Terapi Perawatan Luka Modern dengan Ultrasonic Assisted Woundtreatment_1
Strategi Terapi Perawatan Periodontitis
Transcript of Strategi Terapi Perawatan Periodontitis
Strategi Terapi Perawatan Periodontitis
Abstrak
Periodontitis merupakan sebuah penyakit inflamasi struktur pendukung
gigi yang disebabkan oleh sekelompok mikroorganisme spesifik. Bentuk
periodontitis agresif dapat bersifat terlokalisasi atau tergeneralisasi. Konsep
masalah terlokalisasi yang dapat dirawat dengan penghantaran obat lokal
tergolong menarik karena agen antimikroba dihantarkan dalam poket periodontal
dan terapi ditargetkan pada mikroorganisme patogen spesifik. Artikel ini
membahas penggunaan polimer mukoadhesif dalam penghantaran obat bukal.
Keuntungan yang berhubungan dengan penghantaran obat bukal telah
menunjukkan rute penggunaan ini berguna untuk berbagai jenis obat.
Karakterisasi penting seperti kekuatan mukoadhesif, uniformitas kandungan obat,
dan kisaran permeasi menjadi area penelitian utama dalam desain film bukal.
Artikel berikut mendeskripsikan pendekatan untuk pencegahan infeksi bakteri
lokal yang didasarkan pada piranti medis elusi antibiotik.
Kata kunci: periodontitis, polimer mukoadhesif, film bukal.
Pendahuluan
Penyakit periodontal merupakan respon inflamasi lokal yang disebabkan
oleeh infeksi poket periodontal yang diakibatkan oleh adanya akumulasi plak
subgingiva. Penyakit periodontal telah dikategorikan sebagai sebuah faktor risiko
untuk penyakit sistemik seperti penyakit kardiovaskular dan bayi berat badan lahir
rendah. Infeksi mikroorganisme patogenik telah menjadi permasalahan besar
dalam berbagai bidang, khususnya dalam piranti medis, obat,
permukaan/perabotan rumah tangga, restorasi gigi dan perlengkapan bedah,
produk perawatan kesehatan dan aplikasi kebersihan, sistem pemurnian air,
tekstil, paket dan penyimpanan makanan, piranti mayor atau domestik,
aeronautika, dan lain-lain. Penyakit infeksi membunuh lebih banyak orang di
seluruh dunia daripada penyebab tunggal lainnya. Tanda klinis periodontitis
adalah perubahan morfologi jaringan gingiva, perdarahan sewaktu probing, dan
juga pembentukan poket periodontal. Poket ini menjadi sebuah lingkungan ideal
bagi pertumbuhan dan proliferasi bakteri patogen anaerobik.1,2 Mikroorganisme
yang berkolonisasi di area subgingiva merupakan faktor etiologi utama dalam
perkembangan inflamasi dan destruksi jaringan. Secara umum, infeksi tersebut
dapat dilawan melalui agen antimikroba yang rentan terhadap aksi mereka.
Masalah yang muncul adalah mikroorganisme resiten yang dapat dengan cepat
dan dengan mudah mengubah gen mereka, sehingga membuat sulit untuk
melakukan eliminasi mikroorganisme tersebut. Sebagai contoh, bakteri
Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu penyebab umum dari infeksi yang
berhubungan dengan perawatan kesehatan, dan semakin resisten terhadap
kebanyakan antibiotik. Staphylococcus aureus juga merupakan sebuah bakteri
yang umum berkolonisasi pada kulit dan mukosa manusia tanpa menyebabkan
masalah berat. Namun demikian, penyakit serius yang berkisar dari penyakit rigan
sampai dengan penyakit yang dapat mengancam nyawa dapat berkembang jika
bakteri memasuki tubuh. Penyakit tersebut dapat berupa infeksi kulit dan luka,
eksema infeksi, infeksi abses, infeksi katup jantung atau endokarditis, pneumonia
dan infeksi melalui aliran darah atau baktermimia. Beberapa S. aureus resisten
terhadap antibiotik metisilin, S. aureus resisten metisilin, dan seringkali
membutuhkan jenis antibiotik berbeda untuk merawat infeksi tersebut (Gambar
1).
Gambar 1. Bakteri plak subgingiva telah menyebabkan poket periodontal
mengalami perkembangan, sehingga menyebabkan inflamasi jaringan sekitar, dan
adanya kehilangan tulang alveolar.
Tujuan terapi periodontal terkini adalah memghilangkan deposit bakteri
dari permukaan gigi, dan mengubah mikrobiota patogen menjadi mikroba yang
sejalan dengan kesehatan periodontal. Pendekatan terapi, termasuk skeling dan
root planing mekanik, dan dalam beberapa kasus, melakukan bedah. Sebagai hasil
perawatan, terdapat penurunan inflamasi gingiva dan juga kedalaman probing
klinis.3
Regio bukal rongga mulut merupakan target menarik utnuk penggunaan
obat pilihan. Penghantaran bukal melibatkan penggunaan obat yang diinginkan
melalui membran mukosa bukal rongga mulut. Film sebagai bentuk dosis telah
mendapatkan relevansi dalam bidang farmasi sebagai produk baru, mudah
digunakan oleh pasien, dan nyaman. Baru-baru ini, film (atau strip) disintegrasi
oral telah ditemukan, dan telah terjadi peningkatan karakteristik mekanik film
tersebut.4 Film bukal mukoadhesif memiliki berbagai keuntungan. Karena ukuran
dan ketebalan film yang kecil, film dapat meningkatkan koorperativitas pasien
jika dibandingkan dengan tablet.3,5
Antimikroba yang diaplikasikan secara sistemik telah diajukan sebagai
perawatan periodontitis parah. Namun demikian, di awal tahun 1970-an, masalah
muncul mengenai terapi antibiotik sistemik untuk infeksi kronis seperti penyakit
periodontal. Tentu saja, efek samping, termasuk hipersensitivitas, intoleransi
gastrointestinal, dan perkembangan resistensi bakteri telah dideskripsikan.6-8
Konsentrasi obat dalam jaringan lokal dapat ditingkatkan dengan menambahkan
agen aktif ke dalam sistem penghantaran pelepasan terkontrol yang akan
ditempatkan secara langsung dalam poket periodontal.
Agar dapat digunakan dalam terapi periodontal, obat harus ditempatkan
dalam sistem penghantaran obat bioerodible yang dapat mempertahankan sebuah
kisaran pelepasan obat secara efektif dalam poket periodontal, sementara obat
dapat dilepaskan ssecara simultan selama durasi perawatan sampai dengan
beberapa hari. Keuntungan dan kemajuan terbaru dalam penghantaran berbagai
senyawa, khususnya peptida dan protein menyebabkan kerugian rute
penghantaran obat ini menjadi kurang signifikan. Beruntung, aktivitas enzim
dalam mukosa bukal relatif rendah dibandingkan rute mukosa lainnya.9
Mukosa rongga mulut
Anatomi mukosa rongga mulut
Anatomi dan fisiologi mukosa rongga mulut telah dibahas secara luas
dalam beberapa publikasi.10,11 Namun demikian, sebuah penjelasan singkat dalam
bab ini sangat penting. Mikroskop cahaya menunjukkan beberapa pola maturasi
berbeda dalam epitel mukosa rongga mulut manusia yang didasarkan pada
berbagai regio rongga mulut. Sebanyak tiga lapisan berbeda dalam mukosa
rongga mulut adalah epitel, membran basal, dan jaringan ikat. Rongga mulut
tersusun dari epitel, di bawahnya terdapat membran basalis pendukung. Setelah
itu, membran basalis didukung oleh jaringan ikat (Gambar 2 dan Gambar 3).
Epitel, sebagai lapisan pelindung untuk jaringan di bawahnya, terbagi menjadi (a)
permukana non-keratinisasi dalam mukosa penyusun palatum molla, permukaan
ventral lidah, dasar mulut, mukosa alveolar, vestibulum, bibir, dan pipi, dan (b)
epitelium terkeratinisasi yang ditemukan pada palatum durum dan regio non-
gerak pada rongga mulut.11
Gambar 2. Anatomi mukosa rongga mulut.
Gambar 3. Tampilan skematik berbagai penyusun mukosa rongga mulut.10
Mukosa rongga mulut, sebuah pelindung terhadap permeabilitas
Mekanisme utama yang bertanggung jawab untuk penetrasi berbagai
substansi, termasuk difusi sederhana (paraseluler, transseluler), difusi yang
dimediasi pengangkut, transpor aktif, dan pinositosis atau endositosis. Fakta
terbaru telah menunjukkan difusi pasif merupakan mekanisme utama dalam
transportasi obat di sepanjang mukosa bukal walaupun transportasi yang
dimediasi pengangkut telah tersedia dalam epitel bukal: salah satunya melibatkan
transportasi senyawa melalui ruang interseluler antara sel (paraseluler), dan
lainnya di dalam sel (transeluler). Bergantung karakteristik permean sebagai
contoh, geometrik molekuler keseluruhan, lipofilisitas, dan muatan, kedua jalur
transport yang melewati epitel bukal dapat dipilih.
Penentuan mukoadhesi
Di samping parameter penting dari kekuatna mukoadhesi dan waktu
ketahanan fulmbukal, karakteristik mekanik memainkan peranan penting dalam
integritas fisik bentuk dosis. Beberapa nilai dapat dicapai dari sebuah kurva
tegangan-regangan; namun demikian, tensile strength, elongation at break, dan
modulus elastik yang juga dikenal sebagai modulus Young merupakan yang
paling relevan terhadap penelitian film bukal.12 Penentuan karakteristik mekanik
sebuah film bukal biasanya didasarrkan pada metode ASTM D882 dan dinilai
menggunakan instrumen seperti analisis tekstur.
Modulus Young merupakan sebuah evaluasi kekakuan atau bagaimanafilm
mengalami deformasi pada regio elastik.13 Modulus Young didefinisikan dalam
fase deformasi elastik awal dan didapatkan dari rasio tekanan yang diaplikasikan
dan regangan yang dihasilkan, dan dapat dikomputasikan dari slope kurva
tekanan-regangan.Polimer lunak dan lemah memiliki tensile strength rendah,
moulud Young rendah, dan elongation at break rendah, sedangkan polimer lunak
dan kuat memiliki tensile strength menengah, modulus Young rendah, dan
elongation at break tinggi.14,15 Karakteristik mekanik yang diinginkan akan
bervariasi tergantung tujuan perumusan dan metode yang dipilih, tetapi beberapa
contoh karakteristik yang didapatkan dari kurva tekanan-regangan dapat
digambarkan seperti dalam Gambar 4.16 Tear resistance film didapatkan dari kuva
tekanan-regangan, tetapi menggunakan kisaran beban sangat rendah (pergeseran
51 mm/menit). Tear resistance merupakan sebuah fungsi kompleks dari resistensi
utama film untuk mengalami ruptur, dan didapatkan dari nilai tekanan maksimum,
dan dilaporkan sebagai gaya koresponden.
Gambar 4. Contoh karakteristik yang diamati dalam kurva tegangan-regangan
dalam film polimerik.16
Terakhir, uji lain yang umum digunakan dalam dilaporkan dalam tieratur
adalah penentuan ketahanan pelipatan film. Uji dilakukan dengan melipat film di
tempat yang sama sampai film rusak. Batas uji maksimum yang seringkali
dilaporkan adalah 300 kali lipatan,17 dan nilai dilaporkan sebagai seberapa banyak
film dapat dilipat sebelum terjadi ruptur.
Penghantaran obat melalui mukosa rongga mulut:
Penghantaran lokal dalam rongga mulut telah memiliki aplikasi khusus
dalam perawatan sakit gigi, penyakit periodontal, dan infeksi bakteri. Sistem
pelepasan berkelanjutan yang mampu memberikan konsentrasi obat secara
berkelanjutan dalam sirkuslasi sistemik akibat inhibisi pelepasan obat dari
formulasi merupakan bentuk dosis yang tepat untuk regio bukal di rongga mulut.
Permeabilitas yang lebih rendah dalam regio ini dibandingkan area sublingual
tergolong ideal untuk sistem pelepasan terkontrol.
Piranti penghantaran obat
Terdapat dua pendekatan untuk meningkatkan kerja obat: (i) pelepasan
obat: (i) pelepasan obat berkelanjutan dan terkontrol untuk emngurangi atau
mengeliminasi efek samping dengan meningkatkan indeks terapi; (ii)
penghantaran obat spesifik area untuk meminimalisasi efek sistemik. Sebanyak
dua strategi telah dieksplorasi melalui hubungan obat dengan berbagai medium,
baik alami atau sintetik. Sistem penghantaran obat dapat diklasifikasikan
berdasarkan mekanisme yang mengendalikan pelepasan obat. Kami membuat tiga
kategori: (i) sistem matriks terkendali pelarut yang didasarkan permeabilitas
matriks molekuler makro terhadap molekul kecil setelah perbesaran matriks ke
dalam medium terhidrasi; (ii) sistem penampungan yang dikendalikan oleh difusi
obat di sepanjang membran polimer; (iii) sistem terkontrol secara kimiawi dengan
kisaran pelepasan obat dikendalikan oleh kisaran dan perluasan ikatan kimia dan
erosi matriks polimer. Untuk seluruh sistem tersebut, polimer dasar dapat bersifat
alami seperti protein18 atau kolagen,19 semi sintetik seperti derivatif selulosa20,21
atau sintetik, di antaranya harus terdegradasi selama penggunaan. Polimer alami
telah dikategorikan sebagai medium yang dapat didegradasi secara biologis.22
Kebanyakan polimer yang didasarkan sistem untuk penghantaran antibiotik dalam
perawatan penyakit periodontal telah diteliti dan dievaluasi secara in vitro
dan/atau in vivo (Tabel 1).
Tabel 1. Rangkuman beberapa sistem penghantaran intrapoket yang diteliti
Piranti penghantaran obat periodontal dapat mempertahankan sebuah
kisaran pelepasan obat secara efektif dalam poket periodontal, dan juga
mengalami erosi selama durasi perawatan sampai dengan beberapa hari. Sejumlah
variasi sistem penghantaran lokal terkhusus (sebagai contoh piranti intrapoket)
telah didesain untuk mempertahankan obat dalam cairan krevikular gingiva (GCF)
dalam sebuah konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan MIC adalah Fiber yagn
merupakan piranti serupa ulir yang digunakan untuk pelepasan obat secara
berkelanjutan ke dalam poket periodontal. Piranti tersebut dapat berupa piranti
penghantaran berongga atau matriks. Fiber berongga merupakan ruang terbuka
dalam fiber yang diisi oleh agen terapi dan agen yang dilepaskan secara sederhana
melalui difusi melalui dinding penampungan. Tidak terdapat kisaran kendali
pelepasan dalam fiber jenis ini. Piranti penghantaran pertama oleh Goodson
tersusun dari selulosa asetat yang diisi dengan tetrasiklin. Fiber tersebut
melepaskan 95% obat dalam 2 jam pertama, dan pelepasan disertai oleh hukum
kinetik pertama. Walaupun kadar tetrasiklin dalam GCF masih tetap berada dalam
rentang terapi selama 24 jam, penelitian dilakukan sebagai evaluasi penghantaran
obat. Menurut Goodson, sistem fiber berongga yang digunakan dalam poket
periodontal dapat melepaskan obat secara cepat. Piranti tersebut hanya dapat
dikualifikasikan secara marjinal sebagai piranti pelepasan obat berkelanjutan.
Penelitian telah dilakukan dan telah memperlihatkan efisiensi klinis dari fiber
tersebut. Namun demikian, nilai sebenarnya dalam terapi pasien sulit untuk
diiterpretasikan karena klinisi telah menemukan teknik penempatan fiber
tergolong menantang. Sejumlah fiber telah terlepas dari poket periodontal selama
periode perawatan 10 hari. Fiber ditempatkan di sekitar gigi, di bawah marjin
gingiva, sehingga poket periodontal terlapisi oleh bahan yang melepaskan obat.
Strip dan Padatan. Sebuah strip pelepasan terkontrol berkode PT-01 yang
terbuat dari asam polimetakrilat dan hidroksipropilselulosa yang mengandung
ofloksasin 10% telah dilaporkan dalam penelitian Kimura et al. Data
menunjukkan ofloksasin dapat ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan MIC kebanyakan bakteri periodontal dalam GCF selama 7 hari
melalui aplikasi PT-01 secara tunggal dalam poket periodontal manusia.
Walaupun aplikasi PT-01 mingguan di hari 0-35 menunjukkan beberapa
pergeseran lebih lanjut dalam proporsi da reduksi flora mikroba subgingiva, tidak
terdapat perbedan signifikan dalam hasil mikrobiologi antara kelompok strip dan
kelompok kontrol. Akibatnya, peneliti menyatakan aplikasi PT-01 dapat
memberikan efek menguntungkan sebagai bantuan terhadap terapi konvensional.
Strip pelepasan terkontrol yang memberikan peningkatan jangka panjang
adalah strip klorheksidin.23 Percobaan terkontrol yang melibatkan klorheksidin
dalam strip etil selulose yang digunakan setiap 3 bulan sebagao terapi periodontal
pendukung telah menunjukkan keuntungan klinis secara signifikan yang
berlangsung selama 2 tahun. Karena karakteristik medium polimerik non-
biodegradasi dan merupakan satu-satunya peningkatan klinis setelah penyelesaian
perawatan, produk obat tersebut belum dipasarkan.
Sistem injeksi. Aplikasi sistem yang dapat diinjeksi tergolong mudah dan
tidak membutuhkan waktuu lama, tanpa rasa sakit, dan dikemas dalam bentuk
syringe. Selain itu, sebuah sistem penghantaran yang dapat diinjeksi dapat
mengisi poket, sehingga mencapai sejumlah besar patogen. Sebanyak dua jenis
sistem penghantaran yang dapat diinjeksi telah dteliti dalam perawatan penyakit
periodontal, partikel mikro dan jel yang dapat didegradasi secara biologis.
Partikel mikro. Partikel mikro yang didasarkan pada poli (α-asam
hidroksida) seperti polilaktida atau poli (laktida-co-glikolida) yang mengandung
tetrasiklin telah didesain untuk terapi penyakit periodontal. Kisaran pelepasan in
vitro dipengaruhi oleh pemilihan polimer, dan berdasarkan pH medium, kisaran
pelepasan meningkat ketika pH meningkat. Mikrosfer PLGA telah diajukan untuk
penghantaran histatin. Stabilitas pelepasan peptida telah dipertahankan sebesar
100% melalui pelpeasan tambahan surfaktan non-ionik. Pelepasan peptida total
secara in vitro bertahan selama 1 bulan. Beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan retensi formulasi tersebut dalam poket periodontal membutuhkan
klarifikasi.
Jel. Sistem jel mukoadhesif yang mengandung metronidazol didesain
untuk perawatan periodontal didasarkan pada hidroksietilselulosa, Carbopol 974P,
dan Polikarbofil telah dideskripsikan. Pelepasan obat in vitro mengalami
penurunan signifikan seiring peningkatna konsentrasi polimer akibat peningkatan
viskositas formulasi dan kinetik perbesaran polikarbofil setelah kontak dengan
cairan pelarut.
Kapsul mikro. Kapsul mikro sedang digunakan untuk penghantaran agen
antibakteri dalam kapsul dalam merawat penyakit periodontal. Pelepasan sitem
obat tersebut dalam saliva atau cairan krevikuler terjadi selama periode waktu
berkepanjangan.
Film. Film merupakan sistem penghantaran matriks dengan obat yang
terdistribusi melalui polimer dan pelepasan obat yang terjadi akibat difusi
dan/atau pelarutan matriks atau erosi. Dimensi dan bentuk film dapat dikendalikan
untuk dapat sesuai dengan poket tempat film diinsersikan. Film dapat diinsersikan
dengan cepat ke dalam poket dengan sedikit rasa sakit yang disebabkan akibat
insersi film pada pasien.23 Film dapat dimasukkan secara total ke poket, dan dapat
diinsersikan ke dasar poket. Jika ketebalan film mengalami penurunan menjadi
kurang dari 400 mikrometer, maka film memiliki adhesivitas yang memadai,
sehingga tidak mengganggu kebersihan rongga mulut pasien. Kedua film yang
dapat didegradasi dan tidak dapat didegradasi secara biologis telah dikembangkan.
Film yang melepaskan obat melalui difusi saja dipersiapkan menggunakan air
pelarut atau polimer non degradasi, sedangkan film dengan pelepasan obat melalui
difusi dan erosi matriks menggunakan polimer terlarut atau dapat didegradasi
secara biologis dalam matriks.
Film non-degradasi. Deskripsi piranti penghantaran matriks non-degradasi
biologis intrapoket pertama kali dilakukan oleh Addy dan kolega di tahun 1982.
Mereka mendeskripsikan penggunaan film matriks polimetakrilat untuk
penghantaran tetrasiklin, metronidazol, dan klorheksidin intrapoket.24 Ukuran film
yang tepat telah dipersiapkan. Karakteristik pelepasan in vitro dan durasi
pelepasan obat diteliti dan diperlihatkan bergantung pada tekanan obat dalam
sistem penghantaran. Film juga bergantung pada karakteristik obat yang
ditambahkan. Film yang mengandung klorheksidin 30% w/w, tetrasiklin dan
metronidazol melepaskan 57,0, 40,0, dan 96% obat. Mereka mendeskripsikan
formulasi penghantaran kadar terapi in vitro ketiga obat selama periode percobaan
14 hari. Pemeriksaan klinis film yang mengandung obat 30% w/w telah
menunjukkan strip yang mengandung metronidazol lebih efektif, tetapi tidak
terdapat evaluasi kisaran pelepasan obat secara in vivo yang dilakukan. Dalam
penelitian lebih lanjut, sistem tersebut diamati berhubungan dengan kisaran
pelepasan parameter klinis lebih lambat dan belum dikembangkan secara
komersial. Film matriks etil selulosa untuk penghantaran obat intrapoket telah
dideskripsikan. Film tersebut dibuat dengan menuang etanol atau klorofom larutan
polimer ke dalam mould chamber dan membiarkan pelarut menguap.
Obat dan agen plasticizer tepat ditambahkan ke dalam larutan sebelum
penuangan. Lalu, film yang dikeringkan dipotong menjadi bentuk yang
diinginkan. Film yang mengandung klorheksidin, metronidazol, dan minosiklin
telah dikembangkan, dan diuji. Pelepasan agen terapi dari film tersebut
bergantung pada pelarut yang digunakan, adanya plasticizer, karakteristik dan
konsentrasi obat dalam film. Film yang dihasilkan dari larutan etanol yang
mengandung klorheksidin 5% w.w melepaskan 95% obat selama periode 10 hari,
sedangkan film kloroform melepaskan 20% obat selama periode 205 hari. Kondisi
ini disebabkan oleh perbedaan kelarutan obat dalam pelarut. Pelepasan obat dari
film kloroform dimodifikasi melalui penambahan PEG ke dalam formulasi.
Golomb et al mendeskripsikan film yang mengandung metronidazoldengan PEG
3000 dan menyimpulkan jumlah ikatan air kristalin ke permukaan film meningkat
dengan penambahan PEG.25
Peningkatan pelepasan obat diakibatkan oleh peningkatna ikatan air ke
permukaan matriks film yang mengandung PEG. Stabholz et al menilai efisiensi
perawatan periodtik dengan film yang mengandung klorheksidin dalam penelitian
penanganan poket periodontal selama 2 tahun.26 Perawatan menunjukkan insidensi
perdarahan sewaktu probing, kedalaman poket, dan tingkat perlekatan klinis lebih
rendah ketika dibandingkan dengan perawatan konvensional. Keterbatasan piranti
penghantaran tersebut, termasuk pelepasan dan pergantian piranti penghantaran
karena tidak dapat terdegradasi. Di lain pihak, lebih sedikit keahlian yang
dibutuhkan untuk menggunakan piranti tersebut dibandingkan skeling dan
pembersihan plak.
Film yang dapat didegradasi/larut. Sistem tersebut mengalami pelarutan
atau hancur dalam kreviks gingiva, sehingga pengeluaran perawatan tidak
dibutuhkan. Pelepasan obat terjadi melalui penghancuran atau pelarutan, dan
difusi obat melalui matriks. Karakteristik pelepasan berkelanjutan dapat dicapai
melalui manipulasi dari salah satu atau lebih mekanisme pelepasan.
Jumlah polimer yang dapat didegradasi secara biologis digunakan untuk
penghantaran agen antimikroba dalam perawatan penyakit periodontal. Beberapa
polimer merupakan selulosa hidroksipropil, polyester, kolagen cross-linked, dan
film protein. Erosi piranti mungkin berhubungan pada lebih banyak pelepasan
bertahan yang diamati dari piranti mulai dari 2 sampai dengan 24 jam
Keuntungan utama dan kerugian potensial sistem penghantaran terkontrol
(CDS) untuk perawatan periodontitis.
Keuntungan sistem peenghantaran terkontrol.
1. Mempertahankan kadar obat dalam rentang terapi
2. Reduksi atau eliminasi efek samping obat yang berbahaya
3. Proteksi dari degradasi obat dengan waktu paruh in vivo pendek
4. Meningkatkan kooperativitas pasien
5. Meningkatkan penggunaan obat dalam area geografi dengan supervisi
medis rendah
6. Pemberian obat terlokalisasi selama periode waktu berkepanjangan.
Kerugian sistem penghantaran terkendali
1. Toksisitas atau kurangnya kompatibilitas bahan polimer
2. Rasa sakit yang disebabkan oleh adanya implantasi piranti
3. Adanya produk sisa berbahaya dari polimer yang dapat didegradasi secara
biologis
4. Dibutuhkan prosedur bedah untuk mengimplantasi piranti dalam lokasi
yang tepat.
5. Biaya formula obat polimer tertentu.
Evaluasi piranti penghantaran lokal dalam periodontitis:
Penelitian menyangkut piranti penghantaran lokal dapat bervariasi sesuai
pemilihan pasien, perawatan yang diberikan, durasi penelitian, dan parameter
mikrobiologi dan klinis yang digunakan.
Terdapat sejumlah kecil penelitian yang mendemonstrasikan efisiensi
klinis menggunakan sistem penghantaran lokal terkendali bagi pasien
periodontitis. Desain eksperimental untuk beberapa percobaan klinis yang
menggunakan antimikroba penghantaran lokal dengan pelepasan terkendali.
Perbandingan antar laporan tidak dilakukan secara langsung karena pola
perawatan sangat berbeda. Dalam beberapa penelitian, piranti digunakan sebagai
satu-satunya perawatan untuk tiap area, tetapi lebih umum piranti digunakan
sebagai bantuan perawatan. Selain itu, area kontrol efek piranti dapat bervariasi
atau bahkan tidak ada sama sekali.
Evaluasi mikrobiologi. Dalam beberapa tahun terakhir, variasi dugaan
patogen telah menjadi faktor etiologi penting dalam kerusakan jaringan
periodontal. Patogen tersebut termasuk spesies Gram negatif anaerobik seperti
Porphyromonas gingivalis (Pg), Prevotella intermedia (Pi), Bacteroides forsythus
(Bf), Fusobacterium nucleatum (Fn), spesies Selenomonas dan Campylobacter,
dan bakteri batang Gram negatif fakultatik anaerobik seperti Actinobacillus
actinomycetemcomitans (Aa) dan Eikenella corrodens (Ec). Efek terapi lokal
terkendali terhadap flora mikro nampak bersifat sementara. Kondisi ini mungkin
disebabkan oleh kontrol plak supragingiva yang tidak memadai karena beberapa
penelitian telah menunjukkan area perawatan mengalami kolonisasi ulang dengan
sangat cepat kecuali kebersihan rongga mulut yang baik dapat dipertahankan.27
Simpulan
Kebanyakan laporan literatur periodontal terkini mengenai perawatan
medis telah melibatkan tetrasiklin, metronidazol atau klorheksidin. Walaupun
agen terapi tersebut telah dipilih berdasarkan pengetahuan terkini mengenai
bakteri yang terlibat dalam penyakit periodontal, hasil ketertarikan terhadap
produsen, agen regulasi, praktisi, dan pasien sebagai efisiensi klinis. Sistem terapi
tersebut telah menunjukkan efisiensi yang kuat terhadap mikroorganisme
periodontal; namun demikian, sulit untuk menghubungkan perbaikan terapi
dengan hasil mikrobiologi. Tentu saja, jenis uji mikroba ini dapat mempengaruhi
hasil secara dramatis dengan berbagai terapi berbeda. Oleh karena itu, agen dalam
konsentrasi tinggi tersebut memiliki beberapa efek terhadap lingkungan lokal,
tetapi hanya satu yang berhubungan dengan aktivitas antimikroba.