STUDI FASIES VULKANIK GUNUNGAPI PENCU ...dengan kondisi tersebut batuan gunungapi telah di jumpai...

12
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA 13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA 1423 STUDI FASIES VULKANIK GUNUNGAPI PENCU BERDASARKAN PENDEKATAN STRATIGRAFI, DAERAH BANYUASIN, KECAMATAN LOANO, KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH Satyawan Dana 1* Idhar Joisangaji 1 Sri Mulyaningsih 1 1Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Jl.Kalisahak no 28 Komplek Balapan, Yogyakarta *corresponding author: [email protected]. ABSTRAK Daerah penelitian berada di Desa Banyuasin, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Secara geografis berada pada koordinat 07º,38’.30”LS-110º,03’,30”BT dan 07º,40’,30”LS-110º,05’,30”BT. Merupakan bagian dari hasil kegiatan vulkanisme dari gumuk gunungapi pencu yang berumur oligosen, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fasies gunungapi berdasarkan stratigrafi dengan pendekatan lithostratigrafi dengan parameter fisik dari batuan pada daerah penelitian. Berdasarkan parameter-parameter litologi yang di perkuat dengan data geomorfologi dan struktur geologi daerah penelitian. Daerah penelitian di bagi menjadi enam lithofasies yaitu satuan lava andesit vasikular, lava andesit fragmental (autoclastik), lava andesit berstruktur kolom (columnar joint), satuan aglomerat yang tersusun atas bom gunungapi, satuan breksi piroklastik, dan breksi aneka bahan (co ignimbrite). Proses vulkanisme gunungapi Pencu di awali dengan fase pembangunan kerucut gunungapi ditandai dengan di endapkannya satuan lava kemudian mengalami fase letusan eksplosif ditandai dengan membentuk endapan hasil letusan gunungapi dengan di endapkannya satuan breksi piroklastik dan breksi aneka bahan (co ignimbrite). Geomorfologi daerah penelitian memiiki slope sekitar 60º-70º dengan ketinggian berkiar antara 300-400 meter di atas permukaan laut dan beda tinggi 250 meter. Bentukan morfologi berdasarkan data DEM berupa bentukan elipsoid dan pengamatan lapangan berupa perbukitan bergelombang lemah dengan topografi yang curam dan menonjol hal terebut dikontrol oleh litologi berupa lava andesit dan breksi piroklastik yang sangat resisten terhadap pelapukan. Struktur geologi daerah penelitian dengan kelurusan dilihat dari data DEM (Digital Elevation Model) daerah penelitian memperlihatkan pola sirkular dan dalam pengeplotan nilai-nlai kelurusan didapat arah tegasan utama berarah tenggara - barat laut namun pada penggambaran roset memiliki persebaran merata ke semua arah berarti di daerah penelitian lebih berkembang pola struktur akibat kegiatan vulkanik dibanding tektonik. Berdasarkan data lithostratigrafi dengan pendekatan model fasies Bogie & Mackenzie (1998) berada di zona proksimal atas dari tubuh gunungapi purba Pencu. Kata kunci: breksi piroklastik, columnar joint, fasies, proksimal. 1. Pendahuluan Indonesia adalah negara dengan jumlah gunungapi yang sangat banyak dengan persebaran batuan gunungapi yang sangat melimpah hal ini tidak terlepas oleh akibat kegiatan dari tektonik yang sangat intensif dimulai dari zaman Kapur hingga saat ini (Hall, 2009). Maka dengan kondisi tersebut batuan gunungapi telah di jumpai mulai dari umur Tersier hingga Kuarter, salah satunya adalah pada daerah Pegunungan Kulon Progo yang berumur Oligosen, yang terdiri atas hasil kegiatan tiga buah gunungapi besar yaitu Gunungapi Ijo, Gunungapi Gajah dan Gunungapi Menoreh yang menghasilkan Formasi bercirikan batuan gunungapi Old Andesite Formation (Bemmelen, 1949).

Transcript of STUDI FASIES VULKANIK GUNUNGAPI PENCU ...dengan kondisi tersebut batuan gunungapi telah di jumpai...

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1423

STUDI FASIES VULKANIK GUNUNGAPI PENCU BERDASARKAN PENDEKATAN

STRATIGRAFI, DAERAH BANYUASIN, KECAMATAN LOANO, KABUPATEN

PURWOREJO, JAWA TENGAH

Satyawan Dana1*

Idhar Joisangaji1

Sri Mulyaningsih1

1Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Jl.Kalisahak no 28 Komplek Balapan,

Yogyakarta

*corresponding author: [email protected].

ABSTRAK

Daerah penelitian berada di Desa Banyuasin, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Secara

geografis berada pada koordinat 07º,38’.30”LS-110º,03’,30”BT dan 07º,40’,30”LS-110º,05’,30”BT.

Merupakan bagian dari hasil kegiatan vulkanisme dari gumuk gunungapi pencu yang berumur

oligosen, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fasies gunungapi berdasarkan

stratigrafi dengan pendekatan lithostratigrafi dengan parameter fisik dari batuan pada daerah

penelitian.

Berdasarkan parameter-parameter litologi yang di perkuat dengan data geomorfologi dan

struktur geologi daerah penelitian. Daerah penelitian di bagi menjadi enam lithofasies yaitu satuan

lava andesit vasikular, lava andesit fragmental (autoclastik), lava andesit berstruktur kolom

(columnar joint), satuan aglomerat yang tersusun atas bom gunungapi, satuan breksi piroklastik, dan

breksi aneka bahan (co ignimbrite). Proses vulkanisme gunungapi Pencu di awali dengan fase

pembangunan kerucut gunungapi ditandai dengan di endapkannya satuan lava kemudian mengalami

fase letusan eksplosif ditandai dengan membentuk endapan hasil letusan gunungapi dengan di

endapkannya satuan breksi piroklastik dan breksi aneka bahan (co ignimbrite).

Geomorfologi daerah penelitian memiiki slope sekitar 60º-70º dengan ketinggian berkiar

antara 300-400 meter di atas permukaan laut dan beda tinggi 250 meter. Bentukan morfologi

berdasarkan data DEM berupa bentukan elipsoid dan pengamatan lapangan berupa perbukitan

bergelombang lemah dengan topografi yang curam dan menonjol hal terebut dikontrol oleh litologi

berupa lava andesit dan breksi piroklastik yang sangat resisten terhadap pelapukan. Struktur geologi

daerah penelitian dengan kelurusan dilihat dari data DEM (Digital Elevation Model) daerah

penelitian memperlihatkan pola sirkular dan dalam pengeplotan nilai-nlai kelurusan didapat arah

tegasan utama berarah tenggara - barat laut namun pada penggambaran roset memiliki persebaran

merata ke semua arah berarti di daerah penelitian lebih berkembang pola struktur akibat kegiatan

vulkanik dibanding tektonik. Berdasarkan data lithostratigrafi dengan pendekatan model fasies

Bogie & Mackenzie (1998) berada di zona proksimal atas dari tubuh gunungapi purba Pencu.

Kata kunci: breksi piroklastik, columnar joint, fasies, proksimal.

1. Pendahuluan

Indonesia adalah negara dengan jumlah gunungapi yang sangat banyak dengan persebaran

batuan gunungapi yang sangat melimpah hal ini tidak terlepas oleh akibat kegiatan dari

tektonik yang sangat intensif dimulai dari zaman Kapur hingga saat ini (Hall, 2009). Maka

dengan kondisi tersebut batuan gunungapi telah di jumpai mulai dari umur Tersier hingga

Kuarter, salah satunya adalah pada daerah Pegunungan Kulon Progo yang berumur

Oligosen, yang terdiri atas hasil kegiatan tiga buah gunungapi besar yaitu Gunungapi Ijo,

Gunungapi Gajah dan Gunungapi Menoreh yang menghasilkan Formasi bercirikan batuan

gunungapi Old Andesite Formation (Bemmelen, 1949).

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1424

Gunungapi purba yang saat ini hanya meninggalkan jejak berupa fosil-fosil gunungapi,

berupa batuan-batuan gunungapi yang tersingkap oleh kegiatan erosi yang sangat intensif.

Penampakannya sudah tidak sejelas gunung api aktif masa kini, tetapi diyakini letaknya

masih in situ. Informasi keberadaan gunung api purba ini sangat penting untuk memahami

geologi suatu daerah, perkembangan vulkanisme dan kemungkinan potensi geologi pada

wilayah tersebut, berupa sumber daya alam golongan A, golongan B, maupun golongan C

selain sumber daya yang menguntungkan, dapat juga memiliki potensi negatif berupa

longsoran, amblesan, ditribusi dan tingkat kerusakan akibat gempa bumi, serta banjir.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya analisis fasies gunungapi yang sangat

berguna untuk mengidentifikasikan adanya potensi negatif dan potensi positif. Penelitian ini

akan membahas tentang fasies gunungapi di Daerah Banyuasin, Kecamatan Loano,

Kabupaten Purworejo dengan menggunakan pendekatan fasies gunungapi menurut Bogie &

Mackenzie (1998).

Tatanan Geologi

Daerah penelitian mengacu pada Van Bammelen (1949), secara geologi menempati bagian

timur dari dome pegunungan Kulonprogo. Menurut Harjanto 2010, daerah penelitian

termasuk dalam Gumuk Gunungapi Pencu yang barumur Oligosen, dengan litologi penyusun

adalah batuan hasil kegiatan vulkanisme dari Gunungapi Pencu berupa Intrusi Andesit, Lava

Andesit dan Breksi Piroklastik, secara umum termasuk kedalam Formasi Andesit Tua

(Bammelen, 1949).

Berdasarkan pengamatan dan hasil obervasi di lapangan didapati beberapa ciri litologi

batuan gunungapi, yang terdiri atas Breksi Aneka Bahan, Breksi piroklastik, Aglomerat,

Lapilli, Tuff, Lava Andesit dan endapan campuran, yang di endapkan secara tak selaras diatas

batuan gunungapi. Litologi batuan gunungapi tersebut tersingkap dengan baik pada tebing-

tebing sepanjang Sungai Jebol, sementara endapan campuran menempati bagian sepanjang

Sungai Jebol sebagai point bar, channel bar dan teras sungai dimana endapan ini di gunakan

warga sebagai lahan pertanian.

Secara garis besar litologi tersebut menempati bagian morfologi tinggian berupa

perbukitan bergelombang kuat, sesuai dengan ciri dari endapan gunungapi serta endapan

campuran yang berada pada daerah rendahan dari daerah penelitin. Endapan campuran ini

adalah hasil pelapukan dan rombakan yang tertransport dari bagian tinggian di sekitarnya,

yang tersusun dari batuan gunungapi oleh kegiatan sungai yang melewati dari daerah sekitar,

hal ini dapat terlihat jelas pada endapan gosong sungai dan teras sungai dimana banyak

terdapat rombakan-rombakan batuan beku yang juga di manfaatkan oleh warga sekitar

sebagai batuan bahan bangunan

Bentang Alam

Bentang Alam daerah Mudalrejo dan Guyangan merupakan perbukitan bergelombang kuat,

seperti yang didasarkan oleh data DEM (Digital Elevation Model) dan pengamatan bentang

alam di lokasi penelitian.Bentang alam ini sendiri di pisahkan oleh dataran dari tubuh Sungai

Jebol. Perbukitan daerah penelitian mempunyai ketinggian berkisar 300-400 meter di atas

permukaan laut dengan slope berkisar antara 60º-70º dan beda tinggi 250 meter. Bentuk bukit-

bukit daerah penelitian umumnya memanjang pendek elipsoid sementara puncak bukit daerah

penelitian relatif agak terjal.hal ini dikontrol oleh litologi breksi dan lava, dimana litologi ini

memiliki resistensi yang tinggi, sehingga membentuk topografi lebih menonjol. Bukit-bukit

ini dipisahkan oleh Sungai Jebol yang memiliki stadia sungai dewasa dengan bentuk sungai

cenderung memiliki bentukan U dan mengalir pada bedrock atau batuan dasar

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1425

Struktur Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi daerah penelitian secara umum dikontrol oleh kegiatan vulkanik, hal tersebut

didasarkan dari analsis data kenampakan kelurusan dari data DEM (Digital Elevation

Model).Kenampakan kelurusan pada data DEM (Digital Elevation Model)terlihat pola-pola

radial (konsentris) mengacu pada Bronto (2006), pola tersebut diakibat dari kegiatan kembang

kempis dari kegiatan vulkanik. Berdasarkan data kelurusan tersebut kemudian di masukkan ke

dalam diagram roset didapati arah tegasan utama Tenggara-Barat Laut namun dari pola roset

cenderung mempunyai pola melingkar, dari pola terebut dapat disimpulkan bahwa pola

struktur vulkanik lebih dominan di bandingkan pola tektonik pada daerah penelitian

2. Metode Penelitian

Metode pengambilan data dalam pembahasan studi fasies ini dilakukandengan mencakup

daerah Guyangan, Mudalrejo di sepanjang Kali Jebol di KabupatenPurworejo, Provinsi Jawa

Tengah. Metode yang digunakan berdasarkan pemetaan geologi dan measuring section.

3. Hasil Penelitian

Hasil dari pengukuran stratigrafi dari beberapa lokasi terpilih di daerah penelitian didapati

secara fisik batuan gununapi di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu lava kohern dan

batuan klastika gunungapi. Lava kohern terdiri dari lava andesit berstruktur vasikuler, lava

andesit fragmental dan lava andesit berstruktur columnar joint. sedangkan batuan klastika

gunungapi terdiri atas breksi aneka bahan, breksi piroklastik dan aglomerat.

Berdasarkan himpunan batuan tersebut melihat kenampakan fisik ciri dari litologi

penyusunnya di dasarkan dengan konsep lithostratigrafi. Stratigrafi pada daerah penelitian

dibagi menjadi enam satuan stratigrafi yaitu:

Satuan Lithotratigrafi Lava Andesit Autoklastik

Satuan ini terdiri atas lava andesit berstuktur autoklastik. Ciri dari lava ini memiliki warna

abu-abu gelap dengan lubang-lubang pelepasan gas, porfiroafanitik, subhedral-anhedral,

holohialin-hipokristalin, inequigranural tersusun atas mineral piroksen, hornblend, plagioklas,

dengan, masa dasar gelas. Di beberapa lava memiliki fenokris dari mineral mafik (gelap).

Ukuran fragmen berkiar antara 5-300 mm, mengalami okidasi dengan warna merah bata pada

fragmen memiliki struktur pelepasan gas.

Mengacu dalam Cas and Wright (1988), satuan ini diinterpretasikan terbentuk dari

fragmentasi aliran, yaitu akibat adanya perbedaan pendinginan pada saat lava mengalir di

permukaan, perbedaan ini terletak dimana lava bagian luar lebih cepat mendingin di banding

lava bagian dalam, sehingga akan meregang dan akhirnya pecah membentuk blok-blok.

Satuan ini terbentuk pada daerah lingkungan permukan (subaerial), Karena tidak

menunjukkan adanya struktur lava bantal.

Satuan Lithostratigrafi Lava Andesit

Satuan ini terdiri atas lava andesit vasikular. lava andesit ini memiliki warna abu-abu dengan

lubang-lubang pelepasan gas, porfiroafanitik, subhedral-anhedral, holohialin-hipokristalin,

inequigranural tersusun atas mineral piroksen, hornblend, plagioklas, dengan, masa dasar

gelas. Di beberapa lava memiliki fenokris dari mineral mafik (gelap) serta ada yang memiliki

warna merah hal ini di akibatkan oleh lava kontak dengan lava setelahnya atau adanya

beberapa kali fase keluarnya dan mengalirnya lava di permukaan.

Terdapatnya backing effect diduga akibat oleh proses saat mengalirnya lava di

permukaan dari batuan yang telah ada terlebih dahulu dan membakar dari batuan di sekitar,

keadaan ini juga mengubah mineral mineral pada matrik maupun fragmen dari breksi yang di

lalui oleh lava tersebut. Terubah menjadi mineral klorit hal ini akibat panas yang di transfer

dari lava yang mengalir di permukaan batuan terebut, adanya tekstur pelepasan gas pada

tubuh lava di akibatkan oleh keluarnya gas dari lava saat bersentuhan langsung dengan udara

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1426

yang mempunyai suhu dan tekanan yang lebih rendah, yang kemudian menguap bersamaan

dengan pembekuan lava tersebut (Alzwar, 1987).

Andesit yang memiliki tekstur porfiroafanitik dimana adanya kristal sulung berupa

mineral mafik yang tertanam pada masa dasar batuan. Mengacu pada Mulyaningsih (2013),

hal ini di sebabkan pada saat lava mengalir di permukaan telah membawa mineral mineral

mafik yang berat. Karena pembekuan pada lava yang sangat cepat menjadikan mineral-

mineral berat terebut terendapkan terlebih dahulu sisanya menjadi gelas sebagai masa

dasarnya. Satuan ini terbentuk di permukaan karena tidak menunjukkan tekstur pengendapan

di lingkungan air. Lava ini juga menunjukkan struktur xenolith, menurut Mulyaningih (2013),

Struktur xenolit menunjukkan adanya fragmen batuan dinding yang lepas dari induknya dan

masuk ke dalam magma yang bergerak keluar dan tertanam pada tubuh batuan.

Satuan Lithotratigrafi Lava Andesit Berstruktur Tiang (Collumnar Joint)

Satuan lava yang berstruktur tiang (columnar joint) Satuan ini terdiri atas lava andesit

vasikular dengan bentuk kekar segi lima. lava andesit berstruktur tiang ini memiliki warna

abu-abu dengan lubang-lubang pelepasan gas, porfiroafanitik, subhedral-anhedral,

holohialin-hipokristalin, inequigranural tersusun atas mineral piroksen, hornblend, plagioklas,

dengan, masa dasar gelas. Di beberapa lava memiliki fenokris dari mineral mafik (gelap).

Menurut Mac Phie (1993) lava dengan struktur kekar tiang terbentuk dengan lava

yang berviskositas kental dan tebal atau menggenang kemudian adanya kontraksi ketika

pendinginan lava dimana tekanan panas (thermal strees), berinteraksi dengan suhu dan

tekanan rendah kemudian lava tersebut mengalami crack seperti pada lempung yang

mengalami pemanasan (Mud crack), sehingga membentuk bentukan seperti tiang yang

tersusun rapi.Pada bagian ujung tubuh lava memperlihatkan kenampakan seperti terbreksiasi

akibat dorongan pada saat lava mengalir menurut Alzwar, (1987), disebut sebagai chilled

contact zone dimana memperlihatkan kontak antara dua buah batuan beku dimana pada salah

satu batuan yang terkena kontak mengalami gangguan dengan memperlihatkan kenampankan

menghalus kearah kontak

Satuan Lithostratigrafi Aglomerat

Satuan ini terdiri atas aglomerat yang mempunyai ciri fisik warna abu-abu kehitaman dengan

struktur massif dan gradasional, fragment supported, tersortasi buruk, bentuk fragmen

rounded-subrounded, komposisi fragmen berupa andesit, Satuan ini merupakan endapan

produk jatuhan piroklastika karena memiliki ciri endapan berupa sortasi buruk, bentuk butir

fragmen rounded-subrounded, dan tersusun oleh material vulkanik.

Mekanisme pengendapannya tersusun atas bom gunungapi hasil lontaran balistik

sehingga menghasilkan endapan yang tersortasi buruk dan masif (Mc Phie dkk., 1993). Secara

umum endapan aglomerat adalah suatu endapan jatuhan yang tidak jauh dari pusat erupsi dari

gunungapi (Macdonald, 1972 dalam Mulyaningsih 2013)

Satuan Lithostratigrafi Breksi Aneka Bahan (Co ignimbrite)

Satuan ini terdiri atas breksi aneka bahan (Co ignimbrite). Secara umum breksi aneka bahan

berwarna coklat cerah-kuning cerah, fragmen supported tersortasi buruk bentuk fragmen

dominan menyudut dengan sebagian besar fragmen berstruktur skoria dan beberapa telah

terkekarkan secara radier, kekar ini menandakan bahwa litologi ini belum mengalami

pengerjaan ulang. Komposisi fragmen berupa andesit, tertanam pada masa dasar batulapilli-

tuf pumis.

Tuff kasar secara umum berwarna cerah-agak gelap dengan sedikit komponen litik,

mempunyai pecahan konkoidal tersusun atas material vulkanik berukuran abu kasar-abu

sedang secara setempat memiliki fragmen lapilli seperti pada fragmen breksi aneka bahan dan

juga setempat di jumpai lapilli dengan warna coklat cerah tersusun atas komponen vukanik

berukuran lapilli dengan fragmen berupa debu kasar dan pecahan andesit.

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1427

Mengacu pada Cas and Wright (1987), breksi co ignimbrite di endapkan tidak jauh

dari kawah atau kaldera gunung api hal ini di sebabkan oleh fragmen batuan tua yang

berbentuk menyudut yang terfragmentasi akibat ledakan. Batuan tua tersebut umumnya

mempunyai berat jenis yang lebih tinggi dari pada material gunungapi yang mempunyai

komposisi asam seperti pumis, pada saat letusan gunungapi dan terbentuk dari proses aliran

piroklastika gunungapi, akibat berat jenis yang tinggi ini fragmen batuan yang lebih tua

tertinggal di dekat kawah karena energi tidak mampu lagi untuk mengangkut material lebih

jauh lagi.

Satuan Lithostratigrafi Breksi Piroklastik

Breksi piroklastik secara umum berwarna abu-abu hingga abu-abu kehijauan, tersortasi buruk,

bentuk fragmen angular-subrounded komposisi fragmen berupa andesit. Pada breksi

piroklastik lebih memperlihatkan kenampakan matrik supported, dimana matrik terdiri atas

material pasir vulkanik dan sedikit tuff dengan fragmen seperti bom dan blok, didalam

fragmen batuan mengalai pecahan radier hal ini di akibatkan oleh rekahan pada saat fragmen

tersebut di lontarkan, hal tersebut di indikasikan bahwa litologi tersebut belum mengalami

pengerjaan kembali (reworking). Fragmen batuan mengambang di dalam masa batuan serta

beberapa tempat telah mengalami alterasi pada fragmen maupun matriknya di tandai dengan

adanya mineral klorit dan kenampakan berwarna hijau.

Mengacu pada Mc Phie, (1993) satuan ini merupakan endapan produk aliran

piroklastik (pyroclastik flow), karena memiliki sortasi yang buruk, bentuk butir fragmen

angular-subrounded dan tersusun oleh material vulkanik.Mekanisme pengendapannya terjadi

akibat transportasi aliran masa dimana klastika bergerak bersama dengan fluida (udara, air,

gas vulkanik), sehingga menghasilkan endapan yang tersortasi buruk dan massif.

Perkembangan Pembentukan Endapan Vulkanik

Berdasarkan pembahasan dari asosiasi lithofasiesnya kemudian di susun perkembangan

pembentukan endapan vulkanik di daerah penelitian, dijelaskan sebagai berikut. Proses

pertama yang terjadi adalah pembentukan litologi yang berasosiasi dengan letusan yang

bersifat magmatik. Magma yang keluar melalui celah yang terbentuk secara tektonik, celah ini

menjadi jalan awal dari keluarnya magma ke permukaan. Pada fase ini adalah fase kontruksi

awal dari pembentukan gunungapi di tandai dengan leleran lava yang keluar sebagai satuan

lava andesit autoklastik yang terbentuk akibat perbedaan pembekuan antara bagian dalam dan

luar pada saat lava mengalir di atas permukaan (Mc Phie, 1993). Lava ini kemudian

mengalami pembekuan dan juga membentuk sumbat lava.

Akibat adanya sumbat lava kemudian magma tidak cukup energi untuk keluar ke

permukaan. Sehingga magma tersebut membentuk kantong magma di bawah sumbat lava, di

dalam kantong magma tersebut terjadi asimilasi dan deferensiasi dari magma. Magma sebagi

sumber panas dan memanaskan air bawah permukaan dari pemanasan ini dihasilkan uap

panas yang bertekanan tinggi, saat batuan tudung atau sumbat lava tidak mampu lagi menahan

tekanan dari energi yang di hasilkan, maka akan terjadi letusan yang bertipe hidrovulkanik

yang menghasilkan satuan breksi piroklastik yang bertipe aliran dan satuan aglomerat yang di

bentuk akibat hasil lontaran balistik pada saat erupsi ekplosif.

Hasil letusan membentuk kawah gunungapi kemudian terisi oleh material hasil

material yang berguna sebagai sumbat lava, kemudian mengalami aktivitas kembali dan

terjadi letusan secara ekposif yang menghancurkan bagian dari kawah gunungapi dan

menghamburkan material pada kawah gunungapi dari hasil erupsi sebelumnya serta

menghasilkan satuan breksi aneka bahan (co ignimbrite) dengan sedikit tuff dan batulapilli.

Satuan ini secara genesis di interpretasikan sebagai ekor dari aliran piroklastika (Cas &

Wright, 1987).

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1428

Fase terakhir dari penghancuran kawah gunungapi kemudian terjadi fase

pembangunan kembali kerucut gunungapi dengan di endapkannya lava yang berstruktur

vasikular yang menumpang di atas satuan breksi aneka bahan, terlihat dengan adanya backing

effect pada satuan breksi aneka bahan yang di tumpangi oleh satuan lava vasikular.

Diskusi

Berdasarkan data asosiasi dari lithofasies yang telah di dapat yang terdiri atas lava andesit

autoklastik, lava andesit berstruktur kolom (columnar joint) breksi piroklastik breksi aneka

bahan dan aglomerat merupakan endapan yang berasal dari satu kegiatan gunungapi yang

sama. Kurang intensifnya alterasi hidrotermal dengan hanya di temukan mineral ubahan

berupa klorit. Di temukannya adanya ujung lava yang masuk di dalam satuan lava andesit

vasikular dengan arah aliran N 230ºE. Menurut Bronto (2013), lava akan mengalir dengan

radius 1-5 km dari pusat erupsi. Berdasarkan dengan asumsi-asumsi yang di dapat dari hasil

observasi di lapangan. Daerah penelitian masuk pada bagian lereng atas (Proksimal atas) dari

tubuh gunungapi purba Pencu dengan menggunakan pendekatan model fasies vulkanik

menurut Bogie & Mackenzie (1998). Zona proksimal atas di cirikan dengan adanya

perselingan lava dengan breksi piroklastik serta adanya aglomerat dan breksi aneka bahan

yang di interpretasikan sebagai endapan letusan eksplosif dari gunungapi yang tak jauh dari

sumber. Aglomerat sendiri menurut Macdonald (1972 dalam Mulyaningih, 2013) sebagai

endapan hasil lontaran balistik yang di endapkan tidak jauh dari pusat erupsi gunungapi

(kawah gunungapi) atau bahkan di dalam ke pundan gunungapi.

Breksi aneka bahan menurut Cas & Wright (1987 dalam Mulyaningsih, 2013) adalah

batuan yang tersusun atas berbagai macam batuan berupa endapan ekor dari aliran piroklastik,

yang di endapkan pada lembah-lembah gunungapi yang tidak jauh dari pusat erupsi

gunungapi, banyak mengandung fragmen batuan tua di daerah penelitian fragmen batuan tua

berupa andesit berbentuk menyudut berstruktur skoria tertanam pada masa lapilli dan tuff.

Adanya lava yang berstruktur kolom atau columnar joint mengindikasikan daerah

tersebut tidak jauh dari daerah pusat erupsi, karena dalam pembentukannya lava tersebut

harus memiliki ketebalan yang cukup, dengan demikian akan membutuhkan pasokan lava

yang terus menerus sehingga lava tersebut menggenang, dari genangan lava ini yang

kemudian berkontraksi dengan udara bebas yang akhirnya membentuk bentukan kolom.

Berdasarkan data geomorfologi dan data struktur hasil pengolahan kelurusan data

DEM daerah penelitian, daerah penelitian mempunyai slope berkisar 60º-70º dengan tinggi

berkisar antara 300-400 meter di atas permukan laut dan beda tinggi sekitar 250 meter,

menjadikan daerah penelitian memperlihatkan bentang lahan bergelombang kuat dan

topografi yang menonjol dengan bentukan ellipsoid. Karena pengaruh litologi yang beragam,

relief menjadi sangat kasar, tersusun oleh bukit-bukit runcing di antara lembah-lembah sungai

yang terjal, hal tersebut lebih banyak di kontrol oleh faktor litologi yang berupa perselingan

antara lava dan breksi piroklastik yang sangat resisten terhadap pelapukan.

Data struktur daerah penelitian berdasarkan analisa kelurusan dari data DEM di dapat

kan pola-pola radial, secara data kuantitatif menggunakan diagram roset daerah penelitian

mempunyai arah tegasan utama Tenggara- Barat Laut, namun dari pola sebaran data hampir

rata membentuk pola konsentris ke semua arah. Disimpulkan daerah penelitian lebih

berkembang struktur secara vulkanik meskipun tetap ada pengaruh dari gaya tektonik namun

tidak secara signifikan

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu

1. Daerah penelitian di bagi menjadi enam lithofasies yaitu satuan lava andesit vasikular,

lava andesit fragmental dan lava andesit berstruktur kolom atau columnar joint, satuan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1429

aglomerat yang tersusun atas bom gunungapi, breksi piroklastik dan breksi aneka

bahan sisipan lapilli dan tuf kasar.

2. Geomorfologi daerah penelitian memiiki slope sekitar 60º-70º dengan ketinggian

berkiar antara 300-400 meter di atas permukaan laut dan beda tinggi 250 meter.

Bentukan morfologi berdasarkan data DEM berupa bentukan elipsoid dan pengamatan

lapangan berupa perbukitan bergelombang kuat dengan topografi yang curam.

3. Struktur geologi daerah penelitian dengan kelurusan dilihat dari DEM daerah

penelitian memperlihatkan pola sirkular dan dalam pengeplotan nilai-nlai kelurusan

didapat arah tegasan utama berarah tenggara - barat laut namun pada penggambaran

roset memiliki persebaran merata ke semua arah berarti di daerah penelitian lebih

berkembang pola struktur akibat kegiatan vulkanik di banding tektonik.

4. penelitian, dibandingkan dengan model fasies Bogie & Mackenzie (1998 dalam

Bronto, 2006) berada di lereng atas (zona proksimal atas) dari tubuh gunungapi purba

gumuk Pencu di cirikan dengan litologi lava andesit, breksi piroklastik breksi anaeka

bahan dan aglomerat serta di tunjang data geomorfologi dan pola struktur daerah

peneltian.

Acknowledgements

Terima kasih penulis ucapkan kepada Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi“GAIA”, Dosen-

dosen Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi

AKPRIND Yogyakarta dan siapapun yang telahmembantu penelitian dan penulisan paper ini,

serta atas kesempatannya dalam mengikuti Seminar Nasinal Kebumian ke 10.

Daftar Pustaka

Alzwar, A., 1987. “Pengntar Dasar Ilmu Gunungapi”, Bandung, Penerbit Nova.

Bogie,I.and Mackenzie,K.M.,1998. The application of a volcanic facies models to an andesitic

stratovolcano hosted geothermal system at wayang windu,Java,Indonesia.

Proceedings 20th NZ Geothermal Workhsop, h. 265-270.

Bronto,S,.2013. “Geologi Gunung Api Purba”, Bandung, Penerbit Badan Geologi

Bronto, S., 2006. Fasies gunung api dan aplikasinya. Jurnal Geologi Indonesia, 2 (1), h. 59-71

Bronto, S., 2016. “Pengembangan Dan Terapan Geologi Gunung Api”, Bandung, Penerbit Badan

Geologi.

Cas, R.A.F., dan Wright, J.V., 1987. Volcanic Succession: Modern and Ancient, Allen & Unwin,

London, 534 h.

Fisher, R.V. dan Schmincke, H.U., 1984. Pyroclastic Rocks. Springer-Verlag, Berlin, 472 h.

Hall,.2007. “A New Interpretation of Java Structure”, Proceedings Indonesian Petroleum Association,

Thirty-First Annual Convention and Exhibition, May 2007.

Hanniffa, M., Harijoko, A., 2014. Studi Fasies Vulkanik Dan Alterasi Hidrotermal Daerah Sungai

Cikaniki Dan Sekitarnya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Prosiding Seminar Kebumian Ke-7 h. 822-829.

Harjanto, A., 2010. Vulkanostratigrafi Di Daerah Kulon Progo Dan Sekitarnya, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011.

Mulyaningsih, S.,2013, “Vulkanologi”, Yogyakarta, AKPRIND Press.

Mc Phie., 1993. “Volcanic Texture”, Tasmania, University of Tasmania.

Simandjuntak, T.O.,2014. “Tektonika”, Bandung, Penerbit Badan Geologi

Sumintadireja, P., 2005. “Vulkanologi Dan Geothermal”, Bandung, Departemen Teknik Geologi,

Fakultas Ilmu Kebumian Dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1430

Walker, R.G., 1978, Facies Models, Geological association of canada, Toronto.

Widagdo, A., 2016, Kajian Pendahuluan Kontrol Struktur Geologi Terhadap Sebaran Batuan-Batuan

Didaerah Pegunungan Kulon Progo Yogyakarta, Prosiding Seminar Kebumian Ke-9

h.9-20.

Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.D., 1977. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa,

skala 1: 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia, Vol. IA. Martinus Nijnhoff, The Hague, 732

h.

Gambar 1.Lokasi Penelitian. Titik berwarna merah merupakan jalur pengukuran stratigrafi

terukur. Lokasi berada di Dusun Guyangan dan Dusun, Desa Banyuasin, Kecamatan Loano,

KabupatenPurworejo,Provinsi Jawa Tengah.

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1431

Gambar 2.Peta Geologi daerah penelitian.

Gambar 3.Kenampakan DEM (Digital Elevation Model) dan kelurusan lokasi penelitian

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1432

Gambar 4. Diagram roset dari kelurusan data DEM(Digital Elevation Model)

Gambar 5.Kolom litologi lokasi pengamatan 1 dan 2

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1433

Gambar 6.Kolom litologi lokasi pengamatan 3 dan 4

Gambar 7.Kolom litologi lokasi pengamatan 5 dan 6

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1434

Gambar 8. Satuan Lava Andesit A. Lava kontak dengan Breksi memperlihatkan efek bakar B. Lava dengan

struktur vasikuler C. Lava dengan struktur kolom (columnar joint)

Gambar 9. Satuan Aglomerat yang tersusun atas fragmen bom gunungapi

Gambar 10. Satuan Breksi Piroklastik A. Breksi Aneka Bahan B. Tuf kasar dengan pecahan konkoidal

C. Breksi Piroklastik dengan fragmen mengambang dalam matrik batuan