Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis...

35
Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh Gereja Kristen Indonesia Salatiga TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol) Oleh: Friska Novia Adventin 712013025 FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis...

Page 1: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh

Gereja Kristen Indonesia Salatiga

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang

Teologi (S.Si.Teol)

Oleh:

Friska Novia Adventin

712013025

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
Page 3: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
Page 4: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
Page 5: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
Page 6: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas kasih dan

rahmat-Nya telah menuntun penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang

berjudul “Strategi Pengajaran Makna Perjamuan Kudus Anak Oleh GKI Salatiga”.

Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan

materil yang diberikan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. David Samiyono dan Pdt.

Ebenhaizer Nuban Timo, selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan

membimbing selama proses pembuatan Tugas Akhir ini sampai selesai. Tak lupa

juga penulis sampaikan terimakasih kepada pihak pembaca yang telah

meluangkan waktu untuk membaca Tugas akhir ini. Kepada pihak Gereja GKI

Salatiga tempat dimana penulis melakukan penelitian, penulis juga mengucapkan

banyak terimakasih. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang

tua, saudara, teman yang dengan setia memberi bantu serta dukungan sehingga

Tugas Akhir ini dapat selesai dengan baik.

Tugas akhir ini diharapkan dapat membantu warga jemaat GKI Salatiga

dalam memberikan Pemahaman Perjamuan Kudus yang sesuai dengan tahapan

perkembangan setiap anak. Selain itu Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi

refrensi dalam melihat Perjamuan Kudus di GKI Salatiga.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi lebih baiknya Tugas Akhir ini.

Salatiga, 12 september 2017

Frisca Novia Adventin

Page 7: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

DAFTAR ISI

Daftar Isi

Abstrak

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5

2. Perjamuan Kudus dan Perkembangan Anak

2.1 Gereja Katolik Roma.................................................................................. 7

2.2 Gereja Protestan ......................................................................................... 8

2.3 Psikologi Perkembangan Anak ................................................................ 10

2.4 Konsep Pemikiran Anak ......................................................................... 13

2.5 Intelektual ................................................................................................ 15

2.6 Pendidikan Agama Kristen ..................................................................... 16

2.7 Strategi Pengajaran ................................................................................. 17

3. Hasil Penelitian

3.1 Gambaran Umum tentang GKI Salatiga ................................................. 18

3.2 Sejarah Perjamuan Kudus GKI Salatiga ................................................ 19

3.3 Pemahaman dan Pelaksanaan Perjamuan Kudus Anak .......................... 20

3.4 Kendala dan Strategi Pengajaran ............................................................ 22

4. Pembahasan ..................................................................................................... 23

5. Penutup

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 25

5.2 Saran ......................................................................................................... 26

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 27

Page 8: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi yang dipakai GKI

Salatiga menjelaskan materi tentang Perjamuan Kudus bagi anak-anak. Penelitian

ini dimotivasi oleh beberapa masalah yaitu Perjamuan Kudus yang melibatkan

anak untuk ambil bagian dalam perayaannya dan kriteria menentukan seorang

anak untuk ambil bagian dalam Perjamuan Kudus karena secara tahapan

perkembangan umur seorang anak belum mampu untuk dapat memahami akan

makna Perjamuan Kudus dengan baik, sehingga dibutuhkan cara atau strategi

khusus ketika menyampaikan makna Perjamuan Kudus kepada anak-anak dengan

melihat tahapan perkembangan usia seorang anak. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil

penelitian ini bahwa GKI Salatiga tidak memiliki kriteria khusus dalam hal usia

seorang anak untuk ikut dalam Perjamuan Kudus. Karena cukup dengan

mengikuti Baptisan setiap anak berhak mengikuti Perjamuan Kudus. Kemudian

pengajaran yang terkait dengan makna Perjamuan Kudus kepada anak – anak

belum sesuai dengan tahapan perkembangan yang ditentukan oleh Piaget. Serta

strategi untuk melakukan pengajaran yang dilakukan gereja belum maksimal jika

melihat dari teori yang ada. Gereja semestinya memperhatikan kembali tahapan

perkembangan anak yang sesuai sehingga tujuan untuk menyampaikan makna

Perjamuan Kudus dapat tercapai dengan baik dan anak mampu mengikuti

Perjamuan Kudus dengan pemahaman yang memadai.

Kata kunci: Perjamuan Kudus anak, Strategi pengajaran, GKI Salatiga.

Page 9: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

1

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Setiap aliran Gereja yang ada di Indonesia, memiliki pemahaman berbeda

akan makna perjamuan kudus serta tata cara melakukan Perjamuan Kudus. Jika

dilihat dari sejarah Perjamuan Kudus menurut Alkitab, memiliki dua pemahaman

yang berbeda juga antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjamuan Kudus

dalam Perjanjian Lama adalah sebagai kenangan akan pembebasan yang dialami

bangsa Israel ketika berhasil keluar dari tanah Mesir, dan dilakukan setiap hari

raya Paskah yang jatuh pada musim semi (sekitar bulan Maret-April)1. Pernyataan

di atas menunjukan bahwa makna dari perjamuan kudus adalah sebuah ungkapan

rasa syukur atas pembebasan yang diterima oleh orang-orang Israel. Pemahaman

yang berbeda dalam Perjanjian Baru, Perjamuan Kudus adalah perjamuan yang

tergolong kepada Perjanjian yang diadakan Allah dengan umatNya di bukit

Golgota, dimana anak domba paskah telah dikorbankan satu kali untuk selama-

lamanya (1 Kor 5:7).2

Perjamuan Kudus yang dilakukan oleh setiap gereja memiliki dua

simbol/elemen penting di dalamnya yaitu Roti dan Anggur. Roti melambangkan

tubuh Kristus yang “dipecahkan” karena kita, sedangkan Anggur itu menunjuk

kepada darah Kristus yang ditumpahkan karena kita3. Maka roti dan anggur

merupakan sebuah simbol pengingat akan kehadiran Kristus dan pengorbanan-

Nya.

Perjamuan Kudus yang dilakukan oleh setiap gereja memiliki nama yang

berbeda. Gereja Katolik menyebut Perjamuan Kudus sebagai Ekaristi. Menurut

Gereja Katolik Perjamuan atau Ekaristi merupakan sebuah Inkarnasi (masuknya

Kristus kedalam daging manusia). Dalam Ekaristi Kristus muncul pula di atas

altar (tempat korban), yaitu dalam bentuk roti dan anggur.4Gereja Protestan

memahami Perjamuan Kudus diberitakan kepada kita, korban yang satu-satunya

telah dipersembahkan satu kali, di bukit Golgota, dan bahwa hasilnya

1 A. Hari Kustono, Ekaristi Dalam Hidup Kita ( Yogyakarta: Kanisius,2008), 22

2 G.C. van Niftrik dan B.J Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2008), 455 3 Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 437

4 Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 459

Page 10: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

2

(pengampunan dosa dan perdamaian dengan Allah) berlaku untuk selama-

lamanya dan menjadi realitas dalam hidup kita ini oleh pekerjaan Roh Kudus.5

Walaupun secara substansial ada perbedaan penyebutan, tetapi makna dari pada

Perjamuan Kudus menurut aliran gereja di atas, sama-sama memaknai Perjamuan

Kudus sebagai pengorbanan Yesus di atas kayu salib untuk menebus setiap

dosa-dosa umatNya.

Mengenai perbedaan perjamuan kudus dari setiap gereja tidak hanya

berhenti sampai pada perbedaan nama, namun setiap gereja juga memiliki

perbedaan dalam menetapkan aturan seseorang yang hendak ikut serta dalam

Perjamuan Kudus bagi orang dewasa, yang sudah mengaku kepercayaannya di

tengah-tengah jemaat dan dengan demikian menjadi anggota sidi, ada lagi suatu

upacara khusus yang diadakan beberapa kali dalam setahun, yaitu perayaan

Perjamuan Kudus.6Dalam Perjamuan Kudus, yaitu ketika jemaat makan roti dan

minum anggur, pada saat itulah jemaat dipersatukan dengan tubuh dan darah

Tuhan Yesus. Bersatunya jemaat dengan Tuhan Yesus Kritus kemudian

menempatkan Perjamuan Kudus sebagai sebuah ritual gereja yang mengandung

simbol hubungan manusia dengan Kristus. Meskipun dalam ritual ini tercipta

sebuah kebersamaan antara Allah dan manusia, namun tidak semua orang percaya

bisa menikmati peristiwa yang istimewa ini. Karena secara dogmatika dalam

pemahaman beberapa gereja, Perjamuan Kudus hanya dapat diikuti oleh setiap

orang yang teleh menjadi anggota sidi atau yang sudah menerima peneguhan sidi.

Peneguhan sidi dilakukan gereja kepada para remaja yang akan menuju kepada

tahap dewasa awal dalam perkembangannya. Ketika seorang remaja ingin

diteguhkan menjadi anggota sidi, ia harus menjalani beberapa proses pembinaan

yang disebut dengan katekisasi yang mengajarkan mengenai pemahaman teologi

secara singkat termasuk pengajaran mengenai Perjamuan Kudus dalam jangka

waktu pembelajaran yang cukup lama.

Pemahaman jemaat yang sejak lama diketahui bahwa secara umum syarat

untuk mengikuti Perjamuan Kudus adalah orang yang telah mengikuti Baptisan

Dewasa. Namun hal ini berbeda dari GKI Salatiga. Karena pada tahun 2016 GKI

Salatiga melakukan perubahan aturan gereja tentang Perjamuan Kudus dengan

5 Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini,460

6 Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 436

Page 11: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

3

melibatkan anak-anak untuk ikut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Namun

syarat yang digunakan untuk anak-anak boleh ambil bagian dalam Perjamuan

Kudus dengan cara memberikan pemahan akan penciptaan Yesus sampai kepada

penyaliban-Nya, kepada anak-anak yang akan dilibatkan dalam Perjamuan Kudus.

Ada beberapa pemasalahan yang mendorong saya untuk melakukan

penelitian ini, di antaranya adalah; Pertama, GKI Salatiga melakukan perjamuan

kudus sudah sejak lama dari awal gereja ini ada. Perjamuan Kudus yang

dilakukan oleh GKI Salatiga ini sama seperti gereja-gereja mainstream lainnya

(GPIB, GKJ, HKBP). Ketika tahun 2016 gereja ini mengalami perubahan dalam

pelaksanaan Perjamuan Kudus, di mana yang boleh mengikuti Perjamuaan Kudus

adalah setiap jemaat yang telah mengikuti sidi, namun pada tahun ini anak-anak

telah diperbolehkan ikut dalam Perjamuan. Kedua, GKI Salatiga belum terlalu

jelas dalam menentukan batasan setiap umur anak yang boleh ikut dalam

Perjamuan Kudus. Karena jika melihat dari segi perkembangan anak, ketika

seorang anak berumur 4-5 tahun (preschool age) Anak-anak pada usia ini mulai

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga menimbulkan rasa ingin tahu

terhadap segala hal yang dilihatnya. Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif

dari rasa ingin tahu yang mereka alami.7 Melihat pada tahap perkembangan ini,

seorang anak belum tahu mengenai hal apa yang akan ia perbuat sehingga semua

hal yang dilakukan oleh orang dewasa akan menjadi pertanyaannya. Seorang anak

hanya ingin mengetahui untuk memenuhi kepuasan dari apa yang sedang ia cari

tanpa mau mengetahui maknanya. Maka pada tahapan ini anak-anak dapat

dikatakan hanya sekedar ingin tahu tanpa mau memaknainya. Jika hal ini dibawa

dalam konsep anak-anak untuk memahami makna dari Perjamuan Kudus, belum

bisa dipastikan bahwa seorang anak mampu.

Namun pada umumnya ilmu mendidik tidak hanya mencari pengetahuan

deskriptif tentang objek pendidikan, melainkan ingin juga mengetahui bagaimana

cara sebaiknya untuk berfaedah terhadap objek didiknya. Dalam ilmu mendidik

teoritis dibedakan menjadi dua bagian, ilmu mendidik sistematis dan ilmu

7 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2008),60.

Page 12: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

4

mendidik historis, tetapi keduanya arti yang sama-sama untuk mengatur dan

mensistemkan di dalam pikiran naradidik apa yang tersusun sebagai pola

pemikiran pendidikan8. Hubungan antara mendidik historis dengan praktis adalah

seorang pendidik mampu menggunakan teorinya sendiri dalam mendidik

walaupun teorinya belum disistematiskan. Menurut seorang maha guru ilmu

mendidik J.M Gunning pernah berkata, “teori tanpa praktek adalah baik pada

kaum cerdik candikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang-

orang gila dan penjahat”9. Hal ini menunjukan bahwa teori dan praktek sebaiknya

berjalan lurus bersamaan agar tujuannya dapat tercapai.

Menurut James Fowler bahawa setiap anak menjalani perkembangan

dalam beberapa tahapan, di antaranya adalah; ; Intuitive-projective faith (usia 18-

24 bulan sampai 7 tahun), Mythic-literal faith (usia 7 sampai 12 tahun), Synthetic-

conventional faith (usia remaja dan selanjutnya), Individuative-reflective faith

(awal hingga pertengahan umur duapuluhan), Conjunctive faith (usia paruh baya),

Universalizing faith (lanjut usia). Jika melihat tahap-tahapan tersebut, sudah

sangat jelas bahwa anak masuk dalam tahapan ; Intuitive-projective faith (usia

18-24 bulan sampai 7 tahun), Mythic-literal faith (usia 7 sampai 12 tahun), kedua

tahapan ini menjelaskan bahwa anak pada masa usia 24 bulan-17 tahun memiliki

gambaran pemahaman yang umumnya bersifat irasional, karena pada masa ini

anak belum memahami sebab-akibat dan belum dapat memisahkan kenyataan dan

fantasi. Mereka juga masih kesulitan membedakan sudut pandang Tuhan dengan

sudut pandang mereka atau orangtuanya. Konsep Tuhan yang diyakini pada masa

ini berkisar pada kepatuhan (obedience) dan hukuman (punishment). Pada tahapan

Mythic-literal faith (usia 7 sampai 12 tahun) Anak sudah lebih logis dan mulai

mengembangkan pandangan akan alam semesta yang lebih tertata. Meskipun

sudah mengikuti kepercayaan dan ritual orangtua serta masyarakat, mereka

cenderung mempercayai cerita dan simbol religius secara literal karena pada masa

ini anak belum mampu berpikir abstrak. Di sisi lain, mereka sudah dapat

memahami bahwa Tuhan mempunyai sudut pandang lain dengan turut

8 H. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik :dasar-dasar ilmu mendidik( Jakarta:

Rineka Cipta, 2011), 21 9 Salam, Pengantar Pedagogik :Dasar-Dasar ilmu mendidik, 22

Page 13: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

5

mempertimbangkan usaha dan niat seseorang sebelum „menghakiminya‟. Mereka

percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi

manusia.10

Hal inilah yang membuat Perjamuan Kudus kurang begitu bermakna jika

dilihat dari tahapan perkembangan anak dengan apa yang dilakukan oleh gereja.

Masalah yang ketiga adalah pemahaman(dogma) beberapa gereja mengenai

perjamuan kudus dilakukan oleh setiap jemaat yang telah menjadi anggota sidi

jemaat. Pemahaman jemaat pada umumnya mengenai perjamuan kudus adalah

mereka yang telah menerima peneguhan sidi. Peneguhan sidi dilakukan kepada

para anak remaja yang berusia sekitar 16 tahun ke atas, hal ini menunjukan bahwa

anak-anak tidak dapat menerima perjamuan kudus karena belum menjadi anggota

sidi jemaat. Jika anak – anak mengambil bagian dalam perjamuan kudus dapat

dikatakan bahwa setiap anak tersebut tidak begitu paham serta mengerti apa

makna dari perjamuan tersebut. Keempat adalah gereja memberikan pemahaman

sekilas mengenai pengajaran kristiani dari awal penciptaan sampai kepada karya

penyelamatan, hal ini belum terlalu menjamin setiap anak untuk dapat mengerti

dan memahami apa yang dilakukan anak ketika mengikuti Perjamuan Kudus,

sehingga dapat dikatakan berhasil atau mampu seorang anak dapat kita lihat juga

dari setiap usianya dalam memahami setiap permasalahan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa kriteria GKI Salatiga menetapkan kategori seorang anak untuk bisa

terlibat dalam Perjamuan Kudus?

2. Bagaimana strategi GKI Salatiga memberikan pengajaran makna

Perjamuan Kudus untuk dapat dimengerti oleh setiap anak – anak yang

akan terlibat dalam Perjamuan Kudus?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuannya adalah mendeskripsikan cara-cara/strategi yang dipakai

GKI Salatiga menjelaskan materi tentang Perjamuan Kudus bagi anak-

anak.

10

Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, 66

Page 14: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

6

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini bagi gereja adalah gereja mampu

memberikan pemahaman mengenai Perjamuan Kudus yang sesuai dengan

perkembangan kognitif anak.

1.5 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah deskriptif dengan

menggunakan metode kualitatif. Metode ini merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11Teknik

pengumpulan data yang penulis gunakan adalah wawancara mendalam.

Wawancara bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang masalah

yang diteliti dengan percakapan tatap muka.12 Penulis mewawancarai

beberapa narasumber yang merupakan pejabat gereja seperti Pendeta dan

Majelis di GKI Salatiga serta anak-anak dan orang tua. Karena perjamuan

kudus anak dipimpin oleh pendeta dan majelis jemaat sebagai pejabat

gereja yang membuat keputusan untuk mengikut sertakan anak-anak

dalam Perjamuan Kudus.

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis bertempat di GKI Salatiga. Penulis

memilih GKI Salatiga sebagai lokasi penelitian karena penulis

menyaksikan Perjamuan Kudus anak pertama kali dilaksanakan di GKI

Salatiga.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam tulisan ini, penulis akan memberikan susunan sistematika

yang terbagai dalam lima pokok pembahasan. Bagian pertama, mengenai

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan metode

penelitian. Kedua, landasan teori yang berkaitan dengan perjamuan kudus

dan perkembangan anak. Ketiga, hasil penelitian, lokasi penelitian secara

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakaria,

1998), 3. 12

J. D. Engel, Metodologi Penelitian Sosial dan Teologi Kristen (Salatiga: Widya Sari

Press, 2005), 32-33.

Page 15: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

7

umum. Keempat,merupakan analisa dari teori terhadap data yang telah

didapatkan dari penelitian dilapangan. Kelima, Kesimpulan dan penutup.

2. PENGERTIAN PERJAMUAN KUDUS DAN PSIKOLOGI

PERKEMBANGAN ANAK

Perjamuan kudus dirayakan sejak adanya gereja di dunia ini dan dianggap

sebagai sakramen. Tetapi setiap gereja tentu memiliki pandangan dan aturan yang

berbeda untuk melaksanakan perayaan sakramen atau Perjamuan Kudus. Semua

itu tergantung dari pada sejarah akan perjamuan kudus yang dipahami oleh gereja

tersebut. Tetapi secara keseluruhan gereja Katolik Roma dan Protestan dalam

perayaan Perjamuan Kudus hampir sama. Karena keduanya bertolak dari

perjamuan yang dirayakan Yesus dengan murid-murid-Nya oleh jemaat mula-

mula.13

2.1 Gereja Katolik Roma

Gereja Katolik memiliki tujuh sakramen dasar atas tradisi yang mereka

anut diantaranya; Baptisan (Baptimus), Penguatan Iman (Confirmatio), Perjamuan

Kudus (Eucharistia), Pengakuan Dosa (Poenitentia), Perminyakan (Extrema

Unction), Penabisan Iman (ordo), Perkawinan (Matrimonium). Hal lain yang perlu

diketahui bahwa kata ekaristi menjadi sinonim dengan Perjamuan Kudus.14

Menurut Gereja Katolik Ekaristi Kudus itu merupakan kurban dan

sakramen, di mana Yesus hadir dalam rupa roti dan anggur yang telah

mengorbankan diri-Nya. Kurban misa itu adalah kurban yang sama dengan

kurban di salib, hanya dipersembahkan dengan tidak menumpahkan darah, dengan

perantara iman.15

Pada tahun 1215 pada Konsili Latera IV merumuskan sebuah

dogma mengenai kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus yaitu trans-

substansiasi. Dogma tersebut berbicara mengenai elemen Perjamuan yaitu roti dan

anggur yang berubah menjadi tubuh dan darah Kristus setelah dilakukan waktu

konsekrasi (roti dan anggur yang ada di atas altar disucikan atau ditahbiskan oleh

imam dengan cara mengulang perkataaan Yesus untuk menetapkan Perjamuan

13

Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme ? (Jakarta: Gunung Mulia,2011),?, 211 14

Jonge, Apa itu Calvinisme?, 211 15

Niftrik dan Boland, Dogmatika masa Kini, 460

Page 16: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

8

Kudus) yang dipimpin oleh imam kemudia memecah-mecahkan roti, tetapi

Kristus secarah utuh hadir dalam tiap potongan roti tersebut.16

Karena ajaran

Katolik Roma Cawan minuman hanya digunakan untuk kaum Rohaniawan dan

bukan untuk orang awam, tetapi dalam hal ini tidak mengurangi penerimaan

Yesus secara utuh.17

Maka pemahaman akan perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan

darah Kristus, memperlihatkan bahwa Kristus sendiri hadir dan setiap orang yang

makan roti dan minum anggur dipersatukan dengan Dia. 18

Gereja Katolik juga memperbolehkan semua orang untuk ambil bagian

dalam ekaristi tetapi harus memenuhi beberapa syarat tentang kelayakan

seseorang untuk menerima ekaristi melalui sakramen pengampunan dosa untuk

orang dewasa 19

dan untuk anak – anak usia 7-12 tahun dipersiapkam untuk ikut

dalam ekaristi dengan memberikan pemahaman dasar tentang makna sakramen,

persiapan itu berupa pembelajaran untuk wajib menghafalkan Doa Bapa Kami,

Ave Maria dan pengakuan Iman Rasuli.20

Meskipun anak-anak dianggap belum

mampu memahami akan makna Perjamuan Kudus, Gereja Katolik mencoba

memberikan pembelajaran kepada anak-anak melalui penerimaan komuni pertama

sebagai proses memperkembangkan imannya yang mengajarkan untuk mengasihi

satu sama lain, karena kebersamaan yang dimaksudkan di sini bagaimana anak

melihat hubungan antar sesama sebagai orang beriman terwujud di dalam

perayaan ekaristi.21

Dalam prosesnya anak juga dapat terlibat dengan beberapa

kegiatan gerejawi. Hal inilah yang menjadi alasan mendasar gereja Katolik Roma

memberlakukan sakramen Ekaristi bagi anak.

2.2 Gereja Protestan

Gereja Protestan menyebutkan ekaristi sebagai Perjamuan Malam terakhir

yang diadakan Yesus bersama dengan murid-murid-Nya menjelang sengsara dan

wafat-Nya di kayu salib. Perjamuan malam terakhir ini merupakan Perjamuan

16

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini 460 17

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini 460-461 18

Jonge, Apa itu Calvinisme ?, 212 19

Jonge, Apa itu Calvinisme?,229 20

Jonge, Apa itu Calvinisme, 237-238 21

Amin, Susanto, Persiapan Komuni Pertama: Pegangan Guru, (Yogyakarta: Kanisius,

1984), 9.

Page 17: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

9

paling pokok yang diadakan Yesus sebagai perjamuan perpisahan dan Yesus

menafsirkan serta menjelaskan bahwa wafat dan kebangkitannya merupakan

penyerahan diri bagi keselamatan bersama. Sehinga ketika Perjamuan Malam

dilakukan, setiap orang dapat mengingat akan pengorbanan Yesus.22

Calvin meyakini dan mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus adalah tanda

yang ditetapkan Allah melalui Yesus Kristus supaya orang percaya melalui roti

dan anggur mereka dipersatukan dengan tubuh Kristus. Tetapi kelemahan manusia

membuat tanda itu perlu ditambahkan kepada firman yang diberitakan, karena

persatuan dengan Kristus hanya dapat dimengerti melalui upacara makan roti dan

minum anggur. Karena menurut Calvin Perjamuan Kudus bukan hanya sekedar

peringatan akan kematian Yesus di kayu salib tetapi Perjamuan Kudus bisa

menambahkan dan memperkuat iman mereka.23

Calvin juga menolak pemahaman akan kehadiran Kristus secara jasmani di

dalam roti dan anggur. Ia berpendapat bahwa Kristus tentu hadir dalam setiap

upacara Perjamuan Kudus, namun kehadiran-Nya berupa Roh kudus. Karena bagi

Calvin mustahil jika keselamatan yang kekal itu terkurung di dalam unsur-unsur

fana yang dipakai dalam perjamuan.24

Adapun syarat mengikuti Perjamuan Kudus di Protestan adalah ketika

seseorang telah menerima Baptisan dan Peneguhan sidi. Tidak semua orang dapat

ambil bagian untuk mengikuti Perjamuan Kudus. Ada ketentuan khusus yang

telah ditetapkan untuk mengikuti Perjamuan Kudus salah satu diantaranya adalah

seseorang yang telah menerima Peneguhan sidi yang diberikan oleh gereja.

Peneguhan Sidi dilakukan ketika anak berusia Sekitar 16-17 tahun, seorang anak

baru dapat diperkenankan untuk mengikuti pembelajaran katekisasi (pengajaran

iman kristen dan makna perjamuan kudus). Hal ini memperlihatkan bahwa dalam

Gereja Protestan belum melibatkan anak untuk ikut dalam Perjamuan Kudus

karena anak-anak masih dianggap kurang mampu untuk memahami akan

pemahaman iman kristen dan mengembangkan pemikiran yang abstrak. Sehingga

membuat gereja Protestan menjadikan ini sebagai alasan untuk tidak mengikut

22

E. Martasudjita, Sakramen-sakramen Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 271-272 23

Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja ( Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2013), 77 24

Jonge, Apa itu Calvinisme?, 223-224

Page 18: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

10

sertakan anak ambil bagian pada upacara khusus Perjamuan Kudus. Karena bagi

orang dewasa yang sudah mengaku kepercayaannya di tengah-tengah jemaat dan

dengan demikian menjadi anggota sidi akan mengikuti sebuah upacara khusus

yang diadakan beberapa kali dalam setahun yaitu Perjamuan Kudus.25

Dengan melihat pemahaman Perjamuan Kudus dari Gereja Katolik Roma

dan Gereja Protestan memiliki perbedaan yang signifikan tentang aturan gerja

bagi anggota jemaat yang akan mengikuti Perjamuan Kudus. Gerja Katolik Roma

menganggap semua orang dapat ikut dalam perjamuan kudus tetapi di gereja

Protestan tidak, karena bagi gereja Protestan anak-anak belum memiliki kapasitas

yang baik untuk memahami makna Perjamuan Kudus. Sehingga setiap orang yang

telah menjadi anggota sidi jemaat baru di perbolehkan untuk ikut ambil bagian

dalam Perjamuan Kudus.

2.3 Psikologi Perkembangan Anak

Setiap manusia pasti mengalami perkebangan dalam kehidupannya. Mulai

dari masa perkembangan di dalam kandungan, kelahirannya, serta semasa

hidupnya ia terus mengalami perkembangan. Perkembangan itu akan terhenti

ketika seseorang samapi kepada kematian. Salah satu bidang ilmu yang

mempelajari tentang perkembangan manusia adalah Psikologi. Dalam ilmu

psikologi perkembangan anak berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena

sebagian besar perkembangan manusia berkaitan dengan interaksi sosial dengan

perkembangan individu yang dapat membentuk pribadi seseorang.26

Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang berbeda. Pertumbuhan

berkaitan dengan pertumbuhan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur.

Hal ini berkaitandengan pertumbuh struktur tubuh dan pertumbuhan otak secara

meningkat, sedangkan perkembangan berkaitan dengan perubahan yang kualitatif

dan kuantitatif yang menunjkan perubahannya terarah dan membimbing mereka

untuk maju serta menunjukan perubahan yang nyata antara sebelumnya dan

sesudahnya.27

25

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 436. 26

Yudrak Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana,2011), 23 27

Jahja, Psikologi Perkembangan, 32

Page 19: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

11

Jean Piaget adalah seorang Psikolog Swiss. Ia hidup pada tahun 1896-

1980 terkenal dengan teori kognitifnya yang berpengaruh penting terhadap konsep

kecerdasan. Ia berkata perkembangan kognitif bukan hanya kematangan

organisme atau pengaruh lingkungan, tetapi hasil interaksi dari keduanya. Jean

Piaget juga berkata bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif

mereka.28

Piaget membagi perkembangan Kognitif kedalam empat periode utama

yang berkolerasi semakin canggih seiring pertambahan usia:29

Pertama, Periode

Sensorimotor (usia 0-2 tahun) diusia ini bayi lahir dengan sejumlah refleks

bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunia maya. Skema awalnya

dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Kedua, Tahapan

Praoperasional (usia 2-7 tahun) Pada tahapan ini menunjukan bahwa setelah usia

dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul.

Pemikiran Pra Operasi ini adalah prosedur melakukan tindakan secara mental

terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan

secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini anak belajar menggunakan dan

merepresentasikan objek dengan gambar dan kata-kata. Pemikiran anak masih

bersifat egosentris. Ketiga, Tahapan oprasional konkrit (usia 7-11 tahun) pada

tahapan ini menggunakan pemikiran oprasional kongkret mencakup penggunaan

operasi. Penalaran logika menggantikan penalarani intuitif tetapi dalam situasi

kongkret. Kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada tetapi belum bisa

memecahkan masalah. Pada tahapan ini anak secara mental bisa melakukan

sesuatu yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik. Keempat,

Tahapan Operasional Formal (usia 11 sampai dewasa) pada tahapan ini dialami

oleh anak dalam masa pubertas awal. Karakteristik dalam tahapan ini adalah

diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan

menarik kesimpulan dari informasih yang ada. Dalam tahapan ini seseorang dapat

merasakan cinta, bukti logis dan nilai. Ia tidak hanya melihat segala sesuatu hanya

dalam bentuk hitam dan putih namun ada gradasi abu-abu diantaranya.

28

Andris Noya, Modul Perkuliahan Psikologi Umum (Salatiga: Universitas Kristen Satya

Wacana,2013), 23 29

Noya, Modul Perkuliahan Psikologi Umum,23-24.

Page 20: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

12

Menurut Piaget Tahap Preoperasional anak – anak mulai dari usia 2

sampai 7 tahun. Karakteristik perkembangan dalam tahapan utama kedua,

perkembangan kognitif adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis atau

kemampuan representasional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap

sensorimotor.30

Fungsi simbolik adalah kemampuan untuk menggunakan

representasi mental (angka, kata, atau gambar) sebagai tempat anak untuk

melakatkan makna. Penggunaan simbol merupakan merupakan tanda universal

budaya manusia. Memiliki simbol untuk sesuatu dapat membantu anak-anak

untuk mengingat dan memikirkan diri mereka sendiri tanpa kehadiran wujud

fisik.31

Pada usia 19 bulan seorang anak dapat memahami bahwa sebuah gambar

merupakan respresentasi sesuatu yang lain, akan tetapi sampai pada usia 3 tahun

dan setelahnya sebagian besar anak-anak tidak dapat menyerap secara utuh

hubungan antara gambar, peta, model skala atau objek ruang yang

dipresentasikannya. Pada usia ini anak biasanya mulai melukis bentuk yang dapat

dikenalinya. 32

Walaupun anak-anak masih berusia dini, Piaget meyakini bahwa seorang

anak memiliki konsep tersendiri tentang pikiran. Ia mampu berpikir mengenai

berpikir dan keadaan mental, keyakinan yang salah dan tipuan, membedakan

antara penampilan dan kenyataan, serta mampu membedakan antara fantasi dan

kenyataan.33

Melihat istilah Dual representation hyphotesis mengemukakan

bahwa anak dibawah tiga tahun memiliki kesulitan untuk menyerap hubungan

spesial karena keharusan untuk menyimpan lebih dari representasi mental dalam

pikirannya diwaktu yang bersamaan. Piaget menyadari bahwa balita memiliki

semacam pemahaman terhadap koneksi antara aksi dan reaksi, dia percaya bahwa

anak usia pra sekolah belum dapat berpikir secara logis tentang sebab dan akibat,

menurutnya balita berpikir dengan transduksi dimana mereka memandang satu

30

Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old, and Ruth Duskin Feldman, Human Development

(Jakarta: Salemba Humanika,2013), 323. 31

Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old, and Ruth Duskin Feldman, Human

Development: Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2010), 325. 32

Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old, and Ruth Duskin Feldman, Human

Development: Psikologi Perkembangan, 326. 33

Papalia, Old, and Feldman, Human Development, 343-347.

Page 21: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

13

situasi berdasarkan situasi yang lain dan sering kali terjadi dalam waktu yang

bersama terlepas dari hubungan sebab akibat diantara kedua peristiwa tersebut.34

Pemahaman anak tentang peristiwa yang biasa terjadi di dunia nyata

memungkinkan mereka berfiksi secara logis tentang kualiitas. Ada beberapa studi

yang menemukan bahwa anak di bawah umur 5 tahun memahami bagaimana

entitas biologis yang menyebabkan pertumbuhan, turunan dan sakit dan

bagaimana hasrat, emosi dan tindakan menyebabkan tindakan manusia. Beberapa

riset juga menyatakan bahwa anak-anak prasekolah dapat melihat analogi yang

melibatkan sebuah kemampuan yang menurut Piaget seorang anak belum dapat

berkembang sampai anak mencapai tahapan operasi formal dalam masa dewasa.35

Seorang anak dalam tahapan prasekolah mampu mengembangkan

pemahaman yang baik tentang identitas. Identitas yang dimaksud adalah konsep

yang menyatakan bahwa manusia dan hal – hal lainnya itu sama, walaupun

memiliki ukuran, bentuk dan tampilan yang berbeda-beda. Mengkategorikan atau

klasifikasi, menuntut anak untuk mengidentifikasi sebuah kemiripan dan

perbedaan dari sebuah objek yang dilihat. Pada usia 4 tahun banyak anak yang

mampu mengidentifikasi sebuah warna dan bentuk dengan menggunakan

kemampuannya dalam menggolongkan orang baik dan jahat atau teman dan

bukan teman. Kemampuan anak yang digunakan untuk mengidentifikasi disebut

sebagai kemampuan kognitif yang memiliki implikasi emosional dan sosial. 36

2.4 Konsep Pemikiran Anak

Piaget adalah pakar pertama tentang teori pikiran/jiwa (theories of mind)

yaitu pemunculan kesadaran akan konsep mental mereka sendiri dengan orang

lain. Ia berpendapat bahwa anak-anak berusia di bawah enam tahun tidak dapat

membedakan antara pikiran dan mimpi dan entitas fisik nyata dan tidak memiliki

teori tentang pikiran. Akan tetapi ada penelitian baru yang mengungkapkan bahwa

34

Papalia, Old, and Feldman, Human Development, 326. 35

Papalia, Old, and Feldman, Human Development, 327. 36

Papalia, Old, and Feldman, Human Development, 328.

Page 22: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

14

anak usia antara 2 dan 5 tahun, pengetahuan anak akan proses mental dirinya

sendiri maupun orang lain meningkat sangat drastis. 37

Ada beberapa aspek teori pemikiran yang diungkapkan oleh Piaget diantaranya

adalah;

Pengetahuan tentang Berpikir dan Kondisi Mental

Usia sekitar 3-5 tahun seorang anak mampu memahami pikiran dalam jiwa

yang berkaitn dengan hal-hal yang nyata dan imajiner. Dalam hal ini

bagaimana anak dapat berpikir sampai melakukan hal lain dengan keadaan

tutup mata. Tetapi berpikir merupakan sebuah aktivitas yang berbeda

dengan melihat, berbicara dan menyentuh. Sehingga pada usia ini anak

tidak memiliki kesadaran bahwa ketika mereka berbicara dengan orang

lain atau kepada diri sendiri mereka sedang berpikir.

Keyakinan yang Salah dan Penipuan

Pada usia 3 tahun anak belum memiliki pemahaman yang sempurna akan

keyakinan yang salah tetapi tidak menampakkannya ketika dihadapi pada

situasi yang kompleks. Kegagalan pemahaman akan yang salah pada usia

ini mungkin bersumber dari sifat egosentris, karena anak lebih percaya

bahwa orang lain mengetahui apa yang mereka ketahui dan percaya apa

yang mereka lakukan. Sedangkan anak usia 4 tahun memahami bahwa

orang lain dapat menemukan versi yang berbeda dari apa yang di lihat dari

objek yang sama dan memiliki keyakinan yang berbeda. Ketika anak

sudah berusia 6 tahun, baru ia mampu menginterpretasikan sebuah objek

yang sama secara berbeda.

Membedakan antara Penampilan dan Realitas

Untuk membedakan penampilan dan realitas menuntut anak untuk

merujuk kepada dua representasi mental yang saling berlawanan pada satu

waktu. Pada usia 5 atau 6 tahun seorang anak dapat membedakan apa yang

tampaknya dan apa benda sebenarnya. Berbeda dengan anak usia 3 tahun

yang dalam penelitian mengatakan bahwa ia kebingungan dalam

membedakan penampilan dan realitas. Contohnya seperti seorang anak

37

Papalia, Old, and Feldman, Human Development: Psikologi Perkembangan (Jakarta:

Kencana, 2008), 333.

Page 23: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

15

usia 3 tahun sebelumnya melihat bahwa susu itu berwarna putih, kemudian

dia mengenakan kaca mata berwarna hijau dan diarahkan untuk melihat

objek tersebut, ia dapat mengatakan bahwa susu itu berwarna hijau.

2.5 Perkembangan Intelektual

Intelektual adalah intelegensi berasal dari bahasa Latin intelligere yang

berarti mengorganisasikan, menghubungkan, atau menyatukan satu dengan yang

lain. Menurut Thorndike, intelektual merupakan jumlah dari elemen-elemen, yaitu

hubungan stimulus respon. Maka, menurut Thurstone dalam intelektual ada

beberapa faktor primer yang merupakan group factor yaitu; spatial relation

(kemampuan untuk melihat atau mempresepsi gambar dengan dua atau tiga

dimensi terkait jarak), perceptual speed ( kemampuan yang berkaitan dengan

kecepatan dan ketepatan dalam memberikan judging mengenai persamaan dan

perbedaan ata respon terhadap apa yang dilihatnya), verbal comprehension

(kemampuan yang menyangkut pemahaman, kosakata, analogi secara verbal dan

sejenisnya), Word Fluency (kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan kata-

kata dan anagram), number ficility (kemampuan kecepatan berhitung), associative

memory (kemampuan yang berkaitan dengan ingatan, khusnya yang berpasangan),

induction (kemampuan untuk memperoleh prinsip atau hukum.38

Teori proses informasi mengenai intelektual mengemukakan bahwa

intelektual akan diukur dari fungsi-fungsi seperti sensoris, ingatan, dan

kemampuan mental yang lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali

(remembering). 39

Ada beberapa faktor perkembangan intelektual seseorang

diantaranya;40

1. Bertambahnya informasi yang disimpan di dalam otak seseorang sehingga

ia mampu berpikir relatif.

2. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah

sehingga seseorang dapat berpikir propersional.

38

Jahja, Psikologi Perkembangan,44-45 39

Jahja, Psikologi Perkembangan,,43. 40

Jahja, Psikologi Perkembangan,,45-46

Page 24: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

16

3. Adanya kebebasan berpikir menimbulkan keberanian seseorang dalam

menyatakan hipotesa-hipotesa yang radikal, kebebasan menjajaki masalah

secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah

dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.

Pandangan akan perbedaan intelektual oleh masing-masing individu

menekankan pada perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Pandangan yang pertama

berpendapat bahwa pada dasarnya intelektual antara satu dengan yang lain

memang berbeda secara kualitatif (aliran Nativisme). Pandangan yang kedua

berpendapat bahwa perbedaan kuantitatif intelektual semata-mata karena

perbedaan materi materi yang diterima atau karena perbedaan akan proses belajar

dan lingkungan yang mempengaruhinya.41

2.6 Pendidikan Agama Kristen

Secara etimologis istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia merupakan

terjemahan dari “education” dalam bahasa inggris. Kata “education” berasal dari

bahasa latin “ducere” yang berarti membimbing (to lead), di tambah awalan “e”

yang berarti keluar (out). Jadi arti dasar pendidikan adalah suatu tindakan untuk

membimbing keluar.42

Thomas Groome, dalam bukunya Christian religious education (1980)

seperti yang dikutip oleh Daniel Nuhamara, mengungkapkan bahwa dalam konsep

pendidikan terkandung beberapa dimensi penekanan, asumsi, dan perhatian yang

terkandung dalam konsep pendidikan sebagaimana yang ditunjukkan oleh arti

etimologisnya. Menurutnya ada tiga penekanan dimensi waktu, yaitu, pertama,

Dimensi waktu masa lampau adalah dari mana aktivitas (membimbing) itu

dibawa, serta apa yang telah dimiiki (misalnya pengetahuan) baik oleh pendidik

maupun peserta didik untuk mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri secara sadar.

Kedua, Dimensi waktu masa kini adalah, proses atau aktivitas yang sedang

berlangsung untuk menemukan sesuatu. Ketiga, Dimensi masa yang akan datang

adalah tujuan kearah mana usaha tersebut dibawa atau dapat juga disebut masa

41

Jahja, Psikologi Perkembangan,,46 42

Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK: Pendidikan Agama Kristen (Bandung: Jurnal

Info Media, 2007),8

Page 25: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

17

depan yang hendak dituju karena ketiga dimensi ini harus dipahami dengan baik

karena merupakan pedoman bagi pendidik maupun peserta didik.43

Tujuan dari pada Pendidikan Agama Kristen adalah untuk memampukan

orang-orang hidup sebagai orang Kristen, yakni hidup sesuai Iman Kristen. Hal

inilah yang menjadi tujuan Pendidikan Agama Kristen sejak komunitas kristen

mulai mendidik.44

Pendidikan Agama Kristen merupakan suatu pengajaran yang

sangat dibutuhkan di dalam kehidupan gereja untuk dapat membina warga

jemaatnya. Selain itu juga tugas pendidikan itu merupakan sebuah mandat dari

Tuhan Yesus sendiri, yang bukan hanya berlaku baga murid-muridnya tetapi

kepada kita semua sebagai persekutuan orang percaya di gereja.45

Berbicara mengenai Pendidikan Agama Kristen, tentu berkaitan dengan

pengajaran. Karena dalam pembelajaran seorang pengajar dituntut untuk

menciptakan kondisi belejar yang kreatif untuk menyampaikan bahan pengajaran

kepada peserta didik. Karena itu pengajar harus terus belajar, sementara ia terus

belajar. Jadi yang belajar dalam proses pendidikan agama kristen bukan hanya

murid, tetapi juga guru.46

2.7 Strategi-strategi Pengajaran

Dalam proses belajar, seorang guru atau pengajar harus melakukan strategi

atau langkah-langkah awal untuk menyiapkan sebuah materi yang akan digunakan

untuk proses belajar ketika berada di dalam kelas. Agar siswa dapat mudah

mengerti apa yang disampaikan. Ada beberapa strategi yang digunakan dalam

persiapan pengajaran; pertama, Merancangkan Pengajaran; sebagai seorang

pegajar yang baik seharusnya mempersiapkan terlebih dahulu dengan

mengidentifikasi pengethuan dan keterampilan mereka yang ingin dikuasai oleh

siswa, serta menentukan tujuan apa yang hendak dicapai dari pengajaran tersebut

agar pengajar mampu menyusun urutan apa saja yang akan dilakukan dalam

pengajaran di dalam kelas nantinya. Kedua, Strategi Eksposis, pada strategi ini

43

Nuhamara, Pendidikan Agama Kristen, 9-10. 44

Thomas H. Groome, Christian Religious Education: berbagi cerita dan visi kita

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 48 45

Nuhamara, Pendidikan Agama Kristen, 69 46

Nuhamara, Pendidikan Agama Kristen, 134-135

Page 26: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

18

merupakan cara pembelajaran yang paling sering kita jumpai. Pembelajaran yang

dilakukan pada metode ini berjalan dengan satu arah dari guru ahli kepada siswa,

dengan menggunakan sumber buku teks dan video pendidikan untuk menunjang

pembelajaran. Ketiga, Aktivitas Langsung dan Aktivitas Praktek, pada strategi ini

melibatkan siswa secara langsung tentang informasi yang dipelajari dengan

menggunakan beberapa aktivitas seperti; pembelajaran penemuan, aktivitas di

dalam kelas, simulasi dan aplikasi komputer, serta pekerjaan rumah. Keempat,

Strategi Interaktiv dan Kolaboratif adalah meminta para siswa membahas topik-

topik dan dengan cara lain membantu satu sama lain belajar.47

Dari keempat strategi diatas, tidak ada satu pendekatan terbaik untuk

pengajaran di kelas, karena setiap pengajaran memiliki manfaatnya sendiri-sendiri

dan masing-masing berguna disituasi yang berbeda dan untuk siswa yang

berbeda.48

Sehingga alangkah lebih baik jika keempat strategi ini dapat bercampur

seperti; perencanaan tidak hanya terjadi sebelum pengajaran dimulai mungkin

seorang guru lebih baik melakukan revisian rencana dalam hal mental ketika suatu

pembelajaran atau pengajaran berlangsung. Selanjutnya, pendekatan eksposisi

yang terkadang memiliki elemen aktivitas langsung dari guru ke siswa, tetapi

dalam hal ini mungkin melakukan interaksi antara sesama siswa.49

3. HASIL PENELITIAN

3.1 Gambar Umum tentang GKI Salatiga

GKI Salatiga berada di Jalan Jendral Sudirman No 111 B, Kecamatan

Tingkir, Kotamadya Salatiga, Jawa Tengah. Gereja ini memiliki jumlah jemaat

sebanyak 2400 orang diantaranya ada 16 orang Majelis dan 3 orang Pendeta (satu

orang Emiritus) yang melayani. Gereja ini melaksanakan kebaktian umum

sebanyak tiga kali; jam 07:00 WIB, 09:30 WIB, dan 16:30 WIB. Selain itu gereja

ini juga memiliki beberapa komisi kategori anak, remaja dan pemuda. Komisi

anak dan remaja melaksanakan ibadah sebanyak dua kali pada pukul 07:00 WIB

47

Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu siswa Tumbuh dan

Berkembang (Jakarta:Penerbit Erlangga,2008), 150. 48

Ormrod, Psikologi Pendidikan, 202 49

Ormrod, Psikologi Pendidikan, 150

Page 27: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

19

dan 09:00 WIB. Sedangkan komisi pemuda dilaksanakan ibadah pemuda pada

hari sabtu pukul 16: 30 WIB.50

3.2 Sejarah Perjamuan Kudus anak di GKI Salatiga51

GKI Salatiga merupakan anggota dari sinode Jawa Tengah, anggota dari

Reformed Ecumenical Council (REC: Lembaga oikumene Gereja-Gereja

Reformed. Sejak tahun 1996 REC telah melakukan studi terhadap Perjamuan

Kudus dengan melibatkan anak-anak untuk ikut mengambil bagian dalam

Perjamuan Kudus. Setelah bergabung dengan sinode wilayah Jateng, GKI Salatiga

belum kembali melakukan Perjamuan Kudus untuk anak sehigga timbul beberapa

pertanyaan dari pada anggota jemaat yang merupakan anggota gereja reform

dahulu. Mereka mempertanyakan bagaimana keberadaan anak-anak dalam

Perjamuan Kudus.

Melihat hal ini, gereja mengambil sikap dengan mencoba

mempertanyakan keterlibatan anak-anak di dalam Perjamuan Kudus pada rapat

sinode se-Jateng. Hal ini tentu mendapatkan respon yang cukup baik dari majelis

sinode bahwa ketika setiap gereja mampu dan siap memberlakukan Perjamuan

Kudus bagi anak-anak, gereja tersebut diijinkan untuk melaksanakan Perjamuan

Kudus bagi anak dengan catatan bahwa setiap perwakilan gereja akan diberikan

pemahan tentang studi biblika tentang sejarah Perjamuan Kudus dan sejarah

gereja menurut Calvin (karena GKI Salatiga menganut aliran Calvin).

Sebelum melakukan Perjamuan Kudus bagi anak-anak, GKI Salatiga

melakukan terlebih dahulu sosialisasi singkat yang disampaikan oleh Majelis

Sinode yang bertugas dengan mengundang semua warga jemaat untuk hadir

dalam pertemuan yang akan membahas tentang Perjamuan Kudus bagi anak

dengan melihat tinjauan dari segi Biblika, Dogma dan Sejarah. Setelah itu Pendeta

dan Majelis memberikan pembinaan terhadap guru sekolah mengenai cara

memberikan pemahaman Perjamuan Kudus kepada anak-anak. Karena GKI

Salatiga mengadakan katekisasi singkat bagi anak-anak yang akan mengikuti

Perjamuan Kudus.

50

Pnt Lukas Sukan, Salatiga, Wawan cara pada tanggal 02 Agustus 2017, pukul 14:00

wib. 51

Pdt Yefta, Salatiga, Wawancara pada tanggal o2 Agustus 2017, pukul 10:20 wib.

Page 28: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

20

3.3 Pemahaman dan Pelaksanaan Perjamuan Kudus anak

Perjamuan Kudus anak di GKI telah dilakukan sejak tahun 2016.

Perjamuan Kudus ini dilakukan pertama kali pada masa pra Paskah. Ada beberapa

alasan mendasar yang disampaikan responen untuk memberlakukan Perjamuan

Kudus anak di GKI Salatiga diantaranya adalah; Perjamuan Kudus bagi Anak

dilakukan karana Perjamuan Kudus merupakan perayaan anugerah Tuhan.52

Perjamuan Kudus juga merupakan Perjamuan Keluarga yang mana di dalamnya

terdapat anak-anak,53

hal ini dapat dilihat dari Matius 9:14 “Biarkanlah anak-anak

itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang

yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga”. 54

Adapun Materi pengajaran Perjamuan Kudus yang diberikan kepada anak

– anak telah melalui beberapa proses persiapan yang cukup panjang. Menurut dua

orang responden mengatakan bahwa persiapan yang dilakukan gereja untuk

melaksanakan Perjamuan Kudus anak mengundang Majelis Sinode untuk hadir

untuk melakukan sosialisasi singkat kepada seluruh warga GKI Salatiga termasuk

Pendeta dan Majelis selama satu hari.55

Setelah itu Pendeta, Majelis (hanya

beberapa orang) dan para guru sekolah minggu melakukan kembali persiapan

khusus untuk menyampaikan materi akan makna Perjamuan Kudus kepada anak-

anak agar anak–anak dapat mengikuti katekisasi singkat. Arti kata katekisasi

singkat di sini hanya diberikan untuk anak – anak yang akan ikut dalam

Perjamuan Kudus, ketika anak nantinya mau mengikuti Sidi, ia hendak menjalani

katekisasi lagi.56

Penyampaian akan materi Perjamuan Kudus atau bisa katekisasi singkat di

lakukan dalam jangka waktu kurang lebih selama satu bulan setelah selesai

sekolah minggu dengan cara seusai sekolah minggu diberikan waktu tambahan

untuk melakukan katekisasi singkat.57

Sekitar tigabelas guru sekolah minggu di

bagi ke dalam kelas – kelas anak yang sesuai dengan kelas sekolah minggu

52

Pdt Yefta, Salatiga, Wawancara pada tanggal 02 Agustus 2017, pukul 10:20 wib. 53

Pnt Junianto, Salatiga, Wawancara pada tanggal 04 Agustus 2017, pukul 08:40 wib. 54

Pnt Lukas, Salatiga, Wawancara pada tanggal 02 Agustus 2017, pukul 14:05 wib. 55

Pnt Junianto, Salatiga, Wawancara pada tanggal 04 Agustus 2017, pukul 08:40 wib. 56

Pnt Lukas, Salatiga, Wawancara pada tanggal 02 Agustus 2017, pukul 14:05 wib. 57

Pnt. Junianto, Salatiga, Wawancara pada tanggal 04 Agustus 2017, pukul 08:40 wib.

Page 29: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

21

membantu mengajarkan makna perjamuan Kudus yang di dalam kelas masing –

masing terdapat dua orang guru sekolah minggu.58

Ada beberapa materi pembelajaran yang diberikan kepada anak – anak

untuk mempersiapkan mereka mengikuti Perjamuan Kudus diantaranya;

Pengajaran akan penciptaan sampai kepada keselamatan, arti dan makna

Perjamuan Kudus termasuk makna dari roti dan anggur sebagai simbol

keselamatan yang diberikan Yesus kepada kita. 59

Pada saat materi disampaikan

guru sekolah minggu memperagakan tata cara untuk mengikuti Perjamuan Kudus.

Setelah dilakukan Perjamuan Kudus anak, anak-anak memahami bahwa

Perjamuan Kudus ialah peringatan waktu Yesus akan ditangkap60

. Adapun

pengertian lain yang dipahami anak – anak bahwa Perjamuan Kudus merupakan

karya keselamatan sehingga kita harus mengucap syukur karena roti dan anggur

menjadi lambang keselamatan dan penebusan dosa – dosa umatnya. 61

Adapun syarat yang ditetapkan oleh GKI Salatiga mengenai keterlibatan anak

dalam Perjamuan Kudus adalah anak yang telah menerima Baptisan tetapi tidak

ada batas usia yang ditentukan. Hal ini melihat dari pengajaran Calvin.

Pemahaman baptisan anak-anak terhisap dalam anugerah Tuhan yang

menyelamatkan, Karena anak yang telah di Baptis merupakan sebuah anggota.62

Dan juga Perjamuan Kudus merupakan Perjamuan keluarga yang mana di dalam

keluarga juga terdapat anak-anak sehingga ketika anak-anak ikut merayakan

Perjamuan Kudus anak telah melakukan Perjamuan keluarga. 63

Namun hal

kesiapan mengikuti Perjamuan Kudus anak diberikan kebebasan kepada setiap

orang tua yang mau mengikut sertakan anaknya di dalam Perjamuan Kudus.64

3.4 Kendala dan Strategi Pengajaran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan empat dari sepuluh responden

menemukan beberapa kendala yang di hadapi pengajar (guru sekolah minggu dan

58

Ibu Monik, Salatiga, Wawancara pada tanggal 06 Agustus 2017, pukul 09:10 wib. 59

Ibu Monik, Salatiga, Wawancara pada tanggal 06 Agustus 2017, pukul 09:10 wib. 60

Anak Naldo, Salatiga, Wawancara pada tanggal 06 Agustus 2017, pukul 09:10 wib. 61

Anak Tita, Salatiga, Wawancara pada tanggal 06 Agustus 2017, pukul 09:20 wib. 62

Pnt Junianto, Salatiga, Wawancara pada tanggal 04 Agustus 2017, pukul 08:40 wib. 63

Pdt. Yefta, Salatiga, Wawancara pada tanggal 02 Agustus 2017, pukul 10:20 wib. 64

Pdt. Yefta, Salatiga, Wawancara pada tanggal 02 Agustus 2017, pukul 10:20 wib.

Page 30: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

22

majelis) ketika melakukan pengajaran singkat mengenai Perjamuan Kudus,

diantaranya; Pertama, waktu pengajaran yang kurang efektif dalam

menyampaikan materi tentang perjamuan kudus.65

Karena materi disampaikan

setelah anak-anak mengikuti ibadah sekolah minggu, sehingga hal ini membuat

anak-anak merasa bosan dan mengantuk pada saat materi persiapan Perjamuan

Kudus disampaikan.66

Bahkan ada anak-anak yang tidak mengikuti katekisasi

singkat oleh karena orang tua yang telah menunggu untuk menjemput anaknya

pulang67

Kedua, bahasa yang digunakan dalam penyampaian Firman ketika anak-

anak hadir untuk mengikuti Perjamuan Kudus belum efektif. Biasanya Pendeta

menyampaikan khotbah di setiap ibadah menggunakan bahasa yang tinggi.68

Hanya ada beberapa dari Pelayan Firman yang mampu menyampaikan Firman

dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh anak-anak.69

Ketiga, ruangan Gereja yang tidak kondusif untuk melakukan Perjamuan

Kudus. Hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah jemaat dengan adanya

pertambahan anak-anak di dalam ibadah Perjamuan Kudus. Sehingga kapasitas di

dalam gedung gereja melebihi batas yang ada.70

Adapun strategi yang dilakukan oleh GKI Salatiga dalam mengatasi

kendala-kendala ialah pertama, Guru sekolah minggu mempersingkat waktu

pemberian materi tentang Perjamuan Kudus.71

Kedua, Pelayan Firman

menyampaikan Firmannya dengan menggunakan teknologi multi media 72

dan

mengubah gaya berbicara seperti sedang mengajar anak sekolah minggu.73

Ketiga,

gereja menyampaikan pengumuman kepada jemaat untuk memilih waktu ibadah

dan gereja juga menambahkan jumlah kursi.

4. PEMBAHASAN

65

Pnt. Junianto, Salatiga, Wawancara pada tanggal 04 Agustus 2017, pukul 08:40 wib. 66

Anak Naldo, Salatiga, Wawancara pada tanggal 06 Agustus 2017, pukul 09:10 wib. 67

Ibu Monic, Salatiga, Wawancara pada tanggal 06 Agustus 2017, pukul 09:10 wib. 68

Pdt. Yefta, Salatiga, Wawancara pada tanggal 02 Agustus 2017, pukul 10:20 wib. 69

Pnt. Junianto, Salatiga, Wawancara pada tanggal 04 Agustus 2017, pukul 08:40 wib. 70

Pdt. Yefta, Salatiga, Wawancara pada tanggal 02 Agustus 2017, pukul 10:20 wib. 71

Pnt. Junianto, Salatiga, Wawancara pada tanggal 04 Agustus 2017, pukul 08:40 wib. 72

Pdt. Yefta, Salatiga, Wawancara pada tanggal 02 Agustus 2017, pukul 10:20 wib. 73

Pnt. Junianto, Salatiga, Wawancara pada tanggal 04 Agustus 2017, pukul 08:40 wib.

Page 31: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

23

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan bahwa

GKI Salatiga memahami Perjamuan Kudus sebagai sebuah pengucapan Syukur

akan perayaan anugerah Tuhan akan keselamatan yang diberikan lewat

pengorbanan Yesus di kayu salib. Dengan demikian dapat dilihat bahwa

pemahaman perjamuan kudus di GKI Salatiga sesuai dengan makna Perjamuan

Malam bahwa wafat dan kebangkitannya merupakan penyerahan diri bagi

keselamatan bersama. Ketika Perjamuan Malam dilakukan, setiap orang dapat

mengingat akan pengorbanan Yesus.74

Pemahaman inilah yang mendasari GKI

Salatiga mengadakan Perjamuan Kudus anak karena anak- anak juga berhak

merayakan keselamatan yang diberikan Yesus tanpa ada syarat untuk mengikuti

sidi terlebih dahulu. Gereja semestinya menjadi media untuk memberikan

pemahaman akan makna Perjamuan Kudus kepada anak – anak dengan lebih

mudah dipahami. Karena jika gereja hanya menyakini makna Perjamuan Kudus

tersebut tetapi tidak mampu untuk mengajarkan kepada anak – anak, hal ini tentu

akan menjadi kebingungan dalam pemahaman akan makna Perjamuan Kudus bagi

anak. Dalam kenyataannya, GKI Salatiga tidak menetapkan batasan usia bagi

setiap anak mengikuti Perjamuan Kudus sehingga tidak mengakomodir intelektual

anak untuk memahami makna Perjamuan Kudus. Karena dalam teori

perkembangan anak disebutkan anak usia dua tahun keatas baru memiliki konsep-

konsep pemahaman.75

Adapun materi yang diberikan dari GKI Salatiga berupa pemahaman

tentang Perjamuan Kudus seperti pengajaran akan penciptaan sampai kepada

keselamatan, makna Perjamuan Kudus termasuk makna dari roti dan anggur

sebagai simbol keselamatan yang di berikan Yesus kepada kita. Namun, materi

diberikan melalui pengajaran seperti biasa yaitu guru sekolah minggu

menjelaskan kemudian anak-anak mendengarkan. Padahal dalam teori Piaget,

perkembangan kognitif anak usia 2-7 tahun adalah perluasan penggunaan

pemikiran simbolis atau kemampuan representasional, yang pertama kali muncul

pada akhir tahap sensorimotor.76

Fungsi simbolik adalah kemampuan untuk

74

E. Martasudjita, Sakramen-sakramen Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 271-272 75

Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old, and Ruth Duskin Feldman, Human Development

(Jakarta: Salemba Humanika,2013), 323. 76

Papalia, Old, and Feldman, Human Development, 323.

Page 32: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

24

menggunakan representasi mental (angka, kata, atau gambar) sebagai tempat anak

untuk meletakkan makna. Memiliki simbol untuk sesuatu dapat membantu anak-

anak untuk mengingat dan memikirkan diri mereka sendiri tanpa kehadiran wujud

fisik.77

Hal ini memperlihatkan bahwa metode pengajaran yang dilakukan GKI

Salatiga belum sesuai dengan Teori yang diungkapkan oleh Piaget bahwa dalam

pengajaran sebaiknya pengajar dapat menggunakan metode yang lebih kreatif

seperti gambar atau simbol yang berhubungan dengan materi agar anak lebih

tertarik dan mudah untuk memahami akan materi yang disampaikan. Karena pada

tahapan usia tersebut anak mempunyai kemampuan untuk membuat konsep

tersendiri dengan apa yang ia lihat melalui simbol-simbol atau gambar.

GKI Salatiga tidak memiliki strategi khusus untuk mempersiapkan anak

dalam mengikuti Perjamuan Kudus. Jika dilihat dalam buku Ellis Ormord yang

mengemukakan bahwa sebagai seorang pengajar memiliki empat macam strategi

khusus yang saling berkaitan untuk mempersiapkan pengajaran. Pertama, sebagai

seorang guru menentukan terlebih dahulu rancangan dengan mengidentifikasi

setiap kemampuan dan keterampilan dari anak agar pengajar mampu menentukan

urutan apa saja yang akan diberikan dalam pengajaran dikelas. Kedua,

Pembelajaran yang dilakukan dengan berjalan dengan satu arah dari guru ahli

kepada siswa, dengan menggunakan sumber buku teks dan video pendidikan

untuk menunjang pembelajaran. Ketiga, Aktivitas Langsung dan Aktivitas

Praktek, pada strategi ini melibatkan siswa secara langsung tentang informasi

yang dipelajari dengan menggunakan beberapa aktivitas seperti; pembelajaran

penemuan, aktivitas di dalam kelas, simulasi dan aplikasi komputer, serta

pekerjaan rumah. Keempat, Strategi Interaktiv dan Kolaboratif adalah meminta

para siswa membahas topik-topik dan dengan cara lain membantu satu sama lain

belajar.78

Namun menurut hasil data yang diperoleh GKI Salatiga hanya melakukan

persiapan dengan cara mempersiapkan setiap guru sekolah minggu yang akan

memberikan pemahaman Perjamuan Kudus kepada anak-anak. Ketika melakukan

77

Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old, and Ruth Duskin Feldman, Human

Development: Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2010), 325. 78

Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu siswa Tumbuh dan

Berkembang (Jakarta:Penerbit Erlangga,2008), 150.

Page 33: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

25

pembelajaran para guru yang berperan aktif dibandingkan siswanya. Sehingga

pengajaran mengenai perjamuan kudus bagi anak kurang efektif jika hanya

diberikan lewat narasi saja. Guru sekolah minggu seharusnya mampu memberikan

pengajaran menggunakan simbol-simbol seperti gambar atau video mengenai

perjamuan kudus agar nantinya anak-anak lebih mudah memahami makna

perjamuan kudus. 79

Pengajaran juga akan berlangsung dengan baik bila anak-anak

diberikan aktivitas langsung dan aktivitas praktek artinya anak-anak

mempraktekkan secara langsung tentang informasi yang telah diperoleh.80

Dalam

hal ini, praktek yang dilakukan ialah tentang bagaimana cara anak-anak

mengambil roti dan anggur serta sikap anak-anak ketika mengikuti Perjamuan

Kudus, sehingga dengan cara mempraktekkan perjamuan kudus, anak-anak dapat

melatih diri mereka sebelum mengikuti perjamuan kudus.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap strategi pengajaran makna

Perjamuan Kudus anak dan melakukan analisa dengan menggunakan teori Piaget,

dapat dipahami bahwa GKI Salatiga tidak memiliki kriteria khusus untuk usia

seorang anak ikut dalam Perjamuan Kudus. Karena cukup dengan mengikuti

Baptisan setiap anak berhak mengikuti Perjamuan Kudus. Kemudian pengajaran

yang terkait dengan makna Perjamuan Kudus kepada anak – anak belum sesuai

dengan tahapan perkembangan yang ditentukan oleh Piaget. Strategi untuk

melakukan pengajaran yang dilakukan gereja juga belum maksimal jika melihat

dari teori yang ada. Karena strategi pengajaran yang digunakan tidak dapat

berjalam maksimal jika hanya salah satu yang dijalankan apalagi jika persiapan

hanya dilakukan sekali.

79

Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu siswa Tumbuh dan

Berkembang, 150 80

Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu siswa Tumbuh dan

Berkembang, 150.

Page 34: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

26

5.2 Saran

Saran Bagi Gereja GKI Salatiga. Gereja sebaiknya menentukan batasan usia untuk

anak mengikuti Perjamuan Kudus dengan memperhatikan tahap perkembangan

anak, sehingga pengajaran makna Perjamuan Kudus kepada anak – anak dengan

memperhatikan tahapan perkembangan anak yang sesuai dapat tercapai dengan

baik dan anak mampu mengikuti Perjamuan Kudus dengan pemahaman yang

memadai.

Page 35: Strategi Pengajaran makna Perjamuan Kudus bagi Anak oleh ...€¦ · Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan

27

Daftar Pustaka

Abineno, J. L. Perjamuan Malam, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982

Aritonang, Jan S. Berbagai aliran di dalam dan di sekitar Gereja, Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2013

de Jonge, Christiaan, Apa itu Calvinisme?, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Engel, J. D. Metode Penelitian Sosial dan Teologi Kristen, Salatiga: Widya Sari

Press, 2005.

Gunarsa, Singgih. D. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2008

Hadiwijono, Harun. Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.

Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana, 2011

Kustono, A Hari. Ekaristi Dalam Hidup Kita, Yogyakarta: Kanisius, 2008

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakaria,

1998.

Martasudjita, E. Sakramen-sakramen Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Niftrik, van G.C and B.J Boland. Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2008.

Noya, Andris. Modul Perkuliahan Psikologi Umum, Salatiga: Universitas Kristen

Satya Wacana, 2013

Ormrod, Ellis Jeane. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009

Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos, and Feldman,Ruth Duskin. Human

Development, Jakarta: Salemba Humanika, 2013.

Salam, Burhanuddin. H. Pengantar Pedagogi: Dasar-dasar ilmu Mendidik,

Jakarta: Rineka Cipta, 2011.