STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...
Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG ...
0
STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG KECAMATAN ULUERE
KABUPATEN BANTAENG
YUYUN IKA WAHYUNI 105960182014
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019
i
STRATEGI PENGEMBANGAN SATOIMO DI DESA BONTO DAENG KECAMATAN ULUERE
KABUPATEN BANTAENG
YUYUN IKA WAHYUNI
105960182014
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
iii
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strategi
Pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten
Bantaeng adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka bagian akhir skripsi.
Makassar, Agustus 2019
Yuyun Ika Wahyuni 105960182014
v
ABSTRAK
Yuyun Ika Wahyuni. 105960182014. Strategi Pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten bantaeng. Dibimbing oleh RATNAWATI TAHIR dan ASRIYANTI SYARIF.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) serta strategi yang dapat di terapkan pada pengembangan Satoimo.
Penelitian ini menggunakan responden dari petani satoimo sejumlah 10 orang dan informan dari dinas pertanian 1 orang, penyuluh 1 orang, pedagang 2 orang serta konsumen sejumlah 2 orang. Penentuan responden dan informan menggunakan metode yang dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan petani yang lahannya digunakan untuk membudidayakan usaha Satoimo, serta informan yang menguasai tentang usahatani Satoimo. Analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT untuk menentukan strategi pengembangan Satoimo.
Hasil penelitian menunjukkan banwa berdasarkan analisis faktor internal dan faktor eksternal usahatani Satoimo berada pada posisi VIII pada Matriks IE yaitu pertumbuhan. Sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah strategi diversifikasi konglemerat yaitu konsentrasi pada peningkatan produksi terutama pada upaya pembukaan lahan, mengajak dan mendorong petani untuk menanam Satoimo.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam selalu
penulis curahkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para
pengikutnya, sehingga alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skrisi dengan
judul “Strategi Pengembangan Satoimo (Studi Kasus Desa Bonto Daeng
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng)” merupakan tugas akhir yang diajukan
sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Mahassar.
Merangkai kata menjadi kalimat, kemudian membahas dan menyatukan
menjadi suatu karya ilmiah merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk
secepatnya diselesaikan karena diperlukan pemikiran, dan konsentrasi penuh
untuk dapat mewujudkannya.
Dari lubuk hati yang terdalam penulis mengucapkan permohonan maaf
dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Jamaluddin S. dan
Ibunda Satriani S. tercinta yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih
sayang dalam membesarkan, mendidik dan mendukung penulis, yang tidak henti-
hentinya memanjatkan doa demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis, juga
untuk saudaraku tersayang, Nunung Isnaeni Wahyuni, Gugun Tri wahyudi, Bubun
Arbai Wahyudi, dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat
kepada penulis. Begitu pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :
vii
1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, para Wakil Rektor, Ayahanda Dr. Ir. H.
Muhammad Syaiful Saleh, M.Si., selaku Ketua BPH Univeritas
Muhammadiyah Makassar dan seluruh Staf Universitas Muahmmadiyah
Makassar yang telah memberikan bantuan dan pelayanan maksimal.
2. Bapak H. Burhanuddin, S.Pi., M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian dan juga
kepada Wakil Dekan Fakultas Pertanian, seluruh Civitas Akademik Fakultas
Pertanian, serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan bantuan, didikan, dan ilmu
yang selama ini telah diberikan kepada penulis.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Jurusan dan Bapak
Nadir S.P., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si., selaku Pembimbing I serta Ibu
Asriyanti Syarif. S.P., M.Si., selaku Pembimbing II, yang senang tiasa selalu
menyempatkan waktunya membimbing dan mendidik penulis selama
menyusun skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Dr. H. Abdul Halil, S.P., M.P., selaku Penguji I dan Bapak Ardi
Rumallang, S.P., M.P., selaku Penguji II yang telah mengarahkan penulis.
6. Kepada Pemerintah Kabupaten Bantaeng beserta jajarannya yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
7. Sahabat dan teman spesial Riska Ayu Ningsih, Alfitriah Arsyad, Anita
Shaleha, Megawati, Ilham Riyadi, Irfan HS, Irna, Mawar, Irma, Nur Fajri,
Qadri Amir, Haeruddin, Ansar Amir, Ikhwan, Rifai yang selama ini selalu
viii
mau direpotkan, selalu membantu, memberikan semangat, arahan dan
motivasi kepada penulis.
8. Saudara-saudara saya di Angkatan Muda Muhammadiyah, Khususnya di
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan yang selalu memberikan
semangat yang tiada henti-hentinya serta kebersamaannya selama ini.
9. Teman-teman terkasih Klorofil, Agribisnis 2014, terimakasih banyak atas
semangat dan kebersamaannya selama ini.
10. Saudara-saudara saya di FKMBT, terimakasih banyak atas kebersamaan dan
semangat yang telah diberikan selama ini.
11. Serta terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
namanya satu persatu yang selama ini membantu dan mendukung sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhir kata penulis sangat bersyukur dan menyadari bahwa ada banyak
kendala yang telah di hadapi, akan tetapi kendala yang dihadapi mampu
diselesaikan dengan baik. Berkat arahan, bimbingan, motivasi dan doa bebagai
pihak, semoga bantuan dan budi baik yang telah di berikan kepada penulis
mendapat imbalan amal saleh yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin. Namun,
penulis mengerti bahwa hasil penelitian ini masih perlu untuk di sempurnakan
lagi. Oleh karena itu mohon kepada para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membengun. Nuun Walqalami Wama Yasturuun
Makassar, Agustus 2019
Yuyun Ika Wahyuni
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI......................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... iv
ABSTRAK.................................................................................................. v
KATAPENGANTAR……………………………………………………. vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………... ix
DARTAR TABEL……………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………..……… xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xiv
I. PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang………………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………….…. 5
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………… 5
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 7
2.1. Satoimo……………………………………………………….. 7
2.2. Strategi Pengembangan………….……………………………. 9
2.3. Analisis SWOT……………………………………………….. 11
2.4. Kerangka Pemiliran……………………………………….…... 13
III. METODE PENELITIAN………………………………………….. 15
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..………………………………... 15
x
3.2. Teknik Penentuan Responden dan Informan………...……….. 15
3.3. Jenis dan Sumber Data……………………………………….. 16
3.4. Teknik Pengumpulan Data….………………………………... 17
3.5. Teknik Analisis Data………………..…………………….….. 17
3.6. Definisi Oprasioanal…………………………..……………… 27
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.............................. 28
4.1. Luas dan Letak Geografis……………………………………. 28
4.2. Keadaan Penduduk…………………………………………… 29
4.3. Agroklimatologi………………………………………………. 30
4.4. Jenis Pekerjaan Penduduk………………………………….… 31
4.5. Pola Penggunaan Lahan……………………………………… 32
4.6. Sarana dan Prasarana…………………………………………. 32
V. HASIL DAN PEMBAHASA............................................................ 34
5.1. Sumber Daya…………………………………………………. 34
5.2. Faktor Internal dan Eksternal…………………………………. 40
5.3. Strategi……………………………………………………….. 42
5.4. Analisis SWOT……………………………………………..… 43
VI. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 55
6.1. Kesimpulan…………………………………………………… 55
6.2. Saran………………………………………………………….. 55
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 57
LAMPIRAN................................................................................................ 59
RIWAYAT HIDUP.................................................................................... 81
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman Teks
1. Komposisi Zat yang Terkandung Dalam 100 g Satoimo .................. 9
2. Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) ...................... 20
3. Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) .................. 22
4. Matriks SWOT.................................................................................. 23
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 29
6. Data Sebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaannya ......................... 31
7. Pola Penggunaan Lahan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng, 2019 ............................................................... 32
8. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Desa Bonto Daeng ............. 33
9. Umur Petani Responden dan Informan di Desa Bonto Daeng
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019 ................................ 35
10. Tingkat Pendidikan Petani Responden dan Informan di Desa
Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019 .......... 36
11. Pengalaman Kerja Petani Responden di Desa Bonto Daeng
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng,2019 ................................. 37
12. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden dan Informan di
Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019 . 38
13. Luas Lahan Petani Responden di Desa Bonto Daeng Kecamatan
Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019 ................................................... 39
xii
14. Identifikasi Faktor-Faktor yang Menjadi Kekuatan, Kelemahan,
Peluang dan Ancaman Terhadap Pengembangan Satoimo. .............. 41
15. IFAS (Internal Faktor Analysis Summary)....................................... 44
16. IFAS (Internal Faktor Analysis Summary)....................................... 47
17. Matriks SWOT.................................................................................. 51
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman Teks
1. Kerangka Pikir Potensi Pengembangan Satoimo di Desa Bonto
Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. ................................ 14
2. Matriks Internal Eksternal (IE) ........................................................... 24
3. Matriks Internal Eksternal (IE) ........................................................... 53
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman Teks
1. Kusioner Penelitian…………………………………………………. 59
2. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal………...……………….... 65
3. Perhitungan Rating untuk Faktor Internal…..…..........…...…….….. 66
4. Perhitungan Rating untuk Faktor Eksternal...……..........…………... 69
5. Perhitungan Bobot untuk Faktor Internal........................................... 72
6. Perhitungan Bobot untuk Faktor Eksternal........................................ 75
7. Peta Lokasi Penelitian………………………………………………. 78
8. Data Responden dan Informan…………………..…………….…… 79
9. Dokumentasi……………………………...………………………… 80
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian dihadapkan kepada kondisi lingkungan strategis
yang terus berkembang secara dinamis dan menjurus kepada liberalisasi
perdagangan internasional, untuk memanfaatkan peluang yang ada, maka
pembangunan pertanian harus lebih difokuskan kepada komoditi-komoditi
unggulan yang dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.
Kondisi ini menjadi dasar yang kuat bagi pemerintah untuk mempercepat laju
pembangunan pertanian di Indonesia secara lebih modern dengan tujuan untuk
memantapkan swasembada pangan sebagai dasar utama untuk menjaga stabilitas
nasional (Daniel, 2002).
Salah satu komoditi yang saat ini memiliki prospek yang cukup tinggi,
dimana permintaan pasar internasional meningkat terutama di Jepang yaitu
komoditi Talas. Komoditi Talas Satoimo tergolong ke dalam suku Talas-talasan
atau Araceae yang mudah dikembangbiakkan dan memiliki tingkat produktivitas
yang cukup tinggi. Tingginya permintaan komoditi Talas Satoimo dari Jepang
membuka peluang budidaya usahatani komoditi Talas Satoimo yang semakin luas.
Selain itu, kebutuhan karbohidrat dari tahun ke tahun terus meningkat,
sementara, penyediaan karbohidrat dari serealia saja tidak mencukupi, sehingga
peranan tanaman penghasil karbohidrat dari umbi-umbian khususnya Talas
semakin penting. Talas merupakan bahan pangan yang rendah lemak, bebas
gluten dan mudah dicerna sehingga berguna dalam berbagai hidangan. Tanaman
Talas juga merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan
2
cukup strategis tidak hanya sebagai sumber bahan pangan, dan bahan baku
industri tetapi juga untuk pakan ternak dan memiliki fungsi utama sebagai obat
yang bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, diantaranya
penyakit kanker (Minantyorini dan Somantri, 2002).
Oleh karena itu tanaman Talas menjadi sangat penting artinya dalam
penyedian bahan pangan karbohidrat non beras, dalam diversifikasi atau
penganekaragaman konsumsi pangan lokal, substansi gandum/terigu,
pengembangan industri pengolahan hasil dan agroindustri serta komoditi strategi
sebagai pemasok devisa melalui ekspor.
Di beberapa daerah/provinsi tanaman Talas telah banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pangan, diversifikasi pangan maupun bahan pakan ternak serta
bahan baku industri. Tanaman Talas memiliki nilai ekonomi yang tertinggi karena
hampir sebagian besar bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk konsumsi
manusia. Tanaman Talas yang merupakan penghasil karbohidrat berpotensi
sebagai suplemen/subtsitusi beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan,bahan
baku industri dan lain sebagainya.
Satoimo mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan karena
berbagai manfaat dan dianggap umbi tanaman potensial dengan ekspor massa ke
Jepang. Satoimo merupakan salah satu jenis Talas yang memiliki ukuran umbi
kecil (small corm taro) yang disebut juga sebagai Satoimo atau Talas Safira yang
diperdagangkan secara internasional. Negara konsumen Satoimo terbesar di dunia
khususnya untuk makanan pokok adalah Jepang. Lima puluh persen penduduk
Jepang yang berjumlah ±120 juta orang, mengkonsumsi Satoimo sebagai
makanan pokok selain beras. Sehingga saat ini kebutuhan Jepang mencapai
3
+360.000 ton pertahun, sedangkan kapasitas produksi di Jepang terus menurun
hingga 250.000 ton pertahun, karena keterbatasan lahan dan faktor iklim yang
tidak memungkinkan untuk bertani sepanjang tahun (Seameo, 2013).
Kondisi demikian membuka peluang ekspor Indonesia ke Negara tersebut
dan telah mendorong pemerintah daerah di Indonesia antara lain ke Pahiang,
Cisarua, Bantaeng, Malang dan Buleleng untuk menggalakkan para petani
mengembangkan Satoimo sebagai komoditas ekspor. Pengembangan budidaya
tanaman tersebut mengakibatkan perlunya ketersediaan bibit dalam jumlah yang
cukup secara kontinyu, namun seringkali terkendala oleh musim, ketersediaan
lahan serta waktu penanaman yang lama. Kultur jaringan tanaman banyak
dikembangkan untuk dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak, waktu
yang singkat, bebas hama dan penyakit, tidak tergantung musim serta kebutuhan
bibit awal yang lebih sedikit.
Di Sulawesi Selatan, sentra produksi Talas ada pada dua Kabupaten yaitu:
Banteng dan Pinrang. Talas merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang
mendapat prioritas untuk dikembangkan karena disamping sebagai salah satu
sumber utama karbohidrat dan protein. Selain itu merupakan bahan baku industri
pangan dan pakan ternak sehingga mempunyai potensi permintaan pasar yang
besar.
Pemerintah Kabupaten Bantaeng sangat mendorong Petani untuk
melakukan inovasi-inovasi baru pada usahatani yang telah digeluti. Beberapa
waktu lalu telah melakukan uji coba penenaman Satoimo di beberapa Desa di
Kabupaten Bantaeng, dimana beberapa tahun tekahir banyak di perbincangkan
4
masyarakat Kabupaten Bantaeng khususnya masyarakat di Desa Bonto Daeng.
Satoimo ini sangat asing di telinga masyarakat khususnya di Desa Bonto Daeng.
Uluere adalah sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng yang
tertelak di bagian utara Kabupaten Bantaeng dan juga termasuk salah satu
Kecamatan yang berada pada dataran tertinggi. Kecamatan Uluere merupakan
salah satu Kecamatan penghasil sayuran, umbi-umbian dan buah-buahan di
Kabupaten Bantaeng karna tanahnya yang subur serta lahan dan iklimnya bagus
untuk tanaman komoditi sayuran, umbi-umbian dan buah-buahan. Kecamatan
Uluere menjadi salah satu tempat agrowisata dataran tinggi di Kabupaten
Bantaeng. Terlebih lagi adanya hutan desa yang luas sehingga kebijakan
pembangunan di desa ini sangat di perhatikan oleh pemerintah.
Hal tertsebut melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai Strategi Pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan
Uluere Kabupaten Bantaeng.
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat
dikemukakan yaitu:
1. Bagaimana faktor internal (kekuatan dan kelemahan), faktor eksternal
(peluang dan ancaman) dalam strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto
Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng?
2. Bagaimana strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng,
Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini ialah sebagai berikut:
3.1.1. Tujuan penelitian
1. Mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan), faktor eksternal
(peluang dan ancaman) dalam pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng,
Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng.
2. Mengetahui alasan pemerintah merekomendasikan petani untuk memproduksi
Satoimo di Kabupaten Bantaeng.
3.1.2. Kegunaan penelitian
1. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan atau wawasan bagi peneliti.
2. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai pengembangan
Satoimo.
3. Sebagai bahan referensi atau acuan untuk peneliti selanjutnya.
6
4. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Satoimo
Satoimo merupakan salah satu jenis Talas-talasan, yang di kenal
masyarakat dengan nama Talas Jepang atau Talas Safira. Tanaman Talas berasal
dari daerah Asia Tenggara selanjutnya Talas menyebar ke Cina, Jepang, daerah
Asia Tenggara dan beberapa pulau di Samudera Pasifik kemudian terbawa oleh
migrasi penduduk ke Indonesia. Di Indonesia Talas biasa dijumpai hampir di
seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m
dari permukaan laut. tanaman ini berperawakan tegak dengan tinggi 1 m atau
lebih. Talas merupakan tanaman pangan yang berupa herbal dan merupakan
tanaman semusim atau tanaman sepanjang tahun (Purwono dan Heni, 2007).
Tingkat produksi tanaman Talas tergantung pada kultivar, umur tanam dan
kondisi lingkungan tempat tumbuh, pada kondisi optimal produktivitas Talas
dapat mencapai 30 ton/hektar (Rahmawati dan Kusumastuti, 2012).
Karakteristik tanaman Talas adalah, memiliki perakaran liar, berserabut
dan dangkal.Batang yang tersimpan dalam tanah pejal, bentuknya menyilinder
(membulat), umumnya berwarna cokelat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak
yang terdapat diatas lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas (stolon).
Daun memerisai dengan tangkai panjang dan besar (Syahbania 2012). Beberapa
varietas Talas dikarakterisasi penampakan umbinya, beratnya serta dihitung
rendemennya. Pengamatan karakter umbi pada saat panen meliputi bentuk umbi,
warna kulit umbi, warna daging umbi panjang umbi dan berat umbi.Karakter
8
umbi Talas yang diamati menurut deskriptor plasma nutfah Talas (Minantyorini
dan Somantri, 2002).
Menurut Muchtadi (2010), umbi Talas mengandung kristal kalsium oksalat
yang menyebabkan rasa gatal, rasa gatal dari Talas dapat dihilangkan dengan
perebusan dan pengukusan yang intensif. Penurunan kadar kalsium oksalat yang
paling baik pada umbi Talas diperoleh dari proses pemanasan dengan suhu 600 C
yang dilanjutkan dengan penambahan NaHCO3 6 persen, penurunan kadar
kalsium oksalat sebesar 98,52 persen dari kadar awalnya atau tersisa 16,2 mg/100
g Talas. Menurut Mayasari (2010), perendaman umbi Talas dalam larutan garam
NaCl 10 persen selama 60 menit dapat mereduksi oksalat sebesar 93,62 persen.
Satoimo memang berbeda dengan Talas jenis lainnya, yang selama ini
nyaris dipandang sebelah mata oleh petani karena harga pasarnya yang sangat
rendah, akan tetapi, Talas Satoimo adalah Talas dewa yang harga pasarnya di
Jepang terbilang mahal.
Berbeda dengan jenis Talas lainnya, Satoimo selain bisa diolah menjadi
pangan olahan pengganti kentang dan terigu seperti tart, kue kering, pie atau
makanan ringan, Satoimo ini bisa dikonsumsi langsung dalam keadaan mentah,
rasanya yang mirip-mirip dengan salak pondoh membuat sebagian orang
menyebutnya keladi salak. Kalau anda pernah mencicipi oleh-oleh dari Jepang
berupa Taro Snack atau pie Genji Taro, itu merupakan contoh dari pangan olahan
yang berbahan dasar Satoimo.
Disamping menjadi bahan pangan alternatif bahkan pangan utama warga
Jepang, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Satoimo memiliki
9
kandungan Hyalitrotic Acid yang merupakan senyawa pembentuk Collagen, salah
satu jenis protein yang diyakini bisa memperlambat proses penuaan kulit. Tepung
Satoimo juga banyak dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan berbagai
kosmetik, terutama kosmetik untuk perawatan kulit (Fatan, 2015).
Komposisi zat yang terkandung dalam 100 g Talas, dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Tabel 1. Komposisi Zat yang Terkandung dalam 100 g Talas
Komponen Satuan Talas Mentah
Talas Kukus Talas Rebus
Energi Kal 98 120 - Protein Gr 1,9 1,5 1,17 Lemak Gr 0,2 0,3 29,31 Karbohidrat Gr 23,7 28,2 0,026 Kalsium Mg 28,0 31,0 - Fospor Mg 61,0 63,0 - Besi Mg 1,0 0,7 - Vit. A RE 3,0 0 - Vit. C Mg 4,0 2,0 - Vit. B1 Mg 0,13 0,05 - Air Ml 73,0 69,2 61,0
Sumber : Rawuh, 2008 dalam Syahbania, 2012.
3.2. Staregi Pengembangan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Strategi merupakan rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.Strategi adalah tujuan
jangka panjang, program tindak lanjut, serta pendayagunaan dan alokasi sumber
daya yang penting untuk mencapai tujauan tersebut. Pemahaman yang baik
mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat
menentukan suksesnya strategi yang disusun (Chandler, 1962 dalam Rangkuti,
2016).
10
Menyimak pengertian tersebut tadi maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
strategi adalah suatu sistem perencanaan yang di buat untuk suatu obyek yang
merupakan informasi menjadikannya sebagai alat dalam mengambil keputusan
oleh pihak yang berkepentingan atau bertanggung jawab atas strategi tersebut.
Sedangkan pengembangan menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah
proses, cara, perbuatan mengembangkan. Proses kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok pada suatu daerah untuk memenuhi kebutuhannya agar
tercapai tujuan.
Strategi pengembangan dalam kehidupan sehari-hari biasanya di artikan
dengan suatu cara, rancangan, konsep perencanaan yang di lakukan seseorang
atau kelompok untuk mencapai tujuannya. Dalam hal ini bisa di lihat program
pemerintah pada umumnya ialah pembangunan. Baik itu pembangunan pertanian,
pembangunan ekonomi dan lain sebagainya. Dalam mewujudkan program
pembangunan maka disetiap programnya di buatkan strategi pengembangan.
Misalnya, pada pembangunan pertanian pemerintah pada umumnya
merekomendasikan setiap instansi terkait untuk melakukan penanganan secara
maksimal dan mengembangkan produk baru yang sesuai dengan kondisi pada
daerah masing-masing.
11
2.3. Analisis SWOT
Analisis SOWT adalah instrument perencanaan strategis yang
menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Instrument tersebut memberikan cara utuk memeperkirakan cara terbaik untuk
melaksanakan sebuah strategi yang bisa dicapai dan perlu diperhatikan (New
Weave, 2007).
Analisis SWOT bertujuan menganalisis potensi/kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman pengembangan Satoimo di Sulawesi Selatan. Kekuatan
dan kelemahan merupakan faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor eksternal. Analisis SWOT identifikasi berbagai faktor secara
sisitematis untuk merumuskan strategi usahatani. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (treats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan. Dengan
demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor
strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada
saat ini (Rangkuti,2016).
Lingkungan diartikan sebagai tempat yang tidak terlepas dari suatu kondisi,
situasi, dan peristiwa yang mempengaruhi perkembangan setiap usaha. Setiap
pengelolaan usaha diupayakan sedapat mungkin menyederhanakannya melalui
penyelidikan/observasi terhadap berbagai faktor lingkungan. Oleh karena itu, perlu
ditetapkan kriteria untuk mempelajari lingkungan internal dan eksternal.
12
Lingkungan memiliki pengaruh nyata terhadap kemungkinan kebehasilan dan
kegagalan agribisnis sehingga timbul peluang dan ancaman usaha. Melalui analisis
peluang maka strategi usaha dapat disusun dengan memerhatikan analisis faktor
internal, yang terdiri atas unsur kekuatan dan kelemahan usahatani. Dengan demikian
identifikasi kekuatan dan kelemahan diarahkan untuk mengeksploitasi peluang dan
mengatasi ancaman.
Sebagai suatu kegiatan ekonomi, usahatani Talas tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas pendidikan,
sumberdaya manusia, produktivitas, modal, tenaga kerja, dan pengalaman berusaha
tani, sedangkan faktor eksternal meliputi kelembagaan, pemasaran, infrastruktur, dan
kebijakan pemerintah.
Dalam penyususnan strategi, hasil dianalisis sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan, diarahkan pada penilaian lingkungan (ekternal dan internal) melalui
proses analisis tersebut, yaitu meliputi kondisi, situasi, keadaan, peristiwa dan
pengaruh-pengaruh didalam dan disekeliling yang berdampak pada kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman.
Menurut Rangkuti (2016) proses penyusunan perencanaan strategi melalui
tiga tahap analisis yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap
pengambilan keputusan (penyusunan strategi). Adapun strategi pada analisis
SWOT ialah sebagai berikut:
a. Strategi S-O, yaitu strategi yang di buat dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.
b. Strategi S-T, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
13
c. Strategi W-O, yaitu strategi yang diterapkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi W-T, yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
2.4. Kerangka pemikiran
Bantaeng merupakan daerah yang secara agroklimatologi memiliki
potensi untuk tanaman Satoimo, sehingga sangat mendukung petani
membudidayakan Satoimo. Satoimo merupakan jenis umbi-umbian yang terbilang
langkah dan harganya terbilang mahal karena merupakan makanan pokok di
Jepang yang manfaat dan kasiatnya sangat baik untuk kesehatan. Sehingga
menjadi salah satu jenis tanaman ekspor.
Dalam pengembangan Satoimo memiliki kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman, agar Satoimo dapat berkembang maka perlu dilakukan strategi,
Dimana strategi tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT.
Bersasarkan permasalahn yang telah diidentifikasi dari faktor internal dan
faktor eksternal, dapat ditetapkan sasaran-sasaran yang menjadi dasar untuk
merumuskan tindakan-tindakan prioritas yang dihasilkan akan dapat diperoleh
gambaran yang lebih komprehensif untuk merumuskan strategi pengembangan
Satoimo di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng.
Dari uraian-uaraian di atas dapat dilihat skema kerangka pemikiran dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Potensi Satoimo
14
| | | | | | | | | | | |
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ |
Gambar 1. Kerangka pikir strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.
Faktor Internal - Kekuatan - Kelemahan
Strategi Pengembangan
Satoimo
Faktor Internal - Kekuatan - Kelemahan
15
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian di lakukan di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten
Bantaeng. lokasi penelitian dipilih karena Desa Bonto Daeng merupakan salah
satu Desa yang memproduksi Satoimo di kabupaten Bantaeng. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2019.
3.2. Teknik Penentuan Responden dan Informan
Teknik penentuan responden dan informan yang di gunakan yaitu metode
purposive sampling, yaitu penentuan sampel di lakukan dengan cara sengaja,
dengan langsung memilih petani yang memproduksi Satoimo yang ada di Desa
Bonto Daeng berdasarkan informasi dari penyuluh pertanian Desa Bonto Daeng di
ketahui bahwa tidak semua petani melakukan penanaman Satoimo. Sehingga
diperoleh petani sebanyak 10 orang sebagai responden. Sedangkan untuk
penyuluh yang menjadi informan yaitu 1 orang, informan dari dinas pertanian 1
orang, pedagang diperoleh informan sebanyak 2 orang dan konsumen 2 orang
sehingga total informan 6 orang. Dengan demikian jumlah keseluruhan adalah 16
orang.
16
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Jenis data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini ialah jenis data kualitatif
(deskriptif) sumber data diperlukan untuk mendapatkan data atau informasi yang
berhubungan fokus penelitian.
3.3.2. Sumber data
Dalam penelitian ini , sumber dan jenis data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder.
a. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer di
gunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan informasi dengan cara
mewawancarai responden (informan) yang telah di tentukan oleh peneliti.
b. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh melalui media perantara
atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada,
atau arsip, baik yang di publikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara
umum. Dengan kata lain, peneliti memperoleh data dengan cara berkunjung ke
pusat kajian, instansi pemerintahan, pusat arsip atau dari buku atau jurnal yang
berhungan dengan penelitian.
17
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
3.4.1. Observasi, teknik observasi ialah dilakukannya pengamatan fenomena
sosial secara langsung dan teliti dalam proses kegiatan pengolahan data
berkaitan dengan kebutuhan informasi pada tempat penelitian.
3.4.2. Wawancara, teknik wawancara atau interview dilakukan dengan jalan
wawancara secara langsung dengan petani responden yang berhubungan
dengan penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan maksud untuk
memperoleh informasi secara langsung untuk dijadikan data yang tidak di
peroleh dari sumber data yang lain.
3.4.3. Dokumentasi, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
meneliti berbagai macam dokumen yang relevan dan berguna untuk bahan
analisis penelitian ini.
3.5. Teknik Analisis Data
3.5.1. Teknik deskriptif kualitatif
Analisis data yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat
diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian
kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan
penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur prosedur
statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya. Melalui penelitian kualitatif
18
peneliti dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam
kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih,
hubungan antar variabel yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta
pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya.
3.5.2. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek.
Tujuan dari setiap analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi faktor kunci
yang datang dari lingkungan internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
strength (S) (kekuatan) dan weakness (W) (kelemahan). Dan faktor eksternal
meliputi, opportunity (O) (peluang) dan threat (T) (ancaman). Maka dari itu, telah
kita ketehui bersama bahwa pengembangan Satoimo tidak terlepas dari adanya
faktor internal dan eksternal sehingga peneliti menggunakan analisis SWOT untuk
menganalisis strategi pengembangan Satoimo di Kabupaten Bantaeng.
Pengolahan data yang dilakukan dengan mengidentifikasikan faktor
internal dan eksternal kemudian menggunakan analisis SWOT melalui matriks
IFAS (identifikasi kekuatan dan kelemahan) dan EFAS (identifikasi peluang dan
ancaman), kemudian menggunakan matriks SWOT untuk memperoleh beberapa
alternatif strategi. Setelah itu, menggunakan matriks IE untuk memperoleh
strategi pengembangan Satoimo. Perangkat analisis yang digunakan untuk
menganalisis data adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi faktor eksternal dan faktor internal
19
Sebelum merumuskan alternatif strategi melalui matriks SWOT maka
dilakukan identifikasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan kekuatan
dan kelemahan (Faktor internal), peluang dan ancaman (Faktor eksternal). Berikut
adalah cara menentukan faktor strategi eksternal dan internal beserta tabelnya
(Rangkuti, 2016):
➢ Faktor Internal
Selanjutnya mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal, suatu tabel
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan
faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka kekuatan dan kelemahan.
Adapun tahap-tahapnya ialah sebagai berikut:
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan petani pada
kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai 1,0 (paling
penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap posisi strategis (semua bobot jumlah bobot faktor internal
(kekuatan + kelemahan = 1,00) jumlahnya tidak boleh melebihi skor total
1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (dibawah rata-
rata), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usahatani yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)
dengan membandingkan dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama.
Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Misalnya, apabila
20
kelemahan besar sekali di bandingkan dengan rata-rata industri, nilainya
adalah 1, sedangkan apabila kelemahan dibawah rata-rata maka nilainya
adalah 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4
e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi petani yang bersangkutan.
Tabel 2. Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan 1. 2. ........dst
Kelemahan 3. 4. .......dst
Total Sumber Rangkuti (2016)
Pada kolom matriks IFAS, diberi rating mulai dari 1 sampai 4 pada setiap
faktor internal untuk menunjukan seberapa afektif strategi petani saat ini
menjawab faktor-faktor tersebut, dimana:Nilai 1= rendah, respon kurang; Nilai 2=
sedang, respon sama dengan rata-rata; Nilai 3= tinggi, respon diatas rata-rata dan
Nilai 4= sangat tinggi, respon superior.
➢ Faktor strategi eksternal :
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman petani responden
pada kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling
penting) sampai 0,0 (tidak penting), faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat
21
memberikan dampak terhadap faktor strategis. (semua bobot jumlah bobot
faktor eksternal (peluang + ancaman = 1,00) jumlahnya tidak boleh melebihi
skor total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (dibawah rata-
rata), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi petani yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluang kecil, maka
di beri rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar, ratingnya adalah 1. Dan jika nilai
ancaman sedikit maka ratingnya 4.
d. Kalikan bobot (pada kolom 2) dengan rating (pada kolom 3) untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari
4,0 (sangat baik) sampai dengan 1,0 (dibawah rata-rata).
e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi petani yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana usahatani tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan usahatani
ini dengan usahatani lainnya dalam kelompok yang sama.
22
Tabel 3. Eksternal Strategic Factor Analysis Summary (EFAS)
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang 1. 2. .........dst
Ancaman 1. 2. ........dst
Total Sumber: Rangkuti (2016).
Pada kolom matriks EFAS, diberi rating mulai dari 1 sampai 4 pada
setiap faktor internal untuk menunjukkan seberapa efektif strategi petani saat ini
menjawab faktor-faktor tersebut, dimana:
Nilai 1= rendah, respon kurang
Nilai 2= sedang, respon sama dengan rata-rata
Nilai 3= tinggi, respon diatas rata-rata
Nilai 4= sangat tinggi, respon superior
2) Matriks SWOT
Alat yang di pakai untuk menyusun faktor-faktor strategi ialah matriks
SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang di hadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan
alternatif strategis yaitu, strategi S-O yakni memanfaatkan kekuatan dan peluang
yang ada; strategi S-T yakni menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman; strategi W-O yakni memanfaatkan peluang yang ada untuk
meminimalkan kelemahan; Strategi W-T yakni berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
23
Tabel 4. Matriks SWOT IFAS
EFAS
STRENGTH (S) Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal
WEAKNESS (W) Tentukan 5-10 faktor-
faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor peluang eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang THREATHS (T)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk
menghindari ancaman Sumber: Rangkuti (2016)
3) Matriks Internal Eksternal (IE)
Tahap untuk menghasilkan alternatif strategi dengan memadukan faktor
internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap input. Pada tahap ini
digunakan alat analisis matriks IE. Tujuan menggunakan model ini adalah untuk
mengukur seluruh pengaruh internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi.
Dengan tujuan untuk memperoleh strategi yang akan di ambil. Matriks IE dapat
dilihat pada Diagram 2 berikut:
24
Total Skor Faktor Internal
4,0 Kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0 Tinggi
3,0
Total skor Sedang Faktor
Ekternal 2,0
Rendah
1,0
Sumber: Rangkuti (2016)
Gambar 2. Matriks Internal Eksternal (IE)
Diagram tersebut di atas dapat mengidentifikasi 9 sel strategi, akan tetapi
pada prinsipnya dapat di kelompokkan menjadi 3 strategi, yaitu:
❖ Strategi pertumbuhan (Growth Strategy) yang merupakan pertumbuhan
usahatani itu sendiri (sel 1, 2 dan 5) atau upaya diverifikasi (sel 7 dan 8).
❖ Strategi stabilitas (stability strategy) yaitu strategi yang diterapkan tanpa
mengubah arah strategi yang telah ditetapkanya. (sel 4).
❖ Strategi pengecilan atau penciutan (retrenchment strategy) (sel 3,6 dan 9)
adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan.
Untuk penjelasan lebih detail mengenai sembilan strategi yang terdapat
pada sel Matriks IE akan dijelaskan tindakan dari masing-masing strategi
(Rangkuti, 2016). Yaitu sebagai berikut:
a) Strategi pertumbuhan (Growth Strategy)
Didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset
keuntungan maupun kombinasi dari ketiganya. Hal ini dicapai dengan cara
menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas
I
Pertumbuhan
II
pertumbuhan
III
Penciutan
IV
Stabilitas
V
Pertumbuhan
Stabilitas
VI
Pencuitan
VII
Pertumbuhan
VIII
pertumbuhan
IX
Likuidasi
25
produk/jasa atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Usaha yang dapat
meningkatkan profit. Cara ini merupakan strategi terpenting apabila kondisi petani
tersebut berada dalam pertumbuhan yang cepat dan terdapat kecenderungan
pesaing untuk melakukan perang harga dalam usaha meningkatkan produksi.
b) Strategi pertumbuhan melalui Konsentrasi dan Diversifikasi
Jika memilih strategi konsentrasi, maka perushaan akan meningkat melalui
integrasi horizontal maupun vertikal, baik secara sumberdaya internal maupun
secara eksternal dengan menggunakan sumberdaya dari luar.
Jika memilih strategi diversifikasi, usahatani dapat meningkat melalui
konsentrasi atau diverifikasi konglomerat baik secara internal melalui
pengembangan produk baru, maupun eksternal melalui akuisisi.
c) Konsentrasi melalui integrasi vertikal (sel 1)
Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai melalui integrasi vertikal
dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan
cara fordward integration (mengambil alih distributor). Agar dapat meningkatkan
kekuatan bisnis atau posisi kompetitifnya, petani harus melaksanakan upaya
meminimalisir biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol kualitas
serta distribusi produksi.
d) Konsentrasi melalui integritas horizontal (sel 2 dan 5)
Strategi pertumbuhan melalui integritas horizontal adalah suatu kegiatan
untuk memperluas usahatani dengan cara membangun di lokasi yang lain dan
meningkatkan produksi. Sementara jika petani berada di moderate attraktive
industry, strategi yang diterapkan adalah konsolidasi (sel 5). Tujuannya relatif
yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan keuntungan. Petani yang
26
berada di sel ini dapat memperluas pasar, fasilitas produksi dan teknologi melalui
pengembangan internal maupun eksternal melalui akuisisi dengan usahatani lain
dalam industri yang sama.
e) Diverifikasi Konsentrik (sel 7)
Strategi pertumbuhan melalui diverifikasi umumnya dilaksanakan oleh
usahatani yang memiliki kondisi posisi kompetitif yang sangat kuat, tetapi nilai
daya tarik industrinya sangat rendah. Sehingga berusaha memanfaatkan
kekuatannya untuk membuat produk baru secara efisien karena sudah memiliki
kemempuan manufaktur dan pemasaran yang baik.prinsipnya adalah untuk
menciptakan sinergi (2+2=5) dengan harapan bahwa dua bisnis secara bersama-
sama dapat menciptakan lebih banyak profit daripada jika melakukannya sendir-
sendiri.
f) Diverifikasi Konglomerat (sel 8)
Strategi pertumbuhan melalui kegiatan agribisnis yang tidak saling
berhubungan dapat dilakukan jika petani menghadapi posisi kompetitif yang
sangat kuat, tetapi nilai daya tarik industrinya sangat rendah.
3.6. Definisi Operasional
1. Potensi adalah kekuatan, kesanggupan atau kemampuan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan
2. Strategi adalah sebuah rencana untuk mencapai tujuan atau pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurung waktu tertentu.
27
3. Strategi pengembangan ialah rancangan kosep untuk sebuah perencanaan
yang akan menjadikan sesuatu hal menjadi lebih baik.
4. Satoimo (Satoimo) adalah salah satu jenis Talas-talasan yang memiliki
manfaat bagi tubuh baik sebagai pengganti karbohidrat, sebagai cemilan
bahkan menjadi obat.
5. Analisis SWOT adalah alat analisis yang digunakan untuk menyusun faktor-
faktor strategis.
6. Faktor eksternal adalah faktor dari luar atau biasa di sebut faktor lingkungan
usahatani atau organisasi.
- Peluang ialah segala suatu kesempatan yang memudahkan untuk mencapai
tujuan.
- Ancaman adalah suatu hal yang dapat merugikan, menyulitkan, dan
menghambat berjalannya suatu pencapain tujuan.
7. Faktor internal adalah faktor yang asalnya dari dalam lingkungan usahatani
atau organisasi.
- Kekuatan adalah segala hal kelebihan atau potensi yang dimiliki dan
menjadi dorongan kuat untuk tercapainya suatu tujuan.
- Kelemahan adalah sebuah keadaan dimana cenderung menunjukan sebuah
kekurangan yang dapat menghambat segala pencapaian dalam suatu
aktifitas.
28
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Luas dan Letak Geografis
Uluere adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi
Selatan, Indonesia. Kecamatan Uluere terletak di bagian utara Kabupaten
Bantaeng yang merupakan daerah dataran tinggi di Kabupaten Bantaeng. Secara
georafis Kecamatan Uluere terletak pada 05o26’46” LS dan 119o54’47” BT.
Dengan ketinggian mdpl sekitar 500-1000 m. Kecamatan Uluere memiliki luas
67,29 Km2 (Anonim : 2012) Kecamatan Uluere terdiri dari 6 Desa/kelurahan
yaitu:
• Kelurahan/Desa Bonto Daeng
• Kelurahan/Desa Bonto Lojong
• Kelurahan/Desa Bonto Marannu
• Kelurahan/Desa Bonto Rannu
• Kelurahan/Desa Bonto Tallasa
• Kelurahan/Desa Bonto Tangnga
Bonto Daeng merupakan salah satu desa yang berada dalam
pemerintahan Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng. Apabila ingin ke Desa
Bonto Daeng maka jarak yang harus di tempuh yaitu 10 km dari ibu kota
kecamatan dan 18 Km dari ibu kota kabupaten. Berdasarkan data profil desa,
Desa Bonto Daeng terletak di bagian utara Kabupaten Bantaeng, memiliki luas
wilayah ± 1.047 Ha atau 10,31 Km2 yang terbagi mejadi 4 dusun. Dan memiliki
ketinggian 900-1000 m diatas permukaan air laut. Secara administratif
pemerintahan Desa Bonto Daeng terbagi menjadi 4 dusun yaitu : Dusun
29
Bungayya, Dusun Borong tangnga, Dusun Lembang-lembang dan Dusun
Tamaona (Anonim,2017).
Adapun batas wilayah Desa Bonto Daeng adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bonto Marannu, Kecamatan Uluere
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bonto Tallasa, Kecamatan Uluere
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bonto Tangnga, Kecamatan Uluere
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa kassi kabupaten Jeneponto
4.2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya suatu
wilayah dan sekaligus sebagai aset atau modal bagi suksesnya pembangunan di
segala bidang kehidupan. Olehnya itu kehadiran dan peranan pemerintah sangat
menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun
dalam skala besar. Adapun jumlah penduduk yang ada di Desa Bonto Daeng ialah
1.911 jiwa.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Indikator Jumlah
(Jiwa) Persentase
(%) 1 2
Jumlah Laki-Laki Jumlah Perempuan
893 1.019
47,00 53,00
Jumlah Penduduk 1.911 100,00 Sumber : Data dari Kantor Desa Bonto Daeng 2019
Dari tabel 5 dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk di Desa Bonto
Daeng terdapat 1.911 jiwa dan terbagi menjadi 53% penduduk perempuan dan
47% penduduk laki-laki. Ini berati bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
banyak di bandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki.
30
4.3. Agroklimatologi
4.3.1. Iklim
Berdasarkan sebaran lokasi, keadaan pola curah hujan mempunyai sebaran
curah hujan yang lebih kecil dibandingkan dengan bagian lainnya. Semakin ke
barat curah hujan semakin tinggi, selaras dengan ketinggian tempat dari
permukaan laut, bagian tengah pada umumnya curah hujannya lebih tinggi
dibandingkan dengan bagian timur dan utara maupun selatan.
Desa Bonto Daeng masuk pada kategori dengan tingkat curah hujan
sedang, karena terletak pada bagian utara lautan Kabupaten Bantaeng, Hujan di
daerah ini terjadi antara bulan Januari dan Desember. Rata–rata curah hujan
terlama terdapat pada bulan Januari, Februari, November dan Desember. memiliki
suhu berkisar antara 15–250C.
4.3.2. Kondisi Tanah
Desa Bonto Daeng merupakan desa yang terletak di dataran tinggi
Kabupaten Bantaeng, sehingga kondisi tanahnya subur, Bonto Daeng merupakan
salah satu daerah penghasil sayur-sayuran, umbi-umbian dan tanaman lainnya di
Kabupaten Bantaeng, maka dari itu sangat berpotensi pula untuk budidaya
Satoimo.
31
4.4. Jenis Pekerjaan Penduduk
Aktifitas perekonomian masyarakat Desa Bonto Daeng selain disektor
pertanian juga bergerak di sektor perdagangan, industri kerajinan dan jasa. Data
selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6. Data Sebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaannya.
No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Buruh / Swasta PNS Pedagang Montir Petani Perawat Sopir Tukang Becak TNI / Polri Pembantu Rumah Tangga Pensiunan PNS Tidak Bekerja
43 385 85 10
711 78 32 26 20 5
53 463
2,25 20,15 4,45 0,52
37,21 4,08 1,67 1,36 1,05 0,26 2,77
24,23 Jumlah 1.911 100,00
Sumber : Data dari Kantor Desa Bonto Deang 2019
Dari tabel 6, dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis
pekerjaannya di Desa Bonto Daeng yaitu; buru swasta 2,25%, PNS 20,15%,
Pedagang 4,45%, Montir 0,25%, petani 37,21%, perawat 4,08%, sopir 1,67%,
Tukang becak 1,36%, TNI/Polri 1,05%, Pembantu Rumah Tangga 0,26%,
Pensiunan PNS 2,77% dan jumlah penduduk yang tidak bekerja ialah 24,23% dari
jumlah penduduk. Ini berarti bahwa penduduk di Desa Bonto Daeng mayoritas
penduduk bekerja sebagai petani.
32
4.5. Pola Penggunaan Lahan
Lahan merupakan salah satu sumber daya utama pada usaha pertanian
untuk memproduksi tanaman pertanian maupun hewan ternak.
Tabel 7. Pola Penggunaan Lahan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.
NO POLA PENGGUNAAN
LAHAN LUAS (Ha)
1. Pemukiman 368 2. Persawahan 245 3. Perkebunan 137 4. Kuburan 20 5. Pekarangan 59 6. Luas Taman 1 7. Perkantoran 2 8. Prasarana umum dan lainnya 215
Total Luas 1.047 Sumber : Data dari Kantor Desa Bonto Deang 2019
Kegiatan penduduk di Desa Bonto Daeng didominasi oleh masyarakat
yang bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian tanaman pangan di Desa Bonto
Daeng memiliki luas paling besar yaitu 368 ha dari segi pemanfaatan lahan
dibandingkan dengan pemanfaatan untuk sektor–sektor lainnya. Hal ini
menggambarkan bahwa pada umumnya sektor pertanian dapat menampung tenaga
kerja dan memiliki peluang lebih besar jika dibandingkan dengan sektor lainnya.
4.6. Sarana dan Prasarana
Pemanfaatan lahan di wilayah Desa Bonto Daeng pada umumnya berupa
pemukiman dan juga di manfaatkan untuk lahan pertanian dan fungsi – fungsi
lain yaitu sarana perekonomian seperti pertokoan, kios, kantor pemerintahan serta
fungsi-fungsi lainnya.
33
Tabel 8. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Desa Bonto Daeng No Fasilitas Jumlah Alamat 1 2 3 5
Posyandu TK SD Kantor Desa
1 1 2 1
Dusun Tamona Dusun Tamona Dusun Paranga Dusun Tamona Dusun Tamona
Sumber : Data dari Kantor Desa Bonto Daeng 2019
Telah kita ketahui bersama bahwa sarana dan prasarana sangat penting untuk
masyarakat khususnya sarana kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat Desa Bonto
Daeng,. Pada tabel 8, Desa Bonto Daeng memiliki 1 Posyandu yang terletak di Dusun
Tamona, 1 TK yang terletak di Dusun Tamona, 2 SD yang terletak di Dusun Paranga dan
Dusun Tamona, serta 1 kantor Desa yang terletak di Dusun Tamona. Semunya terletak di
dusun Tamona yang merupakan ibu kota Desa Bonto Daeng.
Di sektor pendidikan pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas
pendidikan, mulai dari gedung, tenaga pendidik, dan bahkan biaya pendidikan melalui
program BOS dan lain-lain semua ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas sumber daya Desa Bonto Daeng dan juga sumber daya manusia.
Dalam bidang kesehatan pemerintah juga telah menyediakan sarana dan
prasarana kesehatan dan tenaga medis dalam rangka untuk mempermudah masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, berupa sebuah puskesmas dan posyandu dan
penyediaan bidan-bidan desa serta tenaga medis lainnya.
34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sumber Daya
Dalam pengembangan Satoimo sumber daya sangat berperan penting,
baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Sumber daya manusia
penting karena berfungsi sebagai tenaga kerja, memimpin, mengatur, mengurus
dan mengendalikan pengembangan usahatani Satoimo dalam menjalankan
fungsinya. Sumber daya alam juga sangat penting utamanya adalah tanah, yang
telah kita ketahui bersama bahwa tanah lahan yang dimiliki petani sangat
berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani.
Identitas petani dipandang perlu untuk mengetahui sebagian dari latar
belakang petani. Modal utama seorang petani dalam melakukan usahataninya
sangat ditentukan oleh identitas petani yang dimiliki. Identitas yang dimaksud
berkaitan dengan umur petani, tingkat pendidikan petani, jumlah tanggungan
keluarga, luas lahan, pengalaman usahatani. Identitas responden yang berkaitan
dengan petani Satoimo dijelaskan sebagai berikut:
5.1.1. Umur Petani Responden dan Informan
Pada umumnya umur merupakan faktor penentu keberhasilan dalam
usahatani, baik dalam berpikir dan bertindak, semakin tua umur petani maka
kemampuanya dalam bekerja relatif menurun, walaupun disisi lain petani yang
35
berusia tua lebih banyak pengalamanya dibanding petani berusia muda. Petani
yang berusia muda lebih dinamis, yakni berani menanggung resiko untuk
memperoleh pengalaman dalam berusahatani. Yang relatif tua, mempunyai
kapasitas perencanaan pengolahan yang lebih matang dalam berusahatani, karna
lebih kepada pengalamanya. Distribusi/umur petani dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Umur Petani Responden dan Informan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.
Uraian Umur (Tahun) Jumlah (Orang)
Presentase (%)
a. Petani 32-40 41-49 50-57
3 4 3
19,00 25,00 19,00
b. Pedagang 39-45 2 12,50 c. Penyuluh d. Konsumen
52 32-45
1 2
6,00 12,50
e. Dinas Pertanian 40 1 6,00 Jumlah 16 100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2019
Tabel 9. Menunjukkan bahwa klasifikasi kelompok usia responden 32–40
Tahun sebesar 19,00% (3 orang), 41–49 Tahun sebesar 25,00% (4 orang), 50–57
Tahun sebesar 19,00% (3 orang). Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam
penelitian ini termasuk dalam kelas tingkat usia produktif, sehingga reponden
termasuk golongan produktif dalam pengembangan Satoimo. Sedangkan umur
dari pada pedagang adalah 39-45 Tahun sebesar 12,50% (2 orang), penyuluh 52
Tahun sebesar 6,00% (1 orang), konsumen 43 Tahun sebesar 12,50% (2 orang)
dan dinas pertanian 40 Tahun sebesar 6,00% (1 orang).
36
5.1.2. Tingkat Pendidikan Petani Responden dan Informan
Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia,
baik untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan disekitarnya. Tingkat
pendidikan berpengaruh pada pola piker. Dalam sektor pertanian pendidikan tidak
berdampak signifikan, hal ini berkaitan baik dengan sifat langsung dan sifat tidak
langsung terhadap jenis produksi. Tingkat pendidikan petani dapat dilihat dari
Tabel 10 berikut:
Tabel 10. Tingkat Pendidikan Petani Responden dan Informan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.
Uraian Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
a. Petani b. Pedagang
c. Penyuluh d. Konsumen
e. Dinas Pertanian
Tidak Sekolah SD SMP SMA SMA SMP Strata 1 Mahasiswa SMA Strata 1
3 2 1 4 1 1 1 1 1 1
18,75 13,00 6,25
25,00 6,25 6,25 6,25 6,25 6,25 6,25
Jumlah 16 100,00
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019
Berdasarkan tabel 10 klasifikasi tingkat pendidikan informan dapat kita
jelaskan bahwa yang tidak sekolah sebanyak 3 orang dengan nilai persentase
18,75%, sedangkan yang sekolah dasar sebanyak 2 orang dengan nilai persentase
13,00%, SMP sebanyak 1 orang dengan nilai persentase 6,25 %, dan SMA
memiliki nilai persentase 25,00% dengan jumlah 4 orang. Maka dapat kita
simpulkan bahwa petani Satoimo di Desa Bonto Daeng rata-rata pendidikannya
tidak sekolah. Sedangkan pedagang berpendidikan SMA sebanyak 1 orang dengan
37
persentase 6,25%, pedagang berpendidikan SMP sebanyak 1 orang dengan
persentase 6,25%, penyuluh berpendidikan Strata 1 sebanyak 1 orang dengan
persentase 6,25%, konsumen berpendidikan Mahasiswa sebanyak 1 orang dengan
persentase 6,25%, konsumen berpendidikan SMA sebanyak 1 orang dengan
persentase 6,25% sedangkan konsumen yang berpendidikan SMP sebanyak 1
orang dengan persentase 6,25% dan dinas pertanian berpendidikan Strata 1
sebanyak 1 nilai persentasenya sebesar 6,25%.
5.1.3. Pengalaman Kerja Petani Responden
Pengalaman kerja yaitu lamanya responden dalam melakukan pekerjaan
dan akan cenderung belajar dari pengalamannya untuk memulai atau melanjutkan
pekerjaan yang pernah dilakukannya karena mereka telah memiliki gambaran
tentang apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja. Keadaan
responden berdasarkan pengalaman kerja, dapat dilihat di Tabel 11:
Tabel 11. Pengalaman Kerja Petani Responden di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.
Uraian Pengalaman Kerja
Petani (Tahun) Jumlah (orang)
Persentase (%)
a. Petani
10-19 20-29 30-39 40-49
2 1 3 4
15,39 7,69
23,08 30,77
Jumlah 10 100,00 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019.
Berdasarkan Tabel 11. Diketahui bahwa pengalaman petani Satoimo di
Desa Bonto Daeng yaitu 10-19 Tahun 2 orang (15,39%), 20–29 Tahun 1 orang
(7,69%), 30–39 Tahun 3 orang (23,08%), 40–49 Tahun 4 orang (30,77%).
Dengan demikian petani Talas di Desa Bonto Daeng rata-rata berpengalaman
dalam berusahatani Satoimo.
38
5.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
terdiri dari istri, dan anak serta orang lain yang turut serta dalam keluarga berada
atau hidup dalam satu rumah dan makan bersama yang menjadi tanggungan
kepala keluarga.
Hasil penelitian yang telah di lakukan bahwa petani di Desa Bonto Daeng
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. Jumlah anggota keluarga sangat
berpengaruh pada kegiatan pengembangan agribisnis Satoimo, tanggungan
keluarga adalah semua anggota keluarga yang biaya hidup ditanggung sama
responden. Jumlah anggota keluarga turut berpengaruh pada kegiatan produksi
petani, karena keluarga yang relatif besar sebagai sumber tenaga kerja. Jumlah
tanggungan keluarga Petani Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng.
Tabel 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden dan Informan di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.
Uraian Jumlah
Tanggungan keluarga
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Petani
1-2 3-4 5-6
2 5 3
20,00 50,00 30,00
Jumlah 10 100,00 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019.
Tabel 12. Menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani
responden terbanyak yaitu 3–4 orang terbanyak 5 responden dengan jumlah
persentase sebesar 50,00% dari 10 jumlah responden. Selain itu jumlah
tanggungan keluarga terendah yaitu 1-2 sebanyak 2 orang atau 20,00% dari
jumlah persentase. Sedangkan 5-6 dengan jumlah sebanyak 3 orang atau 30,00%.
39
Keadaan demikian sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga
dan untuk mengembangkan usaha Satoimo dalam memenuhi kebutuhannya.
5.1.5. Luas Lahan Petani Responden
Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan
usahatani diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha). Luas lahan
pertanian akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu produksi, karena erat
hubunganya dengan hasil yang didapat dan biaya produksi juga berpengaruh.
Semakin luas lahan dan biaya produksi tidak seimbang dengan biaya yang di
peroleh, pada usahatani yang relatif sempit, walaupun menggunakan teknologi
yang tepat guna, dan menghasilkan produksi yang luas. Luas lahan petani Satoimo
di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada
Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Luas Lahan Petani Responden di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, 2019.
No Luas Lahan (ha)
Jumlah (orang) Persentase (%)
1 0,04 - 0,08 2 20,00 2 0,09 – 0,13 3 30,00 3 0,14 – 0,18 5 50,00
Jumlah 10 100,00 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019.
Tabel 13. Menunjukkan bahwa luas lahan petani responden di Desa
Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng sebagian besar petani
Satoimo memiliki luas lahan 0,14-0,18 ha sebanyak 5 orang atau 50,00%
sedangkan 0,09-0,13 ha sebanyak 3 orang atau 30,00% dan 0,04-0,08 ha sebanyak
2 orang atau 20,00%. Dengan demikian pemilikan lahan tersebut sangat
40
memungkinkan pengembangan Satoimo dan lahan yang dimiliki oleh petani
responden cukup luas untuk rata-rata per petani.
5.2. Faktor Internal dan Eksternal
Pengembangan usahatani Satoimo merupakan suatu kegiatan yang
berorientasi pada kegiatan hasil produksi, kinerja uasahanya sangat ditentukan
oleh cara budidaya yang dilakukan petani, pedagang sebagai pelaku utama dalam
membantu pengembangan usahatani petani di Desa Bonto Daeng. Peranan dan
optimalisasi dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal dimana petani,
pedagang dan penyuluh tersebut berada. Dengan hal tersebut pengembangan
usahatani juga ditentukan oleh faktor-faktor tersebut. Maka dengan hal tersebut
diperlukan suatu identifikasi kekuatan dan dan kelemahan (faktor internal) serta
petuang dan ancaman (faktor eksternal) yang dimiliki usahatani untuk
merumuskan strategi pengembangan Satoimo.
Berikut data yang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan antara faktor
internal dan eksternal berdasarkan hasil wawancara dari petani responden :
41
Tabel 14. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap pengembangan Satoimo.
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
1. Adanya sumber daya dalam usahatani Satoimo.
2. Keadaan lahan yang mendukung. 3. Biaya usaha Satoimo kecil. 4. Adanya arahan dari penyuluh
terhadap petani..
1. Tidak adanya Bank dan Koperasi sebagai sarana permodalan bagi petani dalam usahatani Satoimo.
2. Waktu produksi yang cukup lama. (kurang lebih 6 bulan)
3. Saluran pemasaran yang belum efektif.
4. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga dan tehnik budidaya.
Faktor Eksternal Peluang Ancaman
1. Berkembangnya teknologi pertanian.
2. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.
3. Sarana dan prasarana mudah didapatkan (adanya bibit dan pupuk bantuan dari pemerintah).
4. Adanya pemahaman petani tentang Satoimo.
1. Transfortasi belum mendukung. 2. cuaca berubah-ubah. 3. Adanya serangan hama yang
menyerang tanaman Satoimo. 4. Wilayah pemasaran Satoimo masih
terbatas (dijual di pasar-pasar tradisional dan pada pengusaha kripik)
5. Ketersediaan sarana produksi tidak tepat waktu.
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019.
Berdasarkan tabel 14 telah dikelompokkan dalam faktor kekuatan yang
terdiri dari 4 poin, kelemahan terdiri 3 poin, peluang 4 poin dan ancaman 5 poin.
Setelah menentukan faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman, maka selanjutnya ialah menentukan strategi yang digunakan dalam
pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere Kabupaten
Bantaeng.
42
5.3. Strategi
Strategi pengembangan usahatani Satoimo di Desa Bonto Daeng perlu di
dasarkan pada dukungan pemerintah dengan teknologi dan pemasaran serta
pendekatan partisipatif. Dukungan pemerintah secara penuh dalam hal
pengembangan Satoimo sangat berpengaruh terhadap kinerja petani. Terkhusus
pada dukungan teknologi dan pemasaran, dukungan teknologi dibutuhkan untuk
membuat sistem usahatani menjadi lebih efektif dan efisien serta berdaya hasil
tinggi. Sedangkan dukungan pada pemasaran hasil usahatani sangat dibutuhkan
petani untuk membantu memberikan informasi tentang pasar sehingga dapat
memperluas jaringan pemasaran Satoimo dan mengefektifkan saluran pemasaran
yang ada. Selanjutnya pendekatan partsisipatif ditujukan agar masyarakat dapat
mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan atau secara aktif
melakukan pemahaman tentang kondisi kehidupan mereka agar tercipta rencana
dan tindakan yang tepat guna.
Strategi pengembangan Satoimo meliputi ekstensifikasi lahan pertanian,
penggunaan inovasi teknologi budidaya dan mitra usahatani. ekstensifikasi lahan
pertanian masih cukup luas. Kendala utama ekstensifikasi ialah minimnya tenaga
kerja keluarga. Oleh karena itu, selain mengoptimalkan sumberdaya manusia.
Inovasi teknologi dibutuhkan untuk memperbaharui teknologi budidaya yang
digunakan oleh petani. Teknologi yang perlu diintroduksikan kepada petani
adalah pemupukan organik dan anorganik sesuai takaran anjuran dan
pengendalian hama secara terpadu.pengairan dengan memompa air permukaan
atau air tanah dapat dikaji sebagai upaya mengatasi kekurangan air pada musim
kemarau. Mitra usaha diperlukan untuk menampung produksi Satoimo dengan
43
harga yang layak serta penyediaan saprodi dengan harga terjangkau. Mitra
difasilitasi oleh pemerintah daerah agar pelaksanaanya saling menguntungkan.
Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan nilai dan tujuan
dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor strategi
dan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi.
Model yang paling populer untuk menganalisa sistuasi adalah analisis SWOT.
Berdasarkan analisis SWOT, dapat dilakukan penentuan grand strategi atau
strategi utama dalam usahatani.
5.4. Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan agar dapat memaksimalkan kekuatan (strength)
dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Analisis SWOT dilakukan setelah
mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal, menganalisis faktor strategi
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).
Setelah dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal pada
tabel 14 maka selanjutnya dapat dirincikan dalam analisis faktor internal dan
eksternal. Berikut ini adalah rincian mengenai faktor internal pengembangan
Satoimo.
44
Tabel 15. IFAS (Internal Faktor Analysis Summary) Matriks Faktor Internal
No Kekuatan Bobot Rating Nilai 1 Adanya sumber daya dalam
usahatani Satoimo. 0,26 3 0,78
2 Keadaan lahan yang mendukung.
0,13 3 0,39
3 Biaya usaha Satoimo kecil. 0,01 1 0,01 4 Adanya arahan dari penyuluh
terhadap petani.. 0,13 2 0,26
Subtotal 0,53 1,44 No Kelemahan 1 Tidak adanya Bank dan
Koperasi sebagai sarana permodalan bagi petani dalam usahatani Satoimo.
0,13 1 0,13
2 Waktu produksi yang cukup lama. (kurang lebih 6 bulan)
0,01 2 0,02
3 Saluran pemasaran yang belum efektif.
0,13 2 0,26
4 Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga dan tehnik budidaya.
0,13 2 0,26
Subtotal 0,40 0,67
Total 0.93 2,11
Sumber: Data primer setelah diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa faktor internal ada 4 jenis
kekuatan dan 4 jenis kelemahan pada petani di Desa Bonto Daeng dalam
mengembangkan Satoimo. Pemberian bobot disusun berdasarkan dampak penting
hingga tidak penting. Data yang terdapat dalam Tabel 15 menunjukkan bahwa
bobot kekuatan petani Satoimo lebih besar dibandingkan dengan bobot
kelemahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa petani Satoimo di Desa Bonto Daeng
memiliki kekuatan yang lebih besar untuk dikembangkan.
Rating pada kekuatan dan kelemahan diberikan nilai mulai dari 1 sampai 4
berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan petani, pedagang,
konsumen, penyuluh dan juga dinas pertanian di Desa Bonto Daeng. Perkalian
45
antara kolom bobot dan kolom rating menghasilkan nilai bagi faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) petani Desa Bonto Daeng. Total nilai dari kekuatan dan
kelemahan adalah sebesar 2,11.
a. Kekuatan
1. Adanya sumber daya dalam usahatani Satoimo. Berdasarkan data penduduk
bahwa penduduk yang memiliki jenis pekerjaan sebagai petani sebanyak 433
jiwa dan sebahagian kecil dari itu adalah petani Satoimo serta sumberdaya
lainnya.
2. Keadaan lahan yang mendukung, merupakan salah satu hal yang menjadi
pertimbangan dalam berusahatani, dikarenakan tidak semua tanaman bisa
tumbuh pada lahan yang sama.
3. Biaya yang dikeluarkan tidak begitu besar dibandingkan dengan manfaat dan
laba yang diperoleh. Selain dari harga Satoimo yang lumayan tinggi ternyata
khasiat dan zat yang terkandung juga sangat baik untuk tubuh manusia.
4. Adanya arahan dari penyuluh terhadap petani. Berdasarkan hasil wawancara
dengan responden, di Desa Bonto Daeng terdapat penyuluh yang berperan
untuk mengontrol/mengawal petani, mendengarkan apa yang menjadi keluh
kesah petani serta memberikan arahan kepada petani terkait dengan Satoimo.
b. Kelemahan
1. Tidak adanya Bank dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani
Satoimo. Petani pada umumnya untuk mendapatkan keringanan dana pasti
melalui koperasi dan Bank walaupun tetap ada jaminan seperti sertifikat
rumah dan sertifikat tanah akan tetapi hal yang seperti itu tidak menjadi keluh
kesah bagi petani karena tetap ada keringanan terkait dengan usahatani, akan
46
tetapi di Desa Bonto Daeng ini belum ada Koperasi dan Bank untuk
membantu petani dalam berusahatani Satoimo.
2. Waktu produksi yang cukup lama. Petani pada umumnya menyukai tanaman
yang memiliki keuntungan besar namun waktu perawatan hingga panen juga
dengan waktu yang singkat. Sedangkan Satoimo memiliki harga yang tinggi
akan tetapi waktu yang dibutuhkan untuk merawat hingga panen sangat lama
yaitu kurang lebih 6 bulan perawatan lalu dipanen. Sehingga hal ini juga
menjadi pertimbangan petani tersendiri untuk memproduksi Satoimo.
3. Saluran pemasaran yang belum efektif, saluran pemasaran disini menjadi arus
lintas produk dari produsen ke konsumen. Pada pengembangan Satoimo
saluran pemasaran terbilang belum efektif karna dari petani Satoimo tidak
langsung berinteraksi dengan konsumen akan tetapi adanya perantara sehingga
prosesnya sangat panjang hingga Satoimo sampai kepada konsumen.
4. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga, ini sangatlah penting
akan tetapi beberapa petani mengatakan bahwa informasi harga Satoimo tidak
begitu diketahui secara jelas, sebenarnya pada awalnya harga Satoimo
terbilang bagus untuk para petani dan adanya informasi yang jelas, tetapi
belakangan ini harga Satoimo tidak lagi tetap dan informasi mengenai pasar
terbilang terbatas.
47
Tabel 16. EFAS (Eksternal Faktor Analysis Summary) Matriks Faktor Eksternal
No Peluang Bobot Rating Nilai
1 Berkembangnya teknologi pertanian.
0,13 2 0,26
2 Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.
0,01 2 0,02
3 Sarana dan prasarana mudah didapatkan (adanya bibit dan pupuk bantuan dari pemerintah).
0,13 3 0,39
4 Adanya pemahaman petani tentang Satoimo.
0,13 2 0,26
Subtotal 0,40 0,93 No Ancaman 1 Transportasi belum mendukung 0,01 2 0,02 2 Cuaca berubah-ubah. 0,13 1 0,13
3 Adanya serangan hama yang menyerang tanaman Satoimo.
0,13 1 0,13
4
Wilayah pemasaran Satoimo masih terbatas (dijual di pasar-pasar tradisional dan pada peusaha kripik).
0,13 1 0,13
5 Ketersediaan sarana produksi tidak tepat waktu.
0,01 2 0,01
Subtotal 0,41 0,42 Total 0,81 1,35
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 4 peluang dan 5
ancaman yang dihadapi oleh petani Satoimo di Desa Bonto Daeng dalam
melakukan pengembangan Satoimo. 4 peluang dan 5 ancaman tersebut disusun
berdasarkan bobot sangat penting hingga tidak penting. Tabel 16 menunjukkan
bahwa kolom peluang memiliki nilai yang kecil dibandingkan dengan ancaman,
hal ini menunjukkan bahwa petani Satoimo memiliki peluang yang kecil sehingga
harus berhati-hati dengan ancaman yang ada
Rating pada peluang dan ancaman diberikan nilai mulai dari 1 sampai 4
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petani Satoimo, pedagang,
konsumen, penyuluh dan dinas pertanian di Desa Bonto Daeng. Perkalian antara
48
kolom bobot dan kolom rating menghasilkan nilai bagi faktor eksternal (peluang
dan ancaman) petani. Total nilai dari peluang dan ancaman adalah sebesar 1,35.
a. Peluang
1. Berkembangnya teknologi pertanian. Di Desa Bonto Daeng ini, dulu hanya
menggunakan alat-alat tradisional baik dalam mengolah lahan maupun saat
panen dan pascapanen akan tetapi seiring berkembangnya jaman adanya mesin
pengolahan lahan sehingga dapat mempermudahkan petani serta
meminimalisir tenaga kerja dan waktu kerja
2. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan. Satoimo
juga adalah bahan pangan untuk melanjutkan kehidupan masyarakat sehingga
meningkatnya permintaan oleh masyarakat itu sendiri dengan melihat realitas
yang ada bahwa di Kota Makassar tidak memiliki lahan untuk menanam
Satoimo yang dapat menghasilkan beras, untuk itu sangat dibutuhkan petani di
Desa Bonto Daeng khususnya untuk meningkatkan lagi ataupun memenuhi
permintaan masyarakat terkait dengan peningkatan bahan pangan karbohidrat.
3. Sarana dan prasarana yang berupa cangkul, sabit, bibit, pupuk dan lain
sebagainya mudah didapatkan. Untuk mempermudah usaha tani di Desa Bonto
Daeng, petani tidak susah mencari jauh-jauh terkait dengan sarana dan
prasarana karena sebagiannya sudah disediakan oleh dinas pertanian dan
diluar dari itu petani dapat membelinya dikios-kios terdekat.
4. Adanya pemahaman petani terkait dengan Satoimo. Petani di Desa Bonto
Daeng ini sebenarnya sudah paham mulai dari pengadaan bibit sampai dengan
pemasaran tinggal bagaimana untuk mengasa terkait dengan pemahaman yang
mereka miliki.
49
b. Ancaman
1. Transportasi yang belum mendukung. Transportasi juga merupakan kendala
bagi petani di Desa Bonto Daeng ketika panen karena hasil panen harus di
angkut ke tempat pengumpulan sampai ke tempat pengolahan dan itu
memerlukan transportasi dan ketika di kumpulkan Satoimo yang sudah siap
dijual sehingga untuk melakukan itu semuanya butuh dana yang cukup banyak
untuk sampai pada pemasaran.
2. Cuaca yang berubah-ubah, dimana cuaca merupakan hal penting dalam bidang
pertanian sebagai tolak ukur petani dalam mengambil keputusan, serta juga
menjadi salah satu penentu hasil produksi.
3. Adanya serangan hama yang menyerang tanaman. Hama adalah salah satu
ancaman bagi petani dalam mengembangkan Satoimo karena penyerangannya
dapat menurunkan produksi dari pada usahatani Satoimo itu sendiri.
4. Wilayah pemasaran masih terbatas. Petani di Desa Bonto Daeng ketika selesai
panen biasanya di jual pada pedagan pengumpul ada juga langsung di angkut
ke pasar-pasar tradisional serta juga biasanya dipasarkan langsung ke UKM
yang bahan pengelolaannya berbahan dasar Satoimo. Akan tetapi Satoimo
belakangan ini sudah sangat sulit untuk mendapatkan pasar dikarenakan
pemerintah dalam hal ini juga sudah kurang memberikan perhatian kepada
petani untuk mengembangkan Satoimo.
5. Ketersediaan sarana produksi yang tidak tepat waktu, sarana produksi
merupakan hal yang penting sehingga apabila sarana produksi tidak tersedia
tepat waktu maka produksi juga akan lambat, dari hasil wawancara dengan
50
petani, bahwa sarana produksi yang biasanya tidak tersedia tepat waktu ialah
bibit dan pupuk, ini menjadi kendala petani dalam memproduksi Satoimo.
Matriks analisis SWOT yang memuat keadaan internal dan eksternal
usahatani untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh petani
Satoimo dapat dilihat pada Tabel 17.
51
Tabel 17. Matriks SWOT IFAS EFAS
STRENGTH (S) 1. Adanya sumber daya
dalam usahatani Satoimo.
2. Keadaan lahan yang mendukung.
3. Biaya usaha Satoimo kecil.
4. Adanya arahan dari penyuluh terhadap petani.
WEAKNESS (W) 1. Tidak adanya Bank
dan Koperasi sebagai sarana permodalan bagi petani dalam usahatani Satoimo.
2. Waktu produksi yang cukup lama. (kurang lebih 6 bulan)
3. Saluran pemasaran yang belum efektif.
4. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga dan tehnik budidaya.
OPPORTUNITIES (O) 1. Berkembangnya teknologi
pertanian. 2. Meningkatnya permintaan
masyarakat terkait dengan bahan pangan.
3. Sarana dan prasarana mudah didapatkan terutama adanya bibit bantuan dari pemerintah..
4. Adanya pemahaman petani tentang Satoimo.
STRATEGI SO 1. Memanfaatkan sumber
daya, sarana dan teknologi pertanian yang semakin canggih untuk meningkatkan produksi (S1+O1)
2. Memanfaatkan lahan yang ada dengan menambah produksi Satoimo sehingga dapat menutupi kebutuhan pangan masyarakat. (S2+O2)
STRATEGI WO 1. Memperadakan Bank
dan koperasi sebagai badan pemberian modal dan tempat penampungan produksi Satoimo (W1+ O1+O2)
2. Memperluas wawasan petani tentang teknologi dan tehnik budidaya Satoimo (W4+O1+O4)
THREATHS (T) 1. Transfortasi belum
mendukung. 2. cuaca berubah-ubah. 3. Adanya serangan hama
yang menyerang tanaman Satoimo.
4. Wilayah pemasaran Satoimo masih terbatas (dijual di pasar-pasar tradisional dan pada pengusaha kripik).
5. Ketersediaan sarana produksi tidak tepat waktu.
STRATEGI ST 1. Pengenalan teknologi
mitigasi pertanian. 2. Adanya mitra kerja
terutama bagian pemasaran.
3. Penggunaan bibit berkualitas dapat mempertahankan produksi apabila penyediaan sarana produksi tidak tepat waktu.
STRATEGI WT 1. Menambah sarana
transportasi 2. Memperluas wilayah
pemasaran dengan mengefektifkan saluran pemasaran (W3+T3)
3. Adanya informasi harga dari penyuluh serta penyediaan sarana produksi agar lebih tepat waktu (W4+T5)
Sumber: Data primer setelah diolah, 2019
52
Dari tabel 17 terdapat oprasional strategi yang dapat diterapkan dalam
pengembangan Satoimo antaranya sebagai berikut:
1. Memanfaatkan sumber daya, sarana dan teknologi pertanian yang semakin
canggih untuk meningkatkan produksi.
2. Memanfaatkan lahan yang ada dan menambah produksi Satoimo sehingga
dapat menutupi kebutuhan pangan masyarakat.
3. Memperadakan bank dan koperasi sebagai badan pemberian modal dan
tempat penampungan produksi Satoimo.
4. Memperluas wawasan petani tentang teknologi dan tehnik budidaya Satoimo.
5. Pengenalan teknologi mitigasi pertanian.
6. Adanya mitra kerja terutama bagian pemasaran.
7. Penggunaan bibit berkualitas dapat mempertahankan produksi apabila
penyediaan sarana produksi tidak tepat waktu
8. Menambah sarana transportasi.
9. Memperluas wilayah pemasaran dengan mengefektifkan saluran pemasaran
10. Adanya informasi harga dari penyuluh serta penyediaan sarana produksi agar
lebih tepat waktu.
Dari tabel 15 dan tabel 16 diperoleh nilai pembobotan dan rating yang
selanjutnya dapat dijadikan sebagai nilai statistik dalam melakukan analisis
strategi. Sehingga, diperoleh strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto
Daeng dengan menggunakan matriks internal eksternal seperti berikut:
53
Total skor faktor Internal
4,0 kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0 Tinggi 3,0 Total Skor Menengah Faktor Eksternal 2,0
Rendah 1,0 Gambar 3. Matriks Internal Eksternal (IE)
Diketahui: Hasil analisis faktor strategi internal = 2,11
Hasil analisis faktor ekstrenal = 1,35
Ditanyakan: Posisi pengembagan Satoimo dan strategi yang harus digunakan?
Jawaban : Dari matriks internal eksternal di atas maka hasil dari faktor internal
(2,11) berada pada posisi tengah (rata-rata) dan hasil dari analisis
faktor eksternal (1,35) berada pada posisi terbawah atau ketiga
(rendah) maka di peroleh posisi kotak VIII maksudnya ialah
pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng berada pada masa
pertumbuhan dan strategi yang harus di jalankan dalam pengembangan
Satoimo di Desa Bonto Daeng ialah diversifikasi konglomerat.
Keterangan :
Posisi matriks:
Posisi I : Strategi konsentrasi melalui integrasi vertical
Posisi II : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal
Posisi III : Strategi turnaround
Posisi IV : Strategi stabilitas
I
Pertumbuhan
II
Pertumbuhan
III
Penciutan
IV
Stabilitas
V
Pertumbuhan
Stabilitas
VI
Penciutan
VII
Pertumbuhan
VIII
Pertumbuhan
IX
Likuidasi
54
Posisi V : Strategi konsentrasi melalui horizontal/stabilitas
Posisi VI : Strategi divestasi
Posisi VII : Strategi diversifikasi konsentrik
Posisi VIII : Strategi diversifikasi konglomerat
Posisi IX : Likuidasi atau bangkrut
Gambar 3 menunjukkan bahwa posisi pengembangan Satoimo berada pada
posisi VIII, dimana hasil dari faktor internal (2,11) berada pada posisi tengah
(rata-rata) dan hasil dari analisis faktor eksternal (1,35) berada pada posisi
terbawah atau ketiga (rendah) maka di peroleh posisi kotak VIII maksudnya ialah
pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng berada pada masa pertumbuhan dan
strategi yang harus di jalankan dalam pengembangan Satoimo di Desa Bonto
Daeng ialah diversifikasi konglomerat. strategi konsentrasi pertumbuhan atau
strategi diversifikasi konglomerat yaitu peningkatan produksi terutaman pada
upaya pembukaan lahan, mengajak dan mendorong petani untuk menanam
Satoimo.
55
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Dari analisis faktor internal dan eksternal diperoleh beberapa strategi dalam
pengembangan Satoimo yaitu memanfaatkan sumber daya, sarana dan
teknologi pertanian, memanfaatkan lahan yang ada untuk menambah produksi
Satoimo, memperadakan bank dan koperasi, memperluas wawasan petani
tentang teknologi dan tehnik budidaya Satoimo, pengenalan teknologi
mitigasi pertanian, adanya mitra kerja terutama bagian pemasaran,
penggunaan bibit berkualitas, menambah sarana transportasi, memperluas
wilayah pemasaran dengan mengefektifkan saluran pemasaran, dan adanya
informasi harga dari penyuluh serta penyediaan sarana produksi agar lebih
tepat waktu.
2. Strategi pengembangan Satoimo di Desa Bonto Daeng Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng adalah strategi konsentrasi atau strategi diversifikasi
konglemerat yaitu peningkatan produksi terutama pada upaya pembukaan
lahan, mengajak dan mendorong petani untuk menanam Satoimo.
6.2. Saran
1. Perlunya Pasar yang jelas agar petani lebih meningkatkan produksi Satoimo.
2. Perlunya petani diberikan pelatihan berupa pembinaan intensif secara teknis
dalam menerapkan kegiatan agribisnis yang baik tentang teknis budidaya
Satoimo ataupun penggunaan pupuk sesuai dengan anjuran dalam upaya
peningkatan usahatani Satoimo poduksi.
56
3. Perlunya pengadaan bibit unggul dan pupuk tepat waktu.
4. Pemerintah harus terlibat membantu petani menemukan kemitraan untuk
pasar yang jelas.
5. Perlu diperadakan koperasi sehingga dapat dijadikan tempat untuk
menampung hasil produksi dari usahatani Satoimo. Begitupun dengan Bank
dan pasar agar dapat dengan mudah membantu pergerakan petani Satoimo.
57
DAFTAR PUSTAKA
Agribisnis, 2013. Analisis Pendapatan Penerimaan Bantuan Langsung Mayarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Di Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Agribisnis Pedesaan. Volume 01 Nomor 04.
Basuki et al, 2006. Kabupaten Semarang Dalam Angka. Kabupaten Semarang. Campbell, 2002.Pembangunan Pertanian di Indonesia. http ://www. deptan.go.id
/renbangtan/konsep_pembangunan_pertanian.df. Diakses tanggal 28 September 2013
Downey dan Erickson, 1997 dalam gumbira, 2004. Ekonomi Pembangunan.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIEYKPN FAO, 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. Gilarson, 1999. Jawa Tengah Dalam Angka. Jawa Tengah Hendayana, R. 2011. Metode Analisis Data Hasil Pengkajian. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Hidayat, 2006. Pembangunan Masyarakat Desa. Medan : USU Press Hortikultura 1999.Pedoman Pertumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani. Jakarta: Departemen Pertanian RI Huntington, 1995. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:Rineka Cipta. Maddolongan, S. 2005. Prospek dan Strategi Pengembangan Kubis di Kabapaten
Bantaeng. Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanudin, Makassar.
Firdaus, 2006. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara: Jakarta Marimin dan Maghfiroh, 2010 Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Alfabeta :
Bandung. Marunnung, 1998. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Alfabeta :Bandung. Mosher. 1995. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha.
Jurnal Litbang Pertanian RI, 26 (4). Jakarta
58
Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT, teknik membedah kasus bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Siswoputranto, 1996. Analisis Pendapatan Penerimaan Bantuan Langsung
Mayarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Di Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Agribisnis Pedesaan. Volume 01 Nomor 04.
Soekartawi, 2001.Dampak Program PUAP terhadap Kinerja Gapoktan dan
pendapatan Anggota Gapoktan Soekartawi, 2002. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta Tjiptoherijanto, 1996.Pembangunan sistem agribisnis di Indonesia dan Peranan
Public Relation. Makalah Seminar Peranan Public Relation dalam Pembangunan Pertanian. Bogor
Trip, 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta : Gramedia PustakaUtama Uphoff, 1996. A Concept of Agribusiness. Harvard Gruduate School of Business
Administration. Boston, Massachusets Wahyuni, 2003. Analisis Ekonomi Lingkungan dan Audit Lingkungan. Makalah
disampaikan pada Pelatihan Dosen Perguruan Tinggi Negeri Jawa dan Bali dalam Bidang Audit Lingkungan, Bogor, 11-20 September 2006.
59
Lampiran 1. Kusioner Penelitian
A. Kusioner untuk Petani, Dinas Pertanian dan Penyuluh
1. Identitas
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
[ ] Tidak pernah sekolah [ ] Tamat SLTP
[ ] Tidak tamat SD [ ] Tidak tamat SLTA
[ ] Tamat SD [ ] Tamat SLTA
[ ] Tidak tamat SLTP [ ] Perguruan tinggi
Pekerjaan pokok :
Pekerjaan sampingan :
Luas lahan :
Pengalaman usahatani :
Jumlah tanggungan keluarga :
2. Penentuan Rating Tujuan :
Mendapatkan penilaian responden dan informan mengenai faktor internal
dan eksternal, yaitu dengan cara pemberian rating terhadap seberapa besar faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman)
dapat mempengaruhi atau menentukan strategi dalam pengembangan stoimo.
Petunjuk:
1. Pengisian kusioner dilakukan secara tertulis oleh responden dan informan.
60
2. Dalam pengisian kusioner, responden dan informan diharapkan untuk
melakukannya sekaligus (tidak menunda).
3. Mengisi masing-masing faktor dengan memberikan tanda silang (X) pada
kolom mulai dari sangat baik (SB), baik (B), kurang baik (KB) sampai dengan
tidak baik (TB) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap pengembagan
Satoimo.
Penilaian untuk memperoleh rating faktor internal
Indikator SB B KB TB Sumber daya manusia dalam usahatani Satoimo.
Keadaan lahan yang mendukung. Biaya pengeluaran Arahan dari penyuluh terhadap petani. Bank dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani Satoimo
Waktu produksi yang cukup lama.
Saluran pemasaran yang efektif.
Pemahaman petani terhadap informasi harga.
Total
Penilaian untuk memperoleh rating faktor eksternal
Indikator SB P TB TB Berkembangnya teknologi pertanian. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.
Sarana dan prasarana mudah didapatkan. Adanya pemahaman petani terkait dengan usahatani Satoimo.
Transportasi. Cuaca berubah-ubah Adanya serangan hama yang menyerang tanaman Satoimo.
Wilayah pemasaran Satoimo Ketersediaan sarana produksi.
Total
61
3. Penentuan Bobot Tujuan :
Mendapatkan penilaian responden dan informan mengenai faktor internal
dan eksternal, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman)
dapat mempengaruhi atau menentukan strategi dalam pengembangan stoimo.
Petunjuk:
a. Pengisian kusioner dilakukan secara tertulis oleh responden dan informan.
b. Dalam pengisian kusioner, responden dan informan diharapkan untuk
melakukannya sekaligus (tidak menunda).
c. Mengisi masing-masing faktor dengan memberikan tanda silang (X) pada
kolom mulai dari sangat penting (SP), penting (P), kurang penting (KP)
sampai dengan tidak penting (TP) berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap pengembagan Satoimo.
Penilaian untuk memperoleh bobot faktor internal
Indikator SP P CP KP TP Sumber daya manusia dalam usahatani Satoimo.
Keadaan lahan yang mendukung. Biaya pengeluaran Arahan dari penyuluh terhadap petani.
Bank dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani Satoimo
Waktu produksi yang cukup lama.
Saluran pemasaran yang efektif.
Pemahaman petani terhadap informasi harga.
Total
62
Pembobotan untuk memperoleh bobot faktor eksternal
Indikator SP P KP TP TP Berkembangnya teknologi pertanian. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.
Sarana dan prasarana mudah didapatkan.
Adanya pemahaman petani terkait dengan usahatani Satoimo.
Transportasi. Cuaca berubah-ubah Adanya serangan hama yang menyerang tanaman Satoimo.
Wilayah pemasaran Satoimo Ketersediaan sarana produksi.
Total
63
B. Kusioner untuk Konsumen dan Pedagang
1. Identitas
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
[ ] Tidak pernah sekolah [ ] Tamat SLTP
[ ] Tidak tamat SD [ ] Tidak tamat SLTA
[ ] Tamat SD [ ] Tamat SLTA
[ ] Tidak tamat SLTP [ ] Perguruan tinggi
Pekerjaan pokok :
2. Penentuan Bobot Tujuan :
Mendapatkan penilaian responden dan informan mengenai faktor internal dan
eksternal, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan
ancaman) dapat mempengaruhi atau menentukan strategi dalam
pengembangan stoimo.
Petunjuk:
a. Pengisian kusioner dilakukan secara tertulis oleh responden dan informan.
b. Dalam pengisian kusioner, responden dan informan diharapkan untuk
melakukannya sekaligus (tidak menunda).
c. Mengisi masing-masing faktor dengan memberikan tanda silang (X) pada
kolom mulai dari sangat penting (SP), penting (P), kurang penting (KP)
sampai dengan tidak penting (TP) berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap pengembagan Satoimo.
64
Penilaian untuk memperoleh bobot faktor internal
Indikator SP P CP KP TP Sumber daya manusia dalam usahatani Satoimo.
Keadaan lahan yang mendukung. Biaya pengeluaran Arahan dari penyuluh terhadap petani.
Bank dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani Satoimo
Waktu produksi yang cukup lama.
Saluran pemasaran yang efektif.
Pemahaman petani terhadap informasi harga.
Total Pembobotan untuk memperoleh bobot faktor eksternal
Indikator SP P KP TP TP
Berkembangnya teknologi pertanian. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.
Sarana dan prasarana mudah didapatkan.
Adanya pemahaman petani terkait dengan usahatani Satoimo.
Transportasi. Cuaca berubah-ubah Adanya serangan hama yang menyerang tanaman Satoimo.
Wilayah pemasaran Satoimo
Ketersediaan sarana produksi. Total
65
Lampiran 2. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal
Kekuatan Kelemahan
1. Adanya sumber daya manusia dalam usahatani Satoimo.
2. Keadaan lahan yang mendukung. 3. Biaya pengeluaran kecil. 4. Adanya arahan dari penyuluh
terhadap petani.
1. Tidak adanya Bank dan Koperasi sebagai sarana permodalan bagi petani dalam usahatani Satoimo.
2. Waktu produksi yang cukup lama(kurang lebih 6 bulan).
3. Saluran pemasaran yang belum efektif.
4. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga dan tehnik budidaya.
Faktor Eksternal
Peluang Ancaman
1. Berkembangnya teknologi pertanian.
2. Meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan bahan pangan.
3. Sarana dan prasarana mudah didapatkan (adanya bibit bantuan dari pemerintah).
4. Adanya pemahaman petani terkait dengan usahatani Satoimo.
1. Transportasi yang belum mendukung.
2. Cuaca yang berubah-ubah 3. Adanya serangan hama yang
menyerang tanaman Satoimo. 4. Wilayah pemasaran Satoimo yang
masih terbatas (dijual dipasar-pasar tradisional dan pada pengusaha kripik talas).
5. Ketersediaan sarana produksi yang tidak tepat waktu.
66
Lampiran 3. Perhitungan Rating untuk Faktor Internal
Keterangan:
Nilai rata-rata 3,51 - 4,00 dimasukkan dalam rating 4
Nilai rata-rata 2,51 - 3,00 dimasukkan dalam rating 3
Nilai rata-rata 1,51 - 2,00 dimasukkan dalam rating 2
Nilai rata-rata 0,51 - 1,50 dimasukkan dalam rating 1
67
Hasil perhitungan rating faktor internal (kekuatan)
Informan
Kekuatan Adanya sumber daya manusia
dalam usahatani Satoimo
Keadaan lahan yang mendukung
Biaya pengeluaran
sedikit
Terdapat banyak arahan dari
penyuluh terhadap petani
1 3 3 1 2 2 3 4 1 1 3 3 4 2 2 4 4 2 1 2 5 4 2 1 3 6 2 3 2 2 7 3 2 1 3 8 4 3 1 2 9 4 2 1 2 10 3 3 1 2
Penyuluh 4 3 2 3 Dinas
Pertanian 3 3 3 3
Rata-rata 3,3 2,8 1,4 2,2 Jumlah 37 34 16 25
68
Hasil perhitungan rating faktor internal (kelemahan)
Informan
Kelemahan
Tidak adanya Bank dan Koperasi sebagai
modal bagi petani dalam usahatani
Satoimo
Waktu produksi yang cukup lama.
Saluran pemasaran yang belum
efektif.
Kurangnya pemahaman
petani terhadap informasi harga.
1 1 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 1 2 2 4 1 2 1 1 5 1 2 2 2 6 1 2 2 2 7 1 2 1 2 8 2 1 2 3 9 1 2 3 2 10 1 2 2 2
Penyuluh 1 3 2 3 Dinas
Pertanian 2 2 2 3
Rata-rata 1,26 1,9 2 2,1 Jumlah 15 23 24 26
69
Lampiran 4. Perhitungan Rating untuk Faktor Eksternal
Keterangan:
Nilai rata-rata 3,51 - 4,00 dimasukkan dalam rating 4
Nilai rata-rata 2,51 - 3,00 dimasukkan dalam rating 3
Nilai rata-rata 1,51 - 2,00 dimasukkan dalam rating 2
Nilai rata-rata 0,51 - 1,50 dimasukkan dalam rating 1
70
Hasil perhitungan rating faktor eksternal (peluang)
Informan
Peluang
Berkembangnya teknologi pertanian
Meningkatnya permintaan masyarakat
terkait dengan bahan pangan
Sarana dan prasarana
mudah didapatkan
Adanya pemahaman petani terkait dengan
pengelolaan input sampai output
Satoimo 1 2 3 1 3 2 3 3 2 4 3 3 2 3 4 4 3 3 2 4 5 4 3 1 3 6 2 3 2 3 7 2 2 3 4 8 3 4 2 3 9 3 1 2 4
Penyuluh 3 3 1 4 Dinas
Pertanian 1 3 2 2
Rata-rata 2,4 1,91 2,7 2,1 Jumlah 27 22 30 25
71
Hasil perhitungan rating faktor eksternal (ancaman)
Informan
Ancaman
Transportasi yang belum mendukung
Kondisi cuaca
Adanya serangan hama
yang menyerang tanaman Satoimo
Wilayah pemasaran
Satoimo yang belum
terbatas
Ketersediaan sarana
produksi yang tidak
tepat waktu 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 3 2 1 2 1 2 4 2 1 1 2 2 5 1 1 1 2 1 6 1 1 2 1 2 7 2 2 1 1 2 8 3 1 1 3 2 9 2 2 1 1 3 10 3 1 2 1 2
Penyuluh 1 1 1 1 2 Dinas
Pertanian 1
1 2 2 1
Rata-rata 1,7 1,3 1,4 1,4 1,8 Jumlah 21 16 17 17 22
72
Lampiran 5. Perhitungan Bobot untuk Faktor Internal
Keterangan:
Nilai rata-rata SP (sangat penting) dimasukkan dalam bobot 0,39 - 0,50
Nilai rata-rata P (penting) dimasukkan dalam bobot 0,26 - 0,38
Nilai rata-rata CP (cukup penting) dimasukkan dalam bobot 0,13 - 0,24
Nilai rata-rata KP (kurang penting) dimasukkan dalam bobot 0,01 - 0,12
Nilai rata-rata TP (tidak penting) dimasukkan dalam bobot 0,0
Jumlah bobot faktor internal (kekuatan + kelemahan = 1,00) jumlahnya tidak
boleh melebihi skor total 1,00).
73
Hasil perhitungan bobot faktor internal (kekuatan)
Responden & Informan
Kekuatan Adanya sumber daya manusia
dalam usahatani Satoimo
Keadaan lahan yang mendukung
Biaya pengeluaran
sedikit
Terdapat banyak arahan dari penyuluh
terhadap petani 1 P CP KP P 2 SP CP CP CP 3 P P KP KP 4 P CP KP CP 5 SP CP KP KP 6 P P KP KP 7 P CP CP P 8 SP CP P KP 9 P P CP CP 10 SP CP KP CP
Penyuluh SP P CP P Dinas
Pertanian SP P CP P
Pedagang 1 P SP KP KP Pedagang 2 SP CP CP CP Konsumen 1 P P KP CP Konsumen 2 P CP KP CP Rata-rata P CP KP CP
Nilai 0,26 0,13 0,01 0,13
74
Hasil perhitungan bobot faktor internal (kelemahan)
Informan
Kelemahan Tidak adanya Bank
dan Koperasi sebagai modal bagi petani dalam usahatani
Satoimo
Waktu produksi
yang cukup lama
Saluran pemasaran yang belum
efektif
Kurangnya pemahaman
petani terhadap informasi harga
1 CP TP CP CP 2 P TP CP CP 3 P KP CP CP 4 CP KP CP P 5 KP KP P CP 6 CP TP KP P 7 KP KP CP CP 8 CP KP CP SP 9 CP TP CP CP 10 CP KP CP CP
Penyuluh P CP P P Dinas
Pertanian P CP P P
Pedagang 1 KP KP CP CP Pedagang 2 KP CP KP CP Konsumen 1 CP CP KP P Konsumen 2 CP KP CP CP Rata-rata CP KP CP CP Jumlah 0,13 0,01 0,13 0.13
75
Lampiran 6. Perhitungan Bobot untuk Faktor Eksternal
Keterangan:
Nilai rata-rata SP (sangat penting) dimasukkan dalam bobot 0,39 - 0,50
Nilai rata-rata P (penting) dimasukkan dalam bobot 0,26 - 0,38
Nilai rata-rata CP (cukup penting) dimasukkan dalam bobot 0,13 - 0,24
Nilai rata-rata KP (kurang penting) dimasukkan dalam bobot 0,01 - 0,12
Nilai rata-rata TP (tidak penting) dimasukkan dalam bobot 0,0
Jumlah bobot faktor internal (kekuatan + kelemahan = 1,00) jumlahnya tidak
boleh melebihi skor total 1,00).
76
Hasil perhitungan bobot eksternal (peluang)
Informan
Peluang
Berkembangnya teknologi pertanian
Meningkatnya permintaan masyarakat
terkait dengan bahan pangan
Sarana dan prasarana
mudah didapatkan
Adanya pemahaman petani
terkait dengan pengelolaan input
sampai output Satoimo
1 P KP P CP 2 CP P CP CP 3 CP CP CP P 4 CP CP KP CP 5 CP KP P CP 6 KP KP KP CP 7 P KP CP CP 8 P KP CP P 9 CP KP CP CP 10 CP CP CP P
Penyuluh P P CP P Dinas
Pertanian P P CP P
Pedagang 1 CP CP P CP Pedagang 2 P P CP CP Konsumen 1 P P P P Konsumen 2 CP CP KP CP Rata-rata CP KP CP CP Jumlah 0,13 0,01 0,13 0,13
77
Hasil perhitungan bobot faktor eksternal (ancaman)
Informan
Ancaman
Transportasi yang belum mendukung
Cuaca yang
berubah-ubah
Adanya serangan hama
yang menyerang tanaman Satoimo
Wilayah pemasaran
Satoimo yang masih
terbatas
Ketersediaan sarana
produksi yang tidak
tepat waktu
1 KP P CP P KP 2 KP CP P CP P 3 CP CP KP SP P 4 P CP KP CP KP 5 CP KP CP CP KP 6 KP CP CP P KP 7 KP P CP CP CP 8 KP CP CP P KP 9 CP CP P CP KP 10 KP CP CP CP KP
Penyuluh P P CP P P Dinas
Pertanian CP P CP P P
Pedagang 1 CP CP P CP KP
Pedagang 2 KP CP KP CP CP Konsumen
1 CP P P CP CP
Konsumen 2
P KP CP CP KP
Rata-rata KP CP CP CP KP Nilai 0,01 0,13 0,13 0,13 0,01
78
Lampiran 7. Peta Lokasi Penelitian
Gambar peta Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng
79
Lampiran 8. Data Responden dan Informan
Data identitas responden di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng
Responden
No. Nama
Jeni
s K
elam
in
Um
ur (
thn)
Pen
didi
kan
Jum
lah
Tan
ggun
gan
Kel
uarg
a (o
rang
)
Pen
gala
man
K
erja
(th
n)
Lua
s la
han
(m2 )
1. Syahril L 32 SMA 2 15 0,05 2. Dg. Erang L 57 Tidak Sekolah 6 40 0,16 3. Abd. Malik L 36 SMP 2 19 0,15 4. Hamsa L 43 SMA 5 30 0,17 5. Dg. Gassing L 50 SD 5 41 0,08 6. Sampe L 44 Tidak Sekolah 4 31 0,14
7. Kaharuddin L 39 SMP 3 20 0,11
8. Dg. Sangkala L 46 Tidak Sekolah 4 32 0,17
9. Marwiah P 55 SMA 4 41 0,10 10. Saripah P 49 SMA 3 40 0,10
Data identitas informan
Informan
No. Nama Jenis Kelamin
Umur (thn) Pendidikan Uraian
1. Suhaemi P 44 Strata 1 Dinas Pertanian 2. Syahrir L 52 Strata 1 Penyuluh 3. Riska P 23 Mahasiswa Konsumen 4. Ahmad L 28 SMA Konsumen
5. Rosma P 39 SMA Pedagang
6. Jabal Nur L 54 SMP Pedagang
80
Lampiran 9. Dokumentasi
Gambar 1. Wawancara Petani Satoimo Gambar 2. Wawancara Konsumen Satoimo
Gambar 3. Kunjungan Penyuluh Pertanian Gambar 4. Bibit Satoimo siap tanam
Gambar 5. Menanam Bibit Satoimo Gambar 6. Kunjungan Dinas Pertanian
81
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Yuyun Ika Wahyuni dilahirkan di
Bantaeng tanggal 02 April 1997 dari bapak Jamaluddin S. dan ibu
Satriani S. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan Formal yang telah dilalui oleh penulis adalah TK Aisyiyah
Rappoa pada tahun 2002, SD No. 41 Rappoa tahun 2008, MTs. Muhammadiyah
Bantaeng tahun 2011, MA. Muhammadiyah Bantaeng tahun 2014, dan pada tahun
2014 mendaftar sebagai mahasiswi jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis Aktif di PRAMUKA pada tahun 2009-2011, selain dari pada itu,
penulis juga menjadi pengurus PR IPM MTs. Muhammadiyah Bantaeng pada
tahun 2010-2011, pengurus PR IPM MA. Muhammadiyah Bantaeng tahun 2011-
2013, Pengurus PD IPM Bantaeng tahun 2014-2016, pengurus FKMBT tahun
2016-2018, pengurus PW IPM Sulawesi Selatan tahun 2016-2020. Tugas akhir
penulis dalam bidang pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang
berjudul “Strategi Pengembangan Satoimo (Studi Kasus di Desa Bonto Daeng
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng)”.