STUDI EKONOMI PERIKANAN DI BARON

14
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DISUSUN OLEH Nama : Asterina Wulan Sari NIM : 12/335195/PN/13030 Lokasi : Kabupaten Gunungkidul Asisten : Megadian Pratama LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

description

STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI BARON

Transcript of STUDI EKONOMI PERIKANAN DI BARON

  • LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN

    STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    DISUSUN OLEH

    Nama : Asterina Wulan Sari

    NIM : 12/335195/PN/13030

    Lokasi : Kabupaten Gunungkidul

    Asisten : Megadian Pratama

    LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

    JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2014

  • I. PENDAHULUAN

    Perikanan tangkap di Indonesia masih merupakan sumber penghidupan (livelihood) yang

    penting baik secara nasional maupun global. Laut merupakan sumber penghasilan nelayan untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hasil melaut tidak bisa diandalkan ketika tidak

    musim ikan, maka para nelayan memiliki pekerjaan sampingan dalam kehidupannya. Perlu

    diketahui kondisi perekonomian di nelayan ini, karena ekonomi perikanan tak lepas dari

    perekonomian tangkap yang dilakukan oleh nelayan.

    Pengelolaan perikanan tangkap masih bersifat parsial dan belum memiliki perencanaan

    pengelolaan perikanan yang utuh. Perencanaan pengelolaan perlu disusun dengan

    mengikutsertakan para nelayan sebagai pelakan dan stakeholders lainnya. Adanya perencanaan

    pengelolaan perikanan tangkap yang lebih baik dengan mengetahui kondisi alam, sarana dan

    prasarana dan perekonomian nelayan, nelayan dapat lebih sejahtera.

    Tujuan dari pelaksanaan praktikum ekonomi perikanan khususnya perikanan tangkap ini

    adalah mengetahui profil nelayan di pantai Baron. Selain itu, mengetahui permasalahan atau

    kendala yang dihadapi nelayan saat melakukan penangkapan. Terakhir, mengetahui komponen

    biaya yang dikeluarkan oleh nelayan.

    Praktikum pengantar ekonomi perikanan ini memiliki manfaat secara umum, yaitu

    mahasiswa akan mengetahui bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi para nelayan

    penangkapan di pantai Baron. Mahasiswa juga akan mengenal beberapa profil nelayan dan

    bertanya langsung tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan penangkapan, seperti biaya

    yang mendasari atau menyusun kegiatan penangkapan, hingga permasalahan yang menjadi

    kendala para nelayan penangkapan.

    Manfaat khusus untuk prodi THP, mahasiswa dapat mengetahui jenis ikan apa saja yang

    ditangkap dan musim tangkap ikan, sehingga jika dalam mengolah ikan tersebut diusahakan

    letika ikan tersebut sedang musim dan harga beli ikan tersebut tidak terlalu mahal. Selain itu,

    mahasiswa dapat mengetahui penanganan ikan di atas kapal dan setelah didaratkan apakah

    menggunakan es atau tidak. Manfaat lainnya adalah mengetahui penyortiran yang dilakukan oleh

    nelayan ataupun pedagang bedasarkan ukuran ikan ataupun lobster.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    TPI Baron terletak di Pantai Baron, Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten

    Gunungkidul, Provinsi DIY. Secara Astronomis letaknya berada di posisi 088002,4 LS dan

    1103300,3 BT. Letaknya yang berada disebelah selatan Yogyakarta dan sering dijadikan

    kunjungan wisata membuat Pantai ini menjadi tempat yang strategis untuk pemasaran hasil

    tangkapan ikan (Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY, 2011). Pantai baron, kukup dan

    krakal merupakan teluk yang dibatasi oleh perbukitan karst. Kawasan ini merupakan daerah

    wisata pantai yang cukup terkenal. Pantai baron memiliki sumber air bersih berupa muara sungai

    bawah tanah dan merupakan daerah penghasil ikan laut (Winarno dkk., 2003).

    Nelayan Baron dan Puger menjalani hidup sebagai komunitas nelayan setelah beralih dari

    tradisi mengolah lahan kritis secara tradisional sebagai petani. Melalui tahap beradaptasi dengan

    lingkungan alam menghadapi tantangan ekologi pesisir selatan yang lebih bergelora, mereka

    akhirnya berhasil menjadi nelayan yang tangguh. Dengan mengenal keadaan ekologi laut,

    mereka akhirnya dapat memberi label nama jenis-jenis ombak laut selatan, sebagai bagian dari

    sistem pengetahuan (kognisi) lokalnya mereka, mereka dapat mengatasi tantangan laut selatan

    ketika mencari nafkah hidupnya di lautan selatan (Fernandez, 2008).

    Sumberdaya alam yang terdapat di pantai dan laut adalah modal dasar yang memberikan

    kehidupan bangsa disegala bidang (Nanlohy, 1986). Sebagian besar (98%) masyarakat pesisir

    pantai merupakan nelayan berpenghasilan rendah, sehingga perlu dirintis upaya

    penganekaragaman jenis mata pencaharian, agar tidak menggantungkan tumpuan hidup satu-

    satunya pada laut, mengingat kehidupan melaut ada masa pacekliknya. Untuk itu perlu

    dikembangkan usaha lain, termasuk usaha agraris yang mendayagunakan pekarangan dengan

    tanaman ekonomis, serta usaha pertanian yang lebih intensif (Wagito dkk., 1982).

    Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencangkup penangkapan atau

    pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di luat atau perairan umum secara bebas.

    Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen atau subsistem

    yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya : (1) sarana produksi, (2) usaha penangkapan, (3)

    prasarana (pelabuhan), (4) unit pengolahan, (5) unit pemasaran dan (6) unit pembinaan (Monintja

    dan Roza, 2001).

  • Perikanan tangkap di pantai Baron sudah cukup maju, hal ini dikarenakan adanya

    dukungan pemerintah dan adanya kemauan dari diri nelayan untuk kehidupan yang lebih

    sejahtera. Bentuk dukungan pemerintah adalah memberikan kapal kepada nelayan untuk melaut,

    sehingga hasil tangkapannya diharapkan lebih banyak. Nelayan di pantai Baron ini dapat dibagi

    menjadi dua, yaitu nelayan darat dan nelayan laut. Nelayan darat adalah nelayan yang mencari

    ikan ataupun lobster di sekitar pantai, sedangkan nelayan laut adalah nelayan yang menangkap

    ikan dengan cara melaut ke laut lepas.

  • III. METODE

    Waktu dan Tempat Praktikum

    Praktikum lapangan dilakukan pada 23-24 Mei 2014 di Desa Kemadang, Kecamatan

    Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Lokasi ini dipilih karena sebagian besar penduduknya

    berpotensi sebagai nelayan penangkapan ikan. Usaha yang dikembangkan di lokasi tersebut

    melibatkan kelompok laki-laki dan perempuan.

    Metode Dasar

    Metode kajian adalah metode survai dan observasi lapangan.Penelitian survai adalah

    penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat

    pengumpulan data yang pokok. Proses pengumpulan data dilakukan melalui interaksi secara

    langsung dengan responden. Penelitian survai dapat digunakan untuk eksplorasi, deskriptif,

    maupun penjelasan dan prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akandatang.

    Metode Penentuan Responden

    Populasi yang menjadi kajian praktikum ini adalah nelayan penangkapan ikan. Pemilihan

    reponden menggunakan metode snowball sampling. Metode snowball sampling merupakan

    metode pemilihan responden dengan pemilihan sejumlah kecil dari populasi dengan karakteristik

    tertentu, yang selanjutnya dijadikan responden, yang diminta untuk memberikan rekomendasi

    untuk responden berikutnya. Teknik ini menggunakan satu orang utama sebagai informasi kunci

    yang akan terus bergulir menuju informan berikutnya hingga kualitas data yang diharapkan dapat

    terpenuhi. Dalam hal ini praktikan dapat mendatangi tetua atau ketua kelompok atau petugas

    pemerintahan yang menjadi tokoh kunci biasa pada masing-masing kegiatan, yang dapat

    dianggap sebagai informan pertama (responden pertama) untuk mengawali teknik snowball

    sampling. Informan pertama diharapkan memberi rekomendasi calon informan selanjutnya,

    sampai jumlah responden yang ditentukan diketahui.

    Teknik Pengumpulan Data

    Metode kuisioner biasanya digunakan untuk menyelidiki pendapat orang dan

    sikap.Metode angket adalah suatu metode penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk

  • memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari responden.Kuisioner pada praktikum ini

    digunakan untuk memperoleh informasi dari sejumlah pelaku usaha perikanan yaitu khususnya

    untuk bidang penangkapan.

    Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melihat dan memperhatikan

    serta mengolah dokumen-dokumen yakni melalui arsip-arsip surat serta catatan-catatan dari

    sumber yang dapat dipertanggungjawabkan atas kebenarannya. Metode dokumentasi pada

    praktikum ini sebagai sumber untuk mendapatkan informasi bidang pengangkapan.

    Metode wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (praktikan) untuk

    memperoleh informasi dari responden yang berfungsi untuk meneliti atau menilai keberadaan

    seseorang, misal untuk memperoleh data tentang latar belakang pendidikan orang tua, serta

    sikapnya terhadap sesuatu.

    Metode observasi adalah pencatatan dan oengamatan fenomena-fenomena yang diselidiki

    secara sistematik.Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengamati,

    meneliti dan mengukur kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung.

    Tabulasi dan Analisis Data

    Tabulasi data dilakukan dengan menggunakan progam MS. Excel. Data yang telah

    didapat akan ditabulasikan untuk mendapat gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi dari para

    pelaku usaha perikanan (responden) bidang penangkapan yang telah diwawancarai sebelumnya.

    Berdasarkan hasil tabulasi data selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    a. Keadaan Umum

    Pantai baron memiliki satu TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan satu kelompok

    nelayan. Kelompok Usaha Bersama dengan nama Kelompok Nelayan Tangkap Mina

    Samudera ini berdiri pada tahun 1983 dan hingga kini telah berkembang memiliki 70 unit

    kapal PMT (Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY, 2011). TPI Baron ini sebagai

    tempat pelelangan ikan untuk menjual hasil tangkapan nelayan. Di sekitaran pantai baron

    dipenuhi oleh penjual-penjual makanan, minuman serta aksesoris, dan yang kebanyakan

    menjual atau membuka warung adalah istri dari nelayan.

    Nelayan di pantai Baron sangat bergantung musim, apabila musim ikan mereka

    akan mendapat hasil tangkapan yang banyak, sedangkan saat tidak musim ikan mereka

    sangat sulit untuk mendapat hasil tangkapan. Ketika tidak musim ikan, para nelayan

    berpindah pekerjaan mulai dari menjadi kuli bangunan atau ikut proyek, bertani ataupun

    membantu istri berjualan. Selain itu, ada pula nelayan yang menggunakan kapalnya untuk

    jasa penyebrangan wisatawan yang ingin ke pantai.

    b. Sarana dan Prasarana

    Sarana yang ada di pantai Baron adalah kapal, mesin motor tempel, berbagai

    macam jaring, fiber krendet dan pancing. Prasarana yang ada ada di pantai Baron adalah

    TPI dan koperasi. TPI Baron ini berlokasi di Baron, Kemadang, Tanjungsari dengan luas

    36m2. Ketersediaan tenaga listrik menggunakan Tenaga PLN dengan daya 1300 Watt, air

    bersih bersumber air dari sumur. Untuk penyimpanan ikan TPI Baron memiliki 8

    Coolbox dengan spesifikasi 6 unit kapasitas kecil dan yang 2 unit kapasitas besar. Untuk

    Warung Kuliner di TPI Baron cukup banyak dan sudah maju serta berkembang baik

    (Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY, 2011).

  • c. Profil Responden

    Grafik 1. Sebaran Umur Nelayan

    Grafik Sebaran Umur Nelayan pada grafik diatas menunjukkan bahwa nelayan di

    Pantai Baron usianya berkisar 20 tahun sampai 75 tahun. Nelayan terbanyak berumur

    antara 41 sampai 45 tahun, sedangkan pada rentang umur 71 sampai 75 tahun hanya

    sedikit. Responden yang diwawancarai tidak ditemukan yang berusia 56 sampai 60

    tahun. Semakin lanjut usianya, semakin sedikit yang menjalani hidup sebagai nelayan,

    hal ini dapat dikarenakan kekuatan mereka sudah tidak sekuat dulu saat muda dalam

    mencari ikan.

    Grafik 2. Tingkat Pendidikan Nelayan

    0.00

    10.00

    20.00

    30.00

    40.00

    50.00

    60.00

    TS SD SMP SMA PT

    Pe

    rsen

    tase

    Tin

    gkat

    Pe

    nd

    idik

    an

    (%)

    Tingkat Pendidikan

    Tingkat Pendidikan

    Tingkat Pendidikan

    0%

    5%

    10%

    15%

    20%

    25%

    20-2

    5

    26-3

    0

    31-3

    5

    36-4

    0

    41-4

    5

    46-5

    0

    51-5

    5

    56-6

    0

    61-6

    5

    66-7

    0

    71-7

    5Pe

    rsen

    tase

    Seb

    aran

    Um

    ur

    (%)

    Range Umur

    Sebaran Umur Nelayan

    Sebaran Umur Nelayan

  • Grafik Tingkat Pendidikan menunjukkan bahwa tidak ada nelayan yang

    melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Banyak nelayan di

    Pantai Baron ini lulusan SD, kemudian diikuti lulusan SMP. Dibandingkan dengan SMA,

    nelayan yang tidak bersekolah lebih sedikit jumlahnya. Pendidikan di kehidupan nelayan

    sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena jika mereka sudah merasa senang akan

    uang, maka mereka lebih senang untuk meneruskan jadi nelayan dibandingkan

    bersekolah.

    Grafik 3. Sebaran Pengalaman Nelayan

    Grafik sebaran pengalaman nelayan diatas menunjukkan bahwasanya nelayan

    banyak yang sudah berpengalaman selama 11 sampai 15 tahun. Pengalaman nelayan

    yang baru berkecimpung sampai 5 tahun termasuk banyak, yaitu 16%. Nelayan yang

    sudah berpengalaman selama 36 sampai 40 tahun sangan sedikit, yaitu 3%. Semakin

    banyak pengalaman yang mereka dapatkan selama menjadi nelayan, maka semakin

    banyak pula pengetahuan akan medan untuk melaut.

    0%

    5%

    10%

    15%

    20%

    25%

    30%

    Pe

    rsen

    tase

    Seb

    aran

    Pe

    nga

    lam

    an (

    %)

    Range Tahun

    Sebaran Pengalaman Nelayan

    Sebaran Pengalaman Nelayan

  • Grafik 4. Sebaran Pekerjaan Nelayan

    Pekerjaan pokok terbanyak responden yang diwawancarai adalah sebagai nelayan,

    sedangakan pekerjaan sampingan terbanyak adalah petani. Jumlah respoden yang

    pekerjaan pokoknya petani dan ABK masing-masing berjumlah 4 orang dan pedagang

    berjumlah 5 orang, sedangkan pemilik kapal hanya 1 orang. Dengan lokasi di dekat

    pantai, tidak mengherankan jika banyak masyarakat yang pekerjaan pokoknya sebagai

    nelayan, terlebih sumber daya ikan di Indonesia tinggi.

    d. Kegiatan Perikanan Tangkap

    Nelayan di pantai Baron biasanya menangkap ikan menangkap ikan pada dini hari

    dan pulang siang hari atau sore hari tergantung musim dan hasil tangkapan. Saat musim

    ikan tiba, para nelayan dapat membawa hasil tangkapan sampai 3000 kg. Ketika tidak

    musim ikan nelayan hanya dapat membawa maksimal 20kg ikan, bahkan kadang tidak

    mendapat hasil tangkapan sama sekali, hanya lelah yang didapat. Musim ikan adalah

    bulan September, Oktober, November, Desember dan Januari, sedangkan sisanya tidak

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    Pe

    rsen

    tase

    Seb

    aran

    Pe

    kerj

    aan

    (%

    )

    Jenis Pekerjaan

    Sebaran Pekerjaan

    Sebaran Pekerjaan Pokok

    Sebaran Pekerjaan Sampingan

  • musim ikan. Ada beberapa nelayan yang melaut pada malam hari, nelayan berangkat sore

    hari dan kembali ke pantai dini harinya.

    Hasil tangkapan para nelayan sebagian besar dijual di TPI (Tempat Pelelangan

    Ikan) dan dibayar secara tunai. Namun, ada beberapa nelayan yag menjual hasil

    tangkapannya ke tengkulak ataupun ke konsumen secara langsung dan dibayar secara

    tunai. Hasil tangkapan tersebut dapat berupa ikan bawal, ikan kakap putih, ikan layur,

    lobster, ikan teri dan ikan tuna. Daerah penangkapan ikan pun banyak berpindah pindah,

    hanya sabagian kecil nelayan yang daerah penangkapannya tetap tidak berubah-ubah.

    Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan di pantai baron adalah rumpon dari

    kapal-kapal besar yang tidak diambil lagi sehingga menghambat laju kapal dan

    menyulitkan nelayan untuk mendapatkan ikan. Selain itu, bantuan pemerintah yang

    kurang merata sehingga timbul konflik antar nelayan. Permasalahan yang lain adalah

    adanya krendet yang tidak bisa diambil lagi, sehingga banyak lobster ataupun udang yang

    mati didalamnya, dan diversitas udang di pantai Baron menurun. Cuaca dan gelombang

    di pantai selatan jawa sering kali tidak dapat diprediksi, sehingga jika cuaca tidak

    bersahabat dan gelombang tinggi nelayan tidak dapat melaut. Pemerintah perlu

    meninformasikan kondisi cuaca ataupun gelombang seuptodate mungkin.

    Komponen biaya yang dikeluarkan oleh nelayan ada tiga yitu, biaya kepemilikan

    alat tangkap, biaya operasional dan biaya perawatan. Biaya kepemilikan alat tangkap

    meliputi pembelian seperti kapal, mesin dan alat tangkap. Biaya operasional merupakan

    biaya yang dibutuhkan selama operasional, biaya tersebut meliputi biaya bahan bakar,

    pelumas, rokok, pajak masuk dan sebagainya. Biaya perawatan merupakan biaya yang

    digunakan dalam perawatan kapal ketika kapal rusak,atau mesin, dan lain-lainnya.

    Rata-rata biaya kepemilikan alat tangkap adalah sebesar Rp. 28.486.329,00 ,

    sedangkan pengeluaran maksimal adalah sebesar Rp. 441.000.000,00 dan minimalnya

    adalah Rp. 550.000,00. Biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan memiliki rata-

    rata Rp. 308.898,00, sedangkan biaya maksimal adalah sebesar Rp. 7.325.000,00 dan

    minimalnya adalah sebesar Rp. 12.000,00. Rata-rata biaya perawatan adalah sebesar Rp.

    773.383,00 , sedangkan biaya maksimal adalah sebesar Rp. 15.000.000,00 dan biaya

  • minimalnya adalah sebesar Rp. 20.000,00. Sumber modal para nelayan bermacam-

    macam, ada yang dari dana pribadi, juragan, teman, kelompok atau bantuan dari

    pemerintah, bahkan ada pula yang dari warisan.

    e. Peran Kelompok

    Grafik 5. Peran Kelompok bagi Nelayan

    Peran kelompok nelayan bagi nelayan sangatlah berarti dan dibutuhkan. Adanya

    kelompok nelayan ini, nelayan mendapatkan kepuasan psikologis, yaitu diperhatikan,

    saling membantu dan terayomi dengan adanya peran kelompok. Tujuan para nelayan pun

    tercapai karena dengan adanya dukungan dan bimbingan kelompok nelayan untuk

    mendapatkan kesejahteraan hidup. Semakin banyak pengetahuan yang didapatkan setelah

    menjadi anggota kelompok nekayan, terutama pengetahuan akan penangkapan ikan.

    Perlindungan dari tidak diingikan akan nelayan didapatkan dari menjadi anggota

    kelompok nelayan ini dan identitas membanggakan pun dapat diterima oleh nelayan.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    a. Kepuasan pskilogis

    b. Membantu mencapai

    tujuan

    c. Pengetahuan

    d. Perlindungan

    e. IdentitasSeb

    aran

    Pe

    nd

    apat

    Ter

    ban

    yak

    Pernyataan Peranan Kelompok

    Peran Kelompok

    Modus

  • V. KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Rerata umur nelayan berkisar antara 41-45 tahun, dengan mayoritas pendidikannya

    lulusan SD dan pengalaman menjadi nelayan rata-rata selama 11-15 tahun.

    2. Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan adalah rumpon yang tertinggal, krendet yang

    tidak bisa diambil kembali, bantuan pemerintah yang kurang merata dan cuaca yang tidak

    menentu serta gelombang tinggi di pantai selatan.

    3. Komponen biaya yang dikeluarkan nelayan adalah biaya kepemilikan alat tangkap yang

    merupakan biaya pengeluaran tertinggi, biaya operasional dan biaya perawatan.

    Saran

    Waktu pelaksanaan praktikum dan responsi sebaiknya direncakan secara matang, sehingga tidak

    ada kesalahpahaman ataupun bentrok dengan praktikum yang lainnya.

  • VI. DAFTAR PUSTAKA

    Fernandez, I.Y.2008. Kategori dan Ekspresi Linguistik dalam Bahasa Jawa sebagai Cermin

    Kearifan Lokal Penuturnya: Kajian Etnolinguistik pada Masyarakat Petani dan Nelayan.

    Kajian Linguistik dan Sastra. XX(2):166-177. Fakultas Ilmu Budaya UGM. Yogyakarta

    Monintja, D. dan Roza Yusfiandayani. 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dalam Bidang

    Perikanan Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir. Pusat Kajian

    Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor

    Nahlohy, A. 1986. Pola Perilaku Masyarakat Pesisir Pantai dalam Usaha Pemanfaatan Sumber

    Alam Lingkungan Laut di Sulawesi Utara. Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial IKIP.

    Manado

    Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY. 2011. PI Baron. http://www.tpi.perikanan-

    diy.info/daftardanprofil.php?pages=baron. Diakses pada hari Selasa tanggal 3 Juni 2014

    pukul 14.35 WIB

    Wagito. 1982. Studi Dinamika Pedesaan di Ex Karesidenan Besuki. Studi Kasus Desa Pantai

    Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Daerah Tingkat II Jember. Pusat Penelitiann

    Universitas Jember. Jember

    Winarno, K., Moeso S. dan Djalal S. T. 2003. Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Hayati

    Pantai Selatan Yogyakarta, Studi Kasus Pantai Baron, Kukup dan Krakal. Biodiversitas.

    IV(2):124-132