STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

96
0 STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG YUYUN IKA WAHYUNI 105960182014 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

0

STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG KECAMATAN ULUERE

KABUPATEN BANTAENG

YUYUN IKA WAHYUNI 105960182014

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

i

STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG KECAMATAN ULUERE

KABUPATEN BANTAENG

YUYUN IKA WAHYUNI

105960182014

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

ii

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

iii

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strategi

Pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten

Bantaeng adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar

pustaka bagian akhir skripsi.

Makassar, Agustus 2019

Yuyun Ika Wahyuni 105960182014

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

v

ABSTRAK

Yuyun Ika Wahyuni. 105960182014. Strategi Pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten bantaeng. Dibimbing oleh RATNAWATI TAHIR dan ASRIYANTI SYARIF.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) serta strategi yang dapat di terapkan pada pengembangan Satoimo.

Penelitian ini menggunakan responden dari petani satoimo sejumlah 10 orang dan informan dari dinas pertanian 1 orang, penyuluh 1 orang, pedagang 2 orang serta konsumen sejumlah 2 orang. Penentuan responden dan informan menggunakan metode yang dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan petani yang lahannya digunakan untuk membudidayakan usaha Satoimo, serta informan yang menguasai tentang usahatani Satoimo. Analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT untuk menentukan strategi pengembangan Satoimo.

Hasil penelitian menunjukkan banwa berdasarkan analisis faktor internal dan faktor eksternal usahatani Satoimo berada pada posisi VIII pada Matriks IE yaitu pertumbuhan. Sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah strategi diversifikasi konglemerat yaitu konsentrasi pada peningkatan produksi terutama pada upaya pembukaan lahan, mengajak dan mendorong petani untuk menanam Satoimo.

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam selalu

penulis curahkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para

pengikutnya, sehingga alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skrisi dengan

judul “Strategi Pengembangan Satoimo (Studi Kasus Desa Bonto Daeng

Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng)” merupakan tugas akhir yang diajukan

sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) program

Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Mahassar.

Merangkai kata menjadi kalimat, kemudian membahas dan menyatukan

menjadi suatu karya ilmiah merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk

secepatnya diselesaikan karena diperlukan pemikiran, dan konsentrasi penuh

untuk dapat mewujudkannya.

Dari lubuk hati yang terdalam penulis mengucapkan permohonan maaf

dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Jamaluddin S. dan

Ibunda Satriani S. tercinta yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih

sayang dalam membesarkan, mendidik dan mendukung penulis, yang tidak henti-

hentinya memanjatkan doa demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis, juga

untuk saudaraku tersayang, Nunung Isnaeni Wahyuni, Gugun Tri wahyudi, Bubun

Arbai Wahyudi, dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat

kepada penulis. Begitu pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

vii

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, para Wakil Rektor, Ayahanda Dr. Ir. H.

Muhammad Syaiful Saleh, M.Si., selaku Ketua BPH Univeritas

Muhammadiyah Makassar dan seluruh Staf Universitas Muahmmadiyah

Makassar yang telah memberikan bantuan dan pelayanan maksimal.

2. Bapak H. Burhanuddin, S.Pi., M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian dan juga

kepada Wakil Dekan Fakultas Pertanian, seluruh Civitas Akademik Fakultas

Pertanian, serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan bantuan, didikan, dan ilmu

yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Jurusan dan Bapak

Nadir S.P., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si., selaku Pembimbing I serta Ibu

Asriyanti Syarif. S.P., M.Si., selaku Pembimbing II, yang senang tiasa selalu

menyempatkan waktunya membimbing dan mendidik penulis selama

menyusun skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Dr. H. Abdul Halil, S.P., M.P., selaku Penguji I dan Bapak Ardi

Rumallang, S.P., M.P., selaku Penguji II yang telah mengarahkan penulis.

6. Kepada Pemerintah Kabupaten Bantaeng beserta jajarannya yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

7. Sahabat dan teman spesial Riska Ayu Ningsih, Alfitriah Arsyad, Anita

Shaleha, Megawati, Ilham Riyadi, Irfan HS, Irna, Mawar, Irma, Nur Fajri,

Qadri Amir, Haeruddin, Ansar Amir, Ikhwan, Rifai yang selama ini selalu

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

viii

mau direpotkan, selalu membantu, memberikan semangat, arahan dan

motivasi kepada penulis.

8. Saudara-saudara saya di Angkatan Muda Muhammadiyah, Khususnya di

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan yang selalu memberikan

semangat yang tiada henti-hentinya serta kebersamaannya selama ini.

9. Teman-teman terkasih Klorofil, Agribisnis 2014, terimakasih banyak atas

semangat dan kebersamaannya selama ini.

10. Saudara-saudara saya di FKMBT, terimakasih banyak atas kebersamaan dan

semangat yang telah diberikan selama ini.

11. Serta terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan

namanya satu persatu yang selama ini membantu dan mendukung sehingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata penulis sangat bersyukur dan menyadari bahwa ada banyak

kendala yang telah di hadapi, akan tetapi kendala yang dihadapi mampu

diselesaikan dengan baik. Berkat arahan, bimbingan, motivasi dan doa bebagai

pihak, semoga bantuan dan budi baik yang telah di berikan kepada penulis

mendapat imbalan amal saleh yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin. Namun,

penulis mengerti bahwa hasil penelitian ini masih perlu untuk di sempurnakan

lagi. Oleh karena itu mohon kepada para pembaca memberikan kritik dan saran

yang membengun. Nuun Walqalami Wama Yasturuun

Makassar, Agustus 2019

Yuyun Ika Wahyuni

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… ii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI......................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... iv

ABSTRAK.................................................................................................. v

KATAPENGANTAR……………………………………………………. vi

DAFTAR ISI……………………………………………………………... ix

DARTAR TABEL……………………………………………………….. xii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………..……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xiv

I. PENDAHULUAN…………………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang………………………………………………... 1

1.2. Rumusan Masalah………………………………………….…. 5

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………… 5

II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 7

2.1. Satoimo……………………………………………………….. 7

2.2. Strategi Pengembangan………….……………………………. 9

2.3. Analisis SWOT……………………………………………….. 11

2.4. Kerangka Pemiliran……………………………………….…... 13

III. METODE PENELITIAN………………………………………….. 15

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..………………………………... 15

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

x

3.2. Teknik Penentuan Responden dan Informan………...……….. 15

3.3. Jenis dan Sumber Data……………………………………….. 16

3.4. Teknik Pengumpulan Data….………………………………... 17

3.5. Teknik Analisis Data………………..…………………….….. 17

3.6. Definisi Oprasioanal…………………………..……………… 27

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.............................. 28

4.1. Luas dan Letak Geografis……………………………………. 28

4.2. Keadaan Penduduk…………………………………………… 29

4.3. Agroklimatologi………………………………………………. 30

4.4. Jenis Pekerjaan Penduduk………………………………….… 31

4.5. Pola Penggunaan Lahan……………………………………… 32

4.6. Sarana dan Prasarana…………………………………………. 32

V. HASIL DAN PEMBAHASA............................................................ 34

5.1. Sumber Daya…………………………………………………. 34

5.2. Faktor Internal dan Eksternal…………………………………. 40

5.3. Strategi……………………………………………………….. 42

5.4. Analisis SWOT……………………………………………..… 43

VI. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 55

6.1. Kesimpulan…………………………………………………… 55

6.2. Saran………………………………………………………….. 55

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 57

LAMPIRAN................................................................................................ 59

RIWAYAT HIDUP.................................................................................... 81

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

xi

DAFTAR TABEL

No. Halaman Teks

1. Komposisi Zat yang Terkandung Dalam 100 g Satoimo .................. 9

2. Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) ...................... 20

3. Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) .................. 22

4. Matriks SWOT.................................................................................. 23

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 29

6. Data Sebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaannya ......................... 31

7. Pola Penggunaan Lahan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere

Kabupaten Bantaeng, 2019 ............................................................... 32

8. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Desa Bonto Daeng ............. 33

9. Umur Petani Responden dan Informan di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019 ................................ 35

10. Tingkat Pendidikan Petani Responden dan Informan di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019 .......... 36

11. Pengalaman Kerja Petani Responden di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng,2019 ................................. 37

12. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden dan Informan di

Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019 . 38

13. Luas Lahan Petani Responden di Desa Bonto Daeng Kecamatan

Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019 ................................................... 39

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

xii

14. Identifikasi Faktor-Faktor yang Menjadi Kekuatan, Kelemahan,

Peluang dan Ancaman Terhadap Pengembangan Satoimo. .............. 41

15. IFAS (Internal Faktor Analysis Summary)....................................... 44

16. IFAS (Internal Faktor Analysis Summary)....................................... 47

17. Matriks SWOT.................................................................................. 51

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman Teks

1. Kerangka Pikir Potensi Pengembangan Satoimo di Desa Bonto

Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. ................................ 14

2. Matriks Internal Eksternal (IE) ........................................................... 24

3. Matriks Internal Eksternal (IE) ........................................................... 53

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman Teks

1. Kusioner Penelitian…………………………………………………. 59

2. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal………...……………….... 65

3. Perhitungan Rating untuk Faktor Internal…..…..........…...…….….. 66

4. Perhitungan Rating untuk Faktor Eksternal...……..........…………... 69

5. Perhitungan Bobot untuk Faktor Internal........................................... 72

6. Perhitungan Bobot untuk Faktor Eksternal........................................ 75

7. Peta Lokasi Penelitian………………………………………………. 78

8. Data Responden dan Informan…………………..…………….…… 79

9. Dokumentasi……………………………...………………………… 80

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dihadapkan kepada kondisi lingkungan strategis

yang terus berkembang secara dinamis dan menjurus kepada liberalisasi

perdagangan internasional, untuk memanfaatkan peluang yang ada, maka

pembangunan pertanian harus lebih difokuskan kepada komoditi-komoditi

unggulan yang dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.

Kondisi ini menjadi dasar yang kuat bagi pemerintah untuk mempercepat laju

pembangunan pertanian di Indonesia secara lebih modern dengan tujuan untuk

memantapkan swasembada pangan sebagai dasar utama untuk menjaga stabilitas

nasional (Daniel, 2002).

Salah satu komoditi yang saat ini memiliki prospek yang cukup tinggi,

dimana permintaan pasar internasional meningkat terutama di Jepang yaitu

komoditi Talas. Komoditi Talas Satoimo tergolong ke dalam suku Talas-talasan

atau Araceae yang mudah dikembangbiakkan dan memiliki tingkat produktivitas

yang cukup tinggi. Tingginya permintaan komoditi Talas Satoimo dari Jepang

membuka peluang budidaya usahatani komoditi Talas Satoimo yang semakin luas.

Selain itu, kebutuhan karbohidrat dari tahun ke tahun terus meningkat,

sementara, penyediaan karbohidrat dari serealia saja tidak mencukupi, sehingga

peranan tanaman penghasil karbohidrat dari umbi-umbian khususnya Talas

semakin penting. Talas merupakan bahan pangan yang rendah lemak, bebas

gluten dan mudah dicerna sehingga berguna dalam berbagai hidangan. Tanaman

Talas juga merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

2

cukup strategis tidak hanya sebagai sumber bahan pangan, dan bahan baku

industri tetapi juga untuk pakan ternak dan memiliki fungsi utama sebagai obat

yang bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, diantaranya

penyakit kanker (Minantyorini dan Somantri, 2002).

Oleh karena itu tanaman Talas menjadi sangat penting artinya dalam

penyedian bahan pangan karbohidrat non beras, dalam diversifikasi atau

penganekaragaman konsumsi pangan lokal, substansi gandum/terigu,

pengembangan industri pengolahan hasil dan agroindustri serta komoditi strategi

sebagai pemasok devisa melalui ekspor.

Di beberapa daerah/provinsi tanaman Talas telah banyak dimanfaatkan

sebagai bahan pangan, diversifikasi pangan maupun bahan pakan ternak serta

bahan baku industri. Tanaman Talas memiliki nilai ekonomi yang tertinggi karena

hampir sebagian besar bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk konsumsi

manusia. Tanaman Talas yang merupakan penghasil karbohidrat berpotensi

sebagai suplemen/subtsitusi beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan,bahan

baku industri dan lain sebagainya.

Satoimo mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan karena

berbagai manfaat dan dianggap umbi tanaman potensial dengan ekspor massa ke

Jepang. Satoimo merupakan salah satu jenis Talas yang memiliki ukuran umbi

kecil (small corm taro) yang disebut juga sebagai Satoimo atau Talas Safira yang

diperdagangkan secara internasional. Negara konsumen Satoimo terbesar di dunia

khususnya untuk makanan pokok adalah Jepang. Lima puluh persen penduduk

Jepang yang berjumlah ±120 juta orang, mengkonsumsi Satoimo sebagai

makanan pokok selain beras. Sehingga saat ini kebutuhan Jepang mencapai

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

3

+360.000 ton pertahun, sedangkan kapasitas produksi di Jepang terus menurun

hingga 250.000 ton pertahun, karena keterbatasan lahan dan faktor iklim yang

tidak memungkinkan untuk bertani sepanjang tahun (Seameo, 2013).

Kondisi demikian membuka peluang ekspor Indonesia ke Negara tersebut

dan telah mendorong pemerintah daerah di Indonesia antara lain ke Pahiang,

Cisarua, Bantaeng, Malang dan Buleleng untuk menggalakkan para petani

mengembangkan Satoimo sebagai komoditas ekspor. Pengembangan budidaya

tanaman tersebut mengakibatkan perlunya ketersediaan bibit dalam jumlah yang

cukup secara kontinyu, namun seringkali terkendala oleh musim, ketersediaan

lahan serta waktu penanaman yang lama. Kultur jaringan tanaman banyak

dikembangkan untuk dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak, waktu

yang singkat, bebas hama dan penyakit, tidak tergantung musim serta kebutuhan

bibit awal yang lebih sedikit.

Di Sulawesi Selatan, sentra produksi Talas ada pada dua Kabupaten yaitu:

Banteng dan Pinrang. Talas merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang

mendapat prioritas untuk dikembangkan karena disamping sebagai salah satu

sumber utama karbohidrat dan protein. Selain itu merupakan bahan baku industri

pangan dan pakan ternak sehingga mempunyai potensi permintaan pasar yang

besar.

Pemerintah Kabupaten Bantaeng sangat mendorong Petani untuk

melakukan inovasi-inovasi baru pada usahatani yang telah digeluti. Beberapa

waktu lalu telah melakukan uji coba penenaman Satoimo di beberapa Desa di

Kabupaten Bantaeng, dimana beberapa tahun tekahir banyak di perbincangkan

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

4

masyarakat Kabupaten Bantaeng khususnya masyarakat di Desa Bonto Daeng.

Satoimo ini sangat asing di telinga masyarakat khususnya di Desa Bonto Daeng.

Uluere adalah sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng yang

tertelak di bagian utara Kabupaten Bantaeng dan juga termasuk salah satu

Kecamatan yang berada pada dataran tertinggi. Kecamatan Uluere merupakan

salah satu Kecamatan penghasil sayuran, umbi-umbian dan buah-buahan di

Kabupaten Bantaeng karna tanahnya yang subur serta lahan dan iklimnya bagus

untuk tanaman komoditi sayuran, umbi-umbian dan buah-buahan. Kecamatan

Uluere menjadi salah satu tempat agrowisata dataran tinggi di Kabupaten

Bantaeng. Terlebih lagi adanya hutan desa yang luas sehingga kebijakan

pembangunan di desa ini sangat di perhatikan oleh pemerintah.

Hal tertsebut melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian

mengenai Strategi Pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan

Uluere Kabupaten Bantaeng.

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat

dikemukakan yaitu:

1. Bagaimana faktor internal (kekuatan dan kelemahan), faktor eksternal

(peluang dan ancaman) dalam strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto

Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng?

2. Bagaimana strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng,

Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini ialah sebagai berikut:

3.1.1. Tujuan penelitian

1. Mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan), faktor eksternal

(peluang dan ancaman) dalam pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng,

Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng.

2. Mengetahui alasan pemerintah merekomendasikan petani untuk memproduksi

Satoimo di Kabupaten Bantaeng.

3.1.2. Kegunaan penelitian

1. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan atau wawasan bagi peneliti.

2. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai pengembangan

Satoimo.

3. Sebagai bahan referensi atau acuan untuk peneliti selanjutnya.

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

6

4. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Satoimo

Satoimo merupakan salah satu jenis Talas-talasan, yang di kenal

masyarakat dengan nama Talas Jepang atau Talas Safira. Tanaman Talas berasal

dari daerah Asia Tenggara selanjutnya Talas menyebar ke Cina, Jepang, daerah

Asia Tenggara dan beberapa pulau di Samudera Pasifik kemudian terbawa oleh

migrasi penduduk ke Indonesia. Di Indonesia Talas biasa dijumpai hampir di

seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m

dari permukaan laut. tanaman ini berperawakan tegak dengan tinggi 1 m atau

lebih. Talas merupakan tanaman pangan yang berupa herbal dan merupakan

tanaman semusim atau tanaman sepanjang tahun (Purwono dan Heni, 2007).

Tingkat produksi tanaman Talas tergantung pada kultivar, umur tanam dan

kondisi lingkungan tempat tumbuh, pada kondisi optimal produktivitas Talas

dapat mencapai 30 ton/hektar (Rahmawati dan Kusumastuti, 2012).

Karakteristik tanaman Talas adalah, memiliki perakaran liar, berserabut

dan dangkal.Batang yang tersimpan dalam tanah pejal, bentuknya menyilinder

(membulat), umumnya berwarna cokelat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak

yang terdapat diatas lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas (stolon).

Daun memerisai dengan tangkai panjang dan besar (Syahbania 2012). Beberapa

varietas Talas dikarakterisasi penampakan umbinya, beratnya serta dihitung

rendemennya. Pengamatan karakter umbi pada saat panen meliputi bentuk umbi,

warna kulit umbi, warna daging umbi panjang umbi dan berat umbi.Karakter

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

8

umbi Talas yang diamati menurut deskriptor plasma nutfah Talas (Minantyorini

dan Somantri, 2002).

Menurut Muchtadi (2010), umbi Talas mengandung kristal kalsium oksalat

yang menyebabkan rasa gatal, rasa gatal dari Talas dapat dihilangkan dengan

perebusan dan pengukusan yang intensif. Penurunan kadar kalsium oksalat yang

paling baik pada umbi Talas diperoleh dari proses pemanasan dengan suhu 600 C

yang dilanjutkan dengan penambahan NaHCO3 6 persen, penurunan kadar

kalsium oksalat sebesar 98,52 persen dari kadar awalnya atau tersisa 16,2 mg/100

g Talas. Menurut Mayasari (2010), perendaman umbi Talas dalam larutan garam

NaCl 10 persen selama 60 menit dapat mereduksi oksalat sebesar 93,62 persen.

Satoimo memang berbeda dengan Talas jenis lainnya, yang selama ini

nyaris dipandang sebelah mata oleh petani karena harga pasarnya yang sangat

rendah, akan tetapi, Talas Satoimo adalah Talas dewa yang harga pasarnya di

Jepang terbilang mahal.

Berbeda dengan jenis Talas lainnya, Satoimo selain bisa diolah menjadi

pangan olahan pengganti kentang dan terigu seperti tart, kue kering, pie atau

makanan ringan, Satoimo ini bisa dikonsumsi langsung dalam keadaan mentah,

rasanya yang mirip-mirip dengan salak pondoh membuat sebagian orang

menyebutnya keladi salak. Kalau anda pernah mencicipi oleh-oleh dari Jepang

berupa Taro Snack atau pie Genji Taro, itu merupakan contoh dari pangan olahan

yang berbahan dasar Satoimo.

Disamping menjadi bahan pangan alternatif bahkan pangan utama warga

Jepang, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Satoimo memiliki

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

9

kandungan Hyalitrotic Acid yang merupakan senyawa pembentuk Collagen, salah

satu jenis protein yang diyakini bisa memperlambat proses penuaan kulit. Tepung

Satoimo juga banyak dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan berbagai

kosmetik, terutama kosmetik untuk perawatan kulit (Fatan, 2015).

Komposisi zat yang terkandung dalam 100 g Talas, dapat dilihat pada

Tabel berikut :

Tabel 1. Komposisi Zat yang Terkandung dalam 100 g Talas

Komponen Satuan Talas Mentah

Talas Kukus Talas Rebus

Energi Kal 98 120 - Protein Gr 1,9 1,5 1,17 Lemak Gr 0,2 0,3 29,31 Karbohidrat Gr 23,7 28,2 0,026 Kalsium Mg 28,0 31,0 - Fospor Mg 61,0 63,0 - Besi Mg 1,0 0,7 - Vit. A RE 3,0 0 - Vit. C Mg 4,0 2,0 - Vit. B1 Mg 0,13 0,05 - Air Ml 73,0 69,2 61,0

Sumber : Rawuh, 2008 dalam Syahbania, 2012.

3.2. Staregi Pengembangan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Strategi merupakan rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.Strategi adalah tujuan

jangka panjang, program tindak lanjut, serta pendayagunaan dan alokasi sumber

daya yang penting untuk mencapai tujauan tersebut. Pemahaman yang baik

mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat

menentukan suksesnya strategi yang disusun (Chandler, 1962 dalam Rangkuti,

2016).

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

10

Menyimak pengertian tersebut tadi maka dapat di tarik kesimpulan bahwa

strategi adalah suatu sistem perencanaan yang di buat untuk suatu obyek yang

merupakan informasi menjadikannya sebagai alat dalam mengambil keputusan

oleh pihak yang berkepentingan atau bertanggung jawab atas strategi tersebut.

Sedangkan pengembangan menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah

proses, cara, perbuatan mengembangkan. Proses kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau kelompok pada suatu daerah untuk memenuhi kebutuhannya agar

tercapai tujuan.

Strategi pengembangan dalam kehidupan sehari-hari biasanya di artikan

dengan suatu cara, rancangan, konsep perencanaan yang di lakukan seseorang

atau kelompok untuk mencapai tujuannya. Dalam hal ini bisa di lihat program

pemerintah pada umumnya ialah pembangunan. Baik itu pembangunan pertanian,

pembangunan ekonomi dan lain sebagainya. Dalam mewujudkan program

pembangunan maka disetiap programnya di buatkan strategi pengembangan.

Misalnya, pada pembangunan pertanian pemerintah pada umumnya

merekomendasikan setiap instansi terkait untuk melakukan penanganan secara

maksimal dan mengembangkan produk baru yang sesuai dengan kondisi pada

daerah masing-masing.

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

11

2.3. Analisis SWOT

Analisis SOWT adalah instrument perencanaan strategis yang

menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Instrument tersebut memberikan cara utuk memeperkirakan cara terbaik untuk

melaksanakan sebuah strategi yang bisa dicapai dan perlu diperhatikan (New

Weave, 2007).

Analisis SWOT bertujuan menganalisis potensi/kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman pengembangan Satoimo di Sulawesi Selatan. Kekuatan

dan kelemahan merupakan faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman

merupakan faktor eksternal. Analisis SWOT identifikasi berbagai faktor secara

sisitematis untuk merumuskan strategi usahatani. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (treats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan. Dengan

demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor

strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada

saat ini (Rangkuti,2016).

Lingkungan diartikan sebagai tempat yang tidak terlepas dari suatu kondisi,

situasi, dan peristiwa yang mempengaruhi perkembangan setiap usaha. Setiap

pengelolaan usaha diupayakan sedapat mungkin menyederhanakannya melalui

penyelidikan/observasi terhadap berbagai faktor lingkungan. Oleh karena itu, perlu

ditetapkan kriteria untuk mempelajari lingkungan internal dan eksternal.

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

12

Lingkungan memiliki pengaruh nyata terhadap kemungkinan kebehasilan dan

kegagalan agribisnis sehingga timbul peluang dan ancaman usaha. Melalui analisis

peluang maka strategi usaha dapat disusun dengan memerhatikan analisis faktor

internal, yang terdiri atas unsur kekuatan dan kelemahan usahatani. Dengan demikian

identifikasi kekuatan dan kelemahan diarahkan untuk mengeksploitasi peluang dan

mengatasi ancaman.

Sebagai suatu kegiatan ekonomi, usahatani Talas tidak terlepas dari pengaruh

lingkungan, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas pendidikan,

sumberdaya manusia, produktivitas, modal, tenaga kerja, dan pengalaman berusaha

tani, sedangkan faktor eksternal meliputi kelembagaan, pemasaran, infrastruktur, dan

kebijakan pemerintah.

Dalam penyususnan strategi, hasil dianalisis sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan, diarahkan pada penilaian lingkungan (ekternal dan internal) melalui

proses analisis tersebut, yaitu meliputi kondisi, situasi, keadaan, peristiwa dan

pengaruh-pengaruh didalam dan disekeliling yang berdampak pada kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman.

Menurut Rangkuti (2016) proses penyusunan perencanaan strategi melalui

tiga tahap analisis yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap

pengambilan keputusan (penyusunan strategi). Adapun strategi pada analisis

SWOT ialah sebagai berikut:

a. Strategi S-O, yaitu strategi yang di buat dengan memanfaatkan seluruh

kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.

b. Strategi S-T, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk

mengatasi ancaman.

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

13

c. Strategi W-O, yaitu strategi yang diterapkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi W-T, yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat

defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.

2.4. Kerangka pemikiran

Bantaeng merupakan daerah yang secara agroklimatologi memiliki

potensi untuk tanaman Satoimo, sehingga sangat mendukung petani

membudidayakan Satoimo. Satoimo merupakan jenis umbi-umbian yang terbilang

langkah dan harganya terbilang mahal karena merupakan makanan pokok di

Jepang yang manfaat dan kasiatnya sangat baik untuk kesehatan. Sehingga

menjadi salah satu jenis tanaman ekspor.

Dalam pengembangan Satoimo memiliki kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman, agar Satoimo dapat berkembang maka perlu dilakukan strategi,

Dimana strategi tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT.

Bersasarkan permasalahn yang telah diidentifikasi dari faktor internal dan

faktor eksternal, dapat ditetapkan sasaran-sasaran yang menjadi dasar untuk

merumuskan tindakan-tindakan prioritas yang dihasilkan akan dapat diperoleh

gambaran yang lebih komprehensif untuk merumuskan strategi pengembangan

Satoimo di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng.

Dari uraian-uaraian di atas dapat dilihat skema kerangka pemikiran dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Potensi Satoimo

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

14

| | | | | | | | | | | |

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ |

Gambar 1. Kerangka pikir strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.

Faktor Internal - Kekuatan - Kelemahan

Strategi Pengembangan

Satoimo

Faktor Internal - Kekuatan - Kelemahan

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

15

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian di lakukan di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten

Bantaeng. lokasi penelitian dipilih karena Desa Bonto Daeng merupakan salah

satu Desa yang memproduksi Satoimo di kabupaten Bantaeng. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2019.

3.2. Teknik Penentuan Responden dan Informan

Teknik penentuan responden dan informan yang di gunakan yaitu metode

purposive sampling, yaitu penentuan sampel di lakukan dengan cara sengaja,

dengan langsung memilih petani yang memproduksi Satoimo yang ada di Desa

Bonto Daeng berdasarkan informasi dari penyuluh pertanian Desa Bonto Daeng di

ketahui bahwa tidak semua petani melakukan penanaman Satoimo. Sehingga

diperoleh petani sebanyak 10 orang sebagai responden. Sedangkan untuk

penyuluh yang menjadi informan yaitu 1 orang, informan dari dinas pertanian 1

orang, pedagang diperoleh informan sebanyak 2 orang dan konsumen 2 orang

sehingga total informan 6 orang. Dengan demikian jumlah keseluruhan adalah 16

orang.

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

16

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini ialah jenis data kualitatif

(deskriptif) sumber data diperlukan untuk mendapatkan data atau informasi yang

berhubungan fokus penelitian.

3.3.2. Sumber data

Dalam penelitian ini , sumber dan jenis data yang digunakan adalah data

primer dan data sekunder.

a. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh

peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer di

gunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan informasi dengan cara

mewawancarai responden (informan) yang telah di tentukan oleh peneliti.

b. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh melalui media perantara

atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada,

atau arsip, baik yang di publikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara

umum. Dengan kata lain, peneliti memperoleh data dengan cara berkunjung ke

pusat kajian, instansi pemerintahan, pusat arsip atau dari buku atau jurnal yang

berhungan dengan penelitian.

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

17

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.4.1. Observasi, teknik observasi ialah dilakukannya pengamatan fenomena

sosial secara langsung dan teliti dalam proses kegiatan pengolahan data

berkaitan dengan kebutuhan informasi pada tempat penelitian.

3.4.2. Wawancara, teknik wawancara atau interview dilakukan dengan jalan

wawancara secara langsung dengan petani responden yang berhubungan

dengan penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan maksud untuk

memperoleh informasi secara langsung untuk dijadikan data yang tidak di

peroleh dari sumber data yang lain.

3.4.3. Dokumentasi, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

meneliti berbagai macam dokumen yang relevan dan berguna untuk bahan

analisis penelitian ini.

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Teknik deskriptif kualitatif

Analisis data yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode

penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat

diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian

kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan

penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur prosedur

statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya. Melalui penelitian kualitatif

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

18

peneliti dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam

kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang

bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang

terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih,

hubungan antar variabel yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta

pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya.

3.5.2. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode strategis yang digunakan untuk

mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek.

Tujuan dari setiap analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi faktor kunci

yang datang dari lingkungan internal dan eksternal. Faktor internal meliputi

strength (S) (kekuatan) dan weakness (W) (kelemahan). Dan faktor eksternal

meliputi, opportunity (O) (peluang) dan threat (T) (ancaman). Maka dari itu, telah

kita ketehui bersama bahwa pengembangan Satoimo tidak terlepas dari adanya

faktor internal dan eksternal sehingga peneliti menggunakan analisis SWOT untuk

menganalisis strategi pengembangan Satoimo di Kabupaten Bantaeng.

Pengolahan data yang dilakukan dengan mengidentifikasikan faktor

internal dan eksternal kemudian menggunakan analisis SWOT melalui matriks

IFAS (identifikasi kekuatan dan kelemahan) dan EFAS (identifikasi peluang dan

ancaman), kemudian menggunakan matriks SWOT untuk memperoleh beberapa

alternatif strategi. Setelah itu, menggunakan matriks IE untuk memperoleh

strategi pengembangan Satoimo. Perangkat analisis yang digunakan untuk

menganalisis data adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi faktor eksternal dan faktor internal

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

19

Sebelum merumuskan alternatif strategi melalui matriks SWOT maka

dilakukan identifikasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan kekuatan

dan kelemahan (Faktor internal), peluang dan ancaman (Faktor eksternal). Berikut

adalah cara menentukan faktor strategi eksternal dan internal beserta tabelnya

(Rangkuti, 2016):

➢ Faktor Internal

Selanjutnya mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal, suatu tabel

IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan

faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka kekuatan dan kelemahan.

Adapun tahap-tahapnya ialah sebagai berikut:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan petani pada

kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai 1,0 (paling

penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis (semua bobot jumlah bobot faktor internal

(kekuatan + kelemahan = 1,00) jumlahnya tidak boleh melebihi skor total

1,00).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (dibawah rata-

rata), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usahatani yang

bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)

dengan membandingkan dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama.

Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Misalnya, apabila

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

20

kelemahan besar sekali di bandingkan dengan rata-rata industri, nilainya

adalah 1, sedangkan apabila kelemahan dibawah rata-rata maka nilainya

adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi petani yang bersangkutan.

Tabel 2. Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan 1. 2. ........dst

Kelemahan 3. 4. .......dst

Total Sumber Rangkuti (2016)

Pada kolom matriks IFAS, diberi rating mulai dari 1 sampai 4 pada setiap

faktor internal untuk menunjukan seberapa afektif strategi petani saat ini

menjawab faktor-faktor tersebut, dimana:Nilai 1= rendah, respon kurang; Nilai 2=

sedang, respon sama dengan rata-rata; Nilai 3= tinggi, respon diatas rata-rata dan

Nilai 4= sangat tinggi, respon superior.

➢ Faktor strategi eksternal :

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman petani responden

pada kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling

penting) sampai 0,0 (tidak penting), faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

21

memberikan dampak terhadap faktor strategis. (semua bobot jumlah bobot

faktor eksternal (peluang + ancaman = 1,00) jumlahnya tidak boleh melebihi

skor total 1,00).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (dibawah rata-

rata), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi petani yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluang kecil, maka

di beri rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar, ratingnya adalah 1. Dan jika nilai

ancaman sedikit maka ratingnya 4.

d. Kalikan bobot (pada kolom 2) dengan rating (pada kolom 3) untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari

4,0 (sangat baik) sampai dengan 1,0 (dibawah rata-rata).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi petani yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana usahatani tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan usahatani

ini dengan usahatani lainnya dalam kelompok yang sama.

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

22

Tabel 3. Eksternal Strategic Factor Analysis Summary (EFAS)

Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang 1. 2. .........dst

Ancaman 1. 2. ........dst

Total Sumber: Rangkuti (2016).

Pada kolom matriks EFAS, diberi rating mulai dari 1 sampai 4 pada

setiap faktor internal untuk menunjukkan seberapa efektif strategi petani saat ini

menjawab faktor-faktor tersebut, dimana:

Nilai 1= rendah, respon kurang

Nilai 2= sedang, respon sama dengan rata-rata

Nilai 3= tinggi, respon diatas rata-rata

Nilai 4= sangat tinggi, respon superior

2) Matriks SWOT

Alat yang di pakai untuk menyusun faktor-faktor strategi ialah matriks

SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang di hadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan

alternatif strategis yaitu, strategi S-O yakni memanfaatkan kekuatan dan peluang

yang ada; strategi S-T yakni menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk

mengatasi ancaman; strategi W-O yakni memanfaatkan peluang yang ada untuk

meminimalkan kelemahan; Strategi W-T yakni berusaha meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

23

Tabel 4. Matriks SWOT IFAS

EFAS

STRENGTH (S) Tentukan 5-10 faktor-

faktor kekuatan internal

WEAKNESS (W) Tentukan 5-10 faktor-

faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor-

faktor peluang eksternal

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang THREATHS (T)

Tentukan 5-10 faktor-

faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk

menghindari ancaman Sumber: Rangkuti (2016)

3) Matriks Internal Eksternal (IE)

Tahap untuk menghasilkan alternatif strategi dengan memadukan faktor

internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap input. Pada tahap ini

digunakan alat analisis matriks IE. Tujuan menggunakan model ini adalah untuk

mengukur seluruh pengaruh internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi.

Dengan tujuan untuk memperoleh strategi yang akan di ambil. Matriks IE dapat

dilihat pada Diagram 2 berikut:

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

24

Total Skor Faktor Internal

4,0 Kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0 Tinggi

3,0

Total skor Sedang Faktor

Ekternal 2,0

Rendah

1,0

Sumber: Rangkuti (2016)

Gambar 2. Matriks Internal Eksternal (IE)

Diagram tersebut di atas dapat mengidentifikasi 9 sel strategi, akan tetapi

pada prinsipnya dapat di kelompokkan menjadi 3 strategi, yaitu:

❖ Strategi pertumbuhan (Growth Strategy) yang merupakan pertumbuhan

usahatani itu sendiri (sel 1, 2 dan 5) atau upaya diverifikasi (sel 7 dan 8).

❖ Strategi stabilitas (stability strategy) yaitu strategi yang diterapkan tanpa

mengubah arah strategi yang telah ditetapkanya. (sel 4).

❖ Strategi pengecilan atau penciutan (retrenchment strategy) (sel 3,6 dan 9)

adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan.

Untuk penjelasan lebih detail mengenai sembilan strategi yang terdapat

pada sel Matriks IE akan dijelaskan tindakan dari masing-masing strategi

(Rangkuti, 2016). Yaitu sebagai berikut:

a) Strategi pertumbuhan (Growth Strategy)

Didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset

keuntungan maupun kombinasi dari ketiganya. Hal ini dicapai dengan cara

menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas

I

Pertumbuhan

II

pertumbuhan

III

Penciutan

IV

Stabilitas

V

Pertumbuhan

Stabilitas

VI

Pencuitan

VII

Pertumbuhan

VIII

pertumbuhan

IX

Likuidasi

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

25

produk/jasa atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Usaha yang dapat

meningkatkan profit. Cara ini merupakan strategi terpenting apabila kondisi petani

tersebut berada dalam pertumbuhan yang cepat dan terdapat kecenderungan

pesaing untuk melakukan perang harga dalam usaha meningkatkan produksi.

b) Strategi pertumbuhan melalui Konsentrasi dan Diversifikasi

Jika memilih strategi konsentrasi, maka perushaan akan meningkat melalui

integrasi horizontal maupun vertikal, baik secara sumberdaya internal maupun

secara eksternal dengan menggunakan sumberdaya dari luar.

Jika memilih strategi diversifikasi, usahatani dapat meningkat melalui

konsentrasi atau diverifikasi konglomerat baik secara internal melalui

pengembangan produk baru, maupun eksternal melalui akuisisi.

c) Konsentrasi melalui integrasi vertikal (sel 1)

Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai melalui integrasi vertikal

dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan

cara fordward integration (mengambil alih distributor). Agar dapat meningkatkan

kekuatan bisnis atau posisi kompetitifnya, petani harus melaksanakan upaya

meminimalisir biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol kualitas

serta distribusi produksi.

d) Konsentrasi melalui integritas horizontal (sel 2 dan 5)

Strategi pertumbuhan melalui integritas horizontal adalah suatu kegiatan

untuk memperluas usahatani dengan cara membangun di lokasi yang lain dan

meningkatkan produksi. Sementara jika petani berada di moderate attraktive

industry, strategi yang diterapkan adalah konsolidasi (sel 5). Tujuannya relatif

yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan keuntungan. Petani yang

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

26

berada di sel ini dapat memperluas pasar, fasilitas produksi dan teknologi melalui

pengembangan internal maupun eksternal melalui akuisisi dengan usahatani lain

dalam industri yang sama.

e) Diverifikasi Konsentrik (sel 7)

Strategi pertumbuhan melalui diverifikasi umumnya dilaksanakan oleh

usahatani yang memiliki kondisi posisi kompetitif yang sangat kuat, tetapi nilai

daya tarik industrinya sangat rendah. Sehingga berusaha memanfaatkan

kekuatannya untuk membuat produk baru secara efisien karena sudah memiliki

kemempuan manufaktur dan pemasaran yang baik.prinsipnya adalah untuk

menciptakan sinergi (2+2=5) dengan harapan bahwa dua bisnis secara bersama-

sama dapat menciptakan lebih banyak profit daripada jika melakukannya sendir-

sendiri.

f) Diverifikasi Konglomerat (sel 8)

Strategi pertumbuhan melalui kegiatan agribisnis yang tidak saling

berhubungan dapat dilakukan jika petani menghadapi posisi kompetitif yang

sangat kuat, tetapi nilai daya tarik industrinya sangat rendah.

3.6. Definisi Operasional

1. Potensi adalah kekuatan, kesanggupan atau kemampuan yang mempunyai

kemungkinan untuk dikembangkan

2. Strategi adalah sebuah rencana untuk mencapai tujuan atau pendekatan secara

keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan

eksekusi sebuah aktivitas dalam kurung waktu tertentu.

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

27

3. Strategi pengembangan ialah rancangan kosep untuk sebuah perencanaan

yang akan menjadikan sesuatu hal menjadi lebih baik.

4. Satoimo (Satoimo) adalah salah satu jenis Talas-talasan yang memiliki

manfaat bagi tubuh baik sebagai pengganti karbohidrat, sebagai cemilan

bahkan menjadi obat.

5. Analisis SWOT adalah alat analisis yang digunakan untuk menyusun faktor-

faktor strategis.

6. Faktor eksternal adalah faktor dari luar atau biasa di sebut faktor lingkungan

usahatani atau organisasi.

- Peluang ialah segala suatu kesempatan yang memudahkan untuk mencapai

tujuan.

- Ancaman adalah suatu hal yang dapat merugikan, menyulitkan, dan

menghambat berjalannya suatu pencapain tujuan.

7. Faktor internal adalah faktor yang asalnya dari dalam lingkungan usahatani

atau organisasi.

- Kekuatan adalah segala hal kelebihan atau potensi yang dimiliki dan

menjadi dorongan kuat untuk tercapainya suatu tujuan.

- Kelemahan adalah sebuah keadaan dimana cenderung menunjukan sebuah

kekurangan yang dapat menghambat segala pencapaian dalam suatu

aktifitas.

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

28

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Luas dan Letak Geografis

Uluere adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi

Selatan, Indonesia. Kecamatan Uluere terletak di bagian utara Kabupaten

Bantaeng yang merupakan daerah dataran tinggi di Kabupaten Bantaeng. Secara

georafis Kecamatan Uluere terletak pada 05o26’46” LS dan 119o54’47” BT.

Dengan ketinggian mdpl sekitar 500-1000 m. Kecamatan Uluere memiliki luas

67,29 Km2 (Anonim : 2012) Kecamatan Uluere terdiri dari 6 Desa/kelurahan

yaitu:

• Kelurahan/Desa Bonto Daeng

• Kelurahan/Desa Bonto Lojong

• Kelurahan/Desa Bonto Marannu

• Kelurahan/Desa Bonto Rannu

• Kelurahan/Desa Bonto Tallasa

• Kelurahan/Desa Bonto Tangnga

Bonto Daeng merupakan salah satu desa yang berada dalam

pemerintahan Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng. Apabila ingin ke Desa

Bonto Daeng maka jarak yang harus di tempuh yaitu 10 km dari ibu kota

kecamatan dan 18 Km dari ibu kota kabupaten. Berdasarkan data profil desa,

Desa Bonto Daeng terletak di bagian utara Kabupaten Bantaeng, memiliki luas

wilayah ± 1.047 Ha atau 10,31 Km2 yang terbagi mejadi 4 dusun. Dan memiliki

ketinggian 900-1000 m diatas permukaan air laut. Secara administratif

pemerintahan Desa Bonto Daeng terbagi menjadi 4 dusun yaitu : Dusun

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

29

Bungayya, Dusun Borong tangnga, Dusun Lembang-lembang dan Dusun

Tamaona (Anonim,2017).

Adapun batas wilayah Desa Bonto Daeng adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bonto Marannu, Kecamatan Uluere

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bonto Tallasa, Kecamatan Uluere

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bonto Tangnga, Kecamatan Uluere

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa kassi kabupaten Jeneponto

4.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya suatu

wilayah dan sekaligus sebagai aset atau modal bagi suksesnya pembangunan di

segala bidang kehidupan. Olehnya itu kehadiran dan peranan pemerintah sangat

menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun

dalam skala besar. Adapun jumlah penduduk yang ada di Desa Bonto Daeng ialah

1.911 jiwa.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Indikator Jumlah

(Jiwa) Persentase

(%) 1 2

Jumlah Laki-Laki Jumlah Perempuan

893 1.019

47,00 53,00

Jumlah Penduduk 1.911 100,00 Sumber : Data dari Kantor Desa Bonto Daeng 2019

Dari tabel 5 dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk di Desa Bonto

Daeng terdapat 1.911 jiwa dan terbagi menjadi 53% penduduk perempuan dan

47% penduduk laki-laki. Ini berati bahwa jumlah penduduk perempuan lebih

banyak di bandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki.

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

30

4.3. Agroklimatologi

4.3.1. Iklim

Berdasarkan sebaran lokasi, keadaan pola curah hujan mempunyai sebaran

curah hujan yang lebih kecil dibandingkan dengan bagian lainnya. Semakin ke

barat curah hujan semakin tinggi, selaras dengan ketinggian tempat dari

permukaan laut, bagian tengah pada umumnya curah hujannya lebih tinggi

dibandingkan dengan bagian timur dan utara maupun selatan.

Desa Bonto Daeng masuk pada kategori dengan tingkat curah hujan

sedang, karena terletak pada bagian utara lautan Kabupaten Bantaeng, Hujan di

daerah ini terjadi antara bulan Januari dan Desember. Rata–rata curah hujan

terlama terdapat pada bulan Januari, Februari, November dan Desember. memiliki

suhu berkisar antara 15–250C.

4.3.2. Kondisi Tanah

Desa Bonto Daeng merupakan desa yang terletak di dataran tinggi

Kabupaten Bantaeng, sehingga kondisi tanahnya subur, Bonto Daeng merupakan

salah satu daerah penghasil sayur-sayuran, umbi-umbian dan tanaman lainnya di

Kabupaten Bantaeng, maka dari itu sangat berpotensi pula untuk budidaya

Satoimo.

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

31

4.4. Jenis Pekerjaan Penduduk

Aktifitas perekonomian masyarakat Desa Bonto Daeng selain disektor

pertanian juga bergerak di sektor perdagangan, industri kerajinan dan jasa. Data

selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 6. Data Sebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaannya.

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Buruh / Swasta PNS Pedagang Montir Petani Perawat Sopir Tukang Becak TNI / Polri Pembantu Rumah Tangga Pensiunan PNS Tidak Bekerja

43 385 85 10

711 78 32 26 20 5

53 463

2,25 20,15 4,45 0,52

37,21 4,08 1,67 1,36 1,05 0,26 2,77

24,23 Jumlah 1.911 100,00

Sumber : Data dari Kantor Desa Bonto Deang 2019

Dari tabel 6, dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis

pekerjaannya di Desa Bonto Daeng yaitu; buru swasta 2,25%, PNS 20,15%,

Pedagang 4,45%, Montir 0,25%, petani 37,21%, perawat 4,08%, sopir 1,67%,

Tukang becak 1,36%, TNI/Polri 1,05%, Pembantu Rumah Tangga 0,26%,

Pensiunan PNS 2,77% dan jumlah penduduk yang tidak bekerja ialah 24,23% dari

jumlah penduduk. Ini berarti bahwa penduduk di Desa Bonto Daeng mayoritas

penduduk bekerja sebagai petani.

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

32

4.5. Pola Penggunaan Lahan

Lahan merupakan salah satu sumber daya utama pada usaha pertanian

untuk memproduksi tanaman pertanian maupun hewan ternak.

Tabel 7. Pola Penggunaan Lahan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.

NO POLA PENGGUNAAN

LAHAN LUAS (Ha)

1. Pemukiman 368 2. Persawahan 245 3. Perkebunan 137 4. Kuburan 20 5. Pekarangan 59 6. Luas Taman 1 7. Perkantoran 2 8. Prasarana umum dan lainnya 215

Total Luas 1.047 Sumber : Data dari Kantor Desa Bonto Deang 2019

Kegiatan penduduk di Desa Bonto Daeng didominasi oleh masyarakat

yang bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian tanaman pangan di Desa Bonto

Daeng memiliki luas paling besar yaitu 368 ha dari segi pemanfaatan lahan

dibandingkan dengan pemanfaatan untuk sektor–sektor lainnya. Hal ini

menggambarkan bahwa pada umumnya sektor pertanian dapat menampung tenaga

kerja dan memiliki peluang lebih besar jika dibandingkan dengan sektor lainnya.

4.6. Sarana dan Prasarana

Pemanfaatan lahan di wilayah Desa Bonto Daeng pada umumnya berupa

pemukiman dan juga di manfaatkan untuk lahan pertanian dan fungsi – fungsi

lain yaitu sarana perekonomian seperti pertokoan, kios, kantor pemerintahan serta

fungsi-fungsi lainnya.

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

33

Tabel 8. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Desa Bonto Daeng No Fasilitas Jumlah Alamat 1 2 3 5

Posyandu TK SD Kantor Desa

1 1 2 1

Dusun Tamona Dusun Tamona Dusun Paranga Dusun Tamona Dusun Tamona

Sumber : Data dari Kantor Desa Bonto Daeng 2019

Telah kita ketahui bersama bahwa sarana dan prasarana sangat penting untuk

masyarakat khususnya sarana kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat Desa Bonto

Daeng,. Pada tabel 8, Desa Bonto Daeng memiliki 1 Posyandu yang terletak di Dusun

Tamona, 1 TK yang terletak di Dusun Tamona, 2 SD yang terletak di Dusun Paranga dan

Dusun Tamona, serta 1 kantor Desa yang terletak di Dusun Tamona. Semunya terletak di

dusun Tamona yang merupakan ibu kota Desa Bonto Daeng.

Di sektor pendidikan pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas

pendidikan, mulai dari gedung, tenaga pendidik, dan bahkan biaya pendidikan melalui

program BOS dan lain-lain semua ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan

kualitas sumber daya Desa Bonto Daeng dan juga sumber daya manusia.

Dalam bidang kesehatan pemerintah juga telah menyediakan sarana dan

prasarana kesehatan dan tenaga medis dalam rangka untuk mempermudah masyarakat

dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, berupa sebuah puskesmas dan posyandu dan

penyediaan bidan-bidan desa serta tenaga medis lainnya.

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sumber Daya

Dalam pengembangan Satoimo sumber daya sangat berperan penting,

baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Sumber daya manusia

penting karena berfungsi sebagai tenaga kerja, memimpin, mengatur, mengurus

dan mengendalikan pengembangan usahatani Satoimo dalam menjalankan

fungsinya. Sumber daya alam juga sangat penting utamanya adalah tanah, yang

telah kita ketahui bersama bahwa tanah lahan yang dimiliki petani sangat

berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani.

Identitas petani dipandang perlu untuk mengetahui sebagian dari latar

belakang petani. Modal utama seorang petani dalam melakukan usahataninya

sangat ditentukan oleh identitas petani yang dimiliki. Identitas yang dimaksud

berkaitan dengan umur petani, tingkat pendidikan petani, jumlah tanggungan

keluarga, luas lahan, pengalaman usahatani. Identitas responden yang berkaitan

dengan petani Satoimo dijelaskan sebagai berikut:

5.1.1. Umur Petani Responden dan Informan

Pada umumnya umur merupakan faktor penentu keberhasilan dalam

usahatani, baik dalam berpikir dan bertindak, semakin tua umur petani maka

kemampuanya dalam bekerja relatif menurun, walaupun disisi lain petani yang

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

35

berusia tua lebih banyak pengalamanya dibanding petani berusia muda. Petani

yang berusia muda lebih dinamis, yakni berani menanggung resiko untuk

memperoleh pengalaman dalam berusahatani. Yang relatif tua, mempunyai

kapasitas perencanaan pengolahan yang lebih matang dalam berusahatani, karna

lebih kepada pengalamanya. Distribusi/umur petani dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Umur Petani Responden dan Informan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.

Uraian Umur (Tahun) Jumlah (Orang)

Presentase (%)

a. Petani 32-40 41-49 50-57

3 4 3

19,00 25,00 19,00

b. Pedagang 39-45 2 12,50 c. Penyuluh d. Konsumen

52 32-45

1 2

6,00 12,50

e. Dinas Pertanian 40 1 6,00 Jumlah 16 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019

Tabel 9. Menunjukkan bahwa klasifikasi kelompok usia responden 32–40

Tahun sebesar 19,00% (3 orang), 41–49 Tahun sebesar 25,00% (4 orang), 50–57

Tahun sebesar 19,00% (3 orang). Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam

penelitian ini termasuk dalam kelas tingkat usia produktif, sehingga reponden

termasuk golongan produktif dalam pengembangan Satoimo. Sedangkan umur

dari pada pedagang adalah 39-45 Tahun sebesar 12,50% (2 orang), penyuluh 52

Tahun sebesar 6,00% (1 orang), konsumen 43 Tahun sebesar 12,50% (2 orang)

dan dinas pertanian 40 Tahun sebesar 6,00% (1 orang).

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

36

5.1.2. Tingkat Pendidikan Petani Responden dan Informan

Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia,

baik untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan disekitarnya. Tingkat

pendidikan berpengaruh pada pola piker. Dalam sektor pertanian pendidikan tidak

berdampak signifikan, hal ini berkaitan baik dengan sifat langsung dan sifat tidak

langsung terhadap jenis produksi. Tingkat pendidikan petani dapat dilihat dari

Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Tingkat Pendidikan Petani Responden dan Informan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.

Uraian Tingkat Pendidikan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

a. Petani b. Pedagang

c. Penyuluh d. Konsumen

e. Dinas Pertanian

Tidak Sekolah SD SMP SMA SMA SMP Strata 1 Mahasiswa SMA Strata 1

3 2 1 4 1 1 1 1 1 1

18,75 13,00 6,25

25,00 6,25 6,25 6,25 6,25 6,25 6,25

Jumlah 16 100,00

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019

Berdasarkan tabel 10 klasifikasi tingkat pendidikan informan dapat kita

jelaskan bahwa yang tidak sekolah sebanyak 3 orang dengan nilai persentase

18,75%, sedangkan yang sekolah dasar sebanyak 2 orang dengan nilai persentase

13,00%, SMP sebanyak 1 orang dengan nilai persentase 6,25 %, dan SMA

memiliki nilai persentase 25,00% dengan jumlah 4 orang. Maka dapat kita

simpulkan bahwa petani Satoimo di Desa Bonto Daeng rata-rata pendidikannya

tidak sekolah. Sedangkan pedagang berpendidikan SMA sebanyak 1 orang dengan

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

37

persentase 6,25%, pedagang berpendidikan SMP sebanyak 1 orang dengan

persentase 6,25%, penyuluh berpendidikan Strata 1 sebanyak 1 orang dengan

persentase 6,25%, konsumen berpendidikan Mahasiswa sebanyak 1 orang dengan

persentase 6,25%, konsumen berpendidikan SMA sebanyak 1 orang dengan

persentase 6,25% sedangkan konsumen yang berpendidikan SMP sebanyak 1

orang dengan persentase 6,25% dan dinas pertanian berpendidikan Strata 1

sebanyak 1 nilai persentasenya sebesar 6,25%.

5.1.3. Pengalaman Kerja Petani Responden

Pengalaman kerja yaitu lamanya responden dalam melakukan pekerjaan

dan akan cenderung belajar dari pengalamannya untuk memulai atau melanjutkan

pekerjaan yang pernah dilakukannya karena mereka telah memiliki gambaran

tentang apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja. Keadaan

responden berdasarkan pengalaman kerja, dapat dilihat di Tabel 11:

Tabel 11. Pengalaman Kerja Petani Responden di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.

Uraian Pengalaman Kerja

Petani (Tahun) Jumlah (orang)

Persentase (%)

a. Petani

10-19 20-29 30-39 40-49

2 1 3 4

15,39 7,69

23,08 30,77

Jumlah 10 100,00 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019.

Berdasarkan Tabel 11. Diketahui bahwa pengalaman petani Satoimo di

Desa Bonto Daeng yaitu 10-19 Tahun 2 orang (15,39%), 20–29 Tahun 1 orang

(7,69%), 30–39 Tahun 3 orang (23,08%), 40–49 Tahun 4 orang (30,77%).

Dengan demikian petani Talas di Desa Bonto Daeng rata-rata berpengalaman

dalam berusahatani Satoimo.

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

38

5.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang

terdiri dari istri, dan anak serta orang lain yang turut serta dalam keluarga berada

atau hidup dalam satu rumah dan makan bersama yang menjadi tanggungan

kepala keluarga.

Hasil penelitian yang telah di lakukan bahwa petani di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. Jumlah anggota keluarga sangat

berpengaruh pada kegiatan pengembangan agribisnis Satoimo, tanggungan

keluarga adalah semua anggota keluarga yang biaya hidup ditanggung sama

responden. Jumlah anggota keluarga turut berpengaruh pada kegiatan produksi

petani, karena keluarga yang relatif besar sebagai sumber tenaga kerja. Jumlah

tanggungan keluarga Petani Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere

Kabupaten Bantaeng.

Tabel 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden dan Informan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.

Uraian Jumlah

Tanggungan keluarga

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Petani

1-2 3-4 5-6

2 5 3

20,00 50,00 30,00

Jumlah 10 100,00 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019.

Tabel 12. Menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani

responden terbanyak yaitu 3–4 orang terbanyak 5 responden dengan jumlah

persentase sebesar 50,00% dari 10 jumlah responden. Selain itu jumlah

tanggungan keluarga terendah yaitu 1-2 sebanyak 2 orang atau 20,00% dari

jumlah persentase. Sedangkan 5-6 dengan jumlah sebanyak 3 orang atau 30,00%.

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

39

Keadaan demikian sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga

dan untuk mengembangkan usaha Satoimo dalam memenuhi kebutuhannya.

5.1.5. Luas Lahan Petani Responden

Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan

usahatani diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha). Luas lahan

pertanian akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu produksi, karena erat

hubunganya dengan hasil yang didapat dan biaya produksi juga berpengaruh.

Semakin luas lahan dan biaya produksi tidak seimbang dengan biaya yang di

peroleh, pada usahatani yang relatif sempit, walaupun menggunakan teknologi

yang tepat guna, dan menghasilkan produksi yang luas. Luas lahan petani Satoimo

di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada

Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Luas Lahan Petani Responden di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.

No Luas Lahan (ha)

Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0,04 - 0,08 2 20,00 2 0,09 – 0,13 3 30,00 3 0,14 – 0,18 5 50,00

Jumlah 10 100,00 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019.

Tabel 13. Menunjukkan bahwa luas lahan petani responden di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng sebagian besar petani

Satoimo memiliki luas lahan 0,14-0,18 ha sebanyak 5 orang atau 50,00%

sedangkan 0,09-0,13 ha sebanyak 3 orang atau 30,00% dan 0,04-0,08 ha sebanyak

2 orang atau 20,00%. Dengan demikian pemilikan lahan tersebut sangat

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

40

memungkinkan pengembangan Satoimo dan lahan yang dimiliki oleh petani

responden cukup luas untuk rata-rata per petani.

5.2. Faktor Internal dan Eksternal

Pengembangan usahatani Satoimo merupakan suatu kegiatan yang

berorientasi pada kegiatan hasil produksi, kinerja uasahanya sangat ditentukan

oleh cara budidaya yang dilakukan petani, pedagang sebagai pelaku utama dalam

membantu pengembangan usahatani petani di Desa Bonto Daeng. Peranan dan

optimalisasi dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal dimana petani,

pedagang dan penyuluh tersebut berada. Dengan hal tersebut pengembangan

usahatani juga ditentukan oleh faktor-faktor tersebut. Maka dengan hal tersebut

diperlukan suatu identifikasi kekuatan dan dan kelemahan (faktor internal) serta

petuang dan ancaman (faktor eksternal) yang dimiliki usahatani untuk

merumuskan strategi pengembangan Satoimo.

Berikut data yang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan antara faktor

internal dan eksternal berdasarkan hasil wawancara dari petani responden :

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

41

Tabel 14. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap pengembangan Satoimo.

Faktor Internal Kekuatan Kelemahan

1. Adanya sumber daya dalam usahatani Satoimo.

2. Keadaan lahan yang mendukung. 3. Biaya usaha Satoimo kecil. 4. Adanya arahan dari penyuluh

terhadap petani..

1. Tidak adanya Bank dan Koperasi sebagai sarana permodalan bagi petani dalam usahatani Satoimo.

2. Waktu produksi yang cukup lama. (kurang lebih 6 bulan)

3. Saluran pemasaran yang belum efektif.

4. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga dan tehnik budidaya.

Faktor Eksternal Peluang Ancaman

1. Berkembangnya teknologi pertanian.

2. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.

3. Sarana dan prasarana mudah didapatkan (adanya bibit dan pupuk bantuan dari pemerintah).

4. Adanya pemahaman petani tentang Satoimo.

1. Transfortasi belum mendukung. 2. cuaca berubah-ubah. 3. Adanya serangan hama yang

menyerang tanaman Satoimo. 4. Wilayah pemasaran Satoimo masih

terbatas (dijual di pasar-pasar tradisional dan pada pengusaha kripik)

5. Ketersediaan sarana produksi tidak tepat waktu.

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019.

Berdasarkan tabel 14 telah dikelompokkan dalam faktor kekuatan yang

terdiri dari 4 poin, kelemahan terdiri 3 poin, peluang 4 poin dan ancaman 5 poin.

Setelah menentukan faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman, maka selanjutnya ialah menentukan strategi yang digunakan dalam

pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere Kabupaten

Bantaeng.

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

42

5.3. Strategi

Strategi pengembangan usahatani Satoimo di Desa Bonto Daeng perlu di

dasarkan pada dukungan pemerintah dengan teknologi dan pemasaran serta

pendekatan partisipatif. Dukungan pemerintah secara penuh dalam hal

pengembangan Satoimo sangat berpengaruh terhadap kinerja petani. Terkhusus

pada dukungan teknologi dan pemasaran, dukungan teknologi dibutuhkan untuk

membuat sistem usahatani menjadi lebih efektif dan efisien serta berdaya hasil

tinggi. Sedangkan dukungan pada pemasaran hasil usahatani sangat dibutuhkan

petani untuk membantu memberikan informasi tentang pasar sehingga dapat

memperluas jaringan pemasaran Satoimo dan mengefektifkan saluran pemasaran

yang ada. Selanjutnya pendekatan partsisipatif ditujukan agar masyarakat dapat

mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan atau secara aktif

melakukan pemahaman tentang kondisi kehidupan mereka agar tercipta rencana

dan tindakan yang tepat guna.

Strategi pengembangan Satoimo meliputi ekstensifikasi lahan pertanian,

penggunaan inovasi teknologi budidaya dan mitra usahatani. ekstensifikasi lahan

pertanian masih cukup luas. Kendala utama ekstensifikasi ialah minimnya tenaga

kerja keluarga. Oleh karena itu, selain mengoptimalkan sumberdaya manusia.

Inovasi teknologi dibutuhkan untuk memperbaharui teknologi budidaya yang

digunakan oleh petani. Teknologi yang perlu diintroduksikan kepada petani

adalah pemupukan organik dan anorganik sesuai takaran anjuran dan

pengendalian hama secara terpadu.pengairan dengan memompa air permukaan

atau air tanah dapat dikaji sebagai upaya mengatasi kekurangan air pada musim

kemarau. Mitra usaha diperlukan untuk menampung produksi Satoimo dengan

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

43

harga yang layak serta penyediaan saprodi dengan harga terjangkau. Mitra

difasilitasi oleh pemerintah daerah agar pelaksanaanya saling menguntungkan.

Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan nilai dan tujuan

dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor strategi

dan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi.

Model yang paling populer untuk menganalisa sistuasi adalah analisis SWOT.

Berdasarkan analisis SWOT, dapat dilakukan penentuan grand strategi atau

strategi utama dalam usahatani.

5.4. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan agar dapat memaksimalkan kekuatan (strength)

dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Analisis SWOT dilakukan setelah

mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal, menganalisis faktor strategi

internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

Setelah dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal pada

tabel 14 maka selanjutnya dapat dirincikan dalam analisis faktor internal dan

eksternal. Berikut ini adalah rincian mengenai faktor internal pengembangan

Satoimo.

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

44

Tabel 15. IFAS (Internal Faktor Analysis Summary) Matriks Faktor Internal

No Kekuatan Bobot Rating Nilai 1 Adanya sumber daya dalam

usahatani Satoimo. 0,26 3 0,78

2 Keadaan lahan yang mendukung.

0,13 3 0,39

3 Biaya usaha Satoimo kecil. 0,01 1 0,01 4 Adanya arahan dari penyuluh

terhadap petani.. 0,13 2 0,26

Subtotal 0,53 1,44 No Kelemahan 1 Tidak adanya Bank dan

Koperasi sebagai sarana permodalan bagi petani dalam usahatani Satoimo.

0,13 1 0,13

2 Waktu produksi yang cukup lama. (kurang lebih 6 bulan)

0,01 2 0,02

3 Saluran pemasaran yang belum efektif.

0,13 2 0,26

4 Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga dan tehnik budidaya.

0,13 2 0,26

Subtotal 0,40 0,67

Total 0.93 2,11

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa faktor internal ada 4 jenis

kekuatan dan 4 jenis kelemahan pada petani di Desa Bonto Daeng dalam

mengembangkan Satoimo. Pemberian bobot disusun berdasarkan dampak penting

hingga tidak penting. Data yang terdapat dalam Tabel 15 menunjukkan bahwa

bobot kekuatan petani Satoimo lebih besar dibandingkan dengan bobot

kelemahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa petani Satoimo di Desa Bonto Daeng

memiliki kekuatan yang lebih besar untuk dikembangkan.

Rating pada kekuatan dan kelemahan diberikan nilai mulai dari 1 sampai 4

berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan petani, pedagang,

konsumen, penyuluh dan juga dinas pertanian di Desa Bonto Daeng. Perkalian

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

45

antara kolom bobot dan kolom rating menghasilkan nilai bagi faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) petani Desa Bonto Daeng. Total nilai dari kekuatan dan

kelemahan adalah sebesar 2,11.

a. Kekuatan

1. Adanya sumber daya dalam usahatani Satoimo. Berdasarkan data penduduk

bahwa penduduk yang memiliki jenis pekerjaan sebagai petani sebanyak 433

jiwa dan sebahagian kecil dari itu adalah petani Satoimo serta sumberdaya

lainnya.

2. Keadaan lahan yang mendukung, merupakan salah satu hal yang menjadi

pertimbangan dalam berusahatani, dikarenakan tidak semua tanaman bisa

tumbuh pada lahan yang sama.

3. Biaya yang dikeluarkan tidak begitu besar dibandingkan dengan manfaat dan

laba yang diperoleh. Selain dari harga Satoimo yang lumayan tinggi ternyata

khasiat dan zat yang terkandung juga sangat baik untuk tubuh manusia.

4. Adanya arahan dari penyuluh terhadap petani. Berdasarkan hasil wawancara

dengan responden, di Desa Bonto Daeng terdapat penyuluh yang berperan

untuk mengontrol/mengawal petani, mendengarkan apa yang menjadi keluh

kesah petani serta memberikan arahan kepada petani terkait dengan Satoimo.

b. Kelemahan

1. Tidak adanya Bank dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani

Satoimo. Petani pada umumnya untuk mendapatkan keringanan dana pasti

melalui koperasi dan Bank walaupun tetap ada jaminan seperti sertifikat

rumah dan sertifikat tanah akan tetapi hal yang seperti itu tidak menjadi keluh

kesah bagi petani karena tetap ada keringanan terkait dengan usahatani, akan

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

46

tetapi di Desa Bonto Daeng ini belum ada Koperasi dan Bank untuk

membantu petani dalam berusahatani Satoimo.

2. Waktu produksi yang cukup lama. Petani pada umumnya menyukai tanaman

yang memiliki keuntungan besar namun waktu perawatan hingga panen juga

dengan waktu yang singkat. Sedangkan Satoimo memiliki harga yang tinggi

akan tetapi waktu yang dibutuhkan untuk merawat hingga panen sangat lama

yaitu kurang lebih 6 bulan perawatan lalu dipanen. Sehingga hal ini juga

menjadi pertimbangan petani tersendiri untuk memproduksi Satoimo.

3. Saluran pemasaran yang belum efektif, saluran pemasaran disini menjadi arus

lintas produk dari produsen ke konsumen. Pada pengembangan Satoimo

saluran pemasaran terbilang belum efektif karna dari petani Satoimo tidak

langsung berinteraksi dengan konsumen akan tetapi adanya perantara sehingga

prosesnya sangat panjang hingga Satoimo sampai kepada konsumen.

4. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga, ini sangatlah penting

akan tetapi beberapa petani mengatakan bahwa informasi harga Satoimo tidak

begitu diketahui secara jelas, sebenarnya pada awalnya harga Satoimo

terbilang bagus untuk para petani dan adanya informasi yang jelas, tetapi

belakangan ini harga Satoimo tidak lagi tetap dan informasi mengenai pasar

terbilang terbatas.

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

47

Tabel 16. EFAS (Eksternal Faktor Analysis Summary) Matriks Faktor Eksternal

No Peluang Bobot Rating Nilai

1 Berkembangnya teknologi pertanian.

0,13 2 0,26

2 Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.

0,01 2 0,02

3 Sarana dan prasarana mudah didapatkan (adanya bibit dan pupuk bantuan dari pemerintah).

0,13 3 0,39

4 Adanya pemahaman petani tentang Satoimo.

0,13 2 0,26

Subtotal 0,40 0,93 No Ancaman 1 Transportasi belum mendukung 0,01 2 0,02 2 Cuaca berubah-ubah. 0,13 1 0,13

3 Adanya serangan hama yang menyerang tanaman Satoimo.

0,13 1 0,13

4

Wilayah pemasaran Satoimo masih terbatas (dijual di pasar-pasar tradisional dan pada peusaha kripik).

0,13 1 0,13

5 Ketersediaan sarana produksi tidak tepat waktu.

0,01 2 0,01

Subtotal 0,41 0,42 Total 0,81 1,35

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 4 peluang dan 5

ancaman yang dihadapi oleh petani Satoimo di Desa Bonto Daeng dalam

melakukan pengembangan Satoimo. 4 peluang dan 5 ancaman tersebut disusun

berdasarkan bobot sangat penting hingga tidak penting. Tabel 16 menunjukkan

bahwa kolom peluang memiliki nilai yang kecil dibandingkan dengan ancaman,

hal ini menunjukkan bahwa petani Satoimo memiliki peluang yang kecil sehingga

harus berhati-hati dengan ancaman yang ada

Rating pada peluang dan ancaman diberikan nilai mulai dari 1 sampai 4

berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petani Satoimo, pedagang,

konsumen, penyuluh dan dinas pertanian di Desa Bonto Daeng. Perkalian antara

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

48

kolom bobot dan kolom rating menghasilkan nilai bagi faktor eksternal (peluang

dan ancaman) petani. Total nilai dari peluang dan ancaman adalah sebesar 1,35.

a. Peluang

1. Berkembangnya teknologi pertanian. Di Desa Bonto Daeng ini, dulu hanya

menggunakan alat-alat tradisional baik dalam mengolah lahan maupun saat

panen dan pascapanen akan tetapi seiring berkembangnya jaman adanya mesin

pengolahan lahan sehingga dapat mempermudahkan petani serta

meminimalisir tenaga kerja dan waktu kerja

2. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan. Satoimo

juga adalah bahan pangan untuk melanjutkan kehidupan masyarakat sehingga

meningkatnya permintaan oleh masyarakat itu sendiri dengan melihat realitas

yang ada bahwa di Kota Makassar tidak memiliki lahan untuk menanam

Satoimo yang dapat menghasilkan beras, untuk itu sangat dibutuhkan petani di

Desa Bonto Daeng khususnya untuk meningkatkan lagi ataupun memenuhi

permintaan masyarakat terkait dengan peningkatan bahan pangan karbohidrat.

3. Sarana dan prasarana yang berupa cangkul, sabit, bibit, pupuk dan lain

sebagainya mudah didapatkan. Untuk mempermudah usaha tani di Desa Bonto

Daeng, petani tidak susah mencari jauh-jauh terkait dengan sarana dan

prasarana karena sebagiannya sudah disediakan oleh dinas pertanian dan

diluar dari itu petani dapat membelinya dikios-kios terdekat.

4. Adanya pemahaman petani terkait dengan Satoimo. Petani di Desa Bonto

Daeng ini sebenarnya sudah paham mulai dari pengadaan bibit sampai dengan

pemasaran tinggal bagaimana untuk mengasa terkait dengan pemahaman yang

mereka miliki.

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

49

b. Ancaman

1. Transportasi yang belum mendukung. Transportasi juga merupakan kendala

bagi petani di Desa Bonto Daeng ketika panen karena hasil panen harus di

angkut ke tempat pengumpulan sampai ke tempat pengolahan dan itu

memerlukan transportasi dan ketika di kumpulkan Satoimo yang sudah siap

dijual sehingga untuk melakukan itu semuanya butuh dana yang cukup banyak

untuk sampai pada pemasaran.

2. Cuaca yang berubah-ubah, dimana cuaca merupakan hal penting dalam bidang

pertanian sebagai tolak ukur petani dalam mengambil keputusan, serta juga

menjadi salah satu penentu hasil produksi.

3. Adanya serangan hama yang menyerang tanaman. Hama adalah salah satu

ancaman bagi petani dalam mengembangkan Satoimo karena penyerangannya

dapat menurunkan produksi dari pada usahatani Satoimo itu sendiri.

4. Wilayah pemasaran masih terbatas. Petani di Desa Bonto Daeng ketika selesai

panen biasanya di jual pada pedagan pengumpul ada juga langsung di angkut

ke pasar-pasar tradisional serta juga biasanya dipasarkan langsung ke UKM

yang bahan pengelolaannya berbahan dasar Satoimo. Akan tetapi Satoimo

belakangan ini sudah sangat sulit untuk mendapatkan pasar dikarenakan

pemerintah dalam hal ini juga sudah kurang memberikan perhatian kepada

petani untuk mengembangkan Satoimo.

5. Ketersediaan sarana produksi yang tidak tepat waktu, sarana produksi

merupakan hal yang penting sehingga apabila sarana produksi tidak tersedia

tepat waktu maka produksi juga akan lambat, dari hasil wawancara dengan

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

50

petani, bahwa sarana produksi yang biasanya tidak tersedia tepat waktu ialah

bibit dan pupuk, ini menjadi kendala petani dalam memproduksi Satoimo.

Matriks analisis SWOT yang memuat keadaan internal dan eksternal

usahatani untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh petani

Satoimo dapat dilihat pada Tabel 17.

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

51

Tabel 17. Matriks SWOT IFAS EFAS

STRENGTH (S) 1. Adanya sumber daya

dalam usahatani Satoimo.

2. Keadaan lahan yang mendukung.

3. Biaya usaha Satoimo kecil.

4. Adanya arahan dari penyuluh terhadap petani.

WEAKNESS (W) 1. Tidak adanya Bank

dan Koperasi sebagai sarana permodalan bagi petani dalam usahatani Satoimo.

2. Waktu produksi yang cukup lama. (kurang lebih 6 bulan)

3. Saluran pemasaran yang belum efektif.

4. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga dan tehnik budidaya.

OPPORTUNITIES (O) 1. Berkembangnya teknologi

pertanian. 2. Meningkatnya permintaan

masyarakat terkait dengan bahan pangan.

3. Sarana dan prasarana mudah didapatkan terutama adanya bibit bantuan dari pemerintah..

4. Adanya pemahaman petani tentang Satoimo.

STRATEGI SO 1. Memanfaatkan sumber

daya, sarana dan teknologi pertanian yang semakin canggih untuk meningkatkan produksi (S1+O1)

2. Memanfaatkan lahan yang ada dengan menambah produksi Satoimo sehingga dapat menutupi kebutuhan pangan masyarakat. (S2+O2)

STRATEGI WO 1. Memperadakan Bank

dan koperasi sebagai badan pemberian modal dan tempat penampungan produksi Satoimo (W1+ O1+O2)

2. Memperluas wawasan petani tentang teknologi dan tehnik budidaya Satoimo (W4+O1+O4)

THREATHS (T) 1. Transfortasi belum

mendukung. 2. cuaca berubah-ubah. 3. Adanya serangan hama

yang menyerang tanaman Satoimo.

4. Wilayah pemasaran Satoimo masih terbatas (dijual di pasar-pasar tradisional dan pada pengusaha kripik).

5. Ketersediaan sarana produksi tidak tepat waktu.

STRATEGI ST 1. Pengenalan teknologi

mitigasi pertanian. 2. Adanya mitra kerja

terutama bagian pemasaran.

3. Penggunaan bibit berkualitas dapat mempertahankan produksi apabila penyediaan sarana produksi tidak tepat waktu.

STRATEGI WT 1. Menambah sarana

transportasi 2. Memperluas wilayah

pemasaran dengan mengefektifkan saluran pemasaran (W3+T3)

3. Adanya informasi harga dari penyuluh serta penyediaan sarana produksi agar lebih tepat waktu (W4+T5)

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

52

Dari tabel 17 terdapat oprasional strategi yang dapat diterapkan dalam

pengembangan Satoimo antaranya sebagai berikut:

1. Memanfaatkan sumber daya, sarana dan teknologi pertanian yang semakin

canggih untuk meningkatkan produksi.

2. Memanfaatkan lahan yang ada dan menambah produksi Satoimo sehingga

dapat menutupi kebutuhan pangan masyarakat.

3. Memperadakan bank dan koperasi sebagai badan pemberian modal dan

tempat penampungan produksi Satoimo.

4. Memperluas wawasan petani tentang teknologi dan tehnik budidaya Satoimo.

5. Pengenalan teknologi mitigasi pertanian.

6. Adanya mitra kerja terutama bagian pemasaran.

7. Penggunaan bibit berkualitas dapat mempertahankan produksi apabila

penyediaan sarana produksi tidak tepat waktu

8. Menambah sarana transportasi.

9. Memperluas wilayah pemasaran dengan mengefektifkan saluran pemasaran

10. Adanya informasi harga dari penyuluh serta penyediaan sarana produksi agar

lebih tepat waktu.

Dari tabel 15 dan tabel 16 diperoleh nilai pembobotan dan rating yang

selanjutnya dapat dijadikan sebagai nilai statistik dalam melakukan analisis

strategi. Sehingga, diperoleh strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto

Daeng dengan menggunakan matriks internal eksternal seperti berikut:

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

53

Total skor faktor Internal

4,0 kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0 Tinggi 3,0 Total Skor Menengah Faktor Eksternal 2,0

Rendah 1,0 Gambar 3. Matriks Internal Eksternal (IE)

Diketahui: Hasil analisis faktor strategi internal = 2,11

Hasil analisis faktor ekstrenal = 1,35

Ditanyakan: Posisi pengembagan Satoimo dan strategi yang harus digunakan?

Jawaban : Dari matriks internal eksternal di atas maka hasil dari faktor internal

(2,11) berada pada posisi tengah (rata-rata) dan hasil dari analisis

faktor eksternal (1,35) berada pada posisi terbawah atau ketiga

(rendah) maka di peroleh posisi kotak VIII maksudnya ialah

pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng berada pada masa

pertumbuhan dan strategi yang harus di jalankan dalam pengembangan

Satoimo di Desa Bonto Daeng ialah diversifikasi konglomerat.

Keterangan :

Posisi matriks:

Posisi I : Strategi konsentrasi melalui integrasi vertical

Posisi II : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal

Posisi III : Strategi turnaround

Posisi IV : Strategi stabilitas

I

Pertumbuhan

II

Pertumbuhan

III

Penciutan

IV

Stabilitas

V

Pertumbuhan

Stabilitas

VI

Penciutan

VII

Pertumbuhan

VIII

Pertumbuhan

IX

Likuidasi

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

54

Posisi V : Strategi konsentrasi melalui horizontal/stabilitas

Posisi VI : Strategi divestasi

Posisi VII : Strategi diversifikasi konsentrik

Posisi VIII : Strategi diversifikasi konglomerat

Posisi IX : Likuidasi atau bangkrut

Gambar 3 menunjukkan bahwa posisi pengembangan Satoimo berada pada

posisi VIII, dimana hasil dari faktor internal (2,11) berada pada posisi tengah

(rata-rata) dan hasil dari analisis faktor eksternal (1,35) berada pada posisi

terbawah atau ketiga (rendah) maka di peroleh posisi kotak VIII maksudnya ialah

pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng berada pada masa pertumbuhan dan

strategi yang harus di jalankan dalam pengembangan Satoimo di Desa Bonto

Daeng ialah diversifikasi konglomerat. strategi konsentrasi pertumbuhan atau

strategi diversifikasi konglomerat yaitu peningkatan produksi terutaman pada

upaya pembukaan lahan, mengajak dan mendorong petani untuk menanam

Satoimo.

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

55

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dari analisis faktor internal dan eksternal diperoleh beberapa strategi dalam

pengembangan Satoimo yaitu memanfaatkan sumber daya, sarana dan

teknologi pertanian, memanfaatkan lahan yang ada untuk menambah produksi

Satoimo, memperadakan bank dan koperasi, memperluas wawasan petani

tentang teknologi dan tehnik budidaya Satoimo, pengenalan teknologi

mitigasi pertanian, adanya mitra kerja terutama bagian pemasaran,

penggunaan bibit berkualitas, menambah sarana transportasi, memperluas

wilayah pemasaran dengan mengefektifkan saluran pemasaran, dan adanya

informasi harga dari penyuluh serta penyediaan sarana produksi agar lebih

tepat waktu.

2. Strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere

Kabupaten Bantaeng adalah strategi konsentrasi atau strategi diversifikasi

konglemerat yaitu peningkatan produksi terutama pada upaya pembukaan

lahan, mengajak dan mendorong petani untuk menanam Satoimo.

6.2. Saran

1. Perlunya Pasar yang jelas agar petani lebih meningkatkan produksi Satoimo.

2. Perlunya petani diberikan pelatihan berupa pembinaan intensif secara teknis

dalam menerapkan kegiatan agribisnis yang baik tentang teknis budidaya

Satoimo ataupun penggunaan pupuk sesuai dengan anjuran dalam upaya

peningkatan usahatani Satoimo poduksi.

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

56

3. Perlunya pengadaan bibit unggul dan pupuk tepat waktu.

4. Pemerintah harus terlibat membantu petani menemukan kemitraan untuk

pasar yang jelas.

5. Perlu diperadakan koperasi sehingga dapat dijadikan tempat untuk

menampung hasil produksi dari usahatani Satoimo. Begitupun dengan Bank

dan pasar agar dapat dengan mudah membantu pergerakan petani Satoimo.

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

57

DAFTAR PUSTAKA

Agribisnis, 2013. Analisis Pendapatan Penerimaan Bantuan Langsung Mayarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Di Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Agribisnis Pedesaan. Volume 01 Nomor 04.

Basuki et al, 2006. Kabupaten Semarang Dalam Angka. Kabupaten Semarang. Campbell, 2002.Pembangunan Pertanian di Indonesia. http ://www. deptan.go.id

/renbangtan/konsep_pembangunan_pertanian.df. Diakses tanggal 28 September 2013

Downey dan Erickson, 1997 dalam gumbira, 2004. Ekonomi Pembangunan.

Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIEYKPN FAO, 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta. Gilarson, 1999. Jawa Tengah Dalam Angka. Jawa Tengah Hendayana, R. 2011. Metode Analisis Data Hasil Pengkajian. Balai Besar

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Hidayat, 2006. Pembangunan Masyarakat Desa. Medan : USU Press Hortikultura 1999.Pedoman Pertumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan

Gabungan Kelompok Tani. Jakarta: Departemen Pertanian RI Huntington, 1995. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta:Rineka Cipta. Maddolongan, S. 2005. Prospek dan Strategi Pengembangan Kubis di Kabapaten

Bantaeng. Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanudin, Makassar.

Firdaus, 2006. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara: Jakarta Marimin dan Maghfiroh, 2010 Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Alfabeta :

Bandung. Marunnung, 1998. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Alfabeta :Bandung. Mosher. 1995. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha.

Jurnal Litbang Pertanian RI, 26 (4). Jakarta

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

58

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT, teknik membedah kasus bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Siswoputranto, 1996. Analisis Pendapatan Penerimaan Bantuan Langsung

Mayarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Di Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Agribisnis Pedesaan. Volume 01 Nomor 04.

Soekartawi, 2001.Dampak Program PUAP terhadap Kinerja Gapoktan dan

pendapatan Anggota Gapoktan Soekartawi, 2002. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta Tjiptoherijanto, 1996.Pembangunan sistem agribisnis di Indonesia dan Peranan

Public Relation. Makalah Seminar Peranan Public Relation dalam Pembangunan Pertanian. Bogor

Trip, 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta : Gramedia PustakaUtama Uphoff, 1996. A Concept of Agribusiness. Harvard Gruduate School of Business

Administration. Boston, Massachusets Wahyuni, 2003. Analisis Ekonomi Lingkungan dan Audit Lingkungan. Makalah

disampaikan pada Pelatihan Dosen Perguruan Tinggi Negeri Jawa dan Bali dalam Bidang Audit Lingkungan, Bogor, 11-20 September 2006.

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

59

Lampiran 1. Kusioner Penelitian

A. Kusioner untuk Petani, Dinas Pertanian dan Penyuluh

1. Identitas

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

[ ] Tidak pernah sekolah [ ] Tamat SLTP

[ ] Tidak tamat SD [ ] Tidak tamat SLTA

[ ] Tamat SD [ ] Tamat SLTA

[ ] Tidak tamat SLTP [ ] Perguruan tinggi

Pekerjaan pokok :

Pekerjaan sampingan :

Luas lahan :

Pengalaman usahatani :

Jumlah tanggungan keluarga :

2. Penentuan Rating Tujuan :

Mendapatkan penilaian responden dan informan mengenai faktor internal

dan eksternal, yaitu dengan cara pemberian rating terhadap seberapa besar faktor

internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman)

dapat mempengaruhi atau menentukan strategi dalam pengembangan stoimo.

Petunjuk:

1. Pengisian kusioner dilakukan secara tertulis oleh responden dan informan.

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

60

2. Dalam pengisian kusioner, responden dan informan diharapkan untuk

melakukannya sekaligus (tidak menunda).

3. Mengisi masing-masing faktor dengan memberikan tanda silang (X) pada

kolom mulai dari sangat baik (SB), baik (B), kurang baik (KB) sampai dengan

tidak baik (TB) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap pengembagan

Satoimo.

Penilaian untuk memperoleh rating faktor internal

Indikator SB B KB TB Sumber daya manusia dalam usahatani Satoimo.

Keadaan lahan yang mendukung. Biaya pengeluaran Arahan dari penyuluh terhadap petani. Bank dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani Satoimo

Waktu produksi yang cukup lama.

Saluran pemasaran yang efektif.

Pemahaman petani terhadap informasi harga.

Total

Penilaian untuk memperoleh rating faktor eksternal

Indikator SB P TB TB Berkembangnya teknologi pertanian. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.

Sarana dan prasarana mudah didapatkan. Adanya pemahaman petani terkait dengan usahatani Satoimo.

Transportasi. Cuaca berubah-ubah Adanya serangan hama yang menyerang tanaman Satoimo.

Wilayah pemasaran Satoimo Ketersediaan sarana produksi.

Total

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

61

3. Penentuan Bobot Tujuan :

Mendapatkan penilaian responden dan informan mengenai faktor internal

dan eksternal, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor

internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman)

dapat mempengaruhi atau menentukan strategi dalam pengembangan stoimo.

Petunjuk:

a. Pengisian kusioner dilakukan secara tertulis oleh responden dan informan.

b. Dalam pengisian kusioner, responden dan informan diharapkan untuk

melakukannya sekaligus (tidak menunda).

c. Mengisi masing-masing faktor dengan memberikan tanda silang (X) pada

kolom mulai dari sangat penting (SP), penting (P), kurang penting (KP)

sampai dengan tidak penting (TP) berdasarkan pengaruh faktor tersebut

terhadap pengembagan Satoimo.

Penilaian untuk memperoleh bobot faktor internal

Indikator SP P CP KP TP Sumber daya manusia dalam usahatani Satoimo.

Keadaan lahan yang mendukung. Biaya pengeluaran Arahan dari penyuluh terhadap petani.

Bank dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani Satoimo

Waktu produksi yang cukup lama.

Saluran pemasaran yang efektif.

Pemahaman petani terhadap informasi harga.

Total

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

62

Pembobotan untuk memperoleh bobot faktor eksternal

Indikator SP P KP TP TP Berkembangnya teknologi pertanian. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.

Sarana dan prasarana mudah didapatkan.

Adanya pemahaman petani terkait dengan usahatani Satoimo.

Transportasi. Cuaca berubah-ubah Adanya serangan hama yang menyerang tanaman Satoimo.

Wilayah pemasaran Satoimo Ketersediaan sarana produksi.

Total

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

63

B. Kusioner untuk Konsumen dan Pedagang

1. Identitas

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

[ ] Tidak pernah sekolah [ ] Tamat SLTP

[ ] Tidak tamat SD [ ] Tidak tamat SLTA

[ ] Tamat SD [ ] Tamat SLTA

[ ] Tidak tamat SLTP [ ] Perguruan tinggi

Pekerjaan pokok :

2. Penentuan Bobot Tujuan :

Mendapatkan penilaian responden dan informan mengenai faktor internal dan

eksternal, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor

internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan

ancaman) dapat mempengaruhi atau menentukan strategi dalam

pengembangan stoimo.

Petunjuk:

a. Pengisian kusioner dilakukan secara tertulis oleh responden dan informan.

b. Dalam pengisian kusioner, responden dan informan diharapkan untuk

melakukannya sekaligus (tidak menunda).

c. Mengisi masing-masing faktor dengan memberikan tanda silang (X) pada

kolom mulai dari sangat penting (SP), penting (P), kurang penting (KP)

sampai dengan tidak penting (TP) berdasarkan pengaruh faktor tersebut

terhadap pengembagan Satoimo.

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

64

Penilaian untuk memperoleh bobot faktor internal

Indikator SP P CP KP TP Sumber daya manusia dalam usahatani Satoimo.

Keadaan lahan yang mendukung. Biaya pengeluaran Arahan dari penyuluh terhadap petani.

Bank dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani Satoimo

Waktu produksi yang cukup lama.

Saluran pemasaran yang efektif.

Pemahaman petani terhadap informasi harga.

Total Pembobotan untuk memperoleh bobot faktor eksternal

Indikator SP P KP TP TP

Berkembangnya teknologi pertanian. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.

Sarana dan prasarana mudah didapatkan.

Adanya pemahaman petani terkait dengan usahatani Satoimo.

Transportasi. Cuaca berubah-ubah Adanya serangan hama yang menyerang tanaman Satoimo.

Wilayah pemasaran Satoimo

Ketersediaan sarana produksi. Total

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

65

Lampiran 2. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor Internal

Kekuatan Kelemahan

1. Adanya sumber daya manusia dalam usahatani Satoimo.

2. Keadaan lahan yang mendukung. 3. Biaya pengeluaran kecil. 4. Adanya arahan dari penyuluh

terhadap petani.

1. Tidak adanya Bank dan Koperasi sebagai sarana permodalan bagi petani dalam usahatani Satoimo.

2. Waktu produksi yang cukup lama(kurang lebih 6 bulan).

3. Saluran pemasaran yang belum efektif.

4. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga dan tehnik budidaya.

Faktor Eksternal

Peluang Ancaman

1. Berkembangnya teknologi pertanian.

2. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.

3. Sarana dan prasarana mudah didapatkan (adanya bibit bantuan dari pemerintah).

4. Adanya pemahaman petani terkait dengan usahatani Satoimo.

1. Transportasi yang belum mendukung.

2. Cuaca yang berubah-ubah 3. Adanya serangan hama yang

menyerang tanaman Satoimo. 4. Wilayah pemasaran Satoimo yang

masih terbatas (dijual dipasar-pasar tradisional dan pada pengusaha kripik talas).

5. Ketersediaan sarana produksi yang tidak tepat waktu.

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

66

Lampiran 3. Perhitungan Rating untuk Faktor Internal

Keterangan:

Nilai rata-rata 3,51 - 4,00 dimasukkan dalam rating 4

Nilai rata-rata 2,51 - 3,00 dimasukkan dalam rating 3

Nilai rata-rata 1,51 - 2,00 dimasukkan dalam rating 2

Nilai rata-rata 0,51 - 1,50 dimasukkan dalam rating 1

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

67

Hasil perhitungan rating faktor internal (kekuatan)

Informan

Kekuatan Adanya sumber daya manusia

dalam usahatani Satoimo

Keadaan lahan yang mendukung

Biaya pengeluaran

sedikit

Terdapat banyak arahan dari

penyuluh terhadap petani

1 3 3 1 2 2 3 4 1 1 3 3 4 2 2 4 4 2 1 2 5 4 2 1 3 6 2 3 2 2 7 3 2 1 3 8 4 3 1 2 9 4 2 1 2 10 3 3 1 2

Penyuluh 4 3 2 3 Dinas

Pertanian 3 3 3 3

Rata-rata 3,3 2,8 1,4 2,2 Jumlah 37 34 16 25

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

68

Hasil perhitungan rating faktor internal (kelemahan)

Informan

Kelemahan

Tidak adanya Bank dan Koperasi sebagai

modal bagi petani dalam usahatani

Satoimo

Waktu produksi yang cukup lama.

Saluran pemasaran yang belum

efektif.

Kurangnya pemahaman

petani terhadap informasi harga.

1 1 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 1 2 2 4 1 2 1 1 5 1 2 2 2 6 1 2 2 2 7 1 2 1 2 8 2 1 2 3 9 1 2 3 2 10 1 2 2 2

Penyuluh 1 3 2 3 Dinas

Pertanian 2 2 2 3

Rata-rata 1,26 1,9 2 2,1 Jumlah 15 23 24 26

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

69

Lampiran 4. Perhitungan Rating untuk Faktor Eksternal

Keterangan:

Nilai rata-rata 3,51 - 4,00 dimasukkan dalam rating 4

Nilai rata-rata 2,51 - 3,00 dimasukkan dalam rating 3

Nilai rata-rata 1,51 - 2,00 dimasukkan dalam rating 2

Nilai rata-rata 0,51 - 1,50 dimasukkan dalam rating 1

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

70

Hasil perhitungan rating faktor eksternal (peluang)

Informan

Peluang

Berkembangnya teknologi pertanian

Meningkatnya permintaan masyarakat

terkait dengan bahan pangan

Sarana dan prasarana

mudah didapatkan

Adanya pemahaman petani terkait dengan

pengelolaan input sampai output

Satoimo 1 2 3 1 3 2 3 3 2 4 3 3 2 3 4 4 3 3 2 4 5 4 3 1 3 6 2 3 2 3 7 2 2 3 4 8 3 4 2 3 9 3 1 2 4

Penyuluh 3 3 1 4 Dinas

Pertanian 1 3 2 2

Rata-rata 2,4 1,91 2,7 2,1 Jumlah 27 22 30 25

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

71

Hasil perhitungan rating faktor eksternal (ancaman)

Informan

Ancaman

Transportasi yang belum mendukung

Kondisi cuaca

Adanya serangan hama

yang menyerang tanaman Satoimo

Wilayah pemasaran

Satoimo yang belum

terbatas

Ketersediaan sarana

produksi yang tidak

tepat waktu 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 3 2 1 2 1 2 4 2 1 1 2 2 5 1 1 1 2 1 6 1 1 2 1 2 7 2 2 1 1 2 8 3 1 1 3 2 9 2 2 1 1 3 10 3 1 2 1 2

Penyuluh 1 1 1 1 2 Dinas

Pertanian 1

1 2 2 1

Rata-rata 1,7 1,3 1,4 1,4 1,8 Jumlah 21 16 17 17 22

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

72

Lampiran 5. Perhitungan Bobot untuk Faktor Internal

Keterangan:

Nilai rata-rata SP (sangat penting) dimasukkan dalam bobot 0,39 - 0,50

Nilai rata-rata P (penting) dimasukkan dalam bobot 0,26 - 0,38

Nilai rata-rata CP (cukup penting) dimasukkan dalam bobot 0,13 - 0,24

Nilai rata-rata KP (kurang penting) dimasukkan dalam bobot 0,01 - 0,12

Nilai rata-rata TP (tidak penting) dimasukkan dalam bobot 0,0

Jumlah bobot faktor internal (kekuatan + kelemahan = 1,00) jumlahnya tidak

boleh melebihi skor total 1,00).

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

73

Hasil perhitungan bobot faktor internal (kekuatan)

Responden & Informan

Kekuatan Adanya sumber daya manusia

dalam usahatani Satoimo

Keadaan lahan yang mendukung

Biaya pengeluaran

sedikit

Terdapat banyak arahan dari penyuluh

terhadap petani 1 P CP KP P 2 SP CP CP CP 3 P P KP KP 4 P CP KP CP 5 SP CP KP KP 6 P P KP KP 7 P CP CP P 8 SP CP P KP 9 P P CP CP 10 SP CP KP CP

Penyuluh SP P CP P Dinas

Pertanian SP P CP P

Pedagang 1 P SP KP KP Pedagang 2 SP CP CP CP Konsumen 1 P P KP CP Konsumen 2 P CP KP CP Rata-rata P CP KP CP

Nilai 0,26 0,13 0,01 0,13

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

74

Hasil perhitungan bobot faktor internal (kelemahan)

Informan

Kelemahan Tidak adanya Bank

dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani

Satoimo

Waktu produksi

yang cukup lama

Saluran pemasaran yang belum

efektif

Kurangnya pemahaman

petani terhadap informasi harga

1 CP TP CP CP 2 P TP CP CP 3 P KP CP CP 4 CP KP CP P 5 KP KP P CP 6 CP TP KP P 7 KP KP CP CP 8 CP KP CP SP 9 CP TP CP CP 10 CP KP CP CP

Penyuluh P CP P P Dinas

Pertanian P CP P P

Pedagang 1 KP KP CP CP Pedagang 2 KP CP KP CP Konsumen 1 CP CP KP P Konsumen 2 CP KP CP CP Rata-rata CP KP CP CP Jumlah 0,13 0,01 0,13 0.13

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

75

Lampiran 6. Perhitungan Bobot untuk Faktor Eksternal

Keterangan:

Nilai rata-rata SP (sangat penting) dimasukkan dalam bobot 0,39 - 0,50

Nilai rata-rata P (penting) dimasukkan dalam bobot 0,26 - 0,38

Nilai rata-rata CP (cukup penting) dimasukkan dalam bobot 0,13 - 0,24

Nilai rata-rata KP (kurang penting) dimasukkan dalam bobot 0,01 - 0,12

Nilai rata-rata TP (tidak penting) dimasukkan dalam bobot 0,0

Jumlah bobot faktor internal (kekuatan + kelemahan = 1,00) jumlahnya tidak

boleh melebihi skor total 1,00).

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

76

Hasil perhitungan bobot eksternal (peluang)

Informan

Peluang

Berkembangnya teknologi pertanian

Meningkatnya permintaan masyarakat

terkait dengan bahan pangan

Sarana dan prasarana

mudah didapatkan

Adanya pemahaman petani

terkait dengan pengelolaan input

sampai output Satoimo

1 P KP P CP 2 CP P CP CP 3 CP CP CP P 4 CP CP KP CP 5 CP KP P CP 6 KP KP KP CP 7 P KP CP CP 8 P KP CP P 9 CP KP CP CP 10 CP CP CP P

Penyuluh P P CP P Dinas

Pertanian P P CP P

Pedagang 1 CP CP P CP Pedagang 2 P P CP CP Konsumen 1 P P P P Konsumen 2 CP CP KP CP Rata-rata CP KP CP CP Jumlah 0,13 0,01 0,13 0,13

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

77

Hasil perhitungan bobot faktor eksternal (ancaman)

Informan

Ancaman

Transportasi yang belum mendukung

Cuaca yang

berubah-ubah

Adanya serangan hama

yang menyerang tanaman Satoimo

Wilayah pemasaran

Satoimo yang masih

terbatas

Ketersediaan sarana

produksi yang tidak

tepat waktu

1 KP P CP P KP 2 KP CP P CP P 3 CP CP KP SP P 4 P CP KP CP KP 5 CP KP CP CP KP 6 KP CP CP P KP 7 KP P CP CP CP 8 KP CP CP P KP 9 CP CP P CP KP 10 KP CP CP CP KP

Penyuluh P P CP P P Dinas

Pertanian CP P CP P P

Pedagang 1 CP CP P CP KP

Pedagang 2 KP CP KP CP CP Konsumen

1 CP P P CP CP

Konsumen 2

P KP CP CP KP

Rata-rata KP CP CP CP KP Nilai 0,01 0,13 0,13 0,13 0,01

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

78

Lampiran 7. Peta Lokasi Penelitian

Gambar peta Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

79

Lampiran 8. Data Responden dan Informan

Data identitas responden di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng

Responden

No. Nama

Jeni

s K

elam

in

Um

ur (

thn)

Pen

didi

kan

Jum

lah

Tan

ggun

gan

Kel

uarg

a (o

rang

)

Pen

gala

man

K

erja

(th

n)

Lua

s la

han

(m2 )

1. Syahril L 32 SMA 2 15 0,05 2. Dg. Erang L 57 Tidak Sekolah 6 40 0,16 3. Abd. Malik L 36 SMP 2 19 0,15 4. Hamsa L 43 SMA 5 30 0,17 5. Dg. Gassing L 50 SD 5 41 0,08 6. Sampe L 44 Tidak Sekolah 4 31 0,14

7. Kaharuddin L 39 SMP 3 20 0,11

8. Dg. Sangkala L 46 Tidak Sekolah 4 32 0,17

9. Marwiah P 55 SMA 4 41 0,10 10. Saripah P 49 SMA 3 40 0,10

Data identitas informan

Informan

No. Nama Jenis Kelamin

Umur (thn) Pendidikan Uraian

1. Suhaemi P 44 Strata 1 Dinas Pertanian 2. Syahrir L 52 Strata 1 Penyuluh 3. Riska P 23 Mahasiswa Konsumen 4. Ahmad L 28 SMA Konsumen

5. Rosma P 39 SMA Pedagang

6. Jabal Nur L 54 SMP Pedagang

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

80

Lampiran 9. Dokumentasi

Gambar 1. Wawancara Petani Satoimo Gambar 2. Wawancara Konsumen Satoimo

Gambar 3. Kunjungan Penyuluh Pertanian Gambar 4. Bibit Satoimo siap tanam

Gambar 5. Menanam Bibit Satoimo Gambar 6. Kunjungan Dinas Pertanian

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...

81

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Yuyun Ika Wahyuni dilahirkan di

Bantaeng tanggal 02 April 1997 dari bapak Jamaluddin S. dan ibu

Satriani S. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan Formal yang telah dilalui oleh penulis adalah TK Aisyiyah

Rappoa pada tahun 2002, SD No. 41 Rappoa tahun 2008, MTs. Muhammadiyah

Bantaeng tahun 2011, MA. Muhammadiyah Bantaeng tahun 2014, dan pada tahun

2014 mendaftar sebagai mahasiswi jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis Aktif di PRAMUKA pada tahun 2009-2011, selain dari pada itu,

penulis juga menjadi pengurus PR IPM MTs. Muhammadiyah Bantaeng pada

tahun 2010-2011, pengurus PR IPM MA. Muhammadiyah Bantaeng tahun 2011-

2013, Pengurus PD IPM Bantaeng tahun 2014-2016, pengurus FKMBT tahun

2016-2018, pengurus PW IPM Sulawesi Selatan tahun 2016-2020. Tugas akhir

penulis dalam bidang pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang

berjudul “Strategi Pengembangan Satoimo (Studi Kasus di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng)”.