Struktur Beton - Kolom

31
KOLOM BETON BERTULANG DOSEN PENGAMPU Chairil Anwar, S.ST KINANTI AGATHA P.M 120309179492 NIRWANA 120309179892 RESKI APRILIA 120309180092 SITRIANI LASAMARI 120309180492 ZULVANIINDRA Y. 120309180992 POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL BALIKPAPAN 2014

Transcript of Struktur Beton - Kolom

Page 1: Struktur Beton - Kolom

KOLOM BETON BERTULANG

DOSEN PENGAMPUChairil Anwar, S.ST

KINANTI AGATHA P.M 120309179492NIRWANA 120309179892

RESKI APRILIA 120309180092SITRIANI LASAMARI 120309180492

ZULVANIINDRA Y. 120309180992

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

BALIKPAPAN2014

Page 2: Struktur Beton - Kolom

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan

tugas makalah Struktur Beton II sub materi “Kolom Beton Bertulang” ini.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini, baik secara material maupun

moril. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami ucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Chairil Anwar, S.ST sebagai dosen pengampu.

2. Kedua orang tua kami yang mendukung secara material dan moril.

3. Teman – teman kelas 2 Teknik Sipil 2.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami. Akhir kata

kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang

bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.

Balikpapan, Maret 2014

Penulis

Page 3: Struktur Beton - Kolom

iii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL............................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2

1.3 Tujuan......................................................................................... 2

1.4 Batasan Masalah......................................................................... 2

1.5 Metodologi Penulisan................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Definsi Kolom............................................................................ 6

3.2 Fungsi Kolom............................................................................. 6

3.3 Letak Kolom dalam Konstruksi.................................................. 7

3.4 Jenis-Jenis Kolom....................................................................... 8

3.5 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Mendesain Kolom

Beton Bertulang......................................................................... 11

3.6 Metode Pelaksanaan................................................................... 16

3.7 Metode Kerja Pembongkaran Bekisting Kolom......................... 23

3.8 Metode Kerja Perawatan Kolom................................................. 25

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Struktur Beton - Kolom

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Ilustrasi letak kolom rumah (berwarna kuning) 7

Gambar 3.2 Jenis-Jenis Kolom 9

Gambar 3.3 Kolom Utama 10

Gambar 3.4 Pipa yang ditanam dalam kolom beton 14

Gambar 3.5 Jarak spasi antar tulangan pada kolom 14

Gambar 3.6 Desain kolom dan pelat lantai dengan mutu

beton yang berbeda 15

Gambar 3.7 Pekerjaan kolom dan dinding 17

Gambar 3.8 Pembuatan dinding 17

Gambar 3.9 Pekerjaan tulangan kolom 17

Gambar 3.10 Pekerjaan kolom yang sudah jadi 18

Gambar 3.11 Urutan pelaksanaan pekerjaan kolom 20

Gambar 3.12 Marking kolom 21

Gambar 3.13 Fabrikasi penulangan kolom 21

Gambar 3.14 Fabrikasi bekisting kolom 21

Gambar 3.15 Sepatu kolom 22

Gambar 3.16 Pelepasan bekisting kolom 22

Gambar 3.17 Pelepasan bekisting kepala kolom 22

Gambar 3.18 Perapihan kolom 23

Gambar 3.19 Pembongkaran bekisting kolom 24

Page 5: Struktur Beton - Kolom

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom

akan terjadi momen lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama – sama.

Momen - momen ini yang diakibatkan oleh adanya beban eksentris atau adanya

gravitasi dapat menimbulkan beban lateral seperti angin dan gempa atau bisa juga

diakibatkan oleh beban lantai yang tidak seimbang. Maka dari itu, setiap

penampang komponen pada struktur seperti balok dan kolom harus direncanakan

kuat terhadap setiap gaya internal yang terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial,

gaya geser maupun torsi yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap

pengaruh luar. Kolom yang digunakan untuk memikul beban kombinasi yang

bekerja secara bersamaan mempunyai kapasitas daya dukung yang kecil jika

terbuat dari beton murni. Maka dari itu, untuk meningkatkan kapasitas daya

dukung dan agar kolom menjadi daktail secara signifikan dapat dilakukan dengan

cara menambahkan kebutuhan (rasio) tulangan pada kolom dengan persyaratan

penulangan minimal 1% sampai 6% (SNI 03 – 2847 – 2002, Pasal 23.4.3.1.).

Untuk itu, perencana struktur memerlukan program bantu sederhana yang

mudah diterapkan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai kebutuhan

(rasio) tulangan pada kolom berbentuk persegi panjang. Karena banyaknya aspek

yang ditinjau seperti ukuran penampang kolom, mutu beton, mutu tulangan, beban

aksial dan momen yang bekerja serta code yang akan digunakan sehingga

perencana struktur memerlukan waktu yang lama untuk menentukan kebutuhan

(rasio) tulangan pada kolom. Saat ini penggunaan komputer untuk merencanakan

kebutuhan (rasio) tulangan telah dikembangkan seperti PCA column yang berasal

dari Amerika Serikat dan dibuat berdasarkan code ACI 1995. Sedangkan di

Indonesia, perkembangan adanya program bantu untuk memudahkan perhitungan

perencanaan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai kebutuhan (rasio)

tulangan pada kolom berbentuk persegi panjang masih minim jumlahnya.

Page 6: Struktur Beton - Kolom

2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan dapat

dirumuskan adalah:

1. Bagaimana definisi kolom pada bangunan?

2. Bagaimana fungsi kolom pada bangunan?

3. Bagaimana letak kolom yang benar pada bangunan?

4. Bagaimana jenis-jenis kolom yang ada pada dunia Konstruksi?

5. Bagaimana cara mendesain kolom yang tepat?

6. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan kolom pada bangunan?

7. Bagaimana metode kerja pembongkaran bekisting kolom yang tepat?

8. Bagaimana metode kerja perawatan kolom yang benar setelah

pembongkaran bekisting?

1.3 Tujuan

Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui definisi kolom beton bertulang dalam dunia konstruksi.

2. Untuk mengetahui fungsi kolom beton bertulang pada bangunan.

3. Untuk mengetahui letak kolom yang benar dan sesuai pada bangunan.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis kolom yang ada dalam dunia konstruksi.

5. Untuk mengetahui cara/metode dalam mendesain kolom yang tepat pada

bangunan.

6. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan kolom yang benar pada

bangunan.

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dalam penulisan makalah ini

perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian dapat lebih terfokus dan

terarah, yakni :

Page 7: Struktur Beton - Kolom

3

1. Definisi Kolom

2. Fungsi Kolom

3. Jenis kolom

4. Metode pelaksanaan pekerjaan kolom

1.5 Metodologi Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang

diperlukan kami menggunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka atau

literature ini dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis yang

bersumber dari buku-buku, dan berbagai artikel di internet yang menurut kami

dapat mendukung penelitian penyusunan makalah ini.

Page 8: Struktur Beton - Kolom

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI)

Kolom adalah tiang (pilar) penyangga (biasanya dari beton yang bertulang

besi).

SK SNI T-15-1991-03

Mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas

utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang

tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

Ir. Tono Setiadi

Kolom merupakan elemen vertikal struktur rangka, yang berfungsi

meneruskan beban-beban seluruh elemen bangunan ke pondasi.

Sudarmoko, 1996

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban

dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom

merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai

yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur.

SNI-03-2847-2002

Empat ketentuan terkait perghitungan kolom dalam Tata Cara Perhitungan

Beton untuk Bangunan Gedung.

Wang dan Ferguson, 1986

jenis-jenis kolom ada tiga:

- Kolom ikat (tie column)

- Kolom spiral (spiral column)

- Kolom komposit (composite column)

Page 9: Struktur Beton - Kolom

5

Istimawan Dipohusodo, 1994

Tiga jenis kolom beton bertulang yaitu:

- Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral.

- Kolom menggunakan pengikat spiral.

- Struktur kolom komposit

Page 10: Struktur Beton - Kolom

6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Kolom

Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan

beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan

angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.Beban

sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang

diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke

permukaan tanah di bawahnya.

Sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya

sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah

mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya

ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah

bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau

terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan

beton.Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan

tekanan.Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material

yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton

memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa

menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

3.2 Fungsi Kolom

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.

Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan

sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat

bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta

beban hembusan angin.

Page 11: Struktur Beton - Kolom

7

Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban

sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang

diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke

permukaan tanah di bawahnya.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan

gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang

tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan

kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian

struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada

bangunan.

3.3 Letak Kolom dalam Konstruksi

Kolom portal harus dibuat terus menerus dan lantai bawah sampai lantai

atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena

hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi

harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai.

Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan

yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus

dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang

sama.

Gambar 3.1 Ilustrasi letak kolom rumah (berwarna kuning)

Page 12: Struktur Beton - Kolom

8

3.4 Jenis-Jenis Kolom

3.4.1 Wang dan Ferguson (1986)

Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:

Kolom ikat (tie column)

Kolom spiral (spiral column)

Kolom komposit (composite column)

3.4.2 Istimawan Dipohusodo (1994)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga

jenis kolom:

Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan

kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang

pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah

lateral.Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang

agar tetap kokoh pada tempatnya.

Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama

hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan

spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang

kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom

untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu

mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses

redistribusi momen dan tegangan terwujud. Seperti pada gambar 1.(b).

Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1.(c). Merupakan

komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan

gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan

pokok memanjang.

Page 13: Struktur Beton - Kolom

9

Gambar 3.2 Jenis-jenis kolom

3.4.3 Berdasarkan Bentuk

Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu

kolom utama dan kolom praktis, yaitu:

Kolom Utama

Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya

menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal

disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk

menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom

dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung.

Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2

biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan

begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8

buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).

Page 14: Struktur Beton - Kolom

10

Gambar 3.3 Kolom utama

Kolom Praktis

Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai

pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter,

atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis

15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.

3.4.4 Berdasarkan Kelangsingan

Berdasarkan kelangsingannya, kolom dapat dibagi atas:

Kolom pendek, dimana masalah tekuk tidak perlu menjadi perhataian dalam

merencanakan kolom karena pengaruhnya cukup kecil.

Kolom langsing, dimana masalah tekuk perlu diperhitungkan dalam

merencanakan kolom.

3.5 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Mendesain Kolom Beton

Bertulang

3.5.1 Analisa

Jenis Taraf Penjepitan Kolom

Page 15: Struktur Beton - Kolom

11

Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya cukup kuat

untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung

bawah kolom.

Reduksi Momen Inersia

Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom direduksi

menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang).

3.5.2 Beban Desain (Design Loads)

Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom

beton adalah:

Kombinasi Pembebanan

Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.

Reduksi Beban Hidup Komulatif.

Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial),

beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban

hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia

(PBI) untuk Gedung 1983.

Tabel 3.1 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983

Contoh cara penggunaan:

Ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai

memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban

Page 16: Struktur Beton - Kolom

12

hidup yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai

adalah:

- Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN

- Lantai 4 : 1.0 x (2 x 60) = 120 kN

- Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN

- Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN

- Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN

Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN

saja, tidak perlu sebesar 5×60 = 300 kN.

Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan

suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas,

bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup

60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif

tersebut boleh direduksi.

Catatan:

Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan,

misalnya 1.2D + 1.6L.

3.5.3 Gaya Dalam

Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan

pengelompokan kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak

bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau kolom langsing.

Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga

harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.

3.5.4 Detailing Kolom Beton

Ukuran penampang kolom

Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh

kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap

arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi

Page 17: Struktur Beton - Kolom

13

dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus

tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.

Rasio tulangan

Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari

0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya

adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari

minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%).

Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang

sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran

kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih

ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan

masih terpenuhi.

Tebal selimut beton

- Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama

dengan 200 mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih

besar dari 200mm. d adalah ukuran penampang dikurangi tebal

selimut. d adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami

tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik. Misalnya

kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan

utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.

Catatan:

- toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10

atau 12 mm akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi

tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh sengaja dilakukan,

misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30

mm.

- Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena

adukan dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah

keropos baik disengaja atau tidak disengaja.

Page 18: Struktur Beton - Kolom

Pipa, saluran, atau

Pipa, saluran,

reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4%

luas bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung ter

ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut

beton. Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan

pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.

Gambar 3.4 Pipa yang ditanam

Spasi (jarak bersih)

lebih dari 150 mm.

Gambar 3.5 Jarak spasi antar tulangan pada kolom

Sengkang/ties/begel

daerah pertemuan

Pemasangan sengkang harus benar

oleh SNI. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk

atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton

atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak

reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4%

luas bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung ter

ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut

Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan

pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.

Gambar 3.4 Pipa yang ditanam dalam kolom beton

bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh

lebih dari 150 mm.

Gambar 3.5 Jarak spasi antar tulangan pada kolom

Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada

daerah pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa.

Pemasangan sengkang harus benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan

Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk

14

yang tidak berbahaya bagi beton (tidak

reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4%

luas bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus

ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut

Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan

pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.

sepanjang sisi sengkang tidak boleh

adalah elemen penting pada kolom terutama pada

kolom dalam menahan beban gempa.

benar sesuai dengan yang disyaratkan

Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk

Page 19: Struktur Beton - Kolom

menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan”

sewaktu menerima

sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas

maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan

0.85fc’).

Transfer beban

Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai

dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan

fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran

lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection) d

akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini

harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini

diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat

mutu beton yang berbed

Gambar 3.6 Desain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda

Menurut SNI-03

kolom:

- Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang

bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang

berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau

atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilk

menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan”

sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi,

sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas

maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan

beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.

rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai

dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan

fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran

lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu

akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini

harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini

diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat

mutu beton yang berbeda.

Gambar 3.6 Desain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda

03-2847-2002, ada empat ketentuen terkait perhitungan

Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang

bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang

berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau

atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilk

15

menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan”

gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi,

sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas

maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan

pada struktur lantai yang mutunya berbeda.

rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai

dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan

fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran

engan lantai tentu

akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini

harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini

diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat

Gambar 3.6 Desain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda

ada empat ketentuen terkait perhitungan

Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang

bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang

berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau

atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio

Page 20: Struktur Beton - Kolom

16

maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus

diperhitungkan.

- Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya

beban tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau

dalam harus diperhitungkan. Demikian pula pengaruh dari beban

eksentris karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.

- Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada

kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-

ujung tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.

- Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus

didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut

berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga memperhatikan

kondisi kekekangan pada ujung kolom.

Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:

1. Kuat perlu

2. Kuat rancang

3.6 Metode Pelaksanaan

3.6.1 Rumah Tinggal

Pembuatan kolom praktis pada pembangunan rumah tinggal prosesnya

cukup sederhana dan cepat, yaitu membeli besi rangkaian kolom praktis di toko

bangunan lalu memasangnya dengan bekisting dinding batu bata secara langsung

ditambah papan kayu maka pengecoran kolom praktis sudah bisa dimulai hingga

selesai.

Page 21: Struktur Beton - Kolom

17

Gambar 3.7 Pekerjaan kolom dan dinding

Gambar 3.8 Pembuatan dinding

Gambar 3.9 Pekerjaan tulangan kolom

Page 22: Struktur Beton - Kolom

18

Tulangan kolom dibuat berkait dengan sloof tulangan ini memiliki besi

utama (yang tegak) dan besi begel (yang kotak-kotak untuk mengikat besi utama.

Jarak antar begel/sengkang berkisar antara 10 hingga 20 cm.

Gambar 3.10 Pekerjaan kolom yang sudah jadi

Hubungan Kolom dengan Pondasi Dinding

Berat atap diterima secara merata oleh ring balok dan beban disalurkan ke

pondasi melalui media kolom. Selain menerima limpahan beban dari kolom,

pondasi juga menahan berat dinding yang ada diatasnya sehingga secara

keseluruhan menahan beban bangunan.

Prinsip Penerusan Gaya pada Kolom Pondasi

Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok

menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom

pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem

dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal.

Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan

dengan kolom, bisa ditambah tebalnya.

Page 23: Struktur Beton - Kolom

19

3.6.2 Gedung Bertingkat Tinggi

Pada pembangunan kolom beton gedung bertingkat tinggi prosesnya sebagai

berikut:

1. Pada tahap perencanaan, buat gambar desain bangunan untuk

menggambarkan bentuk kosntruksinya dan menentukan letak kolom

struktur.

2. Lakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan dimensi kolom

dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap ekonomis.

3. Lakukan pengerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan,

ini harus pas sesuai dengan gambar rencana apalagi pada gedung bertingkat

tinggi yang angka toleransin kesalahan hanya berkisar 1 cm, jika salah

dalam mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.

4. Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu

dipersiapkan, sering disebut sebagai bestek besi.

5. Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah

direncanakan.

6. Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.

7. Membuat bekisting, bisa terbuat dari kayu, plat aluminium atau media lain

yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.

8. Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.

9. Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran

rencana dan sudah benar-benar tegak.

10. Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.

11. Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai

hasil perhitungan semula, misalnya mau menggunakan mutu beton K-250,

K-300, K-400 dan seterusnya.

12. Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa

dilakukan dengan perpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor

dari ujung atas bekisting.

Pada setiap rangkaian pelaksanaan tersebut membutuhkan pengecekan

bersama dengan konsultan perencana, kontraktor, konsultan pengawas maupun

pemilik gedung secara langsung. Hal ini dimaksudkan untuk

Page 24: Struktur Beton - Kolom

20

meminimalisirkesalahan yang mngkin terjadi dalam perencanaan maupun

pelaksanaan.

Urutan pelaksanaan pekerjaan kolom :

1. Stek Tulangan Kolom + Mаrkіng

2. Pabrikasi Tulangan Kolom

3. Pemasangan Tulangan Kolom + Decking

4. Pemasangan Sepatu Kolom

5. Instalasi Pipa Elektrikal

6. Pabrikasi Bekisting Kolom

7. Instalasi Bekisting yang Telah Diberi Oil Form

8. Pemberian Beton Eksisting dengan Calbond

9. Pengecoran Kolom

10. Pembongkaran Bekisting Kolom

11. Perawatan Beton

Gambar 3.11 Urutan pelaksanaan pekerjaan kolom

Page 25: Struktur Beton - Kolom

21

Gambar 3.12 Marking kolom

Gambar 3.13 Fabrikasi Penulangan Kolom

Gambar 3.14 Fabrikasi Bekisting Kolom

Page 26: Struktur Beton - Kolom

22

Gambar 3.15 Sepatu Kolom

Gambar 3.16 Pelepasan bekisting kolom

3.17 Pelepasan Bekisting kepala kolom

Page 27: Struktur Beton - Kolom

23

Gambar 3.18 Perapihan kolom

3.7 Metode Kerja Pembongkaran Bekisting Kolom

Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap

mengeras. Pembongkaran bekisting dilakukan setelah 8 jam dari pengecoran

terakhir dengan tenaga orang (berbeda-beda tergantung pada setting time beton,

setiap mix design yang dibuat juga berbeda tergantung dari bahan admixture yang

digunakan). Jika pembongkaran dilakukan sebelum waktu pengikatan pada beton

menjadi sempurna (kurang dari setting time yang diisyaratkan) maka akan terjadi

kerusakan/cacat pada beton tersebut. Upaya dalam mencegah kerusakan yang terjadi

yaitu dilakukan pembongkaran setelah setting time yang diisyaratkan, agar beton

dapat mngeras terlebih dahulu. Karena beton kolom yang digunakan tidak langsung

menerima beban besar (momen akibat beban sendiri termasuk kecil), maka

pembongkaran bekistingnya lebih cepat dibandingkan pembongkaran bekisting pada

balok dan pelat lantai.

Persiapan Lahan

Pembersihan Area Kerja

Pada saat dilakukan bongkaran kolom area kerja harus bebas dari aktifitas

pekerja dan material proyek

Prosedur Pelaksanaan

1. Persiapan Alat TC (Tower Crane).

2. Persiapan Pekerja (2 Orang).

3. Tahap pertama melepas support bekisting kolom.

Page 28: Struktur Beton - Kolom

24

4. Tahap kedua melonggarkan ikatan tie rod samping bekisting kolom.

5. Tahap ketiga pengikatan sling TC ke bekisting Kolom.

6. Tahap keempat pengangkatan bekisting kolom menggunakan TC.

7. Bekisting Kolom diletakan ke area stock bekisting kolom.

8. Pekerjaan Pelepasan Bekisting Kolom menggunakan Metode ini

membutuhkan kurang lebih 10 menit.

9. Repair kolom yang kurang mulus.

Gambar 3.19 Pembongkaran bekisting kolom

3.8 Metode Kerja Perawatan Kolom

Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan

perawatan beton (curing), yaitu dengan menggunakan curing compound. Caranya

yaitu dengan membasahi permukaan kolom dengan menggunakan roll secara merata

(naik turun), proses ini dilakukan sebanyak 4 kali.

Tujuan utama dari perawatan beton ialah untuk menghindari:

Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pngerasan beton yang

akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.

Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama.

Page 29: Struktur Beton - Kolom

25

Perbeaan temperatur dalam beton yang akan mengakibatkan retak-retak pada

beton.

Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan empat hal

pokok yaitu, keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja, urutan pekerjaan yang

kurang tepat dan adanya kesulitan dalam mengaplikasikan gambar rencana.

Permasalahan pelaksanaan pekerjaan yang muncul di lapangan antara lain:

Pembersihan permukaan bekisting balok dan pelat lantai sebelum

pengecoran kurang teliti sehingga banyak sampah seperti potongan kayu,

butiran tanah tercetak dengan beton.

Pembesian tulangan kolom dan balok yang tidak sesuai dengan gambar, baik

dari jumlah maupun ukurannya.

Penempatan decking yang keliru, dimana sering dijumpai decking

ditempatkan pada tulangan utama.

Sengkang bagian bawah pada balok banyak yang tidak diikatkan dengan

tulangan utama.

Terjadi keropos pada beton setelah pengecoran, dikarenakan penggetaran

concrete vibrator yang kurang merata.

Page 30: Struktur Beton - Kolom

26

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis

pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-

benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan

meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk

konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar

apabila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.

Kolom dalam sebuah konstruksi sangatlah penting untung menahan beban

pada plat lantai dua (khusus bangunan bertingkat. Juga berfungsi sebagai pengikat

dinding, agar tidak mudah roboh.

Page 31: Struktur Beton - Kolom

27

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Cara membuat kolom beton bertulang. Diambil pada 22 Maret

2014 dari http://www.ilmusipil.com/cara-membuat-kolom-beton-bertulang

Anonim. 2010. Desain kolom beton bertulang. Diambil pada 22 Maret 2014 dari

http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/

Chairil, Nizar. 2010. Metode kerja kolom gedung. Diambil pada 22 Maret 2014

dari http://www.ilmusipil.com/metode-kerja-kolom-gedung

Departemen Pekerjaan Umum. (1991). SK SNI T-15-1991-03 Tata Cara

Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan

Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Departemen Pekerjaan Umum. (2002). SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan

Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan Lembaga

Penyelidikan Masalah Bangunan.

Dipohusodo, Istimawan. 1993. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Yayasan

Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Hindarto, Probo. 2009. Kolom dalam konstruksi rumah tinggal sederhana.

Diambil pada 24 Maret 2014 dari

http://probohindarto.wordpress.com/2009/03/28/kolom-dalam-konstruksi-

rumah-tinggal-sederhana/

Tim Redaksi KBBI PB. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(edisi keempat). Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama.