STRATEGI PENGEMBANGAN GOA KREO SEBAGAI SALAH SATU ...lib.unnes.ac.id/29679/1/7111410043.pdf ·...
-
Upload
trinhduong -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN GOA KREO SEBAGAI SALAH SATU ...lib.unnes.ac.id/29679/1/7111410043.pdf ·...
STRATEGI PENGEMBANGAN GOA KREO SEBAGAI
SALAH SATU DESTINASI DI KOTA SEMARANG
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
France Rani Boloni Girsang
NIM. 7111410043
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 21 Agustus 2017
Penguji I
Lesta Karolina Br Sebayang, S.E, M.Si
NIP. 198007172008012016
Penguji II Penguji III
Deky Aji Suseno, S.E, M.Si Dyah Maya Nihayah, S.E, M.Si
NIP. 197612032003121004 NIP. 197705022008122001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. Wahyono, M.M.
NIP 195601031983121001
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : France Rani Boloni Girsang
NIM : 7111410043
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 28 Juni 1991
Alamat : Jl. Danau Poso No. 10 aa
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini
adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, 18 Agustus 2017
France Rani Boloni Girsang
NIM. 7111410043
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan
lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”
(Ir. Soekarno)
“Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama sekali.”
(Arthur Hugh
Clough)
Persembahan :
1. Kedua Orang Tua tercinta yang
telah membesarkan, mendidik
dengan rasa sayang penuh
kesabaran dan pengorbanan.
2. Almamaterku, jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang
3. Untuk sahabt-sahabatku yang
selalu mengiringi setiap langkahku
dengan semangat motivasi
SARI
France Rani Boloni Girsang, 2017. “Strategi Pengembangan Goa Kreo Sebagai
Salah Satu Destinasi Di Kota Semarang.” Skripsi. Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing :
Dyah Maya Nihayah, S.E, M.Si.
Kata Kunci : Pariwisata, destinasi wisata, strategi pengembangan dan
SWOT
Indonesia memiliki banyak tempat indah yang menarik untuk dikunjungi,
sayangnya tak semua siap menjadi destinasi wisata. Ada syaratnya bila suatu
tempat ingin menjadi destinasi wisata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
suatu tempat untuk bisa menjadi destinasi wisata yang baik. Menurut Undang-
undang, ada empat unsur yang menjadikan suatu destinasi itu destinasi wisata,
unsur yang pertama adalah daya tarik, Infrastruktur, pemberdayaan masyarakat,
marketing. Bila semua hal ini ada, maka pengembangan destinasi akan berjalan
dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan Goa
Kreo sebagai salah satu destinasi di Kota Semarang, agar peluang yang ada dapat
dimaksimalkan oleh kekuatan yang dimiliki Goa Kreo, dan juga agar kelemahan
Goa Kreo dapat dibenahi serta ancaman dapat dihindari ke depannya. Sehingga
membutuhkan kajian yang mendalam dari faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) maupun faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh
perusahaan. Metode analisis yaitu SWOT (Strenght, Weakness, Opportunitis,
Threat). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
kekuatan utama Goa Kreo adalah adanya monyet ekor panjang yang berada di
sekitar Goa Kreo, untuk kelemahan Goa Kreo itu sendirinya kurangnya tempat
parkir Goa Kreo, peluangnya kebijakan pemerintah pusat menjadikan pariwisata
sebagai prioritas, ancaman kurangnya alat transportasi umum menuju Goa kreo.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah fasilitas yang ada di Goa Kreo harus segera
dibenahi sebaik mungkin, kurangnya tempat parkir harus diatasi secara cepat agar
pengunjung dapat memarkirkan kendaraan mereka dengan aman karena berada di
sekitar goa kreo, peluang yang dimiliki Goa kreo harus di respon dengan baik juga
lalu untuk ancaman seperti transportasi harus disediakan transportasi umum
menuju Goa Kreo sehingga pengunjung lebih banyak berkunjung ke Goa Kreo,
jika semua sudah teratasi dengan baik maka dapat menarik kembali pengunjung
dengan jumlah yang banyak sehingga Goa Kreo bisa menjadi destinasi unggulan
di Kota Semarang, dengan kelebihan yang dipunya oleh Goa Kreo itu bisa
mendatangkan wisatawan yang cukup banyak.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul judul “Strategi Pengembangan
Goa Kreo Sebagai Salah Satu Destinasi Di Kota Semarang”. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan tuntunan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di
Universitas Negeri Semarang
2. Dr. H. Wahyono, MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
3. Lesta Karolina br Sebayang, SE,. M,Si, Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang
telah berperan serta dalam membantu kelancaran kegiatan perkuliahan.
4. Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si, Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing, memberikan
saran dan masukan yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi.
5. Deky Aji Suseno, S.E., M,Si, Dosen Penguji yang telah meluangkan
waktu dan pikirannya dalam menguji, memberikan saran dan masukan
yang bermanfaat.
6. Mamak, Bapak, kakak, dan adik yang senantiasa mendoakan dan
memberi dukungan baik secara materiil maupun non-materiil sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ilmu.
8. Sahabat-sahabatku tersayang yang senantiasa mendoakan dan memberi
dukungan.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi
ini seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas
Perhubungan Kota Semarang, Dinas Pariwisata Kota Semarang
Pengelola Goa Kreo.
Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Skripsi ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan, jika ada
kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan skripsi ini penulis
terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan pihak-pihak lainnya.
Semarang, 18 Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................ iii
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
SARI ................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR........................................................................................vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
....................................................................................1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Fokus Penelitian ...................................................................................... 8
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 9
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 9
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................ 9
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 10
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................... 10
1.6.1 Bagian Awal
..........................................................................................10.
1.6.2 Bagian Isi ...............................................................................................11
1.6.3 Bagian Akhir .........................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................12
2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 12
2.1.1 Defenisi Pariwisata ...................................................................... 12
2.1.2 Jenis-jenis Pariwisata ................................................................... 14
2.1.3 Industri Pariwisata ....................................................................... 16
2.1.4 Perminataan Pariwisata................................................................ 18
2.1.5 Penawaran Pariwisata .................................................................. 22
2.1.6 Daya Tarik Wisata ...................................................................... 24
2.1.7 Pengembangan Pariwisata ........................................................... 27
2.1.8 Penelitian Terdahulu .................................................................... 28
2.1.9 Kerangka berpikir.........................................................................31
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 32
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel............................. 34
3.2.1 Sampel ......................................................................................... 34
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel ....................................................... 34
3.2.3 Narasumber ................................................................................. 34
3.3 Variabel Penelitian................................................................................. 35
3.4 Metode Pengumpulan Data.................................................................... 36
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 37
3.5.1 Peneliti sebagai Instrumen Penelitian .......................................... 37
3.5.2 Pedoman Wawancara .................................................................. 37
3.5.3 Kuesioner .................................................................................... 38
3.6 Metode Analisis Data ............................................................................ 38
3.6.1 Analisis SWOT ............................................................................ 38
3.6.1.1 Analisis Internal dan Aanlissi Eksternal ................................... 40
3.6.1.2 Analisis Matrik SWOT ............................................................
43
3.6.1.3 Positioning Kuadran SWOT ....................................................44
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum wilayah penelitian .....................................................48
4.1.1 Keadaan geografis dan luas lahan ................................................48
4.1.2 Perkembangan goa kreo di Kota Semarang ..................................49
4.2 Profil dan potensi goa kreo ....................................................................51
4.2.1 Fasilitas yan tersedia ....................................................................52
4.2.2 Aktifitas pengunjung di objek wisata Goa reo.............................54
4.3 Kendala yang dihadapi dalam mengembangkan goa kreo di
Kota Semarang .........................................................................................55
4.3.1 Kendala Internal ...........................................................................55
4.3.2 Kendala Eksternal ........................................................................56
4.4 Strategi pengembangan goa kreo di Kota Semarang .............................57
4.4.1 Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ...............................57
4.4.2 Analisis Matrik IFE ......................................................................61
4.4.3 Analisis Matrik EFE .....................................................................64
4.4.4 Matrik Internal - Eksternal ...........................................................66
4.4.5 Analisis matrik SWOT .................................................................68
4.4.6 Formulasi strategi ........................................................................ 75
V. PENUTUP ...................................................................................................83
5.1 Simpulan
.................................................................................................83
5.2 Saran .......................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................87
LAMPIRAN ..........................................................................................................85
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 29
Tabel 1.2 Matrik Analisis SWOT................................................................. 43
Tabel 1.3 Analisis Matrik IFE goa kreo Kota Semarang.............................. 63
Tabel 1.4 Analisis Matrik EFE goa kreo Kota Semarang............................. 65
Tabel 1.5 Matrik space pengembangan goa kreo di Kota Semarang............ 68
Tabel 1.6 Rekapitulasi Hasil perhitungan rata-rata kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman.....................................................................70
Tabel 1.7 Analisis Matrik SWOT................................................................. 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Data Kunjungan Wisatawan Goa Kreo ......................................... 5
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................31
Gambar 2.3 Kuadran SWOT ………………………………….....................49
Gambar 2.4 Internal – Eksternal Matrik ...........................................................67
Gambar 2.5 Perhitungan rata-rata kekautan, kelemahan, peluang dan
Ancaman .......................................................................................71
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN .....................................................................................................85
1. Pedoman wawancara .............................................................................86
2. Hasil wawancara ..........................................................................87
3. Instrumen penelitian ..............................................................................90
4. Penentuan Peringkat faktor internal strategis .......................................95
5. Pembobotan terhadap kekuatan dan kelemahan ...................................97
6. Matriks banding berpasangan untuk pembobotan faktor internal .........99
7. Pemberian nilai peringkat terhadap kekuatan ......................................100
8. Penentuan peringkat faktor internal strategis ......................................102
9. Hasil pembobotan rata-rata faktor strategi internal Goa Kreo ............103
10. Hasil rating rata-rata faktor strategi internal Goa Kreo .................... ..104
11. Pembobotan terhadap peluang dan ancaman .......................................105
12. Matriks banding berpasangan untuk pembobotan ...............................107
13. Pemberian nilai peringkat terhadap peluang ..................................111
14. Hasil pembobotan rata-rata faktor strategi eksternal Goa Kreo ..........114
15. Hasil rating rata-rata faktor strategi eksternal ....................................115
16. Gambar .....................................................................................116
17. Surat izin penelitian.............................117
23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata adalah suatu proses perjalanan sementara seseorang atau lebih
menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya (Suwantoro, 1997). Proses
perjalanan tersebut karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan
ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, maupun kepentingan lain seperti
sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar.
Sektor pariwisata merupakan salah satu industri gaya baru, yang mampu
menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja,
pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam
negara penerima wisatawan (Wahab, 2003: 5). Berkembangnya pariwisata di
suatu daerah akan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat, yakni secara
ekonomis, sosial dan budaya. Namun, jika pengembangannya tidak dipersiapkan
dan dikelola dengan baik, justru akan menimbulkan berbagai permasalahan yang
menyulitkan atau bahkan merugikan masyarakat.
Untuk menjamin supaya pariwisata dapat berkembang secara baik dan
berkelanjutan serta mendatangkan manfaat bagi manusia dan mengurangi dampak
negatif yang mungkin timbul, maka pengembangan pariwisata perlu didahului
dengan kajian yang mendalam, yakni dengan melakukan penelitian terhadap
semua sumber daya pendukungnya (Wardiyanta, 2006: 47). Pariwisata
mempunyai peranan penting dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai
penghasil devisa negara di samping sektor migas. Di beberapa negara, pariwisata
24
khususnya agritourism bertumbuh sangat pesat dan menjadi alternatif terbaik bagi
wisatawan. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk menggalakkan
pembangunan di sektor pariwisata.
Sumbangan pariwisata bagi pembangunan nasional, selain
menyumbangkan devisa negara, pariwisata juga mempunyai peran yang strategis
dalam pembangunan nasional, yaitu: memperluas lapangan usaha, memperluas
lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah,
mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa, memperluas wawasan
nusantara, mendorong perkembangan daerah, mendorong pelestarian lingkungan
hidup, memperluas wawasan nusantara dan menumbuhkan rasa cinta tanah air
(Karyono, 1997: 89). Seiring dengan kebijakan pemerintah dalam upaya
mewujudkan otonomi daerah yang semakin nyata, dinamis dan bertanggung
jawab, maka upaya pengembangan pariwisata akan semakin penting arti dan
perannya dalam mendorong pembangunan daerah di masa mendatang.
Dari sudut ekonomi, kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbangan
terhadap penerimaan daerah bersumber dari pajak, retribusi, parkir dan karcis atau
dapat mendatangkan devisa dari para wisatawan mancanegara yang berkunjung.
Adanya pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling
merangkai dan menunjang kegiatannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat. Dari sudut sosial, kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan
tenaga kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari
berbagai sektor usaha yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
kepariwisataan. Pariwisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan
25
pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotivasi sikap
toleransi dalam pergaulan yang merupakan kekuatan dalam pembangunan bangsa,
selain itu juga pariwisata mampu memperluas cakrawala pandangan pribadi
terhadap nilai-nilai kehidupan.
Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah
daerah tempat objek wisata itu mendapat pemasukan dari pendapatan setiap objek
wisata. Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan menarik sektor
lain untuk berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk
menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan,
kerajinan rakyat, peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya. Mata rantai
kegiatan yang terkait dengan industri pariwisata tersebut mampu menghasilkan
devisa dan dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan angka
kesempatan kerja.
Industri pariwisata di Indonesia tidak sedikit memberi peran penting bagi
perekonomian Indonesia karena dapat memberikan tambahan devisa bagi negara,
menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar objek wisata (Oka A.
Yoeti, 2008). Menurut Spillane (1987), ditinjau dari segi budaya, industri
pariwisata secara tidak langsung memberikan peran penting bagi perkembangan
budaya Indonesia karena dengan adanya suatu objek wisata, dapat
memperkenalkan keragaman budaya yang dimiliki suatu negara seperti kesenian
tradisional, upacara-upacara agama atau adat yang menarik perhatian wisatawan
asing dan wisatawan Indonesia.
26
Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 33 Tahun 2004
yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk
mengelola wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab
dan tuntutan untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya
yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah.
Dengan adanya UU tersebut pemerintah memiliki keleluasaan untuk
mengembangkan objek wisata.
Semarang sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah memiliki berbagai
macam wisata di antaranya wisata alam, wisata buatan, dan wisata sejarah yang
apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik dan tepat maka akan menjadi
daerah tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Kota Semarang sendiri
mempunyai potensi objek wisata yang perlu dikaji secara mendalam untuk
dikembangkan di masa yang akan datang. Di antaranya adalah objek wisata Goa
Kreo yang terletak di Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati kurang lebih 13
km dari Tugu Muda ke arah selatan, berada di lereng bukit dengan ketinggian 350
meter di atas permukaan laut.
Objek wisata Goa Kreo memiliki 3 unsur wisata yang terdapat di
dalamnya, seperti: wisata alam berupa daerah perbukitan, wisata agama berkaitan
dengan petilasan Sunan Kalijaga, serta wisata budaya seperti kebiasaan
masyarakat Kandri yang masih melestarikan tradisi nyadran goa, nyadran kubur
dan nyadran kali kreo. Berbeda dengan tempat wisata alam lainnya di Jawa
Tengah, Goa Kreo mempunyai ciri khas yang menjadi daya tarik tersendiri, ini
yang mendorong Pemerintah Kota Semarang mengeluarkan Surat Keputusan (SK)
27
Walikota Semarang No. 556/4017 tahun 2012 tentang penetapan Kelurahan
Kandri dan Kelurahan Nongkosawit Kecamatan Gunungpati, Kelurahan
Wonopolo Kecamatan Mijen sebagai desa wisata Kota Semarang. Menunjukkan
bahwa Pemerintah Kota Semarang serius dalam mengembangkan kelurahan
Kandri yang mempunyai wisata alam Goa Kreo yang dikelola oleh Dinas
Kebudayaan dan pariwisata Kota Semarang menjadi sebuah destinasi unggulan di
Kota Semarang.
Gambar 2.1 Data kunjungan wisatawan ke Goa Kreo Semarang
Berdasarkan data gambar 2.1, terlihat bahwa pengunjung yang
berkunjung ke Goa Kreo belum maksimal. Kenaikan pengunjung hanya terjadi di
bulan tertentu saja seperti bulan Juli 2014 sebanyak 21.211 orang, dan Juli 2015
mengalami kenaikan pengunjung yang cukup signifikan menjadi 26.997 orang, di
bulan Agustus 2014 sebanyak 22.768 orang lalu pada tahun 2015 mengalami
penurunan yang cukup tajam menjadi 11.506 orang, Januari 2014 ada sebanyak
28
2.467 pengunjung lalu di tahun 2015 meningkat menjadi 17.545 orang dan pada
Januari tahun 2016 turun kembali menjadi 14.744, dan pada tahun 2016
pengunjung mengalami penurunan 14.744 orang, Mei 2014 pengunjung sebanyak
9.791 lalu Mei 2015 mengalami penurunan 17.406 orang.
Sedangkan di tahun 2016 hanya mengalami kenaikan di bulan Juni dan
Desember sekitar 19.189 dan 15.000 selebihnya dibandingkan tahun sebelumnya
tidak menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan padahal di bulan itu waktu
libur cukup panjang. Padahal salah satu tolak ukur perkembangan pariwisata
adalah pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan karena dengan peningkatan
jumlah wisatawan yang datang secara langsung akan diikuti oleh perkembangan
sarana dan prasarana pendukung pariwisata, pembangunan wilayah yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan bagi wisatawan. Ini akibat belum optimalnya
pengembangan potensi yang ada di Goa Kreo sebagai objek wisata Kota
Semarang sehingga pengunjung yang datang belum maksimal, pola kunjungan
yang berubah sesuai dengan kebutuhan wisatawan terhadap suatu destinasi, akan
memberikan dampak yang berpengaruh terhadap perekonomian suatu daerah dan
masyarakat setempat dari tahun ke tahun. Perlu strategi pengembangan untuk
mengelola Goa Kreo ke depanya agar menjadi satu destinasi Kota Semarang.
Pengembangan potensi wisata yang tepat dapat menjadikan Goa Kreo
menjadi suatu daerah tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Dewasa ini
pengembangan sumber daya alam sebagai objek wisata lebih diprioritaskan,
karena melihat kecenderungan para wisatawan yang umumnya tinggal didaerah
perkotaan sehingga lebih tertarik dengan nuansa alam yang natural dan jauh dari
29
kebisingan. Pengunjung yang datang masih didominasi dari warga Kota Semarang
dan sekitarnya. Kemampuan daya tarik objek wisata ini belum begitu luas
diketahui dan dikenal masyarakat. Kendala promosi yang belum maksimal,
kondisi jalan yang kurang nyaman atau rusak, dan kurangnya alat transportasi
umum membuat sebagian masyarakat enggan berkunjung sehingga beberapa
faktor tersebut menghambat perkembangan Goa Kreo.
Hal ini seharusnya sudah menjadi perhatian utama bagi pemerintah Kota
Semarang melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Semarang. Untuk itu,
maka berbagai perubahan yang terjadi harus disikapi dan diantisipasi secara dini
oleh pemerintah daerah dengan menerapkan strategi yang efektif guna
memanfaatkan kekuatan internal yang dimiliki dan mempertimbangkan pengaruh
eksternalnya. Atas dasar inilah perlu adanya kajian mengenai strategi yang tepat
untuk mengembangkan Goa Kreo sebagai salah satu destinasi unggulan di Kota
Semarang.
Potensi Goa Kreo sebagai destinasi Kota Semarang belum banyak “dilirik”
oleh wisatawan secara luas dari luar daerah Kota Semarang bahkan mancanegara.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat wisatawan untuk
mengunjungi suatu objek wisata. Maka berbagai perubahan yang terjadi harus
disikapi dan diantisipasi secara dini oleh pemerintah daerah dengan menerapkan
strategi yang efektif guna memanfaatkan kekuatan internal yang dimiliki dan
mempertimbangkan pengaruh eksternalnya. Dengan demikian, untuk mencari
alternatif strategi pengembangan pariwisata di Kota Semarang khususnya Goa
30
Kreo, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “strategi
pengembangan goa kreo sebagai salah satu destinasi di kota semarang”.
1.2 Fokus Penelitian
Permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan, harus diperhatikan dan
disikapi dengan serius oleh pihak pengelola Goa Kreo agar keberlanjutan dari
usaha wisata alam ini mengalami perkembangan di masa mendatang. Oleh karena
itu diperlukan strategi pengembangan Goa Kreo yang tepat agar permasalahan-
permasalahan tersebut dapat segera diatasi, ini sangat diperlukan untuk
menentukan keberlangsungan usaha tersebut. Perumusan strategi yang tepat
sasaran pun sangat diperlukan agar peluang yang ada dapat dimaksimalkan oleh
kekuatan yang dimiliki Goa Kreo, dan juga agar kelemahan Goa Kreo dapat
dibenahi serta ancaman dapat dihindari.
Penelitian ini menggunakan metode SWOT sehingga penelitian ini dapat
di jadikan oleh pihak pengelola sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan yang efektif dan efisien bila ada perubahan usaha pariwisata pada masa
yang akan datang. Pengembangan suatu usaha wisata alam membutuhkan kajian
yang mendalam dari faktor internal (kekuatan dan kelemahan) maupun faktor
eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh perusahaan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian, pertanyaan yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
31
1. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal pengembangan objek wisata
Goa Kreo ?
2. Strategi pengembangan apa saja yang perlu dilakukan pemerintah Kota
Semarang dalam pengembangan objek wisata Goa Kreo ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis tentang berikut:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal pengembangan objek
wisata Goa Kreo.
2. Mengetahui strategi pengembangan apa saja yang perlu dilakukan pemerintah
Kota Semarang dalam pengembangan objek wisata Goa Kreo sebagai salah
satu destinasi di Kota Semarang
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut tentang
penelitian sejenis.
2. Memperoleh pengetahuan tentang potensi-potensi apa saja yang dimiliki
objek wisata Goa Kreo
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi di perpustakaan
Fakultas Ekonomi dan perpustakaan Universitas Negeri Semarang.
4. Mengetahui strategi-strategi dalam mengembangkan objek wisata Goa
Kreo.
32
5. Menambah pengalaman penulis lewat penelitian yang sudah dilakukan.
6. Sebagai penerapan ilmu dan teori-teori yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan dan membandingkan dengan kenyataan yang ada di lapangan.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Masyarakat memperoleh pengetahuan tentang potensi-potensi yang ada di
Goa Kreo.
2. Memberikan motivasi pada masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata ke
Goa Kreo.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
mengambil kebijakan mengenai pengembangan Goa Kreo ke depannya
menjadi salah satu destinasi di Kota Semarang.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
1.6.1 Bagian Awal
Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan,
motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar lampiran.
1.6.2 Bagian Isi
Bagian ini merupakan bagian pokok skripsi yang terdiri dari 5 bab,
yaitu:
Bab 1 Pendahuluan
Berisi tentang belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab 2 Landasan Teori
33
Berisi tentang teori-teori yang melandasi permasalahan skripsi dan
penjelasan yang merupakan landasan teori yang diterapkan dalam skripsi,
serta kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
Bab 3 Metode Penelitian
Berisi tentang objek penelitian, variabel penelitian, desain penelitian,
metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data.
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasannya.
Bab 5 Penutup
Berisi tentang simpulan hasil penelitian dan saran-saran dari peneliti.
1.6.3 Bagian Akhir
Merupakan bagian yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-
lampiran yang digunakan dalam penelitian.
34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Pariwisata
Menurut Dephut (1994), mendefinisikan pariwisata alam sebagai segala
sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam serta usaha-usaha yang terkait di
bidang tersebut, wisata alam adalah kegiatan-kegiatan perjalanan atau sebagian
dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara
untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam taman nasional, taman
hutan raya, dan taman wisata; sedangkan pengusahaan wisata alam didefinisikan
sebagai sesuatu kegiatan untuk menyelenggarakan usaha sarana pariwisata di zona
pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam
berdasarkan pengelolaannya.
Hakekat pariwisata dapat dirumuskan sebagai berikut: seluruh kegiatan
wisatawan di dalam perjalanan dan persinggahan sementara dengan motivasi
beraneka ragam menimbulkan permintaan akan barang dan jasa, dan seluruh
kegiatan yang dilakukan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat di daerah atau
negara tujuan wisatawan, yang di dalam proses secara keseluruhan menimbulkan
pengaruh terhadap kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Gunn dalam Nurjaman (2006), menyatakan bahwa komponen pasok
rekreasi yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pariwisata antara lain:
1. attration (kegiatan yang ditampilkan)
2. service (pelayanan)
35
3. transportation (transportasi)
4. information (informasi)
5. promotion (promosi)
Soemarwoto (1985) mengatakan pariwisata menyajikan manfaat yang
besar, tetapi juga mengandung risiko yang tidak kecil. Semua manfaat ada
biayanya. Tak ada yang gratis. Manfaat dan risiko itu harus dikelola dengan baik,
agar dapat kita usahakan untuk mendapatkan manfaat bersih yang sebesar-
besarnya. Manfaat pariwisata dalam pembangunan menurut Dinas Pariwisata
Provinsi Jawa Timur (1992) adalah sebagai berikut:
1. memperluas kesempatan berusaha bagi masyarakat
2. menciptakan lapangan kerja baru
3. meningkatkan penghasilan masyarakat dan pemerintah
4. memelihara kelestarian budaya bangsa
5. memelihara lingkungan hidup
6. memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
7. meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
E Guyer-Frreuler dalam buku Handbuch des Eschweijerischen Vokwirtschaft,
pariwisata adalah zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan kesehatan dan
pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam,
kesenangan dan kenikmatan alam semesta dan pada khususnya disebabkan oleh
bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dalam masyarakat manusia sebagai hasil
perkembangan perniagaan, industri, dan perdagangan serta penyempurnaan alat-
alat pengangkutan (sinulingga, islandeaster.com)
36
Menurut Undang - Undang Nomor 90 tahun 1990, wisata adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela
serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut.
2.1.2 Jenis-jenis Pariwisata
Seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah biasanya
karena ingin sekedar untuk refreshing dan sekedar untuk berjalan-jalan. Selain itu,
ada juga yang melakukan perjalanan wisata karena ada urusan bisnis ke suatu
daerah. Ada berbagai jenis pariwisata yang dikelompokkan berdasarkan tujuan
atau motif seseorang atau sekelompok yang melakukan perjalanan wisata. Berikut
jenis-jenis Pariwisata menurut Spillane (19987) :
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi
kehendak ingin tahunya, untuk meregangkan ketegangan sarafnya, untuk melihat
sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, atau bahkan untuk
mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota.
2. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan
hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran
jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahan.
37
3. Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan karena keinginan untuk mempelajari adat istiadat,
kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah lain, selain itu untuk menjunjung
monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian,
pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik,
teater, tarian rakyat, dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism)
Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori :
a. Big sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya peristiwa-
peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, Worl Cup, dan lain-
lain.
b. Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi
mereka yang ingin berlatih sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga
naik kuda, dan lain-lain.
5. Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)
Perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada
kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada
pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.
6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)
Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya
tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.
38
2.1.3 Industri Pariwisata
Menurut Oka A. Yoeti (2008) batasan pariwisata sebagai suatu industri
diberikan secara terbatas, hanya sekedar untuk menggambarkan apa sebenarnya
pariwisata itu. Istilah industri pariwisata lebih banyak bertujuan memberikan daya
tarik supaya pariwisata dapat dianggap sebagai sesuatu yang berarti bagi
perekonomian suatu negara. Sebagai suatu industri, pariwisata tidak dapat diukur,
karena tidak memiliki standar nomor klasifikasi seperti dikatakan oleh Robert
Christie Mill dan Alais M. Morison : “There is no standard Industrial
Classification Number for Tourism”(Oka A Yoeti, 2008).
Ciri-ciri Industri Pariwisata :
1. Service Industry
Masing-masing perusahaan yang membentuk industri pariwisata adalah
perusahaan jasa yang masing-masing bekerja sama menghasilkan produk barang
maupun jasa yang dibutuhkan wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang
dilakukannya pada suatu daerah tujuan wisata. Cara berproduksi semacam ini bisa
disebut sebagai “product lines”, masing-masing produk melengkapi produk yang
lain untuk memberi kepuasan kepada wisatawan. Oleh sebab itu pariwisata dapat
disebut sebagai industri jasa. Adapun faktor-faktor produksinya adalah :
a. kekayaan alam
b. modal
c. tenaga Kerja
d. keterampilan
39
2. Labor Intensive
Yang dimaksud dengan labor intensive pariwisata sebagai suatu industri yaitu
menyerap tenaga kerja.
3. Capital Intensive
Yang dimaksud dengan capital intensive adalah diperlukannya modal yang besar
untuk investasi, akan tetapi di lain pihak pengambilan modal yang diinvestasikan
itu relatif lama dibandingkan dengan industri manufaktur lainnya.
4. Sensitive
Industri pariwisata sangat peka sekali terhadap keamanan dan kenyamanan karena
wisatawan ingin mencari kesenangan dan tidak mau mengambil risiko mati atau
menderita dalam perjalanan yang mereka lakukan.
5. Seasonal
Industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh musim. Saat ini masa liburan, semua
kapasitas habis terjual, namun saat masa liburan selesai masih banyak kapasitas
yang tersisa karena sepi pengunjung.
6. Quick Yielding Industry
Dengan mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri, devisa akan lebih
cepat bila dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang dilakukan secara
konvensional. Devisa diperoleh langsung pada saat wisatawan menginjakkan
kakinya di negara yang dikunjungi, karena saat itu wisatawan membayar semua
kebutuhannya, mulai dari akomodasi hotel, makanan, transportasi lokal, oleh-
oleh, hiburan, city sightseeing dan tours. Semuanya dibayar dengan valuta asing,
sehingga proses ini dikenal dengan istilah Invisibel export, yaitu suatu kegiatan
40
memperoleh devisa tanpa mengirim barang ke luar negeri akan tetapi devisa
diperoleh dari pembelanjaan wisatawan
2.1.4 Permintaan Pariwisata
Menurut Spillane (1987), salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
permintaan adalah mobilitas. Mobilitas manusia timbul oleh berbagai macam
dorongan kebutuhan/kepentingan yang disebut dengan istilah motivasi, yang
dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Dorongan kebutuhan dagang atau ekonomi
2. Dorongan kebutuhan kepentingan politik
3. Dorongan kebutuhan keamanan
4. Dorongan kebutuhan kesehatan
5. Dorongan kebutuhan pemukiman
6. Dorongan kebutuhan kepentingan keagamaan
7. Dorongan kebutuhan kepentingan pendidikan
8. Dorongan kebutuhan minat kebudayaan
9. Dorongan kebutuhan hubungan keluarga
10. Dorongan kebutuhan untuk rekreasi
Permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand) dapat dibagi dua yaitu
potensial demand dan actual demand. Potensial demand adalah sejumlah orang
yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata. Sedangkan actual demand
adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah
tujuan wisata tertentu (Oka A. Yoeti, 2008).
41
1.) General Demand Factors
a. Purchasing Power
Kekuatan untuk membeli banyak ditentukan oleh disposable income
(pendapatan yang siap dibelanjakan) yang erat kaitannya dengan tingkat hidup
dan intensitas perjalanan yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan seseorang
maka semakin besar kemungkinan seseorang melakukan perjalanan wisata.
b. Demographic Structure and Trends
Permintaan pariwisata ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk dan
pertumbuhan penduduk, serta struktur usia penduduk. Jumlah penduduk yang
banyak dengan pendapatan per kapita yang kecil maka kesempatan melakukan
perjalanan wisata juga semakin kecil. Penduduk yang masih muda dengan
pendapatan relatif tinggi akan lebih besar pengaruhnya ketimbang penduduk
yang berusia pensiunan.
c. Sosial and Cultural Factors
Industrialisasi yang menyebabkan meningkatnya pemerataan pendapatan dalam
masyarakat sehingga waktu senggang meningkat dan ada liburan yang dibayar
membuat orang-orang berkecenderungan sering melakukan perjalanan wisata.
d. Travel Motivation and Atttitudes
Motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sangat erat hubungannya dengan
kondisi sosial dan budaya masyarakatnya. Masih eratnya hubungan
kekeluargaan masyarakat dan sering melakukan saling berkunjung satu dengan
yang lain. Sehingga meningkatkan permintaan untuk melakukan perjalanan
wisata.
42
e. Opportunities to travel and Tourism Marketing Intencity
Adanya Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE) membuat
kesempatan untuk melakukan perjalanan wisata tidak hanya karena biaya
perjalanan yang ditanggung perusahaan, juga memberi kesempatan kepada
keluarga ikut melakukan perjalanan wisata.
2.) Factors Determining Specific Demand
Faktor-faktor yang menentukan permintaan khusus terhadap daerah tujuan wisata
tertentu akan dikunjungi adalah sebagai berikut :
a. Harga
Dalam kepariwisataan berlaku price differentiation secara umum sebagai suatu
strategi dalam pemasaran. Faktor harga sangat menentukan dalam persaingan
antara sesama tour operator. Bila perbedaan dalam fasilitas tidak begitu
berbeda, calon wisatawan cenderung akan memilih harga paket wisata yang
lebih murah.
b. Daya tarik wisata
Pemilihan daerah tujuan wisata lebih banyak ditentukan oleh daya tarik yang
terdapat di daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, apakah sesuai dengan
keinginan. Misalnya daya tarik orang ingin ke Yogyakarta karena ingin melihat
candi Borobudur dan Candi Prambanan, serta menyaksikan Sendratari
Ramayana.
43
c. Kemudahan Berkunjung
Kemudahan transportasi ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi akan
mempengaruhi pilihan wisatawan. Tersedianya prasarana yang memadai akan
menjadi pilihan, bandara yang bersih dan nyaman, jalan yang mulus menuju
objek wisata, tersedia listrik dan air bersih yang cukup di hotel mereka
menginap.
d. Informasi dan Layanan Sebelum Kunjungan
Faktor Tourist Information Sevice sangat penting untuk diketahui wisatawan
karena dapat menjelaskan tempat-tempat yang akan dikunjungi wisatawan,
kendaraan yang akan dipakai, waktu dan apa saja yang perlu dibawa, pelayanan
pemesanan tiket, perpanjang visa, penukaran valuta asing dan sebagainya.
e. Citra
Wisatawan memiliki kesan dan impian tersendiri tentang daerah tujuan wisata
yang akan dikunjungi. Apakah jika berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata
tertentu akan menemukan seperti yang dibayangkan, dan terhindar dari pikiran
negatif seperti ancaman gempa atau bom. Oleh karena itu suatu objek wisata
harus memiliki citra yang bagus di mata wisatawan.
2.1.5 Penawaran Pariwisata
Menurut Spillane (1987), aspek-aspek penawaran pariwisata terdiri dari :
1. Proses Produksi Industri Pariwisata
Kemajuan pengembangan pariwisata sebagai industri, sebenarnya ditunjang oleh
bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara terpadu dan baik, di antaranya
adalah :
44
a. Promosi untuk memperkenalkan objek wisata
b. Transportasi yang lancar
c. Kemudahan keimigrasian atau birokrasi
d. Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman
e. Pemandu wisata yang cakap
f. Penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang
wajar
g. Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik
h. Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup
2. Pentingnya Tenaga Kerja dan Penyediaannya
Perkembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan kesempatan kerja.
Berkembangnya suatu daerah pariwisata tidak hanya membuka lapangan kerja
bagi penduduk setempat, tetapi juga menarik pendatang-pendatang baru dari luar
daerah, justru karena tersedianya lapangan kerja tadi.
3. Pentingnya Infrastruktur/Prasarana
Motivasi yang mendorong orang untuk mengadakan perjalanan akan
menimbulkan permintaan-permintaan yang sama mengenai prasarana, sarana-
sarana perjalanan dan perhubungan, saran-sarana akomodasi dan jasa-jasa, serta
persediaan-persediaan lain. Industri pariwisata memerlukan prasarana ekonomi,
seperti jalan raya, jembatan, terminal, pelabuhan, lapangan udara. Di samping itu
dibutuhkan pula prasarana bersifat public utilities, seperti pembangkit tenaga
listrik, proyek penjernihan air bersih, fasilitas olahraga dan rekreasi, pos dan
45
telekomunikasi, bank, money changer, perusahaan asuransi, periklanan,
percetakan, dan banyak sektor perekonomian lainnya.
4. Pentingnya Kredit
Faktor-faktor penentu dari pertumbuhan pariwisata adalah berbagai fasilitas
(PMA, PMDN, Kredit Bank, dan lain-lain) yang diberikan oleh pemerintah.
2.1.6 Daya Tarik Wisata
Menurut Spillane (1994), suatu objek wisata atau destination, harus
meliputi lima unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam
menikmati perjalanannya, maka objek wisata harus meliputi:
1. Atraksi (Attractions)
Merupakan pusat dari industri pariwisata. Menurut pengertian attractions mampu
menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk
mengunjungi suatu tempat tujuan adalah untuk memenuhi atau memuaskan
beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi
karena ciri khas tertentu.
2. Fasilitas (Facility)
Fasilitas cenderung berorientasi pada attractions di suatu lokasi karena fasilitas
dekat dengan pasarnya/ Fasilitas cenderung bukan mendorong pertumbuhan dan
cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attractions
berkembang. Suatu attractions juga dapat merupakan fasilitas. Jumlah dan jenis
kualitas dan harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan
kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.
46
3. Infrastruktur (Infrastructure)
Attractions dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum ada
infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas
tanah dan suatu wilayah atau daerah.
4. Transportasi (Transportation)
Ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang dapat menjadi
semacam pedoman termasuk:
a. Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan
pengangkutan lokasi di tempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang
sebelum berangkat dari daerah asal.
b. Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas
c. Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan simbol-
simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua bandara.
d. Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi pelayanan
pengangkutan lain yang dapat dihubungi di terminal termasuk jadwal dan
tarif.
e. Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan atau
kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau telepon.
f. Tenaga kerja untuk membantu para penumpang
g. Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan
pengangkutan lokal.
h. Peta kota harus tersedia bagi penumpang
5. Keramahtamahan (Hospitality)
47
Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal maka
kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya wisatawan asing.
Terdapat empat kelompok yang merupakan daya tarik bagi wisatawan datang
pada suatu tujuan wisata, yaitu :
1. Daya Tarik Alam (Natural Attraction)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pemandangan laut, pantai,
danau, air terjun, kebun raya, agrowisata, gunung berapi, dll.
2. Daya Tarik Bangunan (Built Attrations)
Termasuk dalam kelompok ini antara lain: bangunan dengan arsitek yang
menarik seperti rumah adat dan yang termasuk bangunan kuno dan modern.
3. Daya Tarik Kebudayaan (Cultural Attractions)
Dalam kelompok ini termasuk di antaranya: peninggalan sejarah, cerita
rakyat, kesenian tradisional, museum, upacara keagamaan, festival kesenian.
4. Daya Tarik Sosial (Social Attrations)
Tata cara hidup masyarakat, ragam bahasa, upacara perkawinan, potong
gigi, khitanan dan kegiatan sosial lainnya.
48
2.1.7 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik,
ekonomi, sosial dan pengembangan disektor lainnya, maka di dalam
pengembangan pariwisata dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu. Dari
pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah suatu proses
yang terjadi secara terus menerus, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
terhadap ancaman yang ada untuk dapat berkembang dalam mencapai tujuan
individu dalam organisasi dan tujuan organisasi secara keseluruhan (Demartoto,
2008).
Dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu
Yoeti (2008) mengungkapkan beberapa prinsip perencanaan pariwisata, di
antaranya:
a. Perencanaan harus memiliki satu kesatuan dengan pembangunan regional
atau nasional dari pembangunan perekonomian suatu negara.
b. Perencanaan pengembangan kepariwisataan menghendaki pendekatan
terpadu dengan sektor-sektor lainnya, terutama sektor pertanian, jasa,
perdagangan, dan sektor transportasi.
c. Perencanaan suatu daerah tujuan pariwisata harus berdasarkan suatu studi
yang khusus dibuat untuk daerah tersebut dan dengan memperhatikan
perlindungan terhadap lingkungan alam serta budaya di daerah yang
bersangkutan.
49
d. Perencanaan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah harus
diikuti oleh adanya perencanaan fisik daerah yang bersangkutan secara
keseluruhan.
e. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata tidak hanya
memperhatikan segi administrasi saja tetapi juga didasarkan atas penelitian
yang sesuai dengan lingkungan alam sekitar faktor geografis dan ekologi
dari daerah yang bersangkutan.
Dalam melakukan pengembangan kepariwisataan, perlu dilakukan
pendekatan terhadap organisasi pariwisata yang ada (baik pemerintah,
masyarakat, dan swasta) serta pihak-pihak terkait guna mendukung kelangsungan
pembangunan pariwisata di daerah tersebut (Demartoto, 2008). Oleh karena itu,
dalam perencanaan kepariwisataan dibutuhkan perumusan yang cermat dan
diambil kata sepakat, apa yang menjadi kewajiban pemerintah dan mana yang
menjadi tanggung jawab pihak swasta, sehingga dalam pengembangan
selanjutnya tidak terjadi tumpang tindih yang dapat menimbulkan perbedaan
antara satu pihak dengan pihak yang lain.
2.1.8 Penelitian Terdahulu
Dodi Widiyanto,et.al (2008) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengembangan Pariwisata Perdesaan (Suatu Usulan Strategi Bagi desa Wisata
Ketingan). Tujuan dari penelitian ini mengetahui kondisi desa-desa wisata daerah
penelitian berdasarkan identifikasi potensi dan hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengembangan pariwisata pedesaan di desa wisata Ketingan masih
50
mengandalkan daya tarik alam, yaitu habitat burung kuntul dan blekok, strategi
yang dikembangkan adalah pemasaran, kualitas SDM, kualitas pelayanan.
Dewi Ayu Maharani (2009) dalam penelitiannya yang berjudul analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata umbul sidomukti di
Kabupaten Semarang. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT.
Konsep strategi pengembangan kawasan objek wisata Umbul Sidomukti yang
tepat, strategi pertumbuhan Intensif, strategi pertumbuhan Integratif dan strategi
pertumbuhan Diversifikasi.
Kesumawardhana (2004) dalam penelitiannya yang berjudul strategi
pengembangan kawasan wisata kopeng, dengan menggunakan SWOT Analisis
menemukan bahwa Kawasan Wisata Kopeng, merupakan potensi wisata tinggi
yang menawarkan beragam aktivitas ekowisata namun memiliki kelemahan yaitu
pangsa pasar yang masih rendah akibat kurangnya promosi yang dilakukan oleh
pemerintah setempat.
Eko Syamsul Ma’arif Tahajuddin (2011) dalam penelitiannya yang
berjudul pengembangan Objek wisata wonderia di Kota Semarang, yang
menggunakan pendekatan SWOT dan AHP memiliki tujuan untuk mengetahui
kondisi internal dan eksternal yang dihadapi oleh wonderia serta kemudian
mengetahui strategi pengembangan yang harus diprioritaskan oleh pengelola guna
meningkatkan jumlah pengunjung wonderia.
51
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Dodi Widiyanto,et.al (2008)
Pengembangan Pariwisata
Perdesaan (Suatu Usulan
Strategi Bagi Desa Wisata
Ketigan
Analisis SWOT Pengembangan pariwisata
pedesaan di desa wisata
Ketingan masih mengandalkan
daya tarik alam, yaitu habitat
burung kuntul dan blekok.
Strategi yang hendaknya
dikembangkan adalah dengan
meningkatkan pemasaran,
kualitas SDM, kualitas
pelayanan, dan memelihara
mutu apa yang menarik yang
ditawarkan oleh Objek wisata
tersebut, dukungan masyarakat
sekitar lebih dioptimalkan ,
peranan organisasi dan modal
usaha
2 Dewi Ayu Maharani (2009).
Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kunjungan
Wisata Umbul Sidomukti di
Kabupaten Semarang
Analisis SWOT Konsep strategi pengembangan
kawasan objek wisata Umbul
Sidomukti yang tepat adalah
strategi pertumbuhan integratif,
strategi pertumbuhan intensif,
dan strategi pertumbuhan
diversifikasi.
3 Kesumawardhana (2004).
Strategi Pengembangan
Kawasan Wisata Kopeng
SWOT(Strenght, Weakness,
Opportunitis, Threat) Metode
yang berusaha
mempertemukan seluruh
aspek-aspek kekuatan,
kelemahan, peluang dan
ancaman yang ada di dalam
sektor pariwisata
Potensi wisata tinggi dan
menawarkan beragam aktivitas
ekowisata
(1) Kelemahan pangsa pasar yang
masih rendah akibat kurang
nya promosi yang dilakukan
oleh pemerintah setempat
4 Eko Syamsul Ma’arif
Tahajuddin (2011)
Pengembangan Objek wisata
wonderia di Kota Semarang
SWOT(Strenght, Weakness,
Opportunitis, Threat) Metode
yang berusaha
mempertemukan seluruh
Hasil Analisis SWOT
menyebutkan bahwa wonderia
berada di kuadran I, yang
berarti wonderia merupakan
52
aspek-aspek kekuatan,
kelemahan, peluang dan
ancaman yang ada di dalam
sektor pariwisata.
objek wisata yang mempunyai
potensi yang cukup besar untuk
berkembang di masa yang akan
datang. Oleh karena itu,
kebijakan yang disarankan
adalah strategi progresif.
53
2.1.9 Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dibahas dan hasil penelitian
terdahulu ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam model ini untuk
menjelaskan analisis Ekonomi Pengembangan Goa Kreo sebagai salah satu
destinasi di Kota Semarang, yaitu: objek wisata Goa Kreo, faktor pendorong dan
penghambat pengembangan objek wisata Goa Kreo, analisis SWOT, dan strategi
pengembangan objek wisata Goa Kreo. Oleh karena itu dapat disusun suatu
kerangka pemikiran teoritis tentang Analisis Ekonomi pengembangan Goa Kreo
sebagai salah satu destinasi di Kota Semarang.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoriti
Analisis Lingkungan
Faktor Eksternal
Objek Wisata Goa Kreo
Faktor Internal
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
Analisis SWOT
Strategi Pengembangan Objek
wisata Goa Kreo
101
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di identifikasikan faktor-
faktor internal maupun eksternal pengembangan objek wisata Goa Kreo:
1. Faktor-faktor Internal yang menjadi pendukung pengembangan objek
wisata adalah adanya monyet ekor panjang yang ada di sekitar Goa Kreo,
Harga tiket masuk wisata yang murah, Sejarah Sunan Kalijaga yang
dimiliki Goa kreo, Panorama Waduk Jatibarang, dan Adanya taman
bermain untuk anak di Goa Kreo. Sedangkan faktor internal yang menjadi
Kelemahan adalah Keterbatasan anggaran untuk biaya sarana dan
prasarana, tempat parkir yang kurang memadai, kurangnya tenaga kerja
dalam pengelolaan objek wisata Goa Kreo khususnya kebersihan, belum
adanya papan peringatan untuk pengunjung di sekitar Goa kreo, dan
Belum adanya shelter dan gazebo yang memadai untuk istirahat
pengunjung.
2. Faktor Eksternal yang menjadi pendukung pengembangan objek wisata
Goa Kreo adalah Letak Goa kreo yang berdekatan dengan Kota Semarang,
peningkatan jumlah wisatawan di masa mendatang, Kebijakan pemerintah
pusat untuk menjadikan pariwisata sebagai prioritas, pengembangan
Bandara internasional Ahmad yani, Adanya dukungan masyarakat sekitar
Goa kreo. Sedangkan yang menjadi penghambat pengembangan objek
wisata adalah fandalisme yang dilakukan pengunjung, munculnya pusat
102
hiburan seperti mall, kurangnya alat transportasi umum menuju Goa kreo,
dekatnya daerah-daerah pesaing yang menjadi tujuan wisata, kesadaran
masyarakat yang masih rendah akan pariwisata.
3. Strategi Pengembangan berdasarkan hasil analisis SWOT adalah
(1) Strategi yang memanfaatkan kekuatan peluang (SO) yaitu : kebijakan
pemerintah pusat untuk menjadikan pariwisata sebagai prioritas,
meningkatkan fasilitas lain seperti membuat jasa pemandu wisata,
melakukan kerja sama dengan agen-agen perjalanan wisata,
(2) Strategi yang memanfaatkan peluang dan meminimalisir kelemahan
(WO) yaitu: Letak Goa kreo yang berdekatan dengan Kota Semarang,
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di masa mendatang,
pengembangan bandara Ahmad yani dan dukungan dari masyarakat
sekitar Goa Kreo.
(3) Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan meminimalisir ancaman
(ST) yaitu: pembukaan trayek angkutan umum baru menuju Goa Kreo,
mengadakan acara menarik di sekitar Goa Kreo untuk menarik minat
pengunjung yang datang, mengadakan promosi wisata di media sosial.
(4) Strategi yang meminimalkan dampak ancaman dan kelemahan yang
ada (WT) adalah pembuatan tempat parkir baru dan pembukaan trayek
angkutan umum baru menuju Goa Kreo, mengajukan permohonan
bantuan ke pemerintah daerah untuk pembangunan sarana dan
prasarana yang masih kurang memadai yang ada di sekitar Goa Kreo.
103
5.2 Saran
Ketersediaan sarana dan prasarana pariwisata memberikan kontribusi yang
besar terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Sejauh ini
pembangunan Goa Kreo dimanfaatkan masyarakat Kandri sebagai lahan
penghasilan tambahan. Kebermanfaatan kondisi ini seharusnya dapat menjadi
motivasi dan kekuatan yang berkesinambungan dalam meningkatkan taraf hidup
tanpa menghilangkan aspek kearifan lokal masyarakat Kandri.
Sejauh ini perkembangan Goa Kreo telah memberi manfaat terhadap
pemerintah dan masyarakat setempat. Upaya lain yang harus diupayakan adalah
dengan mensinergikan antara potensi lokal dengan faktor kebijakan strategis
pemerintah sehingga perkembangan industri pariwisata dapat lebih menjanjikan
dalam memberikan kontribusi pendapatan warga Kandri dan penghasilan asli
daerah Pemerintah Kota Semarang.
Berhasilnya suatu tempat berkembang menjadi satu Daerah Tujuan Wisata
(DTW) sangat tergantung pada 4 faktor utama yaitu: Atraksi, Aksesibilitas,
Amenitas dan Aktivitas. Atraksi dapat dibedakan menjadi tempat (misalnya
tempat iklim yang baik, pemandangan yang indah atau tempat-tempat bersejarah)
dan kejadian atau peristiwa (contoh: pameran, festival, peristiwa-peristiwa
olahraga). Aksesibilitas meliputi tempat tujuan dekat atau jauh jaraknya,
tersedianya transportasi ke tempat tujuan secara teratur, sering, murah, aman.
Amenitas, fasilitas-fasilitas apa saja yang tersedia di daerah tujuan wisata.
Aktivitas, yakni kegiatan apa saja yang dilakukan oleh wisatawan maupun
penduduk sekitar. Di samping empat faktor tersebut juga masih ada satu hal lain,
104
yaitu Tourist Organization (Organisasi Wisata), untuk menyusun suatu kerangka
dalam pengembangan pariwisata serta mempromosikan daerah itu sehingga
dikenal orang (Sansuridjal D. Dan Kaelany H. D, 1997: 20-21)
Perlu kerja sama antar Instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Dinas Perhubungan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dengan pengelola Goa Kreo, sehingga kedepannya Goa Kreo bisa menjadi lebih
baik lagi, tanpa dukungan dari instansi terkait maka pengembangan Goa Kreo
sulit terealisasi. Diharapkan hasil temuan dalam penelitian ini dapat menjadi
acuan kepada Pemerintah Kota Semarang dan pihak terkait dalam memperhatikan
kenyamanan dalam pengelolaan kawasan pariwisata yang ada di Kota Semarang
khususnya Goa Kreo yang butuh perhatian lebih sehingga dapat bersaing dengan
objek wisata lain yang ada di Kota Semarang. Karena potensi yang dimiliki oleh
Goa Kreo tidak dimiliki oleh objek wisata lain yang ada di Kota Semarang. Jika
ini dikelola dengan baik oleh Pemerintah Kota Semarang maka Goa Kreo bisa
menjadi destinasi baru yang diminati wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara.
105
DAFTAR PUSTAKA
A.Yoeti, Oka. 2005. Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. :
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Arsyad, Lincolin. 2002. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan :Ekonomi
[Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1994. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 18 Tahun 1994 tentang pengusahaan Pariwisata Alam di
Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
Darusman D. 1987. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Kehutanan.
Bogor: Fakultas Kehutanan. IPB.
Darmardjati.R.S. 2001. Istilah – istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: Pradnya
Paramita
David, F.R. 2009. Manajemen strategis. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Damanik, Janianton dan Helmut F Weber. (2006). Perencanaan Ekowisata: dari
Teori ke Aplikasi.Yogyakarta: Andi Ofset
Douglas. 1970. Forest Recreation. W.W Pergamon Press. New York: Norton And
Company.
Erdogan, Nazmiye dan Irfan Erdogan. 2012. Critical Analysis of the Established
Explanations about the nature of Ecotourism. Journal of Business Researh Turk.
Vol 4. No4.
Gamal Suwantoro. 2001. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi
Yogyakarta.
Gelgel, I putu. 2006. Industri Pariwisata Indonesia dalam Globalisasi
Perdagangan jasa. Bandung: Refika Aditama
Karyono,A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo.
106
Muntasib H. 2005. Pengembangan Interpretasi untuk Ekowisata di Kawasan
Konservasi. Dalam: Prosiding Seminar Ekowisata Pekan Ilmiah Kehutanan
Nasional. Bogor: Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan, IPB.
Moleong, Lexy J.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Nurjaman F. 2006. Pengembangan Wana Wisata di Cariu BKPH Jonggol KPH
Bogor sebagai Unit Usaha [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. IPB.
Rangkuti, Freddy 2009. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan
Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Salah Wahab, dkk. 1997. Pemasaran Wisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramitha
Santoso, Slamet. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Samsuridjal D dan Kaelany HD. 1997.Peluang di Bidang Pariwisata. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Jurnal
Liquidity. Vol1 No.2.
Spillane, James J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya.
Yogyakarta : Kanisius.
Suwantoro, G. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soemarwoto O. 1985. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan: Bandung
Djambatan.
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata Indonesia: Introduksi, Informasi, dan
Implementasi. Jakarta: Kompas.