STUDI KINERJA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR...
Transcript of STUDI KINERJA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR...
1
STUDI KINERJA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR
MINUM DITINJAU TERHADAP PARAMETER KEKERUHAN
DAN BESI
STUDY ON THE PERFORMANCE OF BIOSAND FILTER FOR
DRINKING WATER TREATMENT FOR REDUCING TURBIDITY
AND IRON
Nur Maya Sari
Laboratorium Pengendalian Pencemaran Udara
Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS
*email:[email protected]
Abstrak
Air sumur penduduk di Kelurahan Simo Mulyo Surabaya mempunyai tingkat kekeruhan sebesar 7,05 NTU dan
mengandung logam besi sebesar 1 mg/L, sehingga air tersebut hanya digunakan untuk mencuci dan mandi. Oleh
karena itu diperlukan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas air tersebut, salah satunya dengan Biosand filter.
Parameter yang diuji dalam penelitian ini adalah kekeruhan dan besi. Variabel dalam penelitian ini adalah
konsentrasi yang divariasikan kekeruhan sebesar 8 NTU, 10 NTU, 12 NTU dan 15 NTU dan filter yang dibuat dengan
penambahan karbon aktif dan tanpa karbon aktif. Filter dioperasikan secara intermitten dengan energi aliran secara
gravitasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa filter dengan karbon aktif dapat menyisihkan kekeruhan hingga 92% dan
dapat menyisihkan besi hingga 92,45%.
Kata kunci: Filter lambat, biosand filter, kekeruhan, pengolahan air minum skala rumah tangga.
2
Abstract
Water wells in Simo Mulyo Surabaya has turbidity level of 7,05 NTU and contain iron metal of 1 mg/L, so the
water is only used for washing and bathing. Therefore, it requires technology that can improve water quality. One of
those is Biosand filter.
The tested parameters are turbidity and iron content. The variables in this research are turbidity with
concentration of 8 NTU, 10 NTU, 12 NTU and 15 NTU and type of filter,i.e. using activated carbon and without
activated carbon. The filters are run in which the flow is intermittently and unpressured.
The results show that The filter with activated carbon can remove turbidity up to 92% and iron until 92,45%.
Key word: Slow sand filter, biosand filter, turbidity, household drinking water treatment.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri dan pertambahan jumlah penduduk yang pesat secara tidak langsung
menyebabkan kebutuhan akan air semakin meningkat, tetapi yang terjadi pencemaran terhadap air
tanah juga semakin meningkat. Pencemaran yang terjadi dapat berupa adanya kandungan logam
besi dan juga kekeruhan. Kekeruhan yang tinggi menandakan bahwa dalam air tersebut
mengandung bahan organik yang cukup tinggi dan bahan organik ini juga dapat membahayakan
kesehatan manusia. Sedangkan besi terlarut dalam air yang melebihi batas baku mutu antara lain
menimbukan bau, warna dan rasa menyebabkan korosif pada bak yang terbuat dari seng, jika
dikonsumsi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti stroke, jantung dan kolesterol. Oleh
karena itu pemerintah RI melakukan tindakan preventif melalui Permenkes RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dimana ditetapkan kadar
maksimum yang diperbolehkan untuk kekeruhan adalah sebesar 5 NTU, sedangkan untuk besi
adalah sebesar 0,3 mg/L. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30
Maret 2010, air sumur di Kelurahan Simo Mulyo memiliki nilai kekeruhan sebesar 7,05 NTU dan
besi sebesar 1 mg/L. Hal ini menyebabkan masyarakat menengah ke bawah mengalami kesulitan
3
dalam mengatasi permasalahan tersebut sehingga diperlukan suatu teknologi pengolahan air tanah
(air sumur) untuk skala rumah tangga.
Teknologi pengolahan air tanah menjadi air minum pada skala rumah tangga salah satunya
dengan filtrasi. Jenis filter untuk pengolahan air sumur menjadi air minum dapat menggunakan
Biosand filter yaitu filter dengan konsep saringan pasir lambat yang khusus didesain untuk skala
rumah tangga. Kelebihan Biosand filter ini dibandingkan dengan jenis slow sand skala rumah
tangga pada penelitian terdahulu adalah desain pada pipa outletnya yang mampu menjaga
ketinggian air diatas media agar lapisan biofilm yang ada terhindar dari kekeringan dan tidak
membutuhkan daya listrik karena dioperasikan secara intermitten. Penambahan karbon aktif di atas
media pada filter 2 bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penurunan kekeruhan, senyawa organik,
bau, rasa dan pestisida sehingga dapat dibandingkan perbedaan efisiensi removal dari filter dengan
karbon aktif dan tanpa karbon aktif.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Berapa besarnya efisiensi removal yang dihasilkan dalam mengolah air tanah (air sumur)
menjadi air minum yang memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010
2. Kesulitan mengetahui lama waktu clogging Biosand filter
3. Bagaimana cara mengoperasikan dan membersihkan Biosand filter saat terjadi clogging
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis efisiensi dari biosand filter terhadap penurunan parameter yang diteliti
2. Mengukur lama waktu clogging Biosand filter
3. Membuat SOP (Standard Operation Procedure) untuk pengoperasian dan pembersihan biosand
filter
4
1.4 Landasan terori
Air merupakan bagian dari kehidupan yang sangat vital fungsinya dalam kehidupan
makhluk hidup. Manfaat air bagi tubuh manusia adalah membantu proses pencernaan, mengatur
proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dan menjaga keseimbangan suhu tubuh. Apabila
jumlah air yang dikonsumsi kurang dari jumlah ideal (2,5 liter setiap harinya), tubuh akan
mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh mudah lemas, capek dan
mengalami gangguan kesehatan. Air yang dikonsumsi manusia hendaknya sesuai dengan kualitas
baku mutu air minum. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa,
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak mengandung logam berat. Menurut Permenkes RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Biosand filter (BSF) adalah suatu alat penyaringan atau penjernihan air dimana air yang
akan diolah dilewatkan pada suatu media proses dengan kecepatan rendah yang dipengaruhi oleh
diameter butiran pasir dan pada media tersebut telah dilakukan penanaman bakteri (seeding)
sehingga terjadi proses biologis didalamnya. Biosand filter merupakan salah satu pengembangan
dari slow sand filter yang dirancang dan dibuat secara khusus untuk penggunaan yang bersifat
sementara atau penggunaan rumah tangga. Biosand filter ini merupakan alat pengolah air bersih
yang sejak awal pengembangannya pada tahun 1990 (oleh Profesor David Manz dari University of
Calgary, Kanada).
Biosand Filter (BSF) skala rumah tangga menggunakan konsep slow sand filter (SSF) tapi
dengan beberapa perbedaan. Tinggi umumnya sekitar 0,9-1 m dan berukuran 0,3 m sepanjang tepi
bagian dalamnya. Saringan pasir lambat biasanya mempunyai tinggi 3-5 m dan lebar 4-15 m
(Haarhoff dan Cleasby, 1991). BSF juga mempunyai laju air lebih tinggi dibandingkan saringan
pasir lambat. BSF juga berbeda dengan slow sand filter mengenai desainnya untuk menopang
biofilm selama aliran intermitten. Dua unsur dari desain yang berkontribusi dalam pengawetan
5
biofilm. Pertama, filter didesain untuk menahan air setinggi 5 cm di atas permukaan atas dari
kolom pasir selama tidak beropersi. ketinggian air setinggi 5 cm yang berhenti berdasarkan
penelitian untuk menetapkan pada ketinggian berapa lapisan biofilm menerima oksigen maksimum
selama terproteksi air yang baru masuk. Lingkungan akuatik yang konstan dibutuhkan untuk
kehadiran organisme untuk bertahan dalam lapisan. Lapisan air tidak boleh terlalu dalam atau
oksigen tidak akan menyebar dan mikroorganisme akan mati. Kedua, adanya plat diffuser yang
menghalangi air sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada lapisan atas pasir (Ritenour, 1998).
Selama mengalir, oksigen dan makanan masuk ke dalam saringan, sementara selama masa
henti, transfer oksigen diambil melalui difusi dari udara pada level terendah supernatan air terhadap
lapisan biologi pada pasir (Buzunis, 1995). Level kedudukan air selama masa henti penting dalam
mengontrol difusi oksigen dan oleh karena itu pertumbuhan biofilm disarankan 2-3 cm merupakan
level yang efisien. (Palmateer et al, 1998).
Karbon aktif adalah suatu bahan padat berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan
yang mengandung karbon. Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui aktifasi
dengan menggunakan gas CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan
dengan demikian daya absorpsinya menjadi lebih tinggi terhadap zat warna dan bau.
Karbon aktif sering digunakan untuk menyaring air dengan campurah bahan-bahan lain.
Karbon aktif digunakan sebagai adsorben untuk menyisihkan rasa, bau, atau warna yang disebabkan
oleh kandungan bahan organik dalam air. Karbon aktif menghilangkan lebih banyak bahan
pencemar dari air dari pada karbon biasa. Sistem pengolahan karbon aktif untuk rumah tangga
sangat mudah. Penyaring karbon aktif yang digunakan pengolahan air rumah tangga mengandung
karbon aktif granula dan Powdered block carbon. Walaupun keduanya efektif, sebuah penelitian
membandingkan bahwa sebuah sistem penyaringan karbon aktif dengan karbon aktif granular lebih
efektif menghilangkan klorin, rasa dan bahan organik terhalogenasi (Awaluddin, 2007).
6
2. METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan daya saring Biosand filter
skala rumah tangga sehingga dapat diketahui tingkat efisiensi dan kelayakan filter untuk diterapkan
pada masyarakat. Analisis dilakukan terhadap variasi kekeruhan dan penggunaan karbon aktif.
Variasi kekeruhan yaitu 8 NTU, 10 NTU, 12 NTU dan 15 NTU. Variasi tersebut didasarkan pada
penelitian sebelumnya dimana kekeruhan rata-rata air tanah pada negara tropis berkisar 8-15 NTU
(Sagara, 2000). Variasi kedua yaitu filter dengan karbon aktif dan tanpa karbon aktif, variasi ini
bertujuan sebagai perbandingan efektifitas dan mengetahui pengaruh efisiensinya. Berdasarkan
hasil penelitian akan diketahui besarnya efisiensi filter terhadap variasi sehingga diharapkan dapat
menghasilkan efluen air yang layak minum menurut parameter kekeruhan dan besi.
Filter yang digunakan dalam penelitian ini adalah filter single media yang digabung dengan
karbon aktif (Activated Carbon) yang ditempatkan dalam filter dua. Karbon aktif yang digunakan
berbentuk granular dan biasa disebut Granular Activated Carbon (GAC). Filter ini terbuat dari kaca
dan dari pipa PVC. Dimana didalamnya terdapat media pasir dengan diamter 0,25 mm dimana
ketinggian (ketebalan) yang digunakan yaitu 50 cm dan 40 cm. Dibawah media pasir adalah kerikil
halus dengan diameter 1 mm dan kerikil besar dengan diameter 6,3 mm yang masing-masing
tingginya 10 cm sebagai media penyangga. Ketinggian media tersebut merupakan ketinggian efektif
berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu. Gambar reaktor filter 1 (Filter tanpa karbon aktif) dan
filter 2 (Filter dengan karbon aktif) ditunjukkan pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
7
Foto reaktor filter saat running ditunjukkan oleh Gambar 1.3 dan penuangan air ke dalam inlet
ditunjukkan Gambar 1.4.
Proses pengaliran secara intermitten namun dilakukan setiap hari untuk mempercepat
mikroorganisme tumbuh dengan sendirinya pada lapisan paling atas media pasir. Pada lapisan
Schmutzdecke inilah akan terjadi proses pengurangan partikel tersuspensi, bahan organik dan
bakteri melalui proses oksidasi biologis maupun kimiawi (Marsono, 1997). Prosedur analisis di
laboratorium berdasarkan pada metode analisis pencemar lingkungan. Penentuan waktu clogging
Gambar 1.3 Reaktor BSF (kiri:BSF 1,kanan:BSF 2
Gambar 1.4 Penuangan air ke dalam inlet BSF 2
Gambar 1.1 Susunan reaktor filter 1 Gambar 1.2 Susunan reaktor filter 2
8
berdasarkan penurunan kecepatan filtrasi, yaitu pada saat kecepatan filter < 0,67 m/jam (Nakayama
et al., 2007). Sampel diambil pada pukul 06.00 WIB. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam botol
yang sudah dibersihkan. Sampel dianalisis terhadap parameter kekeruhan dengan menggunakan alat
turbidimeter yang nilainya dinyatakan dalam NTU dan besi dengan menggunakan Spektrofotometer
dengan panjang gelombang 510 nm (panjang gelombang optimum).
3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada uji pendahuluan diketahui bahwa kekeruhan air sumur tersebut sebesar 7,05 NTU
dengan standar kekeruhan pada air minum adalah sebesar 5 NTU. Sedangkan untuk kadar besi (Fe)
sebesar 1 mg/L dengan standar pada air minum adalah sebesar 0,3 mg/L. Filter terbuat dari kaca dan
dioperasikan selama 14 hari. Pembentukan lapisan Schmutzdecke dilakukan 5 hari dan bersamaan
dengan waktu operasi filter. Hasil dari pengukuran parameter kekeruhan yang dilakukan pada inlet
dan outlet filter dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 1.1 Hasil Uji Kekeruhan
Running
ke-
Inlet
(NTU)
Filter 1
(NTU)
Filter 2
(+GAC)
(NTU)
Removal F1
(NTU)
Removal F2
(NTU)
Efisiensi
F1
Efisiensi
F2
1 8 2,3 2,2 5,7 5,8 71% 72,50%
2 8 1,52 1,2 6,48 6,8 81% 85,00%
3 8 1 0,6 7 7,4 88% 92,50%
4 10 2,1 1 7,9 9 79% 90,00%
5 10 1,67 0,8 8,33 9,2 83% 92,00%
6 10 1,2 0,62 8,8 9,38 88% 93,80%
7 12 1,13 0,52 10,87 11,48 91% 95,67%
8 12 1,14 0,45 10,86 11,55 91% 96,25%
9 12 1,1 0,79 10,9 11,21 91% 93,42%
10 15 1,4 0,7 13,6 14,3 91% 95,33%
11 15 1,2 0,5 13,8 14,5 92% 96,67%
12 15 0,72 0,45 14,28 14,55 95% 97,00%
13 12 1,3 1,2 10,7 10,8 89% 90,00%
14 12 1,2 1 10,8 11 90% 91,67%
rata-rata 87% 92%
Sumber: Hasil analisis, 2010
9
Pada running hari pertama pengukuran penurunan kekeruhan mencapai 2,3 NTU dan 2,2
NTU, yang berasal dari inlet sebesar 8 NTU. Hal tersebut disebabkan belum terbentuknya secara
sempurna lapisan schmutzdecke dalam filter karena pembentukan dilakukan 5 hari sebelum filter
dioperasikan, dimana efektifnya selama ± 10-20 hari (Lee, 2001). Persentase penyisihan (removal)
filter 1 dan 2 terlihat baik walau terkadang tampak sedikit naik turun, hal ini dapat disebabkan
karena bervariasinya konsentrasi kekeruhan dari inlet. Selain itu naik turunnya dari kekeruhan ini
setiap harinya masih dalam tahap yang wajar dan stabil, dalam artian kenaikan ataupun penurunan
dari kekeruhan ini tidak menyimpang sangat jauh dan dapat dikatakan bahwa filter cukup stabil
dalam penurunan parameter kekeruhan. Rata-rata efisiensi Filter dapat mencapai 87 % pada filter 1
dan 92 % pada filter 2 (filter dengan GAC). Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diketahui
bahwa dengan adanya penambahan GAC dapat diketahui mampu meningkatkan efisiensi removal
hingga mencapai 92 %. Berdasarkan hasil analisa terhadap parameter kekeruhan dapat digambarkan
grafiknya sesuai dengan Gambar 1.3 dibawah ini.
Analisis besi dilakukan dengan metode spektrofotometri. Hasil dari pengukuran parameter besi
yang dilakukan pada inlet dan outlet filter 1 (tanpa karbon aktif) serta otlet filter 2 (dengan karbon
aktif) dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini.
02468
10121416
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kek
eru
han
(N
TU
)
Running ke-
Nilai kekeruhan selama proses filtrasi
inlet
outlet filter 1
outlet filter 2
Gambar 1.3 Nilai kekeruhan selama proses filtrasi
10
Tabel 1.2 Hasil Uji Fe
Running
ke-
A
inlet
Fe inlet
(mg/l)
A filter
1
A filter
2
Fe Filter
1 (mg/l)
Fe Filter
2 (mg/l)
Removal
F1
(mg/l)
Removal
F2
(mg/l)
Efisiensi
F1
Efisiensi
F2
1 0,061 1 0,01 0,008 0,15 0,12 0,85 0,88 85,00% 88,33%
2 0,124 2,05 0,006 0,012 0,08 0,18 1,97 1,87 95,93% 91,06%
3 0,138 2,28 0,003 0,007 0,03 0,10 2,25 2,18 98,54% 95,62%
4 0,051 0,83 0,002 0,004 0,02 0,05 0,82 0,78 98,00% 94,00%
5 0,038 0,62 0,007 0,002 0,10 0,02 0,52 0,60 83,78% 97,30%
6 0,033 0,53 0,009 0,008 0,13 0,12 0,40 0,42 75,00% 78,13%
7 0,08 1,32 0,005 0,003 0,07 0,03 1,25 1,28 94,94% 97,47%
8 0,048 0,78 0,005 0,001 0,07 0,00 0,72 0,78 91,49% 100,00%
9 0,066 1,08 0,003 0,001 0,03 0,00 1,05 1,08 96,92% 100,00%
10 0,047 0,77 0,005 0,011 0,07 0,17 0,70 0,60 91,30% 78,26%
11 0,033 0,53 0,006 0,004 0,08 0,05 0,45 0,48 84,38% 90,63%
12 0,043 0,70 0,005 0,002 0,07 0,02 0,63 0,68 90,48% 97,62%
13 0,032 0,52 0,005 0,003 0,07 0,03 0,45 0,48 87,10% 93,55%
14 0,04 0,65 0,006 0,004 0,08 0,05 0,57 0,60 87,18% 92,31%
rata-rata 90,00% 92,45%
Sumber: Hasil analisis, 2010
Pada running hari pertama pengukuran penurunan besi mencapai 0,15 mg/L dan 0,12 mg/L,
yang berasal dari inlet sebesar 1 mg/L. Hal tersebut disebabkan belum terbentuknya secara
sempurna lapisan schmutzdecke dalam filter. A inlet adalah nilai absorbansi sampel pada inlet, A
outlet 1 adalah nilai absorbansi sampel pada outlet 1 dan A outlet 2 adalah nilai absorbansi sampel
pada outlet 2. Nilai konsentrasi Fe diperoleh dari nilai absorbansi pada spektrofotometer untuk
kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan linier kurva kalibrasi Fe. Rata-rata efisiensi Filter
dapat mencapai 90 % pada filter 1 dan 92,45 % pada filter 2 (filter dengan GAC). Berdasarkan
perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya penambahan GAC dapat diketahui
mampu meningkatkan efisiensi removal hingga mencapai 92,45 %. Berdasarkan hasil analisa
terhadap parameter besi (Fe) dapat digambarkan grafiknya sesuai dengan Gambar 1.4 dibawah ini.
11
Berdasarkan hasil pengamatan laboratorium terhadap lapisan paling atas dari pada pasir didapatkan
bakteri dengan ciri berbentuk batang dan berserabut. Hal ini merupakan ciri bakteri besi berjenis
Gallionella. Gambar 4.3 dibawah ini menunjukkan bakteri besi Gallionella hasil pengamatan
laboratorium.
Gambar 1.5 Bakteri besi Gallionella
Standard Operation Procedure (SOP) bertujuan untuk memudahkan dalam mengetahui cara
pengoperasian filter dan pembersihan filter. Pengoperasian filter dimulai dari tahap pembentukan
lapisan Schmutzdecke dengan menuang air baku ke dalam filter, air hasil filtrasi awal dibiarkan
keluar hingga tersisa air setinggi ± 5 cm diatas media pasir lalu dibiarkan selama ± 10-20 hari untuk
mendapatkan kualitas effluent yang maksimal.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14K
onse
ntr
asi F
e (m
g/L
)
Running ke-
Konsentrasi Fe selama proses filtrasi
inlet outlet filter 1 outlet filter 2
Gambar 1.4 Konsentrasi Fe selama proses filtrasi
12
Saat tingkat kecepatan filtrasi menurun drastis yang menunjukkan bahwa Biosand filter
perlu dibersihkan karena jika ada kekeruhan yang tinggi dapat terjadi kemacetan pada Biosand
filter. Pembersihan Biosand filter dapat dilakukan dengan langkah seperti dibawah ini:
1) Lapisan biofilm dipecah dengan cara mengaduk secara perlahan- lahan air di atas lapisan
biofilm. Oleh sebab itu kedalaman air 5 cm cukup penting untuk efesiensi Biosand filter yang
mana alasan utamanya adalah untuk mencegah pasir dari kekeringan di lapisan atas.
2) Air tersebut diambil untuk dibuang sebanyak kurang lebih 1,5-2 cm saat pembersihan. Pasir di
bagian paling atas media juga diambil sebanyak 1,5-2 cm untuk dicuci di tempat terpisah
hingga air pencucian yang keluar tampak lebih jernih kemudian pasir tersebut dapat
ditempatkan kembali ke lapisan pasir dalam filter (Fair, 1971).
4. KESIMPULAN
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan efisiensi filter terhadap penurunan
parameter kekeruhan BSF 1 (tanpa karbon aktif) = 87 %, BSF 2 (dengan karbon aktif) = 92 %,
sedangkan untuk besi BSF 1 (tanpa karbon aktif) = 90 %, BSF 2 (dengan karbon aktif) = 92,45
%.
2. Waktu clogging filter terjadi pada hari ke-22 masa operasi yang ditandai dengan kecepatan
filtrasi yang menurun hingga 0,11 m/jam pada filter 1 dan 0,12 m/jam pada filter 2 dari
kecepatan awalnya 0,67 m/jam.
3. SOP (Standard Operation Procedure) untuk pengoperasian dan pembersihan filter ditunjukkan
pada bab IV (Sub bab 4.6)
5. SARAN
1. Pada saat seeding (penumbuhan bakteri) sebaiknya dilakukan secara optimal (± 10-20 hari)
sebelum operasi filter dijalankan sehingga effluent yang dihasilkan dapat lebih maksimal.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efisiensi removal untuk parameter uji lainnya dan
pengoperasian kembali filter setelah dilakukan pembersihan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Awaluddin, N. 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber Air Minum Pada
Skala Rumah Tangga. Peran Mahasiswa Dalam Aplikasi Keteknikan Menuju Globalisasi
Teknologi. Jakarta, 17-18 Desember. Pekan Apresiasi LEM-FTSP UII.
Buzunis, B.J. 1995. Intermittently Operated Slow Sand Filtration: A New Water Treatment
Process. Master's of Engineering Thesis. University of Calgary.
Fair, G.M. 1971. Elements of Water Supply and Wastewater Disposal. New York and London :
John Wiley & Sons Inc.
Haarhoff, Johannes., dan Cleasby J.L. 1991. Biological and Physical Mechanism in Slow Sand
Filtration. New York : Gary Lodsgon, ed. American society of Civil Engineers.
Lee, T.L. 2001. Biosand Household Water Filter Project in Nepal. Master Thesis, Massachusetts
Institute of Technology.
Manz, D. 2007. Preparation of media for the biosand water filter : three-layer system, AB
<URL:http://manzwaterinfo.ca/documents/Calgary>.
Marsono, B.D. 1997. Unit Operasi. Surabaya : Media Informasi Alumni ITS.
Nakayama, F.S., Boman, B.J., Pitts, D.J., 2007. Maintenance. In: Lamm, F.R., Ayars, J.E.,
Nakayama, F.S. (Eds.), Microirrigation for Crop Production. Design, Operation, and
Management. Elsevier, Amsterdam, pp. 389–430.
Palmateer G.A., Dutka B.J., Janzen E.M., Meissner S.M., and Sakellaris M.G. Coliphage and
bacteriophage as indicators of recreational water quality. Water Res 1991: 25: 355–357.
Ritenour, R. 1998. BioSand Household water filter. A tarnsfer of slow sand filtration
technology to developing countries. 3rd ed. Canada : Samaritan’s Purse.
Sagara, J. 2002. Study of Filtration for Point of Use Drinking Water Treatment in Nepal.
Master Thesis, Massachusetts Institute of Technology.