Studi Kasus Yuni
-
Upload
arvan-s-cahya-saputra -
Category
Documents
-
view
2.630 -
download
0
Transcript of Studi Kasus Yuni
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan studi kasus yang disusun oleh Sriwahyuni Asih ini (060401010021)
telah disetujui oleh dosen pembimbing pada tanggal... Desember 2009
Dosen Pembimbing Konselor Pamong
Leny Latifah S.Pd, Kons Alief Nurhayu S.PdNIP.195601231983032003
Mengetahui
Kepala SMA Negeri 6 Malang
Budi Prasetyo Utomo S.Pd, M.PdNIP.196010101987031018
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada praktikan sehingga dapat
menyelesaikan laporan studi kasus ini dengan baik. Serangkaian tugas yang
praktikan buat ini sebagai bekal untuk mempersiapkan diri menjadi konselor yang
profesional.
Dengan terselesaikannya laporan studi kasus ini praktikan mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. F.I Soekarman, M.Pd selaku Kaprodi Bimbingan dan
Konseling yang bertanggung jawab dalam kegiatan akademik di Jurusan
BK.
2. Ibu Leny Latifah S.Pd, Kons selaku dosen pembimbing PPL II yang telah
sabar, telaten dan tidak bosan-bosannya meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan kepada praktikan dalam melaksanakan kegiatan
PPL II ini.
3. Bapak Budi Prasetyo Utomo S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 6
Malang yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada praktikan
untuk melaksanakan PPL II ini.
4. Bapak Drs. H. Slamet Mulyono selaku koordinator BK SMA Negeri 6
Malang yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada praktikan.
5. Ibu Alief Nurhayu S.Pd selaku konselor pamong yang telah membimbing
dan berbagi pengalaman dengan praktikan dalam menyelesaikan laporan
studi kasus ini.
ii
6. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang senantiasa membantu dan
memberikan dukungan moril, motivasi dan materi sehingga praktikan
dapat menyelasaikan laporan studi kasus ini.
7. Saudara-saudaraku yaitu Mbak Erlin dan Adek ku Herel yang menjadi
motivator sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini.
8. Keluarga besarku yang tidak dapat praktikan sebutkan satu persatu yang
telah memberikan dukungan moril sehingga praktikan dapat
menyelesaikan laporan studi kasus ini.
9. “Mas Ibnul” yang berada jauh di sana yang telah memberikan motivasi
dan bersedia mendengarkan segala keluh-kesah praktikan.
10. Sahabatku Laila yang selalu menemani praktikan dalam keadaan suka
maupan duka sehingga praktikan bisa menyelesaikan laporan studi kasus
ini.
11. Teman-teman PPL BK yang senasib dan seperjuangan (Iril, Susi, Eka, Arif
dan Khotibin) yang selalu menemani dan membantu praktikan di sekolah.
Praktikan menyadari bahwa dalam penyusunan laporan studi kasus ini
masih jauh dari sempurna karena sebagai manusia yang tak lepas dari kesalahan.
Untuk itu praktikan berharap segala kritik dan saran yang sifatnya membangun
akan selalu praktikan nantikan.
Praktikan berharap semuga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi
praktikan khususnya dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di jurusan
bimbingan konseling pada umumnya.
Malang, Desember 2009
Praktikan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Rasinoanal..............................................................................................1
B. Konfidensialitas......................................................................................2
C. Identifikasi kasus....................................................................................3
D. Gambaran keunikan kasus......................................................................7
BAB II GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS................................10
A. Gejala dan alasan pemilihan kasus......................................................10
B. Ancangan studi kasus..........................................................................12
BAB III PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN..............................14
A. Analisis.................................................................................................14
B. Sintesis.................................................................................................24
C. Diagnosis..............................................................................................26
D. Prognosis..............................................................................................30
BAB IV USAHA-USAHA BANTUAN...............................................................32
A. Usaha bantuan yang terlaksana............................................................32
B. Usaha bantuan yang belum terlaksana.................................................35
C. Usaha bantuan yang direncanakan.......................................................38
D. Usaha tindak lanjut (Follow up)...........................................................38
BAB V ANALISIS DAN BAHASAN..................................................................40
A. Analisis.................................................................................................40
B. Bahasan................................................................................................41
BAB VI PENUTUP..............................................................................................44
A. Kesimpulan..........................................................................................44
B. Saran.....................................................................................................45
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Analisa cek list kebiasaan belajar (study habit)……………………… 22
v
LAPORANPROSES DAN HASIL PENYELIDIKAN KASUS
(STUDI KASUS)
Oleh:SRIWAHYUNI ASIHNPM. 060401010021
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANGFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Desember 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. RASIONAL
Studi kasus adalah suatu metode mempelajari sesorang secara
komprehensif artinya kegiatan ini menyeluruh, yang menyangkut berbagai aspek
pribadi individu dengan pendekatan yang multidimensional. Data yang diperoleh
dengan cara ini akan bermanfaat untuk mendiagnosa dan menentukan treatment
secara tepat dan memadai. Dengan kata lain studi kasus merupakan salah satu cara
untuk mempelajari seseorang secara mendalam untuk membantu penyesuaian diri
secara lebih baik. Pelaksanaan studi kasus diadakan dengan mengumpulkan data
secara lengkap, bersifat rahasia, dikerjakan secara terus menerus (continue),
secara ilmiah dan dilaksanakan dengan memperoleh data dari berbagai pihak.
Adapun tujuan pembahasan studi kasus adalah: (a) Untuk mengenal keadaan
individu yang bermasalah. (b) Untuk mengadakan interpretasi dan diagnosa
tentang tingkah laku individu sesuai dengan kasusnya. (c) Menentukan jalan
keluar dari masalah yang dihadapi individu.
Kegunaan studi kasus yaitu :
a. Mendorong seseorang untuk mengadakan evaluasi.
b. Dapat mengembangkan penyelidikan latar belakang individu.
c. Menekankan pendekatan yang diteliti dalam memecahkan masalah
individu.
d. Berguna untuk memecahkan masalah yang sulit dan kompleks.
Selain itu, studi kasus juga berguna untuk menetapkan jenis kesulitan atau
masalah individu. Dari penentu jenis kesulitan ini lebih lanjut akan dapat
1
ditentukan jenis bantuan dan bimbingan yang perlu diberikan, yang akurat sesuai
dengan masalahnya.
Tujuan pembuatan laporan studi kasus ini juga memberikan kesempatan
kepada praktikan untuk memberikan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan
dalam usaha membantu kasus memecahkan masalah, sehingga diharapkan studi
kasus ini juga bermanfaat bagi kasus dan juga bagi praktikan yang kelak menjadi
seorang konselor yang profesional dan siap bekerja di lembaga manapun.
B. KONFIDENSIALITAS
Profesi konselor seperti halnya profesi social servis lain memiliki kode
etik jabatan yang harus ditaati dan dipegang terus oleh orang yang terus
memangku jabatan tersebut. Salah satu kode etik jabatan konselor dalam
kaitannya dengan data klien adalah konfidensial/kerahasiaan. Kerahasiaan suatu
data merupakan hal yang sangat penting dalam dunia bimbingan. Dan seperti
diketahui bahwa studi kasus ini mempelajari suatu kasus dalam rangka usaha
bantuannya yang melibatkan berbagai pihak. Oleh sebab itu untuk menjaga
berbagai kemungkinan akan masalah tersebut diatas oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab, maka identitas klien, nama orang tua dan alamatnya dibuat
fiktif. Hal ini sesuai dengan dengan kode etik jabatan konselor yang berhubungan
dengan kegiatan professional yaitu pada Bab III Sub Bab Kegiatan profesional
Butir 1.1 yang berbunyi sebagai berikut :
“ Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing,
surat menyurat, perekaman dan data lainnya, semuannya merupakan informasi
yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Data
2
tersebut dapat dipergunakan untuk riset atau pendidikan calon penyuluh asalkan
identitas klien direncanakan”. (Munandir, 1975).
Dalam pengambilan nama samaran ini bukan semata-mata berdasarkan
pertimbangan tertentu, melainkan hanya diambil secara kebetulan yang tidak
direncanakan. Maka apabila secara kebetulan ada kesamaannya dengan nama
orang tertentu, di luar kesengajaan. Dan masalah studi kasus ini tidak ada sangkut
pautnya dengan nama yang kebetulan sama tersebut.
C. IDENTIFIKASI KASUS
1. Proses menemukan kasus
Praktikan menemukan kasus ini awalnya mendapatkan informasi dari
teman sekelasnya yang melakukan konseling dengan praktikan, karena konseli
praktikan mempunyai masalah dengan siswa yang dijadikan studi kasus ini.
Praktikan merasa tertarik atas kasus yang dialami, oleh karena itu praktikan
menetapkan kasus tersebut dipilih sebagai subyek laporan. Selain itu praktikan
menemukan kasus ini berdasarkan pengamatan langsung di kelas pada saat
praktikan mengajar dan pada saat istirahat praktikan observasi ke kelasnya.
2. Identitas Konseli
a. Nama : Dedy (Fiktif)
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Tempat tanggal lahir : Malang, 25 April 1994
d. Golongan darah : -
e. Alamat : Jl. Simpang 105 Pakisaji
f. Sekolah : SMA Negeri 6 Malang
g. Angkatan/kelas : 2009/X-4
3
h. Agama : Islam
i. Suku bangsa : Jawa
j Kewarganegaraan : Indonesia
k. Bahasa sehari-hari : Jawa
l. Hobi : -
m. Cita-cita : -
3. Lukisan tentang klien
a. Keadaan jasmani
a.1. Tinggi badan :162 cm
a.2 Berat badan : 45 kg
a.3. Bentuk badan : tegap
a.4. Warna kulit : hitam
a.5. Bentuk muka : oval
a.6. Rambut : lurus
b. Penampakan lahiriah
b.1. Ekspresi wajah : terlihat lesu tidak semangat
b.2 Lagai/perangai : kurang percaya diri
b.3. Pakaian : rapi
b.4. Suara : sedang
c. Keadaan kesehatan
c.1 Keadaan fisik : normal
c.2 Penglihatan : rabun
c.3. Pendengaran : baik
4
c.4. Penyakit yang pernah diderita : alergi, cacar dan pernah
operasi
c.5 Kesempatan istirahat : cukup
c.6 Secara umum : baik
c.7 Gizi yang di konsumsi :
d. Keadaan keluarga
d.1 Nama ayah : Santoso (fiktif)
d.2 Umur : 46 tahun
d.3 Agama : Islam
d.4 Pekerjaan : Swasta
d.5 Pendidikan : SLTA/STM
d.6 Alamat : Jl. Simpang 105 Pakisaji
d.7 Nama Ibu : Aminah (fiktif)
d.8 Umur : 43 tahun
d.9 Agama : Islam
d.10 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
d.11. Pendidikan : SLTP
d.12. Alamat : Jl. Simpang 105 Pakisaji
d.13. Nama Wali (laki-laki) : -
d.14. Umur : -
d.15 Agama : -
d.16 Pekerjaan : -
d.17 Pendidikan : -
5
d.18 Alamat Wali : -
d.19 Hubungan dengan wali : -
d.20 Nama Wali (perempuan) : -
d.21 Umur : -
d.22 Agama : -
d.23 Pekerjaan : -
d.24 Pendidikan : -
d.25 Alamat Wali : -
d.26 Hubungan dengan wali : -
d.27 Jumlah saudara : 2
d.28 Sikap dominan : -
d.29. Sikap orang tua terhadapnya : keras dan sering marah-
marah
d.30 Hubungan dalam keluarga : kurang dekat dengan ayah
d.31 Fasilitas sekolah : cukup memadai
e. Keadaan sosial ekonomi
e.1. Keadaan tempat tinggal-letak : di tengah kampung
e.1. Status tinggal : rumah sendiri
e.3. Penghasilan orang tua/wali : tidak tetap
f. Keadaan di sekolah
f.1. Di dalam kelas : - pendiam
- kadang-kadang
mendengarkan musik
- terlihat sedih
6
f.2. Sikap terhadap guru : sopan
f.3. Sikap terhadap konselor : sopan
f.4. Sikap terhadap teman : baik terhadap teman
akrabnya, acuh tak acuh
kepada teman lain, apabila
tidak suka terhadap teman
senangnya bermusuhan
tidak mau bertegur sapa dan
kata-katanya sering
menyinggung perasaan
f.5. Kegiatan waktu istirahat : Di dalam kelas tidak pernah
ke kantin
f.6. Kegiatan ekstra : -
f.7. Prestasi/sikapnya : prestasinya cukup
g. Rencana Masa Depan
g.1. Rencana pendidikan : ingin masuk jurusan IPA
dan ingin menjadi insinyur
g.2 Rencana pekerjaan : -
g.3. Rencana orang tua : -
D. GAMBARAN KEUNIKAN KASUS
1. Penampilan fisik
Konseli memiliki postur tubuh yang sedang, tinggi badan 162 cm dan
berat badannya 45 kg. Warna kulitnya hitam, bentuk muka oval, mata agak sipit,
7
rambutnya lurus dengan potongan rapi. Penampilannya sederhana dengan pakaian
rapi baju selalu dimasukkan ke dalam. Bila sedang berjalan kelihatan sedang
memikirkan sesuatu, ekspresi wajah tampak sedih, tertekan dan tidak ceria seperti
teman-temannya yang lain.
2. Penampilan psikis
Konseli sering menunjukkan sikap pendiam, tapi kadang-kadang ketika
pelajaran sedang berlangsung dia ikut tertawa kalau teman-temanya tertawa
meskipun tertawanya itu di buat-buat, dia berusaha menutupi keadaan dirinya
seakan-akan tidak ingin orang lain tahu tentang keadaan dirinya dan masalahnya.
Teman yang dekat dengan dia hanya itu-itu saja. Konseli kelihatan tertutup dan
kurang percaya kepada orang yang baru di kenalnya.
Jika tidak ditanya konseli diam saja, apabila ditanya jawabnya pendek-
pendek saja, pandangan matanya sayu. Pada saat istirahat konseli pergi ke
mushola untuk sholat dhuhur karena untuk kelas X masuknya sore, apabila selesai
sholat konseli kembali ke kelas, konseli tidak pernah pergi ke kantin, terkadang
konseli berkumpul dengan temannya di kelas. Sikap positif yang terlihat dari
konseli adalah konseli orang yang patuh pada peraturan, sopan terhadap guru dan
menepati janji. Tingkah laku sosial konseli baik dengan teman-temannya, tetapi
apabila konseli pernah di sakiti oleh temannya apalagi dengan teman cewek yang
disukai konseli akan bermusuhan dan tidak mau bertegur sapa.
3. Keadaan keluarga
Konseli anak ke-1 dari 2 bersaudara putra pak santoso dengan istri
keduanya yaitu ibu aminah, adiknya bernama dino pendidikan SD, kemudian
konseli mempunyai kakak tiri dari istri pertama ayahnya yang bernama dinda
8
pendidikan SMK. Pekerjaan pak santoso swasta dan ibu aminah sebagai ibu
rumah tangga. Konseli tinggal bersama ayah, ibu kandung dan adiknya sedangkan
ibu tiri dan kakak tirinya tidak tinggal serumah. Keadaan ekonomi keluarga
konseli saat ini sedang mengalami masalah ayahnya yang mempunyai usaha
billiard dan wartel bangkrut.
9
BAB II
GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS
A. GEJALA
Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi ditemukan bahwa
konseli pada saat istirahat tidak pernah pergi ke kantin konseli hanya berdiam diri
di kelas terkadang berkumpul dengan teman-temannya. Konseli kelihatan murung
dan tidak bersemangat, pada saat berjalan konseli kelihatan sedang memikirkan
sesuatu dengan pandangan mata sayu. Konseli pergi ke sekolah dengan jalan kaki
sedangkan rumahnya jauh di pakisaji. Dari hasil pengamatan guru fisika konseli
selalu hadir pada saat pelajaran, nampaknya mempunyai minat yang besar
terhadap pelajaran, apabila diajukan pertanyaan konseli menjawab tetapi salah,
untuk kegiatan-kegiatan pelajaran di kelas konseli kadang-kadang berpartisipasi
dan kemajuan belajarnya apabila dibandingkan dengan yang dulu tetap saja. Dari
hasil pengamatan guru matematika konseli selalu hadir pada saat pelajaran, pada
saat pelajaran berlangsung konseli tidak pernah mengajukan pertanyaan, apabila
diajukan pertanyaan dari guru matematika konseli menjawab tetapi salah dan
apabila guru matematika mengajar konseli berbicara sendiri dengan teman-
temannya. Konseli merupakan anak pendiam, tertutup dan tidak mudah percaya
kepada orang yang baru dikenal.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui konseling individu konseli
mengemukakan keluhan-keluhan:
1. Konseli mempunyai masalah dengan ayah kandungnya karena ayahnya
sering marah-marah.
10
2. Konseli mempunyai masalah keluarga yaitu keadaan ekonominya
rendah, ayahnya bekerja di pabrik gula dan ibunya sebagai ibu rumah
tangga.
3. Ayah konseli mempunyai usaha billiard dan wartel tetapi bangkrut.
4. Keluraga konseli mempunyai banyak hutang.
5. Konseli belum membayar uang SPP selama 5 bulan dan konseli tidak
tahu bagaimana caranya konseli menbayar uang SPP.
6. Konseli sering bertengkar dengan adiknya di rumah.
Berdasarkan hasil observasi, pengamatan guru dan hasil rekaman
konseling praktikan mencoba mengklasifikasikan problem bahwa, anak tersebut
dapat diperkirakan mengalami masalah keluarga, masalah pribadi dan masalah
belajar.
B. ALASAN PEMILIHAN KASUS
Dari gejala yang nampak, maka jelaslah bahwa konseli memang
memerlukan bantuan yang bersifat terus-menerus (continue) untuk menyelesaikan
masalahnya sehingga praktikan mengangkat masalah konseli untuk dijadikan studi
kasus, karena masalah konseli yang dihadapi konseli sangat kompleks. Dikatakan
kompleks karena konseli mengalami masalah keluarga yang ayahnya sering
marah-marah, keadaan ekonomi keluarga yang rendah, sering bertengkar dengan
adiknya, ayahnya yang mempunyai istri 2 sehingga mempengaruhi masalah
belajar dan masalah pribadinya konseli merasa takut, tertutup, tidak percaya
kepada orang lain dan mengganggu psikisnya konseli merasa tertekan atas
perlakuan ayahnya yang keras, ayahnya bersikap seperti itu karena trauma waktu
mudanya jadi ayahnya tidak ingin konseli seperti ayahnya.
11
Dari gejala tersebut jelas bahwa konseli harus segera dibantu dan
diperhatikan lebih khusus agar konseli dapat segera menyelasikan masalahnya.
Jika tidak segera dibantu di khawatirkan akan menghambat proses belajar dan
proses sosialisasi konseli.
C. ANCANGAN STUDI KASUS
Menggunakan ancangan klinis dengan model trait and factor, langkah-
langkahnya adalah analisis, sintesis, diagnosis dan prognosis di lanjutkan dengan
treatment dan follow up. Alasan penggunaan ancangan ini adalah asumsi dasar
pertama dalam konseling trait and faktor bahwa tingkah laku manusia dapat
diatur dan diukur oleh karena itu pengukuran merupakan elemen pokok dalam
konseling trait and factor. Secara lebih rinci, konseling ini di dasarkan sejumlah
asumsi yang diambil dari tradisi psikologi diferensial yaitu:
a. Individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dalam berbagai
aspek prilakunya.
b. Dalam keterbatasan faktor genetik, tingkah laku dapat diubah dan
diubah dalam batas-batas fungsi organisme dan lingkungan.
c. Ciri-ciri tingkah laku individu cukup konsisten sehingga
memungkinkan dilakukan generalisasi dalam mendeskripsikan tingkah
laku dari waktu ke waktu.
d. Tingkah laku individu merupakan hasil dari statusnya sekarang
pengalaman-pengalaman dan seting sosial dan fisik.
e. Tingkah laku manusia dapat di konseptulisasikan atas dasar abilitas,
kepribadian pada umumnya dan temperamen serta motivasi.
12
f. Konflik sosial dan intrapersoanal di perlukan dan tidak dapat dielakkan
dan dapat bersifat konstruktif maupun destruktif.
Dua konsep utama dalam pendekatan konseling ini adalah trait and factor.
Trait merupakan kategori yang diguanakan untuk mendeskripsikan perbedaan
individu dalam hal tingkah laku. Untuk melihat trait digunakan analisis factor dari
hasil tes individu diharapkan menjadi sumber pemahaman mengenai trait. Analisis
factor dikembangkan sebagai alat menentukan bagaimana trait mencukupi untuk
mengenali keserupaan dan perbedaan individu.
13
BAB III
PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN
A. ANALISIS DATA
Analisis merupakan langkah awal konseling trait and factor yang di
maksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang diri konseli dan latar
kehidupannya. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk memperoleh
pemahaman tentang diri konseli sehubungan dengan syarat-syarat yang di
perlukan untuk memperoleh penyesuaian diri baik untuk masa sekarang maupun
yang akan datang. Berikut ini instrument pengumpulan data yang digunakan
praktikan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang konseli.
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
dan bertujuan untuk mengetahui segala aktifitas konseli tanpa sepengetahuan
konseli. Hal ini dilakukan agar tingkah laku konseli yang diamati adalah tingkah
laku yang sebenarnya dan bukan dibuat-buat.
Dari hasil observasi menunjukkan bahwa dalam kesehariannya konseli
pada saat berangkat ke sekolah jalan kaki sedang rumahnya jauh di pakisaji kira-
kira 15 km. Selama mengikuti pelajaran dikelas konseli mendengarkan dan
memperhatikan tetapi terkadang tidak menghiraukan konseli bercanda dengan
temannya sambil mendengarkan musik dan konseli duduknya sering pindah-
pindah. Konseli kurang berpartisipasi di kelas jarang bertanya kepada guru, jika
diberi pertanyaan menjawab tetapi salah. Pada saat jam istirahat konseli pergi ke
mushola untuk sholat dhuhur, setelah itu konseli kembali ke kelas, konseli tidak
14
pernah pergi ke kantin bersama teman-temannya untuk membeli makanan kecil
setiap hari konseli pada saat istirahat selalu seperti itu.
b. Wawancara
1. Wawancara dengan konseli
Dalam proses wawancara praktikan menciptakan suasana yang bebas,
terbuka dan akrab agar konseli dapat dengan bebas dan terbuka dalam
memberikan keterangan.
Dari hasil wawancara banyak data penting yang diperoleh yaitu:
Konseli tinggal bersama ayah, ibu dan adik kandungnya.
Konseli anak ke-1 dari 2 bersaudara yang sekandung.
Konseli mempunyai kakak tiri dari istri pertama ayahnya.
Konseli mempunyai masalah dengan ayah kandungnya karena ayahnya
sering marah-marah.
Konseli mempunyai masalah keluarga yaitu keadaan ekonominya rendah,
ayahnya bekerja di pabrik gula dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Ayah konseli mempunyai usaha billiard dan wartel tetapi bangkrut karena
di guna-guna tetangganya.
Keluarga konseli mempunyai banyak hutang.
Konseli belum bayar uang SPP selama 5 bulan.
Konseli sering bertengkar dengan adiknya di rumah.
Hubungan konseli dengan ayahnya kurang akrab, konseli lebih senang
diam kalau tidak ditanya.
Konseli tidak bertegur sapa dengan ayahnya kalau tidak ada kepentingan.
15
Dalam pergaulannya dengan teman konseli memilki 1 teman akrab
dikelasnya
Dalam pergaulannya dengan lawan jenis konseli tidak pernah berpacaran
mulai dari SMP tapi konseli mengatakan, kalau konseli menyukai salah
satu teman cewek dikelasnya.
Riwayat pendidikan:
o TK A.Yani masuk tahun 1998 dan lulus tahun 2000
o SDN Genengan 01 masuk tahun 2000 dan lulus tahun 2006
o SMPN 4 Kepanjen masuk tahun 2006 dan lulus tahun 2009
2. Wawancara dengan guru bidang studi
Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan guru-guru bidang studi
diperoleh data bahwa konseli selalu hadir pada saat pelajaran berlangsung, tetapi
konseli tidak pernah mengajukan pertanyaan dan jika ditanya menjawab tetapi
salah dan jawabnya singkat-singkat saja. Meskipun demikin nilai konseli masih
tergolong rata-rata kelas.
c. Daftar Cek Masalah (DCM)
Dari daftar cek masalah yang diisi oleh konseli, maka diperoleh data antara
lain:
1. Gejala masalah kesehatan
a. Konseli pernah di operasi
b. Merasa lelah dan tidak bersemangat
c. Penglihatan konseli kurang
Dari 20 masalah kesehatan yang tercantum dalam DCM, konseli
mengalamai 3 masalah dengan presentase 3/20 x 100% = 15%
16
2. Gejala masalah keadaan penghidupan
a. Uang saku saya kurang mencukupi
b. Kekurangan buku karena tidak mampu membeli
c. Tidak tahu bagaimana cara menambah dana untuk biaya sekolah
d. Saya sering pinjam uang
e. Uang sekolah saya sering tidak terbayar
f. Sering berjalan kaki ke sekolah sedang rumah jauh
g. Uang sekolah saya terlalu tinggi
h. Mengharapkan dapat beasiswa
Dari 20 masalah keadaan penghidupan yang tercantum dalam DCM,
konseli mengalami 8 masalah dengan persentase 8/20 x 100% = 40%
3. Gejala masalah rekreasi dan hoby
a. Hoby olahraga saya (renang, Voli, basket, tennis, fitness/aerobic
dll) tidak tersalurkan karena dihalangi orang tua
b. Saya tidak pernah berekreasi karena tidak ada waktu
c. Hoby olahraga saya (renang, Voli, basket, tennis, fitness/aerobic
dll) tidak tersalurkan karena fasilitas/biaya kurang mendukung
d. Hoby olahraga saya menyita waktu belajar saya
Dari 20 masalah keadaan rekresai dan hoby yang tercantum dalam
DCM, konseli mengalami 4 masalah dengan persentase 4/20 x 100%
= 20%
4. Gejala masalah kehidupan social kegiatan berorganisasi
a. Sering gagal dalam usaha mencari kawan
b. Merasa tidak disenangi oleh kawan-kawan di sekolah
17
c. Terlalu aktif dalam organisasi
d. Sukar dalam menyesuaikan diri
e. Takut bergaul dengan kawan yang menjabat sebagai pengurus
organisasi
f. Tidak pernah menjadi pemimipin
g. Bingung bila berhadapan dengan orang banyak
h. Sukar dalam menerima kekalahan
i. Mudah merasa malu
j. Mudah marah
k. Sering tidak sabar
Dari 20 masalah kehidupan social kegiatan berorganisasi yang
tercantum dalam DCM, konseli mengalami 11 masalah dengan
presentase 11/20 x 100% = 55%
5. Gejala masalah hubungan pribadi
a. Tidak bergaul dengan orang yang tingkat social ekonominya tinggi
b. Sukar bergaul dengan lawan jenis
c. Sering mersas iri hati
d. Sering merasa curiga terhadap orang lain
e. Sering menyesali diri
f. Merasa tidak mempunyai harapan
g. Saya ingin sekali dikagumi
h. Saya mempunyai kebiasaan jelek
i. Saya ingin hidup tenang
j. Saya tidak mempunyai teman akrab
18
k. Saya merasa diri saya tidak sebaik orang lain
Dari 20 masalah hubungan pribadi yang tercantum dalam DCM,
konseli mengalami 11 masalah dengan persentase 11/20 x 100% =
55%
6. Gejala masalah muda-mudi
a. Sering melamun memikirkan si dia
b. Saya kesepian karena belum mempunyai pacar
c. Iri melihat kawan-kawan berpasangan
d. Sering bertepuk sebelah tangan
e. Dilarang berpacaran oleh orang tua
f. Saya bersikap terbuka terhadap pacar saya
Dari 20 masalah muda-mudi yang tercantum dalam DCM, konseli
mengalami 6 masalah dengan persentase 6/20 x 100% = 30%
7. Gejala masalah kehidupan keluarga
a. Sering bertengkar dengan kakak/adik
b. Mata pencaharian keluarga di rumah mengganggu konsentrasi
belajar
Dari 20 masalah kehidupan keluarga yang tercantum dalam DCM,
konseli mengalami 2 masalah dengan persentase 2/20 x 100% = 10%
8. Gejala masalah agama dan moral
a. Sering berdusta atau tidak jujur
b. Sopan dan santun lebih berharga bagi saya
c. Saya merasa berdosa sekali
19
Dari 20 masalah agama dan moral yang tercantum dalam DCM,
konseli mengalami 3 masalah dengan persentase 3/20 x 100% = 15%
9. Gejala masalah penyesuaian terhadap sekolah
a. Pribadi seorang guru menyebabkan pelajarannya tidak saya
perhatikan
b. Di sekolah tidak dapat memusatkan perhatian
c. Saya merasa dibenci oleh kawan-kawan saya di sekolah
d. Sering tidak dapat menyelesaikan tugas sekolah
e. Catatan pelajaran tidak lengkap dan tidak teratur
Dari 20 masalah penyesuaian terhadap sekolah yang tercantum dalam
DCM, konseli mengalami 5 masalah dengan persentase 5/20 x 100% =
25%
10. Gejala masalah masa depan dan cita-cita pendidikan/jabatan
a. Kuatir tidak dapat mandiri kelak
b. Kuatir tidak diterima di perguruan tinggi
c. Ingin mengetahui bakat dan kemampuan saya
d. Cita-cita saya tidak sesuai dengan kemampuan saya
e. Ingin melanjutkan sekolah tetapi tidak ada biaya
f. Belum mempunyai cita-cita tertentu
g. Tidak ada orang yang membantu mengenali cita-cita
h. Cita-cita selalu goyah
i. Sekolah tidak menjamin masa depan saya
20
Dari 20 masalah penyesuaian terhadap sekolah yang tercantum dalam
DCM, konseli mengalami 9 masalah dengan persentase 9/20 x 100% =
45%
11. Gejala masalah penyesuaian terhadap kurikulum
a. Enggan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler
b. Sukar mendapatkan buku-buku pelajaran
c. Saya sering mendapat angka rendah
d. Sukar menangkap dan mengikuti pelajaran matematika atau fisika
e. Sering kuatir kalau-kalau mendapat giliran
f. Sering mendapat kesukaran dalam menyelesaikan tugas pelajaran
rumah
g. Sukar mempelajari ilmu kimia dan biologi
h. Sering kesulitan untuk memahami soal-soal ulangan
i. Tugas-tugas kurikuler/PR terlalu berat
j. Cara guru mengajar terlalu cepat
Dari 20 masalah penyesuaian terhadap kurikulum yang tercantum
dalam DCM, konseli mengalami 10/20 x 100% = 50%
Dari daftar cek masalah yang dilancarakan diperoleh hasil bahwa
permasalahan konseli yang terbesar adalah masalah kehidupan sosial kegiatan
berorganisasi (55%) dan masalah hubungan pribadi (55%), gejala masalah
penyesuaian terhadap kurikulum (50%), gejala masalah masa depan dan cita-cita
pendidikan/jabatan (45%), gejala masalah keadaan penghidupan (40%), gejala
masalah muda-mudi (30%), gejala masalah penyesuaian terhadap sekolah (25%),
gejala masalah rekreasi dan hoby (20%), gejala masalah kesehatan (15%), gejala
21
masalah agama dan moral (15%), dan yang terkecil adalah masalah kehidupan
keluarga (10%).
d. Sosiometri
Sosiometri adalah alat yang digunakan untuk meneliti struktur sosial
sekelompok individu dengan dasar penelahaan terhadap relasi sosial, status sosial
dari masing-masing anggota kelompok yanhg bersangkutan.
Dari hasil analisis sosiometri yang sudah dilancarkan dengan kriteria
teman yang paling di sukai, konseli ada yang memilih. Teman yang memilihnya 1
orang yaitu teman akrab konseli sendiri. Dari tabel sosiometri dapat terlihat bahwa
konseli tidak terisolir. Konseli dapat bekerja sama tetapi hanya bisa bekerja sama
dengan teman-teman yang dekat dengannya saja/kelompoknya saja. (Lampiran)
e. Cek list kebiasaan belajar (study habit)
Tabel 3.1
Analisa cek list kebiasaan belajar (study habit)
AspekNegatif Positif
Jumlah Persentase Jumlah Persentase16 28,6 2 4
Dari hasil ananlisis cek list kebiasaan belajar (study habit) diperoleh data
bahwa konseli belajar kalau ada ulangan saja. Konseli tidak mempunyai daftar
waktu untuk belajar di rumah. Konseli tidak bisa tidur siang, karena untuk kelas X
masuknya jam 11.30. Konseli biasanya mempelajari bahan-bahan pelajaran yang
sulit terlebih dahulu, kemudian mempelajari yang mudah. Konseli tidak
merencanakan bahan apa yang harus di pelajari. Orang tua konseli menentukan
bidang studi/jurusan yang diambil. Ada beberapa pelajaran yang konseli sulit
pahami. Konseli sulit mengikuti sistem di sekolahnya dan tidak mengerti sistem
22
pendidikan di sekolahnya. Alat-alat belajar selalu tidak tercukupi dan tidak
mampu membeli. Uang SPP selalu mengganggu belajar konseli karena belum
membayar. Orang tua/wali konseli kadang-kadang memperhatikan penggunaan
waktu belajar konseli. Konseli belajar bila mendapat teguran atau perintah dari
orang tuanya. Buku-buku pelajaran dan catatan konseli tidak lengkap. Konseli
tidak pernah membaca buku-buku di perpustakaan. Konseli jarang bertanya
kepada ibu/bapak guru. Konseli sering bertanya kepada teman tentang pelajaran.
Konseli belajar pada malam harinya sekitar 3 jam, belajar dimulai pukul 19.00 s/d
21.00.
Dari hasil cek list kebiasaan belajar (study habit) dapat disimpulkan bahwa
cara belajar konseli masih rendah. Konseli kurang aktif di dalam kelas untuk
bertanya atau menyampaikan pendapatnya. Fasilitas belajar konseli tidak
memadai karena orang tua konseli tidak mampu membeli. Uang SPP konseli
menggangu belajar konseli, karena konseli tidak tahu bagaimana caranya
melunasi uang SPP. (Lampiran)
f. Tes Who Am I
Test who Am I adalah suatu tenik pengumpulan data yang bertujuan untuk
membantu konseli mengetahui tentang siapa diri konseli, kelebihan dan
kekurangannya. Berdasarkan interpretasi test Who Am I dapat di peroleh data
bahwa konseli merasa sanggup membuat rencana yang baik (di dalam sekolah,
diluar sekolah, dalam permainan/tugas). Konseli merasa bukan seorang pemimpin
yang baik dalam beberapa bidang. Konseli juga orang yang segan bermain-main
bersama dengan teman-teman sekelompoknya. Konseli juga merasa bahwa dirinya
adalah seorang yang selalu merusak, melanggar peraturan sekolah maupun
23
pergaulann. Konseli adalah seorang yang mudah untuk mengerti sesuatu (sesuatu
yang berhubungan dengan persoalan di sekolah maupun sesuatu yang
berhubungan dengan persoalan di luar sekolah). Konseli merasa bukan seorang
yang selalu bekerja untuk kepentingan kelas atau kelompok dan teman. Konseli
adalah seorang yang sulit untuk mendapatkan kawan, sukar untuk bergaul dengan
mereka. Konseli juga merasa tidak bahagia, tidak ada seorangpun yang dapat
membuat konseli gembira. Konseli merasa sukar untuk mengemukakan pendapat,
sehingga tidak seorangpun dapat mengerti pendapat konseli. Konseli bukan
seorang yang populer di kelompoknya. Konseli merasa dirinya yang paling
menurut dikelompoknya. Konseli merasa dirinya adalah seorang yang selalu
mempunyai ide-ide baik, menyenangkan dalam aktifitas pergaulan mapun
pelajaran. Konseli juga merasa dirinya adalah seorang yang kejam terhadap
teman-teman lain terutama teman yang kecil. Konseli adalah seorang yang tidak
mempunyai banyak teman.
Berdasarkan interpretasi test who am I dengan skor 25,5 dapat
disimpulkan bahwa konseli termasuk orang yang berkepribadian cukup optimis,
agak menyenangkan dan cukup percaya pada diri sendiri. (Lampiran)
B. SINTESIS
Sintesis merupakan usaha merangkum, menggolong-golongkan serta
menghubung-hubungkan data yang telah di kumpulkan sehingga tergambarkan
keseluruhan pribadi konseli. Gambaran kelebihan dan kelemahan konseli akan di
lukiskan pada tahap ini. Dari data yang telah berhasil dikumpulkan dan dengan
mengaitkan seluruh data yang relevan dengan masalah konseli, dapat disimpulkan
bahwa konseli adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara yang sekandung dan anak ke-2
dari saudara tiri karena ayahnya mempunyai istri 2, sedangkan ibu kandung
24
konseli adalah istri ke-2 ayahnya yang berasal dari keluarga dengan status
ekonomi yang kurang.
Konseli tinggal dengan ayah, ibu dan adik kandungnya, sedangkan ibu tiri
dan kakak tirinya tidak tinggal serumah. Hubungan anggota keluarga dirumah
biasa saja. Orang tuanya jarang mengawasi konseli dalam belajar. Hubungan
konseli dengan ayahnya kurang akrab, konseli di rumahnya jarang bersenda gurau
dengan ayahnya, konseli merupakan anak yang pendiam.
Kebiasaan membaca majalah, koran, setelah pulang sekolah adalah sisi
yang positif dari konseli, hanya saja terkadang ia lupa terhadap waktu belajarnya
dan alangkah baiknya kalau yang dibaca itu adalah buku-buku pelajaran. Selain
itu sisi positif yang dimiliki konseli adalah konseli merupakan anak yang
menepati janji, patuh terhadap guru dan mempunyai keinginan untuk tetap
bersekolah walaupun tidak tahu bagaimana caranya melunasi uang SPP. Kegiatan
dirumah pun tidak teratur, konseli lebih suka menghabiskan waktunya di dalam
kamar, ia pendiam (tidak akan bersuara jika tidak ditanya dan jawabannya
pendek-pendek).
Kemampuan konseli hanya tingkat rata-rata sedang, konseli juga sering
kali tidak dapat memusatkan perhatiannya saat pelajaran berlangsung didalam
kelas, ia selalu khwatir jika tiba-tiba harus disuruh guru untuk maju didepan kelas.
Konseli merupakan anak yang tertutup dan tidak mudah percaya kepada orang
yang baru dikenalnya.
Konseli merasa sulit bekerja sama dengan orang-orang baru. Dia hanya
dapat bekerja sama dengan teman-teman satu kelompoknya saja. Dengan kata lain
intensitas pergaulannya dengan teman sangat rendah jika dibandingkan dengan
25
tingkat usianya. Disekolah konseli juga sering terlihat sendirian di dalam kelas
saat jam istirahat, ia hanya duduk di bangkunya. Konseli tidak pernah pergi
kekantin bersama teman-temannya. Konseli tidak pernah mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di sekolahnya. Selama mengikuti pelajaran, konseli juga lebih
banyak berdiam diri, kadang acuh tak acuh dan tidak pernah mengajukan
pertanyaan.
Mengenai cita-cita dan harapan masa depan, konseli masih belum
mempunyai cita-cita karena konseli merasa tidak mempunyai biaya untuk
melanjutkan sekolah. Pada saat kelas XI nanti konseli ingin masuk di jurusan IPA
meskipun konseli mengalami kesulitan di pelajaran matematika dan fisika. Dari
tabel sosiometri terlihat bahwa konseli tidak terisolir dalam pemilihan teman yang
disukai. Yang memilih konseli 1 orang yaitu teman akrabnya. Sedangkan dari
daftar cek masalah diketahui gejala masalah yang menonjol atau paling besar
persentasenya adalah gejala masalah kehidupan sosial kegiatan berorganisasi
(55%) dan masalah hubungan pribadi (55%), gejala masalah penyesuaian terhadap
kurikulum (50%).
C. DIAGNOSIS
Diagnosis merupakan langkah menarik simpulan logis mengenai masalah-
masalah yang di hadapi konseli atas dasar gambaran pribadi konseli hasil analisis
dan sintesis. Pada tahap ini dilkukan 2 kegiatan yaitu mengindetifikasi masalah,
merumuskan sumber-sumber penyebab masalah (etiologi).
1. Identifikasi masalah
Pada tahap ini masalah diklasifikasikan data yang telah diperoleh, adapun
masalah yang sedang dialami konseli antara lain:
26
a. Gejala masalah keluarga
Konseli merasa tertekan dan tidak bahagia atas perlakuan kedua orang
tuanya yang keras, apalagi ayahnya yang sering marah-marah kepada
konseli membuat konseli takut untuk berbicara dengan ayahnya. Konseli
sering bertengkar dengan adik kandungnya, apalagi ayah konseli
mempunyai istri 2, ibu konseli merupakan istri keduanya, sedangkan dari
istri pertamanya mempunyai 1 anak perempuan yang menjadi kakak tiri
konseli. Hubungan konseli dengan kakak tirinya juga tidak akrab, karena
konseli merasa takut kepada kakak perempuannya.
b. Gejala masalah kehidupan ekonomi
Konseli berasal dari keluarga yang keadaan ekonominya rendah, ayah
konseli mempunyai usaha billiard dan wartel tetapi sekarang bangkrut
kemudian ayah konseli bekerja di pabrik gula dan ibunya sebagai ibu
rumah tangga. Konseli sudah 5 bulan belum membayar uang SPP dan ini
sangat berpengaruh terhadap belajar konseli. Konseli tidak tahu bagaiman
cara melunasi uang SPP sedangkan konseli tetap ingin bersekolah.
Konseli mengharapkan mendapat beasiswa. Konseli pergi ke sekolah
dengan jalan kaki sedang rumah jauh di pakisaji kira-kira 15 km, konseli
tidak naik len karena tidak mempunyai uang apalagi uang untuk bayar len
uang saku saja dia tidak punya. Konseli kadang-kadang ikut temannya
kalau secara tidak sengaja bertemu di jalan.
c. Gejala masalah kehidupan sosial kegiatan berorganisasi
Konseli merasa tidak disenangi oleh teman-temannya di sekolah, sukar
dalam menyesuaikan diri. Konseli mersasa takut bergaul dengan teman
27
yang menjabat sebagai pengurus organisasi. Konseli juga bingung bila
berhadapan dengan orang banyak, sukar dalam menerima kekalahan, tidak
pernah menjadi pemimpin. Konseli juga mudah merasa malu, mudah
marah, dan sering tidak sabar.
d. Gejala masalah hubungan pribadi
Konseli merasa kurang percaya diri untuk bergaul dengan teman yang
tingkat sosial ekonominya tinggi. Konseli sukar bergaul dengan teman
lawan jenisnya meskipun sekarang konseli menyukai teman 1 kelasnya
tetapi konseli tidak pernah mengutarakan perasaannya. Konseli ingin
sekali di perhatikan oleh teman yang disukainya itu. Konseli juga sering
merasa iri hati, curiga terhadap orang lain. Konseli sering menyesali diri,
merasa tidak mempunyai harapan. Konseli ingin sekali dikagumi dan
konseli ingin hidup tenang.
e. Gejala masalah belajar dan penyesuain terhadap kurikulum
Konseli merasa malas untuk mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
Konseli sukar mendapatkan buku-buku pelajaran, sering mendapat angka
rendah. Konseli juga sering khawatir kalau mendapat giliran, sering
mendapat kesukaran dalam menyelesaikan tugas pekerjaan rumah.
Konseli sukar mempelajari ilmu kimia, biologi, matematika dan fisika.
Konseli belajar bila mendapat teguran atau perintah dari orang tuanya.
Buku-buku pelajaran dan catatan konseli tidak lengkap. Konseli tidak
pernah membaca buku-buku di perpustakaan. Konseli jarang bertanya
kepada ibu/bapak guru. Konseli sering bertanya kepada teman tentang
pelajaran.
28
2. Menentukan sumber penyebab masalah (etiologi)
Langkah ini merupakan langkah menentukan sebab-sebab timbulnya
masalah ada 2 sumber masalah yakni sumber internal dan sumber eksternal.
Kegiatan pada tahap ini meliputi pencarian ilmiah atau pengetahuan berdasarkan
perkiraan rasional dalam hubungannya dengan sebab-sebab gejala konselor dapat
pula menggunakan intuisinya untuk menduga sebab-sebab itu yang kemudian di
cek dengan logika maupun reaksi konseli. Dalam mencari sebab dapat digunakan
data yang terungkap pada tahap anlisis, namun konselor harus dapat membedakan
antara sebab dengan hubungan yang sederhana sifatnya.
Tahap etiologi merupakan tahap mencari factor-faktor penyebab masalah
yang dihadapi konseli:
a. Faktor internal
Keadaan psikis konseli yang merasa ketakutan dan sepertinya
konseli pernah trauma ini terlihat ketika praktikan meminta konseli
memberikan angket kepada orang tuanya konseli menolak.
b. Faktor eksternal
Keadaan ekonomi keluarga yang tergolong kelas ekonomi rendah
sehingga fasilitas belajar konseli tidak terpenuhi
Ayahnya yang mempunyai istri 2
Ayahnya yang sering marah-marah kepada konseli
Perlakuan kedua orang tuanya yang keras
Hubungan konseli yang tidak akrab dengan ayahnya
Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya
29
D. PROGNOSIS
Williamson menyatakan bahwa prognosis merupakan proses yang tidak
terpisahkan dari diagnosis. Prognosis berkaitan dengan upaya untuk memprediksi
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada. Sebagai
contoh jika konseli intelegensinya rendah maka ia akan rendah pula prestasi
belajarnya, jika ia tidak berminat pada suatu tugas/pekerjaan, maka ia akan gagal
memperoleh kepuasaan dalam bidang kerja tersebut, jika konseli rendah bakatnya
di bidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal studi pada program
studi teknik mesin.
Tahap ini memprediksi kemungkian apa yang akan dihadapi konseli jika
masalahnya tidak cepat teratasi.
1. Kemungkinan yang terjadi, apabila masalah konseli tidak segera dibantu
adalah:
a. Konseli akan sulit untuk menetukan dan mencapai cita-citanya.
b. Konseli akan menjadi pribadi yang tertutup, selalu merasa takut.
c. Konseli tidak akan bisa berkonsentrasi untuk belajar.
d. Konseli tidak akan mengalami kemajuan belajar.
e. Pergaulan konseli akan sulit untuk berkembang.
f. Kepribadian konseli akan sulit berkembang (tidak dewasa).
g. Hubungan konseli dengan ayahnya semakin tidak harmonis.
h. Konseli bisa dikeluarkan dari sekolah karena tidak membayar uang
SPP.
i. Konseli tetap mengalami kesulitan untuk mengikuti kegiatan
berorganisasi di sekolahnya.
30
j. Konseli tidak akan mempunyai pengalaman tentang berorganisasi.
2. Kemungkinan yang terjadi, apabila masalah konseli dapat segera di atasi:
a. Konseli bisa menentukan cita-citanya.
b. Konseli bisa sifat terbuka kepada orang lain.
c. Konseli akan mengalami kemajuan belajar.
d. Pergaulan konseli akan berkembang.
e. Hubungan konseli dengan ayahnya akan akrab seperti halnya anak
dengan ayahnya.
f. Konseli bisa mengikuti kegiatan berorganisasi di sekolahnya.
31
BAB IV
USAHA-USAHA BANTUAN
Berdasarkan data tentang klien yang telah dikumpulkan dan telah melalui
tahap-tahap analisis, sintesis, diagnosis dan prognosis, maka langkah berikutnya
dalam kegiatan studi kasus ini adalah upaya merumuskan rencana usaha-usaha
bantuan yang kiranya dapat diberikan. Perumusan ini dilakukan antara konseli dan
konselor.
Dalam pelaksanaan pemberian bantuan sebagai keluar dari persoalan
sudah barang tentu tidak akan segera dapat ditempuh dalam tempo yang hanya
sekejap saja dan ada yang sudah dapat dilaksanakan, ada yang belum
dilaksanakan dan ada yang baru akan dilaksanakan. Oleh sebab itu dalam laporan
studi kasus ini langkah treatment dipaparkan sebagai berikut.
A. Usaha Bantuan yang Direncanakan
1. Memberikan layanan konseling
Layanan konseling ini direncanakan secara individual dan
kelompok. Dari rencana ini diharapkan akan mencapai hasil-hasil :
a.Konseli akan merubah sikap dalam pergaulan yang suka menyendiri
menjadi suka bergaul dan berteman.
b. Konseli akan tumbuh rasa keberanian untuk berekplorasi sosial yang
komunikatif.
c.Konseli akan lebih berani mengembangkan dirinya dalam pergaulan.
d. Konseli akan ditunjukkan bagaimana bersikap yang positif kepada
teman-temannya sehingga perkataannya tidak menyakiti temannya.
32
e.Hubungan konseli dengan ayahnya menjadi akrab selayaknya anak dengan
orang tua.
f. Konseli akan merubah sikapnya dalam belajar menjadi lebih teratur dan
tertata.
g. Konseli akan menjadi pribadi yang bersemangat dan terbuka.
h. Konseli akan berubah dari unpositive self regard menjadi self positif
regard, dan mudah menyesuaikan diri.
2. Pemberian layanan-layanan informasi
a. Informasi tentang cara mengendalikan diri yang baik dan benar.
Diharapkan konseli dapat mengendalikan dirinya. Sehingga konseli dapat
mengatur waktu belajarnya, mengatur waktu istirahatnya dan menentukan
sendiri lingkup pergaulannya. Adapun informasi yang diberikan adalah
informasi cara belajar yang efektif dan efisien, informasi cara bergaul dan
informasi tentang karir.
b. Informasi cara belajar yang efisisen; dari layanan informasi ini
diharapakan konseli akan memiliki keterampilan-keterampilan dalam
menanggulangi masalah belajar. Adapun pokok-pokok informasi yang
diberikan adalah : cara membaca buku, cara bertanya dalam kelas, cara
membuat ringkasan, cara menghafal, persiapan-persiapan dalam
menghafal, cara membuat jadwal belajar dan penggunaan waktu.
c. Informasi cara bergaul; dari pemberian informasi ini diharapkan konseli
akan memiliki pengalaman dan ketrampilan dalam bergaul dengan teman
sejenis maupun lawan jenis sehingga konseli bisa mempunyai banyak
teman dan dapat bekerjasama dengan orang-orang baru dengan cepat.
33
adapun pokok-pokok informasi yang diberikan yaitu: cara menjalin dan
memelihara persahabatan, pergaulan remaja, cara berbicara didepan
umum, cara berbicara dengan teman sebaya.
d. Informasi tentang karir; dari informasi ini diharapkan konseli dapat
terbuka wawasannya tentang karir di masa depan dan mulai menata diri
untuk mempersiapkannya. Adapun pokok-pokok informasi yang diberikan
yaitu : jenis-jenis karir yang sesuai dengan dirinya dan persyaratannya.
3. Layanan bimbingan kelompok
Konseli merasa kesulitan bekerjasama dengan orang-orang baru. Konseli
hanya bisa bekerjasama dengan teman-teman satu kelompoknya saja. Konseli
merasa lama untuk membaur dengan suatu situasi yang baru. Sehingga teman
konseli hanya itu-itu saja, perkembangan sosial konseli lambat. Untuk menjadikan
konseli lebih bisa masuk kepada situasi yang baru maka salah satu rencana
bantuan yang di berikan kepada konseli adalah memberikan bimbingan kelompok
penyesuaian diri dengan teknik home room tetapi kelompok itu adalah kelompok
yang anggotanya konseli jarang bergaul dengan mereka. Disamping itu, agar
konseli terampil dalam pergaulan dan mudah menyesuaikan diri, dalam
bimbingan kelompok ini digunakan sosiodrama.
4. Home Visit
Home visit disamping bertujuan untuk menjalin hubungan kerjasama
antara sekolah dan orang tua dan sebagai cara untuk memperoleh data juga secara
implisit dapat digunakan sebagai sarana memberikan bantuan.
34
5. Mengadakan pendekatan dengan guru bidang studi dan wali kelas.
Upaya ini difokuskan kepada pemberian pengertian kepada guru dan wali
kelas konseli agar dapat memahami dan menerima konseli seperti apa adanya
dengan penuh pengertian dan lebih memperhatikan konseli dalam usaha-usaha
untuk membangkitkan motivasi belajar seperti reinforcement atau pujian dari guru
serta dapat membimbing konseli dalam mengatasi masalah penyesuaian diri.
6. Mengadakan bimbingan karier dan jabatan
Upaya ini dapat dilakukan kepada konseli secara invidual maupun
kelompok secara kontinyu agar konseli dapat mengetahui secara jelas tentang
karier dan jabatan yang cocok dirinya dan dapat menentukan jurusan apa yang
cocok ia ambil sesuai dengan minat dan bakatnya.
7. Konfrensi Kasus
Konfrensi kasus pada dasarnya merupakan kegiatan pertemuan dari
berbagai pihak dalam rangka upaya pemecahan kasus siswa. Disamping mengacu
pada kegiatan pengumpulan data dan diagnosa sementara, kegiatan ini juga
berupaya mencari berbagai alternative sebagai kemungkinan jalan keluarnya.
Pertemuan ini direncanakan akan diikut sertakan berbagai pihak agar
pembahasan dapat secara komprehensif, maka individu-individu yang wajib untuk
hadir adalah orang tua, guru-guru pengajar konseli yang bersangkutan, wali kelas
dan kepala sekolah. Jadi dengan demikian konfrensi kasus disini dapat dianggap
sebagai usaha bantuan, sungguh pun tidak secara langsung mengenai diri konseli.
B. Usaha bantuan yang terlaksana
Pada bagian ini dipaparkan kegiatan bantuan yang riil sudah dilaksanakan.
Adapun bantuan yang sudah dilaksanakan adalah:
35
1. Konseling individual
Layanan konseling ini telah dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu :
a. Pertemuan I
Pertemuan ini ditujukan untuk mengenal konseli lebih dalam dan
juga untuk melengkapi data. Dari proses konseling diperoleh suatu
keputusan, antara lain :
- konseli mencoba memahami kedaan keluarga, dirinya dan masalah
yang sedang ia hadapi. Untuk sementara waktu konseli akan
berusaha untuk akrab dengan ayahnya, mencoba bertegur sapa.
Konseli berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolah dan teman-teman sekelasnya dan mencoba
lebih terbuka kepada guru pembimbingnya yang ia anggap baik
dan mengerti tentang keadaan konseli. Konseli akan berusaha
untuk tidak memikirkan masalah uang SPP karena itu menjadi
kewajiban orang tuanya dan konseli akan berusaha keras untuk
belajar agar tidak mengecewakan orang tuanya. Konseli akan
mengalah kepada adiknya karena konseli menyadari sebagai kakak
harus mengalah dan melindungi adiknya.
b. Pertemuan II
Pertemuan ini ditujukan untuk pembuatan kesepakatan akan usaha
bantuan yang akan diberikan kepada konseli. Dari proses konseling
tersebut diperoleh suatu keputusan, antara lain:
36
Konseli akan berusaha mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang
dianggap cocok dengan dirinya dan sesuai dengan keinginan
konseli yaitu paskibraka.
Konseli akan merencanakan dan membuat jadwal belajar secara
operasional.
Konseli akan berusaha mengendalikan diri dan mulai mengatur
dirinya sendiri lebih baik dan benar.
c. Pertemuan III
Pertemuan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana konseli
telah melaksanakan keputusan yang ia ambil dalam mengatasi
masalahnya menanyakan bagaimana perasaan setelah dapat
melaksanakan keputusan itu.
2. Pemberian layanan informasi
Macam informasi yang diberikan adalah :
a. Cara Belajar yang efektif, meliputi: persiapan-persiapan dalam belajar,
cara membuat jadwal belajar, cara membaca buku, cara membuat
catatan ringkasan.
b. Informasi tentang cara bergaul, meliputi: cara menjalin dan
memelihara persahabatan, pergaulan remaja, cara berbicara di depan
umum dan cara berbicara dengan teman sebaya. .
4. Pemberian motivasi
Motivasi ini bertujuan untuk meningkatkan atau memelihara perilaku baru
yang telah terbentuk. Pemberian motivasi berupa pujian ketika konseli mau
37
melaksanakan kesepakatan yang ada, kata-kata yang dapat memacu semangat
belajar konseli. Hal ini diberikan agar konseli merasa diperhatikan.
5. Mengadakan pendekatan secara informal kepada guru-guru pengajar dan
wali kelas konseli.
Kegiatan ini dilakukan secara informal dengan memberikan informasi
kepada guru tentang konseli agar mereka dapat meluangkan waktu untuk
memberikan perhatian dan bimbingan.
C. Usaha bantuan yang belum terlaksana
Seperti telah di kemukakan dalam uraian terdahulu bahwa rencana bantuan
yang di berikan ada yang terlaksana dan beberapa diantaranya ada yang belum
terlaksana. Rencana bantuan yang belum dilaksanakan tersebut diantaranya adalah
home visit, konferensi kasus dan bimbingan kelompok. Hal-hal tersebut belum
dapat dilaksanakan karena:
1. Masa penyelididkan kasus yang sangat singkat dan harus dibagi dengan
penyusunan-penyusunan laporan PPL yang lainnya.
2. Masalah konseli yang merupakan masalah yang kompleks, karena itu
memerlukan pentahapan pemecahan masalah yang memakan waktu cukup
lama.
D. Usaha tindak lanjut/follow up
Berhubung ada beberapa jenis usaha bantuan yang belum dapat diberikan,
baik yang direncanakan maupun yang belum sempat direncanakan karena
keterbatasan waktu, maka agar dapat mengikuti pertumbuhan dan perkembangan
konseli perlu diberikan bantuan secara maksimal. Bantuan tersebut baik yang
38
telah direncanakan tetapi belum diberikan maupun usaha bantuan yang belum
direncanakan.
Bantuan-bantuan yang dimaksudkan akan diberikan antara lain adalah:
1. Mengadakan bimbingan kelompok melalui sosiodrama, agar konseli dan
juga teman sekelasnya mengetahui peran dan tugas mereka dalam
membina rasa kekeluargaan sesama warga kelas.
2. Mengadakan pembenahan dan perbaikan kelompok secara menyeluruh
oleh guru, konselor dan pihak lain secara terpadu.
3. Memberikan layanan pengajaran remidi. Untuk layanan ini diharapkan
akan dilakukan guru-guru pengajar konseli (khususnya guru bidang studi
biologi, matematika, Bahasa Inggris, fisika, dan matematika) agar
kelambatan dalam memahami bahan pelajaran dapat teratasi sehingga
prestasinya akan naik.
4. Home Visit untuk lebih bisa melihat konseli dan keluarganya dan dalam
memberikan layanan bantuan dapat lebih tepat.
39
BAB V
ANALISIS DAN BAHASAN
A. Analisis
Studi kasus merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam bimbingan
dan konseling yang harus dikuasai oleh konselor untuk menyelesaikan masalah
siswa. Dengan studi kasus diharapkan konselor mampu menyelesaikan masalah
yang kompleks yang tidak selesai hanya dengan konseling saja. Selama proses
konseling ancangan yang digunakan oleh praktikan adalah ancangan klinis model
trait and factor. Pendekatan ini digunakan karena sesuai dengan kondisi konseli
dan latar belakang masalahnya. Studi kasus yang telah praktikan laksanakan
melalui beberapa tahap yaitu analisis data, sintesis, diagnosis (identifikasi
masalah, etiologi, prognosis), treatment (pemberian bantuan) dan follow up (usaha
tindak lanjut).
Dalam laporan studi kasus ini, diperoleh pemahaman yang mendalam
mengenai diri konseli sehingga mempermudah pemecahan masalah konseli sebab
didalamnya terdapat pengklasifikasian masalah sehingga jelas masalah yang
dihadapi konseli. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dihadapi konseli
yaitu masalah keluarga, masalah kehidupan ekonomi, masalah kehidupan social
kegiatan berorganisasi, masalah hubungan pribadi, masalah belajar dan
penyesuain terhadap kurikulum.
Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan studi kasus khususnya usaha
pemberian bantuan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebagian usaha bantuan
yang dapat dilaksanakan dan ada beberapa usaha bantuan yang tidak dapat
40
terlaksana. Hal ini disebabkan karena masa penyelidikan kasus yang sangat
singkat, sedangkan masalah konseli merupakan masalah yang cukup kompleks
dan memerlukan pentahapan pemecahan masalah yang memakan waktu cukup
lama.
Hasil yang dapat dicapai dari usaha pemberian bantuan ini yaitu konseli
mulai menampakkan perubahan perilaku walaupun hal ini dilakukan konseli
secara perlahan, meskipun belum begitu banyak sesuai yang ditargetkan oleh
praktikan, namun setidaknya perubahan positif ini sudah mulai menunjukkan
keberhasilan praktikan dalam membantu konseli menyelesaikan masalahnya.
Pada dasarnya konseling dapat berjalan dengan efektif apabila konseli
datang secara sukarela tanpa paksaan. Tetapi pada prakteknya sebagian besar
siswa kurang peka terhadap keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah dan
hanya ada beberapa konseli saja yang datang tanpa dipanggil, walaupun demikian
proses konseling tidak terlalu berbeda efektifnya karena konseli dapat bekerja
sama dengan baik.
Hambatan yang muncul dari proses konseling adalah konseli terlalu pasif
dan kurang peka terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya dan disisi lain
praktikan juga belum menguasai teknik-teknik konseling yang ada. Sehingga
setiap pernyataan konseli kurang bisa direspon secara tepat oleh praktikan.
B. Bahasan
Unjuk kerja konselor professional tercermin dari kepekaan mereka dalam
menangkap pesan verbal dan non verbal konseli. Secara umum orientasi
bimbingan dan konseling saat ini adalah bagaimana konselor mampu menangkap
asset positif atau potensi setiap konseli. Banyak konseli yang dihadapi oleh siswa
41
merupakan ketidakmampuan atau ketidak berdayaan mereka dalam
mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
Konseling dimaksudkan untuk membantu konseli menyelesaikan
masalahnya sendiri. Dalam membantu, pegangan utama konselor adalah
pandangan terhadap hakekat pribadi manusia. Pandangan terhadap manusia
tersebut dapat menentukan: hakekat masalah konseli, prosedur dan teknik
konseling yang dipakai untuk membantu konseli.
Pada pelaksanaan proses konseling ada beberapa cara pandang yang harus
diperhatikan oleh konselor menurut pendekatan konseling tertentu, yaitu: dimensi
pertama: tujuan atas dasar dimensi ini, konseling berorientasi dalam garis
kontinum dari pencapaian pemahaman (insight) sampai perubahan perilaku
(action) artinya sebagian pendekatan konseling menyatakan bahwa apabila
konseli mencapai pemahaman tentang masalah yang dihadapinya, maka berarti
konseling telah cukup dan tahap selanjutnya akan dialami sendiri oleh konseli.
Sebaliknya, sejumlah pendekatan konseling menekankan perlunya konselor
membantu konseli mempelajari tingkah laku baru. Dimensi kedua: keterlibatan
pribadi konseli, dalam hal ini, sejumlah pendekatan konseling sangat menekankan
peranan pikiran rasional manusia. Konseli diajak untuk memikirkan masalah dan
jalan keluar dari masalah tersebut. Sebaliknya ada pendekatan yang menekankan
keterlibatan emosional konseli dalam menyelami masalah dan menyelesaikan
masalah.
Dalam proses konseling, disarankan kepada konselor agar dapat
mengambil sikap dengan terlebih dahulu memperhatikan aspek emosional konseli
agar ada keterlibatan total konseli, baru kemudian dilanjutkan dengan melibatkan
42
konseli untuk memikirkan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.
Kegiatan ini harus diikuti dengan perencanaan tingkah laku baru yang dapat
diterapkan konseli dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan hasil analisis dari proses konseling didapat bahwa proses
konseling mampu membawa perubahan pada konseli, konseli sudah mampu
mengembangkan sikap dan perilakunya. Konseli juga mampu belajar
memaksakan diri untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya.
Selama konseling sedapat mungkin konseli datasng secara sukarela,
namun pada praktiknya konseli kurang tanggap terhadap keberadaan bimbingan
dan konseling di sekolah, sehingga apabila ditemukan hambatan konselor harus
memanggil konseli yang bersangkutan, walaupun demikian proses konseling tidak
terlalu berbeda mengikuti arahan konselor dalam proses pengubahan. Selain itu,
konseli juga mau berusaha untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil
dalam proses konseling.
43
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan bahasan yang telah diuraikan diawal dapat ditarik
beberapa kesimpulan yang nantinya diharapkan dapat memperkaya dari
pelaksanaan studi kasus selanjutnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan
studi kasus ini adalah:
1. Studi kasus merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam bimbingan
dan konseling yang harus dikuasai oleh praktikan untuk menyelesaikan
masalah siswa. Dengan studi kasus diharapkan praktikan mampu
menyelesaikan masalah yang kompleks yang tidak selesai hanya dengan
konseling saja. Rancangan yang digunakan adalah rancangan klinis model
trait and faktor. Pendekatan ini digunakan karena sesuai dengan kondisi
konseli dan latar belakang masalahnya. Studi kasus yang telah praktikan
laksanakan melalui beberapa tahap yaitu analisis data, sintesis, diagnosis
(identifikasi masalah, etiologi), prognosis, treatment (pemberian bantuan)
dan follow up (usaha tindak lanjut)
2. Dalam laporan studi kasus ini, diperoleh pemahaman yang mendalam
mengenai diri konseli sehingga mempermudah pemecahan masalah
konseli, sebab didalamnya terdapat pengklasifikasian masalah sehingga
jelas masalah yang dihadapi konseli. Masalah yang dihadapi konseli
adalah masalah keluarga, masalah kehidupan ekonomi, masalah kehidupan
44
sosial kegiatan berorganisasi, masalah hubungan pribadi, masalah belajar
dan penyesuaian terhadap kurikulum.
3. Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan studi kasus khususnya usaha
pemberian bantuan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebagian usaha
bantuan yang dapat dilaksanakan dan ada beberapa usaha bantuan yang
tidak dapat terlaksana.
4. Hasil yang dapat dicapai dari usaha pemberian bantuan ini yaitu konseli
mulai ada perubahan prilaku walaupun hal itu dilakukan konseli secara
perlahan, meskipun belum begitu banyak sesuai yang ditargetkan oleh
praktikan. Namun setidaknya perubahan positif ini sudah mulai
menunjukkan keberhasilan praktikan dalam membantu konseli
menyelesaikan masalahnya.
B. Saran
Sebagai akhir laporan studi kasus ini, praktikan menyampaikan beberapa
saran yang mungkin ada manfaatnya bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat meningkatkan kreativitasnya dalam membantu klien
menemukan berbagai macam alternatif pemecahan masalah. Lebih meningkatkan
kerjasama dengan guru-guru lain agar selalu memperhatikan dan memahami
masalah-masalah yang sedang dialami siswa.
2. Bagi pengembangan ilmu
Laporan studi kasus hendaknya bisa menjadi sarana bagi seluruh pihak
khususnya yang berada dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling untuk
belajar memahami setiap individu dan lingkungannya, terutama individu yang
45
bermasalah dan membutuhkan bantuan, sehingga ilmu yang diperoleh menjadi
lebih berkembang dan memperkaya pengetahuan akan keberadaan bimbingan dan
konseling.
46
DAFTAR RUJUKAN
Fauzan, Lutfi dan Bisri, Moh. 1994. Modul 4: Konseling Trait and factor. Malang: IKIP Malang.
Hayinah. 1992. Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: IKIP Malang
Hidayah, Nur. 1998. Pemahaman Individu: Teknik Non Tes. Malang:FIP Universitas Negeri Malang.
Munandir, 1979. Kode Etik Jabatan Konselor. Malang: PPB FIP IKIP Malang.
Partowisastro, Koestoer. 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: PT. Erlangga press.
Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Umum/Kejuruan, Madrasah Aliyah dan sederajat. Jakarta: Depdikbud,
47