Streptococcus Sp

2
Streptococcus sp. Merupakan tipe bakteri ektracelluler patogen yang dapat menyebabkan infeksi pada membran mukus, tonsil, kulit dan jaringan. Diperkirakan 5-10% individu normal memliki bakteri ini dan biasanya terdapat pada saluran pernafasan, namun tidak menimbulkan gejala penyakit. Streptococcus sp. dapat menginfeksi ketika pertahanan tubuh inang menurun atau ketika organisme tersebut mampu berpenetrasi melewati pertahanan inang yang ada. Bila bakteri tersebar ke jaringan yang rentan, maka infeksi supuratif dapat terjadi. Penyakit yang dapat disebabkan oleh streptococcus diantaranya pharyngitis, impetigo/pyoderma, erysipelas, cellulitis, necrotizing fasciitis, sydrome streptococcus toxin, scarlet fever, septicemia, pneumonia dan meningitis (Cunningham 2000). Hewan berdarah panas membawa flora streptococcus pada membran mukosa dari saluran respirasi bagian atas, genital bagian bawah dan kebanyakan saluran pencernaan. Infeksi saluran respirasi atas dengan lymphadenitis (radang limfonodus) pada kuda, babi, kucing, marmut dan manusia terutama individu merupakan salah satu penyakit yang paling umum disebabkan oleh bakteri ini. Lymphadenitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih kelenjar getah bening, yang biasanya menjadi bengkak dan lunak. Gejala klinis awal dari peradangan ini adanya penumpukkan cairan jaringan dan peningkatan jumlah sel darah putih akibat respon tubuh terhadap infeksi. Infeksi respiratori dan septikemik neonatal anak kuda, anak babi, anak anjing dan bayi pada manusia. Septikemik adalah penyakit sistemik yang berhubungan dengan adanya dan bertahannya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah. Infeksi pada neonatal salah satu sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama pasca kelahiran. Pneumonia pada hewan bisa diakibatkan oleh infeksi bakteri streptococcus sp. Faktor-faktor yang juga dapat mempengaruhi terjadinya pneumonia, misalnya kandang yang lembab, berdebu, ventilasi udara yang jelek. Gejala klinis yang terlihat pada pneumonia adalah dyspnoe (kesulitan bernafas) terutama pada saat menarik nafas. Nafas menjadi cepat dan dangkal. Lidah, gusi dan bibir terlihat kebiruan atau abu-abu (cyanosis) sebagai indikator kurnagnya oksigen dalam darah dan temperatur darah meningkat (Subronto 1995). Mastitis pada sapi diakibatkan adanya infeksi pyogen pada saluran genitalia. Penyebab utama mastitis adalah kuman

description

kanciang

Transcript of Streptococcus Sp

Page 1: Streptococcus Sp

Streptococcus sp. Merupakan tipe bakteri ektracelluler patogen yang dapat menyebabkan infeksi pada membran mukus, tonsil, kulit dan jaringan. Diperkirakan 5-10% individu normal memliki bakteri ini dan biasanya terdapat pada saluran pernafasan, namun tidak menimbulkan gejala penyakit. Streptococcus sp. dapat menginfeksi ketika pertahanan tubuh inang menurun atau ketika organisme tersebut mampu berpenetrasi melewati pertahanan inang yang ada. Bila bakteri tersebar ke jaringan yang rentan, maka infeksi supuratif dapat terjadi. Penyakit yang dapat disebabkan oleh streptococcus diantaranya pharyngitis, impetigo/pyoderma, erysipelas, cellulitis, necrotizing fasciitis, sydrome streptococcus toxin, scarlet fever, septicemia, pneumonia dan meningitis (Cunningham 2000).

Hewan berdarah panas membawa flora streptococcus pada membran mukosa dari saluran respirasi bagian atas, genital bagian bawah dan kebanyakan saluran pencernaan. Infeksi saluran respirasi atas dengan lymphadenitis (radang limfonodus) pada kuda, babi, kucing, marmut dan manusia terutama individu merupakan salah satu penyakit yang paling umum disebabkan oleh bakteri ini. Lymphadenitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih kelenjar getah bening, yang biasanya menjadi bengkak dan lunak. Gejala klinis awal dari peradangan ini adanya penumpukkan cairan jaringan dan peningkatan jumlah sel darah putih akibat respon tubuh terhadap infeksi.

Infeksi respiratori dan septikemik neonatal anak kuda, anak babi, anak anjing dan bayi pada manusia. Septikemik adalah penyakit sistemik yang berhubungan dengan adanya dan bertahannya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah. Infeksi pada neonatal salah satu sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama pasca kelahiran.

Pneumonia pada hewan bisa diakibatkan oleh infeksi bakteri streptococcus sp. Faktor-faktor yang juga dapat mempengaruhi terjadinya pneumonia, misalnya kandang yang lembab, berdebu, ventilasi udara yang jelek. Gejala klinis yang terlihat pada pneumonia adalah dyspnoe (kesulitan bernafas) terutama pada saat menarik nafas. Nafas menjadi cepat dan dangkal. Lidah, gusi dan bibir terlihat kebiruan atau abu-abu (cyanosis) sebagai indikator kurnagnya oksigen dalam darah dan temperatur darah meningkat (Subronto 1995).

Mastitis pada sapi diakibatkan adanya infeksi pyogen pada saluran genitalia. Penyebab utama mastitis adalah kuman streptococcus agalactiae, streptococcus dysagalactiae, streptococcus uberis, staphylococcus aureus dan koliform. Proses terjadinya peradangan pada ambing dimulai dengan masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar melalui lubang puting (sphinter puting) yang dapat berlangsung secara akut, subakut, dan kronis. Hal ini bisa terjadi sesudah pemerahan karena sphinter masih terbuka beberapa saat, seldarah putih dan antibodi serta enzim sebagai alat pertahan habis ikut terperah. Gejala klinis yang nampak dari mastitis adanya perubahan pada ambing atau air susu. Misalnya : bentuk yang asimetris, bengkak, ada luka, rasa sakit apabila ambing di pegang sampai nanti mengeras tidak lagi menghasilkan air susu jika terjadi pembentukan jaringan ikat.

Cunningham, MW.2000. Phatogenesis of group A streptoccocal infection, Clin microbiol Rev. 13 (3) : 470-511.Subronto. 1995. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada University Press.