx 1
1 −=
f) Mencari Standard Error Mean Variabel X2 dengan rumus:
1NSDx SEmx 2
2 −=
g) Mencari Standard Error Perbedaan Mean Variabel X dan Variabel Y
dengan rumus:
22
2121 SEmxSEmx mx-SEmx +=
h) Mencari “t” atau to dengan rumus:
21
21
mxSEmxMxMx to−
−=
3. Analisis Lanjut
Analisis ini untuk membuat interpretasi lebih lanjut dengan
terlebih dahulu mencari df/db dari hasil penelitian, kemudian hasil yang
diperoleh dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikansi 5% dan 1%.
Apabila to>tt maka hipotesa alternatif (Ha) diterima dan cukup
kuat untuk menyatakan adanya perbedaan yang meyakinkan. Dan
sebaliknya, apabila to<tt maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan menyatakan
tidak ada perbedaan.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang
1. Profil MAN 1 Semarang
a. Tinjauan Historis
Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1 Semarang berdiri melalui
proses perubahan atau alih fungsi dari Sekolah Persiapan Institut
Agama Islam Negeri (SP IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta di
Semarang. Dengan demikian, status SP IAIN di Semarang adalah
sekolah negeri di bawah pembinaan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Rintisan pendirian SP IAIN Semarang dilakukan oleh Kepala
Kantor Perwakilan Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah,
almarhum KH. Masyhar bekerja sama dengan Yayasan al Jami’ah
Semarang pada waktu pendirian SP IAIN Semarang ditahun 1966.
pengurus Yayasan al-Jami’ah Semarang antara lain terdiri dari ketua
H. Ali Masyhar (almarhum) dan H. Saliyun M. Amin, BA. Sebagai
sekretarisnya.
Tempat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar SP IAIN
Semarang berlokasi di kompleks pendidikan SMP-SMA Islam
Diponegoro Semarang di jalan Mugas No.1 Semarang. Selang beberapa
tahun kemudian, lokasinya berpindah di kompleks pendidikan Yayasan
al Jami’ah di jalan Ki Mangun Sarkoro No. 17 Semarang.
Pada waktu berdirinya SP IAIN Semarang dipimpin oleh Drs.
Achmad Darodji sebagai kepala sekolah dengan surat keputusan dari
Departemen Agama Pusat, Jakarta. Dengan demikian berdirinya IAIN
Semarang, pada tahun 1978 Drs. H. Achmad Darodji menjadi salah
satu pimpinan, yaitu Drs. H. Abdul Karim Husein (almarhum) yang
sebelumnya menjabat kepala SP di Kendal.
42
Alih Fungsi SP IAIN menjadi MAN
Pada tahun 1979, berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 17
tahun 1978, SP IAIN Semarang berubah fungsi menjadi Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) Kotamadya Semarang. Pimpinannya masih tetap
Drs. H. Abdul Karim Husein (almarhum).
Pindah ke Tanah Milik Sendiri
Lokasi penyelenggaraan kegiatan pembelajaran MAN
Semarang berada di jalan Ki Mangun Sarkoro No. 17 Semarang, dari
tahun 1979 sampai dengan tahun 1981. kemudian sejak tahun 1981
pindah ke tanah milik sendiri di Kelurahan Plamongansari, Kecamatan
Genuk, Kotamadya Semarang. Dengan adanya penataan tata ruang baru
dari Dinas Tata Kota nama lokasi MAN Semarang kini berubah
menjadi wilayah Kelurahan Pedurungan Kidul, Kecamatan
Pedurungan, Kota Semarang.
Berubah menjadi MAN 1 Semarang
Dengan beralih fungsinya dan bertambahnya MAN di
Semarang yaitu MAN 2 Semarang pada tahun 1990, maka nama resmi
MAN Semarang berubah menjadi MAN 1 semarang1.
b. Letak Geografis
Madrasah Aliyah Negeri Semarang 1 didirikan di atas tanah
seluas 12.000m persegi serta luas bangunan 3600 m persegi, dengan
status tanah milik pemerintah yang terletak di jalan Brigjend S.
Sudiarto Kecamatan Pedurungan Kodya Semarang. Adapun batas-batas
wilayahnya sebagai berikut:
Sebelah Utara : Rumah Penduduk Plamongan Sari.
Sebelah Timur : Rumah Penduduk dan jalan menuju
Perumahan Plamongan Sari.
Sebelah Selatan : Perumahan Plamongan Hijau.
1Dokumentasi, Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang (Semarang, Tahun 1999).
43
Sebelah Barat : Rawa- rawa atau sawah.2
Dilihat dari letak geografisnya, lokasi MAN 1 Semarang sangat
strategis dan menguntungkan untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, karena di samping lingkungan masyarakatnya yang agamis,
juga suasana sekitarnya sangat hening dan jauh dari keramaian kota,
sehingga dapat mendukung dan menambah konsentrasi peserta didik
dalam menimba ilmu pengetahuan.
2. Profil SMA Negeri 6 Semarang
a. Tinjauan Historis
SMA Negeri 6 Semarang secara resmi didirikan pada tanggal 6
Agustus 1979, tanggal tersebut merupakan realisasi pertama kalinya
penerimaan siswa baru kelas X SMA 6 Semarang di gedung jl.
Ronggolawe sesuai instruksi Kakanwil c/q Kepala Bidang Pendidikan
Menengah dan Umum Wilayah Departemen P dan K Propinsi Jawa
Tengah.
Jumlah siswa yang diterima pada waktu itu sebanyak 100 siswa
dengan kepala sekolah dijabat oleh Bapak Raharjo (alm) dengan
gurunya yang banyak merangkap dengan SMA 7 Semarang, beliau
mempercayakan pengelolaan SMA 6 pada waktu itu kepada Bapak
Soeramto. Setelah kenaikan kelas jumlah siswa tinggal 90 orang yang
terbagi atas dua jurusan program yaitu IPA dan IPS. Tak lama
kemudian berdasarkan surat keputusan Kepala Biro Kepegawaian
Departrmen P dan K nomor 33679/C/2/1980 tertanggal 24 Mei 1980
diangkat Kepala Sekolah pertama yaitu Bapak Drs. Widyatmaka.
Pada tanggal 21 Nopember 1985 SMA Negeri 6 Semarang
mendapat sertifikat tanah Hak Pakai bernomor 22 kemudian
pembangunan fisik terus berlanjutan. Kini SMA Negeri 6 Semarang
memiliki 33 ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala
sekolah, ruang guru, BK, Perpustakaan, 8 laboratorium, 5 ruang 2Observasi, Pada tanggal 12 Desember di MAN 1 Semarang.
44
kegiatan siswa, tempat ibadah, tempat parkir dan kantin yang
representatif dan tertib3.
b. Letak Geografis
SMA Negeri 6 Semarang terletak di Semarang Barat, tepatnya
di jalan Ronggolawe no.4, bersebelahan dengan kantor camat
Semarang barat yang terletak di sebelah selatannya, adapun utaranya
bersebelahan dengan SMP N 1 Semarang. Dari arah jalan raya lebih
kurang berjarak 60 M, atau sekitar 2 km. dari bandara Ahmad Yani.
Secara geografis SMA Negeri 6 Semarang, berada di pinggiran
kota, sehingga terlepas dari hiruk pikuk kehidupan pusat kota. Selain
itu, lingkungannya masih tergolong berudara yang bersih dan cukup
sejuk, karena lokasi berada di tempat yang masih dipadati tumbuh-
tumbuhan hijau. Walaupun letaknya di pinggir kota, akan tetapi mudah
dijangkau sebab posisinya cukup strategis.
Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan
sekitarnya, maka SMA Negeri 6 Semarang mempunyai keuntungan.
Diantaranya adalah dekat dengan perumahan penduduk. Hal itu
mendorong masyarakat sekitar dalam memilih alternatif sekolahan bagi
anak-anaknya yang lebih dekat dengan tempat tinggal, selain itu SMA
Negeri 6 Semarang merupakan SMA Negeri favorit.4
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Per Dimensi
Data tentang keberagamaan siswa dapat diperoleh dari hasil
instrumen (angket) yang diberikan kepada siswa sebagai responden yang
berjumlah masing-masing 50 siswa.
Adapun angket keberagamaan siswa terdiri dari 30 butir
pertanyaan yang merupakan penjabaran dari lima dimensi keberagamaan
yang dikemukakan oleh C.Y. Glock dan R. Stark yaitu: 3Dokumentasi, Sejarah Berdirinya SMA Negeri 6 Semarang (Semarang, Tahun 1997). 4Observasi, Pada tanggal 20 Oktober 2007 di SMA Negeri 6 Semarang.
45
a). Dimensi pengetahuan 10 buah pertanyaan
b). Dimensi keyakinan 5 buah pertanyaan
c). Dimensi praktek 7 buah pertanyaan
d). Dimensi konsekuensi 5 buah pertanyaan, dan
e). Dimensi pengalaman 3 buah butir pertanyaan.
Untuk mengetahui lebih lanjut dan jelas hasil penelitian tersebut
dapat dilihat pada deskripsi sebagai berikut:
a. Data tentang Keberagamaan Siswa MAN 1 Semarang
Data hasil angket tentang keberagamaan siswa MAN 1
Semarang dengan menjumlah skor jawaban angket dari responden,
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Angket tentang Keberagamaan Siswa
Kelas X MAN 1 Semarang(X1)
1). Dimensi Pengetahuan
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1. 9 1 0 0 36 3 0 0 39
2. 6 3 1 0 24 9 2 0 35
3. 7 3 0 0 28 9 0 0 37
4. 6 3 1 0 24 9 2 0 35
5. 4 3 2 1 16 9 4 1 30
6. 7 1 2 0 28 3 4 0 35
7. 5 4 1 0 20 12 2 0 34
8. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
9. 6 3 1 0 24 9 2 0 35
10. 3 5 2 0 12 14 4 0 30
46
11. 8 1 1 0 32 3 2 0 37
12. 5 4 0 1 20 12 0 1 33
13. 5 4 0 1 20 12 0 1 33
14. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
15. 6 2 2 0 24 6 4 0 34
16. 3 6 0 1 12 18 0 1 31
17. 7 3 0 0 28 9 0 0 37
18. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
19. 6 4 0 0 24 12 0 0 36
20. 4 6 0 0 16 18 0 0 34
21. 5 5 0 0 20 15 0 0 35
22. 9 1 0 0 36 3 0 0 39
23. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
24. 5 4 1 0 20 12 2 0 34
25. 10 0 0 0 40 0 0 0 40
26. 2 3 5 0 8 9 10 0 27
27. 9 1 0 0 36 3 0 0 39
28. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
29. 9 1 0 0 36 3 0 0 36
30. 8 2 0 0 32 6 0 0 38
31. 2 6 1 1 8 18 2 1 21
32. 7 1 0 2 28 3 0 2 33
33. 9 1 0 0 36 3 0 0 39
34. 7 3 0 0 28 9 0 0 37
35. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
36. 1 9 0 0 4 27 0 0 31
37. 4 5 0 1 16 15 0 1 32
38. 2 4 3 1 8 12 6 1 27
39. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
40. 6 4 0 0 24 12 0 0 36
47
41. 5 3 2 0 20 9 4 0 33
42. 7 3 0 0 28 9 0 0 37
43. 5 4 1 0 20 12 2 0 34
44. 6 3 0 1 24 9 0 1 34
45. 7 3 0 0 28 9 0 0 37
46. 4 2 4 0 16 6 8 0 30
47. 8 2 0 0 32 6 0 0 38
48. 5 4 0 1 20 12 0 1 33
49. 9 0 0 1 36 0 0 1 37
50. 6 3 1 0 24 9 2 0 35
Jumlah 2069
2). Dimensi Keyakinan
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5 6. 7. 8. 9. 10.
1. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
2. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
3. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
4. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
5. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
6. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
7. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
8. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
9. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
10. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
11. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
12. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
13. 1 2 1 1 4 6 2 1 13
14. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
48
15. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
16. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
17. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
18. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
19. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
20. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
21. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
22. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
23. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
24. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
25. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
26. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
27. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
28. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
29. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
30. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
31. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
32. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
33. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
34. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
35. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
36. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
37. 3 1 0 1 12 3 0 1 16
38. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
39. 3 2 0 0 12 6 0 0 18
40. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
41. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
42. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
43. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
44. 1 3 1 0 4 9 2 0 15
49
45. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
46. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
47. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
48. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
49. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
50. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
Jumlah 932
3). Dimensi Praktik Agama
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1. 6 1 0 0 24 3 0 0 27
2. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
3. 6 1 0 0 24 3 0 0 27
4. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
5. 3 2 2 0 12 6 4 0 22
6. 4 1 0 2 16 3 0 2 21
7. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
8. 2 3 0 2 4 9 0 2 15
9. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
10. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
11. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
12. 3 2 1 1 12 6 2 2 22
13. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
14. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
15. 4 1 0 2 16 3 0 2 21
16. 5 0 2 0 20 0 4 0 24
17. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
18. 6 1 0 0 24 3 0 0 27
50
19. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
20. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
21. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
22. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
23. 6 0 1 0 24 0 2 0 26
24. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
25. 6 0 1 0 24 0 2 0 26
26. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
27. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
28. 3 3 0 1 12 9 0 1 22
29. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
30. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
31. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
32. 3 2 2 0 12 6 4 0 22
33. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
34. 2 5 0 0 4 15 0 0 29
35. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
36. 5 0 2 0 20 0 4 0 24
37. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
38. 6 1 0 0 24 3 0 0 27
39. 4 0 3 0 16 0 6 0 22
40. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
41. 5 0 1 1 20 0 2 1 23
42. 7 0 0 0 28 0 0 0 28
43. 3 2 1 1 12 6 2 1 21
44. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
45. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
46. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
47. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
48. 3 3 1 1 12 9 2 1 24
51
49. 4 1 2 0 16 3 4 0 23
50. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
Jumlah 1217
4). Dimensi Konsekuensi
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
2. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
3. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
4. 1 3 1 0 4 9 2 0 15
5. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
6. 1 0 3 1 4 0 6 1 11
7. 3 0 2 0 12 0 4 0 16
8. 3 1 0 1 12 3 0 1 16
9. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
10. 3 0 2 0 12 0 4 0 16
11. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
12. 2 0 3 0 8 0 6 0 14
13. 1 0 1 3 4 0 2 3 9
14. 2 1 2 0 8 3 4 0 15
15. 2 3 0 0 8 9 0 0 17
16. 2 0 2 1 8 0 4 1 13
17. 2 3 0 0 8 9 0 0 17
18. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
19. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
20. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
21. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
22. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
52
23. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
24. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
25. 3 2 0 0 12 6 0 0 18
26. 2 2 1 0 8 6 2 0 16
27. 2 2 1 0 8 6 2 0 16
28. 1 2 2 0 4 6 4 0 14
29. 2 3 0 0 8 9 0 0 17
30. 2 1 2 0 8 3 4 0 15
31. 2 0 3 0 8 0 6 0 14
32. 1 2 2 0 4 6 4 0 14
33. 1 3 1 0 4 9 2 0 15
34. 3 2 0 0 12 6 0 0 18
35. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
36. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
37. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
38. 3 2 0 0 12 6 0 0 18
39. 0 5 0 0 0 15 0 0 15
40. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
41. 0 2 3 0 0 6 6 0 12
42. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
43. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
44. 3 1 0 1 12 3 0 1 16
45. 2 0 3 0 8 0 6 0 14
46. 0 2 2 1 0 6 4 1 11
47. 2 1 2 0 8 3 4 0 15
48. 3 0 2 0 12 0 4 0 16
49. 2 3 0 0 8 9 0 0 17
50. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
Jumlah 788
53
5). Dimensi Pengalaman
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
2. 2 0 1 0 8 0 2 0 10
3. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
4. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
5. 1 1 1 0 4 3 2 0 9
6. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
7. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
8. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
9. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
10. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
11. 3 0 0 0 12 0 0 0 12
12. 0 1 2 0 0 3 4 0 7
13. 0 2 1 0 0 6 2 0 8
14. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
15. 1 0 1 1 4 0 2 1 7
16. 0 0 2 1 0 0 4 1 5
17. 0 2 0 1 0 6 0 1 7
18. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
19. 1 1 1 0 4 3 2 0 9
20. 3 0 0 0 12 0 0 0 12
21. 0 3 0 0 0 9 0 0 9
22. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
23. 3 0 0 0 12 0 0 0 12
24. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
25. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
26. 0 3 0 0 0 9 0 0 9
54
27. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
28. 0 2 0 1 0 6 0 1 7
29. 0 2 1 0 0 6 2 0 8
30. 0 2 0 1 0 6 0 1 7
31. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
32. 0 1 2 0 0 3 4 0 7
33. 1 1 1 0 4 3 2 0 9
34. 0 2 0 1 0 6 0 1 7
35. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
36. 2 0 1 0 8 0 2 0 10
37. 1 0 1 1 4 0 2 1 7
38. 3 0 0 0 12 0 0 0 12
39. 0 1 1 1 0 3 2 1 6
40. 0 3 0 0 0 0 9 0 9
41. 0 2 1 0 0 6 2 0 8
42. 3 0 0 0 12 0 0 0 12
43. 0 3 0 0 0 0 9 0 9
44. 0 1 2 0 0 3 4 0 7
45. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
46. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
47. 0 2 1 0 0 6 2 0 8
48. 0 1 2 0 0 3 4 0 7
49. 0 3 0 0 0 0 9 0 9
50. 0 3 0 0 0 0 9 0 9
Jumlah 404
b. Data tentang Keberagamaan Siswa SMA Negeri 6 Semarang.
Data hasil angket tentang keberagamaan siswa SMA Negeri 6
Semarang dengan menjumlah skor jawaban angket dari responden,
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
55
Tabel 2 Hasil Angket tentang Keberagamaan Siswa
Kelas X SMA Negeri 6 Semarang (X2)
1). Dimensi Pengetahuan
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1. 5 5 0 0 20 15 0 0 35
2. 2 5 3 0 8 15 6 0 29
3. 4 4 1 1 16 12 2 1 30
4. 6 3 1 0 24 9 2 0 35
5. 4 3 2 1 16 9 4 1 29
6. 7 1 2 0 28 3 4 0 35
7. 5 4 1 0 20 12 2 0 34
8. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
9. 6 3 1 0 24 9 2 0 35
10. 3 5 2 0 12 15 4 0 31
11. 6 1 2 1 24 3 4 1 31
12. 5 4 0 1 20 12 0 1 33
13. 5 4 0 1 20 12 0 1 33
14. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
15. 6 2 2 0 24 6 4 0 34
16. 3 6 0 1 12 18 0 1 31
17. 7 3 0 0 28 9 0 0 37
18. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
19. 6 4 0 0 24 12 0 0 36
20. 3 6 1 0 12 18 2 0 32
21. 5 5 0 0 20 15 0 0 35
22. 7 2 0 1 28 6 0 1 35
23. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
56
24. 3 5 1 1 12 15 2 1 30
25. 7 1 1 1 28 3 2 1 34
26. 2 3 5 0 8 9 10 0 27
27. 9 1 0 0 36 3 0 0 39
28. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
29. 9 1 0 0 36 3 0 0 39
30. 6 3 1 0 24 9 2 0 35
31. 2 6 1 1 8 18 2 1 29
32. 7 1 0 2 28 3 0 2 33
33. 9 1 0 0 36 3 0 0 39
34. 7 3 0 0 28 9 0 0 37
35. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
36. 1 9 0 0 4 27 0 0 31
37. 4 5 0 1 16 15 0 1 32
38. 1 4 3 2 4 12 6 2 24
39. 7 2 1 0 28 6 2 0 36
40. 6 4 0 0 24 12 0 0 36
41. 5 3 2 0 20 9 4 0 33
42. 2 6 2 0 8 18 4 0 30
43. 5 4 1 0 20 12 2 0 34
44. 6 3 0 1 24 9 0 1 34
45. 7 3 0 0 28 9 0 0 37
46. 4 2 4 0 16 6 8 0 32
47. 8 2 0 0 32 6 0 0 38
48. 5 4 0 1 20 12 0 1 33
49. 9 0 0 1 36 27 0 1 64
50. 6 3 1 0 24 9 2 0 35
Jumlah 1717
57
2). Dimensi Keyakinan
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10.
1. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
2. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
3. 2 1 2 0 8 3 4 0 15
4. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
5. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
6. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
7. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
8. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
9. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
10. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
11. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
12. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
13. 1 2 1 1 4 6 2 1 13
14. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
15. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
16. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
17. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
18. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
19. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
20. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
21. 3 1 0 1 12 3 0 1 16
22. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
23. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
24. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
25. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
26. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
58
27. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
28. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
29. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
30. 2 1 2 0 8 3 4 0 15
31. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
32. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
33. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
34. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
35. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
36. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
37. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
38. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
39. 3 2 0 0 12 6 0 0 18
40. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
41. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
42. 3 1 0 1 12 3 0 1 16
43. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
44. 1 3 1 0 4 9 2 0 15
45. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
46. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
47. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
48. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
49. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
50. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
Jumlah 912
3). Dimensi Praktik Agama
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10.
59
1. 7 0 0 0 28 0 0 0 28
2. 5 1 1 0 20 3 2 0 20
3. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
4. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
5. 3 2 2 0 12 6 4 0 22
6. 4 1 0 2 16 3 0 2 21
7. 2 3 1 1 8 9 2 1 20
8. 2 3 0 2 8 9 0 2 19
9. 3 2 2 0 12 6 4 0 22
10. 4 1 1 0 16 3 2 0 21
11. 3 2 0 2 12 6 0 2 20
12. 3 2 1 1 12 6 2 1 21
13. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
14. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
15. 4 1 0 2 16 3 0 2 21
16. 5 0 2 0 20 0 4 0 24
17. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
18. 0 3 4 0 0 9 8 0 17
19. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
20. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
21. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
22. 3 2 0 2 12 6 0 2 20
23. 4 1 2 0 16 3 4 0 23
24. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
25. 2 2 2 1 8 6 4 1 19
26. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
27. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
28. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
29. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
30. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
60
31. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
32. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
33. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
34. 2 5 0 0 8 8 0 0 16
35. 4 0 3 0 16 0 6 0 22
36. 6 0 1 0 24 0 2 0 26
37. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
38. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
39. 4 0 3 0 16 0 6 0 22
40. 3 3 1 0 12 9 2 0 23
41. 5 0 1 1 20 0 2 1 23
42. 5 2 0 0 20 6 0 0 26
43. 3 2 1 1 12 6 2 1 21
44. 5 1 1 0 20 3 2 0 25
45. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
46. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
47. 4 3 0 0 16 9 0 0 25
48. 3 3 0 1 12 9 0 1 22
49. 4 1 2 0 16 3 4 0 23
50. 4 2 1 0 16 6 2 0 24
Jumlah 1147
4). Dimensi Konsekuensi
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10.
1. 5 0 0 0 20 0 0 0 20
2. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
3. 0 4 1 0 0 12 2 0 14
4. 1 3 1 0 4 9 2 0 15
61
5. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
6. 1 0 3 1 4 0 6 1 11
7. 2 1 2 0 8 3 4 0 15
8. 3 1 0 1 12 3 0 1 16
9. 2 1 2 0 8 3 4 0 15
10. 3 0 2 0 12 0 4 0 16
11. 0 2 3 0 0 6 6 0 12
12. 2 0 3 0 8 0 6 0 14
13. 1 0 1 3 4 0 2 3 9
14. 2 1 2 0 8 3 4 0 15
15. 2 3 0 0 8 9 0 0 17
16. 2 0 2 1 8 0 4 1 13
17. 2 3 0 0 8 9 0 0 17
18. 1 2 2 0 4 6 4 0 14
19. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
20. 2 0 2 1 8 0 4 1 13
21. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
22. 2 0 1 2 8 0 2 2 12
23. 4 0 1 0 16 0 2 0 18
24. 1 0 4 0 4 0 8 0 12
25. 1 2 2 0 4 6 4 0 14
26. 2 2 1 0 8 6 2 0 16
27. 2 2 1 0 8 6 2 0 16
28. 1 2 2 0 4 6 4 0 14
29. 2 3 0 0 8 9 0 0 17
30. 1 2 2 0 4 6 4 0 14
31. 2 0 3 0 8 0 6 0 14
32. 1 2 2 0 4 6 4 0 14
33. 1 3 1 0 4 9 2 0 15
34. 1 4 0 0 4 12 0 0 16
62
35. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
36. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
37. 4 1 0 0 16 3 0 0 19
38. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
39. 0 5 0 0 0 15 0 0 15
40. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
41. 0 2 3 0 0 6 6 0 12
42. 3 1 1 0 12 3 2 0 17
43. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
44. 3 2 0 0 12 6 0 0 18
45. 2 0 3 0 8 0 6 0 14
46. 0 0 3 2 0 0 6 2 8
47. 2 1 2 0 8 3 4 0 15
48. 3 2 0 0 12 6 0 0 18
49. 2 3 0 0 8 9 0 0 17
50. 1 1 3 0 4 3 6 0 13
Jumlah 749
5). Dimensi Pengalaman
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10.
1. 2 1 0 0 8 3 0 0 11
2. 3 0 0 0 12 0 0 0 12
3. 0 2 0 1 0 6 0 1 7
4. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
5. 1 1 1 0 4 3 2 0 9
6. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
7. 0 2 1 0 0 6 1 0 7
8. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
63
9. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
10. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
11. 1 0 0 2 4 0 0 2 6
12. 0 1 2 0 0 3 4 0 7
13. 0 2 1 0 0 6 2 0 8
14. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
15. 1 0 1 1 4 0 2 1 7
16. 0 0 2 1 0 0 4 1 5
17. 0 2 0 1 0 6 0 1 7
18. 0 1 2 0 0 3 4 0 7
19. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
20. 0 3 0 0 0 9 0 0 9
21. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
22. 2 0 1 0 8 0 2 0 10
23. 1 1 1 0 4 3 2 0 9
24. 0 1 1 1 0 3 2 1 6
25. 0 1 1 1 0 3 2 1 6
26. 0 3 0 0 0 9 0 0 9
27. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
28. 0 2 0 1 0 6 0 1 7
29. 0 2 1 0 0 6 2 0 8
30. 0 1 1 1 0 3 2 1 6
31. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
32. 0 1 2 0 0 3 4 0 7
33. 1 1 1 0 4 3 2 0 9
34. 0 1 1 1 0 3 2 1 6
35. 2 0 1 0 8 0 2 0 10
36. 3 0 0 0 12 0 0 0 12
37. 1 0 1 1 4 0 2 1 7
38. 2 0 1 0 8 0 2 0 10
64
39. 0 1 1 1 0 3 2 1 6
40. 0 3 0 0 0 6 0 0 6
41. 0 2 1 0 0 6 2 0 8
42. 0 3 0 0 0 9 0 0 9
43. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
44. 0 1 2 0 0 3 4 0 7
45. 1 2 0 0 4 6 0 0 10
46. 1 1 0 1 4 3 0 1 8
47. 0 2 1 0 0 6 2 0 8
48. 0 1 2 0 0 3 4 0 7
49. 0 3 0 0 0 6 0 0 6
50. 0 2 1 0 0 6 2 0 8
Jumlah 405
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian General
a. Data tentang Keberagamaan Siswa MAN 1 Semarang
Tabel 3 Hasil Angket tentang Keberagamaan Siswa
Kelas X MAN 1 Semarang(X1) dari Lima Dimensi
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. 25 4 1 0 100 12 2 0 114
2. 22 5 3 0 88 15 6 0 109
3. 23 6 1 0 92 18 2 0 112
4. 16 12 2 0 64 36 4 0 104
5. 13 7 9 0 52 21 18 0 91
6. 17 4 5 4 68 12 10 4 94
7. 17 9 4 0 68 27 8 0 103
8. 17 7 2 4 68 21 4 4 97
65
9. 20 7 3 0 80 21 6 0 107
10. 17 7 5 1 68 21 10 1 100
11. 24 4 2 0 96 12 4 0 112
12. 15 7 6 0 60 21 12 0 93
13. 12 9 4 5 48 27 8 5 88
14. 17 8 5 0 68 24 10 0 102
15. 17 6 4 3 68 18 8 3 97
16. 13 7 7 3 52 21 14 3 97
17. 18 11 0 1 72 33 0 1 106
18. 23 6 1 0 92 18 2 0 112
19. 21 8 1 0 84 24 2 0 110
20. 20 8 2 0 80 24 4 0 108
21. 12 13 4 1 48 39 8 1 96
22. 25 5 0 0 100 15 0 0 115
23. 25 3 2 0 100 9 4 0 113
24. 21 7 2 0 84 21 4 0 109
25. 26 3 1 0 104 9 2 0 115
26. 12 12 6 0 48 36 12 0 96
27. 20 9 1 0 80 27 2 0 109
28. 20 9 1 0 80 27 2 0 109
29. 19 8 3 0 76 24 6 0 106
30. 20 7 2 1 80 21 4 1 106
31. 14 11 4 1 56 33 8 1 98
32. 15 7 6 2 60 21 12 2 95
33. 18 9 3 0 72 27 6 0 105
34. 15 14 0 1 60 42 0 1 103
35. 21 2 7 0 84 6 14 0 104
36. 16 10 4 0 64 30 8 0 102
37. 17 8 2 3 68 24 4 3 99
38. 19 7 3 1 76 21 6 1 104
66
39. 14 10 5 1 56 30 10 1 97
40. 14 12 4 0 56 36 8 0 100
41. 15 7 7 1 60 21 14 1 96
42. 24 5 1 0 96 15 2 0 113
43. 13 11 5 1 52 33 10 1 96
44. 15 9 4 2 60 27 8 2 97
45. 18 8 4 0 72 24 8 0 104
46. 13 8 8 1 52 24 16 1 93
47. 18 9 3 0 72 27 6 0 105
48. 15 8 5 2 60 24 10 2 96
49. 19 7 3 1 76 21 6 1 104
50. 15 10 5 0 60 30 10 0 100
Jumlah 5128
b. Data tentang keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang
Tabel 4
Hasil Angket tentang Keberagamaan Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Semarang (X2) dari Lima Dimensi
No.
Resp.
Jawaban
a b c d
Nilai
4 3 2 1
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1. 23 7 0 0 92 21 0 0 113
2. 19 7 4 0 76 21 8 0 105
3. 10 13 5 2 40 39 10 2 91
4. 16 12 2 0 64 36 4 0 104
5. 13 7 9 1 52 21 18 1 92
6. 17 4 5 4 68 12 10 4 94
7. 13 11 5 1 52 33 10 1 96
8. 17 7 2 4 68 21 4 4 97
9. 16 8 5 1 64 24 10 1 99
67
10. 17 7 5 1 68 21 10 5 104
11. 14 5 6 5 56 15 12 5 88
12. 15 7 6 2 60 21 12 2 95
13. 12 9 4 5 48 27 8 5 88
14. 17 8 5 0 68 24 10 0 102
15. 17 6 4 3 68 18 8 3 97
16. 13 7 7 3 52 21 14 3 90
17. 18 11 0 1 72 33 0 1 106
18. 11 9 10 0 44 27 20 0 91
19. 21 8 1 0 84 24 2 0 110
20. 14 9 5 2 56 27 10 2 95
21. 12 13 4 1 48 39 8 1 96
22. 17 5 2 6 68 15 4 6 93
23. 21 3 6 0 84 9 12 0 105
24. 12 10 7 1 48 30 14 1 93
25. 14 6 7 3 56 18 14 3 91
26. 12 12 6 0 48 36 12 0 96
27. 20 9 1 0 80 27 2 0 109
28. 15 9 4 2 60 27 8 2 97
29. 19 8 3 0 76 24 6 0 106
30. 12 10 7 1 48 30 21 1 100
31. 14 11 4 1 56 33 8 1 98
32. 15 7 6 2 60 21 12 2 95
33. 18 9 3 0 72 27 6 0 105
34. 13 15 1 1 52 45 2 1 100
35. 21 2 7 0 84 6 14 0 104
36. 18 11 1 0 72 33 2 0 107
37. 17 8 2 3 68 24 4 3 99
38. 16 6 6 2 64 18 12 2 96
39. 14 10 5 1 56 30 10 1 97
68
40. 14 12 4 0 56 36 8 0 100
41. 15 7 7 1 60 21 14 1 96
42. 13 13 3 1 52 39 6 1 98
43. 14 10 5 1 56 30 10 1 97
44. 15 9 4 2 60 27 8 2 97
45. 18 8 4 0 72 24 8 0 104
46. 12 6 9 3 48 18 18 3 87
47. 18 9 3 0 72 27 6 0 105
48. 15 8 5 2 60 24 10 2 96
49. 19 7 3 1 76 21 6 1 104
50. 15 9 6 0 60 27 12 0 99
Jumlah 4927
C. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data Per Dimensi
a. Analisis Pendahuluan
Pada tahap ini disajikan data tentang keberagamaan siswa
adalah sebagai berikut:
1) Data keberagamaan siswa di MAN 1 Semarang:
a) Dimensi Pengetahuan
39 35 37 35 30 35 34 36 35 30
37 33 33 36 34 31 37 36 36 34
35 39 36 34 40 27 39 36 36 38
21 33 39 37 36 31 32 27 36 36
33 37 34 34 37 30 38 33 37 35
b) Dimensi Keyakinan
20 20 18 18 18 19 19 18 19 20
20 20 13 17 18 19 19 19 20 20
19 19 19 19 20 19 19 18 18 20
19 19 19 19 18 19 16 20 18 19
20 19 19 15 18 17 19 18 18 19
69
c) Dimensi Praktik Agama
27 26 27 25 22 21 23 15 24 25
26 22 25 24 21 24 26 27 26 25
23 26 26 25 26 25 25 22 24 26
26 22 23 29 25 24 25 27 22 23
23 28 21 25 25 24 25 24 23 24
d) Dimensi Konsekuensi
17 18 19 15 13 11 16 16 18 16
17 14 9 15 17 13 17 19 19 17
13 20 20 20 18 16 16 14 17 15
14 14 15 18 18 18 19 18 15 13
12 17 13 16 14 11 15 16 17 13
e) Dimensi Pengalaman
11 10 11 10 9 8 11 8 11 8
12 7 8 10 7 5 7 11 9 12
9 11 12 11 11 9 10 7 8 7
10 7 9 7 11 10 7 12 6 9
8 12 9 7 10 11 8 7 9 9
2) Data keberagamaan siswa di SMA Negeri 6 Semarang:
a) Dimensi Pengetahuan
35 29 30 35 29 35 34 36 35 31
31 33 33 36 34 31 37 36 36 32
35 35 36 30 34 27 39 36 39 35
29 33 39 37 36 31 32 24 36 36
33 30 34 34 37 32 38 33 64 35
b) Dimensi Keyakinan
19 20 15 19 18 19 19 18 19 20
18 20 13 17 18 18 19 17 20 19
16 18 18 19 18 19 19 18 18 15
19 19 19 19 19 19 19 20 18 19
20 16 19 15 18 17 19 18 18 19
70
c) Dimensi Praktik Agama
28 20 24 25 22 21 20 19 22 21
20 21 25 24 21 24 26 17 26 24
23 20 23 23 19 25 25 23 24 23
26 23 23 16 22 26 25 25 22 23
23 26 21 25 25 24 25 22 23 24
d) Dimensi Konsekuensi
20 19 14 15 13 11 15 16 15 16
12 14 9 15 17 13 17 14 19 13
13 12 18 12 14 16 16 14 17 14
14 14 15 16 19 19 19 17 15 13
12 17 13 18 14 8 15 18 17 13
e) Dimensi Pengalaman
11 12 7 10 9 8 7 8 8 8
6 7 8 10 7 5 7 7 8 9
8 10 9 6 6 9 10 7 8 6
10 7 9 6 10 12 7 10 6 6
8 9 10 7 10 8 8 7 6 8
Data di atas menunjukkan bahwa nilai (skor) tertinggi dan
terendah pada keberagamaan siswa yaitu:
a. Keberagamaan siswa MAN 1 Semarang
1) Dimensi pengetahuan, skor tertinggi adalah 40 dan skor
terendah adalah 21
2) Dimensi keyakinan, skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah
adalah 13
3) Dimensi praktik agama, skor tertinggi adalah 29 dan skor
terendah adalah 15
4) Dimensi konsekuensi, skor tertinggi adalah 20 dan skor
terendah adalah 9
71
5) Dimensi pengalaman, skor tertinggi adalah 12 dan skor terendah
adalah 5
b. Keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang
1) Dimensi pengetahuan, skor tertinggi adalah 64 dan skor
terendah adalah 24
2) Dimensi keyakinan, skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah
adalah 13
3) Dimensi praktik agama, skor tertinggi adalah 28 dan skor
terendah adalah 16
4) Dimensi konsekuensi, skor tertinggi adalah 20 dan skor
terendah adalah 8
5) Dimensi pengalaman, skor tertinggi adalah 12 dan skor terendah
adalah 5
Data di atas kemudian disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Adapun untuk membuat distribusi tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Mencari jumlah interval kelas dengan rumus:
K = 1+3,3 log N
= 1+3,3 log 50
= 1+3,3 (1,698)
= 1+5,6034
= 6,6034 dibulatkan menjadi 7
b. Mencari Range dengan rumus:
R = H-L
Ket : R = Range yang di cari
H = Skor atau nilai yang tertinggi (Highest Score)
L = Skor atau nilai yang terendah (Lowest Score)5
5Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), hlm. 144.
72
1) Keberagamaan siswa MAN 1 Semarang
a). Dimensi pengetahuan, Rx1 = 40-21 = 19
b). Dimensi keyakinan, Rx1 = 20-13 = 7
c). Dimensi praktik agama, Rx1 =29-15 = 14
d). Dimensi konsekuensi, Rx1 = 20-9 = 11
e). Dimensi pengalaman, Rx1 = 12-5 = 7
2) Keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang
a) Dimensi pengetahuan, Rx2 = 64-24 = 40
b) Dimensi keyakinan, Rx2 = 20-13 = 7
c) Dimensi praktik agama, Rx2 = 28-16 = 12
d) Dimensi konsekuensi, Rx2 = 20-8 = 12
e) Dimensi pengalaman, Rx2 = 12-5 = 7
c. Menentukan interval kelas dengan rumus:
KRi =
1) Keberagamaan siswa MAN 1 Semarang
a). Dimensi pengetahuan, 7,27
19==i dibulatkan menjadi 3
b). Dimensi keyakinan, 177==i
c). Dimensi praktik agama, 27
14==i
d). Dimensi konsekuensi, 57,1711
==i dibulatkan menjadi 2
e). Dimensi pengalaman, 177==i
2) Keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang
a) Dimensi pengetahuan, 7,5740
==i dibulatkan menjadi 6
b) Dimensi keyakinan, 177==i
73
c) Dimensi praktik agama, 7,17
12==i dibulatkan menjadi 2
d) Dimensi konsekuensi, 7,17
12==i dibulatkan menjadi 2
e) Dimensi pengalaman, 177==i
Adapun tabel distribusi frekuensi dapat dilihat pada analisis
ujihipotesis.
b. Analisis Uji Hipotesis
Untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis yang telah
disebutkan di muka, ditempuh langkah sebagai berikut:
1) Mencari Mean, Standar Deviasi, Standar Error dari Mean
keberagamaan siswa MAN 1 Semarang (Variabel X1) :
Tabel 5
Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar Error dari Mean Variabel X1
Dimensi Pengetahuan
Skor F x1 x1´ fx1´ fx1´²
39 – 40
36 – 38
33 – 35
30 – 32
27 – 29
24 – 26
21 - 23
5
19
17
6
2
0
1
39,5
37
34
(31)
28
25
22
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
+15
+38
+17
0
-2
0
-3
45
76
17
0
2
0
9
50 = N - - 65= ∑ fx1´ 149= ∑ fx1´²
1) (N)
'fxi'M Mx 1
1Σ
+=
9,349,331(50)65331 =+=+=
74
2) 2
12
11 N
'fxN
'fxi SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
2
5065
501493 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−= 69,198,23 −=
3,408 1,136329,13 =×==
1NSDx
SEmx 11
−= 49,0
7408,3
150408,3 ==−
=
Tabel 6 Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar
Error dari Mean Variabel X1
Dimensi Keyakinan
Skor f x1 x1´ fx1´ fx1´²
20
19
18
17
16
15
14
13
11
22
12
2
1
1
0
1
20
19
18
17
(16)
15
14
13
+3
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
+33
+66
+24
+2
0
-1
0
-3
99
198
48
2
0
1
0
9
50 = N - - 121= ∑ fx1´ 357= ∑ fx1´²
1) (N)
'fxi'M Mx 1
1Σ
+=
42,1842,216(50)121116 =+=+=
75
2) 2
12
11 N
'fxN
'fxi SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
2
50121
503571 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−= 86,514,71 −=
31,1 1,13128,11 =×==
1NSDx
SEmx 11
−= 16,0
713,1
15013,1 ==−
=
Tabel 7 Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar
Error dari Mean Variabel X1
Dimensi Praktik Agama
Skor f x1 x1´ fx1´ fx1´²
27 – 29
25 – 26
23 – 24
21 – 22
19 – 20
17 – 18
15 - 16
6
21
14
8
0
0
1
27,5
25,5
23,5
(21,5)
19,5
17,5
15,5
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
+18
+42
+14
0
0
0
-3
54
84
14
0
0
0
9
50 = N - - 71= ∑ fx1´ 161= ∑ fx1´²
1) (N)
'fxi'M Mx 1
1Σ
+=
34,2484,25,21(50)7125,21 =+=+=
76
2) 2
12
11
'N
'fx SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
Nfxi
2
5071
501612 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−= 222,32 −=
22,12 = 44,222,12 =×=
1 SEmx 1
1−
=N
SDx35,0
744,2
15044,2 ==−
=
Tabel 8
Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar Error dari Mean Variabel X1
Dimensi Konsekuensi
Skor f x1 x1´ fx1´ fx1´²
19 - 20
17 - 18
15 -16
13 - 14
11 - 12
9 - 10
7
15
13
11
3
1
19,5
17,5
15,5
(13,5)
11,5
9,5
+3
+2
+1
0
-1
-2
+21
+30
+13
0
-3
-2
63
60
13
0
3
4
50 = N - - 59= ∑ fx1´ 143= ∑ fx1´²
1) (N)
'fxi'M Mx 1
1Σ
+=
86,1536,25,13(50)5925,13 =+=+=
2) 2
12
11
'N
'fx SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
Nfxi
2
5059
501432 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−= 18,186,22 −=
77
68,12 = 592,2296,12 =×=
1 SEmx 1
1−
=N
SDx37,0
7592,2
150592,2 ==−
=
Tabel 9 Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar
Error dari Mean Variabel X1
Dimensi Pengalaman
Skor f x1 x1´ fx1´ fx1´²
12
11
10
9
8
7
6
5
5
10
7
9
7
10
1
1
12
11
10
9
(8)
7
6
5
+4
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
+20
+30
+14
+9
0
-10
-2
-3
80
90
28
9
0
10
4
9
50 = N - - 58= ∑ fx1´ 230= ∑ fx1´²
1) (N)
'fxi'M Mx 1
1Σ
+=
16,916,18(50)5818 =+=+=
2) 2
12
11
'N
'fx SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
Nfxi
2
5058
502301 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−= 35,16,41 −=
25,31 = 80,180,11 =×=
78
1 SEmx 1
1−
=N
SDx26,0
780,1
15080,1 ==−
=
Untuk mengetahui kualitas variabel keberagamaan siswa MAN
1 Semarang maka perlu dibuat tabel kualitas variabel keberagamaan
sebagai berikut:
Tabel 10
Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Pengetahuan Siswa MAN 1 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
36 – 40
31 – 35
26 – 30
21 – 25
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa MAN 1
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa MAN 1
Semarang pada dimensi pengetahuan dalam kategori “baik”, karena
nilai rata-rata (mean) sebesar 34,9 terletak pada interval 31 - 35.
Tabel 11 Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Keyakinan
Siswa MAN 1 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
19 - 20
17 - 18
15 - 16
13 - 14
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa MAN 1
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa MAN 1
Semarang pada dimensi keyakinan dalam kategori “sangat baik”,
karena nilai rata-rata (mean) sebesar 18,42 terletak pada interval 19 -
20.
79
Tabel 12 Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Praktik Agama
Siswa MAN 1 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
24 – 28
21 – 23
18 – 20
15 – 17
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa MAN 1
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa MAN 1
Semarang pada dimensi praktik agama dalam kategori “sangat baik”,
karena nilai rata-rata (mean) sebesar 24,34 terletak pada interval 24 -
28.
Tabel 13 Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Konsekuensi
Siswa MAN 1 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
18 – 20
15 – 17
12 – 14
9 – 11
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa MAN 1
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa MAN 1
Semarang pada dimensi konsekuensi dalam kategori “baik”, karena
nilai rata-rata (mean) sebesar 15,86 terletak pada interval 15 – 17.
Tabel 14 Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Pengalaman
Siswa MAN 1 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
11 - 12
9 - 10
Sangat baik
Baik
80
7 - 8
5 - 6
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa MAN 1
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa MAN 1
Semarang dalam kategori “baik”, karena nilai rata-rata (mean) sebesar
9,16 terletak pada interval 9 – 10.
2) Mencari Mean, Standar Deviasi, Standar Error dari Mean
keberagamaan siswa SMA Negeri 6 Semarang (Variabel X2) :
Tabel 15 Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar Error
dari Mean Variabel X2
Dimensi Pengetahuan
Skor f x2 x2´ fx2´ fx2´²
60 - 64
54 - 59
48 - 53
42 - 47
36 - 41
30 - 35
24 -29
1
0
0
0
16
28
5
62
56,5
50,5
(44,5)
38,5
32,5
26,5
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
+3
0
0
0
-16
-56
-15
9
0
0
0
16
112
45
50 = N - - -84= ∑ fx2´ 182= ∑ fx2´²
1) (N)
'fx' Mx 2
2Σ
+= iM
42,34)08,10(5,44(50)
84-65,44 =−+=+=
81
2) 2
22
22
'N
'fx SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
Nfxi
2
5084
501822 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ −−= 82,264,32 −=
82,02 = 82,191,02 =×=
1 SEmx 2
2−
=N
SDx26,0
782,1
15082,1 ==−
=
Tabel 16 Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar Error
dari Mean Variabel X2
Dimensi Keyakinan
Skor f x2 x2´ fx2´ fx2´²
20
19
18
17
16
15
14
13
6
21
14
3
2
3
0
1
20
19
18
17
(16)
15
14
13
+1
+2
+3
+4
0
-1
-2
-3
+6
+42
+42
+12
0
-3
0
-3
6
84
126
48
0
3
0
9
50 = N - - 96= ∑ fx2´ 276= ∑ fx2´²
1) (N)
'fx' Mx 2
2Σ
+= iM
92,1792,116(50)96116 =+=+=
82
2) 2
22
22
'N
'fx SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
Nfxi
2
5096
502761 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−= 69,352,51 −=
83,11 = 35,135,11 =×=
1 SEmx 2
2−
=N
SDx19,0
735,1
15035,1 ==−
=
Tabel 17 Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar Error
dari Mean Variabel X2
Dimensi Praktik Agama
Skor f x2 x2´ fx2´ fx2´²
26 - 28
24 - 25
22 - 23
20 - 21
18 - 19
16 - 17
6
16
15
9
2
2
27
24,5
22,5
(20,5)
18,5
16.5
+3
+2
+1
0
-1
-2
+18
+32
+15
0
-2
-4
54
64
15
0
2
8
50 = N - - 59= ∑ fx2´ 143= ∑ fx2´²
1) (N)
'fx' Mx 2
2Σ
+= iM
86,2236,25,20(50)5925,20 =+=+=
2) 2
22
22
'N
'fx SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
Nfxi
2
5059
501432 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−= 39,186,22 −=
83
47,12 = 4,22,12 =×=
1 SEmx 2
2−
=N
SDx34,0
74,2
1504,2 ==−
=
Tabel 18
Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar Error dari Mean Variabel X2
Dimensi Konsekuensi
Skor f x2 x2´ fx2´ fx2´²
18 - 20
16 -17
14 - 15
12 - 13
10 - 11
8 -9
9
11
16
11
1
2
19
16,5
14,5
(12,5)
10,5
8,5
+3
+2
+1
0
-1
-2
+27
+22
+16
0
-1
-4
81
44
16
0
1
8
50 = N - - 60= ∑ fx2´ 150= ∑ fx2´²
1) (N)
'fx' Mx 2
2Σ
+= iM
9,144,25,12(50)6025,12 =+=+=
2) 2
22
22
'N
'fx SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
Nfxi
2
5060
501502 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−= 44,132 −=
56,12 = 5,225,12 =×=
1 SEmx 2
2−
=N
SDx36,0
75,2
1505,2 ==−
=
84
Tabel 19 Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar Error
dari Mean Variabel X2
Dimensi Pengalaman
Skor f x2 x2´ fx2´ fx2´²
12
11
10
9
8
7
6
5
2
1
9
6
12
11
8
1
12
11
10
9
(8)
7
6
5
+4
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
+8
+3
+18
+6
0
-11
-16
-3
32
9
36
6
0
11
32
9
50 = N - - 5= ∑ fx2´ 135= ∑ fx2´²
1) (N)
'fx' Mx 2
2Σ
+= iM
1,81,08(50)
518 =+=+=
2) 2
22
22
'N
'fx SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
Nfxi
2
505
501351 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−= 01,07,21 −=
69,21 = 69,269,21 =×=
1 SEmx 2
2−
=N
SDx38,0
769,2
15069,2 ==−
=
85
Adapun untuk mengetahui kualitas variabel keberagamaan siswa
SMA Negeri 6 Semarang maka perlu dibuat tabel kualitas variabel
keberagamaan sebagai berikut:
Tabel 20 Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Pengetahuan
Siswa SMA Negeri 6 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
54 – 64
44 – 53
34 – 43
24– 33
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa SMA Negeri 6
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa SMA
Negeri 6 Semarang pada dimensi pengetahuan dalam kategori “cukup”,
karena nilai rata-rata (mean) sebesar 34,42 terletak pada interval 34 –
43.
Tabel 21 Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Keyakinan
Siswa SMA Negeri 6 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
19 - 20
17 - 18
15 - 16
13 - 14
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa SMA Negeri 6
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa SMA
Negeri 6 Semarang pada dimensi keyakinan dalam kategori “baik”,
karena nilai rata-rata (mean) sebesar 17,92 terletak pada interval 17 -
18.
86
Tabel 22 Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Praktik Agama
Siswa SMA Negeri 6 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
25 – 28
22 – 24
19 – 21
16 – 18
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa SMA Negeri 6
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa SMA
Negeri 6 Semarang pada dimensi praktik agama dalam kategori “baik”,
karena nilai rata-rata (mean) sebesar 22,86 terletak pada interval 22 –
24.
Tabel 23 Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Kosekuensi
Siswa SMA Negeri 6 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
17 – 20
14 – 16
11 – 13
8 – 10
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa SMA Negeri 6
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa SMA
Negeri 6 Semarang pada dimensi konsekuensi dalam kategori “baik”,
karena nilai rata-rata (mean) sebesar 14,9 terletak pada interval 14 – 16.
Tabel 24 Kualifikasi Variabel Keberagamaan Dimensi Pengalaman
Siswa SMA Negeri 6 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
11 -12
9- 10
Sangat baik
Baik
87
7 - 8
5 - 6
Cukup
Kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa SMA Negeri 6
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa SMA
Negeri 6 Semarang pada dimensi pengalaman dalam kategori “baik”,
karena nilai rata-rata (mean) sebesar 8,1 terletak pada interval 9 – 10.
c. Analisis Lanjut
Dari data keberagamaan siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6
Semarang, yaitu dengan melihat mean yang diperoleh dapat
disimpulkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 25 Hasil Keberagamaan Siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6
Semarang
Dimensi MAN 1 SMA N 6
Pengetahuan 34,9 (baik) 34,42 (cukup)
Keyakinan 18,42 (sangat baik) 17,92 (baik)
Praktik Agama 24,34 (sangat baik) 22,86 (baik)
Konsekuensi 15,86 (baik) 14,9 (baik)
Pengalaman 9,16 (baik) 8,1 (baik)
Data di atas menunjukkan bahwa kualitas keberagamaan
siswa MAN 1 lebih baik dibanding siswa SMA Negeri 6 baik dari
dimensi pengetahuan, keyakinan, praktik agama, konsekuensi,
maupun pengalaman.. Menurut hemat penulis, hal ini dikarenakan
siswa di MAN l mendapatkan lebih banyak porsi pendidikan agama
dibandingkan siswa SMA Negeri 6 maka secara otomatis hal tersebut
akan berpengaruh pada dimensi pengetahuan siswa. Sementara itu
antara dimensi satu dengan yang lainnya saling berpengaruh.
88
2. Teknik Analisis Data General
a. Analisis Pendahuluan
Pada tahap ini disajikan data tentang keberagamaan siswa secara
general, yakni dari lima dimensi sebagai berikut:
1) Data keberagamaan siswa di MAN 1 Semarang
114 109 112 104 91 94 103 97 107 100
112 93 88 102 97 90 106 112 110 108
96 115 113 109 115 96 109 109 106 106
98 95 105 103 104 102 99 104 97 100
96 113 96 97 104 93 105 96 104 100
2) Data keberagamaan siswa di SMA Negeri 6 Semarang
113 105 91 104 92 94 96 97 99 104
88 95 88 102 97 90 106 91 110 95
96 93 105 93 91 96 109 97 106 100
98 95 105 100 104 107 99 96 97 100
96 98 97 97 104 87 105 96 104 99
Data di atas menunjukkan bahwa nilai (skor) tertinggi dan
terendah pada keberagamaan siswa yaitu:
1. Untuk keberagamaan siswa di MAN 1, nilai (skor) tertinggi adalah
115 dan nilai (skor) terendah adalah 88.
2. Untuk keberagamaan siswa di SMA Negeri 6, nilai (skor) tertinggi
adalah 113 dan nilai (skor) terendah adalah 87.
Data di atas kemudian disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Adapun untuk membuat distribusi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Mencari jumlah interval kelas dengan rumus:
K = 1+3,3 log N
= 1+3,3 log 50
= 1+3,3 (1,698)
= 1+5,6034
= 6,6034 dibulatkan menjadi 7
89
2. Mencari Range dengan rumus:
R = H-L
Rx1 = 115-88 = 27
Rx2 = 113-87 = 26
3. Menentukan interval kelas dengan rumus:
KRi =
Interval X1 = 727 = 3,857 dibulatkan menjadi 4.
Interval X2 = 726 = 3,4 dibulatkan menjadi 3.
b. Analisis Uji Hipotesis
Untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis yang telah
disebutkan di muka, ditempuh langkah sebagai berikut:
1). Mencari Mean, Standar Deviasi, Standar Error dari Mean
Variabel X1:
Tabel 26 Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar
Error dari Mean Variabel X1
Skor f x1 x1´ fx1´ fx1´²
112 – 115
108 – 111
104 – 107
100 – 103
96 – 99
92 – 95
88 – 91
8
5
11
7
12
5
2
113,5
109,5
105,5
(101,5)
97,5
93,5
89,5
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
+24
+10
+11
0
-12
-10
-6
72
20
11
0
12
20
18
50 =
N
- - 17 = ∑ fx1´ 153 = ∑ fx1´²
90
1. (N)
'fxi'M Mx 1
1Σ
+=
= (50)
)17(4101,5 + = 101,5 + 1,36 = 102,86
2. 2
12
11 N
'fxN
'fxi SDx ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
= 2
5017
501534 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛− = 4√3,06 – 0,1 = 4√2,96
= 4×1,72 = 6,88
1NSDx
SEmx 11
−=
= 150
88,6−
= 788,6 = 0,98
Adapun untuk mengetahui kualitas variabel keberagamaan
siswa MAN 1 Semarang maka perlu dibuat tabel kualitas variabel
keberagamaan sebagai berikut:
Tabel 27
Kualifikasi Variabel Keberagamaan Siswa MAN 1 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
109 – 115
102 – 108
95 – 101
88 - 94
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Tabel kualitas variabel keberagamaan siswa MAN 1
Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan siswa MAN
1 Semarang dalam kategori “baik”, karena nilai rata-rata (mean)
sebesar 102,86 terletak pada interval 102 - 108.
91
2). Mencari Mean, Standar Deviasi, Standar Error dari Mean
Variabel X2:
Tabel 28 Distribusi frekuensi Skor Mean Standar Deviasi, Standar
Error dari Mean Variabel X2
Skor f x2 x2´ fx2´ fx2´²
111 – 113
108 – 110
105 – 107
102 – 104
99 – 101
96 – 98
93 – 95
90 – 92
87 – 89
1
2
7
5
6
14
7
5
3
112
109
106
103
(100)
97
94
91
88
+4
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
-4
+4
+6
+14
+5
0
-14
-14
-15
-12
16
18
28
5
0
14
28
45
48
50 = N - - -26 = ∑ fx2´ 202 = ∑ x2´²
1. (N)
'fxi'MMx 2
2Σ
+=
= 50
)26(3100 −+ = 100 +(-1,56) = 98,44
2. 2
22
22 N
'fxN
'fxi SDx ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
Σ=
2
5026
502023 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ −−=
= 3√4,04 – 0,2704 = 3√3,77 = 3×1,94 = 5,82
1NSDx
SEmx 22
−=
= 150
82,5−
= 782,5 = 0,83
92
Adapun untuk mengetahui kualitas variabel keberagamaan
siswa SMA Negeri 6 Semarang maka perlu dibuat tabel kualitas
variabel keberagamaan sebagai berikut:
Tabel 29
Kualifikasi Variabel Keberagamaan Siswa SMA Negeri 6 Semarang
Nilai Interval Kualifikasi
108 – 113
101 – 107
94 – 100
87 - 93
Sangat baik
Baik
Cukup
kurang
Dari tabel kualitas variabel keberagamaan siswa SMA
Negeri 6 Semarang di atas, menunjukkan bahwa keberagamaan
siswa SMA Negeri 6 Semarang dalam kategori “cukup”, karena
nilai rata-rata (mean) sebesar 98,44 terletak pada interval 94 – 100.
3). Mencari Standar Error Perbedaan Mean Variabel X1 dan
Variabel X2 dengan Rumus:
22
2121 mx-SEmx SEmxSEmx +=
65,1687,096,083,098,0 22 =+=+= = 1,28.
4). Mencari “t” atau to:
21
21
mxSEmxMxMx
to−
−=
28,144,9886,102 −
= ==28,142,4 3,45
5). Memberikan interpretasi terhadap “to”:
df/db = (Nx + Ny - 2)
= 50 + 50 -2 = 98
93
c. Analisis Lanjut
Analisis lanjut general yang dimaksud di sini adalah analisis
yang digunakan untuk menganalisis hipotesis yang terdapat dalam
analisis pendahuluan dan analisis uji hipotesis. Berdasarkan
perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai df nya adalah 98,
untuk mengetahui taraf signifikansinya dapat diperoleh melalui daftar
nilai (tt), karena nilai df nya 98 dan tidak ditemui pada tabel, maka
dipergunakan df yang terdekat, yaitu df 100. dengan df sebesar 100
diperoleh tt sebagai berikut:
Tabel. 30
to df Taraf Signifikansi 1% 5%
3,45 98 2,63 1,98
Karena “t” yang diperoleh dalam perhitungan (yaitu to = 3,45)
adalah lebih besar dari pada tt baik pada taraf signifikansi 5% maupun
pada taraf signifikansi1%, maka hipotesis nihil diterima. Berarti antara
variabel X1 dan variabel X2 terdapat perbedaan yang signifikan.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Keberagamaan merupakan salah satu aspek fundamental dalam ajaran
agama. Karena salah satu bukti keberagamaan menuntut adanya sikap yang
kongkrit dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini keberagamaan yang dimaksud
adalah segala bentuk perilaku yang mengarah pada agama, terutama agama
Islam. Sedangkan Islam itu sendiri biasa diartikan secara generik sebagai
sikap penyerahan diri kepada Allah Swt.
Adapun secara garis besar keberagamaan seseorang meliputi aspek
ilahiyah dan ukhrawiyah. Kedua aspek ini saling melengkapi dan merupakan
satu kesatuan yang utuh. Adapun aspek ilahiyah adalah aspek berhubungan
langsung dengan Tuhan, seperti sholat, puasa, dan lain sebagainya.
94
Sedangkan aspek ukhrawiyah adalah aspek yang berhubungan dengan
sesama manusia, seperti tolong menolong, hidup rukun dan sebagainya.
Agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Peningkatan
terhadap agama dikarenakan faktor-faktor tertentu baik disebabkan oleh
kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Berbicara mengenai
keberagamaan seseorang tentu cakupan pembahasannya sangat luas Oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis memfokuskan pembahasan mengenai
keberagamaan pada remaja.
Masa remaja adalah masa dimana seseorang telah melalui masa anak-
anak dan belum mencapai masa kematangan atau kedewasaan berpikir (labil).
Bahkan kepercayaan terhadap agama yang telah tumbuh pada masa
sebelumnya dapat mengalami kegoncangan.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama
pada para remaja turut dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya
penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang
tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangannya
Penelitian ini membahas bagaimana keberagamaan antara siswa MAN
1 dan SMA Negeri 6 Semarang dengan responden yang berjumlah
keseluruhan 100 siswa, yang masing-masing diambil 50 siswa dari MAN 1
dan 50 siswa dari SMA Negeri 6. Data diperoleh dari angket yang diberikan
kepada siswa untuk menggali data tentang keberagamaan siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan data secara rinci, yaitu perhitungan per
dimensi menunjukkan bahwa kualitas keberagamaan siswa MAN 1 lebih baik
dibanding siswa SMA Negeri 6 baik dari dimensi pengetahuan, keyakinan,
praktik agama, konsekuensi, maupun pengalaman.
Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi secara general, antara
keberagamaan siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang diketahui nilainya
sebesar 3,45 setelah dicocokkan pada t tabel pada taraf signifikansi 5%
sebesar 1,98 dan pada taraf signifikansi 1% sebesar 2,63, maka to>tt sehingga
hasilnya signifikan. Hal tersebut berarti ada perbedaan yang signifikan pada
keberagamaan antara siswa MAN dan SMA Negeri 6 Semarang.
95
Perlu di jelaskan pula di sini, bahwa jangkauan penelitian ini tidak
sampai pada meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan adanya
perbedaan keberagamaan antara siswa MAN 1dan SMA Negeri 6 Semarang
secara lebih mendalam. Penelitian ini hanya meneliti ada atau tidak
perbedaan keberagamaan antara siswa MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang.
G. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya belum final, namun harapan penulis ada
penelitian selanjutnya yang mengembangkan dan mengkaji ulang hasil
penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penelitian yang telah dilaksanakan
ini masih jauh dari sempurna dan banyak hal yang menghambat dan menjadi
kendala dalam proses penelitian, baik pada saat sebelum atau sesudahnya,
juga pada saat skripsi ini disusun. Adapun keterbatasan yang dialami oleh
peneliti antara lain sebagai berikut:
Dari segi teknis, peneliti harus dapat menyesuaikan waktu yang
dimiliki responden, karena responden adalah berstatus siswa yang harus
mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam hal pengambilan
sampel, penulis hanya mampu mengambil 100 responden dari populasi
seluruh siswa kelas X MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang, sehingga bagi
penulis jumlah sampel yang berjumlah masing-masing sekolah 50 siswa
belum tentu memancarkan karakteristik populasi yang ada.
Selain itu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bukan satu-
satunya yang mampu mengungkapkan keseluruhan aspek yang diteliti.
Karena itu, instrumen kuesioner untuk mengungkap data tentang
keberagamaan siswa tidak cukup karena untuk mengungkap data tentang
komparasi keberagamaan siswa tidak cukup hanya melihat hasil pengisian
kuesioner saja, melainkan perlu adanya wawancara secara mendalam dengan
menggunakan tolok ukur wawancara yang lebih representatif.
Selanjutnya karna keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang dimiliki,
sehingga penelitian ini hanya dibatasi pada siswa kelas X di MAN 1 dan
SMA Negeri 6 Semarang.
96
Dari keterbatasan ilmu, peneliti merasa bahwa kondisi keilmuan yang
dipakai untuk mencatat, mengamati, meneliti, mengkaji, menganalisa, serta
menulisnya dalam laporan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, khususnya dalam masalah kajian formal.
Meskipun banyak hambatan dan tantangan yang harus
dihadapi dalam melakukan penelitian ini, peneliti sangat bersyukur bahwa
penelitian ini telah berhasil dengan sukses dan lancar.
97
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab IV,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa dari perhitungan rata-rata keberagamaan siswa MAN 1 Semarang
diketahui nilainya 102,86, termasuk dalam kategori “baik” yaitu terletak
pada interval 102 - 108.
2. Bahwa dari perhitungan rata-rata keberagamaan siswa SMA Negeri 6
Semarang diketahui nilainya 98,44, termasuk dalam kategori “cukup”
yaitu terletak pada interval 94 - 100.
3. Berdasarkan pada data empirik yang ada di MAN 1 dan SMA Negeri 6
Semarang diketahui to sebesar 3,45 kemudian dikonsultasikan ke dalam
tabel signifikansi 5% maupun 1%, maka menghasilkan hasil temuan
sebagai berikut:
to = 3,45 > tt 0,5 = 1,98 → signifikan
to = 3,45 > tt 0,1 = 2, 63 → signifikan
Hasil ini menunjukkan ada perbedaan keberagamaan antara siswa
MAN 1 dan SMA Negeri 6 Semarang. Meskipun keduanya dalam kategori
“cukup” namun perbedaan antara keduanya tetap ada karena hasil rata-
ratanya berbeda.
Selain itu, penulis juga menganalisis data secara lebih rinci, yaitu
dicari hasil per indikator (dimensi), hasilnya menunjukkan bahwa kualitas
keberagamaan siswa MAN 1 lebih tinggi dibanding siswa SMA Negeri 6 baik
dari dimensi pengetahuan keyakinan, praktik agama, konsekuensi maupun
pengalaman.
98
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapapun, saran-saran berikut
ini diberikan kepada seluruh komponen guru, orang tua, maupun siswa.
Adapun saran-saran tersebut adalah;
1. Guru
Para guru agama harus mampu memberikan pemahaman kepada
anak didik tentang materi pendidikan yang diberikannya. Pemahaman ini
akan lebih mudah diserap jika pendidikan agama yang diberikan dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari. Jadi, tidak terbatas pada kegiatan yang
bersifat hafalan semata. Pendidikan agama yang diberikan juga harus
menarik perhatian peserta didik. Untuk menopang pencapaian itu, maka
guru agama harus dapat merencanakan materi, metode serta alat-alat bantu
yang memungkinkan anak didik memberikan perhatiannya.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa setiap guru
yang ingin berhasil dalam tugasnya mendidik anak-anak didik yang
dipercayakan kepadanya, harus memahami perkembangan jiwa anak yang
dihadapinya, di samping kemampuan ilmiah yang dimilikinya, serta
penguasaan terhadap metode dan ketrampilan mengajar.
2. Orang Tua
Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan
pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua adalah pendidik kodrati.
Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak
diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua. Karena
naluri ini, timbul rasa kasih saying para orang tua kepada anak-anak
mereka, hingga secara moral keduanya merasa bertanggung jawab untuk
memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbing keturunan mereka.
Setelah orang tua memasukkan anak-anaknya ke lembaga
pendidikan tidak lantas tanggung jawab itu lepas begitu saja. Karena untuk
mendidik anak khususnya dalam hal pendidikan keagamaan sangat
dibutuhkan kerjasama yang baik antara berbagai pihak diantaranya pihak
lembaga pendidikan dengan orang tua.
99
3. Siswa
Keberhasilan dalam belajar ditentukan dari ketulusan dan
keikhlasan niat, kebersihan hati dalam menuntut ilmu dan juga tidak bisa
lepas dari aktivitas belajar. Oleh karena itu, siswa harus selalu
meningkatkan spiritualitas diri dan aktivitas belajar supaya dalam
menuntut ilmu dapat menyerap ilmu dengan baik dan mengamalkan
ilmunya dalam kehidupan sehari-hari terutama ilmu keislaman.
C. Penutup
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt.
yang telah memberikan kekuatan, hidayah dan taufiq-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari, meskipun dalam penulisan ini telah berusaha
semaksimal mungkin, namun dalam penulisan skripsi ini tidak bisa lepas dari
kesalahan dan kekeliruan. Hal ini semata-mata merupakan keterbatasan ilmu
dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan
yang akan datang untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya. Wallahu a'lam bi al shawab.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ancok, Djamaluddin dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami (Solusi atas Problem-problem Psikologi), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bina Aksara, 1991.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.
_______, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, Cet. 7.
Azizy, A. Qodri, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, Semarang: Aneka Ilmu, 2003, Cet. 2.
B. Purwakania Hasan, Aliah, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
C. Hill, Peter and Ralp W. Hood Jr. (eds.), Measure of Religiosity, Birmingham: Religious Education Press, 1999.
Daradjad, Zakiyah, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
_______ , Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990, Cet. 12.
Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004.
F. Paloutzian, Raymond, Invitation to The Psychology of Religion, Boston: Allin and Bacon, Second Edition. 1994.
Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Hadi, Sutrisno, Statistik, Yogyakarta: Andi, 1989, Cet. 9.
Hartono, Statistik Untuk Penelitian, Yogyakarta: LSFK2P dan Pustaka Pelajar, 2004, Cet. 1.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
John W., Best, Research in Education, America: Prentice Hall, 1981.
Kartono, Kartini dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: Pionir Jaya, 1987, Cet. 1.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Rosdakarya, 2004, Cet. 1.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Moeliono, Anton M., dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. 2.
Muhammad, Jalaluddin bin Ahmad al-Mahally wa Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakri al-Suyut,i, Tafsir al-Imamaini al-Jalalain, Bairut-Libanon: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, tt.
Muhammad, Ismâ’ĭl, Abĭ ‘Abdillah Bin Ibrâhĭm Bin al-Mugĭrah Bin Bardzbah al-Bukhârĭ al-Ja’fĭ, S.ahih al- Bukhârĭ, Bairut-Libanon: Dârul Kutub al-‘Ilmiyah, 1412, Cet. 1, Juz 3.
M. Echols, John dan Hassan Shadily, Kamus Inggris, Jakarta: PT. Gramedia, 2000.
M. Moeliono, Anton, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Najati, Mohammad ‘Usman, al-Qurân wa ‘llmu an-Nafs, Kairo: Dârus Syauq, 2005, Cet. 8.
_______, Terjemah al-Qurân wa ‘llmu an-Nafs, Bandung: Pustaka, 1985, Cet. 1.
Nashori, Fuad dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, Yogyakarta: Menara Kudus Jogjakarta, 2002, Cet.1.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985.
Saifuddin, Achmad Fedyani, Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, Cet. 4.
Soenarjo, dkk., al-Qur’ân dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 1971.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 1.
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset, 1995.
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, Cet. 2.
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004, Cet. 1.
Surachmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1990.
Wojowasito, S. dan W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris Indonesia, Bandung: Hasta, 1980.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. 1.
ANGKET TENTANG KEBERAGAMAAN SISWA
DI MAN 1 DAN SMA NEGERI 6
NAMA :
NO. ABSEN :
KELAS :
PETUNJUK PENGISIAN
1. Tulis identitas pada tempat yang telah ditentukan
2. Pilihlah salah satu jawaban yang telah tersedia yang anda anggap paling benar
dengan memberi tanda silang (X) pada a, b, c, dan d.
3. Bila terjadi kesalahan dalam menjawab (memberi tanda silang ) maka
lingkarilah tanda silang tersebut, kemudian gantilah jawaban yang anda
anggap benar.
4. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terimakasih.
SOAL-SOAL
I. DIMENSI PENGETAHUAN
1. Apa saja yang anda ketahui tentang hal yang membatalkan shalat,
sebutkan!
2. Dalam shalat ada beberapa rukun yang harus dilakukan, coba
sebutkan!
3. Sebutkan nama-nama bulan dalam tahun hijriyah yang anda ketahui!
4. Sebutkan hari-hari besar dalam Islam yang anda ketahui!
5. Selain shalat wajib, ada beberapa shalat sunnah muakkad (sangat
dianjurkan), coba sebutkan apa saja yang anda ketahui!
6. Siapa saja nama-nama Khulafaur Rasyidin yang anda ketahui?
7. Pada zaman Rasul terjadi beberapa perang suci, apa saja?
8. Tuliskan nama-nama Allah yang terkumpul dalam Asma’ul Husna
yang
anda ketahui!
9. Al-Qur’an terdiri dari 114 surat, sebutkan surat apa saja yang anda
ketahui!
10. sebutkan nama-nama perawi Hadits yang anda ketahui !
II. DIMENSI KEYAKINAN
1. Ketika anda sakit, yakinkah anda bahwa hal itu merupakan cobaan,
ujian, musibah, atau peringatan dari Allah SWT?
a) Ya, saya sangat yakin c) Saya ragu-ragu
b) Ya, saya kurang yakin d) Tidak, saya tidak yakin
2. Anda yakin bahwa ada dua malaikat yang selalu mengawasi dan
mencatat amal perbuatan anda. Malaikat di sisi kanan mengawasi dan
mencatat amal kebaikan anda; sedangkan malaikat di sisi kiri
mengawasi dan mencatat amal perbuatan buruk anda.
a) Sangat yakin c) Ragu-ragu
b) Kurang yakin d) Tidak yakin
3. Ketika anda sedang bersedih hati, anda membaca Al-Qur’an karena
anda yakin bahwa Al-Qur’an adalah obat hati bagi orang-orang yang
beriman.
a) Ya, selalu c) Jarang
b) Ya, kadang-kadang d) Tidak pernah
4. Apakah anda yakin bahwa dunia akan berakhir sesuai dengan
kehendak Tuhan?
a) Sangat yakin c) Ragu-ragu
b) Kurang yakin d) Tidak yakin
5. Ketika anda mengalami suatu kegagalan atas usaha yang selama ini
anda
lakukan dengan baik dan benar, yakinkah anda bahwa usaha manusia
juga
tergantung pada takdir Tuhan?
a) Sangat yakin c) Ragu-ragu
b) Kurang yakin d) Tidak yakin
III. DIMENSI PRAKTEK
1. Ketika kondisi sangat lelah dan kantuk anda akan tetap melaksanakan
shalat subuh
a) Ya, selalu c) Jarang
b) Ya, kadang-kadang d) Tidak pernah
2. Berapa lama dalam sehari anda menghabiskan waktu untuk membaca
Al-Qur’an dan literatur lainnya?
a) Satu jam atau lebih c) Lima belas menit
b) Tiga puluh menit d) Tidak pernah
3. Setiap akhir bulan Ramadhan anda mengeluarkan zakat fitrah
a) Selalu c) Jarang
b) Kadang-kadang d) Tidak pernah
4. Selain zakat untuk membersihkan harta anda, anda juga mengeluarkan
infaq dan shodaqoh (sumbangan amal sosial keagamaan / amal jariyah)
a) Selalu c) Jarang
b) Kadang-kadang d) Tidak pernah
5. Manakah pernyataan berikut yang menggambarkan kebiasaan puasa
Ramadhan anda?
a) Berpuasa penuh, kecuali ada halangan yang mengharamkan
puasa.
b) Berpuasa pada awal dan akhir bulan saja.
c) Jarang, tergantung mood.
d) Tidak pernah puasa
6. Anda menjalankan puasa sunnah di luar bulan Ramadhan
a) Selalu c) Jarang
b) Kadang-kadang d) Tidak pernah.
7. Manakah dari pernyataan berikut yang paling menggambarkan
partisipasi anda dalam sembahyang/ doa?
a) Sembahyang/doa merupakan bagian dari perilaku saya yang
rutin saya lakukan.
b) Saya sembahyang/ berdoa pada saat saya stress dan atau
membutuhkan, tetapi tidak banyak melakukannya.
c) Sembahyang/ doa hanya insidental dalam kehidupan saya.
d) Saya tidak pernah sembahyang/ doa.
IV. DIMENSI KONSEKUENSI
1. Setiap ada peringatan hari besar Islam di lingkungan anda,
membantukah anda?
a) Selalu c) Kadang-kadang
b) Sering d) Tidak pernah
2. Apabila anda bertemu dengan sesama muslim apa yang anda lakukan?
a) Mengucapkan salam c) menganggukkan kepala
b) Menegur dengan kata d) Diam saja
3. Apabila hati anda disakiti orang lain apa yang anda lakukan?
a) Memaafkan walaupun dia tidak meminta maaf
b) Memaafkan jika dia meminta maaf
c) Tidak memaafkannya
d) Membalas rasa sakit hati anda
4. Apabila ada teman anda yang sedang sakit, menjengukkah anda?
a) Selalu c) Kadang-kadang
b) Sering d) Tidak pernah
5. Apabila ada tetangga anda yang meninggal, berkunjungkah anda?
a) Selalu c) Kadang-kadang
b) Sering d) Tidak pernah
V. DIMENSI PENGALAMAN
1. Apakah anda selalu merasa “dekat” dengan Tuhan?
a) Sering c) Jarang
b) Kadang-kadang d) Tidak pernah
2. Pernahkah anda mengalami do’a anda benar-benar dikabulkan dengan
seketika?
a) Selalu c) Jarang
b) Sering d) Tidak pernah
3. Pernahkah anda mengalami suatu kejadian yang benar-benar di luar
dugaan, yakni ketika anda terselamatkan dari maut dalam suatu
kecelakaan yang dahsyat?
a) Selalu c) Jarang
b) Sering d) Tidak pernah
NAMA-NAMA RESPONDEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 SEMARANG
NO. NAMA KELAS 1 ABIMANYU ANINDYA MANTRI S X-2 2 ADHI WAHYU PRASETYO X-7 3 ANINDHITA PUSPASARI X-7 4 APRILIA WIDAWATI X-5 5 ARIF ISMAIL EKO RIYANTO X-6 6 ASTRI OCTAVIANISANI X-7 7 ASTRID DWI OKKE ANJANI X-4 8 ASIEH JUNITA X-5 9 AYU FITRIANINGSIH X-4 10 AYU DINASARI X-7 11 BAYU DEWANTORO X-3 12 CAHYO MULYO NUGRAHANTO X-3 13 DANAR REZA MAULANA X-3 14 ELSA REGINA RIZKITASARI P X-3 15 FAIZZA UMMU UULA X-3 16 FAUZI JUNI PUTRA X-3 17 FIFI AFIFAH X-3 18 FRANANDA CANDRA GUNAWAN X-2 19 HERRY EDDY SATRIA X-2 20 IBRAHIM SANY X-2 21 IDA ORIENTYA MURNI SAFITRI X-4 22 ILHAM HIDAYAT X-4 23 INDAH NUR SETYANINGSIH X-4 24 INKA SADU PRAMUDITO X-4 25 IRFAN NUR FARIZ X-4 26 KORRY APRIANDI X-5 27 LELLY KURNIA F X-2 28 LIA KRISANUARI X-4 29 MAZIYYA MUTMAINNA NOOR X-4 30 MENTARI INDAH RATNA SARI X-4 31 NENNY HARYANI X-7 32 NOER ARGA RIZKY ADJI PUTRA X-8 33 NUR AMALIA FITRIANI X-5 34 PETTY PRADYTYA NINGRUM X-5 35 PRASTIKA KURNIA AGUSTIANI X-5 36 PUJI LESTARI X-7 37 RACHMAWATI TRI UTAMI X-7 38 RIZAL RESI GAUTAMA X-8 39 RIZKI FEBRIANI UTAMI X-8 40 RIZKI YANUARTI X-4 41 ROSA IMAM AKBAR X-6
42 SAN SAVIERA APRILIANI X-8 43 SEKTI TRI HANDAYANI X-5 44 SHODAQTA SAORI X-6 45 SITA RESMI SURYANI RETNO X-6 46 SUCI RIZKI KASFITASARI X-2 47 WIDYANINGRUM FERY SAHIDAH X-3 48 YUANITA PUTRI MELATI X-6 49 YUNITA MURTISARI X-2 50 ZULFA RAHMAWATI X-6
NAMA-NAMA RESPONDEN SISWA KELAS X MAN 1 SEMARANG NO. NAMA KELAS 1 ABDUL HALIM X-7 2 ACHMAD NAQIB X-6 3 AENI NAIMAH X-6 4 AGUSTIN PURWANINGTYAS X-6 5 AHMAD HIDAYAT X-6 6 AHMAD MUTTAQIN X-6 7 AHMAD SAHIDUN X-6 8 ANIS FUADAH X-4 9 ARISA ZULFA MAJIDAH X-4 10 ARI WIJAYANTI X-4 11 ARYANI NURUN NISA X-3 12 ASFITA MARINA PALUPI X-3 13 CHOTIBUL UMAM X-9 14 DIMAS RIDZAL CAHYO T. X-9 15 DINA NURUL LAILI F. X-3 16 DUWI FITRIANA X-3 17 ENI RAMAWATI X-3 18 ENDANG SETIOWATI X-9 19 FARIDBANATULMUNIFAH X-9 20 FOSIANA AULIA X-9 21 NIKMATUL KHOIRIYAH X-5 22 KHOIRUNISAK X-5 23 LESTARI MEGANINGRUM X-5 24 MASLICHAH X-4 25 MOH AMIRULHAQ X-4 26 MUHAMMAD ANAS X-5 27 MUHARRAM IKSAN WAHID X-3 28 MUHAMMAD TAUFIQ PRATOMO X-4 29 NAFISA ROFADA X-4 30 NILA FAUZIAH X-4 31 NIMAS DISFI AGELTA X-7 32 NORHIDAYATI X-8 33 NUNUNG LUTHFIANA X-9 34 NUR LATHIFAH NK. X-9 35 NUR HADIYAH X-9 36 NUZUL FAIZAH X-7 37 PARAMITA SOFIA R. X-7 38 RINA FITRIANA X-8 39 SITI ZAENATUN X-8 40 SULIMAH X-4 41 SYAIDATUL FITRIYAH X-6 42 SAMUDRO X-8
43 TAUFIQ AULIYAK ILHAM X-5 44 TUTI MAMLA’ATUL HIKMAH X-6 45 ULILALBAB X-6 46 VIVI NAVIYANTI X-4 47 WAHYU PUJI UTAMI X-3 48 WIWIN LESTARI X-6 49 YUNIDA KAUTSARI NASTITI X-7 50 ZUMROTUSSA’ADAH X-6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Aprilia Umi Rahmatin
Tempat/tgl. Lahir : Jepara,14 April 1985
Alamat : RT 03/02 Damarwulan Keling Jepara 59454
Jenjang Pendidikan:
1. MI Mathali’ul Huda, Damarwulan Keling Jepara (lulus tahun 1997)
2. MTs Salafiyah, Kajen Margoyoso Pati (lulus tahun 2000)
3. MA Raudlatul Ulum, Guyangan Trangkil Pati (lulus tahun 2003)
4. IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Tarbiyah, jurusan PAI, semester IX.
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenarnya.
Semarang, 11 januari 2008
Penulis
Aprilia Umi Rahmatin NIM. 3103154