Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

12
Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal Masyarakat dalam Konservasi Burung dan Habitatnya di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen Nurul Syafina (1) , Abdullah (2) , Mimie Saputri (3) , Safrida (4) , Devi Syafrianti (5) Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh Email: [email protected] ABSTRAK Etno-ornitologi adalah studi tentang berbagai pemanfaatan aspek burung dari sudut pandang pengetahuan dan budaya masyarakat. Penelitian ini telah dilaksanakan sejak Maret 2020 sampai Agustus 2020. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berbagai pemanfaatan jenis burung oleh masyarakat di Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen ditinjau dari nilai moral. Metode yang digunakan adalah metode wawancara semistruktural, dengan teknik triangulasi yaitu triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Peudada dengan 15 desa yang terdiri dari 75 responden. Pada masing-masing desa ditetapkan 5 responden yang terdiri dari 2 orang tokoh adat dan 3 orang masyarakat setempat yang mengetahui informasi tentang burung yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat. Data dianalisis secara kualitatif dan deskriptif berdasarkan studi pustaka. Hasil penelitian diperoleh 32 spesies burung dengan 18 pemanfaatan oleh masyarakat Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen. Pemanfaatan jenis burung yang memiliki kearifan lokal bagi masyarakat Kecamatan Peudada adalah ayam kampung (Gallus sp.), itik serati (Chairina moschata), bubut hutan (Centropus rectunguis), jalak kerbau (Acridotheres javanicus), elang (Aquila sp.), dan manyar (Ploceus manyar). Kata Kunci: Etno-ornitologi, Burung, Kecamatan Peudada. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol 5. No. 4 (2020)

Transcript of Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Page 1: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal Masyarakat

dalam Konservasi Burung dan Habitatnya di Kecamatan Peudada

Kabupaten Bireuen

Nurul Syafina(1)

, Abdullah(2)

, Mimie Saputri (3)

, Safrida

(4), Devi Syafrianti

(5)

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh

Email: [email protected]

ABSTRAK

Etno-ornitologi adalah studi tentang berbagai pemanfaatan aspek burung dari sudut

pandang pengetahuan dan budaya masyarakat. Penelitian ini telah dilaksanakan sejak

Maret 2020 sampai Agustus 2020. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berbagai

pemanfaatan jenis burung oleh masyarakat di Kecamatan Peudada, Kabupaten

Bireuen ditinjau dari nilai moral. Metode yang digunakan adalah metode wawancara

semistruktural, dengan teknik triangulasi yaitu triangulasi metode dan triangulasi

sumber data. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Peudada dengan 15 desa yang

terdiri dari 75 responden. Pada masing-masing desa ditetapkan 5 responden yang

terdiri dari 2 orang tokoh adat dan 3 orang masyarakat setempat yang mengetahui

informasi tentang burung yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat. Data dianalisis

secara kualitatif dan deskriptif berdasarkan studi pustaka. Hasil penelitian diperoleh

32 spesies burung dengan 18 pemanfaatan oleh masyarakat Kecamatan Peudada,

Kabupaten Bireuen. Pemanfaatan jenis burung yang memiliki kearifan lokal bagi

masyarakat Kecamatan Peudada adalah ayam kampung (Gallus sp.), itik serati

(Chairina moschata), bubut hutan (Centropus rectunguis), jalak kerbau

(Acridotheres javanicus), elang (Aquila sp.), dan manyar (Ploceus manyar).

Kata Kunci: Etno-ornitologi, Burung, Kecamatan Peudada.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol 5. No. 4 (2020)

ASUS
Typewritten text
21
Page 2: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jural Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

ABSTRACT

Ethno-ornithology was the study of various aspects of the use of birds from the

perspective of knowledge and culture of society. This research was conducted from

March 2020 to August 2020. The purpose of this study was to determine the various

uses of bird species by the community in Peudada District, Bireuen Regency in terms

of moral values. The method used is the semistructural interview method, with

triangulation techniques, namely triangulation of methods and triangulation of data

sources. This research was conducted in Peudada District with 15 villages consisting

of 75 respondents. In each village 5 respondents consisted of 2 traditional leaders

and 3 local people who knew information about birds that were often used by the

community. The data were analyzed qualitatively and descriptively based on

literature study. The results obtained 32 bird species with 18 uses by the Peudada

District, Bireuen Regency. Utilization of bird species that have local wisdom for the

people of Peudada Subdistrict are free-range chickens (Gallus sp.), serati ducks

(Chairina moschata), forest lathes (Centropus rectunguis), buffalo starlings

(Acridotheres javanicus), eagles (Aquila sp.), and manyar (Ploceus manyar).

Keywords: Etno-ornitologi, Bird, Peudada District.

ASUS
Typewritten text
22
Page 3: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

PENDAHULUAN

Burung mempunyai manfaat yang

cukup besar bagi masyarakat, antara

lain sebagai bahan makanan, binatang

peliharaan (Adelina, dkk., 2016:52),

simbolik, kerajinan (Bazerra, ddk.,

2019:2), dan pengobatan tradisional

(Alves, dkk., 2013:1). Selain itu burung

dapat membantu mengendalikan

serangga hama, membantu proses

penyerbukan bunga, mempunyai nilai

ekonomi, estetika serta mempunyai

manfaat yang besar dalam menjaga

keseimbangan ekosistem karena

perannya di dalam rantai makanan

(Firdaus, dkk., 2014:1-2). Akan tetapi

tingginya pemanfaatan jenis burung

oleh manusia mengakibatkan terjadinya

tekanan terhadap spesies dan habitat

alami burung (Adelina, dkk., 2016:52).

Meskipun terdapat banyak aspek

harmoni dalam hubungan antara burung

dan manusia, terdapat juga friksi,

konflik, dan kontroversi yang signifikan

(Wyndham, 2016:143). Pemanfaatan

burung seperti peliharaan dan

perdagangan sangat marak terjadi

(Nurdin, dkk., 2017:1-2).

Pemanfaatan dan cara pandang

masyarakat dalam menangkap burung

untuk dijadikan koleksi peliharaan

bahkan mengkonsumsi burung

menyebabkan penurunan terhadap

jumlah jenis dan populasi burung di

alam (Saputra, dkk., 2016:32). Padahal

di antara jenis-jenis burung tersebut,

kemungkinan terdapat burung yang

merupakan jenis yang dilindungi

(Iskandar dan Karlina, 2004:43). Oleh

karena itu perlu dikaji lebih lanjut

mengenai pemanfaatan burung dan

hubungannya dengan masyarakat.

Studi ilmiah yang mengkaji

interaksi yang terjadi antara burung dan

masyarakat tertentu (etnis) di masa

lampau dan masa kini disebut etno-

ornitologi, yang termasuk subdisiplin

ilmu dari etnobiologi (Silviyanti, dkk.,

2016: 176). Etno-ornithologi sangat

berguna karena menujukkan suatu

hubungan yang kompleks antara burung

dan manusia (Tidemann,dkk., 2010:

10). Hubungan manusia dan burung

telah berlangsung lama dan burung

digunakan untuk mendukung kehidupan

manusia (Souto, dkk, 2017:2).

Berdasarkan latar belakang

permasalahan di atas, penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan

judul “Studi Etno-Ornitologi dan

Identifikasi Kearifan Lokal

Masyarakat dalam Konservasi

Burung dan Habitatnya di

Kecamatan Peudada Kabupaten

Bireuen”.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif melalui

pendekatan RRA (Rapid Rular

Appraisal) dengan cara melakukan

wawancara semistruktural dan

observasi. Wawancara semistruktural

digunakan untuk mewawancarai

responden secara bebas, akan tetapi

hasil wawancara tetap mengarah pada

soal pedoman wawancara yang telah

disediakan. Sedangkan observasi

dilakukan untuk melihat kebenaran hasil

wawancara di lapangan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di

Kecamatan Peudada Kabupaten

Bireuen. Penelitian ini telah

ASUS
Typewritten text
23
Page 4: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus

2020.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain: panduan

identifikasi burung, alat perekam suara,

kamera digital, teropong binokuler,

pedoman wawancara, dan alat tulis.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini

dilakukandengan beberapa tahap yaitu

wawancara, observasi dan dokumentasi.

Wawancara dilaksanakan di Kecamatan

Peudada, Kabupaten Bireuen di 15 desa

yang terdiri dari 75 responden. Setiap

desanya diambil 5 responden yang

terdiri dari 2 orang tokoh adat dan 3

orang masyarakat setempat yang

mengetahui informasi tentang burung

yang sering dimanfaatkan oleh

masyarakat berdasarkan kearifan lokal

dalam konservasi burung dan

habitatnya. Data responden dan desa

diambil dengan menggunakan teknik

Purposive Sampling. Terdapat

pertanyaan wawancara meliputi bidang

adat istiadat, ekonomi, dan estetika.

Metode observasi dilakukan setelah

wawancara dengan cara mengamati

langsung ke lokasi penelitian, dengan

melihat dan mencatat segala jenis

pemanfaatan burung oleh masyarakat

Kecamatan Peudada, Kabupaten

Bireuen. Setelah dilakukan wawancara,

peneliti melakukan observasi. Observasi

di lapangan dilakukan dengan

menjelajah tempat-tempat berdasarkan

informasi dari responden. Observasi

dilakukan untuk memastikan kebenaran

jawaban dari responden tentang

pemanfaatan burung dan kearifan lokal

masyarakat mengenai konservasi

burung dan habitatnya. Kemudian data

mengenai studi etno-ornitologi dan

kearifal lokal masyarakat dibuktikan

dengan didokumentasikan pengambilan

data selama wawancara dan

pengamatan dilapangan. Data tersebut

akan diidentifikasi berdasarkan studi

pustaka.

Analisis Data

Data yang telah diperoleh dalam

tabel berdasarkan nama lokal, nama

ilmiah, familia, habitat, manfaat dan

bagian yang dimanfaatkan, dan status

konservasi dari setiap jenis burung

dianalisis secara kualitatif dan deskriptif

berdasarkan studi pustaka. Data tersebut

ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik

dan diagram.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil penelitian berdasarkan

wawancara tentang data pemanfaatan

berbagai jenis burung di Kecamatan

Peudada Kabupaten Bireuen diperoleh

18 pemanfaatan dari 34 jenis burung

yang dimanfaatkan masyarakat. Data

pemanfaatan burung tersebut dapat

dilihat pada Tabel 1.

ASUS
Typewritten text
24
Page 5: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Tabel 1. Pemanfaatan Berbagai Jenis Burung di Kecamatan Peudada Kabupaten

Bireuen.

No. Jenis

Pemanfaatan Nilai Moral

Jenis Burung

Nama Daerah Nama Ilmiah

1. Turun Tanah

Sosial

Budaya/Adat

Istiadat

Ayam Kampung Gallus sp.

2. Kenduri

Tambak

3. Kenduri

Sawah

4. Kenduri

Kebun

5. Pernikahan Ayam Kampung

Itik serati

Gallus sp.

Cairina moschata 6. Israj Miraj

7. Maulid Nabi

8. Perdagangan

(Jual beli)

Ekonomi

Ayam Kampung Gallus sp.

Itik Serati Cairina moschata

Gelatik batu Parus cinereus

Walet hitam Aerodramus maximus

Merpati Columba livia

Puter Eurasia Streptopelia decaocto

Tekukur Biasa Streptopelia chinensis

Zamrud Pasifik Chalcophaps

longirostis

Perkutut Jawa Geopelia striata

9. Makanan

sekunder

Ayam Kampung Gallus sp.

Angsa Putih Cygnus sp.

Itik Peking Anas sp.

Itik Air Anas sp.

Itik Serati Cairina moschata

Merpati Columba livia

10. Hiasan,

peliharaan,

hobi, dan

penyejuk mata

Estetika

Merak Pavo sp.

Bondol Haji Lonchura maja

Belibis Polos Dendrocygna javanica

Burung Kacer Copsychus saularis

ASUS
Typewritten text
25
Page 6: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Lanjut Tabel 1.

Sumber : Hasil Penelitian, 2020

No. Jenis

Pemanfaatan Nilai Moral

Jenis Burung

Nama Daerah Nama Ilmiah

Burung Trucuk Pycnonotus goiavier

Perling Ungu Aplonis metallica

Poxsay Genting Garrulax mitratus

Dederuk Merah Streptopelia

tranquebarica

Gallinul Ungu Porphyrio martinica

Cucak Hijau Chloropsis

cyanopogon

Punai Gading Treron vernans

Mandar Batu Gallinula galeata

Punai Siam Treron bicinctus

Budgerir Melopsittacus

undulatus

Lovebird nyasa Agapornis nigrigenis

Delimukan Zamrud

Asia

Chalcophaps indica

Zamrud Pasifik Chalcophaps

longirostis

11.

Pemakan ulat

di area

persawahan

Ekologi

Kuntul Besar Ardea alba

Kuntul Kerbau Bubulcus ibis

12.

Obat

penambah

energi

Kesehatan

Ayam Kampung

Gallus gallus

Domesticus

13. Obat demam

14. Obat patah

tulang

Bubut Hutan Centropus rectunguis

Itik Serati Cairina moschata

15. Tanda turun

hujan

Simbolik

Bubut Hutan Centropus rectunguis

16. Tanda orang

asing

Jalak Kerbau Acridotheres

javanicus

17. Tanda orang

meninggal

Elang Aquila sp.

18. Tanda akan

panen padi

Manyar Ploceus manyar

ASUS
Typewritten text
26
Page 7: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Pembahasan

Pemanfaatan burung oleh

masyarakat lokal dikenal dengan studi

etno-ornitologi. Pada Tabel 4.1

menampilkan data jenis burung yang

paling banyak dimanfaatkan

berdasarkan jumlah pemanfaatan adalah

ayam kampung. Akan tetapi, jika

ditinjau dari jumlah jenis burung yang

dimanfaatkan, hampir semua jenis

burung yang ditemukan untuk

dimanfaatkan oleh masyarakat

Kecamatan Peudada adalah sebagai

peliharaan untuk hiasan. Hal ini sesuai

dengan penelitian Albuquerque, dkk.,

(2012) dan Alves, dkk., (2013) yang

menuliskan bahwa sebagian besar

burung (90%) yang ditemukan adalah

hewan peliharaan, sementara 10%

spesies burung lainnya dipelihara untuk

dimakan.

Hasil wawancara diperoleh 34

jenis burung dengan 18 pemanfaatan

oleh masyarakat Kecamatan Peudada,

Kabupaten Bireuen. Pemanfaatan

tersebut diantaranya sebagai pencicip

bayi (peucicap aneuk), kenduri sawah

(khanduri blang), kenduri tambak

(khanduri neuhen), kenduri kebun

(khanduri seunebok), pernikahan,

peringatan Israj Mikraj, Maulid Nabi,

perdagangan, makanan sekunder,

hiasan, pengendali hama sawah, obat

penambah energi, obat demam, obat

patah tulang, tanda akan turun hujan,

tanda ada orang asing, tanda orang

meninggal, dan tanda akan panen padi.

Pemanfaatan tersebut memiliki nilai

moral bagi masyarakat di Kecamatan

Peudada Kabupaten Bireuen. Nilai

moral tersebut diantaranya nilai adat

istiadat, ekonomi, ekologi, estetika,

kesehatan dan simbolik.

Nilai Adat Istiadat

Peucicap aneuk merupakan salah

satu prosesi dalam adat petroun aneuk

dan serangkaian upacara adat orang

Aceh yang dilakukan pasca ibu

melahirkan. Nurfajri, dkk., (2016)

dalam penelitiannya menambahkan

bahwa setelah proses peucicap rasa,

bayi akan diberikan daging ayam

kampung (Gallus sp. Brisson, 1760).

Ketua adat akan mengambil hati ayam

kemudian diletakkan diatas dada bayi

dengan keadaan hati ayam

ditentangkan. Kemudian ketua adat

membolak balikkan hati ayam tersebut

di dada bayi.

Selain pencicip bayi (peucicap

aneuk), masyarakat di Kecamatan

Peudada Kabupaten Bireuen memiliki

tradisi dalam mendoakan sawah, kebun

dan juga tambak agar bebas dari

bencana seperti hama atau gagal panen.

Kegiatan itu sudah dilakukan secara

turun temurun dan diyakini dapat

meningkatkan produksi hasil mereka

baik dari hasil sawah, kebun dan

tambak. Setiap tahun di hari tertentu,

warga di sana berkumpul di areal

persawahan, gunung dan tambak udang

untuk makan bersama. Tradisi tersebut

dikenal dengan kenduri sawah

(khanduri blang), kenduri tambak

(khanduri neuhen) dan kebun

(seneubok).

ASUS
Typewritten text
27
Page 8: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Adat istiadat kenduri sawah

(khanduri blang) dengan kenduri

tambak (khanduri neuhen) dan kebun

(seneubok) juga sama hanya saja

tempatnya saja yang berbeda. Kenduri

tambak (khanduri neuhen) dilaksanakan

ditempat tambak udang, sedangkan

kenduri kebun (khanduri seneubok)

dilaksanakan di gunung tempat

perkebunan masyarakat. Hanya saja

kenduri tambak (khanduri neuhen) dan

kebun (seneubok) sudah sangat jarang

dilakukan berbeda dengan kenduri

sawah (khanduri blang) yang masih

tetap rutin dilakukan hingga sekarang.

Selain itu ayam juga digunakan dalam

acara pernikahan, peringatan Israj

Mikraj dan Maulid Nabi. Tidak ada

ketentuan tertentu dalam memasak

ayam dalam dalam acara-acara tersebut.

Pada acara pernikahan,

masyarakat Kecamatan Peudada

terutama ibu-ibu akan memasak ayam

kampung bersama-sama di rumah acara.

Setelah masak, masakan tersebut

dibagikan bagi ibu-ibu yang memasak

dengan tujuan bersedekah. Sedangkan

pada peringatan Israj Mikraj dan Maulid

Nabi daging ayam dan telur ayam

dimasak dengan beraneka ragam seperti

masak merah, masak kuning, dan

digoreng. Setelah dimasak, nasi dan

masakan tersebut dibungkus dan

diberikan ke masjid dengan tujuan

bersedekah. Nurdin, (2016)

menjelaskan bahwa pada hari ―Uroe

Maulod‖, masyarakat dengan ikhlas

menyedekahkan makanan siap saji

untuk dinikmati bersama yang

dipusatkan di meunasah atau masjid

setempat.

Nilai Ekonomi

Ayam kampung (Gallus sp.

Brisson, 1760), itik serati (Cairina

moschata Linnaeus, 1758), puter

eurasia (Streptopelia decaocto Scopoli,

1786), gelatik batu (Parus cinereus

Vieillot, 1818 ), perkutut jawa

(Geopelia striata Linnaeus, 1766),

wallet hitam (Aerodramus maximus

Hume, 1878 ), merpati (Columba livia

J. F. Gmelin, 1789), tekukur biasa

(Streptopelia chinensis Scopoli, 1786)

merupakan jenis-jenis burung yang

sering diperjualbelikan oleh masyarakat

Kecamatam Peudada. Selain untuk

diperjualbelikan, ayam kampung

(Gallus sp. Brisson, 1760), itik serati

(Cairina moschata Linnaeus, 1758),

merpati (Columba livia J. F. Gmelin,

1789), dan Angsa putih (Cygnus sp.

Bechstein, 1803) sudah menjadi

makanan sekunder untuk dinikmati bagi

masyarakat Kecamatan Peudada.

Nilai Ekologi

Burung juga memiliki manfaat

ekologis seperti membantu

pengendalian hama pertanian,

membantu penyerbukan tanaman atau

tumbuhan, menyebarkan biji buah-

buahan, dan sebagai indikator

perubahan lingkungan dan musim

(Nurdin, 2017:1). Hasil wawancara dari

masyarakat terdapat 2 spesies burung

yang dianggap masyarakat Kecamatan

Peudada memiliki nilai ekologi yaitu

ASUS
Typewritten text
28
Page 9: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

kuntul besar (Ardea alba Linnaeus,

1758) dan kuntul kerbau (Bubulcus ibis

Linnaeus, 1758). Kehadiran kuntul

besar (Ardea alba Linnaeus, 1758) dan

kuntul kerbau (Bubulcus ibis Linnaeus,

1758) sebagai pemakan serangga seperti

ulat ternyata dapat mengurangi hama

bagi padi yang masih kecil (Umartani,

dkk., 2019: 107).

Nilai Estetika

Setiap manusia memiliki

penilaian estetika tersendiri begitu juga

bagi masyarakat Kecamatan Peudada.

Hasil wawancara ditemukan 17 spesies

burung yang memiliki nilai estetika

diantaranya merpati (Columba livia J. F.

Gmelin, 1789), delimukan zamrud asia

(Chalcophaps indica Linnaeus, 1758),

zamrud pasifik (Chalcophaps

longirostis Linnaeus, 1758), punai siam

(Treron bicinctus Jerdon, 1840), punai

gading (Treron vernans Linnaeus,

1771), dederuk merah (Streptopelia

tranquebarica Hermann, 1804),

gallinula ungu (Porphyrio martinica

Linnaeus, 1766), mandara batu

(Gallinula galeata Lichtenstein, 1818),

bondol haji (Lonchura maja Linnaeus,

1766), belibis polos (Dendrocygna

javanica Horsfield, 1821), burung kacer

(Copsychus saularis Linnaeus, 1758),

burung trucuk (Pycnonotus goiavier

Scopoli, 1786), perling ungu (Aplonis

metallica Temminck, 1824), budgerigar

(Melopsittacus undulatus Shaw, 1805),

cucak hijau (Chloropsis cyanopogon

Temminck, 1830), lovebird kacamata

nyasa (Agapornis lilianae Reichenow,

1887) dan merak (Pavo sp. Linnaeus,

1758).

Berdasarkan daftar burung diatas,

hanya 1 jenis yang dimanfaatkan

sebagai lukisan yaitu merak (Pavo sp.

Linnaeus, 1758), sedangkan 16 jenis

lainnya dipelihara individu burung.

Sebagian masyarakat hobi memelihara

burung dikarenakan keindahan suara

dan warna bulunya. Hal ini sesuai

dengan penjelasan Arifin, dkk., (2019)

bahwa suara yang menenangkan pikiran

dapat menciptakan sensari kenikmatan

yang berpengaruh pada sistem saraf

sehingga dapat menenangkan pikiran.

Suara-suara tersebut seperti suara

musik, angina, hujan, gemericik air dan

suara kicauan burung.

Nilai Kesehatan

Di era globalisasi sekarang ketika

manusia sakit, mereka cenderung lebih

memilih kerumah sakit untuk berobat.

Berdasarkan hasil wawancara,

masyarakat Kecamatan Peudada juga

masih menggunakan obat tradisional

dari tumbuhan maupun hewan. seperti

obat untuk demam, obat penambah

energi, dan obat patah tulang.

Ketika seseorang demam panas

tinggi, masyarakat Kecamatan Peudada

mengatakan bahwa resep obat

tradisional yang bagus adalah telur

kuning ayam kampung (Gallus sp.

Brisson, 1760). Cara pemanfaatannya

yaitu telur kuning ayam kampung

(Gallus sp. Brisson, 1760) dicampur

dengan air kelapa muda. Selain untuk

mengobati demam panas tinggi, telur

ASUS
Typewritten text
29
Page 10: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

kuning ayam kampung (Gallus sp.

Brisson, 1760) juga dapat dibuat

sebagai obat penambah energi seperti

penambah energi bagi ibu yang baru

melahirkan. Hanya saja resep obatnya

sedikit berbeda, telur kuning ayam

kampung (Gallus sp. Brisson, 1760)

dicampur dengan kopi lalu diminum.

Selain telur ayam kampung, obat

tradisional lain adalah sup itik serati

(Cairina moschata Linnaeus, 1758) dan

minyak bubut hutan (Centropus

rectunguis Strickland, 1847). Akan

tetapi sup itik serati (Cairina moschata

Linnaeus, 1758) dan minyak bubut

hutan (Centropus rectunguis Strickland,

1847) adalah obat untuk patah tulang.

Minyak bubut mengandung kalsium

yang dapat membuat sel tulang dapat

beregenerasi dengan cepat. Oleh karena

itu, digunakan untuk menyembuhkan

patah tulang (Elfis, dkk., 2020:1649).

Elfis, dkk., (2020) menambahkan

bahwa mengoleskan minyak bubut

dapat mempercepat proses

penyembuhan luka bakar dan

menghilangkan bekas luka bakar.

Nilai Simbolik

Kata simbol berasal dari kata

Yunani Simbolon yang berarti tanda

atau ciri yang memberi tahu sesuatu hal

kepada seseorang (Agustianto, 2011:2).

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh

4 jenis burung yang dipercaya sebagai

simbol suatu keadaan bagi masyarakat

di Kecamatan Peudada yaitu bubut

hutan (Centropus rectunguis Strickland,

1847), jalak kerbau (Acridotheres

javanicus Cabanis, 1851), elang

(Aquila sp. Brisson, 1760), dan manyar

(Ploceus manyar Horsfield, 1821).

Suara bubut hutan (Centropus

rectunguis Strickland, 1847) dipercayai

oleh masyarakat sebagai tanda akan

turunnya hujan. Berbeda halnya dengan

masyarakat di daerah Kabupaten

Ketapang, Kalimantan Barat,

Silviayanti, dkk., (2016) menuliskan

bahwa bunyi bubut dianggap sebagai

indikasi kabar duka. Sedangkan elang

(Aquila sp. Brisson, 1760) suara

lengkingannya di tengah hari dipercaya

sebagai tanda akan ada orang yang

meninggal. Balaca (2018) dalam

penelitiannya juga menyebutkan bahwa

burung elang merupakan salah satu

simbol kematian. Selain itu, elang pipit,

burung kukuk, tit, burung pelatu dan

burung gagak juga termasuk simbol

kematian.

Jalak kerbau (Acridotheres

javanicus Cabanis, 1851) sangat gemar

dipelihara oleh masyarakat yang tinggal

di Kecamatan Peudada. Sebagian

responden mengatakan ketika ada orang

asing yang datang kerumah mereka,

burung ini akan bersuara ribut dan tidak

akan berhenti sampai pemilik rumah

keluar. Berbeda halnya dengan manyar

(Ploceus manyar Horsfield, 1821),

kehadiran burung ini di area

persawahan menjadi tanda bagi

masyarakat Kecamatan Peudada akan

panen padi di daerah tersebut.

ASUS
Typewritten text
30
Page 11: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

SIMPULAN

Pemanfaatan burung diperoleh

34 jenis burung dengan 18 pemanfaatan

oleh masyarakat Kecamatan Peudada,

Kabupaten Bireuen. Pemanfaatan jenis

burung yang memiliki banyak manfaat

bagi masyarakat Kecamatan Peudada

adalah ayam kampung (Gallus sp.

Brisson, 1760) dan itik serati (Cairina

moschata Linnaeus, 1758), bubut hutan

(Centropus rectunguis), jalak kerbau

(Acridotheres javanicus), elang (Aquila

sp.), dan manyar (Ploceus manyar).

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, M., Harianto, S. P., &

Nurcahyani, N. (2016).

Keanekaragaman Jenis Burung di

Hutan Rakyat Pekon Kelungu

Kecamatan Kota Agung

Kabupaten Tanggamus. Jurnal

Sylva Lestari, (4)2, 51-60.

Agustianto, A. (2011). Makna Simbol

dalam Kebudayaan Manusia.

Jurnal Ilmu Budaya, (8)1, 1-7.

Albuquerque, Araújo E, Lima A, Souto

A, Bezerra B, Freire EMX,

Sampaio E, Casas FL, Moura G,

Pereira G, et al. (2012). Caatinga

Revisited: Ecology and

Conservation of an Important

Seasonal Dry Forest. Scientific

World Journal, 1–18.

Alves, R. R. N., Railson C. L. L.,

Wedson M. S. S., Dandara, M. M.

B. & Alan Loures-Ribeiro.

(2013). Ethno-ornithology and

Conservation of Wild Birds in the

Semi-Arid Caatinga of

Northeastern Brazil. Journal of

Ethnobiology and Ethnomedicine,

9(4): 1–12.

Arifin, Y. A., Wiwik, S., & Maya, A. N.

(2019). Penerapan Aspek Healing

Enviroment pada Pusat Pelayanan

Perempuan Terpadu Di D.I.

Yokyakarta Jenis Burung di

Hutan Rakyat Pekon Kelungu

Kecamatan Kota Agung

Kabupaten Tanggamus. Senthong,

(2)1, 143-152.

Balać, J. Đ. M. (2018). Birds In the

Khazar Dictionary Milorad Pavić.

Journal of The Faculty of

Philosophy, XLVIII(4): 111–124

Bazerra, D. M. M., Araujo, H. F. P.,

&Alves, R. R. N.

(2019).Understanding the Use

of Wild Birds in a Priority

Conservation Area of Caatinga,

a Brazilian Tropical Dry Forest.

Environment, Development and

Sustainability, 1–20.

CITES. http://www.cites.org.

Elfis, Prima, W. T., Nunut, S., Khairani,

Nadiatul, J., Tika, P., Indry, C.

(2020). Ethnoornithological Study

In Selected Villages Of Riau

Province, Indonesia.

Biodiversitas, 21(4), 1645-1652.

Firdaus, A. B., Setiawan, A., & Rustiati,

E. L. (2014). Keanekaragaman

Spesies Burung di Repong Damar

Pekon Pahmungan Kecamatan

Pesisir Tengah Krui Kabupaten

Lampung Barat. Jurnal Sylva

Lestari, (2)2, 1-6.

Iskandar, S., & Karlina, E. (2004).

Kajian Pemanfaatan Jenis Burung

Air di Pantai Utara Indramayu,

Jawa Barat. BULETIN Plasma

Nutfah, (10)1, 43-48.

Nurdin, Nasihin, I., & Guntara, A. Y.

(2017). Pemanfaatan

Keanekaragaman Jenis Burung

Berkicau dan Upaya Konservasi

Pada Kontes Burung Berkicau di

ASUS
Typewritten text
31
Page 12: Studi Etno-Ornitologi dan Identifikasi Kearifan Lokal ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Kabupaten Kuningan Jawa Barat.

Wanaraksa, 11(1), 1-5.

Nurdin, A. (2016). Integrasi Agama dan

Budaya: Kajian Tentang Tradisi

Maulod dalam Masyarakat Aceh.

Komunitas, (18)1, 45-61.

Nurfajri, D. P., Rida, S. S., & Nurlaili.

(2016). Upacara Petroen Aneuk di

Gampong Meunasah Manyang

Kecamatan Krueng Barona Jaya

Kabupaten Aceh Besar. Jurnal

lmiah Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Seni Drama, Tari dan

Musik, (1)2, 93-100.

Saputra, B. A., Kuntjoro, S., &

Ambarwati, R. (2016). Validitas

Lembar Kegiatan Siswa

Berorientasi Pengamatan Burung

Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Materi Aves Kelas X.

Jurnal BIOEDU, (5)1, 32-36.

Souto, W. M. S., Aparecido, M., Torres,

R., Fernando, B., Freitas, C.,

Vieira, S., & Pralon, N. (2017).

Singing for Cages : The Use and

Trade of Passeriformes as Wild

Pets in an Economic Center of the

Amazon — NE Brazil.

RouteTropical Conservation

Science, 10, 1-19.

Silviyanti, N., Nurdjali, B., &

Kartikawati, S. M. (2016). Studi

Etno-Ornitologi Burung Sebagai

Bentuk Kearifan Lokal

Masyarakat di Desa Pematang

Gadung Kabupaten Ketapang.

Jurnal Hutan Lestari, 4(2), 176-

184.

Tidemann, S., Chirgwin, J., & Sinclair,

J. (2010). Indegenous Knowledge,

Bird That Have ―Spoken‖ and

Science. In S. Tidemann & A.

Gloser (Ed.), Ethno ornithology:

Birds, Indegenous People,

Culture and Society. London:

Earthscan.

Umartani, L. A., Aretasani, R.,

Halimah, A. (2019). Anatomy and

Histology of Testes of Male

Buffalo Egrets (Bubulcus Ibis).

Engin, 2, 107-109.

Utina, R. (2012). Kecerdasan Ekologis

dalam Kearifan Lokal Masyarakat

Bajo Desa Torosiaje Provinsi

Gorontalo. Prosiding Konferensi

dan Seminar Nasional Pusat Studi

Lingkungan Hidup Indonesia.

Wyndham, F. S., Ada M. G., Andrew

G. G., Karen E. P., John F., David

N., Heidi F. & Josep D., H.

(2014). The Ethno–Ornithology

World Archive (Ewa): An Open

Science Archive For Biocultural

Conservation. Revista Chilena de

Ornitología, 22(1): 141–146.

ASUS
Typewritten text
32