Studi Kasus_Analisa Derating Pada PLTD

26
Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013 1 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT STUDI KASUS Studi Analisa Penyebab Penurunan Daya Mampu (derating) pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Disusun oleh Yuliandra Syarial Nurdin ST MT, Mahasiswa Magister Teknik Mesin ITB PLN Email ; [email protected], [email protected] I. Pendahuluan I.1 Latar belakang Dalam usaha penyediaan tenaga listrik di wilayah Indonesia, pembangkit listrik berbahan bakar minyak sering menjadi sorotan nasional karena dari segi operasional memerlukan biaya operasi yang relatif tinggi di bandingkan jenin pembangkit lain, dan kondisi ini didominasi oleh Unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Sejumlah Satuan Pembangkit Diesel milik PLN yang tersebar diseluruh wilayah nusantara telah mengalami derating, sehingga mengakibatkan daya yang tersedia tidak mencukupi untuk melayani kebutuhan penyediaan tenaga listrik. Pengelolaan PLTD dengan seksama oleh manajemen PT PLN, mutlak diperlukan agar aset dan performance, keandalan (reliability) dan ketersediaan (availibility) selalu dapat dipertahankan pada kondisi optimum sehingga biaya operasional tidak semakin tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut penulis membuat suatu kajian/analisa dalam bentuk knowledge sharing untuk menganalisa penyebab derating dari PLTD secara sistem sehingga kedepannya dapat diantisipasi untuk tindakan perbaikannya. Knowledge sharing ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepada pihak manajemen Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), untuk mengantisipasi lebih dini penyebab terjadinya derating, dan menentukan action plan perbaikan kedepan. Sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja unit pembangkit thermal (PLTD. Dan juga sebagai sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dalam bidang ketenagalistrikan. I.2 Perumusan Masalah dan Metodologi. Untuk mengetahui penyebab terjadinya derating pada PLTD, akan diidentifikasi dengan beberapa pertanyaan seperti berikut ini :

description

PLTD

Transcript of Studi Kasus_Analisa Derating Pada PLTD

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    1 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    STUDI KASUS

    Studi Analisa Penyebab Penurunan Daya Mampu (derating)

    pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

    Disusun oleh Yuliandra Syarial Nurdin ST MT, Mahasiswa Magister Teknik Mesin ITB PLN

    Email ; [email protected], [email protected]

    I. Pendahuluan

    I.1 Latar belakang

    Dalam usaha penyediaan tenaga listrik di wilayah Indonesia, pembangkit listrik berbahan

    bakar minyak sering menjadi sorotan nasional karena dari segi operasional memerlukan biaya

    operasi yang relatif tinggi di bandingkan jenin pembangkit lain, dan kondisi ini didominasi

    oleh Unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Sejumlah Satuan Pembangkit Diesel

    milik PLN yang tersebar diseluruh wilayah nusantara telah mengalami derating, sehingga

    mengakibatkan daya yang tersedia tidak mencukupi untuk melayani kebutuhan penyediaan

    tenaga listrik. Pengelolaan PLTD dengan seksama oleh manajemen PT PLN, mutlak

    diperlukan agar aset dan performance, keandalan (reliability) dan ketersediaan (availibility)

    selalu dapat dipertahankan pada kondisi optimum sehingga biaya operasional tidak semakin

    tinggi.

    Sehubungan dengan hal tersebut penulis membuat suatu kajian/analisa dalam bentuk

    knowledge sharing untuk menganalisa penyebab derating dari PLTD secara sistem sehingga

    kedepannya dapat diantisipasi untuk tindakan perbaikannya.

    Knowledge sharing ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepada pihak manajemen

    Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), untuk mengantisipasi lebih dini penyebab

    terjadinya derating, dan menentukan action plan perbaikan kedepan. Sehingga dapat

    mempertahankan dan meningkatkan kinerja unit pembangkit thermal (PLTD. Dan juga

    sebagai sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dalam bidang

    ketenagalistrikan.

    I.2 Perumusan Masalah dan Metodologi.

    Untuk mengetahui penyebab terjadinya derating pada PLTD, akan diidentifikasi dengan

    beberapa pertanyaan seperti berikut ini :

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    2 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Komponen apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya derating pada PLTD ?

    Pada masing-masing komponen, parameter apa saja yang dapat digunakan sebagai

    indikator yang menunjukan indikasi penyebab derating ?

    Komponen-komponen penyebab derating pada PLTD banyak sekali, tetapi secara umum

    dapat dikelompokan menjadi 3 bagian , yaitu :

    1. Energi Awal (bahan bakar).

    2. Komponen mekanik (prime mover).

    3. Listrik ( generator).

    Pada kajian ini, ruang Iingkup yang dianalisa sebagai sumber penyebab derating dibatasi,

    hanya pada komponen mekanik mesin itu sendin (prime mover). Selanjutnya untuk meng

    identifikasi masalah dan ruang lingkup kajian ini, penyebab terjadinya derating pada PLTD

    dapat dirumuskan sebagai berikut ini :

    a) Apakah ada pengaruh sistem pembakaran terhadap derating?

    b) Apakah ada pengaruh sistem pendingin mesin terhadap derating?

    c) Apakah ada pengaruh sistem pengisapan, pembuangan terhadap derating?

    d) Apakah ada pengaruh undersize crankshaft terhadap derating?

    e) Apakah ada pengaruh degradasi komponen material terhadap derating ?

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    3 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    II. Kajian Literatur

    Sesuai dengan ruang lingkup penelitian, teori yang dikaji adalah teori-teori yang relevan

    dengan penyebab derating pada PLTD.

    II.1 Terminologi derating

    Daya terpasang :

    Daya terpasang adalah besarnya kapasitas produksi terbesar (maximum capacity) yang

    dapat dibangkitkan oleh PLTD, tanpa dibatasi oleh kondisi mesin dan musim. Daya

    terpasang tersebut sesuai dengan yang tertulis pada " name plate " mesin.

    Daya mampu :

    Daya mampu adalah besarnya kapasitas produksi yang tersedia (availibility capacity) yang

    dapat dibangkitkan oleh PLTD, karena kondisi mesin maupun musim. Daya mampu

    tersebut biasanya dipikul oleh PLTD pada saat jam pelayanan beban puncak dan daya

    kritis.

    Derating :

    Derating adalah pengurangan produksi atau penurunan daya mampu yang dibangkitkan

    oleh PLTD karena kondisi mesin maupun musim, atau selisih antara daya terpasang

    dengan daya mampu. Berdasarkan kondisi yang dialami oleh PLTD, derating dapat dibagi

    menjadi 2 (dua) macam, yaitu derating sementara dan derating permanen.

    II.2 Kesetimbangan energi

    Sesuai dengan hukum termodinamika pertama (kekekalan energi), energi tidak dapat

    diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu bentuk kebentuk

    energi yang lain. Terdapat suatu kesetimbangan antara energi masukan dan keluaran. Energi

    yang dimiliki oleh bahan bakar di dalam ruang bakar mesin selain menghasilkan daya mesin

    juga menghasilkan energi panas dan energi yang dibuang melalui gas buang,

    lihat rumus di bawah ini :

    Dimana : EBB = Energi bahan bakar

    W = Kerja mekanik mein

    A = Panas yang diserap oleh sistem pendingin

    EGB = Energi gas buang

    Berdasarkan analisa empiris heat balance pada mesin diesel, komposisi energi mulai dari

    energi yang dihasilkan oleh bahan bakar dapat diuraikan menjadi :

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    4 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    1) Kerja Mekanik (41%).

    2) Kerugian karena gas buang (30%).

    3) Kerugian karena pendinginan air (21%).

    4) Kerugian karena pendinginan minyak pelumas (oli) (5%)),

    5) Kerugian karena radiasi (3%).

    Gambar 2.1 Diagram Sankey untuk balance energi pada mesin diesel

    Apabila daya mampu yang dibangkitkan suatu PLTD menurun (derating) hal tersebut sudah

    pasti disebabkan karena penurunan kerja mekanik. Bila terjadi penurunan kerja mekanaik,

    maka akan diiringi dengan peningkatan kerugian. Dengan demikian maka komponen

    peralatan yang menyebabkan peningkatan kerugian adalah merupakan penyebab menurunnya

    kerja mekanik atau penyebab terjadinya derating pada PLTD. Secara umum bagan konversi

    energi sebuah mesin-diesel dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 2.2 Aliran energi pada mesin diesel

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    5 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Pada PLTD, bahan bakar diumpankan ke dalam ruang bakar dan bercampur dengan udara

    sehingga terbakar, selanjutnya terjadi perubahan energi kimia menjadi energi panas. Energi

    panas yang terjadi tidak dapat semua digunakan untuk memutar poros engkol karena terdapat

    kerugian gas buang, pendinginan dan radiasi. Energi yang tersisa yang dikonversi menjadi

    tenaga sebut tenaga indikatif (indikatif horse power,IHP). Tenaga inilah yang menggerakan

    piston dan akan mengalami kerugian dalam mentrasmisikannya karena gesekan, pemompaan,

    dan lain-lain. Jumlah semua kerugian tersebut dikonversikan ketenaga dan disebut tenaga

    gesek (friction horse power, FHP). Energi yang tersisa adalah energi mekanis yang berguna,

    yang disebut energi efektif (brake horse power, BHP).

    Efisiensi Mesin

    Bila unjuk kerja mesin diindikasikan dengan istilah efisiensi (), dan ada lima macam

    efisiensi yang dapat didefenisikan sebagai berikut :

    l. Efisiensi termal indikatif (indicated thermal efficiency), adalah perbandingan energi daya

    indikatif terhadap energi bahan bakar.

    (

    )

    2. Efisiensi mekanis (mechanical efficiency) adalah perbandingan daya efektif (daya yang

    dihasilkan) terhadap daya indikasi (daya yang mengerakan piston)

    dan daya gesekan (friction horse pwer) :

    fhp= ihp - bhp

    3. Efisiensi termal brake (brake thermal efficiency), adalah efisiensi total yaitu perbandingan

    energi dalam daya brake terhadap energi bahan bakar.

    (

    )

    Dan

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    6 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    4. Efisiensi Volumetris

    Keluaran mesin dibatasi oleh jumlah maksimum udara yang dapat diambil selama langkah

    isap karena hanya sejumlah tertentu bahan bakar yang dapat terbakar secara efektif dengan

    jumlah udara yang tersisa. Efisiensi volumetris adalah petunjuk kemampuan mesin dalam

    menghisap udara dan didefinisikan sebagai perbandingan udara aktual yang terhisap pada

    kondisi atmosfir terhadap volume langkah mesin. Efisiensi volumetrik dapat dihitung

    berdasarkan mass atau volume udara.

    5. Efisiensi relatif atau perbandingan efisiensi adalah perbandingan efisiensi termal siklus

    actual terhadap siklus ideal.

    II.3 Sistem bahan bakar

    Sistem bahan bakar pada gambar 2.3, merupakan rangkaian komponen, tangki, filter, pompa

    supply, pompa injektor dan pipa saluran untuk dapat menyemprotkan bahan bakar ke ruang

    bakar dengan waktu (timing) dan jumlah yang tepat.

    Gambar 2.3 Aliran sistem bahan bakar pada PLTD

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    7 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Gambar 2.4 Aliran sistem bahan bakar pada PLTD

    Komponen - komponen sistem bahan bakar :

    Tangki bahan bakar berfungsi untuk menampung bahan bakar yang akan digunakan

    untuk proses pembakaran dalam mesin.

    Filter berfungsi untuk menyaring atau membersihkan bahan bakar dari kotoran-kotoran

    sebelum digunakan untuk proses pembakaran.

    Power supply berfungsi untuk menyemprotkan bahan bakar dari tangki penyimpan ke

    tangki harian atau langsung ke pompa injeksi melalui filter.

    Pompa injeksi berfungsi untuk memompakan dan menaikkan tekanan bahan bakar ke

    injektor (20 s/d. 30 kpsi). Parameter tekanan yang kurang tinggi akan mempengaruhi

    jumlah bahan bakar yang masuk kedalam silinder, hal ini menyebabkan kualitas

    pembakaran menjadi kurang sempurna. Biasanya ditandai dengan tekanan pembakaran

    yang lemah jika dibandingkan silinder lainnya. Fungsi lain dari pompa injeksi bahan

    bakar adalah sebagai pendingin dalam ruang bakar, volume bahan bakar yang kurang

    dapat menyebabkan temperatur mesin tinggi.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    8 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Prinsip kerja pompa injeksi jenis Bosch sesuai gambar 2.5 ;

    Saat plunyer melangkah turun, bahan bakar masuk ke ruang atas plunyer.

    Plunyer melangkah naik, menutup lubang masuk dan bypass mulai penyemprotan.

    Plunyer terus melangkah naik, bahan baker diatas plunyer bertekanan tinggi mernbuka

    katup penutup plunyer (livery valve) melalui pipa tekanan tinggi, bahan bakar

    menyemprot keruang bakar melalui injector.

    Ketika alur (helix) pada plunyer bertemu dengan tubang bypass, tekanan diatas plunyer

    hilang karena bahan bakar dibocorkan lewat bypass. Katup penyalur kembali tertutup

    rapat karena ada pegas, sehingga bahan baker yang ada didalam pipa saluran ke injector

    tidak bisa kembali ke pompa injeksi.

    Gambar 2.5 Pompa injeksi Bosch

    Injektor : berfungsi sebagai alat injeksi dan pengabutan bahan bakar dalam silinder.

    Kualitas pengabutan yang kurang baik menyebabkan proses pembakaran yang terjadi

    tidak sempurna. Hal ini biasanya ditandai dengan temperatur exhaust yang tinggi, karena

    delay time menjadi lebih panjang, ada kemungkinan bahan bakar terbakar pada akhir

    langkah buang, sehingga bahan bakar terbakar disaluran gas buang. Prinsip kerjanya

    Injektor yaitu sbb :

    1) Kekuatan/tenaga pegas F menekan jarum (needle) sehingga mentup ternpat dudukan

    jarum di nozzle. Bila pompa injeksi bekerja, tekanan bahan bakar (p) akan naik pada

    ruang nozzle dan mengangkat jarum keatas.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    9 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    2) Jarum terangkat keatas sewaktu ada tekanan bahan bakar (p) selama waktu tertentu.

    3) Setelah tekanan (p) turun, berarti proses injeksi bahan bakar selesai, maka jarum

    bergerak kebawah untuk menutup.

    Injection valve, terdiri dari ;

    Sebuah nozzle (4) dan sebuah nozzle holder (1) dengan pegas beban untuk needle (5)

    diikat pada bagian bawah oleh tutup (cupment) (6).

    Tenaga pegas (7) dibebankan pada jarum lewat push rod (8). Dimana pengaturan

    beban tekanan pegas tersebut diatur oleh regulating screw(9).

    Pipa penghubung aliran bahan bakar (2) ditahan atau dirapatkan oreh grand (3) untuk

    menjaga dari kemungkinan bocor.

    Pendingin mengalir kedalam dan keluar injector rewat lubang pendingin yang ada di

    nozzle dan nozzle holder, untuk menjaga supaya tepat (presisi) maka dipakai dowel

    pin (10).

    Gambar 2.6 Fuel injection valve

    Ruang bakar

    Ruang bakar terdiri dari cylinder liner, piston dan cylinder head. Cylinder liner

    berpenampang lingkaran, di dalamnya terdapat piston (torak) yang dapat bergerak translasi

    secara bolak balik dengan leluasa, sedangkan pada cylinder head terdapat katup isap dan

    katub buang serta perlengkapan penyemprot bahan bakar (injector). Kerapatan gas dalam

    silinder dijamin oleh cincin torak yang bergerak translasi sesuai dengan gerakan torak itu

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    10 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    sendiri. Hal tersebut merupakan syarat utama untuk menjamin berlangsungnya proses

    pembakaran dengan sebaik baiknya.

    Proses pembakaran pada ruang bakar mesin diesel 4 langkah mengikuti langkah-langkah

    berikut :

    Prinsip kerja mesin diesel 4 langkah, bila gerakan piston telah mencapai 4 (empat) kali, maka

    putaran pena engkol terjadi 2 (dua) kali dan menghasilkan 1(satu) kali kerja [3].

    Langkah-1 :yaitu langkah pemasukan, pada langkah ini kedua katub masuk membuka dan

    katub buang tertutup. Udara mengalir kedalam silinder.

    Langkah-2 :yaitu langkah kompresi, pada langkah ini kedua katub masuk menutup, piston

    bergerak dari TMB ke TMA menekan udara yang ada dalam silinder. Sesaat

    sebelum piston mencapai TMA, bahan bakar diinjeksikan.

    Langkah-3 :yaitu langkah ekspansi, pada langkah ini karena bahan bakar yang

    diinjeksikan kedalam silinder yang bertekanan tinggi maka terjadi pembakaran

    bahan bakar dan berekspansi menekan piston untuk melakukan kerja sampai

    piston mencapai TMB, pada langkah ini kedua katub tertutub.

    Langkah-4 :yaitu langkah buang, ketika piston hampir mencapai TMB, katub buang

    terbuka dan katub masuk tetap tertutup. Ketika piston bergerak menuju TMA

    & gas sisa pembakaran terbuang keluar ruang bakar. Akhir langkah ini adalah

    ketika piston mencapai TMA. Siklus kemudian berulang lagi.

    Kualitas Pembakaran

    Kualitas pembakaran sangat tergantung pada timing penyemprotan, tekanan bahan bakar dan

    suplai udara untuk keperluan pembakaran.

    a) Timing Penyemprotan Bahan Bakar

    Gambar 2.7 menunjukan profil pembakaran dalam ruang bakar pada beberapa sudut

    penyemprotan .

    Jika sudut penyemprotan terlalu cepat akan menyebabkan parameter laju kenaikan

    tekanan pembakaran semakin cepat dan semakin tinggi tekanan pembakaran dalam

    silinder.

    Jika timing penyemprotan terlambat, maka waktu yang dibutuhkan bahan bakar untuk

    terbakar menjadi sempit, bahan bakar dapat terbakar pada knalpot atau saluran exhaust.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    11 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Hal ini sering terjadi sehingga menyebabkan pipa exhaust membara karena tinggi

    temperatur gas buang, sering sekali menjadi penyebab terjadinya derating pada PLTD.

    Gambar 2.7 Profil tekanan pembakaran pada berbagai sudut penyemprotan

    b) Timing Buka Tutup Katup ; ada 2 jenis katup pada setiap silinder, intake dan exhaust.

    Intake adalah sebagai saluran masuk udara segar, sedangkan exhaust sebagai saluran

    keluar gas buang hasil pembakaran.

    Gambar 2.8 Timing buka tutup katup

    Pada mesin 4 langkah terdapat 2 kali posisi piston pada Top Death Centre (TDC), atau lebih

    dikenal dengan posisi TMA.

    Pertama ; top pembakaran, yaitu pada saat katup intake dan exhaust sama-sama tertutup.

    Kedua ; Top overlap, yaitu pada saat katup intake dan exhaust sama-sama terbuka. Pada

    saat top overlap dikenal sebagai proses pembilasan. Proses ini sangat penting untuk

    mendinginkan temperatur dinding silinder, memang ada akibat yang harus ditanggung

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    12 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    bahwa adanya aliran udara yang terbuang, sehingga ada kemungkinan mesin kekurangan

    udara segar untuk proses pembakaran.

    Untuk mendeteksi timing buka tutup katup tersebut dengan tepat dapat dilakukan pengukuran

    vibrasi pada silinder head. Pada hasil pengukuran vibrasi, waktu (timing buka tutup katup)

    akan dipetakan terhadap sudut crankshaft. Setiap kali katup menutup maka ada spike

    (lonjakan) pada grafik vibrasi akibat ketukan katup.

    Gambar 2.9 Pengukuran vibrasi untuk mendeteksi timing buka tutup katup

    II.3 Sistem pengisapan pembuangan dan Turbocharger

    Pada setiap mesin, lubang isap dan buang terdapat pada cylinder head. Pada mesin-mesin

    yang bersilinder banyak, lubang-lubang isap dan buang dihubungkan satu sama lain, berturut-

    turut oleh Intake manifold dan Exhaust Manifold .

    Kesempurnaan pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar sangat tergantung pada suplai

    udara pembakaran. Pada mesin diesel, laju aliran udara (tekanan dan volume) dapat

    ditingkatkan dengan pemasangan turbin yang digerakan oleh gas buang. Turbin tersebut

    berfungsi untuk mengurangi kerugian gas buang, karena dimanfaatkan untuk menambah laju

    aliran udara kompresor yang masuk ruang bakar sehingga bahan bakar akan terbakar lebih

    banyak dan efisien serta menghasilkan tenaga atau daya yang lebih besar, prosesnya disebut

    turbocharging dan pesawatnya disebut turbocharger. Dengan turbocharger tersebut 8-10%

    dari jumlah kalor pembakaran bahan bakar gas buang dapat diselamatkan .

    II.4 Sistem Pendingin Mesin

    Tujuan pendinginan pada mesin adalah untuk memperpanjang umur mesin, daya tahan,

    kondisi dan operasi mesin, terutama pada bagian-bagian mesin yang mengalami temperatur

    tinggi akibat panas pembakaran dan gesekan gesekan pada bagian-bagian yang bergerak dan

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    13 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    saling bersinggungan. Pada bagian atas silinder (cylinder head) merupakan bagian yang

    terpanas dan sebagian panas gas pembakaran itu dipindahkan secara langsung ke fluida

    pendinginnya. Sedangkan untuk bagian bawah silinder, perpindahan panas ke fluida terjadi

    secara tidak langsung melalui torak dan cincin-cincin torak. Jika pendinginan tidak dapat

    dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka temperatur dari setiap bagian selinder akan naik.

    Keadaan tersebut akan mengakibatkan kerusakan dinding ruang bakar karena terjadinya

    tegangan termal, kerusakan katup-katup, puncak torak dan kemacetan cincin torak.

    Berdasarkan media pendinginnya, pendinginan mesin dapat dibedakan menjadi 2 (dua)

    bagian, yaitu :

    1) Pendinginan dengan pelumasan, dimaksudkan untuk mendinginkan bagian-bagian mesin

    yang bersentuhan langsung, saling bergesekan, bergerak dan saling bersinggungan.

    2) Pendinginan dengan air, dimaksudkan untuk mendinginkan bagian-bagian mesin yang

    tidak bersentuhan langsung dengan bagian mesin yang bergerak, dinding cylinder liner,

    cylinder head, injector, katup isap dan buang.

    Pada mesin diesel, sistem air pendingin secara umum dapat dibagi menjadi 2(dua) bagian,

    yaitu :

    1. Raw water

    Berfungsi untuk mendinginkan udara pembakaran dan minyak pelumasan (oli mesin).

    Gambar 2.10 Sirkulasi pendingin raw water

    2. Jacket water

    Berfungsi untuk mendinginkan bagian-bagian yang mengalami temperatur tinggi. Namun

    pada mesin New sulzer Jacket water digunakan juga sebagai udara pembakaran.

    Gambar 2.11 Sirkulasi pendingin jacket water

    Radiator Pump Intercooler Oil cooler

    Expansion

    Tank

    Makeup

    Water Tank

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    14 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Komponen-komponen sistem pendingin air :

    1) Thermostat

    Dilengkapi peralatan Heat Control Valve yang berfungsi untuk mengatur aliran air

    pendingin ketika mengalami perubahan temperatur. Prinsip kerja thermostat :

    Pada saat mesin mulai dijalankan, thermostat kondisi tertutup (temperatur air

    pendingin mesin masih rendah). Sirkulasi air pendingin mesin sebagai berikut : Mesin

    water manifold - Thermostat - Water pump - intercooler - Mesin.

    Setelah temperatur air pendingin naik (temperatur tertentu), thermostat mulai

    membuka. Sirkulasi air pendingin menjadi: Mesin Water manifold Thermostat-

    Radiator Water pump- interooler- Mesin.

    2) Charge Air Cooler (CAC)

    Komponen yang befungsi untuk mendinginkan udara pembakaran.

    3) Cooling Water Pump

    Berfungsi untuk memompakan air pendingin mesin ke bagian-bagian mesin yang

    memerlukan pendinginan.

    4) Radiator

    Merupakan alat penukar panas yang berfungsi untuk mendinginkan air pendingin mesin.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    15 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    III. Analisa dan Pembahasan

    Untuk memudahkan menganalisa penyebab derating pada PLTD, dibuat paradigma jalur atau

    kerangka pemikiran seperti gambar 2.13 berikut ini :

    Temperatur gas buang naik

    Exhaust manifold membara

    Terjadi detonasi letupan

    JCW Temperatur Trip

    Lube oil temperatur trip

    Kondisi air pendingin

    Bearing temperatur trip

    Vibrasi & Bising pada turbocharger

    Crankpin journal dan atau main journal telah digringding undersize

    Kebocoran air pada silinder head

    Jam operasi telah melewati jam pemeliharaan

    Umur > 10 tahun

    Pembakaran Tidak Sempurna

    Sistem air pendingin

    Turbocharger

    Undersize Crankshaft

    Degradasi Material

    DERATING

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    16 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Hipotesis ;

    Penyebab derating pada PLTD diduga dengan beberapa hipotesis, berikut ini antara lain ;

    1) Sistem air pendingin mesin kurang optimal.

    2) Sistem pembakaran tidak sempurna.

    3) Sistem pengisapan, pembuangan dan furfuharger

    4) Undersize Crankshaft.

    5) Kondisi material karena degradasi.

    6) Poin 1 s/d. 5 secara simultan dapat berpengaruh terhadap derating.

    Analisa ini didasarkan atas kerangka pemikiran gambar dan disesuaikan dengan hasil

    identifikasi dan pengelompokan indikasi penyebab derating, dengan uraian sebagai berikut

    ini :

    a) Sistem air pendingin mesin

    Penyebab derating tersebut adalah karena menurunnya kemampuan dari sistem air pendingin

    mesin. Bila kemampuan sistem air pendingin mesin menurun maka kemampuan untuk proses

    perpindahan panas akan menurun, sehingga terjadi overheating. Menurunnya kemampuan

    sistem air pendingin mesin dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :

    Rendahnya level coolant.

    Konduktivitas panas dalam jacket water menurun karena banyak deposit.

    Kerusakan pada thermostat, sehingga tidak dapat membuka.

    Buruknya aliran udara melalui radiator, mampet karena banyak kotoran

    Motor radiator tidak befungsi dengan baik

    Kebocoran-kebocoran pada tube cooler radiator

    Pompa air pendingin tidak berfungsi dengan baik.

    Untuk mengetahui komponen peralatan yang mana penyebab utamanya, maka harus

    dilakukan pemeriksaan, kemudian dilakukan pemeliharaan sampai kerja sistem air pendingin

    mesin tersebut dapat optimal kembali.

    Komponen peralatan yang harus diperiksa adalah :

    a). Thermostat

    Kerja thermostat berfungsi normal apabila thermostat dapat membuka untuk mengalirkan air

    ke radiator, dapat dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan menyentuh pipa keluaran

    thermostat ke radiator pada saat PLTD beroperasi. Kondisi pipa pada saat itu seharusnya

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    17 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    panas dan thermometer menunjukkan kenaikan temperatur, menunjukan bahwa thermostat

    sudah membuka dengan normal.

    b). Kebocoran pada sistem pendingin

    Kebocoran pada sistem pendingin mesin dapat saja terjadi diluar maupun didalam mesin atau

    pun pada radiator. Untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran tersebut dapat dilakukan

    pemeriksaan visual pada pipa-pipa saluran air pendingin diluar mesin dan pada radiator atau

    penurunan level air pada expansion tank.

    Seperti yang sering kita dapati di lokasi PLTD, tube cooler sudah kurang optimal karena dari

    sebagian dari tube telah disumbat karena bocor. Solusi untuk menanggulangi tube-tube cooler

    yang bocor harus dilakukan re-tubing.

    c). Kipas dan motor radiator

    Pemeriksaan terhadap kipas-kipas radiator dan sistem proteksinya, sehingga jika

    terdapat salah satu kipas radiator yang trip dapat segera diketahui.

    Melakukan pengukuran terhadap nilai ampere motor-motor radiator untuk memastikan

    befungsi normal, bila sudah tidak berfungsi atau tidak normal maka harus segera

    diperbaiki atau diganti.

    Fungsi radiator kurang optimal, karena beberapa motor fan radiator tidak berfungsi karena

    mengalami kerusakan (terbakar). Solusi untuk mengatasinya harus segera diperbaiki atau

    diganti dengan yang baru.

    d). Pompa air

    Melakukan pemeriksaan terhadap pompa air untuk memastikan berfungsi normal. Indikasi

    kenormalan dapat terukur dari nilai tekanan sirkulasi air pendingin, yang dilengkapi dengan

    sistem proteksi untuk memonitor tekanan air pendingin, sehingga jika terjadi kondisi yang

    tidak normal, segera terjadi alarm, untuk emergensi stop.

    e). Radiator

    Berdasarkan pengalaman teknisi pemeliharaan PLTD, penyebab terjadinya overheating

    adalah karena masalah pada radiator. Memburuknya penyerapan dan pembuangan panas pada

    radiator adalah karena sirip-sirip radiator terhalang dan dilapisi oleh debu dan kotoran-

    kotoran lainnya. Melakukan perbersihan pada sirip sirip radiator memang mengalami

    kesulitan, terlebih menyangkut kontruksi fin yang berlapis, sulit untuk dibesihkan dan

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    18 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena kesulitan pembersihan pada radiator dan

    jadwal pemeliharaan agak pendek, maka sering terlewati, sehingga walaupun telah dilakukan

    penggantian suku cadang dan pemeliharaan pada sistem yang lain, PLTD tetap mengalami

    derating.

    Oleh karena itu pemeliharaan dan perawatan pada radiator (sistem pendingin mesin) harus

    dilakukan pada saat pemeliharaan Major Overhaul dengan waktu yang lebih panjang.

    Beberapa kesulitan dalam pelaksanaan pembersihan pada radiator antara lain :

    Konstruksi kisi-kisi radiator berlapis, dan pada bagian tengah tidak memungkinkan

    dilakukan pembersihan.

    Tube cooler lube oil kotor.

    Tube cooler jacket water kotor.

    Pelaksanaan pembersihan cooler tidak memungkinkan karena jika unit distop maka

    pada sistem kelistrikan wilayah terjadi pemadaman/penambahan pemadaman.

    f). Kuantitas air pendingin

    Kuantitas atau banyaknya air yang diperlukan sebagai air pendingin mesin pada PLTD sudah

    tertentu, tergantung pada kapasitas produk PLTD tersebut. Bila kuantitas air pendingin

    tersebut tidak terpenuhi maka secara tidak langsung akan menpengaruhi daya mampu yang

    akan dibangkitkan oleh PLTD.

    Pada beberapa PLTD, terjadinya penurunan daya mampu adalah karena kuantitas air

    pendingin yang diperlukan pada sistem air pendingin, tidak cukup, diantaranya : kuantitas air

    pendingin pada raw water kurang, karena sebagai sumber air pendingin yang digunakan pada

    PLTD tersebut diambil dan dipompakan dari Sungai/danau yang rentan terpengaruh oleh

    musim kemarau. Level permukaan air sungai pada mulut pipa isap (intake pipe ) menurun,

    maka debit air yang dibutuhkan untuk keperluan sistem air pendingin PLTD terganggu.

    Solusi mengantisipasi surutnya level sungai pada musim kemarau untuk kebutuhan air

    pendingin pada unit PLTD dapat dilakukan dengan memperpanjang pipa dan menempatkan

    mulut pipa isap (intake pipe ) lebih jauh dari tepi sungai (kearah tengah sungai).

    Ada juga beberapa PLTD tersebut menggunakan sistem air pendingin dengan 1 cooling tower

    yang sama. Dengan menggunakan kapasitas hanya 1 (satu) cooling tower tersebut, maka air

    yang dapat ditampung pada cooling tower, kuantitasnya tidak mencukupi (terbatas) dan tidak

    mampu melakukan pendinginan tehadap Jacket Cooler Water ke tiga PLTD tersebut,

    sehingga PLTD tersebut mengalami derating.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    19 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Sebagai solusi sistem air pendingin pada PLTD tersebut, perlu penambahan cooling tower

    dengan kapasitas yang sesuai sehingga kuantitas air yang dapat ditampung oleh cooling tower

    sebagai pendingin Jacket Cooler Water pada ke 3 PLTD tersebut dapat terpenuhi.

    f). Kualitas air pendingin

    Baik atau buruknya sIstem air pendingin mesin pada PLTD juga tergantung kualitas air

    pendingin yang digunakan. Syarat air pendingin dalam mesin harus memenuhi standar

    kualitas sesuai dengan klasifikasi mesinnya. Beberapa parameter yang berpengaruh terhadap

    kualitas air pendingin adalah :

    Kandungan yang mempengaruhi derajat keasaman (pH) air, sepefti Sulfat, Nitrit,

    Ammonia, chlorida, dsbnya.

    Kandungan kesadahan seperti Calsium(Ca), Magnesium (Mg), dsbnya.

    Kandungan Silika.

    Adanya kandungan ion-ion tersebut dalam air menimbulkan masalah yang merugikan. Air

    yang derajat keasamannya tinggi akan mempercepat proses korosi pada pipa-pipa sistem

    pendinginan, dan bila tidak diantisipasi maka akan terjadi korosi, penipisan dan bocor.

    Sedangkan air yang kandungan kesadahannya tinggi akan menyebabkan kerak (scale) pada

    pipa sistem air pendingin, sehingga semakin lama kerak tersebut semakin tebal, dan

    mengakibatkan terjadi overheating karena perpindahan panas tidak optimal. Disamping itu

    juga kerak yang terbentuk berada pada elemen-elemen radiator akan menyebabkan

    penyumbatan sehingga proses pendinginan oleh radiator tidak optimal. Oleh karena itu

    kualitas air pendingin mesin perlu penanganan dan perhatian yang khusus sehingga dapat

    menghasilkan air pendingin yang lebih sesuai (standar) mesin.

    secara umum dengan melihat kondisi dan masalah sistem air pendingin yang digunakan pada

    PLTD tersebar, solusi yang paling tepat untuk menanganinya adalah dengan cara pengolahan

    air pendingin.

    Beberapa metode pengolahan air pendingin yang digunakan untuk sistem air pendingin mesin,

    diantaranya adalah :

    i). Pengolahan air pendingin dengan metode inhibitur, yaitu penambahan bahan kimia

    kedalam system air pendingin, yang bertujuan untuk metarutkan kandungankandungan yang

    terdapat dalam air sehingga tidak menimbulkan korosi dan tidak membentuk kerak (scale).

    ii)' Pengolahan air pendingin dengan metode water treatment plant, yaitu bertujuan untuk

    mengatur keseimbangan kadar asam dan basa, sehingga tidak bersifat korosif dan tidak

    membentuk scale.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    20 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Salah satu metode pengolahan air dengan water treatment yang cocok digunakan di PLTD

    adalah metode ion exchanger dengan jenis water softener, karena biaya investasi dan biaya

    operasi tidak terlalu besar, pemasangannya cepat dan mudah serta air olahan yang dihasilkan

    memenuhi standar untuk digunakan sebagai air pendingin pada mesin-mesin PLTD.

    iii). Pengolahan air sederhana, yaitu dengan cara membuat bak-bak pengendapan sebelum

    digunakan menjadi air pendingin, yaitu bertujuan untuk mengendapkan kandungan

    kandungan yang dapat membentuk korosi dan kerak. Dan untuk mengatasi masalah kerak

    yang sudah ada terbentuk dapat dilakukan dengan chemical cleaning terhadap sistem air

    pendingin mesin tersebut, yaitu dengan cara mensirkulasikan bahan kimia tertentu kedalarn

    system air pendingin secara kontinyu dalam waktu tertentu. Setelah dilakukan pembersihan

    kerak dengan chemical cleaning terhadap sistem air pendingin mesin tersebut, lalu gunakan

    air pendingin meiin dari hasil olahan.

    b) Vibrasi dan bising tinggi pada Turbocharger

    PLTD sering mengalami gangguan vibrasi dan bising tinggi pada turbocharger, sehingga

    daya mampu PLTD harus diturunkan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya

    adalah sbb :

    Blade turbin turbocharger banyak yang mengalami kerusakan, akibat terkena sepihan

    exhaust valve yang pecah.

    Bushing turbocharger mengalami over clearance.

    Solusi untuk mengantisipasi dan tindakan perbaikannya adalah melakukan reblading pada

    blade turbo yang mengalami kerusakan (gompal), atau mengganti dengan turbocharger yang

    baru. Bila hal tersebut dibiarkan maka dapat mengakibatkan kondisi turbocharger lebih fatal

    dan derating PLTD akan semakin besar, karena tenaga penggerak kompressor pengisap udara

    akan semakin kecil. Disamping itu bila blade yang telah gompal mengalami retak dan patah

    maka patahannya dapat membentur blade yang lain sehingga kondisinya dapat semakin buruk

    (parah).

    c) Pembakaran tidak sempurna

    Temperatur gas buang naik dan berwarna kehitaman, exhaust manifold membara dan terjadi

    suara detonasi letupan, ini merupakan indikasi derating yang dialami pada unit PLTD, hal ini

    disebabkan karena didalam ruang bakar (Cylinder Head) terjadi pembakaran tidak sempurna,

    masih ada sisa bahan bakar yang belum terbakar dan terbuang melalui gas buang (temperatur

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    21 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    gas buang tinggi) dan terbakar pada exhaust manifold. Beberapa faktor yang dapat

    menyebabkan terjadinya pembakaran tidak sempurna pada ruang bakar, diantaranya adalah :

    Filter udara kotor, sehingga menghambat udara masuk (O2) yang diperlukan untuk

    pembakaran, sehingga terjadi suara detonasi letupan.

    Temperatur udara luar panas sehingga kerapatan molekul oksigen merenggang atau

    Charge Air Cooler (CAC) tidak optimum.

    Pengabutan bahan bakar pada nozzle kurang baik sehingga tidak semua bahan bakar

    terbakar diruang bakar, sisanya yang tidak terbakar terbuang bersama gas buang dan

    terbakar pada exhaust manifold mengakibatkan exhaust manifold temperaturnya

    menjadi tinggi dan membara.

    Timing penginjeksian dari nok pompa bahan bakar kurang tepat, terjadi penggeseran /

    penundaan penginjeksian bahan bakar, akhir dari peng-injeksian terlambat hampir

    mendekati pembukaan exhaust valve, sehingga sebagian bahan bakar tidak terbakar

    dan ikut terbuang dan terbakar pada exhaust manifold mengakibatkan asap berwarna

    hitam.

    Adanya kebocoran air pada cylinder head dan masuk ke ruang bakar sehingga

    memperlambat proses pembakaran.

    Solusi untuk menanggulangi kejadian temperatur gas buang naik exhaust manifold membara

    dan suara detonasi letupan, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    Melaksanakan pemeliharaan / pembersihan pada filter udara masuk.

    Melaksanakan pemeliharaan pada sistem Cooler.

    Memperbaiki penyetelan timing injeksi bahan bakar.

    Memperbaiki pengabutan bahan bakar dari Nozzle Injector.

    Perbaiki kebocoran udara kompresi ( ring piston)

    Mengantisipasi kebocoran air pada ruang bakar.

    d) Bearing temperatur tinggi

    Bila bearing temperatur naik dari kondisi operasi normal dan secara keseluruhan bearing

    mengalami hal yang sama, hal ini dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu sistem pelumasan

    mengalami gangguan atau Lube Oil Temperatur naik karena menurunnya kemampuan sistem

    pendinginan mesin tersebut.

    Dapat juga terjadi karena tebal bearing yang terpasang lebih tebal dari bearing yang lain,

    sehingga clearance pada bearing tersebut terlalu kecil, berada pada batas minimum/normal

    clearance. Solusi untuk mengantisipasi dan tindakan perbaikannya adalah dilakukan

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    22 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    penurunan beban agar temperatur bearing tersebut tidak trip, dan pada saat pemeliharaan

    dilakukan penggantian bearing dengan ukuran yang sesuai.

    e) Degradasi material

    Degradasi adalah pengurangan atau menurunnya kegunaan (fungsi) material. Pada beberapa

    PLTD, pembebanan terpaksa dibatasi karena kondisi material telah mengalami degradasi,

    seperti kebocoran air pada cylinder head, exhaust valve, rocker arm aus dan retak yang

    dialami PLTD. Terjadinya kebocoran pada cylinder head, disebabkan oleh exhaust valve,

    rocker arm, dan silinder head yang seharusnya sudah diganti karena degradasi tetapi karena

    spare part pengganti belum tersedia, maka pembebanan pada PLTD harus diturunkan.

    Terjadinya degradasi pada exhaust valve, rocker arm, silinder head, camshaft, exhaust

    manifold dan pada komponen yang lain dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya :

    Keausan.

    Kelelahan material (fatique).

    Thermal cracking stress.

    Corosion.

    Deformasi.

    Disamping itu, degradasi material juga dipengaruhi deh pola operasi PLTD, bila pola

    operasinya PLTD sering start-stop atau PLTD sering black out, maka hal ini pun akan dapat

    mempercepat laju degradasi.

    Selain penyebab diatas, kebocoran air pada silinder head dapat juga disebabkan karena retak

    akibat kesalahan pemasangan, misalnya :

    Pengikatan baut cylinder head (valve houshing) tidak seimbang.

    Momen ikat baut tidak sesuai dengan instruksi buku manual.

    Solusi tindakan perbaikan bila penyebabnya degradasi material adalah mengganti dengan

    sparepart yang baru dengan spesifikasi yang sama. Tetapi bila penyebab kebocoran air pada

    silinder head adalah retak karena kesalahan pemasangan, maka solusi untuk

    mengantisipasinya adalah:

    Menjaga keseimbangan ikatan baut pengikat cylinder head.

    Besar momen ikatan harus disesuaikan dengm instruksi buku manual.

    Mengkalibrasi pressure gauge jika pengikatan baut menggunakan hidroulik pressure.

    Menjaga temperatur air pendingin pada JCW, tetap normal.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    23 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    f) Undersize Crankshaft

    Pada beberapa PLTD, bila crankshaftnya (crankpin journal atau main journal), telah di

    grinding undersize dengan ukuran undersize yang berbeda-beda, maka pihak manajemen

    PLTD mengoperasikan PLTD dengan pembebanan selalu lebih rendah dari pembebanan

    sebelum crankshaft di undersize, hal ini dilakukan karena ada kekhawatiran terhadap kondisi

    crankshaft akan patah. Berdasarkan buku panduan pemeliharaan mesin (PLTD) dan Service

    bulletin : ABC Engineering PTE Singapore, Grinding Techique Crankshaft, dan New Sulzer

    Diesel Undersize Bearings and Reconditioning of Crankshafts, tidak terdapat suatu kalimat

    yang menyatakan hubungan antara pengurangan diameter crankshaft (undersize) dengan

    penurunan daya mampu yang dibangkitkan, tetapi karena kekhawatiran tersebut maka pada

    pembebanan PLTD selalu dikurangi untuk menghilangkan kekhawatiran tersebut, maka perlu

    dikaji lebih mendalam hubungan antara pengurangan diameter crankshaft (undersize) dengan

    pengurangan beban.

    g) Jam operasi PLTD melewati jam pemeliharaan

    Berdasarkan buku standar pemeliharaan PLTD, SPLN No.20/SPLN/1976, jenis pemeliharaan

    PLTD telah ditetapkan berdasarkan jam operasinya, yaitu :

    Pemeliharaan Top Overhaul (TO), setelah jam operasi 6000 jam.

    Pemeliharaan Semi Overhaul (SO), setelah jam operasi 12000 jam.

    Pemeliharaan Major Overhaul (MO), setelah jam operasi 18000 jam.

    Pada setiap jenis pemeliharaan tersebut sudah pasti dilakukan pembersihan, penyetelan dan

    penggantian suku cadang (spare part) karena telah mengalami degradasr. Bila penggantian

    tidak dilakukan maka PLTD akan tetap mengalami derating. Sebagai solusinya dilakukan

    pemeliharaan TO, SO, dan MO tepat waktu, dan penggantian suku cadang yang telah

    mengalami degradasi, sehingga keandalan PLTD dan ketersediaan tenaga listrik tetap

    terjamin.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    24 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    IV Kesimpulan Dan Saran

    Dari hasil tinjauan data dan analisa, dapat disimpulkan bahwa penyebab derating pada PLTD

    adalah :

    a) Penurunan kemampuan sistem air pendingin mesin (penyebab yang paling dominan), hal

    ini disebabkan oleh salah satu atau beberapa hal, berikut ini :

    Rendahnya level coolant.

    Konduktivitas panas dalam jacket water menurun karena banyak deposit.

    Kerusakan pada thermostat, sehingga tidak dapat membuka.

    Buruknya aliran udara melalui radiator, mampet karena banyak kotoran.

    Motor radiator tidak berfungsi dengan baik.

    Kebocoran-kebocoran pada tube cooler radiator.

    Pompa air pendingin tidak befungsi dengan baik, dan lain sebagainya.

    b) Vibrasi dan bising tinggi pada turbocharger karena blade turbo banyak yang rusak

    (gompal) akibat benturan serpihan exhaust valve yang pecah dan bushing turbocharger

    mengalami over clearance.

    c) Pembakaran tidak sempurna, masih ada sisa bahan bakar yang belum terbakar dan

    terbuang melalui gas buang (temperatur gas buang tinggi) dan terbakar pada exhaust

    manifold.

    d) Clearance bearing terlalu kecil, sehingga menimbulkan temperatur bearing naik.

    e) Undersize crankshaft (crankpin journal dan atau main journal), yang telah mengalami

    undersize dengan ukuran yang berbeda-beda sehingga dikhawatirkan akan patah.

    f) Degradasi material, penurunan kemampuan atau fungsi material, sehingga memerlukan

    penggantian.

    g) Jam operasi PLTD sudah tinggi serta jam pemeliharaan terlewati dan ketidak-tersediaan

    sparepart pengganti. PLTD mengalami satu atau lebih penyebab dari pada butir (a) s/d (f)

    atau terjadi secara simultan.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    25 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    Saran

    Berdasarkan analisa dan kesimpulan di atas, untuk mengatasi terjadinya derating pada PLTD

    perlu dilakukan hal-hal berikut ini.

    a) Pada saat pemeliharaan Major Overhaul (MO), melakukan pemeliharaan pada sistem air

    pendingin secara komprehensif dan tidak ada yang terlewatkan.

    b) Melakukan pemeliharaan terhadap tube-tube cooler yang telah mengalami pengerakan

    dengan chemical cleaning atau sejenisnya.

    c) Menjaga kualitas air sistem pendinginan mesin yang dilengkapi sistem pengolah air

    dengan metode yang sesuai.

    d) Sebelum melakukan pemeliharaan, disiapkan spare part pengganti material yang telah

    mengalami degradasi.

    e) Memisahkan kebutuhan ketersediaan listrik dan kebutuhan pemeliharaan mesin sehingga

    jadwal pemeliharaan TO, SO maupun MO dapat dilakukan tepat waktu, tidak terlewati

    oleh jam operasi mesin (PLTD). Sering terjadi karena kebutuhan tenaga listrik kritis, jam

    operasi mesin melewati jam pemeliharaan, sehingga kerusakan mesin menjadi lebih

    parah dan bahkan setelah terjadi gangguan yang fatal baru dilakukan pemeliharaan,

    akibatnya waktu dan biaya pemeliharaan menjadi lebih tinggi.

    f) Perlu analisa kekuatan bahan terhadap crankshaft yang telah di undersize untuk

    membuktikan apakah crankshaft tersebut masih mampu pada beban penuh atau tidak.

  • Studi Kasus Tugas Belajar Semester II - 2013

    26 Yuliandra Syahrial Nurdin ST MT

    DAFTAR PUSTAKA

    Ir. Astu Pudjanarsa, MT, Prof. Ir. Djati Nursuhud, MSME, Mesin Konversi Energi,

    Andi Yogyakarta; 2006.

    Prof. Dr. Wiranto, Arismunandar, Koichi Tsuda, Motor Diesel Putaran Tinggi. Cetakan

    Kesepuluh, PT Pradnya Paramita, Jakarta; 2004.

    Drs. Boentarto, Mengatasi Kerusakan Mesin Diesel. Pustaka Pembangunan Swadaya

    Nusantara, Jakarta ; Puspa Swara, 2004.

    Garnida, PLTD dan Permasalahannya, Seminar Pembangkitan Tenaga Listrik Indonesia,

    PLN Kantor Pusat, 2002.

    Standar Jam Pemeliharaan PLTD, SPLN No. 20/SPLN/1976.

    Service Buletin : ABC Enginering PTE Singapore, Grinding Tshique Crankshafr,

    Wartsila Diesel (S) PTE. LTD, Singapore 2262, 1986.

    Service Buletin : New Sulzer Diesel Service Buletin, undersize Bearings and

    Reconditioning of Crankshaft, CH 8401 Wintefthur, Swizerland,1986.