STRUKTUR CERITA MISTERI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/7580/1/10451.pdf · Cerita Misteri Alaming...
Transcript of STRUKTUR CERITA MISTERI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/7580/1/10451.pdf · Cerita Misteri Alaming...
STRUKTUR CERITA MISTERI
ALAMING LELEMBUT
PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : Deddy Dwi Wijaya
NIM : 2102407095
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Satra Jawa
Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Jawa Panjebar
Semangat Tahun 2010 telah disetujui untuk diuji dihadapan Sidang Panitia Ujian
Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang.
Semarang, Agustus 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum. Drs. Sukadaryanto, M.Hum.
NIP. 19651225 199402 1 001 NIP. 19561217 198803 1 003
ii
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi dengan judul Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Jawa
Panjebar Semangat Tahun 2010 telah dipertahankan dihadapan sidang panitia Ujian
Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang.
Pada hari : Senin
Tanggal : 15 Agustus 2011
Panitia Ujian Skripsi
Ketua Panitia, Sekretaris,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum Drs. Agus Yuwono, M.Si., M.Pd.
NIP 196008031989011001 NIP 19681215 199303 1003
Penguji I,
Dr. Teguh Supriyanto, M.Hum
NIP. 19610107199002 1001
Penguji II, Penguji III,
Drs. Sukadaryanto, M.Hum. Yusro Edi Nugroho, S.S, M.Hum.
NIP. 19561217 198803 1003 NIP. 19651225 199402 1001
iii
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi dengan judul Struktur
Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Panjebar Semangat Tahun 2010 ini
benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2011
Deddy Dwi Wijaya
NIM. 2102407095
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu
benar karena tidak pernah melakukan apa-apa.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatannya) yang dikerjakannya. (QS.Al Baqarah: 286).
Persembahan
Rasa syukur atas karya sederhana ini, sebagai wujud baktiku kepada:
Bapak dan Ibuku atas segala doa, kasih sayang, cinta kasih, bimbingan dan
dukungannya, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa dan mengasihi mereka.
Kakakku terimakasih atas motivasi dan indahnya tali persaudaraan kita,
Kekasihku terimakasih atas dorongan, semangat dan kasih sayangnya.
Generasi penerus dan almamaterku Universitas Negeri Semarang.
v
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil „alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
yang telah memberikan anugerah kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
tugas menyusun skripsi yang berjudul Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut
Pada Majalah Jawa Panjebar Semangat Tahun 2010. Penulis meyakini bahwa dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum., sebagai pembimbing I dan Drs.
Sukadaryanto, M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu dan pikiran untuk memberikan ide, arahan, dan bimbingan dengan penuh
kesabaran, serta besarnya perhatian dan dorongan yang telah diberikan kepada
penulis demi selesainya skripsi ini.
2. Rektor Universitas Negeri Semarang selaku pimpinan Universitas Negeri
Semarang.
3. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, yang telah memberi izin dalam pembuatan
skripsi ini.
4. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, yang telah memberi kemudahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, yang telah membekali
ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk penulisan skripsi ini.
v
vii
6. Staf perpustakaan Universitas Negeri Semarang atas peminjaman buku-buku
referensi.
7. Ayah dan Ibu atas kasih sayang dan doa yang tak henti-hentinya untuk
keberhasilanku.
8. Kakakku Wahyu Aji Wijaya yang telah memberi semangat dalam kehidupanku.
9. Munika Indra Rachmahwati (atas motivasi, perhatian, kesabaran, kasih sayang
dan ketulusan sehingga membentuk kepribadianku yang menjadikanku dewasa
dan tegar dalam menghadapi hidup).
10. Teman-teman kos “Ar-Rohman” Aan, Faris, Yudi, Ajik, yang selalu membantuku
dan saat-saat yang menyenangkan di kos.
11. Arjuna-Arjuna dan Srikandhi-Srikandhi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
2007.
12. Semua pihak yang telah membantu baik moral maupun material kepada penulis
untuk menyusun skripsi ini.
Semoga semua bimbingan, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan
mendapat karunia dan kemuliaan dari Allah SWT. Harapan dan doa selalu penulis
panjatkan semoga dengan diselesaikannya skripsi ini akan memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan semua pihak pada umumnya.
Semarang, Agustus 2011
Penulis
vii
viii
ABSTRAK
Wijaya, Deddy Dwi. 2011. Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Majalah
“Panjebar Semangat” pada tahun 2010. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra
Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I
: Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum, pembimbing II : Drs. Sukadaryanto,
M.Hum.
Kata kunci: Struktur cerita, cerita misteri.
Cerita misteri diciptakan bertujuan agar karya itu dibaca oleh orang lain,
kemudian orang lain yang membaca cerita misteri tersebut dapat memahami maksud
dari isi pesan yang disampaikannya. Banyak hal-hal positif yang terdapat pada cerita
misteri. Isi dari sebuah cerita misteri mudah dipahami oleh pembacanya, karena
berbentuk cerita yang cukup pendek yang bahasanya sering digunakan oleh
masyarakat pada umumnya dan kebanyakan menceritakan pengalaman yang pernah
dialami. Cerita misteri dapat dibedah isinya melalui unsur pembangun sebuah karya
sastra, di mana unsur-unsur intrinsiknya dapat diketahui. Unsur intrinsik tersebut
meliputi adanya tokoh dan penokohan, alur, setting atau latar, tema, sudut pandang,
dan juga gaya bahasa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalah yang muncul dalam skripsi
ini adalah bagaimana struktur cerita yang terdapat dalam cerita mistei dalam majalah
“Panjebar Semangat” pada tahun 2010? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah mengungkap struktur yang terdapat pada cerita misteri dalam majalah
“Panjebar Semangat” pada tahun 2010.
Teori yang digunakan adalah teori struktural dengan menggunakan
pendekatan objektif, yaitu agar mudah dalam membedah suatu teks yang berupa
cerita misteri untuk unsur-unsur intrinsik pada cerita misteri dalam majalah
“Panjebar Semangat” pada tahun 2010. Unsur-unsur intrinsik tersebut dikemas
dalam struktur cerita yang berupa fakta cerita, tema, dan sarana cerita.
Data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan cara
mendeskripsikan data mengenai fakta cerita, tema, dan sarana cerita, untuk
mengetahui unsur-unsur intrinsik dari cerita misteri dalam majalah “Panjebar
Semangat” pada tahun 2010. Sasaran penelitian adalah unsur-unsur pembangun
cerita misteri alaming lelembut tahun 2010. Data yang diperoleh dari sebelas teks
cerita misteri yaitu “Thuyul”, “Balekna Dhuwitku” “Siluman Asu”, “Menungsa
Tekek”, “Selingkuh karo Lelembut”, “Yuyu Sawah”, “Ula Siluman”, “Misteri Golek
Kencana”, “Tikungan Maut”, “Gamelan Nyalawadi”, “ Arwah Gentayangan” pada
tahun 2010. Sumber data yang digunakan berasal dari majalah “Panjebar Semangat”
tahun 2010.
viii
ix
Hasil penelitian ini dapat ditunjukkan tokoh dan penokohan, alur atau plot,
seting atau latar yang terdapat dalam fakta cerita, kemudian diketahui juga tema serta
sudut pandang, dan gaya bahasa yang terdapat pada sarana cerita. Hasil yang
ditemukan mengenai tokoh dan penokohan adalah terdapat tokoh misteri, tokoh
protagonis (tokoh yang baik) dan tokoh antagonis (tokoh yang jahat). Tokoh misteri
diantaranya terdapat pada tokoh tuyul, arwah Sriyanti, siluman asu, Indri, gendruwo,
yuyu sawah, ula siluman, golek kencana, arwah wanita cantik, bocah-bocah kecil,
Kho Jiu Lan. Tokoh protagonis diantaranya terdapat pada tokoh Wisnu, Panut, Pak
Slamet, Pak Dhadhang, Kyai Muhammad Amru, Kho Jiu Lan (Lany), Pardi, Kyai
Saleh, Yanto gering, Jono, Wahyu, Mbok Iyem, Susila, Pak Kyai Ngalim, Mbah
Kyai, Pak Mukani, Supangat, Suhernala. Tokoh antagonis antara lain Lik Warigo
Blantik, Bagyo, Jarwa, Pak Pancawirya, Sriyanti, Tukiran, Indri, Pak Wangsa, Pak
Kabul, Sastragandhul, Srikandhi, Pak Godheg, Pak Mardi, Priyamantingan,
Pancadrajat, Pak Suraji, David, Muis. Dilihat dari alur, alur yang digunakan dalam
cerita misteri alaming lelembut adalah alur lurus dan campuran. Aspek ruang atau
lokasi tempat kejadian dalam cerita misteri ini antara lain di pasar Wonosari,
warungnya Panut, Nglimpar, rumahnya Wisnu, rumah sakit, di senthong (kamar)
Sriyanti, dan di senthong (kamar) Tukiran, di wilayah RT 21, gardhu rondha, pinggir
kali luk ula, gang emprit, gumuk Tegal Gunung, di dalam dan di sekitar rumah
kontrakan (Indri dan Wisnu), pabrik kaos, kamar tidur, kamar mandi, pos satpam,
sawah Pak Mardi, Puskesmas, Kedhung Blangah, rumahnya Pak Suhernala,
pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kamar Priyamantingan, tikungan, losmen Dewi
Sri, rumah Pak Kyai Amru, kamar Supangat, Jalan Diponegoro 52 Salatiga, gedung
balairung, belakang gedung balairung, kantor, gerdhu, warung belakang rumah sakit,
dan belakang Polres. Aspek waktu cerita (fable time) dalam cerita misteri alaming
lelembut kebanyakan menggunakan waktu di malam hari karena di malam hari
merupakan waktu makhluk halus muncul di sekitar tahun 2010an. Tema cerita
misteri alaming lelembut adalah bercerita tentang kemanusiaan dalam kehidupan
sehari-hari, di mana kemanusiaan tersebut bersangkutan dengan tanggung jawab,
kepedulian, percintaan, perselingkuhan, dan usaha. Sudut pandang yang digunakan
adalah kata ganti orang pertama “aku” dan menggunakan kata ganti orang ketiga
“dia”, atau menyebut nama orang lain dalam cerita. Gaya bahasa yang digunakan,
bahasa Jawa ngoko, krama, ada yang menggunakan bahasa Indonesia, ada yang
bermakna sebenarnya dan ada juga yang bermakna tidak sebenarnya.
Berdasarkan temuan tersebut di atas, saran yang dapat diberikan yaitu agar
penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan teori struktur yang meliputi
fakta cerita, tema, dan sarana cerita terhadap penelitian karya sastra Jawa lainnya
dalam membedah suatu karya sastra yang berupa cerita misteri.
ix
x
SARI
Wijaya, Deddy Dwi. 2011. Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Majalah
“Panjebar Semangat” pada tahun 2010. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra
Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I
: Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum, pembimbing II : Drs. Sukadaryanto,
M.Hum:
Tembung Pangrunut: Struktur cerita, cerita misteri.
Cerita misteri diciptakake kanthi duweni ancas supaya karya iku bisa diwaca
karo wong liya terus wong liya sing maca cerita misteri kasebut bisa mangerteni
maksud saka wosing cerita sing di kandhakake. Akeh babagan positif sing ana
sajroning crita misteri. Wosing crita misteri gampang dimangerteni dening sing
maca, amarga awujud crita sing rada cekak lan basane lumrah digunakake dening
masyarakat saka umume lan akeh-akehe nyritakake lakuning sing tau di rasake. Crita
misteri bisa dibabarake wosing migunakake unsur pembangun karya sastra, kang
bisa dimangerteni unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik kasebut yaiku anane
tokoh lan penokohan, alur, setting utawa latar, sudur pandang, lan gaya bahasa.
Adhedhasar mula bukane kasebut, prekara kang arep diandharake ana skripsi
iki yaiku: kepriye struktur cerita misteri ing kalawarti “Panjebar Semangat” taun
2010? Ancase kang pengin digayuh ing panaliten iki yaiku nudhuhake struktur cerita
misteri ing kalawarti “Panjebar Semangat” taun 2010.
Teori kang digunakake yaiku teori struktural kanthi migunakake pendekatan
objektif, yaiku supaya gampang olehe mbedhah teks cerita misteri kanggo nudhuhake
struktur cerita misteri ing kalawarti “Panjebar Semangat” taun 2010. Struktur crita
kang ditudhuhake struktur crita kang arupa fakta cerita, tema, lan sarana crita..
Data kasebut dianalisis migunakake analisis deskriptif, yaiku kanthi cara
ndheskripsikake data kanthi lewat fakta cerita, tema, lan sarana cerita, kanggo
mangerteni unsur-unsur intrinsik crita misteri ing kalawarti “Panjebar Semangat”
ing taun 2010. Sasaran panaliten yaiku unsur-unsur sing ngadhekake cerita misteri
alaming lelembut tahun 2010. Data dijipuk saka sewelas teks crita misteri yaiku
“Thuyul”, “Balekna Dhuwitku” “Siluman Asu”, “Menungsa Tekek”, “Selingkuh
karo Lelembut”, “Yuyu Sawah”, “Ula Siluman”, “Misteri Golek Kencana”,
“Tikungan Maut”, “Gamelan Nyalawadi”, “ Arwah Gentayangan” ing taun 2010.
Sumber data sing dugunakake saka kalawarti “Panjebar Semangat” taun 2010.
Saka kasil panaliten iki bisa nudhuhake tokoh penokohan, alur cerita, latar
crita kang ana sajroning fakta crita, tema, sarta sudut pandang lan gaya basa kang
ana sajroning sarana crita. Kasil sing ditemokake babagan paraga lan penokohan
anane paraga memedi, paraga protagonis (paraga sing apik) lan paraga antagonis
(paraga sing ala). Paraga memedi antarane ana ing paraga tuyul, arwahe Sriyanti,
siluman asu, Indri, gendruwo, yuyu sawah, ula siluman, golek kencana, arwah wong
x
xi
ayu, bocah-bocah cilik, Kho Jiu Lan. Paraga protagonis antarane ana ing paraga
Wisnu, Panut, Pak Slamet, Pak Dhadhang, Kyai Muhammad Amru, Kho Jiu Lan
(Lany), Pardi, Kyai Saleh, Yanto gering, Jono, Wahyu, Mbok Iyem, Susila, Pak Kyai
Ngalim, Mbah Kyai, Pak Mukani, Supangat, Suhernala. paraga antagonis antarane
ana ing paraga Lik Warigo Blantik, Bagyo, Jarwa, Pak Pancawirya, Sriyanti,
Tukiran, Indri, Pak Wangsa, Pak Kabul, Sastragandhul, Srikandhi, Pak Godheg, Pak
Mardi, Priyamantingan, Pancadrajat, Pak Suraji, David, Muis. Dingeti saka alure
sing digunakake ing crita misteri alaming lelembut yaiku alur lurus lan alur
campuran. Aspek ruang utawa panggonan kedadean ana ing crita misteri yaiku ing
pasar Wonosari, warungnya Panut, Nglimpar, rumahnya Wisnu, rumah sakit, di
senthong (kamar) Sriyanti, dan di senthong (kamar) Tukiran, di wilayah RT 21,
gardhu rondha, pinggir kali luk ula, gang emprit, gumuk Tegal Gunung, di dalam
dan di sekitar rumah kontrakan (Indri dan Wisnu), pabrik kaos, kamar tidur, kamar
mandi, pos satpam, sawah Pak Mardi, Puskesmas, Kedhung Blangah, rumahnya Pak
Suhernala, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kamar Priyamantingan, tikungan,
losmen Dewi Sri, rumah Pak Kyai Amru, kamar Supangat, Jalan Diponegoro 52
Salatiga, gedung balairung, belakang gedung balairung, kantor, gerdhu, warung
belakang rumah sakit, dan belakang Polres. Aspek waktu crita (fable time) ing crita
misteri alaming lelembut akeh-akehe gunakake wektu ing wayah wengi amarga ing
wayah wengi memedi pada ngetokake wujude ing sekitar taun 2010an. Tema crita
misteri alaming lelembut yaiku crita babagan kemanungsaan ing keuripan sedina-
dina, ing ngendi kemanungsan kasebut gegayutan karo tanggung jawab, kepedulian,
percintaan, perselingkuhan lan usaha. Sudut pandang sing digunakake yaiku
tembung ganti uwong kapisan “aku” lan gunakake tenbung ganting uwong katelu
“dia”, utawa ngundang jeneng wong liya ing sajroning crita. Gaya bahasa sing
digunake, basa Jawa Ngoko, Krama, ana uga sing gunake basa Indonesia, ana sing
duweni teges sebenere, lan ana uga sing duweni teges ora sebenere.
Adhedhasar kasebut, pituduh kang bisa diwenehake yaiku supaya panaliten
iki bisa digunakake kanggo ngembangake teori struktural kanggo panaliten karya
sastra sing liya sajroning mbedhah karya sastra arupa crita misteri.
xi
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... viii
SARI (Bahasa Jawa) .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN................................................................. .............. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................... 7
2.2 Strukturalisme .......................................................................................... 8
xii
xiii
2.2.1 Fakta Cerita ........................................................................................... 12
2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan ......................................................................... 13
2.2.1.1.1 Tokoh ............................................................... ............................. 13
2.2.1.1.2 Penokohan................................................................. ..................... 17
2.2.1.2 Plot atau Alur ..................................................................................... 20
2.2.1.3 Setting atau Latar ............................................................................... 23
2.2.2 Tema ....................................................................................................... 27
2.2.3 Sarana Cerita .......................................................................................... 30
2.2.3.1 Sudut Pandang ..................................................................................... 30
2.2.3.2 Gaya Bahasa ........................................................................................ 33
2.3. Kerangka Berpikir .................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 37
3.2 Sasaran Penelitian .................................................................................... 37
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 38
3.4 Teknik Analisis Data ................................................ ................................ 39
BAB IV FAKTA CERITA, TEMA DAN SARANA CERITA MISTERI
ALAMING LELEMBUT
4.1 Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut .............................................. 41
4.1.1 Fakta Cerita............................................................................................. 42
xiii
xiv
4.1.1.1 Tokoh dan Penokohan......... ................................................................ 42
4.1.1.2 Alur atau Plot......................................................................... ............. 60
4.1.1.3Setting atau Latar ......................................................................... ....... 86
4.1.2. Tema Cerita......................................................................... .................. 114
4.1.3 Sarana Cerita ......................................................................... ............... 119
4.1.3.1. Sudut Pandang ......................................................................... .......... 119
4.1.3.2.Gaya Bahasa Cerita ......................................................................... ... 123
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................... 131
5.2 Saran .......................................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 133
LAMPIRAN
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Cerita diciptakan oleh pengarang dengan menggunakan unsur-unsur atau
struktur. Unsur-unsur pembangun sebuah cerita yang kemudian secara bersama
membentuk sebuah kesatuan. Secara garis besar berbagai macam unsur tersebut
secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walaupun pembagian ini
tidak benar-benar pilah. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering dibicarakan maupun dibahas dalam rangka
mengkaji atau membicarakan cerita misteri atau karya sastra pada umumnya.
Pengkajian struktur dalam sebuah cerita dimaksudkan agar para pembaca
lebih mudah memahami maksud atau pesan dari pengarang, karena pengarang
menulis suatu cerita jelas bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain.
Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur secara nyata akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Unsur intrinsik sebuah cerita adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta
membangun cerita. Keterpaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat
cerita berwujud atau hidup.
Segi intrinsik karya fiksi itu sendiri mencakup berbagai unsur, yang antara
satu dengan yang lain saling berjalin secara koherensif dan mesra sehingga
1
2
membentuk satu kesatuan yang harmonis. Sebuah karya sastra yang jadi adalah
sebuah totalitas, sebuah kesatupaduan yang jauh lebih bermakna daripada unsur-
unsur pembentuknya secara sendiri dan terpisah.
Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem
organisme karya sastra. Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai
unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut
menjadi bagian di dalamnya. Unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap kesatuan
bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah cerita
haruslah tetap dipandang sebagai suatu yang penting.
Cerita dituliskan oleh pengarang menggunakan unsur-unsur cerita baik itu
tema, tokoh dan penokohan, plot, latar, sudut pandang, maupun pesan sehingga
menjadi suatu karangan yang indah dan menarik untuk dibaca.
Setelah dicoba dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi masing-masing unsur itu
dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antar unsur itu
sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu,
misalnya bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain,
kaitannya dengan pemplotan yang tak selalu kronologis, kaitannya dengan tokoh dan
penokohan, dengan latar dan sebagainya.
Karya sastra merupakan suatu rekaan pada hakikatnya adalah suatu struktur.
Pengertian struktur berarti, bahwa karya sastra menjadi suatu keseluruhan sebuah
unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra itu sendiri. Teeuw (1984:38)
3
menegaskan bahwa kesatuan struktural mencakup setiap bagian dan sebaliknya
bahwa setiap bagian menunjukan kepada keseluruhan dan bukan yang lain. Struktur
karya sastra itu dibangun oleh unsur-unsur yang membangun karya sastra sehingga
merupakan satu kesatuan, di mana unsur-unsur tersebut terbagi menjadi tiga yaitu,
fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Fakta cerita meliputi tokoh penokohan, alur, dan
setting atau tempat, sedangkan sarana cerita meliputi adanya sudut pandang dan gaya
bahasa.
Karya sastra bersifat dulce et utile yang mempunyai arti menyenangkan dan
bermanfaat. Didalam karya sastra harus menarik dan merangsang rasa keingin tahuan.
Pembaca bukan hanya ingin tahu kelanjutan cerita, tetapi mungkin juga ingin tahu
sarana yang digunakan pengarang untuk membuat cerita menjadi hidup dan
bermanfaat. Sarana itu sendiri dapat ditemukan didalam setiap cerita jika kita ingin
membaca karya sastra dengan cermat dan teliti. Dengan memperhatikan siapa tokoh
yang terdapat dalam cerita, apa saja peristiwa yang dialaminya, dimana peristiwa itu
terjadi, bagaimana terjadinya peristiwa tersebut, dan sebagainya. Penulis membaca
sambil mengkaji dan menganalisis cerita, melalui analisis. Penulis menjadi tahu dan
paham tentang permasalahan dalam cerita tersebut, tentu saja cerita misteri tersebut
tidak cukup dibaca satu kali melainkan harus berulang-ulang. Pengkajian cerita juga
membantu pembaca memahami bagaimana cara pengarang mengungkapkan batinnya
secara kreatif, sebaliknya pengkajian juga membantu pengarang mengembangkan
kreatifitas mengarang.
4
Dalam konteks khasanah kesusastraan Jawa tedapat sebuah jenis cerita yang
umunnya berupa cerita misteri, “Alaming Lelembut” sebagai karya fiksi, maka cerita
tersebut bisa dilihat dari berbagai aspek atau unsurnya. Selain menempatkan cerita ini
sebagai karya fiksi cerita misteri juga merupakan salah satu bentuk karya sastra yang
berupa rekaan, yang berasal dari imajinasi pengarangnya yang kemudian dituangkan
dalam bentuk cerita-cerita. Seorang pengarang menulis dengan tujuan agar tulisannya
itu dibaca oleh orang lain, yang kemudian dari pembaca tersebut dapat mengetahui
dan memahami isi pesan yang disampaikan oleh pengarang. Selain itu juga dapat
menambah pengetahuaannya tentang struktur dalam suatu cerita, dan juga tentang
pola kehidupan suatu masyarakat yang disampaikan pengarang melalui cerita.
Di antara majalah berbahasa Jawa yang hingga sekarang masih terbit adalah
majalah Panjebar Semangat. Majalah Panjebar Semangat terbit mingguan di
Surabaya, Jawa Timur. Terbit setiap satu minggu sekali, yaitu khusus hari sabtu.
Panjebar Semangat diterbitkan pertama kali tahun 1933 oleh dr. Soetomo, pendiri
Boedi Oetomo. Cerita misteri Alaming Lelembut merupakan salah satu rubrik di
majalah Panjebar Semangat.
Rubrik ini berupa tulisan yang menceritakan kisah-kisah yang misterius atau
biasa disebut dengan kisah yang menyeramkan. Cerita misteri lebih mengarah pada
kejadian-kejadian gaib yang terjadi di suatu tempat. Biasanya di dalam cerita misteri
muncul keanehan, setan, hal gaib atau makhluk halus lainnya. Alaming Lelembut
“khas”, berada antara fiksi dan nonfiksi. Sering benar-benar terjaga atau nyata. Di
majalah lain, ada rubrik seperti Alaming Lelembut yaitu pada majalah Djaka Lodang
5
yang disebut dengan Jagading Lelembut dan pada majalah Jaya Baya yang disebut
dengan Cerita Misteri.
Penulis memilih sebelas cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah
Panjebar Semangat, sebagai bahan penelitian didasari atas beberapa alasan, yaitu:
cerita yang terkumpul dari majalah Jawa Panjebar Semangat menggunakan bahasa
Jawa yang bahasanya mudah dipahami, khususnya oleh para pecinta cerita-cerita
misteri, jika dilihat dari struktur ceritanya, cerita misteri Alaming Lelembut sangat
kompleks dan beragam, secara umum bahasa yang digunakan oleh pengarang adalah
bahasa Jawa ngoko, terdapat nilai-nilai atau amanat dalam setiap cerita yang dapat
diambil hikmahnya dan dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari, cerita yang
terkumpul pengarangnya berbeda-beda, sehingga dapat mengetahui perbedaan dalam
penggunaan struktur cerita dari masing-masing pengarang. Dengan mengangkat cerita
misteri Alaming Lelembut yang termuat pada majalah Panjebar Semangat sebagai
bahan penelitian diharapkan para pembaca nantinya dapat menggunakan sebagai
bahan renungan dalam mengambil sikap jika mendapati kejadian sebagaimana yang
dipaparkan dalam cerita misteri Alaming Lelembut yang termuat pada majalah
Panjebar Semangat. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul “Struktur
Dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut pada Majalah Panjebar Semangat”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini adalah
bagaimanakah struktur dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa
6
Panjebar Semangat tahun 2010 yang mencakup tema, plot atau alur cerita, latar,
tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang penceritaan dalam cerita Misteri Alaming
Lelembut.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan yaitu untuk mengungkap struktur dalam cerita Misteri Alaming
Lelembut pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 yang mencakup tema,
plot atau alur cerita, latar, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang penceritaan
dalam cerita Misteri Alaming Lelembut.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dalam dunia pendidikan khususnya di bidang sastra.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan pemahaman kepada pembaca terhadap cerita yang
berhubungan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam cerita misteri
Alaming Lelembut.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
Bab ini terdiri atas kajian pustaka, landasan teoretis, dan kerangka berpikir.
Kajian pustaka yang dapat dijadikan rujukan dalam penelitian diambil dari penelitian
yang relevan dengan topik penelitian. Dalam landasan teoretis dinyatakan teori-teori
atau konsep-konsep yang digunakan untuk landasan kerja penelitian. Kerangka
berpikir dalam penelitian ini merupakan konsep yang menjiwai penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
Kajian mengenai Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut sementara ini
diduga belum pernah dilakukan. Penelitian yang dapat dijadikan rujukan adalah
penelitian yang dilakukan oleh Ira Wukti Sayekti (2010) yang berhubungan dengan
Alaming Lelembut.
Ira Wukti Sayekti (2010), melakukan penelitian dengan judul Tokoh dan
Penokohan dalam cerita Misteri Alaming Lelembut pada Majalah Panjebar
Semangat. Hasil penelitian ini adalah dilihat dari segi tokoh dan penokohannya.
Berdasarkan analisis, tokoh dan penokohan dalam cerita misteri Alaming Lelembut
pada majalah Panjebar Semangat, dari sepuluh cerita misteri yang diteliti sebagian
besar tokoh-tokohnya protagonis. Tokoh simple character terdapat dalam enam cerita
misteri Alaming Lelembut, tokoh complex character terdapat dalam empat cerita
misteri Alaming Lelembut. Penokohan cerita misteri Alaming Lelembut digambarkan
7
8
secara acak. Penggambaran secara acak tersebut yaitu selingkuh, tegas, penggoda,
perilaku kasar, penyayang, dan sabar, bertanggung jawab, rajin, baik hari, ramah dan
sopan, pandai, jatuh cinta, rasa ingin tahu, suka menolong, tidak mudah putus asa,
perasaan kaget dan curiga, perasaan kasihan, berusaha, pengertian, perasaan simpati,
rahasia, percaya pada teman, penurut, pemberani, tergoda, buruk sangka, perayu,
bingung, jahat, rasa bersalah, karma, perasaan sayang terhadap orang tua, pelupa,
perilaku menyimpang, sayang kepada istri, minta tolong, takut, tobat, suka berhutang,
bohong, sedih, semangat, memberikan penjelasan, dianiaya, pemuja pesugihan,
emosi, sombong, dan pemarah. Penokohan dalam cerita misteri Alaming Lelembut
dalam majalah Panjebar Semangat dapat diungkapkan secara dramatik (secara tidak
langsung).
2.2 Strukturalisme
Struktur secara etimologi berasal dari kata structura dari bahasa latin yang
berarti bentuk atau bangunan (Kutha Ratna, 2004:88). Lebih lanjut Ratna menyatakan
definisi strukuturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur yaitu struktur itu
sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu pihak hubungan antarunsur
yang satu dengan unsur yang lainnya, di pihak lain hubungan antarunsur (unsur)
dengan totalitasnya. Hubungan antarunsur tersebut tidak semata-mata bersifat positif,
seperti keselarasan, kesesuaian dan kesepahaman, tetapi juga negatif seperti konflik
dan pertentangan.
9
Teori strukturalisme memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang
unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya saling berjalin erat, saling menentukan
keseluruhan. Bagi setiap penelitian sastra, analisis strukturalisme karya sastra yang
akan diteliti merupakan suatu prioritas, pekerjaan pendahuluan, sebab karya sastra
sebagai “dunia dalam kata” (Desden dalam Teeuw, 1983:60). Berarti bahwa analisis
struktur adalah suatu tahap dalam penelitian sastra yang sukar dihindari, sebab setelah
analisis semacam itu baik memungkinkan diungkap pengertian yang lebih mendalam.
Sebuah karya sastra merupakan sarana komunikasi dari pengarang atau pujangga
kepada penikmat sastra. Karya sastra bukanlah komunikasi yang biasa bahkan
memiliki banyak segi aneh dan tidak biasa kalau dibandingkan dengan tindak
komunikasi lain, tetapi pemahaman tentang gejala ini sesuai dan tepat tidak mungkin
tanpa dengan memperhatikan aspek komunikatifnya atau bisa dikatakan dengan
istilah lain tanpa mendekati sastra sebagai suatu tanda, sign atau yang sekarang
dikenal dengan gejala semiotik. Ini menunjukkan bahwa sastra merupakan sebuh
aktivitas bahasa yang di dalamnya membicarakan tentang sebuah hal akan tetapi
justru mempunyai maksud tertentu.
Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2000:36) sebuah karya sastra fiksi,
atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara
koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di pihak lain, sebuah struktur karya
sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, gambaran semua bahan dan bagian
yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah.
Berpijak pada pemahaman tersebut, penelitian dalam skripsi ini akan menitikberatkan
10
pada fakta cerita (alur, tokoh dan penokohan, latar), tema, dan sarana cerita (sudut
pandang dan gaya bahasa). Dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan dasar
penelitian struktural sebagai cara untuk membedah cerita misteri Alaming Lelembut
pada majalah Jawa Panjebar Semangat.
Strukturalisme sendiri pada dasarnya merupakan sebuah cara berfikir tentang
dunia yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur. Menurut pikiran
kaum strukturalisme, dunia sastra merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang,
merupakan sebuah susunan hubungan sehingga unsur penyusunannya tidak
mempunyai makna, melainkan ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur
lainnya yang terkandung dalam unsur itu sendiri Hawkes (dalam Pradopo 2002:119-
120).
Karya sastra sebagai sebuah struktur memiliki arti bahwa karya sastra
merupakan sebuah susunan unsur-unsur yang bersistem, terjadi hubungan timbal-
balik dan saling menentukan antarunsurnya. Kesatuan unsur-unsur dalam karya sastra
tidak hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang
tersendiri, melainkan hal-hal tersebut akan saling berkait, saling terkait, dan saling
bergantung (Pradopo, 2002:118-119). Untuk mengungkap struktur sesuai dengan
teori strukturalisme amaka dilakukan beberapa tahapan-tahapan. Analisis secara
struktural menurut Hartoko (dalam Nurgiyantoro, 2000:38) dapat berupa kajian yang
menyangkut relasi unsur-unsur dalam mikroteks, satu keseluruhan wacana dan relasi
intertekstual. Analisis unsur-unsur teks itu asalnya berupa analisis kata-kata dalam
kalimat atau kalimat-kalimat dalam alenia atau konteks wacana yang lebih besar.
11
Namun juga dapat berupa analisa fungsi dan hubungan antara unsur latar, waktu,
tempat dan sosial budaya dalam analisa latar.
Terkait dengan hal tersebut, analisis struktural karya sastra, dalam hal ini
adalah cerita fiksi misteri dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yakni, dengan
mengindentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan hubungan fungsi antarunsur
intrinsik cerita misteri yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasikan bagaimana
tema, alur, latar, dan unsur-unsur intrinsik lainnya dalam cerita, kemudian dicari
hubungan antarunsur tersebut. Secara bersama membentuk sebuah totalitas
kemaknaan yang padu. Dengan begitu, pada dasarnya analisis struktural mempunyai
tujuan memaparkan secara cermat fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya
sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiyantoro,
2000:36-37)
Lebih lanjut, Nurgiyantoro (2000:37) juga menyatakan bahwa analisis
struktural pada dasarnya bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi
keterkaitan antarunsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah
keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur
tertentu dari sebuah karya fiksi, namun yang lebih penting adalah menunjukan
bagaimana hubungan antarunsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap
tujuan estetik serta makna keseluruhan yang ingin dicapai.
Terkait dengan hal tersebut, unsur yang menonjol yang menjadi dasar
terciptanya sebuah cerita adalah latar, penokohan dan alur. Namun, unsur dasar dalam
sebuah cerita tidak boleh dilupakan dan sangat menentukan adalah keberadaan tema.
12
Tema sebuah karya sastra juga masih mempunyai unsur pembangun yang lain,
berdasar pemahaman di atas, tema baru akan menjadi makna cerita jika ada dalam
keterkaitan dengan unsur lainnya yang disebut sebagai fakta cerita dan sarana cerita.
Menurut Teeuw (1988:135-136) bahwa pada prinsipnya analisis struktural
adalah bertujuan untuk membongkar dan memaparkan apa yang ada dianalisis dengan
cermat, teliti dan sedail mungkin dan mendalam, mungkin keterkaitan dan
keterjalinan dari semua anasir dan aspek dari karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna menyeluruh karena tugas dan tujuan dari analisis struktur yakni
mengupas mendalam dari keseluruhan makna yang telah terpadu, oleh karena itu
dalam mengkaji dan menganalisis cerita misteri Alaming Lelembut ini digunakan
teori struktural agar mengungkap struktur dan makna di dalamnya.
Berdasarkan teori-teori tentang struktural di atas dapat disimpulkan bahwa
teori struktural merupakan analisis dari unsur-unsur pembangun karya sastra yang
telah terjalin sehingga diperoleh suatu makna yang terpadu dari karya tersebut.
Kemudian tahapan dalam anlisisnya dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan
mendeskripsikan.
2.2.1 Fakta Cerita
Menurut Nurgiyantoro (2000:25) fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi
karakter (tokoh cerita dan penokohan), plot, dan setting. Ketiga unsur tersebut harus
dipandang sebagai satu kesatuan dalam rangkaian keseluruhan cerita, bukan sebagai
13
sesuatu yang berdiri sendiri dan terpisah satu dengan yang lain. Ketiga unsur yang
meliputi fakta cerita seperti karakter (tokoh), plot dan setting akan dijelaskan seperti
di bawah ini.
2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif.
Sebuah cerita misteri Alaming Lelembut tanpa tokoh dan penokohan nyaris mustahil,
karena daya tarik cerita misteri Alaming Lelembut terpancar lewat imajinasi kretif si
pengarang. Lewat imajinasi pengarang itulah, pembaca dapat berkenalan dengan
sejumlah variasi tipe manusia berikut masalah-masalah yang terdapat di dalamnya,
serta cara penyelesaiannya yang ada (Rahmanto, 2000:71). Istilah tokoh lebih
menunjuk kepada orangnya dan istilah penokohan lebih menuju kepada perwatakan
dari tokoh tersebut. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian tokoh dan
penokohan.
2.2.1.1.1 Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa ata berkelakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita, Greimes (1975) tidak menggunakan istilah
tokoh (character) melainkan partisipan (participant) sedangkan shahnon Ahmad
dalam bukunya gubahan novel (1979) menggunakan istilah watak. Tokoh pada
umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang
14
diinsankan. Berdasarkan fungsi, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh sentral
(central character) dan tokoh bawahan (periperal character).
Berdasarkan fungsi peranannya, tokoh terdiri atas tokoh protagonis dan
tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, yang salah satu
jenisnya popular disebut hero. Tokoh ini juga menampilkan sesuatu yang sesuai
dengan pandangan kita, harapan-harapan kita. Tokoh antagonis adalah tokoh yang
menyebabkan konflik cerita itu terjadi. Kebanyakan tokoh antagonis tidak disukai
oleh pembaca Altenbernd (dalam Nurgiyantoro 2000:178-179)
Tokoh yang memegang peranan penting disebut tokoh utama atau protagonis
(Sudjiman, 1986:61). Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan
frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam, melainkan intensitas keterlibatan tokoh
dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.
Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam
cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung
tokoh utama (Grimes, 1975:43-44), selain itu tokoh tambahan juga dapat diartikan
tokoh yang diperlukan dalam kesempurnaan cerita.
Secara garis besar, teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra meliputi
berbagai cara seperti pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain
yang berhubungan dengan jati diri tokoh (Abrams dalam Nurgiyantoro 2000:194).
Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari di sekitar
kita, selalu memiliki watak-watak tertentu.
15
Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-
beda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut
dengan tokoh inti atau tokoh utama. Adapun tokoh yang memiliki peranan tidak
penting karena permunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku
utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu (Aminuddin 2002:79).
Dalam menentukan tokoh utama, pembaca dapat menentukannya dengan
jalan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami
peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga
ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama
umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh
pengarangnya (Aminuddin 2002:80).
Menurut Nurgiyantoro (2000:177) tokoh utama paling banyak diceritakan
dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang
dikenai kejadian dan konflik, penting yang mempengaruhi perkembangan plot. Di
pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit,
tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh
utama, secara langsung ataupun tak langsung. Tokoh utama adalah yang dibuat
sinopsisnya, yaitu dalam kegiatan pembuatan sinopsis, sedang tokoh tambahan
biasanya diabaikan.
Berdasarkan perwatakannya, tokoh terdiri atas tokoh sederhana dan tokoh
bulat. Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya
16
memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-sifat watak yang tertentu saja. Sifat
dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton yang hanya
mencerminkan satu watak saja. Tokoh bulat, kompleks adalah tokoh yang memiliki
dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya, dan jati
dirinya. Tokoh ini menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam
bahkan mungkin bertentangan dan sulit diduga. Dibandingkan tokoh sederhana,
tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena
disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering
memberikan kejutan Abrams dalam Nurgiyantoro 2000:181-183).
Berdasrkan kriteria berkembang atau tidaknya, tokoh dapat dibedakan
menjadi tokok statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang
esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai
akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh ini memiliki sikap dan watak
yang relatif tetap, tidak berkembang secara awal sampai akhir cerita. Tokoh
berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan
perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan. Sikap
dan watak tokoh berkembang akan mengalami perkembangan dan perubahan dari,
tengan, dan akhir cerita, sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan
Altenbernd (dalam Nurgiyantoro:188)
Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok
manusia dari kehidupan nyatanya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh tipikal da
tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan
17
individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan. Tokoh tipikal
merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukkan terhadap orang, atau
sekelompok orang yang terikat yang ada di dunia nyata. Tokoh netral adalah tokoh
cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Tokoh ini benar-benar merupakan
tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi Altenbernd
(dalam Nurgiyantoro 2000:190-191).
Ragam tokoh atau pelaku di dalam karya sastra menurut Aminuddin
(1987:79-83) dibedakan menjadi delapan yaitu: 1) pelaku utama atau pelaku inti yaitu
tokoh yang memiliki peranan penting dalam sebuah cerita, 2) pelaku tambahan atau
pelaku pembantu yaitu tokoh yang memiliki peranan tidak penting, karena
kemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung pelaku utama, 3)
pelaku protagonis yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi
oleh pembaca, 4) pelaku antagonis yaitu pelaku yang tidak disukai pembaca karena
memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkam, 5) simple character
yaitu pelaku yang tidak banyak menunjukkan adanya kompleksitas masalah,
pemunculannya hanya dihadapkan pada suatu permasalahan tertentu yang tidak
banyak menimbulkan adanya obsesi-obsesi batin yang kompleks, 6) complex
character yaitu pelaku yang kemunculannya banyak dibebani permasalahan yang
juga ditandai dengan munculnya pelaku yang memiliki obsesi-obsesi batin yang
cukup kompleks, 7) pelaku dinamis yaitu pelaku yang memiliki perubahan dan
perkembangan batin dalam keseluruhan penampilannya, 8) pelaku statis yaitu pelaku
18
yang tidak menunjukkan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu
muncul sampai akhir cerita.
2.2.1.1.2 Penokohan
Istilah penokohan lebih luas pengertiannya dibandingkan dengan tokoh dan
perwatakan, karena penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya sehingga pembaca
dapat menerima gamabaran yang jelas. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik
perwujudan dan pengembangan tokoh cerita (Nurgiyantoro 2000:166).
Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter
dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan
watak-watakk tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro 2000:165). Jones (dalam
Nurgiyantoro 2000:165) juga mengatakan arti dari penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Sebuah cerita tanpa penokohan nyaris mustahil, karena daya tarik cerita
terpancar lewat imajinasi kreatif si pengarang. Lewat imajinasi pengarang itulah,
pembaca dapat berkenalan dengan sejumlah variasi tipe manusia berikut masalah-
masalah yang terdapat di dalamnya, serta cara penyelesaian yang ada (Rahmanto
2000:71). Masalah-masalah dan cara penyelesaiannya dikemas dengan sangat
menarik oleh pengarang, sehingga pembaca dapat merasakan secara langsung
bagaimana manfaat membaca cerita misteri Alaming Lelembut. Dengan adanya
penokohan, akan sangat menentukan alur cerita dan jalan cerita. Penokohan juga
19
berperan untuk mewujudkan tema, menyampaikan pesan atau amanat. Oleh karena
itu, penokohan mempunyai peranan sangat penting.
Aminuddin (2002:79) mengartikan penokohan merupakan cara pengarang
menampilkan tokoh atau pelaku. Penokohan atau perwatakan merupakan pelukisan
mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa:
pandangan hidup, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagaimanya
(Suharianto 2005:20).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diselaraskan arti dari
penokohan yaitu cara pengarang untuk melukiskan atau menggambarkan seorang
tokoh dalam cerita yang mempunyai watak-watak tertentu baik lahir maupun
batinnya. Dalam penokohan terkandung dua aspek sekaligus yaitu isi dan bentuk.
Apa dan siapa tokoh cerita itu sebenarnya tidak begitu penting, selama pembaca dapat
mengidentifikasi diri tokoh-tokoh tersebut dikatakan oleh Jones (dalam Nurgiyantoro
1994:166), atau pembaca dapat memahami dan menafsirkan tokoh-tokoh itu sesuai
dengan logika cerita dan persepsinya.
Penggambaran tokoh dalam karya sastra ada dua macam yaitu teknik
ekspositori dan teknik dramatik Abrams (dalam Nurgiyantoro 2000:194). Teknik
ekspositori adalah penggambaran watak tokoh secara langsung. Dalam hal ini
pengarang menyebutkan secara langsung watak tokoh dalam sebuah cerita. Teknik
dramatik adalah penggambaran watak tokoh secara tidak langsung, sehingga pembaca
harus menyimpulkan sendiri watak tokoh di dalam sebuah cerita.
20
Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah
teknik, yaitu a) teknik cakapan, diketahui sifat tokoh yang bersangkutan melalui
percakapan yang dilakukan para tokoh cerita, b) teknik tingkah laku, mengarah pada
tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan oleh orang dalam wujud
tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi, tanggapan,
sifat, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat dirinya, c) teknik
pikiran dan perasaan, dapat diketahui pada jalan pikiran serta perasaan yang melintas
dan dirasakan oleh para tokoh, d) teknik arus kesadaran, merupakan sebuah teknik
narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, dimana
tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan,
ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak, e) eknik reaksi tokoh, dimaksudkan
reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan tingkah laku orang
lain yang berupa rangsang dari luar diri tokoh yang bersangkutan, f) teknik reaksi
tokoh lain, dimaksudkan sebagai reaksi tokoh lain terhadap tokoh utama, g) teknik
pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan tokoh, dan h) teknik pelukisan
fisik, keadaan fisik berkaitan dengan keadaan kejiwaan.
2.2.1.2 Plot / Alur
Plot memang mengandung jalan cerita yang artinya peristiwa-peristiwa yang
susul menyusul namun ia lebih dari sekedar jaln cerita itu sendiri dari rangkaian
peristiwa (Nurgiyantoro 2000:111). Suharianto (2005:18) juga berpendapat alur atau
sering disebut plot adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun
21
dengan memperhatikan sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat,
dan utuh. Alur adalah kontruksi mengenai sesuatu deretan peristiwa yang secara logis
dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku dalam cerita tersebut
(Sayuti 1996:27).
Kenny (dalam Nurgiyantoro 2000:113), mengartikan plot adalah sebagai
peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana,
karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa tertentu itu berkaitan dengan sebab-
akibat. Sedangkan menurut Forster (dalam Nurgiyantoro 2000:113), plot merupakan
peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan
kasualitas. Lebih lanjut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2000:113), mengemukakan
bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa plot atau latar
merupakan urutan atau rangkaian sebuah cerita dimana kejadian-kejadian cerita
diperlihatkan secara urut.
Unsur-unsur penting dalam alur adalah konflik. Alur dipengaruhi oleh
konflik dan bangunan konflik yang dikemukakan. Konflik menyaran pada sesuatu
yang bersifat tidak menyenangkan yang dialami oleh tokoh cerita. Konflik yang
mencapai intensitas tinggi disebut klimaks. Klimaks merupakan pertemuan antara dua
hal yang saling bertentangan dan saat menentukan bagaimana oposisi akan
diselesaikan Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000:122).
Alur dalam sebuah cerita dibedakan menjadi beberapa macam. Dilihat dari
aspek tokonya alur dibagi menjadi dua yaitu, alur erat dan alur longgar. Alur erat
22
berarti hubungan antar pelaku antar pelaku erat. Alur erat dijumpai pada cerita yang
memiliki pelaku sedikit. Sedangkan alur longgar berarti hubungan antar pelaku
sedikit longgar. Alur ini kita jumpai pada cerita yang jumlah pelakunya banyak
(Sayuti 1996:27)
Menurut Nurgiyantoro (2005:153-154) Plot Lurus, Progesif. Plot sebuah
novel dikatakan progesif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis,
peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya)
peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal
(penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat,
klimaks), dan akhir (penyelesaian). Jika dituliskan dalam bentuk skema, secara garis
besar plot progesif tersebut akan berwujud sebagai berikut.
A B C D E
Simbol A melambangkan tahap awal cerita, B-C-D melambangkan kejadian-
kejadian berikutnya, tahap tengah, yang merupakan inti cerita, dan E merupakan
tahap penyelesaian cerita. Oleh karena kejadian-kejadian yang dikisahkan bersifat
kronologis – yang secara istilah berarti sesuai dengan urutan waktu – plot yang
demikian disebut juga sebagai plot maju, progesif. Plot progesif biasanya
menunjukkan kesederhanaan cara penceritaan, tidak berbelit-belit, dan mudah diikuti.
Berdasarkan segi urutan waktu, alur dibedakan menjadi alur lurus dan alur
balik. Cerita beralur lurus apabila peristiwa-peristiwa dilukiskan secara beruntun dari
awal hingga akhir cerita, sedangkan cerita beralur balik apabila peristiwa-
23
peristiwanya dilukiskan secara tidak beruntun. Alur balik dapat menggunakan teknik
gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campuran.
Berdasarkan kriteria jumlah, alur dibedakan menjadi alur tunggal dan alur
ganda, alur tunggal hanya mengikuti perjalanan hidup seorang tokoh utama
protagonis yang berupa super hero. Alur ganda terdapat lebih dari seorang tokoh yang
dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konfliknya. Setelah diuraikan
mengenai plot atau alur tersebut di atas, maka selanjutnya akan dibahas mengenai
setting/ latar.
2.2.1.3 Setting / Latar
Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah
tempat tokoh melakukan dan dikenai sesuatu kejadian. Latar bersifat memberikan
“aturan” permainan terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara
berfikir tokoh, dan karenanya akan mempengaruhi pemilihan tema (Nurgiyantoro
2000:75).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), menyatakan arti latar adalah
keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan di karya sastra.
Suharianto (2005:22) menyatakan hal yang sama bahwa latar adalah tempat atau
waktu terjadinya cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain adalah gambaran peristiwa
atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa oran tokoh pada
suatu waktu di suatu tempat.
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
24
peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams (dalam Nurgiyantoro 2000:216).
Stanton (2007:35) mengartikan latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah
peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang
sedang berlangsung.
Stanton (dalam Nurgiyantoro 2000:216) mengelompokkan latar, bersama
dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan
dihadapi, dan diimajinasikan oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi.
Atau, ketiga hal inilah yang secara konkret dan langsung membentuk cerita: tokoh
cerita adalah pelaku dan penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu
perlu pijakan, di mana dan kapan.
Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting
untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu
yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca yang demikian, merasa
dipermudah untuk “mengoperasikan” daya imajinasinya, di samping dimungkingkan
untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar
(Nurgiyantoro 2000:217).
Latar tempat, berhubung secara jelas menyaran pada lokasi tertentu, dapat
disebut sebagai latar fisik (pshysical setting). Latar yang berhubungan dengan waktu,
walau orang mungkin keberatan, tampaknya juga dapat dikategorikan sebagai latar
fisik sebab ia juga dapat menyaran pada saat tertentu secara jelas
25
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diselaraskan arti setting atau
latar yaitu waktu ataupun tempat yang terjadi dalm sebuah cerita yang merupakan
lukisan peristiwa yang menimpa tokoh.
Menurut Nurgiyantoro (2000:227-236) mengenai pembagian Latar. Unsur
latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.
Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan
dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
1. Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin
berupatempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi
tertentu tanpa nama jelas.
Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah
mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan
geografis tempat yang bersangkutan.
Untuk dapat mendeskripsikan suatu tempat secara meyakinkan, pengarang
perlu menguasai medan. Pengarang haruslah menguasai situasi geografis lokasi
yang bersangkutan lengkap dengan karakteristik dan sifat khasnya. Tempat-tempat
yang berupa desa, kota, jalan, sungai, laut, gubug reot, rumah, hotel, dan lain-lain
tentu memiliki ciri-ciri khas yang menandainya.
26
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Maslah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap
waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana
cerita.
Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan
waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan. Adanya
persamaan perkembangan dan atau kesejalanan waktu tersebut juga dimanfaatkan
untuk mengesani pembaca seolah-olah cerita itu sebagai sungguh-sungguh ada dan
terjadi.
Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika digarap
secara teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah. Namun, hal itu
membawa juga sebuah konsekuensi, sesuatu yang diceritakan harus sesuai dengan
perkembangan sejarah.
3. Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial menyaran di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
27
keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya. Di samping itu, latar
sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya
rendah, menengah, atau atas.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa latar sosial
bersangkutan dengan kehidupan masyarakat yang diceritakan yang berhubungan
denagn status sosial tokoh yang dimana suasana kedaerahan tentang kehidupan
sosial masyarakat terlihat dalam sebuah cerita.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa setting atau latar
merupakan keterangan yang menunjukkan suatu tempat, waktu dan suasana yang
terjadi dalam sebuah cerita yang meliputi fakta di atas, kemudian akan dijelaskan
mengenai tema.
2.2.2 Tema
Tema dalam sebuah karya sastra sastra, fiksi, hanyalah merupakan salah satu
dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk
sebuah kemenyeluruhan. Bahkan sebenarnya, eksistensi tema itu sendiri amat
bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal itu disebabkan tema yang notabene
“hanya” berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita, tak mungkin hadir
tanpa unsur bentuk yang menampungnya. Tema sebuah cerita tidak mungkin
disampaikan secara langsung, melainkan “hanya” secara implisit melalui cerita
(Nurgiyantoro, 2000:74).
28
Kejelasan pengertian tema akan membantu usaha penafsiran dan
pendeskripsian pernyataan tema sebuah karya fiksi. Tema (theme), menurur Stanton
dan Kenny (dalam Nurgiyantoro 2000:67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah
cerita itu, maka masalahnya adalah makna khusus yang mana yang dapat yang dapat
dinyatakan sebagai tema itu. Atau, jika berbagai makna itu dianggap sebagai bagian-
bagian tema, sub-tema atau tema-tema tambahan. Menurut Scharbach (dalam
Aminuddin 1987:91) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan
juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya.
Untuk menentukan makna pokok sebuah cerita, kita memiliki kejelasan
pengertian tentang makna pokok, atau tersendiri. Tema merupakan gagasan dasar
umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks
sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau
perbedaan-perbedaan Hartoko & Rahmanto (dalam Nurgiyantoro, 2000:68). Tema
disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya sastra yang bersangkutan yang
menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.
Tema dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran
peristiwa konflik-konflik situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain,
karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin
disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat
menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih
luas, dan abstrak.
29
Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang
“disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai
makna pokok sebuah karya fiksi tidak (secara sengaja) disembunyikan karena justru
hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun, tema merupakan makna
keseluruhan yang didukung cerita, deng sendirinya ia akan “tersembunyi” di balik
cerita yang mendukungnya (Nurgiyantoro 2000:68)
Pertimbangan penentuan tema utama seperti yang telah dikemukakan diatas
juga didasarkan pada pengertian tema menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro
2000:70) yaitu yang mengartikan tema sebagai “makna sebuah cerita yang secara
khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana:. Tema,
menurutnya, kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama (central idea) dan
tujuan utama (central purpose).
Istilah tema berasal dari bahasa inggris “thema” yang berarti ide yang
menjadi pokok suatu pembicaraan atau ide pokok suatu tulisan (Sayuti 1997:25).
Selanjutnya, Suharianto (2005:17) juga mengemukakan bahwa “tema sering disebut
juga dasar cerita yakni pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra.
Tema akan terasa dan mewarnai karya sastra tersebut dari halaman pertama hingga
halaman terakhir”.
Hakikat tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang
dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan
yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya. Tema dalam sebuah karya sastra
dapat tersurat dan dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan
30
jelas dinyatakan oleh pengarangnya. Disebut tersirat apabila tidak secara tegas
dinyatakan, tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang.
Tema sering disebut juga dasar cerita, yakni pokok permasalahan yang
mendominasi suatu karya sastra. Tema merupakan aspek sejajar dengan makna dalam
pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang
terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-
persamaan atau perbedaan-perbedaan Hartoko (dalam Nurgiyantoro 2002:68).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema
adalah gagasan atau ide pikiran utama yang mendasari adanya sebuah cerita dalam
karya sastra, dimana sebuah tema merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun
sebuah cerita.
Suharianto (2005:17-18) membedakan tema menurut jenisnya menjadi dua
macam yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayaor adalah tema pokok, yaitu
permasalahan yang paling dominan menjiwai suatu karya sastra. Sedangkan, tema
minor adalah permasalahan yang merupakan cabang dari tema mayor.
2.2.3 Sarana Cerita
Sarana cerita adalah tehknik yang dipergunakan oleh pengaran untuk
memilih dan menyusun detil-detil cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang
bermakna. Tujuan penggunaan sarana kesastraan adalah untuk memungkinkan
31
pembaca melihat fakta sebagaimana yang dilihat pengarang dan merasakan
pengalaman seperti yang dirasakan pengarang (Nurgiyantoro 2000:25).
Penelitian ini akan digunakan sarana cerita yang mengangkut sudut pandang,
gaya/bahasa seperti apa yang akan diuraikan di bawah ini.
2.2.3.1 Sudut Pandang
Sudut pandang atau pusat pengisahan dalam karya fiksi mempersoalkan
siapa yang menceritakan, atau dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu
dilihat. Demikian pemilihan bentuk persona yang dipergunakan, disamping
perkembangan cerita dan masalah yang diceritakan, juga kebebasan dan keterbatasan,
ketajaman, ketelitian, dan keobjektifan terhadap hal-hal yang diceritakan
(Nurgiyantoro, 2000:146). Menurut Aminudin (1987:90), sudut pandang adalah cara
pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Sudut pandang
diartikan posisi pengarang dalam suatu cerita, atau cara pengarang memandang suatu
cerita (Hayati 1990:12).
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000:248) menyatakan bahwa sudut pandang
menyaran pada sebuah cerita yang dikisahkan. Merupakan cara dan pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara
langsung dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
32
Menurut Suharianto (2005:25) suatu cerita hakikatnya adalah lukisan
perikehidupan manusia yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh tertentu. Untuk
menampilkan cerita tentang perikehidupan tokoh itu, pengarang akan menentukan
siapa orangnya dan berkedudukan sebagai apa pengarang dalam cerita tersebut. Siapa
yang bercerita itulah yang disebut pusat pengisahan atau sudut pandang.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diselaraskan bahwa sudut
pandang merupakan suatu cara pengarang untuk menyampaikan atau menyajikan
tokoh. Melalui sudut pandang pengarang menyampaikan makna karya artistiknya
agar selalu berhubungan dengan pembacanya.
Ada beberapa jenis sudut pandang atau pusat pengisahan, Suharianto (2005:
25-26) membagi pusat pengisahan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
1. Pengarang sebagai pelaku utama cerita, dalam cerita dengan jenis pusat
pengisahan ini, tokoh akan menyebutkan dirinya sebagai “aku”. Seakan-akan
cerita tersebut merupakan kisah atau pengalaman diri pengarang.
2. Pengarang ikut bermain tetapi bukan sebagai pelaku utama. Dapat dikatakan
sebenarnya cerita tersebut merupakan kisah orang lain tetapi pengarang
terlibat di dalamnya.
3. Pengarang serba hadir. Terkait hal itu, dalam cerita dengan pusat pengisahan
jenis ini pengarang tidak berperan apa-apa pelaku utama cerita tersebut
orang lain, dapat “dia” atau kadang-kadang disebut namanya, tetapi
pengarang serba tahu apa yang akan dilakukan atau bahkan apa yang ada
dalam pikiran pelaku cerita.
33
4. Pengarang peninjau. Pusat pengisahan jenis ini hampir sama dengan jenis
pengarang serba tahu. Bedanya pad cerita dengan pusat pengisahan jenis ini,
pengarang seakan-akan tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku cerita
atau apa yang ada dalam pikirannya. Pengarang sepenuhnya hanya
mengatakan atau menceritakan apa yang dilihat saja.
Sudut pandang atau point of view dalam praktiknya, sering dijumpai karya
fiksi yang menggunakan lebih dari sebuah sudut pandang campuran, bahkan ada pula
yang menggunakan lebih dari sebuah sudut pandang. Terkait dengan hal tersebut,
sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, ataupun siasat yang
sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Nurgiyantoro (2000:256), mengemukakan pembedaan sudut pandang
berdasarkan pembeda umum yang dilakukan orang, yaitu persona tokoh cerita,
persona orang ketiga “dia” dan persona orang pertama “aku”. Pengisahan cerita
yang menggunakan persona orang ketiga “dia”, narator adalah seseorang yang berada
di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata
gantinya: ia, dia, mereka.
Pengisahan cerita yang mempergunakan sudaut pandang persona pertama
“aku”, pengarang ikut terlibat dalam cerita (Nurgiyantoro, 2000:262). Tokoh “aku”
tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadarannya diri sendiri, mengisahkan peristiwa
dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya
terhadap tokoh lain kepada pembaca. Meredith dan Fitzgerald (dalam Nurgiyantoro
34
2000:262) mengungkapkan bahwa persona pertama adalah sudut pandang yang
bersifat internal, maka jangkauannya terbatas.
Sudut pandang campuran digunakan pengarang yang menggabungkan antara
persona pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus. Campuran “aku” dan
“dia” terjadi secara bergantian, mula-mula cerita dikisahkan dari sudut “aku” terjadi
pergantian ke “dia”, namun kemudian kembali lagi ke “aku” (Nurgiyantoro,
2000:268). Sudut pandang di dalam sarana cerita telah diuraikan seperti yang ada di
atas, kemudian akan dibahas tentang Gaya/Bahasa.
2.2.3.2 Gaya Bahasa
Gaya dalam istilah sastra yaitu cara pengarang untuk menyampaikan
gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta
mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intertektual
dan emosi pembaca (Aminuddin, 2002:72). Keraf (2010:112-113) menjelaskan stile
atau gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas
yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.
Peran bahasa dalam suatu cerita sangat penting. Bisa dikatakan pula bahwa
bahan bahku sastra adalah bahasa. Semua unsur cerita dapat dipahami apabila telah
disampaikan dengan bahasa. Bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat penyampai
maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampai perasaannya (Suharianto
2005:26). Menurut Wijayanyo (2005:84) dijelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara
pengarang mempergunakan bahasa untuk menghasilkan karya sastra. Cara pengarang
35
mempergunakan bahasa dalam sastra bermacam-macam, misal dengan majas, diksi,
dan tindak ujar yang tersirat dalam dialog antar tokoh, dll. Cara khas yang dilakukan
oleh pengarang semata-mata untuk membamgkitkan suasana atau menimbulkan
perasaan tertentu, sehingga pembaca akan memberikan tanggapan dalam pikiran
pembacanya. Semua cara khas yang dilakukan oleh pengarang menjadi salah satu
karya sastra indah dan bernilai seni.
Sejalan dengan uraian pengertian gaya tersebut, Scharbach (dalam
Aminuddin 1987:72) menyebutkan bahwa “gaya sebagai hiasan, sebagai sesuatu yang
suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai, serta segi perwujudan mansuia
itu sendiri”. sementara itu menurut Aminuddin (1987:72) gaya mengandung
pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan
media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuasakan makna dan suasana
yang dapat menyentuh daya intertektuali dan emosi pembaca.
Terkait dengan pendapat di atas, gaya bahasa tidak hanya menginformasikan
kepada pembaca mengenai keadaan tokoh tetapi juga mengajak pembaca untuk
merasakan seperti apa yang dirasakan oleh tokoh. Pengarang akan senatiasa berusaha
mempergunakan kata-kata yang tepat. Artinya pengarang akan selektif terhadap
setiap kata yang akan dipergunakan dalam menyusun kalimat sehingga menghasilkan
kalimat yang mampu mewadahi apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh pelaku cerita.
Gaya bahasa adalah cara membentuk atau menciptakan bahasa sastra dengan
menggunkan ungkapan-ungkapan, dan imaji-imaji yang tepat untuk memperoleh
kesan estetik. Gaya bahasa juga merupakan alat yang digunakan pengarang dalam
36
mencapai tujuan. Jika ingin menganalisis gaya dalam cerita rekaan berarti kita
menganalisis bentuk verbal cerita rekaan tersebut , seperti bagaimana pengarang
memilih diksi, imaji, susunan kata, dan kalimatnya. Gaya bahasa termasuk
pembawaan pribadi pengarang yang bersangkutan sehingga gaya pengarang yang satu
tidak akan sama dengan pengarang yang lainnya.
Lebih lanjut, Keraf (2010:140) memilah dan menggolongkan gaya bahasa di
dalam sebuah karya sastra menjadi seperti berikut:
1. Personifikasi yaitu gaya bahasa kias yang menggambarkan benda-enda mati
yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.
2. Perumpamaan yaitu gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang
berlainan dianggap sama. Majas ini biasanya menggunakan kata seperti,
bagaikan, laksana, bak, dan sebagainya.
3. Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme.
Biasanya mengandung acuan yang menyatakan kepahitan dan celaan yang
getir. Sebagai contoh adalah “menggigit bibir karena marah”.
4. Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Misalnya: bunga bangsa, buaya
darat, cindera mata, buah hati, dll.
5. Alusio adalah gaya bahasa semacam acuan yang menyugestikan atau
menghubungkan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa.
6. Hiperbola yaitu semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan
yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
37
7. Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran
dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi di yang
sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
2.3 Kerangka Berpikir
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana struktur cerita
misteri Alaming Lelembut yang ada di majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010.
Alasan mengambil penelitian karena ingin tahu bagaimanakah struktur cerita misteri
di majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme, teori
ini memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau
bagian-bagiannya saling berjalin erat, saling menentukan keseluruhan. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan objektif dalam metode struktural, pendekatan
objektif adalah pendekatan yang erat kaitannya dengan teori sastra yang
menggunakan konsep dasar struktur.
Kerangka berfikir pada penelitian ini akan menganalisis struktur cerita
misteri Alaming Lelembut yang mempunyai unsur fakta, tema, dan sarana cerita.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian pada Cerita Misteri Alaming
Lelembut pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 ini adalah pendekatan
objektif dalam metode struktural, dimana pendekatan objektif adalah pendekatan
yang erat kaitannya dengan teori sastra yang menggunakan konsep dasar struktur.
Struktur dalam penelitian ini merupakan penyajian fakta cerita, tema, dan sarana
cerita Pendekatan objektif adalah pendekatan yang bertumpu atas karya itu sendiri.
Pendekatan objektif memusatkan perhatian hanya pada unsur-unsur yang dikenal
dengan analisis intrinsik (Ratna: 2004:73). Pendekatan objektif digunakan dalam
penelitian ini karena cerita merupakan jenis karya sastra yang unsur-unsur
instrinsiknya dapat diteliti. Unsur-unsur pembangun yang digunakan dalam penelitian
ini adanya fakta cerita, tema, dan sarana cerita yang terdapat dalam cerita.
3.2 Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian dalam skripsi ini adalah struktur di dalam cerita misteri
Alaming Lelembut yang berupa teks cerita dalam majalah Jawa Panjebar Semangat
tahun 2010.
Data dalam penelitian ini berupa sebelas cerita misteri Alaming Lelembut
yang terdapat dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010, penulis
38
39
menganalisis sebelas cerita misteri yang menjadi pusat penelitian. Kesebelas cerita itu
digunakan sebagai data penelitian karena dari kesebelas cerita tersebut sudah
bermacam-macam strukturnya.
Kesebelas cerita misteri dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010
yang dimaksud tersebut di atas yaitu sebagai berikut: “Thuyul” karya Gaib Wisnu
Prasetya edisi 2 tanggal 9 Januari 2010, “Balekna Dhuwitku” karya Sriyono edisi 5
tanggal 30 Januari 2010, “Siluman Asu” karya Slamet Suroso edisi 9 tanggal 27
Februari 2010, “Menungsa Tekek” karya Pakne Puri edisi 10 tanggal 6 Maret 2010,
“Selingkuh karo Lelembut” karya Soegiyono MS edisi 13 tanggal 27 Maret 2010,
“Yuyu Sawah” karya Wak Gus edisi 18 tanggal 1 mei 2010, “Ula Siluman” karya
Masdi MSD edisi 29 tanggal 17 Juli 2010, “Misteri Golek Kencana” karya Pakne
Novie edisi 32 tanggal 7 Agustus 2010, “Tikungan Maut” karya Budiono Dayak
edisi 33 tanggal 14 Agustus 2010, “Gamelan Nyalawadi” karya Widi AR edisi 36
tanggal 4 September 2010, “ Arwah Gentayangan” karya Soedarto edisi 40 tanggal 2
Oktober 2010.
Sumber data dalam penelitian ini yang digunakan yaitu majalah Jawa
Panjebar Semangat tahun 2010
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
40
1). Membaca Cerita Misteri Alaming Lelembut secara heuristik dan hermeneutik.
Membaca heuristik dilakukan untuk menangkap makna secara harfiah yang
berupa kode bahasa, melalui pembacaan heuristik dapat diketahui bagaimana
jalan ceritanya dan isi secara garis besar. Sedangkan melalui pembacaan
hermeneutik penulis mencoba menangkap makna dari Cerita Misteri Alaming
Lelembut secara lebih mendalam dan mengungkapkan makna-makna tersirat.
2). Setelah melakukan tahap membaca, diteruskan dengan teknik mencatat atas data
yang sebenarnya, yang sesuai dengan objek dan tujuan penelitian seperti yang
tertulis pada kartu data atau kolom data.
3). Kartu data ini nantinya dipergunakan untuk menulis semua data yang
berhubungan dengan objek penelitian yang ditemukan dalam pembacaan.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis kumpulan cerita
misteri Alaming Lelembut dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010
adalah berdasarkan teori struktural yang dipadupadankan dengan teknik deskriptif.
teknik analisis deskriptif ini dipilih karena dalam penelitian ini akan mendeskripsikan
fakta cerita, tema, dan sarana cerita yang kemudian disusul dengan analisis unsur-
unsur intrinsik dalam cerita misteri Alaming Lelembut yang diterbitkan majalah
majalah Jawa “Panjebar Semangat”. Fakta cerita dapat diketahui dengan
menganalisis tokoh, alur, dan latar, sarana cerita dapat dianalisis melalui sudut
pandang, dan gaya bahasa.
41
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini seperti yang diuraikan sebagai
berikut :
1. Memahami pengertian-pengertian dasar mengenai unsur pembangun dalam
sebuah karya sastra.
2. Membaca teks dalam kumpulan cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah
Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 secara teliti dan paham dan mengerti
isinya.
3. Menganalisis unsur pembangun karya sastra dalam cerita misteri Alaming
Lelembut pada penelitian ini.
4. Menganalisis struktur cerita melalui fakta, tema, dan sarana yang terdapat pada
kumpulan cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah Jawa Panjebar
Semangat tahun 2010.
5. Mencatat semua fakta, tema, dan sarana ke dalam catatan berdasarkan judul
cerita dalam cerita Alaming Lelembut dalam majalah Jawa Panjebar Semangat
tahun 2010.
6. Mengumpulkan hasil analisis struktur yang terdapat pada cerita Alaming
Lelembut dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” tahun 2010.
7. Dengan demikian, akan diketahui unsur-unsur intrinsik cerita misteri Alaming
Lelembut dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” pada tahun 2010, yaitu
tokoh penokohan, alur, seting atau latar yang terdapat pada fakta cerita, serta
sudut pandang dan gaya bahasa yang terdapat pada sarana cerita.
8. Menarik simpulan struktur cerita misteri Alaming Lelembut.
42
BAB IV
FAKTA CERITA, TEMA DAN SARANA CERITA MISTERI
ALAMING LELEMBUT PADA MAJALAH JAWA
PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2010
Pada bab empat ini akan dibicarakan mengenai struktur cerita misteri Alaming
Lelembut yang terdapat pada majalah Jawa Panjebar Semangat yang berjudul
“Thuyul” edisi 2 tanggal 9 Januari 2010, “Balekna Dhuwitku” edisi 5 tanggal 30
Januari 2010, “Siluman Asu” edisi 9 tanggal 27 Februari 2010, “Menungsa Tekek”
edisi 10 tanggal 6 Maret 2010, “Selingkuh karo Lelembut” edisi 13 tanggal 27 Maret
2010, “Yuyu Sawah” edisi 18 tanggal 1 mei 2010, “Ula Siluman” edisi 29 tanggal 17
Juli 2010, “Misteri Golek Kencana” edisi 32 tanggal 7 Agustus 2010, “Tikungan
Maut” edisi 33 tanggal 14 Agustus 2010, “Gamelan Nyalawadi” edisi 36 tanggal 4
September 2010, “Arwah Gentayangan” edisi 40 tanggal 2 Oktober 2010.
Struktur cerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis
unsur-unsur pembangun cerita misteri tersebut berdasarkan adanya fakta cerita, tema,
dan sarana cerita. Melalui analisis fakta cerita, tema, dan sarana cerita maka akan
diketahui nilai-nilai yang terkandung dalam cerita misteri Alaming Lelembut.
4.1 Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut
Struktur cerita misteri yang digunakan dalam penelitian ini menganalisis
unsur-unsur pembangun berdasarkan adanya fakta cerita, tema, dan sarana cerita.
42
43
Fakta cerita meliputi karakter (tokoh), plot dan setting. Sarana cerita meliputi sudut
pandang, gaya bahasa.
4.1.1 Fakta Cerita
Fakta cerita dalam penelitian ini meliputi tiga unsur yaitu tokoh dan
penokohan, plot dan setting yang akan dibahas seperti di bawah ini.
4.1.1.1 Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah orang atau individu rekaan yang mempunyai karakter tertentu
sebagai pelaku yang mengalami peristiwa tertentu dalam sebuah cerita, sedangkan
penokohan merupakan cara pengarang untuk menggambarkan atau melukiskan
seorang tokoh dalam cerita yang mempunyai watak-watak tertentu baik lahir maupun
batinnya.
Adapun tokoh yang digambarkan oleh para pengarang mempunyai karakter-
karakter tertentu, terdapa tokoh central atau utama yaitu tokoh misteri itu sendiri,
selain itu terdapat juga tokoh antagonis da protagonis, tokoh antagonis merupakan
tokoh yang dibenci oleh pembaca, dan terdapat tokoh protagonis yang merupakan
tokoh yang dikagumi.
Hasil yang ditemukan mengenai tokoh dan penokohan adalah terdapat tokoh
misteri, tokoh protagonis (tokoh yang baik) dan tokoh antagonis (tokoh yang jahat).
Tokoh misteri diantaranya: thuyul, arwah Sriyanti, siluman asu, manusia tekek,
gendruwo, yuyu siluman, ula siluman, boneka kencana, arwah di tikungan, anak kecil
44
yang bermain gamelan, dan arwah gentayangan, Tokoh protagonis diantaranya
terdapat pada tokoh Wisnu yang berwatak pantang menyerah, Panut, Pak Kyai
Ngalim, Mbah Kyai, yang berwatak memberi nasihat kepada orang lain, Pak Slamet,
Pak Dhadhang, Kyai Muhammad Amru, Kho Jiu Lan (Lany) yang berwatak baik
hati, Pardi yang berwatak tidak ingin membuat orang sakit hati, Kyai Saleh yang
berwatak suka menolong, Yanto gering yang berwatak jujur, Jono yang berwatak
tidak mudah percaya, Wahyu yang berwatak pemaaf, Mbok Iyem yang berwatak
berbakti, Susila, Aku, Supangat, yang berwatak pekerja keras, Pak Mukani yang
berwatak peduli terhadap orang lain, Suhernala yang berwatak suka berikhtiar, Aku
yang berwatak penasaran.
a. Tokoh Misteri
“Tuyul”
Tokoh Tuyul ditunjukkan dengan kutipan:
“Lagi udakara jam 1 wengi katon ana bocah cilik-cilik cacah telu mlebu ana
omahku. Ndaske melos-melos. Matane mendolo lan cangkeme katon lucu
banget. Yen nyuwara lambene mengat mengot ngiwa nengen”.
(PS,-2010 no 2 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Baru antara jam 1 malam terlihat ada anak kecil-kecil berjumlah tiga masuk
ke dalam rumahku. Kepalanya botak. Matanya melolok dan mulutnya terlihat
sangat lucu. Jika berbicara mulutnya komat-kamit kiri kanan”
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa wujud tuyul itu mempunyai wujud
anak kecil kepalanya botak, matanya melolok dan mulutnya terlihat sangat lucu.
Sedangkan sifat dari tuyul terlihat dari kutipan:
45
“...kesel anggone dolanan, thuyul telu iku ketoke wiwit kelingan tanggung
jawabe nggolek dhuwit. Thuyul telu iku marani lemari sandhangan, papane
bojoku nyimpen dhuwit.”
(PS,-2010 no 2 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“capek karena bermain, tiga tuyul itu mulai ingat tanggung jawabnya mencari
uang. Tuyul tiga itu menuju lemari pakaian, tempatnya istriku menyimpang
uang”
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa sifat dari tuyul itu sudah jelas yaitu
suka mengambil uang.
“Arwah Sriyanti”
Tokoh Sriyanti ditunjukkan dengan kutipan:
“Mripat melek cekikal tangi. Disawang ngarepe ana blegere wong wadon
nggendhong anak. Bleger wadon mau nganggo sandhangan sarwa putih,
rambut diore, kaya wujude paraga sundel bolong neng film kae. Sanadyan
katon pucet, nanging cetha rupane wong wadon mau persis Sriyanti”.
(PS,-2010 no 5 hlm 44)
Terjemahan kutipan:
“Mata terbuka cepat-cepat bangun. Dilihat di depan wujud seorang wanita
menggendong anak, wujud wanita tadi memakai pakaian serba putih, rambut
diurai, seperti tokoh sundel bolong di film itu. Walaupun terlihat pucat, tetapi
jelas wajahnya wanita tadi mirip Sriyanti”.
Dari kutipan di atas dapat diketahui wujud dari arwah Sriyanti yaitu mirip
sundel bolong yang memakai pakaian serba putih, rambut diurai. Sedangkan sifat dari
Sriyanti yaitu ditunjukkan dengan kutipan:
“..congkrah mau kedawa-dawa. Wekasane Sriyanti ora kuwat nyangga
panandhaning batin nuli gawe keputusan nekat mati nggantung.
(PS,-2010 no 5 hlm 42)
46
Terjemahan kutipan:
“Masalah tadi menjadi panjang. Akhirnya Sriyanti tidak kuat menahan
perasaannya terus membuat keputusan bunuh diri dengan cara
menggantungkan diri”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Sriyanti mempunyai karakter
cepat putus asa, hal itu ditunjukkan dengan keputusan untuk mengakhiri hidupnya
dengan menggantungkan diri karena tidak kuat atas tuduhan suaminya yang menuduh
Sriyanti selingkuh.
“Siluman Asu”
Tokoh Siluman Asu ditunjukkan dengan kutipan:
“Lha kaya apa rupane?” takonku penasaran
“Awake memper wong, ning sirah lan sikile asu,” wangsulane Yanto menehi
gambaran”
(PS,-2010 no 9 hlm 42)
Terjelahan kutipan:
“Lha seperti apa wajahnya?” tanyaku penasaran
“Badannya seperti orang, tetapi kepala dan kakinya anjing,” jawaban Yanto
memberi keterangan”.
Dari kutipan di atas dapat diketahui bentuk dari siluman asu tersebut
badannya seperti orang, tetapi kepala dan kakinya anjing, sedangkan sifat dari
siluman anjing yaitu ditunjukkan dengan kutipan:
“Walah, kok ora digebug bae asu sialan kuwi? Siluman kuwi wis ngrugekake
wong akeh lho! Kelingan kowe, wedhuse Pak Jayus, Mbah Minta, lan Kang
Kimin padha mati misterius ing wektu seminggu iku”.
(PS,-2010 no 9 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
47
“Walah, kok tidak dipukul saja anjing sialan ity? Siluman itu sudah merugikan
orang banyak lho! Ingat tidak kamu kambingnya Pak Jayus, Mbah Minta, dan
Mas Kimin mati misterius di waktu seminggu itu”.
Dari Kutipan di atas dapat diketahui sifat atau karakter dari siluman asu yaitu
suka memakan ternak warga, terlihat dari ternak warga yang mati akhir-akhir minggu
ini.
“Indri (Manusia Tekek)”
Tokoh Indri si manusia tekek ditunjukkan dengan kutipan:
“Bubar ngomong kaya mangkono dumadakan kulite Indri pating dlemok kaya
kulite tekek. Wisnu bisane mung njeger, ora ngerti apa sing bakal ditindakake.
Sauntara ing ndhuwur plafon suwarane tekek tansaya ngganter saut-sautan
rame kaya-kaya ora ana pedhote.
(PS-2010, No 10 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
“Setelah berbicara seperti itu tiba-tiba kulitnya Indri belang-belang seperti
kulit tekek. Wisnu hanya bisa diam, tidak tahu apa yang akan dikerjakannya.
Sementara di atas plafon suara tekek semakin keras saut-sautan ramai seperti
tidak ada hentinya.
Dari kutipan di atas dapat diketahui sosok Indri si siluman tekek yaitu belang-
belang seperti kulit tekek. Sedangkan sifat dari Indri si siluman tekek yaitu
ditunjukkan dengan kutipan:
“Ya lagi bengi iki mas Wisnu pirsa dhewe wadi kang sasuwene iki dak simpen
rapet-rapet paribasan godhong aja nganti ana sing nyurupi.”
(PS,-2010 No 10 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
48
“Ya baru malam ini mas Wisnu tahu sendiri hal rahasia yang selama ini aku
simpan rapat-rapat peribahasanya “godhong aja nganthi ana sing nyurupi”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Indri mempunyai karakter
pembohong, hal itu ditunjukkan dengan rahasia yang disembunyikan selama ini ke
Wisnu tentang wujud asli Indri yang sebenarnya adalah manusia tekek.
“Gendruwo” (Selingkuh karo Lelembut)
Tokoh Gendruwo ditunjukkan dengan kutipan:
“Dedeg piyadegipun??”
“Gagah, dhepah, radi cemeng.”
“Pasuryanipun??”
“Mboten pati cetha, soalipun ngagem topi.”
(PS,-2010 No 14 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Bagaimana orangnya??”
“Gagah, tinggi, agak hitam.”
“Wajahnya??”
“Tidak begitu terlihat, katena pakai topi.”
Secara tidak langsung dapat diketahui sosok Gendruwo itu gagah, tinggi, dan
agak hitam. Gendruwo menyamar untuk mengelabuhi Susila agar Susila mau ke
pabrik. Sedangkan sifat dari Gendruwo terlihat dari kutipan:
“Kyai Ngalim banjur crita, yen yektine Srikandhi wus suwe nyulam benang
katresnan karo lelembt. Srikandi luwih grengseng sambung raga karo
lelembut mau katimbang karo Susila. Gene ambu kang nyalawadi kang
dumunung ana omahe iku ora liya gandane lelembut mau, kaya wong-wong
padha ngarani jeneng gendruwo utawa gembros.”
(PS,-2010 No 14 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Kyai Ngalim lalu bercerita, jika sejatinya Srikandhi sudah lama menyulam
benang cinta dengan lelembut. Srikandhi lebih senang berhubungan badan
49
dengan lelembut tadi daripada dengan Susila. Sedangkan bau yang
menakutkan yang berasal dari rumah itu tidak lain baunya lelembut tadi,
seperti orang-orang menyebutnya gendrowo atau gembros.”
Dari kutipan di atas dapat dilihat sifat dari gendruwo itu sendiri yaitu suka
menggauli istri orang lain, atau suka berhubungan badan dengan manusia.
“Yuyu Sawah (Siluman Yuyu)”
Tokoh Yuyu (siluman Yuyu) ditunjukkan dengan kutipan:
“Sesawangan sing ora bisa ditampa akal sehat, sebab Pak Mardi meruhi
maneh, yuyu sing dhek wingi dikum ana njero timba sing diwenehi obat lan
wis mati lan dibuwang menyang kali, lha kok jebule sakiki urip maneh lan
panggah mrugesi pari.”
(PS,-2010 No 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Pandangan yang tidak bisa diterima akal sehat, sebab Pak Mardi melihat lagi,
yuyu yang kemarin direndam di dalam ember yang dikasih obat dan sudah
mati dan dibuang ke sungai, lha kok tiba-tiba sekarang hidup lagi dan
memakan padi.
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa wujud dari siluman yuyu itu kebal
dan tidak mati mati, walaupun sudah di rendam dalam ember. Sedangkan sifat dari
yuyu itu ditunjukkan dengan kutipan:
“Kanthi ora sengaja Pak Mardi weruh yuyu sing lagi enak-enak mrugesi
parine sing lagi wiwit urip mau. Pak Mardi banjur nyekel yuyu mau karo
celathu. “wah-wah jebule yuyu elek iki ta sing kumawani mrugesi pariku.”
(PS,-2010 No 18 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Dengan tidak sengaja Pak Mardi melihat yuyu yang sedang enak-enak
memakan padinya yang baru hidup tadi. Pak Mardi lalu memegang yuyu tadi
sambil berbicara, “wah-wah ternyata yuyu jelek ini ya yang berani memakan
padiku.
50
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa sifat dari siluman yuyu yaitu suka
memakan padi milik Pak Mardi.
Ula Siluman
Wujud ula siluman ditunjukkan dengan kutipan:
“Ing ngarepku, ing antarane suket-suket sing ketel ijo ledhung-ledhung, katon
ana ula loro lagi untel-untelan. Sajake lagi padha kawin. Sirahe loro
manglung madhep munggah, mripate nyawang aku tanpa kedhep.
(PS,-2010 No 29 hlm 43)
Terjemahan kutipan;
Di depanku, di antara rumput-rumput yang runggut hijau royo-royo, terlihat
ada dua ular sedang berduaan. Kelihatannya sedang lagi kawin. Dua
kepalanya mangguk-mangguk melihat ke atas, matanya melihat aku tanpa
berkedip.
Dari kutipan di ats dapat dikeathui bahwa sifat dari ular siluman yaitu
berwujud besar, sedang kawin dan sifatnya sifatnya suka menggigit.
Golek Kencana
Tokoh misteri golek kencana ditunjukkan dengan kutipan:
“Lho lho lho....anak kadhal, kowe wong ayu iki sapa? Kowe kok kaya golek
kencana sing dak colong mau? Lho...saiki kowe kok malih dadi kaya
manungsa sawantah?” Priyamantingan tuding-tuding si wanita mau karo
mbingungi.
(PS,-2010 No 32 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Lho lho lho....anak kadal, kamu wanita cantik ini siapa? Kamu kok seperti
boneka kencana yang aku curi tadi? Lho.....sekarang kamu kok jadi seperti
manusia seketika?” Priyamantingan menunjuk-nunjuk si wanita tadi dengan
bingungnya.
51
Dari kutipan di atas dapat diketahui wujud dari boneka kencana yang
menjelma menjadi wanita cantik, sedangkan sifat dari boneka itu sendiri mempunyai
kekuatan sakti yang bisa membunuh orang dengan sekali pukul.
“Arwah Wanita Cantik (Tikungan Maut)”
Tokoh wanita cantik ditunjukkan dengan kutipan:
“Aku ora weruh, sapa kowe sebenere lan saka ngendi asalmu, Dhik? Apa
maksud tekamu mrene?” pitakone Supangat marang prawan iku.
“Kowe ora perlu ngerti sapa aku. Merga asalku ora adoh saka kene. Pase
tikungan dalan. Ing kono omahku...Hi....hi....hi......!”
(PS,-2010 No 33 hal 43)
Terjemahan kutipan:
Aku tidak tahu, siapa kamu sebenarnya dan dari mana asalmu, Dhik? Apa
maksud kedatanganmu kesini?” tanya Supangat kepada perawan itu.
Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Karena asalku tidak jauh dari sini. Tepatnya
tikungan jalan. Di situ rumahku....Hi...hi...hi...!”
Dari kutipan di atas dapat diketahuti bahwa sebenarnya wujud dari arwah
yang menunggu pohon di tikungan yaitu wanita cantik yang suka menggoda dan
memakan korban ketika melewati tikungan yang sering disebut tikungan maut.
Bocah-bocah kecil (Gamelan nyalawadi)
Tokoh bocah-bocal ditunjukkan dengan kutipan:
“Dak sawang bocah cilik-cilik iku kabeh rambute gondrong sak pundhak lan
ing bathuke antarane alis katon ana tandha werna-werna, ana sing kaya
gambar cakra, ana sing kaya trisula lan liya-liyane sing aku ora ngerti kuwi
gambar apa.
(PS,-2010 No 36 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Aku lihat bocah kecil-kecil itu semua rambutnya gondrong sebahu dan di
kepalanya antara alis kelihatan ada tanda macam-macam, ada yang seperti
52
gambar cakra, ada yang seperti trisula dan lain-lainnya yang aku tidak tahu itu
gambar apa.
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa wujud dari anak-anak kecil yang
bermain gamelan yaitu rambutnya gondrong sebahu dan di kepalanya antara alis
kelihatan ada tanda macam-macam, ada yang seperti gambar cakra, ada yang seperti
trisula dan lain-lain, sedangkan sifat dari anak-anak kecil itu suka mengganggu.
Kho Jiu Lan (Arwah Gentayangan)
Tokoh Kho Jiu Lan atau Lany ditunjukkan dengan kutipan:
“Lha asmane sapa”;
“Nami kula Kho Jiu Lan, parabanipun Lany”
Wah omongane alus lungguhe mepet aku kathik ambune wangi. Sapa wonge
dipepeti wong ayu kok ora mrinding.
(PS,-2010 No 40 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Lha namanya siapa
Nama saya Kho Jiu Lan, panggilannya Lany.
Wah bicaranya halus duduknya mepet aku dengan bau yang harum. Siapa
orangnya yang didekati wanita cantik kok tidak mrinding.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan sosok wanita penasaran yang menjelma
menjadi wanita cantik dengan bau yang harum. Sedangkan sifatnya ditunjukkan
dengan kutipan:
“Ateges aku nemokake cewek idhamanku kaya sing tak kandhake marang
Muis, ayu, legan, sugih tur blaba.”
(PS,-2010 no 40 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
53
“Artinya aku menemukan wanita idamanku seperti apa yang aku beritahukan
kepada Muis, cantik, masih sendiri, kaya, dan baik hati”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Kho Jiu Lan (Lany) mempunyai
karakter baik hati, disini terlihat dengan kalimat yang menyebutkan Kho Jiu Lan
mempunyai sifat cantik, masih sendiri, kaya dan baik hati yang merupakan wanita
idaman.
b. Tokoh Protagonis
Tokoh Wisnu yang pantang menyerah ditunjukkan dengan kutipan:
“aku lan Lik Warigo pandeng-pandengan. Sajake Lik Warigo ora saguh.
Nanging gandheng aku rumangsa mangkel banget lan kepengein nyekel
thuyul iku mula aku mathuk”
(PS,-2010 no 2 hlm 30)
Terjemahan kutipan :
“Aku dan Lik Warigo liat-liatan. Kayaknya Lik Warigo tidak sanggup. Tapi
aku merasa sangat jengkel dan ingin menangkap thuyul itu maka aku
mengangguk”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Wisnu mempunyai karakter
pantang menyerah karena jengkel terhadap thuyul yang mencuri uang warga,
bagaimanapun syarat yang diberikan Wisnu menyanggupinya.
Tokoh Panut, Pak Kyai Ngalim, Mbah Kyai yang kesemuanya mempunyai
karakter memberi nasihat kepada orang lain ditunjukkan dengan kutipan:
“Aaah aja-aja mung dijupuk bojomu Ga, mosok dhuwit ilang dhewe,...?
(PS,-2010 no 2 hlm 29)
Terjemahan kutipan :
“Aaah jangan-jangan hanya diambil istrimu ga, masak uang hilang sendiri.
54
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Panut mempunyai karakter
memberi nasihat kepada orang lain, disini terlihat Panut belum percaya dan memberi
nasihat kepada Lik Warigo tentang uangnya yang hilang.
“Awake dhewe niki ya gadhah potensi kafir lho. Lha nak mangke putrane
njenengan dadi bocah sing ora duwe agama pripun??
(PS,-2010 no 14 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Diri kita ini ya punya potensi kafir lho. Lha jika nanti putra anda jadi anak
yang tidak punya agama bagaimana?”
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Kyai Ngalim mempunyai
karakter memberi nasihat, disini terlihat Pak Kyai Ngalim menjelaskan kepada Susila
jika anak kita tidak memiliki agama maka anak kita mempunyai potensi untuk
menjadi kafir.
“Ya dienteni wae, apa sing bakal kedadeyan. Mengko awakmu rak weruh
dhewe ta le”.
(PS,-2010 no 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan :
“Ya ditunggu saja, apa yang akan terjadi. Nanti kamu akan mengetahuinya
sendiri”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Mbah Kyai mempunyai karakter
memberi nasihat, disini terlihat Mbah Kyai menjelaskan kepada Pak Mukani tentang
hal yang akan terjadi tentang Pak Mardi.
55
Tokoh Pak Slamet, Pak Dhadhang, Kyai Amru, yang kesemuanya mempunyai
karakter baik hati ditunjukkan dengan kutipan:
“Hhhhm,.. neng ndonya urip mung sedhela kok ana menungsa sing kegiwang
kepengin mukti tanpa rekasa. Nggih niki mekaten Pak Warigo, kula namung
saderma manungsa limrah. Saksaged-seged kula namung paring mbiyantu
arupi jurung donga”
(PS,-2010 no 2 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Hhhhm,.. di dunia hidup hanya sebentar kok ada manusia yang kepengin
hidup tanpa susah. Ya begini Pak Warigo, saya hanya manusia biasa. Sebisa-
bisanya saya hanya bisa memberi bantuan berupa doa”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Slamet mempunyai karakter
memberi baik hati, disini terlihat Pak Slamet menjelaskan kepada Wahyu dan Pak
Warigo tentang apa yang sedang terjadi di kampungnya, Pak Slamet membantu
Wahyu dan Pak Warigo dengan memberikan doa.
“Nyuwun pangapunten mas Sus. Panjenengan dalu menika dipun sowan
dhateng pabrik”
(PS,-2010 no 14 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“Mohon maaf mas Sus. Anda malam ini disuruh datang ke pabrik”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Dhadhang mempunyai
karakter baik hati, disini terlihat Pak Dhadahang meminta maaf sebelum berbicara
kepada Susila yang disuruh ke pabrik malam-malam.
“Pak Kyai kondhang duwe ngelmu agama pinunjul. Kyai Amru uga asring
diundang menyang panggonan kang kramat.”
(PS,-2010 no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
56
“Pak Kyai terkenal punya ilmu agama lebih. Kyai Amru juga sering dipanggil
ke tempat yang kramat”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Kyai Muhammad Amru
mempunyai karakter baik hati, disini terlihat Kyai Muhammad Amru sering dipanggil
ke tempat-tempat keramat karena mempunyai ilmu agama yang lebih.
Tokoh Pardi yang mempunyai karakter tidak ingin membuat orang sakit hati
ditunjukkan dengan kutipan:
“Mangkok duweke wong wadon mau kahanane reget gupak lemah abang,
nanging Pardi ya ora wani semanta mundhak gawe serike sing duwe.”
(PS,-2010 no 5 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
“Mangkok punyaknya perempuan tadi keadaanya kotor bekas tanah merah,
tetapi Pardi ya tidak berani karena takut membuat orang lain sakit hati yang
punya”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pardi mempunyai sifat tidak
ingin membuat orang sakit hati. Walaupun ada pembeli baksonya dengan membawa
mangkok yang kotor bekas tanah Pardi tidak berani menegurnya atau bertanya karena
tidak ingin membuat orang sakit hati.
Tokoh Kyai Saleh yang mempunyai karakter suka menolong ditunjukkan
dengan kutipan:
“Muga-muga bisa disarati lan disarani, supaya bisa sampurna, antuk sih
palimarmaning Gusti Maha Kuwasa.”
(PS,-2010 no 5 hlm 44)
Terjemahan kutipan:
57
“Semoga bisa disarati dan disarani, supaya bisa sempurna mendapat diberi
ampun oleh Gusti Maha Kuasa”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Kyai Saleh mempunyai sifat
suka menolong. Kyai Saleh bersedia mengusir arwah yang berada di tikungan agar
tidak mengganggu pengendara yang lewat.
Tokoh Yanto Gering yang mempunyai karakter jujur ditunjukkan dengan
kutipan:
“Awake memper wong, ning sirah lan sikile asu,” walungsane Yanto menehi
gambaran”
(PS,-2010 no 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
“Badanya seperti orang, tapi kepala dan kakinya anjing, jawabannya Yanto
memberi gambaran”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Yanto Gering mempunyai sifat
jujur. Yanto Gering dengan benar dan jujur mendeskripsikan sosok siluman asu yang
sedang meresahkan para warga.
Tokoh Jono yang mempunyai karakter tidak mudah percaya ditunjukkan
dengan kutipan:
“Kowe aja percaya bab tahayul ngono. Kejaba yen kowe meruhi dhewe lagi
kena ngandel. Yen manut panemuku genah kuwi asu tenan, dudu asu siluman
kaya sing diarani wong akeh,” Jono omong akeh-akeh...,”
(PS,-2010 no 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
58
“Kamu jangan percaya bab tahayul seperti itu. Kecuali kamu melihat sendiri
baru boleh percaya. Menurutku memang itu anjing sungguhan, bukan anjing
jadi-jadian seperti apa yang disebutkan kebanyakan orang,” Jono bicara
banyak sekali”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Jono mempunyai karakter tidak
mudah percaya. Jono tidak mudah percaya dengan isu yang menyebutkan bahwa ada
siluman asu, dia hanya percaya jika sudah melihatnya sendiri.
Tokoh Wahyu yang mempunyai karakter pemaaf ditunjukkan dengan kutipan:
“Nggih pun, mumpung tangga-tangga mboten wonten sing nyumerapi
tumindake sampeyan kekalih, sampeyan enggal wangsul mawon. Lan andhane
niku enggal sampeyan beta wangsul.”
(PS,-2010 no 10 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
“Ya sudah, beruntung tetangga tidak ada yang mengetahui tindakan kaliyan
berdua, kaliyan berdua cepat-cepat pulang saja. Dan tangganya itu cepat
kaliyan bawa pulang”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Wahyu mempunyai karakter
pemaaf. Ketika Wahyu memergoki ada orang yang sedang mencuri dirumahnya tetapi
Wahyu tidak melaporkan kejadian itu ke pihak berwajib dan memaafkannya.
Tokoh Mbok Iyem yang mempunyai karakter berbakti ditunjukkan dengan
kutipan:
“Kang mangkono mau bot-repote rumah tanggane bisa dibantu karo mbok
Iyem sing bener-bener ngawula marang kulawargane Wahyu”
(PS,-2010 no 10 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
59
“Seperti itu tadi repotnya rumah tangga bisa dibantu oleh mbok Iyem yang
benar-benar berbakti terhadap keluarganya Wahyu”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Mbok Iyem mempunyai karakter
berbakti. Keluarga Wahyu sangat terbantu dengan adanya Mbok Iyem yang benar-
benar berbakti dan membantu.
Tokoh Susila, Supangat yang mempunyai karakter Pekerja Keras ditunjukkan
dengan kutipan:
“Luwih-luwih Susila sinampiran jejibahan minangka asisten montir. Dadi yen
pinuju ana salah sijine mesin kang rusak, dheweke nganti “over-work”
(PS,-2010 no 13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
“Lebih-lebih Susila juga menjadi asisten montir. Jadi jika ada salah satu mesin
yang rusak dia sampai “over-work”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Susila mempunyai karakter
pekerja keras. Susila yang mempunyai profesi sebagai asisten montir harus selalu siap
jika ada mesin yang rusak dan dia haru bekerja sampai “over-work” atau tidak
mengenal waktu.
“Dheweke sengaja nglumpukake data-data iku mung saderma kanggo
cathetan, setaune tikungan iku mangan nyawa pira”
(PS,-2010 no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
“Dia sengaja mengumpulkan data-data itu hanya demi dibuat catatan,
setahunnya tikungan itu memakan nyawa berapa”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Supangat mempunyai karakter
pekerja keras. Susila yang mempunyai profesi sebagai pencari data tentang tikungan
60
yang sering memakan korban. Dalam waktu satu tahun ada berapa korban yang
meninggal dunia.
Tokoh Pak Mukani yang mempunyai karakter peduli terhadap orang lain
ditunjukkan dengan kutipan:
“Di, Mardi, nyiksa kewan iku mbok aja nemen-nemen. Elinga Di, papan iki
ngono papan kang wingit”.
(PS,-2010 no 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Di, Mardi, meyiksa binatang itu jangan terlalu berlebihan. Ingat Di, tempat
ini tempat yang angker.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Mukani mempunyai karakter
peduli terhadap orang lain, disini ditunjukkan dengan adiknya yang menyiksa
kepiting itu jangan berlebihan karena disini tempatnya juga angker.
Tokoh Suhernala yang mempunyai karakter berikhtiar ditunjukkan dengan
kutipan:
“Apa kowe sakloron padha ora mangerteni sejatine aku mono klebu salah
sijining pusaka kagungane kang ramane Bapak Suhernala, sawenehing
priyantun kang remen tarak brata.
(PS,-2010 no 32 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Apa kamu berdua tidak mengerti sebenarnya aku itu termasuk salah satu
pusaka miliknya Bapak Suhernala, dia adalah lelaki yang suka berikhtiar”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Suhernala mempunyai
karakter suka berikhtiar, disini ditunjukkan dengan boneka kencana yang menjelma
61
jadi wanita dan berkata bahwa dia adalah miliknya Pak Suhernala lelaki yang suka
berikhtiar.
Tokoh antagonis di antaranya adalah terdapat pada tokoh Lik Warigo Blantik
yang berwatak pemarah, Bagyo, Jarwa yang berwatak suka menuduh, Pak
Pancawirya yang berwatak tidak mau bekerja keras, Tukiran, Indri yang berwatak
pembohong, Pak Wangsa, Pak Kabul, Sastragandhul yang berwatak pencuri,
Srikandhi yang berwatak selingkuh, Pak Godheg yang berwatak kejam, Pak Mardi
yang berwatak suka menyakiti binatang, Priyamantingan yang berwatak mengambil
secara paksa, Pancadrajat yang berwatak memaksa, Pak Suraji yang berwatak suka
menyuruh, David yang mempunyai watak egois, Muis yang mempunyai watak
sesukanya.
c. Tokoh Antagonis
Tokoh Lik Warigo Blantik yang mempunyai karakter pemarah ditunjukkan
dengan kutipan:
“Bajingan tenan kok. Mosok dhuwit bisa ilang dhewe,...?
(PS,-2010 no 2 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“Memang bajingan benar. Masak uang bisa hilang sendiri”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Lik Warigo Blantik mempunyai
karakter pemarah, disini ditunjukkan dengan kata-kata umpatan yang keluar berupa
„bajingan‟.
62
Tokoh Bagyo, Jarwo yang keduanya mempunyai karakter suka menuduh
ditunjukkan dengan kutipan:
“....Mbok nek niyat maling kuwi ning kampunge liya, ora gawe kisruh neng
kampunge dhewe,....!” komentare Bagyo.
(PS,-2010 no 2 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“..kalau berniat mencuri itu ya di desa lain, jangan membuat kisruh di
kampungnya kita”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Bagyo mempunyai karakter suka
menuduh, tanpa ada bukti yang jelas Bagyo bilang kalau mau mencuri itu di desa
lain, jangan mencuri di kampung sendiri.
“kabar kaya mangkono mau ora njalari Jarwa seneng la bombong, nanging
malah muring-muring ndakwa bojone laku sedheng karo wong lanang liya.”
(PS,-2010 no 5 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
“Kabar seperti itu tadi tidak membuat Jarwa senang dang besar hati, tapi
malah marah-marah menuduh istrinya selingkuh dengan lelaki lain”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Jarwa mempunyai karakter suka
menuduh, telah lama hidup bersama Sriyanti belum juga dikaruniai anak, tiba-tiba
Sriyanti hamil, hal tersebut membuat Bagyo menuduh Sriyanti selingkuh dengan laki-
laki lain.
Tokoh Pak Pancawirya yang mempunyai karakter tidak mau bekerja keras
ditunjukkan dengan kutipan:
“..hiii,...hiii,...iiih edi pak aku wedii,...! Yoh bapakku Pak Panca kulon
plapatan kae paaak,... wis aku aja dipulasala paaak. Aku wedi tuwii,...!”
(PS,-2010 no 2 hlm 43)
63
Terjemahan kutipan:
“...hiiii,...hiii...iiih takut Pak aku takut,...! Ya bapakke Pak Panca barat
perempatan itu Pak,.. sudah aku jangan disakiti Paaak. Aku takut Pak”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Pancawirya mempunyai
karakter tidak mau bekerja keras, hal itu ditunjukkan dengan memelihara thuyul
untuk mengambil uang para warga.
Tokoh Tukiran, Indri yang keduanya mempunyai karakter pembohong
ditunjukkan dengan kutipan:
“Tukiran ngrumang sani, menawa sejatine nalika nagih utang dhuwit limang
atus ewu menyang Jarwa kanthi pawadan utange Sriyanti dhek emben kae, ya
mung apus-apus. Sabenere wae Sriyanti ora duwe utang.
(PS,-2010 no 5 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
“Tukiran merasa jika dahulu menagih hutang uang lima ratus ribu terhadap
Jarwa dengan alasan hutangnya Sriyanti, ya hanya bohongan. Sebenarnya
Sriyanti tidak punya hutang”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Tukiran mempunyai karakter
pembohong, hal itu ditunjukkan dengan meminta uang kepada Jarwa dengan alasan
hutang Sriyanti dulu, padahal Sriyanti tidak pernah hutang kepada Tukiran.
Tokoh Pak Wangsa, Pak Kabul, Sastragandhul yang ketiganya mempunyai
karakter pencuri ditunjukkan dengan kutipan:
“Kaya ngapa kagete Wisnu bareng disenteri jebul Pak Wangsa lan tanggane
sebelahe maneh sing jeneng Pak Kabul sing bendinane dadi kuli bangunan.
Wong loro sing isih brangkangan ana ndhuwur gendheng mau nuli
gegancangan mudhun kanthi awak wel-welan.”
(PS,-2010 no 10 hlm 30)
64
Terjemahan kutipan:
“Seperti apa kagetnya Wisnu setelah melihat dengan lampu senter ternyata
Pak Wangsa dan tetangganya yang bernama Pak Kabul yang sehariannya jadi
kuli bangunan. Dua orang yang masih berada di atas atap tadi baru turun
dengan badan kotor”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Wangsa mempunyai
karakter pencuri, hal itu ditunjukkan dengan berada di rumah Wisnu untuk mencuri
tekek dan berencana akan menjualnya.
“Kaya ngapa kagete Wisnu bareng disenteri jebul Pak Wangsa lan tanggane
sebelahe maneh sing jeneng Pak Kabul sing bendinane dadi kuli bangunan.
Wong loro sing isih brangkangan ana ndhuwur gendheng mau nuli
gegancangan mudhun kanthi awak wel-welan.”
(PS,-2010 no 10 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Seperti apa kagetnya Wisnu setelah melihat dengan lampu senter ternyata
Pak Wangsa dan tetangganya yang bernama Pak Kabul yang sehariannya jadi
kuli bangunan. Dua orang yang masih berada di atas atap tadi kemudian turun
dengan badan kotor”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Kabul mempunyai karakter
pencuri, hal itu ditunjukkan dengan berada di rumah Wisnu bersama Pak Wangsa
untuk mencuri tekek dan berencana akan menjualnya.
“Rikala jaman semana kekarone ditawan gara-gara nekad mbobol toko
emas”
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“Waktu jaman dahulu keduanya ditahan gara-gara nekad membobol toko
emas”.
65
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Sastragandul mempunyai
karakter pencuri, hal itu ditunjukkan dengan nekad mencuri toko emas.
Tokoh Srikandhi yang mempunyai karakter selingkuh ditunjukkan dengan
kutipan:
Kyai Ngalim banjur crita, yen yektine Srikandhi wus suwe nyulam benang
katresnan karo lelembut. Srikandhi luwih grengseng sambung raga karo
lelembut mau katimbang karo Susila.
(PS,-2010 No 14 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Kyai Ngalim lalu cerita, jika sejatinya Srikandhi sudah lama berhubungan
dengan lelembut. Srikandhi lebih senang berhubungan badan dengan lelembut
tadi daripada dengan Susila”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Srikandhi mempunyai karakter
selingkuh, hal itu ditunjukkan dengan berhubungan badan atau selingkuh dengan
lelembut daripada dengan Susila suaminya.
Tokoh Godheg yang mempunyai karakter kejam ditunjukkan dengan kutipan:
“Gek pengawase, ndilalah oleh Pak Godheng wong Batak kang pancen
kaloka kejem, mlarat rasa kamanungsane, larang guyu-eseme.”
(PS,-2010 no 13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
“Jika pengawasnya, kebenaran oleh Pak Godheg orang Batak yang memang
terkenal kejam, miskin rasa kemanusiaannya, mahal tertawanya”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Godheg mempunyai
karakter kejam, hal itu ditunjukkan dengan kata-kata miskin rasa kemanusiaannya,
mahal tertawanya karena orang Batak terkenal dengan kejam.
66
Tokoh Pak Mardi yang mempunyai karakter menyakiti binatang ditunjukkan
dengan kutipan:
“Wah-wah jebule yuyu elek iki ta sing kumawani mrugesi pariku. Nyoh iki
ganjaramu leh kurang ajar”. Yuyu mau banjur diidak nganggo sikile lan
didelep-delepake lendhut karo ngomong,“wis aja takon dosa”.
(PS,-2010 no 18 hlm29)
Terjemahan kutipan:
“Wah-wah ternyata kepiting sawah ini ya yang berani memakan padiku. Ini
ganjaranmu karena kurang ajar”. Kepiting tadi lalu diinjak pakai kaki dan
dicelup-celupkan lumpur dengan bicara “sudah jangan tanya dosa”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Mardi mempunyai karakter
suka menyakiti binatang, hal itu ditunjukkan dengan sikap yang membunuh kepiting
tanpa ampun, dengan berbagai cara, ada yang diputus capitnya, ada yang di injak, dan
ada juga yang diracun supaya mati.
Tokoh Priyamantingan yang mempunyai karakter suka mengambil secara
paksa ditunjukkan dengan kutipan:
“Hmm...dudu mobil tharik-tharik iku sing dak incer, nanging golek kencana
sing ana kamare bendaramu iku...”
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“Hmm..bukan mobil itu yang aku incar, tapi boneka kencana yang ada di
kamar tuanmu itu...”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Priyamntingan mempunyai
karakter mengambil secara paksa, hal itu ditunjukkan dengan sikap yang ingin
mengambil boneka kencana yang berada di kamar Pak Suhernala.
67
Tokoh Pancadrajat yang mempunyai karakter memaksa ditunjukkan dengan
kutipan:
“Wis bola-bali aku ngrimuk Pak Suhernala supaya gelem menehake aku
senajan di regani larang. Nanging panjenengane tetep puguh anggone
nggondheli.
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“Sudah berulang kali aku menggoda Pak Suhernala agar mau memberikan
kepada aku sekalipun dengan harga mahal”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pancadrajat mempunyai karakter
memaksa, hal itu ditunjukkan dengan sikap yang memaksa Pak Suhernala untuk
menjual boneka kencananya walaupun dengan harga mahal sekalipun.
Tokoh Pak Suraji yang mempunyai karakter suka menyuruh ditunjukkan
dengan kutipan:
“Kanggo Nak Pangat, tulung golekna papan kanggo ngaso prawan kang
nggawa kertas iki. Prawan iki teka saka adoh lan dheweke ora duwe dulur ing
kene.”
(PS,-2010 no 33 hlm 43)
Terjemahan kutipan :
“Buat Nak Pangat, tolong carikan tempat buata istirahat wanita yang
membawa kertas ini. Wanita ini dari jauh dan dirinya tidak punya saudara di
sini”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Suraji mempunyai karakter
menyuruh, hal itu ditunjukkan dengan menyuruh wanita yang datang ke rumahnya
untuk mencarikan tempat karena wanita itu dari jauh dan tidak punya saudara.
68
Tokoh David yang mempunyai karakter egois menuduh ditunjukkan dengan
kutipan:
“David mlayu nrabas parkiran dene aku mlayu menyang ngarep liwat dalan
ngarep gedhong fakultas ekonomi.”
(PS,-2010 no 36 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“David lari menerobos parkiran sedangkan aku lari ke depan melewati jalan
depan fakultas ekonomi”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh David mempunyai karakter
egois, hal itu ditunjukkan dengan dia lari sendiri meninggalkan temannya di
belakang.
Tokoh Muis yang mempunyai karakter sesukanya ditunjukkan dengan
kutipan:
“Arep metu golek mangan Muis durung teka. Aku rada ngresula dupeh
manggon kantor tekane sakpenake dhewe.”
(PS,-2010 no 40 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“Mau keluar cari makan Muis belum datang. Aku agak mengeluh mentang-
mentang bertempat di kantor datangnya seinginnya sendiri”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Muis mempunyai karakter
sesukanya sendiri, mentang-mentang bertempat tinggal di kantor datang ke kantor
seenaknya sendiri.
4.1.1.2 Alur / Plot
69
Alur atau plot merupakan urutan atau rangkaian sebuah cerita dimana
kejadian-kejadian cerita diperlihatkan secara urut, runtut, dari awal cerita sampai
akhir cerita. Alur dalam cerita mister ini bermacam-macam. Pada dasarnya terdapat
alur lurus dan alur sorot balik atau campuran.
Alur lurus merupakan alur dimana peristiwa dalam cerita diceritakan secara
urut. Alur dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa yang di alami oleh tokoh dalam cerita
secara runtut. Tidak terdapat sisipan cerita yang berasal dari waktu sebelum atau
sesudahnya. Terdapat peristiwa dimana ada pendahuluan atau awal cerita, kemudian
adanya kemunculan konflik, klimaks atau konflik yang memuncak, dan ada peleraian
atau akhir cerita.
Alur balik atau alur campuran merupakan alur dimana peristiwa dalam cerita
diceritakan tidak secara urut. Alur dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa yang dialami
oleh tokoh dalam cerita yang tidak runtut. Terdapat sisipan cerita yang berasal dari
waktu sebelum atau sesudahnya. Analisis alur atau plot cerita misteri sebagai berikut.
Dapat diketahui bahwa dalam cerita misteri Alaming Lelembut tersebut
semuanya mempunyai alur lurus atau maju karena merupakan cerita rekaan.
Kutipan-kutipan alur lurus dalam cerita misteri Alaming Lelembut dapat
ditunjukkan seperti di bawah ini.
a. Cerita misteri “Selingkuh karo lelembut”
70
Cerita misteri “Selingkuh Karo Lelembut” diawali atau pendahuluan cerita
dengan adanya pasangan suami istri yang dikaruniai satu orang anak yang bernama
Puput. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini.
Bebrayan antarane Susila lan Srikandhi atut-runtut. Malah anake wedok kang
tinegeran jeneng Puput, wis umur wolung taun. Susila makarya ana pabrik
kaos, kang kagolong gedhe dhewe sakutha kono, tinimbang pabrik-pabrik
liyane.
(PS,-2010 no 13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
(Kehidupan antara Susila dan Srikandi bahagia. Malah anaknya perempuan
yang di beri nama Puput, sudah umur delapan tahun. Susila bekerja di pabrik
kaos, yang tergolong sangat besar di kota tersebut, daripada pabrik-pabrik
lainnya).
Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan
pasangan suami istri yang dikaruniai atau orang putri yang bernama Puput. Susila
bekerja di pabrik kaos yang cukup besar dikotanya dan bekerja tidak mengenal
waktu. Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini
Srikandhi selingkuh dengan makhluk gaib. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan
di bawah ini.
Nanging, nalika wus bisa turu angler, Sri krasa awake ana kang nggrayang.
Nanging ora kumawa arep nduwa. Mbokmenawa pancen lagi wae mak les
turune, apa sebab liya. Tangan mau saya suwe nglangsiri perangan badane
Sri, panggonan-panggonan kang pengaji. Embuh saka kekuwatan apa, Sri
nganti ora krasa yen sandhang penganggone wis padha udhar lan uwal.
(PS,-2010 no 13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
(Tetapi, waktu sudah tidur lelap, Sri merasa badannya ada yang meraba.
Tetapi tidak kuwasa mau bangun. Apabila memang baru saja sebentar
tidurnya, apa sebab lainnya. Tangan tadi semakin lama meraba seluruh
71
badannya Sri, tempat-tempat yang berharga. Entah dari kekuatan pa, Sri
sampai tidak merasa jika pakaiannya sudah lepas dan terbuka).
Kutipan diatas adalah peristiwa dimana Srikandhi selingkuh dengan makhluk
gaib sewaktu ditinggal kerja malam oleh Susila, sewaktu ditinggal kerja oleh Susila,
Srikandhi selingkuh dengan makhluk gaib. Cerita selanjutnya adalah cerita konflik
memuncak, dimana Susila mengetahui bahwa Srikandhi selingkuh. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan di bawah ini.
Sri gedheg. Tumrap panyawange Susila, ing praenane Sri kaya mratelake yen
dheweke ndhelikake wewadi kang mligi. Nanging dening susila mung ditahan.
Nalika Susila lagi nyawang raine bojone kanthi tajem, dumadakan ana
suwara sepedha motor mandheg ana ngarepan omahe.
(PS,-2010 no 14 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(Sri menggelengkan kepala. Melihat Susila, di wajahnya Sri seperti
memperlihatkan jika dirinya menyembunyikan hal buruk. Tetapi Susila hanya
ditahan. Sewaktu Susila baru melihat wajahnya istrinya dengan tajam, tiba-
tiba ada bunyi sepedha motor berhenti ada di depan rumahnya).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Srikandhi menyembunyikan sesuatu
kepada Susila, Susila menaruh curiga kepada Srikandhi dan berfikir kalau Srikandhi
selingkuh. Cerita selanjutnya adalah peleraian atau akhir cerita, dimana Susila
meminta saran kepada Kyai Ngalim atas masalah yang sedang dialaminya. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Ganti wektu, Susila sowan marang pak Kyai Ngalim, kang kaloka bisa
mangerteni lakuning lelembut. Kepara malah bisa nundhung, yen sekirane
mbandakalani. Susila njlentrehake bab kang manempuh marang kulawargane
kanthi tlesih.
(PS,-2010 no 14 hlm 30)
72
Terjemahan kutipan:
(Waktu berganti, Susila berkunjung ke Pak Kyai Ngalim, yang terkenal bisa
mengetahi tingkah laku makhuk gaib. Sapa tahu bisa langsung
membendungnya jika melawan. Susila menjelaskan masalah yang dihadapi
keluarganya dengan jelas).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana Susila
yang curiga dengan sikap Srikandhi meminta saran kepada Kyai Ngalim, setelah itu
Kyai Ngalim menceritakan semua perihal yang disembunyikan oleh Srikandhi kepada
Susila dan memberi saran agar lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT, agar mempunyai keluarga yang Sakinah Mawwaddah Wa Rahmah.
b. Cerita misteri “Yuyu Sawah”
Cerita misteri “Yuyu Sawah” diawali atau pendahuluan cerita dengan adanya
seorang laki-laki yang bernama Pak Mardi, dia mempunyai sawah dan menaminya
dengan padi. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini.
Semono uga tanggaku sing jenenge Pak Mardi. Nalika kawitan nggarap
sawahe nganti rampung ora ana kedadeyan apa-apa. Ning bareng seminggu
anggone nandur ndadak ana kedadeyan sing banget manasake atine Pak
Mardi.
(PS,-2010 no 18 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(Begitu juga tetangga saya yang bernama Pak Mardi. Sewaktu awal
mengerjakan sawahnya sampai selesai tidak ada kejadian apa-apa. Tetapi
setelah seminggu menanam tiba-tiba ada kejadian yang membuat sangat panas
hatinya Pak Mardi).
Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan
petani yang sedang menanam padi dan mempunyai masalah yang bernama Pak
Mardi. Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini
73
sawah Pak Mardi yang sedang ditananami padi dimakan oleh yuyu (kepiting) dan
membuat Pak Mardi jengkel. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
Kanthi ora sengaja Pak Mardi weruh yuyu sing lagi enak-enak mrugesi
parine sing lagi wiwit urip mau. Pak Mardi banjur nyekel yuyu elek iki ta sing
kumawani mrugesi pariku. Nyoh iki ganjaranmu leh kurang ajar”.
(PS,-2010 no 18 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(Dengan tidak sengaja Pak Mardi melihat kepiting yang baru enak-enak
makan padi yang baru tumbuh tadi. Pak Mardi lalu menangkap kepiting jelek
tersebut yang berani memakan padiku. Ini balasan karena kurang ajar).
Kutipan diatas adalah peristiwa dimana Pak Mardi yang jengkel karena
padinya dimakan yuyu (kepiting). Sehingga Pak Mardi dengan kejam membunuh
yuyu (kepiting) itu. Cerita selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana Pak
Mardi mengetahui bahwa padinya dimakan oleh yuyu (kepiting) yang telah dia
bunuh, sehingga membuat Pak Mardi tambah marah dan membunuh dengan sadih
yuyu-yuyu tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Sesawangan sing ora bisa ditampa akal sehat, sebab Pak Mardi meruhi
maneh, yuyu sing dhek wingi dikum ana njero timba sing diwenehi obat lan
wis mati lan dibuwang menyang kali, lha jebule saiki urip maneh lan panggah
mruesi pari.
(PS,-2010 no 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(Penglihatan yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, karena Pak Mardi
melihat lagi, kepiting yang kemarin di rendam di dalam ember yang doiberi
obat dan sudah mati dan dibuang ke kali, tiba-tiba sekarang hidup lagi dan
makan padi).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Pak Mardi mengetahui bahwa yuyu
yang telah dibunuh kemarin hidup lagi, hal itu semakin membuat Pak Mardi marah
74
dan dengan lebih kejam membunuh yuyu tersebut. Cerita selanjutnya adalah peleraian
atau akhir cerita, dimana kakak dari Pak Mardi yang bernama Pak Mukani memberi
saran atau nasihat agar jangan terlalu kejam membunuh binatang. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan di bawah ini.
Rikala Pak Mardi ngekum yuyu mau ana timbane, kakange Pak Mardi sing
sawahe nunggal galengan mara lan ngelikake, “Di, Mardi, nyiksa kewan iku
mbok aja nemen-nemen. Elinga Di, papan iki ngono papan kang wingit.
(PS,-2010 no 18 hlm 30)
Terjemahah kutipan:
(Sewaktu Pak Mardi merendam kepiting tadi di dalam embernya, kakak dari
Pak Mardi yang sawahnya satu tempat datang dan memperingatkan, “Di,
Mardi, menyiksa binatang itu jangan berlebihan. Ingat Di, tempat ini tempat
yang angker).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana kakak
dari Pak Mardi yang bernama Pak Mukani datang dan memperingati Pak Mardi agar
jangan menyiksa binatang terlalu kejam, tetapi Pak Mardi tidak mau mendengarkan
malah memarahi kakanya. Akhirnya Pak Mardi meninggal akibat ulahnya sendiri. hal
ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Lan apa sing dingendikakake Mbah Kyai mau jebul kedadeyan temenan.
Sesuk bengine watara jam pitu bengi bakda Magrib ana kabar yen Pak Mardi
tilar donya nalika enak-enak nonton TV.
(PS,-2010 no 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(Dan apa yang disampaikan Mbah Kyai tadi tiba-tiba benar kejadian. Besuk
malam antara jam tujuh malam setelah Magrib ada kabar jika Pak Mardi
meninggal dunia ketika enak-enak melihat TV).
75
Kutipan di atas adalah akibat atau hukuman yang diterima oleh Pak Mardi.
Pak Mardi meninggal dengan cara yang tidak wajar. Dia meninggal ketika sedang
enak-enak melihat TV, hal tersebut seketika membuat warga menjadi heran dan
bertanya-tanya.
c. Cerita misteri “Ula Siluman”
Cerita misteri “Ula Siluman” diawali atau pendahuluan cerita dengan adanya
seorang anak yang mempunyai kewajiban memberi makan kerbau karena sedang
kemarau panjang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini.
Dening wong tuwaku aku diwenehi kewajiban ngopeni kebo sing mung siji thil
ora ana tunggale, kebeneran wektu kuwi lagi ketiga dawa pancen susah
ingon-ingon kebo yen lagi ketiga dawa ngene iki.
(PS,-2010 no 29 hlm 42)
Kutipan terjemahan:
(Oleh orang tuaku aku diberi kewajiban memelihara kerba yang hanya satu
ekor tidak ada lainnya, kebetulan waktu itu sedang musim panas yang panjang
sulit memelihara kerbau ketika sedang musim panas panjang seperti
sekarang).
Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan
seorang anak berumur delapan tahun yang mempunyai tugas atau kewajiban untuk
memberi makan kerbau, tetapi kemarau panjang sedang melanda sehingga sulit
mencari rumput. Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam
tahap ini anak tersebut mencari rumput kemana-mana dan tetapi tidak menemukan
dan membuat anak tersebut pasrah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di
bawah ini.
76
Nanging ora, ketiga ngerak iki kaya-kaya wis nyuresake suket-suket sing
ndhek wingenane wis dibabati, durung gelem thukul maneh. Nganti kemput
anggonku ngurut galeng aku durung ngudhunake kranjang saka pundhakku.
(PS,-2010 no 29 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
(Tetapi tidak, panas ini seperti sudah mematikan rumput-rumput yang kemarin
sudah diambil, belum mau tumbuh kembali. Sampai capek aku jalan di
pinggir sungai aku belum menurunkan keranjang dari pundhakku).
Kutipan diatas adalah peristiwa dimana anak tersebut mulai pasrah dengan
keadaan dimana tidak ada rumput sama sekali, kemudian dia melihat di sebelah
Kedhung Blangah tampaknya masih ada rumput. Cerita selanjutnya adalah cerita
konflik memuncak, dimana anak tersebut menggangu ular yang sedang “kawin”. Hal
ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Ing ngarepku, ing antarane suket-suket sing ketel ijo ledhung-ledhung, katon
ana ula loro lagi untel-untelan. Sajake lagi padha kawin. Sirahe loro
manglung madhep munggah, mripate nyawang aku tanpa kedhep. Aku arep
mbabatake arit marang gulune ula kuwi ora wani.
(PS,-2010 no 29 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
(Di depannya, di antara rumput-rumput yang runggut hijau royo-royo,
kelihatan ada dua lagi bermesraan. Kayaknya sedang “kawin”. Kedua
kepalanya melihat ke atas, matanya melihat aku tanpa berkedip. Aku mau
membunuh ular tersebut pakai arit tetapi tidak berani).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana anak tersebut melihat ular yang
sedang “kawin” dan ingin membunuhnya tetapi iba bercampur rasa takut, tetapi ular
tesebut malah ingin menggigit anak tersebut. Cerita selanjutnya adalah peleraian atau
akhir cerita, dimana anak tersebut menangis karena tidak tahu jalan pulang karena
77
menghindari ular dan juga malam yang telah datang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
di bawah ini.
Aku nangis mingseg-mingseg. Ora wani nyuwara banter, kuwatir narik
kawigatene sakehing lelembut kuwi saya nyeraki aku. Dumadakan aku eling
marang Gusti sing ngayomi sakabehing titah. Aku banjur ndonga: “Duh
Gusti kula nyuwun pangapunten. Mugi tinebihna ing godha rencana lan
sambekala”.
(PS,-2010 no 29 hlm 44)
Terjemahan kutipan:
(Aku menangis. Tidak berani berbicara keras, takut menarik perhatian
mahkluk halus tersebut mendekati aku. Tiba-tiba aku ingat kepada Gusti yang
melindungi segalanya. Aku lalu berdoa “Ya Allah aku minta maaf. Semoga
jauh dari hal-hal menakutkan).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana anak
tersebut menangis karena tidak tahu jalan pulang dan takut diganggu oleh makhluk
gaib, tetapi anak tersebut berdoa kepada Allah SWT agar diberi pertolongan. Tidak
lama kemudian terdengar dari jauh suara orang-orang yang sedang mencari anak
tersebut.
d. Cerita misteri “Misteri Golek Kencana”
Cerita misteri “Misteri Golek Kencana” diawali atau pendahuluan cerita
dengan adanya dua orang yang bersahabat yang dulunya pernah dipenjara bersama-
sama. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini.
Ana rancangan wigati antarane Priyamantingan lan Sastragandhul. Rikala
jaman semana kekarone ditawan gara-gara nekad mbobol toko emas. Esuk iki
kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul sakkidule benten pendhem.
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
78
(Ada rencana penting antara Priyamantingan dan Sastragandhul. Dahulu
keduanuya ditahan gar-gara berniat mencuri toko emas. Pagi ini keduanya
berjanji bertemu di jembatan besi selatan benteng pendhem).
Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan
dua orang sahabat yang sama-sama pernah dipenjara gara-gara mencuri toko emas.
Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini
Pancadrajad menyuruh Priyamantingan untuk mencuri boneka kencana milik Pak
Suhernala. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
“Wah...aku jan kesengsem karo golekan kencana cakrik serimpi
Ngayogyakarta Hadiningrat kagungane Pak Suhernala”, kandhane
Pancadrajat, kolektor barang-barang antik marang Priyamantingan sing
sengaja ditekakake menyang omahe.
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(Wah...aku benar-benar tertarik dengan boneka kencana cakrik serimpi
Ngayogyakarta Hadiningrat miliknya Pak Suhernala”, kata Pancadrajat,
kolektor benda-benda antik kepada Priyamantingan yang sengaja didatangkan
ke rumahnya).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Pancadrajat menyuruh
Priyamantingan untuk mencuri boneka kencana milik Pak Suhernala. Cerita
selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana Priyamantingan berhasil
mencuri boneka kencana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Sabanjure kanthi cepet Priyamantingan enggal-enggal ngetokake kain putih.
Golek kencana sing wis ana regemane nuli dibungkus nganggo kain mori.
“Barange wis kecandhak, ayo gek enggal bali, selak keburu esuk” pangajake
Priyamantingan marang Sastragandhl sing bisane mung sendika dhawuh.
(PS,-2010 no 32 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
79
(Setelah itu dengan cepat Priyamantingan cepat-cepat mengeluarkan kain
putih. Boneka kencana yang sudah ada di genggaman lalu dibungkus pakai
kain mori. “Bendanya sudah terpegang, ayo cepat pulang, keburu pagi” ajak
dari Priyamantingan ke Sastragandhul yang bisanya hanya bilang iya).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Priyamantingan berhasil mencuri
boneka kencana dari rumah Pak Suhernala, setelah itu boneka tersebut menjelma
menjadi manusia dan berkelahi dengan Priyamantingan. Cerita selanjutnya adalah
peleraian atau akhir cerita, dimana akhirnya Priyamantingan dapat dikalahkan dan
meninggal ditangan boneka kencana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Weruh kedadeyan kang kaya mangkono mau Priyamantingan nedya oncat,
nanging keselak wis kedhisikan sampur sing dibabitake sakayange kapernah
sirahe. Priyamantingan nggembor kelaran terus tiba glangsaran kejet-kejet
ngemasi. Loro-lorone padha pating gloso koncatan nyawa.
(PS,-2010 no 32 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(Melihat kejadian yang seperti tersebut tadi Priyamantingan lalu meloncat,
tetapi keburu kedahuluan selendang yang dilepaskan mengenai kepalanya.
Priyamantingan berteriak kesakitan lalu tiba-tiba sekarat. Keduanya
meninggal dunia).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana
Priyamantingan dan Sastragandhul berkelahi dengan boneka kencana milik Pak
Suhernala, akhirnya Priyamantingan dan Sastragandhul dapat dikalahkan dan mati
ditangan boneka kencana.
e. Cerita misteri “Gamelan Nyalawadi”
80
Cerita misteri “Gamelan Nyalawadi” diawali atau pendahuluan cerita dengan
adanya sekumpulan mahasiswa yang mempunyai kegiatan ekstra di kampus. Hal ini
dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini.
Sore iku kaya biyasane saben dina Setu aku mangkat latihan wushu ing
kampus kang dumunung ig Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulaine jam lima
nganti jam pitu, latihane ing sak mburine gedhong balairung.
(PS,-2010 no 36 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(Sore itu seperti biasanya setiap Sabtu berangkat latihan wushu di kampus
yang bertempat di Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulainya jam lima sampai
jam tujuh, latihannya di belakang gedung balairung).
Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan
sekumpulan mahasiswa yang mempunyai kegiatan ekstra di kampus. Kegiatan ekstra
di kampus meliputi latihan wushu, pecinta alam dan lain-lain. Cerita selanjutnya yaitu
cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini gamelan yang berada di gedung
balairung terdengar padahal hari sabtu tidak ada jadwal latihan gamelan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
Dak toleh kiwa tengen wis sepi mamring saka ruwang gamelan lamat-lamat
keprungu swara gamelan ditabuh, aku ora patia nggatekake. “Malem minggu
ngene penake ngapa ya, Wid?”pitakone David marang aku..
(PS,-2010 no 13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
(Saya tengok kiri kanan sudah sepi senyap dari ruang gamelan lama kelamaan
kedengaran suara gamelan ditabuh, saya tidak terlalu memperhatikan. “Malam
minggu begini enaknya ngapain ya, Wid?” tanya David kepada aku...)
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Widi penasaran dengan gamelan yang
ada di gedung balairung padahal hari sabtu tidak ada jadwal latihan gamelan. Cerita
81
selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana Widi dan David melihat hal
yang aneh dan menakutkan di ruang gamelan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di
bawah ini.
Aku lan David mung pandheng-pandhengan. Dumadakan, “Guunggg...”gong
kang ana sisih kiwa muni tanpa ngerti sapa sing nabuh. Nalika dak tamatake
gong iku katon obah-obah. Ora krasa aku dadi mrinding, David mung
ndlongop sajak ora percaya marang apa kang disawang.
(PS,-2010 no 36 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(Saya dan David hanya lihat-lihatan. Tiba-tiba, “Guunggg...”gong yang
berada di sebelah kiri bergerak tanpa tahu siapa yang menabuh. Ketika saya
lihat gong tersebut kelihatan gerak-gerak. Tidak kerasa Saya jadi merinding,
David hanya melamun seperti tidak percaya pada apa yang dilihat).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Widi dan David melihat hal aneh dan
menakutkan, ketika gamelan bunyi tanpa ada orang didalamnya, dan lampu nyala
mati tanpa ada orang di dalamnyaa . Cerita selanjutnya adalah peleraian atau akhir
cerita, dimana Widi dan David pada lari karena takut akan hal yang baru saja
ditemuinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Aku lan David njeng-girat, lagi eling yen kedadeyan iki mau ora lumrah.
Sanalika aku lan David mlayu kamigilanen. David mlayu menyang ngarep
liwat dalan ngarep gedhong fakultas ekonomi. Walah....jebul tenan kandhane
kancaku sing melu karawitan, gamelan iku dudu sak baene gamelan.
(PS,-2010 no 36 hlm30)
Terjemahan kutipan:
(Saya dan David berdiri, baru ingat jika kejadian ini tadi tidak wajar. Seketika
Saya dan David lari ketakutan. David lari ke depan melewati depan jalan
gedung fakultas ekonomi. Ternyata... memang benar kata temanku yang ikut
gamelan, gamelan tersebut bukan sembarang gamelan).
82
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana Widi
dan David sama-sama lari karena takut akan hal yang baru saja dialaminya. Widi lari
lewat depan gedung fakultas ekonomi, sedangkan David lari menerobos parkiran, dan
ternyata benar gamelan tersebut bukan sembarang gamelan.
f. Cerita misteri “Arwah Gentayangan”
Cerita misteri “Arwah Gentayangan” diawali atau pendahuluan cerita dengan
adanya seorang laki-laki yang mempunyai jabatan dan bekerja di Tuban. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini.
Satemene pangkatku ki ora endhek-endhek nemen. Penata tingkat I golongan
III/d tur sih menyandhang jabatan eselon IVa. Umume kanca-kancaku tunggal
instansi utawa liya instansi sing duwe pangkat lan jabatan kaya aku ngono
iku paling ora wis duwe kendaraan pribadi rodha papat.
(PS,-2010 no 29 hlm 40)
Terjemahan kutipan:
(Sebenarnya pangkatku ini ya tidak begitu rendah. Penata tingkat I golongan
III/d juga masih menyandhang jabatan eselon Iva. Umumnya teman-temanku
yang satu kantor atau kantor lain yang punya pangkat dan jabatan seperti aku
paling tidak sudah punya kendaraan pribadi roda empat).
Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan
seorang laki-laki yang mempunyai jabatan dan bekerja di Tuban, bertempat tinggal di
kantor karena tidak mempunyai biaya yang cukup untuk mengontrak rumah. Cerita
selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini laki-laki
tersebut bertemu dengan wanita cantik di depan kantor. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan kutipan di bawah ini.
Aku metu terus takon karo abang-abang lambe
“Mau ketemu siapa Mbak?”.
83
“Badhe ningal pengumuman pasar kerja”.
“Ada mbak tapi kerja diluar negeri”.
“Wah kleresan Pak kula kepengin dhateng luar negeri”.
(PS,-2010 no 40 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(Aku keluar lalu tanya dengan basa-basi
“Mau ketemu siapa Mbak?”
“Mau melihat pengumuman pasar kerja”.
“Ada mbak tapi kerja di luar negri”.
“Wah kebetulan Pak aku ingin ke luar negeri”).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana laki-laki tersebut bertemu dengan
wanita yang ada didepan kantor dan ternyata wanita tersebut sedang mencari kerja.
Cerita selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana laki-laki tersebut
memadu kasih dengan wanita tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Lha bareng pacaran karo Lany lagi pirang menit lha kok wis bisa tumindak
sakarepku. Nek ngono pancen Lany mono bocah geleman. Bisa digambarake
kaya apa polahku bengi kuwi.
(PS,-2010 no 40 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(Lha ketika pacaran dengan Lany baru beberapa menit lha kok sudah bisa
berbuat semauku. Kalau begitu memang Lany itu wanita gampangan. Bisa
digambarkan sepertti apa tindakanku malam itu).
Aku lagi sadar menawa kesasar neng alaming lelembut. Bareng aku ngingeti
kidul kulon aku weruh lampu neng dhuwur panggonane, genah iku lampu
antene RKPD kanthi liwat jalan sidhatan aku tumuju lampu mau.
(PS,-2010 no 40 hlm43)
Terjemahan kutipan:
(Aku baru sadar kalau sampai ke alamnya mahkluk halus. Ketika aku melihat
selatan barat aku lihat lampu di atas tempatnya, lampu itu antara RKPD
dengan melewati jalan kecil aku sampai ke lampu tersebut).
84
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana laki-laki tersebut berpacaran dan
memadu kasih bersama wanita yang baru dikenalnya, ternyata wanita tersebut adalah
wanita cina yang telah lama mati dan menjadi arwah penasaran. Cerita selanjutnya
adalah peleraian atau akhir cerita, dimana laki-laki tersebut tiba-tiba sakit setelah
kejadian yang dialami tadi malam bersama wanita tersebut dan memutuskan untuk
pensiun dini. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Esuk iku awakku panas lambeku abuh. Aku kepeksa pamit ora mlebu banjur
mulih neng Bojonegoro. Aku berobat neng dokter tensiku dhuwur nganti 190.
Aku diwenehi wektu istirahat seminggu. Kanthi pasarujukan kulawargaku aku
njaluk pensiun dini nanging kepalaku ora setuju.
(PS,-2010 no 14 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(Pagi ini badanku panas bibirku bengkak. Aku terpaksa ijin tidak berangkat
laluu pulang ke Bojonegoro. Aku berobat ke dokter tensiku tinggi sampai 190.
Aku diberi waktu istirahat satu minggu. Dengan perjanjian keluargaku aku
minta pensiun dini tetapi kepalaku tidak setuju).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana laki-
laki tersebut tiba-tiba sakit dengan tensi yang sangat tinggi yaitu 190, dan
memutuskan untuk pensiun dini tetapi kepala kantor tidak memperbolehkannya.
g. Cerita misteri “Thuyul”
Terdapat awal cerita dimana uang warga pada hilang entah kemana. Membuat
seluruh warga di kampung panik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah
ini.
Ana warunge Panut kok ngepasi wong rasan-rasan bab akehe dhuwit ilang
lan kendran ora karuan dununge. “Bajingan tenan kok. Mosok dhuwit arep
85
nggo mbayar wedhus wae kok ya ilang. Iki yen dudu polahe thuyul ora
mungkin...”.
(PS,-2010 no 2 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(Di warungnya Panut pas kebetulan orang membicarakan masalah banyaknya
uang hilang dan panik tidak tahu arahnya. “Bajingan benar kok. Masak uang
mau buat membayar kambing aja kok hilang. Ini jika bukan tingkahnya tuyul
tidak mungkin).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana warga kampungnya pada kehilangan
uang secara tiba-tiba, mereka membicarakannya di warungnya panut. Cerita
selanjutnya adalah cerita munculnya konflik, dimana Wisnu dan Lik Warigo meminta
cara kepada Pak Slamet untuk menangkap tuyul tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan di bawah ini.
“Anu Pak Slamet, kula badhe nyuwun tulung. Kampung kula samangke
nembe nemahi musibah. Critane mekaten..” kanthi gamblang Lik Warigo
nyitakake kahanan kang lagi nempuh ana kampungku.
(PS,-2010 no 2 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(“Begini Pak Slamet, saya ingin meminta tolong. Kampung saya sekarang
sedang mengalami musibah. Ceritanya begini...” dengan jelas Lik Warigo
menceritakan keadaan yang sedang terjadi di kampungku).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Bagyo dan Wisnu datang ke Pak
Slamet untuk meminta cara bagaimana menangkap tuyul yang ada di kampungnya.
Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak, dimana Wisnu berhasil menangkap
tuyul yang meresahkan kampung. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Aku emoh kalah cepet, gage thuyul telu dak rangket terus dak kala nganggo
benang lawe saka Pak Slamet. “Adhuhh,...adhu du
86
duuh,...ampun,..amp,...ampuunn Pak? Aku aja dikala,...!” Jerite thuyul telu
iku pating blulung, kabeh padha polah kaya patrape kewan kan mlebu njala.
(PS,-2010 no 2 hlm 30 dan 43)
Terjemahan kutipan:
(Aku tidak mau kalah cepat, tuyul tiga cepat tak peluk trus tak ikat pakai
benang lawe dari Pak Slamet. “Aduhh,...adu..du..duuh,...ampun,
amp,..ampuuun Pak? Aku jangan diikat,...!” Teriaknya tiga tuyul itu pada
takut, semua tingkanya seperti hewan yang masuk perangkap).
Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana Wisnu akhirnya dapat
menangkap tiga tuyul yang meresahkan warga dengan menggunakan alat-alat yang
diberikan Pak Slamet. Cerita selanjutnya adalah akhir cerita atau peleraian dimana
diketahui pemilik tuyul yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah
ini.
Yoh bapakku Pak Panca kulon plapatan kae paaak,...wis aku aja dipulasara
paak. Aku wedi tuwii,...!” Kandhane salah sijine tuyul karo nudingi tai bayi
ana ndhuwur godhong gedhang.
(PS,-2010 no 2 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
(Ya bapakke Pak Panca barat perempatan sana paaak,..sudah saya jangan
disiksa paak. Aku takut itu,...!” Kata salah satu tuyul sambil menunjuk
kotoran bayi di atas daun pisang).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana
akhirnya tuyul-tuyul tersebut mengakui siapa pemiliknya yaitu Pak Panca yang
rumahnya di sebelah barat perempatan, akhirnya Pak Panca dan keluarga pindah dari
kampung karena merasa malu.
h. Cerita misteri “Balekna Dhuwitku”
87
Terdapat awal cerita dimana ada kabar yang menggemparkan di pagi hari. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
Dumadakan keprungu rame-rame gegeran. Opyaking pawarta Sriyanti
ngendhat mati nggantung. Gumandhul sikil ora klangsah lemah, gulune
kejiret stagen sing ditalekake usuk. Mripate mlolo, ilate melet.
(PS,-2010 no 5 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
(Tiba-tiba kedengara ramai-ramai keributan, ada kabar Sriyanti meninggal
dunia dengan cara gantung diri. Kakinya tergantung tidak sampai tanah,
lehernya terjerat kain yang diikatkan di kayu atap. Matanya terbelalak,
lidahnya keluar).
Kutipan diatas adalah peristiwa dimana warga kampung tiba-tiba diributkan
dengan kabar yang menberitakan bahwa Sriyanti bunuh diri. Cerita selanjutnya
adalah cerita munculnya konflik, dimana arwah Sriyanti masih gentanyangan dan
menangis . Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Sabubare telung dina saka geblage Sriyanti saben tengah wengi tangga
cedhake Jarwa padha krungu suwarane wong wadon nangis mbengungung,
asale saka omahe Jarwa.
(PS,-2010 no 5 hlm 42-43)
Terjemahan kutipan:
(Setelah tiga hari dari kematian Sriyanti setiap tengah malam tangga dekatnya
Jarwa pada mendengar suara wanita menangis terus, asalnya dari rumahnya
Jarwa).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana arwah Sriyanti masih gentayangan
dan menangis menghantui warga. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak,
dimana Sriyanti meminta kembali uangnya kepada Tukiran. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan di bawah ini.
88
“Lik, lik Tukiran, belekna dhuwitku!. Lik, lik Tukiran, balekna dhuwitku!”.
Tukiran njenggirat tangi bukak lawang nyawang njaba ora ana apa-apa. Bali
mlebu ngomah kanthi ati goreh. Dieling-eling suwara mau kaya suwarane
Sriyanti nalika urip.
(PS,-2010 no 5 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
(Lik, lik Tukiran, kembalikan uangku!. Lik, lik Tukiran, kembalikan uangku!”
Tukiran tiba-tiba membukak pintu melihat ke luar tidak ada apa-apa. Lalu
masuk kerumah dengan hati yang takut. Diingat ingat suara tadi seperti
suaranya Sriyanti ketika masih hidup).
Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana Lik Tukiran dihantui oleh
arwahnya Sriyanti yang ingin meminta uang suaminya kembali. Cerita selanjutnya
adalah akhir cerita atau peleraian dimana akhirnya Tukiran mengembalikan uang
Jarwa, karena dihantui terus oleh arwahnya Sriyanti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
di bawah ini.
Saka pamrayogane wong akeh, Tukiran supaya enggal mbelekake dhuwit
menyang Jarwa bojone Sriyanti lan diweling aja mbaleni tumindak ngono
maneh menyang sapa wae. Tembung liyane, kudu mertobat. Dene tumrap
kumarane Sriyanti sing isih klambrangan lan kerep ngganggu wong akeh
bakal disuwunake ikhtiar menyang Kyai Saleh.
(PS,-2010 no 5 hlm 44)
Terjemahan kutipan:
(Dari desakan orang banyak, supaya Tukiran cepat mengembalikan uang
kepada Jarwa suaminya Sriyanti dan diberi saran jangan melakukan perbuatan
itu kembali kepada siapa pun. Dengan kata lain, harus bertobat. Sedangkang
arwahnya Sriyanti yang masih gentanyangan dan sering menggangu orang
banyak bakal dimintakan ikhtiar kepada Kyai Saleh.).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana
akhirnya Tukiran didesak oleh warga untuk mengembalikan uang kepada Jarwa dan
jangan melakukan perbuatan itu kembali kepada siapa pun.
89
i. Cerita misteri “Siluman Asu”
Terdapat awal cerita dimana ada kabar yang menggemparkan tentang siluman
anjing. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
Desaku sing maune ayem tentrem ndadak dadi umyeg merga anane warta
sing nyebutake menawa wilayah RT 21 akhir-akhir iki disatroni siluman asu.
(PS,-2010 no 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
(Desaku yang tadinya tentram tiba-tiba jadi ribut karena ada berita yang
menyebutkan bila wilayah RT 21 akhir-akhir ini didatangi siluman anjing).
Kutipan diatas adalah peristiwa dimana warga kampung tiba-tiba diributkan
dengan kabar yang menberitakan bahwa ada siluman anjing dikampung mereka.
Cerita selanjutnya adalah cerita munculnya konflik, dimana terlihat sosok siluman
anjing tersebut . Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Lagi bae mlaku ngilwati rong omah ing omah bacute dumadakan aku
dikagetake dening anane wewujudan sing ora lumrah. Aneh, ajaib banget.
Wewujudan iku awake rupa manungsa nanging sikil lan sirahe asu!.
(PS,-2010 no 5 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
(Baru saja jalan meliwati dua rumah di rumah selanjutnya tiba-tiba aku
dikagetkan oleh adanya wujud yang tidak wajar. Aneh, sangat ajaib. Wujud
itu badannya berupa manusia tetapi kaki dan kakinya anjing).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana siluman anjing memperlihatkan
wujud aslinya. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak, dimana Siluman anjing
menggigit kaki Jono. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
90
Lagi bae Jono mingkem, asu kuwi ngancap banjur wus...nyrudug lan nyakot
kempol sikil kiwane Jono. Jono tetep bisa ngadeg jejeg karo nyepatani asu
iku, “Asu keparat, ora urus, awas yen kena sida dakgebugi nganti mati kowe.
(PS,-2010 no 9 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
(Baru saja Jono diam, anjing tadi lari lalu menabrak dan menggigit paha kaki
kirinya Jono. Jono tetap bisa berdiri tegap dengan berusaha melepaskan anjing
itu, “Anjing keparat, tidak urusan, awas jika kena jadi aku pukul kamu sampai
mati.).
Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana Siluman anjing tersebut
berkelahi dengan Jono dan menggigit kaki Jono. Cerita selanjutnya adalah akhir
cerita atau peleraian dimana Siluman anjing menjelaskan kepada tokoh utama tentang
apa yang sedang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Durung rampung anggone dheweke ngomong, aku munggel omongane,
“Sepurane bae ya aku sakanca sing gawe gelane atimu.” “Ya, dakapura,
nanging kowe kudu dadi sandraku ing kene nganti esuk”.
(PS,-2010 no 9 hlm 44)
Terjemahan kutipan:
(Belum selesai dia berbicara, aku memotong pembicaraannya, “Maafkan aku
dan teman-teman yang sudah membuat sakit hatimu.” Ya, saya maafkan, tapi
kamu harus menjadi tawananku disini sampai pagi hari).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana
akhirnya tokoh utama meminta maaf atas kejadian yang akhir-akhir ini terjadi kepada
siluman anjing.
j. Cerita misteri “Menungsa Tekek”
Terdapat awal cerita dimana diceritakan awal mula kehidupan suami istri. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
91
Wis oleh wolung wulan iki Wahyu lan si Indri sisihane, manggon ana omah
kontrakan sing ora adoh saka daleme budhene Indri kang gedhe magong-
magrong lan mapan ing satengahing kutha.
(PS,-2010 no 10 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(Sudah dapat delapan bulan ini Wahyu dan istrinya Indri bertempat tinggal di
rumah kontrakan yang tidak jauh dari rumahnya bibinya Indri yang besar
sekali dan berada di tengah kota).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana diceritakan awal kehidupan suami
istri yang baru delapan bulan mengontrak rumah. Cerita selanjutnya adalah cerita
munculnya konflik, dimana Pak Wangsa ingin membeli tekek-tekek yang ada di
rumahnya Wahyu . Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
“Lho, Pak Wisnu napa lagi ngertos yen regine tekek-tekek niku dinane niki
saweg ngetren, ngantos jutaan rupiah. Kinten-kinten tekek-tekeke Pak Wisnu
sing tingale nembe tangkar-tumangkar wau yen disade kenging kangge
tumbas griya”.
(PS,-2010 no 10 hlm 29)
Kutipan terjemahan:
(“Lho, Pak Wisnu apa baru tahu jika harganya tekek-tekek itu sekarang ini
sedang ngetren, sampai jutaan rupiah. Kira-kira tekeknya Pak Wisnu yang
kayaknya sedang kawin tadi jika dijual bisa buat beli rumah).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Pak Wangsa ingin membeli tekek-
tekek yang ada dirumahnya Wisnu. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak,
karena Wisnu tidak menjual tekek-tekeknya akhirnya Pak Wangsa terpaksa mencuri
tetapi ketahuan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Kaya ngapa kagete Wisnu bareng disenteri jebul Pak Wangsa lan tanggane
sebelahe maneh sing jeneng Pak Kabul sing bendinane dadi kuli bangunan.
(PS,-2010 no 10 hlm 30)
92
Terjemahan kutipan:
(Seperti apa kagetnya Wisnu ketika disenteri ternyata Pak Wangsa dan
tetangga sebelahnya yang bernama Pak Kabul yang sehari-harinya jadi kuli
bangunan).
Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana Wisnu mempergoki Pak
Wangsa dan Pak Kabul sedang berada di atap rumahnya untuk mencuri tekek. Cerita
selanjutnya adalah akhir cerita atau peleraian Indri memberi tahu kepada Wisnu jika
dia adalah manusia tekek. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
“Nyuwun sewu ya mas Wisnu sing banget dak tresnani, aku sejatine kinodrat
dadi menungsa tekek. Dulur-dulurku uga padha dadi menungsa tekek.
(PS,-2010 no 10 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
(“Mohon maaf ya masa Wisnu yang sangat aku sayangi, aku sejatinya
ditakdirkan jadi manusia tekek. Saudara-saudaraku juga sama jadi manusia
tekek).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian Indri akhirnya
memberi tahu kepada Wisnu jika sebenarnya dia adalah manusia tekek, karena
perbuatan almarhumah ibunya.
k. Cerita misteri “Tikungan Maut”
Terdapat awal cerita tentang tikungan maut yang sering memakan korban. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
Embuh nganti kapan tikungan iku njaluk kurban. Wis pirang-pirang dhukun
lan wong pinter dijaluki tulung supaya mindhahake sukma klambaran sing
tunggu tikungan tersebut.
(PS,-2010 no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
93
(Entah sampai kapan tikungan itu memakan korban. Sudah berkali-kali
dukun dan orang pintar dimintai tolong agar memindahkan arwah
gentayangan yang tinggal di tikungan tersebut).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana diceritakan tentang tikungan maut
yang sering memakan korban. Cerita selanjutnya adalah cerita munculnya konflik,
dimana tikungan tersebut memakan korban lagi . Hal ini dapat dilihat dari kutipan di
bawah ini.
“Ya. Mau esuk mentas ana sedhan tabrakan karo trek,” wangsulane Kyai
Amru. “Nedhi kurban malih? Pitakone Supangat nugel omongan.
(PS,-2010 no 33 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
(“Ya. Tadi baru pagi ada sedan tabrakan sama truk,” jawaban Kyai Amru.
“Memakan korban lagi? Pertanyaan Supangat memotong pembicaraan).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana terjadi tabrakan lagi antara sedan dan
truk meninggal semua. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak, dimana arwah
wanita yang penasaran tersebut masuk ke dalam mimpinya Supangat dan
menghantuinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Kanthi awak isih setengah wuda, prawan iku ngadeg ing ngarep kamare
Supangat. Mripate mandeng Supangat kanthi tajem. “Kowe ora perlu ngerti
sapa aku. Merga asalku ora adoh saka kene. Pase ing tikungan dalan. Ing
kono omahku. Hi.. Hi.. Hiii...!”.
(PS,-2010 no 33 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
(Dengan badan masih setengah telanjang, perawan itu berdiri di depan
kamarnya Supangat. Matanya melihat Supangat dengan tajam. “Kamu tidak
perlu tahu siapa aku. Karena asalku tidak jauh dari sini. Tepatnya di tikungan
jalan. Di situ rumahku. Hi... Hi... Hi...!”).
94
Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana arwah gentayangan itu
masuk ke dalam mimpinya Supangat dan menghantuinya. Cerita selanjutnya adalah
akhir cerita atau peleraian dimana para Kyai dan orang pintar datang ke pohon yang
berada di tikungan itu untuk mendoakan arwah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan di bawah ini.
Tujune sewetara dina sawise kuwi para kyai rawuh lan nglumpuk ing ngisor
wit asem gedhe kang kondhang angker iku. Lan kanthi bebarengan padha
maca Ayat-ayat suci Al Qur‟an supaya kumara sing mbaureksa wit asem ing
tikungan dalan iku gelem lunga bali menyang alame.
(PS,-2010 no 33 hlm 44)
Terjemahan kutipan:
(Kebetulan suatu hari setelah itu para Kyai datang dan berkumpul di bawah
pohon asam besar yang terkenal angker itu. Dan dengan bersama-sama
membaca Aya-ayat suci Al Qur„an agar arwah yang tinggal di pohon asam di
tikungan jalan itu mau pulang ke alamnya).
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian akhirnya para
Kyai berkumpul dan bersama-sama mebaca Ayat-ayat suci Al Qur‟an untuk
mendoakan arwah yang tinggal di pohon asam tersebut.
4.1.1.3 Setting / Latar
1. Latar Tempat
Latar tempat merupakan tempat yang ditunjukan untuk mengetahui tempat
kejadian atau terjadinya peristiwa cerita tersebut. Latar tempat yang digunakan untuk
mengacu tempat terjadinya peristiwa yang ditampilkan dalam cerita misteri Alaming
Lelembut tahun 2010 terjadi dimacam-macam tempat. Latar tempat yang digunakan
akan diuraikan seperti di bawah ini:
95
Latar tempat yang digunakan dalam “Cerita Misteri Alaming Lelembut
“Thuyul”
Ditunjukan dengan kutipan :
Lha kepiye olehe ora jibeg, gaweyanku minangka tukang ojeg ana pasar
Wonosari asile ora mingsra. Dhuwit rongatus ewu kuwi kanggoku wis
setengah mati olehku nggolek.
(PS,-2010 no 2 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Lha bagaimana tidak pusing, pekerjaanku sebagai tukang ojeg di Pasar
Wonosari hasilnya tidak seberapa. Uang dua ratus ribu itu buatku sudah
setengah mati aku mencarinya.
Aku kluntrung-kluntrung menyang warung angktingane Panut. Sebab yen
aku ora nyisih, bisa kelakon padudon karo bojoku.
(PS,-2010 no 2 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Aku kesana-kemari ke warungnya Panut. Jika aku tidak pergi, bisa-bisa
bertengkar sama istriku.
Diantaranya terjadi di pasar Wonosari, warungnya Panut, Nglimpar, di
rumahnya Wisnu, dan di rumah sakit, di mana di pasar Wonosari tempat Wisnu
sebagai tukang ojeg, warung Panut merupakan tempat orang-orang pada berkumpul
untuk membicarakan masalah yang sedang terjadi di kampung mereka. Nglipar
merupakan nama daerah tempat orang pintar (Pak Slamet) yang ingin ditemui oleh
Wisnu dan Lik Warigo, rumah Wisnu digunakan untuk menangkap thuyul-thuyul
yang meresahkan para warga, rumah sakit merupakan tempat dimana Pak Panca
dirawat karena penyakit aneh yang tiba-tiba menimpanya.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut
“Balekna Dhuwitku”
96
Ditunjukan dengan kutipan:
Kenthong titir mecah swasananing esuk. Ora suwe papan kono wis kebak
uwong.
(PS,-2010 no 5 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Tabuh kentongan memecah suasanya pagi. Tidak lama tempat tadi sudah
penuh dengan orang.
Pardi tukang bakso surungan, nalika wayah bengi mubeng kampung
ngiderake baksone, diundang wong wadon ana pinggir dalan.
(PS,-2010 no 5 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
Pardi tukang bakso dorongan, ketika waktu malam keliling kampung
menawarkan baksonya, dipanggil wanita yang berada di pinggir jalan.
Diantaranya terjadi di senthong (kamar) Sriyanti, dan di senthong (kamar)
Tukiran, di mana senthong atau kamar Sriyati merupakan tempat meninggalnya
Sriyanti dengan cara bunuh diri, senthong Tukiran merupakan tempat di mana arwah
Sriyanti menghantui dan mencekik leher Tukiran agar mau mengembalikan uangnya.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut
“Siluman Asu”
Ditunjukkan dengan kutipan:
Desaku sing maune ayem tentrem ndadak dadi umyeg merga anane warta
sing nyebutake menawa wilayah RT 21 akhir-akhir iki disatroni siluman asu.
(PS,-2010 no 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Desaku yang tadinya aman tentram tiba-tiba jadi kisruh karena ada berita
yang menybutkan jika wilayah RT 21 akhir-akhir ini didatangi siluman
anjing.
Tekan gardhu rondha, Jono lagi lungguh dhewekan karo klepas-klepus
ngrokok kretek wis meh entek sak eler.
97
(PS,-2010 No 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Sampai pos jaga Jono sedang duduk sendirian dengan kebul-kebul merokok
kretek sudah mau habis satu batang.
Diantaranya terjadi di wilayah RT 21, gardhu rondha, pinggir kali luk ula,
gang emprit, gumuk Tegal Gunung, di mana Wilayah RT 21 merupakan tempat
munculnya siluman asu (anjing) yang meresahkan warga, gardhu rondha merupakan
sebuah tempat jaga malam yang malam itu giliran Untung, Eko, Joko untuk
berondha, pinggir kali luk ula merupakan tempat persembunyian siluman asu dan
tempat tokoh utama diajak untuk menemuinya dan bertanya kenapa warga sekitar
ingin membunuhnya, gang emprit merupakan salah satu tempat warga mencari
siluman asu disebut gang emprit karena gangnya sangat kecil sekali hanya cukup
untuk lewat satu orang, gumuk Tegal Gunung merupakan daerah persembunyian
siluman asu yang dicari-cari warga.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut
“Menungsa Tekek”
Ditunjukkan dengan kutipan:
..manggon ana omah kontrakan sing adoh saka daleme budhene Indri kang
gedhe magrong-magrong lan mapan ing satengahing kutha.
(PS,-2010 no 10 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
...bertempat di rumah kontrakan yang jauh dari rumah tantenya Indri yang
besar sekali dan berada di tengah-tengah kota.
Wisnu sing lagi leyeh-leyeh ing sofa sinambi nyawang tayangan tinju ing
teve, dumadakan kaget krungu panjerite Indri saka kamar mandhi.
98
(PS,-2010 no 10 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Wisnu yang baru duduk-duduk di sofa sambil melihat tayangan tinju di TV,
tiba-tiba kaget mendengar teriakan Indri dari kamar mandi.
Hanya berada di dalam dan di sekitar rumah kontrakan, di mana rumah
kontrakan merupakan sebuah rumah yang ditempati oleh pasangan suami istri (Indri
dan Wisnu) dan sebagai tempat terjadinya awal cerita sampai akhir cerita.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut
“Selingkuh Karo Lelembut”
Ditunjukkan dengan kutipan:
Susila makarya ana pabrik kaos, kang kagolong gedhe sakutha kono,
tinimbang pabrik-pabrik liyane.
(PS,-2010 no 13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Susila bekerja di pabrik kaos, yang tergolong besar di kota tersebut
dibanding pabrik-pabrik yang lainnya.
Kaya padatan, Sri tansah nguntabake kakunge saben arep budhal makarya.
Ngadheg ana teras nganti Susila ilang dicaplok enggokan gang.
(PS,-2010 no 13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Seperti biasanya, Sri selalu mengantarkan suaminya setiap mau berangkat
bekerja. Berdiri di depan teras sampai Susila hilang dimakan tikungan gang.
Diantaranya terjadi di pabrik kaos, kamar tidur, kamar mandi, pos satpam,
di mana pabrik kaos merupakan pabrik tempat Susila bekerja, kamar tidur merupakan
tempat Srikandhi dan lelembut melakukan hubungan badan, kamar mandi merupakan
tempat di mana Puput melihat sosok aneh yang kemudian dirahasiakan oleh
99
Srikandhi terhadap Susila suaminya, pos satpam merupakan tempat menunggu orang
yang mencari Susila.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Yuyu
Sawah”
Ditunjukkan dengan kutipan:
Semono uga tanggaku sing jenenge Pak Mardi. Nalika kawitan nggarap
sawahe nganti rampung ora ana kedadeyan apa-apa.
(PS,-2010 no 18 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Begitu juga tetanggaku yang bernama Pak Mardi. Waktu awal mengerjakan
sawahnya sampai selesai tidak ada kejadian apa-apa.
Dening Pak Mukani anggane Pak Mardi digawa mulih. Sakwise diupakari
sedhela banjur digawa menyang Puskesmas.
Terjemahan kutipan:
Oleh Pak Mukani badannya Pak Mardi dibawa pulang. Tidak lama kemudian
dibawa ke Puskesmas.
Diantaranya terjadi di sawah Pak Mardi, Puskesmas, di mana sawah pak
Mardi tempat menanam padi dan munculnya yuyu atau kepiting siluman yang
membuat Pak Mardi kesal, puskesmas merupakan tempat di mana Pak Mardi di bawa
dan di rawat setelah pingsan di sawah.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Ula
Siluman”
Ditunjukkan dengan kutipan:
Ing perangan ndhuwur katon Kedhung Blangah sing wingit. Aku ngungun.
Aku durung tau ngarit ing sawetane kali gedhe.
(PS,-2010 no 29 hlm 42)
100
Terjemahan kutipan:
Di bagian atas terlihat Kedhung Blangah yang angker. Aku ragu. Aku belum
pernah mencari rumput di sebelah timur sungai yang besa.
Nanging kepriye, aku durungr tau ngarit tekan wetan kali. Jare papane
wingit, akeh dhemite. Apa meneh kudu ngliwati Kedhung Blangah sing jare
ana Onggo-Inggine.Hii...
(PS,-2010 no 29 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Tapi bagaimana lagi, aku belum pernah mencari rumput sampat timur
sungai. Katanya tempat tersebut angker, banyak setannya. Apa lagi harus
melewati Kedhung Blangah yang katanya ada Onggo-Ingginya.Hiii....
Diantaranya terjadi di Kedhung Blangah, di mana Kedhung Blangah
merupakan tempat angker di sebelah timur sungai yang digunakan tokoh utama untuk
mencari rumput karena daerah tersebut rumputnya masih banyak dibandingkan
dengan daerah-daerah lain yang rumput-rumputnya sudah kering.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut
“Misteri Golek Kencana”
Ditunjukkan dengan kutipan:
...kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul sakidule benteng pendhem.
Olehe padha semaya diudi aja nganti konangan karo sisihane dhewe-dhewe.
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
...keduanya berjanji bertemu di jembatan gingsul se selatan benteng pendem.
Bertemunya mereka diudi jangan sampai ketahuan oleh isrinya sendiri-
sendiri.
...saka pakunjaran, Sastragandhul banjur nyambut gawe dadi buruh kasar
ana pelabuhan Tanjungperak Surabaya. Ana kono nasibe apik.
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
101
Terjemahan kutipan:
...dari penjara, Sastragandhul lalu bekerja jadi buruh kasar di pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya. Di situ nasibnya baik.
Diantaranya terjadi di rumahnya Pak Suhernala, pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya, kamar Priyamantingan, di mana rumah Pak Suhernala merupakan rumah
tempat golek kencana bersemayam, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya merupakan
tempat Sastragandhul bekerja sebagai buruh kasar atau serabutan, kamar
Priyamantingan merupakan kamar terjadinya pertikaian antara golek kencana,
Priyamantingan dan Sastragandhul akhirnya mereka berdua dapat dikalahkan dan
mati di tangan golek kencana.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut
“Tikungan Maut”
Ditunjukkan dengan kutipan:
... ana wong telu likur kang tinggal donya merga kacilakan ing tikungan iku.
Tikungan kuwi jarak sakilo saka omahe Supangat.
(PS,-2010 no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
...ada orang dua puluh tiga meninggal dunia karena kecelakaan di tikungan
tersebut. Tikungan tersebut jaraknya satu kilo dari rumahnya Supangat.
...pawongan loro seje jenis kasebut terus budhal tumuju menyang sawijining
dhaerah kang mligi nyedhiyani papan kanggo ulah salulut. Priya iku milih
losmen Dewi Sri kang ora pati rame.
(PS, no 33 hlm 42)
(PS,-2010 no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
102
...dua orang beda jenis tersebut terus menuju ke salah satu daerah yang
khusus menyediakan tempat buat bertindak yang tidak senonoh. Laki-laki
tersebut memilih losmen Dewi Sri yang tidak begitu ramai.
Diantaranya terjadi di tikungan, losmen Dewi Sri, rumah Pak Kyai Amru,
kamar Supangat, di mana di tikungan yang sering disebut tikungan maut memakan
banyak sekali korban dan merupakan tempat tinggal arwah wanita yang penasaran,
losmen Dewi Sri digunakan sebagai tempat berbuat yang tidak pantas (maksiat) oleh
seorang lelaki dan wanita misterius, rumah Kyai Amru merupakan tempat Supangat
meminta nasihat dan petunjuk mengenai tikungan yang sering memakan korban,
kamar Supangat merupakan kamar di mana wanita misterius sering muncul di
mimpinya Supangat dan menghantuinya.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut
“Gamelan Nyalawadi”
Ditunjukkan dengan kutipan:
..aku mangkat latihan wushu ing kampus kang dumunung ing Jalan
Diponegoro 52, Salatiga.
(PS,-2010 no 36 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
...aku berangkat latihan wushu di kampus yang berada di Jalan Diponegoro
52, Salatiga.
Gedhong balairung iki gedhe banget lan amba. Ing ruwangan njero, sisihe
lawang mlebu ana ruwangan kanggo mapanake sound system yen ana
kegiyatan kampus.
(PS,-2010 no 36 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
103
Gedung balairung ini besar sekali dan luas. Di ruangan dalam, sebelah pintu
masuk ada ruangan buat menaruh sound system jika ada kegiatan kampus.
Diantaranya terjadi di Jalan Diponegoro 52 Salatiga, gedung balairung,
belakang gedung balairung, di mana di jalan Diponegoro 52 Salatiga merupakan
kampus tempat kuliah, gedung balairung merupakan gedung serbaguna yang di
dalamnya terdapat banyak sekali ruangan (tempat sound untuk kegiatan kampus,
tempat dandan jika ada pertunjukan drama atau teater), sedangkan di belakangnya
digunakan untuk tempat latihan wushu.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut
“Arwah Gentayangan”
Ditunjukkan dengan kutipan:
Nanging kanggone aku aja maneh kok kendaraan rodha papat, selagine
arep mboyong kulawargaku saka Bojonegoro-Tuban wae ora kuwat
ngontrak omah.
(PS,-2010 no 40 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Tetapi buat aku jangankan kendaraan roda empat, ingin memboyong
keluargaku dari Bojonegoro-Tuban aja tidak kuat mengontrak rumah.
Sakmeter sakidule Polres ana dalan aspalan ngetan parane, gumunku ora
uwis-uwis jalaran mau esuk dalan iku durung ana banjur kapan olehe
mbangun.
(PS,-2010 no 40 hal 43)
Terjemahan kutipan:
Satu meter selatan Polres ada jalan aspalan ke timur arahnya, heranku tidak
habis-habis karena tadi pagi jalan itu belum ada terus kapan dibangunnya.
Diantaranya terjadi di kantor, gerdhu, warung belakang rumah sakit,
belakang Polres, di mana di dalam kantor tempat orang bekerja dan melakukan
104
aktivitas dari Muis, Lany, di gerdhu dan warung belakang rumah sakit merupakan
tempat tokoh utama mencari makan siang dan malam, belakang Polres merupakan
rumah Lany yang kemudian menjadi kuburan cina tua yang sudah lama tidak terawat.
2. Latar Waktu
Latar waktu merupakan waktu yang ditunjukan untuk mengetahui kapan
terjadinya peristiwa cerita tersebut. Latar waktu yang digunakan untuk mengacu
kapan terjadinya peristiwa yang ditampilkan dalam cerita misteri Alaming Lelembut
terjadi sekitar tahun 2009-2010 karena menggunakan bahasa dan kejadian atau
peristiwa yang sedang terjadi.
Dapat diketahui bahwa latar waktu yang terjadi pada cerita misteri Alaming
Lelembut dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” tahun 2010 mengacu pada
peristiwa yang ditampilkan dalam cerita misteri yang terjadi di tahun 2010 karena
menggunakan bahasa dan kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. Cerita misteri
“Thuyul”, “Balekna Dhuwitku”, “Siluman Asu”, “Menungsa Tekek”, “Selingkuh
Karo Lelembut”, “Yuyu Sawah”, “Ula Siluman”, “Misteri Golek Kencana”,
“Tikungan Maut”, “Gamelan Nyalawadi”, “Arwah Gentayangan”, secara garis
besar kesebelas cerita misteri tersebut mempunyai latar waktu di malam hari karena
jelas cerita yang dibahas adalah cerita misteri. Kemunculan makhluk-makhluk gaib
hanya terjadi pada malam hari. Ditunjukkan dengan kutipan:
a. “Thuyul”
Nglamat sasi iki telat anggonku ngangsur, yen telat tegese kena dhendha.
(PS,-2010 no 2 hlm 29)
105
Terjemahan kutipan:
Pertanda bulan ini terlambat mengangsur, jika terlambat artinya terkena
denda.
Udakara setengah jam candhake Pak Slamet wis metu lan menehi
pengarahan marang aku mungguh apa wae kang kudu daksipayake kanggo
ngadhepi thuyul iku.
(PS,-2010 no 2 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Kurang lebih setengah jam Pak Slamet sudah keluar dan memberi
pengarahan kepada aku apa saja yang harus disiapkan buat menghadapi
tuyul tersebut.
Jam 12 wengi wis kliwat, parandene thuyul sing tak arep-arep durung katon.
Lagi udakara jam 1 wengi katon ana bocah cilik-cilik cacah telu mlebu
omahku.
(PS,-2010 no 2 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Jam 12 malam sudah lewat, kayaknya tuyul yang aku harapkan belum
kelihatan. Baru kurang lebih jam 1 malam kelihatan ada anak-anak
berjumlah tiga masuk rumahku.
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Thuyul” yaitu,
malam hari ketika thuyul-thuyul pada keluar dan Wisnu menangkapnya.
b. “Balekna Dhuwitku”
Wayahe isih esuk umun-umun, wancine wong desa padha metu saka ngomah
saperlu miwiti ngayahi pakaryane dhewe-dhewe.
(PS,-2010 no 5 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Waktu masih pagi buta, waktunya orang desa baru keluar dari rumah buat
memulai melakukan pekerjaan sendiri-sendiri.
Malah sesasi sabubare kuwi, ana lelakon sing nggegirisi. Pardi tukang
bakso surungan, nalika wayah bengi mubeng kampung ngiderake baksone,
diundang wong wadon ana pinggir dalan.
106
(PS,-2010 no 5 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
Malah satu bulan setelah itu, ada kejadian yang menakutkan. Pardi tukang
bakso keliling, ketika waktu malam mengelilingi kampung menawarkan
baksonya, dipanggil wanita yang ada di pinggir jalan.
Watara patang sasi sawise patine Sriyanti, upama isih urip ngono
kandhutane wis tekan leke. Sawijining lingsir wengi, isih rada adoh saka
wayah subuh, tangga sacedhake Jarwa padha krungu suwarane bayi nangis
cenger-cenger.
(PS,-2010 no 5 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
Antara empat bulan setelah meninggalnya Sriyanti, misal masih hidup
kandungannya sudah lahir. Suatu tengah malam, masih agak jauh dari waktu
subuh, tangga terdekatnya Jarwa mendengar suara banyi menangis owek-
owek.
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Balekna
Dhuwitku” terjadi di malam hari ketika arwah Sriyanti datang dan menghantui
Tukiran untuk meminta uangnya kembali.
c. “Siluman Asu”
Udakara jam sanga bengi. Anehe wewujudane siluman asu kuwi cat katon
cat ora merga kasaput petenge wengi.
(PS-2010 no 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Antara jam sembilan malam. Anehnya wujud siluman anjing itu kadang
terlihat kadang tidak karena terhalang gelapnya malam.
Udan riwis-riwis ing pungkasaning mangsa rendheng wiwit sore nganti
tengah wengi ora ana pedhote.
(PS,-2010 no 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
107
Hujan rintik-rintik di akhir musim penghujan dari sore sampai tengah malam
tidak ada hentinya.
Bengi-bengi, kanthik adhem njekut, ngantuk, sayah, malah kudu metu
mubeng desa.
(PS,-2010 no 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Malam-malam, dengan dingi, ngantuk, capek, malah harus keluar keliling
desa.
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Siluman Asu”
terjadi di malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan siluman asu yang hanya
keluar di malam hari.
d. “Menungsa Tekek”
Wis oleh wolung wulan iki Wahyu lan si Indri sisihane, manggon ana omah
kontrakan sing adoh saka daleme budhene Indri kang gedhe magrong-
magrong lan mapan ing satengahing kutha.
(PS,-2010 no 10 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Sudah dapat delapan bulan ini Wahyu dan Indri istrinya, bertempat tinggal di
rumah kontrakan yang jauh dari rumah budhenya Indri yang besar mewa dan
berada di tengah kota.
Nanging pirang ndina candhake yen tengah wengi Wisnu tansah klisikan.
(PS,-2010 no 10 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Tapi beberapa hari berikutnya jika tengah malam Wisnu selalu terbangun.
Pak Wangsa tanggane sing pensiunan pegawe pabrik kapal kandha marang
Wisnu sing sore iku lagi iwut nyirami tanduran.
(PS,-2010 no 10 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
108
Pak Wangsa tetangganya yang pensiunan pegawai pabrik kapal berkata
kepada Wisnu yang sore itu sedan ribut menyirami tanduran.
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Menungsa
Tekek” terjadi di malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan tekek-tekek di kamar
Indri yang hanya keluar di malam hari.
e. “Selingkuh Karo Lelembut
Mula saben gajian dina Setu, bayare dipantha-pantha, endi kang kanggo
calon bayar kontrakan omah, PAM, listrik, klebu kanggo kabutuhan dhapur
lan jatah kanggo jajan anake.
(PS,-2010 no 13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Maka setiap gajian hari sabtu, bayarannya dibagi-bagi, mana yang buat
membayar kontrakan rumah, PAM, listrik, termasuk buat kebutuhan dapur
dan jatah buat jajan anaknya.
“Dhik, aku mangkat... aja lali ngunci lawang lan nyupet kompor...”ngono
pamite Susila nalika budhal makarya udakara tabuh setengah sewelas
bengi.
(PS,-2010 no 13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
“Dhik, aku berangkat... jangan lupa mengunci pintu dan mematikan
kompor...” begitu pamitnya Susila ketika berangkat bekerja antara waktu
setengah sebelas malam.
Wektu terus lumaku. Jam ganti dina, dina ganti minggu, minggu gumanti
sasi.
(PS,-2010 no 13 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
Waktu terus berjalan. Jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu
berganti bulan.
109
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Selingkuh karo
Lelembut” terjadi di malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan “gendruwo” dan
Srikandhi melakukan perselingkuah di kamar.
f. “Yuyu Sawah”
Tumuruning udan awan kuwi nandhakake yen mangsa rendheng sajake
bakal tumeka.
(PS,-2010 no 18 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Turunnya hujan siang itu menandakan jika musim penghujan kayaknya akan
datang.
Ning bareng kira-kira seminggu anggone nadur parine, ndadak ana
kedadeyan sing banget manasake atine Pak Mardi.
(PS-2010, no 18 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Tetapi ketika kira-kira satu minggu olehnya menanami pdai, tiba-tiba ada
kejadian yang sangat memanaskan hatinya Pak Mardi.
Nanging nalika niliki sawahe sesuke maneh, Pak Mardi kaget jalaran
nyumurupi yuyu sing dipateni dhek wingi kae lha kok isih waras-wiris.
(PS,-2010 no 18 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Tetapi ketika melihat sawah paginya lagi, Pak Mardi kaget karena
mengetahui kepiting yang dibunuh kemarin itu lha kok masih sehat.
Sakwise ngeterake adhine menyang Puskesmas bengine Pak Mukani ora
bisa turu.
(PS,-2010 no 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Setelah mengantarkan adiknya ke Puskesmas malamnya Pak Mukani tidak
bisa tidur.
110
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Yuyu Sawah”
terjadi di malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan “yuyu” siluman di rumah Pak
Mardi ketika Pak Mardi meninggal dunia.
g. “Ula Siluman”,
Wektu kuwi aku lagi umur 10 taun, lagi kelas telu SD.
(PS,-2010 no 29 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Waktu itu aku baru berumur 10 tahun, baru kelas tiga SD.
Kebeneran wektu kuwi lagi ketiga dawa. Pancen susah ingon-ingon kebo
yen lagi ketiga dawa ngene iki.
(PS,-2010 no 29 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Kebetulan waktu itu baru kemarau panjang. Memang sulit memelihara
kerbau jika baru kemarau panjang begini.
Aku kelingan critane Parjo, jare wis tau meruhi ana nini-nini lagi dhedhe
karo dhidhis neng ndhuwur watu gedhe jam rolas awan.
(PS,-2010 no 29 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Aku teringat critanya Parjo, katanya sudah petnah melihat ada nini-nini baru
berjemur di atas batu besar jam dua belas siang.
Iki isih rada sore, durung surup. Mudhuna, ngarita neng sabrang kali kana,
ora apa-apa!”swara pambujuk sajroning atiku.
(PS,-2010 no 29 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
Ini masih agak sore, belung gelap. Turunlah, cari rumput di sebelah sungai
sana, tidak apa-apa!” suara pembujuk didalam hatiku.
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Ula Sawah”
terjadi menjelang sore sampai malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan “ula”
111
siluman ketika “kawin”di sawah ketika seorang anak kecil sedang mencari rumput
untuk kerbaunya.
h. “Misteri Golek Kencana”,
Olehe budhal menyang sawah kapara diisuki beteke supaya bisa enggal
ketemu karo Priyamantingan.
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Pergi berangkat ke sawah sengaja agak padi supay cepat bertemu dengan
Priyamantingan.
Esuk iki kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul sakidule beteng
pendhem.
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Pagi ini keduanya berjanji bertemu di jembatan gingsul selatannya beten
pendhem.
Esuk kuwi katon mobil telu sing isih anyar-anyar wiwit Avanza, Innova
nganti sing paling gres Fortuner diparkir ana pekarangan daleme kang edi
peni.
(PS,-2010 no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Pagi itu kelihatan mobil tiga yang masih baru-baru dari Avanza, Innova
sampai yang paling baru Fortuner diparkir di pekarangan dalam yang indah.
“Tengah wengi mengko penggaweyan kita wiwiti. Golekan emas kang
dikarepake Pak Pancadrajat kudu bisa ana regemanku. Mung yen awan
ngene iki durung bisa ucul saka panggonane.
(PS,-2010 no 32 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
“Tengah malam nanti pekerjaan kita mulai. Boneka emas yang diinginkan
Pak Pancadrajat harus bisa ada di tanganku. Tapi jika siang begini belum
bisa lepas dari tempatnya.
112
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Misteri golek
kencana” terjadi pada malam hari, ditunjukkan dengan tokoh Priyamantingan dan
Sastragandhul yang inin mencuri boneka kencana dari Pak Suhernala.
i. “Tikungan Maut”
Jroning wektu setahun, ana wong telulikur kang tinggal donya merga
kacilakan ing tikungan iku.
(PS,-2010 no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Dalam waktu setahun, ada dua puluh tiga orang yang meninggal dunia
karena kecelakaan di tikungan tersebut.
Mung ing sasi-sasi kapisan sawise ritual dianakake kurbane suda.
(PS,-2010 no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Hanya di bulan-bulan berikutnya setelah ritual diadakan korbanya semakin
berkurang.
Nganti pirang-pirang dina kamar kang disewa priya nggantheng iku sepi.
Ora keprungu swara babar pisan saka kono.
(PS,-2010 no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Sampai beberapa hari di kamar yang disewa laki-laki tampan itu sepi. Tidak
kedengaran suara sama sekali dari situ.
“Ya,. Mau esuk mentas ana sedhan tabrakan karo trek,” wangsulane Kyai
Amru.
(PS,-2010 no 33 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
“Ya,.. tadi pagi baru saja ada sedan tabrakan dengan trek,” jawabannya Kyai
Amru.
113
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Tikungan
Maut” terjadi pada malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan arwah wanita yang
menunggu pohon di tikungan yang sering memakan korban.
j. “Gamelan Nyalawadi”
Sore iku kaya biyasane saben dina Setu aku mangkat latihan wushu ing
kampus kang dumunung ing Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulaine jam
lima nganti jam pitu,..
(PS,-2010 no 36 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Sore itu seperti biyasanya setiap hari sabtu aku berangkat latihan wushu di
kampus yang berada di Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulainya jam lima
sampai jam tujuh,....
Kaya dina setu iki uga ora keprungu swara gamelan, sepi. Nalika aku teka,
ing kono wis ana kancaku Vita lan Cindy. Ora watara suwe kasusul kanca-
kancaku liyane.
(PS,-2010 no 36 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Seperti hari sabtu ini juga tidak kedengaran suara gamelan, sepi. Ketika aku
datang, di situ sudah ada temanku Vita dan Cindy. Tidak lama kemudian
terkejar teman-temanku yang lain.
Sawise padha teka kabeh, latihan diwiwiti. Saka pemanasan nganti mlebu
jurus udakara 30 menit.
(PS,-2010 no 36 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Setelah datang semua. Latihan dimulai. Dari pemanasan sampai masuk jurus
kira-kira 30 menit.
Ora watara suwe latihan rampung. Sawise padha leren sedhela ngilangi
kringet, kanca-kancaku banjur padha bali. Wektu iku wus peteng, antarane
jam pitunan kurang utawa punjul sithik.
(PS, no 36 hlm 29-30)
Terjemahan kutipan:
114
Tidak lama kemudian latihan selesai. Setelah istirahat sebentar
menghilangan keringat, teman-temanku lalu pulang. Waktu itu sudah malam,
antara jam tujunan kurang atau lebih sedikit.
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Gamealan
Nyalawadi” terjadi pada waktu sore menjelang malam hari, ditunjukkan dengan suara
gong atau alat-alat karawitan yang lainnya dengan misterius bunyi sendiri tanpa ada
orang yang memainkannya.
k. “Arwah Gentayangan”
Nek sarapan ngiras mangan awan jam 11.00 neng gerdhu laut bareng-
bareng dulur-dulur tukang becak. Mangan sore jam 18.00 neng warung
murah cedhak rumah sakit bareng wong-wong sing diopname ing rumah
sakit.
(PS,-2010 no 40 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Kalau sarapan sekalian makan siang jam 11.00 di pos laut sama-sama
saudara-saudara tukang becak. Makan sore jam 18.00 di warung murah
dekat rumah sakit bersama orang-orang yang diopname di rumah sakit.
“Ibu kok mboten dipun jak ngriki ta pak?” pitakone Muis ing sawijining
sore.
(PS,-2010 no 40 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“Ibu kok tidak diajak kesini pak?” tanya Muis di suatu sore.
Dina Kemis Wage wayah asar kutha Tuban digrujuk udan deres kaya disok
saka langit. Wayah Magrib lagi terang.
(PS,-2010 no 40 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Hari Kamis Wage waktu asar kota Tuban diguyur hujan deras seperti
ditumpahkan dari langit. Waktu magrib baru reda.
Pancen saben sore akeh mudha-mudhi sing teka neng kantorku ndeleng
pengumuman pasar kerja. Aku metu terus takon kanggo abang-abang lambe.
(PS,-2010 no 40 hlm 29)
115
Terjemahan kutipan:
Memang setiap sore banyak pemuda-pemudi yang baru datang di kantorku
melihat pengumuman pasar kerja. Aku keluar terus bertanya dengan basa-
basi.
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Arwah
Gentayangan” terjadi pada malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan arwah
wanita yang datang dan mengganggu seorang laki-laki yang bekerja disebuah kantor.
3. Latar Sosial
Latar sosial bersangkutan dengan kehidupan masyarakat yang diceritakan
yang berhubungan dengan perjalanan spiritual tokoh dimana suasana horor, misteri
tentang kehidupan yang dialami tokoh atau masyarakat terlihat dalam sebuah cerita.
Latar sosial yang disajikan dalam cerita misteri yang diteliti adalah masyarakat Jawa.
Hal itu terlihat dari pemakaian bahasa jawa yang digunakan dalam kumpulan bahasa
dan lingkungan yang ada pada cerita misteri adalah menggunakan tokoh masyarakat
Jawa.
Dapat diketahui bahwa latar sosial yang terjadi pada cerita misteri Alaming
Lelembut dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” tahun 2010 mengacu pada
kehidupan sosial masyarakat Jawa. Cerita misteri “Thuyul”, “Balekna Dhuwitku”,
“Siluman Asu”, “Menungsa Tekek”, “Selingkuh Karo Lelembut”, “Yuyu Sawah”,
“Ula Siluman”, “Misteri Golek Kencana”, “Tikungan Maut”, “Gamelan
Nyalawadi”, “Arwah Gentayangan”, secara garis besar kesebelas cerita misteri
tersebut mempunyai latar sosial di kalangan masyarakat Jawa bercerita tentang
perjalanan spiritual tokoh dimana suasana horor di munculkan.
116
Ditunjukkan dengan kutipan:
a. “Thuyul”
Sakdurunge tekan papan sing dituju Lik Warigo ngelingake tuku ubarampe.
Wujude mung rokok Gudang Garam abang lan menyan sacuwil. Ora lali
ngamplop dhuwit sak cukupe minangka tindhih nggo mbah dukun.
(PS,-2010 No 2 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Sebelum sampai tempat yang dituju Lik Warigo mengingatkan beli syarat-
syaratnya. Bentuknya hanya rokok Gudang Garam merah dan sedikit
menyan. Tidak lupa mengasih uang secukupnya sebagai upah buat mbah
dukun.
Latar sosial yang ada di cerita misteri “Thuyul” berada di kalangan
masyarakat Jawa yang masih mengenal adanya dukun, dan thuyul.
b. “Balekna Dhuwitku”
Sadurunge layon diangkatake menyang pesareyan ana wara-wara saka
sesepuhing lingkungan, sing sapa duwe sangkutan utang-piutang karo
almarhumah supaya enggal dirampungake liwat kulawargane, murih
alusane Sriyanti anggone bali marang astaning Gusti bisa lestari tanpa
pepalang.
(PS,-2010 No 5 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman ada pengumuman dari
orang yang dituakan di lingkungan, siapa yang punya hubungan hutang-
pihutang dengan almarhumah supaya cepat diselesaikan melalui
keluarganya, supaya arwahnya Sriyanti kembali ke tangan Gusti bisa lancar
tanpa halangan.
Latar sosial yang ada di cerita misteri “ Balekna Dhuwitku” menceritakan
kehidupan keluarga menengah yang sedang mengalami cobaan, akhirnya Sriyanti
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
117
c. “Siluman Asu”
Gregah, aku tangi turu. Kemul kandel werna abang dakkrukebake ing awake
bojoke. Sawise njupuk sentolop, nganggo jaket kulit ireng lan weteng
dakubed-ubedi sarung, aku jumangkah mbukak lawang. Lawang omah nuli
dakkunci saka njaba.
(PS,-2010 No 9 hlm42)
Terjemahan kutipan:
Gregah, aku bangun tidur. Selimut tebal warna merah aku selimutkan di
badannya istriku. Setelah itu aku mengambil senter, memakai jaket kulit
hitam dan perut aku ikat-ikat pakai sarung, aku berjalan membukak pintu.
Pintu rumah lalu tak kunci dari luar.
Latar Sosial yang terjadi di cerita misteri “Siluman Asu” menceritakan
masyarakat Jawa yang masih kenatal dengan nuansa desa dan masih adanya rondha
malam atau menjaga kampung di malam hari.
d. “Menungsa Tekek”
“Lho, Pak Wisnu napa lagi ngertos yen regine tekek-tekek niku dinten niki
saweg ngetren, ngantos jutaan rupiah. Kinten-kinten tekek-tekeke Pak Wisnu
sing ketingalae nembe tangkar tumangkar wau yen disade kenging kangge
tumbas griya”.
(PS,-2010 No 10 hlm 26)
Terjemahan kutipan:
“Lho, Pak Wisnu apa baru tahu jika harganya tekek-tekek itu hari ini baru
ngetren, sampai jutaan rupiah. Kira-kira tekek-tekeknya Pak Wisnu jika
dijual bisa buat beli rumah”.
Latar sosial yang ada di cerita misteri “Menungsa Tekek” adalah kehidupan
sepasang suami istri yang baru beberapa bulan menikah dan mengontrak rumah,
ternyata Istri dari Wisnu yang bernama Indri adalah jelmaan manusia tekek.
e. “Selingkuh Karo Lelembut”
118
Mengko yen kepepet ora kuwat ngampet kejune ana sikil, dheweke ethok-
ethok pamit menyang toilet. Gek pengawase, ndilalah oleh Pak Godheg
wong Batak kang pancen kaloka yen kejem, mlarat rasa kamanungsane,
larang guyu eseme. Luput sithik wae, olehe ndukani kaya nyegotrah durjana
kang kapikut.
(PS,-2010 No 13 hlm 42).
Terjemahan kutipan:
Nanti jika terpaksa tidak kuat nyeri di kaki, dia pura-pura pamit ke toilet.
Jika pengawasnya pas dapat Pak Godheg orang Batak yang memang terkenal
jika kejam, miskin rsa kemanusiaannya, mahal senyumnya. Salah sedikit
saja marahnya seperti mengintrogasi penjahat yang tertangkap.
Latar sosial yang ada di cerita misteri “ Selingkuh Karo Lelembut” yaitu
kehidupan masyarakat Jawa yang menceritakan sepasang suami istri yang
mempunyai seorang anak perempuan, ketika ditinggal kerja oleh suaminya, si istri
selingkuh dengan lelembut.
f. “Yuyu Sawah”
Mulane awakmu yen kena tak elikake, dene ora kena ya ora apa-apa. Lan
uga manut critane mbah Kyai, kene iki mbiyen tilase kraton apa tilase
candhi ngono lho. Sebab tinemu bata kang gedhe-gedhe banget, kaya kang
ana ing pinggir sawahe dhewe iki,” kandhane kakange Pak Mardi kang
aran Pak Mukani.
(PS,-2010 No 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Makanya kamu jika bisa tak ingatkan, jika tidak bisa ya tidak apa-apa. Dan
juga menurut ceritanya mbah Kyai, disini dulu bekasnya keraton apa
bekasnya candi gitu lho. Sebab ditemukan batu yang besar-besar sekali,
seperti yang ada di pinggir sawah kita,” kata kakaknya Pak Mardi yang
bernama Pak Mukani.
Latar sosial yang terjadi di cerita misteri “yuyu sawah” menceritakan
kehidupan para petani yang baru menanam sawahnya dengan padi tetapi ada banyak
sekali yuyu atau kepiting yang memakan padi yang baru tumbuh
119
g. “Ula Siluman”
Sakjane mesakake. Kebo sing kulinane diengon, disabakake kon golek
pangan dhewe, saiki didhadhung neng njero kandhang. Mangan mung yen
didhepi pakan. Ngombe mung yen didhepi banyu, ditimbakake aku apa
mbakyuku.
(PS,-2010 No 29 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Sebenarnya kasihan. Kerbau yang biasanya dilepaskan, dibiarkan disuruh
makan sendiri, sekarang dikurung di dalam kandhang. Makan jika dikasih
makan. Minum hanya jika dikasih air, diambilkan oleh aku atau kakakku.
Latar sosial yang terjadi di cerita misteri “Ula Siluman” menceritakan
kehidupan seorang anak kecil yang berusia delapan tahun disuruh untuk mencari
rumput untuk makan binatang peliharaannya yaitu kerbau.
h. “Misteri Golek Kencana”
Esuk iku katon mobil telu sing isih anyar-anyar wiwit Avansa, Innova nganti
sing paling gres Fortuner diparkir ana pekarangan daleme kang edi peni.
Mobil-mobil mau lagi diserbeti dening pembantune.
(PS,-2010 No 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Pagi itu terlihat tiga mobil yang masih baru-baru dari Avanza, Innova
sampai yang paling terbaru Fortuner diparkir di halaman rumahnya yang
indah sekali. Mobil-mobil tadi dilap oleh pembantunya.
Latar sosial yang ada cerita misteri “Miseri Golek kencana” adalah
kehidupan seorang lelaki kaya yang memiliki sebuah benda yaitu boneka kencana
yang dapat menjdelma menjadi wanita cantik yang menjadi incaran para pencuri.
i. “Tikungan Maut”
Sawise omong-omongan sedhela, pawongan loro seje jenis kasebut terus
budhal tumuju menyang sawijining dhaerah kang mligi nyedhiyani papan
120
kanggo ulah salulut. Priya iku milih losmen Dewi Sri kang ora pati rame.
Nganti pirang-pirang dina kamar kang disewa priya nggangheng iku sepi.
(PS,-2010 No 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Setalah berbicara sebentar, kedua orang beda jenis tersebut lalu pergi menuju
ke suatu daerah yang khusus menyediakan tempat buat perbuatan asusila.
Lelaki tersebut memilih losmen Dewi Sri yang tidak begitu ramai. Sampai
beberapa hari kamar yang disewa laki-laki tampan itu sepi.
Latar sosial yang terjadi di cerita misteri “Tikungan Maut” menceritakan
kehidupan masyarakat Jawa yang kental akan suasana mistis di tikungan yang sering
memakan korban.
j. “Gamelan Nyalawadi”
Kanggo nambahi semangat ing pekuliahan supaya ora males utawa bosen
aku pancen melu kegiyatan liya, kayata pecinta alam lan seni beladhiri
wushu. Sak suwene melu nggabung kegiyatan-kegiyatan iku aku oleh tambah
kanca.
(PS,-2010 No 36 hlm 29).
Terjemahan kutipan:
Buat menambah semangat di perkuliahan supaya tidak malas atau bosen aku
memang ikut kegiatan lain, seperti pecinta alam dan seni beladiri wushu.
Selama ikut bergabung kegiatan-kegiatan itu aku dapat tambah teman.
Latar sosial yang terjadi di cerita misteri “ Gamelan Nyalawadi” menceritakan
sekumpulan mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan ekstra yang tiba-tiba di
kagetkan dengan suara gamelan yang berbunyi sendiri.
k. “Arwah Gentayangan”
“Nanging bahaya lho pak. Pegawai negeri teng Tuban niku ketok bujang
kathah cewek sing ngincer!”.
“Halah....ngincer aku sing diincer apane, wong bayaran wae ora tau wutuh
kok”.
(PS,-2010 No 40 hlm 29)
121
Terjemahan kutipan:
“Tetapi bahaya lho Pak. Pegawai negeri di Tuban itu kelihatan lajang banyak
wanita yang ingin!”
“Halah....pengin aku yang diinginin apanya, orang bayaran saja tidak pernah
utuh kok”.
Latar Sosial yang ada di dalam cerita misteri “Arwah Gentayangan”
menceritakan kehidupan seorang pegawau negeri sipil yang hidup jauh datri orang
tuanya dan memilih tinggal di dalam kantor bersama penjaga kantor.
Setelah dibahas dan diketahui berbagai macam latar mulai dari latar tempat,
latar waktu dan latar sosial dari cerita misteri di atas, kemudian akan dianalisis
mengenai tema cerita misteri Alaming Lelembut.
4.1.2 Tema Cerita
Tema adalah gagasan atau ide pikiran utama yang mendasari adanya sebuah
cerita dalam karya sastra, dimana sebuah tema merupakan titik tolak pengarang
dalam menyusun sebuah cerita.
Tema atau ide pokok cerita yang terdapat dalam cerita misteri Alaming
Lelembut pada majalah “Panjebar Semangat” tahun 2010 adalah sebagai berikut.
Dimana cerita misteri Alaming Lelembut menceritakan tentang kemanusiaan dalam
kehidupan sehari-hari, di mana kemanusiaan tersebut bersangkutan dengan tanggung
jawab, kepedulian, percintaan, perselingkuhan, dan usaha. Analisis tema akan
dijelaskan seperti di bawah ini
122
Dapat diketahui bahwa pada umumnya tema yang terdapat pada cerita misteri
Alaming Lelembut dalam Majalah Panjebar Semangat tahun 2010 adalah
menceritakan tentang kemanusiaan di sekeliling makhluk halus dalam kehidupan
sehari-hari. Tema dalam setiap cerita misteri juga dapat disimpulkan seperti di bawah
ini.
Tema dalam cerita misteri “Thuyul” menceritakan di mana dapat dilihat
bahwa uang warga yang sering hilang dengan tiba-tiba, lalu Wisnu dan Lik Warigo
pergi ke rumah Pak Slamet untuk meminta cara menangkap thuyul tersebut.
Wektune buka mung pendhak Maghrib mesisan saur kanggo dina candhake.
Yen dirasak-rasake pancen abot banget, mosok sedina sewengi memangan
lan ngombe mung pendhak Maghrib, iku wae tanpa lawuh babar blas.
Nanging gandheng ati karep tur pikiran ya wis manteb nawaitu dak lakoni.
(PS, No 2 hlm 30)
Waktunya berbuka hanya tiap Maghrib sekalian sahur buat hari berikutnya.
Jika dirasakan memang sangat berat masak sehari semalam makan dan
minum hanya tiap Maghrib, itu saja tanpa lauk sama sekali. Tetapi karena
hati ingin dan pikiran ya sudah mantap niat aku lakukan
Tema dalam cerita misteri “Balekna Dhuwitku” menceritakan tentang arwa
Sriyanti yang penasaran dan meminta uangnya kembali pada Tukiran.
Puluh digetuni Sriyanti wis ora bisa urip maneh. Wekasane ya mung kudu
dipupus lan prastawa kuwi kena kanggo kaca benggala, samubarang
prakara becike kudu dipikir kanthi wening, aja grusa-grusu wekasane
kesluru.
(PS, No 5 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Sesal disesali Sriyanti sudah tidak bisa hidup lagi. Akhirnya ya hanya harus
dihilangkan dan peristiwa itu bisa buat contoh, setiap masalah harus
dipikirkan dengan benar, jangan terburu-buru akhrinya keliru.
123
Tema dalam cerita misteri “Siluman Asu” menceritakan tentang adanya
siluman asu yang berkeliaran di kampung dan meresahkan warga.
“Kuwi jeneng ndakwa tanpa bukti sing kuwat lan seksi sing bener, Apa aku
thok sing bisa nyakot. Kewan sing dhuwe gadhil kaya aku iki akeh. Dadi ora
kena yen mung aku sing dadi sasaran. Apa dumeh aku iki siluman? Aku dadi
siluman iki pancen wis tinakdir kaya ngene. Aja banjur...”
(PS, No 9 hlm 44)
Terjemahan kutipan:
“Itu namanya menuduh tanpa bukti yang kuat dan saksi yang benar, Apa aku
saja yang bisa menggigit. Hewan yang mempunyai taring seperti aku itu
banyak. Jadi tidak benar jika hanya aku yang jadi sasaran. Apa mentang-
mentang aku ini siluman? Aku jadi siluman itu memang sudah takdir seperti
ini. Jangan terus.....
Tema dalam cerita misteri “Menungsa Tekek” menceritakan tentang seorang
yang ditakdirkan menjadi manusia tekek yaitu Indri.
“Nyuwun sewu ya mas Wisnu sing banget dak tresnane, aku sejatine kinodrat
dadi menungsa tekek. Dulur-dulurku uga padha dadi menungsa tekek. Aku lan
dulur-dulurku sing kabeh putri kang kinodrat dadi menungsa tekek iki amerga
saka tumindake suwargi ibuku biyen.
(PS, No 10 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
“Mohon maaf ya Mas Wisnu yang sangat aku sayangi, aku sebenarnya
ditakdirkan jadi manusia tekek. Saudara-saudaraku juga jadi manusia tekek.
Aku dan saudara-saudaraku yang putri ditakdirkan jadi manusia tekek ini
karena dari kelakuan almarhumah ibuku dulu.
Tema dalam cerita misteri “Selingkuh Karo Lelembut” menceritakan tentang
perselingkuhan antara Srikandhi dan makhluk halus.
Kyai Ngalim banjur crita, yen yektine Srikandhi wus suwe nyulam benang
katresnan karo lelembut. Srikandhi luwih grengseng sambung raga karo
lelembut mau katimbang karo Susila.
(PS, No 14 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
124
Kyai Ngalim lalu cerita, jika sejatinya Srikandhi sudah lama berhubungan
dengan lelembut. Srikandhi lebih senang berhubungan badan dengan
lelembut tadi daripada dengan Susila.
Tema dalam cerita misteri “Yuyu Sawah” menceritakan tentang yuyu yang
sering muncul di sawah Pak Mardi, walaupun sudah dibunuh yuyu tersebut bisa
hidup lagi.
Dhasar atine Pak Mardi wis kadhung panas, dheweke njawab, “Alah kang,
aku ora percaya karo barang sing wingit-wingit ngono kuwi. Lha wong
mandhak yuyu ama tanduran wae kok mbok belani ta kang. Yen ana apa-
apane tak tanggungane dhewe, ora-ora yen awakmu tak katut-katutake,”
kandhane Pak Mardi ora ngepenaki.
(PS, No 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Dasar hatinya Pak Mardi sudah terlanjur panas, dirinya menjawab, “Halah
mas, aku tidak percaya dengan barang yang angker-angker kaya itu. Lha
kepiting hama tanaman kaya gini aja kamu belain to mas. Jika ada apa-apa
tak tanggung sendiri, tidak-tidak jika kamu aku ikut-ikutkan,” kata Pak
Mardi tidak mengenakkan.
Tema dalam cerita misteri “Ula Siluman” menceritakan seorang anak yang
mencari rumput sampai ke seberang sungai untuk diberikan ke kerbaunya tetapi
bertemu dengan ular yang sedang kawin.
“Nanging elinga, kebomu neng ngomah owang-oweng keluwen merga ora
kok pakani. Lan bapakmu mesthi nesu karo kowe, mung kon nggolekake
pakan kebo siji wae ora jegos. Apa kowe ora mesakake, kebomu sasore wis
ora mangan, arep ditambah sewengi ora mangan maneh? Sawengi kebomu
bakal glodhagan.
(PS, No 29 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
“Tetapi ingat lah, kerbaumu di rumah kelaparan karena tidak kamu kasih
makan. Dan bapakmu pasti marah sama kamu, hanya disuruh mencari
makanan kerbau satu saja tidak bisa. Apa kamu tidak kasihan, kerbaumu
sejak sore sudah tidak makan, apa mau ditambah semalam tidak makan lagi?
Semalam kerbaumu pasti berisik.
125
Tema dalam cerita misteri “Misteri Golek Kencana” menceritakan tentang
Pancadrajat yang ingin mengambil boneka kencana milik Pak Suhernala dengan cara
kasar (mencuri).
“Wah...aku jan kesengsem karo golekan kencana carik srimpi
Ngayogyakarta Hadiningrat kagungane Pak Suhernala,” kandhane
Pancadrajat, kolektor barang-barang antik marang Priyamantingan sing
sengaja ditekakake menyang omahe.
(PS, No 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“Wah..aku benar-benar tertarik dengan boneka kencana carik serimpi
Ngayogyakarta Hadiningrat punyanya Pak Suhernala,” kata Pancadrajat,
kolektor barang-barang antik ke Priyamantingan yang sengaja didatangkan
ke rumahnya.
Tema dalam cerita misteri “Tikungan Maut” menceritakan tentang tikungan
angker yang sering memakan korban.
Supangat ora ngerti saka ngendi asale priya apes iku. Sing mesthi dheweke
genah ngerti yen tikungan iku kebak misteri. Nanging ing njero utege priya
iku anane mung seneng, merga oleh kanca kencan kang ayu rupane. Kejaba
ayu rupane, tindak tanduke wanita misterius iku uga nggodha ati lanang.
(PS, No 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Supangat tidak tahu dari mana asalnya lelaki sial itu. Yang pasti dirinya
benar-benar tahu jika tikungan itu penuh misteri. Tetapi di dalam pikiran
lelaki tersebut adanya hanya senang, karena dapat teman kencan cantik
wajahnya. Selain cantik wajahnya, kelakuan wanita misterius itu juga
menggoda hati lelaki.
Tema dalam cerita misteri “Gamelan Nyalawadi” menceritakan tentang
sekumpulan anak kuliah yang sedang latihan wushu tiba-tiba dikagetkan dengan
suara gamelan yang berbunyi sendiri.
126
Kanggo nambahi semangat ing perkuliahan supaya ora males utawa bosen
aku pancen melu kegiyatan liya, kayata pecinta alam lan seni beladhiri
wushu. Sak suwene melu nggabung kegiyatan-kegiyatan iku aku oleh tambah
kanca.
(PS, No 36 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Buat menambah semangat di perkuliahan agar tidak malas atau bosan aku
memang ikut kegiatan lain, seperti pecinta alam dan seni beladiri wushu.
Selama ikut bergabung kegiatan-kegiatan itu aku dapat tambah teman.
Serta cerita misteri “Arwah Gentayangan” menceritakan tentang seorang
wanita cina yang sudah lama mati datang dan mengganggu laki-laki yang berada di
kantor.
Weruh sikape Lany sing pasrah, aku tambah luwih wani maneh ngelus
pipine, nyethot irunge, lambene, janggute, terus tanganku saba ngendi-
ngendi. Pokoke bengi iku aku kelakon pepasihan karo Lany, tak sayang
pipine bathuke.
(PS, No 40 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Melihat sikapnya Lany yang pasrah, aku jadi lebih berani lagi memegang
pipinya, menarik hidungnya, janggutnya, terus tanganku sampai kemana-
mana. Malam itu aku berbuat kasih-kasihan dengan Lany, tak sayang
pipinya dan kepalanya.
Setelah dibahas dan diketahui tema atau ide pokok dari cerita misteri di atas,
kemudian akan dianalisis mengenai struktur cerita misteri yang berupa sarana cerita
yang meliputi adanya sudut pandang, dan gaya bahasa yang ada dalam cerita misteri.
4.1.3 Sarana Cerita
Sarana cerita dalam penelitian ini meliputi dua unsur yaitu sudut pandang dan
gaya bahasa yang akan dibahas seperti di bawah ini.
127
4.1.3.1 Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara yang digunakan pengaranguntuk
menyampaikan atau menyajikan tokoh yang tergambar dimana pengarang
menyampaikan makna karya artistiknya agar selalu berhubungan dengan
pembacanya. Dalam cerita misteri alaming lelembut yang termuat dalam kumpulan
majalah “Panjebar Semangat” pada tahun 2010 ini menggunakan sudut pandang
campuran, dimana para pengarang menggunakan kata ganti orang pertama “aku” dan
menggunakan kata ganti orang ketiga “dia”, atau menyebut nama orang lain dalam
cerita. Kutipan analisis sudut pandang yang digunakan oleh pengarang akan
ditunjukkan sebagai berikut.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sudut pandang yang digunakan
dalam sebelas cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa Panjebar
Semangat pada tahun 2010 adalah menggunakan sudut pandang campuran.
Penampilan tokoh yang disajikan oleh para pengarang menggunakan nama tokoh
Jawa yang tentunya sudah diselaraskan dengan keadaan jaman sehingga terdengar
dan berkesan sangat baik.
a. “Thuyul”
“Anu Pak Slamet, kula badhe nyuwun tulung. Kampung kula samangke
nembe nemahi musibah. Critane mekaten...” Kanthi gamblang trawaca Lik
Wariga nyritakake kahanan kang lagi nempuh ana kampungku”
(PS, no. 2 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
128
Begini Pak Slamet, saya ingin meminta tolong. Kampung saya sekarang
sedang mengalami musibah. Ceritanya begini...” Dengan jelas Lik Wariga
menceritakan keadaan yang sedang dialami di kampunku”.
Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “kula” dan kata ganti orang
ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Pak Slamet, Lik Wariga, Mbok Wasinah, Bagyo.
b. “Balekna Dhuwitku”
Nanging sedina sawise layon disarekake, ana tanggane Jarwa sing jenenge
Pak Tukiran, teka ngomah, lan ngaku menawa motangake dhuwit
limangatus ewu menyang almarhumah.
(PS, no 5 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Tetapi sehari setelah jasad dimakamkam ada tetangganya Jarwa yang
namanya Pak Tukiran, datang kerumah, dan mengaku jika meminjamkan
uang ke almarhumah.
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Pak Tukiran, Jarwa,
Sriyanti, Pardi.
c. “Siluman Asu”
Awakku sing gumletak anteng ing Tegal Gunung ditemu dening Pak Hardi
nalika dheweke arep menyang sawahe lan ngliwati gumuk mau.
(PS, no 9 hlm 44)
Terjemahan kutipan:
Badanku yang terkapar diam di Tegal Gumuk ditemukan oleh Pak Hardi
ketika beliau mau ke sawahnya yang melewati gumuk tadi.
Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan tokoh “aku” dan kata ganti
orang ketiga ditunjukkan dengan “Yanto Gering, Jono, Pak Hardi.
d. “Menungsa Tekek”
129
Wis wolung wulan iki Wahyu lan si Indri sisihane manggon ana omah
kontrakan....
(PS, no 10 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Sudah delapan bulan ini Wahyu dan Indri istrinya tinggal di rumah
kontrakan.
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Wahyu, Indri, Pak
Wangsa, Mbok Iyem, Pak Kabul.
e. “Selingkuh Karo Lelembut”
Bebrayan antarane Susila lan Srikandhi atut-runtut. Malah anake wedok
kang tinegeran jeneng Puput, wis umur wolung taun.
(PS, no13 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Kehidupan antara Susila dan Srikandhi rukun. Malah anaknya yang
perempuan yang diberi nama Puput sudah umur delapan bulan.
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Susila, Srikandhi, Puput,
Pak Godheg, Pak Digda, Pak Dhadhang, Pak Kyai Ngalim.
f. “Yuyu Sawah”
Sebab tinemu bata kang gedhe-gedhe banget, kaya kang ana ing pinggir
sawahe dhewe iki,”kandhane kakange Pak Mardi kan aran Pak Mukani.
(PS, no 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Sebab ditemukan batu bata yang besar-besar sekali, seperti yang ada di
pinggir sawah kita ini,” kata kakanya Pak Mardi yang bernama Pak Mukani.
Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “aku” dan kata ganti orang
ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Pak Mardi, Pak Mukani, Mbah Kyai.
g. “Ula Siluman”
130
Aku wiwit ngedunake kranjang. Nanging nalika arite wis arep wiwit
takbabatake, dumadakan aku weruh ing sisih kana, rada munggah maneh,
katon suket-suket sing luwih ketel lan ijo-io.
(PS, no 29 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
Aku mulai menurunkan keranjang. Tetapi ketika sabitnya mau memulai
membabat, tiba-tiba aku melihatdi sebelah sana, agak naik lagi, kelihatan
rumpu-rumput yang lebih banyak dan hijau-hijau.
Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “aku” (Dalam Cerita Misteri
Ula Siluman hanya tokoh “aku” yang berperan).
h. “Misteri Golek Kencana”
“Wah...aku jan kesengsem karo golekan kencana carik srimpi
Ngayogyakarta Hadingrat kagungane Pak Suhernala,”kandhane Panca
drajt,, kolektor barang-barang antik marang Priyamantingan sing sengaja
ditekakake menyang omahe.
(PS, no 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
“Wah...aku benar-benar tertarik dengan boneka kencana carik srimpi
Ngayogyakarta Hadiningrat punyaknya Pak Suhernala,” kata Pancadrajat,
kolektor benda-benda antik kepada Priyamantingan yang sengaja
didatangkan ke rumahnya.
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Pak Suhernala,
Pancadrajat, Priyamantingan, Sastragandhul.
i. “Tikungan Maut”
Swara iku asale saka daleme Pak Kyai Muhammad Amru. Piyayi kondhang
ing lingkungane Supangat.
(PS, no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
Suara itu asalnya dari rumahnya Pak Kyai Muhammad Amru. Lelaki
terkenal di lingkungannya Supangat.
131
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Supangat, Pak Kyai
Muhammad Amru, Pak Suraji.
j. “Gamelan Nyalawadi”
Sing ana ing kono mung kari aku karo kancaku cah lima: Yessy, Ratih,
David, Wingga lan Erik.
(PS, no 36 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
Yang ada di situ hanya tinggal aku dan temanku lima orang: Yessy, Ratih,
David, Wingga dan Erick.
Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “aku” dan kata ganti orang
ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Vita, Cindy, Yessy, Ratih, David, Wingga, dan
Erik.
k. “Arwah Gentayangan”
Nek aku manggon kantor ngono iku sing seneng Muis penjaga malam ana
kancane jaga bengi.
(PS, no 40 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
Kalau aku tinggal di kantor itu yang senang Muis penjaga malam ada
temannya yang berjaga malam.
Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “aku” dan kata ganti orang
ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Muis, Kho Jiu Lan (Lany).
4.1.3.2 Gaya Bahasa Cerita
Suatu bahasa yang digunakan oleh pengarang terhadapa tokoh untuk saling
berdialog. Gaya bahasa yang digunakan dalam 11 cerita misteri Alaming Lelembut
yang termuat dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” pada tahun 2010,
bermacam-macam. Pengarang dalam bercerita di dalam cerita misteri ada yang
132
menggunakan bahasa Jawa ngoko, krama, dan juga ada yang menggunakan bahasa
Indonesia, ada yang bermakna sebenarnya dan ada juga yang bermakna tidak
sebenarnya.
Kutipan-kutipan cerita misteri yang dapat menunjukkan hasil analisis akan
ditunjukkan seperti di bawah ini.
1. Berikut ini adalah cerita misteri yang menggunakan bahasa Jawa ngoko yang
bermakna denotatif, cerita misteri di bawah ini juga ada yang bermakna konotatif
tidak sebenarnya. Hal itu dapat ditunjukkan dalam cerita misteri di bawah ini.
a. Cerita Misteri “Thuyul”
“Ora mungkin,...! Dhuwit tak simpen ana dhompetku, kamangka dhompet
kuwi ora nate ucul saka clana sing dak enggo. Dadi ora mungkin bisa njupuk
tanpa sak pangertenku.
(PS, No 2 hlm 29 )
Terjemahan kutipan:
(“Tidak mungkin,...! Uang saya simpan di dompet, padahal dompet itu tidak
pernah lepas dari celana yang tak pakai. Jadi tidak mungkin bisa mengambil
tanpa sepengetahuanku).
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna
tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “ora
mungkin”, dan “ora nate ucul”. Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita misteri
“Thuyul” kata-kata yang digunakan pengarang adalah dominan bermakna
sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga makna kata yang tidak
sebenarnya atau bermakna konotatif.
b. Cerita Misteri “Balekna Dhuwitku”
133
Sejatine atine Jarwa uga ora percaya menawa Sriyanti nganti utang dhuwit
menyang Tukiran. Yen dipikir kaya ora tinemu akal. Nanging Jarwa ya ora
nlesih kepiye-piye,.
(PS, No 5 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
(Sesungguhnya hatinya Jarwa juga tidak percaya bila Sriyanti sampai hutang
uang ke Tukiran. Jika dipikir seperti tidak masuk akal. Tetapi Jarwa tidak
mencari info kemana-mana).
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna
tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya ora
tinemu akal” yang mempunyai arti seperti tidak masuk akal. Dapat disimpulkan
bahwa dalam cerita misteri “Balekna Dhuwitku” kata-kata yang digunakan pengarang
adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga
makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang menyerupai,
dengan ditunjukkan dengan kata “kaya ora tinemu akal”.
c. Cerita Misteri “Siluman Asu”
“Yen manut panemuku genah kuwi asu tenan, dudu asu siluman kaya sing
diarani wong akeh,”
(PS, No 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
(“Jika menurut pendapatku itu memang benar anjing, bukan siluman anjing
seperti yang disebutkan orang banyak).
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna
tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya
sing diarani” yang mempunyai arti seperti yang disebutkan. Dapat disimpulkan
bahwa dalam cerita misteri “Siluman Asu” kata-kata yang digunakan pengarang
adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga
134
makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang menyerupai,
dengan ditunjukkan dengan kata “kaya sing diarani”.
d. Cerita Misteri “Yuyu Sawah”
Sakwise ngeterake adhine menyang Puskesmas bengine Pak Mukani ora bisa
turu. Lan ing antarane sadhar lan ora sadhar, dheweke kaya wong lagi
ngimpi.
(PS, No 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(Setelah mengantarkan adiknya ke Puskesmas malamnya Pak Mukani tidak
bisa tidur. Dan diantara sadar dan tidak sadar, dirinya seperti orang sedang
mimpi).
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna
tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya
wong lagi ngimpi” yang mempunyai arti seperti orang yang sedang mimpi. Dapat
disimpulkan bahwa dalam cerita misteri “Yuyu Sawah” kata-kata yang digunakan
pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi
ada juga makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang
menyerupai, dengan ditunjukkan dengan kata “kaya wong lagi ngimpi”.
e. Cerita Misteri “Ula Siluman”
Katon ing ngisor mripat luhe dleweran kaya bubar nangis. Atiku kaya
didhodhog.
(PS, No 29 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
(Terlihat di bawah mata air matanya bercucuran seprti habis menangis. Hatiku
seperti diketuk).
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna
tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya
135
didhodhog” yang mempunyai arti seperti diketuk. Dapat disimpulkan bahwa dalam
cerita misteri “Ula Siluman” kata-kata yang digunakan pengarang adalah dominan
bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga makna kata yang
tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang menyerupai, dengan ditunjukkan
dengan kata “kaya didhodhog”.
f. Cerita Misteri “Gamelan Nyalawadi”
Byarr... Kaya ngapa kagetku karo David bareng dumadakan lampu ruwangan
iku urip dhewe.
(PS, No 36 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(Byarr... Seperti apa kagetku dengan David saat tiba-tiba lampu ruangan itu
menyala sendiri).
Nganti seprene aku isih kelingan kedadeyan iku lan kaya-kaya ora bakal
ilang saka pangeling-eling.
(PS, No 36 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(Sampai sekarang aku masih teringat kejadian itu dan seperti tidak akan hilang
dari ingatan).
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna
tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya
ngapa kagetku” yang mempunyai arti seperti apa kagetku, dan kata “kaya-kaya ora
bakal” yang mempunyai arti seperti tidak akan. Dapat disimpulkan bahwa dalam
cerita misteri “Gamelan Nyalawadi” kata-kata yang digunakan pengarang adalah
dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga makna
kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang menyerupai, dengan
ditunjukkan dengan kata “kaya ngapa kagetku” dan “kaya-kaya ora bakal”.
136
2. Berikut ini adalah cerita misteri menggunakan bahasa Jawa krama dan Jawa
Ngoko, yang mendominasi bahasa dalam cerita misteri ini adalah bahasa Jawa
ngoko, dan juga kata-katanya dominan bermakna sebenarnya atau denotatif.
a. Cerita Misteri “Manungsa Tekek”
“Nuwun sewu nggih Pak Wisnu, pun pinten-pinten ndinten niki daleme Pak
Wisnu yen dalu rame kalih suwantene tekek. Batos kula kalih ibune lare-
lare, wah Pak Wisnu calone dadi wong sugih mblegedhu,”.
(PS, No 10 hal 29)
Terjemahan kutipan:
(“Mohon maaf ya Pak Wisnu, sudah beberapa hari ini rumahnya Pak Wisnu
jika malam ramai dengan suara tekek. Batin saya sama ibunya anak-anak,
wah Pak Wisnu calon jadi orang kaya mendadak).
“Dospundi Pak Wisnu, bab tekek, napa nyonyahe tetep puguh tekek-tekeke
sing rupi-rupine tambah ndadi napa tetep mboten angsal disade?
(PS, No 10 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
(“Bagaimana Pak Wisnu, masalah tekek, apa istrinya tetap bersikeras tekek-
tekenya yang warna-warnanya semakin menjadi apa tetap tidak boleh
dijual?).
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pengarang
dalam cerita misteri ini mengunakan bahasa Jawa ngoko dan Krama. Kata-kata dalam
cerita misteri ini dominan bermakna denotatif.
b. Cerita Misteri “Selingkuh Karo Lelembut”
“Wis kondur ta mas Sus,...ngunjuk kopi apa teh...? pitakone Sri, karo
gloyoran tangi turu.
(PS, No 13 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
137
(“Sudah pulang ta mas Sus....minum kopi atau teh..? tanya Sri, sambil
sempoyongan bangun tidur).
“Ya Allah, Pak Dhadhang...wonten menapa pak dalu-dalu??”
“Nyuwun pangapunten mas Sus. Penjenengan dalu menika dipun suwun
dhateng pabrik”.
(PS, No, 14 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(“Ya Allah, Pak Dhadhang...ada apa pak malam-malam??”
(“Mohon Maaf mas Sus. Anda malam ini disuruh ke pabrik”).
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang
digunakan dalam cerita misteri ini menggunakan bahasa Jawa Krama dan ngoko.
Kata-katanya bermakna sebenarnya atau bermakna denotasi, sehingga mudah
dipahami pembacanya.
c. Cerita Misteri “Misteri Golek Kencana”
“Kajeng kula barang antik arupi golek kencana wau sampeyan colongne
kula mboten ngertos cara sampeyan mendhet barang wau. Bakune ana
barang ya ana dhuwit. Pun ngertos ta maksud kula?”
(PS, No 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(“Kayu saya barang antik berupa boneka kencana tadi anda curikan saya
tidak tahu cara anda mengambil barang tadi. Intinya ada barang ya ada uang.
Sudah tahu kan maksud saya?”).
“Nggih pun kula mathuk anggere ndika saget nyentosani nasib kulawarga
kula sing sakniki saweg paceklik,” Priyamantingan sumaur manteb karo
nglirik sakkeplasan amrang pawongan kang menehi order.
(PS, No 32 hlm 29)
Terjemahan kutipan:
(“Ya sudah saya menggangguk asalkan anda bisa menjamin nasib keluarga
saya yang sekarang sedang paceklik,” Priyamantingan menjawab mantap
dengan melirik sebentar ke orang yang memberi order).
138
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang
digunakan dalam cerita misteri ini menggunakan bahasa Jawa Krama dan ngoko.
Kata-katanya bermakna sebenarnya atau bermakna denotasi, sehingga mudah
dipahami pembacanya.
d. Cerita Misteri “Tikungan Maut”
“Mireng wicantenipun Pak Kyai kaliyan bapak-bapak ingkang rawuh mriki,
kadose nembe wonten kedadosan,”kandhane Supangat bukak omongan.
(PS, No 33 hlm 43).
Terjemahan kutipan:
“Mendengar pembicaraan Pak Kyai dengan bapak-bapak yang datang disini,
kayaknya sedang ada kejadian, “ kata Supangat membuka pembicaraan).
“Supados kurban mboten tansaya kathah, kados pundi prayogine, Pak
Kyai?”
(PS, No, 33 hlm 43)
Terjemahan kutipan:
(“Supaya korban tidak semakin banyak, bagaimana sebaiknya, Pak Kyai?”).
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang
digunakan dalam cerita misteri ini menggunakan bahasa Jawa Krama dan ngoko.
Kata-katanya bermakna sebenarnya atau bermakna denotasi, sehingga mudah
dipahami pembacanya.
3. Berikut ini adalah cerita misteri yang menggunakan bahasa Jawa Krama dan
bahasa Jawa ngoko dan juga bercampur dengan bahasa Indonesia, yang
mendominasi bahasa dalam cerita misteri ini adalah bahasa Jawa ngoko. Kata-kata
yang digunakan dominan bermakna denotatif.
139
a. Cerita Misteri “Arwah Gentayangan”
“Mau ketemu siapa Mbak?”
“Badhe ningali pengumuman pasar kerja.”
“Ada Mbak tapi kerja di luar negeri.”
(PS, No 40 hal 29)
Terjemahan kutipan:
(“Mau bertemu siapa Mbak?”
“Mau melihat pengumuman pasar kerja.”
“Ada Mbak tapi kerja di luar negeri.”).
“Coba mbak duduk sini, saya ingin tahu mungkin Mbak punya masalah.”
(PS, No 40 hal 30)
Terjemahan kutipan:
(“Coba mbak duduk sini, saya ingin tahu mungkin Mbak punya masalah”).
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang
digunakan dalam cerita misteri ini menggunakan bahasa Jawa krama dan ngoko, dan
juga bercampur dengan bahasa Indonesia.
140
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan permasalahan kesebelas cerita misteri Alaming
Lelembut yang terdapat dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” pada tahun 2010
dapat disimpulkan bahwa secara garis besar tokoh pada cerita terdapat tokoh
protagonis yaitu pantang menyerah, baik hati, pekerja keras, tidak ingin membuat
orang sakit hati, memberi nasihat merasa kasihan terhadap orang lain, suka menolong
berbakti, tidak mudah percaya, pemaaf, peduli terhadap orang lain, penasaran, suka
berikhtiar, dan ada juga tokoh antagonis yaitu pemarah, menuduh, tidak mau bekerja
keras, cepat putus asa, pembohong, pencuri, kejam, suka menyakiti binatang, suka
menyuruh, selingkuh, egois, sesuka hatinya, dan mengambil secara paksa. Alur yang
terdapat pada kesebelas cerita misteri alaming lelembut terdapat alut lurus dan alus
campuran.
Secara garis besar latar tempat yang ada, terdapat pada tempat-tempat yang
sepi, banyak tempat yang angker, tempat di mana orang saling bertemu, latar waktu
yang terdapat pada kesebelas cerita misteri alaming lelembut terjadi sekitar tahun
2010, karena menggunakan bahasa dan kejadian yang sedang terjadi, latar sosial yang
140
141
disajikan dengan adanya bahasa dan lingkungan, serta menggunakan tokoh
masyarakat Jawa.
Secara garis besar tema dalam kesebelas cerita misteri alaming lelembut
adalah mengenai tema kemanusian yang berhubungan dengan misteri (gaib) di mana
dalam tema tersebut terdapat sisipan amanat-amanat yang harus dilakukan antara lain,
jangan menyerah, saling menghormati, saling menolong, tidak mudah putus asa dan
saling memaafkan.
Sudut Pandang yang digunakan pengarang adalah menggunakan sudut
pandang campuran, di mana pengarang menggunakan kata ganti orang pertama “aku”
dan menggunakan kata ganti orang ketiga “dia” atau menyebut nama orang lain.
Gaya bahasa yang terdapat dalam cerita misteri tersebut adalah menggunakan bahasa
Jawa ngoko, bahasa Jawa Krama, bahasa Indonesia dan juga terdapat kata-kata yang
bermakna denotatif dan juga konotatif.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka saran yang dapat penulis
sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai panduan di dalam
memahami cerita misteri.
142
2. Kesebelas cerita misteri yang telah diteliti tersebut diharapkan dapat menjadi
acuan dalam pengembangan terori struktural yang meliputi fakta cerita, tema,
dan sarana cerita terdapat penelitian karya sastra Jawa lainnya.
3. Agar Struktur dalam cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Panjebar
Semangat untuk dipertimbangkan sebagai alternatif bahan ajar di dalam dunia
pendidikan, juga diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih luas
143
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Agesindo.
Baribin, Raminah, 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress.
Hartoko, Dick. 1922. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hutomo, Saripan Sadi. 1973. Telaah Kesusastraan Jawa Modern I. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Depdikbud.
Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha.
Keraf, Gorys, 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Laelasari, Nurlailah. 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1985. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
_____________________.1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan
Penerapannya. Yogyakarta: Gramedia
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sayuti, Sumito, A. 1996. Apresiasi Prosa Fiksi. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Suharianto, S. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.
Supriyanto, Teguh. 1994. Gaya Bahasa Novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari
(Tesis) S2. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
143
144
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Taum, Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Flores: Nusa Indah.
Teeuw, A. 1984. Sasta dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra Jakarta: Gramedia.
________. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Wellek, Rene dan Austi Warren. 1995. Teori Kesusatraan di Indonesiakan oleh
Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
145
LAMPIRAN 1.
Tabel Tokoh dan Penokohan
Cerita Misteri
Tokoh Protagonis Antagonis
Thuyul
Wisnu
Lik Warigo
Blantik
Panut
Bagyo
Pak Slamet
Pak
Pancawirya
Pantang
menyerah
Memberi
nasihat
kepada
orang lain
Baik hati
Pemarah
Menuduh
146
Jarwa
Sriyati
Tukiran
Tidak mau
bekerja
keras
Menuduh
147
Balekna
Dhuwitku
Pardi
Kyai Saleh
Tidak
ingin
membuat
orang sakit
hati
Cepat putus
asa
Pembohong
148
Yanto
Gering
Jono
Suka
menolong
Jujur
Tidak
mudah
percaya
149
Siluman Asu
Wahyu
Indri
Pak Wangsa
Pemaaf
150
Menungsa
Tekek
Pak Kabul
Pembohong
Pencuri
151
Mbok Iyem
Susila
Srikandhi
Berbakti
Pencuri
152
Selingkuh
Karo
Lelembut
Pak Godheg
Pak
Dhadhang
Pekerja
keras
Selingkuh
153
Pak Kyai
Ngalim
Pak Mardi
Pak Mukani
Baik hati
Memberi
nasihat
Kejam
154
Yuyu Sawah
Mbah Kyai
Aku
Priyaman
Peduli
terhadap
orang lain
Suka
memberi
nasihat
Pekerja
keras
Suka
menyakiti
binatang
155
Ula Siluman
tingan
Sastragan
dhul
Suhernala
Pancadrajad
Mengambil
secara
paksa
Pencuri
156
Misteri Golek
Kencana
Supangat
Kyai
Muhammad
Amru
Suka
berikhtiar
Pekerja
keras
Memaksa
157
Tikungan
Maut
Pak Suraji
Aku
Baik hati
Penasaran
Suka
menyuruh
158
Gamelan
Nyalawadi
David
Aku
Muis
Pekerja
keras
Egois
159
Arwah
Gentayangan
Kho Jiu Lan
(Lany)
Baik Hati
Sesukanya
LAMPIRAN 2
Tabel Alur
Cerita Misteri
Alur
Lurus Campuran
Thuyul
Balekna Dhuwitku
Siluman Asu
Menungsa Tekek
Selingkuh Karo Lelembut
Yuyu Sawah
V
V
V
V
V
V
160
Ula Siluman
Misteri Golek Kencana
Tikungan Maut
Gamelan Nyalawadi
Arwah Gentayangan
V
V
V
V
V
LAMPIRAN 3
Tabel Latar Tempat
Cerita Misteri Kutipan Latar Tempat
Thuyul
Lha kepiye olehe ora jibeg, gaweyanku minangka tukang
ojeg ana pasar Wonosari asile ora mingsra. Dhuwit
rongatus ewu kuwi kanggoku wis setengah mati olehku
nggolek. (PS, no 2 hal 29)
(Lha bagaimana tidak pusing, pekerjaanku sebagai tukang
ojeg di Pasar Wonosari hasilnya tidak seberapa. Uang dua
ratus ribu itu buatku sudah setengah mati aku mencarinya).
Aku kluntrung-kluntrung menyang warung angktingane
Panut. Sebab yen aku ora nyisih, bisa kelakon padudon
karo bojoku. (PS, no 2 hal 29)
(Aku kesana-kemari ke warungnya Panut. Jika aku tidak
pergi, bisa-bisa bertengkar sama istriku).
Sidane esuk kuwi uga Pak Panca ditambakake menyang
rumah sakit. Tangga teparo kang ora ngerti dhodhok
selehing perkara nduga yen Pak Panca lara merga pokale
saingan bisnise. (PS, no 2 hal 43)
(Akhirnya pagi itu juga Pak Panca diberobatkan ke rumah
sakit. Tetangganya yang tidak tahu mengenai masalah yang
161
Balekna Dhuwitku
Siluman Asu
sebenarnya menduga jika Pak Panca sakit karena ulah
saingan bisnisnya).
Kenthong titir mecah swasananing esuk. Ora suwe papan
kono wis kebak uwong. (PS, no 5 hal 42)
(Tabuh kentongan memecah suasanya pagi. Tidak lama
tempat tadi sudah penuh dengan orang).
Pardi tukang bakso surungan, nalika wayah bengi mubeng
kampung ngiderake baksone, diundang wong wadon ana
pinggir dalan. (PS, no 5 hal 43)
(Pardi tukang bakso dorongan, ketika waktu malam
keliling kampung menawarkan baksonya, dipanggil wanita
yang berada di pinggir jalan).
Pambengoke Tukiran keprungu bojone sing turu ana
senthong seje, diparani lan disawang Tukiran semaput ana
ngarep amben. Bojone kontrang-kantring niba tangi,
ngundangi anak-anake lan tangga cedhake. (PS, no 5 hal
44)
(Teriakan Tukiran kedengaran istrinya yang tidur di kamar
sebelah, di datengi dan di lihat Tukiran pingsan di depan
tempat tidur. Istrinya kesana-kemari memanggil anak-
anaknya dan tetangga dekatnya).
Desaku sing maune ayem tentrem ndadak dadi umyeg
merga anane warta sing nyebutake menawa wilayah RT 21
akhir-akhir iki disatroni siluman asu. (PS, no 9 hal 42)
(Desaku yang tadinya aman tentram tiba-tiba jadi kisruh
karena ada berita yang menybutkan jika wilayah RT 21
akhir-akhir ini didatangi siluman anjing,)
Tekan gardhu rondha, Jono lagi lungguh dhewekan karo
klepas-klepus ngrokok kretek wis meh entek sak eler. (PS,
No 9 hal 42)
Sampai pos jaga Jono sedang duduk sendirian dengan
kebul-kebul merokok kretek sudah mau habis satu batang).
Aku banjur mlaku ngetan ninggal pos jaga. Lampu-lampu
neon saka teras omah aweh pepadhangan dalan sing
162
Menungsa Tekek
Selingkuh Karo
Lelembut
dakliwati. (PS, No 9 hal 43)
(Aku lalu jalan ke timur meninggalkan pos jaga. Lampu-
lampu neon dari teras rumahnya warga memberi
penerangan jalan yang aku lewati).
Aku lan Jono bareng-bareng nggoleki asu kanthi ngurut
gang emprit. Diarani gang emprit amarga gange cilik. (PS,
No 9 hal 43
(Aku dan Jono sama-sama mencari anjing melewati gang
emprit. Disebut gang emprit karena gangnya kecil).
..manggon ana omah kontrakan sing adoh saka daleme
budhene Indri kang gedhe magrong-magrong lan mapan
ing satengahing kutha. (PS, no 10 hal 29)
(...bertempat di rumah kontrakan yang jauh dari rumah
tantenya Indri yang besar sekali dan berada di tengah-
tengah kota).
Wisnu sing lagi leyeh-leyeh ing sofa sinambi nyawang
tayangan tinju ing teve, dumadakan kaget krungu panjerite
Indri saka kamar mandhi. (PS, no 10 hal 30)
(Wisnu yang baru duduk-duduk di sofa sambil melihat
tayangan tinju di TV, tiba-tiba kaget mendengar teriakan
Indri dari kamar mandi).
Sakala Wahyu girap-girap terus mencolot saka tempat
tidur karo ngipat-kipatake sisa-sisane tekek cilik sing isih
pating gremet ana saranduning awake.(PS, no 10 hal 43)
(Seketika itu juga Wahyu ketakutan terus melompat dari
tempat tidur sambil melepaskan sisa-sisa tekek kecil yang
masih banyak di seluruh badannya).
Susila makarya ana pabrik kaos, kang kagolong gedhe
sakutha kono, tinimbang pabrik-pabrik liyane.(PS, no 13
hal 42)
(Susila bekerja di pabrik kaos, yang tergolong besar di kota
tersebut dibanding pabrik-pabrik yang lainnya).
Kaya padatan, Sri tansah nguntabake kakunge saben arep
budhal makarya. Ngadheg ana teras nganti Susila ilang
163
Yuyu Sawah
dicaplok enggokan gang. (PS, no 13 hal 42)
(Seperti biasanya, Sri selalu mengantarkan suaminya setiap
mau berangkat bekerja. Berdiri di depan teras sampai
Susila hilang dimakan tikungan gang).
Pak Dhadhang kang dadi satpam pabrik banjur kandha
yen ing pabrik ana sedulure Susila kang kepengin ketemu.
Dheweke nunggu ana pos satpam. (PS, no 14 hal 29)
(Pak Dhadhang yang menjadi satpam pabrik lalu berkata
jika di pabrik ada saudara Susila yang ingin bertemu. Dia
menunggu di pos satpam).
Lawang dibukak. Ganda mau isih nggembuleng ana njero
omahe. Susila saya suwe saya cubriya marang kahanan
mau. Luwih kaget meneh, nalika mlebu kamar. (PS, no 14
hal 30)
(Pintu dibuka. Bau tadi masih berasa di dalam rumahnya.
Susila semakin lama semakin curiga terhadap keadaan tadi.
Lebih kaget lagi, ketika masuk ke kamar).
Semono uga tanggaku sing jenenge Pak Mardi. Nalika
kawitan nggarap sawahe nganti rampung ora ana
kedadeyan apa-apa. (PS, no 18 hal 29)
(Begitu juga tetanggaku yang bernama Pak Mardi. Waktu
awal mengerjakan sawahnya sampai selesai tidak ada
kejadian apa-apa).
Dening Pak Mukani anggane Pak Mardi digawa mulih.
Sakwise diupakari sedhela banjur digawa menyang
Puskesmas. (PS, no 18 hal 30)
(Oleh Pak Mukani badannya Pak Mardi dibawa pulang.
Tidak lama kemudian dibawa ke Puskesmas).
Uga ana yuyu ujug-ujug neng kamar mandhi, pawon lan
latar. Yuyu-yuyu mau asale saka arahe sawahe Pak Mardi.
(PS, no 18 hal 30)
(Juga ada kepiting sawah tiba-tiba di kamar mandi, dapur
dan teras. Kepiting-kepiting tadi asalnya dari arah sawah
Pak Mardi).
164
Ula Siluman
Misteri Golek
Kencana
Ing perangan ndhuwur katon Kedhung Blangah sing
wingit. Aku ngungun. Aku durung tau ngarit ing sawetane
kali gedhe.(PS, no 29 hal 42)
(Di bagian atas terlihat Kedhung Blangah yang angker.
Aku ragu. Aku belum pernah mencari rumput di sebelah
timur sungai yang besar).
Nanging kepriye, aku durung tau ngarit tekan wetan kali.
Jare papane wingit, akeh dhemite. Apa meneh kudu
ngliwati Kedhung Blangah sing jare ana Onggo-
Inggine.Hii...(PS, no 29 hal 42)
(Tapi bagaimana lagi, aku belum pernah mencari rumput
sampat timur sungai. Katanya tempat tersebut angker,
banyak setannya. Apa lagi harus melewati Kedhung
Blangah yang katanya ada Onggo-Ingginya.Hiii...).
Aku mlaku nyeraki papan kang luwih dhuwur kuwi mau.
Nanging bareng wis arep ngedhunake kranjang lan siyap
mbabatake arit, mripatku bali meruhi ana grumbul suket
sing luwih ledhung-ledhung ijo royo-royo ing pereng kang
luwih dhuwur maneh. (PS, no 29 hal 43)
(Aku berjalan mendekati tempat yang lebih atas tadi.
Tetapi setelah mau menurunkan kranjang dan siap
mengambil rumput dengan arit, mataku kembali melihat
ada segerombol rumput yang lebih hidau-hijau di pereng
yang lebih atas lagi).
...kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul sakidule
benteng pendhem. Olehe padha semaya diudi aja nganti
konangan karo sisihane dhewe-dhewe. (PS, no 32 hal 29)
(...keduanya berjanji bertemu di jembatan gingsul se
selatan benteng pendem. Bertemunya mereka diudi jangan
sampai ketahuan oleh isrinya sendiri-sendiri).
...saka pakunjaran, Sastragandhul banjur nyambut gawe
dadi buruh kasar ana pelabuhan Tanjungperak Surabaya.
Ana kono nasibe apik. (PS, no 32 hal 29)
(...dari penjara, Sastragandhul lalu bekerja jadi buruh kasar
di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Di situ nasibnya
baik).
Satekane omah, golek kencana kang digawe sangka emas
165
Tikungan Maut
Gamelan Nyalawadi
murni 24 karat mau dilebokake menyang lemari
sandhangane Priyamantingan. (PS, no 32 hal 30)
(Sesampainya di rumah, boneka kencana yang dibuat dari
emas murni 24 karat tadi dimasukkan ke dalam lemari
pakaiannya Priyamantingan.)
... ana wong telu likur kang tinggal donya merga kacilakan
ing tikungan iku. Tikungan kuwi jarak sakilo saka omahe
Supangat. (PS, no 33 hal 42)
(...ada orang dua puluh tiga meninggal dunia karena
kecelakaan di tikungan tersebut. Tikungan tersebut
jaraknya satu kilo dari rumahnya Supangat).
...pawongan loro seje jenis kasebut terus budhal tumuju
menyang sawijining dhaerah kang mligi nyedhiyani papan
kanggo ulah salulut. Priya iku milih losmen Dewi Sri kang
ora pati rame. (PS, no 33 hal 42)
(...dua orang beda jenis tersebut terus menuju ke salah satu
daerah yang khusus menyediakan tempat buat bertindak
yang tidak senonoh. Laki-laki tersebut memilih losmen
Dewi Sri yang tidak begitu ramai).
...para Kyai rawuh lan nglumpuk ing ngisor wit asem
gedhe kang kondhang angker iku. Lan kanthi bebarengan
pada maca Ayat-Ayat Suci Al-Qur‟an supaya kumara sing
mbaureksa wit asem ing tikungan dalan iku gelem lunga
bali menyang alame. (PS, no 33 hal 44)
(...para Kyai datang dan berkumpul di bawah pohon asam
besar yang terkenal angker itu. Dan dengan bersamaan
membaca Ayat-Ayat Suci Al-Qur‟an agar arwah yang
mendiami pohon asam di tikungan jalan itu mau pergi
pulang ke alamnya).
..aku mangkat latihan wushu ing kampus kang dumunung
ing Jalan Diponegoro 52, Salatiga.(PS, no 36 hal 29)
(...aku berangkat latihan wushu di kampus yang berada di
Jalan Diponegoro 52, Salatiga).
Gedhong balairung iki gedhe banget lan amba. Ing
ruwangan njero, sisihe lawang mlebu ana ruwangan
166
Arwah Gentayangan
kanggo mapanake sound system yen ana kegiyatan
kampus. (PS, no 36 hal 29)
(Gedung balairung ini besar sekali dan luas. Di ruangan
dalam, sebelah pintu masuk ada ruangan buat menaruh
sound system jika ada kegiatan kampus).
David mlayu nrabas parkiran dene aku mlayu menyang
ngarep liwat dalan ngarep gedhong fakultas ekonomi. (PS,
no 36 hal 30)
(David lari menerobos parkiran sedangkan aku lari ke
depan melewati jalan depan gedung fakultas ekonomi).
Nanging kanggone aku aja maneh kok kendaraan rodha
papat, selagine arep mboyong kulawargaku saka
Bojonegoro-Tuban wae ora kuwat ngontrak omah. (PS, no
40 hal 29)
(Tetapi buat aku jangankan kendaraan roda empat, ingin
memboyong keluargaku dari Bojonegoro-Tuban aja tidak
kuat mengontrak rumah).
Sakmeter sakidule Polres ana dalan aspalan ngetan
parane, gumunku ora uwis-uwis jalaran mau esuk dalan
iku durung ana banjur kapan olehe mbangun. (PS, no 40
hal 43)
(Satu meter selatan Polres ada jalan aspalan ke timur
arahnya, heranku tidak habis-habis karena tadi pagi jalan
itu belum ada terus kapan dibangunnya).
Sakdurunge pamit aku digeret Lany ampingan pot
kembang supaya ora ketok saka njaba. (PS, no 40 hal 43)
(Sebelum pamit aku ditarik Lany tutupan pot bunga agar
tidak kelihatan siapa-siapa dari luar).
167
168
LAMPIRAN 4
Tabel Latar Waktu
Cerita Misteri Kutipan Latar Waktu
Thuyul
Balekna
Dhuwitku
Nglamat sasi iki telat anggonku ngangsur, yen telat tegese
kena dhendha. (PS, no 2 hal 29)
(Pertanda bulan ini terlambat mengangsur, jika terlambat
artinya terkena denda).
Udakara setengah jam candhake Pak Slamet wis metu lan
menehi pengarahan marang aku mungguh apa wae kang
kudu daksipayake kanggo ngadhepi thuyul iku. (PS, no 2
hal 30)
(Kurang lebih setengah jam Pak Slamet sudah keluar dan
memberi pengarahan kepada aku apa saja yang harus
disiapkan buat menghadapi tuyul tersebut).
Sidane semingu iki aku nglakoni pasa mutih.(PS, no 2 hal
30)
(Akhirnya satu minggu ini aku melakukan puasa putih).
Wektune buka mung pendhak Maghrib mesisan saur
kanggo dina candhake.(PS, no 2 hal 30)
(Waktunya buka hanya tiap Maghrib sekalian sahur buat
hari berikutnya).
Jam 12 wengi wis kliwat, parandene thuyul sing tak arep-
arep durung katon. Lagi udakara jam 1 wengi katon ana
bocah cilik-cilik cacah telu mlebu omahku. (PS, no 2 hal
30)
(Jam 12 malam sudah lewat, kayaknya tuyul yang aku
harapkan belum kelihatan. Baru kurang lebih jam 1 malam
kelihatan ada anak-anak berjumlah tiga masuk rumahku).
Wayahe isih esuk umun-umun, wancine wong desa padha
metu saka ngomah saperlu miwiti ngayahi pakaryane
dhewe-dhewe. (PS, no 5 hal 42)
(Waktu masih pagi buta, waktunya orang desa baru keluar
dari rumah buat memulai melakukan pekerjaan sendiri-
169
Siluman Asu
sendiri).
Malah sesasi sabubare kuwi, ana lelakon sing nggegirisi.
Pardi tukang bakso surungan, nalika wayah bengi mubeng
kampung ngiderake baksone, diundang wong wadon ana
pinggir dalan. (PS, no 5 hal 43)
(Malah satu bulan setelah itu, ada kejadian yang
menakutkan. Pardi tukang bakso keliling, ketika waktu
malam mengelilingi kampung menawarkan baksonya,
dipanggil wanita yang ada di pinggir jalan).
Watara patang sasi sawise patine Sriyanti, upama isih urip
ngono kandhutane wis tekan leke. Sawijining lingsir wengi,
isih rada adoh saka wayah subuh, tangga sacedhake Jarwa
padha krungu suwarane bayi nangis cenger-cenger. (PS,
no 5 hal 43)
(Antara empat bulan setelah meninggalnya Sriyanti, misal
masih hidup kandungannya sudah lahir. Suatu tengah
malam, masih agak jauh dari waktu subuh, tangga
terdekatnya Jarwa mendengar suara banyi menangis owek-
owek).
Sawijining wengi sing lingsir, nalika Tukiran wis turu,
saka njaba ana suwarane wong wadon sing undang-
undang. (PS, no 5 hal 43)
(Suatu malam yang sunyi, ketika Tukiran sudah tidur, dari
luar ada suara wanita yang memanggil-manggil).
Udakara jam sanga bengi. Anehe wewujudane siluman asu
kuwi cat katon cat ora merga kasaput petenge wengi,(PS,
no 9 hal 42)
(Antara jam sembilan malam. Anehnya wujud siluman
anjing itu kadang terlihat kadang tidak karena terhalang
gelapnya malam).
Udan riwis-riwis ing pungkasaning mangsa rendheng
wiwit sore nganti tengah wengi ora ana pedhote. (PS, no 9
hal 42)
(Hujan rintik-rintik di akhir musim penghujan dari sore
sampai tengah malam tidak ada hentinya).
170
Menungsa
Tekek
Bengi-bengi, kanthik adhem njekut, ngantuk, sayah, malah
kudu metu mubeng desa. (PS, no 9 hal 42)
(Malam-malam, dengan dingi, ngantuk, capek, malah harus
keluar keliling desa).
Ing kahanan wengi sing sepi iku aku terus mlaku ngluncug
setengah mlayu ngliwati pekarangan nggoleki wewujudan
asu siluman sing ngilang mau. (PS, no 9 hal 42)
(Di keadaan malam yang sepi ini aku terus jalan cepat
setengah lari melewati pekarangan mencari wujud anjing
siluman yang menghilang tadi).
Aku banjur ora eling apa-apa maneh, semaput nganthi ing
wayah esuk udakara jam sanga. (PS, no 9 hal 44)
(Aku lalu tidak ingat apa-apa lagi, pingsan sampai di waktu
pagi antara jam sembilan).
Wis oleh wolung wulan iki Wahyu lan si Indri sisihane,
manggon ana omah kontrakan sing adoh saka daleme
budhene Indri kang gedhe magrong-magrong lan mapan
ing satengahing kutha. (PS, no 10 hal 29)
(Sudah dapat delapan bulan ini Wahyu dan Indri istrinya,
bertempat tinggal di rumah kontrakan yang jauh dari rumah
budhenya Indri yang besar mewa dan berada di tengah
kota).
Nanging pirang ndina candhake yen tengah wengi Wisnu
tansah klisikan. (PS, no 10 hal 29)
(Tapi beberapa hari berikutnya jika tengah malam Wisnu
selalu terbangun).
Pak Wangsa tanggane sing pensiunan pegawe pabrik
kapal kandha marang Wisnu sing sore iku lagi iwut
nyirami tanduran. (PS, no 10 hal 29)
(Pak Wangsa tetangganya yang pensiunan pegawai pabrik
kapal berkata kepada Wisnu yang sore itu sedan ribut
menyirami tanduran).
Ing wayah awan tengange kapinujon dina Minggu, Wisnu
sengaja ora lelungan weekend karo si Indri. (PS, no 10 hal
30)
171
Selingkuh Karo
Lelembut
(Di waktu siang kebetulan hari minggu, Wisnu sengaja
tidak berpergian dengan Indri).
Wiwit dina iku senajan yen bengi suwarane si tekek tansah
ngganter ora ana enteke, nanging tangga-tanggane kang
ana sacedhake kono ora ana sing ngaru biru. (PS, no 10
hal 30)
(Mulai hari itu walaupun jika malam suaranya tekek selalu
bunyi tidak ada habisnya, tetapi tetangga-tetangganya yang
ada dekat situ tidak ada yang marah).
Mula saben gajian dina Setu, bayare dipantha-pantha,
endi kang kanggo calon bayar kontrakan omah, PAM,
listrik, klebu kanggo kabutuhan dhapur lan jatah kanggo
jajan anake.(PS, no 13 hal 42)
(Maka setiap gajian hari sabtu, bayarannya dibagi-bagi,
mana yang buat membayar kontrakan rumah, PAM, listrik,
termasuk buat kebutuhan dapur dan jatah buat jajan
anaknya.)
“Dhik, aku mangkat... aja lali ngunci lawang lan nyupet
kompor...”ngono pamite Susila nalika budhal makarya
udakara tabuh setengah sewelas bengi.(PS, no 13 hal 42)
(“Dhik, aku berangkat... jangan lupa mengunci pintu dan
mematikan kompor...” begitu pamitnya Susila ketika
berangkat bekerja antara waktu setengah sebelas malam).
Wektu terus lumaku. Jam ganti dina, dina ganti minggu,
minggu gumanti sasi. (PS, no 13 hal 43)
(Waktu terus berjalan. Jam berganti hari, hari berganti
minggu, minggu berganti bulan).
Tegese olehe kerja, wiwit jam telu awan nganti jam
sewelas bengi. (PS, no 13 hal 43)
(Artinya hasil kerja, dari jam tiga siang sampai jam sebelas
malam).
Udakara tabuh sewelas bengi Susila wus tekan ngomah.
Mulih saka papan pagaweyane. (PS, no 13 hal 43)
(Antara jam sebelas malam Susila sudah sampai rumah.
Pulang dari tempat bekerjanya).
172
Yuyu Sawah
Ula Siluman
Sijining awan, ngepasi dina Minggu, kebeneran Srikanhi
lagi lunga arisan kampung. (PS, no 14 hal 30)
(Suatu siang, kebetulan hari minggu, kebetulan Srikandhi
baru pergi arisan kampung).
Tumuruning udan awan kuwi nandhakake yen mangsa
rendheng sajake bakal tumeka. (PS, no 18 hal 29)
(Turunnya hujan siang itu menandakan jika musim
penghujan kayaknya akan datang).
Ning bareng kira-kira seminggu anggone nadur parine,
ndadak ana kedadeyan sing banget manasake atine Pak
Mardi. (PS, no 18 hal 29)
(Tetapi ketika kira-kira satu minggu olehnya menanami
padi, tiba-tiba ada kejadian yang sangat memanaskan
hatinya Pak Mardi).
Nanging nalika niliki sawahe sesuke maneh, Pak Mardi
kaget jalaran nyumurupi yuyu sing dipateni dhek wingi kae
lha kok isih waras-wiris.(PS, no 18 hal 29)
(Tetapi ketika melihat sawah paginya lagi, Pak Mardi kaget
karena mengetahui kepiting yang dibunuh kemarin itu lha
kok masih sehat).
Sakwise ngeterake adhine menyang Puskesmas bengine
Pak Mukani ora bisa turu. (PS, no 18 hal 30)
(Setelah mengantarkan adiknya ke Puskesmas malamnya
Pak Mukani tidak bisa tidur).
Sesuk bengine watara jam pitu bengi bakda Maghrib ana
kabar yen Pak Mardi tilar donya nalika enak-enak nonton
TV. (PS, no 18 hal 30)
(Besuk malamnya antara jam tujuh malam setelah Magrib
ada kabar jika Pak Mardi meninggal dunia ketika enak-
enak melihat TV).
Wektu kuwi aku lagi umur 10 taun, lagi kelas telu SD. (PS,
no 29 hal 42)
(Waktu itu aku baru berumur 10 tahun, baru kelas tiga SD).
173
Misteri Golek
Kencana
Kebeneran wektu kuwi lagi ketiga dawa. Pancen susah
ingon-ingon kebo yen lagi ketiga dawa ngene iki. (PS, no
29 hal 42)
(Kebetulan waktu itu baru kemarau panjang. Memang sulit
memelihara kerbau jika baru kemarau panjang begini).
Aku kelingan critane Parjo, jare wis tau meruhi ana nini-
nini lagi dhedhe karo dhidhis neng ndhuwur watu gedhe
jam rolas awan. (PS, no 29 hal 42)
(Aku teringat critanya Parjo, katanya sudah petnah melihat
ada nini-nini baru berjemur di atas batu besar jam dua belas
siang).
Iki isih rada sore, durung surup. Mudhuna, ngarita neng
sabrang kali kana, ora apa-apa!”swara pambujuk
sajroning atiku. (PS, no 29 hal 43)
(Ini masih agak sore, belung gelap. Turunlah, cari rumput
di sebelah sungai sana, tidak apa-apa!” suara pembujuk
didalam hatiku).
Aku mikir: “Iki wis sore, yen aku mung trima neng kene
mbabati suket sing ora patiya lemu aku ora ndang bisa
ngebaki kranjangku, mangka wektune selak surup. (PS, no
29 hal 43)
(Aku berfikir: “Ini sudah sore, jika aku hanya terima di sini
mencari rumput yang tidak begitu gemuk aku tidak bisa
cepat memenuhi kranjangku, maka waktunya keburu
magrib).
Sore mlebu ing wayah surup. Sedhela maneh peteng bakal
tumurun. (PS, no 29 hal 43)
(Sore mau masuk ke malam. Sebentar lagi gelap bakal
turun).
Olehe budhal menyang sawah kapara diisuki beteke
supaya bisa enggal ketemu karo Priyamantingan. (PS, no
32 hal 29)
(Pergi berangkat ke sawah sengaja agak padi supay cepat
bertemu dengan Priyamantingan).
Esuk iki kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul
174
sakidule beteng pendhem. (PS, no 32 hal 29)
(Pagi ini keduanya berjanji bertemu di jembatan gingsul
selatannya beten pendhem).
Esuk kuwi katon mobil telu sing isih anyar-anyar wiwit
Avanza, Innova nganti sing paling gres Fortuner diparkir
ana pekarangan daleme kang edi peni.(PS, no 32 hal 29)
(Pagi itu kelihatan mobil tiga yang masih baru-baru dari
Avanza, Innova sampai yang paling baru Fortuner diparkir
di pekarangan dalam yang indah).
“Tengah wengi mengko penggaweyan kita wiwiti. Golekan
emas kang dikarepake Pak Pancadrajat kudu bisa ana
regemanku. Mung yen awan ngene iki durung bisa ucul
saka panggonane. (PS, no 32 hal 30)
(“Tengah malam nanti pekerjaan kita mulai. Boneka emas
yang diinginkan Pak Pancadrajat harus bisa ada di
tanganku. Tapi jika siang begini belum bisa lepas dari
tempatnya).
Wengi tansaya tintrim, lemut sawah kang kemrupyung
ngrubung anggane wis ora dirasa. (PS, no 32 hal 30)
(Malam semakin larut, hewan sawah yang berisik
mengerubuti badannya sudah tidak dirasa).
Wengine tansaya mrambat sinartan angin wengi kang
njekut semribit. Kanthi ati lega Pryamantingan lan
Sastragandhul agahan gegancangan bali. (PS, no 32 hal
30)
(Malam semakin menjalar ditambah angin malam yang
dingir semilir. Dengan hati lega Priyamantingan dan
Sastragandhul berencana cepat-cepat pulang).
Kegawa saka kesele awak bengi iku turune wong loro
angler, pada banter-banteran ngorok.(PS, no 32 hal 30)
(Terbawa dari capeknya badan malam itu tidurnya dua
orang lelap, sama serunya mendengkur).
Esuke Pak Suhernala sing kagungan golek kencana mau
kaget kepati nalika arep ngresiki golek kencana saka njero
kamar pusaka mirsani menawa sampure golek mau gudras
getih. (PS, no 32 hal 30)
175
Tikungan Maut
(Paginya Pak Suhernala yang mempunyai boneka kencana
tadi kaget bukan kepalang ketika mau membersihkan
boneka kencana dari dalam lemari pusakanya melihat
selendang tadi bekas darah).
Jroning wektu setahun, ana wong telulikur kang tinggal
donya merga kacilakan ing tikungan iku.(PS, no 33 hal 42)
(Dalam waktu setahun, ada dua puluh tiga orang yang
meninggal dunia karena kecelakaan di tikungan tersebut).
Mung ing sasi-sasi kapisan sawise ritual dianakake
kurbane suda. (PS, no 33 hal 42)
(Hanya di bulan-bulan berikutnya setelah ritual diadakan
korbanya semakin berkurang).
Nganti pirang-pirang dina kamar kang disewa priya
nggantheng iku sepi. Ora keprungu swara babar pisan
saka kono. (PS, no 33 hal 42)
(Sampai beberapa hari di kamar yang disewa laki-laki
tampan itu sepi. Tidak kedengaran suara sama sekali dari
situ).
“Ya,. Mau esuk mentas ana sedhan tabrakan karo trek,”
wangsulane Kyai Amru. (PS, no 33 hal 43)
(“Ya,.. tadi pagi baru saja ada sedan tabrakan dengan trek,”
jawabannya Kyai Amru).
Wektune isih jam 10 bengi. Swasana bengi iku tansaya
sepi. Supangat jaluk pamit. Dheweke age-age jumangkah
bali. Tekan ngomah amek wudhu lan nindakake salat Isya.
(PS, no 33 hal 43)
(Waktunya masih jam 10 malam. Suasana malam ini
semakin sepi. Supangat minta pamit. Mereka cepat-cepat
berjalan pulang. Sampai rumah mengambil wudhu dan
mengerjakan salat Isya).
Wektu iku Supangat jugar saka impen kang nggegerisi.
Dheweke age-age istigfar. Nanging jam tembok, isih jam
loro bengi. Ora keprungu swara apa-apa.(PS, no 33 hal
43)
(Waktu itu Supangat bangun dari mimpi yang menakutkan.
176
Gamelan
Nyalawadi
Dia cepat-cepat istigfar. Tetapi jam di tembok masih jam
dua malam. Tidak kedengaran suara apa-apa).
Sore iku kaya biyasane saben dina Setu aku mangkat
latihan wushu ing kampus kang dumunung ing Jalan
Diponegoro 52, Salatiga. Mulaine jam lima nganti jam
pitu,..(PS, no 36 hal 29)
(Sore itu seperti biyasanya setiap hari sabtu aku berangkat
latihan wushu di kampus yang berada di Jalan Diponegoro
52, Salatiga. Mulainya jam lima sampai jam tujuh,...).
Kaya dina setu iki uga ora keprungu swara gamelan, sepi.
Nalika aku teka, ing kono wis ana kancaku Vita lan Cindy.
Ora watara suwe kasusul kanca-kancaku liyane. (PS, no 36
hal 29)
(Seperti hari sabtu ini juga tidak kedengaran suara
gamelan, sepi. Ketika aku datang, di situ sudah ada
temanku Vita dan Cindy. Tidak lama kemudian terkejar
teman-temanku yang lain).
Sawise padha teka kabeh, latihan diwiwiti. Saka
pemanasan nganti mlebu jurus udakara 30 menit. (PS, no
36 hal 29)
(Setelah datang semua. Latihan dimulai. Dari pemanasan
sampai masuk jurus kira-kira 30 menit).
Ora watara suwe latihan rampung. Sawise padha leren
sedhela ngilangi kringet, kanca-kancaku banjur padha
bali. Wektu iku wus peteng, antarane jam pitunan kurang
utawa punjul sithik. (PS, no 36 hal 29-30)
(Tidak lama kemudian latihan selesai. Setelah istirahat
sebentar menghilangan keringat, teman-temanku lalu
pulang. Waktu itu sudah malam, antara jam tujunan kurang
atau lebih sedikit).
Nganti meh sakjam anggone padha jagonan. Merga saya
wengi lan hawane saya adhem Ratih, Yessy, Wingga lan
Erick pamit mulih. (PS, no 36 hal 30)
(Sampai mau satu jam mereka ngobrol. Karena semakin
malam dan udaranya semakin dingin Ratih, Yessy, Wingga
dan Erick ijin pulang).
177
Arwah
Gentayangan
“Malem Minggu ngene penake ngapa ya, Wid?”pitakone
David marang aku. (PS, no 36 hal 30)
(Malam minggu gini enaknya ngapain ya, Wid?” tanya
David kepada aku).
Nek sarapan ngiras mangan awan jam 11.00 neng gerdhu
laut bareng-bareng dulur-dulur tukang becak. Mangan
sore jam 18.00 neng warung murah cedhak rumah sakit
bareng wong-wong sing diopname ing rumah sakit. (PS, no
40 hal 29)
(Kalau sarapan sekalian makan siang jam 11.00 di pos laut
sama-sama saudara-saudara tukang becak. Makan sore jam
18.00 di warung murah dekat rumah sakit bersama orang-
orang yang diopname di rumah sakit).
“Ibu kok mboten dipun jak ngriki ta pak?” pitakone Muis
ing sawijining sore. (PS, no 40 hal 29)
(“Ibu kok tidak diajak kesini pak?” tanya Muis di suatu
sore).
Dina Kemis Wage wayah asar kutha Tuban digrujuk udan
deres kaya disok saka langit. Wayah Magrib lagi terang.
(PS, no 40 hal 29)
(Hari Kamis Wage waktu asar kota Tuban diguyur hujan
deras seperti ditumpahkan dari langit. Waktu magrib baru
reda).
Pancen saben sore akeh mudha-mudhi sing teka neng
kantorku ndeleng pengumuman pasar kerja. Aku metu
terus takon kanggo abang-abang lambe. (PS, no 40 hal 29)
(Memang setiap sore banyak pemuda-pemudi yang baru
datang di kantorku melihat pengumuman pasar kerja. Aku
keluar terus bertanya dengan basa-basi).
Tanpa tak rasa jam neng kantorku muni then-theng ping
pindho. Lany ngajak aku supaya ngeterke mulih. Dheweke
kuwatir nek kerinan, pokoke sadurunge subuh kudu wis
tekan ngomah. (PS, no 40 hal 29-30)
(Tanpa terasa jam di kantorku berbunyi theng-theng dua
kali. Lany mengajak aku agar mengantarkan pulang. Dia
178
khawatir kalau kesiangan, pokoknya sabelum subuh harus
sudah nyampai rumah).
Esuk iku awaku panas lambeku abuh. Aku kepeksa pamit
ora mlebu banjur mulih neng Bojonegoro. (PS, no 40 hal
43)
(Pagi itu badanku panas bibirku bengkak. Aku terpaksa ijin
tidak masuk lalu pulang ke Bojonegoro).
LAMPIRAN 5
Tabel Latar Sosial
179
Cerita Misteri Kutipan Latar Sosial
Thuyul
Balekna
Dhuwitku
Siluman Asu
Menungsa Tekek
Sakdurunge tekan papan sing dituju Lik Warigo ngelingake
tuku ubarampe. Wujude mung rokok Gudang Garam abang
lan menyan sacuwil. Ora lali ngamplop dhuwit sak cukupe
minangka tindhih nggo mbah dukun. (PS, No 2 hal 29)
(Sebelum sampai tempat yang dituju Lik Warigo
mengingatkan beli syarat-syaratnya. Bentuknya hanya rokok
Gudang Garam merah dan sedikit menyan. Tidak lupa
mengasih uang secukupnya sebagai upah buat mbah dukun).
Sadurunge layon diangkatake menyang pesareyan ana
wara-wara saka sesepuhing lingkungan, sing sapa duwe
sangkutan utang-piutang karo almarhumah supaya enggal
dirampungake liwat kulawargane, murih alusane Sriyanti
anggone bali marang astaning Gusti bisa lestari tanpa
pepalang. (PS, No 5 hal 42)
(Sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman ada
pengumuman dari orang yang dituakan di lingkungan, siapa
yang punya hubungan hutang-pihutang dengan almarhumah
supaya cepat diselesaikan melalui keluarganya, supaya
arwahnya Sriyanti kembali ke tangan Gusti bisa lancar tanpa
halangan).
Gregah, aku tangi turu. Kemul kandel werna abang
dakkrukebake ing awake bojoke. Sawise njupuk sentolop,
nganggo jaket kulit ireng lan weteng dakubed-ubedi sarung,
aku jumangkah mbukak lawang. Lawang omah nuli
dakkunci saka njaba.(PS, No 9 hal 42)
(Gregah, aku bangun tidur. Selimut tebal warna merah aku
selimutkan di badannya istriku. Setelah itu aku mengambil
senter, memakai jaket kulit hitam dan perut aku ikat-ikat
pakai sarung, aku berjalan membukak pintu. Pintu rumah
lalu tak kunci dari luar.
“Lho, Pak Wisnu napa lagi ngertos yen regine tekek-tekek
niku dinten niki saweg ngetren, ngantos jutaan rupiah.
Kinten-kinten tekek-tekeke Pak Wisnu sing ketingalae nembe
tangkar tumangkar wau yen disade kenging kangge tumbas
180
Selingkuh Karo
Lelembut
Yuyu Sawah
Ula Siluman
griya”. (PS, No 10 hal 26)
(“Lho, Pak Wisnu apa baru tahu jika harganya tekek-tekek
itu hari ini baru ngetren, sampai jutaan rupiah. Kira-kira
tekek-tekeknya Pak Wisnu jika dijual bisa buat beli rumah”).
Mengko yen kepepet ora kuwat ngampet kejune ana sikil,
dheweke ethok-ethok pamit menyang toilet. Gek pengawase,
ndilalah oleh Pak Godheg wong Batak kang pancen kaloka
yen kejem, mlarat rasa kamanungsane, larang guyu eseme.
Luput sithik wae, olehe ndukani kaya nyegotrah durjana
kang kapikut. (PS, No 13 hal 42).
(Nanti jika terpaksa tidak kuat nyeri di kaki, dia pura-pura
pamit ke toilet. Jika pengawasnya pas dapat Pak Godheg
orang Batak yang memang terkenal jika kejam, miskin rsa
kemanusiaannya, mahal senyumnya. Salah sedikit saja
marahnya seperti mengintrogasi penjahat yang tertangkap).
Mulane awakmu yen kena tak elikake, dene ora kena ya ora
apa-apa. Lan uga manut critane mbah Kyai, kene iki mbiyen
tilase kraton apa tilase candhi ngono lho. Sebab tinemu bata
kang gedhe-gedhe banget, kaya kang ana ing pinggir
sawahe dhewe iki,” kandhane kakange Pak Mardi kang aran
Pak Mukani. (PS, No 18 hal 30)
(Makanya kamu jika bisa tak ingatkan, jika tidak bisa ya
tidak apa-apa. Dan juga menurut ceritanya mbah Kyai, disini
dulu bekasnya keraton apa bekasnya candi gitu lho. Sebab
ditemukan batu yang besar-besar sekali, seperti yang ada di
pinggir sawah kita,” kata kakaknya Pak Mardi yang bernama
Pak Mukani).
Sakjane mesakake. Kebo sing kulinane diengon, disabakake
kon golek pangan dhewe, saiki didhadhung neng njero
kandhang. Mangan mung yen didhepi pakan. Ngombe mung
yen didhepi banyu, ditimbakake aku apa mbakyuku. (PS, No
29 Hal 42)
(Sebenarnya kasihan. Kerbau yang biasanya dilepaskan,
dibiarkan disuruh makan sendiri, sekarang dikurung di
dalam kandhang. Makan jika dikasih makan. Minum hanya
jika dikasih air, diambilkan oleh aku atau kakakku).
181
Misteri Golek
Kencana
Tikungan Maut
Gamelan
Nyalawadi
Arwah
Gentayangan
Esuk iku katon mobil telu sing isih anyar-anyar wiwit
Avansa, Innova nganti sing paling gres Fortuner diparkir
ana pekarangan daleme kang edi peni. Mobil-mobil mau
lagi diserbeti dening pembantune. (PS, No 32 hal 29)
(Pagi itu terlihat tiga mobil yang masih baru-baru dari
Avanza, Innova sampai yang paling terbaru Fortuner
diparkir di halaman rumahnya yang indah sekali. Mobil-
mobil tadi dilap oleh pembantunya).
Sawise omong-omongan sedhela, pawongan loro seje jenis
kasebut terus budhal tumuju menyang sawijining dhaerah
kang mligi nyedhiyani papan kanggo ulah salulut. Priya iku
milih losmen Dewi Sri kang ora pati rame. Nganti pirang-
pirang dina kamar kang disewa priya nggangheng iku sepi.
(PS, No 33 hal 42)
(Setalah berbicara sebentar, kedua orang beda jenis tersebut
lalu pergi menuju ke suatu daerah yang khusus menyediakan
tempat buat perbuatan asusila. Lelaki tersebut memilih
losmen Dewi Sri yang tidak begitu ramai. Sampai beberapa
hari kamar yang disewa laki-laki tampan itu sepi).
Kanggo nambahi semangat ing pekuliahan supaya ora
males utawa bosen aku pancen melu kegiyatan liya, kayata
pecinta alam lan seni beladhiri wushu. Sak suwene melu
nggabung kegiyatan-kegiyatan iku aku oleh tambah kanca.
(PS, No 36 hal 29).
(Buat menambah semangat di perkuliahan supaya tidak
malas atau bosen aku memang ikut kegiatan lain, seperti
pecinta alam dan seni beladiri wushu. Selama ikut
bergabung kegiatan-kegiatan itu aku dapat tambah temen).
“Nanging bahaya lho pak. Pegawai negeri teng Tuban niku
ketok bujang kathah cewek sing ngincer!”.
“Halah....ngincer aku sing diincer apane, wong bayaran
wae ora tau wutuh kok”.(PS, No 40 hal 29)
(“Tetapi bahaya lho Pak. Pegawai negeri di Tuban itu
kelihatan lajang banyak wanita yang ingin!”
182
“Halah....pengin aku yang diinginin apanya, orang bayaran
saja tidak pernah utuh kok”).
LAMPIRAN 6
Tabel Tema Cerita
Cerita Misteri Kutipan Tema Cerita
Thuyul
Balekna
Dhuwitku
Siluman Asu
Wektune buka mung pendhak Maghrib mesisan saur kanggo
dina candhake. Yen dirasak-rasake pancen abot banget,
mosok sedina sewengi memangan lan ngombe mung
pendhak Maghrib, iku wae tanpa lawuh babar blas. Nanging
gandheng ati karep tur pikiran ya wis manteb nawaitu dak
lakoni. (PS, No 2 hal 30)
(Waktunya berbuka hanya tiap Maghrib sekalian sahur buat
hari berikutnya. Jika dirasakan memang sangat berat masak
sehari semalam makan dan minum hanya tiap Maghrib, itu
saja tanpa lauk sama sekali. Tetapi karena hati ingin dan
pikiran ya sudah mantap niat aku lakukan).
Puluh digetuni Sriyanti wis ora bisa urip maneh. Wekasane
ya mung kudu dipupus lan prastawa kuwi kena kanggo kaca
benggala, samubarang prakara becike kudu dipikir kanthi
wening, aja grusa-grusu wekasane kesluru. (PS, No 5 hal
42)
(Sesal disesali Sriyanti sudah tidak bisa hidup lagi. Akhirnya
ya hanya harus dihilangkan dan peristiwa itu bisa buat
contoh, setiap masalah harus dipikirkan dengan benar,
jangan terburu-buru akhrinya keliru).
“Kuwi jeneng ndakwa tanpa bukti sing kuwat lan seksi sing
bener, Apa aku thok sing bisa nyakot. Kewan sing dhuwe
gadhil kaya aku iki akeh. Dadi ora kena yen mung aku sing
183
Menungsa Tekek
Selingkuh Karo
Lelembut
Yuyu Sawah
dadi sasaran. Apa dumeh aku iki siluman? Aku dadi siluman
iki pancen wis tinakdir kaya ngene. Aja banjur...” (PS, No 9
hal 44)
(“Itu namanya menuduh tanpa bukti yang kuat dan saksi
yang benar, Apa aku saja yang bisa menggigit. Hewan yang
mempunyai taring seperti aku itu banyak. Jadi tidak benar
jika hanya aku yang jadi sasaran. Apa mentang-mentang aku
ini siluman? Aku jadi siluman itu memang sudah takdir
seperti ini. Jangan terus....).
“Nyuwun sewu ya mas Wisnu sing banget dak tresnane, aku
sejatine kinodrat dadi menungsa tekek. Dulur-dulurku uga
padha dadi menungsa tekek. Aku lan dulur-dulurku sing
kabeh putri kang kinodrat dadi menungsa tekek iki amerga
saka tumindake suwargi ibuku biyen. (PS, No 10 hal 43)
(“Mohon maaf ya Mas Wisnu yang sangat aku sayangi, aku
sebenarnya ditakdirkan jadi manusia tekek. Saudara-
saudaraku juga jadi manusia tekek. Aku dan saudara-
saudaraku yang putri ditakdirkan jadi manusia tekek ini
karena dari kelakuan almarhumah ibuku dulu).
Kyai Ngalim banjur crita, yen yektine Srikandhi wus suwe
nyulam benang katresnan karo lelembut. Srikandhi luwih
grengseng sambung raga karo lelembut mau katimbang karo
Susila. (PS, No 14 hal 30)
(Kyai Ngalim lalu cerita, jika sejatinya Srikandhi sudah lama
berhubungan dengan lelembut. Srikandhi lebih senang
berhubungan badan dengan lelembut tadi daripada dengan
Susila).
Dhasar atine Pak Mardi wis kadhung panas, dheweke
njawab, “Alah kang, aku ora percaya karo barang sing
wingit-wingit ngono kuwi. Lha wong mandhak yuyu ama
tanduran wae kok mbok belani ta kang. Yen ana apa-apane
tak tanggungane dhewe, ora-ora yen awakmu tak katut-
katutake,” kandhane Pak Mardi ora ngepenaki. (PS, No 18
hal 30)
(Dasar hatinya Pak Mardi sudah terlanjur panas, dirinya
menjawab, “Halah mas, aku tidak percaya dengan barang
184
Ula Siluman
Misteri Golek
Kencana
Tikungan Maut
yang angker-angker kaya itu. Lha kepiting hama tanaman
kaya gini aja kamu belain to mas. Jika ada apa-apa tak
tanggung sendiri, tidak-tidak jika kamu aku ikut-ikutkan,”
kata Pak Mardi tidak mengenakkan).
“Nanging elinga, kebomu neng ngomah owang-oweng
keluwen merga ora kok pakani. Lan bapakmu mesthi nesu
karo kowe, mung kon nggolekake pakan kebo siji wae ora
jegos. Apa kowe ora mesakake, kebomu sasore wis ora
mangan, arep ditambah sewengi ora mangan maneh?
Sawengi kebomu bakal glodhagan. (PS, No 29 hal 42)
(“Tetapi ingat lah, kerbaumu di rumah kelaparan karena
tidak kamu kasih makan. Dan bapakmu pasti marah sama
kamu, hanya disuruh mencari makanan kerbau satu saja
tidak bisa. Apa kamu tidak kasihan, kerbaumu sejak sore
sudah tidak makan, apa mau ditambah semalam tidak makan
lagi? Semalam kerbaumu pasti berisik).
“Wah...aku jan kesengsem karo golekan kencana carik
srimpi Ngayogyakarta Hadiningrat kagungane Pak
Suhernala,” kandhane Pancadrajat, kolektor barang-barang
antik marang Priyamantingan sing sengaja ditekakake
menyang omahe. (PS, No 32 hal 29)
“Wah..aku benar-benar tertarik dengan boneka kencana carik
serimpi Ngayogyakarta Hadiningrat punyanya Pak
Suhernala,” kata Pancadrajat, kolektor barang-barang antik
ke Priyamantingan yang sengaja didatangkan ke rumahnya).
Supangat ora ngerti saka ngendi asale priya apes iku. Sing
mesthi dheweke genah ngerti yen tikungan iku kebak misteri.
Nanging ing njero utege priya iku anane mung seneng,
merga oleh kanca kencan kang ayu rupane. Kejaba ayu
rupane, tindak tanduke wanita misterius iku uga nggodha ati
lanang. (PS, No 33 hal 42)
(Supangat tidak tahu dari mana asalnya lelaki sial itu. Yang
pasti dirinya benar-benar tahu jika tikungan itu penuh
misteri. Tetapi di dalam pikiran lelaki tersebut adanya hanya
senang, karena dapat teman kencan cantik wajahnya. Selain
cantik wajahnya, kelakuan wanita misterius itu juga
menggoda hati lelaki).
185
Gamelan
Nyalawadi
Arwah
Gentayangan
Kanggo nambahi semangat ing perkuliahan supaya ora
males utawa bosen aku pancen melu kegiyatan liya, kayata
pecinta alam lan seni beladhiri wushu. Sak suwene melu
nggabung kegiyatan-kegiyatan iku aku oleh tambah kanca.
(PS, No 36 hal 29)
(Buat menambah semangat di perkuliahan agar tidak malas
atau bosan aku memang ikut kegiatan lain, seperti pecinta
alam dan seni beladiri wushu. Selama ikut bergabung
kegiatan-kegiatan itu aku dapat tambah teman).
Weruh sikape Lany sing pasrah, aku tambah luwih wani
maneh ngelus pipine, nyethot irunge, lambene, janggute,
terus tanganku saba ngendi-ngendi. Pokoke bengi iku aku
kelakon pepasihan karo Lany, tak sayang pipine bathuke.
(PS, No 40 hal 30)
(Melihat sikapnya Lany yang pasrah, aku jadi lebih berani
lagi memegang pipinya, menarik hidungnya, janggutnya,
terus tanganku sampai kemana-mana. Malam itu aku berbuat
kasih-kasihan dengan Lany, tak sayang pipinya dan
kepalanya).
LAMPIRAN 7
Tabel Sudut Pandang Cerita
Cerita Misteri Kutipan Sudut Pandang Cerita Sudut Pandang
Thuyul
“Anu Pak Slamet, kula badhe nyuwun
tulung. Kampung kula samangke
nembe nemahi musibah. Critane
mekaten...” Kanthi gamblang trawaca
Lik Wariga nyritakake kahanan kang
lagi nempuh ana kampungku” (PS, no.
2 hlm 29)
(Begini Pak Slamet, saya ingin
meminta tolong. Kampung saya
sekarang sedang mengalami musibah.
Ceritanya begini...” Dengan jelas Lik
Kata ganti orang pertama
ditunjukkan dengan
“kula” dan kata ganti
orang ketiga ditunjukkan
dengan tokoh “Pak
Slamet, Lik Wariga,
Mbok Wasinah, Bagyo.
186
Balekna
Dhuwitku
Wariga menceritakan keadaan yang
sedang dialami di kampunku”).
“..Apa ora ngerti yen Mbok Wasinah
iku wis randha tur ya uripe rekasa.
Mbok nek niyat maling kuwi neng
kampung liya, ora gawe kisruh neng
kampung dhewe,...!” komentare
Bagyo. (PS, no 2 hal 29)
(“Apa tidak mengerti jika Mbok
Wasinah itu sudah janda dan hidupnya
susah. Kalau berniat mencuri itu di
kampung lain, jangan buat rame di
kampung kita,...!” komentarnya
Bagyo).
Nanging sedina sawise layon
disarekake, ana tanggane Jarwa sing
jenenge Pak Tukiran, teka ngomah,
lan ngaku menawa motangake dhuwit
limangatus ewu menyang
almarhumah. (PS, no 5 hal 42)
(Tetapi sehari setelah jasad
dimakamkam ada tetangganya Jarwa
yang namanya Pak Tukiran, datang
kerumah, dan mengaku jika
meminjamkan uang ke almarhumah).
Dumadakan keprungu rame-rame
gegeran. Opyaking pawarta Sriyanti
ngendhat mati nggantung.(PS, no 5
hal 42)
(Tiba-tiba kedengaran ribut ramai-
ramai. Ada kabar Sriyanti mati
gantung diri).
Malah sesasi sabubare kuwi, ana
lelakon kang nggegirisi. Pardi tukang
bakso surungan, nalika wayah bengi
mubeng kampung ngiderake baksone...
(PS, no 5 hal 43)
Kata ganti orang ketiga
ditunjukkan dengan
tokoh “Pak Tukiran,
Jarwa, Sriyanti, Pardi.
187
Siluman Asu
(Malah satu bulan setelah itu, ada
kejadian yang menakutkan. Pardi
tukang bakso keliling, ketika waktu
malam keliling kampung menawarkan
baksonya).
“Aku weruh siluman asu mau bengi,
nalika lagi metu menyang mburi
omah,” celathune Yanto Gering. (PS,
no 9 hal 42)
(“Aku melihat siluman anjing tadi
malam, ketika aku sedang keluar
kebelakang rumah,” kata Yanto
Gering).
Aku dhewe dadi penasaran ngenani
anane siluman asu sing dadi
omongane warga. (PS, no 9 hal 42)
(Aku sendiri jadi penasaran mengenai
adanya siluman anjing yang jadi
perbicaraan warga).
Tekan gardhu rondha, Jono lagi
lunguh dhewekan karo klepas-klepus
ngrokok kretek wis meh ntek sak eler.
(PS, no 9 hal 42)
(Sampai di pos rondha, Jono sedang
duduk sendirian sambil kebal-kebul
merokok kretek sudah mau habis satu
batang.
Awakku sing gumletak anteng ing
Tegal Gunung ditemu dening Pak
Hardi nalika dheweke arep menyang
sawahe lan ngliwati gumuk mau. (PS,
no 9 hal 44)
Badanku yang terkapar diam di Tegal
Gumuk ditemukan oleh Pak Hardi
ketika beliau mau ke sawahnya yang
melewati gumuk tadi).
Kata ganti orang pertama
ditunjukkan dengan
tokoh “aku” dan kata
ganti orang ketiga
ditunjukkan dengan
“Yanto Gering, Jono, Pak
Hardi.
188
Menungsa
Tekek
Selingkuh Karo
Lelembut
Wis wolung wulan iki Wahyu lan si
Indri sisihane manggon ana omah
kontrakan....(PS, no 10 hal 29)
(Sudah delapan bulan ini Wahyu dan
Indri istrinya tinggal di rumah
kontrakan).
“Pak Wangsa tanggane sing
pensiunan pegawe pabrik kapal
kandha.....(PS, no 10 hal 29)
(“Pak Wangsa tetangganya yang
pensiunan pegawai pabrik kapal
berkata...)
Saking olehe njaga kandhutane
sisihane, Wahyu golek pembantu
setengah tuwa kang jenenge mbok
Iyem. (PS, no 10 hal 30)
(Dari menjaga kandungan istrinya,
Wahyu mencari pembantu setengah
tua yang bernama mbok Iyem).
“Dene Pak Kabul anane mung pasrah
bongkokan. (PS, no 10 hal 30)
(Sedangkan Pak Kabul hanya pasrah
menerima).
Bebrayan antarane Susila lan
Srikandhi atut-runtut. Malah anake
wedok kang tinegeran jeneng Puput,
wis umur wolung taun. (PS, no13 hal
42)
(Kehidupan antara Susila dan
Srikandhi rukun. Malah anaknya yang
perempuan yang diberi nama Puput
sudah umur delapan bulan).
Gek pengawase oleh pak Godheg
wong Batak kang pancen kaloka yen
kejem....(PS, no 13 hal 42)
(Ketika pengawasnya dapat Pak
Kata ganti orang ketiga
ditunjukkan dengan
tokoh “Wahyu, Indri, Pak
Wangsa, Mbok Iyem, Pak
Kabul.
Kata ganti orang ketiga
ditunjukkan dengan
tokoh “Susila, Srikandhi,
Puput, Pak Godheg, Pak
Digda, Pak Dhadhang,
Pak Kyai Ngalim.
189
Yuyu Sawah
Godheg orang Batak yang memang
terkenal kejam).
“Wonten mriki!! Halah saestu kok.!!
Nggih ta pak Digda??” pitakone Pak
Dhadhang, njaluk paseksen satpam
sijine. (PS, no 14 hal 29)
(“Di sini!! Halah benar kok.!! Ya kan
Pak Digda??” tanya Pak Dhadhang,
meminta saksi satpam satunya).
Ganti wektu, Susila sowan marang
pak Kyai Ngalim, kang kaloka bisa
mangerteni lakuning lelembiut. (PS,
no 14 hal 30)
(Lain Waktu, Susila berkunjung ke
Pak Kyai Ngalim, yang terkenal bisa
mengetahui kehidupan makhluk gaib).
Semono uga tanggaku sing jenenge
Pak Mardi. (PS, no 18 hal 29)
(Begitu juga tetanggaku yang bernama
Pak Mardi).
Sebab tinemu bata kang gedhe-gedhe
banget, kaya kang ana ing pinggir
sawahe dhewe iki,”kandhane kakange
Pak Mardi kan aran Pak Mukani. (PS,
no 18 hal 30)
(Sebab ditemukan batu bata yang
besar-besar sekali, seperti yang ada di
pinggir sawah kita ini,” kata kakanya
Pak Mardi yang bernama Pak
Mukani).
Mbah Kyai ngendika “Ya dienteni
wae, apa sing bakal kadadeyan.
Mengko awakmu rak weruh dhewe ta
le”.(PS, no 18 hal 30)
(Mbah Kyai berkata “Ya ditunggu
saja, apa yang akan terjadi. Nanti
Kata ganti orang pertama
ditunjukkan dengan
“aku” dan kata ganti
orang ketiga ditunjukkan
dengan tokoh “Pak
Mardi, Pak Mukani,
Mbah Kyai.
190
Ula Siluman
Misteri Golek
Kencana
kamu akan mengetahuinya sendiri
nak”).
Wektu kuwi aku lagi umur 10 taun,
lagi kelas telu SD.(PS, no 29 hal 42)
(Waktu itu aku baru umur 10 tahun
baru kelas tiga SD
Aku wiwit ngedunake kranjang.
Nanging nalika arite wis arep wiwit
takbabatake, dumadakan aku weruh
ing sisih kana, rada munggah maneh,
katon suket-suket sing luwih ketel lan
ijo-io.(PS, no 29 hal 43)
(Aku mulai menurunkan keranjang.
Tetapi ketika sabitnya mau memulai
membabat, tiba-tiba aku melihatdi
sebelah sana, agak naik lagi, kelihatan
rumpu-rumput yang lebih banyak dan
hijau-hijau).
“Wah...aku jan kesengsem karo
golekan kencana carik srimpi
Ngayogyakarta Hadingrat kagungane
Pak Suhernala,”kandhane Panca
drajt,, kolektor barang-barang antik
marang Priyamantingan sing sengaja
ditekakake menyang omahe.(PS, no 32
hal 29)
(“Wah...aku benar-benar tertarik
dengan boneka kencana carik srimpi
Ngayogyakarta Hadiningrat
punyaknya Pak Suhernala,” kata
Pancadrajat, kolektor benda-benda
antik kepada Priyamantingan yang
sengaja didatangkan ke rumahnya).
Sastragandhul kang pranyata isih
lamba mau anane mung manut karo
krenahe Priyamantingan. (PS, no 32
Kata ganti orang pertama
ditunjukkan dengan
“aku” (Dalam Cerita
Misteri Ula Siluman
hanya tokoh “aku” yang
berperan).
Kata ganti orang ketiga
ditunjukkan dengan
tokoh “Pak Suhernala,
Pancadrajat,
Priyamantingan,
Sastragandhul.
191
Tikungan Maut
Gamelan
Nyalawadi
hal 30)
(Sastragandhul yang teryata masih
heran tadi adanya hanya ikut dengan
perintahnya Priyamantingan).
Tikungan kuwi jarak sakkilo saka
omahe Supangat. (PS, no 33 hal 42)
Tikungan itu jaraknya satu kilo dari
rumahnya Supangat).
Swara iku asale saka daleme Pak Kyai
Muhammad Amru. Piyayi kondhang
ing lingkungane Supangat. (PS, no 33
hal 42)
(Suara itu asalnya dari rumahnya Pak
Kyai Muhammad Amru. Lelaki
terkenal di lingkungannya Supangat).
Jebule surat iku asale saka Pak Suraji,
ketua RT ing kampunge. (PS, no 33
hal 43)
(Ternyata surat itu asalnya dari Pak
Suraji, ketua RT di kampungnya).
Sore iku kaya biasane saben dina Setu
aku mangkat latihan wushu ing
kampus kang dumunung ing Jalan
Diponegoro 52, Salatiga. (PS, no 36
hal 29)
(Sore itu seperti biasanya setiap hari
Sabtu aku berangkat latihan wushu di
kampus yang berada di Jalan
Diponegoro 52, Salatiga).
Nalika aku teka, ing kono wis ana
kancaku Vita lan Cindy. (PS, no 36 hal
29)
(Ketika aku datang, di situ sudah ada
temanku Vita dan Cindy).
Kata ganti orang ketiga
ditunjukkan dengan
tokoh “Supangat, Pak
Kyai Muhammad Amru,
Pak Suraji.
Kata ganti orang pertama
ditunjukkan dengan
“aku” dan kata ganti
orang ketiga ditunjukkan
dengan tokoh “Vita,
Cindy, Yessy, Ratih,
David, Wingga, dan Erik.
192
Arwah
Gentayangan
Sing ana ing kono mung kari aku karo
kancaku cah lima: Yessy, Ratih,
David, Wingga lan Erik. (PS, no 36
hal 30)
(Yang ada di situ hanya tinggal aku
dan temanku lima orang: Yessy, Ratih,
David, Wingga dan Erick).
Satemene pangkatku ki ora endhek-
endhek nemen. (PS, no 40 hal 29)
(Sejatinya pangkatku itu ya tidak
rendah-rendah sekali).
Nek aku manggon kantor ngono iku
sing seneng Muis penjaga malam ana
kancane jaga bengi. (PS, no 40 hal 29)
(Kalau aku tinggal di kantor itu yang
senang Muis penjaga malam ada
temannya yang berjaga malam).
“Lha asmane sapa”.
“Nami kula Kho Jiu Lan, parabanipun
Lany”. (PS, no 40 hal 30)
(“Lha namanya siapa?”
“Nama saya Kho Jiu Lan dan sering
dipanggil Lany”).
Kata ganti orang pertama
ditunjukkan dengan
“aku” dan kata ganti
orang ketiga ditunjukkan
dengan tokoh “Muis, Kho
Jiu Lan (Lany).
193
194
LAMPIRAN 8
Tabel Gaya Bahasa
Cerita Misteri Ngoko Bermakna
Denotatif
Krama dan
Ngoko Bermakna
Denotatif
Campuran
Bermakna
Denotatif
Thuyul
Balekna Dhuwitku
Siluman Asu
Menungsa Tekek
Selingkuh Karo
Lelembut
Yuyu Sawah
Ula Siluman
Misteri Golek
Kencana
Tikungan Maut
Gamelan
Nyalawadi
Arwah
Gentayangan
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
195