STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH...

76
STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH NABI MUSA AS DAN NABI KHIDIR AS (Telaah Tafsir Surat Al-Kahfi ayat 60-82) Skripsi Diajuakan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Oleh: MUHAMMAD IQBAL SHIDDIQ NIM 109011000115 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH...

Page 1: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF

DALAM KISAH NABI MUSA AS DAN NABI KHIDIR AS

(Telaah Tafsir Surat Al-Kahfi ayat 60-82)

Skripsi

Diajuakan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

MUHAMMAD IQBAL SHIDDIQ

NIM 109011000115

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia
Page 3: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia
Page 4: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia
Page 5: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

ABSTRAK

Nama : Muhammmad Iqbal Shiddiq

NIM : 109011000115

Judul : Strategi Pembelajaran Afektif Dalam Kisah Nabi Musa AS dan

Nabi Khidir AS (Telaah Tafsir Surat Al-Kahfi ayat 60-82)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pembelajaran afektif yang

dilakukan oleh nabi Khidir kepada nabi Musa yang terdapat dalam Al-Qur‟an surat

Al-Kahfi ayat 60-82.

Subjek penelitian ini ialah kisah perjalanan nabi musa dan khidir dan objek

penelitianya adalah ayat Al-Qur‟an surat Al-Kahfi yang didalam proses perjalanannya

terkandung strategi pembelajaran afektif. Sedangkan untuk metode pengumpulan

data, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dan metode

Tahlily (analisis) untuk menafsirkan ayat Al-Qur‟an.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, nabi Khidir mempunyai strategi pembelajaran

dengan memberikan syarat, yaitu jangan mempertanyakan sesuatupun sebelum Khidir

sendiri menjelaskannya. Strategi Khidir tersebut mengantarkan keberhasilan

pembelajaran afektif pada nabi Musa hal itu dibuktikan dengan tercapainya langkah-

langkah dari ranah afektif. receiving, Musa peka terhadap apa yang disaksikannya

selama perjalanan dalam bentuk penolakan dan tidak setuju atas perbuatan Khidir.

Kedua responding, reaksi spontan adalah proses afektif yang terjadi dalam diri Musa

hal tersebut jelas merupakan suatu respon dalam rangka mengetahui sesuatu hal lebih

mendalam. Ketiga valuing, Selama perjalanan Musa menilai atau menanggapi semua

peristiwa dengan nilai atau keyakinan yang dipercayainya, walaupun penilaian

berubah setelah penjelasan dari Khidir. Keempat organization, Musa

mengorganisasikan nilai yang diyakininya dengan nilai dari Khidir sehingga tercipta

nilai baru. Kelima Characterization by a Value or Value Complex, nilai baru yang

didapat oleh Musa tersebut adalah hasil dari proses pembelajaran afektif yaitu Musa

memiliki sebuah kebulatan sikap (karakter) yang mapan.

Kata kunci : Strategi Pembelajaran, Afektif.

i

Page 6: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

limpahan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF

DALAM KISAH NABI MUSA AS DAN NABI KHIDIR AS (Telaah Tafsir Surat

Al-Kahfi ayat 60-82)” ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Hukum (S.Pd.I.) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bimbingan,

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua (Drs. H. Agus Salim, M.Si, dan Hj. Unong Solilah, M.Si,),

kakak-kakak (Yohana Solihati G, S.Sos dan Fahmi Firman G), serta adik (Rijal

Nurul Haq) saya tercinta yang telah memberikan segenap kasih sayang yang

tiada henti dan memberikan dorongan baik materil maupun moril serta do‟a

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

ii

Page 7: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

3. Ketua, Sekretaris, serta seluruh staf Jurusan dan Laboratorium Pendidikan

Agama Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Prof. Dr. H. Salman Harun, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa

sabar dalam membimbing dan mengarahkan akan proses penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku dosen penasihat akademik.

6. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Teman teristimewa, Putri Mentari yang selalu menemani di saat suka maupun

duka beserta Keluarga terima kasih banyak atas motivasi, dedikasi dan do'a

selama ini.

8. Teman-teman Prodi Pendidikan Agama Islam yang baik hati, khususnya prodi

Pendidikan Agama Islam angkatan 2009 kelas C (Agus, Eka, Heru, Miftah,

Rasid, Sukri Gojali, Chairul, Sihab dan teman-teman lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu). Terimakasih banyak atas tawa-duka, suka duka,

kebersamaan, motivasi, dan bertukar pikiran selama ini.

9. Baraya, dulur, akang, teteh, Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya

(HIMALAYA) Jakarta, terimakasih atas kebersamaan dan pengabdiannya

selama ini. Semoga HIMALAYA Jakarta dapat terus konsisten dan

memberikan manfaat atas kehadirannya kepada orang lain, masyarakat, daerah,

nusa dan bangsa.

10. Kepada keluarga besar alumni Persatuan Islam 109 Kujang, terimakasih atas

kesempatan, dedikasi serta pengalamannya.

iii

Page 8: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

11. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga

Allah SWT memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan

mereka semua, amien.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamu‟alaikum Wr, Wb.

Jakarta, 5 Oktober 2015

Muhammad Iqbal S

iv

Page 9: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah .......................................................................... 6

C. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Strategi Pembelajaran ......................................................................... 8

1. Strategi…………………………………………………………….8

2. Pembelajaran ................................................................................. 13

B. Strategi Pembelajaran Afektif ............................................................ 19

C. Pengertian Nilai, Moral dan Sikap ..................................................... 23

v

Page 10: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

D. Nabi Musa dan Khidir ....................................................................... 25

1. Nabi Musa AS ................................................................................ 25

2. Khidir AS ...................................................................................... 28

E. Kajian yang Relevan ........................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian ............................................................... 31

B. Metode Penelitian ............................................................................... 31

C. Fokus Penelitian ................................................................................. 33

BAB IV STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH NABI

MUSA AS DAN KHIDIR AS

A. Tafsir Ayat Surah Al-Kahfi ................................................................ 34

Tafsir Ayat 60-61 ............................................................................... 34

Tafsir Ayat 62-64 ............................................................................... 37

Tafsir Ayat 65-70 ............................................................................... 38

Tafsir Ayat 71-73 ............................................................................... 42

Tafsir Ayat 74-76 ............................................................................... 43

Tafsir Ayat 77-78 ............................................................................... 45

Tafsir Ayat 79-81 ............................................................................... 47

Tafsir Ayat 82 ..................................................................................... 49

vi

Page 11: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

B. Ikhtisar Kisah Nabi Musa dan Khidir ................................................ 50

C. Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi Musa AS dan Khidir

AS ...................................................................................................... 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 61

B. Saran ................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63

vii

Page 12: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memperhatikan pendidikan di Indonesia pemikiran kita akan tertuju pada

pengertian pendidikan dan tujuan pendidikan itu tersendiri. Bagaimana pendidikan

dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia itu tergantung pada perumusan

yang dibuat. Dengan mengetahui apa itu pendidikan dan tujuan pendidikan tersebut

maka suatu bangsa tertentu akan dapat menentukan pendidikan seperti apa yang

diinginkan.

Didalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Ada penggalan kalimat pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II

Pasal 3 yang dapat ditarik benang merah yaitu “berkembangnya potensi peserta

didik” adalah tujuan inti dari proses pembelajaran. Setelah mengetahui hal tersebut

barulah mencari formulasi yang tepat untuk mencapai tujuan itu.

Adapun teori yang dipakai dan masih relevan dalam kurikulum di Indonesia

yaitu teori taksonomi bloom. Dengan mengadaptasi teori bloom tentang tujuan-tujuan

pendidikan, maka dapat diklasifikasi berbagai kompetensi yang hendak dicapai guru

melalui proses pembelajaran pada setiap unit. Bloom, membagi tujuan pembelajaran

menjadi tiga, kognitif, afektif dan psikomotorik.2

Tidak hanya tumbuh kembang potensi peserta didik saja dengan teori yang

disempurnakan bloom ini, menurut Abdul Majid dalam bukunya Pendidikan Agama

1

1 Redaksi Sinar Grafika, UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003),

(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet 2, hal. 7 2 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 1, hal. 69

Page 13: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

2

Islam Berbasis Kompetensi bahwa gabungan dari tiga jenis kompetensi yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor ini akan melahirkan life skills (keterampilan hidup).3

Dalam pendidikan ada sebuah proses dan transformasi pengetahuan dari

pendidik terhadap peserta didik. Sehingga terjadi suatu perubahan ke arah yang

positif pada peserta didik, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.4

Betapa pentingnya peserta didik memiliki ketiga komponen tersebut. Tapi

pada kenyataannya pembelajaran yang dilakukan kebanyakan bertumpu pada satu

kompetensi yaitu kognitif saja. Bagaimana tidak, banyak orang sekarang hanya

menilai seseorang itu hanya dari segi intelektual saja.

Hal tersebut tidak di sengaja karena dalam peraktiknya diantara ketiga

komponen tersebut yang paling mudah dilakukan adalah pendekatan kognitif. Karena

untuk mengevalusi hasil dari pembelajaran kognitif tersebut dapat dilihat dengan

mudah tidak sesulit melihat hasil dari pembelajaran afektif. Karena itulah yang sering

menjadi bahan diskusi pendidikan sekarang ini adalah bagaimana menerapkan

pendekatan afektif yang memang terasa sulit dibandingkan dengan pendekatan

kognitif.

Padahal pendidikan bukan hanya berfungsi mengembangkan aspek kognitif

(pengetahuan atau penalaran), tetapi juga pendidikan berfungsi mengembangkan

aspek afektif (sikap, kelakukan atau akhlak atau budi perkerti) dan aspek

psikomotorik (keterampilan).5

Tidak berbeda jauh dengan pendidikan islam, karena pendidikan islam juga

bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh

potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah,

menumbuhsuburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan

alam semesta.6

3 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), cet. 3, hlm. 13. 4 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya), cet 3, hal. 130 5 Arifin Anwar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. 1,

hal. 24 6 Haidar Putra D, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2004), hal. 153

Page 14: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

3

Hakikat pendidikan itu adalah pembentukan manusia ke arah yang dicita-

citakan. Dengan demikian pendidikan Islam adalah proses pembentukan manusia

kearah yang dicita-citakan Islam.7

Menurut Haidar Putra Daulay dalam bukunya Pendidikan Islam, pendidikan

itu setidaknya memiliki tiga aspek sasaran. Pertama, sasaran pengisian otak (transfer

of knowledge). Kedua, mengisi hati, melahirkan sikap positif (transfer of value).

Ketiga, perbuatan (transfer of activity).

Seperti yang telah disebutkan atas dalam pendidikan islam terdapat dua

potensi, yaitu, potensi jasmaniah manusia adalah yang berkenaan dengan seluruh

organ-organ fisik manusia. Sedangkan potensi ruhaniah manusia itu meliputi

kekuatan yang terdapat di dalam batin manusia, yakni akal, kalbu, nafsu, roh, dan

fitrah.8

Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan dalam pembelajaran

adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Begitu juga dalam pendidikan islam

potensi yang harus dikembangkan dalam diri peserta didik yaitu akal, kalbu, nafsu,

ruh, fitrah dan organ-organ fisik. Dalam hal tersebut terdapat kesamaan antara akal

(Pengetahuan/kognitif), nafsu (sikap/afektif) dan organ-organ fisik (psikomotorik).

Hanya saja cabang pengembangan dalam pendidikan islam lebih komplek dan

banyak.

Akan tetapi, karena agama banyak menyentuh qaib (hati) manusia, maka

pendekatan terhadap agama tidak selamanya efektif jika hanya didekati lewat

pendekatan kognitif, karena itu pendekatan afektif dan psikomotorik merupakan suatu

keniscayaan di samping pendekatan kognitif.9

Setiap proses pembalajaran yang dilakukan hendaknya didasarkan pada

kompetensi atau penguasaan yang diarahkan untuk memberikan pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Maka dari itu pada

langkah ini ditentukan strategi dan metode yang akan digunakan untuk mencapai

tujuan kompetensi tersebut.

7 Haidar Putra D, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2004), hal. 3 8 Haidar Putra D, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2004), hal. 31 9 Haidar Putra D, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2004), hal. 39

Page 15: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

4

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yakni

guru berperan sebagai pengantar pesan, siswa sebagai penerima pesan, dan pesan

yang dikirimkan oleh guru berupa materi pelajaran. Tidak selamanya pesan yang

disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa, bahkan terkadang pesan yang

diterima tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh guru. Hal ini dikarenakan

lemahnya kemampuan guru dalam mengkomunikasikan informasi sehingga materi

yang disampaikan tidak jelas atau mungkin salah ketika menyampaikan, dan juga

lemahnya kemampuan siswa dalam menangkap materi yang disampaikan sehingga

ada kesalahan dalam menginterpretasi materi tersebut.10

Hal tersebut bisa diakibatkan oleh pembelajaran yang membosankan dan

pembelajaran yang hanya berkisar pada ceramah saja. Pembelajaran yang kurang

efektif dan efisien, menyebabkan kurang seimbangnya kemampuan kognitif, afektif

dan psikomotor. Proeses pembelajaran yang dilakukan saat ini masih banyak yang

menitik beratkan pada unsur kognitif saja.

Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk memudahkan siswa dalam

menerima materi dan guru menuangkan kemampuan serta ide kreatifnya dalam

mengemas materi tersebut sedemikian rupa sehingga dapat dicerna oleh siswa dengan

baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.

Tentu banyak sekali objek yang bisa dijadikan bahan kajian untuk

menghasilkan strategi pembelajaran, baik yang berasal dari akal pikiran manusia

maupun dari sumber lain. Dan salah satu sumber yang utama itu adalah al-Qur‟an,

kitab suci pedoman umat Islam.

Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk untuk kehidupan umat

manusia di dunia ini. Dengan petunjuk al-Qur'an, kehidupan manusia akan berjalan

dengan baik. Manakala mereka memiliki problem, maka problem itu dapat

terpecahkan sehingga jika diibarat dengan penyakit, akan ditemukan obatnya dengan

al-Qur'an. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita sebagai umat Islam untuk

memahami al-Qur'an dengan sebaik-baiknya sehingga bisa kita gunakan sebagai

pedoman hidup di dunia ini dengan sebenar-benarnya, Allah berfirman:

10

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010),

Cet. III, h. 205.

Page 16: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

5

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus”

(QS. al-Isra‟ ayat 9)

“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala

sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang

berserah diri.” (QS. an-Nahl ayat 89)

Adalah amat jelas bahwa dalam al-Qur‟an terdapat ayat-ayat yang

berhubungan dengan dunia pendidikan. Tidak hanya itu dalam al-Qur‟an juga

terdapat kisah-kisah yang mana banyak menceritakan kisah orang-orang dahulu dari

para nabi dan selain nabi.

Al-Qur‟an telah membicarakan kisah-kisah yang disebutkannya. Ia

menjelaskan hikmah dari penyebutannya, manfaat apa yang dapat kita ambil darinya,

episode-episode yang memuat pelajaran hidup, konsep memahaminya, dan

bagaimana cara berinteraksi dengannya.11

Kisah-kisah dalam Al-Qur‟an mempunyai keistimewaan dalam hal cita-

citanya yang luhur, tujuannya yang mulia dan maksudnya yang agung. Kisah-kisah

ini mencakup bagian-bagian tentang akhlak yang dapat menyucikan jiwa,

memperindah tingkah laku, menyebarkan sifat bijak dan adab serta berbagai metode

mendidik.

Banyak kisah teladan dan kisah-kisah yang berhubungan dengan pendidikan

salah satunya adalah kisah nabi Musa yang diperintahkan oleh Allah secara langsung

untuk belajar kepada sang guru pilihan Allah, yaitu nabi Khidhir.

Dalam kisah perjalanan nabi Musa dan nabi Khidir tersebut tidak hanya ilmu

pengetahuan karena lebih dari pada itu kisah tersebut lebih menyinggung masalah

sikap dan nilai yang berbeda antara nabi Khidir dan nabi Musa dan bagaimana cara

penyampaian (strategi) nabi Khidir kepada nabi Musa.

11 Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 1999), hal.. 21

Page 17: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

6

Banyak peneliti yang mengkaji kisah Nabi Musa dan Khidir yang terdapat

dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82 karena banyak hikmah yang terkandung didalamnya.

Penulis sendiri tertarik untuk meneliti atau mengkaji surat dalam al-Qur‟an yang

berhubungan dengan pendidikan.

Dari pemaparan di atas, penulis sangat tertarik untuk menggali makna-makna

tersirat yang terkandung di dalam ayat Al-Qur‟an dengan sebuah penulisan berjudul

“STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH NABI MUSA AS

DAN NABI KHIDIR AS (Analisis Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 60-82)”.

B. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan skripsi ini terfokus, maka penulis membatasi kajian skripsi

ini pada kisah perjalanan nabi Musa AS bersama nabi Khidir AS yang tercantum pada

surat al-Kahfi ayat 60-82 sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tafsir al-Misbah dan

Tafsir al-Maraghi.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan

rumusan masalahnya apakah strategi pembelajaran yang diterapkan nabi Khidir AS

kepada nabi Musa AS pada surat al-Kahfi ayat 60-82.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penafsiran ahli tafsir terhadap kisah nabi Musa AS dan nabi

Khidir AS dalam surat al-Kahfi ayat 60-82.

2. Untuk mengetahui strategi pembelajaran afektif dalam kisah Nabi Musa AS dan

Nabi Khidir AS dalam surat al-Kahfi ayat 60-82.

E. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Menjadi sumbangan pemikiran bagi mereka yang membutuhkannya. Penulis

yakin bahwa penulisan skripsi ini akan memberikan sumbangan pemikiran yang

sangat berharga.

Page 18: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

7

2. Untuk mengembangkan kreativitas potensi diri penulis dalam mencurahkan

pemikiran ilmiah lebih lanjut, dan untuk menambah wawasan penulis tentang

strategi pembelajaran.

3. Sebagai bahan untuk menambah khazanah bacaan Islam pada perguruan tinggi,

khususnya pada perguruan tinggi Islam dan perguruan-perguruan tinggi lain yang

intens dengan studi pendidikan Islam.

4. Menambah perbendaharaan referensi di perpustakaan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 19: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Pembelajaran

1. Strategi

Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan

sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu

peperangan.12

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi berarti ilmu dan seni memimpin

bala tentara untuk menghadapi musuh di perang. Dalam arti lain strategi berarti

rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.13

Sebelum membahas pengertian strategi pembelajaran secara lebih mendalam,

penulis akan menerangkan istilah lain yang terkadang sulit dibedakan, antara lain

a. Model

Arends dalam bukunya Iif Khoiru menyatakan bahwa istilah model

pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

termasuk tujuannya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.14

b. Pendekatan

Pendekatan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru yang

dimulai dengan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

dan diakhiri dengan penilaian hasil belajar berdasarkan suatau konsep

tertentu.

Menurut Wina Sanjaya pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau

sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan

merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya

masih sangat umum.15

8

12

Iif Khoiru dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011),

cet. 1, hal. 10. 13

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasonal, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2001), eds. 3, hal.. 1092 14

Iif Khoiru dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (jakarta: Prestasi Pustaka, 2011),

cet. 1, hal. 13-14. 15

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008) cet. 1, hal. 77.

Page 20: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

9

Roy Killen menuturkan juga penjelasanya dalam bukunya Iif Khoiru

Ahmadi terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang

berpusat pada guru (teacher centred approaches) dan pendekatan yang

berpusat pada siswa (student centred approaches).16

Proses interaksi yang terjadi dalam pembelajaran banyak bergantung pada

pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang dapat digunakan secara garis

besar meliputi:

1) Pendekatan imposisi

2) Pendekatan teknologis

3) Pendekatan personalisasi

4) Pendekatan intreraksional

5) Pendekatan konstruktivis

6) Pendekatan pengelolaan informasi

7) Pendekatan inquiry

8) Pendekatan pemecahan masalah 17

c. Metode

Menurut Faturrahman Pupuh dalam bukunya Iif Khoiru metode secara

harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai

suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.18

Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif

dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar.19

Metode pembelajaran adalah cara mengajarnya itu sendiri

Jadi dapat dipahami, bahwa metode pendidikan adalah jalan atau cara

yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan atau menguasai

kompentensi tertentu. Agar kemudian tujuan pendidikan tercapai seperti apa

yang sudah direncanakan.

16

Iif Khoiru dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (jakarta: Prestasi Pustaka, 2011),

cet. 1, hal. 14-15. 17

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajara, (Bandung: Wacana Prima, 2009), hal. 43. 18

Iif Khoiru dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (jakarta: Prestasi Pustaka, 2011),

cet. 1, hal. 15. 19

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajara, (Bandung: Wacana Prima, 2009), hal. 155.

Page 21: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

11

d. Teknik dan Taktik

Sebenarnya teknik dan taktik mengajar adalah bentuk dari penjabaran

metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar

metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien.20

Senada dengan

Lukmanul Hakim yang memberikan contoh dari teknik tersebut, seperti teknik

bertanya dan teknik menjelaskan.21

Sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu

teknik tertentu. 22

Karena istilah-istilah tersebut sering digunakan dan mempunyai pengertian

yang sepintas sama akan tetapi sebenarnya berbeda.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan

untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola

umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar

untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.23

Menurut J.R. David dalam buku Wina Sanjaya strategi dalam dunia

pendidikan diartikan sebagai “a plan, methhod, or series of activities designed to

achieves a particular educational goal”. Jadi dengan demikian strategi

pembelajaran dapat di artikkan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.24

Dari rumusan tersebut ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, strategi

pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk metode dan pemanfaatan

20

Iif Khoiru dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (jakarta: Prestasi Pustaka, 2011),

cet. 1, hal. 16. 21

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajara, (Bandung: Wacana Prima, 2009), hal. 154. 22

Iif Khoiru dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (jakarta: Prestasi Pustaka, 2011),

cet. 1, hal. 16. 23

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana 2009),

cet.. 1, hal.. 206. 24

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008) cet. 1, hal. 294.

Page 22: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

12

berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk

mencapai tujuan tertentu.25

Strategi adalah siasat melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang

mencakup metode dan teknik pembelajaran.26

Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran,

penyampaian pelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar dengan menggunakan

berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya

efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.27

Menurut Romiszowski dalam buku Strategi Pembelajaran Menyenangkan

dengan Humor menyatakan bahwa strategi adalah sebagai titik pandang dan arah

berbuat yang diambil dalam rangka memilih metode pembelajaran yang tepat,

yang selanjutnya mengarah pada yang lebih khusus, yaitu rencana, taktik, dan

latihan.28

Sedang menurut Slameto dalam buku Paradigma Baru Pembelajaran strategi

adalah suatu rencana tentang pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana

yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengajaran.29

Perencanaan strategi pembelajaran merupakan bagian penting dari proses

desain pembelajaran. Hal ini sangat jelas bahwa pengajaran yang paling baik

akan menunjukan pengetahuan tentang siswa, tugas yang mengambarkan tujuan,

dan efektivitas strategi mengajar.30

Jadi dalam konteks pengajaran, strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru

dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya

25

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai – Karakter, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012),

cet. 1, hal. 85 26

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2009), hal. 43. 27

Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara,

2010), cet. 1, hal. 17. 28

Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara,

2010), cet. 1, hal. 18. 29

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. 1, Hal. 131. 30

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), cet. 3, hal. 38.

Page 23: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

13

proses mengajar, agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai

dan berhasil guna.31

2. Pembelajaran

a. Mengajar

Dalam dunia pendidikan istilah mendidik dan mengajar dapat dibedakan,

pada hakikatnya kedua istilah tersebut tidak dapat dipisahkan secara

dikotomis. Sebab pada kenyataannya antara pendidikan dan pengajaran ada

suatu proses yang tidak dapat dipisahkan. Seorang pendidik dalam proses

belajar mengajar selalu terlibat dalam kegiatan (pengajaran) mengajar,

demikian juga pengajar pada saat melakukan kegiatan mengajar ia juga harus

menjaga moral dan teladan terhadap anak didiknya.32

Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan

pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak peserta didik. Dalam hal ini

guru memegang peranan utama, sedangkan siswa tinggal menerima, bersifat

pasif. Ilmu pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya

diambil dari buku-buku pelajaran, tanpa dikaitkan dengan realitas kehidupan

sehari-hari siswa. Pelajaran serupa ini disebut intelaktualistis.33

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan

kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk

berlangsungnya proses belajar mengajar.34

b. Belajar

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki

arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.35

Belajar menurut Cronbach

31

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta: PT Ciputat Press,

2005), cet. 1, hal. 1. 32

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif, di Sekolah,

Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKIS, 2009), cet 1, hal. 37. 33

http://raflengerungan.wordpress.com/korupsi-dan-pendidikan/pengertian-mengajar-

didaktik. diakses tanggal 24 Februari 2015 34

Sardiman, Interuksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), hal.

45 35

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasonal, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2001), eds. 3, hal.. 17

Page 24: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

14

adalah belajar menurut pengalaman, dengan pengalaman tersebut pelajar

menggunakan seluruh panca indranya.36

Anthony Robbins mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan

hubungan antara sesuatu pengetahuan yang sudah dipahami dengan

pengetahuan yang baru.37

Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan pada individu

kearah yang lebih baik atau positif meliputi aspek keterampilan, sikap,

kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan yang terjadi melalui pengalaman dan

bukan karena perubahan atau pertumbuhan tubuh atau karakter seorang sejak

lahir.

c. Pembelajaran

Dalam proses pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar

sedangkan tugas utama siswa adalah belajar. Selanjutnya berkaitan antara

belajar dan mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran.38

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berasal dari kata

dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya

diketahui ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi

“pembelajaran” yang berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar. 39

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang komplek, yang

tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Secara sederhana pembelajaran adalah

produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

Dalam bahasa yang lebih komplek, pembelajaran hakikatnya adalah usaha

36

Baharudin dan Nurwahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Arruzz Media,

2008), cet. 3, hal. 13. 37

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media

Group, 2010), cet. 2, hal 15. 38

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(Jakarta: Kencana, 2008), cet.3, hal 87. 39

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasonal, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2001), eds. 3, hal.. 17.

Page 25: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

15

sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan sumber

belajar siswa dengan sumber lainya) dalam rangka tujuan yang diharapkan.40

Secara singkat Muhaimin dalam buku Paradigma Baru Pembelajaran

mendefinisikan pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk

belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu

dengan cara efektif dan efisien.41

Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan

guru/dosen menciptakan situasi agar siswa/mahasiswa belajar. Tujuan utama

dari pembelajaran atau pengajaran adalah agar siswa/mahasiswa belajar.42

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.43

Dengan demikian dari pengertian yang disebutkan diatas penulis dapat

mengambil kesimpulan, pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses atau

cara menjadikan makhluk hidup belajar dengan mengkombinasikan unsur

manusia, materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur.

Dalam ilmu Psikologi Pendidikan pula di jelaskan definsisi pembelajaran

dari perspektif yang berbeda. Seperti yang di jelaskan Jeanne Ellis Ormrod,

mendefinisikan pembelajaran sebagai perubahan jangka panjang dalam

representasi atau asosiasi mental sebagai hasil dari pengalaman. Dan dia

membagi definisi tersebut membaginya dalam tiga bagian. Pertama,

pembelajaran adalah perubahana jangka panjang, yaitu lebih dari sekedar

menggunakan informasi secara singkat, namun tidak selalu tersimpan

selamanya. Kedua, pembelajaran melibatkan representasi atau asosiasi

mental- entitas dan interkoneksi internal yang menyimpan pengetahuan dan

40

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media

Group, 2010), cet. 2, hal 17. 41

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. 1, hal. 131. 42

Nana Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama,

2012), cet. 1, hal. 103. 43

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung, Pakar Raya, 1993), hal. 70.

Page 26: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

16

keterampilan baru yang diperoleh. Ketiga, pembelajaran adalah perubahan

yang di hasilakan dari pengalaman. 44

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal

berikut:45

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi perubahan tingkah laku dan

kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar

yang di anggap paling tepat dan efektif sehingga dapat di jadikan

pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria

serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru

dalam melakukan evaluasi.

Setelah mengetahui definisi dan pengertian dari pembelajaran secara

umum ada kiranya kita mengetahui prinsip-prinsip dari pembelajaran itu

sendiri utamanya menurut pandangan Islam. Munzir Haitami dalam bukunya

Menggagas Kembali Pendidikan Islam, mengulas tentang prinsip-prinsip

pembelajaran islam diantaranya:46

Pertama, Prinsip Integritas, suatu prinsip yang seharusnya dianut adalah

bahwa dunia ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu,

mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat dielakan agar

masa kehidupan di dunia ini benar-benar bermanfaat untuk bekal yang akan

dibawa ke akhirat. Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan apapun yang

didapat dalam kehidupan harus diabdikan untuk mencapai kelayakan-

44

Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang,

(Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2008), Ed. 6, hal. 269. 45

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rieneka

Cipta, 2006), cet. 3, hal. 5-6. 46

Munzir Haitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Infinite Press, 2004),

hal. 25-30

Page 27: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

17

kelayakan itu terutama dengan mematuhi keinginan Tuhan.47

Allah Swt

berfirman:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu

dari (kenikmatan) duniawi…” (QS. Al Qashash [28] : 77)

Ayat ini menunjukan kepada prinsip integritas dimana diri dan segala

yang ada padanya dikembangkan pada satu arah, yakni kebajikan dalam

rangka pengabdian kepada Tuhan.

Kedua, prinsip keseimbangan, karena ada prinsip integritas, prinsip

keseimbangan merupakan kemestian, sehingga dalam pengembangan dan

pembinaan manusia tidak ada kesenjangan. Keseimbangan antara material dan

spiritual, unsur jasmani dan rohani. Banyak ayat Al-Qur‟an Allah

menyebutkan iman dan amal secara bersamaan, secara implisit hal ini

mengambarkan kesatuan yang tidak terpisahkan.48

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya

menetapi kesabaran.” (QS. Al-„Ashr [103] : 77)

Ketiga, prinsip persamaan. Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang

manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik

47

Munzir Haitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Infinite Press, 2004),

hal. 25 48

Munzir Haitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Infinite Press, 2004),

hal. 26-27

Page 28: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

18

antara jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa, maupun suku, ras, atau warna

kulit. Sehingga budak sekalipun mendapatkan hak yang sama dalam

pendidikan.49

Keempat, prinsip pendidikan seumur hidup. Prinsip ini bersumber dari

pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitannya keterbatasan

manusia, di mana manusia dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada

berbagai tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskan dirinya sendiri ke

jurang kehinaan. Dalam hal ini dituntut kedewasaan manusia berupa

kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan kejahatan yang

dilakukan, di samping selalu memperbaiki kualitas dirinya. 50

sebagaimana

firman Allah Swt

“Maka Barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah

melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah

menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.” (QS. Al-Maidah [5] : 39)

Kelima, prinsip keutamaan. Dengan prinsip ini ditegaskan bahwa

pendidikan bukanlah hanya proses mekanik melainkan merupakan proses

yang mempunyai ruh yang segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada

keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai-nilai moral. Dengan prinsip

keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas menyediakan kondisi belajar

bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut membentuk kepribadiannya

dengan perlakuan dan teladan yang ditunjukan oleh pendidik tersebut.51

49

Munzir Haitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Infinite Press, 2004),

hal. 28 50

Munzir Haitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Infinite Press, 2004),

hal. 29 51

Munzir Haitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Infinite Press, 2004),

hal. 30

Page 29: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

19

B. Strategi Pembelajaran Afektif

Dari pembahasan yang lalu mengenai strategi pembelajaran, pada dasarnya

strategi pembelajaran (mengajar) adalah tindakan nyata dari guru atau merupakan

praktek guru melakukan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif

dan efisien. Dengan kata lain, strategi mengajar adalah politik atau taktik yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas.52

Kata afektif berasal dari bahasa Inggris affective. Wagnalls menyebutkan

bahwa affective is pertaining to or exciting affection.53

Kata affective sendiri

terbentuk dari kata kerja affect. Affect berarti kasih sayang, kesanyangan, cinta,

perasaan, emosi, suasana hati dan tempramen.54

Dalam istilah Psikologi, kata affect

yang berasal dari bahsa Inggris tersebut kemudian di Indonesiakan menjadi afek.55

Kata afek mendapatkan akhiran –if sehingga berubah menjadi afektif. Dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan afektif

adalah: 1) Berkenaan dengan perasaan, 2) keadaan perasaan yang memengaruhi

keadaan penyakit (penyakit jiwa), 3) gaya atau makna yang menunjukan perasaan.56

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa afektif itu

adalah masalah yang berkenaan adengan emosi (kejiwaan), kerkenaan dengan ini

terkait dengan suka, benci, simpati, antipasti, dan lain sebagainya. Dengan demikian

afektif adalah sikap batin seseorang.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dijelaskan bahwa

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

52

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta: PT Ciputat Press,

2005), cet. 1, hal. 2. 53

Wagnalls, New College Dictionary, (New York: De Funk Company, 1956), hal. 20. 54

JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 13. 55

Effendi, S. Daftar Istilah Psikologi (Jakarta Pusat: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1978), hal. 1. 56

Haidar Putra D, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,

(Jakarta: Kencana, 2004), hal. 41

Page 30: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

20

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

tanggung jawab.57

Dari rumusan tujuan pendidikan di atas, sarat dengan pembentukan sikap.

Dengan demikian, proses pendidikan yang dilakukan tidak hanya berfokus pada

memperoleh pengetahuan melainkan juga pembentukan sikap dan nilai.

Hal tersebut juga diperkuat Zakiah Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus

Pengajaran Agama Islam, aspek yang bersangkut-paut dengan sikap mental, perasaan

dan kesadaran. Hasil belajar dalam aspek ini diperoleh memalui proses internalisasi,

yaitu pertumbuhan batiniah. Pertumbuhan itu terjadi ketika menyadari suatu nilai,

sehingga menuntun segenap pernyataan sikap, tingkah laku dan perbuatan.58

Pendidikan afektif berusaha mengembangkan aspek emosi atau perasaan

peserta didik agar menjadi seimbang, stabil dan matang.59

Sikap atau afektif erat

hubungannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Oleh karenannya, pendidikan

sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai.

Strategi pembelajaran afektif merupakan suatu metode dalam proses

pembelajaran yang menekankan pada nilai dan sikap yang diukur, oleh karena itu

menyangkut kesadaran seorang yang tumbuh dari dalam.60

Hasil belajar afektif tidak dapat dilihat bahkan diukur seperti halnya dengan

bidang kognitif. Guru tidak dapat langsung mengetahui apa yang begejolak dalam

hati anak, apa yang dirasakanya atau dipercayainya.61

Ranah Afektif ini oleh Krathwohl dan kawan-kawan di rinci ke dalam lima

jenjang yaitu :62

1. Receiving (Penerimaan) adalah kepekaan seseorang dalam menerima

rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada dirinya dalam bentuk

57

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta:

Kencana 2008), cet. 5, hal. 273 58

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

cet. 4, hal 201 59

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai – Karakter, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012),

cet. 1, hal. 69. 60

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana 2007), hal. 272. 61

S Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Bandung: Bina Aksara, 1989), hal. 69. 62 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011), cet. 11, hal.

54-56

Page 31: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

21

masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Receiving juga sering diberi

pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau

suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia

menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka

mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan diri

dengan nilai itu. Contoh hasil belajar ini, peserta didik menyadari bahwa

disiplin wajib ditegakan, sifat malas dan tidak disiplin harus disingkirkan.

2. Responding (Menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”.

Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena

tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Contoh

hasil belajar ranah afektif jenjang responding adalah peserta didik tumbuh

hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam tentang

kedisiplinan.

3. Valuing (Menilai = menanggapi). Menilai atau menghargai artinya

memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan

atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan

membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses

belajar mengajar, peserta didik di sini tidak hanya mau menerima nilai

yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep

atau fenomena, yaitu baik buruk. Bila sesuatu ajaran yang telah mampu

mereka nilai dan telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka

ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Contoh

hasil belajar jenjang Valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat pada

diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun

di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mem-

pertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih

universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Contoh hasil belajar

afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakkan

Page 32: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

22

disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 1995.

5. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan

suatu nilai atau kompleks nilai), yakni keterpaduan semua nilai yang telah

dimiliki seseorang, yang memepengaruhi pola kepribadian dan tingkah

lakunya. Nilai ini telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah

mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkatan afektif

tertinggi, karena sikap batin telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki

philosophy of life yang mapan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang

ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujud peserta didik

menjadikan perintah Allah swt yang tertera dalam al-Qur‟an pada surat al-

„Ashr sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut

kedisiplinan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah

kehidupan masyarakat.

Setelah proses dari jenjang di atas maka akan mendapati ciri-ciri hasil belajar

afektif yang dapat terlihat pada tingkah laku peserta didik seperti, perhatiannya

terhadap mata pelajaran tertentu, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran

motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran tertentu,

penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan lain sebagainya.63

Inilah berbagai gambaran tentang kompetensi yang harus dikembangkan

melalui proses pembelajaran dalam kelas, yang untuk aspek afektif tersebut tidak

cukup hanya dengan proses pembelajaran yang lebih melibatkan mereka dalam

pembahasannya, tetapi juga contoh-contoh nyata sehingga mereka dapat

memperlihatkan respon yang terukur.64

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman

perasaan, seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, dan

63

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011), cet. 11, hal.

54 64

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 1, hal.

72

Page 33: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

23

sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar.

Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.

Seorang siswa misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar

agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran

agama yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai “sistem nilai diri”. Kemudian,

pada gilirannya ia menjadikan sistem nilai ini sebagai penuntun hidup, baik dikala

suka maupun duka.65

Seperti yang telah di singgung di atas, pembahasan tentang sikap atau afektif

erat hubungannya dengan dengan nilai yang dimiliki seseorang. Oleh karenannya,

pendidikan sikap atau afektif pada dasarnya adalah pendidikan nilai.

C. Pengertian Nilai, Moral dan Sikap

Sudah diterangkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa strategi

pembelajaran yang berfokus pada ranah afektif siswa erat hubungannya dengan

dengan nilai, emosi dan sikap. Untuk itu agar memudahkan dan dapat dipahami lebih

mendalam apa yang ingin dicapai oleh penulis alangkah baiknya penulis

menerangkan tentang pengertian nilai, emosi dan sikap.

Nilai berasal dari bahasa Latin vale‟re yang artinya berguna, mampu akan,

berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik,

bermanfaat dan paling benar menurut kenyakinan seseorang atau sekelompok

orang.66

Nilai (value) adalah suatu norma atau standar yang telah diyakinni atau

secara psikologis telah menyatu dalam diri individu.67

Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya

tersembunyi, tidak berada didalam dunia yang empiris, nilai tersebut berhubungan

langsung dengan pandangan seseorang yang tidak bisa dilihat, diraba tapi bisa

dirasakan langsung oleh orang yang bersangkutan.68

65

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 125 66

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai – Karakter, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012),

cet. 1, hal. 56 67

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), cet. 3, hal. 51. 68

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta:

Kencana 2008), cet. 5, hal. 274

Page 34: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

24

Nilai adalah ukuran baik-buruk, benar-salah, boleh-tidak boleh, indah-tidak

indah, suatu perilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu

masyarakat. Oleh karena itu, nilai mendasari sikap dan perilaku seseorang dalam

kehidupannya di masyarakat.69

Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak,

kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai tidak

baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan

antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan

kendali dalam bertingkah laku.

Sedangkan sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu

terhadap sesuatu hal. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

tetapi berupa kecenderungan (predisposisi) tingkah laku. Jadi sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek tersebut.70

Menurut Muhubbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar, menjelaskan

sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk

mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap

objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.71

Sama halnya seperti yang diungkapkan W.S. Winkel dalam bukunya

Psikologi Pengajaran mengenai sikap, orang yang bersikap tertentu cenderung

menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilain terhadap obyek itu,

berguna/berharga baginya atau tidak.72

Dalam sikap dapat dibedakan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif

dan aspek konatif. Misalnya, seorang mengetahui bahwa mobil yang berukuran besar

membutuhkan bahan bakar banyak dan, karena itu, biaya operasi menjadi tinggi

(aspek kognitif). Dia tidak suka mengeluarkan uang banyak untuk mengoperasikan

mobil besar, hanya demi menjaga gengsi (aspek afektif). Maka, dia tidak hendak

69

Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung:

Pustaka Setia, 2006), hal. 120. 70

Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung:

Pustaka Setia, 2006), hal. 121. 71

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 150 72

W.S. Winkel, Psikologi PengajaranI, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. 4, hal . 104

Page 35: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

25

membeli mobil besar dan hasrat membeli mobil yang lebih kecil (aspek konatif).

Aspek terakhir inilah yang paling berperan dalam mengambil tindakan atau

menentukan pilihan berdasarkan sikap tertentu.73

Sikap dan nilai (Value) kerap disamakan meskipun ada ahli yang memandang

nilai sebagai sikap sosial, yaitu sikap masyarakat luas terhadap sesuatu, orang-

perorangan dapat mengambil oper sikap sosial itu dan menjadikannya sikap pribadi,

atau menolaknya dan memutuskan sikap sendiri.74

D. Nabi Musa dan Nabi Khidir

1. Nabi Musa AS

Nabi Musa as adalah nabi yang diutus di daerah Mesir para ahli sejarah

menyebutkan bahwa Musa as dilahirkan sekitar tahun 1285 SM atau bertepatan

dengan tahun ke-7 pemerintahan Ramses II. Peristiwa kelahiran Musa as terjadi saat

kekalahan pertempuran yang diderita Fir‟aun dan bala tentara Mesir di Kadesh

Barnea melawan bala tentara Kerajaan Het yang berakibat pada penderitaan dan

penindasan orang-orang Israel di Mesir semakin besar. Di tengah penindasan inilah,

istri Imran (atau Amram), anak Yafet putra Lewi, melahirkan seorang bayi laki-laki.

Taurat menyebut bahwa Amram, ayah Musa as, menikah dengan bibinya, konon

bernama Yokhebed, saudara ayahnya, dan melahirkan Harun dan Musa.75

Adapun geneologi dari Nabi Musa adalah Musa bin Imran bin Fahis bin „Azir

bin Lawi bin Ya‟qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra‟u

bin Falij bin „Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.76

Menurut ahli nujum kerajaan Fir‟aun, memberitahu bahwa ada seorang bayi

laki-laki dari kalangan Bani Israil yang akan menjadi musuh dan bahkan

membinasakan Fir‟aun.

Serentak raja Fir‟aun mengeluarkan perintah agar membunuh semua bayi laki-

laki yang lahir di lingkungan kerajaannya, tanpa terkecuali. Yokhebed, ibu yang saat

itu melahirkan Nabi Musa juga tak luput dari rasa cemas dan takut akan keselamatan

73

W.S. Winkel, Psikologi PengajaranI, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. 4, hal . 105 74

W.S. Winkel, Psikologi PengajaranI, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. 4, hal . 104 75

Amanullah Halim, Musa Versus Fir‟aun, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), cet. 1, hal. 39. 76

http://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/0/kisah-nabi-laihissalam.html?m=1,

online tanggal 24 Februari 2015.

Page 36: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

26

bayi laki-lakinya. Atas petunjuk dari Allah, bayi laki-laki tersebut (Musa) dimasukan

kedalam peti dan dilepaskan ke sungai Nil. Dan atas kehendak Allah, bayi tersebut

mengalir menuju arah istana, yang kemudian ditemukan dan diambil oleh istri

Fir‟aun. Demikianlah, akhirnya Nabi Musa as diasuh dan di besarkan di keluarga

kerajaan Fir‟aun.

Hingga ketika Musa telah mencapai usia dewasa, Allah mengaruniakannya

hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang

diwahyukan kepadanya. Ketika itu Musa mengetahui dan sadar bahwa sebenarnya ia

hanyalah anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir‟aun pun mengalir di dalam

tubuhnya.

Dalam salah satu kisahnya, musa pernah membunuh salah satu kaum Fir‟aun

yang bernama Fatun. Karena tindakannya tersebut, pihak kerajaan memutuskan untuk

menangkap Musa. Namun Musa dapat lolos dan ia meninggalkan Mesir menuju

Madyan. Disana ia bertemu Shafura puteri Nabi Syu‟aib dan akhirnya menikah

dengannya.

Sepuluh tahun lebih ia pergi meninggalkan Mesir tanah kelahirannya, sebelum

ia memutuskan kembali pulang ke Mesir. Di tengah perjalannya, tepatnya di Thur

Sina, ia tersesat dan kehilangan arah. Dalam keadaan demikian, terlihatlah olehnya

sinar api yang menyala di atas lereng sebuah bukit. Di sinilah Nabi Musa mendapat

wahyu yang pertama yang diterimanya langsung dari Allah swt, sebagai tanda

kenabian.

Apabila kita membaca dan menyimak kisah sejarah Nabi Musa, niscaya kita

akan mendapati beliau adalah seorang nabi yang memiliki keistimewaan,

diantaranya:77

1. Nabi Musa di beri mukjizat oleh Allah berupa tongkat yang bisa berubah

menjadi ular besar, bisa membelah lautan, bisa memancarkan air, dan

sebagainya. Selain itu, beliau terkenal sebagai nabi yang punya kekuatan

fisik yang tangguh, sehingga apabila memukul seorang dengan satu kali

pukulan saja niscaya orang tersebut mati.

77

Mahmud asy-Syafrowi, Khidir as Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan

Secepat Kilat, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2013), cet. 1, hal. 72-73.

Page 37: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

27

2. Nabi Musa mendapat kitab Taurat, yang namanya tercantum dalam al-

Qur‟an, dan termasuk salah satu kitab yang wajib kita ketahui.

3. Nabi Musa termasuk dalam golongan nabi dan rasul yang digelari Ulul

„Azmi. Yakni para rasul yang memiliki kedudukan tinggi atau istimewa

karena ketabahan dan kesabaran dalam menyebarkan agama Allah.

4. Beliau adalah satu-satunya nabi yang diberi kehormatan biasa berbicara

langsung dengan Allah swt, yang mana kemudian digelari sebagai

Kalamullah.

Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?. Ketika ia melihat api, lalu

berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini), Sesungguhnya aku

melihat api, Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu

atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu". Maka ketika ia datang ke tempat

api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya aku Inilah Tuhanmu, Maka

tanggalkanlah kedua terompahmu; Sesungguhnya kamu berada dilembah yang Suci,

Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, Maka dengarkanlah apa yang akan

diwahyukan (kepadamu).

Dikisahkan, suatu hari Nabi Musa berkhutbah di hadapan Bani Israil. Pada

saat itu ada salah satu dari kaumnya melontarkan sebuah pertanyaan kepadanya.

“Siapa manusia yang paling dalam ilmunya?” Musa menjawab, “Saya”. Allah Swt

mencela Musa yang tidak mengembalikan ilmu keada Allah. Kemudian Allah

Page 38: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

28

mewahyukan kepada Musa bahwasannya seorang hamba-Ku berada ditempat

bertemunya dua laut dia lebih pintar daripadamu. Kemudian Musa bertanya,

“Bagaimana aku dapat bertemu dengannya?”. Allah berfirman, “Ambillah seekor

ikan lalu tempatkan ia di wadah. Maka, dimana engkau kehilangan ikan itu, disanalah

dia.78

2. Khidir AS

Khidir seorang misterius yang dituturkan oleh Allah dalam Al-Qur‟an pada

surah Al-Kahfi ayat 65-82. Selain kisah tentang Khidir yang mengajarkan tentang

ilmu dan kebijaksanaan kepada nabi Musa asal usul dan kisah lainnya tentang Khidir

tidak banyak disebutkan.

Selain dalam Al-Qur‟an pada surah Al-Kahfi ayat 65-82 terdapat juga dalam

hadis shahih yang di riwayatkan oleh Abi Hurairah ra:

سلم قال : اوما سمي الخضر علي , عه الىبي صل الل عى ريرة رضي الل عه أبي

خضراء )راي البخار( تز مه خلف ي ت ة بيضاء, فإذا جلس عل فر أو

Dari Abi Hurairah ra, dari Rasulallah saw, bersabda: “Sesungguhnya ia

dinamakan Khidir karena ia duduk di atas bulu yang berwarna putih sehingga

bekasnya menjadi hijau. (HR Bukhari).79

Khidir secara harfiah berarti „seseorang yang hijau‟ melambangkan kesegaran

jiwa, warna hijau melambangakan kesegaran akan pengetahuan. Qurais Shihab

menambahkan, agaknya penamaan serta warna itu sebagai simbol keberkatan yang

menyertai hamba Allah yang istimewa itu.80

Dalam kisah literatur Islam, satu orang bisa bermacam-macam sebutan nama

dan julukan yang disandang oleh Khidir. Beberapa mengatakan Khidir adalah

gelarnya dan yang lain menganggapnya sebagai nama julukan.81

Al-Maraghi

78

Muhammmad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhori, Jami‟ Shahih al-Mukhtashor min Umri

Rasulallah wa Sunaninhi wa Ayyamih, (Beirut: Daar Ibnu Katsir, 1987), cet. 3, hal 1757. Hadis no

4450. 79

Imam Bukhari, Shahih al-Bukhari Kitab Tafsir al-Qur‟an no. 3221. 80

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 94. 81

http://id.m.wikipedia.org/wiki/khidir, online tanggal 1 april 2015

Page 39: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

29

menyebutkan bahwa nama khidir adalah laqab untuk teman Musa yang bernama

Balwan bin Mulkan.82

Dalam bukunya Khidir as yang ditulis oleh Mahmud ash-syafrowi, selain

Balwan bin Mulkan ada beberapa nama yang diperselisihkan sebagai nama asli dari

Khidir, diantaranya:83

1. Talia bin Malik

2. Yasa‟

3. „Amir

4. Al-Mu‟ammar

5. Urmiya

6. Khadrun

Sosok nabi Khidir yang menurut jumhurul mufasirin sebagai nabi yang

dijadikan oleh nabi Musa sebagai gurunya.

Alasan lain kenapa Khidir disebut sebagai guru bagi Musa adalah karena

beliau di karuniai ilmu Laduni. Sebagai mana yang disebutkan dalam Firman Allah

swt:

“…dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (QS. Al-

Kahfi: 65)

Menurut para ahli tafsir, yang dimaksud “ilmu” pada ayat di atas adalah ilmu

yang berkaitan dengan hal-hal yang gaib, atau ilmu khusus yang langsung dari Allah

atau ilmu laduni. Laduni adalah suatu ilmu yang diberikan langsung oleh Allah

kepada hamba-Nya tanpa melalui proses belajar, tanpa guru, bahkan tanpa melalui

perantara atau sebab apa pun.84

82

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Mesir: Maktabah Mustafa al-

Babi al-Halabi wa awladih, , 1946), hal 175. 83

Mahmud asy-Syafrowi, Khidir as Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan

Secepat Kilat, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2013), cet. 1, hal. 12. 84

Mahmud asy-Syafrowi, Khidir as Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan

Secepat Kilat, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2013), cet. 1, hal. 18.

Page 40: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

30

Demikianlah keduanya dikisahkan dan diabadikan dalam Al-Qur‟an surat al-

Kahfi ayat 60-82 yang mana kisah tersebut banyak sekali ibrah yang dapat dipetik

dan diambil pelajaran terlebih dalam segi pendidikan.

E. Kajian yang Relevan

Dalam penelitian skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang relevan selama

proses penelitian dan penulisan, yang membahas Qur‟an surat al-Kahfi ayat 60-82.

Terdapat dalam beberapa skripsi yang disusun oleh mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, diantaranya skripsi yang di tulis oleh Ahmad Syaikhu yang

berjudul “Proses Pembelajaran Dalam Al-Qur‟an (telaah Kisah Nabi Musa dan Nabi

Khidir dalam QS Al-Kahfi [18];60-82)”, dengan kesimpulan proses pembelajaran

merupakan serangkaian kegiatan yang mengantarkan peserta didik menuju sasaran

pembelajaran yang diinginkan. Proses pembelajaran Musa menunjukan betapa Musa

adalah seorang peserta didik yang masih awam tentang ilmu yang diberikan gurunya.

Hal ini mengisyaratkan kepada Musa untuk mengakui bahwa di atas bumi ini masih

ada yang lebih pintar darinya. Selain itu, pembelajaran yang baik adalah ketika guru

dan murid sama aktif dalam proses pembelajaran.

Dan skripsi yang di tulis oleh Abdul Yasir dengan judul “Nilai-nilai Motivasi

Belajar Yang Terkandung Dalam Kisah Nabi Musa dan Khidir (kajian Tafsir Al-

Qur‟an Surat Al-Kahfi Ayat 60-82)”, dengan kesimpulan bahwa terdapat nilai

motivasi belajar nabi Musa kepada Khidir yang dibuktikan salah satunya dengan

perjalan yang dilakukan musa untuk bertemu dengan Khidir.

Page 41: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Karena penelitian ini adalah bersifat kajian pustaka, maka yang menjadi objek

penelitian pada skripsi ini adalah buku-buku referensi dan literatur yang dapat

dipertanggung jawabkan yang terkait dengan pembahasan skripsi dengan judul

“Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS

(Analisis Tafsir Surat Al-Kahfi ayat 60-82)”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada bulan Januari

2015 hingga Februari 2015.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan metode studi pustaka atau

penelitian kepustakaan (library research) dimana peneliti menggunakan metode

penelitian analisis deskriptif-kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang

bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun

kelompok.85

Penelitian ini lebih menekankan pada kekuatan analisis data pada sumber-

sumber data yang ada, yang didapatkan dari literatur berupa kitab-kitab, buku-buku

dan tulisan-tulisan lainnya serta dengan mengandalkan teori-teori yang ada, untuk

kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara luas dan mendalam. Untuk itu,

peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kepustakaan dengan berdasarkan tulisan

yang mengarah pada pembahasan skripsi yang sedang peneliti kerjakan.

Adapun sumber pokoknya (primer) adalah

1. Al-Qur‟an.

31

85

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Remaja Rosdakarya, 2005), h. 60.

Page 42: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

32

2. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, karya M. Quraish

Shihab. Tafsir Al-Maraghi, karya Ahmad Mustafa Al-Maraghi.

Di samping hal tersebut, juga merujuk pada buku-buku pendukung (sekunder)

baik yang ada hubungan langsung maupun tidak langsung. Sumber-sumber

pendukung ini antara lain adalah:

1. Buku-buku Tafsir yang dianggap memadai dan mewakili.

2. Buku-buku yang berisikan ilmu-ilmu tentang al-Qur`an, atau yang dikenal dengan

„Ulum al-Qur‟an.

3. Kamus-kamus yang memuat daftar kata-kata al-Qur`an, yang mana isinya

merupakan petunjuk praktis untuk menemukan ayat-ayat. Dan dipakai pula

kamus-kamus lain yang relevan dengan pembahasan.

4. Sumber-sumber lain yang relevan dengan pembahasan.

Adapun metode yang digunakan dalam menafsirkan ayat yang dibahas dalam

skripsi ini, peneliti menggunakan metode Tahlily (analisis). metode ini berusaha

menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dari berbagai seginya, sesuai dengan

pandangan, kecenderungan, dan keinginan mufasirnya yang dihidangkannya secara

runtut sesuai dengan perurutan ayat-ayat dalam mushaf.86

Adapun aspek-aspek penting yang diperhatikan oleh mufassir dalam

menggunakan metode ini adalah:87

1. Menjelaskan arti kata-kata (mufradat) yang terkandung di dalam suatu

ayat yang ditafsirkan.

2. Menjelaskan asbab al-nuzul, baik secara sababi atau ibtida‟i.

3. Menyebutkan kaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang lain (musaba

al-ayat) dan hubungan atara surat dengan surat yang lain baik sebelum

atau sesudahnya (musabah al-surah).

4. Menjelaskan hal-hal yang bisa disimpulkan dari ayat tersebut, baik yang

berkaitan dengan hukum, tauhid, akhlak, atau yang lainnya.

86

Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013) hlm, 378 87

Anshori LAL, Tafsir bil Ra‟yi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet. 1, hlm. 77

Page 43: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

33

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” yang telah distandarkan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Fokus Penelitian

Dalam pembahasan skripsi ini, penulis hanya fokus pada kisah nabi Musa AS

dan Nabi Khidir As yang dijelaskan dalam al-Qur‟an surat al-Kahfi ayat 60-82,

dengan melihat penafsirannya serta menganalisa dengan merujuk kepada penafsiran

para ulama.

Page 44: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

BAB IV

STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF

DALAM KISAH NABI MUSA AS DAN KHIDIR AS

A. Tafsir Ayat Surah Al-Kahfi

Surah ini, sebagaimana halnya surah-surah yang turun sebelum hijrah Nabi ke

madinah, berbicara tentang tauhid dan keniscayaan kebangkitan. Hanya saja berbeda

dengan banyak surah lainnya, uraian tersebut ditampilkan dalam bentuk kisah-kisah

yang menyentuh. 88

Dalam surat ini dikisahkan juga pengalaman ruhani yang dialami oleh nabi

Musa bersama salah seorang hamba pilihan Allah guna membuktikan bahwa dalam

hidup ini akal saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan keimanan kepada Yang

Maha Kuasa.89

Tafsir Ayat 60-61

60. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan

berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan

berjalan sampai bertahun-tahun".

61. Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka

lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.

34

88

M Quraish Shihab, Al-Lubâb Makna, Tujuan, dan Pelajaran daru Surah-Surah al-Qur‟an,

(Tangerang: Lentera Hati, 2012), cet. 1, hal. 278. 89

M Quraish Shihab, Al-Lubâb Makna, Tujuan, dan Pelajaran daru Surah-Surah al-Qur‟an,

(Tangerang: Lentera Hati, 2012), cet. 1, hal. 278.

Page 45: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

35

Menurut al-Maraghi, mayoritas ulama berpendapat bahwa Musa yang

dimaksud di sini adalah Musa bin „Imran, nabi bagi Bani Israil yang mempunyai

mukjijat nyata dan Syari‟at yang terang, adapun pendapat ini didasarkan pada:90

1. Sesungguhnya Allah tidak menyebutkan nama Musa dalam kitab-Nya,

kecuali Musa yang dituruni Kitab Taurat itu. Maka, dengan disebutkannya

nama ini secara mutlak, maka bisa dipastikan bahwa yang dimaksud

adalah Musa pemilik Taurat. Dan sekiranya yang dimaksud adalah orang

lain yang mempunyai nama itu, tentulah dikenalkan dengan suatu sifat

yang bisa memastikan bahwa yang dimaksud adalah bukan Nabi Musa

pemilik Taurat, sehingga hilang keraguan.

2. Suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Sa‟id

bin Jabir. Bahwasanya saya pernah berkata kepada Ibnu abbas ra,

sesungguhnya Nauf Al-Bikaly bin Fudhalah, anak dari istri Ka‟ab salah

seorang sahabat Ali ra, menyangka bahwa Musa sahabat Khidir itu

bukanlah Musa Bani Israil, maka Ibnu Abbas Berkata, “Berdustalah

Musuh Allah itu”.91

Nama Musa telah di ulangi penyebutannya dalam al-Qur‟an sebanyak 136

kali, yang semuanya merujuk pada Nabi Musa, sang pemilik keteguhan hati (ulul

azmi).92

Kisah yang dipaparkan oleh al-Qur‟an tentang nabi Musa ini tidak disebutkan

bagaimana awalnya. Ibnu Abbas mendengar Ubai bin Ka‟ab berkata bahwa ia

mendengar Rasulallah Saw bersabda, Musa berdiri khutbah di hadapan Bani Israil,

kemudian ia ditanya, “Siapa manusia yang paling dalam ilmunya?” Musa menjawab,

“Saya”. Allah Swt mencela Musa yang tidak mengembalikan ilmu kepada Allah.

Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa bahwasannya seorang hamba-Ku berada

ditempat bertemunya dua laut dia lebih pintar dari padamu. Kemudian Musa

bertanya, “Bagaimana aku dapat bertemu dengannya?”. Allah berfirman, “Ambillah

90

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Semarang: CV. Toha

Putra, 1988), cet . 1, hal 330. 91

Imam Bukhari, Shahih al-Bukhari Kitab Tafsir al-Qur‟an no. 4448 92

Allamah kamal FI, Tafsir Nurul Quran, (jakarta: Al-Huda, 2005), cet. 1, hlm. 119-120

Page 46: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

36

seekor ikan lalu tempatkan ia di wadah. Maka, dimana engkau kehilangan ikan itu,

disanalah dia.93

Setelah nabi Musa mengetahui hal tersebut,dia bertekad untuk menemui

hamba Allah yang shalih tersebut untuk menimba ilmu darinya. Quraish shihab

menyebutkan, kata huquban (حقبا) yang menunjukan waktu yang lama ada yang

berpendapat setahun, tujuh puluh tahun, delapan puluh tahun atau lebih, atau

sepanjang masa.94

Pada pengembaraan nabi Musa mencari hamba Allah yang shalih itu, Musa

berjalan dengan seorang yang disebut dalam al-Qur‟an dengan istilah fata, pemuda

Mayoritas para ulama berpendapat bahwa pemuda yang dimaksud pada ayat .(الفثي)

tersebut adalah Yusya‟ bin Nun bin Afratsim bin Yusuf. Dia menjadi pelayan Musa

dan belajar pada beliau.95

Penggunaan kata fata dalam ayat ini, yang berarti pemuda

dan gagah berani, digunakan dalam pengertian anak muda dan pelayan, dan ia adalah

tanda kesopanan, kebaikan budi dan nama baik.96

Ayat ini tidak menjelaskan di mana (مجمع البحريه) majma‟al-bahrain/

pertemuan dua laut itu. Sementara ulama berpendapat bahwa ia di Afrika (Tunisia

sekarang). Syayid Quthub sebagaimana dikutip Quraish Shihab menguatkan pendapat

bahwa ia adalah laut Merah dan laut Putih. Sedang tempat pertemuan itu adalah di

Danau at-Timsah dan Danau al-Murrah, yang kini menjadi wilayah mesir atau pada

pertemuan antara Teluk Aqabah dan Suez di laut Merah.97

Ketika nabi Musa dan Yusya mulai melakukan perjalanan, dan ketika

keduanya sampai ditempat pertemuan dua laut, yaitu tempat yang Allah janjkan

kepada Musa akan bertemu dengan hamba shalih yang dituju, keduanya lupa akan

93

Muhammmad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhori, Jami‟ Shahih al-Mukhtashor min Umri

Rasulallah wa Sunaninhi wa Ayyamih, (Beirut: Daar Ibnu Katsir, 1987), cet. 3, hal 1757. Hadis no

4450. 94

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 91. 95

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Semarang: CV. Toha

Putra, 1988), cet . 1, hal 331. 96

Allamah kamal FI, Tafsir Nurul Quran, (jakarta: Al-Huda, 2005), cet. 1, hlm. 119-120 97

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 91.

Page 47: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

37

ikan mereka. Sehingga ikan itu menuju ke laut, dan air laut menjadi sebuah jembatan

yang menuangi ikan tersebut. dengan demikian, ikan itu mendapatkan lubang.98

Tafsir Ayat 62-64

62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada

muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih

karena perjalanan kita ini".

63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat

berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan

itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan

ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali".

64. Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,

mengikuti jejak mereka semula.

Ketika Musa dan muridnya telah melampaui tempat yang dituju di sekitar

pertemuan antara dua laut itu, dan terus berjalan pada sisa hari itu sampai malam,

sehingga Musa merasa lapar. Pada saat itulah Musa berkata kepada muridnya itu,

“Bawalah kemari makanan kita; sungguh kita telah merasakan kelatihan akibat

perjalanan ini”.

Ada hikmah terjadinya lapar dan letih yang menimpa nabi Musa ketika ia

telah melewati tempat tersebut adalah ia kemudian meminta makan, lalu teringat akan

98

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Semarang: CV. Toha

Putra, 1988), cet . 1, hal 337.

Page 48: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

38

ikan bawaannya, sehingga ia kembali lagi ke tempat ia bertemu orang alim (khidir)

yang ia cari.99

Murid Musa berkata dengan menggambarkan keheranannya, “Tahukan

engkau wahai guru yang mulia bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu

tadi, maka sesungguhnya aku lupa ikan itu dan tidaklah yang menjadikan aku

melupakannya kecuali syetan, dan aku lupa menceritakan kepada tuan, apa yang

terjadi pada ikan itu. Sesungguhnya ikan itu hidup lagi dan bergerak-gerak masuk ke

laut dengan menempuh jalannya yang aneh di laut itu. Yaitu, bahwa tempat

perjalannya seperti lengkungan dan liang. Dan tidak ada yang menjadikan aku lupa

untuk menyebutkan hal itu kecuali syetan.

Kemudian Musa berkata, “Apa yang terjadi pada ikan yang telah kamu

sebutkan itulah tempat atau tanda yang kita cari, karena hal itu tanda bahwa kita

akan memperoleh apa yang kita tuju sebenarnya.” Lalu keduanya kembali,

mengikuti jejak mereka semula, sehingga sampailah mereka ke batu besar itu.100

Tafsir Ayat 65-70

99

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Semarang: CV. Toha

Putra, 1988), cet . 1, hal 338. 100

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 339.

Page 49: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

39

65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba

Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah

Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu

mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan

kepadamu?"

67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup

sabar bersama aku.

68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"

69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang

yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".

70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan

kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".

Banyak ulama yang berpendapat bahwa kata „abdan (عبدا) , hamba dalam ayat

ini adalah Nabi Khidir. Quraish Shihab menjelaskan, penafsiran kata „abdan beragam

dan bersifat irasional. Khidir sendiri bermakna hijau. Qurais Shihab menambahkan,

agaknya penamaan serta warna itu sebagai simbol keberkatan yang menyertai hamba

Allah yang istimewa itu.101

Al-Maraghi menyebutkan bahwa nama Khidir adalah laqab untuk teman Musa

yang bernama Balwan bin Mulkan. Sementara kebanyakan para ulama menyatakan

bahwa Khidir adalah nabi dengan alasan beberapa dalil. Pertama, firman Allah Swt,

“Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami” rahmat disini adalah nubuwwah

101

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 94.

Page 50: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

40

berdasarkan firman Allah yang berbunyi, “ Apakah mereka membagikan rahmat dari

Tuhan-Mu”

Kedua, firman Allah Swt, “Telah Kami ajarakan kepadanya ilmu dari sisi

Kami” potongan ayat ini menunjukan bahwa Khidir telah diberi ilmu tanpa perantara

dan petunjuk tanpa seorang mursyil. Hal ini hanya didapati oleh para nabi.

Ketiga, Musa berbicara kepada Khidir, “Bolehkah aku mengikutimu supaya

kamu mengajarkan kepadaku ilmu” ayat ini menunjukan bahwa Musa ingin belajar

pada Khidir. Dan nabi tidak belajar kecuali kepada nabi. Keempat, Allah “dan

bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri” maksudnya, aku

mengerjakannya berdasarkan wahyu dari Allah. Dan ini menunjukan dalil

nubuwwah.102

Pada ayat 65 ini mengisyaratkan bahwa Khidir dianugrahi rahmat dan ilmu.

Penganugrahan rahmat dilukiskan dengan kata (مه عىدوا) sedang pengaugrahan ilmu

dengan kata )مه لدوا(, yang keduanya bermakna dari sisi Kami. Al-Biqa‟i menulis

bahwa menurut pandangan Abu al-Hasan al-Harrali, sebagaimana dikutip Quraish

Shihab, bahwa kata )عىد( „inda dalam bahasa Arab adalah menyangkut hal yang jelas

dan nampak, sedang kata )لد ن( ladun untuk sesuatu yang tidak tampak. Dengan

demikian yang dimaksud dengan rahmat oleh ayat diatas adalah “Apa yang nampak

dari kerahmatan hamba Allah yang saleh itu,” sedang yang dimaksud dengan ilmu

adalah “ilmu batin yang tersembunyi, yang pasti hal tersebut adalah milik dan berada

di sisi Allah semata.”103

Di sisi batu besar itulah, ketika Musa dan muridnya kembali lagi ke tempat

semula, mereka bertemu dengan seorang hamba Alllah, yaitu Khidir yang

mengenakan baju putih . maka Musa menyampaikan salam kepadanya, Khidir

berkata, “benarkah ada kedamaian di negeri ini”. Musa berkata, “Aku ini Musa”.

102

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Mesir: Maktabah Mustafa al-

Babi al-Halabi wa awladih, , 1946), hal 175. 103

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 95.

Page 51: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

41

“Musa dari Bani Israil?”, tanya Khidir. “Ya”, kata Musa. “Bolehkah aku

mengikutimu supaya mengajarkan kepadaku sesuatu dari apa yang telah diajarkan

Allah kepadamu untuk saya jadikan pedoman dalam urusanku ini, yaitu ilmu yang

bermanfaat dan amal saleh?”.

Khidir menjawab, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar

bersamaku, hai Musa. Karena sesungguhnya aku ini mempunyai ilmu-ilmu dari Allah

yang telah diajarkan kepadaku, yang tidak kamu ketahui, dan kamu juga mempunyai

ilmu dari Allah yang telah Dia ajarkan kepadamu, yang aku tidak ketahui.”

Hal itu kemudian dikuatkan dengan menunjukan alasan, kenapa Musa tidak

akan mampu bersabar. Khidir melanjutkan perkataannya, “Dan bagaimana kamu

akan bersabar, padahal kamu seorang Nabi yang akan menyaksikan hal-hal yang

akan saya lakukan, yang pada lainnya merupakan kemungkaran, sedang hakikatnya

belum diketahui, sedang orang yang saleh tidak akan mampu bersabar apabila

menyaksikan hal seperti itu, bahkan ia akan segera mengingkarinya.”

Musa berkata, “Insya Allah kamu akan mendapatiku sebagai seorang yang

sabar dalam menyertaimu tanpa mengingkari kamu. Dan aku tidak akan menentang

dalam sesuatu urusan yang kamu perintahkan kepadaku, yang tidak bertentangan

dengan zahir perintah Allah.”104

Khidir melanjutkan perkataannya kepada nabi Musa, “Bila kamu berjalan

bersamaku, janganlah kamu bertanya tentang sesuatu yang tidak kamu setujui

terhadapku. Sehingga, aku mulai menyebutkannya, lalu aku terangkan kepadamu

segi kebenarannya, karena sesungguhnya aku tidak akan melakukan sesuatu, kecuali

yang benar dan dibolehkan, sekalipun ada lahirnya tidak diperbolehkan.”

104

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 341.

Page 52: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

42

Tafsir Ayat 71-73

71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu

lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu

akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah

berbuat sesuatu kesalahan yang besar.

72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya

kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".

73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan

janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".

Setelah usai pembicaraan pendahuluan sebagaimana dilukisakan ayat-ayat di

atas, dan masing-masing telah menyampaikan serta menyepakati kondisi dan syarat

yang dikehendaki,105

maka keduanya berjalan mencari sebuah kapal, setibanya

mereka di tepi laut, mereka melihat sebuah kapal berlabuh. Pemilik kapal itu telah

mengenal Khidir diantara ketiga orang itu, kemudian Khidir meminta kepada pemilik

kapal agar mereka dapat ikut menumpang di atas kapalnya, maka ikutlah keduanya

tanpa di pungut upah.106

Quraish Shihab berpendapat bahwa kata inthalaqa (إوطلق) dipahami dalam

arti „berjalan dan berangkat dengan penuh semangat‟. Lalu penggunaan bentuk dual

105

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 102. 106

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 342.

Page 53: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

43

dalam kata ini menunjukan bahwa dalam perjalanan hanya terdapat dua orang, yaitu

hamba saleh dan nabi Musa. Hal ini disebabkan karena maqam yakni derajat

keilmuan dan ma‟rifat pembantunya itu belum sampai pada tingkat yang

memungkinkannya ikut dalam pengembaraan ma‟rifat itu.107

Ketika mereka berada di atas kapal, dan sampailah mereka di tengah laut,

Musa melihat tiba-tiba Khidir mengambil kapak, lalu Khidir melubangi salah satu

papan dari kapal itu. Maka ditegurnya oleh Musa sebagai pertanda tidak setuju karena

tidak sesuai dengan syari‟at, Musa berkata, “Mengapa engkau melubangi kapal yang

akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sungguh kamu telah berbuat

sesuatu kesalahan yang besar.”108

Kemudian Khidir menjawab, “Bukankah aku telah berkata, Sesungguhnya

kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama denganku”. Nabi Musa teringat janji yang

telah di sepakatinya dengan Khidir sebelum memulai pengembaraannya meminta

maaf atas kelalainya, “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan

janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.

Tafsir Ayat 74-76

74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan

seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu

107

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 102. 108

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 342.

Page 54: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

44

membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain?

Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".

75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"

76. Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah

(kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya

kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".

Setelah kedunya sampai dan melanjutkan perjalannya, mereka sampai pada

tempat dimana ada seorang anak yang sedang bermain dengan kawannya. Pada saat

itu, Khidir membunuh anak itu. Dalam Qur‟an tidak di jelaskan perihal bagaimana

cara Khidir membunuh anak tersebut.

Sebagaimana yang dikutip Quraish dari Sayyid Qutub, nabi Musa melihat hal

itu dengan penuh kesadaran dan ia tidak lupa karena besarnya peristiwa tersebut.109

Musa berkata, “mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia

membunuh orang lain? sesungguhnya kamu telah melakukan suatu kemungkaran.”

Pada ayat 74, Musa mengucapkan kata (وكرا) nukran, sedang pada ayat 71

mengucapkan (امرا) imran, karena membunuh anak adalah lebih buruk daripada

melubangi kapal. Sebab, melubangi kapal itu tidak mesti membinasakan suatu jiwa,

sebab boleh jadi tidak akan terjadi tenggelam. Sedangkan pada peristiwa ini,

merupakan pembinasaan terhadap jiwa, yang karenanya lebih Musa ingkari.110

Di sisi lain, peneguran Khidir yang kedua kalinya juga disertai penekanan. Ini

tampak pada penggunaan kata laka (لك), kepadamu. Adapun jika kita perhatikan

peneguran Khidir yang pertama tidak disertai kata laka. Hal ini menegaskan bahwa

109

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 104. 110

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 343.

Page 55: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

45

kata itu memilikidaya tekan tersendiri. Demikian dijelaskan Quraish Shihab dan al-

Maraghi.

Musa berkata kepada Khidir, “Jika sesudahnya itu aku bertanya lagi

kepadamu tentang sesuatu diantara keajaiban perbuatanmu yang aku saksikan, dan

meminta kepadamu untuk menjelaskan hikmahnya, apalagi mendebat dan

menentangnya, maka engkau jangan lagi menjadikan aku sebagai temanmu.

Sesungguhnya kamu telah cukup memberukan uzur kepadaku untuk memisahkanku,

karena aku telah berkali-kali mengingkarinya.” Ini adalah perkataan orang yang

benar-benar menyesal, sehingga membuatnya mengaku secara jujur.111

Tafsir Ayat 77-78

77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada

penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi

penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan

dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan

dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk

itu".

78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan

kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar

terhadapnya.

111

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XVI, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 4.

Page 56: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

46

Setelah peristiwa pembunuhan itu, Khidir dan Musa melanjutkan perajalanan

hingga sampailah pada suatu negaeri, yang mana keduanya meminta agar penduduk

memberi makan kepada mereka, tetapi penduduk itu tidak mau menjamu mereka.

Firman Allah Swt: (فابا ان يضيفما) fa‟abau an yudayyifuhuma/mereka

enggan mempersilahkan keduanya untuk singgah sebagai tamu mereka, tidak dengan

fa‟abau an yut‟imuhuma/mereka enggan memberi makan kepada (فاب ان يطعم ما)

keduanya, dengan maksud ungkapan itu lebih dapat memburukan mereka, mensifati

mereka dengan kehinaan dan kekikiran. Sebab, seorang yang mulia tentu hanya

menolak seorang yang meminta diberi makan, bukan menghinanya. Sebaliknya orang

yang mulia tidak akan mengusir tamu asing. Al-Maraghi menambahkan.112

Quraish Shihab menyebutkan, penyebutan penduduk negeri pada ayat 77

menunjukan betapa buruknya sifat penduduk negeri itu lantaran pada ayat-ayat lain

al-Qur‟an hanya menyebutkan negeri untuk menunjukan penduduknya. Terlebih,

pemintaan Musa dan Khidir bukanlah permintaan sekunder melainkan makanan

untuk dimakan.113

Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu sebuah dinding yang

miring dan hampir roboh. Lalu Khidir mengusap dinding itu dengan tangannya,

sehingga dinding itu kembali tegak lurus. Hal tersebut menunjukan salah satu

mukjizat Khidir. Sontak saja musa berkata, “jika engkau mau, niscaya kamu

mengambil upah itu.” Musa berkata seperti itu untuk memberikan dorongan kepada

Khidir agar mengambil upah dari perbuatannya itu sehingga bisa membeli makan,

minuman, dan kepentingan hidup lainnya.114

Sebenarnya kali ini Nabi Musa tidak secara tegas bertanya, melainkan

memberi saran. Kendati demikian, karena dalam saran tersebut terdapat semacam

112

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 16, (Mesir: Maktabah Mustafa al-

Babi al-Halabi wa awladih, , 1946), hal 5. 113

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 106. 114

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XVI, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 5.

Page 57: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

47

unsur pertanyaan diterima atau tidak, maka ini pun telah dinilai sebagai pelanggaran

oleh Khidir. Saran Musa itu lahir setelah beliau melihat dua kenyataan yang bertolak

belakang. Penduduk negeri enggan menjamu, kendati demikian Khidir itu

memperbaiki salah satu dinding di negeri itu.115

Setelah tiga kali nabi Musa melakukan pelanggaran. Kini cukup sudah alaan

bagi hamba Allah itu untuk menyatakan perpisahan. Karena itu dia berkata, “inilah

masa atau pelanggaran yang menjadikan perpisahan antara aku denganmu wahai

Musa, apalagi engkau sendiri telah menyatakan kesediaanmu kutinggal jika engkau

melanggar sekali lagi.116

Mengapa kasus kali ini menjadi penyebab perpisahan, tidak kedua kasus

pertama, karena secara lahir yang pertama adalahperbuatan munkar, sehingga musa

mendapat uzur. Berbeda dengan sekarang, berbuat baik kepada orang yang berbuat

buruk itu bukan perbuatan munkar, melaikan perbuatan terpuji.117

Namun demikian sekalipun nabi Musa telah berbuat kesalahan karena

menyalahi perjanjian, sebelum perpisahan terlebih dahulu Khidir menberitahu

informasi atau kebenaran di balik peristiwa yang telah Musa alami selama

perjalannya.

Tafsir Ayat 79-81

115

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 106. 116

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 106. 117

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XVI, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 5.

Page 58: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

48

79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja

di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada

seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

80. dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin,

dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada

kesesatan dan kekafiran.

81. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka

dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam

kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).

Khidir menjelaskan kepada Musa kebenaran dibalik peristiwa yang pertama

dialami yaitu ketika Khidir melubangi sebuah kapal yang ditumapanginya. Khidir

berkata, “Adapun apa yang telah aku perbuat terhadap bahtera /perahu, karena ia

milik kaum yang lemah, tidak mampu menolak kezaliman, sedang mereka

menggunakan bahtera/perahu itu untuk mencari nafkah, maka aku bermaksud

mencari dengan lubang yang aku buat, karena dihadapan mereka menunggu seorang

raja yang akan merampas setiap bahtera/perahu yang layak untuk dipakai dan

meninggalkan setiap bahtera/perahu yang mempunyai cacat.118

Hamba Allah yang saleh itu seakan-akan melanjutkan dengan berkata,

“dengan demikian apa yang kubocorkan itu bukanlah bertujuan menenggelamkan

penumpangnya, tetapi justru menjadi sebab terpeliharanya hak-hak orang miskin.”

Memang, melakukan kemadharatan yang kecil dapat dibenarkan guna menghindari

kemadharatan yang lebih besar.119

Selanjutnya hamba Allah yang saleh itu menjelaskan tentang latar belakang

peristiwa kedua. Dia berkata, “Dan adapun si anak yang aku bunuh itu, maka kedua

orang tuanya adalah dua orang mukmin yang mantap keimanannya, dan kami

118

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XVI, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 10. 119

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 107.

Page 59: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

49

khawatir bahkan tahu, jika anak itu hidup dan tumbuh dewasa dia akan membebani

mereka berdua orang tuanya beban yang sangat berat terdorong oleh cinta

kepadanya, atau akibat keberanian dan kekejaman sang anak sehingga keduanya

melakukan kedurhakaan dan kekufuran. Maka, dengan membunuhnya kami yakni

aku dengan niat di dalam dada dan Allah swt, dengan kuasa-Nya menghendaki,

kiranya tuhan mereka berdua yakni Allah yang disembah oleh ibu bapak anak itu

mengganti bagi mereka berdua dengan anak lain yang lebih baik darinya lebih baik

dalam hal kesucian yakni sikap keberagamaannya dan lebih dekat yakni lebih mantap

dalam hal kasih sayang dan baktinya kepada kedua orang tuanya.120

Tafsir Ayat 82

82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota

itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang

Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya

mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai

rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku

sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat

sabar terhadapnya".

Ayat ini menjelaskan peristiwa terakhir, Khidir menjelaskan peristiwa ini

dengan menyatakan, “Sesungguhnya, faktor yang mendorong aku untuk menegakan

dinding ialah, karena dibawahnya terdapat harta benda simpanan milik dua orang

anak yatim yang berada di kota, sedang bapak mereka adalah seorang yang saleh.

120

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 108.

Page 60: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

50

Allah berkehendak agar harta simpanan itu tetap berada dalam kekuasaan kepada

anak yatim itu, untuk memelihara hak mereka dan karena kesalehan bapak mereka.

Maka Allah memerintahkan kepadaku agar mendirikan kembali dinding itu, karena

kemaslahatan-kemaslahatan tersebut. Sebab, jika dinding itu roboh niscaya harta

simpanan itu hilang.121

Selanjutnya hamba Allah menegaskan, “Dan aku tidaklah melakukannya

yakni apa yang telah kulakukan sejak pembocoran perahu, sampai penegakan tembok

berdasar kemauanku sendiri. Tetapi semua adalah atas perintah Allah berkat ilmu

yang diajarka-Nya kepadaku. Ilmu itu pun kuperoleh bukan atas usahaku, tetapi

semata-mata anugerah-Nya. Demikian itu makna dan penjelasan apa yakni peristiwa-

peristiwa yang engkau tidak dapat sabar menhadapinya.”122

B. Ikhtisar Kisah Nabi Musa dan Khidir

Kisah ini bermula ketika Nabi Musa berkhutbah di depan Bani Israil, ada

salah seorang dari mereka kertanya kepada Musa, “siapakah orang yang paling

ilmunya?” saat itu Musa menjawab, “saya”. Dari jawaban Musa tersebut Allah

mengecam dan memberitahu bahwa ada seseorang yang Allah berikan kepadanya

ilmu yang Musa tidak ketahui. Kemudian, Allah menurunkan wahyu kepadanya agar

Musa menemui Khidir, dan membawa ikan dalam sebuah keranjang. Lalu di mana

ikan itu hilang, maka di situ Khidir berada.123

Allah memerintahkan kepada Musa

untuk menemuinya di pertemuan dua laut dan berguru kepadanya.

Nabi Musa berangkat untuk menemui gurunya bersama muridnya. Ketika

Musa beristirahat di suatu tempat, ikan yang dia bawa melompat menuju laut. Musa

melanjutkan perjalanan tanpa mengetahui bahwa ikannya telah hilang. Saat

perjalanan Musa merasa lapar dan meminta kepada muridnya untuk mengambil

makanan. Saat muridnya mengambil makanan, dia baru tersadar bahwa ikan yang

121

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XVI, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1988), cet . 1, hal 12. 122

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, jilid VIII ,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 109. 123

Imam Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab Tafsir al-Qur‟an no. 4725.

Page 61: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

51

dibawa itu telah hilang. Maka dari itu Musa dan muridnya kembali ke tempat tadi

mereka istirahat.

Setelah sampai ke tempat ikan itu menghilang, Musa bertemu dengan

seseorang yang memakai pakaian putih yang bernama Khidir. Kemudian Musa

menyampaikan salam kepadanya dan memberitahukan maksud menemuinya. Musa

menyampaikan bahwa dia diperintahkan Allah untuk menemui dan berguru kepada

Khidir. Musa juga meminta agar Khidir mengizinkannya mengikuti perjalannya.

Mendengar maksud Musa, Khidir menyampaikan penilaiannya bahwa Musa

tidak akan bersabar mengikutinya. Khidir memberi syarat agar Musa tidak bertanya

sampai Khidir sendiri yang menjelaskanya.

Setelah menyaksikan peristiwa-peristiwa yang dilalui Musa ketika menyertai

Khidir, dan pertentangan yang dilakukan oleh Musa padahal Khidir telah

memberitahukan bahwa dia tidak akan bersabar bersamanya, sehingga akibatnya

adalah Khidir memisahkannya dan tidak menyertainya.

C. Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi Musa AS dan Khidir AS

Pada pembahasan yang telah lalu telah dijelaskan bahwa guna menciptakan

pembelajran yang efektif, maka guru hendaknya menentukan terlebih dahulu strategi

pembelajran yang akan diterapkan di lapangan. Strategi pembelajaran sendiri adalah

suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak guna mencapai sasaran yang telah

tentukan. Jika dihubungkan dengan belajar mengajar adalah pola-pola umum kegiatan

guru anak didik yang telah digariskan.124

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal

berikut:125

124

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rieneka

Cipta, 2006), cet. 3, hal. 5. 125

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rieneka

Cipta, 2006), cet. 3, hal. 5-6.

Page 62: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

52

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi perubahan tingkah laku dan

kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar

yang di anggap paling tepat dan efektif sehingga dapat di jadikan

pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria

serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru

dalam melakukan evaluasi.

Begitu pula pada strategi pembelajar yang terjadi pada Musa dan Khidir dapat

dilihat pada dua sisi.

Yang pertama adalah ketika Musa mengajukan permintaannya kepada Khidir

untuk dapat mengikuti perjalanannya agar mendapat ilmu yang Allah ajarkan kepada

Khidir dan tidak kepadanya. Pengajuan ini merupakan bentuk etika seorang murid,

yaitu sebelum belajar hendaknya meminta izin kepada guru terlebih dahulu.

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu

mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan

kepadamu?"

Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa pertanyaan tersebut bukanlah pertanyaan

dengan nada yang mewajibkan atau memaksa. Dan, contoh inilah yang menurut Ibnu

Katsir hendaknya pula diikuti oleh para pembelajar (murid) kepada pengajar

(guru).126

Kedua, Khidir memberikan syarat kepada Musa. Khidir sebagai guru

menetapkan strategi pembelajaran. Sebagai guru yang mengetahui maka terlebih

126

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-Adzim, jilid V, (Riyad: Daaru Thaibah, 1999), hal. 181.

Page 63: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

53

dahulu memberikan penilaian kepada muridnya. Khidir pula mengetahui, bahwa

Musa akan mengingkari atas apa yang dia dalihkan. Dan dikarenakan pula Musa tidak

mampu menelaah hikmah dan kemaslahatan bathiniah yang Khidir dapat telaah.127

Dalam kisah perjalanan Nabi Musa bersama Khidir yang diabadikan dalam

surat Al-Kahfi ayat 60-82 ini terjadi proses pembelajaran. Yang mana disana Khidir

sebagai guru dan Musa sebagai murid. Peristiwa yang terjadi dalam perjalanan itu

adalah rencana mengajar dengan kehendak Allah. Bisa dikatakan bahwa keadaan atau

situasi yang dilalui tersebut sudah diseting sedemikian rupa agar proses pembelajaran

dan tujuan perjalanan tersebut tercapai.

Yang dilakukan Khidir yaitu pertimbangan memilih strategi pembelajaran

untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien adalah pertimbangan yang

berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, pertimbangan yang berhubungan

dengan bahan atau materi pembelajaran, dan pertimbangan dari sudut siswa.128

Pada ayat 70-82 adalah merupakan inti pembahasan dari strategi pembelajaran

afektif, karena pada ayat itu terdapat proses pembelajaran nabi Musa kepada Khidir.

Sebelum memasuki kisah perjalanan tersebut, latarbelakang nabi Musa bertemu

Khidir adalah karena Musa tidak mengembalikan “ilmu” kepada Allah ketika ada

seseorang yang bertanya siapa manusia yang paling dalam ilmu. Maka dari itu Allah

mencela dan mewahyukan kepada Musa bahwasannya ada seorang hamba-Nya

berada ditempat bertemunya dua laut dia lebih pintar dari pada Nabi Musa. Kemudian

Musa bertanya, “Bagaimana aku dapat bertemu dengannya?”.

Dari keterangan di atas ada unsur pembentukan yang mengacu pada ranah

afektif utamanya jenjang receiving (menerima). Receiving (Penerimaan) adalah

kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang

127

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-Adzim, jilid V, (Riyad: Daaru Thaibah, 1999), hal. 181. 128

Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Prenada Media Group, 2009), cet. 6, hal. 130

Page 64: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

54

pada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.129

Hal tersebut di

buktikan dengan nabi Musa menerima perintah Allah atas kekhilafan yang diperbuat

dan menerima adanya orang lain (hamba Allah) di luar sana yang lebih berilmu

dibandingkan Musa meskipun Musa telah mendapatkan karunia yang banyak dari

Allah.

Setelah Musa menerima perintah dari Allah untuk menemui hamba tersebut,

kemudian Allah berfirman, “Ambillah seekor ikan lalu tempatkan ia di wadah. Maka,

dimana engkau kehilangan ikan itu, di sanalah dia.130

Nabi Musa pun merespon

(menanggapi) perintah tersebut dan berpartisifasi untuk mengikut sertakan dirinya

secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadap hal tersebut.131

Pada ayat 70 Khidir memberikan syarat kepada nabi Musa, yaitu jangan

bertanya hingga Khidir sendiri yang menjelaskannya. Hal ini menjelaskan bahwa

guru harus menjelaskan kepada murid persyaratan atau tata tertib sebelum memulai

proses pembelajaran.

Syarat yang di berikan Khidir kepada nabi Musa jugalah yang menjadi awal

dari strategi pembelajaran yang mana nantinya akan menyinggung ranah afektif.

Bahkan boleh jadi jika Khidir tidak memberikan syarat kepada nabi Musa bahwa nabi

Musa jangan mempertanyakan sesuatupun sebelum Khidir sendiri menjelaskannya

maka hal tersebut akan mengakibatkan tidak akan terjadinya proses pembelajaran

afektif.

Salah satu ciri belajar afektif menurut A. De Block ialah belajar menghayati

nilai dari obyek-obyek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa

129

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011), cet. 11,

hal. 54. 130

Muhammmad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhori, Jami‟ Shahih al-Mukhtashor min Umri

Rasulallah wa Sunaninhi wa Ayyamih, (Beirut: Daar Ibnu Katsir, 1987), cet. 3, hal 1757. Hadis no

4450. 131 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011), cet. 11,

hal. 55

Page 65: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

55

orang, benda atau kejadian/peristiwa; ciri yang lain terletak dalam belajar

mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.132

Tiga peristiwa yang dialami nabi Musa saat bersama Khidir, adalah titik inti

proses pembelajaran. Yaitu saat Khidir melubangi kapal yang mereka tumpangi,

ketika Khidir membunuh anak kecil yang sedang bermain bersama temannya dan

menegakan dinding rumah yang hampir roboh. Yang di alami oleh nabi Musa saat

proses pembelajaran tersebut nabi Musa menghayati dan mencermati peristiwa yang

janggal bersama Khidir adalah temasuk dari salah satu ciri belajar afektif karena

kejadian tersebut hanya dapat di nilai oleh alam perasaan

Dalam kisah ini kita dapat melihat sikap dari Musa yang cenderung menolak

semua yang dia lihat tehadap perbuatan yang dilakukan Khidir. Sama halnya seperti

yang diungkapkan W.S. Winkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran mengenai

sikap, orang yang bersikap tertentu cenderung menarima atau menolak suatu obyek

berdasarkan penilain terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau tidak.133

Menurut Raths sebagai mana yang dikutip Sutarjo dalam bukunya

Pembelajaran Nilai-Karakter, bahwa nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah

laku (attitudes), atau bersikap.134

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa apa yang

dilakukan oleh Musa dilatar belakangi oleh nilai yang dipegang dan diyakini oleh

Musa.

Di dalam merasa, orang langsung menghayati apakah suatu objek baginya

berharga/bernilai atau tidak. Bila objek itu dihayati sebagai sesuatu yang berharga,

maka timbulah perasaan senang. Bila objek itu dihayati sebagai sesuatu yang tidak

berharga, maka timbulah perasaan tidak senang. Maka terjadilah suatu penilaian

secara spontan, mengenai apa yang bermakna positif atau bermakna negatif.135

132

W.S. Winkel, Psikologi PengajaranI, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. 4, hal . 63 133

W.S. Winkel, Psikologi PengajaranI, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. 4, hal . 104 134 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai – Karakter, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012),

cet. 1, hlm. 56 135

W.S. Winkel, Psikologi PengajaranI, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. 4, hal . 63

Page 66: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

56

Tindakan yang dilakukan Khidir selama perjalanannya, mencerminkan bahwa

dia merancang rencana atau strategi yang disiapkan untuk Nabi Musa. Menurut Nana

Sudjana sebagaimana dikutip oleh Ahmad Sabri, mengatakan bahwa strategi

mengajar merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya

usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti tujuan, bahan,

metode dan alat serta evaluasi, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang

telah ditentukan.136

Perbuatan yang dilakukan Khidir atas perintah Allah tersebut menggoyahkan

apa yang menurut Musa benar. Respon Musa terhadap pelubangan kapal yang

dilakukan Khidir adalah menolaknya dan menggap hal tersebut adalah kesalahan.

Penolakan tersebut dikatakan oleh Nabi Musa dengan pertanyaan “Mengapa engkau

melubangi kapal yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sungguh

kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.”

Sama halnya dengan perbuatan Khidir ketika membunuh seorang anak kecil

yang sedang bermain. Menurut pandangan dan keyakinan Nabi Musa bahwa

membunuh itu adalah sebuah dosa, apalagi sesorang yang dibunuh itu adalah anak

kecil yang boleh jadi masih bersih dari dosa. Musa berkata, “mengapa kamu

membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? sesungguhnya

kamu telah melakukan suatu kemungkaran.” Respons yang dilakukan Nabi Musa

menunjukan kearah negatif artinya Nabi Musa merasa tidak senang atau tidak setuju

dengan perbuatan itu.

Selanjutnya ketika Khidir mendirikan atau memperbaiki dinding yang hampir

roboh. Menurut Quraish Shihab, memang benar Nabi Musa hanya memberikan saran

kepada Khidir. Kendati demikian, karena dalam saran tersebut terdapat semacam

unsur pertanyaan diterima atau tidak, maka ini pun telah dinilai sebagai pelanggaran

136 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta: PT Ciputat Press,

2005), cet. 1, hlm. 2.

Page 67: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

57

oleh Khidir. Saran Musa itu lahir setelah beliau melihat dua kenyataan yang bertolak

belakang.137

Bisa dikatakan saran yang mengandung unsur pertanyaan tersebut adalah

bentuk dari nilai yang di yakini oleh Musa berbenturan dengan apa yang dia lihat dari

sang guru yaitu Khidir yang mengakibatkan batalnya perjanjian yang di sepakati oleh

Musa dan Khidir.

Pada pembahasan sebelumnya ranah afektif yang dirinci pada lima jenjang

oleh Krathwohl yaitu receiving, responding, valuing, organization, dan

characterization by a value or value complex. 138

Kelima jenjang tersebut dialami dan

terdapat pada proses pembelajaran nabi Musa kepada Khidir. Berikut penjelasan

bahwa strategi pembelajaran afektif yang dilakukan Khidir kepada nabi Musa.

1. Receiving (Penerimaan) adalah kepekaan seseorang dalam menerima

rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada dirinya dalam bentuk

masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam hal ini bentuk kepekaan nabi

Musa terhadap perbuatan yang dilakukan Khidir adalah menolaknya. Pada

mulanya Nabi Musa tidak menerima keadaan diluar dirinya sehingga

membuatnya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya atas apa yang

dilakukan Khidir. Receiving juga sering diberi pengertian sebagai

kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.

Keingintahuan Nabi Musa terhadap apa yang dilakukan Khidir sehingga

dia bertanya, hal itu membuktikan bahwa kemauan untuk memperhatikan

sangat besar. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia

menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka

mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan diri

dengan nilai itu. Pada tahap ini nabi Musa dibina agar mampu menerima

apa yang diperbuat oleh Khidir. Apa yang diyakini oleh nabi Musa adalah

137

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), cet. 1, hal 106. 138 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011), cet. 11,

hal. 54-56

Page 68: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

58

suatu kesalahan tapi hal tersebut dilakukan oleh Khidir. Dan hal itu pula

yang membuatnya harus menyadari kalau Musa tidak dapat bersabar atas

apa yang dilakukan oleh Khidir.

2. Responding (Menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”.

Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena

tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

Sebenarnya nabi Musa mencerminkan seorang peserta didik yang aktif

saat proses pembelajaran berlangsung. Musa menanggapi atas apa yang

dilihatnya itu, sekalipun bertanya adalah suatu kesalahan yang tidak boleh

dilakukannya karena sebelumnya telah membuat perjanjian. Reaksi

spontan yaitu bertanya atas apa yang dilakukan Khidir membuat Musa

penasaran, jelas merupakan suatu respon dalam rangka mengetahui

sesuatu hal lebih mendalam.

3. Valuing (Menilai = menanggapi). Menilai atau menghargai artinya

memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan

atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan

membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses

belajar mengajar, peserta didik di sini tidak hanya mau menerima nilai

yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep

atau fenomena, yaitu baik buruk. Bila ssesuatu ajaran yang telah mampu

mereka nilai dan telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka

ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian.

Sebelum perjalanan dimulai Khidir sudah mengetahui bahwa nabi Musa

tidak dapat bersabar maka dari itu Khidir memberi syarat agar tidak

bertanya sesuatu pun sampai Khidir sendiri menjelaskan sesuatu hal

tersebut. Saat nabi Musa dihadapkan pada peristiwa yang membuatnya

tidak dapat bersabar, waktu itu pula Musa menilai apa yang dilihatnya.

Selama perjalanan Musa menilai atau menanggapi semua peristiwa itu

dengan nilai atau keyakinan yang dipercayainya. Musa menilai bahwa hal

yang dilakukan Khidir itu adalah sesuatu yang buruk. Tetapi hal tersebut

Page 69: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

59

berubah setelah di akhir perjalanan Khidir menjelaskan apa hikmah atau

alasan dibalik perbuatan yang dilakukan Khidir selama perjalanan.

4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mem-

pertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih

universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Selama perjalanan

Musa mendapati sebuah peristiwa yang janggal menurut penilaian

pribadinya. Musa tidak dapat bersabar atas apa yang dilakukan Khidir

selama diperjalanan. Setelah mendapatkan penjelasan dari Khidir, Musa

mempertemukan perbedaan nilai tersebut sehingga terbentuk sebuah nilai

yang baru. Musa menerima nilai baru yang didapatnya dari Khidir yaitu

kesabaran dan hikmah (kebijaksaan).

5. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan

suatu nilai atau kompleks nilai), yakni keterpaduan semua nilai yang telah

dimiliki seseorang, yang memepengaruhi pola kepribadian dan tingkah

lakunya. Nilai ini telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah

mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkatan afektif

tertinggi, karena sikap batin telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki

philosophy of life yang mapan. Setelah mengetahui alasan apa yang

dilakukan Khidir selama perjalanan, Musa menerima sebuah pelajaran

yang sangat berarti. Bahwa apa yang menurut penilaian atau pandangan

seseorang itu baik belum tentu baik begitu pula sebaliknya apa merurut

penilaian seseorang itu buruk belum tentu buruk. Nilai dan keyakinan

Musa pada saat perjalanan tidaklah salah, tetapi Khidir lebih mengetahui

latarbelakang apa yang diperbuatnya atas izin Allah. Keterpaduan nilai

yang telah dimiliki oleh Musa setelah mendapatkan nilai baru dari Khidir

yaitu kesabaran dan kebijaksanaan telah mempengaruhi pola

kepribadiannya. Teguran dari Allah lewat pembelajaran dari Khidir telah

tertanam pada diri Musa sehingga mempengaruhi emosinya. Pembelajaran

yang diberikan Khidir telah menjadikan sikap batin Musa yang bijaksana,

ia telah memiliki philosophy of life sebagaimana tujuan atau tingkat akhir

dari pembelajaran afektif.

Page 70: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

60

Dalam hal ini saat proses pembelajaran nabi Musa bersama Khidir untuk

mencapai tujuan pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Sebagaimana pada

pembahasan sebelumnya lima jenjang atau tingkatan ranah afektif untuk menunjukan

keberhasilan pembelajaran afektif yaitu receiving, responding, valuing, organization,

dan characterization by a value or value complex, terdapat pada setiap langkah

pembelajaran Khidir pada nabi Musa.

Dengan ini sudah cukup bagi nabi Musa untuk menerapkan apa yang

dapatkannya dari Khidir sehingga dapat membuat Musa memiliki kebulatan sikap

atau kesabaran itu sudah menjadi karakter nabi Musa. Dalam jenjang ranah afektif hal

tersebut adalah merupakan tingkatan afektif tertinggi. Dengan demikian strategi

pembelajran afektif yang dilakukan Khidir kepada nabi Musa berhasil dan memberi

dampak yang baik bagi nabi Musa.

Strategi dan rencana yang digunakan Khidir untuk memberikan ilmu

(kebijaksanaan/kesabaran) kepada Musa sangat efektif dan efisien. Khidir

memanfaatkan pengetahuan atau ilmu laduni yang Allah karuniakan kepadanya.

Page 71: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang “Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah

Nabi Musa as dan Nabi Khidir as (Telaah Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 60-82)”, maka

penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berukut:

Dalam rangkaian kisah perjalanan nabi Musa dan Khidir tersebut terjadi

proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tersebut pula Khidir menggunakan

strategi pembelajaran afektif. Strategi tersebut adalah dengan syarat yang diberikan

Khidir kepada nabi Musa. Yaitu jangan mempertanyakan sesuatupun sebelum Khidir

sendiri menjelaskannya. Karena jika saat awal syarat ini tidak ada maka tidak akan

terjadi proses pembelajaran. Dalam kisah Nabi Musa dan Khidir ini terdapat strategi

pembelajaran afektif, strategi yang dilakukan yaitu dengan cara Khidir memberi

syarat kepada Nabi Musa sebelum memulai perjalanan mereka. Syarat tersebut akan

sangat berpengaruh pada proses pembelajaran Nabi Musa kelak saat dalam

perjalanan. Ranah afektif yang menyentuh diri nabi Musa yaitu pertama receiving,

Musa peka terhadap apa yang disaksikannya selama perjalanan dalam bentuk

penolakan dan tidak setuju atas perbuatan Khidir. Kedua Responding, reaksi spontan

adalah proses afektif yang terjadi dalam diri Musa hal tersebut jelas merupakan suatu

respon dalam rangka mengetahui sesuatu hal lebih mendalam. Ketiga valuing, Selama

perjalanan Musa menilai atau menanggapi semua peristiwa dengan nilai atau

keyakinan yang dipercayainya, walaupun penilaian berubah setelah penjelasan dari

Khidir. Keempat organization, Musa mengorganisasikan nilai yang diyakininya

dengan nilai dari Khidir sehingga tercipta nilai baru. Kelima Characterization by a

Value or Value Complex, nilai baru yang didapat oleh Musa tersebut adalah hasil dari

proses pembelajaran afektif yaitu Musa memiliki sebuah kebulatan sikap (karakter)

yang mapan.

61

Page 72: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

62

B. Saran

1. Sebaiknya strategi pembelajaran yang dilakukan haruslah fleksibel dengan

lingkungan dan kondisi peserta didik.

2. Merancang strategi pembelajaran hendaknya disiapakan sebelum

pembelajaran.

3. Alangkah baiknya guru dapat mengetahui potensi yang dimiliki oleh

peserta didiknya, sehingga guru dapat memilih sttategi pembelajaran yang

tidak menyulitkan.

4. Sebaiknya guru tidak hanya mengacu pada pembelajaran yang mengarah

pada ranah intelektual (kognitif) saja, akan tetapi harus juga

mengembangankan tingkah laku atau sikap (afektif) yang nantinya akan

menjadi bekal atau kontrol pada dirinya.

Page 73: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo, Pembelajaran Nilai – Karakter. Jakarta: RajaGrafindo Persada,

Cet. I, 2012

Al-Bukhari. Muhammmad bin Ismail Abu Abdillah, Jami‟ Shahih al-Mukhtashor min

Umri Rasulallah wa Sunaninhi wa Ayyamih, Beirut: Daar Ibnu Katsir, Cet. 3,

Hadis no 4450. 1987

Al-Khalidy, Shalah, Kisah-kisah Al-Qur‟an. Jakarta: Gema Insani, 1999.

Al-Maraghi. Ahmad Musthafa, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid XV, Semarang: CV

Toha Putra, cet. 1, 1998

Anshori, Tafsir bil Ra‟yi. Jakarta: Gaung Persada Press, Cet. I, 2010.

Anwar, Arifin, Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I,

2005.

Asy-Syafrowi. Mahmud, Khidir as Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan

Secepat Kilat, Yogyakarta: Mutiara Media, cet. 1, 2013

Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Arruzz Media, Cet. III,

2008.

Bukhari. Imam, Shahih al-Bukhari Kitab Tafsir al-Qur‟an no. 3221.

Chaplin, JP. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,

Cet. 4, 2008.

Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi

Aksara, cet. 1, 2010.

Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004.

Djamarah. Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rieneka Cipta, cet. 3, 2006

63

Page 74: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

64

Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung:

Pustaka Setia, 2006.

Haitami, Munzir, Menggagas Kembali Pendidikan Islam. Yogyakarta: Infinite Press,

2004.

Hakim, Lukmanul, Perencanaan Pembelajara. Bandung: Wacana Prima, 2009.

Halim. Amanullah, Musa Versus Fir‟aun, Jakarta: Lentera Hati, cet. 1, 2011

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung, Pakar Raya, 1993.

Kamal, Allamah FI, Tafsir Nurul Quran, Jakarta: Al-Huda, Cet. 1, 2005.

Katsir. Ibnu, Tafsir al-Qur‟an al-Adzim, jilid V, Riyad: Daaru Thaibah, 1999

Khoiru, Iif, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet.

II, 2011.

Majid, Abdul, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet III, 2006.

Nasution, S, Kurikulum dan Pengajaran, Bandung: Bina Aksara, 1989.

Nata, Abuddin, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana,

Cet. 1, 2009.

Ormrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, Ed. 6, 2008

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasonal, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, Eds. 3, 2001.

Redaksi Sinar Grafika. UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 2003).

Jakarta: Sinar Grafika, Cet. II, 2009

Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana, cet. 1, 2009.

Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif, di

Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: LKIS, Cet I, 2009.

Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokrasi. Jakarta: Kencana, Cet. I, 2004

S, Effendi, Daftar Istilah Psikologi Jakarta Pusat: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1978.

Page 75: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

65

Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta: PT Ciputat Press,

Cet. 1, 2005.

Sardiman, Interuksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana, cet. 1, 2008.

_______, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Kencana, Cet.3, 2008.

_______, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana, Cet. 5, 2008.

_______, Wina, Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2007.

_______, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana,

Cet. III, 2010.

Shihab, M. Quraish, Al-Lubâb Makna, Tujuan, dan Pelajaran daru Surah-Surah al-

Qur‟an. Tangerang: Lentera Hati, Cet. I, 2012.

_______, M Quraish, Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati, 2013.

_______, M Quraish, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,.

Jakarta: Lentera Hati, Cet. 1, 2002.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo, Cet. 11, ,

2011

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Remaja Rosdakarya, 2005.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Syaodih, Nana, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Refika

Aditama, Cet. 1, 2012.

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media

Group, Cet. II, 2010.

Wagnalls, New College Dictionary. New York: De Funk Company, 1956..

Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran I. Jakarta: Grasindo, Cet. 4, 1996.

Page 76: STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DALAM KISAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28729/3/Iqbal... · Bagaimana pendidikan dan mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia

66

http://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/0/kisah-nabi-laihissalam.html?m=1,

online tanggal 24 Februari 2015.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/khidir, online tanggal 1 april 2015

http://raflengerungan.wordpress.com/korupsi-dan-pendidikan/pengertian-mengajar-

didaktik. diakses tanggal 24 Februari 2015