struktur apbn

111

description

struktur apbn

Transcript of struktur apbn

  • Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraSebagai suatu entitas yang mengemban amanat rakyat, pemerintah dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus memiliki rencana yang matang. Rencana tersebut akan dipakai sebagai pedoman dalam setiap pelaksanaan tugas negara termasuk pula dalam hal pengurusan keuangan

  • Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraSetiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana triliunan rupiah melalui APBN. Penyusunan APBN merupakan rangkaian aktifitas yang melibatkan banyak pihak termasuk departemen , lembaga dan DPR, peran DPR dalam hal ini sebagai otoritas yang mengawasi arus keluar dana APBN

  • Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraSesuai UUD 45, APBN harus diwujudkan dala bentuk Undang-undang, dalam hal ini Presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan Rancangan APBN kepada DPR. RAPBN memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus, pembiayaan defisit dan kebijakan pemerintah.

  • Ruang Lingkup APBNAPBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang ditampung dalam satu rekening yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral (Bank Indonesia). Pada dasarnya semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus dimasukkan dalam rekening tersebut.

  • Ruang Lingkup APBNSesuai dengan peraturan pemerintah perundangan yang terkait dengan pengelolaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus tercakup dalam APBN. Dengan kata lain pada saat pertanggungjawaban APBN, semua realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam rekening harus dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua penerimaan dan pengeluaran yang telah dimasukkan dalam rekening BUN adalah merupakan penerimaan dan pengeluaran on budget

  • Perkiraan APBNPerkiraan-perkiraan APBN terdiri dari:penerimaanpengeluarantransfersurplus/defisit dan pembiayaan

  • Sejarah Format APBNSelama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN menggunakan format T-account. Format ini dirasakan masih mempunyai kelemahan antara lain tidak memberikan informasi yang jelas mengenai pengendalian defisit dan kurang transparan sehingga perlu disempurnakanMulai TA 2000 format APBN diubah menjadi I-account, disesuaikan dengan Government Finance Statistics (GFS)

  • Tujuan Perubahan Format APBNTujuan perubahan format dari T-account ke I-account adalah :Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBNUntuk mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBNUntuk mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan budget negara lainUntuk mempermudah perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh pemeritah pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah

  • T-AccountDalam T-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbedaT-account mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamisDalam versi T-account, format seimbang dan dinamis diadopsi. Seimbang berarti sisi penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan, kemudian kekurangannya ditutupi dari pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber dalam atau luar negeri

  • T-Account (Contd)Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerah Versi T-account tidak menunjukan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini merupakan akibat dari sistem anggaran yang terpusatPada format T-account, pinjaman luar negeri dianggap sebagai penerimaan pembangunan dan pembayaran cicilan utang luar negeri dianggap sebagai pengeluaran rutin

  • I-AccountDalam I-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran tidak dipisahkan atau dalam satu kolomI-account menerapkan anggaran defisit/surplusDalam versi I-account, anggaran surplus/defisit diadopsi. Perubahan perubahan itu dengan jelasnya digambarkan oleh posisi overall balance

  • I-Account (Contd)Defisit/surplus adalah perbedaan antara jumlah penerimaan dan hibah, dan jumlah pengeluaran. Perbedaan negatif-jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan- berarti defisit. Jika perbedaan adalah positif jumlah penerimaan dan hibah lebih besar dari jumlah pengeluaran- itu berarti surplus. Sumber sumber pembiayaan untuk menutup defisit mungkin berasal dari pembiayaan dalam dan luar negeri

  • I-Account (Contd)Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerahversi I-account dengan jelas menunjukan komposisi jumlah anggaran yang dikelola oleh pemerintah daerahI-account, pinjaman luar negeri dan pembayaran cicilannya dikelompokan sebagai pembiayaan anggaran

  • Format I-Account APBNDengan format baru ini pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga jumlahnya harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang

  • Format I-Account APBN A. Pendapatan dan HibahI. Penerimaan Dalam Negeri1. Penerimaan Pajak2. Penerimaan Bukan PajakII. HibahB. Belanja NegaraI. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat1. Pengeluaran Rutin2. Pengeluaran PembangunanII. Dana PerimbanganIII. Dana Otonomi Khusus dan PenyeimbangC. Keseimbangan PrimerD. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)E. PembiayaanI. Dalam NegeriII. Luar Negeri

  • Penjelasan Komposisi APBNA.PenerimaanPenerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan Pajak lainnya yang merupakan sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya Penerimaan Non Pajak, diantaranya penerimaan dari sumber daya alam, laba BUMN

  • Penjelasan Komposisi APBNB.PengeluaranSecara umum, pengeluaran yang dilakukan pada suatu tahun anggaran harus ditutup dengan penerimaan pada tahun anggaran yang sama. Berbeda dengan anggaran penerimaan negara yang diperlakukan sebagai target penerimaan pemerintah dan diharapkan dapat dilampauinya, anggaran pengeluaran merupakan batas pengeluaran yang tidak boleh dilampaui.

  • B.Pengeluaran (Contd)Secara Umum, proses terjadinya pengeluaran melalui 4 tahap, yaitu:1. Kewenangan Anggaran2. Pelimpahan Kewenangan Anggaran3. Kewajiban4. Realisasi Pengeluaran (outlays)

  • Penjelasan Komposisi APBNC.Dana PerimbanganDana Perimbangan adalah transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka program desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu dana bagi hasil penerimaan, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus

  • Penjelasan Komposisi APBND.Dana Otonomi Khusus Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan daerah lain, contohnya propinsi Papua mendapat dana alokasi yang lebih besar untuk mengatasi masalah yang kompleks di wilayahnya. Tujuan alokasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan mengurangi ketertinggalan dari propinsi lainnya.

  • Penjelasan Komposisi APBNF. Defisit dan SurplusDefisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.

  • Penjelasan Komposisi APBNG.KeseimbanganDalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu : keseimbangan primer, dan keseimbangan umum.Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga, sedangkanKesembangan Umum adalah total penerimaan dikurangi total pengeluaran termasuk pembayaran bunga

  • Penjelasan Komposisi APBNH.PembiayaanPembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber pembiayaan yang penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi, dan pembiayaan luar negeri meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman program dan penjadwalan kembali utang

  • Proses PenyusunanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

  • Penyusunan APBNMenteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional atas nama Presiden mempunyai tanggungjawab dalam mengkoordinasikan penyusunan APBN. Menteri Keuangan bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran belanja rutin. Sementara itu Bappenas dan Menteri Keuangan bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan penyusunan anggaran belanja pembangunan

  • Penyusunan APBNProses penyusunan APBN dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu:Pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPRPengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN

  • Penyusunan APBN1.Pembicaraan PendahuluanTahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran. Tahapan ini diakhiri dengan finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah

  • Penyusunan APBN2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBNHal ini dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan Panitia anggaran, maupun antara komisi dengan departemen. Hasil pembahasan ini adalah UU APBN yang memuat alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan kegiatan yang disebut satuan 3.

  • 2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Contd)Berdasarkan satuan 3 (alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan kegiatan), Dirjen Anggaran dan Menteri Membahas detail pengeluaran rutin berdasarkan pedoman penyusunan DIK dan indeks satuan biaya yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. Untuk pengeluaran pembangunan, Dirjen Anggaran, Bappenas, dan Menteri teknis membahas detail pengeluaran untuk tiap-tiap kegiatan.

  • 2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Contd)Apabila DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah tersebut , maka pemerintah menggunakan APBN tahun sebelumnya. Hal ini berarti maksimum yang dapat dilakukan pemerintah harus sama dengan pengeluaran tahun lalu.

  • Hasil pembahasan diatas didokumentasikan kedalam dokumen-dokumen berikut:Daftar Isian Kegiatan, dokumen yang berlaku sebagai otorisasi untuk pengeluaran rutin pada masing-masing unit organisasi.Daftar Isian Proyek, dokumen anggaran berlaku sebagai otorisasi untuk pengeluaran pembangunan untuk masing-masing proyek pada unit organisasi.Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Rutin (SPAAR), dokumen yang menetapkan besaran alokasi anggaran rutin untuk setiap kantor/satuan kerja di daerah yang selanjutnya akan dibahas anatara Kantor Wilayah DJA dan Instansi Vertikal Departemen/ Lembaga untuk kemudian dituangkan dalam DIK.

  • Lanjutan..Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Pembangunan (SPAAP), dokumen yang menetapkan besaran alokasi anggaran pembangunan untuk setiap proyek/bagian proyek yang selanjutnya akan dibahas antara Kantor wilayah DJA dengan instansi vertikal/dinas untuk kemudian dituangkan dalam DIP.Surat Keputusan Otorisasi (SKO), dokumen otorisasi untuk penyediaan dana kepada departemen/lembaga/pemerintah daerah dan pihak lain yang berhak baik untuk rutin maupun pembangunan.

  • PERATURAN PELAKSANAAN:PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

    PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun 2005

    PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

    PMK Nomor 571/PMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis Penyelesaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

    PMK Nomor 606/PMK.06/2004 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2005

    PMK Nomor 54/PMK. 02/2005 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL

  • PERUBAHAN FORMAT ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT :Penerapan sistem penganggaran terpadu (unified budged), melalui penyatuan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang sebelumnya dipisahkan; dan

    Reklasifikasi rincian belanja negara menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja, yang sebelumnya dirinci menurut sektor dan jenis belanja.

  • SASARAN PERUBAHAN FORMAT ANGGARAN BELANJA NEGARA :Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan belanja negara, melalui:

    Minimalisasi duplikasi rencana kerja dan penganggaran dalam belanja negara

    Meningkatkan keterkaitan antara keluaran (output) dan hasil (outcomes) yang dicapai dengan penganggaran organisasi

    Penyesuaian dengan klasifikasi internasional

  • PENELAAHAN RKA-KL DAN DIPA 2005Kementerian Keuangan cq. DJAPK menelaah kesesuaian RKA-KL dengan pagu sementara, standar biaya, dan prakiraan maju; danBappenas menelaah sinkronisasi program dalam RKA-KL dengan RKP.

    Penelaahan tersebut dilakukan pada minggu kedua Juli sampai dengan awal Agustus

    Kementerian Keuangan cq DJPbn menelaah kesesuaian antara DIPA dengan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (yang diterbitkan selambat-lambatnya November 2005)

  • PENYUSUNAN RKA-KL 2006 DAN DIPA 2006Penelaahan RKA-KL oleh Kementerian Keuangan (cq DJAPK) dan Bappenas dimulai pada minggu kedua Juli sampai awal Agustus 2005

    Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (paling lambat November 2005)

    Pengajuan konsep DIPA oleh kementerian/lembaga paling lambat minggu kedua Desember 2005

    Kementerian Keuangan cq Direktur Jenderal Perbendaharaan melakukan penelaahan kesesuaian antara konsep DIPA yang diajukan oleh kementerian/lembaga dengan Keppres tentang Rincian APBN 2006

    Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran paling lambat 31 Desember 2005

    Pelaksanaan APBN 2006 mulai 1 Januari 2006

  • Reformasi penganggaran :Unifikasi anggaran, yang mengkonsolidasi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan;

    Penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expediture framework/MTEF), yang mempererat perencanaan dan penganggaran serta meningkatkan derajat prediksi kemampuan anggaran jangka menengah; dan

    Penerapan penganggaran berbasis kinerja dan untuk tingkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan pemerintah.

  • Struktur APBDAPBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan

  • Struktur APBDSecara garis besar, struktur APBD terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerahPendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaranPembiayaan Daerah adalah semua kegiatan pemerintah untuk menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus

  • Struktur APBDPendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. PAD mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.Dana Perimbangan mencakup Dana Bagi Hasil (Pajak dan Sumber Daya Alam), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).Lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup hibah (barang atau uang dan/atau jasa), dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

  • Struktur APBDBelanja daerah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.Belanja Tidak LangsungYaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung ini terdiri atas belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Belanja Langsung Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dari suatu kegiatan terdiri dari belanja pegawai (honorarium/upah), belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

  • Struktur APBD

  • Surplus APBDSurplus APBD dapat dimanfaatkan antara lain:Untuk pembayaran pokok utangPenyertaan modal (investasi) daerahPemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial, yang diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan pada SKPD. Pembentukan dana cadangan juga dapat dilakukan ketika terjadi surplus

  • Defisit APBDDalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari:Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya, Pencairan dana cadangan, Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, Penerimaan pinjaman, Penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang

  • Klasifikasi APBDUntuk kepentingan administratif, monitoring, dan evaluasi, struktur APBD diklasifikasikan menuruturusan pemerintahan daerah25 (dua puluh lima) urusan wajib pemerintahan daerah8 (delapan) urusan pilihan pemerintahan daerahorganisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan

  • Struktur APBDA.Pendapatan DaerahPendapatan daerah didefinisikan sebagai semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan atas:pendapatan asli daerahdana perimbanganlain-lain pendapatan daerah yang sah

  • Pendapatan Asli DaerahKelompok pendapatan asli daerah (PAD) dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas pajak daerah,retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Sedangkan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMDbagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMNbagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat

  • Penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dimasukkan ke dalam jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain:hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkanjasa giropendapatan bungapenerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerahpenerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerahpenerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asingpendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaanpendapatan denda pajakpendapatan denda retribusipendapatan hasil eksekusi atas jaminanpendapatan dari pengembalianfasilitas sosial dan fasilitas umumpendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihanpendapatan dari angsuran/cicilan penjualan

  • Dana PerimbanganKelompok pendapatan daerah yang kedua adalah Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Kelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:dana bagi hasil (DBH)dana alokasi umum (DAU)dana alokasi khusus (DAK)

  • Lain-lain Pendapapatan yang SahKelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikatdana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/ kerusakan akibat bencana alamdana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kotadana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintahbantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya

  • Struktur APBDB.Belanja DaerahUntuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota, pemerintah daerah membuat anggaran belanja setiap tahunnya. Belanja daerah ini meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

  • Struktur APBDDalam APBD, belanja daerah dirinci menuruturusan pemerintahan (urusan wajib atau urusan pilihan)organisasi programkegiatan kelompokjenis obyek dan rincian obyek belanja

  • Belanja DaerahBelanja menurut kelompok belanja terdiri atas belanja tidak langsung dan belanja langsung,Belanja Tidak LangsungYaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

  • Belanja Langsung Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatanKelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modalKetiga jenis belanja langsung untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah ini dianggarkan pada belanja SKPD bersangkutan.

  • Belanja DaerahKlasifikasi belanja menurut fungsi, bertujuan untuk keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara. Pengklasifikasian menurut fungsi ini terdiri dari:pelayanan umumketertiban dan ketentramanekonomilingkungan hidupperumahan dan fasilitas umumkesehatanpariwisata dan budayapendidikanperlindungan sosial

  • Struktur APBDC.Pembiayaan DaerahPembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Dalam APBD, pembiayaan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan.

  • Pembiayaan DaerahPembiayaan terdiri atas:Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali balk pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

  • Penerimaan PembiayaanPenerimaan pembiayaan mencakup:sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)pencairan dana cadanganhasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkanpenerimaan pinjaman daerahpenerimaan kembali pemberian pinjamanpenerimaan piutang daerah

  • Pengeluaran PembiayaanSedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup:pembentukan dana cadanganpenerimaan modal (investasi) pemerintah daerahpembayaran pokok utangpemberian pinjaman daerah

  • APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menyusun:Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah

  • Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah

  • Hal-hal yang harus termuat dalam RKPD adalah:Rancangan kerangka ekonomi daerah Prioritas pembangunan dan kewajiban daerah (mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan)Rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran berkenaan. Tata cara penyusunannya berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

  • Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

  • Pedoman penyusunan APBD tersebut memuat antara lain:Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerahPrinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaanTeknis penyusunan APBDHal-hal khusus lainnya

  • Dalam menyusun rancangan kebijakan umum APBD, kepala daerah dibantu oleh tim anggaran pemerintah daerah yang dikoordinasi oleh sekretaris daerah. Rancangan kebijakan umum APBD yang telah disusun disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat pada awal bulan Juni.

  • Rancangan kebijakan umum APBD disampaikan kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan Kebijakan Umum APBD yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum APBD paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan

  • Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS dengan tahapan sebagai berikut:Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihanMenentukan urutan program untuk masing-masing urusanMenyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program

  • Kepala daerah menyampaikan rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi prioritas dan plafon anggaran sementara paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

  • Kebijakan umum APBD serta PPAS yang telah disepakati masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD

  • Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPAS, Tim Anggaran Pemda menyusun Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sebagai acuan bagi SKPD dalam menyusun RKA-SKPD

  • Pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup:Prioritas dan plafon anggaran sementara yang dialokasikan untuk setiap program SKPDSinkronisasi program nasional dengan program pemerintah daerah dan antar program SKPD terkait dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkanBatas waktu penyampaian RKA-SKPDHal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektivitas, tranparansi dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerjaDokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon anggaran sementara, kode rekening APBD, format RKA-SKPD, standar analisis belanja, dan standar harga.

  • Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD, Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD. RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu, dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja

  • Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju. Prakiraan maju berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Sedangkan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran. Dan pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil yang diharapkan dari program termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut

  • Demi terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja serta terciptanya kesinambungan RKA-SKPD, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan untuk menilai program dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya akan dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu) tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan.

  • Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan. Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja didasarkan pada:a. Indikator kinerjaUkuran keberhasilan yang akan dicapai dari program dan kegiatan yang direncanakan.b. Capaian atau target kinerjaMerupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.c. Analisis standar belanja.Merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.d. Standar satuan harga Harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.e. Standar pelayanan minimal

  • RKA SKPD Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat DaerahRKA SKPD 1Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat DaerahRKA SKPD 2.1Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA SKPD 2.2Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat DaerahRKA SKPD 2.2.1Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat DaerahRKA SKPD 3.1Rincian Penerimaan Pembiayaan DaerahRKA SKPD 3.2Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah

  • RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD, hal ini dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan Kebijakan Umum APBD, prioritas dan PPAS, prakiraan maju yang telah disetujui, serta capaian kinerja, indikator kinerja, standar analisis belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Jika pada hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian maka SKPD melakukan penyempurnaan.

  • RKA-SKPD yang telah disempurnakan SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai bahan penyusunan Raperda APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Raperda tentang APBD yang telah disusun disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya Raperda tentang APBD ini disampaikan kepada DPRD untuk dibahas lebih lanjut. Akan tetapi, sebelum disampaikan kepada DPRD, Raperda tentang APBD harus disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi ini bersifat memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah.

  • Ringkasan APBDRingkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi SKPDRincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, pendapatan, belanja dan pembiayaanRekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, program dan kegiatanRekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negaraDaftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatanDaftar piutang daerahDaftar penyertaan modal (investasi) daerahDaftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerahDaftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lainDaftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran iniDaftar dana cadangan daerahDaftar pinjaman daerah dan obligasi daerah.

  • Ringkasan penjabaran anggaran pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerahPenjabaran APBDmenurut urusan pemerintahan daerah, organisasi skpd, program, kegiatan, kelompok, jenis, objek, rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

  • Untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang direncanakan, tarif pungutan/hargaUntuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur, harga satuan, lokasi kegiatan, dan sumber pendanaan kegiatanUntuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan.

  • Setelah mendapatkan persetujuan DPRD, Raperda APBD diserahkan kepada Gubernur/Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi. Setelah melewati tahapan evaluasi, dapat dilakukan penetapan RAPBD menjadi APBD yang dituangkan dalam Peraturan Daerah.

  • ILUSTRASI APBD

  • Dasar Perundangan APBD Berbasis KinerjaKepMen DN No.29/2000 ttg keuangan daerah& APBDPP 105/2000 ttg pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerahUU No. 25/99 ttgPerimbangan Keuangan Pusat dan DaerahUU No. 22/99 ttg Pemerintahan DaerahAnggaran Berbasis Kinerja

  • Perubahan PenganggaranLine Item Budgeting

    PerformanceBudgetingTidak dapat dinilai efisiensi dan efektifitas programBerorientasi jangka pendekBelum mengaitkan setiap pengeluaran dengan manfaatnyaMengaitkan setiap pengeluaran dengan manfaatnyadapat dinilai efisiensi dan efektifitas programBerorientasi jangka panjang

  • PROSES PENYUSUNAN APBD2. Arah dan Kebijakan Umum APBD3. Strategi & Prioritas APBD6. Pembahasan RAPBD1. Kegiatan Pendahuluan4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)5. Evaluasi dan seleksi RASKAPBDPenyusunan Anggaran KinerjaPenetapan strategi organisasi (visi dan misi)Pembuatan Tujuan operasionalPenetapan AktivitasReview dan Ranking

  • Proses Penyusunan APBDLangkah penyusunan APBD dilakukan dengan berdasar pada Rencana Strategis Daerah (RENSTRADA) dokumen strategi jangka panjang (strategic planning) yang dimiliki Pemda Siklus RENSTRADA biasanya lima tahunan yang akan dijabarkan dalam bentuk tujuan operasional yang bersifat tahunan

  • 1. Kegiatan PendahuluanPenjaringan aspirasi masyarakat sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publikEvaluasi kinerja tahun lalu untuk mendapat feedback bagi penyusunan APBD sekarangHasil penjaringan masyarakat dan feedback dan penjabaran Renstrada sebagai dasar penentuan arah dan kebijakan umum APBD

  • 2. Arah dan Kebijakan Umum APBDPEMDA (eksekutif)Kebijakan Pemerintah PusatEvaluasi kinerja masa laluPokok pikiran DPRDRENSTRADADPRD (Legislatif)MASYARAKAT (Tokoh,LSM,Ormas, dllArah dan Kebijakan umum APBDKesepakatan

  • 2. Arah dan Kebijakan Umum APBD (contd)Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut :Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Daerah dan dokumen perencanaan lainnya. Sesuai aspirasi masyarakat dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah.Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang sebagai pedoman penyusunan strategi dan prioritas APBD serta penyusunan rancangan APBD dalam satu tahun anggaran.Disusun dan disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah.

  • 3. Strategi & Prioritas APBDMerupakan penjabaran lebih lanjut dari arah dan kebijakan umumMerupakan strategi operasional jangka pendek, sedangkan RENSTRADA merupakan strategi jangka panjangStrategi dan prioritas APBD adalah pendekatan (metode) yang diprioritaskan dalam rangka pemanfaatan sumber daya yang dimiliki pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

  • 3. Strategi & Prioritas APBD (contd)Contoh arah dan kebijakan umum APBD:Peningkatan rasio guru dengan siswa menjadi 1:30Peningkatan jumlah guru berkeahlian pada tingkat pencapaian 10%Contoh Strategi dan Prioritas APBD:Pengangkatan dan penempatan guruPembinaan dan pengembangan karier guru

  • 4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)Aktivitas dalam penyusunan APBD dijelaskan dalam RASKRASK dibuat oleh unit-unit kerja pemerintah, sehingga sifatnya usulan yang akan dibahas dan dibuat penetapan oleh panitia anggaran yang dibentuk oleh Kepala Daerah bersama DPRD

  • 4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) (contd)RASK dibagi menjadi 3, yaitu :S.1 : berisi tentang pernyataan strategi organisasi (visi, misi, tujuan, dsb)S.2 : berisi tentang rincian program dan kegiatanS.3 : berisi tentang anggaran atas program dan kegiatam yang direncanakan

    Contoh untuk program pembinaan dan pengembangan karier guru:Seminar tentang psikologi pengajaranPelatihan teknik-teknik pengajaran yang diadakan setiap 3 bulan

  • 5. Evaluasi dan seleksi RASKUsulan dalam RASK dibahas dan direview oleh Pemerintah (belum melibatkan DPRD).Hasilnya adalah Dokumen RAPBD yang diajukan ke DPRD untuk dibahas bersama

  • 6. Pembahasan dan Penetapan APBDHasil pembahasan Pemerintah dengan DPRD APBD yang dituangkan dalam Perda untuk dilaksanakan Pemda

  • CONTOH RENCANA STRATEGIS DAERAH

  • MENJADI PENGGERAK DAN PENDORONG TERCIPTANYA MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN YANG SEHATMENCIPTAKAN STRUKTUR BIROKRASI YANG EFISIEN DAN EFEKTIFRENCANA STRATEGIS UNIT DINAS KESEHATAN DAERAH XVISIMISIMENINGKATKAN SARANA DAN PRASANA KESEHATANKesehatanRestrukturisasi Organisasi

  • Perspektif MasyarakatPerspektif KeuanganPerspektif Internal ProsesPerspektif Tumbuh dan BelajarMeningkatkan kualitas layananMeningkatkan Kuantitas dan Kualitas Tenaga MedisKesehatanRestrukturisasi OrganisasiMeningkatkan Kepuasan MasyarakatMeningkatkan Produktivitas KerjaMeningkatkan Pengetahuan ManajemenMeningkatkan Kesejahteraan Pegawai

  • TRANSLASI RENSTRA UNIT DINAS KESEHATAN DAERAH X

    VISIMISIINDIKATOR DAMPAKTARGETTUJUANINDIKATORMANFAATTARGETMENJADI PENGGERAK DAN PENDORONG TERCIPTANYA MASYARKAT DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT M.1. KESEHATAN MASYARAKATINDEX KESEHATAN75T.1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan KesehatanIndex Kualitas Pelayanan Kesehatan80T.2.Meningkatkan Lingkungan Sehat & Bersih Index Lingkungan Sehat & Bersih80

    TUJUANPROGRAMINDIKATOR HASILTARGETKEGIATANINDIKATOR KELUARANTARGETT.1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan KesehatanP.1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan Tingkat Kepuasan Masyarakat 80K.1. Penambahan Tenaga MedisJumlah Tenaga Medis / puskesmas5K.2. Pelatihan Tenaga MedisTingkat Keahlian8K.3. Bantuan Penyediaan Fasilitas KesehatanJumlah puskesmas / kecamatan1T.2. Meningkatkan Lingkungan Sehat dan BersihP.1. Pembinaan Kebersihan Lingkungan Tingkat Kesadaran Kebersihan Lingkungan70K.1. Sosialisasi Pentingnya Limgkungan Sehat dan BersihJumlah Kehadiran KK / Sosialisasi60

  • INDEX KESEHATAN SEBELUM ANGGARANINDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN SEBELUM ANGGARAN70707070

    NOINDIKATORBOBOTCAPAIANSCORE1INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN25 %17.52INDEX AIR BERSIH25 %5012.53INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA25 %60154INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH25 %6015INDEX KESEHATAN60

    NOINDIKATORBOBOTCAPAIANSCORE1TINGKAT PASIEN SELAMAT30 %70212TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN40 %70283TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 %21INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

    1TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT SEBELUM ANGGARAN

  • PENYUSUNAN ANGGARAN KEGIATAN

    Unit Kerja :DINAS KESEHATAN DAERAH XProgram:Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan Kegiatan:Penambahan Tenaga Medis

    INDIKATORTOLOK UKURTARGETMasukan:Jumlah Dana Anggaran KegiatanRp. 70,000,000Keluar:Jumlah Tenaga Medis / Puskesmas5Hasil:Tingkat Kepuasan Masyarakat80Manfaat:Index Kualitas Pelayanan Kesehatan80Dampak:Index Kesehatan75

  • INDEX KESEHATANINDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN80808585

    NOINDIKATORBOBOTCAPAIANSCORE1INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN25 %202INDEX AIR BERSIH25 %7017.53INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA25 %7017.54INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH25 %9022.5INDEX KESEHATAN77.5

    NOINDIKATORBOBOTCAPAIANSCORE1TINGKAT PASIEN SELAMAT30 %7522.52TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN40 %80323TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 %25.5INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

    1TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT

  • INDEX KESEHATANINDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

    NOINDIKATORSCORE SEBELUMSCORE SESUDAHTARGETSCORE KINERJA1INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN17.52020100 %2INDEX AIR BERSIH12.517.517.5100 %3INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA1517.517.5100 %4INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH1522.520112.5 %INDEX KESEHATAN6077.575103.33%

    NOINDIKATORSCORE SEBELUMSCORE SESUDAHTARGETSCORE KINERJA

    1TINGKAT PASIEN SELAMAT2122.52493.75 %2TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN283232100 %3TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 2125.524106.25 %INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN708080100 %

    ***************************************************************************