Studi Kelistrikan PLTM Turi
-
Upload
ade-yd-saputra -
Category
Documents
-
view
109 -
download
20
description
Transcript of Studi Kelistrikan PLTM Turi
Studi Kelistrikan PLTM Turi
2.1 Daerah Studi Kelistrikan
Lokasi PLTM Turi berada di area Bendung Turi dengan koordinat 7º 32’ 56.20” LS dan 112º 7’
27.94” BT. Bendung Turi terletak pada Kali Brantas, tepatnya di Desa Brodot, Kabupaten Jombang,
Provinsi Jawa Timur. Pengembangan PLTM Turi direncanakan pada sisi kanan aliran Sungai Brantas.
Lokasi proyek untuk PLTM Turi dan dapat di lihat pada peta di bawah.
Gambar. Lokasi Pekerjaan PLTM Turi
2.1.1 Maksud dan Tujuan
Studi kelistrikan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kelistrikan saat ini di sekitar rencana
pembangunan PLTM Turi. Kondisi kelistrikan yang dimaksud adalah meliputi, kondisi beban,
pembangkit eksisting, kondisi jaringan distribusi 20 kV dan proyeksi beban serta pengembangan
jaringan distribusi pada masa yang akan datang. Pekerjaan Studi Kelistrikan PLTM Turi ini adalah
untuk mengetahui kemampuan daya kemampuan daya serap dari beban yang ada (eksisting) terhadap
rencana daya yang dibangkitkan oleh PLTM Turi, serta untuk menentukan daerah dan jaringan
eksisting yang terdekat sebagai titik sambung untuk penyaluran daya yang dibangkitkan PLTM Turi,
serta untuk mempersiapkan rencana konstruksi bangunan-bangunan pendukung, seperti
pembangunan distribusi 20 kV sampai dengan titik sambung rencana interkoneksi pada distribusi 20 kV
eksisting milik PLN.
2.1.2 Metode Studi
Metode studi kelistrikan yang dilakukan adalah melakukan survey terhadap kondisi kelistrikan di
Provinsi Jawa Timur. Jenis survey yang dilaksanakan berupa pengumpulan data-data kelistrikan
eksisting sampai tahun 2013 maupun yang sedang dalam rencana oleh PT. PLN ( Persero ) sampai
tahun 2022. Dari data- data yang telah terkumpul dilakukan studi di atas meja dan melihat Rencana
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2013-2022 terhadap kondisi beban saat ini dan yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2022, diperlukan tambahan kapasitas Pembangkit
Listrik sebesar 4677 MW
2.2 Kondisi Kelistrikan Saat Ini
Pembangkit Listrik di Jawa Timur yang berada di grid 500 kV adalah PLTU Paiton, PLTU Gresik dan
PLTU Grati, sedang yang terhubung ke grid 150 kV adalah PLTGU / PLTU Gresik, PLTU Perak, PLTG
Grati, PLTU Pacitan dan PLTA tersebar ( Sutami, Tulung Agung, dll ). Provinsi Jawa Timur terdapat
subsistem isolated di Bawean dengan beban puncak saat ini sekitar 3 MW dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 7,8 MW pada tahun 2022. Pasokan dari grid 500 kV adalah melalui 6 GITET, yaitu
Krian, Gresik, Grati, Kediri, Paiton dan Ngimbang, dengan kapasitas 7.500 MVA. Peta sistem
kelistrikan Jawa Timur ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar. Peta Jaringan TT dan dan TET di Provinsi Jawa Timu
2.2.1 Pembangkit Eksisting di Provinsi Jawa Timur
No. Nama
PembangkitJenis Jenis Bahan
BakarPemilik
Kapasitas
Terpasang
MW
Daya
Mampu
MW
1. Karang Kates PLTA Air PJB 105,0 103,0
2. Wlingi PLTA Air PJB 54,0 53,6
3. Ledoyo PLTA Air PJB 4,5 4,5
4. Selorejo PLTA Air PJB 4,5 4,7
5. Sengguruh PLTA Air PJB 29,0 28,5
6. Tulung Agung PLTA Air PJB 36,0 35,7
7. Mendalan PLTA Air PJB 23,0 20,7
8. Siman PLTA Air PJB 10,8 10,2
9. Madiun PLTA Air PJB 8,1 8,0
10. Paiton PLTU Batubara PJB 800,0 740,0
11. Paiton PEC PLTU Batubara Swasta 1.230,0 1.220,0
12. Paiton JP PLTU Batubara Swasta 1.220,0 1.220,0
13. Gresik 1-2 PLTU Gas PJB 200,0 160,0
14. Gresik 3-4 PLTU Gas PJB 400,0 333,0
15. Perak PLTU BBM Indonesia Power 100,0 72,0
16. Gresik PLTG Gas PJB 61,6 31,0
17. Gilitimur PLTG BBM PJB 40,2 0,0
18. Grati Blok 1 PLTGU Gas Indonesia Power 461,8 454,2
19. Grati Blok 2 PLTGU Gas Indonesia Power 302,3 300,0
20. Gresik B-1 PLTGU Gas PJB 526,3 480,0
21. Gresik B-2 PLTGU Gas PJB 526,3 420,0
22. Gresik B-3 PLTGU Gas PJB 526,3 480,0
23. Paiton-3 PLTU Batubara Swasta 815,0 815,0
24. Paiton-9 PLTU Batubara PLN 660,0 615,0
25. Pacitan 1-2 PLTU Batubara PLN 630,0 580,0
Jumlah Pembangkit Terpasang 8.774,7 8.189,1
Tabel. Kapasitas Pembangkit Terpasang
2.2.2 Sistem Kelistrikan Pembangkit
Angka pengenal daya keluar yang optimal hasil dari desain turbin akan menjadi masukkan dalam
menentukan desain elektrikal. Daya dari pembangkit turbin–generator dari PLTM Turi akan
menggunakan transformator step up untuk penyalurannya menuju 20 kV switchgear GI Kertosono
melalui saluran distribusi 20 kV dan melalui transformator step down mensuplai daya ke peralatan
sistem tegangan rendah untuk keperluan sendiri.
Mengingat keandalan sistem kelistrikan yang ada di PLTM Turi maka sistem suplai daya darurat untuk
keperluan sendiri tidak memerlukan genset. Operasi pembangkitan akan dilakukan secara kontrol jarak
jauh dari ruang kontrol PLTM Turi. Oleh karena itu, ruang kontrol yang ada perlu diperluas untuk
penempatan panel-panel kontrol PLTM Turi.
Kriteria desain dasar untuk pekerjaan listrik utama, meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut :
a.Generator
b.Trafo Tenaga
c.Peralatan Hubung Tegangan Menengah
d.Listrik pelayanan pembangkit
e.Sistem, pengamanan dan monitoring
f.Kabel
g.Grounding
h.Jaringan 20 kV
2.2.3 Standart
Sistem dan peralatan listrik harus sesuai dengan kode dan standar sebagai berikut:
Nasional:
PUIL : Peraturan Umum Instalasi Listrik
SPLN : Standar Perusahaan Listrik Negara
International:
IEC : International Electrotechnical Commission
IEEE : Institute of Electrical and Electronics Engineer
NEMA : National Electrical Manufacturers Association
ANSI : America National Standards Institute
ASME : American Society of Mechanical Engineers
ASTM : American Society for testing and Materials
NFPA : National Fire Protection Association
2.2.4 Peletakan Peralatan
Daya listrik yang dibangkitkan generator akan disalurkan dengan menggunakan kabel ke transformator
utama, keluaran transformator disisi tegangan 20 kV akan disalurkan dengan kabel dari peralatan
hubung (Kubikel) 6 kV. Dari peralatan hubung 20 kV, daya listrik disalurkan dengan kabel ke tiang
untuk ditransmisikan. Sedangkan untuk pemakaian sendiri digunakan transformator 50 kVA dari
tegangan 20 kV ke tegangan rendah ( 0,4 kV ).
Peralatan hubung 0,4 kV yang berbentuk panel / kubikel berisi circuit breaker (CB), saklar pemutus
(DS), CT, PT dan saklar pentanahan. Kubikel ini dan kubikel lain diletakkan dalam ruangan power
house, sehingga mengurangi pemeliharaan dan pengaruh cuaca. Sedangkan seluruh transformator
dan tiang awal transmisi/distribusi diletakkan di luar power house.
Seluruh kabel yang menghubungkan peralatan akan ditarik melalui saluran kabel yang dilengkapi tutup
atau rak kabel yang dipasang secara rapi sehingga tidak mengganggu dalam operasi dan perawatan
peralatan.
2.3 Generator
2.3.1 Standart
Desain Generator menggunakan standart IEC sebagai berikut :
IEC6034 : Rotating Electrical Machine
2.3.2 Jenis Generator
Jenis Generator yang akan di pilih adalah salah satu dari jenis sinkron dan jenis induksi. Generator
sinkron berputar pada kondisi putaran sinkron pada 6000/2p putaran per menit di mana p = jumlah
kutub dan generator induksi berputar pada 1-2 % di atas putaran sinkron.
Perbedaan antara kedua jenis generator tersebut di bawah ini :
Generator Sinkron Generator Induksi
- Mempunyai peralatan eksistasi
- Mempunyai peralatan kontrol untuk
Sinkronisasi dan kontrol turbin governor
- Menghasilkan sumber daya reaktif
-Tidak dapat beroperasi dengan beban
terisolasi
-Memerlukan suplai daya reaktif dari sistem
untuk eksistasi
-Efisiensi lebih rendah dibandingkan generator
sinkron
Kebutuhan daya reaktif dari sistem 20 kV untuk satu unit generator induksi berkisar antara 50 % - 80 %
dari daya nominalnya pada kondisi beban nol sampai dengan beban penuh, akan dapat diperoleh
PLTM Turi atau sistem 20 kV. Dengan pertimbangan kapasitas generator induksi yang mempunyai
kapasitas kecil, maka untuk desain generator direkomendasikan menggunakan jenis Generator
Sinkron.
2.3.3 Angka Pengenal
a) Kapasitas
Daya keluar ( Pg ) generator akan di hitung berdasarkan pada kapasitas maksimum turbin,
dengan asumsi nilai terntentu untuk Efisiensi ( ɳg ) dan faktor daya ( cos φ ) sebagai berikut :
Pg ( kVA ) = Pt x hg x
di mana,
Pt : kapasitas turbin ( kW )
ɳg : efisiensi generator pada pengenal keluar ( p.u )
Cos φ : faktor daya ( p.u )
Sebagai bahan pertimbangan desain, angka asumsi effisiensi yang tersebut dibawah ini
dipilih berdasarkan pengalaman dari beberapa proyek pembangkit listrik hidro kapasitas
kecil.
Faktor daya ditentukan berdasarkan sistem penyaluran dayanya dimana pada kondisi sistem
setempat dapat dipilih faktor daya 0,9 penguatan lebih.
Komponen Full Load
Efficiency ( % )
Generator
Sinkron
95
Generator
Induksi
92,5
Transformator
utama
99
b) Tegangan
Angka pengenal generator dipilih berdasarkan data referensi dari pabrikan, sebagai berikut :
Generator Output ( kVA ) Rated Voltage ( Volt )
- Dibawah 5000 400, 3300, 6600
- 4000 - 15000 3300, 6600, 11000, 13800
- 15000 - ke atas 11000 - 20000
Pemilihan tegangan pada sistem kelistrikan dilaksanakan berdasarkan pada standart
sebagai berikut :
Generator Output ( kVA ) Rated Voltage ( Volt )
- SPLN 1 0,4; 0,69; 1; 3; 6; 20
- IEC 6038, Seri I 3; 3,3; 6; 6,6; 10; 11; 15; 20
C) Putaran
Putaran Generator dihitung secara trial dan error yang dianggap mendekati jumlah kutub
generator sesuai putaran turbin, sehubungan dengan rumus berikut.
N =
dimana,
N : putaran
f : frekuens ( 50 Hz )
P : jumlah kutub
Hasil perhitungan putaran sinkron menentukan konstruksi sambungan poros antara turbin
dan generator, dimana sambungan poros kedua mesin mempunyai dua pilihan yaitu :
sambungan langsung dan menggunakan penaik putaran, dengan pertimbangan segi biaya
yang rendah. Generator sinkron kutub banyak mempunyai dimensi lebih besar sehingga
berakibat harganya menjadi mahal.
2.3.4 Parameter minimal pada Generator
Parameter minimal yang harus ada pada generator sebagai berikut:
Rating Daya keluaran dengan satuan ( kVA )
Rating tegangan terminal ( Volt )
Faktor Daya ( 0.80 – 1 )
Frekuensi ( 50 Hz )
Jumlah Phasa ( 3 )
Kecepatan putaran ( RPM )
Variasi tegangan ( 10% )
Frekuensi variasi ( 3%)
Ratio Hubung singkat > 0.8
2.3.5 Tegangan Output Generator
Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tegangan output generator adalah ketahanan
isolasi terhadap tegangan, kemampuan hantar arus kabel, sistem proteksi dan ekonomis.
Adapun tegangan output generator berdasarkan IEC 60034-1 adalah sebagai berikut:
Tegangan untuk daya dibawah 150 kW adalah 400 V
Tegangan untuk daya diatas 150 kW adalah 3.3 kV
Tegangan untuk daya diatas 800 kW adalah 6 kV
Tegangan untuk daya diatas 2500 kW adalah 11 kV
Pada PLTM Turi direncanakan menggunakan generator dengan tegangan output 0,4 kV
2.3.6 Pengaturan Tegangan
Tegangan output generator biasanya bervariasi dalam jangkauan –5% sampai +5% dengan
bantuan AVR. Adapun berdasarkan sistem kerjanya, AVR yang digunakan merupakan AVR
dengan kerja kontinyu yang digunakan untuk mengatur tegangan pada besaran nilai tertentu
dan dalam toleransi tertentu pula seperti yang diperlihatkan pada gambar
Gambar. Pengatur Tegangan AVR
Pada kondisi beban penuh, variasi tegangan yang diperbolehkan hanya berkisar –2,5% sampai
+2,5%. Sedangkan respon penguatan nominal untuk drop tegangan sampai 20% pada terminal
generator di bawah tegangan nominalnya sampai kembali pada kondisi operasi tegangan
normal selama 1 detik.
Dengan AVR ini, diharapkan dapat memberikan keuntungan dalam:
1. Pengaturan besarnya daya reaktif
2. Mempertinggi kapasiatas pengisian (charging capacity) saluran transmisi tanpa
beban dengan mengontrol eksitasi sendiri
3. Menekan kenaikan tegangan akibat “Load Rejection”
4. Meningkatkan batas daya transient
2.3.7 Pembanding Hubung Singkat ( SCR )
Pembanding Hubung Singkat ( SCR ) dianjurkan dipilih angka lebih dari 1, karena keandalan
pembangkit PLTM Turi diharuskan mampu beroperasi saat terjadi gangguan pada sistem 70
kV.
2.3.8 Isolasi dan Kenaikan Temperatur Belitan
Kualitas isolasi dan batas temperature pada generator dan peralatannya, mengacu pada
standart IEC 60034-1, seperti tabel di bawah ini.
Bagian Metode Pengukuran
Batas Temperatur
Klas B Klas F
Batas maksimum temperature
setiap bagian pada temperature
setempat 40 ͦ C
130 155
Kumparan Stator 1) ETD
(Embedded
Temperature Detector )
2) Resistance
70 85
Kumparan Rotor Resistance 80 100
Isolasi yang digunakan pada material belitan stator dan rotor adalah isolasi dengan klas F (IEC-
60034-1) dan temperatur maksimum sebesar 100°C, sedangkan batas kenaikan temperatur
yang diizinkan pada isolasi belitan saat beban puncak hanya sampai klas-B, yaitu dengan
temperaur maksimum 80°C, hal ini akan meningkatkan “Life Time” isolasi dan dapat
memberikan kapasitas beban lebih (overload) yang lebih tinggi sejauh kemampuan turbin.
Batas kenaikan temperatur belitan tersebut sesuai dengan standar IEC 60034-1, adalah antara
80°C sampai 85°C. sedangkan temperatur bantalan (bearing) generator maksimum yang
diizinkan adalah tidak lebih dari 65°C di ukur dengan menggunakan temperature detector.
2.3.9 Sistem Pendingin
Generator menggunakan sistem pendingin dengan tipe Udara (Air cooler), dimana udara panas
pada generator dipindahkan oleh pergerakan rotor itu sendiri menuju ke kipas pendingin dan
disalurkan ke udara luar. Kondisi temperatur udara adalah masuk ke dalam pendingin generator
adalah 25°C.
2.4 Peralatan Eksitasi, Pengatur Tegangan dan Pengatur Frekuensi
2.4.1 Peralatan Penguatan
Untuk keperluan desain sistem penguatan generator akan dipilih diantara keempat jenis sistemnya,
yaitu:
Sistem penguatan menggunakan komutator, yaitu menggunakan peralatan penguatan
yang terpisah dipasang di ujung poros generator, atau arus penguatan dari sumber lain
terpisah.
Sistem penguatan tanpa komutator (brushless), yaitu : menggunakan jembatan dioda
(rektifier). Rektifier tersebut dipasang secara dua tipe, yaitu : rektifier berputar
permanent magnet generator (PMG) dan rektifier statis (eksitasi statik).
Penguatan brushless menggunakan PMG, tidak dipertimbangkan karena mengurangi efisiensi
generator. Untuk desain PLTM Turi akan menggunakan penguatan rektifier penguatan, sedangkan
penguatan statik umumnya digunakan untuk generator kapasitas dibawah 10 MW karena biayanya
mahal.
2.4.2 Sistem Eksitasi Generator
Ada 3 (tiga) macam eksitasi generator, yaitu:
1. Sistem eksitasi tanpa sikat
2. Sistem eksitasi statis
3. Sistem eksitasi dengan slip ring
Ditinjau dari cara pemeliharaannya, sistem eksitasi tanpa sikat jauh lebih mudah dan lebih
murah bila dibandingkan dengan sistem eksitasi statis dan sistem slip ring. Pada umumnya
untuk generator turbin berkapasitas kecil menggunakan sistem eksitasi tanpa sikat.
2.4.3 Pentanahan Netral Generator
Sistem pembumian untuk generator menggunakan sistem seperti kondisi pada PLTM Turi yaitu
pembumian dengan tahanan melalui trafo tegangan, dengan angka pengenal 5 A, 5 menit.
Pentanahan titik netral generator ketanah dengan tujuan antara lain:
1. Mengurangi stress tegangan yang diakibatkan oleh surja hubung atau surja petir
2. Mengatur arus ganguan untuk kepentingan proteksi
3. Membatasi tegangan pada fasa yang terganggu agar tidak melebihi tegangan
pada fasa yang sehat
4. Memadamkan busur listrik akibat gangguan
Titik netral generator diketanahkan melalui tahanan untuk membatasi arus hubung singkat agar
tidak melebihi 0.1 kali arus nominal generator hal ini dimaksudkan untuk mencegah kerusakan
pada belitan stator. Tahanan pentanahan ini harus mampu menahan arus hubung singkat ke
tanah selama satu menit, sehingga untuk PLTM Turi pengetanahan generator langsung ke bumi
(solid grounded).
2.5.1 Transformator Utama
2.5.1 Jenis Transformator
Trafo tenaga untuk pembangkit direncanakan unutk mempunyai dua fungsi, yaitu :
a. Trafo utama atau trafo step-up. Jenis trafo adalah tercelup minyak pasangan luar
dengan tegangan kumparan sesuai dengan tegangan generator dan tegangan
kumparan sekunder 20 kV. Kapasitas trafo utama sama dengan kapasitas generator,
karena suplai daya keperluan pembangkit terhubung dengan penyulang peralatan
hubung sistem 20 kV.
b. Trafo pelayan pembangkit. Jenis trafo adalah tercelup minyak pasangan luar dengan
tegangan kumparan primer 20 kV dan tegangan kumparan sekunder 380 Volt.
Transformator harus dilengkapi dengan:
Off Load tap changing
Oil dan winding temperature
DGPT relay
Tipe pendingin yang diusulkan adalah tipe “ONAN” (Oil Natural Air Natural), karena hal ini
merupakan sistem pendingin yang sederhana, efisiensinya tinggi dan tidak memerlukan
peralatan bantu. Disamping itu daya transformator yang digunakan relatif masih kecil, sehingga
tipe pendinginnya dipilih jenis “ONAN”.
2.5.2 Kapasitas
Kapasitas transformator utama ditentukan berdasarkan kapasitas generator, yaitu minimum
sama dengan kapasitas generator dan harus mampu bekerja 125 % dari kapasitas nominal.
Kapasitas daya transformator utama yang digunakan memiliki kapasitas minimal sebesar
kapasitas generator 200 kVA. Trafo tersebut disambung menuju sistem eksisting 20 kV,
sehingga breaker sinkron berada pada bus 0,4 kV. Sedangkan kapasitas transformator untuk
pemakaian sendiri ditentukan berdasarkan beban yang akan dilayani
2.5.3 Rating Tegangan
Rating tegangan transformator ditentukan oleh sistem tegangan yang dibangkitkan generator
dan sistem distribusi yang ada, sehingga untuk transformator utama mempunyai rating
tegangan 0,4 kV/20 kV dan untuk transformator pemakaian sendiri mempunyai rating tegangan
0,4 kV. Untuk menentukan tegangan transmisi digunakan persamaan ekonomis sebagai
berikut:
Persamaan diatas digunakan sebagai analisa rating tegangan jaringan transmisi.
2.5.4 Load Rejection
Transformator merupakan peralatan yang terhubung langsung dengan generator, sehingga
kenaikan tegangan akibat pelepasan beban akan berakibat kenaikan tegangan pada
transformator. Sehingga transformator dirancang untuk dapat menahan kenaikan tegangan
tersebut 1.4 kali tegangan nominal selama 5 detik berdasarkan IEC 60076 Clause 8.3.
2.5.5 Tap Changer
Nilai tegangan transformator dapat dirubah dengan “off load tap changing” pada sisi tegangan
20 kV, pengaturan tegangan dengan tap charger mempunyai range - 5 % dan + 5 % dengan
interval 2,5 %. Pengaturan tegangan ini dapat dilaksanakan dari luar dengan saklar kontrol
yang handelnya terdapat pada selubung transformator dan dapat dikunci.
Service Condition
Transformator yang digunakan didesain dengan asumsi temperatur lingkungan sebagai berikut:
Suhu maksimum 500C
Rata- rata suhu harian maksimum 400C
Rata- Rata suhu tahunan maksimum 320C
Suhu minimum -50C
Suhu air pendingin tidak lebih dari 300C
Pemilihan kriteria kenaikan temperatur transformator harus memperhatikan ketinggian area
terhadap permukaan laut.
2.5.6 Isolasi
Menggunakan dua macam isolasi, yaitu isolasi padat pada setiap belitan dan isolasi minyak
yang juga berfungsi sebagai pendingin. Level maksimum isolasi dipilih untuk nilai tertinggi
tegangan yang digunakan (24 kV), namun harus mampu menahan switching over voltage dan
lightning over voltage sesuai dengan IEC 60076-3.
2.5.7 Pendingin
Transformator menggunakan sistem pendinginan alami (ONAN, Oil Natural Air Natural) dengan
minyak yang sesuai dengan standard IEC 60076.
2.5.8 Kelompok Vektor
Kelompok vektor atau kelompok penyambungan sesuai dengan SPLN 50 adalah Dyn 5 dengan
pentanahan menggunakan resistansi di titik netral.
2.5.9 Kenaikan Suhu
Batas kenaikan temperatur untuk transformator jenis terendam minyak dengan sirkulasi alami,
sesuai dengan IEC 60085, sebagai berikut :
Bagian Kenaikan Temperatur Maksimum
Belitan, klas isolasi A 65°C
Minyak bagian atas 60°C transformator dilengkapi konservator/ tertutup65°C transformator tidak dilengkapi konservator/ tidak tertutup
Inti, bag. Metal temperatur tidak boleh mencapai nilai yang akan merusak (115°C )
Tabel. Kenaikan Temperatur Maksimum
2.6 Sistem Proteksi Generator dan Transformator
Rele–rele proteksi ditempatkan pada panel alarm dan proteksi, diletakan berdekatan dengan
kontrol unit dan panel indikator dekat generator. Sistem proteksi generator merupakan satu
kesatuan dengan transformator. Oleh sebab itu diusulkan menggunakan rele proteksi minimal
sebagai berikut,
Relay Diferential
Relay Arus Lebih
Relay Tegangan Lebih
Relay Tegangan Kurang
Relay Reserve Power
Relay Frekwensi Kurang/Lebih
Relay Gangguan Tanah
Relay Temperatur Lebih
Sistem proteksi yang digunakan di generator harus sesuai dengan persyaratan ( IEEE, C37.102
Generator Protection ) atau pabrik pembuat agar tidak terjadi kerusakan – kerusakan yang vital.
Hubungan dari generator ke transformator utama dan tahanan pentanahan menggunakan kabel
tenaga dengan tegangan dasar sebesar tegangan output generator. Kabel yang digunakan
adalah kabel inti tunggal berisolasi crosslink polyethylene (XLPE) dengan tegangan dasar dari
output generator. Sedangkan arrester digunakan untu proteksi terhadap sambaran petir di
jaringan tegangan menengah.
2.6.1 Panel Tegangan Rendah
a. Rangkaian dan Peralatan
Peralatan hubung tegangan rendah dilengkapi peralatan–peralatan dan dipasang
untuk rangkaian sekunder dari transformator pemakaian sendiri yang dilokasikan
didalam ruang kontrol didalam powerhouse.
Peralatan hubung tegangan rendah digunakan type cubikel metal enclosed dan
peralatan tambahan yang dipasang didalamnya seperti:
1) Satu set bus tiga fase empat kawat
2) Satu pemutus tenaga untuk rangkaian sekunder transformator pemakaian
sendiri
3) Satu transformator arus untuk pengukuran rangkaian sekunder
transformator pemakaian sendiri
4) Satu transformator arus untuk deteksi kesalahan pada rangkaian tegangan
0,4 kV
b. Busbar
busbar dan sambungan – sambungannya adalah terbuat dari tembaga atau
allumunium alloy. Jarak antar fase busbar dibuat tidak saling berdekatan,
demikian juga antar busbar ke tanah. Masing – masing sambungan di busbar
dihubungkan dengan rapat dan kuat.
c. Pemutus Tenaga (ACB)
Pemutus tenaga tiga kutup dengan type pemadam arching (busur api) adalah
tipe udara bertekanan.
d. Transformator Arus (CT)
Transformator arus satu fase, type epoxy resin.
Besaran transformator arus adalah:
1) Rasio arus (arus primer / arus sekunder)
Untuk proteksi : 400 / 5 A
Untuk pengukuran : 400 / 5 A
2) Daya keluar (burden) : tidak kurang dari 30 VA
3) Klass ketelitian
Untuk pengukuran : 1,0
Untuk Proteksi : 5P.20
e. Pemutus Tenaga Molded Case (MCCB)
Pemutus tenaga molded case adalah tiga kutup, operasi manual, tipe tetap
dengan waktu selang jatuh thermal arus lebih dan magnet mekanis jatuh seketika
pada arus hubung singkat.
Tingkat isolasi dasar untuk peralatan hubung yang sesuai dengan standar IEC
dan JEC, Rated Breaking Current Untuk Pemutus Beban yang sesuai dengan
standar IEC 60056 -2 sedangkan Rated Short Time Withstand Current dan Rated
Normal Untuk Pemisah yang sesuai dengan standar IEC 60129.
2.6.2 Sistem Supply Daya DC dan AC
Suplai daya AC maupun DC untuk pemakaian sendiri terdiri dari beban biasa, Emergency dan
Esensial. Beban biasa dapat berupa penerangan umum dan beban peralatan pembangkit dan
utilitas pembangkit seperti AC pendingin, exhause dan pompa-pompa biasa. Namun dalam
perencanaan ini jenis pelayanan beban hanya dibagi menjadi beban emergency dan esensial.
2.6.3 Peralatan Kendali
Tenaga operator bertugas menghidupkan/mematikan mesin pembangkit sesuai kebutuhan,
pemeriksaan secara periodik kerja mesin pembangkit (monitoring) dan perawatan. Sedangkan
peralatan kendali akan mengendalikan pusat pembangkit selama 24 jam/hari selama mesin
bekerja. Monitoring dan Kendali pada pembangkit dilengkapi dengan sistem Smart Control dan
PLC yang terpasang pada panel kubikel turbin Dan Generator Control Kubikel.
Untuk pemadaman darurat dan fungsi interloking lain dilaksanakan oleh relay logic panel
kendali (kontrol). Selain rele tersebut, pengendalian manual dan alarm/trip mesin dilengkapi
pula di panel kendali.
Keharusan peralatan pengaman memberhentikan mesin, tergantung dari relay flag yang
menunjukkan kegagalan. Sebelum operator menyalakan kembali mesin, kegagalan sudah
diperbaiki dan seluruh rele yang mengalami trip harus direset kemudian urutan pengoperasian
normal dapat dijalankan kembali
A. Kerja Normal
Operator akan memulai dengan menghidupkan mesin-mesin pembangkit dari
panel pengendali, kecuali peralatan pengaman mematikan mesin tersebut. Mesin
pembangkit akan mulai bekerja dengan menjalankan katup bypass dan katup
inlet, kemudian governor diset untuk memperoleh kondisi jalan/kecepatan tanpa
beban. Bila kondisi nominal telah dicapai, operator akan menggunakan fasilitas
sinkronisasi untuk menutup pemutus (CB) secara elektris.
Pemutusan (shut down) dilakukan dengan penekan tombol pada panel kontrol
atau pada signal trip dari rele pengaman. Mesin akan berhenti dengan membuka
circuit breaker, menutup katup inlet dan turbin dihentikan oleh governor.
B. Emergency Shut Down
1. Controlled action shut down
Controlled action shut down terjadi bila kondisi berikut terpenuhi :
Suhu bearing pada generator dalam kondisi sangat tinggi
Suhu bearing pada turbin dalam kondisi sangat tinggi
OPU oli governor dalam keadaan low, level-2
OPU presure oil governor dalam keadaan low, level-2
2. Emergency shut down
Emergency shut down terjadi bila kondisi berikut terpenuhi:
Over speed hingga 115% dan blade turbin tidak bekerja
Stop Push button di tekan
Trip breaker generator
Electrical over frequency lebih besar dari 140%
Putaran turbin melebihi 150%
Over current/ fault in Excitation
Generator Back up aktif
Reverse power protection aktif
Emergency Shut down dilakukan oleh fungsi-fungsi berikut :
Breaker Generator Trip
Breker arus eksitasi Trip
Parameter trip dari control room
Governor melakukan perintah stop turbine
3. Immediate Action Shut down
Immediate Action Shut down terjadi bila kondisi berikut terpenuhi:
Proteksi diferensial generator aktif
Proteksi grounding stator (stator earth fault) generator aktif
Arus lebih (over current) di stator
Emergency Shut down dilakukan oleh fungsi-fungsi berikut :
Breaker di generator trip
Breaker pada sistem trip
Governor menginstruksikan turbine untuk stop
Instruksi trip di control room
4. Electrical Shut Down
Electrical Shut Down terjadi bila kondisi berikut terpenuhi:
Terjadi arus lebih ( over current) pada sistem eksitasi
Generator yang berfungsi sebagai power back up aktif
Peralatan proteksi tegangan lebih pada generator aktif
Peralatan proteksi gangguan pada sistem eksitasi aktif
Electrical Shut Down dilakukan oleh fungsi-fungsi berikut :
Breaker pada generator trip
Breaker pada sistem trip
Governor dan turbin tetap berputar ketika beban tidak ada (beban
nol)
C. Pengoperasian Paralel (Sinkronisasi)
PLTM Turi merupakan bagian dari sistem kelistrikan terinterkoneksi di Area
Bendung Turi terletak pada Kali Brantas, Kota Jombang, maka pada pusat
pembangkit harus dilengkapi dengan peralatan untuk mengoperasikan paralel
(sinkronisasi). Peralatan tersebut terdiri dari :
Voltmeter untuk mengukur tegangan pada setiap generator dan bus yang
akan diparalel
Frequency meter untuk mengukur frekwensi pada setiap generator dan bus
yang akan diparalel
Synchronize meter untuk menentukan ketepatan fasa dan urutan fasa dari
setiap generator dan bus yang akan diparalel
Untuk pengamanan selanjutnya akan digunakan check relay. Rele ini akan
menghindari operator dari penutupan pemutus arus (circuit breaker) apabila
terjadi kesalahan. Paralel dilakukan dengan automatic dan juga dapat dilakukan
dengan cara manual. Setelah terjadi paralel maka kemudian generator akan
melakukan pengambilan beban dengan load sharing terhadap generator lainya.
2.6.4Rangkaian Pelayanan Pembangkit
Catu daya arus bolak balik disediakan dari sistem rangkaian pelayanan pembangkit yang akan
dihubungkan dengan trafo step down untuk suplai ke peralatan bantu pembangkit. Kapasitas trafo
tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan beban peralatan.
Rangkaian pelayanan pembangkit di desain interkoneksi dengan sistem suplai daya dari emergensi
diesel genset di PLTM Turi yang mempunyai kapasitas 2x250 kVA.
Catu daya arus searah disediakan dari 1 unit batere 110 Volt yang ditempatkan di suatu ruang pada
gedung pembangkit Turi dan 1 unit batere 48 volt untuk suplai sistem data komunikasi, yang
ditempatkan di suatu ruang pada gedung kontrol Turi. Jenis batere yang digunakan adalah jenis Nickel
Cadmium dengan kapasitas di hitung berdasarkan kebutuhan sistem pengaman dan kontrol. Untuk
kebutuhan lampu darurat di gedung pembangkit akan menggunakan tegangan 110 Vdc. Kedua sistem
catu daya arus searah tersebut dilengkapi dengan pengisi batere.
2.6.5 Sistem Kontrol Pembangkit dan Pengaman
2.6.5.1 Sistem Kontrol
Sistem kontrol unit pembangkit PLTM Turi direncanakan untuk mempunyai fasilitas pilihan kontrol,
yaitu :
a. Operasi lokal, untuk kontrol bertahap secara manual yang akan dilakukan dari panel unit
kontrol di gedung pembangkit Turi
b. Operasi jarak jauh, untuk kontrol otomatis yang dilakukan dari panel kontrol di gedung
kontrol Turi karena panel kontrol PLTM Turi di gabung di gedung kontrol Turi
Bila pembangkit dipilih operasi lokal maka sistem operasi jarak jauh tidak bekerja, demikian pula
sebaliknya bila dioperasikan jarak jauh maka sistem operasi lokal tidak bekerja kecuali operasi henti
darurat.
2.6.5.2 Sistem Pengaman
Sistem pengaman dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan pembangkit
akibat terjadinya gangguan mekanikal, elektrikal dan kesalahan operasi. Sistem proteksi terdiri atas :
Proteksi unit pembangkit mencakup turbin-generator-transformator
Proteksi peralatan hubung 20 kV dan jaringan keluar
Proteksi peralatan bantu termasuk motor-motor listrik
2.6.6 Jaringan Tegangan Menengah 20 kV
2.6.6.1 Standar
Standar yang digunakan sebagai acuan desain adalah Standard Konstruksi Jaringan PLN
Distribusi Jawa Timur yang masih berlaku dan standar IEC yang terkait.
2.6.6.2 Lingkup Pekerjaan
Jaringan 20 kV yang menjadi bagian pekerjaan proyek PLTM Turi adalah Jaringan dari PLTM
Turi sampai ke Gardu Induk Kertosono.
Untuk pembuatan desain jaringan 20 kV diperlukan tambahan pekerjaan survey rute yang diusulkan
akan menjadi bagian dari pembuatan desain rinci proyek.
NamaGardu
Induk
Jarak
( kms )
Kapasitas Trafo
( MVA )Nama Penyulang
GI Kertosono 6,46 60 Penyulang Lengkong
GI Kertosono 6,46 60 Penyulang Jayakertas
Tabel. Lokasi Gardu Induk Dekat PLTM Turi
Penyaluran daya listrik ke PLN Jawa Timur adalah disalurkan melalui Jaringan Tegangan Menengah
( JTM ) 20 kV, kemudian diturunkan ke 380/220 Volt melalui trafo distribusi. Jenis trafo yang tersebar di
seluruh area pelayanan PLN Jawa Timur pada umumnya adalah jenis trafo minyak ( Oil Immersed )
tiga fasa dan satu fasa dari tipe trafo tiang ( Pole Type ).
Sistem kelistrikan PLTM Turi dekat dengan Gardu Induk Kertosono, dengan kapasitas 60 MVA pada
Trafo yang bertegangan 150/20 kV. Penyulang yang terdekat dengan Gardu Induk Kertosono adalah
Penyulang Lengkong, rayon Kertosono dan Penyulang Jayakertas, rayon Kertosono dan Jombang.
Nama Penyulang Rayon Panjang JTM
( kms )
Beban Puncak
( kVA )
Pelanggan
Tegangan
Menengah
Jumlah
Gardu
Distribusi
P. Lengkong Kertosono 76,697 146 - 63
P. JayakertasKertosono dan
Jombang57,719 245 1 64
Tabel. Penyulang Terdekat Gardu Induk Banaran
Dari gambar single line diagram Jaringan Distribusi Rayon Kertosono Penyulang Lengkong, Single Line
Diagram Trafo Lengkong dan Tabel Trafo Lengkong ( terlampir ) serta Single Line Diagram Trafo
Jakakertas dan Tabel Trafo Jayakertas ( terlampir ) dapat di lihat bahwa, penyulang tersebut akan
mensuplai daya kepada konsumen melalui trafo-trafo ( 380/220 V ) ke konsumen. Dengan data-data
tersebut d atas, hasil atau report Aliran Daya PLTM Mrican ( terlampir ) di cari dengan menggunakan
Program Electric Transient and Analysis Program ( ETAP ).
2.7 Proyeksi Kebutuhan Listrik
2.7.1 Kebutuhan Listrik Nasional Saat ini
Rata-rata Pertumbuhan penjualan tenaga listrik rata-rata PT. PLN ( Persero ) secara nasional saat ini
sekitar 75 % per tahun, seperti ditunjukkan table berikut : ( RUPTL 2013 – 2022 ).
2.7.2 Sistem Kelistrikan Jawa Timur
Beban puncak sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Timur diperkirakan sampai akhir tahun 2013 sekitar
4.904 MW. Beban di pasok dari pembangkit yang berada di grid 500 kV dan 150 kV dengan kapasitas
8.775 MW. PLTU Tanjung Awar-Awar 2x350 MW diperkirakan akan beroperasi Desember 2013
( Unit 1 ) dan April 2014 ( Unit 2 ).
Kelistrikan Provinsi Jawa Timur terdiri atas 6 sub-sistem yaitu :
GITET Krian memasok Kota Surabaya dan Kab. Sidoarjo.
GITET Gresik dan PLTGU/PLTU Gresik memasok Kab.Gresik, Kab.Tuban, Kab.Magetan,
Kab.Lamongan, Kab.Pemekasan, Kab.Sumenep, Kab.Sampang dan Kab.Bangkalan.
GITET Grati dan PLTG Grati memasok Kab.Pasuruan, Kab.Probolinggo, Kota Malang dan
Kab.Batu
GITET Kediri dan PLTA tersebar memasok Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Mojokerto,
Kab.Ponorogo, Kab.Mojokerto dan Kab.Pacitan.
GITET Paiton memasok Kab.Banyuwangi, Kab.Jember, Kab.Jombang, Kab.Situbondo dan
Kab.Bondowoso.
GITET Ngimbang memasok Kab.Tuban, Kab.Bojonegoro, Kab.Paciran dan Kab.Lamongan.
2.7.3 Proyeksi Kebutuhan Listrik
Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio
elektrifikasi di masa datang, maka kebutuhan proyeksi kebutuhan listrik tahun 2013-2022 diperlihatkan
tabel di bawah ini.
TahunPertumbuhan
Ekonomi (%)
Penjualan
Energi (GWh)
Produksi
Energi (GWh)
Beban
Puncak (MW)Pelanggan
2013 6,65 29.842 31.653 4.904 8.949.806
2014 7,00 32.379 34.234 5.243 9.333.784
2015 8,05 35.034 36.963 5.611 9.774.808
2016 8,05 37.836 39.899 6.016 10.212.705
2017 8,05 40.807 43.099 6.466 10.656.144
2018 8,05 43.989 46.412 6.936 11.105.188
2019 8,05 47.363 49.919 7.439 11.559.910
2020 8,05 50.939 53.632 7.974 11.871.539
2021 8,05 54.683 57.574 8.546 11.965.414
2022 8,05 58.622 61.720 9.150 12.048.960
Growth (%) 7,81 7,79 7,70 7,18 3,37
Tabel. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Pertumbuhan beban di PLN Jawa Timur dihitung berdasarkan permintaan tambahan daya lama,
pasang baru serta perkiraan pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Tambahan daya lama dan
pasangan baru pada hakekatnya menunjukkan berkembangnya ekonomi dan pertambahan penduduk .
2.8 Pengembangan Sarana Kelistrikan
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan
distribusi sebagai berikut.
Potensi Sumber Energi
Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari potensi gas bumi yang dapat
dikembangkan sebesar 5,73 TSCF, minyak bumi 1.031,94 MMSTB, batubara 0,08 juta ton dan tenaga
air 2.162,0 MW pada 4 lokasi yaitu Grindulu-PS-3, K.Konto-PS, Karangkjates Ext. dan Kalikonto-2.
Serta panas bumi yang diperkirakan mencapai 1.274 MWe yang tersebar di 11 lokasi yaitu pada Melati
Pacitan, Rejosari Pacitan, Telaga Ngebel Ponorogo, G. Pandan Madiun, G. Arjuno – Welirang, Cangar,
Songgoriti, Tirtosari Sumenep, Argopuro Purbolinggo, dan Blawan - Ijen Bondowoso.
Pasokan gas untuk pembangkit PLN di Jawa Timur (Gresik dan Grati) cukup besar, antara lain dari
Kodeco, HESS, KEI, WNE dan Santos. Namun demikian volumenya akan semakin menurun dan
diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan gas untuk pembangkit di Jawa Timur pada tahun 2016.
Walaupun demikian sebenarnya potensi gas di Jawa Timur cukup banyak, sehingga diharapkan
kekurangan tersebut dapat terpenuhi. Selain itu juga diperkirakan ada potensi gas dari Lapangan
Cepu, sehingga PLN merencanakan pembangunan PLTGU di Gresik sebesar 750 MW.
Pertagas berencana untuk membangun FSRU LNG di Tambaklorok untuk memasok gas ke
Pembangkit PLN di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pasokan gas tersebut merupakan satu kesatuan
dengan rencana pembangunan pipa Trans-Jawa, yaitu gas akan dialirkan melalui pipa yang
rencananya akan di bangun dengan menghubungkan Grati, Gresik, Tambak Lorok hingga Cirebon.
2.8.1 Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2022, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit
sebesar 4.677 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada tabel berikut.
Di Jawa Timur terdapat subsistem isolated di Bawean dengan beban puncak saat ini sekitar 3 MW dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 7,8 MW pada tahun 2022. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
akan di bangun PLTMG Bawean 5 MW pada tahun 2014/2015 dan tambahan lagi sebesar 3 MW di
2018 dan 3 MW di 2021.
No.Asumsi
PengembangJenis Nama Proyek MW COD Status
1. PLN PLTU Pacitan 315 2013 Operasi
2. PLN PLTU Pacitan 315 2013 Operasi
3. PLN PLTU Tj. Awar-awar 350 2013 Konstruksi
4. PLN PLTMG Bawean 3 2014 Pengadaan
5. PLN PLTU Tj. Awar-awar 350 2014 Konstruksi
6. PLN PLTMG Bawean 2 2015 Pengadaan
7. PLN PLTGU Grati 300 2015 Rencana
8. PLN PLTGU Grati 150 2016 Rencana
9. Swasta PLTM Pacet 2 2016 Pengadaan
10. Unallocated PLTGU Jawa-1 800 2017 Rencana
11. Swasta PLTM Lodoyo 10 2017 Rencana
12. Swasta PLTM Jompo1 ( Jompo Atas) 2 2017 Rencana
13. Swasta PLTM Jompo2 (Jompo Bawah) 3 2017 Rencana
14. Swasta PLTM Kali Tengah (Sungai Tengah ) 1 2017 Rencana
15. Swasta PLTM Balelo 4 2017 Rencana
16. Swasta PLTM Ketajek 3 2017 Rencana
17. Swasta PLTM Zeelandia 2 2017 Rencana
18. PLN PLTMG Bawean 3 2018 Rencana
19. Unallocated PLTGU Jawa-2 800 2018 Rencana
20. Unallocated PLTA Karangkates #4-5 100 2019 Rencana
21. Unallocated PLTA Kalikonto-2 62 2019 Rencana
22. Unallocated PLTA Kesamben 37 2019 Rencana
23. Swasta PLTP Ijen (FTP2) 55 2019 Rencana
24. Swasta PLTP Wilis/Ngebel (FTP2) 55 2019 Rencana
25. Swasta PLTP Wilis/Ngebel (FTP2) 55 2019 Rencana
26. Swasta PLTP Ijen (FTP2) 55 2019 Rencana
27. Swasta PLTP Iyang Argopuro (FTP2) 55 2020 Rencana
28. Swasta PLTP Wilis/Ngebel (FTP2) 55 2020 Rencana
29. PLN PLTMG Bawean 3 2021 Rencana
30. Swasta PLTU Madura (FTP2) 200 2022 Konstruksi
31. Swasta PLTU Madura (FTP2) 200 2022 Konstruksi
32. Unallocated PLTP Arjuno Welirang 55 2022 Rencana
33. Unallocated PLTP Iyang Argopuro 110 2022 Rencana
34. Unallocated PLTP Iyang Argopuro 110 2022 Rencana
35. Unallocated PLTP Arjuno Welirang 55 2022 Rencana
Jumlah Kapasitas Pembangkit Sampai Tahun 2022 4.677
Tabel. Rencana Pengembangan Pembangkit
2.9 Ringkasan
Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem kelistrikan mulai dari pembangkit, transmisi, gardu
induk dan distribusi di Provinsi Jawa Timur sampai dengan tahun 2022 adalah USD 8,6 milyar.
Ringkasan Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan
investasi adalah seperti pada tabel berikut.
Tahun
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Investasi
Penjualan
Energi (GWh)
Produksi
Energi
(GWh)
Beban
Puncak
(MW)
Pembangkit
(MW)
Gardu
Induk
(MVA)
T/L
(kms)
Juta
USD
2013 29.842 31.653 4.904 980 3.954 476 1.744
2014 32.379 34.234 5.243 353 1.627 159 735
2015 35.034 36.963 5.611 452 1.947 703 791
2016 37.836 39.899 6.016 2 540 270 351
2017 40.807 43.099 6.466 1.625 2.190 346 1.165
2018 43.989 46.412 6.936 3 1.840 84 978
2019 47.363 49.919 7.439 220 660 16 720
2020 50.939 53.632 7.974 110 510 - 425
2021 54.683 57.574 8.546 3 660 - 167
2022 58.622 61.720 9.150 730 270 - 1.514
Jumlah 4.477 14.918 2.205 8.591
Tabel. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
2.10 Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Baru
Studi Proyek Pembangunan Pembangunan Tenaga Listrik Baru dalam rangka pengembangan PLTM
Turi yang sudah ada dengan memanfaatkan kelebihan debit pada bendung Turi yang selama tanpa
termanfaatkan. Studi terhadap potensi ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan listrik pada
wilayah Jombang dan sekitarnya khususnya untuk tahun-tahun mendatang dan sekaligus untuk
menentukan pengembangan potensi proyek PLTM Turi yang paling optimal.
Dalam rangka mengejar ketertinggalan energi, maka pemerintah mendorong peran swasta dalam
pembangunan pembangkit skala kecil dan menengah ( sampai dengan 1,040 MW ), yang dituangkan
dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.41/2012 yang mengatur harga patokan
dan penyederhanaan proses pembangunan listrik swasta. Dari Peraturan Menteri tersebut di atas,
maka PT. Nusantara Hasea Konsultan sebagai pengembang bermaksud membangun potensi tenaga
listrik “ Turi “.
2.6.1 Potensi Tenaga Listrik PLTM Turi
Berdasarkan kondisi pengaliran yang ada, PLTM Turi di area Bendung Turi terletak pada Kali Brantas,
tepatnya di Desa Brodot, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur direncanakan akan dikembangkan
dengan Semi ‘Run Of River’ tipe dan tanpa melakukan perubahan pola operasi baik pada operasi
bendung. Studi potensi air PLTM Turi mempunyai Head Desain 1,24 m dan debit discharge 100 m3/s
dengan menggunakan Turbin Propeler maka daya output turbin yang diperoleh adalah :
Head : 1,24 m
Qrated : 100 m3/s
Turbin efficiency : 90 %
Generator efficiency : 95 %
Power : 1,040 MW ( 2 x 0,52 MW )
Alternatif pengembangannya akan menempati sisi kanan sungai dan sebagai alternatif lain adalah
dengan memanfaatkan 1 pintu spillway sebagai intake dan menempatkan P/H PLTM Turi pada bagian
antara end sill bendung (existing) dengan ambang stilling basin. Kriteria skala pengembangan meliputi
antara lain perkiran potensi energi dan penentuan kapasitas pembangkit termasuk jumlah unit
pembangkitnya.