strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

31
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan salah satu dari rangkaian penelitian yang berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai strategi pengembangan baik itu pengembangan suatu daerah atau kawasan menjadi destinasi pariwisata serta penelitian–penelitian yang berkaitan dengan strategi pengembangan lainnya seperti pengembangan daya tarik wisata maupun destinasi pariwisata, terutama yang berkaitan dengan pembangunan atau pengembangan pariwisata berkelanjutan. Sejak dilakukan langkah-langkah untuk pengembangan pariwisata di Indonesia, maka kegiatan-kegiatan terencana dan terprogram yang dilakukan oleh pemerintah pada hakekatnya memang bertujuan untuk ‘berkelanjutan’ khususnya di bidang pariwisata misalnya, apa yang dimaksud dengan pembagunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkelanjutan dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pembagunan pariwisata agar dilestarikan untuk generasi mendatang (Ardika, 2003). Beberapa penelitian sebelumnya seperti; Suya Wirawan (2009), Darsana (2011), Kartimin (2011), Aryasih (2012), dan Jumail (2011) merupakan penelitian–penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi serta yang relevan dengan penelitian tentang strategi pengembangan Kuta Lombok menjadi 14

Transcript of strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

Page 1: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

14

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan salah satu dari rangkaian penelitian yang berguna

untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai strategi pengembangan baik

itu pengembangan suatu daerah atau kawasan menjadi destinasi pariwisata serta

penelitian–penelitian yang berkaitan dengan strategi pengembangan lainnya

seperti pengembangan daya tarik wisata maupun destinasi pariwisata, terutama

yang berkaitan dengan pembangunan atau pengembangan pariwisata

berkelanjutan.

Sejak dilakukan langkah-langkah untuk pengembangan pariwisata di

Indonesia, maka kegiatan-kegiatan terencana dan terprogram yang dilakukan oleh

pemerintah pada hakekatnya memang bertujuan untuk ‘berkelanjutan’ khususnya

di bidang pariwisata misalnya, apa yang dimaksud dengan pembagunan pariwisata

berkelanjutan pada intinya berkelanjutan dengan usaha menjamin agar sumber

daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pembagunan pariwisata

agar dilestarikan untuk generasi mendatang (Ardika, 2003).

Beberapa penelitian sebelumnya seperti; Suya Wirawan (2009), Darsana

(2011), Kartimin (2011), Aryasih (2012), dan Jumail (2011) merupakan

penelitian–penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi serta yang

relevan dengan penelitian tentang strategi pengembangan Kuta Lombok menjadi

14

Page 2: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

15

 

destinasi pariwisata berkelanjutan diantaranya adalah penelitian oleh Surya

Wirawan (2009) dengan judul penelitian ”Pengembangan Daya Tarik Wisata

Bahari Secara Berkelanjutan Di Nusa Lembongan Kabupaten Klungkung”. Hasil

penelitian tersebut menunjukan bahwa bentuk pengembangan daya tarik wisata

bahari Nusa Lembongan adalah menitikberatkan pada penataan dan

pengembangan infrastruktur dasar, diversifikasi aktivitas dan paket wisata serta

fasilitas sanitasi yang mengacu pada ketentuan lingkungan dan berkelanjutan

yaitu; dengan merancang sistem zonasi yang dibagi ke dalam beberapa daerah

peruntukan (zoning), yaitu: Zona Inti (Zona Konservasi Alam), Zona Buffer

(Zona Penerimaan), Zona Pengembangan (Zona Aktivitas Wisata).

Selain oleh Surya Wirawan (2009), penelitian serupa juga di lakukan oleh

Darsana (2011) dengan judul “Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata

Kawasan Barat Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung”. Penelitian tersebut

ditemukan bahwa potensi yang terdapat di kawasan barat Pulau Nusa Penida yang

dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata adalah potensi keindahan alam

seperti: pantai, dengan hamparan pasir putihnya dan pemandangan bawah lautnya,

wisata relegi dan spiritual, serta pembudidayaan rumput laut. Berdasarkan analisis

lingkungan internal dan eksternal pariwisata berada pada posisi sedang oleh sebab

itu perlu dipelihara dan dipertahankan, adapun strategi umum yang perlu

diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kartimin (2011) dengan judul

penelitian “Strategi Pengembangan Pantai Berawa Sebagai Daya Tarik Wisata

Berbasis Kerakyatan Di Kabupaten Badung”. Hasil penelitian Kartimin

Page 3: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

16

 

menunjukan bahwa potensi - potensi yang ada di Pantai Brawa harus memenuhi

komponen pariwisata yang dikenal 4A (accessibility, attraction, amenity, dan

ancilliary), setelah itu di buatkan strategi pengembangannya dengan

menggunakan analisis SWOT dan menentukan program pengembangannya.

Penelitian Kartimin adalah pengembangan pantai sebagai daya tarik wisata, tetapi

sama-sama menuju pariwisata alam yang dilakukan dengan memanfaatkan

sumber daya alam dan sumber daya lokal. Adapun manfaat dari penelitian

Kartimin tersebut adalah bagaimana menerapkan strategi pengembangan daya

tarik wisata dengan pendekatan 4A yang meliputi pengembangan produk,

peningkatan keamanan, pengembangan sarana dan prasarana pariwisata,

melakukan promosi, strategi pembentukan badan pengelola, dan strategi

pengembangan sumber daya manusia untuk mendukung pengembangan daya tarik

wisata di kawasan barat Pulau Nusa Penida.

Selain itu, penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aryasih (2012) dengan judul “Strategi Pengembangan Pantai Matahari Terbit

Sanur sebagai Destinasi Pariwisata”. Hasilnya menyebutkan bahwa, faktor

eksternal mampu memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Sedangkan

strategi alternatif yang dirumuskan dalam penelitian Aryasih tersebut diantaranya

sebagai berikut: pengembangan paket atraksi wisata berbasisi kerakyatan dan

rancangan pariwisata alternatif, berbasis sosial budaya, kerjasama penataan

kawasan berdasarkan kriteria zona-zona peruntukan, penertiban dan pengelolaan

kawasan serta meningkatkan dan menjaga citra (image) kawasan, pengembangan

kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) dari masyarakat lokal,

Page 4: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

17

 

pengembangan sarana pendukung aktivitas pengunjung/ wisatawan, promosi

kawasan berkerjasama dengan pemerintah setempat (Kota Denpasar), stakeholder

pariwisata, saluran distribusi promosi (media cetak dan elektronik), peningkatan

mutu lingkungan fisik dan strategi menjadikan tempat outbound bagi wisatawan

dan masyarakat (team building). Untuk mempercepat tercapainya tujuan

pengembangan Pantai Matahari Terbit Sanur sebagai Destinasi Pariwisata, perlu

adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat lokal dan para pelaku pariwisata

lainnya.

Hasil penelitian–penelitian tersebut di atas, merupakan acuan yang relevan

dengan penelitian ini, karena memiliki kesamaan terutama dalam hal

pengembangan dengan tetap fokus pada prinsip pariwisata berkelanjutan, karena

setiap kawasan ataupun destinasi pariwisata memerlukan perencanaan yang baik

tanpa kecuali Kuta Lombok untuk menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan.

Salah satu upaya untuk mewujudkan Kuta Lombok menjadi destinasi pariwisata

maka perlu adanya sinergi antara pengembangan dan pencitraan Kuta Lombok itu

sendiri agar dapat meningkatkan daya saing suatu daerah dan destinasi pariwisata.

Penelitian terkait pencitraan kawasan pariwisata Kuta Lombok telah di

lakukan oleh Jumail pada tahun 2011 dengan Judul “Pencitraan Kawasan Wisata

Kuta Lombok Tengah”. Ditemukan bahwa, pencitraan wisatawan (selama-

sebelum-setelah) kunjungan menunjukkan adanya trend positif, pencitraan positif

mengalami peningkatan dan penurunan terhadap pencitraan negatif. Ternyata,

komponen fungsional-psikologis menjadi pola dominan pencitraan kawasan

wisata Kuta Lombok Tengah dengan atribut unik-holistik oleh sebagian besar

Page 5: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

18

 

wisatwan asing, sedangkan komponen psikologis-fungsional dengan atribut yang

sama ditemukan pada pencitraan wisatawan nusantara. Berdasarkan formasi

pencitraan, kawasan wisata Kuta Lombok Tengah banyak dibentuk oleh formasi

organic sebagai pencitraan actual sedangkan pencitraan formasi modifikasi belum

memberikan kontribuasi signifikan. Aspek yang dijadikan prioritas puncak untuk

perbaikan pencitraan adalah aksesibilitas, fasilitas pendukung, kebersihan pantai

dan prilaku agrsif pedagang asongan. Penelitian Jumail (2011) dapat dijadikan

sebagai kajian pustaka dalam peneltian ini meskipun penelitian Jumail tersebut

hanya fokus pada sebatas pencitraan di kawasan wisata Kuta Lombok Tengah,

sedangkan penelitian ini fokus pada strategi pengembangan Kuta Lombok sebagai

destinasi pariwisata berkelanjutan namun, perlu memperhatikan citra (image) juga

sebagai pertimbangan dalam memformulasikan strategi pengembangan sesuai

dengan konsep, lanadasan teori dan model penelitian yang relevan.

2.2 Konsep

Dalam suatu penelitian perlu penegasan definisi atau batasan operasional

dari setiap istilah atau konsep yang terdapat baik dalam judul penelitian, rumusan

masalah penelitian, atau dalam tujuan penelitian. Pemberian definisi atau batasan

operasional suatu istilah berguna sebagai sarana komunikasi agar tidak terjadi

salah tafsir dan juga mempermudah dalam proses penelitian.

2.2.1 Strategi Pengembangan

Menurut Marpaung (2000:52) strategi merupakan suatu proses penentuan

nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang

menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada

Page 6: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

19

 

tindakan-tindakan yang mengarah pada masa depan. Sama halnya dengan

Chandler dalam Rangkuti (2002:3) bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai

tujuan perusahaan dalam jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas

alokasi sumber daya. Strategi dapat pula diartikan sebagai rencana umum yang

integratif yang dirancang untuk memberdayakan organisasi pariwisata untuk

mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya dengan tepat walaupun

menemukan banyak rintangan dari pihak pesaing (Puspa, 2006:18).

Pengembangan merupakan suatu proses, cara, perbuatan menjadikan sesuatu

menjadi lebih baik, maju, sempurna dan berguna. Pengembangan merupakan

suatu proses/aktivitas memajukan sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata

sedemikian rupa dengan meremajakan atau memelihara yang sudah berkembang

agar menjadi lebih menarik dan berkembang (Alwi, et al. dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2005:538).

Menurut Wilson (2001) ada 10 faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pengembangan pariwisata di daerah pedesaan (rural areas) yaitu: (1) A complete

tourism package (paket wisata lengkap), (2). Good leadership (kepemimpinan

yang baik), (3). Support and participation of local government (dukungan dan

partisipasi, pemerintah lokal), (4). Sufficient funds for tourism development (dana

pengembangan pariwisata yang cukup), (5). Strategic planning (perencanaan

strategis), (6). Coordination and cooperation between businesspersons and local

leadership (kerjasama antara pengusaha dan pemimpin lokal), (7). Coordination

and cooperation between rural tourism entrepreneurs (kerjasama antara

pengusaha pariwisata), (8). Information and technical assistance for tourism

Page 7: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

20

 

development and promotion (bantuan informasi dan teknis untuk pengembangan

dan promosi pariwisata), (9). Good convention and visitors bureaus (adanya biro

konvensi dan pengunjung yang baik), dan (10). Widespread community support

for tourism (adanya dukungan seluruh masyarakat terhadap pariwisata).

Gunn (1994:5-9) menyatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata harus

melibatkan tiga sektor, yaitu Business Sector (sektor bisnis), Non-profit Sector

(sektor non profit) dan Governmental Sector (sektor pemerintah), dan semakin

baik pemahaman dan keterlibatan tiga sektor tersebut maka pengembangan

pariwisata akan semakin baik. Bisnis Sector adalah sektor usaha yang

menyediakan segala keperluan wisatawan seperti jasa transportasi, perhotelan,

makanan dan minuman, laundry, hiburan dan sebagainya. Nonprofit Sector

merupakan organisasi seperti organisasi pemuda, organisasi profesi, etnis yang

tidak berorientasi pada keuntungan (non-profit organisation) namun memiliki

peran dan perhatian besar terhadap pengembangan pariwisata. Governmental

Sector adalah sektor yang berperan untuk mengeluarkan dan menerapkan Undang-

undang dan peraturan. Dalam bidang pariwisata sektor pemerintah telah

melakukan banyak peran penting selain regulasi. Dalam pengadaan taman

nasional, disamping melindungi alam dan budaya juga telah banyak menarik

kunjungan wisatawan.

Berdasarkan beberapa konsep tersebut, maka yang dimaksud dengan strategi

pengembangan dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan rencana yang sifatnya

komprehensif dan terpadu dari unsur pemerintah, swasta, masyarakat dan

akademisi untuk mengkaji kendala, kondisi lingkungan internal dan eksternal

Page 8: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

21

 

Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan sehingga dapat

memformulasikan strategi yang tepat untuk mewujudkan Kuta Lombok menjadi

destinasi pariwisata berkelanjutan serta berdaya saing tinggi.

2.2.2 Destinasi Pariwisata

Dalam Undang–undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

kepariwisataan pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa daerah tujuan wisata yang

selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada

dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik

wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang

saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang

signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang

dilalui selama perjalanan (seperti daerah transit). Suatu tempat pasti memiliki

batas-batas tertentu baik secara actual maupun hukum. Menurut Ricardson dan

Fluker (2004:48), destinasi pariwisata didefinisikan sebagai;

“A significant place visited on a trip, with some form of actual or perceived boundary. The basic geographic unit for the production of tourism statistics”

Destinasi pariwisata dapat digolongkan atau dikelompokkan berdasarkan

ciri-ciri destinasi tersebut, diantaranya sebagai berikut (1) Destinasi sumber daya

alam, seperti iklim, pantai, hutan; (2) Destinasi sumber daya budaya, seperti

tempat bersejarah, museum, teater, dan masyarakat lokal; (3) Fasilitas rekreasi,

seperti taman hiburan; (4) Event, seperti pesta kesenian Bali, pesta danau toba,

pasar malam; (5) Aktivitas spesifik, seperti Kasino di Genting Highland Malaysia,

Page 9: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

22

 

wisata belanja di Hongkong; dan (6) Daya tarik psikologis, seperti petualangan,

perjalanan romantis, keterpencilan (Kusdianto,1996:8).

Terkait dengan uarain definisi destinasi di atas, maka strategi

pengembangan suatu daerah menjadi destinasi pariwisata hendaknya

memperhatikan hal-hal yang menjadi kendala, kondisi lingkungan internal dan

eksernalnya dalam pengembangannya. Selaian itu, berdasarkan hasil studi

beberapa pihak mengenai urutan pentingnya sifat atau ciri dari destinasi menurut

wisatawan terangkum dalam Tabel 2.1.

Tabel: 2.1. Daftar Urutan Pentingnya Sifat Destinasi Menurut Wisatawan

Urutan Pentingnya Sifat Destinasi (dari terpenting ke kurang penting)

Hasil Studi Menurut

PATA (1967) American

Express (1977)

PATA (1984) di Hongkong

Dirjen Pariwisata

(1993)

1 Masyarakat yang ramah tamah dan hangat

Pemandangan alam yang indah

Pemandangan alam yang indah

Pemandangan alam yang indah

2 Akomodasi nyaman

Sikap ramah penduduk lokal

Masyarakat yang ramah dan hormat

Kehidupan alam yang indah

3 Pemandangan indah

Akomodasi layak

Akomodasi yang baik dan modern

Kebudayaan masyarakat tradisional

4 Harga-harga layak

Istirahat dan santai

Tidak mahal untuk dikunjungi

Kerajinan dan kesenian

5 Adat-istiadat kehidupan masyarakat

Tarif penerbangan

Stabilitas politik Negara yang dikunjungi

Pantai

Sumber: diadaptasi dari Kusdiantoro (1996:20)

Page 10: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

23

 

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa pemandangan alam yang indah menempati

urutan pertama terpenting dari destinasi pariwisata. Demikian halnya juga dalam

pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, perlu

mempertimbangkan unsur keindahan alamnya sebagai potensi dan daya tarik yang

dapat mendukung pengembangannya termasuk yang menjadi kendala, serta

kondisi lingkungan internal dan eksternalnya.

2.2.3 Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan merupakan pengembangan pariwisata yang sangat

diharapkan pembangunan serta pengembangannya baik itu oleh pemerintah, para

pelaku wisata (stakeholder) maupun masyarakat itu sendiri. Berbagai kajian

tentang pariwisata berkelanjutan telah dilakukan seperti; Milazi (1996: 31),

Joemail (2011:20), Dodds and Butler (2010 : 38-39), Cascante, dkk ( 2010: 738),

Farsari (2005:4), Wen Wu (2009 : 10), Arida (2009: 16), dan masih banyak lagi

para ahli lainya. Namun, dapat disimpulkan bahwa pariwisata berkelanjutan

adalah pariwisata harus ramah lingkungan dan dapat dinikmati oleh generasi yang

akan datang.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh United Nation (2007 : 29-30) pada

Komisi Pengembangan Berkelanjutan memberikan beberapa indikator-indikator

penting untuk pembangunan secara berkelanjutan diantaranya sebagai berikut: (1)

Terutama dalam ruang lingkup nasional, (2) Relevan untuk menilai pembangunan

berkelanjutan, (3) Terbatas dalam jumlah dan tetap terbuka, (4) Disesuaikan

dengan kebutuhan masa depan, (5) Mencakup semua aspek pada agenda abad 21

untuk pebangunan berkelanjutan, (6) Bisa dimengerti, jelas dan tidak ambigu, (7)

Page 11: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

24

 

Konsepnya jelas, (8) Sedapat mungkin mewakili konsesus internasional, (9)

Kemampuan pemerintah nasional untuk mengembangkanya, dan (10) Sangat

tergantung pada biaya dan kualitas data yang dimiliki.

Pariwisata berkelanjutan pada hakekatnya adalah kegiatan kepariwisataan

dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan sumber daya alam (ekologi) dan

sosial budaya pada destinasi pariwisata tersebut. Undang–undang No. 10 tahun

2009 Tentang Kepariwisataan pada pasal 2 menyatakan bahwa kepariwisataan

diselenggarakan berdasarkan asas keberlanjutan, asas kelestarian, dan asas

partisipatif.

Ada tiga (3) aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu: aspek

ekonomi mengenai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mengubah

pola produksi serta konsumsi ke arah yang seimbang. Aspek sosial budaya

mengenai upaya penyelesaian masalah kependudukan, perbaikan pelayanan

masyarakat, kesehatan masyarakat, pendidikan dan lain-lain. Aspek lingkungan

mengenai upaya konservasi dan preservasi sumber daya alam, serta pengurangan

dan pencegahan polusi maupun limbah (Ridwan, 2012:40).

Brundtland (1987) dalam Ridwan (2012) menyimpulkan bahwa,

pembangunan harus diorientasikan pada keberlanjutan agar pembangunan tidak

hanya dinikmati oleh generasi saat ini, tetapi juga untuk generasi selanjutnya, dan

harus mengupayakan kerjasama yang baik dikarenakan bahwa pembangunan

berkelanjutan tidak bisa ditangani secara single authority, begitu juga halnya

dengan pengembangan atau pembangunan pariwisata berkelanjutan termasuk di

dalamnya destinasi pariwisata.

Page 12: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

25

 

2.2.4 Potensi dan Daya Tarik Wisata

1 Potensi

Potensi menurut beberapa penulis seperti Pendit (1999: 21) menerangkan

bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah

tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata, dengan kata lain potensi

wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat

dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan

untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya.

Potensi menurut Kamus Besar Bahasa indonesia (2007: 890) adalah kemampuan

yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kesanggupan; kekuatan;

daya.

Menurut Suarka (2010:23) potensi wisata adalah segala sesuatu yang

terdapat disuatu daerah yang dikembangkan menjadi daya tarik wisata, potensi

tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu;

1 Potensi Budaya, yang dimaksud dengan potensi budaya merupakan

potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat seperti adat – istiadat,

mata pencaharian dan kesenian.

2 Potensi Alamiah, merupakan potensi yang ada di masyarakat yang berupa

potensi fisik dan geografis alam.

Selain itu, Wisnawa (2011) juga menjelaskan bahwa potensi wisata adalah

sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Dalam

penelitian tersebut, potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu: potensi alam,

potensi kebudayaan dan potensi manusia, sebagaimana yang diuraikan berikut:

Page 13: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

26

 

1 Potensi Alam.

Yang dimaksud dengan potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan

fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dan

lain-lain (keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang

dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan memperhatikan keadaan

lingkungan sekitarnya niscaya akan menarik wisatawan untuk berkunjung

ke obyek (daya tarik wisata) tersebut.

2 Potensi Kebudayaan

Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik

berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah

nenek moyang berupa bangunan, monument, dan lain-lain.

3 Potensi Manusia

Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik

wisata baik itu potensi yang langsung atau tidak langsung berdampak pada

pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Oleh sebab itu, potensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah potensi

fisik dan potensi non fiisik Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata

berkelanjutan termasuk di dalamnya adalah potensi sumber daya maunusia (SDM)

yang mendukung pengembangan tersebut agar sesuai harapan.

2 Daya Tarik Wisata

Undang-undang Republik Indonesia (RI) nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah

segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

Page 14: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

27

 

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Keadaan alam, flora dan fauna, sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah,

seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan

modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan

Undang–undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah segala sesuatu

yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata

seperti; (a) Atraksi Alam: pemandangan, pemandangan laut, pantai, cuaca dan

keadaan geografis destinasi tersebut (Natural attraction: landscape, seascape,

beaches, climate and other geographical features of the destinations), (b) Atraksi

Budaya: sejarah dan folklore, agama, kesenian dan kegiatan khusus, festival

(Cultural attraction: history and folklore, religion, art and special events,

festivals), (c) Atraksi Sosial: tradisi (cara hidup), populasi penduduk, bahasa,

kesempatan berbaur dalam kehidupan sosial (Social attractions: the way of life,

the resident populations, languages, opportunities for social encounters), (d)

Aktraksi Buatan: gedung bersejarah dan arsitektur modern, monumen, taman,

kebun, pelabuhan dan sebagainya (Built attraction: building, historic, and modern

architecture, monument, parks, gardens,marina,etc).

Sebagai sebuah kawasan wisata ataupun destinasi pariwisata yang akan

dikembangankan menuju pembanguanan pariwisata berkelajutan tentu harus

melihat potensi dan daya tariwk wisata yang ada. Potensi dan daya tarik dalam

Page 15: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

28

 

kepariwsataan dapat diartikan sebagai modal atau aset yang dimiliki suatu daerah

tujuan wisata (destinasi pariwisata) dan dieksploitasi untuk kepentingan-

kepentingan ekonomi yang secara ideal terangkum di dalamnya perhatian

terhadap aspek-aspek budaya.

Menurut Yoeti (2006:55-56) daya tarik wisata dibagi menjadi empat (4)

bagian yaitu;

1 Daya Tarik Wisata Alam, yang meliputi pemandangan alam, laut, pantai

dan pemandangan alam lainnya.

2 Daya Tarik Wisata dalam bentuk Bangunan, yang meliputi arsitektur

bersejarah dan modern, monumen, peninggalan arkeologi, lapangan golf,

toko dan tempat-tempat perbelanjaan lainnya.

3 Daya Tarik Wisata Budaya, yang meliputi sejarah, foklor, agama, seni,

teater, hiburan, dan museum.

4 Daya Tarik Wisata Sosial, yang meliputi cara hidup masyarakat setempat,

bahasa, kegiatan sosial masyarakat, fasilitas dan pelayanan masyarakat.

Selain 4 (empat) komponen tersebut, daya tarik wisata juga harus memiliki

komponen aksesibilitas dan amenitas (Damanik dan Weber, 2006:12).

Aksesibilitas mencakup sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan

daya tarik wisata yang satu dengan daya tarik wisata yang lain di daerah tujuan

wisata mulai dari transportasi darat, laut dan udara. Aksesibilitas juga mencakup

peraturan atau regulasi pemerintah yang mengatur tentang rute dan tarif angkutan.

Amenitas adalah infrastruktur yang menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan

Page 16: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

29

 

seperti fasilitas akomodasi, restoran, bank, penukaran uang, telekomunikasi, usaha

penyewaan (rental), olahraga, informasi, dan lain sebagainya.

Menurut Damanik dan Weber (2006:13) daya tarik wisata yang baik sangat

terkait dengan empat hal, yakni memiliki keunikan, orijinalitas, otentisitas, dan

keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan kekhasan yang

melekat pada suatu daya tarik wisata. Orijinalitas (keaslian) mencerminkan

keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi

atau tidak mengadopsi nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentisitas

mengacu pada keaslian. Bedanya dengan orijinalitas, otentisitas lebih sering

dikaitkan dengan tingkat keantikan atau eksotisme budaya sebagai daya tarik

wisata. Otentisitas merupakan kategori nilai yang memadukan sifat alamiah,

eksotis, dan bersahaja

2.3 Landasan Teori

Dalam mengkaji permasahan yang berkaitan dengan penelitian strategi

pengembangan destinasi pariwisata, diperlukan berbagai teori yang ada

relevansinya dengan penelitian tersebut, adapun teori yang diaplikasikan dalam

penelitian ini adalah teori perencanaan dan siklus hidup destinasi.

2.3.1 Teori Perencanaan

Perencanaan merupakan pengorganisasian masa depan untuk mencapai

tujuan tertentu (Inskeep, 1991). Menurut Sujarto (1986) dalam Paturusi, definisi

perencanaan adalah suatu usaha untuk memikirkan masa depan (cita-cita) secara

rasional dan sistematik dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada serta

seefesien dan se-efektif mungkin.

Page 17: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

30

 

Suatu perencanaan memiliki syarat-syarat sebagai berikut; (a) Logis, yaitu

bisa dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku, (b) Luwes, yaitu dapat

mengikuti perkembangan, dan (c) Obyektif, yaitu didasarkan pada tujuan dan

sasaran yang dilandasi pertimbangan yang sistematis dan ilmiah (Paturusi, 2008).

Selain itu juga Paturusi (2008) mengemukakan orientasi perencanaan ada

dua bentuk yaitu;

1 Perencanaan berdasarkan pada kecenderungan yang ada (trend oriented

planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran di

masa yang akan datang, dilandasi oleh pertimbangan dan tata laku yang

ada dan berkembang saat ini.

2 Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented planning)

yaitu suatu perencanaan yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai

di masa yang akan datang merupakan merupakan faktor penentu.

Menurut Yoeti (1997), komponen dasar pengembangan pariwisata di dalam

proses perencanaan adalah sebagai berikut; (a) Atraksi wisata dan aktivitasnya, (b)

Fasilitas akomodasi dan pelayanan, (c) Fasilitas wisatawan lainnya dan jasa

seperti : operasi perjalanan wisata, tourism information, restoran, retail shopping,

bank, money changer, medical care, public safety dan pelayanan pos, (d) Fasilitas

dan pelayanan transportasi, (e) Infrastruktur lainnya meliputi persediaan air,

listrik, pembuangan limbanh dan telekomunikasi, dan (f) Elemen kelembagaan

yang meliputi program pemasaran, pendidikan dan pelatihan, perundang-

undangan dan peraturan, kebijakan investasi sektor swasta, organisasi struktural

private dan public serta program sosial ekonomi dan lingkungan.

Page 18: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

31

 

Perencanaan pariwisata merupakan suatu proses pembuatan keputusan yang

berkaitan dengan masa depan suatu daerah tujuan wisata atau atraksi wisata yang

merupakan suatu proses dinamis penentuan tujuan, yang secara sistematis

mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan,

implementasi terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses perencanaan

pariwisata dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, politik) sebagai

suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan lainnya

(Paturusi, 2008).

Perencanaan adalah suatu proses pembuatan keputusan yang berkaitan

dengan masa depan suatu destinasi atau atraksi wisata. Ini merupakan suatu proses

dinamis dalam penentuan tujuan, yang secara bersistem mempertimbangkan

berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan serta implementasinya

terhadap alternatif yang dipilih dan evaluasinya. Proses perencanaan

mempertimbangkan lingkungan politik, fisik, sosial, dan ekonomi sebagai suatu

komponen yang saling terkait dan tergantung dengan yang lainnya (Paturusi,

2008:26).

Menurut Inskeep (1991:29), ada beberapa pendekatan yang digunakan

dalam perencanaan pariwisata:

1 Pendekatan Berkelanjutan, Meningkat, dan Fleksibel.

Walaupun masih berupa kebijakan dan rencana, pariwisata harus dilihat

sebagai suatu proses yang berkelanjutan dengan melakukan penyesuaian-

penyesuaian sesuai kebutuhan dan berdasarkan monitor dan umpan balik

Page 19: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

32

 

(feedback) dalam rangka mempertahankan tujuan dan kebijakan

pengembangan pariwisata.

2 Pendekatan Sistem.

Pariwisata dipandang sebagai suatu sistem yang saling berhubungan dan

harus dikembangkan dengan menggunakan teknik analisis sistem.

3 Pendekatan Komprehensif.

Semua aspek pengembangan pariwisata termasuk lembaga, dampak

lingkungan dan sosial-ekonomi harus dianalisa dan direncanakan secara

komprehensif atau holistik.

4 Pendekatan Terintegrasi.

Pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai suatu sistem yang

terintegrasi dengan perencanaan dan pengembangan wilayah secara

keseluruhan.

5 Pendekatan Pengembangan Lingkungan yang Berkelanjutan.

Pariwisata dikembangkan dengan terencana dan dikelola dengan baik

sehingga tidak mengakibatkan degradasi sumber daya alam dan budaya,

tetapi sebaliknya pariwisata dapat menjaga keberkelanjutan sumber daya

secara permanen. Dalam hal ini teknik analisis daya dukung sangat penting

digunakan untuk mengukur tingkat keberlanjutan tersebut.

6 Pendekatan masyarakat.

Keterlibatan dan partisipasi masyarakat lokal dalam proses perencanaan,

pengambilan keputusan dan pengelolaan pariwisata secara maksimum

mutlak dilakukan.

Page 20: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

33

 

7 Pendekatan Implementasi.

Kebijakan, perencanaan, dan rekomendasi pengembangan pariwisata

direalisasikan secara realistis dengan teknik-teknik implementasi melalui

program pengembangan atau strategi yang tepat.

8 Aplikasi proses Perencanaan yang Sistematis.

Proses perencanaan ini diterapkan dalam perencanaan pariwisata

berdasarkan atas urutan yang logis.

Menurut Gunn (1994:60) ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan

dalam perencanaan daya tarik wisata, di antaranya;

1 Penciptaan dan Pengelolaan Daya Tarik Wisata.

Suatu kesalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan daya tarik wisata

adalah penetapan daya tarik wisata yang terlalu prematur. Sebelum ada

pengelolaan yang baik daya tarik wisata belum dapat difungsikan dan

dipromosikan karena dengan kunjungan wisatawan yang membludak akan

dapat merusak sumber-sumber daya yang ada. Selain daya tarik wisata,

perlu juga diperhitungkan pengelolaan terhadap sarana pariwisata yang

lain seperti tempat parkir, tour dan interpretasi.

2 Pengelompokan Daya Tarik Wisata.

Sebuah data tarik wisata yang lokasinya jauh memerlukan banyak waktu

dan biaya untuk mencapainya sehingga menjadi kurang diminati

wisatawan.

Sistem pariwisata masal seperti kereta api cepat dan transportasi udara

mengharuskan wisatawan berhenti dan melanjutkan perjalanan sebelum

Page 21: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

34

 

puas menikmati daya tarik wisata yang sedang dikunjungi dengan baik.

Alat-alat transportasi ini juga mendorong perencanaan beberapa daya tarik

wisata harus berdekatan. Karena itu kunjungan ke daya tarik wisata utama

sebaiknya dikelompokkan atau digabung dengan daya tarik wisata

pelengkap yang lain. Misalnya adalah kunjungan ke Taman Nasional

sebagai atraksi utama, menawarkan banyak atraksi wisata alam pelengkap

seperti pemandangan, hiking, konservasi kehidupan liar, topografi yang

menantang dan tempat rekreasi di luar ruangan.

3 Gabungan Atraksi dan Pelayanan.

Meskipun daya tarik wisata merupakan porsi utama dalam sebuah

pengalaman perjalanan, tetapi daya tarik wisata tetap memerlukan

dukungan pelayanan. Misalnya, dalam perencanaan sebuah taman terasa

kurang lengkap apabila tidak memperhitungkan pelayanan pendukung

seperti akomodasi dan restauran, dan pelayanan pelengkap seperti

penjualan film, obat-obatan dan cinderamata. Oleh karena itu, daya tarik

wisata yang agak jauh atau terpencil minimal menyediakan pelayanan

makanan, toilet dan pusat-pusat pelayanan pengunjung (visitor centers).

4 Lokasi Daya Tarik Wisata ada di Daerah Pedesaan dan Perkotaan.

Daerah terpencil dan kota-kota kecil memiliki aset yang dapat mendukung

pengembangan daya tarik wisata karena beberapa segmen pasar ada yang

lebih menyukai suasana kedamaian dan ketenangan di daerah pedesaan,

karena itu ke depan perlu dilakukan perencanaan dan kontrol terhadap

daya tarik wisata yang masih alami seperti perkebunan dan jalan-jalan

Page 22: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

35

 

pelosok pedesaan yang masih alami. Tempat–tempat ini cocok untuk

pengembangan pariwisata alam maupun budaya, selain itu perlu

penggabungan daya tarik wisata perkotaan dan pedesaan menjadi sebuah

paket perjalanan.

Menurut Ridwan (2012:39-52) mengemukakan bahwa ada 5 (lima)

pendekatan perencanaan pengembangan pariwisata yang perlu diketahui dan

diaplikasikan dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata, yaitu: (1)

Pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal, (2) Pendekatan berkelanjutan, (3)

Pendekatan kesisteman, (4) Pendekatan kewilayahan, dan (5) Pendekatan dari sisi

Penawaran (supply) dan Permintaan (demand).

Salah satu pendekatan yang perlu daplikasikan dalam pengembangan Kuta

Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan adalah pendekatan penawaran

dan permintaan (supply and demand) selain beberapa pendekatan yang seperti

yang diuraikan diatas. Pendekatan tersebut diperlukan untuk menunjang

keberlanjutannya. Sebab, dalam pengembangan destinasi pariwisata pada

dasarnya adalah mencari titik temu anatara penawaran dan permintaan. Oleh

karena itu, dalam melakukan perencanaan dalam pengembangan destinasi

pariwisata seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasikan produk wisata

(Penawaran) yang ada di destinasi dan pasar wisatawan (Permintaan), baik yang

aktual maupun potensial kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek

tersebut, sehingga titik temu dari kedua aspek tersebut tercapai. Maka dengan

demikian produk wisata yang akan dijual sesuai dengan permintaan (kebutuhan

dan keinginan wisatawan).

Page 23: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

36

 

Gambar: 2.1. Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan

Richardson dan Fluker (2004) dalam Pitana (2005:66) mengatakan bahwa

keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya

faktor-faktor pendorong (push factors) dan faktor-faktor penarik (pull factors).

Faktor pendorong dan penarik ini merupakan faktor internal dan eksternal yang

memotivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya

bersifat sosial-psikologis (person-specific motivation), sedangkan faktor penarik

merupakan destination-specific attributes.

Menurut Damanik dan Weber (2006:2-14), dari sisi ekonomi, pariwisata

muncul dari unsur permintaan dan penawaran antara wisatawan dan daerah tujuan

wisata (destinasi pariwisata). Kedua unsur ini ibarat mata uang yang memiliki dua

sisi yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa permintaan wisatawan, segala macam daya

tarik wisata yang ada tidak akan ada gunanya, dan sebaliknya tanpa daya tarik

wisata, wisatawan tidak akan ada tempat untuk melakukan perjalanan wisata.

Awalnya permintaan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

ketersediaan waktu luang dan peningkatan pendapatan. Semakin banyaknya waktu

PENAWARAN PERMINTAAN

KEPUASAN KUALITAS NILAI JUAL

KONSEP STRATEGIS PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA

WISATAWAN • MOTIVASI • KEINGINAN • KEBUTUHAN

PRODUK WISATA • ATRAKSI • AKSESIBILITAS • AMENITAS

Page 24: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

37

 

luang dan pendapatan akan meningkatkan keinginan wisatawan untuk melakukan

perjalanan wisata. Diikuti dengan kemajuan teknologi tranportasi darat, laut dan

udara yang semakin aman, nyaman dan murah dapat meningkatkan kemampuan

masyarakat kelas bawah dan menengah masuk ke dalam pasar transportasi udara.

Hal ini sangat sesuai dengan teori permintaan dan penawaran yang menyatakan

bahwa semakin rendah harga suatu produk maka semakin banyak produk yang

dibeli oleh konsumen (Tasman dan Aima, 2005:12). Sebagai dampaknya, saat ini

pariwisata bukan hanya konsumsi eksklusif para pengusaha, petinggi negara dan

daerah, kalangan elit dan selebritis, tetapi juga konsumsi orang-orang desa yang

memiliki distribusi pekerjaan dan pendapatan yang semakin baik.

Permintaan wisatawan tanpa ada penawaran dan pelayanan dari daerah

tujuan wisata belum cukup menjamin perjalanan wisata. Penawaran wisata adalah

menyangkut semua produk yang ditawarkan kepada wisatawan, sedangkan jasa

adalah layanan yang diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan atau

menkonsumsi produk tersebut. Pelayanan pariwisata biasanya tidak tampak

(intangible), bahkan seringkali tidak dirasakan. Mulai dari pembersihan kamar

hotel yang dilakukan oleh staf room service, aneka hidangan dan cara

penyajiannya yang dilakukan oleh staf food and beverage sampai penyediaan

informasi di Tourist Information Centre, semuanya merupakan bentuk jasa

penawaran pariwisata (Damanik dan Weber, 2006:11).

Menurut Gunn (1994:57), daya tarik wisata (attraction) merupakan

komponen yang paling kuat dalam penawaran daerah tujuan wisata. Daya tarik

wisata merupakan energi yang dapat memberikan kekuatan dan dorongan

Page 25: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

38

 

terhadap wisatawan untuk melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata. Selain

itu, daya tarik wisata dapat memberikan daya pikat atau stimulus terhadap

motivasi perjalanan wisata dan memberikan kepuasan atau hadiah atas perjalanan

yang dilakukan wisatawan. Di lain pihak, pelayanan pariwisata hanya merupakan

fasilitator dan bukan sebagai alasan utama perjalanan wisatawan karena tanpa

daya tarik wisata, pelayanan pariwisata mungkin tidak akan dibutuhkan.

2.3.2 Siklus Hidup Destinasi

Siklus hidup destinasi terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengenalan

(introduction) hingga peremajaan (rejuvenation). Richardson dan Fluker

(2004:51) mengemukakan bahwa;

“A model that characterises each stage in the lifecycle of a destination (and destination areas and resort area) including introduction, growth, maturity, and decline and/ or rejuvenation”

Destinasi berjalan menurut siklus evolusi yang terdiri dari tahap pengenalan

(introduction), pertumbuhan (growth), pendewasaan (maturity), penurunan

(decline) dan atau peremajaan (rejuvenation). Tujuan utama dari penggunaan

model siklus hidup destinasi (destination lifecycle model) adalah sebagai alat

untuk memahami evolusi dari produk dan destinasi pariwisata sekaligus untuk

mengetahui tahapan pengembangan destinasi pariwisata itu sendiri.

Butler (1980) mengemukakan bahwa terdapat 6 (enam) tahapan

pengembangan pariwisata berkelanjuatan yang membawa implikasi serta dampak

yang berbeda terhadap pariwisata sebagai berikut:

1 Tahap Explorasi , pertumbuhan spontan dan penjajakan (Exploration)

Pada tahap ini jumlah wisatawan masih relatif kecil. Mereka cenderung

dihadapkan pada kondisi alam yang masih alami dan budaya masyarakat

Page 26: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

39

 

yang masih alami pada daerah tujuan wisata. Atraksi wisata belum

berubah dan kontak masyarkat relative tinggi.

2 Tahap Keterlibatan (Involment)

Pada tahap ini mulai adanya inisiatif masyarakat lokal untuk menyediakan

fasilitas wisata, kemudian promosi daerah wisata dimulai yang dibantu

oleh pemerintah derah setempat. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah

kunjungan wisatawan.

3 Tahap Pengembangan dan Pembangunan (Development)

Pada tahap ini jumlah kunjungan wisatawan meningkat tajam, pada musim

puncak wisatawan biasanya menyamai bahkan melebihi jumlah penduduk

lokal. Investor luar berdatangan memperbaharui fasilitas. sejalan dengan

meningkatnya jumlah dan pupularitas daerah wisata, masalah-masalah

rusaknya fasilitas mulai terjadi. Perencanaan dan kontrol secara nasional

dan regional dibutuhkan , bukan hanya untuk memecahkan masalah yang

terjadi, tetapi juga untuk pemasaran internasional.

4 Tahap Konsolidasi (Consolidation)

Pada tahap ini tingkat pertumbuhan wisatawan mulai menurun, wlaupun

total jumlah wisatawan masih relative meningkat. Daerah pariwisata

belum berpengalaman mengatasi masalah dan kecendrungan terjadinya

monopoli yang sangat kuat.

5 Tahap Ketidakstabilan (Stagnation)

Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang pada puncaknya, wisatawan

sudah tidak mampu lagi dilayani oleh daerah tujuan wisata. Ini didasari

bahawa kunjungan ulang wisatawan dan pemamfaatan bisnis dan

Page 27: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

40

 

komponen-komponen pendukungnya adalah dibutuhkan untuk

mempertahankan jumlah wisatawan yang berkunjung. Daerah tujuan

wisata mungkin mengalami masalah-masalah lingkungan, sosial dan

budaya serta ekonomi.

6 Tahap Penurunan Kualitas (Decline) dan Kelahiran Baru (Rejuvenation)

Pada tahap Decline, pengunjung kehilangan daerah tujuan wisata yang

diketahui semula menjadi “resort” baru. Resort menjadi tergantung pada

sebuah daerah tangkapan secara geografi lebih kecil untuk perjalanan

harian dan kunjungan berakhir pekan. Kepemilikan berpeluang kuat untuk

berubah dan fasilitas–fasilitas pariwisata, seperti akomodasi dan akan

berubah pemamfaatanya. Akhirnya pengambilan kebijakan mengakui

tingkatan ini dan memutuskan untuk dikembangkan sebagai”kelahiran

baru”. Selanjutnya terjadinya kebijaksanaan baru dalam berbagai bidang,

seperti pemafaatan, pemasaran, saluran distribusi dan meninjau kembali

posisi daerah tujuan wisata (destinasi pariwisata) tersebut.

Gambar. 2.2. A Tourism Area Cycle Of Evolution Sumber: Butler, 1980

Page 28: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

41

 

Selain itu, sebagai penjelasan tambahan dalam siklus hidup destinasi

sebagaimana yang dikemukakan oleh Butler (1980) dalam siklus hidup destinasi

(destination life cycle), pada siklus ke-6 (enam) yaitu tahap yang disebut juga

sebagai tahap Post-stagnation selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi 2 lagi

yaitu; tahap Decline dan Rejuvenation (Pitana dan Diarta, 2009: 132-133).

Pada tahap Decline, wisatawan tertarik dengan destinasi lain yang baru.

Fasilitas pariwisata digantikan oleh fasilitas non-pariwisata. Atraksi wisata

menjadi semakin kurang menarik dan fasilitas pariwisata menjadi kurang

bermanfaat. Keterlibatan masyarakat lokal mungkin meningkat seiring penurunan

harga fasilitas pariwisata dan penurunan pasar wisatawan. Daerah destinasi

menjadi terdegradasi kualitasnya, kumuh dan fasilitasnya tidak berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai penunjang aktivitas pariwisata.

Sedangkan pada tahap Rejuvenation, terjadi perubahan dramatis dalam

penggunaan dan pemanfaatan sumber daya pariwisata. Terjadi penciptaan

seperangkat atraksi wisata artifisial baru atau penggunaan sumber daya alam yang

tidak tereksploitasi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa tahapan siklus hidup destinas tersebut (destination

life cycle) posisi Kuta Lombok berada pada tahap keterlibatan (involment) artinya

bahwa kepariwisataan di Kuta Lombok masih belum berkembang. Pada

keterlibatan tersebut ditandai dengan adanya inisiatif masyarakat lokal untuk

menyediakan fasilitas pariwisata dan adanya peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan meskipun hal tersebut tidak signifikan.

Page 29: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

42

 

2.4 Model Penelitian

Pengembagan suatu daerah atapun kawasan harus berdasarkan potensi yang

ada, seperti potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi dalam

bentuk daya tarik wisata baik berupa daya tarik wisata alam maupun sosial budaya

yang dimilki oleh suatu daerah atau kawasan tersebut. Penelitian tentang strategi

pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, di Desa

Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat

dapat memberikan suatu solusi untuk memecahan permasalahan–permasalahan

terkait.

Untuk melakukan analisis atapun kajian terhadap masalah tersebut, maka

faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan tersebut perlu dikaji, aspek

serta kondisi lingkungan internal dan eksternal terhadap potensi daya tarik wisata

yang ada di Kuta Lombok. Seperti halnya sebuah daerah atau kawasan pada

umumnya, tentunya memiliki faktor lingkungan yang dapat dipisahkan menjadi 2

dua bagian yaitu; (1) lingkungan bagian dari kawasan yang disebut lingkungan

internal, dan (2) lingkungan bagian luar kawasan yang disebut lingkungan

eksternal. Lingkungan internal terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan

(weakness), dan lingkungan eksternal terdiri dari peluang (opportunity) dan

ancaman (treath).

Masing–masing kekuatan dan kelemahan pada lingkungan internal serta

peluang dan ancaman pada lingkungan eksternal jika diidentifikasi terdiri atas

faktor–faktor. Selanjutnya dengan bantuan alat analisis matrik SWOT, maka

dapat dibuatkan kombinasi faktor–faktor internal dan eksternal serta apa saja

Page 30: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

43

 

potensi dan daya tarik serta kendala dalam pengembangannya, dalam bentuk

matrik SWOT, dari matrik ini dapat dirumuskan berbagai alternatif strategi

pengembangan di Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

Menurut Kottler (1996) dari alternatif strategi dapat dirumuskan program –

program yang merupakan operasionalisasi dari setiap strategi umum (grand

strategy). Mengacu kepada pendekatan pariwisata berkelanjutan akhirnya dari

strategi umum atau pun program pengembangan dapat dibuat rekomendasi kepada

instansi berwenang atau para pemangku kepentingan (stakeholder) yang bergerak

di bidang kepariwisataan serta keterlibatan masyarakat lokal dalam usaha

menunjang pemerataan pembangunan kepariwisataan di Desa Kuta (Kuta

Lombok), Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, sebagai destinasi

pariwisata berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.

Page 31: strategi pengembangan kuta lombok sebagai destinasi pariwisata ...

44

 

Gambar: 2.3. Model Penelitian

Keterangan: = Arah hubungan

= Saling mempengaruhi  

Strategi Pengembangan

Potensi Kuta Lombok

Pariwisata Global

Pariwisata Nusa Tenggara Barat

Pariwisata Nasional

Pariwisata di Kuta Lombok belum Optimal

Pengembangan Kuta Lombok sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

Kendala dalam Pengembangan

 

Teori; 1. Perencanaan 2. Siklus Hidup Destinasi