Studi Kasus Yuni

80
LEMBAR PERSETUJUAN Laporan studi kasus yang disusun oleh Sriwahyuni Asih ini (060401010021) telah disetujui oleh dosen pembimbing pada tanggal... Desember 2009 Dosen Pembimbing Konselor Pamong Leny Latifah S.Pd, Kons Alief Nurhayu S.Pd NIP.195601231983032003 Mengetahui Kepala SMA Negeri 6 Malang Budi Prasetyo Utomo S.Pd, M.Pd NIP.196010101987031018 i

Transcript of Studi Kasus Yuni

Page 1: Studi Kasus Yuni

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan studi kasus yang disusun oleh Sriwahyuni Asih ini (060401010021)

telah disetujui oleh dosen pembimbing pada tanggal... Desember 2009

Dosen Pembimbing Konselor Pamong

Leny Latifah S.Pd, Kons Alief Nurhayu S.PdNIP.195601231983032003

Mengetahui

Kepala SMA Negeri 6 Malang

Budi Prasetyo Utomo S.Pd, M.PdNIP.196010101987031018

i

Page 2: Studi Kasus Yuni

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada praktikan sehingga dapat

menyelesaikan laporan studi kasus ini dengan baik. Serangkaian tugas yang

praktikan buat ini sebagai bekal untuk mempersiapkan diri menjadi konselor yang

profesional.

Dengan terselesaikannya laporan studi kasus ini praktikan mengucapkan

banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. F.I Soekarman, M.Pd selaku Kaprodi Bimbingan dan

Konseling yang bertanggung jawab dalam kegiatan akademik di Jurusan

BK.

2. Ibu Leny Latifah S.Pd, Kons selaku dosen pembimbing PPL II yang telah

sabar, telaten dan tidak bosan-bosannya meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan kepada praktikan dalam melaksanakan kegiatan

PPL II ini.

3. Bapak Budi Prasetyo Utomo S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 6

Malang yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada praktikan

untuk melaksanakan PPL II ini.

4. Bapak Drs. H. Slamet Mulyono selaku koordinator BK SMA Negeri 6

Malang yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada praktikan.

5. Ibu Alief Nurhayu S.Pd selaku konselor pamong yang telah membimbing

dan berbagi pengalaman dengan praktikan dalam menyelesaikan laporan

studi kasus ini.

ii

Page 3: Studi Kasus Yuni

6. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang senantiasa membantu dan

memberikan dukungan moril, motivasi dan materi sehingga praktikan

dapat menyelasaikan laporan studi kasus ini.

7. Saudara-saudaraku yaitu Mbak Erlin dan Adek ku Herel yang menjadi

motivator sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini.

8. Keluarga besarku yang tidak dapat praktikan sebutkan satu persatu yang

telah memberikan dukungan moril sehingga praktikan dapat

menyelesaikan laporan studi kasus ini.

9. “Mas Ibnul” yang berada jauh di sana yang telah memberikan motivasi

dan bersedia mendengarkan segala keluh-kesah praktikan.

10. Sahabatku Laila yang selalu menemani praktikan dalam keadaan suka

maupan duka sehingga praktikan bisa menyelesaikan laporan studi kasus

ini.

11. Teman-teman PPL BK yang senasib dan seperjuangan (Iril, Susi, Eka, Arif

dan Khotibin) yang selalu menemani dan membantu praktikan di sekolah.

Praktikan menyadari bahwa dalam penyusunan laporan studi kasus ini

masih jauh dari sempurna karena sebagai manusia yang tak lepas dari kesalahan.

Untuk itu praktikan berharap segala kritik dan saran yang sifatnya membangun

akan selalu praktikan nantikan.

Praktikan berharap semuga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi

praktikan khususnya dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di jurusan

bimbingan konseling pada umumnya.

Malang, Desember 2009

Praktikan

iii

Page 4: Studi Kasus Yuni

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL...................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Rasinoanal..............................................................................................1

B. Konfidensialitas......................................................................................2

C. Identifikasi kasus....................................................................................3

D. Gambaran keunikan kasus......................................................................7

BAB II GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS................................10

A. Gejala dan alasan pemilihan kasus......................................................10

B. Ancangan studi kasus..........................................................................12

BAB III PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN..............................14

A. Analisis.................................................................................................14

B. Sintesis.................................................................................................24

C. Diagnosis..............................................................................................26

D. Prognosis..............................................................................................30

BAB IV USAHA-USAHA BANTUAN...............................................................32

A. Usaha bantuan yang terlaksana............................................................32

B. Usaha bantuan yang belum terlaksana.................................................35

C. Usaha bantuan yang direncanakan.......................................................38

D. Usaha tindak lanjut (Follow up)...........................................................38

BAB V ANALISIS DAN BAHASAN..................................................................40

A. Analisis.................................................................................................40

B. Bahasan................................................................................................41

BAB VI PENUTUP..............................................................................................44

A. Kesimpulan..........................................................................................44

B. Saran.....................................................................................................45

DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN

iv

Page 5: Studi Kasus Yuni

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisa cek list kebiasaan belajar (study habit)……………………… 22

v

Page 6: Studi Kasus Yuni

LAPORANPROSES DAN HASIL PENYELIDIKAN KASUS

(STUDI KASUS)

Oleh:SRIWAHYUNI ASIHNPM. 060401010021

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANGFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Desember 2009

Page 7: Studi Kasus Yuni
Page 8: Studi Kasus Yuni

BAB I

PENDAHULUAN

A. RASIONAL

Studi kasus adalah suatu metode mempelajari sesorang secara

komprehensif artinya kegiatan ini menyeluruh, yang menyangkut berbagai aspek

pribadi individu dengan pendekatan yang multidimensional. Data yang diperoleh

dengan cara ini akan bermanfaat untuk mendiagnosa dan menentukan treatment

secara tepat dan memadai. Dengan kata lain studi kasus merupakan salah satu cara

untuk mempelajari seseorang secara mendalam untuk membantu penyesuaian diri

secara lebih baik. Pelaksanaan studi kasus diadakan dengan mengumpulkan data

secara lengkap, bersifat rahasia, dikerjakan secara terus menerus (continue),

secara ilmiah dan dilaksanakan dengan memperoleh data dari berbagai pihak.

Adapun tujuan pembahasan studi kasus adalah: (a) Untuk mengenal keadaan

individu yang bermasalah. (b) Untuk mengadakan interpretasi dan diagnosa

tentang tingkah laku individu sesuai dengan kasusnya. (c) Menentukan jalan

keluar dari masalah yang dihadapi individu.

Kegunaan studi kasus yaitu :

a. Mendorong seseorang untuk mengadakan evaluasi.

b. Dapat mengembangkan penyelidikan latar belakang individu.

c. Menekankan pendekatan yang diteliti dalam memecahkan masalah

individu.

d. Berguna untuk memecahkan masalah yang sulit dan kompleks.

Selain itu, studi kasus juga berguna untuk menetapkan jenis kesulitan atau

masalah individu. Dari penentu jenis kesulitan ini lebih lanjut akan dapat

1

Page 9: Studi Kasus Yuni

ditentukan jenis bantuan dan bimbingan yang perlu diberikan, yang akurat sesuai

dengan masalahnya.

Tujuan pembuatan laporan studi kasus ini juga memberikan kesempatan

kepada praktikan untuk memberikan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan

dalam usaha membantu kasus memecahkan masalah, sehingga diharapkan studi

kasus ini juga bermanfaat bagi kasus dan juga bagi praktikan yang kelak menjadi

seorang konselor yang profesional dan siap bekerja di lembaga manapun.

B. KONFIDENSIALITAS

Profesi konselor seperti halnya profesi social servis lain memiliki kode

etik jabatan yang harus ditaati dan dipegang terus oleh orang yang terus

memangku jabatan tersebut. Salah satu kode etik jabatan konselor dalam

kaitannya dengan data klien adalah konfidensial/kerahasiaan. Kerahasiaan suatu

data merupakan hal yang sangat penting dalam dunia bimbingan. Dan seperti

diketahui bahwa studi kasus ini mempelajari suatu kasus dalam rangka usaha

bantuannya yang melibatkan berbagai pihak. Oleh sebab itu untuk menjaga

berbagai kemungkinan akan masalah tersebut diatas oleh pihak yang tidak

bertanggung jawab, maka identitas klien, nama orang tua dan alamatnya dibuat

fiktif. Hal ini sesuai dengan dengan kode etik jabatan konselor yang berhubungan

dengan kegiatan professional yaitu pada Bab III Sub Bab Kegiatan profesional

Butir 1.1 yang berbunyi sebagai berikut :

“ Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing,

surat menyurat, perekaman dan data lainnya, semuannya merupakan informasi

yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Data

2

Page 10: Studi Kasus Yuni

tersebut dapat dipergunakan untuk riset atau pendidikan calon penyuluh asalkan

identitas klien direncanakan”. (Munandir, 1975).

Dalam pengambilan nama samaran ini bukan semata-mata berdasarkan

pertimbangan tertentu, melainkan hanya diambil secara kebetulan yang tidak

direncanakan. Maka apabila secara kebetulan ada kesamaannya dengan nama

orang tertentu, di luar kesengajaan. Dan masalah studi kasus ini tidak ada sangkut

pautnya dengan nama yang kebetulan sama tersebut.

C. IDENTIFIKASI KASUS

1. Proses menemukan kasus

Praktikan menemukan kasus ini awalnya mendapatkan informasi dari

teman sekelasnya yang melakukan konseling dengan praktikan, karena konseli

praktikan mempunyai masalah dengan siswa yang dijadikan studi kasus ini.

Praktikan merasa tertarik atas kasus yang dialami, oleh karena itu praktikan

menetapkan kasus tersebut dipilih sebagai subyek laporan. Selain itu praktikan

menemukan kasus ini berdasarkan pengamatan langsung di kelas pada saat

praktikan mengajar dan pada saat istirahat praktikan observasi ke kelasnya.

2. Identitas Konseli

a. Nama : Dedy (Fiktif)

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Tempat tanggal lahir : Malang, 25 April 1994

d. Golongan darah : -

e. Alamat : Jl. Simpang 105 Pakisaji

f. Sekolah : SMA Negeri 6 Malang

g. Angkatan/kelas : 2009/X-4

3

Page 11: Studi Kasus Yuni

h. Agama : Islam

i. Suku bangsa : Jawa

j Kewarganegaraan : Indonesia

k. Bahasa sehari-hari : Jawa

l. Hobi : -

m. Cita-cita : -

3. Lukisan tentang klien

a. Keadaan jasmani

a.1. Tinggi badan :162 cm

a.2 Berat badan : 45 kg

a.3. Bentuk badan : tegap

a.4. Warna kulit : hitam

a.5. Bentuk muka : oval

a.6. Rambut : lurus

b. Penampakan lahiriah

b.1. Ekspresi wajah : terlihat lesu tidak semangat

b.2 Lagai/perangai : kurang percaya diri

b.3. Pakaian : rapi

b.4. Suara : sedang

c. Keadaan kesehatan

c.1 Keadaan fisik : normal

c.2 Penglihatan : rabun

c.3. Pendengaran : baik

4

Page 12: Studi Kasus Yuni

c.4. Penyakit yang pernah diderita : alergi, cacar dan pernah

operasi

c.5 Kesempatan istirahat : cukup

c.6 Secara umum : baik

c.7 Gizi yang di konsumsi :

d. Keadaan keluarga

d.1 Nama ayah : Santoso (fiktif)

d.2 Umur : 46 tahun

d.3 Agama : Islam

d.4 Pekerjaan : Swasta

d.5 Pendidikan : SLTA/STM

d.6 Alamat : Jl. Simpang 105 Pakisaji

d.7 Nama Ibu : Aminah (fiktif)

d.8 Umur : 43 tahun

d.9 Agama : Islam

d.10 Pekerjaan : Ibu rumah tangga

d.11. Pendidikan : SLTP

d.12. Alamat : Jl. Simpang 105 Pakisaji

d.13. Nama Wali (laki-laki) : -

d.14. Umur : -

d.15 Agama : -

d.16 Pekerjaan : -

d.17 Pendidikan : -

5

Page 13: Studi Kasus Yuni

d.18 Alamat Wali : -

d.19 Hubungan dengan wali : -

d.20 Nama Wali (perempuan) : -

d.21 Umur : -

d.22 Agama : -

d.23 Pekerjaan : -

d.24 Pendidikan : -

d.25 Alamat Wali : -

d.26 Hubungan dengan wali : -

d.27 Jumlah saudara : 2

d.28 Sikap dominan : -

d.29. Sikap orang tua terhadapnya : keras dan sering marah-

marah

d.30 Hubungan dalam keluarga : kurang dekat dengan ayah

d.31 Fasilitas sekolah : cukup memadai

e. Keadaan sosial ekonomi

e.1. Keadaan tempat tinggal-letak : di tengah kampung

e.1. Status tinggal : rumah sendiri

e.3. Penghasilan orang tua/wali : tidak tetap

f. Keadaan di sekolah

f.1. Di dalam kelas : - pendiam

- kadang-kadang

mendengarkan musik

- terlihat sedih

6

Page 14: Studi Kasus Yuni

f.2. Sikap terhadap guru : sopan

f.3. Sikap terhadap konselor : sopan

f.4. Sikap terhadap teman : baik terhadap teman

akrabnya, acuh tak acuh

kepada teman lain, apabila

tidak suka terhadap teman

senangnya bermusuhan

tidak mau bertegur sapa dan

kata-katanya sering

menyinggung perasaan

f.5. Kegiatan waktu istirahat : Di dalam kelas tidak pernah

ke kantin

f.6. Kegiatan ekstra : -

f.7. Prestasi/sikapnya : prestasinya cukup

g. Rencana Masa Depan

g.1. Rencana pendidikan : ingin masuk jurusan IPA

dan ingin menjadi insinyur

g.2 Rencana pekerjaan : -

g.3. Rencana orang tua : -

D. GAMBARAN KEUNIKAN KASUS

1. Penampilan fisik

Konseli memiliki postur tubuh yang sedang, tinggi badan 162 cm dan

berat badannya 45 kg. Warna kulitnya hitam, bentuk muka oval, mata agak sipit,

7

Page 15: Studi Kasus Yuni

rambutnya lurus dengan potongan rapi. Penampilannya sederhana dengan pakaian

rapi baju selalu dimasukkan ke dalam. Bila sedang berjalan kelihatan sedang

memikirkan sesuatu, ekspresi wajah tampak sedih, tertekan dan tidak ceria seperti

teman-temannya yang lain.

2. Penampilan psikis

Konseli sering menunjukkan sikap pendiam, tapi kadang-kadang ketika

pelajaran sedang berlangsung dia ikut tertawa kalau teman-temanya tertawa

meskipun tertawanya itu di buat-buat, dia berusaha menutupi keadaan dirinya

seakan-akan tidak ingin orang lain tahu tentang keadaan dirinya dan masalahnya.

Teman yang dekat dengan dia hanya itu-itu saja. Konseli kelihatan tertutup dan

kurang percaya kepada orang yang baru di kenalnya.

Jika tidak ditanya konseli diam saja, apabila ditanya jawabnya pendek-

pendek saja, pandangan matanya sayu. Pada saat istirahat konseli pergi ke

mushola untuk sholat dhuhur karena untuk kelas X masuknya sore, apabila selesai

sholat konseli kembali ke kelas, konseli tidak pernah pergi ke kantin, terkadang

konseli berkumpul dengan temannya di kelas. Sikap positif yang terlihat dari

konseli adalah konseli orang yang patuh pada peraturan, sopan terhadap guru dan

menepati janji. Tingkah laku sosial konseli baik dengan teman-temannya, tetapi

apabila konseli pernah di sakiti oleh temannya apalagi dengan teman cewek yang

disukai konseli akan bermusuhan dan tidak mau bertegur sapa.

3. Keadaan keluarga

Konseli anak ke-1 dari 2 bersaudara putra pak santoso dengan istri

keduanya yaitu ibu aminah, adiknya bernama dino pendidikan SD, kemudian

konseli mempunyai kakak tiri dari istri pertama ayahnya yang bernama dinda

8

Page 16: Studi Kasus Yuni

pendidikan SMK. Pekerjaan pak santoso swasta dan ibu aminah sebagai ibu

rumah tangga. Konseli tinggal bersama ayah, ibu kandung dan adiknya sedangkan

ibu tiri dan kakak tirinya tidak tinggal serumah. Keadaan ekonomi keluarga

konseli saat ini sedang mengalami masalah ayahnya yang mempunyai usaha

billiard dan wartel bangkrut.

9

Page 17: Studi Kasus Yuni

BAB II

GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS

A. GEJALA

Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi ditemukan bahwa

konseli pada saat istirahat tidak pernah pergi ke kantin konseli hanya berdiam diri

di kelas terkadang berkumpul dengan teman-temannya. Konseli kelihatan murung

dan tidak bersemangat, pada saat berjalan konseli kelihatan sedang memikirkan

sesuatu dengan pandangan mata sayu. Konseli pergi ke sekolah dengan jalan kaki

sedangkan rumahnya jauh di pakisaji. Dari hasil pengamatan guru fisika konseli

selalu hadir pada saat pelajaran, nampaknya mempunyai minat yang besar

terhadap pelajaran, apabila diajukan pertanyaan konseli menjawab tetapi salah,

untuk kegiatan-kegiatan pelajaran di kelas konseli kadang-kadang berpartisipasi

dan kemajuan belajarnya apabila dibandingkan dengan yang dulu tetap saja. Dari

hasil pengamatan guru matematika konseli selalu hadir pada saat pelajaran, pada

saat pelajaran berlangsung konseli tidak pernah mengajukan pertanyaan, apabila

diajukan pertanyaan dari guru matematika konseli menjawab tetapi salah dan

apabila guru matematika mengajar konseli berbicara sendiri dengan teman-

temannya. Konseli merupakan anak pendiam, tertutup dan tidak mudah percaya

kepada orang yang baru dikenal.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui konseling individu konseli

mengemukakan keluhan-keluhan:

1. Konseli mempunyai masalah dengan ayah kandungnya karena ayahnya

sering marah-marah.

10

Page 18: Studi Kasus Yuni

2. Konseli mempunyai masalah keluarga yaitu keadaan ekonominya

rendah, ayahnya bekerja di pabrik gula dan ibunya sebagai ibu rumah

tangga.

3. Ayah konseli mempunyai usaha billiard dan wartel tetapi bangkrut.

4. Keluraga konseli mempunyai banyak hutang.

5. Konseli belum membayar uang SPP selama 5 bulan dan konseli tidak

tahu bagaimana caranya konseli menbayar uang SPP.

6. Konseli sering bertengkar dengan adiknya di rumah.

Berdasarkan hasil observasi, pengamatan guru dan hasil rekaman

konseling praktikan mencoba mengklasifikasikan problem bahwa, anak tersebut

dapat diperkirakan mengalami masalah keluarga, masalah pribadi dan masalah

belajar.

B. ALASAN PEMILIHAN KASUS

Dari gejala yang nampak, maka jelaslah bahwa konseli memang

memerlukan bantuan yang bersifat terus-menerus (continue) untuk menyelesaikan

masalahnya sehingga praktikan mengangkat masalah konseli untuk dijadikan studi

kasus, karena masalah konseli yang dihadapi konseli sangat kompleks. Dikatakan

kompleks karena konseli mengalami masalah keluarga yang ayahnya sering

marah-marah, keadaan ekonomi keluarga yang rendah, sering bertengkar dengan

adiknya, ayahnya yang mempunyai istri 2 sehingga mempengaruhi masalah

belajar dan masalah pribadinya konseli merasa takut, tertutup, tidak percaya

kepada orang lain dan mengganggu psikisnya konseli merasa tertekan atas

perlakuan ayahnya yang keras, ayahnya bersikap seperti itu karena trauma waktu

mudanya jadi ayahnya tidak ingin konseli seperti ayahnya.

11

Page 19: Studi Kasus Yuni

Dari gejala tersebut jelas bahwa konseli harus segera dibantu dan

diperhatikan lebih khusus agar konseli dapat segera menyelasikan masalahnya.

Jika tidak segera dibantu di khawatirkan akan menghambat proses belajar dan

proses sosialisasi konseli.

C. ANCANGAN STUDI KASUS

Menggunakan ancangan klinis dengan model trait and factor, langkah-

langkahnya adalah analisis, sintesis, diagnosis dan prognosis di lanjutkan dengan

treatment dan follow up. Alasan penggunaan ancangan ini adalah asumsi dasar

pertama dalam konseling trait and faktor bahwa tingkah laku manusia dapat

diatur dan diukur oleh karena itu pengukuran merupakan elemen pokok dalam

konseling trait and factor. Secara lebih rinci, konseling ini di dasarkan sejumlah

asumsi yang diambil dari tradisi psikologi diferensial yaitu:

a. Individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dalam berbagai

aspek prilakunya.

b. Dalam keterbatasan faktor genetik, tingkah laku dapat diubah dan

diubah dalam batas-batas fungsi organisme dan lingkungan.

c. Ciri-ciri tingkah laku individu cukup konsisten sehingga

memungkinkan dilakukan generalisasi dalam mendeskripsikan tingkah

laku dari waktu ke waktu.

d. Tingkah laku individu merupakan hasil dari statusnya sekarang

pengalaman-pengalaman dan seting sosial dan fisik.

e. Tingkah laku manusia dapat di konseptulisasikan atas dasar abilitas,

kepribadian pada umumnya dan temperamen serta motivasi.

12

Page 20: Studi Kasus Yuni

f. Konflik sosial dan intrapersoanal di perlukan dan tidak dapat dielakkan

dan dapat bersifat konstruktif maupun destruktif.

Dua konsep utama dalam pendekatan konseling ini adalah trait and factor.

Trait merupakan kategori yang diguanakan untuk mendeskripsikan perbedaan

individu dalam hal tingkah laku. Untuk melihat trait digunakan analisis factor dari

hasil tes individu diharapkan menjadi sumber pemahaman mengenai trait. Analisis

factor dikembangkan sebagai alat menentukan bagaimana trait mencukupi untuk

mengenali keserupaan dan perbedaan individu.

13

Page 21: Studi Kasus Yuni

BAB III

PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN

A. ANALISIS DATA

Analisis merupakan langkah awal konseling trait and factor yang di

maksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang diri konseli dan latar

kehidupannya. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk memperoleh

pemahaman tentang diri konseli sehubungan dengan syarat-syarat yang di

perlukan untuk memperoleh penyesuaian diri baik untuk masa sekarang maupun

yang akan datang. Berikut ini instrument pengumpulan data yang digunakan

praktikan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang konseli.

a. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

dan bertujuan untuk mengetahui segala aktifitas konseli tanpa sepengetahuan

konseli. Hal ini dilakukan agar tingkah laku konseli yang diamati adalah tingkah

laku yang sebenarnya dan bukan dibuat-buat.

Dari hasil observasi menunjukkan bahwa dalam kesehariannya konseli

pada saat berangkat ke sekolah jalan kaki sedang rumahnya jauh di pakisaji kira-

kira 15 km. Selama mengikuti pelajaran dikelas konseli mendengarkan dan

memperhatikan tetapi terkadang tidak menghiraukan konseli bercanda dengan

temannya sambil mendengarkan musik dan konseli duduknya sering pindah-

pindah. Konseli kurang berpartisipasi di kelas jarang bertanya kepada guru, jika

diberi pertanyaan menjawab tetapi salah. Pada saat jam istirahat konseli pergi ke

mushola untuk sholat dhuhur, setelah itu konseli kembali ke kelas, konseli tidak

14

Page 22: Studi Kasus Yuni

pernah pergi ke kantin bersama teman-temannya untuk membeli makanan kecil

setiap hari konseli pada saat istirahat selalu seperti itu.

b. Wawancara

1. Wawancara dengan konseli

Dalam proses wawancara praktikan menciptakan suasana yang bebas,

terbuka dan akrab agar konseli dapat dengan bebas dan terbuka dalam

memberikan keterangan.

Dari hasil wawancara banyak data penting yang diperoleh yaitu:

Konseli tinggal bersama ayah, ibu dan adik kandungnya.

Konseli anak ke-1 dari 2 bersaudara yang sekandung.

Konseli mempunyai kakak tiri dari istri pertama ayahnya.

Konseli mempunyai masalah dengan ayah kandungnya karena ayahnya

sering marah-marah.

Konseli mempunyai masalah keluarga yaitu keadaan ekonominya rendah,

ayahnya bekerja di pabrik gula dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Ayah konseli mempunyai usaha billiard dan wartel tetapi bangkrut karena

di guna-guna tetangganya.

Keluarga konseli mempunyai banyak hutang.

Konseli belum bayar uang SPP selama 5 bulan.

Konseli sering bertengkar dengan adiknya di rumah.

Hubungan konseli dengan ayahnya kurang akrab, konseli lebih senang

diam kalau tidak ditanya.

Konseli tidak bertegur sapa dengan ayahnya kalau tidak ada kepentingan.

15

Page 23: Studi Kasus Yuni

Dalam pergaulannya dengan teman konseli memilki 1 teman akrab

dikelasnya

Dalam pergaulannya dengan lawan jenis konseli tidak pernah berpacaran

mulai dari SMP tapi konseli mengatakan, kalau konseli menyukai salah

satu teman cewek dikelasnya.

Riwayat pendidikan:

o TK A.Yani masuk tahun 1998 dan lulus tahun 2000

o SDN Genengan 01 masuk tahun 2000 dan lulus tahun 2006

o SMPN 4 Kepanjen masuk tahun 2006 dan lulus tahun 2009

2. Wawancara dengan guru bidang studi

Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan guru-guru bidang studi

diperoleh data bahwa konseli selalu hadir pada saat pelajaran berlangsung, tetapi

konseli tidak pernah mengajukan pertanyaan dan jika ditanya menjawab tetapi

salah dan jawabnya singkat-singkat saja. Meskipun demikin nilai konseli masih

tergolong rata-rata kelas.

c. Daftar Cek Masalah (DCM)

Dari daftar cek masalah yang diisi oleh konseli, maka diperoleh data antara

lain:

1. Gejala masalah kesehatan

a. Konseli pernah di operasi

b. Merasa lelah dan tidak bersemangat

c. Penglihatan konseli kurang

Dari 20 masalah kesehatan yang tercantum dalam DCM, konseli

mengalamai 3 masalah dengan presentase 3/20 x 100% = 15%

16

Page 24: Studi Kasus Yuni

2. Gejala masalah keadaan penghidupan

a. Uang saku saya kurang mencukupi

b. Kekurangan buku karena tidak mampu membeli

c. Tidak tahu bagaimana cara menambah dana untuk biaya sekolah

d. Saya sering pinjam uang

e. Uang sekolah saya sering tidak terbayar

f. Sering berjalan kaki ke sekolah sedang rumah jauh

g. Uang sekolah saya terlalu tinggi

h. Mengharapkan dapat beasiswa

Dari 20 masalah keadaan penghidupan yang tercantum dalam DCM,

konseli mengalami 8 masalah dengan persentase 8/20 x 100% = 40%

3. Gejala masalah rekreasi dan hoby

a. Hoby olahraga saya (renang, Voli, basket, tennis, fitness/aerobic

dll) tidak tersalurkan karena dihalangi orang tua

b. Saya tidak pernah berekreasi karena tidak ada waktu

c. Hoby olahraga saya (renang, Voli, basket, tennis, fitness/aerobic

dll) tidak tersalurkan karena fasilitas/biaya kurang mendukung

d. Hoby olahraga saya menyita waktu belajar saya

Dari 20 masalah keadaan rekresai dan hoby yang tercantum dalam

DCM, konseli mengalami 4 masalah dengan persentase 4/20 x 100%

= 20%

4. Gejala masalah kehidupan social kegiatan berorganisasi

a. Sering gagal dalam usaha mencari kawan

b. Merasa tidak disenangi oleh kawan-kawan di sekolah

17

Page 25: Studi Kasus Yuni

c. Terlalu aktif dalam organisasi

d. Sukar dalam menyesuaikan diri

e. Takut bergaul dengan kawan yang menjabat sebagai pengurus

organisasi

f. Tidak pernah menjadi pemimipin

g. Bingung bila berhadapan dengan orang banyak

h. Sukar dalam menerima kekalahan

i. Mudah merasa malu

j. Mudah marah

k. Sering tidak sabar

Dari 20 masalah kehidupan social kegiatan berorganisasi yang

tercantum dalam DCM, konseli mengalami 11 masalah dengan

presentase 11/20 x 100% = 55%

5. Gejala masalah hubungan pribadi

a. Tidak bergaul dengan orang yang tingkat social ekonominya tinggi

b. Sukar bergaul dengan lawan jenis

c. Sering mersas iri hati

d. Sering merasa curiga terhadap orang lain

e. Sering menyesali diri

f. Merasa tidak mempunyai harapan

g. Saya ingin sekali dikagumi

h. Saya mempunyai kebiasaan jelek

i. Saya ingin hidup tenang

j. Saya tidak mempunyai teman akrab

18

Page 26: Studi Kasus Yuni

k. Saya merasa diri saya tidak sebaik orang lain

Dari 20 masalah hubungan pribadi yang tercantum dalam DCM,

konseli mengalami 11 masalah dengan persentase 11/20 x 100% =

55%

6. Gejala masalah muda-mudi

a. Sering melamun memikirkan si dia

b. Saya kesepian karena belum mempunyai pacar

c. Iri melihat kawan-kawan berpasangan

d. Sering bertepuk sebelah tangan

e. Dilarang berpacaran oleh orang tua

f. Saya bersikap terbuka terhadap pacar saya

Dari 20 masalah muda-mudi yang tercantum dalam DCM, konseli

mengalami 6 masalah dengan persentase 6/20 x 100% = 30%

7. Gejala masalah kehidupan keluarga

a. Sering bertengkar dengan kakak/adik

b. Mata pencaharian keluarga di rumah mengganggu konsentrasi

belajar

Dari 20 masalah kehidupan keluarga yang tercantum dalam DCM,

konseli mengalami 2 masalah dengan persentase 2/20 x 100% = 10%

8. Gejala masalah agama dan moral

a. Sering berdusta atau tidak jujur

b. Sopan dan santun lebih berharga bagi saya

c. Saya merasa berdosa sekali

19

Page 27: Studi Kasus Yuni

Dari 20 masalah agama dan moral yang tercantum dalam DCM,

konseli mengalami 3 masalah dengan persentase 3/20 x 100% = 15%

9. Gejala masalah penyesuaian terhadap sekolah

a. Pribadi seorang guru menyebabkan pelajarannya tidak saya

perhatikan

b. Di sekolah tidak dapat memusatkan perhatian

c. Saya merasa dibenci oleh kawan-kawan saya di sekolah

d. Sering tidak dapat menyelesaikan tugas sekolah

e. Catatan pelajaran tidak lengkap dan tidak teratur

Dari 20 masalah penyesuaian terhadap sekolah yang tercantum dalam

DCM, konseli mengalami 5 masalah dengan persentase 5/20 x 100% =

25%

10. Gejala masalah masa depan dan cita-cita pendidikan/jabatan

a. Kuatir tidak dapat mandiri kelak

b. Kuatir tidak diterima di perguruan tinggi

c. Ingin mengetahui bakat dan kemampuan saya

d. Cita-cita saya tidak sesuai dengan kemampuan saya

e. Ingin melanjutkan sekolah tetapi tidak ada biaya

f. Belum mempunyai cita-cita tertentu

g. Tidak ada orang yang membantu mengenali cita-cita

h. Cita-cita selalu goyah

i. Sekolah tidak menjamin masa depan saya

20

Page 28: Studi Kasus Yuni

Dari 20 masalah penyesuaian terhadap sekolah yang tercantum dalam

DCM, konseli mengalami 9 masalah dengan persentase 9/20 x 100% =

45%

11. Gejala masalah penyesuaian terhadap kurikulum

a. Enggan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler

b. Sukar mendapatkan buku-buku pelajaran

c. Saya sering mendapat angka rendah

d. Sukar menangkap dan mengikuti pelajaran matematika atau fisika

e. Sering kuatir kalau-kalau mendapat giliran

f. Sering mendapat kesukaran dalam menyelesaikan tugas pelajaran

rumah

g. Sukar mempelajari ilmu kimia dan biologi

h. Sering kesulitan untuk memahami soal-soal ulangan

i. Tugas-tugas kurikuler/PR terlalu berat

j. Cara guru mengajar terlalu cepat

Dari 20 masalah penyesuaian terhadap kurikulum yang tercantum

dalam DCM, konseli mengalami 10/20 x 100% = 50%

Dari daftar cek masalah yang dilancarakan diperoleh hasil bahwa

permasalahan konseli yang terbesar adalah masalah kehidupan sosial kegiatan

berorganisasi (55%) dan masalah hubungan pribadi (55%), gejala masalah

penyesuaian terhadap kurikulum (50%), gejala masalah masa depan dan cita-cita

pendidikan/jabatan (45%), gejala masalah keadaan penghidupan (40%), gejala

masalah muda-mudi (30%), gejala masalah penyesuaian terhadap sekolah (25%),

gejala masalah rekreasi dan hoby (20%), gejala masalah kesehatan (15%), gejala

21

Page 29: Studi Kasus Yuni

masalah agama dan moral (15%), dan yang terkecil adalah masalah kehidupan

keluarga (10%).

d. Sosiometri

Sosiometri adalah alat yang digunakan untuk meneliti struktur sosial

sekelompok individu dengan dasar penelahaan terhadap relasi sosial, status sosial

dari masing-masing anggota kelompok yanhg bersangkutan.

Dari hasil analisis sosiometri yang sudah dilancarkan dengan kriteria

teman yang paling di sukai, konseli ada yang memilih. Teman yang memilihnya 1

orang yaitu teman akrab konseli sendiri. Dari tabel sosiometri dapat terlihat bahwa

konseli tidak terisolir. Konseli dapat bekerja sama tetapi hanya bisa bekerja sama

dengan teman-teman yang dekat dengannya saja/kelompoknya saja. (Lampiran)

e. Cek list kebiasaan belajar (study habit)

Tabel 3.1

Analisa cek list kebiasaan belajar (study habit)

AspekNegatif Positif

Jumlah Persentase Jumlah Persentase16 28,6 2 4

Dari hasil ananlisis cek list kebiasaan belajar (study habit) diperoleh data

bahwa konseli belajar kalau ada ulangan saja. Konseli tidak mempunyai daftar

waktu untuk belajar di rumah. Konseli tidak bisa tidur siang, karena untuk kelas X

masuknya jam 11.30. Konseli biasanya mempelajari bahan-bahan pelajaran yang

sulit terlebih dahulu, kemudian mempelajari yang mudah. Konseli tidak

merencanakan bahan apa yang harus di pelajari. Orang tua konseli menentukan

bidang studi/jurusan yang diambil. Ada beberapa pelajaran yang konseli sulit

pahami. Konseli sulit mengikuti sistem di sekolahnya dan tidak mengerti sistem

22

Page 30: Studi Kasus Yuni

pendidikan di sekolahnya. Alat-alat belajar selalu tidak tercukupi dan tidak

mampu membeli. Uang SPP selalu mengganggu belajar konseli karena belum

membayar. Orang tua/wali konseli kadang-kadang memperhatikan penggunaan

waktu belajar konseli. Konseli belajar bila mendapat teguran atau perintah dari

orang tuanya. Buku-buku pelajaran dan catatan konseli tidak lengkap. Konseli

tidak pernah membaca buku-buku di perpustakaan. Konseli jarang bertanya

kepada ibu/bapak guru. Konseli sering bertanya kepada teman tentang pelajaran.

Konseli belajar pada malam harinya sekitar 3 jam, belajar dimulai pukul 19.00 s/d

21.00.

Dari hasil cek list kebiasaan belajar (study habit) dapat disimpulkan bahwa

cara belajar konseli masih rendah. Konseli kurang aktif di dalam kelas untuk

bertanya atau menyampaikan pendapatnya. Fasilitas belajar konseli tidak

memadai karena orang tua konseli tidak mampu membeli. Uang SPP konseli

menggangu belajar konseli, karena konseli tidak tahu bagaimana caranya

melunasi uang SPP. (Lampiran)

f. Tes Who Am I

Test who Am I adalah suatu tenik pengumpulan data yang bertujuan untuk

membantu konseli mengetahui tentang siapa diri konseli, kelebihan dan

kekurangannya. Berdasarkan interpretasi test Who Am I dapat di peroleh data

bahwa konseli merasa sanggup membuat rencana yang baik (di dalam sekolah,

diluar sekolah, dalam permainan/tugas). Konseli merasa bukan seorang pemimpin

yang baik dalam beberapa bidang. Konseli juga orang yang segan bermain-main

bersama dengan teman-teman sekelompoknya. Konseli juga merasa bahwa dirinya

adalah seorang yang selalu merusak, melanggar peraturan sekolah maupun

23

Page 31: Studi Kasus Yuni

pergaulann. Konseli adalah seorang yang mudah untuk mengerti sesuatu (sesuatu

yang berhubungan dengan persoalan di sekolah maupun sesuatu yang

berhubungan dengan persoalan di luar sekolah). Konseli merasa bukan seorang

yang selalu bekerja untuk kepentingan kelas atau kelompok dan teman. Konseli

adalah seorang yang sulit untuk mendapatkan kawan, sukar untuk bergaul dengan

mereka. Konseli juga merasa tidak bahagia, tidak ada seorangpun yang dapat

membuat konseli gembira. Konseli merasa sukar untuk mengemukakan pendapat,

sehingga tidak seorangpun dapat mengerti pendapat konseli. Konseli bukan

seorang yang populer di kelompoknya. Konseli merasa dirinya yang paling

menurut dikelompoknya. Konseli merasa dirinya adalah seorang yang selalu

mempunyai ide-ide baik, menyenangkan dalam aktifitas pergaulan mapun

pelajaran. Konseli juga merasa dirinya adalah seorang yang kejam terhadap

teman-teman lain terutama teman yang kecil. Konseli adalah seorang yang tidak

mempunyai banyak teman.

Berdasarkan interpretasi test who am I dengan skor 25,5 dapat

disimpulkan bahwa konseli termasuk orang yang berkepribadian cukup optimis,

agak menyenangkan dan cukup percaya pada diri sendiri. (Lampiran)

B. SINTESIS

Sintesis merupakan usaha merangkum, menggolong-golongkan serta

menghubung-hubungkan data yang telah di kumpulkan sehingga tergambarkan

keseluruhan pribadi konseli. Gambaran kelebihan dan kelemahan konseli akan di

lukiskan pada tahap ini. Dari data yang telah berhasil dikumpulkan dan dengan

mengaitkan seluruh data yang relevan dengan masalah konseli, dapat disimpulkan

bahwa konseli adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara yang sekandung dan anak ke-2

dari saudara tiri karena ayahnya mempunyai istri 2, sedangkan ibu kandung

24

Page 32: Studi Kasus Yuni

konseli adalah istri ke-2 ayahnya yang berasal dari keluarga dengan status

ekonomi yang kurang.

Konseli tinggal dengan ayah, ibu dan adik kandungnya, sedangkan ibu tiri

dan kakak tirinya tidak tinggal serumah. Hubungan anggota keluarga dirumah

biasa saja. Orang tuanya jarang mengawasi konseli dalam belajar. Hubungan

konseli dengan ayahnya kurang akrab, konseli di rumahnya jarang bersenda gurau

dengan ayahnya, konseli merupakan anak yang pendiam.

Kebiasaan membaca majalah, koran, setelah pulang sekolah adalah sisi

yang positif dari konseli, hanya saja terkadang ia lupa terhadap waktu belajarnya

dan alangkah baiknya kalau yang dibaca itu adalah buku-buku pelajaran. Selain

itu sisi positif yang dimiliki konseli adalah konseli merupakan anak yang

menepati janji, patuh terhadap guru dan mempunyai keinginan untuk tetap

bersekolah walaupun tidak tahu bagaimana caranya melunasi uang SPP. Kegiatan

dirumah pun tidak teratur, konseli lebih suka menghabiskan waktunya di dalam

kamar, ia pendiam (tidak akan bersuara jika tidak ditanya dan jawabannya

pendek-pendek).

Kemampuan konseli hanya tingkat rata-rata sedang, konseli juga sering

kali tidak dapat memusatkan perhatiannya saat pelajaran berlangsung didalam

kelas, ia selalu khwatir jika tiba-tiba harus disuruh guru untuk maju didepan kelas.

Konseli merupakan anak yang tertutup dan tidak mudah percaya kepada orang

yang baru dikenalnya.

Konseli merasa sulit bekerja sama dengan orang-orang baru. Dia hanya

dapat bekerja sama dengan teman-teman satu kelompoknya saja. Dengan kata lain

intensitas pergaulannya dengan teman sangat rendah jika dibandingkan dengan

25

Page 33: Studi Kasus Yuni

tingkat usianya. Disekolah konseli juga sering terlihat sendirian di dalam kelas

saat jam istirahat, ia hanya duduk di bangkunya. Konseli tidak pernah pergi

kekantin bersama teman-temannya. Konseli tidak pernah mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler di sekolahnya. Selama mengikuti pelajaran, konseli juga lebih

banyak berdiam diri, kadang acuh tak acuh dan tidak pernah mengajukan

pertanyaan.

Mengenai cita-cita dan harapan masa depan, konseli masih belum

mempunyai cita-cita karena konseli merasa tidak mempunyai biaya untuk

melanjutkan sekolah. Pada saat kelas XI nanti konseli ingin masuk di jurusan IPA

meskipun konseli mengalami kesulitan di pelajaran matematika dan fisika. Dari

tabel sosiometri terlihat bahwa konseli tidak terisolir dalam pemilihan teman yang

disukai. Yang memilih konseli 1 orang yaitu teman akrabnya. Sedangkan dari

daftar cek masalah diketahui gejala masalah yang menonjol atau paling besar

persentasenya adalah gejala masalah kehidupan sosial kegiatan berorganisasi

(55%) dan masalah hubungan pribadi (55%), gejala masalah penyesuaian terhadap

kurikulum (50%).

C. DIAGNOSIS

Diagnosis merupakan langkah menarik simpulan logis mengenai masalah-

masalah yang di hadapi konseli atas dasar gambaran pribadi konseli hasil analisis

dan sintesis. Pada tahap ini dilkukan 2 kegiatan yaitu mengindetifikasi masalah,

merumuskan sumber-sumber penyebab masalah (etiologi).

1. Identifikasi masalah

Pada tahap ini masalah diklasifikasikan data yang telah diperoleh, adapun

masalah yang sedang dialami konseli antara lain:

26

Page 34: Studi Kasus Yuni

a. Gejala masalah keluarga

Konseli merasa tertekan dan tidak bahagia atas perlakuan kedua orang

tuanya yang keras, apalagi ayahnya yang sering marah-marah kepada

konseli membuat konseli takut untuk berbicara dengan ayahnya. Konseli

sering bertengkar dengan adik kandungnya, apalagi ayah konseli

mempunyai istri 2, ibu konseli merupakan istri keduanya, sedangkan dari

istri pertamanya mempunyai 1 anak perempuan yang menjadi kakak tiri

konseli. Hubungan konseli dengan kakak tirinya juga tidak akrab, karena

konseli merasa takut kepada kakak perempuannya.

b. Gejala masalah kehidupan ekonomi

Konseli berasal dari keluarga yang keadaan ekonominya rendah, ayah

konseli mempunyai usaha billiard dan wartel tetapi sekarang bangkrut

kemudian ayah konseli bekerja di pabrik gula dan ibunya sebagai ibu

rumah tangga. Konseli sudah 5 bulan belum membayar uang SPP dan ini

sangat berpengaruh terhadap belajar konseli. Konseli tidak tahu bagaiman

cara melunasi uang SPP sedangkan konseli tetap ingin bersekolah.

Konseli mengharapkan mendapat beasiswa. Konseli pergi ke sekolah

dengan jalan kaki sedang rumah jauh di pakisaji kira-kira 15 km, konseli

tidak naik len karena tidak mempunyai uang apalagi uang untuk bayar len

uang saku saja dia tidak punya. Konseli kadang-kadang ikut temannya

kalau secara tidak sengaja bertemu di jalan.

c. Gejala masalah kehidupan sosial kegiatan berorganisasi

Konseli merasa tidak disenangi oleh teman-temannya di sekolah, sukar

dalam menyesuaikan diri. Konseli mersasa takut bergaul dengan teman

27

Page 35: Studi Kasus Yuni

yang menjabat sebagai pengurus organisasi. Konseli juga bingung bila

berhadapan dengan orang banyak, sukar dalam menerima kekalahan, tidak

pernah menjadi pemimpin. Konseli juga mudah merasa malu, mudah

marah, dan sering tidak sabar.

d. Gejala masalah hubungan pribadi

Konseli merasa kurang percaya diri untuk bergaul dengan teman yang

tingkat sosial ekonominya tinggi. Konseli sukar bergaul dengan teman

lawan jenisnya meskipun sekarang konseli menyukai teman 1 kelasnya

tetapi konseli tidak pernah mengutarakan perasaannya. Konseli ingin

sekali di perhatikan oleh teman yang disukainya itu. Konseli juga sering

merasa iri hati, curiga terhadap orang lain. Konseli sering menyesali diri,

merasa tidak mempunyai harapan. Konseli ingin sekali dikagumi dan

konseli ingin hidup tenang.

e. Gejala masalah belajar dan penyesuain terhadap kurikulum

Konseli merasa malas untuk mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

Konseli sukar mendapatkan buku-buku pelajaran, sering mendapat angka

rendah. Konseli juga sering khawatir kalau mendapat giliran, sering

mendapat kesukaran dalam menyelesaikan tugas pekerjaan rumah.

Konseli sukar mempelajari ilmu kimia, biologi, matematika dan fisika.

Konseli belajar bila mendapat teguran atau perintah dari orang tuanya.

Buku-buku pelajaran dan catatan konseli tidak lengkap. Konseli tidak

pernah membaca buku-buku di perpustakaan. Konseli jarang bertanya

kepada ibu/bapak guru. Konseli sering bertanya kepada teman tentang

pelajaran.

28

Page 36: Studi Kasus Yuni

2. Menentukan sumber penyebab masalah (etiologi)

Langkah ini merupakan langkah menentukan sebab-sebab timbulnya

masalah ada 2 sumber masalah yakni sumber internal dan sumber eksternal.

Kegiatan pada tahap ini meliputi pencarian ilmiah atau pengetahuan berdasarkan

perkiraan rasional dalam hubungannya dengan sebab-sebab gejala konselor dapat

pula menggunakan intuisinya untuk menduga sebab-sebab itu yang kemudian di

cek dengan logika maupun reaksi konseli. Dalam mencari sebab dapat digunakan

data yang terungkap pada tahap anlisis, namun konselor harus dapat membedakan

antara sebab dengan hubungan yang sederhana sifatnya.

Tahap etiologi merupakan tahap mencari factor-faktor penyebab masalah

yang dihadapi konseli:

a. Faktor internal

Keadaan psikis konseli yang merasa ketakutan dan sepertinya

konseli pernah trauma ini terlihat ketika praktikan meminta konseli

memberikan angket kepada orang tuanya konseli menolak.

b. Faktor eksternal

Keadaan ekonomi keluarga yang tergolong kelas ekonomi rendah

sehingga fasilitas belajar konseli tidak terpenuhi

Ayahnya yang mempunyai istri 2

Ayahnya yang sering marah-marah kepada konseli

Perlakuan kedua orang tuanya yang keras

Hubungan konseli yang tidak akrab dengan ayahnya

Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya

29

Page 37: Studi Kasus Yuni

D. PROGNOSIS

Williamson menyatakan bahwa prognosis merupakan proses yang tidak

terpisahkan dari diagnosis. Prognosis berkaitan dengan upaya untuk memprediksi

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada. Sebagai

contoh jika konseli intelegensinya rendah maka ia akan rendah pula prestasi

belajarnya, jika ia tidak berminat pada suatu tugas/pekerjaan, maka ia akan gagal

memperoleh kepuasaan dalam bidang kerja tersebut, jika konseli rendah bakatnya

di bidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal studi pada program

studi teknik mesin.

Tahap ini memprediksi kemungkian apa yang akan dihadapi konseli jika

masalahnya tidak cepat teratasi.

1. Kemungkinan yang terjadi, apabila masalah konseli tidak segera dibantu

adalah:

a. Konseli akan sulit untuk menetukan dan mencapai cita-citanya.

b. Konseli akan menjadi pribadi yang tertutup, selalu merasa takut.

c. Konseli tidak akan bisa berkonsentrasi untuk belajar.

d. Konseli tidak akan mengalami kemajuan belajar.

e. Pergaulan konseli akan sulit untuk berkembang.

f. Kepribadian konseli akan sulit berkembang (tidak dewasa).

g. Hubungan konseli dengan ayahnya semakin tidak harmonis.

h. Konseli bisa dikeluarkan dari sekolah karena tidak membayar uang

SPP.

i. Konseli tetap mengalami kesulitan untuk mengikuti kegiatan

berorganisasi di sekolahnya.

30

Page 38: Studi Kasus Yuni

j. Konseli tidak akan mempunyai pengalaman tentang berorganisasi.

2. Kemungkinan yang terjadi, apabila masalah konseli dapat segera di atasi:

a. Konseli bisa menentukan cita-citanya.

b. Konseli bisa sifat terbuka kepada orang lain.

c. Konseli akan mengalami kemajuan belajar.

d. Pergaulan konseli akan berkembang.

e. Hubungan konseli dengan ayahnya akan akrab seperti halnya anak

dengan ayahnya.

f. Konseli bisa mengikuti kegiatan berorganisasi di sekolahnya.

31

Page 39: Studi Kasus Yuni

BAB IV

USAHA-USAHA BANTUAN

Berdasarkan data tentang klien yang telah dikumpulkan dan telah melalui

tahap-tahap analisis, sintesis, diagnosis dan prognosis, maka langkah berikutnya

dalam kegiatan studi kasus ini adalah upaya merumuskan rencana usaha-usaha

bantuan yang kiranya dapat diberikan. Perumusan ini dilakukan antara konseli dan

konselor.

Dalam pelaksanaan pemberian bantuan sebagai keluar dari persoalan

sudah barang tentu tidak akan segera dapat ditempuh dalam tempo yang hanya

sekejap saja dan ada yang sudah dapat dilaksanakan, ada yang belum

dilaksanakan dan ada yang baru akan dilaksanakan. Oleh sebab itu dalam laporan

studi kasus ini langkah treatment dipaparkan sebagai berikut.

A. Usaha Bantuan yang Direncanakan

1. Memberikan layanan konseling

Layanan konseling ini direncanakan secara individual dan

kelompok. Dari rencana ini diharapkan akan mencapai hasil-hasil :

a.Konseli akan merubah sikap dalam pergaulan yang suka menyendiri

menjadi suka bergaul dan berteman.

b. Konseli akan tumbuh rasa keberanian untuk berekplorasi sosial yang

komunikatif.

c.Konseli akan lebih berani mengembangkan dirinya dalam pergaulan.

d. Konseli akan ditunjukkan bagaimana bersikap yang positif kepada

teman-temannya sehingga perkataannya tidak menyakiti temannya.

32

Page 40: Studi Kasus Yuni

e.Hubungan konseli dengan ayahnya menjadi akrab selayaknya anak dengan

orang tua.

f. Konseli akan merubah sikapnya dalam belajar menjadi lebih teratur dan

tertata.

g. Konseli akan menjadi pribadi yang bersemangat dan terbuka.

h. Konseli akan berubah dari unpositive self regard menjadi self positif

regard, dan mudah menyesuaikan diri.

2. Pemberian layanan-layanan informasi

a. Informasi tentang cara mengendalikan diri yang baik dan benar.

Diharapkan konseli dapat mengendalikan dirinya. Sehingga konseli dapat

mengatur waktu belajarnya, mengatur waktu istirahatnya dan menentukan

sendiri lingkup pergaulannya. Adapun informasi yang diberikan adalah

informasi cara belajar yang efektif dan efisien, informasi cara bergaul dan

informasi tentang karir.

b. Informasi cara belajar yang efisisen; dari layanan informasi ini

diharapakan konseli akan memiliki keterampilan-keterampilan dalam

menanggulangi masalah belajar. Adapun pokok-pokok informasi yang

diberikan adalah : cara membaca buku, cara bertanya dalam kelas, cara

membuat ringkasan, cara menghafal, persiapan-persiapan dalam

menghafal, cara membuat jadwal belajar dan penggunaan waktu.

c. Informasi cara bergaul; dari pemberian informasi ini diharapkan konseli

akan memiliki pengalaman dan ketrampilan dalam bergaul dengan teman

sejenis maupun lawan jenis sehingga konseli bisa mempunyai banyak

teman dan dapat bekerjasama dengan orang-orang baru dengan cepat.

33

Page 41: Studi Kasus Yuni

adapun pokok-pokok informasi yang diberikan yaitu: cara menjalin dan

memelihara persahabatan, pergaulan remaja, cara berbicara didepan

umum, cara berbicara dengan teman sebaya.

d. Informasi tentang karir; dari informasi ini diharapkan konseli dapat

terbuka wawasannya tentang karir di masa depan dan mulai menata diri

untuk mempersiapkannya. Adapun pokok-pokok informasi yang diberikan

yaitu : jenis-jenis karir yang sesuai dengan dirinya dan persyaratannya.

3. Layanan bimbingan kelompok

Konseli merasa kesulitan bekerjasama dengan orang-orang baru. Konseli

hanya bisa bekerjasama dengan teman-teman satu kelompoknya saja. Konseli

merasa lama untuk membaur dengan suatu situasi yang baru. Sehingga teman

konseli hanya itu-itu saja, perkembangan sosial konseli lambat. Untuk menjadikan

konseli lebih bisa masuk kepada situasi yang baru maka salah satu rencana

bantuan yang di berikan kepada konseli adalah memberikan bimbingan kelompok

penyesuaian diri dengan teknik home room tetapi kelompok itu adalah kelompok

yang anggotanya konseli jarang bergaul dengan mereka. Disamping itu, agar

konseli terampil dalam pergaulan dan mudah menyesuaikan diri, dalam

bimbingan kelompok ini digunakan sosiodrama.

4. Home Visit

Home visit disamping bertujuan untuk menjalin hubungan kerjasama

antara sekolah dan orang tua dan sebagai cara untuk memperoleh data juga secara

implisit dapat digunakan sebagai sarana memberikan bantuan.

34

Page 42: Studi Kasus Yuni

5. Mengadakan pendekatan dengan guru bidang studi dan wali kelas.

Upaya ini difokuskan kepada pemberian pengertian kepada guru dan wali

kelas konseli agar dapat memahami dan menerima konseli seperti apa adanya

dengan penuh pengertian dan lebih memperhatikan konseli dalam usaha-usaha

untuk membangkitkan motivasi belajar seperti reinforcement atau pujian dari guru

serta dapat membimbing konseli dalam mengatasi masalah penyesuaian diri.

6. Mengadakan bimbingan karier dan jabatan

Upaya ini dapat dilakukan kepada konseli secara invidual maupun

kelompok secara kontinyu agar konseli dapat mengetahui secara jelas tentang

karier dan jabatan yang cocok dirinya dan dapat menentukan jurusan apa yang

cocok ia ambil sesuai dengan minat dan bakatnya.

7. Konfrensi Kasus

Konfrensi kasus pada dasarnya merupakan kegiatan pertemuan dari

berbagai pihak dalam rangka upaya pemecahan kasus siswa. Disamping mengacu

pada kegiatan pengumpulan data dan diagnosa sementara, kegiatan ini juga

berupaya mencari berbagai alternative sebagai kemungkinan jalan keluarnya.

Pertemuan ini direncanakan akan diikut sertakan berbagai pihak agar

pembahasan dapat secara komprehensif, maka individu-individu yang wajib untuk

hadir adalah orang tua, guru-guru pengajar konseli yang bersangkutan, wali kelas

dan kepala sekolah. Jadi dengan demikian konfrensi kasus disini dapat dianggap

sebagai usaha bantuan, sungguh pun tidak secara langsung mengenai diri konseli.

B. Usaha bantuan yang terlaksana

Pada bagian ini dipaparkan kegiatan bantuan yang riil sudah dilaksanakan.

Adapun bantuan yang sudah dilaksanakan adalah:

35

Page 43: Studi Kasus Yuni

1. Konseling individual

Layanan konseling ini telah dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu :

a. Pertemuan I

Pertemuan ini ditujukan untuk mengenal konseli lebih dalam dan

juga untuk melengkapi data. Dari proses konseling diperoleh suatu

keputusan, antara lain :

- konseli mencoba memahami kedaan keluarga, dirinya dan masalah

yang sedang ia hadapi. Untuk sementara waktu konseli akan

berusaha untuk akrab dengan ayahnya, mencoba bertegur sapa.

Konseli berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekolah dan teman-teman sekelasnya dan mencoba

lebih terbuka kepada guru pembimbingnya yang ia anggap baik

dan mengerti tentang keadaan konseli. Konseli akan berusaha

untuk tidak memikirkan masalah uang SPP karena itu menjadi

kewajiban orang tuanya dan konseli akan berusaha keras untuk

belajar agar tidak mengecewakan orang tuanya. Konseli akan

mengalah kepada adiknya karena konseli menyadari sebagai kakak

harus mengalah dan melindungi adiknya.

b. Pertemuan II

Pertemuan ini ditujukan untuk pembuatan kesepakatan akan usaha

bantuan yang akan diberikan kepada konseli. Dari proses konseling

tersebut diperoleh suatu keputusan, antara lain:

36

Page 44: Studi Kasus Yuni

Konseli akan berusaha mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang

dianggap cocok dengan dirinya dan sesuai dengan keinginan

konseli yaitu paskibraka.

Konseli akan merencanakan dan membuat jadwal belajar secara

operasional.

Konseli akan berusaha mengendalikan diri dan mulai mengatur

dirinya sendiri lebih baik dan benar.

c. Pertemuan III

Pertemuan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana konseli

telah melaksanakan keputusan yang ia ambil dalam mengatasi

masalahnya menanyakan bagaimana perasaan setelah dapat

melaksanakan keputusan itu.

2. Pemberian layanan informasi

Macam informasi yang diberikan adalah :

a. Cara Belajar yang efektif, meliputi: persiapan-persiapan dalam belajar,

cara membuat jadwal belajar, cara membaca buku, cara membuat

catatan ringkasan.

b. Informasi tentang cara bergaul, meliputi: cara menjalin dan

memelihara persahabatan, pergaulan remaja, cara berbicara di depan

umum dan cara berbicara dengan teman sebaya. .

4. Pemberian motivasi

Motivasi ini bertujuan untuk meningkatkan atau memelihara perilaku baru

yang telah terbentuk. Pemberian motivasi berupa pujian ketika konseli mau

37

Page 45: Studi Kasus Yuni

melaksanakan kesepakatan yang ada, kata-kata yang dapat memacu semangat

belajar konseli. Hal ini diberikan agar konseli merasa diperhatikan.

5. Mengadakan pendekatan secara informal kepada guru-guru pengajar dan

wali kelas konseli.

Kegiatan ini dilakukan secara informal dengan memberikan informasi

kepada guru tentang konseli agar mereka dapat meluangkan waktu untuk

memberikan perhatian dan bimbingan.

C. Usaha bantuan yang belum terlaksana

Seperti telah di kemukakan dalam uraian terdahulu bahwa rencana bantuan

yang di berikan ada yang terlaksana dan beberapa diantaranya ada yang belum

terlaksana. Rencana bantuan yang belum dilaksanakan tersebut diantaranya adalah

home visit, konferensi kasus dan bimbingan kelompok. Hal-hal tersebut belum

dapat dilaksanakan karena:

1. Masa penyelididkan kasus yang sangat singkat dan harus dibagi dengan

penyusunan-penyusunan laporan PPL yang lainnya.

2. Masalah konseli yang merupakan masalah yang kompleks, karena itu

memerlukan pentahapan pemecahan masalah yang memakan waktu cukup

lama.

D. Usaha tindak lanjut/follow up

Berhubung ada beberapa jenis usaha bantuan yang belum dapat diberikan,

baik yang direncanakan maupun yang belum sempat direncanakan karena

keterbatasan waktu, maka agar dapat mengikuti pertumbuhan dan perkembangan

konseli perlu diberikan bantuan secara maksimal. Bantuan tersebut baik yang

38

Page 46: Studi Kasus Yuni

telah direncanakan tetapi belum diberikan maupun usaha bantuan yang belum

direncanakan.

Bantuan-bantuan yang dimaksudkan akan diberikan antara lain adalah:

1. Mengadakan bimbingan kelompok melalui sosiodrama, agar konseli dan

juga teman sekelasnya mengetahui peran dan tugas mereka dalam

membina rasa kekeluargaan sesama warga kelas.

2. Mengadakan pembenahan dan perbaikan kelompok secara menyeluruh

oleh guru, konselor dan pihak lain secara terpadu.

3. Memberikan layanan pengajaran remidi. Untuk layanan ini diharapkan

akan dilakukan guru-guru pengajar konseli (khususnya guru bidang studi

biologi, matematika, Bahasa Inggris, fisika, dan matematika) agar

kelambatan dalam memahami bahan pelajaran dapat teratasi sehingga

prestasinya akan naik.

4. Home Visit untuk lebih bisa melihat konseli dan keluarganya dan dalam

memberikan layanan bantuan dapat lebih tepat.

39

Page 47: Studi Kasus Yuni

BAB V

ANALISIS DAN BAHASAN

A. Analisis

Studi kasus merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam bimbingan

dan konseling yang harus dikuasai oleh konselor untuk menyelesaikan masalah

siswa. Dengan studi kasus diharapkan konselor mampu menyelesaikan masalah

yang kompleks yang tidak selesai hanya dengan konseling saja. Selama proses

konseling ancangan yang digunakan oleh praktikan adalah ancangan klinis model

trait and factor. Pendekatan ini digunakan karena sesuai dengan kondisi konseli

dan latar belakang masalahnya. Studi kasus yang telah praktikan laksanakan

melalui beberapa tahap yaitu analisis data, sintesis, diagnosis (identifikasi

masalah, etiologi, prognosis), treatment (pemberian bantuan) dan follow up (usaha

tindak lanjut).

Dalam laporan studi kasus ini, diperoleh pemahaman yang mendalam

mengenai diri konseli sehingga mempermudah pemecahan masalah konseli sebab

didalamnya terdapat pengklasifikasian masalah sehingga jelas masalah yang

dihadapi konseli. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dihadapi konseli

yaitu masalah keluarga, masalah kehidupan ekonomi, masalah kehidupan social

kegiatan berorganisasi, masalah hubungan pribadi, masalah belajar dan

penyesuain terhadap kurikulum.

Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan studi kasus khususnya usaha

pemberian bantuan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebagian usaha bantuan

yang dapat dilaksanakan dan ada beberapa usaha bantuan yang tidak dapat

40

Page 48: Studi Kasus Yuni

terlaksana. Hal ini disebabkan karena masa penyelidikan kasus yang sangat

singkat, sedangkan masalah konseli merupakan masalah yang cukup kompleks

dan memerlukan pentahapan pemecahan masalah yang memakan waktu cukup

lama.

Hasil yang dapat dicapai dari usaha pemberian bantuan ini yaitu konseli

mulai menampakkan perubahan perilaku walaupun hal ini dilakukan konseli

secara perlahan, meskipun belum begitu banyak sesuai yang ditargetkan oleh

praktikan, namun setidaknya perubahan positif ini sudah mulai menunjukkan

keberhasilan praktikan dalam membantu konseli menyelesaikan masalahnya.

Pada dasarnya konseling dapat berjalan dengan efektif apabila konseli

datang secara sukarela tanpa paksaan. Tetapi pada prakteknya sebagian besar

siswa kurang peka terhadap keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah dan

hanya ada beberapa konseli saja yang datang tanpa dipanggil, walaupun demikian

proses konseling tidak terlalu berbeda efektifnya karena konseli dapat bekerja

sama dengan baik.

Hambatan yang muncul dari proses konseling adalah konseli terlalu pasif

dan kurang peka terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya dan disisi lain

praktikan juga belum menguasai teknik-teknik konseling yang ada. Sehingga

setiap pernyataan konseli kurang bisa direspon secara tepat oleh praktikan.

B. Bahasan

Unjuk kerja konselor professional tercermin dari kepekaan mereka dalam

menangkap pesan verbal dan non verbal konseli. Secara umum orientasi

bimbingan dan konseling saat ini adalah bagaimana konselor mampu menangkap

asset positif atau potensi setiap konseli. Banyak konseli yang dihadapi oleh siswa

41

Page 49: Studi Kasus Yuni

merupakan ketidakmampuan atau ketidak berdayaan mereka dalam

mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada diri mereka.

Konseling dimaksudkan untuk membantu konseli menyelesaikan

masalahnya sendiri. Dalam membantu, pegangan utama konselor adalah

pandangan terhadap hakekat pribadi manusia. Pandangan terhadap manusia

tersebut dapat menentukan: hakekat masalah konseli, prosedur dan teknik

konseling yang dipakai untuk membantu konseli.

Pada pelaksanaan proses konseling ada beberapa cara pandang yang harus

diperhatikan oleh konselor menurut pendekatan konseling tertentu, yaitu: dimensi

pertama: tujuan atas dasar dimensi ini, konseling berorientasi dalam garis

kontinum dari pencapaian pemahaman (insight) sampai perubahan perilaku

(action) artinya sebagian pendekatan konseling menyatakan bahwa apabila

konseli mencapai pemahaman tentang masalah yang dihadapinya, maka berarti

konseling telah cukup dan tahap selanjutnya akan dialami sendiri oleh konseli.

Sebaliknya, sejumlah pendekatan konseling menekankan perlunya konselor

membantu konseli mempelajari tingkah laku baru. Dimensi kedua: keterlibatan

pribadi konseli, dalam hal ini, sejumlah pendekatan konseling sangat menekankan

peranan pikiran rasional manusia. Konseli diajak untuk memikirkan masalah dan

jalan keluar dari masalah tersebut. Sebaliknya ada pendekatan yang menekankan

keterlibatan emosional konseli dalam menyelami masalah dan menyelesaikan

masalah.

Dalam proses konseling, disarankan kepada konselor agar dapat

mengambil sikap dengan terlebih dahulu memperhatikan aspek emosional konseli

agar ada keterlibatan total konseli, baru kemudian dilanjutkan dengan melibatkan

42

Page 50: Studi Kasus Yuni

konseli untuk memikirkan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.

Kegiatan ini harus diikuti dengan perencanaan tingkah laku baru yang dapat

diterapkan konseli dalam kehidupan nyata.

Berdasarkan hasil analisis dari proses konseling didapat bahwa proses

konseling mampu membawa perubahan pada konseli, konseli sudah mampu

mengembangkan sikap dan perilakunya. Konseli juga mampu belajar

memaksakan diri untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya.

Selama konseling sedapat mungkin konseli datasng secara sukarela,

namun pada praktiknya konseli kurang tanggap terhadap keberadaan bimbingan

dan konseling di sekolah, sehingga apabila ditemukan hambatan konselor harus

memanggil konseli yang bersangkutan, walaupun demikian proses konseling tidak

terlalu berbeda mengikuti arahan konselor dalam proses pengubahan. Selain itu,

konseli juga mau berusaha untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil

dalam proses konseling.

43

Page 51: Studi Kasus Yuni

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan bahasan yang telah diuraikan diawal dapat ditarik

beberapa kesimpulan yang nantinya diharapkan dapat memperkaya dari

pelaksanaan studi kasus selanjutnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan

studi kasus ini adalah:

1. Studi kasus merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam bimbingan

dan konseling yang harus dikuasai oleh praktikan untuk menyelesaikan

masalah siswa. Dengan studi kasus diharapkan praktikan mampu

menyelesaikan masalah yang kompleks yang tidak selesai hanya dengan

konseling saja. Rancangan yang digunakan adalah rancangan klinis model

trait and faktor. Pendekatan ini digunakan karena sesuai dengan kondisi

konseli dan latar belakang masalahnya. Studi kasus yang telah praktikan

laksanakan melalui beberapa tahap yaitu analisis data, sintesis, diagnosis

(identifikasi masalah, etiologi), prognosis, treatment (pemberian bantuan)

dan follow up (usaha tindak lanjut)

2. Dalam laporan studi kasus ini, diperoleh pemahaman yang mendalam

mengenai diri konseli sehingga mempermudah pemecahan masalah

konseli, sebab didalamnya terdapat pengklasifikasian masalah sehingga

jelas masalah yang dihadapi konseli. Masalah yang dihadapi konseli

adalah masalah keluarga, masalah kehidupan ekonomi, masalah kehidupan

44

Page 52: Studi Kasus Yuni

sosial kegiatan berorganisasi, masalah hubungan pribadi, masalah belajar

dan penyesuaian terhadap kurikulum.

3. Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan studi kasus khususnya usaha

pemberian bantuan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebagian usaha

bantuan yang dapat dilaksanakan dan ada beberapa usaha bantuan yang

tidak dapat terlaksana.

4. Hasil yang dapat dicapai dari usaha pemberian bantuan ini yaitu konseli

mulai ada perubahan prilaku walaupun hal itu dilakukan konseli secara

perlahan, meskipun belum begitu banyak sesuai yang ditargetkan oleh

praktikan. Namun setidaknya perubahan positif ini sudah mulai

menunjukkan keberhasilan praktikan dalam membantu konseli

menyelesaikan masalahnya.

B. Saran

Sebagai akhir laporan studi kasus ini, praktikan menyampaikan beberapa

saran yang mungkin ada manfaatnya bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi penulis

Diharapkan dapat meningkatkan kreativitasnya dalam membantu klien

menemukan berbagai macam alternatif pemecahan masalah. Lebih meningkatkan

kerjasama dengan guru-guru lain agar selalu memperhatikan dan memahami

masalah-masalah yang sedang dialami siswa.

2. Bagi pengembangan ilmu

Laporan studi kasus hendaknya bisa menjadi sarana bagi seluruh pihak

khususnya yang berada dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling untuk

belajar memahami setiap individu dan lingkungannya, terutama individu yang

45

Page 53: Studi Kasus Yuni

bermasalah dan membutuhkan bantuan, sehingga ilmu yang diperoleh menjadi

lebih berkembang dan memperkaya pengetahuan akan keberadaan bimbingan dan

konseling.

46

Page 54: Studi Kasus Yuni

DAFTAR RUJUKAN

Fauzan, Lutfi dan Bisri, Moh. 1994. Modul 4: Konseling Trait and factor. Malang: IKIP Malang.

Hayinah. 1992. Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: IKIP Malang

Hidayah, Nur. 1998. Pemahaman Individu: Teknik Non Tes. Malang:FIP Universitas Negeri Malang.

Munandir, 1979. Kode Etik Jabatan Konselor. Malang: PPB FIP IKIP Malang.

Partowisastro, Koestoer. 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: PT. Erlangga press.

Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Umum/Kejuruan, Madrasah Aliyah dan sederajat. Jakarta: Depdikbud,

47