STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID...

96
i STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh: MUHAMAD ATAUILLAH NIM: 073111136 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID...

Page 1: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

i

STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID

TENTANG HAK ASASI MANUSIA

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

MUHAMAD ATAUILLAH

NIM: 073111136

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

ii

Page 3: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

iii

Page 4: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

iv

Page 5: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

v

NOTA PEMBIMBING

Semarang, 29 November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu ’alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Studi Analisis Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak

Asasi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam

Nama : Muhamad Atauillah

NIM : 073111136

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : S1

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah.

Wassalamu ‘alaikum wr.wb.

Pembimbing I,

Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag

NIP: 19681212 199403 1003

Page 6: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

vi

NOTA PEMBIMBING

` Semarang, 29 November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu ’alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Studi Analisis Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak

Asasi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam

Nama : Muhamad Atauillah

NIM : 073111136

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : S1

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah.

Wassalamu ‘alaikum wr.wb.

Pembimbing II,

Drs. Ahmad Sudja’i, M.Ag

NIP: 1951005 197612 1001

Page 7: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

vii

ABSTRAK

Judul : Studi Analisis Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak

Asasi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam

Nama : Muhamad Atauillah

NIM : 073111136

Skripsi ini membahas hak asasi manusia menurut seorang tokoh pejuang

HAM bernama Abdurrahman Wahid ditinjau dari sudut pandang Pendidikan

Islam. Kajiannya dilatarbelakangi oleh realita yang menunjukkan bahwa

pelanggaran terhadap hak asasi manusia masih sering terjadi, khususnya di

Indonesia. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimana

Pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang Hak Asasi Manusia? (2)

Bagaimana pandangan Abdurrahman Wahid tentang HAM dalam Perspektif

Pendidikan Islam? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi kepustakaan yang

datanya diperoleh dari berbagai karya tulisan Abdurrahman Wahid terkait

permasalahan hak asasi manusia. Semua data penelitian dianalisis menggunakan

pendekatan studi pemikiran tokoh yaitu dengan pendekatan sosio histories,

penelitian yang berupaya memeriksa secara kritis peristiwa, perkembangan masa

lalu, kemudian mengadakan interpretasi terhadap sumber-sumber informasi, dan

factual histories yaitu suatu pendekatan dengan mengemukakan sejarah fakta

mengenai tokoh. Penulis juga menekankan pada metode interpretasi.

Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Menurut Abdurrahman Wahid agama

Islam sangat sensitif dan peduli terhadap masalah HAM, Islam sangat menentang

tindakan yang melawan HAM, termasuk tindakan kekerasan dan memaksakan

kehendak terhadap orang lain, pemikiran Gus Dur tentang HAM pada umumnya

dibangun di atas teori maqashid as-syari’ah yang meliputi; keselamatan fisik

warga masyarakat (hifdzu al-nafs), keselamatan keyakinan agama masing-masing

(hifdzu al-din), keselamatan keluarga dan keturunan (hifdzu al-nasl), keselamatan

harta benda dan milik pribadi (hifdzu al-mal), dan keselamatan hak milik dan

profesi (hifdzu al-milk). Kesemuanya itu merupakan konsep yang dijadikan Gus

Dur sebagai prinsip Universal Islam. (2) Dalam perspektif pendidikan Islam,

pemikiran Abdurrahman Wahid tentang HAM memiliki keserasian yaitu

berorientasi pada terbentuknya kepribadian serta akhlak yang luhur dengan

menanamkan nilai-nilai toleransi pada peserta didik sejak dini yang berkelanjutan

dengan mengembangkan rasa saling pengertian dan menghormati hak-hak orang

lain.

Page 8: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

viii

TRANSLITERASI

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman

pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Nomor:

158/1987 dan Nomor 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-)

disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.

t ط A ا

z ظ B ب

‘ ع T ت

g غ S ث

f ف J ج

q ق H ح

k ك Kh خ

l ل D د

m م Z ذ

n ن R ر

w و Z ز

S � h س

, ء Sy ش

y ي S ص

D ض

Bacaan Madd: Bacaan Diftong

ā = a panjang او = au

i = i panjang اي = ai

Page 9: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

ix

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SAW yang

telah memberikan petunjuk, kekuatan, dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Analisis Pemikiran Abdurrahman

Wahid tentang Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam” ini dengan

baik.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana

pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri

Walisongo Semarang.

Dalam Kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam penelitian

maupun penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan

kepada:

1. Dr.Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

2. Bapak Dr. H. Fatah Syukur, M. Ag. dan Drs. Ahmad Sudja’i, M. Ag. selaku

dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

untuk memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Abdul Rohman, M. Ag. selaku Wali Studi Pendidikan Agama

Islam angkatan 2007 paket D.

4. Bapak dan Ibu dosen beserta Karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga

penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Ayahanda M. Yusuf dan Ibu Rodliyah tercinta, yang tak hentinya

mendo’akanku, semoga kesabaran, ketulusan, dan keikhlasanmu mendapat

ridlo dari Allah Swt.

6. Pengasuh Pondok Al-Asy’ariyyah, Kalibeber, Wonosobo Alm. K.H. Muntaha

al-Hafidz beserta segenap pengurus yang selalu mendoakan santri-santrinya.

Semoga Ilmunya senantiasa bermanfaat di dunia sampai akhirat.

7. Pengasuh Pondok PPRT Nyai Hj. Muthohiroh, Drs. K.H. Mustaghfirin, K.H.

Abdul Kholiq, L.c dan Gus M. Qolyubi, S.Ag yang selalu membimbing,

Page 10: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

x

mengarahkan, mendididik dan mendo’akan santrinya. Semoga selalu

mendapat ridlo dari Allah Swt.

8. Kakak dan Adikku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan semangat

kepadaku, semoga Allah membalas dengan yang lebih baik.

9. Guru-guruku mulai dari SD sampai kuliah yang senantiasa membimbing dan

mendidikku sehingga menjadikan hidupku lebih berarti, perjuanganmu

semoga berbuah manis di sisi Allah Swt.

10. Keluarga besar santri Ponpes. Raudlatut Thalibin (PPRT) Tugurejo, Tugu,

Kota Semarang, teman seangkatan, teman sekamar (Kyai Kajad, Om Aziz,

Abdi), serta seluruh santri PPRT. Kalian semua adalah keluarga bagiku,

orang-orang istimewa yang tak akan terlupakan sepanjang hidupku. Terima

kasih atas semuanya.

11. Teman-teman seangkatan PAI D, selalu ingatlah hari-hari yang pernah kita

jalani bersama. Kebersamaan, kekompakan, dan rasa kekeluargaan semoga

selalu terjaga, walaupun jauh namun selalu dekat di hati.

12. Teman-teman PPL, KKN, dan teman-teman di organisasi Nafilah, terimakasih

atas segala bimbingannya.

13. Teman-teman di Orda (IKAMADU dan KMW), diskusi, kumpul-kumpul

bareng, canda, dan tawa, selalu memberikanku banyak inspirasi untuk selalu

berkarya. Lanjutkan perjuangan kalian!.

14. Sahabat-sahabatku Andika “Gareng” Prabowo, dan segenap Beswan Djarum

25 yang selalu memberi motivasi, serta inspirasi. Teman-teman yang tidak

bisa saya sebut satu persatu. Terima kasih atas dukungan serta do’anya.

15. “BEB” Seorang yang sangat spesial di hatiku, terima kasih untuk senyum,

canda, dan tawamu. Semua itu menjadikan motivasi tersendiri buat Aku.

16. Semua pihak dan instansi terkait yang telah membantu selama dilaksanakan-

nya penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pengetahuan yang penulis miliki masih

kurang, sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan

Page 11: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

xi

segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak guna perbaikan dan penyempurnaan tulisan berikutnya.

Bukanlah hal yang berlebihan apabila penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi pembaca, amin.

Semarang, 29 November 2011

Muhamad Atauillah

NIM: 073111136

Page 12: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAN KEASLIAN ............................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iii

PENGESAHAN .............................................................................................. iv

NOTA PEMBIMBING ................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

TRANSLITERASI .......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................. 6

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6

E. Metode Penelitian ................................................................... 9

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ....................................... 9

2. Sumber-Sumber Data ........................................................ 10

3. Metode Analisis Data ........................................................ 11

F. Sistematika Pembahasan Skripsi ............................................. 12

BAB II : HAK ASASI MANUSIA DAN PENDIDIKAN ISLAM............ 14

A. Hak Asasi Manusia ................................................................. 14

1. Latar Belakang Pemikiran tentang HAM .......................... 14

2. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)............................. 19

3. Sejarah Lahirnya HAM ..................................................... 20

B. Pendidikan Islam ..................................................................... 22

1. Pengertian Pendidikan Islam ............................................. 23

2. Dasar Pendidikan Islam .................................................... 28

3. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam ................................. 30

4. Tujuan Pendidikan Islam ................................................... 32

Page 13: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

xiii

BAB III : PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG

HAK ASASI MANUSIA ............................................................ 35

A. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pemikiran

Abdurrahman Wahid .............................................................. . 35

1. Latar Belakang Biografis ................................................ . 35

2. Latar Belakang Pemikiran Abdurrahman Wahid ............ . 42

3. Sekilas tentang Karya-Karya Abdurrahman Wahid.......... 43

4. Penghargaan yang Diperoleh Abdurrahman Wahid ....... . 46

B. Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang

Hak Asasi Manusia .............................................................. 48

1. Paradigma Pemikirannya ................................................ 48

2. Pandangan Abdurrahman Wahid mengenai

Hak Asasi Manusia .......................................................... 49

BAB IV: ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN

WAHID TENTANG HAK ASASI MANUSIA

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM ................... . 55

A. Analisis terhadap Pemikiran Abdurrahman Wahid............... 55

1. Pandangan Abdurrahman Wahid tentang HAM ............. . 57

2. Aktulaisasi Pembelaan Gus Dur terhadap HAM............. . 61

B. Pandangan Abudrrahman Wahid tentang HAM

Prespektif Pendidikan Islam................................................. 67

BAB V: PENUTUP ................................................................................... 73

A. Simpulan ............................................................................... 73

B. Saran dan Penutup ................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 14: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak asasi diartikan sebagai hak

dasar atau hak pokok seperti hak hidup dan hak mendapatkan perlindungan1. Hak-

Hak Asasi Manusia merupakan hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

manusia, kodrati dan alami sebagai makhluk Tuhan Yang Mahakuasa.2 Hak asasi

manusia merupakan hak kodrati yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia, dan

tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia hakiki dan bermartabat.

Prinsip-prinsip umum tentang hak-hak asasi manusia yang dicanangkan

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948 dianggap

sebagai pedoman standar bagi pelaksanaan penegakan HAM bagi bangsa-bangsa,

terutama yang bergabung dalam badan tertinggi dunia itu hingga saat ini. Prinsip-

prinsip umum tersebut dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights,

UDHR (Pernyataan Semesta tentang Hak-hak Asasi Manusia).

Selanjutnya, hak-hak asasi manusia yang dianggap sebagai hak yang

dibawa sejak seseorang lahir ke dunia itu sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan

Yang Maha Pencipta (hak yang bersifat kodrati). Karena tidak ada satu

kekuasaanpun di dunia dapat mencabutnya. Meskipun demikian, menurut

Baharuddin Loppa,3 bukan berarti manusia dengan hak-haknya itu dapat berbuat

semena-mena. Sebab, apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat

dikatagorikan memperkosa hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggung

jawabkan perbuatannya. Jadi hak asasi mengandung kebebasan secara mutlak

1 Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm.474.

2 Syawal Gultom, Pengantar, dalam Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai

Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. v.

3 Baharuddin Loppa, Al-Qur’an dan Hak-Hak Azazi Manusia, (Yogyakarta: PT. Dana

Bhakti Prima Yasa, 1996), hlm. 2.

Page 15: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

15

tanpa mengindahkan hak-hak dan kepentingan orang lain. Karena itu HAM atas

dasar yang paling fundamental, yaitu hak kebebasan dan hak persamaan. Dari

kedua dasar ini pula lahir HAM yang lainnya.

Tulisan-tulisan yang menyatakan Islam melindungi hak asasi manusia

(HAM), seringkali menyebut Islam sebagai agama yang paling demokratis.

Pernyataan itu, seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Justru di

negeri-negeri muslimlah terjadi banyak pelanggaran yang berat atas HAM,

termasuk di Indonesia.4 Kalau kita tidak mau mengakui hal ini, berarti kita

melihat Islam sebagai acuan ideal namun sama sekali tidak tersangkut dengan

HAM. Dalam keadaan demikian, klaim Islam sebagai agama pelindung HAM

hanya akan terasa kosong saja, tidak memiliki pelaksanaan dalam praktek

kehidupan.

Dua dasawarsa terakhir ini, Indonesia sedang ditandai oleh friksi dan tensi

krusial dengan warna keagamaan, misalnya konflik Kristen-Islam di Poso,

Maluku sampai Paling mutakhir dan paling menonjol dalam kurun tahun 2008

hingga awal 2011 adalah pada 1 Juni 2008 terjadi penyerangan oleh FPI (Front

Pembela Islam) terhadap anggota AKKBB (Aliansi Kebebasan untuk Kebebasan

Beragama dan Berkeyakinan) yang tengah melakukan aksi di Monas, Jakarta.

Pada 27 Juli 2010 masjid Syekh Ali Martaib di desa Lumban Lobu, Kec. Tapanuli

Utara-Sumatera Utara dibakar oleh orang tak dikenal menjelang subuh, 06

Februari 2011 terjadi tragedi di Cikeusik, Pandeglang-Banten yaitu penyerangan

terhadap Jama’ah Ahmadiyah yang menewaskan empat orang dan melukai lima

orang, 08 Februari terjadi perusakan tiga Gereja di Temanggung Jawa Tengah

oleh massa yang tidak puas karena terdakwa kasus penistaan agama Antonius

Richmon hanya divonis lima tahun penjara, serta yang terakhir adalah

penyerangan pesantren di Pasuruan oleh gerombolan bermotor pada 15 Februari

2011.5

4 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta: The Wahid Institute,

2002), hlm. 121.

5 Fauzan Dj, “Kekalahan Negara atas Kekerasan Berlatar Agama”, Suara Merdeka,

Semarang, 20 Februari 2011, hlm. 4.

Page 16: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

16

Dalam melihat hubungan antara Islam dan hak asasi manusia, Gus Dur

mempersoalkan klaim sejumlah pemikir dan pemimpin dunia Islam yang

menyatakan bahwa Islam adalah agama yang paling demokratis dan amat

menghargai hak asasi manusia. Ironisnya, kenyataan yang ada justru berbeda dari

klaim mereka. Tetapi, pemikir yang tergolong berani tentang hak asasi manusia

justru disuarakan oleh Gus Dur tentang ketidaksesuaian pandangan fiqh/hukum

Islam dengan deklarasi universal hak asasi manusia. Jika deklarasi HAM

mengakui kebebasan untuk berpindah agama, hukum Islam sebaliknya

memberikan ancaman hukuman yang keras terhadap mereka yang berpindah

agama atau murtad. Menurut hukum Islam yang sampai sekarang dianut oleh

sebagian besar kaum Muslim, orang yang murtad dapat dihukum mati. Lalu apa

kata Gus Dur? kalau ketentuan fiqh seperti ini diberlakukan di negeri kita, maka

lebih dari 20 juta jiwa manusia Indonesia yang berpindah agama dari Islam ke

Kristen sejak tahun 1965 haruslah dihukum mati,”6 tandasnya.

Pendapat Gus Dur di atas cukup tajam dan berani. Namun sayangnya Gus

Dur kurang memberikan elaborasi yang lebih tentang ketentuan fiqh yang

dikritiknya itu. Padahal seandainya ia memberikan elaborasi lebih dalam tentang

soal itu, kritiknya mungkin akan lebih mengena. Dalam konteks ini, Ibrahim

Moosa,7

seperti dikutip Syafi’i Anwar, berpendapat bahwa hukum Islam klasik

memang melarang orang Islam pindah agama ke agama lain. Ketentuan ini

merupakan pelanggaran terhadap pasal 18 deklarasi hak asasi manusia (HAM)

universal yang menghendaki adanya suatu kebebasan berfikir, berbuat, dan

beragama, termasuk di dalamnya hak untuk mengubah agama dan kepercayaan.

Padahal, ketentuan hukum Islam, berpindah agama adalah murtad (riddah) dan

menurut mayoritas madzhab orang yang murtad itu diancam dengan sanksi

hukuman mati.8

6Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita., hlm.122.

7 Ibrahim Moosa adalah seorang pemikir Islam progresif asal Afrika Selatan.

8Syafi’i Anwar, Kata Pengantar, dalam Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam

Kita, hlm. xxi-xxii.

Page 17: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

17

Contoh lain yang dikemukakan oleh Gus Dur adalah soal perbudakan

(slavery) yang banyak menghiasi al-Qur’an dan Hadits. Sekarang, perbudakan

tidak diakui bangsa muslim manapun, sehingga ia lenyap dari perbendaharaan

pemikiran kaum Muslimin. Karena itu Gus Dur berpendapat, ummat Islam mau

tak mau harus melakukan ijtihad untuk merubah ketentuan fiqh yang sudah

berabad-abad diikuti itu.9

Dengan berpijak pada firman Allah dalam ayat suci al-

Qur’an yang menyatakan, “Kullu man ‘alayha fa nin. Wa yabqa wajhu rabbika”

(Tiada yang tetap dalam kehidupan kecuali wajah Tuhan), Gus Dur lalu merujuk

pada ketentuan ushul fiqh yang berbunyi, al-hukmu yaduru ma’a ‘ilatihi wujudan

wa ‘adaman (hukum agama sepenuhnya tergantung kepada sebab-sebabnya, baik

ada ataupun tidak adanya hukum itu sendiri)10

.

Apresiasi Gus Dur terhadap hak asasi manusia ternyata bukan dalam

konsep saja, tetapi juga implementasinya dalam praktek, termasuk di Indonesia.

Itu sebabnya Gus Dur juga menyuarakan pembelaan terhadap sejumlah kasus

tertentu yang menyangkut pelanggaran hak asasi manusia seperti hak-hak kaum

minoritas. Ia misalnya, tanpa ragu membela Ulil Abshar-Abdala, intelektual muda

NU yang juga tokoh muda “Islam Liberal”. Seperti diketahui, sejumlah ulama

atau aktivis Islam tertentu yang menilai pemikiran Ulil telah sesat dan keluar dari

Islam, dan kerena itu layak dihukum mati. Yang menarik, sejumlah ulama dan

tokoh NU sendiri juga ada yang menilai pemikiran Ulil telah sesat. Menganggapi

adanya kecaman terhadap Ulil itu, Gus Dur berprinsip bahwa perbedaan pendapat

harus dihargai dan tidak seharusnya melahirkan ancaman atau kekerasan. Oleh

karena itu ia mengkritik keras mereka yang dengan gampang melayangkan

tuduhan-tuduhan berat kepada Ulil, dan mengatakan bahwa fatwa hukuman mati

itu sama sekali tidak berdasar.

Demikian pula dalam kasus Inul Daratista. Penyanyi dangdut yang dicerca

keras oleh sebagian tokoh agama, majelis ulama dan seniman karena “goyang

ngebor” nya yang dianggap melanggar batas-batas kesusilaan umum. Seperti

9 Syafi’i Anwar, Kata Pengantar, dalam Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam

Kita, hlm. xxii.

10 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita., hlm.123.

Page 18: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

18

biasa, para tokoh agama dan ulama itu menggunakan justifikasi fatwa-fatwa

keagamaan untuk melarang Inul tampil di depan publik. Di tengah kontroversi itu,

Gus Dur tampil melindungi dari gempuran kecaman dan panasnya opini publik

yang menekan Inul. Pembelaan Gus Dur di dasarkan pada melindungi hak asasi

“wong cilik” bernama Inul dari hegemoni elit keagamaan dan klaim atas moralitas

kesenian yang agak represif.

Dari pandangan dan impresinya terhadap hak asasi manusia itu, jelas Gus

Dur sebagai tokoh Islam punya paradigma sendiri dalam memahami dan

mengaktualisasikan nilai-nilai hak asasi manusia

Berdasarkan uraian di atas, pemikiran Gus Dur mengenai hak asasi yang

diaktualisasikan dalam bentuk tulisan di berbagai media, maupun bentuk sikap

dan tindakan riil yang dilakukannya sangatlah menarik untuk dikaji. Dan untuk

penelitian ini, pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak Asasi akan ditinjau

dalam perspektif Pendidikan Islam, sehingga penelitian ini diberi judul STUDI

ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG HAK ASASI

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan kerangka pemikiran di atas, terdapat

beberapa permasalahan yang akan dikaji:

1. Bagaimana Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak Asasi Manusia?

2. Bagaimana Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak Asasi Manusia dalam

Perspektif Pendidikan Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Dari beberapa permasalahan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini

adalah:

a. Mengetahui pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak Asasi Manusia

b. Mengetahui bagaimana Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak Asasi

Manusia jika dilihat dalam Perspektif Pendidikan Islam

Page 19: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

19

2. Manfaat penelitian

Harapan dari penulisan skripsi ini adalah agar bermanfaat dalam

memberikan gambaran pemikiran Gus Dur tentang hak asasi manusia untuk

dijadikan pegangan sesama praktisi pendidikan yang sekiranya dapat memberikan

sumbangsih dan kontribusi nyata dalam memecahkan berbagai masalah terkait

pelanggaran hak-hak asasi manusia.

D. Tinjauan Pustaka

Sejak menjabat sebagai Ketua PBNU, ketika Almarhum Abdurrahman

Wahid diangkat menjadi Presiden, bahkan setelah wafatnya Beliau pada 30

Desember 2010 yang lalu, banyak pakar yang melakukan penelitian,

pengumpulan berbagai tulisan-tulisan Beliau yang tercecer di surat kabar dan

makalah-makalah, serta melakukan analisa tentang sikap, langkah kebijakan

maupun pemikiran-pemikiran mantan Presiden RI ke-4 ini, baik itu pemikiran-

pemikiran Beliau tentang politik, ekonomi, budaya, agama, pesantren, dan

sebagainya.

Penelitian tentang Beliau memang sudah banyak dilakukan oleh beberapa

pakar, misalnya; Al-Zastrouw Ng, karyanya berjudul “Gus Dur, Siapa sih

Sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan dan Pernyataan Gus Dur”,11

mengungkapkan bahwa Gus Dur sebagai tokoh besar yang memiliki gagasan

besar pula, tidak jarang gagasan-gagasan tersebut menimbulkan salah pengertian

yang berujung pada terjadinya perdebatan, ketika gagasan tersebut

disosialisasikan ke tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Pandangan Gus Dur tentang agama juga dengan gamblang dipaparkan

dalam buku ini bahwa sekalipun agama itu mengandung ajaran tunggal, namun

karena dia dipahami oleh umat yang memiliki latar belakang pengetahuan,

pengalaman, dan kepentingan yang berbeda, maka dalam prakteknya menjadi

berbeda pula.

11 Zastrouw Ng, Gus Dur, Siapa sih Sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan dan

Pernyataan Gus Dur, (Jakarta: Erlangga, 1999)

Page 20: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

20

”Neo-Modernisme Islam di Indonesia Gagasan Sentral Nurcholis Madjid

dan Abdurrahman Wahid”, karya Ahmad Amir Aziz, yang memberikan

pencerahan bagaimana Abdurrahman Wahid membela kalangan minoritas dalam

keberatannya terhadap pembentukan ICMI yang didasarkan atas kuatnya

semangat membentuk “Masyarakat Islam” pada sejumlah aktifitas organisasi itu.

Jika perkembangannya tidak direm, maka yang akan terjadi adalah pengabaian

semangat toleransi keagamaan.12

Pandangannya yang mengedepankan

Universalisme Islam semakin terlihat nyata ketika Ia dalam kancah sosial dalam

perpolitikan nasional, menunjukkan perhatian besar pada hak-hak kelompok

minoritas.

Perjuangan membela kaum tertindas dan termarjinalkan tanpa

membedakan agama dan keyakinan seseorang atau kelompok, misalnya

pembelaannya terhadap Jama’ah Ahmadiyah dan sebagainya semakin

menunjukkan semangat pembelaan terhadap kaum tertindas. Sikap semacam itu

dibentuk melalui proses panjang, di mana Ia pernah berorganisasi dan belajar di

Mesir, Irak, serta beberapa negara Eropa.

Dalam sebuah tulisan di harian Kompas, edisi 18 Juli 2005, sejarawan

LIPI, Dr Asvi Warman Adam, menyebut Gus dur sebagai pahlawan hak-hak asasi

manusia (HAM). Gus Dur memang kiai dan pemimpin bangsa yang sangat

menghormati dan menjunjung tinggi HAM. Bagi Gus Dur, penghormatan

terhadap HAM merupakan perintah dari konstitusi dan juga ajaran Islam yang

paling dasar.13

Muhaimin Iskandar berpendapat Alm. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

adalah salah satu tokoh besar bangsa, bahkan dunia yang pernah dimiliki

Indonesia. Salah satu manifestasi kebesarannya terpancar pada pemikiran dan

pembelaannya yang total sepanjang hidupnya terhadap hak asasi manusia (HAM).

Ia pun diakui sebagai pejuang dan pahlawan HAM. Perjuangan Gus Dur di bidang

12 Ahmad, Amir, Aziz, Neo-Modernisme Islam di Indonesia Gagasan Sentral Nurcholish

Madjid dan Abdurrahman Wahid, (Jakarta, Rineka Cipta, 1999)

13 M.Hanif Dhakiri, 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, (Yogyakarta: LkiS, 2010), hlm. 69

Page 21: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

21

HAM bukanlah hal yang ringan. Dalam beberapa hal pemikiran dan

pembelaannya terhadap HAM sering kali disalahpahami dan bahkan bertentangan

dengan arus utama pemikiran keagamaan legal formalistik. Ia sering dihujat oleh

kelompok Islam sendiri yang berpikiran kurang terbuka. Padahal keberhasilan

Gus Dur merumuskan pemikiran agama berperspektif HAM merupakan

sumbangan yang sangat besar bagi peradaban manusia modern, khususnya bagi

pembangunan masyarakat Indonesia yang multikultur.14

Douglas E. Ramage15

juga mengatakan bahwa strategi Pancasila Gus Dur

tidak hanya ditujukan untuk mengoreksi perilaku kekuasaan elit negara, tetapi

juga untuk mangatakan bahwa Pancasila pada dasarnya adalah sebuah kompromi

politik untuk tidak menjadikan Islam sebagai dasar negara.

Buku karya A. Nur Alam Bakhtiar16

juga memberikan gambaran untuk

mengenal Gus Dur secara dekat, baik konsep dan tindakannya. Sekalipun buku ini

sedikit subjektif dalam memberikan penilaian terhadap Gus Dur, tetapi cukup

menggelitik pembacanya untuk semakin mengaguminya.

Menurut Gus Dur, ajaran moralitas Islam yang secara teoritik bertumpu

pada adanya lima buah jaminan dasar yang diberikan Islam kepada warga

masyarakat, meliputi; keselamatan fisik warga masyarakat (hifdzu al-nafs),

keselamatan keyakinan agama masing-masing (hifdzu al-din), keselamatan

keluarga dan keturunan (hifdzu al-nasl), keselamatan harta benda dan milik

pribadi (hifdzu al-mal), dan keselamatan hak milik dan profesi (hifdzu al-milk).

Kesemuanya itu merupakan konsep yang dijadikan Gus Dur sebagai prinsip

Universal Islam.17

Ini menunjukkan bahwa dalam Islam sangat menjunjung hak

asasi manusia.

14 A. Muhaimin Iskandar, Melanjutkan Pemikiran dan Perjuangan Gus Dur,

(Yogyakarta: LkiS, 2010), hlm. 23-24.

15 Douglas E. Ramage, Gus Dur, NU dan Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: LKiS, 2010),

Cet. III, hlm. 115.

16 A. Nur Alam Bakhtiar, 99 Keistimewaan Gus Dur, (Jakarta: Kultural, 2008)

17 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi

Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute, 2007), hlm. 4-5.

Page 22: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

22

Namun, sejauh ini semua jaminan dasar itu hanya menyajikan kerangka

teoritik yang tidak berfungsi tanpa didukung oleh kosmopolitanisme peradaban

Islam, yang muncul dalam sejumlah unsur dominan, seperti hilangnya batasan

etnik, kuatnya pluralitas budaya, dan heterogenitas politik.18

Berbagai karya penelitian yang telah dipaparkan di atas memiliki

keistimewaan dan corak tersendiri dalam mengkaji pemikiran serta sikap seorang

tokoh besar bernama Abdurrahman Wahid, karena kajian dan cara pandang yang

digunakan berbeda-beda. Begitu juga dalam penelitian ini, pemikiran

Abdurrahman Wahid tentang HAM akan dilihat dari perspektif Pendidikan Islam.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Kepustakaan (library research).

Artinya penelitian yang bersifat kepustakaan murni yang data-datanya

didasarkan/diambil dari bahan-bahan tertulis, baik yang berupa buku atau lainnya

yang berkaitan dengan topik/tema pembahasan skripsi ini.19

Isi studi kepustakaan

dapat berbentuk kajian teoritis yang pembahasannya difokuskan pada informasi

sekitar permasalahan yang hendak dipecahkan melalui penelitian.20

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi pemikiran

tokoh yaitu dengan pendekatan sosio histories dan factual histories, pendekatan

sosio histories yaitu penelitian yang berupaya memeriksa secara kritis peristiwa,

perkembangan masa lalu, kemudian mengadakan interpretasi terhadap sumber-

18 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi

Kebudayaan, hlm. 9.

19 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 63.

20 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2008), hlm. 38

Page 23: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

23

sumber informasi.21

Sedangkan factual histories yaitu suatu pendekatan dengan

mengemukakan sejarah fakta mengenai tokoh.22

2. Sumber-Sumber Data

a. Sumber Primer

Sumber Primer dalam hal ini adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan-

tulisan karya peneliti atau teoritisi yang orisinil.23

Sumber primer ini berupa

buku-buku dan karya ilmiah yang digunakan sebagai referensi utama, dan

sebagian besar penulis gunakan sebagai rujukan dalam penulisan skripsi ini.

Adapun sumber primer tersebut adalah buku-buku karya Abdurrahman

Wahid, di antaranya; Islamku Islam Anda Islam Kita, Gus Dur Bertutur,

Prisma Pemikiran Gus Dur, Dialog kritik dan Identitas Agama, dan lain

sebagainya.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan

oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau

berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan. Dengan kata lain penulis

tersebut bukan penemu teori.24

Sumber sekunder ini digunakan sebagai bahan

referensi tambahan untuk lebih memperkaya isi skripsi, dan sebagai bahan

pelengkap dalam pembuatan skripsi ini. Sumber ini terdiri dari buku-buku

atau karya ilmiah lain yang masih ada hubungannya dengan isi skripsi.

Misalnya; Biografi Gus Dur, Gus Dur NU dan Masyarakat Sipil, 41

Kebesaran Gus Dur, Gus Dur Siapa sih Sampean, Melanjutkan Pemikiran dan

Perjuangan Gus Dur, dan sebagainya.

21 Komaruddin, Kamus Research, (Bandung: Angkasa, 1984), hlm. 120.

22 Anton Bekker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,

(Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 61.

23 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996), hlm. 83.

24 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 84.

Page 24: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

24

3. Metode Analisis Data

a. Metode Deskriptif

Metode deskriptif adalah usaha untuk mendeskripsikan dan

menginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi, pendapat yang

sedang berlangsung serta akibat (efek) yang terjadi atau kecenderungan yang

tengah berkembang.

Metode ini digunakan untuk menginterpretasikan pemikiran Gus Dur

dan selanjutnya akan mengarah pada setting sosial atau latar belakang

pemikirannya.

b. Metode Interpretatif

Metode interpretasi adalah “menyelami buku untuk dengan setepat

mungkin mampu mengungkapkan arti dan makna uraian yang disajikan”.25

Metode ini digunakan untuk mengkritisi buku-buku karya

Abdurrahman Wahid, yang memuat pemikiran-pemikirannya.

c. Metode Analisis Sintesis

Menurut Pardoyo, analisis sisntesis dimaksudkan untuk menelaah

secara kritis, menelaah istilah, definisi yang dikemukakan oleh para tokoh atau

pemikir, sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan masing-masing

untuk kemudian menemukan definisi atau pengertian baru yang lebih tepat

dan lengkap.26

Metode ini digunakan untuk menelaah secara kritis terhadap pemikiran

Abdurrahman Wahid, serta menganalisis pemikiran para tokoh yang mengkaji

pemikirannya.

d. Metode Komparatif

25 Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta :

Kanisius, 1990), hlm. 63.

26 Pardoyo, Sekulerasasi dalam Polemik, (Jakarta : Graffiti, 1993), hlm. 14.

Page 25: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

25

Menurut Dra. Aswarni Sudjud, sebagaimana dikutip Dr. Suharsimi

Arikunto,27

bahwa analisis komparatif akan dapat menemukan persamaan dan

perbedaan tentang benda, orang, prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik

terhadap orang, kelompok dan terhadap suatu ide atau prosedur kerja.

Disamping itu juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-

perubahan pandangan orang, group atau negara terhadap kasus orang,

persitiwa atau terhadap ide-ide.

Metode ini digunakan untuk menganalisis pemikiran Abdurrahman

Wahid dengan membandingkannya dengan sumber lain atau tokoh lain terkait

pemikiran tentang HAM.

F. Sistematika Pembahasan Skripsi

Untuk mempermudah penjelasan dan pembahasan, maka disusunlah

sistematika sebagai berikut:

1. Bagian muka, pada bagian ini termuat halaman judul, kata pengantar dan

daftar isi.

2. Bagian isi, pada bagian ini termuat:

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini dijelaskan

tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian

dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian skripsi

yang meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, sumber-sumber

data, metode analisis data, serta dijelaskan juga mengenai

sistematika pembahasan skripsi.

BAB II : Bab ini merupakan landasan teori yang menguraikan tinjauan

umum tentang hak asasi manusia yang meliputi: latar belakang

pemikiran tentang HAM, pengertian HAM, sejarah lahirnya HAM.

Juga diuraikan tentang pendidikan Islam yang meliputi: pengertian

27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka

Cipta, 1996), hlm. 245-246. Sedangkan menurut Suharsimi sendiri, metode komparatif adalah

“cara berfikir dengan cara membandingkan kesamaan pendapat orang, group atau negara terhadap

kasus orang, peristiwa atau ide-ide.

Page 26: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

26

pendidikan Islam, sumber atau dasar pendidikan Islam, tugas dan

fungsi pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam.

BAB III : Pada bab ini diuraikan tentang pemikiran Abdurrahman Wahid

mengenai hak asasi manusia. Yaitu biografi Abdurrahman Wahid

yang meliputi: latar belakang biografis, karya-karya Abdurrahman

Wahid, penghargaan-penghargaan yang diperoleh Abdurrahman

Wahid. Serta diuraikan pemikiran Abdurrahman Wahid tentang

HAM yang meliputi: paradigma pemikiran Abdurrahman Wahid,

pandangan Abdurrahman Wahid tentang HAM.

BAB IV: Bab ini merupakan bab pembahasan dari pokok masalah yang

diajukan. Dalam hal ini merupakan analisis terhadap pemikiran

abdurrahman wahid tentang HAM dalam perspektif pendidikan

Islam yang meliputi: analisis pemikiran Abdurrahman Wahid

tentang HAM, pandangan Abdurrahman Wahid tentang HAM

perspektif pendidikan Islam.

BAB V : Pada bagian ini termuat simpulan serta saran dan penutup.

3. Bagian akhir, pada bagian ini termuat: kepustakaan, lampiran-lampiran dan

riwayat hidup.

Page 27: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

14

BAB II

HAK ASASI MANUSIA DAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Hak Asasi Manusia

HAM merupakan isu global yang penegakannya telah menjadi komitmen

dunia internasional. Namun demikian kepedulian internasional terhadap hak asasi

manusia merupakan gejala yang relatif baru.28

Indonesia sebagai bagian dari

tatanan dunia internasional telah meratifikasi sebagian besar kovenen-kovenen

HAM. Konskuensinya dari hal tersebut di atas adalah adanya keharusan untuk

menegakkan dan mematuhi hal-hal yang berhubungan dengan HAM, pembukaan

UDHR mengamanatkan bahwa nilai-nilai HAM harus disosialkan melalui

pendidikan dan pengajaran yang sistematis dan terprogram, sebab pemahaman

dan pengetahuan tentang HAM merupakan suatu hal yang bersifat individual dan

butuh adanya pemahaman. Oleh karena itu, agar HAM menjadi suatu nilai yang

dapat dipahami oleh setiap orang diperlukan adanya proses internalisasi yang

sistematis dan terprogram melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran.

1. Latar Belakang Pemikiran Tentang HAM

Hak asasi manusia menjadi bahasan penting setelah Perang Dunia II dan

pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945.29

Wacana

HAM terus berkembang seiring dengan intensitas kesadaran manusia atas hak dan

kewajiban yang dimilikinya.30

Manusia pada dasarnya berasal dari satu ayah dan

satu ibu, yang kemudian, menyebar ke berbagai penjuru dunia, membentuk aneka

ragam suku dan bangsa serta bahasa dan warna kulit yang berbeda-beda Karena

itu, manusia, menurut pandangan Islam, adalah umat yang satu.

28Scott Davidson, Hak Asasi Manusia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2008) , hlm.

1.

29 Slamet Marta Wardaya, “Hakekat Konsep dan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi

Manusia (HAM)”, dalam Muladi (ed), Hak Asasi Manusia: Hakekat Konsep dan Implikasinya

dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hlm.3.

30Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi Sosial dan Budaya,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 1.

Page 28: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

15

Karena manusia itu bersaudara yang saling mengasihi dan sama

derajatnya, manusia tidak boleh diperbudak oleh manusia. Manusia adalah bebas

dalam kemauan dan perbuatan, bebas dari tekanan dan paksaan orang lain.

Diceritakan, ketika umar bin khatab mendengar bahwa gubernurnya di Mesir,

Amru bin ‘Ash, bersikap kasar terhadap penduduk Mesir ia berkata: “Sejak kapan

kamu memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan ibu-ibu mereka

bebas?”31.

Sejalan dengan ajaran kebebasan manusia dalam Islam, al-Qur’an

menyebutkan:

Iω oν# t�ø. Î) ’ Îû ÈÏe$!$# ( ‰s% tt6 ¨? ߉ô© ”�9 $# z ÏΒ Äcxöø9 $# 4 yϑsù ö�à� õ3tƒ ÏNθäó≈ ©Ü9 $$Î/ -∅ÏΒ÷σ ムuρ

«!$$Î/ ωs) sù y7 |¡ôϑtGó™ $# Íο uρó� ãèø9 $$Î/ 4’ s+ øOâθø9 $# Ÿω tΠ$|ÁÏ�Ρ$# $oλm; 3 ª!$# uρ ìì‹ Ïÿxœ îΛÎ=tæ ∩⊄∈∉∪

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa

yang ingkar kepada Thaghut32

dan beriman kepada Allah, Maka

Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang

tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui (Q.S.

al-Baqarah/2: 256).33

Tidak ada paksaan dalam menganut agama. Mengapa ada paksaan,

padahal Dia tidak membutuhkan sesuatu; mengapa ada paksaaan, padahal

sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja (Q.S.

al-Maidah/5: 48). Perlu dicatat, bahwa yang dimaksud dengan tidak ada paksaan

dalam menganut agama adalah menganut akidahnya. Ini berarti jika seseorang

telah memilih satu akidah, katakan saja akidah Islam, maka dia terikat dengan

tuntunan-tuntunan-Nya, dia berkewajiban melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Dia terancam sanksi bila melanggar ketetapan-Nya. Dia tidak boleh berkata,

31 Harun Nasution dan Bakhtiar Efendi (Ed), Hak-Hak Asasi Manusia, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1955), hlm. X.

32 Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

33 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: C.V. Asy- Syifa’),

hlm. 90.

Page 29: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

16

“Allah telah memberi saya kebebasan untuk shalat atau tidak, berzina atau nikah.”

Karena bila dia telah menerima akidahnya, maka dia harus melaksanakan

runtutannya.34

Tidak ada paksaan dalam menganut agama, karena telah jelas jalan yang

lurus. Itu sebabnya sehingga orang gila dan yang belum dewasa, atau yang tidak

mengetahui tuntunan agama, tidak berdosa jika melanggar atau tidak

menganutnya, karena bagi dia jalan jelas itu belum diketahuinya

Ayat ini cukup untuk membuktikan tentang kekeliruan musuh-musuh

agama Islam yang mengatakan: “agama Islam ditegakkan dengan pedang, dan

orang yang tidak mau memeluk agama Islam dipancung lehernya”. Sejarah telah

membuktikan kebohongan dari pernyataan itu. Peperangan yang terjadi pada masa

Nabi bertujuan membela diri, supaya kaum Musyrik berhenti mengganggu dan

memfitnah para Muslim. Inilah sebabnya, para Muslim tidak lagi memerangi para

Musyrik ketika mereka telah memeluk Islam atau tetap pada agama semula

dengan membayar jizyah (pajak) sebagai jaminan keamanan.35

Dalam ayat lain:

öθs9 uρ u!$x© y7 •/ u‘ z tΒUψ tΒ ’ Îû ÇÚ ö‘ F{ $# öΝ ßγ �=à2 $·èŠ ÏΗ sd 4 |MΡr'sùr& çν Ì�õ3è? } $Ζ9 $# 4®Lym

(#θçΡθä3 tƒ šÏΖÏΒ÷σ ãΒ ∩∪

Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang

di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa

manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya

(Q.S. Yunus/10: 99).36

Ayat di atas telah mengisyaratkan bahwa manusia diberi kebebasan

percaya atau tidak. Kaum Yunus tadinya enggan beriman, kasih sayangnyalah

yang mengantar Allah Swt. Memperingatkan dan mengancam mereka. Nah, kaum

34 M.Quraish Shihab, Tafisr Al-Mishbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an,

(Jakarta: Lentara Hati, 2002), vol.1, hlm. 551

35 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shieddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an Nuur,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), Jilid II, hlm. 450-451.

36 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 463.

Page 30: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

17

Yunus yang tadinya membangkang atas kehendak mereka sendiri, kini atas

kehendak sendiri membangkang atas kehendak mereka sendiri, kini atas kehendak

sendiri pun mereka sadar dan beriman sehingga Allah swt tidak menjatuhkan

siksa-Nya.

Menurut Quraish Shihab,37

Allah memberi kebebasan kepada manusia.

Tapi, jangan duga bahwa kebebasan itu bersumber dari kekuatan manusia. Tidak!

Itu adalah kehendak dan anugerah Allah karena jikalau Tuhan Pemelihara dan

Pembimbingmu menghendaki, tentulah beriman secara bersinambung tanpa

diselingi sedikit keraguan pun semua manusia yang berada di muka bumi

seluruhnya. Maka jika demikian, apakah engkau, wahai Muhammad, engkau

hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin

semuanya yang benar-benar mantap imannya? Allah tidak merestui engkau

melakukan yang demikian, bahkan jika seandainya engkau berhasil, aku tidak

akan menerimanya karena yang demikian, bahkan jika engkau berusaha kesana

maka engkau tidak dapat berhasil.

Berdasarkan dalil diatas, dakwah dalam Islam berarti menyampaikan

ajaran-ajarannya kepada masyarakat manusia dan bukan memaksa orang lain

masuk Islam.

Dari ajaran dasar persaudaraan, persamaan dan kebebasan ini pula timbul

kebebasan manusia yang lainnya. Seperti kebebasan dari kekurangan, rasa takut,

menyalurkan pendapat, bergerak, kebebasan dari penganiayaan dan penyiksaan.38

Hal ini mencakup semua sisi dari apa yang disebut hak asasi manusia seperti hak

hidup hak memiliki harta, hak berfikir, hak berbicara dan mengeluarkan pendapat

hak mendapat pekerjaan, hak memperoleh pendidikan, hak memperoleh keadilan,

hak berkeluarga dan hak diperlakukan sebagai manusia yang terhormat (mulia)

dan sebagainya.

37 M.Quraish Shihab, Tafisr Al-Mishbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, hlm.

513. 38 Ahmad Kosasih MA, HAM Dalam Perspektif Islam, Menyingkap Persamaan dan

Perbedaan antara Islam & Barat, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), jil. 1, hal.16.

Page 31: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

18

Di samping itu, kebebasan manusia dalam Islam tidak bersifat mutlak

(absolut), maka dengan sendirinya hak-hak asasi manusia bukanlah hak yang

bersifat absolut. Hak yang bersifat absolut itu, menurut Islam, hanya milik Allah.

Allah adalah pemililk yang sesungguhnya terhadap alam semesta termasuk

manusia itu sendiri. Karena itu selain kepada Tuhan penciptanya maupun kepada

sesama manusia dan makhluk lainnya. Berdasarkan ini pula manusia tidak boleh

semena-mena dalam menggunakan haknya. Manusia punya kewajiban mematuhi

perintah dan larangan-Nya. Kesemuanya itu adalah dalam rengka kemaslahatan

manusia dan kebaikan semesta (rahmatan lil ‘alamin).

Sebagai contoh, hak hidup disertai dengan kewajiban memelihara dan

menghormati hidup orang lain, hak mengumpulkan harta diimbangi dengan

kewajiban mengumpulkannya secara halal, dan kewajiban mengeluarkan

zakatnya, kebebasan berbicara harus pula disertai dengan kewajiban memelihara

perasaan serta kehormatan diri orang lain agar tidak disakiti. Demikian pula

dengan hak memperoleh ilmu diimbangi dengan kewajiban mengajarkannya

kepada orang lain. Pendeknya, pembicaraan mengenai hak di dalam Islam tidak

bisa dilepaskan dari pembicaraan tentang kewajiban, dan tidak bisa berdiri sendiri.

Hak-hak asasi manusia (HAM) yang dikumandangkan oleh negara-negara

maju (Barat) pada saat ini, umumnya, mengacu pada Deklarasi Semesta tentang

Hak-hak Asasi Manusia (The Universal Declaration of Human Right, UDHR).

Deklarasi ini pada prinsipnya diterima oleh hampir seluruh anggota PBB,

termasuk didalamnya Indonesia.39

Namun bukan berarti bahwa sifat dasar,

defiinisi serta skop hak-hak asasi yang demaksud telah tuntas desepakati. Masih

banyak permasalahan mendasar yang perlu ditinjau. Di antara pertanyaan yang

mungkin perlu diajukan di dalamnya ialah: Apakah hak-hak asasi itu diperoleh

seseorang individu dari negara atau anugerah dari Tuhan?

39 Ahmad Kosasih MA, HAM Dalam Perspektif Islam, Menyingkap Persamaan dan

Perbedaan antara Islam & Barat, hlm. 17.

Page 32: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

19

Oleh karena itu, menurut Ahmad Kosasih,40

paling tidak terdapat tiga

macam pandangan dari kelompok agama, termasuk umat Islam, terhadap HAM

yang dideklarasikan tahun 1948 itu. Pertama, mereka yang menerima tanpa

reserve dengan alasan bahwa HAM itu sudah sejalan dengan ajaran Islam. Kedua,

mereka yang menilai bahwa konsep HAM tersebut bertolak belakang dengan

ajaran agama karena bersumber dari budaya barat yang sekuler. Ketiga, posisi

kelompok moderat yang mengambil sikap hati-hati, yakni menerima dengan

beberapa perubahan dan modifikasi seperlunya.

2. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Secara harfiyah, kata hak berarti kewenangan untuk melakukan sesuatu

atau tidak melakukan sesuatu. Adapun kata asasi berasal dari kata asas yang

berarti dasar, alas, dan fondasi, yaitu “sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir

atau berpendapat”. Kemudian kata itu mendapat im-buhan akhiran “i” lalu

menjadi asasi. Kata asasi bermakna sesuatu yang bersifat dasar atau pokok.41

Secara istilah, kata hak asasi berarti kewenangan dasar yang dimiliki oleh

seseorang yang melekat pada diri orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan pilihan hidupnya. Hak-Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki

manusia menurut kodratnya, yang tak dapat dipisahkan dari pada hakekatnya dan

karena itu bersifat suci.

Menurut teaching human rights yang diterbitkan oleh perserikatan bangsa-

bangsa (PBB), hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap

manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.42

Hak

hidup misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan segala sesuatu

yang dapat membuat seseorang tetap hidup, karena tanpa hak tersebut

eksistensinya sebagai manusia akan hilang.

40 Ahmad Kosasih MA, HAM Dalam Perspektif Islam, Menyingkap Persamaan dan

Perbedaan antara Islam & Barat, hlm. 17.

41 Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm.474.

42 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2007), hlm. 252

Page 33: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

20

Prinsip-prinsip umum tentang hak-hak asasi manusia yang dicanangkan

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948 dianggap

sebagai pedoman standar bagi pelaksanaan penegakan HAM bagi bangsa-bangsa,

terutama yang bergabung dalam badan tertinggi dunia itu hingga saat ini. Prinsip-

prinsip umum tersebut dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights,

UDHR (Pernyataan Semesta tentang Hak-hak Asasi Manusia).

Deklarasi tersebut bukanlah sebuah dokumen yang secara sah mengikat,

dan beberapa ketentuan yang menyimpang dari peraturan-peraturan yang ada dan

diterima secara umum. Walaupun demikian beberapa ketentuannya mengatur

prinsip-prinsip umum hukum atau menggambarkan pandangan pokok tentang

perikemanusiaan. Dan lebih penting lagi statusnya sebagai suatu pedoman yang

dapat dipercaya, yang dihasilkan Majelis Umum, tentang interpretasi terhadap

Piagam Persirikatan Bangsa-Bangsa. Dalam kapasitas ini, deklarasi tersebut

secara tidak langsung benar-benar sah, dan dianggap oleh Majelis Umum dan

beberapa kali hukum bagian dari undang-undang Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dengan demikian deklarasi tersebut merupakan suatu standar pelaksanaan

umum bagi semua bangsa dan semua negara dengan tujuan bahwa setiap orang

dan badan dalam masyarakat, dengan senantiasa mengingat pernyataan ini, akan

berusaha dengan jalan mengajar dan mendidik untuk mempertinggi penghargaan

terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini.

Selanjutnya, hak-hak asasi manusia yang dianggap sebagai hak yang

dibawa sejak seseorang lahir ke dunia itu sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan

Yang Maha Pencipta (hak yang bersifat kodrati). Karena tidak ada satu

kekuasaanpun di dunia dapat mencabutnya. Meskipun demikian, menurut

Baharuddin Loppa,43

bukan berarti manusia dengan hak-haknya itu dapat berbuat

semena-mena. Sebab, apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat

dikatagorikan memperkosa hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggung

jawabkan perbuatannya. Jadi hak asasi mengandung jawabkan perbuatannya. Jadi

hak asasi mengandung kebebasan secara mutlak tanpa mengindahkan hak-hak dan

43 Baharuddin Loppa, Al-Qur’an dan Hak-Hak Azazi Manusia, (Yogyakarta: PT. Dana

Bhakti Prima Yasa, 1996), hlm. 2.

Page 34: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

21

kepentingan orang lain. Kerena itu HAM atas dasar yang paling fundamental,

yaitu hak kebebasan dan hak persamaan. Dari kedua dasar ini pula lahir HAM

yang lainnya.

3. Sejarah Lahirnya HAM

Menurut penyelidikan ilmu pengetahuan, sejarah hak-hak asasi manusia

itu barulah tumbuh dan berkembang pada waktu hak-hak asasi itu oleh manusia

mulai diperhatikan dan diperjuangkan terhadap serangan-serangan atau bahaya

yang timbul dari kekuasaan suatu masyarakat atau negara (state). Pada hakikatnya

persoalan menganai hak-hak asasi itu berkisar pada hubungan antara manusia

sebagia individu dan masyarakat.

Sebab manakala sesuatu negara semakin kuat dan meluas, secara terpaksa

ia akan mengitervensi lingkungan hak-hak pribadi yang mengakibatkan hak-hak

pribadi itu semakin berkurang. Maka pada saat yang sama terjadilah

persengketaan antara individu (rakyat) selalu berada pada posisi yang terkalahkan.

Pada saat itu pula perlindungan terhadap hak-hak individu yang bersifat asasi itu

sangat dibutuhkan.

Bila ditelusuri lebih jauh ke belakang mengenai sejarah lahirnya HAM,

umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa cikal bakal HAM itu

sebenarnya telah ada sejak lahirnya Magna Charta44

1215 di kerajaan Inggris. Di

dalam Magna Charta itu disebutkan antara lain bahwa raja yang memiliki

kekuasaan absolut dapat dibatasi kekuasaannya dan diminati

pertanggungjawabannya di muka hukum. Dari sini lahir doktrin “raja tidak kebal

hukum” dan harus bertanggung jawab kepada rakyat. Walaupun kekuasaan

membuat undang-undang pada masa itu lebih banyak berada di tangannya.45

44 Menurut Prof. Miriam Budiardjo, seperti dikutip Abdul ghofur, Magna Charta

merupakan semacam kontrak antara beberapa bangsawan dan Raja John dari Inggris di mana

untuk pertama kali seseorang raja yang berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin

beberapa hak dan priveleges dari bawahannya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi

keperluan perang dan sebagainya. Lihat Abdul Ghofur, Demokratisasi Dan Prospek Hukum Islam

di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 46

45 Baharuddin Loppa, Al-Qur’an dan Hak-Hak Azazi Manusia, hlm. 2.

Page 35: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

22

Secara politis, lahirnya Magna Charta merupakan cikal bakal lahirnya

monarki konstitusiaonal. Keterikatan penguasa dengan hukum dapat dilihat pada

Pasal 21 Magna Charta yang menyatakan bahwa ”para Pangeran dan Baron

dihukum atau didenda berdasarkan atas kesamaan, dan sesuai dengan pelanggaran

yan dilakukannya”.46

Pada 1689 lahir Undang-Undang Hak Asasi Manusia (Bill Of Rights) di

Inggris. Pada masa itu pula muncul istilah equality before the law atau manusia

adalah sama di muka hukum. Pandangan ini mendorong timbulnya wacana negara

hukum dan demokrasi. Menurut Bill Of Rights, asas persamaan harus diwujudkan

betapapun berat rintangan yang dihadapi, karena tanpa hak persamaan maka hak

kebebasan mustahil dapat terwujud.47

Pada 1789 lahir Deklarasi Prancis (The French Declaration). Deklarasi ini

memuat aturan-aturan hukum yang menjamin hak asasi manusia dalam proses

hukum, seperti larangan penangkapan dan penahanan seseorang secara sewenang-

wenang tanpa alasan yang sah atau penahanan tanpa surat perintah yang

dikeluarkan oleh lembaga hukum yang berwenang.48

Perkembangan HAM selanjutnya ditandai oleh munculnya wacana empat

hak kebebasan manusia (the four freedom) di Amerika Serikat pada 6 Januari

1941, yang diproklamirkan oleh presiden Roosevelt. Menurut Prof. Miriam

Budiardjo, seperti dikutip oleh Abdul Ghofur, empat kebebasan itu yaitu:49

1. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech).

2. Kebebasan beragama (freedom of religion)

3. Kebebasan dari ketakutan (freedom of fear)

4. Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want)

46 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani, hlm. 253

47 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani, hlm. 253

48 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani, hlm. 254

49 Abdul Ghofur, Demokratisasi Dan Prospek Hukum Islam di Indonesia, hlm. 33

Page 36: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

23

B. Pendidikan Islam

Sebagaimana diketahui manusia adalah sebagai khalifah Allah di alam.

Sebagai khalifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakan

pendidikan terhadap dirinya sendiri, dan manusia pun mempunyai potensi untuk

melaksanakannya. Dengan demikian pendidikan merupakan urusan hidup dan

kehidupan manusia, dan merupakan tanggung jawab manusia sendiri.50

Pendidikan merupakan term terpenting dan menentukan dalam perubahan

masyarakat. Bahkan Islam sendiri menempatkan pendidikan dalam posisi vital.

Bukan sebuah kebetulan jika dalam lima ayat pertama dimulai dengan perintah

membaca. Tak heran jika dalam syiar yang dikembangkan Nabi Muhammad

dilakukan dengan pendekatan pendidikan.51

Gagasan utama pendidikan, termasuk Pendidikan Islam, terletak pada

pandangan bahwa setiap manusia mempunyai nilai positif tentang kecerdasan,

daya kreatif, dan keluhuran budi. Namun fokusnya bukan semata kemampuan

ritual dan keyakinan tauhid tetapi juga akhlak sosial dan kemanusiaan. Kualitas

akhlak pun tak bisa dicapai hanya dengan doktrin halal-haram, tapi usaha budaya

dari rumah, masyarakat dan ruang kelas.52

1. Pengertian Pendidikan Islam

a. Pengertian Pendidikan Islam Secara Etimologi

Di dalam al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dapat

ditemukan kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan

pendidikan, yaitu rabba, ‘allama dan addaba.

Misalnya:

50 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 125.

51 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001),

hlm. 4 – 5.

52 Abdul Munir Mulkhan, “Humanisasi Pendidikan Islam”, dalam Hamami

Zada, et. Jurnal Tashwirul Afkar edisi no. 11 tahun 2001, hlm. 17.

Page 37: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

24

ôÙÏ� ÷z$# uρ $yϑßγ s9 yy$uΖ y_ ÉeΑ —%!$# z ÏΒ Ïπ yϑôm§�9 $# ≅ è%uρ Éb>§‘ $yϑßγ ÷Ηxq ö‘ $# $yϑx. ’ÎΤ$u‹ −/ u‘

# Z+6 Éó|¹ ∩⊄⊆∪

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil

(Q.S. al-Isra’/17: 24).53

Ayat ini memerintahkan anak bahwa dan merendahlah dirimu terhadap

mereka berdua didorong oleh karena rahmat kasih sayang kepada keduanya,

bukan karena takut atau malu dicela bila tidak menghormatinya, dan ucapkanlah,

yakni berdoalah secara tulus.54

Ayat diatas tidak membedakan antara ibu dan bapak, memang pada

dasarnya ibu hendaknya didahulukan atas ayah, tetapi ini tidak selalu demikian.

Bahkan imam Syafi’i pada dasarnya mempersamakan keduanya, jadi bila ada

salah satu yang hendak di dahulukan sang anak hendaknya mencari faktor-faktor

penguat guna mendahulukan salah satunya. Karena itu pula, walaupun ada hadits

yang mengisyaratkan perbandingan hak ibu dengan bapak sebagai tiga dibanding

satu, penerapannya pun harus setelah memerhatikan faktor-faktor dimaksud.55

“Ï% ©!$# zΟ ¯=tæ ÉΟ n=s) ø9 $$Î/ ∩⊆∪ zΟ ¯=tæ z≈ |¡ΣM}$# $tΒ óΟ s9 ÷Λ s>÷ètƒ ∩∈∪

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia yang

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. al-

Alaq/96: 5).56

53 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: C.V. Asy- Syifa’),

hlm. 608.

54 M.Quraish Shihab, Tafisr Al-Mishbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, hlm.

66.

55 M.Quraish Shihab, Tafisr Al-Mishbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, hlm.

67.

56 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 1403.

Page 38: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

25

Pada ayat ke 4 kata manusia tidak disebut karena telah disebut pada ayat

ke 5, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena pada ayat 4 telah

diisyaratkan makna itu dengan disebutnya pena. Dengan demikian kedua ayat di

atas dapat berarti “Dia (Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang

telah diketahui manusia sebelumnya) dan Dia mengajarkan manusia (tanpa pena)

apa yang belum diketahui sebelumnya.” Sedang kalimat “tanpa pena”

ditambahkan karena adanya kata “dengan pena” dalam susunan pertama. Yang

dimaksud dengan ungkapan “telah diketahui sebelumnya” adalah khazanah

pengetahuan dalam bentuk tulisan.57

Dari uraian di atas dapat menyatakan bahwa kedua ayat tersebut

menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah swt, dalam mengajar manusia.

Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia, dan yang kedua

melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal

dengan istilah “Ilm Ladunny”58

������� � �� � �� �� ������ ������ �� ������ ���� ���

��!"�)$% �&'"� (��)(

Didikalah anak-anakmu atas tiga perkara: mencintai nabimu, mencintai

ahli keluarganya, dan membaca al-Qur’an. (H.R. ad-Dailamy).59

Dalam bahasa Arab, kata-kata rabba, ‘allama, dan addaba menurut

Achmadi, 60

mengandung pengertian sebagai berikut:

a. Kata kerja rabba yang masdarnya tarbiyyatan memiliki beberapa arti, antara

lain mengasuh, mendidik dan memelihara. Di samping kata rabba ada kata-

57 M.Quraish Shihab, Tafisr Al-Mishbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, hlm.

401

58 M.Quraish Shihab, Tafisr Al-Mishbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an,hlm.

402

59 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 25.

60 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, hlm. 25-26.

Page 39: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

26

kata yang serumpun dengannya yaitu rabba, yang berarti memiliki,

memimpin, memperbaiki, menambah. Rabba juga berarti tumbuh atau

berkembang.

b. Kata kerja ‘allama yang masdarnya ta’liman berarti mengajar yang lebih

bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan

keterampilan.

c. Kata kerja addaba yang masdarnya ta’diban dapat diartikan mendidik yang

secara sempit mendidik budi pekerti dan secara lebih luas meningkatkan

peradaban. Menurut Naquib al-Attas, seperti dikutip M. Ridlwan Nasir, 61

at-

ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur ditanamkan

kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam

tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah

pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan

wujud dan keberadaannya.

Ketiga istilah tersebut (tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib) merupakan satu

kesatuan yang saling terkait. Artinya bila pendidikan dinisbatkan kepada ta’dib ia

harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga dengannya diperoleh ilmu. Agar ilmu

dapat dipahami, dihayati, dan selanjutnya diamalkan oleh peserta didik perlu

bimbingan (tarbiyah).

Pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term:

tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad, dan tadris. Masing-masing memiliki

keunikan makna tersendiri, namun memiliki makna yang sama. Akan tetapi term

yang populer digunakan dalam praktek Pendidikan Islam adalah term al-

tarbiyah.62

b. Pengertian Pendidikan Islam Secara Terminologi

61 M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal: Pondok Pesantren di

Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 51.

62 Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy dalam kitabnya Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim,

seperti dikutip oleh Abdul Mujib, Pendidikan Islam dalam khazanah keIslaman populer dengan

Istilah Tarbiyah, karena mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan, sebab di dalamnya tercakup

upaya mempersiapkan individu secara sempurna. Lihat. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. I, hlm. 10.

Page 40: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

27

Pengertian Pendidikan Islam ini sebetulnya sudah cukup banyak

dikemukakan oleh para ahli. Meskipun demikian, perlu dicermati dalam rangka

melihat relevansi rumusan baik dalam hubungan makna, tujuan, fungsi, maupun

proses kependidikan Islam yang dikembangkan dalam rangka menjawab

permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan umat manusia

sekarang ini.

Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa Pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam.63

Menurut Prof. Achmadi pengertian pendidikan Islam adalah segala usaha

untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia

yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai

dengan norma Islam.64

Ramayulis dalam bukunya ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa

Pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada

pembentukan akhlak atau kepribadian.65

Sedangkan hakikat Pendidikan Islam

menurut M. Arifin adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar

mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah anak didik

melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.66

Memang dalam pendidikan Islam terdapat sebuah karakteristik yang

khusus, rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam di Universitas

King Abdul Aziz Jeddah tahun 1997 mendefinisikan pendidikan Islam sebagai

keseluruhan pengertian yang terkandung dalam istilah ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib.

Berdasarkan pemaknaan ini, Abdurrahman al-Nahlawy menyimpulkan bahwa

63 Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1989), hlm. 23.

64 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, hlm.29.

65 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. .4.

66 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjaun Teoritis dan Praksis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 32.

Page 41: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

28

pendidikan Islam terdiri dari empat unsur, yaitu:67

pertama, menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh; kedua, mengembangkan seluruh

potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan;

dan keempat, dilaksanakan secara bertahap.

Dari beberapa definisi Pendidikan Islam yang dikemukakan di atas,

tampak sekali umumnya penekanan utama diberikan kepada pentingnya

pembentukan akhlak, disamping adanya penekanan persoalan fitrah dan upaya

manusia dalam mencapai hidup makmur dan bahagia sesuai dengan ajaran dan

norma Islam.

Dalam konteks ke-Indonesiaan, realita membuktikan bahwa masyarakat

Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Maka, pencarian bentuk pendidikan

alternatif mutlak diperlukan. Yaitu suatu bentuk pendidikan yang berusaha

menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkannya kepada generasi

berikutnya, menumbuhkan akan tata nilai, memupuk persahabatan antara siswa

yang beraneka ragam suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling

memahami, serta mengerjakan keterbukaan dan dialog.

2. Dasar Pendidikan Islam

Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri, yaitu

al-Qur’an dan al-Hadits. Pendidikan Islam sebagai sebuah konsep, rumusan atau

produk pikiran manusia dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengembangan

potensi peserta didik tidak bersifat baku dan mutlak, tetapi bersifat relatif sesuai

dengan keterbatasan kemampuan pikir dan daya nalar manusia mengkaji wahyu

Allah.

Menurut Sa’id Ismail Ali, sebagaimana yang dikutip oleh Hasan

Langgulung, dasar Pendidikan Islam terdiri dari al-Qur’an, al-Sunnah, Madzhab

Shahabi (kata-kata sahabat), Kemaslahatan ummat/sosial, ‘Urf (tradisi atau adat

kebiasaan masyarakat), dan Ijtihad (hasil pemikiran para ahli dalam Islam).

67 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multicultural Konsep dan Aplikasi,

hlm. 31-32.

Page 42: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

29

Keenam sumber tersebut didudukkan secara berurutan diawali dari sumber

pertama yaitu al-Qur’an.68

Sumber Pendidikan Islam terkadang disebut dengan dasar ideal

Pendidikan Islam.69

Dasar Pendidikan Islam harus bersifat mutlak, baku dan final,

karena dari dasar inilah berbagai konsep, rumusan dan produk pemikiran

Pendidikan Islam dihasilkan. Apabila dasar sebagai rujukan utamanya tidak kuat

atau dapat berubah-ubah, bisa dipastikan proses perjalanan pendidikan bukan saja

kehilangan arah, namun justru tidak memiliki arah.70

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian

muslim, maka Pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan

landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan

pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi

acuan Pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan

kekuatan yang dapat mengantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan.

Oleh karena itu dasar yang terpenting dari Pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan

Sunnah Rasul SAW.71

Menetapkan al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW sebagai dasar Pendidikan

Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan

semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam keduanya dapat

diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman

kemanusiaan.

68Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Lain halnya dengan Hasan

Langgulung sendiri yang menyatakan bahwa Dasar Pendidikan Islam merupakan landasan

operasional yang dijadikan untuk merealisasikan dasar ideal sumber Pendidikan Islam. Sehingga

dasar operasional Pendidikan Islam terdapat enam macam, yaitu historis, sosiologis, ekonomi,

politik dan administrasi, psikologis dan filosofis, yang mana keenam dasar tersebut berpusat pada

dasar filosofis. keenam dasar tersebut agaknya sekuler, dan perlu ditambahkan satu dasar lagi yaitu

agama, karena dalam Islam dasar operasional segala sesuatu adalah agama.

69 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 31

70 Ahmad Syari’, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 22

71 Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2005), Cet. V, hlm. 34

Page 43: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

30

Islam sebagai pandangan hidup yang berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah, baik

yang termuat dalam al-Qur’an maupun Sunnah Rasul diyakini mengandung

kebenaran mutlak yang bersifat transendental, universal dan eternal (abadi),

sehingga secara akidah diyakini oleh pemeluknya akan selalu sesuai dengan fitrah

manusia, artinya memenuhi kebutuhan manusia kapan dan dimana saja.

Pendidikan Islam adalah upaya normatif yang berfungsi untuk memelihara

dan mengembangkan fitrah manusia, maka harus didasarkan pada nilai-nilai

tersebut di atas baik dalam menyusun teori maupun praktik pendidikan.

Berdasarkan nilai-nilai yang demikian itu konsep pendidikan Islam dapat

dibedakan dengan konsep pendidikan selain Islam.

Karena pendidikan Islam berlandasan humanisme maka menurut

Achmadi,72

nilai-nilai fundamental yang secara universal dan obyektif merupakan

kebutuhan manusia perlu dikemukakan sebagai dasar pendidikan Islam, walaupun

posisinya dalam konteks tauhid sebagai nilai instrumental. Nilai-nilai tersebut

adalah kemanusiaan, kesatuan umat manusia, keseimbangan, dan rahmat bagi

seluruh alam.

3. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam

Pada hakikatnya, Pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung

secara kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini maka tugas dan

fungsi yang perlu diemban oleh Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia

seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas

dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa

tumbuh dan berkembang secara dinamis mulai dari kandungan sampai akhir

hayatnya.73

Secara umum, tugas Pendidikan Islam adalah membimbing dan

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap

kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya

72 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, hlm.87.

73 Al Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 32.

Page 44: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

31

adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan

berjalan dengan lancar.

Menurut Hujair AH. Sanaky, tugas dan fungsi Pendidikan Islam adalah

mengarahkan dengan sengaja segala potensi yang ada pada manusia seoptimal

mungkin, sehingga dapat berkembang menjadi manusia muslim yang baik atau

insan kamil.74

Fungsi Pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat

memungkinkan tugas-tugas Pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan

dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan yang bersifat

struktural dan institusional.

Menurut Kursyid Ahmad, yang dikutip Ramayulis dalam bukunya

Metodologi Pengajaran Agama Islam, Fungsi Pendidikan Islam adalah:

a. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat

kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan bangsa.

b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara

garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan

melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan

perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.75

Pendidikan Islam sebagai penyedia segala fasilitas yang dapat

memungkinkan tugas-tugasnya tersebut tercapai dan berjalan lancar dengan

melihat realitas keanekaragaman ras dan agama di Indonesia, maka pendidikan

Islam harus memperhatikan beberapa hal berikut:

Pertama, Pendidikan Islam harus mempunyai karakter sebagai lembaga

pendidikan umum yang bercirikan Islam. Artinya, di samping menonjolkan

pendidikannya dengan penguasaan atas ilmu pengetahuan, namun karakter

keagamaan juga menjadi bagian integral dan harus dikuasai serta menjadi bagian

dari kehidupan siswa sehari-hari.

74 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani

Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2003), hlm. 128.

75 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 69 .

Page 45: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

32

Kedua; Pendidikan Islam juga harus mempunyai karakter sebagai

pendidikan yang berbasis pada pluralitas. Artinya, bahwa pendidikan yang

diberikan kepada siswa tidak menciptakan suatu pemahaman yang tunggal,

termasuk di dalamnya juga pemahaman tentang realitas keberagamaan.

Ketiga; Pendidikan Islam harus mempunyai karakter sebagai lembaga

pendidikan yang menghidupkan sistem demokrasi dalam pendidikan. Sistem

pendidikan yang memberikan keleluasaan pada siswa untuk mengekspresikan

pendapatnya secara bertanggung jawab.76

Hal tersebut dengan suatu pertimbangan, bahwa salah satu peran dan

fungsi pendidikan Islam diantaranya adalah untuk meningkatkan keberagamaan

peserta didik dengan keyakinan agama sendiri, dan memberikan kemungkinan

keterbukaan untuk mempelajari dan mempermasalahkan agama lain sebatas untuk

menumbuhkan sikap toleransi. Ini artinya, pendidikan Islam pada prinsipnya, juga

ikut andil dan memainkan peranan yang sangat besar dalam menumbuh-

kembangkan sikap-sikap pluralisme dalam diri siswa.

4. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam di samping sebagai standar dalam mengukur dan

mengevaluasi tingkat pencapaian/hasil pelaksanaan pendidikan Islam, juga

sebagai pedoman dan arah proses pendidikan Islam itu sendiri. Ada sejumlah

pendapat mengenai fungsi, makna dan kriteria tujuan pendidkan Islam, antara lain

menurut Abudin Nata, seperti dikutip Ahmad Syar’i, berpendapat sebagai suatu

kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin

dicapai. Sulit dibayangkan juka ada suatu kegiatan tanpa memiliki kejelasan

tujuan. Menurutnya, perumusan dan penetapan tujuan pendidikan Islam harus

memenuhi kriteria berikut:77

76 Syamsul Ma’arif, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, hlm.

120.

77 Ahmad Syari’, Filsafat Pendidikan Islam, hlm.25.

Page 46: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

33

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan

melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai

kehendak Tuhan,

b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan di muka

bumi dilakukan dalam rangka pengabdian/ beribadah kepada Allah,

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia sehingga tidak menyalahgunakan

fungsi kekhalifahannya,

d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmani guna pemilikan

pengetahuan, akhlak dan keterampilan yang dapat digunakan mendukung

tugas pengabdian dan kekhalifahannya, serta

e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat.

Dalam buku-buku mengenai Pendidikan Islam, tujuan Pendidikan Islam

selalu dihubungkan dengan konsep mengenai kepribadian muslim atau insan

kamil, atau takwa dan term yang sepadan dengannya. Ahmad Tafsir, dalam

bukunya Filsafat Pendidikan Islam, juga menyinggung masalah tujuan pendidikan

islam yaitu mengenai karakteristik lulusan, menurutnya lulusan yang diharapkan

ialah lulusan yang merupakan manusia terbaik. Cirinya cukup dua saja yaitu

mampu hidup tenang dan produktif dalam kehidupan bersama.78

Zakiyah Daradjat

menyatakan bahwa Pendidikan Islam ialah perubahan sikap dan tingkah laku

sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Tujuannya adalah kepribadian yang

mengantarkan seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil.79

Pendidikan Islam sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW. dimulai dari

mengubah sikap dan pola pikir masyarakat, menjadikan masyarakat Islam menjadi

masyarakat belajar. Berkembang menjadi masyarakat ilmu yaitu masyarakat yang

78 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),

hlm.79 . 79Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem Filosofis

Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. 301.

Page 47: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

34

mau dan mampu menghargai nilai-nilai ilmiah, yang dapat bertanggung jawab

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.80

Apakah sistem Pendidikan Islam itu sukses atau gagal dalam mewujudkan

misinya, Fazlur Rahman menegaskan bahwa yang harus menciptakan kriteria riil

untuk menilai sukses atau tidaknya sistem Pendidikan Islam adalah tumbuhnya

pemikiran Islam yang asli, orisinal dan mencukupi.81

Dengan demikian, menurut Syamsul Ma’arif,82

Tujuan Pendidikan Islam

seharusnya diprioritaskan untuk menumbuhkan saling menghormati kepada

semua manusia yang memiliki iman berbeda atau mazhab berbeda dalam

beragama, Untuk merealisasikan tujuan pendidikan Islam tersebut, lembaga

pendidikan Islam perlu menerapkan sistem pengajaran yang berorientasi pada

penanaman kesadaran pluralisme dalam kehidupan.

Pendidikan Islam, merupakan sarana yang sangat efektif untuk

menginternalisasi nilai-nilai atau aqidah inklusif pada peserta didik. Perbedaan

agama di antara peserta didik bukanlah menjadi penghalang untuk bisa bergaul

dan bersosialisasi diri. Justru pendidikan agama pada peserta didik yang berbeda

agama, dapat dijadikan sarana untuk menggali dan menemukan nilai-nilai

keagamaan pada agamanya masing-masing sekaligus dapat mengenal tradisi

agama orang lain.

Muhaimin, dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam,83

berpendapat

bahwa secara umum tujuan pendidikan islam bertujuan untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang

agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa

80 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogya: Pustaka Pelajar, 1996), hlm.

12

81 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode

Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 229

82 Syamsul Ma’arif, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, hlm.

125

83 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),

hlm. 78.

Page 48: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

35

kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi , bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Semua definisi tentang tujuan pendidikan islam secara praktis bisa

dikembangkan dan diaplikasikan dalam sebuah lembaga yang mampu

mengintegrasikan, menyeimbangkan, dan mengembangkan kesemuanya dalam

sebuah institusi pendidikan.84

Indikator-indikator yang dibuat hanyalah untuk

mempermudah capaian tujuan pendidikan, dan bukan untuk membelah dan

memisahkan antara tujuan yang satu dengan tujuan yang lainnya.

84 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integritas di Sekolah

Keluarga Dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiS, 2009), hlm. 30.

Page 49: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

35

BAB III

PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG HAK

ASASI MANUSIA

A. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pemikiran Abdurrahman Wahid

1. Latar Belakang Biografis

Sosok Abdurrrahman Wahid memang merupakan figur yang fenomenal

dalam realitas sosial masyarakat Indonesia. Gus Dur termasuk tokoh agama dan

politik di Indonesia yang pemikiran dan sepak terjangnya sering dipandang

kontroversial. Karena, pemikiran Abdurrahman Wahid memang sangat sering

memancing reaksi pro kontra dan mengundang perdebatan, apalagi baik

pemikiran maupun perilakunya tak jarang yang melawan arus atau menyimpang

dari wacana publik yang lazim terutama bagi umat Islam. Maka tidak heran jika

persepsi orangpun terhadapnya berbeda-beda.

Kendati demikian menurut Greg Barton, Abdurrahman tetap dan bahkan

semakin populer sebagai figur karismatik dan tokoh yang selalu memberi cinta

bahkan pada orang yang mengkritiknya atau para penentangnya85

a. Berasal dari Pesantren

Gus Dur, panggilan akrab Abdurrahman Wahid, lahir pada tanggal 4

Agustus di desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Ia putra pertama dari enam

bersaudara dan cucu pendiri organisasi NU, KH. Hasyim Asy’ari. Ayahnya

bernama KH. Wahid Hasyim, seorang kyai yang pernah menjadi menteri agama.

Sedangkan Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pesantren Denanyar

Jombang, KH. Bisri Syansuri.86

Walaupun Gus Dur selalu merayakan hari ulang tahunnya pada 4 Agustus,

tampaknya teman-teman dan keluarganya tak sadar bahwa hari lahir Gus Dur

85 Greg Barton, Pengantar, dalam Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus Dur,

(Yogyakarta: LkiS, 2010), hlm. xxii.

86 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta: e-Nusantara,

2009), hlm. 36.

Page 50: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

36

bukanlah tanggal itu. Sebagaimana juga dengan banyak dalam hidupnya dan juga

pribadinya, ada banyak hal yang tidak seperti apa yang terlihat. Gus Dur memang

dilahirkan pada hari keempat bulan kedelapan. Akan tetapi perlu diketahui bahwa

tanggal itu adalah menurut kalender Islam, yakni bahwa Gus Dur dilahirkan pada

bulan Sya’ban, bulan kedelapan dalam penanggalan Islam. Sebenarnya tanggal 4

Sya’ban adalah tanggal 7 September 1940.87

Gus Dur dilahirkan di desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Ia putra

pertama dari enam bersaudara. Gus Dur lahir dalam keluarga yang sangat

terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Secara geneologi, Abdurrahman

Wahid memiliki keturunan ”darah biru” dan, menurut Clifford Geertz88

, Ia

termasuk golongan santri dan priyayi sekaligus. Baik dari garis keturunan ayah

maupun ibunya, Abdurrahman Wahid adalah sosok yang menempati strata sosial

tertinggi dalam masyarakat Indonesia.89

Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim

Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H.

Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada

perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan

Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah,

adalah puteri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Saudaranya adalah

Shalahuddin Wahid dan Lili Wahid. Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan

dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah.

Gus Dur, Tokoh fenomenal yang dikenal sebagai pemikir brilian, rasional,

kiprah dan sepak terjangnya telah banyak mewarnai pelbagai bidang: politik,

sosial, budaya, ekonomi, seni, dan lainnya, lahir dengan nama Abdurrahman ad

Dakhil.90

"Ad Dakhil" berarti "Sang Penakluk". Lalu ditambahkan nama "Wahid"

87 Greg Barton, Biografi Gus Dur, terj. (Yogyakarta: LKiS, 2010), cet. II, hlm. 25

88 Seorang ahli ilmu Antropologi asal Amerika Serikat, yang telah meneliti kebudayaan

Indonesia dan menulis buku yang berjudul The Religion of Java.

89 Abudin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2005), hlm. 33.

90 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta: e-Nusantara,

2009), hlm. 35.

Page 51: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

37

(nama ayahnya), dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus"

adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak Kiai yang

berati "abang" atau "mas".

b. Riwayat Pendidikan

Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, K.H. Hasyim

Asy’ari. Saat serumah dengan kakeknya, Ia diajari mengaji dan membaca al-

Qur’an di Ponpes. Tebu Ireng, Jombang. Dalam usia lima tahun Ia telah lancar

membaca al-Qur’an.

Sejak masa kanak-kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan

memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu, ia juga aktif berkunjung

ke perpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun, Gus Dur telah akrab

dengan berbagai majalah, surat kabar, dan novel.

Suatu kenangan dramatis yang paling memukul kehidupan Gus Dur justru

ketika ia berada diambang pintu usia mudanya, 13 tahun, adalah kematian

ayahnya dalam suatu kecelakaan mobil di Bandung pada April 1953. Pengaruh

kematian tragis ayahnya yang terlalu cepat itu, dalam usia Wahid Hasyim yang

relatif muda, 38 tahun. Amat berbekas dalam ingatan Abdurrahman Wahid.

Pengalaman pendidikan Gus Dur saat muda kebanyakan dilalui lewat

pesantren. Pendidikan Gus Dur Sendiri diawali dari Sekolah Dasar (SD) di

Jakarta. Namun dalam waktu yang pendek, Gus Dur tidak terlihat sebagai siswa

yang cemerlang. Pada tahun 1954, setahun setelah Ia menamatkan sekolah dasar

dan memulai Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Ia terpaksa

mengulang kelas satu karena gagal dalam ujian. Kegagalan tersebut disebabkan

oleh karena seringnya Ia menonton pertandingan sepak bola sehingga Ia tak

mempunyai cukup waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Lalu pada

tahun 1954 tersebut, ketika sang ibu berjuang sendirian untuk membesarkan

anaknya (karena telah ditinggalkan suaminya dalam kecelakaan maut) sementara

Gus Dur sendiri kurang berhasil dalam pelajaran sekolahnya, ia dikirim ke

Yogyakarta untuk melanjutkan sekolah di SMP. Di kota ini Ia berdiam di rumah

Page 52: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

38

seorang teman ayahnya Kiai Junaidi, seorang anggota Majlis Tarjih

Muhammadiyah. Dan untuk melengkapi pendidikannya, Ia juga pergi ke

pesantren al-Munawwir di Krapyak yang terletak di luar kota Yogyakarta tiga kali

seminggu.91

Ketika menjadi siswa SMP tersebut, hobi membacanya semakin

mendapatkan tempat. Gus Dur, misalnya, didorong oleh gurunya untuk menguasai

Bahasa Inggris, sehingga dalam waktu satu-dua tahun Gus Dur menghabiskan

beberapa buku dalam bahasa Inggris. serta untuk meningkatan kemampuan bahasa

Inggrisnya sekaligus untuk menggali informasi, Gus Dur aktif mendengarkan

siaran lewat radio Voice of America dan BBC London.

Di toko-toko buku di Yogyakarta yang menyediakan buku-buku untuk

mahasiswa-mahasiswa UGM, Gus Dur dapat menemukan judul-judul buku

menarik. Sebagai seorang remaja, ia mulai mencoba memahami tulisan-tulisan

Plato dan Aristoteles, dua orang pemikir penting bagi sarjana-sarjana mengenai

Islam zaman pertengahan. Pada saat yang sama ia bergulat memahami Das

Kapital karya Marx dan What is To be Done karya Lenin, kedua buku yang

mudah diperoleh di negeri ini ketika Partai Komunis Indonesia membuat

kemajuan besar. Ia juga banyak tertarik pada ide Lenin tentang keterlibatan sosial

secara radikal, seperti dalam Infantile Communism dan dalam Little Red Book-

Mao.92

Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Ekonomi Pertama di

Yogyakarta pada tahun 1957, Gus Dur mulai mengikuti pelajaran di pesantren

secara penuh. Ia bergabung dengan Pesantren Tegalrejo di Magelang, yang

terletak di sebelah utara Yogyakarta dan dapat dicapai dengan mobil dalam waktu

satu jam. Ia tinggal di pesantren ini hingga pertengahan tahun 1959. Di sini ia

belajar kepada Kiai Khudori, yang merupakan salah satu dari pemuka NU.93

K.H.

Chudhari, sosok Kyai yang humanis, shaleh dan guru yang dicintai. Kyai

91 Greg Barton, Biografi Gus Dur, hlm. 50-51.

92 Greg Barton, Biografi Gus Dur, hlm. 56.

93 Greg Barton, Biografi Gus Dur, hlm. 52.

Page 53: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

39

Chudhari inilah yang memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi dan

menanamkan praktek-praktek ritual mistik. Di bawah bimbingan Kyai ini pula,

Gus Dur mulai mengadakan ziarah ke kuburan-kuburan keramat para wali di

Jawa. Pada saat yang sama ia juga belajar paro waktu di pesantern Denanyar,

Jombang, di bawah bimbingan kakeknya dari pihak ibu, Kiai Bisri Syansuri.

Setelah menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalrejo, Gus Dur pindah

kembali ke Jombang, di Pesantren Tambak Beras di bawah bimbingan KH.

Wahab Chasbullah. Ia belajar di sini hingga tahun 1963 dan selama kurun waktu

itu ia selalu berhubungan dengan Kiai Bisri Syansuri. Selama tahun pertamanya di

Tambak Beras, Gus Dur mendapat dorongan untuk mulai mengajar. Dan

kemudian ia mengajar di madrasah modern yang didirikan di kompleks pesantren

dan juga menjadi Kepala sekolahnya. Selama masa ini pula ia tetap berkunjung ke

Krapyak secara teratur. Di kota ini ia tinggal di rumah Kiai Ali Ma’shum. Pada

masa inilah Gus Dur mengalami konsolidasi dalam studi formalnya tentang Islam

dan sastra arab klasik. Di kalangan pesantren ia dianggap sebagai siswa yang

cemerlang. Studinya ini banyak bergantung pada kekuatan ingatan, hampir-

hampir tidak memberikan tantangan kepada Gus Dur yang mempunyai ingatan

yang amat kuat walaupun ia dikenal sebagai siswa yang malas dan kurang disiplin

dalam studi formalnya. Pada bulan November 1963, Gus Dur mendapat beasiswa

dari Menteri Agama berangkat ke Kairo-Mesir untuk melanjutkan studi di

Universitas al-Azhar.94

Pada saat ia tiba di Universitas al-Azhar, ia diberitahu oleh pejabat

Universitas itu bahwa dirinya harus mengikuti kelas khusus untuk memperbaiki

pengetahuan bahasa arabnya karena tidak memiliki ijazah dari pesantren,

meskipun ia telah lulus berbagai studi di pondok pesantren. Di sekolah Ia merasa

bosan, karena harus mengulang mata pelajaran yang telah ditempuhnya di

Indonesia. Untuk menghilangkan kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi

94 Greg Barton, Biografi Gus Dur, hlm. 53.

Page 54: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

40

perpustakaan dan pusat layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku di

mana Ia dapat memperoleh buku-buku yang dikehendaki.95

Terdapat kondisi yang menguntungkan saat Gus Dur berada di Mesir, di

bawah pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasser, seorang nasionalis yang

dinamis, Kairo menjadi era keemasan kaum intelektual. Kebebasan untuk

mengeluarkan pendapat mendapat perlindungan yang cukup. Pada tahun 1966

Gus Dur pindah ke Irak, sebuah negara modern yang memiliki peradaban Islam

yang cukup maju. Di Irak Ia masuk dalam Departement of Religion di Universitas

Baghdad sampai tahun 1970. Selama di Baghdad, Gus Dur mendapatkan

rangsangan intelektual yang tidak didapatkan di Mesir.96

Di kota ini Ia merasa cocok karena tidak hanya mempelajari sastra arab,

filsafat, dan teori-teori sosial barat, tetapi ia bisa memenuhi hobinya untuk

menonton film-film klasik. Bahkan, Gus Dur merasa lebih senang dengan sistem

yang diterapkan Universitas Baghdad yang dalam beberapa segi dapat dikatakan

lebih berorientasi barat dari pada sistem yang diterapkan al-Azhar. Selama belajar

di Timur Tengah inilah Gus Dur menjadi Ketua Persatuan Mahasiswa Indonesia

untuk Timur Tengah (1964-1970).

Di luar dunia kampus, Gus Dur rajin mengunjungi makam-makam

keramat para wali, termasuk makam Syekh Abdul Qadir al-Jailani, pendiri jamaah

tarekat Qadiriyah. Ia juga menggeluti ajaran Imam Junaid al-Baghdadi, seorang

pendiri aliran tasawuf yang diikuti oleh jamaah NU. Di sinilah Gus Dur

menemukan sumber spiritualitasnya.

Selepas belajar di Baghdad Gus Dur bermaksud melanjutkan studinya ke

Eropa. Akan tetapi persyaratan yang ketat tidak dapat dipenuhinya, akhirnya yang

dilakukan adalah melakukan kunjungan dan menjadi pelajar keliling, dari satu

Universitas ke Universitas lainnya. Pada akhirnya Ia menetap di Belanda selama

enam bulan dan mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia

yang tinggal di Eropa. Untuk biaya hidup, dua kali sebulan Ia pergi ke pelabuhan

95 http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-abdurrahman-wahidbiografi.html

96 Badiatul Roziqin, dkk, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, hlm. 37.

Page 55: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

41

untuk bekerja sebagai pembersih kapal tanker. Gus Dur juga sempat pergi ke Mc

Gill University di Kanada untuk mempelajari kajian-kajian keislaman secara

mendalam. Namun, akhirnya Ia kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-

berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren.97

Pada tahun 1971, Sepulang dari Timur Tengah, Gus Dur kembali ke

Jombang, menjadi guru. Ia mengajar di Fakultas Ushuluddin Universitas Tebu

Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian Ia menjadi Sekretaris Pesantren Tebu Ireng

dan pada tahun yang sama, Gus Dur mulai aktif menulis. Lewat tulisan-

tulisannya, gagasan dan pemikirannya, Ia mulai mendapat perhatian dari

khalayak.

Pada pertengahan 1970-an, secara beraturan Ia telah menjalin hubungan

dengan Cak Nur dan Djohan Efendi. Karena itu, ketika pindah ke Jakarta Ia

semakin intens bergabung dalam rangkaian forum akademik dan kelompok-

kelompok kajian. Dari sini Gus Dur mulai sering mendapat undangan menjadi

nara sumber di sejumlah forum diskusi keagamaan dan dunia pesantren, baik

dalam maupun luar negeri.

Semangat belajar Gus Dur memang belumlah surut. Pada tahun 1979 Gus

Dur ditawari untuk belajar ke sebuah Universitas di Australia guna mendapatkkan

gelar Doktor. Akan tetapi maksud yang baik itu tidak dapat dipenuhi, sebab semua

promotor tidak sanggup, dan menganggap bahwa Gus Dur tidak membutuhkan

gelar tersebut. Memang dalam kenyataannya beberapa disertasi calon doktor dari

Australia justru dikirimkan kepada Gus Dur untuk dikoreksi, dibimbing yang

kemudian dipertahankan di hadapan sidang akademik.

Setelah pindah ke Jakarta, mula-mula Gus Dur merintis Pesantren

Ciganjur. Pada awal tahun 1980, Gus Dur dipercaya sebagai Wakil Katib Syuriah

PBNU. Gus Dur pun menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahun

1983. pada 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh tim ahl halli wa al-’aqdi

yang diketuai KH. As’ad Syamsul Arifin untuk menjabat ketua umum PBNU

97 Greg Barton, Biografi Gus Dur, hlm. 104-105.

Page 56: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

42

pada Muktamar ke-27 di Situbondo. jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada

Muktamar ke-28 di Pesantren Krapyak Yogyakarta (1989) dan Muktamar di

Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan Ketua Umum PBNU kemudian dilepas

ketika Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI ke-4. selama menjadi Presiden,

pemikiran beliau masih mengundang kontroversi. Sering kali pendapatnya

berbeda dari pendapat banyak orang.98

Dari paparan tersebut di atas memberikan gambaran betapa kompleks dan

rumitnya perjalanan Gus Dur dalam meniti kehidupannya, bertemu dengan

berbagai macam orang yang hidup dengan latar belakang ideologi, budaya,

kepentingan, strata sosial dan pemikiran yang berbeda. Dari segi pemahaman

keagamaan dan ideologi, Gus Dur melintasi jalan hidup yang lebih kompleks,

mulai dari yang tradisional, ideologis, fundamentalis, sampai modernis dan

sekuler. Dari segi kultural, Gus Dur mengalami hidup di tengah budaya Timur

yang santun, tertutup, penuh basa-basi, sampai dengan budaya Barat yang terbuka,

modern dan liberal. Demikian juga persentuhannya dengan para pemikir, mulai

dari yang konservatif, ortodoks sampai yang liberal dan radikal semua dialami.

Inilah sebabnya mengapa Gus Dur selalu kelihatan dinamis dan sulit

dipahami. Kebebasannya dalam berpikir dan luasnya cakrawala pemikiran yang

dimilikinya melampaui batas-batas tradisionalisme yang dipegangi komunitasnya

sendiri. Gus Dur wafat, hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto

Mangunkosumo (RSCM), Jakarta, pukul 18.45 WIB. akibat berbagai komplikasi

penyakit, diantaranya jantung dan gangguan ginjal yang dideritanya sejak lama.

2. Latar Belakang Pemikiran Abdurrahman Wahid

Munculnya Gus Dur, panggilan akrab KH. Abdurrahman Wahid, menjadi

Presiden RI ke-4 membuat posisi pesantren menjadi naik daun dan kembali

diperbincangkan dalam relasinya dengan kekuasaan dan negara, hal ini mudah

dipahami karena Gus Dur merupakan produk pesantren sebagaimana yang telah

diketahui oleh kebanyakan orang. Sebagian besar waktu Gus Dur dihabiskan di

98 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, hlm.37.

Page 57: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

43

beberapa pesantren NU terkemuka, mulai Pesantren Tegalrejo Magelang sampai

akhirnya ke Al-Azhar Kairo.

Oleh sebab itu, nilai-nilai tradisi pesantren amat kental mewarnai

perilakunya bahkan ketika sudah menjadi presiden. Hal itu dapat dilihat, paling

tidak, dari penekanan dan kebijaksanaan pembangunannya yang berorientasi

kerakyatan yang sarat dengan muatan nilai-nilai kepesantrenan. Maka tidak aneh

apabila salah satu persyaratan menjadi kabinet Persatuan Nasional (KPN) adalah

kejujuran dan kesederhanaan.99

Dua nilai tersebut tak pelak merupakan hasil

adopsi dari nilai-nilai dan kultur yang berkembang di dunia pesantren.

Pandangan dunia yang membentuk pemikiran Gus Dur tak lain adalah

pandangan dunia pesantren. Dengan seluruh pengembaraan intelektual yang

dialami sejak dari pesantren di Tegalrejo hingga kuliah di Baghdad, dia tetap tak

bisa meninggalkan “rumah” tempat ia tumbuh sejak kecil, yaitu pesantren. Tulisan

pertama Gus Dur sendiri adalah Pesantren Sebagai Sub Kultur yang merupakan

penjelasan sangat canggih bagi nalar pesantren.

3. Sekilas tentang Karya-Karya Abdurrahman Wahid

Sejak 1971 tulisan-tulisan Gus Dur telah dikenal luas sebagai representasi

kaum sarungan (Pesantren), padahal jika dicermati isi tulisannya, banyak yang

mengedepankan analisis progresif. Gus Dur menawarkan pandangan baru untuk

menjawab persoalan-persoalan yang sedang tren saat itu. Dunia tulis-menulis Gus

Dur dimulai sejak Beliau menjadi pengurus Sekolah Mu’allimat pondok pesantren

Tambak Beras, Jombang. Mulai 1961, aktif mengirimkan artikelnya untuk

majalah Horison dan Budaya Jawa. Tulisan-tulisannya semakin meningkat ketika

Ia berada di Kairo. Pada 1964, bersama Musthofa Bishri (Gus Mus, Rembang),

Gus Dur menerbitkan majalah Perhimpunan Pelajar Indonesia Kairo (PPI-Kairo).

Pada 1972, Gus Dur mulai memberikan ceramah dan seminar secara

berkala di sela-sela aktivitasnya menulis untuk majalah Tempo dan Kompas.

Kolom-kolomnya mendapat sambutan sangat baik. Intensitas menulisnya semakin

99 Abdul Ghofur, Demokratisasi Dan Prospek Hukum Islam di Indonesia, hlm. 61

Page 58: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

44

tinggi setelah LP3ES menerbitkan Jurnal Prisma yang mengedepankan pemikiran

sosial yang kritis.

Bagi Gus Dur, menulis atau berceramah bukan sekedar menebarkan ide-

ide segar kepada masyarakat, melainkan juga berfungsi sebagai perlawanan

kultural terhadap rezim yang berkuasa. Hingga tahun 2000, Incres mengumpulkan

493 tulisan Gus Dur yang terbagi dalam berbagai bentuk, yakni:100

Tabel 3.1

Bentuk-Bentuk Tulisan Gus Dur

No. Bentuk Tulisan Jumlah Keterangan

1 Buku 12 buku Terdapat pengulangan

2 Terjemahan 1 Bersama Wahid Hasyim

3 Kata pengantar buku 20

4 Epilog buku 1

5 Antologi 41

6 Artikel 263 Tersebar di beberapa

majalah dan koran

7 Kolom 105 Tersebar di berbagai

majalah

8 Makalah 50 Sebagian besar

tidak dipublikasikan

Jumlah 493

Setelah tahun 2000, terbit 3 buku kumpulan tulisan Gus Dur lainnya, yaitu

Kumpulan Kolom dan artikel Abdurrahman Wahid Selama Era Lengser (60

artikel), Gus Dur Bertutur (2 artikel), dan Universalisme dan Kosmopolitanisme

Peradaban Islam (20 artikel yang dimuat di Kompas). Selain itu, publisitas tulisan

Gus Dur dilakukan melalui situs internet www.gusdur.net.

Spektrum intelektualitas Gus Dur mengalami perluasan dari waktu ke

waktu, terutama wacana yang dikembangkannya. Temuan Incress (2000)

100 Munawar Ahmad, Ijtihad Politik Gus Dur Analisis Wacana Kritis, (Yogyakarta: LKiS,

2010), hlm.126-127.

Page 59: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

45

mengidentifikasi perkembangan tersebut sesuai dengan periodesasi per sepuluh

tahun, mulai 1970-2000;101

Tabel 3.2

Tema-Tema Tulisan Gus Dur

No. Periode Jumlah Keterangan

1 1970-an 37

Tradisi pesantren, modernisasi

pesantren, NU, HAM, reinterpretasi

ajaran, pembangunan, demokrasi

2 1980-an 189

Dunia pesantren, NU, ideologi

negara (Pancasila), pembangunan,

militerisme, pengembangan

masyarakat, pribumisasi Islam,

HAM, modernisme, kontekstualisasi

ajaran, Parpol.

3 1990-an 253

Pembaruan ajaran Islam, demokrasi,

kepemimpinan umat, pembangunan,

HAM, kebangsaan, Parpol, Gender,

toleransi agama, Universalisme

Islam, NU, Globalisasi.

4 2000-an 122

Budaya, NU dan Parpol, PKB,

demokratisasi dan HAM, ekonomi

dan keadilan sosial, ideologi dan

negara, tragedi kemanusiaan, Islam

dan fundamentalisme.

Sedangkan buku-buku kumpulan tulisan Gus Dur yang telah

dipublikasikan adalah:102

a. Bunga Rampai Pesantren (Dharma Bakti, 1979)

101 Munawar Ahmad, Ijtihad Politik Gus Dur Analisis Wacana Kritis, hlm. 128-129.

102 Munawar Ahmad, Ijtihad Politik Gus Dur Analisis Wacana Kritis, hlm. 146.

Page 60: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

46

b. Muslim di Tengah Pergumulan (Lappenas, 1981)

c. Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab, Suatu Pergumulan Wacana dan

Transformasi (Fatma Press, 1989)

d. Universalisme dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam (Kompas, 1991)

e. Kiai Nyentrik Membela Pemerintah (LKiS, 1997)

f. Tabayun Gus Dur (LKiS, 1998)

g. Islam, Negara, dan Demokrasi: Himpunan Percikan Perenungan Gus Dur

(Erlangga, 1999)

h. Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman (Kompas, 1999)

i. Tuhan Tidak Perlu Dibela (LKiS, 1999)

j. Prisma Pemikiran Gus Dur (LKiS, 1999)

k. Membangun Demokrasi (Rosda Karya, 1999)

l. Mengurai Hubungan Agama dan Negara (Grasindo, 1999)

m. Melawan Melalui Lelucon (Tempo, 2000)

n. Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan (Desantara, 2001)

o. Menggerakkan Tradisi (LKiS, 2001)

p. Kumpulan Kolom dan Artikel Abdurrahman Wahid Selama Era Lengser

(LKiS, 2002)

q. Gus Dur Bertutur (Proaksi, 2005)

r. Islamku, Islam Anda, Islam Kita (The Wahid Institute, 2006)

s. Membangun Demokrasi (Rosdakarya, 1999)

t. Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman (Kompas, 1999)

4. Penghargaan Yang Diperoleh Abdurrahman Wahid

a. Pada 1993, Gus Dur menerima penghargaan Ramon Magsaysay Award,

sebuah “Nobel Asia” dari pemerintah Filipina. Penghargaan ini diberikan

karena Gus Dur dinilai berhasil membangun landasan yang kokoh bagi

toleransi umat beragama, pembangunan ekonomi yang adil, dan tegaknya

demokrasi di Indonesia

b. Pada akhir 1994, Gus Dur juga terpilih sebagai salah seorang Presiden

WCRP (World Council for Religion and Peace-atau Dewan Dunia untuk

Agama dan Perdamaian).

Page 61: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

47

c. Pada tahun 1996 dan 1997, majalah Asiaweek memasukkan Gus Dur

dalam daftar orang terkuat di Asia. Gus Dur menjadi pemimpin besar dan

diakui dunia karena pemikirannya dan gerakan sosial yang dibangunnya

mempunyai dampak yang luas terhadap demokrasi, keadilan dan toleransi

keagamaan di Indonesia.

d. Dia ditahbiskan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa

Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, pada 10 Maret 2004.

e. Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif

Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dan Gadis

dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan

kebebasan berekspresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan

demokrasi di Indonesia.

f. Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan

yang bergerak di bidang penegakan HAM di Israel, karena dianggap

sebagai salah satu tokoh yang peduli dalam persoalan HAM.

g. Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di

Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum

minoritas.

h. Dia juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple dan namanya

diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of

Islamic Studies103

Selain itu, Gus Dur juga memperoleh banyak gelar Doktor

Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai Perguruan Tinggi ternama

di berbagai negara, antara lain:104

a. Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel

(2003)

103 M. Hanif Dhakiri, 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm.

43-44.

104 http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-abdurrahman-wahid-

biografi.html

Page 62: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

48

b. Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea

Selatan (2003)

c. Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan

(2003)

d. Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)

e. Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University,

Bangkok, Thailand (2000)

f. Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok,

Thailand (2000)

g. Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan

Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University,

Paris, Perancis (2000)

h. Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand

(2000)

i. Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)

j. Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)105

B. Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak Asasi Manusia

Banyak cara untuk melihat dan menilai mantan Presiden Abdurrahman

Wahid yang akrab disapa Gus Dur. Salah satunya dari perspektif hak asasi

manusia. Gus Dur membuka paradigma baru dengan menerobos tembok-tembok

pemikiran lama. Ia ingin setiap orang diperlakukan setara dalam hukum, tanpa

membedakan warna kulit, etnis, agama/ideologinya. Gus Dur menghargai mereka

sesama manusia dan warga negara.

1. Paradigma Pemikirannya

Greg Barton mengemukakan bahwa Abdurrahman Wahid merupakan

seorang intelektual yang mewakili perpaduan dua tradisi: Kesarjanaan Islam

tradisional dan pendidikan Barat modern. Menurutnya, salah satu hasil sintesis itu

adalah perhatiannya yang kuat untuk reformasi pemikiran dan praktek Islam,

105 M. Hanif Dhakiri, 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, hlm. 45-46.

Page 63: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

49

suatu perhatian yang juga ditekankan oleh modernisme Islam setidaknya pada

fase-fase awal. Barton mencoba memahami pemikirannya, menemukan adanya

sebuah tema paling dominan dalam pemikiran Abdurrahman Wahid, yaitu tema

humanitarialisme liberal. Tema liberal itulah yang mendapat tempat besar dalam

pemikiran Islam Abdurrahman Wahid tanpa harus meninggalkan prinsip Islam

tradisional.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa corak utama pemikiran

Abdurrahman Wahid lebih menekankan pada pendekatan kontekstual daripada

tekstual dan mencoba memadukan pemikiran khasanah pemikiran Islam

tradisional dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat modern. Dalam konteks

ini, Gus Dur, tidak sekedar menggunakan produk-produk pemikiran Islam

tradisional, tetapi lebih menekankan pada penggunaan metodologi teori hukum

(ushul fiqh) dan kaidah-kaidah hukum (qawaid fiqhiyyah) dalam kerangka

pembentukan suatu sintesis untuk melahirkan gagasan baru sebagai upaya

menjawab perubahan-perubahan aktual di masyarakat.

2. Pandangan Abdurrahman Wahid mengenai Hak Asasi Manusia

Prinsip-prinsip seperti persamaan derajat di muka hukum dan undang-

undang, perlindungan warga masyarakat dari kedzaliman dan kesewenang-

wenangan, penjagaan hak-hak mereka yang lemah dan menderita kekurangan

serta pembatasan atas wewenang para pemegang kekuasaan, semuanya jelas

menunjukkan kepedulian atas. Sementara itu, universalisme yang tercermin dalam

ajaran-ajaran yang memiliki kepedulian kepada unsur-unsur utama kemanusiaan

itu diimbangi pula oleh kearifan yang muncul dari keterbukaan peradaban Islam

sendiri.

Menurut Gus Dur, Salah satu ajaran yang dengan sempurna menampilkan

universalisme Islam adalah lima buah jaminan dasar yang diberikan agama

samawi terakhir ini kepada warga masyarakat baik secara perorangan maupun

sebagai kelompok. Kelima jaminan dasar itu yaitu:106

106 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi

Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute: 2007), hlm. 4.

Page 64: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

50

1. Jaminan dasar akan keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani

di luar ketentuan hukum (hifdzu an-nafs);

2. Jaminan dasar akan keselamatan keyakinan agama masing-masing, tanpa ada

paksaan untuk berpindah agama (hifdzu ad-din);

3. Jaminan dasar akan keselamatan keluarga dan keturunan (hifdzu an-nasl);

4. Jaminan dasar akan keselamatan harta benda dan milik pribadi dari gangguan

atau penggusuran di luar prosedur hukum (hifdzu al-mal);

5. Jaminan dasar akan keselamatan hak milik dan profesi (hifdzu al-aqli).

Jaminan akan keselamatan fisik warga masyarakat mengharuskan adanya

pemerintahan berdasarkan hukum, dengan perlakuan adil kepada semua warga

tanpa kecuali, sesuai dengan hak masing-masing. Hanya dengan kepastian hukum

lah sebuah masyarakat mampu mengembangkan wawasan persamaan hak dan

derajat antara sesama warganya. Sedangkan kedua jenis persamaan itulah yang

menjamin terwujudnya keadilan sosial dalam arti sebenar-benarnya. Sedangkan

kita mengetahui, bahwa pandangan hidup atau worldview atau Weltanschauung107

yang paling jelas universalitasnya adalah pandangan tentang keadilan sosial.

Demikian juga, jaminan dasar akan keselamatan keyakinan agama masing-

masing bagi para warga masyarakat melandasi hubungan antar-warga masyarakat

atas dasar saling hormat-menghormati, yang akan mendorong tumbuhnya

kerangka sikap tenggang rasa dan saling pengertian yang besar. terlepas dari

demikian kentalnya perjalanan sejarah dengan penindasan, kesempitan

pandangan, dan kedzaliman terhadap kelompok minoritas yang berbeda

keyakinan atau agama dari mayoritas, sejarah umat manusia membuktikan bahwa

sebenarnya toleransi adalah bagian inheren dari kehidupan manusia.

Dalam QS. Ali Imran: 85 yang artinya: ”Barang siapa mengambil selain

Islam sebagai agama, maka amal kebajikannya tidak akan diterima oleh Allah,

107 Weltanschauung istilah dalam Jerman yang berarti pandangan tentang dunia,

pengertian tentang realitas sebagai sesuatu kesatuan dan pandangan umum tentang kosmos.

Pandangan umum tentang dunia ini berarti pandangan yang menyangkut soal hakekat, nilai, arti,

dan tujuan dunia dan hidup manusia. Weltanschauung pada hakekatnya merupakan gambaran

sinopsis dan perluasan konseptual ke dalam suatu pandangan ilmiah tentang dunia. Lihat

Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan,

(Jakarta: The Wahid Institute: 2007), hlm. 5.

Page 65: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

51

dan dia di akhirat kelak akan menjadi orang yang merugi”, Gus Dur memberikan

penjelasan bahwa ayat tersebut jelas menunjuk kepada masalah keyakinan Islam

yang berbeda dengan keyakinan lainnya, dengan tidak menolak kerjasama antara

Islam dengan berbagai agama lainnya.108

Dalam pidato perayaan Natal pada tanggal 27 Desember 1999 di Balai

Sidang Senayan Jakarta, misalnya, Abdurrahman Wahid menyampaikan :

Saya adalah seorang yang menyakini kebenaran agama saya, tapi ini tidak

menghalangi saya untuk merasa bersaudara dengan orang yang beragama

lain di negeri ini, bahkan dengan sesama umat beragama. Sejak kecil itu

saya rasakan. Walaupun saya tinggal di lingkungan pasantren, hidup

dikalangan keluarga kiai, tak pernah sedikitpun saya merasa berbeda

dengan yang lain.109

Demikian juga jaminan dasar akan keselamatan keyakinan agama masing-

masing bagi para warga masyarakat melandasi hubungan antarwarga masyarakat

atas dasar sikap saling hormat-menghormati, yang akan mendorong tumbuhnya

kerangka sikap tenggang rasa dan saling pengertian yang besar. Terlepas dari

kentalnya perjalanan sejarah dengan penindasan, kesempitan pandangan, dan

kedzaliman terhadap kelompok minoritas yang berbeda keyakinan atau agama

dari keyakinan mayoritas, sejarah umat manusia membuktikan bahwa sebenarnya

toleransi adalah bagian inheren dari kehidupan manusia.

Jaminan akan keselamatan keluarga menampilkan sosok moral yang

sangat kuat, baik moral dalam arti kerangka etis yang utuh maupun dalam arti

kesusilaan. Kesucian keluarga dilindungi sekuat mungkin. Karena keluarga

merupakan ikatan sosial paling dasar, maka tidak boleh dijadikan ajang

manipulasi dalam bentuk apapun oleh sistem kekuasaan yang ada. Kesucian

keluarga inilah yang melandasi keimanan yang memancarkan toleransi dalam

derajat sangat tinggi.

108 Menurut Gus Dur, Hal inilah yang membedakan amal sholeh yang merujuk pada amal

baik seorang Muslim dengan amal khoir atau amal baik non muslim. Kalau amal saleh itu akan

sampai kepada Allah dan akan diterima oleh Nya, sedangkan amal khair tidak demikian, dan

hanya akan menjadi fatamorgana.

109 Rumadi, “Dinamika Agama dalam Pemerintahan Gus Dur”, dalam Khamami Zada

(ed) Neraca Gus Dur di Panggung Kekuasaan (Jakarta: LAKPESDAM), hlm. 144.

Page 66: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

52

Jaminan dasar atas keselamatan harta-benda merupakan sarana bagi

berkembangnya hak-hak individu secara wajar dan proporsional, dalam kaitannya

dengan hak-hak masyarakat atas individu. Masyarakat dapat menentukan

kewajiban-kewajibannya yang diinginkan secara kolektif atas masing-masing

individu warga masyarakat. Tetapi penetapan kewajiban itu ada batas terjauhnya,

dan warga masyarakat secara perorangan tidak dapat dikenakan kewajiban untuk

masyarakat lebih dari batas-batas tersebut.

Jaminan dasar atas keselamatan profesi menampilkan sosok lain lagi dari

universalitas ajaran Islam. Penghargaan kepada kebebasan penganut profesi

berarti kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan atas resiko sendiri, mengenai

keberhasilan yang ingin diraih dan kegagalan yang membayanginya. Dengan

ungkapan lain, kebebasan menganut profesi yang dipilih berarti peluang

menentukan arah hidup lengkap dengan tanggung jawabnya sendiri. Namun

pilihan itu tetap dalam alur umum kehidupan masyarakat.

Secara keseluruhan, kelima jaminan dasar di atas menampilkan

universalitas pandangan hidup yang utuh dan bulat. Pemerintahan berdasarkan

hukum, persamaan derajat, dan sikap tenggang rasa terhadap perbedaan

pandangan adalah unsur-unsur utama kemanusiaan dan dengan demikian

menampilkan universalitas ajaran Islam. Namun, sejauh ini semua jaminan dasar

itu hanya menyajikan kerangka teoritik (atau bahkan mungkin hanya moralitas

belaka) yang tidak berfungsi tanpa didukung oleh kosmopolitanisme peradaban

Islam.

Watak kosmopolitanisme dari peradaban Islam itu sesungguhnya telah

tampak sejak awal pemunculannya. Peradaban itu, yang dimulai dengan cara-cara

Nabi Muhammad saw. mengatur pengorganisasian masyarakat Madinah hingga

munculnya ensiklopedis Muslim awal pada abad ketiga Hijriyah, memantulkan

proses saling menyerap dengan peradaban-peradaban lain di sekitar Islam pada

waktu itu. Yaitu mulai dari sisa-sisa peradaban Yunani Kuno yang berupa

hellenisme hingga peradaban Anak Benua India.

Kosmopolitanisme peradaban Islam tercapai atau berada pada titik

optimal, manakala tercapai keseimbangan antara kecenderungan normatif kaum

Page 67: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

53

Muslim dan kebebasan berpikir semua warga masyarakat termasuk mereka yang

non-Muslim. Kosmopolitanisme seperti itu adalah kosmopolitanisme yang kreatif,

karena di dalamnya warga masyarakat mengambil inisiatif untuk mencari

wawasan terjauh dari keharusan berpegang pada kebenaran. Situasi kreatif yang

memungkinkan pencarian sisi-sisi paling tidak masuk akal dari kebenaran yang

ingin dicari dan ditemukan, situasi cair yang memaksa universalisme ajaran Islam

untuk terus-menerus mewujudkan diri dalam bentuk-bentuk nyata. Namun

demikian, proses tersebut bukannya nyata dalam postulat-postulat spekulatif

belaka.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa latar belakang kultural bagi sikap

untuk menghargai sesama manusia dan menghormati hak-hak orang lain memang

terdapat dalam cakupan luas pada ajaran Islam. Menurut Gus Dur, beberapa aspek

dan latar belakang kultural itu dapat disebutkan dalam uraian ini:110

1) Penciptaan dan penempatan manusia sebagai makhluk yang memiliki derajat

dan kemuliaan dalam tata alam (kosmologi) dari jagad raya ini, menunjuk

dengan jelas kepada keharusan memperlakukan manusia dengan perlakuan

yang sesuai dengan kemuliaan derajatnya itu. Sebelum ia dilahirkan (semasa

ia dalam kandungan) dan setelah ia meninggalkan dunia fana ini, manusia

telah atau masih memiliki hak-hak yang dirumuskan dengan jelas dan

dilindungi oleh hukum dalam pandangan Islam.

2) Penekanan prinsip untuk mengatur kehidupan masyarakat dalam sebuah tata

hukum (syari’at) yang berwatak universal menunjuk dengan jelas kepada

penghargaan Islam secara umum kepada Hak-hak Asasi Manusia. Hukum

hanya dapat dilaksanakan dengan baik dan adil kalau hak-hak perorangan

maupun serikat dirumuskan dengan jelas dalam tata hukum yang digunakan

sebagai pengatur kehidupan bermasyarakat.

3) Pandangan untuk memperlakukan seluruh kehidupan sebagai kerja

peribadatan yang melandasi kehidupan seorang Muslim akan senantiasa

110 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi

Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute: 2007), hlm. 367-368.

Page 68: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

54

membuatnya berpegang pada pengertian yang jelas antara hak-hak dan

kewajiban dalam mengatur hidup masing-masing.

Menurut Ishaque, seperti yang dikutip Gus Dur, ada 14 buah Hak-Hak

Asasi dalam Hukum Islam, yang kesemuanya didasarkannya pada firman-firman

Allah Swt dalam al-Qur’an. Keempat belas hak-hak asasi itu secara keseluruhan

mendukung tujuan untuk membina dan membentuk makhluk yang secara moral

memiliki kesempurnaan. Hak-hak tersebut dapat diringkaskan sebagai berikut:111

1. Hak memperoleh perlindungan hidup

2. Hak memperoleh keadilan

3. Hak memperoleh persamaan perlakuan

4. Kewajiban mengikuti apa yang benar dan hak untuk menolak apa yang tidak

benar secara hukum

5. Hak untuk terjun ke dalam kehidupan masyarakat dan negara

6. Hak memperoleh kemerdekaan

7. Hak memperoleh Kebebasan dari pengejaran dan penuntutan

8. Hak menyatakan pendapat

9. Hak atas perlindungan terhadap penuntutan atas dasar perbedaan agama

10. Hak memperoleh ketenangan perorangan

11. Hak-hak ekonomi, termasuk hak memperoleh pekerjaan, hak memperoleh

imbalan atas upah di saat tidak mampu bekerja, dan hak memperoleh upah

yang pantas bagi pekerjaan yang dilakukan

12. Hak memperoleh perlindungan atas kehormatan dan nama baik

13. Hak atas harta benda dan harta milik

14. Hak memperoleh imbalan yang pantas dan penggantian kerugian yang

sepadan.

111 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi

Kebudayaan, hlm. 369.

Page 69: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

55

C. Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Hak Asasi Manusia dalam

Perspektif Pendidikan Islam

Dalam sebuah dialog tentang pendidikan Islam, yang berlangsung di

Beirut (Lebanon) tanggal 13-14 Desember 2002 dan diselenggarakan oleh KAF

(Konrad Adenauer Stiftung), ternyata disepakati adanya berbagai corak

pendidikan agama. Hal ini juga berlaku untuk pendidikan Islam. Ternyata ada

beberapa orang yang terus terang mengakui, maupun yang menganggap,

pendidikan Islam yang benar haruslah mengajarkan “formalisasi” Islam.

Termasuk barisan ini adalah dekan-dekan Fakultas Syari’ah dan Perundang-

undangan dari universitas Al-Azhar di Kairo. Dalam dialog tersebut Gus Dur

membawakan makalah tentang pondok pesantren sebagai bagian dari pendidikan

Islam.112

Dalam makalah tersebut, Gus Dur melihat pesantren dari berbagai sudut,

pondok pesantren sebagai lembaga kultural yang menggunakan simbol-simbol

budaya Jawa, sebagai agen pembaharuan yang memperkenalkan gagasan

pembangunan pedesaan sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat. Menurut Gus

Dur pesantren juga lembaga pendidikan Islam yang bersandar pada silabi yang

dibawakan oleh intelektual Imam Jalaluddin Abdurrahman Al-Suyuti lebih dari

500 tahun yang lalu.113

Silabi inilah yang menjadi dasar acuan pondok pesantren

tradisional selama ini, dengan pengembangan kajian Islam yang terdiri dari

berbagai macam disiplin ilmu, yang semuanya dipelajari dalam lingkungan

pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam. Melalui pesantren

juga nilai-nilai Islam ditularkan dari generasi ke generasi.

Pembahasan makalah Gus Dur menekankan pada dua hal yang saling

terkait dalam pendidikan Islam. Kedua hal itu adalah, pembaharuan pendidikan

Islam dan modernisasi pendidikan Islam. Dalam liputan pertama, tentu saja

112 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta: The Wahid Institute,

2002), hlm. 223.

113 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, hlm. 224.

Page 70: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

56

ajaran-ajaran formal Islam harus diutamakan, dan kaum muslimin harus dididik

mengenai ajaran-ajaran agama mereka. Yang diubah adalah cara menyampaikan

kepada peserta didik sehingga peserta didik mampu memahami dan

mempertahankan kebenaran.

Dalam hal ini pendidikan Islam yang substansinya mengajarkan nilai-nilai

dasar kemanusiaan, menanamkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, solidaritas,

disiplin, tanggung jawab, dan sebagainya, jika dapat memenuhi fungsinya dalam

membina kepribadian peserta didik, maka akan sangat berpengaruh terhadap

upaya menginternalisasikan nilai-nilai Hak Asasi Manusia. Rasa tanggung jawab

terhadap internalisasi nilai-nilai HAM bisa dijadikan sebagai prioritas dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Adapun dorongan utama untuk

menekankan perlunya nilai-niilai HAM dalam pelaksanaan pendidikan di

lingkungan sekolah antara lain adalah karena diperlukannya perubahan sistem-

sistem nilai dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Dengan demikian maka nilai

nilai HAM harus mendapat tempat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di

sekolah. Output pendidikan haruslah manusia yang mempunyai kepribadian yang

toleran, inklusif, demokratis terhadap berbagai pengelompokan masyarakat

berdasarkan paham suku bahasa maupun agama.114

Menurut Gus Dur, pendidikan Islam tentu saja harus sanggup meluruskan

responsi terhadap tantangan modernisasi, namun kesadaran kepada hal itu justru

belum ada dalam pendidikan Islam di mana-mana. Hal inilah yang merisaukan

hati para pengamat seperti Gus Dur, karena ujungnya adalah diperlukan jawaban

yang benar atas pernyataan: bagaimana caranya membuat kesadaran struktural

sebagai bagian alamiah dari perkembangan pendidikan Islam? Dengan ungkapan

lain, kita harus menyimak perkembangan pendidikan Islam di berbagai tempat

dan membuat peta yang jelas tentang konfigurasi pendidikan Islam itu sendiri.115

Ini merupakan pekerjaan rumah, yang mau tak mau harus ditangani dengan baik.

114 Moh. Miftahul Choiri, Peran Pendidikan Agama dalam Internalisasi Nilai-Nilai HAM,

dalam Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, Vol.6. Hlm. 154.

115 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, hlm. 225.

Page 71: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

57

BAB IV

ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID

TENTANG HAK ASASI MANUSIA

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Memasuki pembahasan analisis ini, penulis menekankan pada metode

interpretasi atau penafsiran. Berkaitan dengan analisis terhadap pemikiran

Abdurrahman Wahid tentang hak asasi manusia dalam perspektif pendidikan

islam, penulis menggunakan interpretasi untuk menafsirkan pemikiran-

pemikiran Abdurrahman Wahid dengan menggunakan bahasa yang dipakai

penulis sendiri.

Ibarat sebuah teks, Gus Dur banyak dibaca, diamati, dan bahkan

ditafsirkan banyak orang atas apa yang diucapkan dan menjadi sikap

kepribadiannya. Memahami Gus Dur tentu saja tak bisa lepas dari apa yang

tampak secara kasat mata semata. Dengan penuturannya yang lugas dan

mudah dicerna banyak kalangan, Gus Dur sesungguhnya tengah melakukan

diagnosa situasi nasional dan problem keumatan yang melalui tulisannya pula

Ia melempar gagasan yang berani dan konstruktif. Semuanya Ia lakukan tidak

lain sebagai ikhtiar membingkai kehidupan masyarakat dan bernegara di masa

depan yang lebih kondusif, ada jaminan hukum yang adil dan terciptanya

harmonisasi yang maksimal diantara sesama umat manusia.

A. Analisis terhadap Pemikiran Abdurrahman Wahid

Memahami pemikiran Abdurrahman Wahid, memang tidak lepas dari

kondisi makro umat Islam Indonesia dan konstelasi politik global nasional.

Kita perlu melacak kondisi muslim Indonesia dengan segala gerakan dan

ragam pemahamannya. Sebab hal ini nampaknya menjadi perhatian pemikiran

yang berpengaruh terhadap pola pikir dan srategi serta arah perjuangan yang

dilakukan Gus Dur.

Page 72: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

58

Greg Barton juga menyatakan bahwa, terdapat lima elemen kunci yang

dapat disimpulkan dari pemikiran Abdurrahman Wahid116:

Pertama,

pemikirannya progresif dan bervisi jauh ke depan. baginya, dari pada terlena

oleh kemenangan masa lalu, Gus Dur melihat masa depan dengan harapan

yang pasti, bahwa bagi Islam dan masyarakat Muslim, sesuatu yang terbaik

pasti akan datang. Kedua, pemikiran Gus Dur sebagian besar merupakan

respons terhadap modernitas; respons dengan penuh percaya diri dan cerdas.

Sembari tetap kritis terhadap kegagalan – kegagalan masyarakat Barat

modern, Gus Dur secara umum bersikap positif terhadap nilai-nilai inti

pemikiran liberal pasca pencerahan, walaupun dia juga berpendapat hal ini

perlu diikatkan pada dasar-dasar teistik.

Ketiga, dia menegaskan bahwa posisi sekularisme yang teistik yang

ditegaskan dalam Pancasila merupakan dasar yang paling mungkin dan terbaik

bagi terbentuknya negara Indonesia modern dengan alasan posisi non-

sektarian Pancasila sangat penting bagi kesejahteraan dan kejayaan bangsa.

Gus Dur menegaskan bahwa ruang yang paling cocok untuk Islam adalah

ruang sipil (civil sphere), bukan ruang politik praktis. Keempat, Gus Dur

mengartikulasikan pemahaman Islam liberal dan terbuka yang toleran

terhadap perbedaan dan sangat peduli untuk menjaga harmoni dalam

masyarakat. Kelima, pemikiran Gus Dur mempresentasikan sintesis cerdas

pemikiran Islam tradisional, elemen modernisme Islam, dan kesarjanaan Barat

modern, yang berusaha menghadapi tantangan modernitas baik dengan

kejujuran intelektual yang kuat maupun dengan keimanan yang mendalam

terhadap kebenaran utama Islam.

Dari kelima kunci pemikiran Gus Dur tersebut, terlihat bahwa fokus

utama pemikiran beliau bertumpu pada terciptanya kehidupan yang damai

sesuai dengan cita-cita Islam yang memberi rahmat kepada seluruh alam

dengan menghormati HAM secara penuh, memberi ruang gerak demokrasi,

serta mengembangkan sikap pluralisme, yang kesemuanya itu merupakan

116 Greg Barton, “Abdurrahman Wahid dan Toleransi Keberagamaan” dalam M. Syafi’i

Ma’arif, dkk. Gila Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2000), hlm. 124-125.S

Page 73: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

59

ajaran Islam yang terkandung pada prinsip universal Islam pada maqashid al-

syari’ah.

1. Pandangan Abdurrahman Wahid tentang HAM

Dalam melihat hubungan antara Islam dan hak asasi manusia, Gus Dur

mempersoalkan klaim sejumlah pemikir dan pemimpin dunia Islam yang

menyatakan bahwa Islam adalah agama yang paling demokratis dan amat

menghargai hak asasi manusia. Ironisnya, kenyataan yang ada justru berbeda

dari klaim mereka. Tetapi, pemikir yang tergolong berani tentang hak asasi

manusia justru disuarakan oleh Gus Dur tentang ketidaksesuaian pandangan

fiqh/hukum Islam dengan deklarasi universal hak asasi manusia. Jika deklarasi

HAM mengakui kebebasan untuk berpindah agama, hukum Islam sebaliknya

memberikan ancaman hukuman yang keras terhadap mereka yang berpindah

agama atau murtad. Menurut hukum Islam yang sampai sekarang dianut oleh

sebagian besar kaum Muslim, orang yang murtad dapat dihukum mati. Lalu

apa kata Gus Dur? “Kalau ketentuan fiqh seperti ini diberlakukan di negeri

kita, maka lebih dari 20 juta jiwa manusia Indonesia yang berpindah agama

dari Islam ke Kristen sejak tahun 1965 haruslah dihukum mati,”117

tandasnya.

Pendapat Gus Dur di atas cukup tajam dan berani. Namun sayangnya

Gus Dur kurang memberikan elaborasi yang lebih tentang ketentuan fiqh yang

dikritiknya itu. Padahal seandainya ia memberikan elaborasi lebih dalam

tentang soal itu, kritiknya mungkin akan lebih mengena. Dalam konteks ini,

Ibrahim Moosa,118

seperti dikutip Syafi’i Anwar, berpendapat bahwa hukum

Islam klasik memang melarang orang Islam pindah agama ke agama lain.

Ketentuan ini merupakan pelanggaran terhadap pasal 18 deklarasai hak asasi

manusia (HAM) universal yang menghendaki adanya suatu kebebasan

berfikir, berbuat, dan beragama, termasuk di dalamnya hak untuk mengubah

agama dan kepercayaan. Padahal, ketentuan hukum Islam, berpindah agama

117Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita., hlm.122.

118 Ibrahim Moosa adalah seorang pemikir Islam progresif asal Afrika Selatan.

Page 74: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

60

adalah murtad (riddah) dan menurut mayoritas madzhab orang yang murtad

itu diancam dengan sanksi hukuman mati.119

Contoh lain yang dikemukakan oleh Gus Dur adalah soal perbudakan

(slavery) yang banyak menghiasi al-Qur’an dan Hadits. Sekarang, perbudakan

tidak akui bangsa muslim manapun, sehingga ia lenyap dari pebendaharaan

pemikiran kaum Muslimin. Karena itu Gus Dur berpendapat, ummat Islam

mau tak mau harus melakukan ijtihad untuk merubah ketentuan fiqh yang

sudah berabad-abad diikuti itu. Dengan berpijak pada firman allah dalam ayat

suci al-Qur’an yang menyatakan, “Kullu man ‘alayha fa nin. Wa yabqa wajhu

rabbika” (Tiada yang tetap dalam kehidupan kecuali wajah Tuhan), Gus Dur

lalu meruju pada ketentuan ushul fiqh yang berbunyi, al-hukmu yaduru ma’a

‘ilatihi wujudan wa ‘adaman (hukum agama sepenuhnya tergantung kepada

sebab-sebabnya, baik ada ataupun tidak adanya hukum itu sendiri).

Menurut Gus Dur, Salah satu ajaran yang dengan sempurna

menampilkan universalisme Islam adalah lima buah jaminan dasar yang

diberikan agama samawi terakhir ini kepada warga masyarakat baik secara

perorangan maupun sebagai kelompok. Kelima jaminan dasar itu yaitu:120

1. Jaminan dasar akan keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan

badani di luar ketentuan hukum (hifdzu an-nafs);

2. Jaminan dasar akan keselamatan keyakinan agama masing-masing,

tanpa ada paksaan ntuk berpindah agama (hifdzu ad-din);

3. Jaminan dasar akan keselamatan keluarga dan keturunan (hifdzu an-

nasl);

4. Jaminan dasar akan keselamatan harta benda dan milik pribadi dari

gangguan atau penggusuran di luar prosedur hukum (hifdzu al-mal);

5. Jaminan dasar akan keselamatan hak milik dan profesi (hifdzu al-aqli).

119Syafi’i Anwar, Kata Pengantar, dalam Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam

Kita, hlm. xxi-xxii.

120 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi

Kebudayaan, hlm. 4.

Page 75: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

61

Jaminan akan keselamatan fisik warga masyarakat mengharuskan

adanya pemerintahan berdasarkan hukum, dengan perlakuan adil kepada

semua warga tanpa kecuali, sesuai dengan hak masing-masing. Hanya dengan

kepastian hukum lah sebuah masyarakat mampu mengembangkan wawasan

persamaan hak dan derajat antara sesama warganya. Sedangkan kedua jenis

persamaan itulah yang menjamin terwujudnya keadilan sosial dalam arti

sebenar-benarnya. Sedangkan kita mengetahui, bahwa pandangan hidup atau

worldview atau Weltanschauung121

yang paling jelas universalitasnya adalah

pandangan tentang keadilan sosial.

Demikian juga, jaminan dasar akan keselamatan keyakinan agama

masing-masing bagi para warga masyarakat melandasi hubungan antar-warga

masyarakat atas dasar saling hormat-menghormati, yang akan mendorong

tumbuhnya kerangka sikap tenggang rasa dan saling pengertian yang besar.

terlepas dari demikian kentalnya perjalanan sejarah dengan penindasan,

kesempitan pandangan, dan kedzaliman terhadap kelompok minoritas yang

berbeda keyakinan atau agama dari mayoritas, sejarah umat manusia

membuktikan bahwa sebenarnya toleransi adalah bagian inheren dari

kehidupan manusia.

Dalam QS. Ali Imran: 85 yang artinya: ”Barang siapa mengambil

selain Islam sebagai agama, maka amal kebajikannya tidak akan diterima oleh

Allah, dan dia di akhirat kelak akan menjadi orang yang merugi”, Gus Dur

memberikan penjelasan bahwa ayat tersebut jelas menunjuk kepada masalah

keyakinan Islam yang berbeda dengan keyakinan lainnya, dengan tidak

menolak kerjasama antara Islam dengan berbagai agama lainnya.122

121 Weltanschauung istilah dalam Jerman yang berarti pandangan tentang dunia,

pengertian tentang realitas sebagai sesuatu kesatuan dan pandangan umum tentang kosmos.

Pandangan umum tentang dunia ini berarti pandangan yang menyangkut soal hakekat, nilai, arti,

dan tujuan dunia dan hidup manusia. Weltanschauung pada hakekatnya merupakan gambaran

sinopsis dan perluasan konseptual ke dalam suatu pandangan ilmiah tentang dunia. Lihat

Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan,

(Jakarta: The Wahid Institute: 2007), hlm. 5.

122 Menurut Gus Dur, Hal inilah yang membedakan amal sholeh yang merujuk pada amal

baik seorang Muslim dengan amal khoir atau amal baik non muslim. Kalau amal saleh itu akan

Page 76: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

62

Dalam pidato perayaan Natal pada tanggal 27 Desember 1999 di Balai

Sidang Senayan Jakarta, misalnya, Abdurrahman Wahid menyampaikan :

Saya adalah seorang yang menyakini kebenaran agama saya, tapi ini

tidak menghalangi saya untuk merasa bersaudara dengan orang yang

beragama lain di negeri ini, bahkan dengan sesama umat beragama.

Sejak kecil itu saya rasakan. Walaupun saya tinggal di lingkungan

pasantren, hidup dikalangan keluarga kiai, tak pernah sedikitpun saya

merasa berbeda dengan yang lain.123

Demikian juga jaminan dasar akan keselamatan keyakinan agama

masing-masing bagi para warga masyarakat melandasi hubungan antarwarga

masyarakat atas dasar sikap saling hormat-menghormati, yang akan

mendorong tumbuhnya kerangka sikap tenggang rasa dan saling pengertian

yang besar. Terlepas dari kentalnya perjalanan sejarah dengan penindasan,

kesempitan pandangan, dan kedzaliman terhadap kelompok minoritas yang

berbeda keyakinan atau agama dari keyakinan mayoritas, sejarah umat

manusia membuktikan bahwa sebenarnya toleransi adalah bagian inheren dari

kehidupan manusia.

Jaminan akan keselamatan keluarga menampilkan sosok moral yang

sangat kuat, baik moral dalam arti kerangka etis yang utuh maupun dalam arti

kesusilaan. Kesucian keluarga dilindungi sekuat mungkin. Karena keluarga

merupakan ikatan sosial paling dasar, maka tidak boleh dijadikan ajang

manipulasi dalam bentuk apapun oleh sistem kekuasaan yang ada. Kesucian

keluarga inilah yang melandasi keimanan yang memancarkan toleransi dalam

derajat sangat tinggi.

Jaminan dasar atas keselamatan harta-benda merupakan sarana bagi

berkembangnya hak-hak individu secara wajar dan proporsional, dalam

kaitannya dengan hak-hak masyarakat atas individu. Masyarakat dapat

menentukan kewajiban-kewajibannya yang diinginkan secara kolektif atas

sampai kepada Allah dan akan diterima oleh Nya, sedangkan amal khair tidak demikian, dan

hanya akan menjadi fatamorgana.

123 Rumadi, “Dinamika Agama dalam Pemerintahan Gus Dur”, dalam Khamami Zada

(ed) Neraca Gus Dur di Panggung Kekuasaan (Jakarta: LAKPESDAM), hlm. 144.

Page 77: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

63

masing-masing individu warga masyarakat. Tetapi penetapan kewajiban itu

ada batas terjauhnya, dan warga masyarakat secara perorangan tidak dapat

dikenakan kewajiban untuk masyarakat lebih dari batas-batas tersebut.

Jaminan dasar atas keselamatan profesi menampilkan sosok lain lagi

dari universalitas ajaran Islam. Penghargaan kepada kebebasan penganut

profesi berarti kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan atas resiko sendiri,

mengenai keberhasilan yang ingin diraih dan kegagalan yang

membayanginya. Dengan ungkapan lain, kebebasan menganut profesi yang

dipilih berarti peluang menentukan arah hidup lengkap dengan tanggung

jawabnya sendiri. Namun pilihan itu tetap dalam alur umum kehidupan

masyarakat.

Secara keseluruhan, kelima jaminan dasar di atas menampilkan

universalitas pandangan hidup yang utuh dan bulat. Pemerintahan berdasarkan

hukum, persamaan derajat, dan sikap tenggang rasa terhadap perbedaan

pandangan adalah unsur-unsur utama kemanusiaan dan dengan demikian

menampilkan universalitas ajaran Islam.

2. Aktulaisasi Pembelaan Gus Dur terhadap HAM

Abdurrahman Wahid adalah salah satu tokoh besar bangsa, bahkan

dunia, yang pernah dimiliki Indonesia. Salah satu manifestasi kebesarannya

terpancar pada pemikiran dan pembelaannya yang total sepanjang hidupnya

terhadap hak asasi manusia (HAM). Ia pun diakui sebagai pejuang dan

pahlawan HAM.

Perjuangan Gus Dur di bidang HAM bukanlah hal yang ringan. Dalam

beberapa hal pemikiran dan pembelaannya terhadap HAM seringkali

disalahpahami dan bahkan bertentangan dengan arus utama pemikiran

keagamaan legal formalistik. Ia sering dihujat oleh kelompok Islam sendiri

yang berpikiran kurang terbuka. Padahal menurut Muhaimin Iskandar,124

keberhasilan Gus Dur merumuskan pemikiran agama berperspektif HAM

124 Muhaimin Iskandar, Melanjurkan Pemikiran dan Perjuangan Gus Dur, (Yogyakarta:

LkiS, 2010), hlm. 24.

Page 78: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

64

merupakan sumbangan yang sangat besar bagi peradaban manusia modern,

khususnya bagi pembangunan masyarakat Indonesia yang multikultur.

Kepedulian Gus Dur terhadap kasus-kasus internasional yang beberapa

diantaranya kontroversial termasuk hubungannya dengan Israel, maupun kasus

kekerasan etnik dan keagamaan serta kasus yang berkaitan dengan HAM dan

demokrasi di Indonesia, misalnya: persoalan Ahmadiyah, kasus Monitor,

ICMI, Ulil Abshar Abdalla, Inul, peristiwa Banyuwangi dan pembunuhan di

Jawa Timur tahun 1998, Sambas di Kalimantan Barat, peristiwa Ambon di

Maluku, GAM di Aceh, masalah Timor Timur, persoalan Etnis China, tidak

hanya dibuktikan pada level pemikiran belakan, namun Gus Dur selalu tampil

sebagai pembela pada level praktis. Karena menurut Gus Dur, perjuangan itu

haruslah dimulai kesediaan menumbuhkan moralitas baru dalam kehidupan

bangsa, yaitu moralitas yang merasa terlibat dengan penderitaan rakyat di

bawah.125

a. Jama’ah Ahmadiyah

Ketika banyak kelompok menghujat dan berusaha menyingkirkan

kelompok lain yang dianggap sesat dengan cara-cara kekerasan dan

penistaan seperti yang sering dialami jamaah Ahmadiyah, Gus Dur selalu

tampil sebagai pembelanya. Bukan berarti Gus Dur setuju dengan

keyakinan Ahmadiyah itu, tetapi Ia sangat menghormati keyakinan

seseorang.

b. Kasus Monitor

Kasus Monitor pada bulan Oktober 1990, di mana tabloid tersebut

dirusak massa yang mengatasnamakan Islam gara-gara sebuah surveinya

yang menyinggung perasaan umat Islam. Menurut Gus Dur, kasus monitor

menunjukkan bahwa kelompok dalam masyarakat ingin memanipulasi isu-

isu agama untuk mengedepankan kepentingan mereka. Sehingga beliau

mendirikan Forum Demokrasi untuk memperjuangkan demokrasi di

125 Abdurrahman Wahid, Tuhan Tidak Perlu Dibela, (Yogyakarta: LkiS, 2010), hlm. 224.

Page 79: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

65

Indonesia. Walaupun sebenarnya Gus Dur sendiri tidak setuju dengan

mingguan monitor dan yang sejenisnya.126

c. Munculnya ICMI

Berdirinya ICMI pada Desember 1990. Gus Dur sebenarnya sangat

gelisah atas pembentukan ICMI yang secara terbuka didukung

pemerintah.127

Menurut Gus Dur, ICMI merupakan alat eksploitasi politik

terhadap agama yang mengutamakan kepentingan kelompok eksklusif

yang sempit di atas kepentingan nasional. ICMI akan mengaliansikan non-

Muslim dan memperburuk pembelahan dan salah paham yang sudah kuat

dalam masyarakat Indonesia selama ini antara kelompok keagamaan,

kesukuan dan budaya yang berbeda. Peristiwa ini pula yang

melatarbelakangi Gus Dur mendirikan Forum Demokrasi.

d. Pembelaan terhadap Ulil Abshar Abdalla, Inul Daratista, dan kelompok

yang dituduh Komunis.

Ia tanpa ragu membela Ulil Abshar Abdalla, seorang intelektual

muda NU yang juga tokoh muda “Islam Liberal” yang mengemukakan

Liberalisme Islam, sebuah pandangan yang sama sekali baru dan memiliki

sejumlah implikasi yang sangat jauh, misalnya anggapan bahwa Ulil akan

mempertahankan kemerdekaan berpikir seorang santri demikian bebasnya,

sehingga meruntuhkan asas-asas keyakinannya sendiri akan kebenaran

Islam. Itulah sebabnya mengapa demikian besar reaksi orang terhadap

pemikirannya ini.128

Seperti diketahui bahwa sejumlah ulama’ serta aktifis

Islam tertentu menilai pemikiran Ulil telah sesat dan keluar dari Islam, dan

126Abdurrahman Wahid, Tabayun Gus Dur Pribumisasi Islam Hak Minoritas Reformasi

Kultural, (Yogyakarta: LkiS, 2010) , hlm. 65

127 Douglas E. Ramage, “Pemahaman Abdurrahman Wahid tentang Pancasila dan

Penerapannya Dalam Era Pasca Asas Tunggal”, dalam Ellyasa K.H. Dharwis (ed), Gus Dur, NU

dan Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm. 110

128 Abdurrahman Wahid, “Ulil Abshar-Abdalla dengan Liberalismenya”, dalam Ulil

Abshar Abdalla, dkk, Islam Liberalisme & Fundamental Sebuah Pertarungan Wacana,

(Yogyakarta: eLSAQ, 2005), hlm. 307.

Page 80: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

66

karena itu Ia layak dihukum mati. Menurut Gus Dur, kemerdekaan berpikir

adalah sebuah keniscayaan dalam Islam.

Demikian juga dalam kasus Inul Daratista, perempuan lugu dan

sederhana ini dicerca keras oleh sebagian Tokoh Agama, Majelis Ulama’,

dan Seniman karena goyang ngebornya dianggap melanggar batas-batas

kesusilaan umum. Mereka menggunakan justifikasi fatwa-fatwa

keagamaan untuk melarang Inul tampil di depan publik. Di tengah

kontroversi itu, Gus Dur tampil melindungi dari gempuran kecaman dan

panasnya opini publik yang menekan Inul. Pembelaan Gus Dur didasarkan

pada melindungi Hak Asasi wong cilik dari hegemoni elit keagamaan dan

klaim atas moralitas kesenian yang agak represif.

Dalam pembelaannya terhadap mereka yang diperlakukan tidak

manusiawi karena dituduh sebagai anggota kelompok Komunis. Karena

itu, ketika Ia menjadi Presiden, Gus Dur mengusulkan pencabutan TAP

No. XXV/MPRS/1966 soal pelarangan penyebaran ajaran Komunisme,

Marxisme dan Leninisme. Namun usul tersebut akhirnya ditolak. Dalam

rapat yang berlangsung hari Senin 29 Mei 2000, seluruh fraksi MPR yang

ada di panitia Ad Hoc II badan pekerja (PAH II BP) MPR menolak usul

Gus Dur tersebut. Para anggota MPR tampaknya masih sulit membedakan

antara Komunisme sebagai ideologi (pengetahuan) dan Komunisme

sebagai gerakan partai (G 30 S PKI).129

e. Peristiwa Banyuwangi dan Pembunuhan di Jawa Timur Tahun 1998

Pembunuhan yang konon dilakukan oleh para Ninja berpakaian

serba hitam itu telah memakan korban 200 orang lebih, terbukti bahwa

orang yang terlibat dalam pembunuhan ini mempunyai pendidikan militer

dan terorganisir dengan baik. serta menginginkan kerusuhan sosial di

masyarakat. Perlu dicatat bahwa sebagian korban peristiwa itu adalah

anggota NU yang memiliki kedudukan sebagai Ulama’ di daerah mereka.

Respon Gus Dur terhadap pembunuhan tersebut adalah dengan

129 M. Hanif Dhakiri, 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, hlm.72.

Page 81: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

67

mengunjungi Banyuwangi dan mendorong para tokoh agama lokal untuk

menahan diri dari godaan untuk merespons kekerasan ini dengan

kekerasan.

f. Sambas di Kalimantan Barat

Daerah ini mempunyai sejarah konflik yang panjang, khususnya

antara transmigran Madura dengan penduduk lokal Dayak dan masyarakat

Melayu. secara kebetulan penduduk asal Madura mempunyai hubungan

dengan NU. mempelajari akar konflik itu, sering dikatakan bahwa elemen-

elemen kekerasan etnik dan agama berakar pada kenyataan bahwa dalam

konflik itu masyarakat Dayak yang Kristen bekerja sama dengan

masyarakat Melayu yang Muslim dan karenanya kerusuhan itu berkaitan

dengan faktor sosio-ekonomi.

Meski selama hari-hari sibuk pra-kampanye, Gus Dur

menyempatkan diri untuk mengunjungi langsung daerah sengketa tersebut

untuk bertemu dengan para pemimpin lokal dan meminta respons mereka

dengan sabar dan dewasa terhadap persoalan yang sangat kompleks ini.

serta kunjungan meredamkan konflik tersebut terus berlanjut pada

kesempatan berikutnya. saat itu beliau ditemani oleh Alwi Shihab untuk

bertemu dengan kelompok yang terdiri atas ratusan pemimpin lokal,

mengadakan makan siang bersama dan membincangkan isu kekerasan dan

peranan agama dan etnisitas. baik Alwi maupun Gus Dur berbicara dengan

baik, sabar dan penuh keyakinan serta agaknya punya pengaruh besar

terhadap para pendengarnya. sulit untuk menentukan sampai mana

kunjungan singkat tersebut bersifat instrumental dalam pencapaian

perubahan yang cepat, tetapi yang jelas Gus Dur konsisten dengan

posisinya, memberikan prioritas untuk mendorong pemimpin agama lokal

dan pemimpin masyarakat untuk menghindari kekerasan.

g. Peristiwa Ambon di Maluku

Di Ambon, tak lama setelah pecah kekerasan dan kondisinya saat

itu benar-benar tegang sehingga tidak mungkin mengadakan pertemuan

dengan kubu pemimpin Muslim maupun Kristen seperti yang

Page 82: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

68

direncanakan. meski demikian, Gus Dur tetap bertemu dengan para

pemimpin masyarakat lokal dan membujuk mereka agar bersabar dan

toleran dan menahan kekerasan. sulit sekali untuk mengukur arti

kunjungan Gus Dur tersebut yang teramat penting, Gus Dur merasa perlu

untuk mengunjungi dan mempertaruhkan reputasi persoalannya untuk

mencari jalan pemecahan.

h. GAM di Aceh

Kunjungan Gus Dur ke Aceh pada bulan Mei 1999 adalah atas

undangan mahasiswa Aceh untuk berbicara masalah-masalah yang

dihadapi Aceh, khususnya berkaitan dengan kekerasan yang sedang dan

terus berlangsung di Aceh di tangan militer/TNI dan semakin kuatnya

Gerakan Aceh Merdeka (GAM). di sana Ia juga mengunjungi para

pemimpin komunitas agama walaupun banyak diantaranya bukan anggota

PKB, karena saat itu adalah saat menjelang kampanye. meski sibuk

menyiapkan kampanye, Gus Dur tetap menyempatkan untuk meredamkan

konflik Aceh padahal Ia juga tahu bahwa Aceh bukanlah basis PKB. ini

menunjukkan kunjungan tersebut memang murni dorongan hati nurani

beliau.

i. Masalah Timor Timur

Dalam seluruh aktivitas untuk menyelesaikan kekerasan ini,

pelanggaran HAM dan konflik yang sedang berlangsung, satu persoalan

penting muncul di hadapan Gus Dur dan dituntut untuk segera disikapi

untuk merespons pasukan internasional penjaga perdamaian di Timor

Timur. pada bulan September 1999, Gus Dur membuat serangkaian

komentar keras, khususnya diarahkan pada pemerintahan Australia dan

juga lembaga-lembaga lain yang dianggap mencampuri urusan internal

Indonesia.

j. Persoalan Etnis China.

Gus Dur sengaja melakukan hubungan dengan Beijing dan orang-

orang China, baik di daratan China maupun seluruh Asia Tenggara. di

samping untuk membantu orang-orang China di Indonesia sebagai WNI,

Page 83: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

69

juga menjadi pemikiran penting sebagai pendewasaan masyarakat

Indonesia. karena itu dia nyatakan tujuan akhirnya adalah dihapuskannya

diskriminasi atas orang-orang China Indonesia. bahkan dalam situasi yang

tidak menguntungkan pun, berkaitan dengan resiko politik, dia telah

menunjukkan dukungannya bagi orang-orang China, Kristen, dan

masyarakat minoritas lainnya.

Pada tanggal 10 Maret 2004, beberapa tokoh Tionghoa Semarang

di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai

kawasan pecinan di Semarang Jawa Tengah, mentahbiskan Gus Dur

sebagai Bapak Tionghoa. Gus Dur bukan hanya banyak melahirkan

pemikiran dan kebijakan yang menghormati masyarakat Tionghoa, tetapi

juga mensejajarkan mereka dengan semua kelompok yang ada di bumi

Nusantara dari berbagai agama, suku dan adat-istiadat yang berbeda.

Pada level praktis dan kebijakan, pembelaan Gus Dur terhadap

kelompok dan etnis Tionghoa dibuktikan secara nyata. Saat Ia menjadi

Presiden, hari raya Imlek bisa diperingati dan dirayakan dengan bebas.

Warga Tionghoa tidak perlu lagi harus sembunyi-sembunyi jika

merayakannya. Kebebasan ini tak lepas dari keputusan politik Gus Dur

yang pada 17 Januari 2000 mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres)

Nomor 6 tahun 2000, isinya mencabut Inpres nomor 14/1967 yang dibuat

Soeharto tentang agama, kepercayaan, dan adat-istiadat China. Dengan

Inpres No 14/1967 rezim Orde Baru yang represif telah membuat Imlek

terlarang dirayakan di depan publik; Barongsai, Liang Liong harus

sembunyi; huruf-huruf atau lagu Mandarin tidak boleh diputar di radio.130

B. Pandangan Abudrrahman Wahid tentang HAM Prespektif

Pendidikan Islam

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu tokoh besar bangsa,

bahkan dunia, yang pernah dimiliki Indonesia. Salah satu manifestasi

130 Hanif Dhakiri, 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, hlm. 71.

Page 84: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

70

kebesarannya terpancar pada pemikiran dan pembelaannya yang total

sepanjang hidupnya terhadap HAM. Ia pun diakui sebagai pejuang dan

pahlawan HAM.

Menurut Mahfud MD, kalau ingin membuat Gus Dur marah, berilah

informasi bahwa ada orang lemah yang diperlakukan sewenang-wenang.131

Jika dengan ada orang kecil atau rakyat jelata diperlakukan secara tidak adil,

biasanya Gus Dur langsung marah dan bereaksi sangat keras, perasaannya

sangat peka kalau dalam urusan-urusan seperti ini. Hal ini menunjukkan

betapa semangatnya perjuangan Gus Dur terhadap hak-hak kaum lemah.

Perjuangan Gus Dur di bidang HAM bukanlah hal yang ringan. Dalam

beberapa hal pemikiran dan pembelaannya terhadap HAM seringkali

disalahpahami dan bahkan bertentangan dengan arus utama pemikiran

keagamaan legal formalistik. Ia sering dihujat oleh kelompok Islam sendiri

yang berpikiran kurang terbuka. Padahal keberhasilan Gus Dur merumuskan

pemikiran agama berperspektif HAM merupakan sumbangan yang sangat

besar bagi peradaban manusia modern, khususnya bagi pembangunan

masyarakat Indonesia yang multikultural.

Pemikiran Gus Dur harus dilihat sebagai continuum dari pemikiran

Islam klasik yang sudah dibangun oleh para ulama mazhab terdahulu. Jadi

sebenarnya ia bukan sesuatu yang baru sama sekali hanya ada beberapa

modernisasi dan kontekstualisasi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan

zaman yang terus berubah.132

Sebagaimana pemikir Islam terdahulu, Gus Dur membangun

pemikiran keislamannya dengan satu aksioma bahwa agama (Islam)

diturunkan ke dunia dimaksudkan untuk memuliakan manusia, mewujudkan

kemaslahatan dan kesejahteraan di antara mereka, serta memberi kemudahan

131 Moh. Mahfud MD, Setahun Bersama Gus Dur Kenangan Menjadi Menteri di Saat

Sulit, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 215.

132 A. Muhaimin Iskandar, Melanjutkan Pemikiran dan Perjuangan Gus Dur,

(Yogyakarta: LkiS, 2010), hlm. 25

Page 85: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

71

dalam kehidupannya. Agama hadir bukan untuk memberikan kesulitan,

intimidasi, teror, dan berbagai kemadlaratan di muka bumi.

Pemikiran Gus Dur di bidang agama dan sosial kemasyarakatan pada

umumnya dibangun di atas teori maqashid al-syari’ah, yaitu lima jaminan

dasar yang meliputi; keselamatan fisik warga masyarakat (hifdzu al-nafs),

keselamatan keyakinan agama masing-masing (hifdzu al-din), keselamatan

keluarga dan keturunan (hifdzu an-nasl), keselamatan harta benda dan milik

pribadi (hifdzu al-mal), dan keselamatan hak milik dan profesi (hifdzu al-

milk). Kesemuanya itu merupakan konsep yang dijadikan Gus Dur sebagai

prinsip Universal Islam.133

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan isu global yang penegakannya

telah menjadi komitmen dunia internasional. Indonesia sebagai bagian dari

tatanan dunia internasional telah meratifikasi sebagian besar kovenen-kovenen

HAM. Konskuensinya dari hal tersebut di atas adalah adanya keharusan untuk

menegakkan dan mematuhi hal-hal yang berhubungan dengan HAM,

pembukaan UDHR mengamanatkan bahwa nilai-nilai HAM harus disosialkan

melalui pendidikan dan pengajaran yang sistematis dan terprogram, sebab

pemahaman dan pengetahuan tentang HAM merupakan suatu hal yang

bersifat individual dan butuh adanya pemahaman. Oleh karena itu, agar HAM

menjadi suatu nilai yang dapat dipahami oleh setiap orang diperlukan adanya

proses internalisasi yang sistematis dan terprogram melalui berbagai kegiatan

pendidikan dan pengajaran.

Rasa tanggungjawab terhadap internalisasi nilai-nilai HAM bisa

dijadikan sebagai prioritas dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Adapun dorongan utama untuk menekankan perlunya nilai-nilai HAM dalam

pelaksanaan pendidikan di lingkungan sekolah antara lain adalah karena

diperlukannya perubahan sistem-sistem nilai dalam kehidupan masyarakat

dewasa ini. Menurut UNESCO untuk memperkuat pembentukan nilai dan

kemampuan seperti solidaritas, kreativitas, tanggungjawab, toleransi dan

133Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi

Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute: 2007), hlm. 4-5.

Page 86: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

72

sebagainya, perlu adanya internalisasi nilai nilai ham dalam setiap kurikulum

yang digunakan oleh setiap jenjang pendidikan.

Dengan demikian maka nilai nilai HAM harus mendapat tempat

penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Output pendidikan

haruslah manusia yang mempunyai kepribadian yang toleran, inklusif,

demokratis terhadap berbagai pengelompokan masyarakat berdasarkan paham

suku bahasa maupun agama. Hal ini penting untuk diperhatikan karena salah

satu tugas pendidikan adalah membentuk pribadi manusia yang beradab dan

berbudaya, yang dapat menghormati adanya perbedaan dan keragaman. Di

tengah-tengah maraknya paham globalisasi yang bergulir secara paradoks

menimbulkan berbagai kesadaran dan budaya baru di tengah tengah

masyarakat, oleh karena itu untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan

pendidikan pluralitas, HAM, dan demokrasi yang dapat merespon lahirnya

manusia yang beradab dan berbudaya.

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek

kehidupan manusia. Azyumardi menegaskan bahwa pendidikan merupakan

salah satu agen perubahan sosial pendidikan di satu sisi dipandang sebagai

suatu variabel modernisasi yang mengantarkan masyarakat mencapai suatu

kemajuan.134

Pendidikan dengan demikian menjadi variabel yang tidak dapat

diabaikan dalam transformasi pengetahuan nilai nilai dan keterampilan yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Dalam kontek ini,

pendidikan memeiliki dua fungsi utama yaitu fungsi konservatif dan progresif.

Oleh sebab itu, kebudayaan dan keyakinan umat manusia terus menerus

berusaha menjaga dan mempertahankan penyelenggaraan pendidikan secara

turun temurun. Penyelenggaraan pendidikan selanjutnya menjadi kewajiban

kemanusiaan atau sebagai strategi budaya dalam rangka mempertahankan

kehidupan mereka. Begitu pentingnya arti pendidikan bagi umat manusia

134 Azumardi Azra, Pembaharuan Pendidikan Islam, dalam Marwan Saridjo, Bunga

Rampai Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Amisco, 1996), hlm, 2-3

Page 87: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

73

menyebabkan banyak peradaban manusia yang mengharuskan masyarakat

untuk tetap menjaga eksistensi dan keberlangsungan pendidikan.

Pada akhirnya manusia secara tegas menetapkan bahwa pendidikan

merupakan salah satu hak asasi manusia, salah satu hak dasar yang seharusnya

dimiliki oleh setiap orang, baik sebagai warga suatu negara maupun sebagai

warga dunia. Pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan

apapun kondisi yang melingkupinya. Tidak ada alasan bagi setiap warga

negara untuk tidak mendapat hak hak dasar tersebut. Tugas negara dalam

urusan HAM adalah melindungi, mempromosikan dan mencegah pelanggaran

terhadap hak asasi manusia bagi warganya. Dengan demikian wajib belajar

dalam konteks HAM adalah kewajiban negara untuk menyediakannya.

Pendidikan merupakan hak asasi manusia yang harus dimiliki oleh

setiap warga negara, pendidikan memikul berat tanggungjawab untuk

mewujudkan pelaksanaan hak asasi manusia tersebut, seperti kebebasan

mengeluarkan pendapat, kebebasan berekspresi, kebebasan untuk mengakses

informasi secara benar dan jujur, kebebasan berserikan dan lain sebagainya.

Jadi dalam hak memperoleh pendidikan terdapat kewajiban yang harus

dilaksanakan, yakni kewajiban untu menyelenggarakan pendidikan yang

berkeadilan dan berkeadaban. Tanpa dilandasi adanya kesadaran untuk

mewujudkan kewajiban tersebut maka pendidikan yang berorientasi pada

HAM sulit untuk direalisasikan.

Dalam hal ini Lembaga pendidikan harus merespon persoalan HAM.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya dapat menjadi tempat khusus

untuk tumbuh dan berkembang. Peserta didik diberi kesempatan untuk

berkembang, mengembangkan minat dan kemampuannya. Perkembangan

memerlukan penghayatan kebebasan sebagai bagian dari asas demokrasi yang

realisasinya adalah adanya kebebasan untuk berfikir dan berpendapat.

Budaya kekerasan yang marak belakangan terjadi dengan melibatkan

sentimen keagamaan, etnis, suku, merupakan perluasan kekerasan sistematis

atas peserta didik di di ruang kelas. Du ruang kelas, anak-anak hampir tak

memiliki ruang untuk berekspresi dan mengartikulasikan apa yang

Page 88: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

74

dipikirkannya. Sosok anak-anak tersebut hanya berharga jika sesuai dengan

citra guru, pengelola pendidikan, elit agama, dan bahkan pemerintah yang

menganggap dirinya moralis. Lebih parahnya lagi dalam lingkungan keluarga,

anak juga sering mendapatkan perlakuan yang kurang humanis. Kecurigaan

orang tua yang berlebihan terhadap anaknya turut memberikan andil dalam

menciptakan budaya kekerasan.

Masyarakat yang plural membutuhkan ikatan keadaban yakni

pergaulan antara satu sama lain yang diikat dengan suatu keadaban. Ikatan ini

pada dasarnya dapat dibangun dari nilai-nilai universal agama. Karena itu,

bagaimana guru mampu membelajarkan pendidikan agama yang difungsikan

sebagai panduan moral dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk,

dan bagaimana guru agama mampu mengangkat dimensi-dimensi konseptual

dan substansial dari ajaran agama seperti kejujuran, keadilan, kebersamaan,

kesadaran akan hak dan kewajiban, ketulusan dalam beramal, bermusyawarah

dan lain sebagainya. Sehingga dengan upaya tersebut nilai-nilai agama yang

universal tidak saja dibahasakan enggan menggunakan bahasa verbal, akan

tetapi lebih pada bahasa tindakan yang lebih nyata, sehingga nilai-nilai agama

dapat dibumikan dan dapat memberikan manfaat yang lebih nyata dalam

kehidupan bersama.

Page 89: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

75

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dan analisis tentang Pemikiran Abdurrahman

Wahid tentang HAM yang ditinjau dari sudut pandang pendidikan Islam,

maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut Abdurrahman Wahid agama Islam sangat sensitif dan peduli

terhadap masalah HAM, Islam sangat menentang tindakan yang melawan

HAM, termasuk tindakan kekerasan dan memaksakan kehendak terhadap

orang lain, pemikiran Gus Dur tentang HAM pada umumnya dibangun di

atas teori maqashid as-syari’ah, yang meliputi; keselamatan fisik warga

masyarakat (hifdzu al-nafs), keselamatan keyakinan agama masing-masing

(hifdzu al-din), keselamatan keluarga dan keturunan (hifdzu al-nasl),

keselamatan harta benda dan milik pribadi (hifdzu al-mal), dan

keselamatan hak milik dan profesi (hifdzu al-milk). Kesemuanya itu

merupakan konsep yang dijadikan Gus Dur sebagai prinsip Universal

Islam.

2. Dalam perspektif pendidikan Islam, pemikiran Abdurrahman Wahid

tentang HAM memiliki keserasian yaitu berorientasi pada terbentuknya

kepribadian serta akhlak yang luhur dengan menanamkan nilai-nilai

toleransi pada peserta didik sejak dini yang berkelanjutan dengan

mengembangkan rasa saling pengertian dan menghormati hak-hak orang

lain.

B. Saran dan Penutup

Berdasarkan uraian tentang pemikiran hak asasi manusia pada bab-bab

sebelumnya, penulis menyampaikan beberapa pesan atau saran-saran sebagai

berikut:

Page 90: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

76

1. Semua warga negara harus menyadari bahwa hak tidak bisa dipisahkan

dari kewajiban. Semua warga negara mempunyai kebebasan memenuhi

hak pribadi, namun harus diimbangi dengan kewajiban menjaga hak-hak

orang lain. Dari sini akan timbul sikap toleransi sesama warga negara,

sehingga akan tercipta suasana harmonis dalam bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

2. Lembaga Pendidikan harus merespon persoalan HAM, sekolah sebagai

lembaga pendidikan hendaknya dapat menjadi tempat khusus bagi peserta

didik untuk tumbuh dan berkembang. Peserta didik harus diberi kebebasan

untuk berpendapat, kebebasan untuk berekspresi, dll. Sehingga peserta

didik bisa berkembang secara optimal, dan dari sini akan lahir generasi

bangsa yang cerdas, yang bisa menjunjung tinggi nili-nilai hak asasi

manusia.

3. Pemerintah dalam hal ini negara mempunyai kewajiban untuk menjamin

hak-hak warga negara. Negara tidak boleh membiarkan seseorang atau

kelompok melakukan kejahatan HAM, dan wajib menegakkan hukum

secara adil dan bijaksana.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, ridha dan inayah-

Nya, dan dengan didasari ketulusan hati serta kesungguhan, akhirnya skripsi

ini dapat terselesaikan. diakui bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentunya

masih banyak kekurangan sehingga jauh dari kesempurnaan, untuk itu demi

perbaikan skripsi ini serta demi kesempurnaan dalam penelitian selanjutnya,

saran kritik yang konstruktif dari para pembaca sangat diharapkan.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan moril maupun

materiil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Teriring do’a

semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis pribadi serta kepada para

pembaca pada umumnya.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada umat-Nya. Amin.

Page 91: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

77

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdalla, Ulil Abshar, dkk, Islam Liberalisme & Fundamental Sebuah

Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: eLSAQ, 2005)

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

Ahmad, Munawar, Ijtihad Politik Gus Dur Analisis Wacana Kritis, (Yogyakarta:

LKiS, 2010)

Al Ash Shieddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Tafsir al-Qur’anul Majid an

Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), Jilid II

Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Press, 2005), Cet. V

Arifin M., Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjaun Teoritis dan Praksis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)

Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjaun Teoritis dan Praksis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)

Ash Shieddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Tafsir al-Qur’anul Majid an Nuur,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), Jilid II, hlm. 450-451

Aziz, Ahmad Amir, Neo-Modernisme Islam di Indonesia Gagasan Sentral

Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid, (Jakarta, Rineka Cipta,

1999)

Bakhtiar, A. Nur Alam, 99 Keistimewaan Gus Dur, (Jakarta: Kultural, 2008)

Barton, Greg, Biografi Gus Dur, terj. (Yogyakarta: LKiS, 2008)

Bekker, Anton dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,

(Yogyakarta: Kanisius, 1990)

Davidson, Scott, Hak Asasi Manusia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2008)

Dhakiri, M. Hanif, 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010)

Dj, Fauzan, “Kekalahan Negara atas Kekerasan Berlatar Agama”, Suara Merdeka,

Semarang, 20 Februari 2011

Page 92: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

78

Ghofur, Abdul, Demokratisasi Dan Prospek Hukum Islam di Indonesia,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)

Gultom, Syawal, Pengantar, dalam Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM

Mengurai Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2009)

Hadjar, Ibnu, Dasar-Dasar Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996)

Iskandar, A. Muhaimin, Melanjutkan Pemikiran dan Perjuangan Gus Dur,

(Yogyakarta, LKiS, 2010)

Komaruddin, Kamus Research, (Bandung: Angkasa, 1984)

Kosasih, Ahmad , HAM Dalam Perspektif Islam, Menyingkap Persamaan dan

Perbedaan antara Islam & Barat, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), jil. 1.

Loppa, Baharuddin, Al-Qur’an dan Hak-Hak Azazi Manusia, (Yogyakarta: PT.

Dana Bhakti Prima Yasa, 1996)

Ma’arif, Syamsul, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, (Jogjakarta: Logung

Pustaka, 2005)

______________, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme,

(Semarang: Nedd’s Press, 2008)

Mahfud MD, Moh., Setahun Bersama Gus Dur Kenangan Menjadi Menteri di

Saat Sulit, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)

______________, Gus Dur: Islam Politik dan Kebangsaan, (Yogyakarta: LkiS,

2010)

Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi Sosial dan

Budaya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009)

Marimba, Ahmad D., Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif, 1989)

Muhadjir, Noeng, Filsafat Ilmu, Kualitatif & Kuantitatif untuk Pengembangan

Ilmu dan Penelitian, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2006)

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004)

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,

2006)

Page 93: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

79

Muladi, Hak Asasi Manusia: Hakekat Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif

Hukum dan Masyarakat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009)

Mulkhan, Abdul Munir, “Humanisasi Pendidikan Islam”, dalam Hamami Zada, et.

Jurnal Tashwirul Afkar edisi no. 11 tahun 2001

___________________, Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem Filosofis

Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002)

Naim, Ngainun dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multicultural Konsep dan

Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010)

Nasir, M. Ridlwan, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal: Pondok

Pesantren di Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005)

Nasution, Harun dan Bakhtiar Efendi (Ed), Hak-Hak Asasi Manusia, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1955)

Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009)

___________, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005)

Nazir, Moh., Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)

Ng, Zastrouw, Gus Dur, Siapa sih Sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan dan

Pernyataan Gus Dur, (Jakarta: Erlangga, 1999)

Pardoyo, Sekulerasasi dalam Polemik, (Jakarta : Graffiti, 1993)

Partanto, Pius A. dan M. Dahlan al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:

Arkola, 1994)

Qomar, Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional

hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2004)

Dharwis, Ellyasa K.H, Gus Dur, NU dan Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: LKiS,

2010)

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994)

Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2005)

Page 94: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

80

Roqib, Moh., Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integritas di

Sekolah Keluarga Dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiS, 2009)

Roziqin, Badiatul, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta: e-

Nusantara, 2009)

Sanaky Hujair AH, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat

Madani Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2003)

Shihab, Alwi, Islam Inklusif, (Bandung: Mizan, 1999)

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 1

________________, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 5

________________, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 7

Suaedy, Ahmad & Ulil Abshar Abdalla, Gila Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2000)

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2008)

Syari’, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005)

Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogya: Pustaka Pelajar, 1996)

Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008)

Ubaedillah , A. dan Abdul Rozak, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan

Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2007)

Wahid, Abdurrahman, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, Kumpulan

Pemikiran K. H. Abdurrahman Wahid Presiden ke-4 RI, (Jakarta: Kompas,

1999)

__________________, “Hubungan antar-Agama, Dimensi Internal dan

Eksternalnya di Indonesia” dalam Adurrahman Wahid, dkk., Dialog:

Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993)

__________________, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan

Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute: 2007)

Page 95: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

81

__________________, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta: The Wahid

Institute, 2002)

__________________, Prisma Pemikiran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010)

__________________, Tabayun Gus Dur Pribumisasi Islam Hak Minoritas

Reformasi Kultural, (Yogyakarta: LkiS, 2010)

__________________, Tuhan Tidak Perlu Dibela, (Yogyakarta: LkiS, 2010)

http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-abdurrahman-

wahidbiografi.html

Page 96: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl-mu... · TENTANG HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

82

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama : Muhammad Atauillah

2. Tempat & Tgl. Lahir : Wonosobo, 19 September 1988

3. Nomor Induk Mahasiswa : 073111136

4. Alamat Rumah : Dermonganti Rt 03/ Rw 05, Adiwarno,

Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah

HP : 085727070012

E-mail : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal:

a. SD Inpres 04, Balekambang, Selomerto-Wonosobo lulus tahun 2000

b. SMP PGRI 04, Balekambang, Selomerto-Wonosobo lulus tahun 2003

c. SMA Takhassus Al-Qur’an, Mojotengah-Wonosobo lulus tahun 2006

d. IAIN Walisongo Semarang Fak. Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama

Islam (angkatan 2007) lulus tahun 2011

2. Pendidikan Non-Formal:

a. Ponpes Al-Asy’ariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo tahun

2003

b. Ponpes. Raudlatut Thalibin, Tugurejo-Tugu-Kota Semarang Tahun

2006

Yang menyatakan,

Muhamad Atauillah