Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Pengolahan Rajungan di ...
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN...
Transcript of STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN...
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK
NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
R. ADITYO ARANNUGROHO
F24050077
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
FEASIBILITY STUDY ON ESTABLISHMENT OF JACKFRUITS CHIPS
PROCESSING INDUSTRIES IN SEMARANG REGENCY
R. Adityo Arannugroho
Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor
Agricultural University, IPB Dramaga Campus, Bogor 16002, West Java, Indonesia.
ABSTRACT
Before make an investment, it would be good to make a feasibility study of
that investment. The result of this research is to know the feasibility of the the
establishment of the Jackfruits chips industries on Semarang regency. The result
of this reserach show that market aspect have stable market demand, prospective
market potential, and good market share. Analysis result of technical and
technology aspect, finanncial aspect indicate that jackfruit chip industry is
feasible to established. The analysis to the sensitivity on the increasing raw
material prices up to 13%, increasing fuel and electricity prices up to 68%, and
reduction in selling prices up to 4% is feasible to established.
Keywords : feasibility study,technic aspect, financial aspect
R. Adityo Arannugroho. F24050077. Studi Kelayakan Pendirian Industri
Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang. Di bawah bimbingan
Darwin Kadarisman
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi
mengenai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di
Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai (a)
acuan bagi calon wirausahawan dan investor yang ingin melakukan usaha keripik
nangka, (b) masukan bagi Pemerintah Kabupaten dalam melakukan pembinaan
terhadap petani nangka (c) masukan bagi perbankan untuk pemberian pinjaman
dana.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan,
pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data. Data yang dikumpulkan
adalah data primer dan sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis yang dilakukan adalah analisis pasar,
analisis teknik dan teknologi, aspek finansial, serta yuridis. Proses analisis setiap
aspek saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga hasil analisis
tersebut menjadi terintegrasi.
Hasil penelitian aspek pasar produk keripik nangka menunjukkan bahwa
saat ini permintaan pasar cukup stabil, potensi pasar di masa mendatang cukup
baik karena kota Semarang banyak dikunjungi wisatawan, serta memiliki pangsa
pasar yang cukup baik. Ketersediaan bahan baku, teknologi pengolahan yang
menunjang, serta ketersediaan lokasi industri menunjukkan bahwa industri layak
dioperasikan secara teknis.
Dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di
kabupaten Semarang menunjukkan bahwa industri layak didirikan dengan BEP :
91.112.307,01, NPV : 56.749.889, IRR : 29,24%, Net B/C : 1,27, dan pay back
period 3,65 tahun.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga
bahan baku sampai dengan 13 %, kenaikan harga bahan bakar minyak dan listrik
sampai dengan 68 %, serta penurunan harga jual keripik nangka sampai dengan 4
%, maka industri pengolahan keripik nangka masih layak untuk didirikan.
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK
NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh
R. ADITYO ARANNUGROHO
F24050077
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka
di Kabupaten Semarang
Nama : R. Adityo Arannugroho
NIM : F24050077
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
( Ir. Darwin Kadarisman, M.S. )
NIP. 19470917 197403 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
(Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.)
NIP. 19650814 19902 1 001
Tanggal lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Kelayakan
Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang adalah hasil karya
saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk
apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2011
Yang membuat pernyataan
R. Adityo Arannugroho
F24050077
©Hak cipta milik R Adityo Arannugroho, tahun 2011
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian
atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Atas
kehendak dan karunia-Nya, penelitian dan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan
pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang” dapat
diselesaikan. Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar
sarjana pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dapat diselesaikan atas sumbangan pemikiran dan masukan dari
pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ir. Darwin Kadarisman, M.S. selaku dosen pembimbing akademik dan
pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, masukan,
saran, bantuan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ir. Subarna, M.S. dan Ir. Sutrisno Koswara, M.S., yang telah bersedia
mengalokasikan waktu sebagai dosen penguji.
3. Keluarga besar tercinta saya di rumah, Bapak, Ibu, dan kedua kakakku
tercinta. Terima kasih atas limpahan kasih sayang yang telah tercurahkan
tanpa henti kepada penulis selama ini. Berkat doa dan dukungan kalian semua
baik yang berupa materil maupun non materil.
4. Pak Pramono dari Dinas Perindustrian Kota Semarang, Pak Harry dan Bu
Dian dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang
5. Teman sebimbingan saya yang telah mendahului lulus, Eveline Septiana,
terima kasih atas sharing dan dorongan semangat untuk saling memberi
motivasi terutama dalam menghadapi seminar.
6. Teman-teman seperjuangan di ITP 42, terima kasih atas kebersamaannya
selama empat tahun lebih berjuang menuntut ilmu di IPB.
7. Teman-teman semua yang telah membantu penelitian, memberikan motivasi
dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, yang telah berkontribusi secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga Allah SWT menerima
dan membalas seluruh kebaikan yang telah dilakukan.
Bogor, April 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 23 Maret 1987 sebagai anak
ketiga dari pasangan Drs. H.Z. Amri Amno,M.Sc. dan Hj. R.r. Winarni Sunariati,
S.H. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di SD Negeri Kabluk 03 Kota
Semarang, SLTP Negeri 2 Semarang, dan SMA Negeri 3 Semarang. Kemudian
penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Partanian Bogor melalui jalur USMI
pada tahun 2005, dan masuk pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah tergabung dalam beberapa
organisasi, diantaranya adalah Rohis A02 TPB, Rohis ITP 42 Embun, IKMT
(Ikatan Keluarga Muslim TPB), FBI Fateta, dan Omda PATRA ATLAS
Semarang.
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis
menyelesaikan skripsi dengan judul ”Studi Kelayakan Pendirian Industri
Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang”, di bawah bimbingan Ir.
Darwin Kadarisman, M.S.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. STUDI KELAYAKAN .......................................................................................... 2
B. ASPEK PASAR ..................................................................................................... 2
C. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI................................................................... 2
D. ASPEK FINANSIAL .............................................................................................. 2
E. BUAH NANGKA ................................................................................................... 3
F. KERIPIK NANGKA .............................................................................................. 4
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................... 6
B. METODE KERJA .................................................................................................. 8
C. ANALISIS DATA .................................................................................................. 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ASPEK PASAR ..................................................................................................... 14
B. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI .................................................................. 19
C. ASPEK FINANSIAL .............................................................................................. 27
D. ASPEK YURIDIS .................................................................................................. 32
E. ASPEK SOSIAL ..................................................................................................... 34
F. ASPEK EKONOMI................................................................................................. 34
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN ............................................................................................................ 35
B. SARAN ................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 36
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 38
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Syarat mutu keripik nangka .................................................................................... 5
Tabel 2. Data primer ............................................................................................................ 9
Tabel 3. Data sekunder ........................................................................................................ 10
Tabel 4. Keberadaan produk keripik nangka di beberapa tempat penjualan di kota Semarang
14
Tabel 5. Hasil survei produsen keripik nangka di sekitar kabupaten Semarang .................. 15
Tabel 6. Volume pasar keripik nangkadi kota Semarang ..................................................... 15
Tabel 7. Pangsa pasar ........................................................................................................... 18
Tabel 8. Klasifiksi mutu buah nangka .................................................................................. 19
Tabel 9. Alternatif lokasi industri pengolahan keripik nangka ............................................. 23
Tabel 10. Spesifikasi mesin vacuum fryer ............................................................................. 24
Tabel 11. Kebutuhan kerja industri keripik nangka .............................................................. 27
Tabel 12. Komposisi modal tetap untuk industri keripik nangka ........................................... 28
Tabel 13. Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka ........................................... 29
Tabel 14. Harga pasar produk keripik nangka ........................................................................ 29
Tabel 15. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan baku sebesar 13 % dan 14 % .... 31
Tabel 16. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 63 %dan 64
% ......................................................................................................................... 32
Tabel 17. Analisis sensitivitas untuk penurunan harga jual sebesar 4 % dan 5 % ................. 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. (a) Buah nangka, dan (b) daging buah nangka .................................................... 3
Gambar 2. Keripik nangka ................................................................................................... 4
Gambar 3. Kerangka pemikiran pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten
Semarang ........................................................................................................ 7
Gambar 4. Metode kerja ....................................................................................................... 8
Gambar 5. Grafik ketersediaan buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007-2008
21
Gambar 6. Tata niaga buah nangka di kabupaten Semarang ................................................. 22
Gambar 7. Grafik pergerakan harga buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2009 23
Gambar 8. Mesin vacuum fryer tipe PV-2 ............................................................................. 25
Gambar 9. Neraca bahani keripik nangka .............................................................................. 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data jumlah kunjungan wisatawan di kotaSemarang ....................................... 39
Lampiran 2. Data jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang
39
Lampiran 3. Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang pada tahun
2008/2009 .................................................................................................... 40
Lampiran 4. Data jumlah pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2006 .............. 41
Lampiran 5. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten
Semarang pada tahun 2007 ......................................................................... 42
Lampiran 6. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten
Semarang pada tahun 2008 .......................................................................... 43
Lampiran 7. Biaya bahan baku ............................................................................................. 44
Lampiran 8. Mesin dan peralatan yang dibutuhkan industri pengolahan keripik nangka ... 45
Lampiran 9. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung ................................................... 47
Lampiran 10. Biaya input industri keripik nangka ................................................................. 48
Lampiran 11. Penghitungan modal tetap industri keripik nangka ........................................... 49
Lampiran 12. Penghitungan nilai sisa dan biaya penyusutan .................................................. 50
Lampiran 13. Penghitungan biaya pemeliharaan dan asuransi ................................................ 51
Lampiran 14. Komposisi modal kerja dan total biaya investasi .............................................. 52
Lampiran 15. Struktur pembiayaan neraca pembayaran kredit ............................................... 53
Lampiran 16. Biaya operasional industri keripik nangka ....................................................... 54
Lampiran 17. Penghitungan margin keuntungan keripik nangka ........................................... 55
Lampiran 18a. Proyeksi laporan laba rugi industri keripik nangka ......................................... 56
Lampiran 18b. Penghitungan pajak penghasilan ..................................................................... 57
Lampiran 19. Proyeksi arus kas industri keripik nangka ........................................................ 58
Lampiran 20. Kriteria investasi ............................................................................................... 59
Lampiran 21. Kriteria investasi pada saat industri dioperasikan selama 12 bulan .................. 60
Lampiran 22a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13 % ......... 61
Lampiran 22b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 14 % ........ 62
Lampiran 23a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68 %
63
Lampiran 23b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 69 %
64
Lampiran 24a. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual keripik nangka sebesar 4 %
65
Lampiran 24b. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual keripik nangka sebesar 5 %
66
Lampiran 25. Peta kemiringan lahan kabupaten Semarang..................................................... 67
Lampiran 26. Daftar responden .............................................................................................. 68
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah Kabupaten Semarang menyatakan bahwa buah nangka merupakan produk
hortikultura unggulan yang potensial. Ditinjau dari segi produktivitas, berdasar data dari
Dinas Pertanian Kabupaten Semarang pada tahun 2008, produsi buah nangka di daerah ini
mencapai 17.593 kwintal/tahun. Mutu buah nangka yang baik dari segi rasa, ukuran, dan
ketebalan daging buah akan menjadi dukungan keunggulan bagi buah ini. Potensi buah di
daerah ini dapat memberikan nilai tambah apabila diolah menjadi keripik nangka.
Nilai tambah yang didapat jika buah nangka diolah menjadi keripik nangka diantaranya
adalah meningkatnya harga jual serta umur simpan produk menjadi lebih lama. Keuntungan
yang didapat dari usaha keripik nangka memberi peluang untuk didirikannya industri
pengolahan keripik nangka.
Sebelum keripik nangka dipasarkan di suatu wilayah, maka diperlukan penilaian
mengenai seberapa besar permintaan konsumen yang ada serta potensinya untuk dapat
berkembang di masa mendatang. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi resiko
kegagalan produk yang dipasarkan.
Selain aspek pasar, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan operasional industri meliputi kelayakan jumlah dan mutu bahan-
bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi, teknologi pengolahan yang digunakan, serta
beberapa hal yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan teknis kegiatan industri seperti
lahan, bangunan, dan tenaga kerja.
Dalam langkah pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan
pertimbangan yang berkaitan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan serta tingkat
penerimaan yang akan didapat sehingga tingkat resiko dari biaya yang diinvestasikan dapat
diukur tingkat kelayakannya.
Sebuah industri tidak dapat didirikan jika tidak mendapat izin dari pemerintah atau tidak
ada undang-undang yang mengatur tentang pendirian industri di suatu daerah. Maka dalam
studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan analisis
mengenai peraturan dan perizinan mengenai pendirian industri.
Untuk menilai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di
kabupaten Semarang, maka dibutuhkan studi kelayakan yang dalam dan komprehensif
sehingga hasil studi kelayakan dapat menggambarkan tingkat kelayakan pendirian industri
dengan baik. Informasi yang didapat dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan
keripik nangka di kabupaten Semarang mencakup gambaran ketersediaan pasar dan
perkiraanya, kebutuhan teknis industri, kelayakan finansial, dan syarat-syarat pendirian
industri.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai tingkat
kelayakan pendirian industri kecil keripik nangka di Kabupaten Semarang meliputi aspek
pasar, teknis dan teknologis, finansial, serta yuridis.
Manfaat penelitian ini diantaranya dapat digunakan sebagai acuan bagi calon
wirausahawan dan investor yang ingin melakukan usaha bisnis keripik nangka di kabupaten
Semarang, masukan bagi perbankan untuk pemberian pinjaman dan masukan bagi
pemerintah dalam melakukan pembinaan bagi para petani nangka di kabupaten Semarang,
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. STUDI KELAYAKAN Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan
suatu kegiatan usaha/proyek disebut dengan studi kelayakan bisnis. ,studi kelayakan bisnis
merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau
menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2009).
Menurut Gittinger (1986), proyek adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber-
sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Perencanaan proyek yang baik
tergantung pada tersedianya berbagai informasi mengenai adanya investasi yang potensial
dan informasi mengenai pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan tujuan lainnya. Analisis
proyek menyediakan informasi proyek-proyek yang dipilih untuk dilaksanakan lalu menjadi
alat agar penggunaan sumber-sumber daya dapat menciptakan pendapatan.
Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi yang
hendaknya dikerjakan. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah penemuan ide, tahap
penelitian, dan tahap pengurutan usulan yang layak (Umar, 2003).
B. ASPEK PASAR Pengertian pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian lebih luas tentang pasar adalah
himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk (Kasmir dan Jakfar, 2006).
Sutojo (1993) menyatakan bahwa dalam mengkaji aspek pasar, hal yang perlu
diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan
permintaan produk di masa lalu dan sekarang, dan proyeksi permintaan produk di masa yang
akan datang, kemunginan adanya persaingan, dan peranan pemerintah dalam menunjang
perkembangan produk.
Menurut (Umar,2003), kondisi pasar saat ini dapat diketahui dengan melakukan identifikasi
terhadap pesaing dan mengestimasi penjualan mereka.
Kegunaan dari analisis aspek pasar adalah untuk menentukan besar, sifat, dan
pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan, serta deskripsi tentang
produk dan harga jualnya (Edris, 1983).
C. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI Aspek teknik dan teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam proyek dan
berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan operasi setelah industri
tersebut dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1991).
Analisis teknik secara spesifik mencakup analisis terhadap ketersediaan bahan baku,
proses produksi, mesin, dan peralatan, jumlah mesin dan peralatan, keperluan tenaga kerja,
dan penentuan luas pabrik (Husnan dan Suwarsono, 1994)
Studi aspek teknik dan teknologi menurut Umar (2003) meliputi rencana pengendalian
persediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi, serta proses pemilihan teknologi untuk
produksi.
D. ASPEK FINANSIAL
Analisis aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan,
baik untuk dana tetap maupun modal kerja awal. Analisis finansial adalah suatu analisis yang
membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (keuntungan) untuk menentukan apakah
suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Sutojo, 1993).
Studi kelayakan terhadap aspek finansial perlu menganalisis bagaimana perkiraaan
aliran kas akan terjadi. Metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian
aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Break Event Point, Net Present Value, Internal
Rate of Return, dan Payback Period (Umar, 2003).
Break Event Point (BEP) adalah suatu cara untuk menetapkan tingkat produksi dimana
penjualan sama dengan biaya-biaya. Untuk memperoleh keuntungan, penerimaaan dari hasil
penjualan harus berada di atas titik pulang pokok (BEP) tersebut. Intisari pengkajian BEP
adalah penyajian kenyataan bahwa bila tingkat produksi atau penjualan tidak dapat
melampaui titik ini maka proyek yang bersangkutan tidak dapat menghasilakan laba
(Kadariah et. al, 1978).
NPV merupakan selisih antara harga sekarang dari penerimaan dengan harga sekarang
dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu (Gray et al, 1992).
IRR adalah tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR digunakan
untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang di harapkan
di masa datang, asalkan keuntungan yang diperoleh setiap satuan waktu di tanam kembali.
(Kadariah et. al, 1978).
E. NANGKA Tanaman nangka termasuk tumbuhan tahunan (perennial). Dalam sistematika
(taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman nangka dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Rukmana, 2008) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledenae
Ordo : Morales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : A. Heterophyllus Lamk.
Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) merupakan tanaman buah yang berasal dari
India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia pohon ini memiliki
beberapa nama daerah antara lain nongko / nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo),
anane (Ambon), lumasa / malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka (Sunda).
Menurut Rukmana (2008), kondisi optimum pertumbuhan nangka adalah pada kondisi
ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, curah hujan 1.500-2.400 mm/tahun, serta suhu
16-32° C.
Di Indonesia terdapat lebih dari 30 kultivar. Di pulau Jawa terdapat lebih dari 20
kultivar. Berdasarkan sosok pohon dan ukuran buah nangka terbagi dua golongan yaitu
pohon nangka buah besar dan pohon nangka buah mini. Berdasarkan kondisi daging buah
nangka dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Nangka bubur: daging buah tipis, lunak agak berserat, beraroma keras mudah lepas
dari buah.
2) Nangka salak: daging buah tebal, agak kering aromanya kurang keras. (nangka celeng
dan nangka belulang).
3) Nangka cempedak: daging buah tipis, liat dan beraroma harum spesifik.Varietas-
varietas unggul nangka yang ditanam di Indonesia yaitu: nangka bilulang/nangka
celeng, nangka cempedak, nangka dulang, nangka kandel.
a b
Gambar 1. (a) Buah nangka., dan (b) Daging buah nangka
Nazaruddin dan Muchlishah (1996) menyatakan nangka varietas unggul di Indonesia
yang ditetapkan oleh menteri Pertanian salah satunya adalah nangka kunir. Nangka tersebut
memenangi lomba buah unggulan Jawa Timur pada tahun 1990. Ciri-ciri nangka kunir adalah
bobot perbuah mencapai 50 kg, diameter 40 cm, panjang 40-50 cm, buah bulat, berduri
jarang, dan tumpul, memiliki aroma wangi, daging buah manis, sedikit mengandung air, serta
daminya tipis. Widiastuti (1995) menyatakan ketebalan daging buah mencapai 1-1,5 cm dan
warnanya kuning keputihan.
Nangka varietas unggul lainnya di Indonesia adalah nangkadak. Tirtawinata (2008),
menyatakan bahwa nangkadak merupakan buah hasil persilangan antara buah nangka dan
buah cempedak. Proses penyilangan buah dilakukan dengan menggunakan benang sari buah
nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai induk jantan dan putik buah cempedak
(Artocarpus integer Merr) sebagai induk betina. Djonaziansyah (2008) menyatakan bahwa
rasa nangkadak mendekati rasa nangka namun dengan tingkat kemanisan yang lebih tinggi,
daging buahnya tebal, berukuran kecil, dan berwarna jingga. Pohon nangkadak hanya
memiliki tinggi 1-2 meter. Pohon ini tergolong cepat berbuah. Pada saat berusia 2,5 tahun,
pohon ini mampu berbuah sebanyak 30-50 buah.
F. KERIPIK NANGKA Menurut SNI-01-4269-1996, keripik nangka adalah makanan yang dibuat dari daging
buah nangka (Artocarpus integra) masak, dipotong/disayat, dan digoreng memakai minyak
secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang
diizinkan.
Gambar 2. Keripik nangka
Berdasar SNI 01-4269-1996 syarat mutu keripik nangka adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Syarat Mutu Keripik Nangka
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
2
3
4
5
5.1
5.2
5.3
6
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
7
8
8.1
8.2
8.3
Keadaan
Bau
Rasa
Warna
Tekstur
Keutuhan
Air
Lemak
Abu
Bahan Tambahan Makanan
Pewarna
Pengawet
Pemanis buatan
-sakarin
-siklamat
Cemaran logam
Timbal (Pb)
Tembaga ( Cu )
Seng (Zn)
Timah (Sn)
Raksa (Hg)
Cemaran Arsen ( As)
Cemaran mikroba
Angka Lempeng Total / ALT
E. Coli
Kapang
-
-
-
-
% b/b
% b/b
% b/b
% b/b
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Koloni/g
APM/g
Koloni/g
Khas
Khas
Normal
Renyah
Min. 90
Maks 5
Maks 25
Maks 3
Sesuai SNI. 01-0222-1987
Sesuai SNI. 01-0222-1987
Negatif
Negatif
Maks 2,0
Maks 5,0
Maks 40,0
Makls 40,0
Maks 0,03
Maks 1,0
Maks 10 4
< 3
Maks 50
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka
di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan resiko kegagalan
dalam pengambilan keputusan pendirian industri. Dalam studi kelayakan suatu industri
dibutuhkan analisis dan peramalan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa
mendatang. Analisis yang dilakukan mencakup aspek pasar, teknis dan teknologis, finansial,
serta yuridis. Kerangka pemikiran pendirian industri pengolahan keripik nangka di
Kabupaten Semarang dapat dilihat pada gambar 3.
Hasil studi kelayakan ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pembuatan
perencanaan bisnis pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang.
Dalam kegitan perencanaan bisinis, informasi studi kelayakan dapat membantu
mempermudah proses pembuatan strategi atau rencana yang harus dilakukan agar industri
keripik nangka dapat dijalankan dengan efektif dan efisien. Dengan adanya studi kelayakan
diharapkan dapat menarik investor dan perbankan untuk mengikutsertakan modal mereka.
Pendirian industri pengolahan keripik nangka merupakan salah satu langkah strategis
untuk menggerakkan perekonomian daerah serta pengembangan dunia usaha di kabupaten
Semarang. Dengan adanya industri berbasis bahan baku lokal dengan mutu serta
produktivitas yang tinggi, maka diharapkan adanya hubungan timbal balik menguntungkan
antara pihak industri dengan pemasok (masyarakat/petani/pengumpul bahan baku). Buah
nangka yang dihasilkan masyarakat/petani akan diserap untuk bahan baku industri keripik
nangka sehingga masyarakat/petani tetap terpacu untuk meningkatkan pembudidayaan.
Selain itu adanya spesifikasi bahan baku yang diperlukan untuk keperluan industri,
diharapkan mampu mendorong masyarakat/petani untuk melakukan seleksi varietas tanaman
nangka yang menghasilkan buah dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Adanya industri
pengolahan keripik nangka juga diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran pendirian industri keripik nangka di kabupaten
Semaran
Industri Keripik
Nangka
Perencanaan Bisnis
Pembangunan Ekonomi
Daerah
Studi Kelayakan
Aspek Pasar
Aspek Teknik dan
Teknologi
Aspek Finansial
Aspek Yuridis
Pemasok
Investor/Perbankan
Produksi nangka
melimpah
Pengembangan Dunia Usaha
B. Metode Kerja
1. Tahapan Kerja
Gambar 4. Metode Kerja
Mulai
Persiapan
Pengumpulan Data
Analisis Data
Pengolahan Data
Selesai
Penyusunan Laporan Studi
2. Persiapan
Persiapan yang dilakukan pada awal penelitian diantaranya adalah penjajakan awal
ke lokasi penelitian dan pengurusan perizinan untuk melakukan penelitian.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran, dan
keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan studi kelayakan, sehingga data
tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan pengamatan
langsung survei lapangan) seperti terlihat pada tabel 2. Teknik pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada
instansi terkait.
Tabel 2. Data primer
Data yang dibutuhkan Sumber Data
Potensi pasar keripik nangka Rumah makan di kota Semarang,
pertokoan pusat oleh-oleh kota Semarang
, indomaret, DP Mall, pasar swalayan
ADA, Matahari, Gelael, stasiun Tawang,
bandara udara Ahmad Yani
Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan
sistem tata niaga bahan baku
Petani nangka, pedagang, dan pengumpul
buah nangka
Sistem produksi keripik nangka Produsen keripik nangka Tafied Rona
Chips
Harga beli tanah Pemilik tanah
Biaya mendirikan bangunan Kontraktor
Tabel 3. Data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat
data yang telah tersedia pada instansi terkait.
C. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kuantitaif dan analisis kualitatif.
Analisis yang dilakukan terdiri atas analisis pasar, analisis teknik dan teknologi, analisis
aspek financial, serta analisis yuridis. Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya sehingga hasil analisis tersebut menjadi terintegrasi.
1. Analisis pasar
Perkiraan jumlah pasar pada saat ini dilakukan dengan mengestimasi
penjualan aktual dan pangsa pasar. Perusahaan perlu mengetahui penjualan
sebenarnya dari industri keripik nangka yang terjadi di pasar dengan cara
mengidentifikasi potensi pasar pada :
1.) Jaringan pemasaran (distributor dan pengecer)
Sistem kredit perbankan yang berlaku dan tingkat
suku bunga
BPR Kabupaten Semarang
Data yang dibutuhkan Sumber Data
Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan
sistem tata niaga bahan baku
Dinas Pertanian Kabupaten
Semarang, Masyarakat dan
pedagang di Kabupaten Semarang
Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Semarang Bappeda Kabupaten Semarang
Peraturan perizinan pendirian industri Pemerintah Kabupaten Semarang,
Dinas Perindustrian Kabupaten
Semarang
Peraturan pajak Dinas Perindustrian
Jenis dan harga peralatan Produsen peralatan pengolahan
keripik nangka
2.) Produsen keripik nangka di daerah kabupaten Semarang dan sekitarnya
Data permintaan pasar yang diidentifikasi meliputi volume penjualan,
penyebaran, dan harga. Dari analisis terhadap potensi tersebut akan disimpulkan
kondisi pasar di masa mendatang apakah masih bertambah, stagnan (jenuh), atau
sudah menurun.
2. Analisis teknik dan teknologi
a. Analisis bahan baku
Analisis bahan baku dilakukan untuk memproyeksikan ketersediaan
bahan baku yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan industri keripik nangka
di masa mendatang. Analisis bahan baku meliputi analisis spesifikasi dan mutu
bahan baku, jumlah ketersediaan bahan baku di masa yang akan datang, serta
tata niaga buah nangka. Peramalan bahan baku di masa yang akan datang
dapat dilakukan dengan menggunakan data jumlah bahan baku di masa lalu
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode seasonal yang dijabarkan
sebagai berikut (Yusuf, 2009) :
b. Lokasi industri
Alternatif lokasi industri ditempatkan pada ibu kota kabupaten atau
kecamatan berdasarkan potensi bahan baku buah nangka.
c. Kapasitas dan proses produksi
Alternatif kapasitas produksi dan proses produksi ditentukan berdasarkan
berbagai jenis mesin dan peralatan yang saat ini ada di pasar. Untuk dasar pada
studi kelayakan ini adalah aspek mutu dan ekonomis (harga dan daya tahan).
3. Analisis Finansial
Analisis aspek ini meliputi perhitungan biaya proyek keseluruhan,
penentuan sumber dana, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas dan analisis
finansial yang terdiri :
a. BEP (Break Event Point)
BEP dihitung berdasar rumus sebagai berikut ( Kadariah et al., 1978)
:
Q (BEP) : Biaya tetap
Harga penjualan / unit – biaya variabel / unit
BEP Penjualan : Biaya tetap
1- ( biaya variabel/penjualan )
Dalam persentase : BEP penjualan
Penerimaan total penjualan
b. NPV (Net Present Value)
NPV dihitung berdasar rumus sebagai berikut (Gray et.al 1992) :
Rumus NPV :
NPV = ∑
Keterangan :
Bt : benefit bruto proyek pada tahun ke-t
Ct : Biaya bruto proyek pada tahun ke-t
n : Umur ekonomi proyek
i : Social Opportunity cost of capital ( Discount Rate )
Bila NPV > 0 maka proyek dinyatakan go, jika NPV = 0 maka proyek
mengembalikan sebesar opportunity cost of capital, jika NPV < 0 maka
proyek ditolak. (Gray et.al 1992).
c. IRR (Internal Rate of Return)
IRR dihitung berdasar rumus sebagai berikut (Kadariah et.al
1978) :
IRR = i1 + NPV1 x ( i2-i1 )
NPV1 – NPV2
Keterangan :
NPV1 : NPV negative pada tingkat bunga i1
NPV2: NPV positif pada tingkat bunga i2
Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
(IRR > i) maka maka perencanaan proyek dinyatakan go, demikian
sebaliknya jika IRR < i maka proyek dinyatakan no go (Kadariah et.al
1978).
d. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
n
t = 0
Bt - Ct
(1 + i) t
Net B/C adalah perbandingan antara present value total dari hasil
keuntungan bersih terhadap present value dari biaya bersih (Kadariah
et.al 1978). Jika Net B/C >1 maka proyek dinyatakan layak, Net B/C =1
berarti proyek mencapai titik impas dan jika Net B/C < 1 proyek
dinyatakan tidak layak.
Rumus menghitung Net B/C =
∑
∑
e. Pay Back Period (PBP)
PBP adalah suatu periode yang diperlukan proyek untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar, 2003).
Rumus untuk menghitung PBP adalah :
PBP :
Dimana :
m : Nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir
Bn : benefit bruto pada tahun ke-n
Cn : biaya bruto pada tahun ke-n
n : periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang
terakhir (tahun).
f. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dihitung dengan menggunakan kriteria NPV, IRR,
dan Net B/C untuk perubahan parameter kenaikan harga bahan baku,
kenaikan harga bahan bakar dan listrik, serta penurunan harga jual.
Perubahan parameter dinyatakan layak jika NPV > 0, IRR > tingkat suku
bunga yang berlaku, Net B/C > 1. Perubahan parameter dinyatakan tidak
layak jika NPV < 0, IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, dan Net B/C <
1.
n
t= 0
( 1 + i )
Bt - Ct
( 1 + i )
Ct - Bt n
t= 0
m
Bn + 1 – Cn + 1 )
4. Analisis Yuridis
Analisis yuridis dilakukan secara kualitatif dengan menganalisis faktor-
faktor kemudahan/kesulitan dari undang-undang/peraturan yang berlaku.
5. Analisis Sosial dan Ekonomi
Analisis sosial dan ekonomi dilakukan secara kualitatif dengan
mengidentifikasi keuntungan sosial dan ekonomi yang didapat dari pendirian
industri keripik nangka di kabupaten Semarang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ASPEK PASAR
1. Kondisi Pasar Penjualan keripik nangka sebenarnya telah ada di kota Semarang meskipun belum
tersebar luas. Dari pengamatan ke beberapa lokasi dapat dilihat keberadaan produk
keripik nangka di kota Semarang seperti terlihat pada tabel 4.
Tabel 4. Keberadaan produk keripik nangka di beberapa tempat penjualan di kota
Semarang
Tempat Penjualan Keberadaan keripik nangka Jumlah keripik
nangka yang dijual
(Kw)
Supermarket DP Mall Pernah menjual, sekarang tidak -
Gelael supermarket Belum pernah menjual -
Pasar swalayan ADA Belum pernah menjual -
Supermarket Matahari Belum pernah menjual -
Stasiun Tawang Belum pernah menjual -
Bandara udara Ahmad Yani Pernah menjual, sekarang tidak -
Pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran
1. Toko Lumba-Lumba
2. Toko Bandeng Arwana
3. Toko Bandeng Bonafide
4. Toko Bandeng Presto
5.Toko Istana Buah Bandeng Djoe
6. Toko Bandeng Juwana
Pernah menjual, sekarang tidak
Pernah menjual, sekarang tidak
Menjual
Belum pernah menjual
Menjual
Pernah menjual, sekarang tidak
-
-
1
-
2,5
-
Hasil pengamatan di berbagai outlet pemasaran menunjukkan bahwa keripik nangka
merupakan produk yang masih jarang ditemui di kota Semarang. Dari tabel 4 terlihat
bahwa di supermarket DP Mall dan bandara udara Ahmad Yani, keripik nangka pernah
dijual tetapi saat ini tidak dijual lagi. Dari hasil wawancara diketahui sebabnya adalah
karena tidak adanya pasokan selanjutnya dari produsen. Berbagai supermarket maupun
minimarket dan stasiun Tawang bahkan belum pernah menjual keripik nangka. Hal ini
diduga karena tidak adanya pasokan dari produsen.
Dari tabel 4 terlihat juga bahwa keberadaan keripik nangka ada di beberapa toko di
pusat oleh-oleh jalan Pandanaran. Dari enam toko yang disurvei pada tahun 2010, hanya
ada dua toko yang menjual keripik nangka sebagai oleh-oleh yaitu toko Istana Buah
Bandeng Djoe dan Bandeng Bonafide. Menurut pedagang di toko Bandeng Bonafide,
keripik nangka sudah cukup lama dijual di tempat tersebut dan selama ini cukup diminati
konsumen yang pada umumnya adalah wisatawan yang datang ke Semarang dan warga
Semarang sendiri yang akan berpergian ke luar kota.
Hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian kota Semarang menunjukkan bahwa
selama ini pemasaran terbesar keripik nangka baru di pusat penjualan oleh-oleh jalan
Pandanaran. Keripik nangka masih sangat jarang dijumpai di tempat-tempat lainnya.
2. Potensi Pasar Pasokan keripik nangka di pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran berasal dari kota Semarang,
kabupaten Kendal, dan kota Malang. Menurut penjual di toko pusat oleh-oleh Istana Buah dan
Bandeng Djoe, keripik nangka yang paling laku dijual adalah keripik nangka dengan merk
dagang Tafied Rona Chips dari kabupaten Kendal.
Hasil survei menunjukkan bahwa pada tahun 2010 telah terdapat produsen dan distributor
keripik nangka di wilayah kota Semarang dan sekitarnya. Industri tersebut berskala menengah dan
rumah tangga seperti yang terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil survei produsen dan distributor keripik nangka di sekitar kota Semarang
Nama
Perusahaan/distributor Lokasi
Tahun
Berdiri
Jumlah Produk
/tahun Fokus
Pemasaran
Tafied Rona Chips Kabupaten
Kendal
2001 1,8 ton Lokal
C.V. Berkah Jaya Abadi Kota
Semarang
2005 90 ton Ekspor dan
daerah lain
Fruit Eternity Kota
Semarang
2005 52 ton Ekspor dan
daerah lain
Dari tabel 5 terlihat bahwa hanya ada satu industri keripik nangka yang memiliki
fokus utama melayani pasar lokal yaitu perusahaan Tafied Rona Chips. Perusahaan C.V.
Berkah Jaya Abadi dan distributor Fruit Eternity memasarkan produk keripik nangka
dengan fokus utama pasar ekspor dan daerah lain. Jumlah permintaan pasar keripik
nangka untuk kota Semarang, daerah lain, serta ekspor dari C.V Berkah Jaya Abadi dan
distributor Fruit Eternity mencapai 142 ton/tahun. Jumlah permintaan pasar ekspor cukup
stabil selama lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar keripik
nangka untuk ekspor cukup baik.
Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips
menunjukkan bahwa selama sembilan tahun beroperasi, permintaan keripik nangka dari
kota Semarang selalu stabil. Permintaan terbesar datang dari distributor dengan jumlah
sebesar 1,62 ton/tahun. Distributor kemudian menyalurkan keripik nangka ke luar kota
Semarang.
Hasil wawancara dengan pedagang di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran didapat
informasi bahwa jumlah rata-rata permintaan pasar keripik nangka adalah sebesar 0,35
ton/tahun. Dari jumlah tersebut, pasokan kerpik nangka yang berasal dari Tafied Rona
Chips sebanyak 0,18 ton/tahun sedangkan pasokan keripik nangka sebanyak 0,17
ton/tahun berasal dari C.V. Berkah Jaya Abadi, distributor Fruit Eternity, serta produsen
keripik nangka di kota Malang. Dari uraian tersebut, maka dapat dihitung total
permintaan keripik nangka dari distributor dan penjual di pusat oleh-oleh jalan
Pandanaran rata-rata sebanyak 1,95 ton/tahun.
Menurut informasi dari pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, keripik
nangka masih memiliki potensi pasar yang baik untuk dikembangkan di kota Semarang
mengingat masih adanya sejumlah permintaan dari distributor dan penjual di pusat oleh-
oleh jalan Pandanaran yang saat ini belum mampu dipenuhi. Volume pasar keripik
nangka yang belum dimanfaatkan untuk wilayah pemasaran kota Semarang pada tahun
2009 menurut pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips sebanyak 22 ton/tahun.
Peluang pasar keripik nangka dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Volume pasar keripik nangka di kota Semarang pada tahun 2009
Pembeli Sistem pembelian
Jumlah permintaan
pasar (ton/tahun)
Distributor kota Semarang Grosir 20
Pusat oleh-oleh jalan
Pandanaran
Eceran 2
Total 22
Potensi pasar keripik nangka di kota Semarang sangat besar, mengingat masih
banyaknya pembeli potensial di kota Semarang yang belum mendapatkan akses untuk
membeli keripik nangka. Tempat-tempat yang memiliki potensi pasar yang baik adalah
tempat yang masih jarang atau belum dijumpai produk sejenis. Beberapa tempat di kota
Semarang yang memiliki potensi pasar tebesar diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pusat oleh-oleh kota Semarang Pusat oleh-oleh utama di kota semarang yang berlokasi di sepanjang jalan
Pandanaran cukup potensial untuk dijadikan sebagai pusat pemasaran oleh-oleh
karena tempat ini telah memiliki reputasi sebagai tempat penjualan oleh-oleh khas
Semarang seperti bandeng presto, wingko babat, lumpia, dan sebagainya.
Pusat oleh-oleh jalan Pandanaran diperkirakan semakin berkembang karena
jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Semarang dari tahun ke tahun cenderung
meningkat. Menurut data pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang
dan Jawa Tengah, jumlah rata-rata wisatawan yang mengunjungi kota ini pada tahun
2006 hingga 2008 mencapai 962.692 orang. Pertumbuhan jumlah wisatawan di Kota
Semarang pada tahun 2007 dan 2008 masing-masing sebesar 56,21 % dan 20,21 %.
Pada umumnya setiap wisatawan yang ingin mencari oleh-oleh khas Semarang akan
datang ke pusat oleh-oleh tersebut.
Keripik nangka sebenarnya bukan oleh-oleh “khas Semarang” karena pertama
kali diperkenalkan sudah populer terlebih dahulu di kota Malang. Keripik nangka
memiliki pangsa pasar yang cukup baik di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran. Keripik
nangka yang memiliki harga relatif mahal tidak menghadapi hambatan pasar di
tempat ini, karena secara umum pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran ini telah
tersegmentasi untuk kalangan menengah atas. Menurut penjual di toko Bandeng
Arwana dan toko Lumba-Lumba di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran (toko yang
dahulu pernah menjual keripik nangka), keripik nangka cukup prospektif untuk
dijual di tempat ini. Masalah yang dihadapi mereka adalah pasokan keripik nangka
yang tidak kontinu. Jumah pasokan sering mengalami fluktuasi, yang pada periode
bulan April-Juni jumlahnya kecil. Masalah lain menurut pedagang di pusat oleh-oleh
jalan Pandanaran adalah perputaran produk (turn over) yang masih lambat karena
belum terlalu populer di bandingkan produk khas Semarang seperti bandeng presto,
lumpia, dan wingko babat, akan tetapi dengan upaya promosi dan mencari titik
keunggulan buah nangka di Kabupaten Semarang masalah ini dapat diatasi. Dari
bahan baku yang unggul akan dihasilkan pula produk keripik nangka yang unggul
dalam mutu rasa, ukuran, serta warna.
b. Obyek wisata Kota Semarang memiliki beberapa obyek wisata terkenal seperti Masjid Agung
Jawa Tengah, pantai Marina, gedung batu, wonderia, dan lain-lain. Jumlah obyek
wisata di kota Semarang pada tahun 2008 mencapai 22 buah. Banyaknya jumlah
wisatawan yang datang ke tempat-tempat tersebut menunjukkan peluang pasar
keripik nangka cukup terbuka.
c. Hotel
Hotel berfungsi bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata
namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan kegiatan bisnis, mengadakan
seminar, atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Menurur data dari Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, jumlah rata-rata kamar hotel kelas
berbintang dan melati yang dipesan dari tahun 2004 hingga 2008 sebanyak 667.418
buah (lampiran 2) .
Penghuni hotel merupakan pembeli potensial produk keripik nangka, maka
dari itu jika produk keripik nangka mampu dipasarkan di tempat ini, peluang
penjualannya sangat besar.
d. Rumah Makan Menurut data dari BPS, kota Semarang pada tahun 2006 memiliki jumlah
penduduk sebesar 1.434.025 jiwa. Jumlah penduduk golongan ekonomi menengah
hingga atas sebesar 1.130.585 jiwa (78,84 % dari total populasi). Jumlah penduduk
yang besar ini menunjukkan potensi kota Semarang sangat besar sebagai tempat
pemasaran keripik nangka. Selama ini warga Semarang yang menjadi konsumen
keripik nangka diperkirakan hanya orang-orang yang akan membeli oleh-oleh untuk
dibawa pergi ke luar kota sehingga masih ada peluang besar untuk memasarkan
keripik nangka kepada masyarakat Semarang yang lain. Warga lain yang sedang
tidak berpergian ke luar kota, terutama golongan menengah ke atas, merupakan
konsumen potensial yang jumlahnya diperkirakan lebih besar dan sampai saat ini
segmen tersebut belum tergarap pasarnya.
Keripik nangka berpotensi dijual di rumah makan sebagai makanan cemilan.
Kota Semarang memiliki banyak rumah makan favorit untuk wisata kuliner. Jumlah
rumah makan tersebut mencapai 130 buah. Banyaknya jumlah rumah makan
menunjukkan potensi yang baik bagi perkembangan pasar keripik nangka.
e. Supermarket Tempat lain yang memiliki potensi pasar terbesar adalah supermarket. Namun
demikian, hasil wawancara dengan dinas Perindustrian kota Semarang
menunjukkan bahwa produk baru yang belum memiliki nama besar biasanya agak
sulit untuk dapat memasuki tempat-tempat seperti supermarket. Agar produk mampu
memasuki pasar supermarket, maka diperlukan upaya-upaya yang intensif seperti
bantuan pembinaan dari instansi pemerintah agar tingkat dan konsistensi mutu
produk dapat dicapai.
f. Bandara udara Ahmad Yani
Keripik nangka juga memiliki potensi besar untuk dijual di bandara udara
Ahmad Yani. Pembeli potensial di tempat ini adalah para penumpang pesawat baik
yang akan pergi ke luar kota Semarang ataupun yang datang ke kota Semarang.
Jumlah penumpang pesawat di bandara udara Ahmad Yani mencapai 1.500 hingga
1.900 orang per hari. (koran.tempointeraktif, 2009). Hambatan pasar di tempat ini
diperkirakan kecil karena masih jarang dijumpai produk makanan khas di tempat ini
sehingga peluang pasar produk keripik nangka cukup terbuka.
g. Stasiun Tawang Stasiun Tawang juga merupakan tempat pemasaran yang potensial karena
wisatawan dari luar daerah yang berkunjung ke kota Semarang akan melewati tempat
tersebut. Jumlah penumpang kereta api di tempat tersebut pada tahun 2003 mencapai
634.438 orang. Jumlah penumpang kereta api per harinya mencapai 1.768 orang.
Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa permintaan pasar keripik nangka
termasuk stabil. Pada masa mendatang, diperkirakan permintaan terhadap keripik nangka
akan meningkat jika perusahaan mampu memanfaatkan berbagai peluang pasar yang ada.
3. Pangsa Pasar Setelah mengetahui adanaya potensi pasar untuk produk keripik nangka, maka langkah
selanjutnya menganalisis besarnya pangsa pasar yang masih tersedia. Pangsa pasar yang tersedia
dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran pesaing yang ada di pasar, serta jenis produk yang dipasarkan.
Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan beberapa tingkat persaingan
dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan tingkat
persaingan berbeda-beda
Jumlah pesaing Banyak Sedikit Satu Tidak
ada
Ukuran pesaing L Sm L Sm L Sm
Jenis produk S D S D S D S D S D S D
Pangsa pasar
(%)
0-
2,5
0-5 5-
10
10-15 0-
2,5
5-10 10-15 20-30 0-5 10-15 30-
50
40-80 100
Keterangan : L : Besar, Sm : Kecil, S : Sama, D: Berbeda
Perusahaan dan distributor yang memasok keripik nangka ke kota Semarang hanya
berjumlah 3 yaitu P.T. Fruit Eternity, C.V. Berkah Jaya Abadi, dan Tafied Rona Chips.
Ukuran pesaing untuk pasar di kota Semarang digolongkan ke dalam ukuran pesaing yang
kecil karena dari ketiga pemasok keripik nangka hanya mampu menyalurkan keripik
nangka sebanyak 1,95 ton/tahun. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan
volume pasar yang ada yaitu sebesar 22 ton/tahun (tabel 6). Jenis produk yang akan
dipasarkan sama dengan yang sudah ada sehingga pangsa pasar yang mungkin diraih
adalah sebesar 10-15% dari peluang pasar yang ada. Jumlah ini diperkirakan masih
mampu berkembang menjadi dua kali lipat. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi
peningkatan peluang pasar diantaranya adalah :
1. Meningkatnya permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang
Menurut Vita (2010), pemilik usaha keripik nangka U.D. Barokah dari
kota Malang, permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang seperti daerah
Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan pulau Kalimantan cenderung meningkat
hingga dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010
permintaan keripik nangka dari daerah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang
mencapai 5 ton/tahun. Sedangkan permintaan keripik nangka dari daerah
Kalimantan mencapai 15 ton/tahun. Dengan semakin meningkatnya permintaan
keripik nangka dari luar kota Semarang maka diperkirakan permintaan keripik
nangka dari distributor yang selama ini memiliki fokus pemasaran ke luar kota
Semarang juga meningkat.
2. Pengembangan areal pertokoan pusat penjualan oleh-oleh di sepanjang jalan
Pandanaran.
Areal pertokoan di sepanjang jalan Pandanaran pada tahun 2010 telah
meningkat menjadi 12 buah. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya.
Jika diasumsikan volume pasar keripik nangka di kota Semarang meningkat dua kali
lipat pada masa mendatang menjadi 44 ton/tahun dan persentase pangsa pasarnya sebesar
15%, maka jumlah pangsa pasar yang mungkin dapat diraih sebanyak 6,6 ton/tahun.
B. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI
1. Analisis Bahan Baku
a. Mutu bahan baku Mutu bahan baku merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena mutu
suatu produk pangan bergantung pada mutu input bahan bakunya. Mutu bahan baku yang
baik akan menghasilkan produk pangan yang baik pula jika proses pengolahan dilakukan
dengan baik dan benar.
Mutu produk keripik nangka dipengaruhi oleh tingkat kematangan bahan baku. Pada
studi kelayakan ini bahan baku yang akan digunakan adalah buah nangka (Artocarpus
heterophylus Lamk) segar yang telah/menjelang matang (tidak terlalu tua dan tidak terlalu
muda). Pada umumnya buah nangka yang telah matang memiliki aroma yang cukup kuat
dan rasa yang manis. Menurut Rukmanan (2008), buah nangka yang telah matang
ditandai dengan durinya yang jarang dan bila dipukul-pukul dengan benda keras akan
menimbulkan suara yang menggema serta timbul aroma khas. Menurut Taqi (1994),
tingkat kematangan buah nangka dapat mempengaruhi mutu warna dan rasa keripik
nangka yang dihasilkan. Nangka yang terlalu tua memiliki kadar gula yang tinggi
sehingga jika digoreng akan menyebabkan warna produk akhir menjadi lebih gelap
dibandingkan nangka yang masih muda. Sedangkan nangka yang terlalu muda memiliki
tekstur keras dan rasanya tidak manis sehingga jika digoreng menjadi keripik nangka
akan menghasilkan produk yang bermutu rendah baik dari segi cita rasa maupun tekstur.
Selain itu tingkat penyerapan minyak pada proses penggorengan nangka muda lebih
tinggi daripada nangka yang telah matang sehingga produk keripik nangka lebih mudah
mengalami ketengikan.
Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips,
produsen keripik nangka di Kabupaten Kendal, bahwa mutu buah nangka diklasifikasikan
menjadi empat golongan seperti yang tersaji pada tabel 8.
Tabel 8. Klasifikasi mutu buah nangka
Kriteria
Golongan
KW I KW II KW III KW IV
Rasa Manis Manis Manis/tawar Manis/tawar
Warna Kuning/kuning
keputihan
Kuning/kuning
keputihan
Kuning/kuning
keputihan
Kuning/kuning
keputihan
Ukuran Besar Sedang Kecil/sedang Kecil
Ketebalan daging
buah 1-1,5 cm 1-1,5 cm < 1 cm < 1 cm
Dari tabel di atas, golongan buah yang memenuhi syarat yang baik untuk dijadikan
keripik nangka adalah golongan KW I dan KW II. Perbedaan buah nangka KW I dan KW
II adalah dalam hal ukuran. Ukuran buah merupakan aspek mutu yang perlu diperhatikan
karena proses penggorengan dapat mempengaruhi mutu ukuran keripik nangka yang
dihasilkan. Proses pengolahan keripik nangka (penggorengan vakum) dapat
mengakibatkan penyusutan ukuran buah karena adanya proses perpindahan air dari dalam
daging buah ke luar daging buah. Penggorengan bahan baku yang berukuran besar akan
menghasilkan produk keripik nangka dengan besar ukuran yang ideal (tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil) serta penampakannya lebih menarik daripada keripik nangka yang
dihasilkan dari bahan baku denagn ukuran lebih kecil.
Berdasar hasil pengamatan dan wawancara dengan Dinas Pertanian Kabupaten
Semarang, pedagang nangka di pasar Bandungan, pasar Ambarawa, serta pemilik usaha
keripik nangka Tafied Rona Chips, varietas nangka lokal yang banyak dijumpai di daerah
kabupaten Semarang sebagian besar tergolong KW I dan KW II. Buah nangka yang
banyak dijumpai di kabupaten Semarang mempunyai ciri-ciri berwarna kuning dengan
panjang 7,5-15 cm, ketebalan daging buah 1-1,5 cm, dan kering (kandungan air relatif
sedikit), serta memiliki rasa manis. Namun demikian, ada sebagian kecil buah nangka
yang tergolong KW III dan KW IV. Buah nangka KW I dan KW II secara umum dapat
dijumpai di setiap wilayah kecamatan di kabupaten Semarang.
Mutu buah nangka di Kabupaten Semarang lebih baik dibandingkan dengan mutu
buah nangka di beberapa daerah sentra nangka lainnya seperti Kota Malang dan
Kabupaten Batang. Menurut informasi yang diperoleh dari pemilik usaha keripik nangka
Tafied Rona Chips, bahan baku keripik nangka di kota Malang sebagian besar termasuk
golongan KW III dan IV. Total bahan baku dengan mutu KW III dan KW IV jumlahnya
mencapai 60 % dari total bahan baku yang digunakan oleh seluruh industri keripik
nangka di kota Malang. Sedangkan mutu buah nangka di kabupaten Batang sebagian
besar tergolong KW III. Kelemahan mutu buah nangka di kabupaten Batang adalah kulit
daging buahnya tipis. Keunggulan mutu bahan baku buah nangka yang berada di
kabupaten Semarang mengindikasikan bahwa daerah ini berpotensi untuk menjadi sentra
penghasil keripik nangka yang bermutu dan unggul di masa mendatang.
b. Ketersediaan bahan baku Kabupaten Semarang merupakan sentra penghasil nangka yang cukup besar. Data
yang diperoleh dari Dinas Pertanian kabupaten Semarang pada tahun 2007-2008
(lampiran 5 dan 6) menunjukkan bahwa setiap kecamatan di daerah ini memiliki banyak
pohon nangka dengan tingkat produktivitas yang berbeda antara kecamatan yang satu
dengan kecamatan lainnya. Jumlah pohon nangka produktif pada tahun 2006 mencapai
71.964 pohon. Total panen buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007
mencapai 13.690 kwintal. Total panen buah nangka pada tahun berikutnya meningkat
menjadi 17.593 kwintal (Lampiran 4 dan 5).
Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan beberapa pedagang di pasar
Ambarawa dan pasar Bandungan menunjukkan bahwa konsumen utama buah nangka di
wilayah kabupaten Semarang selama ini adalah masyarakat umum. Berdasar hasil
wawancara dengan dinas Perindustrian kabupaten Semarang pada tahun 2010, diketahui
bahwa di kabupaten Semarang belum ada industri besar pengolahan keripik nangka.
Menurut pengumpul buah di pasar Ambarawa, buah nangka yang paling banyak
permintaannya adalah yang bermutu KW III dan KW IV. Industri yang menyerap buah
tersebut adalah industri kecil keripik nangka di kota Salatiga dan industri wingko babat di
kota Semarang. Gambar 5 menunjukkan grafik ketersediaan buah nangka pada tahun
2007 dan 2008 yang disajikan setiap triwulan.
Buah nangka pada umumnya mengalami penurunan jumlah produksi secara drastis
pada triwulan ke 2 (bulan April-Juni) setiap tahunnya. Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa
bahan baku mengalami puncak produksi pada triwulan ke 4 (bulan September-
Desember), sedangkan ketika memasuki periode triwulan ke 2, bahan baku mulai
mengalami kelangkaan di pasar karena jumlah produksi pada saat tersebut mengalami
banyak penurunan.Kenyataan di lapangan mengindikasikan bahwa pada triwulan ke 2
buah nangka sangat sulit didapatkan. Pedagang dan pengumpul buah tidak bisa
memenuhi permintaan konsumen pada saat itu. Grafik ketersediaan bahan baku buah
nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Ketersediaan Buah Nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007-
2008
Menurut petani nangka di kabupaten Semarang, pohon nangka di kabupaten
Semarang rata-rata memiliki umur 20-25 tahun. Pohon nangka masih mampu mengalami
peningkatan produksi hingga mencapai puncaknya berumur 35 tahun. Ketika umur pohon
menuju masa puncak produksi diperkirakan jumlah produksi buah mampu meningkat
menjadi beberapa kali lipat. Dari gambar 5 terlihat bahwa Pada triwulan ke 4 tahun 2008,
produksi nangka mengalami peningkatan produksi secara drastis dibandingkan pada
triwulan 4 di tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pohon nangka sedang mengalami
proses peningkatan menuju puncak produksi.
Berdasarkan informasi yang didapat dari dinas Pertanian Kabupaten Semarang
menunjukkan bahwa jumlah populasi pohon nangka mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pada tahun 2007 dan 2008, penambahan penanaman pohon tercatat masing-
masing sebanyak 882 pohon dan 767 pohon (lampiran 5 dan 6). Penambahan populasi
pohon tersebut terjadi secara alami dan buatan. Penambahan secara alami terjadi ketika
biji nangka terjatuh di tanah kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar. Penambahan
pohon secara buatan dilakukan oleh penduduk setempat yang sengaja menanam pohon
nnagka di halaman rumah atau pekarangan kosong.
Data yang diperoleh dari dinas Pertanian Kabupaten Semarang pada tahun 2006
menunjukkan bahwa pohon nangka yang belum menghasilkan buah tercatat sebanyak
19.076 pohon. Umur pohon-pohon tersebut belum memasuki usia produktif. Diperkirakan
pada beberapa tahun mendatang pohon tersebut sudah dapat diandalkan untuk menyuplai
bahan baku industri.
Menurut hasil wawancara dengan Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, sebanyak
70% produksi buah nangka pada tahun 2008 (12.315,1 kw) merupakan hasil produksi
pohon nangka yang berasal dari biji (rata-rata usia 20-25 tahun). Dengan masa usia
produktif pohon nangka yang dimulai pada tahun ke 10 serta diperkirakan jumlah
produksi buah nangka mulai menurun ketika usia pohon mencapai 50 tahun, maka
diperkirakan produksi buah nangka di kabupaten Semarang masih mencukupi untuk
kebutuhan industri antara 25-30 tahun mendatang.
c. Tata Niaga Bahan Baku Buah nangka di kabupaten Semarang banyak dibudidayakan oleh masyarakat
setempat. Selama ini sebagian besar produksi buah nangka di kabupaten ini berasal dari
masyarakat setempat. Para pengumpul buah mengumpulkan buah nangka dari tiap pohon
yang dimiliki warga di sana kemudian disalurkan lagi ke pedagang atau konsumen
4708
1218 2013
5751 6798
2017
5336
12424
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Triwulan1
Triwulan2
Triwulan3
Triwulan4
Triwulan1
Triwulan2
Triwulan3
Triwulan4
Jum
lah
Bah
an b
aku
( K
win
tal )
2007 2008
langsung. Hasil wawancara dengan salah seorang warga di kecamatan Bergas
menunjukkan bahwa ada sebagian buah nangka milik penduduk yang tidak terdistribusi
hingga ke pasar baik pada masa panen raya maupun pada bulan-bulan biasa. Hal itu
diduga karena jumlah permintaan buah nangka lebih kecil dari jumlah ketersediaan buah
nangka. Selain itu para pengumpul buah juga memiliki keterbatasan dalam
mengumpulkan buah dikarenakan hingga saat ini belum ada masyarakat atau pihak lain
yang mengelola kebun nangka dalam skala besar sehingga selama ini sebagian besar buah
nangka merupakan hasil pengumpulan dari rumah ke rumah. Pengeluaran biaya yang
tidak efektif untuk mengumpulkan buah berpotensi menghambat aliran tata niaga buah
nangka dari petani/pemilik pohon nangka hingga ke konsumen.
Peran pengumpul buah nangka sangat penting untuk menunjang efektivitas
pengumpulan bahan baku bagi industri. Dengan bekerja sama dengan para pengumpul
bahan baku, maka industri dapat menghemat waktu dan biaya sehingga proses produksi
nantinya dapat berjalan dengan lebih efektif. Untuk memaksimalkan pengumpulan bahan
baku, hubungan kerja sama sebaiknya dilakukan dengan pengumpul buah di setiap
kecamatan. Efektivitas pengumpulan bahan baku juga akan lebih baik jika industri
bekerja sama dengan kelompok tani untuk mengantisipasi keterbatasan kinerja
pengumpul dalam memasok bahan baku. Tata niaga buah nangka dapat dilihat pada
gambar 6.
Gambar 6. Tata niaga buah nangka di kabupaten Semarang
Harga buah nangka dalam setahun cenderung mengalami fluktuasi tergantung oleh
besarnya jumlah produksi buah. Pada masa panen raya yang terjadi pada periode bulan
November hingga Januari, jumlah produksi buah nangka mengalami peningkatan lebih
banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Pada masa ini harga buah nangka
mengalami penurunan harga secara drastis. Sebagai gambaran, pada tahun 2009, harga di
tingkat pengumpul/petani (sudah termasuk biaya transportasi bahan baku) hanya berkisar
rata-rata Rp 4.000,00/kg. Buah nangka mengalami penurunan jumlah produksi setelah
masa panen raya yaitu pada bulan Maret hingga Mei. Pada saat itu buah nangka harganya
mulai merangkak naik hingga menjadi rata-rata Rp 20.000,00/kg pada bulan Mei.
Peningkatan harga tersebut sangat drastis karena buah nangka pada masa-masa itu mulai
Petani / Pemilik pohon nangka
Pengumpul Buah Nangka Pedagang buah nangka
Konsumen
jarang ditemui sehingga hukum penawaran ekonomi berlaku. Pada bulan Juni hingga
Agustus harga buah ini mengalami penurunan secara bertahap hingga menjadi rata-rata
Rp 6.000,00/kg. Harga tersebut masih menurun kembali secara bertahap hingga menjadi
rata-rata Rp 4.500,00/kg pada bulan Oktober. Kisaran perubahan harga buah buah nangka
dalam setahun di tingkat pengumpul buah dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Grafik pergerakan harga buah nangka di kabupaten
Semarang pada tahun 2009
2. Lokasi Industri Lokasi industri pengolahan keripik nangka ditetapkan di kabupaten Semarang.
Beberapa kecamatan di kabupaten Semarang yang dijadikan alternatif lokasi industri
adalah kecamatan yang memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi seperti terlihat pada
tabel 9. Pemilihan lokasi industri yang dekat dengan bahan baku dimaksudkan untuk
meminimumkan biaya transportasi bahan baku. Kedekatan lokasi industri dengan bahan
baku juga dapat meminimalkan penurunan mutu bahan baku akibat benturan dan gesekan
yang terjadi selama pengangkutan. Selain itu seluruh alternatif lokasi industri juga
memiliki jarak yang dekat dengan pasar.
Tabel 9. Alternatif lokasi industri pengolahan keripik nangka
Kecamatan Letak Jarak dengan
bahan baku
dan pasar
Kemiringan
lahan (%)
Rata-rata jumlah
produksi
nangka/tahun (Kw)*
Bergas Pinggir kota Dekat 0-8 1.963,5
Tengaran Pinggir kota Dekat 0-8 1.941
Sumowono Pinggir kota Dekat 8-40 2.856,5
Ungaran Barat Pusat kota Dekat 0-8 2.114
Ungaran Timur Pusat kota Dekat 0-8 1.593
*) Sumber : Dinas Pertanian kabupaten Semarang
Menurut Gastya (2009), pada tahun 2015, diprediksi perbandingan jumlah penduduk
kabupaten Semarang yang tinggal di kota dengan di desa sebanyak 60% berbanding 40%,
sehingga pendirian pabrik-pabrik, gudang-gudang, dan piranti pendukungnya harus
dipindah ke pinggiran kota.
Pemilihan lokasi industri di area pinggiran kota (sub urban) juga disebabkan
beberapa pertimbangan diantaranya adalah sudah tercukupinya daya listrik PLN, sarana
jalan dan transportasi cukup baik, serta harga tanah relatif murah.
Diantara enam kecamatan yang dijadikan sebagai alternatif lokasi industri terdapat
empat kecamatan yang memenuhi persyaratan tata kota yaitu kecamatan Bergas,
Tengaran, dan Sumowono. Diantara kecamatan tersebut ditentukan kecamatan Bergas
sebagai lokasi industri karena daerah tersebut memiliki kemiringan lahan yang sesuai
untuk bangunan industri serta memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi.
0
5000
10000
15000
20000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Rupiah/kg
3. Sistem Produksi Dewasa ini teknologi pembuatan keripik nangka di Indonesia telah ada dan tersebar
ke masyarakat industri terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Teknologi ini pertama
kali dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Brawijaya Malang sejak tahun 1993.
Vacuum fryer terbaru hasil penelitian staf pengajar Universitas Brawijaya Malang adalah
vacuum fryer tipe horizontal. Sistem pemvakuman mesin vacuum fryer tipe horizontal
menggunakan water jet. Untuk memvakumkan ruang penggorengan, ejector menghisap
uap air dalam tabung penggoreng sehingga menghasilkan efek sedotan (vakum) dalam
tabung penggoreng. Uap air yang terhisap kemudian didinginkan di dalam kondensor.
Pada prinsipnya pembuatan keripik nangka dilakukan dengan menggoreng buah
nangka segar dengan vacuum fryer selama kurang lebih 55-90 menit untuk kapasitas
produksi 8-12 kg. Proses pemvakuman akan mengakibatkan penurunan tekanan pada
ruang penggoreng sehingga titik didih air menurun. Hal ini menyebabkan kandungan air
di dalam bahan baku dapat dikurangi pada suhu di bawah 1000 C. Proses pengeringan
bahan pada suhu yang relatif rendah ini dapat mempertahankan mutu rasa, warna, dan
aroma buah yang digoreng.
Saat ini, vacuum fryer juga telah diaplikasikan untuk membuat keripik buah yang
lain seperti keripik salak, apel, nanas, dan sebagainya. Keripik salak kini telah menjadi
produk unggulan di kabupaten Sleman. Sedangkan keripik apel sudah populer terlebih
dahulu di kota Malang.
Teknologi vacuum fryer tipe horizontal banyak diaplikasikan oleh produsen mesin
pembuat keripik buah sehingga mesin jenis ini telah banyak dijumpai di pasaran.
Produsen yang menjual vacuum fryer tipe horizontal diantaranya adalah P.T. Agrowindo
Sukses Abadi dan C.V. Agrindo Cipta Mandiri. Kedua produsen tersebut berasal dari kota
Malang.
P.T. Agrowindo Sukses Abadi memproduksi vacuum fryer tipe PV-2, sedangkan C.
V. Agrindo Cipta Mandiri memproduksi tipe VFC-10, dengan spesifikasi teknis dan
harga seperti tercantum pada tabel 10.
Tabel 10. Spesifikasi mesin vacuum fryer
No Kriteria Jenis Mesin
VF-8 VFC-10 PV-2
1. Kapasitas (kg masukan /
proses) 9 12 10
2 Lama proses (menit) 60-90 55-75 55-75
3 Bahan bakar LPG LPG LPG
4
Volume minyak goreng
(liter) 80 `104 80
5
Kebutuhan LPG
(Kg/jam) 0,3-0,75 0,6-0,7 0,3-0,35
6 Kebutuhan daya (watt) 1300 2600 1500
7 Dimensi total ( cm³ ) 182 x 122 x 135 244 x 125 x 125 182 x 122 x 135
8 Harga ( Rp ) 26.750.000 38.750.000 26.750.000
Berdasarkan pertimbangan keunggulan waktu proses yang lebih singkat, kebutuhan
LPG/jam, serta harga, pada studi akan digunakan mesin tipe PV-2 produksi P.T.
Agrowindo Sukses Abadi. Penggantian minyak goreng pada mesin ini dapat dilakukan
setiap 130 kali proses karena proses pemvakuman ruang penggoreng dapat mencegah
kerusakan minyak goreng yang disebabkan oleh proses oksidasi udara. Mesin vacuum
fryer tipe PV-2 dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Mesin vacuum fryer tipe PV-2
Pada proses penggorengan vakum keripik nangka, dari 10 kg daging buah nangka
segar diperoleh keripik nangka sebanyak 2 kg. Neraca bahan keripik nangka dapat dilihat
pada gambar 9.
Gambar 9. Neraca bahan keripik nangka
Tahapan proses pembuatan keripik nangka adalah sebagai berikut :
1. Proses Penanganan Bahan Baku
a. Sortasi
Proses sortasi merupakan salah satu proses penting yang
menentukan mutu akhir produk. Syarat daging buah nangka yang baik
untuk bahan baku adalah buah nangka harus berukuran besar, berwarna
kuning cerah, serta tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek. Menurut
Rukmana (2008), ciri-ciri fisik luar buah nangka yang layak dijadikan
keripik nangka adalah bila kulitnya ditepuk-tepuk maka buah tersebut
berbunyi nyaring berat. Buah nangka yang tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda biasanya berumur 7 bulan setelah pembungaan atau 1 bulan
sebelum matang. Proses sortasi memerlukan koordinasi dan kerjasama
dengan para pengumpul buah nangka agar perusahaan bisa mendapatkan
buah nangka yang sesuai dengan mutu yang telah dipersyaratkan.
b. Pencucian kulit dan pemisahan daging buah dari kulit
Pada proses ini, buah nangka dicuci terlebih dahulu dengan air
sebelum kulit buah dibelah. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan
kotoran yang menempel pada kulit buah. Proses pencucian dapat
mengurangi jumlah mikroba sehingga dapat meminimalisasi kotoran yang
menempel pada pisau yang digunakan untuk membelah kulit . pada
Buah Nangka
31,25 kg
Daging buah
nangka 10 kg Keripik nangka
2 kg
Biji
Air
Kulit
Dami
Penggorengan
vakum
Minyak goreng
umumnya pisau tersebut mengalami kontak dengan sebagian daging buah
nangka. Proses selanjutnya adalah pemisahan daging buah dengan kulit
buah untuk mengeluarkan nyamplungnya ( buah nangka yang berisi satu
biji ) dan membuang kulit serta daminya (rongga yang berisi nyamplung)
ke tempat penampungan limbah. Seluruh pisau yang digunakan dalam
proses ini disterelisasi menggunakan alkohol.
c. Pemisahan biji dan pembelahan
Bagian buah nangka yang diperlukan dalam pembuatan keripik
nangka hanya daging buahnya, sehingga biji nangka dan selaput yang
menyelimutinya harus dipisahkan . biji nangka dikeluarkan dari daging
buah dengan cara membelah daging buah tersebut menjadi dua bagian.
Pisau yang digunakan sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu
menggunakan alkohol.
d. Penimbangan daging buah
Pada proses ini, daging buah nangka yang telah diiris dimasukkan ke
dalam baskom stainless steel yang telah dicuci bersih lalu ditimbang
seberat 10 kg. Jarak waktu tiap batch antara proses penanganan bahan
baku mulai pemisahan kulit nangka dari daging buah, pemisahan biji,
pembelahan, dan penimbangan dengan waktu penggorengan tidak boleh
terlalu lama karena jika bahan baku yang telah siap digoreng memiliki
jarak waktu yang lama untuk digoreng maka bahan baku dimungkinkan
dapat mengalami penurunan mutu. Penurunan mutu tersebut diantaranya
adalah jumlah load mikroba semakin meningkat serta terjadi pelunakan
pada bahan baku.
2. Penggorengan dan penirisan
a. Penggorengan
Penggorengan dilakukan menggunakan vacuum fryer. Bahan yang
digoreng seluruhnya terendam dalam minyak goreng (deep fat frying).
Dengan deep fat frying dapat diperoleh hasil yang lezat dengan flavor
yang enak dan mengurangi kadar air makanan sehingg memperpanjang
umur simpan. Selain itu dengan cara penggorengan tersebut, dapat
menghasilkan bahan makanan dengan sifat renyah (crispying). Minyak
goreng yang digunakan adalah minyak goreng kemasan karena mutu
minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Mutu
minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk dalam hal unur simpan.
b. Penirisan
Keripik nangka yang telah digoreng kemudian ditiriskan
menggunakan spinner. Fungsi penirisan adalah menghilangkan sebagian
minyak yang masih tersisa pada keripik nangka setelah proses
penggorengan.
3. Proses penimbangan dan pengemasan produk
a. Penimbangan dan pengemasan produk
Keripik nangka yang telah ditiriskan kemudian ditimbang seberat
100 gr dan selanjutnya dikemas dalam kemasan plastik PP ukuran 08
mikron. Pengisian keripik ke dalam kemasan dilakukan secara manual.
Kemasan yang digunakan untuk keripik nangka ini adalah plastik
transparan PP dengan ukuran ketebalan 08.
b. Penggudangan
Dalam perencanaan industri keripik nangka, aktivitas
penggudangan dilakukan seminimal mugkin agar produk tidak
mengalami penurunan mutu karena tersimpan lama di gudang.
Dalam kegiatan proses produksi keripik nangka, selain menggunakan vacuum fryer
sebagai alat penggorengan juga dibutuhkan peralatan penunjang lainnya. Daftar peralatan
lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan proses produksi keripik nangka dapat
dilihat pada lampiran 9.
4. Kebutuhan Bangunan dan Lahan Berdasarkan pengamatan pada perusahaan keripik nangka Tafied Rona Chips di
kabupaten Kendal, bangunan untuk industri keripik nangka yang dibutuhkan adalah
bangunan permanen seluas 35 m². Dengan mempertimbangkan perkembangan usaha di
masa mendatang maka dibutuhkan lahan seluas 105 m².
5. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk menjalankan usaha industri keripik nangka dengan kapasitas produksi 5
kg/batch, menurut pengamatan pada perusahaan keripik nangka Tafied Rona Chips.
diperlukan sebanyak 4 orang termasuk manajemen perusahaan. Jika dilakukan produksi
sebanyak 20 kg/batch per hari, maka dibutuhkan tambahan tenaga menjadi 11 orang.
Tabel 11. Kebutuhan tenaga kerja industri pengolahan keripik nangka
Jabatan/fungsi Jumlah ( orang ) Gaji/orang/bulan (Rp)
Manajer 1 1.800.000
Penanganan bahan baku 4 950.000
Operator Vacuum fryer 2 950.000
Pengemasan 4 950.000
Jumlah 11 -
C. Aspek Finansial Analisis finansial pendirian industri keripik nangka dilakukan dengan menggunakan
asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi disesuaikan dengan kondisi
pada saat penelitian berlangsung. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah :
a. Umur ekonomi proyek 6 tahun, dimulai pada tahun ke-0.
b. Harga-harga yang digunakan dalam analisis ini berdasar survei pada bulan Juni 2009
hingga Mei 2010.
c. Nilai sisa mesin dan peralatan 10 % dari nilai awal dan nilai asuransi adalah 1 % dari
biaya investasi.
d. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek 80 % dari nilai awal.
e. Proyek dimulai pada saat panen raya buah nangka di kabupaten Semarang (antara
bulan Desember hingga Januari).
f. Produksi dilakukan dengan menggunakan dua buah mesin vacuum fryer
g. Kapasitas produksi perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan bahan baku:
Buah nangka :
27.000 kg/tahun atau 3.000 kg/bulan.
2. Produk akhir :
54.000 bungkus/tahun atau 6.000 bungkus/bulan.
3. Lama beroperasi : 9 bulan/tahun (bulan Januari-Maret dan Juli-Desember) .
4. Hari beroperasi : 25 hari/bulan.
5. Semua produk terjual habis
j. Seluruh modal investasi berasal dari pinjaman bank.
k. Tingkat suku bunga didasarkan pada tingkat suku bunga BPR yaitu sebesar 21,6 % per
tahun.
l. Biaya pemeliharaan bangunan dan peralatan 5 % dari harga awal.
m. Biaya investasi seluruhnya dikeluarkan pada tahun ke-0.
n. Besarnya pajak ditentukan berdasar undang-undang no. 17 tahun 2000 yaitu sebagai
berikut :
Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10 % x pendapatan
50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15 % x
(pendapatan-50.000.000))
Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15% x 50.000.000) +
(30% x (pendapatan-100.000.000))
Asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah perusahaan berproduksi selama 9
bulan/tahun karena hasil analisis finansial dengan produksi yang dilakukan selama 12
bulan/tahun menunjukkan bahwa industri tidak layak didirikan (lampiran 21). Penyebab utama
ketidaklayakan adalah tingginya harga bahan baku pada bulan April hingga Juni.
1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan besarnya biaya yang diperlukan untuk membangun
industri keripik nangka. Biaya investasi dalam pendirian industri keripik nangka terdiri
atas modal tetap dan modal kerja. Modal tetap yang diperlukan untuk pendirian industri
ini adalah Rp. 161.490.000 dengan komposisi biaya seperti terdapat pada tabel 12.
komposisi modal tetap secara lengkap disajikan pada lampiran 11.
Tabel 12. Komposisi modal tetap untuk industri keripik nangka
Komponen Jumlah Harga /Unit (Rp
Lahan ( M2 ) 35 21.000.000
Bangunan ( M2 ) 105 61.250.000
Perizinan 9,000,000
Fasilitas Penunjang 7.600.000
Mesin dan peralatan 62,640,000
Total Modal Tetap 161.490.000
Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi keripik nangka pada
waktu beroperasi pertama kali. Besarnya modal kerja sangat tergantung pada biaya
operasional pabrik karena modal kerja yang digunakan untuk pembiayaan awal sampai
pabrik bisa berproduksi. Besarnya modal kerja perusahaan sebesar biaya yang dibutuhkan
perusahaan untuk melakukan aktivitas bisnis selama satu bulan. Hal itu berarti bahwa
pada bulan berikutnya biaya produksi sudah mampu ditutupi dari biaya penerimaan
(penjualan). Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka dapat dilihat pada tabel
13.
Tabel 13. Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka
Komponen Nilai ( Rp )
A. Biaya tetap
Tenaga kerja tak langsung 1.800.000
Pemeliharaan 730.500
Komunikasi 55.556
Asuransi 169.433
Promosi/pemasaran 821.870
Depresiasi 1.1199.468
Sub Total 4.177.359
B. Biaya Variabel
Bahan baku 12.000.000
Bahan kemasan 1.200.000
Tenaga kerja langsung 9.500.000
Bahan bakar dan listrik 3.177.778
Transportasi/distribusi produk 222.222
Bahan dan Peralatan Penunjang 22.222
Sub total 26.122.222
C. Persediaan kas 10.000.000
Total Modal kerja 40.299.581
Dari tabel 12 dan 13 dapat ditentukan jumlah biaya investasi yaitu total jumlah
modal tetap dan modal kerja sebesar Rp 201.789.581,00.
2. Penentuan Harga Jual dan Margin Keuntungan Penetapan harga jual keripik nangka dilakukan dengan mempertimbangkan harga
produk pesaing yang dijual di kota Semarang. Hasil survei pasar terhadap harga produk
keripik nangka yang dijual di kota Semarang dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Harga pasar produk keripik nangka di kota Semarang pada tahun 2009
Pemasok keripik
nangka
Ukuran
(g)
Harga di tingkat
konsumen akhir
Harga jual
pabrik/distributor (Rp)
Distributor Fruit Eternity 100 12.500 8.500
C.V. Berkah Jaya Abadi 100 11.000 9.000
Tafied Rona Chips 100 10.500 8.500
Kota Malang 100 10.000 8.500
Harga jual produk keripik nangka di tingkat konsumen akhir ditetapkan sebesar Rp
8.500,00. Harga tersebut ditetapkan sesuai dengan harga minimal dari produk pesaing
yang ada di pasaran. Harga pokok produk adalah sebesar jual Rp 5.688,819/ bungkus
yang dihitung dengan menggunakan metode full costing (Kotler,1993) .
Harga pokok/unit : biaya tetap total + biaya variabel total
Jumlah (kapasitas) produksi
Besarnya margin keuntungan ditetapkan dengan mengurangi harga jual dengan
harga pokok produksi. Margin yang didapat adalah sebesar Rp 2.811,180 atau sebesar
49,41% dari harga pokok produksi. Penghitungan besar margin keuntungan dapat dilihat
pada lampiran 17.
3. Prakiraan Penerimaan Penerimaan tahunan industri keripik nangka didapatkan dari hasil penjualan tahun
tersebut dengan asumsi penerimaan setiap tahunnya konstan (tidak ada perubahan harga).
Perusahaan berproduksi dengan kapasitas 54.000 bungkus/tahun, sehingga penerimaan
yang diperoleh perusahaan per tahunnya sebesar Rp 459.000.000,00. Penerimaan industri
dapat ditingkatkan dengan mengolah buah-buahan lain pada bulan April hingga Juni.
4. Proyeksi Laba Rugi Proyeksi laba rugi untuk industri keripik nangka disajikan pada lampiran 18a. Dari
lampiran 19 terlihat bahwa pada tahun ke 1, 2, dan 3 diperoleh laba bersih/tahun sebesar
Rp 94.484.635,00. Setelah tahun ke 3, perusahaan tidak lagi berkewajiban untuk
membayar bunga angsuran pinjaman sehingga laba bersih pada tahun ke 4, 5, dan 6
meningkat menjadi Rp 123.762.637,00/tahun.
5. Proyeksi Arus Kas Aliran kas industri keripik nangka terdiri dari bagian pemasukan dan pengeluaran
yang selisihnya dinamakan aliran kas bersih. Tabel aliran kas menunjukkan jumlah kas di
awal dan di akhir tahun. Pemasukan dana pada tabel aliran kas terdiri dari laba bersih,
nilai sisa, modal sendiri, kredit investasi dan kredit modal kerja. Pengeluaran terdiri dari
pengeluaran modal kerja, investasi, dan angsuran pinjaman. Tabel aliran kas industri
keripik nangka menunjukkan selisih nilai kas telah bernilai positif pada tahun pertama.
Aliran kas bersih pada tahun ke 1, 2, dan 3 sebesar Rp 38.018.270,00. Pada tahun ke 4
dan 5 perusahaan tidak lagi berkewajiban membayar angsuran pinjaman sehingga aliran
kas bersih maningkat menjadi Rp 134.559.470,00/tahun. Pada tahun ke 6, aliran kas
bersih mengalami peningkatan lagi menjadi Rp 212.468.470,00. Hal tersebut dikarenakan
adanya tambahan nilai sisa di akhir proyek sebesar Rp 77.909..000,00. Proyeksi arus kas
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 19.
6. Titik Impas (Break Event Point) Titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama besarnya dengan
pendapatan. Titik impas (break event point) menunjukkan bahwa tingkat produksi telah
menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Selain dapat menghubungkan antara volume penjualan, harga satuan dan laba, analisis
titik impas juga dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan
biaya variabel.
Titik impas (BEP) industri keripik nangka pada kapasitas produksi adalah sebesar
Rp 91.112.307,01. Analisis titik impas dapat dilihat pada lampiran 20.
7. Payback Period Payback period merupakan suatu periode waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan atau
menutup ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Hasil perhitungan periode
pengembalian menunjukkan bahwa proyek bisa mengembalikan modal dalam jangka waktu 3,65
tahun. Hal ini berarti industri keripik nangka layak untuk didirikan karena waktu pengembalian
modal lebih cepat dibandingkan umur proyek.
8. Kriteria Kelayakan Investasi Penentuan Kelayakan suatu proyek perencanaan pendirian industri diukur dengan kriteria
yang disebut kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan
pendirian industry keripik nangka adalah net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio).
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan selisih antara present value benefit dengan
present value biaya. Net Present Value (NPV) industri keripik nangka dengan
tingkat suku bunga 21,6% adalah sebesar Rp 54.204.713,00. NPV menunjukkan
nilai positif sehingga industri ini layak didirikan.
b. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan suatu nilai suku bunga yang membuat NPV proyek sama
dengan nol. Nilai IRR untuk industri keripik nangka adalah 29,24%. Nilai ini
lebih tinggi dari tingkat suku bunga yaitu 21,6% sehingga industri ini dinyatakan
layak untuk didirikan.
c. Net Benefit Cost Ratio
Net Benefit Cost Ratio (Net B /C) merupakan perbandingan antara
keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Proyek dinyatakan
layak untuk dilaksanakan jika Net B/C >1. Nilai Net B/C untuk industri keripik
nangka adalah sebesar 1,27 sehingga proyek dinyatakan layak.
9. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dalam analisis kelayakan industri digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh proyek tetap layak jika terjadi perubahan pada parameter-parameter tertentu.
Analisis sensitivitas dilakukan terhadap tiga parameter yaitu kenaikan harga bahan baku,
kenaikan harga bahan bakar dan listrik, serta penurunan harga jual.Analisis sensitivitas dilakukan
terhadap bahan baku dan input karena harga bahan baku produk ini yaitu buah nangka selama ini
cenderung berubah sesuai dengan musim. Harga bahan bakar minyak juga dapat berubah sehingga
kemungkinan akan dapat mempengaruhi biaya operasional industri ini.
Berdasarkan hasil analisis, kenaikan harga untuk total bahan baku selama satu tahun (9 bulan
produksi) sampai 13% proyek masih layak untuk dilaksanakan sedangkan untuk kenaikan harga
bahan baku hingga 14% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan. Analisis sensitivitas untuk
kenaikan harga bahan baku dapat dilihat pada tabel 15. Analisis terhadap kenaikan harga bahan
bakar dan listrik hingga 68% masih layak untuk dilaksanakan, tetapi jika untuk kenaikan harga
bahan bakar dan listrik sebesar 69% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai
NPV < 0, IRR di bawah tingkat suku bunga dan Net B/C tidak lebih besar dari 1. Analisis
sensitivitas untuk kenaikan harga bahan bakar dan listrik dapat dilihat pada tabel 16. Analisis
terhadap penurunan harga jual hingga 4% masih layak untuk dilaksanakan, tetapi jika untuk
penurunan harga jual 5% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV < 0, IRR
di bawah tingkat suku bunga dan Net B/C tidak lebih besar dari 1. Tabel 17 menunjukkan analisis
sensitivitas untuk penurunan harga jual.
Tabel 15. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13% dan
14%
Kriteria investasi
Nilai
13% 14%
NPV Rp 3.812.664 Rp -69.647
IRR 22,22 % 21,59 %
Net B/C 1,018 0,999
Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68
% dan 69 %
Kriteria investasi
Nilai
68% 69%
NPV Rp 223.034 Rp -570.815
IRR 21,64 % 21,51 %
Net B/C 1,001 0,997
Tabel 17 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 4 % dan 5 %
Kriteria investasi
Nilai
4 % 5 %
NPV Rp 7.449.884 Rp -4.238.823
IRR 22,81 % 20,89 %
Net B/C 1,036 0,978
D. Aspek Yuridis
1. Badan usaha/perizinan Bentuk badan usaha yang sesuai untuk industri kecil keripik nangka ini adalah
Perseroan Terbatas (P.T.). Untuk mendirikan badan usaha yang berbentuk perseroan
terbatas, merujuk pada UU. No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan
Pemerintah no. 26 Tahun 1998, UU. No. 1 Tahun 1995 maka diperlukan persyaratan
sebagai berikut :
1. Foto kopi KTP para pendiri, minimal 2 orang
2. Foto kopi KK dan NPWP pribadi penanggung jawab / direktur
3. Foto kopi PBB terakhir tempat usaha/kantor, apabila milik sendiri, foto copy
surat kontrak, apabila status kantor kontrak
4. Pas foto berwarna penanggung jawab/ direktur ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar
5. Nama P.T.
6. Kedudukan dan bidang usaha
7. Jumlah modal dasar dan modal setor
8. Komposisi saham
9. Susunan direksi dan komisaris
Dokumen yang diperlukan dalam pendirian perseroan terbatas adalah:
1. Akta notaris
2. Surat keterangan domisili perusahaan
3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
4. SK Kehakiman
5. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
6. TDI (Tanda Daftar Industri)
Untuk memperoleh Tanda Daftar Industri (TDI) dan atau Persetujuan Prinsip,
pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada bupati. Untuk mendapatkan
Tanda Daftar Industri (TDI), pemohon harus melampirkan persyaratan foto kopi sebagai
berikut :
1. Kartu tanda penduduk (KTP).
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Nomor Pokok Wajib Retribusi
Daerah (NPWRD).
3. Akte Pendirian Perusahaan.
4. Surat Ijin Tempat Usaha atau Surat Ijin Gangguan.
5. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) atau Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).
6. Neraca Awal dan Akhir Perusahaan.
Berdasar Perda Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2003 tentang izin
gangguan, satuan kerja yang memproses izin Gangguan adalah Dinas Lingkungan Hidup,
Pertambangan dan Energi dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Foto kopi KTP pemohon;
2. Surat keterangan dari Kepala Desa /Kelurahan dimana usaha diselenggarakan
yang diketahui oleh camat.
3. Surat kuasa dan foto kopi KTP yang diberi kuasa bagi yang dikuasakan.
4. Foto kopi akte pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbentuk badan
hukum yang disahkan oleh instansi yang berwenang.
5. Keterangan yang jelas mengenai letak tempat usaha yang dimohonkan izin
gangguan yang dilampiri gambar situasi dan gambar denah yang asli rangkap 2
(dua) dengan perbandingan (skala) 1 : 200 atau 1 : 500.
6. Daftar mesin-mesin dan atau peralatan kerja yang akan digunakan.
7. Foto kopi IMB atau bukti telah mengajukan permohonan izin bangunan bagi
tempat usaha yang telah ada bangunannya.
8. Bukti pemilikan/pelimpahan/persetujuan penggunaan tempat usaha yang sah.
9. Pernyataan persetujuan dari tetangga terdekat dan atau pemilik tanah yang
berbatasan dengan tempat usaha yang diketahui oleh RT, RW, Kepala
Desa/Kelurahan dan Camat setempat.
10. Data personil yang dipergunakan.
11. Dokumen UKL, UPL dan SPPL.
12. Surat kuasa bagi yang menguasakan.
Berdasar Perda kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Retribusi Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Satuan kerja yang memproses SIUP adalah Dinas
Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Semarang dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Pemohon mengisi blanko permohonan
2. Petugas meneliti berkas permohonan
3. Berkas permohonan yang tidak lengkap dan benar, saat itu juga dikembalikan
untuk dilengkapi
4. Berkas permohonhan yang lengkap dan benar diberikan tanda terima, sejak itu
hitungan waktu proses pelayanan dimulai
5. Terhadap berkas pemohon yang ditolak selambat-lambatnya 5 (lima) hari harus
diterbitkan surat penolakan dengan mencantumkan alasan-alasannya
6. Pemohon membayar retribusi sesuai ketentuan yang berlaku
7. Penyerahan izin kepada pemohon.
Izin edar diperlukan sebagai jaminan bahwa usaha makanan yang kita jual memenuhi
standar keamanan makanan. Izin yang diperlukan adalah PIRT (Pangan Industri Rumah
Tangga). Pengurusan izin dapat dilakukan dengan mendaftarkan produk pangan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Semarang. Persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Fotocopy KTP
2. Pas phot 3 x 4 2 lembar
3. Surat Keterangan Domisili Usaha dari Kantor Camat
4. Surat Keterangan Puskesmas atau Dokter
5. Denah lokasi dan denah bangunan tempat usaha
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari aspek yuridis pendirian industri
pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang relatif tidak terlalu rumit. Calon pengusaha
apabila bersungguh-sungguh akan dapat memenuhi semua persyaratan perizinan yang ditentukan.
Tidak ada persyaratan yang terlalu memberatkan yang dapat menjadi hambatan. Untuk menangani
perizinan diperlukan tenaga khusus yang berpengalaman menghadapi petugas instansi pemerintah
kabupaten.
E. Aspek Sosial
Pendirian industri keripik nangka dapat memberikan manfaat sosial bagi pihak-pihak di
sekitar lingkungan industri. Keuntungan sosial yang didapat dengan adanya industri keripik
nangka diantaranya adalah :
1. Menambah lapangan pekerjaan baru
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Meningkatkan skill masyarakat
4. Membentuk mental pekerja yang handal di tengah masyarakat
F. Aspek Ekonomi Keuntungan yang didapat dari pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang
dari sisi ekonomi diantaranya adalah :
1. Adanya pemanfaatan sumber bahan baku lokal
2. Menumbuhkan industri atau usaha yang lain
3. Meningkatkan pendapatan daerah
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di
kabupaten Semarang dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.) Secara teknis pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang
cukup layak karena pasar cukup prospektif, bahan baku tersedia dalam
jumlah dan mutu, menggunakan mesin vacuum fryer tipe PV-2 yang cukup
efisien untuk menghasilkan mutu produk yang baik dengan lokasi
kecamatan Bergas.
2.) Aspek finansial dinyatakan layak karena BEP : Rp 91.112.307,01, NPV :
Rp 54.204.713,00, IRR : 29,24 %, Net B/C : 1,27, Pay Back Period : 3,65
tahun.
3.) Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa industri masih layak
didirikan jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 13 %, kenaikan
harga bahan bakar minyak dan listrik sebesar 68%, atau penurunan harga
jual sebesar 4%.
B. SARAN
Memperhatikan hasil penelitian mengenai tingkat kelayakan pendirian industri
pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang, maka didapatkan saran untuk
memperbaiki beberapa hal sebagai berikut:
1. Diperlukan pengembangan areal produksi buah nangka serta pengembangan
varietas unggul buah nangka di kabupaten Semarang.
2. Diperlukan studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka untuk
pasar ekspor.
3. Diperlukan studi kelayakan mengenai pengolahan buah-buahan lain pada bulan
April hingga Juni untuk meningkatkan penerimaan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2008. Data Jumlah Wisatawan Kota Semarang
2003-2008. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.
. 2008. Data Tingkat Hunian Hotel Kota Semarang 2004-2008.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.
Balikpapan Pos. Panen Perdana Nangkadak di Sungai Wain : Spesies Baru, Hasil
Silang Nangka dan Cempedak.
http://www.metrobalikpapan.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=26735. [1
Desember 2010].
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang. 2009. Laporan
Tahunan Curah Hujan Kabupaten Semarang. Dinas Pertanian, Perkebunan,
dan Kehutanan Kabupaten Semarang.
. 2009. Laporan Tahunan Produktivitas Buah Nangka. Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang.
Edris M. 1983. Penuntun Studi Kelayakan Proyek. Sinar Baru, Bandung.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi kedua. UI
Press. Jakarta.
Produk Unggulan Kabupaten Semarang .2009.http://www.semarangkab.go.id/. [28
Februari 2009].
Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan
Penyusunan Laporan. BPPE, Jakarta.
Husnan S, Suwarsono. 1997. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan
Penyusunan Laporan. AMP, Jakarta.
Ibrahim Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis : Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta.
Kadariah L, Karlina, Gray C .1978. Pengantar Evaluasi Proyek. UI Press, Jakarta.
Kasmir, Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta.
Nazarudin, Muchlisah F. 1996. Buah Komersial. Panebar Swadaya, Jakarta.
Panen Perdana Nangkadak di Sungai Wain Spesies Baru, Hasil Silang Nangka dan
Cempedak. 2008.
http://www.metrobalikpapan.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=26735 [28
Agustus 2010].
P.T. Angkasa Pura Kantor Cabang Bandara Ahmad Yani Semarang. 2007. Laporan
Tahunan. P.T. Angkasa Pura Kantor Cabang Bandara Ahmad Yani Semarang.
Rukmana R. 2008. Budi Daya Nangka. Kanisius, Yogyakarta
Sutojo S. 1993. Studi Kelayakan Proyek, Teori, dan Paraktek. Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta.
Taqi FM. Skripsi. Karakteristik Proses Pengeringan dan Penggorengan Hampa
Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus. lmk). Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Husein U. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis secara Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Widyastuti YE. 1995. Nangka dan Cempedak : Ragam Jenis dan Pembudidayan.
Panebar Swadaya, Jakarta.
L A M P I R A N
Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang
Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang
Tahun Kamar terjual
2004 725.142
2005 772.728
2006 923.063
2007 885.784
2008 670.814
Rata-rata 667.418
Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%)
2003 807.702 -
2004 690.964 -14,45
2005 640.316 -7,33
2006 650.316 1,56
2007 1.016.177 56,26
2008 1.221.584 20,21
Lampiran 3. Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang tahun 2008-2009
Kecamatan Ketinggian tempat (m) Curah hujan/tahun (mm)
Getasan 1.450 2.460
Tengaran 729 1.415
Susukan 497 521
Suruh 660 2.174
Pabelan 584 2.185
Tuntang 480 2.109
Banyubiru 478 2.123
Jambu 572 1.665
Sumowono 900 2.157
Ambarawa 514 1.344
Bawen 650 1.107
Bringin 357 2.345
Pringapus 400 3.769
Bergas 400 1.193
Ungaran Barat 318 1.420
39
Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang
Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang
Tahun Kamar terjual
2004 725.142
2005 772.728
2006 923.063
2007 885.784
2008 670.814
Rata-rata 667.418
Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%)
2003 807.702 -
2004 690.964 -14,45
2005 640.316 -7,33
2006 650.316 1,56
2007 1.016.177 56,26
2008 1.221.584 20,21
40
Lampiran 3. Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang tahun 2008-2009
Kecamatan Ketinggian tempat (m) Curah hujan/tahun (mm)
Getasan 1.450 2.460
Tengaran 729 1.415
Susukan 497 521
Suruh 660 2.174
Pabelan 584 2.185
Tuntang 480 2.109
Banyubiru 478 2.123
Jambu 572 1.665
Sumowono 900 2.157
Ambarawa 514 1.344
Bawen 650 1.107
Bringin 357 2.345
Pringapus 400 3.769
Bergas 400 1.193
Ungaran Barat 318 1.420
39
Lampiran 4. Data penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2006
No. Kecamatan Jumlah Tanaman
Sebelumnya ( Pohon
)
Tanaman yang ditebang (
Pohon )
Tanaman Belum
Menghasilkan (
Pohon)
Tanaman Produktif
( Pohon )
Tanaman Tua /
Rusak ( Pohon )
Jumlah Tanaman
Akhir
1 Getasan
16.501 174 1.900 13.005 1.422 16.327
2 Tengaran 4.841 6 205 4.630 - 4.835
3 Susukan 1.457 - 167 915 375 1.457
4 Kaliwungu 545 5 70 470 - 540
5 Suruh 3.812 60 565 3.164 23 3.752
6 Pabelan 5317 - 3.598 1.719 - 5.317
7 Tuntang 1.226 118 113 995 - 1.108
8 Banyubiru 5.217 - 2.810 2.407 - 5.217
9 Jambu 30.303 - 3.195 22.917 4.191 30.303
10 Sumowono 13339 442 - 9.512 3.385 12.897
11 Ambarawa 221 - 5 208 10 221
12 Bandungan 1.714 - 50 1.620 44 1.714
13 Bawen 1.101 - 67 941 - 1.101
14 Bringin 5.490 - 3.965 1.525 - 5.490
15 Bancak 172 - 60 - - 172
16 Bergas 2.787 - 248 2.516 6 2.787
17 Pringapus 781 7 50 724 - 774
18 Ungaran Barat 4.247 - 1.541 2.572 - 4.247
19 Ungaran Timur 2.472 - 467 1.770 235 2.472
Jumlah 101.543 812 19.076 65.385 9.691 100.731
41
41
40
Lampiran 5. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007
Keterangan :
TW : Tri Wulan
No Kecamatan
Tambah Tanam (pohon)
Jumlah 1
Tahun
Luas Panen ( Pohon ) Jumlah
1 Tahun
Produksi (Kw) Jumlah 1
tahun TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW
III
TW IV TW I TW II TW III TW IV
1 Getasan
- - - - - - - - - - - - - - -
2 Tengaran - - - - - 1.467 - 1.364 1.368 4.199 366 - 696 478 1.540
3 Susukan - - - - - - - 32 339 371 - - 25 254 279
4 Kaliwungu - - - - - - 150 100 - 250 - 75 40 - 115
5 Suruh - - - - - 1.510 - 141 189 1.840 370 - 70 92 532
6 Pabelan - - - - - 676 - - - 676 196 - - - 196
7 Tuntang - - - - - - - - 78 78 - - - 52 52
8 Banyubiru - - - - - - - - - - - - - - -
9 Jambu - - - - - 1.141 - 246 1.300 2.687 570 - 122 325 1.017
10 Sumowono - - - - - 1.520 - - 4.275 5.795 532 - - 2.137 2.669
11 Ambarawa - - - - - 190 45 45 299 579 28 6 7 164 205
12 Bawen - - - - - 1.125 1.125 1.139 1.139 4.528 337 337 350 141 1.165
13 Bringin - - - - - - - - 755 755 - - - 67 67
14 Bancak - - - - - - 93 - 93 93 - 15 - - 15
15 Bergas - - 15 - 15 1.572 1.571 1.529 1.529 6.201 864 785 688 460 2.797
16 Pringapus - - - - - 725 - 150 389 1.264 384 - 15 38 437
17 Ungaran Barat 867 - - - 867 2.654 - - 1.316 3.970 1.061 - - 658 1.719
18 Ungaran
Timur
- - - - - - - - 1.700 1.700 - - - 885 885
Jumlah 867 - 15 - 882 12.580 2.984 4.746 14.676 34.986 4.708 1.218 2.013 5.751 13690
42
41
Lampiran 6. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2008
No Kecamatan
Tambah Tanam (pohon)
Jumlah 1
Tahun
Luas Panen ( Pohon ) Jumlah 1
Tahun
Produksi (Kw) Jumlah 1
tahun TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW
III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
1 Getasan
- - - - - - - - 1.200 1.200 - - - 750 750
2 Tengaran - - - - - 865 1.065 2.135 2.465 6.530 304 383 768 887 2.342
3 Susukan - - - - - - - - 311 311 - - - 50 50
4 Kaliwungu - - - - - - - - - - - - - - -
5 Suruh - - - - - 3.111 225 215 340 3.891 1.860 101 65 93 2.119
6 Pabelan - - - - - 910 - - - 910 90 - - - 90
7 Tuntang - 448 - - 448 67 - - 137 204 45 - - 29 74
8 Banyubiru 218 - - - 218 2.370 - - 1.416 3.786 1.422 - - 354 1.776
9 Jambu - - - - - 298 42 - 741 1.081 74 10 - 176 260
10 Sumowono - - - - - 2.259 - - 3.831 6.090 1.129 - - 1.915 3.044
11 Ambarawa - - - - - - - 18 15 33 - - 12 4 16
12 Bandungan 76 - - - 76 1.125 - - - 1.125 956 - - - 956
13 Bawen - - - - - 55 55 50 50 210 8 9 9 7 33
14 Bringin - - - - - - - - 850 850 - - - 76 76
15 Bancak - - - - - - 112 - - 112 - 15 - - 15
16 Bergas - - - - - 480 624 650 812 2.566 192 281 292 365 1.130
17 Pringapus - - - - - 104 - 104 328 536 10 - 10 32 52
18 Ungaran Barat - - - 25 25 - - 2.654 2.147 4.801 - - 1.459 1.050 2.509
19 Ungaran
Timur
- - - - - 1.770 - 1.770 1.770 5.310 708 - 708 885 2.301
Jumlah 294 448 - 25 767 13.414 2.123 7.596 16.41
3
39.546 6.798 799 3.323 6.673 17.593
Keterangan :
TW : Tri Wulan
43
42
Lampiran 9. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung industri pengolahan keripik nangka
Jabatan Jumlah (orang)
Gaji / orang / bulan (Rp ) Gaji/bulan ( Rp ) Gaji/tahun ( Rp )
Tenaga Kerja Tak Langsung
A. Direktur Utama 1 1.800.000 1.800.000 16.200.000
Sub Total 1 16.200.000
Tenaga Kerja Langsung
A. Staf produksi dan quality control
a. Bagian penanganan bahan baku 4 950.000 3.800.000 34.200.000
b. Bagian pengemasan 4 950.000 3.800.000 34.200.000
c. Operator Mesin 2 950.000 1.900.000 17.100.000
Sub Total 10 85.500.000
Total 11 101.700.000
43
Lampiran 10. Perhitungan biaya dan input industri pengolahan keripik nangka
No Komponen Kebutuhan/tahun Biaya/Tahun
A. Bahan Kemasan
1. Kemasan Plastik 54.000 bungkus 10.000.000
2. Kardus dan label 800.000
Sub Total 10.800.000
B. Bahan Bakar dan Listrik
1. Minyak goreng 16.000.000
2. Gas 4.600.000
3. Listrik 8.000.000
Sub Total 28.600.000
C. Bahan dan peralatan penunjang
1 Alkohol, pisau , sarung tangan, penutup mulut,dan kepala 200.000
Sub Total 250.000
Total 39.650.000
44
Lampiran 16. Biaya operasional industri keripik nangka
No komponen
Tahun ke ( Rp )
1 2 3 4 5 6
A Biaya Tetap
1 Tenaga Kerja tak Langsung 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000
2 Pemeliharaan 6.574.500 6.574.500 6.574.500 6.574.500 6.574.500 6.574.500
3 Komunikasi 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
4 Asuransi 1.524.900 1.524.900 1.524.900 1.524.900 1.524.900 1.524.900
5 Depresiasi 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833
6 Promosi 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Sub Total 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233
B Biaya Variabel
1 Bahan Baku 142.500.000 142.500.000 142.500.000 142.500.000 142.500.000 142.500.000
2 Bahan Kemasan 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000
3 Tenaga Kerja Langsung 85.500.000 85.500.000 85.500.000 85.500.000 85.500.000 85.500.000
4 Bahan Bakar dan Listrik 28.600.000 28.600.000 28.600.000 28.600.000 28.600.000 28.600.000
5 Transportasi/distribusi produk 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
6 Bahan dan peralatan penunjang 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
Sub Total 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000
Total 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233
45
Uraian Tahun ke ( Rp )
1 2 3 4 5 6
A. Penerimaan
1. Penjualan Produk 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000
Total Penerimaan 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000
B. Pengeluaran
1. Biaya Tetap 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233
2. Biaya Variabel 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000
Total Pengeluaran 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233
Laba Operasi
C. Pembayaran Bunga
1. Bunga Modal Tetap 34.881.840 34.881.840 34.881.840
2. Bunga Modal Kerja 8.704.709 8.704.709 8.704.709
Total Pembayaran Bunga 43.586.549 43.586.549 43.586.549
Laba Sebelum Pajak 108.217.218 108.217.218 108.217.218 151.803.767 151.803.767 151.803.767
Pajak Penghasilan 13.732.583 13.732.583 13.732.583 28.041.130 28.041.130 28.041.130
Laba Bersih 94.484.635 94.484.635 94.484.635 123.762.637 123.762.637 123.762.637
Lampiran 18a. Proyeksi laporan laba rugi industri keripik nangka
56
46
Lampiran 18b. Perhitungan pajak penghasilan
Perhitungan pajak 1 2 3 4 5 6
0,1 * 50.000.0000
5.000.000
0,15* 50.000.000
7.500.000
0,15 * (pendapatan-50.000.000)
8.732.583
8.732.583
8.732.583
0,3 * (pendapatan-100.000.000)
15.541.130
15.541.130
15.541.130
Jumlah
13.732.583
13.732.583
13.732.583
28.041.130
28.041.130
28.041.130
57
47
Lampiran 19. Proyeksi arus kas industri keripik nangka
Uraian
Tahun Ke ( Rp )
0 1 2 3 4 5 6
A. Kas Masuk
1.Laba Bersih 94.484.635 94.484.635 94.484.635 123.762.637 123.762.637 123.762.637
2.Depresiasi 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833
3.Nilai Sisa 77.909.000
4.Modal investasi 201.789.581
Total Kas Masuk 201.789.581 105.281.468 105.281.468 105.281.468 134.559.470 134.559.470 212.468.470
A. Kas Keluar
1. Biaya Modal Tetap 161.490.000
2. Biaya Modal Kerja 40.299.581
3. Angsuran Pinjaman 67.263.194 67.263.194 67.263.194
Total Kas Keluar 201.789.581 67.263.194 67.263.194 67.263.194 - - -
Aliran Kas Bersih 38.018.274 38.018.274 38.018.274 134.559.470 134.559.470 212.468.470
Arus Kas Awal Tahun 38.018.274 38.018.274 38.018.274 134.559.470 134.559.470
Arus Kas Akhir Tahun 38.018.274 76.036.548 76.036.548 172.577.744 269.118.940 347.027.940
58
48
Lampiran 20. Kriteria investasi
Tahun Bt-Ct Akumulasi
0,216 0,3
DF PV DF PV
0 (201.789.581) (201.789.581) 1 (201.789.581) 1 (201.789.581)
1 38.018.274 (163.771.307) 0,822368421 31.265.028 0,769230769 29.244.826
2 38.018.274 (125.753.033) 0,67628982 25.711.372 0,591715976 22.496.020
3 38.018.274 (87.734.759) 0,556159391 21.144.220 0,455166136 17.304.631
4 134.559.470 46.824.711 0,457367921 61.543.185 0,350127797 47.113.011
5 134.559.470 181.384.181 0,376124935 50.611.172 0,269329074 36.240.777
6 212.468.470 393.852.651 0,309313269 65.719.317 0,207176211 44.018.413
NPV 54.204.713
(5.371.903)
Kriteria Nilai
NPV 54.204.713
IRR 29,24%
Net B/C 1,268619977
PBP ( Tahun ) 3,65
Break Event Point
BEP: BT / ( 1- ( BV/R))
BEP: Rp 91.112.307,01
59
49
Lampiran 21. Kriteria investasi jika perusahaan dioperasikan selama 12 bulan
Tahun Bt-Ct Akumulasi
0,216 0,3
DF PV DF PV
0 (209.114.686) (209.114.686) 1 (209.114.686) 1 (209.114.686)
1 (84.831.366) (293.946.052) 0,822368421 (69.762.637) 0,769230769 (65.254.897)
2 (84.831.366) (378.777.418) 0,67628982 (57.370.589) 0,591715976 (50.196.075)
3 (84.831.366) (463.608.784) 0,556159391 (47.179.761) 0,455166136 (38.612.365)
4 27.600.600 (436.008.184) 0,457367921 12.623.629 0,350127797 9.663.737
5 27.600.600 (408.407.584) 0,376124935 10.381.274 0,269329074 7.433.644
6 105.509.600 (302.897.984) 0,309313269 32.635.519 0,207176211 21.859.079
NPV
(327.787.250)
(324.221.562)
Kriteria Nilai
NPV (327.787.250)
IRR 1,60%
Net B/C 0,145113215
60
50
Lampiran 22. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku
Lampiran 22a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13 %
Tahun Bt-Ct Akumulasi
0,216 0,3
DF PV DF PV
0 (203.349.581) (203.349.581) 1 (203.349.581) 1 (203.349.581)
1 21.465.608 (181.883.973) 0,822368421 17.652.638 0,769230769 16.512.006
2 21.465.608 (160.418.365) 0,67628982 14.516.972 0,591715976 12.701.543
3 21.465.608 (138.952.757) 0,556159391 11.938.299 0,455166136 9.770.418
4 121.591.970 (17.360.787) 0,457367921 55.612.266 0,350127797 42.572.729
5 121.591.970 104.231.183 0,376124935 45.733.772 0,269329074 32.748.253
6 199.500.970 303.732.153 0,309313269 61.708.297 0,207176211 41.331.855
NPV
3.812.664
(47.712.777)
Kriteria Nilai
NPV 3.812.664
IRR 22,22%
Net B/C 1,018749309
61
51
Lampiran 22b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 14 %
Tahun Bt-Ct Akumulasi
0,216 0,3
DF PV DF PV
0 (203.469.581) (203.469.581) 1 (203.469.581) 1 (203.469.581)
1 20.192.326 (183.277.255) 0,822368421 16.605.531 0,769230769 15.532.558
2 20.192.326 (163.084.929) 0,67628982 13.655.865 0,591715976 11.948.122
3 20.192.326 (142.892.603) 0,556159391 11.230.152 0,455166136 9.190.863
4 120.594.470 (22.298.133) 0,457367921 55.156.042 0,350127797 42.223.476
5 120.594.470 98.296.337 0,376124935 45.358.587 0,269329074 32.479.597
6 198.503.470 296.799.807 0,309313269 61.399.757 0,207176211 41.125.197
NPV
(63.647) (50.969.768)
Kriteria Nilai
NPV (63.647)
IRR 21,59%
Net B/C 0,99968719
62
52
Lampiran 23. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik
Lampiran 23a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68 %
Tahun Bt-Ct Akumulasi
0,216 0,3
DF PV DF PV
0 (203.950.470) (203.950.470) 1 (203.950.470) 1 (203.950.470)
1 20.370.438 (183.580.032) 0,822368421 16.752.005 0,769230769 15.669.568
2 20.370.438 (163.209.594) 0,67628982 13.776.320 0,591715976 12.053.514
3 20.370.438 (142.839.156) 0,556159391 11.329.210 0,455166136 9.271.934
4 120.945.870 (21.893.286) 0,457367921 55.316.761 0,350127797 42.346.511
5 120.945.870 99.052.584 0,376124935 45.490.757 0,269329074 32.574.239
6 198.854.870 297.907.454 0,309313269 61.508.450 0,207176211 41.197.999
NPV
223.034
(50.836.706)
Kriteria Nilai
NPV 223.034
IRR 21,64%
Net B/C 1,001093567
63
53
Lampiran 23b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 69%
Tahun Bt-Ct Akumulasi
0,216 0,3
DF PV DF PV
0 (203.982.248) (203.982.248) 1 (203.982.248) 1 (203.982.248)
1 20.110.911 (183.871.337) 0,822368421 16.538.578 0,769230769 15.469.932
2 20.110.911 (163.760.426) 0,67628982 13.600.804 0,591715976 11.899.947
3 20.110.911 (143.649.515) 0,556159391 11.184.872 0,455166136 9.153.806
4 120.745.670 (22.903.845) 0,457367921 55.225.196 0,350127797 42.276.415
5 120.745.670 97.841.825 0,376124935 45.415.457 0,269329074 32.520.320
6 198.654.670 296.496.495 0,309313269 61.446.525 0,207176211 41.156.522
NPV (570.815)
(51.505.307)
Kriteria Nilai
NPV (570.815)
IRR 21,51%
Net B/C 0,997201644
64
54
Lampiran 24. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual
Lampiran 24a. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 4 %
Tahun Bt-Ct Akumulasi
0,216 0,3
DF PV DF PV
0 (201.789.581) (201.789.581) 1 (201.789.581) 1 (201.789.581)
1 22.412.274 (179.377.307) 0,822368421 18.431.146 0,769230769 17.240.211
2 22.412.274 (156.965.033) 0,67628982 15.157.193 0,591715976 13.261.701
3 22.412.274 (134.552.759) 0,556159391 12.464.797 0,455166136 10.201.308
4 121.707.470 (12.845.289) 0,457367921 55.665.092 0,350127797 42.613.168
5 121.707.470 108.862.181 0,376124935 45.777.214 0,269329074 32.779.360
6 199.616.470 308.478.651 0,309313269 61.744.023 0,207176211 41.355.784
NPV
7.449.884
(44.338.049)
Kriteria Nilai
NPV 7.449.884
IRR 22,81%
Net B/C 1,036919073
65
55
Lampiran 24b. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 5 %
Tahun Bt-Ct Akumulasi
0,216 0,3
DF PV DF PV
0 (201.789.581) (201.789.581) 1 (201.789.581) 1 (201.789.581)
1 18.510.774 (183.278.807) 0,822368421 15.222.676 0,769230769 14.239.057
2 18.510.774 (164.768.033) 0,67628982 12.518.648 0,591715976 10.953.121
3 18.510.774 (146.257.259) 0,556159391 10.294.941 0,455166136 8.425.477
4 118.494.470 (27.762.789) 0,457367921 54.195.569 0,350127797 41.488.208
5 118.494.470 90.731.681 0,376124935 44.568.725 0,269329074 31.914.006
6 196.403.470 287.135.151 0,309313269 60.750.199 0,207176211 40.690.127
NPV
(4.238.823)
(54.079.586)
Kriteria Nilai
NPV (4.238.823)
IRR 20,89%
Net B/C 0,978993847
66
56
Lampiran 25. Peta kemiringan lahan kabupaten Semarang
39
Lampiran 7. Penghitungan biaya bahan baku
Bulan Kebutuhan ( Kg ) Harga/Kg( Rp) Total ( Rp )
Januari 3.000 4.000 12.000.000
Februari 3.000 5.000 15.000.000
Maret 3.000 7.000 21.000.000
April - 15.000 -
Mei - 20.000 -
Juni - 10.000 -
Juli 3.000 7.500 22.500.000
Agustus 3.000 6.000 18.000.000
September 3.000 5.000 15.000.000
Oktober 3.000 4.500 13.500.000
November 3.000 4.500 13.500.000
Desember 3.000 4.000 12.000.000
Total Biaya/Tahun 142.500.000
40
Lampiran 8. Mesin dan peralatan yang dibutuhkan industri keripik nangka
No. Nama Alat Fungsi Penjual
1 Pisau pembelah kulit buah Membelah kulit buah Pedagang pasar Bulu
kota Semarang
2 Pisau pembelah daging buah Memisahkan daging buah
dari kulit dan membelah
daging buah
Pedagang pasar Bulu
kota Semarang
3 Baskom perendaman Wadah untuk menampung
dan menimbang bahan baku
Supermarket Matahari
kota Semarang
4 Meja bahan baku Tempat menimbang dan
mencuci bahan baku
Toko mebel Piyan
5 Meja pengemasan Tempat menimbang dan
mengemas produk keripik
nangka
Toko mebel Piyan
6 Timbangan digital Menimbang bahan baku dan
produk
C.V. Nur Setya
7 Spinner Meniriskan minyak pada
produk
P.T. Agrowindo Sukses
Abadi
8 Hand sealer Mengemas produk P.T. Agrowindo Sukses
Abadi
45
41
a. Timbangan 5 Kg
b. Spinner
c. Hand Sealer
46
42
Lampiran 11. Perhitungan modal tetap industri kecil keripik nangka
No Komponen Jumlah Harga Unit ( Rp ) Sub Total ( Rp )
1 Lahan ( M² ) 105 200.000 21.000.000
Perizinan - 9.000.000 9.000.000
2 Bangunan ( M² ) 35 1.750.000 61.250.000
3 Fasilitas Penunjang
Handphone 1 500.000 500.000
Listrik 1 1.000.000 1.000.000
Instalasi air/pompa 1 1.500.000 1.500.000
Perlengkapan Kantor
Laptop dan printer 1 4.000.000 4.000.000
Lemari arsip 1 300.000 300.000
Meja dan kursi kantor 1 150.000 150.000
Alat tulis kantor 5 10.000 50.000
Lain-lain 1 100.000 100.000
4 Mesin, peralatan, dan bahan penunjang
produksi
Vacuum fryer, hand sealer, spinner 2 26.750.000 53.500.000
Genset 1 3.000.000 3.000.000
Meja pengemasan 1 150.000 150.000
Meja bahan baku 1 150.000 150.000
Timbangan 5 kg 2 500.000 1.000.000
Baskom 2 70.000 140.000
Tempat menyimpan produk 6 750.000 4.500.000
Jas kerja 4 50.000 200.000
Total Modal Tetap 161.490.000
49
43
Lampiran 12. Perhitungan nilai sisa dan biaya penyusutan
No Komponen Nilai
Umur
Ekonomis Nilai Sisa Penyusutan per tahun
(Rp) ( tahun ) (Rp) (Rp)
1. Lahan ( M² ) 21.000.000 21.000.000
2. Bangunan ( M² ) 61.250.000 30 49.000.000 408.333
3. Fasilitas Penunjang
Handphone 500.000 6 50.000 75.000
Listrik 1.000.000 6 1.000.000
Instalasi air/pompa 1.500.000 6 150.000 225.000
Sub total
Perlengkapan Kantor
Laptop dan Printer 4.000.000 6 400.000 600.000
Lemari Arsip 300.000 6 30.000 45.000
Meja kursi kantor 150.000 6 15.000 22.500
Alat Tulis kantor 50.000 6 8.333
Lain-lain 100.000 6 16.667
Sub Total 7.600.000 1.645.000 992.500
4. Mesin dan Peralatan
Vacuum fryer 53.500.000 6 5.350.000 8.025.000
Genset 3.000.000 6 300.000 450.000
Meja bahan baku 150.000 6 15.000 22.500
Meja pengemasan 150.000 6 15.000 22.500
Timbangan 5 kg 1.000.000 6 100.000 150.000
Baskom 140.000 6 14.000 21.000
Tempat penyimpanan produk 4.500.000 6 450.000 675.000
Jas kerja 200.000 6 20.000 30.000
Sub Total 62.640.000 6.264.000 9.396.000
Total 152.490.000 77.909.000 10.796.833
50
44
Lampiran 13. Perhitungan biaya pemeliharaan dan asuransi
Komponen Jumlah Nilai ( Rp) Pemeliharaan ( Rp) Asuransi ( Rp )
Lahan ( M² ) 105 21.000.000 210.000
Bangunan ( M² ) 35 61.250.000 3.062.500 612.500
Fasilitas Penunjang
Handphone 1 500.000 25.000 5.000
Listrik 1 1.000.000 50.000 10.000
Instalasi air/pompa 1 1.500.000 75.000 15.000
Perlengkapan Kantor
Komputer dan Printer 1 4.000.000 200.000 40.000
Lemari Arsip 1 300.000 15.000 3.000
Meja kursi kantor 1 150.000 7.500 1.500
Alat Tulis kantor 5 50.000 2.500 500
Lain-lain 1 100.000 5.000 1.000
Mesin dan Peralatan
Vacuum fryer 2 53.500.000 2.675.000 535.000
Genset 1 3.000.000 150.000 30.000
Meja bahan baku 1 150.000 7.500 1.500
Meja pengemasan 1 150.000 7.500 1.500
Timbangan 5 kg 2 1.000.000 50.000 10.000
Baskom 2 140.000 7.000 1.400
Tempat penyimpan 6 4.500.000 225.000 45.000
produk
Jas kerja 4 200.000 10.000 2.000
TOTAL 152.490.000 6.574.500 1.524.900
51
45
Lampiran 14. Komposisi modal kerja dan total biaya investasi
Komponen Jumlah ( Rp )
Biaya Tetap
Tenaga Kerja tak langsung 1.800.000
Pemeliharaan 730.500
Komunikasi 55.556
Asuransi 169.433
Depresiasi 1.199.648
Promosi/pemasaran 222.222
Sub Total 4.177.359
Biaya Variabel
Bahan Baku 12.000.000
Bahan Kemasan 1.200.000
Tenaga Kerja langsung 9.500.000
Bahan Bakar dan listrik 3.177.778
Transportasi /distribusi produk 222.222
Bahan dan Peralatan Penunjang 22.222
Sub Total 26.122.222
Persediaan kas 10.000.000
Total 40.299.581
Total Biaya investasi Industri keripik nangka
Komponen Jumlah Harga /Unit (Rp )
Lahan ( M² ) 105 21.000.000
Bangunan ( M² ) 35 61.250.000
Perizinan 9.000.000
Fasilitas Penunjang 7.600.000
Mesin dan peralatan 62.640.000
Modal Kerja 40.299.581
Total Investasi 201.789.581
52
46
Tahun Jumlah Kredit Angsuran Pokok Bunga Pembayaran
0 40.299.581
1 40.299.581 13.433.194 8.704.709 22.137.903
2 13.433.194 8.704.709 22.137.903
3 13.433.194 8.704.709 22.137.903
Lampiran 15. Struktur Pembiayaan Neraca Pembayaran Kredit
Struktur Pembiayaan Industri keripik nangka
Jenis Kredit Pinjaman ( Rp )
Modal Tetap 161.490.000
Modal Kerja 40.299.581
Jumlah 201.789.581
Angsuran untuk Modal Tetap ( Rp )
Tahun Jumlah Kredit
Angsuran
Pokok Bunga Pembayaran
0
161.490.000
1
161.490.000
53.830.000
34.881.840 88.711.840
2
53.830.000
34.881.840 88.711.840
3
53.830.000
34.881.840 88.711.840
Angsuran untuk Modal Kerja ( Rp )
53
47
Lampiran 26. Daftar responden
Nama/jabatan responden Data wawancara
Umi/penjaga toko Bandeng Bonafide Jumlah permintaan pasar keripik
nangka
Penjaga toko Lumba-Lumba Potensi pasar keripik nangka
Bagian kasir toko Istana Buah Bandeng
Djoe
Jumlah permintaan keripik nangka
Penjaga toko Bandeng Arwana Potensi pasar keripik nangka
Penjaga toko Bandeng Juwana Potensi pasar keripik nangka
Penjaga toko Bandeng Presto Potensi pasar keripik nangka
Penjaga outlet makanan ringan DP Mall Potensi pasar keripik nangka
Suyatno/penjual makanan oleh-oleh di
stasiun Tawanag
Potensi pasar keripik nangka
Penjaga outlet makanan ringan di bandara
udara Ahmad Yani
Potensi pasar keripik nangka
Mustafid/pemilik usaha keripik nangka
Tafied Rona Chips
Potensi pasar dan jumlah
permintaan keripik nangka, mutu
bahan baku, biaya operasional
industri pengolhan keripik nangka
Pramono/pegawai Dinas Perindustrian Kota
Semarang
Potensi pasar keripik nangka
Dian/pegawai Dinas Pertanian Kabupaten
Semarang
Varietas/mutu buah nangka di
kabupaten Semarang
Pedagang buah nangka di pasar Ambarawa Mutu dan ketersediaan buah
nangka di kabupaten semarang
Pedagang buah nangka di pasar Bandungan Mutu dan ketersediaan buah
nangka di kabupaten Semarang
Pengumpul buah nangka Harga, mutu, dan ketersediaan
buah nangka di kabupaten
Semarang
68