Studi Kelistrikan PLTM Turi

35
Studi Kelistrikan PLTM Turi 2.1 Daerah Studi Kelistrikan Lokasi PLTM Turi berada di area Bendung Turi dengan koordinat 7º 32’ 56.20” LS dan 112º 7’ 27.94” BT. Bendung Turi terletak pada Kali Brantas, tepatnya di Desa Brodot, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Pengembangan PLTM Turi direncanakan pada sisi kanan aliran Sungai Brantas. Lokasi proyek untuk PLTM Turi dan dapat di lihat pada peta di bawah. Gambar. Lokasi Pekerjaan PLTM Turi 2.1.1 Maksud dan Tujuan Studi kelistrikan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kelistrikan saat ini di sekitar rencana pembangunan PLTM Turi. Kondisi kelistrikan yang dimaksud adalah meliputi, kondisi beban, pembangkit eksisting, kondisi jaringan

description

FS

Transcript of Studi Kelistrikan PLTM Turi

Page 1: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Studi Kelistrikan PLTM Turi

2.1 Daerah Studi Kelistrikan

Lokasi PLTM Turi berada di area Bendung Turi dengan koordinat 7º 32’ 56.20” LS dan 112º 7’

27.94” BT. Bendung Turi terletak pada Kali Brantas, tepatnya di Desa Brodot, Kabupaten Jombang,

Provinsi Jawa Timur. Pengembangan PLTM Turi direncanakan pada sisi kanan aliran Sungai Brantas.

Lokasi proyek untuk PLTM Turi dan dapat di lihat pada peta di bawah.

Gambar. Lokasi Pekerjaan PLTM Turi

2.1.1 Maksud dan Tujuan

Studi kelistrikan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kelistrikan saat ini di sekitar rencana

pembangunan PLTM Turi. Kondisi kelistrikan yang dimaksud adalah meliputi, kondisi beban,

pembangkit eksisting, kondisi jaringan distribusi 20 kV dan proyeksi beban serta pengembangan

jaringan distribusi pada masa yang akan datang. Pekerjaan Studi Kelistrikan PLTM Turi ini adalah

untuk mengetahui kemampuan daya kemampuan daya serap dari beban yang ada (eksisting) terhadap

rencana daya yang dibangkitkan oleh PLTM Turi, serta untuk menentukan daerah dan jaringan

eksisting yang terdekat sebagai titik sambung untuk penyaluran daya yang dibangkitkan PLTM Turi,

serta untuk mempersiapkan rencana konstruksi bangunan-bangunan pendukung, seperti

Page 2: Studi Kelistrikan PLTM Turi

pembangunan distribusi 20 kV sampai dengan titik sambung rencana interkoneksi pada distribusi 20 kV

eksisting milik PLN.

2.1.2 Metode Studi

Metode studi kelistrikan yang dilakukan adalah melakukan survey terhadap kondisi kelistrikan di

Provinsi Jawa Timur. Jenis survey yang dilaksanakan berupa pengumpulan data-data kelistrikan

eksisting sampai tahun 2013 maupun yang sedang dalam rencana oleh PT. PLN ( Persero ) sampai

tahun 2022. Dari data- data yang telah terkumpul dilakukan studi di atas meja dan melihat Rencana

Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2013-2022 terhadap kondisi beban saat ini dan yang akan datang

untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2022, diperlukan tambahan kapasitas Pembangkit

Listrik sebesar 4677 MW

2.2 Kondisi Kelistrikan Saat Ini

Pembangkit Listrik di Jawa Timur yang berada di grid 500 kV adalah PLTU Paiton, PLTU Gresik dan

PLTU Grati, sedang yang terhubung ke grid 150 kV adalah PLTGU / PLTU Gresik, PLTU Perak, PLTG

Grati, PLTU Pacitan dan PLTA tersebar ( Sutami, Tulung Agung, dll ). Provinsi Jawa Timur terdapat

subsistem isolated di Bawean dengan beban puncak saat ini sekitar 3 MW dan diperkirakan akan

meningkat menjadi 7,8 MW pada tahun 2022. Pasokan dari grid 500 kV adalah melalui 6 GITET, yaitu

Krian, Gresik, Grati, Kediri, Paiton dan Ngimbang, dengan kapasitas 7.500 MVA. Peta sistem

kelistrikan Jawa Timur ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar. Peta Jaringan TT dan dan TET di Provinsi Jawa Timu

Page 3: Studi Kelistrikan PLTM Turi

2.2.1 Pembangkit Eksisting di Provinsi Jawa Timur

No. Nama

PembangkitJenis Jenis Bahan

BakarPemilik

Kapasitas

Terpasang

MW

Daya

Mampu

MW

1. Karang Kates PLTA Air PJB 105,0 103,0

2. Wlingi PLTA Air PJB 54,0 53,6

3. Ledoyo PLTA Air PJB 4,5 4,5

4. Selorejo PLTA Air PJB 4,5 4,7

5. Sengguruh PLTA Air PJB 29,0 28,5

6. Tulung Agung PLTA Air PJB 36,0 35,7

7. Mendalan PLTA Air PJB 23,0 20,7

8. Siman PLTA Air PJB 10,8 10,2

9. Madiun PLTA Air PJB 8,1 8,0

10. Paiton PLTU Batubara PJB 800,0 740,0

11. Paiton PEC PLTU Batubara Swasta 1.230,0 1.220,0

12. Paiton JP PLTU Batubara Swasta 1.220,0 1.220,0

13. Gresik 1-2 PLTU Gas PJB 200,0 160,0

14. Gresik 3-4 PLTU Gas PJB 400,0 333,0

15. Perak PLTU BBM Indonesia Power 100,0 72,0

16. Gresik PLTG Gas PJB 61,6 31,0

17. Gilitimur PLTG BBM PJB 40,2 0,0

18. Grati Blok 1 PLTGU Gas Indonesia Power 461,8 454,2

19. Grati Blok 2 PLTGU Gas Indonesia Power 302,3 300,0

20. Gresik B-1 PLTGU Gas PJB 526,3 480,0

21. Gresik B-2 PLTGU Gas PJB 526,3 420,0

22. Gresik B-3 PLTGU Gas PJB 526,3 480,0

23. Paiton-3 PLTU Batubara Swasta 815,0 815,0

24. Paiton-9 PLTU Batubara PLN 660,0 615,0

25. Pacitan 1-2 PLTU Batubara PLN 630,0 580,0

Jumlah Pembangkit Terpasang 8.774,7 8.189,1

Tabel. Kapasitas Pembangkit Terpasang

Page 4: Studi Kelistrikan PLTM Turi

2.2.2 Sistem Kelistrikan Pembangkit

Angka pengenal daya keluar yang optimal hasil dari desain turbin akan menjadi masukkan dalam

menentukan desain elektrikal. Daya dari pembangkit turbin–generator dari PLTM Turi akan

menggunakan transformator step up untuk penyalurannya menuju 20 kV switchgear GI Kertosono

melalui saluran distribusi 20 kV dan melalui transformator step down mensuplai daya ke peralatan

sistem tegangan rendah untuk keperluan sendiri.

Mengingat keandalan sistem kelistrikan yang ada di PLTM Turi maka sistem suplai daya darurat untuk

keperluan sendiri tidak memerlukan genset. Operasi pembangkitan akan dilakukan secara kontrol jarak

jauh dari ruang kontrol PLTM Turi. Oleh karena itu, ruang kontrol yang ada perlu diperluas untuk

penempatan panel-panel kontrol PLTM Turi.

Kriteria desain dasar untuk pekerjaan listrik utama, meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut :

a.Generator

b.Trafo Tenaga

c.Peralatan Hubung Tegangan Menengah

d.Listrik pelayanan pembangkit

e.Sistem, pengamanan dan monitoring

f.Kabel

g.Grounding

h.Jaringan 20 kV

2.2.3 Standart

Sistem dan peralatan listrik harus sesuai dengan kode dan standar sebagai berikut:

Nasional:

PUIL : Peraturan Umum Instalasi Listrik

SPLN : Standar Perusahaan Listrik Negara

International:

IEC : International Electrotechnical Commission

IEEE : Institute of Electrical and Electronics Engineer

NEMA : National Electrical Manufacturers Association

ANSI : America National Standards Institute

ASME : American Society of Mechanical Engineers

ASTM : American Society for testing and Materials

Page 5: Studi Kelistrikan PLTM Turi

NFPA : National Fire Protection Association

2.2.4 Peletakan Peralatan

Daya listrik yang dibangkitkan generator akan disalurkan dengan menggunakan kabel ke transformator

utama, keluaran transformator disisi tegangan 20 kV akan disalurkan dengan kabel dari peralatan

hubung (Kubikel) 6 kV. Dari peralatan hubung 20 kV, daya listrik disalurkan dengan kabel ke tiang

untuk ditransmisikan. Sedangkan untuk pemakaian sendiri digunakan transformator 50 kVA dari

tegangan 20 kV ke tegangan rendah ( 0,4 kV ).

Peralatan hubung 0,4 kV yang berbentuk panel / kubikel berisi circuit breaker (CB), saklar pemutus

(DS), CT, PT dan saklar pentanahan. Kubikel ini dan kubikel lain diletakkan dalam ruangan power

house, sehingga mengurangi pemeliharaan dan pengaruh cuaca. Sedangkan seluruh transformator

dan tiang awal transmisi/distribusi diletakkan di luar power house.

Seluruh kabel yang menghubungkan peralatan akan ditarik melalui saluran kabel yang dilengkapi tutup

atau rak kabel yang dipasang secara rapi sehingga tidak mengganggu dalam operasi dan perawatan

peralatan.

2.3 Generator

2.3.1 Standart

Desain Generator menggunakan standart IEC sebagai berikut :

IEC6034 : Rotating Electrical Machine

2.3.2 Jenis Generator

Jenis Generator yang akan di pilih adalah salah satu dari jenis sinkron dan jenis induksi. Generator

sinkron berputar pada kondisi putaran sinkron pada 6000/2p putaran per menit di mana p = jumlah

kutub dan generator induksi berputar pada 1-2 % di atas putaran sinkron.

Perbedaan antara kedua jenis generator tersebut di bawah ini :

Generator Sinkron Generator Induksi

- Mempunyai peralatan eksistasi

- Mempunyai peralatan kontrol untuk

Sinkronisasi dan kontrol turbin governor

- Menghasilkan sumber daya reaktif

-Tidak dapat beroperasi dengan beban

terisolasi

-Memerlukan suplai daya reaktif dari sistem

untuk eksistasi

Page 6: Studi Kelistrikan PLTM Turi

-Efisiensi lebih rendah dibandingkan generator

sinkron

Kebutuhan daya reaktif dari sistem 20 kV untuk satu unit generator induksi berkisar antara 50 % - 80 %

dari daya nominalnya pada kondisi beban nol sampai dengan beban penuh, akan dapat diperoleh

PLTM Turi atau sistem 20 kV. Dengan pertimbangan kapasitas generator induksi yang mempunyai

kapasitas kecil, maka untuk desain generator direkomendasikan menggunakan jenis Generator

Sinkron.

2.3.3 Angka Pengenal

a) Kapasitas

Daya keluar ( Pg ) generator akan di hitung berdasarkan pada kapasitas maksimum turbin,

dengan asumsi nilai terntentu untuk Efisiensi ( ɳg ) dan faktor daya ( cos φ ) sebagai berikut :

Pg ( kVA ) = Pt x hg x

di mana,

Pt : kapasitas turbin ( kW )

ɳg : efisiensi generator pada pengenal keluar ( p.u )

Cos φ : faktor daya ( p.u )

Sebagai bahan pertimbangan desain, angka asumsi effisiensi yang tersebut dibawah ini

dipilih berdasarkan pengalaman dari beberapa proyek pembangkit listrik hidro kapasitas

kecil.

Faktor daya ditentukan berdasarkan sistem penyaluran dayanya dimana pada kondisi sistem

setempat dapat dipilih faktor daya 0,9 penguatan lebih.

Komponen Full Load

Efficiency ( % )

Generator

Sinkron

95

Generator

Induksi

92,5

Transformator

utama

99

Page 7: Studi Kelistrikan PLTM Turi

b) Tegangan

Angka pengenal generator dipilih berdasarkan data referensi dari pabrikan, sebagai berikut :

Generator Output ( kVA ) Rated Voltage ( Volt )

- Dibawah 5000 400, 3300, 6600

- 4000 - 15000 3300, 6600, 11000, 13800

- 15000 - ke atas 11000 - 20000

Pemilihan tegangan pada sistem kelistrikan dilaksanakan berdasarkan pada standart

sebagai berikut :

Generator Output ( kVA ) Rated Voltage ( Volt )

- SPLN 1 0,4; 0,69; 1; 3; 6; 20

- IEC 6038, Seri I 3; 3,3; 6; 6,6; 10; 11; 15; 20

C) Putaran

Putaran Generator dihitung secara trial dan error yang dianggap mendekati jumlah kutub

generator sesuai putaran turbin, sehubungan dengan rumus berikut.

N =

dimana,

N : putaran

f : frekuens ( 50 Hz )

P : jumlah kutub

Hasil perhitungan putaran sinkron menentukan konstruksi sambungan poros antara turbin

dan generator, dimana sambungan poros kedua mesin mempunyai dua pilihan yaitu :

sambungan langsung dan menggunakan penaik putaran, dengan pertimbangan segi biaya

yang rendah. Generator sinkron kutub banyak mempunyai dimensi lebih besar sehingga

berakibat harganya menjadi mahal.

2.3.4 Parameter minimal pada Generator

Parameter minimal yang harus ada pada generator sebagai berikut:

Rating Daya keluaran dengan satuan ( kVA )

Rating tegangan terminal ( Volt )

Faktor Daya ( 0.80 – 1 )

Page 8: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Frekuensi ( 50 Hz )

Jumlah Phasa ( 3 )

Kecepatan putaran ( RPM )

Variasi tegangan ( 10% )

Frekuensi variasi ( 3%)

Ratio Hubung singkat > 0.8

2.3.5 Tegangan Output Generator

Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tegangan output generator adalah ketahanan

isolasi terhadap tegangan, kemampuan hantar arus kabel, sistem proteksi dan ekonomis.

Adapun tegangan output generator berdasarkan IEC 60034-1 adalah sebagai berikut:

Tegangan untuk daya dibawah 150 kW adalah 400 V

Tegangan untuk daya diatas 150 kW adalah 3.3 kV

Tegangan untuk daya diatas 800 kW adalah 6 kV

Tegangan untuk daya diatas 2500 kW adalah 11 kV

Pada PLTM Turi direncanakan menggunakan generator dengan tegangan output 0,4 kV

2.3.6 Pengaturan Tegangan

Tegangan output generator biasanya bervariasi dalam jangkauan –5% sampai +5% dengan

bantuan AVR. Adapun berdasarkan sistem kerjanya, AVR yang digunakan merupakan AVR

dengan kerja kontinyu yang digunakan untuk mengatur tegangan pada besaran nilai tertentu

dan dalam toleransi tertentu pula seperti yang diperlihatkan pada gambar

Page 9: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Gambar. Pengatur Tegangan AVR

Pada kondisi beban penuh, variasi tegangan yang diperbolehkan hanya berkisar –2,5% sampai

+2,5%. Sedangkan respon penguatan nominal untuk drop tegangan sampai 20% pada terminal

generator di bawah tegangan nominalnya sampai kembali pada kondisi operasi tegangan

normal selama 1 detik.

Dengan AVR ini, diharapkan dapat memberikan keuntungan dalam:

1. Pengaturan besarnya daya reaktif

2. Mempertinggi kapasiatas pengisian (charging capacity) saluran transmisi tanpa

beban dengan mengontrol eksitasi sendiri

3. Menekan kenaikan tegangan akibat “Load Rejection”

4. Meningkatkan batas daya transient

2.3.7 Pembanding Hubung Singkat ( SCR )

Pembanding Hubung Singkat ( SCR ) dianjurkan dipilih angka lebih dari 1, karena keandalan

pembangkit PLTM Turi diharuskan mampu beroperasi saat terjadi gangguan pada sistem 70

kV.

Page 10: Studi Kelistrikan PLTM Turi

2.3.8 Isolasi dan Kenaikan Temperatur Belitan

Kualitas isolasi dan batas temperature pada generator dan peralatannya, mengacu pada

standart IEC 60034-1, seperti tabel di bawah ini.

Bagian Metode Pengukuran

Batas Temperatur

Klas B Klas F

Batas maksimum temperature

setiap bagian pada temperature

setempat 40 ͦ C

130 155

Kumparan Stator 1) ETD

(Embedded

Temperature Detector )

2) Resistance

70 85

Kumparan Rotor Resistance 80 100

Isolasi yang digunakan pada material belitan stator dan rotor adalah isolasi dengan klas F (IEC-

60034-1) dan temperatur maksimum sebesar 100°C, sedangkan batas kenaikan temperatur

yang diizinkan pada isolasi belitan saat beban puncak hanya sampai klas-B, yaitu dengan

temperaur maksimum 80°C, hal ini akan meningkatkan “Life Time” isolasi dan dapat

memberikan kapasitas beban lebih (overload) yang lebih tinggi sejauh kemampuan turbin.

Batas kenaikan temperatur belitan tersebut sesuai dengan standar IEC 60034-1, adalah antara

80°C sampai 85°C. sedangkan temperatur bantalan (bearing) generator maksimum yang

diizinkan adalah tidak lebih dari 65°C di ukur dengan menggunakan temperature detector.

2.3.9 Sistem Pendingin

Generator menggunakan sistem pendingin dengan tipe Udara (Air cooler), dimana udara panas

pada generator dipindahkan oleh pergerakan rotor itu sendiri menuju ke kipas pendingin dan

disalurkan ke udara luar. Kondisi temperatur udara adalah masuk ke dalam pendingin generator

adalah 25°C.

2.4 Peralatan Eksitasi, Pengatur Tegangan dan Pengatur Frekuensi

Page 11: Studi Kelistrikan PLTM Turi

2.4.1 Peralatan Penguatan

Untuk keperluan desain sistem penguatan generator akan dipilih diantara keempat jenis sistemnya,

yaitu:

Sistem penguatan menggunakan komutator, yaitu menggunakan peralatan penguatan

yang terpisah dipasang di ujung poros generator, atau arus penguatan dari sumber lain

terpisah.

Sistem penguatan tanpa komutator (brushless), yaitu : menggunakan jembatan dioda

(rektifier). Rektifier tersebut dipasang secara dua tipe, yaitu : rektifier berputar

permanent magnet generator (PMG) dan rektifier statis (eksitasi statik).

Penguatan brushless menggunakan PMG, tidak dipertimbangkan karena mengurangi efisiensi

generator. Untuk desain PLTM Turi akan menggunakan penguatan rektifier penguatan, sedangkan

penguatan statik umumnya digunakan untuk generator kapasitas dibawah 10 MW karena biayanya

mahal.

2.4.2 Sistem Eksitasi Generator

Ada 3 (tiga) macam eksitasi generator, yaitu:

1. Sistem eksitasi tanpa sikat

2. Sistem eksitasi statis

3. Sistem eksitasi dengan slip ring

Ditinjau dari cara pemeliharaannya, sistem eksitasi tanpa sikat jauh lebih mudah dan lebih

murah bila dibandingkan dengan sistem eksitasi statis dan sistem slip ring. Pada umumnya

untuk generator turbin berkapasitas kecil menggunakan sistem eksitasi tanpa sikat.

2.4.3 Pentanahan Netral Generator

Sistem pembumian untuk generator menggunakan sistem seperti kondisi pada PLTM Turi yaitu

pembumian dengan tahanan melalui trafo tegangan, dengan angka pengenal 5 A, 5 menit.

Pentanahan titik netral generator ketanah dengan tujuan antara lain:

1. Mengurangi stress tegangan yang diakibatkan oleh surja hubung atau surja petir

2. Mengatur arus ganguan untuk kepentingan proteksi

3. Membatasi tegangan pada fasa yang terganggu agar tidak melebihi tegangan

pada fasa yang sehat

4. Memadamkan busur listrik akibat gangguan

Page 12: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Titik netral generator diketanahkan melalui tahanan untuk membatasi arus hubung singkat agar

tidak melebihi 0.1 kali arus nominal generator hal ini dimaksudkan untuk mencegah kerusakan

pada belitan stator. Tahanan pentanahan ini harus mampu menahan arus hubung singkat ke

tanah selama satu menit, sehingga untuk PLTM Turi pengetanahan generator langsung ke bumi

(solid grounded).

2.5.1 Transformator Utama

2.5.1 Jenis Transformator

Trafo tenaga untuk pembangkit direncanakan unutk mempunyai dua fungsi, yaitu :

a. Trafo utama atau trafo step-up. Jenis trafo adalah tercelup minyak pasangan luar

dengan tegangan kumparan sesuai dengan tegangan generator dan tegangan

kumparan sekunder 20 kV. Kapasitas trafo utama sama dengan kapasitas generator,

karena suplai daya keperluan pembangkit terhubung dengan penyulang peralatan

hubung sistem 20 kV.

b. Trafo pelayan pembangkit. Jenis trafo adalah tercelup minyak pasangan luar dengan

tegangan kumparan primer 20 kV dan tegangan kumparan sekunder 380 Volt.

Transformator harus dilengkapi dengan:

Off Load tap changing

Oil dan winding temperature

DGPT relay

Tipe pendingin yang diusulkan adalah tipe “ONAN” (Oil Natural Air Natural), karena hal ini

merupakan sistem pendingin yang sederhana, efisiensinya tinggi dan tidak memerlukan

peralatan bantu. Disamping itu daya transformator yang digunakan relatif masih kecil, sehingga

tipe pendinginnya dipilih jenis “ONAN”.

2.5.2 Kapasitas

Kapasitas transformator utama ditentukan berdasarkan kapasitas generator, yaitu minimum

sama dengan kapasitas generator dan harus mampu bekerja 125 % dari kapasitas nominal.

Kapasitas daya transformator utama yang digunakan memiliki kapasitas minimal sebesar

kapasitas generator 200 kVA. Trafo tersebut disambung menuju sistem eksisting 20 kV,

sehingga breaker sinkron berada pada bus 0,4 kV. Sedangkan kapasitas transformator untuk

pemakaian sendiri ditentukan berdasarkan beban yang akan dilayani

Page 13: Studi Kelistrikan PLTM Turi

2.5.3 Rating Tegangan

Rating tegangan transformator ditentukan oleh sistem tegangan yang dibangkitkan generator

dan sistem distribusi yang ada, sehingga untuk transformator utama mempunyai rating

tegangan 0,4 kV/20 kV dan untuk transformator pemakaian sendiri mempunyai rating tegangan

0,4 kV. Untuk menentukan tegangan transmisi digunakan persamaan ekonomis sebagai

berikut:

Persamaan diatas digunakan sebagai analisa rating tegangan jaringan transmisi.

2.5.4 Load Rejection

Transformator merupakan peralatan yang terhubung langsung dengan generator, sehingga

kenaikan tegangan akibat pelepasan beban akan berakibat kenaikan tegangan pada

transformator. Sehingga transformator dirancang untuk dapat menahan kenaikan tegangan

tersebut 1.4 kali tegangan nominal selama 5 detik berdasarkan IEC 60076 Clause 8.3.

2.5.5 Tap Changer

Nilai tegangan transformator dapat dirubah dengan “off load tap changing” pada sisi tegangan

20 kV, pengaturan tegangan dengan tap charger mempunyai range - 5 % dan + 5 % dengan

interval 2,5 %. Pengaturan tegangan ini dapat dilaksanakan dari luar dengan saklar kontrol

yang handelnya terdapat pada selubung transformator dan dapat dikunci.

Service Condition

Transformator yang digunakan didesain dengan asumsi temperatur lingkungan sebagai berikut:

Suhu maksimum 500C

Rata- rata suhu harian maksimum 400C

Rata- Rata suhu tahunan maksimum 320C

Suhu minimum -50C

Suhu air pendingin tidak lebih dari 300C

Pemilihan kriteria kenaikan temperatur transformator harus memperhatikan ketinggian area

terhadap permukaan laut.

2.5.6 Isolasi

Menggunakan dua macam isolasi, yaitu isolasi padat pada setiap belitan dan isolasi minyak

yang juga berfungsi sebagai pendingin. Level maksimum isolasi dipilih untuk nilai tertinggi

Page 14: Studi Kelistrikan PLTM Turi

tegangan yang digunakan (24 kV), namun harus mampu menahan switching over voltage dan

lightning over voltage sesuai dengan IEC 60076-3.

2.5.7 Pendingin

Transformator menggunakan sistem pendinginan alami (ONAN, Oil Natural Air Natural) dengan

minyak yang sesuai dengan standard IEC 60076.

2.5.8 Kelompok Vektor

Kelompok vektor atau kelompok penyambungan sesuai dengan SPLN 50 adalah Dyn 5 dengan

pentanahan menggunakan resistansi di titik netral.

2.5.9 Kenaikan Suhu

Batas kenaikan temperatur untuk transformator jenis terendam minyak dengan sirkulasi alami,

sesuai dengan IEC 60085, sebagai berikut :

Bagian Kenaikan Temperatur Maksimum

Belitan, klas isolasi A 65°C

Minyak bagian atas 60°C transformator dilengkapi konservator/ tertutup65°C transformator tidak dilengkapi konservator/ tidak tertutup

Inti, bag. Metal temperatur tidak boleh mencapai nilai yang akan merusak (115°C )

Tabel. Kenaikan Temperatur Maksimum

2.6 Sistem Proteksi Generator dan Transformator

Rele–rele proteksi ditempatkan pada panel alarm dan proteksi, diletakan berdekatan dengan

kontrol unit dan panel indikator dekat generator. Sistem proteksi generator merupakan satu

kesatuan dengan transformator. Oleh sebab itu diusulkan menggunakan rele proteksi minimal

sebagai berikut,

Relay Diferential

Relay Arus Lebih

Relay Tegangan Lebih

Relay Tegangan Kurang

Relay Reserve Power

Relay Frekwensi Kurang/Lebih

Page 15: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Relay Gangguan Tanah

Relay Temperatur Lebih

Sistem proteksi yang digunakan di generator harus sesuai dengan persyaratan ( IEEE, C37.102

Generator Protection ) atau pabrik pembuat agar tidak terjadi kerusakan – kerusakan yang vital.

Hubungan dari generator ke transformator utama dan tahanan pentanahan menggunakan kabel

tenaga dengan tegangan dasar sebesar tegangan output generator. Kabel yang digunakan

adalah kabel inti tunggal berisolasi crosslink polyethylene (XLPE) dengan tegangan dasar dari

output generator. Sedangkan arrester digunakan untu proteksi terhadap sambaran petir di

jaringan tegangan menengah.

2.6.1 Panel Tegangan Rendah

a. Rangkaian dan Peralatan

Peralatan hubung tegangan rendah dilengkapi peralatan–peralatan dan dipasang

untuk rangkaian sekunder dari transformator pemakaian sendiri yang dilokasikan

didalam ruang kontrol didalam powerhouse.

Peralatan hubung tegangan rendah digunakan type cubikel metal enclosed dan

peralatan tambahan yang dipasang didalamnya seperti:

1) Satu set bus tiga fase empat kawat

2) Satu pemutus tenaga untuk rangkaian sekunder transformator pemakaian

sendiri

3) Satu transformator arus untuk pengukuran rangkaian sekunder

transformator pemakaian sendiri

4) Satu transformator arus untuk deteksi kesalahan pada rangkaian tegangan

0,4 kV

b. Busbar

busbar dan sambungan – sambungannya adalah terbuat dari tembaga atau

allumunium alloy. Jarak antar fase busbar dibuat tidak saling berdekatan,

demikian juga antar busbar ke tanah. Masing – masing sambungan di busbar

dihubungkan dengan rapat dan kuat.

c. Pemutus Tenaga (ACB)

Page 16: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Pemutus tenaga tiga kutup dengan type pemadam arching (busur api) adalah

tipe udara bertekanan.

d. Transformator Arus (CT)

Transformator arus satu fase, type epoxy resin.

Besaran transformator arus adalah:

1) Rasio arus (arus primer / arus sekunder)

Untuk proteksi : 400 / 5 A

Untuk pengukuran : 400 / 5 A

2) Daya keluar (burden) : tidak kurang dari 30 VA

3) Klass ketelitian

Untuk pengukuran : 1,0

Untuk Proteksi : 5P.20

e. Pemutus Tenaga Molded Case (MCCB)

Pemutus tenaga molded case adalah tiga kutup, operasi manual, tipe tetap

dengan waktu selang jatuh thermal arus lebih dan magnet mekanis jatuh seketika

pada arus hubung singkat.

Tingkat isolasi dasar untuk peralatan hubung yang sesuai dengan standar IEC

dan JEC, Rated Breaking Current Untuk Pemutus Beban yang sesuai dengan

standar IEC 60056 -2 sedangkan Rated Short Time Withstand Current dan Rated

Normal Untuk Pemisah yang sesuai dengan standar IEC 60129.

2.6.2 Sistem Supply Daya DC dan AC

Suplai daya AC maupun DC untuk pemakaian sendiri terdiri dari beban biasa, Emergency dan

Esensial. Beban biasa dapat berupa penerangan umum dan beban peralatan pembangkit dan

utilitas pembangkit seperti AC pendingin, exhause dan pompa-pompa biasa. Namun dalam

perencanaan ini jenis pelayanan beban hanya dibagi menjadi beban emergency dan esensial.

2.6.3 Peralatan Kendali

Tenaga operator bertugas menghidupkan/mematikan mesin pembangkit sesuai kebutuhan,

pemeriksaan secara periodik kerja mesin pembangkit (monitoring) dan perawatan. Sedangkan

peralatan kendali akan mengendalikan pusat pembangkit selama 24 jam/hari selama mesin

bekerja. Monitoring dan Kendali pada pembangkit dilengkapi dengan sistem Smart Control dan

PLC yang terpasang pada panel kubikel turbin Dan Generator Control Kubikel.

Page 17: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Untuk pemadaman darurat dan fungsi interloking lain dilaksanakan oleh relay logic panel

kendali (kontrol). Selain rele tersebut, pengendalian manual dan alarm/trip mesin dilengkapi

pula di panel kendali.

Keharusan peralatan pengaman memberhentikan mesin, tergantung dari relay flag yang

menunjukkan kegagalan. Sebelum operator menyalakan kembali mesin, kegagalan sudah

diperbaiki dan seluruh rele yang mengalami trip harus direset kemudian urutan pengoperasian

normal dapat dijalankan kembali

A. Kerja Normal

Operator akan memulai dengan menghidupkan mesin-mesin pembangkit dari

panel pengendali, kecuali peralatan pengaman mematikan mesin tersebut. Mesin

pembangkit akan mulai bekerja dengan menjalankan katup bypass dan katup

inlet, kemudian governor diset untuk memperoleh kondisi jalan/kecepatan tanpa

beban. Bila kondisi nominal telah dicapai, operator akan menggunakan fasilitas

sinkronisasi untuk menutup pemutus (CB) secara elektris.

Pemutusan (shut down) dilakukan dengan penekan tombol pada panel kontrol

atau pada signal trip dari rele pengaman. Mesin akan berhenti dengan membuka

circuit breaker, menutup katup inlet dan turbin dihentikan oleh governor.

B. Emergency Shut Down

1. Controlled action shut down

Controlled action shut down terjadi bila kondisi berikut terpenuhi :

Suhu bearing pada generator dalam kondisi sangat tinggi

Suhu bearing pada turbin dalam kondisi sangat tinggi

OPU oli governor dalam keadaan low, level-2

OPU presure oil governor dalam keadaan low, level-2

2. Emergency shut down

Emergency shut down terjadi bila kondisi berikut terpenuhi:

Over speed hingga 115% dan blade turbin tidak bekerja

Stop Push button di tekan

Trip breaker generator

Electrical over frequency lebih besar dari 140%

Putaran turbin melebihi 150%

Page 18: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Over current/ fault in Excitation

Generator Back up aktif

Reverse power protection aktif

Emergency Shut down dilakukan oleh fungsi-fungsi berikut :

Breaker Generator Trip

Breker arus eksitasi Trip

Parameter trip dari control room

Governor melakukan perintah stop turbine

3. Immediate Action Shut down

Immediate Action Shut down terjadi bila kondisi berikut terpenuhi:

Proteksi diferensial generator aktif

Proteksi grounding stator (stator earth fault) generator aktif

Arus lebih (over current) di stator

Emergency Shut down dilakukan oleh fungsi-fungsi berikut :

Breaker di generator trip

Breaker pada sistem trip

Governor menginstruksikan turbine untuk stop

Instruksi trip di control room

4. Electrical Shut Down

Electrical Shut Down terjadi bila kondisi berikut terpenuhi:

Terjadi arus lebih ( over current) pada sistem eksitasi

Generator yang berfungsi sebagai power back up aktif

Peralatan proteksi tegangan lebih pada generator aktif

Peralatan proteksi gangguan pada sistem eksitasi aktif

Electrical Shut Down dilakukan oleh fungsi-fungsi berikut :

Breaker pada generator trip

Breaker pada sistem trip

Page 19: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Governor dan turbin tetap berputar ketika beban tidak ada (beban

nol)

C. Pengoperasian Paralel (Sinkronisasi)

PLTM Turi merupakan bagian dari sistem kelistrikan terinterkoneksi di Area

Bendung Turi terletak pada Kali Brantas, Kota Jombang, maka pada pusat

pembangkit harus dilengkapi dengan peralatan untuk mengoperasikan paralel

(sinkronisasi). Peralatan tersebut terdiri dari :

Voltmeter untuk mengukur tegangan pada setiap generator dan bus yang

akan diparalel

Frequency meter untuk mengukur frekwensi pada setiap generator dan bus

yang akan diparalel

Synchronize meter untuk menentukan ketepatan fasa dan urutan fasa dari

setiap generator dan bus yang akan diparalel

Untuk pengamanan selanjutnya akan digunakan check relay. Rele ini akan

menghindari operator dari penutupan pemutus arus (circuit breaker) apabila

terjadi kesalahan. Paralel dilakukan dengan automatic dan juga dapat dilakukan

dengan cara manual. Setelah terjadi paralel maka kemudian generator akan

melakukan pengambilan beban dengan load sharing terhadap generator lainya.

2.6.4Rangkaian Pelayanan Pembangkit

Catu daya arus bolak balik disediakan dari sistem rangkaian pelayanan pembangkit yang akan

dihubungkan dengan trafo step down untuk suplai ke peralatan bantu pembangkit. Kapasitas trafo

tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan beban peralatan.

Rangkaian pelayanan pembangkit di desain interkoneksi dengan sistem suplai daya dari emergensi

diesel genset di PLTM Turi yang mempunyai kapasitas 2x250 kVA.

Catu daya arus searah disediakan dari 1 unit batere 110 Volt yang ditempatkan di suatu ruang pada

gedung pembangkit Turi dan 1 unit batere 48 volt untuk suplai sistem data komunikasi, yang

ditempatkan di suatu ruang pada gedung kontrol Turi. Jenis batere yang digunakan adalah jenis Nickel

Cadmium dengan kapasitas di hitung berdasarkan kebutuhan sistem pengaman dan kontrol. Untuk

kebutuhan lampu darurat di gedung pembangkit akan menggunakan tegangan 110 Vdc. Kedua sistem

catu daya arus searah tersebut dilengkapi dengan pengisi batere.

2.6.5 Sistem Kontrol Pembangkit dan Pengaman

Page 20: Studi Kelistrikan PLTM Turi

2.6.5.1 Sistem Kontrol

Sistem kontrol unit pembangkit PLTM Turi direncanakan untuk mempunyai fasilitas pilihan kontrol,

yaitu :

a. Operasi lokal, untuk kontrol bertahap secara manual yang akan dilakukan dari panel unit

kontrol di gedung pembangkit Turi

b. Operasi jarak jauh, untuk kontrol otomatis yang dilakukan dari panel kontrol di gedung

kontrol Turi karena panel kontrol PLTM Turi di gabung di gedung kontrol Turi

Bila pembangkit dipilih operasi lokal maka sistem operasi jarak jauh tidak bekerja, demikian pula

sebaliknya bila dioperasikan jarak jauh maka sistem operasi lokal tidak bekerja kecuali operasi henti

darurat.

2.6.5.2 Sistem Pengaman

Sistem pengaman dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan pembangkit

akibat terjadinya gangguan mekanikal, elektrikal dan kesalahan operasi. Sistem proteksi terdiri atas :

Proteksi unit pembangkit mencakup turbin-generator-transformator

Proteksi peralatan hubung 20 kV dan jaringan keluar

Proteksi peralatan bantu termasuk motor-motor listrik

2.6.6 Jaringan Tegangan Menengah 20 kV

2.6.6.1 Standar

Standar yang digunakan sebagai acuan desain adalah Standard Konstruksi Jaringan PLN

Distribusi Jawa Timur yang masih berlaku dan standar IEC yang terkait.

2.6.6.2 Lingkup Pekerjaan

Jaringan 20 kV yang menjadi bagian pekerjaan proyek PLTM Turi adalah Jaringan dari PLTM

Turi sampai ke Gardu Induk Kertosono.

Untuk pembuatan desain jaringan 20 kV diperlukan tambahan pekerjaan survey rute yang diusulkan

akan menjadi bagian dari pembuatan desain rinci proyek.

NamaGardu

Induk

Jarak

( kms )

Kapasitas Trafo

( MVA )Nama Penyulang

GI Kertosono 6,46 60 Penyulang Lengkong

Page 21: Studi Kelistrikan PLTM Turi

GI Kertosono 6,46 60 Penyulang Jayakertas

Tabel. Lokasi Gardu Induk Dekat PLTM Turi

Penyaluran daya listrik ke PLN Jawa Timur adalah disalurkan melalui Jaringan Tegangan Menengah

( JTM ) 20 kV, kemudian diturunkan ke 380/220 Volt melalui trafo distribusi. Jenis trafo yang tersebar di

seluruh area pelayanan PLN Jawa Timur pada umumnya adalah jenis trafo minyak ( Oil Immersed )

tiga fasa dan satu fasa dari tipe trafo tiang ( Pole Type ).

Sistem kelistrikan PLTM Turi dekat dengan Gardu Induk Kertosono, dengan kapasitas 60 MVA pada

Trafo yang bertegangan 150/20 kV. Penyulang yang terdekat dengan Gardu Induk Kertosono adalah

Penyulang Lengkong, rayon Kertosono dan Penyulang Jayakertas, rayon Kertosono dan Jombang.

Nama Penyulang Rayon Panjang JTM

( kms )

Beban Puncak

( kVA )

Pelanggan

Tegangan

Menengah

Jumlah

Gardu

Distribusi

P. Lengkong Kertosono 76,697 146 - 63

P. JayakertasKertosono dan

Jombang57,719 245 1 64

Tabel. Penyulang Terdekat Gardu Induk Banaran

Dari gambar single line diagram Jaringan Distribusi Rayon Kertosono Penyulang Lengkong, Single Line

Diagram Trafo Lengkong dan Tabel Trafo Lengkong ( terlampir ) serta Single Line Diagram Trafo

Jakakertas dan Tabel Trafo Jayakertas ( terlampir ) dapat di lihat bahwa, penyulang tersebut akan

mensuplai daya kepada konsumen melalui trafo-trafo ( 380/220 V ) ke konsumen. Dengan data-data

tersebut d atas, hasil atau report Aliran Daya PLTM Mrican ( terlampir ) di cari dengan menggunakan

Program Electric Transient and Analysis Program ( ETAP ).

2.7 Proyeksi Kebutuhan Listrik

2.7.1 Kebutuhan Listrik Nasional Saat ini

Page 22: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Rata-rata Pertumbuhan penjualan tenaga listrik rata-rata PT. PLN ( Persero ) secara nasional saat ini

sekitar 75 % per tahun, seperti ditunjukkan table berikut : ( RUPTL 2013 – 2022 ).

2.7.2 Sistem Kelistrikan Jawa Timur

Beban puncak sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Timur diperkirakan sampai akhir tahun 2013 sekitar

4.904 MW. Beban di pasok dari pembangkit yang berada di grid 500 kV dan 150 kV dengan kapasitas

8.775 MW. PLTU Tanjung Awar-Awar 2x350 MW diperkirakan akan beroperasi Desember 2013

( Unit 1 ) dan April 2014 ( Unit 2 ).

Kelistrikan Provinsi Jawa Timur terdiri atas 6 sub-sistem yaitu :

GITET Krian memasok Kota Surabaya dan Kab. Sidoarjo.

GITET Gresik dan PLTGU/PLTU Gresik memasok Kab.Gresik, Kab.Tuban, Kab.Magetan,

Kab.Lamongan, Kab.Pemekasan, Kab.Sumenep, Kab.Sampang dan Kab.Bangkalan.

GITET Grati dan PLTG Grati memasok Kab.Pasuruan, Kab.Probolinggo, Kota Malang dan

Kab.Batu

GITET Kediri dan PLTA tersebar memasok Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Mojokerto,

Kab.Ponorogo, Kab.Mojokerto dan Kab.Pacitan.

GITET Paiton memasok Kab.Banyuwangi, Kab.Jember, Kab.Jombang, Kab.Situbondo dan

Kab.Bondowoso.

GITET Ngimbang memasok Kab.Tuban, Kab.Bojonegoro, Kab.Paciran dan Kab.Lamongan.

2.7.3 Proyeksi Kebutuhan Listrik

Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan mempertimbangkan

kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio

elektrifikasi di masa datang, maka kebutuhan proyeksi kebutuhan listrik tahun 2013-2022 diperlihatkan

tabel di bawah ini.

TahunPertumbuhan

Ekonomi (%)

Penjualan

Energi (GWh)

Produksi

Energi (GWh)

Beban

Puncak (MW)Pelanggan

2013 6,65 29.842 31.653 4.904 8.949.806

2014 7,00 32.379 34.234 5.243 9.333.784

2015 8,05 35.034 36.963 5.611 9.774.808

2016 8,05 37.836 39.899 6.016 10.212.705

2017 8,05 40.807 43.099 6.466 10.656.144

2018 8,05 43.989 46.412 6.936 11.105.188

2019 8,05 47.363 49.919 7.439 11.559.910

2020 8,05 50.939 53.632 7.974 11.871.539

Page 23: Studi Kelistrikan PLTM Turi

2021 8,05 54.683 57.574 8.546 11.965.414

2022 8,05 58.622 61.720 9.150 12.048.960

Growth (%) 7,81 7,79 7,70 7,18 3,37

Tabel. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Pertumbuhan beban di PLN Jawa Timur dihitung berdasarkan permintaan tambahan daya lama,

pasang baru serta perkiraan pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Tambahan daya lama dan

pasangan baru pada hakekatnya menunjukkan berkembangnya ekonomi dan pertambahan penduduk .

2.8 Pengembangan Sarana Kelistrikan

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan

distribusi sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi

Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari potensi gas bumi yang dapat

dikembangkan sebesar 5,73 TSCF, minyak bumi 1.031,94 MMSTB, batubara 0,08 juta ton dan tenaga

air 2.162,0 MW pada 4 lokasi yaitu Grindulu-PS-3, K.Konto-PS, Karangkjates Ext. dan Kalikonto-2.

Serta panas bumi yang diperkirakan mencapai 1.274 MWe yang tersebar di 11 lokasi yaitu pada Melati

Pacitan, Rejosari Pacitan, Telaga Ngebel Ponorogo, G. Pandan Madiun, G. Arjuno – Welirang, Cangar,

Songgoriti, Tirtosari Sumenep, Argopuro Purbolinggo, dan Blawan - Ijen Bondowoso.

Pasokan gas untuk pembangkit PLN di Jawa Timur (Gresik dan Grati) cukup besar, antara lain dari

Kodeco, HESS, KEI, WNE dan Santos. Namun demikian volumenya akan semakin menurun dan

diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan gas untuk pembangkit di Jawa Timur pada tahun 2016.

Walaupun demikian sebenarnya potensi gas di Jawa Timur cukup banyak, sehingga diharapkan

kekurangan tersebut dapat terpenuhi. Selain itu juga diperkirakan ada potensi gas dari Lapangan

Cepu, sehingga PLN merencanakan pembangunan PLTGU di Gresik sebesar 750 MW.

Pertagas berencana untuk membangun FSRU LNG di Tambaklorok untuk memasok gas ke

Pembangkit PLN di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pasokan gas tersebut merupakan satu kesatuan

dengan rencana pembangunan pipa Trans-Jawa, yaitu gas akan dialirkan melalui pipa yang

rencananya akan di bangun dengan menghubungkan Grati, Gresik, Tambak Lorok hingga Cirebon.

2.8.1 Pengembangan Pembangkit

Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2022, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit

sebesar 4.677 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada tabel berikut.

Page 24: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Di Jawa Timur terdapat subsistem isolated di Bawean dengan beban puncak saat ini sekitar 3 MW dan

diperkirakan akan meningkat menjadi 7,8 MW pada tahun 2022. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut

akan di bangun PLTMG Bawean 5 MW pada tahun 2014/2015 dan tambahan lagi sebesar 3 MW di

2018 dan 3 MW di 2021.

No.Asumsi

PengembangJenis Nama Proyek MW COD Status

1. PLN PLTU Pacitan 315 2013 Operasi

2. PLN PLTU Pacitan 315 2013 Operasi

3. PLN PLTU Tj. Awar-awar 350 2013 Konstruksi

4. PLN PLTMG Bawean 3 2014 Pengadaan

5. PLN PLTU Tj. Awar-awar 350 2014 Konstruksi

6. PLN PLTMG Bawean 2 2015 Pengadaan

7. PLN PLTGU Grati 300 2015 Rencana

8. PLN PLTGU Grati 150 2016 Rencana

9. Swasta PLTM Pacet 2 2016 Pengadaan

10. Unallocated PLTGU Jawa-1 800 2017 Rencana

11. Swasta PLTM Lodoyo 10 2017 Rencana

12. Swasta PLTM Jompo1 ( Jompo Atas) 2 2017 Rencana

13. Swasta PLTM Jompo2 (Jompo Bawah) 3 2017 Rencana

14. Swasta PLTM Kali Tengah (Sungai Tengah ) 1 2017 Rencana

15. Swasta PLTM Balelo 4 2017 Rencana

16. Swasta PLTM Ketajek 3 2017 Rencana

17. Swasta PLTM Zeelandia 2 2017 Rencana

18. PLN PLTMG Bawean 3 2018 Rencana

19. Unallocated PLTGU Jawa-2 800 2018 Rencana

20. Unallocated PLTA Karangkates #4-5 100 2019 Rencana

21. Unallocated PLTA Kalikonto-2 62 2019 Rencana

22. Unallocated PLTA Kesamben 37 2019 Rencana

23. Swasta PLTP Ijen (FTP2) 55 2019 Rencana

24. Swasta PLTP Wilis/Ngebel (FTP2) 55 2019 Rencana

25. Swasta PLTP Wilis/Ngebel (FTP2) 55 2019 Rencana

26. Swasta PLTP Ijen (FTP2) 55 2019 Rencana

27. Swasta PLTP Iyang Argopuro (FTP2) 55 2020 Rencana

28. Swasta PLTP Wilis/Ngebel (FTP2) 55 2020 Rencana

29. PLN PLTMG Bawean 3 2021 Rencana

Page 25: Studi Kelistrikan PLTM Turi

30. Swasta PLTU Madura (FTP2) 200 2022 Konstruksi

31. Swasta PLTU Madura (FTP2) 200 2022 Konstruksi

32. Unallocated PLTP Arjuno Welirang 55 2022 Rencana

33. Unallocated PLTP Iyang Argopuro 110 2022 Rencana

34. Unallocated PLTP Iyang Argopuro 110 2022 Rencana

35. Unallocated PLTP Arjuno Welirang 55 2022 Rencana

Jumlah Kapasitas Pembangkit Sampai Tahun 2022 4.677

Tabel. Rencana Pengembangan Pembangkit

2.9 Ringkasan

Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem kelistrikan mulai dari pembangkit, transmisi, gardu

induk dan distribusi di Provinsi Jawa Timur sampai dengan tahun 2022 adalah USD 8,6 milyar.

Ringkasan Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan

investasi adalah seperti pada tabel berikut.

Tahun

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Investasi

Penjualan

Energi (GWh)

Produksi

Energi

(GWh)

Beban

Puncak

(MW)

Pembangkit

(MW)

Gardu

Induk

(MVA)

T/L

(kms)

Juta

USD

2013 29.842 31.653 4.904 980 3.954 476 1.744

2014 32.379 34.234 5.243 353 1.627 159 735

2015 35.034 36.963 5.611 452 1.947 703 791

2016 37.836 39.899 6.016 2 540 270 351

2017 40.807 43.099 6.466 1.625 2.190 346 1.165

2018 43.989 46.412 6.936 3 1.840 84 978

2019 47.363 49.919 7.439 220 660 16 720

2020 50.939 53.632 7.974 110 510 - 425

2021 54.683 57.574 8.546 3 660 - 167

2022 58.622 61.720 9.150 730 270 - 1.514

Jumlah 4.477 14.918 2.205 8.591

Tabel. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

2.10 Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Baru

Page 26: Studi Kelistrikan PLTM Turi

Studi Proyek Pembangunan Pembangunan Tenaga Listrik Baru dalam rangka pengembangan PLTM

Turi yang sudah ada dengan memanfaatkan kelebihan debit pada bendung Turi yang selama tanpa

termanfaatkan. Studi terhadap potensi ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan listrik pada

wilayah Jombang dan sekitarnya khususnya untuk tahun-tahun mendatang dan sekaligus untuk

menentukan pengembangan potensi proyek PLTM Turi yang paling optimal.

Dalam rangka mengejar ketertinggalan energi, maka pemerintah mendorong peran swasta dalam

pembangunan pembangkit skala kecil dan menengah ( sampai dengan 1,040 MW ), yang dituangkan

dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.41/2012 yang mengatur harga patokan

dan penyederhanaan proses pembangunan listrik swasta. Dari Peraturan Menteri tersebut di atas,

maka PT. Nusantara Hasea Konsultan sebagai pengembang bermaksud membangun potensi tenaga

listrik “ Turi “.

2.6.1 Potensi Tenaga Listrik PLTM Turi

Berdasarkan kondisi pengaliran yang ada, PLTM Turi di area Bendung Turi terletak pada Kali Brantas,

tepatnya di Desa Brodot, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur direncanakan akan dikembangkan

dengan Semi ‘Run Of River’ tipe dan tanpa melakukan perubahan pola operasi baik pada operasi

bendung. Studi potensi air PLTM Turi mempunyai Head Desain 1,24 m dan debit discharge 100 m3/s

dengan menggunakan Turbin Propeler maka daya output turbin yang diperoleh adalah :

Head : 1,24 m

Qrated : 100 m3/s

Turbin efficiency : 90 %

Generator efficiency : 95 %

Power : 1,040 MW ( 2 x 0,52 MW )

Alternatif pengembangannya akan menempati sisi kanan sungai dan sebagai alternatif lain adalah

dengan memanfaatkan 1 pintu spillway sebagai intake dan menempatkan P/H PLTM Turi pada bagian

antara end sill bendung (existing) dengan ambang stilling basin. Kriteria skala pengembangan meliputi

antara lain perkiran potensi energi dan penentuan kapasitas pembangkit termasuk jumlah unit

pembangkitnya.