STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH DI...
Transcript of STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH DI...
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH
DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS
JAKARTA TIMUR MELALUI KETERAMPILAN ELEKTRO
DAN MONTIR MOTOR
Diajukan guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh:
SURYO WIDODO
1113054000004
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2017
i
ABSTRAK
Suryo Widodo
Strategi Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur Melalui Keterampilan Elektro Dan
Montir.
Dalam masyarakat masa kini pendidikan dianggap sebagai faktor dinamis
nomor satu di dunia sebagai penggerak suatu negara. Bangsa apa dan dimanapun
akan menjadi besar diukur dari SDM-nya, dan SDM tidak terlepas dari sektor
pendidikan bangsanya. Berdasarkan hal tersebut maka pendidikan yang diberikan
kepada para remaja harus ditingkatkan. Namun bukan hanya diberikan pendidikan
kepada remaja tetapi harus juga diberikan asumsi – asumsi seperti halnya bahwa
remaja sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki rasa bertanggung jawab
untuk melanjutkan pembangunan bangsa dan negara, khususnya dalam bidang
pendidikan. Apabila asumsi-asumsi penerus bangsa bertanggung jawab untuk
melanjutkan pembangunan bangsa dan negara semakin intensif ditanamkan kepada
remaja, maka bangsa ini akan lebih terjamin. Akan tetapi dalam menyiapkan remaja
sebagai penerus bangsa yang tangguh dalam melanjutkan pembangunan tidaklah
mudah. Banyak sekali hambatan yang berasal dari faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal seperti halnya kemiskinan dan kelemahan intelektual
yang dialami remaja itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal meliputi terbatasnya
akses pendidikan yang sesuai atau rendahnya kualitas pendidikan yang
diselenggarakan menjadi tantangan dalam mewujudkan generasi yang tangguh dan
cerdas. Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur adalah
lembaga yang mengatasi tantangan-tantangan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai strategi
pemberdayaan dalam program keterampilan elektro dan montir di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur. Penelitian ini dijelaskan dalam metode deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi mendalam
mengenai kegiatan keterampilan elektro dan montir motor. Kegiatan keterampilan
ini sebagai salah satu strategi untuk menumbuhkembangkan kemampuan serta
perilaku anak.
Strategi pemberdayaan yang dilakukan dapat melihat perubahan-perubahan
anak menjadi lebih baik. Terlihat bagaimana anak menjadi lebih mandiri, produktif,
disiplin, jujur, dan ulet. Dengan ada Pemungkinan membuat anak ingin
berkembang. Dari ingin berkembang maka harus diberikan penguatan melalui
pemberian keteerampilan untuk menunjang kemauannya. Setelah mendapatkan
skill dari keterampilan maka harus diberikan perlindungan serta akses agar anak
dapat mampu berkembang. Setelah semua itu terpenuhi maka diperlukan
Penyokongan berupa bimbingan-bimbingan agar anak tidak salah dalam memilih
jalannya sendiri.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Puji bagi Allah SWT yang telah memberikian rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Strategi Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur Melalui Keterampilan Elektro dan Montir”
dapat diselesaikan dengan baik
Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah merubah zaman jahiliyah menjadi zaman ilmu
pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut
dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapakan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Muhtadi, M.Si. selaku pembimbing yang dengan sabar,
tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan
bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis
selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan penuh sadar dan
ketulusan pula kepada:
1. Ibunda tercinta Atik Sugiarti yang selalu tulus ikhlas mendoakan penulis
sehingga lancar dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap doa dan
pengorbanan mendapat balasan berlipat dari Allah SWT. Amin.
2. Ayahanda tercinta Sumidi, yang selalu memberi dukungan materi maupun moril,
serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih
karena sudah sabar menunggu penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr Arief Subhan, MA. Selaku dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
4. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Ketua jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam dan sekaligus pembimbing akademik, serta Bapak Drs. M. Hudri. M.Ag.
selaku Seketaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, terima kasih atas
segala ilmu dan motivasi yang telah diberikan selama masa studi di Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam.
5. Segenap dosen jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan seluruh Civitas
Akademik yang telah memberi wawasan keilmuan dan membimbing penulis
selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah memberi fasilitas berupa buku-buku dan referensi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
iii
7. Ibu Habibie selaku Pekerja Sosial (Peksos) dan Supervisor Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur yang telah membimbing dan
informasi. Semoga Ibu selalu diberkahi Allah SWT.
8. Ibu Ipeh selaku Kepala Bagian Program Dan Advokasi Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur yang telah memberikan informasi. Semoga
kepemimpinan Ibu selalu diberkahi Allah SWT.
9. Bapak Namin selaku Kepala Bagian Rehabilitasi Sosial (Rehsos) dan Instruktur
Program di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur, terimasih sudah membantu
penulis dalam memberikan informasi terkait penelitian skripsi.
10. Seluruh anak asuh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Terimakasih atas semua
pelayanan dan partisipasinya kepada penulis selama melakukan penelitian.
Semoga semua amal kebaikan dilipatgandakan Allah SWT.
11. Kawan-kawan Seperjuangan Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam angkatan 2013 dan Kakak serta Adik kelas semua yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti perkuliahan
maupun dalam penulisan skripsi ini.
12. Kawan-kawan Seperjuangan, Ahmad Nauval Nur, Aditya Awaludin, Rosa Juni
Andri, dan semua kawan-kawan seperjuangan angkatan 2013 yang telah
mendukung penulis menyelesaikian skripsi ini.
13. Shofi Muthia Syarie, terimakasih atas pengertian, support, dan doa yang
dipanjatkan untuk penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Semoga semua amal
kebaikan dilipatgandakan Allah SWT.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis harapkan adanya saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 2 Oktober 2017
Suryo Widodo
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 7
D. Metodologi Penelitian .................................................................................. 8
E. Pedoman Penulisan Skripsi ........................................................................ 20
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 20
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 23
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan .................................................................... 25
2. Tujuan Pemberdayaan .......................................................................... 27
3. Indikator Pemberdayaan....................................................................... 28
4. Strategi Pemberdayaan ......................................................................... 30
5. Tahap-Tahap Pemberdayaan ................................................................ 35
B. Remaja Putus Sekolah
1. Pengertian Remaja ............................................................................... 37
2. Karakteristik Remaja ............................................................................ 39
3. Putus sekolah ........................................................................................ 41
4. Remaja Putus Sekolah .......................................................................... 41
C. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan ...................................................................... 43
2. Jenis-Jenis Keterampilan ...................................................................... 44
D. Panti Sosial Bina Remaja
1. Kelembagaan Sosial ............................................................................. 45
2. Pengertian Panti Sosial ......................................................................... 49
3. Panti Sosial Bina Remaja ..................................................................... 50
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur .. 52
B. Lokasi ......................................................................................................... 52
C. Visi dan Misi .............................................................................................. 53
D. Dasar Hukum ............................................................................................. 54
v
E. Struktur Organisasi .................................................................................... 54
F. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan .............................................................. 55
G. Program Keterampilan ............................................................................... 56
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS LAPANGAN
A. Temuan Data
1. Proses Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur Melalului Program
Keterampilan Elektro Dan Montir.......................................... 61
2. Strategi Pemberdayaan Panti Sosial Bina Remaja Bambu
Apus Jakarta Timur Melalui Keterampilan Elektro dan
Montir ................................................................................... 97
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Proses Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur Melalului Program
Keterampilan Elektro Dan Montir.......................................... 112
2. Strategi Pemberdayaan Panti Sosial Bina Remaja Bambu
Apus Jakarta Timur Melalui Keterampilan Elektro dan Montir
.............................................................................................. 122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 131
B. Saran .......................................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 134
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Tingkatan Sekolah Tahun 2014 ................................ 3
Tabel 2 : Penggalian Informasi Wawancara ...................................... 15
Tabel 3 : Tahapan Pengembangan Masyarakat .................................. 36
Tabel 4 : Struktur Organisasi PSBR Bambu Apus Jakarta Timur ..... 54
Tabel 5 : Jumlah Anak Jurusan Keterampilan Elektro ....................... 57
Tabel 6 : Jumlah Anak Jurusan Keterampilan Montir ....................... 58
Tabel 7 : Matriks Strategi Pemberdayaan ........................................ 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era modern seperti sekarang banyak hal yang berubah dalam kehidupan
manusia. Seperti teknologi dan sains yang tumbuh dengan pesat, namun di
balik pertumbuhan yang pesat itu terdapat dampak positif maupun dampak
negatif. Dampak dari pertumbuhan yang pesat itu juga membuat kebutuhan-
kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Seperti halnya kebutuhan akan
barang-barang elektronik televisi, kulkas, kipas angin, maupun motor. Salah
satu modal yang dibutuhkan untuk menguasai dan mengendalikan teknologi
adalah pendidikan.1 Oleh karena itu, pendidikan diberikan kepada manusia
sejak masih anak-anak dan tidak dibatasi sampai kapan seseorang harus
berhenti dalam menempuh pendidikan.
Dalam masyarakat masa kini pendidikan dianggap sebagai faktor dinamis
nomor satu di dunia sebagai penggerak suatu negara. Bangsa apapun dan
dimanapun akan menjadi besar diukur dari SDM-nya, dan SDM tidak terlepas
dari sektor pendidikan bangsanya. 2 Sebagai contoh negara maju seperti
Amerika Serikat yang memberikan anggaran negara dengan target 30-40% dari
anggaran belanja negara, sehingga pendidikan yang awalnya hanya 7% dari
1Jhon vaizey, Pendidikan di dunia modern, terjemahan L.P. Murtini, (Jakarta : PT.
Gunung Agung, 1982), hal. 8 2 Isjoni, Pendidikan sebagai investasi masa depan, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
2006), hal.9
2
populasi sekolah menengah yang tamat pada awal permulaan abad ke-20, kini
sudah melebihi 75% bersekolah sampai umur 18 tahun.3
Dengan human investment pada sektor pendidikan maka tingkat
pengangguran akan semakin rendah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2016 memperlihatkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka semakin tinggi kemungkinan seseorang bekerja. Pada tahun 2016 bulan
Februari angka pengangguran tamatan SD mencapai 1.218.954 sedangkan
tamatan universitas mencapai 695.304.4
Maka dari data tersebut pendidikan yang diberikan kepada para remaja
harus ditingkatkan. Namun bukan hanya diberikan pendidikan kepada remaja
tetapi harus juga diberikan asumsi – asumsi seperti halnya bahwa remaja
sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki rasa bertanggung jawab untuk
melanjutkan pembangunan bangsa dan negara, khususnya dalam bidang
pendidikan.
Apabila asumsi-asumsi penerus bangsa bertanggung jawab untuk
melanjutkan pembangunan bangsa dan negara semakin intensif ditanamkan
kepada remaja, maka bangsa ini akan lebih terjamin. Akan tetapi dalam
menyiapkan remaja sebagai penerus bangsa yang tangguh dalam melanjutkan
pembangunan tidaklah mudah. Banyak sekali hambatan yang berasal dari
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal seperti halnya
3Torsten Husen, Masyarakat Belajar, terjemahan P.Surono Hargosewoyo(Jakarta : CV.
Rajawali, 1988), hal. 336 4https://www.bps.go.id/website/tabelExcelIndo/Indo_6_12496601.xls di akses pada 20
November 2016 pukul 20.20
3
kemiskinan dan kelemahan intelektual yang dialami remaja itu sendiri. 5
Sedangkan faktor eksternal meliputi terbatasnya akses pendidikan yang sesuai
dengan kemampuannya atau rendahnya kualitas pendidikan yang
diselenggarakan menjadi tantangan dalam mewujudkan generasi yang tangguh
dan cerdas.
Menurut data yang diperoleh melalui Kementrian Pendidikan dan Budaya
RI tentang jumlah penyelenggara pendidikan yang ada di Indonesia dapat
dilihat dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1
Jumlah Tingkatan Sekolah tahun 2014
Jenis Pendidikan Jumlah
SD 148.272
SMP 35.488
SMA 12.409
Sumber : www.bps.go.id
Berdasarkan tabel di atas terlihat banyak sekolah yang ada di Indonesia
akan tetapi masih terdapat remaja – remaja masih tidak bersekolah dan bekerja
untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahun 2016 masih terdapat 4.873.611
5 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Malang : Departemen
Pedidikan Nasional, 2004), hal.126
4
remaja Indonesia yang lebih memilih untuk bekerja dibandingkan menempuh
pendidikan lebih lanjut.6
Padahal pemerintah sudah menetapkan dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan
bahwa "Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakatnya" 7 . Pasal 48 juga dalam Undang-undang yang sama,
dikatakan bahwa "Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar
minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak” 8 . Dalam pasal 49 juga
dikatakan "Negara , pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan".9
Banyak ayat dan pasal di dalam undang-undang yang menyatakan bahwa setiap
orang berhak memperoleh pendidikan. Namun dengan biaya pendikan yang
sangat mahal membuat banyak anak di Indonesia tidak dapat memperoleh
pendidikan.
Pendidikan juga merupakan kewajiban bagi umat muslim di seluruh dunia
yang masuk dalam surat al-a’laq ayat 1-5 yang berbunyi:
6 https://www.bps.go.id/website/tabelExcelIndo/Indo_6_19759657.xls di akses pada
tanggal 20 november 2016 pukul 20:31 WIB 7 Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
anak” dalam Undang-Undang Perlindungan Anak (UU RI No.23 Th.2002), (Jakarta :Sinar
Grafika, 2009) hal. 6 8 Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
anak” dalam Undang-Undang Perlindungan Anak (UU RI No.23 Th.2002), hal.19 9 Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
anak” dalam Undang-Undang Perlindungan Anak (UU RI No.23 Th.2002), hal.19
5
{ اقرأ 2{ خلق اإلنسان من علق }1اقرأ باسم رب ك الذي خلق }
{5نسان مالم يعلم }{ علم اإل 4{ الذي علم ابالقلم }3وربك األكرم }
Berdasarkan Qur’an Surat Al- a’laq 1-5, yang memiliki arti “Bacalah
dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahui ” menjelaskan bahwa setiap umat
muslim disuruh atau diwajibkan untuk membaca/menuntut ilmu.
Sebagaimana uraian-uraian sebelumnya maka pendidikan dianggap
penting sehingga diperlukan pengembangan masyarakat. Pengembangan
masyarakat dalam arti sempit ialah, perubahan terencana berbasis pendekatan
sosial, sedangkan dalam arti luas yaitu upaya perbaikan taraf hidup masyarakat
baik segi sosial, ekonomi, lingkungan, teknologi bahkan politik sekalipun10.
Peran pengembangan masyarakat salah satunya ialah Educational Roles11 .
yakni mendidik serta membangkitkan kesadaran sosial melalui penyampaian
informasi, upaya mengkonfrontasi serta diadakannya pelatihan.
Untuk melakukan suatu pengembangan pemerintah memberikan
dukungan, yaitu pada bulan Juli 1972 didirikanlah suatu wadah untuk
membantu anak-anak putus sekolah, yaitu Panti SosiaI Bina Remaja (PSBR)
di Bambu Apus Jakarta Timur. Panti SosiaI Bina Remaja ini diresmikan oleh
10 Adi Fahrudin,. Pemberdayaan, Partisipasi, & Penguatan Kapasitas Masyarakat,
(Bandung : Humaniora, 1996), h. 56. 11 Adi Fahrudin,. Pemberdayaan, Partisipasi, & Penguatan Kapasitas Masyarakat, h. 61
6
Menteri Sosial RI pada waktu itu oleh HMS Mintaredja, SH. Tujuan PSBR
Bambu Apus adalah terpenuhinya hak dan kebutuhan dasar remaja,
terbentuknya karakter remaja yang jujur, disiplin, tanggungjawab, percaya diri,
terampil dan mandiri. Dalam perkembangannya, Panti Sosial Bina Remaja
membuat suatu progam bimbingan keterampilan untuk anak asuh mereka atau
biasa disebut Penerima Manfaat Bimbingan Keterampilan yang dibuat dan
diterapkan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, yaitu Bimbingan
Keterampilan teknik sepeda motor, teknik kendaraan ringan (mobil),
elektronika, las, jahit, handy craft, salon, desain grafis
Melihat hal tersebut maka peneliti terdorong untuk mengetahui dan
mencoba menganalisa bentuk pengembangan keterampilan yang diberikan
PSBR kepada anak-anak putus sekolah. Dengan pertimbangan fokus dan ruang
lingkup jurusan Pengembangan Masyarakat Islam penulis membahas dan
menganalisa sebuah skripsi yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Remaja
Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta
Timur Melalui Keterampilan Elektro Dan Montir Motor”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang menjelaskan pentingnya
pendidikan untuk remaja putus sekolah dan bagaimana pemerintah
melakukan pemberdayaan terhadap remaja putus sekolah melalui Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Maka melihat hal
7
tersebut peneliti tertarik mengetahui bagaimana proses yang dilakukan
PSBR terhadap remaja putus sekolah, lalu strategi seperti apa yang
dilakukan PSBR untuk melakukan pemberdayaan terhadap remaja putus
sekolah tersebut. Melihat hal tersebut maka peneliti membahas lebih
khusus tentang strategi pemberdayaan remaja putus sekolah di Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur Melalui
Keterampilan elektro dan montir motor
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis hanya akan
merumuskan beberapa pokok bahasan sebagai berikut:
1) Bagaimana proses permberdayaan remaja putus sekolah di Panti
Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur melalui
keterampilan elektro dan montir motor ?
2) Bagaimana strategi pemberdayaan remaja putus sekolah yang
dilakukan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur
melalui keterampilan elektro dan montir motor ?
C. Tujuan dan Manfaat
1) Tujuan
Berdasarkan pokok bahasan yang disebutkan sebelumnya, skripsi
ini bertujuan :
a) Untuk mengetahui proses pemberdayaan remaja putus
sekolah yang dilakukan Panti Sosial Bina Remaja Bambu
8
Apus Jakarta Timur melalui keterampilan elektro dan montir
motor
b) Untuk mengetahui strategi pemberdayaan remaja putus
sekolah yang dilakukan Panti Sosial Bina Remaja Bambu
Apus Jakarta Timur dalam melakukan melalui keterampilan
elektro dan montir motor
2) Manfaat
Secara teoritis, manfaat penulisan ini adalah untuk dapat
memperkaya khazanah tentang dampak dan bagaimana pelaksanaan
pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah, sehingga
ditemukan sebuah pemahaman yang kontekstual, substansial,
progresif, dan kritis.
Sedangkan secara praktis, manfaat penulisan ini yaitu sebagai
acuan apakah strategi lembaga sosial dalam keterampilan elektro dan
montir dapat menjadi alternatif pendidikan bagi anak putus sekolah
dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian terbagi dalam dua kata yaitu metodologi dan
penelitian. Secara umum, metodologi adalah langkah langkah yang sistematis
untuk memperoleh ilmu dalam menggunakan metode. Metode berbeda dengan
metodologi, jika metode berarti suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu
9
dengan langkah-langkah sistematis, sedangkan metodologi atau metode ilmiah
yaitu langkah-langkah yang sistematis untuk memperoleh ilmu.12
Sedangkan penelitian termasuk dalam metode ilmiah yaitu suatu cara
mencari dan mengungkapkan kebenaran dengan ciri objektivitas, karena di sini
kebenaran yang diperoleh secara konseptual atau deduktif tidak saja cukup,
tetapi harus diuji secara empiris.13
Dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat
secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk
mencari, menyusun, serta menganalisis, dan menyimpulkan data-data sehingga
dapat digunakan untuk menemukan mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu penelitian.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan ini
adalah pendekatan kualitatif. Kualitatif berasal dari konsep kualitas
“mutu” atau bersifat mutu. Pendekatan kualitatif berarti upaya menemukan
kebenaran dalam wilayah-wilayah konsep mutu. Mutu dapat diartikan
sebagai komponen atau faktor yang karena kelengkapan unsurnya serta
12 Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung : Mandar Maju,
2011) h. 25 13 Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 27
10
keterkaitannya satu sama lain sehingga menunjukkan kekuatan atau
kapasitas dari induk (konsep) dari komponen-komponen itu.14
Penelitian kualitatif sebagai model yang dikembangkan oleh mazhab
Baden yang bersinergi dengan aliran filsafat fenomenologi menghendaki
pelaksanaan penelitian berdasarkan pada situasi wajar (natural setting)
sehingga kerap orang juga menyebutnya sebagai metode naturalistik.
Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
meneliti informan sebagai objek penelitian dalam lingkungan hidup
kesehariannya. Untuk itu, para peneliti kualitatif sedapat mungkin
berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat dunia
kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan
secara apa adanya (wajar).15
Dalam penelitian kualitatif yang bersifat naturalistik, fungsi
paradigma dan teori bukan dalam rangka membentuk fakta atau
melakukan prediksi dan menunjukkan hubungan dua variabel
sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, melainkan lebih banyak untuk
mengembangkan konsep dan pemahaman serta kepekaan peneliti.
Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang dijadikan
patokan dalam penelitian. Walaupun belum ditemukan patokan yang baku
dan berlaku umum, tetapi secara esensi dan menurut beberapa ahli
penelitian kualitatif, ada beberapa tahapan ketika kita ingin melakukan
14 Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006), h. 37 15 Muhammad Idrus, editor: Yayat Sri Hayati, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2009), h. 23-24.
11
penelitian kualitatif. Tidak seperti penelitian kuantitatif yang sudah
memiliki tahapan yang baku dan berlaku umum, penelitian kualitatif
cenderung lebih sulit dibuat tahapan baku karena terkait dengan salah satu
karakteristik dari penelitian kualitatif, yaitu fleksibel, sehingga dengan
kefleksibilitasannya tersebut, jalannya penelitian dapat berubah-ubah
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Beberapa ahli penelitian kualitatif mengemukakan bahwa setidaknya
terdapat lima tahapan umum yang dapat dijadikan patokan dalam
menyelenggarakan penelitian kualitatif. Kelima tahapan itu antara lain
adalah mengangkat permasalahan, memuncukan pertanyaan penelitian,
mengumpulkan data yang relevan, melakukan analisis data, dan menjawab
pertanyaan penelitian.16
2. Macam dan Sumber Data
Kegiatan penelitian baik penelitian sosial ataupun penelitian eksakta
selalu berkaitan dengan sumber data. Dalam sejarah perkembangan
penelitian, pada awalnya yang dikatakan sebagai sumber data hanyalah
apa yang ditemui pada saat itu baik yang dilihat ataupun yang didengar
tanpa mempertimbangkan segi perkembangan dan waktu.
Perkembangan atau lebih tepatnya perubahan akan terjadi selama
mekanisme kegiatan manusia dan berinteraksi seiring dengan waktu. Oleh
sebab itu peranan waktu semakin menentukan dalam perkembangan
16 Haris Herdiyansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h. 46-48.
12
ataupun kejadian perubahan. Perubahan akan terlihat dengan nyata apabila
terdapat rekaman awal, rekaman selama terjadinya interaksi dan rekaman
akhir. Kumpulan perubahan-perubahan tersebut yang dalam hal ini sebagai
salah satu contoh sumber data.
Sumber data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan
benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa atau baik secara kuantitatif
ataupun kualitatif. Sumber data yang bersifat kualitatif di dalam penelitian
diusahakan tidak bersifat subjektif, oleh sebab itu perlu diberi peringkat
bobot.17
Sumber data merupakan salah satu yang paling vital dalam penelitian.
Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data
yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan. Oleh karena itu,
peneliti harus mampu memahami sumber data mana yang mesti digunakan
dalam penelitiannya itu. Ada dua jenis sumber data yang biasanya
digunakan dalam penelitian sosial, yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder.18
a) Sumber data primer
Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan. Data yang dihasilkan dari sumber data ini adalah data
primer. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
17 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 44 18 Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-Format
Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan, Publik, Komunikasi, Manajemen, dan
Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 129.
13
langsung dari lapangan serta informan yang diwawancarai, berupa 5
anak asuh yang terdapat dalam keterampilan montir dan elektro.
b) Sumber data sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud
selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat
ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data
sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data
penelitian. Kita mengenal metode wawancara, pengamatan, studi
dokumentasi, studi kepustakaan, arsip, dan dokumen. Dalam penelitian
dengan pendekatan kualitatif, ada empat teknik pengumpulan data yang
biasa digunakan, yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan dan studi
dokumen.
a) Observasi
Observasi merupakan suatu metode atau cara pengamatan dan
pencatatan fenomena sosial dan gejala-gejala psikis secara langsung
yang di sengaja pada objek yang diteliti. 19 Dalam hal ini penulis
19 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta : PT.Bumi
Aksara, 2013), h. 143
14
melihat secara langsung pelatihan pemberian pelatihan keterampilan
elektro dan montir bagi remaja putus sekolah untuk meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia
b) Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
yang di arahkan pada suatu masalah tertentu. 20 Wawancara secara
garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan
wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur atau biasa disebut
wawancara mendalam yaitu wawancara atau percakapan secara
informal, yang bersifat luwes juga susunan pertanyaan dan susunan
kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara,
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara termasuk
karakteristik sosial-budaya. Dalam wawancara tak terstruktur
responden biasanya akan memberikan jawaban lebih mendalam dan
bisa menjawab pertanyaan yang mencakup lebih dari satu
pertanyaan.21
Sedangkan dalam wawancara terstruktur adalah sebaliknya,
wawancara terstruktur menuntut pewawancaranya mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang susunannya ditetapkan sebelumnya,
dengan kata-kata yang sama persis. Jawabannya biasanya sudah baku
20 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 160 21 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 180
15
dan responden tinggal memilih dari beberapa jawaban yang telah
disediakan oleh pewawancara.22
Alat yang digunakan dalam pencatatan data wawancara berupa
alat tulis dan recorder handphone. Saat saat pencatatan data yang
dilakukan peneliti maka wajib di ketahui oleh pihak Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR). Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dan
pendekatan dari beberapa narasumber, selain itu wawancara dalam
penelitian ini mengarah kepada bagaimana strategi pemberdayaan
yang dirasakan oleh peserta yang mengikuti program pelatihan teknik
elektro dan montir di PSBR setelah dan selama mengikuti pelatihan.
Berikut adalah tabel penggalian informasi melalui wawancara :
Tabel 2
Pengalian informasi wawancara
No. Informan Informasi Yang
Dicari
Jumlah Metode
Pengumpulan
Data
1 Kepala Bagian
PSBR Bambu
Apus
Gambaran Umum
PSBR Bambu
Apus, Latar
belakang sejarah
berdirinya ,
Pelaksanaan
Program dan
kebijakan di PSBR
Bambu Apus,
Strategi
pemberdayaan.
2 Wawancara
bebas
terstruktur
22 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial, h. 183
16
2 Staff PSBR Gambaran umum
PSBR Bambu
Apus, latar
belakang sejarah
berdirinya, strategi
pemberdayaan.
1 Wawancara
bebas
terstruktur,
dokumentasi
3 Staf pengajar
( keterampilan
elektro dan
montir)
Proses
pemberdayaan dan
Strategi
pemberdayaan
yang telah
dilakukan oleh
PSBR.
2 Wawancara
bebas
terstruktur,
observasi,
dokumentasi
Remaja putus
sekolah atau
anak Asuh
PSBR Bambu
Apus Jurusan
Elektro
2
Remaja putus
sekolah atau
anak Asuh
PSBR Bambu
Apus Jurusan
Montir
3
Jumlah 10
c) Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan perekaman data dalam penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Imam
gunawan menyatakan bahwa catatan lapangan adalah tulisan-tulisan
atau catatan-catatan mengenai segala sesuatu yang didengar, dilihat,
dialami dan bahkan dipikirkan oleh peneliti selama kegiatan
17
pengumpulan data dan merefleksikan data tersebut dalam kajian
penelitian. 23 Dengan demikian, catatan penelitian berupa tulisan
tentang kejadian di tempat penelitian yang dialami peneliti baik
berupa wawancara, kejadian, maupun objek.
Menurut Mantja yang dikutip oleh Imam Gunawan menyatakan
bahwa catatan lapangan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian Deskripsi
dan bagian Refleksi.24 Bagian deskripsi yaitu catatan yang menjadi
perhatian peneliti seperti gambaran latar, orang-orang, apa yang
dilakukan oleh orang, dan percakapan-percakapan yang diamatinya.
Bagian refleksi yaitu seperti kepeduluan, gagasan-gagasan, dan
kerangka berpikir penliti.
Kegunaan catatan lapangan adalah sebagai gambaran konkrit
tentang kejadian di lapangan dan membawa pembaca ke dalam suatu
lingkungan dan kejadian yang sedang dialami oleh peneliti. Bentuk
dan model catatan lapangan dapat berupa tulisan, gambar maupun
peta atau gambar letak yang mengutarakan kondisi tempat penelitian
berlangsung.
d) Studi Dokumen
Dokumentasi merupakan pengumpulan data-data yang tidak
diperoleh melalui observasi dan interview, tetapi di peroleh dengan
23 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 184 24 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 185
18
cara melakukan penelusuran jurnal, surat kabar, buku, internet dan
sumber-sumber yang berkaitan dengan apa yang diteliti oleh penulis.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tahapan yang penting dalam penyelesaian
suatu kegiatan penelitian ilmiah. Data yang sudah didapatkan tanpa
dianalisis akan menjadi tidak bermakna dan tidak berarti. Maka dari itu
analisis data memberi arti, makna dan nilai yang terkadung dalam data.
Analisis data diperlukan agar peneliti dapat mengembangkan kategori
dan sebagai perbandingan yang kontras untuk menemukan sesuatu yang
mendasardan memberi gambaran apa adanya. Proses pengumpulan data
dan informasi dikatakan oleh Patton bahwa ada kecenderungan para
peneliti pemula dalam mengumpulkan data mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya hingga melebihi kemampuan mereka untuk
mengolah atau mengurangi arti.25
Suatu penelitian yang efektif dan efisien, bila semua data yang di
kumpulkan dapat dianalisis dengan teknik analisis tertentu. Itulah kiranya,
pada saat merancang penelitian, sudah harus dipikirkan data yang akan
dikumpulkan dan teknik analisis data yang akan digunakan. Sehingga
peneliti harus memastikan pola analisis statistik atau non statistik. Pola
mana yang akan digunakan sangat tergantung kepada data yang
dikumpulkan.
25 Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 166
19
Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Imam Suprayogo dan
Tobroni yakni kegiatan-kegiatan analisis selama pengumpulan data
meliputi: menetapkan focus penelitian, apakah tetap sebagaimana yang
telah direncanakan ataukah perlu diubah; penyusunan temuan-temuan
sementara berdasarkan data yang telah terkumpul; pembuatan rencana
pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan pengumpulan
data sebelumnya; pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam
rangka pengumpulan data berikutnya; dan penetapan sasaran-sasaran
pengumpulan data (informan, situasi, dokumen) berikutnya.26
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang bersifat
deskriptif. Analisis deskriptif bersifat penilaian, analisis verbal non angka,
untuk menjelaskan makna lebih jauh dari yang nampak oleh panca
indera.27
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus berlokasi di Jl. PPA
No.1, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
PSBR Bambu Apus berada satu area dengan Pusat Pengembangan Sosial
Anak, yang di dalamnya terdapat pelayanan sosial terhadap Anak
Berhadapan dengan Hukum (ABH), Rumah Perlindungan Sosial Anak
26 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003), h. 192-193. 27 Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang : UIN Maliki
Press, 2010), Cet. 2, Hal.196
20
(RPSA), Pelayanan terhadap Anak Dengan Kecacatan (ADK), serta
Taman Kanak-kanak Teratai Bhakti.
E. Pedoman Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah melakukan struktur penulisan dari skripsi yang
penulis buat. Peneliti merujuk buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi,
Tesi, dan Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Jakarta Press, cetakan ke-29,
Tahun 2013-2014, Di dalam buku pedoman akademik Program Strata Satu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sangat jelas dan detail dalam membantu
peneliti dalam membuat kerangka (struktur) laporan.
F. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan perbandingan dan bahan tinjauan dalam penulisan skripsi
ini, maka penulis membaca beberapa skripsi sebagai bahan referensi, beberapa
skripsi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Judul Skripsi :“Pelatihan Keterampilan Bagi Remaja Putus
Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Sebagai
Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia”
Penulis :Zulfahmi, tahun 2009, (NIM : 105054102090),
Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN Jakarta).
21
Pembahasan :Membahas tentang cara pemberian pelatihan
keterampilan yang dilakukan sebagai upaya alternatif pendidikan
formal di sekolah bagi anak putus sekolah di jakarta. Ia menjelaskan
dalam pemberian pelatihan terdapat banyak aspek yang harus di
perhatikan seperti proses keterampilan, aspek semangat kerja,
pembinaan budi pekerti, peningkatan keimanan dan ketaqwaan, dan
peningkatan taraf hidup. Bukan hanya itu saja di jelaskan juga untuk
meningkatkan kualitas SDM harus juga memperhatikan kualitas
mental dan spritualnya, karena jika seorang memiliki
keterampilanyang baik dalam suatu hal, tetapi tidak di imbangi
dengan kualitas mental dan spritual yang baik maka orang tersebut
mengalami suatu kesulitan maka akan langsung jatuh dan susah untuk
bangkit kembali lagi.
Perbandingan :Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama
membahas tentang alternatif pendidikan formal bagi anak putus
sekolah. Sedangkan perbedaan terletak kepada pembahasannya, yang
dalam skripsi ini membahas tentang strategi pemberdayaan melalui
keterampilan elektro dan montir
2) Judul Skripsi :Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak
Jalanan Melalui Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak
Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara
22
Penulis : Ari Kurniawan, tahun 2010 (NIM : 106054002032)
Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN Jakarta).
Pembahasan : Skripsi tersebut membahas tentang peran yayasan
kumala dalam pemberdayaan anak jalanan melalui pendidikan
keterampilan di kelurahan rawa badak utara kecamatan koja jakarta
utara. Dalam skripsi tersebut juga mengjelaskan bahwa yayasan
kumala sangat berperan dalam memberdayakan anak jalanan dengan
menyediakan pendidikan nonformal, melatih bakat dan keterampilan
anak- anak jalanan, meningkatkan kesadaran sosial dan agama.
Perbandingan : Hal ini memiliki persamaan dengan skripsi yang
akan ditulis yaitu memberdayakan masyarakat melalui keterampilan.
Sedangkan perbedaaan terletak kepada tempat yang di jadikan subyek
penelitian.
3) Judul Skripsi : Strategi Pemberdayaan Keluarga Melalui Program
Ekstrakurikuler Posdaya Bina Mandiri Yayasan Bina Mulya
Kelurahan Pasir Putih Sawangan Depok.
Penulis : Mochammad Fadly, tahun 2012 (NIM :
105054002049) Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta
(UIN Jakarta).
Pembahasan : Strategi yang digunakan yakni strategi aras miktro
dan aras mezzo. Strategi aras mikro dilakukan dengan pemberian
23
pendidikan formal secara gratis kepada setiap anak dari kader
posdaya, dari SD sampai SMK. Sedangkan aras mezzo yakni dengan
memberikan pembinaan dengan pelatihan-pelatihan berbasis
kelompok.
Perbandingan : Persamaan dengan skripsi yang akan ditulis yakni
membahas strategi dan pelatihan-pelatihan yang diberikan. Namun
perbedaan dengan skripsi yang akan ditulis yakni terletak pada
pembahasan strategi yang pakai.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan, penulis membuat kerangka penulisan
dengan sistematis yang mana terdiri dari 5 Bab dan tiap-tiap bab terdiri dari
beberapa sub bab, yakni sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang; Pembatasan
dan Perumusan Masalah; Tujuan dan Manfaat Penelitian;
Metodologi Penelitian; Tinjauan Pustaka; dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Landasan Teoritis, dalam bab ini peneliti akan membahas
mengenai Pengertian Pemberdayaan, Tujuan Pemberdayaan,
Indikator Pemberdayaan, Strategi Pemberdayaan, Tahapan-
tahapan Pemberdayaan, Pengertian remaja, Karakteristik
Remaja, Pengertian Putus Sekolah, Pengertian Remaja Putus
24
Sekolah, Pengertian Keterampilan, Jenis-jenis keterampilan,
Pengertian Kelembagaan Sosial, Pengertian Panti Sosial,
Pengertian Panti Sosial Bina Remaja
BAB III Gambaran Umum Wilayah, Sejarah berdirinya panti,
Lokasi PSBR Bambu Apus Jakarta Timur,Visi dan Misi
PSBR, Dasar Hukum, Struktur Organisasi, Tugas pokok,
Fungsi, dan Tujuan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur,
Program Keterampilan Elektro.
BAB IV Temuan dan Analisa Data Lapangan, yaitu Proses
Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur Melalului Program
Keterampilan Elektro Dan Montir, serta Strategi
Pemberdayaan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta Timur Melalui Keterampilan Elektro dan Montir
BAB V Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran mengenai strategi
pemberdayaan remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur Melalui Keterampilan Elektron dan Montir
25
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari bahasa inggris “Empowerment”, berasal
dari kata “Power” (kekuasaan atau keberdayaan), yang berarti kemampuan
berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan, sedangkan awalan
“em” dapat diartikan kekuatan dalam diri manusia atau suatu sumber
kreativitas.28
Secara konseptual pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang,
khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan
atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehingga memiliki
kebebasan (kebebasan berpendapat, bebas dari kelaparan, bebas dari
kebodohan, dan bebas dari kesakitan), dapat menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatanya
dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan,
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka.29
28 Lili Baridi, dkk , Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CED (Center for Enterprenership
Development), 2005, h. 53 29 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Streategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005),
hlm. 58
26
Menurut Isbandi Rukminto Adi pemberdayaan adalah mengembangkan
dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna
untuk mencapai kehidupan yang baik.30
Menurut Shardlow seperti yang dikutip Isbandi Rukminto mengatakan
bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu,
kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka
sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan
keinginan mereka.31
Menurut Parson seperti yang dikutip Edi Suharto mengatakan bahwa
pemberdayaan adalah sebuah proses dimana orang menjadi cukup kuat
untuk partisipasi dalam berbagai pengontrol atas dan mempengaruhi
terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk memperoleh
kehidupannya dan kehidupan yang orang lain yang menjadi perhatiannya.32
Dengan demikian pemberdayaan yaitu proses dan tujuan untuk
membuat, mengembangkan, dan mempengaruhi sumber daya manusia
menjadi mempunyai daya guna untuk membentuk masa depan sesuai
dengan keinginannya.33
30 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi
Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta : Fakultas Ekonomi UI,
2001) Cet. Ke-1, Hlm. 32 31 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi
Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, hlm.33 32 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Streategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, hlm. 59. 33 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI, 2002) hlm.62
27
2. Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan pada umumnya bertujuan memperkuat kekuasaan
masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan,
baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun
karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak
adil). Kelompok yang dapat di kategorikan sebagai kelompok lemah atau
tidak berdaya meliputi:
a) Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender,
maupun etnis.
b) Kelompok lemah secara khsusus, seperti manula, anak-anak,
remaja, penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.
c) Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami
masalah pribadi dan atau keluarga34
Tujuan Pemberdayaan Menurut Payne dalam buku yang ditulis Isbandi
Rukminto mengemukakan bahwa suatu pemberdayaan bertujuan untuk
membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka,
termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
34 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Streategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, hlm.60
28
percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui
transfer daya dari lingkungan.35
Sedangkan menurut Agus Syaf’i tujuan pemberdayaan masyarakat
adalah memandirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang.36
Dengan demikian tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu membuat
masyarakat menjadi mandiri dengan kemampuannya sendiri untuk
menentukan masa depan dan keinginannya.
3. Indikator Pemberdayaan
Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator
pemberdayaan yang mereka sebut sebagai Empowerment Index atau indeks
pemberdayaan yaitu:
a) Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi keluar
rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas
medis, bioskop, rumah ibadah, kerumah tetangga. Tingkat mobilitas
tersebut dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.
b) Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’: kemampuan individu
untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari
(beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu) maupun kebutuhan
dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, sampo).
35 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat : Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm. 205-206 36 Agus Ahmad Syafi’i, Manajemen Masyarakat Islam, (Bandung : Gerbang Masyarakat
Baru, 2001), hlm. 60
29
Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia
dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya,
terlebih jika dapat membeli barang-barang tersebut dengan
menggunakan uangnya sendiri.
c) Kemampuan membeli komoditas ‘besar’:kemampuan individu
untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier seperti lemari
pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya
indikator sebelumnya, poin tinggi diberikan terhadap individu yang
dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya,
terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan
menggunakan uangnya sendiri.
d) Terlibat dalam keputusan-keputusan rumah tangga: mampu
membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri
mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai
renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak, memperoleh
kredit usaha.
e) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga.
f) Kesadaran hukum dan politik : menekankana untuk mengetahui
salah seorang pegawai pemerintahan desa/ kelurahan, seorang
anggota DPRD setempat, nama presiden, mengetahui pentingnya
memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.
g) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: Seseorang
dianggap ‘berdaya’ jika semasa hidupnya pernah terlibat kampanye
30
atau bersama orang lain melakukan protes,misalnya terhadap gaji
yang tidak adil, penyalahgunaan bantuan sosial, atau
penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah.
h) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga
Seseorang dianggap memiliki point tinggi jika ia memiliki aspek-
aspek seperti rumah, tanah, asset produktif, tabungan secara sendiri
atau terpisah dari pasangannya.37
4. Strategi Pemberdayaan
Menurut Edi Suharto strategi pemberdayaan dalam konteks pekerja
sosial dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan yaitu:
a) Aras mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis
intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih
klien menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering
disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tingkat (task
centered approach).
b) Aras Mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran
37 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Streategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, hlm.63-66
31
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang di hadapinya.
c) Aras Makro, pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem
besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan
pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik adalah beberapa
strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang
klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami
situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk menentukan strategi yang
tepat untuk bertindak.38
Lebih lanjut pendekatan pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan
pemberdayaan di atas dicapai melalui penerapan pendekatan
pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P yaitu:
a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan
harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural
dan struktural yang menghambat
b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-
38 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Streategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, hlm.50
32
kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat
yang menunjang kemandirian mereka.
c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-
kelompolok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat,
menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi
tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya
eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan
harus diarahkan pda penghapusan segala jenis diskriminasi dan
dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil
d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar
masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas
kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat
agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah
dan terpinggirkan
e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh
kesempatan berusaha.39
39 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Streategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, hlm.68-69
33
Sedangkan menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero dalam buku yang
ditulis Sastrawan Manullang strategi untuk mencapai pemberdayaan
yaitu:
a) Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan, dicapai dengan
mengembangkan atau mengubah struktur-struktur dan lemabaga-
lembaga untuk mewujudkan akses yang lebih adil kepada sumber
daya atau berbagai layanan dan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat.
b) Pemberdayaan melaui aksi sosial dan politik, menekankan
pentingnya perjuangan dan perubahan politik dalam meningkatkan
kekuasaan yang efektif.
c) Pemberdayaan melalui pendidikan dan penyadar-tahuan,
menekankan pentingnya suatu proses edukatif (dalam pengertian
luas) dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan
keberdayaan mereka. Ini memasukan gagasan-gagasan peningkatan
kesadaran dan membantu masyarakat memahami masyarakat dan
struktur opresi, memberikan masyarakat kosakata dan keterampilan
bekerja menuju perubahan yang efektif dan seterusnya.40
Dalam penelitian ini strategi yang digunakan adalah strategi
pemberdayaan berbasis panti yang dikemukakan oleh Edi Suharto yaitu
40 Sastrawan Manullang, ed., Community Developlement: Alternatif Pengembangan
Masyarakat di Era Globalisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hlm.147-148.
34
dimana panti sosial sebagai lembaga kemasyarakatan menerapkan 5P
yaitu
a. Pemungkinan : panti harus mampu menciptakan suatu iklim atau
suasana yang dimana para klien (anak Asuh) dapat lebih
berkembang. Panti harus mampu membebaskan dari perbedaan-
perbedaan secara kultural dan struktural yang menghambat.
b. Penguatan : panti mampu memperkuat pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki klien dalam memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan- kebutuhannya.
c. Perlindungan : panti mampu melindungi klien terutama dari
kelompok-kelompok lemah agar tidak terintimidasi oleh kelompok
kuat, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap
kelompok lemah.
d. Penyokongan : panti memberikan bimbingan serta dukungan agar
klien mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas dalam
kehidupannya.
e. Pemeliharaan : Panti dapat memelihara kondisi yang kondusif agar
tetap terjadi keseimbangan kekuasaan antara berbagai kelompok
dalam masyarakat. Panti harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap klien memperoleh
kesempatan berusaha.
35
5. Tahap-Tahap Pemberdayaan Masyarakat
Tahapan dalam pemberdayaan yang sering dipakai oleh pengembangan
masyarakat menurut Isbandi Rukminto Adi yaitu:
a) Tahap persiapan. Tahapan persiapan ini didalamnya terdapat
penyiapan petugas dan penyiapan lapangan.
b) Tahap assesment. Tahapan assesment yang dilakukan disini
dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau kebutuhan yang
dirasakan dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
c) Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahap ini
pengembang masyarakat secara partisipatif mencoba melibatkan
warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya.
d) Tahap pemformulasian rencana aksi. Dalam tahapan ini
pengembang masyarakat menjadi fasilitator untuk membantu
kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka
dalam bentuk tertulis.
e) Tahap pelaksanaan (Implementasi) program atau kegiatan. Tahapan
ini merupakan pelaksanaan apa yang telah direncanakan dan tahapan
ini adalah yang paling penting karena suatu yang direncanakan
dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan
bila tidak ada kerja sama antara pengembang masyarakat dan warga
masyarakat, maupun kerja sama antar warga.
36
f) Tahap evaluasi. Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga
dan pengembang masyarakat terhadap program yang sedang
berjalan.
g) Tahap terminasi. Tahap ini merupaka tahap ‘pemutusan’ hubungan
secara formal dengan komunitas sasaran.41
Tabel 3
Tahapan Pengembangan Masyarakat
Sumber:Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi Komunitas:
Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, 2001
41 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi
Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, hlm. 173-178
Persiapan
Assesment
Perencanaan Alternatif Program
Atau Kegiatan
Performulasian Rencana Aksi
Pelaksanaan Program atau Kegiatan
Evaluasi
Terminasi
37
B. Remaja Putus Sekolah
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata “adolescere” (kata bendanya adolescentia,
yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolesence yang digunakan pada saat ini mempunyai arti luas
mencakup mental, emosional, sosial, maupun fisik.42
Dengan kata lain remaja adalah suatu periode dengan permulaan dan
masa perlangsungan yang beragam, yang menandai berakhirnya masa anak
dan merupakan masa diletakannya dasar-dasar menuju taraf kematangan.
Perkembangan tersebut meliputi dimensi biologis, psikologis, dan
sosiologis yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Secara
biologis ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologis
ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian,
sedangkan secara sosiologi ditandai dengan intensifnya persiapan dalam
menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda.43
Secara psikologis usia remaja merupakan umur yang dianggap “gawat”,
oleh karena yang bersangkutan sedang mencari indentitasnya. 44 Hal ini
terjadi karena remaja cenderung berenergi tinggi, tidak stabil, senantiasa
42 Elizabeth B. Harlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1980), hlm. 206 43 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 21 44 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 495
38
berubah-ubah, mengukur segala dengan ukuran sendiri, tidak logis, dan
umumnya mempunyai sikap berontak.45
Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah suatu masa
dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.46
Menurut Stanley Hall dalam buku yang ditulis oleh Singgih D. Gunarsa
bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidak
seimbangan yang tercakup dalam stroam dan stress. Dengan demikian
remaja mudah terpengaruh oleh lingkungannya.47
Remaja dalam masa peralihan jika diamati dengan seksama maka akan
diperoleh berbagai catatan khas, sebagai berikut:
a) Mula-mula terlihat timbulnya perubahan jasmani, perubahan fisik
yang demikian pesatnya dan jelas berbeda dibandingkan dengan
masa sebelumnya.
b) Perkembangan inteleknya lebih mengarah kepemikiran tentang
dirinya (refleksi diri).
45 James E. Gardner, Memahami Gejolak Masa Remaja, (Jakarta : Mitra Utama, 2002),
hlm. 1 46 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1994), hlm. 9 47 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Remaja, (Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 1989), hlm. 205
39
c) Perubahan-perubahan dalam hubungan antara anak, orang tua, dan
orang lain dalam lingkungan dekatnya.
d) Timbulnya perubahan dalam perilaku, pergaulan, dan kebutuhan
seksual.
e) Perubahan dalam harapan dan tuntutan orang terhadap remaja.
f) Banyaknya perubahan dalam waktu yang singkat menimbulkan
masalah dalam penyesuaian dan sulit memadukannya.48
Berdasarkan penjelasan tersebut remaja adalah masa peralihan dari
masa anak-anak menjadi dewasa yang ditandai dengan perkembangan
biologis, psikologis, dan sosiologi.
2. Karakteristik Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rantang
kehidupan, masa remaja memiliki ciri atau karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri masa
remaja tersebut menurut Hurlock adalah: periode yang penting; periode
peralihan; periode perubahan; periode yang menakutkan; usia bermasalah;
usia mencari indentitas; masa yang tidak realistik; dan ambang usia
dewasa.49
Adapun ciri lain dari masa remaja adalah adanya minat yang bersifat
universal yang terbagi dalam tujuh kategori, yaitu: minat rekreasi, minat
48 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Remaja, hlm. 204 49 Elizabeth B. Hurlock, Developmental Psychology A Life-Span Approach, (New Delhi :
Tata McGraw-Hill Publishing Companty Ltd, 1993), hlm. 207
40
pribadi, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan, minat pada agama,
minat pada simbol status, dan minat sosial.50
Masa remaja disebut masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa,
dimana anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang, mereka bukan
lagi anak-anak. Baik berupa bentuk badan, sikap, cara berpikir dan cara
bertindak, tapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Untuk
memahami remaja secara lebih baik perlu juga di kemukakan mengenai
batasan usia remaja.
Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang rentang usia remaja,
sebagaimana dirangkum oleh Nuryoto S. Adalah:
a) Menurut Elizabeth Hurlock = 13 tahun – 18 tahun
b) Menurut Jersild = 12 tahun – 21 tahun
c) Menurut Cole = 13 tahun – 21 tahun
d) Menurut Siti Rahayu Haditomo = 13 tahun – 21 tahun.51
Cole menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam batasan usia remaja
terdapat perbedaan antara batas usia remaja laki-laki dengan batas usia
remaja perempuan. Berikut perbedaan batas usia remaja laki-laki dan
perbedaan batas usia remaja perempuan:
a) Masa remaja awal, Perempuan 13 – 15 tahun, laki-laki 15 – 18 tahun
b) Masa remaja pertengahan, Perempuan 15-18 tahun, laki-laki 17-19
tahun
50 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan – Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, (Jakarta : Erlangga, 1991), hlm. 216-225 51 Nuryoto S., Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University, 1995)
hlm. 54
41
c) Masa remaja akhir, perempuan 18-21 tahun, laki-laki 19-21 tahun
Berdasarkan tingkat kemandirian dari seorang remaja yang mampu
mandiri atau diharuskan untuk mandiri yaitu berada pada masa remaja
pertengahan, sehingga PSBR menetapkan bahwa yang dapat mengikuti
pelatihan dan bimbingan adalah remaja berusia 15-18 tahun.
3. Putus Sekolah
Baharuddin M menjelaskan putus sekolah menjadi dua yaitu:
a) Seseorang yang telah terdaftar pada suatu sekolah untuk
menamatkannya. Akan tetapi karena sesuatu hal keluar dari sekolah
atau perguruan tinggi tersebut sebelum tamat.
b) Seseorang yang berhasrat untuk masuk dan melanjutkan sekolah
atau perguruan tinggi akan tetapi karena sesuatu hal dia gagal.52
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa putus sekolah
adalah keadaan seseorang yang meninggalkan sekolah sebelum tamat,
berhenti, tidak dapat melanjutkan sekolah.
4. Remaja Putus Sekolah
Remaja putus sekolah adalah remaja yang putus sekolah karena satu
atau alasan lain meninggalkan sekolah, tidak menyelesaikan jenjang sekolah
yang telah ditentukan.
Menurut Baharudin M. ada beberapa faktor penyebab mengapa orang
menjadi putus sekolah, yaitu karena faktor kependudukan, kemiskinan,
52 Baharuddin, Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya,(Jakarta: Yayasan
Kesejahteraan Pemuda “66”, 1982) hlm. 247
42
sarana prasarana, guru, sistem pendidikan, intelegensia, dan mentalitas.53
Selain itu putus sekolah juga dapat ditinjau dari jenjang pendidikan dan latar
belakanngnya, berikut Baharudin membaginya menjadi :
a) Putus sekolah menurut jenjang pendidikan:
1) Putus sekolah tingkat SD
2) Putus sekolah tingkat SMP
3) Putus sekolah tingkat SMA
4) Putus sekolah tingkat perguruan tinggi
b) Putus sekolah menurut tingkat latar belakang :
1) Putus sekolah karena kecacatan dan tingkat kecerdasan yang
rendah, yaitu ketidakmampuan untuk sekolah karena IQ-nya
rendah dan tidak ada sekolah bagi remaja yang mempunyai
kecacatan mental, rungu wicara dan netra
2) Putus sekolah karena kekurangan sarana pendidikan, yaitu daya
tampung sekolah yang lebih rendah di daerah pedesaaan
3) Putus sekolah karena ketidakmampuan ekonomi orang tua
sehingga tidak mampu membiayai anaknya sekolah atau tidak
dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
4) Putus sekolah karena mentalitas anak didik, yaitu anak-anak
yang tidak berkeinginan sekolah atau yang dikeluarkan dari
sekolah karena nakal dan melakukan tindak kejahatan.54
53 Baharuddin, Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya, hlm. 252 54 Baharuddin, Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya, hlm.205
43
Kebanyakan remaja putus sekolah disebabkan tidak mampu memenuhi
tuntutan sistem sekolah karena keharusan untuk bekerja. Anak-anak lainnya
menjadi pekerja anak karena ketidaktersediannya sekolah, tidak mampu
membayar biaya sekolah, maupun pendidikan yang ditawarkan dianggap
rendah atau dipandang tidak relevan karena lingkungan tidak bersahabat.55
Remaja tersebut memang memungkinkan untuk bekerja dan bersekolah
namun hanya sedikit dapat melakukan keduanya. Hanya 7% dari anak
berusia 5-9 tahun, 10 % dari anak berusia 10-14 tahun, dan 11% dari anak
yang berusia 15-17 tahun yang tetap bersekolah sambil bekerja.56
Berdasarkan penjelasan tersebut remaja putus sekolah yang
diberdayakan oleh Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur
yakni Remaja-Remaja yang putus sekolah pada tingkat SD,SMP, dan SMA
yang tidak mampu secara ekonomi untuk melanjutkan pendidikannya.
C. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Menurut Edi Suharto keterampilan adalah kemampuan yang terlihat
pada setiap anggota masyarakat dan dapat di sumbangkan bagi masyarakat.
Keterampilan mencakup keahlian teknis, manajerial, organisasional,
55 Mr. Dan O’Donnell, Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, (Unicef : 2006), hlm. 128 56 Mr. Dan O’Donnell, Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, hlm. 128
44
mobilisasi. Dengan kata lain, keterampilan adalah kemampuan untuk
melakukan suatu tugas yang diperlukan dengan baik dan benar.57
Menurut Whitherington menyatakan bahwa suatu keterampilan adalah
hasil dari latihan yang berulang-ulang yang dapat disebut perubahan
meningkat atau progresif atau pertumbuhan yang di alami oleh orang yang
mempelajari keterampilannya sebagai hasil dari aktivitas tertentu.58
Lebih lanjut W. Gulo menjelaskan keterampilan tidak mungkin
berkembang apabila tidak didukung oleh sikap, kemauan pengetahuan.
Manusia merupakan pribadi yang unik dimana aspek rohaniah, mental
intelektual dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh.59
Dengan demikian dapat dikatakan keterampilan merupakan
kemampuan pada setiap orang yang dilatih secara berulang-ulang untuk
melakukan tugas dengan baik dan benar.
2. Jenis- Jenis Keterampilan
Keterampilan menurut Sardiman A.M ada dua jenis keterampilan pada
umumnya yang meliputi:
a. Keterampilan jamani, yaitu keterampilan yang dapat dilihat dan
diamati, sehingga akan meenitikberatkan pada keterampilan gerak
atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
57 Edi Suharto, CSR & Comdev Investasi Kreatif Perusahaan di Era Globalisasi,
(Bandung : Alfabeta Bandung, 2010), hlm.89 58 Whitherington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Aksara Baru, 1985), hlm. 104 59 W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Grafindo, 2002), hlm. 29
45
b. Keterampilan rohani, yaitu keterampilan yang menyangkut
persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta
kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau
konsep.60
D. Panti Sosial Bina Remaja
1. Kelembagaan Sosial
a) Pengertian Lembaga sosial ( Lembaga Kemasyarakatan)
Lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan merupakan
terjemahan dari istilah “social-institution” yang hingga kini belum jelas
apa istilah yang tepat yang tepat untuk mengambarkan isi social-
instituion tersebut. 61
Beberapa ahli sosiologi seperti Robert Maclver dan Charles H.
Page seperti yang dikutip Soerjono Soekanto memberikan definisi
bahwa lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang
telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang
berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan
asosiasi.62
Sedangkan Leopold von Wiese dan Howard Becker seperti yang
dikutip Soerjono Soekanto melihat lembaga kemasyarakatan dari
60 M, Sardiman A., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers,
2005), hlm.29 61 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2005), hlm. 197 62 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm.198
46
fungsinya. Lembaga kemasyarakatan diartikannya sebagai suatu
jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok
manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan
tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan
manusia dan kelompoknya.63
Sosiologi lainnya yaitu Sumner seperti yang dikutip Soerjono
Soekanto melihat dari sudut kebudayaan bahwa lembaga
kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan
kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan masyarakat.64
b) Ciri-Ciri Lembaga Sosial
Gillin dan Gillin seperti yang dikutip Elly M. Setiadi dan Usman
Kolip menguraikan beberapa ciri umum lembaga kemasyarakatan,
yaitu:
1) Lembaga kemasyarakatan adalah organisasi dari pola-pola
pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga
kemasyarakatan terdiri atas adat istiadat, tata kelakuan,
kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara
langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang
fungsional.
63 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm.199 64 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm.199
47
2) Semua lembaga kemasyarakatan memiliki suatu tingkat
kekekalan tertentu. Lembaga-lemabaga sosial biasanya berumur
lama karena pada umumnya orang menganggapnya sebagai
himpunan norma-norma dasar yang berkisar pada kebutuhan
pokok masyarakat yang sudah sewajarnya harus di pelihara.
3) Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan
tertentu. Hal ini terjadi karena tujuan-tujuan tersebut tidak sesuai
dengan fungsi lembaga yang bersangkutan. Sebagai contoh
lembaga perbudakan, bertujuan untuk mendapatkan tenaga
buruh yang semurah-murahnya, tetapi didalam pelaksanaannya
ternyata sangat mahal.
4) Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga
bersangkutan.
5) Lembaga kemasyarakatan biasanya mempunyai lambang-
lambang yang merupakan ciri khas tertentu yang bertujuan
menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan.
6) Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis
ataupun tidak tertulis yang merumuskan tujuan, tata tertib yang
berlaku, dan lain-lain.65
65 Elly M. Setyadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2011), hlm. 293-295
48
c) Tipe-Tipe Lembaga Sosial
Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan dari
berbagai sudut. Menurut Gillin dan Gillin, lembaga kemasyarakatan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Dari sudut perkembangannya terdapat crescive institutions dan
enacted institutions. Crescive institutions merupakan lembaga-
lembaga yang secara tidak sengaja tumbuh dari adat-istiadat
masyarakat. Sedangkan enacted institutions yaitu lembaga yang
dibentuk dengan sengaja untuk memenuhi kebutuhan tetentu.
2) Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarkat terdapat
basic institutions dan subsidiary institutions. Basic institutions
merupakan lembaga kemasyarakatan yang sangat penting karena
memelihara dan mempertahankan tata-tertib dalam masyarakat.
Subsidiary institutions merupakan kebalikan dari basic karena
dianggap kurang penting.
3) Dari sudut penerimaan masyarakat terdapat approved atau social
sanctioned institutions dengan unsanctioned institutions.
Approved atau social santioned institutions adalah lembaga-
lembaga yang terima oleh masyarakat seperti sekolah,
perusahaan, dll. Sebaliknya, unsanctioned institutions
merupakan lembaga yang ditolak oleh masyarakat seperti
kelompok penjahat, pemras, dll.
49
4) Dari sudut penyebarannya terdapat general institutions dengan
restricted institutions. Seperti halnya agama merupakan suatu
general institutions, karena dikenal oleh hampir semua
masyarakat dunia. Sedangkan agama-agama islam, protestan,
katolik, budha dan lain-lainnya, merupakan restricted
institutions karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu
didunia.
5) Dari suduh fungsinya terdapat operative institutions dan
regulative institutions. Operative institutions berfungsi sebagai
lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata-cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
Sedangkan regulative institutions merupakan lembaga yang
bertujuan untuk mengawasi adat-istiadat atau tata-kelakuan yang
tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri.66
2. Pengertian Panti Sosial
Secara estimologi panti sosial berarti rumah, tempat (kediaman), yang
diberlakukan untuk kemasyarakat. Secara konseptual dapat dikemukakan
bahwa panti sosial adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang
bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak
jalanan, memberikan pelayanan pengganti/perwalian dalam memenuhi
kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh
66 Elly M. Setyadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya, hlm. 211-213
50
kesempatan yang luas dan dapat memadai bagi perkembangan
kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi
penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang aktif didalam pembangunan
sosial.67
3. Tugas dan Fungsi Panti Sosial
Tugas dan tanggung jawab panti sosial mencakup empat kategori:
a) Panti bertugas untuk mencegah timbulnya pernasalahan sosial
penyandang masalah dengan melakukan deteksi dan pencegahan
sedini mungkin
b) Panti bertugas melakukan rehabilitasi sosial untuk memulihkan rasa
percaya diri, dan tanggung jawab terhadap diri dan keluarganya, dan
meningkatkan kemampuan kerja fisik dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk mendukung kemandiriannya di masyarakat.
c) Panti bertugas untuk mengembalikan para peserta ke masyarakat
melalui peenyiapan sosial, penyiapan masyarakat agar mengerti dan
mau menerima kehadiran kembali mereka dan membantu
penyaluran mereka ke berbagai sektor kerja dan usaha produktif
d) Panti bertugas melakukan pengembangan individu dan keluarga,
seperti mendorong peningkatan taraf kesejahteraan pribadinya,
meningkatkan rasa tanggung jawab sosial untuk berpartisipasi aktif
67 Depsos RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaa dan Pengentasan Anak Terlantar Melalui
Panti Asuhan anak, (Jakarta : Binkesos, 1989), hlm.3
51
di tengah masyarakat, mendorong partisipasi masyarakat untuk
menciptakan iklim yang mendukung pemulihan, dan menmfasilitas
dukungan psiko-sosial dari keluarganya.
4. Panti Sosial Bina Remaja
Panti sosial bina remaja adalah lembaga sosial yang bertugas
memberikan pelayanan sosial bagi remaja putus sekolah terlantar secara
profesional yang memungkinkan terwujudnya kemandirian serta
terhindarnya dari berbagai kemungkinan timbulnya masalah sosial bagi
dirinya. Pelayanan tersebut mencakup bimbingan sosial, psiko-sosial, fisik
dan bimbingan keterampilan yang dilaksanakan dalam waktu tertentu sesuai
dengan kebutuhan dan masalah.68
68 Direktur Bina Pelayanan Sosial anak, Pedoman Penyelenggaraan panti sosial Bina
Remaja, (Jakarta : Departemen Sosial RI, 2002), hlm.3-4
52
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah berdirinya PSBR Bambu Apus
PSBR Bambu Apus awal didirikan pada bulan juli 1972 dengan nama Panti
Penyantunan Anak (PPA) Bambu Apus. Namun operasional kegiatannya baru
dimulai pada tanggal 15 september 1974. Pada awalnya PPA Bambu Apus
berupaya memberikan pelayanan pembinaan terhadap remaja-remaja yang
berasal dari Timor-Timor serta remaja yang berasal dari keluarga miskin di
wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek) dengan memberikan
bantuan dan pemberian pendidikan formal pada tingkat SD, SLTP, SLTA.
Pada tahun 1980, setelah pemberian pelayanan kurang lebih selama 6 tahun,
PPA Bambu apus mulai memberikan latihan keterampilan bagi anak dan remaja
yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan formalnya (putus sekolah). Pada
tanggal 23 April 1994, berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor: 14/HUK/1994 PPA Bambu Apus berubah nama menjadi
Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, dan secara definitif mulai berlaku
tanggal 1 September 1994 sampai dengan saat ini.
B. Lokasi
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus berlokasi di Jl. PPA No.1,
Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. PSBR Bambu
Apus berada satu area dengan Pusat Pengembangan Sosial Anak, yang
didalamnya terdapat pelayanan sosial terhadap Anak Berhadapan dengan
53
Hukum (ABH), Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), Pelayanan terhadap
Anak Dengan Kecacatan (ADK), serta Taman Kanak-kanak Teratai Bhakti.
C. Visi dan Misi PSBR Bambu Apus
Sebagai lembaga dibawah naungan Kemensos RI PSBR Bambu Apus
memiliki Visi dan Misi yang ingin dicapai. Berikut visi dan misi tersebut
adalah :
1. Visi
Visi dari PSBR yaitu Mewujudkan PSBR Bambu Apus sebagai
lembaga penyelenggara pelayanan rehabilitasi sosial secara prima bagi
remaja putus terlantar putus sekolah
2. Misi
Misi dari Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Yaitu:
a) Melaksanakan perencanaan program dan kegiatan penyelenggaraan
rehabilitasi sosial bagi remaja yang efektif dan efisien
b) Melaksanakan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang
prima, profesional, dan berkelanjutan sesuai prosedur & standar
pelayanan
c) Meningkatkan dukungan manajemen penyelenggaraan rehabilitasi
sosial bagi remaja yang akuntabel, transparan, dan profesional.
54
D. Dasar Hukum
Dasar hukum dari berdirinya PSBR yaitu berdasarkan dalam :
1. UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 : Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. UU No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
3. UU No.35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No.23 tahun 2002
tentang perlindungan anak
4. UU No.11 tahun 2009 tentang kesejateraan sosial
5. Permensos RI No. 106/HUK/2009 tentang struktur organisasi dan tata
kerja panti sosial di lingkungan departemen sosial.
E. Struktur Organisasi
Tabel 4
Struktur Organisasi PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
Sesuai Peraturan Kementrian Sosial RI No. 106/HUK/2009
KEPALA
SUB
BAGIAN
Seksi Program
dan Advokasi Seksi
Rehabilitasi
Sosial
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Instalasi Produksi
55
F. Tugas Pokok, Tujuan dan Fungsi PSBR Bambu Apus
PSBR Bambu Apus sebagai lembaga pelayanan mempunyai tugas pokok,
tujuan, dan fungsi yang ditetapkan sebagai landasan untuk memberika
pelayanan sosial. Tugas pokok, Tujuan, dan Fungsi tersebut adalah:
1. Tugas pokok PSBR Bambu Apus
Tugas pokok PSBR Bambu Apus adalah memberikan pelayanan
pemenuhan kebutuhan dasar, memberikan bimbingan sosial dan
bimbingan latihan keterampilan kerja, pelayanan yang bersifat preventif
rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, bimbingan mental
dan bimbingan sosial, pelatihan keterampilan kerja, resosialisasi serta
bimbingan lanjut bagi remaja putus sekolah agar mampu mandiri dan
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Serta mengadakan
pengkajian dan penyiapan standar pelayanan..
2. Tujuan
Tujuan dari Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus yaitu:
a) Terhidarnya remaja dari berbagai masalah sosial akibat dari putus
sekolah
b) Terwujudnya kemandirian remaja atas dasar memilih, menetapkan
dan mutuskna cara terbaik terhadap berbagai upaya pemecahan
masalah yang dihadapinya.
c) Terwujudnya kemampuan dan kekuatan remaja untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki yang
56
memungkinkan mereka dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara
memadai
3. Fungsi
Fungsi didirikannya Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus ini
adalah:
a) Pusat pemberdayaan dan pengembangan diri remaja
b) Pusat informasi pelatihan, dan penelitian tentang perilaku sosial
remaja dan organisasi
c) Pusat rujukan penanganan masalah sosial remaja sebagai upaya
pencegahan, rehabilitasi pemberdayaan, dukungan, dan
pengembangan.
G. Program Keterampilan Elektro dan Montir
1. Program keterampilan elektro
a) Sejarah berdirinya keterampilan elektro
Program keterampilan elektro merupakan program keterampilan
yang sudah cukup lama berada di PSBR Bambu Apus. Program elektro
sudah ada sejak tahun 2003 – sekarang, sehingga kredibilitas dan
kapasitasnya dianggap cukup memumpuni.
Program elektro berdiri berdasarkan banyaknya jumlah permintaan
oleh mitra-mitra PSBR yang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya
untuk memiliki keterampilan elektro. Jumlah permintaan yang terlalu
57
banyak tersebut akhirnya membuat gagasan-gagasan dan melahirkan
keterampilan elektro.
b) Jumlah Anak Asuh elektro
Tabel 5
Jumlah anak jurusan keterampilan elektro
Tahun/
Semster
Jumlah
2012
1 21
2 26
2013
1 32
2 29
2014
1 14
2 17
2015
1 13
2 16
2016
1 10
2 11
2017
1 4
2
c) Output
Output yang terdapat dalam keterampilan elektro yaitu:
1) Memberikan kemampuan keterampilan elektro
2) Memberikan bimbingan bersikap dan berperilaku yang baik
d) Outcome
58
Outcome yang terdapat dalam keterampilan elektro yaitu
1) Mampu menjadi pegawai-pegawai yang handal dalam bidang
elektro dan memiliki motivasi untuk mengembangkannya.
2) Mampu mendapatkan kepercaan dengan mitra-mitra dan
pelanggan yang menerima jasanya.
2. Program keterampilan montir
a) Sejarah berdirinya keterampilan montir motor
Program keterampilan montir motor (teknik kendaraan motor)
merupakan keterampilan yang terbilang cukup baru di PSBR Bambu
Apus. Hal ini disebabkan karena montir motor merupakan
pengembangan dari program keterampilan montir mobil (teknik
kendaraan ringan) dan mulai berdiri sendiri pada tahun 2014.
Program keterampilan montir motor berdiri didasarkan atas
banyaknya peminatan dari klien-klien yang berada di PSBR. Karena
banyaknya peminatan dari klien-klien tersebut maka dibentuk program
keterampilan montir motor.
b) Jumlah Anak Asuh montir motor dari awal hingga sekarang
Tabel 6
Jumlah anak jurusan keterampilan montir motor
Tahun/
Semster
Jumlah
2014 1 14
59
2 17
2015
1 13
2 16
2016
1 10
2 11
2017
1 4
2
c) Output
Output yang terdapat dalam keterampilan montir yaitu
1) Memberikan keterempilan montir motor
2) Memberikan bimbingan berperilaku dan bersikap yang baik.
d) Outcome
Outcome yang terdapat dalam keterampilan montir yaitu
1) Mampu menjadi pekerja atau wiraswasta yang handal dan
profesional
2) Terciptanya jalinan kepercayaan dengan klien
60
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan Data
Dalam melakukan penelitian terkait strategi pemberdayaan dalam program
keterampilan elektro dan montir untuk remaja putus sekolah, peneliti
melakukan pengamatan terhadap kegiatan Pelatihan Remaja Putus Sekolah
yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur. Kegiatan
keterampilan diberikan kepada anak berusia 15-18 tahun. Program
keterampilan di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur terdapat tujuh jenis program
keterampilan, yakni program keterampilan menjahit, las, otomotif motor,
otomotif mobil, elektro, handycraft, dan desaign grafis. Peneliti memfokuskan
pada dua program keterampilan yakni keterampilan elektro dan keterampilan
otomotif motor. Pelatihan ini dipilih berdasarkan jumlah peminat dan bakat
dari program tersebut serta keterbatasan ilmu dan waktu penulis.
Pelatihan merupakan aspek penting untuk menunjang keberfungsian
remaja putus sekolah menjadi normal kembali. Pelatihan dianggap salah satu
bentuk pemberdayaan, karena dalam pelatihan membuat individu untuk
mampu mengusahakan dan membentuk masa depan sesuai keinginan sendiri,
seperti yang diungkapkan Isbandi Rukminto Aji bahwa pemberdayaan adalah
sesuatu yang membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
61
membentuk masa depan sesuai keinginan mereka69. Demi mencapai keinginan
tersebut maka peneliti melakukan wawancara proses dan strategi
pemberdayaan sebagai berikut:
1. Proses Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur Melalului Program
Keterampilan Elektro Dan Montir
Proses pemberdayaan adalah tahapan-tahapan dalam pemberdayaan
untuk mencapai tujuan tertentu. Tahapan-tahapan dalam proses
pemberdayaan yang telah dilakukan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
dibagi menjaid 4 tahapan, yaitu:
a. Tahap Persiapan (Engagement)
Tahapan persiapan memiliki penekanan terhadap dua hal yang
penting yakni persiapan petugas dan persiapan lapangan. Tahapan
ini merupakan tahapan awal sebuah program pemberdayaan
berlangsung. Tahap persiapan yang dilakukan PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur yakni:
1. Persiapan petugas
Persiapan petugas merupakan faktor penting dalam tahap
persiapan karena pelaksanaan sebuah program akan berjalan
dengan lancar bila dilakukan oleh petugas yang berkualitas dan
memiliki tangung jawab tinggi terhadap kelancaran program. Maka
69 Isbandi Rukminto Aji, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, h. 54
62
dalam pemilihan petugas lapangan tidak boleh dilakukan
sembarangan.
a) Proses
Dalam proses pemilihan petugas lapangan yang dilakukan
oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni memiliki dua
type proses pemilihan jalur PNS, dan jalur honorer. Untuk
jalur PNS proses pemilihan instruktur yakni dengan
mengajukan surat kepada Kementrian Sosial, lalu diajukan
kepada biro organisasi dan kepegawaian, kemudian diajukan
kepada Kementrian Tenaga Kerja. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Bapak Namin yakni :
“Prosesnya itu kalau yang PNS itu kiriman mas, jadi kita
butuh apa, kita bisa butuh instruktur motor, mobil, kita
mengajukan kemudian nanti di ACC di proses di salemba
(kemensos) dalam hal ini bagian umumnya rehsos
kemudian, diteruskan lagi ke biro orpeg (organisasi dan
kepegawaian), kemudian surat menyurat ke tenaga
kerja”70
Sedangkan untuk jalur honorer dengan diskusi instruktur
yang berada di lingkungan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur,
setelah mendapatkan informasi calon instruktur baru diadakan
seleksi oleh tim khusus dari rehabilitasi sosial berdasarkan
sertifikat yang dimiliki calon instruktur , lalu setelah seleksi di
lanjutkan dengan wawancara, setelah wawancara baru
70 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
63
diberikan kontrak kerja. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak
Namin yakni :
“Jadi dari temen-temen instruktur sendiri kita cari
informasi semua, setelah kita dapat (calon instruktur).
Kita ambil beberapa gitu, tapi biasanya ngak terlalu
banyak juga, 3 sampai 4 orang gitu kita iniin, kemudian
kita minta bikin lamaran ya, lamaran kemari. Kita minta
dasar riwayat hidup dia termasuk pernah bekerja dimana,
terus sertifikat yang wajib harus ada gitu lho. Jadi kalau
ngak ada kami nggak mau, itu itu yang saya lakukan
kemarin ya. Nah itu ada berkas ada beberapa kita pilih,
kita selektif, nah ini yang lebih pas yang mana ya kan, pas
dalam arti kata yang kita tentukan itu ada disitu. kemudian
biasanya ada temen-temen disini timnya mungkin sedikit
wawancara, wawancara ngak terlalu berat misalnya
pengalaman kerjanya kita crosscheck lagi, biasanya kan
kalau dibuat diberkas nya itu kan, pernah bekerja dimana
saja, pernah mengajar dimana saja gitu kan kaya gitu.
Terus kalau sudah ok, disepakati, kita kontrak. Itu kita
kontrak biasanya setahun sekali.”71
Berdasarkan wawancara tersebut proses pemilihan
instruktur yakni dengan dua jalur yaitu jalur PNS dan jalur
honorer. Jalur PNS dilakukan dengan mengajukan surat
kepada Kementrian Sosial, lalu diajukan kepada biro
organisasi dan kepegawaian, kemudian diajukan kepada
Kementrian Tenaga Kerja.
Sedangkan untuk jalur honorer diskusi instruktur yang
berada di lingkungan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur,
setelah mendapatkan informasi calon instruktur baru diadakan
seleksi oleh tim khusus dari rehabilitasi sosial berdasarkan
71 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
64
sertifikat yang dimiliki calon instruktur, lalu setelah seleksi di
lanjutkan dengan wawancara, setelah wawancara baru
diberikan kontrak kerja.
b) Metode / Proses
Metode yang digunakan untuk pemilihan petugas
lapangan terdapat dua metode yang berbeda seperti halnya
proses. Metode yang terdapat dalam pemilihan instruktur
terdapat dua jenis yakni PNS dan honorer. Pemilihan
instruktur melalui jalur PNS menggunakan metode surat
menyurat untuk pengajuan instruktur seperti halnya yang
diungkapkan oleh Bapak Namin yakni:
“kita mengajukan kemudian nanti di ACC di proses di
salemba dalam hal ini bagian umumnya rehsos kemudian,
diterukan lagi ke biro orpeg (organisasi dan kepegawaian)
kemudian surat menyurat ke tenaga kerja”72
Untuk pemilihan melalui jalur honorer yakni dengan
diskusi yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi sosial dengan
instruktur-instruktur jurusan lain. Setelah mendapatkan calon-
calon instruktur baru diadakan seleksi berdasarkan sertifikat
yang dimiliki oleh calon instruktur. Setelah seleksi dilakukan
lalu diadakan wawancara. Seperti yang dikatakan oleh Bapak
Namin yakni:
“Jadi dari temen-temen instruktur sendiri kita cari
informasi semua, setelah kita dapat (calon instruktur).
72 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
65
Kita ambil beberapa gitu, tapi biasanya ngak terlalu
banyak juga, 3 sampai 4 orang gitu kita iniin, kemudian
kita minta bikin lamaran ya, lamaran kemari. Kita minta
dasar riwayat hidup dia termasuk pernah bekerja dimana,
terus sertifikat yang wajib harus ada gitu lho. Jadi kalau
ngak ada kami nggak mau, itu itu yang saya lakukan
kemarin ya. Nah itu ada berkas ada beberapa kita pilih,
kita selektif, nah ini yang lebih pas yang mana ya kan, pas
dalam arti kata yang kita tentukan itu ada disitu. kemudian
biasanya ada temen-temen disini tim nya mungkin sedikit
wawancara, wawancara ngak terlalu berat misalnya
pengalaman kerjanya kira crosscheck lagi, biasanya kan
kalau dibuat diberkas nya itu kan, pernah bekerja dimana
saja, pernah mengajar dimana saja gitu kan kaya gitu”73
Berdasarkan wawancara tersebut metode yang digunakan
oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dalam pemilihan
petugas lapangan yakni menggunakan dua jenis yaitu jalur
PNS dan jalur honorer. Untuk PNS metode yang digunakan
yakni surat-menyurat. Sedangkan metode untuk jalur honorer
yakni diskusi, seleksi berdasarkan seertifikat yang dimiliki
calon instruktur, dan wawancara.
c) Partisipan
Partisipan dalam pemilihan instruktur yakni dengan dua
jenis yaitu jalur PNS dan Jalur honorer. Jalur PNS
Partisipannya yakni PSBR Bambu Apus Jakarta Timur,
Kementrian Sosial, dan Kementrian Tenaga Kerja. seperti
halnya yang diungkapkan oleh Bapak Namin yakni :
“kita mengajukan kemudian nanti di ACC di proses di
salemba dalam hal ini bagian umumnya rehsos kemudian,
73 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
66
diterukan lagi ke biro orpeg (organisasi dan
kepegawaian), kemudian surat menyurat ke tenaga
kerja”74
tim rehsos yang dibentuk untuk melakukan seleksi dan
Sedangkan untuk jalur honorer partisipan dalam
pemilihan petugas yakni tim dari rehabilitasi sosial, lalu
dibantu oleh instruktur-instruktur di lingkungan PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur serta calon instruktur. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Bapak Namin yakni:
“Jadi dari temen-temen instruktur sendiri kita cari
informasi semua, setelah kita dapat (calon instruktur)”75
Lalu:
“Terus kalau kita biasanya seleksinya ada tim, timnya itu
biasanya kita di rehsos hampir semuanya, tapi ya
struktural ya perlu tahu itu saja sebetulnya”76
Berdasarkan hal tersebut partisipan yang terdapat dalam
pemilihan instruktur memiliki dua jenis yakni jalur PNS dan
jalur Honorer. Jalur PNS partisipannya yakni PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur, Kementrian Sosial, dan Kementrian
Tenaga Kerja. Sedangkan untuk jalur honorer yakni tim
rehabilitasi sosial yang dibantu oleh instruktur-instruktur di
lingkungan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur serta calon
instruktur.
74 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran) 75 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran) 76 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabilitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
67
d) Hasil
Hasil yang didapat setelah melakukan seleksi dan
wawancara yang dilakukan oleh tim rehabilitasi sosial yakni
mendapatkan instruktur yang mampu memberikan
pengetahuan sesuai dengan bidang jurusan, mampu bersikap
dan berperilaku baik pada saat memberikan pengetahuan
kepada anak asuh, dan mampu membuat sebagian anak yang
terdapat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur mendapatkan
pekerjaan. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Bapak
Namin yakni:
“Kalau itu mereka bisa dan mereka mampu memberikan
keterampilan kepada PM kita. Dan juga ya mereka
memiliki sikap dan perilaku yang menjadi panutan anak-
anak. Hasil lainnya itu di akhir ya kalau bisa dibilang saya
yakin tidak semua anak ya pas pembelajar itu bisa semua,
di formal pun sama. Karena setiap anak mempunyai daya
tangkap yang berbeda-beda kalau yang saya tahu, kalau
kita nanti melihatnya di posisi magang.”77
Berdasarkan hal tersebut hasil yang didapatkan dalam
pemilihan instruktur yakni instruktur yang menjalankan
program dapat memberikan pengetahuan sesuai dengan bidang
jurusan, mampu bersikap dan berperilaku baik, serta mampu
membuat anak bekerja dengan baik.
2. Persiapan lapangan
77 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
68
Persiapan lapangan merupakan persiapan yang penting karena
persiapan lapangan merupakan awal untuk memulai
pemberdayaan. Persiapan lapangan yaitu petugas melakukan
penyiapan lapangan.
a) Proses
Proses persiapan lapangan yang di PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur dilakukan oleh dinas sosial dan Kementrian
Sosial. Kemetrian sosial melakukan pemetaan daerah yang di
dalamnya terdapat banyak anak putus sekolah dan belum
mendapatkan pelayanan dari kemetrian sosial, setelah
melakukan pemetaan daerah baru diadakan survei oleh dinas
sosial setempat terkait tempat strategis untuk dibuat panti
sosial untuk remaja putus sekolah. Setelah mendapatkan lokasi
yang tepat maka lokasi tersebut dipilih untuk menjadi lokasi
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Ibu Habibie yakni:
“Itu kita kita juga menyisir ya kita menyisir kira-kira
wilayah mana yang belum terjangkau kaya contohnya kita
melakukan mapping kan nah melakukan mapping sudah
teridentifikasi wilayah-wilayah yang sudah pernah masuk
kemensos itu kita tidak kesana lagi, kita mencari tempat
yang belom pernah terjangkau, belom pernah melakukan.
Nah disitu informasinya kan harus menyeluruh harus adil
kan, kita harus mencari tempat yang belom pernah di
datangkan oleh Kementrian Sosial. Nanti dinas sosial
yang melakukan survei karena kan dekat. Jadi sudah dinas
sosial bekerjasama dengan TKSK sudah menentukan
69
lokasi, baru mereka informasikan ke PSBR. Jadi sudah ok
tempatnya baru kita turun.”78
Berdasarkan wawancara tersebut proses persiapan
lapangan yang terdapat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
dilakukan oleh Kementrian Sosial dengan pemetaan daerah,
lalu dilanjutkan oleh dinas sosial dengan survei. Setelah
mendapatkan lokasi yang tepat maka lokasi tersebut dipilih
untuk menjadi lokasi PSBR Bambu Apus Jakarta Timur.
b) Metode
Metode yang dilakukan dalam persiapan lapangan yakni
dengan menggunakan pemetaan daerah, dan melakukan survei
terhadap lokasi penentuan tempat. Seperti yang diungkapkan
oleh Ibu Habibie yakni :
“Nanti dinas sosial yang melakukan survei karena kan
dekat. Jadi sudah dinas sosial bekerjasama dengan TKSK
sudah menentukan lokasi baru mereka informasikan ke
PSBR.”79
Berdasarkan wawancara tersebut metode yang digunakan
dalam persiapan lapangan yakni pemetaan daerah yang
dilakukan oleh Kementrian Sosial, serta survei lapangan yan
dilakukan oleh dinas sosial
c) Partisipan
78 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 19
September 2017 (Lihat Lampiran) 79 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 19
September 2017 (Lihat Lampiran)
70
Partisipan yang terdapat persiapan lapangan yakni
Kementrian Sosial dan dinas sosial Bambu Apus Jakarta
Timur. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Ibu Habibie
yakni :
“Jadi partisipannya disini hanya kemensos dan dinas
sosial.”80
Partisipan yang terdapat dalam persiapan lapangan yakni
Kementrian Sosial dan dinas sosial Bambu Apus Jakarta
Timur.
d) Hasil
Hasil yang dicapai dengan menentukan lapangan yang
strategis melalui observasi dan survei yang dilakukan
kemensos dan dinas sosial dalam persiapan lapangan yakni
mendapatkan lokasi yang sesuai dengan target yang ingin
dicapai oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dalam
memberikan pelayanan terhadap anak putus sekolah. Seperti
halnya yang diungkapkan oleh Ibu Habibie yakni:
“Hasilnya dicapai ya mendapatkan calon penerima
manfaat yang sesuai dengan target. Harus mencapai target
110 anak untuk satu angkatan selama 6 bulan.”81
Berdasarkan wawancara tersebut hasil yang dicapai dalam
persiapan lapangan yakni mendapakan lokasi yang sesuai
80 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 19
September 2017 (Lihat Lampiran) 81 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 19
September 2017 (Lihat Lampiran)
71
dengan target yang ingin dicapai oleh PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur, dalam hal ini memberikan pelayanan terhadap
anak putus sekolah yang berada disekitar wilayah tersebut.
3. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan tahapan penting dalam persiapan.
Sosialisasi berguna untuk memberikan masyakat pengetahuan
tentang diadakannya suatu program. Dengan adanya sosialisasi
maka masyakat dapat mengetahui dan mengikuti program yang
akan dijalankan.
a) Proses
Proses sosialisasi yang dilakukan PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur yakni dengan bekerjasama dengan dinas sosial
yang terdapat di wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan
Tangerang. Sosialisasi di awali dengan dinas sosial melalui
TKSK mencari CPM (Calon Penerima Manfaat) yang berada
di wilayah setempat. Setelah mengetahui banyaknya jumlah
CPM, lalu PSBR memberikan sosialisasi serta mengajak
kepada tokoh masyarakat sekitar serta orang tua CPM untuk
mengikuti program yang terdapat di PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Habibie yakni:
“Proses sosialisasi program itu kita pelaksanaannya di
daerah kabupaten, dan selama ini kita punya jejaring itu
ke kabupaten di jawa tengah, terus jawa barat, tangerang.
Lokasinya itu tadi ya kabupaten-kabupaten, kita
bekerjasama dengan dinas sosial. Di dalam dinas sosial itu
72
ada TKSK, ada PSM itu. Jadi dinas mempunyai
kepanjangan tangan itu dengan TKSK itu mereka akan
mencari CPM di wilayah- wilayah seperti di kecamatan-
kecamatan itu, baru mereka berkoordinasi dengan
dinas.”82
Berdasarkan hal tersebut proses sosialisasi yang dilakukan
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni bekerjasama dengan
dinas sosial dalam hal ini TKSK untuk mencari informasi
CPM. Setelah mengetahui informasi tersebut PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur melakukan sosialisasi kepada tokoh
masyarakat, serta mengajak kepada masyarkat yang memiliki
ekonomi lemah untuk mengikuti program yang terdapat di
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur .
b) Metode
Dalam sosialisasi metode yang digunakan oleh PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur yaitu menggunakan metode
presentasi, diskusi, dan sharing. Seperti yang diungkapkan
oleh Ibu Habibie yakni:
“Oh kalo metode sosialisasi itu presentasi, presentasi
program PSBR terus ada tanya jawab, sharing dah kaya
gitu”83
Berdasarkan wawancara tersebut metode yang digunakan
dalam sosisalisasi yakni presentasi, diskusi, serta sharing.
82 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 19
September 2017 (Lihat Lampiran) 83 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 19
September 2017 (Lihat Lampiran)
73
c) Partisipan
Partisipan dalam tahap sosialisasi yang dilakukan oleh
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni tokoh masyarakat,
orang tua CPM, staff PSBR Bambu Apus Jakarta Timur, serta
STKS seperti halnya yang diungkapkan oleh Ibu Habibie
yakni :
“Kalo partisipannya itu TKSK dan instansi dinas terkait
terus dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, kaya
gitu.”84
Partisipan yang terdapat dalam tahap sosialisasi yang
dilakukan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni tokoh
masyarakat, orang tua CPM, staff PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur, serta STKS.
d) Hasil
Hasil yang dicapai setelah melakukan sosialisasi yakni
informasi tentang program yang terdapat di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur dapat tersampaikan kepada masyarakat
sehingga terdapat masyarakat yang mau mengikuti program.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Ibu Habibie yakni:
84 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 19
September 2017 (Lihat Lampiran)
74
“Sosialisasi itu tentunya informasi itu sampai ke
masyarakat, informasi sampai ke masyarakat terus disana
ada yang berminat tidak.”85
Hasil yang terdapat dalam sosialisasi berdasarkan
wawancara tersebut yakni infomasi tentang program yang
terdapat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dapat
tersampaikan dengan baik kepada masyarakat, serta mengajak
masyarakat untuk mengikuti program.
b. Tahapan Perencanaan (Design)
Tahap kedua yakni tahapan perencanaan. Dalam tahapan ini
perencanaan dibahas secara maksimal dengan melibatkan masyarakat
dan klien (Anak asuh) dalam menentukan rencana pembuatan suatu
program guna memenuhi solusi dan pemecahan masalah yang terjadi.
Kegiatan yang terdapat dalam perencanaan yakni
1. Pengkajian data
Pengkajian data merupakan pengumpulan data yang dilakukan
secara sengaja dan sistematis yang digunakan untuk sumber dalam
melakukan suatu program.
a) Proses
Proses pengkajian data yang dilakukan oleh PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur melalui 3 hal yakni, pertama berdasarkan
banyaknya jumlah peminataan kepada suatu jurusan atau
85 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 19
September 2017 (Lihat Lampiran)
75
keterampilan tertentu, kedua berdasarkan kebutuhan pasar
akan suatu jurusan atau keterampilan tertentu, ketiga
berdasarkan dengan banyaknya mitra yang mengajukan
pemenuhan tenaga kerja. seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Hasrfiah yakni :
“Kalau perencanaan dalam keterampilan elektro dan
montir ini ada itu, kan berdasarkan kajian. Ini contohnya
nih saya kasih tau, beberapa pendaftar itu yang datang
kesini dari 150, 50 atau 30 itu selalu menanyakan ada
tidak jurusan elektro disini, ada jurusan montir disini. Nah
dulu belom ada montir motor tapi ternyata banyak yang
selalu mau daftar itu. Akhirnya kan mereka pulang tidak
mau, karena kan tidak ada jurusan yang dia mau. Dari
beberapa angkatan di evaluasi ini anak-anak pulang,
banyak yang pulang mencari jurusan yang diinginkan. itu
terkait dengan anak-anak yang ada disini. Yang kedua
terkait kebutuhan pasar, motor kan semakin banyak kan
ini, berarti kan dibutuhkan itu, tenaga-tenaga dibidang
keterampilan montir, sayang sekali kalau kita disini
keterampinya tidak up to date juga, nah itu berdasarkan
kajian pasar. Ada juga dari masyarakat, dari bengkel-
bengkel ini datang kesini, saya dengar disini ada nggak
jurusan ini, kami membutuhkan tenaga ini anak-anak.”86
Berdasarkan wawancara tersebut proses pengkajian data
yang dilakukan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
melalui 3 hal yakni pertama berdasarkan banyaknya jumlah
peminataan kepada suatu jurusan atau keterampilan tertentu,
kedua berdasarkan kebutuhan pasar akan suatu jurusan atau
keterampilan tertentu, ketiga berdasarkan dengan banyaknya
mitra yang mengajukan pemenuhan tenaga kerja.
86 Wawancara pribadi dengan Ibu Hasrifah Musa kepala bidang program dan advokasi,
Jakarta 19 September 2017 (Lihat Lampiran)
76
b) Metode
Dalam pengkajian data metode yang digunakan yakni
sharing dengan anak, observasi pasar, dan diskusi dengan
mitra-mitra. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Ibu
Hasrifah yakni :
“Metodenya ya tadi itu kan ada pengkajian data.
Berdasarkan pada banyaknya permintaan dari PM pada
saat pendaftaraan, terus melihat bangsa pasar yang
semakin dibutuhkan di indonesia, sama diskusi dengan
mitra-mitra yang datang untuk meminta anak magang di
tempatnya”87
Berdasarkan pernyataan tersebut metode yang digunakan
dalam pengkajian data adalah sharing dengan anak, observasi
pasar, dan diskusi dengan mitra-mitra.
c) Partisipan
Partisipan yang terdapat dalam pengkajian data yakni
anak-anak yang mengikuti pendaftaran, tim dari PAS, serta
pengusaha-pengusaha. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Hasrifah yakni:
“Kalo partisipannya di pengkajian data itu, ada dari tim
kita yang mengurus pendaftaran anak-anak yang ingin
mendaftar di sini. Terus bangsa pasar itu kita kan kita lihat
sendiri di indonesia itu kan banyak banget yang bawa
motor, apalagi di kampung-kampung itu kan juga sudah
banyak. Terus kalau yang pengusaha-pengusaha itu
mereka datang kesini berdiskusi dengan kita, menanyakan
ada yang berminat untuk magang di tempatnya gitu aja”88
87 Wawancara pribadi dengan Ibu Hasrifah Musa kepala bidang program dan advokasi,
Jakarta 19 September 2017 (Lihat Lampiran) 88 Wawancara pribadi dengan Ibu Hasrifah Musa kepala bidang program dan advokasi,
Jakarta 19 September 2017 (Lihat Lampiran)
77
Berdasarakan pernyataan tersebut partisipan yang
terdapat dalam pengkajian data yakni anak-anak yang
mengikuti pendaftaran, tim dari PAS, serta pengusaha-
pengusaha
d) Hasil
Hasil yang didapat dari pengkajian data yakni mengetahui
keinginan-keinginan anak, dapat mengembangkan
keterampilan yang terdapat di PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur, serta mendapatkan kemitraan yang lebih banyak.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Ibu Hasrifah yakni:
“Pengkajian data itu kan kita mendapatkan data, data-data
keinginan dan kebutuhan si anak ya kan, bukan hanya itu
saja kita jadi mendapatkan kemitraan yang jauh lebih
banyak, juga kita kan mengembangkan keterampilan yang
ada disini seperti itu.”89
Berdasarakan pernyataan tersebut hasil yang didapat
dalam pengkajian data yakni mengetahui keinginan-keinginan
anak, dapat mengembangkan keterampilan yang terdapat di
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur, serta mendapatkan
kemitraan yang lebih banyak.
2. Rapat perencanaan
89 Wawancara pribadi dengan Ibu Hasrifah Musa kepala bidang program dan advokasi,
Jakarta 19 September 2017 (Lihat Lampiran)
78
Rapat perencanaan dilakukan setelah pengkajian data yang
bertujuan untuk menentukan program yang akan dilaksanakan,
pembagian tugas, serta laporan kepada setiap bagian yang terdapat
dalam struktural PSBR Bambu Apus Jakarta Timur.
a) Proses
Rapat perencanaan dilakukan setelah mendapatkan
laporan pengkajian data. Pengkajian data tersebut lalu
digunakan untuk menentukan program keterampilan yang
akan diadakan di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Setelah
menentukan program keterampilan yang akan diadakan lalu
pembagian tugas sesuai dengan bagian dalam struktural.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Hasrifah yakni :
“hasil laporan itu kemudian di ini kan, di rapatin, ok
bagaimana nih kalau kita mau melakukan kegiatan tambah
program keterampilan montir ini, kira-kira bisa siap
nggak. Nanti rencana kita itu sudah berbentuk kaya ini kan
kegiatan-kegiatan, ada thor misalnya kan, rincian
anggaran nya.”90
Berdasarkan wawancara tersebut proses rapat
perencanaan dilakukan setelah mendapatkan laporan
pengkajian data. Pengkajian data tersebut lalu digunakan
untuk menentukan program keterampilan yang akan diadakan
90 Wawancara pribadi dengan Ibu Hasrifah Musa kepala bidang program dan advokasi,
Jakarta 19 September 2017 (Lihat Lampiran)
79
di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Setelah menentukan
program keterampilan yang akan diadakan lalu pembagian
tugas sesuai dengan bagian dalam struktural.
b) Metode
Dalam rapat perencanaan metode yang dilakukan oleh
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni diskusi. Diskusi
tentang berbagi tugas pada setiap bagian, serta laporan rencana
yang akan dilakukan. Seperti halnya yang diungkapkan oleh
Ibu Hasrifah yakni :
“Rapat itu yah kan diskusi, membagi tugas yang
dikerjakan, memberikan laporan rencana yang akan
dilakukan”91
Berdasarkan wawancara tersebut metode yang dilakukan
oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni diskusi. Diskusi
tentang berbagi tugas pada setiap bagian, serta laporan rencana
yang akan dilakukan oleh tim.
c) Partisipan
Partisipan yang terdapat dalam rapat yakni perwakilan
dari setiap bagian struktural. Seperti yang diungkapkan oleh
Ibu Hasrifah yakni :
“Kalau yang rapat ya perwakilan dari setiap bagian dalam
struktural ya, diskusi menyampaikan laporan-laporan,
91 Wawancara pribadi dengan Ibu Hasrifah Musa kepala bidang program dan advokasi,
Jakarta 19 September 2017 (Lihat Lampiran)
80
kendalanya gimana, terus mampu apa nggak kalau
diadakan jurusan baru.”92
Berdasarkan wawancara tersebut partisipan yang terdapat
dalam rapat yakni perwakilan dari setiap bagian struktural.
d) Hasil
Hasil yang didapatkan dalam rapat perencanaan yakni
dapat mengetahui kegiatan, input, proses, outputnya dari
masing-masing bagian struktural. Serta dapat membantu
dalam memecahkan masalah dan solusi yang dihadapi sub
bagian yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Hasrifah
yakni :
“Sedangkan dalam rapat itu menghasilkan yaitu ada
kegiatan, inputnya, prosesnya, output kan gitu ada nanti.
Jadi dari rapat itu kita mengetahui tugas masing-masing,
terus membantu memecahkan masalah-masalah dan
memberikan solusi kepada sub bagian yang mengalami
kendala”93
Berdasarkan wawancara tersebut Hasil yang didapatkan
dalam rapat perencanaan yakni dapat mengetahui kegiatan,
input, proses, outputnya dari masing-masing bagian
struktural. Serta dapat membantu dalam memecahkan masalah
dan solusi yang dihadapi sub bagian yang lain.
92 Wawancara pribadi dengan Ibu Hasrifah Musa kepala bidang program dan advokasi,
Jakarta 19 September 2017 (Lihat Lampiran) 93 Wawancara pribadi dengan Ibu Hasrifah Musa kepala bidang program dan advokasi,
Jakarta 19 September 2017 (Lihat Lampiran)
81
c. Tahapan pelaksanaan (Implementasi)
Tahapan pelaksaanan merupakan salah satu tahap yang paling
penting dalam program pemberdayaan masyarakat karena sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam
pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan
klien. Kegiatan dalam pelaksanaan yakni :
1. Bimbingan fisik
Bimbingan fisik merupakan bimbingan untuk memperkuat daya
tahan tubuh serta mental anak. Bimbingan fisik bertujuan agar anak
menjadi sehat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
a) Proses
Dalam proses bimbingan fisik terdapat beberapa kegiatan
yakni bimbingan fisik yang diadakan hari kamis dan sabtu
dengan Komando Rayon Militer berupa latihan baris berbaris
serta disiplin. Lalu bimbingan fisik yang diadakan hari jum’at
yakni senam dan kerja bakti dengan instrutur dari luar. Seperti
yang diungkapkan oleh Bapak Namin yakni:
“Bimbingan fisik dilakukan seminggu 2 kali, petugasnya
siapa, itu orang dari koramil dan petugas sosial. Tapi yang
dominan itu dari koramil, itu kan awal mas jadi kita
ajarkan itu disiplin diajarkan pagi jam 6 setiap hari kamis
sama sabtu ya kalo nggak salah, itu diajarkan untuk baris
berbaris mas. Terus bimbingan fisik selanjutnya setiap
jum’at, senam itu juga termasuk bimbingan fisik itu. Itu
82
dari mana, itu dari luar juga instrukturnya. Terus juga
kerja bakti itu kaya gitu gitu.”94
Berdasarkan hal tersebut proses bimbingan fisik yakni
dengan latihan baris berbaris serta disiplin dengan Komando
Rayon Militer. Lalu senam dengan instruktur yang sudah
dipersiapkan dari luar serta kerja bakti bersama.
b) Metode
Metode yang digunakan dalam bimbingan fisik yakni
praktek baris berbaris yang dikomandokan oleh Komando
Rayon Militer, dan praktek mengikuti gerakan senam
instruktur. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Namin
yakni:
“Yah itu mah praktek langsung ngikutin perintah dari
koramil itu, dia suruh kemana ya dikutin. Disuruh push up
karena anak telat ya harus push up gitu. Kalo senam itu
kan ngikutin gerakan instruktur senamnya jadi udah enak
gampang.”95
Berdasarkan wawancara tersebut metode yang digunakan
dalam bimbingan fisik yakni praktek baris berbaris yang
dikomandokan oleh Komando Rayon Militer, dan praktek
mengikuti gerakan senam instruktur.
c) Partisipan
94 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran) 95 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
83
Partisipan dalam bimbingan fisik yakni anak, Komando
Rayon Militer, instruktur senam, dan petugas sosial. Seperti
yang diungkapkan oleh Bapak Namin yakni:
“Udah pasti PM nya ya, terus kalo yang bimbingan fisik
hari kamis dan sabtu itu kan koramil sebagai
instrukturnya. Cuma kan tadi ada pendamping yaitu
petugas sosial yang ngamatin. Kalau senam itu kita
manggil instruktur dari luar.”96
Berdasarkan wawancara tersebut partisipan yang terdapat
dalam bimbingan fisik yakni anak, Komando Rayon Militer,
instruktur senam, dan petugas sosial.
d) Hasil
Hasil yang terdapat dalam bimbingan fisik yakni anak
memiliki mental, fisik, dan disiplin yang bagus. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Namin yakni :
“Ya anak MFD nya ya bagus gitu, anak mental, fisik, dan
disiplinnya kuat, kan mereka rata-rata mental disiplinnya
kurang mas.”97
Berdasarkan wawancara tersebut hasil yang dicapai
dengan bimbingan fisik yakni fisik yakni anak memiliki
mental, fisik, dan disiplin yang bagus
2. Bimbingan mental dan agama
96 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran) 97 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
84
Bimbingan mental dan agama merupakan bimbingan yang
mengacu kepada mental anak. Bimbingan mental dan agama
mengarah kepada perbaikan mental serta agama anak.
a) Proses
Bimbingan mental dan agama dilakukan setiap hari pada
saat Magrib sampai Isya. Bimbingan mental dan agama
diberikan oleh instruktur dari luar PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur yang memahami agama. seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Namin yakni:
“Kalau dibimbingan mentalnya itu kita laksanakan, yang
rutin ya itu setiap malem. Bimbingan mental dan agama
ya, ini setiap malem. Bimbingan mental itu terkait dengan
keagamaan ya, itu kita lakuakan setiap sore dari Magrib
sampai Isya. Itu setiap hari mas, siapa orangnya, kita
ambil dari luar juga, orang yang paham tentang agama
pastinya. Nah kalau ini basicnya udah jelas mas, sarjana
agama.” 98
Berdasarkan wawancara tersebut proses bimbingan
mental dan agama yang dilakukan PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur yakni bimbingan yang diadakan setiap hari pada saat
Magrib sampai Isya. Bimbingan mental dan agama diberikan
oleh instruktur dari luar lingkungan PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur.
b) Metode
98 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
85
Metode yang dilakukan dalam bimbingan mental dan
agama yakni pengajaran mengaji, ceramah, dan diskusi.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Bapak Namin yakni :
“modelnya macem-macem mas. Kan waktunya cuma dari
Magrib sampai Isya ya, jadi ada pengajian, ada ceramah
gitu kan, ada diskusi tentang agama.”99
Berdasarkan wawancara tersebut metode yang digunakan
oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dalam bimbingan
mental dan fisik yakni pengajaran mengaji, ceramah, dan
diskusi.
c) Partisipan
Partisipan dalam kegiatan bimbingan mental dan agama
yakni anak, petugas sosial, serta instruktur dari luar PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Namin yakni :
“Partisipannya ya itu mas, PM dengan petugas sosial, dan
instruktur dari luar yang tadi ya mas basicnya harus
sarjana agama”100
Berdasarkan wawancara tersebut Partisipan dalam
kegiatan bimbingan mental dan agama yakni anak, petugas
sosial, serta instruktur dari luar PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur
99 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran) 100 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
86
d) Hasil
Hasil yang dicapai dengan adanya bimbingan mental dan
agama yang dilakukan PSBR Bambu Apus yakni anak dapat
mampu mengerti, membaca, dan memahami bacaan shalat.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Namin yakni :
“Kalau hasilnya ya itu mas kadang kan ada anak yang
tidak bisa bacaan shalat. Itu disetiap angkatan pasti ada
yang nggak bisa bacaan shalat. Jadi kita kadang
memberikan pembelajaran bacaan shalat, kadang juga ada
dari temennya yang bisa, kita suruh ajarin temennya yang
ngak bisa. Supaya anak ini ngerti gitu gimana shalat,
bacaannya kaya gimana gitu mas.”101
Hasil yang didapat dalam bimbingan mental dan agama
yang dilakukan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni anak
dapat mampu mengerti, membaca, dan memahami bacaan
shalat.
3. Bimbingan sosial
Bimbingan sosial merupakan bimbingan dalam rangka
membentuk pola pikir, sikap dan perilaku anak yang mandiri, dan
mampu menjadi manusia produktif, disiplin, jujur, ulet yang
berguna bagi diri, keluarga dan masyarakatnya.
a) Proses
101 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
87
Bimbingan sosial yang dilakukan PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur dilakukan pada saat pagi. Bimbingan sosial
dimulai dengan morning meeting yakni mengidentifikasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh anak. Lalu selanjutnya di
kelas diajarkan tentang etika dan sebagainya. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Namin yakni :
“Bimbingan sosial itu tiap hari mas, bimbingan bisa
klasikal dan non klasikal. Kalo klasikal itu kelas yang ada
3 kelas. Jadi ada 3 kelas yang mengajarkan etika dan
segala macem, ada remaja dan pemasalahannya kaya gitu,
itu yang di kelas-kelas. Kemudian bimbingan kelas ya dari
pagi morning meeting, morning meeting itu jam setengah
delapan sampai jam delapan setiap hari mas, itu kan
bimbingan sosial. Modelnya kaya gitu, kalau di itu, dia
sedikit ceramah, nah kalo di morning meeting yang
banyak anak mengungkapkan perasaannya. Dan itu yang
bertanggung jawab semua ya petsosnya masing-masing.
Setelah di morning meeting itu anak-anak masuk ke kelas
yang tadi itu ada 3 kelas yang mengajarkan etika dan
segala macem itu. Itu ada dari petsos yang memberikan
materi itu tadi.”102
Berdasarakan pernyataan tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa proses bimbingan sosial yakni dimulai dengan morning
meeting yakni mengidentifikasi masalah-masalah yang
dihadapi oleh anak. Lalu selanjutnya di kelas diajarkan tentang
etika dan sebagainya.
b) Metode
102 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
88
Metode yang digunakan dalam bimbingan keterampilan
yakni dengan sharing dan ceramah. Seperti yang diungkapkan
oleh Bapak Namin yakni:
“Kalo di morning meeting itu peksos hanya ngasih
sedikit materi mas, yang banyak anak mengungkapkan
perasaannya. Kalo di kelas itu baru kebanyakan
ceramah-ceramah.”103
Berdasarkan wawancara tersebut metode yang digunakan
dalam bimbingan sosial yakni dengan sharing dan ceramah.
c) Partisipan
Partisipan yang tedapat dalam bimbingan sosial yang
dilakukan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni
pekerja sosial. Pekerja sosial yang bertanggung jawab dengan
kegiatan yang terdapat dalam bimbingan sosial. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Namin yakni:
“Kalo di bimbingan sosial itu peksos mas yang
bertanggung jawab di kegiatan-kegiatan di kelas maupun
yang diluar kelas.”104
Berdasarkan pernyataan tersebut partisipan yang terdapat
dalam kegiatan bimbingan sosial yakni pekerja sosial.
d) Hasil
103 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran) 104 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
89
Hasil yang terdapat dalam kegiatan bimbingan sosial yaitu
anak beretika dan berperilaku lebih baik, serta lebih disiplin.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Namin yakni:
“Kalau hasilnya ya pasti etika jadi lebih bagus mas. kan
seperti yang saya bilang tadi disini tuh etika dan
perilakunya kita buat supaya menjadi lebih beradab. Terus
juga disiplin, disiplinnya gini mas kalau misalnya anak itu
kan kalau siang kadang ngak ada di kelas itu, nah itu juga
harus diberikan bimbingan, bimbingan supaya dia disiplin
dalam menjalankan tugas nya sebagai penerima
manfaat”105
Berdasarkan pernyataan tersebut hasil yang didapat dalam
kegiatan bimbingan sosial yakni anak beretika dan berperilaku
lebih baik, serta lebih disiplin.
4. Bimbingan keterampilan
Bimbingan keterampilan merupakan bimbingan yang
diberikan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur untuk mendukung
perubahan sikap dan perilaku anak. Bimbingan keterampilan yang
diberikan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur berupa keterampilan
berdasarkan kemampuan anak.
a) Proses
Bimbingan keterampilan di PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur dilaksanakan setiap hari senin, selasa, rabu, kamis, dan
sabtu pada pukul 10.00 sampai 16.00. bimbingan keterampilan
105 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
90
dilakukan dengan ceramah dan praktek. Seperti yang
diungkapkan Bapak Namin yakni :
“Keterampilan itu biasanya sampe sabtu, tapi jum’at
nggak. Jadi dia dari jam 10 sampai jam 4. Kalau
silabusnya itu ada di jurusan mereka masing-masing. Jadi
dalam bimbingan keterampilan itu kan tergantung trik dari
masing-masing instruktur ya. Tapi yang jelas itu di dalam
nya ada ceramah materinya sama praktek langsung”106
Dari pernyataan tersebut proses dalam bimbingan
keterampilan yakni pembelajaran dengan ceramah dan praktek
yang dilakukan pada hari senin sampai kamis, dan sabtu.
b) Metode
Metode yang digunakan pada bimbingan keterampilan
yang yakni ceramah dan praktek. Seperti yang diungkapkan
oleh Bapak Namin yakni:
“Tapi yang jelas itu di dalam nya ada ceramah materinya
sama praktek langsung”107
Berdasarkan wawancara tersebut metode yang dilakukan
dalam bimbingan keterampilan yakni ceramah dan praktek.
c) Partisipan
Partisipan yang terdapat dalam program keterampilan
yakni anak dan instruktur keterampilan. seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Namin yakni:
106 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran) 107 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
91
“Kalau itu mas anak dengan instruktur soalnya kan kalau
udah di dalam kelas itu. Instruktur yang bertanggung
jawab terhadap pemberian ilmu kepada anak.”108
Berdasarkan wawancara tersebut partisipan terdapat
dalam kegiatan bimbingan keterampilan yakni anak dan
instruktur keterampilan.
d) Hasil
Hasil yang terdapat dalam bimbingan keterampilan yang
dilaksanakan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yaitu anak
dapat memiliki pengetahuan berdasarkan kemampuannya.
Seperti halnya yang diungkapkan oleb Bapak Namin yakni:
“Hasilnya sudah jelas, anak dapat memiliki pengetahuan
dari keterampilan nya masing-masing, tapi disini dasar lho
ya mas tidak bisa mahir.”109
Berdasarkan pernyataan tersebut hasil yang dicapai dari
bimbingan keterampilan yakni anak dapat memiliki
pengetahuan berdasarkan kemampuannya.
d. Tahapan Evaluasi
Tahapan ini merupakan proses pengawasan dari klien dan petugas
terhadap program keterampilan yang sedang berjalan. Keterlibatan
pada tahap ini diharapkan mampu membentuk klien untuk melakukan
pengawasan internal sehingga dalam jangka panjang klien mampu lebih
108 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran) 109 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
92
mandiri memanfaatkan kemampuan yang ada. Kegiatan evaluasi PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur yakni :
1. Evaluasi menyeluruh
Evaluasi menyeluruh merupakan evaluasi yang dilakukan
secara keseluruhan terhadap setiap bagian yang ada. Evaluasi
menyeluruh dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan
yang dijalankan pada setiap bagian.
a) Proses
Proses tahapan dalam evaluasi yakni dilakukan secara
menyeluruh pada setiap bagian yang ada di PSBR Bambu
Apus. Evaluasi yang terdapat di PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur dilakukan oleh tim khusus yang bertujuan untuk
menentukan item yang akan di evaluasi dengan menggunakan
metode kuesioner dan diskusi. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Bapak Namin yakni:
“Nah kalau yang untuk setahun kita kumpul semua, eh
bukan semua pegawai, bagian dari masing-masing
pegawai ada perwakilannya. Evaluasi nya itu kita
menggunakan metode ada yang kuesioner ada yang
diskusi, kalau yang umum ya semua pegawai mengisi, tapi
kita ada tim yang menentukan apa yang mau dievaluasi
kan, ada itemnya perbagian ini tentang ini, tadi saya bilang
keterampilan itu nanti dibagi lagi apaan gitu.”110
Berdasarakan wawancara tersebut proses dalam tahap
evaluasi di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dilakukan secara
110 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
93
menyeluruh pada setiap bagian. Evaluasi dilakukan oleh tim
khusus yang bertujuan untuk menentukan item yang akan di
evaluasi dengan menggunakan metode kuesioner dan diskusi.
b) Metode
Metode yang digunakan dalam evaluasi yang dilakukan
oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni kuesioner dan
diskusi. Seperti halnyay ang diungkapkan oleh Bapak Namin
yakni :
“Evaluasi nya itu kita menggunakan metode ada yang
kuesioner ada yang diskusi”111
Berdasarkan hal tersebut metode yang digunakan pada
tahap evaluasi yakni kuesioner dan diskusi.
c) Partisipan
Partisipan yang terdapat dalam tahap evaluasi yakni
semua bagian yang terdapat dalam kegiatan yang ada di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur. Seperti halnya yang diungkapkan
oleh Bapak Namin yakni:
“Dari masing-masing jabatan, besarannya mungkin PAS,
TU, Rehsos, Peksos, itu nanti di rehsos ini ini ini, kadang-
kadang itu dikasih penilaian keseluruhan, darimana, anak
yang nilai.”112
Berdasarakan wawancara tersebut partisipan yang
terdapat dalam tahap evaluasi yakni seluruh bagian yang
111 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran) 112 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
94
terdapat dalam kegiatan yang ada di PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur.
d) Hasil
Hasil yang didapatkan dari evaluasi yakni mengetahui
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam tiap bagian, serta
mendapatkan solusi dan rekomendasi untuk program kegiatan
selanjutnya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Namin
yakni:
“Nanti kita duduk bareng kita diskusi, apakah iya, apakah
tidak ya kan. Nanti untuk tahun depan solusinya apa, kita
bikin rekomendasi, rekomendasinya apa ini, misalnya
kelemahannya disini, ini kita rekomendasikan ini, siapa
yang memberikan, tim itu..”113
Berdasarkan wawancara tersebut hasil yang didapatkan
dalam tahap evaluasi yakni dapat mengetahui kelemahan-
kelemahan yang terdapat dalam tiap bagian, serta
mendapatkan solusi dan rekomendasi untuk program kegiatan
selanjutnya.
2. Strategi Pemberdayaan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta Timur Melalui Keterampilan Elektro dan Montir
Strategi pemberdayaan merupakan proses dan pencapaian tujuan dalam
pemberdayaan. Pada dasarnya strategi pemberdayaan merupakan cara
113 Wawancara pribadi dengan Bapak Namin Sunarto kepala rehabitasi sosial, Jakarta 19
Oktober 2017 (Lihat Lampiran)
95
dalam melaksanakan proses pemberdayaan. Strategi-strategi tersebut
memiliki tujuan akhir adanya kemandirian klien.
Strategi pemberdayaan dalam pelaksanaan proses dan pencapaian
tujuan pemberdayaan dapat dicapai oleh PSBR melalui 5p yakni:
a. Pemungkinan
Pemungkinan merupakan salah satu tahapan dalam pemberdayaan.
Dimana tahap pemungkinan ini agen pemberdayaan yaitu PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi klien berkembang secara optimal. PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur juga harus mampu untuk membebaskan
dari sekat-sekat kultural atau struktural yang menghambat.
Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti Dalam tahap ini PSBR Bambu Apus Jakarta Timur sangat
berperan penting dalam menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi klien berkembang dengan optimal melalui
program keterampilan elektro maupun keterampilan montir.
Suasana yang dibuat oleh PSBR untuk membuat klien dapat
tumbuh berkembang dengan membuat sarana dan prasarana yang
memadai serta menyiapkan petugas-petugas yang handal dan mampu
menciptakan kondisi-kondisi agar klien dapat berkembang. Seperti
halnya yang dikatakan Ibu habibie yakni:
“Anak tumbuh dan berkembang tentu saja yang paling utama
adalah rumahnya ya,rumahnya yang dia tinggal itu kan sistemnya
96
keluarga, keluarga asuh. Tempatnya cottages jadi tidak seperti
asrama, cottages itu didalamnya kan ada keluarga, nah keluarga
asuh ini kan ada keluarga intinya.. Jadi komunikasinya
mendapatkan kasih sayang, mendapatkan perhatian, mendapatkan
apa yang dia butuhkan. Nah nanti keluarga asuh ini yang akan
mengkomunikasikan dengan lembaga, nanti lembaga yang akan
meneruskan ke ahlinya.”114
Sedangkan instruktur montir menciptakan pemungkinan dalam
menjalankan program keterampilan dengan menciptakan kondisi klien
melalui motivasi dan beragam metode berdasarkan latar belakang
pendidikan klien. Seperti halnya yang dikatakan oleh Bapak Dadan
Supardan yakni:
“Kalau itu saya memberikan motivasi-motivasi pada anak ya.
Kondisi seperti apa biasanya saya lihat dari basicnya, dari
latarbelakangnya seperti apa. Pertama latarbelakang pendidikan itu
kan kita tanya-tanya juga karena itu untuk bagaimana kita nanti
menerapkan metode untuk ke anak Karena biasanya beda jenjang
kelulusan anak, penangkapan anak beda nih.”115
Berbeda dengan instruktur montir, instruktur elektro membuat
pemungkinan dengan menjalin hubungan yang erat dan menyiapkan
sarana-prasarana untuk mendukung perkembangan klien. Seperti
halnya yang diungkapkan oleh Bapak Suroso yakni:
“Seperti yang saya bilang sebelumnya saya itu mencoba untuk
mengerti anak dengan cara itu tadi sebelum saya masuk kedalam
materi saya mencoba berbicara kepada anak, bagaimana dia
sebelum di PSBR, lalu sudah pernah belajar elektronik
sebelumnya, sehingga ketika dia sudah ada di kelas dia tidak
merasa bahwa dia bukan bagian dari jurusan elektro.116
114 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 15 Juni
2017 (Lihat Lampiran) 115 Wawancara pribadi dengan Bapak Dadan Supardan Fungsional instruktur, Jakarta 19
Juni 2017 (Lihat Lampiran) 116 Wawancara pribadi dengan Bapak Suroso Fungsional instruktur, Jakarta 19 Juni 2017
(Lihat Lampiran)
97
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Habibie, Bapak Suroso, dan
Bapak Dadan bahwa tahap pemungkinan yang dilakukan PSBR dengan
menciptakan kenyamanan dengan menyediakan sarana dan prasarana
serta meningkatkan motivasi-motivasi dari klien. Namun terdapat
perbedaan sarana dalam setiap program keterampilan. Dalam program
keterampilan TSM, klien menganggap bahwa sarana dan prasarana dari
program TSM kurang mumpuni seperti yang diungkapkan oleh Rifqon
Haqiqi yakni:
“Yah kalo saya merasa sih kak, disini tuh kadang merasa enak,
kadang merasa kurang, ya kan kaya peralatan-peralatan di TSM itu
kan kurang soalnya kan kak disana kebanyakan orang, terus kalo
instrukturnya sih udah baik.”117
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan Agus Setiawan
yakni:
“Kalau jujur menurut saya disini sarana prasarana sudah cukup sih,
tapi kalau di kelas TSM masih kurang motornya, kebanyak murid
soalnya. Jadi jam prakteknya Cuma dikit, kadang nganggur suka
duduk-duduk. Kalau dari guru sih lumayan baik tapi ya itu macem-
macem juga.” 118
Terkait dengan pernyataan hasil wawancara peneliti dengan
narasumber, dapat disimpulkan bahwa pada tahap pemungkinan, PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur yaitu dengan menciptakan suasana atau
kondisi klien dapat berkembang melalui penyediaan sarana dan
prasarana serta membantu perkembangan motivasi-motivasi klien.
117 Wawancara pribadi dengan Rifqon Haqiqi anak asuh, Jakarta 15 Juni 2017 (Lihat
Lampiran) 118 Wawancara pribadi dengan Agus Setiawan anak asuh, Jakarta 15 Juni 2017 (Lihat
Lampiran)
98
Namun sarana-prasarana yang berbeda pada setiap program
keterampilan belum membuat klien mampu berkembang secara
optimal.
b. Penguatan
Tahap kedua dalam strategi pemberdayaan yaitu penguatan.
Penguatan dalam tahap ini yaitu memperkuat pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki klien dalam memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Untuk dapat memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki klien, PSBR Bambu Apus Jakarta Timur sebagai
penyelenggara program keterampilan elektro dan montir harus
menggetahui masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan klien. Untuk
mengetahui masalah-masalah tersebut PSBR melakukan assessment
awal kepada klien dan survei kepada pelaku-pelaku dunia usaha, seperti
halnya yang diungkapkan oleh Ibu Habibie yaitu:
“ kalau kebutuhan itu pasti nya survei ya survei dulu, petugas
melakukan survei ke pasar atau dunia usaha, contohnya tempat-
tempat service tempat-tempat service tv, service elektronik yang
kaya gitu terus itu tentu saja pada saat survei tadi kita melakukan
pendekatan wawancara dengan pengusaha-pengusaha dunia
elektronik untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak dalam
jurusan elektro. Kalau mengetahui masalah anak kita
mengasessment yaaa. Mengasessment itu kita menggali, kita
menggali apa saja kebutuhan dia apa saja keinginannya kita
melakukan test minat bakat tentang kemampuan dia dan
keinginan dia Itu kita melakukan test minat bakat. Dari situ kita
mengetahui kebutuhan anak” 119
119 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 15 Juni
2017 (Lihat Lampiran)
99
Lebih lanjut untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
oleh klien yaitu melihat berdasarkan latar belakang pendidikannya. Hal
tersebut berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki klien
sehingga menghambat proses perkembangannya, seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Suroso yakni:
“Kalau disini itu kan latar belakangnya berbeda-beda, ada yang
lulusan SD, SMP ada, bahkan mereka yang tidak sekolah mungkin
tidak lulus, kelas 1 SD tidak lulus sama dengan tidak sekolah ya
kan, membacanya saja kurang apalagi diberikan yang lainnya”120
Sedangkan instruktur montir melihat masalah-masalah dan
kebutuhan yang dihadapi oleh klien berdasarkan sikap dan perilaku dari
klien, seperti yang diungkapkan Bapak Dadan yakni:
“Anak bermasalah akan terilhat dari sikapnya, jadi sikap tingkah
lakunya akan terlihat apa sih anak? terus juga dari attitude dia di
ruangan atau di keterampilan itu akan terlihat gitu apa dia, apa
seperti apa dia di luarnya begitu kan, nanti pasti akan terlihat.”121
Lebih lanjut masalah yang dimaksud yakni disiplin klien
disebabkan lamanya jam pembelajaran yang diterima oleh klien.
“Sama anak biasanya yaa yang paling sering ya itu disiplin anak.
Dia jadi apa ya, anak itu karena mungkin, mungkin terlalu lama
sebetulnya waktunya dari jam 10 sampai jam 4 itu anak jenuh. Kan
terus juga waktunya sama banyak di siang. Saat di siang belajar di
kelas itu tidak efektif. Kalau mau belajar itu dari pagi waktunya.
Kalau ya jadi anak siang itu udah males-malesan gitu jadi
penangkapan terhadap materi tuh gini.”122
120 Wawancara pribadi dengan Bapak Suroso Fungsional instruktur, Jakarta 19 Juni 2017
(Lihat Lampiran) 121 Wawancara pribadi dengan Bapak Dadan Supardan Fungsional instruktur, Jakarta 19
Juni 2017 (Lihat Lampiran) 122 Wawancara pribadi dengan Bapak Dadan Supardan Fungsional instruktur, Jakarta 19
Juni 2017 (Lihat Lampiran)
100
Untuk memfasilitasi masalah-masalah yang dihadapi klien
instruktur menggunakan metode berbeda. Instruktur elektro
menggunakan metode praktis yakni mengenal langsung alat-alat yang
digunakan dalam praktek elektro. Seperti wawancara dengan Bapak
Suroso yakni:
“Kalau sudah masuk jurusan elektronik itu mau nggak mau tetep
harus kita ajarin. Bagaimana anak ini bisa gitu kan, kalau dia cara
teori praktek tidak bisa mungkin cara-cara praktis,cara praktis itu
maksudnya seperti apa, itu bertatap muka langsung, mengenal alat
langsung, dengan mengetahui benda langsung dengan penanganan
langsung itu cara-cara praktis dan sifatnya hafalan. 123
Sedangkan instruktur montir untuk menghadapi masalah yang
dihadapi klien yaitu dengan menggunakan metode tanya jawab dengan
klien. Seperti wawancara dengan Bapak Dadan yakni :
“Biasanya kalau saya karena pada saat teori ya itu tadi mas saya,
pada saat di teori ya. Teori anak saya suruh bertanya. Jadi setiap
anak kadang-kadang saya wajibkan bertanya tentang materi yang
dijelaskan..”124
Setelah mengetahui masalah dan metode yang tepat untuk
diberikan kepada klien maka selanjutnya diberikan pengetahuan atau
life skill. Pengetahuan yang diberikan oleh keterampilan elektro adalah
Audio yakni berkaitan dengan suara, lalu video berkaitan dengan
gambar, dan pendingin. Berikut wawancara dengan Bapak Suroso :
“Kalau yang saya sudah berikan ya materi nya kan audi, video, dan
pendingin. Jadi audio itu berkaitan dengan suara, video ya gambar,
audio video ya dua-duanya, dan pendingin ac,kulkas, adapun
tambahan itu ya peralatan-peralatan rumah tangga itu kalau
123 Wawancara pribadi dengan Bapak Suroso Fungsional instruktur, Jakarta 19 Juni 2017
(Lihat Lampiran) 124 Wawancara pribadi dengan Bapak Dadan Fungsional instruktur, Jakarta 19 Juni 2017
(Lihat Lampiran)
101
memang mendukung. Peralatan rumah tangga seperti rice cooker,
dispenser. Ya kaya gitu, kipas angin, materi tambahan. Fokusnya,
pokoknya itu adalah audi,vido, dan pendingin125
Sedangkan program keterampilan montir motor memberikan
pengetahuan seminimal mungkin klien dapat melakukan tune up .
Seperti wawancara dengan Bapak Dadan berikut:
“ Focus kita sebetulnya anak minimal bisa tune up sepeda motor
,itu memang tujuan akhirnya ya, tujuan akhirnya anak bisa tune up
minimal gitu ya..”126
Namun menurut pernyataan salah satu klien pengetahuan yang
diberikan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur kurang memadai
karena tidak berhdapan langsung dengan masyarakat. Sehingga klien
lebih banyak belajar tentang program ketrampilan pada saat program
magang berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Rifqon Haqiqi
yakni:
“Tapi menurut saya paling banyak belajar pas ditempat magang
kak, disana kan bener-bener langsung turun lapangan ketemu
pelanggan jadinya tahu masalahnya apa terus jadi tahu turun mesin,
ganti piston, tambal ban, disini kan ngak ada, terus ya itu motong
rantai biar cepet.”127
Berdasarkan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam
tahap penguatan, PSBR Bambu Apus Jakarta Timur mengetahui
masalah dengan menggunakan metode survei, assessment, dan
125 Wawancara pribadi dengan Bapak Suroso Fungsional instruktur, Jakarta 19 Juni 2017
(Lihat Lampiran) 126 Wawancara pribadi dengan Bapak Dadan Supardan Fungsional instruktur, Jakarta 19
Juni 2017 (Lihat Lampiran) 127 Wawancara pribadi dengan Rifqon Haqiqi anak asuh, Jakarta 15 Juni 2017 (Lihat
Lampiran)
102
wawancara. Sedangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
menggunakan metode praktis untuk dan tanya jawab.
Penguatan yang dilakukan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni
memberikan pengetahuan sesuai dengan potensi dan hasil test minat
bakat atau assesment awal. Pengetahuan yang diberikan keterampilan
elektro adalah Audio yakni berkaitan dengan suara, lalu video berkaitan
dengan gambar, dan pendingin. Untuk keterampilan montir
pengetahuan yang diberikan yakni tune up.
Namun pengetahuan yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur dianggap kurang memadai. Pengetahuan yang kurang
memadai tersebut dikarenakan masih terdapat klien yang merasa
memperoleh pengetahuan lebih baik saat program magang. Hal tersebut
terjadi karena pada saat program magang klien dapat mampu
mengetahui secara langsung apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
c. Perlindungan
Tahap ketiga dari adanya pemberdayaan yaitu perlindungan,
dimana pemberdayaan harus memberikan kekuatan maupun
pengetahuan terhadap klien agar mampu untuk mempertahankan diri
sendiri dari segala bentuk diskriminasi.
Pada tahap perlindungan ini, PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
memiliki peran penting dalam memberikan perlindungan kepada klien.
Tahap ini memfokuskan peran PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
dalam memberikan kekuatan atau pengetahuan dan tidak melihat
103
perbedaan latar belakang klien seperti yang diungkapkan Bapak Suroso
dalam wawancaranya sebagai berikut:
“Kalau itu saya tidak pernah mebeda-bedakan atau memilah-milah
mereka, karena walaupun latar pendidikan atau apa-apa saya “wah
susah banget sih ngajarin kamu, enakan dia tuh dibilangin sebentar
langsung tau”, tidak seperti itu.”128
Sedangkan bentuk perlindungan yang diberikan oleh instruktur
montir yaitu dengan berusaha membuat klien tetap belajar melalui salah
satu klien untuk mengajarkan yang lainnya. seperti yang diungkapkan
Bapak Dadan yakni:
“Kalau itu pernah ada anak yang mau belajar tapi merasa malu
untuk belajar jadi saya meminta temannya untuk mengajak dia.
Jadi satu anak itu, yang satu anak itu disuruh jadi mentor lah saya
bilang gitu. Jadi mentoring dia mau ga mau dan akhirnya untuk
keduanya berhasil gitu ya. Yang satu kan mengajar lebih, dia
mengingat lagi, mengingat lagi, karena mengajarkan kan gitu
memberitahu temannya kan, yang satu akhirnya karna terus-
terusan mungkin ya nempel juga akhirnya, gitu”129
Dalam melakukan perlindungannya PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur sudah cukup memumpuni yaitu dengan membuat klien
memperoleh pengetahuan untuk dapat melindungi dirinya sendiri.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh salah satu klien yaitu Asep
Ramdani yakni:
“Oh alhamdulillah kalau itu Asep merasa dukungan sudah baik,
misalnya Asep itu kan kalo di elektro ngak langsung bisa kaya yang
lain, jadi kalau praktek itu pasti yang pertama Asep gagal. Terus
kata Bapak Suroso suruh coba lagi, jadi Asep cari tahu apa
128 Wawancara pribadi dengan Bapak Suroso Fungsional instruktur, Jakarta 19 Juni 2017
(Lihat Lampiran) 129 Wawancara pribadi dengan Bapak Dadan Supardan Fungsional instruktur, Jakarta 19
Juni 2017 (Lihat Lampiran)
104
kegagalannya. Udah tahu, ini yang kedua kalinya baru dibenerin.
Jadi Asep ngak ketinggalan sama teman-teman yang lain.”130
Bukan hanya diberikan pengetahuan, PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur pun memberikan akses berupa jarigan kerja untuk klien agar
mampu untuk mengembangkan diri lebih dari sebelumnya dan juga
mempertahankan diri dari segala bentuk diskriminasi, adapun
wawancara dengan Bapak Dadan sebagai berikut :
“Kalau itu saya kasih link, untuk diklat tambahan gitu kan. Ada
kayak kemaren yang kebetulan anak yang magang di Ahass, dia
kebingungan juga, pak ini kayak gimana sih. katanya ada buat jadi
mekanik harus ikut diklat nih”131
Hal serupa juga diungkapkan oleh klien dalam wawancara dengan
Aldy Wahyudi yaitu:
“Alhamdulillah kalau itu saya diberikan kenalan dengan pemilik
service-service karena kan teman-teman dan saya juga magang
disana.”132
Pernyataan Aldy wahyudi diperkuat dengan pernyataan Ragil
Setiawan yakni:
“Oh kalau itu saya diperkenalkan dengan pemilik-pemilik bengkel,
terus juga perusahaan-perusahaan motor, sama kemaren saya kan
magang jadi kenal beberapa bengkel.”133
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan
narasumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam tahap
130 Wawancara pribadi dengan Asep Ramdani anak asuh, Jakarta 15 Juni 2017 (Lihat
Lampiran) 131 Wawancara pribadi dengan Bapak Dadan Supardan Fungsional instruktur, Jakarta 19
Juni 2017 (Lihat Lampiran) 132 Wawancara pribadi dengan Aldy Wahyudi anak asuh, Jakarta 15 Juni 2017 (Lihat
Lampiran) 133 Wawancara pribadi dengan Ragil Setiawan anak asuh, Jakarta 15 Juni 2017 (Lihat
Lampiran)
105
perlindungan, PSBR Bambu Apus Jakarta Timur memberikan
pengetahuan serta jaringan kerja kepada klien sebagai kekuatan klien
agar mampu menghindari diskriminasi.
d. Penyokongan
Tahap pemberdayaan yang keempat adalah penyokongan yaitu
pemberdayaan harus mampu memberikan bimbingan dan dukungan
kepada klien agar dapat menjalankan peranan dan tugas-tugas dalam
kehidupannya.
PSBR Jakarta Timur sebagai agen pemberdayaan memiliki peran
dalam memberikan bimbingan-bimbingan dan dukungan kepada klien.
Bimbingan-bimbingan yang diberikan kepada klien PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur adalah bimbingan sosial, bimbingan agama,
bimbingan keterampilan. Bimbingan sosial yakni bimbingan beretika
yang baik dan benar. Bimbingan agama merupakan bimbingan yang
mengajarkan rasa bersyukur. Bimbingan terakhir adalah bimbingan
keterampilan yakni bimbingan yang mengajarkan keterampilan atau
life skills. Seperti yang disampaikan Ibu Habibie yakni :
“Yah itu tadi bimbingan agama itu berkaitan dengan kalau kita
sudah berusaha tapi kita juga harus memanjatkan doa kepada allah
kalau saya sudah berusaha mudah-mudahan diwujudkan Nah
disana itu ada agama terus ada etika. Etika bagaimana cara dia
berkomunikasi dengan instruktur supaya terjalin kerjasama,
terjalin suatu ikatan sehimgga kalau dia masih kurang paham dia
bertanya lagi..”134
134 Wawancara pribadi dengan Ibu Habibie Tamher pekerja sosial madya, Jakarta 15 Juni
2017 (Lihat Lampiran)
106
Sedangkan bimbingan yang diberikan oleh instruktur elektro lebih
menekankan kepada sikap dan perilaku, seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Suroso dalam wawancara yakni :
“Saya disini itu kan menitik beratkan sikap perilaku, jadi seperti
halnya terakhir itu di daerah cilangkap itu PT.service center itu
cenderung ke polytron atau apa itu, dia menggakui anak-anak dari
PSBR itu katanya gampang diatur, sopan santunnya baik, sikapnya
pun juga baik. Bahkan PT itu pernah ngerekrut orang dari luar itu
ya tuntutannya lebih besar, kaya gaji, apa sikap, kaya gitu-
gitu.”135
Berbeda dengan instruktur elektro, instruktur montir menggunakan
motivasi sebagai bimbingannya, seperti yang diungkapkan dalam
wawancara yakni:
“Paling saya ya itu tadi motivasi untuk mereka mau itu kan, mau
berubah intinya motivasinya biasanya yang saya berikan ya, contoh
pengalaman yang saya berikan. Terus juga kadang-kadang kan yah
kondisi saya seperti ini tapi yah saya bisa.”136
Berdasarkan pernyataan-pernyataan wawancara tersebut dapat
simpulkan bahwa tahap penyokongan yang dilakukan oleh PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur yaitu melalui bimbingan-bimbingan
terhadap klien. Bimbingan-bimbingan tersebut yaitu bimbingan sosial,
bimbingan agama, dan bimbingan keterampilan. Bimbingan-bimbingan
tersebut diharapkan mampu menguatkan klien untuk dapat beradaptasi
dengan baik di lingkungan manapun.
Tabel 7
135 Wawancara pribadi dengan Bapak Suroso Fungsional instruktur, Jakarta 19 Juni 2017
(Lihat Lampiran) 136 Wawancara pribadi dengan Bapak Dadan Supardan Fungsional instruktur, Jakarta 19
Juni 2017 (Lihat Lampiran)
107
Matrik Strategi Pemberdayaan
No. Strategi pemberdayaan Temuan di lapangan
1 Pemungkinan Menciptakan suasana/kondisi agar
klien dapat berkembang dengan
penyediaan sarana dan prasarana
serta membantu perkembangan
motivasi klien
2 Penguatan Penguatan yang dilakukan yakni
memberikan pengetahuan sesuai
potensi yang terdapat dalam diri
klien
3 Perlindungan Memberikan pengetahuan berupa
keterampilan serta jaringan kerja
kepada klien, sebagai kekuatan agar
klien mampu menghindari
diskriminasi
4 Penyokongan Penyokongan yang diberikan yakni
berupa bentuk bimbingan-
bimbingan. Bimbingan di dalamnya
berupa bimbingan keterampilan,
bimbingan agama, bimbingan
sosial, dan bimbingan fisik.
Bimbingan tersebut diharapkan
mampu menguatkan klien untuk
dapat beradaptasi dengan baik
dilingkungannya.
Sumber : dari hasil wawancara
B. Analisis Data
1. Proses Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur
Seperti yang dijelaskan sebelumnya dalam proses pemberdayaan
terdapat 4 tahapan yang penting dalam proses pemberdayaan, yakni:
108
a. Persiapan
Persiapan merupakan tahapan awal dalam proses pemberdayaan.
Tahap persiapan ini dialamnya terdapat penyiapan petugas dan
penyiapan lapangan. Persiapan yang dilakukan oleh PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur yakni persiapan petugas, persiapan lapangan, dan
sosialisasi.
1) Penyiapan petugas
Persiapan petugas merupakan faktor penting dalam tahap
persiapan karena pelaksanaan sebuah program akan berjalan
dengan lancar bila dilakukan oleh petugas yang berkualitas dan
memiliki tangung jawab tinggi terhadap kelancaran program. Maka
dalam pemilihan petugas lapangan tidak boleh dilakukan
sembarangan.
Proses yang dilakukan dalam penyiapan petugas di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur memiliki dua jenis yakni jalur PNS dan
Jalur honorer. Jalur PNS jalur PNS proses pemilihan instruktur
yakni dengan mengajukan surat kepada Kementrian Sosial, lalu
diajukan kepada biro organisasi dan kepegawaian, kemudian
diajukan kepada Kementrian Tenaga Kerja.
Sedangkan untuk jalur honorer diawali dengan diawali
dengan diskusi instruktur yang berada di lingkungan PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur, setelah mendapatkan informasi calon
instruktur baru diadakan seleksi oleh tim khusus dari rehabilitasi
109
sosial berdasarkan sertifikat yang dimiliki calon instruktur , lalu
setelah seleksi di lanjutkan dengan wawancara, setelah wawancara
baru diberikan kontrak kerja.
Hasil yang di dapat dengan pemilihan instruktur tersebut
yakni mendapatkan instruktur yang mampu memberikan
pengetahuan sesuai dengan bidang jurusan, mampu bersikap dan
berperilaku baik pada saat memberikan pengetahuan kepada anak
asuh, dan mampu membuat sebagian anak yang terdapat di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur mendapatkan pekerjaan.
2) Penyiapan lapangan
Persiapan lapangan merupakan persiapan yang penting
karena persiapan lapangan merupakan awal untuk memulai
pemberdayaan. Persiapan lapangan di PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur dilakukan oleh dinas sosial dan Kementrian Sosial.
Kemetrian sosial melakukan pemetaan daerah yang di dalamnya
terdapat banyak anak putus sekolah dan belum mendapatkan
pelayanan dari kemetrian sosial, setelah melakukan pemetaan
daerah baru diadakan survei oleh dinas sosial setempat terkait
tempat strategis untuk dibuat panti sosial untuk remaja putus
sekolah. Setelah mendapatkan lokasi yang tepat maka lokasi
tersebut dipilih untuk menjadi lokasi PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur.
110
Hasil yang dicapai dengan menentukan lapangan yang
strategis melalui observasi dan survei yang dilakukan kemensos
dan dinas sosial dalam persiapan lapangan yakni mendapatkan
lokasi yang sesuai dengan target yang ingin dicapai oleh PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur dalam memberikan pelayanan
terhadap anak putus sekolah
3) Sosialisasi
Sosialisasi merupakan tahapan penting dalam persiapan.
Sosialisasi berguna untuk memberikan masyakat pengetahuan
tentang diadakannya suatu program. Dengan adanya sosialisasi
maka masyakat dapat mengetahui dan mengikuti program yang
akan dijalankan.
sosialisasi yang dilakukan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
yakni dengan bekerjasama dengan dinas sosial yang terdapat di
wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Tangerang. Sosialisasi di
awali dengan dinas sosial melalui TKSK mencari CPM (Calon
Penerima Manfaat) yang berada di wilayah setempat. Setelah
mengetahui banyaknya jumlah CPM, lalu PSBR memberikan
sosialisasi serta mengajak kepada tokoh masyarakat sekitar serta
orang tua CPM untuk mengikuti program yang terdapat di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur.
Hasil yang dicapai setelah melakukan sosialisasi yakni
informasi tentang program yang terdapat di PSBR Bambu Apus
111
Jakarta Timur dapat tersampaikan kepada masyarakat sehingga
terdapat masyarakat yang mau mengikuti program.
b. Perencanaan
Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubahan ( change agent)
secara partisipatif mencoba melibatkan klien untuk berfikir tentang
masalah yang mereka hadapi dan bagaimana mereka mengatasinya.
Dalam tahapan ini perencanaan dibahas secara maksimal dengan
melibatkan klien ( Anak asuh) dalam menentukan rencana pembuatan
suatu program guna memenuhi solusi dan pemecahan masalah yang
terjadi. Dalam perencanaan terdapat kegiatan, yakni :
1) Pengkajian data
Pengkajian data merupakan pengumpulan data yang
dilakukan secara sengaja dan sistematis yang digunakan untuk
sumber dalam melakukan suatu program.
Proses pengkajian data yang dilakukan oleh PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur melalui 3 hal yakni pertama berdasarkan
banyaknya jumlah peminataan kepada suatu jurusan atau
keterampilan tertentu, kedua berdasarkan kebutuhan pasar akan
suatu jurusan atau keterampilan tertentu, ketiga berdasarkan
dengan banyaknya mitra yang mengajukan pemenuhan tenaga
kerja
112
Dalam pengkajian data metode yang digunakan yakni
sharing dengan anak, observasi pasar, dan diskusi dengan mitra-
mitra. Sedangkan partisipan yang terdapat dalam pengkajian data
yakni anak-anak yang mengikuti pendaftaran, tim dari PAS, serta
pengusaha-pengusaha.
Hasil yang didapat dari pengkajian data yakni mengetahui
keinginan-keinginan anak, dapat mengembangkan keterampilan
yang terdapat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur, serta
mendapatkan kemitraan yang lebih banyak.
2) Rapat perencanaan
Rapat perencanaan dilakukan setelah pengkajian data yang
bertujuan untuk menentukan program yang akan dilaksanakan,
pembagian tugas, serta laporan kepada setiap bagian yang terdapat
dalam struktural PSBR Bambu Apus Jakarta Timur.
Rapat perencanaan dilakukan setelah mendapatkan laporan
pengkajian data. Pengkajian data tersebut lalu digunakan untuk
menentukan program keterampilan yang akan diadakan di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur. Setelah menentukan program
keterampilan yang akan diadakan lalu pembagian tugas sesuai
dengan bagian dalam struktural.
Dalam rapat perencanaan metode yang dilakukan oleh PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur yakni diskusi. Diskusi tentang berbagi
tugas pada setiap bagian, serta laporan rencana yang akan
113
dilakukan. Dan partisipan yang terdapat dalam rapat yakni
perwakilan dari setiap bagian struktural.
Hasil yang didapatkan dalam rapat perencanaan yakni dapat
mengetahui kegiatan, input, proses, outputnya dari masing-masing
bagian struktural. Serta dapat membantu dalam memecahkan
masalah dan solusi yang dihadapi sub bagian yang lain
c. Pelaksanaan
Tahapan pelaksaanan merupakan salah satu tahap yang paling
penting dalam program pemberdayaan masyarakat karena sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam
pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan
klien. Kegiatan yang dilakukan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
yakni :
1) Bimbingan fisik
Bimbingan fisik merupakan bimbingan untuk memperkuat daya
tahan tubuh serta mental anak. Bimbingan fisik bertujuan agar anak
menjadi sehat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Dalam bimbingan fisik terdapat beberapa kegiatan yakni
bimbingan fisik yang diadakan hari kamis dan sabtu dengan
Komando Rayon Militer berupa latihan baris berbaris serta disiplin.
Lalu bimbingan fisik yang diadakan hari jum’at yakni senam dan
kerja bakti dengan instrutur dari luar
114
Metode yang digunakan dalam bimbingan fisik yakni praktek
baris berbaris yang dikomandokan oleh Komando Rayon Militer,
dan praktek mengikuti gerakan senam instruktur. Dengan
menggunakan metode tersebut hasil yang dicapai dalam bimbingan
fisik yakni fisik yakni anak memiliki mental, fisik, dan disiplin yang
bagus.
2) Bimbingan mental dan agama
Bimbingan mental dan agama merupakan bimbingan yang
mengacu kepada mental anak. Bimbingan mental dan agama
mengarah kepada perbaikan mental serta agama anak
Bimbingan mental dan agama dilakukan setiap hari pada saat
Magrib sampai Isya. Bimbingan mental dan agama diberikan oleh
instruktur dari luar PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yang
memahami agama. Metode yang dilakukan dalam bimbingan mental
dan agama yakni pengajaran mengaji, ceramah, dan diskusi
Hasil yang dicapai dengan adanya bimbingan mental dan agama
yang dilakukan PSBR Bambu Apus yakni anak dapat mampu
mengerti, membaca, dan memahami bacaan shalat.
3) Bimbingan sosial
Bimbingan sosial merupakan bimbingan dalam rangka
membentuk pola pikir, sikap dan perilaku anak yang mandiri, dan
115
mampu menjadi manusia produktif, disiplin, jujur, ulet yang
berguna bagi diri, keluarga dan masyarakatnya.
Bimbingan sosial yang dilakukan PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur dilakukan pada saat pagi. Bimbingan sosial dimulai dengan
morning meeting yakni mengidentifikasi masalah-masalah yang
dihadapi oleh anak. Lalu selanjutnya di kelas diajarkan tentang etika
dan sebagainya.
Metode yang digunakan dalam bimbingan keterampilan yakni
dengan sharing dan ceramah. Yang mengikuti bimbingan sosial
yang dilakukan PSBR Bambu Apus Jakartat Timur yakni pekerja
sosial. Pekerja sosial yang bertanggung jawab dengan kegiatan yang
terdapat dalam bimbingan sosial. hasil yang didapat dalam kegiatan
bimbingan sosial yakni anak beretika dan berperilaku lebih baik,
serta lebih disiplin
4) Bimbingan keterampilan
Bimbingan keterampilan merupakan bimbingan yang diberikan
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur untuk mendukung perubahan
sikap dan perilaku anak. Bimbingan keterampilan yang diberikan
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur berupa keterampilan berdasarkan
kemampuan anak
116
Bimbingan keterampilan di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
dilaksanakan setiap hari senin, selasa, rabu, kamis, dan sabtu pada
pukul 10.00 sampai 16.00. bimbingan keterampilan dilakukan
dengan ceramah dan praktek
Hasil yang terdapat dalam bimbingan keterampilan yang
dilaksanakan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yaitu anak dapat
memiliki pengetahuan berdasarkan kemampuannya
d. Evaluasi
Tahap ini merupakan proses pengawasan dari klien dan PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur terhadap pelaksanaan program yang telah
berjalan. Keterlibatan pada tahap ini diharapkan mampu membentuk
sistem dalam klien untuk melakukan pengawasan internal sehingga
dalam jangka panjang klien lebih mandiri dengan memanfaatkan
potensi maupun skill yang ada. Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni :
1) Evaluasi menyeluruh
Evaluasi menyeluruh merupakan evaluasi yang dilakukan
secara keseluruhan terhadap setiap bagian yang ada. Evaluasi
menyeluruh dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan
yang dijalankan pada setiap bagian.
Proses tahapan dalam evaluasi yakni dilakukan secara
menyeluruh pada setiap bagian yang ada di PSBR Bambu Apus.
117
Evaluasi yang terdapat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
dilakukan oleh tim khusus yang bertujuan untuk menentukan item
yang akan di evaluasi dengan menggunakan metode kuesioner dan
diskusi.
Partisipan yang terdapat dalam tahap evaluasi yakni semua
bagian yang terdapat dalam kegiatan yang ada di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur. Dan hasil yang didapatkan dari evaluasi yakni
mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam tiap
bagian, serta mendapatkan solusi dan rekomendasi untuk program
kegiatan selanjutnya.
2. Strategi Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur Melalui Program Keterampilan
Elektro dan Montir
Dijelaskan sebelumnya dalam strategi pemberdayaan terdapat lima
pendekatan penting untuk memandirikan klien yakni pemungkinan,
penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan. 137 Dalam
penelitian mengenai strategi pemberdayaan lima pendekatan tersebut yang
akan menjadi fokus penelitian yang akan dikaji.
a. Pemungkinan
Pemungkinan merupakan suatu tahapan dari adanya
pemberdayaan. Dimana pada tahap pemungkinan ini agen
pemberdayaan yaitu PSBR Bambu Apus Jakarta Timur mampu
137 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Streategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, hlm. 68-69
118
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi klien
berkembang secara optimal. Serta mampu membebaskan klien dari
sekat-sekat struktural dan kultural yang menghambat. Pemungkinan
yang dilakukan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni dengan
membuat sarana dan prasarana yang memadai serta pemilihan
instruktur berdasarkan pengalaman dan sertifikat yang dimiliki.
Sarana dan prasarana yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur adalah dengan memberikan peluang kepada klien untuk
mengembangkan dirinya. Karena melalui sarana dan prasaran yang
memadai klien dapat mampu mengembangkan diri ke arah yang lebih
baik. Sarana dan prasarana yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur salah satunya yaitu Cottages dengan sistem keluarga
asuh, yaitu membuat klien merasa seperti berada dalam satu keluarga.
Sehingga klien mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang
dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan kemampuannya.
Selain dalam sarana dan prasarana yang diberikan oleh PSBR,
instuktur pun berpengaruh dalam menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan klien dapat berkembang. Dalam menentukan instruktur
PSBR Bambu Apus melakukan penyeleksian berdasarkan pengalaman
dan sertifikat-sertifikat yang diterima oleh instruktur.
Instruktur dalam menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi klien berkembang secara optimal memiliki
metode berbeda-beda. Instruktur elektro membuat pemungkinan
119
dengan menjalin hubungan yang erat dan menyiapkan sarana-prasarana
untuk mendukung perkembangan klien. Sedangkan instruktur montir
menciptakan pemungkinan dalam menjalankan program keterampilan
dengan menciptakan kondisi klien melalui motivasi dan beragam
metode berdasarkan latar belakang pendidikan klien.
Namun terdapat hambatan dalam mengembangkan diri klien
yakni perbedaaan yang terdapat dalam sarana dan prasarana dalam
setiap program keterampilan. Seperti hal nya sarana dan prasarana yang
terdapat pada program keterampilan montir. Sarana dan prasarana yang
terdapat dalam program keterampilan montir dianggap kurang
memadai karena masih banyaknya klien-klien yang tidak dapat
berkembang secara optimal.
Dalam keterampilan montir, kekurangan sarana motor menjadi
hambatan dalam menciptakan suasana klien untuk tumbuh
berkembang. Dengan kurangnya motor mengkibatkan klien harus
bergantian dalam belajar, sehingga banyak yang hanya diam pada saat
waktunya untuk belajar, hal ini mengakibatkan klien hanya mampu
memaksimalkan pembelajaran pada saat terdapat kesempatan.
Pada tahap pemungkinan, pengadaan sarana dan prasarana serta
instruktur yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
kepada klien sudah cukup baik, dan diharapkan potensi dari klien
mampu dapat dikembangkan. Namun pengadaan sarana dan prasarana
yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta dinilai belum merata
120
karena masih terdapat salah satu program keterampilan yang masih
kekurangan sarana dan prasarana. Kurangnya sarana dan prasarana ini
dapat mengakibatkan kurang optimalnya suatu pembelajaran, jal ini
dapat berpengaruh pada perkembangan potensi klien.
b. Penguatan
Penguatan merupakan tahap kedua dalam pemberdayaan, dimana
pada tahap ini, agen pemberdayaan memperkuat pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki klien dalam memecahkan masalah dan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,dan menumbuhkembangkan
kemampuan serta kepercayaan diri masyarakat dalam menunjang
kemandirian mereka.
Dalam penelitian ini, PSBR Bambu Apus Jakarta Timur memiliki
peran penting dalam memberikan kemampuan kepada klien agar klien
mampu berdaya. Kemampuan yang diberikan PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur yaitu pelatihan keterampilan, dalam penelitian ini akan
berfokus pada keterampilan elektro dan motor. Sebelum memberikan
keterampilan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur melakukan Assesment
untuk mengetahui minat dan bakat klien. Lebih lanjut setelah menjalani
program assesment, klien mendapatkan keterampilan sesuai dengan
minat dan bakat.
Sedangkan instruktur sebelum memulai program keterampilan
melakukan wawancara dan berdialog dengan klien untuk mengetahui
masalah-masalah dan metode-metode yang tepat digunakan kepada
121
klien sebelum memulai program keterampilan. Metode-metode yang
digunakan oleh instruktur dalam memfasilitasi masalah yang dihadapi
klien berbeda-beda. Instruktur elektro menggunakan metode praktis,
yaitu mengenal langsung alat-alat yang digunakan dalam praktek
elektro. Sedangkan instruktur montir dalam menghadapi masalah yang
dihadapi klien yaitu dengan menggunakan metode tanya jawab dengan
klien.
Dalam program keterampilan elektro pengetahuan yang diberikan
adalah Audio yakni berkaitan dengan suara, lalu video berkaitan dengan
gambar, dan pendingin. Untuk keterampilan montir motor pengetahuan
yang diberikan yaitu tune up (naik mesin).
Dalam melakukan penguatan terhadap klien, PSBR dianggap
kurang memenuhi kebutuhan akan pengetahuan pada saat memberikan
pembelajaran diruang kelas. Hal ini disebabkan salah satu klien merasa
mendapatkan pengetahuan yang lebih pada saat program magang.
Karena program magang yang didapatkan klien, dapat mampu
menggetahui langsung kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan untuk
menerapkan keterampilan yang sudah diberikan PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur pada saat berada ditengah-tengah masyarakat.
Pada strategi pemberdayaan yaitu tahap penguatan, PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur telah menjalankan perannya dengan cukup baik,
yaitu dengan mengassesment dan berdialog dengan klien untuk
mengetahui masalah-masalah yang terdapat pada klien dan mengetahui
122
potensi-potensi yang ada dalam diri klien. Lebih lanjut setelah
melakukan assesment PSBR Bambu Apus mememberikan pengetahuan
melalui program keterampilan berdasarkan dengan potensi-potensi
yang terdapat dalam diri klien. Hanya saja pengetahuan yang diberikan
melalui program keterampilan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
dianggap kurang cukup. Sehingga terdapat klien yang menganggap
bahwa pengetahuan yang diberikan dalam program magang adalah
pengetahuan yang lebih baik.
c. Perlindungan
Tahap ketiga dari strategi pemberdayaan adalah perlindungan.
Perlindungan yang dimaksud adalah agen pemberdayaan harus
memberikan kekuatan dalam bentuk pengetahuan maupun akses
kepada klien agar klien mampu untuk mempertahankan dirinya sendiri
dari segala bentuk diskriminasi.
Dalam tahap perlindungan, peran PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur yakni memberikan kekuatan dan akses kepada klien untuk dapat
melindungi diri sendiri dari segala bentuk diskriminasi yang ada.
Bentuk kekuatan yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur berupa memberikan pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan
klien supaya klien dapat mampu dan berdaya di masyarakat.
Dalam melakukan perlindungan instruktur PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur melakukan metode berbeda dalam program
keterampilan. Seperti program keterampilan montir bentuk
123
perlindungan yang diberikan oleh instruktur montir yaitu dengan
berusaha membuat klien tetap belajar melalui salah satu klien untuk
mengajarkan klien yang lainnya.
Selain kekuatan berupa pengetahuan, PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur juga memberikan akses kepada klien. Akses yang diberikan oleh
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yakni berupa jaringan kerja. Jaringan
kerja yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
merupakan partner yang selama ini menjalin kerja sama dengan PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur. Tujuan dari memberikan akses jaringan
kerja kepada klien supaya klien dapat memiliki akses untuk terjun di
dunia kerja, serta dapat bekerja sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki klien.
Bentuk perlindungan yang diberikan PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur adalah dalam bentuk pengetahuan serta akses bagi klien, hal ini
dapat membantu klien dengan tujuan supaya klien dapat lebih mudah
untuk terjun ke dalam masyarakat. Perlindungan terhadap klien yang
diberikan PSBR Bambu Apus merupakan bentuk permbedayaan yang
baik dan bagus, karena mampu membuat klien berdaya dengan
kekuatan sendiri.
d. Penyokongan
Tahap ke empat yaitu penyokongan, dalam tahap ini
pemberdayaan harus mampu memberikan bimbingan dan dukungan
124
kepada klien agar dapat menjalankan peranan dan tugas-tugas dalam
kehidupannya.
Peran PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dalam penyokongan
kepada klien yakni, memberikan bimbingan-bimbingan dan dukungan
kepada klien. Bimbingan-bimbingan yang diberikan oleh PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur adalah berupa bimbingan sosial, bimbingan agama,
serta bimbingan keterampilan.
Bimbingan sosial sosial yang diberikan oleh PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur terhadap klien, didalamnya berupa bimbingan beretika
yang baik dan benar. Kemudian bimbingan agama, yang merupakan
bimbingan yang mengajarkan rasa syukur dan taat dalam beragama dari
masing-masing agama yang klien yakini. Kemudian yang terakhir
adalah bimbingan keterampilan, yaitu bimbingan yang mengajarkan
tentang keterampilan atau skill kepada klien, dengan tujuan suapaya
ketika klien sudah terjun ke masyarakat maka klien sudah punya bekal
keterampilan. Keterampilan ini akan membantu klien dalam
menjalankan fungsi serta perannya dalam masyarakat.
Dalam program keterampilan yang ada di PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur, seorang instruktur akan memberikan penyokongan
berupa bimbingan beretika yang baik dan benar kepada klien, serta
memberikan motivasi kepada klien, yang diharapkan supaya klien bisa,
mampu, dan memiliki semangat dalam menjalani kehidupannya. Hal
ini juga bertujuan supaya klien dapat menjalankan fungsi sosial serta
125
peran sosialnya ketika klien harus terjun ke masyarakat, serta
penyokongan dalam bentuk bimbingan beretika yang baik dan benar,
serta pemberian motivasi kepada klien dapat mempermudah klien untuk
berbaur dengan masyarakat.
Dalam tahap penyokongan, peran PSBR Bambu Apus Jakata
Timur yaitu memberikan bimbingan-bimbingan serta motivasi kepada
klien agar klien mampu menjalankan peran dan fungsinya di dalam
masyarakat. Dalam menjalankan tahap penyokongan, PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur memiliki tiga jenis bimbingan, pertama, yaitu
bimbingan sosial yang bertujuan untuk menyiapkan klien supaya dapat
terjun ke masyarakat dengan merubah etika klien menjadi baik dan
benar agar dapat di terima di masyarakat. Kedua, bimbingan agama
yang diberikan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur bertujuan supaya
klien dapat lebih bersyukur dengan kehidupannya dan supaya lebih taat
dalam beragama. Dan yang terakhir, bimbingan ketarampilan, yaitu
bimbingan keterampilan yang diberikan PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur, yang bertujuan sebagai penyokong kilen supaya pada saat terjun
ke masyarakat sudah mnemiliki keterampilan yang akan digunakan
dalam kehidupannya sehari-hari.
126
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi pemberdayaan remaja putus
sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur melalui
keterampilan elektro dan montir.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur dirasa cukup baik. Lima strategi pendekatan yakni pemungkinan,
penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharan yang dijalankan oleh
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dapat mampu membuat klien berdaya. Hanya
saja apa yang dilakukan oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dirasa kurang
optimal, seperti dari temuan data berikut
1. PSBR Bambu Apus Jakarta Timur sebagai agen pemberdayaan kurang
mampu memberikan sarana dan prasarana yang setara dalam setiap
keterampilan. Padahal sarana dan prasarana merupakan salah satu
faktor penting untuk terciptanya suasana agar klien mampu tumbuh
berkembang
2. PSBR Bambu Apus Jakarta Timur dianggap kurang memenuhi
kebutuhan akan pengetahuan pada saat memberikan pembelajaran di
dalam ruang kelas. Hal ini menyebabkan klien merasa mendapatkan
127
pengetahuan yang lebih pada saat program magang. Karena program
magang yang didapatkan klien, dapat mampu menggetahui langsung
kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan pada saat berada ditengah-
tengah masyarakat.
3. Kurang ketatnya seleksi pada saat assesment awal membuat salah satu
jurusan yakni montir motor melebihi kapasitas sehingga kurang optimal
dalam pembelajaran. Hal ini juga mempengaruhi motivasi klien dalam
proses belajar.
B. Saran
Berdasarakan kesimpulan sebelumnya, peneliti memberikan saran terkait
dengan strategi pemberdayaan remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus
Jakarta Timur sebagai berikut:
1. Melakukan peremajaan atau menambah sarana dan prasarana yang ada
dalam setiap bimbingan keterampilan. hal ini bertujuan untuk
meningkatkan potensi-potensi yang ada pada saat proses belajar.
Karena dengan sarana dan prasarana yang memadai pada setiap
bimbingan keterampilan, klien dapat mampu berkembang tanpa harus
menunggu
2. Dalam memberikan bimbingan keterampilan sebaiknya instruktur
memberikan ilmu-ilmu berdasarkan dengan kenyataan yang ada dalam
lapangan. Hal ini bertujuan agar klien pada saat kembali kemasayarakat
dapat mampu menjalankan tugas dan fungsinya pada saat di tengah
masyarakat. Untuk itu sebaiknya pada saat program keterampilan
dikelas hal-hal mendasar dalam keterampilan harus lebih ditingkatkan.
128
3. Pada saat assesment awal PSBR Bambu Apus Jakarta Timur harus
diperketat. Hal ini berpengaruh pada motivasi klien untuk mau lebih
berkembang serta tidak adanya kelebihan kapasitas dalam jurusan.
Karena dengan memperketat seleksi potensi-potensi yang terdapat
dalam diri klien dapat dikeluarkan secara lebih optimal.
129
DAFTAR PUSTAKA
A., M. Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta :
Rajawali Pers
Abdullah idi, 2011, Sosiologi Pendidikan individu, masyarakat, dan pendidikan,
Jakarta : Rajawali Pers.
Adi, Isbandi Rukminto, 2001, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan
Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis,
Jakarta : Fakultas Ekonomi UI Cet. Ke-1
Adi, Isbandi Rukminto, 2002, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI
Adi, Isbandi Rukminto, 2013, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat
: Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta : Rajawali Pers
Al-Qur’an, 1978, Al-Qur’an dan Terjemahan, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur’an. Jakarta : Departemen Agama RI.
Baharuddin, 1982, Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya, Jakarta :
Yayasan Kesejahteraan Pemuda “66”
Baridi, Lili, dkk , 2005, Zakat dan Wirausaha, Jakarta : CED (Center for
Enterprenership Development)
Burhan, Bungin. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-Format
Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan, Publik,
Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Cummings ,William K., 1984, Pendidikan dan Kualitas Manusia di Jepang,
terjemahan Amin Soedoro. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Depsos RI, 1989, Petunjuk Teknis Pelaksanaa dan Pengentasan Anak Terlantar
Melalui Panti Asuhan anak, Jakarta : Binkesos
Direktur Bina Pelayanan Sosial anak, 2002, Pedoman Penyelenggaraan panti
sosial Bina Remaja, Jakarta : Departemen Sosial RI
Elly M. Setyadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya, (Jakarta
: Kencana Prenada Media Group, 2011),
Fahrudin, Adi, Ph.D. 1996.Pemberdayaan, Partisipasi, & Penguatan Kapasitas
Masyarakat. Bandung : Humaniora
130
Farihah, Ipah. 2006. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Gardner, James E., 2002, Memahami Gejolak Masa Remaja, Jakarta : Mitra Utama
Gulo, W., 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Grafindo
Gunarsa, Singgih D., 1989, Psikologi Perkembangan Anak Remaja, Jakarta : BPK
Gunung Mulia
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik.Jakarta :
PT.Bumi Aksara.
Herdiyansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Cetakan ke-3. Jakarta: Salemba Humanika.
Hurlock, Elizabeth B., 1980, Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga
Hurlock, Elizabeth B., 1991, Psikologi Perkembangan – Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Erlangga
Hurlock, Elizabeth B., 1993, Developmental Psychology A Life-Span Approach,
New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing Companty Ltd
Husen, Torsten. 1988. Masyarakat Belajar, terjemahan P.Surono Hargosewoyo.
Jakarta : CV. Rajawali.
Idrus, Muhammad (editor: Yayat Sri Hayati). 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Imron, Ali, 2004, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Malang :
Departemen Pedidikan Nasional
Isjoni, 2006, Pendidikan sebagai investasi masa depan, Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Isjoni. 2007. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit .Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Manullang, Sastrawan, ed., 2008, Community Developlement: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Moeloeng, Lexy J.. 1998. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Kerta
Karya.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial.Bandung: Remaja Rosdakarya.
131
O’Donnell, Mr. Dan, 2006, Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Unicef
S., Nuryoto, 1995, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta : Gadjah Mada
University,
Sarwono Sarlito Wirawan, 2007, Psikologi Remaja, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: CV
Mandar Maju.
Soekanto, Soerjono, 2005, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Suharto, Edi, 2005, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian
Streategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial,
Bandung: PT. Refika Aditama
Suharto, Edi, 2010, CSR & Comdev Investasi Kreatif Perusahaan di Era
Globalisasi, Bandung : Alfabeta Bandung
Sukandarrumidi. 2012. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial-Agama.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryadi, Ace, 2002, Pendidikan, Investasi SDM, Dan Pembangunan Isu, teori, dan
aplikasi. Jakarta : Balai Pustaka.
Syafi’i, Agus Ahmad, 2001, Manajemen Masyarakat Islam, Bandung : Gerbang
Masyarakat Baru.
Syaikh Maulanana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, 2007, Muntakhab Ahadits
dalil-dalil pilihan enam sifat utama, disusun kembali syaikh maulana
muhammad sa’ad al-kandahlawi. Yogyakarta: Ash-Shaff Yogyakarta.
Tim Kreatif LKM UNJ, 2011. Restorasi Pendidikan Indonesia: Menuju
Masyarakat Terdidik Berbasis Budaya. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
vaizey, Jhon, 1982, Pendidikan di dunia modern, terjemahan L.P. Murtini, Jakarta
: PT. Gunung Agung.
Whitherington, 1985, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Aksara Baru
Undang- Undang :
Republik Indonesia, 2009, “Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan anak,” dalam Undang-Undang Perlindungan Anak (UU RI
No.23 Th.2002), Jakarta :Sinar Grafika.
132
Jurnal:
Jurnal Pendidikan dan kebudayaan Edisi November 2001,”Pendidikan, Pola
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan Sesuai Tuntutan Otonmi Daerah”,Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan,32,(November 2001)
Website
https://www.bps.go.id
TABEL 8
KEGIATAN OBSERVASI
Tanggal Kegiatan Observasi Output
Senin, 20
Maret
2017
Survei pertama kali melihat kegiatan di
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Peneliti
meminta izin kepada Ibu Dyah Wijayanti,
A. KS, M.Kessos selaku kepala bagian tata
usaha untuk mengadakan penelitian terkait
strategi pemberdayaan dan melihat kegiatan
pelatihan keterampilan montir dan elektro
berdasarkan strategi pemberdayaan
Dari hasil survey tersebut
peneliti melihat adanya
penguatan yang sedang
dilakukan instuktur PSBR
Bambu Apus Jakarta
Timur.
Senin, 27
Maret
2017
Peneliti bertemu kembali demgan Ibu Dyah
Wijayanti, A. KS, M.Kessos lalu diberikan
surat izin dan rekomendasi kepada Ibu Dra.
Habibie Tamher, M.Si selaku pekerja sosial
madya untuk menjadi supervisor penelitian.
Selama pertemuan dengan Ibu habibie
peneliti diajak untuk berkeliling mengetahui
tempat-tempat yang terdapat dalam wilayah
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
Hasil dari pertemuan
dengan Ibu Habibie
Tamher Peneliti menjadi
tahu mengenai wilayah dan
tempat-tempat yang
terdapat di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur.
Rabu, 17
Mei 2017
Peneliti diperkenalkan dengan Ibu Hasrifah
Musa, S.ST selaku kepala seksi program
dan advokasi. Dalam pertemuan tersebut
peneliti melakukan wawancara Gambaran
umum terkait sejarah, lokasi, visi-misi,
Dasar hukum, struktur organisasi, tugas
pokok fungsi dan tujuan PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur dan program yang
terdapat di PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur
Hasil dari pertemuan
dengan ibu Hasrifah musa
peneliti mejadi tahu
gambaran umum terkait
sejarah dan program-
program yang terdapat di
PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur.
Kamis, 18
Mei 2017
Peneliti diperkenalkan dengan Bapak
Namin Sunarto, A. KS selaku kepala bidang
rehabilitasi sosial. Dalam pertemuan
tersebut peneliti mengambil data gambaran
umum tentang jumlah anak yang mengikuti
program keterampilan elektro dan montir.
Dari hasil wawancara
tersebut, peneliti
mengetahui data anak yang
mengikuti keterampilan
montir dan elektro
Kamis, 1
Juni 2017
Di perkenalkan dengan Bapak Dadan
Supardan, A.Md selaku instruktur program
keterampilan motor dan Bapak Suroso,
A.Md. Peneliti melakukan observasi
terhadap dua pelatihan keterampilan yaitu
elektro dan montir.
Pertama, peneliti melakukan observasi
terhadap program elektro dan bertemu
dengan bapak Suroso selaku instruktur
elektro.
● Beliau mengarakan saya
untuk melihat lihat kegiatan seputar
elektro. Pada saat peneliti
melakukan observasi terdapat anak-
anak sedang membetulkan kulkas. ● Anak-anak membetulkan
kulkas dengan sangat serius. Peneliti
melihat metode yang diajarkan oleh
Bapak Suroso lebih banyak praktek. ● Selepas melihat-lihat
kegiatan anak, peneliti pun
melakukan sesi wawancara terhadap
Instruktur yaitu Bapak Surorso
terkait output dan outcome yang
terdapat dalam jurusan keterampilan
elektro
Kedua, peneliti melakukan observasi
terhadap program pelatihan keterampilan
montir. Dalam observasi ini peneliti
bertemu dengan instruktur program las
Bapak Dandan
● Pada saat saya menghampiri ruang kelas untuk montir pak dadan sedang mengajarkan anak-anak untuk membongkar mesin motor
● Peneliti melihat antusias dari
anak-anak untuk mempelajari
keterampilan motor sangat tinggi.
Dari hasil wawancara dan
observasi tersebut peneliti
mengetahui outcome, dan
output yang berada di
keterampilan montir dan
elektro. Serta pelaksanaan
program yang
mengedepankan praktek
Terlihat pada saat saya menghampiri
pak dadan masih terdapat anak-anak
yang bertanya kepada beliau. ● Setelah melakukan
observasi, peneliti melakukan
proses wawancara dengan Bapak
Dadan terkait output dan outcome
yang terdapat dalam program
keterampilan montir
Kamis, 15
Juni 2017
Peneliti bertemu kembali dengan Ibu
Habibie. Pertemuan tersebut terkait
wawancara denngan informan supervisor
(data ada dilampiran wawancara dengan
identitas informan Ibu Habibie Tamher).
Wawancara tersebut mengarah kepada
proses pemberdayaan serta strategi
pemberdayaan yang terdapat di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur.
Selain bertemu dengan Ibu Habibie peneliti
juga bertemu dengan Anak Asuh yang
terdapat dalam jurusan keterampilan elektro
dan montir. Pertemuan dengan anak asuh
tersebut yakni dalam melakukan wawancara
tentang pertanyaan anak asuh (data ada
dilampiran wawancara)
Dari hasil wawancara
peneliti melihat bagaimana
Proses pemberdayaan yang
terdapat di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur.
Serta mengetahui apa yang
dirasakan anak asuh dalam
strategi pemberdayaan di
PSBR Bambu Apus Jakarta
Timur.
Senin, 19
Juni 2017
Peneliti bertemu kembali dengan Bapak
Dadan dan Bapak Suroso. Dalam pertemuan
tersebut peneliti melakukan wawancara
terkait informan pembimbing program (data
ada dilampiran wawancara)
Dari hasil wawancara,
peneliti mengetahui
strategi pemberdayaan
yang terdapat di PSBR
Bambu Apus Jakarta
Timur.
Selasa, 19
Oktober
2017
Peneliti bertemu kembali dengan Ibu
Habibie, Ibu Hasrifah Musa, dan Bapak
Namin Sunarto. Pertemuan tersebut terkait
dengan informan pembimbing program dan
supervisor (data ada dilampiran
wawancara)
Dari hasil wawancara,
peneliti mengetahui lebih
mendalam tenntang proses
pemberdayaan yang
terdapat di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur.
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Agus Setiawan
Jabatan : Penerima Manfaat (TSM)
Umur : 17 tahun
Pertanyaan informan (Anak Asuh) :
1. Bagaimana persiapan yang kamu (anak asuh) dilakukan sebelum masuk PSBR?
Ya persiapan pertama ya yang pasti pendirian sendiri ya, yang lain pada mau pulang ya
saya tetap disini gitu. Terus itu sama surat-surat kaya ijazah, akte, terus kk.
2. Apa yang kamu (anak asuh) rasakan selama pelaksanaan program?
Ya banyak sih kaya biasanya bangun pagi males, terus jadi bisa bangun pagi. Terus
juga jadi tambah sopan kalau ngomong sama orang dewasa, terus juga lebih berani
berbicara dengan orang lain, tadinya kan saya malu-malu gitu.
3. Apa modal yang diberikan PSBR kepada kamu (anak asuh)?
Dikasih peralatan-peralatannya, seragam, sepatu, dikasih makan, terus ya ilmu juga
udah lumayan. Ilmunya ya ada kalau sama sosial gitu, terus sama keterampilan, agama
juga ada. Terus juga disini juga dapet banyak temen jadi kemana-mana enak.
4. Bagaimana suasana / kondisi lingkungan yang kamu ( anak asuh) rasakan pada
saat berlangsungnya program?
Kalau jujur menurut saya disini sarana prasarana sudah cukup sih, tapi kalau di kelas
TSM masih kurang motornya, kebanyak murid soalnya. Jadi jam prakteknya cuma
dikit, kadang nganggur suka duduk-duduk. Kalau dari guru sih lumayan baik tapi ya itu
macem-macem juga.
5. Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang kamu dapat selama di PSBR?
Kalau saya di TSM itu kaya bongkar mesin, jadi mesinnya dibongkar terus dipasang
lagi, terus benerin yang turun mesin gimana, terus ganti oli gimana.
6. Masalah-masalah apa saja yang kamu hadapi selama program berjalan?
Kalau masalah paling itu ya kadang lupa nggak piket, terus ditegur sama orang tua asuh.
Sama itu saya kan orang susah bangun kalo pagi.
7. Bagaimana PSBR memfasilitasi masalah yang kamu hadapi?
Yah itu dibangunin sama pengasuh, kadang juga temen ikut ngebangunin. Soalnya kan
kak kalau dirumah itu kan kita nggak bangun pagi, jadi waktu pertama-tama disini itu
masih rada susah, tapi mulai kesini-kesini udah rada bisa.
8. Apa bentuk dukungan yang kamu (anak asuh) rasakan dalam memperoleh
perlindungan?
Oh kalau itu sih kak kan dikasih ilmu-ilmu kalau dunia kerja tuh kaya gimana, terus
berhadapan dengan orang lain kaya gimana, yah banyak sih kak.
9. Bagaimana kebijakan PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan untuk mendapatkan
perlindungan?
Kalau yang saya lihat sih sudah benar,jadi kalau ada yang bermasalah nggak boleh
nggak belajar soalnya kan kita disini buat belajar masa malah di sini kita nggak boleh
belajar.
10. Bagaimana akses PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan untuk mendapatkan
perlindungan?
Kalau itu saya dikenalin sama bengkel-bengkel motor, terus juga perusahaan-
perusahaan motor, kaya gitu-gitu aja sih.
11. Bimbingan apa saja yang kamu peroleh selama program berjalan?
Ya bimbingan keterampilan, bimbingan fisik, terus bimsos, agama juga dapet, udah sih
kak, disiplin juga tambah.
12. Bagaimana yang kamu rasakan setelah mengikuti program yang dilaksanakan
PSBR?
Kalau saya sih jadi ingin kerja nambah pengalaman-pengalaman lagi biar banyak
pengalamannya. Kalau bisa sih saya mau nyari kerjaan di bengkel tapi yang nggak
terlalu jauh dari rumah soalnya kan kalau saya mau buka bengkel sendiri harus banyak
pengalamannya.
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Aldy Wahyudi
Jabatan : Penerima Manfaat (Elektro)
Umur : 17 tahun
Pertanyaan informan (Anak Asuh) :
1. Bagaimana persiapan yang kamu(anak asuh) lakukan sebelum masuk PSBR ?
Sebelum masuk itu persiapannya mental dan fisik. Kalau berkas-berkas saya kan ikut
dari dinas jadi semua-semua sudah diurus oleh dinas.
2. Apa yang kamu (anak asuh) rasakan selama pelaksanaan program?
Yah cukup bagus soalnya disini kita bisa tambah ilmu, bisa bersosialisasi, terus apa itu
bisa seperti Bhineka Tunggal Ika,berbeda-beda tapi tetap satu tujuan yaitu untuk
mengejar kesuksesan masa depan kita semua. Terus juga dengan jurusan elektro kita
yang dari sekolah jadi tahu dan ingin belajar lebih dalam lagi
3. Apa modal yang diberikan PSBR kepada kamu (anak asuh)?
Alhamdulillah ada ATK, baju, sama kebutuhan kita semuanya. Ya kalau yang lain ya
ilmu, kan kaya bimsos (bimbingan sosial) jadi kita biar lebih tahu lagi cara tata krama
kita, komitmen prinsip kita, target kita apa?
4. Bagiaman suasana / kondisi lingkungan yang kamu (anak asuh) rasakan pada saat
berlangsungnya program keterampilan?
Oh kalau itu ya ada seperti sarana dan prasarana kaya ruangan elektro, terus
alhamdulillah ada lapangan futsal. Kalau guru-gurunya alhamdulillah buat saya sudah
cocok karena bukan berarti gurunya yang menyesuaikan kepada kita tapi kita yang
menyesuaikan dengan orang, karena kita di masyarakat harus bisa menyesuaikan
dengan yang baru lagi, bukan guru tapi kita sendiri.
5. Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang kamu dapat selama di PSBR?
Ya kalau keterampilan kan itu elektro kalau di ekskul saya ngambilnya di futsal.
alhamdulillah yang lainnya saya juga dikasih kaya etika, terus kewirausahaan dalam
bidang usaha, terus untuk masyarakat yang kemasyarakatan, etika sopan santun.
Alhamdulillah dikasih semua sih disini kalau tidak kan nanti binggung turun
kemasyarakatnya
6. Masalah-masalah apa saja yang kamu hadapi selama program berjalan?
masalah-masalah cuma satu sih saya kalau itu susah bangun pagi.
7. Bagaimana PSBR memfasilitasi masalah yang kamu hadapi?
Kalau itu ya dikasih tau kan tadinya kalau kita di luar ngak boleh gitu kan di tempat
kerja harus bisa bangun pagi, berangkat pagi ya kan itu.
8. Apa bentuk dukungan yang kamu (anak asuh) rasakan dalam memperoleh
pengetahuan yang sama?
Kalau dukungan yang itu alhamdulillah semua didukung asal mau belajar dengan baik.
9. Bagaimana kebijakan PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan untuk mendapatkan
perlindungan?
Allhamdulillah itu mah kita diberi bimbingan-bimbingan kaya bimbingan etika, terus
bimbingan sosial, terus bimbingan keterampilan, macam-macam gitu.
10. Bagaimana akses PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan untuk mendapatkan
perlindungan?
Alhamdulillah kalau itu saya diberikan kenalan dengan pemilik service-service karena
kan teman-teman dan saya juga magang disana.
11. Bimbingan apa saja yang kamu peroleh selama program berjalan?
Banyak mas kan tadi kan ada bimbingan sosial supaya bisa bermasyarakat dengan baik,
terus etika dengan orang lain kaya kalau kita bermasalah dengan orang lain kita tidak
boleh marah-marah ngak jelas tapi kalau kita dengan kepala dingin kan atau apa kan
bisa diselesaikan,keagamaan, sama keterampilan.
12. Bagaimana yang kamu rasakan setelah mengikuti program yang dilaksanakan
PSBR?
Kalau saya sih ya alhamdulillah karena saya disini saya bisa lebih baik lagi, lebih
mengetahui diri saya sendiri seperti satu saya bisa mandiri ngak ngandelin orang tua,
jadi saya inginnya memberi kepada orang tua, terus alhamdulillah disini bisa kenal,
silaturahmi sama yang lain. terus saya bisa merubah diri saya sendiri, etika saya lebih
baik lagi dalam bersosialisasi mau lebih baik lagi,terus sopan satun, tata krama, dan
tanggung jawab saya
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Asep Ramdani
Jabatan : Penerima Manfaat (Elektro)
Umur : 18 tahun
Pertanyaan informan (Anak Asuh) :
1. Bagaimana persiapan yang kamu(anak asuh) lakukan sebelum masuk PSBR?
Persiapan itu kan dari dinas nah kalau ke dinas Asep itu nyiapin seperti KK ( Kartu
Keluarga), terus Akte, Ijazah, terus KTP orang tua. Terus paling kalo yang lainnya Asep
yah mental,itu juga nyampe seminggu keberangkatan itu rasanya nggak enak pikiran,
Aduh gimana nanti kalo ke jakarta masalah berkomunikasinya gimana, misal kalo sama
orang lain gimana, seperti kan Asep kenal baru, Asep datang kesini orang lain udah
pada dewasa, udah tahu gimana rasanya hidup di luar kalo Asep kan nggak tau.
2. Apa yang kamu (anak asuh) rasakan selama pelaksanaan program?
Kalau Asep sendiri sih rasanya jadi bisa tahu ilmu-ilmu buat masa depan, buat dunia-
dunia luar, gimana seperti ke orang tua, berkomunikasi sama orang lain, cara
disiplin,cara berbahasa, berperilaku gimana. Kalau di keterampilan Asep jujur datang
kesini Asep nggak tahu apa-apa, pak surorso nerangin ini, Asep binggung dulu jadi
kalau yang lain kan yang ini udah tahu, barang ini namanya ini dan guna nya ini. Kalo
Asep cari tahu namanya dulu, kegunaannya apa dulu, Jadi sebelum praktek itu Asep
mikir dulu. Sekarang mah udah tahu jadi langsung.
3. Apa modal yang diberikan PSBR kepada kamu (anak asuh)?
kalo yang Asep dapat itu dikasih baju, terus sikat gigi, terus sabun, terus ini
alhamdulillah dikasih sertifikat sama toolkit. Kalau yang itu ilmu-ilmu elektro, terus
ilmu-ilmu pas kerja nanti gitu.
4. Bagaimana suasana / kondisi lingkungan yang kamu(anak asuh) rasakan pada
saat berlangsungnya program keterampilan?
Disini tuh enak, malah Asep rasain kedewasan-kedewasaan itu hidup itu terasa banget.
Maksudnya jadi inget gitu gimana kalau sama orang tua terus berkomunikasi bersama
orang lain bersama masyarakat-masyarakat di luar itu kaya gimana, di sini Asep itu jadi
lebih mau maju soalnya di sini kita sama-sama mau berkembang.
5. Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang kamu dapat selama di PSBR?
Yah kaya tadi kak Asep jadi tau berkomunikasi dengan orang tua, terus bisa
berosisialisasi sama orang lain, terus cara disiplin, yah banyak pokoknya kak.
6. Masalah-masalah apa saja yang kamu hadapi selama program berjalan?
Yah kalo Asep masalahnya yang tadi itu kan Asep kesini itu kan belom tahu apa-apa.
jadi waktu masuk keterampilan itu Asep yang paling binggung kaya ini guna nya apa,
terus ini namanya apa, kaya gitu.
7. Bagaimana PSBR memfasilitasi masalah yang kamu hadapi?
Kalau itu pak suroso biasanya menjelaskan lagi, misalnya barang ini namanya ini dan
kegunaannya ini, ini nantinya buat apa, buat ini gitu.
8. Apa bentuk dukungan yang kamu (anak asuh) rasakan dalam memperoleh
perlindungan?
Oh alhamdulillah kalau itu Asep merasa dukungan sudah baik, misalnya Asep itu kan
kalo di elektro nggak langsung bisa kaya yang lain, jadi kalau praktek itu pasti yang
pertama Asep gagal. Terus kata pak suroso suruh coba lagi, jadi Asep cari tahu apa
kegagalannya. Udah tahu, ini yang kedua kalinya baru dibenerin. Jadi Asep nggak
ketinggalan sama teman-teman yang lain.
9. Bagaimana kebijakan PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan untuk mendapatkan
perlindungan?
Itu mah kak menurut Asep sudah baik, soalnya temen-temen disini semua nggak ada
yang nggak belajar semua belajar untuk masa depannya. Nggak ada yang misalnya
temen-temen ada masalah terus nggak diboleh belajar, nggak ada cuma ada yang kena
hukuman.
10. Bagaimana akses PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan untuk mendapatkan
perlindungan?
Oh kalau itu selama di PSBR Asep dikenalin sama pemilik service-service. Terus juga
Asep dikasih tau cara bekerja dengan orang lain bagaimana, ya gitu.
11. Bimbingan apa saja yang kamu peroleh selama program berjalan?
Bimbingan keterampilan, terus bimbingannnn bimsos,sosial, bimbingan itu bimbingan
agamaan, terus olahraga, out bount juga termasuk, ya kan jadi tahu cara bekerjasama
jadi belajar tahu bagaimana bekerja sama menuntaskan suatu masalah dengan sekian
banyak orang kan menyatukan bahwa satu tujuan dari setiap otak gitu.
12. Bagaimana yang kamu rasakan setelah mengikuti program yang dilaksanakan
PSBR?
Jauh lebih beda kak, jauh lebih beda, yang Asep jalanin jauh lebih baik. Lebih tahu tata
krama, bagaimana sih tata krama dalam kehidupan, etika-etika terus juga agama,
keterampilan cara bekerja gimana, cara bersaing diluar itu bagaimana. Malah kalau itu
lebih baik gitu, kayanya merubah kehidupan ya.
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Ragil Setiawan
Jabatan : Penerima Manfaat (TSM)
Umur : 17 tahun
Pertanyaan informan (Anak Asuh) :
1. Bagaimana persiapan yang kamu(anak asuh) lakukan sebelum masuk PSBR?
Kalau saya ya persiapannya ya mental lah, orang merantau biasanya kan kerja, di sini
kan sekolah lagi belom pernah ngerasain lah rasanya itu. Jadinya pas kesini grogi lah
kan di sini belom kenal sama yang lain, kami kan cuma bertiga di sini juga temen
banyak ada yang dari sunda, Jakarta. Kalau berkas cuma kk, surat keterangan tidak
mampu, sama ijazah, dah itu aja.
2. Apa yang kamu (anak asuh) rasakan selama pelaksanaan program?
Ya kalau saya mah di program jujur ya rasanya kurang bebas. Kan biasanya disana
keluar sekolah, disana kan main. Kalau di sini di dalem, nggak boleh main, kalo malem
jam 9 udah harus di dalem asrama. Tapi enaknya di sini lebih banyak temen, kenal lebih
banyak temen dari banyak suku ya kalo di sini. Kalau belajar disana kan cuma dari
jawa, kalau di sini kan susah seneng bareng dirasain.
3. Apa modal yang diberikan PSBR kepada kamu (anak asuh)?
Modal itu saya dikasih sertifikat yang kaya gini kak, terus ini kan mao ngambil toolkit
ya tadi, terus ya udah itu aja kak. Kalau ilmu sih yah itu kan ilmu dari keterampilan
TSM itu, yang belajar bongkar-bongkar mesin.
4. Bagaimana suasana / kondisi lingkungan yang kamu(anak asuh) rasakan pada
saat berlangsungnya program?
Ya kalau di sini lingkungannya enak sih kaya kalau misalnya kita mau apa-apa enak
kaya kalau keterampilan ada tempatnya, terus kalau olahraga, ekskul itu kan disediain,
apalagi ada gazebo itu kan lebih kalau kita lagi abis ekskul disono gzebo juga kita
ngadem disana juga ada. Lebih enak lah. Kalau instruktur menurut saya ya kan
karakternya berbeda-beda ya, ada yang baik, kalau menurut saya juga ada yg agak
sombong,
5. Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang kamu dapat selama di PSBR?
Kalau keterampilan kan saya TSM, ya banyak sih, bongkar mesin, ganti apaan kan
kemaren juga, ya banyak kalau soal mesin sih.
6. Masalah-masalah apa saja yang kamu hadapi selama program berjalan?
Ya masalah sih ada, kaya pernah ketahuan merokok lah. Kalau yang lainnya sih nggak
ada.
7. Bagaimana PSBR memfasilitasi masalah yang kamu hadapi?
Kalau itu palingan dikasih tau lah. Kalau bu sri kan ngomongnya biasalah orang batak
gitu kan ngomongnya, kerasa rada gitu lah, tapi ya saya dengerin lah apa kata orang tua
kalo lagi ngomong, saya tanggapin lah walau marah-marah kaya apaan. Tetep saya
dengerin lah saya kan tetep menghormati yang lebih tua.
8. Apa bentuk dukungan yang kamu (anak asuh) rasakan dalam memperoleh
perlindungan?
Kalau itu kan saya diberi banyak pengetahuan yang kaya TSM ya kan,terus bimbingan-
bimbingan yang bikin saya jadi lebih semangat buat belajar mengejar yang saya
inginkan, ya gitu lah ka.
9. Bagaimana kebijakan PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan untuk mendapatkan
perlindungan?
Kalau saya waktu itu pernah ya kebijakannya itu nggak sesuai soalnya kan waktu itu
saya pernah disuruh keluar sama pengasuh gara-gara saya bertengkar karena
omongnannya itu kan saya kurang suka, kan bisa seharusnya diomongin baik-baik dulu
nggak usah langsung disuruh keluar.
10. Bagaimana akses PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan untuk mendapatkan
perlindungan?
Oh kalau itu saya diperkenalkan dengan pemilik-pemilik bengkel, terus juga
perusahaan-perusahaan motor, sama kemaren saya kan magang jadi kenal beberapa
bengkel.
11. Bimbingan apa saja yang kamu peroleh selama program berjalan?
Banyak lah misalnya bimsos itu kan saya jadi bisa bersosialisasi dalam masyarakat.
Terus bimbingan agama jadi kalau memulai sesuatu itu harus berdoa dulu memohon
sama allah, yah udah gitu aja sih kak.
12. Bagaimana yang kamu rasakan setelah mengikuti program yang dilaksanakan
PSBR?
Kalau saya sih jadi semangat kak, langsung kepingin kerja. kan kemaren ditawarin
orang untuk kerja, ya masih keluarga sih jadi disuruh buka sendiri. Tapi saya ilmunya
itu masih kurang, paling nggak belajarnya kan. Saya tanya sama atas-atasan sekitar 4-
5 tahunan lah baru bisa buka sendiri. Jadi saya berpikir untuk ikut kakak saya dulu di
Solo, kan dia udah buka bengkel sendiri disana.
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Rifqon Haqiqi
Jabatan : Penerima Manfaat (TSM)
Umur : 17 tahun
Pertanyaan informan (Anak Asuh) :
1. Bagaimana persiapan yang kamu(anak asuh) lakukan sebelum masuk PSBR?
Ya kalau saya waktu itu agak mendadak kak jadi cuma akte, KK, ijazah, cuma gitu aja
kak soalnya agak mendadak sih, kurang seminggu itu langsung dikasih tahu.
2. Apa yang kamu (anak asuh) rasakan selama pelaksanaan program?
Kalau selama pelaksanaan itu ya kak kadang enak, kadang bosen, kadang juga ada
sedihnya kak, kaya inget rumah kak. Kan kesini belom persiapan banyak, ya kayak gitu.
Terus juga selama saya di sini kadang merasa lebih mandiri gitu kak soalnya kan nyuci
sendiri, terus kalo makan pas magang kan nyari sendiri sama saya disiplin, terus berani
tanya jawab, lebih agak sopan sekarang mah, dulu saya selengean banget kak, waktu
pertama kesini itu saya sering dimarahin sama pedsos sama satpam. Kalo mereka
ngomong saya langsung jawab, ini mao kesini,,,,,gini,,,,,gini,,,,,,gitu. Saya plesetin gitu
jadi pada kesel.
3. Apa modal yang diberikan PSBR kepada kamu (anak asuh)?
Yah banyak kak kalo yang sudah diberikan itu kaya alat-alat mandi, terus seragam,
sepatu, terus makan, yang ini malah baru mau ambil sertifikat sama toolkit abis dari
sini. Kalau ilmu banyak kak dari bimsos, yang kemasyarakatan, terus keagamaan, terus
akmil, cara bekerja sama.
4. Bagaimana suasana / kondisi lingkungan yang kamu(anak asuh) rasakan pada
saat berlangsungnya program?
Yah kalo saya merasa sih kak, di sini tuh kadang merasa enak, kadang merasa kurang,
ya kan kaya peralatan-peralatan di TSM itu kan kurang soalnya kan kak disana
kebanyakan orang, terus kalo instrukturnya sih udah baik.
5. Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang kamu dapat selama di PSBR?
Banyak kak selama di sini itu belajar sopan santun, keagamaan, terus juga kan di sini
belajar keterampilan motor mesin motor terus kabel-kabel apa aja yang ada dimotor.
tapi menurut saya paling banyak belajar pas di tempat magang kak, disana kan bener-
bener langsung turun lapangan ketemu pelanggan jadinya tahu masalahnya apa terus
jadi tahu turun mesin, ganti piston, tambal ban, di sini kan nggak ada, terus ya itu
motong rantai biar cepet.
6. Masalah-masalah apa saja yang kamu hadapi selama program berjalan?
Kalau di program keterampilan jujur aja kak saya merasa ketinggalan, bayangin aja kak
muridnya 20 terus motornya cuma 4 udah gitu juga peralatannya kurang, nggak
lengkap.
7. Bagaimana PSBR memfasilitasi masalah yang kamu hadapi?
Ya kalau itu kan palingan saya nanya-nanya ke instruktur kalo turun mesin bongkarnya
gimana. Nanti dikasih tahu gini,,,,, gini,,,,,gini kalo ada masalah ini harusnya gini, gitu
kak.
8. Apa bentuk dukungan yang kamu (anak asuh) rasakan dalam memperoleh
perlindungan?
Iya kak dikasih ilmu-ilmu yang tadi itu ilmu bongkar mesin,terus turun mesin kaya
gimana, terus ganti oli kaya gimana, terus kalo misalnya nggak nyala di sini harus
gimana. Terus juga kalau kita nanya-nanya kan selalu dijawab, pokoknya enak lah kak.
9. Bagaimana kebijakan PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan dalam
mendapatkan perlindungan?
Kalau peraturannya sih sudah baik kak, tapi kalu boleh jujur ya kak, pengasuh di sini
tuh kurang tegas, maksudnya kalo ngomong ya dijalanin gitu, malah nggak di itu, terus
terakhiranya itu, katanya mau itu sertifikatnya dipegang, tapi ternyata dikasih,
maksudnya nggak sesuai omongan gitu. Itu kan ngajarin itu juga kak, anak-anaknya
jadi nggak tanggung jawab sama omongan gitu.
10. Bagaimana akses PSBR yang kamu (anak asuh) rasakan dalam mendapatkan
perlindungan?
Kalau itu ya kak palingan dikenalin itu sama orang-orang bengkel-bengkel, kan saya
juga magang ditempatnya yang punya, terus juga waktu itu ada kunjungan industri jadi
kenal sama orang-orang di perusahaan-perusahaan gitu kak.
11. Bimbingan apa saja yang kamu peroleh selama program berjalan?
Banyak ka bimsos, bimbingan kepempimpinan, kewirausahaan, terus agama,
bimbingan keterampilan, bimbingan kewarganegaraan, terus etika bermasyarakat,
makannya bisa berubah, sering dimarahin itu pas etika bermasyarakat, kan omongan
gini kak aku, selengean banget. Jadi sering diomelin didepan temen-temen, terus aku
bilang iya-iya aja gitu.
12. Bagaimana yang kamu rasakan setelah mengikuti program yang dilaksanakan
PSBR?
Pas selesai di sini awalnya saya kepingin belajar kaya gini lagi, tapi pas beberapa hari
ini om nawarin kerja, om saya kan buka bengkel jadi mau ikut kerja gitu. Kalau sempet
itu pengen ngejar paket lagi gitu kak nerusin yang dulu. Jadi semenjak di sini itu kak
jadi kepingin lagi gitu belajar bisa punya ijazah lagi gitu. Kan cita-cita saya semenjak
di sini itu kepengen jadi montir yang handal gitu kak, pengen jadi guru montir gitu kaya
pak dadan, walaupun banyak kekurangan tapi salut saya kak, malu saya kalu dimarahin
pak dadan saya
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Hasrifah Musa, S.ST
Jabatan : Kepala bagian program dan advokasi
Umur : 40 tahun
Pertanyaan Informan (Supervisor) :
1. Bagaimana proses kegiatan perencanaan?
Kalau perencanaan dalam keterampilan elektro dan montir ini ada itu, kan berdasarkan
kajian. Ini contohnya nih saya kasih tau, beberapa pendaftar itu yang datang kesini dari
150, 50 atau 30 itu selalu menanyakan ada tidak jurusan elektro disini, ada jurusan
montir disini. Nah dulu belom ada montir motor tapi ternyata banyak yang selalu mau
daftar itu. Akhirnya kan mereka pulang tidak mau, karena kan tidak ada jurusan yang
dia mau. Dari beberapa angkatan di evaluasi ini anak-anak pulang, banyak yang pulang
mencari jurusan yang diinginkan. itu terkait dengan anak-anak yang ada disini. Yang
kedua terkait kebutuhan pasar, motor kan semakin banyak kan ini, berarti kan
dibutuhkan itu, tenaga-tenaga dibidang keterampilan montir, sayang sekali kalau kita
disini keterampinya tidak up to date juga, nah itu berdasarkan kajian pasar. Ada juga
dari masyarakat, dari bengkel- bengkel ini datang kesini, saya dengar disini ada nggak
jurusan ini, kami membutuhkan tenaga ini anak-anak. Nah 3 hal itu yang membuat kita,
ternyata jurusan ini dibutuhkan di masyarakat. Jadi dimasyarakat kan dibutuhkan kita
ini, perlu kita ini. Setelah itu rapat lah dengan kepala-kepala bagian, coba kita
kembangkan, bagaimana ini ininya. Saya cerita sebagai di bagian proses seleksi kan,
oiya bu kemarin ada 150 orang daftar, 20 nolak tidak jadi, karena 20 itu ternyata jurusan
montir, tapi belum jurusannya kita disini. Lalu yang kedua setelah kita juga melihat di
masyarakat, dari ekonomi, jumlah motor di indonesia kan makin bertambah. Jadi
dibutuhkan tenaga-tenaga yang mampu melakukan service-service ringan ataupun juga
mungkin kalau service berat juga ada. Dan banyak juga bengkel-bengkel kecil sudah
nanyain ke kita, disini ada jurusan ini juga ngak. Siapa tau ada yang magang di tempat
kami, itu. Nah hasil laporan itu kemudian di ini kan, di rapatin, ok bagaimana nih kalau
kita mau melakukan kegiatan tambah program keterampilan montir ini, kira-kira bisa
siap nggak. Nah kata TU begini, masih ada bu bangunan, masih ada bangunan kalau
kita mau untuk ini. Nah rehsosnya bilang, bisa sih bu agak mudah mencari instruktur
itu, yang ini, dan bisa. Terus berapa jumlah motor yang bisa kita adakan, mungkin
diawal segini,tapi nanti tiap tahun akan ditambah. Terus berapa kira-kira anak yang bisa
kita terima, gitu kan. Sudah bangunannya, sudah instukturnya, sudah bahan dan alatnya,
nah sekarang berapa kira-kira yang bisa kita seleksi masuk situ. Karena kita baru awal
ini kita bisa tetapkan 10 tapi paling membludak 15 ok. Ruangan akan menyesuaikan,
bahan dan alat akan disiapkan, dan instrukturnya ini. Nah itu pembahasannya bukan
cuma sekali rapat, itu bisa dua kali rapat, bahkan kumpul bisa sampai 5 kali, rapat-rapat
untuk mempersiapkan apa saja itu, disusun lagi. Nanti rencana kita itu sudah berbentuk
kaya ini kan kegiatan-kegiatan, ada thor misalnya kan, rincian anggaran nya.
2. Bagaimana metode dalam kegiatan perencanaan tersebut ?
Metodenya ya tadi itu kan ada pengkajian data. Berdasarkan pada banyaknya
permintaan dari PM pada saat pendaftaran, terus melihat bangsa pasar yang semakin
dibutuhkan di indonesia, sama diskusi dengan mitra-mitra yang datang untuk meminta
anak magang di tempatnya. Rapat itu yah kan diskusi, membagi tugas yang dikerjakan,
memberikan laporan rencana yang akan dilakukan.
3. Siapa saja partisipan dalam kegiatan perencanaan?
Kalo partisipannya di pengkajian data itu, ada dari tim kita yang mengurus pendaftaran
anak-anak yang ingin mendaftar di sini. Terus bangsa pasar itu kita kan kita lihat sendiri
di indonesia itu kan banyak banget yang bawa motor, apalagi di kampung-kampung itu
kan juga sudah banyak. Terus kalau yang pengusaha-pengusaha itu mereka datang
kesini berdiskusi dengan kita, menanyakan ada yang berminat untuk magang di
tempatnya gitu aja. Kalau yang rapat ya perwakilan dari setiap bagian dalam struktural
ya, diskusi menyampaikan laporan-laporan, kendalanya gimana, terus mampu apa
nggak kalau diadakan jurusan baru.
4. Apa hasil yang di dapat dari kegiatan perencanaan?
Pengkajian data itu kan kita mendapatkan data, data-data keinginan dan kebutuhan si
anak ya kan, bukan hanya itu saja kita jadi mendapatkan kemitraan yang jauh lebih
banyak, juga kita kan mengembangkan keterampilan yang ada disini seperti itu.
Sedangkan dalam rapat itu menghasilkan yaitu ada kegiatan, inputnya, prosesnya,
output kan gitu ada nanti. Semua bidang bekerja nanti, rehsos akan membuat jadwal
kegiatannya, jadwal kegiatan anak-anak, rencana jadawal kegiatan kan, seperti ini
seperti ini. Kemudian nanti kalau di bagian PAS misalnya kemitraan dengan lembaga-
lembaga yang nanti akan membantu kita utnuk mendukung proses kegiatan ini, nanti
pas anak-anak diterima kerja, magang, atau mungkin nanti itu dibantu itu. Nah
kemudian TU menyiapkan sarananya masing-masing kan, manggil ini lah untuk
memperbaiki ini, gitu. Jadi dari rapat itu kita mengetahui tugas masing-masing, terus
membantu memecahkan masalah-masalah dan memberikan solusi kepada sub bagian
yang mengalami kendala
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Namin Sunarto, A.Ks
Jabatan : Kepala Bagian Rehabilitasi Sosial
Umur : 49 tahun
Pertanyaan Informan (Supervisor) :
1. Bagaimana proses kegiatan pemilihan instruktur?
Prosesnya itu kalau yang PNS itu kiriman mas, jadi kita butuh apa, kita bisa butuh
instruktur motor, mobil, kita mengajukan kemudian nanti di ACC di proses di salemba
(kemensos) dalam hal ini bagian umumnya rehsos kemudian, diteruskan lagi ke biro
orpeg (organisasi dan kepegawaian), kemudian surat menyurat ke tenaga kerja, kalau
yang resmi seperti itu prosedurnya. Karena waktu itu kan kita butuh tenaga ini, tenaga
motor, karena waktu itu pertimbangannya kita cuma kesulitan untuk satu orang. Kalo
tenang honorer kan agak ribet ya mas makannya kita membutuhkan PNS, nah ini kita
ke depan. Saya nggak tahu dari orpeg bilang ini nanti PNS semua, prosedurnya kita
ngak perlu, kita nyari sendiri secara resminya gini, oh PSBR butuh tenaga kita
mengusulkan ke salemba nanti orang organisasi dan kepegawaian yang menyari, nanti
dia yang akan menerjunkan kemari gitu lho, jadi sesuai dengan apa yang kita butuhkan.
Apa yang kita ajukan kebutuhan kita disini, proses kedepannya seperti itu. Tapi honor-
honor itu intern kita, nah ini kedepannya tidak ada lagi tenaga honor, semuanya PNS.
Nah kalau tenaga honor ya kita cari tidak terlalu resmi gitu ya, yang penting saya minta
biodata dia, misalnya gini mas punya (teman), di daerah ini ada orang atau biasanya
kita cari informasi-informasi dari temen-temen ada dimana gitu, tidak saya umumin
gitu mas, karena kalo diumumin akan membludak kemari, saya ngak mau gitu. Jadi dari
temen-temen instruktur sendiri kita cari informasi semua, setelah kita dapat (calon
instruktur). Kita ambil beberapa gitu, tapi biasanya ngak terlalu banyak juga, 3 sampai
4 orang gitu kita iniin, kemudian kita minta bikin lamaran ya, lamaran kemari. Kita
minta dasar riwayat hidup dia termasuk pernah bekerja dimana, terus sertifikat yang
wajib harus ada gitu lho. Jadi kalau ngak ada kami nggak mau, itu itu yang saya lakukan
kemarin ya. Nah itu ada berkas ada beberapa kita pilih, kita selektif, nah ini yang lebih
pas yang mana ya kan, pas dalam arti kata yang kita tentukan itu ada disitu. Kalau saya
memang dasar hukumnya yang penting ada sertifikat ya, sertifikat khusus gitu. Lagi-
lagi saya nggak ngeliat pendidikan formal gitu, maksut saya melihat dari keahliannya.
Kalau saya prosesnya seperti itu. Terus kalau kita biasanya seleksinya ada tim, timnya
itu biasanya kita di rehsos hampir semuanya, tapi ya struktural ya perlu tahu itu saja
sebetulnya. Karena apa, tim intinya ada di rehsos kemudian kita itu, kita informasikan
berkas itu langsung lari ke TU, tapi tetep pada saat kita diskusi ya struktural harus ada,
layak atau nggak kan ada pertimbangannya apa. kalu ngak ya cari yang lain. Kalau saya
ya maunya model ya saya bilang itu, saya ngak mau repot jadi enak semua PNS, kan
sudah tinggal ke bank pembayaran selesai, tidak tiap bulan harus mengajukan surat ke
salemba gitu. Nah untuk sementara kita masih model yang kaya gitu, kalau udah kaya
gitu ya kita seleksi berkas, kemudian biasanya ada temen-temen disini tim nya mungkin
sedikit wawancara, wawancara ngak terlalu berat misalnya pengalaman kerjanya kita
crosscheck lagi, biasanya kan kalau dibuat diberkas nya itu kan, pernah bekerja dimana
saja, pernah mengajar dimana saja gitu kan kaya gitu. Terus juga cari temen-temen yang
kenal dia, karena saya nggak mau ternyata orangnya seperti ini seperti ini, dulu kita
pernah kecolongan seperti itu, kecolongan bukan seperti apa, sebenarnya dia
mengajarnya bagus, ilmunya juga banyak, tapi kan penampilan tidak bagus karena anak
kita berbeda kan, akhirnya cari lagi. Terus kalau sudah ok, disepakati, kita kontrak. Itu
kita kontrak biasanya setahun sekali. Terus kita bikinkan SK yang ditandatangani sama
kepala panti jadi setiap tahun kita kasih.
2. Bagaimana metode dalam kegiatan sosialisasi tersebut?
jadi kita butuh apa, kita bisa butuh instruktur motor, mobil, kita mengajukan kemudian
nanti di ACC di proses di salemba dalam hal ini bagian umumnya rehsos kemudian,
diterukan lagi ke biro orpeg (organisasi dan kepegawaian), kemudian surat menyurat
ke tenaga kerja. sedangkan untuk honorer jadi dari temen-temen instruktur sendiri kita
cari informasi semua, setelah kita dapat (calon instruktur). Kita ambil beberapa gitu,
tapi biasanya ngak terlalu banyak juga, 3 sampai 4 orang gitu kita iniin, kemudian kita
minta bikin lamaran ya, lamaran kemari. Kita minta dasar riwayat hidup dia termasuk
pernah bekerja dimana, terus sertifikat yang wajib harus ada gitu lho. Jadi kalau ngak
ada kami nggak mau, itu itu yang saya lakukan kemarin ya. Nah itu ada berkas ada
beberapa kita pilih, kita selektif, nah ini yang lebih pas yang mana ya kan, pas dalam
arti kata yang kita tentukan itu ada disitu. kalau udah kaya gitu ya kita seleksi berkas,
kemudian biasanya ada temen-temen disini tim nya mungkin sedikit wawancara,
wawancara ngak terlalu berat misalnya pengalaman kerjanya kira crosscheck lagi,
biasanya kan kalau dibuat diberkas nya itu kan, pernah bekerja dimana saja, pernah
mengajar dimana saja gitu kan kaya gitu.
3. Siapa saja partisipan dalam kegiatan pemilihan instruktur?
Partisipan dari pns yang pasti (kemensos) dalam hal ini bagian umumnya rehsos
kemudian, diterukan lagi ke biro orpeg (organisasi dan kepegawaian), kemudian surat
menyurat ke tenaga kerja. Sedangkan dari honorer partisipannya tadi tim rehsos dibantu
instruktur dilingkungan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur, serta calon instruktur.
4. Apa hasil yang di dapat dari kegiatan pemilihan instruktur?
Kalau itu saya tidak punya catatan khusus ya tapi buktinya, itu mereka bisa dan mereka
mampu memberikan keterampilan kepada PM kita. Dan juga ya mereka memiliki sikap
dan perilaku yang menjadi panutan anak-anak. Hasil lainnya itu di akhir ya kalau bisa
dibilang saya yakin tidak semua anak ya pas pembelajar itu bisa semua, di formal pun
sama. Karena setiap anak mempunyai daya tangkap yang berbeda-beda kalau yang saya
tahu, kalau kita nanti melihatnya di posisi magang. Kita lihatnya dari situ. Ini kita
melihatnya secara keseluruhan ya mas bukan satu jurusan. Hampir separuh anak ini
diminta untuk langsung bekerja disitu
5. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh PSBR Bambu Apus dalam tahap
pelaksanaan?
Di PSBR ini full ya dari pagi sampai malem. Mulai dari pagi bimbingan fisik, terus
bimbingan sosial, bimbingan keterampilan,terus bimbingan mental dan agama, terus
bimbingan extrakurikuler, dan magang ya tapi itu bukan termasuk bimbingan itu
termasuk kegiatan penunjang.
6. Bagaimana proses kegiatan bimbingan Fisik?
Di PSBR ini dari pagi sampai malem itu full sebetulnya. Pagi tapi tidak setiap hari ya,
yang pertama saya sebutin kegiatan yang pertama bimbingan fisik. Itu bimbingan fisik
dilakukan seminggu 2 kali, petugasnya siapa, itu orang dari koramil dan petugas sosial.
Tapi yang dominan itu dari koramil, itu kan awal mas jadi kita ajarkan itu disiplin
diajarkan pagi jam 6 setiap hari kamis sama sabtu ya kalo nggak salah, itu diajarkan
untuk baris berbaris mas. Terus bimbingan fisik selanjutnya setiap jum’at, senam itu
juga termasuk bimbingan fisik itu. Itu dari mana, itu dari luar juga instrukturnya. Terus
juga kerja bakti itu kaya gitu gitu
7. Bagaimana metode dalam kegiatan bimbingan fisik?
Yah itu mah praktek langsung ngikutin perintah dari koramil itu, dia suruh kemana ya
dikutin. Disuruh push up karena anak telat ya harus push up gitu. Kalo senam itu kan
ngikutin gerakan instruktur senamnya jadi udah enak gampang.
8. Siapa saja partisipan dalam kegiatan bimbingan fisik?
Udah pasti PM nya ya, terus kalo yang bimbingan fisik hari kamis dan sabtu itu kan
koramil sebagai instrukturnya. Cuma kan tadi ada pendamping yaitu petugas sosial
yang ngamatin. Kalau senam itu kita manggil instruktur dari luar.
9. Apa hasil yang di dapat dari kegiatan bimbingan fisik?
Ya anak MFD nya ya bagus gitu, anak mental, fisik, dan disiplinnya kuat, kan mereka
rata-rata mental disiplinnya kurang mas. Rata-rata mereka disiplinnya kurang disini,
yang datang kemari anak-anak itu memang itu yang perlu dirubah, mereka itu putus
sekolah, mereka itu rentan anjal (anak jalanan), anak ABH (Anak Berhadapan Hukum)
dari sini, kalo dari sini bisa, misal nya apa, di kelas nggak bolos, tanggung jawab, yah
disini mas. Tapi biasanya pada berguguran disini, diawal-awal biasanya gitu, soalnya
pada ngak biasa bangun pagi. Itu kenapa kita pake koramil, itu lah biasanya ya takut
gitu. Pokoknya bagaimana caranya dia itu mentalnya kuat,disiplinnya kuat itu yang
ingin kita bentuk disini, setelah itu yang lainnya. Kalau senam itu lebih kepada
kesehatannya ya, kesehatan fisik itu biasanya kita manggil instruktur
10. Bagaimana proses kegiatan bimbingan mental dan agama ?
Kalau dibimbingan mentalnya itu kita laksanakan, yang rutin ya itu setiap malem.
Bimbingan mental dan agama ya, ini setiap malem. Bimbingan mental itu terkait
dengan keagamaan ya, itu kita lakuakan setiap sore dari magrib sampai isya. Itu setiap
hari mas, siapa orangnya, kita ambil dari luar juga, orang yang paham tentang agama
pastinya. Nah kalau ini basicnya udah jelas mas, sarjana agama.
11. Bagaimana metode dalam kegiatan bimbingan mental dan agama?
modelnya macem-macem mas. Kan waktunya cuma dari magrib sampai isya ya, jadi
ada pengajian, ada ceramah gitu kan, ada diskusi tentang agama.
12. Siapa saja partisipan dalam kegiatan bimbingan mental dan agama?
Partisipannya ya itu mas, PM dengan petugas sosial, dan instruktur dari luar yang tadi
ya mas basicnya harus sarjana agama.
13. Apa hasil yang di dapat dari kegiatan mental dan agama?
Kalau hasilnya ya itu mas kadang kan ada anak yang tidak bisa bacaan shalat. Itu
disetiap angkatan pasti ada yang nggak bisa bacaan shalat. Jadi kita kadang memberikan
pembelajaran bacaan shalat, kadang juga ada dari temennya yang bisa, kita suruh ajarin
temennya yang ngak bisa. Supaya anak ini ngerti gitu gimana shalat, bacaannya kaya
gimana gitu mas.
14. Bagaimana proses kegiatan bimbingan sosial ?
Bimbingan sosial itu tiap hari mas, bimbingan bisa klasikal dan non klasikal. Kalo
klasikal itu kelas yang ada 3 kelas. Jadi ada 3 kelas yang mengajarkan etika dan segala
macem, ada remaja dan pemasalahannya kaya gitu, itu yang di kelas-kelas. Kemudian
bimbingan kelas ya dari pagi morning meeting, morning meeting itu jam setengah
delapan sampai jam delapan setiap hari mas, itu kan bimbingan sosial. Yang terdata
rutin sih itu yang klasikal itu. Tapi kalo dia ada masalah apapun bimbingan terus, itu
morning meeting itu setiap hari, apa keluhannya gitu kan, itu salah satu tugasnya, kecil
tapi ya terus menerus. Tapi kalau kita nggak perhatikan kaya gitu ini nanti akan
memperluas jadi besar. Itu di morning meeting semua di diskusikan walaupun nanti ada
materinya. Modelnya kaya gitu, kalau di itu, dia sedikit ceramah, nah kalo di morning
meeting yang banyak anak mengungkapkan perasaannya. Dan itu yang bertanggung
jawab semua ya petsosnya masing-masing. Setelah di morning meeting itu anak-anak
masuk ke kelas yang tadi itu ada 3 kelas yang mengajarkan etika dan segala macem itu.
Itu ada dari petsos yang memberikan materi itu tadi.
15. Bagaimana metode dalam kegiatan bimbingan sosial ?
Kalo di morning meeting itu petsos hanya ngasih sedikit materi mas, yang banyak anak
mengungkapkan perasaannya. Kalo di kelas itu baru kebanyakan ceramah-ceramah.
16. Siapa saja partisipan dalam kegiatan bimbingan sosial ?
Kalo di bimbingan sosial itu petsos mas yang bertanggung jawab di kegiatan-kegiatan
di kelas maupun yang diluar kelas.
17. Apa hasil yang di dapat dari kegiatan bimbingan sosial ?
Kalau hasilnya ya pasti etika jadi lebih bagus mas. kan seperti yang saya bilang tadi
disini tuh etika dan perilakunya kita buat supaya menjadi lebih ber adab. Karena kan
mereka anak-anak rentan mas rentan anjal ( anak jalanan) jadi perilaku mereka kita
didik disini supaya mereka memiliki tata krama yang baik. Contohnya ketemu orang
yang lebih tua harus hormat, dengan teman sendiri tidak boleh berantem, kaya gitu-gitu
mas. Terus juga disiplin, disiplinnya gini mas kalau misalnya anak itu kan kalau siang
kadang ngak ada di kelas itu, nah itu juga harus diberikan bimbingan, bimbingan supaya
dia disiplin dalam menjalankan tugas nya sebagai penerima manfaat.
18. Bagaimana proses kegiatan bimbingan keterampilan ?
Keterampilan itu sama itu biasanya sampe sabtu, tapi jum’at nggak. Jadi dia dari jam
10 sampai jam 4. Kalau silabusnya itu ada di jurusan mereka masing-masing. Jadi
dalam bimbingan keterampilan itu kan tergantung trik dari masing-masing instruktur
ya. Tapi yang jelas itu di dalam nya ada ceramah materinya sama praktek langsung.
19. Bagaimana metode dalam kegiatan bimbingan keterampilan?
Tapi yang jelas itu di dalam nya ada ceramah materinya sama praktek langsung.
20. Siapa saja partisipan dalam bimbingan keterampilan?
Kalau itu mas anak, dengan instruktur soalnya kan kalau udah di dalam kelas itu.
Instruktur yang bertanggung jawab terhadap pemberian ilmu kepada anak. Kecuali
anak itu bermasalah baru nanti ada petsos nya yang mengambil alih untuk mengetahui
kenapa anak itu tidak mau belajar.
21. Apa hasil yang di dapat dari kegiatan bimbingan keterampilan?
Hasilnya sudah jelas, anak dapat mengetahui dan menjalankan keterampilan nya
masing-masing, tapi disini dasar lho ya mas tidak bisa mahir, karena kalau hamir dalam
jangka waktu 6 bulan atau bahkan kurang itu nggak mungkin. Coba dipikir mas dalam
jangka waktu kurang dari 6 bulan. Nah makannya itu kita disini keterampilan itu hanya
menunjang dari perilaku si anak.
22. Bagaimana proses kegiatan bimbingan evaluasi ?
Jadi setiap angkatan kita evaluasi, karena nanti akan ada lagi evaluasi gabungan,
keselurahan program ada. Dari masing-masing jabatan, besarannya mungkin PAS, TU,
Rehsos, Petsos, itu nanti di rehsos ini ini ini, kadang-kadang itu dikasih penilaian
keseluruhan, darimana, anak yang nilai. Jadi pertama kami di rehsos pasti di evaluasi
emang, kalau untuk keterampilan kan persemester, maksutnya ini ada kurang dimana
itu biasanya, tiap semester itu biasanya kita, untuk intern rehsos ya, kita liat semua
jurusan kurangnya dimana, ini kemarin ada masalah kaya gini, ini besok kita ini ini ini,
tiap semester kita prosesnya. Nah kalau yang untuk setahun kita kumpul semua, eh
bukan semua pegawai, bagian dari masing-masing pegawai ada perwakilannya.
Evaluasi nya itu kita menggunakan metode ada yang kuesioner ada yang diskusi, kalau
yang umum ya semua pegawai mengisi, tapi kita ada tim yang menentukan apa yang
mau dievaluasi kan, ada itemnya perbagian ini tentang ini, tadi saya bilang keterampilan
itu nanti dibagi lagi apaan gitu
23. Bagaimana metode dalam kegiatan bimbingan evaluasi ?
Evaluasi nya itu kita menggunakan metode ada yang kuesioner ada yang diskusi
24. Siapa saja partisipan dalam bimbingan keterampilan?
Dari masing-masing jabatan, besarannya mungkin PAS, TU, Rehsos, Petsos, itu nanti
di rehsos ini ini ini, kadang-kadang itu dikasih penilaian keseluruhan, darimana, anak
yang nilai
25. Apa hasil yang di dapat dari kegiatan bimbingan keterampilan?
Nanti kita duduk bareng kita diskusi, apakah iya, apakah tidak ya kan. Nanti untuk
tahun depan solusinya apa, kita bikin rekomendasi, rekomendasinya apa ini, misalnya
kelemahannya disini, ini kita rekomendasikan ini, siapa yang memberikan, tim itu. Jadi
udah tersebar tapi bukan kami yang nyebar, kalo intern kami kan setiap abis semesteran
ya, kalau yang itu nggak, kalau yang itu untuk keseluruhan. Nah ada juga yang
keseluruhan lagi dari keterampilan, magang, pelayanan luar panti itu biasanya bagian
TU. Ada lagi penilaian keseluruhan dari anak itu biasanya di akhir, di akhir kegiatan,
abis magang itu mereka biasanya disuruh mengisi ada form. Dimana itu, itu ada di ibu
ipeh di IKM ( indeks kepuasan masyarakat) itu yang harus diisi sama anak kita, kan
anak itu bagian dar masyarakat
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI KETERAMPILAN
ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA TIMUR
Identitas Informan
Nama : Dandan Supardan, Amd.
Jabatan : Fungsional instruktur
Umur :
Pertanyaan informan (pembimbing program) :
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan pembimbing program sebelum melaksanakan
program?
Kayak sekarang nih ya nunggu program-program baru kita mempersiapkan tentunya
prinsip untuk anak-anak selanjutnya. Terus juga mempersiapkan bahan kan. Bahan
praktek, terus peralatan, selama kekosongan waktu anak ini, mulai dari magang, itu yang
kita persiapkan untuk tahun ajaran yang baru
2. Bagaimana pembimbing program mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang
dirasakan oleh anak asuh?
Anak bermasalah akan terilhat dari sikapnya, jadi sikap tingkah lakunya akan terlihat apa
sih anak, terus juga dari attitude dia di ruangan atau di keterampilan itu akan terlihat gitu,
seperti apa dia di luarnya begitu kan, nanti pasti akan terlihat.
3. Bagaiamana Pembimbing program melaksanakan program yang telah
direncanakan?
Kalau saya ya paling ya tadi mengajarkan teori maupun pratek tentang tune up motor, atau
ya pokoknya yang basic-basic lah tapi kadang-kadang anak ada juga yang meminta
modifikasi pak, modifikasi seperti ini kayak gimana sih, ya baru saya menjelaskan gitu,
kalau anak ga bertanya ya saya mungkin menjelaskan hanya basicnya saja gitu. Paling
seperti itu. Terus juga kalau ada anak yang kemampuannya kurang, kurang itu dari
pendidikannya ya, itu saya selalu mau ga mau mengulang materi, tapi gitu kan, di luar.
Misalkan yang sudah paham, yang sudah mampu praktek. Nah saya menjelaskan juga ke
anak yang lainnya ini berulang-ulang. Atau saya minta untuk menanyakan apa sih yang
kalian ga paham, selalu tanyakan. Kadang-kadang si yang lain sedang praktek gitu kan
anak ada yang deketin meja, ngobrol gitu kan. Jadi saya tau setiap kemampuannya, setiap
hari itu ada ya. Selalu ya anak. Kalau ga ada saya panggil satu orang siapa, saya ajak
ngobrol. Gitu, biar, biar apa ya, paling engga anak kalau mungkin dia ga berani kalau depan
orang banyak kan gitu makanya, biasanya bergiliran sih. Tergantung. Tergantung kan ada
yang ini kan kelihatan kurang saya selalu tuh panggil. Kenapa apa masalahnya, saya tanya
gitu apa masalahnya, kenapa ga bisa nangkep, apa masalahnya, seperti itu.
4. Apa modal yang diberikan Pembimbing Program kepada anak asuhnya?
Kalau modal saya beri tentunya keterampilan anak ya dari saya pribadi saya memberikan
apa yang saya mampu lakukan di motor tentunya, di TSM ini saya berikan ke anak
keseluruhan tanpa apa mengurangi sedikitpun, yang saya ketahui saya jelaskan, kalau yang
saya tidak ketahui saya cari tahu, itu jadi PR saya, kadang-kadang kan anak ada yang
memang bertanya diluar kemampuan gitu kan, karna dia dari browsing atau apa gitu kan.
Itu jadi PR saya.
5. Bagaimana evaluasi dari program yang sudah berjalan?
Aduh.. kalau nanya nya kayak gitu sebetulnya banyak ya, dari dari tempatnya sendiri kan
sebetulnya ga layak, tempat-tempat buat keterampilan sendiri kan emang belom layak.
Terus juga peralatan, itu masih apa ya. Ketinggalan lah gitu kan dengan dengan apa ya
dengan kemajuan teknologi sekarang kan kita masih bener-bener basic, paling itu aja kita
ga bisa ngikutin juga diklat-diklat untuk instruktur nya itu kan. Terus paling yaa untuk
kuota ya, kuota anaknya ya gitu dengan dengan ya apa, melihat kondisi lah. Di sesuaikan
dengan kondisi karena kan di motor itu minimal 15, tiap angkatan ini cuma 15 dengan
ruangan seperti itu ya minimal paling sedikit 15 orang setiap angkatan. Jadi yaa.. harusnya
kalau memang mau kuota seperti itu ya di buat kondusif dengan pembaharuan alat,
pembaharuan tempat agar lebih efektif dalam pembelajaran.
6. Bagaimana pembimbing program dalam menciptakan suasana/ kondisi linkungan
agar anak lebih berkembang?
Kalau itu saya memberikan motivasi-motivasi pada anak ya. Kondisi seperti apa biasanya
saya lihat dari basicnya, dari latarbelakangnya seperti apa. Pertama latarbelakang
pendidikan itu kan kita tanya-tanya juga karena itu untuk bagaimana kita nanti menerapkan
metode untuk ke anak Karena biasanya beda jenjang kelulusan anak, penangkapan anak
beda nih. Gitu seperti itu mas. Jadi kita itu dilihat dari mayoritas anak gitu kan, jadi nanti
mungkin ada memang tentunya akan ada dua metode yah. Karena ga bisa kalau misalkan
nih, yang lulusan SD harus disetarakan dengan yang lulusan smp atau pernah sekolah di
SMA, ga bisa gitu, karena ya mungkin penangkapan mereka juga akan berbeda
7. Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang diberikan pembimbing program
kepada anak asuh?
Focus kita sebetulnya anak minimal bisa tune up sepeda motor itu memang tujuan akhirnya
ya, tujuan akhirnya anak bisa tune up minimal gitu ya. Kita menjelaskan keseluruhan
materi dengan jangka waktu 6 bulan, hal ini sebetulnya memang tidak efektif gitu kan,
karena saya pribadi lebih cenderung ke praktek. Gitu jadi menjelaskan sambil anak praktek
gitu akan memudahkan anak memahami materi yang diberikan.
8. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi pembimbing program selama program
berjalan?
Sama anak yang paling sering ya itu disiplin anak. Dia jadi apa ya, anak itu karena
mungkin, mungkin terlalu lama sebetulnya waktunya dari jam 10 sampai jam 4 itu anak
jenuh. Kan terus juga waktunya sama banyak di siang. Saat di siang belajar di kelas itu
tidak efektif. Kalau mau belajar itu dari pagi waktunya. Kalau ya jadi anak siang itu udah
males-malesan gitu jadi penangkapan terhadap materi tuh gini.
9. Bagaimana pembimbing program membantu memecahkan masalah yang dihadapi
selama program berjalan?
Biasanya kalau saya karena pada saat teori ya itu tadi mas saya, pada saat di teori ya. Teori
anak saya suruh bertanya. Jadi setiap anak kadang-kadang saya wajibkan bertanya tentang
materi yang dijelaskan. Jadi si anak baru langsung sharing Tanya jawab, jadi paling engga
si anak kadang-kadang ya ada bercanda di kelas gitu guyonan umum seperti itu ya lebih
bangun istilahnya kan. Ga sampai ngantuk, males-malesan, seperti itu. Karena kalau kita
menggunakan metode ceramah kan monoton jadinya.
10. Apa bentuk dukungan dari pembimbing program untuk anak asuh agar
mendapatkan perlindungan?
Kalau itu pernah ada anak yang mau belajar tapi merasa malu untuk belajar jadi saya
meminta temannya untuk mengajak dia. Mengajak dia misalkan lagi praktek nih, saya pasti
yang memang temannya itu ya yang keliatan bisa itu ya, yang keliatan menonjol itu ya ajak
anak ini karna biar apa, biar kalau mungkin di depan teman-teman yang lain banyak orang
dia segen kan, di malu kan, tapi kalau dengan satu orang dia coba dengarkan dia biar dia
berani, dan Alhamdulillah sejauh ini metode seperti ini berhasil. Jadi satu anak itu, yang
satu anak itu disuruh jadi mentor lah saya bilang gitu. Jadi mentoring dia mau ga mau dan
akhirnya untuk keduanya berhasil gitu ya. Yang satu kan mengajar lebih, dia mengingat
lagi, mengingat lagi, karena mengajarkan kan gitu memberitahu temannya kan, yang satu
akhirnya karna terus-terusan mungkin ya nempel juga akhirnya, gitu.
11. Apa saja kebijakan yang dilakukan pembimbing program agar anak asuh
mendapatkan perlindungan?
Kalau saya kan instruktur ya mas, jadi kebijakan-kebijakan saya hanya untuk anak yang
mau belajar dan ingin belajar, jadi kalau anaknya mau belajar tapi terkendala apa-apa gitu,
baru nanti saya tanyain, kenapa kamu nggak belajar. Terus nanti dia kan cerita tuh, nah
disitu kalau misal nya ternyata dia nggak belajar karena saya galak atau karena temannya
iseng nah itu baru nanti kita bilangin ketemennya kalau belajar jangan iseng karena kalian
di sini belajar bukan jadi preman.
12. Bagaimana akses yang diberikan pembimbing Program agar anak asuh dalam
mendapatkan perlindungan?
Kalau itu saya kasih link, untuk diklat tambahan gitu kan. Ada kayak kemaren yang
kebetulan anak yang magang di Ahass, dia kebingungan juga, pak ini kayak gimana sih.
katanya ada buat jadi mekanik harus ikut diklat nih. Kadang-kadang kebetulan kan kalau
di Jawa Barat pusatnya di Bandung, dan saya ada link di sana ya. Nih, di sini, kamu coba
ke sini. Karna untuk dukungan yang lain saya juga belum mampu, jadi paling engga
sekarang kayak link-link gitu ya saya share ke anak- anak. Seperti itu. Kadang-kadang
temen yang di Bandung mungkin anak-anak dari sini yang ke Bandung saya tempatin di
tempat temen-temen saya. Temen saya yang di bengkel juga kan. Saya tempatin juga
disitu. Ya tapi memang lulusan dari sini memang ga mungkin juga magang di Bandung,
kalau di sini dengan kost sekian gitu kan, dengan dari lembaga ga bisa. Ya paling engga
intinya kalau saya pribadi sih, ya memaksimalkan apa yang ada atau memberikan yang
terbaik ke anak walaupun dengan segala kekurangannya kita jadikan itu sebagai pemicu,
gitu aja
13. Bentuk bimbingan apa saja yang diberikan pembimbing program terhadap anak
asuhnya?
Paling saya ya itu tadi motivasi untuk mereka mau itu kan, mau berubah intinya
motivasinya biasanya yang saya berikan ya, contoh pengalaman yang saya berikan. Terus
juga kadang-kadang kan yah kondisi saya seperti ini tapi yah saya bisa. Kamu yang lebih
baik gitu kan, masa ga bisa. Cuman satu bidang ini. Ini dari satu bidang saya bilang gitu.
Yang kamu pelajari ini satu bidang gitu loh. Masa ga mampu.
14. Bagaimana bentuk dukungan pembimbing program terhadap anak asuh yang sudah
menjalankan program?
Kalua saya pribadi ya paling mengingatkan gitu kan, untuk apa ya, menjaga. Menjaga
kepercayaan orang, karena yang namanya bekerja di bengkel itu kan kepercayaan. Orang
mau dateng lagi ke bengkel karena percaya di tempat ini bagus nah itu misalkan. Intinya
modalnya, saya berikan modal kejujuran. Saya tanamkan itu, itu yang paling saya
tanamkan karena kamu jujur. Gitu aja.
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Suroso, Amd.
Jabatan : Fungsional instruktur
Umur : 40 th.
Pertanyaan informan (pembimbing program) :
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan pembimbing program sebelum
melaksanakan program?
Jadi yang pertama sebagai pembimbing program kita menyiapkan dari pada sarana dan
prasarana seperti yang paling utama itu adalah keuangan, menyiapkan peralatan, serta
kita ya data-data pendukung seperti buku, Modul-modul, sekaligus alat-alat peraga itu
untuk menunjang dari pada nanti proses dari pada belajar mengajar baik itu secara teori
ataupun secara praktek seperti itu. Untuk mengenakan apa-apa nanti yang bisa atau
client yang bisa masuk kejurusan elektronik khususnya itu seperti itu.
2. Bagaimana pembimbing program mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang
dirasakan oleh anak asuh?
Ya banyak faktor yang bisa saya ambil terutama dari tatap muka atau tatap pertemuan
awal, di pertemuan awal itu tidak saya langsung kasih materi atau apa tapi saya banyak
mengobrol, lebih banyak menanya tentang sejarah dia sebelum masuk PSBR, kamu
itu seperti apa, darimana, Pernah nggak dulu kamu belajar atau tau masalah elektronik
atau mungkin di bangku sekolah atau mungkin hobby ngotak-ngatik atau yang lainnya.
Nah dari situlah mereka itu bercerita tidak sebatas itu. jadi ketika mereka menceritakan
contoh umpamanya saya dulu pernah pak begini-begini. Saya mungkin dengan kata-
katanya itu akan saya ambilkan salah satu contoh peralatan yang ada, nah mungkin akan
saya gambarkan,ceritakan ,dan disuruh mengomentasi. Dan kalau dia tidak bisa berarti
memang dia benar-benar nol. nah saya simpulkan seperti itu. Terus atau saya kasih soal,
soal sebelum saya perkenalan, soal-soal ringan yang mungkin belum masuk ke materi,
mungkin yang kebiasan atau apa yang sering dilakukan orang masyarakat pada
umumnya, itu kan materi-materi ringan. Nah dia cenderung tahu apa nggak, nah bebas
dia ngisi. Disitu saya kasih materinya, saya uji, saya kasihkan lagi dengan soal yang
sama bereka bisa tahu apa nggak dari situ juga saya bisa menilai, dari kemampuan daya
serapnya, dulunya dia sudah pernah apa belum, atau pernah tahu apa nggak, kadang
juga ada yang dia itu udah tahu. Karena mungkin cara belajarnya itu autodidak.
Autodidak itu maksudnya sering liat, mungkin dari temennya atau mungkin saudaranya
ada yang pernah menggeluti bidang elektronik, dia sering lihat jadi mungkin dia tahu.
Nah dia bisa menjawab seperti itu, ada beberapa client pernah seperti itu. Tapi ketika
masuk dalam bidang-bidang tertentu karena dia tahu umum ya, artinya terkendala.
Disitu biasanya banyak kalau hal-hal yang masuk semacam itu dia menang di praktek
tidak menang di teorinya, kurang teorinya nah jadi istilah-istilah teknik, istilah-istilah
elektroniknya dia, nama-namanya terutama dia tidak tahu, tapi dia disuruh mengerjakan
kasus, atau mengerjakan praktek dia bisa, seperti itu dan itu kadang juga, hal-hal yang
seperti itu saya kondisi-kondisikan seperti bisa saya manfaatkan untuk yang bener-
bener tidak tahu gitu. Nah jadi ibaratkan yang sering saya itu ilmu bisa dikatakan kalau
subsidi silang lah, jadi yang tidak tahu di dekatkan ke tahu atau yang pernah atau
sebaliknya, jadi untuk memudahkan saya menyampaikan ataupun mengasih semangat
ke mereka yang mungkin belum pernah ataupun tidak tahu sama sekali, karena ilmu
elektronik itu sebenernya banyak sesuatu yang sifatnya alogika, tidak kelihatan tapi bisa
bekerja gitu lho, listrik itu kaya apa, contoh kan tidak berwujud tapi bisa menghasilkan
sesuatu gitu, geraknya seperti apa, arus listrik kalau kita arus sungai, arus air, arus apa
keliatan. Nah tapi kalau arus listrik Itu gimana, orang yang awam atau orang yang tidak
pernah melakukan belajar disekolah itu akan susah sekali. Nah itu dengan cara-cara
seperti itu nah itu kadang bisa membantu untuk program atau cara saya memberikan
materi ke mereka. Dan saya dalam pelaksanaannya puntidak melulu teori saja ataupun
praktek saja , jadi saya juga bisa melihat kondisi kelas. Ketika suasananya sudah mulai
agak kendor, atau mungkin suasanya malas atau ngantuk-ngantuk atau pokoknya tidak
semangat lah. Itu saya akan tampilkan peralatan-peralatan elektronik yang membuat dia
tertarik gitu lho, wooo bagus ya hebat ya, mungkin bagi mereka yang baru-baru akan
seperti itu, wh hebat alatnya bisa begini pak alatnya bisa begitu pak, padahal kalau
mereka sudah pelajari dan sudah tahu, oh ternyata kerjanya cuma seperti ini pak? Oh
iya kemarin kamu terheran-heran kan, Ya ini cuma seperti ini kerjanya. Oh iya iya pak.
Makannya kamu lebih banyak tahu, sistem kerjanya seperti ini sehingga membuat alat-
alat yang membuat orang lain itu terkagum-kagum atau sejenisnya. Dan gambaran
seperti itu kadang membuat mereka itu tertarik dan akan semangat belajarnya, yang
tadinya pak elektro itu seperti apa pak, pak saya pernah kesetrum saya takut dengan
setrum dan macem-macem lah. Dengan cara-cara seperti itu mereka tidak lagi, bahkan
saya demo kan, nih listrik itu baik setrum itu saya pegang saya apa, lho bapak nggak
kesetrum, Lah ini baru bapak, kamu pernah liat nggak orang yang membetulkan listrik
naik tiang listrik diatas kok orangnya nggak kesetrum, Dan contoh-contoh seperti itu.
Itu nggak kesetrum kalau bisa kesetrum orang itu banyak yang mati, orang PLN banyak
yang mati, itu seperti itu, contoh-contoh seperti itu. Bapak kasih contoh seperti itu kamu
nanti juga akan seperti itu, mereka akhirnya semangat mereka jadi tertarik itu salah satu
trik atau cara-cara saya untuk memberikan atau mengasih materi ke mereka yang ada
di PSBR.
3. Bagaiamana Pembimbing program melaksanakan program yang telah
direncanakan?
Kalau saya itu disini mencoba mengajarkan kepada mereka bahwa bagaimana belajar
yang 4 bulan ini bisa jadi 10 bulan,kan gitu? Maksimal. Kok bisa pak? Kan waktunya
aja Cuma 6 bulan? Kok bisa sampe 10 bulan? Belajarnya tidak harus dikelas. Itu prinsip
yang saya selalu ajarkan ke mereka atau sistem yang saya sarankan ke anak elektro.
Kok bisa pak? Kamu belajarnya jangan hanya dikelas dan jangan hanya dengan saya,
saya Cuma dikelas kamu setiap saat pulang ke asrama ke kanti, kemana aja kamu tetep
harus belajar, jadi waktu yang dikelas itu Cuma 5 jam bagaimana caranya bisa 10 jam?
Nah kamu belajar lagi diluar. Ada masalah,ada kendala, ada tidak mampu, ketika
dikelas kamu bisa tanya ke saya nah seperti itu yang selalu sering saya tekankan ke
mereka-mereka terutama yang susah sekali belajar.
4. Apa modal yang diberikan Pembimbing Program kepada anak asuhnya?
Kalau saya yang dapat saya berikan palingan hanya ilmu elektronik praktis yang seperti
ada di lapangan lah, karena disini diterapkan bukan untuk melanjutkan sekolah lagi di
perguruan tinggi, tapi langsung kerja gitu lho, kalau di bandingin sertifikat yang dari
PSBR ini yah tidak ada harganya kalau dikeluarkan. “Sertifikat yang dikeluarkan dari
PSBR bisa untuk naik ke perguruan tinggi”, kan nggak mungkin. Tapi kemampuan si
bocah, si anak, si client itu bisa. Mereka dari tempat-tempat magan yang menggakui
bukan sekolah, gitu.
5. Bagaimana evaluasi dari program yang sudah berjalan?
Evaluasi ya? kalau dari sarana ya, sarana itu juga perlu perbaikan seperti peralatan itu
udah lama terus juga perlu peremajaan kembali itu, terus ya anak lah maksutnya
wawancara awal, seleksi lah di awal anak yang masuk, itu juga perlu. jadi tidak
sembarangan Dielektro itu kan agak ekstra mempelajarinya. Tidak asal anak,
khawatirnya kenapa kok harus di seleksi awal? Karena ketika pemberian materi dengan
karakter atau latar belakang anak yang tidak mendukung dengan materi belajar elektro
itu nantinya akan percuma. Akhirnya sia-sia yang seperti itu. Makannya harus ada
kategori khusus anak yang belajar dijurusan elektro sehinga nggak asal-asalan, nah itu.
Kalau itu terjadi nanti dampaknya akan panjang, seperti contoh seandainya asal-asalan,
maksudnya asal-asalan itu yang karakternya anak tidak hobi atau tidak mampu
menguasai penghafalan elektronik, masuk aja dulu ke elektronik. Akhirnya sebisa
mungkin anak itu belajar atau mengetahui elektronik. Akhirnya hasilnya pun tidak
maksimal. Disitu akhirnya anak gagal,akhirnya gagal, untuk me mencari tempat bekerja
pun akan terhambat. Susah mencari kerja karena ketidak mampuannya dia. Dan
akhirnya menyimpulkan bahwa belajar elektronik itu susah, kan seperti itu. Dan itu
akan berimbas ke- angkatan berikutnya, “kamu dulu kan pernah belajar elektro di
PSBR”,” iya”,” gimana jurusan elektro?”,”jangan elektro, elektro itu susah”. Nah itu
kan akan berdampak, padahal yang ditanya itu memang anak yang tidak mampu,
karakterk yang memang tidak mampu. Itu lebih cenderung ke jurusan yang lain seperti
jahit umpamanya atau salon umpamanya, dia dimasukan ke elektro, nah hasilnya seperti
itu, giliran ditanya ya “jangan belajar elektro”. Itu kan berdampak, makannya diawal
itu perlu dibenahi. Terus satu lagi karena saya sendiri ya di keterampilan elektro, dari
jam 10 sampai jam 4 setiap hari kecuali hari jum’at dan hari minggu,terus senin, selasa,
rabu, kamis, sabtu itu nggak mungkin dong saya sendiri. Yang sering terkendala itu
ketika saya mendapat tugas dari kantor PL atau pekerja diluar, anak itu selalu terlantar.
Apa permasalahanya? Karena saya tidak ada pendamping. Jadi tidak ada yang
menggantikan saya, adapun ya Cuma petsos yang mengisi waktu luang ketika tidak ada
saya di isi materi-materi diluar bidang keterampilan.
6. Bagaimana pembimbing program dalam menciptakan suasana/ kondisi
linkungan agar anak lebih berkembang?
Seperti yang saya bilang sebelumnya saya itu mencoba untuk mengerti anak dengan
cara itu tadi sebelum saya masuk kedalam materi saya mencoba berbicara kepada anak,
bagaimana dia sebelum di PSBR, lalu sudah pernah belajar elektronik sebelumnya,
sehingga ketika dia sudah ada di kelas dia tidak merasa bahwa dia bukan bagian dari
jurusan elektro. Sehingga ketika saya menjelaskan dia merasa bahwa dia memang
bagian dari elektro dan mau untuk belajar. Lalu juga sarana dan prasarana yang
disiapkan harus dapat menunjang daripada anak- anak yang belajar. Maksudnya jangan
sampai ketika nanti dia ingin belajar alat-alat peraga tidak ada atau bahkan tidak siap.
7. Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang diberikan pembimbing program
kepada anak asuh?
Kalau yang saya sudah berikan ya materi nya kan audi, video, dan pendingin, nah itu
dengan waktu yang 6 bulan itu udah dasar, semuanya dasar, tidak ada yang jago, tidak
ada yang canggih. Jadi audio itu berkaitan dengan suara, video ya gambar, audio video
ya dua-duanya, dan pendingin ac,kulkas, adapun tambahan itu ya peralatan-peralatan
rumah tangga itu kalau memang mendukung. Peralatan rumah tangga seperti rice
cooker, dispenser. Ya kaya gitu, kipas angin, materi tambahan. Fokusnya, pokoknya itu
adalah audi,vido, dan pendingin. Itu bukan saya tapi berdasarkan kurikulum ata jobst
itu yang RPP yang disusun lah istilahnya, itu lah yang diberikan kepada mereka.
8. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi pembimbing program selama program
berjalan?
Kalau disini itu kan latar belakangnya berbeda-beda, ada yang lulusan SD, SMP ada,
bahkan mereka yang tidak sekolah mungkin tidak lulus, kelas 1 SD tidak lulus sama
dengan tidak sekolah ya kan, membacanya saja kurang apalagi diberikan yang lainnya.
9. Bagaimana pembimbing program membantu memecahkan masalah yang
dihadapi selama program berjalan?
Kalau sudah masuk jurusan elektronik itu mau nggak mau tetep harus kita ajarin.
Bagaimana anak ini bisa gitu kan? Kalau dia cara teori praktek tidak bisa mungkin
cara-cara praktis,cara praktis itu maksudnya seperti apa? itu bertatap muka langsung,
mengenal alat langsung, dengan mengetahui benda langsung dengan penanganan
langsung itu cara-cara praktis dan sifatnya hafalan. Kalau dengan cara teori kaya
sekolahan itu, mereka tidak mampu. Karena memang dia tidak mengecam itu
sebelumnya, jadi lebih mudah jenuh, lebih mudah bosen atau mungkin malas
mengikutinya maka dengan cara-cara praktis itulah mereka biasanya mau atau tertarik
untuk mempelajarinya dan apa yang perlu disiapkan dalam hal itu? Terutama tadi hal
yang saya sebutkan yaitu sarana atau praga, benda-benda atau kami menyebutnya itu
miniatur atau kalau televisi itu televisi bukan televisi asli tapi televisi miniatur yang
bisa di operasikan layaknya televisi pada umumnya, contoh kulkas, kulkas itu ya kita
manfaatkan, kultas bener tapi kita miniaturkan, kita pragakan untuk memperagakan,
hal-hal seperti itu,nah itu saya siapakan buatkan untuk bisa menyisiati hal-hal seperti
tadi, klien-klien di PSBR ini, seperti itu.
10. Apa bentuk dukungan dari pembimbing program untuk anak asuh agar
mendapatkan perlindungan?
Kalau itu saya tidak pernah mebeda-bedakan atau memilah-milah mereka, karena
walaupun latar pendidikan atau apa-apa saya “wah susah banget sih ngajarin kamu,
enakan dia tuh dibilangin sebentar langsung tau”, tidak seperti itu, walaupun ada
perasaaan seperti itu karena apa, tadi lho saya berusaha untuk memberikan materi ke
mereka itu, dan saya juga tidak mau kerjaan saya, tenaga saya itu mubazir gitu, selalu
mengulang-ngulang-ngulang kan capek juga, ya kan. Caranya bagaimana? Ya tadi akan
saya silangkan, umpamanya ada 10 orang lalu bikin kelompok dibagi menjadi 5
kelompok, atau menjadi 3 kelompok, nah dengan dikelompokan seperti itu kan aslinya
dia membaur antara yang bisa dengan yang tidak bisa, tolong nanti untuk yang tidak
bisa silahkan perhatikan, dan mereka jangan malu bertanya, dan yang bisa jangan
sombong ataupun sok tau. Sok bisa, nah itu selalu saya beritahu kalau disini mereka
belajar, dan dalam belajar kalian harus bersaing.
11. Apa saja kebijakan yang dilakukan pembimbing program agar anak asuh
mendapatkan perlindungan?
Kalau saya kan instruktur tugas saya itu ngajar bidang keterampilan elektronik, jadi
kalau ada anak mau belajar tapi tidak bisa belajar karena ini lah itu lah, saya akan
bertindak. Karena bagaimanapun anak itu harus belajar. Dia datang kesini susah-susah
masa tidak boleh belajar, Ya kan. Tidakannya seperti apa? contoh ada anak nih mau
belajar tapi dia takut sama temannya, dia sering di jahilin sama temannya. Yah itu
temannya nanti saya bilangin “kalau sama temen itu jangan dijahilin nanti kalau kamu
ada apa-apa kamu tidak punya teman siapa yang mau membantu kamu?” yah gitu aja,
kecuali temannya yang jahilin itu sudah keterlaluan, itu nanti ditangani oleh bagian
petsos.
12. Bagaimana akses yang diberikan pembimbing Program agar anak asuh dalam
mendapatkan perlindungan?
Karena ranah saya ada instruktur, jadi saya tidak bisa memberikan akses seperti yang
dimaksud tadi, hanya saja akses yang saya berikan itu dalam bentuk kalau ada anak
yang tidak memahami apa yang saya ajarkan lalu dia bertanya kepada saya, maka saya
akan mengajarkannya kapan pun dia bertanya. Karena berarti anak itu memiliki
semangat belajar yang tinggi. Kalau ada yang seperti itu lalu saya diam atau saya tidak
perdulikan maka saya merasa bukan instruktur yang baik, seperti itu mas.
13. Bentuk bimbingan apa saja yang diberikan pembimbing program terhadap anak
asuhnya?
Saya disini itu kan menitik beratkan sikap perilaku, jadi seperti halnya terakhir itu di
daerah cilangkap itu PT.service center itu cenderung ke polytron atau apa itu, dia
menggakui anak-anak dari PSBR itu katanya gampang diatur, sopan santunnya baik,
sikapnya pun juga baik. Bahkan PT itu pernah ngerekrut orang dari luar itu ya
tuntutannya lebih besar, kaya gaji, apa sikap, kaya gitu-gitu.
14. Bagaimana bentuk dukungan pembimbing program terhadap anak asuh yang
sudah menjalankan program?
Kalau yang sudah lulus itu rata-rata yang kesini yang sudah berhasil, kalau yang tidak
berhasil malu mau kesini, datang. Bahkan nggak mau karena mereka dulunya nggak
bener belajarnya disini.untuk ketemu saya aja udah segen, saya dulu pernah ngomel
pernah saya sarankan dia ngeyel gitu kan, mau ketemua saya juga males. Kalau yang
berhasil gampang, saya tinggal bilangin yaudah pertahankan apa yang sudah kamu
capai kalau bisa lebih berusaha lagi, gitu.
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Dra.Habibie Tamher. M.Si.
Jabatan : Pekerja Sosial Madya
Umur : 56 tahun
Pertanyaan Informan (Supervisor) :
1. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh PSBR Bambu Apus dalam tahap
persiapan?
Itu kita kan persiapan lapangan, petugas, lalu sosialisasi program.
2. Bagaimana proses kegiatan sosialisasi?
Proses sosialisasi program itu kita pelaksanaannya di daerah kabupaten, dan selama ini
kita punya jejaring itu ke kabupaten di jawa tengah, terus jawa barat, tangerang.
Lokasinya itu tadi ya kabupaten-kabupaten, kita bekerjasama dengan Dinas Sosial. Di
dalam Dinas Sosial itu ada TKSK, ada PSM itu. Jadi dinas mempunyai kepanjangan
tangan itu dengan TKSK itu mereka akan mencari CPM di wilayah- wilayah seperti di
kecamatan-kecamatan itu, baru mereka berkoordinasi dengan dinas nanti lokasi, kita
dimana Bisa dikecamatan atau Dinas Sosialnya seperti itu. Setelah itu kalau
informasinya sudah sampai kepada calon penerima manfaat atau penyampaian
informasi itu sampai ke tokoh agama atau orang tua yang mengalami ekonomi lemah
bagi anaknya tidak bisa melanjutkan sekolah. Setelah itu TKSK itu menghimpun kira-
kira ada yang berminat untuk belajar ke PSBR mengikuti pembinaan di PSBR, setelah
itu mereka memberikan informasi ke PSBR melalui Fax e-mail atau WA. Tapi untuk
seleksi awal itu seleksi administrasi yaitu harus putus sekolah SD,SMP, SMA atau bisa
juga usianya harus 15 sampai 18 tahun. Nah itu mereka akan mengirim data untuk pihak
PSBR, setelah itu kita menentukan kapan ke PSBR, itu mereka langsung datang dengan
membawa anak-anaknya. Setelah sampai sini kita melakukan wawancara seleksi lagi
ya, seleksi wawancara tertulis menggunakan format wawancara itu. Kita mewawancara
setelah itu tentunya ini sudah melalui persyaratan tadi ya kaya usia 15 sampai 18 tahun
gitu. Terus juga harus sehat disini kan juga ada dokter jadi di test sehat atau tidak. Terus
setelah itu menentukan tempat tinggal kan ada petsosnya. Terus untuk menentukan
kejuruan ada test minat bakat untuk menentukan jurusan. Setelah menentukan itu ada
test, test yang menggunakan alat yang di siapkan oleh psikolog, setelah itu hasil dari
psikolog kita kombinasikan dengan hasil wawancara pekerja sosial, dari situ baru kita
menentukan jurusan anaknya Itu kita kita juga menyisir ya
3. Bagaimana metode dalam kegiatan sosialisasi tersebut?
Oh kalo metode sosialisasi itu presentasi, presentasi program PSBR terus ada tanya
jawab, sharing dah kaya gitu.
4. Siapa saja partisipan dalam kegiatan sosialisasi?
Kalo partisipannya itu TKSK dan instansi dinas terkait terus dengan tokoh agama,
tokoh masyarakat, kaya gitu.
5. Apa hasil yang di dapat dari kegiatan sosialisasi tersebut?
Sosialisasi itu tentunya informasi itu sampai ke masyarakat, informasi sampai ke
masyarakat terus disana ada yang berminat tidak, jadi mereka menerima tidak kalau
anaknya nanti akan belajar pembinaan di jakarta, anaknya pihak dari mereka,dari
keluarga. Untuk menjadi anak binaan di PSBR Bambu Apus Jakarta nah kaya gitu.
Kalau memang hasilnya itu ya itu tadi terdapat beberapa anak yang berminat untuk
melaksanakan belajar di PSBR itu hasil dari sosialisasi tadi.
6. Bagaimana proses kegiatan sosialisasi?
kita menyisir kira-kira wilayah mana yang belum terjangkau kaya contohnya kita
melakukan mapping kan nah melakukan mapping sudah teridentifikasi wilayah-
wilayah yang sudah pernah masuk Kementrian Sosial itu kita tidak kesana lagi, kita
mencari tempat yang belom pernah terjangkau, belom pernah melakukan. Nah disitu
informasinya kan harus menyeluruh harus adil kan, kita harus mencari tempat yang
belom pernah di datangkan oleh Kementrian Sosial, disitu kita akan datang. Tentu saja
kita berkoordinasi apakah ada anak-anak yang benar-benar membutuhkan layanan dari
kementrian gitu, anak yang banyak banyak kantong-kantong putus sekolahnya remaja-
remaja terlantarnya atau anak- anak kurang mampu nah kaya gitu. Kalau kita selama
ini dulu pernah pakai penjajakan lokasi ya, penjajakan tempat. Tapi kesini- kesini
karena APBN kan ada pemotongan-pemotongan akhirnya kita tidak menggunakan
penjajakan langsung tapi kita by phone dengan Dinas Sosial setempat, apakah wilayah-
wilayah yang kita butuhkan itu ada. Nanti Dinas Sosial yang melakukan survei karena
kan dekat. Jadi Dinas Sosial bekerjasama dengan TKSK sudah menentukan lokasi baru
mereka informasikan ke PSBR. Jadi sudah ok tempatnya baru kita turun.
7. Bagaimana metode dalam kegiatan persiapan lapangan?
Yah tadi itu mas melakukan mapping mengidentifikasi wilayah-wilayah yang sudah
pernah masuk Kementrian Sosial. Lalu Kementrian Sosial menghubungi Dinas Sosial
di wilayah tersebut untuk melakukan survei lapangan. Jadi Dinas Sosial bekerjasama
dengan TKSK sudah menentukan lokasi baru mereka informasikan ke PSBR. Jadi
sudah ok tempatnya baru kita turun.
8. Siapa saja partisipan dalam kegiatan persiapan lapangan?
Jadi partisipannya disini hanya Kementrian Sosial dan Dinas Sosial.
9. Apa hasil yang di dapat dari kegiatan persiapan lapangan tersebut?
Hasilnya ya dicapai ya mendapatkan calon penerima manfaat yang sesuai dengan
target. Harus mencapai target 110 anak untuk satu angkatan selama 6 bulan. Itu hasil
dari tempat yang strategi yang sesuai dengan keadaan daerah yang memang
membutuhkan atau terdapat banyak anak-anak yang putus sekolah. Kalo persiapan
petugas instruktur mas itu di kepala rehsos mas, ke pak namin.
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN ELEKTRO DAN MONTIR DI PSBR BAMBU APUS JAKARTA
TIMUR
Identitas Informan
Nama : Dra.Habibie Tamher. M.Si.
Jabatan : Pekerja Sosial Madya
Umur : 56 tahun
Pertanyaan Informan (Supervisor) :
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan PSBR Bambu Apus sebelum membuat
program?
Eh persiapannya tentunya yang pertama kan harus dibuat perencanaan,rencana
pengadaan jurusannya ya kan tadinya kan tidak ada waktu pertama berdiri PSBR waktu
itu cuman ada 4 aja, 4 keterampilan. Menjahit, las, salon , sama montir. Nah, setelah
ada mungkin setelah waktu seleksi-seleksi mungkin ada yang karena waku itu ibu
belom ada disini kan waktu itu ada yang bertanya tentang keterampilan elektro dan
mungkin banyak CPM (calon penerima manfaat) yang berminat tentang
elektronik.akhirnya nah dari situ ada perencanaan untuk mengadakan jurusan elektro.
disitu tentunya pasti mengajukan dananya dulu, setelah ada dananya, disiapkan
mungkin tempat-tempatnya, tempat ruang kelasnya setelah itu kan pasti
kelengkapannya, sarana-prasaaranya, setelah sarana-prasarananya dicari
instruksturnya, setelah instrukturnya jadi baru diadakan jurusan baru tentang elektro.
2. Bagaimana PSBR Bambu Apus mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang
dirasakan oleh anak asuh?
Kebutuhan itu pasti nya ya survey dulu, petugas melakukan survey ke pasar atau dunia
usaha, contohnya tempat-tempat service tempat-tempat service tv, service elektronik
yang kaya gitu.itu tentu saja pada saat survey tadi kita melakukan pendekatan
wawancara dengan pengusaha-pengusaha dunia elektronik untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan anak dalam jurusan elektro. Iya kalau mengetahui masalah anak
kita mengasessment ya. Mengasessment itu kita menggali, kita menggali apa saja
kebutuhan dia, apa saja keinginannya kita melakukan test minat bakat tentang
kemampuan dia apa dan keinginan dia apa, Itu kita melakukan test minat bakat. Dari
situ kita mengetahui kebutuhan anak
3. kegiatan apa saja yang dilakukan PSBR Bambu Apus dalam perencanaan
program?
Kalau kegiatan yang dilakukan ada bimbingan ya biasa kan ada bimbingan-bimbingan,
bimbingan keterampilan tentu saja, bimbingan keterampilan terus pemberian
pemahaman ilmu atau keterampilan keahlian mengenai elektro karena melihat daripada
pasar melihat dari kebutuhan pasar dan kemajuan teknologi begitu
4. Bagaiamana pelaksanaan program yang telah direncanakan? apa saja
kegiatan,metode, dan outputnya?
Kalau metodenya metodenya pasti memberikan pembelajaran kan, memberikan
metode guru dan murid ya kan di kelas gurunya menerangkan muridnya mendengarkan
setelah itu ada kontak 2 arah kan komunikasi sharing,tanya jawab, diskusi, ya begitu.
Kalau outputnya itu biasanya pertama anak-anak yang tadi pertama masuk kan dia ngak
tau apa itu elektro atau montir seperti apa, apa aja peralatannya, perangkat kerasnya,
perangkat lunaknya cara menyambung kabel gitu apa kalau di elektro itu arus listrik itu
mengalir sehingga ada suara, atau seperti apa kipas angin mati kan trus dicari tahu apa
sebabnya ternyata ada kabelnya yang tidak konek, ada kabel yang putus atau
perangkatnya yang tidak tepat, akhirnya mereka memeriksa, mereka memperbaiki dan
kipas anginya nyala lagi muter lagi. Nah seperti itu trus yang tadinya tidak mau
memahami apa itu, apa sih kok tadinya ngak nyala trus sekarang bisa nyala kan mereka
jadi tahu. Nah jadi yang dari belum bisa, belum bisa memahami, belum bisa mengerti
setelah mereka belajar itu mereka jadi paham, jadi tahu kalau mau dibilang ahli sih
belum ya karena kita disini waktunya terbatas cuma 6 bulan jadi belum dikategorikan
ahli tapi bisa, tahu, bisa nah seperti itu outputnya. Output lainnya contohnya outbond
termasuk kedalaman penguatan-penguatan karena dioutbond itu kan ada permainan-
permainan yang mengarahkan kepada kerjasama karena kalau perangkat itu satu
perangkat contohnya perangkat apa AC atau kulkas itu kan banyak tuh kan ,banyak itu
mereka berkelompok nah disana kita outbound itu kita melakukan permainan yang
menyatukan apa mengharuskan 1 tim nah 1 tim tadi mengharuskan dia harus fokus,
ada harus kerjasama harus ada keseriusan, ketelitian, nah itu menunjang untuk mereka
masuk ke keterampilan karena outbound itu dilakukan setelah mereka seleksi mereka
dinyatakan diterima. Pembukaan pelayanan trus disitu mereka sesudah dinyatakan
sebagai anak binaan terus udah di assesment di test minat bakat mereka sudah selesai
mereka sesuai minat bakat dan kemampuan, mereka dimasukan kedalam jurusan
elektro nah disana mereka diberikan penguatan dengan oubound tadi nah seperti itu.
Jadi outbond itu dalam rangka menyatukan mereka untuk bekerja team, bekerja sendiri,
bekerja team, bekerja kelompok disana lah ada muatan-muatan dalam rangka mereka
akan masuk kedalam pelajaran elektro. Kalau bimbingan sosial itu outputnya yang
pertama tentu saja pasti disiplin. Mereka dalam rangka belajar itu tidak boleh telat, tadi
mereka belajar untuk tanggung jawab kalo diberikan tugas dalam keterampilan “kamu
belajar ini, apa belajar merakit satu unit itu harus sampai selesai” disitu ada tanggung
jawab adanya ketelitian, adanya fokus, Disiplin semua nya ada didalam situ.
5. Apa modal yang diberikan PSBR kepada anak asuhnya?pengetahuan dan
materi?
kalau kita setelah dia selesai pembinaan kita memberikan bantuan stimulan. disamping
dia mempunyai sertifikat untuk membantu dia dalam mencari, melamarkan pekerjaan
karena disana kan kalau pengusaha melihat oh dia punya sertifikat disini tertera
predikatnya dia selesai dengan baik atau dengan cukup atau dengan kurangan ngak ada.
Adanya baik, sangat baik, dan cukup. Disana terus ada e mungkin disertifikatnya tidak
ada dilampirkan dibelakangnya nilai-nila tapi ada lampiran materi-materi apa aja
pelajaran-pelajaran apa saja yang mereka pelajari pada saat di PSBR maupun
diketerampilan. Selain itu tadi kan ada toolkit ada sertifikat udah itu saja itu bantuan
stimulan. Kalau di pengetahuan kan sebelumnya udah dibilang mulai dari outbond tadi,
trus bimbingan-bimbingan, sama bimbingan keterampilan.
6. Bagaimana evaluasi dari program yang sudah berjalan?
Biasanya kita kalau disini evaluasi itu kita melihat dari evaluasi secara keseluruhan ya
seperti evaluasi dari kan disini ada kasi ada TU, TU itu memberikan kebutuhan-
kebutuhan apa saja yang dibutuhkan oleh penerima manfaat disini. Contohnya
seragam, sepatu, terus untuk cuci bersih badan, sabun, odol , dan segala macam,terus
makan, terus tempat tinggal itu kan di TU nah terus nanti di PAS. PAS itu pada saat
membuat sosialisasi, sosialisasi di daerah pada saat mencari calon penerima manfaat
pada saat mereka datang diseleksi dan dinyatakan secara administrasi diterima terus
pada saat wawancara dia dinyatakan diterima. Setelah itu kalau ada permasalahan-
permasalahan sebelum dia diterima jadi penerima manfaat nah itu di handle oleh PAS
dengan proram advokasi. Nah advokasi setelah itu nanti pada saat setelah dinyatakan
lulus kan bisa diserahkan ke rehsos nanti untuk pelajaran keterampilan bimsos itu
adanya direhsos. Belajar di keterampilan dan mendapatkan keterampilan ada instruktur
itu bagiannya rehsos nanti di PAS,TU itu setelah dia selesai atau pada saat dia lagi
belajar kita melakukan home visit. Home visit untuk kunjungan rumah anak-anak ini
itu adanya di rehsos karena anak-anaknya masih belajar kita mau melihat kondisi
orangtuanya seperti apa. Nanti seletah dia selesai nah itu nanti pembinaan lanjut oleh
PAS lagi. PAS melakukan bimbingan lanjut atau kalau ada anak-anak pada saat dia
selesai dari sini kan pada saat dia ada atau home visit nanti setelah dia akhir dari
pelajaran dia magang TBK itu adanya direhsos melakukan apaa namanya magang.
Setelah dia dalam magang itu dia bermasalah bisa advokasi dari PAS kerjasama dengan
PAS juga. Nah setelah dia selesai dari PSBR kan dia bekerja. Dia bekerja ada trouble
di dalam pekerjaannya kita ada e kegiatan advokasi juga dari kita, kita yang akan
datang, petugas PSBR yang akan datang untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan anak-anak PSBR tersebut, itu namanya advokasi juga. Jadi advokasi itu
pada saat dia belajar setelah di selesai sudah bekerja atau dia dari selesai dia pulang
kerumah dan dia tidak mendapatkan akses untuk bekerja. Kita akan advokasi juga untuk
memberikan layanan akses untuk bisa mendapatkan pekerjaan atau kita apa melakukan
kordinasi dengan dinas melakukan keterampilan lanjutan nah itu dengan kegiatan
advokasi dari PAS.
7. Bagaimana PSBR menciptakan suasana/ kondisi linkungan agar anak lebih
berkembang?
Anak tumbuh dan berkembang tentu saja yang paling utama adalah rumahnya
ya,rumahnya yang dia tinggal itu kan sistemnya keluarga, keluarga asuh. Tempatnya
cottages jadi tidak seperti asrama, cottages itu didalamnya kan ada keluarga, nah
keluarga asuh ini kan ada keluarga intinya. Nah ditambah dengan PM ini keluarga juga
jadi merupakan bagian dari anak dari keluarganya. Jadi komunikasinya mendapatkan
kasih sayang, mendapatkan perhatian, mendapatkan apa yang dia butuhkan. Nah nanti
keluarga asuh ini yang akan mengkomunikasikan dengan lembaga, nanti lembaga yang
akan meneruskan ke ahlinya. Contohnya anak ini pendiam, murung berarti dia perlu
psikolog nah kalo anak ini sakit berarti dia kita atau pengasuh lapor kelembaga mungkin
dirujuk ke klinik sama perawat atau dokter. Atau anak ini bertengkar dengan temannya
berarti dia perlu dengan pekerja sosialnya melakukan supervisi. Yah pokoknya seperti-
seperti itu. Terus kita kita mempunyai satpamn keamanadan 24 jam untuk memastikan
lingkungan PSBR itu aman dan nyaman terus ada komunikasi dari keluarga asuh,
mebangun komunikasi, membangun kedekatan, setiap saat harus melihat kondisi PM
nya peka dalam kondisi seperti apa, apakah mereka itu senang, Apakah mereka sedih,
Apakah mereka sedang memikirkan keluarganya?nah itu pengasuhnya akan merujuk
kepada lembaga,karena dilembaga ini kan ahlinya ada disini, ada psikolog, ada perawat,
ada pedsos. Atau dibagian advokasi PAS. Kalau sarana dan prasana yang diberikan
contohnya tempat ibadah, trus ada tempat olahraga, kalau tempat olah raga ini
biasanya masuk kedalam bimbingan sosial jadi ada ekstrakurikuler setiap hari jum’at
itu sehari itu dia melakukan aktivitas olahraga untuk meningkatkan potensi dia dalam
bidang olahraga misalnya dia berminat di voli, futsal, bulutangkis, itu untuk
meningkatkan kemampuan dia dalam bidang olahraga. Sedangkan untuk instruktur,
kita itu cari instruktur harus bersertifikat tentunya karena dia kan dibutuhkan
keahliannya memberikan materi-materi dari keterampilan tersebut, jadi kalau dia sudah
bersertifikat dia bisa memberikan ilmu-ilmu yang ilmu-ilmu yang bersahaja tentunya,
ya kan? Tidak dengan cara bentak-bentak atau dengan cara kacek pinggang kan
enggak, tentu dengan kata-kata yang ramah anak. Kita selalu mengingatkan untuk
selalu menggunakan kata-kata yang ramah anak tapi tentu saja dia punya kualitas.
Karena bersertifikat tentu saja dari kegiatan dia pernah mengikuti diklat,seminar.
Contohnya kaya salon itu banyak mengikuti seminar-seminar itu, seminar dengan ahli-
ahli penata rambut itu berarti dia punya banyak pengalaman kan? Karena salon itu kalau
sudah instruktur kan ngak sekolah lagi Cuma dia mengikuti seminar-seminar gitu, dan
banyak sekali tampilan-tampilan dari penata rambut atau stylish gitu-gitu tapi kalau
elektro, montir itu selalu diikutkan kegiatan diklat-diklat.
8. Masalah apa saja yang dihadapi PSBR selama program berlangsung?
Namanya anak remaja yang masih labil yang masih pengen tahu yang belom stabil cara
berfikir pasti banyak masalah, tapi yang namanya bemasalah berarti kan dia tidak tahu
ya kan, dia tidak mengerti. Contohnya miras, pernah ada kelompok yang membawa
miras, minuman oplosan juga pernah ciuw, sampai sekitar 6 orang melakukan itu tapi
ya kita petugas harus jeli. Kok ini anak sering hilang, kok ini anak sering keluar dari
rumah kan pengasuhnya sering menginformasikan kok anak ini sering hilang,
menghilangnya tidak pamit dan tidak tahu kemana, Nah dari situ kita udah mulai
masang Petugas-petugas pada saat-saat tertentu melihat anak ini kemana, Ternyata ya
itu mereka punya aktivitas membeli minuman terus dibawa kesini, diminumnya disini
nah seperti itu. Nah dulu juga ada yang pernah ada yang pulang ke bekasi ada yang
pulang bogor itu baliknya membawa pil-pil apa gitu, Banyak sekali ternyata pil itu
mereka bisa konsumsi untuk membuat mereka itu fly-fly gitu. Waktu itu pernah nih
kamu matanya merah terus seperti orang apa ngak tidur sebulan gitu kan matanya merah
terus mata ngak bisa dibuka. Memang kamu ada apa, ada masalah apa, ngak bu ngak
ada masalah apa-apa. Ngak ada apa-apa tapi kok kamu matanya begitu, merah terus
ngak bisa dibuka, ada apa, Ternyata diselidikin ternyata mereka menkonsumsi itu.
Emang sih ngak berbuat hal-hal yang negatif cuman ya itu mereka kan jadinya fly trus
jadi maonya tidur trus tapi kan ya karena itu mereka kan tidak tahu, mereka tidak tahu
dampak dari memakai obat-obatan tersebut. Memang kadang-kadang mereka pengen
coba- pengen coba akhirnya ya itu sudah terjadi baru mereka binggung. Mao ngapain
ya gitu-gitu, ternyata mereka itu tidak paham kalau dampak dari meminum obat dapat
membuat dia bisa bangun. Dia bilang kok kita curiga dia bilang sakit mulu, udah
sebulan sakitnya ngak sembuh-sembuh ternyata sudah dikasih obat dari kita dia minum
lagi obat yang itu ya kapan sembuhnya. Ibu juga jadi curiga nih anak kok sudah sebulan
mata nya merah terus kok matanya ngak bisa dibuka, ada apa, oh ternyata itu
mengkonsumsi itu. Ada itu satu dari bekasi satu dari bogor.
9. Bagaimana PSBR membantu anak asuh dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya?
Kalau kita biasanya kalau sudah terdeteksi kita kan biasanya sama kan kalau masing-
masing anak mempunyai pembimbingnya pedsos nah itu kita kasih tau kepada pedsos
masing-masing terus pedsos nya memanggil anak-anaknya dan melakukan assesment
penggalian masalah, mereka digali semuanya permasalahanya sudah terungkap lalu
dituangkan kedalam study kasus,terus kita minta kepada rehsos untuk kita reconverensi
nah di kegiatan CC itu baru kita putuskan, semua anggota CC itu memutuskan
sebaiknya apa yang kita berikan kepada anak-anak nah biasanya ada beberapa hal yang
perlu kita berikan kepada mereka tapi tetap dalam rangka pembelajaran, tidak ada
hukuman untuk itu tidak ada, nah disitu ada seperti mereka punishmentnya mereka
seperti yang tadi ibu bilang miras itu kita untuk pembelajaran pemahaman kalau hal
itu kan sudah kalau diluar sana kan sudah melanggar hukum kan? Tapi karena disini
mereka masih kategorinya anak berarti kita kan tidak mempidanakan tapi kita tetap
merehabilitasi kan bagaimana cara mereka berubah?bagaimana cara untuk mereka
paham kalau hal itu negatif dan tidak boleh dilakukan dan sudah salah perlakukan
mereka salah, perlakuaan mereka itu salah dan kita memberikan pembelajaran seperti
disana tempat sampahnya sudah penuh kamu berenam sana sampahnya dikeluarin
sampai itu tempat sampahnya itu bak nya itu kosong nah baru kamu masukin lagi ke
dalam. Nah tadinya kan dicampur dengan tanah jadi cepat penuh akhirnya digali lagi
sampai habis baru dia tumpukin lagi sampai rapih dan itu juga diberlakukan tidak
diambil haknya untuk untuk tidak belajar, tetap mereka belajar mungkin kita ada
kebijaksaan kalau dia mengikuti bimbingan sosial 1 jam 45 menit nah itu 15 menitnya
kita ambil sebelum dia mengikutin bimsos jadi dari 7.30 dia macul-macul sampai jam
8.15 selesai dah dia mandi terus dia ikut bimsos gitu. Jadi kita tidak membuat dia hak
dia untuk belajar tetap harus dia ikuti cuman kita kebijaksaan hanya mengambil 15
menit saja kaya gitu.
10. Apa bentuk perlindungan dari PSBR agar anak dapat berdaya?
Maksudnya seperti apa mas?kalau bentuk perlindungan seperti itu kita advokasi juga.
contohnya gini mas dia dari PSBR dia pulang ke keluarganya nah itu ada yang orang
tuanya bilang “ udah nak kamu ngak usah kerja. kamu disini aja dengan ibu” sementara
anak itu pengen kerja nah itu nanti dia bisa calling dengan petugas disini kita akan
advokasi, lalu petugas akan datang kesana,ke orangtuanya kita memberikan
pemahaman ke orang tuanya nah itu bisa anaknya dibolehkan bekerja nah itu kita
melakukan advokasi juga. nah gitu. Jadi kita selesai dia ngak kita biarkan begitu saja,
selama 3 bulan kedepan itu kita akan mantau terus kalau memang dia masih dirumah
saja tidak bisa bekerja, kenapa, atau kita melakukan advokasi itu atau bimjut. itu
bimjut(bimbingan lanjut) kita melihat peralatan-peralatan bantuan stimulan itu
digunakan atau tidak atau kondisinya bagaimana itu juga termasuk kedalam bimbingan
lanjut. Atau bisa hasilnya bisa masuk ke evaluasi juga ada permasalah-pemasalahan
bisa masuk kepada evaluasi sehingga kita kedepannya bagaimana menyikapinya atau
kita mendapatkan solusi-solusinya dengan permasalahan yang sama. Nah kegiatan
bimjut itu juga merupakan bahan evaluasi buat PSBR bagaimana kedepannya kita akan
lebih baik lagi dengan cara memecahkan masalah-masalah ini. nanti
11. Apa bentuk akses yang diberikan PSBR kepada anak asuh agar memperoleh
perlidungan?
Kalau akses yang diberikan PSBR dari kita dari kasi PAS itu masuk ke advokasi yang
tadi saya bilang jadi setelah dia selesai dan dia pulang kerumah dan tidak mendapatkan
pekerjaan maka kita memberikan layanan dan akses agar si anak dapat bekerja atau
melakukan koordinasi yang tadi saya bilang dengan dinas terus apakah dia harus
melakukan keterampilan lanjutan.
12. Apa saja kebijakan PSBR dalam mendukung anak asuh agar memperoleh
pengetahuan yang sama?
Kalau kebijakan-kebijakan itu contohnya seperti yang tadi ibu barusan tadi ngomong
ya kan dia membuat kesalahan. Kesalahan kalau kita dari orang awam kan kita
bilangnya kalau dia bikin kesalahan harusnya dia ngak belajar ya kan, Dia dikasih
punisment tidak belajar. Tapi PSBR tetap mengeluarkan dia punya hak untuk belajar
jadi tidak dia mendapat punishment terus dia teman yang lainnya belajar dia ngak ikut
belajar. Nah itu kan kita namanya tidak adil kan, Jadi walaupun dia begitu tetap dia
memperoleh hak nya untuk belajar, tidak seperti yang baru terjadi sekarang , ada
beberapa anak yang membuat kesalahan disiplin saja, tidak ada kesalahan yang fatal
tidak, kesalaha tidak disiplin pada saat melaksanakan magang sehingga pengusahaan
itu tidak mau lagi meneruskan magang anak-anak ini. Akhirnya kita kasi reshsos nya
mengambil konsultasi dengan kepala PSBR. Anak-anak ini karena melihat waktu
tinggal seminggu apa sepuluh hari magang selesai tidak ada lagi waktu untuk mencari
perusahaan yang baru nah akhirnya mereka rehsos mengambil kebijakan dengan kepala
panti anak-anak ini dimagangkan, dilanjutkan magang sisanya itu di PSBR dengan
meminta kesedian instruktur memberikan pelajaran selama mereka di PSBR karena
mereka tidak magang diluar. Setelah itu kita membuat case converence kan disana kita
kita memberikan bagaimana kita memberikan punishment ke anak-anak. Ini apakah dia
tidak menerima sertifikat, apakah dia tidak terima toolkit, nah tapi kepala panti bilang
tidak bisa, karena toolkit dan sertifikat itu hak anak, jadi kita tidak boleh tidak
memberikan walau dia mempunyai kesalahan, ada punishmentnya tapi tidak tidak
memutuskan hak anak untuk tidak menerima. Itulah kebijakan -kebijakan yang
dilakukan PSBR untuk anak. Kita tetap melihat kepada merujuk yang terbaik. Karena
mereka dilindungi dengan UUD perlindungan anak. Nah kita selalu mengacu kesana.
13. Bentuk bimbingan apa saja yang diberikan oleh PSBR kepada anak asuhnya?
Yah itu tadi bimbingan agama itu berkaitan dengan kalau kita sudah berusaha tapi kita
juga harus memanjatkan doa kepada allah kalau saya sudah berusaha mudah-mudahan
diwujudkan. Nah jadi atau memberikan dia pemahaman. Memberikan dia pemahaman,
memberikan dia pengertian tentang ilmu elektro itu. Nah disana itu ada agama terus ada
etika. Etika bagaimana cara dia berkomunikasi dengan instruktur supaya terjalin
kerjasama, terjalin suatu ikatan sehimgga kalau dia masih kurang paham dia bertanya
lagi. Bertanya dengan sopan bertanya dengan pakai aturan nah seperti itu. Jadi etika
ada kan di bimbingan ada etika, ada agama yah begitu manfaat dari bimbingan sosial.
14. Bagaimana PSBR membuat anak asuhnya dapat menjalankan tugas dan
fungsinya di masyarakat setelah menjalani program keterampilan?
Yah itu kan kita melakukan pengawasan yang tadi mas jadi selama 3 bulan kita
melakukan pengawasan kalo misalnya dia nggak bekerja kita kasih advokasi yang tadi
itu dengan memberikan bimbingan lanjut atau kita memberikan dia link-link ke
perusahaan-perusahan yang untuk dia biar bisa bekerja.