STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI...

14
1 STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) DI PERAIRAN PULAU LAUT Mansur, [email protected] Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc Dosen Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH Andy Zulfikar, S.Pi, MP Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan April sampai dengan Juni 2015. Metode sampling dalam penelitian ini menggunakan metode “Random sampling” yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dengan menggunakan plot berukuran 5 m x 5 m. Jenis teripang yang dijumpai di perairan Pulau Laut terdiri dari 3 jenis yaitu Jenis Bohadschia argus, jenis Bohadschia vitiensis, dan jenis Holoturia atra. Kelimpahan teripang berkisar antara 80-380 ind/ha dengan kelimpahan tertinggi yaitu jenis Holoturia atra. Jenis Teripang Bohadschia arguspola sebarannya tergolong “Acak”, jenis Bohadschia vitiensisdidapatkan pola sebaran jenisnya tergolong “Acak”, dan jenis Teripang Holoturidea Atrapola sebaran jenisnya tergolong “Mengelompok”. Berdasarkan Indeks Nilai Penting, Jenis Holoturia atra memegang peranan penting bagi komunitas teripang di perairan Pulau Laut, Kabupaten Natuna Kata kunci: Teripang, Struktur Komunitas, Pulau Laut.

Transcript of STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI...

Page 1: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

1

STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA)

DI PERAIRAN PULAU LAUT

Mansur, [email protected]

Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH

Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH

Andy Zulfikar, S.Pi, MP

Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan

Riau. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan April sampai dengan Juni 2015. Metode sampling

dalam penelitian ini menggunakan metode “Random sampling” yaitu pengambilan sampel yang

dilakukan secara acak dengan menggunakan plot berukuran 5 m x 5 m. Jenis teripang yang

dijumpai di perairan Pulau Laut terdiri dari 3 jenis yaitu Jenis Bohadschia argus, jenis Bohadschia

vitiensis, dan jenis Holoturia atra. Kelimpahan teripang berkisar antara 80-380 ind/ha dengan

kelimpahan tertinggi yaitu jenis Holoturia atra. Jenis Teripang Bohadschia arguspola sebarannya

tergolong “Acak”, jenis Bohadschia vitiensisdidapatkan pola sebaran jenisnya tergolong “Acak”,

dan jenis Teripang Holoturidea Atrapola sebaran jenisnya tergolong “Mengelompok”.

Berdasarkan Indeks Nilai Penting, Jenis Holoturia atra memegang peranan penting bagi

komunitas teripang di perairan Pulau Laut, Kabupaten Natuna

Kata kunci: Teripang, Struktur Komunitas, Pulau Laut.

Page 2: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

2

ABSTRACT

This research was conducted in the waters of Pulau Laut, Natuna Regency of Riau Islands

province. This study will be conducted from April to June 2015. The sampling method in this

study using the "Random sampling" that sampling is done randomly by using a plot size of 5 m x 5

m. Type of sea cucumber found in the waters of Sea Island consists of three types: Type

Bohadschia argus, Bohadschia vitiensis types and kinds Holoturia atra. An abundance of sea

cucumbers ranged between 80-380 ind / ha with the highest abundance that kind Holoturia atra.

Sea cucumbers kind Bohadschia argus spreading patterns classified as "Random", kind

Bohadschia vitiensis obtained the distribution pattern of species classified as "Random", and type

Teripang Holoturidea Atra distribution pattern of species classified as "clustered". Based on the

Importance Value Index, atra Holoturia type plays an important role for the community of sea

cucumbers at Sea Island waters, Natuna regency

Keywords: Cucumber, Community Structure, Sea Island.

Page 3: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

3

PENDAHULUAN

Kabupaten Natuna secara

administratif masuk kedalam Provinsi

Kepulauan Riau yang wilayahnya sebagian

besar merupakan pulau-pulau yang terletak

di Laut China Selatan. Natuna adalah sebuah

gugusan kepulauan di bagian paling utara

Provinsi Kepulauan Riau dengan total luas

wilayah 264.198,37 km² dengan luas daratan

2.001,30 km² dan lautan 262.197,07 km²

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna,

2013). Kabupaten Natuna memiliki

kekayaan dan keragaman sumberdaya

perikanan dan kelautan, seperti potensi

perikanan sebesar 1.197.520 ton, Dinas

Kelautan & Perikanan (2007) dalam

Sukmiwati,(2012).

Namun sampai sekarang belum ada

informasi tentang keberadaan komunitas

teripang ditempat tersebut, oleh sebab itu

perlu dilakukan penelitian tentang Struktur

Komunitas Teripang di Perairan Pulau Laut.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan data yang dapat dijadikan

sebagai langkah awal untuk menggali

sumber daya teripang yang dimiliki Pulau

Laut.

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di perairan

Pulau Laut, Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau. Penelitian ini akan

dilaksanakan bulan April sampai dengan

Juni 2015. Untuk lebih jelasnya lokasi

penelitian lihat pada gambar

dibawah ini:

B. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung

dari lapangan berupa teripang dan data

kualitas perairan.

C. Penentuan Lokasi Sampling

Metode sampling dalam penelitian

ini menggunakan metode “Random

sampling” yaitu pengambilan sampel yang

dilakukan secara acak. Metode sampling

yang digunakan adalah metode sampling

acak sederhana. Titik koordinat penempatan

kuadrat dipilih secara acak pada wilayah

perairan pulau laut, hasil delineasi dari citra

spot 2007 menggunakan Software Visual

Sampling Plan V 7.0. Berdasarkan delineasi

luas keseluruhan wilayah sampling sebesar

46,7616 km² dan didapatkan titik koordinat

sebanyak 53 titik.

D. Prosedur Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan

kuadran tunggal yang ukuran petak

utamanya berukuran 5 m x 5 m dan dibagi

lagi petak kecil dengan ukuran 1 m x 1 m.

1. Identifikasi Holothuroidea

Teripang yang sudah terkumpul

dimasukkan kedalam kantong sampel dan

beri label sesuai dengan lokasi

pengambilannya. Jumlah sampel yang

diambil dari penelititan ini sebanyak yang

dijumpai pada setiap titik koordinat.

Kemudian dihitung dan dicatat teripang

yang ada dalam setiap plot. Untuk

mengidentifikasi teripang sesuai dengan

jenis dengan petunjuk dari

Page 4: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

4

http//:www.coremap.or.id dan

http//:www.marinespecies.org. Identifikasi

jenis teripang berdasarkan morfologi dan

warna tubuh. Jenis teripang yang belum

diketahui akan diidentifikasi di

Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan Dan

Perikanan UMRAH.

2. Pengukuran Kualitas Perairan

Pengukuran kualitas perairan

dilakukan dengan satu kali pengulangan.

Parameter yang diukur meliputi suhu,

salinitas, pH, Oksigen Terlarut, kedalaman,

dan substrat.

E. Pengolahan Data

1. Kelimpahan

Dilakukan perhitungan berdasarkan

metode yang dianjurkan oleh krebs (1997)

dalam Jumanto (2013) yaitu : Kelimpahan =

2. Keanekaragaman (H`)

Keanekaragaman suatu biota air

dapat ditentukan dengan menggunakan

teori informasi Shannon-Winner (H’).

Tujuan utama teori ini adalah untuk

mengukur tingkat keteraturan dan

ketidakteraturan dalam suatu sistem.

Keanekaragaman ditentukan berdasarkan

indeks keanekaragaman (Shannon-Winner,

1963 dalam Wati,2013), dengan rumus:

H`= - ni/N ni/N

Dimana :

N = jumlah total individu

ni = jumlah individu dalam setiap spesies

H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Winner

Log2 = digunakan untuk hewan bentik bergerak lambat

Dengan nilai :

Nilai H’ > 3= keanekaragaman spesies tinggi

Nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 = keanekaragaman spesies

sedang

Nilai H’ < 1 = keanekaragaman spesies rendah

3. Keseragaman (E)

Keseragaman dapat dikatakan

sebagai keseimbangan, yaitu komposisi

individu tiap spesies yang terdapat dalam

suatu komunitas. Rumus keseragaman (

Wati,2013 ) :

E =

Dimana :

E = indeks keseragaman jenis

H` = indeks keseragaman

H`maks = indeks keragaman maksimum

Indeks keseragaman berkisar antara

0-1. Bila indeks keseragaman kurang dari

0,4 maka ekosistem tersebut berada dalam

kondisi tertekan dan mempunyai

keseragaman rendah. Jika indeks

keseragaman antara 0,4 – 0,6 maka

ekosistem tersebut berada pada kondisi

kurang stabil dan mempunyai keseragaman

sedang. Jika indeks keseragaman lebih dari

o,6 maka ekosistem tersebut berada pada

kondisi stabil dan mempunyai keseragaman

tinggi ( Wati, 2013).

4. Dominansi

Untuk menggambarkan jenis teripang

yang paling mendominasi dari jenis yang

lain, dapat diketahui dengan menghitung

nilai dominasinya. Dominasi dapat

dinyatakan dalam indeks dominasi simpson

(Brower, 1989 dalam Saputra,2014), yaitu

dengan rumus:

D =

Keterangan:

D = indeks dominasi Simpson

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total induvidu seluruh jenis

Kriteria :

Apabila nilai D mendekati 0 : tidak

ada jenis yang mendominasi. Apabila nilai

D mendekati 1 : ada jenis yang

mendominasi. Nilai indeks dominasi

berkisar antara 0-1. Semakin besar nilai

indeks semakin besar kecenderungan salah

satu spesies yang mendominasi populasi.

Data yang telah didapatkan

kemudian diidentifikasi dan selanjutnya

dihubungkan dengan parmeter perairan

litoral pulau laut dan dianalisis sehingga

dapat menggambarkan kondisi struktur

komunitas teripang di perairan litoral pulau

laut.

Page 5: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

5

5. Pola Sebaran

Sebaran Teripang dihitung dengan

menggunakan rumus Indeks penyebaran

Morista (Soegianto, 1994 dalam Satria,

2014) yaitu:

Id=

Keterangan :

Id = indeks sebaran

n = jumlah petak

N = jumlah total individu dari suatu jenis

X = penjumlahan kuadrat individu pada

petak k- i

Bila :

Id = 1 maka pola sebaran individunya acak

Id < 1 maka pola sebaran individunya

merata

Id > 1 maka pola sebaran individunya

berkelompok

Selanjutnya x²hitung yang didapat

dibandingkan dengan x²tabel apabila

x²hitung lebih besar dari x²tabel dapat

dikatakan bahwa bentuk penyebaran berbeda

nyata dengan acak dan sebaliknya apabila

x²hitung lebih kecil dari x²tabel dapat

dikatakan bahwa bentuk penyebaran tidak

berbeda nyata dengan acak.

6. Kepadatan Jenis (Di)

Kepadatan jenis adalah jumlah

individu per satuan luas. Kepadatan masing-

masing jenis pada setiap titik koordinat

dihitung dengan menggunakan rumus

(Odum,1971) dalam (Jumanto, 2013):

Di =

Dimana :Di = kepadatan

jenis (individu/ 1 m²)

ni= jumlah total

individu jenis (individu)

A = luas area

yang di sampling (m²)

7. Kepadatan Relatif (RDi)

Kepadatan relatif adalah

perbandingan antara jumlah individu jenis

dan jumlah total individu seluruh jenis

(Odum, 1971) dalam (Jumanto, 2013)

RDi = x 100

Diaman :

RDi = kepadatan relatif

Ni = jumlah total jenis i (individu)

= jumlah total individu seluruh jenis

8. Frekuensi Jenis ( Fi)

Frekuensi jenis adalah peluang

suatu jenis ditemukan dalam titik contoh

yang diamati. Frekuensi jenis dihitung

dengan rumus (Odum, 1971) dalam

(Jumato,2013):

Fi =

Dimana:

Fi = frekuensi jenis

pi = jumlah petak contoh dimana ditemukan

jenis i

= jumlah total petak contoh yang

diamati

9. Frekuensi Relatif (RFi)

Frekuensi relatif adalah

perbandingan antara frekuensi jenis (Fi)

dengan jumlah frekuensi semua jenis (

) (Odum, 1971) dalam (Jumanto,

2013):

RFi =

Diaman :

RFi = frekuensi relatif

Fi = frekuensi jenis i

= jumlah frekuensi semua jenis

10. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks nilai penting digunakan

untuk menghitung dan menduga secara

keseluruhan dari peranan satu jenis dalam

suatu komunitas. Semakin tinggi nilai INP

Page 6: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

6

suatu jenis relatif terhadap jenis lainnya

maka semakin tinggi peranan jenis tersebut

pada komunitasnya. Nilai indeks penting

berkisar 0 – 200. Rumus yang digunakan

dalam menghitung INP adalah (Brower et al,

1989) dalam ( jumanto, 2013):

INP = Rfi + RDi

Keterangan :

INP = Indeks Nilai Penting

Rfi = frekuensi relatif

RDi = kepadatan relatif

F. Analisis Data

Data kelimpahan, keanekaragaman,

keseragaman, dominansi dan pola sebaran

akan dibandingkan dengan kelimpahan,

indeks keanekaragaman, indeks

keseragaman, indeks dominansi dan indeks

nilai penting. Indeks nilai penting akan

memberikan gambaran peranan suatu jenis

teripang dengan kisaran 0 - 200. Data pola

sebaran akan diuji dengan indeks morisita,

kemudian disajikan kedalam bentuk tabel

dan dikelompokkan sesuai dengan tipe

sebarannya. Selanjutnya hasil sebaran

tersebut akan dianalisis secara deskriptif

dengan studi literatur dan penelitian

terdahulu.

Data kualitas perairan akan

disajikan dalam bentuk tabel dan

dibandingkan dengan standar baku mutu

sesuai dengan KEPMEN LH NO 51-2004

Lampiran III tentang baku mutu untuk biota

air laut. Sedangkan untuk parameter perairan

untuk teripang akan mengacu pada literatur

dan penelitian terdahulu. Data hasil analisis

indeks-indeks diatas akan dihubungkan

dengan analisis kualitas perairan sehingga

dapat diambil kesimpulan kondisi struktur

komunitas teripang diperairan pulau laut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Teripang yang ditemukan di

Perairan Pulau Laut

1. Bohadschia argus

Filum : Echinodermata

Kelas : Holothuroidea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuriidae

Genus : Bohadschia

Spesies : Bohadschia

argus

2. Bohadschia vitiensis

Kelas : Holothuroidea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuridae

Genus : Bohadschia

Spesies : Bohadschia

vitiensis

3. Holothuroidea atra

K

kelas : Holothuroidea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuriidae

Genus : Holothuria

Spesies : Holothuria atra

Page 7: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

7

B. Tipe Habitat Teripang di Perairan

Pulau Laut

Dari beberapa jenis habitat bagi teripang di

perairan Pulau Laut di dapatkan 3 jenis

habitat bagi teripang diantaranya jenis

habitat Lamun, berpasir, dan daerah terumbu

karang. Dari penelitian yang dilakukan tipe

habitat bagi teripang di perairanb Pulau Laut

dapat dilihat pada table.

Jenis Teripang Tipe Habitat Teripang

Lamun Berpasir Terumbukarang

Bohadschia argus - - +

Bohadschia

vitiensis - + -

Holoturia atra + + +

sumber: data penelitian 2015 ket: + = ditemukan

Jenis Bohadschia argus memiliki

sebaran habitat pada area terumbu karang,

sedangkan untuk jenis Bohadschia vitiensis

dijumpai memiliki habitat pada wilayah

berpasir, dan jenis Holoturia atra memiliki

tipe habitat pada area lamun, berpasir,

maupun terumbu karang. Dari hasil tersebut,

mencirikan bahwa jenis teripang Holoturia

atra memiliki sebaran habitat yang luas

sehingga dari kelimpahannya lebih tinggi

karena dijumpai dengan berbagai tipe

habitat.

C. Struktur Komunitas Teripang di

Perairan Pulau Laut

1. Kelimpahan Jenis

Kelimpahan individu

menggambarkan nilai banyaknya suatu

individu teripang per satuan luas

pengamatan (m2). Dari hasil

pengamatan diketahui bahwa

kelimpahan teripang dari 3 jenis yang

dijumpai dapat dilihat pada tabel.

No Jenis Jumlah

(Ni)

Ki

(ind/m²)

Ki

(ind/ha) Kr

1 Bohadschia

argus 2

0.0015 15 25

2 Bohadschia

vitiensis 1

0.0008 8 12.5

3 Holoturia atra

5 0.0038 38 62.5

N 8 0.0060 60 100

Kelimpahan jenis teripang yang

terdiri dari 3 spesies yakni jenis Bohadschia

argus memiliki kelimpahan sebesar 0,0015

ind/m2 dan jika diakumulasikan dalam

satuan hektar menjadi 15 ind/ha. Jenis

Bohadschia vitiensis memiliki kelimpahan

sebesar 0,0008 ind/m2

dengan jumlah hektar

sebesar 8 ind/ha. Kemudian jenis Holoturia

atra memilki kelimpahan sebesar 0,0038

ind/m2 dengan akumulasi kelimpahan dalam

hektar sebesar 38 ind/ha. Total kelimpahan

teripang di perairan Pulau Laut sebesar

0,0060 ind/m2atau dengan total kelimpahan

dalam hektar sebesar 60 ind/ha.

Kelimpahan jenis teripang pada

ekosistem lamun lebih tinggi yaitu berkisar

sebesar 0,65 - 0,96 ind/m2, dibandingkan

pada ekosistem terumbu karang berkisar

0.52 - 0.59 ind/m2 (Kumala, 2015). Melihat

dari hasil tersebut maka kelimpahan teripang

pada perairan Pulau Laut sangatlah rendah.

Diasumsikan karena adanya penangkapan

yang dilakukan oleh masyarakat sekitar

untuk dijual mengingat teripang merupakan

salah satu biota yang memiliki nilai

ekonomis tinggi. Grafik kelimpahan relatif

teripang di perairan Pulau Laut, dapat dilihat

pada gambar.

Dari grafik tersebut dapat dilihat

bahwa jenis Bohadschia argus memiliki

kelimpahan relatif sebesar 25%. Jenis

Bohadschia vitiensis memiliki kelimpahan

relatif sebesar 12%. Kemudian jenis

Holoturia atra memiliki kelimpahan relatif

sebesar 63%. Kelimpahan jenis teripang

tertinggi di perairan Pulau Laut, Kabupaten

Natuna adalah jenis H.atra. Diduga tipe

substrat yang cukup mendukung bagi

kehidupan jenis teripang ini yang dominan

pasir. Namun disamping itu, kelimpahan

yang tinggi pada jenis H.atra diduga karena

jenis ini memiliki pertumbuhan yang lebih

cepat dibanding dengan jenis lainnya.

Kelimpahan tertinggi pada

ekosistem lamun yaitu padajenis H. atra, hal

ini diduga karena substrat yang ada

didominasi oleh pasir, H. atra yang

Page 8: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

8

memiliki kebiasaan melindungi diri dari

sinar matahari dengan melumuri dirinya

dengan pasir dapat dilakukan dengan

mudah. Banyaknya pasir yang melumuri

tuhuh teripang di wilayah ini menyebabkan

tubuh teripang tidak terlalu panas drai

pantulan cahaya matahari. Tingginya

kelimpahan H. atra diduga terkait dengan

carareproduksinya, dan sifatnya yang

termasuk kelompok fissiparous. Selain itu H.

atra juga berpotensi untuk bereproduksi

dengan membelah diri sehingga

memungkinkan H.atra dapat bereproduksi

dengan tidak terpacu dalam bulan-bulan

tertentu (Komala, 2015).

2. Frekuensi Jenis

Frekuensi jenis teripang

menggambarkan peluang kehadiran jenis

teripang pada setiap titik pengamatan,

semakin tinggi nilai frekuensinya maka akan

semakin tinggi pula peluang dijumpai jenis

tersebut. Jika nilai frekuensinya sama

dengan 1 artinya frekuensi jenis yang

dijumpai setiap dijumpai jenis individu

tersebut. Nilai frekuensi dapat dilihat pada

No Jenis Jumlah(Ni) Fi Fr

1 Bohadschia

argus 2

0.0377 28.57

2 Bohadschia

vitiensis 1

0.0189 14.29

3 Holoturia atra 5

0.0755 57.14

N 0.1321

100

sumber: data penelitian 2015

Frekuensi jenis teripang yang

terdiri dari 3 spesies yakni jenis Bohadschia

argus memiliki nilai frekuensi sebesar 0.038

dan jenis Bohadschia vitiensis memiliki nilai

frekuensi sebesar 0.0189. Kemudian jenis

Holoturia atra memiliki nilai frekuensi

sebesar 0.076. Nilai frekuensi jenis dapat

dilihat pada gambar 20.

Frekuensi relatif jenis teripang yang

terdiri dari 3 spesies yakni jenis Bohadschia

argus memiliki nilai frekuensi relatif sebesar

29% dan jenis Bohadschia vitiensis memiliki

nilai frekuensi relatif sebesar 14%.

Kemudian jenis Holoturia atra memiliki

nilai frekuensi relatif sebesar 57%. Nilai

frekuensi tertinggi terjadi pada jenis

Holoturia atra. Frekuensi merupakan suatu

pengamatan komunitas yang erat kaitannya

dengan tingkat kehadiran suatu organisme

dalam setiap petak pengamatan yang

dilakukan. Organisme yang memiliki tingkat

kehadiran jenis tinggi pada setiap plot

pengamatan mencirikan bahwa jenis tersebut

memiliki pola sebaran acak sehingga

tersebar di sepanjang zona perairan laut

(Fachrul, 2007).

3. Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting dianalisis untuk

mengetahui peran suatu jenis dalam suatu

komunitas. Semakin tinggi nilai indeks

pentingnya makan semakin tinggi pula peran

jenis tersebut dalam komunitasnya. Hasil

perhitungan Indeks Nilai Penting dapat

dilihat pada tabel

No Jenis Kr(%) Fr(%) INP

1 Bohadschia argus

25 28.57 53.57

2 Bohadschia

vitiensis 12.5 14.29 26.79

3 Holoturia

atra 62.5 57.14 119.64

N 100 100 200

sumber: data penelitian 2015

Page 9: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

9

Indeks Nilai Penting jenis teripang

yang terdiri dari 3 spesies yakni jenis

Bohadschia argus memiliki nilai Indeks

Nilai Penting sebesar 53,57% dan jenis

Bohadschia vitiensis memiliki nilai Indeks

Nilai Penting sebesar 26,79 %, Kemudian

jenis Holoturia atra memiliki nilai Indeks

Nilai Penting sebesar 119,64%, dengan

demikian Indeks Nilai Penting tertinggi pada

jenis Holoturia atra. Dari hasil tersebut

terlihat bahwa jenis teripang yang paling

berpengaruh dalam suatu struktur komunitas

teripang di perairan Pulau Laut, Kabupaten

Natuna adalah jenis Holoturia atra. Jenis

Holoturia atra memegang peranan penting

bagi komunitas teripang, sehingga apabila

terjadi penurunan populasi terhadap

Holoturia atra secara ekologi akan

menggambarkan penurunan populasi bagi

semua jenis teripang yang hidup di perairan

Pulau Laut.

D. Pola Sebaran Jenis Teripang di

Perairan Pulau Laut

Penentuan sebaran jenis Teripang

dengan menggunakan Indeks Sebaran

Morisita dimaksudkan untuk mengetahui

pola sebaran jenis yang didapat berupa

seragam, mengelompok, atau acak. Hasil

analisis pola sebaran jenis Teripang dapat

dilihat pada table.

Jenis Id Sebaran Kategori Id

Bohadschia argus 0.00 Acak < 1 : Acak

= 1 : Seragam

> 1 :

Mengelompok

Bohadschia vitiensis

0.00 Acak

Holoturia atra 5.30 Mengelompok

sumber: data penelitian 2015

Dari hasil analisis pola sebaran

jenis Teripang Bohadschia argus didapatkan

nilai Id= 0.00. Dari hasil tersebut maka

didapatkan nilai Id < 1 sehingga pola

sebaran jenis Teripang tergolong “Acak”.

Dari hasil analisis pola sebaran jenis

Teripang Bohadschia vitiensis didapatkan

nilai Id= 0.00. Dari hasil tersebut maka

didapatkan nilai Id < 1 sehingga pola

sebaran jenis Teripang tergolong “Acak”.

Dari hasil analisis pola sebaran jenis

Teripang Holoturidea Atra didapatkan nilai

Id= 5.30. Dari hasil tersebut maka

didapatkan nilai Id > 1 sehingga pola

sebaran jenis Teripang tergolong

“Mengelompok”.

Menurut (Odum, 1993) dalam

(Nurita, 2014), pola penyebaran secara acak

relatif jarang terjadi secara alami dan

biasanya terjadi hanya bila kondisi

lingkungan sangat seragam dan tidak ada

tekanan terhadap populasi. Penyebaran

secara seragam mungkin terjadi apabila

kompetisi atau persaingan antar individu-

individu sangat kuat sehingga terjadi

pembagian wilayah yang sangat merata antar

setiap individu. Pola penyebaran

mengelompok dengan tingkat

pengelompokan yang bermacam-macam

merupakan bentuk penyebaran yang paling

umum terjadi karena individu-individu

dalam populasi cenderung membentuk

kelompok dalam berbagai ukuran.

Pola sebaran mengelompok,

berkaitan erat dengan hewan bentik untuk

memilihdaerah yang akan ditempatinya,

khususnya substrat yang ada. Tipe substrat

tertentu akan menarik atau menolak jenis

hewan bentik untuk mendiami serta faktor-

faktorfisik kimia yang berpengaruh pada

kehidupan hewan bentik.Terdapatnya

hewanbentik dewasa berarti daerah tersebut

cocok untuk habitat hidup. Kemampuan

hewan bentik memilih daerah untuk menetap

serta kemampuannya untuk menunda

metamorfosis membuat penyebarannya tidak

acak (Nybakken,1998 dalam Utami,2012).

E. Indeks Keanekaragaman,

Keseragaman, dan Dominansi

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman,

keseragaman serta dominansi Teripang

didapatkan hasil seperti pada tabel

Page 10: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

10

sumber: data penelitian 2015

Hasil Indeks Keanekaragaman

sebesar 1,30 dengan kategori

keanekaragaman “sedang” artinya kondisi

perairan masih layak bagi kehidupan

Teripang. Keanekaragaman suatu biota air

dapat ditentukan dengan menggunakan teori

informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan

utama teori ini adalah untuk mengukur

tingkat keteraturan dan ketidakteraturan

dalam suatu sistem. Keanekaragaman

ditentukan berdasarkan indeks

keanekaragaman dengan Nilai H’ > 3 =

keanekaragaman spesies tinggi, Nilai H’ 1 ≤

H’ ≤ 3= keanekaragaman spesies sedang,

Nilai H’ < 1= keanekaragaman spesies

rendah (Shannon-Winner, 1963 dalam Wati,

2013).

Sedangkan untuk nilai indeks

keseragaman sebesar 0,82 terkategorikan

keseragaman yang “tinggi” yang mencirikan

bahwa selisih antara jumlah jenis lebih

seragam yang mencirikan bahwa keadaan

perairan dalam kondisi yang masih baik bagi

kehidupan Teripang. Indeks keseragaman

berkisar antara 0-1. Bila indeks

keseragaman kurang dari 0,4 maka

ekosistem tersebut berada dalam kondisi

tertekan dan mempunyai keseragaman

rendah. Jika indeks keseragaman antara 0,4

– 0,6 maka ekosistem tersebut berada pada

kondisi kurang stabil dan mempunyai

keseragaman sedang. Jika indeks

keseragaman lebih dari 0,6 maka ekosistem

tersebut berada pada kondisi stabil dan

mempunyai keseragaman tinggi ( Wati,

2013).

Hal tersebut dapat dilihat juga

dengan nilai indeks dominansi sebesar 0,47

yang artinya tidak ada jenis yang dominan

mengusai jumlah Teripang di perairan Pulau

Laut atau dapat dikatakan dominansi dalam

kategori “rendah”. Apabila nilai D

mendekati 0 : tidak ada jenis yang

mendominasi. Apabila nilai D mendekati 1 :

ada jenis yang mendominasi. Nilai indeks

dominasi berkisar antara 0-1. Semakin besar

nilai indeks semakin besar kecenderungan

salah satu spesies yang mendominasi

populasi. Data yang telah didapatkan

kemudian diidentifikasi dan selanjutnya

dihubungkan dengan parmeter perairan

pulau laut dan dianalisis sehingga dapat

menggambarkan kondisi struktur komunitas

teripang di perairan pulau laut.

F. Pengukuran kualitas Perairan

Pertumbuhan biota laut di daerah pasang

surut sangat tinggi, disebabkan karena

daerah ini merupakan tempat hidup, tempat

berlindung, dan tempat mencari makan.

Selain itu, kondisi lingkungan pada daerah

ini sangat menguntungkan bagi

pertumbuhan biota laut karena adanya

dukungan dari faktor lingkungan. Parameter

kualitas air sangat mempengaruhi kondisi

habitat lingkungan hidup teripang seperti

ekosistem padang lamun dan ekosistem

terumbu karang. Dalam penelitian ini

parameter yang diukur yaitu suhu, salinitas,

derajad keasaman, oksigen terlarut,

kedalaman dan substrat. Hasil penelitian

dapat dilihat pada Tabel

Parameter Satua

n

Rata-

rata

Kisaran

Toleransi

Teripang

Baku Mutu Biota

Laut

(KepMen LH No 51

Th. 2004)

Suhu °C 29,42 23-32

(Kordi,2010) 28-30°C

Salinitas ‰ 30,97 28-32

(Widodo,201

0)

33-34‰

pH - 7,38

7,5-8,6

(Sutaman,

(1992) dalam Satria, dkk,

2014)

7-8.5

DO Mg/L 7,57 4-8

(Kordi,2010) > 5 mg/L

Kedalaman Cm 259,68 154- 353 -

Substrat - Pasir -

sumber: data penelitian 2015

Hasil pengukuran suhu diperoleh

rata-rata untuk semua titik yaitu 29,42°C

dengan kisaran suhu 28,33-30,24°C.

Pertumbuhan dan kehidupan biota sangat

dipengaruhi oleh suhu air. Tiap organisme

perairan mempunyai batas toleransi yang

berbeda terhadap perubahan suhu perairan

bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme

perairan. Suhu juga mempengaruhi fungsi

fisiologi organisme, memberikan pengaruh

langsung atau tidak langsung terhadap

berbagai parameter kualitas perairan lainnya.

Indeks Nilai Keterangan

indeks Kategori

Keanekaragaman 1.30 Sedang

H`> 3 : Tinggi

H`1≤ H`≤ 3 :

Sedang

H`< 1 : Rendah

Keseragaman 0.82 Tinggi

E < 0.4 : Rendah

E antara 0.4-0.6 :

Sedang

E > 0.6 : Tinggi

Dominansi 0.47 Rendah

D mendekati 0 : tidak ada yang

mendominasi

D mendekati 1 : ada yang

mendominasi

Page 11: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

11

Menurut Kordi (2010), kisaran suhu air yang

memenuhi pertumbuhan teripang yaitu 23-

32°C. maka, dari pernyataan tersebut,

kisaran suhu pada lokasi penelitian masih

ideal untuk keberlangsungan hidup teripang.

Tabel hasil pengukuran kualitas

perairan diatas, menunjukkan bahwa nilai

rata-rata untuk salinitas adalah 30,97‰,

dengan kisaran angka 28,06-37,02‰.

Menurut Pawson (1976) Aziz (1996) dalam

Rumahlatu dkk.,(2008), holothuroidea dapat

menyesuaikan diri pada salinitas 30-37 ‰.

Teripang yang hidup didalam ekosistem

lamun dan terumbukarang juga memiliki

kadar toleransi terhadap salinitas. Menurut

Agusta, dkk (2012) dalam Kumala (2015),

teripang pada umumnya menyukai perairan

yang bersih dan jernih. Perubahan salinitas

melebihi 3 ‰ dari kisaran ekstrim dapat

menyebabkan terjadinya pengelupasan kulit

yang dalam kondisi ekstrim dapat

menyebabkan kematian teripang. menurut

Sutaman (1992) dalam Satria, dkk., (2014),

bahwa salinitas yang baik untuk kehidupan

teripang berkisar antara 26‰-33‰. Melihat

dari hasil penelitian maka, kisaran salinitas

dilokasi penelitian masih sangat cocok untuk

keberlangsungan hidup teripang.

Nilai rata-rata pH dalam penelitian

ini dapat dilihat pada tabel diatas yaitu 7,38

dengan kisaran 7-8,27. Nilai pH perairan

merupakan salah satu parameter yang

penting dalam pemantauan kualitas

perairan. Organisme perairan mempunyai

kemampuan berbeda dalam mentoleransi pH

perairan. Kematian lebih sering diakibatkan

karena pH yang rendah dari pada pH yang

tinggi (Pescod, 1973) dalam ( Nurita, 2014).

Menurut pendapat (Soesono, 1988) dalam

(Nurita, 2014), bahwa pengaruh pH bagi

organisme sangat besar dan penting, kisaran

pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju

pertumbuhan bahkan tingkat keasamannya

dapat mematikan dan tidak ada laju produksi

sedangkan pH 6,5 – 9 merupakan kisaran

optimal dalam suatu perairan. Nilai pH yang

konstan berpengaruh terhadap aktivitas

enzim, karena enzim memiliki efisien yang

optimum pada nilai pH yang spesifik.

Menurut Sutaman (1992) dalam Satria, dkk

(2014), pH air yang cocok untuk teripang

antara 7,5 – 8,6. Jika dilihat dari kisaran

hasil penelitian dengan referensi tersebut,

maka kondisi pH air dilokasi penelitian

masih alami dan masih sangat ideal untuk

kehidupan teripang.

Pengukuran kandungan oksigen

terlarut dari semua titik koordinat didapat

nilai rata-ratanya sebesar 7,57 dengan

kisaran 7,01- 8,21. Jumlah oksigen akan

menentukan jumlah bahan bakar yang akan

dibentuk oleh aktivitas biota. Saeni (1988)

dan Anonimus (1992) dalam Karyawati,dkk

(2004) bahwa sumber utama oksigen dalam

perairan adalah hasil difusi dari udara,

terbawa melalui presipitasi dan hasil

fotosintesis fitoplankton sehingga kebutuhan

oksigen di alam lebih tercukupi. Sedangkan

menurut Afrianto (1998), dalam Karyawati,

dkk (2004), aliran air mampu menyediakan

kandungan oksigen terlarut dalam perairan.

Oks igen t er larut yang memenuhi

syarat pertumbuhan teripang yaitu 4-8 ppm

(Kordi, 2010). Melihat dari kisaran hasil

penelitian kandungan oksigen dilokasi

tersebut masih sangat mendukung

keberlangsungan hidup teripang.

kedalaman air dalam penelitian ini

nilai rata-ratanya 259,68 cm dengan kisaran

154-353 cm. Teripang hidup pada

kedalaman yang berlainan mempunyai

adaptasi dalam melakukan respirasi untuk

bisa mempertahankan hidup pada

lingkungannya. Kedalaman habitat teripang

yang bervariasi menunjukkan bahwa

teripang dapat hidup pada kedalaman yang

berbeda-beda. Kedalaman sangat

berhubungan dengan kecerahan perairan.

Kedalaman yang tinggi membuat penetrasi

cahaya semakin tinggi, faktor ini sangat

berhubungan dengan ketersediaan cahaya

dan tingkat kecerahan perairan. Kedalaman

perairan berpengaruh terhadap tingkat

intensitas cahaya matahari yang masuk

kedalam suatu perairan. Kecerahan air

dipengaruhi oleh intensitas dari matahari,

keadaan awan dan kondisi perairan tersebut.

Kecerahan perairan berhubungan dengan

kesuburan perairan yaitu berlangsungnya

kegiatan fotosintesis oleh plankton yang

membutuhkan sinar matahari. Kecerahan

yang mencapai kedalaman jauh kedasar

perairan memungkinkan masih

berlangsungnya kegiatan fotosintesis oleh

plankton sampai kedasar perairan (Saputra,

2001) dalam Satria, dkk (2014).

Page 12: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

12

Hasil analisa jenis substrat dilokasi

penelitian berdasarkan skala Wenwoth

(Selley, 1998) dalam (Siswanto, 2011),

menunjukkan bahwa sampel substrat

dilokasi penelitian berupa jenis pasir halus.

Laut menerima beraneka materi, baik yang

larut maupun berupa padatan, dari berbagai

sumber berbeda. Sedimen merupakan

partikel yang berasal dari hasil

pembongkaran batuan dan potongan kulit

(shell) serta sisa rangka dari organisme laut

(Sahala dan Stewert, 1986) dalam

(Siswanto, 2011). Ukuran partikel sedimen

merupakan satu faktor ekologi utama dalam

mempengaruhi struktur komunitas

makrobentik seperti kandungan bahan

organik sedimen. Penyebaran makrobentos

yang dengan jelas berkorelasi dengan tipe

sedimen. Kebanyakan echinodermata

mempunyai sifat penggali pemakan defosit

cenderung melimpah pada sedimen lumpur

dan sedimen lunak yang merupakan daerah

yang mengandung bahan organik yang

tinggi ( Nybakken, 1988 dalam Jumanto,

2013). Dengan melihat kondisi substrat pada

lokasi penelitian yang lebih dominan pasir

halus sehingga baik bagi kehidupan

teripang, seperti yang diketahui bahwa

kondisi substrat yang lebih halus baik bagi

kehidupan teripang.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jenis teripang yang dijumpai

diantaranya Bohadschia argus,

Bohadschia vitiensis, dan jenis

Holoturia atra. Dari ke 3 jenis

tersebut, mencirikan bahwa jenis

teripang Holoturia atra memiliki

kelimpahan paling tinggi, namun

secara keseluruhan kelimpahan

teripang di perairan Pulau Laut

tergolong rendah.

2. Nilai frekuensi tertinggi terjadi

pada jenis Holoturia atra,

mencirikan bahwa jenis ini

memiliki peluang tingkat kehadiran

tertinggi suatu komunitas teripang

dalam setiap petak pengamatan

yang dilakukan.

3. Indeks Nilai Penting tertinggi pada

jenis Holoturia atra. Dari hasil

tersebut terlihat bahwa jenis

teripang yang paling berpengaruh

dalam suatu struktur komunitas

teripang di perairan Pulau Laut,

Kabupaten Natuna adalah jenis

Holoturia atra. Jenis Holoturia

atra memegang peranan penting

bagi komunitas teripang

4. Jenis teripang yang dijumpai

diantaranya Bohadschia argus

memiliki sebaran acak, Bohadschia

vitiensis memiliki sebaran acak,

dan jenis Holoturia atra memiliki

sebaran mengelompok, dengan

demikian pola sebaran komunitas

teripang lebih dominan acak.

5. Indeks Keanekaragaman kategori

keanekaragaman “sedang” artinya

kondisi perairan masih layak bagi

kehidupan Teripang. Sedangakan

untuk nilai indeks keseragaman

terkategorikan keseragaman yang

“tinggi” yang mencirikan bahwa

selisih antara jumlah jenis lebih

seragam. Indeks dominansi

mencirikan tidak ada jenis yang

dominan mengusai jumlah

Teripang di perairan Pulau Laut

Natuna atau dapat dikatakan

dominansi dalam kategori

“rendah”.

6. Hasil pengukuran kualitas perairan

di Pulau Laut secara umum masih

alami dan masih cocok untuk

keberlangsungan hidup teripang

karena masih dalam kisaran angka

baku mutu KepMen LH No. 51

2004 untuk biota laut.

B. Saran

1. Diharapkan dapat dilakukan

penelitian lebih lanjut yang fokus

pada studi biologi teripang,

sehingga dapat diketahui

karakteristik biologinya untuk

dilakukannya budidaya teripang

sebagai upaya menjaga

kelestariannya.

2. Dilakukan penelitian terkait dengan

kelimpahan teripang pada

perbedaan tipe habitatnya (terumbu

karang, lamun, serta pasir) sehingga

diperoleh informasi mengenai

habitat khusus bagi jenis teripang

yang ada.

Page 13: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

13

3. Melakukan penelitian dari aspek

pemanfaatan teripang oleh

masyarakat sehingga diketahui nilai

pemanfaatannya, arah

pemanfaatannya, serta manfaat

ekonomi yang didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna.

2013. Natuna dalam Angka

COREMAP. 2007. Program Rehabilitasi dan

Pengelolaan Terumbu Karang.

Diakses pada bulan November

2014.http://www.coremap.or.id/dati

n/echino/?&start=20

WoRMS.Worl register of marine species.

Diakses pada bulan Februari 2015.

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=

taxlist.

Jumanto.2013. StrukturKomunitas

Echinodermata di Padang Lamun

Perairan Desa Pengudang

Kecamatan TelukSebong

Kabupaten Bintan.Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling

Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi

Aksara

Junianto, D. 2013. Studi Ekologi Teripang

(Holothuroidea) di Perairan Desa

Pengudang Kabupaten

Bintan.Skripsi.Universitas Maritim

Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Karyawati. T, Retno H, Esti R. 2004.

Konsumsi Oksigen Teripang Hitam

(Holothuria atra) Sistem Statis dan

Sistem Dinamis. Jurnal Jurusan

Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas

Diponegoro Semarang

Kepmen LH No 51 Tahun 2004 Lampiran

III tentang Baku Mutu Air Laut

untuk Biota Laut

Kumala. R. 2015. Keanekaragaman

teripang pada ekosistem lamun dan

terumbu karang di Pulau Bira

Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1

(2): 222-226: UNJ: Jakarta

Kordi, K.M.G.H., dan Tancung,A.B.

2007.Pengelolaan Kualitas

Air.Rineka Cipta: Jakarta

Kordi, K.M.G.H. 2010.Budi Daya Biota

Akuatik Untuk Pangan, Kosmetik,

Dan Obat-obatan. Lily Publisher:

Yogyakarta

Nontji, A. 1993.Laut Nusantara.Djambatan:

Jakarta.

Nurita. E. 2014. Pola Sebaran Dan Struktur

Komunias Pelecypoda Di Perairan

Ekosistem Padang Lamun Desa

Pengudang Kecamatan Teluk

Sebong Kabupaten Bintan

Kepulauan Riaus kripsi.

UniversitasM aritim Raja Ali Haji.

Radjab, A.W., dan Darsono, P. 2004.

Penyebaran dan Kepadatan

Teripang Di Perairan Natuna,

Riau. Jurnal Ilmu Kelautan dan

Perikanan Universitas Hasanuddin.

Makassar. 64-69.

Romimohtarto, K.,dan Juwana, S., 2007.

Biologi Laut. Djambatan: Jakarta

Rumahlatu, A., Gofur, A., dan Sutomo, H.

2008. Hubungan Faktor Fisik-

Kimia Lingkungan Dengan

Keanekaragaman Echinodermata

Pada Daerah Pasang Surut Pantai

Kairatu. MIPA. Universitas

Pattimura: Malang.77-85.

Saputra, I. 2014. Keanekaragaman dan

Distribusi Pelecypoda Diperarian

Desa Berakit Kabupaten

Bintan.skripsi. Universitas Maritim

Raja Ali Haji.

Satria, M. 2014. Keanekaragaman dan

Distribusi Gastropoda Di Perairan

Desa Berakit Kabupaten

Bintan.skripsi. Universitas Maritim

Raja Ali Haji.

Satria, G.G.A, Sulardiono, B., dan Purwanti,

F. 2014. Kelimpahan JenisTeripang

Di Perairan Terbuka dan Tertutup

Pulau Panjang Jepara, Jawa

Tengah. Vol. III. Diponegoro

Journal of Maquares. Jawa Tengah.

108-115.

Page 14: STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · teori informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan utama teori

14

Siswanto, A.D., 2011. Kajian Sebaran

Substrat Sedimen Permukaan

Dasar Di Perairan Pantai

Kabupaten Bangkalan. EMBRYO

VOL. 8 NO. 1. Jurusan Ilmu

Kelautan Fakultas Pertanian

Universitas Trunojoyo, Madura

Sukmiwati,M.,.2012. Keanekaragaman

Teripang (Holothuroidea) di

Perairan Bagian Timur Pantai

Natuna Kepulauan Riau.Jurnal

Natur Indonesia. LIPI. Jakarta

Utara. 131-137

Utami, D.K., 2012. Studi Bioekologi Habitat

Siput Gonggong (Strombus

Turturella) di Desa Bakit, Teluk

Klabat, Kabupaten Bangka

Barat, Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung, Skripsi, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Wati, T. K. 2013. Keanekaragaman

Gastropoda di Padang Lamun

Desa Pengudang Kabupaten

Bintan. Skripsi. Universitas

Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Widodo, A., 2010. Budidaya Teripang (

Khasiat dan Cara Olah Untuk

Pengobatan). Pustaka Baru :

Yogyakarta

Yusron, E., dan Widianwari, P. 2004.

Struktur Komunitas Di Beberapa

Pantai Kai Besar, Maluku

Tenggara. Vol. VIII. Pusat

Penelitian Oseanografi, LIPI.

Jakarta. 15-20.

Yassir, I., dan Omon, R.M. 2003. Hubungan

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

dengan Sifat-Sifat Tanah pada

Lahan Kritis di Samboja, KalTim.

Fakultas Kehutanan UNMUL.

RIMBA. 48-54.