Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

37
RENCANA PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA DI DESA PUNGGUR KECIL KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA OLEH CECE LILI WARLIA NIM. 11.10. 32. 1722 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PANCA BHAKTI 2013 1

Transcript of Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Page 1: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

RENCANA PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA DI DESA PUNGGUR KECIL

KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

OLEH

CECE LILI WARLIA

NIM. 11.10. 32. 1722

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PANCA BHAKTI

2013

1

Page 2: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan satu diantara negara agraris yang kehidupan

perekenomiannya tidak bisa lepas dari sektor pertanian. Perkembangan ekonomi

Indonesia yang akhir-akhir ini cenderung mengalami pergeseran sektoral dari sektor

pertanian ke sektor non pertanian tidak berarti mengabaikan sektor pertanian. Sektor

pertanian tetap memegang peranan penting, karena berperan sebagai penyedia bahan

pangan bagi seluruh masyarakat, di sisi lain menopang pertumbuhan industri dalam

hal penyediaan bahan baku industri dan mendorong pemerataan pertumbuhan dan

dinamika pedesaan.

Luas wilayah tanaman kelapa di Indonesia merupakan luas areal kelapa

terbesar di dunia. Berdasarkan Coconut Statistical Yearbook 2009 Asean Pasific

Coconut Community (APCC), total luas perkebunan kelapa Indonesia pada tahun

2009 mencapai 3,85 juta ha atau mencapai 31,6% dari total luas areal kelapa di

dunia sekitar 12,17 juta ha dan sebagian besarnya (98%) merupakan perkebunan

rakyat. Persebaran kelapa tersebut hampir merata di seluruh Indonesia, dengan

sebaran terbanyak berada di Sumatera yang mencapai 32,4%, Jawa 21,8%, Sulawesi

20%, Maluku dan Papua 9,2%, Nusa Tenggara 7,5%, Kalimantan 7,3%, dan Bali

sebesar 1,8% .

Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai ke

daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian utama

dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri

dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa

dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi

berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan air, tempurung, dan sabut

sebagai hasil samping (by product) dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi

berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging.

Demikian juga dengan Kalimantan Barat, perkebunanan kelapa merupakan

komoditas perkebunan nomor 3 setelah Kelapa Sawit dan Karet. Perkebunan Kelapa

dalam, banyak tersebar di wiliyah pesisir Kalimatan Barat dan merupakan

perkebunan yang dikelola oleh rakyat. Satu diantara wilayah penghasil kelapa

2

Page 3: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

(kopra) untuk Kalimantan Barat adalah Kabupaten Kubu Raya dengan luas areal

perkebunan mencapai 5.467.Ha dengan jumlah petani 5.868.KK

Luas areal dan jumlah produksi komoditi perkebunan di Kalimantan Barat

khususnya komoditi kelapa mempunyai potensi yang sangat besar apabila dapat

dikembangkan sehingga bisa membantu petani di Kalimantan Barat untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1.Luas Areal, dan Jumlah Produksi Komoditi Perkebunan di Kalimantan

Barat. Tahun 2012.

KOMODITI

LUAS AREAL MENURUTKOMPOSISI TANAMAN (Ha)

JUMLAH LUAS

AREAL (Ha)

JUMLAH PRODUKSI (Ton/Tahun)

JUMLAH PETANI

(KK)Tanaman Muda

Tanaman Menghasilkan

Tanaman Tua/Rusak

Karet 191.236 300.895 96.098 588.229 249.539 314.163Kelapa Dalam 13.065 69.088 18.317 100.470 73.964 67.869Kelapa Hybrida 0 4.971 2.800 7.771 4.206 12.021Kelapa Sawit 457.316 420.710 2.741 880.767 967.626 93.002Kakao 6.340 4.496 1.389 12.225 2.565 12.869Lada 1.883 4.544 1.920 8.347 4.123 19.727Kopi 1.459 7.121 3.970 12.550 4.153 22.722Cengkeh 142 607 163 912 202 1.096Kemiri 1.036 443 145 1.624 234 2.479Pinang 1.203 1.037 406 2.646 1.017 7.156Tebu 288 228 6 522 445 1.308Sagu 829 650 0 1.479 181 2.483Kapuk 107 229 50 386 10 1.494Jarak 11 11 69 91 5 132Enau/Aren 270 490 210 970 57 2.586Pala 7 14 0 21 3 64Grand Total 675.192 815.534 128.284 1.619.010 1.308.330 561.170

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat.

Tanaman kelapa dalam di Kalimantan Barat umumnya menyebar di semua

daerah kabupaten yang ada, sehingga tanaman kelapa cukup potensial untuk

dikembangkan, sedangkan Kabupaten Kubu Raya memiliki produksi kelapa yang

besar untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

3

Page 4: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Tabel 2.Luas Areal, dan Jumlah produksi Tanaman Kelapa Dalam di Kalimantan

Barat Tahun 2012.

KOMODITI

LUAS AREAL MENURUTKOMPOSISI TANAMAN (Ha) JUMLAH

LUAS AREAL

(Ha)

JUMLAH PRODUKSI (Ton/Tahun)

JUMLAH PETANI

(KK)Tanaman Muda

Tanaman Menghasilkan

Tanaman Tua/Rusa

kPontianak 0 404 184 588 369 506Landak 0 0 0 0 0 0Sambas 0 69 54 123 44 459Bengkayang 0 96 61 157 57 708Singkawang 0 17 23 40 14 46Sanggau 0 149 59 208 94 1.447Sekadau 0 0 0 0 0 0Sintang 0 639 216 855 235 1.710Melawi 0 0 0 0 0 0Kapuas Hulu 0 0 0 0 0 0Ketapang 0 71 36 107 34 806Kayong Utara 0 141 85 226 144 471Kubu Raya 0 3.385 2.082 5.467 3.215 5.868Grand Total 0 4.971 2.800 7.771 4.206 12.021

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat.

Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya memiliki produksi kelapa

yang tinggi disamping Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan Teluk Pakedai,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4 berikut ini :

Tabel 3.Luas Areal, dan Jumlah Produksi Tanaman Kelapa Dalam di Kabupaten

Kubu Raya Tahun. 2012.

KECAMATAN

LUAS AREAL MENURUTKOMPOSISI TANAMAN (Ha)

JUMLAH LUAS AREAL

(Ha)

JUMLAH PRODUKSI (Ton/Tahun)

JUMLAH PETANI

(KK)Tanaman Muda

Tanaman Menghasilkan

Tanaman Tua/Rusak

Rasau Jaya 142 129 60 331 356 421Sui. Ambawang - - - - - -Teluk Pakedai 357 4.878 936 6.171 5.236 2.687Sungai Kakap 1.824 16.113 882 18.819 18.702 5.816Batu Ampar 462 6.664 418 7.544 9.154 3.210Kuala Mandor B - - - - - -Kubu 788 1.246 42 2.076 1.100 1.248Sui. Raya 74 631 717 1.422 429 850Terentang 66 70 4 140 11 155Grand Total 3.713 29.731 3.059 36.503 34.988 14.387

Sumber : Disbunhutamben Kabupaten Kubu Raya.

4

Page 5: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Tabel 4.Luas Areal, dan Jumlah Produksi Tanaman Kelapa Dalam di Kecamatan

Sungai Kakap Tahun 2012.

No Desa LUAS TANAMAN KELAPA DALAM

PRODUKSI KOPRA(TON)

1 Sungai Kakap 528 02 Sungai Itik 1.088 783 Jeruju Besar 2.890 4444 Sungai Kupah 1.423 228,55 Sungai Rengas 597 1106 Pal IX 1.104 1657 Sungai Belidak 500 798 Kalimas 1.870 3089 Punggur Kecil 2.542 469

10 Punggur Besar 2.158 39411 Tanjung Saleh 3.096 45912 Sepok Laut 66 9

Jumlah 18.682 2.743,5 Sumber : Petugas Statistik Dinas Perkebunan Kecamatan Sui. Kakap.

Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa Desa Punggur Kecil

Kecamatan Sungai Kakap mampu memberikan kontribusi yang cukup besar

dalam pendapatan asli daerah Kabupaten Kubu Raya.

Kelapa sebagai bentuk hasil perkebunan jika diolah dengan perlakuan

diversifikasi produk dan memanfaatkan hasil sampingan seperti air kelapa, sabut

dan tempurung kelapanya jika dikelola secara terpadu mampu memberikan

pendapatan yang lebih tinggi bila dibandingkan jika kelapa itu hanya dijual

dalam bentuk buah saja.

B. Masalah Penelitian

Keberadaan tanaman kelapa di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai

Kakap Kabupaten Kubu Raya, sebagai sumber pendapatan masyarakat tani

belum dapat memberikan pendapatan yang layak untuk menunjang kebutuhan

hidup. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

produksi dan pendapatan petani kelapa.

Dari hasil pengamatan awal di lapangan ditemukan beberapa permasalahan

sebagai berikut :

1. Umur tanaman sudah mencapai diatas 30 tahun

5

Page 6: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

2. Kelapa dijual dalam bentuk bahan baku dan bahan setengah jadi

( Kelapa bulat dan kopra )

3. Harga jual yang tidak stabil dalam waktu yang singkat

Dari fakta lapangan yang demikian, maka perlu adanya penelitian

mengenai strategi pengembangan tanaman kelapa dan produk olahan kelapa

yang berbasis agribisnis dan agroindustri terpadu sehingga dapat meningkatkan

pendapatan petani khususnya di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap

Kabupaten Kubu Raya.

Memperhatikan berbagai permasalahan tersebut di atas, maka perumusan

masalah yang akan diangkat dalam rencana penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk strategi usahatani kelapa kedepan dalam meningkatkan

produktivitas dan pendapatan usaha ?

2. Apa faktor kunci dalam menerapkam strategi pengembangan perkebunan

kelapa dalam yang akan datang ?

3. Bagaimana rekomendasi kebijakan dan strategi pengembangan yang dapat

diterapkan oleh instansi dan lembaga terkait di masa mendatang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada para

petani kelapa agar bisa meningkatkan pendapatannya melalui strategi

pengembangan dan pengelolaan tanaman kelapa dan hasil olahan kelapa yang

ada di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya

melalui :

1. Mengidentifikasi faktor kunci strategis pengembangan pengelolaan kebun

kelapa rakyat di masa yang akan datang;

2. Merumuskan rekomendasi kebijakan dan strategi pengembangan kelapa

dalam di Kecamatan Sungai Kakap.

D. Manfaat Penelitian

6

Page 7: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi lembaga terkait, petugas lapangan dan kelompok tani dalam memberikan

solusi terhadap upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani kelapa.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan pertanian, dan pihak-pihak yang berkepentingan berupa

1. Bahan masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan perkebunan

kelapa dalam di masa mendatang di Kecamatan Sungai Kakap

2. Acuan bagi pengusaha dan masyarakat dalam upaya meningkatkan efisiensi,

efektifitas, produktifitas lahan dan pendapatan

3. Sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

perkebunan

7

Page 8: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Kelapa (cocos nucifera)

Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil).

Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Ada kalanya pohon

kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal,

misalnya akibat serangan hama tanaman (Warisno, 2003).

Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran

rendah maupun dataran tinggi. Pohon ini dapat tumbuh dan berubah dengan baik

di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-450 m dari permukaan laut. Pada

ketinggian 450-1000 m dari permukaan laut, walaupun pohon ini dapat tumbuh,

waktu berbuahnya lebih lambat, produksinya lebih sedikit dan kadar minyaknya

rendah (Amin, 2009). Selanjut nya masih menurut Amin (2009), tanaman kelapa

merupakan jenis tanaman palem yang paling dikenal, banyak tersebar di daerah

tropis. Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga dataran tinggi. Kelapa dapat

dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan hibrida. Ada juga yang

membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam, genjah dan hibrida

2. Produk Olahan Kelapa

Kelapa merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial,

budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tanaman kelapa

jika diolah dengan baik dapat meningkatkan taraf kehidupan petani. Berbagai

produk olahan dapat dimanfaatkan sebagai produk olahan kelapa, diantaranya

adalah sebagai berikut :

a) Kopra

Kopra adalah putih lembaga (endosperm buah kelapa yang sudah

dikeringkan dengan sinar matahari ataupun panas buatan. Melalui proses

pengeringan ini,diharapkan kadar air putih lembaga (endosperm) dapat

diturunkan ± 50% sekitar 5% - 6%.

8

Page 9: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Proses pengolahan kopra rakyat cukup sederhana. Pengolahan kopra

rakyat dilakukan oleh pabrik pengolahan kopra, dengan bahan baku berasal

dari kelapa rakyat. Produktivitas kopra terbatas, dan hasil akhir yang

diperoleh pada umumnya belum memenuhi kualitas standar. Adapun urutan

pekerjaan yang biasa dilakukan pada pengolahan kopra rakyat adalah :

1. Pengupasan suhu kelapa dilakukan jika kelapa yang digunakan sebagai

bahan baku masih berupa kelapa utuh.

2. Pembelahan buah. Buah kelapa yang masih bertempurung di belah

menjadi dua bagian dengan menggunakan golok pemukul atau kapak. Air

buah kelapa di tampung atau dibiarkan mengalir ke suatu bak

penampungan.

3. Pengeringan pendahuluan. Belahan yang masih ada tempurung harus

segera di keringkan. Keterlambatan pengeringan dapat menyebabkan

terjadinya pertumbuhan mikro organisme (jamur) yang dapat

menurunkan kualitas kopra. Pengeringan yang terbaik dilakukan dengan

menggunakan sinar matahari secara langsung, jika cuaca mendung

dikeringkan dengan panas buatan.

4. Pelepasan daging buah. Dilakukan dengan menggunakan pisau yang

tebal.

5. Pengeringan lanjutan dilakukan dengan sinar matahari atau api sampai

kopra benar-benar kering. Pengeringan dengan sinar matahari 5 – 9 hari

dan pengeringan panas buatan 4 – 5 hari.

6. Dalam pembuatan kopra FMS (Fair Merchantable Sundried) dikenal dua

macam rumah pengeringan yaitu lade oven dan plet oven. Lade oven

dilakukan dengan cara kopra masih basah disusun dalam kotak yang

telah tersedia, kemudian dimasukkan kedalam ruangan yang tertutup; ke

dalam ruangan ini dialirkan panas dengan suhu 40 derajat Celcius sampai

80 derajat Celcius. Sedangkan plat oven menggunakan plat besi  sebagai

media pengaliran panas. Rumah pengeringan terdiri dari dapur dibuat

dari batu bara, sebagai tempat pembakaran kayu atau bahan bakar

lainnya. Dapur ukuran 10m lebar 3m dan tinggi 1m.

9

Page 10: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

b) Arang Tempurung

Arang tempurung dihasilkan dari pembakaran tempurung buah kelapa

yang sudah tua, dengan cara dan perlakuan tertentu. Dalam proses pembakaran

jumlah udara yang dimasukkan hanya sekedar cukup untuk melaksanakan proses

karbonisasi. Dengan demikian udara yang digunakan terbatas jumlahnya.

Rendemen arang sekitar 30% dari berat basah tempurung yang digunakan.

Arang tempurung termasuk bahan bakar yang memiliki kalori tinggi,

banyak digunakan oleh para pandai besi dan digunakan untuk peleburan emas

dan perak. Kandungan karbonnya cukup tinggi arang tempurung dapat

digunakan sebagai pengisi masker gas beracun.

c) Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa diperoleh dari ampas kopra. Bungkil kelapa mengandung

11% air, minyak 20%, protein 45%, karbohidrat 12 dan 5% abu. Bungkil kelapa

banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan protein

yang cukup tinggi. Negara pengimpor bungkil kelapa terbesar adalah Belgia

yang mendatangkan bungkil kelapa dari Ceylon rata-rata 24.000 ton per tahun.

d) Minyak Kelapa

Bungkil kelapa diperoleh dari ampas kopra. Bungkil kelapa mengandung

11% air, minyak Minyak Kelapa adalah minyak nabati yang berasal dari daging

buah kelapa tua baik dalam bentuk segar maupun daging kering (kopra). Proses

untuk membuat minyak dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses

basah (wet process), karena proses ini ditambahkan air untuk mengekstraksi.

Minyak kelapa merupakan senyawa netral, larut dalam pelarut minyak

yang umumnya tidak larut dalam air. Minyak Kelapa adalah ester dari gliserol

dengan berbagai asam monokarboksilat berantai lurus yang dikenal  asam lemak

yang terbagi dalam asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Gazuini,

1993).

Menurut Buckle dkk, sifat tidak larut dalam air disebabkan oleh adanya

asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya polar. Sedangkan Maman

dan Sherington (1994), menyatakan minyak dan lemak tidak larut dalam air

karena adanya substansi tertentu yang di mungkinkan terbentuknya campuran

yang stabil antara lemak dan air.

10

Page 11: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Komponen utama penyusun minyak kelapa adalah asam lemak.

Berdasarkan kandungan asam lemak, minyak kelapa di golongkan kedalam

minyak asam larut karena kandungan asam larut lebih besar dibandingkan

dengan asam lemak ketaren. Menurut Winarno (2002), hidrolisis sangat mudah

terjadi dalam lemak yang mengandung asam lemak rendah yaitu asam lemak

dengan asam karbon kurang dari < C 14 seperti minyak kelapa. Minyak kelapa

termasuk dalam golongan asam lemak rantai karbon sedang. Hidrolisis dapat

menurunkan mutu/kualitas minyak. Pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan

dengan bermacam-macam cara namun secara garis besar dapat dibedakan cara

tradisional dan cara modern (pabrik). Beberapa cara pembuatan minyak kelapa

secara tradisional antara lain:

1. Minyak Entu

Pembuatan minyak entu di lakukan dengan cara sebagai berikut: buah kelapa

yang sudah tua dikupas serabutnya, dibelah menjadi dua bagian, dan diambil

daging buahnya. Daging buah tersebut kemudian di kukus sehingga masak

kira-kira setengah jam, hasil pengukusan diperam suatu wadah yang tertutup

rapat selama dua hari dua malam, di jemur selama satu atau dua hari, diperas

dengan menggunakan tangan atau alat pemeras lain hingga keluar

minyaknya. Sisa parutan kelapa yang sudah diperas disebut entu.

2. Minyak klentik

Pembuatan minyak klentik dilakukan dengan cara diambil daging buahnya:

daging buah tersebut diparut dan diremas-remas dengan air untuk diambil

santannya. Santan yang diperoleh di rebus sehingga seluruh kandungan

airnya menguap, dan minyaknya berangsur-angsur timbul mengembang ke

atas santan. Minyak di pisahkan dan dapat digunakan atau disimpan dalam

botol yang bersih. Endapan yang terdapat di bawah minyak disebut blando

atau ketis, berasa manis dan dapat digunakan sebagai lauk pauk.

3. Minyak Bledigan

Ampas kelapa  (kelapa parut yang sudah diambil santannya) masih dapat

dimanfaatkan untuk membuat minyak. Pembuatan minyak bledigan

dilakukan dengan cara di injak-injak, dan dibiarkan selama beberapa bulan

(3-4bulan). Bahan ini biasa gabar dan mempunyai kandungan minyak sekitar

11

Page 12: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

5%. Setelah pemerahan, gabar diperas dengan alat pemeras dari kayu

didapatkan bledigan.

4. Minyak Batokan

Pembuatan minyak batokan dengan cara buah kelapa yang sudah tua di

kupas kulitnya dan diambil daging buahnya : daging buah tersebut direndam

dalam air selama dua hari dua malam, kemudian di parut dan diambil

santannya, santan yang diperoleh direbus atau digoreng hingga keluar

minyaknya, sisa santan yang berwarna kelabu selanjutnya dipres dengan

menggunakan alat pemeras yang terbuat dari kayu hingga diperoleh minyak.

Sisa pengepresan dinamakan ketak enak dimakan dan dapat digunakan

sebagai lauk pauk.

Pembuatan minyak kelapa di pabrik dapat dilakukan beberapa cara yaitu :

1. Kopra dicuci bersih, kemudian digiling sampai hancur. Kopra yang

sudah hancur tersebut dibasahi dengan uap panas, dipanaskan dan

akhirnya dipres dengan menggunakan alat hidrolisis dengan tekanan

yang sangat tinggi. Dengan cara ini, dapat diperoleh rendaman minyak

kelapa yang tinggi yakni sekitar 60%.

2. Kopra dicuci bersih digiling sampai hancur, dan dimasukkan kedalam

mesin ekstraksi. Didalam mesin ini minyak diekstraksi dengan

menggunakan bensin. Kemudian, minyak yang diperoleh didestilasi

untuk memisahkan bensinnya, Dengan cara ini diperoleh rendaman

minyak kelapa yang lebih tinggi sekitar 66%-70%.

e) Minyak Kelapa Virgin (VCO)

Salah satu produk yang dikembangkan dari kelapa adalah dengan

munculnya VCO yang cukup menarik perhatian sejumlah kalangan mulai dari

konsumen pangan, ahli pangan, pemerintah bahkan kaum jurnalis.

Produk yang dapat dihasilkan dari daging kelapa segar adalah Virgin

Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni. VCO merupakan salah satu

minyak yang memiliki banyak manfaat dalam bidang industri maupun

kesehatan. Dalam dunia industri, VCO digunakan sebagai bahan dasar kosmetik

sedangkan di dunia kesehatan sebagai obat-obatan. Itulah sebabnya permintaan

VCO meningkat baik didalam maupun di luar negeri.

12

Page 13: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Minyak Kelapa Virgin (VCO) mengandung aroma khas kelapa, asam

lemak bebas yang rendah (kurang dari 0,07 % sebagai asam larut), tanpa

pemurnian mengandung jumlah vitamin E yang maksium dan bebas dari

kontaminasi aflatoksin. VCO merupakan minyak stabil, minyak ini tidak rusak

dengan adanya panas serta tahan terhadap cahaya dan udara, mempunyai titik

asap 1980 Celcius dan mengandung vitamin E (Tokoferol) yang berperan

menjaga kestabilan minyak dan melindungi dari ketegikan. Sifat VCO dapat

disimpan dengan mudah pada suhu kamar selama bertahun-tahun.

Adapun standar mutu VCO yang ditetapkan oleh APCC adalah sebagai

berikut:

1. Warna (bening)

2. Asam lemak bebas (<0,5%)

3. Bilangan peroksida (< 3 meg/kg)

4. Kadar air ( 0,015%)

5. Total mikroba ( < 10 cfu)

Minyak kelapa yang diolah dari daging kelapa segar sudah dapat disebut

VCO, hanya saja kualitas hasil pengolahan tradisional kebanyakan dibawah

standar mutu yang diinginkan pasar.

1. Komposisi Kimia VCO

VCO di bentuk rantai karbon, hydrogen dan oksigen mengandung gugus

karboksilat yang disebut asam lemak. Komponen asam lemak akan

membentuk gliserida saat bergabung dengan gliserol. Menurut Winarno

(2002) gliserida yang umumnya terdapat pada lemak minyak yaitu

trigliserida. Trigliserida akan terbentuk bila tiga asam lemak beresterifikasi

dengan satu molekul gliserol

2. Manfaat Minyak Kelapa Virgin (VCO)

VCO memiliki banyak manfaat dalam dunia industri dan kesehatan.

Dalam dunia perindustrian, VCO dapat digunakan sebagai bahan dasar

kosmetik. VCO dapat digunakan untuk kulit agar tetap halus, lembut serta

untuk rambut agar berkilau. Susunan molekuler VCO memberikan tekstur

lembut dan halus pada kulit dan rambut sehingga sekarang industri sabun,

sampo, dan produk perawatan tubuh banyak menggunakan VCO.

13

Page 14: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Dalam dunia kesehatan, VCO diyakini dapat menyembuhkan berbagai

macam penyakit. Suhirman dalam suara pembaharuan (2004)

mengemukakan bahwa VCO dapat digunakan untuk melangsingkan tubuh.

Minyak yang beraroma gurih ini diyakini dapat meningkatkan metabolisme

tubuh, antivirus/antibakteri serta dapat menanggulangi beraneka macam

penyakit, VCO mampu mengatasi penyakit degeneratif seperti diabetes

melitus, jantung, kolesterol, osteoporosis, kanker, HIV/AIDS

3. Pengolahan Minyak Kelapa Virgin (VCO)

Teknologi pengolahan minyak kelapa yang dikembangkan baik meleui

proses tradisional, pengolahan basah, pengolahan kering dan enzimatis.

Teknologi pengolahan VCO yang berkembang di Indonesia adalah

pemanasan bertahap, pemancingan minyak dan fermentasi.

f) Gula Kelapa

Gula kelapa yang dikenal juga dengan nama gula jawa atau gula merah

adalah salah satu bahan pemanis untuk pangan yang berasal dari pengolahan nira

kelapa. Di Indonesia, gula kelapa kebanyakan diperdagangkan dalam bentuk

bongkahan padat dengan bangun geometri yang bervariasi tergantung tempat

mencetak yang digunakan pada saat pembuatannya.

Bahan pembuat gula kelapa adalah nira kelapa. Nira adalah nama umum

yang digunakan untuk menamai cairan manis yang diambil (disadap) dari

beberapa macam jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dapat diambil niranya antara

lain adalah kelapa dan aren. Nira kelapa disadap dari mayang (bunga kelapa

yang belum mekar) dengan cara memangkas bagian ujungnya sehingga dari luka

tersebut keluar cairan bening manis yang disebut nira tersebut.

Untuk menjadikan nira menjadi gula kelapa yang berbentuk padatan,

dilakukan penguapan terhadap nira sampai kandungan airnya tinggal sedikit

sehingga terjadi bentuk padat. Untuk menguapkan airnya, mula-mula nira

dipanaskan dalam wadah pemasak di atas api yang besar sehingga mendidih

kemudian dipanaskan terus menerus sampai sebagian besar kandungan airnya

teruapkan sehingga berubah menjadi adonan yang sangat pekat. Setelah itu

pekatan tersebut dibiarkan beberapa waktu agar mendingin lalu dituang ke

cetakan dan dibiarkan mendingin lebih lanjut membentuk gula kelapa padat.

14

Page 15: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Gula tersebut masih memiliki kandungan air yang cukup besar sehingga perlu

dikeringkan.

2. Analisa SWOT

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang

(Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi

bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,

weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan

yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor

internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan

tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah

berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya

dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan

(strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang

(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang

mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,

selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman

(threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan

(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau

menciptakan sebuah ancaman baru. (http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT)

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada

Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan

data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.

a) Kekuatan (Strengths)

Sumber Daya Manusia ( petani ) sebagai pelaku usaha masih punya

semangat untuk berkebun kelapa.

Mempunyai lahan untuk berkebun kelapa.

Menguasai teknik budidaya tanaman kelapa.

b) Kelemahan (Weaknesses)

Kurang memiliki modal dalam bentuk financial

Kurang menguasai pasar dan informasi pasar.

Belum menjalankan diversifikasi produk

15

Page 16: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

c) Peluang (Opportunities)

Permintaan terhadap produk-produk berbahan baku kelapa, baik di pasar

lokal, regional maupun nasional masih cukup tinggi.

Akses tranfortasi cukup lancar dan memadai.

d) Ancaman (Threats)

Persaingan dengan produk vegetable oil lainnya, terutama minyak kelapa

sawit.

Banyak pohon kelapa sudah berusia tua (tidak produktif), tetapi replantasi

berjalan tersendat/lamban, bahkan banyak perkebunan kelapa yang beralih

fungsi.

Ganngguan Organisme Pengganggu Tumbuhan seperti pernah terjadi

eksplotif hama pleisispa sp, pada tahun 2001- 2003.

B. Kerangka Konsep

Peningkatan produktivitas pertanian harus dapat menaikan tingkat produksi

pertanian sepenuhnya dan sektor pertanian pada umumnya. Peningkatan produksi

sepenuhnya dari petani sebagai pelaksana dilapangan sehingga untuk dapat

melaksanakan intensifikasi usaha taninya para petani merupakan penunjang

pembangunan yang harus dibina oleh pemerintah.

Untuk itu para petani dituntut untuk lebih memahami penangan pasca panen

dan proses pemasaran. Walaupun produksi yang dihasilkan cukup tinggi, akan tetapi

apabila penanganan dalam tataniaganya tidak efisien dan efektif, maka akan

berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan.

Bentuk upaya untuk mengatasi pendapatan tersebut, perlu adanya sebuah

lembaga pemasaran bersama yang difasilitasi pihak pemerintah atau bergabung ke

koperasi, sehingga produk olahan kelapa yang dipasarkan petani dihargai dengan

nilai jual yang tinggi, pada gilirannya tingkat kesejahteraan petani dapat tercapai.

Pemenuhan sarana produksi pertanian secara optimal sesuai dengan anjuran

teknis akan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan bagi petani kelapa. Dari

kondisi ini akan memberikan dampak positif kepada petani kelapa di Desa Punggur

Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.

Oleh sebab itu, untuk strategi meningkatkan pengembangan kelapa di Desa

16

Page 17: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya peneliti akan

menggunakan analisa strenght, weakness, opportunity and threat (SWOT), dimana

dengan menggunakan analisis SWOT ini akan didapat strategi yang tepat untuk

pengembangan tanaman kelapa bagi petani kelapa di Desa Punggur Kecil

Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.

Dengan menggunakan analisis SWOT ini akan diperoleh data yang

membandingkan faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats)

dengan faktor internal kekuatan (strenght) dan kelemahan (weaknesses) dalam

pengembangan tanaman kelapa sehingga akan dapat meningkatkan jumlah produksi

dan pendapatan petani kelapa khususnya di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai

Kakap Kabupaten Kubu Raya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian guna

menemukan strategi yang tepat untuk petani kelapa di Desa Punggur Kecil

Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya dengan menggunakan teknik

analisis SWOT sehingga diharapkan dengan menggunakan analisis SWOT ini akan

didapat strategi yang tepat sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan

petani kelapa.

17

Page 18: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan

bahwa daerah ini merupakan penghasil kelapa atau daerah usahatani kelapa yang

potensial dengan jumlah penduduk yang cukup banyak. Objek penelitian di kawasan

ini adalah petani yang mempunyai usaha tani kelapa di Desa Punggur Kecil

Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Rencana penelitian ini akan

dilaksanakan mulai bulan April sampai Mei 2013 dari pengumpulan data sampai

selesai.

B. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang dipergunakan dalam mengadakan penelitian adalah alat-alat

tulis, kalkulator dan daftar pertanyaan (Quesioner).

C. Cara Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan 2 (dua) cara yaitu :

a) Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani sebagai

responden dengan memakai quesioner serta melakukan pengamatan langsung

pada daerah penelitian melalui pendekatan dengan metode Focus Group

Discusion (FGD) yaitu suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan

terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu dan Participatory Rural

Appraisal (PRA) yaitu pendekatan yang digunakan oleh organisasi non-

pemerintah (LSM) dan lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam pembangunan

internasional. Pendekatan ini bertujuan untuk menggabungkan pengetahuan dan

pendapat masyarakat pedesaan dalam perencanaan dan pengelolaan proyek dan

program pembangunan.

b) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti : Kantor Kepala

Desa Punggur Kecil, Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Sungai Kakap, Dinas

18

Page 19: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Barat, Dinas Perkebunan Kabupaten

maupun Provinsi serta melalui pencatatan data pustaka yang lain.

D. Metode Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mempunyai usahatani kelapa

di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap, sebanyak 370 orang petani

kelapa.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi ( Sugiyono ). Menurut Soeparmoko (2002) apabila sama sekali tidak ada

pengetahuan tentang besarnya variance dari populasi, maka cara terbaik adalah

cukup dengan mengambil prosentase tertentu, 5%, 10% atau 50% dari seluruh

jumlah populasi. Beberapa hal yang dapat dipakai sebagai petunjuk untuk

menentukan besarnya persentase ini yaitu :

1. Bila populasi N besar, persentase yang kecil saja sudah dapat memenuhi syarat.

2. Besarnya sampel hendaknya jangan kurang dari 30.

3. Sampel seyogyanya sebesar mungkin selama dana dan waktu masih dapat

menjangkau.

Dari beberapa pendapat diatas, maka jumlah sampel (n) yang diambil adalah

sebesar 10 % dari jumlah seluruh petani sebanyak 370 orang, sehingga n = N x 10 %

= 370 x 10 % = 37, dengan demikian jumlah sampel yang diambil sebanyak 37

orang petani.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk perumusan analisa strategi pengembangan tanaman kelapa yang labih

tepat digunakan analisis strenght, weakness, opportunity and threat (SWOT).

Analisis dilakukan untuk membandingkan faktor eksternal peluang (opportunities)

dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenght) dan kelemahan

(weaknesses) (Rangkuti, 2002). Unsur-unsur SWOT diberi bobot (nilai) kemudian

dihubungkan untuk memperoleh beberapa alternatif strategi dengan rangking

19

Page 20: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

tertinggi merupakan alternatif strategi kebijakan dalam peningkatan pendapatan

kelompok tani kelapa.

Proses dalam merumuskan strategi mencakup tiga tahap, yaitu:

1. Evaluasi faktor internal dan eksternal.

Langkah menganalisis faktor strategis internal dan eksternal adalah sebagai

berikut :

a. Menginventarisir faktor internal yang mempengaruhi pencapaian

goals/sasaran, visi, dan misi yang telah ditetapkan secara rinci (detail)

dengan teknik brainstorming. Kemudian mendiskusikan setiap faktor

internal apakah termasuk kekuatan atau kelemahan dibandingkan dengan

kelompok lain, dengan cara poling pendapat.

Kekuatan adalah faktor internal yang positif.

Kelemahan adalah faktor internal yang negatif.

b. Menginventarisir faktor eksternal yang mempengaruhi pencapaian

goals/sasaran, visi dan misi yang telah ditetapkan secara rinci (detail) dengan

teknik brainstorming. Kemudian mendiskusikan setiap faktor eksternal

apakah termasuk peluang atau ancaman dibanding kelompok lain, dengan

cara poling pendapat.

Peluang adalah faktor eksternal yang positif.

Ancaman adalah faktor eksternal yang negatif.

2. Pembuatan matriks internal dan eksternal.

Tujuannya adalah melihat berapa posisi tiap faktor yang telah termasuk kedalam

kekuatan, kelemahan, peluang ataupun ancaman setelah dilakukan pembobotan,

peratingan, dan penilaian.

3. Perumusan strategi umum dalam bentuk matriks SWOT.

Tujuannya merumuskan strategi umum (grand strategy), adalah

mengembangkan peningkatan kelompok dengan memanfaatkan hasil Analisis

SWOT kedalam suatu format dengan memilih 5-10 faktor utama tiap kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman.

20

Page 21: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Peluang

Ancaman

Kelemahan Kekuatan

Kuadran 3 Kuadran 1

Kuadran 2Kuadran 4

Tabel : 2

Model matriks analisis SWOT

EFAS

EFAS Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

Sumber : Rangkuti 2002

Setelah mengetahui kondisi internal dan eksternal sistem saat ini. Kondisi sistem

dapat dikelompokan dalam empat kuadran, yaitu seperti dapat dilihat dalam

Gambar 1.

Gambar : 1

Sistem dalam berbagai kondisi.

1. Kuadran 1

Merupakan kondisi yang sangat menguntungkan, yaitu sistem memiliki

kekuatan dan peluang yang baik.

21

Page 22: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

2. Kuadran 2

sistem memiliki kekuatan namun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang

tepat adalah strategi diversifikasi, yaitu menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang jangka panjang.

3. Kuadran 3

Sistem memiliki peluang yang baik, namun terkendala kelemahan internal.

Strategi yang tepat adalah meminimalkan masalah-masalah internal, sehingga

dapat merebut peluang eksternal dengan lebih baik.

4. Kuadran 4

Kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Strategi yang tepat adalah strategi

defensif, yaitu dengan meminimalkan kerugian-kerugian yang akan timbul.

22

Page 23: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Sarmidi. 2009. Cocopreneurship. Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa. Lily

Publisher. Yogyakarta.

Asian and Pacific Coconut Community. 2009. Market Analysis of Coir Products, The

Cocommunity, Vol. XXXIX, No. 5, May 2009, APCC, Jakarta

Coconut Market Information Center.”Pengolahan Kelapa-Minyak Kelapa Virgin(VCO),

”2010. Online access (http://coconutmic.com/id/daftar-kepustakaan/prosesing-

kelapa).

Coconut Market Information Center.”Pengolahan Kelapa”2010. Online access

(http://coconutmic. com/id/daftar-kepustakaan/prosesing-kelapa).

Departemen Tehnik PertanianFakultas Tehnik Pertanian. IPB.”Materi IV-f –

Pengolahan Kelapa” Online access (http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/

media/Teknik%20Pasca%20Panen/tep440_files/Pengolahankelapa.htm).

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Barat, 2006, Petunjuk Teknis Budidaya

Tanaman Kelapa hibrida, Pontianak.

Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak, 2006, Informasi Agribisnis Propinsi Kalimantan

Barat, Pontianak.

Disbun Kalbar, 2012, Statistik. Online access (http://disbun-kalbar.go.id/Disbun

/index.php/statistik).

Gaman, Sherrington. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan

Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.

Hariyadi, 2008, ”Budidaya Tanaman Kelapa”. Online access (http://www.slideshare.net/

indrinaisyan/budidaya-tanaman-kelapa-1).

Hernanto, 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya Jakarta

Kartono, 1994. Pengantar Metode Riset Sosial. CV. Mandar Maju, Bandung.

Mikrotik Batam Kelapa (Cocos nucifera L) 17 April 2013. Online access

(http://moru1.blogspot.com /2013/04/kelapa-cocos-nucifera-l.html).

Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar-Dasar manajemen Hasil-hasil Pertanian, teori dan

Aliaksinya, Edisi Revisi. Rajawali Press, Jakarta.

23

Page 24: Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Soeparmoko. 2002. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pemerintahan Daerah.

Yogyakarta : Andi Offset

Sugiyono, 2009. Pengertian Teknik sampling, Alfabeta, Bandung.

Suparmoko M, 1991. Metode Penelitian Praktis. Fakultas Ekonomi UGM, Yogjakarta.

Supranto J, 2000. Metode Ramalan Kuantitatif. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Warisno, 2003, “Budi Daya Kelapa Genjah”, Kanisius, Yogyakarta

Wikipedia. ”Participatory rural appraisal” 7 Mei 2013. Online Access

(http://en.wikipedia.org/wiki/ Participatory_rural_appraisal).

Wikipedia. ”Kelapa” 6 April 2013. Online Access (http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa).

Wikipedia. ”Analisis SWOT” 13 Mei 2013. Online Access

(http://id.wikipedia.org/wiki /Analisis _SWOT).

Winarno, 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta

Wordpres Tehnik Pertanian Open University.”Gula Kelapa”28 April2012. Online

Access (http://teknoperta.wordpress.com/2012/04/28/gula-kelapa/).

Woodroof, J.G. 1979. Coconut Production Processing Product. AVI Publ. Company.

INC., Westport, Connecticut.

Yusuf, Iwan Awaluddin. “Memahami Focus Group Discussion (FGD)” 28 Maret 2011.

Online Access (http://bincangmedia.wordpress.com).

Zainal Mahnud dan Yulius Ferry-Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan.”Prospek Pengolahan Hasil samping Buah Kelapa”Desember

2005. Online Access

(http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File

/publikasi/perspektif/perspektif_Vol_4_No_2_3_Zainal.pdf).

24