STRUKTUR KOMUNITAS SIPUT GONGGONG (Strombus sp...

58
STRUKTUR KOMUNITAS SIPUT GONGGONG (Strombus sp.) DAN ANALISA KESESUAIAN HABITATNYA DI PERAIRAN DESA MANTANG BARU BINTAN PADILAH JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Transcript of STRUKTUR KOMUNITAS SIPUT GONGGONG (Strombus sp...

  • STRUKTUR KOMUNITAS SIPUT GONGGONG (Strombus sp.)

    DAN ANALISA KESESUAIAN HABITATNYA

    DI PERAIRAN DESA MANTANG BARU BINTAN

    PADILAH

    JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

    UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

    TANJUNGPINANG

    2017

  • ABSTRAK

    PADILAH. Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.) dan Analisa

    Kesesuaian Habitatnya di Perairan Desa Mantang Baru Bintan. Jurusan

    Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.

    Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Diana Azizah, S.Pi., M.Si.

    dan Dedy Kurniawan, S.Pi., M.Si.

    Gonggong merupakan salah satu jenis spesies gastropoda yang umumnya

    sering dijumpai di Perairan Pesisir Kepulauan Riau. Tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk mengetahui struktur komunitas dan kesesuaian habitat siput

    gonggong. Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 – Juli

    2017 di Perairan Desa Mantang Baru, Bintan. Penelitian ini bersipat observasi

    kelapangan, dengan menggunakan metode survei yaitu pengamatan langsung ke

    lapangan lokasi penelitian. Penentuan titik sampling penelitian dilakukan metode

    Random sampling yaitu sebanyak 30 titik yang tersebar secara acak. Untuk

    pengambilan data Siput Gonggong menggunakan metode Transek kuadrat persegi

    dengan ukuran 1x1 m. Perairan Desa Mantang Baru dijumpai 3 jenis gonggong

    yaitu Strombus urceus, Strombus canarium dan Strombus turturella. Dengan total

    jumlah nilai kelimpahan dari ketiga spesies yaitu 6 ind/m2 dan peluang di

    temukannya spesies gonggong dari ketiga spesies yang dijumpai dari setiap titik

    pengamatan adalah Strombus urceus. Berdasarkan nilai persentase kesesuaian

    yang didapat yaitu 81 %. Sehingga perairan Desa Mantang Baru dikategorikan

    sangat sesuai untuk kehidupan siput gonggong.

    Kata Kunci : Struktur Komunitas, Siput Gonggong, Kesesuaian Habitat, Bintan

  • ABSTRACT

    PADILAH. The Structure of the Community and the Suitability of Strombus sp.

    Habitat, at Desa Mantang Baru Bintan Kepulauan Riau Province. Management of

    Marine and Fisheries Department. Faculty of Marine Sciences and Fisheries. Raja

    Ali Haji Maritime of University. Supervisor Diana Azizah, S.Pi., M.Si. and Dedy

    Kurniawan, S.Pi., M.Si.

    Strombus sp. is one type of gastropod species that are generally often met in

    marine coastal of Riau islands. The purpose of this research is to know the

    structure of the community and the suitability of Strombus sp. habitat. The

    research activity was conducted in February 2017 - July 2017 in Mantang Baru

    island, Bintan Island. The research is observation to the field by using survey

    method that is direct observation to field of research location. The determination

    of research sampling point was done by random sampling method as many as 30

    randomly scattered points. For take a Strombus sp. sampling use the method of

    square quadrant transect of the size 1x1 m. the marine of the Mantang Baru island

    are only found 3 types of Strmbus sp. is Strombus urceus, Strombus canarium and

    Strombus turturella. The total value of abundance values of all three species is

    known 6 ind/m2 and the probability of finding Strombus sp. species from the three

    species often encountered from each observation point is Strombus urceus. Based

    on the percentage of suitability obtained is 81 %. So, that the waters of the

    Mantang Baru island are just categorized as suitable for the life of Strombus sp.

    Keyword : Structure of Community, Strombus sp., Habitat Suitability, Bintan

  • © Hak cipta milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2017

    Hak Cipta dilindungi

    Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

    Universitas Maritim Raja Ali Haji, sebagian atau seluruhnya dalam

    bentuk apa pun, fotokopi, microfilm dan sebagainya

  • STRUKTUR KOMUNITAS SIPUT GONGGONG (Strombus sp.)

    DAN ANALISA KESESUAIAN HABITATNYA

    DI PERAIRAN DESA MANTANG BARU BINTAN

    PADILAH

    NIM. 130254242017

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Perikanan pada

    Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

    JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

    UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

    TANJUNGPINANG

    2017

  • PRAKATA

    Puji syukur penulis ucapkan atas kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT,

    atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penyususnan skripsi dengan judul Struktur

    Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.) dan Analisa Kesesuaian Habitatnya di

    Perairan Desa Mantang Baru Bintan ini dapat diselesaikan sebagai salah satu

    syarat guna memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Ilmu Kelautan dan

    Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

    Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dan memberikan masukkan serta membimbing dalam menyelesaikan

    skripsi ini, Diana Azizah, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing utama, Dedy

    Kurniawan, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing pendamping, Ita Karlina, S.Pi., M.Si.

    selaku ketua penguji, Jumsurizal, S.Pi., M.Si. selaku anggota penguji. Ir. Linda

    Waty Zen, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik, terkhusus kedua orangtua saya,

    teman-teman MSP 2013 seangkatan serta semua staf yang ada di Fakultas Ilmu

    Kelautan dan Perikanan.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

    pembaca sangat diperlukan.

    Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

    Tanjungpinang, Agustus 2017

    PADILAH

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Tajur Biru pada tanggal 19 Januari 1995 sebagai putra

    dari Bapak Botop dan Ibu Mah (Alm.). Pendidikan formal ditempuh di SD Negeri

    024 Tajur Biru (2001 - 2006), SMP Negeri 3 Senayang (2007 - 2010), SMA

    Negeri 2 Tanjungpinang (2011 - 2013). Pada tahun 2013 penulis diterima di

    Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui jalur SNMPTN. Penulis

    diterima pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan

    dan Perikanan, Universitas Martim Raja Ali Haji (UMRAH).

    Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi

    Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

    Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Penulis menyusun dan

    menyelesaikan skripsi dengan judul “Struktur Komunitas Siput Gonggong

    (Strombus Sp.) dan Analisa Kesesuaian Habitatnya di Perairan Desa Mantang

    Baru, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.”

  • DAFTAR ISI

    PENGESAHAN ............................................................................................. i

    PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ....................... ii

    RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii

    PRAKATA ................................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................. v

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

    1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

    1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2

    1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 2

    1.5. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

    2.1. Definisi Siput Gonggong (Strombus sp.) ................................................ 4

    2.2. Morfologi dan Anatomi Siput Gonggong ............................................... 4

    2.3. Klasifikasi Siput Gonggong .................................................................... 5

    2.4. Habitat Siput Gonggong .......................................................................... 6

    2.5. Karakteristik Dan Habitat Siput Gonggong Pada Ekosistem Lamun ..... 6

    2.6. Kajian Teori Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.) ........ 7

    2.7. Kondisi Parameter Lingkungan Perairan ................................................ 7

    2.7.1. Fisika .................................................................................................. 7

    2.7.1.1. Suhu ........................................................................................... 7

    2.7.1.2. Salinitas ...................................................................................... 8

    2.7.2. Kimia ................................................................................................. 8

    2.7.2.1. pH ............................................................................................... 8

    2.7.2.2. DO .............................................................................................. 9

    2.7.3. Substrat .............................................................................................. 9

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 10

    3.1. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 10

    3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 10

    3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 11

    3.3.1. Teknik menentukan Titik Pengamatan ............................................ 12

    3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 12

    3.4. Analisis Data ......................................................................................... 13

    3.4.1. Pengukuran Parameter Fisika-Kimia ............................................... 13

    3.4.2. Substrat ............................................................................................ 13

    3.5. Pengolahan Data Sampling ................................................................... 14

    3.5.1. Kerapatan Jenis lamun ..................................................................... 14

    3.5.2. Kelimpahan Siput Gonggong .......................................................... 15

    3.5.3. Frekuensi Jenis ................................................................................. 15

    3.5.4. Indeks Keanekaragaman .................................................................. 15

    3.5.5. Indeks Keseragaman ........................................................................ 16

  • 3.5.6. Indeks Dominansi ............................................................................ 17

    3.5.7. Kesesuaian Habitat .......................................................................... 17

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 22

    4.1. Kondisi Umum Wilayah Desa Mantang Baru ...................................... 22

    4.2. Kondisi Sumberdaya Pesisir Desa Mantang Baru ................................ 22

    4.2.1. Ekosistem Padang Lamun ................................................................ 22

    4.2.1.1. Enhalus acoroides ...................................................................... 23

    4.2.1.2. Thalassia hemprichii .................................................................. 23

    4.2.2. Siput Gonggong (Strombus sp.) ....................................................... 24

    4.3. Kondisi Lamun ...................................................................................... 26

    4.3.1. Kerapatan ......................................................................................... 26

    4.4. Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.) ........................... 27

    4.4.1. Kelimpahan ...................................................................................... 27

    4.4.2. Frekuensi .......................................................................................... 28

    4.4.3. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi............................. 29

    4.5. Kondisi Parameter Fisika-Kimia Perairan ............................................ 30

    4.6. Kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.) ............................ 32

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 35

    5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 35

    5.2. Saran .. ................................................................................................... 35

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36

    LAMPIRAN ................................................................................................ 39

  • DAFTAR TABEL

    1. Alat dan Bahan yang di Gunakan Dalam Penelitian ........................ 11 2. Metode Pengukuran Parameter Fisika-Kimia .................................. 13 3. Kriteria Kesesuaian Habitat Siput Gonggong ................................. 18 4. Pembobotan dan Skoring dari Parameter yang Terukur .................. 19 5. Interval Nilai Kesesuaian Berdasarkan Kategori Kesesuaian .......... 20 6. Penentuan Kondisi Lamun Berdasarkan Kerapatan ......................... 20 7. Analisa Kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.) .......... 21 8. Batas Administrasi Desa Mantang Baru .......................................... 22 9. Kerapatan Jenis Lamun ................................................................... 26 10. Kelimpahan Jenis Siput Gonggong ................................................. 27 11. Nilai frekuensi .................................................................................. 28 12. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi ................. 29 13. Parameter Fisika-Kimia.................................................................... 30 14. Analisis Kesesuaian ......................................................................... 32 15. Matriks Kesesuaian Habitat Siput gonggong (Strombus sp.) ........... 33

  • DAFTAR GAMBAR

    1. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 3 2. Anatomi Siput Gonggong ................................................................... 5 3. Peta Lokasi Penelitian ...................................................................... 10 4. Jenis Lamun Enhalus acoroides ....................................................... 23 5. Jenis Lamun Thalassia hemprichii ................................................... 24 6. Jenis Gonggong Strombus urceus .................................................... 25 7. Jenis Gonggong Strombus canarium ................................................ 25 8. Jenis Gonggong Strombus turturella ................................................ 25 9. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi ................. 30

  • DAFTAR LAMPIRAN

    1. Pengamatan Lapangan Sampel Lamun dan Siput Gonggong .......... 40 2. Pengamatan Sampel di Laboratorium .............................................. 40 3. Pengolahan Data Lamun .................................................................. 43 4. Pengolahan Data Gonggong ............................................................. 43 5. Pengolahan Data Kesesuaian Lingkungan ....................................... 42 6. Pengolahan Data Perairan ................................................................ 44

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Gonggong merupakan salah satu jenis spesies gastropoda yang umumnya

    sering dijumpai di perairan pesisir Kepulauan Riau. Ketersediaan akan siput

    gonggong di Provinsi Kepulauan Riau dapat dijumpai di Kabupaten Bintan, yaitu

    salah satunya di Desa Mantang Baru, Kecamatan Mantang. Desa Mantang Baru

    memiliki perairan yang luas, di sepanjang pantai terdapat beberapa ekosistem

    dengan kondisi yang dapat dikatakan masih bagus, terutama ekosistem padang

    lamun. Sehingga hal ini sangat mendukung untuk habitat akan keberadaan semua

    biota akuatik, salah satunya dari filum moluska kelas gastropoda dari spesies

    Strombus sp. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa siput gonggong

    merupakan biota yang hidupnya menetap di dasar perairan. Sehingga keberadaan

    siput gonggong juga dapat dijadikan bioindikator terhadap gambaran kondisi

    lingkungan perairan sebagai kawasan tempat hidupnya.

    Siput gonggong merupakan salah satu biota perairan yang memiliki daya

    kemampuan yang relatif terbatas dan rentan terhadap kerusakan habitat dan

    perubahan lingkungan serta lama kelamaan akan mengalami penurunan populasi

    akibat dari eksploitasi yang terus menerus, serta kerusakan yang terjadi akibat dari

    aktivitas masyarakat setempat yang terus berlangsung. Kegiatan eksploitasi yang

    over terhadap penangkapan siput gonggong yang dilakukkan nelayan dan

    masyarakat di Desa Mantang Baru lama kelamaan akan mempengaruhi

    ketersediaan dan keberadaan siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru.

    Sehingga hal ini sangat mengancam keberadaan siput gonggong dikarenakan

    penangkapan yang berlebihan oleh nelayan dan masyarakat setempat.

    Dari beberapa penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melihat seberapa besar

    ketersediaan dan struktur komunitas siput gonggong, jenis dan habitat yang

    sesuai bagi kehidupan gonggong serta bentuk pengelolaannya agar sumberdaya

    laut terkhusus siput gonggong dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan baik

    dalam bentuk budidaya ataupun restocking.

  • 2

    1.2. Rumusan Masalah

    Siput gonggong merupakan salah satu biota perairan yang memiliki daya

    kemampuan yang relatif terbatas dan rentan terhadap kerusakan habitat. Hal ini,

    lama kelamaan akan mengalami penurunan populasi siput gonggong yang di

    sebabkan dari aktivitas dan kegiatan eksploitasi yang over terhadap penangkapan

    siput gonggong yang dilakukkan nelayan dan masyarakat di Desa Mantang Baru,

    maka dapat ditarik rumusan masalah yang terkait mengenai :

    1. Bagaimanakah struktur komunitas siput gonggong di Perairan Desa Mantang

    Baru?

    2. Bagaimanakah kesesuaian habitat berdasarkan kondisi parameter perairan di

    Perairan Desa Mantang Baru kaitannya sebagai penunjang kehidupan siput

    gonggong?

    1.3. Tujuan Penelitian

    2. Untuk mengetahui struktur komunitas siput gonggong di Perairan Desa

    Mantang Baru.

    3. Untuk mengetahui kesesuaian habitat berdasarkan kondisi parameter perairan

    di Perairan Desa Mantang Baru yang kaitannya sebagai penunjang kehidupan

    siput gonggong.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Sabagai sumber informasi untuk pengelolaan kawasan perairan pesisir Desa

    Mantang Baru sebagai kawasan penunjang untuk kehidupan siput gonggong baik

    untuk kawasan pembudidayaan ataupun restocking bagi keberadaan siput

    gonggong.

  • 3

    1.5. Kerangka Pemikiran

    Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

    Siput

    Gonggong

    (Strombus sp.)

    - Kelimpahan - keanekaragaman - keseragaman - indeks dominansi

    Kondisi Perairan

    Berdasarkan

    Parameter (

    Baku Mutu

    Perairan Laut

    Menurut

    Kepmenlh No.

    51 tahun 2004)

    1. Fisika

    - Suhu

    - Salini

    tas

    2. Kimia

    - pH

    - DO

    3. Substrat

    Analisa Kesesuaian Habitat

    Lingkungan Perairan Pesisisir

    Biotik Abiotik

    Pesisir Desa Mantang Baru

    Kondisi Ekosistem

    Padang Lamun

    Gambar 1 Kerangka Pemikiran

    - Kerapatan

    Lamun

    - Identifikasi

    Jenis Lamun

    Pengelolaan Dalam Bentuk

    Budidaya/Restocking

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi Siput Gonggong (Strombus sp.)

    Siput Gonggong (Strombus sp.) merupakan kelas yang terpenting dari filum

    Moluska, karena sebagian diantaranya merupakan sumber protein dan bernilai

    ekonomis tinggi Syari. (2005). Siput ini memiliki karakteristik seperti operkulum

    yang pipih panjang, mirip pisau berduri, serta dapat digunakan sebagai alat gerak

    di atas pasir atau lumpur. Selain itu hewan ini memiliki ulir yang meningkat di

    sepanjang cangkangnya dan lekukan stromboid. Siput gonggong juga memiliki

    kulit yang sangat keras dengan garis bulat pada cangkangnya dengan variasi

    warna cangkang kekuningan atau keemasan (Utami, 2012).

    Genus Strombus adalah kelompok mesogastropoda tropis, dalam famili

    Strombidae. Strombus memiliki 50 keseluruhan spesies, dimana 38 diantaranya

    terjadi di wilayah Indo-Pasifik. Perairan Indo-Malayan memiliki sekitar 23

    spesies, sementara di Filipina ada sekitar 26 spesies (Saputriyanti, 2014).

    Siput gonggong (Strombus sp.)merupakan gastropoda laut yang memiliki

    kelamin terpisah Dody. (2012). Siput jenis ini hidup di perairan, dengan dasar

    perairan yang halus. Beberapa siput jenis gastropoda hidup sebagai deposit feeder

    memanfaatkan probosis yang menyerupai belalai untuk menyapu dan menyedot

    endapan didasar perairan. Siput jenis ini hidup di perairan, dengan dasar perairan

    yang halus (Suwignyo et al., 2005).

    2.2. Morfologi dan Anatomi Siput Gonggong

    Siput gonggong memiliki cangkang berbentuk asimetri seperti kerucut, terdiri

    dari tiga lapisan periostraktum, lapisan prismatik yang terdiri dari kristal kalsium

    karbonat dan lapisan nakre (lapisan mutiara). Siput gonggong berjalan dengan

    perut dan biasanya menggulung seperti ulir memutar ke kanan, menggendong

    cangkang yang berwarna coklat kekuningan, kakinya besar dan lebar untuk

    merayap dan mengeruk pasir atau lumpur. Sewaktu bergerak hewan ini

    menghasilkan lendir, sehingga pada tempat yang dilalui meninggalkan bekas

    lendir. Cangkang digunakan untuk melindungi diridari serangan musuh atau

    kondisi lingkungan yang tidak baik (Zaidi et al., 2009).

  • 5

    Siput gonggong memiliki cangkang yang tepinya menebal dan berwarna serta

    memiliki tutup memipih panjang dengan siphon. Cangkang siput gonggong terdiri

    atas 4 lapisan, lapisan terluar adalah Periostrakum yang merupakan lapisan tipis

    terdiri dari bahan protein seperti zat tanduk, disebut conchiolin atau conchin. Pada

    lapisan ini terdapat endapan pigmen berwarna. Periostrakum berfungsi untuk

    melindungi lapisan dibawahnya yang terdiri dari kalsium karbonat terhadap erosi

    Ruppert, Barnes. (1994) in Siddik. (2011). Adapun anatomi siput gonggong dapat

    dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2 Anatomi Siput Gonggong Ruppert, Barnes. (1994) in Siddik. (2011).

    2.3. Klasifikasi Siput Gonggong

    Gonggong merupakan Mollusca yang termasuk kelas Gastropoda dengan

    spesies Strombus sp. Klasifikasi gonggong menurut (Zaidi et al., 2009) adalah

    sebagai berikut :

    Filum : Moluska

    Kelas : Gastropoda

    Ordo : Mesogastropoda

    Famili : Strombiadae

    Genus : Strombus

    Spesies : Jenis spesies yang sering ditemukan di Perairan Kepulauan Riau

    (Soeharmoko, 2010) :

    - S. canarium

    - S. urceus

  • 6

    2.4. Habitat Siput Gonggong

    Siput gonggong hidup tersebar di sepanjang pantai dengan dasar perairan pasir

    lumpur atau pasir campur lumpur yang banyak ditumbuhi tanaman laut seperti

    rumput setu, Lamun dan lain-lain. Menurut (Rosady et al., 2016) Siput gonggong

    juga hidup tersebar di perairan yang dimana terdapat hamparan lamun, bebatuan,

    berpasir dan rumput laut yang menutupi substrat.

    Irawan et al., (2013), menuliskan ada beberapa jenis siput gonggong yang ada

    zona litoral pesisir timur Pulau Bintan yaitu Gibberulus gibberulus, Canarium,

    urceus, C. mutabile dan Laevistrombus turturella. Menurut Soeharmoko. (2010)

    ada dua siput gonggong di Kepulauan Riau yaitu S. canarium dan S. urceus.

    2.5. Karakteristik Dan Habitat Siput Gonggong Pada Ekosistem Lamun

    Ekosistem lamun juga tidak terlepas dari peranannya sebagai daerah pemijahan

    (spawning ground), tempat pengasuhan (nursery ground), tempat mencari makan

    (feeding ground), dan daerah pembesaran (rearing ground) bagi biota perairan

    Kordi. (2011). Konsumen yang hidup di sekitar padang lamun umumnya adalah

    jenis Polycaeta dan Mollusca (kerang-kerangan) yang bertindak sebagai herbivora

    Supriharyono. (2007). Ekosistem padang lamun juga memiliki produktivitas

    primer dan sekunder dengan dukungan yang besar terhadap kelimpahan dan

    keanekaragaman biota perairan Arkham et al., (2015). Hal yang juga

    berhubungan erat terhadap habitat salah satunya yaitu penutupan lamun (Rifai et

    al., 2013).

    Menurut Zaidi et al., (2009) siput gonggong paling banyak memanfaatkan

    lamun jenis Halophila sp. sebagai media untuk menempelkan telurnya pada helai

    daun. Sehingga dapat dikatakan siput gonggong memiliki hubungan yang erat

    terhadap lamun jenis Halophila sp. Dituliskan oleh Izuan. (2014) bahwa

    kehidupan siput gonggong banyak ditemukan di daerah lamun yang berjenis E.

    accoroides, T. hemprichii, Thalassodendron ciliatum, Cymodocea rotundata dan

    Halophile ovalis.

  • 7

    2.6. Kajian Teori Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.)

    Siput gonggong berdistribusi pada daerah pulau Lingga bagian utara yaitu

    ditemui pada Desa Limbung, Desa Bukit Harapan, Desa Linau dan Desa Sekanah.

    Kelimpahan siput gonggong padalokasi penelitian berkisar antara 0,2 – 1,9 ind/m2

    atau rata-rata kelimpahan siput gonggong berkisar antara 0,2 – 1,8 ind/m2 BPP-

    PSPL Universitas Riau. (2010). Pola sebaran siput gonggong di Teluk Klabat

    tergolong tipe mengelompok dengan kepadatan rata-rata yang bervariasi antara 3-

    5 ind/m2. Habitat siput gonggong berada pada perairan yang tenang dengan

    kedalaman 1-4 meter serta kondisi substrat berupa pasir berlumpur yang

    ditumbuhi lamun (Dody, 2011).

    Dituliskan oleh Putra. (2014) kepadatan Siput Gonggong pada Stasiun

    penelitian berada dalam kisaran 0,10 – 0,28 ind/m2. Tingkat kepadatan Siput

    Gonggong di Perairan Pulau Penyengat tergolong pada tingkat kepadatan yang

    relatif rendah. Dari penelitian Izuan. (2014), mendapatkan kepadatan gonggong di

    perairan Dompak memiliki nilai berkisar antara 0,05 ind/m2 samapai dengan 0,50

    ind/m2. Oleh Fatmadewi. (2014), Tingkat kepadatan siput gonggong di Perairan

    Madong berkisar 1–10 ind/m2. Dari Penelitian Syafrizar. (2016), Berdasarkan

    hasil perhitungan nilai Kelimpahan yang terdapat di Desa busung mencapai 12,70

    ind/m2, kelimpahan siput gonggong yang terdapat di Desa Busung dalam kategori

    rendah.

    2.7. Kondisi Parameter Lingkungan Perairan

    2.7.1. Fisika

    2.7.1.1. Suhu

    Suhu merupakan salah satu parameter untuk mempelajari transportasi dan

    penyebaran polutan yang masuk kelingkungan laut. Biasanya suhu air laut

    berkisar antara -2 sampai 30 oC. Energi matahari dapat diserap sampai kedalaman

    sekitar 100 m dari permukaan laut. Pada laut dalam, sirkulasi dasar dan

    permukaan laut sangat terbatas sehingga terbentuk gradient suhu dimana air

    hangat dipermukaan menutupi air yang lebih dingin yang tidak mendapatkan

    energi matahari. Perubahan suhu juga terjadi akibat adanya hembusan angin pada

    pada permukaan laut yang menyebabkan timbulnya gerakan turbulensi pada

  • 8

    kedalaman tertentu. Pada kedalaman ini, air menjadi lebih dingin pada perubahan

    kedalaman yang relatif kecil (Mukhtasor, 2007).

    Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh curah hujan, penguapan, kelembaban

    udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas matahari. Suhu air di perairan

    Indonesia umumnya berkisar antara 28 - 31 °C. Suhu air di dekat pantai biasanya

    sedikit lebih tinggi daripada yang di lepas pantai Nontji. (2002). Menurut Dody.

    (2007) siput gonggong hidup pada kisaran suhu antara 28,5 - 29,9°C.

    2.7.1.2. Salinitas

    Salinitas adalah total konentrasi ion-ion terlarut yang terdapat diperairan.

    Salinitas dinyatakan dalam satuan promil (‰). Nilai salinitas perairan tawar

    biasanya kurang dari 0,5 (‰), perairan payau antara 0,5-30(‰) dan perairan laut

    30-40(‰). Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan

    air dari sungai Effendi. (2003). Kondisi ini diperkuat lagi dengan yang dituliskan

    oleh Dody. (2007) bahwa siput gonggong pada kisaran salinitas antara 31,0 -

    33,3‰.

    2.7.2. Kimia

    2.7.2.1. pH

    Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas fotosintesis,

    aktitivitas biologis, suhu, kandungan oksigen dan adanya kation. Pada umumnya

    kematian organisme disebabkan oleh pH yang rendah dari pada pH yang tinggi.

    Pada kondisi perairan yang alami, pH berkisar antara 4,0 – 9,0 Gufran et al.,

    (2007). Selanjutnya ditambahkan bahwa pH yang baik untuk kehidupan

    organisme laut adalah berkisar antara 6,5 – 9,0 dan kisaran optimal pH adalah 7,5

    – 8,7.Sedangkan Effendi. (2003) menyatatakan sebagian besar biota akuatik

    sensitive terhadap perubahan pH dan mentukai nilai pH sekitar 7 - 8,5. Sedangkan

    menurut Dody. (2007) bahwa siput gonggong hidup pada kisaran pH antara 7,60 -

    7,67.

  • 9

    2.7.2.2. DO

    Dilaut, oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) berasal dari dua sumber yakni

    dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman

    laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung

    dimanfaatkan bagi banyak organisme untuk kehidupan antara lain pada proses

    respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metebolisme) bahan

    organik sehingga terbentuk energy diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O

    (Wibisono, 2010).

    Effendi. (2003), menjelaskan bahwa hubungan antara kadar oksigen terlarut

    jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen dan gas-gas

    lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas, sehingga kadar oksigen

    terlarut di laut cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan tawar.

    Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan suhu sebesar 10C akan meningkatkan

    konsumsi oksigen sekitar 10 %.

    2.7.3. Substrat

    Spesies siput gonggong umumnya mendiami substrat lunak dan dapat

    ditemukan pada substrat yang didominasi oleh pasir hingga pasir berlumpur

    Dody. (2011). Tipe substrat suatu perairan akan mempengaruhi penyebaran,

    kepadatan, dan komposisi bentos. Penyebaran dan kepadatan siput berhubungan

    dengan diameter rata-rata butiran sedimen, kandungan debu dan liat, serta

    cangkang-cangkang biota yang telah mati, yang secara umum dapat dikatakan

    bahwa semakin besar ukuran butiran berarti semakin kompleks substrat, sehingga

    semakin beragam pula jenis biotanya. Pada tipe substrat halus seperti lumpur,

    lebih banyak mengandung bahan organik di bandingkan dengan substrat yang

    lebih kasar Riniatsih. (2016). Jenis substrat serta adanya berbagai tumbuhan air

    yang menggambarkan bahwa keadaan tersebut merupakan habitat yang disukai

    oleh keong gonggong (Marwoto, 1993).

  • 10

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Waktu Dan Tempat

    Kegiatan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2017 – Juli

    2017. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan survey lokasi dan pengambilan

    data awal, telaah pustaka dan studi literatur, penetapan secara teknis dalam

    pengambilan sampel yaitu observasi, pengambilan sampel, pengolahan data,

    analisis data dan penyusunan laporan hasil akhir penelitian. Penelitian ini

    dilakukan di Desa Mantang Baru, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan,

    Provinsi Kepulauan Riau.

    Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

    Sumber : Citra Landsat & 2014 & BaseMap Bintan

    3.2. Alat Dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di

    bawah ini, sebagai berikut :

  • 11

    Tabel 1 Alat dan Bahan yang digunakan Dalam Penelitian

    No Parameter

    Sampling

    Satuan Alat Bahan

    1 Biologi

    - Siput Gonggong

    - Lamun

    - GPS - Plot/Kuadran

    1x1 meter

    - Botol sampel - Nampan - Kamera - PlastikBening/A

    luminium Foil

    - Aquades dan Tisu

    - Sampel Perairan

    - Pena

    - Pensil

    - Kertas,

    - Penggaris

    - lumpur, Pasir dan

    Krikil

    2 Fisika

    - Suhu - Salinitas

    oC

    0/00

    - Multitester - Hand

    Refraktometer

    3 Kimia

    - DO - pH - Substrat

    Mg/l

    -

    -

    - Multitester - Multitester - Ayakan

    Sumber : Data Primer

    3.3. Metode Pengumpulan Data

    Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode survey, dimana

    pengamatan dilakukan secara langsung kelapangan. Data yang diambil ada 2 yaitu

    data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi atau

    pengamatan langsung kelapangan. sedangkan data sekunder diperoleh dari

    instansi-instansi terkait berkaitan dengan kondisi umum daerah penelitian dan

    literatur yang mendukung. Didalam penelitian ini pendekatan yang digunakan

    adalah pendekatan kuantitatif, yakni menganalisis data kuantitatif yang diperoleh

    untuk menghitung kelimpahan, frekuensi, keanekaragaman, keseragaman dan

    indeks dominansi siput gonggong (Strombus sp.) serta menghitung kerapatan

    lamun. Sedangkan data kuantitatif tersebut diperoleh dengan dua cara yaitu hasil

    observasi atau pengamatan langsung dilapangan menggunakan alat dan bahan

    untuk mengukur parameter perairan serta pengamatan identifikasi lamun yang

  • 12

    ditemukan dengan menggunakan buku Panduan Monitoring padang lamun dan

    untuk siput gonggong yang ditemukan dengan web http://www.seashell.com.

    3.3.1. Teknik Menentukan Titik Pengamatan

    Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling random

    sederhana (SRS) dimana metode yang digunakan untuk memilih sampel dari

    populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi

    mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel. Seluruh

    anggota populasi menjadi anggota dari kerangka sampel. SRS bisa digunakan jika

    populasi bersifat homogen (Nurhayati, 2008).

    Penentuan titik pengamatan gonggong dilakukan dengan menyebar titik-titik

    pengamatan secara acak menggunakan teknik sistem random sampling, dimana

    penentuan titik sampling di acak menggunakan bantuan software Global mapper,

    selanjutnyadi dapat 30 titik sampling yang tersebar secara random di perairan

    Desa Mantang Baru.

    3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan contoh sampel lamun pada penelitian ini

    berdasarkan pada penggunaan metode transek kuadrat. Pengamatan contoh

    lamun dilakukan dengan menggunakan kuadran 1 x 1 m dengan jumlah subplot

    sebanyak 25 tegakan subplot pada setiap tittik lokasi penelitian. Untuk

    mengetahui jumlah tegakan/kerapatan lamun dan jenis lamun dilihat dalam tiap

    kuadran serta dicatat per tiap subplot sehingga mempermudah dalam perhitungan

    untuk lamun.

    Sedangkan untuk pengambilan sampel siput gonggong (Strombus sp.)

    dilakukan secara bersamaan dengan pengamatan sampel lamun yang tersebarpada

    kuadran yang mewakili titik lokasi penelitian tersebut. Sampel siput gonggong

    (Strombus sp.) yang terdapat dalam tiap kuadran dikutip dan diambil, kemudian di

    letakkan di nampan dan diukur serta di foto untuk dokumentasi objek penelitian

    dan dihitung jumlah dari tiap kuadran.

    Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan pada saat perairan dalam

    keadaan surut yang diperkirakan 15-30 cm, karenaakan memudahkan pengamatan

  • 13

    sertaperhitungan sampel lamun pada jalur serta lokasi yang telah ditentukan

    secara acak. Selain itu juga dilakukan pengambilan data mengenai parameter

    lingkungan mencakup DO, substrat, suhu, pH dan salinitas. Pengambilan data

    parameter dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel lamun, dan

    gonggong, data parameter diambil pada setiap titik lokasi penelitian.

    3.4. Analisis Data

    3.4.1. Pengukuran Parameter Fisika – Kimia

    Adapun Pengukuran parameter fisika – kimia Perairan di lingkungan perairan

    Desa Mantang Baru pada Tabel 2.

    Tabel 2 Metode Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia

    Parameter Satuan Metode Keterangan

    Fisika

    Suhu oC Termometer Insitu

    Kimia

    pH - Multitester Insitu

    DO Mg/l Multitester Insitu

    Salinitas 0/00 Hand Refractometer Insitu

    Sumber : Data Primer

    3.4.2. Substrat

    Pengamatan dan penentuan jenis substrat dasar pada lokasi Penelitian

    dilakukan dengan metode ayakan kering dengan menggunakan ayakan bertingkat

    (sievenet). Prosedur pengayakan sedimen kering dilakukan dengan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    a) Sampel sedimen yang diambil dilapangan, dikeringkan di oven hingga

    mencapai berat konstan.

    b) Timbang sedimen dengan timbangan analitik sebanyak 100 gr, dan gerus

    dengan alu serta lumpang hingga gumpalan terpisah.

    c) Siapkan ayakan dengan ukuran 2 mm (Ø- 1),dimana ayakan dengan mesh

    size terbesar pada tingkat teratas dan seterusnya.

  • 14

    d) Masukan sampel tersebut dengan ayakan ukuran 2 mm (Ø- 1),kemudian

    ayakan digoyang sampai semua partikel dalam ayakan terayak secara

    sempurna. Timbang sampel pada masing-masing ayakan.

    e) Bersihkan screen ayakan dengan menggunakan brush/sikat. Susunlah

    ayakan berdasarkan mesh size yang ada dalam populasi pasir, dimana

    ayakan dengan mesh size terbesar berada pada tingkat teratas dan

    seterusnya. Urutan mesh size dari atas kebawah sebagai berikut : 1mm

    (0Ø), 0,5 mm (1 Ø; 500 um), 0,25mm (2Ø: 250 um), 1/8 mm (3Ø:125

    um), 1/16 mm (4 Ø; 63um).

    f) Masukan sampel yang diperoleh di ayakan paling atas, kemudian ayakan

    digoyang sampai semua partikel dalam populasi terayak secara sempurna.

    Timbang sedimen yang tertahan pada masing-masing ayakan dan cata

    beratnya.

    g) Distribusi dan klasifikasi ukuran butir sedimen digunakan metode

    pemilahan menurut Bloot. (2010) pada software Gradistat ver 8.0. pada

    software ini memudahkan peneliti untuk menganalisis sampel substrat

    yang terdapat lebih dari 1 titik sampling (dapat menganalisis maksimal 230

    sampel dalam 1 kali running).

    3.5. Pengolahan Data Sampling

    3.5.1. Kerapatan Jenis Lamun

    Kerapatan Jenis (Ki), yaitu jumlah total individu jenis lamun suatu unit area

    yang diukur. Kerapatan jenis lamun dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007):

    Dengan :

    Ki = kerapatan jenis ke-i (tegakan/m2)

    Ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i (tegakan/m2)

    A = Luas area total pengambilan sampel (m2)

  • 15

    3.5.2. Kelimpahan Siput Gonggong (Strombus Sp.)

    Kelimpahan diartikan sebagai satuan jumlah individu yang ditemukan per

    satuan luas. Menurut Fachrul. (2007), perhitungan kelimpahan jenis Gastropoda

    dapat di rumuskan sebagai berikut :

    Keterangan :

    Di = Kelimpahan jenis (ind/m2)

    Ni = Jumlah individu dari spesies ke-i (individu)

    A = Luas area pengamatan (m2)

    3.5.3. Frekuensi Jenis

    Frekuensi jenis adalah peluang suatu jenis ditemukan dalam titik contoh

    yang diamati. Frekuensi jenis dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007) :

    Dimana :

    Fi = Frekuensi Jenis

    Pi = Jumlah petak contoh dimana ditemukan spesies

    P = Jumlah total petak contoh yang diamati

    3.5.4. Indeks Keanekaragaman

    Keanekaragaman Gastropoda ditentukan besar nilai indeks yang ada. Indeks ini

    dihitung dengan menggunakan rumus Shannon-Weanner. (1963) in Fachrul.

    (2007). Indeks Keanekaragaman dihitung dengan rumus:

    Dimana :

    H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

    Pi = ni/N

    Ni = Jumlah Individu Jenis Ke-i (ind/m2)

  • 16

    N = Jumlah Total Individu

    S = Jumlah Genera / Spesies

    Dengan nilai :

    Nilai H’ > 3 keanekaragaman spesies tinggi

    Nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 keanekaragaman spesies sedang

    Nilai H’ < 1 keanekaragaman spesies rendah

    3.5.5. Indeks Keseragaman

    Keseragaman dapat dikatakan sebagai keseimbangan, yaitu komposisi individu

    tiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas. Rumus indeks keseragaman

    (Fachrul, 2007) :

    Keterangan :

    E = Indek keseragaman

    H’ = Indeks keanekaragaman

    H’max = Indeks keanekaragaman maksimum (log2 S = 3,32, dimana S

    adalah jumlah jenis) Indeks keseragaman berkisar antara 0-1.

    Dengan nilai :

    E > 0,6 : Ekosistem dalam kondisi stabil dan

    mempunyai keseragaman tinggi

    E 0,6 ≤ E ≤ 0,4 : Ekosistem dalam keadaan kurang stabil dan

    mempunyai keseragaman sedang

    E < 0,4 : Ekosistem dalam keadaan yang tertekan dan

    mempunyai keseragaman rendah.

  • 17

    3.5.6. Indeks Dominansi

    Untuk menggambarkan jenis gastropoda yang paling banyak ditemukan, dapat

    diketahui dengan menghitung nilai dominasinya. Dominasi dapat dinyatakan

    dalam indeks dominasi Simpson-Brower. (1989) in Syari. (2005) :

    Dimana : Indeks dominasi Simpson

    D = Jumlah individu jenis ke-i

    Ni = Jumlah individu jenis ke-i

    N = Jumlah total individu seluruh jenis

    S = Jumlah spesies

    Dengan nilai :

    00,0 < C 0,30 : Dominansi rendah

    0,30 < C 0,60 : Dominansi sedang

    0,60 < C 1,00 : Dominansi tinggi

    3.5.7. Data Untuk kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.)

    Analisa kesesuaian habitat untuk siput gonggong disajikan dalam tabel dan

    grafik, data-data tersebut kemudian dianalisis secara deskriftif serta dilakukan

    analisis terhadap permasalahan yang berkaitan dengan data sampling parameter

    perairan dan data sampling siput gonggong serta data analisa kesesuaian

    habitatnya.

    Untuk mengetahui kesesuaian habitat siput gonggong dibutuhkan kriteria

    sebagai acuan penentuan kelayakan untuk habitat pada Tabel 3.

  • 18

    Tebel 3 Kriteria Kesesuaian Habitat Siput Gonggong

    No Kriteria Satuan

    kesesuaian Habitat

    Pustaka Tidak

    Sesuai Sesuai

    Sangat

    Sesuai

    1 Substrat Jenis - Pasir Pasir

    Berlumpur

    Dody.

    (2011)

    2 DO mg/l < 5 mg/l 5 mg/l > 5 mg/l

    Kepmenlh

    No. 51

    Tahun 2004

    3 Suhu °C < 28 28 28-32

    Kepmenlh

    No. 51

    Tahun 2004

    4 Salinitas ‰ < 33 33 33-34

    Kepmenlh

    No. 51

    Tahun 2004

    5 pH - < 7 7 7-8,5

    Kepmenlh

    No. 51

    Tahun 2004

    6 Jenis

    Lamun Jenis -

    Halophila

    sp. H. ovalis

    Zaidi et al.,

    (2009)

    7 Kerapatan

    Lamun Jenis

    Sangat

    jarang Jarang Rapat

    Rifa'i et al.,

    (2013)

    Sumber : Modifikasi (Utojo et al., 2004)

    Setelah mengetahui kesesuaian habitat siput gonggong, kemudian dilakukan

    dengan metode pengharkatan skoring sehingga didapat penilaian untuk

    kesesuainya habitanya, yaitu setiap parameter dibagi dalam 3 kelas penilaian

    seperti sangat sesuai (Skoring 3), sesuai (Skoring 2) dan tidak sesuai (Skoring 1).

    Selanjutnya setiap parameter dilakukan pembobotan untuk digunakan dalam

    penentuan tingkat kesesuaian habitat siput gonggong. Parameter yang dapat

    memberikan pengaruh lebih kuat diberi bobot lebih tinggi daripada parameter

    yang lebih lemah. Untuk mendapatkan nilai bobot tiap parameter digunakan

    persamaan (Utojo et al., 2004) seperti rumus dibawah ini dan hasil pembobotan

    serta nilai skor disajikan pada Tabel 3.

  • 19

    Dimana :

    Wj = Bobot Parameter

    N = Jumlah Parameter

    Rj = Posisi Ranking

    Rp = Parameter (1,2,3......n)

    Tabel 4 Pembobotan dan Skoring dari Parameter yang Terukur

    No Parameter Kriteria Rangking Batas

    Nilai Bobot Nilai Skor

    1 Substrat Pasir Berlumpur 3 Sangat

    Sesuai

    0,25 0,75

    Pasir 2 Sesuai 0,50

    - 1 Tidak

    sesuai

    0,25

    2 DO > 5 mg/l 3 Sangat

    Sesuai

    0,21 0,64

    5 mg/l 2 Sesuai 0,43

    < 5 mg/l 1 Tidak

    sesuai

    0,21

    3 Suhu 28-32 3 Sangat

    Sesuai

    0,18 0,54

    28 2 Sesuai 0,36

  • 20

    Berdasarkan nilai skor setiap parameter maka dilakukan penilaian untuk

    menentukan kesesuaian habitat untuk kehidupan siput gonggong dengan

    menggunakan rumus yang ditulis oleh (Utojo et al., 2004) sebagai berikut :

    Sehimgga diperoleh penentuan kategori berdasarkan persentase interval

    kesesuaian seperti pada Tabel 4.

    Tabel 5 Interval Nilai Kesesuaian Berdasarkan Kategori Kesesuaian

    No Katergori % Interval Kesesuaian

    1 Sangat Sesuai 75 - 100

    2 Sesuai 50 - 75

    3 Tidak Sesuai < 50

    Sumber : Modifikasi (Utojo et al., 2004)

    Kelas kerapatan lamun di gunakan sumber literatur yang mengacu dari Gosari

    dan Haris (2012) dan tidak mengacu pada Kepmenlh No. 200 Tahun 2004,

    karena pada acuan Kepmenlh tidak tersedia kelas untuk nilai kerapatan lamun.

    Dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 6 Penentuan Kondisi Lamun Berdasarkan Kerapatan

    Skala Kerapatan (tegakan/m2) Kondisi

    5 > 175 Sangat Rapat

    4 125 – 175 Rapat

    3 75 – 125 Agak Rapat

    2 25 – 75 Jarang

    1 < 25 Sangat Jarang

    Sumber : Braun-Blanquet. (1965) in., Gosari, Haris. (2012)

  • 21

    Tabel 7 Matrik Analisa kesesuaian habitat siput gonggong (Strombus sp.)

    No

    Tinjauan Faktor

    Pendukung

    Kesesuaian Habitat

    Nilai

    Kesesuaian

    Nilai

    Kesesuaian

    yang

    didapat

    Kategori

    Sangat

    Sesuai Sesuai

    Tidak

    Sesuai

    Parameter Lingkungan Perairan (Kepmenlh No. 51 tahun 2004) Mengenai Baku Mutu Air

    Laut untuk Biota Laut

    Parameter Fisika

    1 Suhu 28-32 oC

    2 Salinitas 33-34 0/00

    Parameter Kimia

    3 DO >5 mg/l

    4 pH 7-8.5

    Parameter Biologi

    5 Kerapatan Lamun

    Rapat,

    Rifai et al.

    (2013)

    6 Jenis Lamun

    Halophila

    sp., Zaidi

    et al.

    (2009)

    Tipe Substrat

    7

    Pasir Pasir, Pasir

    Berlumpur

    Dody.

    (2011)

    Lumpur

    Pasir Berlumpur

    Sumber : Data Primer

  • 22

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Kondisi Umum Wilayah Desa Mantang Baru

    Desa Mantang Baru merupakan salah satu wilayah yang ada di Kabupaten

    Bintan yang termasuk Kecamatan Mantang. Desa Mantang Baru secara

    administrasi terletak dengan luas daerah yaitu seluas 11 Ha Arsip Desa Mantang

    Baru. (2016). Jarak tempuh Desa Mantang Baru ke pusat pemerintahan kecamatan

    ± 2 km, ke ibukota kabupaten ± 10 km menggunakan transportasi laut yaitu

    dengan biaya transportasi Rp. 20.000 sudah termasuk biaya pulang-pergi. Tinggi

    pusat pemerintahan wilayah desa dari permukaan laut adalah 100 meter.

    Topografi pantai yang landai dan memiliki sumberdaya kelautan berupa

    ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Batas

    administrasi Desa Mantang Baru dapat dilihat pada Tabel 8.

    Tabel 8 Batas Administrasi Desa Mantang Baru

    No Letak Desa / Kelurahan

    1 Utara Batu Licin Kelurahan Gunung Lengkuas

    2 Selatan Kabupaten Lingga

    3 Barat Desa Dendun

    4 Timur Desa Mantang Besar

    Sumber : Arsip Desa Mantang Baru 2016

    4.2. Kondisi Sumberdaya Pesisir Desa Mantang Baru

    4.2.1. Ekosistem Padang Lamun

    Dilihat secara visual, perairan Desa Mantang Baru memiliki sebaran lamun

    yang masih luas, di sepanjang pantai terdapat ekosistem tersebut dengan kondisi

    yang dapat dikatakan bagus. Dimana di dapat dari hasil penelitian ini, ditemukan

    dua jenis lamun yang ada di Perairan Desa Mantang Baru yaitu sebagai berikut.

  • 23

    4.2.1.1.Enhalus acoroides

    Jenis lamun E. acoroides yang ditemukan di Perairan Desa Mantang Baru

    dapat dilihat tipe morfologinya seperti pada Gambar 4.

    Kingdom

    :

    Plantae

    Divisi : Anthophyta

    Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae

    Ordo : Helobiae Family : Hyddrocharitaceae Genus : Enhalus Spesies : E. acoroides

    Gambar 4 Jenis lamun E. acoroides

    Sumber : Data lapangan (2017)

    Jenis lamun E. acoroides diketahui memiliki struktur daun dan akar yang

    besar dengan tipikal akar serabut dan daun yang kasar. jenis ini memiliki

    sebaran yang cukup luas diperairan Indonesia. bahkan menurut Supriharyono.

    (2007) jenis E. acoroides memiliki sebaran yang cukup luas pada lautan india

    hingga bagian tropis pasifik barat. Pendapat lain menurut Nontji. (2007) jenis

    E. acoroides pada saat air surut daunnya akan tersembul kepermukaan

    perairan, daunnya berbentuk seperti pita yang panjang memiliki biji yang

    dapat dijadikan sebagai makanan atau jenis ini lebih dikenal dengan sebutan

    setu atau samo samo.

    4.2.1.2.Thalassia hemprichii

    Jenis lamun T. hemprichii yang ditemukan di Perairan Desa Mantang Baru

    dapat dilihat tipe morfologinya seperti pada Gambar 5.

  • 24

    Gambar 5 Jenis lamun T. hemprichii

    Sumber : Data lapangan (2017)

    Jenis T. hemprichii memiliki daun yang melebar namun pendek, dengan

    pangkal daun berwarna hitam dan halus umumnya dijumpai pada area pasang

    surut (intertidal). Menurut Supriharyono. (2007) T. hempichii tersebar di daerah

    tropis di Lautan India dan bagian darat pasifik salah satunya Indonesia.

    4.2.2. Siput Gonggong (Strombus sp.)

    Siput gonggong merupakan salah satu jenis gastropoda yang terdapat di

    perairan pesisir Desa Mantang Baru, yang sekarang ini banyak diminati oleh

    wisatawan, baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan asing atau luar negeri.

    Sehingga jenis spesies dari gastropoda ini di Provinsi Kepulauan Riau dijadikan

    ikon ibukota provinsi dengan telah dibangunnya gedung monumen siput

    gonggong yang terletak di tepian pesisir Kota Tanjungpinang di dekat pelabuhan

    umum transportasi dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga apabila

    pengunjung sampai di pelabuhan Kota Tanjungpinang langsung dapat melihat

    gedung monumen siput gonggong ini dari arah pelabuhan. Dari hasil penelitian

    ini, ditemukan tiga jenis siput gonggong yang ada di perairan Desa Mantang Baru

    yaitu sebagai berikut.

    Kingdom

    :

    Plantae

    Divisi : Anthophyta Kelas : Angiospermae

    Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Helobiae Family : Hyddrocharitaceae Genus : Thalassia Spesies : T. hemprichii

  • 25

    Gambar 6 Jenis Gonggong S. urceus

    Sumber : Data lapangan (2017)

    Gambar 7 Jenis Gonggong S. canarium

    Sumber : Data lapangan (2017)

    Gambar 8. Jenis Gonggong S. turturella

    Sumber : Data lapangan (2017)

    Kingdom

    :

    Animalia

    Divisi : Moluska

    Kelas : Gastropoda Subkelas : Streptoneura Ordo : Mesogastropoda Family : Strombiadae Genus : Strombus

    Spesies : S. urceus

    Kingdom

    :

    Animalia

    Divisi : Moluska

    Kelas : Gastropoda Subkelas : Streptoneura

    Ordo : Mesogastropoda Family : Strombiadae

    Genus : Strombus

    Spesies : S. canarium

    Kingdom

    :

    Animalia

    Divisi : Moluska Kelas : Gastropoda Subkelas : Streptoneura Ordo : Mesogastropoda Family : Strombiadae

    Genus : Strombus Spesies : S. turturella

  • 26

    4.3. Kondisi Lamun

    4.3.1. Kerapatan

    Kerapatan lamun digambarkan dengan satuan tegakan dalam ukuran meter

    persegi. Kerapatan lamun berbeda untuk setiap jenisnya, diantaranya dapat dilihat

    pada Tabel 9.

    Tabel 9 Kerapatan Jenis Lamun di perairan Mantang Baru

    Jenis Jumlah (tegakan) Kerapatan Jenis

    (tegakan/m2)

    E. acoroides 1129 38

    T. hemprichii 915 31

    TOTAL 2044 68

    Sumber : Data lapangan (2017)

    Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa dari 30 plot pengamatan

    berukuran 1x1 meter yang tersebar di perairan Desa Mantang Baru, masing-

    masing jenis lamun memiliki jumlah tegakan yang berbeda. E. accoroides

    memiliki jumlah tegakan lamun yaitu 1129 tegakan dan T. hemprichii memiliki

    jumlah tegakan lamun yaitu 915 tegakan. Rata-rata kerapatan total lamun di

    perairan Desa Mantang Baru dari hasil perhitungan diketahui sebanyak 68

    tegakan/m2. Dituliskan dalam penelitian Putra. (2014) Kerapatan total lamun

    untuk semua jenis di Pulau Penyengat pada stasiun pengamatan berada pada

    kisaran 91-121 tegakan/m2 dengan rata-rata kerapatan untuk Stasiun pengamatan

    adalah 104 tegakan/m2. Hasil penelitian Sinaga. (2015) Tingkat kerapatan lamun

    dari 2 jenis lamun yang dijumpai, jenis E. acoroides sebesar 15 tegakan/m2 serta

    jenis T. hemprichii sebesar 8 tegakan/m2 dengan total kerapatan lamun di perairan

    Desa Batu Licin sebesar 23 tegakan/m2.

    Dari perbandingan total kerapatan lamun yang dijelaskan diatas Kondisi

    kerapatan lamun di perairan Desa Mantang Baru tergolong lamun dengan kondisi

    lamun jarang. Menurut Braun-Blanquet. (1965) in Gosari, Haris. (2012) skala

    kondisi lamun berdasarkan kerapatan dikategorikan skala 2 untuk lamun dengan

    kerapatan berkisar 25 – 75 tegakan/m2 yang termasuk dalam kondisi lamun

    jarang.

  • 27

    Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan jenis yang dilakukan, diperoleh data

    yaitu lamun jenis E. acoroides memiliki kerapatan yang paling tinggi

    dibandingkan dengan lamun jenis lain yang ditemukan yaitu dengan nilai

    kerapatan 38 tegakan/m2 sedangkan T. hemprichii dengan nilai kerapatan 31

    tegakan/m2. Kerapatan jenis tertinggi di Perairan Desa Mantang Baru yakni E.

    acoroides.

    4.4. Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.)

    4.4.1. Kelimpahan

    Dari penelitian yang telah di lakukan yaitu pengamatan jenis siput gonggong

    yang ada di Perairan Desa Mantang Baru. Berdasarkan pengolahan data

    penelitian, kelimpahan siput gonggong disajikan pada Tabel 10.

    Table 10 Nilai Kelimpahan Jenis Siput Gonggong

    Jenis Jumlah (individu) Kelimpahan

    (ind/m2)

    S. urceus 123 4

    S. canarium 16 1

    S. turturella 30 1

    TOTAL 169 6

    Sumber : Data lapangan (2017)

    Dilihat dari Tabel 9. di atas, kelimpahan siput gonggong dari 30 titik

    pengamatan yaitu siput gonggong jenis S. urceus yang ditemukan berjumlah 123

    individu dengan nilai kelimpahan 4 ind/m2, S. canarium dapat ditemukan

    berjumlah 16 individu dengan kelimpahan 1 ind/m2, S. turturella ditemukan

    berjumlah 30 individu dengan kelimpahan 1 ind/m2. Dengan rata-rata total

    kelimpahan siput gonggong di Desa Mantang Baru sebesar 6 ind/m2.

    Dituliskan oleh Putra. (2014), kepadatan Siput Gonggong di Pulau Penyengat

    pada Stasiun penelitian berada dalam kisaran 0,10 – 0,28 ind/m2. Dari penelitian

    Izuan. (2014), mendapatkan kepadatan gonggong di perairan Dompak memiliki

    nilai berkisar antara 0,05 ind/m2 sampai dengan 0,50 ind/m

    2. Oleh Fatmadewi.

  • 28

    (2014), Tingkat kepadatan siput gonggong di Perairan Madong berkisar 1–10

    ind/m2. Dari Penelitian Syafrizar. (2016), Berdasarkan hasil perhitungan nilai

    Kelimpahan yang terdapat di Desa Busung mencapai 12,70 ind/m2.

    Berdasarkan hasil perhitungan kelimpahan yang dilakukan, diperoleh data

    yaitu siput gonggong jenis S. urceus memiliki kelimpahan yang paling tinggi

    dibandingkan dengan gonggong jenis lain yang ditemukan yaitu dengan nilai

    kelimpahan 4 ind/m2, sedangkan gonggong jenis S. canarium dan S. turturella

    dengan nilai kelimpahan 1 ind/m2 dan 1 ind/m

    2.

    4.4.2. Frekuensi

    Frekuensi jenis merupakan perbandingan antara jumlah petak sampel yang

    ditemukan suatu jenis lamun dengan jumlah total petak sampel yang diamati,

    Hasil perhitungan frekuensi jenis siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru

    dapat dilihat pada Tabel 11.

    Tabel 11 Nilai Frekuensi Siput Gonggong di Perairan Desa Mantang Baru

    Jenis Jumlah Plot Dijumpai Frekuensi Jenis

    S. urceus 30 1

    S. canarium 15 0,50

    S. turturella 20 0,67

    TOTAL 65 2,17

    Sumber : Data Lapangan (2017)

    Berdasarkan hasil pengamatan di perairan Desa Mantang Baru, frekuensi

    ditemukannya gonggong jenis Strombus urceus dari 30 titik pengamatan yaitu

    sebesar 1 dengan peluang kemunculan setiap titik lokasi, jenis S. canarium

    memiliki nilai frekuensi 0,50 dan jenis S. turturella dengan nilai frekuensi 0,67

    hal ini menunjukan bahwa jenis S. canarium dan S. turturella tidak ditemukan

    pada seluruh plot pengamatan namun sebagian besar plot di jumpai jenis S.

    urceus. Dikarenakan kemungkinan berpengaruh terhadap kondisi ekologi siput

  • 29

    gonggong dilihat dari kondisi perairan, jenis substrat dan penangkapan yang

    dilakukan oleh masyarakat setempat.

    Dengan demikian jenis S. urceus memiliki peluang dijumpai lebih besar.

    Menurut Izuan. (2014) peluang ditemukan suatu jenis gonggong tergantung pada

    tipe substrat di lapangan, karena masing-masing spesies gonggong memiliki

    kesukaan tipe substrat yang berbeda.

    4.4.3. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi

    Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Indeks

    dominansi siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru dapat dilihat pada

    Tabel 12.

    Tabel 12 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Indeks dominansi Siput

    Gonggong di Perairan Desa Mantang Baru

    Indeks

    Keanekaragaman (H') Keseragaman (E) Dominansi (C)

    0,99 0,27 1,00

    Sumber : Data Lapangan (2017)

    Berdasarkan tabel diatas, di perairan Desa Mantang Baru didapat perhitungan

    nilai indeks keanekaragaman (H’) yaitu sebesar 0,76, indeks keseragaman (E)

    yaitu sebesar 0,69 dan indeks dominansi yaitu sebesar 0,57. Dituliskan oleh

    Marwoto. (1993) dalam penelitiannya mengenai indek keanekaragaman dan

    keseragaman ditemukan di stasiun Terkulai, masing-masing sebesar 1,02 dan

    0,26, sedangkan di stasiun Pengujan, yaitu 0,62 dan 0,18, sedangkan untuk nilai

    indeks dominansi dari kedua stasiun yaitu masing-masing 0,10 dan 0,33.

    Dari penjelasan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman

    tergolong kategori rendah, keseragaman tergolong kategori tinggi dan dominansi

    dalam kategori sedang. Secara keseluruhan data pengukuran indeks

    keanekaragaman, keseragaman, serta dominansi dijelaskan dalam grafik yaitu

    pada Gambar 12.

  • 30

    Gambar 12. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Indeks Dominansi

    Sumber : Data lapangan (2017)

    4.5. Kondisi Parameter Fisika-Kimia di Perairan Desa Mantang Baru

    Hasil pengukuran kondisi parameter fisika-kimia perairan di perairan Desa

    Mantang Baru dilakukan meliputi pengukuran suhu, salinitas , pH, DO dan

    substrat dapat dilihat pada Tabel 13.

    Tabel 13 Parameter Fisika-Kimia Perairan Desa Mantang Baru

    Parameter Satuan Nilai Baku Mutu

    (kepmenlh No.

    51 Tahun 2004) Kisaran Rata-rata

    Suhu ˚C 29,3 - 30,4 ˚C 29,9 ˚C 28-32 oC

    Salinitas 0/00 27 – 32

    0/00 32,9

    0/00 33-34

    0/00

    pH - 7,65 - 7,97 7,84 7-8,5

    DO mg/l 4,5 - 7,6 mg/l 6,9 mg/l >5 mg/l

    Substrat Jenis Pasir Lumpur

    Berpasir*

    Sumber : Data Lapangan (2017) *Jurnal

    Suhu perairan Desa Mantang Baru di sekitar penelitian pada area lamun

    diketahui berkisar antara 29,3 - 30,4˚C dengan rata-rata suhu diperairan tersebut

    sebesar 29,9 ˚C. Bila melihat dari literatur menurut Kepmenlh No. 51 (2004)

    bahwa kisaran optimal bagi kehidupan lamun diantaranya pada kisaran 28-32˚C.

    Keanekaragaman

    (H')Keseragaman (E) Dominansi (C)

    Indeks 0,99 0,27 1,00

    0,00

    0,20

    0,40

    0,60

    0,80

    1,00

    1,20

    Indeks

  • 31

    Melihat hasil rata-rata suhu perairan Mantang Baru dikatakan masih baik bagi

    kehidupan lamun. Hal ini dikemukakan oleh Dody. (2012) yang mengatakan

    bahwa siput gonggong hidup pada kisaran suhu antara 28,5 - 29,9 °C.

    Hasil pengukuran salinitas perairan Desa Mantang Baru berada pada kisaran

    27 – 32 ppm dengan rata-rata salinitas sebesar 32,9 ppm. Kondisi salinitas masih

    baik bagi kehidupan biota perairan yaitu termasuk siput gonggong, di perairan

    Desa Mantang Baru bila mengacu pada pendapat yang dikemukakan Kepmenlh

    No. 51 tahun 2004 yang mengatakan bahwa kisaran salinitas bagi kehidupan

    lamun diantaranya antara 33-34 ppm. Serta dituliskan oleh Dody. (2012) yang

    menyatakan bahwa siput gonggong pada kisaran salinitas antara 31,0 - 33,3 ‰.

    Kondisi derajat keasaman perairan pada area lamun Desa Mantang Baru pada

    kisaran 7,65 - 7,97 dengan rata-rata 7,84 mencirikan bahwa perairan masih layak

    bagi kehidupan biota perairan ditinjau dari kondisi keasaman perairannya. Kisaran

    optimal yang ditentukan oleh Kepmenlh No. 51 Tahun (2004) yang

    mengemukakan bahwa umumnya organisme perairan baik hidup pada kisaran

    keasaman perairan laut antara 7-8.5. Menurut Effendi. (2003) menyatakan

    sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menentukan

    nilai pH sekitar 7 - 8,5. Sedangkan menurut Dody. (2007), bahwa siput gonggong

    hidup pada kisaran pH antara 7,60 - 7,67.

    Hasil pengukuran oksigen terlarut diperairan diperoleh hasil rata-rata sebesar

    6,9 mg/l dengan kisaran 4,5 - 7,6 mg/L. Berdasarkan Kepmenlh No. 51 Tahun

    (2004) bahwa nilai oksigen terlarut yang baik bagi organisme perairan adalah >5

    mg/l. Hal ini juga didukung oleh pendapat Effendi. (2003) yang mengatakan

    bahwa hampir semua organisme akuatik menyukai pada kondisi oksigen terlarut

    >5 mg/l. Jika dilihat dari hasil pengukuran, maka kondisi oksigen terlarut pada

    perairan masih baik.

    Tipe subsrat pada hasil penelitian ini secara umum berpasir. Hal ini di dukung

    oleh topografi pantai pada penelitian di Desa Mantang Baru yang landai dan

    memiliki karakteristik pantai yang mempunyai hamparan pasir yang luas. Sesuai

    dengan pernyataan Nybakken. (1992) bahwa tipe subsrat berpasir memudahkan

    moluska untuk mendapatkan suplai air dan nutrisi yang diperlukan untuk

    kelangsung hidupnya. Dibandingkan dengan tipe subsrat berlumpur., tipe subsrat

  • 32

    berpasir lebih memudahkan moluska untuk menyaring makanan. Tipe subsrat

    berpasir dan berlempung sesuai untuk kehidupan mouska terutama kelas

    gastropoda dan bivalvia.

    Subsrat merupakan komponen penting yang menentukan kehidupan,

    keanekaragaman, dan komposisi jenis moluska yang hidup didalamnya (Irawan,

    2008).

    4.6. Kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.)

    Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisa kesesuaian habitat bagi

    kehidupan siput gonggong agar bisa dimanfaatkan dan menjadi sumberdaya

    kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Berdasarkan data pengukuran

    parameter ekologi di perairan Desa Mantang Baru telah dilakukan pengolahan dan

    analisis data untuk kesesuaian habitat siput gonggong disajikan pada Tabel 14.

    Tabel 14 Analisis Kesesuaian Habitat Siput Gonggong di Perairan Desa Mantang

    Baru

    No Parameter Hasil Pengukuran Rangking Bobot Nilai skor

    1 Substrat Pasir 2 0,50 1,00

    2 DO 6,9 mg/l 3 0,64 1,92

    3 Suhu 29,9 oC 3 0,54 1,61

    4 Salinitas 32,9 0/00 2 0,29 0,58

    5 pH 7,84 3 0,32 0,96

    6 Jenis Lamun E. acoroides dan

    T.hemprichii 1 0,07 0,07

    7 Kerapatan

    Lamun Jarang 2 0,07 0,14

    Total Skor 2,43

    Nilai Skor Kesesuaian 81 %

    Sumber : Data Lapangan (2017)

    Berdasarkan tabel kesesuaian tersebut, persentase nilai kesesuaian habitat siput

    gonggong di perairan Desa Mantang Baru dikategorikan sangat sesuai dengan

    nilai persentase 81 %. Untuk lebih jelas, penilaian kesesuaian habitat siput

    gonggong disusun berdasarkan kondisi ekologi yang dilakukan pengamatan

    dengan hasil yang disajikan pada Tabel 15.

  • 33

    Tabe 15 Matriks Kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.)

    No

    Tinjauan Faktor

    Pendukung

    Kesesuaian Habitat

    Nilai

    Kesesuaian

    Nilai

    Kesesuaian

    yang didapat

    Kategori

    Sangat

    Sesuai Sesuai

    Tidak

    Sesuai

    Parameter Lingkungan Perairan (Kepmenlh No. 51 tahun 2004) Mengenai Baku Mutu Air

    Laut untuk Biota Laut

    Parameter Fisika

    1 Suhu 28-32 oC 29,9 ˚C

    2 Salinitas 33-34 0/00 32,9

    0/00

    Parameter Kimia

    3 DO >5 mg/l 6,9 mg/l

    4 pH 7-8.5 7,84

    Parameter Biologi

    5 Kerapatan Lamun

    Rapat,

    Rifai et al.,

    (2013)

    Jarang

    6 Jenis Lamun

    Halophila

    sp., Zaidi

    et al.,

    (2009)

    E.acoroides

    dan

    T.hemprichii

    Tipe Substrat

    7

    Pasir Pasir, Pasir

    Berlumpur

    Dody.

    (2011)

    Pasir

    Lumpur

    Pasir Berlumpur

    Sumber : Data Lapangan (2017)

    Berdasarkan matriks diatas, diketahui untuk analisa kesesuaian habitat siput

    gonggong dari kesesuaian parameter perairan di Desa Mantang Baru sangat

    mendukung yaitu seperti parameter fisika ( suhu dan salinitas ), parameter kimia

    (DO dan pH) sangat mendukung untuk kehidupan siput gonggong. Hal ini

    mengacu pada Kepmenlh No. 51 Tahun 2004 mengenai baku mutu air laut untuk

    biota laut. Akan tetapi untuk parameter biologi yang meliputi kerapatan dan jenis

    lamun yang terdapat di Perairan Desa Mantang Baru untuk kerapatan termasuk

  • 34

    dalam katergori kurang. Sedangkan menurut (Rifai et al., 2013) Hal yang juga

    berhubungan erat terhadap habitat salah satunya yaitu penutupan lamun.

    keterkaitan antara kerapatan lamun mempunyai hubungan yang kuat terhadap

    kepadatan siput gonggong ditinjau dari pengaruh variabel kerapatan lamun

    terhadap kepadatan siput gonggong adalah sebesar 64 % dan sisanya 36 %

    dipengaruhi oleh faktor lain Izuan. (2014). Hal lain yang juga berpengaruh

    terhadap kepadatan siput gonggong meliputi jenis lamun yaitu dimana menurut

    Zaidi et al., (2009) siput gonggong paling banyak memanfaatkan lamun jenis

    Halophila sp. sebagai media untuk menempelkan telurnya pada helai daun.

    Sehingga dapat dikatakan siput gonggong memiliki hubungan yang erat terhadap

    lamun jenis Halophila sp. Dituliskan oleh Izuan. (2014), bahwa kehidupan siput

    gonggong banyak ditemukan di daerah lamun yang berjenis Halophila sp.

    Berdasarkan tipe substrat yang ada di Perairan Desa mantang Baru didominasi

    oleh substrat berpasir dimana kategori ini sesuai untuk kehidupan siput gonggong.

    Hal ini dikarena siput gonggong hidup di substrat pasir hingga pasir berlumpur.

    Dijelaskan oleh Dody. (2011) spesies siput gonggong umumnya mendiami

    substrat lunak dan dapat ditemukan pada substrat yang didominasi oleh pasir

    hingga pasir berlumpur. Substrat yang merupakan habitat siput laut gonggong

    yaitu sebagian besar terdiri dari pasir berlumpur (Izuan, 2014).

  • 35

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan mengenai struktur komunitas

    siput gonggong (Strombus sp.) dan analisa kesesuaian habitatnya di Perairan Desa

    Mantang Baru, yaitu sebagai berikut :

    1. Siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru di ditemukan tiga spesies yaitu

    spesies S. urceus, S. canarium dan S. turturella dengan total jumlah nilai

    kelimpahan dari ketiga spesien yaitu 6 ind/m2 dan peluang ditemukannya

    spesies gonggong dari ketiga spesies yang dijumpai dari setiap titik

    pengamatan adalah S. urceus. Serta di ketahui nilai keanekaragaman (H’) yaitu

    0,99 di kategorikan rendah. Nilai keseragaman (E) yaitu 0,27 kategori

    Ekosistem dalam kondisi stabil dan mempunyai keseragaman tinggi. Nilai

    dominansi (C) yaitu 1 di kategorikan dominansi dinyatakan tinggi.

    2. Kesesuian habitat siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru berdasarkan

    nilai persentase yaitu 81 % di kategorikan sangat sesuai. Dilihat dari parameter

    lingkungan perairan berdasarkan kepmenlh No. 51 Tahun 2004 tentang baku

    mutu air untuk biota laut (suhu, DO dan pH) dikategorikan sangat sesuai.

    Untuk salinitas, tipe substrat dan kerapatan lamun dikategorikan sesuai. Akan

    tetapi untuk jenis lamun di kategorikan tidak sesuai.

    5.2. Saran

    Pengelolaan yang mungkin bisa diterapkan untuk pemanfaatan siput gonggong

    di perairan Desa Mantang Baru agar pemanfaatannya berkelajutan salah satunya

    dalam bentuk restocking dimana dengan dilakukan penambahan ketersediaan

    siput gonggong dengan tidak melakukan penangkapan yang berlebihan dan

    berdasarkan ukuran serta memberikan jangka waktu musiman untuk penangkapan

    siput gonggong agar bisa tetap dimanfaatkan secara berkelanjutan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arkham, M. N., Luky, A., Yusli, W., 2015. The Study of Seagress Ekosystem and

    Small-Scale Fisheries Likages (Case Studie : Malangrapat and Berakit Village,

    Bintan Regency, Riau Islands). Jurnal Sosek KP. 10 ( 2 ) : 204-211.

    Bloot, S. J., 2010. A Grain Size Distribution and Statistics Package for the

    Analysis of Unconsolidated Sediments by Sieving or Laser Granulometer.

    Kenneth Pye Associates Ltd. United Kingdom. 207 Hal.

    BPP-PSPL-UNRI. 2010. Studi Distribusi dan Eksploitasi Siput Gonggong di

    Lokasi Coremap 2 Kabupaten Lingga. LIPI. 67 Hal.

    Dody, S., 2007. Habitat dan Sebaran Spasial Siput Gonggong (S. turturella) di

    Teluk Klabat Bangka Belitung. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.

    Dody, S. 2011. Pola Sebaran, Kondisi Habitat dan Pemanfaatan Siput Gonggong

    (S. turturella) di Kepulauan Bangka Belitung. Oseanologi dan Limnologi di

    Indonesia. 37 ( 2 ) : 33-353.

    Dody, S. 2012. Pemijahan dan Pengembangan Larva Siput Gonggong (S.

    turturella) di Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan

    Tropis. 4 ( 1 ) : 107-113.

    Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

    Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 Hal.

    Fachrul, M. F., 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. 198

    Hal.

    Fatmadewi, S. 2014. Pola Sebaran Dan Tingkat Kepadatan Populasi Siput

    Gonggong (Strombus sp.) Di Perairan Madong Kepulauan Riau. [Skripsi].

    Universitas Maritim Raja Ali Haji.

    Gosari, J.A., Haris, A., 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di

    Kepulauan Spermonde Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 22 ( 3 )

    256-162.

    Ghufran, M., Kordi, H. K., Andi, B. T., 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam

    Budidaya Perairan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 224 Hal.

    Irawan. I. 2008. Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) serta

    Distribusi di Pulau Burung dan Pulau Tikus Gugusan Pulau Pari Kepulauan

    Seribu. [Skripsi]. Institute Pertanian Bogor.

    Irawan, H., Falmi, Yandri., 2013. Studi Biologi dan Ekologi Hewan Filum

    Mollusca di Zona Litoral Pesisir Timur Pulau Bintan. [Skripsi]. Universitas

    Maritim Raja Ali Haji.

  • 37

    Izuan, M., 2014. Kajian Kerapatan Lamun Terhadap Kepadatan Siput Gonggong

    (S. epidromis) di Pulau Dompak. UMRAH. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja

    Ali Haji.

    KEPMENLH., 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51. Baku

    Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.

    Kordi. K. Ghufran. 2011. Ekosistem Lamun (Seagrass) Fungsi Potensi

    Pengelolaan. Rineka Cipta: Jakarta. 191 Hal.

    Marwoto, R. M., Andiarto, H., Widodo, R., 1993. The Community of Strombus

    canarium Linne 1758 and Its Association with other Molluscs Fauna in Bintan

    Island, Riau. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 1 ( 2 ) : 44-

    55.

    Mukhtasor., 2007. Pencemaran Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramita. Jakarta. 345

    Hal.

    Nontji, A., 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Hal 357 Hal.

    Nontji, A., 2007. Laut Nusantara. Penerbit Djembatan. Jakarta. Hal 366 Hal.

    Nontji, A., Hutomo, M., 2014. Panduan Monitoring Padang Lamun. PT Sarana

    Komunikasi Utama. Bogor. 45 Hal.

    Nurhayati., 2008. Studi Perbandingan Metode Sampling Antara Simple Random

    Dengan Stratified Random. Universitas Nasional. 3 ( 1 ) : 223-229.

    Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT

    Gramedia. Jakarta. 480 Hal.

    Putra, I. P., 2014. Kajian Kerapatan Lamun Terhadap Kepadatan Siput Gonggong

    (S. canarium) di Perairan Pulau Penyengat Kepulauan Riau. [Skripsi].

    Universitas Maritim Raja Ali Haji.

    Riffa’i, H., Patty, I., Simon., 2013. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan

    Pulau Mantehage Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 1 ( 4 ) : 177-186.

    Riniatsih, I., 2016. Distribusi Jenis Lamun di Hubungkan dengan Sebaran Nutrien

    Perairan di Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Jurnal Kelautan Tropis. 19 ( 2 )

    : 101-107.

    Rosady, V. P., Astuty, S., Prihadi, D. J., 2016. Kelimpahan dan Kondisi Habitat

    Siput Gonggong (S. turturella) di Pesisir Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

    Jurnal Perikanan Kelautan. 7 ( 2 ) : 35-44.

  • 38

    Saputriyanti., 2014. Pola Sebaran dan Tingkat Kepadatan Populasi Siput

    Gonggong (Strombus sp.) Di Perairan Pulau Penyengat Kepulauan Riau.

    [Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

    Sinaga, Sahputra, P., 2015. Sebaran Jenis Lamun di Perairan Desa Batu Licin

    Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. [Skripsi]. Universitas Maritim

    Raja Ali Haji.

    Siddik, J., 2011. Sebaran Spasial dan Potensi Reproduksi Siput Gonggong

    (S.turturela) di Teluk Klabat Bangka Belitung. [Skripsi]. Institut Pertanian

    Bogor.

    Soeharmoko., 2010. Inventarisasi Jenis Kekerangan yang Dikonsumsi Masyarakat

    di Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

    Supriharyono, M. S., 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah

    Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. 194 Hal.

    Suwignyo. S., Widigdo, B., Wardianto, Y., 2005. Avertebrata Air Jilid 1.

    PenebarSwadaya : Jakarta. 188 Hal.

    Syafrizar., 2016. Kelimpahan Siput Gonggong (Strombus sp.) di Desa Busung

    Provinsi Kepulauan Riau. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

    Syari, I. A., 2005. Asosiasi Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan

    Pulau Lepar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. [Skripsi]. Institut Pertanian

    Bogor.

    Utami, D.K., 2012. Studi Bioekologi Habitat Siput Gonggong (S. turturella) di

    Desa Bakit Teluk Klabat Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka

    Belitung. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

    Utojo., Mansyur A., Pirzan, A. M,. Tarunamulia., Pantjara B., 2004. Identifikasi

    Kelayakan Lokasi Lahan Budidaya Laut di Perairan Teluk Saleh, Kabupaten

    Dompu Nusa Tenggara Barat. Jurnal penelitian perikanan indonesia. 10 ( 5 ) :

    1–18.

    Wibisono, M.S., 2010. Pengantar Ilmu Keluatan Edisi 2. Universitas Indonesia.

    Jakarta. 201 Hal.

    Zaidi, c. c. A., Arshad, M. A., Ghafar, J. S., 2009. Species Description and

    Distribution of Strombus (Mollusca: Strombidae) in Johor Straits and its

    Surrounding Areas, Malaysia. Journal of Sains Malaysiana. 38 ( 1 ) : 39-46.

  • LAMPIRAN

  • 40

    Lampiran 1. Pengamatan Lapangan Sampel Lamun dan Siput Gonggong

    Pengamtan Lamun dan Siput Gonggong Siput Gonggong yang Temukan

    Lampiran 2. Pengamatan Sampel di Laboratorium

    Pengecekan sampel DO & pH Pengecekan Salinitas

    Pengeringan Substrat Penimbangan Substrat Kering

  • 41

    Lampiran 3. Pengolahan Data Lamun

    Lampiran 4. Pengolahan Data Gonggong

    T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 T16 T17 T18 T19 T20 T21 T22 T23 T24 T25 T26 T27 T28 T29 T30

    Enhalus acoroides 54 69 75 50 75 44 44 18 20 42 48 0 18 39 21 23 11 25 25 32 60 25 40 32 75 0 57 32 30 45

    Thalassia hemprichii 0 0 0 10 0 0 0 0 25 0 0 100 88 30 0 69 25 0 0 24 66 100 54 34 25 38 63 100 28 36

    TitikJenis Lamun

    Enhalus acoroides 1129

    Thalassia hemprichii 915

    Jumlah 2044

    Jenis Lamun Jumlah

    T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 T16 T17 T18 T19 T20 T21 T22 T23 T24 T25 T26 T27 T28 T29 T30

    Strombus urceus 3 5 4 5 7 5 6 4 5 2 5 3 4 3 5 3 4 5 3 3 3 4 6 3 5 4 3 4 2 5

    Strombus canarium 1 0 1 0 2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1

    Strombus turturella 1 1 2 0 3 1 2 1 2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 2 2 0 1 2 2 0 1 0 1 2

    jenis gonggongTitik

    Strombus urceus 123

    Strombus canarium 16

    Strombus turturella 30

    jumlah 169

    jenis gonggong Jumlah

  • 42

    Lanjutan Pengolahan Data Gonggong

    Lampiran 5. Pengolahan Data Kesesuaian Lingkungan

    b. Data Nilai (n-rj+1)

    Parameter (n-rj+1)

    Substrat 7

    DO 6

    Suhu 5

    Salinitas 4

    pH 3

    Jenis Lamun 2

    Kerapatan Lamun 1

    Strombus urceus 123 4,10

    Strombus canarium 16 0,53

    Strombus turturella 30 1

    TOTAL 169 5,63

    Jenis Jumlah (ni) Di

    Strombus urceus 30 1,00

    Strombus canarium 15 0,50

    Strombus turturella 20 0,67

    TOTAL 65 2,17

    JenisJumlah Plot

    DijumpaiFi

    Jenis Jumlah (ni) Pi log Pi log 2 Pi Pi log 2 Pi

    Strombus urceus 123 0,73 -0,14 2,42 1,76

    Strombus canarium 16 0,09 -1,02 0,31 -0,32

    Strombus turturella 30 0,18 -0,75 0,59 -0,44

    jumlah (N) 169 1,00 -1,91 3,32 0,99

    0,99

    1,00

    0,27

    3,65

    H'

    C

    E

    H' maks (ln s)

    No Rangking

    1 Substrat

    2 DO

    3 Suhu

    4 Salinitas

    5 pH

    6 Jenis Lamun

    7 Kerapatan Lamun

    n 7

    rj 3

    rp Substrat 3 5

    rp DO 4 4

    rp Suhu 2 6

    rp Salinitas 5 3

    rp pH 7 1

    rp Jenis Lamun 6 2

    rp Kerapatan Lamun 1 7

    28

    3

    ⅀(n-rp+1)

    ⅀Nilai Max

    a. Penentuan Nilai

    Rangking

    Nilai (n-rp+1) dan Nilai Max

  • 43

    c. Skoring dan Pembobotan Parameter yang Terukur

    d. Data Kesesuaian

    No Parameter Kriteria Batas Nilai Bobot Nilai Skor

    1 Substrat Pasir Berlumpur 3 Sangat Sesuai 0,25 0,75

    Pasir 2 Sesuai 0,50

    - 1 Tidak sesuai 0,25

    2 DO > 5 mg/l 3 Sangat Sesuai 0,21 0,64

    5 mg/l 2 Sesuai 0,43

    < 5 mg/l 1 Tidak sesuai 0,21

    3 Suhu 28-32 3 Sangat Sesuai 0,18 0,54

    28 2 Sesuai 0,36

  • 44

    Lampiran 6. Pengolahan Data Perairan

    a. Data Air

    b. Rata-rata Nilai Parameter Perairan

    Parameter Satuan Kisaran Rata-rata

    Suhu oC 29,3 - 30,4 ˚C 29,9

    Salinitas 0/00 27 – 32

    0/00 32,9

    pH - 7,65 - 7,97 7.84

    DO Mg/l 4,5 - 7,6 mg/l 6,9

    Titik Salinitas PH DO Suhu

    T1 30 8,31 6,5 30,3

    T2 29 8,34 6,5 28,4

    T3 26 8,31 6.6 28,3

    T4 25 8,4 6.6 27,6

    T5 26 8,41 6.6 27,8

    T6 26 8,4 6.6 28,4

    T7 28 8,41 6.5 27,6

    T8 27 8,48 6.7 27,6

    T9 28 8,51 6.6 27,8

    T10 30 8.24 6.5 27,5

    T11 26 8.48 6.9 28,4

    T12 26 8.45 6.5 28,3

    T13 29 8.25 6.5 28,1

    T14 26 8.43 6.5 28,4

    T15 28 8.42 6.6 28

    T16 29 8.34 6.8 28,4

    T17 30 8.27 6.5 28,2

    T18 27 8.38 6.5 28,6

    T19 26 8.39 6.6 28,1

    T20 26 8.43 6.7 28,1

    T21 27 8.51 6.7 28,6

    T22 27 8.40 6.6 28,7

    T23 29 8.38 6.4 27,9

    T24 28 8.47 6.2 28,7

    T25 30 8.39 6.1 28,8

    T26 25 8.27 6.4 28,5

    T27 29 8.43 6.5 28,1

    T28 27 8.43 6.7 28,1

    T29 28 8.37 6.6 28,1

    T30 28 8.43 6.8 27,9

    JUDULABSTRAKABSTRACTDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRANBAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang1.2. Rumusan Masalah1.3. Tujuan Penelitian1.4. Manfaat Penelitian1.5. Kerangka Pemikiran

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Definisi Siput Gonggong (Strombus sp.)2.2. Morfologi dan Anatomi Siput Gonggong2.3. Klasifikasi Siput Gonggong2.4. Habitat Siput Gonggong2.5. Karakteristik Dan Habitat Siput Gonggong Pada Ekosistem Lamun2.6. Kajian Teori Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.)2.7. Kondisi Parameter Lingkungan Perairan2.7.1. Fisika2.7.2. Kimia

    BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1. Waktu Dan Tempat3.2. Alat Dan Bahan3.3. Metode Pengumpulan Data3.3.1. Teknik Menentukan Titik Pengamatan3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

    3.4. Analisis Data3.4.1. Pengukuran Parameter Fisika – Kimia3.4.2. Substrat

    3.5. Pengolahan Data Sampling3.5.1. Kerapatan Jenis Lamun3.5.3. Frekuensi Jenis3.5.4. Indeks Keanekaragaman3.5.5. Indeks Keseragaman3.5.6. Indeks Dominansi3.5.7. Data Untuk kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.)

    BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Kondisi Umum Wilayah Desa Mantang Baru4.2. Kondisi Sumberdaya Pesisir Desa Mantang Baru4.2.1. Ekosistem Padang Lamun

    4.3. Kondisi Lamun4.3.1. Kerapatan

    4.4. Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.)4.4.2. Frekuensi4.4.1. Kelimpahan

    BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan5.2. Saran

    DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN