Struktur H.264 ELEKTRO... · Web viewAntena (Optional) ada beberapa antena yang mendukung dalam...
Transcript of Struktur H.264 ELEKTRO... · Web viewAntena (Optional) ada beberapa antena yang mendukung dalam...
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Standard H.264
H.264 adalah pengkodean yang direkomendasikan oleh ITU-T
untuk melakukan kompresi video. H.264 pertama kali diumumkan pada
tahun 2003 oleh ITU-T (International telecommunication Union) dan
ISO/IEC (International Organization for Standardization/International
Electrotechnical Commission).
Standar H.264 adalah standar yang digunakan untuk melakukan
pengkodean yang hemat bit rate, ukuran file , dan efisien. Dengan
pengkodean H.264 dapat menghasilkan ukuran data yang semakin kecil
ketika disimpan atau dikirimkan melalui media transmisi. H.264
menyediakan fungsi yang sama dari standar sebelumnya seperti MPEG-2
dan MPEG-4 namun lebih efisien dalam melakukan kompresi video dan
lebih flexible untuk melakukan kompresi, pengiriman data dan
penyimpanan video data.
2.1.1 Codec H.264
H.264 memiliki elemen yang sama dengan standar pengkodean
sebelumnya namun pada H.264 menggunakan deblocking filter,dan
mengubah detail setiap blok fungsionalnya. Dalam Encoder H.264 ada 2
jalur yaitu jalur forward dan jalur reconstruction.
6
Gambar 2.1 Encoder H.264[9]
Gambar 2.2 Decoder H.264[9]
1) Kompresi Intraframe
Kompresi Intrafame dilakukan dengan memanfaatkan redundansi
spatial yang terdapat dalam suatu frame. Redundansi ini disebabkan
karena adanya kesamaan antara sebuah pixel dengan pixel disekitarnya
Kompresi intraframe terdiri dari proses transformasi dan kuantisasi,
dalam proses transformasi digunakan Discrete Cosinus Transform (DCT)
untuk melakukan proses transformasi dari domain waktu ke domain
7
ruang. Kuantisasi digunakan untuk memotong hasil transformasi, proses
selanjutnya adalah pengkodean dengan menggunakan Run Length
Encoding (RLE) dan Variable Length Coding (VLC).
Tahap paling awal pada kompresi intraframe adalah persiapan blok,
yaitu suatu frame dibagi menjadi blok – blok yang tidak saling menindih.
Pembagian blok ini diperlukan agar proses kompresi menjadi efisien,
karena proses akan dilakukan pada blok – blok yang relatif kecil.
2) Discrete Cosine Transform ( DCT )
Prinsip dasar yang dilakukan dengan Discrete Cosine Transform
( DCT ) adalah mentransformasikan data dari domain ruang ke domain
frekuensi. Masukan proses DCT berupa matrik data dua dimensi N x N,
keluaran proses DCT juga merupakan matriks data dua dimensi N x N,
dimana f (x,y) sama dengan data pada domain ruang dan F (u,v) sama
dengan domain frekuensi.
Tiap koefisien dari matriks keluaran ini merupakan nilai pada tiap
frekuensi spatial dua dimensi. Pada gambar 2.1 ditunjukkan proses DCT
F(x,y) DCT F(u,v)
Gambar 2.3 Discrete Cosine Transform [2]
8
Koefisien (0,0) merupakan koefisien pada frekuensi terendah
dalam matriks. Koefisien ini disebut sebagai koefisien DC, yang paling
menentukan pada blok, karena merupakan nilai rata – rata dari blok.
Koefisien lainnya disebut sebagai koefisien AC, yang menerangkan
jumlah daya spektral yang terdapat pada masing – masing frekuensi
spatial.
Mata manusia lebih peka pada frekuensi rendah ( pada kiri atas
matriks ), terutama frekuensi DC, daripada frekuensi tinggi ( pada kanan
bawah matriks ). Hal ini dikarenakan distorsi yang terjadi pada frekuensi
tinggi tidak merusak data secara signifikan. Sifat ini dmanfaatkan dengan
memotong data pada frekuensi tinggi yang dilakukan dengan proses
kuantisasi. Pada dekompresi, untuk mentransformasikan kembali data dari
domain frekuensi ke domain ruang, digunakan inverse dari discrete cosine
transform atau IDCT.
3) Kuantisasi
Proses kuantisasi merupakan proses untuk mengurangi jumlah bit
yang diperlukan untuk menyimpan suatu nilai dengan memperkecilnya.
Proses ini diterapkan pada keluaran proses DCT. Kuantisasi dilakukan
dengan membagi keluaran proses DCT dengan suatu nilai yang ditetapkan
dalam matriks kuantisasi.
Quantum adalah matriks kuantisasi. Matriks kuantisasi dapat
dipilih uniform atau nonuniform. Pada matriks kuantisasi uniform, semua
koefisien mempunyai besar yang sama, sedangkan, pada matriks
9
kuantisasi nonuniform, koefisien – koefisien pada matriks meningkat
tajam dari titik pusat. Hal ini akan mengakibatkan nilai frekuensi tinggi
pada keluaran DCT akan dipotong dengan cepat, sehingga kompresi yang
dilakukan lebih efektif. Hasil proses dekuantisasi cenderung mengalami
distorsi dibandingkan nilai aslinya. Hal ini dikarenakan pada proses
kuantisasi inilah terjadi error paling besar, yang disebabkan proses
pembulatan
4) Run Length Encoding (RLE)
RLE ( Run Length Encoding ) adalah proses serangkaian simbol
yang berurutan dikodekan menjadi suatu kode yang terdiri dari simbol
tersebut dan jumlah perulangannya.
Hasil proses transformasi yang dikuantisasi cenderung nol untuk
frekuensi tinggi. Untuk melakukan RLE secara efektif, keluaran proses
kuantisasi tadi dibaca secara linier dari frekuensi terendah sampai
frekuensi tertinggi. Cara yang digunakan adalah zig - zag scanning, yaitu
membaca secara zig-zag dimulai dari koefisien DC (0,0), kemudian
koefisien (0,1), koefisien (1,0) hingga koefisien (NxN). Urutannya dapat
dilihat pada gambar 2.2 .Pada keluaran proses DCT yang dikuantisasi,
nilai nol cenderung berulang secara berurutan, sedangkan nilai lain jarang
muncul berurutan. Oleh karena itu RLE akan dilakukan dilakukan pada
data bernilai 0.
10
Gambar 2.4 Zig – zag Scanning[2]
Pada dekompresi, proses sebaliknya dilakukan, hasil RLE
diuraikan kembali, dan dibaca sebagai blok, selanjutnya diumpankan
untuk masukan proses dekuantisasi.
5) Entropy Coding
Pada standar H.264 ada dua pilihan mode, yaitu mode nol untuk
pengkodean dengan VLC dan mode satu untuk CABAC (Context-Base
Adaptive Binary Arithmetic Coding).
a. Variable Length Encoding (VLC)
VLC digunakan untuk mengkodekan simbol dengan kode – kode
tertentu yang mempunyai panjang berlainan. Pengkodean ini
menggunakan prinsip entropi, yaitu simbol yang sering muncul
dikodekan dengan kode yang pendek dan simbol yang jarang muncul
dikodekan dengan kode yang panjang. Dengan demikian, secara
keseluruhan bit yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. Pada kompresi
intraframe, hasil proses RLE dikodekan dengan VLC, maka jumlah bit
yang disimpan atau ditransmisikan menjadi lebih kecil.
11
b. CABAC(Context-base Adaptive Binary Arithmetic Coding)
Jika pada standar H.263 algoritma yang digunakan jika VLC tidak
dipilih adalah Huffman, maka pada standar H.264 digunakan
CABAC(Context-base Adaptive Binary Arithmetic Coding). Ini
dilakukan saat entropy coding diset ke 1. Untuk membuat pengkodean
dengan metode CABAC, langkah – langkahnya sebagai berikut :
Binarization: mengkodekan symbol-simbol kedalam biner “0”
dan “1”.
Context Model Selection: menentukan probabilitas simbol yang
telah dibinerkan.
Arithmetic Encoding: Suatu coder arithmetic mengencode setiap
simbol dari model probabilitas, hanya yang mengacu dengan “0”
dan “1”.
Probability Update: model context yang dipilih diperbaharui
berdasarkan actual
6) Kompresi Interframe
Kompresi interframe dilakukan dengan memanfaatkan redundansi
temporal yang terdapat antar frame. Redundansi temporal disebabkan
adanya pixel – pixel yang berkorelasi di antara frame - frame tersebut,
terutama dikarenakan banyak bagian frame yang tidak berubah dibanding
frame sebelum atau sesudahnya Proses yang digunakan dalam kompresi
interframe adalah estimasi gerak (motion compensation) dengan teknik
12
pencocokan blok (matching block) untuk mendapatkan vektor gerak
(motion vector).
7) Estimasi dan Kompensasi Gerak
Estimasi gerak ( motion estimation ) merupakan teknik kompresi
interframe yang memprediksi sebuah frame dari frame sebelumnya (
reference frame ), dengan mengestimasi gerakan blok – blok antar frame
tersebut. Frame dibagi menjadi blok – blok yang tidak overlap. Tiap blok
dibandingkan blok – blok berukuran sama, pada frame sebelumnya
dengan melakukan pencocokan blok ( block matching ) Dalam melakukan
pencocokan tersebut, lokasi dari blok yang paling mirip atau match pada
frame referensi (reference frame) berbeda dari lokasi blok target (target
block). Perbedaan relatif posisi ini disebut vektor gerak (motion vector),
seperti ditunjukkan pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Vektor gerak [2]
Jika posisi blok target dan blok yang match sama, maka vektor
geraknya adalah nol. Vektor gerak inilah yang menunjukkan pergeseran
blok – blok antar frame. Ketika mengkodekan tiap blok dari frame yang
diprediksi, vektor gerak yang menunjukkan posisi blok yang match pada
13
frame referensi, dikodekan pada posisi blok yang match pada frame
referensi, dikodekan pada posisi target blok itu sendiri, maka terjadi
kompresi, karena jumlah bit yang diperlukan untuk mengkodekan vektor
gerak lebih sedikit daripada untuk mengkodekan suatu blok secara utuh.
Pada dekompresi, decoder menggunakan vektor gerak untuk menemukan
matching block pada frame referensi dan menyalin matching block
tersebut ke posisi yang sesuai pada frame yang sedang diprediksi. Dengan
demikian, suatu frame prediksi tersusun atas blok – blok dari frame
sebelumnya. Keefektifan teknik kompresi menggunakan kompensasi gerak
berbasis blok ini bergantung pada beberapa kondisi berikut:
a. Objek bergerak pada bidang datar. Efek dari zoom dan rotasi tidak
dapat ditangani dengan metode ini
b. Pencahayaan harus konstan dan seragam. Objek yang mengalami
perubahan pencahayaan tidak dapat dikenali
c. Objek yang dilewati objek lain tidak dapat ditangani dengan metode ini.
Blok – blok yang terletak pada pinggiran frame, diestimasi dan vector
gerak boleh melebihi batas frame. Pixel – pixel pinggir digunakan untuk
melakukan kompensasi bila vektor gerak menunjuk ke pixel yang
berada diluar batas frame.
8) Block Matching
Pencocokan blok atau block matching adalah proses pembandingan
blok dengan blok – blok pada frame sebelumnya, untuk menemukan
matching block. Matching block merupakan proses yang paling banyak
14
menyita waktu selama encoding. Matching block cukup dilakukan pada
komponen kecerahan (luminance) dari frame. Hal ini dikarenakan mata
manusia lebih peka terhadap kecerahan.
Langkah pertama untuk proses ini adalah membagi frame menjadi
blok –blok berukuran tertentu. Ukuran blok yang besar mengakibatkan
sedikit jumlah vektor gerak yang dihasilkan. Namun, akan sulit
menemukan blok yang match dengannya dan error yang dihasilkan
perbedaan blok relatif besar. Blok yang dibandingkan dengan blok – blok
pada frame referensi disebut sebagai blok target. Langkah selanjutnya
adalah menentukan search area atau daerah pencarian pada frame
referensi. Pencarian blok yang match dapat dilakukan pada seluruh daerah
frame referensi. Namun karena perubahan antar frame cenderung kecil,
daerah pencarian cukup dibatasi pada posisi sekitar blok target pada frame
referensi, maka ditentukan suatu maximum displacement yang membatasi
jumlah pixel maksimum pada arah vertikal dan horizontal dari posisi blok
target pada frame saat ini. Langkah terakhir adalah menemukan
pencocokan blok pada daerah pencarian. Proses ini dilakukan dengan
membandingkan target blok dengan blok – blok pada daerah pencarian
yang disebut blok kandidat. Semakin besar displacement, semakin luas
daerah pencarian, semakin besar pula peluang untuk mendapatkan
pencocokan blok yang bagus. Namun jumlah blok kandidat meningkat
secara kuadratik sebanding dengan peningkatan displacement, sehingga
lebih banyak lagi pembandingan blok yang perlu dilakukan Pencocokan
blok target dengan blok – blok kandidat pada daerah pencarian dilakukan
15
dengan besar step tertentu, yang merupakan besar pergeseran dalam
pencarian blok. Jumlah blok kandidat, selain ditentukan oleh ukuran
daerah pencarian, ditentukan pula oleh besarnya step
Gambar 2.6 Pencocokan Blok [2]
Setelah diperoleh matching blok, maka perbedaan posisinya
dengan target blok disebut vektor gerak (motion vector), Proses ini
menghasilkan vektor gerak pada arah horizontal MVx dan vektor gerak
pada arah vertical MVy.
16
2.1.2 Struktur H.264
H.264 memiliki 3 profil utama yaitu baseline profile, main profile
dan extended profile, yang setiap profile mendukung kumpulan keterangan
dari fungsi pengkodean dan menentukan apa yang diperlukan oleh encoder
dan decoder agar sesuai dengan profile. Baseline profile mendukung
pengkodean untuk intraframe dan interframe dengan menggunakan I dan
P slices. Pengkodean entropy dengan context-adaptive variable-length
codes (CAVLC). Main profile mendukung layanan untuk jalinan video,
pengkodean interframe menggunakan frame B, pengkodean intraframe
menggunakan prediksi pembobotan, dan pengkodean entropy dengan
context-adaptive based arithmetic coding (CABAC).
Gambar 2.7 H.264 profile [8]
17
Extended profile tidak mendukung layanan jalinan video atau
pengkodean entropy dengan CABAC tetapi menambahkan mode untuk
memungkinkan pertukaran bitstream (SP dan SI Slices) dan memperbaiki
error resilience (Data Partitioning). Aplikasi untuk baseline profile
adalah videotelephony, videoconferencing,dan komunikasi jaringan tanpa
kabel. Aplikasi untuk main profile adalah siaran televisi, penyimpanan
video. Aplikasi untuk extended profile adalah aplikasi untuk streaming
media. Ketiga profile diatas harus memiliki fleksibilitas yang cukup untuk
mendukung pengiriman dari area yang jauh.
2.1.3 Format Video
Format video yang digunakan pada H.264 untuk inputan atau
output adalah 4:2:0, 4:2:2 dan 4:4:4 interlace video atau progressive.
Dalam format sampling 4:2:0 Cb dan Cr (chrominance) memiliki
setengah nilai vertical dan Y (Luminance) memiliki setengah nilai
horizontal. Dalam format sampling 4:4:4 berarti ketiga komponen (Y:
Cr: Cb) memiliki resolusi yang sama, oleh karena itu sampel masing-
masing komponen berada di setiap posisi pixel. Angka-angka tersebut
menunjukkan hubungan sampling rate dari masing-masing komponen
pada arah horisontal, yaitu untuk setiap 4 sampel luminance ada 4 Cr dan
4 Cb sampel. Sampling 4:4:4 mempertahankan full fidelity dari
komponen chrominance.
2.1.4 Format data yang dikodekan
18
H.264 membedakan antara Video Coding Layer (VCL) dan
Network Abstraction Layer (NAL). Keluaran dari proses encoding ini
adalah data VCL yang dipetakan dalam unit NAL sebelum dikirimkan atau
disimpan. Setiap unit NAL berisi Raw Byte Sequence Payload (RBSP).
RBSP adalah kumpulan data yang berhubungan dengan data video yg
dikodekan atau informasi header. Urutan video yang dikodekan
ditampilkan dalam NAL yang berurutan. Tujuan pemisahan VCL dengan
NAL adalah untuk membedakan fitur coding-specific (VCL) dan transport
specific (NAL).
Gambar 2.8 Format NAL [7]
Format NAL pada H.264 mengirimkan secara konstan sequence
parameter set (SPS), picture parameter set (PPS), dan Instantaneous
decoder refresh (IDR).
2.1.5 Main Profil
Aplikasi dari main profile adalah penyiaran media seperti digital
televise dan penyimpanan video digital. Main profile hampir semua bagian
dari baseline profile kecuali redundant slice, slice group dan ASO. Fitur
tambahan yang ada dalam main profile adalah B slices, weight prediction
(prediksi pembobotan), mendukung interlace video (jalinan video) dan
CABAC (context-adaptive based arithmetic coding).
19
2.1.5.1 B slices
1) Gambar referensi
B slice menggunakan dua buah list dari gambar referensi yang
telah dikodekan sebelumnya, yaitu list 0 dan list 1.
Gambar 2.9 Prediction dalam B macroblock past and/or future [7]
Kedua list dapat berisikan pengkodean past and/or future (gambar
sebelum atau sesudah dari gambar yang ditampilkan sekarang).
2) Prediction option
Partisi makroblok dalam sebuah B slices dapat diprediksi dengan
memilih satu dari mode yang langsung (direct mode), prediksi motion
compensation dari list 0 gambar referensi, prediksi mode compensation
dari list 1 gambar referensi, atau prediksi motion compensate bi-predictive
dari list 0 atau list 1 gambar referensi.
3) Bi-prediction
Bi-prediction mode digunakan sebuah blok referensi yang
memiliki ukuran yang sama sebagai partisi yang sekarang atau
menggunakan motion compensation yang dibuat dari list 0 dan list 1 dalam
20
gambar berurut dan setiap sampel prediksi blok dihitung nilai rata-rata dari
list 0 dan list 1 dari prediksi yang disampel.
pred (i, j) = (pred 0(i, j)+ pred (i, j)+ 1) >> 1 (2.1)
Pred0(i,j) dan pred1(i,j) adalah sampel prediksi yang berasal dari list 0 dan
list 1 frame referensi, sedangkan pred(i,j) adalah Bi-predictive sampel.
4) Direct prediction
Tidak ada pergerakan vector yang dikirimkan untuk B slices
makroblok atau pengkodean partisi makroblok dalam direct prediction,
malahan decoder menghitung vector list 0 dan list 1 berdasarkan vector
yang telah dikedokan sebelumnya dan menggunakan hasilnya sebagai
carry out biprediction motion compensation dari pengurangan sampel
decoder.
5) Weighted Prediction
Weighted prediction (prediksi pembobotan) adalah sebuah metoda
untuk memodifikasi sample dari motion compensation data prediksi dalam
P atau B slices makroblok. Ada 3 tipe dalam prediksi pembobotan H.264
yaitu (a). Slice P makroblok yang secara jelas digunakan sebagai prediksi
pembobotan, (b). Slice B makroblok yang secara jelas digunakan sebagai
prediksi pembobotan, dan (c). Slice B makroblok yang secara implist
digunakan sebagai prediksi pembobotan.
6) Interlace video
Interlace video membutuhkan alat yang optimis untuk kompresi
dari bidang makroblok. Frame gambar yang mendukung untuk dikodekan
21
adalah yang memiliki signal header untuk setiap slices. Dalam makroblok
yang adaptif pemilihan dari frame yang dikodekan dapat dibedakan dari
level makrobloknya.
2.1.5.2 Context-based Adaptive Binary Arithmetic Coding (CABAC)
CABAC diguanakn saat entropy coding diset dengan nilai 1, dan
menggunakan arithmetic coding untuk encoder dan decoder. CABAC
memiliki kelebihan karena memiliki performansi yang bagus di dalam
(a).Pemilihan model kemungkinan untuk setiap syntax elemen sesuai
dengan konteks elemen yang digunakan. (b).Perkiraan kemungkinan yang
dapat menyesuaikan diri berdasarkan dari statistik yang ada. (c). Lebih
menggunakan arithmetic coding daripada variable length coding.
2.1.6 High Profile
Empat High Profile bersama dengan Main Profil untuk
perbandingan. Masing-masing Profil menambahkan coding tool yang
mendukung aplikasi berkualitas lebih tinggi – High Definition, extended
bit depths, kedalaman warna yang lebih tinggi – dengan kompleksitas
decoding yang lebih besar. High Profile merupakan superset dari Main
Profile dan menambahkan beberapa feature, antara lain: transformasi 4 × 4
dan 8 × 8 interprediction untuk kinerja pengkodean yang lebih baik,
terutama pada resolusi spatial lebih tinggi, quantizer scale matrices
mendukung frequency-dependent quantizer weightings, pemisahan
quantizer parameter untuk Cr dan Cb serta mendukung untuk video
monokrom (4:0:0 format). High Profile memungkinkan untuk
22
menggunakan code rate yang lebih tinggi untuk Level yang sama. High
Profile sangat berguna untuk aplikasi High Definition.
Profil lebih lanjut menambahkan alat yang lebih canggih yang
mungkin diperlukan atau berguna untuk aplikasi profesional seperti
content distribution, pengarsipan, dan lain-lain. Jumlah maksimum bit per
sampel diperpanjang menjadi 10 bit dalam High10 Profile dan 14 bit
dalam High 4:4:4 Predictive Profile. High 4:2:2 Profile menambahkan
dukungan untuk 4:2:2 video, contohnya resolusi Chroma yang lebih
tinggi, dan High 4:4:4 Profile memperluasnya sampai 4:4:4 sehingga
memberikan resolusi video yang sama dalam komponen Luma dan
komponen Chroma, serta menambahkan separate coding untuk setiap
komponen warna dan lossless coding mode yang menggunakan predictive
coding.
2.1.6.1 Intra Profile
Untuk aplikasi profesional, all-intra coding adalah metode
common coding, terutama untuk kemudahan mengedit bitstream. Beberapa
percobaan dan demonstrasi menunjukkan bahwa desain intra coding
H.264/MPEG4-AVC memiliki kinerja yang baik. Dengan demikian,
penambahan baru termasuk empat profil untuk aplikasi all-intra. Masing-
masing dirancang sebagai all-intra yang merupakan subset dari predictive
profile yang sesuai, dan profil tambahan untuk mengurangi kompleksitas
decoder dengan membatasi metode pengkodean entropi hanya untuk
23
kompleksitas terbatas dari dua skema pengkodean entropi yaitu CABAC
dan CAVLC.
2.1.6.2 High 4:4:4 Profile
Sebagai superset dari existing High 10 dan High 4:2:2 profile,
High 4:4:4 profile mendukung semua coding tools (termasuk yang
digunakan dalam inter frame prediction) dan bit depth hingga 14 bit per
sampel, telah dibuat sehingga transmisi real-time atau penyimpanan
efisien dari video berkualitas tinggi juga dapat dicapai. Bersama dengan
High 4:4:4 Predictive Profile, High 4:4:4 Intra Profile juga mendukung
common dan independent mode serta berlaku untuk lebih banyak jenis
aplikasi video 4:4:4.
2.1.7 Perbedaan Main Profile dengan High 4:4:4 Profile
Main Profile (MP): profil ini awalnya dimaksudkan sebagai
mainstream consumer profile untuk aplikasi broadcast dan penyimpanan.
Pentingnya profil ini memudar ketika High Profile dikembangkan
berdasarkan aplikasi ini.
High Profile (HiP): Ini adalah profil utama untuk aplikasi
broadcast dan disk storage, terutama untuk aplikasi high-definition
televisi. Ini adalah profil yang diadopsi ke dalam HD DVD dan Blu-ray
Disc. Ada empat Profil Tinggi (Fidelity range extensions/FRExt), yaitu:
High 10 Profile (Hi10P): Di luar kemampuan mainstream
consumer product saat ini, profil ini dibangun di atas High Profile,
24
menambahkan dukungan hingga 10 bit per sampel dari presisi decoded
picture.
High 4:2:2 Profile (Hi422P): Profil ini terutama untuk aplikasi
profesional yang menggunakan interlaced video. Profil ini dibangun di
atas High 10 Profile, menambahkan dukungan untuk 4:2:2 chroma sub
sampling dengan tetap menggunakan hingga 10 bit per sampel dari presisi
decoded picture.
High 4:4:4 Intra Profile : Profil ini dibangun di atas High 4:2:2
Profile, mendukung sampai 4:4:4 chroma sampling, hingga 14 bit per
sampel, dan tambahan pendukung efficient lossless region coding dan
pengkodean dari setiap gambar sebagai tiga separate color planes.
CAVLC 4:4:4 intra profil: High 4:4:4 Profile dibatasi hanya untuk
penggunaan all-intra dan untuk pengkodean entropi CAVLC.
Tabel 2.1 Feature dalam H.264/MPEG-4 AVC Profile [8]
Feature CBP BP XP MP HiP Hi10P
Hi422P Hi444PP
B Slices No No Yes Yes Yes Yes Yes YesSI and SP Slices No No Yes No No No No NoFlexible macroblock ordering (FMO)
No Yes Yes No No No No No
Arbitrary slices ordering (ASO)
No Yes Yes No No No No No
Redundant Slices (RS) No Yes Yes No No No No NoData Partitioning No No Yes No No No No NoInterlaced Coding (PicAFF, MBAFF)
No No Yes Yes Yes Yes Yes Yes
CABAC entropy coding No No No Yes Yes Yes Yes Yes8x8 vs 4x4 transform adaptivity
No No No No Yes Yes Yes Yes
Quantization scaling matrics No No No No Yes Yes Yes Yes
Separate Cb and Cp QP control
No No No No Yes Yes Yes Yes
25
Monochrome (4:0:0) No No No No Yes Yes Yes YesChroma Formats 4:2:0 4:2:0 4:2:
04:2:0 4:2:0 4:2:0 4:2:0 /
4:2:24:2:0 / 4:2:2 / 4:4:4
Sample depth (bits) 8 8 8 8 8 8 to 10
8 to 10 8 to 14
Separate color plane coding No No No No No No No Yes
Predictive lossless coding No No No No No No No YesDi bawah ini adalah beberapa feature utama dalam H.264/MPEG-4
AVC Profile :
Tabel 2.2 Main Feature dalam H.264/MPEG-4 AVC Profile [7]
2.1.7.1 YCrCb sampling formats [2]
Gambar 2.11 menunjukkan tiga sampling patterns untuk Y, Cr dan
Cb yang digunakan oleh H.264/AVC. Sampling 4:4:4 berarti bahwa ketiga
komponen (Y: Cr: Cb) memiliki resolusi yang sama dan karenanya sampel
masing-masing komponen ada di setiap posisi pixel. Angka-angka tersebut
menunjukkan hubungan sampling rate dari masing-masing komponen
pada arah horisontal,yaitu untuk setiap 4 luminance sample ada 4 sampel
Cr dan 4 Cb.
26
Gambar 2.10 4:2:0, 4:2:2, 4:4:4 sampling patterns (progressive)[2]
Sampling 4:4:4 mempertahankan full fidelity dari komponen
chrominance. Dalam sampling 4:2:2, kadang-kadang disebut sebagai
YUY2, komponen chrominance memiliki resolusi vertikal yang sama
dengan luma tapi setengah resolusi horisontal. Angka-angka 4:2:2 berarti
bahwa untuk setiap 4 sampel luminance dalam arah horisontal terdapat 2
Cr dan 2 Cb sampel. Video 4:2:2 digunakan untuk high-quality colour
reproduction.
27
2.2 Wireless LAN
Wireless Local Area Network adalah teknologi nirkabel yang
memungkinkan user mengakses jaringan LAN dan dapat juga dipakai
menghubungkan 2 komputer. Keuntungan dari jaringan nirkabel ini adalah
mobilitas user yang dimungkinkan selama masih dalam jangkauan W-
LAN.
Teknologi W-LAN dikembangkan oleh IEEE dengan kode 802.11
dimana untuk mengirimkan dan menerima data melalui interface udara
menggunakan teknologi frekuensi radio. Terdapat empat standart W-LAN
yang relevan ketiga diantaranya bekerja pada 2.4 Ghz ISM
(Industrial,Scientific and Medical) band dan yang satu bekerja pada 5 Ghz
UNII (Unlicensed National Information Infrastructure) band. Ketiga
standar yang bekerja pada ISM band digunakan di Eropa ,Amerika dan
jepang karana menyediakan bandwith yang besar adalah 802.11
(2mbps),802.11b (11Mbps) dan 802.11g (54Mbps). Standar 802.11 terdiri
dari layer PHY dan layer MAC. Layer PHY dapat dipilih dari 3
kemungkinan,kemungkinan tersebut adalah Direct Sequence Spread
Spectrum (DSSS),Frequency Hoping Spread Spectrum (FHSS) dan infra
red.
28
2.2.2 Komponen Wireless LAN
AP (Access Point), adalah pusat mengirim dan menerima data, device
transceiver yang terhubung dengan jaringan LAN melalui kabel
(berupa kabel UTP).
STA (station), adalah objek komunikasi yang secara umum lebih
dikenal dengan mobile network.Contohnya: desktop,notebook.
OP (Portal), adalah portal yang berfungsi sebagai buffer data antara
wireless LAN
Antena (Optional) ada beberapa antena yang mendukung dalam
implementasi W-LAN contohnya tipe Antena Omnidireksional,
Sektoral, Antena Yagi, Parabola yang dapat dipasang secara point to
point.
Wireless LAN CARD, Wireless LAN card dapat berupa PCMCIA, ISA
card. USB card atau Ethernet card. Biasanya PCMCIA untuk
notebook,ISA card,USB card atau Ethernet untuk Desktop.
Setiap kesatuan mengimplementasikan struktur protocol seperti
gambar dibawah ini tapi dengan pengembangan yang berbeda.
Gambar 2.11 Protokol Stack [14]
29
2.2.3 Arsitektur Sistem
Berdasarkan standar yang telah diatur oleh IEEE 802.11
mendukung dua topologi dasar untuk W-LAN, Independent Basic Service
Set (IBSS), dan Extended Service Set (ESS).
a) Independent Basic Service Set (IBSS)
Gambar 2.12 Konfigurasi Ad-Hoc [14]
Konfigurasi IBSS juga dikenal sebagai konfigurasi independent
atau jaringan ad-hoc. Secara logika,konfigurasi IBSS mirip jaringan office
peer-to-peer dimana tidak ada satu node yang berfungsi sebagai server.
Dalam BSS sejumlah node wireless akan berkomunikasi secara langsung
satu dengan yang lainnya secara ad-hoc , peer to peer. Dapat disebut peer
to peer karena semua terminal dapat berhubungan dapat berkomunikasi
satu sama lain tanpa memerlukan pengontrol (server).
30
b) Extended Service Set (ESS)
Infrastruktur Wireless LAN adalah sebuah jaringan dimana
jaringan wireless tidak hanya berhubungan dengan sesama jaringan
wireless saja,tetapi terhubung dengan jaringan backbone yang disebut
Distribution System (DS).Agar dapat berhubungan dengan jaringan wired
maka digunakan access point.
Gambar 2.13 Konfigurasi infrastruktur ESS
2.2.4 Spesifikasi Sistem
Sistem IEEE 802.11 tidak menentukan untuk pembatasan
Distribution System (DS), contohnya: apakah DS harus berbasis layer
data-link atau layer network. Namun standar 802.11 menentukan
kumpulan service yang tergabung dengan bagian lain arsitektur. Service
service untuk Station disebut Station Service (SS) dan untuk DS disebut
dengan Distribution System Service (DSS).
Service yang ditunjukan untuk station (STA) diantaranya adalah:
31
Authentication dan deauthentication
Privacy
MAC service data unit (MSDU)
Service yang ditunjukan untuk Distributed System (DS) adalah:
Association dan Deassociation
Distribution
Integration
Reassociation
2.2.5 Layer Fisik
Arsitektur dari physical layer terdiri tiga jenis komponen, physical
layer management yang berperan untuk menjalankan fungsi management,
physical layer Convergence Procedure Sublayer (PLCP) berfungsi
mempersiapkan pengiriman MAC Protocol Data Unit (MPDU) dan
menerima frame dari media transmisi untuk diteruskan ke MAC layer
melalui physical layer service access point, Physical Layer Medium
Dependent Sublayer (PMD) berfungsi menyediakan dan penerimaan dari
physical layer antara dua pengguna melalaui media transmisi.