Struktur Atap gedung

19
Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 1 TUGAS METODOLOGI PENELITIAN Desain Struktur Atas Gedung Ruko Parahyangan Office Park di Bandung Dosen Pembimbing Dr. Ella Padillah, S.SOS.I, M.PD.I Disusun oleh : Octo Ahmad Qomarullah 41115120199 KELAS : B 404 JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA 2016/2017

Transcript of Struktur Atap gedung

Page 1: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 1

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

“Desain Struktur Atas Gedung Ruko Parahyangan Office Park di Bandung”

Dosen Pembimbing

Dr. Ella Padillah, S.SOS.I, M.PD.I

Disusun oleh :

Octo Ahmad Qomarullah

41115120199

KELAS : B – 404

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2016/2017

Page 2: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 2

A. Judul Penelitian

“Desain Struktur Atas Gedung Ruko Parahyangan Office Park di

Bandung”

B. Latar Belakang

Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat

resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa diseluruh dunia.

Data-data terakhir yang berhasil direkam menunjukkan bahwa rata-rata setiap

tahun terjadi sepuluh gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan yang

cukup besar di Indonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan

sebagian lagi pada daerah pemukiman yang cukup padat, maka dari itu perlu

adanya suatu peraturan untuk mengurangi angka kematian penduduk dan

kerusakan berat akibat goncangan gempa.

Dalam dunia Teknik Sipil, mahasiswa dituntut untuk bisa menghitung

kinerja dari elemen struktur yang tahan gempa baik struktur atas maupun

struktur bawah. Untuk menghindari terjadinya kerusakan yang tidak

diinginkan pada bangunan maka dalam perencanaan harus sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Bangunan yang tahan akan gempa sangat diperlukan untuk menunjang

keamanan dan kenyamanan bagi para penghuni. Maka dari itu struktur yang

tahan akan gempa merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Untuk

perhitungan bangunan yang tahan gempa maka diperlukan data data

pendukung diantaranya data wilayah gempa, jenis tanah, berat sendiri

bangunan, dan fungsi bangunan. Setelah mendapatkan data yang diperlukan

langkah selanjutnya yaitu perhitungan beban gempa yang meliputi

perhitungan lentur, geser, dan momen.

Proyek pembangunan Ruko Parahyangan Office Park Bandung,

mempunyai luas bangunan 1876,8 m2 dan memiliki 3 lantai dengan

ketinggian 12 m, dibangun dengan tujuan untuk menunjang kebutuhan dari

warga bandung khususnya penghuni apartemen Suite Metro Bandung.

Page 3: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 3

Berikut peta lokasi dari proyek pembangunan Ruko Parahyangan Office

Park Bandung

Gambar 1. Lokasi Proyek Pembangunan Ruko Parahyangan Office Park Bandung

Gambar 2. Denah Ruko Parahyangan Office Park Bandung

Page 4: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 4

Gambar 3. Tampak Depan Ruko Parahyangan Office Park Bandung

Gambar 4. Tampak Samping Ruko Parahyangan Office Park Bandung

Page 5: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 5

Berikut adalah peta ditermetologi gempa menurut SNI 03-1726-2012

Gambar 5. Ss, Gempa Maksimum yang Dipertimbangkan Resiko-Tertarget (MCER),

Kelas Situs SB

Gambar 6. S1, Gempa Maksimum yang Dipertimbangkan Resiko-Tertarget (MCER),

Kelas Situs SB

Page 6: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 6

C. Tujuan

1. Merencanakan struktur atas gedung yang meliputi kolom, balok dan

pelat lantai dengan menggunakan metoda Sistem Rangka Pemikul

Momen Menengah (SRPMM) berdasarkan SNI 03-1726-2012

2. Merencanakan tulangan yang digunakan untuk elemen struktur atas

(kolom, balok dan pelat lantai) dalam bentuk detail gambar teknik.

D. Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup pembahasan dalam penyusunan laporan penelitian ini

meliputi :

1. Pemodelan struktur gedung atas (kolom, balok, pelat) pada software

ETABS 9.6 dengan beban gempa statik ekivalen yang mengacu pada SNI

03-1726-2012

2. Perhitungan jumlah tulangan balok, kolom dan pelat yang mengacu pada

Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI-03-

2847-2002

3. Penggambaran detail tulangan menggunakan AUTOCAD Versi 2007.

4. Tidak melibatkan perhitungan struktur bawah dan Rencana Anggaran

Biaya

E. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan

Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang mampu menahan gaya

gempa terutama goncangan akibat beban lateral, maka dari itu desain yang

mumpuni sesuai dengan kaidah ketekniksipilan sangat diperlukan agar

terciptanya bangunan yang tahan akan gempa.

Bangunan tahan gempa dikerjakan menggunakan desain konstruksi

yang benar sesuai dengan ilmu ketekniksipilan, adapun pengertian

bangunan tahan gempa yaitu

Bila terjadi gempa ringan bangunan tidak boleh mengalami kerusakan

baik komponen struktural maupun non-struktural.

Page 7: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 7

Bila terjadi gempa sedang bangunan boleh mengalami kerusakan

tetapi hanya pada bagian nonstruktural.

Bila terjadi gempa besar bangunan boleh mengalami kerusakan baik

struktural maupun nonstruktural akan tetapi jiwa penghuni harus tetap

selamat, artinya sebelum runtuh masih ada waktu bagi penghuni untuk

keluar dari bangunan..

2. Spesifikasi Teknis Material

Spesifikasi yang digunakan dalam perencanaan bangunan ini

menggunakan metode Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah

(SRPMM) dengan menggunakan SNI-03-1726-2012

Mutu beton fc’ 30 MPa

Mutu baja tulangan fy 390 MPa

Mutu baja tulangan geser 240 MPa

3. Persyaratan Material Konstruksi Tahan Gempa

Persyaratan material untuk bangunan tahan gempa haruslah material

yang memenuhi persyaratan, material yang memenuhi syarat akan

berprilaku bagus terhadap struktur yang direncanakan, pada bagunan ini

konstruksi material yang digunakan adalah beton bertulang, maka dari itu

kualitas beton dan baja haruslah memenuhi persyaratan yang ada di SNI

03-2847-2002. Agar bangunan yang di hasilkan sesuai dengan yang

direncanakan

4. Pembebanan

Pembebanan pada struktur ini meliputi beban hidup, beban mati, dan

beban gempa. Berdasarkankan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk

Gedung 1983 untuk bangunan yang mempunyai fungsi sebagai

perkantoran dan pasar mempunyai beban hidup sebesar 250 kg/m2,

sedangkan untuk lantai atap sebesar 100 kg/m2. Beban mati terbagi

kedalam dua bagian yaitu berat sendiri bangunan (kolom, balok, dan pelat

Page 8: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 8

lantai) dan beban mati tambahan yang meliputi beban penutup lantai,

adukan/spesi lantai, beban plafon, beban penggantung dan beban dinding.

Beban gempa pada proyek ini menggunakan Analisis Statik Ekivalen.

Kombinasi pembebanan menurut SNI 03-1726-2012 dalam

perhitungan struktur ini antara lain

1. 1,4 DL

2. 1,2 DL + 1,6 LL

3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 ( ρQE + 0,2 SDS DL) ± 1 ( ρQE + 0,2 SDS DL )

4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 ( ρQE + 0,2 SDS DL) ± 0,3 ( ρQE + 0,2 SDS DL )

5. 0,9 DL + 0,3 ( ρQE - 0,2 SDS DL) ± 1 ( ρQE - 0,2 SDS DL )

6. 0,9 DL + 1 ( ρQE - 0,2 SDS DL) ± 0,3 ( ρQE - 0,2 SDS DL )

Dimana :

DL = Beban mati termasuk SIDL

LL = Beban hidup

Ex = Beban gempa arah-x

Ey = Beban gempa arah-y

ρ = Faktor redunansi, untuk desain seismik Dsampai F nilainya 1,3

SDS = Parameter percepatan spektrum respons desain pad periode pendek

QE = Pengaruh gaya seismik horizontal dari V, yaitu gaya geser desain

total didasar struktur dalam arah yang ditinjau. Pengaruh tersebut harus

dihasilkan dari penerapan gaya horizontal secara serentak dalam dua arah

tegak lurus satu sama lain.

5. Tinjauan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)

5.1 Ketentuan ketentuan umum untuk Sistem Rangka Pemikul

Momen Menengah (SRPMM)

Penulangan komponen SRPMM harus memenuhi ketentuan-ketentuan

detailing balok SRPMM bila beban aksial tekan terfaktor pada komponen

struktur tidak melebihi Agƒ’c/10. Bila beban aksial tekan terfaktor pada

komponen struktur melebihi Agƒ’c/10, maka ketentuan kolom SRPMM

Page 9: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 9

harus dipenuhi kecuali bila komponen struktur kolom diberi tulangan

spiral minimum sesuai ρs ∗ = 0,12 (𝐴𝑔

𝐴𝑐− 1)

ƒ𝑐 ′

ƒ𝑦ℎ .

Bila konstruksi pelat dua arah tanpa balok digunakan sebagai bagian

dari sistem rangka pemikul beban lateral, maka detail penulangannya harus

memenuhi ketentuan detailing pelat SRPMM

5.2 Kuat Geser Rencana untuk Komponen Struktur SRPMM

Kuat geser rencana balok, kolom dan konstruksi pelat dua arah pada

struktur SRPMM diambil sebagai nilai terbesar dari dua kondisi berikut

ini.

Jumlah gaya lintang akibat termobilisasinya kuat lentur nominal

komponen struktur pada setiap ujung bentang bersihnya dan gaya

lintang akibat beban gravitasi terfaktor ( lihat sketsa Gambar 3.38).

Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana

termasuk struktur pengaruh beban gempa, E, dengan nilai E diambil

sebesar dua kali nilai yang ditentukan dalam SNI 03-1726-2012.

5.3 Persyaratan Detailing Komponen Lentur SRPMM

Sama seperti halnya pada komponen struktur SRPMK, pada

komponen struktur SRPMM juga berlaku beberapa persyaratan untuk

penulangan lentur, diantaranya:

Kuat lentur positif balok pada muka kolom harus lebih besar dari

sepertiga (1/3) kuat lentur negatifnya.

Kuat lentur negatife dan positif pada setiap irisan penampang di

sepanjang bentang harus lebih besar dari sperlima (1/5) kuat lentur

yang terbesar yang disedikan pada kedua ujung balok tersebut.

Page 10: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 10

Gambar 7. Gaya Geser Rencana Pada SRPMM

Untuk tulangan tranversal, beberapa ketentuan dibawah ini harus

dipenuhi yaitu:

Pada kedua ujung balok haruslah dipasang sengkang sepanjang jarak

dua kali tinggi komponen struktur dari mukaperletakan. Sengkang

pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih dari 50 mm dari muka

perletakan.

Spasi maksimum sengkang di daerah ini tidak boleh melebihi:

Page 11: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 11

d/4,

delapan (8) kali diameter longitudinal kecil,

24 kali diameter sengkang, dan

300 mm.

Sengkang di luar daerah ujung balok harusdipasang dengan spasi

maksimum d/2.

5.4 Persyaratan Detailing Komponen Kolom dan Join SRPMM

Beberapa ketentuan detailing untuk komponen struktur kolom dan

join SRPMM dapat dilihat dalam bagian berikut ini.

Spasi maksimum, so, tulangan sengkang yang dipasang disepanjang ɭo

dari muka hubungan balok-kolom tidak boleh melebihi:

delapan (8) kali diameter longitudinal terkecil,

24 kali diameter sengkang ikat,

Stengah dimensi penampang terkecil kolom, dan

300 mm.

Sengkang ikat pertama harus diapsang pada jarak ≤ 0,5so dari muka

HBK.

Tulangan sengkang pada hubungan balok-kolom harus memenuhi

syarat tulangan geser minimum berdasarkan 03-1726-2012.

Spasi sengkang ikat pada sebarang penampang kolom tidak boleh

melebihi 2so.

Panjang ɭo harus diambil sebagai nilai terbesar dari:

Seperenam (1/6) tinggi bersih kolom,

Dimensi terbesar penampang kolom, dan

500 mm

Page 12: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 12

G. Metoda dan Rencana Penyelesaian Masalah

Langkah pekerjaan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan tugas

akhir ada pada gambar 8. berupa flowchart metode penyelesaian masalah

untuk menyelesaikan tugas akhir.

Mulai

Pemahaman Referensi dan Literatur yang

Digunakan

Pengumpulan Data

Desain Kolom,

Balok, dan Pelat

Lantai

Perencanaan Pembebanan:

- Beban Mati

- Beban Hidup

- Beban Gempa

Pemodelan pada ETABS

Running

B

A

A

Page 13: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 13

tidak

ya

tidak

ya

Gambar 8. Flowchart Metoda Penyelesaian Masalah

- Cek Mode Shape 1 = translasi

- Cek Tminimum = Crhnx

Cek Tmaksimum = Cu. Tmin

B

Gaya-gaya Dalam pada ETABS

dan Displacement

Perencanaan Penulangan Kolom,

Balok dan Pelat Lantai

Output (Kolom, Balok, Pelat), dalam DED

Selesai

ØMn ≥ Mu

Ø Pn ≥ Pu

ØVu ≥ Vu

B

Page 14: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 14

Penjelasan mengenai flowchart metode penyelesaian masalah akan dijelaskan

pada tabel 1

Tabel 1. Penjelasan flowchart metode penyelesaian masalah

No Pembahasan Penjelasan

1 Pemahaman Referensi dan

Literatur

Memahami referensi yang diambil agar

perencaan sesuai dengan kaidah ilmu ketekniksipilan yang benar

2 Pengumpulan Data Mengumpulkan data yang mungkin

diperlukan saat pelaksanaan tugas akhir.

3 Design Kolom, Balok dan

Pelat

Mengasumsi dimensi kolom, balok dan

pelat dengan aturan yang berlaku saat ini.

4 Perencanaan Pembebanan

menghitung pembebanan yang ada yaitu

meliputi beban mati, beban hidup dan beban gempa.

5 Pemodelan pada ETABS

Pemodelan struktur yang sudah di

rencanakan dan penginputan beban pada software ETABS versi 9.6.

6 Running Menganalisa struktur dan pembebanan

yang direncanakan

8 Gaya-gaya Dalam pada ETABS harus kurang dari

Output yang didapat setelah running yang

akan digunakan untuk perhitungan tulangan.

9

ØMn ≥ Mu

Ø Pn ≥ Pu ØVu ≥ Vu

Mu harus lebih kecil sama dengan ØMn,

Pu harus lebih kecil sama dengan ØPn, dan Vu harus lebih kecil sama dengan ØVu

10 Perencanaan Penulangan

Kolom, Balok dan Pelat Lantai

Menghitung tulangan yang diperlukan untuk kolom, balok dan pelat dengan

memasukan gaya-gaya dalam yang didapat.

11 Output (Kolom, Balok, Pelat),

DED

Output hasil perencanaan dalam Design

Enginering Detail

Page 15: Struktur Atap gedung
Page 16: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 16

H. Jadwal Pelaksanaan

Tabel 2. Rencana Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

17 18 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2 3 4 5 1 2

13 17 20 24 27 31 3 7 10 14 17 21 24 28 3 7 10 14 17 21 24 28 31 4 7 11

11

14 18 21 25 28 2 5 9 12 16 19 23 26 30 2 6 9 13 16 20 23 27 30 4 7 11

11

14 18 21 25 28 1 4 8 11 15

1. Tahap Awal

Pencarian topik dan calon

pembimbing

Usulan topik dan

pembimbing

Penetapan topik dan

pembimbing

Penyusunan proposal dan

bimbingan

Seminar proposal

2. Tahap Pelaksanaan

Perbaikan proposal

Penyusunan laporan TA

Bimibingan laporan TA

Pengajuan Sidang

Pelaksanaan sidang TA

3. Tahap akhir

Revisi laporan TA

Pengumpulan laporan TA

Page 17: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 14

I. Rencana Anggaran Biaya

Tabel 3. Rencana Anggaran Biaya

NO Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp.)

Jumlah (Rp)

1 Foto Copy Referensi 2 Ls 80.000,- 160.000,-

2 Kertas A4 3 Rim 38.000,- 114.000,-

3

Tinta :

Hitam 4 Buah 40.000,- 160.000,-

Warna 2 Buah 50.000,- 100.000,-

4 Buku Pedoman 2 Buah 70.000,- 140.000,-

5

Seminar Proposal TA:

Foto Copy Draft Proposal 3 Buah 4.000,- 12.000,-

Transparansi 50 Lembar 1.000,- 50.000,-

Jilid Proposal 3 Buah 3.500,- 10.500,-

6 Gambar:

Plot Gambar A3 40 Lembar 5.000,- 200.000,-

7 Foto Copy Draft lap.TA 1 Buah 40.000,- 40.000,-

8

Seminar TA :

Foto Copy lap.TA 3 Buah 20.000,- 60.000,-

Konsumsi 3 Dus 10.000,- 30.000,-

Pulpen 3 Buah 3.000,- 9.000,-

9 Penjilidan lap.TA:

Jilid TA 3 Buah 20.000,- 60.000,-

10 Transportasi 1 Ls 150.000,- 150.000,-

11 Lain-lain 1 Ls 300.000,- 100.000,-

TOTAL 1.595.500,-

Page 18: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 15

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

A. Judul Penelitian

B. Latar Belakang

C. Tujuan

D. Ruang Lingkup

E. Tinjauan Pustaka

F. Metode dan Rencana Penyelesaian Masalah

G. Jadwal Pelaksanaan

H. Rencana Anggaran Biaya

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Struktur Atap gedung

Octo Ahmad Qomarullah (41115120199) 16

DAFTAR PUSTAKA

Standar Nasional Indonesia. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk

Bangunan Gedung. SNI 03-2847-2002. Bandung.

Standar Nasional Indonesia. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung . SNI 1726:2012. Jakarta.

Budiono, Bambang., dan Supriatna, Lucky., 2011. Studi Komparasi Desain

Bangunan Tahan Gempa. Bandung : Penerbit ITB.

Imran, Iswandi., dan Hendrik, Fajar., 2009. Perencanaan Struktur Gedung Beton

Bertulang Tahan Gempa. Bandung : Penerbit ITB.