Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten
-
Upload
putri-safrilia -
Category
Documents
-
view
477 -
download
18
Transcript of Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa Di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten
RENCANA PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA DI DESA PUNGGUR KECIL
KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA
OLEH
CECE LILI WARLIA
NIM. 11.10. 32. 1722
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI
2013
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan satu diantara negara agraris yang kehidupan
perekenomiannya tidak bisa lepas dari sektor pertanian. Perkembangan ekonomi
Indonesia yang akhir-akhir ini cenderung mengalami pergeseran sektoral dari sektor
pertanian ke sektor non pertanian tidak berarti mengabaikan sektor pertanian. Sektor
pertanian tetap memegang peranan penting, karena berperan sebagai penyedia bahan
pangan bagi seluruh masyarakat, di sisi lain menopang pertumbuhan industri dalam
hal penyediaan bahan baku industri dan mendorong pemerataan pertumbuhan dan
dinamika pedesaan.
Luas wilayah tanaman kelapa di Indonesia merupakan luas areal kelapa
terbesar di dunia. Berdasarkan Coconut Statistical Yearbook 2009 Asean Pasific
Coconut Community (APCC), total luas perkebunan kelapa Indonesia pada tahun
2009 mencapai 3,85 juta ha atau mencapai 31,6% dari total luas areal kelapa di
dunia sekitar 12,17 juta ha dan sebagian besarnya (98%) merupakan perkebunan
rakyat. Persebaran kelapa tersebut hampir merata di seluruh Indonesia, dengan
sebaran terbanyak berada di Sumatera yang mencapai 32,4%, Jawa 21,8%, Sulawesi
20%, Maluku dan Papua 9,2%, Nusa Tenggara 7,5%, Kalimantan 7,3%, dan Bali
sebesar 1,8% .
Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai ke
daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian utama
dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri
dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa
dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi
berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan air, tempurung, dan sabut
sebagai hasil samping (by product) dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi
berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging.
Demikian juga dengan Kalimantan Barat, perkebunanan kelapa merupakan
komoditas perkebunan nomor 3 setelah Kelapa Sawit dan Karet. Perkebunan Kelapa
dalam, banyak tersebar di wiliyah pesisir Kalimatan Barat dan merupakan
perkebunan yang dikelola oleh rakyat. Satu diantara wilayah penghasil kelapa
2
(kopra) untuk Kalimantan Barat adalah Kabupaten Kubu Raya dengan luas areal
perkebunan mencapai 5.467.Ha dengan jumlah petani 5.868.KK
Luas areal dan jumlah produksi komoditi perkebunan di Kalimantan Barat
khususnya komoditi kelapa mempunyai potensi yang sangat besar apabila dapat
dikembangkan sehingga bisa membantu petani di Kalimantan Barat untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1.Luas Areal, dan Jumlah Produksi Komoditi Perkebunan di Kalimantan
Barat. Tahun 2012.
KOMODITI
LUAS AREAL MENURUTKOMPOSISI TANAMAN (Ha)
JUMLAH LUAS
AREAL (Ha)
JUMLAH PRODUKSI (Ton/Tahun)
JUMLAH PETANI
(KK)Tanaman Muda
Tanaman Menghasilkan
Tanaman Tua/Rusak
Karet 191.236 300.895 96.098 588.229 249.539 314.163Kelapa Dalam 13.065 69.088 18.317 100.470 73.964 67.869Kelapa Hybrida 0 4.971 2.800 7.771 4.206 12.021Kelapa Sawit 457.316 420.710 2.741 880.767 967.626 93.002Kakao 6.340 4.496 1.389 12.225 2.565 12.869Lada 1.883 4.544 1.920 8.347 4.123 19.727Kopi 1.459 7.121 3.970 12.550 4.153 22.722Cengkeh 142 607 163 912 202 1.096Kemiri 1.036 443 145 1.624 234 2.479Pinang 1.203 1.037 406 2.646 1.017 7.156Tebu 288 228 6 522 445 1.308Sagu 829 650 0 1.479 181 2.483Kapuk 107 229 50 386 10 1.494Jarak 11 11 69 91 5 132Enau/Aren 270 490 210 970 57 2.586Pala 7 14 0 21 3 64Grand Total 675.192 815.534 128.284 1.619.010 1.308.330 561.170
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat.
Tanaman kelapa dalam di Kalimantan Barat umumnya menyebar di semua
daerah kabupaten yang ada, sehingga tanaman kelapa cukup potensial untuk
dikembangkan, sedangkan Kabupaten Kubu Raya memiliki produksi kelapa yang
besar untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
3
Tabel 2.Luas Areal, dan Jumlah produksi Tanaman Kelapa Dalam di Kalimantan
Barat Tahun 2012.
KOMODITI
LUAS AREAL MENURUTKOMPOSISI TANAMAN (Ha) JUMLAH
LUAS AREAL
(Ha)
JUMLAH PRODUKSI (Ton/Tahun)
JUMLAH PETANI
(KK)Tanaman Muda
Tanaman Menghasilkan
Tanaman Tua/Rusa
kPontianak 0 404 184 588 369 506Landak 0 0 0 0 0 0Sambas 0 69 54 123 44 459Bengkayang 0 96 61 157 57 708Singkawang 0 17 23 40 14 46Sanggau 0 149 59 208 94 1.447Sekadau 0 0 0 0 0 0Sintang 0 639 216 855 235 1.710Melawi 0 0 0 0 0 0Kapuas Hulu 0 0 0 0 0 0Ketapang 0 71 36 107 34 806Kayong Utara 0 141 85 226 144 471Kubu Raya 0 3.385 2.082 5.467 3.215 5.868Grand Total 0 4.971 2.800 7.771 4.206 12.021
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat.
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya memiliki produksi kelapa
yang tinggi disamping Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan Teluk Pakedai,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4 berikut ini :
Tabel 3.Luas Areal, dan Jumlah Produksi Tanaman Kelapa Dalam di Kabupaten
Kubu Raya Tahun. 2012.
KECAMATAN
LUAS AREAL MENURUTKOMPOSISI TANAMAN (Ha)
JUMLAH LUAS AREAL
(Ha)
JUMLAH PRODUKSI (Ton/Tahun)
JUMLAH PETANI
(KK)Tanaman Muda
Tanaman Menghasilkan
Tanaman Tua/Rusak
Rasau Jaya 142 129 60 331 356 421Sui. Ambawang - - - - - -Teluk Pakedai 357 4.878 936 6.171 5.236 2.687Sungai Kakap 1.824 16.113 882 18.819 18.702 5.816Batu Ampar 462 6.664 418 7.544 9.154 3.210Kuala Mandor B - - - - - -Kubu 788 1.246 42 2.076 1.100 1.248Sui. Raya 74 631 717 1.422 429 850Terentang 66 70 4 140 11 155Grand Total 3.713 29.731 3.059 36.503 34.988 14.387
Sumber : Disbunhutamben Kabupaten Kubu Raya.
4
Tabel 4.Luas Areal, dan Jumlah Produksi Tanaman Kelapa Dalam di Kecamatan
Sungai Kakap Tahun 2012.
No Desa LUAS TANAMAN KELAPA DALAM
PRODUKSI KOPRA(TON)
1 Sungai Kakap 528 02 Sungai Itik 1.088 783 Jeruju Besar 2.890 4444 Sungai Kupah 1.423 228,55 Sungai Rengas 597 1106 Pal IX 1.104 1657 Sungai Belidak 500 798 Kalimas 1.870 3089 Punggur Kecil 2.542 469
10 Punggur Besar 2.158 39411 Tanjung Saleh 3.096 45912 Sepok Laut 66 9
Jumlah 18.682 2.743,5 Sumber : Petugas Statistik Dinas Perkebunan Kecamatan Sui. Kakap.
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap mampu memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam pendapatan asli daerah Kabupaten Kubu Raya.
Kelapa sebagai bentuk hasil perkebunan jika diolah dengan perlakuan
diversifikasi produk dan memanfaatkan hasil sampingan seperti air kelapa, sabut
dan tempurung kelapanya jika dikelola secara terpadu mampu memberikan
pendapatan yang lebih tinggi bila dibandingkan jika kelapa itu hanya dijual
dalam bentuk buah saja.
B. Masalah Penelitian
Keberadaan tanaman kelapa di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai
Kakap Kabupaten Kubu Raya, sebagai sumber pendapatan masyarakat tani
belum dapat memberikan pendapatan yang layak untuk menunjang kebutuhan
hidup. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
produksi dan pendapatan petani kelapa.
Dari hasil pengamatan awal di lapangan ditemukan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Umur tanaman sudah mencapai diatas 30 tahun
5
2. Kelapa dijual dalam bentuk bahan baku dan bahan setengah jadi
( Kelapa bulat dan kopra )
3. Harga jual yang tidak stabil dalam waktu yang singkat
Dari fakta lapangan yang demikian, maka perlu adanya penelitian
mengenai strategi pengembangan tanaman kelapa dan produk olahan kelapa
yang berbasis agribisnis dan agroindustri terpadu sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani khususnya di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya.
Memperhatikan berbagai permasalahan tersebut di atas, maka perumusan
masalah yang akan diangkat dalam rencana penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk strategi usahatani kelapa kedepan dalam meningkatkan
produktivitas dan pendapatan usaha ?
2. Apa faktor kunci dalam menerapkam strategi pengembangan perkebunan
kelapa dalam yang akan datang ?
3. Bagaimana rekomendasi kebijakan dan strategi pengembangan yang dapat
diterapkan oleh instansi dan lembaga terkait di masa mendatang ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada para
petani kelapa agar bisa meningkatkan pendapatannya melalui strategi
pengembangan dan pengelolaan tanaman kelapa dan hasil olahan kelapa yang
ada di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya
melalui :
1. Mengidentifikasi faktor kunci strategis pengembangan pengelolaan kebun
kelapa rakyat di masa yang akan datang;
2. Merumuskan rekomendasi kebijakan dan strategi pengembangan kelapa
dalam di Kecamatan Sungai Kakap.
D. Manfaat Penelitian
6
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi lembaga terkait, petugas lapangan dan kelompok tani dalam memberikan
solusi terhadap upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani kelapa.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan pertanian, dan pihak-pihak yang berkepentingan berupa
1. Bahan masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan perkebunan
kelapa dalam di masa mendatang di Kecamatan Sungai Kakap
2. Acuan bagi pengusaha dan masyarakat dalam upaya meningkatkan efisiensi,
efektifitas, produktifitas lahan dan pendapatan
3. Sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
perkebunan
7
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Kelapa (cocos nucifera)
Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil).
Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Ada kalanya pohon
kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal,
misalnya akibat serangan hama tanaman (Warisno, 2003).
Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi. Pohon ini dapat tumbuh dan berubah dengan baik
di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-450 m dari permukaan laut. Pada
ketinggian 450-1000 m dari permukaan laut, walaupun pohon ini dapat tumbuh,
waktu berbuahnya lebih lambat, produksinya lebih sedikit dan kadar minyaknya
rendah (Amin, 2009). Selanjut nya masih menurut Amin (2009), tanaman kelapa
merupakan jenis tanaman palem yang paling dikenal, banyak tersebar di daerah
tropis. Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga dataran tinggi. Kelapa dapat
dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan hibrida. Ada juga yang
membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam, genjah dan hibrida
2. Produk Olahan Kelapa
Kelapa merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial,
budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tanaman kelapa
jika diolah dengan baik dapat meningkatkan taraf kehidupan petani. Berbagai
produk olahan dapat dimanfaatkan sebagai produk olahan kelapa, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a) Kopra
Kopra adalah putih lembaga (endosperm buah kelapa yang sudah
dikeringkan dengan sinar matahari ataupun panas buatan. Melalui proses
pengeringan ini,diharapkan kadar air putih lembaga (endosperm) dapat
diturunkan ± 50% sekitar 5% - 6%.
8
Proses pengolahan kopra rakyat cukup sederhana. Pengolahan kopra
rakyat dilakukan oleh pabrik pengolahan kopra, dengan bahan baku berasal
dari kelapa rakyat. Produktivitas kopra terbatas, dan hasil akhir yang
diperoleh pada umumnya belum memenuhi kualitas standar. Adapun urutan
pekerjaan yang biasa dilakukan pada pengolahan kopra rakyat adalah :
1. Pengupasan suhu kelapa dilakukan jika kelapa yang digunakan sebagai
bahan baku masih berupa kelapa utuh.
2. Pembelahan buah. Buah kelapa yang masih bertempurung di belah
menjadi dua bagian dengan menggunakan golok pemukul atau kapak. Air
buah kelapa di tampung atau dibiarkan mengalir ke suatu bak
penampungan.
3. Pengeringan pendahuluan. Belahan yang masih ada tempurung harus
segera di keringkan. Keterlambatan pengeringan dapat menyebabkan
terjadinya pertumbuhan mikro organisme (jamur) yang dapat
menurunkan kualitas kopra. Pengeringan yang terbaik dilakukan dengan
menggunakan sinar matahari secara langsung, jika cuaca mendung
dikeringkan dengan panas buatan.
4. Pelepasan daging buah. Dilakukan dengan menggunakan pisau yang
tebal.
5. Pengeringan lanjutan dilakukan dengan sinar matahari atau api sampai
kopra benar-benar kering. Pengeringan dengan sinar matahari 5 – 9 hari
dan pengeringan panas buatan 4 – 5 hari.
6. Dalam pembuatan kopra FMS (Fair Merchantable Sundried) dikenal dua
macam rumah pengeringan yaitu lade oven dan plet oven. Lade oven
dilakukan dengan cara kopra masih basah disusun dalam kotak yang
telah tersedia, kemudian dimasukkan kedalam ruangan yang tertutup; ke
dalam ruangan ini dialirkan panas dengan suhu 40 derajat Celcius sampai
80 derajat Celcius. Sedangkan plat oven menggunakan plat besi sebagai
media pengaliran panas. Rumah pengeringan terdiri dari dapur dibuat
dari batu bara, sebagai tempat pembakaran kayu atau bahan bakar
lainnya. Dapur ukuran 10m lebar 3m dan tinggi 1m.
9
b) Arang Tempurung
Arang tempurung dihasilkan dari pembakaran tempurung buah kelapa
yang sudah tua, dengan cara dan perlakuan tertentu. Dalam proses pembakaran
jumlah udara yang dimasukkan hanya sekedar cukup untuk melaksanakan proses
karbonisasi. Dengan demikian udara yang digunakan terbatas jumlahnya.
Rendemen arang sekitar 30% dari berat basah tempurung yang digunakan.
Arang tempurung termasuk bahan bakar yang memiliki kalori tinggi,
banyak digunakan oleh para pandai besi dan digunakan untuk peleburan emas
dan perak. Kandungan karbonnya cukup tinggi arang tempurung dapat
digunakan sebagai pengisi masker gas beracun.
c) Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa diperoleh dari ampas kopra. Bungkil kelapa mengandung
11% air, minyak 20%, protein 45%, karbohidrat 12 dan 5% abu. Bungkil kelapa
banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan protein
yang cukup tinggi. Negara pengimpor bungkil kelapa terbesar adalah Belgia
yang mendatangkan bungkil kelapa dari Ceylon rata-rata 24.000 ton per tahun.
d) Minyak Kelapa
Bungkil kelapa diperoleh dari ampas kopra. Bungkil kelapa mengandung
11% air, minyak Minyak Kelapa adalah minyak nabati yang berasal dari daging
buah kelapa tua baik dalam bentuk segar maupun daging kering (kopra). Proses
untuk membuat minyak dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses
basah (wet process), karena proses ini ditambahkan air untuk mengekstraksi.
Minyak kelapa merupakan senyawa netral, larut dalam pelarut minyak
yang umumnya tidak larut dalam air. Minyak Kelapa adalah ester dari gliserol
dengan berbagai asam monokarboksilat berantai lurus yang dikenal asam lemak
yang terbagi dalam asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Gazuini,
1993).
Menurut Buckle dkk, sifat tidak larut dalam air disebabkan oleh adanya
asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya polar. Sedangkan Maman
dan Sherington (1994), menyatakan minyak dan lemak tidak larut dalam air
karena adanya substansi tertentu yang di mungkinkan terbentuknya campuran
yang stabil antara lemak dan air.
10
Komponen utama penyusun minyak kelapa adalah asam lemak.
Berdasarkan kandungan asam lemak, minyak kelapa di golongkan kedalam
minyak asam larut karena kandungan asam larut lebih besar dibandingkan
dengan asam lemak ketaren. Menurut Winarno (2002), hidrolisis sangat mudah
terjadi dalam lemak yang mengandung asam lemak rendah yaitu asam lemak
dengan asam karbon kurang dari < C 14 seperti minyak kelapa. Minyak kelapa
termasuk dalam golongan asam lemak rantai karbon sedang. Hidrolisis dapat
menurunkan mutu/kualitas minyak. Pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan
dengan bermacam-macam cara namun secara garis besar dapat dibedakan cara
tradisional dan cara modern (pabrik). Beberapa cara pembuatan minyak kelapa
secara tradisional antara lain:
1. Minyak Entu
Pembuatan minyak entu di lakukan dengan cara sebagai berikut: buah kelapa
yang sudah tua dikupas serabutnya, dibelah menjadi dua bagian, dan diambil
daging buahnya. Daging buah tersebut kemudian di kukus sehingga masak
kira-kira setengah jam, hasil pengukusan diperam suatu wadah yang tertutup
rapat selama dua hari dua malam, di jemur selama satu atau dua hari, diperas
dengan menggunakan tangan atau alat pemeras lain hingga keluar
minyaknya. Sisa parutan kelapa yang sudah diperas disebut entu.
2. Minyak klentik
Pembuatan minyak klentik dilakukan dengan cara diambil daging buahnya:
daging buah tersebut diparut dan diremas-remas dengan air untuk diambil
santannya. Santan yang diperoleh di rebus sehingga seluruh kandungan
airnya menguap, dan minyaknya berangsur-angsur timbul mengembang ke
atas santan. Minyak di pisahkan dan dapat digunakan atau disimpan dalam
botol yang bersih. Endapan yang terdapat di bawah minyak disebut blando
atau ketis, berasa manis dan dapat digunakan sebagai lauk pauk.
3. Minyak Bledigan
Ampas kelapa (kelapa parut yang sudah diambil santannya) masih dapat
dimanfaatkan untuk membuat minyak. Pembuatan minyak bledigan
dilakukan dengan cara di injak-injak, dan dibiarkan selama beberapa bulan
(3-4bulan). Bahan ini biasa gabar dan mempunyai kandungan minyak sekitar
11
5%. Setelah pemerahan, gabar diperas dengan alat pemeras dari kayu
didapatkan bledigan.
4. Minyak Batokan
Pembuatan minyak batokan dengan cara buah kelapa yang sudah tua di
kupas kulitnya dan diambil daging buahnya : daging buah tersebut direndam
dalam air selama dua hari dua malam, kemudian di parut dan diambil
santannya, santan yang diperoleh direbus atau digoreng hingga keluar
minyaknya, sisa santan yang berwarna kelabu selanjutnya dipres dengan
menggunakan alat pemeras yang terbuat dari kayu hingga diperoleh minyak.
Sisa pengepresan dinamakan ketak enak dimakan dan dapat digunakan
sebagai lauk pauk.
Pembuatan minyak kelapa di pabrik dapat dilakukan beberapa cara yaitu :
1. Kopra dicuci bersih, kemudian digiling sampai hancur. Kopra yang
sudah hancur tersebut dibasahi dengan uap panas, dipanaskan dan
akhirnya dipres dengan menggunakan alat hidrolisis dengan tekanan
yang sangat tinggi. Dengan cara ini, dapat diperoleh rendaman minyak
kelapa yang tinggi yakni sekitar 60%.
2. Kopra dicuci bersih digiling sampai hancur, dan dimasukkan kedalam
mesin ekstraksi. Didalam mesin ini minyak diekstraksi dengan
menggunakan bensin. Kemudian, minyak yang diperoleh didestilasi
untuk memisahkan bensinnya, Dengan cara ini diperoleh rendaman
minyak kelapa yang lebih tinggi sekitar 66%-70%.
e) Minyak Kelapa Virgin (VCO)
Salah satu produk yang dikembangkan dari kelapa adalah dengan
munculnya VCO yang cukup menarik perhatian sejumlah kalangan mulai dari
konsumen pangan, ahli pangan, pemerintah bahkan kaum jurnalis.
Produk yang dapat dihasilkan dari daging kelapa segar adalah Virgin
Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni. VCO merupakan salah satu
minyak yang memiliki banyak manfaat dalam bidang industri maupun
kesehatan. Dalam dunia industri, VCO digunakan sebagai bahan dasar kosmetik
sedangkan di dunia kesehatan sebagai obat-obatan. Itulah sebabnya permintaan
VCO meningkat baik didalam maupun di luar negeri.
12
Minyak Kelapa Virgin (VCO) mengandung aroma khas kelapa, asam
lemak bebas yang rendah (kurang dari 0,07 % sebagai asam larut), tanpa
pemurnian mengandung jumlah vitamin E yang maksium dan bebas dari
kontaminasi aflatoksin. VCO merupakan minyak stabil, minyak ini tidak rusak
dengan adanya panas serta tahan terhadap cahaya dan udara, mempunyai titik
asap 1980 Celcius dan mengandung vitamin E (Tokoferol) yang berperan
menjaga kestabilan minyak dan melindungi dari ketegikan. Sifat VCO dapat
disimpan dengan mudah pada suhu kamar selama bertahun-tahun.
Adapun standar mutu VCO yang ditetapkan oleh APCC adalah sebagai
berikut:
1. Warna (bening)
2. Asam lemak bebas (<0,5%)
3. Bilangan peroksida (< 3 meg/kg)
4. Kadar air ( 0,015%)
5. Total mikroba ( < 10 cfu)
Minyak kelapa yang diolah dari daging kelapa segar sudah dapat disebut
VCO, hanya saja kualitas hasil pengolahan tradisional kebanyakan dibawah
standar mutu yang diinginkan pasar.
1. Komposisi Kimia VCO
VCO di bentuk rantai karbon, hydrogen dan oksigen mengandung gugus
karboksilat yang disebut asam lemak. Komponen asam lemak akan
membentuk gliserida saat bergabung dengan gliserol. Menurut Winarno
(2002) gliserida yang umumnya terdapat pada lemak minyak yaitu
trigliserida. Trigliserida akan terbentuk bila tiga asam lemak beresterifikasi
dengan satu molekul gliserol
2. Manfaat Minyak Kelapa Virgin (VCO)
VCO memiliki banyak manfaat dalam dunia industri dan kesehatan.
Dalam dunia perindustrian, VCO dapat digunakan sebagai bahan dasar
kosmetik. VCO dapat digunakan untuk kulit agar tetap halus, lembut serta
untuk rambut agar berkilau. Susunan molekuler VCO memberikan tekstur
lembut dan halus pada kulit dan rambut sehingga sekarang industri sabun,
sampo, dan produk perawatan tubuh banyak menggunakan VCO.
13
Dalam dunia kesehatan, VCO diyakini dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Suhirman dalam suara pembaharuan (2004)
mengemukakan bahwa VCO dapat digunakan untuk melangsingkan tubuh.
Minyak yang beraroma gurih ini diyakini dapat meningkatkan metabolisme
tubuh, antivirus/antibakteri serta dapat menanggulangi beraneka macam
penyakit, VCO mampu mengatasi penyakit degeneratif seperti diabetes
melitus, jantung, kolesterol, osteoporosis, kanker, HIV/AIDS
3. Pengolahan Minyak Kelapa Virgin (VCO)
Teknologi pengolahan minyak kelapa yang dikembangkan baik meleui
proses tradisional, pengolahan basah, pengolahan kering dan enzimatis.
Teknologi pengolahan VCO yang berkembang di Indonesia adalah
pemanasan bertahap, pemancingan minyak dan fermentasi.
f) Gula Kelapa
Gula kelapa yang dikenal juga dengan nama gula jawa atau gula merah
adalah salah satu bahan pemanis untuk pangan yang berasal dari pengolahan nira
kelapa. Di Indonesia, gula kelapa kebanyakan diperdagangkan dalam bentuk
bongkahan padat dengan bangun geometri yang bervariasi tergantung tempat
mencetak yang digunakan pada saat pembuatannya.
Bahan pembuat gula kelapa adalah nira kelapa. Nira adalah nama umum
yang digunakan untuk menamai cairan manis yang diambil (disadap) dari
beberapa macam jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dapat diambil niranya antara
lain adalah kelapa dan aren. Nira kelapa disadap dari mayang (bunga kelapa
yang belum mekar) dengan cara memangkas bagian ujungnya sehingga dari luka
tersebut keluar cairan bening manis yang disebut nira tersebut.
Untuk menjadikan nira menjadi gula kelapa yang berbentuk padatan,
dilakukan penguapan terhadap nira sampai kandungan airnya tinggal sedikit
sehingga terjadi bentuk padat. Untuk menguapkan airnya, mula-mula nira
dipanaskan dalam wadah pemasak di atas api yang besar sehingga mendidih
kemudian dipanaskan terus menerus sampai sebagian besar kandungan airnya
teruapkan sehingga berubah menjadi adonan yang sangat pekat. Setelah itu
pekatan tersebut dibiarkan beberapa waktu agar mendingin lalu dituang ke
cetakan dan dibiarkan mendingin lebih lanjut membentuk gula kelapa padat.
14
Gula tersebut masih memiliki kandungan air yang cukup besar sehingga perlu
dikeringkan.
2. Analisa SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang
(Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya
dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan
(strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang
mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman
(threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru. (http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT)
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada
Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan
data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
a) Kekuatan (Strengths)
Sumber Daya Manusia ( petani ) sebagai pelaku usaha masih punya
semangat untuk berkebun kelapa.
Mempunyai lahan untuk berkebun kelapa.
Menguasai teknik budidaya tanaman kelapa.
b) Kelemahan (Weaknesses)
Kurang memiliki modal dalam bentuk financial
Kurang menguasai pasar dan informasi pasar.
Belum menjalankan diversifikasi produk
15
c) Peluang (Opportunities)
Permintaan terhadap produk-produk berbahan baku kelapa, baik di pasar
lokal, regional maupun nasional masih cukup tinggi.
Akses tranfortasi cukup lancar dan memadai.
d) Ancaman (Threats)
Persaingan dengan produk vegetable oil lainnya, terutama minyak kelapa
sawit.
Banyak pohon kelapa sudah berusia tua (tidak produktif), tetapi replantasi
berjalan tersendat/lamban, bahkan banyak perkebunan kelapa yang beralih
fungsi.
Ganngguan Organisme Pengganggu Tumbuhan seperti pernah terjadi
eksplotif hama pleisispa sp, pada tahun 2001- 2003.
B. Kerangka Konsep
Peningkatan produktivitas pertanian harus dapat menaikan tingkat produksi
pertanian sepenuhnya dan sektor pertanian pada umumnya. Peningkatan produksi
sepenuhnya dari petani sebagai pelaksana dilapangan sehingga untuk dapat
melaksanakan intensifikasi usaha taninya para petani merupakan penunjang
pembangunan yang harus dibina oleh pemerintah.
Untuk itu para petani dituntut untuk lebih memahami penangan pasca panen
dan proses pemasaran. Walaupun produksi yang dihasilkan cukup tinggi, akan tetapi
apabila penanganan dalam tataniaganya tidak efisien dan efektif, maka akan
berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan.
Bentuk upaya untuk mengatasi pendapatan tersebut, perlu adanya sebuah
lembaga pemasaran bersama yang difasilitasi pihak pemerintah atau bergabung ke
koperasi, sehingga produk olahan kelapa yang dipasarkan petani dihargai dengan
nilai jual yang tinggi, pada gilirannya tingkat kesejahteraan petani dapat tercapai.
Pemenuhan sarana produksi pertanian secara optimal sesuai dengan anjuran
teknis akan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan bagi petani kelapa. Dari
kondisi ini akan memberikan dampak positif kepada petani kelapa di Desa Punggur
Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Oleh sebab itu, untuk strategi meningkatkan pengembangan kelapa di Desa
16
Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya peneliti akan
menggunakan analisa strenght, weakness, opportunity and threat (SWOT), dimana
dengan menggunakan analisis SWOT ini akan didapat strategi yang tepat untuk
pengembangan tanaman kelapa bagi petani kelapa di Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Dengan menggunakan analisis SWOT ini akan diperoleh data yang
membandingkan faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats)
dengan faktor internal kekuatan (strenght) dan kelemahan (weaknesses) dalam
pengembangan tanaman kelapa sehingga akan dapat meningkatkan jumlah produksi
dan pendapatan petani kelapa khususnya di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai
Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian guna
menemukan strategi yang tepat untuk petani kelapa di Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya dengan menggunakan teknik
analisis SWOT sehingga diharapkan dengan menggunakan analisis SWOT ini akan
didapat strategi yang tepat sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan
petani kelapa.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan
bahwa daerah ini merupakan penghasil kelapa atau daerah usahatani kelapa yang
potensial dengan jumlah penduduk yang cukup banyak. Objek penelitian di kawasan
ini adalah petani yang mempunyai usaha tani kelapa di Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Rencana penelitian ini akan
dilaksanakan mulai bulan April sampai Mei 2013 dari pengumpulan data sampai
selesai.
B. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang dipergunakan dalam mengadakan penelitian adalah alat-alat
tulis, kalkulator dan daftar pertanyaan (Quesioner).
C. Cara Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani sebagai
responden dengan memakai quesioner serta melakukan pengamatan langsung
pada daerah penelitian melalui pendekatan dengan metode Focus Group
Discusion (FGD) yaitu suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan
terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu dan Participatory Rural
Appraisal (PRA) yaitu pendekatan yang digunakan oleh organisasi non-
pemerintah (LSM) dan lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam pembangunan
internasional. Pendekatan ini bertujuan untuk menggabungkan pengetahuan dan
pendapat masyarakat pedesaan dalam perencanaan dan pengelolaan proyek dan
program pembangunan.
b) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti : Kantor Kepala
Desa Punggur Kecil, Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Sungai Kakap, Dinas
18
Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Barat, Dinas Perkebunan Kabupaten
maupun Provinsi serta melalui pencatatan data pustaka yang lain.
D. Metode Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mempunyai usahatani kelapa
di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap, sebanyak 370 orang petani
kelapa.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi ( Sugiyono ). Menurut Soeparmoko (2002) apabila sama sekali tidak ada
pengetahuan tentang besarnya variance dari populasi, maka cara terbaik adalah
cukup dengan mengambil prosentase tertentu, 5%, 10% atau 50% dari seluruh
jumlah populasi. Beberapa hal yang dapat dipakai sebagai petunjuk untuk
menentukan besarnya persentase ini yaitu :
1. Bila populasi N besar, persentase yang kecil saja sudah dapat memenuhi syarat.
2. Besarnya sampel hendaknya jangan kurang dari 30.
3. Sampel seyogyanya sebesar mungkin selama dana dan waktu masih dapat
menjangkau.
Dari beberapa pendapat diatas, maka jumlah sampel (n) yang diambil adalah
sebesar 10 % dari jumlah seluruh petani sebanyak 370 orang, sehingga n = N x 10 %
= 370 x 10 % = 37, dengan demikian jumlah sampel yang diambil sebanyak 37
orang petani.
E. Pengolahan dan Analisis Data
Untuk perumusan analisa strategi pengembangan tanaman kelapa yang labih
tepat digunakan analisis strenght, weakness, opportunity and threat (SWOT).
Analisis dilakukan untuk membandingkan faktor eksternal peluang (opportunities)
dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenght) dan kelemahan
(weaknesses) (Rangkuti, 2002). Unsur-unsur SWOT diberi bobot (nilai) kemudian
dihubungkan untuk memperoleh beberapa alternatif strategi dengan rangking
19
tertinggi merupakan alternatif strategi kebijakan dalam peningkatan pendapatan
kelompok tani kelapa.
Proses dalam merumuskan strategi mencakup tiga tahap, yaitu:
1. Evaluasi faktor internal dan eksternal.
Langkah menganalisis faktor strategis internal dan eksternal adalah sebagai
berikut :
a. Menginventarisir faktor internal yang mempengaruhi pencapaian
goals/sasaran, visi, dan misi yang telah ditetapkan secara rinci (detail)
dengan teknik brainstorming. Kemudian mendiskusikan setiap faktor
internal apakah termasuk kekuatan atau kelemahan dibandingkan dengan
kelompok lain, dengan cara poling pendapat.
Kekuatan adalah faktor internal yang positif.
Kelemahan adalah faktor internal yang negatif.
b. Menginventarisir faktor eksternal yang mempengaruhi pencapaian
goals/sasaran, visi dan misi yang telah ditetapkan secara rinci (detail) dengan
teknik brainstorming. Kemudian mendiskusikan setiap faktor eksternal
apakah termasuk peluang atau ancaman dibanding kelompok lain, dengan
cara poling pendapat.
Peluang adalah faktor eksternal yang positif.
Ancaman adalah faktor eksternal yang negatif.
2. Pembuatan matriks internal dan eksternal.
Tujuannya adalah melihat berapa posisi tiap faktor yang telah termasuk kedalam
kekuatan, kelemahan, peluang ataupun ancaman setelah dilakukan pembobotan,
peratingan, dan penilaian.
3. Perumusan strategi umum dalam bentuk matriks SWOT.
Tujuannya merumuskan strategi umum (grand strategy), adalah
mengembangkan peningkatan kelompok dengan memanfaatkan hasil Analisis
SWOT kedalam suatu format dengan memilih 5-10 faktor utama tiap kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman.
20
Peluang
Ancaman
Kelemahan Kekuatan
Kuadran 3 Kuadran 1
Kuadran 2Kuadran 4
Tabel : 2
Model matriks analisis SWOT
EFAS
EFAS Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
Sumber : Rangkuti 2002
Setelah mengetahui kondisi internal dan eksternal sistem saat ini. Kondisi sistem
dapat dikelompokan dalam empat kuadran, yaitu seperti dapat dilihat dalam
Gambar 1.
Gambar : 1
Sistem dalam berbagai kondisi.
1. Kuadran 1
Merupakan kondisi yang sangat menguntungkan, yaitu sistem memiliki
kekuatan dan peluang yang baik.
21
2. Kuadran 2
sistem memiliki kekuatan namun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang
tepat adalah strategi diversifikasi, yaitu menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang.
3. Kuadran 3
Sistem memiliki peluang yang baik, namun terkendala kelemahan internal.
Strategi yang tepat adalah meminimalkan masalah-masalah internal, sehingga
dapat merebut peluang eksternal dengan lebih baik.
4. Kuadran 4
Kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Strategi yang tepat adalah strategi
defensif, yaitu dengan meminimalkan kerugian-kerugian yang akan timbul.
22
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Sarmidi. 2009. Cocopreneurship. Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa. Lily
Publisher. Yogyakarta.
Asian and Pacific Coconut Community. 2009. Market Analysis of Coir Products, The
Cocommunity, Vol. XXXIX, No. 5, May 2009, APCC, Jakarta
Coconut Market Information Center.”Pengolahan Kelapa-Minyak Kelapa Virgin(VCO),
”2010. Online access (http://coconutmic.com/id/daftar-kepustakaan/prosesing-
kelapa).
Coconut Market Information Center.”Pengolahan Kelapa”2010. Online access
(http://coconutmic. com/id/daftar-kepustakaan/prosesing-kelapa).
Departemen Tehnik PertanianFakultas Tehnik Pertanian. IPB.”Materi IV-f –
Pengolahan Kelapa” Online access (http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/
media/Teknik%20Pasca%20Panen/tep440_files/Pengolahankelapa.htm).
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Barat, 2006, Petunjuk Teknis Budidaya
Tanaman Kelapa hibrida, Pontianak.
Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak, 2006, Informasi Agribisnis Propinsi Kalimantan
Barat, Pontianak.
Disbun Kalbar, 2012, Statistik. Online access (http://disbun-kalbar.go.id/Disbun
/index.php/statistik).
Gaman, Sherrington. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.
Hariyadi, 2008, ”Budidaya Tanaman Kelapa”. Online access (http://www.slideshare.net/
indrinaisyan/budidaya-tanaman-kelapa-1).
Hernanto, 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya Jakarta
Kartono, 1994. Pengantar Metode Riset Sosial. CV. Mandar Maju, Bandung.
Mikrotik Batam Kelapa (Cocos nucifera L) 17 April 2013. Online access
(http://moru1.blogspot.com /2013/04/kelapa-cocos-nucifera-l.html).
Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar-Dasar manajemen Hasil-hasil Pertanian, teori dan
Aliaksinya, Edisi Revisi. Rajawali Press, Jakarta.
23
Soeparmoko. 2002. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pemerintahan Daerah.
Yogyakarta : Andi Offset
Sugiyono, 2009. Pengertian Teknik sampling, Alfabeta, Bandung.
Suparmoko M, 1991. Metode Penelitian Praktis. Fakultas Ekonomi UGM, Yogjakarta.
Supranto J, 2000. Metode Ramalan Kuantitatif. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Warisno, 2003, “Budi Daya Kelapa Genjah”, Kanisius, Yogyakarta
Wikipedia. ”Participatory rural appraisal” 7 Mei 2013. Online Access
(http://en.wikipedia.org/wiki/ Participatory_rural_appraisal).
Wikipedia. ”Kelapa” 6 April 2013. Online Access (http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa).
Wikipedia. ”Analisis SWOT” 13 Mei 2013. Online Access
(http://id.wikipedia.org/wiki /Analisis _SWOT).
Winarno, 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta
Wordpres Tehnik Pertanian Open University.”Gula Kelapa”28 April2012. Online
Access (http://teknoperta.wordpress.com/2012/04/28/gula-kelapa/).
Woodroof, J.G. 1979. Coconut Production Processing Product. AVI Publ. Company.
INC., Westport, Connecticut.
Yusuf, Iwan Awaluddin. “Memahami Focus Group Discussion (FGD)” 28 Maret 2011.
Online Access (http://bincangmedia.wordpress.com).
Zainal Mahnud dan Yulius Ferry-Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.”Prospek Pengolahan Hasil samping Buah Kelapa”Desember
2005. Online Access
(http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File
/publikasi/perspektif/perspektif_Vol_4_No_2_3_Zainal.pdf).
24