STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN...
-
Upload
nguyentuyen -
Category
Documents
-
view
223 -
download
1
Transcript of STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN...
STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA
DI TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN
1* 2 2Handini Widiyanti , Rinekso Soekmadi , Nyoto Santoso1Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16680*E-mail: [email protected]
2Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16880
RINGKASAN
Taman Wisata Alam Kawah Ijen (TWAKI) merupakan salah satu obyek wisata di Jawa Timur
yang sudah sangat terkenal akan keindahan alamnya dan semakin tahun jumlah wisatawan
semakin meningkat. Namun, pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI saat ini belum optimal
dalam pengembangan ekowisatanya. Pengelolaan kawasan TWAKI menghadapi berbagai macam
tantangan, dari faktor eksternal seperti vandalisme, kebakaran hutan, TWAKI menjadi mass
tourism, gempa freatik dan keluarnya gas beracun, serta dari faktor internal, seperti: sumber daya,
anggaran, tata batas, dan manajemen. Terkait permasalahan dan upaya pengelolaan yang telah
dilakukan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, maka perlu
dilakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI. Tujuan penelitian ini
adalah mengkaji efektivitas pengelolaan kawasan konservasi pada setiap siklus pengelolaan yaitu
perencanaan, masukan, proses dan keluaran sehingga didapat rekomendasi strategis yang efektif
untuk peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dalam pengembangan ekowisata
di TWAKI. Berdasarkan hasil penilaian Management Effectiveness Tracking Tool (METT) kawasan
TWAKI, didapat nilai skor METT telah mencapai nilai minimum indeks METT yang artinya
kawasan konservasi sudah dikelola secara efektif. Salah satu strategi untuk mendorong
pengelolaan TWAKI yang berkelanjutan, efektif dan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat
yaitu pengelolaan secara bersama dengan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk membangun
suatu model kolaborasi pengelolaan.
Kata Kunci: ekowisata, efektivitas, pengelolaan, METT, kolaborasi
202
pengembangan ekowisata di TWAKI adalah
melalui komunikasi dan koordinasi antar
stakeholders, pembentukan forum kolaborasi
p e n g e m b a n g a n e kow i s a t a T WA K I ,
meningkatkan manfaat ekologi dan ekonomi
Risalah Kebijakan Pertanian dan LingkunganVol. 2 No. 3, Desember 2015: 202-213ISSN : 2355-6226E-ISSN : 2477-0299
PERNYATAAN KUNCI
Berdasarkan hasil analisis SWOT, opsi
kebijakan strategi untuk meningkatkan
pengelolaan kawasan konservasi dalam
203
dengan menggabungkan prinsip-prinsip
ekowisata memperkuat kapasitas , dan
pengelola.
Kolaborasi dapat membantu meningkatkan
efektivitas pengelolaan kawasan ekowisata
secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas
dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Salah satu strategi yang diperlukan dalam
peningkatan efektivitas pengelolaan dalam
pengembangan ekowisata di TWAKI yaitu
pembentukan forum kolaborasi yaitu Forum
Kerjasama dan Komunikasi Pengembangan
Ekowisata TWAKI yang keanggotaannya
dapat ditetapkan melalui Surat Keputusan
Bersama antara Kepala BBKSDA Jatim,
Bupati Kabupaten Banyuwangi dan Bupati
Kabupaten Bondowoso. Forum tersebut
tersebut dapat berupa Forum Tata Kelola
Pariwisata yang saat ini sudah banyak digagas
dan dibentuk di beberapa kawasan wisata di
Indonesia. Tujuan pembentukan Forum Tata
Kelola Pariwisata Kawah Ijen adalah sebagai
sebuah lembaga resmi pemerintah yang akan
melakukan tugas dan fungsi pengelolaan
t e r padu dan menye lu r uh t e rhadap
pengembangan ekowisata di TWAKI.
I. PENDAHULUAN
TWAKI adalah kawasan pelestarian alam
seluas 92 a Cagar Alamh yang berbatasan dengan
Kawah Ijen ha. Kawasan konservasi seluas 2.468
yang memiliki kaldera terbesar di dunia ini, berada
di puncak Gunung Ijen dengan tinggi 2.799 m dpl
dengan kedalaman danau 200 meter dan luas
kawah mencapai 5.466 ha yang ditunjuk
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
No.1017/Kpts-II/Um/12/1981 (BBKSDA
2012). Dasar penunjukkan kawasan ini sebagai
taman wisata alam antara lain mempertimbangkan
keunikan ekosistem yang terdiri berbagai jenis
vegetasi, panorama alam dan pegunungan yang
indah serta keunikan geologis alamnya berupa
kawah dan berwarna hijau toska kuning keemasan
jika terkena sinar matahari malam , sedangkan pada
hari t blue fire di sekitar dapur akan ampak adanya
solfatara Pesona juga dilengkapi . kawasan ini
dengan aktivitas para penambang belerang
tradisional.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam
(BBKSDA) Jatim adalah pengelola utama
TWAKI. Banyak aspek-aspek pengembangan
ekowisata yang tidak tertangani karena terbatasnya
personil dan anggaran yang diterima oleh
pengelola. BBKSDA, disamping mengelola
kawasan ( ) juga mendapat mandat untuk insitu
memberikan pelayanan umum konservasi di luar
habitatnya ( ) yaitu membina, mengawasi dan exsitu
melakukan penegakan hukum terhadap peredaran
tumbuhan dan satwa liar di tingkat provinsi.
Sementara itu, secara administratif TWAKI
terletak di dua kabupaten, yakni Banyuwangi dan
Bondowoso yang menyebabkan kebijakan,
penyediaan produk dan jasa wisata pada masing-
masing kabupaten berbeda. Mengingat hal
tersebut maka rencana pembangunan dan
pengembangan TWAKI harus memperhatikan
pengembangan daerah sekitarnya, sehingga dalam
pengelolaannya perlu memperhatikan rencana
pengembangan wilayah agar terjadi keterpaduan
dan keselarasan dalam gerak langkah pembangun-
an dan pengembangannya, artinya harus ada
Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
204
keselarasan dan saling mendukung antara kawasan
tersebut dengan daerah sekitarnya.
Pihak pengelola pada umumnya menyadari
permasalahan yang dihadapi dalam mengelola
kawasan konservasinya, namun terdapat kesulitan
untuk mengidentifikasi prioritas permasalahan,
prioritas alokasi sumber daya, serta mengetahui
apakah pengelolaan yang dijalankan sudah cukup
efektif dalam mencapai tujuan pengelolaan
( K L H K 2 0 1 5 ) . M e m p e r t i m b a n g k a n
permasalahan tersebut maka diperlukan sebuah
strategi untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan kawasan konservasi dalam
pengembangan ekowisata di TWAKI.
International Union for Conservation of
Nature (IUCN) telah mengembangkan framework
untuk menilai efektivitas kawasan konservasi di
dunia yang terdiri dari context, planning, input,
processes, outputs dan outcomes (Hockings et al. 2006).
Berdasarkan pada framework IUCN tersebut telah
dibuat berbagai metode penilaian efektivitas
pengelolaan kawasan konservasi yang telah
diterapkan untuk menilai pengelolaan kawasan
konservasi di lebih dari 100 negara di dunia
termasuk kawasan konservasi di Indonesia.
Adanya penilaian efektivitas pengelolaan kawasan
konservasi, baik untuk kepentingan menyeluruh
aspek pengelolaan maupun untuk tujuan spesifik
pengelolaan yang dilakukan secara periodik,
memungkinkan pihak pengelola untuk
menerapkan adaptive management sesuai kebutuhan
pengelolaan dari waktu ke waktu berdasarkan
hasil penilaian efektivitas pengelolaan. Kegiatan
penilaian efektivitas pengelolaan kawasan
konservasi ini di Indonesia masih jarang
dilakukan, sehingga pengelolaan menjadi tidak
terarah, tidak efektif dan tidak efisien dalam
mencapai tujuan pengelolaan kawasan konservasi
(Wardhana 2015).
Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan
konservasi juga mendukung terlaksananya
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
kawasan konservasi kepada publik. elaksanaan P
penilaian melibatkan berbagai pihak termasuk
p e r wa k i l a n m a s y a r a k a t s e k i t a r , y a n g
memungkinkan mereka mengetahui kegiatan-
kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan,
efektivitas penggunaan anggaran negara untuk
kepentingan pengelolaan, serta memberikan
masukan dalam proses penilaian. Akuntabilitas
dan transparansi penting untuk menggalang
dukungan dan partisipasi para pihak, terutama
masyarakat di sekitar kawasan konservasi (KLHK
2015) . Hasil dari penilaian efektivitas pengelolaan
kawasan konservasi akan menjadi bahan informasi
yang berguna bagi pihak-pihak yang ingin
membantu pengelolaan kawasan konservasi
termasuk , perguruan tinggi, pemegang IPPA
lembaga penelitian, LSM, pemerintah daerah, dan
pihak lainnya . (Triadi et al. 2014)
II. SITUASI TERKINI
Pengelolaan kawasan konservasi di TWAKI
sampai saat ini belum dinilai efektivitasnya secara
periodik sehingga pengelolaannya belum bisa
dikatakan optimal. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai kelemahan dan ancaman yang ada, antara
lain keutuhan kawasan, tingkat gangguan kawasan
( , kebakaran hutan, tumpang illegal logging, vandalisme
tindih kepentingan dengan lain), stakeholders
ketersediaan sarana dan prasarana, sumber daya
manusia dan penataan kawasan. Berbagai
permasalahan tersebut harus segera dicari
solusinya sehingga pengembangan ekowisata
TWAKI dapat terwujud dan bermanfaat bagi
masyarakat sekitar. Berkenaan dengan hal tersebut
Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....
205
maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk
melihat efektivitas pengelolaan kawasan TWAKI
saat ini sesuai dengan fungsinya sebagai kawasan
konservasi yang kemudian dibuat strategi
pengelolaan yang efektif dan efisien serta sesuai
dengan perencanaan wilayah Kabupaten
Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso.
Management Effectiveness Tracking Tool (METT)
merupakan salah satu alat yang secara universal
telah digunakan oleh pengelola kawasan
konservasi dalam melakukan penilaian efektivitas
pengelolaan kawasan. Penilaian efektivitas
pengelolaan kawasan konservasi secara universal
menurut (IUCN 2006), terhadap beberapa aspek
pengelolaan terdiri atas:
1. konteks dari nilai-nilai dan ancaman-ancaman
yang ada,
2. perencanaan dan desain pengelolaan yang
dilakukan,
3. alokasi sumberdaya (input),
4. aksi manajemen (proses),
5. produk dan jasa (output),
6. dampak (outcome).
Salah satu indikator kinerja kegiatan Direktorat
Kawasan Konservasi tahun 2015–2019 adalah
jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan
efektivitas pengelolaannya hingga memperoleh
nilai indeks METT minimal 70% pada minimal
260 unit Kawasan Suaka Alam, Kawasan
Pelestarian Alam dan Taman Buru di seluruh
Indonesia. Berdasarkan hasil penilaian Management
Effectiveness Tracking Tool (METT) kawasan
TWAKI tahun 2015 oleh pengelola (BKSDA),
didapat nilai skor METT sebesar 74% yang artinya
sudah mencapai nilai minimun indeks METT.
Penilaian menunjukkan bahwa TWAKI relatif
dikelola dengan efektif. Berikut adalah hasil
perhitungan METT.
Total Skor = 70
Bilangan Pembagi = 95
Penilaian akhir TWAKI:
Nilai akhir = x 100% = = 74%.
Dari 33 pertanyaan untuk indikator
pengelolaan efektif pada bagian 2, ada 1
pertanyaan yang dianggap tidak relevan, yaitu
pertanyaan yang berkaitan dengan masyarakat
asli/adat (Indigenous people), sehingga pertanyaan ini
diabaikan. Sehingga total skor bukan 99, tetapi 96.
Berdasarkan metode METT kriteria yang
memperoleh skor tinggi diantaranya rencana
pengelolaan, masyarakat lokal dan kondisi lain-
lain. Rencana pengelolaan (RP) telah ada tetapi
baru sebagian yang diimplementasikan karena
kendala pendanaan atau masalah lain. Setiap
rencana pengelolaan jangka panjang yang disusun
selalu melibatkan masyarakat dan instansi terkait
melalui kegiatan konsultasi publik, namun tidak
setiap masukan/usulan bisa semua diakomodir ke
dalam RP karena disesuaikan dengan kaidah
konservasi dan peraturan yang berlaku. Masyarakat
lokal juga secara langsung berkontribusi terhadap
beberapa pengambilan keputusan yang relevan
terkait pengelolaan kawasan konservasi tetapi
keterlibatan mereka dapat ditingkatkan.
Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam
pengembangan pariwisata. Pariwisata juga
diharapkan memberikan peluang dan akses kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha
pendukung pariwisata seperti toko kerajinan, toko
cinderamata (souvenir), warung makan dan lain-lain
agar masyarakat lokal memperoleh manfaat
ekonomi yang lebih banyak dan secara langsung
dari wisatawan agar dapat meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidupnya.
total skormaksimum skor
7095
Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
206
Tab
el 1
. Res
ume
has
il p
enila
ian
ME
TT
kaw
asan
TW
AK
I*K
RIT
ER
IA
No
. P
ER
TA
NY
AA
N
Nil
ai
KE
KU
AT
AN
K
EL
EM
AH
AN
L
AN
GK
AH
KE
DE
PA
N
Co
nte
xt
1 St
atus
huk
um
3 X
Per
lu d
ilaku
kan
pen
guku
han
kaw
asan
yan
g le
bih
tin
ggi y
aitu
pen
etap
an m
elal
ui
SK M
ente
ri L
ingk
unga
n H
idup
dan
Keh
utan
an
Pla
nn
ing
2 P
erat
uran
K
awas
an
3 X
Per
enca
naa
n k
egia
tan
har
us m
enga
cu k
epad
a p
enat
aan
blo
k d
an d
esai
n t
apak
ya
ng
suda
h t
ersu
sun
4 T
uju
an K
awas
an
2
X
Pro
ses
per
cep
atan
per
bai
kan
RP
JP C
A K
awah
Ije
n d
an p
engu
sula
n k
egia
tan
p
enyu
sun
an C
A d
an T
WA
Kaw
ah I
jen
pad
a ta
hun
ber
ikut
nya
.
5 D
esai
n K
awas
an
2 X
Men
jalin
ko
ord
inas
i den
gan
Pem
erin
tah
an K
abup
aten
/P
rop
insi
ter
utam
a d
alam
h
al p
enat
aan
ru
ang
dan
wila
yah
. Seh
ingg
a d
apat
ter
jam
in k
eutu
han
kaw
asan
. Se
rta
dim
uncu
lkan
lagi
wac
ana
pem
ben
tuka
n T
N K
awah
Ije
n y
ang
mas
ih
tert
ahan
rek
om
end
asi G
uber
nur.
7 R
enca
na
Pen
gelo
laan
4
X
P
erlu
usu
lan
pen
yusu
nan
rev
iew
RP
JP C
A d
an T
WA
Kaw
ah I
jen
.
8 R
enca
na
Pen
gelo
laan
Ja
ngk
a P
ende
k
2 X
Per
lu u
sula
n p
enam
bah
an p
agu
21
Per
enca
naa
n
Pen
ggun
aan
lah
an
dan
air
3
X
P
enin
gkat
an k
oo
rdin
asi d
an k
om
unik
asi k
ep
ada
pih
ak-p
ihak
ter
kait
(st
akeh
olde
rs)
yan
g m
emp
unya
i beb
erap
a ke
pen
tin
gan
ter
had
ap k
awas
an.
Inp
ut
3 P
eneg
akan
H
ukum
2
X
Per
lu d
iop
tim
alka
n k
emb
ali u
pay
a p
eneg
akan
huk
um s
ecar
a p
reve
nti
f m
elal
ui
kegi
atan
so
sial
iasi
, ko
ord
inas
i dan
pen
amb
ahan
SD
M y
ang
ber
tuga
s d
i lap
anga
n
sert
a p
enam
bah
an a
ngg
aran
un
tuk
men
duk
ung
per
lind
unga
n d
an p
enga
man
an
kaw
asan
9 In
ven
tari
sasi
Su
mb
erda
ya
2 X
Per
lu p
engu
sula
n k
egia
tan
pen
yusu
nan
dat
abas
e/SI
M s
ehin
gga
akan
dip
ero
leh
da
ta s
erie
s te
rkai
t ko
nd
isi k
awas
an k
on
serv
asi t
erm
asuk
po
ten
si d
i d
alam
nya
13
Ju
mla
h P
egaw
ai
2
X
Per
lu a
loka
si p
egaw
ai y
ang
leb
ih m
emad
ai.
14
Staf
Ter
lati
h
1
X
Tup
oks
i pen
did
ikan
dan
pel
atih
an p
egaw
ai li
ngk
up K
LH
K m
erup
akan
tan
ggun
g ja
wab
BP
2SD
M (
BD
K),
seh
ingg
a p
erlu
pen
gusu
lan
dik
lat
yan
g le
bih
dib
utuh
kan
o
leh
peg
awai
di l
apan
gan
. 15
A
ngg
aran
1
X
P
erlu
per
enca
naa
n y
ang
leb
ih m
atan
g d
an t
epat
.
16
Kep
asti
an
angg
aran
2
X
P
enet
apan
an
ggar
an D
IPA
dap
at le
bih
dit
ingk
atka
n d
an a
pab
ila m
emun
gkin
kan
b
isa
men
ggun
akan
dan
a d
ari p
ihak
luar
mel
alui
mek
anis
me
CSR
/H
ibah
.
18
Per
len
gkap
an
2
X
Per
lu d
ian
ggar
kan
sec
ara
khus
us p
enga
daa
n p
erle
ngk
apan
yan
g le
bih
me
mad
ai
mel
iput
i: b
angu
nan
po
nd
ok
kerj
a/p
os
jaga
, ken
dar
aan
ro
da
dua
dan
kel
engk
apan
te
knis
lain
nya
.
Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....
207
KR
ITE
RIA
N
o.
P
ER
TA
NY
AA
N
Nil
ai
KE
KU
AT
AN
K
EL
EM
AH
AN
L
AN
GK
AH
KE
D
EP
AN
Pro
cess
6
Pen
guku
han
2
X
Pem
anta
pan
kaw
asan
ko
nse
rvas
i
10
Sist
em
Per
lindu
nga
n
2
X
P
erlu
pen
amb
ahan
SD
M p
egaw
ai d
i lap
anga
n d
an d
ukun
gan
ken
dara
an
tran
spo
rtas
i yan
g cu
kup
mem
adai
.
11
Ris
et
2
X
P
enin
gkat
an k
erja
sam
a p
enel
itia
n d
enga
n le
mb
aga
akad
emis
i
12
Pen
gelo
laan
Su
mb
erda
ya
3
X
P
rogr
am p
enge
lola
an k
ola
bo
rasi
har
us t
etap
pad
a ko
rido
r ko
nse
rvas
i
17
Pen
gelo
laan
A
ngg
aran
2
X
Keg
iata
n-k
egia
tan
yan
g te
rdap
at d
alam
RK
AK
L d
ibag
i sec
ara
pen
uh k
epad
a p
enan
ggun
g ja
wab
keg
iata
n p
ada
Bal
ai B
esar
/Bid
ang/
SKW
/R
KW
.
19
Pem
elih
araa
n
Per
len
gkap
an
2
X
Pem
bua
tan
dat
abas
e te
rkai
t ko
ndi
si s
etia
p p
erle
ngk
apan
yan
g ad
a se
hin
gga
dike
tah
ui ja
dwal
rut
in p
emel
ihar
aan
set
iap
per
len
gkap
an, k
aren
a p
emel
ihar
aan
se
tiap
per
len
gkap
an t
idak
bis
a di
sam
akan
.
20
Pen
didi
kan
dan
p
enya
dara
n
2
X
Pem
ben
tuka
n f
oru
m k
om
unik
asi p
enge
lola
an k
awas
an k
on
serv
asi y
ang
mel
ibat
kan
mas
yara
kat
seki
tar
kaw
asan
ko
nse
rvas
i, M
usp
ika
sete
mp
at d
an
Aka
dem
isi.
22
P
emer
inta
h d
an
swas
ta d
i se
kita
r
3
X
P
enin
gkat
an s
osi
alis
asi p
erat
uran
ter
kait
ker
jasa
ma
per
lindu
nga
n d
an
pen
gam
anan
hut
an/h
asil
hut
an, p
enin
gkat
an p
ariw
isat
a al
am
23
Mas
yara
kat
adat
N
/A
-
-
-
24
M
asya
raka
t L
oka
l
5
X
P
enin
gkat
an k
eter
liba
tan
mas
yara
kat
di s
ekit
ar k
awas
an u
ntu
k b
erp
eran
ser
ta
dala
m k
egia
tan
-keg
iata
n p
enge
lola
an k
awas
an k
on
serv
asi.
26
Mo
nit
ori
ng
dan
ev
alua
si
2
X
Pen
yusu
nan
ren
can
a ke
giat
an m
aup
un p
elak
san
aan
keg
iata
n p
ada
tah
un-t
ahun
b
erik
utn
ya m
emp
erh
atik
an h
asil
mo
nit
ori
ng
dan
eva
luas
i.
Ou
tpu
t
27
Fas
ilita
s p
engu
nju
ng
2
X
Per
enca
naa
n k
egia
tan
har
us m
enga
cu k
epad
a p
enat
aan
blo
k da
n d
esai
n t
apak
ya
ng
suda
h t
ersu
sun
28
Op
erat
or
wis
ata
kom
ersi
l
2
X
Mo
nit
ori
ng
dan
eva
luas
i
29
Pun
guta
n
2
X
P
erlu
dka
ji ke
mb
ali t
erka
it s
hari
ng
pen
dap
atan
Ou
tco
me
25
Keu
ntu
nga
n
eko
no
mis
3
X
Pen
ingk
atan
ko
ord
inas
i dan
ko
mun
ikas
i ke
pad
a p
ihak
-pih
ak t
erka
it (
stak
ehol
ders
) ya
ng
mem
pun
yai b
eber
apa
kep
enti
nga
n t
erh
adap
kaw
asan
.
30
Ko
ndi
si n
ilai-
nila
i
5
X
Per
lindu
nga
n
dan
pen
gam
anan
kaw
asan
ko
nse
rvas
i ser
ta
mo
nit
ori
ng
seca
ra
ber
kala
ter
had
ap s
etia
p s
pes
ies
flo
ra d
an f
aun
a ya
ng
dilin
dun
gi U
nda
ng
-Un
dan
g se
rta
per
lu p
emb
inaa
n h
abit
at d
an p
op
ulas
i.
Tab
el 1
. Res
ume
has
il p
enila
ian
ME
TT
kaw
asan
TW
AK
I* (
Lan
juta
n)
*Pen
ilaia
n d
ilaku
kan
ole
h p
etug
as/p
egaw
ai B
KSD
A w
ilaya
h I
II J
emb
er J
atim
. Sum
ber
: D
ata
Seku
nde
r (B
BK
SDA
Jat
im 2
015)
Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
Kriteria yang memperoleh nilai rendah
diantaranya anggaran dan pelatihan pegawai.
Menurut Sukardi (2007) suatu organisasi harus
mempunyai daya dukung dari berbagai aspek
khususnya dalam pendanaan dan sumberdaya
manusia agar kinerjanya optimal. Daya dukung
dalam pengelolaan TWAKI saat ini relatif masih
relatif rendah, sehingga agar pengelolaannya
lebih efektif maka perlu adanya peningkatan daya
dukung baik berupa pendanaan maupun
sumberdaya manusia. Jika kedua daya dukung
tersebut dipenuhi maka nilai rendah yang didapat
bisa meningkat yang otomatis akan meningkatkan
nilai efektivitas pengelolaannya.
Dari penilaian yang telah dilakukan dan akan
di lakukan dapat dianal isa aspek-aspek
pengelolaan yang masih perlu menjadi perhatian,
sehingga dapat dijadikan acuan dalam upaya
peningkatan efektivitas pengelolaan dan strategi
yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata.
Rangkuman hasil penilaian METT kawasan
TWAKI disajikan pada Tabel 1.
Terdapat keterkaitan perencanaan pengelolaan
TWAKI dengan perencanaan pembangunan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Kabupaten
Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso yang
tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). Adanya keterkaitan perencanaan
tersebut seharusnya terdapat sinergitas dalam
pelaksanaan program/kegiatan di lapangan. Oleh
karena itu, diperlukan suatu forum/pertemuan
yang bisa mempertemukan berbagai stakeholders
untuk dapat mengkoordinasikan program/
kegiatan yang akan dilaksanakan di TWAKI dan
daerah sekitarnya.
Negara (2011) menyatakan bahwa kebijakan
pengelolaan kawasan konservasi belum
memberikan perlindungan hukum bagi
kelestarian dan keberlanjutan fungsi sumberdaya
alam karena terlalu memberikan dominasi
pengelolaan kepada pemerintah pusat. Saat ini
kebijakan dalam pengelolaan kawasan konservasi
mengarah ke pengelolaan bersama antar
stakeholders karena keterbatasan anggaran yang
dimiliki oleh pemerintah pusat. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
kawasan konservasi khususnya melalui public private
partnership diantaranya yaitu adanya kebijakan
politik yang diikuti dengan diterbitkannya
berbagai peraturan setingkat Peraturan
Pemerintah yang menyatukan seluruh instansi
pemerintah terkait dengan kawasan konservasi,
adanya kejelasan dan ketegasan tentang strategi
nasional dalam pembangunan pada kawasan
konservasi, diperlukan persamaan visi dan arah
pengembangan pada kawasan konservasi secara
nasional dan yang tak kalah pentingnya adalah
penyediaan dana investasi dan operasional.
III. ANALISIS DAN ALTERNATIF
SOLUSI/PENANGANAN
BBKSDA Jawa Timur sebagai lembaga yang
memiliki kewenangan untuk melakukan
pengelolaan TWAKI Kawah Ijen sudah
melakukan upaya-upaya pengelolaan secara
efektif namun belum optimal. Upaya pengelolaan
dan pengembangan ekowisata masih dilakukan
secara parsial dan temporal oleh berbagai pihak
dan belum adanya sinergis program yang
berkelanjutan antar stakeholders. Berdasarkan
permasalahan tersebut ser ta hasil-hasil
identifikasi, monitoring dan evaluasi, maka
lingkungan strategis BBKSDA Jawa Timur dapat
dipetakan menurut kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman yang ada dan dianal is is
menggunakan SWOT.
208
Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....
209
Tabel 2. Analisis matriks SWOT pengembangan ekowisata di TWAKI
Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
210
Gambar 1. Matriks grand strategy
Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....
Penentuan strategi berdasarkan faktor-faktor
yang telah diperoleh dari hasil IFAS dan EFAS
(Ramli et al. 2012), disajikan pada Tabel 2.
Menurut Duran (2013), alternatif strategi didapat
dari hasil perpaduan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan
ancaman).
Berdasarkan hasil perhitungan analisis matriks
space (Tabel 3), maka didapatkan hasil yaitu posisi
institusi BKSDA sebagai pengelola TWAKI
berada di kuadran I (positif, positif) yang dapat
dilihat pada Gambar 1. Hal ini berarti bahwa
strategi yang dapat dikembangkan adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
(growth oriented strategy) dengan menggunakan
kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan
peluang yang ada. Marimin (2005) menyatakan
bahwa kuadran I merekomendasikan strategi
agresif, yaitu menggunakan kekuatan internal
untuk mengambil keuntungan dari peluang
eksternal, mengatasi kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal. Strategi pada
kuadran I memiliki posisi strategi yang unggul dan
dianjurkan memiliki strategi alternatif salah
satunya yaitu diversifikasi produk.
Rekomendasi strategi untuk peningkatan
efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dalam
pengembangan ekowisata di TWAKI adalah
sebagai berikut:
1. Komunikasi, Koordinasi dan Kerja Sama
antar Stakeholders
Komunikasi dan pembinaan serta konsultasi
baik teknis maupun hukum kepada para stakeholder
perlu ditingkatkan. Sehingga terjalin hubungan
timbal balik bagi berbagai pihak. Pemerintah perlu
mengusahakan penyempurnaan dan peningkatan
koordinasi antar berbagai pihak yang terlibat
dalam pengelolaan dan pengembangan wisata
alam, sehingga potensi obyek wisata yang terdapat
di kawasan konservasi dimanfaatkan secara
optimal dan mengurangi konflik yang terjadi
(Santoso et al. 2015). Lemahnya koordinasi antar
211
instansi disebabkan karena belum adanya “aturan
main” secara rinci dan menyeluruh. Hal ini
penting dalam hubungannya dengan azas
keterpaduan dalam pengelolaan obyek wisata
alam atau kawasan konservasi (Ko 2001).
Tujuan komunikasi, kerja sama, dan koordinasi
yaitu terbentuknya kesepakatan dan kesepahaman
tentang konsep pengembangan ekowisata di
kawasan konservasi. Kerja sama antara instansi
Pemda dan UPT pemerintah pusat dalam
manajemen kawasan ekowisata diperlukan dalam
rangka mewujudkan kolaborasi manajemen
kawasan ekowisata yang lebih baik. Strategi dan
arahan kebijakan yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan koordinasi dan kerja sama
dalam setiap pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pemberdayaan masyarakat sekitar dan
penunjukan salah satu instansi untuk menjadi
koordinator (leading sektor) dalam manajemen
kawasan ekowisata.
2. Memperkuat kapasitas pengelola
Manajemen sumber daya manusia (SDM)
dalam sebuah organisasi seringkali memerlukan
energi yang cukup besar, selain manajemen
lainnya seperti keuangan atau administrasi. SDM
yang profesional dan berkualitas merupakan
ujung tombak dari berjalannya roda organisasi.
Kualitas SDM ini ditentukan oleh banyak faktor,
dari proses rekruitmen sampai pada peningkatan
kapasitas SDM itu sendiri. Pengelolaan Kawasan
konservasi yang efektif memerlukan berbagai
keahlian. Sementara itu, berbagai jenis keahlian
diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah
atau isu khusus juga terus berubah. Kemampuan
untuk melaksanakan berbagai fungsi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan Kawasan
konservasi sering tidak memadai. Keahlian teknis,
manajerial dan hukum dengan kualitas tinggi
sangat diperlukan sering tidak tersedia.
Tantangan-tantangan manajemen ini dapat diatasi
melalui sikap tanggap dan melalui pelatihan
tambahan.
Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam
pengembang an ekowisa ta d i TWAKI.
Peningkatan kualitas SDM bidang ekowisata bisa
dilakukan melalui pendidikan formal, pelatihan
dan bimbingan teknis bagi staf atau melalui
pelatihan dan bimbingan teknis bersama antar
stakeholders. Sedangkan, peningkatan kuantitas
SDM melalui rekruitmen pegawai yang didasarkan
pada kebutuhan bukan pada formasi yang ada.
Selain itu, perlu didesain dan dirumuskan
pelatihan bagi stakeholders lainnya dalam kerangka
manajemen kolaboratif, untuk menghindari
kesenjangan pengelolaan konservasi, pelatihan
tersebut hendaknya melibatkan masyarakat, LSM,
tour operator dan pengusaha wisata, wartawan serta
instansi terkait lainnya. Sehingga diharapkan
konsep ekowisata, pengembangan mata pencarian
alternatif, nilai ekonomi ekowisata, konsep ekologi
lansekap yang penting bagi perencanaan tata ruang
wilayah dapat tersosialisasi dengan baik dan
prinsip pengelolaan kolaboratif dapat terwujud
dalam tatanan yang lebih ideal.
3. Meningkatkan manfaat ekologi dan
ekonomi dengan menggabungkan prinsip-
prinsip ekowisata
Pengembangan dan peningkatan manfaat
ekologi dan ekonomi, harus menggabungkan
prinsip-prinsip ekowisata (Putri et al. 2015).
TWAKI yang sudah memiliki site plan dan desain
tapak maka potensi keanekaragaman hayati,
potensi objek, dan daya tarik wisata alam berikut
sarana dan prasarana pendukung pariwisata alam
yang ada harus dimanfaatkan dan ditentukan area
publik yang bisa dinikmati oleh setiap wisatawan
yang berkunjung serta area usaha bagi pihak ketiga
Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
212
yang akan memanfaatkannya melalui Izin
Pengelolaan Pariwisata Alam (IPPA) yang terdiri
dari Izin Sarana Akomodasi (IUPSWA) dan Izin
Usaha Jasa Pariwisata Alam (IUPJWA).
4. Pembentukan For um K olaboras i
Pengembangan Ekowisata T WAKI
Berdasarkan fakta dilapangan bahwa
BBKSDA memiliki peranan yang lebih besar
dibandingkan dengan stakeholders lainnya. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan pengembangan
ekowisata di TWAKI diharapkan BBKSDA
selaku pengelola kawasan dapat berkolaborasi
dengan stakeholders lainnya. Pengelolaan ekowisata
secara kolaboratif menjadi salah satu solusi untuk
dapat meningkatkan efektivitas pengembangan
ekowisata. Menurut Triastuti (2015), model
kolaborasi yang diterapkan dalam pengembangan
ekowisata melalui proses kerjasama oleh para
pihak yang terdiri dari lembaga Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, masyarakat setempat,
Lembaga Swadaya masyarakat, BUMN, swasta
nasional, lembaga pendidikan/lembaga ilmiah
yang masing-masing memiliki minat, kepedulian
atau kepentingan dengan upaya konservasi pada
kawasan pelestarian alam maupun kawasan suaka
alam, bersepakat atas dasar prinsip-prinsip saling
menghormati, saling menghargai, saling percaya
dan saling memberikan kemanfaatan Forum .
kolab rasi pengelolaan ekowisata bisa mengacu o
pada Permenhut No.85/Menhut-II/2014 tentang
tata cara kerja sama penyelenggaraan dan KPS
KPA Manajemen kolaborasi yang digunakan .
dalam pengelolaan kawasan di TWAKI
menunjukkan bahwa manajemen kolaborasi
merupakan bagian dari kemitraan. Kemitraan
dalam model kolaborasi merupakan konsep
sharing stakeholders antar dalam mencapai tujuan
bersama yang saling menguntungkan. Pencapaian
kesepakatan antara otoritas pengelola, pemerintah
daerah, dan masyarakat terhadap perlindungan
hutan dan pencapaian manajemen kolaborasi yang
secara ideal secara bersama-sama bernegosiasi
dalam menentukan hak dan tanggungjawab
pengelolaan.
REFERENSI
[BBKSDA Jatim] Balai Besar Sumber Daya Alam
Jawa Timur. 2012. Taman wisata alam
Kawah Ijen. http://www.bbksdajatim.org/
kawasan/twa/twa-ijen. [2 Desember 2014].
[BBKSDA Jatim] Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam Jawa Timur. 2015. Resume hasil
penilaian METT kawasan TWA Kawah Ijen
tahun 2015. Bidang Konservasi Sumber
Daya Alam Wilayah III Jawa Timur: Jember.
Duran, E. 2013. A SWOT analysis on
sustainability of festivals: the case of
International Troia Festival. The Journal of
International Social Research, 28(6) 2013:
pp 72-81.
Hockings, M., Stolton, S., Leverington, F., Dudley,
N., Courrau, J. (2006). Evaluating
Effectiveness: A Framework for Assessing
Management Effectiveness of Protected Areas ,
second edition. Gland: Switzerland &
Cambridge: UK.
[IUCN] International Union for Conservation of
Nature. 2006. Evaluating Effectiveness: A
framework for assessing management
effectiveness of protected areas.
[KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. 2015. Pedoman penilaian
efektivitas pengelolaan kawasan suaka alam
dan kawasan pelestarian alam. Direktorat
Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan
Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Strategi Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi alam Pengembangan Ekowisata d di ....
Ekosistem: Jakarta.
Ko, R.K.T. 2001. Obyek Wisata Alam : Pedoman
Identifikasi, Pengembangan, Pengelolaan,
Pemeliharaan dan Pemasarannya. Buena
Vista: Bogor.
Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan
Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo:
Jakarta.
Negara, P.D. 2011. Rekonstruksi kebijakan
pengelolaan kawasan konservasi berbasis
kearifan lokal sebagai kontribusi menuju
pengelolaan sumber daya alam yang
Indonesia. Jurnal Konstitusi, 4(2) 2011: pp
91-138.
Putri, S.D., Soemarno, Hakim, L. 2015. Strategic
management of nature based tourism Ijen
Crater in the context of sustainable
tourism development. Journal of
Indonesian Tourism and Development
Studies, 3(3) 2015: pp 123-129.
Ramli, M., Muntasib, E.K.S.H., Kartono, A.P.
2012. Strategi pengembangan wisata di
Pulau Bawean Kabupaten Gresik. Media
Konservasi, 17(2): pp 79-84.
Santoso, H., Muntasib, E.K.S.H., Kartodiharjo,
H., Soekmadi, R. 2015. Implementation of
nature tourism use regulations in order to
development of tourism governance in
Bunaken National Park. Social Sciences,
4 ( 3 ) 2 0 1 5 : p p 4 2 - 5 2 . d o i :
10.11648/j.ss.20150403.13.
Sukardi. 2007. Analisis Pemberdayaan Resort
Cinta Raja Seksi Konservasi wilayah IV
Besitang Taman Nasional Gunung Leuser.
Jurnal Hutan dan Masyarakat, II(1) 2007:
pp 188-198.
Triadi, D., Achmad, A., Barkey, R.A. 2014. Strategi
pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung
Baung. BBKSDA Jatim: Surabaya.
Triastuti, I. 2015. Model Ekowisata. UIKA Press:
Bogor.
Wardhana, D. 2015. Mengenal metode penilaian
e f ek t iv i t a s peng e lo l a an kawasan
konservasi. http://www.ksdasulsel.org/
kawasan/164-mengenal-metode-penilaian-
e f ek t iv i t a s -penge lo l a an -kawasan -
konservasi. [10 Desember 2015].
213
Handini Widiyanti Rinekso Soekmadi Nyoto Santoso, , Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan