Stroke Hemoragik.docx

31
LAPORAN KASUS Rehabilitasi Medik pada Hemiplegi Dextra + Paresis N.VII dan XII Sentral Dextra e.c Stroke Hemoragik MMW_256

Transcript of Stroke Hemoragik.docx

Page 1: Stroke Hemoragik.docx

LAPORAN KASUS

Rehabilitasi Medik pada

Hemiplegi Dextra + Paresis N.VII dan XII Sentral Dextra

e.c Stroke Hemoragik

SMF Bagian Rehabilitasi Medik

BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandow Manado

2012

MMW_256

Page 2: Stroke Hemoragik.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke menurut World Health Organisation (WHO) didefinisikan sebagai

tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal

maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih

ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler.1

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa stroke hemoragik merupakan 8-13% dari

semua stroke di USA, 20-30% stroke di Jepang dan Cina. Sedangkan di

Asia Tenggara menunjukkan stroke perdarahan 26% terdiri dari lobus 10%,

ganglionik 9%, serebellar 1%, dan perdarahan subaraknoid 4%.2 Di Indonesia,

stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan

kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan

pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan

ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya

bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan

sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fu ngs io na l

be r a t ya ng me ng ha rus ka n pe nd e r i t a t e r u s me ne rus d i ka su r .

Ke mu ng k i nan meninggal akibat stroke adalah 30% sampai 35%, dan

kemungkinan kecacatan mayor  pada yang selamat adalah 35% sampai 40%.

Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke

berikutnya dalam 5 tahun; 5% sampai 14% dari mereka akan mengalami stroke ulangan dalam

tahun pertama.3 Di Sulawesi Utara jumlah penderita stroke pada periode tahun 1999

– 2001 adalah 2780 dari 138.112 total penderita rawat inap.4

Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya

kesadaran dalam wak tu 15 -20 de t i k dan ke rusakan o t ak yang

i r r eve r s ib l e t e r j ad i s e t e l ah t u juh hingga sepuluh menit.

Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang

terbatas (stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu

defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga

1

Page 3: Stroke Hemoragik.docx

menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya.

Kematian s e l m e n y e b a b k a n i n f l a m a s i , y a n g j u g a

m e r u s a k s e l d i t e p i a r e a i s k e m i k   (penumbra). Gejala

ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh

pembuluh darah tersebut.5

Serangan stroke yang tiba-tiba ini, bisa disebabkan penyumbatan ataupun

pecahnya pembuluh darah pada otak. Gangguan inilah yang menyebabkan fungsi

koordinasi dari otak ke tubuh menjadi hilang dan menimbulkan gangguan. Namun

manifestasi stroke dapat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah

otak mana yang terganggu. Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat

menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan

bahasa. Jika terjadi pada area temporal, dapat menyebabkan gangguan pada

kemampuan berbicara. Gangguan pada otak bagian tengah dapat menyebabkan

manifestasi gangguan sensorik dan gerak. Gangguan pada otak bagian belakang

dapat mempengaruhi kemampuan penglihatan dan pendengaran. Dan, jika terkena

pada bagian otak kecil, menyebabkan gangguan keseimbangan.6

Menurut WHO, Rehabilitasi Medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang

mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau

menghilangkan dampak keadaan sakit / nyeri / cacat dan / atau halangan serta meningkatkan

kemampuan pasien mencapai interaksi sosial. Tujuan Rehabilitasi Medik yaitu mengurangi atau

menghilangkan keadaan sakit / nyeri / cacat semaksimal mungkin dan melatih pasien dengan

gejala - gejala yang ada maupun yang tersisa agar dapat pulih / mendekati seperti keadaan

semula, sehingga pasien tersebut dapat bekerja kembali sesuai dengan kemampuan yang ada.

Rehabilitasi medik harus dan selalu bekerja dalam 1 tim, diantaranya: dokter rehabilitasi medik,

fisioterapis, terapis okupasi, terapis wicara, ortotis prostetis, psikolog, pekerja sosial medis.7

Secara garis besar tahapan Rehabilitasi Stroke adalah : Bedside Exercise,

Sitting Exercise, Standing Exercise dan Ambulation Exercise. Apabila penderita

sudah mampu duduk lama, maka latihan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)

dapat dimulai, biasanya diberikan oleh terapis Okupasi. Terdapat 2 pola besar

dalam rehabilitasi stroke, yaitu :8

2

Page 4: Stroke Hemoragik.docx

Pola traditional, pola rehabilitasi kompensasi atau pola pendekatan unilateral.

Pola ini, sisi yang sehat dilatih untuk kompensasi sisi yang sakit.

Pola pendekatan neurodevelopmental atau pola pendekatan bilateral, dimana

segala upaya ditujukan untuk melatih kembali sisi yang sakit. Pola ini telah

menggeser pola tradisional di dalam program rehabilitasi stroke modern.

BAB II

3

Page 5: Stroke Hemoragik.docx

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Stroke termasuk penyakit cerebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang

ditandai dengan kematian jaringan otak (infark cerebral) yang terjadi karena

berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.9

Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai

gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis

baik fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan

kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.10,11,12

B. EPIDEMIOLOGI

Setiap tahun stroke membunuh lebih dari 160.000 orang. Menurut laporan

WHO, di dunia stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung

dan kanker. Kasus stroke di Indonesia, menurut data yang dirilis Yayasan Stroke

Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Setelah tahun 2000 kasus stroke ternyata terus melonjak. Stroke menyerang 35,8

% penderita usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total

penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu,

sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan

maupun berat.12

C. KLASIFIKASI

Banyak klasifikasi yang telah dibuat untuk memudahkan penggolongan

penyakit pembuluh darah otak. Menurut modifikasi Marshall, stroke dapat

diklasifikasikan menjadi:6

Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :

Stroke Iskemik :

Transient Ischemic Attack (TIA)

Trombosis serebri

4

Page 6: Stroke Hemoragik.docx

Emboli serebri

Stroke Hemoragik :

Perdarahan intra serebral

Perdarahan subarchnoid

Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu :

Transient Ischemic Attack (TIA)

Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

Stroke in evolution atau progressing stroke

Completed stroke

Berdasarkan sistem pembuluh darah :

Sistem karotis.

Sistem vertebro-basilar

Berdasarkan sindroma klinis yang berhubungan dengan lokasi lesi otak,

Bamford dkk mengemukakan klasifikasi stroke menjadi 4 subtipe:

Total Anterior Circulation Infarct (TACI)

Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)

Posterior Circulation Infarct (POCI)

Lacunar infarct (LACI)

D. FAKTOR RESIKO

Yang dimaksud dengan faktor risiko adalah faktor-faktor atau keadaan-

keadaan yang memungkinkan terjadinya stroke. Faktor tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :6

Faktor Biologik yang tidak dapat dimodifikasi

Umur

Jenis Kelamin

Ras

5

Page 7: Stroke Hemoragik.docx

Herediter

Faktor Fisiologik yang dapat dimodifikasi

Hipertensi

Diabetes

Lipid

Penyakit Jantung

Stenosis karotis

TIA

Homosisteinemia

Ateroma Aorta

Faktor gaya hidup dan pola perilaku

Merokok

Obesitas

Aktivitas Fisik

Diet

Alkohol

Kontrasepsi oral

Drug Abuse

E. MANIFESTASI KLINIS

Serangan stroke yang tiba-tiba ini, bisa disebabkan penyumbatan ataupun

pecahnya pembuluh darah pada otak. Gangguan inilah yang menyebabkan fungsi

koordinasi dari otak ke tubuh menjadi hilang dan menimbulkan gangguan. Namun

manifestasi stroke dapat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah

otak mana yang terganggu.6

Stroke bisa menyebabkan lumpuh sebagian tubuhnya, kehilangan

keseimbangan, kehilangan penglihatan, kehilangan pendengaran, tidak mampu

memahami kata-kata hingga kesulitan bicara. Ini tergantung sisi otak yang

mengalami gangguan pembuluh darah, apakah sisi otak depan, temporal, samping

tengah, belakang, atau otak kecil.6

6

Page 8: Stroke Hemoragik.docx

Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat menyebabkan gangguan pada

kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan bahasa. Jika terjadi pada area

temporal, dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berbicara. Gangguan

pada otak bagian tengah dapat menyebabkan manifestasi gangguan sensorik dan

gerak. Gangguan pada otak bagian belakang dapat mempengaruhi kemampuan

penglihatan dan pendengaran. Dan, jika terkena pada bagian otak kecil,

menyebabkan gangguan keseimbangan.6

Sering dijumpai penderita tidak dapat menghentikan tangisnya karena

lumpuhnya kontrol otak pada sistem emosinya. Hal itu membuat penderita stroke

berlaku seperti penderita penyakit kejiwaan, padahal bukan. Hal-hal seperti ini

yang perlu dimengerti oleh keluarga penderita.6

F. DIAGNOSIS

Diagnosis stroke mancakup diagnosis klinis (sesuai perjalan penyakit atau

kawasan pembuluh darah), topis (kortikal, subkortikal, atau batang otak) dan

etiologis (infark atau perdarahan). 13

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

neurologis serta pemeriksaan penunjang. Untuk mendapatkan diagnosis stroke se

awal mungkin perlu adanya anamnesis yang terarah. 13

Pada pemeriksaan fisik/neurologis penting mengetahui keadaan

kardiovaskuler, fungsi vital, perkembangan kesadaran sejak kejadian dan kelainan

neurologis yang terjadi. 13

Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk menentukan stroke atau bukan

serta membedakan stroke karena perdarahan intraserebral/subarachnoid,

trombosis, emboli, dan untuk mengungkapkan adanya faktor resiko. 13

G. REHABILITASI MEDIK

Tujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang

realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan

sasaran tersebut. 14

7

Page 9: Stroke Hemoragik.docx

Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi medik

adalah problem fisik dan psikis. Untuk mengatasi problem fisik yang berperan

adalah program fisioterapi dan terapi okupasi. Keduanya sebetulnya mempunyai

kesamaan dalam sasaran, dengan sedikit perbedaan bahwa terapi okupasi bahwa

terapi okupasi juga melatih aktivitas kehidupan sehari-hari dan melakukan

prevokasional untuk mengarahkan pasien pada latihan kerja bila terpaksa alih

pekerjaan. 14

H. PROBLEM REHABILITASI MEDIK

Masalah – masalah dalam Rehabilitasi Medik adalah sebagai berikut: 14

Problem Rehabilitasi

Kesukaran/tidak dapat ambulasi

Kesukaran/tidak dapat berkomunikasi

Kesukaran/tidak dapat merawat diri sendiri

Kesukaran/tidak dapat melakukan gerak

Problem Psikis

Rasa Malu

Rasa rendah diri

Tidak dapat menerima kenyataan

Tidak mau menyesuaikan diri dengan kecacatannya

Beberapa mengalami penurunan intelegensia

I. PENANGANAN REHABILITASI MEDIK

Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi

medik ialah problem Fisik dan Psikis. Untuk mengatasi problem fisik, yang

berperan utama ialah Fisioterapi dan Terapi Okupasi. Keduanya sebetulnya

memiliki kesamaan dalam sasaran dan sedikit perbedaan, bahwa Terap Okupasi

juga melatih aktivitas kehidupan sehari – hari dan melakukan prevocational untuk

mengarahkan pasien pada latihan kerja bila terpaksa alih pekerjaan. Sasaran

umum kedua terapis adalah : melatih otot, mengurangi kekakuan sendi,

8

Page 10: Stroke Hemoragik.docx

memperbaiki koordinasi dengan tujuan agar pasien dapat melakukan aktivitasnya

kembali, baik untuk ambulasi, merawat diri sendiri maupun bekerja.8

Secara garis besar tahapan Rehabilitasi Stroke Program adalah : Bedside

Exercise, Sitting Exercise, Standing Exercise dan Ambulation Exercise. Apabila

penderita sudah mampu duduk lama, maka latihan AKS dapat dimulai, biasanya

diberikan oleh terapis Okupasi. 8

Terdapat 2 pola besar dalam rehabilitasi stroke, yaitu :

Pola traditional, pola rehabilitasi kompensasi atau pola pendekatan unilateral.

Pola ini, sisi yang sehat dilatih untuk kompensasi sisi yang sakit.

Pola pendekatan neurodevelopmental atau pola pendekatan bilateral, dimana

segala upaya ditujukan untuk melatih kembali sisi yang sakit. Pola ini telah

menggeser pola tradisional di dalam program rehabilitasi stroke modern.

J. PROGNOSIS

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis: 8

1. Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam

maka pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam

maka kemampuan memelihara diri akan kembali lebih dahulu.

2. Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila

ditemukan adanya: 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu

fungsi tangan belum kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang

menetap.

9

Page 11: Stroke Hemoragik.docx

BAB III

LAPORAN KASUS

1. Identitas penderita

Nama : Ny. RA

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 49 tahun

Alamat : Karombasan utara ling.3

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : Tamat SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal pemeriksaan : 13 november 2012

2. Anamnesis

Jenis anamnesis : Aloanamnesis

Keluhan utama : kelemahan anggota gerak kanan

Riwayat penyakit sekarang :

Kelemahan anggota gerak kanan dirasakan oleh penderita sejak 2 hari

yang lalu. Kelemahan tersebut terjadi secara tiba-tiba pada malam hari dan saat

itu penderita hendak akan bangun untuk buang air kecil namun mulai merasa

lemah pada lengan dan tungkai kanan. Penderita sempat muntah 2 kali. Muntah

berisi makanan dan air kurang lebih 1/3 gelas aqua tiap kali muntah, tidak ada

darah. Penderita juga mengalami bicara pelo, mulut mencong, sakit kepala, dan

tersedak saat makan, tidak ada kejang, riwayat penurunan kesadaran tidak ada.

Pada saat pemeriksaan didapatkan kelemahan anggota gerak kanan, mulut

mencong, bicara pelo, sakit kepala, tidak ada demam, tidak ada kejang maupun

riwayat trauma, sudah bisa makan tanpa tersedak. Perawatan diri, penggunaan

toilet, makan, berpakaian, duduk, mandi dan berjalan masih perlu bantuan.

BAB/BAK biasa.

10

Page 12: Stroke Hemoragik.docx

Riwayat penyakit dahulu:

Penyakit hipertensi tidak ada

Kolesterol (+) baru diketahui saat masuk RS

DM (+) sejak ±6 tahun lalu, menggunakan Glibenclamid teratur

Penyakit paru, penyakit jantung , hati, ginjal tidak diketahui oleh penderita.

Riwayat penyakit keluarga:

Kakak laki-laki penderita pernah mengalami keluhan serupa dan didiagnosis

dengan stroke.

Riwayat kebiasaan: right handed, merokok (-), minum alkohol (-)

Riwayat sosial ekonomi:

Penderita tinggal di rumah milik pribadi, dua lantai, permanen, dinding

tembok, lantai ubin, dan wc jongkok. Penderita sekarang bekerja sebagai ibu

rumah tangga dan sekali-kali menjaga warung. Biaya pengobatan rumah sakit

menggunakan program jamkesmas.

Riwayat psikologi:

Suami penderita telah meninggal ± 4 tahun yang lalu. Sejak itu penderita

menjadi depresi.

3. Pemeriksaan fisik

Status Generalis

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital : T = 110/60mmHg

R = 20x/mnt

N = 66x/mnt, regular, isi cukup

Sb = 36,5o

Kulit : sawo matang

11

Page 13: Stroke Hemoragik.docx

Kepala : bentuk bulat, simetris

Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

pupil bulat isokor ø 3 mm/3mm

Refleks cahaya+ /+ normal, refleks cahaya tidak langsung +/+

Hidung : sekret (-) telinga : sekret (-) mulut : caries (-), lidah beslag (-),

tonsil t1-t1, hiperemis (-)

Mulut : asimetris

Leher : kaku kuduk ( – )

: trakea letak di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks : simetris kiri = kanan, retraksi (-)

Jantung : s1-s2 normal, bising (-)

Paru-paru: suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-,wheezing-/-

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tak teraba

Ekstremitas : akral hangat, udema -/-

Status neurologis

Kesadaran : GCS E4M6V5

Pemeriksaan fungsi luhur : disartria

Nervus kranialis : paresis N. VII dan XII sentral dextra

12

Page 14: Stroke Hemoragik.docx

Status motorik dan sensorik

Pemeriksaan

Ekstremitas

superior

Ekstremitas

inferior

Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

GerakanMenuru

nNormal

Menuru

nNormal

Kekuatan otot 0/0/0/0 5/5/5/5 0/0/0/0 5/5/5/5

Tonus ototMenuru

nNormal

Menuru

nNormal

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Refleks fisiologi

Refleks bisepMenuru

nNormal

Refleks trisepMenuru

nNormal

Refleks patellaMenuru

nNormal

Refleks achilesMenuru

nNormal

Refleks patologi

Hoffman/Trommer - -

Babinski - -

Chaddock - -

Gordon - -

Oppenheim - -

Gonda - -

Schaefer - -

Sensibilitas

ProtopatikMenuru

nNormal

Menuru

nNormal

13

Page 15: Stroke Hemoragik.docx

Proprioseptif Normal Normal Normal Normal

Index Barthel

Aktifitas Tingkat kemandirian N=Nilai

ABladder

Kotinensia, tanpa memakai alat bantu 10 5Kadang-kadang ngompol 5Inkontinensia urin 0

BBowel

Kontinensia, memasan enema, suppositoria tanpa dibantu 10 5Dibantu 5Inkontinensa alvi 0

CToilet

Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tanpa mencemari baju) boleh berpegang pada bar dinding benda, memaai bad pen, dapat meletakkan di kursi dan membersihkan diri, dibant hanya salah satu kegiatan diatas

10 5

Dibantu 5D

Kebersihan diri

Tanpa dibantu cuci muka, menyisir, hias, gosok gigi termasuk persiapan alat-alat tersebut

5 0

Dibantu 0

EBerpakaian

Tanpa dibantu buka/pakai baju, resleting, ikat tali sepatu, termasuk pakaian khusus, boleh pakaian yang disesuaikan keadaan mis: kancing depan. dibantu sebagai sebagian minimal, setengah tidak membantu

10 0

dibantu 5

FMakan

Tanpa dibantu memakai pakian normal lengkap 10 5Memakai alat-alat makan. dibantu sebagian hasil memotong, memoles mentega

5

Dibantu 0

GTransfer/berpindah

Dari kursi roda ke tempat duduk / sebaliknya terauk duduk dan berbaring tana dibantu

15 0

Bantuan minor secara fisik atau verbal pada langkah - langkah diatas

10

Bantuan mayor secara fisik (1/2 org terlatih), tetapi dapat duduk/ dengan tanpa dibantu

5

Tidak dapat duduk berpindah (sitting balace) 0H

MobilisasiBerjalan 16 m (50 yard), boleh dengan alat bantu kecuali rolling walker. mengayuh kursi roda 16 m, berkeliling,

15 5

14

Page 16: Stroke Hemoragik.docx

berjalan tanpa dibantuMenguasai alat bantunya, berjalan dengan bantuan minor fisik / verbal. memakai kuri roda dengan dibantu

10

Imobile 5I

Naik turun tangga

Tanpa dibantu 10 0Dibantu secara fisik / verbal 5Dibantu 0

Jmandi

Tanpa dibantu berendam 5 0dibantu 0

Total 100 25

15

45

3

5

3

213

1

1

1

Ny.Rahima Adam

49Tamat SLTA

13 November 2012

Page 17: Stroke Hemoragik.docx

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium:

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

Hb 13,3 g/dl 12,0 - 17,0

Leukosit 9.900 /mm3 3.500 - 10.000

Trombosit 281.000 /mm3 150.000 - 390.000

Hematokrit 38,4 % 35,0 - 50,0

Ureum 29 mg% 20 - 40

Kreatinin 0,6 mg% 0,6 - 1,1

GDP 147 mg% 70 - 125

Cholesterol total 251 mg/dl 160 - 200

HDL 44 mg/dl 0 - 40

LDL 185 mg/dl 0 - 150

Trigliserida 110 mg/dl 30 - 190

Pemeriksaan EKG: dalam batas normal

5. Resume

16

29

Page 18: Stroke Hemoragik.docx

Seorang perempuan, 49 tahun, dengan hemiplegi dextra + paresis N.VII

dan XII sentral dextra. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekuatan otot

ekstremitas superior dan inferior dextra (0/0/0/0). Penurunan fungsi sensorik

(protopatik) ekstremitas dextra. Barthel index : disabilitas berat, MMSE :

normal

6. Diagnosis

Diagnosis klinis : hemiplegi dextra + paresis N.VII dan N. XII sentral

dextra

Diagnosis Topis : Subkortikal

Diagnosis etiologi : stroke hemoragik

Diagnosis Fungsional: disabilitas berat dalam AKS (memegang sendok,

membuka pakaian), gangguan transfer dan ambulasi,

gangguan protopatik

7. Terapi dari bagian Neurologi

Oksigen 2 – 4 L/mnt

Elevasi kepala 30º

IVFD NaCl 0,9% 500 cc + sohobion 1 amp drips 1 : 1 14 gtt/mnt

Citicolin 500 mg 2x1 amp (i.v)

Ranitidin amp 2x1 amp (i.v)

Ondansentron 4 mg 3x1 (i.v) kalau muntah

Paracetamol 500 mg 3x1 tab

8. Problem rehabilitasi

1) Kelemahan anggota gerak kanan (KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)

2) paresis N.VII, paresis N.XII dextra

3) penurunan sensibilitas (protopatik) pada ekstremitas dextra

4) gangguan AKS (memegang sendok, membuka pakaian)

5) Gangguan transfer dan ambulasi

6) depresi sejak suami meninggal kurang lebih 4 tahun yang lalu

17

Page 19: Stroke Hemoragik.docx

9. Program rehabilitasi medik

1. Fisioterapi

evaluasi :

- kelemahan anggota gerak kanan ((KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)

- gangguan protopatik sisi tubuh sebelah kanan

- gangguan transfer dan ambulasi (berpindah tempat dan berjalan)

Program : - breathing exercise

- Proper bed positioning

- Alih baring tiap 2 jam

- Latihan peningkatan LGS pasif untuk ekstremitas superior

dextra dan ekstremitas inferior dextra

2. Terapi okupasi

evaluasi :

- Kontak, pengertian dan komunikasi baik.

- Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (cth: Perawatan diri,

penggunaan toilet, makan, berpakaian, duduk, mandi dan berjalan)

- Kelemahan anggota gerak kanan (KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)

Program :

- Latihan peningkatan AKS dengan aktifitas

3. Ortotik prostetik 

Evaluasi: kelemahan anggota gerak kanan (KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)

Program: AFO pada ekstremitas inferior dextra

Hand splint pada ekstremitas superior dextra

4. Terapi bicara

Evaluasi :

- Kontak, pengertian dan komunikasi baik

18

Page 20: Stroke Hemoragik.docx

- Bicara pelo (+)

Program : latihan artikulasi

5. Psikologi

Evaluasi :

- Kontak, pengertian dan komunikasi baik.

- Motivasi untuk berobat dan latihan baik

- depresi karena suami telah meniggal

Program :

- Memberikan dukungan mental pada penderita dan keluarga tentang

penyakit penderita dan prognosis penyakitnya jika penderita latihan

terus

- Memerikan dukungan psikologi untuk depresi pasien

 

6. Sosial medik

evaluasi :

- Kontak, pengertian dan komunikasi baik.

- Biaya perawatan : jamkesmas

- Rumah tinggal permanen, lantai ubin, dinding tembok dan WC

jongkok

Program :

- Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat

dan berlatih secara teratur

- Mengadakan edukasi dan evaluasi terhadap lingkungan rumah.

- WC jongkok sebaiknya diganti dengan WC duduk, atau dimodifikasi

10. Prognosis

Dubia ad bonam

19

Page 21: Stroke Hemoragik.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro klinis dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian

Rakyat,1995;269–302

2. Misbach J. Stroke aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen. Jakarta:

balai penerbit FKUI, 1999. Hal: 2-3; 55; 59-60

3. Price, Anderson S, et all. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Ed.4.Jakarta: EGC, 1995.Hal 1119-1122.

4. Siwi RC. Epidemiologi Stroke. Dalam : Kumpulan Makalah Pertemuan

Ilmiah Regional II. Perdossi. Manado, 2002.

5. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi.

EGC:Jakarta, 2007.

6. PERDOSRI. Klasifikasi Stroke. Dalam Konsensus Nasional Rehabilitasi

Stroke. Jakarta. PERDOSRI 2004.

7. Webmaster RSMK Group. Rehabilitasi Medik. RS Mitra Keluarga

Cikarang. Diunduh dari: http://www.mitrakeluarga.com/cikarang/?p=75

tanggal 15 November 2012

8. Siwi RC. Epidemiologi stroke. Dalam Stroke Up date. Manado : SMF FK

UNSRAT 2001.

20

Page 22: Stroke Hemoragik.docx

9. Karema W. klasifikasi dan diagnosis stroke. Dalam : Stroke Up date.

Manado : SMF FK UNSRAT 2001.

10. Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.

Jakarta : FKUI. 2008

11. Martono H, Kusmawardani RA. Stroke Dan Penatalaksanaannya Oleh

Internis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV 2006

Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran UI.

12. Tim Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Undip. Penatalaksanaan stroke.

Dalam : Materi Lokakarya Stroke. Semarang : Bagian/SMF Ilmu Penyakit

Saraf FK Undip. 1996.

13. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : Dian

Rakyat. 2008

14. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation After Stroke. In : Basic Clinical Rehabilitation Medicine. Philadelpia. Mosby, 1993; p.87-88.

21