STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN...

12
STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN 1* 2 2 Handini Widiyanti , Rinekso Soekmadi , Nyoto Santoso 1 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16680 *E-mail: [email protected] 2 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16880 RINGKASAN Taman Wisata Alam Kawah Ijen (TWAKI) merupakan salah satu obyek wisata di Jawa Timur yang sudah sangat terkenal akan keindahan alamnya dan semakin tahun jumlah wisatawan semakin meningkat. Namun, pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI saat ini belum optimal dalam pengembangan ekowisatanya. Pengelolaan kawasan TWAKI menghadapi berbagai macam tantangan, dari faktor eksternal seperti vandalisme, kebakaran hutan, TWAKI menjadi mass tourism, gempa freatik dan keluarnya gas beracun, serta dari faktor internal, seperti: sumber daya, anggaran, tata batas, dan manajemen. Terkait permasalahan dan upaya pengelolaan yang telah dilakukan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, maka perlu dilakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji efektivitas pengelolaan kawasan konservasi pada setiap siklus pengelolaan yaitu perencanaan, masukan, proses dan keluaran sehingga didapat rekomendasi strategis yang efektif untuk peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dalam pengembangan ekowisata di TWAKI. Berdasarkan hasil penilaian Management Effectiveness Tracking Tool (METT) kawasan TWAKI, didapat nilai skor METT telah mencapai nilai minimum indeks METT yang artinya kawasan konservasi sudah dikelola secara efektif. Salah satu strategi untuk mendorong pengelolaan TWAKI yang berkelanjutan, efektif dan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat yaitu pengelolaan secara bersama dengan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk membangun suatu model kolaborasi pengelolaan. Kata Kunci: ekowisata, efektivitas, pengelolaan, METT, kolaborasi 202 pengembangan ekowisata di TWAKI adalah melalui komunikasi dan koordinasi antar stakeholders, pembentukan forum kolaborasi pengembangan ekowisata TWAKI, meningkatkan manfaat ekologi dan ekonomi Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 2 No. 3, Desember 2015: 202-213 ISSN : 2355-6226 E-ISSN : 2477-0299 PERNYATAAN KUNCI Berdasarkan hasil analisis SWOT, opsi kebijakan strategi untuk meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi dalam

Transcript of STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN...

STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA

DI TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN

1* 2 2Handini Widiyanti , Rinekso Soekmadi , Nyoto Santoso1Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16680*E-mail: [email protected]

2Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16880

RINGKASAN

Taman Wisata Alam Kawah Ijen (TWAKI) merupakan salah satu obyek wisata di Jawa Timur

yang sudah sangat terkenal akan keindahan alamnya dan semakin tahun jumlah wisatawan

semakin meningkat. Namun, pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI saat ini belum optimal

dalam pengembangan ekowisatanya. Pengelolaan kawasan TWAKI menghadapi berbagai macam

tantangan, dari faktor eksternal seperti vandalisme, kebakaran hutan, TWAKI menjadi mass

tourism, gempa freatik dan keluarnya gas beracun, serta dari faktor internal, seperti: sumber daya,

anggaran, tata batas, dan manajemen. Terkait permasalahan dan upaya pengelolaan yang telah

dilakukan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, maka perlu

dilakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI. Tujuan penelitian ini

adalah mengkaji efektivitas pengelolaan kawasan konservasi pada setiap siklus pengelolaan yaitu

perencanaan, masukan, proses dan keluaran sehingga didapat rekomendasi strategis yang efektif

untuk peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dalam pengembangan ekowisata

di TWAKI. Berdasarkan hasil penilaian Management Effectiveness Tracking Tool (METT) kawasan

TWAKI, didapat nilai skor METT telah mencapai nilai minimum indeks METT yang artinya

kawasan konservasi sudah dikelola secara efektif. Salah satu strategi untuk mendorong

pengelolaan TWAKI yang berkelanjutan, efektif dan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat

yaitu pengelolaan secara bersama dengan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk membangun

suatu model kolaborasi pengelolaan.

Kata Kunci: ekowisata, efektivitas, pengelolaan, METT, kolaborasi

202

pengembangan ekowisata di TWAKI adalah

melalui komunikasi dan koordinasi antar

stakeholders, pembentukan forum kolaborasi

p e n g e m b a n g a n e kow i s a t a T WA K I ,

meningkatkan manfaat ekologi dan ekonomi

Risalah Kebijakan Pertanian dan LingkunganVol. 2 No. 3, Desember 2015: 202-213ISSN : 2355-6226E-ISSN : 2477-0299

PERNYATAAN KUNCI

Berdasarkan hasil analisis SWOT, opsi

kebijakan strategi untuk meningkatkan

pengelolaan kawasan konservasi dalam

203

dengan menggabungkan prinsip-prinsip

ekowisata memperkuat kapasitas , dan

pengelola.

Kolaborasi dapat membantu meningkatkan

efektivitas pengelolaan kawasan ekowisata

secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas

dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama

sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Salah satu strategi yang diperlukan dalam

peningkatan efektivitas pengelolaan dalam

pengembangan ekowisata di TWAKI yaitu

pembentukan forum kolaborasi yaitu Forum

Kerjasama dan Komunikasi Pengembangan

Ekowisata TWAKI yang keanggotaannya

dapat ditetapkan melalui Surat Keputusan

Bersama antara Kepala BBKSDA Jatim,

Bupati Kabupaten Banyuwangi dan Bupati

Kabupaten Bondowoso. Forum tersebut

tersebut dapat berupa Forum Tata Kelola

Pariwisata yang saat ini sudah banyak digagas

dan dibentuk di beberapa kawasan wisata di

Indonesia. Tujuan pembentukan Forum Tata

Kelola Pariwisata Kawah Ijen adalah sebagai

sebuah lembaga resmi pemerintah yang akan

melakukan tugas dan fungsi pengelolaan

t e r padu dan menye lu r uh t e rhadap

pengembangan ekowisata di TWAKI.

I. PENDAHULUAN

TWAKI adalah kawasan pelestarian alam

seluas 92 a Cagar Alamh yang berbatasan dengan

Kawah Ijen ha. Kawasan konservasi seluas 2.468

yang memiliki kaldera terbesar di dunia ini, berada

di puncak Gunung Ijen dengan tinggi 2.799 m dpl

dengan kedalaman danau 200 meter dan luas

kawah mencapai 5.466 ha yang ditunjuk

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian

No.1017/Kpts-II/Um/12/1981 (BBKSDA

2012). Dasar penunjukkan kawasan ini sebagai

taman wisata alam antara lain mempertimbangkan

keunikan ekosistem yang terdiri berbagai jenis

vegetasi, panorama alam dan pegunungan yang

indah serta keunikan geologis alamnya berupa

kawah dan berwarna hijau toska kuning keemasan

jika terkena sinar matahari malam , sedangkan pada

hari t blue fire di sekitar dapur akan ampak adanya

solfatara Pesona juga dilengkapi . kawasan ini

dengan aktivitas para penambang belerang

tradisional.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

(BBKSDA) Jatim adalah pengelola utama

TWAKI. Banyak aspek-aspek pengembangan

ekowisata yang tidak tertangani karena terbatasnya

personil dan anggaran yang diterima oleh

pengelola. BBKSDA, disamping mengelola

kawasan ( ) juga mendapat mandat untuk insitu

memberikan pelayanan umum konservasi di luar

habitatnya ( ) yaitu membina, mengawasi dan exsitu

melakukan penegakan hukum terhadap peredaran

tumbuhan dan satwa liar di tingkat provinsi.

Sementara itu, secara administratif TWAKI

terletak di dua kabupaten, yakni Banyuwangi dan

Bondowoso yang menyebabkan kebijakan,

penyediaan produk dan jasa wisata pada masing-

masing kabupaten berbeda. Mengingat hal

tersebut maka rencana pembangunan dan

pengembangan TWAKI harus memperhatikan

pengembangan daerah sekitarnya, sehingga dalam

pengelolaannya perlu memperhatikan rencana

pengembangan wilayah agar terjadi keterpaduan

dan keselarasan dalam gerak langkah pembangun-

an dan pengembangannya, artinya harus ada

Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

204

keselarasan dan saling mendukung antara kawasan

tersebut dengan daerah sekitarnya.

Pihak pengelola pada umumnya menyadari

permasalahan yang dihadapi dalam mengelola

kawasan konservasinya, namun terdapat kesulitan

untuk mengidentifikasi prioritas permasalahan,

prioritas alokasi sumber daya, serta mengetahui

apakah pengelolaan yang dijalankan sudah cukup

efektif dalam mencapai tujuan pengelolaan

( K L H K 2 0 1 5 ) . M e m p e r t i m b a n g k a n

permasalahan tersebut maka diperlukan sebuah

strategi untuk meningkatkan efektivitas

pengelolaan kawasan konservasi dalam

pengembangan ekowisata di TWAKI.

International Union for Conservation of

Nature (IUCN) telah mengembangkan framework

untuk menilai efektivitas kawasan konservasi di

dunia yang terdiri dari context, planning, input,

processes, outputs dan outcomes (Hockings et al. 2006).

Berdasarkan pada framework IUCN tersebut telah

dibuat berbagai metode penilaian efektivitas

pengelolaan kawasan konservasi yang telah

diterapkan untuk menilai pengelolaan kawasan

konservasi di lebih dari 100 negara di dunia

termasuk kawasan konservasi di Indonesia.

Adanya penilaian efektivitas pengelolaan kawasan

konservasi, baik untuk kepentingan menyeluruh

aspek pengelolaan maupun untuk tujuan spesifik

pengelolaan yang dilakukan secara periodik,

memungkinkan pihak pengelola untuk

menerapkan adaptive management sesuai kebutuhan

pengelolaan dari waktu ke waktu berdasarkan

hasil penilaian efektivitas pengelolaan. Kegiatan

penilaian efektivitas pengelolaan kawasan

konservasi ini di Indonesia masih jarang

dilakukan, sehingga pengelolaan menjadi tidak

terarah, tidak efektif dan tidak efisien dalam

mencapai tujuan pengelolaan kawasan konservasi

(Wardhana 2015).

Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan

konservasi juga mendukung terlaksananya

akuntabilitas dan transparansi pengelolaan

kawasan konservasi kepada publik. elaksanaan P

penilaian melibatkan berbagai pihak termasuk

p e r wa k i l a n m a s y a r a k a t s e k i t a r , y a n g

memungkinkan mereka mengetahui kegiatan-

kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan,

efektivitas penggunaan anggaran negara untuk

kepentingan pengelolaan, serta memberikan

masukan dalam proses penilaian. Akuntabilitas

dan transparansi penting untuk menggalang

dukungan dan partisipasi para pihak, terutama

masyarakat di sekitar kawasan konservasi (KLHK

2015) . Hasil dari penilaian efektivitas pengelolaan

kawasan konservasi akan menjadi bahan informasi

yang berguna bagi pihak-pihak yang ingin

membantu pengelolaan kawasan konservasi

termasuk , perguruan tinggi, pemegang IPPA

lembaga penelitian, LSM, pemerintah daerah, dan

pihak lainnya . (Triadi et al. 2014)

II. SITUASI TERKINI

Pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI

sampai saat ini belum dinilai efektivitasnya secara

periodik sehingga pengelolaannya belum bisa

dikatakan optimal. Hal ini dapat dilihat dari

berbagai kelemahan dan ancaman yang ada, antara

lain keutuhan kawasan, tingkat gangguan kawasan

( , kebakaran hutan, tumpang illegal logging, vandalisme

tindih kepentingan dengan lain), stakeholders

ketersediaan sarana dan prasarana, sumber daya

manusia dan penataan kawasan. Berbagai

permasalahan tersebut harus segera dicari

solusinya sehingga pengembangan ekowisata

TWAKI dapat terwujud dan bermanfaat bagi

masyarakat sekitar. Berkenaan dengan hal tersebut

Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....

205

maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk

melihat efektivitas pengelolaan kawasan TWAKI

saat ini sesuai dengan fungsinya sebagai kawasan

konservasi yang kemudian dibuat strategi

pengelolaan yang efektif dan efisien serta sesuai

dengan perencanaan wilayah Kabupaten

Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso.

Management Effectiveness Tracking Tool (METT)

merupakan salah satu alat yang secara universal

telah digunakan oleh pengelola kawasan

konservasi dalam melakukan penilaian efektivitas

pengelolaan kawasan. Penilaian efektivitas

pengelolaan kawasan konservasi secara universal

menurut (IUCN 2006), terhadap beberapa aspek

pengelolaan terdiri atas:

1. konteks dari nilai-nilai dan ancaman-ancaman

yang ada,

2. perencanaan dan desain pengelolaan yang

dilakukan,

3. alokasi sumberdaya (input),

4. aksi manajemen (proses),

5. produk dan jasa (output),

6. dampak (outcome).

Salah satu indikator kinerja kegiatan Direktorat

Kawasan Konservasi tahun 2015–2019 adalah

jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan

efektivitas pengelolaannya hingga memperoleh

nilai indeks METT minimal 70% pada minimal

260 unit Kawasan Suaka Alam, Kawasan

Pelestarian Alam dan Taman Buru di seluruh

Indonesia. Berdasarkan hasil penilaian Management

Effectiveness Tracking Tool (METT) kawasan

TWAKI tahun 2015 oleh pengelola (BKSDA),

didapat nilai skor METT sebesar 74% yang artinya

sudah mencapai nilai minimun indeks METT.

Penilaian menunjukkan bahwa TWAKI relatif

dikelola dengan efektif. Berikut adalah hasil

perhitungan METT.

Total Skor = 70

Bilangan Pembagi = 95

Penilaian akhir TWAKI:

Nilai akhir = x 100% = = 74%.

Dari 33 pertanyaan untuk indikator

pengelolaan efektif pada bagian 2, ada 1

pertanyaan yang dianggap tidak relevan, yaitu

pertanyaan yang berkaitan dengan masyarakat

asli/adat (Indigenous people), sehingga pertanyaan ini

diabaikan. Sehingga total skor bukan 99, tetapi 96.

Berdasarkan metode METT kriteria yang

memperoleh skor tinggi diantaranya rencana

pengelolaan, masyarakat lokal dan kondisi lain-

lain. Rencana pengelolaan (RP) telah ada tetapi

baru sebagian yang diimplementasikan karena

kendala pendanaan atau masalah lain. Setiap

rencana pengelolaan jangka panjang yang disusun

selalu melibatkan masyarakat dan instansi terkait

melalui kegiatan konsultasi publik, namun tidak

setiap masukan/usulan bisa semua diakomodir ke

dalam RP karena disesuaikan dengan kaidah

konservasi dan peraturan yang berlaku. Masyarakat

lokal juga secara langsung berkontribusi terhadap

beberapa pengambilan keputusan yang relevan

terkait pengelolaan kawasan konservasi tetapi

keterlibatan mereka dapat ditingkatkan.

Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam

pengembangan pariwisata. Pariwisata juga

diharapkan memberikan peluang dan akses kepada

masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha

pendukung pariwisata seperti toko kerajinan, toko

cinderamata (souvenir), warung makan dan lain-lain

agar masyarakat lokal memperoleh manfaat

ekonomi yang lebih banyak dan secara langsung

dari wisatawan agar dapat meningkatkan

kesejahteraan dan taraf hidupnya.

total skormaksimum skor

7095

Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

206

Tab

el 1

. Res

ume

has

il p

enila

ian

ME

TT

kaw

asan

TW

AK

I*K

RIT

ER

IA

No

. P

ER

TA

NY

AA

N

Nil

ai

KE

KU

AT

AN

K

EL

EM

AH

AN

L

AN

GK

AH

KE

DE

PA

N

Co

nte

xt

1 St

atus

huk

um

3 X

Per

lu d

ilaku

kan

pen

guku

han

kaw

asan

yan

g le

bih

tin

ggi y

aitu

pen

etap

an m

elal

ui

SK M

ente

ri L

ingk

unga

n H

idup

dan

Keh

utan

an

Pla

nn

ing

2 P

erat

uran

K

awas

an

3 X

Per

enca

naa

n k

egia

tan

har

us m

enga

cu k

epad

a p

enat

aan

blo

k d

an d

esai

n t

apak

ya

ng

suda

h t

ersu

sun

4 T

uju

an K

awas

an

2

X

Pro

ses

per

cep

atan

per

bai

kan

RP

JP C

A K

awah

Ije

n d

an p

engu

sula

n k

egia

tan

p

enyu

sun

an C

A d

an T

WA

Kaw

ah I

jen

pad

a ta

hun

ber

ikut

nya

.

5 D

esai

n K

awas

an

2 X

Men

jalin

ko

ord

inas

i den

gan

Pem

erin

tah

an K

abup

aten

/P

rop

insi

ter

utam

a d

alam

h

al p

enat

aan

ru

ang

dan

wila

yah

. Seh

ingg

a d

apat

ter

jam

in k

eutu

han

kaw

asan

. Se

rta

dim

uncu

lkan

lagi

wac

ana

pem

ben

tuka

n T

N K

awah

Ije

n y

ang

mas

ih

tert

ahan

rek

om

end

asi G

uber

nur.

7 R

enca

na

Pen

gelo

laan

4

X

P

erlu

usu

lan

pen

yusu

nan

rev

iew

RP

JP C

A d

an T

WA

Kaw

ah I

jen

.

8 R

enca

na

Pen

gelo

laan

Ja

ngk

a P

ende

k

2 X

Per

lu u

sula

n p

enam

bah

an p

agu

21

Per

enca

naa

n

Pen

ggun

aan

lah

an

dan

air

3

X

P

enin

gkat

an k

oo

rdin

asi d

an k

om

unik

asi k

ep

ada

pih

ak-p

ihak

ter

kait

(st

akeh

olde

rs)

yan

g m

emp

unya

i beb

erap

a ke

pen

tin

gan

ter

had

ap k

awas

an.

Inp

ut

3 P

eneg

akan

H

ukum

2

X

Per

lu d

iop

tim

alka

n k

emb

ali u

pay

a p

eneg

akan

huk

um s

ecar

a p

reve

nti

f m

elal

ui

kegi

atan

so

sial

iasi

, ko

ord

inas

i dan

pen

amb

ahan

SD

M y

ang

ber

tuga

s d

i lap

anga

n

sert

a p

enam

bah

an a

ngg

aran

un

tuk

men

duk

ung

per

lind

unga

n d

an p

enga

man

an

kaw

asan

9 In

ven

tari

sasi

Su

mb

erda

ya

2 X

Per

lu p

engu

sula

n k

egia

tan

pen

yusu

nan

dat

abas

e/SI

M s

ehin

gga

akan

dip

ero

leh

da

ta s

erie

s te

rkai

t ko

nd

isi k

awas

an k

on

serv

asi t

erm

asuk

po

ten

si d

i d

alam

nya

13

Ju

mla

h P

egaw

ai

2

X

Per

lu a

loka

si p

egaw

ai y

ang

leb

ih m

emad

ai.

14

Staf

Ter

lati

h

1

X

Tup

oks

i pen

did

ikan

dan

pel

atih

an p

egaw

ai li

ngk

up K

LH

K m

erup

akan

tan

ggun

g ja

wab

BP

2SD

M (

BD

K),

seh

ingg

a p

erlu

pen

gusu

lan

dik

lat

yan

g le

bih

dib

utuh

kan

o

leh

peg

awai

di l

apan

gan

. 15

A

ngg

aran

1

X

P

erlu

per

enca

naa

n y

ang

leb

ih m

atan

g d

an t

epat

.

16

Kep

asti

an

angg

aran

2

X

P

enet

apan

an

ggar

an D

IPA

dap

at le

bih

dit

ingk

atka

n d

an a

pab

ila m

emun

gkin

kan

b

isa

men

ggun

akan

dan

a d

ari p

ihak

luar

mel

alui

mek

anis

me

CSR

/H

ibah

.

18

Per

len

gkap

an

2

X

Per

lu d

ian

ggar

kan

sec

ara

khus

us p

enga

daa

n p

erle

ngk

apan

yan

g le

bih

me

mad

ai

mel

iput

i: b

angu

nan

po

nd

ok

kerj

a/p

os

jaga

, ken

dar

aan

ro

da

dua

dan

kel

engk

apan

te

knis

lain

nya

.

Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....

207

KR

ITE

RIA

N

o.

P

ER

TA

NY

AA

N

Nil

ai

KE

KU

AT

AN

K

EL

EM

AH

AN

L

AN

GK

AH

KE

D

EP

AN

Pro

cess

6

Pen

guku

han

2

X

Pem

anta

pan

kaw

asan

ko

nse

rvas

i

10

Sist

em

Per

lindu

nga

n

2

X

P

erlu

pen

amb

ahan

SD

M p

egaw

ai d

i lap

anga

n d

an d

ukun

gan

ken

dara

an

tran

spo

rtas

i yan

g cu

kup

mem

adai

.

11

Ris

et

2

X

P

enin

gkat

an k

erja

sam

a p

enel

itia

n d

enga

n le

mb

aga

akad

emis

i

12

Pen

gelo

laan

Su

mb

erda

ya

3

X

P

rogr

am p

enge

lola

an k

ola

bo

rasi

har

us t

etap

pad

a ko

rido

r ko

nse

rvas

i

17

Pen

gelo

laan

A

ngg

aran

2

X

Keg

iata

n-k

egia

tan

yan

g te

rdap

at d

alam

RK

AK

L d

ibag

i sec

ara

pen

uh k

epad

a p

enan

ggun

g ja

wab

keg

iata

n p

ada

Bal

ai B

esar

/Bid

ang/

SKW

/R

KW

.

19

Pem

elih

araa

n

Per

len

gkap

an

2

X

Pem

bua

tan

dat

abas

e te

rkai

t ko

ndi

si s

etia

p p

erle

ngk

apan

yan

g ad

a se

hin

gga

dike

tah

ui ja

dwal

rut

in p

emel

ihar

aan

set

iap

per

len

gkap

an, k

aren

a p

emel

ihar

aan

se

tiap

per

len

gkap

an t

idak

bis

a di

sam

akan

.

20

Pen

didi

kan

dan

p

enya

dara

n

2

X

Pem

ben

tuka

n f

oru

m k

om

unik

asi p

enge

lola

an k

awas

an k

on

serv

asi y

ang

mel

ibat

kan

mas

yara

kat

seki

tar

kaw

asan

ko

nse

rvas

i, M

usp

ika

sete

mp

at d

an

Aka

dem

isi.

22

P

emer

inta

h d

an

swas

ta d

i se

kita

r

3

X

P

enin

gkat

an s

osi

alis

asi p

erat

uran

ter

kait

ker

jasa

ma

per

lindu

nga

n d

an

pen

gam

anan

hut

an/h

asil

hut

an, p

enin

gkat

an p

ariw

isat

a al

am

23

Mas

yara

kat

adat

N

/A

-

-

-

24

M

asya

raka

t L

oka

l

5

X

P

enin

gkat

an k

eter

liba

tan

mas

yara

kat

di s

ekit

ar k

awas

an u

ntu

k b

erp

eran

ser

ta

dala

m k

egia

tan

-keg

iata

n p

enge

lola

an k

awas

an k

on

serv

asi.

26

Mo

nit

ori

ng

dan

ev

alua

si

2

X

Pen

yusu

nan

ren

can

a ke

giat

an m

aup

un p

elak

san

aan

keg

iata

n p

ada

tah

un-t

ahun

b

erik

utn

ya m

emp

erh

atik

an h

asil

mo

nit

ori

ng

dan

eva

luas

i.

Ou

tpu

t

27

Fas

ilita

s p

engu

nju

ng

2

X

Per

enca

naa

n k

egia

tan

har

us m

enga

cu k

epad

a p

enat

aan

blo

k da

n d

esai

n t

apak

ya

ng

suda

h t

ersu

sun

28

Op

erat

or

wis

ata

kom

ersi

l

2

X

Mo

nit

ori

ng

dan

eva

luas

i

29

Pun

guta

n

2

X

P

erlu

dka

ji ke

mb

ali t

erka

it s

hari

ng

pen

dap

atan

Ou

tco

me

25

Keu

ntu

nga

n

eko

no

mis

3

X

Pen

ingk

atan

ko

ord

inas

i dan

ko

mun

ikas

i ke

pad

a p

ihak

-pih

ak t

erka

it (

stak

ehol

ders

) ya

ng

mem

pun

yai b

eber

apa

kep

enti

nga

n t

erh

adap

kaw

asan

.

30

Ko

ndi

si n

ilai-

nila

i

5

X

Per

lindu

nga

n

dan

pen

gam

anan

kaw

asan

ko

nse

rvas

i ser

ta

mo

nit

ori

ng

seca

ra

ber

kala

ter

had

ap s

etia

p s

pes

ies

flo

ra d

an f

aun

a ya

ng

dilin

dun

gi U

nda

ng

-Un

dan

g se

rta

per

lu p

emb

inaa

n h

abit

at d

an p

op

ulas

i.

Tab

el 1

. Res

ume

has

il p

enila

ian

ME

TT

kaw

asan

TW

AK

I* (

Lan

juta

n)

*Pen

ilaia

n d

ilaku

kan

ole

h p

etug

as/p

egaw

ai B

KSD

A w

ilaya

h I

II J

emb

er J

atim

. Sum

ber

: D

ata

Seku

nde

r (B

BK

SDA

Jat

im 2

015)

Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

Kriteria yang memperoleh nilai rendah

diantaranya anggaran dan pelatihan pegawai.

Menurut Sukardi (2007) suatu organisasi harus

mempunyai daya dukung dari berbagai aspek

khususnya dalam pendanaan dan sumberdaya

manusia agar kinerjanya optimal. Daya dukung

dalam pengelolaan TWAKI saat ini relatif masih

relatif rendah, sehingga agar pengelolaannya

lebih efektif maka perlu adanya peningkatan daya

dukung baik berupa pendanaan maupun

sumberdaya manusia. Jika kedua daya dukung

tersebut dipenuhi maka nilai rendah yang didapat

bisa meningkat yang otomatis akan meningkatkan

nilai efektivitas pengelolaannya.

Dari penilaian yang telah dilakukan dan akan

di lakukan dapat dianal isa aspek-aspek

pengelolaan yang masih perlu menjadi perhatian,

sehingga dapat dijadikan acuan dalam upaya

peningkatan efektivitas pengelolaan dan strategi

yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata.

Rangkuman hasil penilaian METT kawasan

TWAKI disajikan pada Tabel 1.

Terdapat keterkaitan perencanaan pengelolaan

TWAKI dengan perencanaan pembangunan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Kabupaten

Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso yang

tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW). Adanya keterkaitan perencanaan

tersebut seharusnya terdapat sinergitas dalam

pelaksanaan program/kegiatan di lapangan. Oleh

karena itu, diperlukan suatu forum/pertemuan

yang bisa mempertemukan berbagai stakeholders

untuk dapat mengkoordinasikan program/

kegiatan yang akan dilaksanakan di TWAKI dan

daerah sekitarnya.

Negara (2011) menyatakan bahwa kebijakan

pengelolaan kawasan konservasi belum

memberikan perlindungan hukum bagi

kelestarian dan keberlanjutan fungsi sumberdaya

alam karena terlalu memberikan dominasi

pengelolaan kepada pemerintah pusat. Saat ini

kebijakan dalam pengelolaan kawasan konservasi

mengarah ke pengelolaan bersama antar

stakeholders karena keterbatasan anggaran yang

dimiliki oleh pemerintah pusat. Beberapa faktor

yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

kawasan konservasi khususnya melalui public private

partnership diantaranya yaitu adanya kebijakan

politik yang diikuti dengan diterbitkannya

berbagai peraturan setingkat Peraturan

Pemerintah yang menyatukan seluruh instansi

pemerintah terkait dengan kawasan konservasi,

adanya kejelasan dan ketegasan tentang strategi

nasional dalam pembangunan pada kawasan

konservasi, diperlukan persamaan visi dan arah

pengembangan pada kawasan konservasi secara

nasional dan yang tak kalah pentingnya adalah

penyediaan dana investasi dan operasional.

III. ANALISIS DAN ALTERNATIF

SOLUSI/PENANGANAN

BBKSDA Jawa Timur sebagai lembaga yang

memiliki kewenangan untuk melakukan

pengelolaan TWAKI Kawah Ijen sudah

melakukan upaya-upaya pengelolaan secara

efektif namun belum optimal. Upaya pengelolaan

dan pengembangan ekowisata masih dilakukan

secara parsial dan temporal oleh berbagai pihak

dan belum adanya sinergis program yang

berkelanjutan antar stakeholders. Berdasarkan

permasalahan tersebut ser ta hasil-hasil

identifikasi, monitoring dan evaluasi, maka

lingkungan strategis BBKSDA Jawa Timur dapat

dipetakan menurut kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman yang ada dan dianal is is

menggunakan SWOT.

208

Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....

209

Tabel 2. Analisis matriks SWOT pengembangan ekowisata di TWAKI

Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

210

Gambar 1. Matriks grand strategy

Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....

Penentuan strategi berdasarkan faktor-faktor

yang telah diperoleh dari hasil IFAS dan EFAS

(Ramli et al. 2012), disajikan pada Tabel 2.

Menurut Duran (2013), alternatif strategi didapat

dari hasil perpaduan faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan

ancaman).

Berdasarkan hasil perhitungan analisis matriks

space (Tabel 3), maka didapatkan hasil yaitu posisi

institusi BKSDA sebagai pengelola TWAKI

berada di kuadran I (positif, positif) yang dapat

dilihat pada Gambar 1. Hal ini berarti bahwa

strategi yang dapat dikembangkan adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

(growth oriented strategy) dengan menggunakan

kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan

peluang yang ada. Marimin (2005) menyatakan

bahwa kuadran I merekomendasikan strategi

agresif, yaitu menggunakan kekuatan internal

untuk mengambil keuntungan dari peluang

eksternal, mengatasi kelemahan internal dan

menghindari ancaman eksternal. Strategi pada

kuadran I memiliki posisi strategi yang unggul dan

dianjurkan memiliki strategi alternatif salah

satunya yaitu diversifikasi produk.

Rekomendasi strategi untuk peningkatan

efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dalam

pengembangan ekowisata di TWAKI adalah

sebagai berikut:

1. Komunikasi, Koordinasi dan Kerja Sama

antar Stakeholders

Komunikasi dan pembinaan serta konsultasi

baik teknis maupun hukum kepada para stakeholder

perlu ditingkatkan. Sehingga terjalin hubungan

timbal balik bagi berbagai pihak. Pemerintah perlu

mengusahakan penyempurnaan dan peningkatan

koordinasi antar berbagai pihak yang terlibat

dalam pengelolaan dan pengembangan wisata

alam, sehingga potensi obyek wisata yang terdapat

di kawasan konservasi dimanfaatkan secara

optimal dan mengurangi konflik yang terjadi

(Santoso et al. 2015). Lemahnya koordinasi antar

211

instansi disebabkan karena belum adanya “aturan

main” secara rinci dan menyeluruh. Hal ini

penting dalam hubungannya dengan azas

keterpaduan dalam pengelolaan obyek wisata

alam atau kawasan konservasi (Ko 2001).

Tujuan komunikasi, kerja sama, dan koordinasi

yaitu terbentuknya kesepakatan dan kesepahaman

tentang konsep pengembangan ekowisata di

kawasan konservasi. Kerja sama antara instansi

Pemda dan UPT pemerintah pusat dalam

manajemen kawasan ekowisata diperlukan dalam

rangka mewujudkan kolaborasi manajemen

kawasan ekowisata yang lebih baik. Strategi dan

arahan kebijakan yang dapat dilakukan adalah

dengan melakukan koordinasi dan kerja sama

dalam setiap pelaksanaan kegiatan-kegiatan

pemberdayaan masyarakat sekitar dan

penunjukan salah satu instansi untuk menjadi

koordinator (leading sektor) dalam manajemen

kawasan ekowisata.

2. Memperkuat kapasitas pengelola

Manajemen sumber daya manusia (SDM)

dalam sebuah organisasi seringkali memerlukan

energi yang cukup besar, selain manajemen

lainnya seperti keuangan atau administrasi. SDM

yang profesional dan berkualitas merupakan

ujung tombak dari berjalannya roda organisasi.

Kualitas SDM ini ditentukan oleh banyak faktor,

dari proses rekruitmen sampai pada peningkatan

kapasitas SDM itu sendiri. Pengelolaan Kawasan

konservasi yang efektif memerlukan berbagai

keahlian. Sementara itu, berbagai jenis keahlian

diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah

atau isu khusus juga terus berubah. Kemampuan

untuk melaksanakan berbagai fungsi yang

diperlukan untuk mencapai tujuan Kawasan

konservasi sering tidak memadai. Keahlian teknis,

manajerial dan hukum dengan kualitas tinggi

sangat diperlukan sering tidak tersedia.

Tantangan-tantangan manajemen ini dapat diatasi

melalui sikap tanggap dan melalui pelatihan

tambahan.

Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM

merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam

pengembang an ekowisa ta d i TWAKI.

Peningkatan kualitas SDM bidang ekowisata bisa

dilakukan melalui pendidikan formal, pelatihan

dan bimbingan teknis bagi staf atau melalui

pelatihan dan bimbingan teknis bersama antar

stakeholders. Sedangkan, peningkatan kuantitas

SDM melalui rekruitmen pegawai yang didasarkan

pada kebutuhan bukan pada formasi yang ada.

Selain itu, perlu didesain dan dirumuskan

pelatihan bagi stakeholders lainnya dalam kerangka

manajemen kolaboratif, untuk menghindari

kesenjangan pengelolaan konservasi, pelatihan

tersebut hendaknya melibatkan masyarakat, LSM,

tour operator dan pengusaha wisata, wartawan serta

instansi terkait lainnya. Sehingga diharapkan

konsep ekowisata, pengembangan mata pencarian

alternatif, nilai ekonomi ekowisata, konsep ekologi

lansekap yang penting bagi perencanaan tata ruang

wilayah dapat tersosialisasi dengan baik dan

prinsip pengelolaan kolaboratif dapat terwujud

dalam tatanan yang lebih ideal.

3. Meningkatkan manfaat ekologi dan

ekonomi dengan menggabungkan prinsip-

prinsip ekowisata

Pengembangan dan peningkatan manfaat

ekologi dan ekonomi, harus menggabungkan

prinsip-prinsip ekowisata (Putri et al. 2015).

TWAKI yang sudah memiliki site plan dan desain

tapak maka potensi keanekaragaman hayati,

potensi objek, dan daya tarik wisata alam berikut

sarana dan prasarana pendukung pariwisata alam

yang ada harus dimanfaatkan dan ditentukan area

publik yang bisa dinikmati oleh setiap wisatawan

yang berkunjung serta area usaha bagi pihak ketiga

Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

212

yang akan memanfaatkannya melalui Izin

Pengelolaan Pariwisata Alam (IPPA) yang terdiri

dari Izin Sarana Akomodasi (IUPSWA) dan Izin

Usaha Jasa Pariwisata Alam (IUPJWA).

4. Pembentukan For um K olaboras i

Pengembangan Ekowisata T WAKI

Berdasarkan fakta dilapangan bahwa

BBKSDA memiliki peranan yang lebih besar

dibandingkan dengan stakeholders lainnya. Oleh

karena itu, untuk meningkatkan pengembangan

ekowisata di TWAKI diharapkan BBKSDA

selaku pengelola kawasan dapat berkolaborasi

dengan stakeholders lainnya. Pengelolaan ekowisata

secara kolaboratif menjadi salah satu solusi untuk

dapat meningkatkan efektivitas pengembangan

ekowisata. Menurut Triastuti (2015), model

kolaborasi yang diterapkan dalam pengembangan

ekowisata melalui proses kerjasama oleh para

pihak yang terdiri dari lembaga Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, masyarakat setempat,

Lembaga Swadaya masyarakat, BUMN, swasta

nasional, lembaga pendidikan/lembaga ilmiah

yang masing-masing memiliki minat, kepedulian

atau kepentingan dengan upaya konservasi pada

kawasan pelestarian alam maupun kawasan suaka

alam, bersepakat atas dasar prinsip-prinsip saling

menghormati, saling menghargai, saling percaya

dan saling memberikan kemanfaatan Forum .

kolab rasi pengelolaan ekowisata bisa mengacu o

pada Permenhut No.85/Menhut-II/2014 tentang

tata cara kerja sama penyelenggaraan dan KPS

KPA Manajemen kolaborasi yang digunakan .

dalam pengelolaan kawasan di TWAKI

menunjukkan bahwa manajemen kolaborasi

merupakan bagian dari kemitraan. Kemitraan

dalam model kolaborasi merupakan konsep

sharing stakeholders antar dalam mencapai tujuan

bersama yang saling menguntungkan. Pencapaian

kesepakatan antara otoritas pengelola, pemerintah

daerah, dan masyarakat terhadap perlindungan

hutan dan pencapaian manajemen kolaborasi yang

secara ideal secara bersama-sama bernegosiasi

dalam menentukan hak dan tanggungjawab

pengelolaan.

REFERENSI

[BBKSDA Jatim] Balai Besar Sumber Daya Alam

Jawa Timur. 2012. Taman wisata alam

Kawah Ijen. http://www.bbksdajatim.org/

kawasan/twa/twa-ijen. [2 Desember 2014].

[BBKSDA Jatim] Balai Besar Konservasi Sumber

Daya Alam Jawa Timur. 2015. Resume hasil

penilaian METT kawasan TWA Kawah Ijen

tahun 2015. Bidang Konservasi Sumber

Daya Alam Wilayah III Jawa Timur: Jember.

Duran, E. 2013. A SWOT analysis on

sustainability of festivals: the case of

International Troia Festival. The Journal of

International Social Research, 28(6) 2013:

pp 72-81.

Hockings, M., Stolton, S., Leverington, F., Dudley,

N., Courrau, J. (2006). Evaluating

Effectiveness: A Framework for Assessing

Management Effectiveness of Protected Areas ,

second edition. Gland: Switzerland &

Cambridge: UK.

[IUCN] International Union for Conservation of

Nature. 2006. Evaluating Effectiveness: A

framework for assessing management

effectiveness of protected areas.

[KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan. 2015. Pedoman penilaian

efektivitas pengelolaan kawasan suaka alam

dan kawasan pelestarian alam. Direktorat

Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan

Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....

Ekosistem: Jakarta.

Ko, R.K.T. 2001. Obyek Wisata Alam : Pedoman

Identifikasi, Pengembangan, Pengelolaan,

Pemeliharaan dan Pemasarannya. Buena

Vista: Bogor.

Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan

Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo:

Jakarta.

Negara, P.D. 2011. Rekonstruksi kebijakan

pengelolaan kawasan konservasi berbasis

kearifan lokal sebagai kontribusi menuju

pengelolaan sumber daya alam yang

Indonesia. Jurnal Konstitusi, 4(2) 2011: pp

91-138.

Putri, S.D., Soemarno, Hakim, L. 2015. Strategic

management of nature based tourism Ijen

Crater in the context of sustainable

tourism development. Journal of

Indonesian Tourism and Development

Studies, 3(3) 2015: pp 123-129.

Ramli, M., Muntasib, E.K.S.H., Kartono, A.P.

2012. Strategi pengembangan wisata di

Pulau Bawean Kabupaten Gresik. Media

Konservasi, 17(2): pp 79-84.

Santoso, H., Muntasib, E.K.S.H., Kartodiharjo,

H., Soekmadi, R. 2015. Implementation of

nature tourism use regulations in order to

development of tourism governance in

Bunaken National Park. Social Sciences,

4 ( 3 ) 2 0 1 5 : p p 4 2 - 5 2 . d o i :

10.11648/j.ss.20150403.13.

Sukardi. 2007. Analisis Pemberdayaan Resort

Cinta Raja Seksi Konservasi wilayah IV

Besitang Taman Nasional Gunung Leuser.

Jurnal Hutan dan Masyarakat, II(1) 2007:

pp 188-198.

Triadi, D., Achmad, A., Barkey, R.A. 2014. Strategi

pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung

Baung. BBKSDA Jatim: Surabaya.

Triastuti, I. 2015. Model Ekowisata. UIKA Press:

Bogor.

Wardhana, D. 2015. Mengenal metode penilaian

e f ek t iv i t a s peng e lo l a an kawasan

konservasi. http://www.ksdasulsel.org/

kawasan/164-mengenal-metode-penilaian-

e f ek t iv i t a s -penge lo l a an -kawasan -

konservasi. [10 Desember 2015].

213

Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan