Stress Dan Adaptasi

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman krisis global saat ini tentu bukanlah hal yang mudah bagi semua orang. Bisa saja orang- orang yang termasuk ke dalam golongan menengah atas masih bisa menyunggingkan senyum, tapi tidak demikian dengan orang-orang yang perekonomiannya menengah kebawah. Mereka berada dalam sebuah dilema antara tuntutan hidup dan kebutuhan dengan hasil kerja yang di dapat setiap hari. Pengangguran di mana-mana, perusahaan bangkrut tak terhitung banyaknya dan harga sembako yang terus melambung tinggi agaknya menjadi suatu beban dalam pikiran setiap individu terutama bagi kepala keluarga. Hal-hal semacam ini bisa saja memicu sesorang mengalami stress yang di sebabkan ketidakmampuannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari keluarganya, apalagi jika ditambah dengan biaya besar yang harus dikeluarkannya untuk sekolah anak-anak mereka. Lain hal pula dengan pelajar yang dapat mengalami stress kerena factor lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga. Di lingkungan sekolah si anak terus berlomba dengan teman-temannya untuk mendapat nilai tertinggi agar tetap jadi juara kelas, jika hal itu tidak terwujud maka otomatis hal tersebut

Transcript of Stress Dan Adaptasi

Page 1: Stress Dan Adaptasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman krisis global saat ini tentu bukanlah hal yang mudah bagi

semua orang. Bisa saja orang-orang yang termasuk ke dalam golongan

menengah atas masih bisa menyunggingkan senyum, tapi tidak demikian

dengan orang-orang yang perekonomiannya menengah kebawah. Mereka

berada dalam sebuah dilema antara tuntutan hidup dan kebutuhan dengan hasil

kerja yang di dapat setiap hari.

Pengangguran di mana-mana, perusahaan bangkrut tak terhitung

banyaknya dan harga sembako yang terus melambung tinggi agaknya menjadi

suatu beban dalam pikiran setiap individu terutama bagi kepala keluarga.

Hal-hal semacam ini bisa saja memicu sesorang mengalami stress yang di

sebabkan ketidakmampuannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari

keluarganya, apalagi jika ditambah dengan biaya besar yang harus

dikeluarkannya untuk sekolah anak-anak mereka.

Lain hal pula dengan pelajar yang dapat mengalami stress kerena factor

lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga. Di lingkungan sekolah si

anak terus berlomba dengan teman-temannya untuk mendapat nilai tertinggi

agar tetap jadi juara kelas, jika hal itu tidak terwujud maka otomatis hal

tersebut akan dapat mengganggu pikiran anak tersebut. Belum lagi masalah

yang menyangkut pihak sekolah seperti guru dan kepala sekolah., administrasi

sekolah( iuran bulanan), atau tinggal kelas maupun tidak lulus saat ujian

naasional. Kemudian hal lain yang dapat memicu stress pelajar saat di rumah,

orang tua sibuk, atau suka bertengkar, orang tua tidak punya cukup biaya

untuk melanjutkan sekolah si anak dan lain-lain.

Sebenarnya banyak sekali pemicu stress ini dan tidak selalu penyebab

stress tersebut sama antara satu individu dengan individu lain, semua ini

tergantung pada individu sendiri bagaimana dia menyikapi dan sejauh apa

pandangannya mengenai masalah yang sedang dihadapinya, beratkah atau di

bawa enjoy saja.

Page 2: Stress Dan Adaptasi

Namun perlu ditekankan disini, stress tidak selamanya membuat orang

menjadi tidak waras sehingga terpaksa harus berada di rumah sakit jiwa.

karena stress mempunyai beberapa tingkatan. Jadi selama individu tersebut

masih mengalami stress yang ringan, maka individu tersebut hanya akan

sering memikirkannya dan berusaha untuk memecahkan masalah yang

menjadi penyebab stress. Tapi tidak juga menutup kemungkinan bahwa semua

orang mungkin saja sekarang dalam keadaan stress.

Tentunya jika kita mengetahui bahwa semua orang bisa dan rentan terkena

stress, maka akan timbul pertanyaan, “ jadi bagaimana cara menghilangkan

atau mencegah stress tersebut? “. Cara untuk mengatasi pemicu stress inilah

yang dinamakan koping. Koping yang ada pada diri individu berguna untuk

mengarahkan individu tersebut agar tidak ambil pusing terhadap masalah

tersebut atau bisa juga membuat mereka dapat menemukan solusi dari

masalahnya. Secara umum cara menemukan pemecahan masalah tersebut bisa

dari pengalamn sebelumnya tentang masalah tersebut atau curhat dengan

sesorang yang dianggap dapat memberikan jalan keluar untuk masalah yang

dihadapinya.

Dengan koping masalah yang dihadapi bisa teratasi atau hilang untuk

sementara dan akan muncul jika ada pencetusnya. Namun individu yang sudah

melakukan koping adapula yang tidak hilang masalahnya sehingga mereka

akan tidak dapat berbuat apapun selain memikirkan maslahnya.hal ini dapat

membahayakan individu tersebut karena artinya individu ini pikirannya bisa

terganggu dan mengalami gangguan jiwa.

Lain pula dengan adaptasi. Yang dimaksud dengan adapatasi adalah cara

pandang individu terhadap masalahnya. Individu yang dapat selalu mengambil

hikmah dan tidak terlalu memikirkan masalahnya dapat menghilangkan

masalah tersebut dari pikirannya. Hidupnya akan dibawa happy terus. Orang

semacam ini bisa dikatakan sehat secara psikologi. Namun adapatasi juga bisa

tidak berpengaruh terhadap alam pikirnya jika masalah yang dating lebih dan

semakin berat dari sebelumnya dan individu ini selalu menghaadapinya

dengan cara pandang yang sama dilakukannya pada masalah sebelumnya yang

lebih ringan.

Pada makalah ini kami akan membahas tentang stress, koping, adaptasi

dan manajemen stress.

Page 3: Stress Dan Adaptasi

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan:

a. Apa yang dimaksud dengan stress, stressor, koping, dan adaptasi.

b. Apa saja yang tergolong dalam stressor

c. Cara koping dan adapatasi

d. Asuhan keperawatan untuk stress

Page 4: Stress Dan Adaptasi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori

Menurut beberapa ahli stress dapat diartikan sebagai berikut:

Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap

tuntutan yang dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu

yang mengancam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986).

Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang

menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto

Heerdjan, 1987).

Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap

situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi,

dan lain-lain”. “Stres adalah segala masalah atau tuntutan

penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu

keseimbangan kita” (Maramis, 1999).

Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht

(2000) bahwa yang dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh

dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan,

yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu

di dalam lingkungan tersebut”

Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat

dihindari. Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan

penyesuaian (Keliat, B.A., 1999).

Pengertian Stressor

Menurut Emanualsen & Rosenlicht, stressor merupakan faktor internal

maupun eksternal yang dapat mengubah individu dan berakibat pada

terjadinya fenomena stress.

Jadi dapat disimpulkan stress adalah dampak dari stressor( penyebab

stress) yang dianggap sebagai tekanan oleh individu sehingga membuatnya

terpaksa untuk terus memikirkan hal tersebut dan akhirnya akan mengganggu

kesehatan psikologinya.

B. Pembahasan

Page 5: Stress Dan Adaptasi

I. Stress dan Stressor

1. Faktor yang Mempengaruhi Stress

Sesuatu yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang disebut

stressor, begitupula dengan stress, seseorang bisa terkena stress karena

menemui banyak masalah dalam kehidupannya. Menurut Grant Brecht (2000),

penyebab dari stress dibedakan menjadi dua macam:

Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan,

seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan.

Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti

pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan

dimakan, dan antri.

Seperti yang telah diungkapkan di atas, stress dipicu oleh stressor.

Tentunya stressor tersebut berasal dari berbagai sumber, yaitu :

1. Lingkungan

Yang termasuk dalam stressor lingkungan di sini yaitu :

Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu

memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing

individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat

tersebut. Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut

harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat

di lingkungan tersebut.

Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang

sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat

akan kuliah, perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang

dengan keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu

tersebut.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),

tuntutan untuk selalu update terhadap perkembangan zaman

membuat sebagian individu berlomba untuk menjadi yang

pertama tahu tentang hal-hal yang baru, tuntutan tersebut juga

terjadi karena rasa malu yang tinggi jika disebut gaptek.

2. Diri sendiri, terdiri dari

Page 6: Stress Dan Adaptasi

Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang

ingin dicapai

Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-

menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan

perkembangan.

3. Pikiran

Berkaitan dengan penilaian individu terhadap

lingkungan dan pengaruhnya pada diri dan

persepsinya terhadap lingkungan.

Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara

penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu

yang bersangkutan.

Penyebab-penyebab stress di atas tentu tidak akan langsung membuat

sesorang menjadi stress. Hal tersebut dikarenakan setiap orang berbeda

dalam menyikapi setiap masalah yang dihadapi, selain itu stressor yang

menjadi penyebab juga dapat mempengaruhi stress. Menurut Kozier &

Erb, 1983 dikutip Keliat B.A., 1999, dampak stressor dipengaruhi oleh

berbagai faktor yaitu:

Sifat stressor . Pengetahuan individu tentang

bagaimana cara mengatasi dan darimana sumber

stressor tersebut serta besarnya pengaruh stressor

pada individu tersebut, membuat dampak stress yang

terjadi pada setiap individu berbeda-beda.

Jumlah stressor yaitu banyaknya stressor yang

diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika

individu tersebut tidak siap menerima akan

menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah

pada hal-hal yang kecil.

Lama stressor, maksudnya seberapa sering individu

menerima stressor yang sama. Semakin sering

individu mengalami hal yang sama maka akan timbul

kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.

Page 7: Stress Dan Adaptasi

Pengalaman masa lalu, yaitu pengalaman individu

yang terdahulu mempengaruhi cara individu

menghadapi masalahnya.

Tingkat perkembangan, artimya tiap individu memiliki

tingkat perkembangan yang berbeda.

Selain itu adapula beberapa faktor yang juga ikut mempengaruhi stress,

yaitu :

Faktor biologis-herediter, kondisi fisik, neurofisiologik dan

neurohormonal.

Faktor psikoedukatif/ sosio cultural, perkembangan kepribadian,

pengalaman dan kondisi lain yang memengaruhinya.

2. Jenis-Jenis Stress

Seperti yang sudah disebutkan bahwa stressor dan sumbernya

memiliki banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress yang

dihasilkan beragam pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990),

berdasarkan penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi :

Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu

tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau

tersengat arus listrik.

Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat

beracun, hormone, atau gas.Stres mikrobiologik, disebabkan oleh

virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.

Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi

jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh

tidak normal.Stres proses pertumbuhan dan perkembangan,

disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada

masa bayi hingga tua. Menurut Maramis (1999), ada empat sumber

atau penyebab stres Psikologis, yaitu :

a.    Frustasi

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada

rintangan, frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan

kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,

Page 8: Stress Dan Adaptasi

kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,

pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).

b. Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-

macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-

approach conflict, approach-avoidance conflict, avoidance -

avoidance conflict.

c. Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat

berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang

terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya

orang tua menuntut anaknya agar disekolahkan selalu rangking satu

atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.

d. Krisis

Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada

individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan

penyakit yang harus segera operasi.

Namun keadaan stres yang dialami oleh individu dapat terjadi

beberapa sebab sekaligus, misalnya kombinasi antara frustasi,

konflik dan tekanan.

Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan

interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan

3. Tahap-Tahap Terjadinya Stress dan Tingkatannya

Suatu stimulus(stressor) yang datang tidak akan langsung membuat

individu tersebut mengalami stress, tentunya setiap individu dibekali cara,

teman atau tempat untuk menhgilangkan stress sejenak atau untuk selamanya.

Tahapan-tahapan tersebut oleh Dr. Robert J. Van amberg (1979) dibagi

menjadi enam tahapan, yaitu :

Stres Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, dan biasanya

disertai dengan perasaan-perasaan seperti :

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

Page 9: Stress Dan Adaptasi

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya;

Namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai

rasa gugup yang berlebihan pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah

semangat, Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

Stres Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”

sebagaimana diuraikan pada tahap I mulai menghilang, dan timbul

keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi

cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.

Istirahat yang dimaksud seperti tidur yang cukup bermanfaat untuk

mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami

pengurangan. Analoginya seperti handphone (HP) yang sudah lemah

harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan

baik.

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang

berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :

1)    Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

2)    Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

3)    Lekas merasa capai menjelang sore hari.

4)    Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel

discomfort).

5)    Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)

6)    Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

7)    Tidak bisa santai.

Stres tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap

II, maka individu tersebut akan menunjukkan keluhan-keluhan yang

semakin nyata dan mengganggu, yaitu :

1). Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan

“maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)

2). Ketegangan otot semakin terasa.

Page 10: Stress Dan Adaptasi

3). Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat.

4). Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk

tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar

kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari

dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

5). Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa sempoyongan dan serasa

mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi

pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres

hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk

beristirahat guna menambah suplai energi yang berkurang.

Stres Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri karena keluhan-

keluhan stres tahap III , oleh dokter individu tersebut dinyatakan tidak

sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ

tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan

diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV

akan muncul :

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

3) Kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate)

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan.

6) Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiidak ada semangat

dan kegairahan.

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

8) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya

Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap

V yang ditandai dengan hal-hal berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and

psychological exhaustion)

Page 11: Stress Dan Adaptasi

2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang

ringan dan sederhana.

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal

disorder).

4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik

Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan

panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang

mengalami stres tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat

Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena

tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini

adalah sebagai berikut :

1)    Debaran jantung teramat keras

2)    Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)

3)    Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran

4)    Tidak ada tenaga untuk hal-hal yang ringan

5)    Pingsan atau kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di

atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh

gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial

yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

Selain tahapan, stress juga memiliki tingkatan-tingkatan. Manfaaat

yang dapat diambil dari menetahui tingkatan stress sama manfaatnya dengan

mengetahui tahapan-tahapan dari stress, sebab dengan hal tersebut setiap

individu dapat segera mengetahui apakah mereka memiliki stress dan dalam

tahap atau tingkatan apa stress yang sedang dialami. Tentunya tujuan yang

pasti ingin dicapai adalah supaya stress tersebut tidak berlanjut. Stuart dan

Sundeen (1998) mengklasifikasikan tingkat stres, sebagai berikut :

a. Stres Ringan

Stress pada tingkat ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari

dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan

bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

Page 12: Stress Dan Adaptasi

b. Stres Sedang

Pada tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat

ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan

persepsinya.

c.  Stres Berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan

cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi stres, individu tersebut mencoba

memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak

pengarahan.

4. Respon Individu Terhadap Stress

RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS

Hans Selye (1956) Mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap Stress,

yaitu :

1. Local Adaptation Syndrom (LAS)Tubuh menghasilkan

banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk

pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap

cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.

2. General Adaptation Syndrom (GAS)

a. Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan

mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi

stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda

fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer

dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ

tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan

otot dan daya tahan tubuh menurun.

b. Fase Resistance (Melawan) Individu mencoba

berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan

pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha

menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan

normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress.

Bila teratasi gejala stress menurun atau normal

Page 13: Stress Dan Adaptasi

c. Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase

perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase

sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian

diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental,

penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi

diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian

Sedangkan menurut Dadang Hawari (2001) respon tehadap stress dapat

mengenai hampir seluruh sistem tubuh, seperti :

a. Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklat-coklatan, ubanan

atau kerontokan.

b. Gangguan ketajaman penglihatan.

c. Thinitus (pendengaran berdenging)

d. Daya mengingat, konsentrasi, dan berpikir menurun.

e. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit tersenyum, dan kedutan pada kulit

wajah (tic facialis).

f. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik.

g. Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, kulit kering timbul eksim,

biduran (urtikaria), gatal-gatal, tumbuh jerawat (acne), telapak tangan dan

kaki berkeringat dan kesemutan.

h. Napas terasa berat dan sesak.

i. Jantung berdebar-debar, muka merah atau pucat.

j. Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defekasi, atau diare.

k. Sering berkemih

l. Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang.

m. Kadar gula meninggi, pada wanita terjadi gangguan menstruasi.

n. Libido menurun atau bisa juga meningkat

Kemudian reaksi psikologis individu terhadap stress, adalah

a. Kecemasan adalah respon yang paling umum. Merupakan tanda bahaya yang

menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar

digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan seperti jantung

berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah

tidur.

Page 14: Stress Dan Adaptasi

b. Kemarahan dan agresi. Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap

kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain

terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, agresi ialah

kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar

dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan,

tindak sadis dan usaha membunuh orang.

c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.

Terkadang disertai rasa sedih

II. Mekanisme Koping

Individu dari semua umur mengalami stress dan mencoba untuk

mengatasinya. Karena ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stress

menimbulkan ketidaknyamanan, seseorang menjadi termotivasi untuk

melakukan sesuatu untuk mengurangi stress. 

Koping adalah cara yang dilakukan individu, dalam menyelesaikan

masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons

terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu.

Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi mental baik disadari

maupun tidak disadari yg digunakan untuk menstabilkan situasi yang

berpotensi mengancam dan membuat kembali ke dalam keseimbangan

(Emanuelsen & Rosenlicht, 1986).

Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam

menahan stres. Hal tersebut bergantung pada :

a. Sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal, dan

umum (general).

b. Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.

Strategi koping klien merupakan upaya untuk menimbulkan stabilitas

emosional, menguasai lingkungan, mendefinisikan kembali tugas/tujuan

hidup, dan memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh karena sakit/penyakit.

Beberapa contoh perilaku koping adalah humor, distraksi, bertanya untuk

suatu informasiberbicara dengan yang lain tentang keluhan/perasaan-

perasaannya, mendefinisikan kembali masalah kedalam istilah yang lebih

disukai, menghadapi masalah dengan dengan melakukan beberapa tindakan,

negosiasi kemungkinan pilihan/alternatif, menurunkan ketegangan dengan

minum, makan atau menggunakan obat, menarik diri, menyalahkan seseorang

Page 15: Stress Dan Adaptasi

atau sesuatu, menyalahkan diri sendirimenghindar dan berkonsultasi dengan

ahli agama

Cara yang dapat dilakukan adalah:

1. Individu

a. Kenal diri sendiri

Merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Karena individu yang

sudah kenal akan dirinya, akan siap untuk menghadapi stressor

yang ada. Cara yang dapat dilakukan adalah:

- Identifikasi diri

- Tanyakan pada orang lain siapa anda

- Mintalah umpan balik jika anda sudah kenal diri anda

b. Turunkan kecemasan

- Identifikasi penyebab cemas

- Cari tindakan yang menurut anda dapat menurunkan

kecemasan

- Lakukan teknik relaksasi

c. Tingkatkan harga diri

- Identifikasi aspek positif yang dimiliki

- Mulai gali kemampuan positif yang dimiliki

- Pertahankan aspek positif yang dimiliki

d. Persiapan diri

- Tingkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan diri

(belajar)

- Berdoa

- Mencari informasi

- Diskusi dengan orang yang sudah punya pengalaman

bekerja

- Identifikasi kebutuhan yang perlu dipersiapkan

e. Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik

2. Dukungan sosial (keluarga, teman dan masyarakat)

a. Pemberian dukungan terhadap peningkatan kemampuan kognitif

Page 16: Stress Dan Adaptasi

b. Ciptakan lingkungan keluarga yang sehat, misalnya waktu

berdikusi

dengan anggota keluarganya

c. Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebut dari

keluarga

d. Berikan bimbingan khusus untuk individu, misalnya konseling

Metode koping menurut Folkman & Lazarus (Folkman & Lazarus, 1988;

Folkman et al., 1986), skill dan strategi coping diuraikan sebagai berikut :

1. Planful problem-solving

2. Confrontive coping

3. Seeking social support

4. Distancing (emotion-focused)

5. Escape-avoidance

6. Self-control

7. Accepting responsibility

8. Positive reappraisal

III. Konsep Adaptasi

1. Pengertian Adaptasi

Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial

berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat

dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu,

keluarga atau komunitas terhadap stress.

Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan

homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa

dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.

Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan

eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan

demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang

optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk

perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada

penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan

Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka

pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota

gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons

Page 17: Stress Dan Adaptasi

terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang

dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

2. Dimensi Adaptasi

Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional,

intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi

ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klien terhadap stress, perawat

harus mempertimbangkan kondisi individu secara menyeluruh.

a. Adaptasi Fisiologis

Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah

diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun

demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua

klien yang mengalami stress, dan indikator tersebut bervariasi menurut

individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak

gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini

dapat timbul sepanjang tahap stress.

Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan

durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari

berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup

pengumpulan data dari semua sistem.

Indikator fisiologis stress, yaitu kenaikan tekanan darah, peningkatan

ketegangan di leher, bahu, punggung, peningkatan denyut nadi dan

frekwensi pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin,

postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan lambung,

suara yang bernada tinggi, mual,muntah dan diare, perubahan nafsu

makan, perubahan berat badan perubahan frekwensi berkemih, dilatasi

pupil, gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur

temuan hasil laboratorium abnormal, yaitu peningkatan kadar hormon

adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.

b. Adaptasi Psikologis

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan

mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional

dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan

yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang

Page 18: Stress Dan Adaptasi

berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien

yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping

yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang

merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga

menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol

terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil,

dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan

(Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).

Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

Ansietas

Depresi

Kepenatan

Peningkatan penggunaan bahan kimia

Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.

Kelelahan mental

Perasaan tidak adekuat

Kehilangan harga diri

Peningkatan kepekaan

Kehilangan motivasi.

Ledakan emosional dan menangis.

Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.

Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya

penilaian).

Mudah lupa dan pikiran buntu

Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.

Preokupasi (mis. mimpi siang hari )

Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.

Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit

Letargi

Kehilangan minat

Rentan terhadap kecelakaan.

c. Adaptasi Perkembangan

Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk

menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan,

Page 19: Stress Dan Adaptasi

seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan

menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut.

Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat

kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk

yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis

pendewasaan.

Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika

diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu

mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar

respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).

Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan.

Mereka mulai mnyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan

penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan ,

dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling

berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh

ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan

hubungan berteman.

Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi

pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja

dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu

peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor,

tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan

peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).

Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja

ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara

tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik

antara harapan dan realitas.

Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,

menciptakan kasrier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua

mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada

beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau

orang tua dari kebutuhan mereka. Namun demikian dapat timbul stress,

jika mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani

mereka.

Page 20: Stress Dan Adaptasi

Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan

dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan

atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap

perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar

dalam kehidupan seperti memasuki masa pension juga menegangkan.

d. Adaptasi Sosial Budaya

Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial

mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan

kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat

menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga

secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).

Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam

respon stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-

Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari

anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994).

e. Adaptasi Spritual

Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress

dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam

dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan

pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai

hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang

disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat

menyebabkan depresi.

Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual,

perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik

keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan

nilai telah berubah.

IV. Manajemen Stress

Stress adalah suatu kondisi normal pada waktu menghadapi perubahan

dan ancaman dengan respon yang dapat adaptive. Stress management adalah

usaha seseorang untuk mencari cara yang paling sesuai dengan kondisinya

untuk mengurangi stress yang terjadi dalam dirinya. Manajemen stress

Page 21: Stress Dan Adaptasi

kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau

mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada

tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat

bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada

beberapa daerah perawatan.

V. Manajemen Stress Untuk Klien

a. Reguler Exercise

Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur otot,

mengontrol berat badan, mengurangi ketegangan dan meningkatkan relaksasi.

Selain itu , olahraga juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan

meningkatkan fungsi kardiovaskular. Klien yang mempunyai riwayat penyakit

kronis, yang berisiko untuk mengalami suatu penyakit , atau yang berusia

lebih dari 35 tahun harus mulai melakukan program latihan fisik hanya setelah

mendiskusikannya dengan dokter. Secara umum agar program kebugaran

aliran darah ke otot memberi efek fisik yang positif, seseorang harus

melakukan olahraga setidakanya tiga kali dalam satu minggu selama 30

sampai 40 menit. Setiap orang harus melakukan latihan pernapasan sebelum

melakukan latihan berat seperti jogging, gerakan aerobic atau tennis.

Latihan pernapasan menstimulasi aliran darah ke otot dan

meningkatkan kelenturan. Latihan ini mengurangi risiko kerusakan pada

sistem musculoskeletal selama latihan. Sama halnya seseorang harus

melakukan latihan pendinginan dan tidak berhenti secara mendadak. misalnya,

setelah jogging atau gerakan aerobic, orang tersebut harus bergerak dengan

gerakan sedang, secara bertahap diperlambat dan berhenti.

Latihan pendinginan memungkinkan sistem kardiovaskuler,

musculoskeletal, dan sistem metabolic secara bertahap kembali pada keadaan

istirahat.

Program latihan efektif dalam menurunkan keparahan kondisi akibat

stress seperti hipertensi, kegemukan, sakit kepala migren, keletihan mental,

peka rangsang dan sepresi. Latihan meningaktakan pelepasan opioid endogen

yang menciptakan perasaan sejahtera (McCubbin & McCubbin, 1993).

Page 22: Stress Dan Adaptasi

b. Diet Nutrisi

Nutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan bakar

untuk aktivitas dan meningkatkan latihan, yang meningkatkan sirkulasi dan

pemberian nutrient ke jaringan tubuh.

Setiap orang didorong untuk mempertahankan berat badan sesuai dengan

rentang standart usia, jenis kelamin, dan bentuk tubuh. Selain untuk

menghindari kelebihan makan atau kekurangan makan, seseorang harus

mewaspadai kualitas makanan. Terlalu banyak lemak, kafein, garam atau gula

dapat mengganggu fungsi metabolic tubuh, defisiensi vitamin, mineral, dan

nutrient juga dapat menyebabkan masalah metabolisme. Kebiasaan diet yang

buruk dapat memperburuk respond stress dan membuat individu mudah

tersinggung, hiperaktif dan gelisah. Hal ini merusak kemampuan untuk

memenuhi tanggung jawab personal, keluarga, dan peran.

c. Support Sistem

Riset keperawatan telah mendokumentasikan adanya korelasi dukungan

sosial positif dengan pengurangan gejala penyakit kronis (White, Richter, &

Fry, 1992).

Ubrich dan Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan dapat

meringankan efek stressor atau distress emosional baik pada lansia wanita

kulit putih maupun suku Afrika-Amerika terutama jika dukungan dipandang

sebagai orang yang sangat dipercaya. Perawat dapat menggunakan berbagai

metode untuk membantu klien membangun sistem pendukung, melibatkan diri

dalam aktivitas kelompok tempat ibadah dan memberi dorongan untuk

melakukan aktivitas rekreasi.

Perawat dapat menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengajarkan

klien tentang keterampilan sosialisasi jika klien tidak mengetahui bagaimana

cara berinteraksi dengan tepat. Semua metode ini membantu klien membangun

sistem pendukung yang kuat. Jika stress merupakan akibat dari isolasi sosial,

maka strategi keperawatan ditujukan untuk membantu klien mengembangkan

jaringan sosial baru.

d. Time Management

Seseorang yang menggunakan waktu secara efisien biasanya

mengalami lebih sedikit stress karena mereka merasa lebih terkontrol dalam

hidupnya. Perawat yang bertindak dalam domain pengajaran-pelatihan dapat

Page 23: Stress Dan Adaptasi

membantu klien memprioritaskan tugas jika mereka merasa kewalahan atau

imobilisasi. Penstrukturan waktu yang realistic diperlukan jika klien tidak

menyisikan waktu yang cukup untuk setiap aktivitas. Fungsi peran klien harus

dianalisis secara berkaitan untuk menentukan apakah modifikasi dapat dibuat

sehingga dapat mengurangi tuntutan waktu (Peddicord,1991).

Mengendalikan tuntutan dari orang lain penting untuk penatalaksanaan

waktu yang efektif. Sedikit orang yang mampu mengikuti semua permintaan

yang diajukan oleh orang lain. penting artinya untuk belajar mengenali

permintamaan mana yang dapat dipenuhi secara realistic, kebutuhan mana

yang akan dinegosiasi, dan kebutuhan mana yang dapat ditolak secara asertif.

Menghambat periode waktu untuk menunjukkan tujuan spesifik juga

mengurangi rasa keterburuan dan meningkatkan perasaan kontrol.

e. Humor

Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman

Cousins (1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa

melenyapkan stress (Robinson, 1990; Dahl dan O’Neal, 1993).

Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan endorphin ke

dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan.

f. Istirahat

Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk

menangani stress. Seseorang yang mengalami stress harus di dorong

meluangkan waktunya untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak hanya

menyegarkan tubuh, Tetapi juga membantu seseorang menjadi rileks secara

mental. Klien mungkin membutuhkan bantuan specific dalam mempelajari

tehnik relaks sehingga dapat tertidur.

g. Teknik Relasasi

Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik

manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emodional stress.

Tehnik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu

pelatihan dan praktek. Setelah klien menjadi terampil dalam tehnik ini ,

ketegangan dikurangi dan parameter fisiologis berubah.

Ada 4 komponen utama dari tehnik relaksasi yaitu :

Lingkungan& yang tenang, menghindarkan sebanyak mungkin

kebisingan dan gangguan –gangguan

Page 24: Stress Dan Adaptasi

Posisi yang nyaman, duduk tanpa ketegangan otot.&

Sikap yang& dapat diubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari

alam sadar.

Keadaan& mental (yang baik, memusatkan perhatian pada suara,

kata-kata, ungkapan, imaginasi, objek atau pola napas untuk merubah

pikiran-pikiran secara internal menjadi pikiran yang lebih dapat

diterima).

Faktor yang penting adalah bagaimana seseorang mengosongkan

pikirannya dari semua pikiran-pikiran dan memusatkan perhatian pada

mental device. Setiap periode relaksasi ini harus membutuhkan waktu

kurang lebih 20 menit. Ada Beberapa pendekatan yang dapat

dilaksanakan melalui instruksi perawat kepadda klien , tanpa

menggunakan peralatan khusus dan juga tanpa perintah dokter yaitu

relaksasi profresif dan relaksasi respon Benson. Relaksasi progresif

terdiri atas peregangan dan relaksasi sekelompok otot dan

memfokuskannya perasaan relakasasi. Aplikasi yang sistematis dari

relaksasi progresif ini mempunyai tiga efek utama, sebagai berikut :

Kelompok otot yang telah mengalami relaksasi maka akan lebih rileks

lagi.

Tiap-tiap kelompok otot utama rileks secara bergantian. Kalau otot yang

baru ditambah, maka kelompok otot yang lama juga akan mengalami

relaksasi. Lebih banyak jumlah relaksasi yang dialmi seseorang, maka

orang itu akan bergerak menuju fase relaksasi.

Keadaan rileks meningkat setelah periode relaksasi. Respon

relaksasi Benson menghilangkan ketegangan otot. Khususnya membantu

secara penuh relaksasi otot pada pasien yang mengalami nyeri atau

ketidaknyamanan.

Respon relaksasi Benson’s

o Yakinkan posisi duduk senyaman mungkin dalam lingkungan yang

tenang

o Tutup mata

o Relaksasi otot-otot tubuh (katakana Ayo.....)

o Memusatkan perhatian pada pernapasan, ulangi lagi kata-kata atau

suara / bunyi seperti “one” atau “um-um” setiap kali ekspirasi.

Page 25: Stress Dan Adaptasi

o Lakukan selama 20 menit

o Buka mata

o Berikan waktu pada pasien untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan sebelum psien bergerak atau berpindah.

h. Spiritualitas

Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif dalam

menurunkan stress (Dahl dan O’ Neal , 1993). Praktik seperti berdoa,

meditasi atau membaca bahan bacaan keagamaan dapat menjadi sumber

yang bermamfaat bagi klien. Pada penelitian (Young, 1993) praktik

spiritual klien lansia dapat meningkatkan perasaan produktivitas dan

kemampuan beradaptasi yang membantu dalam menghadapi individu sakit

kronis

VI. Cara Mengendalikan Stres

Kiat untuk mengendalikan stres menurut Grant Brecht (2000) sebagai berikut :

a. Sikap, keyakinan dan pikiran harus positif, fleksibel, Rasional, dan

adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan menyalahkan orang lain

sebelum introspeksi diri dengan pengendalian internal.

b. mengendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :

1). Kemampuan menyadari (awareness skills).

2). Kemampuan untuk menerima (acceptance skills)

3). Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)

4). Kemampuan untuk bertindak (action skills).

c.    Mamperhatikan diri, proses interpersonal dan interaktif, serta

lingkungan kita.

d.    Mengembangkan sikap efisien.

e.    Relaksasi

f.    Visualisasi (angan-angan terarah).

Teknik singkat untuk menghilangkan stres, misalnya melakukan pernafasan

dalam, mandi santai dalam bak, tertawa, pijat, membaca, kecanduan positif

(melakukan yang disukai secara teratur), istirahat teratur dan ngobrol.

Page 26: Stress Dan Adaptasi

BAB III

KESIMPULAN

Page 27: Stress Dan Adaptasi

DAFTAR PUSTAKA

http://askep.blogdetik.com

http://lensakomunika.blogspot.com

http://lensaprofesi.blogspot.com

http://perawatsupri.wordpress.com

http://tropicalstorm.blogsome.com