STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran...

239
STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Disusun oleh : Rugi Astutik 111224032 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran...

Page 1: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS

BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN

MEMBACA KRITIS PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh :

Rugi Astutik

111224032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

i

STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS

BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN

MEMBACA KRITIS PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh :

Rugi Astutik

111224032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

iv

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(Qs. Alam Nasryroh:6)

“Buat apa hidup kita jika tidak untuk mempermudah hidup orang lain???

Hidup harus bermanfaat bagi keluarga dan orang lain.”

(Rugi Astutik)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT yang selalu memberi kesehatan, kemudahan, dan kelancaran dalam

menyelesaikan segala urusanku

Kedua orang tuaku: Tuko Diyatno Suwito dan Panti

Inspirasiku : Budi Susanto, S.Pd.

Kakakku tercinta Karsini, Suparno, Tugirah, Sukim, Tugiran, Tri Mantari, dan

Yusniar Amry Fahmi.

Sahabat-sahabatku seperjuangan dan seluruh teman terbaik PBSI 2011

Skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda terima kasih yang sebesar-besarnya

atas dukungan yang telah diberikan selama ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

viii

ABSTRAK

Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis

Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan

Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015.

Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis

mahasiswa Semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 berdasarkan

faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis. Tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis

mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan faktor membaca

dan hasil tes kemampuan membaca kritis, yang berjumlah 33 mahasiswa.

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah tes kemampuan

membaca kritis dan nontes berupa observasi, angket faktor membaca, dan

wawancara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis

penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan (1) observasi kelas, (2) faktor

membaca, (3) tes kemampuan membaca kritis, (4) wawancara, dan (5) strategi

pembelajaran kemampuan membaca kritis. Faktor membaca dianalisis

berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal kemudian dianalisis berdasarkan

SWOT. Tes kemampuan membaca kritis dianalisis berdasarkan tujuh aspek

membaca kritis, yakni (1) mengenali dan mengingat, (2) memahami isi bacaan,

(3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis, (5) membuat kesimpulan, (6)

menilai, dan (7) memproduksi. Ketujuh aspek tersebut kemudian dikaitkan dengan

analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis dibuat berdasarkan hasil

analisis data observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes

kemampuan membaca kritis dan keterkaitannya dengan analisis SWOT, dan

wawancara.

Hasil penelitian ini diketahui faktor membaca masuk dalam kriteria tinggi.

Hal tersebut dibuktikan dengan peroleh persentase dari hasil klasifikasi tiap

indikator sebesar 69,01%. Tes kemampuan membaca kritis berada pada kategori

kemampuan membaca kritis kurang. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata

mahasiswa adalah 21,94. Berdasarkan data tersebut menguatkan peneliti untuk

membuat Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis yakni (1) mahasiswa

diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya, (2) memberi tugas

membaca, (3) mengembangkan daya pikir mahasiswa, (4) memberi mahasiswa

dua teks dengan satu tema, (5) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (6)

memberi kritikan, dan (7) menyusun kerangka dan memproduksi. Jadi, strategi

pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca

kritis mahasiswa PBSI semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

ix

ABSTRACT

Astutik, Rugi. 2015. Critical Reading Skill Learning Strategy Based on the

Reading Factors and the Result of Critical Reading Skill Test

Semester VI Class A, on Program Study Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia Students, Sanata Dharma University,

Yogyakarta, 2015 Academic Year. Skripsi. Yogyakarta: PBSI,

FKIP, USD.

This research analyzes critical reading skill learning strategy Semester VI

class A of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, , Sanata

Dharma University, Yogyakarta 2015 academic year, based on the reading factor

and the result of the critical reading skill test. The purpose of this research is to

describe the critical reading skill learning strategy Semester VI class A of

Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, Sanata Dharma

University, Yogyakarta, based on the reading factors and the result of the critical

reading skill test, which consist of 33 students.

The instruments which were used to collect the data were critical reading

skill test and non-test in a form observation, reading factors questionnaires, and

interview. This research used descriptive research. It was used to describe (1)

reading factor, (2) critical reading skill, and (3) critical reading skill learning

strategy, (4) interview and (5) critical reading skill learning strategy. The reading

factors were analyzed based on the internal and external factor. After that, it was

analyzed based on SWOT. Critical reading skill test was analyzed based on seven

aspects of critical reading; they are (1) recognizing and remembering, (2)

comprehending the content of the reading passage, (3) implementing concepts, (4)

analyzing, (5) creating conclusion, (6) assessing, and (7) producing. Those aspects

were related to the SWOT analysis to understand the strength, weakness,

opportunity, and threat. Critical reading skill learning strategy was made

according to the result of observation data analysis, reading factors and SWOT

analysis, the result of critical reading skill test and its relation to SWOT analysis

and interview.

The result of this research showed that the reading factors were high. It

was proven with the percentage of the classification result for each indicator,

which was 69,01%. The critical reading test on the critical reading skill category

was low. It was proven with the students’ average score, which was 21,94. Those

data convinced the researcher to create critical reading skill learning strategy,

which were (1) asking the students to write down unfamiliar words with its

meaning and context, (2) giving them reading task, (3) developing students’

thought, (4) giving them two texts in one theme, (5) writing down list of questions

before reading, (6) giving critic, and (7) creating framework and producing.

Therefore, this learning strategy is expected to be able to increase the critical

reading skill Semester VI class A, of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia students, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Strategi

Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan

Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015 dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan,

dukungan, bimbingan, doa, nasihat,dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. P. Kuswandono, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,

Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia.

4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar, teliti

dalam membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan berbagai

masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen prodi PBSI yang memiliki karakteristik masing-masing telah

membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang penulis butuhkan.

7. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan sabar

memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan

berbagai urusan administrasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

xi

8. Seluruh mahasiswa semester VI kelas A program studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Bapak Tuko Diyatno Suwito dan Ibu Panti selaku orangtua penulis yang telah

memberi kasih sayang dan doa untuk kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.

10. Kakakku Karsini, Suparno, Tugirah, Sukim, Tugiran, dan Tri Mantari yang

menjadi semangat, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.

11. Budi Susanto, S.Pd. selaku guru, orang tua, sekaligus sahabat yang selalu

memberi inspirasi bagi penulis dan memberi motivasi dalam menyelesaikan

skripsi.

12. Yusniar Amry Fahmi, partner yang telah menemani penulis hingga saat ini,

mendukung dan selalu memberi motivasi kepada penulis agar skripsi selesai

tepat waktu.

13. Sahabat seperjuangan Maria Dwi Rianti, Fransiska Ambar Widhiyan Rini, dan

semua teman terbaik PBSI 2011 selalu bersama dalam membantu, memberi

motivasi, dan tawa serta yang selalu berjuang bersama dengan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

14. Reni Suryandari, S.Pd., sahabat penulis yang telah memberi motivasi untuk

menyelesaikan skripsi

15. Theodorus Adhicahya, sahabat penulis yang telah membantu membuat

abstract dan memberi kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kehadiran kalian yang telah

memberikan pengalaman luar biasa untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 14 Juli 2015

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................... ........................................ iii

MOTTO....................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH ......................................................................................................

vii

ABSTRAK.................................................................................................. viii

ABSTRACT................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR................................................................................ x

DAFTAR ISI.............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL...................................................................................... xv

DAFTAR SKEMA.................................................................................... xvii

DAFTAR GRAFIK................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 7

1.5 Batasan Istilah......................................................................................... 8

1.6 Sistematika Penulisan............................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORI............................................................................ 10

2.1 Penelitian yang Relevan.......................................................... 10

2.2 Kajian Teori............................................................................................ 12

2.2.1 Hakikat Membaca......................................................................... 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

xiii

2.2.2 Faktor Membaca.......................................................................... 13

2.2.3 Jenis-jenis Membaca................................................................... 16

2.2.4 Hakikat Membaca Kritis............................................................... 17

2.2.5 Aspek Membaca Kritis................................................................ 20

2.2.6 Hakikat Strategi Pembelajaran..................................................... 28

2.2.7 Jenis-jenis Strategi Pembelajaran................................................. 29

2.2.8 Teori Skala Likert......................................................................... 33

2.2.9 Teori Analisis SWOT.................................................................. 35

2.3 Kerangka Berpikir.................................................................................. 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................. 39

3.1 Jenis Penelitian....................................................................................... 39

3.2 Subjek Penelitian.................................................................................... 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 40

3.4 Instrumen Penelitian.............................................................................. 42

3.5 Teknik Analisis Data.............................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 49

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian........................................................... 49

4.2 Analisis Data ......................................................................................... 50

4.2.1 Analisis Data Observasi Kelas..................................................... 50

4.2.2 Analisis Faktor Membaca dengan Analisis SWOT.................... 52

4.2.2.1 Analisis Faktor Membaca................................................ 54

4.2.2.1.1 Faktor Internal .................................................. 54

4.2.2.1.2 Faktor Eksternal ............................................... 78

4.2.2.2 Analisis SWOT ............................................................... 88

4.2.3 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dan

Keterkaitannya dengan Analisis SWOT...................................

93

4.2.3.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis........... 94

4.2.3.2 Keterkaitan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

dengan Analisis SWOT...................................................

105

4.2.4 Analisis Data Wawancara Dosen dan Mahasiswa....................... 119

4.2.4.1 Analisis Data Wawancara Dosen.................................... 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

xiv

4.2.4.2 Analisis Data Wawancara Mahasiswa............................. 122

4.2.5 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis................. 127

4.3 Pembahasan............................................................................................ 138

BAB V PENUTUP...................................................................................... 146

5.1 Kesimpulan............................................................................................. 146

5.2 Saran...................................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 150

LAMPIRAN............................................................................................... 154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Kritis

Tabel 3.2 Kisi-kisi dalam Angket Faktor Membaca

Tabel 3.3 Kisi-kisis dalam Wawancara

Tabel 3.4 Ketententuan dalam Observasi

Tabel 3.5 Kategori Faktor Membaca

Tabel 3.6 Kriteria Patokan Penilaian Tes Kemampuan Membaca Kritis

Tabel 4.1 Kategori Faktor Membaca

Tabel 4.2 Indikator Motivasi Baca

Tabel 4.3 Indikator Sikap dan Minat Pembaca

Tabel 4.4 Indikator Kebiasaan Membaca

Tabel 4.5 Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan Pembaca

Tabel 4.6 Indikator Pengetahuan yang Dimiliki

Tabel 4.7 Indikator Pengetahuan Tentang Cara Membaca

Tabel 4.8 Indikator Ketertarikan Terhadap Bacaan dan Kebermanfaatan Bagi

Pembaca

Tabel 4.9 Indikator Tingkat Intelegensi

Tabel 4.10 Indikator Penguasaan Bahasa

Tabel 4.11 Indikator Sosial Ekonomi Keluarga dan Tidak Tersedianya Bahan

Bacaan

Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu

Tabel 4.13 Indikator Teks

Tabel 4.14 Indikator Budaya Lisan

Tabel 4.15 Indikator Media Elektronik

Tabel 4.16 Analisis SWOT

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Mengenal dan Mengingat

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memahami Bacaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

xvi

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menerapkan Konsep-Konsep

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menganalisis

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Membuat Kesimpulan

Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menilai

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memproduksi

Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis

Tabel 4.26 Analisis SWOT dalam Aspek Mengingat dan Mengenali

Tabel 4.27 Analisis SWOT dalam Aspek Memahami Isi Bacaan

Tabel 4.28 Analisis SWOT dalam Aspek Menerapkan Konsep-konsep

Tabel 4.29 Analisis SWOT dalam Aspek Menganalisis

Tabel 4.30 Analisis SWOT dalam Aspek Membuat Kesimpulan

Tabel 4.31 Analisis SWOT dalam Aspek menilai

Tabel 4.32 Analisis SWOT dalam Aspek Memproduksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

xvii

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Berpikir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Tes Membaca Kritis Setiap aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Hadir Mahasiswa USD PBSI

Lampiran 2 Instrument Penelitian

Lampiran 3 Angket Faktor Membaca

Lampiran 4 Hasil Angket Faktor Membaca Mahasiswa

Lampiran 5 Perhitungan Angket Faktor Membaca

Lampiran 6 Perhitungan Skala Likert Angket Faktor Membaca

Lampiran 7 Tes Kemampuan Membaca Kritis

Lampiran 8 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Kritis

Lampiran 9 Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Mahasiswa

Lampiran 10 Perhitungan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

Lampiran 11 Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal

Lampiran 12 Perhitungan Setiap Aspek Membaca Kritis

Lampiran 13 Transkip Hasil Observasi Transkip

Lampiran 14 Wawancara Dosen

Lampiran 15 Transkrip Wawancara Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bertujuan

untuk memahami ide dan menyerap informasi dalam teks. Saat membaca

seseorang akan mengalami proses berpikir untuk memahami ide dan gagasan

secara luas. Seseorang melalui membaca dapat berkomunikasi dengan teks tanpa

harus berhadapan langsung dengan penulisnya. Proses membaca sangat berkaitan

dengan faktor pengembangan berpikir berdasarkan pengalaman yang dimiliki

sehingga keterampilan membaca harus dimiliki dan dikembangkan oleh

seseorang.

Membaca salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Jika seseorang mampu membaca dengan baik, maka akan mendapatkan informasi

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, pada

kenyataannya keterampilan membaca masyarakat Indonesia masih sangat rendah.

Situasi tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil survei, di antaranya survei

Progress In Internasional Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006

menyebutkan kemampuan membaca siswa kelas IV di Indonesia berada di posisi

41 dari 45 negara (negara bagian) peserta (litbang.kemdikbud.go.id, 08/04/2013).

Survei lain, dari Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) tahun 2009 menyebutkan bahwa kemampuan membaca masyarakat

Indonesia berada pada posisi 57 dari 62 negara anggotanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

2

(perpustakaan.depkeu.go.id, 16/01/2012). Data tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan membaca dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan yang

signifikan karena posisi Indonesia masih tetap di bawah 56 negara lain.

Kurangnya minat membaca juga mempengaruhi rendahnya kemampuan

membaca masyarakat Indonesia. Data Bank Dunia Nomor 16369-IND dan studi

International Association for the Evaluation of Education Achicievement (IEA),

untuk kawasan Asia Timur, menyebutkan bahwa minta baca bangsa Indonesia

berada diposisi terendah dengan skor 51,7 di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand

(skor 65,1), Singapura (skor 74,0) dan Hongkong (skor 75,5). Data lainnya yang

bersumber dari hasil survei UNESCO (2011) menyebutkan bahwa indeks

membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk

Indonesia, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca tinggi

(media.kompasiana.com, 17/052014).

Selain kurangnya minat, membaca juga belum menjadi budaya masyarakat

padahal budaya baca merupakan salah satu kunci untuk memajukan bangsa ini

terutama melalui kemampuan membaca kritis. Menurut hasil penelitian Program

For International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012, Indonesia berada

di peringkat 64 dari 65 negara (m.radarpena.com, 07/12/2014). Hasil penelitian

lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 mempublikasikan membaca bagi

masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan sebagai sumber untuk

mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (91,68%)

dan mendengarkan radio (18,57%) daripada membaca (17,66%). Artinya,

membaca untuk mendapatkan informasi baru dilakukan oleh 17,66% dari total

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

3

penduduk Indonesia (bps.go.id). Persentase membaca masyarakat Indonesia

mengalami penurunan yang cukup tinggi 1,28%, dari 18,94% pada tahun 2009.

Masyarakat lebih suka mendapatkan informasi dari televisi dan radio daripada

membaca. Jika setiap tahun persentase membaca selalu menurun, maka bangsa

Indonesia akan semakin kesulitan untuk mengejar kemajuan bangsa lain.

Hasil penelitian Human Development Index (HDI) tahun 2013 tentang

kemampuan membaca tingkatan melek huruf menyebutkan bahwa Indonesia

peringkat ke-121 dari 186 negara dan 8 negara-teritori. Angka buta aksara terus

menurun dan secara nasional tinggal 4,53 persen atau sekitar 3,6 juta jiwa dengan

kelompok usia 15-59 tahun (care4kidsindonesia.org, 03/04/2014). Data tersebut

dapat diketahui mengapa bangsa Indonesia ini tidak segera berkembang, karena

3,6 juta orang belum bebas dari buta huruf. Meskipun angka buta aksara terus

menurun, namun hal ini masih menjadi masalah besar bagi kita semua dan sebagai

akademis, kita mempunyai peran penting dalam menyelesaikan masalah tersebut

demi Indonesia yang lebih baik.

Beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya minat

baca mempengaruhi kemampuan membaca seseorang, sehingga kemampuan

membaca masyarakat Indonesia selalu berada di posisi paling rendah. Rendahnya

kemampuan membaca dikhawatirkan Indonesia tidak mampu bersaing di dunia

global. Kualitas SDM sangat terkait dengan kemampuan membaca tingkat paling

tinggi yaitu membaca kritis. Kemampuan membaca yang harus segera dibangun

pada saat ini adalah tingkat mahasiswa, karena ternyata mahasiswa diketahui

masih banyak yang belum mampu membaca kritis sedangkan mahasiswa sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

4

sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan ide dan pendapatnya untuk

membangun bangsa ini.

Kegiatan membaca kritis berhubungan dengan kegiatan berpikir kritis.

Menurut Beck & Dole (dalam Burn, 1984) kemampuan berpikir kritis adalah

kemampuan mengolah bahan bacaan untuk menemukan makna, baik yang tersurat

maupun yang tersirat melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, menilai,

dan menciptakan. Berkaitan dengan paparan tersebut, maka kemampuan membaca

kritis mahasiswa harus ditingkatkan. Di samping itu, kemampuan membaca

tingkat pendidikan dasar dan menengah juga harus terus dikembangkan. Jika

hanya memiliki kemampuan membaca melek huruf tanpa mampu menyerap

informasi, daya saing Indonesia dengan negara lain akan terus rendah dan bangsa

Indonesia tidak mampu keluar dari kebodohan dan kemiskinan.

Mengembangkan kemampuan membaca mahasiswa harus dipilih jenis

bacaan yang menambah ilmu pengetahuan. Pembaca kritis dituntut untuk

mengetahui seluruh isi bacaan. Selain itu, pembaca kritis juga harus menemukan

alasan-alasan mengapa penulis mengatakan hal tersebut dan pembaca harus

mampu memberi tanggapan terhadap isi bacaan baik kekurangan maupun

kelebihan teks. Seseorang yang mampu memberi kritikan terhadap apa yang telah

dibaca, berarti orang tersebut berpikir kritis. Dam dan Volman (2004)

menekankan bahwa berpikir kritis adalah kompetensi wajib bagi mahasiswa. Oleh

karena itu, penelitian ini akan mengambil sampel dari mahasiswa semester VI

kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Univeritas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

5

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas A PBSI

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dengan alasan (a) tidak lama lagi

mahasiswa akan lulus dan memasuki dunia kerja serta diharapkan menjadi

pendidik, (b) setiap hari aktivitas mahasiswa mengenai ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan (c) meskipun belum menjadi budaya baca, aktivitas mahasiswa

adalah membaca untuk menyerap dan mengkritisi informasi. Mahasiswa semester

VI kelas A dipilih sebagai subjek penelitian karena masih ada kesempatan untuk

meningkatkan kemampuan membaca kritis, apabila kemampuan yang dimiliki

saat ini masih rendah.

Berdasarkan masalah-masalah yang sudah dipaparkan, maka perlu adanya

strategi pembelajaran untuk kemampuan membaca kritis. Penelitian ini akan

menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang

berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan

menginterpretasi (Narbuko dan Achmadi, 2007:44). Tujuan penelitian deskriptif

adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi, 2008:75).

Strategi pembelajaran yang akan dibuat disesuaikan dengan kondisi

mahasiswa berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca

kritis. Oleh karena itu, peneliti memilih topik dengan judul “Strategi

Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan

Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

6

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Univesitas Sanata Dharma,

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

tahun ajaran 2015?

2. Bagaimana kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?

3. Bagaimana strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis bagi mahasiswa

semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program

Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta tahun ajaran 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

7

2. Mendeskripsikan kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

3. Mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis bagi

mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun penjabaran

manfaat penelitian sebagai berikut yakni :

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi dan kemampuan

membaca kristis mahasiswa dalam perkuliahan di kampus dan kemampuan

tersebut dapat diterapkan dalam dunia pendidikan apabila suatu saat mereka

menjadi pendidik.

2. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti lain

untuk dapat mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan kemampuan

membaca kritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

8

1.5 Batasan Istilah

Adapun batasan istilah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Membaca

Membaca adalah perkembangan keterampilan yang bermula pada kata dan

berlanjut kepada membaca kritis (Harjasujana dan Mulyati, 1997:5-25, dalam

Dalman, 2013:6).

2. Membaca kritis

Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan

menilainya. Pembaca tidak sekedar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-

sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan

nuansa dan arti. Membaca secara kritis berarti kita harus mampu membaca secara

analisis dengan melakukan penilaian. Dalam membaca harus ada interaksi penulis

dengan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk

pengertian baru (Soedarso, 2005:71-72).

3. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah kegiatan pengajaran untuk memikirkan dan

mengupayakan terjadinya konsentrasi antara aspek-aspek dan komponen

menggunakan siasat tertentu (Mujiono, 1992, dalam Iskandarwassid, 2011:8).

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian deskripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu (I) pendahuluan, (II)

landasan teori, (III) metodologi penelitian, (IV) hasil penelitian dan pembahasan,

dan (V) penutup. Bab pertama terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

9

penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab

dua terdiri atas penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori, kerangka berpikir.

Bab III terdiri atas jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data,

instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. Bab VI terdiri

atas dekripsi pelaksanaan penelitian data, analisis data, dan pembahasan. Bab V

terdiri atas kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti bersumber dari penelitian

terdahulu yang telah dilakukan oleh penelitian lain. Peneliti beracuan pada

penelitian yang berhubungan dengan membaca kritis. Penelitian yang masih

relevan dengan penelitian ini ada dua penelitian. Peneliti menemukan dua topik

penelitian mengenai membaca kritis yang berjudul “Tingkat Kemampuan

Membaca Kritis Siswa SMA N Kelas XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta” oleh Desy

Sagitaria. Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tingkat

kemampuan membaca kritis siswa SMA N Kelas XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta

masih rendah. Hal itu terjadi karena strategi pembelajaran kurang bervariasi,

kemampuan membaca kritis belum diperhatikan, dan hasil belajar siswa masih

kurang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, setelah peneliti melakukan tes

dua kali dapat diketahui hasil kemampuan membaca kritis siswa meningkat.

Tingkat kemampuan membaca kritis siswa berada di tingkat sedang dan guru

masih harus terus membantu untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis

siswa.

Penelitian kedua yaitu “Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis Dengan

Metode Inquiri Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013” oleh Natalia Staffiany Devyta Sari. Dari penelitian

yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa membaca kritis itu tidak mudah bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

11

siswa SMA. Ada pun hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan membaca kritis

sebagai berikut: banyak siswa yang tidak berkonsentransi saat membaca, bahan

bacaan yang digunakan dalam membaca kritis terlalu panjang, siswa bermalas-

malasan membaca, dan lebih suka membicarakan hal lain diluar topik

pembelajaran. Oleh karena itu, hasil yang dicapai oleh siswa tidak maksimal.

Namun, berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

metode inquiri dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis para siswa.

Berdasarkan penelitian tersebut, yang pernah dilakukan oleh penelitian lain, maka

peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai strategi pembelajaran kemampuan

membaca kritis pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia semester VI

kelas A Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan alasan lulusan

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia diharapkan akan menjadi pendidik sehingga

kemampuam membaca kritis mahasiswa harus baik.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain memberikan

gambaran, bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini masih relevan

dan masih berguna untuk diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, peneliti melakukan

penelitian yang berjudul “Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis

Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada

Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

12

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Hakikat Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya

untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti

membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks bacaan. Farr

(1984:5) mengemukakan “reading is the heart of education” yang artinya

membaca merupakan jantung pendidikan. Melalui membaca orang akan

memperoleh pengetahuan dan memiliki wawasan yang luas sehingga pola pikir

manusia akan berkembang.

Pengertian di atas sejalan dengan pendapat Harjasunjana dan Mulyati,

1997:5-25 (dalam Dalman, 2013:6), membaca merupakan perkembangan

keterampilan yang bermulai dari kata dan berlanjut kepada membaca kritis. Mula-

mula orang hanya membaca kata per kata lalu kalimat untuk memahami isi dan

mulai berpikir tentang informasi yang telah dibacanya. Rusyana (1984:190)

mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-pola bahasa dalam

penamilannya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.

Klein, dkk. (dalam Rahim, 2005:3) mengemukakan bahwa membaca

mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses, artinya informasi dari

teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang

utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategi, artinya

pembaca yang efektif mengunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan

teks dan konteks dalam rangka mengkontruk makna ketika membaca. Ketiga,

membac interaktif, artinya keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

13

konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan

menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks dibaca seseorang harus

mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Berdasarkan

uraian tersebut dapat dikatakan membaca merupakan proses memahami kata dan

memadukan arti kata dalam kalimat dalan struktur bacaan, sehingga pembaca

mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum

isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.

Burn, Rose, dan Ross (dalam Dalman, 2013:7) menyatakan bahwa

membaca suatu proses. Maksudnya kegiatan membaca itu terdiri atas proses

membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan

membaca, sedangkan produk membaca adalah komunikasi pikiran dan perasaan

penulis pada pembaca. Pendapat lain yang sesuai dengan pengertian di atas yaitu

membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untuk memperoleh yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-

kata/bahasa tulis (Tarigan, dalam Dalman, 2013:7). Berdasarkan pendapat para

ahli di atas dapat disimpulkan membaca adalah suatu proses kegiatan yang

dilakukan seseorang untuk memahami pesan atau memperoleh informasi secara

tertulis.

2.2.2 Faktor Membaca

Secara umum, dalam membaca terdapat faktor-faktor yang menunjang

kesuksesan. Faktor membaca menurut Lamb dan Arnol (dalam Rahim, 2007:6)

ada 3 yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

14

a. Faktor Fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan

jenis kelamin. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan

neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangan matang secara fisik

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

b. Faktor Intelektual dapat disebut juga istilah intelegensi. Istilah intelegensi

didefinisikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang

esensidal tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara

umum ada hubungan antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan

rata-rata peningkatan remedial membaca. Tingkat intelegensi membaca itu

sendiri pada hakikatnya proses berpikir dan memecahkan masalah. Dua orang

yang berbeda IQnya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan

membacanya.

c. Faktor Lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca seseorang.

Faktor lingkungan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Latar belakang dan pengalaman anak di rumah: lingkungan dapat membentuk

pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah juga

mempengaruhi probadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi

itu pada gilirannya dapat membentuk anak dan dapat juga menghalangi anak

belajar membaca. Seorang anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang

harmonis, rumah yang penuh cinta kasih, tidak akan menemukan kendala yang

berarti dalam membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga

penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

15

suatu kegiatan yang bermakna, pengalaman masa lalu anak-anak

memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.

2. Faktor sosial ekonomi orang tua dan lingkungan tetangga merupakan faktor

yang membentuk lingkungan rumah anak. Beberapa penelitian memperlihatkan

bahwa status sosial ekonomi anak semakin tinggi kemampuan verbal anak

tersebut. Anak-anak yang yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang

dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak untuk

berbicara mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak tersebut.

3. Faktor psikologis juga mempengaruhi kemampuan membaca anak. Faktor ini

mencakup hal-hal seperti motivasi, minat, kematangan sosio, emosi, dan

penyesuasian diri.

Faktor membaca di atas sejalan dengan pendapat Johnson dan Pearson

(dalam Amna, dkk, 2013:3) yang menyatakan bahwa faktor membaca dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah yang ada dalam diri pembaca. Faktor yang berada di

dalam diri pembaca meliputi motivasi baca, sikap dan minat pembaca, kebiasaan

membaca, kondisi emosi, kondisi kesehatan, pengetahuan/pengalaman yang

dimiliki sebelumnya, pengetahuan tentang cara membaca, ketertarikan,

kebermanfaatan, tingkat intelegensi pembaca, dan penguasaan bahasa.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah yang ada di luar pembaca (eksternal). Faktor di luar

pembaca yaitu latar belakang sosial ekonomi dan tidak tersedianya bahan bacaan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

16

suasana lingkungan dan waktu, teks, pengaruh budaya lisan, dan pengaruh media

elektronik. Berdasarkan kedua pendapat di atas, peneliti menggunakan faktor

membaca menurut Johnson dan Pearson.

2.2.3 Jenis-Jenis Membaca

Terdapat dua jenis membaca yaitu membaca nyaring dan membaca senyap

(dalam hati). Tarigan (1982:23) menyatakan membaca nyaring adalah suatu

aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca

bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau

memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Saat membaca,

pembaca mengeluarkan suara sehingga orang lain bisa mendengarkannya.

Pendapat lain yang sesuai dengan pengertian di atas yaitu pendapat Dalman

(2013:48), menyebutkan membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan

mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa

dengan suara yang cukup keras.

Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa

gerakan bibir, dan pembaca hanya diam atau membaca di dalam hati. Tarigan

(1994:30) mengemukakan dalam membaca senyap, pembaca hanya menggunakan

ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Definisi tersebut

dapat dikatan bahwa memabaca senyap adalah kegiatan membaca yang dilakukan

dengan tanpa menyarakan isi bacaan yang dibacanya. Membaca senyap atau

dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

17

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi

sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif

ini meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Tarigan

(1994:36) mengemukakan membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti,

dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas

yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif

ini meliputi membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Adapun membaca

telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis,

membaca ide, dan membaca kreatif. Membaca telaah bahasa meliputi membaca

bahasa dan membaca bahasa. Berdasarkan jenis-jenis membaca di atas, dalam

penelitian ini akan lebih mendalam membahas mengenai membaca kritis.

2.2.4 Hakikat Membaca Kritis

Membaca kritis merupakan level tertinggi dari membaca pemahaman.

Tarigan, 2008:91 (dalam Hagaman, J.L. dkk. 2010), kemampuan membaca

pemahaman merupakan dasar bagi membaca kritis. Membaca pemahaman

terdapat tiga level, yaitu (1) pemahaman literal, pembaca memahami ide dan

informasi yang tertera langsung dalam teks, (2) pemahaman interpretatif, pembaca

memahami ide dan informasi yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks,

dan (3) pemahaman kritis, pembaca dituntut untuk menganalisis, mengevaluasi,

memberi tanggapan terhadap informasi dalam teks. Pernyataan tersebut

maksudnya yaitu saat membaca, kita juga harus berpikir kritis tentang pesan

penulis dan memberi apresiasi dengan memberi tanggapan mengenai tulisannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

18

Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan

menilainya. Pembaca tidak sekadar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-

sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan

nuansa dan arti. Membaca kritis berarti kita harus mampu membaca secara

analisis dan dengan menilai. Membaca harus merupakan interaksi antara penulis

dan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk

pengertian baru (Soedarso, 2005:71-72). Dalam membaca kritis ini pembaca tidak

hanya sekedar memahami isi bacaan, namun pembaca dituntut untuk berpikir,

menilai, dan membuat batasan-batasan. Penilaian terhadap bacaan bisa berupa

kelebihan dan kekurangan sebuah teks. Penilain ini juga sangat bermanfaat untuk

penulis dan pembaca lain.

Pengertian membaca kritis di atas sejalan dengan pendapat Albert (dalam

Tarigan, 2008:92) menyebutkan bahwa membaca kritis adalah sejenis membaca

yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, serta

analistis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Pendapat lain yang sama

menyebutkan membaca kritis merupakan proses membaca yang bertujuan untuk

memberikan penilaian terhadap suatu karya tulis dengan jalan melibatkan diri

sebaik-baiknya ke dalam bacaan itu dan membuat analisis yang diandalkan

Harjasujana, 2005: 11 (dalam Pujiono, 2008:5).

Meskipun pembaca boleh menilai terhadap bacaan tetapi tidak berarti

penilaian itu berisi kekurangan seutuhnya. Pembaca harus membandingkan,

menganalisis, menilai, dan memberi opini dan fakta dari penulis. Pembaca

menghargai pendapat penulis, memberi evaluasi dan menginterpretasi tulisan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

19

berdasarkan realitas, dan menolak yang tidak sesuai dengan fakta. Dalam

membaca, pembaca harus mengikuti jalan pikiran penulis dengan (1) cepat, (2)

akurat, dan (3) kritis.

Pujiono (2008), membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah

bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan,

baik makna tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal,

memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Mengolah secara kritis

artinya dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya menangkap makna

yang tersurat (makna baris-baris bacaan, atau istilahnya (reading the lines), tetapi

juga menemukan makna antarbaris (reading between the lines), dan makna di

balik baris (reading beyond the lines).

Membaca kritis tidak hanya memahami arti yang tersurat dalam teks, tetapi

juga untuk membaca hal-hal yang tersirat. Dengan kata lain, membaca pesan yang

tidak secara gamblang ditulis oleh penulis. Maka pembaca juga harus berpikir

kritis tentang pesan penulis, mengapa penulis memberi pesan tersebut dan

bagaimana penulisan menyampaikan pesan melalui teks. Membaca sambil

berpikir kritis dapat mengetahui tujuan penulis menyampaikan pesan dan

pembaca dapat membantu menentukan apakah teks itu baik atau buruk.

Kemampuan membaca kritis diperlukan untuk menentukan nilai bahan bacaan

layak dibaca atau tidak.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, membaca kritis adalah

kegiatan membaca yang menuntut pembaca untuk mengetahui seluruh isi bacaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

20

baik yang tersurat maupun tersirat melalui proses menginterpretasi, menerapkan

konsep-konsep, menganalisis, menyimpulkan, menilai, dan memproduksi.

2.2.5 Aspek Membaca Kritis

Seseorang dikatakan mampu membaca kritis apabila seseorang itu dapat

memberi tanggapan atau mengomentari isi suatu bacaan. Melalui tanggapan

tersebut berarti ia telah berpikir kritis.

Berpikir kritis berasal dari dua kata dasar dalam bahasa Latin yakni

“kriticos” yang berarti penilaian yang cerdas (discerning judgment) dan

“criterion” yang berarti standar (Paul dkk, http://www.criticalthinking.org/

schoolstudy.htm). Kegiatan kritis ditandai dengan menganalisis secara cermat

untuk menilai teks dengan objektif. Emilia (2007) menyebutkan berpikir kritis

berarti berpikir untuk menghasilkan penilaian, pendapat atau evaluasi yang

objektif dengan menggunakan standar evaluasi yang tepat untuk menentukan

kebaikan, manfaat serta nilai sesuatu. Pendapat lain yang sama yaitu berpikir

kritis merupakan kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi,

kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan

orang lain (Johnson, 2006:181, dalam Sari, 2010:10). Kesimpulan dari pengertian

diatas berpikir kritis adalah sutu kegiatan menganalisis, mengevaluasi dan

memberi penilaian secara objektif dengan bukti yang logis. Tujuan berpikir kritis

yaitu untuk memahami lebih mendalam mengenai suatu bacaan baik tersirat

maupun tersurat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

21

Tarigan (2005:93) mengungkapkan bahwa membaca kritis menuntut

pembaca agar:

a. Memahami maksud penulis

Saat membaca serta memahami maksud penulis, pembaca perlu mencari paragraf

pendahuluan suatu pernyataan mengenai maksud penulis dan uraian penjelasan

terhadap maksud tersebut. Memperhatikan bagaimana cara penulis menentukan

ruang lingkup pembicaraan. memperhatikan dengan saksama bagaimana cara

penulis menentukan organisasi serta penyajian bahan, dan mencari maksud yang

tersirat yang tersembunyi dalam bacaan.

b. Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis

Pembaca harus yakin bahwa membaca untuk memahami informasi sebelum

mengutarakan pendapat. Pemahaman selalu mendahului penilaian. Untuk dapat

menilai, pembaca perlu menganalisis asumsi-asumsi dan praduga-praduga kita

sendiri untuk mengetahui apakah kita sebagai pembaca berpikir secara jelas dan

objektif atau tidak.

c. Memahami organisasi dasar tulisan

Membaca secara keseluruhan dan memahami setiap bagian penyajian, yaitu

pendahuluan, isi, dan kesimpulan.

d. Menilai penyajian pengarang

Selaku pembaca yang kritis, kita harus mampu menilai, mengevaluasi penyajian

bahan penulis. Kita harus dapat menemukan pokok masalah. Adapun segi-segi

yang dinilai yaitu segi informasi, logika, bahasa, kualifikasi, dan sumber

informasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

22

e. Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari

Pembaca yang teliti dan kritis terus menerus akan mengevaluasi ide-ide yang

disajikan pada mereka, terutama sekali untuk melihat apakah ide-ide yang

menarik perhatian, memberi pertimbangan dan penilaian dan mengambil

pendapat-pendapat mengenai hal-hal yang penting.

f. Meningkatkan minat membaca

Untuk meningkatkan minat membaca, perlu sekali kita berusaha menyediakan

waktu untuk membaca dan memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-

norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetik, sastra, dan moral.

g. Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan

Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan yaitu bahan yang bermanfaat yang

memenuhi kebutuhan dan tidak menyia-nyiakan waktu. Adapun prinsip tersebut

yaitu (a) buku-buku yang pantas dibaca. Buku-buku dan majalah-majalah yang

memberi laporan, menafsirkan, mengilhami, atau memperkarya kehidupan

disamping memberi hiburan. Pilihan-pilihan tersebut dapat ditemui dalam karya

tulis. Kalau buku tidak memenuhi salah satu atau lebih dari fungsi-fungsi tersebut,

maka buku tersebut hampir tidak patut mendapat pertimbangan dan waktu yang

serius. (b)Norma-norma kritik. Norma-norma digunakan untuk mengukur

kebaikan-kebaikan suatu buku, film atau acara televsi sebelum dipublikasikan.

Adapaun hal-hal yang dapat dipertimbangan dan dipikirkan dibawah tiga judul,

yaitu norma estetik, sastra, dan moral.

Saat membaca kritis seseorang harus memiliki beberapa keterampilan yaitu

memahami ide pokok baik yang tersurat maupun tersirat, mengetahui tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

23

penulis, menganalisis fakta dan opini, mengevaluasi tulisan, menyimpulkan dan

menilai.

Pujiono (2008) dalam “Kunci Sukses Membaca Kritis” ada 16 keterampilan

dalam membaca kritis yaitu (1) Keterampilan menemukan informasi faktual

(detail bacaan), (2) Keterampilan menemukan ide pokok yang tersirat, (3)

Keterampilan menemukan unsur urutan, unsur perbandingan, unsur sebab akibat

yang tersirat, (4) Keterampilan menemukan suasana (mood), (5) Keterampilan

membuat simpulan, (6) Keterampilan menemukan tujuan pengarang, (7)

Keterampilan memprediksi (menduga) dampak, (8) Keterampilan membedakan

opini dan fakta, (9) Keterampilan membedakan realitas dan fantasi, (10)

Keterampilan mengikuti petunjuk, (11) Keterampilan menemukan unsur

propaganda, (12) Keterampilan menilai keutuhan gagasan, (13) Keterampilan

menilai kelengkapan antargagasan, (14) Keterampilan menilai kesesuaian dan

keruntutan antargagasan, (15) Keterampilan menilai kesesuai antara judul dan isi

bacaan, dan (16) Keterampilan membuat kerangka bacaan.

Uraian di atas sejalan dengan aspek-aspek yang dikemukakan Nurhadi

(2010:145-181). Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki pembaca kritis

yaitu

a. Kemampuan mengingat dan mengenali

Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam kemampuan mengingat

dan mengenali meliputi: kemampuan mengenali ide pokok paragraf, mengenali

tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya, menyatakan kembali gagasan utaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

24

bacaan, menyatakan kembali fakta-fakta atau detail bacaan, dan pembanding,

unsur hubungan sebab akibat, karakter tokoh, dan sebagainya.

b. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat

Seorang pembaca kritis harus menyadari bahwa penulis tidak hanya

mengungkapkan gagasan secara tersurat tetapi juga secara tersirat. Untuk

menggali makna tersebut diperlukan kepekaan interpretasi. Pembaca harus

mampu dengan sendirinya menafsirkan ide-ide pokok dan ide-ide pokok

penunjang yang secara eksplisit tidak dinyatakan oleh pengarangnya.

Kemampuan-kemampuan menginterpretasi sebagai berikut: kemampuan

menafsirkan ide pokok paragraf, menafsirkan gagasan utama bacaan, menafsirkan

ide-ide penunjang, membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, memahami secara

kritis hubungan sebab akibat, dan memahami secara kritis unsur-unsur

perbandingan.

c. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan

Seorang pembaca kritis tidak berhenti sampai pada aktivitas menggali

makna tersirat melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis, tetapi juga harus

mampu menerapkan konsep-konsep yang ada dalam situasi baru yang bersifat

problematis. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan sebagai

berikut: kemampuan mengikuti petunjuk dalam bacaan, menerapkan konsep-

konsep atau gagasan-gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang

problematis, menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang

dihadapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

25

d. Kemampuan menganalisis isi bacaan

Kemampuan menganalisis adalah kemampuan pembaca melihat komponen-

komponen atau unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan dalam

bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, kesimpulan-kesimpulan, pernyataan-

pernyataan dan lain sebagainya.

Kemampuan menganalisis isi bacaan meliputi: kemampuan memberikan

gagasan utama bacaan, memberikan detail-detail atau fakta-fakta penunjang,

mengklasifikasi fakta-fakta. dan membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam

bacaan.

e. Kemampuan membuat sintesis

Kemampuan membuat sintesis adalah kemampuan pembaca melihat

kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Sebuah teks bacaan, apapun

bentuknya, biasanya merupakan sebuah kesatuan gagasan atau pesan.

Kemampuan membuat kesimpulan sebagai berikut: kemampuan membuat

kesimpulan bacaan, mengorganisasi gagasan utama bacaan, menentukan tema

bacaan, menyusun kerangka bacaan, menghubungkan data-data sehingga

diperoleh kesimpulan, dan membuat ringkasan.

f. Kemampuan menilai isi bacaan

Seorang pembaca yang kritis harus mampu mengadakan penilaian-penilaian

terhadap keseluruhan isi bacaan melalui aktivitas-aktivitas mempertimbangkan,

menilai itu sendiri, dan mentukan keputusan-keputusan. Kemampuan menilai isi

bacaan meliputi kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok

paragraf atau bacaan secara keseluruhan, menilai dan menentukan bahwa sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

26

pernyataan adalah fakta atau sekedar opini, menilai dan menentukan bahwa

sebuah bacaan itu diangkat dari realitas ataukah fantasi pengarang, menentukan

tujuan pengarang dalam menulis karangannya, menentukan relevansi anatara

tujuan dengan pengembangan gagasan, menentukan keselerasan antara data yang

diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat, dan menilai keakuratan dalam

penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frase, atau penyusunan kalimatnya.

g. Kemampuan mencipta bacaan (menulis)

Kemampuan mencipta bacaan adalah kemampuan menyerap inti bacaan,

membuat rangkuman atau membuat kerangka bacaan yang disusun sebagai

tanggapan terhadap bacaan atau membuat kerangka bacaan yang betul-betul baru

berdasarkan pengetahuan dari bacaan, dan mengembangkan/ menulis berdasarkan

kerangka bacaan yang telah disusun.

Aspek-aspek yang dijelaskan Nurhadi di atas selaras dengan pemikiran

Bloom mengenai jenjang kognitif. Ada tujuh jenjang kognitif menurut Bloom dan

Anderson (dalam Arifin, 2008:18) yaitu

a. Pengetahuan (Knowledge)

Menarik kembali informasi yang relevan yang tersimpan dalam memori

jangka panjang. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengingat dan

menyatakan kembali. Mengingat adalah ketika memori digunakan untuk

menghasilkan definisi, fakta, atau daftar, atau membacakan atau mengambil

materi. Menyatakan kembali adalah mengungkapkan lagi sesuai apa yang tertulis

dalam suatu teks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

27

b. Pemahaman (Comprehension)

Mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang

dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang

telah ada dalam pemikiran manusia, baik itu lisan, tulisan, dan dalam bentuk

grafik. Memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan,

memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi,

membandingkan dan menjelaskan.

c. Penerapan (Application)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau

mengerjakan tugas. Meliputi dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan

mengimplementasikan.

d. Analisis (Analysis)

Menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan

menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Mencakup

tiga macam proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasikan, dan

menemukan pesan tersirat (memberikan atribut).

e. Menyimpulkan (Syntesis)

Kemampuan untuk menempatkan bagian-bagian bersama-sama untuk

membentuk satu keseluruhan yang koheren, baru atau unik. Mencakup dua

macam proses kognitif yaitu menyimpulkan dan menyusun kembali

f. Menilai (Evaluasi)

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kategori dan standar yang ada.

Mencakup dua macam proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

28

g. Memproduksi (Creation)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan atau

menyusun unsur-unsur untuk membentuk sebuah ide baru, atau membuat produk

sendiri. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan,

dan memproduksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang aspek kemampuan membaca

kritis, maka peneliti memilih teori taksonomi Bloom dan dipadukan dengan teori

Nurhadi mengenai aspek kemampuan membaca kritis guna melakukan penelitian.

Adapun aspek membaca kritis yaitu (1) kemampuan mengenali dan mengingat ,

(2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis isi

bacaan, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi.

2.2.6 Hakikat Strategi Pembelajaran

Wiranataputra, 2010 (dalam Iskandarwassid, 2011:6) menyatakan strategi

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan

para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Pengertian di atas sejalan dengan Mujiono, 1992 (dalam Iskandarwassid,

2011:8) yang mengemukakan strategi pembelajaran yaitu kegiatan pengajaran

untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsentrasi antara aspek-aspek

dan komponen menggunakan siasat tertentu. Sistem intruksional merupakan suatu

kegiatan , maka dalam pemikiran dan pengupayaan pengkonsistensian aspek-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

29

aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat

dilaksanakan.

Kedua pendapat tersebut berbeda dengan yang dikemukakan oleh Zaini dan

Bahri 2003 (dalam Iskandarwassid, 2011:8), strategi pembelajaran mempunyai

pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai

sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa

diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam

mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas, strategi pembelajaran yaitu

kiat-kiat yang digunakan pengajar mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2.7 Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran

Subyantoro dkk. 2014 (dalam Iskandarwassid, 2011:11) mengungkapkan

jenis-jenis utama strategi belajar dilihat dari karakteristik belajar setiap individu

yaitu:

a. Strategi Mengulang

Strategi mengulang terdiri atas mengulang sederhana dan mengulang

kompleks. Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca

ulang materi tertentu dan hanya untuk menghafal saja. Strategi mengulang

kompleks adalah menggarisbawahi ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan

menulis kembali inti informasi yang telah diterima merupakan bagian dari

kegiatan mengulang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

30

b. Strategi Elaborasi

Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan

PQ3R. PQ3R singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat), question

(bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca) , reflect (merefleksi), recite

(mennayakan pada diri sendiri), dan review (mengulang secara menyeluruh).

Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi

baru akan menjadi lebih bermakna. Strategi ini membantu pemindahan informasi

baru dari memori jangka pendek ke jangka panjang.

c. Strategi Organisasi

Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah

menjadi bagian yang lebih kecil. Bentuk strategi organisasi ini yaitu outlining,

membuat garis besar yakni menghubungkan berbagai macam topik atau ide

dengan beberapa ide utama. Mapping, lebih dikenal dengan pemetaan konsep.

d. Strategi Metakognitif

Metagonitif berhubungan dengan peserta didik tentang berpikir mereka

sendiri dan kemampuan menggunakan strategi belajar dengan tepat. Metakognisi

memiliki dua komponen, yakni pengetahuan tentang kognisi dan mekanisme

pengendalian atau monitoring kognisi.

Selain strategi di atas terdapat pula strategi membaca menurut Wainwright

(2007: 78-80) yaitu strategi PACER. Langkah-langkah untuk strategi PACER

sebagai berikut:

a. Preview (meninjau), membaca sepintas lalu untuk mengenali struktur bacaan,

pokok-pokok pikiran, relevansi, dsb.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

31

b. Assess (menaksir), tujuan membaca dan materi bacaan.

c. Choose (memilih), teknik yang tepat.

d. Expedite (mempercepat), peringatan untuk meningkatkan kembali kecepatan

membaca setelah tertahan bagian yang sulit.

e. Review (meninjau ulang), membaca sepintas lalu untuk memastikan tidak ada

yang terlewatkan dan/atau untuk memperkuat pokok-pokok pikiran yang harus

diingat.

Selain strategi yang sudah dijelaskan di atas, Ngalimun (2014:61-63) juga

mengungkapkan strategi SQ3R untuk mengembangkan kemampuan membaca

kritis. SQ3R merupakan strategi membaca yang terdiri dari lima langkah yaitu

a. Survey (prabaca), strategi untuk mengenal bahan sebelum membaca secara

lengkap untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum dengan melihat judul,

subjudul, dan sebagainya.

b. Question, mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan

mengubah judul atau subjudul menjadi kalimat tanya. Bisa menggunakan kata

siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.

c. Read, membaca keseluruhan bahan bacaan. Baca bagian demi bagian sambil

mencari jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat pada langkah ke-2. Pada

tahap ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokok dan detail penting.

d. Recite, Setelah selesai membaca, berhentilah sejenak. coba jawab pertanyaan

atau sebutkan hal-hal penting bagian tersebut dan bila diperlukan buat catatan.

Bila belum paham, ulangi membaca bagian tersebut sekali lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

32

Strategi KWL singkatan dari What I Know (apa yang ingin saya ketahui),

What Do I Want to Learn (apa yang ingin saya pelajari), dan What I Learned

(apa yang telah saya pelajari). Scarcella (dalam Rahim, 2007:36-47) menyatakan

bahwa K-W-L berguna untuk penjelajahan sebuah topik dan isi bacaan secara

cepat. Keistimewaan K-W-L ialah memungkinkan pembaca menjajaki sebuah

topik melalui multiple perspektif. Strategi ini menekankan pada pentingnya latar

belakang pengetahuan pembaca. Langkah pembalajaran menggunakan KWL

adalah sebagai berikut.

a. Langkah Whot I Know mencakup empat langkah, yaitu:

1) Membimbing mahasiswa menyampaikan ide-ide tentang topik bacaan yang

akan di baca.

2) Mencatat ide-ide mahasiswa tentang topik yang akan dibaca

3) Mengatur diskusi tentang ide-ide yang diajukan mahasiswa, dan

4) Memberikan stimulus atau penyelesaian contoh mengenai kategori ide.

b. Langkah What Do I Want to Learn mencakup dua langkah, yaitu:

1) Membimbing mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

terkait dengan topik bacaan, dan

2) Membimbing mahasiswa untuk membuat skala prioritas tentang pertanyaan-

pertanyaan yang benar-benar mereka inginkan jawabannya.

c. Langkah What I Learned, dosen membimbing mahasiswa menuliskan kembali

apa yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri.

Namun, karena penelitian ini adalah mahasiswa yang telah memiliki bekal

kemampuan yang relatif sudah cukup, strategi yang dibutuhkan oleh mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

33

bukan lagi strategi sejenis PQ4R, PACER, SQ3R, atau KWL. Strategi yang

dibutuhkan oleh mahasiswa adalah (a) mengenali dan mengingat, (b) memahami

isi bacaan, (c) menerapkan konsep-konsep, (d) menganalisis isi bacaan, (e)

membuat kesimpulan, (f) menilai, dan (g) memproduksi. Strategi inilah yang

dipergunakan untuk pembelajaran kemampuan membaca kritis.

2.2.8 Teori Skala Likert

Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang mengenai suatu gejala atau

fenomena (Sumanto, 2014:102). Pendapat tersebut sejalan dengan Riduwan

(2002:12) mengemukakan skala likert digunakan untuk mengikur sikap, pendapat

seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pernyataan skala

likert terdapat dua bentuk pernyataan, yaitu bentuk pernyataan positif yang

berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan bentuk pernyataan negatif yang

berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap.

Dalam menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi subvariabel kemudian

subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.

Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk

membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu

dijawab oleh responden. Di bawah ini akan dijabarkan kategori interpretasi skor

yakni:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

34

Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca

Rentang Skor Kategori

0% - 20% Sangat Rendah

21% - 40% Rendah

41% - 60% Cukup

61% - 80% Tinggi

81% - 100% Sangat Tinggi

Dalam skala likert, kemungkinan tidak sekedar “setuju” dan “tidak setuju”,

melainkan dibuat lebih banyak kemungkinan jawabannya, yaitu 5 = Sangat Setuju

(SS), 4 = Setuju (S), 3 = Tidak Memiliki Pilihan (TMP), 2 = Tidak Setuju (TS),

dan 1 = Sangat Tidak Setuju(STS). Skala ini pada dasarnya memperoleh dari data

kualitatif yang dikuantitatifkan. Adapun cara mengerjakan skala likert menurut

Suharso (2009:44) adalah:

1. Mengumpulkan sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti. Responden diwajibkan memilih salah satu dari

sejumlah kategori jawaban yang tersedia. Kemudian masing-masing jawaban

diberi penilaian tertentu (misalnya 1,2,3,4,5).

2. Membuat nilai total untuk setiap responden dengan menjumlah nilai untuk

seluruh jawaban.

3. Menilai kekompakkan antarpernyataan. Caranya dengan membandingkan

jawaban antara dua responden yang mempunyai skor total yang sangat

berbeda, tetapi memberikan jawaban yang sama untuk pernyataan tersebut.

Pernyataan tersebut dinilai tidak baik, sehingga harus dikeluarkan (tidak

digunakan untuk mengukur konsep yang diteliti).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

35

4. Pernyataan yang kompak dijumlahkan untuk membentuk variabel baru dengan

menggunakan teknik summated rating.

2.2.9 Teori Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi (Rangkuti, 2003:18). Asumsi dasar yang melandasinya

adalah bahwa organisasi harus menyelaraskan aktivitas internalnya dengan realita

eksternal agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengertian tersebut sejalan

dengan pendapat Susanto (2014:131) menyatakan analisis SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah perangkat analisa yang sangat

populer, terutama untuk kepentingan perumusan strategi.

SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan) dan Weaknesses

(kelemahan) internal dari mahasiswa serta Opportunities (peluang), dan Threats

(ancaman) yang dihadapi mahasiswa. Pearce dan Robinson (2013:156)

mengungkapkan analisis SWOT adalah teknik historis yang terkenal untuk

menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategi. Analisis ini

didasarikan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian”

yang baik antara sumber daya internal mahasiswa (kekuatan dan kelemahan)

dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan

memaksimalkan kekuatan dan peluang mahasiswa serta meminimalkan

kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini

memiliki implementasi yang bagus dan mendalam bagi desain dan strategi yang

berhasil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

36

Sagala (2007:140) juga mengemukakan analisis SWOT adalah salah satu

tahap dalam manajemen strategi yang merupakan pendekatan analisis lingkungan.

Penelitian Peluang tidak akan berarti apabila pengajar tidak mampu

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Penelitian analisis SWOT ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor membaca

yang dimiliki mahasiswa.

Kekuatan (Strengths) merupakan keunggulan yang dimiliki oleh mahasiswa

sehingga mampu membaca kritis sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau

kekurangan mahasiswa sehingga menjadi hambatan dalam membaca kritis.

Peluang adalah situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan mahasiswa

sedangkan ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam

lingkungan mahasiswa. Dengan demikian, perencanaan strategi pembelajaran

kemampuan membaca kritis disesuaikan dengan hasil analisis faktor membaca

yang di analisis berdasarkan SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman) dan sudah dikaitkan dengan hasil tes kemampuan membaca kritis.

2.3 Kerangka Berpikir

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor

membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta tahun ajaran 2015 dibuat dengan dasar kerangka berpikir sebagai

berikut: pertama, peneliti melakukan analisis kebutuhan dan mengumpulkan data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

37

mahasiswa dengan melakukan observasi, menyebarkan angket faktor membaca,

menyebarkan tes kemampuan membaca kritis dan wawancara.

Kedua, mencari teori yang mendukung untuk analisis data dan data-data

dianalisis. Faktor membaca dianalisis berdasarkan faktor internal dan faktor

eksternal. Terdapat 101 pernyataan (subindikator) dalam faktor membaca dan

diklasifikasi ke dalam 11 indikator faktor internal dan 3 faktor eksternal. Dalam

subindikator terdapat pernyataan positif dan pernyataan negatif. Hasil perhitungan

skala likert setiap subindikator diklasifikasi sikap positif dan sikap negatif.

Setelah diklasifikasi dianalisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman. Tes kemampuan membaca kritis diberikan untuk

mengukur tingkat kemampuan membaca kritis mahasiswa. Sebelum melakukan

analisis tes dilakukan perhitungan indek tingkat kesulitan butir soal untuk

mengetahui apakah butir soal layak atau tidak layak. Setelah diketahui soal layak

maka dilakukan perhitungan nilai masing-masing mahasiswa dan cari rata-rata

nilai mahasiswa dan dimasukkan ke dalam kategori penilaian. Secara khusus

peneliti juga melakukan analisis setiap aspek kemampuan membaca kritis yaitu

mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menerapkan konsep-konsep,

menganalisis, membuat kesimpulan, menilai, dan memproduksi. Analisis ini

untuk mengatahui aspek apa saja yang sudah mampu mahasiswa capai dan aspek

yang belum mampu mahasiswa capai. Kemudian aspek tersebut dikaitkan dengan

analisis SWOT.

Ketiga, menentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca

berdasarkan hasil observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

38

kemampuan membaca kritis dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara.

Strategi pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca

kritis mahasiswa. Secara lebih ringkas strategi pembelajaran kemampuan

membaca kritis dapat dilihat pada skema sebagai berikut.

Skema 3.1 Kerangka Berpikir

Strategi Pembelajaran

Kemampuan Membaca Kritis

Faktor Membaca Tes Kemampuan Membaca Kritis

Analisis SWOT

Strategi Pembelajaran Sesuai Aspek

Kemampuan Membaca Kritis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Sekaran (2006:158-162)

mengungkapkan penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi

mampu dalam menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi.

Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Suprapto, (2013:13) yang

menyatakan penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap status, sikap,

pendapat kelompok individu, perangkat kondisi dan prosedur, suatu sistem

pemikiran atau peristiwa dalam rangka membuat deskripsi atau gambaran secara

sistematik dan analik yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah

aktual pada masa kini.

Narbuko dan Achmadi (2007:44) mengungkapkan penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada

sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan

menginterpretasi. Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan

penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan karakteristik masalah

yang sesuai dengan kondisi dan situasi subjek penelitian secara aktual. Penelitian

ini melalui proses penyajian data, menganalisis dan menginterpretasi.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau

daerah tertentu (Sumadi, 2008:75). Pernyataan tersebut juga di setujui oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

40

Narbuko dan Achmadi (2007:44) yang menyatakan tujuan penelitian deskriptif

untuk pemecahan masalah secara sistematika dan faktual mengenai fakta-fakta

dan sifat-sifat populasi.

Peneliti menggunakan penelitian ini bermaksud untuk mendeskipsikan

strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca

dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta tahun ajaran 2015.

3.2 Subjek Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa Semester VI kelas A Program

Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta tahun ajaran 2015 yang berjumlah 33 mahasiswa. Alamat kampus

tersebut di Mrican Tromolpos 29 Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dilakukan pada

bulan April 2015. Di awal penelitian dilakukan pengumpulan data dengan

menggunakan teknik observasi, angket, wawancara, dan tes kemampuan membaca

kritis.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan

nontes, berikut penjelasnya:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

41

a. Tes

Tes adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi kompetensi,

pengetahuan, dan keterampilan tentang peserta didik (Nurgiyantoro, 2010:105).

Tes ini digunakan peneliti untuk menilai kemampuan membaca kritis mahasiswa.

Data yang dikumpulkan adalah hasil kerja mahasiswa di setiap tes. Pengertian

tersebut sejalan dengan pendapat Suharso (2009:104), tes adalah untuk mengukur

ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan dasar atau prestasi seseorang

sebagai subjek dalam penelitian.

b. Nontes

Nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan

informasi tentang keadaan mahasiswa. Teknik nontes yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu

1. Angket (Kuesioner)

Angekt dilakukan untuk memperoleh analisis kebutuhan mahasiswa dalam

membaca kritis. Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan

sebelumnya untuk dijawab oleh reponden terpilih, dan merupakan suatu

mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan tepat

apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel penelitian (Suharso,

2009:89).

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk pegangan peneliti ketika mengadakan

pengamatan di kelas untuk mengetahui minat, sikap dan perilaku mahasiswa

dalam hal membaca kritis. Suharso (2009:101) mengungkapkan observasi adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

42

pengamatan yang dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan. Subjek (sebagai

responden dalam kuesioner atau wawancara) dapat diamati dalam lingkungan

kerja mereka sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan orang seperti studi, gerak-

gerik, kebiasaan dalam bekerja, pernyataan yang dibuat, ekspresi wajah yang

menunjukkan sukacita, arah, emosi lainnya, dan bahasa tubuh pun dapat diamati

(diobservasi). Faktor lingkungan yang lain, seperti: tata tuang, kedekatan

pengaturan kursi, dan sebagainya.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mahasiswa. Hal ini untuk mengetahui

pandangan mereka mengenai kemampuan membaca kritis. Suharso (2009:83)

mengungkapkan wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) kepada reponden guna menggali informasi atau data yang

diinginkan untuk kebutuhan penelitian, khususnya penelitian survei dan

eksplorasi.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu tes dan nontes. Instrumen

tes digunakan untuk mengukur kemampuan membaca kritis mahasiswa,

sedangkan instrumen nontes berupa angket, pertanyaan wawancara dan pedoman

observasi untuk mengetahui keaktifasan mahasiswa dalam membaca kritis.

1. Tes

Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah tek kemampuan membaca

kritis berupa pertanyaan dari bacaan yang telah diberikan kepada mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

43

Adapun kisi-kisi tes kemampuan membaca kritis dan butir soal tes dapat dilihat

pada lampiran 2.

2. Angket (Kuesioner)

Angket merupakan serangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada

peserta didik (dalam penelitian: responden) mengenai masalah-masalah tertentu,

yang bertujuan untuk mendapat tanggapan dari peserta didik (responden) tersebut

(Nurgiyantoro, 2010:91). Angket digunakan untuk mengetahui faktor membaca

mahasiswa. Adapun kisi-kisi daftar angket dapat dilihat dalam lampiran 2.

3. Observasi

Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan mengamati

objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2010: 93). Observasi digunakan

untuk mengetahui keaktifan mahasiswa dalam perkuliahan dan aktivitas dosen.

Adapun kisi-kisi obervasi kelas dapat dilihat dalam lampiran 2.

4. Wawancara

Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan

informasi dari responden (peserta didik, orang yang diwawancarai) dengan

melakukan tanya jawab sepihak (Nurgiyantoro, 2010:96). Wawancara digunakan

untuk memperoleh data secara langsung dari mahasiswa semester VI dan dosen

yang berkiatan dengan perkuliahan membaca kritis. Adapun rambu-rambu daftar

pertanyaan wawancara dapat dilihat dalam lampiran 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

44

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu menghitung angket

faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis.

a. Angket Faktor Membaca

Peneliti dalam menghitung angket faktor membaca yaitu dengan skala

likert. Menurut Riduwan (2002:15) untuk dapat menginterpretasi hasil nilai faktor

membaca maka perlu mencari total skor angkat faktor membaca dengan rumus:

T = Total jumlah responden yang memilih

Pn = Pilihan angka skor likert

Apabila total skor sudah diketahui kemudian interpretasi skor perhitungan. Untuk

mendapat hasil interpretasi, harus diketahui dulu skor ideal (X) dan skor rendah

(Y). Adapun rumus penilaiannya sebagai berikut:

Agar dapat menginterpretasi hasil nilai faktor yang mempengaruhi kemampuan

membaca mahasiswa diperlukan rumus index % yaitu

Sebelum menginterpretasi kita harus mengetahui interval (jarak) dan interpretasi

persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen (I).

Rumus interval yaitu I = 100/ jumlah skor likert (I = 100/5 =20). Berikut ini

disajikan kategori interpretasi skor berdasarkan interval:

T x Pn

Skor Ideal (X) = skor tertinggi likert x jumlah responden

Skor rendah (Y) = skor terendah liker x jumlah responden

index % = total skor/skor ideal*100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

45

Tabel 3.5 Kategori Faktor Membaca

Rentang Skor Kategori

81% - 100% Sangat Tinggi

61% - 80% Tinggi

41% - 60% Cukup

21% - 40% Rendah

0% - 20% Rendah Sekali

b. Tes Kemampuan Membaca

Agar dapat mengetahui hasil tes kemampuan membaca kritis, peneliti

melakukan penilaian tes dengan cara jawaban benar akan diberi skor (1) dan salah

diberi skor (0). Jumlah benar dalam satu tes setiap mahasiswa menjadi nilai

keseluruhan. Setelah mengetahui nilai masing-masing mahasiswa lalu mencari

rata-rata nilai mahasiswa dengan rumus (Nurgiyantoro, 2012:219) :

Setelah mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan perhitungan

indek tingkat kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus jawaban benar dibagi

jumlah responden. Adapun rumus ITK (Nurgiyantoro, 2012:196) :

Menurut Oller (dalam Nurgiyantoro, 2012:195) Semua butir soal

dinyatakan layak jika indek tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai

Keterangan: X = rata-rata

Ʃx = jumlah seluruh skor mahasiswa

N = jumlah mahasiwa

ITK= Indeks tingkat kesulitan yang dicari

FK = Jumlah jawaban benar

N = Jumlah responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

46

dengan 0,85. Namun, rentangan interval tersebut masih terlalu luas, indeks 0,15

dan 0,85 masih terlihat ekstrem sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat

ditoleransi adalah berkisar 0,20-0,80. ITK 0,20-40 adalah butir soal yang

berkategori sulit, 0,40-0,60 berkategori sedang, dan 0,61-0,80 berkategori mudah.

Selanjutnya peneliti melakukan penilaian setiap aspek membaca kritis

dengan rumus:

Penentuan kategori dengan perhitungan persentase hasil tes kemampuan

membaca kritis ini menggunakan patokan untuk skala 5 yang diadaptasi dari

kategori penilaian milik Nurgiyantoro (2010:253).

Tabel 3.6 Kategori Patokan Penilaian Tes Kemampuan Membaca Kritis

No. Interval Skala Kategori

1. 85-100 5 A Kemampuan Membaca Kritis Sangat Tinggi

2. 75-84 4 B Kemampuan Membaca Kritis Tingggi

3. 60-74 3 C Kemampuan Membaca Kritis Cukup

4. 40-59 2 D Kemampuan Membaca Kritis Kurang

5. 0-30 1 E Tidak Memiliki Memampuan Membaca Kritis

c. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen

yang digunakan tersebut benar-benar sahih dan handal (valid dan reliable) yaitu

sejauh mana suatu alat ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang

konsistesi dalam waktu dan tempat yang berbeda, juga untuk melihat sampai

sejauh mana responden dapat memahami butir-butir pertanyaan. Penelitian ini

menggunakan uji coba terpakai yaitu responden uji coba termasuk anggota

penelitian sesungguhnya. Berdasarkan hasil perhitungan ITK itulah diketahui

butir soal mana saja yang layak (valid dan reliable) dan butir soal mana saja

yang perlu dihapus (tidak digunakan).

jumlah butir soal X jumlah responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

47

d. Analisis SWOT

Data obervasi kelas, angket faktor membaca, dan wawancara dianalisis

dengan menggunakan teori analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman yang mempengaruhi kemampuan membaca

kritis mahasiswa kemudian dikaitkan dengan aspek kemampuan membaca kritis.

Pearce dan Robinson (2013:156) mengungkapkan analisis SWOT adalah teknik

historis yang terkenal untuk menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai

situasi strategi. Hasil data observasi kelas dan wawancara diklasifikasi ke analisis

SWOT. Faktor membaca dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Pernyataan yang ada di faktor internal maupun eksternal berupa

pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Melalui pernyataan positif dan pernyataan negatif dapat diketahui sikap

positif dan sikap negatif mahasiswa. Apabila pernyataan subindikator positif maka

rentang skor setuju dan sangat setuju merupakan sikap positif, sebaliknya rentang

skor tidak setuju dan sangat tidak setuju merupakan sikap negatif. Namun, apabila

pernyataan subindikator pernyataan negatif maka rentang skor setuju dan sangat

setuju merupakan sikap negatif dan rentang skor tidak setuju dan sangat tidak

setuju merupakan sikap positif. Rentang skor tidak memiliki pilihan (netral) tidak

masuk dalam sikap positif maupun sikap negatif karena tidak diketahui secara

jelas sikap mahasiswa tersebut.

Sikap positif yang terdapat dalam faktor internal merupakan kekuatan

sedangkan sikap negatif yang terdapat dalam faktor internal merupakan

kelemahan. Sikap positif yang terdapat dalam faktor eksternal merupakan peluang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

48

sedangkan sikap negatif yang terdapat dalam faktor eksternal merupakan

ancaman. Hasil observasi dan wawancara juga diklasifikasi ke analisis SWOT.

Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari observasi,

faktor membaca, dan wawancara kemudian dikaitkan dengan tujuh aspek

membaca kritis untuk menentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca

kritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang

terletak di Mrican Tromolpos 29 Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah

mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia (PBSI) angkatan 2012 dengan jumlah mahasiswa 36 yang terdiri atas 25

mahasiswa perempuan dan 11 mahasiswa laki-laki. Namun saat penelitian

berlangsung, tiga mahasiswa tidak hadir. Peneliti memperoleh data dari observasi

kelas, angket faktor membaca, tes kemampuan membaca kritis, wawancara enam

mahasiswa yang memperoleh nilai hasil tes tertinggi, dan wawancara dosen.

Pengambilan data tes membaca kritis dilakukan pada hari kamis, 16 April

2015 pukul 07.00-08.20 WIB di ruang kelas K.22 dan dilanjutkan pengambilan

data pengisian angket faktor membaca dari pukul 08.20-09.00 WIB. Pada hari

Senin, 20 April 2015 pukul 07.00-09.30 WIB peneliti melakukan observasi kelas.

Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dosen pada Rabu, 22 April 2015

pukul 12.00-12.30 WIB di ruang kantor dosen untuk memperoleh informasi

mengenai persiapan pengajaran hingga penilaian. Peneliti tidak hanya wawancara

dengan dosen, tetapi juga melakukan wawancara dengan enam mahasiswa pada

Rabu, 06 Mei 2015 untuk mengkonfirmasi faktor membaca. Enam mahasiswa ini

dipilih berdasarkan hasil tes membaca kritis yang memperoleh nilai tinggi

daripada teman-temannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

50

4.2 Analisis Data

Analisis data ini terdiri atas analisis data observasi kelas, analisis data

angket faktor membaca dengan analisis SWOT, analisis data tes kemampuan

membaca kritis dikaitkan dengan analisis SWOT, dan analisis data wawancara

dosen dan mahasiswa. Adapun rincian analisis data sebagai berikut:

4.2.1 Analisis Data Observasi Kelas

Penelitian ini menggunakan observasi kelas untuk mendapatkan informasi

dengan cara mengamati aktivitas dosen dan mahasiswa. Terdapat 11 aspek dalam

mengamati aktivitas dosen yaitu membuka perkuliahan, apersepsi, tujuan

pembelajaran, materi, mengajukan pertanyaan, memberikan balikan, penguatan

materi, media, metode perkuliahan, memberi tugas, dan memberi kesimpulan

diakhir perkuliahan. Pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa terdapat sembilan

aspek yaitu kesiapan mahasiswa, perhatian, peran aktif mahasiswa, memahami

materi, aktif bertanya, aktif memberi tanggapan, kedisiplinan, membuat

kesimpulan, dan membuat refleksi.

Perkuliahan diawali oleh dosen dengan memberi salam dilanjutkan

melakukan apersepsi dengan tanya jawab mengenai materi minggu lalu dan

memberi pengantar sedikit mengenai materi yang akan dipelajari. Lalu dosen

memberi tahu tujuan pembelajaran dan dilanjutkan dengan presentasi kelompok.

Kelompok pertama mempresentasikan materi mengenai Semiotik dan kelompok

dua mempresntasikan materi Intertekstual. Saat presentasi berlangsung keadaan

sunyi, namun tampak beberapa mahasiswa berbicara dengan teman sebelahnya.

Kedua penyaji tampak tidak semua menguasai materi karena saat menjelaskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

51

materi, penyaji hanya fokus membaca teks yang ada di powerpoint. Setelah

presentasi selesai, dibuka sesi tanya jawab bagi mahasiswa yang tidak jelas

mengenai materi. Beberapa mahasiswa aktif bertanya mengenai semiotik dan

intertekstual. Penyaji mencoba menjelaskan supaya teman-temannya paham. Hal

yang menarik saat sesi tanya jawab yaitu ada mahasiswa yang bertanya tetapi

sebenarnya ia tahu jawabnya. Saat penyaji tidak menjawab sesuai dengan apa

yang dimaksud, mahasiswa menjawab pertanyaannya sendiri dan memberi saran

supaya kelompok dapat menyajikan materi dengan lebih baik lagi.

Setelah dua kelompok selesai presentasi, dosen memberi penguatan dengan

menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan mahasiswa yang ditujukan

pada kelompok. Saat dosen memberi waktu kepada mahasiswa untuk menanyakan

hal yang kurang dipahami, semua mahasiswa diam saja. Dosen pun memberi

tugas supaya minggu depan setiap mahasiswa membuat satu pertanyaan untuk

melatih mahasiswa aktif bertanya maupun aktif dalam menanggapi pertanyaan.

Selain itu, untuk mengetahui apakah mahasiswa diam itu tanda paham atau tidak

paham.

Saat perkuliahan dosen tidak menyampaikan materi secara langsung karena

dosen menggunakan metode presentasi dan diskusi. Dosen memberi penguatan

materi dengan menggunakan media papan tulis dan spidol sedangkan para

presentasi menggunakan media powerpoint. Dosen juga tidak memberikan

balikan karena tidak ada yang bertanya langsung kepada dosen. Mahasiswa lebih

aktif bertanya kepada kelompok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

52

Sebelum mengakhiri perkuliahan, dosen memberi tugas kepada mahasiswa

untuk membaca minimal tiga buku. Jenis buku yang diminta adalah novel atau

kumpulan puisi atau teks drama. Tugas itu bersifat wajib dan mahasiswa diminta

untuk mencoba mengkritik mengenai suatu karya yang telah mahasiswa baca dan

dikumpulkan pada akhir semester. Pukul 09.20 WIB mahasiswa bersama dosen

melakukan kesimpulan perkuliahan dilanjutkan dosen memberi informasi untuk

belajar materi yang akan dipelajari minggu depan. Setelah itu, dosen menutup

perkuliahan dan mahasiswa tidak melakukan refleksi perkuliahan.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses perkuliahan kondusif,

namun masih banyak mahasiswa yang tidak aktif dalam mengikuti perkuliahan.

Hal itu terbukti saat ditanya oleh dosen dan diminta untuk membuat pertanyaan

para mahasiswa hanya diam saja. Tugas yang diberikan oleh dosen untuk

membuat daftar pertanyaan dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar lagi dalam

memahami materi. Selain itu, tugas membaca minimal tiga buku juga

meningkatkan motivasi dan minat membaca mahasiswa.

4.2.2 Analisis Faktor membaca dengan Analisis SWOT

Data angket ini bertujuan untuk mendapat tanggapan dari responden

mengenai faktor membaca. Angket faktor membaca terdapat 101 butir pernyataan

dan sudah disediakan lima pilihan dengan skala 5. Format yang digunakan dalam

rentangan skor adalah yaitu 5 = Sangat Setuju, 4 = Setuju, 3 = Tidak Memiliki

Pilihan, 2 = Tidak Setuju, dan 1 = Sangat Tidak Setuju. Mahasiswa diminta untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

53

memberi tanda silang (X) pada kolom yang sudah disediakan dan sesuai dengan

keadaan mahasiswa.

Adapun skala yang digunakan peneliti untuk mengukur persepsi mahasiswa

mengenai faktor membaca adalah skala likert. Agar dapat menginterpretasi hasil

nilai faktor membaca mahasiswa, peneliti perlu mengetahui interval likert. Rumus

interval (I) adalah 100 dibagi jumlah skor (likert) yaitu 5, maka dapat diketahui

intervalnya yaitu 20. Berikut ini disajikan kategori interpretasi skor berdasarkan

interval:

Tabel 4.1 Kategori Faktor Membaca

Rentang Skor Kategori

81% - 100% Sangat Tinggi

61% - 80% Tinggi

41% - 60% Cukup

21% - 40% Rendah

0% - 20% Rendah Sekali

Mahasiswa dikatakan memiliki faktor membaca sangat tinggi apabila skor

mencapai angka 81%-100% dan dikatakan memiliki faktor membaca tinggi

apabila skor mencapai angka 61%-80%. Mahasiswa dikatakan memiliki faktor

membaca cukup apabila skor mencapai angka 41%-60%. Apabila hanya mencapai

skor angka 21%-40% berarti faktor membaca mahasiswa rendah. Dikatakan

mahasiswa memiliki faktor membaca rendah sekali apabila skor hanya mencapai

angka 0%-20%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

54

4.2.2.1 Analisis Faktor membaca

Johnson dan Pearson (dalam Amna, dkk. 2013:3) menyatakan bahwa

kemampuan membaca mahasiswa dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Pernyataan yang ada di faktor internal maupun eksternal berupa

pernyataan positif dan pernyataan negatif. Melalui perhitungan pernyataan

tersebut dapat diketahui sikap positif dan sikap negatif mahasiswa. Apabila

pernyataan subindikator positif maka rentang skor setuju dan sangat setuju

merupakan sikap positif, sebaliknya rentang skor tidak setuju dan sangat tidak

setuju merupakan sikap negatif. Namun, apabila pernyataan subindikator

pernyataan negatif maka rentang skor setuju dan sangat setuju merupakan sikap

negatif dan rentang skor tidak setuju dan sangat tidak setuju merupakan sikap

positif. Rentang skor tidak memiliki pilihan (netral) tidak masuk dalam sikap

positif maupun sikap negatif karena tidak diketahui secara jelas sikap mahasiswa

tersebut. Adapun rincian analisis data faktor membaca sebagai berikut:

4.2.2.1.1 Faktor Internal

Faktor Internal dibagi menjadi 9 indikator yang mempengaruhi membaca

yakni: (a) indikator motivasi baca, (b) indikator sikap dan minat pembaca, (c)

indikator kebiasaan membaca, (d) indikator kondisi emosi dan kondisi kesehatan,

(e) indikator pengetahuan/pengalaman yang dimiliki sebelumnya, (f) indikator

pengetahuan tentang cara membaca, (g) indikator ketertarikan dan

kebermanfaatan, (h) indikator tingkat intelegensi pembaca, dan (i) indikator

penguasaan bahasa. Adapun rincian analisis data faktor internal sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

55

a. Indikator Motivasi Baca

Indikator pertama dalam faktor internal yaitu motivasi baca. Motivasi baca

yang dimaksud adalah dorongan seseorang untuk melakukan suatu tindakan dapat

dilihat melalui subindikator seperti (1) dorongan menyelesaikan tugas tepat

waktu, (2) dorongan menentukan target membaca, (3) dorongan mencapai

prestasi, (4) dorongan membaca yang sangat kuat saat akan UTS dan UAS, (5)

dorongan membaca pada bacaan hiburan, dan (6) dorongan membaca atas dasar

kesadaran sendiri. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel indikator motivasi

baca di bawah ini.

Tabel 4.2 Indikator Motivasi Baca

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Jika diberi tugas membaca oleh dosen,

saya berusaha menyelesaikannya tepat

waktu.

1 3 5 14 10

2

Target membaca yang saya inginkan

tidak pernah saya tentukan ketika

membaca.

0 10 8 11 4

3

Selama perkuliahan, saya ingin

mencapai prestasi setinggi-tingginya

dengan cara rajin membaca.

1 1 8 17 6

4

Jika akan menempuh ujian tengah

semester atau akhir semester, dorongan

membaca saya sangat kuat.

0 1 3 19 10

5

Dalam keseharian, dorongan membaca

saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan

hiburan.

0 4 8 13 8

6

Saya membaca bukan karena dorongan

orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran

sendiri.

1 4 4 18 6

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat enam subindikator.

Penjelasan masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

56

memperlihatkan kondisi yang bervariasi yaitu “jika diberi tugas membaca oleh

dosen, mahasiswa berusaha menyelesaikannya tepat waktu”. Pilihan sangat setuju

dipilih oleh 10 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 14 mahasiswa sehingga

dipandang sebagai sikap positif, berarti terdapat 24 (72,73%) mahasiswa

menyatakan bersedia menyelesaikan tugas tepat waktu. Berdasarkan kategori yang

ada jumlah tersebut termasuk kategori tinggi. Namun, pilihan tidak setuju dipilih

oleh 3 mahasiswa dan sangat tidak setuju dipilih oleh 1 mahasiswa sehingga

dipandang sebagai sikap negatif, artinya terdapat 4 (12,12%) mahasiswa

menyatakan tidak menyelesaikan tugas dosen secara tepat waktu. Berdasarkan

kritieria yang ada, jumlah tersebut masuk kategori rendah sekali. Selain itu,

terdapat 5 (15,15%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator kedua yaitu “target membaca yang mahasiswa inginkan tidak

pernah mahasiswa tentukan ketika membaca”. Terdapat 4 mahasiswa memilih

pilihan sangat setuju dan 11 mahasiswa memilih pilihan setuju. Data tersebut

berarti sejumlah 15 (45,46%) mahasiswa masuk dalam kategori cukup dan

memiliki sikap negatif karena setiap kali membaca mahasiswa tidak memiliki

target. Namun, 10 mahasiswa mengaku tidak setuju, artinya mahasiswa selalu

memiliki target untuk membaca. Sejumlah 10 (30,3%) mahasiswa tersebut berarti

memiliki sikap positif meskipun masuk dalam kategori rendah. Selain itu, terdapat

8 (24,24%) mahasiswa memiliki sikap yang tidak jelas.

Subindikator ketiga yaitu “selama perkuliahan, mahasiswa ingin mencapai

prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca”. Mahasiswa yang

memiliki sikap positif yaitu pilihan sangat setuju dipilih oleh 6 mahasiswa dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

57

setuju dipilih 17 mahasiswa. Sejumlah 23 (69,70%) mahasiswa menyatakan rajin

belajar karena ingin mencapai prestasi yang tinggi. Jumlah tersebut masuk dalam

kategori tinggi. Namun, sejumlah 2 (6,06%) mahasiswa bersikap negatif karena 1

mahasiswa memilih pilihan tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak

setuju. Kedua mahasiswa tersebut tidak rajin membaca meskipun ingin mencapai

prestasi yang tinggi. Hasil persentase tersebut menunjukkan masuk dalam

kategori rendah sekali. Selain itu, terdapat 8 (24,24%) mahasiswa memiliki sikap

yang belum jelas.

Subindikator keempat yaitu “jika akan menempuh ujian tengah semester

atau akhir semester, dorongan membaca mahasiswa sangat kuat”. Mahasiswa

yang memilih sangat setuju sejumlah 10 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 19

mahasiswa. Berdasarkan data tersebut terdapat 29 (87,87%) mahasiswa mengakui

dorongan membaca mahasiswa meningkat sangat kuat ketika akan ujian. Hal ini

masuk kategori tinggi dan menunjukkan sikap negatif mahasiswa karena saat

tidak ujian dorongan membaca mahasiswa rendah. Adapun sikap positif hanya

dimiliki oleh 1 (3,03%) mahasiswa. Mahasiswa tersebut mengaku tidak setuju

apabila dorongan membacanya tinggi hanya saat akan ujian. Persentase tersebut

masuk dalam kategori rendah sekali dan terdapat 3 (9,09%) mahasiswa tidak jelas

sikapnya.

Subindikator kelima yaitu “dalam keseharian, dorongan membaca

mahasiswa hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan”. Terdapat 8 mahasiswa

memilih pilihan sangat setuju dan 13 mahasiswa memilih pilihan setuju.

Berdasarkan data tersebut 21 (63,64%) mahasiswa memiliki sikap negatif karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

58

mahasiswa hanya membaca bacaan yang bersifat hiburan bukan untuk menambah

ilmu pengetahuan. Sikap negatif tersebut masuk dalam kategori tinggi. Namun,

terdapat 4 mahasiswa memilih pilihan tidak setuju yang artinya mahasiswa

membaca tidak hanya tertuju pada bacaan hiburan tetapi membaca bacaan yang

menambah ilmu pengetahuan. Sejumlah 4 (12,12%) mahasiswa tersebut memiliki

sikap positif, tetapi masuk dalam kategori rendah sekali. Selain itu, 8 (24,24%)

mahasiswa masih belum jelas sikapnya.

Subindikator keenam yaitu “mahasiswa membaca bukan karena dorongan

orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri”. Mahasiswa yang memilih sangat

setuju berjumlah 6 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 18 mahasiswa. Sejumlah 24

(72,73%) mahasiswa bersikap positif dan masuk dalam kategori tinggi karena

mahasiswa membaca atas kesadaran sendiri. Namun, pilihan tidak setuju dipilih

oleh 4 mahasiswa dan sangat tidak setuju dipilih oleh 1 mahasiswa. Hal ini

menunjukkan 5 (15,15%) mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk dalam

kategori rendah sekali karena mahasiswa membaca hanya jika ada dorongan dari

orang lain. Selain itu, terdapat 4 (12,12%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

b. Indikator Sikap dan Minat Baca

Ketika mahasiswa memiliki motivasi baca yang tinggi tentu sikap dan minat

membaca mahasiswa juga akan tinggi. Sikap dan minat baca mahasiswa tercermin

dalam subindikator berikut: (1) sikap respek terhadap orang lain yang memberi

jawaban dengan menyebut sumber bacaan, (2) sikap membawa bahan bacaan

setiap bepergian, (3) minat memiliki buku baru, dan (4) minat untuk membaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

59

kembali bacaan yang sudah pernah dibaca. Lebih jelasnya dapat dilihat tabel

indikator sikap dan minat baca di bawah ini.

Tabel 4.3 Indikator Sikap dan Minat Baca

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Saya sangat respek kepada orang lain

yang memberi jawaban atas suatu

pertanyaan dengan menyebut sumber

yang pernah dibacanya.

2 4 2 16 9

2 Saya membawa bahan bacaan kemana

pun pergi. 3 11 13 6 0

3

Jika teman memiliki buku baru, saya

berusaha untuk memilikinya agar dapat

membaca setiap saat.

2 14 13 2 2

4

Saya ingin membaca kembali bacaan

yang pernah saya baca untuk

menyegarkan ingatan.

0 5 12 15 1

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat 4 subindikator. Adapun

penjabaran setiap subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu

“mahasiswa sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu

pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya”. Pilihan sangat

setuju dipilih oleh 9 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 16 mahasiswa, artinya

sejumlah 15 (75,76%) mahasiswa memiliki sikap positif karena mahasiswa sangat

respek kepada orang lain yang menjawab pertanyaan dengan merujuk sumber

yang pernah dibacanya. Data tersebut masuk dalam kategori tinggi. Pilihan tidak

setuju dipilih oleh 4 mahasiswa dan sangat tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa

artinya 6 (18,18%) mahasiswa menyatakan bahwa mahasiswa merasa biasa saja

atau tidak respek terhadap orang lain yang menjawab pertanyaan dengan merujuk

sumber yang pernah dibacanya. Data tersebut menunjukkan mahasiswa memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

60

sikap negatif dan masuk dalam kategori rendah sekali. Terdapat pula 2 (6,06%)

mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator dua yaitu “mahasiswa membawa bahan bacaan kemana pun

pergi”. Terdapat 6 (18,18%) mahasiswa memilih pilihan setuju bahwa setiap

bepergian mahasiswa membawa bahan bacaan. Pernyataan tersebut berarti

mahasiswa memiliki sikap positif namun masuk dalam kategori rendah sekali.

Sejumlah 11 mahasiswa memilih pilihan tidak setuju dan 3 mahasiswa memilih

pilihan sangat tidak setuju. Data tersebut berarti 14 (42,42%) mahasiswa masuk

dalam kategori cukup dan memiliki sikap negatif karena mahasiswa tidak

membawa bahan bacaan kemana pun pergi. Selain itu, terdapat 13 (39,39%)

mahasiswa tidak jelas sikapnya.

Subindikator ketiga yaitu “jika teman memiliki buku baru, mahasiswa

berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca setiap saat”. Pilihan sangat

setuju dipilih oleh 2 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 2 mahasiswa, artinya 4

(12,12%) mahasiswa memiliki sikap positif dan masuk dalam kategori rendah

sekali karena jika temnanya memiliki buku baru, mahasiswa memiliki minat dan

berusaha untuk memiliki buku baru tersebut untuk dapat membacanya setiap hari.

Namun, pilihan tidak setuju dipilih oleh 14 mahasiswa dan sangat tidak setuju

dipilih oleh 2 mahasiswa artinya sejumlah 16 (48,48%) mahasiswa memiliki sikap

negatif dan masuk dalam kategori cukup karena mahasiswa tidak memiliki minat

dan tidak berusaha untuk memiliki buku baru. Selain itu, 13 (39,39%) mahasiswa

masih belum jelas sikapnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

61

Subindikator keempat yaitu “mahasiswa ingin membaca kembali bacaan

yang pernah mahasiswa baca untuk menyegarkan ingatan”. Sejumlah 1

mahasiswa memilih pilihan sangat setuju dan 15 mahasiswa memilih pilihan

setuju. Data tersebut menunjukkan mahasiswa memiliki sikap positif karena 16

(48,48%) mahasiswa menyatakan ingin membaca kembali bacaan yang pernah

mahasiswa baca untuk menyegarkan ingatan. Pernyataan tersebut masuk dalam

kategori cukup. Terdapat 5 (15,15%) mahasiswa memilih pilihan tidak setuju.

Kelima mahasiswa tersebut memilik sikap negatif dan masuk dalam kategori

rendah karena mahasiswa menyatakan tidak ingin membaca kembali bacaan yang

pernah mahasiswa baca untuk menyegarkan ingatan. Selain itu, terdapat 12

(36,36%) mahasiswa tidak jelas sikapnya.

c. Indikator Kebiasaan

Kebiasaan membaca juga akan membantu mahasiswa untuk memahami isi

bacaan. Apabila mahasiswa memiliki kebiasaan membaca yang baik tentu

mahasiswa akan lebih mudah memahami isi bacaan. Adapun subindikator

kebiasaan sebagai berikut: (1) kecenderungan membaca setiap hari, (2) kebiasaan

menyusun jadwal membaca, dan (3) kebiasaan meletakkan buku yang mudah

dijangkau. Berikut ini disajikan tabel indikator kebiasaan.

Tabel 4.3 Indikator Kebiasaan

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Saya memiliki kecenderungan untuk

membaca setiap hari. 0 14 8 10 1

2

Saya menyusun jadwal teratur untuk

membaca setiap hari. 3 15 8 5 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

62

3

Buku-buku yang akan saya baca saya

siapkan di tempat yang mudah saya

jangkau.

4 6 4 16 3

Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat tiga subindikator. Berikut

penjelasan masing-masing subindikator. Subindikator pertama yaitu “mahasiswa

memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari”. Pilihan sangat setuju dipilih

oleh 1 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 10 mahasiswa artinya sejumlah 11

(33,33%) mahasiswa memiliki sikap positif, meskipun masuk dalam kategori

rendah karena mahasiswa memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.

Terdapat 14 (42,42%) mahasiswa memilih tidak setuju, artinya mahasiswa

memiliki sikap negatif dan masuk dalam kategori cukup karena mahasiswa tidak

memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Selain itu, 8 (24,24%)

mahasiswa belum jelas sikapnya.

` Subindikator kedua yaitu “mahasiswa menyusun jadwal teratur untuk

membaca setiap hari”. Terdapat 2 mahasiswa memilih sangat setuju dan 5

mahasiswa memilih setuju. Data tersebut menunjukkan hanya 7 (21,21%)

mahasiswa yang menyatakan menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.

Mahasiswa tersebut memiliki sikap positif meskipun masuk dalam kategori

rendah. Terdapat 15 mahasiswa memilih tidak setuju dan 3 mahasiswa memilih

sangat tidak setuju dalam pernyataan di atas, artinya 18 (54,55%) mahasiswa

menyatakan tidak pernah menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.

Mahasiswa tersebut memiliki sikap negatif dan masuk dalam kategori cukup.

Terdapat pula 8 (24,24%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

63

Subindikator ketiga yaitu “buku-buku yang akan mahasiswa baca

mahasiswa siapkan di tempat yang mudah mahasiswa jangkau”. Terdapat 3

mahasiswa memilih sangat setuju dan 16 mahasiswa memilih setuju dipanjang

sebagai sikap positif. Berarti 18 (57,58%) mahasiswa menyatakan bahan bacaan

diletakkan yang mudah dijangku. Berdasarkan kategori yang ada jumlah tersebut

masuk dalam kategori cukup. Namun, terdapat 10 (30,30%) mahasiswa

menyatakan tidak menyiapkan buku-buku bacaan yang mudah dijangkau. Hal ini

menunjukkan mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk dalam kategori

rendah. Terdapat pula 4 (12,12%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

d. Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan

Kondisi emosi berkaitan dengan kesehatan mahasiswa. Apabila perasaan

mahasiswa sedang tidak baik pasti akan mempengaruhi kesehatan mahasiswa.

Kondisi emosi dan kondisi kesehatan dapat dilihat dalam subindikator berikut: (1)

perasaan yang enak mempermudah memahami isi bacaan, (2) perasaan yang tidak

enak (galau) mempersulit dalam memahami isi bacaan, (3) kondisi tidak sehat

mempersulit untuk berkonsentrasi dalam membaca, dan (4) tetap membaca

meskipun kondisi kesehatan tidak baik karena menghadapi ujian. Lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel indikator kondisi emosi dan kondisi kesehatan di bawah

ini.

Tabel 4.5 Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Jika perasaan sedang enak, saya mudah

sekali memahami isi bacaan yang saya

baca.

0 1 1 14 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

64

2

Jika kondisi perasaan sedang galau,

saya sulit sekali memahami isi bacaan

yang saya baca.

2 4 3 15 9

3

Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya

sulit berkonsentrasi dalam membaca. 0 4 2 17 10

4

Kalau menghadapi ujian, meskipun

kondisi kesehatan tidak baik saya tetap

membacanya.

3 3 3 19 5

Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 4 subindikator. Adapun

penjabaran masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama

yaitu “jika perasaan sedang enak, mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan

yang mahasiswa baca”. Terdapat 17 mahasiswa memilih sangat setuju dan 14

mahasiswa memilih setuju. Data tersebut menunjukkan 31 (93,94%) mahasiswa

memiliki sikap positif dan masuk dalam kategori sangat tinggi karena kondisi

emosi mahasiswa yang baik mempermudah mahasiswa dalam memahami isi

bacaan. Namun masih terdapat 1 (3,03%) mahasiswa menyatakan meskipun

kondisi emosi baik tetap kesulitan dalam memahami isi bacaan. Data tersebut

menunjukkan mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk dalam kategori

rendah sekali. Selain itu, juga terdapat 1 (3,03%) mahasiswa belum jelas

sikapnya.

Subindikator kedua yaitu “jika kondisi perasaan sedang galau, mahasiswa

sulit sekali memahami isi bacaan yang mahasiswa baca”. Terdapat 9 mahasiswa

memilih sangat setuju dan 15 mahasiswa memilih setuju. Berdasarkan data

tersebut diketahui sejumlah 24 (72,73%) mahasiswa memiliki sikap negatif dan

masuk dalam kategori tinggi karena saat kondisi emosi tidak baik (galau)

membuat mahasiswa kesulitan dalam memahami isi bacaan. Namun, terdapat 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

65

mahasiswa memilih tidak setuju dan 2 mahasiswa memilih sangat setuju, artinya 6

(18,18%) mahasiswa memiliki sikap positif karena meskipun kondisi emosi tidak

baik (galau) mahasiswa tetap mampu memahami isi bacaan, tetapi persentase

tersebut masuk dalam kategori rendah sekali. Terdapat pula 3 (9,09%) mahasiswa

masih belum jelas sikapnya.

Subindikator ketiga yaitu “jika kondisi kesehatan tidak baik, mahasiswa

sulit berkonsentrasi dalam membaca”. Terdapat 10 mahasiswa memilih sangat

setuju dan 17 mahasiswa setuju, artinya terdapat 27 (81,82%) mahasiswa

memiliki sikap negatif dan masuk kategori sangat tinggi karena saat kondisi

kesehatan tidak baik, mahasiswa kesulitan berkonsentrasi dalam membaca.

Namun, terdapat 4 (12,12%) mahasiswa menyatakan meskipun kondisi kesehatan

tidak baik mahasiswa tetap mampu berkonsentrasi dalam membaca. Keempat

mahasiswa tersebut memiliki sikap positif, meskipun masuk dalam kategori

rendah sekali. Selain itu terdapat 2 (6,06%) mahasiswa belum jelas sikapmya.

Subindikator keempat yaitu “kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi

kesehatan tidak baik mahasiswa tetap membacanya”. Pilihan sangat setuju dipilih

oleh 5 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 19 mahasiswa. Berdasarkan data tersebut

berarti 24 (72,73%) mahasiswa memiliki sikap positif karena meskipun kondisi

tidak sehat mahasiswa tetap berusaha membaca untuk menghadapi ujian.

Persentase tersebut masuk dalam kategori tinggi. Namun, 3 mahasiswa memilih

tidak setuju dan 3 mahasiswa memilih sangat tidak setuju dengan pernyataan di

atas sehingga 6 (18,18%) mahasiswa memiliki sikap negatif karena saat akan

mengahadapi ujian dan kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa tidak membaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

66

Persentase tersebut masuk dalam kategori rendah sekali dan 3 (9,09%) mahasiswa

belum jelas sikapnya.

e. Indikator Pengetahuan yang dimiliki sebelumnya

Pengetahuan/pengalaman yang dimiliki sebelumnya akan membantu

mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Adapun pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya dapat dilihat dalam subindikator berikut: (1) pengetahuan sebelumnya

mempermudah dalam memahami isi bacaan, (2) sambil membaca membuat

ringkasan, (3) membuat daftar pertanyaan untuk mempermudah memahami isi

bacaan, (4) mengingat-ingat isi bacaan, (5) merumusakan isi bacaan dengan

bahasa sendiri, (6) membuat skema gagasan setelah membaca, (7) melacak

sumber asli bacaan, dan (8) membaca meningkatkan kemampuan berpikir kritis

saat memberi tanggapan. Lebih jelasnya dapat dilihat tabel indikator pengetahuan

yang dimiliki sebelumnya di bawah ini:

Tabel 4.6 Indikator Pengetahuan yang dimiliki sebelumnya

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Pengetahuan atau pengalaman yang

sudah saya miliki berperan besar untuk

membantu mempermudah pemahaman

isi bacaan yang saya baca.

0 1 2 20 10

2

Sambil membaca, saya membuat

ringkasan isi bacaan. 2 3 13 9 6

3

Untuk memahami isi bacaan, saya

membuat pertanyaan berdasarkan isi

bacaan yang saya baca.

1 12 11 8 1

4

Agar memahami isi bacaan, saya cukup

mengingat-ingat isinya saja. 1 10 6 15 1

5

Agar memahami isi bacaan, saya

merumuskan dengan bahasa saya

sendiri.

0 1 5 19 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

67

6

Untuk mempermudah memahami isi

bacaan, saya membuat skema gagasan

setiap kali membaca.

1 2 11 16 3

7

Jika ada pendapat ahli yang dikutip

dalam suatu artikel, buku, atau hasil

penelitian, saya ingin melacak sumber

aslinya agar dapat memahami secara

lebih komprehensif.

0 14 10 7 2

8

Melalui membaca, saya mampu berpikir

lebih kritis ketika memberi tanggapan

terhadap pendapat orang lain.

1 2 3 18 9

Adapun penjabaran 8 subindikator di atas yaitu subindikator pertama

“pengetahuan atau pengalaman yang sudah mahasiswa miliki berperan besar

untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang mahasiswa baca”.

Pilihan sangat setuju dipilih oleh 10 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 20

mahasiswa. Sejumlah 30 (90,91%) mahasiswa menyatakan pengetahuan yang

sudah mahasiswa miliki berperan besar untuk membantu mempermudah

pemahaman isi bacaan yang mahasiswa baca. Data tersebut menunjukkan

mahasiswa memiliki sikap positif dan masuk dalam kategori sangat tinggi.

Namun, 1 (3,03%) mahasiswa menyatakan tidak setuju, artinya meskipun

memiliki ilmu pengetahuan sebelumnya tetapi tidak membantu mempermudah

dalam memahami isi bacaan. Persentase tersebut masuk kategori rendah sekali

dan terdapat pula 2 (6,06%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator kedua yaitu “sambil membaca, mahasiswa membuat ringkasan

isi bacaan”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 6 mahasiswa dan setuju dipilih oleh

9 mahasiswa, data tersebut berarti sejumlah 15 (45,46%) mahasiswa bersikap

positif karena mahasiswa menyatakan sambil membaca meringkas isi bacaan.

Persentase tersebut masuk kategori cukup. Namun, terdapat 3 mahasiswa memilih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

68

tidak setuju dan 2 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 5 (15,15%)

mahasiswa menyatakan saat membaca tidak meringkas isi bacaan sehingga kelima

mahasiswa tersebut dianggap memiliki sikap negatif dan masuk kategori rendah

sekali. Selain itu, terdapat 13 (39,39%) mahasiswa memiliki sikap yang belum

jelas.

Subindikator ketiga yaitu “untuk memahami isi bacaan, mahasiswa

membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang mahasiswa baca”. Hanya 1

mahasiswa yang memilih sangat setuju dan 8 mahasiswa memilih setuju, artinya 9

(27,27%) mahasiswa memiliki sikap positif karena untuk memahami isi bacaan,

mahasiswa membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang mahasiswa baca.

Persentase tesebut masuk dalam kategori rendah. Terdapat 12 mahasiswa memlih

tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 13 (39,39%)

mahasiswa memiliki sikap negatif karena tidak membuat daftar pertanyaan

sebelum membaca. Persentase tersebut masuk kategori rendah juga. Selain itu,

terdapat 11 (33,33%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator keempat yaitu “agar memahami isi bacaan, mahasiswa cukup

mengingat-ingat isinya saja”. Terdapat 1 mahasiswa memilih sangat setuju dan 15

mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 16 (48,49%) mahasiswa masuk

dalam kategori cukup dan memiliki sikap negatif karena untuk memahami isi

bacaan, mahasiswa hanya mengingat-ingat saja. Lain halnya dengan 10

mahasiswa memilih tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju,

artinya 11 (33,33%) mahasiswa masuk kategori rendah namun memiliki sikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

69

positif karena untuk memahami isi bacaan mahasiswa tidak hanya mengingat-

ingat saja. Terdapat pula 6 (18,18%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator kelima yaitu “agar memahami isi bacaan, mahasiswa

merumuskan dengan bahasa mahasiswa sendiri”. Terdapat 8 mahasiswa memilih

sangat setuju dan 19 mahasiswa memilih setuju, artinya 27 (81,82%) mahasiswa

masuk kategori sangat tinggi dan memiliki sikap positif karena mahasiswa

merumuskan dengan bahasa sendiri untuk memperdalam memahami isi bacaan.

Namun, terdapat 1 (3,03%) mahasiswa masuk dalam kategori rendah sekali dan

memiliki sikap negatif karena tidak merumuskan dengan bahasa sendiri untuk

memahami isi bacaan. Selain itu, terdapat 5 (15,15%) mahasiswa belum jelas

sikapnya.

Subindikator keenam yaitu “untuk mempermudah memahami isi bacaan,

mahasiswa membuat skema gagasan setiap kali membaca”. Terdapat 3 mahasiswa

memilih sangat setuju dan 18 mahasiswa memilih setuju, artinya 18 (57,58%)

mahasiswa masuk kategori cukup dan memiliki sikap positif karena setiap

membaca, untuk mempermudah isi bacaan mahasiswa membuat skema gagasan.

Namun, terdapat 2 mahasiswa memilih tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih

sangat tidak setuju, artinya 3 (9,09%) mahasiswa masuk kategori rendah sekali

dan memiliki sikap negatif karena setiap kali membaca mahasiswa tidak membuat

skema gagasan untuk mempermudah isi bacaan. Selain itu, terdapat 11 (33,33%)

mahasiswa belum diketahui secara jelas sikapnya.

Subindikator ketujuh yaitu “jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu

artikel, buku, atau hasil penelitian, mahasiswa ingin melacak sumber aslinya agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

70

dapat memahami secara lebih komprehensif”. Terdapat 2 mahasiswa memilih

sangat setuju dan 7 mahasiswa memilih setuju, artinya 9 (27,27%) mahasiswa

memiliki sikap positif karena mahasiswa ingin melacak sumber aslinya agar dapat

memahami secara lebih komprehensif setiap ada ada pendapat ahli yang dikutip

dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian. Persentase tersebut masuk

kategori rendah. Sejumlah 14 (42,42%) mahasiswa memilih tidak setuju, artinya

mahasiswa tersebut memiliki sikap negatif karena mahasiswa tidak ingin melacak

sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif setiap ada ada

pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian.

Persentase tersebut masuk dalam kategori cukup. Sejumlah 10 (30,30%)

mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator kedelapan yaitu “melalui membaca, mahasiswa mampu

berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain”.

Terdapat 9 mahasiswa memilih sangat setuju dan 18 mahasiswa memilih setuju,

artinya sejumlah 27 (81,81%) mahasiswa masuk kategori sangat tinggi dan

memiliki sikap positif karena mahasiswa menyatakan kemampuan berpikir

mahasiswa lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain

setelah membaca. Namun, terdapat 2 mahasiswa memilih tidak setuju dan 1

mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 3 (9,09%) mahasiswa masuk

kategori rendah sekali dan memiliki sikap negatif karena mahasiswa menyatakan

meskipun membaca kemampuan berpikir kritis mahasiswa tidak meningkat.

Selain itu, terdapat 3 (9,09%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

71

f. Indikator Pengetahuan Cara Membaca

Mahasiswa yang mempunyai pengetahuan berbagai cara membaca akan

mempermudah mahasiswa untuk memahami isi bacaan dan dapat memberi

kritikan terhadap isi bacaan. Adapun pengetahuan cara membaca dapat dilihat

dalam subinikator yaitu memahami berbagai teknik membaca dapat

mempermudah memahami isi bacaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

indikator pengetahuan cara membaca di bawah ini:

Tabel 4.7 Indikator Pengetahuan Cara Membaca

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Dengan memahami berbagai teknik

membaca, ternyata sangat membantu

mempermudah memahami isi bacaan.

0 2 3 20 8

Berdasarkan tabel di atas subindikator “dengan memahami berbagai teknik

membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan”.

Terdapat 8 mahasiswa memilih sangat setuju dan 20 mahasiswa setuju, artinya

sejumlah 28 (84,85%) mahasiswa masuk kategori sangat tinggi dan dipandang

memiliki sikap positif karena mahasiswa mengaku dengan memahami berbagai

teknik membaca mempermudah memahami isi bacaan. Namun, terdapat 2

(6,06%) mahasiswa memilih tidak setuju, artinya kedua mahasiswa dipandang

memiliki sikap negatif karena tidak memahami berbagai teknik sehingga kesulitan

memahami isi bacaan. Persentase tersebut menunjukkan mahasiswa masuk dalam

kategori rendah sekali, Selain itu, terdapat 3 (9,09%) mahasiswa belum jelas

sikapnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

72

g. Indikator Ketertarikan dan Kebermanfaatan

Ketertarikan terhadap bacaan berhubungan dengan kebermanfaatan bagi

mahasiswa. Apabila mahasiswa tertarik pada suatu bacaan pada waktu tertentu

akan bermanfaat untuk mahasiswa. Adapun subindikator sebagai berikut: (1)

ketertarikan membaca dengan jenis bacaan tertentu, (2) ketertarikan membaca

berbagai jenis bacaan, dan (3) memperoleh manfaat dari membaca. Lebih jelasnya

dapat dilihat tabel indikator ketertarikan dan kebermanfaat di bawah ini.

Tabel 4.8 Indikator Ketertarikan dan Kebermanfaatan

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Saya hanya membaca jenis bacaan yang

saya anggap menarik untuk dibaca. 0 2 5 21 5

2

Meskipun tidak berkaitaan dengan

bidang yang saya pelajari, jika bacaan

itu menarik, saya membacanya.

2 2 5 17 7

3

Saya membaca bacaan yang bermanfaat

secara langsung dan mendukung

perkuliahan saya.

2 6 19 6

Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 3 subindikator. Penjelasan

masing-masing subindikator tersebut sebagai berikut: Subinikator pertama yaitu

“mahasiswa hanya membaca jenis bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk

dibaca”. Terdapat 5 mahasiswa memilih sangat setuju dan 21 mahasiswa memilih

setuju, artinya sejumlah 26 (78,79%) mahasiswa masuk dalam kategori tinggi dan

dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa hanya membaca jenis bacaan

tertentu yang dianggap menarik dan tidak ada usaha untuk membaca berbagai

jenis bacaan untuk menambah wawasan. Namun, terdapat 2 (6,06%) mahasiswa

memilih tidak setuju, artinya mahasiswa tersebut memiliki sikap positif karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

73

mahasiswa membaca berbagai jenis bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan

meskipun menurut mahasiswa tidak menarik. Persentase tersebut masuk dalam

kategori rendah sekali dan terdapat 5 (15,15%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator kedua yaitu “meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang

mahasiswa pelajari, jika bacaan itu menarik, mahasiswa membacanya”. Terdapat

7 mahasiswa memilih sangat setuju dan 17 mahasiswa memilih setuju, artinya

sejumlah 24 (72,73%) mahasiswa masuk dalam kategori tinggi dan dipandang

sebagai sikap positif karena mahasiswa membaca berbagai jenis bacaan meskipun

tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari. Namun, terdapat 2 mahasiswa

memilih tidak setuju dan 2 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 4

(12,12%) mahasiswa masuk kategori rendah sekali dan dipandang sebagai sikap

negatif karena mahasiswa tidak ingin membaca jenis bacaan yang tidak berkaitan

dengan bidang yang dipelajari meskipun bacaan itu menarik. Terdapat pula 5

(15,15%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator ketiga yaitu “mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat

secara langsung dan mendukung perkuliahan mahasiswa”. Terdapat 6 mahasiswa

memilih sangat setuju dan 19 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 24

(75,76%) mahasiswa masuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap

positif karena mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan

mendukung perkuliahan. Namun, 2 (6,06%) mahasiswa memilih tidak setuju dan

masuk dalam kategori rendah sekali. Pilihan tersebut dipanadang sebagai sikap

negatif karena mahasiswa tidak membaca bacaan yang bermanfaat secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

74

langsung dan mendukung perkuliahan. Terdapat pula 6 (18,18%) mahasiswa

belum jelas sikapnya.

h. Indikator Tingkat Intelegensi

Tingkat intelegensi pembaca akan mempengaruhi kemampuan membaca

kritis. Adapun subindikator ini sebagai berikut: (1) tingkat intelegensi tidak begitu

penting jika tekun dan rajin membaca akan mempermudah memahami isi bacaan

dan (2) kebutuhan hidup dapat dipenuhi dengan membaca. Lebih jelasnya dapat

dilihat dalam tabel indikator tingkat intelegensi di bawah ini.

Tabel 4.9 Indikator Tingkat Intelegensi

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Tingkat intelegensi tidak begitu

penting, jika tekun dan rajin membaca

pasti dapat memahami isi bacaan.

1 6 6 16 4

2

Kebutuhan hidup yang berhubungaan

dengan ilmu pengetahuan tidak selalu

dapat dipenuhi hanya melalui membaca.

1 9 6 12 5

Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat subindikator. Penjelasang setiap

subindikator sebagai berikut: subinidikator pertama yaitu “tingkat intelegensi

tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi

bacaan”. Terdapat 4 mahasiswa memilih sangat setuju dan 16 mahasiswa memilih

setuju, artinya sejumlah 20 (60,61%) mahasiswa masuk kategori tinggi dan

dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa tekun dan rajin membaca untuk

mempermudah memahami isi bacaan. Namun, 6 mahasiswa memilih tidak setuju

dan 1 mahasiswa memilih setuju, artinya 7 (21,21%) mahasiswa masuk kategori

rendah dan dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa tidak tekun dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

75

rajin membaca untuk mempermudah memahami isi bacaan. Terdapat pula 6

(18,18%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator kedua yaitu “kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan

ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca”. Terdapat

5 mahasiswa memilih sangat setuju dan 12 mahasiswa memilih setuju, artinya

sejumlah 17 (51,52%) mahasiswa masuk kategori cukup dan dipandang sebagai

sikap negatif karena mahasiswa menyatakan kebutuhan hidup yang berhubungaan

dengan ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca.

Namun, 9 mahasiswa memilih tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat

setuju, artinya 10 (30,30%) mahasiswa masuk kategori rendah dan dipandang

sebagai sikap positif karena mahasiswa menyadari bahwa membaca dapat

memenuhi kebutuhan hidup. Terdapat 6 (18,18%) mahasiswa masih belum jelas

sikapnya.

i. Indikator Penguasaan Bahasa

Penguasaan bahasa yang dimiliki mahasiswa juga akan mempengaruhi

kemampuan membaca kritis. Misal mahasiswa mampu menguasai bahasa asing

tentu saat membaca dan menemukan kata asing mereka akan tetap mampu

memahami isi bacaan. Adapun subindikatornya sebagai berikut: (1) mahasiswa

kesulitan memahami isi bacaan ketika tidak berhubungan dengan bidangnya, (2)

sulitnya isi bacaan tidak membuat mahasiswa berhenti membaca karena bacaan

berkaitan dengan bidangnya, dan (3) mahasiswa sering kesulitan dalam

memahami isi bacaan meskipun berkaitan dengan bidangnya. Lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel indikator penguasaan bahasa di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

76

Tabel 4.10 Indikator Penguasaan Bahasa

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S) 5 (SS)

1

Bacaan yang tidak berkaitan dengan

bidang yang saya pelajari, saya sering

mengalami kesulitan untuk memahami

isinya.

1 4 7 19 2

2

Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika

berkaitan dengan bidang ilmu yang saya

pelajari, saya akan berusaha sampai

dapat memahami isi bacaan.

0 1 5 21 6

3

Meskipun berkaitan dengan bidang

ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang

saya mengalami kesulitan untuk

memahami isi bacaan.

0 3 3 23 4

Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 3 subindikator. Penjelasan

masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu “bacaan

yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering

mengalami kesulitan untuk memahami isinya”. Terdapat 2 mahasiswa memilih

sangat setuju dan 19 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 21 (63,64%)

mahasiswa masuk kategori tinggi dan memiliki sikap negatif karena mahasiswa

ternyata mengalami kesulitan memahami isi bacaan yang tidak berkaitan dengan

bidang yang dipelajarinya. Namun, terdapat 4 mahasiswa memilih tidak setuju

dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 5 (15,15%) mahasiswa

masuk dalam kategori rendah sekali, tetapi dipandang sebagai sikap positif karena

mahasiswa mengaku tidak mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan

meskipun tiak sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Selain itu, terdapat 7

(21,21%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

77

Subindikator kedua yaitu “sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan

dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai

dapat memahami isi bacaan”. Terdapat 6 mahasiswa memilih sangat setuju dan 21

mahasaiswa memilih setuju, artinya sejumlah 27 (81,82%) mahasiswa masuk

kategori sangat tinggi dan dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa

mengaku berusaha memahami isi bacaan yang berkaitan dengan bidang yang

dipelajari meskipun bacaannya sulit. Namun, terdapat 1 (3,03%) mahasiswa

memilih tidak setuju dan masuk dalam kategori rendah sekali. Mahasiswa tersebut

dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa tidak berusaha memahami isi

bacaan yang sesuai dengan bidang yang dipelajari jika bacaannya sulit. Selain itu,

terdapat 5 (15,15%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator ketiga yaitu “meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang

mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk

memahami isi bacaan”. Terdapat 4 mahasiswa memilih sangat setuju dan 23

mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 27 (81,82%) mahasiswa masuk

kategori sangat tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa

mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan meskipun bacaan sesuai dengan

bidang yang dipelajari. Namun, terdapat 3 (9,09%) mahasiswa memilih tidak

setuju, artinya ketiga mahasiswa tersebut masuk dalam kategori rendah sekali dan

dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa tidak mengalami kesulitan

dalam memahami isi bacaan yang sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.

Terdapat 3 (9,09%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

78

4.2.2.1.2 Faktor Eksternal

Faktor Eksternal dibagi menjadi 5 indikator yang mempengaruhi membaca

yakni: (a) indikator latar belakang sosial ekonomi dan tidak tersedianya bahan

bacaan, (b) indikator suasana lingkungan dan waktu, (c) indikator teks, (d)

indikator pengaruh budaya lisan, dan (e) indikator pengaruh media elektronik.

Adapun rincian analisis data faktor eksternal sebagai berikut:

a. Indikator Latar Belakang Sosial Ekonomi dan tidak Tersedianya Bahan

Bacaan

Latar belakang social ekonomi keluarga berhubungan dengan tidak

tersedianya bahan bacaan di rumah. Apabila di rumah tidak memiliki bahan

bacaan yang mewadai dan latar belakang sosial ekonomi keluarga rendah tentu

akan mempengaruhi keinginan mahasiswa untuk membaca. Adapun

subindiaktornya sebagai berikut: (1) kesulitan dalam memperoleh bahan bacaan,

(2) penghasilan orang tua terbatas tapi mahasiswa tetap mudah memperoleh bahan

bacaan, dan (3) rasa gelisah mahasiswa saat ingin membaca tidak tersedia bahan

bacaan. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel latar belakang sosial ekonomi

dan tidak tersedianya bahan bacaan di bawah ini.

Tabel 4.11 Indikator Latar Belakang Sosial Ekonomi dan tidak Tersedianya

Bahan Bacaan

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Saya tidak pernah mengalami kesulitan

untuk memperoleh bahan bacaan yang

saya butuhkan.

0 17 5 10 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

79

2

Karena penghasilan orang tua terbatas,

bacaan yang sebenarnya saya butuhkan

tidak saya peroleh dengan mudah.

6 16 3 6 2

3

Saya merasa gelisah di saat ingin

membaca tetapi tidak tersedia bahan

bacaan

3 10 6 13 1

Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat tiga subindikator. Penjelasan

masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu

“mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan

yang mahasiswa butuhkan”. Terdapat 1 mahasiswa memilih sangat setuju dan 10

mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 11 (33,33%) mahasiswa masuk

dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif karena tidak pernah

mengalami kesulitan dalam memperoleh bacaan yang dibutuhkan. Namun,

terdapat 17 (51,52%) mahasiswa masuk dalam kategori cukup dan dipandang

sebagai sikap negatif karena mahasiswa menagalami kesulitan dalam memperoleh

bahan bacaan yang dibutuhkan. Selain itu, terdapat 5 (15,15%) mahasiswa masih

belum jelas sikapnya.

Subindikator kedua yaitu “karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan

yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak mahasiswa peroleh dengan mudah”.

Terdapat 2 mahasiswa memilih sangat setuju dan 6 mahasiswa memilih setuju,

artinya 8 (24,24%) mahasiswa masuk kategori rendah dan dipandang sebagai

sikap negatif karena penghasilan orang tua terbatas sehingga mahasiswa kesulitan

memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan. Namun, terdapat 16 mahasiswa

memilih tidak setuju dan 6 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya

sejumlah 22 (66,67%) mahasiswa masuk dalam kategori tinggi dan dipandang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

80

sebagai sikap postif karena mahasiswa dengan mudah memperoleh bahan bacaan

yang dibutuhkan meskipun penghasilan orang tuanya terbatas. Terdapat pula 3

(9,09%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator ketiga yaitu “mahasiswa merasa gelisah di saat ingin membaca

tetapi tidak tersedia bahan bacaan”. Terdapat 1 mahasiswa memilih sangat setuju

dan 13 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 14 (42,24%) mahasiswa

masuk dalam kategori cukup dan dipadang sebagai sikap positif karena

mahasiswa merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan

bacaan. Namun, terdapat 10 mahasiswa memilih tidak setuju dan 3 mahasiswa

memilih sangat tidak setuju, artinya sejumlah 13 (39,39%) mahasiswa masuk

dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa

tidak merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan.

Terdapat pula 6 (18,18%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

b. Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu

Suasana lingkungan berhubungan dengan waktu. Apabila suasana

lingkungan tidak mendukung untuk melakukan membaca tentu waktu membaca

akan tertunda. Adapun subindikatornya sebagai berikut: (1) lingkungan rumah

yang nyaman untuk membaca, (2) perpustakaan sebagai tempat untuk

menyelesaiakan masalah, dan (3) jadwal membaca yang terganggu apabila ada

tamu. Lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel indikator suasana lingkungan dan

waktu di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

81

Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Lingkungan rumah tangga saya atau

tempat saya tinggal sangat nyaman

untuk membaca.

3 2 6 19 3

2

Saya ke perpustakaan untuk membaca

jika ada masalah yang perlu

diselesaikan.

1 10 4 11 7

3

Jadwal membaca saya sering terganggu,

jika tiba-tiba ada orang yang datang

bertamu.

0 4 4 22 3

Berdasarkan data di atas diketahui terdapat 3 subindikator. Penjelasan

masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu

“lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat

nyaman untuk membaca”. Terdapat 7 mahasiswa memilih sangat setuju dan 19

mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 22 (66,67%) mahasiswa masuk

kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif karena lingkkungan rumah

mahasiswa sangat nyaman untuk membaca. Namun, terdapat 2 mahasiswa

memilih tidak setuju dan 3 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 5

(15,15%) mahasiswa menyatakan bahwa lingkungan rumaha mahasiswa tidak

nyaman untuk membaca. Pernyataan tersebut menunjukkan sikap negatif dan

persentasenya masuk dalam kategori rendah sekali. Selain itu, terdapat 6 (18,18%)

mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator kedua yaitu “mahasiswa ke perpustakaan untuk membaca jika

ada masalah yang perlu diselesaikan”. Terdapat 7 mahasiswa memilih sangat

setuju dan 11 mahasiswa setuju, artinya sejumlah 18 (54,54%) mahasiswa masuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

82

dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa

memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat untuk membaca dan mencari solusi

dari masalah yang dihadapinya. Namun, terdapat 10 mahasiswa memilih tidak

setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 11 (33,33%)

mahasiswa dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa tidak merasa

menyaadari dengan membaca di perpustakaan dapat menemukan solusi dari

masalah yang hadapinya. Persentase tersebut masuk dalam kategori rendah dan

terdapat 4 (12,12%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator ketiga yaitu “jadwal membaca mahasiswa sering terganggu,

jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 3

mahasiswa dan setuju dipilih oleh 22 mahasiswa. Sejumlah 25 (75,76%)

mahasiswa tersebut masuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap

negatif karena jadwal membaca mahasiswa sering terganggu, jika tiba-tiba ada

orang yang datang bertamu. Namun, terdapat 4 (12,12%) mahasiswa masuk dalam

kategori rendah sekali dan dipandang sebagai sikap positif karena jadwal

membaca mahasiswa tidak terganggu meskipun tiba-tiba ada tamu. Terdapat pula

4 (12,12%) mahasiswa sikapnya belum diketahui secara jelas.

c. Indikator Teks

Indikator teks: keadaan bacaan yang panjang, bahasa yang dipakai dalam

teks yang sulit, dan tata tulis teks tidak terstruktur, tingkat keterbacaan teks yang

sulit akan menghambat mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Adapun

subindaikator sebagai berikut: (1) kesulitan saat menemui kata-kata yang tidak

diketahui artinya, (2) kalimat yang terlalu panjang, (3) Tingkat keterbacaan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

83

terlalu sulit, (4) Teks yang terlalu banyak kata-kata asing, dan (4) struktur teks

yang tidak sistematis. Lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel indikator teks di

bawah ini.

Tabel 4.13 Indikator Teks

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Ketika membaca, kesulitan yang saya

hadapi adalah kata-kata yang tidak saya

ketahui artinya.

0 5 0 21 7

2

Kalimat yang terlalu panjang

mempersulit saya untuk memahami isi

bacaan.

1 6 9 13 4

3

Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit

sering menghambat pemahaman isi

bacaan.

0 2 3 23 5

4

Teks yang terlau banyak kata-kata asing

sering mempersulit pemahaman isi

bacaan.

0 4 1 23 5

5

Struktur teks yang tidak sistematis

sering mempersulit pemahaman isi

bacaan.

0 5 0 22 6

Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 5 subindikator. Penjelasan

masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu “ketika

membaca, kesulitan yang mahasiswa hadapi adalah kata-kata yang tidak

mahasiswa ketahui artinya”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 7 mahasiswa dan

setuju dipilih oleh 21 mahasiswa, artinya 28 (84,85%) mahasiswa masuk dalam

kategori sangat tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif karena saat membaca

mahasiswa kesulitan jika hadapi kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya.

Namun, terdapat 5 (15,15%) mahasiswa dipadang sebagai sikap positif karena

mahasiswa tidak mengalami kesulitan memahami isi bacaan meskipun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

84

menemukan kata-kata asing yang mahasiswa tidak tahu artinya. Persentase

tersebut masuk dalam kategori rendah sekali.

Subindikator kedua yaitu “kalimat yang terlalu panjang mempersulit

mahasiswa untuk memahami isi bacaan”. Terdapat 4 mahasiswa memilih sangat

setuju dan 13 mahasiswa memilih setuju, artinya 17 (51,51%) mahasiswa masuk

dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif karena kalimat yang

terlalu panjang membuat mahasiswa kesulitan memahami isi bacaan. Namun, 6

mahasiswa memilih tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju,

artinya 7 (21,21%) mahasiswa memiliki sikap positif karena kalimat yang terlalu

panjang tidak membuat mahasiswa kesulitan dalam memahami isi bacaan.

Berdasarkan kategori, persentase tersebut tergolong rendah. Selain itu, terdapat 9

(27,27%) mahasiswa belum jelas sikapnya.

Subindikator ketiga yaitu “tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering

menghambat pemahaman isi bacaan”. Terdapat 5 mahasiswa memilih sangat

setuju dan 23 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 28 (84,85%)

mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk kategori sangat tinggi karena tingkat

keterbacaan yang terlalu sulit mahasiswa sering mengalami kesulitan memahami

isi bacaan. Namun, 2 (6,06%) mahasiswa memilih tidak setuju artinya masiswa

tidak kesulitan dalam memahami isi bacaan meskipun tingkat keterbacaan terlalu

sulit. Berdasarkan kategori, persentase tersebut tergolong rendah sekali dan

dipandang sebagai sikap positif. Terdapat pula 3 (9,09%) mahasiswa belum jelas

sikapnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

85

Subindikator keempat yaitu “teks yang terlau banyak kata-kata asing sering

mempersulit pemahaman isi bacaan”. Terdapat 5 mahasiswa memilih sangat

setuju dan 23 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 28 (84,85%)

mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk kategori sangat tinggi karena

mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan apabila menemui

banyak kata asing dalam teks. Namun, 4 (12,12%) mahasiswa dipandang sebagai

sikap positif karena mahasiswa mudah memahami isi bacaan meskipun teks

terlalu banyak kata asing. Berdasarkan kategori yang ada, persentase tersebut

tergolong rendah sekali. Selain itu, terdapat 1 (3,03%) mahasiswa yang belum

jelas sikapnya.

Subindikator kelima yaitu “struktur teks yang tidak sistematis sering

mempersulit pemahaman isi bacaan”. Terdapat 6 mahasiswa memilih sangat

setuju dan 22 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 28 (84,85%)

mahasiswa masuk dalam kategori sangat tinggi namun dipandang sebagai sikap

negatif karena mahasiswa sering kesulitan dalam memahami isi bacaan saat

bstruktur teks tidak sistematis. Namun, 5 (15,15%) mahasiswa memilih tidak

setuju, artinya kelima mahasiswa tersebut mampu memahami isi bacaan meskipun

struktur teks tidak sistematis. Hal tersebut dipandang sebagai sikap positif

meskipun berdasarkan kategori, persentase tergolong rendah sekali.

d. Indikator Pengaruh Budaya Lisan

Masih kuatnya pengaruh budaya lisan membuat mahasiswa kurang mampu

dalam menyerap informasi melalui membaca. Berikut ini disajikan tabel indikator

pengaruh budaya lisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

86

Tabel 4.14 Indikator Pengaruh Budaya Lisan

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan

dalam hidup saya, sering mempersulit

pemahaman isi bacaan.

2 9 8 12 2

Berdasarkan subindikator di atas yaitu “masih kuatnya pengaruh bahasa

lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan”.

Terdapat 2 mahasiswa memilih sangat setuju dan 12 mahasiswa setuju, artinya

sejumlah 14 (42,42%) mahasiswa dipandang sebagai sikap negatif karena masih

kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa sehingga mempersulit

mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Berdasarkan kategori yang ada,

persentase tersebut tergolong cukup. Namun, 9 mahasiswa memilih tidak setuju

dan 2 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 11 (33,33%) mahasiswa

dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa tidak kesulitan memahami isi

bacaan meskipun budaya lisan mahasiswa masih kuat. Persentase tersebut masuk

dalam kategori rendah. Selain itu, terdapat 8 (24,24%) mahasiswa tidak jelas

sikapnya.

e. Indikator Pengaruh Media Elektronik

Masih kuatnya pengaruh media elektronik khususnya televisi juga

mempengaruhi mahasiswa dalam menyerap informasi melalui membaca karena

mahasiswa terbiasa menyimak. Berikut ini disajikan tabel pengaruh media

elektronik (khususnya televisi).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

87

Tabel 4.15 Indikator Pengaruh Media Elektronik

No Subindikator

Rentangan Skor

1

(TST)

2

(TS)

3

(TMP)

4

(S)

5

(SS)

1

Jika acara televisi menarik, kegiatan

membaca saya tinggalkan terlebih dahulu

untuk menonton acara televisi.

1 6 2 20 4

Berdasarkan subindikator di atas yaitu “jika acara televisi menarik, kegiatan

membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi”.

Terdapat 4 mahasiswa memilih sangat setuju dan 20 mahasiswa memilih setuju,

artinya sejumlah 24 (72,73%) mahasiswa dipandang sebagai sikap sikap negatif

karena mahasiswa lebih mengutamakan menonton televisi daripada membaca.

Berdasarkan kategori yang ada, persentase tersebut tergolong tinggi. Namun,

terdapat 6 mahasiswa memilih pilihan tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih

sangat tidak setuju, artinya 7 (21,21%) mahasiswa dipandang sebagai sikap positif

karena mahasiswa lebih mengutamana membaca daripada menonton televisi.

Persentase tersebut masuk dalam kategori rendah. Terdapat pula 2 (6,06%)

mahasiswa belum jelas sikapnya.

Penjelasan dari 14 tabel yang sudah disajikan oleh peneliti, dapat diketahui

faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selanjutnya

peneliti mencari total skor dengan rumus total jumlah responden yang memilih

(T) dikali dengan pilihan angka skor likert (Pn). Total skor yang diperoleh dari

hasil perhitungan faktor membaca adalah 11501. Setelah total skor diketahui

selanjutnya mencari skor ideal dengan rumus jumlah responden dikali lima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

88

Sedangkan skor rendah dengan jumlah responden dikali satu. Jumlah skor ideal

adalah 16665 dan jumlah skor terendah adalah 3333. Agar dapat menginterpretasi

hasil nilai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa

diperlukan rumus index % yaitu total skor dibagi skor ideal (Y) dikali 100

Adapun hasil perhitungan angket faktor kemampuan membaca yaitu

11501/16665*100 = 69,01%.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas bahwa faktor membaca mahasiswa

semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta masuk dalam kategori Tinggi.

Keseluruhan dari data di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi faktor

yang mempengaruhi kemampuan membaca yang dimiliki oleh mahasiswa

seharusnya kemampuan membaca kritis mahasiswa akan semakin tinggi pula.

4.2.2.2 Analisis SWOT

Penelitian ini juga menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness,

Opportunity, and Threat) untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman. Irham Fahmi, 2013:260 (dalam Nisak) menyatakan bahwa untuk

menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor internal

dan faktor eksternal. Pada faktor internal membaca, subindikator yang termasuk

dalam sikap positif dapat dikatakan sebagai kekuatan sedangkan sikap negatif

dapat dikatakan sebagai kelemahan. Selanjutnya pada faktor eksternal membaca,

subindikator yang termasuk dalam sikap positif dapat dikatakan sebagai peluang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

89

sebaliknya sikap negatif dapat dikatakan sebagai ancaman. Berikut ini disajikan

tabel analisis SWOT:

Tabel 4.16 Analisis SWOT

No SWOT Subindikator

1 Kekuatan Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha

menyelesaikannya tepat waktu.

2 Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-

tingginya dengan cara rajin membaca.

3 Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh

dari kesadaran sendiri.

4 Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas

suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya.

5 Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk

menyegarkan ingatan.

6 Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang

mudah saya jangkau.

7 Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi

bacaan yang saya baca.

8 Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik

saya tetap membacanya.

9

Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan

besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang

saya baca.

10 Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan.

11 Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya

sendiri.

12 Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema

gagasan setiap kali membaca.

13 Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika

memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain.

14 Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat

membantu mempermudah memahami isi bacaan.

15 Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika

bacaan itu menarik, saya membacanya.

16 Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan

mendukung perkuliahan saya.

17 Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin

membaca pasti dapat memahami isi bacaan.

18

Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu

yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi

bacaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

90

1

Kelemahan

Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan

ketika membaca.

2 Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester,

dorongan membaca saya sangat kuat.

3 Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada

bacaan-bacaan hiburan.

4 Saya tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi.

5 Jika teman memiliki buku baru, saya tidak berusaha untuk

memilikinya agar dapat membaca setiap saat.

6 Saya tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.

7 Saya tidak menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.

8 Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi

bacaan yang saya baca.

9 Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam

membaca.

10 Untuk memahami isi bacaan, saya tidak membuat pertanyaan

berdasarkan isi bacaan yang saya baca.

11 Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya

saja.

12

Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau

hasil penelitian, saya tidak ingin melacak sumber aslinya agar dapat

memahami secara lebih komprehensif.

13 Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik

untuk dibaca.

14 Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan

tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca.

15

Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari,

kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi

bacaan.

16 Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari,

saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.

1

Peluang

Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya

saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah.

2

Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia

bahan bacaan

3

Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat

nyaman untuk membaca.

4 Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu

diselesaikan.

1 Ancaman

Saya pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan

yang saya butuhkan.

2

Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang

yang datang bertamu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

91

3

Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang

tidak saya ketahui artinya.

4

Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami

isi bacaan.

5

Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat

pemahaman isi bacaan.

6

Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit

pemahaman isi bacaan.

7

Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman

isi bacaan.

8

Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering

mempersulit pemahaman isi bacaan.

9

Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan

terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.

Berdasarkan tabel di atas diketahui 18 subindikator kekuatan yaitu

mahasiswa berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu, ingin mencapai prestasi

yang tinggi, kesadaran diri untuk membaca, respek kepada orang yang memberi

jawaban dengan menyebutkan sumber, membaca lagi untuk menyegarkan ingatan,

menyiapkan buku-buku yang mudah dijangkau, mudah memahami isi bacaan saat

kondisi perasaan sedang enak, tetap membaca meskipun sakit, memiliki berbagai

pengalaman dan pengetahuan dari membaca, sambil membaca membuat

ringkasan, setelah membaca merumuskan gagasan dengan bahasa sendiri,

membuat skema gagasan setiap kali membaca, mampu berpikir kritis saat

memberi tanggapan, tekun membaca, dan berusaha memahami isi bacaan

meskipun isi bacaan sangat sulit.

Mahasiswa memiliki 16 subindikator kelemahan yaitu tidak pernah

membuat target saat membaca, dorongan membaca sangat tinggi hanya saat akan

ujian, hanya membaca bacaan yang bersifat hiburan, tidak membawa bahan

bacaan saat bepergian, tidak merasa ingin memiliki buku baru jika teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

92

memiliki buku baru, tidak memiliki minat untuk membaca setiap hari, tidak

memyusun jadwal teratur untuk membaca, saat galau mahasiswa kesulitan

memahami isi bacaan, saat kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa juga kesulitan

memahami isi bacaan, tidak membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, hanya

mengingat-ingat isi bacaan untuk memahami isi bacaan, tidak ada rasa ingin

melacak sumber asli setiap ada pendapat para ahli dalam suatu artikel atau jurnal,

hanya membaca jenis bacaan yang dianggap menarik, mahasiswa tidak menyadari

bahwa memca dapa memenuhi kebutuhan hidup, sering kseulitan dalam

memahami isi bacaan meskipun berkaitan dengan bidang yang dipelajari, dan

kesulitan dalam memahami isi bacaan yang tidak sesuai dengan bidang yang

dipelajari.

Adapun peluang yang dimiliki mahasiswa yaitu meskipun orangtuanya

berpengahasilan terbatas, tetapi mahasiswa mampu memperoleh bacaan dengan

mudah, merasa gelisah jika tidak ada bahan bacaan di rumah, lingkungan tempat

tinggal mahasiswa sangat nyaman untuk membaca, dan pergi ke perpustakaan

untuk menyelesaikan masalah.

Selain terdapat peluang, mahasiswa juga memiliki ancaman yaitu

mahasiswa kesulitan memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan, jadwal

membaca sering terganggu saat ada tamu, kesulitan memahami isi bacaan jika

menemukan kata-kata yang tidak diketahui artinya, kesulitan memahami isi

bacaan karena kalimat terlalu panjang, tingkat keterbacaan yang terlalu sulit,

terlalu banyak kata-kata asing dalam teks dan struktur yang tidak sitematis, masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

93

kuatnya pengaruh budaya lisan dalam hidup mahasiswa dan kuatnya pengaruh

televisi.

4.2.3 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dan Keterkaitannya

dengan Analisis SWOT

Kemampuan membaca kritis mahasiswa diukur dengan memberikan tes

objektif yang berupa tes pilihan ganda. Tes ini untuk mengukur tingkat

pemahaman isi bacaan dan berpikir kritis mahasiswa. Jumlah soal tes membaca

kritis terdiri atas 40 butir soal. Butir soal dibuat dari potongan artikel dan dibatasi

khusus untuk teks nonfiksi. Dari setiap pertanyaan diharapkan mahasiswa mampu

memilih satu jawaban benar dari lima pilihan yang sudah disediakan.

Agar dapat mengetahui hasil tes kemampuan membaca kritis, peneliti

melakukan penilaian tes dengan cara jawaban benar akan diberi skor (1) dan salah

diberi skor (0). Jumlah benar dalam satu tes setiap mahasiswa menjadi nilai

keseluruhan. Setelah mengetahui nilai masing-masing mahasiswa lalu mencari

rata-rata nilai mahasiswa dengan rumus:

Berdasarkan rumus diatas diketahui rata-rata nilai mahasiswa semester VI

kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia adalah 21,94. Setelah

mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan perhitungan indek

Keterangan: X = rata-rata

Ʃx = jumlah seluruh skor mahasiswa

N = jumlah mahasiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

94

tingkat kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus jawaban benar dibagi jumlah

responden. Tujuan perhitungan ITK ini yaitu untuk mengetahui layak atau tidak

layak butir soal. Menurut Oller (dalam Nurgiyantoro, 2012:195) Semua butir soal

dinyatakan layak jika indek tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai

dengan 0,85. Namun, rentangan interval tersebut masih terlalu luas, indeks 0,15

dan 0,85 masih terlihat ekstrem sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat

ditoleransi adalah berkisar 0,20-0,80. ITK 0,20-40 adalah butir soal yang

berkategori sulit, 0,40-0,60 berkategori sedang, dan 0,61-0,80 berkategori mudah.

Berikut disajikan hasil perhitungan indek tingkat kesulitan butir soal.

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal

No. Kategori Predikat No Butir Soal

1. Sulit Layak 1, 4, 5, 11, 12, 14, 24, 29, 31, 33, 34, 36, 38, 40.

2. Sedang Layak 15, 27, 28, 32.

3. Mudah Layak 3, 6, 7, 8, 10, 21, 25, 26, 30, 35, 37, 39.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 40 butir soal terdapat 30 butir

soal terdapat 14 butir soal layak berkategori sulit, 4 butir soal berkategori sedang,

dan 12 butir soal berkategori mudah. Tabel di atas tidak dipaparkan butir soal

dengan predikat tidak layak karena penelitian ini menggunakan uji coba terpakai.

Jadi butir soal yang tidak layak tidak dicantumkan dalam tabel di atas.

4.2.3.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

Setelah diketahui indek tingkat kesulitan butir soal, tes kemampuan

membaca kritis berjumlah 30 soal pertanyaan. Selanjutnya peneliti melakukan

penilaian setiap aspek membaca kritis dengan rumus jumlah butir soal dikali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

95

dengan jumlah responden. Adapun hasil tes membaca kritis setiap aspek dapat

dilihat pada diagram di bawah ini.

Grafik 4.1 Tes Membaca Kritis Setiap Aspek

Grafik batang di atas menjelaskan tentang tujuh aspek yang terdapat dalam

tes kemampuan membaca kritis yaitu kemampuan mengenali dan mengingat,

memahami isi bacaan, menerapkan konsep-konsep, menganalisis, membuat

kesimpulan, menilai, dan memproduksi. Melalui grafik tersebut juga dapat

diketahui jumlah mahasiswa yang dapat menjawab benar dalam setiap aspek.

Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai analisis hasil perhitungan

membaca kritis setiap aspek:

a. Kemampuan Mengenal dan Mengingat

Aspek kemampuan mengenal dan mengingat terdapat empat indikator yaitu

kemampuan mengidentifikasi ide pokok/gagasan utaman, kemampuan mengingat,

0

20

40

60

80

100

120

140

160

64

160

93

23 37 49 53

Sko

r

Perhitungan Tes Membaca Kritis Setiap Aspek

Aspek 7

Aspek 6

Aspek 5

Aspek 4

Aspek 3

Aspek 2

Aspek 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

96

kemampuan mengenali fakta-fakta dalam bacaan, dan kemampuan mengenali

opini dalam bacaan. Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan mengenal dan

mengingat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Mengenal dan Mengingat

Aspek Indikator Jumlah

soal

No.

Soal

Jumlah

jawaban

betul

Jumlah

jawaban

salah

Kemampua

n

mengenali

dan

mengingat

Kemampuan

mengidentifikasi ide

pokok/gagasan utama

1 1 11 22

Kemampuan mengingat 1 6 23 10

Kemampuan mengenali

fakta-fakta dalam bacaan

1 3 22 11

Kemampuan mengenali

opini dalam bacaan

1 4 8 25

Jumlah 4 4 64 68

Berdasarkan indikator no. 1 sejumlah 11 mahasiswa mampu menjawab

benar untuk indikator mengidentifikasi ide pokok/gagasan utama, sedangkan sejumlah

22 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 2 terdapat 23 mahasiswa mampu

menjawab benar untuk indikator mengingat, tetapi 10 mahasiswa menjawab salah.

Indikator no. 3 terdapat 22 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator

mengenali fakta-fakta dalam bacaan, sedangkan 11 mahasiswa menjawab salah. Indikator

yang terakhir yaitu sejumlah 8 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator

mengenali opini dalam bacaan, sedangkan 25 mahasiswa menjawab salah.

Kesimpulan dari penjelasan di atas yaitu mahasiswa kurang mampu dalam

mengenali dan mengingat karena mahasiswa yang mampu menjawab benar hanya

sejumlah 64 (48,48%), sedangkan 68 (51,52%) mahasiswa menjawab salah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

97

b. Kemampuan Memahami Bacaan

Aspek kemampuan memahami bacaan terdapat sembilan indikator yaitu

kemampuan menafsirkan, kemampuan memberikan contoh, kemampuan

mengklasifikasikan, kemampuan meringkas, kemampuan menarik inferensi,

kemampuan membandingkan, kemampuan menjelaskan, kemampuan

memperkirakan, dan kemampuan mengartikan kata asing atau istilah. Adapun hasil

perhitungan aspek kemampuan memahami bacaan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memahami Bacaan

Aspek Indikator Jumlah

soal

No.

Soal

Jumlah

jawaban

betul

Jumlah

jawaban

salah

Kemampuan

memahami

bacaan

Kemampuan menafsirkan 1 8 23 10

Kemampuan memberikan

contoh

1 39 22 11

Kemampuan

mengklasifikasikan

1 10 23 10

Kemampuan meringkas 1 5 9 24

Kemampuan menarik

inferensi

1 7 24 9

Kemampuan

membandingkan

1 11 10 23

Kemampuan menjelaskan 1 12 7 26

Kemampuan

memperkirakan

2 14 13 20

35 22 11

Kemampuan mengartikan

kata asing atau istilah

1 31 7 26

Jumlah 10 10 160 170

Pada indikator no. 1 sejumlah 23 mahasiswa mampu menjawab benar untuk

indikator menafsirkan, sedangkan 10 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 2

terdapat 22 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator memberikan

contoh, tetapi 11 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 3 sejumlah 23

mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator mengklasifikasikan,

sedangkan 10 mahasiswa menjawab salah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

98

Indikator no. 4 terdapat 9 mahasiswa mampu menjawab benar untuk

indikator meringkas, sedangkan 24 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 5,

sejumlah 24 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator menarik

inferensi, sedangkan 9 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 6, terdapat 10

mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator membandingkan, sedangkan

23 mahasiswa menjawab salah.

Pada indikator no. 7 terdapat 7 mahasiswa mampu menjawab benar untuk

indikator menjelaskan, sedangkan 26 mahasiswa menjawab. Indikator no. 8

terdapat dua soal, soal pertama terdapat 13 mahasiswa mampu menjawab benar

untuk indikator memperkirakan, sedangkan 20 mahasiswa menjawab salah. Dari

hasil tersebut diketahui kemampuan memperkirakan mahasiswa rendah. Namun,

soal kedua terdapat 22 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator

memperkirakan, sedangkan 11 mahasiswa menjawab salah. Data kedua

menunjukkan bahwa mahasiswa mampu memperkirakan. Indikator no. 9 terdapat

7 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator mengartikan kata asing atau

istilah, tetapi 26 mahasiswa menjawab salah.

Berdasarkan data-data di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kurang

mampu dalam memahami isi bacaan karena hanya 160 (48,48%) mahasiswa yang

mampu menjawab betul, sedangkan sejumlah 170 (51,52%) mahasiswa menjawab

salah.

c. Kemampuan Menerapkan Konsep-Konsep

Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan menerapkan konsep-konsep

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

99

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menerapkan Konsep-Konsep

Aspek Indikator Jumlah

soal

No.

Soal

Jumlah

jawaban

betul

Jumlah

jawaban

salah

Kemampuan

menerapkan

konsep-

konsep

Kemampuan menerapkan

konsep-konsep

5 15 19 14

30 24 9

36 13 20

37 24 9

38 13 20

Jumlah 5 5 93 72

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sejumlah 93 mahasiswa

mampu menjawab benar untuk indikator menerapkan konsep-konsep, tetapi 72

mahasiswa menjawab salah. Kesimpulannya adalah mahasiswa mampu

menerapkan konsep-konsep karena 93 (56,36 %) mahasiswa mampu menjawab

benar, sedangkan sejumlah 72 (43,64%) mahasiswa menjawab salah.

d. Kemampuan Menganalisis

Aspek kemampuan menganalisis terdapat dua indikator yaitu kemampuan

membedakan dan kemampuan menemukan pesan tersirat. Adapun hasil perhitungan

aspek kemampuan menganalisis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menganalisis

Aspek Indikator Jumlah

soal

No.

Soal

Jumlah

jawaban

betul

Jumlah

jawaban

salah

Kemampuan

menganalisis

Kemampuan

membedakan

1 40 8 25

Kemampuan menemukan

pesan tersirat

1 28 15 18

Jumlah 2 2 23 43

Indikator no. 1 terdapat 8 mahasiswa mampu menjawab benar untuk

indikator membedakan, sedangkan 25 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

100

terdapat 15 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator menemukan pesan

tersirat, sedangkan 18 mahasiswa menjawab salah. Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa mahasiswa kurang mampu dalam menganalisis karena hanya terdapat

23 (34,85%) mahasiswa yang mampu menjawab benar, sedangkan 43 (65,15%)

mahasiswa menjawab salah.

e. Kemampuan Membuat Kesimpulan

Aspek kemampuan membuat kesimpulan terdapat dua indikator yaitu

kemampuan menyimpulkan teks bacaan dan kemampuan menyusun kembali

kerangka bacaan. Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan membuat kesimpulan

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Membuat Kesimpulan

Aspek Indikator Jumlah

soal

No.

Soal

Jumlah

jawaban

betul

Jumlah

jawaban

salah

Kemampuan

membuat

kesimpulan

Kemampuan

menyimpulkan teks

bacaan

1 27 14 19

Kemampuan menyusun

kembali kerangka bacaan

1 25 23 10

Jumlah 2 2 37 29

Indikator no 1 terdapat 14 mahasiswa mampu menjawab benar untuk

indikator menyimpulkan teks bacaan, sedangkan 19 mahasiswa menjawab salah.

Indikator no. 2 sejumlah 23 mahasiswa mampu menjawab dengan benar untuk

indikator menyusun kembali kerangka bacaan, sedangkan 10 mahasiswa

menjawab salah. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa

mampu membuat kesimpulan. Sejumlah 37 (56,06%) mahasiswa mampu

menjawab dengan benar, sedangkan 29 (43,94%) mahasiswa menjawab salah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

101

f. Kemampuan Menilai

Aspek kemampuan menilai terdapat dua indikator yaitu. Adapun hasil

perhitungan aspek kemampuan menilai dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menilai

Aspek Indikator Jumlah

soal

No.

Soal

Jumlah

jawaban

betul

Jumlah

jawaban

salah

Kemampuan

menilai

Kemampuan menilai

gagasan utama atau

keseluruhan bacaan

1 21 25 8

Kemampuan mengkritik

suatu bacaan

2 29 10 23

32 14 19

Jumlah 3 3 49 50

Indikator no. 1 terdapat 21 mahasiswa mampu menjawab dengan benar

untuk indikator menilai gagasan utama atau keseluruhan bacaan, sedangkan hanya

8 mahasiswa yang menjawab salah. Indikator no. 2 terdapat dua soal. Soal

pertama, hanya 10 mahasiswa yang mampu menjawab benar untuk indikator

mengkritik suatu bacaan dan 23 mahasiswa menjawab salah. Hasil soal kedua

juga menunjukkan kemampuan mengkritik mahasiswa rendah. Hanya terdapat 14

mahasiswa yang mampu menjawab benar, sedangkan 19 mahasiswa menjawab

salah. Kesimpulan dari data tersebut adalah mahasiswa kurang mampu menilai

karena hanya sejumlah 49 (49,49%) mahasiswa yang mampu menjawab benar,

sedangkan 50 (50,50%) mahasiswa menjawab salah.

g. Kemampuan Memproduksi

Aspek kemampuan memproduksi terdapat dua indikator yaitu kemampuan

merumuskan, kemampuan merencanakan, dan kemampuan memproduksi/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

102

merangkum. Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan memproduksi dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memproduksi

Aspek Indikator Jumlah

soal

No.

Soal

Jumlah

jawaban

betul

Jumlah

jawaban

salah

Kemampuan

memproduksi

Kemampuan merumuskan 1 34 9 24

Kemampuan

merencanakan

1 24 11 22

Kemampuan

memproduksi/

merangkum

2 26 26 7

33 7 26

Jumlah 4 4 53 79

Indikator no. 1 hanya terdapat 9 mahasiswa yang mampu menjawab benar

untuk indikator merumuskan, sedangkan 24 mahasiswa menjawab salah. Indikator

no. 2 terdapat 11 mahasiswa yang mampu menjawab benar untuk indikator

merencanakan, sedangkan 22 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 3,

terdapat dua soal. Soal pertama, sejumlah 26 mahasiswa mampu menjawab benar

untuk indikator memproduksi dan hanya 7 mahasiswa yang menjawab salah.

Namun hasil soal kedua berbanding terbalik, hanya terdapat 7 mahasiswa yang

mampu menjawab benar dan 26 mahasiswa menjawab salah. Kesimpulannya

adalah mahasiswa kurang mampu dalam memproduksi atau merangkum karena

hanya terdapat 53 (40,15%) mahasiswa yang mampu menjawab benar, sedangkan

79 (59,85%) mahasiswa menjawab salah.

Berdasarkan penjelasan mengenai tujuh aspek di atas dapat disimpulkan

bahwa mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta hanya mampu menerapkan

konsep-konsep dan membuat kesimpulan. Mahasiswa masih banyak yang kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

103

mampu dalam aspek mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan,

menganalisis, menilai, dan memproduksi. Kelima aspek tersebut merupakan

kelemaham mahasiswa sehingga dapat dikatakan mahasiswa kurang mampu

dalam membaca kritis. Oleh karena itu pengembangan aspek yang akan dilakukan

dalam penelitian ini adalah kelima aspek tersebut sehingga nantinya hasil

penelitian ini memberikan solusi agar mahasiswa mampu membaca kritis.

Setelah menganalisis setiap aspek, peneliti melakukan pehitungan untuk

menentukan batas minimal kelulusan mahasiswa yaitu dengan menghitung

persentase. Mahasiswa dikatakan lulus apabila memperoleh nilai KKM (Kategori

Ketuntasan Minimal). Nilai KKM untuk membaca kritis yaitu C (cukup).

Penentuan kategori dengan perhitungan persentase ini menggunakan patokan

untuk skala 5 yang diadaptasi dari kategori penilaian milik Nurgiyantoro

(2010:253). Adapun hasil perhitungan tes kemampuan membaca kritis dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis

No. Interval Skor F (%) Skala Kategori

1. 85-100 34-40 0 0% 5 A Kemampuan Membaca Kritis

Sangat Tinggi

2. 75-84 30-33 0 0% 4 B Kemampuan Membaca Kritis

Tingggi

3. 60-74 24-29 11 33,33% 3 C Kemampuan Membaca Kritis

Cukup

4. 40-59 16-23 21 63,64% 2 D Kemampuan Membaca Kritis

Kurang

5. 0-30 0-15 1 3,03% 1 E Tidak Memiliki Memampuan

Membaca Kritis

Keterangan f:frekuensi %:persentase.

Tabel 4.25 dapat diketahui nilai tes membaca kritis mahasiswa yang

memiliki kemampuan membaca kritis tinggi adalah mahasiswa yang memperoleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

104

skor 30 sampai dengan 40. Dikatakan memiliki kemampuan membaca kritis tinggi

apabila mahasiswa mampu mengenali dan mengingat, memahami bacaan,

menerapkan konsep, menganalisis, membuat kesimpulan, menilai, dan

memproduksi.

Mahasiswa yang memiliki kemampuan membaca kritis rendah yaitu

mahasiswa yang memperoleh skor kurang dari 15 sampai dengan 29. Dikatakan

memiliki kemampuan membaca kritis rendah apabila mahasiswa kurang mampu

mengenali dan mengingat, tidak dapat memahami bacaan, tidak mampu

menerapkan konsep, tidak mampu menganalisis, tidak bisa membuat kesimpulan,

tidak dapat menilai, dan kurang mampu memproduksi.

Terdapat sebelas mahasiswa (33,33%) lulus KKM dengan skor 24-29

dikategori kemampuan membaca kritis cukup. Dikatakan kemampuan membaca

kritis mahasiswa cukup karena mampu mengartikan istilah, mampu mengingat,

menentukan fakta dan opini, kurang memahami isi bacaan, mampu menerapkan

konsep, mampu menganalisis, tidak dapat membuat kesimpulan, dan mampu

memproduksi.

Sejumlah 21 (63,64%) mahasiswa dengan skor 16-23 dikategori

kemampuan membaca kritis kurang. Dikatakan kemampuan membaca kritis

mahasiswa kurang karena kurang mampu dalam mengenali dan mengingat,

kurang memahami isi bacaan, kurang mampu dalam menerapkan konsep, kurang

mampu mengkritik teks, kurang mampu membuat kesimpulan dan kurang mampu

memproduksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

105

Satu (3,03%) mahasiswa dengan skor 0-15 dikategori tidak memiliki

kemampuan membaca kritis. Dikatakan tidak memiliki kemampuan membaca

kritis karena tidak dapat mengenali dan mengingat, tidak mampu memahami isi

bacaan, tidak dapat menerapkan konsep, tidak dapat menganalisis bacaan, tidak

mampu membuat kesimpulan, tidak mampu menilai, dan tidak mampu

memproduksi.

Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 33 mahasiswa

semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tidak ada yang mempunyai kemampuan

membaca kritis sangat tinggi maupun tinggi. Mahasiswa yang lulus KKM

membaca kritis berjumlah 11 mahasiswa. Nilai rata-rata mahasiswa semester VI

kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia adalah 21,94. Hasil

nilai rata-rata tersebut dapat diketahui kemampuan membaca kritis mahasiswa

berada di kategori kurang. Hasil perhitungan tersebut sesuai dengan hasil

analisis data setiap aspek yang sudah dijelaskan di atas yang juga menunjukkan

kemampuan mahasiswa tergolong rendah. Hasil tes kemampuan membaca kritis

ini tidak selaras dengan hasil angket faktor membaca yang berkategori tinggi.

4.2.3.2 Keterkaitan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dengan Analisis

SWOT

Tujuh aspek yang telah dianalisis menunjukkan bahwa mahasiswa hanya

mampu mencapai keberhasilan pada aspek menerapkan konsep-konsep dan

membuat kesimpulan. Hal ini dapat diketahui bahwa mahasiswa tidak dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

106

mencapai lima aspek membaca kritis yakni aspek mengenali dan mengingat,

memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduksi. Oleh karena itu,

untuk mengetahui alasan mahasiswa dapat berhasil dan tidak berhasil dalam

mencapai aspek membaca kritis dikaitkan dengan analisis SWOT yang berasal

dari data observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis SWOT ini dapat

menunjukkan kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki

mahasiswa. Adapun penjabarannya sebagai berikut:

a. Keterkaitan Aspek Mengenali dan Mengingat dengan Analisis SWOT

Hasil tes membaca kritis pada aspek mengenali dan mengingat diketahui

sejumlah 48,48% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 51,52%

mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.

Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan

dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan

untuk mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek mengenali dan mengingat.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

Tabel 4.26 Analisis SWOT dalam Aspek Mengingat dan Mengenali

No SWOT Subindikator

1

Kekuatan

Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha

menyelesaikannya tepat waktu.

2

Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk

menyegarkan ingatan.

3

Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan

besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang

saya baca.

4

Mahasiswa membuat pengingat di note untuk membaca buku

minimal 3 buku dalam 1 minggu

1 Kelemahan

Saya tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi.

2

Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya

saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

107

1

Peluang

Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat

nyaman untuk membaca.

2

Dosen mengajukan pertanyaan mengenai materi yang sudah

dipelajari

3

Sebelum masuk ke materi perkuliahan, dosen mengingatkan

kembali materi yang dipelajari

4

Sebelum mengakhiri perkuliahan, dosen mengajak mahasiswa

untuk melakukan refleksi mengenai materi yang sudah dipelajari.

1 Ancaman

Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi

bacaan.

2

Teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit

pemahaman isi bacaan.

Tabel di atas diketahui terdapat 4 kekuatan dan 2 kelemahan dalam

indikator mengenali dan mengingat. Adapun kekuatannya yaitu mahasiswa

disiplin dalam menyelesaikan tugas, selalu membaca kembali bacaan yang sudah

dibaca untuk menyegarkan ingatan, dan memiliki berbagai pengetahuan

membantu mempermudah memahami isi bacaan, dan mahasiswa membuat

pengingat di note untuk membaca buku minimal 3 buku dalam 1 minggu.

Kelemahannya yaitu mahasiswa tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi

dan mahasiswa hanya mengingat-ingat isinya saja untuk memahami isi bacaan

Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 4 peluang dan 2

ancaman dalam indikator mengenali dan mengingat. Peluangnya yaitu lingkungan

tempat tinggal mahasiswa sangat nyaman untuk membaca, dosen mengajukan

pertanyaan mengenai materi yang sudah dipelajari, sebelum masuk ke materi

perkuliahan, dosen mengingatkan kembali materi yang dipelajari, dan sebelum

mengakhiri perkuliahan, dosen mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi

mengenai materi yang sudah dipelajari. Ancamannnya yaitu mahasiswa kesulitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

108

memahami isi bacaan ketika kalimat dalam bacaan terlalu panjang dan teks terlalu

banyak kata-kata asing.

b. Keterkaitan Aspek Memahami Isi Bacaan dengan Analisis SWOT

Hasil tes membaca kritis pada aspek memahami isi bacaan diketahui

sejumlah 48,48% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 51,52%

mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.

Selain itu, data observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil

observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek memahami isi bacaan. Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

Tabel 4.27 Analisis SWOT dalam Aspek Memahami Isi Bacaan

No SWOT Subindikator

1

Kekuatan

Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan

yang saya baca.

2

Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik

saya tetap membacanya.

3

Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan

besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang

saya baca.

4

Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin

membaca pasti dapat memahami isi bacaan.

5

mahasiswa aktif bertanya kepada teman yang presentasi apabila

belum memahami materi

6

mencari sumber lain yang sesuai dengan tema yang sama untuk

menambah wawasan

7 Setelah membaca, mahasiswa membuat rangkuman

1

Kelemahan

Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi

bacaan yang saya baca.

2

Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam

membaca.

3

Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-

kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan.

1 Peluang

Meskipun penghasilan orang tua terbatas, tetapi bacaan yang saya

butuhkan dapat saya peroleh dengan mudah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

109

2 dosen memberi tugas membaca

3 dosen memberi penegasan sebelum mengakhiri perkuliahan

1

Ancaman

Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang

yang datang bertamu.

2

Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat

pemahaman isi bacaan.

3

mahasiswa kesulitan dalam memahami isi bacaan apabila suasana

lingkungan ramai/ tidak konsusif

Tabel di atas diketahui terdapat 7 kekuatan dan 3 kelemahan dalam

indikator memahami isi bacaan. Kekuatannya yaitu jika perasaan sedang enak,

mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan, meskipun kondisi kesehatan

mahasiswa tidak baik, tetapi akan menghadapi ujian mahasiswa tetap membaca,

mahasiswa miliki pengetahuan atau pengalaman banyak sehingga membantu

mempermudah pemahaman isi bacaan, mahasiswa tekun dan rajin membaca,

mahasiswa aktif bertanya kepada teman yang presentasi apabila belum memahami

materi, mencari sumber lain yang sesuai dengan tema yang sama untuk

menambah wawasan, dan setelah membaca, dan mahasiswa membuat rangkuman.

Adapun kelemahannya yaitu jika kondisi perasaan sedang galau, mahasiswa sulit

sekali memahami isi bacaan, mahasiswa sulit berkonsentrasi dalam membaca jika

kondisi kesehatan tidak baik, dan kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan

untuk memahami isi bacaan meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang

mahasiswa pelajari.

Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 3 peluang dan 3

ancaman dalam indikator memahami isi bacaan. Adapun peluangnya yaitu

meskipun penghasilan orang tua terbatas, mahasiswa peroleh bahan bacaan yang

dibutuhkan dengan mudah,, dosen memberi tugas membaca, dan dosen memberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

110

penegasan sebelum mengakhiri perkuliahan. Ancamannya yaitu jadwal membaca

mahasiswa sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu, tingkat

keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan, dan

mahasiswa kesulitan dalam memahami isi bacaan apabila suasana lingkungan

ramai/ tidak konsusif.

c. Keterkaitan Aspek Menerapkan Konsep-konsep dengan Analisis SWOT

Hasil tes membaca kritis pada aspek menerapkan konsep-konsep diketahui

sejumlah 56,36% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 43,64%

mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.

Selain itu, data observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil

observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek menerapkan konsep-konsep.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

Tabel 4.28 Analisis SWOT dalam Aspek Menerapkan Konsep-konsep

No SWOT Subindikator

1

Kekuatan

Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh

dari kesadaran sendiri.

2

Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat

membantu mempermudah memahami isi bacaan.

3

Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan

mendukung perkuliahan saya.

4

Mahasiswa memberi masukan kepada teman yang presntasi supaya

dapat menyajikan materi lebih baik lagi dan penyaji akan

memperbaikinya.

5

Mahasiswa mencari dan membeli buku literatur yang disarankan

dosen

6 Mahasiswa menulis cerpen

1 Kelemahan

Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester,

dorongan membaca saya sangat kuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

111

2

Jika teman memiliki buku baru, saya tidak berusaha untuk

memilikinya agar dapat membaca setiap saat.

3

Mahasiswa lebih suka menonton film daripada membaca buku

aslinya

1 Peluang

Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu

diselesaikan.

2 Dosen memberi proyek (tugas) secara berkelompok.

1 Ancaman

Saya pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan

yang saya butuhkan.

2

Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan

terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.

Tabel di atas diketahui terdapat 6 kekuatan dan 3 kelemahan dalam

indikator menerapkan konsep-konsep. Kekuatannya yaitu mahasiswa membaca

atas dasar kesadaran sendiri, mahasiswa memahami berbagai teknik membaca

sehingga sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan, dan mahasiswa

membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan

mahasiswa, mahasiswa memberi masukan kepada teman yang presntasi supaya

dapat menyajikan materi lebih baik lagi dan penyaji akan memperbaikinya,

mahasiswa mencari dan membeli buku literatur yang disarankan dosen, dan

mahasiswa menulis cerpen. Adapun kelemahannya yaitu dorongan membaca

mahasiswa sangat kuat hanya saat menempuh ujian tengah semester atau akhir

semester, dan jika teman memiliki buku baru, mahasiswa tidak berusaha untuk

memilikinya agar dapat membaca setiap saat dan mahasiswa lebih suka menonton

film daripada membaca buku aslinya.

Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 2 peluang dan 2

ancaman dalam indikator menerapkan konsep-konsep. Adapun peluangnya yaitu

mahasiswa ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu

diselesaikan dan dosen memberi proyek (tugas) secara berkelompok..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

112

Ancamannya yaitu mahasiswa pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh

bahan bacaan yang mahasiswa butuhkan dan mahasiswa lebih mengutamakan

menonton televisi daripada membaca buku.

d. Keterkaitan Aspek Menganalisis dengan Analisis SWOT

Hasil tes membaca kritis pada aspek menganalisis diketahui sejumlah

34,85% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 65,15% mahasiswa

menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT. Selain itu, data

observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil observasi, faktor

membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk mengetahui keterkaitan

SWOT dengan aspek menganalisis. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

Tabel 4.29 Analisis SWOT dalam Aspek Menganalisis

No SWOT Subindikator

1

Kekuatan

Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya

dengan cara rajin membaca.

2

Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang

mudah saya jangkau.

4

Mahasiswa aktif menaggapi penjelasan penyaji apabila belum jelas

dan jawaban tidak memuaskan

5

Mahasiswa ingin meraih prestasi yang setinggi-tingginya dan

melebihi teman-temannya

1

Kelemahan

Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada

bacaan-bacaan hiburan.

2 Saya tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.

3

Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya

sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.

4

Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk

dibaca.

5

Mahasiswa hanya menyukai jenis bacaan tertentu

(novel/cerpen/komik)

1 Peluang

Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia

bahan bacaan

2 Dosen memberi proyek (tugas) secara berkelompok.

1 Ancaman

Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang

tidak saya ketahui artinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

113

2

Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi

bacaan.

3

Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat

pemahaman isi bacaan.

Tabel di atas diketahui terdapat 4 kekuatan dan 5 kelemahan dalam

indikator menganalisis. Kekuatannya yaitu mahasiswa ingin mencapai prestasi

yang setinggi-tingginya dan mahasiswa menyiapkan buku-buku yang mudah

dijangkau, mahasiswa aktif menaggapi penjelasan penyaji apabila belum jelas dan

jawaban tidak memuaskan, dan mahasiswa ingin meraih prestasi yang setinggi-

tingginya dan melebihi teman-temannya. Adapun kelemahannnya yaitu dalam

keseharian, dorongan membaca mahasiswa hanya tertuju pada bacaan-bacaan

hiburan, mahasiswa tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari,

bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa

sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya, mahasiswa hanya membaca

jenis bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca, dan mahasiswa hanya

menyukai jenis bacaan tertentu (novel/cerpen/komik).

Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 2 peluang dan 3

ancaman dalam indikator menganalisis. Adapun peluangnya yaitu mahasiswa

merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan dan

dosen memberi proyek (tugas) secara berkelompok. Adapun ancamannya yaitu

mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bcaan ketika membaca

menghadapi kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya, kalimat dalam

bacaan terlalu panjang, dan tingkat keterbacaan terlalu sulit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

114

e. Keterkaitan Aspek Membuat Kesimpulan dengan Analisis SWOT

Hasil tes membaca kritis pada aspek membuat kesimpulan diketahui

sejumlah 56,06% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 43,94%

mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.

Selain itu, data observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil

observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek membuat kesimpulan. Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

Tabel 4.30 Analisis SWOT dalam Aspek Membuat Kesimpulan

No SWOT Subindikator

1

Kekuatan

Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas

suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya.

2

Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang

mudah saya jangkau.

3

Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika

bacaan itu menarik, saya membacanya.

4

Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu

yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi

bacaan.

5 Setelah membaca, mahasiswa membuat rangkuman

1 Kelemahan

Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan

ketika membaca.

2

Untuk memahami isi bacaan, saya tidak membuat pertanyaan

berdasarkan isi bacaan yang saya baca.

1

Peluang

Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia

bahan bacaan

2

Dosen mengajak mahasiswa untuk menyimpulkan materi diakhir

perkuliahan

3

Di akhir perkuliahan, dosen meminta mahasiswa untuk membuat

kesimpulan perkuliahan.

1 Ancaman

Saya pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan

yang saya butuhkan.

2

Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman

isi bacaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

115

Tabel di atas diketahui terdapat 5 kekuatan dan 2 kelemahan dalam

indikator membuat kesimpulan. Kekuatannnya yaitu mahasiswa sangat respek

kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu pertanyaan dengan menyebut

sumber yang pernah dibacanya, mahasiswa siapkan buku-buku di tempat yang

mudah dijangkau, mahasiswa membaca bacaan yang dianggap menarik meskipun

tidak berkaitaan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, sesulit apapun isi dalam

bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa

akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan dan setelah membaca,

mahasiswa membuat rangkuman. Adapun kelemahannya yaitu mahasiswa tidak

menentukan target ketika membaca, dan mahasiswa tidak membuat daftar

pertanyaan untuk memahami isi bacaan.

Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 3 peluang dan 2

ancaman dalam indikator membuat kesimpulan. Adapun peluangnya yaitu

mahasiswa merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan

bacaan, dosen mengajak mahasiswa untuk menyimpulkan materi diakhir

perkuliahan, dan di akhir perkuliahan, dosen meminta mahasiswa untuk membuat

kesimpulan perkuliahan. Adapun ancamannya yaitu mahasiswa mengalami

kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan, dan struktur teks

yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan.

f. Keterkaitan Aspek Menilai dengan Analisis SWOT

Hasil tes membaca kritis pada aspek menilai diketahui sejumlah 49,49%

mahasiswa dapat menjawab benar 50,50% mahasiswa menjawab salah. Data

tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT. Selain itu, data observasi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

116

wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman

di bawah ini merupakan gabungan dari hasil observasi, faktor membaca, dan

wawancara. Analisis ini digunakan untuk mengetahui keterkaitan SWOT dengan

aspek menilai. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

Tabel 4.31 Analisis SWOT dalam Aspek menilai

No SWOT Subindikator

1

Kekuatan

Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha

menyelesaikannya tepat waktu.

2

Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh

dari kesadaran sendiri.

3

Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi

tanggapan terhadap pendapat orang lain.

4 Mahasiswa memberi tanggapan pada teman yang presentasi

5

Mahasiswa memberi kritikan kepada teman yang presntasi agar

dapat menyajikan materi lebih baik lagi

6

Mahasiswa mencari buku lain untuk menambah pengetahuan yang

sesuai dengan bahan bacaan yang dicari

1

Kelemahan

Saya tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi.

2

Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau

hasil penelitian, saya tidak ingin melacak sumber aslinya agar dapat

memahami secara lebih komprehensif.

1

Peluang

Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu

diselesaikan.

2

Dosen memberi tugas mahasiswa untuk mengkritik suatu sastra

yang telah mereka baca

3

Dalam perkuliahan, dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa

kelompok dengan tugas yang berbeda supaya mahasiswa lebih aktif

baik bertanya maupun memberi tanggapan

1 Ancaman

Teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit

pemahaman isi bacaan.

Tabel di atas diketahui terdapat 6 kekuatan dan 2 kelemahan dalam

indikator menilai. Kekuatannya yaitu mahasiswa berusaha menyelesaikannya

tepat waktu jika diberi tugas membaca oleh dosen, mahasiswa membaca karena

dorongan dari kesadaran sendiri, dan melalui membaca, mahasiswa mampu

berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

117

mahasiswa memberi tanggapan pada teman yang presentasi, mahasiswa memberi

kritikan kepada teman yang presntasi agar dapat menyajikan materi lebih baik

lagi, dan mahasiswa mencari buku lain untuk menambah pengetahuan yang sesuai

dengan bahan bacaan yang dicari. Adapun kelemahannya yaitu mahasiswa tidak

membawa bahan bacaan kemana pun pergi dan jika ada pendapat ahli yang

dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, mahasiswa tidak ingin

melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif.

Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 3 peluang dan 1

ancaman dalam indikator menilai. Adapun peluangnya yaitu mahasiswa ke

perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan, dosen

memberi tugas mahasiswa untuk mengkritik suatu sastra yang telah mereka baca,

dan dalam perkuliahan, dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok

dengan tugas yang berbeda supaya mahasiswa lebih aktif baik bertanya maupun

memberi tanggapan. Adapun ancamannya yaitu teks yang terlalu banyak kata-kata

asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan.

g. Keterkaitan Aspek Memproduksi dengan Analisis SWOT

Hasil tes membaca kritis pada aspek mengenali dan mengingat diketahui

sejumlah 40,15% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 59,85%

mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.

Selain itu, data observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil

observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek memproduksi. Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

118

Tabel 4.32 Analisis SWOT dalam Aspek Memproduksi

No SWOT Subindikator

1

Kekuatan

Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya

sendiri.

2

Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema

gagasan setiap kali membaca.

3 Mahasiswa menulis cerpen

1 Kelemahan

Saya tidak menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.

2

Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan

tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca.

1

Peluang

Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat

nyaman untuk membaca.

2

Meskipun penghasilan orang tua terbatas, tetapi bacaan yang saya

butuhkan dapat saya peroleh dengan mudah.

3

Dosen meminta mahasiswa untuk membuat makalah berdasarkan

hasil membaca

4

Dosen memberi proyek (tugas) kepada mahasiswa secara

berkelompok.

1 Ancaman

Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering

mempersulit pemahaman isi bacaan.

2

Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan

terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.

Tabel di atas diketahui terdapat 3 kekuatan dan 2 kelemahan dalam

indikator memproduksi. Kekuatannya yaitu agar memahami isi bacaan,

mahasiswa merumuskan dengan bahasa mahasiswa sendiri, membuat skema

gagasan setiap kali membaca, dan mahasiswa menulis cerpen. Adapun

kelemahannya yaitu mahasiswa tidak menyusun jadwal teratur untuk membaca

setiap hari dan mahasiswa tidak menyadari bahwa kebutuhan hidup yang

berhubungaan dengan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca.

Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 4 peluang dan 2

ancaman dalam indikator memproduksi. Adapun peluangnya yaitu lingkungan

tempat tinggal mahasiswa sangat nyaman untuk membaca dan meskipun

penghasilan orang tua terbatas, tetapi bacaan yang mahasiswa butuhkan dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

119

mahasiswa peroleh dengan mudah, dosen meminta mahasiswa untuk membuat

makalah berdasarkan hasil membaca , dan dosen memberi proyek (tugas) kepada

mahasiswa secara berkelompok. Adapun ancamannya yaitu masih kuatnya

pengaruh bahasa lisan dan pengaruh media eketronik sehingga menghambat

mahasiswa dalam memahami isi bacaan.

4.2.4 Analisis Data Wawancara Dosen dan Mahasiswa

Dalam pengambilan data melalui wawacara, peneliti mewawancarai dua

subjek yaitu dosen dan enam mahasiswa. Ada pun penjabarannya sebagai berikut:

4.2.4.1 Analisis Data Wawancara Dosen

Wawancara dosen ini berfungsi untuk memperoleh informasi mengenai

proses perkuliahan. Wawacara ini dilakukan pada hari Rabu, 22 April 2015 pukul

12.00-12.30 WIB. Peneliti melakukan wawancara dengan dosen Septiana

Krismawati, S.S., M.A. Wawancara ini terdapat tujuh indikator yaitu persiapan

sebelum mengajar, pemilihan materi dan metode, tindakan untuk mahasiswa yang

belum memahami materi, tindakan agar mahasiswa memperhatikan, tindakan bagi

mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas dan mengakhiri perkulihan.

Persiapan yang dilakukan dosen sebelum mengajar yaitu menguasai materi

dan memikirkan materi apa yang dapat dikembangkan. Selain dosen harus

menguasai materi, dosen juga memikirkan tugas apa yang cocok untuk

memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap materi, baik secara individu

maupun kelompok. Setelah itu, dosen mempersiapkan evaluasi yang tepat untuk

materi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

120

Pemilihan materi disesuaikan dengan silabus setiap mata kuliah. Dalam

menyampaikan materi dosen memilih untuk menggunakan metode ceramah

sebagai pengantar perkuliahan, memberi penegasan, dan membuat kesimpulan

perkuliahan. Selain metode ceramah, biasanya juga menggunakan metode

presentasi supaya mahasiswa dapat belajar secara mandiri lalu didiskusikan

bersama-sama.

Proses perkuliahan yang diterapkan berbasis Pedagogi Ignasian (PI)

sehingga setiap akhir perkuliah, dosen memberi evaluasi dan refleksi. Dari

refleksi tersebut dapat diketahui apakah mahasiswa sudah memahami materi atau

belum. Manfaat diadakannya refleksi yaitu untuk mengulangi materi yang sudah

dipelajari sehingga mahasiswa yang belum paham diharapkan dapat memahami

materi. Selain itu, untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai materi,

dosen memberi penegasan diakhir perkuliahan.

Dosen menyadari bahwa kefokusan mahasiswa dalam mengikuti

perkuliahan tidak mungkin dari awal perkuliahan hingga akhir. Oleh sebab itu,

untuk mata kuliah dengan 3 JP biasanya dosen memberi waktu 5 menit untuk

istirahat guna meregangkan otot. Dalam waktu lima menit mahasiswa bebas

melakukan aktivitas apa pun namun apabila waktu telah habis maka mahasiswa

harus konsentrasi terhadap materi perkuliahan. Dalam menarik perhatian

mahasiswa terkadang dosen memberi ice breaking. Ice breaking ini selain untuk

menarik perhatian terkadang ada kaitannya dengan materi perkuliahan sehingga

dapat memperdalam pemahaman mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

121

Dalam kaitannya dengan tugas, di setiap awal semester dosen menjelaskan

bobot penilaian dalam keseluruhan proses perkuliahan. Penilaian perkuliahan

mengutamakan proses bukan hasil, sehingga bobot untuk UTS dan UAS lebih

kecil daripada tugas yang lain. Apabila mahasiswa tidak disiplin maka nilai tidak

akan sama dengan nilai mahasiswa yang displin. Dosen akan memberi toleransi

kepada mahasiswa yang mengumpulkan tugas tidak disiplin apabila mahasiswa

tersebut sedang sakit. Alasan lain yang tidak logis tidak dapat ditoleransi dan nilai

yang diperoleh mahasiswa untuk tugas tersebut berarti nol. Nilai tersebut

merupakan konsekuensi mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas dengan

disiplin.

Sebelum mengakhiri perkuliahan, dosen mengajak mahasiswa untuk

menyimpulkan materi perkuliahan yang sudah dipelajari. Selanjutnya, dosen

memberi informasi untuk materi yang akan dipelajari dipertemuan selanjutnya.

Dosen memberi informasi tersebut mengharapkan supaya mahasiswa dapat belajar

sebelum kuliah dan saat datang kuliah tidak dalam keadaan kosong.

Dari kesimpulan di atas, proses perkuliahan dari pihak dosen sudah baik

karena selalu memberi pengantar sebelum kuliah, memberi penegasan, memberi

tugas untuk memperdalam materi, membuat kesimpulan perkuliahan, membuat

refleksi, memberi informasi untuk pertemuan selanjutnya, dan adil dalam

memberi penilaian terhadap kinerja mahasiswa. Dosen juga memotivasi

mahasiswa untuk selalu membaca terlebih dahulu sebelum mengikuti perkuliahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

122

4.2.4.2 Analisis Data Wawancara Mahasiswa

Dalam pengumpulan data, selain wawancara dengan dosen peneliti juga

mewawancarai enam mahasiswa. Wawancara ini berfungsi untuk mengetahui

informasi dan memperoleh konfirmasi berdasarkan angket yang sudah diisi dari

pihak mahasiswa yang kaitannya dengan keseluruhan subjek penelitian ini.

Peneliti melakukan wawancara pada hari Rabu, 06 Mei 2015. Adapun aspek-

aspek wawancara yaitu faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca

dan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca.

Minat baca yang mahasiswa miliki agar dapat mencapai prestasi yaitu

mahasiswa sadar diri akan pentingnya membaca. Membaca merupakan salah satu

cara mahasiswa supaya lebih menguasai materi. Selain itu, aktivitas program studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia selalu berhubungan dengan membaca

sehingga sebagai calon guru bahasa Indonesia harus kuat membaca. Kesadaran

tersebut menimbulkan minat baca supaya saat menjadi guru mampu mentransfer

ilmu kepada peserta didik.

Buku literatur yang diberikan dosen juga memicu timbulnya minat baca

mahasiswa. Setiap awal semester dua mahasiswa menyatakan bahwa mereka pergi

ke toko buku untuk membeli buku liteatur yang disarankan dosen. Apabila buku

literatur tersebut dirasa bermanfaat dan sebagai pedoman seorang guru, mereka

tidak hanya ingin membaca tetapi berusaha untuk membelinya. Satu mahasiswa

menyatakan bahwa dia tidak memiliki minat tertentu. Sedangkan tiga mahasiswa

mengaku minat baca sangat tinggi apabila akan ujian, kuis, dan presentasi.

Adanya tugas merangkum atau membuat sinopsis membuat minat baca mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

123

meningkat, namun apabila tidak ada tugas minat baca mereka rendah dan

tergantung dengan suasana hati.

Motivasi baca mahasiswa berasal dari diri sendiri dan orang lain. Motivasi

timbul dari diri sendiri karena ingin menguasai materi perkuliahan. Keinginan

untuk menjadi pendidik memotivasi diri untuk terus membaca agar dapat

memperdalam ilmu yang sudah dimiliki. Mahasiswa juga ingin memperoleh

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi sehingga motivasinya untuk belajar

sangat kuat. Buku yang bagus dan bahasa yang sederhana biasanya membuat

mahasiswa tertarik untuk membacanya. Selain itu, satu mahasiswa mengaku

bahwa motivasi yang mendorongnya untuk terus membaca karena ia ingin

menjadi penulis. Kecintaanya dalam menulis membuat dirinya selalu ingin

membaca supaya kosakatanya bertambah, menggali inspirasi, dan mempermudah

dirinya untuk mengungkapkan gagasan melalui tulisannya. Berkat suka membaca,

ia dapat menulis cerpen yang sudah dimuat dalam blog. Hal ini berkaitan dengan

aspek kemampuan memproduksi.

Tiga mahasiswa menyatakan bahwa mereka termotivasi baca karena orang

lain. Adapun motivasi tersebut adalah mahasiswa mempunyai keinginan untuk

lebih pandai daripada teman-temannya. Mahasiswa juga merasa tidak percaya diri

apabila teman-temannya membicarakan peristiwa terbaru sedangkan dirinya

kurang up to date sehingga harus membaca setiap hari. Motivasi baca yang paling

besar yang dimiliki mahasiswa yaitu teringat jerih payah orangtuanya di rumah

sehingga ia harus bersungguh-sungguh dalam kuliah dan meraih IPK tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

124

Kondisi emosi mahasiswa mempengaruhi kemampuan membaca

mahasiswa. Satu mahasiswa mengaku bahwa apabila ia sedang patah hati ia tidak

dapat memahami bacaan. Dua mahasiswa juga menyampaikan bahwa ia suka

membaca apabila suasana hati sedang senang dan senang mencari informasi hal-

hal yang terbaru. Tetapi satu mahasiswa mengaku apabila ia sedang merasa

senang ia tidak suka membaca tetapi apabila tidak ada kerjaan dan bosan ia

menghibur diri dengan membaca.

Ketertarikan terhadap bacaan, lima mahasiswa mengaku lebih tertarik pada

bacaan fiksi dan satu mahasiswa lebih tertarik dengan nonfiksi terkhusus tentang

Psikologi. Satu mahasiswa tertarik pada bacaan fiksi terutama komik karena

ceritanya tentang kehidupan sehari-hari dan bergambar. Dua mahasiswa tertarik

pada fiksi berbentuk cerpen karena dapat dibaca sekali langsung selesai dan

adanya minat menulis cerpen. Tiga mahasiswa tertarik pada novel karena alur

cerita membuat penasaran. Mahasiswa mengaku dengan membaca mereka

memperoleh manfaat seperti tips memanajemen keuangan dari artikel,

meningkatkan prestasi, menambah kosakata, merasa terhibur saat bosan, dan lebih

mudah menulis. Dua mahasiswa mengaku bahwa kondisi kesehatan juga

mempengaruhi kemampuan membaca. Apabila sakit mereka tidak mampu

berkonsentrasi dan memilih untuk tidak membaca. Tetapi apabila keadaan mereka

sehat, mereka lebih cepat menangkap makna dan maksud bacaan.

Salah satu mahasiswa menyatakan bahwa dengan kebiasaan membaca

membuat intelegensi mahasiswa meningkat. Sebelumnya ia sangat kesulitan

dalam memahami bacaan dan harus mengulang-ulang dalam membaca tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

125

karena sering membaca, saat ini ia merasa sudah mampu membaca sekilas dan

langsung memahami isi bacaan. Gaya bahasa dan tatabahasa yang rumit dipahami

dalam sebuah buku membuat salah satu mahasiswa merasa tertantang untuk

membaca secara berulang-ulang dan mencari tahu arti kata sehingga memperoleh

maksud penulis. Secara tidak langsung dengan mencari arti kosakata yang sulit

membuat intelegensi mahasiswa meningkat. Dari penjelasan di atas dapat

diketahui bahwa hasil wawancara ini juga sesuai dengan hasil perhitungan angket

faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa.

Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca

mahasiswa adalah latar belakang sosial ekonomi keluarga, suasana lingkungan,

ruangan dan cahaya ruangan, suara (suara sekitar), waktu, budaya lisan dan

kuatnya pengaruh media elektronik (khususnya menonton televisi). Satu

mahasiswa mengaku bahwa sejak kecil ia tidak pernah dibelikan buku bacaan

oleh orangtuanya, namun saat kuliah ia mampu membeli buku sendiri dan

memiliki stok buku di kos. Satu mahasiswa juga menyisihkan uang setiap awal

semester untuk membeli minimal satu buku setiap mata kuliah.

Suasana lingkungan yang ramai membuat salah satu mahasiswa tidak

mampu menyerap informasi yang sedang dibacanya, namun satu mahasiswa

mengaku ia lebih mampu berkonsentrasi membaca apabila susana lingkungan

tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Tiga mahasiswa mengaku bahwa cahaya

ruangan harus cukup, karena apabila ruangan tidak ada cahaya tidak bisa

membaca dan malas membuka buku. Empat mahasiswa mengaku bahwa mereka

tidak mampu berkonsentrasi membaca apabila suara disekitar sangat ramai tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

126

membaca sambil mendengarkan musik dengan headset membuat mereka lebih

nyaman dan mempermudah dalam memahami isi bacaan.

Apabila mahasiswa memiliki waktu luang, mereka isi dengan kegiatan

membaca. Satu mahasiswa membaca buku setiap pagi dan sore, sedangkan satu

mahasiswa membaca setiap hari sebelum tidur. Salah satu mahasiswa mengaku

bahwa ia lebih suka menonton televisi daripada membaca. Apabila ada film

terbaru ia lebih suka melihat secara visual daripada membaca buku novelnya.

Namun ada satu mahasiswa yang sadar bahwa televisi akan membuat dirinya

malas belajar sehingga memilih tidak memiliki televisi di kos.

Meskipun media ektronik berupa televisi mempengaruhi minat membaca,

namun adanya media elektronik berupa handphone membuat minat baca

mahasiswa meningkat. Melalui handphone mahasiswa lebih mudah untuk mencari

informasi, dapat membaca di mana pun dia berada dan kapan saja. Selain kuatnya

media elektonik khususnya televisi yang mempengaruhi kemampuan membaca,

salah satu mahasiswa juga mengaku kuatnya budaya lisan sangat mempengaruhi

kemampuan membaca.

Dua mahasiswa memiliki stok buku bacaan di kamar. Salah satu mahasiswa

membaca buku sebelum tidur dan biasanya saat terbangun ia membaca secara

online. Sedangkan satu mahasiswa mengaku bahwa ia membuat pengingat di note,

laptop, dan buku untuk membaca minimal tiga buku dalam satu minggu. Tiga

mahasiswa mengaku bahwa mereka lebih sering membaca secara online karena

lebih praktis dan simple. Memiliki idola membuat salah satu mahasiswa mengaku

bahwa setiap hari membaca berita tentang idolanya secara online. Sedangkan satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

127

mahasiswa lebih suka membaca novel asli dari daripada membaca sinopsis atau

ringkasan cerita. Berdasarkan data di atas dapa diketahui bahwa media elektronik

berupa handphone mempunyai dampak positif maupun negatif. Berdampak positif

apabila mahasiswa selain memanfaatkan untuk komunikasi juga sebagai alat

untuk menambah ilmu pengetahuan. Berdampak negatif apabila handphone hanya

digunakan untuk membaca gosip selebritis, iklan, dan lain sebagainya. Dari

penjelasan di atas dapat diketahui bahwa hasil wawancara ini juga sesuai dengan

hasil perhitungan angket faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan

membaca mahasiswa.

4.2.5 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis

Setelah melakukan analisis data observasi kelas, faktor membaca dengan

analsis faktor, hasil tes kemampuan membaca kritis dan keterkaitannya dengan

analisis SWOT, dan wawancara maka dapat ditentukan strategi yang sesuai untuk

kemampuan membaca kritis. Strategi ini dikhususkan bagi mahasiswa yang masih

belum mampu mencapai aspek membaca kritis. Adapun strategi pembelajaran

kemampuan membaca kritis yakni:

a. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Mengenali dan Mengingat

Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang

dikaitkan dengan aspek mengenali dan mengingat diketahui memiliki kekuatan

yakni (1) mahasiswa disiplin dalam menyelesaikan tugas, (2) selalu membaca

kembali bacaan yang sudah dibaca untuk menyegarkan ingatan, (3) memiliki

berbagai pengetahuan membantu mempermudah memahami isi bacaan, dan (4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

128

mahasiswa membuat pengingat di note untuk membaca buku minimal 3 buku

dalam 1 minggu. Kelemahannya yaitu (1) mahasiswa tidak membawa bahan

bacaan kemana pun pergi, dan (2) mahasiswa hanya mengingat-ingat isinya saja

untuk memahami isi bacaan. Adapun peluangnya yaitu (1) lingkungan tempat

tinggal mahasiswa sangat nyaman untuk membaca, dan (2) dosen mengajukan

pertanyaan mengenai materi yang sudah dipelajari, (3) sebelum masuk ke materi

perkuliahan, dosen mengingatkan kembali materi yang dipelajari, dan (4)

sebelum mengakhiri perkuliahan, dosen mengajak mahasiswa untuk melakukan

refleksi mengenai materi yang sudah dipelajari. Ancamannnya yaitu mahasiswa

kesulitan memahami isi bacaan ketika kalimat dalam bacaan terlalu panjang dan

teks terlalu banyak kata-kata asing.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka

apabila peneliti akan mengajarkan aspek mengenali dan mengingat, strategi

pembelajarannnya yaitu (1) mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta

arti dan konteksnya. Setelah membaca sebaiknya mahasiswa menulis kata-kata

asing yang disertai arti dan konteksnya dalam buku khusus yang setiap hari

dibawa pergi. Peneliti memilih strategi ini dengan alasan mahasiswa selalu ingin

membaca untuk menyegarkan ingatan meskipun mahasiswa tidak membawa

bacaan kemana pun pergi. Fungsi buku khusus tersebut untuk membantu

mempermudah mahasiswa ketika membutuhkan informasi yang sudah pernah

dibacanya sehingga mahasiswa dapat membuka buku khusus itu sewaktu-waktu.

(2) Mahasiswa diminta untuk membuat mind mapping. Setelah membaca

sebaiknya mahasiswa membuat mind mapping dengan menggunakan bolpoin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

129

warna atau spidol atau stabilo untuk memberi penegasan pada kalimat. Tujuan

dari membuat mind mapping ini supaya mahasiswa lebih mudah memahami isi

bacaan karena kalimat lebih sederhana dan mengingat mahasiswa kesulitan ketika

menghadapi kalimat yang terlalu panjang. Selain itu, adanya warna-warni dalam

membuat mind mapping akan mempermudah mahasiswa untuk mengenali dan

mengingat kata/kalimat. (3) Memberi pertanyaan kepada mahasiswa. Sering

memberi pertanyaan kepada mahasiswa mengenai materi yang sudah dipelajari

mendorong mahasiswa untuk mengingat-ingat materi. Sebaiknya, pertanyaan

ditujukan pada mahasiswa tertentu karena hal tersebut mempermudah mahasiswa

mengingat peristiwa yang secara langsung dialaminya.

b. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Memahami Isi Bacaan

Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang

dikaitkan dengan aspek memahami isi bacaan diketahui memiliki kekuatan yakni

(1) jika perasaan sedang enak, mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan, (2)

meskipun kondisi kesehatan mahasiswa tidak baik, tetapi akan menghadapi ujian

mahasiswa tetap membaca, (3) mahasiswa miliki pengetahuan atau pengalaman

banyak sehingga membantu mempermudah pemahaman isi bacaan, (4) mahasiswa

tekun dan rajin membaca, (5) mahasiswa aktif bertanya kepada teman yang

presentasi apabila belum memahami materi, (6) mencari sumber lain yang sesuai

dengan tema yang sama untuk menambah wawasan, dan (7) Setelah membaca,

mahasiswa membuat rangkuman. Kelemahannya yaitu (1) jika kondisi perasaan

sedang galau, mahasiswa sulit sekali memahami isi bacaan, (2) mahasiswa sulit

berkonsentrasi dalam membaca jika kondisi kesehatan tidak baik, dan (3) kadang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

130

kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan meskipun

berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari.

Adapun peluangnya yaitu (1) meskipun penghasilan orang tua terbatas,

mahasiswa peroleh bahan bacaan yang dibutuhkan dengan mudah, (2) dosen

memberi tugas membaca, dan (3) dosen memberi penegasan sebelum mengakhiri

perkuliahan. Ancamannya yaitu (1) jadwal membaca mahasiswa sering terganggu,

jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu, (2) tingkat keterbacaan yang terlalu

sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan dan (3) mahasiswa kesulitan

dalam memahami isi bacaan apabila suasana lingkungan ramai/ tidak konsusif.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka

apabila peneliti akan mengajarkan aspek memahami isi bacaan, strategi

pembelajarannnya yaitu (1) memberi tugas membaca. Sebaiknya setiap semester

mahasiswa diberi tugas untuk membaca disesuaikan dengan mata kuliah.

Memberi tugas membaca buku wajib yang harus dibaca dan buku bebas. Biarkan

mahasiswa menentukan sendiri bahan bacaan yang ingin mahasiswa baca. (2)

Meningkatkan skemata mahasiswa. Sebaiknya bahan bacaan yang diberikan

sudah dikenal oleh mahasiswa namun tetap terdapat informasi baru. Skemata ini

memadukan pengetahuan mahasiswa yang sebelumnya dengan pengetahuan baru

yang didapat sehingga mahasiswa mudah dalam memahami isi bacaan. (3)

Membangun perspektif mahasiswa. Apabila perspektif mahasiswa positif dan

anggapan baik terhadap bacaan maka mahasiswa akan mudah memahami isi

bacaan. (4) Meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa. Sebaiknya bahan

bacaan yang diberikan selain sudah dikenali yaitu harus memacu mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

131

untuk ikut serta berpikir mengenai isi bacaan. Apabila mahasiswa membiasakan

diri untuk berpikir mengenai isi bacaan maka mahasiswa tidak akan kesulitan

dalam memahami isi bacaan baik sesuai dengan bidang yang dipelajari maupun

tidak. (5) Meningkatkan aspek afektif. Sebaiknya setelah membaca mahasiswa

menulis kembali apa yang telah dibacanya dengan menggunakan bahasa sendiri

karena menulis dengan bahasa sendiri akan mempermudah mahasiswa dalam

memahami isi bacaan.

c. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menerapkan Konsep-konsep

Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang

dikaitkan dengan aspek menerapkan konsep-konsep diketahui memiliki kekuatan

yakni (1) mahasiswa membaca atas dasar kesadaran sendiri, (2) mahasiswa

memahami berbagai teknik membaca sehingga sangat membantu mempermudah

memahami isi bacaan, (3) mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat secara

langsung dan mendukung perkuliahan mahasiswa, (4) mahasiswa memberi

masukan kepada teman yang presntasi supaya dapat menyajikan materi lebih baik

lagi dan penyaji akan memperbaikinya, (5) mahasiswa mencari dan membeli buku

literatur yang disarankan dosen, dan (6) mahasiswa menulis cerpen.

Kelemahannya yaitu (1) dorongan membaca mahasiswa sangat kuat hanya saat

menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, (2) jika teman memiliki

buku baru, mahasiswa tidak berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca

setiap saat, dan (3) mahasiswa lebih suka menonton film daripada membaca buku

aslinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

132

Adapun peluangnya yaitu (1) mahasiswa ke perpustakaan untuk membaca

jika ada masalah yang perlu diselesaikan (2) dosen memberi proyek (tugas) secara

berkelompok. Ancamannya yaitu (1) mahasiswa pernah mengalami kesulitan

untuk memperoleh bahan bacaan yang mahasiswa butuhkan dan (2) mahasiswa

lebih mengutamakan menonton televisi daripada membaca buku.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka

apabila peneliti akan mengajarkan aspek menerapkan konsep-konsep, strategi

pembelajarannnya yaitu (1) mengembangkan daya pikir mahasiswa. Mahasiswa

diberi suatu permasalahan dan diminta untuk mencari solusi atau pemecahan

masalah tersebut. Dengan demikian, mahasiswa akan menggunakan daya pikir

dan penalaran sehingga mampu berpikir kritis. (2) Mengajak mahasiswa untuk

praktik secara langsung. Setelah membaca sebaiknya mahasiswa diajak untuk

melakukan praktik secara langsung karena dengan melakukan praktik secara

langsung akan diketahui mahasiswa tersebut mampu menerapkan konsep-konsep

atau tidak. (3) Meminta mahasiswa untuk mengkonfirmasi tugas. Sebaiknya

setelah mengerjakan tugas, mahasiswa mengkomunikasikan hasil kerja yang telah

mereka kerjakan.

d. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menganalisis

Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang

dikaitkan dengan aspek menganalisis diketahui memiliki kekuatan yakni (1)

mahasiswa ingin mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, (2) mahasiswa

menyiapkan buku-buku yang mudah dijangkau, (3) mahasiswa aktif menaggapi

penjelasan penyaji apabila belum jelas dan jawaban tidak memuaskan, dan (4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

133

mahasiswa ingin meraih prestasi yang setinggi-tingginya dan melebihi teman-

temannya. Kelemahannnya yaitu dalam (1) keseharian, dorongan membaca

mahasiswa hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan, (2) mahasiswa tidak

memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari, (3) bacaan yang tidak

berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami

kesulitan untuk memahami isinya, (4) mahasiswa hanya membaca jenis bacaan

yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca. dan (5) mahasiswa hanya

menyukai jenis bacaan tertentu (novel/cerpen/komik).

Adapun peluangnya yaitu (1) mahasiswa merasa gelisah di saat ingin

membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan, dan (2) dosen memberi proyek

(tugas) secara berkelompok. Ancamannya yaitu (1) mahasiswa mengalami

kesulitan dalam memahami isi bcaan ketika membaca menghadapi kata-kata yang

tidak mahasiswa ketahui artinya, dan (2) mahasiswa mengalami kesulitan dalam

memahami isi bcaan ketika membaca menghadapi kalimat dalam bacaan terlalu

panjang, dan (3) mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan

ketika membaca menghadapi tingkat keterbacaan terlalu sulit.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, di atas, maka

apabila peneliti akan mengajarkan aspek menganalisis, strategi pembelajarannnya

yaitu memberi mahasiswa dua teks dengan satu tema. Strategi ini dipilih karena

dengan menggunakan dua teks, mahasiswa akan terlatih untuk membedakan teks

satu dengan teks yang lainnya sehingga menemukan ciri khusus baik persamaan

kedua teks maupun perbedaan kedua teks. Mahasiswa juga diharapkan mampu

menemukan pesan tersirat maupun tersurat dalam masing-masing teks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

134

e. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Membuat Kesimpulan

Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang

dikaitkan dengan aspek membuat kesimpulan diketahui memiliki kekuatan yakni

(1) mahasiswa sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu

pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya, (2) mahasiswa

siapkan buku-buku di tempat yang mudah dijangkau, (3) mahasiswa membaca

bacaan yang dianggap menarik meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang

mahasiswa pelajari, (4) sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan

bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat

memahami isi bacaan dan (5) setelah membaca, mahasiswa membuat rangkuman.

Kelemahannya yaitu (1) mahasiswa tidak menentukan target ketika membaca, dan

(2) mahasiswa tidak membuat daftar pertanyaan untuk memahami isi bacaan.

Adapun peluangnya yaitu (1) mahasiswa merasa gelisah di saat ingin

membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan, (2) dosen mengajak mahasiswa

untuk menyimpulkan materi diakhir perkuliahan, dan (2) di akhir perkuliahan,

dosen meminta mahasiswa untuk membuat kesimpulan perkuliahan. Ancamannya

yaitu (1) mahasiswa mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang

saya butuhkan, dan (2) struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit

pemahaman isi bacaan.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka

apabila peneliti akan mengajarkan aspek membuat kesimpulan, strategi

pembelajarannnya yaitu (1) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca.

Sebaiknya sebelum membaca mahasiswa diminta untuk membuat daftar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

135

pertanyaan yang sesuai dengan bacaan dengan menggunakan kata kunci 5W+1H

(What, Who, Where, When, Why, dan How). Melalui daftar pertanyaan tersebut

selain memahami isi bacaan juga akan mencari kunci jawaban atas pertanyaan

yang telah dibuatnya sehingga mahasiswa akan memperoleh informasi secara

keseluruhan isi bacaan. (2) Membuat kesimpulan atau ringkasan. Setelah

menjawab pertanyaan mahasiswa sebaiknya membuat kesimpulan atau ringkasan

dengan bahasa sendiri mengenai hal-hal penting yang diperoleh dari hasil

membaca. Strategi ini penting dilakukan karena tidak semua penulis

mengungkapkan gagasannya secara tersurat sehingga mahasiswa diharapkan

mampu menemukan gagasan tersebut dan dapat memahami isi bacaan.

f. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menilai

Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang

dikaitkan dengan aspek menilai diketahui memiliki kekuatan yakni (1) mahasiswa

berusaha menyelesaikannya tepat waktu jika diberi tugas membaca oleh dosen,

(2) mahasiswa membaca karena dorongan dari kesadaran sendiri, (3) melalui

membaca, mahasiswa mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan

terhadap pendapat orang lain, (4) mahasiswa memberi tanggapan pada teman yang

presentasi, (5) mahasiswa memberi kritikan kepada teman yang presntasi agar

dapat menyajikan materi lebih baik lagi, dan (6) mahasiswa mencari buku lain

untuk menambah pengetahuan yang sesuai dengan bahan bacaan yang dicari.

Kelemahannya yaitu (1) mahasiswa tidak membawa bahan bacaan kemana pun

pergi, dan (2) jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

136

hasil penelitian, mahasiswa tidak ingin melacak sumber aslinya agar dapat

memahami secara lebih komprehensif.

Adapun peluangnya yaitu (1) mahasiswa ke perpustakaan untuk membaca

jika ada masalah yang perlu diselesaikan, (2) dosen memberi tugas mahasiswa

untuk mengkritik suatu sastra yang telah mereka baca, dan (3) dalam perkuliahan,

dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok dengan tugas yang

berbeda supaya mahasiswa lebih aktif baik bertanya maupun memberi tanggapan.

Ancamannya yaitu teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit

pemahaman isi bacaan.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka

apabila peneliti akan mengajarkan aspek menilai, strategi pembelajarannnya yaitu

memberi kritikan. Sebaiknya setelah membaca mahasiswa diminta untuk memberi

menilai dan tanggapan (mengkritik) mengenai suatu informasi yang telah dibaca

dengan mengungkapkan pendapatnya yang didukung fakta-fakta dengan

menyebut sumber yang dapat dipercaya. Strategi ini dipilih karena sebagai

mahasiswa sebaiknya tidak langsung percaya hanya dengan membaca satu

referensi saja tetapi mambaca berbagai referensi untuk melacak dan memperoleh

informasi yang komperhensif dan tanggapan tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.

g. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Memproduksi

Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang

dikaitkan dengan aspek memproduksi diketahui memiliki kekuatan yakni (1) agar

memahami isi bacaan, mahasiswa merumuskan dengan bahasa mahasiswa sendiri,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

137

(2) membuat skema gagasan setiap kali membaca, dan (3) mahasiswa menulis

cerpen. Kelemahannya yaitu (1) mahasiswa tidak menyusun jadwal teratur untuk

membaca setiap hari dan (2) mahasiswa tidak menyadari bahwa kebutuhan hidup

yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca.

Adapun peluangnya yaitu (1) lingkungan tempat tinggal mahasiswa sangat

nyaman untuk membaca, (2) meskipun penghasilan orang tua terbatas, tetapi

bacaan yang mahasiswa butuhkan dapat mahasiswa peroleh dengan mudah, (3)

dosen meminta mahasiswa untuk membuat makalah berdasarkan hasil membaca,

dan (2) dosen memberi proyek (tugas) kepada mahasiswa secara berkelompok.

Ancamannya yaitu masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dan pengaruh media

eketronik sehingga menghambat mahasiswa dalam memahami isi bacaan.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka

apabila peneliti akan mengajarkan aspek memproduksi, strategi pembelajarannnya

yaitu (1) menyusun kerangka. Kemampuan membaca kritis tidak hanya sampai

pada tahap membaca dan menilai, tetapi mahasiswa juga perlu mengungkapkan

gagasan kritisnya secara tertulis. Sebelum memproduksi sebaiknya mahasiswa

membuat kerangka terlebih dahulu. Alasan perlunya membuat kerangka yaitu

untuk mempermudah mahasiswa dalam mengembangkan tulisan. Selain itu,

tujuan membuat kerangka ini supaya mahasiswa mempunyai patokan dan tidak

melenceng dari kerangka yang sudah dibuat, artinya sebagai rambu-rambu untuk

menulis agar tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. (2) memproduksi. Setelah

mahasiswa membuat kerangka maka saatnya mahasiswa untuk membuat tulisan

atau mengembangkan gagasannya berdasarkan kerangka yang sudah dibuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

138

Berdasarkan strategi-strategi yang sudah dijelaskan di atas berikut ini

keseluruhan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis: (1) mahasiswa

diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya, (2) memberi tugas

membaca, (3) meningkatkan skemata mahasiswa, (4) mengajak mahasiswa untuk

praktik secara langsung, (5) memberi mahasiswa dua teks berbeda tetapi satu

tema, (6) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (7) membuat kesimpulan

atau ringkasan, (8) mahasiswa memberi kritikan, dan (9) memproduksi.

4.3 Pembahasan

Penelitian berjudul Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis

Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada

Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ini

bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca

kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta berdasarkan faktor membaca

dan hasil tes kemampuan membaca kritis.

Subbab ini akan membahas tiga hal yaitu faktor membaca, hasil tes

kemampuan membaca kritis, dan strategi pembelajaran kemampuan membaca

kritis. Adapun penjelasnya sebagai berikut:

a. Faktor membaca

Melalui angket faktor membaca dapat diketahui faktor membaca apa saja

yang mempengaruhi kemampuan membaca kritis mahasiswa. Faktor membaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

139

terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal dengan jumlah 101 pernyataan dan

diklasifikasi ke dalam 14 indikatoar. Pernyataan yang terdapat dalam angket

faktor membaca yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Berdasarkan angket faktor membaca yang telah diisi oleh 33 mahasiswa,

diketahui bahwa hasil perhitungan angket faktor membaca adalah 69,01% dan

masuk dalam kategori tinggi. Kategori tersebut sesuai dengan analisis indikator

dalam faktor membaca. Mahasiswa memiliki motivasi baca yang tinggi, sejumlah

72,73% mahasiswa mengaku dorongan membaca timbul atas kesadaran sendiri.

Mahasiswa juga memiliki sikap dan minat yang tinggi, sejumlah 75,76%

mahasiswa menyatakan merasa respek kepada orang lain yang memberi jawaban

atas suatu pernyataan dengan menyebut sumber yang pernah dibaca. Kondisi

emosi mahasiswa juga baik, sejumlah 91,94% mahasiswa mengaku saat perasaan

sedang enak, mahasiswa mudah memahami isi bacaan. Mahasiswa memiliki

pengetahuan yang banyak, sejumlah 90,91% mahasiswa menyatakan bahwa

pengetahuan yang sudah mahasiswa miliki berperan besar untuk membantu

mempermudah memahami isi bacaan. Sejumlah 84,85% mahasiswa menyatakan

memiliki berbagai teknik membaca sehingga mudah dalam memahami isi bacaan.

Melalui membaca mahasiswa memperoleh manfaat, sejumlah 75,76%

mahasiswa mengaku membaca bacaan yang bermanfaat baik secara langsung

mendukung perkuliahan maupun tidak. Tingkat intelegensi mahasiswa tidak

tinggi namun sejumlah 60,61% mahasiswa mengaku dengan rajin dan tekun

membaca akan mempermudah mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Sosial

ekonomi mahasiswa tinggi, sejumlah 66,67% mahasiswa mengaku meskipun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

140

penghasilan orang tua terbatas, tetapi mudah memperoleh bahan bacaan. Suasana

lingkungan mahasiswa mendukung untuk membaca, sejumlah 66,67% mahasiswa

menyatakan lingkungan rumah mahasiswa sangat nyaman untuk membaca.

Penjelasan di atas merupakan indikator yang mencerminkan sikap positif

mahasiswa, tetapi berikut ini juga akan dijelaskan indikator yang mencerminkan

sikap negatif mahasiswa. Mahasiswa belum memiliki kebiasaan membaca,

sejumlah 42,42% mahasiswa tidak memiliki kecenderungan membaca setiap hari.

Kondisi kesehataan juga mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa,

sejumlah 81,82% mahasiswa mengaku jika kondisi kesehataan tidak baik,

mahasiswa kesulitan memahami isi bacaan. Mahasiswa hanya membaca jenis

bacaan tertentu, sejumlah 78,79% mahasiswa menyatakan hanya membaca jenis

bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca.

Penguasaan bahasa mahasiswa rendah, sejumlah 81,82% mahasiswa

mengaku meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, kadang-kadang

mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Mahasiswa tidak

menyiapkan waktu yang tepat untuk membaca, sejumlah 75,76% mahasiswa

mengaku jadwal membaca sering terganggu apabila ada tamu datang. Mahasiswa

sangat kesulitan menghadapi faktor teks, sejumlah 84,85% mahasiswa mengaku

tidak memapu memahami bacaan ketika menemukan kata-kata yang tidak tahu

artinya, 51,51% mahasiswa mengaku mengalami kesulitan apabila menghadapi

kalimat yang terlalu panjang, 84,85% mahasiswa menyatakan tingkat keterbacaan

yang sulit menghambat pemahaman, 84,85% mahasiswa mengaku kesulitan

memahami bacaan ketika menemukan kata-kata asing yang banyak dalam teks,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

141

dan 84,85% mahasiswa mengaku struktur teks yang tidak sistematis juga

mengahambat pemahaman mahasiswa.

Pengaruh budaya lisan dan media elektronik mempengaruhi kemampuan

membaca mahasiswa. Sejumlah 42,42% mahasiswa mengaku budaya lisan dalam

hidup mahasiswa masih kuat sehingga kesulitan dalam memahami isi bacaan dan

sejumlah 72,73% mahasiswa mengaku lebih memilih menonton televisi daripada

membaca.

Hasil perhitungan di atas dapat diketahui faktor-faktor membaca yang

mempengaruhi mahasiswa mampu membaca kritis dan faktor-faktor membaca

yang menghambat mahasiswa kurang mampu membaca kritis. Melalui penelitian

ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi sikap positif faktor membaca yang

dimiliki mahasiswa, semakin tinggi pula kemampuan membaca kritisnya.

Sebaliknya, semakin tinggi sikap negatif faktor membaca yang dimiliki

mahasiswa, akan semakin rendah pula kemampuan membaca kritisnya.

Hal ini berkaitan dengan pendapat Gray (dalam Winardi, 2008) yang

menyatakan motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau

eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme

dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Orang yang

mempunyai minat baca kuat akan diwujudkan dalam kesediaan untuk

mendapatkan bahan bacaan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri

(Rahim, 2007:28). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sikap positif dari

indikator motivasi, sikap dan minat, kondisi emosi, pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya, kebermanfaatan, tingkat intelegensi, latar belakang sosial ekonomi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

142

suasana lingkungan yang dimiliki mahasiswa dan masuk kategori tinggi akan

mempengaruhi mahasiswa mampu membaca kritis sedangkan sikap negatif dari

indikator kebiasaan, kondisi kesehatan, ketertarikan, waktu, teks, pengaruh

budaya lisan, dan pengaruh media elektronik yang dimiliki mahasiswa dan masuk

dalam kategori tinggi akan mempengaruhi mahasiswa kurang mampu membaca

kritis.

b. Tes Kemampuan Membaca Kritis

Tes kemampuan membaca kritis diberikan untuk mengukur tingkat

kemampuan membaca kritis mahasiswa. Tes membaca kritis terdapat 40 soal yang

dibuat berdasarkan tujuh aspek membaca kritis yaitu (1) mengenali dan

mengingat, (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4)

menganalisis, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi.

Hasil tes perhitungan rata-rata kemampuan membaca kritis mahasiswa

adalah 21,94 dan masuk dalam krieria kurang. Berdasarkan hasil tes tersebut

dapat diketahui bahwa mahasiswa hanya memiliki kemampuan dalam dua aspek

yaitu terdapat 56,36% mahasiswa mampu menerapkan konsep dan 56,06%

mahasiswa mampu membuat kesimpulan sehingga bisa dikatakan bahwa

kemampuan membaca kritis mahasiswa belum sempurna. Mahasiswa kurang

mampu dalam lima aspek yaitu terdapat 51,52% mahasiswa tidak mampu

mengenali dan mengingat, 51,52% mahasiswa tidak mampu memahami isi

bacaan, 65,15% mahasiswa tidak mampu menganalisis, 50,50% mahasiswa tidak

mampu menilai, dan 59,85% mahasiswa tidak mampu memproduksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

143

Hasil tes ini tidak sesuai dengan faktor membaca yang dimiliki mahasiswa.

Apabila faktor membaca menunjukan kategori tinggi seharusnya mahasiswa

memiliki kemampuan membaca kritis tinggi pula tetapi pada kenyataanya

mahasiswa PBSI semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

diketahui kurang memiliki kemampuan membaca kritis. Hal ini dikarenakan

mahasiswa memiliki sikap negatif dalam faktor membaca yang tinggi sehingga

kemampuan membaca kritis mahasiswa kurang.

Hal ini terkaitan dengan pendapat Albert (dalam Tarigan, 2008:92)

menyebutkan bahwa membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan

secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, serta analistis, dan

bukan hanya mencari kesalahan. Setyawan (2008) juga menyatakan bahwa

membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis

untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun

makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis,

dan menilai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa semester VI

kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata

Dharma kemampuan membaca kritis kurang sehingga memerlukan strategi

pembelajaran.

c. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis

Berdasarkan analisis data, terdapat kesenjangan antara faktor membaca yang

masuk dalam kategori tinggi dan hasil tes kemampuan membaca kritis yang

masuk dalam kategori kurang sehingga perlu adanya strategi pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan membaca kritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

144

Ketidaksimbangan tersebut yang menjadi dasar peneliti membuat strategi

pembelajaran kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta tahun ajaran 2015. Strategi pembelajaran dibuat berdasarkan analisis

hasil observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes kemampuan

membaca kritis dan dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara. Adapun

strategi pembelajaran dikhususkan pada mahasiswa yang kurang mampu

membaca kritis. Setiap aspek kemampuan membaca kritis memiliki strategi

masing-masing. Strategi ini dibuat supaya mahasiswa mampu membaca kritis.

Adapun strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis yaitu (1)

mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya, (2)

memberi tugas membaca, (3) meningkatkan skemata mahasiswa, (4) mengajak

mahasiswa untuk praktik secara langsung, (5) memberi mahasiswa dua teks

berbeda tetapi satu tema, (6) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (7)

membuat kesimpulan atau ringkasan, (8) mahasiswa memberi kritikan, dan (9)

memproduksi.

Hal tersebut berkaitan dengan pendapat Sanjaya, (2008:126) yang

menyatakan strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Uno (2008:3) Strategi pembelajaran

adalah cara-cara yang akan digunakan untuk memilih kegiatan pembelajaran yang

akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan

dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan, dan

karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

145

pembelajaran tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

tahun ajaran 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

146

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut. Pertama, faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

tahun ajaran 2015 masuk dalam kategori tinggi. Hasil analisis data menunjukkan

bahwa faktor kemampuan membaca mahasiswa adalah 69,01%. Faktor membaca

yang menunjukkan kategori tinggi yaitu mahasiswa memiliki motivasi membaca,

sikap dan minat membaca, kondisi emosi yang baik, memiliki banyak

pengetahuan, menguasai berbagai teknik membaca, sosial ekonomi keluarga

mahasiswa mempermudah untuk memperoleh bahan bacaan, dan suasana

lingkungan mahasiswa sangat nyaman untuk melakukan membaca.

Kedua, hasil tes kemampuan membaca kritis membaca mahasiswa semester

VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 masuk dalam kategori kurang. Hasil

analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca kritis

mahasiswa adalah 21,94. Hanya terdapat 11 mahasiswa yang lulus KKM dengan

skor 24-29 dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil tes diketahui hanya terdapat

dua aspek kemampuan membaca kritis yang dimiliki mahasiswa yaitu

kemampuan menerapkan konsep-konsep dan membuat kesimpulan. Terdapat lima

aspek kemampuan membaca mahasiswa yang belum dapat dicapai yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

147

kemampuan mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menganalisis,

menilai, dan memproduski. Kategori kurang tersebut diketahui karena mahasiswa

belum memiliki kebiasaan membaca, kondisi kesehataan yang tidak baik

mempersulit mahasiswa memahami isi bacaan, mahasiswa hanya membaca jenis

bacaan tertentu, penguasaan bahasa mahasiswa rendah, mahasiswa tidak

menyiapkan waktu yang tepat untuk membaca, mahasiswa sangat kesulitan

menghadapi faktor teks, pengaruh budaya lisan dan media elektronik khususnya

televisi tinggi.

Ketiga, berdasarkan hasil observasi, faktor membaca, hasil tes kemampuan

membaca kritis dan dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara dapat

ditentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis. Strategi

pembelajaran ini difokuskan pada lima aspek kemampuan membaca kritis yang

belum mampu dicapai oleh mahasiswa yaitu kemampuan mengenali dan

mengingat, memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduski.

Namun aspek kemampuan menerapkan konsep-konsep dan membuat kesimpulan

yang sudah dapat dicapai oleh mahasiswa tetap dibuat strategi pembelajaran

karena dikhususkan untuk mahasiswa yang belum mampu mencapai kedua aspek

tersebut. Berikut ini strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis:

1) Mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya.

2) Memberi tugas membaca.

3) Meningkatkan skemata mahasiswa.

4) Mengajak mahasiswa untuk praktik secara langsung.

5) Memberi mahasiswa dua teks berbeda tetapi satu tema.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

148

6) Membuat daftar pertanyaan sebelum membaca.

7) Membuat kesimpulan atau ringkasan.

8) Mahasiswa memberi kritikan.

9) Memproduksi.

Strategi pembelajaran yang sudah dijabarkan di atas diharapkan dapat menjadi

alternatif pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis bagi

mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

5.2 Saran-saran

Bedasarakan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan diajukan

beberapa saran bagi dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

(PBSI), mahasiswa dan peneliti lain.

a. Bagi Dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Dosen sebaiknya memperhatikan lagi kemampuan membaca kritis

mahasiswa karena diketahui kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI

Kelas A masih dalam kategori kurang. Hasil tes tersebut sangat memprihatinkan

apalagi sebentar lagi mahasiswa akan lulus dan menjadi seorang guru. Dosen

hendaknya secara berkala memberi tugas kepada mahasiswa, misalnya memberi

tugas membaca dan meringkas satu buku setiap minggu. Adanya tugas membaca

membuat motivasi membaca mahasiswa menjadi tinggi apalagi bila dosen

memberi penghargaan dan kritikan terhadap aktivitas membaca mahasiswa. Tugas

yang diberikan sebaiknya tidak hanya untuk melakukan kegiatan membaca tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

149

mahasiswa juga diminta untuk melaporkan dalam bentuk artikel, sinopsis,

makalah, dan resensi. Tugas menulis sebagai tanggungjawab hasil membaca dan

mahasiswa akan aktif memproduksi tulisan dan mampu menulis karya dalam

berbagai bentuk.

b. Bagi Mahasiswa

Sebagai mahasiswa sebaiknya sadar bahwa membaca dapat memenuhi

kebutuhan hidup sehingga melakukan kegiatan membaca tidak hanya saat

memperoleh tugas dari dosen. Sadar bahwa dengan membaca dapat menambah

wawasan luas. Melalui membaca dapat memperoleh berbagai manfaat baik

bermanfaat secara langsung dalam perkuliahan atau pun tidak. Rajin membaca

dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan

permasalahan sehingga hasil membaca dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan

bagi orang lain.

c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada peneliti lain atau

menambah informasi untuk penelitian selanjutnya. Masih banyak hal yang perlu

diteliti terkait strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

150

DAFTAR PUSTAKA

Adithia. 2014. Pesan Kecil dari Human Development Index Indonesia.

http://www.care4kidsindonesia.org/?p=805. Diakses 24 Januari 2015.

Amna, Putri. dkk. 2013. Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada

Siswa Tunarungu dengan Menggunakan Teknik Skimming.

http://ejournal.upn.ac.id/index.php/jupekhu. Diakses 02 Februari 2015.

Arifin, Syamsul. 2011. Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Surabaya: P3AI.

Arikunto, Suharsimi. 1991. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Burn, Roe, dan Ross. 1984. Teaching Reading in Today’s Elementary School.

New Jersey: Houghton Mifflin Company.

Dalman, H. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Dam, Ten, dan Volman, M. 2004. Critical Thingking as a Citizenship

Competence: Teaching Strategies. Learning and Instruction.

Emilia, Emi. 2007. Mengajarkan Berpikir Kritis dalam Menulis. Jurnal

Pendidikan Bahasa dan Sastra FPBS UPI. Vol.07, No. 3, 107-138.

Farr, R. 1984. Reading: Trends and Challenges. Washington D.C.: National

Education Association.

Harjasujana, A.S. 1988. Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.

Haryadi, J. 2014. Korelasi Minat Baca Masyarakat terhadap Hari Buku Nasional.

http://media.kompasiana.com/buku/2014/05/17/korelasi-minat-baca-

masyarakat-terhadap-hari-buku-nasional-657231.html. Diakses 24 Januari

2015.

Heraldin, Arie. 2014. Budaya Membaca di Indonesia Sangat Rendah.

http://m.radarpena.com/welcome/read/2014/12/07/13741/6/2/Budaya-

Membaca-di-Indonesia-Sangat-Rendah. Diakses 24 Januari 2015.

Hodgson, F.M. 1960. Learning Modern Languages. London: Routledge.

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pirls. Diakses 24

Januari 2015.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=27&notab

=36 Diakses 24 Januari /201.

http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/DefaultPrg.asp?in=Detailnews&IdNews=4

42. Diakses 24 Januari 2015.

http://www.criticalthinking.org/schoolstudy.html . Diakses 25 Januari 2015.

http://gpmb.pnri.go.id/index.php?module=artikel&id=39. Diakses 24 Februari

2015.

http://kbbi.web.id/budaya. Diakses 24 Februari 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

151

http://kbbi.web.id/index.php?w=baca. Diakses 24 Februari 2015.

http://media.kompasiana.com/buku/2014/05/17/korelasi-minat-baca-masyarakat-

terhadap-hari-buku-nasional-657231.html. Diakses 17 Mai 2014. Pukul

08:49 WIB.

http://m.radarpena.com/welcome/read/2014/12/07/13741/6/2/Budaya-Membaca-

di-Indonesia-Sangat-Rendah. Diakses 07 Desember 2014. Pukul 10:13

WIB.

Iskandarwassid dan Sunendar, D. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Konjo, Ian. 2011. Jenis-jenis Membaca. http://jaririndu.blogspot.com/2011/08/

jenis-jenis-membaca.html. Diakses 05 Februari 2015.

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Persindo.

Nisak, Zuhrotun. Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi Kompetitif.

http://journal.unisla.ac.id/pdf/12922013/4.pdf . Diakses 24 Februari 2015.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Perkuliahan Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta. BPFE.

___________________. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta: BPE-Yogyakarta.

Nurhadi. 2010. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Pearce II, John A. dan Robinson, R.B. 2013. Manajemen Strategis. Jakarta:

Jagakarsa.

Pujiono, Setyawan. 2008. Metode K-W-L dalam Perkuliahan Membaca Kritis.

Yogyakarta: UNY.

Putra, R. Masri Sareb. 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: PT.

Indeks.

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara.

____________. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara.

Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka.

Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jawa Barat:

IKAPI.

Rusyana, Y. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV

Diponegoro.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

152

Sagala, Syaiful H. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sagitaria, Desy. 2011. Tingkat Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N Kelas

XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Negeri

Yogyakarta.

Sapir, Edward. 1921. Language: An Introduction to The Study of Speech. London:

Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.

Sari, Natalia Staffiany Devyta. 2010. Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis

dengan Metode Inquiri pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Yogyakarta: PBSI, FKIP,

Universitas Sanata Dharma.

Sekaran, U. 2006. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat.

Setyosari, H. Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soedarso. 2005. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan

Filosofi dan Praktis. Jakarta: PT. Indeks.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Rosda.

Sumadi, Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Jakarta: PT. Buku Seru.

Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu

Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS.

Susanto, AB. 2005. Manajemen Strategik Komprehensif untuk Mahasiswa dan

Praktisi. Jakarta: Erlangga.

Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efekstif dan

Efisien. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. 1982. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

IKIP-STIA.

_________. 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.

_________. 2005. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

_________. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

153

Wainwright, Gordon. 2007. Speed Reading Better Recalling. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

154

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

155

Lampiran 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

157

Lampiran 2

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Membaca Kritis

No. Aspek Indikator Jumlah

soal

Nomor

Soal

1. Kemampuan

mengenali dan

mengingat

a. Kemampuan mengidentifikasi ide

pokok/gagasan utaman

b. Kemampuan mengingat

c. Kemampuan mengenali fakta-

fakta dalam bacaan

d. Kemampuan mengenali opini

dalam bacaan

1

1

1

1

1

6

3

4

2. Kemampuan

memahami bacaan

a. Kemampuan menafsirkan

b. Kemampuan memberikan contoh

c. Kemampuan mengklasifikasikan

d. Kemampuan meringkas

e. Kemampuan menarik inferensi

f. Kemampuan membandingkan

g. Kemampuan menjelaskan

h. Kemampuan memperkirakan

i. Kemampuan mengartikan kata

asing atau istilah

1

2

1

1

1

1

1

2

2

8

13, 39

10

5

7

11

12

14, 35

2, 31

3. Kemampuan

menerapkan konsep-

konsep

a. Kemampuan menjalankan konsep-

konsep

b. Kemampuan

mengimplementasikan konsep-

konsep

2

3

15, 36

30, 37,

38

4. Kemampuan

menganalisis

a. Kemampuan membedakan

b. Kemampuan mengorganisasikan

c. Kemampuan menemukan pesan

tersirat

2

1

2

16, 40

17

18, 28

5. Kemampuan

membuat kesimpulan

a. Kemampuan menyimpulkan teks

bacaan

b. Kemampuan menyusun kembali

kerangka bacaan

2

2

9, 27

19, 25

6. Kemampuan menilai a. Kemampuan menilai gagasan

utama atau keseluruhan bacaan

b. Kemampuan mengkritik suatu

bacaan

2

3

21, 22

20, 29,

32

7. Kemampuan

memproduksi

a. Kemampuan merumuskan

b. Kemampuan merencanakan

c. Kemampuan memproduksi/

merangkum

2

1

2

23, 34

24

26, 33

Keterangan : 2, 9, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23 = nomor butir soal tidak layak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

158

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Faktor Membaca

No Butir-butir Data Jumlah No. Indikator

Faktor Internal

1. Motivasi membaca 18 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 18

2. Kondisi emosi pembaca 13 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,

27, 28, 29

3. Sikap dan minat pembaca 19 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45

4. Kebiasaan membaca 3 46, 47, 48

5. Pengetahuan/pengalaman yang

dimiliki sebelumnya

22 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56,

57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,

65, 66, 67,

6. Pengetahuan tentang cara

membaca

1 68

7. Ketertarikan terhadap bacaan 5 69, 70, 71, 72, 73

8. Kebermanfaatan bagi pembaca 2 74, 75

9. Kondisi kesehatan pembaca 2 76, 77

10. Tingkat intelegensi pembaca 4 78, 79, 80, 81

11. Penguasaan bahasa 3 82, 83, 84

Faktor Eksternal

1. Latar belakang sosial ekonomi keluarga 5 85, 86, 87, 88, 89

2. Suasana lingkungan 3 90, 91, 92

3. Waktu 1 93

4. Faktor teks: keadaan bacaan, bahasa yang

dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan

tingkat keterbacaan teks

5 94, 95, 96, 97, 98

5. Masih kuatnya pengaruh budaya lisan 1 99

6. Kuatnya pengaruh media elektronik

(khususnya menonton televisi)

1 100

7. Tidak tersedianya bahan bacaan di rumah 1 101

Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi Kelas (Dosen dan Mahasiswa)

No. BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK KETERANGAN TAMBAHAN

Aktivitas Dosen

1. Dosen membuka

perkuliahan.

2. Dosen melakukan apersepsi.

3. Dosen menyampaikan tujuan

pembelajaran.

4. Dosen menyampaikan

materi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

159

5. Dosen mengajukan

pertanyaan.

6. Dosen memberikan balikan.

7. Dosen memberi penguatan

materi bagi siswa yang

belum paham.

8. Dosen menggunakan media.

9. Dosen menggunakan metode

perkuliahan yang bervariasi.

10. Dosen memberi tugas.

11. Dosem memberi kesimpulan

diakhir perkuliahan.

Aktivitas Mahasiswa

1. Mahasiswa siap mengikuti

kegiatan perkuliahan.

2. Mahasiswa memperhatikan

penjelasan dosen.

3. Mahasiswa berperan aktif

dalam mengikuti kegiatan

perkuliahan.

4. Mahasiswa memahami

materi yang dijelaskan dosen.

5. Mahasiswa aktif bertanya

kepada dosen apabila

mengalami kesulitan atau

kurang paham mengenai

materi.

6. Mahasiswa aktif memberi

tanggapan atas pertanyaan

yang diajukan dosen.

7. Mahasiswa disiplin dalam

mengerjakan tugas yang

diberikan dosen.

8. Mahasiswa dapat membuat

kesimpulan diakhir

perkuliahan.

9. Mahasiswa dapat membuat

refleksi diakhir perkuliahan.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Dosen

No. Butir-Butir Pertanyaan Jumlah

1. Persiapan sebelum mengajar. 1

2. Pemilihan materi dan metode perkuliahan. 1

3. Tindakan untuk mahasiswa yang belum memahami materi. 1

4. Tindakan agar mahasiswa memperhatikan. 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

160

5. Tindakan bagi mahasiswa yang tidak mengerjakann tugas. 1

6. Mengakhiri perkuliahan. 1

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Mahasiswa

No Aspek yang Ditanyakan

1 Berkaitan dengan minat baca yang dimiliki agar mencapai prestasi yang baik

2 Berkaitan dengan motivasi yang mendorong dirinya untuk membaca

3 Berkaitan dengan faktor internal dan eksternal dominan yang mempengaruhi

kemampuan membaca pemahaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

161

Lampiran 3

Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:

[email protected] 0274-562383

Nama Mahasiswa : _________________________________

Semester : _________________________________

Nama PT : _________________________________

Jurusan/ Prodi : _________________________________

Petunjuk:

1. Di bawah ini terdapat angket faktor membaca.

2. Berilah tanda silang (X) pada rentangan sekor 5 = SANGAT SETUJU, 4 =

SETUJU, 3 = TIDAK MEMILIKI PILIHAN, 2 = TIDAK SETUJU, dan 1 =

SANGAT TIDAK SETUJU, sesuai dengan pendapat Anda.

3. Jawaban ditulis di lembar angket, setelah selesai dikumpulkan kembali kepada

petugas!

No Indikator Rentangan Skor

1 2 3 4 5

1 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha

menyelesaikannya tepat waktu.

2 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya selesaikan

setelah tugas-tugas lain saya kerjakan.

3 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya sesegera

mungkin mencari bahan dan segera membacanya.

4 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya mencari

bahan bacaan setelah tugas lain saya selesaikan.

5 Dalam keseharian, saya selalu menentukan target yang

jelas untuk melakukan kegiatan membaca.

6 Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya

tentukan ketika membaca.

7

Dalam setiap perkuliahan, saya membaca literatur dari

berbagai sumber yang menantang untuk menguasai ilmu

melebihi teman-teman Anda.

8

Dalam setiap perkuliahan, saya tidak pernah membaca

literatur dari berbagai sumber dengan tujuan untuk

melebihi kemampuan teman-teman saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

162

9 Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi

setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca.

10 Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, merasa

dihargaai jika mendapat pujian dari dosen atau teman.

11

Jika berhasil menyelsaikan tugas membaca, saya tidak

pernah mengharapkan pujian dari dosen atau teman

kuliah.

12

Saya sangat mengharapkan bonus nilai dari dosen pada

akhir semester jika tugas membaca (misalnya meringkas

buku), dapat saya selesaikan dengan baik.

13

Saya tidak pernah mengharapkan bonus nilai dari dosen

meskipun saya mampu meringkas isi bacaan yang

ditugaskan karena keberhasilan yang saya capai sudah

merupakan bonus tersendiri bagi saya..

14

Saya mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman

kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang sayaa

kerjakan.

15

Saya tidak pernah mengharapkan ada perhatian dari dosen

atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas

yang sayaa kerjakan.

16 Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir

semester, dorongan membaca saya sangat kuat.

17 Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju

pada bacaan-bacaan hiburan.

18 Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi

tumbuh dari kesadaran sendiri.

19

Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami

isi bacaan yang saya baca.

20

Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali

memahami isi bacaan yang saya baca.

21

Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil

membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di

kelas mendapat kritik dan masukan dari teman.

22

Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil

membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di

kelas mendapat kritik dan masukan dari teman.

23

Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil

membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di

kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen.

24

Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil

membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di

kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen.

25

Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara

maksimal tugas yang diberikan kepada saya.

26

Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan kepada saya

tidak dapat saya selesaikan secara masimal.

27

Dalam perkuliahan dengan rajin membaca, saya sangat

puas jika prestasi saya dapat mengungguli teman-teman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

163

28

Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit

sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya.

29

Saya merasa sangat kecewa jika tidak mampu mencapai

prestasi kuliah setinggi-tingginya melalui kegiatan

membaca literatur yang ditunjuk oleh dosen.

30

Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi

jawaban atas suatu pertanyaan dengan menyebut sumber

yang pernah dibacanya.

31 Saya merasa masih ada yang kurang jika belum membaca

sebelum istirahat.

32 Saya membawa bahan bacaan kemana pun pergi.

33 Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa

bahan bacaan.

34 Pada suatu saat, saya bercita-cita memiliki koleksi

perpustakaan pribadi yang lengkap di rumah.

35 Saya memberi informasi kepada teman jika ada bacaan

baru yang menarik untuk dibaca.

36 Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk

dibaca.

37 Jika teman memiliki buku baru, saya berusaha untuk

memilikinya agar dapat membaca setiap saat.

38 Jika ada teman yang memiliki buku baru, saya ingin

mengajak untuk mendiskusikan isinya.

39 Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi dari

pada mengikuti pendapat orang lain.

40 Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin membelinya.

41

Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan

gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk

artikel, makalah, atau bentuk lain.

42 Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya

baca untuk menyegarkan ingatan.

43 Saya ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang

pernah terjadi melalui membaca.

44 Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika akan ada

ujian.

45 Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak

dapat saya tinggalkan.

46 Saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.

47 Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.

48

Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat

yang mudah saya jangkau.

49

Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki

berperan besar untuk membantu mempermudah

pemahaman isi bacaan yang saya baca.

50 Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari.

51

Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat

dibaca setiap hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

164

52 Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui

membaca.

53

Saya merasa bahwa membaca adalah cara terbaik untuk

menambah pengetahuan.

54 Saya merasa perlu mendiskusikan dengan teman

mengenai isi bacaan yang telah saya dibaca.

55 Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan.

56 Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan

berdasarkan isi bacaan yang saya baca.

57

Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat

isinya saja.

58 Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan

bahasa saya sendiri.

59

Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya

membuat skema gagasan setiap kali membaca.

60

Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel,

buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber

aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif.

61

Untuk mendapat informasi baru, saya mencarinya melalui

internet.

62 Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya

menjadi baik.

63

Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika

memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain.

64 Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya

baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain.

65

Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi

dengan orang lain.

66 Saya mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan

yang relevan.

67

Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain

sebelum membaca sendiri sumber aslinya.

68

Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata

sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan.

69

Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap

menarik untuk dibaca.

70

Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang

saya pelajari, saya ingin membacanya.

71

Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik

isinya, saya ingin membacanya.

72

Jika tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari,

meskipun bacaan itu menarik, saya tidak membacanya.

73

Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya

pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya.

74

Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung

dan mendukung perkuliahan saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

165

75

Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan

pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki

wawasan dan pengetahuan luas.

76

Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit

berkonsentrasi dalam membaca.

77

Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan

tidak baik saya tetap membacanya.

78

Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan

rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan.

79

Jika ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, saya

mesti mencari jawaban melalui membaca

80

Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan kebutuhan

ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca.

81

Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu

pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui

membaca.

82

Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya

pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk

memahami isinya.

83

Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan

bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha

sampai dapat memahami isi bacaan.

84

Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya

pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk

memahami isi bacaan.

85

Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh

bahan bacaan yang saya butuhkan.

86

Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang

sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan

mudah.

87

Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk

membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya.

88

Saya berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik

untuk membeli buku.

89

Saya ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah

tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi.

90

Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal

sangat nyaman untuk membaca.

91

Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat

kondusif untuk membaca.

92 Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah

yang perlu diselesaikan.

93

Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada

orang yang datang bertamu.

94

Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-

kata yang tidak saya ketahui artinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

166

95

Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk

memahami isi bacaan.

96

Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat

pemahaman isi bacaan.

97

Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering

mempersulit pemahaman isi bacaan.

98

Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit

pemahaman isi bacaan.

99

Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya,

sering mempersulit pemahaman isi bacaan.

100

Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya

tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.

101

Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak

tersedia bahan bacaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

167

Lampiran 4

Hasil Angket Faktor Membaca Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

169

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

170

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

172

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

173

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

174

Lampiran 5

Perhitungan Angket Faktor Membaca

No Indikator Rentangan Skor

Jumlah 1 2 3 4 5

1 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya

berusaha menyelesaikannya tepat waktu. 1 3 5 14 10

33

2

Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya

selesaikan setelah tugas-tugas lain saya

kerjakan.

2 4 11 14 2

33

3

Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya

sesegera mungkin mencari bahan dan segera

membacanya.

0 6 7 14 6

33

4

Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya

mencari bahan bacaan setelah tugas lain saya

selesaikan.

1 5 13 11 3

33

5

Dalam keseharian, saya selalu menentukan

target yang jelas untuk melakukan kegiatan

membaca.

0 4 15 14 0

33

6 Target membaca yang saya inginkan tidak

pernah saya tentukan ketika membaca. 0 10 8 11 4

33

7

Dalam setiap perkuliahan, saya membaca

literatur dari berbagai sumber yang

menantang untuk menguasai ilmu melebihi

teman-teman Anda.

0 8 16 9 0

33

8

Dalam setiap perkuliahan, saya tidak pernah

membaca literatur dari berbagai sumber

dengan tujuan untuk melebihi kemampuan

teman-teman saya.

5 11 8 8 1

33

9

Selama perkuliahan, saya ingin mencapai

prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin

membaca.

1 1 8 17 6

33

10

Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca,

merasa dihargaai jika mendapat pujian dari

dosen atau teman.

0 4 9 13 7

33

11

Jika berhasil menyelsaikan tugas membaca,

saya tidak pernah mengharapkan pujian dari

dosen atau teman kuliah.

2 7 9 12 3

33

12

Saya sangat mengharapkan bonus nilai dari

dosen pada akhir semester jika tugas

membaca (misalnya meringkas buku), dapat

saya selesaikan dengan baik.

2 5 0 17 9

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

175

13

Saya tidak pernah mengharapkan bonus nilai

dari dosen meskipun saya mampu meringkas

isi bacaan yang ditugaskan karena

keberhasilan yang saya capai sudah

merupakan bonus tersendiri bagi saya..

4 11 5 8 5

33

14

Saya mengharapkan ada perhatian dari dosen

atau teman kuliah jika saya mampu

menyelesaikan tugas yang sayaa kerjakan.

1 5 14 11 2

33

15

Saya tidak pernah mengharapkan ada

perhatian dari dosen atau teman kuliah jika

saya mampu menyelesaikan tugas yang sayaa

kerjakan.

5 10 11 7 0

33

16

Jika akan menempuh ujian tengah semester

atau akhir semester, dorongan membaca saya

sangat kuat.

0 1 3 19 10

33

17 Dalam keseharian, dorongan membaca saya

hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. 0 4 8 13 8

33

18 Saya membaca bukan karena dorongan orang

lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. 1 4 4 18 6

33

19

Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali

memahami isi bacaan yang saya baca. 0 1 1 14 17

33

20

Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit

sekali memahami isi bacaan yang saya baca. 2 4 3 15 9

33

21

Setelah selesai membaca, saya merasa bangga

jika hasil membaca yang saya lakukan dan

saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik

dan masukan dari teman.

0 3 5 24 1

33

22

Setelah selesai membaca, saya merasa

kecewa jika hasil membaca yang saya

lakukan dan saya dipresentasikan di kelas

mendapat kritik dan masukan dari teman.

3 13 7 10 0

33

23

Setelah selesai membaca, saya merasa bangga

jika hasil membaca yang saya lakukan dan

saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik

dan masukan dari dosen.

0 3 10 18 2

33

24

Setelah selesai membaca, saya merasa

kecewa jika hasil membaca yang saya

lakukan dan saya dipresentasikan di kelas

mendapat kritik dan masukan dari dosen.

2 12 11 6 2

33

25

Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan

secara maksimal tugas yang diberikan kepada

saya.

1 4 1 12 15

33

26

Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan

kepada saya tidak dapat saya selesaikan

secara masimal.

3 6 1 14 9

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

176

27

Dalam perkuliahan dengan rajin membaca,

saya sangat puas jika prestasi saya dapat

mengungguli teman-teman.

2 6 4 13 8

33

28

Selama perkuliahan dengan rajin membaca,

tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli

teman-teman saya.

2 10 10 10 1

33

29

Saya merasa sangat kecewa jika tidak

mampu mencapai prestasi kuliah setinggi-

tingginya melalui kegiatan membaca literatur

yang ditunjuk oleh dosen.

0 3 6 19 5

33

30

Saya sangat respek kepada orang lain yang

memberi jawaban atas suatu pertanyaan

dengan menyebut sumber yang pernah

dibacanya.

2 4 2 16 9

33

31 Saya merasa masih ada yang kurang jika

belum membaca sebelum istirahat. 0 10 14 9 0

33

32 Saya membawa bahan bacaan kemana pun

pergi. 3 11 13 6 0

33

33 Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak

membawa bahan bacaan. 4 15 9 5 0

33

34

Pada suatu saat, saya bercita-cita memiliki

koleksi perpustakaan pribadi yang lengkap di

rumah.

1 2 5 15 10

33

35 Saya memberi informasi kepada teman jika

ada bacaan baru yang menarik untuk dibaca. 0 5 6 15 7

33

36 Jika teman memiliki buku baru, saya

meminjam untuk dibaca. 1 8 13 4 7

33

37

Jika teman memiliki buku baru, saya

berusaha untuk memilikinya agar dapat

membaca setiap saat.

2 14 13 2 2

33

38

Jika ada teman yang memiliki buku baru,

saya ingin mengajak untuk mendiskusikan

isinya.

1 7 12 13 0

33

39

Saya lebih suka membaca sendiri sumber

informasi dari pada mengikuti pendapat

orang lain.

0 5 3 21 4

33

40 Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin

membelinya. 1 10 14 5 3

33

41

Setelah membaca, saya berkeinginan

mengungkapkan gagasan hasil membaca

secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah,

atau bentuk lain.

1 8 14 10 0

33

42 Saya ingin membaca kembali bacaan yang

pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan. 0 5 12 15 1

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

177

43

Saya ingin mengetahui perkembangan

sesuatu yang pernah terjadi melalui

membaca.

0 4 7 19 3

33

44 Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika

akan ada ujian. 4 12 2 14 1

33

45 Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup

saya yang tidak dapat saya tinggalkan. 1 5 16 8 3

33

46

Saya memiliki kecenderungan untuk

membaca setiap hari. 0 14 8 10 1

33

47

Saya menyusun jadwal teratur untuk

membaca setiap hari. 3 15 8 5 2

33

48

Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan

di tempat yang mudah saya jangkau. 4 6 4 16 3

33

49

Pengetahuan atau pengalaman yang sudah

saya miliki berperan besar untuk membantu

mempermudah pemahaman isi bacaan yang

saya baca.

0 1 2 20 10

33

50 Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun

setiap hari. 0 6 9 11 7

33

51

Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan

yang dapat dibaca setiap hari. 0 6 9 14 4

33

52 Saya ingin mencari jawaban atas suatu

masalah melalui membaca. 0 6 4 20 3

33

53

Saya merasa bahwa membaca adalah cara

terbaik untuk menambah pengetahuan. 1 5 3 15 9

33

54

Saya merasa perlu mendiskusikan dengan

teman mengenai isi bacaan yang telah saya

dibaca.

0 6 9 15 3

33

55

Sambil membaca, saya membuat ringkasan

isi bacaan. 2 3 13 9 6

33

56

Untuk memahami isi bacaan, saya membuat

pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya

baca.

1 12 11 8 1

33

57

Agar memahami isi bacaan, saya cukup

mengingat-ingat isinya saja. 1 10 6 15 1

33

58 Agar memahami isi bacaan, saya

merumuskan dengan bahasa saya sendiri. 0 1 5 19 8

33

59

Untuk mempermudah memahami isi bacaan,

saya membuat skema gagasan setiap kali

membaca.

1 2 11 16 3

33

60

Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam

suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya

ingin melacak sumber aslinya agar dapat

memahami secara lebih komprehensif.

0 14 10 7 2

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

178

61

Untuk mendapat informasi baru, saya

mencarinya melalui internet. 0 3 2 16 12

33

62 Dengan rajin membaca, kemampuan

berbicara saya menjadi baik. 1 2 4 17 9

33

63

Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih

kritis ketika memberi tanggapan terhadap

pendapat orang lain.

1 2 3 18 9

33

64

Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang

telah saya baca sebelum membandingkan

dengan bacaan lain.

0 9 11 12 1

33

65

Saya ingin merujuk pada bacaan setiap

berargumentasi dengan orang lain. 0 6 13 12 2

33

66 Saya mengonfirmasi gagasan orang lain

melalui bacaan yang relevan. 0 6 6 21 0

33

67

Saya tidak mudah percaya dengan pendapat

orang lain sebelum membaca sendiri sumber

aslinya.

0 4 12 12 5

33

68

Dengan memahami berbagai teknik

membaca, ternyata sangat membantu

mempermudah memahami isi bacaan.

0 2 3 20 8

33

69

Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya

anggap menarik untuk dibaca. 0 2 5 21 5

33

70

Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang

ilmu yang saya pelajari, saya ingin

membacanya.

1 3 9 16 4

33

71

Bacaan yang diberitahukan oleh teman

karena menarik isinya, saya ingin

membacanya.

1 3 5 17 7

33

72

Jika tidak berkaitan dengan bidang yang saya

pelajari, meskipun bacaan itu menarik, saya

tidak membacanya.

9 16 4 4 0

33

73

Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang

yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik,

saya membacanya.

2 2 5 17 7

33

74

Saya membaca bacaan yang bermanfaat

secara langsung dan mendukung perkuliahan

saya.

2 6 19 6

33

75

Saya menyadari bahwa membaca merupakan

kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa

jika ingin memiliki wawasan dan

pengetahuan luas.

0 1 2 8 22

33

76

Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit

berkonsentrasi dalam membaca. 0 4 2 17 10

33

77

Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi

kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. 3 3 3 19 5

33

78

Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika

tekun dan rajin membaca pasti dapat

memahami isi bacaan.

1 6 6 16 4

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

179

79

Jika ada permasalahan yang tidak dapat

diselesaikan, saya mesti mencari jawaban

melalui membaca

1 5 11 12 4

33

80

Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan

kebutuhan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi

melalui membaca.

1 5 4 18 5

33

81

Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan

ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi

hanya melalui membaca.

1 9 6 12 5

33

82

Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang

yang saya pelajari, saya sering mengalami

kesulitan untuk memahami isinya.

1 4 7 19 2

33

83

Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika

berkaitan dengan bidang ilmu yang saya

pelajari, saya akan berusaha sampai dapat

memahami isi bacaan.

0 1 5 21 6

33

84

Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang

saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami

kesulitan untuk memahami isi bacaan.

0 3 3 23 4

33

85

Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk

memperoleh bahan bacaan yang saya

butuhkan.

0 17 5 10 1

33

86

Karena penghasilan orang tua terbatas,

bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak

saya peroleh dengan mudah.

6 16 3 6 2

33

87

Meskipun pendapatan orang tua terbatas,

kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi

uang untuk membelinya.

0 3 9 12 9

33

88

Saya berpikir, dari pada untuk membeli

pakaian lebih baik untuk membeli buku. 0 5 18 8 2

33

89

Saya ke toko buku untuk membeli bacaan

jika di rumah tidak memiliki atau tidak

tersedia di perpustakaan pribadi.

2 6 10 11 4

33

90

Lingkungan rumah tangga saya atau tempat

saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. 3 2 6 19 3

33

91

Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal

sangat kondusif untuk membaca. 4 3 7 17 2

33

92 Saya ke perpustakaan untuk membaca jika

ada masalah yang perlu diselesaikan. 1 10 4 11 7

33

93

Jadwal membaca saya sering terganggu, jika

tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. 0 4 4 22 3

33

94

Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi

adalah kata-kata yang tidak saya ketahui

artinya.

0 5 0 21 7

33

95

Kalimat yang terlalu panjang mempersulit

saya untuk memahami isi bacaan. 1 6 9 13 4

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

180

96

Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering

menghambat pemahaman isi bacaan. 0 2 3 23 5

33

97

Teks yang terlau banyak kata-kata asing

sering mempersulit pemahaman isi bacaan. 0 4 1 23 5

33

98

Struktur teks yang tidak sistematis sering

mempersulit pemahaman isi bacaan. 0 5 0 22 6

33

99

Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam

hidup saya, sering mempersulit pemahaman

isi bacaan.

2 9 8 12 2

33

100

Jika acara televisi menarik, kegiatan

membaca saya tinggalkan terlebih dahulu

untuk menonton acara televisi.

1 6 2 20 4

33

101

Saya merasa gelisah di saat ingin membaca

tetapi tidak tersedia bahan bacaan 3 10 6 13 1

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

181

Lampiran 6

Perhitungan Skala Likert Angket Faktor Membaca

Indikator Rentangan Skor

Jumlah Skala Likert

Total

Skor

Ideal

Skor

Rendah 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 1 3 5 14 10 33 1 6 15 56 50 128 165 33

2 2 4 11 14 2 33 2 8 33 56 10 109 165 33

3 0 6 7 14 6 33 0 12 21 56 30 119 165 33

4 1 5 13 11 3 33 1 10 39 44 15 109 165 33

5 0 4 15 14 0 33 0 8 45 56 0 109 165 33

6 0 10 8 11 4 33 0 20 24 44 20 108 165 33

7 0 8 16 9 0 33 0 16 48 36 0 100 165 33

8 5 11 8 8 1 33 5 22 24 32 5 88 165 33

9 1 1 8 17 6 33 1 2 24 68 30 125 165 33

10 0 4 9 13 7 33 0 8 27 52 35 122 165 33

11 2 7 9 12 3 33 2 14 27 48 15 106 165 33

12 2 5 0 17 9 33 2 10 0 68 45 125 165 33

13 4 11 5 8 5 33 4 22 15 32 25 98 165 33

14 1 5 14 11 2 33 1 10 42 44 10 107 165 33

15 5 10 11 7 0 33 5 20 33 28 0 86 165 33

16 0 1 3 19 10 33 0 2 9 76 50 137 165 33

17 0 4 8 13 8 33 0 8 24 52 40 124 165 33

18 1 4 4 18 6 33 1 8 12 72 30 123 165 33

19 0 1 1 14 17 33 0 2 3 56 85 146 165 33

20 2 4 3 15 9 33 2 8 9 60 45 124 165 33

21 0 3 5 24 1 33 0 6 15 96 5 122 165 33

22 3 13 7 10 0 33 3 26 21 40 0 90 165 33

23 0 3 10 18 2 33 0 6 30 72 10 118 165 33

24 2 12 11 6 2 33 2 24 33 24 10 93 165 33

25 1 4 1 12 15 33 1 8 3 48 75 135 165 33

26 3 6 1 14 9 33 3 12 3 56 45 119 165 33

27 2 6 4 13 8 33 2 12 12 52 40 118 165 33

28 2 10 10 10 1 33 2 20 30 40 5 97 165 33

29 0 3 6 19 5 33 0 6 18 76 25 125 165 33

30 2 4 2 16 9 33 2 8 6 64 45 125 165 33

31 0 10 14 9 0 33 0 20 42 36 0 98 165 33

32 3 11 13 6 0 33 3 22 39 24 0 88 165 33

33 4 15 9 5 0 33 4 30 27 20 0 81 165 33

34 1 2 5 15 10 33 1 4 15 60 50 130 165 33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

182

35 0 5 6 15 7 33 0 10 18 60 35 123 165 33

36 1 8 13 4 7 33 1 16 39 16 35 107 165 33

37 2 14 13 2 2 33 2 28 39 8 10 87 165 33

38 1 7 12 13 0 33 1 14 36 52 0 103 165 33

39 0 5 3 21 4 33 0 10 9 84 20 123 165 33

40 1 10 14 5 3 33 1 20 42 20 15 98 165 33

41 1 8 14 10 0 33 1 16 42 40 0 99 165 33

42 0 5 12 15 1 33 0 10 36 60 5 111 165 33

43 0 4 7 19 3 33 0 8 21 76 15 120 165 33

44 4 12 2 14 1 33 4 24 6 56 5 95 165 33

45 1 5 16 8 3 33 1 10 48 32 15 106 165 33

46 0 14 8 10 1 33 0 28 24 40 5 97 165 33

47 3 15 8 5 2 33 3 30 24 20 10 87 165 33

48 4 6 4 16 3 33 4 12 12 64 15 107 165 33

49 0 1 2 20 10 33 0 2 6 80 50 138 165 33

50 0 6 9 11 7 33 0 12 27 44 35 118 165 33

51 0 6 9 14 4 33 0 12 27 56 20 115 165 33

52 0 6 4 20 3 33 0 12 12 80 15 119 165 33

53 1 5 3 15 9 33 1 10 9 60 45 125 165 33

54 0 6 9 15 3 33 0 12 27 60 15 114 165 33

55 2 3 13 9 6 33 2 6 39 36 30 113 165 33

56 1 12 11 8 1 33 1 24 33 32 5 95 165 33

57 1 10 6 15 1 33 1 20 18 60 5 104 165 33

58 0 1 5 19 8 33 0 2 15 76 40 133 165 33

59 1 2 11 16 3 33 1 4 33 64 15 117 165 33

60 0 14 10 7 2 33 0 28 30 28 10 96 165 33

61 0 3 2 16 12 33 0 6 6 64 60 136 165 33

62 1 2 4 17 9 33 1 4 12 68 45 130 165 33

63 1 2 3 18 9 33 1 4 9 72 45 131 165 33

64 0 9 11 12 1 33 0 18 33 48 5 104 165 33

65 0 6 13 12 2 33 0 12 39 48 10 109 165 33

66 0 6 6 21 0 33 0 12 18 84 0 114 165 33

67 0 4 12 12 5 33 0 8 36 48 25 117 165 33

68 0 2 3 20 8 33 0 4 9 80 40 133 165 33

69 0 2 5 21 5 33 0 4 15 84 25 128 165 33

70 1 3 9 16 4 33 1 6 27 64 20 118 165 33

71 1 3 5 17 7 33 1 6 15 68 35 125 165 33

72 9 16 4 4 0 33 9 32 12 16 0 69 165 33

73 2 2 5 17 7 33 2 4 15 68 35 124 165 33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

183

74 2 6 19 6 33 0 4 18 76 30 128 165 33

75 0 1 5 21 6 33 0 2 15 84 30 131 165 33

76 0 1 2 8 22 33 0 2 6 32 110 150 165 33

77 0 4 2 17 10 33 0 8 6 68 50 132 165 33

78 3 3 3 19 5 33 3 6 9 76 25 119 165 33

79 1 6 6 16 4 33 1 12 18 64 20 115 165 33

80 1 5 11 12 4 33 1 10 33 48 20 112 165 33

81 1 5 4 18 5 33 1 10 12 72 25 120 165 33

82 1 9 6 12 5 33 1 18 18 48 25 110 165 33

83 1 4 7 19 2 33 1 8 21 76 10 116 165 33

84 0 3 3 23 4 33 0 6 9 92 20 127 165 33

85 0 17 5 10 1 33 0 34 15 40 5 94 165 33

86 6 16 3 6 2 33 6 32 9 24 10 81 165 33

87 0 3 9 12 9 33 0 6 27 48 45 126 165 33

88 0 5 18 8 2 33 0 10 54 32 10 106 165 33

89 2 6 10 11 4 33 2 12 30 44 20 108 165 33

90 3 2 6 19 3 33 3 4 18 76 15 116 165 33

91 4 3 7 17 2 33 4 6 21 68 10 109 165 33

92 1 10 4 11 7 33 1 20 12 44 35 112 165 33

93 0 4 4 22 3 33 0 8 12 88 15 123 165 33

94 0 5 0 21 7 33 0 10 0 84 35 129 165 33

95 1 6 9 13 4 33 1 12 27 52 20 112 165 33

96 0 2 3 23 5 33 0 4 9 92 25 130 165 33

97 0 4 1 23 5 33 0 8 3 92 25 128 165 33

98 0 5 0 22 6 33 0 10 0 88 30 128 165 33

99 2 9 8 12 2 33 2 18 24 48 10 102 165 33

100 1 6 2 20 4 33 1 12 6 80 20 119 165 33

101 3 10 6 13 1 33 3 20 18 52 5 98 165 33

Jumlah 120 616 712 1412 473 3333 120 1232 2136 5648 2365 11501 16665 3333

Index = = x 100% = 69, 01 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

184

Lampiran 7

Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:

[email protected] 0274-562383

TES KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS Nama Mahasiswa : _________________________________

Semester : _________________________________

Nama PT : _________________________________

Jurusan/ Prodi : _________________________________

PETUNJUK PENGERJAAN

a. Setiap soal disusun berdasarkan penggalan teks non fiksi

b. Bacalah setiap penggalan dengan saksama agar dapat menjawab pertanyaan sebaik-

baiknya!

c. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E jawaban yang Anda anggap

paling tepat!

Teks untuk soal 1-5

28 daftar makanan anak-anak yang mengandung bahan penyebab kanker : Okky

Jelly Drink, Okky Bolo Drink, Inaco Jelly, Happydent White, Alloy Jelly, Donna Jelly,

Lotte Juicy Fresh, Hore, Jas Jus, Disney SegarSari, Nutrisari Hangat, Segar Dingin,

Frutilo Magic, Fortiplus, Vidoran Freshdrink, Hemaviton Jreng 17, Pop Ice, Ice Milk

Juus, Naturade Gold, MariMas, Finto, Buah Sari, MariTeh Instan, Teh Sisri, Marimas

degan, Kola-Kola, Sparta, Pop Drink. Pemanis yang terdapat dalam makanan tersebut

peracun bagi Anak-anak. Nyaris 1 juta dolar AS uang riset digelontorkan, sementara lebih

dari 1.900 ekor tikus dilibatkan. European Ramazzini Foundation on Oncology and

Enviromental, lembaga riset terkemuka di Italia itu, ingin membuktikan, apakah betul

Aspartam sejenis pemanis buatan itu berbahaya bagi kesehatan.

Ramazzini tidak keliru, bahkan fakta yang mereka kantongi jauh lebih

mengerikan ratusan tikus telah siap menunggu ajal. Aspartam, pemanis nonkalori yang

memiliki tingkat kemanisan 200 kali gula itu, membikin tikus-tikus tadi langsung dihajar

kanker mematikan. Riset yang digelar pertengahan 2005 lalu itu membuat Uni Eropa kian

yakin dengan keputusan mereka melarang penggunaan pemanis buatan pada produk

makanan. Jajanan anak-anak, terutama. Jepang, Malaysia, Brunei, Vietnam, langsung

mengekor langkah Uni Eropa. Mereka haramkan pula Siklamat, jenis pemanis buatan

yang diduga dapat memicu kanker.

1. Ide pokok yang terdapat dalam paragraf I adalah

A. Daftar makanan anak-anak yang mengandung bahan penyebab kanker

B. 28 aneka minuman anak-anak yang menyebabkan kanker

C. Pemanis buatan yang terdapat dalam makanan mengancam keselamatan anak-

anak

D. Aspartam sejenis pemanis buatan berbahaya bagi kesehatan.

E. Jenis makanan yang terdapat racun bagi kesehatan anak-anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

185

2. Perhatikan kutipan paragraf I “Nyaris 1 juta dolar AS uang riset digelontorkan,

sementara lebih dari 1.900 ekor tikus dilibatkan”. Istilah “Tikus” pada kalimat

tersebut berarti...

A. Binatang

B. Distributor

C. Penjual

D. Anak-anak

E. Koruptor

3. Berdasarkan paragraf 1, di bawah ini yang termasuk kalimat fakta adalah...

A. 28 daftar tersebut besar kemungkinan mengandung bahan penyebab kanker.

B. Salah satu daftar makanan yang mengandung penyebab kanker adalah Pop Ice.

C. Diduga 28 makanan mengandung pemanis yang menyebabkan kanker.

D. Ramazzini ingin membuktikan aspartam sejenis pemanis buatan yang berbahaya.

E. Pemanis yang terdapat dalam makanan bisa meracuni anak-anak.

4. Perhatikan paragraf II, Kalimat opini terdapat di....

A. Kalimat 1

B. Kalimat 2

C. Kalimat 3

D. Kalimat 4

E. Kalimat 5

5. Ringkasan dari bacaan di atas adalah....

A. 28 makanan anak-anak mengandung pemanis buatan.

B. Makanan anak-anak banyak yang mengandung racun.

C. Beberapa negara mengharamkan makanan pemanis buatan.

D. Aspartam, banyak digunakan untuk pemanis makanan anak-anak.

E. Daftar makanan anak-anak yang mengandung penyebab kanker.

6. Di bawah ini ilmuan yang terkenal diseluruh dunia atas kecerdasaanya karena

mengemukakan teori relativitas dan mendapat penghargaan Nobel dalam Fisika pada

tahun 1921 adalah....

A. Aristoteles

B. Mark Zuckerberg

C. Albert Einstein

D. Plato

E. Frederich Durrenmatt

7. Perhatikan tabel berikut!

Jadwal Sholat untuk Surabaya, GMT +7

Maret 2015

Hari Tanggal Waktu Sholat Isya

Jumat 01 Maret 2015 19:01

Sabtu 02 Maret 2015 19:01

Minggu 03 Maret 2015 19:00

Senin 04 Maret 2015 19:00

Selasa 05 Maret 2015 18:59

Rabu 06 Maret 2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

186

Kamis 07 Maret 2015

Berdasarkan tabel di atas, sholat Isya hari kamis, 07 Maret 2015 pukul....

A. 18.59

B. 18.58

C. 18.57

D. 18.56

E. 18.55

Teks untuk soal 8-10

8. Di bawah ini diagram pie yang sesuai dengan negara Indonesia berdasarkan tabel

belanja kesehatan per kapita adalah...

A. C.

B. D.

109.08

114.35

125.41 132.0

8

90.56 2008

2009

2010

2011

2012

109.08

114.35

125.41

132.08

150.11

2008

2009

2010

2011

2012

109.08

114.35

125.41

132.08

150.11

0

50

100

150

200

2008 2009 2010 2011 2012

109.08

114.35

127.85

132.08

150.11

0

50

100

150

200

2008 2009 2010 2011 2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

187

E.

9. Kesimpulan yang sesuai dengan tabel di atas adalah...

A. Dari tahun 2008-2012, Pakistan belanja kesehatan paling rendah dari negara lain.

B. 2008-2010, Negara yang paling tinggi belanja kesehatan adalah Amerika Serikat.

C. Belanja kesehatan Bangladesh tahun 2009 lebih tinggi daripada tahun 2010

D. Indonesia berada diurutan ke tujuh dalam belanja kesehatan terbesar dari 10

negara.

E. Belanja kesehatan Nigeria lebih tinggi daripada Cina.

10. Negara Indonesia dalam daftar belanja kesehatan per kapita di 10 negara

berpenduduk terbesar tergolong....

A. Tinggi

B. Menengah ke atas

C. Menengah

D. Menengah ke bawah

E. Rendah

Teks untuk soal 11-15

Di Harvard inilah Mark menemukan ide untuk membuat buku direktori

mahasiswa online karena universitasnya tidak membagikan face book (buku mahasiswa

yang membuat foto dan identitas mahasiswa di universitas itu) pada mahasiswa baru

sebagai ajang pertemanan di antara mereka. Tapi setiap kali Mark menawarkan diri untuk

membuat direktori tersebut, Harvard selalu menolaknya. Meskipun ditolak, ia selalu

mencari cara untuk mewujudkannya. Proyek pertama dia adalah CourseMatch

(www.coursematch.com) yang memungkinkan teman-teman sekelasnya untuk

berkomunikasi satu sama lain di website tersebut. Suatu malam di tahun kedua dirinya

kuliah di Harvard, Zuckerberd menyebut semua data mahasiswa Harvard dan

memasukannya ke dalam website yang dia buat bernama Facemash. Sejumlah foto rekan

mahasiswanya terpampang di situs tersebut. Dalam tempo empat jam sejak dirinya

meluncurkan website tersebut, tercatat 450 orang yang mengunjungi Facemash dan

sebanyak 22.000 foto mereka buka. Kemudian pihak Harvard mengetahuinya dan

sambungan internet pun diputus. Zuckerberg diperkarakan karena dianggap sudah

mencuri data-data.

Alih-alih kapok, dia malah membuat website baru dengan nama Facebook

(www.thefacebook.com). Website ini pertama kali dia luncurkan pada Februari 2004.

Facebook itu sendiri merupakan penyempurnaan dari Facemash. Sasarannya tetap sebagai

tempat pertemuan sesama mahasiswa harvard. Dalam penjelasannya itu website-nya

sekarang disebutkan bahwa Facebook.

11. Kalimat-kalimat yang menyatakan perbandingan dalam paragraf I tersebut adalah...

A. Kalimat 1 dan 2

B. Kalimat 2 dan 3

0%50%

100%

2008

2010

2012

109.08

114.35

125.41

132.08

150.11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

188

C. Kalimat 3 dan 4

D. Kalimat 4 dan 5

E. Kalimat 5 dan 6

12. Menurut bacaan di atas, pada hakikatnya Facebook adalah....

A. Facebook merupakan penyempurnaan dari Facemash.

B. Tempat pertemuan sesama mahasiswa harvard.

C. Untuk menentukan data teman-teman seuniversitas.

D. Website yang diluncurkan pada Februari 2004.

E. Suatu alat sosial untuk membantu orang banyak berkomunikasi lebih efisien.

13. Di bawah ini situs yang sejenis dengan facebook adalah...

A. Google

B. Yahoo

C. Twitter

D. Opera mini

E. Mozila

14. Berdasarkan bacaan di atas menurut prediksi Anda, pengguna Facebook pada tahun

2018 adalah...

A. Semakin bertambah karena anak-anak sampai orang tua sekarang punya akun

Facebook.

B. Menurun karena beralih dengan aplikasi lain yang semakin canggih.

C. Semakin berkurang karena sekarang orang beralih ke BBM dan whatsapp.

D. Bisa bertambah dan bisa berkurang.

E. Tidak tahu.

15. Di bawah yang sesuai dengan langkah-langkah membuka facebook melalui

komputer adalah....

A. Klik mozila-tulis facebook.com pada web browser-tulis alamat email dan

pasword-enter

B. Double klik mozila-tulis facebook.com pada web browser- tulis alamat email dan

pasword-enter

C. klik ikon facebook.com pada layar komputer- tulis alamat email dan pasword-

enter

D. double klik ikon facebook.com pada layar komputer- tulis alamat email dan

pasword-enter

E. klik ikon facebook.com pada web browser- tulis alamat email dan pasword-enter

Teks untuk soal 16-17

Televisi adalah salah satu alat TIK yang dapat menyampaikan informasi kepada kita

dengan media audio visual. Pada tahun 1938 Presiden Amerika Serikat, Franklin D

Roosevelt, tampil pertama kali di televisi saat memberikan sambutan. RCA lah yang

kemudian membayar lisensi untuk menggunakan paten dari farnsworth. Gambar yang

ditayangkan saat itu belum berwarna atau masih hitam putih dan sistemnya masih

sederhana dan menggunakan CRT. Pada tahun 1939 televisi berwarna mulai ditunjukkan

dalam suatu pameran radio international di Berlin. Pada tahun 1944 john Logie Baird

berhasil membuat penampil televisi elektronik yang berwarna. Sistemnya menggunakan

600 baris. Perlu diketahui, saat ini teknologi yang disebut HDTV atau high definition

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

189

television menggunakan 720 atau 1080 baris sehingga menghasilkan tampilan gambar

yang lebih halus dan menggunakan LCR atau LCD.

16. Perhatikan teks di atas, perbedaan TV hitam putih dengan berwarna adalah....

A. Sistem TV hitam putih masih sederhana, sedangkan TV berwarna menggunakan

CRT.

B. Sistem TV hitam putih masih sederhana dan menggunakan LCR, sedangkan TV

berwarna menggunakan sistem 600 baris.

C. TV hitam putih hanya ada dua warna, sedangkan TV berwarna menggunakan

1080 baris sehingga dapat menampilkan banyak warna.

D. Bentuk TV hitam putih masih menggunakan LCR, sedangkan TV berwarna

menggunakan LCD.

E. Bentuk TV hitam putih masih menggunakan LCD, sedangkan TV berwarna

menggunakan LCR.

17. Berdasarkan teks di atas, identifikasi unsur-unsur TV berwarna dibawah ini yang

benar adalah

A. Sistem sederhana dan CRT

B. Sistem sederhana dan LCR

C. Sistem 600 baris dan CRT

D. Sistem 600 baris dan kurang halus

E. Sistem 1080 baris, halus dan LCR

Teks untuk soal 18-19

Ibarat mata uang, pengaruh kemajuan teknologi bagi kehidupan memiliki 2 sisi yang

saling bertolak belakang tapi tidak bisa dipisahkan. Di satu sisi, kemajuan teknologi

memberi dampak positif bagi keluarga, mempermudah kehidupan manusia. Namun di

satu sisi, kemajuan teknologi, jika kita tidak bijaksana dan berhati-hati dalam menyikapi,

juga membawa ancaman terutama bagi kehidupan keluarga kita. Di jaman seperti

sekarang dimana gadget canggih menjadi kebutuhan sehari-hari, peran tenaga kerja

manusia diminimalisir sebisa mungkin. Akibatnya interaksi antar manusia semakin

berkurang. Orang sekarang lebih banyak berinteraksi dengan perangkat mesin yang

semakin canggih.

18. Pesan tersirat dari teks di atas adalah...

A. Menyeimbangkan antara kehidupan nyata dengan fana

B. Membangun komunikasi agar teknologi tidak berdampak negatif bagi kita.

C. Memanfaat waktu untuk keluarga agar tidak terkena pengaruh negatif dari

teknologi.

D. Bijaksana dalam memanfaatkan teknologi agar tidak terkena dampak negatif.

E. Memperbanyak interaksi dengan orang secara nyata daripada maya.

19. Masalah yang diungkapkan dalam teks di atas adalah (1) teknologi mempunyai

dampak negatif dan positif, (2) akibatnya, interaksi antar manusia berkurang, (3) kita

harus pandai menyikapi kemajuan teknologi, dan (4) dewasa ini kemajuan teknologi

sangat pesat. Masalah-masalah bila diorganisasikan menjadi sebuah kerangka

karangan dengan urutan sebagai berikut...

A. 1-2-3-4

B. 1-4-3-2

C. 4-1-2-3

D. 4-1-3-2

E. 4-3-1-2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

190

20. Beberapa hari lalu, media diramaikan oleh berita tentang maskapai penerbangan

Lion Air yang mengalami delay massal. Ini bukan pertama kalinya Lion Air

membuat penumpang kecewa akibat jadwal penerbangan yang tertunda. Entah

kenapa masalah delay jadwal sering terjadi pada Lion Air. Bisa jadi karena sudah

terbiasa bermasalah, sehingga bagi maskapai penerbangan ini, masalah yang tidak

lagi jadi masalah. Kritikan yang tepat untuk masalah di tersebut adalah...

A. Pemerintah harus tegas dalam masalah tersebut

B. Penerbangan Lion Air memang kurang bagus

C. Pelayanan Penerbangan Lion Air harus segera diperbaiki

D. Penerbangan harus diperhatikan demi keselamatan

E. Memberi informasi kejelasan agar penumpang tidak kecewa.

21. Dalam pertemuan dengan Ketua KPK dan Wakapolri, Jokowi mengatakan, "Sebagai

kepala negara saya meminta kepada institusi Polri dan KPK, memastikan bahwa

proses hukum yang ada harus obyektif dan sesuai dengan aturan UU yang ada."

Menurut penilaian Anda, sikap presiden tersebut adalah...

A. Tegas, karena mengajak kedua belah pihak berdamai dan menjalankan tugasnya

masing-masing.

B. Kurang tegas, karena tidak ada sikap dan langkah nyata dari presiden.

C. Tegas karena KPK dan Wakapolri tidak perlu berselisih.

D. Tidak tegas, karena beliau seorang presiden bukan pemimpin partai.

E. Tidak konsisten, karena masalah dengan solusi tidak saling berhubungan.

22. Matematika sering membuat orang sakit kepala karena angka-angka kecil bisa

menghasilkan angka-angka yang lebih besar. Namun hal tersebut terjadi karena

banyak guru yang tidak mengajarkan cara menghitung yang lebih praktis misalnya

7x8. menghitung angka tersebut Anda bisa menggunakan jari tanganmu. 10-7=3, jadi

3 di tangan kirimu adalah angka satuan, 2 jari di tangan kananmu juga angka satuan.

2x3=6. jadi jawabannya untuk angka satuan adalah 6. jari dibawah ditambahkan

(2+3) adalah 5. Jadi angka puluhan adalah 5. jawabanya adalah 56. Perhitungan yang

lebih mudahkan? jadi “Salahkan gurumu jika tidak mengajari cara menghitung ini!”.

Kutipan kalimat “Salahkan gurumu jika tidak mengajari cara menghitung ini!”

tersebut menurut penilaian Anda adalah....

A. Benar, guru suka memberi rumus yang sulit diingat untuk siswa.

B. Setuju, guru sering memberi rumus yang rumit dan memberi tugas yang sulit.

C. Guru tidak sepenuhnya salah karena guru mengajarkan sesuai konsep dan

kurikulum.

D. Tidak pantas menyalahkan guru karena guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.

E. Bukan salah guru, siapa tahu guru juga tidak tahu cara menghitung seperti itu.

Teks untuk soal 23-26

Hari ini kamis 17 Januari 2013, Jakarta terkena banjir besar. Banjir hari ini tidak

hanya menyebabkan banyak rumah dan bangunan terendam, tapi juga kemacetan luar

biasa dan kerusakan kendaraan, ditambah lagi pengungsi yang diperkirakan mencapai

20.000 orang. Diprediksi banjir dan macet ini membuat potensi kerugian 2 milyar rupiah

perjamnya. Penyebab banjir tersebut adalah Resapan air yg minim, pembangunan yang

amat sangat tidak berimbang di Jakarta menghabiskan wilayah ideal untuk ruang hijau

dan resapan air. Penurunan DAS Ciliwung dan beberapa sungai lainnya antara lain Kali

Angke, Pesanggrahan, Cipinang dan Sunter. Pembangunan Rumah pinggir kali yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

191

menyebabkan kerusakan sungai dan pengurangan DAS. Sampah yang semakin

menumpuk dan belum teratasi, ini juga karena tabiat masyarakat yang sangat minim

kesadarannya. Pembangunan Villa di daerah resapan air di Bogor semakin mengurangi

daya resap tanah di Bogor. Volume air kiriman dari bogor yang belum tertanggulangi,

menambah debit air banjir dll. (sumber : www.kaskus.co.id)

23. Berdasarkan masalah di atas, hipotesis untuk memecahkan masalah di atas adalah....

A. Berdoa dan tawakal karena sudah takdir Tuhan

B. Menyiapkan mental dan tenaga untuk menguras air yang masuk ke dalam rumah

C. Menyiapkan makanan yang banyak dan baju ganti.

D. Pergi mengungsi ke kota lain dan membawa surat-surat penting

E. Tidak membuang sambah sembarangan dan ikut membantu membuat biopori

24. Rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah di atas yang paling tepat adalah...

A. Pelatihan kesiapan penanggulangan bencana pada masyarakat

B. Membuat pola pengaturan lalu lintas alternatif dan pelatihan antisipasi lalu lintas

saat banjir

C. Membuang sampah pada tempatnya

D. Membuat dan memperbarui bendungan agar lebih tahan dan lebih

multifungsional

E. Membuat biopori

25. Dari teks di atas dapat di buat kerangka sebagai berikut (1) Jakarta terkena banjir

besar, (2) Mengalami kerugian 2 milyar rupiah perjam, (3) Dampak banjir membuat

kemacetan lalu lintas, dan (4) salah satu penyebab banjir adalah sampah menumpuk.

Supaya menjadi kerangka karangan yang baik maka dapat disusun dengan urutan

sebagai berikut...

A. 1-2-3-4

B. 1-4-3-2

C. 1-3-2-4

D. 4-1-3-2

E. 4-1-2-3

26. Rangkuman dari teks di atas adalah..

A. Banyak penyebab terjadinya banjir besar di Jakarta.

B. Terjadinya banjir menyebabkan kemacetan lalu lintas.

C. Terjadinya banjir menyebabkan kerugian 2 milyar rupiah perjam.

D. Banjir terjadi karena pembangunan rumah pinggir kali.

E. Air kiriman dari daerah lain menambah debit air banjir.

Teks untuk soal 27-29

Polisi menggerebek rumah jurnalis Tribun Lampung Ridwan Hardiansyah dalam

upaya pengembangan kasus narkoba. Narkoba itu tidak ditemukan, tapi tindakan represif

polisi saat penggeberekan itu membuat Ridwan trauma karena sempat diancam tembak.

Polisi kemudian menyebut nama seseorang dan bertanya ada di mana. Ridwan yang tidak

kenal nama itu kemudian menjawab tidak tahu, dan menyatakan kemungkinan polisi

salah alamat. Polisi kemudian langsung memeriksa rumah, yang tidak diizinkan Ridwan.

Sikap ini justru membuat polisi bertindak kasar. Ridwan didorong ke dinding, diborgol,

dan mulutnya dibekap.

Berikutnya polisi membawa Ridwan ke kamar untuk menyaksikan petugas yang

memeriksa, namun tidak ada barang bukti apapun yang ditemukan. Tes urine yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

192

dilakukan polisi juga hanya menemukan hasil yang negatif. Setelah usai melakukan

pemeriksaan, polisi yang diduga berasal dari Polresta Bandar Lampung itu kemudian

melepaskan Ridwan. "Setelah itu mereka pergi. Salah satunya menyalami saya, dan

menyatakan mereka hanya menjalankan tugas. Saya memang tidak ada luka, tapi sangat

trauma. Apalagi ada ancaman tembak itu," kata Ridwan.

27. Kesimpulan dari bacaan di atas adalah....

A. Polisi hanya menjalankan tugas untuk menggerebek rumah Ridwan Hardiansyah

B. Ridwan Hardiansyah terbukti tidak memakai narkoba

C. Terjadi kesalahpahaman antara polisi dengan Ridwan Hardiansyah

D. Polisi bertindak kasar terhadap Ridwan Hardiansyah

E. Polisi akan menembak mati jika Ridwan Hardiansyah tidak berkata jujur

28. Pesan tersirat berdasarkan teks di atas adalah...

A. Jabatan tinggi tidak harus melakukan tugas dengan seenaknya sendiri.

B. Jabatan tinggi harus dapat memberi contoh yang baik untuk rakyat

C. Memiliki jabatan tinggi tidak berarti dapat main hakim sendiri.

D. Orang yang dinilai tidak baik belum tentu buruk.

E. Sebelum bertindak harus berpikir terlebih dahulu.

29. Kritikan yang tepat untuk sikap polisi di atas adalah...

A. Sudah selayaknya polisi tegas dalam menjalankan tugas.

B. Sebagai polisi harus lebih tegas lagi supaya pelaku berkata jujur.

C. Perilaku polisi itu perlu dicontoh karena sudah menjalankan tugas dengan baik.

D. Dalam menjalankan tugas sebaiknya tidak kasar dan sopan.

E. Tidak pantas seorang polisi mengancam orang yang belum tentu bersalah

30. Menurut Newton, warna merupakan bagian sinar dalam spektrum yang tergantung

pada gelombang cahayanya. Teori Newton tentang spektrum warna akibat berkas

cahaya matahari yang melalui sebuah prisma. Urutan warna dalam spectrum warna

terdiri dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu kemudian lebih

dikenal sebagai lingkaran warna. Disamping warna-warna murni dikenal juga warna-

warna kutub yang sebenarnya bukan merupakan warna, yaitu putih dan hitam.

Pencampuran warna murni dengan warna putih atau hitam akan menghasilkan skala

warna lain yang disebut warna-warna pastel. Bila warna murni dicampur dengan

warna putih akan menghasilkan warna tint yaitu warna-warna muda. Sedangkan

warna murni dicampur hitam akan menghasilkan warna shade atau warna tua.

(sumber:http://edupaint.com)

Berdasarkan teori di atas, apabila warna biru dicampur dengan kuning menghasilkan

warna....

A. Abu

B. Merah muda

C. Hijau

D. Orange

E. Ungu

31. "Confident terhadap Pak Jokowi ini sudah menurun sehingga orang lebih banyak

memegang dollar AS," kata Tony dalam acara Dialog Teras Kita dengan tema

"Rupiah dan Ketahanan Politik", Jakarta, Sabtu (28/3/2015). Kata yang dicetak

miring berarti....

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

193

A. Yakin

B. Percaya

C. Rakyat

D. Penduduk

E. Masyarakat

Teks untuk soal 32-35

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengeluhkan orang Indonesia yang kerap reaktif

terhadap kebijakan pemerintah, termasuk mengenai kebijakan menaikkan harga bahan

bakar minyak (BBM). "Di Indonesia, apa saja orang protes. Naik sedikit, diprotes," ujar

Kalla di Jakarta, Minggu (29/3/2015).

Kalla mengatakan, kebijakan yang diambil oleh pemerintah, termasuk kenaikan

BBM, untuk memperbaiki infrastruktur di Indonesia. Misalnya untuk memperbaiki

jalanan yang rusak dan memberi pendidikan yang layak untuk anak-anak. Lagipula, kata

Kalla, kendati harga BBM naik, biaya subsidinya tetap. "Apa pun keadaannya, subsidinya

tetap," kata Kalla. (Kompas, 29/03/15)

32. Kritikan yang tepat berdasarkan teks di atas adalah....

A. Sudah selayaknya pemerintah memperbaiki infrastruktur Indonesia.

B. Pemerintah harus segera memberi penjelasan kepada masyarakat mengapa harga

BBM naik.

C. Langkah pemerintah sangat bagus karena kenaikan BBM dialokasikan untuk

memberi pendidikan yang layak.

D. Biaya subsidi sebaiknya diberikan kepada orang yang tepat dan merata sehingga

rakyat tidak merasa keberatan.

E. Pemerintah seharusnya tidak menaikkan harga BBM lagi karena menyengsarakan

rakyat.

33. Rangkuman yang sesuai dengan teks di atas adalah.....

A. Banyak masyarakat protes karena harga BBM naik lagi.

B. Kenaikan harga BBM untuk memperbaiki infrastruktur Indonesia.

C. Kesalahpahaman antara pemerintah dengan rakyat

D. Wakil Presiden memberi menjelasan mengapa harga BBM naik.

E. Pemerintah akan tetap memberi subsidi sehingga rakyat tidak perlu resah dengan

kenaikan harga BBM.

34. Solusi yang sesuai dengan masalah di atas adalah.....

A. Pemerintah sebaiknya mengumumkan ke publik mengenai kenaikan harga BBM

sehingga tidak ada oknum yang memanfaatkan situasi ini.

B. Pemerintah tidak harus menaikkan harga BBM karena membuat hidup rakyat

semakin sulit dan infrastruktur tetap diperbaiki sedikit demi sedikit.

C. Pemerintah segera menurunkan harga BBM, karena memicu melambungnya

harga bahan kebutuhan pokok dan harga lainnya.

D. Pemerintah harus tegas dalam mengambil sikap karena mereka lebih tahu apa

yang dibutuhkan Indonesia daripada rakyat

E. Pemerintah seharusnya memiliki berbagai alternatif untuk memperbaiki

infrastruktur dan tidak harus menaikan harga BBM.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

194

35. Menurut Anda, prediksi jangka pendek yang paling tepat akibat dari kenaikan BBM

adalah...

A. Harga bahan pokok dan tarif angkutan umum naik.

B. Pembangunan jalan di mana-mana.

C. Pendidikan di Indonesia semakin bermutu.

D. Banyak rakyat menderita.

E. Banyak warga Indonesia demo.

36. Di bawah ini yang merupakan kalimat unsur pengisi predikat menyatakan makna

“pemerolehan” adalah....

A. Rumah petani itu dua buah.

B. Toni memiliki radio.

C. Sayur-sayur mengandung banyak vitamin yang berguna.

D. Truk-truk itu mengangkut beras

E. Orang tua itu bekas guru saya.

Teks untuk soal 37-38

Ciri Objek 2 (O2), O2 mempunyai persamaan dengan O1, yaitu selalu terletak di

belakang Predikat. Perbedaannya ialah apabila klausa kalimat itu diubah menjadi klausa

pasif, O1 menduduki fungsi Subjek, sedangkan O2 terletak di belakang Predikat sebagai

Pelengkap.

37. Berdasarkan konsep tersebut, di bawah ini klausa kalimat yang sudah dipasifkan

sesuai dengan ciri O2 adalah...

A. Pak Sastro membelikan anak itu baju baru.

B. Orang itu selalu berbuat kebaikan.

C. Banyak orang asing belajar bahasa Indonesia.

D. Anak itu dibelikan baju baru oleh Pak Sastro.

E. Orang tua itu berjualan bakmi di pasar.

38. Berdasarkan konsep di atas, frase O1 yang sudah menduduki fungsi Subjek adalah....

A. Toko itu menjual obat-obatan

B. Majalah sastra diterbitkan lembaga itu

C. Ibu sedang menulis surat

D. Para Petani sedang mengerjakan sawahnya.

E. Ia sedang makan Kue.

Teks untuk soal 39-40

Vitamin D lebih dikenal sebagai vitamin penguat tulang dan gigi. Padahal, manfaat

vitamin ini sangat beragam, termasuk untuk memperlambat kanker prostat. Sebuah

penelitian kecil menunjukkan bahwa suplemen vitamin D kemungkinan dapat

memperlambat atau mencegah tahap awal perkembangan kanker prostat.

"Vitamin D mengurangi peradangan pada jaringan, karena peradangan atau inflamasi

merupakan pemicu kanker," ujar pemimpin penelitian sekaligus profesor pediatri,

biokimia, dan biologi molekul di Medical University of South Caroline Charleston, Bruce

Hollis.

39. Di bawah ini adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurang vitamin D, kecuali....

A. Kanker prostat

B. Tulang keropos

C. Gigi berlubang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

195

D. Peradangan

E. Sakit mata

40. Makanan yang mengandung vitamin D adalah...

A. Susu, telur, ikan salmon, jamur, dan kedelai

B. Alpukat, bayam, biji bunga matahari, brokoli, dan pepaya

C. Jeruk, lobak, kacang polong, kubis, dan melon.

D. Wortel, tomat, Apel, pisang, dan sereal.

E. Kecambah, gandum, kacang brazil, kembang kol, dan beras merah

---------------------SELAMAT MENGERJAKAN----------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

196

Lampiran 8

KUNCI JAWABAN TES MEMBACA KRITIS

1. A

2. D

3. B

4. E

5. D

6. C

7. B

8. C

9. B

10. D

11. A

12. E

13. C

14. A

15. B

16. C

17. E

18. D

19. D

20. C

21. A

22. C

23. E

24. D

25. B

26. A

27. B

28. E

29. D

30. C

31. A

32. D

33. B

34. A

35. A

36. B

37. D

38. B

39. E

40. A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

197

Lampiran 9

Hasil Tes Membaca Kritis Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

198

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

199

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

200

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

201

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

202

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

203

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

204

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

205

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

206

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

207

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

208

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

209

Lampiran 10

Perhitungan Hasil Tes Membaca Kritis

No. NAMA MAHASISWA Skor Nilai Kategori

1 INSEP PITOMO 25 6,25 Cukup

2 YULIA SIWI PRATIWI 23 5,75 Kurang

3 STEFANUS CANDRA SAPUTRA 20 5 Kurang

4 VITALIS CICIK NOVIKA 23 5,75 Kurang

5 YONATAN 22 5,5 Kurang

6 ALUISIUS TITUS KURNIADI 25 6,25 Cukup

7 IRA WIBOWO 23 5,75 Kurang

8 ANITA KRISNANDARI 22 5,5 Kurang

9 NATALIS HARYO WIDYANTO 21 5,25 Kurang

10 SITI KHOTIJAH 21 5,25 Kurang

11 VIVIYANTI DYAH PANGESTI 24 6 Cukup

12 MARIA RATIH PRAMITA SARI 21 5,25 Kurang

13 EMMANDA SEKAR YUMITA 24 6 Cukup

14 ALFONSUS NOVENDI LAKSANA 22 5,5 Kurang

15 SISILIA YOSSY NOUR INDRASARI 22 5,5 Kurang

16 ELISABET ANI AYU SENJAYA 25 6,25 Cukup

17 RYAN PAMULA SARI 19 4,75 Kurang

18 NOVINDA WAHYUNINGSIH 18 4,5 Kurang

19 SKOLASTIKA CYNTHIA MAHARANI 22 5,5 Kurang

20 CICILIA PRIPITA TYAS WIDIANINGSIH 19 4,75 Kurang

21 RENI DAMAYANTI 25 6,25 Cukup

22 NADYA BELA PRATIWI JATI SUWITO 24 6 Cukup

23 ALFIYATUN NASIROH 28 7 Cukup

24 SETIA RATNA DEWI 29 7,25 Cukup

25 EVA TRI RUSDYANINGTYAS 24 6 Cukup

26 SEBASTIANUS GERARDUS DUMINGGU 22 5,5 Kurang

27 SEBASTIANUS DARWIS PRIMASETIA D 16 4 Kurang

28 DANIA YOSEPHA TAMARA 27 6,75 Cukup

29 SOVIANA ROSARINI 19 4,75 Kurang

30 SURAHMAT W 21 5,25 Kurang

31 L YUDI KRISTIANTO 17 4,25 Kurang

32 RENITA TRI EKMAWATI 11 2,75 Kurang Sekali

33 HENDRICUS AGIL 20 5 Kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

210

Lampiran 11

Indek Tingkat Kesulitan Butir Soal

BS FK ITK Kategori Predikat Aspek

1 11 0,33 Sulit layak 1

2 5 0,15 Sulit tidak layak 2

3 22 0,67 Mudah layak 1

4 8 0,24 Sulit layak 1

5 9 0,27 Sulit layak 2

6 23 0,7 Mudah layak 1

7 24 0,73 Mudah layak 2

8 23 0,7 Mudah layak 2

9 27 0,82 Mudah tidak layak 5

10 23 0,7 Mudah layak 2

11 10 0,3 Sulit layak 2

12 7 0,21 Sulit layak 2

13 31 0,94 Mudah tidak layak 2

14 13 0,39 Sulit layak 2

15 19 0,58 Sedang layak 3

16 28 0,85 Mudah tidak layak 4

17 33 1 Mudah tidak layak 4

18 28 0,85 Mudah tidak layak 4

19 4 0,12 Sulit tidak layak 5

20 27 0,82 Mudah tidak layak 6

21 25 0,76 Mudah layak 6

22 29 0,88 Mudah tidak layak 6

23 33 1 Mudah tidak layak 7

24 11 0,33 Sulit layak 7

25 23 0,7 Mudah layak 5

26 26 0,79 Mudah layak 7

27 14 0,42 Sedang layak 5

28 15 0,45 Sedang layak 4

29 10 0,3 Sulit layak 6

30 24 0,73 Mudah layak 3

31 7 0,21 Sulit layak 2

32 14 0,42 Sedang layak 6

33 7 0,21 Sulit layak 7

34 9 0,27 Sulit layak 7

35 22 0,67 Mudah layak 2

36 13 0,39 Sulit layak 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 231: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

211

37 24 0,73 Mudah layak 3

38 13 0,39 Sulit layak 3

39 22 0,67 Mudah layak 2

40 8 0,24 Sulit layak 4

Keterangan

BS: Butir Soal

FK: Jumlah jawaban benar

ITK: Indek Tingkat Kesulitan yang dicari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 232: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

212

Lampiran 12

Perhitungan Setiap Aspek Membaca Kritis

No. Aspek Jumlah Skor

Maks

Pemerolehan

Skor

Persentase

(%)

Kategori

1. Kemampuan

mengenali dan

mengingat

132 64 48% Tidak

Mampu

2. Kemampuan

memahami

bacaan

330 160 48% Tidak

Mampu

3. Kemampuan

menerapkan

konsep-konsep

165 93 56% Mampu

4. Kemampuan

menganalisis

66 23 35% Tidak

Mampu

5. Kemampuan

membuat

kesimpulan

66 37 56% Mampu

6. Kemampuan

menilai

99 49 49% Tidak

Mampu

7. Kemampuan

memproduksi

132 53 40% Tidak

Mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 233: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

213

Lampiran 13

Transkip Observasi Kelas (Dosen dan Mahasiswa)

No. BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK KETERANGAN TAMBAHAN

Aktivitas Dosen

1. Dosen membuka

perkuliahan. Dosen membuka perkuliahan

dengan memberi salam

2. Dosen melakukan apersepsi. Dosen melakukan apersepsi

dengan mengingatkan materi

minggu lalu dan masuk materi

yang akan dipelajari

3. Dosen menyampaikan tujuan

pembelajaran. Dosen memberi tahu tujuan

pembelajaran hari ini adalah

mampu menguasai materi

tentang semiotik dan

intertekstual.

4. Dosen menyampaikan

materi.

Dosen tidak menyampaikan

materi secara langsung tetapi

hanya menjawab pertanyaan

mahasiswa yang diajukan pada

kelompok presentasi.

5. Dosen mengajukan

pertanyaan. Dosen bertanya untuk menggali

sejauh mana pemahaman

mahasiswa.

6. Dosen memberikan balikan. Dosen tidak memberi balikan

karena mahasiswa tidak ada

yang bertanya kepada dosen.

7. Dosen memberi penguatan

materi bagi siswa yang

belum paham.

Dosen memberi penguatan

setelah penyaji selesai

presentasi.

8. Dosen menggunakan media. Hanya menggunakan media

white board dan spidol.

9. Dosen menggunakan metode

perkuliahan yang bervariasi.

Hanya metode presentasi.

10. Dosen memberi tugas. Memberi tugas setiap

mahasiswa membuat daftar

pertanyaan dan membaca

minimal 3 buku.

11. Dosem memberi kesimpulan

diakhir perkuliahan. Dosen mengajak mahasiswa

untuk membuat kesimpulan.

Aktivitas Mahasiswa

1. Mahasiswa siap mengikuti

kegiatan perkuliahan.

Saat pertama masuk mahasiswa

belum siap mengikuti

perkuliahan karena masih sibuk

bermain hp dan berbicara

dengan temannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 234: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

214

2. Mahasiswa memperhatikan

penjelasan dosen. Mahasiswa tenang dan

memperhatikan penjelasan

dosen.

3. Mahasiswa berperan aktif

dalam mengikuti kegiatan

perkuliahan.

Mahasiswa aktif bertanya

kepada penyaji yang presentasi

saat mereka belum jelas

4. Mahasiswa memahami

materi yang dijelaskan dosen. Mahasiswa memahami

penjelasan dosen sehingga saat

dosen memberi waktu untuk

bertanya mereka tidak bertanya.

5. Mahasiswa aktif bertanya

kepada dosen apabila

mengalami kesulitan atau

kurang paham mengenai

materi.

Tidak ada yang bertanya kepada

dosen.

6. Mahasiswa aktif memberi

tanggapan atas pertanyaan

yang diajukan dosen.

Mahasiswa tidak aktif

menanggapi dosen. Berbicara

hanya saat dosen mengajukan

pertanyaan terhadap mahasiswa

tertentu.

7. Mahasiswa disiplin dalam

mengerjakan tugas yang

diberikan dosen.

Mahasisw disiplin mengerjakan

tugas

8. Mahasiswa dapat membuat

kesimpulan diakhir

perkuliahan.

Mahasiswa mampu membuat

kesimpulan.

9. Mahasiswa dapat membuat

refleksi diakhir perkuliahan.

Mahasiswa tidak membuat

refleksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 235: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

215

Lampiran 14

Transkip Wawancara Dosen

1. Dalam mempersiapkan materi, dosen memikirkan materi apa saja yang bisa

dikembangkan, sebagai dosen juga harus menguasai materi, memikirkan tugas

apa yang cocok untuk memperdalam materi dan dilaksanakan secara

berkelompok atau individu. Selain itu, dosen juga mempersiapkan evaluasi

yang sesuai dengan materi.

2. Dosen mengajarkan materi sesuai dengan kurikulum. Adapun metode yang

dipilih disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Biasanya dosen

menggunakan metode ceramah sebagai pengantar untuk apersepsi, kemudian

mahasiswa dibagi kelompok dan diberi tugas. Setiap kelompok diberi proyek

(tugas) yang berbeda dan setiap kelompok diminta untuk presentasi. Setelah itu

dosen memberi penegasan supaya mahasiswa lebih paham mengenai materi.

3. Tindakan dosen untuk mahasiswa yang belum memahami materi yaitu

perkuliahan berbasis Pendagogi Ignasian sehingga diakhir perkuliahan dosen

selalu memberi evaluasi dan refleksi. Refleksi dilakukan untuk mengulang lagi

materi yang sudah dipelajari sehingga mahasiswa dapat mengingat dan lebih

memahami materi yang diberikan dan diakhir perkuliahan dosen tetap memberi

penegasan.

4. Tindakan dosen agar mahasiswa memperhatikan yaitu saat jam efektif

perkuliahan sangat panjang (150 menit) maka dosen mengajak mahasiswa

untuk istirahat sejenak. Kadang-kadang dosen juga mengajak mahasiswa untuk

game 5 menit untuk berdiri dan meregangkan otot. Saat jeda tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 236: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

216

mahasiswa boleh melakukan apa saja tetapi apabila waktunya telah habis maka

harus fokus kembali.

5. Tindakan dosen bagi mahasiswa yang tidak mengerjakann tugas yaitu sejak

awal perkuliahan dosen sudah memberi penjelasan kepada mahasiswa bahwa

bobot pada masing-masing tugas berbeda. Tugas diberi bobot lebih besar/tinggi

daripada UTS dan UAS karena dosen lebih mengutamakan proses. Bobot

penilaian tersebut juga sudah disepakati bersama dengan para mahasiswa

sehingga mahasiswa sudah tahu konsekuensinya apabila mahasiswa tidak

menyelesaikan tugas tepat waktu. Apabila mahasiswa tidak disiplin dalam

mengerjakan tugas maka nilai tidak sama dengan mahasiswa yang disiplin dan

apabila tidak mengumpulkan tugas berarti nilai pada tugas tersebut adalah nol.

Dosen hanya memberi dispensasi kepada mahasiswa yang sakit atau alasan lain

yang masuk akal.

6. Dalam mengakhiri perkuliahan dosen mengajak mahasiswa untuk

menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Setelah itu dosen memberi

informasi mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya

dan meminta mahasiswa untuk membaca dan belajar lebih dulu. Harapannya

saat mahasiswa masuk kuliah, mereka tidak dalam keadaan kosong tanpa bekal

ilmu .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 237: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

217

Lampiran 15

Transkip Wawancara Mahasiswa

No. Nama Mahasiswa Aspek Pertanyaan Jawabam

1 Insep Pitomo Minat Baca Sadar sebagai mahasiswa PBSI

sehingga harus kuat membaca

meskipun sampai sekarang belum

kutu buku.

2 Nadya Bela Pratiwi Jati

Suwito

Minat membaca tinggi hanya saat

akan ujian, kuis, mau presentasi

dan ada tuga merangkum.

3 Alfiyatun Nasiroh Minat membaca jika ada tugas

presentasi dan tugas membaca

buku literatur dari dosen.

4 Setia Ratna Dewi Minat membaca novel dan

tentang psikologi. Membaca

sudah menjadi kebiasaan dan

lebih sering membaca secara

online.

5 Eva Tri

Rusdyaningtyas

Membaca refensi yang diberikan

dosen dan pergi ke toko buku

untuk membeli buku yang

menarik dibaca. Membuat

pengingat di note untuk membaca

seminggu minimal 3 buku.

6 Dania Yosepha Tamara Membaca dapat menambah

wawasan dan lebih kompetensi

dalam menguasai materi.

1 Insep Pitomo Motivasi Membaca Ingin memahami materi dan

melebihi teman-teman dan

mempersiapkan diri untuk

menjadi guru.

2 Nadya Bela Pratiwi Jati

Suwito

Ingin meraih IPK tinggi,

membaca untuk menghibur diri,

dan up to date.

3 Alfiyatun Nasiroh Buku yang menarik, bahasa yang

sederhana, dan mencari buku

yang lain yang satu tema.

4 Setia Ratna Dewi Sadar sebagai mahasiswa PBSI

harus banyak membaca sehingga

harus membeli buku dan

dirangkum.

5 Eva Tri

Rusdyaningtyas

Ingat jerih payang orang tua, IPK

teman-teman lain yang tinggi

membuat motivasi baca yang

tinggi dan setiap bosan pergi ke

toko buku untuk membeli buku

baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 238: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

218

6 Dania Yosepha Tamara Ingin menjadi penulis sehingga

harus banyak membaca supaya

menambah wawasan.

1 Insep Pitomo Faktor Internal Motivasi (ingin mengungguli

teman-teman), Kondisi emosi

(kalau sedang patah hati tidak

membaca karena tidak fokus),

ketertarikan (lebih suka cerpen

dan tidak suka komik), kesehatan

(kalau sakit tidak membaca),

tingkat intelegensi (gaya bahasa

yang rumit membuat saya lebih

tertantang dan menambah kosa

kata).

2 Nadya Bela Pratiwi Jati

Suwito

Ketertarikan (membaca sekilas

dari judul apabila tertarik

langsung dibaca dan mencari

sumber lain yang satu tema),

kondisi emosi (kalau perasaan

lagi enak suka membaca dan

memiliki rasa tanggungjwab

terhadap tugas), penguasaan

bahasa (artikel bahasa inggris

sering mempersulit pemahaman

isi bacaan).

3 Alfiyatun Nasiroh Ketertarikan (novel dan cerpen),

kondisi emosi (kalau perasaan

senang tidak membaca tetapi

kalau merasa bosan baru

membaca) kebermanfaatan

(membaca memberi banyak

manfaat, misalnya setelah

membaca saya bisa

memanajemen keuangan).

4 Setia Ratna Dewi Tingkat intelegensi (dengan

sering membaca saya mampu

membaca sekilas padahal

sebelumnya sulit sekali dalam

memahami isi bacaan).

5 Eva Tri

Rusdyaningtyas

Kondisi emosi (jika perasaan lagi

baik, mudah memahami isi

bacaan) motivasi (ingin meraih

prestasi yang tinggi dan melebihi

teman-teman), kondisi kesehatan

(apabila sedang sakit tidak

mampu memahami isi bacaan),

kebermanfaatan (dengan banyak

membaca mendapat banyak

manfaat dalam kehidupan sehari-

hari).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 239: STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis

219

6 Dania Yosepha Tamara Kondisi kesehatan (saat sehat,

cepat memahami isi bacaan),

ketertarikan (jenis buku fiksi),

kebermanfaatan (meningkatkan

prestasi), penguasaan bahasa

(banyak membaca pasti mudah

memahami isi bacaan).

1 Insep Pitomo Faktor Eksternal Waktu (biasa membaca pada

malam hari, tetapi kalau lagi ada

waktu banyak dan minat

membaca tinggi bisa setengah

hari dan lupa waktu), latar

belakang sosial ekonomi (setiap

semester diberi uang untuk

membeli buku), pengaruh media

elektronik (sadar bahwa TV akan

mengganggu belajar sehingga

tidak membeli TV).

2 Nadya Bela Pratiwi Jati

Suwito

Pengaruh media elektornik

(Tidak suka menonton TV karena

informasi lebih lamban sehingga

lebih memilih membaca dengan

HP), waktu (membaca jika ada

waktu luang saja), ketertarikan

(membaca artikel tentang idola

setiap hari).

3 Alfiyatun Nasiroh Pengaruh kuatnya budaya lisan

(lebih suka mendengarkan orang

berbicara daripada membaca

sendiri), pengaruh media

elektronik (lebih suka nonton

cerita yang difilmkan daripada

membaca langsung dari buku),

tidak tersedianya bacaan (tidak

memiliki stok buku di kos).

4 Setia Ratna Dewi Lingkungan (lingkungan yang

hening mempermudah dalam

memahmi isi bacaan), pengaruh

media elektronik (Tidak suka

menonton TV tetapi lebih suka

menggunakan HP untuk

membaca).

5 Eva Tri

Rusdyaningtyas

Suasana lingkungan (membaca

diluar ruangan).

6 Dania Yosepha Tamara Suasana lingkungan (konsentrasi

tinggi saat lingkungan tidak

terlalu sepi dan tidak terlalu

ramai), waktu ( membaca setiap

pagi dan sore hari).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI