stroke infark.doc

download stroke infark.doc

of 21

Transcript of stroke infark.doc

  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    1/21

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    A. StrokeA.1. Definisi

    Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,

    lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan

    disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak,

    stroke sekunder karena trauma maupun infeksi.4,11Kelompok umur lebih

    dari 40 tahun merupakan faktor risiko tinggi terjadinya stroke.

    A.2. KlasifikasiSetiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, preventif, dan

    prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa. Klasifikasi

    modifikasi marshall, diantaranya :1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya

    a. Stroke iskemik (sekitar 80% sampai 85% stroke terjadi).1. Transient Ischemic Attack(TIA).2. Trombosis serebri.3. Embolia serebri.

    b. Stroke haemoragik (sekitar 15% sampai 20% stroke terjadi).1. Perdarahan intra serebral.2. Perdarahan subarachnoid.

    2. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu.a. Transient Ischemic Attack.

    b. Stroke ~ in ~ evolution.c. Completed stroke.

    3. Berdasarkan sistem pembuluh darah.a. Sistem karotis.

    b. Sistem vertebra-basilar.

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    2/21

    A.3. EtiologiBeberapa penyebab stroke11, diantaranya :

    1. Trombosis.a. Aterosklerosis (tersering).

    b. Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa. c. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik). d. Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).

    2. Embolisme.Sumber di jantung : fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,

    nyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,rdiomiopati iskemik.

    b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis

    komunis, arteri vertrebralis distal.c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.

    3. Vasokonstriksi.a. Vasospasma serebrum setelah peradarahan subaraknoid.

    A.4. EpidemiologiStroke menduduki posisi ketiga di Indonesia setelah jantung dan

    kanker. Sebanyak 28.5 persen penderita stroke meninggal dunia. Sisanya

    menderita kelumpuhan sebagian maupun total hanya lima belas persen

    saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke atau kecacatan.

    Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan bahwa 63,52 per

    100.000 penduduk indonesia berumur di atas 65 tahun ditaksir menderitastroke.

    A.5. Gambaran klinisProses penyumbatan pembuluh darah otak mempunyai beberapa sifat

    klinis yang spesifik :11

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    3/21

    Timbul mendadak. Timbulnya gejala mendadak dan jarang didahului

    eh gejala pendahuluan(warning signs)seperti sakit kepala, mual,

    untah, dan sebagainya.2. Menunjukkan gejala neurologis kontraleteral terhadap pembuluh yang

    tersumbat. Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak

    sistem karotis dan perlu lebih teliti pada observasi sistem vertebra-basilar meskipun prinsipnya sama.3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak

    sedangkan pada stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan

    kesadaran.

    A.6. PatogenesisA.6.1. Patogenesis umum

    Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana

    saja di dalam arteri - arteri yang membentuk sirkulus Willisi :

    arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang- cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak

    terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau

    kematian jaringan. Proses patologik yang mendasari mungkin

    salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh

    darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa, (1)

    keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti

    aterosklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah,

    atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status

    aliran darah, misalnya syok hiperviskositas darah; (3) gangguan

    aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari

    jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular

    didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.11Berdasarkan patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan

    dijabarkan dibawah ini menjadi:12

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    4/21

    Stadium prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala

    oke. Stadium ini umumnya penderita sudah mempunyai

    ktor risiko atau memiliki gaya hidup yang mengakibatkan

    nderita menderita penyakit degeneratif.2. Stadium patogenesis, yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk

    lesi patologik sampai saat lesi tersebut menetap. Gangguan

    fungsi otak disini adalah akibat adanya lesi pada otak. Lesi ini

    umumnya mengalami pemulihan sampai akhirnya terdapat lesi

    yang menetap. Secara klinis defisit neurologik yang terjadi

    juga mengalami pemulihan sampai taraf tertentu.3. Stadium pascapatogenesis, yaitu stadium ini secara klinis

    ditandai dengan defisit neurologik yang cenderung menetap.

    Usaha yang dapat dilakukan adalah mengusahakan adaptasi

    dengan lingkungan atau sedapat mungkin lingkungan

    beradaptasi dengan keadaan penderita.Sehubungan dengan penalataksanaanya maka stadium

    patogenoesis dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu :12Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsungama 0 - 3 / 12 jam pasca onset. Penatalaksanaan fase ini

    bih ditujukkan untuk menegakkan diagnosis dan usaha untuk

    embatasi lesi patologik yang terbentuk.2. Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam - 14 hari

    pasca onset. Penatalaksanaan pada fase ini ditujukkan untuk

    prevensi terjadinya komplikasi, usaha yang sangat fokus pada

    restorasi/rehabilitasi dini dan usaha preventif sekunder.3. Fase subakut. Fase ini berlangsung sesudah 14 hari - kurang

    dari 180 hari pasca onset dan kebanyakan penderita sudah

    tidak dirawat di rumah sakit serta penatalaksanaan lebih

    ditujukkan untuk usaha preventif sekunder serta usaha yangfokus pada neuro restorasi / rehabilitasi dan usahamenghindari komplikasi.

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    5/21

    A.6.2. Patogenesis stroke iskemikStroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu

    atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat

    disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk didalam suatu

    pembuluh otak atau pembuluh organ distal kemudian bekuan

    dapat terlepas pada trombus vaskular distal, atau mungkin

    terbentuk didalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian

    dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus.11

    Pangkal arteria karotis interna (tempat arteria karotis komunis

    bercabang menjadi arteria karotis interna dan eksterna)

    merupakan tempat tersering terbentuknya arteriosklerosis.

    Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering merupakan

    penyebab stroke pada orang berusia lanjut, yang sering

    mengalami pembentukan plak arteriosklerosis di pembuluh darah

    sehingga terjadi penyempitan atau stenosis.11A.6.3. Patogenesis stroke haemoragik

    Stroke haemoragik terjadi akibat tekanan darah yang sangat

    tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah

    otak atau stroke haemoragik yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, perdarahan subarachnoid dan perdarahanintraserebral.61. Perdarahan subaraknoid

    Patogenesis perdarahan subaraknoid yaitu darah keluar dari

    dinding pembuluh darah menuju ke permukaan otak dan

    tersebar dengan cepat melalui aliran cairan otak ke dalam

    ruangan di sekitar otak. Perdarahan sering kali berasal dari

    rupturnya aneurisma di basal otak atau pada sirkulasi willisii.

    Perdarahan subaraknoid timbul spontan pada umumnya dan

    sekitar 10 % disebabkan karena tekanan darah yang naik dan

    terjadi saat aktivitas.6

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    6/21

    2. Perdarahan intraserebralPatogenesis perdarahan intraserebral adalah akibat rusaknya

    struktur vaskular yang sudah lemah akibat aneurisma yang

    disebabkan oleh kenaikan darah atau pecahnya pembuluh darah

    otak akibat tekanan darah, atau pecahnya pembuluh darah otak

    akibat tekanan darah yang melebihi toleransi (Yatsu dkk).

    Menurut Tole dan Utterback, penyebab perdarahan

    intraserebral adalah pecahnya mikroaneurisma Charcot-Bouchard akibat kenaikan tekanan darah.6

    A.7. DiagnosisA.7.2. Anamnesis

    Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota

    gerak sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak

    dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat

    mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, sedang bekerja, ataupun

    sewaktu istirahat.A.7.3. Pemeriksaan fisik

    Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi

    vital seperti tekanan darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan,

    tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran

    menurun, tentukan skor dengan skala koma glasglow agar

    pemantauan selanjutnya lebih mudah, tetapi seandainya penderita

    sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi, disertai

    pemeriksaan saraf - saraf otak dan motorik apakah fungsi

    komunikasi masih baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran

    menurun dan nilai skala koma glasglow telah ditentukan, setelah

    itu lakukan pemeriksaan refleks - refleks batang otak yaitu :1. Reaksi pupil terhadap cahaya.2. Refleks kornea.3. Refleks okulosefalik.

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    7/21

    4. Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernafasan Cheyne Stoke, hiperventilasi neurogen, kluster, apneustik dan

    ataksik. Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi pada

    saraf - saraf otak dan anggota gerak. Kegawatan kehidupan

    sangat erat hubungannya dengan kesadaran menurun, karena

    makin dalam penurunan kesadaran, makin kurang baik

    prognosis neurologis maupun kehidupan. Kemungkinan

    perdarahan intra serebral dapat luas sekali jika terjadi

    perdarahan - perdarahan retina atau preretina pada

    pemeriksaan funduskopi.A.7.4. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium,pemeriksaan neurokardiologi, pemeriksaan radiologi,penjelasanya adalah sebagai berikut :1. Laboratorium.

    a. Pemeriksaan darah rutin.b. Pemeriksaan kimia darah lengkap.

    1. Gula darah sewaktu.Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah

    dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian

    berangsur - angsur kembali turun.Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati,

    zim SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid (trigliserid,

    DH-HDL kolesterol serta total lipid).c. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap).

    1. Waktu protrombin.2. Kadar fibrinogen.3. Viskositas plasma.

    d. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi

    Homosistein.

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    8/21

    2. Pemeriksaan neurokardiologiSebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan

    elektrokardiografi. Perubahan ini dapat berarti kemungkinan

    mendapat serangan infark jantung, atau pada stroke dapat

    terjadi perubahan - perubahan elektrokardiografi sebagai akibat

    perdarahan otak yang menyerupai suatu infark miokard.

    Pemeriksaan khusus atas indikasi misalnya CK-MB follow up

    nya akan memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan EKG dan

    pemeriksaan fisik mengarah kepada kemungkinan adanya

    potensial source of cardiac emboli (PSCE)maka pemeriksaan

    echocardiografi terutama transesofagial echocardiografi (TEE)

    dapat diminta untuk visualisasi emboli cardial. 3. Pemeriksaan radiologi

    a. CT-scan otakPerdarahan intraserebral dapat terlihat segera dan

    pemeriksaan ini sangat penting karena perbedaan

    manajemen perdarahan otak dan infark otak. Pada infark

    otak, pemeriksaan CT-scan otak mungkin tidak

    memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari -hari pertama, biasanya tampak setelah 72 jam serangan.

    Jika ukuran infark cukup besar dan hemisferik.

    Perdarahan/infark di batang otak sangat sulit diidentifikasi,

    oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk

    memastikan proses patologik di batang otak.b. Pemeriksaan foto thoraks.

    Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah

    dapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan

    ah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke

    n adakah kelainan lain pada jantung.

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    9/21

    Dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial

    empengaruhi proses manajemen dan memperburuk

    ognosis.

    B. HipertensiB.1. Definisi

    Menurut The Sixth Joint National Committee on Prevention,

    Detection, Evaluation, adan Treatment of High Blood Pressure (1997) hipertensi merupakan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam

    pengobatan anti hipertensi.6

    B.2. KlasifikasiKlasifikasi hipertensi, yaitu :

    Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa 18 tahun ke atasBP Classification Systolic BP Diastolic BP (mmHg)

    Normal 120 and < 80Prehypertension 120 - 139 or 80 - 90Stage 1 hypertension 140 - 159 or 90 - 99Stage 2 hypertension 160 or 100Sumber : (7)

    B.3. EtiologiHipertensi belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya. Bila

    hipertensi yang benar - benar tidak diketahui penyebabnya, maka di

    namakan hipertensi essensial atau hipertensi primer, karena untuk

    membedakan dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab - sebab

    yang diketahui.7

    B.4. EpidemiologiPrevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di

    Indonesia adalah sebesar 31,7%. Prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).Prevalensi hipertensi di Jawa Barat sebesar 29,4%.3

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    10/21

    B.5. PatogenesisTekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.

    Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer

    akan mempengaruhi tekanan darah.6Tekanan darah membutuhkan aliran

    darah melalui pembuluh darah yang ditentukan oleh kekuatan pompa

    jantung (cardiac output) dan tahanan perifer (peripheral resistance),

    sedangkancardiac outputdan tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor - faktor yang saling berinteraksi (asupan natrium, stress, obesitas, genetik,

    dan lain - lain). Hipertensi terjadi jika terdapat abnormalitas faktor -faktor tersebut. Awalnya kombinasi faktor herediter dan faktor

    lingkungan menyebabkan perubahan homeostasis kardiovaskular

    (prehypertension), namun belum cukup meningkatkan tekanan darah

    sampai tingkat abnormal walaupun cukup untuk memulai kaskade yang

    beberapa tahun kemudian menyebabkan tekanan darah biasanya

    meningkat (early hypertension). Sebagian orang dengan perubahan gaya

    (pola) hidup dapat menghentikan kaskade (proses) tersebut dan kembali

    ke normotensi. Sebagian lainnya akhirnya berubah menjadi estabelished

    hypertension (hipertensi menetap), yang jika berlangsung lama dapat

    menyebabkan komplikasi pada target organ.2

    B.6. Gambaran klinisMeningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu - satunya

    gejala pada hipertensi essensial. Kadang - kadang hipertensi essensial

    berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada

    organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala seperti

    sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala

    klinis hipertensi essensial. Survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala - gejala sebagai berikut :pusing, mudah marah, telinga berdengung,

    mimisan (jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk,

    mudah lelah, dan mata berkunang - kunang.

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    11/21

    B.7. DiagnosisB.7.1. Anamnesis

    Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin,

    karena hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan

    tepat serta tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan yang

    menyeluruh walaupun dengan data - data yang minimal kita

    sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.13Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesis singkat. Hal

    yang penting ditanyakan13:1. Riwayat hipertensi : lama dan beratnya. 2. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.3. Usia : sering pada usia 40 - 60 tahun.4. Gejala sistem syaraf (sakit kepala, perubahan mental,anxietas)5. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang).6. Gejala sistem kardiovaskular ( adanya payah jantung,

    kongestif dan oedem paru, nyeri dada ).7. Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis.8. Riwayat kehamilan : tanda eklampsi.

    B.7.2. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah

    (baring dan berdiri) mencari kerusakan organ sasaran (retinopati,

    gangguan neurologi, payah jantung kongestif). Komplikasi krisis

    hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung,

    kongestif dan oedema paru perlu dibedakan perlu dicari penyakit

    penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.B.7.3. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :131. Pemeriksaan yang segera seperti :

    a. Darah : rutin, kreatinin, elektrolik.b. Urin : urinalisa dan kultur urin.c. EKG : 12 lead, melihat tanda iskemi.

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    12/21

    d. Foto thorax : untuk menentukan ada oedem paru atau tidak2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan

    hasil pemeriksaan yang pertama) :a. Sangkaan kelainan renal : IVP, renald angiography ( kasus

    tertentu ), biopsi renald ( kasus tertentu ). b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi :

    Spinal tab, CT Scan.

    B.8. Hubungan hipertensi dengan kejadian strokePola sirkadian tekanan darah merupakan tekanan darah meningkat

    pada pagi hari (peningkatan tertinggi terjadi pada pertengahan pagi hari

    sampai tengah hari). Orang normal mempunyai suatu sistem autoregulasi

    arteri serebral. Bila tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh

    serebral menjadi vasospasme (vasokonstriksi). Sebaliknya, bila tekanan

    darah sistemik menurun, pembuluh serebral akan menjadi vasodilatasi

    sehingga aliran darah ke otak tetap konstan walaupun terjadi penurunan

    tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg, autoregulasi arteri serebral

    masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal. Batas atas

    tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi

    ialah 200 mmHg untuk tekanan sistolik dan 110 - 120 mmHg untuk

    tekanan diastolik.14Tekanan darah sistemik meningkat membuat pembuluh serebral

    akan berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan

    tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama

    berbulan - bulan atau bertahun - tahun, akan menyebabkan hialinisasi

    pada lapisan otot pembuluh serebral yang mengakibatkan diameter

    lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya

    karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi

    dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik.

    Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke

    jaringan otak tidak adekuat sehingga akan mengakibatkan iskemikhttp://digilib.unimus.ac.id

    PDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    13/21

    serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka

    tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi yang mengakibatkan

    terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak.14Hipertensi kronis dapat terjadi mikroaneurisma dengan diameter 1

    mm. Mikroaneurisma ini dikenal dengan aneurisma dari Charcot- Bouchard dan terutama terjadi pada arteria lentikulostriata. Pada

    lonjakan tekanan darah sistemik, sewaktu orang marah atau mengejan,

    aneurisma bisa pecah. Hipertensi yang kronis merupakan salah satu

    penyebab terjadinya disfungsi endotelial dari pembuluh darah.14Endotel menunjukkan fungsi dualistikdalam keadaan normal. Sifat

    ini secara simultan mengekspresikan dan melepaskan zat-zat

    vasokonstriktor (angiotensin II, endotelin-I, tromboksan A-2, dan radikal

    superoksida) serta vasodilator (prostaglandin dan nitrit oksida). Faktor-faktor ini menyebabkan dan mencegah proliferasi sel-sel otot polos

    pembuluh darah secara seimbang. Keseimbangan antara sistem

    antagonis ini dapat mengontrol secara optimal fungsi dinding pembuluh

    darah. Akibat disfungsi endotel, terjadi vasokonstriksi, proliferasi sel-sel

    otot polos pembuluh darah, agregasi trombosit, adhesi lekosit, dan

    peningkatan permeabilitas untuk makromolekul, seperti lipoprotein,

    fibrinogen, dan imunoglobulin. Kondisi ini akan mempercepat terjadinya

    aterosklerosis yang memegang peranan yang penting untuk terjadinya

    stroke infark.14 Peningkatan tekanan darah menyebabkan peningkatan

    intraplaque hemorrhage, sehingga akan memperberat stenosis pembuluh

    darah yang mengalamiaterosklerosis. Peningkatan agregasi platelet

    terjadi pada pagi hari. Viskositas darah mencapai puncaknya pada pagi

    hari. Aktivitas endogenous tissue plasminogen activator sangat rendah

    pada pagi hari. Hal ini akan mengubah keseimbangan antara trombosis

    dan fibrinolisis sehingga thrombosis menjadi lebih dominan.14

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    14/21

    C. Diabetes melitus

    C.1. DefinisiDiabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang

    berlangsung kronik progresif dengan karakteristik hiperglikemia yang

    terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua -duanya.8,9

    C.2. KlasifikasiTabel 2.2 klasifikasi etiologis diabetes melitusI. Diabetes melitus tipe i

    (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defesiensi insulin absolute)A. Melalui proses imunologikB. Idiopatik

    II. Diabetes melitus tipe ii(Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin

    relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi

    insulin)III. Diabetes melitus tipe lain

    A. Defek genetic fungsi sel beta : 1. Kromosom 12, HNF - 1 (dahulu mody 3)2. Kromosom 7, glukokinase (dahulu mody 2)3. Kromosom 20, HNF - 4 (dahulu mody 1)4. Kromosom 12, insulin promoter factor - 1 (IPF - 1, dahulu mody 4)5. Kromosom 17, HNF- (dahulu mody 5)6. Kromosom 2, Neuro D1 (Dahulu Mody 6)7. DNA Mitokondria8. Lainnya

    B. Defek genetic kerja insulin : resistensi isulin tipe A, leprechaunism, sindromRabson Mendenhall, diabetes lipoatropik, lainnya

    C. Penyakit Eksokrin Pankreas : pancreatitis, trauma/pankeaktomi, neoplasma,fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopik fibro kalkulus, lainnya.

    D. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma,

    hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.

    Karena obat / Zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid,

    mone tiroid, diazoxid, agonis adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa,

    nnya.F. Infeksi : rubella konginetal, CMV, lainnyaG. Imunologi (jarang) : sindrom stiff-man, antibody anti reseptor insulin,

    lainnya.indrom genetic lain : Sindrom Down, sindrom klinefelter, sindrom turner,

    drom wolframs, ataksia friedreichs, chorea Huntington, sindrom

    urence-Moon-Biedl, distrofi miotonik, porfiria, sindrom Prader, lainnya.IV. Diabetes kehamilan

    Sumber : (9)

    http://digilib.unimus.ac.id

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    15/21

    PDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    16/21

    C.3. EpidemiologiPrevalensi penyakit diabetes melitus di Indonesia, oleh tenaga

    kesehatan mencapai 63,6%, lebih tinggi dibandingkan cakupan penyakit

    asma maupun penyakit jantung. Prevalensi DM menurut provinsi,

    berkisar antara 0,4% di Lampung hingga 2,6% di DKI Jakarta.3

    C.4. EtiologiFaktor keturunan berperan dalan kejadian penyakit ini dan

    didukung oleh faktor - faktor pencetus antara lain, kegemukan, kurang

    olahraga, makan terlalu banyak, sering mengalami stres, dan dapat pula

    dipicu oleh konsumsi jangka panjang obat - obatan yang dapat

    menaikkan kadar glukosa darah, misalnya obat - obat anti alergi yang

    mengandung hormon kortikosteroid.

    C.5. Faktor risikoMenurut panduan PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi

    Indonesia), skrining untuk mengidentifikasi kasus - kasus tanpa gejala DM

    tetapi mempunyai risiko untuk sakit DM, yaitu :8a. Usia > 45 tahun.

    b. Kelebihan berat badan yang dinyatakan dengan tolak ukur baku yaitu

    Indeks Masa Tubuh atau IMT > 23 Kg/m2.c. Hipertensi > 140/90 mmHg.d. Riwayat diabetes dalam garis keturunan.e. Riwayat persalinan tidak normal yaitu abortus berulang, melahirkan

    bayi cacat atau bayi dengan berat badan lahir > 4000 gram.f. Trigliserid > 250 mg/dl.

    C.6. PatogenesisAda 3 faktor penting yang perlu diperhatikan pada patogenesis DM

    tipe 2, yaitu:111. Faktor individu atau genetik etnis yang membuat rawan DM.

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    17/21

    2. Kerusakan fungsi sel beta pankreas.3. Berkurangnya kerja insulin didalam jaringan yang sensitive insulin

    (resistensi insulin, termasuk otot skeletal, hati dan jaringan adiposa).

    Sebenarnya belum sepenuhnya diketahui patogenesis DM tipe 2, tapi

    pada dasarnya terjadi disfungsi sel-beta dan didalamnya terjadi

    peningkatan resistensi insulin di jaringan. Resistensi insulin adalah suatu

    keadaan yang terjadi resistensi terhadap kerja insulin, yaitu keadaan

    dimana suatu sel, jaringan atau organ membutuhkan sejumlah insulin

    yang lebih banyak untuk mendapatkan secara kuantitatif repons normal,

    antara lain terpakainya atau masuknya glukosa ke dalam sel tersebut.

    Agar insulin dapat bekerja, insulin harus berikatan dengan reseptor

    insulin pada dinding sel. Setelah berikatan, akan terjadi serangkaian

    proses rumit, melalui berbagai sel dan proses antara, menyebabkan

    dicapainya efek kerja insulin yang dikehendaki dalam sel tersebut.

    Insulin mempunyai beragam perandidalam sel, mulai dari peranannya

    dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, hingga

    pengaruhnya untuk proses pembentukan DNA dan RNA dan berbagai

    proses pertumbuhan di dalam sel beta pankreas pada DM tipe 2. Banyak

    proses yang dapat menimbulkan resistensi insulin, di antaranya faktor

    genetik, berbagai faktor lingkungan seperti kegemukan, inaktifitas fisik,

    masukan makanan yang berlebihan, beberapa macam obat dan juga

    proses menua.11Apabila didapatkan resistensi insulin dalam keadaan normal, maka

    tubuh akan merespons dengan meningkatkan produksi atau fungsi

    insulin untuk mengembalikan kadar glukosa pada keadaan normal.

    Apabila proses kompensasi ini menurun, maka kapasitas

    menyeimbangkan tersebut kurang, sehingga tubuh tidak dapat

    mengembalikan keseimbangan dan terjadilah hiperglikemia, kemudian

    DM.11

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    18/21

    C.7. Gambaran klinisManifestasi klinis yang sering terjadi adalah kerusakan mata, otak

    jantung, ginjal, dan pembusukan kaki. Gejala khasnya adalah merasa

    sangat haus, poliuri, pruritus dan kehilangan berat badan yang tidak

    dapat dijelaskan.11

    C.8. DiagnosisDiagnosis diabetes melitus harus didasarkan atas pemeriksaan

    kadar glukosa darah dengan memperhatikan asal bahan darah yang

    diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Pemeriksaan yang

    dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan

    bahan darah plasma vena.11Tabel 2.3 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan dan diagnosis DM

    Bukan DM Belum DMPasti DM

    Kadar Glukosa plasma vena < 110 110 - 199 200darah Sewaktu darah kapiler < 90 90 - 199 200(mg/dl)Kadar Glukosa plasma vena < 110 110 - 125 126darah puasa (mg/dl) darah kapiler < 90 90 - 109 110

    Sumber : (9)Kriteria diagnosis diabetes mellitus menurut WHO (1994), adalah11,151. Normo-glikemia, bila GDP < 110 mg/dl atau GD2JPP < 140 mg/dl2. IFG atau IGT, bila FPG > 110 mg/dl dan IFG < 126 mg/dl atau

    GD2JPP >140 dan IGT < 200 mg/dlDiabetes, bila FPG > 126 mg/dl atau GD2JPP > 200 mg/dl atau

    emukannya gejala - gejala diabetes dengan konsentrasi glukosa

    asma sewaktu > 200 mg/dlKriteria diagnosis DM menurut ADA (American Diabetes Association)

    tahun 2001 adalah sebagai berikut :11,15Gejala diabetes ditambah kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl (11,1

    mol/l). Sewaktu didefinisikan sebagai waktu kapanpun pada suatu

    ri tanpa menghiraukan waktu sejak makan terakhir. Gejala klasik

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    19/21

    diabetes meliputi poliuri, polidipsi, dan polifagia serta kehilangan

    berat badan yang tidak dapat dijelaskan, atauGDP > 200 mg/dl (11,1 mmol/l). Puasa didefinisikan sebagai tak

    anya masukan kalori sesedikitnya dalam jangka waktu 8 (delapan)

    m, atau3. PG 2 jam > 200 mg/dl (11,1 mmol/l) selama OGTT. Tes harus

    dilakukan sebagaimana dijelaskan oleh WHO, menggunakan

    pembebanan glukosa yang setara dengan 75 gram anhidrous,

    dilarutkan dalam 250 air.

    C.9. Hubungan diabetes melitus dengan kejadian stroke Penelitian mengenai penyakit ini sudah cukup banyak yang

    membuktikan bahwa kasus diabetes melitus yang tidak terdiagnosis,

    memiliki risiko lebih tinggi akan mengalami stroke, penyakit jantung

    koroner, dan penyempitan pembuluh darah perifer dibandingkan dengan

    orang non - diabetes. Ada 2 macam komplikasi pada diabetes melitus,

    yaitu komplikasi akut dan kronik. Komplikasi kronik terbagi menjadi 2,

    yaitu komplikasi vaskuler dan non vaskuler. Komplikasi vaskuler dibagi

    menjadi 2, yaitu komplikasi mikrovaskuler (retinopati diabetika,

    nefropati & neuropati) dan komplikasi makrovaskuler didasari

    aterosklerosis (PJK, penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer &

    penyakit serebrovaskuler).10Diabetes tipe 2 sangat terkait dengan penyakit makrovaskular.

    Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupaaterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh

    insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit vaskular ini.

    Gangguan - gangguan ini berupa penimbunan sarbitol dalam intima

    vaskular, hiperlipoproteinemia, dan kelainan pembekuan darah. Pada

    akhirnya, makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatanvascular. Jika mengenai arteri - arteri perifer, maka dapatmengakibatkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai klaudikasio

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    20/21

    intermiten dan gangren pada ekstrimitas serta insufisiensi serebral dan

    stroke. Jika terkena adalah arteria koronaria dan aorta, maka dapat

    mengakibatkan angina dan infark miokardium.11

    D. Kerangka teoriFaktor risiko yang tidak

    dapat dimodifikasi

    1. Umur2. Jenis kelamin

    HipertensiHialinisasi lapisan

    otot pembuluhserebral

    Diameter pembuluh

    lumen jadi menetap

    Faktor risiko yang dapat

    dimodifikasi

    1. Merokok2. Diabetes melitus3. Hipertensi4. Hiperkoleterolemia

    Diabetes melitus

    Insufisiensi insulin

    Penimbunan Hiperliposarbitol dalam proteinemia

    intima vaskular

    Tekanan darah sistemik Tekanan darah sistemik AterosklerosisTekanan perfusi Perfusi jaringandinding kapiler otak tidak adekuatmanjadi tinggi

    Stroke haemoragik Stroke iskemikGambar 2.1

    http://digilib.unimus.ac.idPDF Creator - PDF4Free v3.0 http://www.pdf4free.com

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://www.pdf4free.com/http://digilib.unimus.ac.id/
  • 8/14/2019 stroke infark.doc

    21/21

    E. Kerangka konsep

    Umur

    Hipertensi Kejadian Stroke

    Diabetes

    MillitusGambar 2.2

    F. Hipotesis1. Ada hubungan umur dengan kejadian stroke.2. Ada hubungan hipertensi dengan kejadian stroke.3. Ada hubungan diabetes melitusdengan kejadian stroke.

    http://digilib.unimus.ac.id

    http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/