STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

30
i STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM POLITIK GLOBAL : ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA KETIMPANGAN RELASI KUASA ANTARA PEMERINTAH DAERAH BADUNG DENGAN INTERNATIONAL CHAIN HOTEL DALAM MENYIKAPI KASUS KRISIS AIR BERSIH DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2011-2018 OLEH Putu Ratih Kumala Dewi, S.H., M.Hub.Int. UNIVERSITAS UDAYANA 2018

Transcript of STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

Page 1: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

i

STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM

POLITIK GLOBAL :

ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA KETIMPANGAN RELASI

KUASA ANTARA PEMERINTAH DAERAH BADUNG DENGAN

INTERNATIONAL CHAIN HOTEL DALAM MENYIKAPI

KASUS KRISIS AIR BERSIH DI KABUPATEN BADUNG

TAHUN 2011-2018

OLEH

Putu Ratih Kumala Dewi, S.H., M.Hub.Int.

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

Page 2: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

ii

DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………….………………….…...1

1.2 Rumusan Masalah……………….…………………….………………….….5

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………….….5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Neo-Marxisme dan Relasi Kuasa ………………………………………………. 6

2.2 Ancaman Krisis Air Bersih dan operasional International Chain Hotel di

Bali…………………………….……………………………………………….… 8

BAB III KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan………………………………………………………………........... 23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 25

Page 3: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-NYA makalah

yang berjudul STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM POLITIK

GLOBAL : ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA KETIMPANGAN RELASI KUASA

ANTARA PEMERINTAH DAERAH BADUNG DENGAN INTERNATIONAL CHAIN

HOTEL DALAM MENYIKAPI KASUS KRISIS AIR BERSIH DI KABUPATEN

BADUNG TAHUN 2011-2018 ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga

mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya dalam penyelesaian makalah ini.

Dan harapan penulis semoga makalah yang disusun untuk bahan ajar pada mata kuliah

Perusahaan multinasional dalam politik global ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, selain itu untuk ke depannya semoga dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi dari yang sekarang dan dapat

berkembang menjadi diktat atau buku ajar. Karena keterbatasan pengetahuan maupun

pengalaman, penulisi yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sekalian

demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar ,20 Oktober 2018

Penyusun

Page 4: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dari waktu ke waktu perekonomian dunia telah mengalami berbagai

perkembangan yang cukup pesat. Salah satu bukti perkembangan perekonomian dunia

yaitu dengan munculnya aktor baru dalam perekonomian internasional yaitu MNCs atau

Multi-National Company. Salah satu MNCs yang berada di Bali adalah International

Chain Hotel (ICH), International Chain Hotel merupakan hotel yang headquarternya

berada di luar negeri dan biasanya memiliki anak cabang di negara lainnya. Rata-rata

pembangunan International Chain Hotel bertambah dua kali lipat setiap tahunnya. Hal

tersebut berakibat pada penggunaan air semakin bertambah kuantitasnya. Saat ini

penggunaan air tanah saja sudah mencapai batas maksimal dimana melebihi angka

28.867.200m3 setiap tahun. Masyarakat Badung hanya memakai sebanyak 7.661.000m

3

dan sisanya digunakan oleh akomodasi pariwisata termasuk International Chain Hotel.

Padahal maksimal pemakaian air tanah hanya 25.800.000m3. Maka dari itu pemakaian

air tanah telah melebihi batas maksimal sebanyak 3.067.200m3. Dimana pemakai

terbanyak berada di wilayah Badung seperti Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan (K22,

NusaBali, 2018). Banyaknya penggunaan air tidak serta merta membuat kebutuhan akan

air menjadi cukup, saat ini Badung masih mengalami kekurangan air bersih. Di Badung

tingkat kekurangan air bersih mencapai 163 liter per detik. Hal tersebut sejalan dengan

semakin meningkatkan jumlah pembangunan International Chain Hotel dan akomodasi

penunjang pariwisata yang tidak terkontrol (Travelnews, 2018).

Page 5: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

2

Pembangunan International Chain Hotel yang diikuti oleh konsumsi air bersih

dalam jumlah besar menjadi salah satu faktor terjadinya krisis air bersih di Kabupaten

Badung. Meningkatnya jumlah pembangunan International Chain Hotel di Badung

menimbulkan suatu kompetisi antara International Chain Hotel dengan masyarakat

sekitar. Dalam memenuhi kebutuhan air bersih, hotel berbintang menggunakan tiga

jenis sumber air, yaitu air dari PDAM, air tanah dan air olahan limbah. Data Bali

International Chain Hotel Association (BHA) dan Howarth HTL memperlihatkan

bahwa semakin mahal atau semakin banyak bintang International Chain Hotel maka

penggunaan air pun semakin tinggi. International Chain Hotel dengan tariff US $440

mengkonsumsi air lebih 4m3 atau 4.000 liter per orang. Sedangkan International Chain

Hotel dengan harga kurang dari US $59, mengonsumsi air hampir 1.000 liter per

orangnya. Angka tersebut jauh dari data konsumsi air masyarakat yang hanya 183 liter

per hari (Suriyani, 2018).

Masalah air kemudian juga menjadi serius dengan munculnya pariwisata yang

pada saat ini telah menjadi salah satu sektor penting bagi pelaksanaan pembangunan di

tingkat lokal, regional dan Internasional yang dapat memberikan peningkatan bagi

pendapatan devisa negara, memperluas lapangan kerja, dan memperkenalkan alam dan

kebudayaan Indonesia kepada masyarakat dunia. Manajemen pengelolaan air juga

menimbulkan sejumlah konflik di beberapa negara tak terkecuali Bali yang sedang

dalam peningkatan populasi dan tekanan pariwisata, termasuk Kabupaten Badung.

Melihat data ini tentu adanya dampak dengan jumlah pemakaian air yang dibutuhkan.

Dampaknya terhadap kuantitas dan kondisi air, baik itu air irigasi maupun air bersih

yang ditandai dengan berbagai permasalahan.

Page 6: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

3

Air merupakan sumber penting bagi seluruh kehidupan di dunia dengan kata lain

air adalah “organ di dunia”. Bahkan isu tentang air bukan menjadi isu baru lagi,

awalnya terdapat dua hal penting yang berkaitan tentang air yaitu bahwa eksploitasi

yang terkait dengan lingkungan dapat menghentikan pertumbuhan ekonomi. Kedua

tentang adanya krisis pangan, sehingga dilakukan upaya menjamin kecukupan pangan

yang serasi dengan pembaharuan kembali sumber daya alam termasuklah sumber daya

air (Trisnawati, 2010). Bahkan baru-baru ini Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-

bangsa (PBB) memperingatkan bahwa dunia dalam bahaya krisis air global. Laporan

bersama Bank Dunia dan PBB menyatakan saat ini 40 persen populasi dunia mengalami

kelangkaan air. Laporan yang disusun berdasarkan penelitian selama dua tahun tersebut

mengatakan 700 juta orang akan menderita akibat kelangkaan air parah (CNN

Indonesia, 2018). Bertajuk "An Agenda for Water Action", dokumen tersebut

merupakan kumpulan hasil panel tinggi soal air. Dokumen tersebut berisikan bahwa

ekosistem basis kehidupan, keamanan pangan, keberlanjutan energi, kesehatan

masyarakat, pekerjaan, kota semua terancam apabila tidak ada pengelolaan air yang

baik dimulai dari sekarang

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Badung membeli tangki air

dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama dengan harga satu

tangki berukuran 5000 liter seharga Rp.250.000 sampai Rp.300.000, namun apabila

jarak rumah lebih jauh maka harga akan semakin mahal. Sebanyak 100 Kepala

Keluarga (KK) di Pecatu membeli air bersih dan menghabiskan dana sebesar 3 juta

setiap bulannya. Tak hanya di Pecatu, masyarakat di kawasan Badung lainnya juga

membeli air dengan rincian Kuta Selatan 12.491 pelanggan, Kuta Utara 23.950

pelanggan, Kuta 16.878 pelanggan, Abiansemal 6.366 pelanggan, Mengwi 3.932

Page 7: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

4

pelanggan, dan Petang 2.878 pelanggan (Denpost 2018). Pihak PDAM bahkan mengaku

bahwa mereka sampai membeli air dari sistem penyediaan air minum kabupaten

lainnya. Hasil-hasil penelitian tentang air dari para ahli lingkungan, ahli ilmu sosial

budaya, atau peneliti kaitan air dan pariwisata. Hasil penelitian mereka biasanya

menegaskan bahwa air telah tercemar, sumur penduduk mengalami instrusi air laut, air

sumur penduduk melampaui baku mutu air kelas I, krisis air sudah di depan mata, dan

industri pariwisata mengkonsumsi air lebih banyak dari penduduk local. Kelangkaan air

ini merupakan masalah penting, khususnya di Badung yang banyak digunakan oleh

International Chain Hotel. Masalah air sering terjadi baik antara masyarakat lokal,

International Chain Hotel dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Guna mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah melakukan beberapa

upaya, seperti pengolahan air limbah domestik melalui Pilot Test Unit di Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) Suwung, optimalisasi IPAL PT. BTDC untuk

mengelola dan mengolah limbah domestik yang berasal dari akomodasi pariwisata di

bawah naungan PT. BTDC, membangun bendungan dan waduk air, serta melakukan

optimalisasi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Sementara, International Chain

Hotel melakukan upaya pengolahan limbah domestik untuk kebutuhan internal dan

memberikan sumbangan sosial ke masyarakat. Anomali yang terjadi kemudian adalah,

adanya ketimpangan relasi kuasa dimana hingga saat ini belum ada upaya bersama

antara kedua pemangku kepentingan tersebut untuk mengatasi masalah gejala krisis air

bersih di Badung. Padahal akar permasalahannya adalah International Chain Hotel yang

semakin banyak menyerap air, namun pemerintah seakan menutup mata dengan adanya

fakta tersebut.

Page 8: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

5

1.2 Rumusan Masalah

Apa penyebab terjadinya ketimpangan relasi kuasa antara pemerintah daerah Badung

dengan International Chain Hotel dalam menyikapi permasalahan krisis air bersih di

Kabupaten Badung Tahun 2011-2018?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Dalam membuat penelitian ini penulis memiliki tujuan eksplorasi. Tujuan eksplorasi

yaitu mencari penyebab dari permasalahan krisis air dan ketimpangan relasi kuasa,

kemudian memberikan informasi bahwa dalam mengatasi krisis air bersih di Kabupaten

Badung telah terjadi ketimpangan relasi kuasa antara pemerintah daerah dan

International Chain Hotel. Selain itu untuk memberi pengertian bahwa krisis air bersih

yang terjadi di Kabupaten Badung perlu mendapat perhatian khusus. Perlu adanya peran

bersama antara International Chain Hotel dan pemerintah dalam menyelesaikan konflik

ini.

2. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis sebagai sumbangan

informasi kepada masyarakat ataupun akademisi mengenai terjaidnya ketimpangan

kuasa yang harus diperbaiki dan krisis air bersih harus ditangani oleh pemerintah

bersama dengan International Chain Hotel.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yaitu dapat menjadi

pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Page 9: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Neo-Marxisme dan Relasi Kuasa

Asumsi dasar dari neomarxisme itu sendiri adalah dunia ini bukan

terbagi berdasarkan sovereignity yang dimiliki oleh negara sehingga menentukan

batas-batasnya dalam sistem internasional. Tetapi yang diasumsikan oleh

neomarxisme adalah sistem internasional yang terpilah berdasarkan kelas. Yaitu

kelas kapitalis-eksploiter (dalam marxisme adalah borjuis) dan kelas negara

dunia ketiga atau negara periphery (dalam marxisme adalah proletar) yang

menjadi obyek eksploitasi karena memiliki sumber daya alam yang tidak

dimiliki oleh negara bermodal (kapital). Terjadi ketergantugan antara negara

yang kuat (leading sector) dengan negara yang miskin (legging sectors) dimana

perspektif ini cenderung untuk berfokus pada masalah pusat dan modal

internasional sebagai penyebab kemiskinan dan keterbelakangan, daripada

masalah pembentukan kelas-kelas.

Neo-marxisme memuncul dua teori yang memiliki pengaruh besar, yaitu

teori ketergantungan (dependency theory) yang berpendapat bahwa

perekonomian di Asia, Afrika, dan Amerika Latin berada di ‘pinggiran’ dalam

perekonomian global dan mereka bergantung pada negara-negara kapitalis di

Eropa Barat dan Amerika Utara yang berada di ‘pusat’ sistem. Artinya, negara

pinggiran tersebut hanya memproduksi bahan mentah maupun barang setengah

jadi, dan bukan barang jadi, sedangkan negara pusat sudah bisa memproduksi

barang manufaktur seperti kulkas, televisi dan lain sebagainya. Teori lain ialah

Page 10: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

7

teori sistem-dunia, dimana pada teori ini memandang bahwa kapitalisme

digerakkan oleh dorongan dari setiap pengusaha baik individu maupun

perusahaan besar yang berusaha untuk memaksimalkan keuntungan mereka,

maka dari itu timbul kecenderungan mendasar untuk memperluas volume

produksi menjadi sangat besar dalam perekonomian dunia.

Relasi kuasa adalah hubungan berdasarkan kepentingan (vested interest)

antara berbagai kelompok atau entitas yang berada dalam satu entitas wilayah.

Istilah “relasi kuasa” adalah terjemahan dari konsep dalam bahasa Inggris

“power relation”. Kata kunci dari konsep ini adalah “power’, sebuah istilah

penting dalam berbagai disiplin ilmu termasuk dan terutama belakangan ini

dalam Hubungan Internasional. Michel Foucault menegaskan bahwa power atau

kuasa bersifat ubiquitous atau ada dimana-mana, dan semua kuasa mencakup

perjuangan untuk memediasi, menciptakan makna, dan melakukan kontrol

(dalam Hamrun, 2015).

Kuasa atau kekuasaan didefinisikan oleh Van Dijk sebagai kepemilikan

yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya) untuk mengontrol

kelompok (anggota) dari kelompok lain (dalam Dona Fauziah, 2017). Kontrol

itu, seperti juga halnya disampaikan oleh Faucault dan Gramsci, bisa dilakukan

secara langsung lewat kekuatan fisik, tetapi juga bisa secara tidak langsung atau

cara-cara persuasif. Kepemilikan akan kekuasaan ditentukan oleh berbagai hal

seperti sumber-sumber daya, uang, status, dan pengetahuan. Kontrol bisa

dilakukan lewat mempengaruhi secara tidak langsung lewat penyebaran

pengetahuan. Siapa memiliki modal modal seperti di atas lebih banyak identic

dengan memiliki kekuasaan lebih besar, lebih kuat, lebih berpengaruh.

Page 11: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

8

Kata “relasi” dalam konsep relasi kuasa mengacu pada pengertian

hubungan atau interaksi berdasarkan kekuatan yang bentuk-bentuk dan

akibatnya ditentukan oleh akumulasi kekuasaan yang dimiliki kelompok atau

anggota kelompok dalam berhubungan dengan kelompok lain. Dalam relasi

kuasa, kelompok yang memiliki modal lebih besar cenderung memiliki

kekuasaan atau daya kontrol atau daya dominasi lebih besar atas kelompok lain.

Akan tetapi ini tidak mutlak, terutama kalau dilihat dari kemampuan suatu

kelompok yang tampak lemah sebetulnya mampu mengajukan nilai tawar

(bargaining position) jika mereka memiliki kemampuan untuk menunjukkan

modal-modal yang mereka miliki. Persoalan sering terjadi bahwa satu kelompok

menyadari bahwa mereka memiliki modal yang bisa dipakai dasar untuk

melakukan negosiasi.

2.2 Ancaman Krisis Air Bersih dan operasional International Chain Hotel di Bali

Semakin berkembangnya ekspansi kapitalis dewasa ini salah satunya

adalah melalui Multinational Corporation (MNC) yang bergerak pada berbagai

sektor, termasuk sektor pariwisata. Salah satu MNC yang bergerak pada bidang

pelayanan jasa pariwisata adalah International Chain Hotel (ICH). ICH dapat

dikategorikan sebagai perusahaan multinasional karena adanya sistem penjualan

produk atau jasa layanan yang bersifat lintas batas negara. ICH merupakan

jaringan hotel yang memiliki standar manajemen dan mekanisme-mekanisme

tertentu (terutama dalam hal properti) yang mana setiap anak perusahaan wajib

mengikuti peraturan atau standar yang telah ditetapkan oleh induk perusahaan

Page 12: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

9

yang umumnya berbasis di suatu headquarter yang memiliki wewenang untuk

memantau sistem dan prosedur yang dilaksanakan oleh anak perusahaan (dalam

Anggun Saputri, Kadek Naraiswari, 2017).

Sumber: Sumber: https://blogs.ntu.edu.sg/hp331-2015-20/water-

resources/

Banyaknya International Chain Hotel di Kabupaten Badung tidak

terlepas dari kondisi geografisnya yang menawarkan keindahan panorama alam

dan budaya. Banyak objek wisata yang dapat dinikmati di Kabupaten Badung

diantaranya pantai kuta, Pantai Pandawa, Pantai Legian, Pantai Seminyak, dan

Pantai Batu Bolong. Tidak hanya keindahan pantai yang menjadi daya tarik

wisatawan untuk datang berkunjung ke wilayah Badung, ada pula keindahan

budaya yang banyak dikunjungi wisatawan yaitu Pura Uluwatu, di sana

wisatawan dapat menikmati keindahan alam dari atas tebing, Sangeh yang

sangat khas dengan hutan dan populasi monyet serta Puri Taman Ayun yang

menyuguhkan keindahan khas Kerajaan Mengwi. Akibat banyaknya kunjungan

wisatawan tersebut menarik minat investor untuk berbondong-bondong

membangun International Chain Hotel di wilayah Badung dengan melihat

Page 13: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

10

banyaknya keuntungan yang akan diperoleh. Selain itu ada tuntutan dari

pemerintah Indonesia untuk terus meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali

setiap tahunnya. Kunjungan wisatawan harus berbanding lurus dengan

akomodasi pariwisata yang memadai termasuk hotel.

Tabel 1.

Beberapa International Chain Hotel di Kawasan Badung

No. Nama Hotel Headquarter Cabang di Badung

1. Ritz-Carlton Hotel

Company

Chevy Chase The Ritz Carlton Bali

2. Novotel Hotels Evry, Paris - Novotel Hotel Benoa

- Novotel Hotel Ngurah

Rai

3. Alila Hotels & Resorts Singapore Alila Villas Uluwatu Bali

4. Swiss-Belhotel

International

Hongkong - Swiss-Bel Hotel

Rainforest

- Swiss-Bel Hotel

Legian

- Swiss-Bel Hotel

Petitenget

- Swiss-Bel Arjuna

Kuta

5. Four Seasons Hotels and

Resorts

Toronto, Canada Four Season Hotel

6. Conrad Hotels & Resorts McLean, Virginia, Amerika

Serikat

Conrad Hotels Bali

7. Hyatt Hotels Corporation Chicago, Illinois, Amerika

Serikat

Grand Hyatt Bali

8. Marriott International Bethesda, Maryland,

Amerika Serikat

- Fairfield Legian

- Courtyard Nusa

Dua

9. Sofitel Hotels and Resorts Paris, Prancis Sofitel Bali

10. Shangri-La Hotels and

Resorts

Hongkong Shangri-La Hotel And Spa

Kuta

Sumber: data diolah dari berbagai sumber

Jumlah hotel di Badung baik hotel berbintang maupun non bintang pada

tahun 2015 mencapai 1.365 dan meningkat menjadi 2.079 pada tahun 2017.

Page 14: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

11

Dengan peningkatan yang sangat pesat tersebut, 40% nya merupakan

International Chain Hotel yang didominasi oleh brand asal negara-negara maju,

seperti Amerika Serikat, Perancis, Cina dan Singapura. Sejalan dengan

banyaknya International Chain Hotel meningkatkan konsumsi air di Badung. Di

Badung industri pariwisata terutama hotel menyedot banyak sekali air tawar.

Banyak masyarakat sulit mendapatkan air bahkan mengalami kekeringan karena

harus berebut air dengan perusahaan air atau perusahaan minuman air (Suamba,

2017). Krisis air bersih di Badung turut membawa hotel berbintang yang

menggunakan sistem international chain di kawasan Badung sebagai pihak yang

sudah seharusnya turut bertanggung jawab.

Sumber: Bali Tourism,

Water Scarcity https://blogs.ntu.edu.sg/hp331-2015-20/water-resources/

Berdasarkan data dari website Bali Tourism, Water Scarcity diatas dapat

dilihat bahwa terdapat 4 golongan yang menggunakan air di Bali yaitu

Masyarakat (Family Compound), turis tidak menginap di hotel/villa (Tourist in

Page 15: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

12

Coumpound), turis menginap di Villa (Tourist in Villa), turis menginap di Hotel

(Tourist in Hotel). Di mana konsumsi air lebih banyak oleh tamu hotel

dibanding dengan masyarakat lokal sendiri. Masyarakat bahkan hanya

mengonsumsi air kurang dari 600 liter perharinya, turis yang tidak menginap di

hotel ataupun villa hanya mengonsumsi sebanyak 700 liter perhari. Untuk turis

yang menginap di villa mengonsumsi air sebanyak 2500 liter perhari, dan turis

yang menginap di hotel mengonsumsi kurang lebih 3200 liter perhari.

Jika kita lihat melalui peta wilayah Bali terlihat bahwa daerah Badung

menjadi area dengan eksploitasi dan krisis air tanah yang sangat parah. Bahkan

warga Badung tidak bisa lagi menikmati air tanah dikarenakan sumur-sumur

warga banyak yang mengalami kekeringan, akibatnya warga Badung harus

membeli air dari PDAM. Tak jarang juga masyarakat berebut air PDAM dengan

International Chain Hotel, karena selain menggunakan air tanah mereka juga

menggunakan air dari PDAM. Warga memprotes layanan air PDAM yang

kerap bermasalah, air yang mengalir ke rumah warga berintensitas kecil dan

sering tersendat. Masalah ini sudah lama dirasakan oleh masyarakat, mereka

merasa rugi membayar air tiap bulannya karena di nilai tidak sebanding dengan

layanan yang di berikan. Hal tersebut kemudian menimbulkan protes dari

masyarakat terhadap pemerintah Badung. Badung sendiri menjadi salah satu

area dengan krisis ketersediaan air tanah terparah di Bali.

PDAM adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di

bidang pelayanan air minum. BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah (Hukum Online, 2017).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1987 tentang desentralisasi

Page 16: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

13

tanggung jawab pemerintah pusat disebutkan bahwa tanggung jawab untuk

menyediakan suplai air bersih adalah pada pemerintah daerah. Sebagai

perwujudannya, penyediaan sebagian besar kebutuhan air bersih di Indonesia

dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang terdapat di setiap

provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia. Berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Badung Nomor 6 Tahun 2005 tentang Perusahaan Air

Minum adalah Perusahaan Milik Pemerintah Daerah Sebagai salah satu alat

kelengkapan Otonomi daerah, yang diselenggarakan atas asas ekonomi

perusahaan dalam kesatuan sistem pembinaan ekonomi indonesia berdasarkan

Pancasila yang menjamin kelangsungan demokrasi ekonomi yang berfungsi

sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dipimpin oleh

suatu direksi di bawah pengawasan badan pengawas (Made Banda, 2017).

Mengingat keberadaan PDAM dibiayai oleh pemerintah daerah yang

bersumber dari uang masyarakat (public fund) maka dalam pengelolaanya

diharapkan PDAM memperhatikan aspek transparansi dan akuntabilitas, baik

dalam aspek pengelolaan keuangan, aspek operasional dan aspek

administrasinya, karena ketiga aspek dimaksud sangat menetukan kinerja

pengelolaan perusahaan termasuk di dalamnya adalah Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) (KOMPIP,2017). Namun dari permasalahan tersebut PDAM

terkesan memihak kepada pihak asing dan mencari keuntungan semata

dikarenakan biasanya jumlah air yang ICH beli lebih banyak dibanding

masyarakat, pemerintah juga tidak ada tindakan untuk menyelesaikan

permasalahan ini padahal PDAM sendiri dibiayai oleh uang rakyat dan menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah.

Page 17: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

14

Sumber: Suryawan, 2017

Melalui grafik dari Suryawan, 2017 diatas terlihat bahwa setiap

tahunnya Badung mengalami penurunan kuantitas air bersih. Dapat dikatakan

bahwa pada tahun 2011-2018 kuantitas air bersih di Badung mencapai angka di

bawah -75m3 pertahunnya. Melihat permasalahan yang terjadi tersebut

pemerintah daerah terus berkontribusi dengan membangun bendungan air dan

bekerja-sama dengan PDAM untuk mendapatkan air dari daerah lain di Bali

seperti Gianyar, Tabanan dan Denpasar. Wakil Ketua I DPRD Badung, Nyoman

Karyana ‘Koprok’ mengusulkan agar Pemerintah Kabupaten Badung

mengadopsi sistem pengolahan air laut atau Sea Water Reverse Osmosis

(SWRO), untuk mengatasi permasalahan yang sudah bertahun-tahun tersebut.

Dengan mengadopsi SWRO, permasalahan air bersih di Badung diyakininya

akan terselesaikan. Usulan adanya SWRO dinilai sangat memungkinkan

diterapkan oleh Direktur Utama PDAM Tirta Mangutama Badung, Made

Subarga Yasa. Namun hal tersebut harus tetap didahului dengan langkah

pengkajian yang matang, termasuk mangsa pasarnya ke depan. Namun usulan

tersebut belum dapat terlaksana dengan baik dikarenakan semua harus dilakukan

sesuai aturan main dan regulasi yang ada (Gede Adi Yuliantara, 2016).

Kabupaten Badung juga menginvestasikan dana sebesar Rp. 65 Miliar

untuk membangun jaringan pipa instalasi yang akan mengalirkan air bersih dari

Page 18: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

15

Sistem Penyediaan Air Minum ke kawasan Badung (Dinas Cipta Karya

Kabupaten Badung, 2014). Rupanya krisis air bersih yang dialami masyarakat

Badung di dengar oleh ICH, karena banyaknya masyarakat yang melakukan

protes terhadap ICH, maka ICH sberupaya membantu masyarakat dengan

melakukan tindakan sosial seperti Beach Cleaning Day di Pantai Kuta,

berpartisipasi dalam Bali Beach Clean Up Program, donasi bantuan untuk

masyarakat kurang mampu, dan menyelenggarakan charity gala dinner untuk

mendukung program UNICEF Check Out for Children for its WASH (Water,

Sanitation and Hygiene).

ICH selaku aktor bisnis hanya berpedoman pada pengejaran keuntungan.

ICH merasa bahwa mereka juga termasuk ke dalam konsumen air bersih di

Kabupaten Badung, maka itu persepsi yang muncul hanyalah sebatas kewajiban

membayar pajak dan menjaga lingkungan di areal bisnis mereka. Melihat

kondisi krisis air bersih yang terjadi di Badung, pemerintah tidak pernah

melakukan pembicaraan dengan pihak ICH untuk membahas penyelesaian

konflik ini. Pemerintah hanya menjalankan beberapa tugasnya, namun

pemerintah tidak juga menampik bahwa salah satu faktor terbesar penyebab

krisis air ini adalah tingginya konsumsi air bersih dari ICH. Begitupun dengan

sebaliknya pihak ICH juga merasa tidak perlu bertanggung jawab terhadap krisis

air ini, terlihat dari tidak adanya usaha kerja-sama maupun kordinasi dengan

pemerintah daerah dalam menyikapi krisis air bersih.

Jika kita tinjau dari peraturan nasional, yaitu Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, menyebutkan bahwa pemerintahan

daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas

Page 19: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

16

otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan

peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain itu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang lingkungan hidup

mengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, berisikan bahwa pemerintah

pusat memberi kewenangan yang sangat luas kepada pemerintah daerah dalam

melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah masing-

masing yang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Oleh karena itu, lembaga yang mempunyai

beban kerja berdasarkan Undang-Undang ini tidak cukup hanya suatu organisasi

yang menetapkan dan melakukan koordinasi pelaksanaan kebijakan, tetapi

dibutuhkan suatu organisasi dengan portofolio untuk menetapkan,

melaksanakan, dan mengawasi kebijakan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Selain itu, lembaga ini diharapkan juga mempunyai ruang

lingkup wewenang untuk mengawasi sumber daya alam untuk kepentingan

konservasi. Untuk menjamin terlaksananya tugas pokok dan fungsi lembaga

tersebut dibutuhkan dukungan pendanaan dari anggaran pendapatan dan belanja

negara yang memadai.

Dari kedua Undang-Undang Nasional tersebut telah memberikan

kewenangan kepada pemerintah secara lebih luas. Hal ini menunjukkan

seharusnya masih ada dominasi peran pemerintah dalam penguasaan dan

pengelolaan sumber daya alam untuk memperoleh pendapatan daerah secara

Page 20: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

17

maksimal. Hal tersebut selanjutnya menimbulkan persepsi bahwa permasalahan

yang menyangkut sumber daya alam merupakan ranah dan tanggung jawab

pemerintah. Hal tersebut menjadikan ICH tidak merasa turut serta bertanggung

jawab dalam menangani masalah krisis air bersih, karena merasa itu tugas dan

tanggung jawab dari pemerintah. Tidak hanya itu, Peraturan Daerah (PERDA)

Kabupaten Badung Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan juga belum di implementasikan secara optimal dan ditemukan masih

adanya beberapa kelemahan dalam implementasi. Padahal dalam PERDA itu

menyebutkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya disingkat

TJSP adalah kewajiban setiap perusahaan untuk membiayai dan/atau

memfasilitasi program pemerintah daerah yang terkait dengan peningkatan

kualitas kehidupan masyarakat baik dalam bidang sosial, ekonomi maupun

lingkungan alam berdasarkan azas kesetaraan dan keadilan. Perusahaan yang

dimaksud adalah badan usaha yang bergerak dalam suatu bidang usaha yang

didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan maupun perjanjian yang

melakukan kegiatan usaha dengan menggunakan modal, serta bertujuan

memperoleh keuntungan, dari pengertian tersebut ICH termasuk ke dalamnya.

Sikap perusahaan yang merasa tidak bertanggung jawab, juga disebutkan dalam

ketentuan umum Pasal 1, Pemangku kepentingan adalah semua pihak, baik

dalam lingkungan perusahaan maupun di luar lingkungan perusahaan, yang

mempunyai kepentingan baik langsung maupun tidak langsung yang bisa

mempengaruhi atau berpengaruh dengan keberadaan, kegiatan dan perilaku

perusahaan yang bersangkutan. Maka dapat dilihat bahwa ICH juga memilki

peran dalam mengatasi permasalahan krisis air bersih.

Page 21: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

18

Namun implementasi dari PERDA tersebut belum berjalan dengan baik

dikarenakan tiga hal. Pertama, adanya skala prioritas pembangunan daerah yang

menitikberatkan perhatian terhadap isu pengentasan kemiskinan dan

peningkatan kualitas hidup masyarakat membuat tanggung jawab sosial yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, termasuk hotel berbintang yang

menggunakan sistem chain, terbatas pada isu sosial-kemanusiaan. Kedua, Forum

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Forum TJSP) yang sejatinya dapat menjadi

penghubung antara pemerintah daerah dan hotel-hotel berbintang tersebut tidak

berfungsi secara efektif. Ketiga, sistem pelaporan TJSP yang belum tersusun

secara sistematis sehingga evaluasi terhadap pelaksanaan TSP tidak dapat

dilakukan secara optimal.

Setelah melihat sikap pihak pemerintah ataupun pihak ICH terhadap

permasalahan dan implementasi Undang-Undang dan PERDA, belum ada

hubungan kerja-sama yang terjadi dari kedua pihak tersebut. Antara pemerintah

daerah dan ICH tidak ada persepsi dan kepentingan bersama hal tersebutlah

yang kemudian menyebabkan ketimpangan relasi kuasa, dimana peran antara

pemerintah daerah dan ICH tidak berjalan sebagaimana mestinya. Neo-Marxism

menyatakan bahwa pada dasarnya pemerintah daerah sebagai representasi

negara memiliki peran sebagai pengatur dan pengendali hubungan antar borjuis

serta memiliki hak dan tanggung jawab untuk menekan pluralitas dan aktivitas

borjuis. Begitupun dengan kasus ini harus ada kontrol dari pemerintah untuk

membatasi penggunaan air oleh ICH, sehingga masyarakat juga mendapatkan

akses air tanah maupun PDAM, kontrol dari pemerintah juga berguna untuk

mencegah ataupun kemudian menangani krisis air bersih.

Page 22: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

19

Berdasarkan konsep Neo-Marxisme, permasalahan yang terjadi ini

dikarenakan adanya ketergantungan negara berkembang terhadap kapitalisme

global melalui MNCs. Ketergantungan yang dimaksud adalah adanya transfer of

surplus berupa keuntungan atau kontribusi yang diberikan oleh hotel-hotel

berbintang yang menggunakan sistem international chain terhadap pemerintah

daerah. Karena seperti yang kita ketahui Badung merupakan daerah pariwisata

terbesar di Bali, dan juga terdapat banyak ICH. Melalui pajak hotel pendapatan

daerah yang ditargetkan oleh pemerintah dalam realisasinya selalu melewati

target sampai pada tahun 2017. Berdasarkan data Badan Pendapatan Daerah

Badung tahun 2017 terdapat 10 penggolongan pajak yang menjadi Pendapatan

Asli Daerah Badung (PAD) yaitu BPHTB, PBB, reklame, mineral bukan logam

atau batuan, penerangan, air tanah, hiburan, parkir, restoran, dan hotel. Dimana

pajak hotel menjadi kontributor terbesar PAD Kabupaten Badung, pada tahun

2017 total pendapatan yang diperoleh melalui hotel mencapai angka Rp.

2,029,984,253,567.13 dari target yang ingin dicapai pemerintah yang hanya Rp.

1. 923.900.459.945.00. Untuk pendapatan BPHTB hanya sebesar Rp.

494,205,941,260.05, reklame sebesar Rp. 4,840,850,519.00, PBB Rp.

202,880,033,173.00, mineral bukan logam atau batuan Rp. 117,135,000.00,

penerangan Rp. 133,418,468,059.00, Air tanah Rp. 59,787,613,324.50, hiburan

Rp. 58,424,310,663.18, parkir Rp. 21,496,917,525.00 dan restoran hanya Rp.

473,851,245,400.88. Jika kita melihat table pendapatan di bawah terlihat bahwa

Hotel memberikan pendapatan terbesar jauh lebih banyak dibanding jenis pajak

lainnya (Dispenda Kabupaten Badung 2017). Dalam diagram terlihat hanya

Hotel yang mampu menembus target 2 triliun sedangkan jenis pajak lainnya

Page 23: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

20

bahkan tidak mencapai 1 Triliun. Hal tersebut menunjukkan adanya bentuk

ketergantungan antara host government dengan ICH sehingga secara tidak

langsung host government dibuat enggan untuk meminta pertanggung-jawaban

hotel-hotel tersebut terhadap dampak lingkungan yang terjadi akibat aktivitas

bisnisnya.

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Badung

https://badungkab.go.id/instansi/bapenda/pad

Kondisi tersebut sejalan dengan penerapan core dan periphery yang

mana ICH merupakan core dan host government merupakan periphery. ICH

menyediakan penerapan teknologi dan pengelolaan yang baik dalam industri

akomodasi pariwisata yang membuat pengelolaan hotel semakin sistematis. Hal

ini menarik minat pengunjung untuk menginap di hotel tersebut melalui

penggunaan brand hotel yang berskala internasional. Brand-brand tersebut pada

umumnya sudah dikenal oleh publik sebagai brand dengan standar-standar

internasional sehingga tidak diragukan lagi fasilitas dan pelayanannya. Hal ini

tentu saja berdampak pada meningkatnya keuntungan dan pajak hotel yang

selanjutnya dapat diklasifisikan sebagai transfer of surplus berupa kontribusi

Page 24: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

21

terhadap pendapatan daerah. Namun di sisi lain, eksploitasi terhadap periphery

tidak dapat dihindari. Eksploitasi yang dimaksud berupa eksploitasi sumber daya

alam dan penaklukan dari sisi kekuatan politik. Hal tersebutlah yang

menyebabkan semakin berkurangnya kuantitas dan kualitas air bersih di

Badung, dan tidak ada tindakan dari pemerintah untuk menegur ataupun

meminta pertanggung jawaban ICH. Pemerintah merasa sangat memerlukan

pajak yang diberikan oleh ICH, karena sampai dengan saat ini Badung menjadi

daerah yang memiliki pendapatan terbesar di Bali.

Pendapat Neo-Marxis yang kedua adalah dalam teori sistem-dunia, jika

melihat dari kasus ini baik ICH ataupun pemerintah berusaha untuk

memaksimalkan keuntungan mereka. Dari sisi pemerintah adalah saat

pemerintah berusaha meminta pertanggung jawaban dari pihak ICH, maka tidak

menutup kemungkinan bahwa ada tindakan penarikan investasi di kabupaten

Badung hal tersebut kemudian berdampak pada berkurangnya jumlah

pembayaran pajak dari ICH dan juga akan lebih banyak biaya yang dikeluarkan

untuk mengatasi masalah krisis air bersih. Maka dari itu pemerintah merasa akan

lebih baik untuk melakukan penambahan bendungan di wilayah lain atau

mengambil air dari kabupaten lain dibanding berusaha memperbaiki masalah.

Kemudian dari pihak ICH berpikir bahwa TJSP untuk menangani krisis air

bersih ini akan menimbulkan banyak kerugian, dikarenakan proses pemulihan

akan lebih lama dibanding membuat sesuatu yang baru. Maka dari itu pemilihan

TJSP berupa donasi ataupun kegiatan social dianggap lebih mudah, praktis,

modal sedikit dan tidak membutuhkan pengelolaan yang lama dibandingkan

turut serta dalam menyelesaikan permasalahan krisis air bersih. Selain itu,

Page 25: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

22

perusahaan juga akan lebih mudah untuk mencapai image building di mata

masyarakat sekitar. Terkait dengan tujuan perusahaan yang mencari keuntungan,

maka secara logika tidak ada alasan bagi pihak ICH untuk ikut serta mengatasi

krisis air bersih.

Saat kita memandang relasi kuasa antara pemerintah daerah dan ICH

dilihat dari Undang-Undang Nasional dan Peraturan Daerah Badung, pemerintah

daerah memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur, mengendalikan dan meminta

pertanggung jawaban dari pihak ICH mengenai krisis air bersih ini. Pemerintah

seharusnya bisa menekan ICH, namun fakta yang terjadi justru sebaliknya, ICH

yang menekan dan mengendalikan pemerintah. Sudah seharusnya host country

bisa menekan kaum borjuis, termasuk ke dalam pelaksanaan tanggung jawab

social perusahaan. ICH seharusnya sudah tau melalui PERDA yang mereka

sepakati sebelum membangun perusahaan dalam suatu daerah, mereka memiliki

kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab terhadap masalah di kawasan

investasi yang muncul sebagai dampak kehadirannya juga dapat disinergikan

sebagai sebuah bentuk kontribusi. Hal tersebut dapat diimplementasikan dalam

aktivitas bisnisnya, termasuk dalam menjalankan upaya bersama dengan host

government dan strategi pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Dari

analisa tersebut sudah terbukti bahwa adanya ketimpangan relasi kuasa antara

pemerintah daerah dan ICH dalam menangani krisis air.

Page 26: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

23

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan data-data dan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa

terjadinya ketimpangan relasi kuasa antara pemerintah Badung dan

International Chain Hotel dimana peran antara pemerintah daerah dan ICH

tidak berjalan sebagaimana mestinya. Power kontrol yang seharusnya dipegang

oleh pemerintah, justru dikuasi oleh ICH. Hal tersebut dikarenakan ada

beberapa penyebab yaitu, pertama belum ada persepsi dan tujuan bersama yang

ingin dicapai oleh kedua belah pihak untuk mengatasi krisis air bersih. Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 di

mana pemerintah pusat sudah memberikan tanggung jawab dalam mengatur

daerahnya termasuk dalam permasalahan lingkungan melalui TJSP, namun

dalam implementasinya tidak berjalan seharusnya. ICH menganggap diri

mereka hanya sebagai konsumen dan permasalahan yang menyangkut sumber

daya alam merupakan ranah dan tanggung jawab pemerintah. Seharusnya

pemerintah mendominasi dalam penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam

untuk memperoleh pendapat daerah secara maksimal, namun merasa belum

mampu.

Faktor kedua adalah ketergantungan (dependency), pemerintah Badung

bergantung pada pajak yang dibayarkan oleh hotel terutama ICH yang menjadi

sumber pendapatan terbesar Kabupaten Badung. Maka dari itu kontrol dan

tekanan yang harusnya dapat dilakukan oleh pemerintah terhadap ICH untuk

Page 27: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

24

ikut memiliki tanggung jawab terhadap krisis air bersih menjadi terbalik. Data

menyebutkan bahwa pendapatan daerah badung terbesar bersumber dari hotel,

dimana ICH termasuk di dalamnya. Sesuai dengan konsep Neo-Marxisme

terjadi pada kasus ini, dimana pemerintah yang dikontrol oleh ICH, Yaitu ICH

sebagai kelas kapitalis eksploiter (dalam marxisme adalah borjuis) dan

Pemerintah sebagai kelas negara dunia ketiga atau negara periphery (dalam

marxisme adalah proletar) yang menjadi obyek eksploitasi karena memiliki

sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh negara bermodal (kapital). Hal

tersebut terjadi karena ICH memiliki power dan modal, kelompok yang

memiliki modal lebih besar cenderung memiliki kekuasaan atau daya kontrol

atau daya dominasi lebih besar atas kelompok lain.

Faktor ketiga adalah keuntungan, baik ICH ataupun pemerintah berusaha

untuk memaksimalkan keuntungan mereka. Dimana apabila ICH ikut serta

menangani krisis air akan membutuhkan biaya dan waktu yang panjang.

Sedangkan pemerintah juga berpikir demikian dibuktikan dengan tidak ada

penyelesaian masalah dengan pihak ICH karena berpikir akan mengurangi

investasi masuk ke Badung apabila ICH diberikan tekanan dalam mengatasi

masalah ini. Sampai saat ini tidak ada kerja-sama antar kedua belah pihak untuk

menyelesaikan konflik ini. Perusahaan yang seharusnya menjalankan TJSP,

hanya sebatas pada tanggung jawab sosial seperti pengentasan kemiskinan

tanpa memperhatikan permasalahan krisis air.

Page 28: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

25

DAFTAR PUSTAKA

Anggun Saputri, Kadek Naraiswari, 2017, “Relasi Bisnis dan Politik: Studi

Kasus Gejala

Krisis Air Bersih di Badung Selatan, Bali”, dalam jurnal of International

Relations Volume 3, Nomor 3, hal. 29-37.

Denpost, “Krisis Air Di Pecatu, diakses dari

http://denpostnews.com/2015/10/15//krisis-air-

di-pecatu/, 30 Agustus 2018.

Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung, 2014, “Atasi Krisis Air Bersih Kuta

Selatan,

Badung Investasikan 65 Milyar”, diakses melalui

http://ciptakarya.badungkab.go.id/berita-202-

Atasi+Krisis+Air+Bersih+Kuta+Selatan,+Badung+Investkan+65+Milyar+, 3

November 2018.

Dona Fauziah, 2017, Ekonomi Politik: Relasi Pemerintah Daerah Dan

Masyarakat Kasus

Pertambangan Emas Tanpa Izin Di Desa Petapahan Kecamatan Gunung Toar

Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2013-2015, Jurnal FISIP Volume 4 No. 1

Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau.

Gede Adi Yuliantara, 2016, “Atasi Krisis Air di Kuta Selatan”, diakses

melalui

https://www.posBali.id/atasi-krisis-air-di-kuta-selatan/, 3 November 2018

Hamrun, 2015, Relasi Kuasa Pengelolaan Taman Hasanuddin Makassar, Tesis,

Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar. Hal 32.

Page 29: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

26

Hikmah ,Trisnawati, 2010, Dalam Jurnal “Dampak Perkembangan

Infrastruktur Pariwisata

Terhadap Konflik Air Di Kabupaten Badung Dan Tabanan”.

Hukum Online, 2017, “Apakah Pegawai PDAM Termasuk PNS?”, diakses

melalui

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt58b8d4b3d0e5a/apakah-pegawai-

pdam-termasuk-pns, 5 November 2018.

I Made Banda Prawira, I Ketut Sudiarta dan Cokorda Dalem Dahana,

2017,

“Kewenangan Perusahaan Daerah Air Minum Atas Pengelolaan Air Bersih Di

Kabupaten Badung” dalam Jurnal Fakultas Hukum Universitas Udayana

Denpasar file:///C:/Users/USER/Downloads/7760-1-13596-1-10-20140107.pdf.

K22, “Penggunaan Air Tanah Melebihi Ambang Batas”, Nusa Bali, diakses dari

https://www.nusaBali.com/berita/735/penggunaan-air-tanah-lebihi-ambang-

batas/halaman/1, 30 Agustus 2018.

KOMPIP, 2017, “Tentang PDAM”, diakses melalui

http://prowater.kompip.org/tentang-

pdam, 5 November 2017.

Lexy J Moleong, 2005, “Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya”,

Bandung, Hal 15.

Luh De Suriyani, “Bali Terancam Krisis Air Mengapa?”, Mongabay, diakses

dari

http://www.mongabay.co.id/2015/04/15/Bali-terancam-krisis-air-mengapa/, 30

Agustus 2018.

Page 30: STUDI KASUS PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM …

27

Olivia, Yessi, 2013, “Level Analisis Sistem dan Teori Hubungan

Internasional”, diakses dari

https://www.academia.edu/18412629/Level_Analisis_Sistem_dan_Teori_Hubu

ngan_Internasional, 8 November 2018.

Suamba, IB Putu. 2017. “Air dalam Peradaban Bali”, Makalah dalam Rembug

Sastra

Purnama Badrawada di Pura Agung Jagatnatha, Denpasar, Bali, Purnama Sada,

Jumat, 9 Juni 2017.

Suryawan, Agung.W.A.A 2008, “Analisis Kebutuhan Akomodasi dan

Transportasi

Pariwisata di Bali”, Pusat penelitian dan Kebudaayaan UNUD & Bali.

Travelnews, “Badung Masih Kekurangan Air Bersih”, diakses dari http://Bali-

travelnews.com/2016/10/07/Badung-masih-kekurangan-air-bersih/, 30

Agustus 2018.