STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi...

96
i STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : DIDIT HANDOYO SAPUTRO H 0305060 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi...

Page 1: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

i

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT

DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Oleh :

DIDIT HANDOYO SAPUTRO

H 0305060

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

ii

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT

DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

yang dipersiapkan dan disusun oleh DIDIT HANDOYO SAPUTRO

H 0305060

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 26 Januari 2010

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H., M.P NIP. 19650626 199003 2 001

R .Kunto Adi. S.P, M.P NIP. 19731017 2003121 002

Dr.Ir.Hj. Suprapti S.,M.P I NIP.19480808 1976122 001

Surakarta, Januari 2010

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. NIP. 19551217 198203 1 003

Page 3: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan

penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi

yang berjudul “Strategi Pemasaran Keripik Belut Di Kecamatan Baki

Kabupaten Sukoharjo” ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat

terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H.,M.P. selaku Dosen Pembimbing Utama,

Pembimbing Akademik dan Komisi Sarjana yang telah begitu sabar

memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga

bagi Penulis.

4. Bapak R. Kunto Adi S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Hj. Suprapti S,, M.P. yang sudah banyak memberikan masukan

yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini.

6. Kesbanglinmas, BAPPEDA, Dinas Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sukoharjo, dan semua

pengusaha keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo yang telah

memberikan ijin kepada Penulis untuk melakukan penelitian dan membantu

dalam menyediakan data yang dibutuhkan bagi Penulis.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Penulis.

8. Mbak Iriawati, S. Sos. dan Bapak Syamsuri yang dengan sabar membantu

menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi

Penulis.

Page 4: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

iv

9. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Sukadi dan Ibu Sri Suyati, atas segenap cinta,

dukungan, dan doa yang tiada pernah berakhir. I Love U So Much Mom &

Dad.

10. Adikku Imas A.K., terima kasih atas doa, dukungan, kasih sayang, dan

keceriaannya.

11. My “Sweet Honey” Nur Chasanah terima kasih atas cinta kasih sayang,

perhatian, omelan, ocehan yang telah diberikan selama ini..Love u so much.

12. Sahabat-sahabatku Anwar, Pandan, Eka, Simbah, Kokom, Anis, Ayink, Ayu,

Nazir, Jack terimakasih atas persahabatan, perhatian, bantuan, kebersamaan

dan semangat yang tak ternilai.

13. Teman-teman kos Lazuardi, terima kasih atas keceriaan, motivasi dan

bantuannya selama kos di Lazuardi.

14. Seluruh pengurus dan anggota HIMASETA FP UNS, terimakasih atas

kesempatan dan pengalaman yang telah diberikan.

15. Teman-temanku Agrobisnis angkatan 2003, 2004, 2006, 2007 dan 2008, dan

seluruh teman-teman Fakultas Pertanian UNS terimakasih atas

kebersamaannya

16. Teman-teman mahasiswa Agrobisnis angkatan 2005 yang siap tambah kaya

(Ama, Andry, Anwar, Ayu, Bentar, Dewi, Dwi, Erry, Hafidh, Hendy, Iva,

Joko, Luthfi, Mega, Mila, Nico, Niken, Willie, Panji, Pitri, Putri, Devi, Rahar,

Pandan, Wind, Jajux, Triana, Wahyu, Wheni, Nina, Abdul, Ansav, Andre,

Soma, Annis, Apriani, Cecep, Denny, Diana, Rika, Eka, Wiwit, Eye, Martha,

Gulan, Hamdan, Herlina, Isti, MTA, Naily, Nazir, Nurul, Hayuk, Rima, Rini,

Septo, Siti, Tria, Viarka, Yaning) terimakasih atas kebersamaan dan

kekeluargaan yang akan selalu jadi kenangan terindah.

17. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di

kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini

berguna bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Page 5: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

RINGKASAN.................................................................................................. xi

SUMMARY...................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 7

II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 9 A. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 9 B. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 10 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................................. 20 D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel...................... 24 E. Pembatasan Masalah ........................................................................... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 26 A. Metode Dasar Penelitian ..................................................................... 26 B. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 26 C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 29 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 30 E. Metode Analisis Data .......................................................................... 30

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN....................................... 35 A. Keadaan Alam ..................................................................................... 35 B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 36 C. Keadaan Perekonomian ....................................................................... 40 D. Keadaan Sektor Pertanian .................................................................... 42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 48 A. Karakteristik Responden Industri Keripik Belut ................................. 48

1. Identitas Responden ....................................................................... 48

Page 6: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

vi

B. Perumusan Strategi Pemasaran Keripik Belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo ......................................................................... 51 1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal........................................... 51 2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 61 3. Alternatif Strategi .......................................................................... 71 4. Prioritas Strategi ............................................................................ 74

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 75 A. Kesimpulan ......................................................................................... 77 B. Saran .................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80

LAMPIRAN..................................................................................................... 82

Page 7: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

vii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1. Kandungan Gizi Belut, Bandeng, dan Lele Per 100 Gram........................................................................................... 2

Tabel 2. Jumlah Produksi, Tenaga Kerja dan Pemasaran Keripik Belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008........................................................................................... 3

Tabel 3. Jumlah Industri Keripik Belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009.............................................................. 26

Tabel 4. Matriks SWOT.......................................................................... 31 Tabel 5. Matriks QSP.............................................................................. 33 Tabel 6. Komposisi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2004-2008....................................................... 37 Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan

Kelompok Umur Tahun 2008.................................................. 38 Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2008.............................................................. 39 Tabel 9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 2000

menurut Sektor Perekonomian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006–2007.............................................................................. 40

Tabel 10. Pendapatan Perkapita Kabupaten Sukoharjo ADHK 2000 Tahun 2007 – 2008................................................................ 41

Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 2000 menurut Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007–2008..................................................................................

42 Tabel 12. Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007 (Rupiah) ............................

43 Tabel 13. Jenis-jenis Komoditi Perkebunan di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2008................................................................................

44 Tabel 14. Jenis-jenis Komoditi Peternakan di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2008................................................................................

45 Tabel 15. Nilai PDRB Kabupaten Sukoharjo ADHK Tahun 2000 Tahun

2003-2008..................................................................................

46 Tabel 16. Nilai Produksi Perikanan Kabupaten Sukoharjo Tahun

2008...........................................................................................

46

Page 8: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

viii

Tabel 18. Identitas Responden Pemasok Keripik Belut............................. 49

Tabel 19. Identitas Responden Pedagang Pengumpul Keripik Belut........ 49

Tabel 17. Identitas Responden Pengusaha Keripik Belut.......................... 48

Tabel 20. Identitas Responden Pengecer Keripik Belut............................. 49

Tabel 21. Identitas Responden Konsumen Keripik Belut.......................... 50

Tabel 22. Identitas Responden Pesaing Keripik Belut............................... 50

Tabel 23. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Keripik Belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.................................................................

62 Tabel 24. Matriks SWOT Pemasaran Keripik Belut di Kecamatan Baki

Kabupaten Sukoharjo.................................................................

74 Tabel 25. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pemasaran

Keripik Belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo...................................................................................

78

Page 9: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

ix

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1. Lima Kekuatan Persaingan..................................................... 17

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah............................. 23

Gambar 3. Pembuatan Keripik Belut...................................................... 58

Page 10: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Peta Kabupaten Sukoharjo ................................................. 67

2. Identitas Responden ............................................................ 68

3. Identitas Responden Pengusaha .......................................... 70

4. Identitas Responden Pemasok............................................. 72

5. Identitas Responden Pedagang Pengumpul ........................ 74

6. Identitas Responden Pengecer ............................................ 76

7. Identitas Responden Konsumen.......................................... 77

8. Identitas Responden Pesaing............................................... 78

9. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan Bobot...... 79

10. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan AS

Strategi 1 ............................................................................. 80

11. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan AS

Strategi 2 ............................................................................. 81

12. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan AS

Strategi 3 ............................................................................. 87

13. QSPM.................................................................................. 87

Page 11: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xi

RINGKASAN

Didit Handoyo Saputro, H0305060. 2009. “Strategi Pemasaran Keripik Belut Di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H., M.P dan R. Kunto Adi, S.P., M.P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo, merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo yang merupakan satu-satunya sentra industri keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam strategi pemasaran keripik belut, (2) matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran keripik belut, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi pemasaran keripik belut.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo adalah pengalaman produksi, kontinyuitas produksi, kualitas keripik belut, saluran distribusi yang lancar, dan kemitraan/kerjasama antar produsen. Faktor-faktor yang menjadi kelemahan pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah promosi terbatas, kemasan yang kurang menarik, harga fluktuatif, harga keripik belut mahal, dan manajemen keuangan/pembukuan belum tersusun secara rapi. Faktor-faktor yang menjadi peluang pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah perluasan akses pasar, meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi, perhatian pemerintah(pemberian ijin usaha dan modal), kebijakan promosi, adanya teknologi internet, persaingan di dalam Kabupaten Sukoharjo relatif kecil. Faktor-faktor yang menjadi ancaman pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah perbedaan musim, produsen keripik belut di luar Kabupaten Sukoharjo, pemerintah yang kurang berperan optimal dalam pemberian modal/kredit, adanya pemasaran keripik lain, daya beli konsumen terhadap keripik belut rendah. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo yaitu: mempertahankan kualitas, promosi perikanan, menjaga loyalitas konsumen, jaringan distribusi keripik belut, kemitraan, dan penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor; peningkatan pemasaran hasil produk keripik belut melalui promosi produk unggulan spesifik lokasi disertai dengan membentuk wadah kerjasama antar pengusaha keripik belut dengan dukungan dari pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo adalah meningkatkan kualitas, promosi perikanan, menjaga loyalitas konsumen, jaringan distribusi keripik belut, kemitraan, dan penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor.

Kata Kunci: Belut, Keripik Belut, Strategi Pemasaran, Analisis SWOT

Page 12: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xii

SUMMARY

Didit Handoyo Saputro, H0305060. 2009. "Marketing Strategies of Eel Chips in Baki district Sukoharjo Regency". Agriculture Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Under tuition of Ir. Sugiharti Mulya H., M.P And R. Kunto Adi, S.P., M.P.

This research aims to identify the internal and external factors becoming strengths, weaknesses, opportunities and also threats in eel chips marketing in Sukoharjo Regency, formulating alternative strategies which can be applied in marketing of eel chips in Sukoharjo Regency and determine the strategy priority which can be applied in eel chips marketing in Sukoharjo Regency.

The basic method used for this research is the analytical descriptive method. Determination of research location conducted by purposive method, that is in Baki sub district representing the single industrial centre of eel chips in Sukoharjo Regency. Type of data used in this research are primary and secondary data. Methods used for data analysis (1) analysis SWOT to identify the internal and external factors becoming strengths, weaknesses, opportunities and threats in eel chips marketing strategies, (2) matrix SWOT to formulate the alternatives of eel chips marketing strategies, and (3) matrix QSP to determine the priority of eel chips marketing strategies.

The result indicates that the internal factors becoming strengths of eel chips marketing in Regency Sukoharjo are the experience in production, the continuity of production, the quality of eel chips, the fluent distribution channel, and the partnership/cooperation among the producers. Factors becoming weaknesses of eel chips marketing in Baki district Regency Sukoharjo are the limited promotion, the losing-look tidiness, the fluctuative price, the inability to self fulfil of raw materials and the lack of financal management ability. Factors becoming opportunities of eel chips marketing in Baki district Sukoharjo Regency are the extension of market access, the increasing of society nutrition awareness, the governmental attention (by giving work permit and financial capital), the promotion policy, the internet technology, the less competition of eel chips marketing in Baki district Regency Sukoharjo itself. Factors becoming threats of eel chips marketing in Baki district Regency Sukoharjo are the season differences, the eel chips producer outside Sukoharjo Regency, the less optimal effort by the government in credit giving, the marketing of dissimilar chips, the low purchasing power of eel chips consumers. Alternative strategies which can be applied in eel chips marketing in Baki district Sukoharjo Regency: to maintain quality, to promote fishery, to take care of consumers loyalty, network of eel chips distribution, partnership and to cultivate private sector capital to penetrate the export market; to increase eel chips product marketing through location specific pre-eminent product promotion accompanied with developing cooperation among the eel chips producers with the support from the government. The priority of strategies which can be applied in eel chips marketing in Baki district Regency Sukoharjo are to maintain quality, to promote fishery, to take care of consumers loyalty, network of eel chips distribution, partnership and to cultivate private sector capital to penetrate the export market. Keyword: Eel, Eel Chips, Marketing Strategies, SWOT Analysis

Page 13: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xiii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan utama

bagi setiap orang. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat

terhadap hubungan pola makan dengan kesehatan, menyebabkan permintaan

akan bahan pangan menjadi semakin meningkat. Sektor pertanian merupakan

sektor penyedia bagi kebutuhan bahan pangan penduduk Indonesia.

Pemenuhan kebutuhan akan makanan dan gizi dapat diperoleh dari hasil-hasil

pertanian, yang berasal dari sub sektor tanaman bahan pangan, peternakan,

perkebunan dan perikanan. Hal ini tidak terlepas dari peranan industri

pengolahan di bidang pangan. Industri pengolahan pangan umumnya

mengolah bahan menjadi produk-produk yang dibutuhkan manusia dalam

kehidupannya untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi.

Menurut Wirakartakusumah (1997), industri pangan merupakan salah

satu sektor industri yang sangat penting peranannya dalam perekonomian

Indonesia. Disamping mampu memenuhi kebutuhan pangan Indonesia,

industri pangan juga dapat menghasilkan devisa untuk negara. Keberadaan

industri pangan di Indonesia dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang

cukup banyak serta mampu mendorong berdirinya industri penunjang seperti

industri kemasan, industri mesin dan peralatan pengolahan pangan maupun

industri agribisnis.

Salah satu sub sektor pertanian yang memerlukan peranan sektor

industri adalah perikanan karena sangat berperan dalam menyediakan

pemenuhan gizi nasional, khususnya dalam pemenuhan gizi protein hewani.

Salah satu produk perikanan adalah belut. Belut merupakan salah satu sumber

lauk-pauk yang memiliki kandungan protein tinggi. Daging belut sendiri

mempunyai nilai kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Dalam 100 gram

daging belut terkandung protein 14 g, lemak 27 g, zat besi 2,0 mg, kalsium 20

mg, vitamin A 1.600 SI (satuan Internasional), vitamin B 0,1 mg, vitamin C

2,0 mg (Agromedia, 2008).

1

Page 14: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xiv

Berikut ini adalah tabel perbandingan antara kandungan gizi belut,

bandeng dan lele untuk setiap 100 gram.

Tabel 1. Kandungan Gizi Belut, Bandeng, dan Lele Per 100 Gram

Zat Gizi Belut Bandeng Lele Kalori 303 129 207 Protein 14,0 g 20 g 17,0 g Lemak 27,0 g 4,8 g 8 g Karbohidrat 0,0 g 0,7 g 0,3 g Fosfor 200 mg 150 mg 170,0 mg Kalsium 20,0 mg 20,0 mg 11,0 mg Zat Besi 2,0 mg 2,0 mg 0,1 mg Vitamin A 1600 SI 150 SI 30 SI Vitamin B1 0,1 mg 0,05 mg 0,08 mg Vitamin C 2,0 mg 0,0 mg 0,0 mg Air 58,0 mg - 75,1 g

Sumber: Agromedia, 2008

Tabel 1 menunjukkan bahwa belut mengandung banyak zat yang

dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizi belut tidak kalah bila dibandingkan

dengan bandeng dan lele. Selain mengandung protein, belut mengandung

kalori, lemak, fosfor, vitamin A dan vitamin C yang tinggi. Kandungan lemak

pada belut cukup tinggi, yaitu mencapai 27 g per100g. Lemak memegang

peran penting sebagai sumber kelezatan, sumber energi, penyedia asam lemak

esensial, dan tentu saja sebagai pembawa vitamin larut lemak (A, D, E dan K).

Belut juga kaya akan fosfor. Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi

energi dan kekuatan pada metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai

penunjang kesehatan gigi dan gusi. Belut kaya akan zat besi yang sangat

diperlukan tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang

mudah lemah, letih, dan lesu. Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI

per 100 g membuat belut sangat baik untuk digunakan sebagai pemelihara sel

epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan tubuh untuk pertumbuhan,

penglihatan, dan proses reproduksi. Peningkatan konsumsi belut diharap dapat

membantu upaya peningkatan konsumsi protein sehingga permasalahan

Kurang Kalori Protein (KKP) dapat teratasi.

Belut selain dijual dalam bentuk segar juga diolah menjadi produk

olahan yang dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Salah satu

Page 15: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xv

produk olahan belut yaitu keripik belut. Untuk memenuhi kebutuhan keripik

belut tidak cukup melakukan peningkatan pengembangan dan pembudidayaan

saja, tetapi juga pemasarannya. Mekanisme pemasaran keripik belut

melibatkan beberapa pihak yang meliputi produsen, distributor dan konsumen

khususnya pemasaran di bidang perikanan.

Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah yang telah mengembangkan

usaha industri keripik belut. Usaha industri ini telah berkembang cukup lama

mengingat permintaan keripik belut yang cukup besar yang dikarenakan

keripik belut merupakan makanan yang dibuat untuk oleh-oleh ataupun

sebagai makanan ringan. Adapun jumlah produksi keripik belut/jumlah tenaga

kerja dan pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada

Tabel 2 seperti berikut:

Tabel 2. Jumlah Produksi, Tenaga Kerja dan Pemasaran Keripik Belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Nama Perusahaan/ Pemilik

JumlahProduksi (Ton/Bulan)

Jumlah Tenaga Kerja (orang)

Pemasaran

1. Bambang Santoso 7,50 14 Lokal, Luar kota, Luar negeri

2. Hadi Warsito 9,00 15 Lokal, Luar kota

3. Sudilam 4,50 10 Lokal, Luar kota

4. Samino 3,00 6 Lokal, Luar kota

5.

6.

Sutikno Sutrisno

0,60

0,75

3

4

Lokal, Luar kota Lokal, Luar kota

Jumlah Rata-rata 4,23 8,67

Sumber: Data Primer

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah usaha keripik belut di Kabupaten

Sukoharjo terdapat enam unit usaha keripik belut dengan produksi rata-rata

4,23 ton per bulan. Selain jumlah produksi yang besar, usaha ini juga mampu

menampung tenaga kerja yang banyak kurang lebih 9 orang/unit usaha. Usaha

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo mempunyai cakupan pemasaran sampai

ke luar kota, yaitu Solo, Bandung Yogyakarta, Klaten, Jakarta serta

Page 16: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xvi

Kalimantan. Untuk pasar ekspor pemasarannya mencakup negara Singapura

dan Malaysia.

Usaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo sudah berjalan cukup lama

kurang lebih sekitar 28 tahun. Untuk dapat bertahan hingga saat ini usaha

keripik belut int tidak terlepas dari banyaknya masalah yang dihadapi. Dari

segi produk masalah yang dihadapi adalah keripik belut yang dihasilkan tidak

seragam, kemudian untuk memenuhi bahan baku masih sangat kesulitan.

Harga yang dihasilkan masih tergolong relatif mahal jika dibandingkan dari

produk keripik belut yang berasal dari Godean Yogyakarta. Untuk 1 kg

keripik belut yang berasal dari Sukoharjo dijual dengan harga Rp 45.000,00-

Rp 48.000,00/kg sedangkan untuk keripik belut yang berasal dari Yogyakarta

dijual dengan harga Rp 30.000,00 - Rp 45.000,00/kg. Masalah lain yang juga

mempengaruhi pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah

masalah promosi dimana promosi yang dilakukan hanya sebatas dari mulut ke

mulut saja. Untuk cakupan distribusi masih sangat terbatas karena keripik

belut di Kabupaten Sukoharjo dijual dan dinikmati hanya dari kalangan

menengah ke atas saja Melihat dari permasalahan yang ada maka diperlukan

strategi pemasaran yang tepat supaya pemasaran keripik belut di Kabupaten

Sukoharjo dapat terus berjalan dengan baik.

Pemasaran adalah pekerjaan yang paling menentukan dalam setiap

aktivitas usaha. Tanpa pemasaran yang tepat dan benar, hasil budidaya yang

telah dilakukan akan sia-sia. Oleh karena kegiatan pemasaran menyangkut

masalah mengalirnya produk dari produsen ke konsumen maka pemasaran

menciptakan lapangan kerja yang penting bagi masyarakat (Assauri,1987).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi pemasaran keripik belut, baik

faktor internal maupun faktor eksternal. Oleh karena itu, sangat penting

melakukan analisis faktor internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi

yang tepat dalam pemasaran keripik belut. Diharapkan strategi pemasaran ini

dapat memberi arahan dalam pemasaran keripik belut sehingga kepuasan

konsumen tercapai dan produsen mendapatkan keuntungan serta dapat

meningkatkan taraf hidupnya.

Page 17: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xvii

B. Perumusan Masalah

Belut (Monopterus albus) merupakan ikan darat dari keluarga

Synbranchidae dan tergolong ordo Synbranchiodae, yaitu ikan yang tidak

mempunyai sirip atau anggota lain untuk bergerak. Belut mempunyai ciri-ciri

badan bulat panjang seperti ular tetapi tidak bersisik dan kulitnya licin

mengeluarkan lendir. Matanya kecil hampir tertutup oleh kulit. Giginya juga

kecil runcing berbentuk kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di

sekeliling mulutnya. Belut mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip

ekor yang sangat kecil sehingga hampir tidak terlihat oleh mata

(Astawan, 2009).

Banyak cara untuk meningkatkan nilai tambah belut salah satunya

adalah dengan mengolah belut menjadi makanan camilan seperti keripik belut.

Di Kabupaten Sukoharjo, belut hasil olahan seperti keripik belut menjadi

prioritas utama. Keripik belut dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan belut segar. Harga belut segar berkisar antara Rp

20.000,00-Rp25.000,00/kg sedangkan harga keripik belut Rp 45.000,00–Rp

100.000,00/kg. Harga tersebut tergolong cukup mahal jika dibandingkan

dengan produk camilan yang lain.

Masalah utama yang dihadapi oleh industri keripik belut di Kabupaten

Sukoharjo adalah masalah dalam bidang pemasaran. Masalah pemasaran ini

mencakup produk, promosi, distribusi, harga dan persaingan. Produk keripik

belut yang dihasilkan tidak seragam, yaitu besar kecilnya tidak sama. Hal ini

menyebabkan permasalahan pendistribusian dan penetapan harganya berbeda.

Keripik belut di Kabupaten Sukoharjo dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas I,

kelas II dan kelas III. Keripik belut kelas I merupakan keripik belut dengan

ukuran kecil, diolah tanpa tepung dengan rasa yang sangat renyah, jika

digoreng tidak kempis, berwarna kehitaman, biasanya diekspor dan mutunya

bagus harga jualnya sekitar Rp 70.000,00-Rp 100.000,00/kg. Keripik kelas II

adalah keripik belut jenis super memiliki ciri khas belut yang berukuran

sedang, tidak mudah patah, tahan hingga waktu beberapa bulan keripik belut

jenis ini menggunakan sedikit tepung yaitu rosebrand sehingga rasanya

Page 18: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xviii

renyah biasanya dipasarkan hanya untuk daerah lokal saja dengan harga

sekitar Rp 60.000,00–Rp 70.000,00/kg. Keripik belut kelas III jenis keripik

belut biasa memiliki ciri khas belut dengan bentuk agak besar, menggunakan

banyak tepung, agak keras, biasanya menggunakan tepung campuran

rosebrand dengan jenis tepung lain dan hanya dipasarkan untuk lokal saja.

Biasanya dijual dengan harga berkisar Rp 45.000,00–Rp 48.000,00/kg dan

hanya untuk mencukupi kebutuhan lokal saja yaitu hanya untuk daerah

Surakarta dan sekitarnya saja. Untuk keripik belut kelas III harga jualnya

tergolong cukup mahal jika dibandingkan dengan keripik belut yang berasal

dari daerah Godean Yogyakarta. Masalah lain yang dihadapi adalah

ketidakmampuan pengusaha dalam memenuhi bahan baku. Pengusaha harus

mendapatkan stok belut sampai ke daerah Jawa Timur. Promosi yang telah

dilakukan selama ini belum optimal karena informasi mengenai keripik belut

di Kabupaten Sukoharjo hanya dapat diketahui dari mulut ke mulut saja. Hal

ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil penjualan dan keuntungan yang

akan diperoleh. Masalah lain yang dihadapi adalah pendistribusiannya dalam

hal segmentasi pasar, mengakibatkan produk ini tidak dapat dinikmati oleh

kalangan menengah ke bawah karena terkait dengan harga yang telah

ditetapkan.

Persaingan industri keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah

dengan industri keripik belut diluar Kabupaten Sukoharjo. Adanya persaingan

yang semakin ketat baik karena pesaing yang semakin bertambah, produksi

yang banyak dan harga yang relatif masih mahal bagi masyarakat menengah

kebawah, pengusaha keripik belut perlu menerapkan strategi pemasaran yang

lebih tepat agar bisa memenangkan persaingan dan mendukung pemasaran

keripik belut sampai ke luar daerah Kabupaten Sukoharjo. Strategi pemasaran

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan jalannya

proses pemasaran suatu usaha. Apabila strategi pemasaran tidak direncanakan

maka efisiensi dan efektivitas pemasaran produk suatu usaha tidak dapat

tercapai.

Page 19: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xix

Oleh karena itu, perlu adanya suatu strategi pemasaran keripik belut

bagi para pengusaha di Kabupaten Sukoharjo agar dapat mengetahui tindakan

yang tepat yang harus dilakukan oleh pengusaha keripik belut. Penentuan

strategi pemasaran dimulai dari pemahaman terhadap faktor-faktor strategi

(faktor internal dan faktor eksternal) yang berpengaruh dalam pemasaran

keripik belut. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor strategis dalam pemasaran keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo?

2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik

belut di Kabupaten Sukoharjo?

3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut

di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

3. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengalaman dan pengetahuan dalam hal pemasaran keripik belut, di

samping untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat

Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pengusaha, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan acuan dalam rangka peningkatan usaha dan mampu memperbaiki

Page 20: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xx

manajemen usaha keripik belut, terutama dalam menetapkan strategi

pemasaran keripik belut.

3. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi

sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun suatu

kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang terutama dalam

pemasaran usaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

4. Bagi pihak lain, semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber

informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk

penelitian yang sejenis.

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Fatima (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi

Pemasaran Kopi Bubuk Flores Nusa Tenggara Trading co. ltd. (ntc) di

Ruteng Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur

menyimpulkan bahwa tujuan dalam penelitiannya yaitu: (1) kekuatan

internal NV. NTC adalah manajer berpengalaman, persepsi publik terhadap

produk baik, citarasa dan aroma kas, kualitas produk baik, tata letak pabrik

strategis, dan saluran distribusi lancar. Kelemahannya adalah

profesionalisme karyawan masih rendah, harga produk tidak kompetitif,

promosi produk kurang, kemasan berlogo ganda, jaringan pemasaran

terbatas, dan pangsa pasar domestik belum optimal. Sedangkan peluang

eksternalnya adalah preferensi dan pendapatan konsumen, kebijakan

pemerintah, perubahan teknologi, pertumbuhan ekonomi baik, jumlah

penduduk bertambah, dan budaya masyarakat setempat. Ancamannya

adalah persaingan, hambatan perdagangan, kenaikan BBM dan tarif listrik,

nilai tukar berubah-ubah, biaya produksi meningkat, dan dampak negatif

kopi terhadap kesehatan. (2) Alternatif strategi yang memiliki ketertarikan

Page 21: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxi

relatif tertinggi yang direkomendasikan adalah strategi intensif urutan

pertama, integrasi kedua dan terakhir adalah diversifikasi.

Penelitian Adi (2008), dengan judul Strategi Pengembangan

Usahatani Lele Dumbo di Kabupaten Boyolali bertujuan untuk

mengidentifikasi keragaan usahatani lele dumbo di Kabupaten Boyolali,

merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi yang dapat

diterapkan dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di Kabupaten

Boyolali. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan

usahatani lele dumbo di Kabupaten Boyolali yaitu mempertahankan

kualitas, promosi perikanan, jaringan distribusi lele dumbo, kemitraan, dan

penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor; optimalisasi

pemberdayaan, peningkatan jumlah unit-unit pembenihan (Unit

Pembenihan Rakyat) dan perbaikan sarana dan prasarana lokasi budidaya

serta meningkatkan kualitas sumber daya petani secara teknis, moral dan

spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan

daya saing ikan lele dumbo. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam

mengembangkan usahatani lele dumbo di Kabupaten Boyolali adalah

meningkatkan kualitas sumber daya petani secara teknis, moral dan

spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan

daya saing ikan lele dumbo.

Penelitian di atas dijadikan sebagai landasan atau referensi dalam

penelitian ini dengan alasan adanya kesamaan dalam metode pendekatan

analisis yaitu menggunakan analisis pendekatan analisis SWOT dan

memberikan alternatif strategi dalam mengatasi permasalahan yang

dihadapi. Adapun penelitian-penelitian di atas untuk ke depannya dapat

dijadikan sebagai sumber informasi dan gambaran secara komprehensif

sehingga akan mempermudah peneliti untuk menentukan strategi

pemasaran selanjutnya.

B. Tinjauan Pustaka

1. Belut

Belut merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki bentuk tubuh

9

Page 22: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxii

memanjang, tidak bersirip dan bersisik, serta memiliki lapisan lendir

disekujur tubuhnya. Belut dapat ditemukan di perairan dataran tinggi

hingga ke rawa-rawa di dataran rendah, di anak sungai dank anal. Tidak

seperti ikan kebanyakan, belut menyukai tempat-tempat berlumpur, seperti

daerah persawahan atau rawa dan tidak bisa hidup dengan baik pada media

yang yang sepenuhnya air. Pada musim kemarau, mereka mebuat lubang

di dalam tanah yang lembab sebagai upaya untuk tetap hidup tanpa air

(Topan, 2008).

Belut sawah memiliki ciri bentuk badan memanjang seperti ular

tidak bersirip dada dan perut, tidak bersisik, sirip dubur dan sirip

punggung berubah menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari.

Duburnya jauh ke arah belakang. Tubuhnya licin sehingga susah dipegang.

Belut dewasa rata-rata hanya sepanjang 50 cm. Lingkar tubuhnya 5-7 cm

(Ahmad, 2007).

Belut merupakan komoditas perikanan darat yang bergerak dengan

jalan melenggak-lenggokkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Habitatnya di

tempat berlumpur, genangan air tawar, atau aliran air yang kurang deras.

Bentuknya yang seperti ular membuat sebagian orang enggan untuk

melihatnya. Padahal, dagingnya sangat lezat dan dapat diolah menjadi

berbagai makanan yang bergizi tinggi. Selain itu, belut juga memiliki

berbagai khasiat untuk kesehatan (Astawan, 2009).

2. Keripik Belut

Menurut Azahari (2007) selain di konsumsi sebagai menu makanan,

belut juga kerap diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan yang lezat

seperti keripik belut. Keripik belut merupakan sejenis makanan camilan

yang dibuat untuk oleh-oleh dibuat dari belut berukuran kecil dengan

menggunakan campuran bumbu dan tepung ataupun tanpa tepung. Kunci

untuk menghasilkan keripik yang enak, harus dipilih belut tangkapan

disawah, bukan menggunakan belut hasil budidaya yang menggunakan

pakan yang mengandung bahan kimia.

3. Industri Keripik Belut

Page 23: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxiii

Suatu kegiatan industri yang mengolah bahan baku (belut) menjadi

produk olahan makanan seperti keripik belut. Keripik belut merupakan

produk olahan industri rumah tangga. Dari segi rasa dan kualitas tak kalah

dengan produk lainnya, terbukti makanan ini digemari banyak orang.

Permintaan keripik belut berasal dari segala golongan masyarakat mulai

rumah tangga sampai usaha rumah makan. Alasan yang mendasari keripik

belut dinikmati adalah karena belut termasuk kelompok ikan air tawar

yang banyak mengandung protein, setelah diolah menjadi menu makanan

rasanya menjadi gurih selain itu belut juga memiliki manfaat untuk

meningkatkan daya tahan tubuh (Bisnisbali, 2005)

4. Strategi

Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen

puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk

merealisasikannya. Disamping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan

organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh

karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi

mempunyai fungsi multifungsional atau multidimensional dan dalam

perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun

eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004).

Strategi adalah sebuah rencana dasar yang luas dari suatu tindakan

organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Sebuah strategi adalah rencana

yang digunakan sebagai langkah untuk mencapai sasaran yaitu

memenangkan suatu persaingan (Stanton, 1993).

Strategi dapat didefinisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan,

karena suatu strategi pada dasarnya merupakan suatu skema untuk

mencapai sasaran yang dituju (Umar, 2003).

Jauch dan Glueck (1991) membuat strategi model

manajemen menjadi beberapa tahap, yaitu:

a. Mempertimbangkan unsur-unsur manajemen strategi

1) Tujuan perusahaan

Page 24: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxiv

2) Perencanaan perusahaan

b. Meneliti lingkungan eksternal

c. Meneliti lingkungan internal

d. Memilih alternatif strategi

e. Mengalokasikan sumber daya yang ada dan mengorganisasikan sesuai

dengan strategi

f. Membuat kebijakan fungsional dan administrasi

g. Mengevaluasi untuk pembuatan pertimbangan strategi berikutnya

5. Pemasaran

Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan

keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur

seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik

dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan

program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran

berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat

dengan pola jawaban industri (dalam hal ini termasuk industri di bidang

pertanian) yang bersangkutan (Kotler, 1992).

Pengertian tentang pemasaran lazim disebut oleh para usahawan

sebagai penghubung antara produsen dengan para konsumen dengan mana

kedua kepentingan dapat dipertemukan, kepentingan produsen untuk

penjual produk-produk yang telah dihasilkannya dan kepentingan

konsumen untuk memiliki produk-produk tersebut guna memuaskan atau

memenuhi kebutuhannya (Kartasapoetra, 1992).

Konsep pemasaran menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial

dan ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan

konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal

tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak

tergantung pada agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih pada kepentingan

konsumen untuk membeli suatu produk. Menurut Lamb et al (2001),

konsep pemasaran terdiri dari:

Page 25: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxv

a. Fokus pada kemauan dan keinginan konsumen sehingga organisasi

dapat membedakan produknya dari produk yang ditawarkan oleh para

pesaing.

b. Mengintegrasikan seluruh aktivitas organisasi, termasuk di dalamnya

produk untuk memuaskan kebutuhan ini.

c. Pencapaian tujuan jangka panjang bagi organisasi dengan memuaskan

kebutuhan ini.

Menurut Stanton (1991), dalam melakukan pemasaran perlu

diperhatikan strategi pemasaran yang dijalankan perusahaan berkaitan

dengan produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi pemasaran adalah

kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari

sistem pemasaran. Empat variabel tersebut menunjukan pandangan-

pandangan penjual tentang kiat pemasaran yang tersedia untuk

mempengaruhi pembeli, setiap kiat pemasaran dirancang untuk

memberikan manfaat-manfaat bagi pelanggan. Adapun empat variabel

tersebut adalah:

a. Produk

Mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan

yang tepat dipasarkan oleh perusahaan merupakan hal yang sangat

penting. Strategi dibutuhkan untuk mengubah produk yang ada,

merambat yang baru dan mengambil tindakan-tindakan lain yang

mempengaruhi bermacam-macam produk. Keputusan strategi

dibutuhkan untuk pengemasan, penentuan cap dan berbagai segi produk

lainnya.

b. Harga

Dalam menentukan harga, manajemen harus menentukan harga dasar

yang tepat bagi produknya. Manajemen harus menentukan strategi yang

menyangkut pada harga, pembayaran ongkos angkut dan berbagai

variabel yang berhubungan dengan harga.

c. Promosi

Page 26: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxvi

Promosi adalah unsur yang didayagunakan untuk memberitahukan dan

membujuk pasar tentang produk baru perusahaan.

d. Distribusi

Perantara pemasaran pada dasarnya merupakan faktor lingkungan yang

berada di luar jangkauan perusahaan, seseorang eksekutif pemasaran

tetap mempunyai ruang gerak yang luas pada saat ia berhubungan

dengan perantara. Tanggung jawab pemasaran adalah memilih dan

mengelola saluran perdagangan yang dipakai dalam menyalurkan

produk serta mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman dan

penanganan produk secara fisik.

6. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh,

terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan panduan

tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan

pemasaran. Dengan perkataan lain, strategi pemasaran adalah serangkaian

tercapainya tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah

kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu pada masing-masing

tingkatan dan acuan serta alokasinya terutama sebagai tanggapan dalam

menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah

(Assauri, 1987).

Pada dasarnya dalam suatu strategi pemasaran tercakup juga adanya

strategi produk dan strategi pasar dimana kesemuanya ini merupakan

usaha yang dilakukan untuk membiasakan diri secara teratur dalam

memilih pasar beserta produk apa yang akan dipasarkan berdasarkan

pertimbangan pada situasi lingkungan (Afif, 1994).

Menurut Asri (1991), strategi pemasaran adalah wujud rencana yang

terarah dibidang pemasaran untuk memperoleh suatu hasil yang optimal.

Strategi pemasaran terdiri dari unsur-unsur pemasaran terpadu (4P dari

marketing mix yaitu product, price, promotion, dan place) yang selalu

berkembang sejalan dengan gerak dan perubahan lingkungan

pemasarannya serta perubahan perilaku konsumen. Bila tujuan pemasaran

Page 27: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxvii

menguraikan tempat yang akan dituju maka strategi pemasaran

menunjukkan rute yang dilalui untuk mencapai tujuan tersebut.

7. Analisis Lingkungan pemasaran

Lingkungan pemasaran adalah pelaku-pelaku dan kekuatan-kekuatan

yang berada di luar fungsi manajemen. Dengan demikian, akan

mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk

mengembangkan dan membina transaksi yang berhasil dengan para

pelanggan sasarannya (Kotler, 1991). Lingkungan pemasaran meliputi

faktor-faktor eksternal yaitu:

a. Faktor Eksternal

1. Konsumen

Konsumen mempengaruhi industri melalui kemampuan

mereka untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap

kualitas atau jasa yang lebih baik, dan memainkan peran untuk

melawan satu pesaing dengan pesaing yang lainnya

(Hunger dan Wheelen, 2003).

2. Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kemapuan

mereka untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang

atau jasa yang dibeli (Hunger dan Wheelen, 2003).

3. Teknologi

Setiap perusahaan melibatkan sejumlah besar teknologi.

Setiap hal yang dilakukan sebuah perusahaan sudah pasti

melibatkan teknologi jenis tertentu, walaupun ada kenyataan

bahwa satu atau lebih teknologi mungkin tampak mendominasi

produk atau proses produksi (Porter, 1994).

4. Pesaing

Suatu perusahaan dalam jangka panjang akan mampu

bertahan jika berhasil mengembangkan strategi untuk menghadapi

suatu struktur persaingan diantara perusahaan dalam industri,

ancaman dari masuknya pendatang baru, ancaman dari produk

Page 28: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxviii

substitusi, kekuatan tawar menawar dari pembeli dan pemasok,

kelima kekuatan tersebut secara bersama-sama akan menetukan

intensitas persaingan dan potensi kemampuan perusahaan dalam

suatu industri (Porter, 1994).

Ancaman Pendatang Baru

Kekuatan Penawar Kekuatan Penawar Pemasok Pembeli

Gambar 1. Lima Kekuatan Persaingan Sumber: Porter, 1994

b. Faktor Internal

Pemasok

Ancaman Produk atau Jasa Pengganti

Pendatang Baru

Pembeli

Produk Pengganti

Pesaing Industri

Persaingan diantara perusahaan

yang ada

Page 29: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxix

Pemasaran merupakan proses mengalirnya barang dari produsen

ke konsumen. Faktor-faktor internal dapat diidentifikasi dari pihak-

pihak yang terlibat di lembaga pemasaran. Selain itu, juga melibatkan

pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam pemasaran misalnya

pemerintah. Faktor-faktor internal yang diidentifikasi meliputi sumber

daya manusia, keuangan, produksi, pemerintah, dan pemasaran yang

meliputi bauran pemasaran. Bauran pemasaran mengacu pada paduan

strategi produk, distribusi, promosi ,dan harga yang dirancang untuk

menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang

dituju.

1. Sumber Daya Manusia

Faktor sumber daya merupakan faktor yang penting karena

manusia berperan dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang

terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan

aktivitas.

2. Pemasaran

a) Strategi produk (product strategic)

Mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan

pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan

oleh perusahaan. Strategi dibutuhkan untuk mengubah poduk

yang ada, menambah yang baru, dan mengambil tindakan-

tindakan lain yang mempengaruhi bermacam-macam produk

(Stanton, 1993).

b) Strategi distribusi (place strategic)

Strategi distribusi berkaitan dengan upaya membuat

produk dimana konsumen membutuhkannya. Tujuan dari

distribusi adalah untuk memastikan bahwa produk tiba dalam

kondisi layak pakai pada tempat yang dituju pada saat

diperlukan (Stanton, 1993).

c) Strategi promosi (promotion strategic)

Page 30: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxx

Promosi adalah unsur yang didayagunakan untuk

memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru.

Iklan, penjualan perorangan, promosi penjualan merupakan

kegiatan utama promosi (Stanton, 1993).

d) Strategi harga (price strategic)

Dalam menentukan harga, manajemen harus menentukan

harga dasar yang tepat bagi produknya. Manajemen harus

menentukan strategi yang menyangkut potongan harga,

pembayaran ongkos angkut, dan berbagai variabel yang

bersangkutan harga (Stanton, 1993).

3. Keuangan

Kondisi keuangan sering dianggap satu-satunya barometer

terbaik dalam melihat dalam posisi bersaing. Termasuk

didalamnya adalah modal kerja, pemanfaatan harta, dan

keuntungan (David, 2004).

4. Produksi

Faktor produksi terdiri dari semua aktivitas yang mengubah

input menjadi output. Kegiatan produksi meliputi prinsip efisiensi,

efektifitas dan produktivitas (Umar, 2003).

5. Pemerintah

Pemerintah mempengaruhi tingkat aktivitas persaingan

sehingga pemerintah layak diperhitungkan karena kekuatan

pemerintah dapat mempengaruhi semua industri.

(Hunger dan Wheelen, 2003).

8. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan suatu strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang

dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (oportunities),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses)

dan ancaman (threats). Dalam pengambilan keputusan strategis harus

terlebih dahulu menganalisis faktor-faktor strategisnya (kekuatan,

Page 31: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxxi

kelemahan, peluang dan ancaman) ini disebut dengan Analisis Situasi.

Model yang paling populer untuk menganalisis situasi adalah analisis

SWOT (Rangkuti, 2001).

9. Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-

faktor strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Matriks SWOT merupakan perangkat pencocokan yang penting yang

mengembangkan empat tipe strategi. strategi SO (Strengths-

Opportunities), strategi WO (Weakness-Opportunities), strategi ST

(Strenghts-Threats) dan strategi WT (Weakness-Threats). Mencocokkan

faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian yang paling

sulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian

yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling baik

(Rangkuti, 2001).

10. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang

didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal

dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari

masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif

dari masing-masing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal

(David, 2004).

QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi

untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif,

berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah

diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah

untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative attractiveness) dari

strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan

strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Seperti

Page 32: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxxii

alat analisis untuk memformulasikan strategi lainnya, QSPM juga

membutuhkan intuitive judgement yang baik (Umar, 2003).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Daerah Tingkat II di

Provinsi Jawa Tengah yang telah mengalami kemajuan dalam perekonomian.

Meskipun kegiatan perekonomian di masing-masing sektor telah mengalami

peningkatan, tetapi hanya beberapa sektor saja yang menonjol dalam kegiatan

perekonomian.

Salah satu kegiatan industri pengolahan bahan pangan di Kabupaten

Sukoharjo adalah pengolahan belut. Keripik belut merupakan hasil olahan dari

belut segar dengan penambahan bumbu-bumbu serta tepung beras maupun

tanpa tambahan tepung beras dalam penggorengannya sehingga lebih lezat.

Keripik belut banyak dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan baik di pasar

tradisional maupun modern. Rasa khas dan nilai gizi belut telah membuat

banyak konsumen menggemarinya, hal ini menjadi pendorong tingginya

permintaan belut hidup maupun dalam bentuk olahan seperti keripik belut.

Pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

memiliki kekuatan dan kelemahan, tetapi juga peluang maupun ancaman.

Faktor-faktor tersebut sangat penting diidentifikasikan sebagai pertimbangan

alternatif strategi dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki

Kabupaten Sukoharjo.

Pada tahap awal sebelum merumuskan strategi perlu dilakukan:

1. Analisis Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal

Proses perumusan strategi dirancang untuk mengarahkan pemasar

dalam mencapai tujuan. Penentuan strategi yang cocok atau tepat harus

dimulai dengan mengidentifikasi, menganalisa, dan mendiagnosa faktor

eksternal dan faktor internal. Ini penting agar pemasar mampu menghadapi

situasi dan kondisi lingkungan yang selalu berubah-ubah. Suatu perubahan

lingkungan dapat merupakan suatu peluang bagi peningkatan pemasaran

maupun ancaman apabila pemasar tidak mampu menyesuaikan kegiatan

pemasaran. Oleh sebab itu pemasar dituntut untuk selalu bersikap

Page 33: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxxiii

tanggap dan adaptif, selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan

keadaan lingkungan.

Faktor eksternal ini meliputi pemerintah, pelanggan pemasok, dan

pesaing. Dalam bukunya Freud menekankan bahwa faktor-faktor eksternal

tersebut harus: (1) penting bagi pencapaian tujuan jangka panjang dan

sasaran tahunan, (2) dapat diukur, (3) berlaku bagi semua perusahaan yang

bersaing, (4) hirarkis dalam arti beberapa faktor akan berkaitan dengan

keseluruhan perusahaan dan beberapa yang lain akan terpusatkan pada

bidang-bidang fungsional atau divisional. Sedangkan untuk faktor internal

yaitu pemasaran (produk, harga, promosi, dan distribusi), sumber daya

manusia, produksi, dan keuangan.

2. Perumusan Strategi Pemasaran

Untuk merumuskan strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo digunakan analisis SWOT dan

matriks SWOT. Matriks SWOT menggambarkan bagaimana peluang dan

ancaman dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan sehingga

dihasilkan rumusan strategi pemasaran keripik belut. Rumusan strategi ini

akan menghasilkan empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian

kekuatan dan peluang (SO), kelemahan dan peluang (WO), kekuatan dan

ancaman (ST) serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman (WT).

Analisis strategi pemasaran meliputi kegiatan menyeleksi dan

penjelasan satu atau beberapa target pasar dan pengembangan serta

memelihara suatu bauran pemasaran yang meliputi tempat yang strategis

(place), produk yang bermutu (product), harga yang kompetitif (price) dan

promosi yang gencar (promotion).

3. Strategi Pemasaran Yang Paling Efektif

Dari beberapa alternatif strategi tersebut perlu dilakukan penilaian

atau evaluasi untuk memutuskan prioritas strategi yang dapat

dilaksanakan. Pada tahap pemilihan strategi/keputusan (decision stage) ini

alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah Quantitative Strategic

Planning Matriks (QSPM). QSPM memungkinkan perencana strategi

mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif. Hasil dari aternatif strategi

Page 34: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxxiv

(Matriks SWOT) tersebut kemudian akan dipilih strategi yang terbaik

yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut yang lebih objektif

dan intuisi yang baik dalam matriks QSP. Hasil matriks QSP akan

memperlihatkan skor. Skor yang tertinggi menunjukkan bahwa alternatif

strategi tersebut penting sebagai prioritas utama untuk diterapkan sehingga

menghasilkan umpan balik (feed back) yang akan dipertimbangkan dalam

keberlanjutan tersebut.

Sentra Keripik Belut

Pemasaran Keripik Belut

Analisis Lingkungan Pemasaran

Page 35: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxxv

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah

D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Informan kunci adalah pengusaha keripik belut itu sendiri dan

orang yang intensif menyatu serta terlibat secara aktif pada

lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian penelitian.

Termasuk pemasok, konsumen, instansi pemerintah, lembaga

pemasaran, dan pesaing.

Faktor Eksternal 1. Pemerintah 2. Konsumen 3, Pemasok 4. Pesaing 5. Lembaga Pemasaran

Faktor Internal a. Sumber daya manusia b. Pemasaran

· Harga · Distribusi · Promosi · Produk

c. Keuangan d. Produksi

(Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) (Analisis SWOT)

Prioritas Strategi Pemasaran Keripik Belut Matriks QSP

Alternatif Strategi Pemasaran Keripik Belut ( Matriks SWOT )

Strategi Pemasaran yang Efektif

Page 36: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxxvi

2. Pemasaran adalah proses mengalirnya barang dari produsen

sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna

bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses

pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan.

3. Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang berperan

menyalurkan keripik belut dalam pemasaran dari produsen ke

konsumen

4. Visi adalah keadaan masa depan suatu organisasi yang mungkin

terjadi dan diinginkan yang mencakup tujuan khusus.

5. Misi perusahaan adalah sasaran khusus yang membedakan

perusahaan itu dengan perusahaan sejenis.

6. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan

dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi

sebuah aktivitas usaha dalam kurun waktu tertentu.

7. Strategi pemasaran merupakan respon secara terus menerus yang

dilakukan melalui analisis kekuatan (strength), kelemahan

(weakness), peluang (oppurtinities), dan ancaman (threath) pada

tiap-tiap komponen pemasaran meliputi harga, produk, distribusi,

dan promosi.

8. Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar industri pengolahan

belut yang mempengaruhi usaha pemasaran keripik belut dan

pada umumnya belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Meliputi

pemerintah, pelanggan, pemasok, dan pesaing.

9. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam suatu

industri pengolahan belut yang mempengaruhi usaha pemasaran

keripik belut secara keseluruhan dan pada umumnya dapat

dikendalikan. Meliputi sumber daya manusia, pemasaran (harga,

distribusi, promosi, produk), kondisi keuangan, produksi.

10. Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam pemasar

dan merupakan keunggulan bagi usaha pemasaran keripik belut.

11. Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam pemasar

dan merupakan keterbatasan/ kekurangan bagi usaha

pemasaran Keripik belut.

Page 37: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxxvii

12. Peluang adalah faktor-faktor yang berasal dari luar pemasar dan

bersifat menguntungkan bagi pelaksanaan pemasaran keripik

belut.

13. Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar pemasar dan

bersifat mengganggu bagi pelaksanaan pemasaran keripik belut.

14. SWOT merupakan suatu alat analisis situasi yang menguji kondisi

internal dan eksternal untuk mengidentifikasi kekuatan (strength),

kelemahan (weakness), peluang (oppurtinities), dan ancaman

(threath).

15. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan suatu strategi. Dengan menggunakan alat

Matriks SWOT yaitu matriks yang digunakan untuk menyusun

berbagai alternatif strategi pemasaran.

16. QSPM (Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif) adalah alat yang

digunakan untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif

untuk menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam

pemasaran keripik belut.

E. Pembatasan Masalah

1. Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik belut, pemasok,

konsumen, pemerintah, pesaing dan lembaga pemasaran.

2. Penelitian ini memfokuskan pada sentra industri keripik belut di

Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

3. Lingkungan eksternal yang dibahas meliputi aspek pemerintah, pelanggan,

pemasok, pesaing dan lembaga pemasaran.

4. Lingkungan internal yang dibahas meliputi aspek sumber daya manusia

(personel), aspek pemasaran, aspek keuangan dan aspek produksi.

5. Analisis faktor internal dan eksternal menggunakan analisis kualitatif yang

disajikan dari hasil wawancara dengan responden dan hasil pengamatan

selama penelitian.

Page 38: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxxviii

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

status kelompok suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini

adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara

fenomena yang diselidiki. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun,

dijelaskan, kemudian dianalisis (Nazir, 2003).

B. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja atau purposive yaitu

penentuan daerah sampel yang diambil secara sengaja berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian

(Singarimbun dan Effendi, 1997).

Tabel 3. Jumlah Industri Keripik belut di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009

No. Kecamatan Jumlah Industri Keripik Belut (unit)

1. Sukoharjo - 2. Bendosari - 3. Grogol - 4. Mojolaban - 5. Polokarto - 6. Kartasura - 7. Baki 6 8. Gatak - 9. Nguter - 10. Tawangsari - 11. Bulu - 12. Weru -

Sumber : Data Primer

Tabel 3 menunjukkan bahwa industri keripik belut di Kabupaten

Sukoharjo hanya diproduksi di Kecamatan Baki dengan jumlah industri

sebanyak 6 unit usaha.

26

Page 39: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xxxix

2. Metode Penentuan Responden

a. Penentuan Sampel /Responden untuk Perumusan Strategi

1) Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis

Menurut Bungin (2003), penelitian kualitatif bertolak dari

asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan

kompleks. Didalamnya terdapat regularitas atau pola tertentu,

namun penuh dengan variasi atau keragaman. Data atau informasi

harus ditelusuri seluas-luasnya dan sedalam mungkin sesuai

dengan variasi yang ada. Maka, dalam prosedur sampling yang

terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key

informan) yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.

Untuk memilih informan kunci lebih tepat dilakukan secara

sengaja (purposive sampling) yaitu pengusaha keripik belut yang

ulet dan berpengalaman dalam usaha ini.

Informan kunci (key informan) merupakan pengusaha keripik

belut yang ulet dan berpengalaman dalam usaha ini. Dengan

wawancara secara mendalam (indepth interview) kepada informan

kunci diperoleh informasi mengenai faktor-faktor internal dan

eksternal yang dapat diidentifikasikan menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman dalam pemasaran keripik belut

di Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya untuk mencari kedalaman

informasi ditelusuri melalui teknik Snowball Sampling yang

dimulai dari informan kunci tersebut, sehingga dapat diperoleh

responden lainnya yang dapat menjelaskan faktor-faktor internal

dan eksternal, yaitu mulai dari pemasok, konsumen, pemerintah,

lembaga pemasaran dan pesaing.

2) Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik (AS) dalam Matriks QSP.

Penentuan bobot dan AS dilakukan dengan terlebih dahulu

menyusun kuisioner yang berisi faktor-faktor internal (kekuatan

dan kelemahan) dan ekternal (peluang dan ancaman) serta

alternatif strategi yang akan dipertimbangkan untuk menjadi

Page 40: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xl

prioritas strategi dalam pemasaran keripik belut di Kabupaten

Sukoharjo. Pengambilan responden dilakukan secara purposive

sampling (sengaja) yaitu orang-orang yang telah cukup lama dan

masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi

perhatian peneliti. Responden tersebut dapat membantu menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam

penelitian yang sedang dilakukan. Untuk penentuan bobot dan nilai

daya tarik dapat dilakukan dengan memberi bobot pada setiap

faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat penting) jumlah

seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. Memeriksa

matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif yang

harus dipertimbangkan untuk diterapkan. Menentukan nilai daya

tarik (AS) yang didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan

daya tarik relatif masing-masing strategi pada suatu rangkaian

alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan memeriksa

masing-masing faktor eksternal atau faktor internal, satu per satu,

sambil mengajukan pertanyaan, “Apakah faktor ini mempengaruhi

pilihan strategi yang dibuat?” Jika jawaban atas pertanyaan

tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus dibandingkan

secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, nilai daya tarik

harus diberikan pada masing-masing strategi untuk menunjukkan

daya tarik relatif suatu strategi terhadap yang lain, dengan

mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan nilai daya tarik yaitu:

1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik; dan 4 = sangat

menarik. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, hal

tersebut menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak

mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh karena

itu, jangan beri nilai daya tarik pada strategi-strategi dalam

rangkaian tersebut. Menghitung TAS (Total Nilai Daya Tarik).

Kemudian menghitung jumlah total nilai daya tarik, jumlah total

nilai daya tarik mengungkapkan strategi yang paling menarik

Page 41: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xli

dalam rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan

semakin menarik strategi tersebut.

Responden yang digunakan dalam penentuan bobot dan AS

adalah:

a) Pengusaha keripik belut adalah orang yang terlibat dalam

pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 6

orang.

b) Pemasok belut yang terlibat dalam pemasaran 2 orang.

c) Konsumen keripik belut yaitu pihak yang membeli dan

mengkonsumsi keripik belut 5 orang.

d) Dinas Perikanan Kabupaten Sukoharjo dan Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo diambil 1 orang.

e) Lembaga Pemasaran yang terdiri dari pedagang pengumpul

sebanyak 3 orang.

f) Pesaing sebanyak 2 orang.

g) Pengecer sebanyak 1 orang.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari

sumber data oleh peneliti (Surakhmad,1994). Pada penelitian ini, data

primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan

kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait

dengan penelitian ini. Data tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Sukoharjo, kantor kecamatan dan desa, serta literatur-literatur lain yang

terkait.

Page 42: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xlii

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan

melakukan wawancara langsung kepada responden yang didasarkan pada

daftar pertanyaan atau kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas

mengenai daerah yang akan diteliti.

3. Pencatatan

Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pencatatan terhadap

hasil wawancara pada kuisioner maupun data yang diperoleh dari sumber

data sekunder yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang

saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,

analisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini

terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk

memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat

kaitan antara variabel-variabel yang ada (Mardalis, 2004).

2. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman), analisis faktor internal

bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal kunci yang

menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam pemasaran keripik belut. Faktor

internal yang dianalisis meliputi sumber daya manusia, pemasaran, kondisi

keuangan, dan produksi/operasional. Sedangkan analisis faktor eksternal

bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kunci yang

menjadi peluang dan ancaman bagi pemasaran keripik belut. Faktor

Page 43: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xliii

eksternal yang dianalisis meliputi kondisi perekonomian, sosial dan

budaya, politik dan hukum, teknologi dan persaingan.

Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor

internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dalam pemasaran

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo digunakan analisis SWOT. Analisis

SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi pemasaran keripik belut. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats).

3. Alternatif Strategi

Untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo digunakan analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT

dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari

faktor eksternal yang dihadapi oleh suatu usaha industri dapat disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT

digambarkan ke dalam Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif

strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi

kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T

strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies).

Tabel 4. Matriks SWOT

Strenght (S)

Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Weakness (W)

Menentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O)

Menentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal

Strategi S-O

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T)

Menentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi S-T

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2001

Page 44: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xliv

Delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang dibangun

melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut :

a. Menuliskan peluang faktor eksternal kunci dalam pemasaran keripik

belut.

b. Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci dalam pemasaran keripik

belut.

c. Menuliskan kekuatan faktor internal kunci dalam pemasaran keripik

belut.

d. Menuliskan kelemahan faktor internal kunci dalam pemasaran keripik

belut.

e. Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor

eksternal dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah ditentukan.

f. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah ditentukan.

g. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi S-T dalam sel yang sudah ditentukan.

h. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-T dalam sel yang sudah ditentukan.

4. Prioritas Strategi

Untuk menentukan prioritas strategi dalam pemasaran keripik belut

di Kabupaten Sukoharjo digunakan analisis Matriks QSP. Matriks QSP

digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling

cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang

memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang

paling baik.

Page 45: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xlv

Tabel 5. Matriks QSP

Alternatif Strategi

Strategi I Strategi 2 Strategi 3 Faktor Faktor

Kunci Bobot

AS TAS AS TAS AS TAS Faktor-Faktor Kunci Internal

Total Bobot

Faktor-Faktor Kunci Eksternal

Total Bobot

Jumlah Total Nilai Daya Tarik Sumber : David, 2004

Enam tahapan dalam pembuatan matriks QSP yang harus dilakukan

adalah sebagai berikut :

a. Membuat daftar peluang/ancaman dari faktor eksternal dan kekuatan/

kelemahan faktor internal.

b. Memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0

(amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor

tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.

c. Memeriksa matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif

yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan.

d. Menentukan Nilai Daya Tarik (AS) yang didefinisikan sebagai angka

yang menunjukkan daya tarik relatif masing-masing strategi pada

suatu rangkaian alternatif tertentu. Nilai Daya Tarik ditentukan

dengan memeriksa masing-masing faktor eksternal atau faktor

internal, satu per satu, sambil mengajukan pertanyaan, “Apakah

faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika jawaban

atas pertanyaan tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus

dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, Nilai

Daya Tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk

menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi terhadap yang lain,

dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan Nilai Daya

Tarik adalah : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = wajar

Page 46: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xlvi

menarik; dan 4 = sangat menarik. Jika jawaban atas pertanyaan

tersebut adalah tidak, hal tersebut menunjukkan bahwa masing-

masing faktor kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus

yang dibuat. Oleh karena itu, jangan beri Nilai Daya Tarik pada

strategi-strategi dalam rangkaian tersebut.

e. Menghitung TAS (Total Nilai Daya Tarik). Total Nilai Daya Tarik

didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah b) dengan

Nilai Daya Tarik di masing-masing baris (langkah d). Total Nilai

Daya Tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing

strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari

faktor keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan.

Semakin tinggi Nilai Total Daya Tarik, semakin menarik strategi

alternatif tersebut.

f. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik. Jumlah Total Nilai Daya

Tarik (STAS) mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam

rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin

menarik strategi tersebut. Besarnya perbedaan di antara Jumlah Total

Nilai Daya Tarik dalam suatu rangkaian strategi-strategi alternatif

menunjukkan tingkat relatif dikehendakinya suatu strategi daripada

yang lain.

Page 47: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xlvii

IV.KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi

Jawa Tengah yang letaknya diapit oleh enam kabupaten/kota, yaitu :

Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri

Sebelah Barat : Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali

Secara astronomi Letak daerah Kabupaten Sukoharjo adalah :

Bagian Ujung Sebelah Timur : 110 57' 33,70'' BT

Bagian Ujung Sebelah Barat : 110 42' 6,79" BT

Bagian Ujung Sebelah Utara : 7 32' 17,00" LS

Bagian Ujung Sebelah Selatan : 7 49' 32,00" LS

Wilayah Kabupaten Sukoharjo memiliki ketinggian tempat yang

bervariasi yaitu 89–125 meter di atas permukaan laut dengan ketinggian

rata-rata 108 meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian

0–100 meter di atas permukaan laut sebesar 459,12 km2 (98,38 persen)

dan wilayah dengan ketinggian 101–500 sebesar 7,54 km2 (1,62 persen).

Rata-rata temperatur di Kabupaten Sukohajo adalah 320C dan rata-rata

curah hujan adalah 72 mm/bln, serta kelembaban udara sebesar 88%.

Menurut Schmidt Ferguson, Kabupaten Sukoharjo termasuk daerah tipe

hujan C atau agak basah.

Kabupaten Sukoharjo mempunyai 12 kecamatan yaitu Weru, Bulu,

Tawangsari, Sukoharjo, Nguter, Bendosari, Polokarto, Mojolaban, Grogol,

Baki, Gatak, dan Kartasura. Keadaan geografis di Kabupaten Sukoharjo

cocok untuk pengembangan sektor pertanian, baik mulai dari sub sektor

tanaman pangan, sub sektor perkebunan,sub sektor peternakan dan sub

sektor perikanan. Banyak komoditi pertanian yang dapat dibudidayakan di

Kabupaten Sukoharjo yaitu tanaman pangan (padi, jagung, kacang

Page 48: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xlviii

panjang, cabai, pisang, jambu, dan lainnya), perkebunan (kelapa, kapuk,

jambu mete, tebu, dan lainnya), peternakan (sapi, kerbau, kambing, ayam

ras, itik dan lainnya) dan perikanan (karper, tawes, nila merah, belut, dan

lainnya).

2. Luas Wilayah

Secara administrasi Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12

kecamatan yang terdiri dari 167 desa/kelurahan. Luas wilayah Kabupaten

Sukoharjo adalah 46.666 Ha atau sekitar 1,43% luas wilayah Propinsi

Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu

6.218 Ha (13%), sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kartasura

yaitu 1.923 Ha (4%) dari luas wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Menurut penggunaan lahannya Kabupaten Sukoharjo terdiri dari

lahan sawah sebesar 21.111 Ha (45,24%) dan lahan bukan sawah sebesar

25.555 Ha (54,76%). Lahan sawah terdiri dari sawah yang mempunyai

irigasi teknis dengan luas sebesar 14.813 Ha (70,17%), irigasi setengah

teknis sebesar 1.897 Ha (8,98%), irigasi sederhana sebesar 1.937 Ha

(9,18%), dan sawah tadah hujan sebesar 2.464 Ha (11,67%). Sedangkan

lahan bukan sawah terdiri dari tanah kering sebesar 24.457 Ha (95,70%),

hutan negara sebesar 390 Ha (1,53%), dan perkebunan negara 708 Ha

(2,77%).

B. Keadaan Penduduk

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2008 adalah

831.613 jiwa yang terdiri dari 414.292 laki-laki (49,48%) dan 422.987

perempuan (50,52%). Dibandingkan tahun 2007, maka terdapat

pertambahan penduduk sebanyak 5.666 jiwa atau mengalami pertumbuhan

sebesar 0,68%.

Kepadatan penduduk dalam kurun waktu tahun 2003-2008

cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah

penduduk. Pada tahun 2008 kepadatan penduduk Kabupaten Sukoharjo

yaitu sebesar 1.794 jiwa setiap km2. Disisi lain penyebaran penduduk

Page 49: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xlix

masih belum merata, Kecamatan Kartasura paling padat penduduknya

yaitu 4.681 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan Nguter merupakan

Kecamatan yang paling jarang kepadatan penduduknya yaitu 1.173 jiwa

per km2.

Jumlah kelahiran selama tahun 2008 yaitu sebesar 10.321 jiwa,

terdiri dari 5.411 laki-laki dan 4.910 perempuan. Sedangkan jumlah angka

kematian selama tahun 2008 yaitu sebesar 5.175 jiwa yang terdiri dari

2.646 laki-laki dan perempuan 2.529 perempuan.

2. Komposisi Penduduk

a. Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat

mempengaruhi besarnya tenaga yang dibutuhkan dalam pembangunan.

Karena besarnya tenaga yang dihasilkan antara laki-laki dan

perempuan itu berbeda. Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi

penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2004-2008

Jumlah Penduduk Berjenis Kelamin (jiwa) Tahun

Laki-laki Perempuan Total

2004 402.725 412.364 815.089

2005 405.831 415.382 821.213

2006 408.506 417.783 826.289

2007 411.340 420.273 831.613 2008 414.292 422.987 837.279

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo, 2008

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa jumlah penduduk laki-

laki dan perempuan yang terkecil terjadi pada tahun 2004 yaitu

402.725 jiwa untuk penduduk laki-laki dan 412.364 jiwa untuk

penduduk perempuan. Sedangkan jumlah penduduk terbesar pada

Page 50: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

l

tahun 2008 yaitu 414.292 jiwa untuk penduduk laki-laki dan 422.987

jiwa untuk penduduk perempuan. Dari tabel di atas diketahui bahwa

jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo setiap tahunnya mengalami

peningkatan. Hal ini terjadi karena angka kelahiran setiap tahunnya

juga mengalami peningkatan.

b. Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk di Kabupaten Sukoharjo menurut

golongan umur juga akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan

di wilayah tersebut. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif

dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu

penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih

dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk

yang berusia 15-64 tahun. Penduduk dengan jumlah usia non produktif

yang banyak akan menghambat potensi penduduk usia produktif,

karena dengan banyaknya penduduk non produktif yang harus mereka

tanggung sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk

kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk usia

non produktif. Komposisi penduduk Kabupaten Sukoharjo berdasarkan

kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2008

No. Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Angka Beban Tanggungan (%) 1. 0 – 14 176.712 2. 15 – 64 584.603 3. ≥ 65 75.964

Total 837.279 43,22

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo, 2008

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa jumlah penduduk usia

produktif lebih besar dibandingkan jumlah penduduk usia

nonproduktif. Rasio beban tanggungan sebesar 43,22% yang berarti

bahwa tiap 100 jiwa kelompok penduduk produktif harus menanggung

43,22 jiwa (≈ 43 jiwa) kelompok yang tidak produktif. Melihat

Page 51: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

li

keadaan tersebut, maka dapat mendukung dalam usaha keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo karena pada usia produktif sumbangan tenaga

dan pikiran yang besar sangat diperlukan dalam pemasaran keripik

belut ini agar dapat meningkatkan perekonomian di Kabupaten

Sukoharjo.

c. Menurut Lapangan Usaha

Pembangunan di suatu wilayah akan berhasil dapat dilihat dari

tingkat penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya.

Besarnya penyerapan tenaga kerja akan dapat meningkatkan

pendapatan per kapita penduduk, sehingga dapat menyejahteraan

hidup penduduk suatu wilayah. Komposisi penduduk di Kabupaten

Sukoharjo menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No Lapangan Usaha Jumlah Penduduk

(jiwa)

Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan Jasa & Pemerintah

85.560 1.359

103.946 634

26.741 105.776 18.533

5.950 63.663

20,76 0,32

25,22 0,15 6,49

25,66 4,50 1,44

15,45

Jumlah Total 412.162 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo, 2008

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa banyaknya penduduk di

Kabupaten Sukoharjo yang bekerja di sektor pertanian adalah 85.560

orang atau 20,76% baik sebagai petani sendiri maupun buruh tani,

sedangkan penduduk yang bekerja di sektor industri sebesar 103.946

orang atau 25,22% sebagai buruh. Penduduk di Kabupaten Sukoharjo

yang bekerja di sektor industri lebih besar daripada di sektor pertanian

karena semakin meningkatnya jumlah industri di Kabupaten Sukoharjo

Page 52: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lii

sehingga banyak penduduk yang beralih dari petani menjadi buruh di

pabrik.

Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya

manusia yang sangat dibutuhkan dalam berbagai hal pembangunan

sehingga untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil sangat terkait

dengan pendidikan. Pencari kerja di Kabupaten Sukoharjo terbanyak

adalah lulusan SLTA, sedangkan pekerja terbanyak di bidang industri

tekstil (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2008).

C. Keadaan Perekonomian

1. Produk Domestik Regional Bruto/PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2007 dan 2008 atas

dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Sukoharjo untuk setiap

sektornya diperlihatkan pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 2000 menurut Sektor Perekonomian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007–2008 (dalam Jutaan Rupiah)

No. Sektor 2007 2008 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan Jasa & Pemerintah

876.494,85 (20,24)

34.974,08 (0,81)

1.303.210,93 (30,09)

44.464,42 (1,03)

181.345,44 (4,19)

1.206.521,86 (27,86)

189.071,35 (4,37)

146.162,75 (3,37)

348.747,28 (8,05)

920.118,11 (20,26)

35.355,30 (0,78)

1.359.291,24 (29,94)

46.449,85 (1,02)

190.859,79 (4,20)

1.263.767.82 (27,83)

198.992,58 (4,38)

156.912,96 (3,46)

369.003,89 (8,13)

Total PDRB 4.330.992,96 (100,00)

4.540.751,53 (100,00)

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Keterangan : Angka dalam kurung merupakan persentase PDRB tiap sektor perekonomian terhadap total PDRB

Page 53: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

liii

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa besarnya PDRB tahun 2007

dan 2008 pada tiap sektor perekonomian sebagian besar mengalami

peningkatan meskipun tidak terlalu tinggi peningkatannya. Dari Tabel di

atas diketahui bahwa pada tahun 2007 dan 2008 sektor industri pengolahan

memiliki persentase terbesar dalam sumbangannya terhadap PDRB

Kabupaten Sukoharjo yaitu 29,94 persen untuk tahun 2007 dan tahun

2007. Hal ini karena sektor industri pengolahan merupakan sektor yang

relatif besar dalam menghasilkan output. Output sektor industri

pengolahan tergolong relatif besar karena sektor industri pengolahan

mampu mengolah produk, baik itu sebagai barang konsumsi maupun

barang produksi, yang dapat digunakan oleh sektor lain.

Sektor pertanian menduduki urutan ketiga dalam pembentukan

PDRB Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar 20,24 persen pada tahun 2007

dan naik menjadi 20,26 persen pada tahun 2008. Dan yang terkecil

sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo adalah sektor

pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 0,81 persen pada tahun 2007

dan 0,78 persen pada tahun 2008.

2. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan perkapita merupakan nilai pendapatan per penduduk

pada suatu wilayah pada suatu tahun. Pendapatan perkapita merupakan

salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Pendapatan perkapita

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pendapatan Perkapita Kabupaten Sukoharjo ADHK 2000 Tahun 2006 – 2007

Uraian 2006 2007 PDRB (Jutaan Rupiah) Penduduk Pertengahan Tahun PDRB Perkapita (Rupiah)

832.383,23 824.012

5.000.457,92

876.494,85 829.266

5.222.682,42

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa pendapatan perkapita

Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2006 ke

tahun 2007 mengalami peningkatan. Pendapatan perkapita atas dasar harga

Page 54: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

liv

konstan tahun 2000 meningkat dari Rp 5.000.457,92 pada tahun 2006

menjadi Rp 5.222.682,42 pada tahun 2007. Dilihat dari pendapatan

perkapita Kabupaten Sukoharjo yang meningkat tersebut maka dapat

diketahui bahwa pembangunan wilayah yang dilakukan di Kabupaten

Sukoharjo telah mampu meningkatkan pendapatan perkapita penduduk

Kabupaten Sukoharjo.

D. Keadaan Sektor Pertanian

Sektor pertanian dibagi menjadi lima sub sektor, yaitu sub sektor

tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan,

sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan. Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Tahun 2006 dan 2007 ADHK Tahun 2000 di Kabupaten

Sukoharjo untuk setiap sub sektor pada sektor pertanian diperlihatkan pada

Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 2000 menurut Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007 – 2008 (dalam Jutaan Rupiah)

No. Subsektor 2007 2008 1. 2. 3. 4. 5.

Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

674.218,78 642.656,95 25.767,37 22.269,87 147.104,72 138.159,61 22.795,32 22.582,13 6.608,67 6.714,68

705.569,95 28.572,14 156.202,90 22.622,66 7150,45

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa besarnya nilai PDRB setiap sub

sektor pertanian cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai

tahun 2008 kecuali sub sektor perikanan. Hal ini menandakan bahwa potensi

masing-masing sub sektor pada sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo

cukup baik.

1. Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu sektor

dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat.

Kabupaten Sukoharjo sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang

Page 55: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lv

memiliki potensi cukup baik. Jenis-jenis komoditi tanaman bahan

makanan di Kabupaten Sukoharjo tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007 (Rupiah)

Jenis Komoditi 2007 Padi Jagung Ubi Kayu Kedelai Rambutan Pisang Pepaya Kacang Panjang Cabe Besar Tomat

700.835.720.000,00 38.072.780.746,67 80.657.058.541,67

135.736.875,00 1.262.950.000,00

130.848.791.015,60 1.696.251.360,00 1.781.015.000,00 1.746.000.000,00

31.500.000,00 Total 957.067.803.538,93

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten SukoharjoTahun 2007

Selain tanaman padi dan palawija, serta sayur-sayuran, jenis-jenis

komoditi tanaman bahan makanan juga meliputi komoditi buah-buahan.

Nilai produksi padi di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 adalah

Rp 700.835.720.000,00 dan menduduki urutan terbesar. Hal ini karena

padi merupakan bahan pangan pokok dan juga Kabupaten Sukoharjo

merupakan salah satu kabupaten penyandang pangan di Provinsi Jawa

Tengan sehingga produksinya terus ditingkatkan. Jenis buah-buahan yang

nilai produksinya terbesar adalah pisang, tingginya produksi pisang karena

didukung kondisi iklim dan lahan yang sesuai. Selain itu, tanaman pisang

merupakan tanaman yang membutuhkan perawatan relatif mudah sehingga

banyak petani yang mengusahakannya, baik di lahan sawah, lahan kering,

maupun di pekarangan rumah. Sedangkan nilai produksi terkecil adalah

tomat yaitu sebesar Rp 31.500.000,00.

2. Subsektor Tanaman Perkebunan

Perkebunan merupakan sektor yang mengusahakan tanaman

perkebunan baik tanaman tahunan maupun tanaman semusim.

Page 56: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lvi

Tanaman perkebunan mempunyai peranan sebagai salah satu sumber

devisa sektor pertanian, penyedia bahan baku industri sehingga dapat

mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri serta berperan dalam

kelestarian lingkungan hidup. Jenis-jenis komoditi perkebunan di

Kabupaten Sukoharjo tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jenis-jenis Komoditi Perkebunan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Jenis Komoditi Produksi (Ton) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Kelapa Cengkeh Kapuk Mete Tebu Tembakau Jawa Empon-empon Wijen

551,96 0,65

58,46 51,47

3.823,52 3.236,97 1.278,23

15,26

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa pada tahun 2008

tanaman perkebunan di Kabupaten Sukoharjo yang memiliki produksi

terbesar adalah tebu yaitu sebesar 3.823,52 ton, selanjutnya disusul

komoditi Tembakau Jawa sebesar 3.236,97 ton dan empon-empon sebesar

1.278,23 ton. Sedangkan tanaman perkebunan di Kabupaten Sukoharjo

yang produksinya terkecil adalah cengkeh dengan produksi sebesar 0,65

ton.

3. Subsektor Peternakan

Peternakan di Kabupaten Sukoharjo dibedakan menjadi tiga

kelompok utama yaitu ternak besar, ternak kecil dan unggas.

Ternak besar terdiri dari sapi potong, sapi perah, kerbau, dan kuda.

Jenis ternak kecil yang diusahakan di Kabupaten Sukoharjo adalah

kambing, domba, dan babi. Jenis unggas yang diusahakan di Kabupaten

Sukoharjo adalah ayam ras, ayam buras dan itik. Jenis-jenis komoditi

peternakan tahun 2008 di Kabupaten Sukoharjo disajikan dalam Tabel 14

di bawah ini.

Page 57: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lvii

Tabel 14. Jenis-jenis Komoditi Peternakan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Jenis Komoditi Jumlah (Ekor) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

Kuda Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Babi Ayam Ras Ayam Buras Itik

134 26.558

612 1.590

37.118 34.162

6.655 2.695.700

697.258 100.857

Sumber: BPS Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa jenis ternak besar yang

banyak diusahakan di Kabupaten Sukoharjo adalah sapi potong dan yang

paling sedikit adalah kuda. Untuk jenis ternak kecil yang paling banyak

diusahakan adalah kambing yaitu 37.118 ekor dan yang paling sedikit

diusahakan adalah babi yaitu 6.655 ekor. Sapi dan kambing banyak

diusahakan karena mudah dalam perawatannya dan banyaknya permintaan

akan daging sapi dan kambing. Sedangkan untuk jenis unggas yang paling

banyak diusahakan di Kabupaten Sukoharjo adalah ayam ras yaitu

2.695.700 ekor. Jenis ayam ras yang diusahakan adalah ayam Broiler dan

Layer. Hal ini karena ayam ras dapat menghasilkan pendapatan yang

tinggi. Sedangkan jenis unggas yang paling sedikit diusahakan di

Kabupaten Sukoharjo adalah itik yaitu 100.857 ekor.

4. Sub Sektor Kehutanan

Sub sektor kehutanan merupakan salah satu sub sektor pertanian

yang memberikan kontribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo. Adapun nilai

PDRB sub sektor Kehutanan di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada

Tabel 15.

Page 58: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lviii

Tabel 15. Nilai PDRB Kabupaten Sukoharjo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2003-2008 Tahun Nilai PDRB (dalam Jutaan Rupiah) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

22.310,27 22.495,74 22.819,68 22.582,13

22.795,32 22.622,66

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 15 pada tahun 2008 nilai PDRB sub sektor

kehutanan mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2007 yaitu dari

22.795,32 juta turun menjadi 22.622,66 juta. Menurut BPS Kabupaten

Sukoharjo tahun 2008, hutan lindung di Kabupaten Sukoharjo terutama

terdapat di Kecamatan Bulu dan Kecamatan Weru. Selain itu, diharapkan

pemanfaatan hasil hutan bukan hanya pada hasil pokok berupa kayu, tetapi

pada hasil ikutan dari budidaya hutan, contohnya karet. Permasalahan

klasik di Kawasan sekitar hutan adalah masih kurangnya kesadaran

masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan, misalnya menanam tanaman

semusim di lahan yang erosivitasnya tinggi. Selain itu juga adanya

penebangan liar.

5. Subsektor Perikanan

Perikanan di Kabupaten Sukoharjo diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan protein hewani bagi penduduk serta dapat meningkatkan

pendapatan. Banyaknya produksi perikanan darat di Kabupaten Sukoharjo

tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Nilai Produksi Perikanan Kabupaten Sukoharjo Tabun 2008 Jenis Ikan Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp)

Tawes

Lele

Wader

48,897

888,505

48,254

293.382.000,00

8.885.050.000,00

289.524.000,00

Page 59: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lix

Belut

Katak Hijau

Gabus

Udang

Nila merah

Gurami

Lain-lain

26,630

24.284

15,103

24,497

377,420

3,420

50,658

319.560.000,00

206.414.000,00

90.618.000,00

342.958.000,00

4.529.040.000,00

58.140.000,00

303.948.000,00

Total 1.507,668 15.260.494.000,00

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui nilai produksi perikanan di

Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan tabel tersebut diketahui nilai produksi

terbesar adalah ikan lele yaitu Rp 8.885.050.000,00 dan terkecil adalah

gurami yaitu Rp 58.140.000,00. Jenis ikan lele mempunyai nilai produksi

terbesar karena produksinya juga paling besar dan banyak masyarakat

yang mengkonsumsinya. Pada sub sektor perikanan di Kabupaten

Sukoharjo pada tahun 2008 produksi belut menempati urutan keenam

yaitu sebesar 26,630 ton, hal ini menunjukkan bahwa produksi belut di

Kabupaten Sukoharjo berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut agar

dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat di Kabupaten

Sukoharjo. Perikanan di Kabupaten Sukoharjo dibudidayakan di keramba,

perairan umum, kolam, balai benih ikan (BBI) dan unit pembenihan rakyat

(UPR).

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Identitas Responden

Identitas responden merupakan gambaran secara umum tentang

keadaan dan latar belakang responden yang meliputi kelompok umur,

tingkat pendidikan dan lama mengusahakan. Adapun identitas pengusaha

pada usaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel

17 berikut ini :

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Page 60: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lx

Tabel 17. Identitas Responden Pengusaha Keripik Belut

No Uraian Rata-rata (Tahun) 1. Umur responden 47,5 2. Lama pendidikan 9,5 3. Lama mengusahakan 12,3

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 17 menunjukkan bahwa umur rata–rata pengusaha keripik

belut adalah 47,5 tahun yang termasuk dalam umur produktif, sedangkan

tingkat pendidikan rata-rata pengusaha adalah 9,5 tahun atau setingkat

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam pendidikan formal. Sedangkan

rata-rata lama mengusahakan adalah 12,3 tahun. Meskipun pendidikan

formal yang mereka peroleh di bangku sekolah tidak secara langsung

mereka gunakan dalam pemasaran keripik belut, akan tetapi pengetahuan

yang diperoleh dari pendidikan formal tersebut akan mempengaruhi pola

pikir dan cara kerja mereka dalam pemasaran keripik belut.

Identitas responden pemasok yang dikaji dalam penelitian ini

meliputi : umur, lama pendidikan, dan pengalaman bekerja

Tabel 18. Identitas Responden Pemasok Keripik Belut

No Uraian Rata-rata (Tahun) 1. Umur responden 38,7 2. Lama pendidikan 9 3. Pengalaman bekerja 9

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 18 dapat diketahui bahwa umur rata–rata pemasok adalah 38,7

tahun yang termasuk dalam umur produktif, sedangkan tingkat pendidikan

rata-rata pedagang adalah 9 tahun. Sedangkan untuk rata-rata pengalaman

bekerja adalah 9 tahun. Sehingga dengan demikian wawasan ataupun

pengetahuan yang dimiliki oleh pemasok keripik belut dapat dikatakan

cukup memadai dan bermanfaat dalam menjalankan usaha pemasaran

keripik belut. Dengan memiliki pengalaman bekerja selama 9 tahun berarti

memiliki kemampuan yang dapat mempermudah dalam pemasaran keripik

belut.

48

Page 61: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxi

Identitas responden pedagang pengumpul yang dikaji dalam

penelitian ini meliputi : umur, lama pendidikan, dan pengalaman bekerja

Tabel 19. Identitas Responden Pedagang Pengumpul Keripik Belut

No Uraian Rata-rata (Tahun) 1. Umur responden 42,5 2. Lama pendidikan 16 3. Pengalaman bekerja 11

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 19 dapat diketahui bahwa umur rata–rata pedagang pengumpul

adalah 42,5 tahun yang termasuk dalam umur produktif, sedangkan tingkat

pendidikan rata-rata pedagang adalah 16 tahun setaraf dengan S1.

Sedangkan untuk rata-rata pengalaman bekerja adalah 11 tahun. Dengan

demikian wawasan ataupun pengetahuan yang dimiliki oleh pedagang

pengumpul keripik belut dapat dikatakan cukup memadai dan bermanfaat

dalam menjalankan usaha pemasaran keripik belut. Sehingga

mempermudah dalam usaha pemasaran keripik belut di kecamatan Baki

Kabupaten Sukoharjo.

Identitas responden pengecer yang dikaji dalam penelitian ini

meliputi : umur, lama pendidikan, dan pengalaman bekerja

Tabel 20. Identitas Responden Pengecer Keripik Belut

No Uraian Rata-rata (Tahun) 1. Umur responden 38 2. Lama pendidikan 16 3. Pengalaman bekerja 9

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 20 menunjukkan bahwa umur rata–rata pengecer adalah 38

tahun yang termasuk dalam umur produktif, sedangkan tingkat pendidikan

rata-rata pedagang adalah 16 tahun. Sedangkan rata-rata untuk pengalaman

bekerja adalah 9 tahun. Seperti halnya dengan pedagang pengumpul,

pedagang pengecer berguna untuk memasarkan produk keripik belut agar

Page 62: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxii

sampai ke konsumen. Umur, tingkat pendidikan dan lama bekerja

berpengaruh terhadap pemasaran keripik belut yaitu dengan pendidikan dan

pengalaman bekerja dapat mempermudah pemasaran keripik belut.

Tabel 21. Identitas Responden Konsumen Keripik Belut

No Uraian Rata-rata (Tahun)

1. Umur responden 42,8

2. Lama pendidikan 13

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 21 menunjukkan bahwa umur rata-rata responden konsumen

adalah 42,8 tahun yang berarti konsumen termasuk dalam usia produktif

untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan sendiri sehingga mempunyai

kemampuan untuk membeli keripik belut. Selain itu Tabel 21 menunjukkan

bahwa lama pendidikan responden konsumen adalah 13 tahun yang berati

tingkat pendidikan responden konsumen cukup tinggi sehingga konsumen

mempunyai kemampuan untuk selektif dalam memilih makanan yang

dikonsumsinya salah satunya keripik belut.

Tabel 22. Identitas Responden Pesaing Keripik Belut

No Uraian Rata-rata (Tahun)

1. Umur responden 46,5

2. Lama pendidikan 10,5

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 22 menunjukkan bahwa umur rata-rata responden pesaing

adalah 46,5 tahun yang menunjukkan responden pesaing keripik belut

termasuk dalam usia produktif untuk bekerja. Berdasarkan Tabel 22, lama

pendidikan responden pesaing adalah 10,5 tahun yang menunjukkan

responden pesaing telah menyelesaikan tingkat pendidikan setaraf Sekolah

Menengah Pertama (SMP) sehingga responden pesaing sudah cukup

memiliki kemampuan untuk kreatif dalam pengolahan makanan salah

satunya keripik belut.

B. Perumusan Strategi Pemasaran Keripik Belut di Kabupaten Sukoharjo

1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Page 63: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxiii

Perumusan strategi dimulai dengan menganalisis faktor internal dan

eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menjadi

kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam memasarkan

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

a. Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal dilakukan untuk mengidentifikasi

kekuatan dan kelemahan yang ada pada usaha keripik belut ini sebagai

bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan strategi

pemasaran. Adapun faktor internal tersebut yaitu:

1) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor yang penting

dalam kegiatan pemasaran. Sumber daya manusia dapat

menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha. Sumber daya

manusia dapat berupa tingkat pendidikan, kemampuan dalam

mengadopsi informasi teknologi, pengalaman produksi, posisi

bersaing, penguasaan faktor produksi, terutama modal dan

pengelolaan usaha itu sendiri

Pengalaman diperlukan untuk memahami lingkungan fisik

dan ekonomi tempat mereka bekerja, keputusan yang harus

diambil, arti penting keputusan tersebut, kebebasan yang dimiliki

dalam memilih sehubungan dengan keterbatasan sumberdaya,

hubungan dengan pasar dan sebagainya. Keberhasilan pengusaha

dalam mengusahakan keripik belut akan diikuti oleh pengusaha

lain di sekitarnya. Oleh karena itu hubungan yang baik antara

pengusaha satu dengan yang lainnya harus dibina dan

ditingkatkan guna mendukung pemasaran keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo.

2) Pemasaran

Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah yang perlu

diperhatikan. Pengusaha yang serba terbatas berada pada posisi

yang lemah dalam penawaran dan persaingan terutama yang

Page 64: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxiv

menyangkut penjualan hasil. Hal ini akan berpengaruh terhadap

kepercayaan pembeli terhadap keripik belut itu sendiri. Biasanya

pembeli menghendaki keripik belut dengan kualitas yang bagus

dan sesuai dengan selera mereka yaitu dalam hal rasa. Tuntutan-

tuntutan pembeli terhadap keripik belut harus diperhatikan karena

akan berpengaruh terhadap kontinuitas pemasaran keripik belut.

Aspek pemasaran juga berhubungan dengan bauran

pemasaran yang meliputi analisis terhadap produk, harga,

distribusi dan promosi. Analisis produk meliputi macam produk

dan mutu/kualitas, analisis harga meliputi penetapan harga jual

dan posisi harga di pasaran, analisis distribusi meliputi saluran

distribusi dan analisis promosi meliputi media promosi yang

digunakan. Peluang pasar untuk memasarkan keripik belut masih

terbuka lebar. Hal ini karena permintaan akan keripik belut masih

sangat besar. Permintaan ini akan semakin meningkat pada bulan-

bulan tertentu seperti pada saat lebaran. Produksi keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo dapat tersedia setiap waktu dan selalu

dipasarkan setiap harinya. Besarnya suplai atau penawaran

keripik belut akan sangat dipengaruhi oleh iklim dan perlakuan

yang diterapkan dalam usaha keripik belut.

Strategi pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel

atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran. Empat

variabel tersebut menunjukan pandangan-pandangan penjual

tentang kiat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi

pembeli. Adapun empat variabel tersebut adalah:

a) Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan

kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan

atau dikonsumsi. Keripik belut yang dihasilkan di daerah

penelitian dibagi menjadi 3 jenis : tanpa tepung, super dan

biasa. Tanpa tepung memiliki ciri khas yaitu berukuran kecil

Page 65: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxv

dan jika digoreng tidak kempis dengan rasa yang sangat

renyah biasanya keripik belut jenis ini dipasarkan untuk

ekspor saja. Keripik belut jenis super memiliki ciri khas belut

yang berukuran sedang, tidak mudah patah ,tahan hingga

waktu beberapa bulan keripik belut jenis ini menggunakan

tepung rosebrand sehingga rasanya renyah. Sedangkan untuk

jenis yang ketiga adalah jenis keripik belut biasa memiliki

ciri khas belut dengan bentuk besar, menggunakan banyak

tepung, agak keras, biasanya menggunakan tepung campuran

rosebrand dengan jenis tepung lain dan hanya dipasarkan

untuk lokal saja.

Kualitas keripik belut tersebut sangat tergantung pada

kualitas belut. Kualitas belut ini akan tergantung pada belut

hasil tangkapan alam dan kondisi agroklimat yang

mendukung

b) Harga

Harga keripik belut di pasaran sangat dipengaruhi oleh

kondisi permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan

biasanya relatif stabil dalam setahun, meskipun kadang-

kadang terjadi peningkatan yang signifikan dalam bulan-

bulan tertentu oleh karena itu, keseimbangan harga yang

terbentuk pada komoditas ini sangat dipengaruhi kondisi

ketersediaan pasokan di pasaran. Pada bulan-bulan sepanjang

musim hujan saat jumlah belut alam meningkat, harga belut

di pasaran relatif murah, yakni berkisar Rp 10.000,00–

Rp 15.000,00/Kg. Sebaliknya pada musim kemarau, harga

jual belut perkilogramnya dapat melonjak secara signifikan,

yaitu antara Rp 20.000,00–Rp30.000,00/Kg. Untuk belut

hasil olahan seperti keripik belut dijual dengan harga yang

lebih tinggi. Khusus untuk keripik belut Sukoharjo dijual

berdasarkan 3 kelas. Kelas 1 merupakan kelas istimewa

Page 66: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxvi

dimana produk keripik belut ini dijual tanpa tepung dengan

harga Rp 70.000,00 - Rp 100.000,00/Kg. Keripik belut jenis

ini diproduksi hanya untuk keperluan ekspor. Kemudian

untuk kelas 2 merupakan keripik belut jenis super dimana

keripik belut ini dijual dengan harga berkisar Rp 60.000,00–

Rp 70.000,00/Kg dan untuk Keripik belut kelas III

merupakan keripik jenis biasa dijual dengan harga berkisar

Rp 45.000,00–Rp 48.000,00/Kg. Untuk keripik belut jenis ini

hanya untuk mencukupi kebutuhan lokal saja yaitu hanya

untuk Daerah Surakarta dan sekitarnya saja.

c) Distribusi

Distribusi merupakan kegiatan penyampaian barang

dari produsen sampai ke konsumen. Dengan adanya arus

pemasaran atau saluran distribusi memudahkan atau

memperlancar dalam lalu lintas perdagangan. Saluran

distribusi merupakan hal penting dari produsen ke konsumen.

Saluran distribusi yang digunakan dalam menjual produk

keripik belut sangat luas mulai dari pasar-pasar lokal hingga

di kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surakarta Klaten

dan Kalimantan serta ke luar negeri yaitu Malaysia dan

Singapura

Adapun pola saluran pemasaran keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada bagan berikut :

a. Saluran 1 (ProdusenèKonsumen)

Dalam hal ini pengusaha tidak melakukan

penjualan dari rumah ke rumah dengan tenaga penjual,

melainkan para konsumen secara langsung datang ke

pengusaha. Biasanya konsumen yang datang ke

pengusaha ini berasal dari kalangan warga setempat.

b. Saluran 2 (ProdusenèDistributorèBuyers/konsumen

luar negeri)

Page 67: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxvii

Pada saluran 2 konsumen berasal dari luar negeri.

Hal ini terjadi jika ada permintaan saja dari konsumen.

Pembeli luar negeri akan terlebih dahulu memesan

keripik belut dari pengusaha sesuai dengan permintaan,

yang rata-rata pembeli dari luar negeri memilih jenis

keripik belut kualitas I. Sedangkan untuk pembayarannya

melalui antar bank.

c. Saluran 3 (ProdusenèPengecerèKonsumen)

Pada saluran ini pengusaha menyalurkan

produknya ke kios-kios/pasar baru kemudian sampai ke

tangan konsumen. Produk tersebut disalurkan atas

pesanan ataupun titipan. Kios-kios yang melakukan

pesanan biasanya merupakan kios-kios yang sudah

menjadi langganan untuk selanjutnya produk tersebut

dijual lagi kepada konsumen.

d. Saluran 4

(ProdusenèPengepul/distributorèPengecerè

Konsumen)

Pada saluran distribusi ini pengusaha

memproduksi keripik belut olahannya dengan melibatkan

seorang pengepul/distributor. Dimana seorang distributor

akan membeli produk keripik belut itu dengan harga

yang lebih tinggi yang kemudian oleh mereka akan dijual

lagi tentunya dengan kemasan yang berbeda bentuknya.

Dengan harga yang lebih tinggi. Pada saluran ini pihak

konsumen akhirlah yang akan menanggung banyak

kerugian karena harga semakin mahal.

d) Promosi

Promosi di dalam memasarkan keripik belut dilakukan

oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Sukoharjo melalui pembuatan papan nama sentra industri

Page 68: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxviii

keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo,

mengarahkan tamu untuk kunjungan ke sentra keripik belut.

Pembuatan brosur/leaflet profil tentang industri kecil keripik

belut mengadakan pameran-pameran serta dari internet yang

telah dibuat oleh Pemerintah Daerah. Selain itu juga

dilakukan promosi secara tidak langsung oleh pedagang-

pedagang di pasar serta promosi dari mulut ke mulut yang

dilakukan oleh warga setempat

3) Kondisi Keuangan

Kondisi keuangan sering dianggap sebagai satu-satunya

barometer terbaik dalam melihat posisi bersaing. Usaha keripik

belut mampu memberikan keuntungan bagi pengusaha. Hal ini

dapat dilihat dari stabilitas usaha yang telah lama dijalankan.

Beberapa pengusaha menjadikan usaha ini sebagai pekerjaan

pokok bukan hanya pekerjaan sampingan.

Tidak dapat dipungkiri lagi, tujuan akhir usaha keripik

belut adalah laba atau keuntungan dan tingkat laba yang berhasil

diraih sering dijadikan ukuran keberhasilan. Dengan laba yang

diperoleh, pengusaha akan dapat melakukan penyempurnaan

mutu, Pemasaran teknologi dan pelayanan lebih bagus kepada

konsumen.

Modal adalah komponen yang cukup pokok dalam usaha

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo ini. Sebagian besar

pengusaha memiliki modal yang terbatas dalam hal keuangan.

Untuk mempersiapkan besarnya uang yang akan digunakan dalam

usaha keripik belut terkadang mereka mengalami kesulitan.

Pinjaman dan kredit dari Dinas belum merata sehingga banyak

pengusaha keripik belut yang belum mendapatkan kesempatan

terlebih pernah terjadi kredit macet pada tahun-tahun sebelumnya.

4) Produksi/Operasional

Produksi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk

merubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau jadi

Page 69: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxix

Dalam proses produksi pembuatan keripik belut tidak

membutuhkan proses yang rumit dalam kegiatan operasionalnya.

Biasanya dalam proses produksi untuk keripik belut kelas 1 setiap

5 Kg belut basah akan menjadi 1 Kg belut kering. Keripik belut

kelas II dan Kelas III setiap 3 Kg belut basah akan menjadi 1 Kg

belut kering.

a) Belut disiapkan kemudian perut belut disayat hingga

punggung kemudian direntangkan sehingga berbentuk

lembaran-lembaran tipis.

b) Rendam lembaran – lembaran belut tadi menggunakan air

garam.

c) Selanjutnya lembaran-lembaran belut tadi dikeringkan

dengan cara dijemur di dibawah terik matahari.

d) Setelah kering taruh belut didalam tempat untuk selanjutnya

diberi bumbu tepung.

e) Kemudian digoreng hingga matang atau hingga kering,

dengan nyala api tidak terlalu besar.

f) Keripik belut ditiriskan dan

g) Keripik belut siap disajikan.

Adapun proses pembuatan keripik belut dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

Belut

Dipisahkan dari kotorannya

Dicuci

Ditiriskan

Dilumuri bumbu, dengan atau tanpa tepung

Digoreng hingga matang

Ditiriskan

Page 70: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxx

Gambar 3. Pembuatan Keripik Belut

Sumber : Data Primer

b. Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman dalam

pemasaran usaha keripik belut.

1) Pemerintah

Pemerintah merupakan salah satu kelembagaan

pendukung dalam kegiatan pemasaran keripik belut. Peran

pemerintah sangat berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan

yang dibuat khususnya dalam usaha keripik belut. Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi merupakan lembaga

pemerintah yang berperan besar terhadap kemajuan pemasaran

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Adapun usaha-usaha yang

dilakukan pemerintah daerah untuk mendukung pemasaran

industri kecil keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah dengan

melakukan bimbingan-bimbingan terhadap kemasan keripik belut

supaya produk keripik belut terlihat menarik, memberi bantuan

sarana kemasan produk, memfasilitasi pengusaha dalam

memperoleh sertifikasi PIRT (Pengusaha Industri Rumah

Tangga), pembuatan brosur/leaflet profil tentang industri kecil

keripik belut, mengadakan pameran dan promosi. Pemerintah

juga melakukan pembinaan-pembinaan terhadap pemasaran

keripik belut antara lain dengan memberikan bimbingan kualitas

produk makanan bagi indutri kecil keripik belut, memfasilitasi

hubungan kerjasama dengan swalayan ataupun mini market.

Untuk itu diperlukan juga sosialisasi/promosi dalam pemasaran

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Semua usaha ini dilakukan

Keripik Belut

Page 71: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxi

pemerintah Kabupaten Sukoharjo sebagai upaya untuk

mempertahankan daerah Sukoharjo khususnya Kecamatan Baki

tersebut sebagai daerah sentra keripik belut.

2) Konsumen

Konsumen membeli suatu barang dan jasa bertujuan untuk

memenuhi kebutuhannya. Demikian juga konsumen keripik belut

di Kabupaten Sukoharjo membeli keripik belut dengan alasan

yaitu memenuhi kebutuhan dan pertimbangan faktor kesehatan.

Konsumen menyadari bahwa mengkonsumsi keripik belut akan

berguna bagi kesehatan.

Konsumen keripik belut tersebar di beberapa daerah di

Indonesia seperti Sukoharjo, Surakarta, Klaten, Yogyakarta,

Jakarta dan Kalimantan. hingga konsumen luar negeri yaitu

Singapura dan Malaysia. Biasanya konsumen menuntut kualitas

keripik belut yang baik. Hal ini yang menjadi tantangan bagi

pengusaha untuk terus meningkatkan kualitas keripik belut.

Tuntutan kualitas yang tinggi ini biasanya tidak diimbangi oleh

kekuatan daya beli konsumen. Kekuatan tawar menawar

konsumen relatif rendah dan hal ini dapat merugikan pihak

produsen, oleh karena kualitas keripik belut yang tinggi, tidak

selalu diikuti tingginya harga.

3) Pemasok

Pemasok merupakan penyedia bahan baku untuk proses

produksi. Pemasok industri keripik belut di Kabupaten Sukoharjo

sebagian besar berasal dari Jawa Timur yaitu Kediri, Malang, dan

Bojonegoro. Untuk pemasok yang berasal dari Malang

merupakan pemasok belut yang memiliki kualitas baik dibanding

dengan daerah lain. Pasokan belut tidak hanya berasal dari Jawa

Timur saja. Dari daerah lokal sendiri yaitu Sukoharjo juga

menjadi daerah pasokan namun yang menjadi kendala adalah di

daerah lokal pasokan belut yang diminta tidak sesuai dengan

Page 72: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxii

pesanan dalam hal kuantitasnya, juga belut yang ada mempunyai

kualitas yang kurang baik. Pemasok belut yang berasal dari

daerah Jawa Timur berusaha menjaga agar pasokan belut selalu

tersedia setiap saat yaitu dengan membudidayakan belut hasil

tangkapan alam.

4) Pesaing

Pesaing industri kecil keripik belut Kabupaten Sukoharjo

berasal dari wilayah seperti Kabupaten Klaten dan Yogyakarta.

Pesaing yang berasal dari wilayah Yogyakarta dan Klaten

menjual produknya di wilayah sentra industri belut Godean

Yogyakarta. Wilayah ini merupakan salah satu pasar potensial

untuk keripik belut yang berasal dari kecamatan Baki kabupaten

Sukoharjo. Banyaknya produk dari pesaing ini menyebabkan

harga tawar pembeli yang rendah karena produk berlimpah.

Pesaing dari Klaten maupun Yogyakarta memiliki jumlah unit

usaha yang cukup besar dengan harga yang lebih murah namun

kualitasnya berada di bawah Daerah Sukoharjo. Selain dari

produk keripik belut juga terdapat persaingan terhadap produk

belut lainnya yaitu adanya dendeng belut, abon belut, dan daging

asap juga banyak mempengaruhi pemasaran keripik belut.

5) Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran sentra keripik belut di Kabupaten

Sukoharjo terdiri dari pedagang pengumpul dan pengecer.

Pedagang pengumpul berperan mengumpulkan produk saja

kemudian menjualnya kembali kepada konsumen. Biasanya harga

produk telah ia tetapkan sebelumnya. Produk keripik belut yang

telah dihasilkan oleh pengusaha akan mereka beli dengan harga

yang tinggi dan akan dijual dengan harga yang berlipat ganda

pula. Misalnya pengusaha menetapkan harga keripik belut kelas 3

sebesar Rp 45.000,00/kg. Oleh pedagang pengumpul harga

Page 73: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxiii

tersebut akan dilipatgandakan menjadi Rp 90.000,00/kg dengan

memakai merek yang mereka buat sendiri.

Sedangkan pengecer menjual keripik belut langsung

kepada konsumen dalam jumlah yang relatif sedikit.

2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat

diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang

berpengaruh terhadap pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

Adapun faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23.Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Keripik belut di Kabupaten Sukoharjo

Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Sumber Daya Manusia - Pengalaman produksi

- Kontinyuitas produksi

Pemasaran -Kualitas keripik belut -Saluran Distribusi yang lancar

- Kemitraan/kerjasama antar produsen.

- Promosi terbatas - Kemasan kurang menarik - Harga fluktuatif - Harga keripik belut mahal

Manajemen - Manajemen keuangan/pembukuan belum tersusun secara rapi

Faktor Eksternal Peluang Ancaman Cuaca - Perbedaan Musim Kondisi Perekonomian - Perluasan akses pasar

dengan membangun jaringan

Pemasok - Pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan sesuai permintaan

Page 74: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxiv

Sosial dan Budaya - Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kandungan gizi belut

-

Politik dan Hukum - Perhatian pemerintah - Kebijakan Promosi

- Pemerintah kurang berperan optimal dalam membantu pemberian modal/kredit

Teknologi - Adanya teknologi internet Persaingan - Persaingan di dalam

Kabupaten Sukoharjo relatif kecil

- Adanya pemasaran keripik lain

Konsumen - Daya beli konsumen terhadap keripik belut rendah

Sumber : Analisis Data Primer

a. Identifikasi Faktor Kekuatan

1) Pengalaman Produksi

Untuk menghasilkan keripik belut yang berkualitas dan

memiliki rasa enak serta mempunyai ciri khas membutuhkan waktu

lama yaitu bisa mencapai puluhan tahun. Pengalaman produksi

dalam mengolah sangat diperlukan untuk menunjang rasa agar

keripik belut yang dihasilkan memiliki rasa yang enak. Dari hasil

penelitian mengenai keripik belut di Kabupaten Sukoharjo bahwa

salah satu kekuatan yang membuat rasa keripik belut di Sukoharjo

memiliki rasa yang enak adalah pengalaman produksi. Semakin

lama mereka mengusahakan keripik belut semakin membuat

mereka mahir dalam mempertahankan rasa supaya tidak berubah.

2) Kontinyuitas produksi

Keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

memiliki kontinyuitas produksi yang stabil. Setiap ada permintaan

pengusaha selalu dapat memenuhi permintaan itu. Para pengusaha

memasok bahan baku dari daerah Jawa Timur yaitu dari daerah

Kediri, Malang dan Bojonegoro serta dari daerah Sukoharjo

sendiri. Setiap harinya keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten

Sukoharjo dihasilkan sekitar 2 kuintal dan siap dipasarkan.

Konsumen atau pedagang besar tidak perlu menunggu, jadi

Page 75: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxv

konsumen atau pedagang besar bisa langsung memilih yang

dikehendaki. Keripik belut berukuran sedang digunakan untuk

konsumsi masyarakat atau dijual pasar.

3) Kualitas Keripik Belut

Kualitas keripik belut yang baik sangat tergantung pada

kualitas belut. Belut yang memiliki kualitas baik berasal dari

tangkapan alam dan bukan berasal dari budidaya. Adapun ciri-ciri

belut yang berkualitas baik adalah sebagai berikut :

- Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka

gigitan.

- Gerakan lincah dan agresif.

- Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan

tidak lemas manakala dipegang.

- Tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan.

- Umur antara 2-4 bulan.

- Belut bukan berasal dari budidaya melainkan berasal dari

tangkapan di alam.

Keripik belut dapat dikatakan memiliki kualitas baik apabila

telah memiliki persyaratan sebagai berikut :

a. Higienis, renyah, kering, dan tanpa bahan pengawet.

b. Utuh seluruh badan dalam pengemasan dan tidak mudah putus.

c. Tahan lama hingga beberapa bulan.

d. Rasanya gurih dan lezat.

4) Saluran distribusi yang lancar

Distribusi merupakan proses penyampaian barang dan jasa

dari produsen ke konsumen. Adanya ketersediaan alat

pengangkutan dan pedagang pengumpul maupun tenaga penjual

lainnya membuat produk sampai ke tangan konsumen tepat waktu

sehingga dapat membantu dalam penyaluran keripik belut dari

produsen ke konsumen.

Page 76: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxvi

Saluran distribusi yang digunakan oleh pengusaha keripik

belut dalam menjual produknya terdiri dari pedagang pengumpul,

pengecer, dan eksportir. Kemudian untuk pemasarannya sangat

luas mulai dari pasar-pasar lokal hingga di kota besar seperti

Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Klaten, Kalimantan serta Malaysia

dan Singapura. Penjualan keripik belut biasanya dilakukan

langsung kepada pengusaha di toko mereka masing-masing atau

melalui kelompok-kelompok yang sudah terorganisir.

5) Kemitraan/kerjasama antar produsen

Kemitraan yang terjalin antar produsen sangat baik. Hal ini

merupakan salah satu kekuatan dalam usaha keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo. Jika salah satu pengusaha kekurangan bahan

baku belut maka pengusaha lain akan memberikan stoknya untuk

menutupi kekurangan itu dan sebaliknya.

Bentuk kerjasama lain yang telah dilakukan selama ini adalah

melakukan promosi secara bersama-sama yaitu dengan

mengadakan pameran-pameran, pemasangan papan nama sentra

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo, pelatihan budidaya belut

secara bersama-sama.

b. Identifikasi Faktor Kelemahan

1) Promosi terbatas

Promosi keripik belut selama ini dilakukan oleh pengusaha,

konsumen dan pemerintah. Pemerintah daerah setempat

diantaranya dengan pembuatan papan nama sentra industri keripik

belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo, mengarahkan tamu

untuk kunjungan ke sentra keripik belut, pembuatan brosur/leaflet

profil tentang industri kecil keripik belut mengadakan pameran-

pameran. Promosi yang dilakukan pemerintah daerah sangat

kurang efektif karena sangat terbatasnya dana untuk pembuatan

papan nama, kurangnya minat tamu yang berkunjung ke daerah

Page 77: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxvii

sentra keripik belut mengingat daerah tersebut bukan merupakan

daerah kunjungan wisata. Sedangkan promosi yang dilakukan

pengusaha hanya sebatas dari mulut ke mulut saja. Untuk

konsumen promosi yang dilakukan biasanya membantu

mengarahkan pembeli lain untuk membeli keripik belut yang

berasal dari daerah Kabupaten Sukoharjo.

2) Kemasan kurang menarik

Sebagian besar kemasan yang digunakan untuk keripik belut

di Kabupaten Sukoharjo kurang menarik perhatian konsumen jika

dibandingkan dengan pengusaha yang berasal dari Klaten dan

Yogyakarta. Pengusaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo juga

belum memberikan nama merek pada produknya. Serta tidak

adanya kepastian dari pengusaha itu sendiri mengenai kemasan.

Hal dikarenakan hampir seluruh pengusaha keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo adalah penjual keripik belut secara grosiran

dan untuk dijual lagi sehingga kemasan yang diminta pedagang

pengumpul adalah kemasan tanpa merek. Kemudian pedagang

pengumpul akan membungkus lagi keripik tersebut tentunya

dengan merek yang berasal dari pedagang pengumpul itu.

3) Harga fluktuatif

Harga keripik belut di pasaran sangat dipengaruhi oleh

kondisi permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan biasanya

relatif stabil dalam setahun, meskipun kadang-kadang terjadi

peningkatan yang signifikan dalam bulan-bulan tertentu. Oleh

karena itu, kestabilan harga yang terbentuk sangat dipengaruhi

kondisi ketersediaanya di pasaran. Pada bulan-bulan sepanjang

musim hujan saat jumlah belut alam meningkat, harga keripik belut

di pasaran relatif murah dengan harga mencapai Rp10.000,00-

Rp15.000,00/Kg. Sebaliknya pada musim kemarau, harga jual

keripik belut perkilogramnya dapat melonjak secara signifikan,

yaitu antara Rp20.000,00-Rp30.000,00/Kg.

Page 78: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxviii

4) Harga keripik belut mahal.

Saat ini keripik belut dianggap produk yang harganya relatif

lebih mahal, walaupun keripik belut menjanjikan kesehatan.

Keripik belut juga belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan cara agar keripik belut

dapat dinikmati oleh kalangan menengah ke bawah yaitu dengan

cara membuat kemasan keripik belut dengan ukuran lebih kecil

lagi yaitu ukuran 1 ons, 2 ons ataupun yang yang dibuat dalam

plastik-plastik kecil dengan harga Rp 2000,00.

5) Manajemen keuangan yang kurang baik

Kondisi keuangan pengusaha keripik belut masih terbatas

pada sumber modal sendiri. Selain itu para pengusaha keripik belut

tersebut juga belum bisa mengendalikan keuangan mereka, bahkan

sering tercampur untuk kebutuhan rumah tangga sehingga saat

untuk memenuhi kebutuhan usaha keripik belut terkadang menjadi

kesulitan sendiri, misalnya pengusaha memperoleh kredit dari

dinas perikanan namun digunakan untuk konsumsi atau membeli

kebutuhan lain dan ketika untuk memenuhi kebutuhan usaha

keripik belut harus meminjam lagi kepada pihak lain.

Di awal usaha pengusaha keripik belut mencatat pembukuan

mereka mengenai pengeluaran, pemasukan dan keuntungan.

Namun seiring dengan semakin berkembangnya usaha keripik

belut pengusaha enggan mencatat lagi keuntungan yang mereka

peroleh di pembukuan. Mereka menganggap bahwa usaha ini

untung dan tidak perlu perhitungan yang lebih detail lagi.

c. Identifikasi Faktor Peluang

1) Perluasan akses pasar dengan membangun jaringan

Kondisi perluasan akses pasar dengan membentuk jaringan

sangat diharapkan. Melalui pembentukan jaringan pelaku usaha

yang punya produk sama bisa memenuhi kebutuhan pasar secara

Page 79: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxix

bersama-sama. Dengan begitu, mereka bisa mengendalikan pasar

dan bukan sebaliknya. Misalnya pengusaha ingin memasok

produknya hingga ke luar negeri. Melalui jaringan tersebut akan

muncul suatu harga yang menguntungkan bagi semua pengusaha.

Apabila diantara pengusaha berjalan sendiri-sendiri, maka bisa saja

ada konsumen yang menawarkan harganya berbeda-beda sehingga

mengakibatkan pengusaha sendiri yang rugi, karena adanya

persaingan harga di antara produsen. Dengan pembentukan

jaringan pelaku usaha, diharapkan terjadi kesinergian dalam

pembentukan harga. Hal semacam ini sangat penting dalam

menjamin distribusi keripik belut.

2) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kandungan gizi belut

Bentuknya yang seperti ular membuat sebagian orang enggan

untuk melihatnya. Padahal, dagingnya sangat lezat dan dapat

diolah menjadi berbagai makanan yang bergizi tinggi. Selain itu,

belut juga memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan. Dilihat dari

komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup

tinggi, yaitu 303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh

lebih tinggi dibandingkan telur (162 kkal/100 g tanpa kulit) dan

daging sapi (207 kkal per 100 g). Hal itulah yang menyebabkan

belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi.

Protein belut juga kaya akan beberapa asam amino yang

memiliki kualitas cukup baik, yaitu leusin, lisin, asam aspartat, dan

asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan asam amino

esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan

menjaga kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.

Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan belut

berasa enak dan gurih. Dalam proses pemasakannya tidak perlu

ditambah penyedap rasa berupa monosodium glutamat (MSG).

Belut kaya akan zat besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi

dibandingkan zat besi pada telur dan daging (2,8 mg/100g).

Page 80: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxx

Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah memenuhi kebutuhan

tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat

diperlukan tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh

tubuh yang mudah lemah, letih, dan lesu.

Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor

pada telur. Tanpa kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat

membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus

berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat,

sehingga terbebas dari osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang

berbentuk kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar 80 persen)

berada dalam tulang dan gigi.

Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g

membuat belut sangat baik untuk digunakan sebagai pemelihara sel

epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan tubuh untuk

pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.

Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya juga

sangat penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu

membentuk protein, hormon, dan sel darah merah.

3) Perhatian pemerintah

Perhatian yang telah dilakukan pemerintah terhadap usaha

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo ditunjukan dengan

memfasilitasi pengusaha dalam memperoleh sertifikasi PIRT

(Pangan Industri Rumah Tangga). Pemerintah juga melakukan

pembinaan-pembinaan terhadap pemasaran keripik belut antara

lain dengan memberikan bimbingan kualitas produk makanan bagi

industri kecil keripik belut, memfasilitasi hubungan kerjasama

dengan swalayan ataupun mini market serta pemberian pinjaman

modal dengan bunga yang ringan.

4) Kebijakan Promosi disertai dengan adanya teknologi internet

Kebijakan promosi adalah aktivitas pemasaran dengan

berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi dan atau

Page 81: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxxi

mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar

bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang

ditawarkan perusahaan.

Dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan bantuan

komunikasi dunia maya. Adanya internet memungkinkan para

konsumen keripik belut untuk mengakses sejumlah informasi

terkait dengan proses perdagangan keripik belut. Melalui teknologi

ini, kini produsen belut dapat menawarkan produknya secara

online kepada para pembeli di seluruh kawasan Nusantara hingga

mancanegara, sehingga semakin memperluas jaringan pemasaran

dan akses pasar.

5) Persaingan di dalam Kabupaten Sukoharjo relatif kecil

Persaingan yang ada diantara pengusaha keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo relatif kecil dan tidak banyak

mempengaruhi penjualan keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

Pengusaha yang ada telah mempunyai konsumen dan pasar keripik

belut masing-masing. Antar sesama pengusaha keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo mereka anggap bukan sebagai saingan tapi

justru dijadikan mitra dagang. Jika salah satu pengusaha

kekurangan bahan baku maka pengusaha lain akan berusaha

membantu untuk memberikan kelebihan bahan bakunya kepada

pengusaha yang membutuhkan ataupun sebaliknya.

d. Identifikasi Faktor Ancaman

1) Perbedaan musim

Perbedaan musim selama ini sangat mempengaruhi

pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini akan

membawa dampak pada penawaran yang tidak stabil. Pada bulan-

bulan sepanjang musim hujan saat jumlah belut alam meningkat,

harga belut dipasaran relatif murah, yakni berkisar Rp 10.000,00-

Page 82: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxxii

Rp 15.000,00/Kg. Sebaliknya pada musim kemarau, harga jual

belut per kilogramnya dapat melonjak secara signifikan, yaitu

antara Rp 20.000,00-Rp30.000,00/Kg. Akibat hal tersebut

membuat pengusaha semakin kesulitan dalam menjamin kestabilan

harga jual keripik belutnya.

2) Pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan sesuai permintaan

Untuk mencukupi permintaan pasar pengusaha keripik belut

di Kabupaten Sukoharjo belum mampu membudidayakan belut

sendiri. Untuk memenuhi bahan baku pengusaha sangat tergantung

dari pemasok yang berasal dari daerah Jawa Timur. Keripik belut

yang dibudidayakan dengan belut yang ditangkap dialam akan

menghasilkan rasa yang berbeda ketika belut digoreng. Selama ini

belut yang mempunyai rasa yang enak berasal dari tangkapan di

alam.

3) Pemerintah kurang berperan optimal dalam pemberian

modal/kredit

Selama ini pengusaha sangat kesulitan untuk mendapatkan

akses modal. Misalnya untuk mendapatkan pinjaman modal dari

lembaga keuangan pengusaha sering dipersulit oleh urusan

jaminan. Diharapkan dengan adanya jaminan kelangsungan usaha

keripik belut dari pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo dapat

mempermudah pengusaha keripik belut memperoleh modal/kredit

terutama dalam memperluas jaringan pemasaran dan akses pasar

4) Adanya pemasaran keripik lain

Adanya pemasaran dari keripik lain berupa keripik paru ,

keripik rambak cakar, keripik kulit sapi dapat menjadi ancaman

bagi pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Pendapatan

produsen menjadi menurun karena jumlah yang dijual menjadi

berkurang. Kualitas keripik belut tetap menjadi primadona namun

dengan adanya perkembangan teknologi yang lebih baik tidak

tertutup kemungkinan keripik lain akan dapat lebih berkembang

Page 83: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxxiii

dibandingkan dengan keripik belut sehingga mempengaruhi

pemasaran dari keripik belut.

5) Daya beli konsumen terhadap keripik belut rendah

Minat konsumen dalam membeli keripik belut rendah. Salah

satu penyebabnya yaitu harganya yang mahal sehingga saat ini

hanya kalangan tertentu yang mampu membeli keripik belut.

Biasanya berasal dari kalangan menengah ke atas.

3. Alternatif Strategi

Untuk merumuskan alternatif strategi yang diperlukan dalam

pemasaran industri keripik belut di Kabupaten Sukoharjo digunakan

analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal dapat dipadukan dengan

kekuatan dan kelemahan internal sehingga dihasilkan rumusan strategi

pemasaran usaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Matriks ini

menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O,

strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T.

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang

menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam

pemasaran industri keripik belut di Kabupaten Sukoharjo, maka diperoleh

beberapa alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan, antara lain:

a. Strategi S-O

Strategi S-O (Strength-Opportunity) atau strategi kekuatan-

peluang adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk

memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dapat

dirumuskan adalah :

1) Meningkatkan kualitas, promosi perikanan, menjaga loyalitas

konsumen, jaringan distribusi keripik belut, kemitraan, dan

penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor.

2) Memanfaatkan adanya budaya kesadaran masyarakat akan gizi

dalam peningkatan produksi dan pemasaran.

b. Strategi W-O

Page 84: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxxiv

Strategi W-O (Weakness-Opportunity) atau strategi kelemahan-

peluang adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada

untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W-O yang

dapat dirumuskan adalah :

1) Optimalisasi pemberdayaan, peningkatan pengadaaan bahan baku.

2) Peningkatan pemasaran hasil produk keripik belut melalui promosi

produk unggulan spesifik lokasi disertai dengan koordinasi antara

instansi yang terkait dalam permodalan dan perijinan usaha.

c. Strategi S-T

Strategi S-T (Strength-Threat) atau strategi kekuatan-ancaman

adalah strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki

dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat

dirumuskan adalah :

1) Mempertahankan kualitas produk keripik belut dan

mengefisiensikan penggunaan sarana produksi serta

memperpendek mata rantai produsen-konsumen.

2) Membentuk wadah kerjasama antar pengusaha keripik belut

dengan dukungan dari pemerintah

d. Strategi W-T

Strategi W-T (Weakness-Threat) atau strategi kelemahan-

ancaman adalah strategi defensif untuk meminimalkan kelemahan

internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang

dapat dirumuskan adalah :

1) Meningkatkan kualitas sumber daya pengusaha secara teknis, moral

dan spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan

produksi dan daya saing keripik belut

2) Meningkatkan jaringan pemasaran untuk memperluas pangsa pasar.

Page 85: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxxv

Alternatif strategi pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Matrik SWOT sebagai berikut :

Tabel 24.Matriks SWOT Pemasaran Keripik belut di Kabupaten Sukoharjo Kekuatan-S

1. Pengalaman produksi 2. Kontinyuitas produksi 3. Kualitas keripik belut 4. Saluran Distribusi yang lancar 5. Kemitraan/kerjasama antar

produsen.

Kelemahan-W 1. Promosi terbatas 2. Kemasan kurang menarik 3. Harga fluktuatif 4. Harga keripik belut mahal 5. Manajemen

keuangan/pembukuan belum tersusun secara rapi

Peluang-O 1. Perluasan akses pasar 2. Meningkatnya kesadaran

masyarakat akan kandungan gizi belut

3. Perhatian pemerintah ( pemberian ijin usaha dan modal)

4. Kebijakan Promosi disertai dengan adanya teknologi internet

5. Persaingan di dalam Kabupaten Sukoharjo relatif kecil

Strategi S-O 1. Meningkatkan kualitas, promosi

perikanan,menjaga loyalitas konsumen, jaringan distribusi keripik belut, kemitraan, dan penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor.

(S1,S2,S3,S4,O1, O4,O5) 2. Memanfaatkan adanya budaya

kesadaran masyarakat akan gizi dalam peningkatan

produksi dan pemasaran. (S1,S2,S3,O1, O2)

Strategi W-O 1. Optimalisasi pemberdayaan,

peningkatan pengadaaan bahan baku.

(W4, O1, O2) 2. Peningkatan pemasaran hasil

produk keripik belut melalui promosi produk unggulan spesifik lokasi disertai dengan koordinasi antara instansi yang terkait dalam permodalan dan perijinan usaha.

(W1,W2,W3,O3,O4,O5,O6)

Ancaman-T

1. Perbedaan musim 2. Pemasok tidak dapat

memenuhi kebutuhan sesuai permintaan.

3. Pemerintah kurang berperan optimal dalam pemberian modal/kredit

4. Adanya pemasaran keripik

Strategi S-T 1. Mempertahankan kualitas

produk keripik belut dan mengefisiensikan penggunaan sarana produksi serta memperpendek mata rantai produsen-konsumen. (S1,S2,S3,S4,T3)

2. Membentuk wadah kerjasama

Strategi W-T 1. Meningkatkan kualitas sumber

daya pengusaha secara teknis, moral dan spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing keripik belut. ( W5,W6,T2,T3,T4)

2. Meningkatkan jaringan

Page 86: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxxvi

lain. 5. Daya beli konsumen

terhadap keripik belut rendah.

antar pengusaha keripik belut dengan dukungan dari pemerintah (S5,T1,T2,T4)

pemasaran untuk memperluas pangsa pasar. (W1,W2,T1,T4)

Sumber : Analisis Data Primer

4. Prioritas Strategi

a. Meningkatkan kualitas, promosi perikanan, menjaga loyalitas

konsumen, jaringan distribusi keripik belut, kemitraan, dan

penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor (4,983).

Berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas

keripik belut agar keripik belut dapat bertahan dari persaingan keripik

belut dari daerah lain dan juga untuk memenuhi tuntutan terhadap

kualitas yang terus meningkat. Upaya-upaya yang dapat dilakukan

agar kualitas keripik belut tetap terjaga ciri khas dan cita rasanya

antara lain dimulai dari bahan baku antara belut yang digunakan

sebaiknya berukuran sedang dan bukan berasal dari budidaya

melainkan berasal dari tangkapan di alam. Tidak banyak

menggunakan teknologi modern, proses masih sangat sederhana dari

awal usaha hingga saat ini sehingga rasa yang dihasilkan tidak banyak

mengalami perubahan dan tetap menonjolkan ciri khas. Kemudian

untuk meningkatkan kualitas dapat dilakukan dengan memperbaiki

bentuk kemasan dengan pencantuman merek dagang, ijin DepKes, cap

halal dan sebagainya.

. Peningkatan promosi dilakukan industri keripik belut di

Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo, mengarahkan tamu untuk

kunjungan ke sentra keripik berdasarkan kerjasama pemerintah

dilakukan diberbagai media seperti pembuatan papan nama sentra

belut, pembuatan brosur/leaflet profil tentang industri kecil keripik

belut mengadakan pameran-pameran serta dari internet yang telah

dibuat oleh Pemerintah Daerah.

Selain itu untuk menjaga agar konsumen tetap loyal kepada

pengusaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo antara lain dengan

Page 87: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxxvii

cara memperkuat komunitas antar pengusaha dengan konsumen serta

menjembatani kebutuhan antar keduanya. Perluasan akses jaringan

juga diperlukan untuk pemasaran dan pengembangan keripik belut.

Dengan ada jaringan membuat pelaku usaha yang punya produk sama

bisa memenuhi kebutuhan pasar secara bersama-sama. Dengan begitu,

mereka bisa mengendalikan pasar. Melalui jaringan tersebut akan

muncul suatu harga yang menguntungkan bagi semua pengusaha.

Salah satu kekuatan yang membuat keripik belut Kabupaten

Sukoharjo dapat bertahan hingga saat ini adalah kemitraan/kerjasama

yang terjalin antar pengusaha dalam satu daerah. Jika salah satu

pengusaha kekurangan bahan baku maka salah satu dari pengusaha

lain akan membantu memenuhi kekurangan itu.

Pengusaha selama ini memperoleh modal pinjaman hanya

dari pemerintah yang jumlahnya sangat terbatas untuk itu diperlukan

dana lain agar sentra industri keripik belut Kabupaten Sukoharjo bisa

bertahan. Adanya modal dari swasta juga sangat diperlukan selain

untuk memperkuat posisi pemasaran. Adanya dana dari swasta juga

dapat membantu pengusaha lain yang ada di Kabupaten Sukoharjo

untuk mengembangkan usahanya. Bahkan hingga ekspor ke luar

negeri.

b. Peningkatan pemasaran hasil produk keripik belut melalui promosi

produk unggulan spesifik lokasi disertai dengan koordinasi antara

instansi yang terkait dalam permodalan dan perijinan usaha (4,983)

Untuk meningkatkan pemasaran produk keripik belut,

pengusaha sudah banyak melakukan promosi-promosi antara lain

dengan melakukan promosi-promosi di pusat-pusat keramaian,

internet, membagikan brosur ke masyarakat dengan bantuan dari

pemerintah. Selain itu untuk mempermudah konsumen memperoleh

produk, pengusaha melayani pesanan via sms, telepon, email dan

pengantaran langsung ke lokasi, termasuk pengiriman melalui jasa

paket untuk luar kota. Untuk menunjang semua itu pengusaha tidak

dapat berjalan sendiri-sendiri perlu bantuan, dukungan dari

Page 88: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxxviii

pemerintah daerah khususnya dinas-dinas yang terkait didalamnya

antara lain dinas perikanan, dinas perindustrian, perdagangan dan

koperasi. Peran pemerintah hendaknya mempermudah dalam hal

pemberian modal usaha dan tidak mempersulit pengusaha dalam

mengurus perijinan usaha antara lain (SIU/SIUP, ijin DEPKES, dll)

sehingga memudahkan pengusaha dalam pemasaran keripik belut.

c. Membentuk wadah kerjasama antar pengusaha keripik belut dengan

dukungan dari pemerintah (4,579)

Selama ini kemitraan yang terjalin antar pengusaha keripik

belut di Kabupaten Sukoharjo sangat baik. Hal ini merupakan salah

satu kekuatan yang membuat usaha ini dapat bertahan hingga saat ini.

Diantara para pengusaha memiliki konsumen sendiri-sendiri mereka

tidak akan merebut konsumen yang telah dimiliki pengusaha lain.

Penjualan keripik belut di Kabupaten Sukoharjo tidak menjadikan

sebagai suatu persaingan. Melainkan sebagai suatu ajang untuk

mengembangkan potensi dari desanya yaitu dengan usaha keripik

belut itu. Sebenarnya yang menjadi kendala dalam hal ini adalah tidak

adanya lembaga atau jaringan, untuk itu perlu pembentukan jaringan

bagi para pelaku usaha yang punya produk sama. Dengan begitu,

mereka bisa mengendalikan pasar. Misalnya pengusaha ingin

memasok produknya hingga ke luar daerah Sukoharjo. Melalui

jaringan tersebut akan muncul suatu harga yang menguntungkan bagi

semua pengusaha. Apabila diantara pengusaha berjalan sendiri-

sendiri, maka bisa saja ada konsumen yang menawarkan harganya

berbeda-beda sehingga mengakibatkan pengusaha sendiri yang rugi,

karena terjadi persaingan harga antar prousen. Dengan pembentukan

jaringan pelaku usaha, diharapkan terjadi kesinergian antara

pengusaha dan konsumen. Hal semacam ini sangat penting untuk

mempertahankan dan meningkatkan produk keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo.

Strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam pemasaran

keripik belut di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan analisis Matriks

Page 89: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

lxxxix

QSP adalah strategi I dan II yaitu Mempertahankan kualitas, promosi

perikanan, menjaga loyalitas konsumen, jaringan distribusi keripik

belut, kemitraan, dan penanaman modal swasta untuk menembus

pasar ekspor, serta Peningkatan pemasaran hasil produk keripik belut

melalui promosi produk unggulan spesifik lokasi disertai dengan

koordinasi antara instansi yang terkait dalam permodalan dan

perijinan usaha dengan nilai TAS (Total Atractive Score) sebesar

4,983. Pelaksanaan alternatif strategi berdasarkan nilai TAS pada

matriks QSP dapat dilakukan dari nilai TAS strategi yang tertinggi,

kemudian tertinggi kedua, dan diikuti strategi urutan berikutnya

sampai nilai TAS strategi yang terkecil. Hasil perhitungan analisis

matriks QSP dapat dilihat pada Tabel 25

Tabel 25. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pemasaran Industri Keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

Alternatif Strategi FAKTOR-FAKTOR KUNCI Bobot I II III AS TAS AS TAS AS TAS Faktor Kunci Internal 1. Pengalaman produksi 0.120 3 0.360 3 0.360 2 0.240 2. Kontinyuitas produksi 0.111 3 0.333 3 0.333 2 0.222 3. Kualitas keripik belut 0.101 3 0.303 3 0.303 2 0.202 4. Saluran distribusi yang lancar 0.107 3 0.321 3 0.321 2 0.214 5. Kemitraan/kerjasama antar produsen 0.094 4 0.376 3 0.282 3 0.282 6. Promosi terbatas 0.103 2 0.206 2 0.206 3 0.309 7. Kemasan yang kurang menarik 0.083 1 0.083 2 0.166 2 0.166 8. Harga fluktuatif 0.087 1 0.087 2 0.174 2 0.174 9. Harga keripik belut mahal 0.089 2 0.178 2 0.178 3 0.267

10. Manajemen keuangan/pembukuan belum tersusun secara rapi 0.106 3 0.318 3 0.318 2 0.212

Total Bobot 1.00 Faktor Kunci Eksternal 1. Perluasan akses pasar 0.109 2 0.218 3 0.327 2 0.218 2. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan

kandungan gizi belut 0.122 3 0.366 3 0.366 2 0.244 3. Perhatian pemerintah(pemberian ijin usaha

dan modal) 0.115 3 0.345 3 0.345 2 0.230 4. Kebijakan promosi disertai dengan adanya

teknologi internet 0.093 2 0.186 2 0.186 3 0.279 5. Persaingan di dalam Kabupaten Sukoharjo

relatif kecil 0.092 2 0.276 2 0.184 2 0.184 6. Perbedaan musim 0.091 3 0.273 3 0.273 2 0.182 7. Pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan

sesuai permintaan 0.093 3 0.279 2 0.186 2 0.186 8. Pemerintah yang kurang berperan optimal

dalam pemberian modal/kredit 0.102 2 0.204 2 0.204 4 0.408

Page 90: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xc

9. Adanya pemasaran keripik lain 0.089 2 0.178 2 0.178 3 0.267 10. Daya beli konsumen terhadap keripik belut

rendah 0.093 1 0.093 1 0.093 1 0.093

Total Bobot 1.00

Jumlah Total Nilai Daya Tarik 4.983 4.983 4.579

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran

Secara nyata atau tersurat sentra industri keripik belut

memiliki visi, misi dan tujuan. Untuk dapat terus bersaing dalam

industri, sentra industri keripik belut harus memiliki arahan yang jelas

dalam menjalankan usahanya. Arah perusahaan tercermin dari visi,

misi dan tujuan yang dimilikinya.

Sentra industri keripik belut di Kabupaten Sukoharjo

mempunyai visi menjadi sentra penghasil keripik belut yang bermutu

secara kualitatif dan kuantitatif, mandiri, menguasai dan mencapai

target pasar, dan dikenal secara luas oleh masyarakat. Untuk mencapai

visi tersebut sentra keripik belut mempunyai misi yaitu menyediakan

keripik belut yang berkualitas tinggi. Visi dan misi tersebut

mempunyai tujuan yang tidak lain merupakan tujuan sentra industri

keripik belut yaitu mencapai laba maksimal setiap tahunnya, dan

mempertahankan dan menambah kualitas keripik belut.

Berdasarkan prioritas strategi yang telah dipilih hendaknya

prioritas strategi I dan II harus tetap dijalankan karena dengan

meningkatkan kualitas keripik belut membuat pengusaha semakin

yakin akan kemampuan produknya bersaing di masyarakat. Pengusaha

juga yakin jika produk yang telah dibuat sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan. Untuk menjadi pengusaha yang mandiri tidak cukup

hanya dengan bermodal sendiri perlu juga dari bantuan pemerintah.

Pemerintah diharapkan dapat memfasilitasi pemberian modal agar

Page 91: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xci

keberlangsungan dan kemandirian pengusaha dapat terjamin.

Sedangkan untuk mencapai visi menguasai dan mencapai target pasar,

dan dikenal secara luas oleh masyarakat dapat menggunakan strategi

yang ke II yaitu peningkatan pemasaran hasil produk keripik belut

melalui promosi produk unggulan spesifik lokasi disertai dengan

koordinasi antara instansi yang terkait dalam permodalan dan

perijinan usaha. Kemudian untuk strategi III dengan pembentukan

wadah kerjasama antar pengusaha jika dikaitkan dengan visi, misi

perusahaan adalah dengan wadah kerjasama diharapkan terjadi

persamaan dalam pembentukan harga sehingga antar pengusaha tidak

ada yang dirugikan. Oleh sebab itu diharapkan sentra industri keripik

belut dapat mencapai visi, misi dan tujuan dalam jangka panjang

maupun dalam jangka pendek dan strategi yang telah dipilih

sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pemasaran Keripik Belut

di Kabupaten Sukoharjo, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang

dan ancaman) pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah

sebagai berikut :

a. Kekuatan : Pengalaman produksi, kontinyuitas produksi, kualitas

keripik belut, saluran distribusi yang lancar, kemitraan/kerjasama antar

produsen.

b. Kelemahan : Promosi terbatas, kemasan yang kurang menarik, harga

fluktuatif, harga keripik belut yang mahal, manajemen

keuangan/pembukuan belum tersusun secara rapi.

Page 92: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xcii

c. Peluang : Perluasan akses pasar , meningkatnya kesadaran masyarakat

akan gizi, perhatian pemerintah(pemberian ijin usaha dan modal),

kebijakan promosi disertai dengan adanya teknologi internet,

persaingan di dalam Kabupaten Sukoharjo relatif kecil.

d. Ancaman : Perbedaan musim, pemasok tidak dapat memenuhi

kebutuhan sesuai permintaan, pemerintah yang kurang berperan

optimal dalam pemberian modal/kredit, adanya pemasaran keripik lain,

daya beli konsumen terhadap keripik belut rendah.

2. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo yaitu :

a. Strategi S-O

Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan

internalnya untuk memanfaatkan keuntungan dari peluang-peluang

yang ada. Alternatif strategi S-O yang dapat dirumuskan adalah:

1. Meningkatkan kualitas, promosi perikanan, menjaga loyalitas

konsumen, jaringan distribusi keripik belut, kemitraan, dan

penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor.

2. Memanfaatkan adanya budaya kesadaran masyarakat akan gizi

dalam peningkatan produksi dan pemasaran.

b. Strategi W-O

Strategi W-O adalah strategi mengatasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang. Alternatif strategi W-O yang dapat

dirumuskan adalah :

1. Optimalisasi pemberdayaan, peningkatan pengadaaan bahan baku.

2. Peningkatan pemasaran hasil produk keripik belut melalui promosi

produk unggulan spesifik lokasi disertai dengan koordinasi antara

instansi yang terkait dalam permodalan dan perijinan usaha.

c. Strategi S-T

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan

adalah:

81

Page 93: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xciii

1. Mempertahankan kualitas produk keripik belut dan

mengefisiensikan penggunaan sarana produksi, serta

memperpendek mata rantai produsen-konsumen.

2. Membentuk wadah kerjasama antar pengusaha keripik belut

dengan dukungan dari pemerintah

d. Strategi W-T

Strategi W-T adalah strategi yang meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman. Alternatif strategi W-T yang dapat dirumuskan

adalah:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya pengusaha secara teknis, moral

dan spiritual melaui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan

produksi dan daya saing keripik belut

2. Meningkatkan jaringan pemasaran untuk memperluas pangsa pasar.

3. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di

Kabupaten Sukoharjo berdasarkan analisis matriks QSP adalah

meningkatkan kualitas, promosi perikanan, menjaga loyalitas konsumen,

jaringan distribusi keripik belut, kemitraan, dan penanaman modal swasta

untuk menembus pasar ekspor dan peningkatan pemasaran hasil produk

keripik belut melalui promosi produk unggulan spesifik lokasi disertai

dengan koordinasi antara instansi yang terkait dalam permodalan dan

perijinan usaha.

B. Saran

1. Pengusaha keripik belut hendaknya meningkatkan kualitas keripik belut

dengan cara memperbaiki kemasan yang sudah ada dengan pemanfaatan

teknologi untuk pengepresan kemasan supaya tidak ada udara yang masuk,

mencantumkan label makanan ciri khas daerah Kabupaten Sukoharjo,

menjaga kontinyuitas produksi dengan tidak hanya menggunakan belut

yang berasal dari tangkapan sawah saja tetapi juga dengan menggunakan

belut yang berasal dari budidaya.

Page 94: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xciv

2. Peningkatan sumber daya manusia dengan melakukan penyuluhan dan

diklat mengenai budidaya, penggunaan teknologi, perbaikan manajemen

dan perbaikan usaha.

3. Sebaiknya pemerintah lebih berperan dalam membantu pengusaha keripik

belut baik dalam proses promosi keripik belut yang dapat dilakukan

dengan mengikutsertakan pengusaha untuk pameran-pameran mengenai

makanan daerah Kabupaten Sukoharjo salah satunya keripik belut maupun

dengan pengadaan sarana dan prasarana produksi seperti pengadaan bahan

baku dan akses transportasi sehingga terjadi peningkatan usaha dan

peningkatan pendapatan

4. Dukungan pemerintah dalam penyediaan akses modal/kredit lebih

digalakkan lagi yaitu dengan memfasilitasi pengusaha melalui progam

usaha bersama simpan pinjam (UBSP).

DAFTAR PUSTAKA

Adi, G.S. 2008. Strategi Pengembangan Usahatani Lele Dumbo di Kabupaten Boyolali. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Afif, F. 1994. Strategi Pemasaran. Angkasa. Bandung.

Ahmad, L. 2007. Flora dan Fauna: Belut Tubuhnya Licin, Bergizi Tinggi. http://www.lampungpost.com. Diakses pada tanggal 08 Januari 2009 pukul 13.05 WIB.

Anonim. 2008. Budidaya Belut di Pekarangan Rumah. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

_______. 2009. Wirausaha Petani Membangun Ekonomi Komunitas. Salam Majalah Pertanian Berkelanjutan. No 29 Oktober 2009. Leisa. Denpasar.

Asri, M. 1991. Marketing. Unit Penerbit dan percetakan AMP YKPN. Yogyakarta.

Assauri, S. 1987. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi. CV.Rajawali. Jakarta.

Astawan. 2009. Manfaat Belut Untuk Tulang. http://masenchipz.com. Diakses pada tanggal 08 Januari 2009 pukul 13.05 WIB.

Azahari. 2007. Proses Pembuatan Keripik Belut. http://wikipedia.co.id. Diakses pada tanggal 08 Januari 2009 pukul 13.05 WIB.

Page 95: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xcv

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofi dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

David, F. R. 2004. Manajemen Strategis Konsep-Konsep. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sukoharjo. 2007. Data Perusahaan Industri Kabupaten Tahun 2007. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sukoharjo.

Fatima, I. 2007. Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Flores NusaTenggara Trading co.ltd.(ntc) di Ruteng Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Flores Ende. Nusa Tenggara Timur.

Hunger. D. J dan Wheelen.T. L. 2003. Manajemen Strategis. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Jauch, L.R. dan Glueck,W.F. 1991. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Terjemahan Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

Kartasapoetra. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Rineka Cipta. Jakarta.

Kotler, P. 1991. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta.

_______, 1992. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan dan Pengendalian. (Diterjemahkan oleh: Jaka Wasana). Penerbit Erlangga. Jakarta.

Lamb, C. W, Joseph F. H dan Carl, M. 2001. Pemasaran. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara. Jakarta

Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Porter, M.E. 1994. Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Binarupa Aksara. Jakarta.

Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ratya, A.2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya.

Singarimbun, M dan S, Effendi. 1997. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Sari,W. 2009. Analisis Pemasaran Emping Garut di Kabupaten Sragen. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Stanton, W.J. 1991. Prinsip Pemasaran. Jilid I. Edisi Ketujuh. Erlangga. Jakarta.

_______, 1993. Prinsip Pemasaran Edisi Ketujuh. Erlangga. Jakarta.

84

Page 96: STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN …/Strategi... · pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

xcvi

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik. Tarsito. Bandung.

Umar, Husein. 2003. Strategic Management In Action. Cetakan Ketiga. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wirakartakusumah, M. A. 1997. Telaah Perkembangan Industri Pangan di Indonesia Dalam Jurnal Pangan No. 32 Vol VIII. Penerbit Bulog. Jakarta.