STRATEGI PENETAPAN TARIF RUMAH SAKIT BERDASARKAN UNIT …
Transcript of STRATEGI PENETAPAN TARIF RUMAH SAKIT BERDASARKAN UNIT …
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
i
BUKU ILMIAH
STRATEGI PENETAPAN TARIF
RUMAH SAKIT
BERDASARKAN UNIT COST
Penulis:
Indrianty Sudirman
Indrianty Sudirman
ii
Sanksi Pelanggaran Hak Cipta
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Ketentuan Pidana Pasal 113 1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
iii
BUKU ILMIAH
STRATEGI PENETAPAN TARIF
RUMAH SAKIT
BERDASARKAN UNIT COST
Penulis:
Indrianty Sudirman
Diterbitkan oleh
Penerbit Nas Media Pustaka
Makassar, 2020
Indrianty Sudirman
iv
STRATEGI PENETAPAN TARIF
RUMAH SAKIT BERDASARKAN
UNIT COST
Indrianty Sudirman - Makassar : © 2020
Copyright © Indrianty Sudirman 2020
All right reserved
Layout : Amma Prasetya Design Cover : Muhammad Alim Editor : Dr. dr. A. Indahwaty Sidin, MHSM
Cetakan Pertama, Mei 2020 xii + 118 hlm; 14 x 20 cm ISBN 978-623-7644-28-6
Diterbitkan oleh Penerbit Nas Media Pustaka
CV. Nas Media Pustaka Anggota IKAPI
No. 018/SSL/2018 Jl. Batua Raya No. 550 Makassar 90233
Telp. 0812-1313-3800 [email protected] www.nasmediapustaka.co.id
nasmedia.id Instagram : @nasmedia.id
Fanspage : nasmedia.id
Dicetak oleh Percetakan CV. Nas Media Pustaka, Makassar Isi di luar tanggung jawab percetakan
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
v
PRAKATA
Tarif merupakan salah satu strategi fungsional kunci
yang menentukan kesehatan keuangan rumah sakit. Meskipun
tarif, merupakan konsep yang nampak sederhana untuk
dipahami namun implementasinya cukup rumit. Penetapan
tarif di rumah sakit perlu mengkombinasikan berbagai disiplin
keilmuan seperti akuntansi, manajemen strategi, manajemen
rumah sakit. Tarif tidak dapat ditetapkan hanya dengan
menggunakan analisa keuangan an sich, namun memerlukan
seni dalam menetapkan pendekatan yang digunakan dan
kebijakan penerapannya.
Buku monograf ini menyajikan contoh praktis
penetapan tarif yang sudah diterapkan di Rumah Sakit
Perguruan Tinggi Negeri. Buku ini menyajikan secara praktis
contoh langkah-langkah yang dilakukan dalam kebijakan
penetapan tarif di rumah sakit dilengkapi dan telah terbukti
berhasil meningkatkan kesehatan keuangan rumah sakit
tersebut. Buku ini diperuntukkan terutama bagi praktisi
Indrianty Sudirman
vi
perumah sakitan, mahasiswa manajemen rumah sakit, maupun
menjadi masukan bahan ajar akademisi terkait kebijakan
penetapan tarif di rumah sakit. Tujuannya adalah untuk
memberikan kaji banding, sumber inspirasi pengembangan
kebijakan tarif, maupun sebagai referensi untuk memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan terapan di bidang manajemen
rumah sakit.
Segala upaya untuk mewujudkan buku ini turut
melibatkan kerja cerdas dari tim dari staf rumah sakit yang
dikaji dan hanya dapat terwujud hanya karena izin dan hidayah
dari Allah SWT. Untuk itu, saya mengucapkan terimakasih
kepada seluruh tim pendukung yang namanya tidak dapat saya
sebutkan satu per satu. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu manajemen rumah sakit di masa
mendatang.
Makassar, Mei 2020
Penulis
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................... v
DAFTAR ISI...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
BAB II KONSEP PENENTUAN TARIF........................................... 5
A. PRINSIP PENENTUAN TARIF ........................................................ 5
B. TUJUAN PENENTUAN TARIF ..................................................... 10
C. KEBIJAKAN PENENTUAN TARIF .............................................. 13
D. MASALAH-MASALAH PRAKTIS DALAM PENETAPAN
TARIF ..................................................................................................... 16
BAB III LANGKAH-LANGKAH PENETAPAN TARIF ...............21
A. TAHAP PENGHITUNGAN UNIT COST..................................... 21
1. Inventarisir Daftar Harga ...................................................... 25
2. Input Pendapatan ...................................................................... 32
3. Input Biaya ................................................................................... 51
4. Input Aktivitas Masing-Masing Unit Kerja .................... 61
5. Penghitungan Unit cost .......................................................... 73
Indrianty Sudirman
viii
B. TAHAP PENGHITUNGAN TARIF ............................................... 79
1. Penjaringan Pendapat Proporsi Alokasi Biaya
Langsung, Biaya Tidak Langsung, dan Biaya
Overhead dari Unit Kerja ....................................................... 79
2. Penghitungan Margin Setiap Tindakan Pelayanan
Kesehatan di Unit Kerja .......................................................... 84
C. TAHAP PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENETAPAN
TARIF .....................................................................................86
1. Perbandingan Unit cost dengan Rencana Tarif
Baru .................................................................................................. 86
2. Penetapan Rumah Sakit yang Menjadi Kaji
Banding .......................................................................................... 88
3. Perbandingan Unit cost dan Tarif Rumah Sakit
yang menjadi Kaji Banding dengan Rencana Tarif.... 92
4. Kaji Posisi Struktur Pasar Masing-Masing
Pelayanan Rumah Sakit .......................................................... 94
5. Penetapan Prinsip Dasar Kebijakan Penetapan
Tarif .................................................................................................. 96
D. SOSIALISASI TARIF BARU RUMAH SAKIT ........................ 107
BAB IV PENUTUP ........................................................................ 113
BIOGRAFI PENULIS .................................................................... 115
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kode Unit dan Nama Unit ........................................................ 27
Tabel 2 Inventaris Seluruh Harga yang Dibelanjakan ................ 29
Tabel 3 Rincian Tarif RS untuk Tindakan Fee For Package
pada Pasien Thypoid di RS Kelas B ......................................... 34
Tabel 4 Contoh Tarif Rumah Sakit Kelas B untuk Pasien
Thypoid berdasarkan Fee For Service ................................... 43
Tabel 5 Trend Harga Bahan Habis Pakai dan Obat-Obatan ..... 52
Tabel 6 Contoh Metode Harga Pokok Standard di
Laboratorium Patologi Klinik untuk Tindakan
Pelayanan Hematologi Rutin ...................................................... 56
Tabel 7 Contoh Metode Harga Pokok Variabel Tindakan
Pelayanan Hematologi Rutin ...................................................... 59
Tabel 8 Contoh Input Aktivitas Tindakan Penyajian
Pelayanan Kesehatan (Hematologi Rutin) di Unit
Kerja Patologi Klinik ....................................................................... 63
Tabel 9 Contoh Tingkat Kesulitan Penyajian Tindakan
Pelayanan Kesehatan di Unit Kerja Radioterapi ............... 65
Tabel 10 Contoh Input Aktivitas di Unit Kerja Laboratorium
Patologi Klinik terkait Bahan Habis Pakai dan Obat-
Indrianty Sudirman
x
Obatan untuk Tindakan Pelayanan Kesehatan
Pemeriksaan Hematologi Rutin ................................................ 68
Tabel 11 Contoh Input Aktivitas di Unit Kerja Laboratorium
Patologi Klinik terkait Alat Kesehatan yang Digunakan
untuk Pemeriksaan Hematologi Rutin .................................. 70
Tabel 12 Contoh Input Aktivitas Tindakan Pelayanan
Kesehatan Pemeriksaan Hematologi Rutin di Unit
Kerja Laboratorium Patologi Klinik ........................................ 71
Tabel 13 Contoh Perhitugan Unit cost Berdasarkan Metode
Harga Pokok Standard................................................................... 76
Tabel 14 Contoh Proporsi Alokasi Biaya Sarana (Alat Bahan
Habis Pakai, dan Biaya Overhead) dan Biaya Jasa
Tenaga Kesehatan di Unit Kerja Laboratorium
Patologi Anatomi .............................................................................. 80
Tabel 15 Margin atas Full Cost dan Variable Cost untuk
Setiap Tindakan Pelayanan Kesehatan di Unit Kerja
Laboratorium Patologi Anatomi ............................................... 83
Tabel 16 Perbandingan Unit cost dengan Rencana Tarif
Baru pada Laboratorium Patologi Anatomi ........................ 87
Tabel 17 Perbandingan Unit cost dan Tarif Rumah Sakit
yang menjadi Kaji Banding dengan Rencana Tarif
pada Laboratorium Patologi Anatomi ................................... 92
Tabel 18 Perbandingan Tarif RS dengan Tarif RS yang
Menjadi Kaji Banding ..................................................................... 96
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tarif fee for package untuk rumah sakit kelas B .... 33
Gambar 2 Alokasi Proporsi Biaya Sarana (Alat, Bahan
Habis Pakai, Biaya Overhead) dan Jasa Tenaga
Kesehatan ...................................................................................... 81
Indrianty Sudirman
xii
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
1
BAB I PENDAHULUAN
Tarif merupakan salah satu elemen kunci yang sangat
menentukan keberlanjutan dan kesehatan manajemen rumah
sakit. Penetapan tarif secara rasional dan proporsional akan
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Tarif
rumah sakit merupakan nilai dari tindakan pelayanan
kesehatan yang ditetapkan dalam ukuran uang. Menurut PMK
No. 85 tahun 2015 tentang pola tarif nasional rumah sakit, tarif
rumah sakit adalah imbalan yang diterima oleh pihak rumah
sakit atas jasa dari kegiatan pelayanan maupun non pelayanan
yang diberikan kepada pengguna jasa.
Rumah sakit perlu menetapkan tarif secara cermat agar
dapat membiayai operasionalnya dan pengembangannya tanpa
meninggalkan misinya untuk pelayanan publik. Perlu disadari
bahwa rumah sakit merupakan organisasi nirlaba yang
eksistensinya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat
tanpa mengejar profit. Hal ini tidak berarti bahwa rumah sakit
Indrianty Sudirman
2
tidak perlu menghitung berapa biaya dan mengejar margin.
Sebaliknya, rumah sakit justru harus menghitung biaya-biaya
yang dibutuhkan untuk mampu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan berkualitas. Meskipun untuk rumah sakit
pemerintah, ada dukungan dana dari pemerintah untuk
membiayai operasional rumah sakit untuk memenuhi
kepentingan publik, namun rumah sakit tetap dituntut untuk
dapat mandiri dalam operasionalnya agar tidak membebani
masyarakat. Sebagai organisasi nirlaba, rumah sakit tidak
mengenal istilah profit melainkan surplus. Surplus tersebut
harus dapat digunakan untuk membiayai pengembangan
rumah sakit sesuai dengan rencana strategisnya.
Bukan hanya rumah sakit pemerintah, rumah sakit
swasta juga dituntut untuk tidak berorientasi komersial di
dalam penyajian pelayanan kesehatan. Namun demikian,
tuntutan rumah sakit swasta untuk secara cermat
mengidentifikasi biaya-biaya penyelenggaraan kesehatan
menjadi lebih besar sebab mereka tidak secara langsung
mendapatkan bantuan dana untuk biaya operasional. Oleh
karena itu, rumah sakit swasta umumnya lebih cermat dalam
menempatkan tarif berbasis unit cost.
Dengan demikian, strategi penetapan tarif di setiap
rumah sakit memang menjadi sangat bervariasi bergantung
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
3
kepemilikan, ukuran, tipe, dan tujuan strategis rumah sakit.
Namun demikian, hal mendasar yang menjadi konsideran bagi
semua rumah sakit tersebut adalah bagaimana mengelola biaya
agar tidak lebih besar daripada pendapatan. Tidak sedikit
rumah sakit yang mengalami defisit dari tahun ke tahun. Tentu
penyebab terjadinya kondisi ini dipengaruhi banyak hal. Salah
satu diantaranya, rumah sakit terkadang hanya mampu
menghitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan kesehatan, namun tidak mengaitkan biaya
tersebut dengan pendapatan yang dapat diterimanya atas
pelayanan yang disajikan. Akibatnya, manajemen rumah sakit
mungkin akan menerima daftar kebutuhan dari unit kerja.
Berdasarkan pengalaman penulis, melatih dan melibatkan unit
kerja untuk memahami unsur pembentuk tarif akan sangat
bermanfaat untuk meningkatkan kendali mutu dan kendali
biaya di dalam penyelenggaraan kesehatan.
Dengan melibatkan seluruh unit kerja, maka tim rumah
sakit akan bergotong royong menyajikan pelayanan kesehatan
secara berkeadilan untuk seluruh lapisan masyakarat dengan
tidak mengutamakan keuntungan sebagaimana diamanahkan
Peraturan Menteri Kesehatan 85 tahun 2015 tentang Pola Tarif
Rumah Sakit. Peraturan tersebut juga menegaskan pentingnya
menetapkan tarif berbasis unit cost dengan memperhatikan
kondisi masyarakat sekitar. Buku ini akan mengupas
Indrianty Sudirman
4
pengalaman yang sudah diterapkan di rumah sakit untuk
menyusun tarif berbasis unit cost. Berdasarkan pengalaman
tersebut, penyusunan tarif berdasarkan unit cost bukan hal
mudah. Namun, penerapannya telah membuktikan signifikansi
hasilnya untuk perbaikan kesehatan keuangan rumah sakit.
Referensi
James R. Langabeer III, J.N. (2000). Competitive Business
Strategy for Teaching Hospitals. I.
Pemerintah Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan
No. 85 Tahun 2015 tentang Pola Tarif Nasional Rumah
Sakit. Berita Negara RI Tahun 2015, No 9. Jakarta: Dirjen
Peraturan Perundang-undangan Kemenkumham RI.
Sudirman, I., Sidin, I., & Hamid, N. (2019). Pengembangan Model
Akuntabilitas Rumah Sakit; Studi Kasus Pada Rumah Sakit
Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta. Makassar: Penerbit
Nas Media Pustaka.
Thabrany, Hasbullah. (1998). Penetapan dan Simulasi Tarif
Rumah Sakit. Disampaikan pada Pelatihan RSPAD, 2-6
November 1998.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
5
BAB II KONSEP PENETAPAN TARIF
A. PRINSIP PENETAPAN TARIF
Tarif rumah sakit adalah semua harga yang harus
dibayarkan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Tarif rumah sakit terdiri atas biaya ditambah
margin yang diharapkan. Secara matematis maka tarif
rumah sakit dapat digambarkan dalam formula berikut:
Tarif = Total Biaya Tetap + (Biaya Variabel x Volume) +
Margin
Oleh karena itu, penetapan tarif sangat penting
memperhitungkan biaya-biaya yang dikelurkan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Penetapan tarif
rumah sakit berbasis unit cost akan sangat membantu
kondisi kesehatan keuangan ruamh sakit. Tarif rumah sakit
disusun dalam buku tarif rumah sakit yang diterbitkan
secara resmi dan ditandatangi oleh direktur.
Indrianty Sudirman
6
Tarif rumah sakit yang dibayarkan pasien untuk
menerima pelayanan kesehatan juga merupakan bagian dari
tarif tetapi muncul dalam bentuk kwitansi. Di dalamnya
kwitansi yang dibayarkan pasien, ada tarif jasa tenaga
kesehatan, tarif bahan habis pakai, dan tarif obat-obatan.
Biaya tetap dan margin merupakan komponen yang telah
ditambahkan di dalam sarana kesehatan.
Salah satu hal penting perhitungan tarif berbasis unit
cost adalah menghindari terjadinya terhitung beberapa kali
(double counting) dan/atau tidak terhitung (lupa
diperhitungkan sehingga tidak diperhitungkan dalam unit
cost) sehingga menyebabkan tarif berlebihan atau
sebaliknya tidak mencakup biaya tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar semua biaya dapat diperhitungkan dan
rumah sakit tidak mengalami kerugian.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan rumah sakit di
dalam menetapkan tarif adalah:
1. Menghitung unit cost untuk semua tindakan pelayanan
kesehatan
Hal paling mendasar yang menajdi landasan penetapan
tarif rumah sakit adalah mengetahui unit cost atau harga
pokok standar setiap tindakan pelayanan kesehatan yang
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
7
disajikan rumah sakit. Bagian ini akan diuraikan secara
panjang lebar pada bab III.
2. Mengetahui tujuan strategis rumah sakit dalam
penetapan tarif
Tujuan strategis rumah sakit dalam penetapan tarif
sangat dipengaruhi oleh business life cycle dan
pertumbuhan rumah sakit. Rumah sakit adalah
organisasi nirlaba yang seyogyanya tidak dikejar dengan
target pengembalian investasi dalam jangka waktu yang
singkat. Tujuan strategis rumah sakit antara lain
memaksimalkan pendapatan, mememuhi kebutuhan
biaya operasional dan pengembangan, memperluas
pangsa pasar, meningkatkan utilisasi penggunaan
pelayanan kesehatan, meminimalkan utilisasi pelayanan
kesehatan, dan sebagainya.
3. Memahami struktur pasar tindakan pelayanan kesehatan
yang disajikan rumah sakit. Struktur pasar pelayanan
kesehatan yang disajikan rumah sakit berbeda-beda.
Struktur pasar terbagi atas: monopoli/monopsoni,
oligopoly/oligopsony, persaingan monopolistic, dan
persaingan sempurna. Monopoli adalah kondisi dimana
hanya ada satu rumah sakit yang menguasai sebagian
besar pangsa pasar permintaan pelayanan kesehatan
Indrianty Sudirman
8
tertentu, misalnya RSUD di suatu daerah terpencil.
Monopsoni adalah kondisi dimana hanya ada satu
pembeli yang menguasai sebagian besar pangsa pasar,
misalnya asuransi sosial kesehatan. Oligopoli adalah
kondisi dimana hanya ada beberapa rumah sakit yang
menguasai sebagian besar permintaan pelayanan
kesehatan. Persaingan monopolistic adalah keadaan
dimana banyak rumah sakit menawarkan pelayanan
kesehatan yang sama namun masing-masing memiliki
pembeda. Persaingan sempurna adalah banyak rumah
sakit menyediakan pelayanan kesehatan yang sama,
tidak ada pembeda yang spesifik di dalam pelayanan
eksehatan, masyarakat memiliki informasi yang simetris
dan luas terhadap semua pelayanan kesehatan yang
tersedia.
4. Memahami faktor-faktor pembentuk struktur pasar
untuk setiap tindakan penyajian pelayanan kesehatan
yang disajikan rumah sakit antara lain adalah
permintaan. Pada kondisi permintaan pelayanan
kesehatan tinggi, sedangkan hanya ada sedikit rumah
sakit yang dapat melayani kebutuhan tersebut, maka
akan terjadi monopoli atau oligopoli. Jika ada rumah sakit
yang menyajikan semua pelayanan kesehatan secara
komprehensif di rumah sakit tersebut, maka bisa saja
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
9
rumah sakit tersebut akan menjadi monopoli. Atau, jika
rumah sakit memiliki pangsa pasar yang sangat besar
sehingga mampu menekan unit cost, maka rumah sakit
tersebut juga dapat berada dalam struktur monopoli atau
oligopoly. Struktur pasar juga dapat terbentuk dari
penguasaan para tenaga kesehatan khususnya spesialis
tertentu hanya oleh rumah sakit tertentu. Jika ada suatu
rumah sakit yang memiliki semua ahli yang dibutuhkan
dan melakukan suatu upaya sehingga para ahli tersebut
tidak berpraktek di rumah sakit lainnya, maka rumah
sakit tersebut mencoba membentuk struktur pasar yang
menguntungkan baginya karena memiliki posisi tawar
yang kuat. Sebaliknya, jika pasian tergabung dalam satu
asuransi dimana sebagian besar pangsa pasar rumah
sakit adalah pasien asuransi tersebut, maka dapat terjadi
oligopoly atau oligopsini. Struktur pasar pada poin
nomor 3 dapat terbentuk oleh faktor-faktor berikut:
a) Posisi tawar rumah sakit - rumah sakit yang tersedia
b) Posisi tawar masyarakat
c) Ketersediaan pelayanan substitusi
d) Ancaman pendatang baru
5. Peraturan pemerintah
Peraturan pemerintah juga merupakan landasan yang
harus diacu oleh rumah sakit dalam penetapan tarif.
Indrianty Sudirman
10
Sejauh ini pola tarif nasional ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan No 85 tahun 2015 tentang Pola
Tarif Nasional Rumah Sakit atau pada Peraturan
Gubernur setempat yang mengatur pola tarif regional.
Selain itu, terdapat penetapan tarif asuransi sosial yang
saat ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Tarif tersebut diklasifikasikan
berdasarkan kode penyakit.
B. TUJUAN PENETAPAN TARIF
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab
pendahuluan bahwa penetapan tarif sangat bervariasi
sehingga tarif rumah sakit dapat berbeda antara satu rumah
sakit dengan rumah sakit lainnya. Beberapa tujuan
penetapan tarif antara lain:
1. Penetapan tarif untuk membiayai semua biaya
operasional
Salah satu dasar penetapan tarif yang paling mendasar
adalah bagaimana tarif dapat membiayai semua biaya
operasional rumah sakit atau dikenal dengan cost
recovery. Cost recovery adalah nilai dalam persentase
yang menentukan bagaimana suatu rumah sakit dapat
menutupi biaya operasionalnya. Rumus yang digunakan
untuk menghitung cost recovery adalah realisasi
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
11
pendapatan dibagi dengan realisasi belanja. Besaran
persentase tersebut disebut recovery rate. Jika nilai
recovery rate 100%, maka rumah sakit memiliki surplus.
Dalam penyelenggaraan rumah sakit, istilah profit
dianggap tabu, meskipun perhitungan surplus dan profit
menggunakan formula yang sama yaitu surplus = total
pendapatan – total belanja. Namun, penggunaan istilah
surplus dianggap lebih tepat sebab menggambarkan
orientasi rumah sakit yang tidak mengejar keuntungan.
2. Penetapan Tarif untuk untuk Pembiayaan Subsidi Silang
Subsidi silang dibutuhkan rumah sakit sebab tidak semua
unit kerja merupakan revenue centre. Ada beberapa unit
kerja di rumah sakit yang merupakan cost centre. Contoh
unit-unit kerja yang merupakan cost centre adalah ruang
operasi, apotik, laboratorium, radiologi, rawat inap,
poliklinik, centre-centre, dan sebagainya. Sedangkan
unit-unit yang cenderung cost centre adalah Central Steril
Supply Department/Laundry, Instalasi Pemeliharaan
Sarana Prasarana Rumah sakit, Manajemen, Komite-
komite, dan sebagainya. Sebagian lainnya merupakan
unit yang kemampuan menghasilkan surplusnya kecil
seperti instalasi gawat darurat, intensive care unit. Hal ini
disebabkan terbatasnya kapasitas yang dimilikinya serta
panjangnya durasi pelayanan yang harus disajikannya.
Indrianty Sudirman
12
Oleh karena itu, diperlukan subsidi silang karena rumah
sakit merupakan sistem dimana semua unit ini harus ada
untuk penyelenggaraan kesehatan. Rumah sakit tidak
dapat beroperasi tanpa kehadiran salah satu dari unit-
unit tersebut. Perencanaan subsidi silang secara
komprehensif akan mendukung kualitas pelayanan
kesehatan yang disajikan. Sebaiknya, pemberlakuan
subsidi silang secara sporadis tanpa kalkulasi yang
cermat berpotensi menimbulkan masalah dalam jangka
panjang.
3. Penetapan Tarif untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Tarif juga sangat berperan dalam menentukan kualitas
pelayanan. Tarif rumah sakit yang rendah secara sepintas
nampak dapat meningkatkan akses pelayanan kesehatan.
Namun, masyakarat membutuhkan bukan hanya akses,
tetapi akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
Untuk mampu menyajikan pelayanan kesehatan
berkualitas, rumah sakit perlu memiliki tarif yang
rasional. Pelayanan kesehatan memerlukan tenaga
professional, bahan habis pakai yang memenuhi standar,
alat yang terkalibrasi, dan sebagainya. Kesemuanya itu
membutuhkan biaya. Oleh karena itu, prinsip penetapan
tarif di rumah sakit bukanlah menetapkan tarif serendah
rendahnya sebab biaya penyelenggaraan kesehatan
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
13
berkualitas tentu memiliki satuan biaya yang rasional.
Pemerintah menetapkan pola tarif nasional berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan 85 tahun 2015. Penetapan
Tarif untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan.
4. Penetapan Tarif untuk Tujuan Lain
Tujuan lain dari tarif adalah untuk menghasilkan
keunggulan bersaing. Dalam situasi dimana lingkungan
persaingan ketat, maka tarif dapat menjadi salah satu
keunggulan bersaing. Oleh karena itu, penepatan tarif
perlu memperhatikan lingkungan industri, struktur
pasar, dan analisa pesaing. Hal ini akan dibahas secara
detail pada bab III.
C. KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF
Menurut Sabarguna (2003), kebijakan tarif
merupakan dasar pemikiran dalam penentuan tarif.
Menurut Trisnantoro (2004), kebijakan tarif akan
mengakibatkan perbedaan tarif di dalam rumah sakit yang
tidak terlepas dari kepemilikan rumah sakit berupa lembaga
swasta, perorangan ataupun pemerintah yang mempunyai
misi dan tujuan yang berbeda sebagai rumah sakit for-profit
atau non-profit.
Pada sektor kesehatan, pemerintah mempunyai
kewajiban mengatur tarif rumah sakit pemerintah untuk
Indrianty Sudirman
14
memberikan jaminan pemerataan pelayanan rumah sakit
bagi masyarakat. Kewajiban ini diwujudkan dengan
memberikan subsidi terhadap biaya penyelenggaraan
rumah sakit, antara lain gaji, investasi, serta penelitian dan
pengembangan. Dengan demikian, rumah sakit pemerintah
mendapat pengaruh langsung dari peraturan-peraturan
atau norma-norma pemerintah.
Hal-hal yang membedakan rumah sakit pemerintah
dengan swasta yaitu:
1. Rumah sakit pemerintah merupakan milik masyarakat
sehingga direksi rumah sakit bertanggung jawab kepada
pemimpin politik daerah atau nasional dan bertanggung
jawab pula kepada DPR, pusat atau daerah. Keadaan ini
yang menyebabkan keputusan-keputusan manajemen
rumah sakit pemerintah menjadi lamban karena harus
menunggu persetujuan pihak-pihak yang berwenang.
2. Rumah sakit pemerintah cenderung lebih besar
dibanding dengan swasta, baik dalam segi ukuran dan
kepemimpinan dalam teknologi kedokteran. Akan tetapi,
rumah sakit pemerintah dapat lebih murah dibanding
swasta karena adanya subsidi terhadap biaya investasi
dan biaya-biaya penelitian serta pengembangan, dimana
biaya-biaya tersebut biasanya tidak diperhitungkan
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
15
dalam perhitungan tarif. Untuk dapat mengukur kinerja
secara tepat, seharusnya biaya-biaya tersebut tetap
diperhitungkan di dalam tarif.
3. Rumah sakit pemerintah cenderung mempunyai
overhead cost yang tinggi. Hal ini dikarenakan biaya gaji
yang tinggi akibat besarnya jumlah pegawai tetap
sehingga proses pentarifannya seringkali tidak
memperhitungkan biaya sumber daya manusia.
Sesuai kebijakan tarif rumah sakit pemerintah, biaya
penyelenggaraan rumah sakit dipikul bersama oleh
pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan
kemampuan keuangan negara dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat. Tarif rumah sakit tidak dimaksudkan untuk
mencari laba tetapi ditetapkan berdasarkan azas gotong
royong, adil dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat berpenghasilan rendah dan tarif rumah sakit
untuk golongan masyarakat yang dijamin oleh pihak
penjamin, ditetapkan atas dasar saling membantu melalui
ikatan perjanjian tertulis.
Indrianty Sudirman
16
D. MASALAH-MASALAH PRAKTIS DALAM PENETAPAN
TARIF
Berdasarkan pengalaman penulis dalam menyusun
tarif rumah sakit, beberapa masalah praktis yang dijumpai
di rumah sakit antara lain:
4. Perbedaan pendapat antara manajemen dengan unit
kerja terkait proporsi alokasi biaya sarana (alat, bahan
habis pakai, dan biaya overhead) dengan jasa tenaga
kesehatan. Umumnya, unit kerja akan meminta proporsi
yang lebih besar untuk jasa tenaga kesehatan. Hal ini
terjadi pada unit kerja yang memiliki syndrome mypia
dalam manajemen rumah sakit. Mereka hanya
menghitung biaya berdasarkan biaya langsung dan
menghitung pendapatannya terhadap biaya langsung
tersebut. Atas dasar tersebut, unit kerja merasa bahwa
proposi biaya sarana (alat, bahan habis pakai, dan
overhead) merupakan inefisiensi manajemen rumah
sakit. Terutama, karena mereka tidak terlibat dalam
perencanaan investasi dan terlibat secara terbatas dalam
perencanaan startegis untuk keseluruhan rumah sakit.
Sementara di sisi lain, pihak manajemen rumah sakit juga
cenderung berasumsi bahwa unit kerja terlalu ego
sektoral dengan menuntut proporsi alokasi jasa tenaga
kesehatan yang terlalu besar. Masalah-masalah ini dapat
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
17
dipertemukan dengan pelibatan secara intensif unit kerja
di dalam manajemen rumah sakit dan peningkatan
kapasitas pimpinan unit kerja dalam ilmu dan
keterampilan manajemen rumah sakit.
5. Masalah lain seringkali justru muncul diantara sesama
tenaga kesehatan. Di rumah sakit dikenal berbagai
macam tenaga kesehatan seperti dokter, perawat,
anestesi, laboran, radiografer, dan sebagainya. Masing-
masing merasa berhak atas persentase yang lebih besar.
Hal ini disebabkan masing-masing jenis tenaga kesehatan
merasa mengeluarkan upaya yang cukup keras dalam
memproduksi suatu tindakan pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini, keadilan dapat dibobotkan berdasarkan
risiko kerja, pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan, curahan waktu, dan sebagainya. Semua
pihak perlu duduk bersama agar dapat ditemukan saling
pengertian dan kesepakatan. Jika para pihak tidak
dipertemukan dalam suatu forum bersama dalam proses
penetapan tarif, maka berpotensi memunculkan konflik
internal.
6. Selain itu, tenaga kesehatan terkadang juga kurang
berkenan dengan pembagian jasa kepada tenaga non
kesehatan. Alasanya, tenaga non kesehatan sudah
Indrianty Sudirman
18
mendapatkan gaji setiap bulan sebagaimana pegawai
lainnya. Selain itu, mereka tidak memiliki kontribusi
langsung terhadap pendapatan yang diterima dari
tindakan pelayanan kesehatan yang menghasilkan
pendapatan bagi rumah sakit. Sebagian dari mereka juga
berasumsi bahwa insentif untuk tenaga non kesehatan
seharusnya sudah termasuk pada biaya sarana (alat,
bahan habis pakai, dan obat-obatan). Oleh karena itu
proporsi jasa tenaga kesehatan seharusnya sepenuhnya
untuk tenaga kesehatan. Namun demikian, pimpinan
rumah sakit yang bijaksana perlu mempertimbangkan
azas keberadilan. Semakin tinggi instensitas
pekerjaan/produksi pelayanan kesehatan akan
berkorelasi dengan semakin banyaknya pekerjaan
tenaga non kesehatan untuk menunjang pelayanan
tersebut. Oleh karena itu, pimpinan rumah sakit perlu
mengambil kebijakan bahawa di dalam jasa tenaga
kesehatan perlu disisihkan bagian untuk jasa tenaga non
kesehatan. Tentu saja kebijakan ini dapat berbeda antara
rumah sakit satu dengan yang lainnya.
7. Sebagian unit kerja terkadang cukup cerdas untuk
memberikan analisa tarif pesaing. Salah satu yang pernah
dijumpai adalah tarif pemeriksaan diagnostic yang
terlalu murah sedangkan pemeriksaan tersebut
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
19
dilakukan dengan menggunakan alat yang canggih.
Misalnya, tarif pemeriksaan X ditetapkan berdasarkan
tarif rumah sakit sebesar Rp 60.000,- Setelah dilakukan
penghitungan unit cost, diperoleh harga pokok standar
Rp 200.00,-. Hal ini menyebabkan defisit sebesar Rp
140.000,- untuk setiap tindakan pemeriksaan. Jika
dikalikan dengan banyaknya pemeriksaan maka,
semakin banyak pemeriksaan semakin besar defisit yang
dialami rumah sakit. Hal ini diperparah dengan kondisi
dimana rumah sakit lain merasa lebih efisien jika
merujuk pemerikasaan tersebut ke rumah sakit karena
mengetahui informasi tarif yang murah. Pimpinan rumah
sakit perlu menyadari hal-hal seperti ini untuk
menghindari defisit yang semakin besar. Dalam kasus
diatas, keadaan menjadi pulih setelah tarif dikoreksi
sesuai unit cost. Oleh karena jumlah tindakan pelayanan
kesehatan yang sangat banyak di rumah sakit sehingga
tidak mungkin dikuasai seluruhnya oleh direksi, maka
diperlukan partisipasi aktif unit kerja untuk memberi
masukan. Dalam hal ini strategi yang dapat dilakukan
direksi adalah menciptakan iklim yang kondusif untuk
meningkatkan organizational citizenship behavior
pimpinan unit kerja.
Indrianty Sudirman
20
Referensi
Agastya, Arifai. (2009). Unit cost dan Tarif Rumah Sakit.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Cooper, Z., & Craig, S. (2015). The Price Ain’t Right? Hospital
Prices and Health Spending on The Privately Insured.
Seminar of Bureau Economic.
Gani, Ascobat. (1997). Analisis Biaya Rumah Sakit (Pedoman-
Pedoman Pokok Dalam Analisa Biaya Rumah Sakit).
Disajikan Pada Pelatihan Penyusunan Pola Tarif Rumah
Sakit Pemerintah di lingkungan Ditjen Pelayanan Medik
Tahun Anggaran 1996/1997. Cisarua: Bogor.
Kevin Davine, P.O.D.L. (2000). Health-Care Financial
Management in a Changing Environment. Journal of
Business Research, 48(3), pp.183-91.
Porter, M. (1980). Competitive strategy: Techniques for
analysing industries and competitors. New York, NY: The
Free Press.
Porter, M.E. (2008). The five competitive forces that shape
strategy. Harvard Business Review 86: 78–95.Sabarguna,
B. (2003). Manajemen Keuangan Rumah Sakit.
Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit Jateng.
Thabrany, Hasbullah. (1998). Penetapan dan Simulasi Tarif
Rumah Sakit. Disampaikan pada Pelatihan RSPAD, 2-6
November 1998.
Trisnantoro, L. (2004). Konsep Penetapan Tarif Dalam
Manajemen Rumah Sakit, MM. Universitas Gajah Mada.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
21
BAB III LANGKAH-LANGKAH
PENETAPAN TARIF
A. TAHAP PENGHITUNGAN UNIT COST
Persiapan-persiapan yang penting untuk dilakukan
sebelum menghitung unit cost adalah:
a. Memahami struktur organsiasi dan tata kelola. Struktur
organisasi dan tata kerja di rumah sakit yang dikenal juga
sebagai hospital by law terkadang memberikan gambaran
secara garis besar tentang organ-organ yang ada di
rumah sakit. Oleh karena itu, penting untuk mengenali
secara lebih detail struktur organisasi agar dapat
memastikan bahwa tidak ada unit kerja yang terlewatkan
dalam menginventarisir daftar harga.
b. Selain struktur organisasi, penting juga untuk
mengetahui seluruh tindakan pelayanan yang disajikan
oleh rumah sakit. Tindakan pelayanan dapat berupa data
Indrianty Sudirman
22
tindakan kesehatan, data tindakan pemeriksaan, data
tindakan konsultasi. Semua jenis tindakan pelayanan
seyogyanya tercantum pada buku tarif rumah sakit.
c. Hal lain yang tidak kalah pentingnya serta memerlukan
pengetahuan spesifik adalah mengenali semua bahan
yang digunakan dalam menghasilkan tindakan pelayanan
di rumah sakit. Bahan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu tindakan pelayanan dapat berupa
obat-obatan, reagen, alat kesehatan, bahan habis pakai
medis, bahan habis pakai non medis, dan sebagainya.
Semua bahan dan alat yang digunakan untuk
menghasilkan tindakan pelayanan seyogyanya
tercantum pada sistem logistik dan persediaan rumah
sakit.
d. Setelah mengenali semua bahan habis pakai medis dan
non medis, obat, dan alat kesehatan yang digunakan
untuk menghasilkan tindakan pelayanan di rumah sakit,
penting untuk mengetahui pengunaannya di masing-
masing unit kerja, seperti poliklinik, instalasi gawat
darurat, intensive care unit, neonatal intensive care unit,
intensive cardiology care unit, instalasi rawat inap,
pediatric intensive care unit, high care unit, hemodialysis
centre, kemoterapi, radioterapi, infection centre,
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
23
laboratorium, instalasi radiologi, Central Steril Supply
Department (CSSD)/Laundry, Laboratorium
Mikrobiologi, Laboratorium Patologi Anatomi, Bank
Darah, Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasaran, Instalasi
Farmasi, Pemulasaran Jenazah, Instalasi Gizi, dan
Promosi Kesehatan Masyakat Rumah Sakit, dan
sebagainya.
e. Penting untuk diketahui bahwa alat utama yang terdapat
di masing-masing unit kerja di dalam rumah sakit
merupakan bagian dari Daftar Aset Tetap Rumah Sakit.
f. Pengetahuan spesifik lainnya yang dibutuhkan untuk
menghitung unit cost adalah data Kode Diagnosa Utama
INA–CBG yang disajikan oleh rumah sakit. Dasar
pengelompokan dalam INA-CBGs menggunakan sistem
kodifikasi dari diagnosis akhir dan tindakan/prosedur
yang menjadi output pelayanan, dengan acuan ICD-10
untuk diagnosis dan ICD-9-CM untuk tindakan/prosedur.
Pengelompokan menggunakan sistem teknologi
informasi berupa Aplikasi INA-CBG sehingga dihasilkan
1.077 Group/Kelompok Kasus yang terdiri dari 789
kelompok kasus rawat inap dan 288 kelompok kasus
rawat jalan. Setiap group dilambangkan dengan kode
kombinasi alfabet dan numerik.
Indrianty Sudirman
24
g. Selain mengenali bahan habis pakai, obat, dan alat
kesehatan maka sumber daya manusia juga perlu
diidentifikasi baik yang terkait langsung dengan
penyajian pelayanan kesehatan maupun tenaga
manajemen sebagai pendukung penyelenggaraan jasa
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
h. Jangan lupa untuk menyiapkan data buku besar sesuai
dengan yang digunakan oleh Bagian Akuntansi rumah
sakit.
Jika persiapan-persiapan di atas telah matang, maka
perhitungan unit cost dapat dimulai. Tahap-tahap
penghitungan unit cost di rumah sakit terdiri atas lima tahap
utama yaitu:
1. Inventarisir daftar harga
2. Input pendapatan
3. Input biaya
4. Input akitivitas masing-masing unit kerja
5. Perhitungan unit cost
Berikut penjelasan secara detail kelima tahap
perhitungan unit cost tersebut:
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
25
1. Inventarisir Daftar Harga
Kegiatan untuk melakukan inventarisir daftar harga
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengklasifikasi unit-unit yang memainkan peranan
kunci di rumah sakit. Klasifikasi ini akan bermanfaat
dalam penentuan pola untuk menghitung cost
terutama dengan sistem fee for package dalam
penerapan era jaminan kesehatan nasional. Dengan
sistem asuransi sosial dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS), klaim dibayarkan dalam bentuk
paket berdasarkan kelompok penyakit yang diderita
pasien (INA CBGs). Secara umum, unit di dalam rumah
sakit dapat dibagi atas:
1) Unit Pendukung, adalah unit–unit yang terkait
dengan manajemen seperti direkorat keuangan,
sumber daya manusia, dan administrasi umum,
direktorat direktorat pelayanan medik, direktorat
pelayanan penunjang dan sarana medis, direktorat
pendidikan, pelatihan, dan inovasi, satuan
pengawas internal, unit penjaminan mutu, komite
medik, komite keperawatan, komite etik dan
hukum, komite farmasi dan terapi, komite
Indrianty Sudirman
26
keperawatan, komite hokum dan tata laksana,
dewan pengawas, dan sebagainya.
2) Unit Penunjang Medis, adalah unit-unit yang
menyajikan pelayanan pendukung terhadap
penyajian pelayanan medis, seperti pelayanan
diagnostik. Unit-unit yang termasuk dalam unit
pelayanan pendukung adalah laboratorium,
instalasi radiologi, Central Steril Supply Department
(CSSD)/Laundry, Laboratorium Mikrobiologi,
Laboratorium Patologi Anatomi, Bank Darah,
Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasaran, Instalasi
Farmasi, Pemulasaran Jenazah, Instalasi Gizi, dan
Promosi Kesehatan Masyakat Rumah Sakit, dan
sebagainya.
3) Unit Pelayanan Medis, adalah unit-unit yang
langsung menyajikan pelayanan kesehatan dalam
bentuk terapi, seperti poliklinik, instalasi gawat
darurat, intensive care unit, neonatal intensive care
unit, intensive cardiology care unit, instalasi rawat
inap, pediatric intensive care unit, high care unit,
hemodialysis centre, kemoterapi, radioterapi,
infection centre, dan sebagainya
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
27
b. Selanjutnya, buat kode unit sesuai dengan klasifikasi
di atas. Berdasarkan kode tersebut, buat tabel yang
memuat kode unit dan nama unit.
Tabel 1
Kode Unit dan Nama Unit
Kode Barang Nama Instalasi
Unit Pendukung :
UPD00001 Direkorat Keuangan, Sumber Daya Manusia,
dan Administrasi Umum
UPD00002 Direktorat Pelayanan Medik
UPD00003 Direktorat Pelayanan Penunjang dan Sarana
Medis
UPD00004 Direktorat Pendidikan, Pelatihan, dan Inovasi
UPD00005 Satuan Pengawas Internal
UPD00006 Unit Penjaminan Mutu
UPD00007 Komite Medik
UPD00008 Komite Keperawatan
UPD00009 Komite Etik dan Hukum
UPD000010 Komite Farmasi dan Terapi
UPD000011 Dewan Pengawas, dan sebagainya
Indrianty Sudirman
28
Kode Barang Nama Instalasi
Unit Penunjang Medis:
UPJ00001 Instalasi Laboratorium
UPJ00002 Instalasi Radiologi
UPJ00003 Instalasi Central Steril Supply Department
(CSSD)/Laundry,
UPJ00004 Instalasi Mikrobiologi Klinik
UPJ00005 Laboratorium Patologi Anatomi,
UPJ00006 Bank Darah
UPJ00007 Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasaran
UPJ00008 Instalasi Farmasi
UPJ00009 Pemulasaran Jenazah,
UPJ000010 Instalasi Gizi,
UPJ000011 Promosi Kesehatan Masyakat Rumah Sakit,
dan sebagainya
Unit Pelayanan Medis:
UPL00001 Poliklinik
UPL00002 Instalasi Gawat Darurat
UPL00003 Intensive Care Unit
UPL00004 Neonatal Intensive Care Unit
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
29
Kode Barang Nama Instalasi
UPL00005 Intensive Cardiology Care Unit
UPL00006 Instalasi Rawat Inap
UPL00007 Pediatric Intensive Care Unit
UPL00008 High Care Unit
UPL00009 Instalasi Hemodialisas Centre
UPL000010 Instalasi Kemoterapi
UPL000011 Instalasi Radioterapi
UPL000012 Infection Centre, dan sebagainya
c. Inventarisir seluruh harga yang dibelanjakan oleh
masing-masing unit untuk menjalankan fungsinya.
Tabel 2
Inventaris Seluruh Harga yang Dibelanjakan
Kode Barang Nama Instalasi Pengeluaran per
tahun
Unit Pendukung :
UPD00001 Direkorat Keuangan , Sumber Daya Manusia, dan
Administrasi Umum
- Biaya Honor Dokter
Jaga
Rp………..
Indrianty Sudirman
30
Kode Barang Nama Instalasi Pengeluaran per
tahun
- Biaya Honor Jasa
Perawat
Rp………..
- Biaya Obat-Obatan Rp………..
- Biaya ATK
Pelayanan Pasien
Rp………..
- Biaya Listrik Rp………..
- Biaya Air Rp………..
- Biaya Telepon Rp………..
- Biaya perjalanan
dinas
Rp………..
- Dst…………… Rp………..
Unit Penunjang Medis:
UPJ00001 Instalasi laboratorium
- Biaya Honor Dokter
Jaga
Rp………..
- Biaya Honor Jasa
Perawat
Rp………..
- Biaya Obat-Obatan Rp………..
- Biaya ATK
Pelayanan Pasien
Rp………..
- Biaya Listrik Rp………..
- Biaya Air Rp………..
- Biaya Telepon Rp………..
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
31
Kode Barang Nama Instalasi Pengeluaran per
tahun
- Biaya perjalanan
dinas
Rp………..
- Dst…………… Rp………..
Unit Pelayanan Medis:
UPL00001 Poliklinik
- Biaya Honor Dokter
Jaga
Rp………..
- Biaya Honor Jasa
Perawat
Rp………..
- Biaya Obat-Obatan Rp………..
- Biaya ATK
Pelayanan Pasien
Rp………..
- Biaya Listrik Rp………..
- Biaya Air Rp………..
- Biaya Telepon Rp………..
- Biaya perjalanan
dinas
Rp………..
- Dst…………… Rp………..
2. Input Pendapatan
Selanjutnya, input pendapatan masing-masing unit
kerja di dalam rumah sakit berdasarkan tindakan
Indrianty Sudirman
32
pelayanan yang disajikan. Data pendapatan masing-
masing unit kerja agak sulit dihitung jika pelayanan
kesehatan yang disajikan menggunakan asuransi sosial
yang diselenggarakan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan sebab pendapatan dilakukan dengan
metode fee for package. Metode fee for package adalah
metode penghitungan tarif berdasarkan paket kelompok
diagnosa penyakit. Pengelompokan tersebut mengacu
pada pengelompokan Tarif INA-CBGs yang digunakan
dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per 1
Januari 2014. Meskipun tarif tersebut dikelompokkan
berdasarkan kelompok diagnosa penyakit, namun tarif
masih dibedakan atas 7 (tujuh) klaster rumah sakit.
Pengelompokan tarif INA CBGs berbeda untuk 7 (tujuh)
klaster RS. Klaster tersebut terdiri atas:
a. Tarif RS Kelas A
b. Tarif RS Kelas B
c. Tarif RS kelas B Pendidikan
d. Tarif RS kelas C
e. Tarif RS Kelas D
f. Tarif RS khusus Rujukan Nasional
g. Tarif RS Umum Rujukan Nasional
Gambar di bawah ini merupakan contoh tarif untuk
penyakit thypoid di rumah sakit kelas B.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
33
Gambar 1
Tarif fee for package untuk rumah sakit kelas B
Pada tindakan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan fee for package, pembayaran dilakukan
berdasarkan paket kode penyakit sebagaimana contoh pada
gambar 1 di atas. Namun, rincian tindakan pelayanan tetap
dibutuhkan oleh BPJS untuk memverifikasi kode penyakit.
Rincian tindakan pelayanan mencerminkan penyakit pasien
meskipun pembayaran dilakukan tidak dihitung
berdasarkan rincian tindakan pelayanan kesehatan yang
diberikan rumah sakit. Jika dalam proses penegakan
diagnosa dilakukan lebih banyak lagi tindakan pelayanan
kesehatan, namun diagnosa terakhir merupakan basis yang
menentukan klaim pembayaran BPJS ke rumah sakit. Tabel
di bawah ini memberikan ilustrasi tindakan pelayanan yang
diberikan untuk contoh pada gambar 1 di atas.
Indrianty Sudirman
34
Tabel 3
Rincian Tarif RS untuk Tindakan Fee For Package pada
Pasien Thypoid di RS Kelas B
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Gawat
Darurat
Administrasi 29/02/2
020
1 8.000 8.000
Triase IGD 29/02/2
020
1 25.000 25.000
Konsultasi
dokter (rawat
jalan)
29/02/2
020
1 55.000 55.000
Observasi IGD
(<8 jam)
29/02/2
020
1 120.000 120.000
Pasang saturasi
per hari
29/02/2
020
1 63.000 63.000
Mobilisasi per
shift
29/02/2
020
1 20.000 20.000
Pasang infus 29/02/2
020
1 48.000 48.000
Menyuntik per
shift per pasien
29/02/2
020
1 25.000 25.000
Pengambilan
sampel darah per
pengambilan
29/02/2
020
1 22.000 22.000
Mobilisasi per
shift
29/02/2
020
1 20.000 20.000
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
35
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Menyuntik per
shift per pasien
29/02/2
020
1 25.000 25.000
Laborato-
rium
Patologi
Klinik
Hematologi rutin
automatik (tarif
24)
29/02/2
020
1 60.000 60.000
Widal 29/02/2
020
1 75.000 75.000
Perawatan Bed 2 kamar
403/kelas I
29/02/2
020
6 523.500 3.141.000
Visitasi dokter
spesialis
02/03/2
020
1 110.000 110.000
Visitasi dokter 29/02/2
020
1 55.000 55.000
Mobilisasi per
shift
29/02/2
020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
29/02/2
020
1 25.000 25.000
Visitasi dokter 01/03/2
020
1 55.000 55.000
Mobilisasi per
shift
01/03/2
020
1 20.000 20.000
Mobilisasi per
shift
01/03/2
020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
01/03/2
020
1 25.000 25.000
Indrianty Sudirman
36
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Mobilisasi per
shift
01/03/2
020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
01/03/2
020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
01/03/2
020
1 25.000 25.000
EKG 01/03/2
020
1 73.000 73.000
Mobilisasi per
shift
02/03/2
020
1 20.000 20.000
Mobilisasi per
shift
02/03/2
020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
02/03/2
020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
02/03/2
020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
02/03/2
020
1 25.000 25.000
Mobilisasi per
shift
02/03/2
020
1 20.000 20.000
Visitasi dokter 03/03/2
020
1 55.000 55.000
Mobilisasi per
shift
03/03/2
020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
03/03/2
020
1 25.000 25.000
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
37
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Menyuntik per
shift per pasien
03/03/2
020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
03/03/2
020
1 25.000 25.000
Visitasi dokter
spesialis
04/03/2
020
1 110.000 110.000
Mobilisasi per
shift
04/03/2
020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
04/03/2
020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
04/03/2
020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
04/03/2
020
1 25.000 25.000
Aff infus (P 0) 04/03/2
020
1 10.000 10.000
Aff infus (P 0) 05/03/2
020
1 10.000 10.000
Visitasi dokter
spesialis
05/03/2
020
1 110.000 110.000
Mobilisasi per
shift
05/03/2
020
1 20.000 20.000
Laborato-
rium
Patologi
Klinik
Urine rutin 03/03/2
020
1 50.000 50.000
Indrianty Sudirman
38
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Apotek
Rawat
Inap
3 way pendek
penghubung
infus
29/02/2
020
1 4.129 4.129
IV Catheter no 22 29/02/2
020
1 7.524 7.524
Infus set dewasa 29/02/2
020
1 4.200 4.200
Spoit syringe 10
ml
29/02/2
020
1 1.756 1.756
Aquadest 25 ml
botol
29/02/2
020
1 3.432 3.432
Paracetamol
infus 100 ml
29/02/2
020
1 14.388 14.388
RL 500 ml 29/02/2
020
1 9.156 9.156
Ketorolac 30 mg
inj
29/02/2
020
1 1.307 1.307
Spoit syringe 1
ml
01/03/2
020
1 1.412 1.412
Spoit syringe 10
ml
01/03/2
020
3 1.756 5.268
Aquadest 25 ml
botol
01/03/2
020
1 3.432 3.432
Ceftriaxone 1 gr
inj vial
01/03/2
020
3 6.930 20.790
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
39
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Paracetamol 500
mg tab
01/03/2
020
3 143 429
RL 500 ml 01/03/2
020
3 9.156 27.468
NaCl 0,9% 500
ml
01/03/2
020
1 8.208 8.208
Lisinopril 5 mg
tab
01/03/2
020
2 300 600
Spoit syringe 10
ml
02/03/2
020
1 1.756 1.756
Aquadest 25 ml
botol
02/03/2
020
1 3.432 3.432
Ceftriaxone 1 gr
inj vial
02/03/2
020
3 6.930 20.790
Lisinopril 5 mg
tab
02/03/2
020
2 300 600
Paracetamol 500
mg tab
02/03/2
020
3 143 429
Spoit syringe 10
ml
03/03/2
020
1 1.756 1.756
Amlodipin 10 mg
tablet
03/03/2
020
1 610 610
Aquadest 25 ml
botol
03/03/2
020
2 3.432 6.864
Ceftriaxone 1 gr
inj vial
03/03/2
020
3 6.930 20.790
Indrianty Sudirman
40
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Paracetamol 500
mg tab
03/03/2
020
3 143 429
RL 500 ml 03/03/2
020
3 9.156 27.468
NaCl 0,9% 500
ml
03/03/2
020
1 8.208 8.208
Spoit syringe 10
ml
04/03/2
020
2 1.756 3.512
Amlodipin 10 mg
tablet
04/03/2
020
1 610 610
Ceftriaxone 1 gr
inj vial
04/03/2
020
3 6.930 20.790
Cetirizine 10 mg
tablet
04/03/2
020
1 367 367
Paracetamol 500
mg tab
04/03/2
020
3 143 429
Cefixime 200 mg
kapsul
04/03/2
020
1 2.970 2.970
Amlodipin 10 mg
tablet
05/03/2
020
3 610 1.830
Cefixime 200 mg
kapsul
05/03/2
020
6 2.970 17.820
Total Tagihan 5.124.959
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
41
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa
pendapatan yang diterima oleh rumah sakit berdasarkan
tarif yang ditetapkan asuransi sosial dalam hal ini Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), disebut juga klaim
BPJS, lebih kecil daripada biaya riil yang dikeluarkan oleh
rumah sakit. Pada contoh kasus di atas klaim yang
dibayarkan BPJS ke rumah sakit kelas untuk pasien
thypoid adalah sebesar Rp 3.120.700. Sedangkan biaya
riil yang dikeluarkan oleh rumah sakit ditetapkan
berdasarkan tarif rumah sakit adalah sebesar Rp
5.124.959. Pada pasien dengan asuransi sosial,
pendapatan diperoleh rumah sakit berdasarkan fee for
package dari BPJS, namun rumah sakit mengeluarkan
biaya berdasarkan fee for service. Berdasarkan contoh
kasus di atas, nampak bahwa RS mengalami defisit untuk
melayani pasien thypoid. Contoh di atas menunjukkan
seberapa pentingnya menetapkan tarif rumah sakit yang
sesuai dengan unit cost riil operasional penyelenggaran
rumah sakit.
Meskipun banyak metode yang dapat digunakan
untuk menentukan tarif rumah sakit, namun contoh di
atas menunjukkan secara konkrit pentingnya penetapan
tarif berdasarkan unit cost. Tidak sedikit rumah sakit
yang menetapkan tarif hanya mengikuti tarif yang
Indrianty Sudirman
42
ditetapkan rumah sakit sejenis lainnya. Cara ini memang
merupakan cara termudah sebab rumah sakit tidak perlu
menghitung unit cost yang sangat rumit dan detail karena
banyaknya jumlah tindakan pelayanan yang disajikan di
rumah sakit. Namun, mengabaikan unit cost berpotensi
menyebabkan kerugian keuangan bagi rumah sakit,
sebab tidak ada kendali mutu dan kendali biaya.
Berdasarkan pengalaman penulis, rumah sakit dapat
menderita kerugian yang sangat besar jika tidak
menyesuaikan tarifnya dengan unit cost sebab
pengeluaran rumah sakit jauh lebih besar daripada
pendapatannya. Contoh pengeluaran riil rumah sakit
berdasarkan contoh kasus tindakan pelayanan kesehatan
pada tabel 3 yang dibayarkan oleh BPJS untuk thypoid.
Input pendapatan mudah dilakukan pada
pelayanan untuk pasien umum dan pasien yang
menggunakan asuransi swasta sebab pendapat dihitung
berdasarkan fee for service. Metode ini menghitung
jumlah pembayaran untuk setiap jasa tindakan
pelayanan yang disajikan kepada pasien. Besarnya biaya
untuk setiap tindakan pelayanan tercantum pada buku
tarif rumah sakit yang ditentukan oleh rumah sakit dan
disampaikan secara transparan kepada pasien.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
43
Tabel 4
Contoh Tarif Rumah Sakit Kelas B untuk Pasien Thypoid
berdasarkan Fee For Service
Diagnosa : Typoid
No. RM : ………………. No. Tagihan : ………………..
Nama : ………………. Tgl. Tagihan : ………………..
Jenis Kelamin/
Umur :
……………… Jaminan : ………………..
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Gawat
Darurat
Administrasi 29/02/
2020
1 8.000 8.000
Triase IGD 29/02/
2020
1 25.000 25.000
Konsultasi
dokter (rawat
jalan)
29/02/2
020
1 55.000 55.000
Observasi IGD
(<8 jam)
29/02/2
020
1 120.000 120.000
Pasang saturasi
per hari
29/02/2
020
1 63.000 63.000
Mobilisasi per
shift
29/02/2
020
1 20.000 20.000
Indrianty Sudirman
44
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Pasang infus 29/02/2
020
1 48.000 48.000
Menyuntik per
shift per pasien
29/02/2
020
1 25.000 25.000
Pengambilan
sampel darah per
pengambilan
29/02/2
020
1 22.000 22.000
Mobilisasi per
shift
29/02/2
020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
29/02/2
020
1 25.000 25.000
Laborato
rium
Patologi
Klinik
Hematologi rutin
automatik (tarif
24)
29/02/2
020
1 60.000 60.000
Widal 29/02/2
020
1 75.000 75.000
Perawat
an
Bed 2 kamar
403/kelas I
29/02/2
020
6 523.500 3.141.000
Visitasi dokter
spesialis
02/03/
2020
1 110.000 110.000
Visitasi dokter 29/02/
2020
1 55.000 55.000
Mobilisasi per
shift
29/02/
2020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
29/02/
2020
1 25.000 25.000
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
45
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Visitasi dokter 01/03/
2020
1 55.000 55.000
Mobilisasi per
shift
01/03/
2020
1 20.000 20.000
Mobilisasi per
shift
01/03/
2020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
01/03/
2020
1 25.000 25.000
Mobilisasi per
shift
01/03/
2020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
01/03/
2020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
01/03/
2020
1 25.000 25.000
EKG 01/03/
2020
1 73.000 73.000
Mobilisasi per
shift
02/03/
2020
1 20.000 20.000
Mobilisasi per
shift
02/03/
2020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
02/03/
2020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
02/03/
2020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
02/03/
2020
1 25.000 25.000
Indrianty Sudirman
46
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Mobilisasi per
shift
02/03/
2020
1 20.000 20.000
Visitasi dokter 03/03/
2020
1 55.000 55.000
Mobilisasi per
shift
03/03/
2020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
03/03/
2020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
03/03/
2020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
03/03/
2020
1 25.000 25.000
Visitasi dokter
spesialis
04/03/
2020
1 110.000 110.000
Mobilisasi per
shift
04/03/
2020
1 20.000 20.000
Menyuntik per
shift per pasien
04/03/
2020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
04/03/
2020
1 25.000 25.000
Menyuntik per
shift per pasien
04/03/
2020
1 25.000 25.000
Aff infus (P 0) 04/03/
2020
1 10.000 10.000
Aff infus (P 0) 05/03/
2020
1 10.000 10.000
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
47
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Visitasi dokter
spesialis
05/03/
2020
1 110.000 110.000
Mobilisasi per
shift
05/03/
2020
1 20.000 20.000
Laborato
rium
Patologi
Klinik
Urine rutin 03/03/
2020
1 50.000 50.000
Apotek
Rawat
Inap
3 way pendek
penghubung
infus
29/02/
2020
1 4.129 4.129
IV Catheter no 22 29/02/
2020
1 7.524 7.524
Infus set dewasa 29/02/
2020
1 4.200 4.200
Spoit syringe 10
ml
29/02/
2020
1 1.756 1.756
Aquadest 25 ml
botol
29/02/
2020
1 3.432 3.432
Paracetamol
infus 100 ml
29/02/
2020
1 14.388 14.388
RL 500 ml 29/02/
2020
1 9.156 9.156
Ketorolac 30 mg
inj
29/02/
2020
1 1.307 1.307
Spoit syringe 1
ml
01/03/
2020
1 1.412 1.412
Indrianty Sudirman
48
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Spoit syringe 10
ml
01/03/
2020
3 1.756 5.268
Aquadest 25 ml
botol
01/03/
2020
1 3.432 3.432
Ceftriaxone 1 gr
inj vial
01/03/
2020
3 6.930 20.790
Paracetamol 500
mg tab
01/03/
2020
3 143 429
RL 500 ml 01/03/
2020
3 9.156 27.468
NaCl 0,9% 500
ml
01/03/
2020
1 8.208 8.208
Lisinopril 5 mg
tab
01/03/
2020
2 300 600
Spoit syringe 10
ml
02/03/
2020
1 1.756 1.756
Aquadest 25 ml
botol
02/03/
2020
1 3.432 3.432
Ceftriaxone 1 gr
inj vial
02/03/
2020
3 6.930 20.790
Lisinopril 5 mg
tab
02/03/
2020
2 300 600
Paracetamol 500
mg tab
02/03/
2020
3 143 429
Spoit syringe 10
ml
03/03/
2020
1 1.756 1.756
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
49
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Amlodipin 10 mg
tablet
03/03/
2020
1 610 610
Aquadest 25 ml
botol
03/03/
2020
2 3.432 6.864
Ceftriaxone 1 gr
inj vial
03/03/
2020
3 6.930 20.790
Paracetamol 500
mg tab
03/03/
2020
3 143 429
RL 500 ml 03/03/
2020
3 9.156 27.468
NaCl 0,9% 500
ml
03/03/
2020
1 8.208 8.208
Spoit syringe 10
ml
04/03/
2020
2 1.756 3.512
Amlodipin 10 mg
tablet
04/03/
2020
1 610 610
Ceftriaxone 1 gr
inj vial
04/03/
2020
3 6.930 20.790
Cetirizine 10 mg
tablet
04/03/
2020
1 367 367
Paracetamol 500
mg tab
04/03/
2020
3 143 429
Cefixime 200 mg
kapsul
04/03/
2020
1 2.970 2.970
Amlodipin 10 mg
tablet
05/03/
2020
3 610 1.830
Indrianty Sudirman
50
Unit
Layanan
Item/Tindakan
Pemeriksaan Tanggal Jml
Tarif/
Harga
Rumah
Sakit
Total
Tagihan
Cefixime 200 mg
kapsul
05/03/
2020
6 2.970 17.820
Total Tagihan 5.124.959
Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4 di atas,
pendapatan rumah sakit untuk pasien umum sama
dengan tarif rumah sakit. Jumlah yang harus dibayar oleh
pasien umum adalah akumulasi dari tarif untuk setiap
tindakan pelayanan kesehatan yang diterimanya. Itulah
sebabnya rumah sakit yang proporsi pasien umumnya
besar, lebih besar pendapatannya. Dalam hal ini, potensi
rumah sakit untuk mengalami kerugian menjadi lebih
kecil sebab pendapatan yang diterimanya sama dengan
biaya yang dikeluarkannya. Untuk pasien dari hasil
kerjasama baik dengan instansi maupun dengan asuransi
swasta umumnya, ditetapkan tarif tersendiri sesuai
dengan perjanjian kerjasama antara rumah sakit dengan
mitranya.
Namun demikian, proporsi pasien umum rumah
sakit yang besar tidak berarti menafikan perhitungan
tarif rumah sakit secara cermat. Jika tarif rumah sakit
hanya ditentukan dengan menghitung biaya langsung
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
51
yang dikeluarkan rumah sakit, maka potensi kerugian
tetap ada sebab tidak memperhitungkan biaya tidak
langsung seperti biaya overhead yang seharusnya
ditanggung bersama oleh semua unit kerja. Jika tarif
rumah sakit tidak berbasis metode penghitungan harga
pokok standar dimana biaya overhead termasuk biaya
penyusutan dan pengembangan turut diperhitungkan,
maka keuangan rumah sakit tetap dapat terganggu dalam
jangka panjang. Oleh karena itu, penetapan tarif rumah
sakit tetap menjadi kunci utama untuk menjamin
keberlanjutan dan pengembagan rumah sakit.
3. Input Biaya
Pada tahap ini, kita menghitung semua semua
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh seluruh unit
pendukung, unit penunjang medis, dan unit pelayanan
medis dilakukan berdasarkan sistem akuntansi biaya
yang diterapkan rumah sakit. Sistem akuntansi biaya
yang diterapkan rumah sakit pada contoh kasus ini
menggunakan standard costing method. Pada
penggunaan metode ini biaya-biaya yang dikeluarkan
ditentukan di awal. Dalam penentuan biaya, ditentukan
jumlah biaya yang seharusnya untuk menghasilkan satu
jenis tindakan pelayanan dengan asumsi faktor
Indrianty Sudirman
52
lingkungan, faktor ekonomi (tidak ada krisis moneter,
tidak terjadi kenaikan harga, tidak terjadi kelangkaan
suplai bahan habis pakai/ obat, dan sebagainya) dan
faktor lainnya dalam kondisi normal. Misalnya trend
harga bahan habis pakai dan obat-obatan dari tahun ke
tahun seperti diilustrasikan pada tabel 5
Tabel 5
Trend Harga Bahan Habis Pakai dan Obat-Obatan
No Kode
Barang
Nama
Barang
Satuan Harga
Tahun 2018
Harga
Tahun
2019
Harga
Tahun
2020
Prediksi
Tahun 2021
1 BHP000013 Alkohol
70%
ml Rp 25.000 Rp 25.300 Rp 25.500 Rp 25.755
2 BHP000014 Alkohol
swab
pcs Rp 235 Rp 300 Rp 320 Rp 342
3 BHP000015 Bisturi 10 pcs Rp 880 Rp 900 Rp 930 Rp 958
4 BHP000016 Braunol 5
liter
botol Rp 460.000 Rp 460.500 Rp 461.000 Rp 461.461
5 BHP000017 Cidex(5 L) botol Rp 790.614 Rp 790.700 Rp 790.800 Rp 790.879
6 BHP000018 Connecta
BD
pcs Rp 25.616 Rp 25.650 Rp 25.700 Rp 25.751
7 BHP000019 Dafilon
5/0 DS
16,75 cm
pcs Rp 51.975 Rp 51.990
Rp 52.000 Rp 52.010
8 BHP000020 Discofix
3-way
stopcock
blue
pcs Rp 19.250 Rp 19.300 Rp 19.350 Rp 19.408
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
53
No Kode
Barang
Nama
Barang
Satuan Harga
Tahun 2018
Harga
Tahun
2019
Harga
Tahun
2020
Prediksi
Tahun 2021
9 BHP000021 Elektroda
EKG
pcs Rp 121.000 Rp 121.500 Rp 121.800 Rp 122.044
10 BHP000022 ETT clear
No.4,5
rusch
pcs Rp 40.500 Rp 40.800 Rp 40.900 Rp 40.982
Menghitung trend harga barang dapat dilakukan
dengan membandingkan harga 3 (tiga) tahun terakhir
dan memprediksi kenaikannya pada tahun yang akan
datang. Rumus sederhana yang dapat digunakan untuk
menghitung trend kenaikan harga bahan habis pakai dan
obat-obatan adalah dengan cara menghitung persentase
kenaikan harga dari tahun ke tahun. Prediksi harga tahun
yang akan datang dilakukan dengan mengalikan harga
terakhir dengan presentase kenaikan harga tahun
sebelumnya. Persentase kenaikan harga dihitung =
(harga akhir – harga awal) / harga awal x 100%.
Perhitungan harga pokok standar untuk setiap
tindakan pelayanan dapat menggunakan dua cara
perhitungan harga pokok, yaitu:
a. Metode harga pokok tetap (Full Costing Method).
Menurut Daniel Liberto (2019), full costing
method adalah metode akuntansi yang digunakan
Indrianty Sudirman
54
untuk menentukan biaya yang dikeluarkan untuk
suatu tindakan dari awal sampai akhir tindakan
tersebut atau dikenal juga berdasarkan end to end cost.
Metode ini umumnya digunakan secara umum oleh
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dan
International Financial Reporting Standards (IFRS).
Pada penggunaan full costing method, semua biaya
langsung, tetap, dan biaya overhead variabel dihitung
sebagai biaya yang seharusnya dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu jenis pelayanan.
Biaya langsung adalah biaya yang langsung
berhubungan dengan satu jenis tindakan pelayanan
termasuk bahan habis pakai, pembayaran jasa, dan
sebagainya. Biaya tetap adalah biaya yang harus
dikeluarkan oleh setiap unit sebagai kontribusi
terhadap biaya bersama untuk penyelenggaraan
pelayanan di rumah sakit terlepas dari jumlah
tindakan pelayanan yang disajikan oleh unit tersebut,
seperti gaji, sewa beli alat, pemeliharaan gedung, dan
sebagainya. Biaya overhead variabel adalah biaya
tidak langsung yang dikeluarkan untuk menjamin
keberlanjutan pelayanan rumah sakit, seperti listrik,
biaya telpon, biaya air, biaya internet, dan sebagainya.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
55
Contoh: untuk pelayanan pemeriksaan hematologi
rutin.
1) Biaya langsung terdiri atas alcohol swab, masker,
gloves, jarum, tabung, cell pack, bahan habis pakai
(BHP), jasa laboran, jasa dokter penanggungjawab,
biaya tinta, biaya kertas, alat tulis kantor (ATK),
dan sebagainya.
2) Biaya tetap adalah gaji karyawan, sewa beli alat,
pemeliharaan gedung, biaya kalibrasi alat, biaya
pelatihan laboran, biaya gaji staf manajemen, biaya
gaji security, dan sebagainya.
3) Biaya overhead variable adalah biaya listrik, biaya
air, biaya telpon, biaya printer, dan sebagainya.
Pada metode full costing, semua jenis biaya yang
dikeluarkan oleh satu unit kerja untuk menghasilkan satu
tindakan pelayanan dihitung, mulai dari awal sampai
tindakan pelayanan tersebut tersajikan. Total biaya tersebut
disebut harga pokok penjualan (HPP) tindakan pelayanan.
Indrianty Sudirman
56
Tabel 6
Contoh Metode Harga Pokok Standard di Laboratorium
Patologi Klinik untuk Tindakan Pelayanan Hematologi
Rutin
Kode Deskripsi Harga Kuantitas Satuan Total
Harga
JM-101 JM dr. Sp. 1 2.500 1 2.500
JM-102 JM dr. Anastesi - -
JP-101 Jasa perawat 1 1.500 1 1.500
JP-102 Jasa perawat 2 - -
MT-101 Non medis 1 500 1 500
ALK000016 Alkohol swab 235 1 pcs 235
ALK000187 Pot urine 100 g 2.970 - pcs -
ALK000693 Sensigloves stardec (S) 429 2 pcs 858
ALK000845 Larutan xylol (per ltr) 60.500 - liter -
APA00021 Deck glass 26x24 660.000 - box -
BPK00012 BD flashback 139.755 0,02 box 2.795
BPK00022 Cell clean 2.223.100 0,001000 botol 2.223
BPK00023 Cell pack 3.751.000 0,001667 box 6.252
BPK00024 E-Check X 4.814.700 0,000952 set 4.585
BPK00025 Stromatolizer 4DL 12.505.900 0,000364 botol 4.548
BPK00026 Stromatolizer 4DS FFS-
800
3.987.866 0,001429 botol 5.697
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
57
Kode Deskripsi Harga Kuantitas Satuan Total
Harga
BPK00027 Sulfolyser sls-21-A 1.384.900 0,001250 pcs 1.731
ALK000157 Masker tie on onemed 333 1 pcs 333
LPK-101 Analyzers, laboratory,
hematology
16.332 1 unit 16.332
LPK-102 Analyzers, laboratory,
blood
gas/pH/electrolyte
3.098 - - -
LPK-103 Centrifuges #1 825 - - -
LPK-104 Centrifuges #2 1.074 - - -
LPK-105 Microscopes 1.245 - - -
Biaya overhead (langsung dan tidak
langsung)
4.235 1 4.235
LPAT0001 Hematologi Rutin Automatik (full costing ) 54.324
Pada perhitungan biaya dengan metode harga
pokok standar sebagaiman disajikan pada tabel 6 di
atas, turut diperhitungkan biaya overhead. Biaya
overhead adalah biaya tambahan atau biaya lain-lain,
yang tidak terkait langsung dengan tindakan
pelayanan kesehatan. Biaya overhead juga termasuk
pengeluaran tak terduga. Beberapa pengeluaran yang
termasuk biaya overhead adalah biaya security, biaya
gaji staf manajemen rumah sakit, biaya cleaning
service, biaya jasa hukum atau konsultan, biaya
Indrianty Sudirman
58
pemeliharaan alat kesehatan, biaya kalibrasi alat
kesehatan, biaya pemeliharaan gedung, biaya kegiatan
pengembangan, biaya asuransi kesehatan tenaga kerja
bagi karyawan, dan sebagainya.
b. Metode harga pokok variabel (Variable Costing
Method).
Metode ini digunakan dalam akuntansi
manajerial dimana biaya overhead rumah sakit
dikeluarkan dari perhitungan biaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan tindakan pelayanan yang
dilakukan oleh satu unit. Biaya tindakan pelayanan
hanya menghitung biaya yang langsung digunakan
untuk menghasilkan tindakan pelayanan, seperti jasa
laboran, jasa dokter penanggungjawab, bahan habis
pakai (BHP), dan sebagainya. Metode ini berkebalikan
dengan metode harga pokok tetap dimana ada beban
biaya bersama yang dikeluarkan oleh rumah sakit
yang turut harus dipikul oleh setiap tindakan
pelayanan. Metode ini tidak diperkenankan dalam
pelaporan keuangan berdasarkan Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP) dan International
Financial Reporting Standards (IFRS).
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
59
Tabel 7
Contoh Metode Harga Pokok Variabel di Laboratorium
Patologi Klinik untuk Tindakan Pelayanan Hematologi
Rutin
Kode Deskripsi Harga Kuantitas Satuan Total
Harga
JM-101 JM dr. Sp. 1 2.500 1 2.500
JM-102 JM dr. Anastesi - -
JP-101 Jasa perawat 1 1.500 1 1.500
JP-102 Jasa perawat 2 - -
MT-101 Non medis 1 500 1 500
ALK000016 Alkohol swab 235 1 pcs 235
ALK000187 Pot urine 100 g 2.970 - pcs -
ALK000693 Sensigloves
stardec (S)
429 2 pcs 858
ALK000845 Larutan xylol (per
ltr)
60.500 - liter -
APA00021 Deck glass 26x24 660.000 - box -
BPK00012 BD flashback 139.755 0,02 box 2.795
BPK00022 Cell clean 2.223.100 0,001000 botol 2.223
BPK00023 Cell pack 3.751.000 0,001667 box 6.252
BPK00024 E-Check X 4.814.700 0,000952 set 4.585
BPK00025 Stromatolizer 4DL 12.505.900 0,000364 botol 4.548
BPK00026 Stromatolizer 4DS
FFS-800
3.987.866 0,001429 botol 5.697
BPK00027 Sulfolyser sls-21-A 1.384.900 0,001250 pcs 1.731
Indrianty Sudirman
60
Kode Deskripsi Harga Kuantitas Satuan Total
Harga
ALK000157 Masker tie on
onemed
333 1 pcs 333
LPK-101 Analyzers,
laboratory,
hematology
16.332 1 unit 16.332
LPK-102 Analyzers,
laboratory, blood
gas/pH/electrolyte
3.098 - - -
LPK-103 Centrifuges #1 825 - - -
LPK-104 Centrifuges #2 1.074 - - -
LPK-105 Microscopes 1.245 - - -
Biaya overhead (langsung dan
tidak langsung)
4.235 - -
LPAT0001 Hematologi Rutin Automatik (full costing ) 54.324
Sebagaimana disajikan pada tabel 7 di atas,
maka perhitungan biaya dengan menggunakan
metode harga pokok variabel hanya memperhitung-
kan biaya yang langsung terkait dengan tindakan
pelayanan kesehatan. Dalam metode ini, biaya
overhead tidak diperhitungkan. Meskipun pada
penghitungan unit cost rumah sakit disaranakan
Tidak menggunakan
Overhead
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
61
untuk menghitung biaya overhead, namun metode
harga pokok variable juga dibutuhkan untuk
menganalisis besaran biaya langsung dan biaya tidak
langsung yang dibelanjakan rumah sakit. Kelak, data
ini dibutukan sebagai dasar berbagai pengambilan
keputusan seperti pengambilan keputusan
manajemen keuangan tentang alokasi anggaran,
pengambilan keputusan tentang tarif, pengambilan
keputusan untuk meningkatkan efisiensi rumah sakit
secara keseluruhan.
4. Input Aktivitas Masing-Masing Unit Kerja
Berdasarkan sistem akuntansi biaya yang
ditetapkan rumah sakit yang selaras dengan Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) dan International
Financial Reporting Standards (IFRS) dilakukan
penghitungan unit cost berdasarkan harga pokok standar
dengan metode harga pokok tetap. Untuk mendapatkan
harga pokok standar maka buat matriks yang memuat:
a. Data penyaji pelayanan kesehatan, bahan habis pakai
dan obat-obatan, dan alat kesehatan yang digunakan
untuk setiap jenis pelayanan
Indrianty Sudirman
62
b. Satuan penyaji pelayanan kesehatan, bahan habis
pakai dan obat-obatan, dan alat kesehatan yang
digunakan untuk setiap jenis pelayanan
c. Kuantitas penyajian pelayanan kesehatan, bahan
habis pakai dan obat-obatan, dan alat kesehatan yang
digunakan untuk setiap jenis tindakan pelayanan
d. Harga beli bahan habis pakai dan obat-obatan, serta
alat kesehatan yang digunakan untuk setiap jenis
tindakan pelayanan termasuk pajak pertambahan
nilai
Pertama-tama dibuat matriks akitivitas penyaji
pelayanan kesehatan untuk setiap tindakan pelayanan
di unit kerja yang memuat informasi mengenai:
1) Nomor urut
2) Kode penyaji pelayanan kesehatan
3) Uraian penyaji pelayanan kesehatan
4) Biaya penyaji pelayanan kesehatan
5) Satuan penyajian pelayanan kesehatan
6) Kuantitas penyajian pelayanan kesehatan
7) Total biaya penyajian pelayanan kesehatan
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
63
Tabel 8
Contoh Input Aktivitas Tindakan Penyajian Pelayanan
Kesehatan di Laboratorium Patologi Klinik untuk
Tindakan Hematologi Rutin
No. Kode Uraian Biaya Satuan Kuantitas Total Biaya
1 JM-101 JM dr. Sp. 1 2.500 org 1 2.500
2 JM-102 JM dr. Anastesi org - -
3 JP-101 Jasa perawat 1 1.500 org 1 1.500
4 JP-102 Jasa perawat 2 org - -
5 MT-101 Non medis 1 500 org 1 500
Setelah melakukan input aktivitas penyaji
pelayanan kesehatan, selanjutnya perlu dikategorikan
tingkat kesulitan tindakan setiap penyajian pelayanan
kesehatan. Rumah sakit dapat menentukan rentang
tingkat kesulitan. Pada contoh kasus ini digunakan
rentang 1 – 10 dimana 1 diasumsikan sebagai
tindakan penyajian pelayanan kesehatan yang paling
mudah dan 10 diasumsikan sebagai tindakan
penyajian pelayanan kesehatan yang paling sulit. Skor
tingkat kesulitan diusulkan oleh penyaji pelayanan
kesehatan di unit kerja bersangkutan namun
diverifikasi oleh Direktur Pelayanan Medis dan
Indrianty Sudirman
64
Direktur Pelayanan Penunjang Medis. Tingkat
kesulitan penyajian pelayanan kesehatan diuraikan
dalam matriks yang memuat informasi sebagai
berikut:
1) Nomor urut
2) Kode bahan habis pakai dan obat-obatan yang
digunakan untuk setiap tindakan pelayanan
kesehatan
3) Jenis tindakan obatan yang digunakan untuk setiap
tindakan pelayanan kesehatan
4) Taksiran volume tindakan pelayanan kesehatan
dalam kurung 1 (satu) tahun
5) Bobot yang digunakan untuk setiap tindakan
pelayanan kesehatan
6) Weighted Volume (volume tindakan pelayanan
kesehatan yang dikalikan bobot)
7) Tarif rumah sakit pada tindakan pelayanan
kesehatan untuk setiap tindakan pelayanan
kesehatan termasuk pajak pertambahan nilai
(PPN)
8) Taksiran anggaran Pendapatan untuk tindakan
pelayanan kesehatan
9) Skor tingkat kesulitan penyajian tindakan
pelayanan kesehatan. Contoh: mengukur
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
65
temperature = 1, menyuntik = 3, membedah kepala
= 10.
Untuk membuat taksiran banyaknya penyajian
tindakan pelayanan kesehatan perlu dipertimbangkan
pola tahun sebelumnya, intensitas kegiatan
pemasaran, dan target yang ingin dicapai oleh
masing–masing unit kerja di rumah sakit.
Tabel 9
Contoh Tingkat Kesulitan Penyajian Tindakan Pelayanan
Kesehatan di Unit Kerja Radioterapi
No Kode Jenis Tindakan
Radiologi
Taksiran Volume dalam Tahun
Bobot Weighted Volume
Tarif RS Taksiran anggaran
Pendapatan
1 RDT0000001 Pesawat + simulator
kuratif definitif
1 1,75 1,75 Rp
14.710.691
Rp
14.710.691
2 RDT0000002 Pesawat + simulator
kuratif adjuvant
1 1,25 1,25 Rp
11.333.774
Rp
11.333.774
3 RDT0000004 Pesawat + simulator +
TPS kuratif definitive
1 1,00 1,00 Rp
17.102.703
Rp
17.102.703
4 RDT0000005 Pesawat + simulator +
TPS kuratif adjuvant
1 1,00 1,00 Rp
13.776.098
Rp
13.776.098
5 RDT0000006 Pesawat + simulator +
TPS paliatif
1 1,00 1,00 Rp
9.146.229
Rp 9.146.229
6 RDT0000008 Pesawat + sim + TPS + AB
kuratif definitive
1 1,00 1,00 Rp
20.958.156
Rp
20.958.156
7 RDT0000009 Pesawat + sim + TPS + AB
kuratif adjuvant
1 3,00 3,00 Rp
16.219.166
Rp
16.219.166
8 RDT0000010 Pesawat + sim + TPS + AB
paliatif/hypofraksi K
1 1,50 1,50 Rp
9.146.037
Rp 9.146.037
9 RDT0000011 Tiga dimensi\3D kuratif
definitif
22 0,48 10,45 Rp
25.498.034
Rp
560.956.748
Indrianty Sudirman
66
No Kode Jenis Tindakan
Radiologi
Taksiran Volume dalam Tahun
Bobot Weighted Volume
Tarif RS Taksiran anggaran
Pendapatan
10 RDT0000012 Tiga dimensi\3D kuratif
adjuvant
1 0,48 0,48 Rp
17.939.833
Rp
17.939.833
11 RDT0000013 Tiga dimensi\3D booster 1 0,48 0,48 Rp
3.619.730
Rp 3.619.730
12 RDT0000014 IMG\IGRT kuratif definitif 1 1,00 1,00 Rp
27.339.221
Rp
27.339.221
13 RDT0000015 IMG\IGRT kuratif booster 1 1,75 1,75 Rp
6.144.639
Rp 6.144.639
14 RDT0000016 SRT kuratif definitif + SRT
headfix/bodyfix
1 1,50 1,50 Rp
33.837.724
Rp
33.837.724
15 RDT0000017 SRT kuratif booster SRT
headfix/bodyfix
1 3,00 3,00 Rp
10.687.555
Rp
10.687.555
16 RDT0000018 SRS kuratif definitif + SRS
headfix/bodyfix
1 1,45 1,45 Rp
33.837.724
Rp
33.837.724
17 RDT0000019 SRS kuratif booster SRS
headfix/bodyfix
1 1,45 1,45 Rp
10.687.555
Rp
10.687.555
18 RDT0000020 Ovoid/silinder/surface
mould 2x penyinaran
1 1,45 1,45 Rp
14.407.506
Rp
14.407.506
19 RDT0000021 Ovoid/silinder/surface
mould 3x penyinaran
1 1,45 1,45 Rp
16.685.915
Rp
16.685.915
20 RDT0000022 Ovoid/silinder/SM 2x
penyinaran tanpa nestesi
1 1,45 1,45 Rp
13.089.589
Rp
13.089.589
21 RDT0000023 Ovoid/silinder/SM 3x
penyinaran tanpa
anestesi
1 1,45 1,45 Rp
15.211.789
Rp
15.211.789
22 RDT0000026 Payudara implantasi 1
fraksi/1 hari (single ds)
1 4,00 4,00 Rp
15.194.079
Rp
15.194.079
23 RDT0000027 Payudara implantasi 2
fraksi/1 hari
1 4,00 4,00 Rp
17.039.250
Rp
17.039.250
24 RDT0000028 Payudara implantasi 3
fraksi/2 hari
1 4,00 4,00 Rp
21.044.719
Rp
21.044.719
25 RDT0000029 Nasofaring intralumen 4
fraksi/2 hari
1 4,00 4,00 Rp
17.256.236
Rp
17.256.236
26 RDT0000030 Nasofaring intralumen 6
fraksi/3 hari
1 4,00 4,00 Rp
20.981.539
Rp
20.981.539
27 RDT0000031 Nasofaring intralumen 4
fraksi/2 hari non anest
1 4,00 4,00 Rp
15.916.707
Rp
15.916.707
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
67
No Kode Jenis Tindakan
Radiologi
Taksiran Volume dalam Tahun
Bobot Weighted Volume
Tarif RS Taksiran anggaran
Pendapatan
28 RDT0000032 Nasofaring intralumen 6
fraksi/3 hari non anest
1 4,00 4,00 Rp
19.000.396
Rp
19.000.396
29 RDT0000033 Cervix intrakaviter
lengkap 2x penyinaran
1 1,61 1,61 Rp
16.897.129
Rp
16.897.129
30 RDT0000034 Cervix intrakaviter
lengkap 3x penyinaran
3 1,61 4,84 Rp
19.884.494
Rp
59.653.482
31 RDTRPI0021 Prosedur radioterapi 8988 9,00 80.892,00 Rp
898.972
Rp
8.079.960.336
Sebagaimana ditunjukkan pada tabel 9 di atas,
setiap tindakan penyajian pelayanan kesehatan perlu
dibobotkan berdasarkan tingkat kesulitan. Tingkat
kesulitan ditetapkan oleh kelompok penyaji
kesehatan dalam unit kerja tersebut selanjutnya
diverifikasi dalam sebuah lokakarya yang melibatkan
pimpinan dan seluruh unit kerja di rumah sakit.
Setelah itu, dibuat matriks yang memuat daftar
bahan habis pakai dan obat-obatan yang digunakan
oleh unit kerja untuk menyajikan setiap tindakan
pelayanan kesehatan. Matriks tersebut memuat
informasi yang terdiri atas:
1) Nomor urut
2) Kode alat kesehatan utama yang digunakan
3) Nama bahan dan obat-obatan kesehatan utama yang
digunakan
Indrianty Sudirman
68
4) Harga perolehan bahan dan obat-obatan kesehatan
utama yang digunakan termasuk pajak pertambahan
nilai (PPN)
5) Kuantitas bahan dan obat-obatan kesehatan yang
digunakan
6) Satuan bahan dan obat-obatan kesehatan yang
digunakan
7) Total Harga bahan dan obat-obatan kesehatan yang
digunakan
Tabel 10
Contoh Input Aktivitas di Laboratorium Patologi Klinik
terkait Bahan Habis Pakai dan Obat-Obatan untuk
Tindakan Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan Hematologi
Rutin
No Kode Deskripsi Harga Kuantitas Satuan Total
Harga
1 ALK000016 Alkohol swab 235 1 pcs 235
2 ALK000187 Pot urine 100 g 2.970 - pcs -
3 ALK000693 Sensigloves
stardec (s)
429 2 pcs 858
4 ALK000845 Larutan xylol
(per ltr)
60.500 - liter -
5 APA00021 Deck glass
26x24
660.000 - box -
6 BPK00012 BD flashback 139.755 0,02 box 2.795
7 BPK00022 Cell clean 2.223.100 0,001000 botol 2.223
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
69
No Kode Deskripsi Harga Kuantitas Satuan Total
Harga
8 BPK00023 Cell pack 3.751.000 0,001667 box 6.252
9 BPK00024 E-check X 4.814.700 0,000952 set 4.585
10 BPK00025 Stromatolizer
4DL
12.505.900
0,000364 botol 4.548
11 BPK00026 Stromatolizer
4DS FFS-800
3.987.866 0,001429 botol 5.697
12 BPK00027 Sulfolyser sls-
21-A
1.384.900 0,001250 pcs 1.731
13 ALK000157 Masker tie on
onemed
333 1 pcs 333
Setelah menginput biaya terkait bahan dan
obat-obatan yang digunakan dalam setiap tindakan
pelayanan kesehatan, maka langkah selanjutnya
adalah menginput biaya terkait alat kesehatan yang
digunakan. Matriks terkait alat kesehatan memuat
informasi yang lebih detail dibanding kedua matriks di
atas. Hal ini disebabkan alat kesehatan digunakan
selama umur ekonomis tertentu serta memiliki
kapasitas yang seyogyanya dioptimalkan utilitasnya
untuk mencapai efisiensi. Informasi yang termuat
pada matriks alat kesehatan terdiri atas:
1) Nomor urut
2) Kode alat kesehatan utama yang digunakan
Indrianty Sudirman
70
3) Nama alat kesehatan utama yang digunakan
4) Harga perolehan alat kesehatan utama yang
digunakan termasuk pajak pertambahan nilai
(PPN)
5) Kuantitas alat kesehatan utama yang digunakan
6) Satuan alat kesehatan utama yang digunakan
7) Total Harga alat kesehatan utama yang digunakan
Tabel 11
Contoh Input Aktivitas di Unit Kerja Laboratorium
Patologi Klinik terkait Alat Kesehatan yang Digunakan
untuk Pemeriksaan Hematologi Rutin
No Kode Deskripsi Harga Kuantitas Satuan Total Harga
1 LPK-101 Analyzers,
laboratory,
hematology
16.332
1 Unit 16.332
2 LPK-102 Analyzers,
laboratory, blood
gas/pH/electrolyte
3.098 - - -
3 LPK-103 Centrifuges #1 825 - - -
4 LPK-104 Centrifuges #2 1.074 - - -
5 LPK-105 Microscopes 1.245 - - -
Semua input aktivitas pada tabel 8, 9, 10, 11
digabungkan dalam satu tabel untuk mendapatkan
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
71
unit cost berdasarkan metode biaya pokok standard
(full costing) sebagaimana disajikan pada tabel 12.
Tabel 12
Contoh Input Aktivitas Tindakan Pelayanan Kesehatan di
Unit Kerja Laboratorium Patologi Klinik untuk
Pemeriksaan Hematologi Rutin
Kode Deskripsi Harga Kuantitas Satuan Total Harga
JM-101 JM dr. Sp. 1 2.500 1 2.500
JM-102 JM dr. Anastesi - -
JP-101 Jasa perawat 1 1.500 1 1.500
JP-102 Jasa perawat 2 - -
MT-101 Non medis 1 500 1 500
ALK000016 Alkohol swab 235 1 pcs 235
ALK000187 Pot urine 100 g 2.970 - pcs -
ALK000693 Sensigloves
stardec (S)
429 2 pcs 858
ALK000845 Larutan xylol
(per ltr)
60.500 - liter -
APA00021 Deck glass 26x24 660.000 - box -
BPK00012 BD flashback 139.755 0,02 box 2.795
BPK00022 Cell clean 2.223.100 0,001000 botol 2.223
BPK00023 Cell pack 3.751.000 0,001667 box 6.252
Indrianty Sudirman
72
Kode Deskripsi Harga Kuantitas Satuan Total Harga
BPK00024 E-check X 4.814.700 0,000952 set 4.585
BPK00025 Stromatolizer
4DL
12.505.900
0,000364 botol 4.548
BPK00026 Stromatolizer
4DS FFS-800
3.987.866 0,001429 botol 5.697
BPK00027 Sulfolyser sls-21-
A
1.384.900 0,001250 pcs 1.731
ALK000157 Masker tie on
onemed
333 1 pcs 333
LPK-101 Analyzers,
laboratory,
hematology
16.332 1 unit
16.332
LPK-102 Analyzers,
laboratory, blood
gas/pH/electroly
te
3.098 - - -
LPK-103 Centrifuges #1 825 - - -
LPK-104 Centrifuges #2 1.074 - - -
LPK-105 Microscopes 1.245 - - -
Biaya overhead (langsung dan
tidak langsung)
4.235 1 4.235
LPAT0001 Hematologi Rutin Automatik (full costing )
54.324
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
73
5. Penghitungan Unit cost
Setelah menyelesaikan langkah 1 (satu) sampai
dengan langkah 4 (empat), maka penghitungan unit cost
dengan metode harga pokok standar sudah dapat
dilakukan. Berdasarkan tabel 1 yang menginvetarisir
semua unit kerja yang ada di rumah sakit, dibuat link ke
tabel 2 (dua) yang menjelaskan pengeluaran masing-
masing unit kerja selama satu tahun. Data terkait
pengeluaran tersebut disandingkan dengan tabel 3 (tiga)
dan tabel 4 (empat) yang menjelaskan pendapatan
masing-masing unit kerja di rumah sakit berdasarkan
tindakan penyajian pelayanan kesehatan yamg
dilakukannya. Berdasarkan komparasi tersebut, nampak
apakah suatu unit memiliki surplus atau defisit
pendapatan relative terhadap biaya yang dikeluarkannya.
Namun, perbandingan sederhana tersebut belum
kuat untuk menjadi basis pertimbangan dalam
penentuan tarif rumah sakit tahun yang akan datang.
Diperlukan pertimbangan yang lebih strategik termasuk
perhitungan unit cost secara komprehensif.
Penghitungan unit cost secara komprehensif perlu
memperhitungkan kenaikan harga. Oleh karena itu,
asumsi terhadap belanja perlu melakukan antisipasi
Indrianty Sudirman
74
kenaikan harga berdasarkan rata-rata harga yang
dibandingkan selama tiga tahun terakhir ditambah
dengan asumsi ekonomi lainnya. Perbandingan tersebut
sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.
Selanjutnya, kesimpulan prediksi harga
berdasarkan data pada tabel 5 (lima) digunakan untuk
menghitung biaya langsung, biaya tetap, dan biaya
variable overhead sebagaimana ditampilkan pada tabel 6
(enam). Atas informasi biaya yang dikeluarkan masing-
masing unit kerja pada tabel 6 (enam), maka selanjutnya
dihitung total biaya penyaji pelayanan kesehatan di
setiap unit kerja pada tabel 8 (delapan). Total biaya
penyaji pelayana kesehatan pada setiap unit kerja
dibobotkan tingkat kesulitannya sehingga diperoleh
prediksi biaya yang lebih berkeadilan dan presisi.
Selanjutnya tabel 8 dan 9 ditambahkan dengan total
biaya bahan habis pakai dan obat-obatan yang digunakan
untuk setiap tindakan pelayanan kesehatan di unit kerja
pada tabel 10 (sepuluh), dan biaya alat kesehatan utama
yang digunakan untuk setiap tindakan pelayanan
kesehatan pada tabel 11 (sebelas). Kompilasi tabel 9, 10,
dan 11 menghasilkan unit cost berbasis harga pokok
standar.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
75
Tabel-tabel di atas dapat dikaitkan satu dengan
yang lain menggunakan Microsoft excel untuk
mendapatkan perhitungan unit cost untuk setiap jenis
tindakan pelayanan yang dilakukan oleh unit kerja di
rumah sakit. Tampilan sheet yang menunjukkan unit cost
sebagaimana diilustrasikan pada tabel berikut. Matriks
perhitungan unit cost memuat informasi yang terdiri
atas:
a. Nomor urut
b. Kode tindakan pelayanan kesehatan
c. Nama tindakan pelayanan kesehatan
d. Harga pokok tetap yang memuat biaya langsung, biaya
tetap dan biaya overhead
e. Harga pokok variabel yang memuat biaya langsung
dan biaya tetap
f. Tarif rumah sakit yang berlaku
g. Selisih harga pokok tetap dengan tarif berlaku
h. Selisih harga pokok variabel dengan tarif berlaku
Indrianty Sudirman
76
Tabel 13
Contoh Perhitugan Unit cost Berdasarkan Metode Harga
Pokok Standard di Unit Radioterapi
Kode Tindaka
n
Nama Produk
Unit cost
Full Cost
Variable
Cost
Sel Tarif dg FC
Sel Tarif dg VC
Tarif RS
RDT000
0011
Tiga
dimensi\3D
kuratif
definitif
17.05
4.977
17.054
.977
8.443
.057
8.443.
057
25.498.
034
RDT000
0020
Ovoid/silinde
r/surface
mould 2x
penyinaran
15.72
8.280
15.728
.280
-
1.320
.774
-
1.320.
774
14.407.
506
RDT000
0021
Ovoid/silinde
r/surface
mould 3x
penyinaran
23.69
9.873
23.699
.873
-
7.013
.958
-
7.013.
958
16.685.
915
RDT000
0022
Ovoid/silinde
r/sm 2x
penyinaran
tanpa nestesi
14.76
2.363
14.762
.363
-
1.672
.774
-
1.672.
774
13.089.
589
RDT000
0023
Ovoid/silinde
r/sm 3x
penyinaran
tanpa
anestesi
22.09
7.637
22.097
.637
-
6.885
.848
-
6.885.
848
15.211.
789
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
77
Kode Tindaka
n
Nama Produk
Unit cost
Full Cost
Variable
Cost
Sel Tarif dg FC
Sel Tarif dg VC
Tarif RS
RDT000
0033
Cervix
intrakaviter
lengkap 2x
penyinaran
15.68
1.225
15.681
.225
1.215
.904
1.215.
904
16.897.
129
RDT000
0034
Cervix
intrakaviter
lengkap 3x
penyinaran
23.59
7.885
23.597
.885
-
3.713
.391
-
3.713.
391
19.884.
494
RDTRPI
0021
Prosedur
radioterapi
965.3
18
965.31
8
-
66.34
6
-
66.34
6
898.97
2
Pada tabel perhitungan unit cost diinvestigasi baik
harga pokok tetap maupun harga pokok variable sebagai
bahan pertimbangan dalam kebijakan penetapan tarif
yang akan dibahas pada bab berikut. Perbandingan
antara harga pokok tetap dengan harga pokok variable
dilakukan untuk beberapa tujuan antara lain:
a. Untuk mengetahui beban biaya bersama yang harus
dipikul oleh masing-masing unit kerja.
b. Untuk mengetahui proporsi biaya yang terkait
langsung dengan pelayanan kesehatan dengan biaya
Indrianty Sudirman
78
tidak langsung yang merupakan beban rumah sakit
untuk menentukan break even point.
c. Untuk meningkatkan efisiensi biaya overhead rumah
sakit
d. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan
habis pakai dan obat-obatan untuk setiap tindakan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
e. Untuk memberikan informasi kepada unit kerja dalam
penetapan target keuangannya secara komprehensif
setiap tahun
f. Untuk memberikan masukan dalam penyusunan
rencana kerja dan anggaran tahunan unit kerja setiap
tahun
g. Untuk menghitung target pengembalian investasi di
rumah sakit dan unit kerja
h. Untuk menyelaraskan antara target manajemen
rumah sakit secara keseluruhan dengan target unit
kerja secara parsial untuk perencanaan pengemba-
ngan rumah sakit yang realistis
i. Sebagai bahan perencanaan investasi pengembangan
rumah sakit
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
79
B. TAHAP PENGHITUNGAN TARIF
1. Penjaringan Pendapat Proporsi Alokasi Biaya Langsung,
Biaya Tidak Langsung, dan Biaya Overhead dari Unit
Kerja
Hasil penghitungan unit cost dapat memberikan
masukan kepada pimpinan tentang struktur biaya yang
dapat mendukung pencapaian tujuan strategis rumah
sakit. Salah satu struktur biaya yang dapat
mempengaruhi surplus keuangan sakit adalah proporsi
alokasi biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya
overhead dari setiap unit kerja. Umumnya, rumah sakit
menentukan secara garis besar proporsi tersebut. Namun
demikian, masing-masing unit kerja terkadang memiliki
pandangan yang berbeda dengan pimpinan rumah sakit
terkait kewajaran proporsi alokasi. Selain itu,
kesanggupan setiap unit kerja dalam memikul biaya
overhead rumah sakit berbeda-beda. Oleh karena itu,
penetapan proposi alokasi bisa saja berbeda antara unit
satu dengan unit lainnya.
Setelah pimpinan rumah sakit mendapatkan angka
unit cost untuk setiap tindakan pelayanan kesehatan,
maka akan nampak unit kerja mana yang proprosi jasa
penyaji pelayanan tindakan kesehatan terlalu besar
Indrianty Sudirman
80
persentasenya, unit kerja mana yang kontribusinya
signifikan terhadap biaya overhead langsung dan tidak
langsung, atau unit kerja mana yang selama ini menjadi
beban rumah sakit. Jika biaya yang dikeluarkan unit kerja
lebih besar daripada tarif rumah sakit maka dapat
dipastikan unit kerja tersebut defisit dan perlu disubsidi.
Oleh karena itu, pimpinan rumah sakit perlu menetapkan
alokasi proporsi alokasi biaya langsung, biaya tidak
langsung dan biaya overhead dari setiap unit kerja secara
berkeadilan. Besaran tersebut dapat dicermati dari
alokasi biaya per masing-masing tindakan pelayanan
kesehatan sebagaimana ditampilkan pada pada tabel 14.
Tabel 14
Contoh Proporsi Alokasi Biaya Sarana (Alat Bahan Habis
Pakai, dan Biaya Overhead) dan Biaya Jasa Tenaga
Kesehatan di Unit Kerja Laboratorium Patologi Anatomi
No Nama
Tindakan
Sarana
Jasa Pelayanan
Tarif
Dokter Parame
dis
Tenaga Non
Medis 1 Jaringan
Kecil
60% 40% 100%
61,3% 26,3% 12,5%
240.000 112.000 28.000 20.000 400.000
2 Slide PAP
Smear
60% 40% 100%
70,00% 17,50% 13%
90.000 42.000 10.500 7.500 150.000
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
81
Secara umum alokasi proposi biaya dibagi atas
biaya sarana (alat, bahan habis pakai, dan overhead) dan
biaya jasa tenaga kesehatan. Sebagaimana diilustrasikan
pada tabel 14, persentase alokasi biaya sarana (alat,
bahan habis pakai, dan biaya overhead) memiliki besaran
yang sama yaitu 60%. Sedangkan total alokasi untuk jasa
tenaga kesehatan adalah 40%. Kebijakan ini merupakan
kebijakan umum rumah sakit. Sebagai ilustrasi, pada
gambar 1 dicontohkan alokasi biaya sarana (alat, bahan
habis pakai dan biaya overhead) dan biaya jasa tenaga
kesehatan untuk rumah sakit. Contoh berikut dibuat
dengan asumsi pendapatan rumah sakit sebesar Rp 100
milyar per tahun.
Skema Penyusunan Tarif
Gambar 2
Alokasi Proporsi Biaya Sarana (Alat, Bahan Habis Pakai,
Biaya Overhead) dan Jasa Tenaga Kesehatan
Indrianty Sudirman
82
Selanjutnya secara detail, alokasi jasa tenaga
kesehatan dibagi lagi berdasarkan jenis tenaga
kesehatan, misalnya dokter, perawat, anestesi, laboran,
dan sebagainya. Besaran alokasi jasa tenaga kesehatan
untuk setiap tindakan pelayanan kesehatan di setiap unit
kerja inilah yang diusulkan oleh pengelola unit kerja
tersebut. Oleh karena itu, pimpinan rumah sakit perlu
melakukan lokakarya untuk menjaring usulan unit kerja
terkait.
Meskipun telah ditetapkan kebijakan rumah sakit
secara umum mengenai alokasi proporsi sarana (alat,
bahan habis pakai, dan biaya overhead) dan jasa tenaga
kesehatan, namun besaran proporsi dapat berubah
karena memperhitungkan pendapatan rumah sakit dan
biaya langsung terkait bahan habis pakai yang harus
dibelanjakan untuk menyajikan suatu tindakan
pelayanan kesehatan, biaya overhead dan biaya gaji
secara keseluruhan. Sebagai ilusrasi, pada gambar 1
disajikan pembagian alokasi proporsi biaya bahan habis
pakai dan biaya overhead dengan jasa tenaga kesehatan.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
83
2. Penghitungan Margin Setiap Tindakan Pelayanan
Kesehatan di Unit Kerja
Selanjutnya, sebagai bagian dari penghitungan unit cost,
pimpinan rumah sakit juga perlu menelaah kembali
margin dari setiap tindakan pelayanan kesehatan di
setiap unit kerja. Hal ini penting untuk mengetahui
tindakan pelayanan kesehatan yang defisit dan tindakan
pelayanan kesehatan mana yang surplus. Dengan
demikian, dapat ditentukan rencana perbaikan di masa
yang akan datang melalui tarif, penggantian alat
kesehatan, penggantian merk bahan habis pakai atau
tindakan perbaikan lainnya. Sebagai ilustrasi, tabel 15
menyajikan margin dari setiap tindakan pelayanan
kesehatan di unit kerja.
Tabel 15
Margin atas Full Cost dan Variable Cost untuk Setiap
Tindakan Pelayanan Kesehatan di Unit Kerja
Laboratorium Patologi Anatomi
No Jenis Pelayanan Full
Cost
Variabel
Cost
Tarif
Sekarang
Selisih
UC vs.
Tarif
Skrg
Margin
atas
Full
Cost
Margin
atas
Variabel
Cost
1 Jaringan kecil Rp
304.878
Rp
300.749
Rp
400.000
Rp
95.122
31% 33%
2 Jaringan sedang Rp
487.034
Rp
484.085
Rp
600.000
Rp
112.966
23% 24%
Indrianty Sudirman
84
No Jenis Pelayanan Full
Cost
Variabel
Cost
Tarif
Sekarang
Selisih
UC vs.
Tarif
Skrg
Margin
atas
Full
Cost
Margin
atas
Variabel
Cost
3 Jaringan besar Rp
727.423
Rp
725.063
Rp
800.000
Rp
72.577
10% 10%
4 Biopsi 1-2
jaringan
Rp
305.900
Rp
303.541
Rp
400.000
Rp
94.100
31% 32%
5 Biopsi 3-4
jaringan
Rp
503.322
Rp
500.962
Rp
600.000
Rp
96.678
19% 20%
6 Biopsi lebih dari 4
jaringan
Rp
803.504
Rp
801.144
Rp
800.000
-Rp
3.504
-0,4% -0,1%
7 Slide PAP smear Rp
152.669
Rp
150.309
Rp
150.000
-Rp
2.669
-2% 0%
8 Sitologi cairan
efusi, ascites,
sputum, urin
Rp
324.902
Rp
317.823
Rp
400.000
Rp
75.098
23% 26%
9 FNAB superfisial Rp
423.245
Rp
414.397
Rp
500.000
Rp
76.755
18% 21%
10 FNAB deep
(guidance)
Rp
635.779
Rp
628.701
Rp
750.000
Rp
114.221
18% 19%
11 Imunohistokimia
(IHC) per antibody
Rp
359.553
Rp
357.193
Rp
500.000
Rp
140.447
39% 40%
12 IHC paket
payudara (ER/
PR/ Her2)
Rp
886.415
Rp
862.820
Rp
1.200.000
Rp
313.585
35% 39%
13 Dst…............................
Margin atas full cost dihitung berdasarkan tarif
rumah sakit yang berlaku dikurangi dengan full cost lalu
dibagi full cost atau dinyatakan dalam formula berikut:
Margin atas full cost = (tarif – full cost)/full cost
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
85
Sedangkan margin atas biaya variable dihitung
berdasarkan tarif rumah sakit yang berlaku dikurangi
dengan variable cost lalu dibagi variable cost atau
dinyatakan dalam formula berikut:
Margin atas full cost = (tarif – variable
cost)/variable cost
Perhitungan antara margin berdasaran full cost
dengan margin berdasarkan variable cost dibutuhkan
untuk menentukan rencana perbaikan di masa yang akan
datang. Jika margin atas full cost mengalami defisit, maka
rencana perbaikan lebih luas mencakup keseluhan
aktivitas penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit.
Misalnya, peningkatan efisiensi pada biaya overhead,
pengurangan tenaga manajemen, atau penggantian alat
kesehatan. Namun, jika margin mengalami defisit atas
variable cost, maka rencana perbaikan hanya terkait
dengan aktivitas dan bahan habis pakai yang digunakan
terkait dengan tindakan pelayanan kesehatan. Perbaikan
dapat berupa perbaikan metode kerja untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan bahan, penggantian
merek bahan habis pakai, perbaikan sistem monitoring
penggunaan bahan habis pakai.
Indrianty Sudirman
86
C. TAHAP PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF
1. Perbandingan Unit cost dengan Rencana Tarif Baru
Setelah mendapatkan unit cost selanjutya
pimpinan rumah sakit memasuki fase penyusunan
kebijakan mengenai tarif baru rumah sakit. Tidak sedikit
rumah sakit yang memperbaharui buku tarifnya dengan
hanya mencetak ulang buku tarif lama tanpa penyesuaian
dengan dinamika lingkungan dan biaya riil yang
dikeluarkan rumah sakit. Seyogyanya, penyusunan
kebijakan tarif baru rumah sakit memperhatikan
beberapa aspek antara lain unit cost.
Berdasarkan hitungan unit cost, maka dapat
dilakukan simulasi terhadap rencana tarif baru.
Perbandingan unit cost dengan rencana tarif baru dapat
memberikan gambaran surplus dan defisit yang akan
dialami rumah sakit pada setiap tindakan pelayanan
kesehatan di unit kerja. Tentu rumah sakit tidak dapat
memaksakan agar semua tindakan pelayanan kesehatan
surplus. Namun, dengan menelaah perbandingan tarif
baru dengan unit cost dapat ditentukan subsdi silang
yang secara keseluruhan masih memungkinkan rumah
sakit untuk mencapai tujuan strategisnya. Tabel berikut
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
87
menunjukkan perbandingan unit cost dengan rencana
tarif baru.
Tabel 16
Perbandingan Unit cost dengan Rencana Tarif Baru pada
Laboratorium Patologi Anatomi
No Jenis
Pelayanan Full Cost
Variabel Cost
Tarif Sekarang
Selisih UC vs. Tarif Skrg
Usulan Tarif
Margin atas Full
Cost
Margin atas Variabel
Cost
1 Jaringan kecil Rp
304.878
Rp
300.749
Rp
400.000
Rp
95.122
Rp
450.000
48% 50%
2 Jaringan
sedang
Rp
487.034
Rp
484.085
Rp
600.000
Rp
112.966
Rp
600.000
23% 24%
3 Jaringan besar Rp
727.423
Rp
725.063
Rp
800.000
Rp
72.577
Rp
800.000
10% 10%
4 Biopsi 1-2
jaringan
Rp
305.900
Rp
303.541
Rp
400.000
Rp
94.100
Rp
437.800
43% 44%
5 Biopsi 3-4
jaringan
Rp
503.322
Rp
500.962
Rp
600.000
Rp
96.678
Rp
656.700
30% 31%
6 Biopsi lebih
dari 4 jaringan
Rp
803.504
Rp
801.144
Rp
800.000
-Rp 3.504 Rp
875.600
9% 9%
7 Slide PAP
smear
Rp
152.669
Rp
150.309
Rp
150.000
-Rp 2.669 Rp
260.000
70%
73%
8 Sitologi cairan
efusi, ascites,
sputum, urin
Rp
324.902
Rp
317.823
Rp
400.000
Rp
75.098
Rp
650.000
100% 105%
9 FNAB
superfisial
Rp
423.245
Rp
414.397
Rp
500.000
Rp
76.755
Rp
790.000
87% 91%
10 FNAB deep
(guidance)
Rp
635.779
Rp
628.701
Rp
750.000
Rp
114.221
Rp
750.000
18% 19%
11 Imunohistoki
mia (IHC) per
antibody
Rp
359.553
Rp
357.193
Rp
500.000
Rp
140.447
Rp
575.000
60% 61%
12 IHC paket
payudara
Rp
886.415
Rp
862.820
Rp
1.200.000
Rp
313.585
Rp
1.200.000
35% 39%
Indrianty Sudirman
88
No Jenis
Pelayanan Full Cost
Variabel Cost
Tarif Sekarang
Selisih UC vs. Tarif Skrg
Usulan Tarif
Margin atas Full
Cost
Margin atas Variabel
Cost
(ER/ PR/
Her2)
13 Dst…....................
...
2. Penetapan Rumah Sakit yang Menjadi Kaji Banding
Rumah sakit beroperasi di dalam suatu lingkungan
industri dimana terdapat pesaing rumah sakit. Oleh
karena itu, penetapan tarif juga perlu memperhitungkan
pendekatan pasar dalam menetapkan tarif pelayanan.
Pada intinya, penetapan tarif dengan mepertimbangkan
pendekatan ini disebabkan karena adanya persaingan
antar rumah sakit dan selera konsumen. Pada sebagian
masyarakat, mereka sudah lebih cerdas untuk melakukan
investigasi mengenai tarif pelayanan kesehatan. Tipe
konsumen seperti ini sensitif terhadap tarif pelayanan.
Mereka umumnya melakukan survey terlebih untuk
mengetahui tarif berbagai rumah sakit yang menyajikan
pelayanan kesehatan yang sama. Meskipun demikian,
salah satu karakterikstik pelayanan kesehatan adalah
adanya asimetri informasi. Masyarakat tidak memahami
secara detail tentang asek teknis medis pelayanan
kesehatan. Olah karena itu, sensitifitas masyarakat
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
89
terhadap tarif hanya signifikan pada masyarakat yang
berpendidikan dan terbiasa mencari informasi.
Namun, perlu diingat bahwa pasar rumah sakit
bukan hanya masyarakat yang menjadi pasien secara
langsung. Pasar rumah sakit terdiri atas pasar individual
dan pasar industry (Kotler, 2016). Pasar individu adalah
konsumen yang langsung menggunakan jasa pelayanan
kesehatan yang ditawarkan. Sedangkan pasar industri
bagi rumah sakit terdiri atas perusahaan dari hasil
kerjasama dan asuransi swasta. Pasien industri
umumnya sangat jeli dan memiliki kemampuan untuk
menganalisis tarif diantara rumah sakit – rumah sakit
yang berpotensi menjadi mitranya. Oleh karena itu,
penetapan tarif rumah sakit dengan membandingkan
tarif dengan rumah sakit lain yang menjadi kaji banding
menjadi penting untuk menghasilkan keunggulan
bersaing.
Rumah sakit yang dijadikan kaji banding dapat
dipilih berdasarkan:
a. Kesamaan kelas rumah sakit
b. Kesamaan tindakan pelayanan kesehatan yang
ditawarkan
c. Jarak /wilayah operasi
Indrianty Sudirman
90
d. Kesamaan pangsa pasar
e. Kesamaan fasilitas sarana rumah sakit
f. Kesamaan reputasi rumah sakit
g. Kesamaan kualifikasi dokter
Setidaknya ketujuh aspek di atas dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan rumah
sakit yang dijadikan kaji banding tarif.
Persaingan diantara rumah sakit dalam suatu
wilayah operasi yang sama sangat ditentukan oleh
struktur pasar. Jika jumlah rumah sakit di wilayah
operasi yang sama atau berdekatan dengan hanya sedikit,
maka rumah sakit melakukan kartel dengan rumah sakit
lain dalam membagi jenis pelayanan sehingga mereka
dengan mudah dapat menentukan harga yang paling
menguntungkan. Rumah sakit yang memiliki pangsa
pasar umumnya dirujuk tarifnya, sehingga tarifnya
menjadi price leader. Sementara rumah sakit yang lebih
kecil dan berada dalam suatu lingkungan persaingan
yang ketat terpaksa harus menetapkan tarif mengikuti ke
tarif yang ditentukan rumah sakit yang pangsa pasarnya
besar.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
91
3. Perbandingan Unit cost dan Tarif Rumah Sakit yang
menjadi Kaji Banding dengan Rencana Tarif
Dalam menyusun kebijakan tarif baru, perlu juga
dilakukan analisis pesaing dan analisis industry. Hal ini
penting untuk menjadi keunggulan bersaing rumah sakit
di era persaingan industry kesehatan yang semakin
kompetitif. Hal ini terutama menjadi sangat esensial jika
rumah sakit mentargetkan proposi pasien umum, pasien
asuransi swasta atau pasien kerjasama yang secara
signifikan akan mempengaruhi pendapatan dan surplus
tidaknya rumah sakit.
Perbandingan unit cost yang berlaku saat ini
dengan tarif berlaku memberikan umpan balik tentang
efisiensi penyelenggaraan rumah sakit. Selanjutnya
perbandingan tarif rumah sakit dengan tarif rumah sakit
yang menjadi kaji banding akan memberikan gambaran
tentang posisi keuanggulan operasi kita dari aspek
pembiayaan. Penawaran tarif yang kompetitif dengan
kualitas pelayanan kesehatan yang baik akan menarik
lebih banyak mitra kerjasama baik dari instansi maupun
asuransi swasta. Transparansi tentang tarif yang
kompetitif terhadap masyakarat juga dapat
meningkatkan animo masyarakat terhadap pelayanan
Indrianty Sudirman
92
kesehatan yang disajikan rumah sakit. Perbandingan unit
cost, tarif berlaku, dan tarif rumah sakit yang menjadi kaji
banding dapat menjadi dasar untuk melihat seberapa
kompetitif tarif baru yang direncakana. Tabel berikut
dapat menjadi inspirasi untuk menelaah perbandingan
tersebut.
Tabel 17
Perbandingan Unit cost dan Tarif Rumah Sakit yang
menjadi Kaji Banding dengan Rencana Tarif pada
Laboratorium Patologi Anatomi
No Jenis Pelayanan Full Cost Tarif
Sekarang
Selisih UC vs. Tarif
Skrg RS A RS B RS C
1 Jaringan kecil Rp 304.878 Rp 400.000 Rp 95.122 Rp 400.000 Rp 500.000 Rp 500.000
2 Jaringan sedang Rp 487.034 Rp 600.000 Rp 112.966 Rp 600.000 Rp 700.000 Rp 700.000
3 Jaringan besar Rp 727.423 Rp 800.000 Rp 72.577 Rp 800.000 Rp 900.000 Rp 900.000
4 Biopsi 1-2
jaringan
Rp 305.900 Rp 400.000 Rp 94.100 Rp 437.800 Rp 700.000 Rp 700.000
5 Biopsi 3-4
jaringan
Rp 503.322 Rp 600.000 Rp 96.678 Rp 656.700 Rp 900.000 Rp 900.000
6 Biopsi lebih dari
4 jaringan
Rp 803.504 Rp 800.000 -Rp 3.504 Rp 875.600 Rp 900.000 Rp 900.000
8 Slide PAP smear Rp 152.669 Rp 150.000 -Rp 2.669 Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 150.000
9 Sitologi cairan
efusi, ascites,
sputum, urin
Rp 324.902 Rp 400.000 Rp 75.098 Rp 400.000 Rp 400.000 Rp 400.000
10 FNAB superfisial Rp 423.245 Rp 500.000 Rp 76.755 Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 500.000
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
93
No Jenis Pelayanan Full Cost Tarif
Sekarang
Selisih UC vs. Tarif
Skrg RS A RS B RS C
11 FNAB deep
(guidance)
Rp 635.779 Rp 750.000 Rp 114.221 Rp 750.000 Rp 750.000 Rp 750.000
12 Imunohistokimia
(IHC) per
antibodi
Rp 359.553 Rp 500.000 Rp 140.447 Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 500.000
13 IHC paket
payudara (ER/
PR/ Her2)
Rp 886.415 Rp 1.200.000 Rp 313.585 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000
No Jenis Pelayanan RS D RSUD E Sentral
Diagnostik F
RS D Usulan
Tarif
1 Jaringan kecil Rp 400.000 Rp 400.000 Rp 500.000 Rp 610.000 Rp 450.000
2 Jaringan sedang Rp 600.000 Rp 600.000 Rp 700.000 Rp 790.000 Rp 600.000
3 Jaringan besar Rp 800.000 Rp 800.000 Rp 900.000 Rp 970.000 Rp 800.000
4 Biopsi 1-2
jaringan
Rp 437.800 Rp 437.800 Rp 700.000 Rp 610.000 Rp 437.800
5 Biopsi 3-4
jaringan
Rp 656.700 Rp 656.700 Rp 900.000 Rp 790.000 Rp 656.700
6 Biopsi lebih dari
4 jaringan
Rp 875.600 Rp 875.600 Rp 900.000 Rp 970.000 Rp 875.600
8 Slide PAP smear Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 451.000 Rp 260.000
9 Sitologi cairan
efusi, ascites,
sputum, urin
Rp 400.000 Rp 400.000 Rp 400.000 Rp 650.000
10 FNAB superfisial Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 1.140.000 Rp 790.000
Indrianty Sudirman
94
No Jenis Pelayanan RS D RSUD E Sentral
Diagnostik F
RS D Usulan
Tarif
11 FNAB deep
(guidance)
Rp 750.000 Rp 750.000 Rp 750.000 Rp 750.000
12 Imunohistokimia
(IHC) per
antibodi
Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 575.000
13 IHC paket
payudara (ER/
PR/ Her2)
Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000
4. Kaji Posisi Struktur Pasar Masing-Masing Pelayanan
Rumah Sakit
Rumah sakit perlu memetakan posisi setiap
tindakan pelayanan kesehatan pada struktur pasar
industry di sekitarnya. Ada tindakan pelayanan
kesehatan yang struktur pasarnya persaingan sempurna,
misalnya pemeriksaan hematologi rutin. Pemeriksaan ini
dapat diperoleh di semua rumah sakit, klinik, apotek,
atau laboratorium dengan mudah. Oleh karena itu, tarif
tindakan pelayanan kesehatan yang berada pada sturktur
pasar seperti ini harus memiliki keungguan bersaing baik
dari segi tarif, kecepatan pelayanan, cara memeproleh
pelayanan, dan sebagainaya. Namun, ada juga tindakan
pelayanan kesehatan yang berada pada struktur pasar
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
95
monopoli atau oligopoli, misalnya radioterapi. Tidak
semua rumah sakit menyajikan pelayanan radioterapi.
Mungkin pelayanan radioterapi hanya disajikan rumah
sakit lain di provinsi yang berbeda.
Oleh karena itu, jika tarif radioterapi lebih mahal
dibanding rumah sakit lain yang menyajikan pelayanan
radioterapi di wilayah operasi yang berbeda, hal ini
masih dapat menjadi keunggulan bersaing. Selain itu,
meskipun ada rumah sakit lain yang menyajikan tindakan
pelayanan kesehatan yang sama, namun perbedaan
kecanggihan alat kesehatan yang dapat mempengaruhi
hasil diagnostik/terapi juga dapat menjadi dasar untuk
menetapkan harga berbeda tanpa dipengaruhi oleh
rumah sakit yang menjadi kaji banding atau unit cost.
Jenis tindakan pelayanan kesehatan yang termasuk pada
kategori ini dapat menghasilkan margin yang mensubsidi
pelayanan kesehatan lain di rumah sakit. Sebagai
ilustrasi, tabel berikut menyajikan perbandingan tarif
untuk jenis tindakan pelayanan kesehatan yang berada
pada struktur pasar yang berbeda.
Indrianty Sudirman
96
Tabel 18
Perbandingan Tarif RS dengan Tarif RS yang Menjadi Kaji
Banding
No Struktur Pasar Tindakan Pelayanan Kesehatan
Tarif RS A
Tarif RS B
Tarif RS
1 Monopoli/oligopoli Prosedur
radioterapi
3D/fraksi
menggunakan
Linac
1.071.257 1.350.000 1.200.000
2 Persaingan
monopolistik
MSCT kepala 1.000.000 1.700.00 1.500.000
3 Persaingan
sempurna
Hematologi
rutin
60.000 50.000 55.000
5. Penetapan Prinsip Dasar Kebijakan Penetapan Tarif
Pimpinan rumah sakit menentukan tarif baru
rumah sakit dengan mempertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Unit Cost
Pertama-tama, penetapan tarif perlu
memperhitungkan unit cost sebab biaya ini terkait
langsung dengan surplus dan defisit setiap tindakan
pelayanan kesehatan. Penetapan tarif yang dilakukan
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
97
hanya dengan meniru tarif rumah sakit sejenis lainnya
tidak menjamin rumah sakit dapat mencukupi biaya
dari setiap tindakan pelayanan kesehatan yang
disajikannya. Hal ini disebabkan setiap rumah sakit
bersifat unik, dimana struktur organisasi, mekanisme
kerja, proses operasi internalnya juga berbeda. Oleh
karena itu, penting sekali untuk menetapkan tarif
berbasis pada unit cost untuk menghasilkan tingkat
recovery rate yang baik. Selain itu, jika tarif ditetapkan
berbasis pada unit cost maka biaya overhead yang
sebenarnya merupakan tanggung jawab bersama
seluruh unit kerja dapat dibagi secara merata.
Selain itu, pembebanan biaya overhead pada
masing-masing unit kerja dapat sekaligus berfungsi
sebagai mekanisme check and balances terhadap
penggunaan biaya overhead tidak langsung. Misalnya,
jika biaya gaji manajemen, cleaning service, biaya
pemasaran, biaya listrik, biaya internet terlalu tinggi
maka unit kerja akan melakukan protes sebab biaya-
biaya tersebut akan menjadi tanggungan bersama.
Oleh karena itu, transparansi dan keterlibatan unit
kerja secara aktif di dalam penetapan tarif berbasis
unit cost sekaligus melatih kepala unit kerja/instalasi
Indrianty Sudirman
98
untuk berfikir secara ekonomis dan berperilaku
efektif dan efisien di dalam proses operasionalnya.
b. Biaya unit pendukung
Biaya unit pendukung akan mempengaruhi
secara tidak langsung besarnya unit cost untuk setiap
tindakan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, biaya
yang dikeluarkan unit pendukung perlu ditekan
seefisien mungkin. Tidak jarang unit pelayanan medis
melontarkan keluhan atas besarnya biaya yang harus
ditanggung atas pengeluaran unit pendukung.
Sebagian tenaga kesehatan di rumah sakit bahkan
terkadang tidak menyadari akan pentingnya
keberadaan unit pendukung sehingga mereka merasa
jerih payahnya harus di donasikan untuk unit
pendukung. Padahal, peran unit pendukung dalam
penyajian pelayanan kesehatan bukan hal kecil. Tanpa
dukungan unit pendukung, maka adminsitrasi dan
jaminan keberlangsungn pelayanan kesehatan sulit
tercapai.
Unit pendukung berfungsi mendukung unit
pelayanan medis dan unit penunjang pelayanan medis
untuk membantu mereka melaksanakan tugasnya.
Selain itu, unit pendukung juga bertugas
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
99
mengorganisir semua kegiatan pelayanan kesehatan,
melakukan manajemen sumber daya manusia,
manajemen keuangan, manajemen logistik,
manajemen operasional, manajemen pemasaran,
adminsitrasi umum, perencanaan, pengadaan, sistim
informasi manajemen, dan monitoring dan evaluasi,
menjamin sistem keamanan, dan sebagainya. Pada
dasarnya, aktivitas yang dilakukan oleh unit
pelayanan medis dan unit pelayanan penunjang saling
berkaitan dan didukung oleh unit pelayanan
pendukung.
Keterkaitan penjelasan di atas dengan kebijakan
penyusunan tarif yang dilakukan pimpinan rumah
sakit adalah perlunya pimpinan rumah sakit
mengevaluasi secara bijaksana proporsi yang wajar
dan rasional antara biaya unit pendukung dengan unit
pelayanan medis dan pelayanan penunjang. Meskipun
peranannya bagi unit pelayanan medis dan unit
pelayanan penunjang nampak hanya sebatas
pendukung, namun proses operasional rumah sakit
sulit terjamin keberlangsungannya tanpa unit
pelayanan pendukung. Sebaliknya, biaya unit
pelayanan pendukung yang proporsinya terlalu besar
dbanding unit pelayanan medis dan unit pelayanan
Indrianty Sudirman
100
penunjang mencerminkan gemuknya organisasi dan
panjangnya birokrasi sehingga menghambat
fleksibilitas operasional. Dalam kasus seperti ini akan
terjadi free rider yaitu keberadaan pegawai yang tidak
memberikan kontribusi signifikan tetapi tetap harus
dibayar.
c. Tingkat pertumbuhan rumah sakit
Tingkat pertumbuhan rumah sakit juga perlu
dipertimbangkan dalam kebijakan penetapan tarif.
Rumah sakit baru akan lebih mudah menentukan tarif
sebab dapat menentukan unit cost dengan melakukan
studi banding ke rumah sakit lain. Selain itu, sumber
daya manusia rumah sakit lebih mudah dikelola sebab
perjanjian-perjanjian mengenai hak dan kewajiban
sudah dapat ditentukan secara tegas sejak awal.
Namun, di sisi lain rumah sakit baru terutama rumah
sakit swasta masih membutuhkan banyak investasi.
Tentunya investasi tersebut disertai harapan target
periode pengembalian modal investasi. Hal ini
tentunya berdampak pada penetapan tarif yang
menguntungkan sehingga dapat memaksimalkan
keuntungan.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
101
Pimpinan rumah sakit perlu mempertimbang-
kan kebijakan penetapan tarif yang tidak terbebani
oleh kewajiban untuk pengembalian modal investasi
secara cepat. Jika pilihan tersebut dilakukan, maka
rumah sakit dapat kehilangan target pasar secara
cepat karena gagal bersaing dengan rumah sakit lain
yang menyajikan pelayanan kesehatan yang sama
dengan tarif lebih rendah. Sebaliknya, tarif untuk
tenaga kesehatan perlu dipikirkan agar dapat
kompetitif terhadap rumah sakit pesaing. Secara
umum, nampaknya kebijakan ini dapat meningkatkan
biaya, namun pada jangka panjang dapat menjadi
keunggulan bersaing rumah sakit.
d. Tujuan strategis rumah sakit
Salah satu pertimbangan lain dalam penetapan
tarif adalah tujuan startegi rumah sakit. Masih terkait
dengan pertumbuhan rumah sakit, tujuan strategis
rumah sakit banyak ditentukan oleh business life cycle
nya. Beberapa tujuan strategis rumah sakit antara lain
adalah memaksimalkan pendapatan, mengurangi
biaya, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan
utilitas suatu pelayanan kesehatan, menimalkan
Indrianty Sudirman
102
penggunaan pelayanan kesehatan, penetapan target
pasar, memenangkan persaingan, dan sebagainya.
Memaksimalkan pendapatan umumnya dilaku-
kan dengan penetapan margin yang keuntungan yang
besar dibanding unit cost. Namun, strategi ini dapat
dilakukan jika pelayanan kesehatan dimaksud berada
pada struktur pasar monopoli, dimana tidak ada
rumah sakit lain di wilayah operasin yang menyajikan
pelayanan kesehatan tersebut. Mengurangi biaya
dilakukan melalui peningkatan efisiensi dengan cara
peningkatan kontrol pada pada penggunaan bahan
habis pakai, perbaikan manajemen logistik dan
distribusi bahan habis pakai dan obat-obatan,
mengurangi biaya untuk kegiatan non value added
seperti perayaan-perayaan, dies natalis, dan
sebagainya.
Upaya meningkatkan pangsa pasar biasanya
dilakukan melalui pemasaran intensif kepada
masyarakat dan pihak ketiga, antara lain dengan
menawarkan tarif yang kompetitif. Rumah sakit dapat
menetapkan tarif secara umum kemudian
memberlakukan tarif secara khusus kepada mitra
kerjasama atau asuransi swasta tertentu. Demikian
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
103
halnya dengan tujuan strategis peningkatan utilitas
pelayanan kesehatan, dapat dilakukan dengan cara
sales promotion yaitu pengurangan harga untuk suatu
periode tertentu. Misalnya: pap smear diskon 50%
selama 1 (satu) bulan. Teknik sales promotion juga
dapat digunakan untuk menghabiskan persediaan
bahan habis pakai yang hampir kadaluwarsa dengan
cara mendorong penjualan jangka pendek.
Terkadang rumah sakit bermaksud
meminimalkan utilisasi pelayanan kesehatan tertentu
disebabkan kekurangan tenaga kesehatan atau tidak
mampu mengendalikan unit cost untuk pelayanan
kesehatan tersebut. Oleh karena itu, semakin tinggi
utilisasi pelayanan kesehatan tersebut semaki besar
defisit yang dialami rumah sakit. Dalam kondisi ini,
rumah sakit terkadang memilih untuk meminimalkan
utilisasi pelayanan kesehatan tersebut sebab tidak
mungkin untuk meniadakannya jika pelayanan
tersebut menjadi syarat kelas rumah sakit. Upaya ini
biasa dilakukan dengan cara menetapkan tarif lebih
mahal untuk pelayanan kesehatan tertentu dengan
harapan masyakarat akan memilih rumah sakit lain
untuk pelayanan kesehatan tersebut.
Indrianty Sudirman
104
e. Tarif rumah sakit dengan penetapan tarif INA CBGs
Bagi rumah sakit yang memiliki pangsa pasar
pasien menengah ke bawah atau pasien dengan
asuransi sosial, maka lebih aman jika menetapkan
tarifnya sedekat mungkin dengan tarif INA CBGs. Tarif
yang sama dengan INA CBGs akan memudahkan
rumah sakit untuk memiliki keunggulan bersaing dari
sisi tarif. Selain itu, menggunakan INA CBGs sebagai
acuan akan membantu rumah sakit untuk
mengendalikan biaya-biaya serta menetapkan tarif
secara rasional terutama untuk jasa tenaga kesehatan
dan efisiensi penggunaan bahan habis pakai.
f. Tarif setiap tindakan pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang menjadi kaji banding
Rumah sakit juga perlu membandingkan tarif
baru yang akan ditetapkan dengan tarif di rumah
sakit. Hal ini akan membantu rumah sakit dalam
memposisikan dirinya di dalam industry persaingan
di wilayah operasi rumah sakit. Keterangan lebih
lanjut dijelaskan pada sub bab III.C.4
g. Keberterimaan proporsi alokasi biaya sarana (alat,
bahan habis pakai, dan biaya overhead) dan biaya
tenaga jasa kesehatan
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
105
Tidak jarang terjadi perdebatan anatar unit kerja
terkait proporsi alokasi biaya sarana dan biaya jasa
tenaga kesehatan. Tidak dapat dipungkiri adanya ego
sectoral dalam hal ini. Unit pelayanan medis dapat
merasa sebagai tiang penyangga utama pelayanan
kesehatan sehingga berhak mendapatkan proporsi
yang lebih besar. Sebaliknya, unit pelayanan
pendukung juga dapat merasa bahwa biaya bersama
seperti gedung, manajemen, listrik, air, dan
sebagainya perlu terjamin sehingga proporsi alokasi
biaya sarana (alat, bahan habis pakai, dan biaya over
head) harus proporsional secara rasional dengan
biaya jasa tenaga kesehatan. Dalam hal ini, proporsi
alokasi di rumah sakit pesaing dapat dijadikan acuan,
selain kemampuan manajemen sumber daya manusia
untuk melakukan strategi retensi yang efektif.
h. Subsidi silang
Subsisi silang tidak dapat dihindari di dalam
penetapan tarif pelayanan kesehatan. Beberapa
tindakan pelayanan kesehatan mengalami defisit
sedangkan yang lainnya surplus. Namun, tidak
mungkin untuk memilih hanya menyajikan tindakan
pelayanan kesehatan yang surplus. Selain itu,
Indrianty Sudirman
106
beberapa tindakan pelayanan kesehatan disajikan
dengan menggunakan alat yang mungkin biaya bahan
habis pakainya cukup mahal. Sementara, untuk
mengganti alat tersebut juga memerlukan biaya
investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pimpinan
rumah sakit perlu memetakan secara keseluruhan
tarif tindakan pelayanan kesehatan serta membuat
prediksi utilisasinya sehingga dapat terjadi subsidi
silang yang tidak merugikan rumah sakit.
i. Keseuaian dengan daya beli masyarakat (ability to
pay)
Tarif rumah sakit perlu disesuaikan dengan
kemampuan membayar masyarakat. Oleh karena itu,
survey daya beli masyarakat seyogyanya dilakukan
sebelum investasi pembangunan rumah sakit dan
pembelian alat termasuk penetapan jenis pelayanan
kesehatan yang akan disajikan. Jika rumah sakit
menyajikan pelayanan kesehatan yang tidak mampu
terbeli oleh masyarakat, maka rumah sakit dapat
mengalami defisit akibat investasi dan biaya
operasional
j. Kesesuaian dengan kesediaan membayar masyarakat
(willingness to pay)
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
107
Tarif rumah sakit dapat ditetapkan dengan
margin yang cukup besar jika dipandang bahwa
masyarakat memiliki kesediaan membayar terhadap
pelayanan kesehatan tersebut pada tarif tertentu.
Survey kesediaan membayar perlu dilakukan di awal
sama halnya survey daya beli masyarakat. Jika
masyarakat masih bersedia membeli walaupun
dengan tarif yang cukup tinggi, maka rumah sakit
dapat menjadikan data ini sebagai masukan dalam
melakukan subsidi silang.
D. SOSIALISASI TARIF BARU RUMAH SAKIT
Rumah sakit perlu memutakhirkan tarifnya setiap
tahun. Setiap kali selesai memutakahirkan tarif baru, maka
rumah sakit perlu melakukan sosialsiasi kepada seluruh
civitas hospitalia (seluruh sumber daya manusia rumah
sakit). Selanjutnya, tarif baru tersebut juga perlu
dideseminasikan kepada stakeholder terkait seperti Dinas
Kesehatan, dan sebagainya. Tarif terkait pelayanan
kesehatan juga perlu dimutakhirkan dalam informasi tarif
ke masyarakat.
Proses sosialisasi sebaiknya dilakukan dengan
mengundang seluruh civitas hospitalia dalam sebuah
pertemuan agar dapat dijelaskan rasional penetapan tariff.
Indrianty Sudirman
108
Hal ini penting untuk meminimalkan ketidakpuasan unit
kerja tertentu terkait keputusan tarif. Sekedar membagikan
buku tarif rumah sakit yang baru tidak cukup. Buku tarif
yang baru terkadang malas dibaca dan tidak tersentuh oleh
stakeholders terkait. Persoalan terkadang muncul ketika
tarif baru dimmplementasikan terhadap pelayanan yang
kemudian menimbulkan pertanyaan atau ketidaksetujuan
dari unit kerja. Oleh karena itu, acara sosialisasi tarif
sebaiknya dirangkaikan dengan agenda menarik lannya
untuk meningkatkan animo civitas hospitalia untuk hadir.
Beberapa hal yang terkadang membuat civitas
hospitalia merasa enggan untuk menghadiri sosialisasi tarif
baru disebabkan praktek pemutakhiran tarif yang dilakukan
rumah sakit. Beberapa kebiasaan kurang baik yang sering
dilakukan oleh rumah sakit terkait pemutakhiran tarif
adalah sebagai berikut:
1. Rumah sakit hanya mengulangi tarif lama dan
mencantumkan tahun yang baru di sampul buku tarif
rumah sakit
2. Rumah sakit menetapkan tarif dengan menaikkan tarif
lama sejumlah pesentase tertentu
3. Rumah sakit menaikkan tarif hanya pada pelayanan
tertentu
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
109
Namun, jika Rumah sakit menetapkan tarif
berdasarkan analisis unit cost, analisis pesaing, peraturan
pemerintah, dan analisis startegi rumah sakit secara
komprehensif, maka civitas hospitalia akan merasa lebih
terlibat dan memahami rasional penetapan tarif rumah
sakit.
Referensi
Aidemark, L., and L. Lindkvist. (2004). Management Accounting
in public and private hospitals: A comparative study.
Studies in Managerial and Financial Accounting 14: 427-
445
Cleverly, W.O. (2002). The Hospital Cost Index: A New Way to
Asses Relative Cost-Efficiency. Healthcare Financial
Manajement. 56(7): 36-42.
Eldenburg, L., and R. Krishnan. (2007). Management accounting
and control in health care: An economics perspective.
Handbook of Management Accounting Research,
Chapman (ed.), Hopwood (ed) and Shields (ed). Elsevier
Oxford, UK
Folland, S., Goodman, AC., & Stano, M. (2001). The Economics of
Health and Health Care. Third Edition. New Jersey.
Prentice Hall.
Gani, Ascobat. (1997). Analisis Biaya Rumah Sakit (Pedoman-
Pedoman Pokok Dalam Analisa Biaya Rumah Sakit).
Indrianty Sudirman
110
Disajikan Pada Pelatihan Penyusunan Pola Tarif Rumah
Sakit Pemerintah di lingkungan Ditjen Pelayanan Medik
Tahun Anggaran 1996/1997. Cisarua: Bogor.
Hansen & Mowen. (2005). Manajemen Biaya, Edisi bahasa
Indonesia, Buku Dua, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Empat.
Hill, C., & Jones, G. (2007). Strategic management: An integrated
approach. 7th Ed. Boston: Houghton Mifflin.
Kim, W., & Mauborgne, R. (2005). Blue ocean strategy: How to
create uncontested market space and make the
competition irrelevant. Boston MA: Harvard Business
School Press.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. (2016). Marketing
Management, 15th Edition New Jersey: Pearson Pretice
Hall, Inc.
Mathauer, I., & Wittenbecher, F. (2013). Hospital Payment
Systems Based on Diagnosis Related Groups: Experiences in
Low-and Middle-Income Countries. Bulletin World Health
Organization. 91(2): 746-756.
Mouritsen, J., & Kreiner, K. (2016). Accounting, decisions and
promises. Accounting, Organizations and Society, 49(1),
21-31.
Naranjo-Gil, D., and F. Hartmann. (2007). Management
accounting systems, top management team heterogeneity
and strategic change. Accounting, Organizations and
Society 32(7-8): 735-756.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
111
Pemerintah Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan
No. 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Berita
Negara RI Tahun 2013, No 1392. Jakarta: Menkumham RI.
Pemerintah Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan
No. 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem
Indonesian Case Base Groups (Ina-CBGs). Berita Negara
RI Tahun 2014, No 795. Jakarta: Menkumham RI.
Pemerintah Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan
No. 86 Tahun 2015 tentang Pedoman Akuntansi
Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Akrual Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan. Berita Negara RI
Tahun 2016, No 107. Jakarta: Dirjen Kemenkumham RI.
Pemerintah Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan
No. 76 Tahun 2016 tentang Pedoman Indonesian Case
Base Groups (Ina-CBG) dalam Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional. Berita Negara RI Tahun 2017, No 92.
Jakarta: Dirjen Kemenkumham RI.
Sudirman, I., Sidin, I., & Hamid, N. (2018). From Concept to The
Practices of the Accountability of Hospitals in Indonesia.
Research Report.
Sudirman, I., Sidin, I., & Hamid, N. (2019). Pengembangan Model
Akuntabilitas Rumah Sakit; Studi Kasus Pada Rumah Sakit
Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta. Makassar: Penerbit
Nas Media Pustaka.
Indrianty Sudirman
112
Sudirman, I., Sidin, I., & Hamid, N. (2019). Measuring Hospital
Accountability. Research Report.
World Health Organization (WHO). (2005). Achieving universal
health coverage: Developing the health financing system.
Technical brief for policy-makers. Number 1, 2005. World
Health Organization, Department of Health Systems
Financing, Health Financing Policy.
Zimmerman, J.L. 2001. Conjectures regarding empirical
managerial accounting research. Journal of Accounting
and Economic 32(1-3): 411-427.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
113
BAB IV PENUTUP
Buku penetapan tarif berdasarkan unit cost ini disusun
berdasarkan pengalaman penulis dalam menetapkan tarif di
rumah sakit. Dari pengalaman penulis, perubahan struktur tarif
yang seara komprehensif memperhitungkan unit cost, posisi
persaingan, ability to pay, willingness to pay, dan tujuan
strategis, serta kondisi internal rumah sakit sangat signifikan
membantu memperbaiki struktur keuangan rumah sakit.
Sebaliknya, penetapan tarif yang hanya mengikuti tarif di
rumah sakit lain tidak membantu rumah sakit memperbaiki
kondisi keuangannya. Disadari bahwa perhitungan unit cost di
rumah sakit bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan kerja
keras di awal hasil yang dicapai akan lebih baik. Jika rumah
sakit telah memiliki model penghitungan unit cost, maka di
masa yang akan datang proses ini menjadi lebih mudah. Unit
kerja tinggal menginput biaya dan pendapatannya sehingga
Indrianty Sudirman
114
dapat dengan mudah diperbaharui unit cost termutakhir dari
rumah sakit.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
115
BIOGRAFI PENULIS
Dr. Indrianty Sudirman, SE., M.Si. Lahir di
Ujung Pandang, tanggal 28 Januari 1969.
Lulus S1 tahun 1992, lulus S2 tahun 1998, dan
lulus S3 tahun 2002 di Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin. Saat ini adalah dosen
tetap Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Mengampu mata
kuliah manajemen strategi, manajemen pemasaran, corporate
strategy, etika bisnis dan riset manajemen. Disamping itu saat ini
penulis menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Majelis Wali Amanat
(MWA) Universitas Hasanuddin, Ketua Unit Implementasi Proyek
Pengembangan Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, Asesor
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Departemen Pendidikan Nasional, dan Interviewer Beasiswa LPDP
Kemendikbud Indonesia. Pernah menjabat sebagai Direktur
Administrasi Umum, SDM dan Keuangan Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin tahun 2014-2018. Aktif menulis jurnal ilmiah dan
menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan pelatihan
Indrianty Sudirman
116
tentang manajemen ataupun akreditasi baik nasional maupun
internasional. Pernah menulis buku Topik-Topik Riset Manajemen
Strategik dan buku Penerapan Orientasi Pasar di Rumah Sakit
Ditelaah dari Multi Perspektif Strategi tahun 2012.
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost
117
Indrianty Sudirman
118