STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni --...
Transcript of STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni --...
i
STRATEGI PENGEMBANGAN
ASURANSI SYARIAH PEMAKAMAN
DI INDONESIA
Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial
ii
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
iii
Dr. Abdul Ghoni
STRATEGI PENGEMBANGAN
ASURANSI SYARIAH PEMAKAMAN
DI INDONESIA
Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial
NUSA LITERA INSPIRASI
2018
iv
Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia:
Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Nusa Litera Inspirasi
Cetakan pertama Desember 2018
All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang
Penulis: Dr. Abdul Ghoni
Perancang sampul: NLI Team
Penata letak: NLI Team
Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia:
Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial
xviii + 244: 15 cm x 22 cm
ISBN: 978-602-5668-623
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
Penerbit Nusa Litera Inspirasi
Jl. KH. Zainal Arifin
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
www.nusaliterainspirasi.com
HP: 0821-1976-9742
Isi di luar tanggungjawab percetakan.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Asu-
ransi Syariah Pemakaman di Indonesia: Sinergi antara Perusahaan
Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial. Bagi penulis,
penyelesaian penelitian ini merupakan capaian prestasi di bidang
akademik dan merupakan tantangan yang tidak mudah untuk dilalui.
Hanya dengan karunia Allah SWT penulis mampu melewatinya. Sha-
lawat dan Salam semoga senantiasa disampaikan oleh Allah Swt
kepada nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang
tua, Ayahanda Dailami HB Bsc (Alm) dan Ibunda Nuraini atas duku-
ngan, motivasi, dan do’a, telah memberikan penulis kekuatan sehing-
ga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini. Kepada kedua mer-
tua, Bapak Herri M.Yasin (Alm), dan Ibu Komariah (Alm), terimaka-
sih atas motivasi, dukungan, dan perhatian yang tinggi, telah membe-
rikan semangat luar biasa bagi penulis dalam menyelesaikan peneliti-
an ini. Kepada seluruh keluarga tercinta penulis haturkan banyak
terimakasih atas perhatian, dorongan serta do’a yang tiada henti,
sehingga membuat hari-hari penulisan disertasi penuh arti dan makna.
Penulisan penelitian ini pada dasarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam memperoleh gelar Doktor Ekonomi Islam
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sebagai manusia yang tidak luput dari kekura-
ngan dan kesalahan, penelitian ini tentu memiliki terbatasan. Maka
penulis tidak terlepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak
pada penulisan penelitian ini. Untuk itu, penulis menyampaikan
penghargaan serta ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Rektor UIN Syarif Hidaya-
tullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk belajar program doktor pada Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
2. Prof. Dr. Masykuri Abdillah sebagai Direktur Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan spirit agar
penulisan penelitian ini segera diselesaikan.
3. Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA sebagai promotor yang
telah membimbing, mengayomi, dan memberikan ide dan gagasan
yang konstruktif dalam penyelesaian penelitian ini.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM sebagai promotor sekaligus Wakil
Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mendidik, membimbing, dan memberikan ide kreatif-imajinatif
kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
5. Prof. Dr. Didin Saefuddin, MA sebagai Ketua Prodi Doktor Pasca-
sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
6. Bapak Sigit Budiarso yang menemani penulis ikut dalam pendaf-
taran SPS dan memberikan support dan motivasi kepada penulis.
7. Bapak Desmadi Saharuddin selaku wakil dekan FEB UIN yang
memberikan bantuan besar, saat proses pendaftaran awal penulis
di SPS dan juga bahan-bahan dalam proses penulisan penelitian
ini.
8. Bapak Muktisjah Ramli selaku Group Treasurer di Persatuan Pe-
muda Muslim seEropa (PPME) Masjid Al Ikhlas Amsterdam, yang
memberikan inspirasi awal kepada penulis mengenai topik peneli-
tian ini, yaitu Asuransi Syariah Pemakaman.
9. Ibu Maya Dewi dan Bapak Hendri Risnaldi selaku General Mana-
ger Marketing dan Sales yang bersedia memberikan bantuan, baik
waktu dan support dalam proses penelitian penulis di Al Azhar
Memorial Garden yang merupakan objek penelitian penulis.
10. Bapak Irsyal Ismail dan Bapak Sulaiman selaku komisaris utama
dan direktur utama di PT Insco Multi Pratama Insurance broker
and consultant yang banyak memberikan fasilitas bantuan peneli-
tian keberbagi pihak di Industri Asuransi Syariah di Indonesia
11. Bapak Saroyo selaku manajemen di PT Jasa Mitra Abadi Syariah
selaku perusahaan Asuransi Syariah yang menerbitkan polis perta-
ma terkait Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia dengan Al
Azhar Memorial Garden.
12. Bapak Taufik Marjuniadi, selaku Ketua Umum Asosiasi Asuransi
Syariah Indonesia (AASI) periode 2015-2017 yang bersedia melu-
angkan waktu dan menyumbangkan pemikirannya dalam penuli-
san penelitian ini
vii
13. Para kyai di Dewan Syariah Nasional (DSN), baik di Ketua dan
dipengurus harian dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Asuran-
si Syariah.
14. Direktur, kepala divisi, kepala bagian dan seluruh staff di Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), khususnya di direktorat keuangan syariah.
15. Seluruh teman-teman di Industri Asuransi Syariah yang tentu
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan sema-
ngat, bantuan dan dukungan dalam penulisan penelitian ini.
16. Seluruh dosen dan karyawan Pascasarjana UIN Syarif Hidaya-
tullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
pendidikan.
17. Kepala, staff dan karyawan perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
18. Teman-teman tercinta di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu,
berbagi keceriaan, dan berbagi kisah dengan penulis.
19. Untuk keluarga tercinta Istri penulis Erny Arianty yang selalu
memberikan dorongan dan semangat yang tinggi dan anak-anak
penulis yang sholeh dan sholehah, yaitu ananda Syafiah, Imam,
Rafif, Sayyidah, Hafizhah dan Aulia. Terimakasih atas segala
pengertian, bantuan, dan do’a yang tulus untuk mendampingi pe-
nulis dalam segala suka dan duka. Keceriaan dan candatawa mere-
ka memberikan aspirasi dan motivasi yang tak terhingga bagi
penulis.
20. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga kebaikan selalu bersama kita semua.
Pada akhir pengantar ini, penulis mengharapkan saran dan ma-
sukan dari para pembaca agar karya ini lebih baik lagi. Semoga karya
ini memberi kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu pendidi-
kan, terutama pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 15 Oktober 2018
Abdul Ghoni
viii
ABSTRAK
Industri Asuransi Syariah memiliki rasio penetrasi yang relatif
masih kecil dibandingkan dengan rasio penetrasi asuransi konvensio-
nal. Untuk meningkatkan penetrasi pasar, industri Asuransi Syariah
perlu melakukan inovasi produk, salah satunya adalah produk Asu-
ransi Syariah mikro, yaitu Asuransi Syariah Pemakaman. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi yang tepat dalam
mengembangkan produk Asuransi Syariah Pemakaman.
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
analisis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, secara kuantita-
tif menggunakan metode AHP (analytical hierarchy process). Teknik
ini digunakan untuk mengetahui prioritas dari elemen-elemen produk
Asuransi Syariah Pemakaman, secara kualitatif penelitian ini meng-
gunakan pendekatan etnometodologi, untuk mengetahui strategi
pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia.
Kesimpulan disertasi adalah bahwa pengembangan Asuransi
Syariah Pemakaman menjadi lebih efektif melalui kerjasama produk
dengan lembaga pemakaman. Strategi pengembangan Asuransi Syari-
ah Pemakaman di Indonesia terbagi menjadi 2 aspek, yaitu strategi
pengembangan bisnis Asuransi Syariah Pemakaman dan strategi pe-
ngembangan produk Asuransi Syariah Pemakaman.Strategi pengem-
bangan bisnis Asuransi Syariah Pemakaman, terdiri dari; (1) Kerjasa-
ma dengan lembaga, baik itu dalam bentuk perusahaan, yayasan, aso-
siasi, dan organisasi yang memberikan layanan pemakaman, (2) mela-
lui skema kumpulan, yaitu skema bisnis dalam bentuk polis induk
Asuransi Syariah Pemakaman, (3) melakukan edukasi pasar dengan
cara yang efektif dan efisien, baik melalui promosi maupun literasi di
kurikulum sekolah, serta khususnya melalui jalur keagenan.
Kesimpulan ini bertentangan dengan hasil penelitian oleh
Erlend Berg yang berjudul Securing The Afterlife: The Puzzle Of Funeral Insurance dan juga oleh Brown yang berjudul Microinsu-rance: The risks, perils and opportunities. yang menyatakan bahwa
asuransi mikro dapat dipasarkan secara sendiri. Penelitian ini juga
memperkuat penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Nitesh Behare
yang berjudul Funeral Insurance an Innovative Product a Study with Reference to Pune City dan Stefan Dercon yang berjudul Group-
ix
based Funeral Insurance in Ethiopia and Tanzania, oleh James Brau
dan oleh Muhammed Altuntas serta oleh Abhijit Banerjee yang
berjudul Bundling Health Insurance and Microfinance in India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand yang menyata-
kan bahwa Asuransi Syariah mikro sebaiknya dipasarkan dengan
produk bersama dengan lembaga tertentu.
Key words: Asuransi Syariah, Pemakaman, Pengembangan
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h{ = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s{ = ص
d{ = ض
t{ = ط
z{ = ظ
ع = ‘
gh = غ
f = ف
q = ق
k = ك
l = ل
m = م
n = ن
h = ه
w = و
y = ي
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fath}ah A A
Kasrah I I
D}ammah U U
xi
2. Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
Fath}ah dan ya Ai a dan i ...ى
Fath}ah dan wau Au a dan w ...و
Contoh:
h}aul : حول H}usain : حسني
C. Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif a> a dan garis di atas ــــا
Kasrah dan ya i> i dan garis di atas ــــي
D}ammah dan wau u> u dan garis di atas ــــو
D. Ta’ Marbu>t}ah (ة) Transliterasi ta’ marbu>t}ah ditulis dengan “h” baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah (مرأة) madrasah
( )مدرسة
Contoh:
al-Madi>nat al-Munawwarah : املدينةاملنورة
E . Shaddah
Shaddah/tashdi>d pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu.
Contoh:
nazzala : نزل
F. Kata Sandang
Kata sandang “الـ” dilambangkan berdasarkan huruf yang me-
ngikutinya, jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai huruf
yang bersangkutan, dan ditulis “al” jika diikuti dengan huruf qamari-yah. Selanjutnyaال ditulis lengkap baik menghadapi al-Qamariyah,
xii
contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah seperti kata al-
Rajulu (الرجل)
Contoh:
al-Qalam : القلم al-Shams : الشمس
xiii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK viii
PEDOMAN TRASLITERASI x
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xviii
BAB I
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 7
C. Tujuan Penelitian 9
D. Siginifikansi dan Manfaat Penelitian 9
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 10
F. Metode Penelitian 13
G. Sistematika Penulisan 21
BAB II
DISKURSUS ASURANSI SYARIAH DAN PEMAKAMAN 23
A. Konsep, Prinsip dan Model Operasional
Asuransi Syariah 23
1. Konsep Asuransi Syariah dalam Islam 23
2. Prinsip Asuransi Syariah 36
3. Perbedaan antara Asuransi Syariah dan Asuransi
Konvensional 43
4. Model Operasional Pengelolaan Asuransi Syariah 55
B. Konsep, Layanan dan Model Pengelolaan Pemakaman 71
1. Konsep Pemakaman dalam Islam 71
2. Jenis-jenis Layanan Pemakaman 73
3. Model Pengelolaan Pemakaman 74
xiv
BAB III
INOVASI PRODUK DALAM PENGEMBANGAN
INDUSTRI ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA 77
A. Pengembangan Produk Asuransi Syariah 78
1. Klasifikasi Produk Asuransi Syariah 78
2. Pengembangan Asuransi Syariah Mikro 83
3. Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman 87
4. Macam-macam Produk Asuransi Syariah Pemakaman 87
5. Kriteria Produk Asuransi Syariah Pemakaman 88
B. Elemen-elemen Produk Asuransi Syariah Pemakaman 89
1. Kebutuhan Pasar 89
2. Desain Produk 91
3. Harga Premi 93
4. Proses 94
5. Saluran Distribusi 94
6. Edukasi Pasar 95
BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS ASURANSI
SYARIAH DI INDONESIA 101
A. Sejarah dan Perkembangan Industri Asuransi Syariah
Secara Global 101
B. Pengembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia 110
1. Regulasi dan Fatwa 110
2. Jenis dan Jumlah Perusahaan 113
3. Total Aset dan Kontribusi 114
4. Rasio Penetrasi dan Pertumbuhan 117
C. Peluang dan Tantangan perkembangan Industri
Asuransi Syariah 118
1. Analisis SWOT Industri Asuransi Syariah
di Indonesia 118
2. Peluang dan Prospek Industri Asuransi Syariah
di Indonesia 138
3. Kendala dan Tantangan Asuransi Syariah Mikro
di Indonesia 144
4. Tahapan Pengembangan Industri Asuransi Syariah
di Indonesia 154
xv
BAB V
STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PEMAKAMAN
DAN SINERGI DENGAN INDUSTRI ASURANSI SYARIAH 161
A. Pengembangan Industri Pemakaman 161
1. Perkembangan Bisnis Pemakaman di Berbagai
Negara Muslim 161
2. Pengembangan Bisnis Pemakamann di Indonsia 164
B. Faktor-faktor Penentu Pengembangan Produk
Asuransi Syariah Pemakaman 167
1. Strategi Pengembangan Bisnis Asuransi Syariah
Pemakaman 167
2. Strategi Pengembangan Produk Asuransi Syariah
Pemakaman 168
3. Inisiatif Pengembangan dari Pemerintah 168
C. Sinergi Antara Perusahaan Asuransi Syariah dan
Lembaga Pemakaman dalam Pengembangan Produk 177
1. Kerjasama produk untuk efisiensi dan efektifitas
Operasional usaha 177
2. Kerjasama pemasaran dan edukasi dimasyarakat 178
3. Kerjasama investasi dalam pengembangan
Infrastruktur layananan pemakaman 178
BAB VI
ANALISIS ELEMEN PRODUK ASURANSI SYARIAH
PEMAKAMAN DI INDONESIA 179
A. Responden AHP 180
B. Analisis atas Elemen Utama pada Produk Asuransi
Syariah Pemakaman 181
C. Analisis Sub Elemen-elemen Produk Asuransi Syariah
Pemakaman 207
BAB VII
PENUTUP 213
A. Kesimpulan 213
B. Saran 216
DAFTAR PUSTAKA 217
GLOSARIUM 234
INDEKS 239
BIODATA PENULIS 243
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Skala AHP dan Definisinya 15
Tabel 1.2. Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan 16
Tabel 1.3. Nilai Indeks Random 18
Tabel 2.1. Perbedaan antara Asuransi Syariah & Asuransi
Konvensional 45
Tabel 2.2. Perbedaan antara Model Wakalah dan Mudarabah 59
Tabel 3.1. Perbedaan Produk Family Asuransi Syariah dan
General Asuransi Syariah 82
Tabel 3.2. Perbedaan antara Asuransi Mikro dan Bukan Mikro 86
Tabel 4.1. Populasi QISMUT & GDP 109
Tabel 4.2. Jenis dan Jumlah Perusahaan Asuransi Syariah
Indonesia 113
Tabel 6.1. Data Responden AHP 180
Tabel 6.2. Perbandingan Berpasangan Kriteria Produk Asuransi
Syariah Mikro 181
Tabel 6.3. Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah Mikro
Responden 1 182
Tabel 6.4. Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban Responden 1 183
Tabel 6.5. Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah Mikro
Responden 2 183
Tabel 6.6. Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban Responden 2 184
Tabel 6.7. Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah Mikro
Responden 3 184
Tabel 6.8. Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban Responden 3 185
Tabel 6.9. Prioritas Kepentingan (Bobot) Prioritas Elemen 186
Tabel 6.10. Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 1 189
Tabel 6.11.Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 2 189
Tabel 6.12. Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 3 190
Tabel 6.13. Sub-elemen Desain Produk Responden 1 190
Tabel 6.14. Sub-elemen Desain Produk Responden 2 191
Tabel 6.15. Sub-elemen Desain Produk Responden 3 191
Tabel 6.16. Sub-elemen Harga Premi Responden 1 192
Tabel 6.17. Sub-elemen Harga Premi Responden 2 192
Tabel 6.18. Sub-elemen Harga Premi Responden 3 193
Tabel 6.19.Sub-elemen Proses Responden 1 193
xvii
Tabel 6.20. Sub-elemen Proses Responden 2 194
Tabel 6.21. Sub-elemen Proses Responden 3 194
Tabel 6.22. Sub-elemen Distribusi Responden 1 194
Tabel 6.23. Sub-elemen Distribusi Responden 2 195
Tabel 6.24. Sub-elemen Distribusi Responden 3 195
Tabel 6.25. Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 1 196
Tabel 6.26. Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 2 196
Tabel 6.27. Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 3 197
Tabel 6.28. Hasil Perhitungan Konsistensi Index Penilaian
Responden 198
Tabel 6.29. Hasil Rasio Konsistensi Penilaian Responden 198
Tabel 6.30. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Kebutuhan Pasar 199
Tabel 6.31. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Desain Produk 200
Tabel 6.32. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Harga Premi 201
Tabel 6.33. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase
Tingkat Kepentingan Sub-Elemen Proses 202
Tabel 6.34. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Distribusi 203
Tabel 6.35. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Edukasi Pasar 205
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Diagram Pemilihan Kriteria ProdukAsuransi
Syariah Mikro 14
Gambar 2.1. Perbandingan Konsep Asuransi Syariah Vs
Asuransi Konvensional 28
Gambar 2.2. Mudarabah Model 57
Gambar 2.3.Wakala-fee Model 60
Gambar 2.4. Wakala-waqf Model 62
Gambar 3.1. Potensi Pasar Asuransi Mikro Global 91
Gambar 4.1. Share Global Aset Keuangan Syariah 107
Gambar 4.2. Market Share Kontribusi Asuransi Syariah
di Timur Tengah 108
Gambar 4.3. Market Share Kontribusi Asuransi Syariah
di ASEAN 108
Gambar 4.4. Share diantara Negara QISMUT 110
Gambar 4.5. Aset Asuransi Syariah di Indonesia 115
Gambar 4.6. Aset Asuransi Nasional di Indonesia 115
Gambar 4.7. Kontribusi Bruto Asuransi Syariah di Indonesia 116
Gambar 4.8. Premi Bruto Asuransi Nasional di Indonesia 117
Gambar 4.9. Tantangan dalam Pengembangan Industri
Asuransi Syariah 153
Gambar 6.1. Hirarki Prioritas AHP 179
Gambar 6.2. Hirarki Prioritas AHP-Sublevel 180
Gambar 6.3. Hasil Output Prioritas Elemen Produk Asuransi
Syariah Pemakaman 187
Gambar 6.4. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen
Kebutuhan Pasar 199
Gambar 6.5. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Desain Produk 200
Gambar 6.6. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Harga Premi 202
Gambar 6.7. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Proses 203
Gambar 6.8. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Distribusi 204
Gambar 6.9. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Edukasi Pasar 206 Gambar 6.10. Gambar Hirarki Analisa Tingkat Kepentingan
Elemen Produk Asuransi Syariah Pemakaman 206
Dr. Abdul Ghoni | 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri Asuransi Syariah secara umum memiliki aset dan
penetrasi yang relatif masih kecil dibandingkan dengan aset dan
penetrasi asuransi konvensional1. Dengan keuangan syariah global,
Asuransi Syariah hanya memiliki market share sebesar 1% dari total
aset keuangan global dengan nilai diprediksi pada tahun 2018 sebesar
$3 Triliun, yang terdiri dari lebih 600 lembaga keuangan syariah di 75
negara diseluruh dunia. Untuk meningkatkan penetrasi pasar, industri
Asuransi Syariah perlu melakukan banyak terobosan sehingga dapat
mereposisi diri di pasar keuangan, salah satunya adalah membuat pro-
duk-produk baru.2 Salah satu produk yang berpotensi untuk dikem-
bangkan, khususnya dinegara berkembang seperti Indonesia, adalah
produk Asuransi Syariah mikro. Salah satu produk Asuransi Syariah
mikro yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Asuransi Syariah
Pemakaman.3
Produk asuransi syariah (takāful) mikro dalam beberapa peneli-
tian dapat dipasarkan secara sendiri (stand alone)4. Namun banyak
sekali penelitian yang menyatakan bahwa produk asuransi syariah
(takāful) mikro sebaiknya dipasarkan dengan produk bersama (bundl-ing product) dengan lembaga tertentu
5. Asuransi Syariah Pemakaman
1 Puteri and others. “Takāful: A review on performance, issues and
challenges in Malaysia”. Journal of Scientific Research and Development 3
4 (2016): 71-76. 2 Kamaruddin Sharif. “Takāful – Development and Challenges Over
20 Years of Its Existence in Malaysia”. Jurnal Pengurusan 23(2004): 3-13 3 Susan Dingwall. “Microtakāful – Developing the Potential”. Norton
Rose LLP. (2012) 4 Erlend Bergb. “Securing The Afterlife: The Puzzle Of Funeral Insu-
rance”. Bristol and Oxford and the Centre for the Study of African Econo-mies Conference. (2011) dan Brown, W. “Microinsurance: The risks, perils
and opportunities”. Small Enterprise Development, 12(1), (2001) 11–24. 5 Nitesh Behare, Vidula Dharmapurikar.”Funeral Insurance An Inno-
vative Product A Study With Reference To Pune City”. International Jour-
2 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
merupakan produk yang masih relatif baru di Indonesia, seiring
dengan berkembangnya layanan komersial maupun sosial lembaga
pemakaman yang bersifat professional di Indonesia, diharapkan pro-
duk Asuransi Syariah Pemakaman juga akan ikut berkembang dengan
baik.
Anne case menyatakan bahwa biaya pemakaman, khususnya
dengan cara dikubur semakin hari semakin tinggi, khususnya di nega-
ra-negara maju, seperti Amerika, Eropa, Australia bahkan di negara
berkembang di Afrika.6 Biaya pemakaman merupakan faktor utama
yang menjadi tantangan umat Islam di dunia, selain faktor-faktor
lain, seperti keterbatasan lahan, ketentuan regulasi disuatu negara
serta budaya dan agama mayoritas. Di DKI Jakarta biaya pemakaman
sebesar Rp 6.000.000, namun di Eropa sebesar € 12.500 dan di
Amerika $ 10.000 serta biaya penguburan di London berkisar € 4.000-
5.000, sedangkan untuk kremasi di London sudah berkisar €2.000-
nal of Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM). (2013). ISSN 2319 – 4847; Stefan Dercon, Joachim De Weerdt, Tessa Bold,
Alula Pankhurst. “Group-based Funeral Insurance in Ethiopia and Tanza-
nia”. World Development Vol. 34, No. 4, (2006):685–703,. Elsevier Ltd. All
rights reserved 0305-750X; James C. Brau. “Insurance Theory and Challe-
nges Facing The Development of Microinsurance Markets”. Journal of Developmental Entrepreneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–440; Muham-
med Altuntas, Thomas R. Berry, Anja Erlbeck. “Takāful—Charity or Busi-
ness? Field Study Evidence from Microinsurance Providers”. Journal of Insurance Regulation. © 2011 National Association of Insurance Commi-
ssioners; Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in
India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand”. Ame-rican Economic Review: Papers & Proceedings, 104(5), (2014): 291–297.
6 Anne Case and others.” Paying the Piper: The High Cost of Funerals
in South Africa”. Economic Development and Cultural Change, Vol. 62, No.
1 (October 2013), 1-20. The University of Chicago Press. http://www.jstor.
org/stable/ 10.1086/671712. Khadija Kadrouch Outmany. “Religion at the
cemetery Islamic Burials in the Netherlands and Belgium”. Department of Cultural Anthropology and Development Sociology, Leiden University,
Leiden, Netherlands. 13 October 2015. DOI 10.1007/s11562-015-0341-3.
McCrindle, Australian Bureau of Statistics. National Convention on Sunday
June 1st, 2014. Anggun Gunawan. The Capitalization of Funeral: Case
Study in Indonesia and the United States. Simon Cox. The Royal London
National Funeral Cost Index Report 2015. Rising Funeral Cost.
Dr. Abdul Ghoni | 3
3.000, harga berbeda-beda disetiap daerah dan negara, namun setiap
tahun biaya tersebut terus meningkat. Untuk singapura sendiri biaya
penguburan berkisar SGD 1.200-1.300.
Di Belanda, komunitas muslim keturunan Indonesia juga
mengalami kendala dalam menjalankan syariat Islam, yaitu terkait
pemakaman yang sudah sangat mahal, selain lahan untuk pemakaman
semakin terbatas, bahkan harus sewa lahan dengan jangka waktu 10
sampai dengan 50 tahun ke depan. Adapun biaya pemakaman di
Belanda, dapat dilakukan di negara tersebut dengan biaya mencapai
5.000 euro, namun jika dilakukan repatriasi ke tanah air, biaya
menjadi semakin mahal mencapai 6.000 euro, berbeda hal nya dengan
komunitas muslim lainnya seperti dari maroko dan turki, mereka
melakukan repatriasi pemakaman ke tanah air mereka jauh lebih
murah, dikarenakan jarak yang lebih dekat.7
Pemakaman dalam Islam mengacu pada Al Qur’an dan Al
Hadist secara rinci telah dijelaskan dan menjadi fardhu kifayah bagi
seluruh umat muslim, Islam mengajarkan muslim yang meninggal
harus di mandikan, dikafankan, disholatkan dan dikuburkan. Islam
tidak mengatur tentang kremasi, karena tidak ada nash-nash secara
jelas menyebutkan tentang kremasi.8 Dalam Al Qur’an Allah SWT
telah berfirman tentang pemakanan, yaitu:9
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di
bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya
menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku,
mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku
7 Berdasarkan hasil wawancara dengan Muktisjah Ramli, pengurus
pemakaman di PPME-AIA yang berlokasi di Amsterdam 8 Fuusje de Graaff. “End-of-life Care and Beyond. Journal of Intercul-
tural Studies, 37:2, 2016,133-146, DOI: 10.1080/07256868.2016.1141754. 9 QS Al Maidah [5] 31 dan QS Thaha [20] 55, serta banyak hadist
yang menjelaskan proses pemakaman dalam Islam.
4 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia
seorang diantara orang-orang yang menyesal.”
"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu (menghidupkan
manusia), dan kepadanya (bumi) Kami akan mengembalikan kamu
(ke dalam tanah, mematikan), dan darinya (tanah), Kami akan me-
ngeluarkan kamu pada kali yang lain (menghidupkan generasi manu-
sia berikutnya)."
Industri pemakaman di dunia merupakan industri yang sudah
cukup tua dan besar. Di Amerika, pengelolaan aktivitas pemakaman
merupakan bisnis yang sudah cukup besar bernilai $20,7 Miliar per
tahun yang dijalani oleh 115.547 karyawan dengan 25.429 pengelola
usaha.10
Di Jepang bernilai ¥1.6 Triliun dengan melibatkan 6.500
pengelola11
, di asia tenggara akumulasi bisnis pemakaman di 4 nega-
ra, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand diperkirakan
melebihi $4.16 Milyar. Pengelolaan dana pemakaman ini juga didu-
kung oleh lembaga keuangan asuransi yang turut memasarkan produk
asuransi pemakaman (funeral insurance) yang ikut mengembangkan
industri asuransi di negara maju bernilai milyaran dollar.
Di Indonesia pengelolaan pemakaman merupakan usaha yang
relatif baru berkembang dimulai dengan munculnya kawasan makam
elite oleh group lippo, yaitu Sandiago Hills Memorial Park, setelah
itu muncul juga pengelola makam Islami, yaitu Al Azhar Memorial
Garden, di susul juga pengelola yang lain, yaitu Firdaus Memorial
Park.12
Perkembangan kegiatan pemakaman yang bersifat ekslusif ini
menuai kritik dan kecaman dari masyarakat, yang pada akhirnya
direspon oleh Majelis Ulama Indonesia dengan menerbitkan sebuah
10
http://www.pbs.org/pov/homegoings/economics-of-the-funeral-
industry.php 11
JETRO Japan Economic Monthly, February 2006. Industrial
Report. Trends in the Japanese Funeral Industry 12
www.alazharmemorialgarden.com ; www.firdausmemorialpark.org/
Dr. Abdul Ghoni | 5
Fatwa Haram bagi pengelolaan Makam Mewah.13
Dalam fatwa ini
disebutkan bahwa jual-beli makam Mewah hukumnya haram, namun
untuk makam yang bersifat sederhana maka hukumnya boleh, bertu-
juan untuk menjaga agar umat Islam mendapatkan pelayanan yang
layak dan tidak bercampurnya antara makam muslim dan non-
muslim.
Komersialisasi bisnis pemakaman di berbagai negara memberi-
kan tantangan yang berat bagi umat Islam dalam menjalankan penge-
lolaan makam yang sesuai syariah dan dengan cara sosial. Di berbagai
negara maju, seperti di Eropa, Amerika, Jepang dan Australia, masya-
rakat muslim minoritas mendirikan lembaga sosial yang berpusat di
masjid-mesjid untuk mengumpulkan dana-dana wakaf sebagai solusi
bagi pendirian Islamic funeral, namun karena keterbatasan jumlah
dan nilai, menjadikan masih banyak umat muslim yang tidak terla-
yani bahkan ahli warisnya harus menjual barang-barang berharga
untuk biaya penguburan.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian
mengenai Asuransi Syariah Pemakaman, melalui konsep Asuransi
Syariah, maka solusi biaya pemakaman dapat terpenuhi melalui
perencanaan keuangan yang tepat. Konsep Asuransi Syariah akan
membentuk dana tolong-menolong(tabarru‘ fund) secara bersama-
sama dan teroganisir, sehingga akumulasi dana yang terkumpul akan
cukup untuk memberikan pelayanan pemakaman bagi umat muslim.
Konsep Asuransi Syariah sudah ada sejak masa Rasulullah
SAW yang dikenal dengan konsep al-‘āqilah. Beberapa ketentuan
Aqilah yang merupakan bagian dari konsep asuransi sosial di tuang-
kan oleh Rasulullah SAW dalam Piagam Madinah14
. Istilah Asuransi
Syariah sendiri berarti tanggung jawab bersama, sebagai sebuah
alternatif istilah dari asuransi Islam,15
sedangkan menurut fatwa asu-
ransi syariah (Ta’min, Takāful atau Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberi-
13
Nomor: 09 Tahun 2014 tentang Jual Beli Tanah Untuk Kuburan
dan Bisnis Lahan Kuburan Mewah 14
Abdullah Amrin. Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya di tengah asuransi konvensional, Elekmediakomputindo, Jakarta 2006
15 Mohd. Ma’sum Billah. Applied Takāful and Modern Insurance,
Thomson, 3rd edition, 2007
6 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
kan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
aqad(perikatan) yang sesuai dengan syariah.16
Dalam Al-Qur’an,
konsep Asuransi Syariah sesuai dengan firman Allah SWT, yaitu:17
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelang-
garan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”
Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di berbagai nega-
ra di dunia sudah mulai dilakukan, khususnya di negara-negara maju
seperti di Eropa dan juga dinegara berkembang di Asia, hal ini
dikarenakan keterbatasan layanan pengelolaan funeral secara Islami
dan konsep perencanaan keuangan yang mendukung layanan funeral
juga sangat dibutuhkan. Di Indonesia konsep pengelolaan funeral
yang Islami secara komersial merupakan industri yang baru terbentuk
dan terus berkembang dengan baik dan memiliki potensi pertum-
buhan yang tinggi dimasa yang akan datang. Perencaaan keuangan
bagi masyarakat muslim di Indonesia melalui produk Asuransi Syari-
ah Pemakaman menjadi hal yang turut dibutuhkan untuk mendukung
potensi yang ada.
Pengembangan produk Asuransi Syariah Pemakaman secara
umum diberbagai negara di dunia, selalu melalui kerjasama dengan
organisasi funeral, hal ini juga terjadi di Indonesia pada tahap pe-
ngembangan awal ini. Kerjasama yang semakin intensif dan dengan
skala yang lebih besar sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pe-
ngembangan Asuransi Syariah Pemakaman di masa yang akan
datang.
16
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 17
QS Al Maidah [5] 2
Dr. Abdul Ghoni | 7
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Pengembangan asuransi syariah masih banyak mengalami ken-
dala dan permasalahan, khususnya dalam hal pengembangan produk
asuransi syariah mikro. Oleh karena itu peneliti berusaha mengiden-
tifikasi masalah yang terjadi dalam pengembangan asuransi syariah
mikro, khususnya pengembangan asuransi syariah pemakaman. Per-
masalahan-permasalan yang terjadi pada pengembangan asuransi
syariah, khususnya asuransi mikro syariah yaitu sebagai berikut:
a. Dalam pengembangan produk, perusahaan harus dapat mengukur
terlebih dahulu berapa besar potensi pasar yang dapat diperoleh,
semakin besar potensi, maka semakin besar ketertarikan industri
asuransi syariah dalam mengembangkan produk tersebut. Perlu
diukur secara detail dan jelas mengenai potensi dari asuransi
mikro syariah di Indonesia, sehingga dapat menjadi tolak ukur
bagi perusahaan dalam pengembangan produk.
b. Banyak ragam dari produk Asuransi Syariah mikro, yaitu asuransi
pembiayaan mikro syariah, asuransi kesehatan mikro dan lainya.
Dari semua ragam produk asuransi syariah mikro tersebut, produk
mana yang sangat berpotensi untuk dikembangkan dimasa yang
akan datang oleh industri asuransi syariah, pilihan pengembangan
produk yang tepat dapat menjadi faktor penting dalam pengemba-
ngan sebuah industri keuangan, seperti industri asuransi syariah.
c. Industri asuransi syariah masih belum dapat mengukur besaran
potensi dari produk asuransi pemakaman syariah, dikarenakan pro-
duk ini masih produk baru.
d. Belum mengetahui model operasional dari produk Asuransi Sya-
riah Pemakaman yang tepat dijalankan di Indonesia, apakah dalam
bentuk kerjasama produk dengan produk pemakaman atau produk
yang dapat berdiri sendiri.
e. Dalam pengembangan sebuah produk, terdapat kriteria atau fak-
tor-faktor yang menyusun suatu produk tersebut, seperti desain
produk harga, jenis layanan, saluran pemasaran dan lainnya. Krite-
ria-kriteria apa yang tepat agar produk Asuransi Syariah Pemaka-
man di Indonesia sudah sesuai dengan harapan konsumen.
f. Kesuksesan dalam memasarkan sebuah produk baru sangat diten-
tukan dari penerapan strategi yang tepat, kesalahan dalam strategi
8 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
pengembangan dapat berakibat fatal dan menjadikan kerugian
bagi perusahaan yang melakukannya. Industri asuransi syariah di
Indonesia perlu mengetahui strategi pengembangan yang tepat
bagi produk asuransi Syariah Pemakaman.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya mengenai produk Asuransi Syariah Pemakaman sebagai
salah satu inovasi produk Asuransi Syariah mikro yang berpotensi
untuk meningkatkan penetrasi pasar Asuransi Syariah di Indonesia,
maka penelitian ini akan menjawab satu pertanyaan mayor dan tiga
pertanyaan minor dalam rumusan masalah pembahasan ini, yaitu:
a. Pertanyaan mayor penelitian ini adalah :
Bagaimana strategi yang tepat dalam mengembangkan produk
Asuransi Syariah Pemakaman?
b. Pertanyaan minor penelitian ini adalah :
Bagaimana strategi yang tepat dalam mengembangkan produk
Asuransi Syariah Pemakaman?
1) Mengapa perlu dikembangkan produk Asuransi Syariah
Pemakaman di Indonesia?
2) Bagaimana strategi pengembangan Asuransi Syariah Pemaka-
man di Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang menduku-
ngnya?
3) Apakah elemen-elemen yang lebih prioritas yang terdapat pada
produk Asuransi Syariah Pemakaman?
Untuk menjawab perumusan masalah perihal prioritas elemen-
elemen produk Asuransi Syariah Pemakaman diatas, penulis menggu-
nakan metode AHP (analytical hierarchy process) yang menyediakan
prosedur untuk mengindentifikasi dan menentukan prioritas pilihan
dalam pengambilan keputusan.
3. Pembatasan Masalah
Penulis dalam penelitian ini memberikan batasan-batasan,
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Secara spesifik terkait dengan produk asuransi syariah mikro, khu-
sus produk Asuransi Syariah Pemakaman yang bekerjasama antara
Al Azhar Memorial Garden sebagai peserta, PT Asuransi Jiwa
Dr. Abdul Ghoni | 9
Syariah Jasa Mitra Abadi sebagai pengelola dana takāful, dan PT
Insco Multi Pratama selaku broker dan konsultan asuransi.
b. Objek Penelitian, pengelola funeral Islam, yaitu Al Azhar Memo-
rial Garden, yang merupakan anak usaha Yayasan Pesantren Islam
Al Azhar, memiliki kawasan pemakaman berbasis Syariah perta-
ma di Indonesia yang berlokasi di Tol Jakarta Cikampek Rest
Area KM 52 dengan luas kawasan sebesar 25 hektar. PT Asuransi
Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi yang merupakan perusahaan Asu-
ransi Syariah pertama yang menerbitkan polis khusus Asuransi
Syariah Pemakaman di Indonesia yang bekerjasama dengan penge-
lola pemakaman Islam.
c. Waktu Penelitian, sejak tahun 2015 sampai dengan 2017.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mmenjelaskan alasan perlu dikembangkannya produk Asu-
ransi Syariah Pemakaman di Indonesia.
b. Untuk menjelaskan strategi pengembangan Asuransi Syariah Pe-
makaman di Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang mendu-
kungnya
c. Untuk menjelaskan prioritas dari elemen-elemen pada produk
Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia yang sesuai harapan
dari konsumen.
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
1. Signifikasi Penelitian
Penelitian ini berusaha menjelaskan strategi pengembangan
yang tepat bagi produk asuransi mikro, yaitu asuransi pemakaman
syariah. Baik itu strategi pemasaran maupun strategi pengembangan
produk, penentuan strategi yang tepat bagi industri asuransi syariah
dalam mengembangkan suatu produk baru menjadi faktor penting,
sehingga pengembangan industri menjadi efektif dan efisien serta
tidak menjadikan sebuah kerugian di masa yang akan datang.
10 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan menyumbangkan beberapa temuan terkait
dengan permasalah yang dihadapi saat ini, antara lain:
a. Memberikan penjelasan yang komprehensif tentang strategi pe-
ngembangan produk asuransi syariah pemakaman di Indonesia
b. Memberikan kontribusi yang baik bagi pengembangan usaha bagi
industri asuransi syariah dan juga lembaga pemakaman Islam di
Indonesia
c. Temuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif da-
lam bidang ekonomi Islam, khususnya komunitas akademik untuk
dijadikan acuan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penulis mengambil beberapa penelitian terdahulu yang relevan
dengan topik penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Anja
Erlbeck yang berjudul Microtakāful: Field Study Evidence And Con-ceptual Issues18
, persamaan dalam penelitian ini adalah obyek lokasi
penelitian yang dilakukan di Indonesia dan juga mengkaji terkait
produk Asuransi Syariah mikro, yang membedakan dengan penelitian
ini adalah produk yang dikaji adalah microtakāful jiwa untuk pem-
biayaan di lembaga keuangan mikro Syariah, sedangkan penelitian
yang penulis lakukan terkait produk Asuransi Syariah Pemakaman
yang bekerjasama dengan perusahaan Islamic funeral. Penelitian yang
dilakukan oleh Anja Erlbeck ini, menjadi acuan bagi penulis dalam
melakukan kajian kriteria bagi produk mikro Asuransi Syariah yang
sesuai dengan kebutuhan peserta di Indonesia.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Nikunjkumar Gor
yang berjudul Microtakāful-Islamic Insurance for Deprived: Innova-tion, Sustainability and Inclusive Growth19, di dalam penelitian ini
menjelaskan potensi mikrotakāful di dunia dan hasil penelitian ini
menyebutkan bahwa kesuksesan implementasi microtakāful adalah
18
Anja Erlbeck. “Microtakāful: Field Study Evidence And
Conceptual Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011
19 Nikunjkumar Gor. “Microtakāful-Islamic Insurance for Deprived:
Innovation, Sustainability and Inclusive Growth”. International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 3, Issue 2 December 2013. ISSN 2289-
1552
Dr. Abdul Ghoni | 11
membangun delivery channel yang efisien, yaitu disesuaikan dengan
kondisi negara tersebut berdasarkan financial inclusion dan kondisi
pengembangan pasar Asuransi Syariah, distribusi melalui Lembaga
keuangan mikro masih menjadi pilihan yang efektif dan efisien.
Dalam penelitian ini menjadi landasan bagi penulis dalam memba-
ngun konsep pengembangan pasar Asuransi Syariah Pemakaman di
Indonesia. Begitu juga halnya penelitian yang dilakukan oleh Stefan
Dercon, Joachim De Weerdt, Tessa Bold dan Alula Pankhurst yang
berjudul Group-based Funeral Insurance in Ethiopia and Tanzania20, menjelaskan mengenai produk asuransi funeral di Tanzania dan
Ethiopia yang masih dipasarkan melalui bundling product dengan
kredit mikro. Bahkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Abhijit
Banerjee yang berjudul Bundling Health Insurance and Microfinance in India: There Cannot be Adverse Selection if There is No Demand21
, menjelaskan bagaimana produk mikro asuransi kesehatan
dipaksakan dan di-bundling dengan kredit di Lembaga keuangan
mikro. Asuransi mikro di Pakistan juga melakukan hal yang sama
seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Theresa Thompson
Chaudhry dan Fazilda Nabeel yang berjudul Microinsurance in Pakis-tan: Progress, Problems, and Prospects22, dimana pemasaran asuransi
mikro masih ditawarkan melalui Lembaga keuangan mikro dan
asosiasi atau organisasi dengan cara melalui kredit ke masyarakat.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Nitesh Behare dan
Vidula Dharmapurikar yang berjudul Funeral Insurance an Innovative Product a Study with Reference to Pune City23
, yang menjelaskan
20
Stefan Dercon and others. “Group-based Funeral Insurance in
Ethiopia and Tanzania”. World Development Vol. 34, No. 4, pp. 685–703,
2006. Elsevier Ltd. All rights reserved 0305-750X 21
Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in
India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand”. Ameri-can Economic Review: Papers & Proceedings 2014, 104(5): 291–297
22 Theresa Thompson Chaudhry and Fazilda Nabeel. “Microinsurance
in Pakistan: Progress, Problems, and Prospects”. The Lahore Journal of Eco-nomics 18 : SE (September 2013): pp. 335–374
23 Nitesh Behare, Vidula Dharmapurikar.”Funeral Insurance An Inno-
vative Product A Study With Reference To Pune City”. International Jour-nal of Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM). 2013. ISSN 2319 – 4847
12 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
tentang pengembangan produk asuransi funeral di sebuah kota di
India, yaitu Pune City, hasil penelitian menyebutkan bahwa produk
asuransi funeral di india, masih merupakan produk baru dan masih
sulit untuk dipasarkan dan sehingga produk funeral tidak direkomen-
dasikan untuk di jual stand alone, melainkan hanya sebagai bagian
tambahan cover dari produk asuransi lainnya. Melalui penelitian ini
dapat menjadi referensi bagi penulis bahwa produk Asuransi Syariah
Pemakaman merupakan produk yang baru di negara-negara berkem-
bang seperti juga halnya terjadi di Indonesia.
Penelitian-penelitian lain yang juga mendukung penelitian
penulis mengenai pengembangan asuransi mikro adalah yang dilaku-
kan oleh James C. Brau dengan judul Insurance Theory and Challe-nges Facing The Development of Microinsurance Markets24, dalam
penelitian ini dipaparkan dengan lengkap mengenai banyak penelitian
tentang asuransi mikro di dunia dan disimpulkan bahwa pengem-
bangan asuransi mikro sangat membutuhkan lingkungan pasar yang
mendukung dari institusi, Lembaga dan asosiasi atau organisasi yang
mendukung keuangan mikro itu sendiri, didalam penelitian ini juga
menjelaskan produk-produk asuransi mikro, yaitu terkait pertanian,
funeral dan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Frank Bassey
Ime yang berjudul Microinsurance and Its Untapped Economic Deve-lopment Potentials in Nigeria25 dan penelitian oleh Mohammed
Ahmar Uddin yang berjudul Microinsurance in India: Insurance lite-racy and demand26
menjelaskan potensi asuransi mikro di Nigeria dan
India yang cukup besar namun masih belum dapat direalisasikan kare-
na sangat tergantung dengan tingkat literasi keuangan dimasyarakat,
khususnya masyarakat kelas bawah.
Penelitian yang dilakukan oleh Frenz, Madhu & Iyer yang
berjudul Developing a Takāful product in India – Risks and
24
James C. Brau. “Insurance Theory and Challenges Facing The
Development of Microinsurance Markets”. Journal of Developmental Entrepreneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–440
25 Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic
Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30
26 Mohammed Ahmar Uddin. “Microinsurance in India: Insurance
literacy and demand”. BEH - Business and Economic Horizons Volume 13.
2017, p.182-191. DOI: http://dx.doi.org/10.15208/beh.2017.14
Dr. Abdul Ghoni | 13
Challenges27, juga menjadi acuan bagi penulis dalam menentukan
faktor-faktor apa saja yang menjadi resiko dan tantangan dalam pe-
ngembangan sebuah produk, penelitian ini memiliki persamaan dalam
hal pengkajian sebuah produk disuatu negara, yang berbeda adalah
penelitian ini ditujukan untuk negara India, sedangkan penulis ditu-
jukan untuk negara Indonesia. Ada juga beberapa penelitian terkait
tantangan pengembangan industri Asuransi Syariah yang ada di
negara Malaysia yang dilakukan oleh Puteri28
penelitian ini menyam-
paikan bahwa ada kendala yang hampir sama di hadapi oleh Indone-
sia, yaitu rendahnya penetrasi produk Asuransi Syariah.
Penelitian ini dibandingkan dengan berbagai penelitian terda-
hulu, khususnya penelitian-penelitian yang diuraikan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat dikategorikan sebagai
penelitian yang memiliki originalitas yang tinggi, dikarenakan belum
ada satupun penelitian baik itu di jurnal nasional dan juga Interna-
sional yang meneliti secara khusus mengenai produk asuransi syariah
pemakaman. Penelitian ini menjadi penelitian pertama yang berpo-
tensi akan dapat dikembangkan lebih mendalam dengan penelitian-
penelitian selanjutnya, seiring dengan meningkat kebutuhan oleh
industri asuransi syariah, baik itu di Indonesia maupun di tingkat
global.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Tempat Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
analisis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif29
, secara kuan-
titatif menggunakan metode AHP (analytical hierarchy process), yaitu teknik yang menyediakan prosedur untuk mengindentifikasi dan
menentukan prioritas pilihan dalam pengambilan keputusan. Teknik
27
Frenz, Madhu & Iyer. Developing a Takāful product in India –
Risks and Challenges. 10th Global Conference of Actuaries. 28
Puteri, Khairuddin, Azila, Sharina, Srazali, Arifin. Takāful: A
review on performance, issues and challenges in Malaysia. Journal of
Scientific Research and Development 3 (4): 71-76, 2016. ISSN 1115-7569 ©
2016 JSRAD 29
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data.
Jakarta: Rajawali Pers
14 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
ini menggunakan aplikasi expert choice dalam menganalisa indikator
kualitatif yang dikuantitatifkan.30
Responden yang dipilih merupakan
peserta Asuransi Syariah Pemakaman yang juga terdaftar di lembaga
Islamic funeral di Indonesia, bertujuan untuk mengetahui prioritas
dari peserta Asuransi Syariah Pemakaman terhadap berbagai pilihan
kriteria dari produk Asuransi Syariah mikro yang ada.
Gambar 1.1 Diagram Pemilihan Kriteria Produk
Asuransi Syariah Mikro
Sumber: M. Firdaus. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen
dan Bisnis
Secara kualitatif penelitian ini menggunakan pendekatan etno-
metodologi, yaitu penelitian empirik mengenai metode-metode yang
digunakan individu untuk memaknai dalam penalaranya untuk me-
ngambil keputusan.31
Dari hasil kuantitatif dari peserta Asuransi
Syariah Pemakaman akan dijadikan acuan penulis untuk melakukan
in-depth interview, sehingga diketahui indikator pengembangan
Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia. Tempat penelitian adalah
pengelola Islamic funeral dan asuransi syariah di Indonesia yang ter-
pilih sesuai dengan tema penelitian.
a. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP merupakan suatu model yang digunakan untuk menyeder-
hanakan masalah. AHP merupakan prosedur yang berbasis matematis
yang sangat baik dan sesuai untuk kondisi evaluasi atribut-atribut
30
M. Firdaus. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan
Bisnis. 2013, hal 141 31
Alain Coulon. Etnometodologi. KKSK, Jakarta. 2003, hal 22
Dr. Abdul Ghoni | 15
kualitatif. Di dalam AHP, terdapat struktur yang hierarki, sebagai
konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai kepada sub-sub kriteria
yang paling mendekati.
Kriteria-kriteria tersebut kemudian dibandingkan dengan meng-
gunakan tabel skala AHP yang dapat diliihat pada tabel 3.
Tabel 1.1 Skala AHP dan Definisinya
Skala Definisi dari “importance”
1
3
5
7
9
2,4,6,8
Sama pentingnya (Equal Importance)
Sedikit lebih penting (Sightly more importance)
Jelas lebih penting (Materiality more Importance)
Sangat jelas penting (Significantly more Importance)
Mutlak lebih penting
Ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Sumber: Saaty, TL. Saati, TL, The Analythical Hierarchy Process:
Planning, Priority Setting, Resource Allocation)
Suryadi dan Ramdhani juga memberi definisi AHP sebagai
suatu model pengambilan keputusan yang bersifat komprehensif. AHP
mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-
obyektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan prefe-
rensi dari setiap elemen dalam hirarki. Berikut ini adalah beberapa
kelebihan model AHP, yaitu sebagai berikut:
1) Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang
dipilih, sampai pada subsub kriteria yang paling dalam.
2) Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi
inkonsistensi berbagai kriteria dan altematif yang dipilih oleh para
pengambil keputusan.
3) Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis.
Prinsip kerja AHP32
adalah penyederhanaan suatu persoalan
kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi
bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian
tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara sub-
jektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan
dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian
32
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data.
Jakarta: Rajawali Pers
16 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas
tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki dari
permasalahan (dekomposisi), melakukan pembandingan berpasangan
antar variabel, melakukan analisis/evaluasi, dan menentukan altematif
terbaik. Lebih lanjut, Suryadi dan Ramdhani mengemukakan bahwa
pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP diuraikan sebagai
berikut:
1) Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-
unsum yaitu kriteria dan altematif, kemudian disusun menjadi struktur
hierarki yang dapat dilihat pada gambar 2.
2) Penilaian kriteria dan alternatif 33
Kriteria dan altematif dinilai melalui perbandingan berpasa-
ngan. Menurut Saaty untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9
adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Perbandingan
dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses
perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang
ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil
elemen yang akan dibandingkan, rnisal Al, A2, dan A3. Selanjutnya
susunan elem~nelemen yang dibandingkan tersebut akan tampak
seperti pada tabel matriks di bawah ini:
Tabel 1.2 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan
A1 A2 A3
A1 1
A2 1
A3 1
Sumber: M. Firdaus. 2013
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen
digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9. Apabila suatu elemen
33
M. Firdaus. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan
Bisnis. 2013
Dr. Abdul Ghoni | 17
dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i
dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka
elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.
Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode
langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan
data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis
sebelumnya atau dan pengalaman dan pengertian yang detail dari
masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki
pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan
yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan
dari setiap alternatif.
3) Penentuan prioritas 34
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandi-
ngan berpasangan (painvise comparisons). Nilai-nilai perbandingan
relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat altematif dari
seluruh altematif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif,
dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan
untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung
dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan
matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan
berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas
melalui tahapantahapan berikut:
a. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan.
b. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan
normalisasi matriks.
4) Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan
secara konsisten sesuai. dengan suatu kriteria yang logis. Matriks
bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan
tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan
tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi dan Ramdhani,
2008):
a) Hubungan kardinal: aij . aik = aik
b) Hubungan ordinal: jika Ai>Aj, Aj>Ak maka Ai>Ak
34
M. Firdaus. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan
Bisnis. 2013
18 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Pada keadaan sebenarnya terjadi beberapa penyimpangan se-
hingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi
karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan
konsistensi logis Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian.
b) Menjumlahkan hasil perkalian per baris.
c) Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan
hasilnya dijumlahkan.
d) Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat maks
e) Indeks konsistensi (CI) = (A maks-n) / (n-1)
f) Rasio Konsistensi = CI/RI, di mana RI adalah indeks random
konsistensi.
Jika rasio konsistensi < 0.1, hasil perhitungan data dapat dibe-
narkan. Nilai RI didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Saaty, yang ditunjukkan pada gambar 2.2. sebagai berikut:
Tabel 1.3 Nilai Indeks Random
Ukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,00 0,00 0,52 0,89 1,11 1,25 1,35 1,40 1,45 1,49
Sumber: M. Firdaus. 2013
b. Metode entometodologi
Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu men-
ciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari, metodenya untuk
mencapai kehidupan sehari-hari. Etnometodologi didasarkan pada ide
bahwa kegiatan sehari-hari dan interaksi sosial yang sifatnya rutin,
dan umum, mungkin dilakukan melalui berbagai bentuk keahlian,
pekerjaan praktis, dan asumsi-asumsi tertentu. Keahlian, pekerjaan
praktis, dan asumsiasumsi itulah yang disebut dalam etnometodologi.
Harold Garfinkel, memperkenalkan istilah etnometodologi dalam bidang penelitian sosial yang merupakan inspirasi atas kreasi
dari sosiologi fenomenologi. Etnometodologi tidak diartikan sebagai
metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data, tetapi
lebih tertuju pada bagaimana memilih pokok permasalahan yang akan
diteliti. Sementara itu dikenal lima prinsip dalam menganalisis perca-
kapan menurut Zimmerman, yakni:
Dr. Abdul Ghoni | 19
1) Pengumpulan dan analisis data yang sangat rinci tentang
percakapan;
2) Aspek-aspek kecil percakapan tidak hanya diatur oleh ahli etno-
metodologi akan tetapi pada mulanya oleh aktor sendiri;
3) Interaksi dan percakapan bersifat stabil dan teratur. Peneliti ber-
sifat otonom, terpisah dari aktor;
4) Kerangka percakapan fundamental adalah organisasi yang teratur;
5) Rangkaian interaksi percakapan dikelola atas dasar tempat atau
bergiliran.
Secara metodologis, analisis percakapan berupaya mempelajari
percakapan dalam dalam konteks yang wajar, sering menggunakan
alat perekam. Asumsi dasar analisis percakapan terdiri dari:
1) Percakapan adalah landasan dari bentuk bentuk hubungan antar
personal
2) Merupakan bentuk interaksi yang paling mudah meresap; dan
3) Percakapan terdiri dari matriks prosedur dan praktik komunikasi
yang paling terorganisasi.
2. Objek Penelitian
Penulis mengambil penelitian pengelola funeral syariah terpilih,
yaitu Al Azhar Memorial Garden, merupakan pengelola funeral
syariah pertama di Indonesia dan satu-satunya yang menggunakan
model komersial dan telah menggunakan produk Asuransi Syariah
Pemakaman kepada anggotanya. Untuk perusahaan asuransi syariah
terpilih adalah PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi, merupa-
kan satu-satunya asuransi syariah yang telah menjual produk Asu-
ransi Syariah Pemakaman di lembaga funeral syariah, yaitu Al Azhar
Memorial Garden.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data
dengan cara beriikut:
a. Kuesioner, merupakan pengumpulan data secara langsung ke
peserta dengan mengajukan daftar pertanyaan pada responden.
Pembuatan kuesioner didasarkan pada kriteria-kriteria suatu
produk Asuransi Syariah mikro, yaitu asuransi syariah pemaka-
man, yaitu meliputi kebutuhan pasar, desain produk, harga pre-
mi, proses, distribusi dan edukasi pasar. Kuesioner ini diajukan
20 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
kepada beberapa orang yang dinggap ahli dan mengetahui seca-
ra mendalam produk asuransi syariah pemakaman, yaitu pihak
lembaga pemakaman, perusahaan asuransi syariah dan perusa-
haan yang memasarkan produk ini.
b. Indepth interview, yaitu metode pengumpulan data dengan
cara mengadakan wawancara secara mendalam dengan berba-
gai pihak yang terlibat dalam pengembangan Asuransi Syariah
Pemakaman di Indonesia, yaitu pihak manajemen PT Asuransi
Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi, Al Azhar Memorial Garden, PT
Insco Multi Pratama (Pialang Asuransi), Otoritas Jasa Keua-
ngan (OJK), dan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Dalam
wawancara mendalam ini penulis akan menggali strategi yang
tepat dalam pengembangan asuransi pemakaman syariah di
Indonesia.
c. Observasi (observation), untuk mengetahui secara detail lang-
sung aktivitas subjek penelitian, maka penulis telah melakukan
observasi mendalam pada subjek-subjek pada objek penelitian,
yaitu pada lokasi pemakaman di Al Azhar Memorial Garden.
d. Studi dokumentasi, metode ini digunakan untuk memperoleh
data sekunder, yaitu data asuransi syariah dan pengelola pema-
kaman syariah, meliputi gambaran umum perusahaan, kinerja,
kebijakan manajemen dan lainnya.
4. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data sebagai berikut:
a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam
hal ini data primer adalah hasil kuesioner dan wawancara serta
dokumentasi dari obeservasi dengan obyek penelitian.
b. Data Sekunder, merupakan data yang diusahakan sendiri oleh
penulis dengan memanfaatkan data-data yang telah disediakan
pihak lain, yaitu melalui buku, jurnal, literatur dan arsip yang
ada yang berhubungan dengan obyek penelitian.
5. Teknik Pengolahan Data
Dalam penulisan ini semua data kuesioner akan diolah dengan
menggunakan software expert choice untuk menghasilkan tingkat
Dr. Abdul Ghoni | 21
prioritas kriteria dari beberapa variabel produk takāful mikro untuk
memberikan jawaban atas rumusan masalah pertama.
Hasil dari pengolahan dengan menggunakan metode kuantitif
menjadi bahan untuk proses wawancara dengan menggunakan etno-
metodologi secara kualitatif untuk memberikan jawaban kedua atas
rumusan masalah dalam penelitian ini.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terbagai dalam lima bab sebagai berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masa-
lah, permasalahan yang berisi identifikasi, pembatasan, dan perumu-
san masalah, tujuan penelitian, signifikansi dan manfaat penelitian,
penelitian terdahulu yang relevan, metodologi penelitian, dan siste-
matika penulisan.
Bab kedua berisi uraian tentang Asuransi Syariah Pemakaman
terdiri dari konsep dan sejarah Asuransi Syariah, konsep dan layanan
funeral serta pengembangan produk Asuransi Syariah.
Bab Ketiga membahas tentang perkembangan industri Asuran-
si Syariah dan funeral terdiri dari perkembangan industri Asuransi
Syariah secara global dan di Indonesia, perkembangan industri fune-
ral serta tantangan dan faktor pendukung dalam pengembangan
industri Asuransi Syariah.
Bab keempat berisi tentang analisi kriteria produk Asuransi
Syariah Pemakaman dan faktor-faktor pententu dari pengembangan
produk Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia
Bab Kelima berisi kajian tentang rumusan akhir sebagai kesim-
pulan dari hasil penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya. Dalam
bab kelima juga berisi implikasi dan saran-saran sebagai masukan
berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
22 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Dr. Abdul Ghoni | 23
BAB II DISKURSUS ASURANSI SYARIAH
DAN PEMAKAMAN
Konsep Asuransi Syariah merupakan konsep yang sudah ada
sejak lama, konsep Asuransi Syariah menjadi salah satu konsep yang
memberikan solusi dalam kebutuhan masyarakat muslim di bidang
proteksi. Begitu juga halnya dengan pemakaman, layanan pemaka-
man selama ini dijalankan oleh masyarakat muslim melalui organisasi
kemasyarakat dan bersifat sosial, dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat modern dalam hal pelayanan yang lebih baik, maka kebu-
tuhan pemakaman yang dijalankan secara professional mulai ada.
Asuransi Syariah Pemakaman merupakan kombinasi dari perencanaan
keuangan syariah bagi masyarakat muslim dalam memenuhi kebutu-
han pelayanan jasa pemakaman yang semakin mahal dimasa yang
depan.
A. Konsep, Prinsip dan Model Operasional Asuransi Syariah
1. Konsep Asuransi Syariah dalam Islam
Istilah Asuransi Syariah berasal dari bahasa Arab dari akar kata
kafalah yang artinya adalah saling menanggung, dalam konteks ini
merupakan asuransi yang sesuai dengan ketentuan syariah.1 Asuransi
1 Puteri and others.” Asuransi Syariah: A review on performance,
issues and challenges in Malaysia”. Journal of Scientific Research and Deve-lopment 3 (4), (2016):71-76.
Yang dimaksud dengan sesuai ketentuan syariah dalam pengelolaan
di Asuransi Syariah, meliputi:
a. Semua subject dan obyek bisnis yang diasuransikan tidak berten-
tangan dengan ketentuan syariah.
b. Perjanjian asuransi harus bebas dengan riba, gharar dan maisir.
c. Perjanjian tidak bertujuan untuk menguntungkan salah satu peser-
ta dan merugikan peserta yang lain.
d. Peserta Asuransi Syariah harus setuju untuk bekerjasama dan ber-
sifat wajib dengan segala konsekuensinya
24 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Syariah juga merupakan alternative asuransi yang halal menggantikan
asuransi konvensional yang dinyatakan oleh ulama mengandung
unsur haram. Unsur-unsur yang terdapat dalam asuransi konvensional
tersebut meliputi unsur ketidakpastian yang disebut gharar, unsur
judi yang disebut maisir dan unsur bunga yang disebut riba2. Asuransi
Syariah yang merupakan konsep asuransi yang sesuai dengan keten-
tuan syariah menghilangkan ketiga unsur diatas.3Konsep Asuransi
Syariah bukan merupakan sesuatu yang baru, konsep ini sudah berja-
lan 1400 tahun yang lalu, yaitu pada zaman arab kuno, yang disebut
dengan al-‘āqilah, yaitu perjanjian antar suku arab melalui uang darah
(diyat).4
Di Indonesia sendiri, istilah lain dari Asuransi Syariah adalah
asuransi syariah, yaitu konsep asuransi yang menggunakan prinsip
syariah. Penulis menukil pengertian asuransi syariah dari Fatwa DSN,
yaitu: Asuransi Syariah (Ta’min, Asuransi Syariah atau Tadhamun)
adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejum-
lah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabar-
ru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.5
e. Peserta Asuransi Syariah wajib membayar kontribusi untuk mem-
bantu peserta lain yang membutuhkan 2 Samina Riaz. “Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education
& Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study”. International Re-view of Business Research Papers Vol. 5 No. 4 June (2009): 457‐467.
3 Syed Othman Alhabshi and Shaikh Hamzah. “Takāful: Concept,
History, Development, and Future Challenges of Its Industry”. ICR 1.2 Pro-duced and distributed by Pluto Journals. Selain ketentuan syariah diatas,
dalam artikel ini juga disebutkan bahwa konsep Asuransi Syariah juga mem-
bagi kerugian/kewajiban yang terjadi diantara peserta. 4 Tahani Coolen-Maturi. “Islamic insurance (Asuransi Syariah): de-
mand and supply in the UK”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 6 No. 2, (2013): 87-104 q Emerald
Group Publishing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/17538391311329806. 5 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001, Tentang
Pedoman Umum Asuransi Shari’ah.
Akad yang sesuai dengan syari’ah yang dimaksud diatas adalah yang
tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm, (pe-
nganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. Sedangkan yang
dimaksud dengan akad tabarru’ adalah semua akad yang dilakukan dengan
Dr. Abdul Ghoni | 25
Sedangkan pengertian asuransi syariah berdasarkan Undang-
Undang Perasuransian adalah sebagai berikut:Asuransi Syariah ada-
lah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusa-
haan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara
para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasar-
kan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan
cara: (a) memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang
polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti; atau (b) memberikan pembayaran yang
didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran yang dida-
sarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah
ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.6
Pengertian Asuransi Syariah di Fatwa DSN masih bersifat
umum, yaitu berupa kegiatan saling tolong-menolong melalui dana
tabarru’, sedangkan pengertian Asuransi Syariah pada undang-undang
perasuransian sudah bersifat khusus dalam aspek legal suatu entitas
dan terbagi atas pengelolaan resiko di produk asuransi kerugian dan
jiwa.
Dari pengertian Asuransi Syariah diatas juga, kita dapat meli-
hat bahwa konsep takful merupakan konsep risk sharing antar sesama
peserta7 yang tentunya berbeda dengan konsep di asuransi konven-
sional yang berupa risk transfer.8 Hal ini mengacu pada pengertian
tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan mempe-
roleh keuntungan.
Perusahaan asuransi selaku pengelola menggunakan akad tijari untuk
mendapatkan keuntungan. Akad tijarah adalah bentuk akad yang dilakukan
untuk tujuan komersial yang memperoleh keuntungan. 6 Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
7 Asmak Ab Rahman, Wan Marhaini Wan Ahmad, Ahmad Hidayat
Buang. “Can a Asuransi Syariah company reinsure with a reinsurance com-
pany?”. African Journal of Business Management Vol. 5(30), (2011): 11768-
11778. Available online at http://www.academicjournals.org/ AJBM DOI:
10.5897/AJBM10.043 ISSN 1993-8233 ©2011 Academic Journals. 8 Syed Ahmed Salman and Sheila Nu Nu Htay. “Future of Islamic
Insurance (Asuransi Syariah) in Indian Market”. IIUM Institute of Islamic Banking and Finance
26 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
asuransi dalam perundang-undangan, yaitu: Asuransi atau pertanggu-
ngan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan mene-
rima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertang-
gung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa
yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertang-
gungkan.9
Konsep dasar Asuransi Syariah sangat menekankan pada unsur
ta‘āwun, maka segala bentuk transaksi yang mengarah kepada dua
perbuatan yang terlarang itu benar-benar harus diwaspadai dan dihin-
dari. Kalau seandainya kedua unsur tersebut masih terindikasi dalam
operasional perusahaan asuransi shari'ah, maka ta‘āwun yang diperin-
tahkan oleh Allah belum sepenuhnya dapat diaplikasikan. Dalam
melaksanakan ta‘āwun, Allah tidak mengarahkan manusia kepada
suatu bentuk tertentu saja, akan tetapi semua aktifitas yang dapat
membebaskan dan meringankan orang-orang yang memerlukan perto-
longan masuk kedalam kategori yang diperintahkan. Oleh karena itu
jika kita ingin menerapkan konsep ta'âwun yang sesungguhnya dalam
operasional perusahaan asuransi shari'ah, maka alangkah baiknya jika
konsep risk sharing dan Asuransi Syariah yang ada dalam perusahaan
asuransi shari'ah tidak terkelompok dalam batas-batas tertentu saja,
atau kalaupun dikelompokkan maka ia harus dalam pengertian yang
jelas dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat agar tidak
menimbulkan kesalahpengertian dan kesalahpahaman yang ujungnya
menimbulkan permusuhan.10
Tujuan utama yang ingin dicapai sistim Asuransi Syariah
adalah membina hubungan persaudaraaan dan saling mengasihi atas
sesama kelompok masyarakat, mengembalikan orang-orang yang
ditimpa musibah kepada kondisi yang baik, mewujudkan ketentraman
9 Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 pasal 1 tentang Usaha Perasu-
ransian. 10
Lisan al-'Arab, Bab 'Aun. Muhammad Baltaji Hasan, "'Uqud al-
Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-Islami", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-Shani : al-Ta'min al-Ijtima'i fi al-Islam,
1403 H- 1983 M, 133-134
Dr. Abdul Ghoni | 27
dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, dan untuk menyim-
pan harta benda, karena para peserta yang ikut dalam program ini
diminta untuk memberikan/membayarkan sedikit kontribusi yang
akan dikumpulkan bersama peserta yang lain sebagai alat mengha-
dapi risiko besar yang mungkin terjadi.11
Konsep Asuransi Syariah mulai menjadi alternative saat para
ulama menetapkan hukum terkait asuransi konvensional. Penetapkan
hukum ini diadakan melalui evaluasi fiqh terhadap berupa topik dis-
kusi dalam forum internasional12
, di antaranya: (a) Pekan Fiqh Islam
II - Pekan Ibnu Taimiy-yah di Damaskus tahun 1961; (b) Muktamar
II Lembaga Research Islam Di Al-Azhar, Kairo, Mei 1965; (c)
Muktamar Internasional I Ekonomi Islam Di Makkah, Februari 1976;
dan (d) Muktamar Lembaga Fiqh Islam Organisasi Konfrensi Islam
(OKI), Desember 1985 yang akhirnya mengluarkan Fatwa bahwa se-
mua transaksi asuransi konvensional baik asuransi jiwa maupun
kerugian adalah bertentangan dalam ajaran Islam (haram), tetapi de-
wan menyetujui adanya asuransi dengan sistem kooperatif (Coopera-tive Insurance).
13
Berdasarkan fatwa-fatwa ulama diatas, dipelopori oleh Sudan
berdirilah Asuransi Syariah pertama di Sudan, melalui Divisi Faisal
Islamic Bank serta Arab Islamic Insurance Company (AIIC) di Dubai
oleh Dubai Islamic Bank14
dan setelah itu diikuti oleh Malaysia
11
Mustafa Ahmad al-Zarqa’, Nizam al-Ta’min (Beirut: Muasasah al-
Risalah, 1984), cet. I, 99. Abd al-Sami’ al-Masri, al-Ta’min al-Islami bain al-Nazariyah wa al-Tatbiq (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980), cet. I, 14
12 Akhtarzaite binti Abdulaziz. “Ad-Dhara’I and Maqasid al-Shari’ah:
A case study of Islamic insurance”. Intellectual Discourse, Vol 18, No 2,
(2010):261-281. 13
Younes Soualhi, Ahmad Al Razni Al Shammari. “Indicators of
Asuransi Syariah Awareness among Kuwaitis”. Journal of Islamic Banking and Finance. Vol. 3, No. 2, (2015): 75-89 ISSN 2374-2666 (Print) 2374-
2658. Published by American Research Institute for Policy Development.
DOI: 10.15640/jibf.v3n2a8. 14
Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in
The Asuransi Syariah Insurance Industry”. Temple University. Published by
ProQuest LLC (2013).
28 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
dengan diterbitkannya undang-undang Asuransi Syariah act.15
Di
indonesia sendiri Asuransi Syariah mulai berdiri di tahun 1994 sete-
lah berdirinya Bank Muamalat, pendirian Asuransi Syariah tanpa
dipayungi oleh undang-undang yang memadai.16
Gambar. 2.1 Perbandingan Konsep Asuransi Syariah
Vs Asuransi Konvensional
Sumber: Diklat Keuangan Syariah Kementerian Keuangan,
2014
Pada gambar 2.1 diatas menjelaskan bahwa pada asuransi kon-
vensional terjadi transfer resiko dari peserta kepada perusahaan asu-
ransi, berbeda dengan konsep pada asuransi syariah, para peserta
saling menanggung sehingga terjadi sharing resiko sesama peserta
dan perusahaan hanya menjalankan fungsi sebagai pengelola saja,
baik itu mengelola dana maupun pembayaran klaim bagi peserta.
15
Fakhre Kaunain, ShahNazAkhtar. Economic Determinant of Fami-
ly Asuransi Syariah: Evidence from Pakistan. Acta Islamica Economic Determinant, Vol:4, Issue:2, (2016).
16 Anja Erlbeck. “MicroAsuransi Syariah: Field Study Evidence and
Conceptual Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011.
Dr. Abdul Ghoni | 29
Dikarenakan Asuransi Syariah merupakan kumpulan perjanjian
diantara perusahaan dan peserta serta antar peserta, maka penting
untuk mengetahui macam-macam perjanjian yang ada, dalam istilah
fiqh disebut dengan akad. Secara umum akad antar peserta merupa-
kan akad tabarru’ bil hibah (donation), walaupun hibah disini meru-
pakan hibah bersyarat atau tidak murni hibah17
, dikarenakan peserta
dalam suatu kondisi musibah dapat menerima manfaat, berbeda
dengan hibah yang sebenarnya adalah sepenuhnya diserahkan kepada
pemberi manfaat. Selain hibah ada juga yang menggunakan akad
tabarru’ lainnya, yaitu waqf, dimana banyak pihak berpendapat mo-
del inilah yang paling sesuai dengan ketentuan syariah.18
Akad Tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada se-
mua produk asuransi, akad Tabarru’ pada asuransi adalah semua ben-
tuk akad yang dilakukan antar peserta pemegang polis. Dalam akad
Tabarru’, harus disebutkan sekurang-kurangnya:
a. Hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu;
b. Hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam akun
tabarru’ selaku peserta dalam arti badan/kelompok;
c. Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;
d. Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi
yang diakadkan.19
Akad antara peserta dan perusahaan merupakan akad tijari
(komersial), yaitu untuk pengelolaan resiko dan investasi dana Asu-
ransi Syariah dari peserta. Akad tijari dapat menggunakan akad ijarah
atau mudharabah atau kombinasi dari akad-akad yang lain. Akad
(kontrak) antara peserta dan perusahaan Asuransi Syariah inilah yang
menjadi perbedaan model pengelolaan operasional Asuransi Syariah
17
Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Asuransi
Syariah for Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in
the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue (2016) 459–476.
Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print); ISSN 2289-5639 18
Yuosef Abdullah Alhumoudi. “Islamic Insurance Asuransi Syariah
and Its Applications in Saudi Arabia” Doctoral Thesis. Brunel University,
2012. 19
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006, ten-
tang Akad Tabarru pada Asuransi Syariah
30 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
tersebut, apakah mudharabah model atau wakala model atau model
lainnya.20
Implementasi bisnis perusahaan Asuransi Syariah harus dapat
menjadikan para peserta merasa aman dan tentram terhadap kehidu-
pan yang mereka jalani serta harta benda yang mereka miliki. Penger-
tian asuransi sebagai satu sistim untuk menempatkan seseorang
dalam keadaan aman dan tentram berbeda dengan pengertian asuransi
sebagai transaksi bisnis. Asuransi sebagai satu sistim yang membuat
orang merasa aman adalah bentuk tolong menolong antara sesama
yang dilakukan oleh sekelompok manusia dalam hal mengatasi baha-
ya, musibah dan risiko yang mengancam seseorang. Apabila musibah,
bahaya atau risiko itu terjadi, dengan hanya mengorbankan sedikit
kepentingan saja dari kelompok tersebut, maka akan cukup untuk
mengatasi atau menutupi kemaslahatan yang hilang akibat musibah
yang terjadi pada seseorang.21
Sesungguhnya shari'ah Islam dalam
seluruh sisi-sisi syariatnya sangat memperhatikan aturan-aturan kehi-
dupan, baik yang berkaitan dengan kebersamaan atau kesejahteraan
dengan menitik beratkan aspek tolong menolong apakah itu berhubu-
ngan dengan hak atau kewajiban.22
Adapun sistim tabarru’ yang telah diterapkan oleh lembaga-
lembaga Asuransi Syariah modern, sesungguhnya telah dipraktikan
pada masa-masa lalu dalam berbagai model dan metode. Metode-
metode tersebut telah mapan pada masanya seperti, (1) sistim A’qi-lah; yang diberlakukan terhadap pembunuhan untuk pembayaran
diah, atau yang dipraktikan oleh orang-orang Anshar ketika melindu-
ngi orang-orang Muhajirin pada saat mereka berada di Madinah, (2)
sistim kafalah al-gharimin; bantuan yang diambil dari harta zakat
untuk membayar hutang-hutang, (3) sistim kafalah al-fuqara’ wa al-masakin; bantuan untuk meringankan beban yang dihadapi oleh
20
Suria Zainuddin, Izyan Nadiah Md Noh. “An overview of the emer-
gence of Asuransi Syariah: An Islamic type of insurance policy”. Interna-tional Journal of Business and Economics Research, 2(5), (2013): 112-115
Published (http://www.science-publishinggroup.com/j/ijber) doi:10.11648/j.
ijber. 20130205.13 21
Abd al-Razaq al-Sanhuri, al-Wasit fi sharh al-Qanun al-Madani (Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, t.th.), jil. 8, 1080
22 Husein Hamid Hasan, Hukmu al-Shari'ah al-Islamiyah fi Uqud al-
Ta’min (Kairo; t.p, 1976), Cet. I, 10
Dr. Abdul Ghoni | 31
mereka yang tidak mampu, (4) sistim kafalah abna’ al-sabil; bantuan
untuk meringankan beban biaya orang-orang yang sedang dalam
kesulitan akibat situasi tertentu, (5) sistim nafaqat bain al-aqarib: suatu kewajiban berupa bantuan yang diberikan oleh sanak famili
yang mempunyai kesanggupan untuk saudara-saudara mereka yang
tidak mampu/fakir, (6) sistim Asuransi Syariah al-ijtima’i; seperti
yang dilakukan oleh kabilah al-sha’riyun; dalam mengatasi kesulitan
ekonomi yang dihadapi para janda atau pada saat mereka menghadapi
kesulitan kekurangan bahan makanan, lalu mereka mengumpulkan
makanan yang ada pada satu tempat kemudian membaginya kembali
menjadi sama rata.23
Hal ini sebenarnya sudah sejak lama diwanti-wanti oleh ulama
agar konsep dasar operasional asuransi shari'ah yang sarat dengan
prinsip akad tabarru’ dan ta‘āwun itu tidak berubah menjadi ladang
bisnis yang hanya semata-mata mencari profit. 24Larangan terhadap
gharar, maisir, dan riba,25 bertujuan untuk menjauhkan manusia dari
23
Ketika Rasullullah mengetahui apa yang dilakukan oleh orang-
orang al-ash’ariyun ini dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh imam
Bukhari bahwa Rasullullah mendo’akan, semoga mereka mendapat rahmat
Allah atas kebaikan yang telah mereka lakukan. Lihat: Badaruddin al-'Aini,
Abi Mahmud Ibn Ahmad al-'A'ini, U’mdah al-Qari’ Sharh Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), jil. 13, 44. Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami -Min Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is,
2000), 127. 24 Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami -Min
Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000), 126. 25 Al-Gharar; dapat terjadi karena kurangnya informasi atau pengeta-
huan (jahala/ignorance) pada pihak yang melakukan kontrak. Apabila peru-
sahaan asuransi syariah tidak menepati janji-janji indemnitas yang disepa-
kati dengan pesertanya, baik itu karena disebabkan kurang pengetahuan
yang diperoleh pihak peserta atau karena peserta tidak punya pengetahuan
tentang janji-janji itu sama sekali. Dengan demikian pihak penanggung telah
melakukan suatu tindakan pengkhiatan atau penipuan, kedua sifat ini adalah
gharar. Lihat; Abdul Wahab al-Sayid ’Audullah & Muhammad ’Abdul ’Aziz
al-Qalmawi, Al-Mu’jam al-Wasit (tk,. t.t., t, 1985), Jil. II, Cet. 3, 628. Al-Maisir dan al-Qimar termasuk kedalam al-gharar, suatu transaksi atau
tindakan spekulatif yang memberikan efek untung atau rugi terhadap orang
lain dan dirinya sendiri. Menolak sebuah klaim yang diajukan oleh peserta
dengan harapan peserta tersebut tidak mendapatkan haknya berupa ganti
32 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
tindakan mengambil harta atau hak milik orang lain dengan jalan
yang tidak baik menurut hukum Islam. Oleh Karena itu, upaya yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi shari’ah agar semua praktik-
praktik yang terlarang itu tidak terjadi dalam operasional perusahaan
dibuatlah aturan-aturan mu’amalah yang bersumber dari ajaran
shari’ah Islam. Jika operasional yang berlaku dalam asuransi konven-
sional tidak bisa terpisahkan dari unsur-unsur gharar, maisir, riba, riswah, dan zulm, maka implementasi asuransi shari’ah harus murni
bebas dari hal-hal yang dilarang tersebut, apakah itu dalam unsur
akad, produk, investasi, re-asuransi, polis, marketing dan claim settle-ment, serta aplikasi ketika bermuamalah dengan para stakeholder, seperti transaksi yang mengandung unsur khida', ghaban, tadlis, jahala, khiyanah, riswah, ihtikar, menunda-nunda pembayaran claim
dan lain-lain.26
rugi atau agar tuntutan klaim ganti rugi berakhir di meja peradilan yang
barangkali bisa dimenangkan oleh pihak perusahaan disebabkan oleh kondisi
pihak tertanggung yang lemah. Lihat: Shamsudin ibn Hamzah al-Ramli,
Nihayah al-Muhtaj (Kairo: al-Babi al-Hilbi, 1938), jil. 4, 279. Al-Qurtubi,
al-Jami' li al-Ahkam al-Qur'an (Kairo: Dar al-Sha'ab, 1372 H), jil. 3, 53.
Nazih Hamad, Mu'jam al-Mustalahat al-Iqtisadiyah fi Lughah al-Fuqaha' (al-
Ma'had al-'Alami li al-Fikr al-Islami, USA, 1993), Cet. I, 226.
Al-Riba adalah suatu transaksi yang dapat mengambil harta orang
lain dengan cara yang bathil. Apabila sangketa klaim ganti rugi yang ditun-
tut oleh peserta dapat dimenangkan pihak perusahaan dengan taktik-taktik
yang genius sesuai dengan pengalaman dan posisi mereka yang kuat dalam
undang-undang, dimana seharusnya klaim itu adalah hak peserta. Dengan
demikian pihak perusahaan telah memakan harta orang lain (peserta) dengan
jalan yang batil dan itu adalah riba. Gharar dan riba adalah ibarat dua sisi
mata uang. Begitu juga dalam sistem subrogasi, jika closing contract yang
disepakati dengan jaminan under price, maka sisa ganti rugi yang didapatkan
perusahaan dari pihak ketiga adalah riba. Lihat: Yusuf Kamal Muhammad,
Mustalahat al-Fiqh al-Mali al-Mu’asir-Mu’amalat al-Suq (Kairo: al-Ma’had
al-’Alami Li al-Fikri al-Islami, 1418 H – 1997 M), Cet. I. 128-139. 26
'Abdullah Mabruk al-Najar, 'Uqud al-Ta'min wa Mudda Mashru-'iyatihi fi al-Fiqh al-Islami Dirasah al-Muqaranah (Mesir; Dar al-Nahdah al-
'Arabiyah, 1994), 16-17. Muhammad Amin Mustafa Abu al-Shinqiti, Dira-sah Shar'iyah Li Ahammi al-'uqud al-Maliyah al-Mustahdithah (Mesir; Dar
al-Haramain Maktabah al-'ulum wa al-Hukm, 1992), 592. Muhammad Balta-
ji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-Islami", Mausu'ah al-'Ilmi-yah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min al-
Dr. Abdul Ghoni | 33
Pada dasarnya akad tabarru’ juga mempunyai unsur Asuransi
Syariahi, dimana perusahaan menerima amanah dari peserta asuransi
shari’ah untuk mengelola hartanya (premi), dan premi tersebut akan
dikelola dalam dua bentuk rekening yang berbeda oleh perusahaan
yaitu rekening tabungan dan rekening tabarru’. Disisi lain, peserta
memberikan sebagian dana yang telah disetornya untuk digunakan
sebagai santunan kebajikan, apabila ada diantara peserta yang menga-
lami musibah. Rekening tabarru’ khusus untuk pengelolaan kumpulan
dana tabarru’ dari seluruh peserta dan nantinya akan digunakan seba-
gai santunan kebajikan apabila terjadi klaim diantara salah seorang
peserta. Andaikata didapat keuntungan dari pengelolaan dana ini
akan dikembalikan sepenuhnya kedalam rekening tabarru’. Artinya,
dalam tabarru’ lending yourself perusahaan asuransi shari’ah membe-
rikan jasa kepada peserta asuransi berupa keahlian dan skill yang
dipunyainya untuk mengelola premi yang bersumber dari peserta
secara profesional. Pada tabarru’ giving something, sebagian premi
yang diserahkan peserta kepada perusahaan akan digunakan untuk
menyantuni peserta lain yang mengalami musibah. Dengan adanya
tabarru’ lending yourself dan giving something ini mencerminkan
bahwa dalam asuransi shari’ah terdapat risk sharing diantara para
pihak yang terkait. 27
Akad tabarru’ harus bertujuan sosial bukan
sebagai pendapatan perusahaan. 28
Ijtima'i fi al-Islam, 1403 H- 1983 M, jil. 5, 58. Abdul 'Aziz Faraja Muham-
mad, Qadaya Fiqhiyah al-Mu'asirah (Mesir; Universitas Al-Azhar, 2001), jil.
3, 137-142. 'Abdul Majid Mahmud Mazlum, "al-Asuransi Syariah al-Ijtima'i
fi al-Islam wa Dauruhu fi Himayah al-Mal", Majallah al-'Ulum al-Qanuniyah wa al-Iqtisadiyah; Januari-Juli 1980, No. 1 & 2, Tahun 22, 3. Ahmad Saif al-
Islam Muhammad Mansur, "Nahwu Nizam li Ta'minat al-Ijtima'iyah Wifqan
li Ahkam al-Asuransi Syariah al-Ijtima'i fi al-Islam", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min al-Ijtima'i fi
al-Islam, 1403 H- 1983 M, jil. 5, 190. Agus Edi Sumanto, Ernawan Priarto,
dkk, Solusi Berasuransi Lebih Indah dengan Shari'ah (Jakarta: PT. Salama-
dani Pusataka Semesta, April 2009), 163. 27
Delil Khairat, “Konsep dan Operational Asuransi Shari'ah”, Materi Pelatihan Program Sertifikasi Asuransi Shari'ah Tingkat Dasar Angkatan XX, AASI-LPKG BPPK Departemen Keuangan, Jakarta : Tanggal 5 sd 7
Oktober 2006 . 28
Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami -Min Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000), 126. Husein Husein
34 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Oleh karena itu pada hakikatnya perusahaan asuransi harus
memberikan ganti rugi kepada setiap peserta yang mengalami musi-
bah, karena mereka telah memberikan amanah kepada perusahaan
untuk menjamin setiap musibah atau bencana yang timbul. Dalam hal
ini amanah yang diberikan peserta ditandai dengan penandatanganan
akad oleh pihak perusahaan dan pembayaran premi dari peserta / pe-
serta asuransi.29
Polis yang digunakan masih belum memperlihatkan
unsur transparansi dalam memberikan informasi (tablig) pada sisi
jaminan pertanggungan (risk sharing/Asuransi Syariah) kepada peser-
ta yang telah memberikan amanah, serta bergesernya tujuan lembaga
ini yang pada awalnya sosial oriented menjadi profit oriented, serta
lemahnya pengawasan dari pihak-pihak yang terkait. 30
Dasar Hukum asuransi Syariah yang terdapat dalam Al-
Qur’an, yaitu Q.S Al Maidah ayat 231
, yang artinya: “…..Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…..”, di
dalam hadist yang menjadi landasan Asuransi Syariah seperti di HR.
Muslim dari Abu Hurairah, yang artinya: “Barang siapa melepaskan
dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan
kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong
hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya”.32
Shahatah, Nizam al-Ta’min al-Asuransi Syariahi: Badil Islami Li Nizam al-Ta’min al-Mua’sirah, Sisilah Dirasat wa Buhus Islami, www.darelmasho
ra.com. 29
Sulaiman Muhammad Ahmad, Daman al-Mutalafat fî al-Fiqh al-Islami (Kairo: Matba’ah al-Sa’adah, 1985), 50-51
30 Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami-Min
Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000), 126. 31
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016 32
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001, Tentang
Pedoman Umum Asuransi Shari’ah. Di dalam fatwa ini juga dikutip hadist-
hadist lain yaitu:
“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi
dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita
sakit maka bagian lain akan turut menderita” (HR. Muslim dari Nu’man bin
Basyir).
Dr. Abdul Ghoni | 35
Berdasarkan hukum positif, hingga saat ini asuransi syariah33
mendasarkan legalitasnya pada Undang-Undang No. 40 tahun 2014
tentang perasuransian. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang
Pasal 246, yaitu: ”Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan,
satu bagian menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al-
Asy’ari).
“Barang siapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaklah
ia perniagakan, dan janganlah membiarkannya (tanpa diperniagakan) hingga
habis oleh sederkah (zakat dan nafakah)” (HR. Tirmizi, Daraquthni, dan
Baihaqi dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Abdullah bin
‘Amr bin Ash).
Selain itu juga terdapat beberapa pendapat ulama sebagai berikut:
Sejumlah dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah
tabarru’ (amal kebajikan) dari peserta kepada (melalui) perusahaan yang di-
gunakan untuk membantu peserta yang memerlukan berdasarkan ketentuan
yang telah disepakati; dan perusahaan memberikannya (kepada peserta)
sebagai tabarru’ atau hibah murni tanpa imbalan. (Wahbah al-Zuhaili, al-
Mu’amalat al-Maliyyah al- Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h.
287). Analisis fiqh terhadap kewajiban (peserta) untuk memberikan tabarru’
secara bergantian dalam akad asuransi ta‘āwuni adalah “kaidah tentang
kewajiban untuk memberikan tabarru’” dalam mazhab Malik. (Mushthafa
Zarqa’, Nizham al-Ta’min, h. 58-59; Ahmad Sa’id Syaraf al-Din, ‘Uqud al-
Ta’min wa ‘Uqud Dhaman al-Istitsmar, h. 244-147; dan Sa’di Abu Jaib, al-
Ta’min bain al-Hazhr wa al-Ibahah, h. 53). Hubungan hukum yang timbul
antara para peserta asuransi sebagai akibat akad ta’min jama’i (asuransi
kolektif) adalah akad tabarru’; setiap peserta adalah pemberi dana tabarru’
kepada peserta lain yang terkena musibah berupa ganti rugi (bantuan, klaim)
yang menjadi haknya; dan pada saat yang sama ia pun berhak menerima
dana tabarru’ ketika terkena musibah (Ahmad Salim Milhim, al-Ta’min al-
Islami, h, 83) 33
Abdullah Ali Abdullah Mohammed. “Business Ethics in Asuransi
Syariah Industry: Between Myth and Reality”. Global Advanced Research Journal of Engineering, Technology and Innovation (ISSN: 2315-5124) Vol.
4(5) pp. 190-195, May, 2015 Available online http://garj.org/garjeti /index.
htm Copyright © 2015 Global Advanced Research Journals.
36 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
yang tak tentu”, pengertian diatas tidak dapat dijadikan landasan
hukum yang kuat bagi Asuransi Syariah34
karena tidak mengatur
keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah, serta tidak mengatur
teknis pelaksanaan kegiatan asuransi dalam kaitannya kegiatan admi-
nistrasinya.
Pedoman untuk menjalankan usaha asuransi syariah terdapat
dalam Fatwa Dewan Asuransi Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah, fatwa tersebut dikeluarkan kareni regulasi
yang ada tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan kegiatan
Asuransi Syariah. Tetapi fatwa DSN-MUI tersebut tidak memiliki
kekuatan hukum dalam Hukum Nasional karena tidak termasuk
dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Agar ketentuan
Asuransi Syariah memiliki kekuatan hukum, maka perlu dibentuk
peraturan yang termasuk peraturan perundang-undangan yang ada di
Indonesia meskipun dirasa belum memberi kepastian hukum yang
lebih kuat, peraturan tersebut yaitu Keputusan Menteri Keuangan RI
No.426/KMK.06/2003, Keputusan Menteri Keuangan RI No. 424/
KMK.06/ 2003 dan Keputusan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan
No. 4499/LK/ 2000. Semua keputusan tersebut menyebutkan menge-
nai peraturan sistem asuransi berbasis Syariah.
2. Prinsip Asuransi Syariah
Dalam menjalankan usaha asuransi syariah, sangat diperlukan
tegaknya nilai-nilai syariah, agar operasional asuransi syariah benar-
benar mencerminkan ruh syariah yang sesungguhnya35
. Sebagai con-
toh sebuah perikatan dengan menggunakan akad mudarabah, yaitu
antara shahibul maal dan mudharib. Shahibul maal meminta kepada
mudharib untuk mengelola dananya, namun dengan syarat bahwa
nisbah bagi hasil yang akan dihasilkan dibagi dua 90% untuk shahibul
34
Akhtarzaite binti Abdulaziz. “Ad-Dhara’I and Maqasid al-Shari’ah:
A case study of Islamic insurance”. Intellectual Discourse, 2010 Vol 18, No
2, 261-281. 35
Abdullah Ali Abdullah Mohammed. “Business Ethics in Asuransi
Syariah Industry: Between Myth and Reality”. Global Advanced Research Journal of Engineering, Technology and Innovation (ISSN: 2315-5124) Vol.
4(5) pp. 190-195, May, 2015 Available online http://garj.org/garjeti /index.
htm Copyright © 2015 Global Advanced Research Journals.
Dr. Abdul Ghoni | 37
maal dan 10% untuk mudharib.36
Secara fiqh, akad mudarabah yang
dilakukan oleh kedua belah pihak di atas adalah sah, karena telah
memenuhi semua rukun dan syarat akad mudarabah. Namun secara
“nilai”, akad tersebut cacat karena tidak memberikan porsi keadilan
bagi mudarabah. Mudharib hanya mendapatkan keuntungan 10%
sementara shahibul maal 90%. Untuk itulah, dalam Asuransi Syariah
terdapat 10 nilai yang mendasar dalam pengelolaan asuransi syariah,
yaitu37
:
a. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syariah38
.
Karena pada hakekatnya setiap muslim harus melandasi dirinya de-
ngan tauhid dalam menjalankan segala aktivitas kehidupannya, tidak
terkecuali dalam bermuamalah (berasuransi syariah). Artinya bahwa
niatan dasar ketika berasuransi syariah haruslah berlandaskan pada
prinsip tauhid, mengharapkan keridhaan Allah SWT. Sebagai contoh
dilihat dari sisi perusahaan, asas yang digunakan dalam berasuransi
syariah bukanlah semata-mata meraih keuntungan, atau menangkap
peluang pasar yang sedang cenderung pada syariah39
.
Namun lebih dari itu, niatan awalnya adalah untuk mengimple-
mentasikan nilai-nilai syariah dalam dunia asuransi. Sedangkan dari
sisi peserta, berasuransi syariah adalah bertujuan untuk bertransaksi
dalam bentuk tolong menolong yang berlandaskan asas syariah, dan
bukan semata-mata mencari “perlindungan” apabila terjadi musibah.
Dengan demikian, maka nilai tauhid terimplementasikan pada indus-
tri asuransi syariah.
36
Ali Zainuddin. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta. Sinar
Grafik 37
Iqbal, Muhaimin. 2005. Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik.
Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir dan Riba. Jakarta. Gema Insani Press 38
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya
di tengah asuransi konvensional, Elekmediakomputindo, Jakarta 2006 39
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016
38 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
b. Prinsip Keadilan
Prinsip kedua yang menjadi nilai-nilai dalam pengimplemen-
tasian asuransi syariah adalah prinsip keadilan40
. Artinya bahwa asu-
ransi syariah harus benar-benar bersikap adil, khususnya dalam mem-
buat pola hubungan antara peserta dengan peserta, maupun antara
peserta dengan perusahaan asuransi syariah, terkait dengan hak dan
kewajiban masing-masing. Asuransi syariah tidak boleh mendzalimi
peserta dengan hal-hal yang akan menyulitkan atau merugikan
peserta. Ditinjau dari sisi asuransi sebagai sebuah perusahaan, potensi
untuk melakukan ketidakadilan sangatlah besar. Seperti adanya unsur
dana hangus (pada saving produk), dimana peserta yang sudah ikut
asuransi (misalnya asuransi pendidikan) dengan periode tertentu,
namun karena suatu hal ia membatalkan kepesertaannya di tengah
jalan.
Pada asuransi syariah, dana saving peserta yang telah dibayar-
kan melalui premi harus dikembalikan kepada peserta bersangkutan,
berikut hasil investasinya. Bahkan terkadang asuransi syariah merasa
kebingungan ketika terdapat dana-dana saving peserta yang telah
mengundurkan diri atau terputus di tengah periode asuransi, lalu
tidak mengambil dananya tersebut kendatipun telah dhubungi baik
melalui surat maupun melalui media lainnya. Mau dikemanakan dana
ini? Karena dana tersebut bukanlah milik asuransi syariah, namun
milik peserta. Namun telah bertahun-tahun diberitahu atau dihubu-
ngi, peserta bersangkutan tidak juga mengambilnya.
c. Prinsip Tolong Menolong
Semangat tolong menolong merupakan aspek yang sangat
penting dalam operasional asuransi syariah41
. Karena pada hekekat-
nya, konsep asuransi syariah didasarkan pada prinsip ini. Dimana
sesama peserta bertabarru’ atau berderma untuk kepentingan peserta
lainnya yang tertimpa musibah. Peserta tidaklah berderma kepada
perusahaan asuransi syariah, peserta berderma hanya kepada sesama
peserta saja. Perusahaan asuransi syariah bertindak sebagai pengelola
40
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,
Gema Insani-Tazkia Cendekia, Depok, 2015 41
M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem
Operasional. Gema Insani Press, Jakarta.
Dr. Abdul Ghoni | 39
saja. Konsekwensinya, perusahaan tidak berhak mengklaim atau me-
ngambil dana tabarru’ peserta42
. Perusahaan hanya mendapatkan dari
ujrah (fee) atas pengelolaan dana tabarru’ tersebut, yang dibayarkan
oleh peserta bersamaan dengan pembayaran kontribusi (premi)43
.
Perusahaan asuransi syariah mengelola dana tabarru’ tersebut44
,
untuk diinvestasikan (secara syariah) lalu kemudian dialokasikan
pada peserta lainnya yang tertimpa musibah. Dan dengan konsep
seperti ini, berarti antara sesama peserta telah mengimplementasikan
saling tolong menolong, kendatipun antara mereka tidak saling
bertatap muka.
d. Prinsip Kerjasama
Kerjasama antara peserta dengan perusahaan asuransi syariah
tergantung dari akad apa yang digunakannya45
. Dengan akad mudha-
rabah musytarakah (nanti akan dijelaskan tersendiri mengenai akad
ini dalam pembahasan khusus akad), terjalin kerjasama dimana peser-
ta bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) sedangkan peru-
sahaan asuransi syariah sebagai mudharib (pengelola / pengusaha).
Apabila dari dana tersebut terdapat keuntungan, maka akan dibagi
berdasarkan nisbah yang telah disepakati, misalnya 40% untuk
perusahaan asuransi syariah dan 60% untuk peserta. Ketika kerjasama
terjalin dengan baik, peserta menunaikan hak dan kewajibannya,
demikian juga perusahaan asuransi syariah menunaikan hak dan
kewajibannya secara baik, sehingga terjalin pola hubungan kerjasama
yang baik pula, yang insya Allah akan membawa keberkahan pada
kedua belah pihak.
42
Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |
ISSN (online): 2579-6437 43
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang
Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume
3 Nomor 2, Oktober 2016 44
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December
2013, 291-304 45
Mohd. Ma’sum Billah, Principles & Practices of Asuransi Syariah
and Insurance Compared. IIUM, 2001
40 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
e. Prinsip Amanah
Amanah juga merupakan prinsip yang sangat penting46
. Karena
pada hakekatnya kehidupan ini adalah amanah yang kelak harus
dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Perusahaan dituntut
untuk amanah dalam mengelola dana premi. Demikian juga peserta,
perlu amanah47
dalam aspek resiko yang menimpanya. Jangan sampai
peserta tidak amanah dalam artian mengada-ada sesuatu sehingga
yang seharusnya tidak klaim menjadi klaim yang tentunya akan
berakibat pada ruginya para peserta yang lainnya. Perusahaan pun
juga demikian, tidak boleh semena-mena dalam mengambil keuntu-
ngan, yang berdampak pada ruginya peserta.
f. Prinsip Saling Ridha (‘An Taradhin)
Transaksi apapun yang dijalankan, aspek an taradhin atau sa-
ling meridhai harus selalu menyertai48
. Peserta ridha dananya dikelola
oleh perusahaan asuransi syariah yang amanah dan professional,
sementara perusahaan asuransi syariah ridha terahdap amanah yang
diembankan peserta dalam mengelola kontribusi (premi) mereka.
Demikian juga peserta ridha dananya dialokasikan untuk nasbah-
peserta lainnya yang tertimpa musibah, untuk meringankan beban
penderitaan mereka. Dengan prinsip inilah, asuransi syariah menja-
dikan saling tolong menolong memiliki arti yang luas dan mendalam,
karena semuanya menolong dengan ikhlas dan ridha, bekerjasama
dengan ikhlas dan ridha, serta bertransaksi dengan ikhlas dan ridha
pula.
46
Aznan Hasan. Shari’ah Issues in The Operation of ReAsuransi Sya-
riah and Reinsurance: A Preliminary Exploration From Shari’ah Perspective.
IIUM Law Journal Vol. 19 No. 2, 2011. 47
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Sya-
riah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December
2013, 291-304 48
M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-
rasional. Gema Insani Press, Jakarta.
Dr. Abdul Ghoni | 41
g. Prinsip Menghindari Riba
Riba merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari sejauh-
jauhnya khususnya dalam berasuransi49
. Karena riba merupakan
sebatil-batilnya transaksi muamalah. Tingkatan dosa paling kecil dari
riba adalah ibarat berzina dengan ibu kandungnya sendiri. Kontribusi
(premi)50
yang dibayarkan peserta, harus diinvestasikan pada inves-
tasi yang sesuai dengan syariah dan sudah jelas kehalalannya. Demi-
kian juga dengan sistem operasional asuransi syariah juga harus
menerapakan konsep sharing of risk yang bertumpu pada akad tabar-
ru’, sehingga menghilangkan unsur riba pada pemberian manfaat
asuransi syariah (klaim) kepada peserta.
h. Prinsip Menghindari Maisir
Asuransi jika dikelola secara konvensional akan memunculkan
unsur maisir (gambling)51
. Karena seorang peserta bisa jadi memba-
yar premi hingga belasan kali namun tidak pernah klaim. Di sisi yang
lain terdapat peserta yang baru satu kali membayar premi lalu klaim.
Hal ini terjadi, karena konsep dasar yang digunakan dalam asuransi
konvensional adalah konsep transfer of risk. Dimana perusahaan
asuransi konvensional ketika menerima premi, otomatis premi
tersebut menjadi milik perusahaan, dan ketika membayar klaim pun
adalah dari rekening perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan
bisa untung besar yaitu ketika premi banyak dan klaim sedikit, atau
bisa rugi besar yaitu ketika premi sedikit dan klaimnya banyak.
49
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,
Gema Insani-Tazkia Cendekia, Depok, 2015. 50
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang
Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume
3 Nomor 2, Oktober 2016 51
Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
42 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
i. Prinsip Menghindari Gharar
Gharar adalah ketidakjelasan52
. Berbicara mengenai resiko,
adalah berbicara tentang ketidakjelasan, karena resiko bisa terjadi
bisa tidak. Dalam syariat Islam, kita tidak diperbolehkan bertransaksi
yang menyangkut aspek ketidakjelasan. Pada asuransi (konvensional),
peserta tidak mengetahui apakah ia mendapatkan klaim atau tidak,
karena klaim sangat bergantung pada resiko yang menimpanya. Jika
ada resiko, maka ia akan dapat klaim, namun jika tidak maka ia tidak
mendapakan klaim. Hal seperti ini menjadi gharar adanya, karena
akad atau konsep yang digunakan adalah transfer of risk. Sedangkan
jika menggunakan aspek sharing of risk, ketidakjelasan tadi tidak
menjadi gharar, namun menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai, yang
apabila terjadi sesama peserta akan saling bantu membantu terhadap
peserta lainnya yang tertimpa musibah, yang diambil dari dana
tabarru’ yang dikelola oleh perusahaan asuransi syariah (bukan dari
dana perusahaan)53
.
j. Prinsip Menghindari Risywah
Pada saat menjalankan bisnisnya, baik pihak asuransi syariah
maupun pihak peserta harus menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari
aspek risywah (sogok menyogok atau suap menyuap) 54
. Apapun da-
lihnya, risywah pasti akan menguntungkan satu pihak dan pasti akan
ada pihak lain yang dirugikan. Peserta umpamanya tidak boleh me-
nyogok oknum asuransi supaya bisa mendapatkan manfaaat (klaim),
atau sebaliknya perusahaan tidak perlu menyogok supaya menda-
patkan premi (kontribusi) asuransi. Namun semua harus dilakukan
52
M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-
rasional. Gema Insani Press, Jakarta. 53
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang
Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume
3 Nomor 2, Oktober 2016. 54
Bouaziz Cheikh. Abstract To Islamic Insurance (Asuransi Syariah).
Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December 2013, 291-
304.
Dr. Abdul Ghoni | 43
secara baik, transparan, adil dan dilandasi dengan ukhuwah Islami-
yah.
3. Perbedaan antara Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
Jika Asuransi Syariah dibandingkan dengan perusahaan asuran-
si konvensional, maka akan terdapat beberapa perbedaan yang ber-
sifat esensi. Perbedaan yang utama adalah bahwa peserta melakukan
donasi kedalam dana Asuransi Syariah untuk menyediakan proteksi
kesesama peserta dalam mengelola resiko keuangan, berbeda dengan
asuransi konvensional peserta membayar premi kepada perusahaan
asuransi dimana perusahaan tersebut yang menanggung resiko keua-
ngan peserta.55
Secara konsep perbedaan ini adalah di asuransi
konvensional terjadi transfer risk, sedangkan pada asuransi syariah
terjadi sharing risk.56
Perbedaan dari asuransi syariah dan asuransi konvensional
sendiri mungkin tidak terlalu terlihat namun pada dasarnya perbedaan
tersebut terletak pada perjanjian transaksinya. Peserta akan mengi-
katkan diri pada asuransi syariah dalam suatu komunitas dan mereka
akan saling menanggung apabila terdapat musibah. Sedangkan pada
asuransi konvensional, peserta membeli perlindungan dari perusahaan
asuransi untuk mendapat perlindungan apabila musibah terjadi.57
Produk keuangan yang menjadi trend hingga tahun sekarang ini ada-
lah produk syariah, sehingga banyak sekali pemilik modal yang berin-
vestasi pada produk keuangan ini. Di Indonesia sendiri produk
syariah sudah menjamur karena masyarakat Indonesia yang mayoritas
muslim berminat untuk memiliki produk keungan syariah. Perkemba-
ngan bisnis syariah kini kian menggiurkan dan banyak sekali perusa-
haanperusahaan asuransi yang berbasis pada sistem syariah. Penda-
55
Tahani Coolen-Maturi. Islamic insurance (Asuransi Syariah):
demand and supply in the UK. International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management Vol. 6 No. 2, 2013 pp. 87-104 q Emerald
Group Publishing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/17538391311329806 56
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December
2013, 291-304 57
Iqbal, Muhaimin. 2005. Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik.
Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir dan Riba. Jakarta. Gema Insani Press
44 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
patan premi yang kian menaik, menyebabkan banyak sekali perusa-
haan yang berkompetisi dalam mendirikan bisnis syariah.
Tantangan yang dihadapi oleh banyak perusahaan yang berba-
sis syariah sangatlah beragam yang dimulai dari pemberian layanan
yang optimal, peningkatan dan pengembangan sumber daya manu-
sia58
. Selain itu pengembangan produk-produk keuangan syariah yang
sesuai dan dibutuhkan oleh masyarakat juga dapat menjadi tantangan
yang besar. Sebenarnya produk-produk keuangan syariah sendiri
sudah cukup berkembang, namun hal yang sulit yaitu menciptakan
persaingan diantara perusahaan produk keuangan syariah yang tidak
mematikan lawannya. Selain itu, permodalan juga dapat mempenga-
ruhi perkembangan produk keuangan syariah dan hal ini layak untuk
diperhitungkan. 59
Menciptakan produk keuangan syariah menjadi
alternatif pendanaan bukanlah hal yang mudah, karena edukasi kepa-
da masyarakat mengenai keuangan syariah sendiri masihlah kurang.
Memberikan edukasi kepada masyarakat sangatlah penting meskipun
masyarakat Indonesia mayoritas muslim. Dengan menyediakan pro-
duk yang sesuai dengan kebutuhan peserta, industri keuangan syariah
akan lebih berkembang pesat.
Pertumbuhan keuangan syariah sendiri diperkirakan akan lebih
tinggi dari pada pertumbuhan keuangan bank konvensional.60
Keper-
cayaan dan juga optimisme akan kondisi ekonomi ke depan dapat
juga mempengaruhi kinerja sumber daya manusia di industri keua-
ngan syariah. Bisa dikatakan juga bahwa pertumbuhan keuangan
syariah di Indonesia pelan namun pasti karena pangsa pasar asuransi
jiwa syariah sudah dan masih memperlihatkan pertumbuhannya.
Meskipun minat pasar tinggi, namun sayangnya industri tumbuh dan
berkembang lamban. Namun kinerja sumber daya manusia dari indus-
tri syariah sendiri menunjukan performa yang cukup baik. Pangsa
pasar yang besar tersebut mencerminkan bahwa minat masyarakat
Indonesia sangatlah tinggi terhadap asuransi syariah. Sayangnya
minat yang sangat besar akan produk keuangan syariah ini terkadang
58
Perwataatmadja, Karnaen A. 2007. Bank Syariah: Teori, Praktik,
dan Peranannya. Jakarta. Calestial Publishing 59
Frenz, Madhu & Iyer. Developing a Asuransi Syariah product in
India – Risks and Challenges. 10th Global Conference of Actuaries. 60
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,
Gema Insani-Tazkia Cendekia, Depok, 2015.
Dr. Abdul Ghoni | 45
kurang direspon oleh industri asuransi syariah dengan melihat keti-
daksungguhan industri syariah dalam memisahkan unit asuransi
syariah dengan konvensional sehingga asuransi syariah menjadi peru-
sahaan sendiri. Dengan adanya asuransi syariah yang berkembang
sendiri tanpa campur tangan dari konvensional akan lebih memung-
kinkan untuk lebih cepat laju pertumbuhannya. Berdasarkan Kenya-
taan tersebut, maka dapatlah dibuat sebuah analisis tentang perbe-
daan antara asuransi syariah dan konvensional. Secara umum terdapat
beberapa hal yang menjadi unsur perbedaan diantara keduanya seperti
tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Perbedaan antara Asuransi Syariah & Asuransi
Konvensional61
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
1 Konsep
Perjanjian antara 2
pihak atau lebih,
dengan mana pihak
penanggung
mengikatkan diri
kepada tertanggung,
dengan menerima premi
asuransi, untuk
memberikan pergantian
kepada tertanggung
Sekumpulan orang
yang saling membantu,
saling menjamin, dan
bekerja sama, dengan
cara masing-masing
mengeluarkan dana
tabarru’62
2 Asal-Usul63
.
Dari masyarakat
Babilonia 40003000
SM yang dikenal
dengan perjanjian
Hammurabi. Dan tahun
1668 M di Coffe House
Dari Al-Aqidah,
kebiasaan suku Arab
jauh sebelum Islam
datang. Kemudian
disahkan oleh
Rasulullah menjadi
61
M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-
rasional. Gema Insani Press, Jakarta. 62
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December
2013, 291-304 63
Aznan Hasan. Shari’ah Issues in The Operation of ReAsuransi
Syariah and Reinsurance: A Preliminary Exploration From Shari’ah Perspec-
tive. IIUM Law Journal Vol. 19 No. 2, 2011
46 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
London berdirilah
Lloyd of London
sebagai cikal bakal
asuransi konvensional
hukum Islam
3 Sumber
Hukum
Bersumber dari pikiran
manusia dan
kebudayaan,
berdasarkan hukum
positif, hukum alami
dan contoh sebelumnya.
Bersumber dari wahyu
Ilahi. Sumber hukum
dalam syariah Islam
adalah Al-Qur’an.
Sunnah atau kebiasaan
rasul, Ijma’, Fatwa
Sahabat.64
4 “Maghrib”
(Maisir,
Gharar dan
Riba) 65
Tidak selaras dengan
Syariah Islam karena
adanya Maisir, Gharar,
dan Riba; hal yang
diharamkan dalam
muamalah
Bersih dari adanya
praktek Gharar, Maisir
dan Riba
5 DPS (Dewan
Pengawas
Syariah)
Tidak ada, sehingga
dalam banyak
praktiknya
bertentangan dengan
kaidah-kaidah syara’
Ada, yang berfungsi
untuk mengawasi
pelaksanaan
operasional perusahaan
agar terbebas dari
praktek-praktek
muamalah yang
bertentangan dengan
Prinsip-prinsip Syariah
6 Akad 66
Akad jual-beli Akad tabarru’ dan akad
tijarah
7 Jaminan / Transfer of Risk Sharing of Risk.
64
Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |
ISSN (online): 2579-6437 65
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang
Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume
3 Nomor 2, Oktober 2016 66
Mohd. Ma’sum Billah, Principles & Practices of Asuransi Syariah
and Insurance Compared. IIUM, 2001
Dr. Abdul Ghoni | 47
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
Risk (Risiko)
8 Pengelolaan
Dana 67
untuk produk saving
life
Sedangkan untuk term
insurance life dan
general insurance
semuanya bersifat
tabarru’
9 Investasi
Bebas melakukan
investasi dalam batas-
batas ketentuan
perundangundangan,
dan tidak terbatasi pada
halal dan haramnya
objek atau sistem
investasi yang
digunakan.
Dapat melakukan
investasi sesuai
ketentuan
perundangundangan,
sepanjang tidak
bertentangan dengan
Prinsipprinsip Syariah
Islam. Bebas dari riba
dan tempat-tempat
investasi yang
terlarang68
.
10 Kepemilikan
Dana
Dana yang terkumpul
dari premi peserta
seluruhnya menjadi
milik perusahaan.
Dana yang terkumpul
dari peserta dalam
bentuk iuran atau
kontribusi, merupakan
milik peserta, asuransi
syariah hanya sebagai
pemegang amanah
dalam mengelola dana
tersebut.
11 Unsur Premi
Unsur premi terdiri dari
tabel mortalita, biaya-
biaya asuransi
Iuran atau kontribusi
terdiri dari unsur
tabarru’ 69
dan
tabungan.
67
Hania Masud. Asuransi Syariah: An Innovative Approach to Insu-
rance and Islamic Finance. University of Pennsylvania Law School. 68
Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |
ISSN (online): 2579-6437 69
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December
2013, 291-304
48 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
12 Loading
Loading
pada asuransi
konvensional cukup
besar terutama
diperuntukkan untuk
komisi agen, dapat
menyerap premi tahun
pertama dan kedua.
Pada sebagian asuransi
syariah, loading
(komisi agen) tidak
dibebankan pada
peserta tapi dari dana
pemegang saham.
13 Sumber
Pembayaran
Klaim
Murni bisnis dan tidak
ada nuansa spiritual.
Sumber pembayaran
klaim diperoleh dari
rekening tabarru’.
14 Sistem
Akuntansi
Menganut konsep
akuntansi accrual basis.
Dan, mengakui
pendapatan,
peningkatan aset,
expenses, liabilities
dalam jumlah tertentu
yang baru akan diterima
dalam waktu 70
Menganut konsep
akuntansi cash basis,
mengakui apa yang
benar-benar telah ada,
sedangkan accrual
basis dianggap
bertentangan dengan
Syariah yang akan
datang.
15 Keuntungan
Keuntungan yang
diperoleh dari surplus
underwriting, komisi
reasuransi, dan hasil
investasi seluruhnya
adalah keuntungan
perusahaan.
Profit yang diperoleh
dari surplus
underwriting, komisi
reasuransi, dan hasil
investasi, bukan
seluruhnya menjadi
milik perusahaan.
16 Misi dan Visi
Secara garis besar misi
utama dari asuransi
konvensioanl adalah
misi ekonomi dan misi
sosial.
Misi yang diemban
dalam asuransi syariah
adalah misi aqidah,
misi ibadah, misi
ekonomi, dan misi
pemberdayaan umat
(sosial).
Sumber: Winarno (2015)
70
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang
Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume
3 Nomor 2, Oktober 2016.
Dr. Abdul Ghoni | 49
Perbedaan sistem yang paling mendasar antara asuransi syari-
ah dengan sistem asuransi konvensional meliputi hal-hal berikut:71
1) Perbedaan mengenai konsep Asuransi syariah
Perbedaan ini mempunyai 3 pengertian seperti yang telah dike-
mukakan, diantaranya at-ta’min72
. Mu’ammin adalah penangung dan
munta’min diartikan tertanggung. Dalam Al Qur’an Surat Quraisy
ayat :4 terdapat kata aman dari rasa takut, memberi rasa aman. Jadi
istilah at-ta’min, yaitu antara menta’minkan sesuatu yang berarti
seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli
warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah dise-
pakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang,
sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang mempertanggungkan atau
mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau kendaraannya. Dewan
Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) mengeluar-
kan fatwa tentang pedoman umum asuransi syariah. Menurutnya,
asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk
asset atau tabarru’ yang memberikan pengembalian untuk mengha-
dapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Sedang-
kan asuransi konvensional secara bahasa adalah “pertanggungan”.
Istilah pertanggungan di kalangan orang Belanda disebut verzekering.
Hal dimaksud melahirkan istilah assuradeur, assurantie bagi penang-
gung dan geassureeder bagi tertanggung.
Selain itu, ada definisi yang mengungkapkan bahwa sebenar-
nya assuransi itu merupakan alat atau institusi belaka yang bertujuan
untuk mengurangi resiko dengan mengabungkan sejumlah unit-unit
yang beresiko agar kerugian individu secara olektif dapat diprediksi.
Kerugian yang dapat diprediksi terebut kemudian dibagi dan didistri-
busikan secara proporsional diantara semua unit-unit dalam gabungan
tersebut. Dalam UU RI Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
meupakan petanggungan yang di dalamnya ada perjanjian antara 2
71
Ali Zainuddin. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta. Sinar
Grafik. 72
Syed Ahmed Salman. Contemporary Issues in Asuransi Syariah
(Islamic Insurance). Asian Social Science; Vol. 10, No. 22; 2014 ISSN 1911-
2017 E-ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center of Science and
Education. doi:10.5539/ass.v10n22p210.
50 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
pihak atau lebih, yaiut pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tettanggung, dengan menerima premi asuransi,untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan.
2) Perbedaan mengenai sumber hukum
Sumber hukum asuransi syariah adalah AlQur’an, sunnah, ijma,
qiyas dan fatwa DSN MUI, hal ini menjadikan modus operandi asu-
ransi syariah selalu sejalan dengan prinsip-prinsip syariah73
. Dalam
menetapkan prinsip-prinsip, praktik dan operasional dari asuransi
syariah74
, parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah syariah
Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, hadits, dan fiqh Islam, hal ini
menjadikan asuransi syariah mendasarkan diri pada prinsip kejelasan
dan kepastian, sehingga kejelasan yang meyakinkan kepada peserta
asuransi dengan akad secara syariah75
antara perusahaan dengan pe-
serta asuransi, baik yang akadnya jual beli ataupun tolong-menolong.
Asuransi konvensional mempunyai sumber hukum yang didasari oleh
pikiran manusia, falsafah, dan kebudayaan, sementara modus operan-
dinya didasarkan atas hukum positif. Hal ini menjadikan asuransi
konvensional tidak memiliki sumber hukum yang jelas, bahkan cen-
derung membuat transaksi yang tidak memiliki kepastian dan kejela-
san kedepan. Seperti halnya dalam akadnya sesuatu yang di akadkan
terjadi cacat secara syariah karena tidak jelas berapa yang akan
dibayar oleh peserta asuransi yang meliputi berapa sesuatu yang akan
diperoleh. Tidak diketahui berapa lama seseorang peserta asuransi
harus membayar premi.
73
Mohd. Ma’sum Billah, Applied Asuransi Syariah and Modern Insu-
rance, Thomson, 3rd edition, 2007 74
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016 75
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December
2013, 291-304
Dr. Abdul Ghoni | 51
3) Perbedaan mengenai Dewan Pengawas Syariah
Asuransi syariah mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS)
76 yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan asuransi sya-
riah77
. DPS mengawasi jalannya operasional sehari-hari agar selalu
berjalan sesuai dengan prinsip syariah. Artinya, menghindari adanya
penyimpangan secara hukum Islam yang dapat merugikan orang lain.
DPS berfungsi untuk: (a) Melakukan pengawasan secara periodik
pada Lembaga Keuangan Syariah yang berada dibawah pengawasan-
nya. (b) Berkewajiban mengajukan unsur-unsur pengembangan Lem-
baga Keuangan Syariah kepada pemimpin lembaga yang bersang-
kutan dan dari Dewan Syariah Nasional. (c) Melaporkan Perkemba-
ngan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang menga-
wasinya kepada DSN sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun
anggaran. (d) Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembaha-
san-pembahasan DSN. Sedangkan asuransi konvensional tidak mem-
punyai dewan pengawas dalam melaksanakan perencanaan, proses,
dan praktiknya. Asuransi konvensional tidak memiliki sebuah wadah
control yang independen yang tugasnya mengawasi perjalanan asu-
ransi tersebut sehingga mudah timbul penyimpangan-penyimpangan,
baik penyimpangan administrasi maupun penyimpangan hukum seca-
ra syariah.
4) Perbedaan mengenai Akad Perjanjian
Asuransi syariah mempunyai akad yang di dalamnya dikenal
dengan istilah tabarru’ yang bertujuan kebaikan untuk menolong
diantara sesama manusia, bukan semata-mata untuk komersial dan
akad tijarah78
. Akad tijarah adalah akad atau transaksi yang bertujuan
komersial, misalnya akad mudharabah, wadiah, wakalah dan sebagai-
nya. Dalam bentuk akad tabarru’ mutabari mewujudkan usaha untuk
membantu seseorang dan hal ini di anjurkan oleh syariat Islam,
penderma yang ikhlas akan mendapatkan ganjaran pahala yang besar.
76
M. Iqbal, (2005). General Asuransi Syariah Practice. Gema Insani
Press, Jakarta. 77
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December
2013, 291-304 78
Mohd. Ma’sum Billah, Principles & Practices of Asuransi Syariah
and Insurance Compared. IIUM, 2001
52 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Selain itu, akad transaksi asuransi syariah mengandung kepastian dan
kejelasan sehingga peserta asuransi menerima polis asuransi sesuai
dengan apa yang dibayarkan (yang masuk ke rekening peserta)
ditambah dengan dana tabarru’ dari setiap peserta asuransi. Hal ini
menjadikan setiap peserta asuransi yang mendapat musibah atau
kerugian akan menerima bantuan dalam bentuk ganti rugi terhadap
musibah yang dihadapinya. Bantuan dimaksud bersumber dari dana
akad tabarru’. 79
Sedangkan akad pada asuransi konvensional adalah pihak peru-
sahaan asuransi dengan pihak peserta asuransi melakukan akad mufā-waḍah, yaitu masing-masing dari kedua belah pihak yang berakad di
satu pihak sebagai penaggung dan di pihak lainnya sebagai tertang-
gung. Pihak penanggung memperoleh premi-premi asuransi sebagai
pengganti dari uang pertanggungan yang telah dijanjikan pembaya-
rannya. Sedangkan tertangung, memperoleh uang pertanggungan jika
terjadi peristiwa atau bencana sebagai pengganti dari premi-premi
yang dibayarkannya. Sistem kontrak dimaksud, mengandung unsur
untung-untungan, yaitu keuntungan yang diperoleh tergantung bila
terjadi musibah dan penanggung mendapat keuntungan bila tidak
terjadi musibah dan dipandang sebagai hasil dari mengambil resiko,
bahkan sebagai hasil kerja yang nihil.
5) Perbedaan mengenai kepemilikan dan pengelolaan dana
Asuransi syariah menganut sistem kepemilikan bersama. Hal
itu berarti dana yang terkumpul dari setiap peserta asuransi dalam
bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta (shohibul maal)
80. Pihak perusahaan asuransi syariah hanya sebagai penyangga aman
dalam pengelolaannya. Dana tersebut, kecuali tabarru’ dapat diambil
kapan saja dan tanpa dibebani bunga. Di sinilah letak pebedaan men-
79
Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |
ISSN (online): 2579-6437 80
Younes Soualhi, Ahmad Al Razni Al Shammari. Indicators of Asu-
ransi Syariah Awareness among Kuwaitis. Journal of Islamic Banking and
Finance. December 2015, Vol. 3, No. 2, pp. 75-89 ISSN 2374-2666 (Print)
2374-2658. Published by American Research Institute for Policy Develop-
ment. DOI: 10.15640/jibf.v3n2a8.
Dr. Abdul Ghoni | 53
dasar pada life insurance apabila seorang peserta karena kebutuhan
yang sangat mendesak boleh mengambil sebagian dari akumulasi
dananya yang ada.81
Selain itu, perlu diungkapkan bahwa pengelolaannaya untuk
produkproduk yang mengandung unsur saving (tabungan), dana yag
dibayarkan oleh peserta langsung dibagi dalam 2 rekening, yaitu
rekening peserta dan rekening tabarru’. Sedangkan kepemilikan harta
dalam asuransi konvensional adalah milik perusahaan, bebas meng-
gunakan dan menginvestasikan pengelolaanya, bersifat tidak ada
pemisahan dana peserta dengan dana tabarru’ sehingga semua dana
bercampur menjadi satu. Status hak kepemilikan dana dimaksud ada-
lah dana perusahaan, sehingga bebas mengelola dan menginvestasi-
kan yang ada pembatasan halal dan haram dalam melakukan pemin-
dahan, bahkan ada kecenderungan yang selalu di praktikkan dalam
asuransi konvensional untuk menginvstasikan dananya ke sistem
bunga. Selain itu, dana yang terkumpul pada sistem asuransi konven-
sional dikelola oleh badan pengelola dan keuntungannya hanya untuk
kepentingan badan pengelola dan membayar polis peserta, pengelola
menganngap mempunyai pertambahan keuntungan sebagai usaha
yang dikelolanya.
6) Perbedaan mengenai Premi dan sumber Pembiayaan Klaim
Unsur-unsur premi82
pada asuransi syariah terdiri dari unsur
tabarru’83
dan tabungan (untuk asuransi jiwa). Selain itu, sumber
pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru’, yaitu rekening
dana tolongmenolong bagi seluruh peserta, yang sejak awal sudah
diakadkan dengan ikhlas oleh setiap peserta untuk keperluan saudara-
saudaranya yang meninggal dunia atau tertimpa musibah materi
seperti, kebakaran, gempa, banjir dan lain-lain. Selain itu, sumber
81
Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |
ISSN (online): 2579-6437 82
M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem
Operasional. Gema Insani Press, Jakarta 83
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang
Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume
3 Nomor 2, Oktober 2016
54 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
pembiayaan dalam asuransi syariah adalah dari rekening perusahaan
murni bisnis dan tertentu diperuntukkan sebagai dana tolong-meno-
long. Asuransi konvensional memiliki unsur-unsur premi sebagai
berikut: (a) Mortality table yaitu daftar tabel kematian berguna untuk
mengetahui besarnya klaim yang kemungkinan timbul kerugian yang
di karenakan kematian, serta meramalkan berapa lama batas umur
seseorang bisa hidup. (b) Penerimaan Bunga untuk menetapkan tarif,
perhitungan bunga harus dikalkulasi di dalamnya. (c) Biaya-biaya
asuransi terdiri dari biaya komisi, biaya luar dinas, biaya reklame,
sale promotion, biaya pembuatan polis, dan biaya pemeliharaan
7) Perbedaan mengenai investasi dana dan keuntungan
Asuransi dalam menginvestasikan dana84
yang hanya kepada
bank syariah, BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah), Obligasi
syariah, dan kegiatan lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip sya-
riah. Sementara profit (laba) untuk asuransi kerugian yang di peroleh
dari surplus underwriting bukan menjadi milik perusahaan sebagai-
mana mekanisme dalam asuransi konvensional. Berinvestasi pada
industri perusahaan asuransi syariah, memiliki keunggulan yang
memberi semangat pada pesertanya. Sebab, sistem dimaksud tidak
mengenal sistem dana hangus. Peserta yang baru masuk pun yang
karena sesuatu dan lain hal sehingga mengundurkan diri maka dana /
premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali kecuali
sebagian kecil saja dana yang sudah diniatkan untuk dana tabarru’85
sehingga tidak dapat ditarik kembali. Begitu juga dengan asuransi
Asuransi Syariah umum (asuransi kerugian), jika habis masa kontrak
dan tidak terjadi klaim, maka Asuransi Syariah membagikan sebagian
dana premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai
kesepakatan ketika terjadi di akad. Sedangkan pada asuransi konven-
sional, berdasarkan peraturan pemerintah, investasi wajib dilakukan
oleh asuransi konvensional pada jenis investasi yang akan mengun-
84
Yuosef Abdullah Alhumoudi, Islamic Insurance Asuransi Syariah
and Its Applications in Saudi Arabia, Doctoral Thesis. Brunel University,
2012. 85
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December
2013, 291-304
Dr. Abdul Ghoni | 55
tung – kan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh perusahaan. 86
Selain itu, harus memperhatikan ketentuan investasi yang ter-
tuang dalam keputusan Menteri Keuangan RI No. 424/KMK.6/2003.
Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting
menjadi milik perusahaan yang telah terdahulu. Di dalam sistem
asuransi konvensional memiliki sistem dana hangus, yaitu peserta
asuransi yang tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin
mengundurkan diri sebelum akhir periode, maka dana peserta itu
hangus. Begitu juga untuk asuransi non saving jika habis masa kon-
trak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayar oleh pihak
peserta asuransi kepada pihak perusahaan akan hangus atau menjadi
milik perusahaan asuransi.
Selain perbedaan-perbedaan diatas, juga disebutkan perbedaan
lain yaitu bahwa perusahaan Asuransi Syariah bertanggungjawab
sebagai pengelola dari dana Asuransi Syariah dan sekiranya terjadi
defisit, maka perusahaan berkewajiban melakukan pinjaman qardhul
hasan, berbeda dengan perusahaan konvensional bahwa semua resiko
peserta adalah sepenuhnya tanggung jawab perusahaanSelain perbe-
daan-perbedaan, sebenarnya terdapat juga kesamaan antara Asuransi
Syariah dan perusahaan asuransi konvensional, yaitu bahwa peserta
Asuransi Syariah melakukan pembayaran dengan tarif yang sama
seperti premi yang diganti istilah menjadi kontribusi, juga pembaya-
ran klaim yang juga relatif sama dengan konvensional, serta pada
produk Asuransi Syariah jiwa, terdapat komponen investasi atau
tabungan seperti halnya terjadi di asuransi konvensional.87
4. Model Operasional Pengelolaan Asuransi Syariah
Beberapa konsep dan mekanisme yang diterapkan dalam pe-
ngelolaan dana Asuransi Syariah adalah konsep wakalah, mudarabah,
86
M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-
rasional. Gema Insani Press, Jakarta 87
Puteri, Khairuddin, Azila, Sharina, Srazali, Arifin. Asuransi Syari-
ah: A review on performance, issues and challenges in Malaysia. Journal of
Scientific Research and Development 3 (4): 71-76, 2016. ISSN 1115-7569 ©
2016 JSRAD
56 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
hybrid model wakalah dan mudarabah, dan wakaf88
. Adapun meka-
nisme yang dipakai di Indonesia adalah wakalah dan mudarabah.
Model pengelolaan dana berdasarkan wakalah; mudarabah maupun
hybrid model wakalah dan mudarabah diterapkan di negara-negara
asia tenggara; yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei
Darussalam.
Pada mekanisme wakalah, perusahaan bertindak sebagai wakil
dari para peserta dalam mengelola dana tabarru’, membayar dan
menjaga ketersediaan dana klaim (manfaat) untuk para peserta, dan
untuk jasa ini, perusahaaan Asuransi Syariah mendapat fee, yang
ditentukan sejak awal akad dengan nominal yang tetap. Selanjutnya
untuk pengelolaan dana untuk tujuan investasi perusahaan mendapat
fee dan dalam keadaan tertentu perusahaan berhak mendapat perfor-mance fee.Adapun pada mekanisme mudarabah, untuk mengelola
dana tabarru’ ini perusahaan mendapat gaji atau upah yang dikate-
gorikan sebagai biaya operasional, yang diambil dari dana tabarru’.
Biaya operasional ini lebih bersifat kondisional dibandingkan fee dari
wakalah, karena disesuaikan dengan biaya operasional perusahaan
untuk pengelolaan dana tabarru’ setiap termin. Selanjutnya pada ta-
hapan investasi dana, perusahaan bertindak sebagai mudarib pengelo-
la dana investasi dan berhak mendapat bagi hasil dari keuntungan
investasi. 89
a. Mudaraba Model
Mudaraba model90
adalah model berbasis profit-sharing, yaitu
mekanisme pengelolaan dimana surplus operasional dibagikan antara
pengelola Asuransi Syariah dengan peserta. Model ini bermula digu-
nakan di Malaysia, hal ini dikarenakan di Malaysia menggunakan sis-
88
Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |
ISSN (online): 2579-6437 89
Samina Riaz. Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education
& Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study. International
Review of Business Research Papers Vol. 5 No. 4 June 2009 Pp. 457‐467 90
Khalid Al-Amri. Essays on Organizational Form and Efficiency in
The Asuransi Syariah Insurance Industry. Temple University. Published by
ProQuest LLC (2013).
Dr. Abdul Ghoni | 57
tem composite dimana pengelola Asuransi Syariah dapat mengelola
baik asuransi jiwa maupun asuransi kerugian dan Mudaraba model
dimulai dari produk asuransi jiwa dan akhirnya juga digunakan dalam
asuransi kerugian.
Gambar. 2.2 Muḍarabah Model91
Sumber: Frenz, Madhu & Iyer. Developing a Asuransi Syariah
product in India – Risks and Challenges. 10th Global Conference of
Actuaries.
Dalam mudarabah model terdapat 2 pihak, yaitu pengelola
disebut dengan mudarib dan pemiliki modal (peserta) disebut dengan
shahibul mal. Dua pihak ini akan berbagi keuntungan setelah semua
biaya dikurangi dari pendapatan usaha, walaupun jika terjadi keru-
gian, maka yang menanggung adalah pemilik modal. Dalam praktek-
nya pengelola Asuransi Syariah menggunakan modalnya untuk
pengeluaran perusahaan, sehingga tidak sepenuhnya seperti konsep
mudarabah. Kendala lain dalam model ini adalah pembagian surplus
operasional yang merupakan hibah untuk penggunaan klaim, seharus-
nya tidak diperbolehkan dibagikan, baik ke pengelola Asuransi Sya-
91
Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Asuransi Syariah product in
India – Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries.
58 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
riah maupun ke peserta, surplus yang terjadi seharusnya sepenuhnya
dijadikan cadangan dana tabarru untuk klaim periode selanjutnya.92
1) Bagi hasil investasi dana Tabarru’ pada model Mudarabah
Sebagian Ulama berpendapat bahwa bagi hasil dari investasi
dana Tabarru’ tidak boleh dibagikan kepada peserta dan kepada peru-
sahaan Asuransi Syariah93
. Tindakan ini dinilai illegal dan melanggar
aturan syariah. Hal ini dikarenakan karakteristik dari akad tabarru’
seperti hibah dan sedekah adalah akad sepihak yang tidak boleh
mengharapkan keuntungan kembali dari apa yang telah di berikan.
Jika peserta mengambil keuntungan dari apa yang telah diberikan,
maka akad tabarru’ akan menyamai akad tijarah, namun tanpa kejela-
san dari timbal balik, dan ini melanggar aturan Syariah.
Demikian juga halnya dengan perusahaan. Perusahaan bertin-
dak sebagai pihak pemegang amanah dan sebagai manajer pengelola-
an dana; semestinya bertindak sebagai penjaga amanah yang baik,
dimana gaji dan remunerasi telah ditentukan dengan nominal yang
tetap, sehingga perusahaan hanya berhak atas nominal yang tetap
tersebut, bukan atas profit dana Tabarru’. Inilah yang menjadi salah
satu isu pada pengelolaan dana Asuransi Syariah, dalam hal ini hasil
investasi dana tabarru’.
2) Sebagai alternatif untuk mengatasi isu pada Mudarabah
Isu pada model Mudarabah terletak pada profit-sharing dari
keuntunga dana tabarru’. Keuntungan dana tabarru’ berbasis hibah ini
menurut sebagian ulama semestinya kembali ketabung dana tabarru’;
tidak bisa dikembalikan kepada peserta karena dengan demikian
peserta mengambil manfaat dari yang telah di donasikan, dan tidak
pula bisa dibagi kepada perusahaan, karena perusahaan telah menda-
pat biaya operasioanl, dan bagi hasil dari investasi dana saving
peserta.
92
Syed Othman Alhabshi, Shaikh Hamzah. Takāful: Concept, Histo-
ry, Development, and Future Challenges of Its Industry. ICR 1.2 Produced
and distributed by Pluto Journals. 93
M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-
rasional. Gema Insani Press, Jakarta
Dr. Abdul Ghoni | 59
Tabel 2.2 Perbedaan antara Model Wakalah dan Mudarabah94
No. Tugas Wakalah Mudarabah
1 Mengelola dana
Tabarru’ untuk
klaim
Fee Management cost
(biaya operasional)
2 Mengelola dana
investasi
Fee dan/atau
Performance fee
Bagi hasil dari
profit investasi
3 Karakteristik
income
Fix Flexible
Sumber : Data di olah
Pada model wakaf, pembagian keuntungan dari hasil investasi
dana wakaf bisa dilakukan tanpa melanggar hukum syar’i. Hal ini
karena fleksibilitas dana wakaf, yang keberadaanya memang dimak-
sudkan untuk diambil manfaatnya, dengan catatan pokok wakaf ter-
jaga. Dengan demikian, apa yang menjadi isu pada model mudarabah,
bisa diatasi dengan menerapkan pengelolaan dana Tabarru’ berbasis
wakaf. Perbedaan Model Wakalah dan Mudarabah dari segi income
untuk perusahaan Asuransi Syariah. Perbedaan income yang di
dapatkan perusahaan dari model bisnis Wakalah dan Mudarabah:
b. Wakala-fee Model95
Wakala model adalah mekanisme dimana pengelola Asuransi
Syariah mendapatkan fee diawal untuk pengelolaan resiko dan inves-
tasi, model ini diformulakan oleh ulama di Timur tengah dan model
inilah yang mendominasi di dunia Asuransi Syariah saat ini.96
Wakala
94
M. Ma’sum Billah, (2001). Principles & Practices of Asuransi Sya-
riah and Insurance Compared. IIUM, Malaysia. 95
Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |
ISSN (online): 2579-6437 96
Samina Riaz. Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education
& Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study. International Revi-
ew of Business Research Papers Vol. 5 No. 4 June 2009 Pp. 457‐467
60 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
model menggunakan konsep agency, dimana pengelola Asuransi
Syariah bertindak sebagai wakeel (wakil) dari peserta.
Gambar 2.3 Wakala-fee Model
Sumber: Frenz, Madhu & Iyer. Developing a Asuransi Syariah
product in India – Risks and Challenges. 10th Global Conference of
Actuaries.
Dalam model ini pengelola tidak melakukan alokasi surplus,
surplus yang terjadi dialokasikan sepenuhnya kembali ke dana Asu-
ransi Syariah, pengelola juga tidak bertanggung jawab jika terjadi
defisit dana Asuransi Syariah.97
97
Ketentuan Hukum dalam Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No:
52/DSN-MUI/III/2006, tentang Akad Wakalah bil Ujrah, pada Asuransi dan
Reasuransi Shari’ah, yaitu:
1. Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi
dengan peserta.
2. Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta denganimbalan
pemberian ujrah (fee).
Objek Wakalah bil Ujrah meliputi antara lain: (a). kegiatan adminis-
trasi; (b). pengelolaan dana; (c). pembayaran klaim; (d). underwriting; (e).
pengelolaan portofolio risiko; (f). pemasaran; g. investasi
Dr. Abdul Ghoni | 61
1) Fee atau ujrah pada model Wakalah
Pada model wakalah, perusahaan Asuransi Syariah bertindak
sebagai wakil peserta untuk mengelola dana Asuransi Syariah, untuk
jasanya ini perusahaan mendapat fee/ujrah. Fee atau komisi sebagai
wakil pada pengelolaan dana tabarru’ berdasarkan wakalah, biasanya
di ambil diawal, ketika peserta membayar kontribusi atau premi Asu-
ransi Syariah. Berdasarkan prinsip accrual pada akuntansi syariah,
status fee tersebut adalah unearned fee, dimana akan berubah status
menjadi earned fee di akhir periode tahun yang ditentukan.
Metode pemotongan diawal ini menjadi masalah ketika peserta
hendak membatalkan kontrak ditengah waktu akad. Jika peserta
membatalkan kontrak sebelum masa akad berakhir, maka kontribusi
peserta yang telah dibayarkan akan dikembalikan, namun bagaimana
cara mengembalikan fee yang telah dipotong oleh perusahaan dari
kontribusi peserta yang bersangkutan? Inilah yang menjadi salah satu
isu pada Asuransi Syariah yang menggunakan mekanisme wakalah.
2) Sebagai alternatif untuk mengatasi isu pada wakalah
Pada model wakalah, yang menjadi isu adalah fee atau ujrah
yang diambil dari dana kontribusi peserta sebelum tugas perusahaan
dijalankan, sehingga berstatus unearned fee untuk perusahaan98
. Jika
peserta mengundurkan diri sebelum akad berakhir, fee yang telah
diambil oleh perusahaan dipertanyakan status legalnya untuk perusa-
haan. Pada pengelolaan dana berbasis wakaf, perusahaan juga menda-
pat fee diawal, namun fee yang diterima perusahaan diawal, bisa
tidak dikembalikan kepada peserta meski peserta mundur dari akad
sebelum masa akad berakhir, karena fee tersebut dicharge atas dasar
jasa perusahaan untuk mengelola dana wakaf, dan diambil dari dana
wakaf, bukan dari dana kontribusi seperti pada wakalah, sehingga fee
yang diterima bisa dikategorikan earned fee.
98
Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |
ISSN (online): 2579-6437
62 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
c. Wakala-waqf Model
Wakala-Waqf Model, dalam model ini hubungan antara peserta
dan pengelola merupakan hubungan antara pemberi waqf dan penge-
lola dana waqf(nazer-u-alWaqf). Model ini bermula di Afrika selatan yang ditiru dari perusahaan
Asuransi Syariah pertama di Pakistan, konsep ini digunakan karena
dana tabarru dalam Asuransi Syariah digunakan secara spesifik, yaitu
membayar klaim, penggunaan spesifik inilah yang mirip dengan kon-
sep waqf, perbedaan utama dalam konsep waqf adalah dana Asuransi
Syariah digunakan untuk pembayaran klaim dapat berkurang dan juga
terjadi defisit, karena itu pengelola Asuransi Syariah wajib membe-
rikan pinjaman qardhul hasan jika dana Asuransi Syariah terjadi
defisit. Dalam waqf model ini pembayaran dana peserta sudah terbagi
2, yaitu dana waqf dan dana admisnistrasi untuk pengelola.99
Gambar 2.4 Wakala-waqf Model
Sumber: Engku Rabiah, Essential guide to Asuransi Syariah, CERT
Publications
99
Yuosef Abdullah Alhumoudi, Islamic Insurance Asuransi Syariah
and Its Applications in Saudi Arabia, Doctoral Thesis. Brunel University,
2012
Dr. Abdul Ghoni | 63
d. Pengelolaan Dana Tabarru’
Selanjutnya pembahasan akan terfokus pada pengelolaan dana
Tabarru’. Secara sederhana, dana Tabarru’ ini adalah dana milik para
peserta100
, bukan milik perusahaan dan perusahaan hanya bertindak
sebagai pengelola dana. Tujuan pengumpulan dana (pembayaran kon-
tribusi) adalah untuk saling tolong menolong diantara peserta, jika
salah seorang diantara peserta terkena musibah yang menyebabkan
kerugian finansial. Namun demikian ketersediaan dana tabarru’ ini
berarti ketersediaan modal bagi perusahaan. Berbeda dengan deposito
dan tabungan pada Bank, yang bisa ditarik kembali oleh peserta, dana
tabarru’ tidak bisa kembali kepada peserta kecuali peserta yang
bersangkutan mendapat musibah dan kemalangan yang menyebabkan
kerugian. Hal ini disebabkan karena akad Tabarru’ adalah akad sosial,
yaitu Hibah101
.
Jika peserta tidak mengalami kerugian apapun hingga akhir
akad Asuransi Syariah, secara teori dana tetap akan berada di pos
dana tabarru’ yang bisa dipergunakan oleh perusahaan sebagai modal
investasi setelah dana klaim (manfaat) mendapat alokasi yang cukup.
Semakin minim klaim terjadi semakin bertambah modal untuk inves-
tasi yang artinya bisa meningkatkan jumlah profit hasil investasi
yang sebagian menjadi hak untuk perusahaan. Oleh karenanya, dana
tabarru’ ini dikelola sedemikian rupa sehingga dapat menguntungkan
peserta dan juga perusahaan Asuransi Syariah. 102
Secara umum pengelolaan dana Tabarru’ dengan mekanisme
wakalah dan mudarabah tidak melanggar aturan Syariah. Namun
mekanisme wakalah dan mudarabah memiliki celah yang dapat men-
100
Aznan Hasan. “Shari’ah Issues in The Operation of ReAsuransi
Syariah and Reinsurance: A Preliminary Exploration From Shari’ah Perspec-
tive”. IIUM Law Journal Vol. 19 No. 2, 2011. 101
Bassam Mohammad, Muhannad Ahmad. “Using social welfare
concepts to guarantee Islamic banks’deposits”. International Journal of Isla-mic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 8 No. 2, 2015 pp.
134-149© Emerald Group Publishing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/
IMEFM-12-2013-0125. 102
Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Asuransi
Syariah for Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in
the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue (2016) 459–476.
Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print); ISSN 2289-5639
64 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
datangkan isu, yang hingga saat ini masih diperdebatkan. Celah ini
mengantarkan pada beberapa isu dan masalah yang terkait dengan
pelanggaran aturan syariah, selain itu terkait dengan financial sustai-nability untuk jangka panjang perusahaan.
e. Penerapan Model Wakaf pada Asuransi Syariah
Model wakaf yang telah diterapkan merupakan modifikasi dari
model wakalah, dengan dana tabarru’ berupa wakaf bukan hibah.
Dalam hal ini perusahaan bertindak sebagi wakil untuk mengelola
dana wakaf peserta dan dari pemilik modal. Dengan kata lain peru-
sahaan sebagai nadzir wakaf. Model ini diterapkan di Afrika Selatan,
dan Pakistan. Adapun Malaysia sempat menerapkan dari tahun 2002
hingga 2009, karena Asuransi Syariah Model wakaf dinilai kurang
menguntungkan, yaitu produk tabung wakaf. Produk ini dibentuk
dengan kerjasama pemilik modal dan peserta. Pemilik modal membe-
rikan dana awal sebagai wakaf, diikuti peserta yang bergabung. Fee
atau ujrah untuk wakil (nadzir wakaf) diambil dari tabung wakaf.
Selanjutnya dana yang ada dinvestasikan oleh perusahaan atas dasar
akad mudarabah, dimana hasilnya dibagi antara perusahaan sebagai
operator dan peserta sesuai dengan kesepakan. Selanjutnya klaim,
biaya operasional, dan reAsuransi Syariah diambil dari dana peserta,
dan surplus dari dana tersebut menjadi milik peserta, bisa dibagikan
namun menjadi suatu keharusan. Perusahaan juga bisa menahan
sejumalah dana untuk cadangan untuk antisipasi defisit dana untuk
klaim yang akan datang.
f. Analisis penerapan Asuransi Syariah dengan mekanisme wakaf:
Menurut analisis peneliti, model wakaf yang diterapkan oleh
Pakistan dan Afrika selatan diatas, masih perlu peninjauan ulang,
terutama terkait perbedaan pendapat antara madzhab sunni, dalam
hal detail penerapan103
. Diantaranya adalah perbedaan antara madz-
hab Hanafi dan Syafi’i, Hanbali terkait menarik kembali harta yang
telah diwakafkan. Bagi madzhab Hanafi kapan pun si wakif berke-
inginan bisa menarik kembali harta wakaf, namun tidak bagi madz-
103
Soualhi, Y. (2008). Shariah Inspection in Surplus Distribution:
Shariah Views and Their Current Implementation. ISRA Islamic Finance Seminar (IIFS) (hal. 1-23). Kuala Lumpur: ISRA.
Dr. Abdul Ghoni | 65
hab Hambali dan Syafi’i yang mana wakaf itu artinya untuk selama-
nya, adapun pada madzhab Maliki, boleh ditarik kembali jika batas
waktu yang ditentukan di awal akad telah sampai.
Diantara implikasinya adalah ketika peserta mundur dari akad,
sebelum masa akad berakhir, jika pada madzhab maliki, dana tabarru’
berbasis wakaf bisa ditasik kembali, namun berdasarkan madzhab
Maliki, Hanbali, dan Syafi’i tidak. Oleh karenanya ini akan menjadi
salah satu isu yang harus dituntaskan, mengingat wilayah asia teng-
gara; Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam kebanyakan ber-
madzhab Syafi’i.
Pengelolaan dana Tabarru’ berbasis Wakaf sebagai alternatif
mengatasi isu Syariah dan finansial perusahaan104
Dibalik beberapa
isu diatas, menurut analisis peneliti model wakaf masih tetap menjadi
alternatif utama untuk mengatasi isu yang ada pada model wakalah,
mudarabah, maupun mixmodel.
g. Pengelolaan dana Tabarru’ berbasis Wakaf memperkuat finansial
perusahaan Asuransi Syariah
Selain mengatasi isu yang ada pada pengelolaan dana model
wakalah, mudarabah dan mix model, berikut kelebihan yang akan di-
miliki perusahaan jika mengelola dana Tabarru’ yang berbasis wakaf:
Dengan adanya dana wakaf memungkinkan perusahaan untuk
mengatasi longetivity risk, pada produk Asuransi Syariah anuitas,
dan Asuransi Syariah pensiun, dikarenakan perusahaan bisa menggu-
nakan dana wakaf untuk berinvestasi jangka panjang. Perusahaan bisa
berinvestasi pada properti dan sukuk jangka panjang, karena peru-
sahaan mengelola dana yang sifatnya lestari yaitu wakaf.
Selain itu, dengan mengelola dana wakaf yang bersifat lestari
akan memampukan perusahaan untuk menerbitkan sukuk sebagai
tambahan modal untuk investasi perusahaan.
Saat ini ketiga model tersebut digunakan dengan bermacam-
macam variasi dan modifikasi, khususnya di Indonesia, ketiga model
104
Rosele, M. I., & Johari, A. H. (2016). Aplikasi Asuransi Syariah
Model Wakaf di Malaysia: Keperluan dan Permasalahannya. UMRAN – International Journal of Islamic and Civilizational Studies vol. 3, no.1, 28-
38.
66 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
tersebut dapat terjadi dalam satu produk pengelolaan Asuransi Syari-
ah, khususnya di produk asuransi jiwa.
h. Pengelolaan Underwriting surplus
Underwriting surplus merupak105
an isu signifikan yang menjadi
salah penekanan pada penelitian ini. Underwriting surplus adalah
surplus dari; dana tabarru’ ditambah profit investasi dana tabarru’
dikurangi klaim, cadangan, management cost pengelolaan dana tabar-
ru’ dan reAsuransi Syariah jika ada. Surplus ini lalu dibagikan kepada
peserta dan perusahaan dengan porsi yang disepakati.
Para ‘ulama berpendapat bahwa baik peserta maupun perusa-
haan Asuransi Syariah tidak berhak atas surplus dari dana tabarru’
yang telah didonasikan. Seperti halnya bagi hasil dari keuntungan
investasi dana Tabarru’ pada model mudarabah. Menurut hemat
peneliti, pembagian underwriting surplus ini merupakan pelanggaran
yang lebih berat dibandingkan pembagian profit dari hasil investasi
dana tabarru’, karena yang dibagi bukan hanya profit dari investasi
dana tabarru’, tapi termasuk dana tabarru’ itu sendiri. Berikut bebe-
rapa alasan underwriting surplus tidak bisa dibagikan kepada peserta
maupun kepada perusahaan:106
1) Dari sisi peserta:Peserta telah mendonasikan dana tabarru’
untuk tujuan tolong menolong, namun pada akhirnya dana
tersebut dikembalikan, ini artinya peseta mengambil kembali
apa yang telah disedekahkannya, dan bertentangan dengan
hadith Nabi saw, yang diriwayatkan Ibnu Abbas r.a (DSN-
MUI, NO: 81/DSN-MUI/III/2011); Selanjutnya dari sisi
peserta, jika peserta berdonasi dengan mengharapkan kem-
bali, maka prinsip tolong menolong disini akan rusak, dan
menghilangkan esensi dari akad tabarru’ itu sendiri.
2) Dari sisi perusahaan: Perusahaan sebagai operator Asuransi
Syariah bertugas sebagai pengelola dana, dan untuk jasa pe-
ngelolaan ini perusahaan mendapat fee107
, dan atau manage-
105
Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Asuransi Syariah product in
India – Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries. 106
Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 107
Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Asuransi
Syariah for Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in
Dr. Abdul Ghoni | 67
ment cost, oleh kerananya perusahaan tidak berhak turut serta
menikmati surplus dari dana tabarru’ tersebut
3) Kontribusi yang didonasikan peserta adalah untuk kepenti-
ngan bersama peserta bukan ditujukan untuk perusahaan,
dengan demikian perusahaan tidak berhak atas surplus selain
daripada uang jasa yang telah disepakati. Sebagian Ulama’
berargumentasi, bahwa perusahaan bisa mendapat underwri-
ting surplus jika dengan persetujuan peserta, termasuk di
Indonesia, berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 53 Tahun
20063. Namun jika ditelusuri lebih lanjut ini akan melanggar
esensi dari Asuransi Syariah, yang dicerminkan dari akad
Tabarru’, dimana tujuannya adalah untuk tolong menolong
bukan profit-oriented. Bisnis utama dari Perusahaan adalah
jasa pengelolaan dana tabarru’, bukan mengambil dana itu
sebagai income utama. Jika demikian halnya, maka Asuransi
Syariah Operator dan Asuransi konvensional tidak jauh ber-
beda. Karena underwriting surplus pada asuransi konvensio-
nal merupakan salah satu element utama untuk kepentingan
perusahaan dan untuk mengikat loyalitas peserta asuransi.
4) Ketetapan Keenam Fatwa DSN-MUI, No. 53 tahun 2006
terkait Surplus Underwriting. Jika terdapat surplus underwri-
ting atas dana tabarru’, maka boleh dilakukan beberapa alter-
natif sebagai berikut108
(a) Diperlakukan seluruhnya sebagai
dana cadangan dalam akun tabarru’. (b) Disimpan sebagian
sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepa-
da para peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen
risiko. (c) Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan da-
pat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi
dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.
5) Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus
disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam
akad.
the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue (2016) 459–476.
Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print); ISSN 2289-5639 108
Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Asuransi Syariah product in
India – Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries.
68 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Underwriting surplus pada Model Mudarabah, perusahaan men-
dapat dua jenis income yaitu: management cost, untuk mengelola
dana tabarru, dan bagi hasil investasi dana Asuransi Syariah (dana
saving peserta). Namun sebagai tambahan perusahaan juga mendapat
underwriting surplus yang perlu ditinjau ulang penerapannya.
Underwriting surplus pada Model wakalah, perusahaan mendapat fee
untuk jasanya mengelola dana tabarru’, dan fee untuk pengelolaan
investasi. Sebagian menambahkan insentif/performance fee, untuk
jasa pengelolaan investasi dana peserta. Selain daripada itu perusa-
haan juga membagi underwriting surplus untuk perusahaan dan untuk
peserta yang perlu ditinjau ulang kelegalan tindakan ini dari pers-
pektif syariah.
i. Pembahasan terkait underwriting surplus
Sebagaimana yang telah dibahas, baik peserta maupun perusa-
haan tidak berhak atas surplus dari underwrting dana Tabarru’, kare-
na peserta mengambil kembali apa yang telah didonasika, yang
bertentangan dengan hadist Rasulullah saw, dan perusahaan tidak
berhak karena tujuan donasi adalah bukan untuk perusahaan. 109
Masalah berikutnya muncul jika underwriting surplus ini tidak
dibagikan kepada peserta dan perusahaan. Sebagian ulama berpenda-
pat surplus dari underwriting selanjutnya di donasikan sebagai dana
wakaf, untuk keperluan masyarakat yang membutuhkan, selain dari
pada peserta Asuransi Syariah. Pendapat kedua adalah, underwriting
surplus ini bisa dikembalikan kepada peserta sebagai hibah. Pendapat
kedua inilah yang melandasi praktek pembagian surplus underwriting
kepada peserta dan perusahaan yang tengah berkembang saat ini
j. Underwriting surplus sebagai hibah
Peneliti berargumen bahwa pendapat kedua dianggap kurang
kuat, dan memiliki celah untuk diperdebatkan. Meski saat ini praktek
pembagian surplus ini diterapkan, untuk kondisi temporer mungkin
bisa dimaklumi dengan pertimbangan maslahat, namun untuk jangka
109
Waheed Akhter, (Asuransi Syariah Models and Global Practices,
2012, hal. 4), sebagaimana yang dipraktekan oleh Syarikat Asuransi Syariah
Malaysia Bhd., dan keterangan tambahan oleh peneliti
Dr. Abdul Ghoni | 69
panjang, sebaiknya perlu ditinjau ulang110
. Underwriting surplus
dibagikan kepada peserta dan perusahaan atas dasar hibah. Hibah
berarti pihak pemberi hibah dan pihak penerima hibah, dalam hal ini
penerima hibah adalah peserta yang tidak memiliki klaim dan peru-
sahaan. Selanjutnya adalah siapa pihak pemberi hibah? Karena dana
didonasikan kepada kepentingan bersama.
Jika dikiaskan bahwa pihak pemberi adalah kesepakatan bersa-
ma, dengan kata lain exchange gift for a gift, maka tidak tercapailah
maksud tabarru; sebagai akad satu arah. Karena jika ada pertukaran
maka itu termasuk jual beli, dan jika jual beli, maka hukum jual beli
yang berlaku; yaitu adanya pembeli, penjual, objek yang jelas, harga
yang jelas, ijab dan qabul. Jika dikiaskan atau dianalogikan kepada
jual beli, pembagian underwriting surplus tidak memenuhi kategori.
Sebagaimana pendapat Prof. Ali Qurrah Daghi, bahwa Asuransi
Syariah berdasarkan konsep tabarru’ dan Taa’wun, bukan jual beli,
seperti yang di praktekkan pada asuransi konvensional.
k. Underwriting surplus untuk wakaf kepentingan masyarakat yang
membutuhkan
Menurut hemat peneliti, pendapat ini patut dipertimbangkan,
meski perlu penelitian lebih lanjut bagaimana mekanisme penerapan
undewriting surplus untuk dijadikan dana wakaf111
. Pendapat ini dini-
lai lebih aman untuk mengantisipasi isu syariah terkait exchange gift for a gift jika underrwriting surplus dibagikan atas dasar hibah, dari
hibah yang telah diberikan peserta. Selanjutnya dana yang disuntik-
kan kepada masyarakat yang membutuhkan, sebagaimana yang kita
ketahui bersama akan mempercepat perputaran ekonomi umat baik
langsung atau tidak, mekanisme ini akan membawa kemaslahatan
bagi peserta Asuransi Syariah, dan perusahaan Asuransi Syariah. Ber-
dasarkan pembahasan diatas, peneliti berargumen bahwa penerapan
model wakaf dinilai lebih aman dari pelanggaran aturan syariah. Dan
110
Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Asuransi
Syariah for Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in
the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue (2016) 459–476.
Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print); ISSN 2289-5639 111
Yuosef Abdullah Alhumoudi, Islamic Insurance Asuransi Syariah
and Its Applications in Saudi Arabia, Doctoral Thesis. Brunel University,
2012
70 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
dilihat dari implikasi finansial, wakaf dinilai dapat memberi ketaha-
nan finansial bagi perusahaan dalam jangka waktu panjang, dimana
kemudian akan berimplikasi kepada loyalitas dan kepercayaan peserta
dan serta meningkatkan daya saing perusahaan.
l. Sebagai alternatif mengatasi isu pembagian underwriting surplus
Membagi underwriting surplus antar kepada peserta berarti
peseta mengambil kembali apa yang telah peserta sedekahkan dan
bertentangan dengan hadists Nabi saw yang diriwayatkan oelh Ibnu
Abbas112
. Demikian juga halnya dengan perusahaan; perusahaan tidak
berhak atas underwrting surplus, karena itu adalah dana peserta ynag
ditujukan oleh peserta untuk kepentingan peserta, dan perusahaan
juga telah mendapat fee jasa pengelolaan yang telah diberikan. De-
ngan demikian underwriting surplus harus kembali ke tabung Tabar-
ru’. Namun hal ini menimbulkan isu baru, karena dana berbasis hibah
tersebut memang berstatus kondisional untuk digunakan membayar
klaim, dan ada kemungkinan bersisa.
Isu ini dapat diatasi jika dana tabarru’ berbasis wakaf. Jika
terjadi surplus dana tetaplah dana wakaf yang memang seharusnya
dijaga pokoknya, untuk senantiasa dimanfaatkan buahnya. Jikalaupun
ada sisa, dana wakaf lebih kuat dibanding dana tabarru’ berbasis
hibah, walaupun berada dibawah pengelolaan perusahaan sebagai
nadzir wakaf atau wakil peserta untuk mengelola dana. Celah untuk
menyalahgunakan dana wakaf lebih kecil dibanding mengelolala dana
berbasis hibah, karena pada wakaf, wakil bertanggung jawab untuk
senantiasa menjaga pokok wakaf selalu tersedia, untuk memenuhi
maksud dari adanya dana wakaf tersebut.
112
Syed Ahmed Salman. Contemporary Issues in Asuransi Syariah
(Islamic Insurance). Asian Social Science; Vol. 10, No. 22; 2014 ISSN 1911-
2017 E-ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center of Science and
Education. doi:10.5539/ass.v10n22p210.
Dr. Abdul Ghoni | 71
B. Konsep, Layanan dan Model Pengelolaan Pemakaman
1. Konsep Pemakaman dalam Islam
Kata Pemakaman berasal dari bahasa Latin funus, yang
memiliki berbagai makna113
, termasuk jenazah dan ritual penguburan
itu sendiri. Seni pemakaman adalah seni yang berhubungan dengan
penguburan114
, termasuk berbagai jenis makam, dan benda-benda
yang khusus dibuat untuk dimakamkan dengan mayat. Pemakaman
adalah sebuah upacara yang berhubungan dengan pemakaman, kre-
masi, dan lain-lain dari tubuh orang mati, atau penguburan (atau yang
setara) dengan peringatan tentang kebangkitan.115
Pemakaman dalam Islam disebut Janazah116
dalam bahasa Arab
mengikuti ritual yang cukup spesifik, meskipun mereka tunduk pada
interpretasi dan variasi dalam kebiasaan lokal. Namun, dalam semua
kasus, syariah (hukum agama Islam) menyerukan penguburan mayat,
didahului dengan ritual sederhana yang melibatkan mandi dan
menyelimuti tubuh, diikuti dengan salat (sholat), sedangkan untuk
kremasi tubuh dilarang. Ritual pemakaman biasanya berlangsung
sesegera mungkin dan meliputi:117
a. Memandikan mayat, kecuali dalam keadaan luar biasa seperti
dalam Pertempuran Uhud.
b. mengkafani mayat dengan kain katun atau linen putih.
c. Membaca doa pemakaman.
d. Pemakaman mayat di kuburan.
113
Hoe Chai, Alex, Mum Wai. “From Traditional Funeral Rites to
Modern Bereavement Care Services in Malaysia: A Blue Ocean Strategy
case Study”. Malaysian Journal of Chinese Studies, 2015, 4(2): 27-43 114
Anissa Brighet Assous. “Cultural and Islamic Values in Relation
with Death”. European Scientific Journal February 2013 edition vol.9, No.5
ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431. 115
https://en.wikipedia.org/wiki/Funeral 116
Ekpo, Is’haq. “Islam and the Environment: Implications of Islamic
Funeral Practice on Environmental Sustainability”. IOSR Journal of Rese-arch & Method in Education (IOSR-JRME) e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN:
2320–737X Volume 6, Issue 1 Ver. I (Jan. - Feb. 2016), PP 58-63 117
www.alazharmemorialgarden.com
72 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
e. Memposisikan almarhum sehingga saat wajah atau badan
diputar ke sisi kanan menghadap Mekkah (Makkah Al-
Mukarramah).118
Kematian merupakan hal yang penting dalam Islam, sangat
jelas disampaikan, baik di dalam Al Qur’an maupun Hadist. Dalam
istilah yang sama, kematian dalam Islam merupakan proses transisi
dari dunia yang fana menuju dunia spiritual dan itu merupakan kehen-
dak dari Allah, sesuai yang tercantum dalam Qur’an surat Ali Imran
ayat 185119
dan surat Al Ankabut ayat 57120
.
Islam mengajarkan untuk melihat secara positif tentang kema-
tian, Islam juga mengharuskan agar jenazah segera dikuburkan. Ter-
kait dengan prosesi pemakaman ini, ide dari Weber dan Ritzer bahwa
proses kebutuhan pemakaman yang cenderung meningkat secara glo-
bal menimbulkan institusi pengelola maka untuk mengadopsi prinsip-
prinsip restoran McDonald. Dimana praktek-praktek tradisional
dalam ritual penguburan akan ditransformasikan menjadi standar
yang baku dan terstruktur, sehingga praktek Pemakaman akan men-
jadi lebih efisien, terukur dan terkendali.121
Skala kebutuhan terkait Pemakaman terus meningkat baik di
perkotaan maupun pedesaan. Kondisi ini terjadi dikarenakan makin
meningkatnya biaya proses pemakaman tersebut, secara global pe-
nguburan merupakan tipe pemakaman yang paling umum dibanyak
negara, terutama dikarenakan ajaran agama samawi, yang melarang
kremasi, yaitu Islam, Yahudi dan Nasrani. Namun karena keterba-
tasan lahan dan harga yang terus meningkat menjadikan praktek kre-
masi semakin meningkat dari waktu-kewaktu, khususnya dinegara-
118
https://en.wikipedia.org/wiki/Funeral#Islamic 119
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan
dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah berun-
tung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperda-
yakan. QS, 3:185. 120
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah
kepada Kami kamu dikembalikan. QS, 29:57. 121
Zafar Iqbal. McDonaldization, Islamic Teachings and Funerary
Practices in Kuwait. Omega, Vol. 63(1) 95-112, 2011. 2011, Baywood Publi-
shing Co., Inc. doi: 10.2190/OM.63.1.e
Dr. Abdul Ghoni | 73
negara maju dan Negara yang menganut agama budha.122
Kondisi
inilah yang menyebabkan banyak sekali warga muslim di Eropa, ham-
pir 90%, melakukan repatriasi ke negara asal mereka di Timur tengah
untuk dapat dilakukan penguburan sesuai ajaran Islam dengan biaya
yang masih terjangkau.123
2. Jenis-jenis Layanan Pemakaman
Di Amerika serikat, setidaknya layanan Pemakaman telah men-
ciptakan pendapatan senilai $20.7 billion pertahun dan mengakomo-
dasi lebih dari 100ribu karyawan dan 25ribu perusahaan. Biaya laya-
nan Pemakaman yang meningkat diberbagai negara dunia, khususnya
negara-negara maju menjadikan pertamabahan dari jenis-jenis laya-
nan Pemakaman, seperti pemulasaran, kavling makam, repatriasi,
prosesi atau seremonial serta perlengkapan pemakaman.124
Di Indonesia, Islamic Funeral125 memberikan lebih banyak
jenis-jenis layanan kepada pelanggannya126
, hal ini dikarenakan pro-
ses pemakaman di Islam yang cukup komplek diantaranya, layanan
rumah duka yang meliputi; memandikan, mengkafani, mensholatkan,
pengantaran ke lokasi makam, persiapan Liang Lahat dan pengubu-
ran. Selain proses penguburan, juga ada layanan tambahan berupa
paket karangan bunga, dokumentasi video shooting, tenda dan podi-
um beserta panggung dan kursi untuk acara besar dan tamu kunju-
ngan. Perlengkapan penguburan juga berupa batu nisan, spanduk duka
cita, papan ari, dan unit kendaraan untuk penjemputan lokasi mayit
122
JETRO Japan Economic Monthly, February 2006. Industrial
Report. Trends in the Japanese Funeral Industry. 123
Khadija Kadrouch Outmany. Religion at the cemetery Islamic
Burials in the Netherlands and Belgium. Department of Cultural Anthropo-
logy and Development Sociology, Leiden University, Leiden, Netherlands.
13 October 2015. DOI 10.1007/s11562-015-0341-3. 124
http://www.pbs.org/pov/homegoings/economics-of-the-Funeral-
industry.php 125
Agnes Hesz. “The Story of A Funeral Home: Ritual Moderni-
zation and Its Reception in A Transylvanian Village Community”. Revista română de sociologie”, serie nouă, anul XXVII, nr. 1–2, p. 39–53, Bucureşti,
2016 126
Aziz Sheikh. “Death and dying-a Muslim perspective”. Journal of
The Royal Society of Medicine Volume 91 March 1998.
74 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
diareal kota yang sama dengan komplek pemakamanan. Pengelola
juga memberikan layanan untuk pemindahan jenazah, termasuk pem-
bongkaran serta pengurusan administrasi.127
3. Model Pengelolaan Pemakaman
Secara umum ada tiga model pengelolaan pemakaman di selu-
ruh dunia, yaitu komersial, pemerintah kota dan institusi keagama-
an128
, secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut129
:
a. Model Komersial
Model komersial diperkirakan mulai muncul di Amerika sehu-
bungan dengan kebutuhan repatriasi atas banyaknya kematian dalam
perang dunia serta pengelolaan pemakaman dari para veteran perang.
b. Model Pemerintah kota
Model ini merupakan pemakaman yang dikendalikan oleh
pemerintah kota, dimana komplek pemakaman merupakan dimiliki
dan dikelola oleh instansi publik. Model ini muncul di Prancis dan
sebagian besar negara-negara di Eropa seperti Jerman, Italia dan
lainnya. Pemerintah kota mengambil alih pengelolaan makam dari
organisasi keagamaan dan menjadi milik publik, sedangkan instasi
keagamaan lebih kepada memberikan layanan proses kematian sesuai
dengan ketentuan agamanya masing-masing.
c. Model keagamaan
Model pemakaman ini merupakan jumlah minoritas dari penge-
lolaan makan di seluruh dunia, khususnya untuk agama samawi seper-
127
www.alazharmemorialgarden.com 128
Anissa Brighet Assous. “Cultural and Islamic Values in Relation
with Death”. European Scientific Journal February 2013 edition vol.9, No.5
ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431. 129
Tony Walter. Three Ways to Arrange A Funeral: Mortuary Varia-
tion in The Modern West. Dept of Sociology, University of Reading, Read-
ing RG6 6AA, UK. Published in Mortality 10(3), August 2005, pp 173-192.
Dr. Abdul Ghoni | 75
ti Yahudi, Nasrani dan Islam130
. Hal ini dikarenakan agama sangat
mengatur mengenai prosesi dari pemakaman umatnya.
Dari ketiga model pengelolaan Pemakaman diatas, maka terda-
pat juga tiga hubungan, yaitu hubungan peserta bagi model komer-
sial, hubungan warga bagi model pemerintah kota dan hubungan
selaku umat bagi model keagamaan. Selain dari ketiga model, terda-
pat juga jenis model yang jumlahnya sedikit, yaitu model bentuk
koperasi.
130
Hoe Chai, Alex, Mum Wai. “From Traditional Funeral Rites to
Modern Bereavement Care Services in Malaysia: A Blue Ocean Strategy
case Study”. Malaysian Journal of Chinese Studies, 2015, 4(2): 27-43
76 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Dr. Abdul Ghoni | 77
BAB III INOVASI PRODUK
DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI ASURANSI SYARIAH
DI INDONESIA
Pertumbuhan Asuransi Syariah dalam dua dasawarsa ini sudah
cukup menggembirakan, hal ini dikarenakan sudah banyak orang
yang sadar akan pentingnya mempunyai asuransi. Asuransi Syariah
sendiri juga mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan
asuransi konvensional, sehingga banyak sekali peminat yang ber-
minat untuk memiliki produk Asuransi Syariah. Asuransi dapat men-
jadi investasi jangka panjang dan juga proteksi diri akan hal-hal yang
tidak diinginkan. Produk keuangan sendiri sudah menjadi kebutuhan
manusia dan dewasa ini orang orang lebih selekif untuk menggunakan
produk keuangan tersebut dengan menghindari hal hal yang berunsur
riba. bagi masyarakat muslim, menghindari hal-hal yang bersifat riba
itu wajib sehingga hal ini juga mendorong pertumbuhan berbagai
macam produk keuangan syariah termasuk Asuransi Syariah. Seka-
rang ini perusahaan Asuransi Syariah sudah berkembang dengan baik
meskipun tidak terlalu banyak dikenal seperti perbankan syariah.
Industri Asuransi Syariah perlu melakukan banyak terobosan
untuk dapat mereposisi diri di pasar keuangan, yaitu dengan cara
membuat inovasi produk-produk baru. Produk yang berpotensi untuk
dikembangkan dalam rangka peningkatan rasio penetrasi, khususnya
dinegara berkembang seperti Indonesia, adalah produk Asuransi Sya-
riah mikro. Asuransi Syariah Pemakaman merupakan produk Asuran-
si Syariah mikro yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia,
disamping produk Asuransi Syariah mikro yang lain, yaitu Asuransi
Syariah mikro kesehatan, Asuransi Syariah mikro pertanian, Asuransi
Syariah mikro jiwa pembiayaan dan Asuransi Syariah mikro harta
benda atau kebakaran.
78 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
A. Pengembangan Produk Asuransi Syariah
1. Klasifikasi Produk Asuransi Syariah Banyaknya produk asuransi syariah membuat Anda harus
mengerti esensi setiap produk yang dipasarkan. Produk asuransi
syariah terdiri dari beberapa produk yang mencakup berbagai macam
aspek kehidupan mulai dari perlindungan atas terjadinya musibah
kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia hingga terjadinya
musibah kebakaran bahkan hingga terjadinya kecelakaan dalam
pengangkutan. Saat ini, ada 2 produk utama yang ditawarkan dari
perusahaan Asuransi Syariah, yaitu: (a) Asuransi Syariah keluarga,
merupakan sebuah produk alternatif dari sistem asuransi jiwa yang
ada, dan; (b) Asuransi Syariah umum, merupakan produk yang meng-
cover hal-hal yang bersifat tangible, seperti kendaraan, rumah, dan
lainya.1
Merupakan hal yang penting untuk dapat mengklasifikasikan
produk Asuransi Syariah, jenis-jenis produk ini baik produk individu,
maupun produk kelompok, serta jenis produk murni resiko maupun
produk yang ditambahkan unsur tabungan atau investasi (unit-link),
seperti halnya produk kebakaran, konstruksi, kargo, pembiayaan, dan
lainnya2. Asuransi Syariah umum menawarkan produk-produk yang
mengcover non-life (tidak berhubungan dengan asuransi jiwa),
sedangkan Asuransi Syariah keluarga berhubungan dengan skema
asuransi jiwa, seperti rencana pendidikan, hari tua, rencana pernika-
han dan lainnya.3 Selain dari 2 jenis klasifikasi produk diatas, ada
1 Mohd Fauzi and others. “Asuransi Syariah (Islamic Insurance)
Industry in Malaysia and the Arab Gulf States: Challenges and Future Direc-
tion”. Asian Social Science; Vol. 10, No. 21, (2014). ISSN 1911-2017 E-
ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center of Science and Education.
doi:10.5539/ass.v10n21p26 2 Younes Soualhi and Ahmad Al Razni Al Shammari. “Indicators of
Asuransi Syariah Awareness among Kuwaitis”. Journal of Islamic Banking and Finance, Vol. 3, No. 2, (2015): 75-89 ISSN 2374-2666 (Print) 2374-
2658. Published by American Research Institute for Policy Development.
DOI: 10.15640/jibf.v3n2a8. 3 Samina Riaz. “Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education
& Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study”. International Review of Business Research Papers Vol. 5 No. 4 (2009):457‐467.
Dr. Abdul Ghoni | 79
juga produk yang dikategorikan dengan asuransi/Asuransi Syariah
mikro, yang merupakan 2 jenis produk, namun untuk kalangan ma-
syarakat berpendapatan rendah.
1) Produk Asuransi Syariah Family
Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut
asuransi jiwa dan keluarga, dengan harapan dapat tercapainya masya-
rakat Indonesia yang sejahtera dengan perlindungan asuransi yang
sesuai muamalah syariah Islam4. Produk ini dibagi menjadi: produk
asuransi yang mengandung unsur tabungan dan produk asuransi non-saving.
Produk Asuransi yang mengandung unsur tabungan, seperti;
(a) Dana Investasi.Merupakan bentuk perlindungan untuk perorangan
yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana sebagai
dana investasi. (b) Dana Siswa. Merupakan bentuk perlindungan
untuk perorangan yang bermaksud menyediakan dana pendidikan
hingga sarjana. (c) Dana Haji. Suatu bentuk perlindungan untuk pero-
rangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana
untuk biaya menjalankan haji. (d) Dana Hasanah. Merupakan bentuk
perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencana-
kan pengumpulan dana sebagai modal usaha. (e) Asuransi Syariah
Link. Sarana berinvestasi dan juga berasuransi sesuai Syariah dengan
menawarkan hasil investasi yang optimal.
Produk asuransi non-saving 5, meliputi; (a) Kesehatan Indivi-
du. Program untuk perorangan yang bermaksud menyediakan dana
santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dan kecelakaan
dalam masa perjanjian. (b) Kecelakaan Diri Individu. Program yang
diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan santu-
nan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian kare-
na kecelakaan dalam masa perjanjian. (c) Al-Khirat Individu. Pro-
gram ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud meyediakan
santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian
dalam masa perjanjian.
4 M. Syakir Sula. Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional.
(Jakarta: Gema Insani Press, 2004) 5 Abdullah Amrin. Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya
di tengah asuransi konvensional. (Jakarta: Elekmediakomputindo, 2006)
80 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Produk family Asuransi Syariah6 juga dapat terbagi menjadi
segment individu dan segmen kumpulan.
a) Produk Asuransi Syariah Individu
Produk asuransi syariah ini memberikan perlindungan dan
perencanaan yang bersifat pribadi, dan dibagi menjadi beberapa jenis
berikut ini7: Asuransi Syariah Dana Investasi yang menjamin dan
memberikan perlindungan hari tua atau menjadi jaminan dana bagi
ahli waris bila peserta meninggal dunia lebih awal, Asuransi Syariah
Dana Haji yang dipergunakan sebagai perlindungan dana perorangan
yang berencana menunaikan ibadah haji, Asuransi Syariah Dana
Siswa yang memberikan jaminan dana pendidikan mulai sekolah da-
sar sampai sarjana, Asuransi Syariah Dana Jabatan yang memberikan
jaminan santunan bagi ahli waris dari peserta yang menduduki jaba-
tan penting bila peserta meninggal dunia lebih awal atau tidak beker-
ja lagi dalam masa jabatannya. 8
b) Produk Asuransi Syariah Group
Produk Asuransi Syariah9 ini memberi perlindungan dan peren-
canaan untuk pribadi dan kelompok, misal kelompok dalam sebuah
perusahaan yang dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini: Asuransi
Syariah al-Khairat dan Tabungan Haji sebagai perlindungan bagi
karyawan yang ingin menunaikan ibadah haji, yang didanai iuran
bersama dengan keberangkatan bergilir, Asuransi Syariah Kecelakaan
Siswa yang memberikan proteksi pelajar dari resiko kecelakaan yang
berakibat cacat bahkan yang mengakibatkan meninggal dunia, Asu-
6 Ahmad Shukri Yazid and others. “Determinants of Family Asuransi
Syariah (Islamic Life Insurance) Demand: A Conceptual Framework for a
Malaysian Study”. International Journal of Business and Management Vol.
7, No. 6; (2012). doi:10. 5539/ijbm.v7n6p115 7 Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), (2013):291-304. 8 Muhaimin Iqbal. General Asuransi Syariah Practice. (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005). 9 Ahmad Shukri Yazid and Juliana Arifin. “Determinants of Family
Asuransi Syariah (Islamic Life Insurance) Demand: A Conceptual Frame-
work for a Malaysian Study”. International Journal of Business and Manage-ment Vol. 7, No. 6; (2012). doi:10.5539/ ijbm.v7n6p115
Dr. Abdul Ghoni | 81
ransi Syariah Wisata dan Perjalanan yang memberikan proteksi
peserta wisata dari resiko kecelakaan yang mengakibatkan meninggal
dunia atau cacat seumur hidup, Asuransi Syariah Kecelakaan Group,
yang memberikan proteksi santunan karyawan dalam perusahan,
organisasi atau perkumpulan lainnya, Asuransi Syariah Pembiayaan,
untuk proteksi pelunasan hutang bagi peserta yang meninggal dalam
masa perjanjian.
2) Produk Asuransi Syariah Umum
Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut
asuransi di bidang kerugian seperti perlindungan10
dari kebakaran,
pengangkutan, niaga, dan kendaraan bermotor, dengan harapan dapat
tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera dengan perlindu-
ngan asuransi yang sesuai dengan muamalah syariah Islam. Yang ter-
masuk ke dalamasuransi Asuransi Syariah Umum11
adalah : Asuransi
Syariah Baituna. Melindungi rumah dari kebakaran yang dilengkapi
dengan perangkat perlindungan ekstra untuk sekeluarga, Asuransi
Syariah Surgaina. Memberikan perlindungan terhadap kerugian finan-
sial dan santunan akibat kecelakaan yang mengakibatkan meninggal
dunia, menderita cacat badan dan atau biaya pemakaman peserta,
Asuransi Syariah Abror. Memberikan gantian kerugian atas kendara-
an bermotor yang disebabkan musibah kecelakaan, pencurian serta
tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga, Asuransi Syariah Ansor.
Asuransi yang diperuntukan untuk sepeda motor atas risiko kehila-
ngan dan kecelakaan dengan tambahan asuransi jiwa, Asuransi Sya-
riah Rekayasa. Memberikan ganti kerugian atas kehilangan atau keru-
sakan dalam sebuah proyek rekayasa (kontruksi dan atau pema-
sangan), peralatan dan mesin akibat kejadian yang tiba-tiba dan tidak
terduga sehingga menyebabkan kerugian kepada peserta (prinsipal,
kontraktor, atau pemilik peralatan), Asuransi Syariah Aneka. Mem-
berikan ganti kerugian atasberbagaimacamresiko, Asuransi Syariah
Kebakaran. Memberikan ganti kerugian atas kerusakan atau kehila-
10
M. Syakir Sula. Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional.
(Jakarta: Gema Insani Press, 2004) 11
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), (2013): 291-304.
82 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
ngan bangunan12
,Asuransi Syariah Pengangkutan dan Rangka Kapal.
Memberikan ganti kerugian pada barang atau alat pengangkutan
selama dalam pengangkutan, Asuransi Syariah Kendaraan Bermotor.
Memberikan ganti kerugian baik kehilangan atau kerusakan secara
menyeluruh dan tuntutan pihak ketiga atas setiap kendaraan bermotor
yang terdaftar akibat risiko-risiko seperti tabrakan, pencurian, dan
kebakaran, Asuransi Syariah Surety Bond. Memberikan ganti keru-
gian pelaksanaan proyek kontraktor.
Tabel 3.1 Perbedaan Produk Family Asuransi Syariah
dan General Asuransi Syariah13
No. Perbedaan Family Asuransi
Syariah General Asuransi Syariah
1 Contoh
produk
Asuransi Syariah
kesehatan dan jiwa;
Asuransi Syariah
pendidikan; Asuransi
Syariah Pensiun,
Asuransi Syariah
pembiayaan, tabunga
haji, dsb.
Asuransi Syariah
kendaraan bermotor,
Asuransi Syariah
kebakaran dan bencana
alam, Asuransi Syariah;
Asuransi Syariah
keselamatan pekerja;
Asuransi Syariah barang
berharga/antik, dsb.
2 Objek Perencanna keuangan
masa depan
Objek selain perencanaan
masa depan, seperti benda,
manusia pada keadaan
tertentu, dan lain
sebagainya
3 Jangka
waktu
Panjang Pendek
Sumber : Data di olah
12
M. Syakir Sula. Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional.
(Jakarta: Gema Insani Press, 2004) 13
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya
di tengah asuransi konvensional, Elekmediakomputindo, Jakarta 2006
Dr. Abdul Ghoni | 83
Perbedaan karakteristik pada family Asuransi Syariah14
, dan
general Asuransi Syariah memberi implikasi terhadap pengelolaan
dana kontribusi peserta; dana Tabarru’ untuk memenuhi klaim, dan
pengelolaan dana investasi. Pada family Asuransi Syariah, karena
berbasis perencanaan masa depan, maka kontribusi peserta dibagi
menjadi dua bagian yaitu untuk tabungan dan saving pribadi peserta
dan sebagian untuk dana tabarru’. Pada general Asuransi Syariah,
karena jangka waktu singkat dan tidak dalm rangka untuk menabung,
maka kontribusi menjadi satu pos saja, yaitu dana Tabarru’.15
Pada family Asuransi Syariah yang memiliki jangka waktu
yang panjang, maka tendensi investasi ditik beratkan pada jenis
instrumen investasi jangka panjang seperti properti, lalu disusul
saham, sukuk atau listed property. Karakteristik investasi untuk me-
ngelola dana Family Asuransi Syariah adalah tingkat profitabilitas
instrument yang tahan inflasi, meskipun tidak liquid, lalu disusul
jenis investasi yang lebih liquid seperti saham, sukuk atau listed pro-
perty. Pada general Asuransi Syariah, strategi yang diterapkan kebali-
kan dari strategi pada family Asuransi Syariah, karena jangka waktu
akad pada general Asuransi Syariah singkat dan dalam waktu singkat
bisa terjadi banyak klaim, maka jenis instrumen yang diperlukan
diprioritaskan kepada insttrumen liquid seperti saham, sukuk, listed
properties, yang dikombinasikan dengan property.
2. Pengembangan Asuransi Syariah Mikro
Asuransi Syariah mikro diadopsi dari konsep asuransi mikro
yang merupakan perkembangan dari asuransi secara umum, perbe-
daannya adalah dari segi karakteristik asuransi mikro tersebut. Asu-
14
Ahmad Shukri Yazid, Juliana Arifin, Mohd Rasid, Wan Norhayate.
“Determinants of Family Asuransi Syariah (Islamic Life Insurance) Demand:
A Conceptual Framework for a Malaysian Study”. International Journal of Business and Management Vol. 7, No. 6; March 2012. doi:10.5539/
ijbm.v7n6p115 15
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-
ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December
2013, 291-304
84 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
ransi mikro berbicara terkait perlindungan termasuk orang miskin16
,
asuransi mikro memiliki tipikal ditujukan untuk komunitas/group,
dengan premi yang rendah dan biasanya disalurkan melalui yayasan,
dan lembaga keuangan mikro17
. Asuransi mikro diperkirakan telah
mengcover 500 juta penduduk di dunia dan 60% adalah penduduk di
negara India.
1) Karakteristik Asuransi Mikro
Perkembangan asuransi mikro18
yang salah satunya tujuannya
sebagai mekanisme perlindungan atas risiko keuangan yang dihadapi
oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan kepemilikan asuransi,
maka dari itu asuransi mikro mempunyai karakteristik yang disesuai-
kan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat berpenghasilan
rendah, yaitu: (a) Sederhana, bahwa produk asuransi mikro membe-
rikan manfaat perlindungan dasar atas risiko yang umum dihadapi
oleh masyarakat berpenghasilan rendah, serta polis, fitur, dan proses
adminitrasinya harus sederhana dan mudah dipahami oleh semua
masyarakat; (b) Mudah, bahwa masyarakat dapat memiliki produk
asuransi mikro di berbagai macam tempat yang lebih terjangkau yang
sudah ditentukan seperti di kantor pos, outlet pegadaian, minimarket,
supermarket dan lainnya; (c) Ekonomis, bahwa dalam asuransi mikro
besar nilai preminya harus terjangkau oleh masyarakat berpeng-
hasilan rendah dengan manfaat asuransi seoptimal mungkin; dan (d)
Segera, bahwa dalam asuransi mikro pembayaran klaim harus segera
dilakukan setelah terjadinya risiko maksimal 10 (sepuluh) hari setelah
dokumen klaim yang dipersyaratkan diterima oleh perusahaan asuran-
si secara lengkap.
Upaya mendorong ketersediaan produk asuransi mikro bagi
masyarakat berpenghasilan rendah direspon dengan peluncuran pro-
16
Theresa Thompson Chaudhry and Fazilda Nabeel. Microinsurance
in Pakistan: Progress, Problems, and Prospects. The Lahore Journal of Eco-
nomics 18 : SE (September 2013): pp. 335–374 17
James C. Brau. “Insurance Theory and Challenges Facing The
Development of Microinsurance Markets”. Journal of Developmental Entre-preneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–440
18 Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic
Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30
Dr. Abdul Ghoni | 85
duk-produk standar asuransi mikro oleh pelaku usaha perasuransian
dengan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan, contohnya seperti19
:
(a) Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengeluarkan produk
standar asuransi mikro berupa “Warisanku”, “Rumahku”, “Stop Usa-
ha Erupsi”, “Stop Usaha Gempa Bumi”, dan “Asuransiku”; (b) Aso-
siasi Asuransi Jiwa Indonesia mengeluarkan produk standar asuransi
mikro berupa asuransi mikro penuh cinta atau “Si Peci”; dan (c) Aso-
siasi Asuransi Syariah Indonesia mengeluarkan produk standar
asuransi mikro syariah “Si Bijak”. (d) Untuk menghindari biaya ma-
hal dan agar dapat dijangkau oleh masyarakat kecil, menurut penda-
pat Firdaus Djaelani maka produk asuransi mikro disarankan untuk
dijual secara massal.
2) Perbedaan Asuransi Mikro dan Asuransi pada umumnya
Asuransi mikro pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan
asuransi pada umumnya20
, tetapi salah satu perbedaannya adalah
karakteristik diantara keduanya. Selama ini masyarakat Indonesia
angka kesadaran berasuransinya belum terlalu tinggi dibanding
dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Hal
tersebut dikarenakan pandangan masyarakat dalam praktek mengenai
asuransi pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut: (a)
Rumit, karena asuransi dijual dengan kontrak yang tebal dan berisi
berbagai persyaratan dan ketentuan yang wajib dipenuhi untuk proses
klaim21
; (b) Susah, karena jika masyarakat ingin mengikuti program
asuransi harus datang ke cabang perusahaan asuransi yang jumlahnya
terbatas; (c) Mahal, karena premi asuransi ditentukan melalui proses
penilaian terhadap objek yang akan diasuransikan dan berdasarkan
kesepakatan bersama, yang umumnya besaran premi mencapai angka
ratusan ribu bahkan bisa hingga jutaan rupiah; dan (d) Lama, karena
dalam asuransi bukan mikro (asuransi umum) proses pembayaran
19
Afrianto Budi, “Dianggap Mahal, Asuransi Mikro Masih Minim”,
www.akademiasuransi.org, diakses pada 5 Juni 2015 20
Ketika Asuransi Mikro Jadi Penopang Ekonomi”, www.neraca.
co.id, diakses pada 2 Juli 2015 21
Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic
Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30
86 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
klaim memakan waktu 30 hari setelah semua dokumen diserahkan
secara lengkap.22
Tabel 3.2 Perbedaan antara Asuransi Mikro dan bukan Mikro23
Produk Asuransi Mikro Produk Asuransi Bukan
Mikro
Polisnya berupa voucher atau
sertifikat (maksimal 2 lembar)
Polisnya berlembar-lembar
Bentuk dan jenis santunan
sederhana & tidak rumit
Polis memuat syarat dan
ketentuan yg luas
Sedikit pengecualian Banyak pengecualian
Premi dan santunan sudah
ditetapkan dan jumlahnya sama
bagi setiap tertanggung
Premi dan nilai
pertanggungan tergantung
dari kemampuan dan
permintaan tertanggung
Jangka waktu umumnya tidak
lebih dari 1 tahun
Jangka waktu 1 taahun atau
lebih
Tanpa perlu melakukan cek
kesehatan
Perlunya cek kesehatan
untuk asuransi kesehatan
Distribusi produknya dapat
dibeli secara langsung melalui
swalayan, kios-kios, kantor
kepala desa atau tempat lain
yang ditentukan
Distribusi produk
asuransinya dapat diperoleh
di kantor cabang asuransi
melalui agen atau broker
Santunan diterima tidak lebih
dari 10 hari kerja setelah
dokumen diterima
secara lengkap dan benar oleh
perusahaan asuransi
Ganti rugi diterima dalam 30
hari setelah dokumen
lengkap dan benar di
serahkan langsung di kantor
cabang asuransi
Sumber : Data di olah
22
James C. Brau. “Insurance Theory and Challenges Facing The
Development of Microinsurance Markets”. Journal of Developmental Entre-preneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–440
23 Anja Erlbeck. “MicroAsuransi Syariah: Field Study Evidence and
Conceptual Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011.
Dr. Abdul Ghoni | 87
3. Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman
Asuransi Syariah Pemakaman diadopsi dari konsep asuransi
Pemakaman merupakan dokumen pertama dari terbentuk didunia
asuransi, sejarah mencatat bahwa asuransi Pemakaman telah dita-
warkan diberbagai perusahaan asuransi di dunia dan tetap merupakan
asuransi yang populer, khususnya di negara-negara Afrika. Asuransi
Pemakaman sangat erat kaitannya dengan asosiasi Pemakaman yang
ada disuatu daerah, sejak Yunani kuno, melalui abad pertengahan
Eropa, hingga abad modern ini, cara umum untuk mengembangkan
asuransi Pemakaman adalah bekerjasama dengan asosiasi Pemaka-
man. Aspek sosial terpenting dari Pemakaman adalah kebutuhan dari
masyarakat atas layanan kematian, seperti halnya di Afrika selatan
epidemik atas penyakit AIDS tahun 2004 menjadikan hampir 8 juta
warganya, yaitu sekitar 18% merupakan anggota asosiasi Pemakaman
dan 3.5 juta warganya, yaitu sekitar 8% merupakan peserta asuransi
Pemakaman.24
Mekanisme asuransi Pemakaman yang terjadi di Afrika selatan
merupakan suatu kasus yang menarik dijadikan acuan bagi pengem-
bangan asuransi Pemakaman di berbagai belahan dunia, dimana aso-
siasi kematian bekerja sama dengan perusahaan asuransi dalam me-
ngembangkan layanan keuangan bagi anggotanya baik secara indivi-
du maupun kelompok dalam suatu keluarga ataupun komunitas.25
4. Macam-macam Produk Asuransi Syariah Pemakaman
Konsep wakaf merupakan bentuk amal jariah di dalam syariat
Islam, konsep wakaf juga telah digunakan sejak lama dalam mengem-
bangkan pembangunan sarana ibadah, pendidikan, rumah sakit dan
juga layanan pemakaman di komunitas muslim di seluruh dunia.26
24
Erlend Bergb. Securing The Afterlife: The Puzzle Of Funeral
Insurance. Bristol and Oxford and the Centre for the Study of African Eco-
nomies Conference 2011 25
Anne Case/Anu Garrib/Alicia Menendez/Analia Olgiati. Paying the
Piper: The High Cost of Funerals in South Africa. Economic Development
and Cultural Change, Vol. 62, No. 1 (October 2013), pp. 1-20. The Univer-
sity of Chicago Press. http://www.jstor.org/stable/ 10.1086/671712 26
Wan Mohd, Salmy Edawati. Endowment Asuransi Syariah at the
Syarikat Asuransi Syariah Malaysia Berhad: A Literature Review. Islamiy-
yat 36(2) (2014): 47 – 56
88 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Produk Asuransi Syariah Pemakaman secara umum merupakan pro-
duk yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan anggota dari organisasi
kematian di masyarakat melalui produk asuransi yang sederhana
dalam mengcover benefit kematian dari meninggal dunia normal dan
kecelakaan. Produk-produk Asuransi Syariah Pemakaman dapat beru-
pa produk murni resiko maupun produk yang dipadukan dengan unsur
tabungan.
5. Kriteria Produk Asuransi Syariah Pemakaman
Produk Asuransi Syariah Pemakaman termasuk kategori Asu-
ransi Syariah mikro, penulis mengutip dari penelitian Consulting Group to Assist the Poor (CGAP), World Bank yang telah berpenga-
laman di 40 provider asuransi mikro diseluruh dunia membuat 6
kriteria dari sebuah produk asuransi mikro, yaitu sebagai berikut27
:
a. Kebutuhan pasar: Perusahaan asuransi tidak begitu familiar dengan kondisi pasar asuransi mikro, mereka harus memahami
terlebih dahulu kebutuhan pasar sehingga dapat membuat target
segmen pasar yang tepat dan sesuai.
b. Desain produk: benefit yang ditawarkan dalam asuransi mikro
harus dibuat sesimple mungkin, sehingga dapat mengurangi biaya
premi dan produk yang menyasar suatu kelompok sangat disaran-
kan.
c. Premi: jumlah premi asuransi mikro dan mekanisme pembayarann-
ya harus disesuaikan dengan cash-flows dari peserta, premi dan
pembayaran terbaik dari asuransi mikro adalah linked dengan
layanan keuangan yang ada.
d. Proses: aplikasi penerbitan polis dan klaim serta dokumen-doku-
men yang dibutuhkan dalam asuransi mikro juga harus sederhana,
selain mengurangi biaya proses juga untuk mempercepat proses.28
e. Distribusi: asuransi mikro harus didistribusikan melalui mitra-
mitra yang mengenal target market dan memiliki hubungan yang
baik dengan potensial peserta.
27
Anja Erlbeck. MicroAsuransi Syariah: Field Study Evidence And Conceptual Issues. University of Cologne Department of Risk Management
and Insurance. 2011. 28
Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic
Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30
Dr. Abdul Ghoni | 89
f. Edukasi pasar: disebagian besar negara berkembang kultur asu-
ransi belum begitu baik, masyarakat belum begitu familiar dengan
produk asuransi bahkan juga layanan keuangan lainnya. Target
secara kelompok, tidak dibutuhkan bagi peserta untuk mengetahui
bagaimana cara kerja asuransi dan benefitnya, namun staf dan
orang-orang kunci dalam kelompok tetap perlu diberikan edukasi
terkait produk asuransi mikro tersebut.
B. Elemen-elemen Produk Asuransi Syariah Pemakaman
1. Kebutuhan pasar
Studi secara empiris membuktikan bahwa ada hubungan antara
kebutuhan asuransi dengan pertumbuhan ekonomi, khususnya di
negara-negara berkembang. Di Asia, hubungan sebab-akibat terjadi
antara penetrasi asuransi jiwa dengan pertumbuhan ekonomi, khusus-
nya yang terjadi di India. Penelitian ini menggunakan model employ-
ing vector autoregressive (VAR). Di Afrika sendiri, penelitian terbuk-
ti bahwa asuransi terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi, khusus-
nya yang terjadi di Ghana sejak tahun 1990 sampai dengan tahun
2010, penelitian ini menggunakan model auto-regressive distributed
lags (ARDL) 29
.
Kebutuhan asuransi mikro sangat erat dengan pertumbuhan
keuangan mikro, walaupun ada perdebatan, apakah asuransi mikro
dapat dijual secara tersendiri atau di bundling dengan kredit mikro
tersebut. Asuransi mikro setidaknya ditawarkan dalam 4 tipe, yaitu
asuransi jiwa, kesehatan, kecelakaan dan properti30
, Ahmer menyata-
kan dalam penelitiannya bahwa ada pengaruh yang kuat antara
29
Insurance market development and economic growthExploring
causality in 8 selected African Countries. Abdul Latif Alhassan & Nicholas
Biekpe, Graduate School of Business, University of Cape Town, Cape
Town, South Africa. International Journal of Social Economics. Vol. 43 No.
3, 2016 pp. 321-339 ©Emerald Group Publishing Limited 0306-8293. DOI
10.1108/IJSE-09-2014-0182 30
Roth, J., McCord, M.J., & Liber, D. (2007). The landscape of
micro-insurance in the world’s 100 poorest countries (Rep.). The Micro-
insurance Centre.
90 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
literasi asuransi31
dan demografi terhadap keinginan masyarakat
dalam memiliki asuransi mikro, penelitian ini menunjukan skore ter-
hadap literasi, tingkat pendapatan, pekerjaan dan level pendidikan.32
Dari keempat tipe asuransi mikro, asuransi kesehatan adalah
yang paling populer, diikuti dengan properti dan asuransi kecelaka-
an.33
Cover asuransi mikro lebih ditargetkan kepada pendapatan me-
nengah bawah34
, kekurangan pengetahuan terhadap asuransi menjadi
hal penting dalam keinginan dalam membeli asuransi tersebut35
.
Karena itu pendidikan terkait asuransi dan peningkatan literasi asu-
ransi merupakan faktor utama dan agenda pemerintah dalam mening-
katkan pertumbuhan asuransi mikro di masyarakat36
.
Asuransi mikro merupakan sektor pengembangan yang bersifat
jangka panjang, sehingga investasi dalam pendidikan keuangan men-
jadi sangat penting untuk membangun pertumbuhan asuransi mikro di
suatu negara.37
31
Cole, S., Gine, X., Tobacman, J., Topalova, P., Townsend, R., &
Vickery, J. (2013). Barriers to household risk management: Evidence from
India. American Economic Journal: Applied Economics, 5(1), 104-135. 32
Mohammed Ahmar Uddin, Microinsurance in India: Insurance lite-
racy and demand. BEH - Business and Economic Horizons Volume 13. 2017,
p.182-191. DOI: http://dx.doi.org/10.15208/beh.2017.14 33
Churchill, C. (2007). Insuring the low-income market challenges
and solution for commercial insurers. The Geneva Papers, 32(3), 401-412 34
Munich Re NatCatSERVICE (2005). Natural disasters according to
country income groups 1980-2004, Munich Re, Munich, Germany 35
Gine, X., & Yang, D. (2009). Insurance, credit, and technology
adoption: Field experimental evidence from Malawi? Journal of Develop-
ment Economics, 89, 1-11 36
Cohen, M., & Sebstad, J. (2006). The demand for micro-insurance.
In Churchill, C. (Ed.), Protecting the poor: A microinsurance compendium
(pp. 12-24), International Labour Organization. 37
Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic
Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30
Dr. Abdul Ghoni | 91
Gambar 3.1 Potensi Pasar Asuransi Mikro Global
Sumber: Swiss Re (2010)
Gambar 3.1. diatas menggambarkan besarnya potensi asuransi
mikro di dunia. Asuransi mikro sendiri memiliki 2 model dalam me-
nyasar target di masyarakat, yaitu melalui produk kumpulan, yang
dimaksudkan untuk organisasi, institusi yang membutuhkan atau
dengan menyasar target individu, melalui agen marketing asuransi
atau penjualan secara langsung (direct marketing). Potensi asuransi
mikro secara global sendiri diprediksi mencapai $ 40 milyar dengan
cakupan peserta sebanyak 2-3 milyar yang merupakan penduduk
dengan pendapatan rendah dibawah $1,25 per hari. Saat ini pasar
asuransi mikro berkisar $1,2 milyar.
2. Desain produk
Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menda-
patkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan atau suatu produk tidak
92 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
akan sukses jika tidak didukung oleh harga, distribusi, iklan, dan
penjualan yang tepat.38
Masalah desain dari suatu produk telah menjadi salah satu
faktor yang perlu mendapatkan perhatian serius dari manajemen khu-
susnya team pengembangan produk baru, karena sasaran konsumen
yang dituju tidak sedikit yang mulai mempersoalkan masalah desain
suatu produk yang mampu memenuhi kebutuhan dankeinginan konsu-
men. Hal ini penampilan dan fungsi suatu produk dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan. Desain produk (product design) adalah fungsi
dan corak produk yang merupakan proses desain yang dikembangkan
menjadi sebuah produk yang menarik, murah aman dan tidak mahal
untuk digunakan dan pelayanan39
.
Atribut yang berbeda pada dua buah produk akan menimbulkan
persepsi yang berbeda pula di mata konsumen. Keputusan tentang
atribut yang ada sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap
suatu produk. Keunggulan bersaing dapat ditimbulkan melalui atribut
produk atau pembedaan ciri khas suatu produk. Dua produk yang
memiliki fungsi yang sama di mata produsen, belum tentu sama
menurut pandangan konsumen. Karena itu konsumen akan lebih puas
terhadap produk yang memiliki atribut atau ciri khas tertentu yang
dianggapnya lebih bernilai.
Desain produk adalah Totalitas fitur yang mempengaruhi
penampilan, rasa dan fungsi produk berdasarkan kebutuhan pelang-
gan. Parameternya adalah gaya, daya tahan, keandalan, mudah diper-
baiki, indikator desain Produk terdiri dari penampilan, Fungsi suatu
produk, dan atribut-atribut pada suatu produk.40
Desain Produk merupakan desain merupakan totalitas keisti-
mewaan yang mempengaruhi penampilan dan fungsi suatu produk
dari segi kebutuhan konsumen”. Produk hasil desain produk kerajinan
umumnya lebih menitikberatkan pada nilai-nilai keunikan (unique-
38
Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in
India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand”. Ameri-can Economic Review: Papers & Proceedings 2014, 104(5): 291–297
39 Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Edisi millen-
nium 2. Jakarta: Prenhallindo. 40
Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in
India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand”. Ameri-can Economic Review: Papers & Proceedings 2014, 104(5): 291–297
Dr. Abdul Ghoni | 93
ness), estetika (keindahan), seni (art), adiluhung, berharkat tinggi,
khusus, khas, dan kehalusan rasa sebagai unsur dasar. Sementara
dalam pemenuhan fungsinya lebuh menekankan pada pemenuhan
fungsi pakai yang lebih bersifat fisik (fisiologis), misalnya: benda-
benda pakai, perhiasan, furnitur, atau pun sandang. Dalam hal produk
asuransi, dijelaskan bahwa produk tidak dijelaskan secara spesifik
karena produk pada perusahaan asuransi adalah pelayanan. Indikator
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tersedianya seluruh jenis
produk utama asuransi jiwa dan fitur-fitur tambahan yang sesuai
kebutuhan yang diberikan oleh perusahaan asuransi jiwa sebagai
pelengkap produk utama.41
.
3. Harga Premi
Harga adalah sejumlah uang yang ditentukan untuk mempero-
leh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelanggan yang menyer-
tai42
. Indikator harga adalah: (1). Keterjangkauan harga. (2). Perban-
dingan dengan merek lain. (3). Kesesuaian dengan kualitas. Harga
merupakan sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin)
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
beserta pelayanannya43
. Harga merupakan salah satu atribut penting
yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu
benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap
konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga meru-
pakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap
konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk.44
Dalam hak asuransi, variabel harga atau premi merupakan
biaya yang dikeluarkan oleh seseorang untuk memperoleh sejumlah
manfaat yang tertuang dalam polis asuransi jiwa. Indikator yang
41
Sarifa Marwa. Bauran Pemasaran Memengaruhi Keputusan Konsu-
men Dalam Pembelian Asuransi Jiwa Individu. Jur. Ilm. Kel. & Kons.,
September 2014, p : 183-192 Vol. 7, No. 3 ISSN : 1907 - 6037 42
Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi
Jiwa pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Mana-jemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013
43 Kotler and Keller, 2006. Marketing Management. Twelfth edition.
Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prenticehall 44
Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Edisi kedua. Jakarta:
Bumi Aksara.
94 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
digunakan dalam penelitiannya adalah kesesuaian premi dengan bene-
fit yang diterima, fleksibilitas jangka waktu pembayaran, dan nilai
premi yang lebih murah dibanding kompetitor.
4. Proses
Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelaya-
nan diberikan kepada konsumen selama melakukan pembelian barang.
Pengelola usaha melalui front liner sering menawarkan berbagai
macam bentuk pelayanan untuk tujuan menarik konsumen. Fasilitas
jasa konsultasi gratis, pengiriman produk, credit card, card member
dan fasilitas layanan yang berpengaruh pada image perusahaan.
Proses (Process), adalah semua prosedur aktual, mekanisme,
dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Ele-
men proses ini memiliki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa.
Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran
jasa seperti pelanggan jasa akan senang merasakan sistem penyerahan
jasa sebagai bagian jasa itu sendiri. Dalam hal asuransi, proses
merupakan hal inti dari perusahaan jasa karena dari proses pelayanan
bersumber. Indikator dalam proses ini dimulai dari cara masyarakat
memperoleh informasi mengenai perusahaan dan produk asuransi
jiwa, kemudian dilanjutkan proses seseorang untuk menjadi peserta
asuransi, proses dalam pembayaran premi, dan proses pengajuan
klaim. Mengacu pada standar yang dibuat oleh asosiasi dan otoritas
jasa keuangan dalam design asuransi mikro, maka proses meliputi
proses penutupan, termasuk pembayaran pembayaran dan juga proses
klaim.
5. Saluran Distribusi
Dalam suatu saluran distribusi, anggota saluran distribusi me-
laksanakan sejumlah fungsi45
. Fungsi adalah pekerjaan/jabatan yang
dilaksanakan, tindakan/kegiatan perilaku, atau juga dapat berarti
kategori bagi aktivitas-aktivitas.46
Berdasarkan kedua pengertian ter-
sebut, maka dapat dikatakan bahwa fungsi saluran distribusi adalah
aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan anggota saluran distribusi da-
45
Kotler and Keller, 2006. Marketing Management. Twelfth edition.
Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prenticehall 46
Komaruddin. Ensiklopedia Manajemen. Edisi kedua. (Jakarta:
Bumi Aksara, 1994)
Dr. Abdul Ghoni | 95
lam memindahkan barang dari produsen ke konsumen dan mencipta-
kan kegunaan produk tersebut bagi konsumen.
Mengacu pada standar yang dibuat oleh asosiasi dan otoritas
jasa keuangan, saluran distribusi asuransi mikro terdiri dari 3 pihak,
yaitu Pialang asuransi, agen asuransi (perusahaan asuransi atau agen
asuransi individu); dan Lembaga selain perusahaan perasuransian
seperti lembaga keuangan mikro, koperasi, perbankan, retailer, orga-
nisasi berbasis komunitas, dan lembaga swadaya masyarakat. 47
Lembaga keuangan mikro memiliki peran yang penting dalam
upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indo-
nesia yang secara khusus berorientasi terkait dengan pengembangan
usaha mikro. Lembaga keuanga mikro juga mendukung Otoritas Jasa
Keuangan dalam pengembangan asuransi mikro di Indonesia karena
dalam konsep asuransi mikro tersebut tujuannya adalah memperbaiki
struktur perekonomian dan meningkatkan taraf hidup masyarakat
Indonesia khususnya masyarakat berpenghasilan rendah.48
6. Edukasi pasar
Edukasi Pasar terdiri dari dua kata yaitu edukasi dan pasar.
Pasar dalam bidang pemasaran diartikan sebagai kumpulan seluruh
pembeli aktual dan potensial suatu tawaran pasar. Pengertian Edukasi
Pemasaran Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Edukasi
artinya pendidikan, atau hal yang berkenaan dengan pendidikan.”
Berdasarkan Kamus The American Heritage, Edukasi adalah “A
knowledge acquired by learning and instruction.” Artinya pengeta-
huan yang didapat dari pembelajaran dan instruksi.” Edukasi muncul
karena konsumen belum berpengalaman dalam memilih dan menggu-
nakan produk yang cocok bagi mereka.
Kondisi inilah yang membuka peluang bagi para pemasar untuk
membuat program promosi. Edukasi Pemasaran adalah cara untuk
menciptakan kandungan merek yang mengikutsertakan konsumen
dengan menyampaikan kegunaan dan informasi yang relevan dan tak
47
Fauzilah, Abdul Razak. “The Effects of Personality Factors on
Sales Performance of Asuransi Syariah (Islamic Insurance) Agents in
Malaysia”. International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No.
5; [Special Issue -March 2011]. 48
“Penyalur Produk Asuransi Mikro”, www.asuransimikroindone
sia.org, diakses pada 30 Juni 2015
96 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
terbantahkan tentang nilai dan asosiasi merek. Edukasi Pemasaran
merupakan sebuah penghubung antara produk anda dan informasi
yang dicari konsumen untuk memperbaiki hidup mereka. Edukasi
pasar dibutuhkan syarat yang lebih baik untuk melakukan edukasi
konsumen bagi produk-produk yang sulit di gunakan (contohnya:
kamera digital), untuk servis yang kompleks dan untuk pemula diban-
dingkan dengan konsumen yang mahir.
Edukasi pasar, secara global, lebih dikenal dengan Education-
Based Marketing, artinya strategi pemasaran yang kuat, yang mem-
bangun kepercayaan dan kredibilitas menggunakan pesan edukasi.
Strategi pemasaran tersebut adalah kebalikan dari pemasaran trade-
sional, yang menggunakan pesan berbasis penjualan49
. Edukasi pasar
semakin banyak dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi kebosanan
konsumen akan iklan yang dikeluarkan perusahaan. Keuntungan dari
edukasi pasar ini adalah konsumen tidak hanya melihatnya sebagai
usaha pemasaran, tetapi konsumen secara langsung juga akan mera-
sakan nilai yang nyata untuk menjadi seorang pembeli yang lebih
pintar (smarter buyer). Biasanya masyarakat cenderung lebih tertarik
pada fakta-fakta dan informasi penting yang membantu mereka
dalam mengambil keputusan membeli yang baik dari pada mende-
ngarkan rayuan penjualan. 50
Edukasi pasar berarti disamping menjual, seorang pemasar juga
mendidik konsumen. Pemasar dapat berperan sebagai konsultan yang
mendidik konsumen aktual atau konsumen potensial mengenai masa-
lah yang mereka hadapi dan menyediakan solusi untuk mengatasinya. 51
Edukasi pasar menjangkau konsumen potensial pada fase yang lebih
awal dalam proses pengambilan keputusan dan membangun sebuah
hubungan kepercayaan, menghasilkan peningkatan penjualan yang
dramatis dan rasio penutupan penjualan yang lebih tinggi. Berbagai
bisnis di bidang jasa yang mencari pengembangan hubungan berda-
sarkan kepercayaan dengan konsumen menggunakan pesan edukasi
49
Kotler and Keller, 2006. Marketing Management. Twelfth edition.
Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prenticehall 50
Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi
Jiwa pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Mana-jemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013
51 Komaruddin. Ensiklopedia Manajemen. Edisi kedua. (Jakarta:
Bumi Aksara, 1994)
Dr. Abdul Ghoni | 97
yang tidak memaksa (mengancam) akan memposisikan diri mereka
sebagai pilihan pertama konsumen potensialnya dalam membeli pro-
duk atau jasaKarena edukasi pasar meliputi audience yang cukup
luas, maka dapat digunakan pengertian dari pendidikan massal yaitu:
kegiatan yang bersifat pendidikan yang berskala luas melalui surat
kabar, film, radio, televisi, perpustakaan, dan museum dengan tujuan
menyampaikan informasi dan mempengaruhi opini publik.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa edukasi pasar
merupakan salah satu bentuk pendidikan massal, di mana berisi
kegiatan yang berusaha untuk menyampaikan informasi dan mempe-
ngaruhi opini kumpulan pembeli aktual dan potensial melalui sarana
komunikasi. Menurut Hultsrand, nilai kandungan dari penyampaian
edukasi pemasaran harus termasuk didalamnya, yaitu: Pemahaman
tentang produk Anda dan bagaimana produk tersebut cocok/pas
dengan hidup pelanggan52
. Dapat dilihat dari kejadian atau kebutuhan
konsumen yang sekiranya dapat membuat konsumen ingin menggu-
nakan produk Anda, Edukasi Konsumen Anda. Konsumen saat ini
memiliki waktu yang sangat sempit, tetapi mereka masih ingin tahu
dan ingin membuat pendidikan dalam hidup sehingga dapat membuat
keputusan yang bijak, terutama saat melibatkan pemakaian uang
yang berulang. Menyediakan gambar dan jalur untuk membantu
konsumen merasa nyaman dan mengarahkan mereka untuk belajar
lebih jauh melalui proses. Hubungkan produk yang tepat dengan kan-
dungan edukasi yang tepat pula. Jangan mencoba untuk menjual
setiap produk Anda dalam setiap kesempatan. Berikan pilhan, tetapi
jangan berlebihan. Berikan informasi yang bernilai dimana saat Anda
merasa tidak memiliki produk yang cocok dengan kebutuhan
konsumen. Ini akan meyakinkan kembali konsumen bahwa Anda
tidak hanya mencoba untuk menjual produk pada mereka. Tetapi
disini, Anda membantu mereka dengan menginformasi dan mengedu-
kasi serta lebih penting lagi membiarkan mereka dalam pengaturan
proses pembelajaran dan pembelian mereka.53
52
Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi
Jiwa pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013
53 Komaruddin. Ensiklopedia Manajemen. Edisi kedua. (Jakarta:
Bumi Aksara, 1994)
98 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Menyediakan cara untuk melakukan feed-back. Feed-back
konsumen membuat Anda mendapatkan informasi berkelanjutan dan
menjawab pertanyaan yang relevan buat mereka dan situasi mereka,
serta memberikan keuntungan bagi konsumen lainnya. Hal ini akan
membantu pertumbuhan kandungan edukasi pemasaran Anda dalam
bentuk/cara yang tidak pernah Anda pikirkan sebelumnya.
Tetapkan sasaran yang dapat diukur. Sasaran menawarkan
alat/cara untuk mengukur kegunaan sebagaimana mengarahkan pada
penjualan. Ingatlah bahwa pengukurannya harus membutuhkan fleksi-
belitas, terutama pada tahap awal. Jangan takut untuk merubah acuan
ukuran anda menjadi lebih akurat untuk mengukur kesuksesan ini.
Tujuan akhir dari pada edukasi pemasaran ini ialah untuk mengajak
konsumen pada saat yang tepat untuk membeli produk/jasa, mencip-
takan kesetiaan merek dan mempertahankan konsumen Anda. Cara
dan alat untuk mengajak ini ialah untuk mengutilisasi semua jalur
penyampaian kandungan edukasi dimana menjadi petunjuk untuk
pembuatan keputusan yang baik dan menjadi salah satu pilihan dalam
perilaku pembelian.
Menurut Mandell dan dijadikan rujukan sebagai rekomendasi
semua komisi asuransi di Eropa, bahwa salah satu jalur edukasi asu-
ransi adalah melalui kurikulum sekolah. Melalui kurikulum sekolah
ini diharapkan pendidikan tentang keuangan dipahami sejak dini,
sehingga perencanaan keuangan sudah menjadi kebiasaan dan penting
untung dilakukan di saat mereka dewasa dan bekerja. Pendidikan
keuangan di usia dini dapat dilakukan melalui game-games keuangan,
sehingga lebih menarik dan mudah untuk dipahami oleh anak didik.
Selain melalui kurikulum sekolah, juga secara traditional dilakukan
promosi atas pengetahuan dasar keuangan, khususnya mengenai pen-
tingnya asuransi bagi individu dan keluarga, termasuk mempersiap-
kan dana untuk pensiun nanti.54
54
Mandell, L. & Klein, L.S. (2009) “The Impact of Financial Literacy
Education on Subsequent Financial Behavior”, Journal of Financial
Counseling and Planning, Vol.20, pp.15-24
Dr. Abdul Ghoni | 99
Jadi edukasi asuransi dapat melalui 3 cara, yaitu kurikulum
sekolah sejak dini, promosi ke masyarakat secara langsung dan juga
melalui agen-agen pemasaran kepada calon-calon konsumen.55
55
Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi
Jiwa pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013
100 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Dr. Abdul Ghoni | 101
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA
A. Sejarah dan Perkembangan Industri Asuransi Syariah secara
Global
Sejarah perkembangan Asuransi Syariah dimulai sejak sebelum
zaman Rasulullah, yaitu tahapan-tahapannya sebagai berikut1:
a. Sejarah doktrin Aqilah
Praktek al-‘aqilah sudah merupakan praktek yang berlaku
umum pada suku arab kuno sejak tahun 570 M, jika ada anggota yang
terbunuh oleh anggota suku lainnya, maka ahli waris dari korban ter-
sebut akan dibayar uang darah sebagai kompensasi. Kompensasi pada
praktek al-‘aqilah dapat disamakan dengan indemnity pada praktek
asuransi sekarang, yang merupakan salah satu jenis proteksi keuangan
untuk ahli waris dari ketidakpastian pada kematian si korban.
b. Sejarah Asuransi Syariah pada zaman Rasulullah SAW2
1. Pengesahan praktek dari al-‘aqilah oleh Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menerima praktek dari Al-‘Aqilah terkait
dengan pertentangan antara dua wanita dari suku Huzail.
2. Konstitusi Madinah pada tahun 622 M
Konstitusi pertama dalam dunia Islam, yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW setelah hijrah ke Madinah di antara penduduk
madinah.
Di dalam konstitusi tersebut diperkenalkan semacam asuransi
sosial, yang terlihat dalam 3 aspek, yaitu:
1 M. Ma’sum Billah. Principles & Practices of Takaful and Insurance
Compared. (Malaysia: IIUM,2001). 2 Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in
The Takaful Insurance Industry”. Temple University. Published by ProQuest
LLC (2013).
102 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
1. Melalui praktek al-Diyah
Al-diyah atau uang darah dibayarkan ke ahli waris sesuai
dengan konsep al’aqilah, seperti tertuang pada pasal 3 dalam kons-
titusi madinah. Sama halnya bagi Bani Awf, Bani Harith dan suku
lainnya, ketika tinggal di Madinah suatu waktu, juga mempunyai
kewajiban untuk membayar uang darah dalam “mutual collaboration”
sesuai dengan regulasi konstitusi.
2. Melalui pembayaran fidyah (ransum) Rasulullah SAW juga
meregulasi kan dalam konstitusi terkait dengan orang yang
ditahan (prisoner), dapat membayar kontribusi (fidyah) ke mu-
suh untuk kebebasannya, seperti yang tercantum dalam kons-
titusi. Hal ini juga diaplikasikan pada bani-bani yang lain,
seperti Bani harith, Bani Najjar, Bani Jusham dan yang lainnya
yang tinggal di Madinah saat itu.
3. Bentuk-bentuk lain dari Asuransi sosial yang terdapat dalam
konstitusi
Pasal 4-20a dari Konstitusi Madinah tercantum bahwa ma-
syarakat harus bertanggung jawab atas kestabilan atas kebersamaan
dalam penyediaan bantuan bagi yang membutuhkan, yang sakit dan
yang miskin.
c. Sejarah Asuransi Syariah pada zaman Shahabat3
Perkembangan praktek transaksi asuransi dapat juga terlihat
pada periode Khalifah ke-2, yaitu Sayyidina Umar, ra. Pada masa
tersebut, pemerintah mendorong masyarakat terhadap praktek al’Aqi-
lah secara nasional. Sayyidina Umar, ra merekomendasikan untuk
berdirinya a Diwan of Mujahidin (Departemen Keuangan) yang meru-
pakan jenis lain dari “mutual co-operation” untuk berkontribusi uang
darah untuk saudaranya pada suku mereka.
d. Sejarah Asuransi Syariah pada abad 14th – 20th
Selama abad 14th – 17th , permintaan seorang sufi Kazeru-
niyya, aktif pada sebuah pelabuhan di Malabar dan China. Meminta
pelayanan semacam asuransi cargo yang merupakan proteksi atas
resiko/bahaya kapalnya selama dalam perjalanan. Pada abad ke-19,
3 M. Ma’sum Billah. Principles & Practices of Takaful and Insurance
Compared. (Malaysia: IIUM, 2001).
Dr. Abdul Ghoni | 103
Ibn Abidin (1784-1836), mendiskusikan mengenai legalitas terhadap
asuransi. Pada abad ke-20 adalah Muhammad Abduh membuat 2
fatwa pada tahun 1900 – 1901 terkait legalitas praktek asuransi.
Dimana fatwa tersebut membolehkan asuransi jiwa, sedangkan yang
lain terkait dengan mudharabah kontrak pada asuransi.
e. Sejarah Asuransi Syariah abad modern
Saat ini perusahaan Asuransi Syariah sudah berada diberbagi
belahan dunia, baik di Timur tengah, Asia, Eropa, Amerika dan Aus-
tralia, termasuk di Indonesia. Asuransi yang pertama kali didirikan
adalah Asuransi Asuransi Syariah di Sudan pada tahun 19794, yang
dikelola oleh Dar al-Mal al-Islami Group. Dar al-Mal melebarkan
sayap bisnisnya ke negara-negara Eropa dan Asia lainnya. Setidaknya
ada empat asuransi Asuransi Syariah dan reAsuransi Syariah pada
tahun 1983, yang berpusat di Geneva, Bahamas, Luxembourg, dan
Inggris. Padahal secara legalitas keislaman, sistem asuransi syariah
baru baru diakui dan diadopsi oleh ulama dunia pada tahun 1985.
Pada tahun ini, Majma alFiqh al-Islami mengadopsi dan mengesahkan
Asuransi Syariah sebagai sistem asuransi yang sesuai dengan syariah.
Artinya, perkembangan Asuransi Syariah lebih didasarkan atas kreasi
dan kebutuhan umat muslim, ketimbang didorong oleh fatwa5.
Sistem asuransi diadopsi sebagai sistem saling menolong dan
membantu di antara para pesertanya.12 Hingga saat ini, tidak kurang
dari 65 perusahaan asuransi syariah tersebar di seluruh dunia.
Perkembangan asuransi dibilang cukup pesat. Dari asset $550 juta
pada tahun 2000, $193 juta di antara berada di Asia Pasifik, mening-
kat menjadi $1,7 milyar. Angka ini terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah asuransi syariah di duni. Pada tahun 2004 aset-
nya sudah mencapai $2 milyar. Angka-angka di atas merupakan
kumulasi untuk asuransi jiwa dan selain jiwa. Asuransi keluarga sya-
4 Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in
The Takaful Insurance Industry”. Temple University. Published by ProQuest
LLC (2013). 55
Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia
dan Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011
104 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
riah mendominasi perkembangan asuransi dunia, mencapai 75%, di
mana 60%nya berasal dari asuransi jiwa syariah.6
Untuk merespon dan memajukan industri asuransi syariah,
Malaysia mendirikan Lembaga Penelitian dan Pelatihan Bank Syariah
(BIRTI), yang konsen pada bidang pendidikan dan pengembangan
sumber daya manusia. Lembaga ini telah memberi andil dalam
pengembangan industri syariah di belahan asia. Dengan dukungan
BIRTI, Asuransi Syariah Malaysia menjalin kerjasama dengan Sri
Lanka, Arab Saudi, dan pernah pula memberikan dukungan teknis
(technical assistance) untuk operasionalisai Asuransi Syariah Austra-
lia. Selain itu dukungan teknis dilakukan di negara Lebanon, Bang-
ladesh, dan Algeria. Kemudian pada tahun 1997, didirikan lagi The
Asean ReAsuransi Syariah International Labuan Ltd (ARILL).
Perkembangan asuransi syariah yang cukup progressif terjadi di
negaranegara Arab, terutama negara Arab Saudi, Qatar, Kuwait dan
Bahrain. Negara ini pertama kali mendirikan Asuransi Asuransi
Syariah Internasional pada tahun 1989. Pangsa pasar asuransi di Bah-
raian diperkirakan mencapai 65 juta dinar ($172 juta). Produk yang
diluncurkan oleh asuransi Bahrain ini antara lain, Asuransi Haji dan
Umrah yang diperkenalkan pada Januari 2004, asuransi kesehatan
(The Best Doctors Asuransi Syariah Health Care) diluncurkan pada
September 2004, dan Asuransi Syariah pendidikan.
Ketiga produk ini mendominasi dibanding produk lainnya.13
Beberapa industri asuransi syariah yang berkembang di Arab Saudi
antara lain; Islamic Arab Insurance Company (AlBaraka Group)
(1980), Islamic Corporation for teh Insurance, Investment dan Export
Credit (1995), Islamic Insurance Company Ltd., Islamic Insurance
and Reinsurance Company (1985)7, AlAman co-Operative Insurance
(AlRajhi) (1985), Global Islamic Insurance co. (1986), Islamic
6 Hela Miniaoui, Anissa Chaibi. Technical Efficiency of Takaful
Industry: A Comparative Study of Malaysia and GCC Countries. Working
Paper 2014-055. IPAG Business School 7 Issa Khan, Noor Naemah, Mohd Yakub Zulkifli, Mohd Roslan.
“History, problems, and prospects of Islamic insurance (Takaful) in Bangla-
desh”. SpringerPlus (2016) 5:785. DOI 10.1186/s40064-016-2400-5
Dr. Abdul Ghoni | 105
Takafaul and ReAsuransi Syariah Company (DMI Group) (1986), dan
lain sebagainya. 8
Di belahan Benua Afrika, asuransi syariah pertama kali didi-
rikan di Ghana, tahun 1994, yaitu Metropolitan Insurance Company
Limited (MIT). MIT merupakan satu-satunya asuransi yang berope-
rasi secara syariah di Ghana, dengan menerapkan sistem mudharabah
dan Asuransi Syariahi. Selaian Ghana, di Nigeria, African Alliance
Insurance Company Limited, mendirikan Islamic Life Insurance
System (Asuransi Syariah) pada oktober 2003. Di Senegal didirikan
Islamic Asuransi Syariah and ReAsuransi Syariah Co. dan Sonar
AlAmane (AlBaraka Group). Juga Asuransi Syariah Trinidad and
Tobago Friendly Society didirikan di Trinidad dan Tobago pada
tahun 1999.
Sementara di Eropa, negara Inggris merupakan pelopor pe-
ngembangan asuransi syariah. Melalui HSBS’s Amanah, Inggris ber-
cita-cita menjadi leading sector bagi pengembangan asuransi syariah
di Eropa dan negara lainnya. Di negara ini dirikan pula International
Co-operative and Mutual Insurance Federation (ICMIF), yang meng-
himpun 150 orang dari 82 anggota organisasi dari 52 negara di dunia.
Lembaga ini bertujuan untuk memajukan dan memperkenalkan sitem
asuransi syariah ke berbagai negara.14 Di Amerika, asuransi syariah
pertama kali berdiri pada Desember 1996. Asuransi Syariah USA
Insurance Company, asuransi pertama di Amerika, didirikan untuk
menampung sedikitnya 12 juta penduduk muslim di negara Paman
Sam itu. Demikian pula di Australia telah berdiri Australia Asuransi
Syariah Assosiation Inc. Malaysia dan Bank Pembangunan Islam
(IDB) telah meneken kontrak kerjasama untuk memajukan industri
asuransi syariah ini di negara-negara muslim, terutama di negara-
negara anggota OKI. Perkembangan asuransi syariah ini menunjukan
responsi yang positif dari masyarakat dunia akan sistem asuransi
berbasis syariah. Hal ini menunjukkan bahwa asuransi syariah dapat
diterima dan menjadi alternatif bagi sistem asuransi yang berjalan
selama ini. Berikut data perusahaan asuransi yang ada di dunia9
8 Marhanum, Nurdianawati, Siti. “Takaful Agents’ Roles in Accordan-
ce with the Quran and Sunnah”. GJAT. December 2012. Vol 2 Issue 2 page
41. ISSN : 2232-0474 | E-ISSN : 2232-0482 9 Tahani Coolen-Maturi. “Islamic insurance (takaful): demand and
suply in the UK”. International Journal of Islamic and Middle Eastern
106 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Kebangkitan keuangan Islam diperkirakan akibat dari kombi-
nasi antara krisis keuangan global yang berpadu dengan kenaikan
harga minyak. Kenaikan harga minyak inilah yang mengakibatkan
terjadinya surplus keuangan di timur tengah, dana surplus tersebut
selanjutnya diinvestasikan kedalam instrumen-instrumen keuangan
Syariah. Berdasarkan data dari Islamic Development Bank (IDB),
total asset industri keuangan Syariah diperkirakan mencapai $1.5
trilliun di tahun 2012, dana tersebut masuk ke negara berkembang
seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Sri Lanka dan Bang-
ladesh, diantara negara-negara tersebut, Malaysia merupakan pioner
dalam membangun infrastruktur keuangan Syariah sehingga surplus
dana timur tengah lebih banyak terserap ke negara tersebut.10
Pada tahun 2014, diperkirakan total aset keuangan syariah
global meningkat menjadi $2 Triliun11
dan diprediksi pada tahun
2018 sudah meningkat lagi menjadi $ 3Triliun12
, yang terdiri dari
lebih 600 lembaga keuangan syariah di 75 negara diseluruh dunia13
.
Dari total aset keuangan syariah global, saat ini masih didominasi
oleh perbankan syariah sebesar 78%, sedangkan Asuransi Syariah
hanya memiliki market share sebesar 1%.
Finance and Management Vol. 6 No. 2, 2013 pp. 87-104 q Emerald Group
Publishing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/17538391311329806. 10
Abdou, Hussein A., Ali, Khurshid and Lister, Roger J. (2014). “A
comparative study of Takaful and conventional insurance: empirical eviden-
ce from the Malaysian market”. Insurance Markets and Companies: Analy-ses and Actuarial Computations, 4 (1). pp. 22-34. ISSN 2078-2454
11 IFSB Stability Report 2015
12 ISRA estimate
13 MIFC Insight report
Dr. Abdul Ghoni | 107
Gambar 4.1 Share Global Aset Keuangan Syariah
Sumber: Nomura Institute of Capital Markets Research, 2014
Industri Asuransi Syariah global pada tahun 2014 diperkirakan tetap
tumbuh sebesar 14%, dengan kontribusi sebesar $26 milyar diakhir
tahun 2015 dan diprediksi akan mencapai $42 milyar ditahun 2020.14
Sebagai gambaran, pertumbuhan industri Asuransi Syariah terkonsen-
trasi di Saudi Arabia, Malaysia, UEA dan Afrika. Selain itu di negara
timur tengah, pasar Asuransi Syariah sudah mulai menurun, kecuali
Arab Saudi, dikarenakan adanya kewajiban asuransi kesehatan15
,
Arab Saudi sendiri menguasai pangsa pasar di Timur tengah sebesar
77%.
14
Global Takaful Insight, 2014 15
Ahmad Shukri Yazid, Juliana Arifin, Mohd Rasid, Wan Norhayate.
“Determinants of Family Takaful (Islamic Life Insurance) Demand: A Con-
ceptual Framework for a Malaysian Study”. International Journal of Busi-ness and Management Vol. 7, No. 6; March 2012. doi:10.5539/ ijbm.v7n6p
115
108 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Gambar 4.2 Market Share Kontribusi Asuransi Syariah
di Timur Tengah
Sumber: Global Asuransi Syariah Insight, 2014
Untuk dikawasan Asia tenggara, industri Asuransi Syariah
dikuasi oleh Malaysia yang mendominasi sebesar 71%, Indonesia sen-
diri menempati uruan kedua, dengan market share sebesar 23%.16
Gambar 4.3 Market Share Kontribusi Asuransi Syariah di ASEAN
Sumber: Global Asuransi Syariah Insight, 2014
Ernst & Young menetapkan 25 negara yang memiliki partum-
buhan ekonomi yang tinggi berdasarkan 3 indikator, yaitu pertumbu-
han ekonomi dan potensi masa depan, skala ekonomi dan jumlah
16
Source: Global Takaful Insight, 2014
Dr. Abdul Ghoni | 109
penduduk, serta strategi mereka dalam menghadapi bisnis global.
Dari 25 negara tersebut terpilihlah 7 negara kunci yang menjadi
pendorong pertumbuhan keuangan syariah global, yang disingkat
sebagai QISMUT (Qatar, Indonesia, Saudi arabia, Malaysia, UEA
dan Turki)17
. Ketujuh negara ini juga merepresentasikan 78% penge-
lolaan aset keuangan syariah global.
Tabel 4.1 Populasi QISMUT & GDP
Sumber: Nomura Institute of Capital Markets Research, 2014
Indonesia, sebagai salah satu negara yang memiliki potensi
pertumbuhan keuangan syariah yang tinggi, saat ini masih memiliki
market share yang relatif kecil, yaitu 4% dibandingkan dengan 6
negara lainnnya di QISMUT.18
17
Bedi Gunter Lackman. “The Six Key Countries Driving Global
Islamic Finance Growth”. Nomura Journal of Capital Markets Autumn 2014
Vol. 6 No. 2 18
Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in
The Takaful Insurance Industry”. Temple University. Published by ProQuest
LLC (2013).
110 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Gambar 4.4 Share diantara Negara QISMUT
Sumber: Nomura Institute of Capital Markets Research, 2014
B. Pengembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia
Berdasarkan data bank Dunia, Indonesia mengalami partum-
buhan kelas menengah, dimana pada tahun 1999-2011 sebesar 50 juta
orang (sebagian besar Muslim) menjadi 130 juta orang dan akan
bertambah 50 juta lagi didekade mendatang.19
Perkembangan industri asuransi syariah juga terjadi di Indo-
nesia20
. Pertumbuhan asuransi syariah didukung oleh ketentuan
regulasi yang menjamin kepastian hukum kegiatan asuransi syariah.
1. Regulasi dan Fatwa
Pertumbuhan industri Asuransi Syariah di Indonesia, tidak
serta merta diikuti oleh regulasi pemerintah yang memadai, sejak
berdiri pertama kali di tahun 1994, sampai dengan tahun 2014 baru
ada undang-undang yang mengatur industri Asuransi Syariah,
undang-undang tersebut merupakan hasil revisi dari undang-undang
perasuransian di tahun 199221
. Selama belum ada undang-undang
19
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Takaful)”.
Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December 2013,
291-304 20
Berdasarkan hasil wawancara dengan Taufik Marjuniadi, ACII,
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), periode 2014-
2017 tertanggal 14 September 2017 21
Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Dr. Abdul Ghoni | 111
yang mengatur, pemerintah menerbitkan Keputusan Menteri Keua-
ngan dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan untuk mengisi kekoso-
ngan regulasi yang ada. Fatwa-fatwa yang diterbitkan terkait dengan
produk Asuransi Syariah pertama kali baru ada di tahun 2001, dan
setelah itu sudah banyak fatwa-fatwa yang diterbitkan oleh Dewan
Syariah Nasional MUI22
.
Saat ini sudah ada 6 fatwa DSN yang diterbitkan khusus
terkait Asuransi Syariah, jumlah fatwa ini relatif sedikit dibanding-
kan fatwa-fatwa yang terkait dengan perbankan syariah. Ketentuan
hukum yang mengatur Asuransi Syariah antara lain23
:
a. Undang undang No.40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian;
b. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelengga-
raan Usaha Perasuransian, sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1992;
c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 421/KMK.06/2003 tanggal
30 September 2003 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
Bagi Direksi dan Komisaris Perusahaan Perasuransian;
d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 422/KMK.06/2003 tanggal
30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
e. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 423/KMK.06/2003 tanggal
30 September 2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuran-
sian;
f. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 424/KMK.06/2003 tanggal
30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
g. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 426/KMK.06/2003 tanggal
30 September 2003 tentang Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi.24
22
Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001, Tentang Pedoman Umum
Asuransi Shari’ah. 23
Berdasarkan hasil wawancara dengan Irsyal Ismail, Ak, MM, De-
wan Pengawas Syariah, IAG Parolamas, Dewan Syariah Nasional, tertanggal
5 Oktober 2017 24
Berdasarkan hasil wawancara dengan Alis Subiyantoro, Bagian
Pengembangan dan Kelembagaan Asuransi Jiwa Syariah, Otoritas Jasa Ke-
uangan, tertanggal 15 Januari 2018
112 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Modus operandi pendirian Asuransi Syariah di Indonesia
Untuk mendirikan perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia,
dapat dilakukan melalui empat bentuk:
a. Pendirian baru;
b. Konversi dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi
konvensional;
c. Pendirian kantor cabang baru dengan prinsip syariah oleh Peru-
sahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi konvensional;
d. Konversi kantor cabang konvensional menjadi kantor cabang
dengan prinsip syariah dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Reasuransi konvensional. Untuk pendirian baru tidak terlalu ba-
nyak masalah yang dihadapi terutama terkait dengan peserta.
Sedangkan untuk konversi ada ketentuan yang harus dipenuhi
menyangkut kesediaan pemegang polis. 25
Baik pendirian baru maupun konversi, suatu perusahaan asu-
ransi syariah dapat beroperasi apabila mendapat izin usaha dari
Departemen Keuangan. Izin usaha itu diberikan setelah pengajuan
pendirian atau konversi memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: (a)
Maksud dan Tujuan di dalam anggaran dasar perusahaan; (b) Memi-
liki tenaga ahli; (c) Memiliki Dewan Pengawas Syariah Perusahaan;
(d) Memenuhi minimal modal disetor atau minimal modal kerja (bagi
pendirian cabang); (e) Tingkat Solvabilitas (bagi pendirian cabang);
(f) Tidak sedang dalam pengenaan sanksi administratif (bagi pendi-
rian cabang), dan (g) Persyaratan-persyaratan lainnya, sebagaimana
halnya persyaratan dalam pembukaan kantor cabang konvensional.
Untuk mendukung perkembangan asuransi syariah di Indone-
sia, DSN pada tahun 2001 mengeluarkan fatwa NO: 21/DSN-MUI/
X/2001Tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah, yang menjadi
acuan dari sisi syariah dalam penyelenggaraan kegiatan asuransi sya-
riah di Indonesia.
25
Berikut adalah Ketentuan Khusus Konversi:
a. Tidak merugikan tertanggung atau pemegang polis
b. Memberitahukan konversi tersebut kepada setiap pemegang polis
c. Memindahkan portofolio pertanggungan ke PA konvensional lain
atau membayarkan nilai tunai pertanggungan, bagi tertanggung atau peme-
gang polis yang tidak bersedia menjadi tertanggung atau pemegang polis
dari PA dengan prinsip syariah.
Dr. Abdul Ghoni | 113
2. Jenis dan Jumlah Perusahaan
Jumlah perusahaan asuransi Syariah yang semula hanya 1
perusahaan di tahun 1994, yaitu PT Asuransi Asuransi Syariah Kelu-
arga, terus mengalami pertumbuhan, khususnya di tahun 2000
menjadi 25 perusahaan. Pada tahun 2011 menjadi 43 perusahaan dan
di tahun 2017 mencapai 63 perusahaan. Total perusahaan asuransi
Syariah tersebut terdiri dari asuransi jiwa 30 perusahaan, asuransi
umum 30 perusahaan dan reasuransi 3 perusahaan. Pemerintah mela-
lui undang-undang perasuransian memaksa perusahaan yang menja-
lankan bisnis Asuransi Syariah, yang saat ini masih di dominasi oleh
unit usaha syariah diwajibkan untuk melakukan spin-off selambat-
lambatnya pada tahun 202426
.
Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Perusahaan Asuransi Syariah Indonesia
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perasuransian 2017. Data
diolah.
Asuransi Syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat.
Persaingan bisnis Asuransi Syariah di Indonesia kian ramai dengan
bermunculannya pemain- pemain baru, baik dari asuransi jiwa mau-
pun asuransi kerugian/umum dengan prinsip syariah. Sementara
reasuransi syariah juga mengalami perubahan komposisi, yaitu dari
26
Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
114 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
keseluruhan perusahaan yang hanya berbentuk unit usaha syariah,
menjadi ada satu perusahaan yang berbentuk syariah (full fledge)
dengan melakukan spin off27
. Sejak berdirinya asuransi Syariah perta-
ma di Indonesia, Asuransi Asuransi Syariah Keluarga dan Asuransi
Asuransi Syariah Umum di tahun 1994 sampai dengan tahun 2017
jumlah asuransi Syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 63
(enam puluh tiga) industri. Pada tahun 2017, jumlah asuransi syariah
di Indonesia bertambah menjadi 63 di industri. Asuransi yang
bertambah yaitu Asuransi Reliance Indonesia, Asuransi Jiwa Syariah
Keluarga Indonesia dan FWD Life Indonesia. Dapat disimpulkan dari
grafik diatas bahwa jumlah asuransi Syariah di Indonesia relatif terus
bertambah dan perkembangan Syariah pun terus meningkat. Peratu-
ran Pemerintah mengenai modal minimum asuransi, serta rencana
beberapa perusahaan asuransi Syariah untuk melakukan spin-off sesu-
ai peraturan undang-undang tentang Perasuransian, maka dapat dipre-
diksi bahwa hingga tahun-tahun kedepan jumlah asuransi Syariah
akan terus bertambah.28
3. Total Aset dan Kontribusi
Pertumbuhan kontribusi dan asset perusahaan asuransi Syariah
di Indonesia29
, seiiring dengan bertambahnya perusahaan menyebab-
kan kontribusi dan asetpun ikut berkembang, pada tahun 2006
kontribusi mencapai Rp 490 Milyar dan meningkat pesat menjadi
Rp2.7 Triliun dengan pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai
90%, dan di tahun 2017 mencapai Rp33,48 Triliun dengan rata-rata
pertumbuhan menurun menjadi 25%.
Seiring dengan bertambahnya jumlah asuransi Syariah di
Indonesia, jumlah aset industri ini pun ikut bertambah. Tercatat jum-
lah aset asuransi Syariah Indonesia pada akhir tahun 2017 sebesar 33
trilliun.
27
www.ojk.go.id 28
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015 29
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Dr. Abdul Ghoni | 115
Gambar 4.5 Aset Asuransi Syariah di Indonesia
Sumber: Data diolah OJK.2017
Pertumbuhan (growth) aset asuransi Syariah tahun 2013-2017
fluktuatif. Hal ini mengakibatkan market share aset asuransi Syariah
yang naik turun atau fluktuatif sejak tahun 2011.
Gambar 4.6 Aset Asuransi Nasional di Indonesia
Sumber: Data OJK. 2017
116 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Dari data per Desember 2017, growth asset asuransi Syariah
menurun hingga 3%, dari data tersebut dapat diprediksikan bahwa
pada akhir tahun nanti Aset asuransi Syariah akan turun sedikit atau
naik sedikit. Sementara itu aset asuransi nasional mengalami partum-
buhan yang fluktuatif.
Pada tahun 2011-2012 menurun hingga 14%, kemudian me-
ningkat tahun 2013 sebesar 19% dan kembali menurun lagi tahun
2014 dan meningkat tahun 2017 menjadi sebesar 28%30
Gambar 4.7 Kontribusi Bruto Asuransi Syariah di Indonesia
Sumber : Data OJK. 2017
Tingkat pertumbuhan rata-rata kontribusi bruto Syariah ini
fluktuatif. Terjadi penurunan pada tahun 2011 hingga 2014, kemu-
dian meningkat di tahun 2015 dan kembali menurun di tahun 2016
dan meningkat lagi di tahun 2017.31
30
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015 31
www.ojk.go.id
Dr. Abdul Ghoni | 117
Gambar 4.8 Premi Bruto Asuransi Nasional di Indonesia
Sumber: Data OJK. 2017
Pertumbuhan Kontribusi Bruto Asuransi Nasional terus menu-
run setiap tahunnya. Penurunan paling buruk terjadi pada tahun 2015
dan meningkat lagi di tahun 2016 dan 2017.
4. Rasio Penetrasi dan Pertumbuhan
Pertumbuhan industri Asuransi Syariah yang sangat signifikan
tetap masih memiliki rate penetrasi yang relative lebih rendah diban-
dingkan penetrasi asuransi konvensional32
. Penetrasi yang rendah ini
disebabkan banyak hal, salah satunya adalah penerapan model
pengelolaan Asuransi Syariah yang tidak sesuai dengan kondisi pasar,
serta standarisasi model pengelolaan diantara pengelola Asuransi
Syariah juga merupakan salah satu penyebab, industry ini belum
maksimal.33
Selain model pengelolaan bisnis Asuransi Syariah juga
32
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-
nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27. 33
Lukman Ayinde Olorogun. “A proposed contribution model for ge-
neral Islamic insurance industry”. International Journal of Islamic and Midd-le Eastern Finance and Management Vol. 8 No. 1, 2015 pp. 114-131 ©
118 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
perlu melakukan inovasi dan strategi marketing yang baru untuk me-
ningkatkan penetrasi pasar Asuransi Syariah, melalui pengembangan
produk-produk Asuransi Syariah yang dapat menciptakan potensi-
potensi baru pasar Asuransi Syariah di masyarakat muslim, khusus-
nya.34
Di Indonesia tingkat penetrasi asuransi terhadap GDP tahun
2015 mencapai 2,29% dari GDP yang mencapai Rp 11.540,80 triliun,
jauh dibandingkan dengan Eropa 10%, India 5%, dan Jepang 12%.
Hal ini menandakan masih besar potensi pasar asuransi di Indonesia
yang belum digarap.
Rendahnya penetrasi asuransi di negara-negara Muslim, khu-
susnya Indonesia adalah dikarenakan oleh 2 faktor utama, yaitu fak-
tor pertama adalah karena asuransi merupakan produk keuangan dari
barat bukan merupakan produk murni dari Islam, faktor kedua seba-
gian besar populasi Muslim tersebut memiliki pendapatan rendah,
sehingga produk asuransi masih dikategorikan barang mewah.35
C. Peluang dan Tantangan Perkembangan Industri Asuransi Syariah
1. Analisis SWOT Industri Asuransi Syariah di Indonesia36
Pada tahun 2015 diperkirakan bahwa potensi penerimaan premi
syariah di Indonesia akan mencapai US$ 1,20 miliar. Pencapaian po-
sisi ini menempatkan pada posisi terbesar kedua setelah Malaysia
yang diperkirakan oleh penelitian Institute of Islamic Banking and
Emerald Group Publishing Limited 1753-8394 DOI 10.1108/IMEFM-04-
2014-0032. 34
Norizan Remli, Wan Norhayate Wan Daud, Fakhrul Anwar Zainol
& Hamizah Muhammad. “A Proposed Conceptual Framework for Market
Orientation and Innovation towards Takaful Performance in Malaysia”. International Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 7; 2013.
ISSN 1833-3850 E-ISSN 1833-8119. Published by Canadian Center of
Science and Education 35
Anja Erlbeck. Microtakaful: Field Study Evidence and Conceptual Issues. University of Cologne Department of Risk Management and Insu-
rance. 2011. 36
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Dr. Abdul Ghoni | 119
Insurance di London sebesar US$ 1,22 miliar. Tetapi jika disbanding-
kan dengan asuransi konvensional jumlah premi ini sangatlah kecil.
Beberapa hal yang menjadi penyebab relatif rendahnya pene-
trasi pasar asuransi syariah dalam sepuluh tahun terakhir adalah ren-
dahnya dana yang memback up perusahaan asuransi syariah, promosi
dan edukasi pasar yang relatif belum dilakukan secara efektif (terkait
dengan lemahnya dana), belum timbulnya industri penunjang asuransi
syariah seperti broker-broker asuransi syariah, agen, adjuster, dan lain
sebagainya, produk dan layanan belum diunggulkan diatas produk
konvensional, posisi pasar yang masih ragu antara penerapan konsep
syariah yang menyeluruh dengan kenyataan bisnis di lapangan yang
terkadang sangat jauh dari prinsip syariah, dukungan kapasitas reasu-
ransi yang masih terbatas (terkait jua dengan dana) dan belum adanya
inovasi produk dan layanan yang benar-benar digali dari konsep dasar
syariah.
Negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim seperti
Indonesia37
, pada umumnya memiliki tingkat penetrasi dan tingkat
density asuransi yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan nega-
ra-negara lain. Hal ini disebabkan oleh apa yang disebut sebagai hala-
ngan agama yaitu keyakinan agama yang tidak memperkenankan
praktek asuransi konvensional. Selain dapat mengatasi hambatan aga-
ma tersebut, sifat alami asuransi syariah akan berpotensi untuk ber-
kembang di Indonesia karena beberapa alasan antara lain mayoritas
penduduknya beragama Islam akan cenderung menghormati solusi
yang berasal dari agamanya sendiri, ekonomi Indonesia yang secara
signifikan bergantung pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) akan cocok dengan pendekatan pengelolaan risiko melalui
konsep tolong menolong dalam asuransi syariah, sifat alami asuransi
syariah yang memungkinkan peserta mendapatkan bagian hasil akan
lebih adil diterapkan pada masyarakat karena tidak secara berlebihan
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain, era penerapan
Good Corporate Governance (GCG) akan mendorong proses bisnis
yang bersih sehingga berdampak kondusif bagi timbulnya asuransi
37
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap
Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27
120 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
syariah dan sifat asuransi Syariah antara lain menghindarkan praktik-
praktik yang mengandung unsur-unsur ketidakpastian dan judi akan
sejalan dengan praktik usaha yang penuh kehati-hatian di lingkungan
ekonomi global.38
Asuransi syariah yang menggunakan Al-Quran dan sunnah nabi
sebagai rujukannya memiliki sumber inspirasi dan inovasi yang tidak
habis-habisnya dalam memberi kemaslahatan pada umat. Konsep
dasar asuransi syariah terutama yang menggunakan system wakalah
merupakan konsep asuransi yang akan terbebas dari ketidakpastian
usaha di sector asuransi, prinsip dasar asuransi syariah yang mendo-
rong orang atau badan untuk saling tolong menolong sesama dengan
bantuan operator asuransi syariah sangat berbeda dengan prinsip
dasar asuransi konvensional yang memposisikan peserta sebagai ter-
tanggung dan perusahaan asuransi sebagai penanggung dan asuransi
syariah memberikan kepastian kehalalan bagi para pesertanya.
Sistem asuransi Islam Asuransi Syariah memiliki dua mekanis-
me utama yang merupakan prinsip dasar operasional perusahaan
Asuransi Syariah yaitu asas al mudharabah dan asas tabarrru’.
Dengan adanya kedua prinisip dasar menjadikan sistem asuransi Asu-
ransi Syariah ini selaras dengan hukum syariat. Selain dari itu, peru-
sahaan Asuransi Syariah juga mempunyai konsep wakalah dan wadi-
ah dalam menljalankan perniagaannya.
a. Kekuatan
Dalam upaya pengembangan operator asuransi syariah baru di
Indonesia, yang dapat menjadi kekuatan positif adalah sebagai
berikut: (1) Tenaga kerja profesional/ sumber daya manusia inti yang
kompeten dan memiliki integritas moral dan ghirah Islam, yang
berada dalam sebuah teamwork yang solid; (2) Pemegang saham yang
memiliki visi dan misi syariah yang jelas; (3) Kelompok pemegang
saham mampu mengusahakan ”captive market” awal; (4) Kelompok
pemegang saham diharapkan memiliki infrastruktur teknologi dan
potensi tenaga ahli (mislanya: Fund manager); (5) Dalam aspek legal,
sifat perjanjian yang memenuhi syarat syariah mampu memberi rasa
38
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Dr. Abdul Ghoni | 121
aman kepaa peserta asuransi syariah, selain unsur duniawi semata; (6)
Adanya unsur dakwah; (7) Produk asuransi bersifat transparan.39
b. Kelemahan
Sistem asuransi syariah dan core team asuransi syariah baru ini
memiliki kelemahan yang masih dalam tahap peningkatan40
yaitu: (1)
SDM pendukung (lapisan kedua,dst) belum banyak memahami bisnis
syariah; (2) Dalam hal pemasaran, alternatif distributif relatif masih
terbatas dibandingkan pola konvensional; (3) Kompleksitas dalam
sistem administrasi syariah (misalnya perhitungan bagi hasil dan
tingkat hasil investasi); (5) Permodalan yang terbatas akan mempe-
ngaruhi; (6) Sistem/teknologi pendukung manajemen; (7) Strategi
bisnis; (8) Ketersediaan infrasturktur (internal, eksternal, customer
support,dll).
Kekuatan dan kelemahan dalam memperluas jaringan bisnis
asuransi syariah terutama di Indonesia, penjelasannya adalah sebagai
berikut: SDM pendukung (lapisan kedua, dst.) belum banyak mema-
hami bisnis syariah, dalam hal pemasaran, alternatif distribusi relati-
ve masih terbatas dibanding pola konvensional, kompleksitas dalam
administrasi Syariah (misalnya: perhitungan bagi hasil dan tingkat
hasil investasi) memerlukan dukungan system yang andal, permo-
dalan yang terbatas akan mempengaruhi: (a) Sistem/teknologi pendu-
kung manajemen; (b) Strategi bisnis; (c) Ketersediaan infrastruktur
(internal, external, customer support, etc.)
Apabila pemegang saham kurang mengharagi pentingnya
investasi di bidang IT sebagai “modelling tools” dan “administration
tools”, pengalaman langsung/penerapan model terhadap bisnis riil
belum cukup (baru pada tahap teoritis), lemahnya”public relations”
untuk mengkomunikasikan keunggulan LKS (ideloanya beralih dari
39
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-
nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27. 40
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asu-
ransi Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015.
122 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
“short term/hit and run marketing” menjadi “long term marketing/
customer relationship”).41
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang sangat membutuhkan akan sumber daya manusia profe-
sional yang mau terus menerus mengubah diri agar tetap eksis mengi-
kuti perkembangan yang terjadi. Sumber daya manusia yang ada
dalam perusahaan asuransi shari’ah dituntut agar selalu berusaha
menyeimbangkan kemampuan terhadap berbagai tuntutan yang
disebabkan oleh persaingan usaha dan kewajiban untuk menjadi yang
terbaik, agar dapat memberikan layanan yang baik kepada masyara-
kat.42
Perusahaan Asuransi Syariah sebagai produsen yang meng-
hasilkan produk dan jasa, dalam berbisnis seyogyanya tidak hanya
tertumpu pada tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang
selalu berkembang akan tetapi juga harus memenuhi tuntutan shari-
’ah dalam beribadah. 43
Dalam memberikan pelayanan kepada peserta, khususnya pada
saat proses penyelesaian klaim baik yang dilakukan oleh perusahaan
asuransi konvensional ataupun Asuransi Syariah selalu merujuk pada
ketentuan yang terdapat dalam polis. Disini profesioanalisme sangat
dibutuhkan dan bahkan menjadi suatu keharusan yang tidak dapat
ditawar, tanpa adanya profesionalisme maka kejujuran, transparansi,
amanah, kecepatan, dan ketepatan dalam menyelesaikan klaim tidak
akan dapat dilaksanakan, begitu juga dengan pemberian kualitas
41
IRTI (Islamic Research and Training Institute), "Islamic Banking
and Finance, Fundamental and Contemporary Issues". 42
Muhammad 'Uthman Shibir, al-Mu'amalat al-Maliyah al-Mu'asirah fi al-Fiqh al-Islami (Yordan; Dar al-Nafa'is, 1999), 99. Fathi al-Said Lashin,
'Akad al-Ta'min fi al-Fiqh al-Islami (Kairo; Universitas Kairo, t.t), 9.
Muhammad Baltaji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-Islami",
Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-
Shany: al-Ta'min al-Ijtima'i fi al-Islam, 1403 H- 1983 M, 133-134. 43
'Abdullah Mabruk al-Najar, 'Uqud al-Ta'min wa Muda Mashru-'iyatihi fi al-Fiqh al-Islami Dirasah al-Muqaranah (Mesir; Dar al-Nahdah al-
'Arabiyah, 1994), 16-17. Muhammad Amin Mustafa Abu al-Shinqiti, Dira-sah Shar'iyah Li Ahammi al-'uqud al-Maliyah al-Mustahdithah (Mesir; Dar
al-Haramain Maktabah al-'ulum wa al-Hukm, 1992), 592. Muhammad Balta-
ji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-Islami", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min
al-Ijtima'i fi al-Islam, 1403 H- 1983 M, jil. 5, 58.
Dr. Abdul Ghoni | 123
pelayanan yang baik dan bisa diterima semua pihak yang berkepen-
tingan harus menjadi prioritas. Dalam kitab Mukhtar al-Sihah
disebutkan bahwa ta‘āwun dan Asuransi Syariah hanya akan terbukti
jika pihak yang mempunyai kemampuan mengetahui problema dan
kesulitan yang dihadapi oleh kerabatnya dan segera melakukan ban-
tuan tatkala mengetahuinya.44
Muhammad Rawwas Qal’aji dalam bukunya Mabahis Fi al-Iqtisad al-Islami sangat menekan bahwa salah satu bagian penting
dari misi perusahaan asuransi yang harus dipegang oleh para pejabat-
nya adalah tentang filsafat perusahaan yang harus mengedepankan
unsur-unsur agama yang bebas dari hal-hal yang dilarang oleh syariat,
seperti gharar, maisir dan riba. Dalam istilah yang populer filsafat
perusahaan dikatakan sebagai kredo yang baik, baik secara implisit
atau eksplisit itu dinyatakan sebagai keyakinan dasar, sistim nilai,
aspirasi dan segi-segi lain yang bersifat filsafati untuk menjalankan
roda perusahaan. Filsafat itulah yang digunakan sebagai landasan
prilaku bagi semua orang dalam menjalankan semua bentuk transaksi.
Aksentuasi pada segi-segi tertentu bisa saja ditonjolkan oleh suatu
perusahaan, seperti yang menyangkut dengan prinsip-prinsip dasar,
konsep operasional, dan lain-lain sebagainya. Meskipun demikian
pengawasan adalah suatu hal yang urgent dilakukan oleh ahlinya,
apalagi dengan diatur oleh undang-undang sebagai simbol yang
membedakannya dengan lembaga lain.45
c. Peluang
Asuransi syariah di Indonesia sudah berjalan selama 14 (empat
belas) tahun semenjak pertama kali didirikan pada tahun 199446
yaitu
dengan diresmikannya PT. Asuransi Syariah Keluarga. Dibandingkan
dengan asuransi konvensional yang sudah beroperasi sejak tahun
1912 dengan berdirinya asuransi Bumiputera maka usia asuransi sya-
riah masih tergolong relative muda. Namun dilihat dari jumlah per-
tumbuhan perusahaan, asuransi syariah sangatlah menggembirakan
44
Mukhtar al-Sihah, (t.t, t.p, t.th.) jil.2, 402. 45
Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami -Min Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000), 126. Sondang P. Siagan,
Manajemen Stratejik (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 52. 46
Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan
Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011.
124 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
yaitu 40 % setiap tahun sementara yang konvensional hanya 25 %.
Melihat pertumbuhan yang pesat ini menunjukkan betapa besar
peluang asuransi syariah untuk lebih berkembang lagi. Setidaknya
ada dua faktor penting yang bisa menjadi momentum berharga bagi
berkembangnya asuransi syariah di Indonesia, yaitu : (1) Ruang
penetrasi produk asuransi di Indonesia masih sangat luas mengingat
persentase pemegang polis individual di Indonesia baru mencapai
kisaran tiga persen (6,6 juta) dari total penduduk sebesar 220 juta
jiwa47
; (2) Mayoritas penduduk Indonesia merupakan umat Islam, dan
kehadiran produk yang sejalan dengan konsep serta nilai-nilai
beragama berpeluang besar untuk bisa diterima oleh masyarakat luas.
Sedikitnya masyarakat Indonesia yang ikut berasuransi menjadi pelu-
ang bagi asuransi syariah untuk meningkatkan pangsa pasar, sejalan
dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa asuransi
misalnya untuk kebutuhan meningkatkan pendidikan anak, mening-
katnya biaya kesehatan dan lain-lainnya.
Di samping itu besarnya penduduk Indonesia yang beragama
Islam menjadikan asuransi syariah berpeluang besar untuk lebih
berkembang lagi. Hal ini karena bagi orang muslim menjalankan
aktifitas yang sesuai dengan tuntunan Islam tentunya akan menjadi
pilihan utama, demikian juga dalam hal pilihan berasuransi tentunya
seorang muslim akan lebih memilih yang sesuai dengan ajaran Islam
yaitu asuransi syariah dari pada asuransi konvensional yang selama
ini masih diragukan kehalalannya.
Keunggulan konsep asuransi syariah yang dapat memenuhi rasa
keadilan juga menjadi peluang bagi berkembangnya asuransi syariah,
misalnya konsep bagi hasil dalam asuransi syariah dimana jumlah
yang dibagi tergantung hasil yang didapat sehingga tidak ada yang
dirugikan. Konsep bagi hasil ini pula yang membuat perusahaan asu-
ransi syariah dapat bertahan terhadap krisis ekonomi tahun 1997,
sehingga banyak perusahaan asuransi konvensional mulai melirik
produk asuransi syariah.48
47
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015 48
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016
Dr. Abdul Ghoni | 125
Konsep yang sesuai dengan syariah ini pula yang menjadikan
asuransi syariah tidak hanya hadir di negara yang berpenduduk mayo-
ritas muslim melainkan juga di negara-negara yang berpenduduk non
muslim.49
Hingga kini di seluruh dunia sudah ada sekitar 45 (empat
puluh lima) asuransi syariah, misalnya di Singapura, Swiss, Amerika
Serikat, Jeneva, Bahamas dan lain-lain.
Peluang dari bisnis asuransi syariah di Indonesia adalah keung-
gulan konsep asuransi syariah dapat memenuhi peningkatan tuntutan
fairness/rasa keadilan dari masyarakat, jumlah penduduk beragama
Islam di Indonesia lebih dari 180 juta orang, meningkatnya kesadaran
bermuamalah sesuai syariah, tumbuh subur khususnya pada masya-
rakat golongan menengah, meningkatnya kebutuhan jasa suransi
karena perkembangan ekonomi umat, tumbuhnya lembaga keuangan
syariah (LKS) lainnya seperti bank dan reksadana, kompetitor dalam
bisnis asuransi syariah ini masih sedikit, berlakunya undang-undang
ototnomi daerah yang kan memacu perkembangan ekonomi daerah,
kebutuhan meningkatkan pendidikan anak, meningkatnya risiko kehi-
dupan, meningkatnya bea-bea kesehatan (harga obat,dll), menurunnya
rasa tolong menolong di masyarakat (tidak membudaya lagi), globa-
lisasi (teknologi internet sebagai penunjang bisnis), adanya UU Dana
Pensiun, dan “Employee Benefits” sebagai bagian dari paket perusa-
haan dalam rekrutmen karyawan.50
Sedikitnya masyarakat Indonesia yang ikut berasuransi menja-
di peluang bagi asuransi Syariah untuk meningkatkan pangsa pasar,
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa asu-
ransi misalnya untuk kebutuhan meningkatkan pendidikan anak,
meningkatnya biaya kesehatan dan lain-lainnya. Di samping itu
besarnya penduduk Indonesia yang beragama Islam menjadikan
asuransi syariah berpeluang besar untuk lebih berkembang lagi. Hal
ini karena bagi orang muslim menjalankan aktifitas yang sesuai de-
ngan tuntunan Islam tentunya akan menjadi pilihan utama, demikian
49
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-
nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27. 50
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015.
126 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
juga dalam hal pilihan berasuransi tentunya seorang muslim akan
lebih memilih yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu asuransi syariah
dari pada asuransi konvensional yang selama ini masih diragukan
kehalalannya. Sebagaimana disebut di atas, ada lebih dari 180 juta
Muslim di Indonesia dan kesadaran akan keislamannya terus mening-
kat, merupakan peluang pasar yang lebar.51
Permintaan terhadap kehadiran lembaga keauangan syariah di
berbagai tempat terus meningkat. Krisis ekonomi dalam dua setengah
tahun terakhir ini memperlihatkan bahwa Indonesia memerlukan kon-
sep lain dalam menata perekonomiannya. Lembaga ekonomi syariah
adalah pilihan yang paling sesuai. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan pasar, di samping juga mendidik masyarakat, diperlukan
lebih banyak bank syariah, – dan kini telah mulai bermunculan-, serta
asuransi syariah sebagai ‘counterpart’nya. Kehadiran Lembaga
keuangan syariah baru akan memacu persaingan yang sehat untuk
pengembangan kualitas yang pada akhirnya akan menguintungkan
bangsa dan negara.52
Asuransi Syariah di Indonesia merupakan peluang bisnis yang
prospektif karena seiring dengan perkembangan ke arah stabilitas
politik dan ekonomi, dengan jumlah penduduk lebih dari 180 juta
jiwa, Indonesia merupakan salah satu portofolio investasi yang mulai
kembali dilirik para investor manca negara. Kenyataan bahwa sekitar
90% penduduk beragama Islam dan bahwa kesadaran untuk mengeks-
presikan identitas kemuslimannya semakin meningkat, telah menjadi
potensi pasar yang besar. Sebagai contoh, usaha di bidang makanan
dan minuman berlabel halal, pakaian dan asesori muslim dan musli-
mah, perjananan haji dan umroh, pendidikan dan publikasi Islami,
meningkat dengan pesat dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini.53
Di lain pihak, sebagian ummat Islam memerlukan jaminan bah-
wa segala interaksi muamalah yang dilakukannya dalam upaya men-
51
Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan
Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011. 52
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016 53
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Dr. Abdul Ghoni | 127
capai kesejahteraannya, sesuai dengan syariah. Kebutuhan akan
lembaga keuangan Islami bertambah kuat seiring dengan berkem-
bangnya sektor industri jasa keuangan secara umum. Untuk meme-
nuhi permintaan ummat tersebut, diperlukan lebih banyak bank dan
asuransi syariah. Kehadiran Lembaga lembaga keuangan syariah lain-
nya dapat memacu persaingan yang sehat, yang akan meningkatkan
kualitas produk dan pelayanan.54
Beberapa faktor lain yang merupakan peluang dan mendukung
prospek asuransi syariah adalah: (1) Keunggulan konsep asuransi
syariah dapat memenuhi peningkatan tuntutan rasa keadilan dari
masyarakat; (2) Jumlah penduduk beragama Islam di Indonesia lebih
dari 180 Juta orang; (3) Meningkatnya kesadaran bermuamalah sesuai
syariah, tumbuh subur khususnya pada masyarakat golongan mene-
ngah; (4) Meningkatnya kebutuhan jasa asuransi karena perkemba-
ngan ekonomi umat; (5) Tumbuhya lembaga keuangan syraiah (LKS)
lainnya seperti perbankan dan reksadana; (6) Kompetitor dalam bisnis
asuransi syariah masih sedikit; (7) Berlakunya undang-undang otono-
mi daerah yang akan memacu perkembangan ekonomi daerah; (8)
Kebutuhan meningkatkan pendidikan (anak); (9) Meningkatnya resi-
ko kehidupan; (10) Meningkatnya bea-bea kesehatan (harga dolar,
dll); (11) Menurunnya rasa ”tolong menolong” di masyarakat (tidak
membudaya lagi); (12) Globalisasi (teknologi internet sebagai penun-
jang bisnis); (13) Adanya UU Dana Pensiun; (14) ”Employee
Benefits” sebagai bagian dari paket perusahaan dalam rekrutmen
karyawan.
Sebagaimana disebut di atas, ada lebih dari 180 juta Muslim di
Indonesia dan kesadaran akan keislamannya terus meningkat, meru-
pakan peluang pasar yang lebar. Permintaan terhadap kehadiran lem-
baga keauangan syariah di berbagai tempat terus meningkat. Krisis
ekonomi dalam dua setengah tahun terakhir ini memperlihatkan bah-
wa Indonesia memerlukan konsep lain dalam menata perekonomian-
nya. Lembaga ekonomi syariah adalah pilihan yang paling sesuai.
Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pasar, di samping juga
mendidik masyarakat, diperlukan lebih banyak bank syariah, dan kini
54
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang
Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume
3 Nomor 2, Oktober 2016
128 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
telah mulai bermunculan, serta asuransi syariah sebagai ‘counter-
part’nya. Kehadiran Lembaga keuangan syariah baru akan memacu
persaingan yang sehat untuk pengembangan kualitas yang pada
akhirnya akan menguintungkan bangsa dan negara.55
Persaingan
Pada saat ini, jumlah perusahaan asuransi jiwa di Indonesia ada
5356
. Salah satunya adalah PT Asuransi Asuransi Syariah Keluarga
yang merupakan satu-satunya perusahaan asuransi jiwa syariah di
Indonesia sampai saat ini. Tabel 1 menunjukkan daftar perusahaan
asuransi jiwa secara alfabet. Tiga dari empat perusahaan terbesar
adalah milik negara, yang keempat masih berhubungan dengan pro-
gram pemerintah. Mereka memiliki ‘captive market’ atau pangsa
pasar yang berkaitan dengan pemerintah. Dua diantaranya adalah
perusahaan kawakan yang telah ada sejak jaman kolonial Belanda.
Yang menarik dalah bahwa PT Asuransi Asuransi Syariah Keluarga
ternyata mampu menyisihkan 42 perusahaan lain yang sudah jauh
lebih lama beroperasi.57
d. Ancaman, Tantangan dan Hambatan
Adapun ancaman yang akan dihadapi oleh asuransi Islam di
Indonesia adalah: (1) Globalisasi, masuknya asuransi luar negeri yang
memilki nilai kapital yang lebih besar dan teknologi yang lebig
canggih sehingga membuat premi asuransi menjadi lebih murah; (2)
Asuransi konvensional dan lembaga keuangan lainnya yang lebih
efisien; (3) Langkanya ketersediaan SDM yang qualified dan memilki
semangat syari’ah; (4) Citra lembaga keuangan syariah yang belum
mapan di kalangan masyarakat padahal ekspektasi masyarakat terha-
dap LKS sangat tinggi; (5) Sarana investasi syariah yang yang ada
sekarang belum mendukung secara optimal utuk perkembangan asu-
55
Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan
Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011. 56
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015 57
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang
Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume
3 Nomor 2, Oktober 2016
Dr. Abdul Ghoni | 129
ransi Islam; Belum ada UU dan PP yang secara khusus mengatur
asuransi Islam; (6) Budaya suap dan kolusi dalam asuransi kumpulan
(group insurance) masih kental; (7) Alokasi pengeluaran masyarakat
untuk asuransi masih sangat terbatas, hal ini tampaknya berkaitan
dengan masalah sosialisasi asuransi dan pengalaman berasuransi.
Prospek asuransi Islam di Indonesia akan cerah dan semakin
prospektif jika umat Islam dapat membaca dan memberdayakan
peluang dan kekuatan yang dimiliki. Di samping itu, asuransi Islam
juga harus bisa meminimalisir ancaman atau tantangan yang sudah
dan akan muncul sekaligus memperbaiki kelemahan atau kekurangan
yang ada.58
Sebagai sebuah lembaga keuangan syariah, asuransi Islam
tidak boleh berkutat pada dataran simbol-simbol keagamaan.
Konsekuensi sebagai bagian dari lembaga keuangan syariah sangat
tinggi. Oleh karena itu, konsistensi menjalankan usaha sesuai dengan
syariah baik dalam manajemen, produk, investasi, promosi dan lain-
lainjuga harus diperhatikan dan diaplikaskan. Sebagai lembaga
keuangan yang tentunya juga berorientasi keutungan (profit orien-ted), asuransi Islam tidak boleh melupakan tujuan awal berdirinya
asuransi Islam yang menggusung semboyan sosial oriented sebagai
wujud ta‘āwun ‘ala al birr wa at taqwa.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri asuransi syari-
ah bersumber pada dua hal utama yaitu permodalan dan sumber daya
manusia. Tantangan-tantangan lain seperti masalah ketidaktahuan
masyarakat terhadap produk asuransi syariah, image dan lain sebagai-
nya merupakan akibat dari dua masalah utama tersebut.
1) Minimnya Modal59
Beberapa hal yang menjadi penyebab relative rendahnya
penetrasi pasar asuransi syariah dalam sepuluh tahun terakhir adalah
rendahnya dana yang memback up perusahaan asuransi syariah, pro-
mosi dan edukasi pasar yang relative belum dilakukan secara efektif
(terkait dengan lemahnya dana), belum timbulnya industri penunjang
asuransi syariah seperti broker-broker asuransi syariah, agen, adjuster,
58
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015 59
Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan
Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011.
130 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
dan lain sebagainya, produk dan layanan belum diunggulkan diatas
produk konvensional, posisi pasar yang masih ragu antara penerapan
konsep syariah yang menyeluruh dengan kenyataan bisnis di lapangan
yang terkadang sangat jauh dari prinsip syariah, dukungan kapasitas
reasuransi yang masih terbatas (terkait jua dengan dana) dan belum
adanya inovasi produk dan layanan yang benar-benar digali dari
konsep dasar syariah.
2) Kurangnya SDM yang Profesional
Terus bertambahnya perusahaan asuransi syariah merupakan
kabar baik bagi perkembangan industri tersebut60
. Namun, sayangnya
hal itu tidak diimbangi dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia
(SDM) asuransi syariah yang berkualitas. Seringkali, pembukaan
cabang atau divisi asuransi syariah baru hanya didukung jumlah SDM
terbatas. Berdasarkan data Islamic Insurance Society (IIS) per Maret
lalu, sekitar 80 persen dari seluruh cabang atau divisi asuransi syariah
belum memiliki ajun ahli syariah61
. IIS mengestimasi asuransi syariah
Indonesia per Maret lalu memiliki sekitar 200 cabang dan hanya
didukung 30 ajun ahli syariah. Jumlah yang cukup sedikit bila diban-
dingkan kondisi SDM di asuransi konvensional. Per Maret lalu,
sebagian besar cabang asuransi konvensional telah memiliki sedikit-
nya seorang ajun ahli asuransi syariah. Jumlah tersebut sesuai dengan
ketentuan departemen keuangan (Depkeu). Padahal, keahlian ajun
ahli syariah sangat dibutuhkan dalam mendorong perkembangan
inovasi produk asuransi syariah. Hal tersebut berdampak pada kurang
berkembangnya produk inovatif di industri asuransi syariah. Saat ini,
sebagian besar cabang atau divisi asuransi syariah lebih memilih
untuk meniru produk asuransi konvensional lalu dikonversi menjadi
syariah (mirroring).
60
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016 61
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016
Dr. Abdul Ghoni | 131
3) Ketidaktahuan Masyarakat Terhadap Produk Asuransi
Syariah62
Ketidaktahuan mengenai produk asuransi syariah (Asuransi
Syariah) dan mekanisme kerja merupakan kendala terbesar partum-
buhan asuransi jiwa ini. Akibatnya, masyarakat tidak tertarik meng-
gunakan asuransi syariah, dan lebih memilih jasa asuransi konven-
sional. Itulah hasil riset Synovate mengenai alasan pemilihan asuransi
syariah. Ketua Umum Asuransi Syariah Indonesia mengatakan, dari
hasil survei Synovate, sebagian besar responden tidak tertarik kepada
asuransi jiwa syariah.63
4) Dukungan Pemerintah Belum Memadai
Meski sudah menunjukkan eksistensinya, masih banyak ken-
dala yang dihadapi bagi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
Soal pemahaman masyarakat hanya salah satunya. Kendala lainnya
yang cukup berpengaruh adalah dukungan penuh dari para pengambil
kebijakan di negeri ini, terutama menteri-menteri dan lembaga
pemerintahan yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan
ekonomi. Pemerintahan menyatakan mendukung ekonomi syariah,
belum sepenuhnya mewujudkan dukungannya itu dalam bentuk pro-
gram kerja tim ekonomi kabinetnya. Kendala lainnya adalah masalah
regulasi. Penerapan Syariah yang makin meluas dari industri keua-
ngan dan permodalan membutuhkan regulasi yang tidak saling
bertentangan atau tumpang tindih dengan aturan sistem ekonomi
konvensional. Para pelaku ekonomi syariah sangat mengharapkan
regulasi untuk sistem ekonomi syariah ini bisa memudahkan mereka
untuk berekspansi bukan malah membatasi. Saat ini, peraturan ten-
tang permodalan masih menjadi kendala perbankan syariah untuk
melakukan penetrasi dan ekpansi pasar.
5) Image
Salah satu tantangan besar bisnis asuransi syariah di Indonesia
dan negara lainnya adalah meyakinkan masyarakat akan keuntungan
62
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015 63
Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan
Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011.
132 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
menggunakan asuransi syariah. “Perlu sekali mensosialisasikan asu-
ransi syariah bukan saja berasal dari agama, tetapi memperlihatkan
keuntungan.” Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa para
pelaku ekonomi syariah masih menghadapi tantangan berat untuk
menanamkan prinsip syariah sehingga mengakar kuat dalam pere-
konomian nasional dan umat Islamnya itu sendiri. Perkembangan
asuransi syariah di Malaysia bisa disimak sebagai contoh yang bagus.
Asuransi syariah di Malaysia mulai muncul pada tahun 1984,
dimana Pemerintah Malaysia ketika menumbuhkan asuransi syariah
terlebih dahulu membuat Asuransi Syariah Act atau Islamic Banking
Act baru kemudian dikeluarkan license pembukaan perusahaan.
Berbeda dengan Malaysia, di Indonesia asuransi syariah berkembang
dengan cepatnya sedangkan perundang undangan khusus asuransi
syariah belum ada hingga sekarang. Keadaan ini merupakan tanta-
ngan bagi berkembangnya asuransi syariah karena dikhawatirkan
akan menimbulkan kesemrawutan. Di Indonesia, UU No. 40 tahun
2014 tentang perasuransian yang juga mengatur terkait Asuransi
Syariah baru saja diberlakukan.64
Izin pendirian perusahaan asuransi syariah yang mudah menja-
dikan banyaknya perusahaan asuransi syariah yang apabila tanpa
dukungan aturan yang lengkap justru dikhawatirkan membawa dam-
pak negatif. Pasar menjadi sesak dalam waktu singkat, iklim kompe-
tisipun meningkat sehingga dikhawatirkan dalam kondisi ini para
pemain mulai permisif terhadap praktek-praktek yang sesungguhnya
tidak sesuai dengan syariah. Secara stuktural, landasan operasional
asuransi syariah di Indonesia masih menginduk pada peraturan yang
mengatur usaha perasuransian secara umum (konvensional).65
Peraturan asuransi syariah yang masih menginduk kepada pera-
turan asuransi konvensional ini menyebabkan asuransi syariah terben-
tur ketentuan perpajakan yaitu tentang premi, sesuai dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perpajakan, penerimaan
premi harus dicatat sebagai pendapatan perusahaan dengan demikian
64
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asu-
ransi Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015 65
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016
Dr. Abdul Ghoni | 133
premi merupakan objek pajak. Perlakuan ini tidak sejalan dengan
fatwa Dewan Syariah Nasional yang menempatkan premi pada
asuransi syariah bukan milik atau pendapatan perusahaan, melainkan
tetap milik peserta. Perusahaan hanya pemegang amanah untuk
mengelola premi itu sehingga tidak bisa dijadikan objek pajak. Begitu
juga dengan pembayaran bagi hasil kepada peserta oleh Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2000 disetarakan dengan dividen perusaha-
an kepada pemegang polis, sehingga terkena ketentuan pajak sebesar
15 %. Padahal bila Dewan Syariah Nasional menetapkan premi asu-
ransi syariah bukan objek pajak maka bagi hasilpun bukan objek
pajak, karena bagi hasil akan menjadi biaya underwriting perusahaan
yang bukan merupakan dividen. 66
Juga menjadi tantangan bagi asuransi Syariah adalah dalam hal
mengembangkan produk asuransi yang memang beda dengan asuransi
konvensional, sehingga adanya anggapan bahwa asuransi syariah ha-
nya mensyariahkan produk asuransi konvensional dapat dieliminasi.
Dalam hal PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Asu-
ransi Syariah sudah memiliki PSAK No. 108 tentang transaksi
asuransi Syariah, setelah hampir 15 tahun beroperasi, padahal PSAK
ini penting untuk dimiliki asuransi syariah untuk membuat penguku-
ran kinerja asuransi syariah menjadi lebih valid.67
Modal yang kecil juga menjadi tantangan bagi perkembangan
asuransi syariah di Indonesia. Pada saat awal bermunculan perusa-
haan Asuransi Syariah di tahun 2003 melalui Keputusan Nomor 426
Tahun 2003, Menteri Keuangan hanya mensyaratkan modal kerja
perusahaan 2 milyar, sehingga banyak perusahaan asuransi yang asal
membuka cabang syariah, padahal dengan dana sekecil itu perhitu-
ngan bisnisnya menjadi kurang masuk akal. Karena itulah Asosiasi
Asuransi Syariah Indonesia (AASI) mendorong pelaku industri
66
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-
nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27. 67
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-
si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,
Vol. 01, No. 01, Desember 2015.
134 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
asuransi syariah untuk meningkatkan modal. Saat ini ketentuan mini-
malnya menjadi Rp25 Milyar.68
Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal di bidang asuransi
dan syariah sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan asu-
ransi syariah di Indonesia, salah satu kendala penting yang dihadapi
adalah kurangnya SDM Syariah sehingga salah satu tantangan bagi
perkembangan asuransi syariah di Indonesia adalah langkanya
ketersediaan SDM yang “qualified” dan memiliki semangat syariah.
Kesadaran masyarakat untuk ikut berasuransi juga menjadi kendala
bagi perkembangan asuransi syariah di Indonesia, ini terbukti dari
jumlah total penduduk Indonesia, pemegang polis individual baru
mencapai kisaran 3 %.
Perkembangan asuransi konvensional yang kurang begitu
menggembirakan dibandingkan dengan kemajunan yang dicapai oleh
negara lain walaupun telah dibuat Undang-undang Nomor 2 Tahun
1992 Tentang Perasuransian dan di revisi menjadi UU no, 40 tahun
2014, dengan maksud untuk meningkatkan gairah masyarakat untuk
memanfaatkan jasa asuransi yang sekaligus juga sebagai sarana mobi-
lisasi dana untuk pembangunan. Hal ini karena dipengaruhi adanya
keraguan tentang kehalalan jasa asuransi konvensional.69
Kesadaran masyarakat yang masih rendah ini menjadi tanta-
ngan bagi asuransi Syariah untuk memberikan pemahaman tentang
asuransi syariah yang terlepas dari unsur maisir, gharar dan riba. Tak
dapat dipungkiri bahwa masyarakat umum sampai saat ini masih sulit
menerima keberadaan lembaga asuransi dengan melihat kenyataan
bahwa selain faktor ekonomi, faktor transparansi dan banyaknya
penyimpangan bisnis juga ikut berperan dalam memberikan citra
buruk bagi institusi keuangan ini. Data pengaduan terhadap perkara
asuransi yang masuk ke YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indo-
nesia) maupun YLKAI (Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi Indo-
nesia) menunjukkan angka-angka yang relative masih tinggi. Jenis
68
Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi
Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September
2016. 69
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap
Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27.
Dr. Abdul Ghoni | 135
pengaduan yang muncul biasanya berkisar pada masalah klaim yang
ditolak, prosedur klaim dipersulit, masalah nilai tunai, dan-lain-lain.
Praktek-praktek seperti inilah yang menurut kacamata konsumen
dipandang sangat merugikan mereka.70
Sumber Daya Manusia dalam bidang Asuransi Syariah masih
sangat rendah. Perkembangan dan pelaksanaan asuransi syariah di
Indonesia masih mengalami kesulitan ataupun kendala sebagai suatu
hambatan dalam asuransi syariah.71
Adapun kendala ataupun kesulitan
yang dihadapi perusahaan asuransi dalam mengembangkan asuransi
syariah adalah:
1) Faktor sumber daya manusia
Masih terbatasnya sumber daya manusia yang benar-benar
mempunyai kualifikasi72
, mengerti mengenai syariah dan asuransi
syariah, serta mempunyai semangat perjuangan dan pengembangan
ekonomi syariah khususnya asuransi syariah. Minimnya sumber daya
manusia ini disebabkan karena sebagian besar dari sumber daya ma-
nusia yang ada merupakan lulusan dari program studi konvensional
dan kurang paham mengenai syariah sehingga menyebabkan ketidak-
cocokan antara pengetahuan yang dipelajari saat di perguruan tinggi
dengan bidang kerja yang dijalaninya dan kondisi ini dapat meng-
hambat perkembangan ekonomi syariah.
70
Kendala-kendala lain dalam pengembangan asuransi syariah dianta-
ranya:
1) Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan
Asuransi syariah.
2) Masih terbatasnya produk-produk yang ditawarkan oleh asuransi
syariah.
3) Kurangnya sosialisasi dan edukasi masyarakat mengenai asuransi
syariah. 71
Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi
Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September
2016. 72
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap
Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27.
136 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Selain jumlah sumber daya manusia yang minim, kendala dari
segi sumber daya manusia yaitu masih rendahnya motivasi diri dan
belum ada pemahaman yang matang mengenai segmentasi pasar dari
team marketing perusahaan sehingga masih ada kekacauan pasar.
2) Manajemen kantor cabang
Berdasarkan hasil observasi lapangan ditemukan fakta bahwa
manajemen kantor cabang masih tumpang tindih. Kantor cabang
belum mempunyai pemisahan fungsi manajemen layaknya di kantor
pusat sehingga dimungkinkan terjadi tumpang tindih diantara fungsi
manajemen tersebut.
3) Kendala operasional
Kendala operasional ini berkaitan dengan prosedur akseptasi
lebih ketat73
, misalnya untuk dapat mengcover asuransi personal
accident diperlukan list peserta dan jika tidak ada maka berakibat
jatuh ke gharar, sedangkan di asuransi konvensional tanpa list peserta
(no name) sudah bisa di cover.Selain dalam hal prosedur akseptasi,
kendala operasional ini juga dapat terjadi dalam hal pembayaran yang
tidak lancar (macet) karena suatu hal peserta tidak dapat menyetor-
kan premi pada waktunya bahkan dapat mengakibatkan terjadinya
kemacetan dalam pembayaran. Jika terjadi demikian perusahaan
memberikan toleransi kepada peserta sehingga hubungan antara
peserta dengan perusahaan tidak terputus dan tetap dapat proteksi
dengan dana tabarru’ dicover dengan jumlah nilai tunai yang ada dan
apabila pembayaran sudah kembali lancar, nilai tunai yang dipinjam
akan dikembalikan. Namun apabila peserta memutuskan untuk ber-
henti sebelum masa asuransi berakhir maka akan diberikan seluruh
nilai tunai yang sudah terkumpul. Selain itu kendala operasional ini
proses penyelesaian polis yang cenderung lama bisa lebih dari 14
(empat belas) hari sejak surat permintaan diajukan oleh calon peserta
bahkan bisa mencapai 30 (tiga puluh) hari atau lebih, terutama bagi
Kantor Cabang yang belum menggunakan sistem online, belum diberi
kewenangan underwriting oleh Kantor Pusat serta harus melewati
73
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016.
Dr. Abdul Ghoni | 137
prosedur seleksi field underwriting dan underwriting dimulai dari
kantor cabang ke kantor wilayah baru kemudian diteruskan ke kantor
pusat untuk diproses underwriting.
4) Kurangnya kesadaran berasuransi
Kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi masih
sangat kurang (rendah), untuk jumlah pastinya secara normatif tidak
bisa disebutkan, namun partisipasi ekonomi syariah saat ini baru 2%.
Kurangnya kesadaran ini terbukti dengan ratio asuransi nasional yang
hanya mencapai 12% dari jumlah penduduk Indonesia dan untuk
asuransi syariah sekitar 1,2%.74
5) Ketidaktahuan masyarakat
Pada dasarnya masyarakat belum banyak yang mengetahui me-
ngenai asuransi syariah, operasional maupun produk asuransi syariah
serta keberadaan divisi atau kantor cabang syariah pada perusahaan
asuransi konvensional disebabkan karena sosialisasi yang dilakukan
masih kurang intens dan belum ke semua customer. Akibat ketidak-
tahuan akan asuransi syariah ini, bagi masyarakat yang mempunyai
pengalaman traumatic dengan asuransi konvensional berpendapat
bahwa asuransi ini tidak jauh berbeda dengan asuransi yang pernah
mereka ikuti dimana uang mereka akan hilang dan sulit dalam
prosedural sehingga mereka merasa enggan, cenderung tidak simpatik
dan non kooperatif ketika disinggung mengenai asuransi syariah.
Sedangkan bagi masyarakat yang masih netral, beranggapan
bahwa asuransi itu mahal sehingga diperlukan anggaran khusus dan
ada dana lebih untuk berasuransi, prosedur yang rumit dan masih
binggung dengan produk dalam asuransi syariah yang sekiranya
sesuai dengan kondisi dirinya. Dua kelompok masyarakat ini, setelah
diberi penjelasan singkat mengenai asuransi syariah mulai terbuka
cakrawala pemikirannya.
74
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap
Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27.
138 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
6) Adanya perasaan traumatik pada asuransi konvensional 75
Perasaan traumatik ini lahir karena mempunyai pengalaman
dengan asuransi konvensional yaitu ketika mereka sebagai peserta
asuransi konvensional dan karena suatu hal tidak dapat menunaikan
kewajibannya membayar premi maka ketika mereka akan mengurus
asuransi tersebut mengalami kesulitan prosedural dan bahkan dalam
polis secara jelas dan terang terdapat klausa bahwa apabila tidak
sanggup melakukan pembayaran maka uang yang sudah dibayar tidak
bisa dikembalikan76
2. Peluang dan Prospek Industri Asuransi Syariah di Indonesia
Berasuransi secara Islam merupakan bagian dari prinsip hidup77
yang berdasarkan tauhid78
. Setiap manusia menyadari bahwa sesung-
guhnya setiap diri tidak memiliki daya apapun ketika datang musibah
dari Allah SWT, apakah itu berupa kecelakaan, kematian, atau terba-
karnya toko yang kita miliki. Ada berbagai cara bagaimana manusia
menangani risiko terjadinya musibah. Cara pertama adalah dengan
menanggungnya sendiri (risk retention), yang kedua, mengalihkan
risiko ke pihak lain (risk transfer), dan yang ketiga, mengelolanya
bersama-sama (risk sharing).
Menarik untuk direnungi bahwa sejak dari awal keberadaan-
nya, mekanisme asuransi Islam senantiasa terkait dengan kelompok.
Ini berarti, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan
kelompok. Sekalipun, misalnya, musibah itu hanya menimpa individu
tertentu (particular risks). Apalagi apabila musibah itu mengenai
75
Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi
Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September
2016. 76
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap
Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27. 77
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016. 78
Abdul Latif Alhassan. “Insurance market development and econo-
mic growth Exploring causality in 8 selected African countries “. Inter-national Journal of Social Economics Vol. 43 No. 3, 2016 pp. 321-339.
Dr. Abdul Ghoni | 139
masyarakat luas (fundamental risks) seperti gempa bumi dan banjir.
Sehingga esensi keberadaan asuransi dalam kehidupan dinilai pen-
ting.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat umum sampai saat
ini masih sulit menerima keberadaan lembaga asuransi dengan
melihat kenyataan bahwa selain faktor ekonomi, faktor transparansi
dan banyaknya penyimpangan bisnis juga ikut berperan dalam mem-
berikan citra buruk bagi institusi keuangan ini. Data pengaduan
terhadap perkara asuransi yang masuk ke YLKI (Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia) maupun YLKAI (Yayasan Lembaga Konsumen
Asuransi Indonesia) menunjukkan angka-angka yang relative masih
tinggi. Jenis pengaduan yang muncul biasanya berkisar pada masalah
klaim yang ditolak, prosedur klaim dipersulit, masalah nilai tunai,
dan-lain-lain. Praktik-praktik seperti inilah yang menurut kacamata
konsumen dipandang sangat merugikan mereka.79
Asuransi syariah berpeluang sangat besar untuk lebih berkem-
bang lagi karena Masyarakat Indonesia baru sedikit (3 %) yang ikut
berasuransi, Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam yang ten-
tunya akan memilih asuransi syariah dari pada asuransi konvensional
Karena konsep asuransi syariah dapat memenuhi rasa keadilan.
Keberhasilan sistem asuransi tidak sepantasnya diukur berdasarkan
total uang yang dapat dikumpulkan atau keuntungan yang diraih
melalui lembaga dan badan yang telah dibentuknya. Sebaliknya,
keberhasilannya harus diukur dari sudut seberapa besar sumbangan
yang telah diberikannya untuk keselamatan hidup anggota masyara-
kat dan baktinya untuk meringankan beban bencana dan malapetaka
yang dihadapi oleh mereka.80
Indonesia diyakini akan menjadi tren perkembangan asuransi
syariah global dalam beberapa tahun kedepan. Dengan adanya keten-
tuan pemenuhan modal minimum yang semakin besar dan partum-
buhan industri keuangan syariah lainnya seperti perbankan, membuat
Indonesia akan menjadi pemain asuransi syariah terkemuka di Asia
79
Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi
Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September
2016 80
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-
ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3
Nomor 2, Oktober 2016
140 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Tenggara. Landasannya, perkembangan perbankan syariah syariah
yang saat ini telah diramaikan oleh sembilan bank umum Syariah,
akan diikuti oleh asuransi syariah.
Ada sejumlah alasan mengapa institusi keuangan konvensional
yang ada sekarang ini mulai melirik sistem syariah, antara lain pasar
yang potensial karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam
dan kesadaran mereka untuk berperilaku bisnis secara Islami. Potensi
ini menjadi modal bagi perkembangan ekonomi umat di masa datang.
Selain itu, terbukti bahwa institusi ekonomi yang menerapkan prinsip
syariah, mampu bertahan di tengah krisis ekonomi yang melanda
Indonesia.
Selain perbankan, sektor ekonomi syariah lainnya yang mulai
berkembang adalah asuransi syariah. Prinsip asuransi syariah pada
intinya adalah kejelasan dana, tidak mengadung judi dan riba atau
bunga. Sama halnya dengan perbankan syariah, melihat potensi umat
Islam yang ada di Indonesia, prospek asuransi syariah sangat
menjanjikan. Dalam sepuluh tahun ke depan diperkirakan Indonesia
bisa menjadi negara yang pasar asuransinya paling besar di dunia. 81
Perbankan dan asuransi, hanya salah satu dari industry keua-
ngan syariah yang kini sedang berkembang pesat. Pada akhirnya, sis-
tem ekonomi syariah akan membawa dampak lahirnya pelaku-pelaku
bisnis yang bukan hanya berjiwa wirausaha tapi juga berperilaku
Islami, bersikap jujur, menetapkan upah yang adil dan menjaga kehar-
monisan hubungan antara atasan dan bawahan. Bisa dibayangkan
kesejahteraan yang bisa dinikmati umat jika penerapan ekonomi
syariah ini sudah mencakup segala aktivitas ekonomi di Indonesia.
Peluang penerapan ekonomi syariah masih terbuka luas Prospek asu-
ransi Islam di Indonesia akan cerah dan semakin prospektif jika umat
Islam dapat membaca dan memberdayakan peluang dan kekuatan
yang dimiliki. 82
81
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap
Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27. 82
Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi
Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September
2016.
Dr. Abdul Ghoni | 141
Di samping itu, asuransi Islam juga harus bisa meminimalisir
ancaman atau tantangan yang sudah dan akan muncul sekaligus mem-
perbaiki kelemahan atau kekurangan yang ada. Sebagai sebuah lem-
baga keuangansyariah, asuransi Islam tidak boleh berkutat pada
dataran simbol-simbol keagamaan. Konsekuensi sebagai bagian dari
lembaga keuangan syariah sangat tinggi. Oleh karena itu, konsistensi
menjalankan usaha sesuai dengan syariah baik dalam manajemen,
produk, investasi, promosi dan lain-lain juga harus diperhatikan dan
diaplikaskan. Sebagai lembaga keuangan yang tentunya juga bero-
rientasi keutungan (profit oriented), asuransi Islam tidak boleh melu-
pakan tujuan awal berdirinya asuransi Islam yang menggusung sem-
boyan sosial oriented sebagai wujud ta‘āwun ‘ala al birr wa at taqwa.
Selain itu, sebagian ummat Islam memerlukan jaminan bahwa
segala interaksi muamalah yang dilakukannya dalam upaya mencapai
kesejahteraannya, sesuai dengan syariah. Kebutuhan akan lembaga
keuangan Islami bertambah kuat seiring dengan berkembangnya sek-
tor industri jasa keuangan secara umum. Untuk memenuhi permin-
taan ummat tersebut, diperlukan lebih banyak bank dan asuransi sya-
riah. Kehadiran Lembaga lembaga keuangan syariah lainnya dapat
memacu persaingan yang sehat, yang akan meningkatkan kualitas
produk dan pelayanan.83
Kebutuhan akan lembaga keuangan yang bernuansakan Islami
semakin bertambah kuat seiring dengan berkembangnya sektor indus-
tri jasa keuangan secara umum. Untuk memenuhi permintaan umat
Islam dalam bertraksaksi dalam bidang ekonomi agar terhindar dari
perbuatan yang bersifat maysir, ghoror, dan riba diperlukan penge-
lolaan lembaga keuangan syariah, dan salah satu diantaranya adalah
asuransi syariah. Dewasa ini perkembangan lembaga asuransi syariah
mulai menunjukkan kemajuannya, meskipun keberadaannya belum
sepopuler lembaga keuangan syariah yang lain seperti perbankan
syariah.
Asuransi syariah di Indonesia memiliki peluang yang pros-
pektif mengingat jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam
83
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap
Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27.
142 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
lebih dari 180 Juta. Kenyataannya penduduk yang beragama Islam
tersebut mulai ada kesadaran untuk mengekspresikan identitas ke-
muslimannya melalui berbagai macam cara. Sebagai contoh peru-
sahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman mulai me-
masang label halal pada produknya, pakaian dan asesorinya yang
beridentitaskan Islam, perjalanan haji dan umroh, lembaga pendidi-
kan dan media masa yang Islami terus menerus meningkat utamanya
pada dua decade terakhir ini. 84
Disamping itu sebagian umat Islam menginginkan segala
interaksi muamalah yang dilakukannya dalam upaya mencapai kese-
jahteraannya, sesuai dengan syariah. Firmanzah menyebut mengenai
sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan dalam mendorong eko-
nomi syariah nasional, termasuk di dalamnya asuransi syariah, yaitu:
Pertama, Kesiapan sumber daya manusia yang andal di sektor ini.
Industri ini diperkirakan membutuhkan setidaknya 200.000 tenaga
kerja yang memiliki kompetensi di industri perbankan dan keuangan
syariah. Di beberapa negara bahkan telah diterapkan sertifikasi
Islamic Finance Qualification (IFQ) yang dikeluarkan oleh Inggris,
Libanon, Bahrain, Dubai, dan Malaysia. 85
Kedua, Pemahaman masyarakat terhadap instrumen perbankan
dan keuangan syariah yang relatif rendah. Hal ini diharapkan men-
dorong penetrasi informasi kepada masyarakat luas atas manfaat
ekonomi syariah dan mendorong penggunaan instrumen-instrumen
ekonomi syariah. Ketiga, Masih terbatasnya perguruan tinggi yang
mengajarkan ekonomi Islam akibat kelangkaan ahli-ahli di bidang ini.
Keempat, Koordinasi kelembagaan yang mengatur industri perbankan
dan keuangan nasional yang masih relatif terbatas. Kehadiran OJK
diharapkan mampu membenahi dan meningkatkan koordinasi kelem-
bagaan serta mendorong perkembangan ekonomis syariah di Indone-
84
Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi
Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September
2016 85
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang
Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume
3 Nomor 2, Oktober 2016
Dr. Abdul Ghoni | 143
sia. Kelima, Pengembangan ekonomi syariah memerlukan keterpadu-
an seluruh pihak, baik industri, pemerintah dan masyarakat.86
Sedangkan Halim Alamsyah menyebutkan bahwa Indonesia
memiliki potensi untuk menjadi global player keuangan syariah sa-
ngat besar, dengan alasan : Pertama, Jumlah penduduk muslim yang
besar menjadi potensi peserta industri keuangan syariah ; Kedua,
Prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi
yang relatif tinggi (kisaran 6,0% - 6,5%) yang ditopang oleh funda-
mental ekonomi yang solid. Ketiga, Peningkatan sovereign credit
rating Indonesia menjadi investment grade yang akan meningkatkan
minat investor untuk berinvestasi di sektor keuangan domestik,
termasuk industri keuangan syariah; Keempat, memiliki sumber daya
alam yang melimpah yang dapat dijadikan sebagai underlying tran-
saksi industri keuangan Syariah. 87
Beberapa aspek yang dapat menjadi peluang, ancaman
(tantangan), kekuatan dan kelemahan dalam memperluas jaringan
bisnis asuransi Islam di Indonesia. Adapun aspek yang menjadi pelu-
ang diantaranya: (a) Keunggulan konsep asuransi Islam dapat me-
menuhi tuntutan rasa keadilan dari masyarakat; (b) Jumlah penduduk
beragama Islam di Indonesia lebih dari 180 juta orang; (c) Mening-
katnya kesadaran untuk bermuamalah sesuai dengan syariah tumbuh
subur khususnya pada masyarakat golongan menengah; (d) Mening-
katnya kebutuhan jasa asuransi karena perkembangan ekonomi umat;
(e) Tumbuhnya lembaga keuangan syariah (LKS) lainnya seperti
bank dan rekadana.
Asuransi syariah (Asuransi Syariah) di Indonesia masih berada
dalam tahap perkenalan. Umumnya, industri pada tahap ini masih
memperkenalkan disain produk dasar, konsumen masih harus diyakin-
kan untuk membeli produk. Biaya pemasaran untuk membangun
pengetahuan konsumen relatif masih tinggi. Untuk itu sinergi dari
86
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap
Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia
yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-
27. 87
Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi
Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September
2016.
144 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
berbagai pihak mulai dari industri asuransi, pemerintah, dan masya-
rakat sangat diharapkan.
3. Kendala dan Tantangan Asuransi Syariah Mikro di Indonesia
Tantangan yang dihadapi oleh dunia asuransi Indonesia makin
menguat dengan banyaknya serbuan asuransi asing sebagai dampak
langsung globalisasi88
. Di era mendatang atau dikenal sebagai era
globalisasi, perusahaan-perusahaan asuransi/reasuransi Indonesia se-
lain menghadapi "serbuan" dari perusahaan-perusahaan asuransi/re-
asuransi asing yang memiliki permodalan yang kuat, serta teknologi
dan sumber daya manusia yang handal, juga berpeluang untuk
beroperasi mengembangkan bisnis asuransi dan reasuransi di negara-
negara lain. Perkembangan ekonomi syariah secara global mulai
meningkat. Semakin banyak bank-bank Islam yang menerapkan prin-
sip syariah, yaitu sistem perbankan yang tidak meminjamkan atau
memungut pinjaman dengan bunga pinjaman (riba) dan memiliki
larangan untuk berinvestasi pada usaha yang berkategori haram
menurut ajaran Islam.
Perkembangan positif ini juga terlihat pada perkembangan
ekonomi syariah di Indonesia dengan meningkatnya aset perbankan
syariah dari Rp49,6 triliun pada 2008 menjadi Rp223 triliun pada
Agustus 2013. Dengan besarnya potensi produk syariah ini, banyak
pula perusahaan asuransi di Indonesia yang menawarkan produk
syariah. Pertumbuhan industri asuransi syariah ditargetkan sebesar
35% per tahun. Bahkan data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), tercatat pertumbuhan asset total perasuransian syariah hingga
Juni 2015 sebesar 24,06 %. Penempatan dana investasi yang dikelola
perasuransian syariah pun mengalami kenaikan sebesar 27,59%. Se-
dangkan kontribusi (premi syariah) naik sebesar 15,59% dibanding-
kan periode yang sama pada tahun 2014 lalu.
Kepercayaan dan juga optimisme akan kondisi ekonomi ke
depan dapat juga memengaruhi kinerja sumber daya manusia di
industri keuangan syariah. Bisa dikatakan juga bahwa pertumbuhan
keuangan syariah di Indonesia pelan tapi pasti karena pangsa pasar
88
Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi
Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September
2016.
Dr. Abdul Ghoni | 145
asuransi syariah sudah dan masih mem-perlihatkan pertumbuhannya.
Meskipun minat pasar tinggi, sayangnya industri tumbuh dan ber-
kembang lamban. Namun, kinerja sumber daya manusia dari industri
syariah sendiri menunjukkan performa yang cukup baik.
Pangsa pasar yang besar men-cerminkan minat masyarakat
Indonesia sangat tinggi terhadap asuransi syariah. Sayangnya minat
yang sangat besar akan produk keuangan syariah ini terkadang kurang
direspons oleh industri asuransi syariah. Mereka melihat ketidaksung-
guhan industri syariah dalam memisahkan unit asuransi syariah
dengan konvensional sehingga asuransi syariah menjadi perusahaan
sendiri. Dengan adanya asuransi syariah akan lebih memungkinkan
untuk lebih cepat laju pertumbuhannya. Saat ini, sudah terdapat 20
asuransi syariah yang terdiri dari 17 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi
umum syariah, dan tiga reasuransi syariah. Sementara itu, market share industri keuangan syariah sendiri sudah terus berkembang dan
pasar Indonesia masih terbuka luas untuk keuangan syariah. 89
Hal ini berbeda dengan berbagai negara lainnya seperti di
Timur Tengah, Eropa, dan juga Malaysia. Di Timur Tengah, perkem-
bangan keuangan syariah bergantung pada produksi minyak, begitu
pula di Eropa karena banyak sekali perbankan di kawasan itu yang
masih menampung dana dari pengusaha minyak di Timur Tengah.
Sementara itu Malaysia, perkembangan industri syariah didukung
oleh pemerintah sehingga dana yang dikelola lebih banyak berasal
dari dana pemerintah. 90
Dibandingkan dana dari ketiga negara, dana di Indonesia masih
sangat jauh. Namun, Indonesia masih mempunyai peluang yang
cukup tinggi untuk perkembangan dan laju pertumbuhan industri sya-
riah. Banyak sekali pasar di Indonesia yang belum digarap. Indonesia
sebenarnya membutuhkan sistem dan konsep lain dalam keuangan
dan menata perekonomiannya dan lembaga syariah ini merupakan
alternatif yang paling tepat. Sehingga, kontribusi aktif dari investor
baik lokal maupun mancanegara pun sangat diperlukan dalam
meningkatkan pangsa pasar asuransi syariah di Indonesia. Tentunya
89
Slamet Heri Winarno. “Analisis Perbandingan Asuransi Syariah
dan Asuransi Konvensional”. Moneter, Vol. Ii No. 1 April 2015. 90
Anja Erlbeck. “Microtakaful: Field Study Evidence and Conceptual
Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insuran-
ce. 2011
146 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
dengan dukungan pemerintah dalam membantu perusahaan asuransi
mengembangkan pangsa pasarnya.
Faktor-faktor yang mungkin menjadi tantangan industri asu-
ransi Indonesia kedepan adalah: 91
(a) Perlambatan ekonomi yang
akan menurunkan permintaan (demand) pasar asuransi dan juga
kondisi pasar modal, pertumbuhan asuransi umum tergantung kinerja
sektor riil dengan melambatnya perekonomian pada satu sampai dua
tahun terakhir ini membuat indutri asuransi menghadapi perlambatan
pertumbuhan karena masyarakat lebih memilh untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya dahulu ketimbang untuk ikut asuransi; (b) Dari
sisi permodalan industri asuransi dalam hal ini perusahaan asuransi
harus memenuhi kebutuhan modal minimal sekitar Rp. 100 miliar; (c)
Adanya kompetisi terbuka untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) dimana Indonesia ikut serta di dalamnya; (d) Kurang-
nya sumber daya manusia yang paham dengan asuransi syariah; (e)
Masih rendahnya kesadaran pentingnya asuransi bagi masyarakat,
rendahnya pertumbuhan asuransi salah satunya diakibatnya rendah
pendidikan masyarakat Indonesia dan juga masyarakat masih anti
dengan asuransi. (f) Banyak produk asuransi yang masih konvensio-
nal; (g) Masih kurangnya produk-produk asuransi yang bisa menjang-
kau kelas menengah bawah dan kelas bawah, karena selama ini
asuransi adalah produk yang biayanya sangat mahal inovasi produk-
produk asuransi yang rendah; (h) Terbatasnya kapasitas risk coverage industri asuransi nasional. Kapasitas perusahaan asuransi dan reasu-
ransi nasional kita masih relatif terbatas untuk dapat mencakup risiko
terutama projek-projek berskala besar; (i) Rendahnya aksesibilitas
dan distribusi produk asuransi ditengah-tengah masyarakat. Kehadi-
ran kantor asuransi di daerah-daerah masih tergolong rendah; (j)
Susah jika melakukan klaim asuransi. Jauhnya masyarakat terhadap
produk asuransi selain dari tingkat literasi keuangan yang masih
kurang.
Latar belakang munculnya Asuransi Syariah mikro di Indonesia
adalah: 92
(a) Jumlah pemegang polis asuransi di Indonesia hanya 67
91
M. Arif Hakim. “Asuransi Mikro Syariah: Kendala Dan Tanta-
ngan”. Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015 92
Slamet Heri Winarno. “Analisis Perbandingan Asuransi Syariah
dan Asuransi Konvensional”. Moneter, Vol. Ii No. 1 April 2015.
Dr. Abdul Ghoni | 147
juta, di mana 10 juta asuransi individu dan 57 juta asuransi kumpu-
lan; (b)32% masyarakat Indonesia tidak memiliki tabungan atau
asuransi ketika terjadi musibah (berdasarkan survey bank dunia tahun
2013); (c) Ketiadaan perlindungan atas risiko keuangan bagi masya-
rakat berpenghasilan rendah berpotensi mendorong masyarakat terse-
but jatuh ke dalam kemiskinan apabila terjadi musibah.
Tren laju positif industri asuransi syariah ini menjadi bekal
yang bagus untuk menggenjot penetrasi produk asuransi mikro sya-
riah93
dengan premi maksimum Rp. 50 ribu terhadap masyarakat
dengan penghasilan di bawah Rp. 2,5 juta per bulan. Diperkirakan
pertumbuhan aset asuransi mikro syariah dapat mencapai 49% meli-
hat mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim. Tantangan
selanjutnya adalah bagaimana pelaku industri asuransi syariah mam-
pu mengembangkan produk-produk asuransi mikro syariah yang
terjangkau, mudah dimiliki, menarik serta dibutuhkan oleh masyara-
kat.94
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, pada tahun 2014,
jumlah perusahaan yang memasarkan asuransi mikro syariah seba-
nyak 53 perusahaan dengan jumlah peserta 6.619.404 orang dan laba
bersih mencapai Rp. 108 miliar. Saat ini, asuransi mikro syariah
sedang terus dicarikan format terbaik. Selain pertimbangan ekonomi,
penyediaan layanan yang tetap baik juga diperlukan jika perusahaan
asuransi sudah siap masuk ke desa-desa. Pada bulan September 2014,
konsorsium asuransi mikro syariah yang terdiri dari 19 perusahaan,
meluncurkan produk Si Bijak yaitu produk asuransi jiwa mikro untuk
santunan kematian.
Konsorsium juga akan memasarkan produk asuransi kerugian
tempat usaha (Si Abang) sebagai komplemen Si Bijak. Asosiasi Asu-
ransi Syariah Indonesia (AASI) juga mengembangkan asuransi ternak
dan gagal panen. Selain pemahaman masyarakat atas produk asuransi
mikro, apalagi asuransi mikro syariah, belum banyaknya masyarakat
pelosok yang berbank serta tidak adanya bank di semua desa juga jadi
93
M. Arif Hakim. “Asuransi Mikro Syariah: Kendala Dan Tanta-
ngan”. Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015 94
Anja Erlbeck. “Microtakaful: Field Study Evidence and Conceptual
Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insuran-
ce. 2011
148 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
kendala. Dengan masuk desa, pelayanan klaim dan keluhan juga harus
disediakan perusahaan asuransi di desa sasaran.
Kendala lain adalah masih ada perusahaan asuransi yang belum
mau memasarkan asuransi mikro syariah karena pertimbangan profit
dan skala ekonominya. Karena itu, Si Bijak dibuat dalam konsorsium
agar skala ekonomi dengan jumlah peserta minimum 200 ribu sampai
1 juta orang bisa dicapai. Berdasarkan penelitian perusahaan asuransi
Allianz, jika batas garis kemiskinan pada tingkat biaya hidup 1,25
USD hingga 4 USD per hari per kapita, maka potensi pasar asuransi
mikro Indonesia adalah 114,6 juta orang. Dengan asumsi Muslim
Indonesia adalah 86,1 persen, maka potensi asuransi mikro syariah
adalah 98,6 juta orang. Salah satu keberhasilan pembangunan ekono-
mi adalah terbukanya akses ke masyarakat pendapatan rendah sehing-
ga mereka bisa lebih tahan atas guncangan ekonomi.
Tantangan dan Faktor pendukung perkembangan Industri Asuransi
Syariah
Penetrasi pasar Asuransi Syariah yang masih relatif kecil95
dibandingkan konvensional serta menurunnya prosentase pertumbu-
han kontribusi dibandingkan beberapa dekade belakangan, menjadi-
kan tantangan bagi industri Asuransi Syariah untuk berinovasi dalam
menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan peserta, industri
keuangan syariah akan lebih berkembang pesat.96
Selain itu pemerintah selaku regulator juga sangat dibutuhkan
dalam menciptakan iklim regulasi yang mendukung pertumbuhan
pasar Asuransi Syariah, selain itu juga berkontribusi dalam mening-
katkan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk keuangan
syariah, khususnya Asuransi Syariah. Tantangan-tantangan lainnya
yang muncul dalam industri ini seperti persaiangan dengan industri
asuransi konvensional itu sendiri, keterbatasan pengalaman dan kom-
petensi sumber daya manusia yang memadai serta kapasitas reasu-
ransi Syariah, ketaatan terhadap ketentuan syariah, legalitas, perpa-
jakan, standar akuntansi yang bersifat Internasional sebagai syarat
95
Abdul Latif Alhassan. “Insurance market development and econo-
mic growth Exploring causality in 8 selected African countries “. Inter-national Journal of Social Economics Vol. 43 No. 3, 2016 pp. 321-339
96 Slamet Heri Winarno. “Analisis Perbandingan Asuransi Syariah
dan Asuransi Konvensional”. Moneter, Vol. Ii No. 1 April 2015.
Dr. Abdul Ghoni | 149
investasi asing untuk masuk dalam industri yang dianggap sudah
memadai (well-established) merupakan pin-poin penting bagi industri
Asuransi Syariah dalam menghadapi tantangan pasar dimasa yang
akan datang.97
Selain dari tantangan diatas yang bersifat global, industri
Asuransi Syariah, khususnya di Indonesia ternyata memiliki potensi
dan faktor-faktor yang mendukung antara lain; (a) Keunggulan kon-
sep asuransi syariah dibandingkan dengan konsep asuransi konven-
sional; (b) Jumlah penduduk beragama Islam di Indonesia yang
mayoritas, yaitu mencapai lebih dari 200juta penduduk;98
(c) Mening-
katnya kesadaran bermuamalah sesuai syariah, tumbuh subur khusus-
nya pada masyarakat golongan menengah; (d) Meningkatnya kebutu-
han jasa asuransi karena perkembangan ekonomi umat. (e) Tumbuhya
lembaga keuangan syraiah (LKS) lainnya seperti perbankan dan
reksadana; (f) Kompetitor dalam bisnis asuransi syariah masih
sedikit; Kebutuhan meningkatkan pendidikan (anak); (g) Meningkat-
nya resiko kehidupan; (h) Meningkatnya biaya kesehatan; (i) Menu-
runnya rasa ”tolong menolong” di masyarakat (tidak membudaya
lagi); (j) Globalisasi (teknologi internet sebagai penunjang bisnis).99
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan masyarakat atas
produk Asuransi Syariah, yaitu 9 faktor ekonomi dan 7 faktor sosial-
ekonomi.100
Untuk meningkatkan pertumbuhan industri Asuransi
Syariah kita harus memahami semua faktor yang mempengaruhi
masyarakat atau konsumen untuk menggunakan produk Asuransi
Syariah tersebut. Banyak sekali penelitian yang mencoba mendalami
97
Syed Ahmed Salman. “Contemporary Issues in Takaful (Islamic
Insurance)”. Asian Social Science; Vol. 10, No. 22; 2014 ISSN 1911-2017
E-ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center of Science and Education.
doi:10.5539/ass.v10n22p210 98
www.cia.gov/indonesia 99
Nurul Ichsan. “Analisa Swot, Prospek dan Strategi Pengembangan
Asuransi Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2,
September 2016. 100
Ahmad Shukri Yazid, Juliana Arifin, Mohd Rasid, Wan Norha-
yate. “Determinants of Family Takaful (Islamic Life Insurance) Demand: A
Conceptual Framework for a Malaysian Study”. International Journal of Business and Management Vol. 7, No. 6; March 2012. doi:10.5539/
ijbm.v7n6p115
150 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
semua faktor yang mungkin terjadi termasuk benefit-benefit yang
diberikan oleh pengelola terhadap konsumen tidak hanya individu
tapi juga konsumen perusahaan.101
Adapun tantangan-tantangan apa
saja yang akan dihadapi oleh industri atau pengelola Asuransi Syariah
di suatu negara, yaitu sebagai berikut:
a) Stuktur Legal
Ada banyak model pengelolaan operasional Asuransi Syariah
dan setiap model memiliki dampak hukum yang berbeda-beda, baik
bagi perusahaan maupun bagi peserta.
b) Peraturan pemerintah
Peraturan pemerintah merupakan faktor penting yang menjadi
tantangan tersendiri, banyak negara tidak memiliki aturan khusus me-
ngenai Asuransi Syariah, dan hanya sedikit negara yang memilikinya,
atau merupakan aturan yang sifatnya umum ataupun merupakan
addendum dari aturan yang sudah ada. Adanya peraturan pemerintah
yang sudah baik, menjadi syarat penting bagi investor luar negeri
untuk masuk ke suatu industri, khususnya industri keuangan.
c) Keterbatasan Data
Banyak asumsi dari potensi Asuransi Syariah diambil dari data
yang sifatnya umum dan masih diragukan kredibilitasnya. Data yang
memadai dan valid menjadi kunci pengembangan suatu industri,
seperti pengembangan bancaAsuransi Syariah, profiling data peserta
menjadi hal yang mutlak bagi pengelola Asuransi Syariah untuk ma-
suk dan berinvestasi di pasar tersebut.
d) Pendekatan Pasar102
Setiap pasar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, untuk
menggali potensi suatu pasar, tentunya harus memiliki pendekatan
yang berbeda-beda pula.
101
Fithriah Ab. Rahim, Hanudin Amin. “Determinants of Islamic
Insurance Acceptance: An Empirical Analysis”. International Journal of Business and Society, Vol. 12 No. 2, 2011, 37 – 54
102 Anja Erlbeck. “Microtakaful: Field Study Evidence and Concep-
tual Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011
Dr. Abdul Ghoni | 151
e) Pemasaran
Kendala umum dalam pemasaran produk Asuransi Syariah
adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan produk
keuangan secara umum, juga produk keuangan syariah, khususnya
produk Asuransi Syariah.
f) Model Asuransi Syariah
Pemilikan model pengelolaan Asuransi Syariah berdampak
besar terhadap design produk, pemasaran, dan juga penentuan harga.
Walaupun secara umum model Asuransi Syariah yang digunakan
adalah mudharabah dan wakala.
g) Produk
Secara umum produk Asuransi Syariah hampir sama dengan
produk-produk yang ada di asuransi konvensional, walau ada bebe-
rapa produk yang tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan
ketentuan syariah.
h) Investasi syariah
Kesuksesan industri Asuransi Syariah, khususnya di asuransi
jiwa, adalah kapabilitas perusahaan dan industri dalam mengelola
aset investasi dana peserta. Keterbatasan instrumen investasi syariah
menjadi kendala tersendiri dalam pengembangan industri Asuransi
Syariah.
i) Syariah complaint Pengelolaan Asuransi Syariah yang merupakan bagian dari
produk keuangan syariah, menjadi suatu hal yang mutlak dalam ope-
rasionalnya harus mengikuti semua ketentuan syariah yang ada.
j) ReAsuransi Syariah
Keterbatasan kapasitas perusahaan Asuransi Syariah dalam
mengelola resiko peserta menjadikan kebutuhan penting atas peru-
sahaan reAsuransi Syariah sebagai solusi dalam meningkatkan kapa-
sitas resiko yang dikelola. Masih sedikitnya perusahaan reAsuransi
Syariah, juga menjadi kendala dalam perusahaan Asuransi Syariah
untuk menggarap pasar yang memiliki resiko besar.
152 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
k) Sistem Aplikasi/IT103
Pengembangan bisnis sangat ditentukan oleh pengembangan
teknologi dari perusahaan, Asuransi Syariah yang merupakan konsep
yang berbeda dan unik menjadikan teknologi yang digunakan juga
berbeda dengan teknologi yang selama ini ada, pengembangan tekno-
logi merupakan investasi modal yang tidak sedikit.
l) Persaingan dengan asuransi konvensional
Perusahaan Asuransi Syariah di dalam memasarkan produknya
ke masyarakat terkadang harus bersaing secara langsung dengan peru-
sahaan asuransi konvensional yang sudah hadir lebih lama di masya-
rakat. Menjual konsep syariah, bukan menjadi alasan kuat bagi peser-
ta untuk menggunakan produk Asuransi Syariah, perusahaan Asuransi
Syariah harus tetap bersaing dalam peningkatan layanan ke peserta.
m) Sumber daya manusia104
Dengan berkembangnya industri Asuransi Syariah, menjadikan
kebutuhan atas sumber daya manusia yang memahami produk dan
operasional Asuransi Syariah menjadi tinggi, baik itu sebagai dewan
pengawas syariah, manajer, aktuari, undewriter, akuntan, marketing
dan investment. Di sisi lain kompetensi yang terkait dengan pema-
haman syariah dan Asuransi Syariah merupakan keahlian khusus yang
harus dipelajari dari awal.
n) Standar akuntansi dan tata kelola
Standar akuntansi dan audit untuk pengelola Asuransi Syariah
serta aturan tata kelola, baik di tingkat nasional dan internasional
merupakan syarat mutlak dibutuhkan bagi industri yang ingin
berkembang cepat. Tanpa standar tersebut, pengelolaan yang tidak
103
Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Takaful product in India –
Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries.. 104
Fauzilah, Abdul Razak. “The Effects of Personality Factors on
Sales Performance of Takaful (Islamic Insurance) Agents in Malaysia”.
International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 5; [Special
Issue -March 2011].
Dr. Abdul Ghoni | 153
sesuai aturan menjadikan kehilangan kepercayaan bagi peserta dan
juga investor.105
Beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh industri Asuransi
Syariah106
, khususnya di Malaysia agar penetrasi pasar menjadi me-
ningkat, adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terkait produk
Asuransi Syariah, distribusi yang belum sebanyak asuransi konven-
sional, posisi pasar produk Asuransi Syariah yang harus jelas dan
unik, menciptakan produk-produk baru sesuai dengan kebutuhan
peserta, mengembangkan teknologi untuk meningkatkan layanan
peserta, manajemen resiko, reAsuransi Syariah, investasi dan aliansi
strategi dengan organisasi Islam.
Gambar 4.9 Tantangan dalam Pengembangan
Industri Asuransi Syariah
Sumber: Deloitte, The Global Asuransi Syariah Insurance Market
Charting the Road to Mass Market
Dari semua tantangan-tantangan yang dihadapi industri Asu-
ransi Syariah di berbagai negara, inovasi produk merupakan suatu
yang penting dibandingkan dengan tantangan lainnya, karena inovasi
105
Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Takaful product in India –
Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries. 106
Kamaruddin Sharif. Takaful – Development and Challenges Over 20 Years of Its Existence in Malaysia. Jurnal Pengurusan 23(2004) 3-13
154 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
sangat erat kaitannya dengan peningkatan kinerja perusahaan Asu-
ransi Syariah, khususnya di Malaysia.107
4. Tahapan Pengembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia
Berasuransi secara Islam merupakan bagian dari prinsip hidup
yang berdasarkan tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesung-
guhnya setiap diri tidak memiliki daya apapun ketika datang musibah
dari Allah SWT, apakah itu berupa kecelakaan, kematian, atau terba-
karnya toko yang kita miliki. Ada berbagai cara bagaimana manusia
menangani risiko terjadinya musibah. Cara pertama adalah dengan
menanggungnya sendiri (risk retention), yang kedua, mengalihkan
risiko ke pihak lain (risk transfer), dan yang ketiga, mengelolanya
bersama-sama (risk sharing).
Menarik untuk direnungi bahwa sejak dari awal keberadaan-
nya, mekanisme asuransi Islam senantiasa terkait dengan kelompok.
Ini berarti, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan
kelompok. Sekalipun, misalnya, musibah itu hanya menimpa individu
tertentu (particular risks). Apalagi apabila musibah itu mengenai
masyarakat luas (fundamental risks) seperti gempa bumi dan banjir.
Sehingga esensi keberadaan asuransi dalam kehidupan dinilai
penting.
Berdasarkan konsep Risk Based Capital (RBC) perusahaan asu-
ransi di Indonesia sebenarnya dapat beroperasi dengan modal yang
sangat rendah (diatas Rp 3 milyar) asal sehat dan memenuhi Risk
Based Capital diatas 120%. Asuransi syariah dalam bentuk cabang
atau divisi dari perusahaan asuransi konvensional dapat beroperasi
dengan penyisihan modal minimal Rp 2 milyar. Kemudahan-kemuda-
han permodalan ini disatu sisi baik untuk mendorong timbulnya
perusahaan asuransi/cabang/divisi syariah. Di sisi lain sebenarnya
harus disadari bahwa ketentuan minimum tersebut kurang mendorong
timbulnya perusahaan asuransi yang sehat. Struktur permodalan yang
107
Norizan Remli, Wan Norhayate Wan Daud, Fakhrul Anwar Zainol
& Hamizah Muhammad. A Proposed Conceptual Framework for Market Orientation and Innovation towards Takaful Performance in Malaysia. Inter-
national Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 7; 2013. ISSN
1833-3850 E-ISSN 1833-8119. Published by Canadian Center of Science
and Education.
Dr. Abdul Ghoni | 155
kuat sangat dibutuhkan untuk mengangkat industri asuransi syariah.
Dengan modal yang kuat perusahaan asuransi syariah akan dapat
melaksanakan fungsi-fungsi yang semestinya, antara lain edukasi
pasar melalui berbagai media komunikasi untuk menjelaskan kebera-
daan asuransi syariah, keunggulannya, manfaatnya serta kebersihan
dari keraguan, pengembangan produk secara berkelanjutan, back-up
keuangan yang kokoh untuk membangkitkan kepercayaan publik.
Untuk Mengatasi kekurangan SDM yang Profesional dapat
diatasi dengan akan mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas
SDM asuransi syariah melalui beberapa program sertifikasi agar
perkembangan industri didukung ketersediaan fellow dan associate
berkualitas. Untuk Memasyarakatkan dan Meningkatkan Asuransi
syariah maka LKS harus mengembangkan teknologi informasi yang
terdepan, serta meningkatkan promosi dan sosialisasi di segala lapi-
san masyarakat. Menurutnya, semua pihak harus bekerja keras untuk
memperkenalkan sistem asuransi syariah di Indonesia agar masyara-
kat mengetahui ada solusi dalam pengelolaan risiko secara Islami
Pemerintah Juga harus lebih mendukung Asuransi Syariah, para
ekonom yang ada di kabinet saat ini sebaiknya meninggalkan sistem
ekonomi kapitalis dan mengikuti aturan main kapitalis, sehingga bisa
keluar dari krisis.
Penerapan syariah yang makin meluas dari industri keuangan
dan permodalan membutuhkan regulasi yang tidak saling bertenta-
ngan atau tumpang tindih dengan aturan sistem ekonomi konvensio-
nal. Para pelaku ekonomi syariah sangat mengharapkan regulasi
untuk sistem ekonomi syariah ini bisa memudahkan mereka untuk
berekspansi bukan malah membatasi. Saat ini, peraturan tentang
permodalan masih menjadi kendala perbankan Syariah untuk melaku-
kan penetrasi dan ekpansi pasar.
Pemerintah sebagai regulator belum mengeluarkan kebijakan di
bidang asuransi syariah sebagaimana halnya pada perbankan syariah
yang memiliki UU Perbankan Syariah. Sekarang ini sudah ada regu-
lasi yang memadai, tapi rasanya belum cukup. Bahkan kalua me-
mungkinkan asuransi juga diberikan insentif, Insentif yang diharap-
kan misalnya dalam bentuk perpajakan atau bentuk lainnya. Dengan
adanya insentif dan regulasi yang memadai, diberharapkan hal terse-
but dapat merangsang industri syariah agar bisa berkembang lebih
156 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
cepat. Selain pihak regulator, DSN dapat mengeluarkan fatwa yang
dapat mengakselerasi industri asuransi syariah.
Asuransi syariah juga masih menemukan kendala dari masyara-
kat yang memiliki kesalahpahaman atas asuransi syariah. Asuransi
syariah dipandang harus murah, mudah dan untung. Padahal asuransi
juga menghitung bisnis dan laba, Sementara itu lingkungan bisnis
ekonomi saat ini yang rentan terhadap penyogokan membuat asuransi
syariah tak bisa masuk ke dalam bisnis tersebut. Keberhasilan sistem
asuransi tidak sepantasnya diukur berdasarkan total uang yang dapat
dikumpulkan atau keuntungan yang diraih melalui lembaga dan badan
yang telah dibentuknya. Sebaliknya, keberhasilannya harus diukur
dari sudut seberapa besar sumbangan yang telah diberikannya untuk
keselamatan hidup anggota masyarakat dan baktinya untuk meri-
ngankan beban bencana dan malapetaka yang dihadapi oleh mereka.
Inilah sebenarnya esensi dari tujuan Asuransi Syariah.
Pemetaan kendala dan strategi pengembangan
Beberapa kendala pengembangan asuransi syariah adalah seba-
gai berikut: (a) Kurangnya sosialisasi Sosialisasi asuransi syariah
kepada masyarakat masih sangat kurang. Media komunikasi yang
digunakan masih cenderung tradisional, sementara sosialisasi melalui
media massa baik media cetak maupun media elektronik masih
sangat kurang. Hal ini dipengaruhi oleh factor permodalan yang
dimiliki industry asuransi syariah. (b) Kurangnya tenaga ahli asuransi
syariah Tenaga ahli asuransi syariah yang mampu menguasai tehnik
operasional asuransi sekaligus tehnik syariah masih sangat kurang
jumlahnya. Untuk itu, diperlukan pendidikan yang dapat mencetak
praktisi ekonomi syariah, khususnya dalam bidang industri syariah
yang mampu menguasai dua aspek operasional dan syariah sekaligus.
(c) Kurangnya dukungan umat Minimnya partisipasi masyarakat
muslim untuk menjadikan asuransi syariah sebagai kewajiban dalam
praktik mu’amalah. Kepentingan keuangan lebih dominan dibanding-
kan dengan kebutuhan kesesuaian dengan ketentuan hokum Islam. (d)
Kurangnya dukungan pemerintah Terlihat dari perundang-undangan
yang berlaku sehingga belum memfasilitasi perkembangan asuransi
syariah secara optimal.
Sedangkan strategi yang diperlukan untuk mengembangkan
asuransi syariah di antaranya adalah: (a) Perlu strategi pemasaran
Dr. Abdul Ghoni | 157
yang lebih terfokus kepada upaya untuk memenuhi pemahaman
masyarakat tentang asuransi syariah; (b) Sebagai lembaga keuangan
yang menggunakan system syariah tentunya aspek syiar Islam meru-
pakan bagian dari operasi asuransi tersebut; (c) Dukungan dari berba-
gai pihak terutama pemerintah, ulama, akademisi dan masyarakat
diperlukan untuk memberikan masukan dalam penyelenggaraan ope-
rasi asuransi syariah.
Berdasarkan data perkembangan asuransi di dunia tahun 2015,
Indonesia menempati peringkat 46 dari 53 negara di dunia dalam hal
rasio premium terhadap jumlah GDP (Gross Dometic Product)
dengan jumlah premi 0,33% dibanding jumlah GDP Indonesia pada
tahun tersebut. Nilai ini jauh lebih sedikit dibanding Malaysia 3%,
Macao 12,5%, Qatar 7.54%, Arab Saudi 6,17%, dan negara- negara
lainnya
Di sisi lain, perkembangan premi asuransi di Indonesia terma-
suk yang paling kuat di Asia, dengan pertumbuhan 5 – 10% setiap
tahunnya. Namun perkembangan yang cukup besar ini belum mampu
melampaui besaran dan ratio premi negara – negara lainnya di dunia.
Hal ini berarti, masih banyak sekali pangsa pasar yang belum disen-
tuh oleh perasuransian di Indonesia dan kesempatan untuk berkem-
bang kedepan yang masih sangat besar.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Gunistiyo dan Subekti,
tingkat kesadaran masyarakat tegal dalam berasuransi mencatat bah-
wa tingkat kesadaran masyarakat dalam berasuransi masih rendah.
Kesadaran masyarakat untuk berasuransi dipengaruhi oleh faktor
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat. Semakin
tinggi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat maka
semakin tinggi juga kesadaran masyarakat untuk berasuransi.
Mohammad Johari dalam penelitiannya yang berjudul Respon
Masyarakat Muslim kota Mataram terhadap Asuransi Syariah juga
mencatat tentang kondisi hubungan masyarakat dengan asuransi
syariah. Disebutkan bahwa dukungan akan asuransi syariah, karena
seorang muslim maka sangat tinggi. Jadi komposisi masyarakat mus-
lim menjadi faktor yang mempengaruhi dukungan terhadap asuransi
syariah. Akan tetapi masyarakat masih ragu untuk menyampaikan
informasi dan mengajak bergabung dengan asuransi syariah atau
dengan kata lain perluasan penyebaran informasi menjadi terhambat.
158 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Dalam perusahaan asuransi, baik umum maupun umum syariah
diketahui adanya peran seorang agen yang memiliki pengaruh lang-
sung terhadap perusahaan asuransi yang bersangkutan. Sistem pema-
saran yang terdapat dalam perusahaan asuransi dilakukan oleh se-
orang agen. Seorang agen menjadi pemeran utama dalam meningkat-
kan pemasaran asuransi.
Dalam perkembangannya, pada tahun 2011 terdapat sebanyak
21 unit perusahaan agen asuransi. Pada tahun 2013 dan 2014 jumlah
perusahaan agen asuransi bertambah menjadi 25 unit. Keberadaan
perusahaan agen asuransi ini diharapkan dapat membantu meningkat-
kan kualitas daripada agen asuransi. Pada tanggal 21 Oktober tahun
2015 dalam siaran pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan,
pihaknya tengah mempersiapkan 10 juta agen asuransi dan 1.000
sahabat keuangan maritim. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan akses masyarakat kepada layanan asuransi, asuransi
mikro dan syariah serta memperluas jangkauan layanan keuangan
pelaku industri dan kelautan. Ketua Dewan Komisioner OJK Mulia-
man D Haddad menjelaskan perekrutan 10 juta agen asuransi ini
diharapkan dapat terwujud dalam beberapa tahun sehingga akses dan
transaksi atas produk asuransi, khususnya produk asuransi mikro dan
syariah bisa meningkat.
Kemajuan dan perkembangan Keuangan Syariah semakin
signifikan dari waktu ke waktu. Asset keuangan syariah secara global
tercatat sebesar lebih dari 2 trilliun dolar Amerika, dan diprediksikan
akan mencapai 3.4 triliun dolar Amerika pada tahun 2018. Qatar,
Indonesia, Malaysia, Saudi Arabia, Turkey dan Uni Emirat Arab
memegang lebih kurang 80 persen asset global keuangan syariah
dengan persentase pertumbuhan pertahun sebesar 18% dari tahun
2009-2013, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 19% pertahun
dari tahun 2014-2019.
Salah satu industri keuangan syariah yang berkembang cukup
massive setelah sektor Perbankan Syariah adalah industri Asurani
Syariah atau secara internasional dikenal sebagai industri Asuransi
Syariah. Pada akhir tahun 2014 aset global Asuransi Syariah menca-
pai 33 milyar dolar Amerika. Perusahaan Asuransi Syariah seluruh
dunia tercatat sebanyak 308, dimana hanya 93 perusahaan diantara-
nya beroperasi sebagai unit Syariah dibawah perusahaan Asuransi
Syariah konvensional, dan lainnya sebanyak 215 perusahaan, meru-
Dr. Abdul Ghoni | 159
pakan full-fledge Asuransi Syariah operator. Sebagian besar perusa-
haan tersebut terkonsentrasi di Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Tiga tahap strategi pengembangan asuransi di Indonesia
a) Tahap Pertama (peningkatan SDM tenaga ahli asuransi)
Berdasarkan data PAI (Persatuan Aktuaris Indonesia), jumlah
aktuaris di Indonesia hingga tahun 2016 adalah 400 orang, yaitu 40%
dari target jumlah aktuaris yang dibutuhkan di Indonesia. Beberapa
perguruan tinggi di Indonesia seperti ITB, UI, UGM, IPB, ITS, dan
lain – lain dalam beberapa tahun terakhir semekin gencar memper-
siapkan para lulusan matematika/statistikanya untuk menjadi seorang
aktuaris, namun belum memenuhi target.
Selain itu, mutu dari para aktuaris perlu ditingkatkan dengan
melaksanakan penelitian yang intensif. Salah satu permasalahan
dalam aktuaria adalah penentuan nilai premi dan mengelola risiko.
Pada subbab selanjutnya, suatu pemodelan matematika dibangun
untuk mengatur pengalokasian dana bagi perusahaan asuransi jiwa
syariah.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap asuransi terutama asuransi syariah, perusahaan asuransi
perlu mengedukasi masyarakat mengenai produk – produk asuransi
yang ditawarkan dan meningkatkan kemampuan literasi keuangan
masyarakat melalui divisi CSR (Corporate Social Responsibility) dan
para agennya. Selain itu, perusahaan asuransi perlu meningkatkan
pelayanan, komitmen, dan kepuasan masyarakat agar bisa menarik
pangsa pasar asuransi syariah di Indonesia yang belum terjangkau
mengingat baru 0,095% populasi yang memiliki polis asuransi
syariah.
b) Tahap Kedua (dukungan pemerintah)
Salah satu yang menyebabkan asuransi kurang diminati masya-
rakat adalah karena premi cendrung lebih tinggi sehingga kurang
menarik bagi kalangan menengah ke bawah. Perusahaan asuransi
secara cermat perlu melihat pasar dan melakukan segmentasi pasar
agar produk – produk yang dikeluarkan tepat sasaran. Artinya, setiap
orang ditawarkan produk sesuai dengan penghasilannya. Tentu, jika
160 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
penghasilannya kecil, diharapkan premi yang dibayarkan kecil dan
begitu sebaliknya.
Disini, peran pemerintah diperlukan untuk memberikan subsidi
kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah supaya uang pertang-
gungan yang diperoleh ketika meninggal lebih besar dari yang
diharapkan. Akibatnya, jika seseorang tersebut meninggal, keluarga
yang ditinggalkan masih bisa memenuhi kebutuhan hidupnya mini-
mal untuk beberapa tahun ke depan. Subsidi silang juga diperlukan
antara golongan menengah ke atas dengan menengah ke bawah.
Artinya, sebagian premi yang dibayarkan oleh kelompok menengah
ke atas digunakan untuk membantu kalangan menengah ke bawah
yang membutuhkan. Sehingga, dengan mekanisme tersebut, asuransi
syariah dapat menguasai pangsa pasar menengah ke bawah.
c) Tahapan Ketiga (dukungan investor)
Setelah tahap 2 berhasil dilaksanakan, pasar asuransi syariah di
Indonesia diharapkan akan memiliki jumlah peserta yang meningkat
secara signifikan dibandingkan jumlah peserta saat sekarang yang
hanya 0,095%. Tentu, dengan meningkatnya jumlah peserta akan
menarik investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan
asuransi. Selain itu, perusahaan asuransi menarik bagi investor dika-
renakan demografi Indonesia yang berbentuk piramida, dimana jum-
lah usia produktif (66,5 % diantara 25 dan 65 tahun) lebih banyak
dibanding jumlah usia non produktif (27,3 % di bawah 25 tahun dan
6,2% di atas 65 tahun).
Dr. Abdul Ghoni | 161
BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS
PEMAKAMAN DAN SINERGI DENGAN INDUSTRI ASURANSI SYARIAH
A. Pengembangan Industri Pemakaman
1. Perkembangan Bisnis Pemakaman di Berbagai Negara Muslim
Tradisi pemakaman dalam dunia Islam sangat erat hubungan-
nya dengan keberadaan mesjid dan sumber air. Hal ini tidak meng-
herankan, karena di dalam Al Qur’an air merupakan sumber kehidu-
pan dan disisi lain, air juga digunakan untuk memandikan jenazah,
saat seorang muslim meninggal dunia. Kondisi ini menjadi suatu
tradisi yang mengglobal di dunia muslim bahwa proses kematian
dalam Islam selalu erat kaitan dengan dengan keberadaan mesjid di
tempat pengelolaan makam (Islamic Funeral) atau dengan kata lain,
pengelola pemakaman Islam selalu dikelola oleh pengurus mesjid,
karena proses kematian seorang muslim sangat erat kaitannya dengan
kemampuan dalam mengurus prosesinya dan itu selalu dilakukan oleh
petugas mesjid yang sudah dilatih dan berpengalaman.1
Bisnis Pemakaman atau pemakaman sebagian besar di dunia ini
sangat erat terkait dengan arus ekonomi, namun hal yang menarik
adalah saat ekonomi menurun, permintaan untuk bisnis Pemakaman,
tidak otomatis menurun, hal ini dikarenakan, kebutuhan pemakaman
merupakan hal yang mutlak, pengelola Pemakaman selalu memberi-
kan penawaran yang fleksibel sekiranya konsumen kesulitan dalam
pembayaran atau mengganti layanan Pemakaman yang lebih terjang-
kau.2
1 Anissa Brighet Assous. “Cultural and Islamic Values in Relation
with Death”. European Scientific Journal February 2013 edition vol.9, No.5
ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431 2 Beverly Bunch-Lyons. “Ours is a Business of Loyalty: African
American Funeral Home Owners in Southern Cities”. The Southern Quarter-ly Vol. 53, No. 1 (Fall 2015).
162 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Di Eropa yang merupakan negara muslim minoritas, salah
satunya seperti di Belanda, sudah mulai banyak bermunculan pema-
kaman Islam (Islamic Funeral). Pemakaman Islam pertama di
Belanda berdiri pada tahun 2007, pemakaman ini merupakan bagian
dari area pemakaman publik yang dikelola oleh pemerintah kota dan
warga muslim yang sebagian besar keturunan Suriname membeli
lahan untuk dijadikan pemakaman khusus Muslim. Dalam sebuah
penelitian menunjukkan bahwa sudah ada 25 % dari pemakaman kota
yang terdapat area khusus Muslim. Area ini terpisah dengan area
lainnya, hal ini dikarenakan ketentuan dalam Islam mengharuskan
Muslim dikuburkan terpisah dengan non muslim dan kuburan harus
menghadap ke Mekkah.3
Berbeda dengan di Jerman, keturunan Muslim dari Turki
merupakan imigran yang mendominasi disana. Komunitas Muslim
Jerman yang sebagian besar beraliran suni sudah ada sejak tahun 2010
saat sudah banyak terjadinya jumlah kematian dalam komunitas Mus-
lim Jerman, sebagian besar mereka menginginkan dikuburkan dinega-
ra asal mereka, yaitu Turki. Hal ini dikarenakan sangat sulit dan
besarnya biaya pengelolaan makam di Jerman, sehingga repratriasi
makam menjadi pilihan yang lebih murah dan mudah, hanya sekitar
2% saja yang dimakamkan di Jerman. Diperkirakan sekitar 70-95%
Muslim yang direpratriasi untuk dikuburkan ke negara asal, kondisi
ini merupakan prosentasi yang umum terjadi di sebagian besar
negara-negara di Eropa. Walaupun begitu sudah ada 250 pemakaman
Islam di negara Jerman yang merupakan hanya 1 persen dari total
pemakaman yang ada di negara tersebut.4
Kondisi yang berbeda terjadi dinegara-negara Muslim mayo-
ritas, seperti di timur tengah, dimana tempat pemakaman (Funeral home) yang dikelola secara Islam bukan menjadi suatu issue. Topik
yang menjadi kebutuhan disana adalah bagaimana pengelolaan
3 Khadija Kadrouch-Outmany. “Burial practices and desires among
Muslims in the Netherlands: A matter of belonging”. Can. J. of Netherlandic Studies/Rev. can. d’études néerlandaises 33.2/34.1 (2012-2013): 107-128.
4 Nadja Milewski, Danny Otto. “The Importance of a Religious
Funeral Ceremony Among Turkish Migrants and Their Descendants in
Germany: What Role do Socio-demographic Characteristics Play?”. Journal of Intercultural Studies, 2016 Vol. 37, No. 2, 162–178. http://dx.doi.org/
10.1080/07256868.2016.1141760
Dr. Abdul Ghoni | 163
pemakaman yang dilakukan secara Islam dapat dikelola secara profe-
sional, sehingga memiliki standar prosedur yang baku dalam melaku-
kan prosesi pemakaman yang lebih efisien dan biayanya lebih terkon-
trol. Pola yang dilakukan restoran McDonald menjadi sebuah konsep
yang menarik untuk di tiru disana dalam hal konsep pengelolaan
makam Islam yang lebih baik.5
Pengelola makam yang profesional saat ini tergabung dalam
sebuah organisasi Internasional yang berbasis di Amerika, organisasi
tersebut adalah ICCFA (The International Cemetery, Cremation and
Funeral Association). Organisasi ini berdiri pada tahun 1887,
memberikan panduan bagi anggotanya dalam melakukan standar
layanan Pemakaman secara profesional serta mengadakan sertifikasi
internasional untuk menjadi ahli sebagai pengelola makam (Funeral director), saat ini ICCFA memiliki anggota sebanyak 9.100 yang
tersebar diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Organisasi ini juga
dapat menjadi mediasi bagi konsumen yang mengajukan komplain ke
anggota asosiasi.6
Selain itu juga ada Lembaga Pemakaman Islam yang mulai
bertransformasi menjadi Lembaga keuangan, yaitu menjadi Asuransi
Syariah, seperti yang terjadi di belanda, yaitu Onderlinge Uitvaartve-
reniging (OWM) PPME AIA Asuransi Syariah yang didirikan tahun
2015 di Amsterdam, merupakan sebuah badan entitas Asuransi Syari-
ah yang bergerak sebagai penyedia jasa dan dana di sektor penguru-
san jenazah dan pemakaman. Mereka hadir untuk menjawab kebutu-
han komunitas Muslim di Belanda akan pilihan Islami dalam menja-
min masa depan pribadi dan keluarga secara mudah dan terpercaya.
Secara garis besar, produk yang mereka tawarkan terbagi menjadi dua
yaitu jasa layanan, mencakup pengurusan jenazah, reservasi makam
dan repatriasi, serta jasa pendanaan, berupa penyediaan noodfonds
sesuai kebutuhan anggota. Dengan usaha mereka bersama, kedepan-
nya OWM ini akan menjadi Lembaga Asuransi Syariah berfungsi
penuh dengan tawaran produk Asuransi Syariah yang lebih luas dan
variative (saat ini masih dalam proses di Dutch Central Bank).
5 Zafar Iqbal. “McDonaldization, Islamic Teachings and Funerary
Practices in Kuwait”. Omega, Vol. 63(1) 95-112, 2011. 2011, Baywood
Publishing Co., Inc. doi: 10.2190/OM.63.1.e 6 https://www.iccfa.com/about-iccfa
164 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Adapun jasa pelayanan, yaitu (1)Pengurusan Jenazah, mereka
menyediakan jasa pengurusan jenazah secara menyeluruh, dimulai
dari proses pemandian, transportasi, sholat jenazah, prosesi doa,
penyewaan ruangan hingga penguburan. (2) Reservasi Tanah makam,
Memperhatikan biaya tanah makam yang semakin meningkat tiap
tahunnya, reservasi makam menjadi pilihan yang bijak dan menjamin.
Mereka menyediakan beberapa skema untuk melakukan reservasi
dengan harga tetap dari 20 hingga 50 tahun. (3) Repatriasi Jenazah,
Repatriasi jenazah ke kampung halaman keluarga di tanah air (Indo-
nesia, karena sebagian besar muslim yang tergabung dalam komuni-
tas ini adalah warga keturunan Indonesia, yaitu sebanyak 200.000
penduduk), ini menjadi opsi yang cukup dicari. Selain memulangkan
jenazah serta mengurusi dokumen terkait, kami juga memfasilitasi
keluarga anggota untuk bisa ikut pulang mengantar.
Selain 3 jasa pelayanan diatas, Lembaga ini juga melayani
jasa pendanaan. Mereka menyediakan bagi anggota noodfonds (dana
darurat) sebesar €2,000 secara cepat dan tanggap. Alokasi dana
darurat ini disiapkan bagi anggota yang (1) tidak memiliki asuransi,
(2) memiliki asuransi namun kompensasi tidak menutupi total biaya
pengurusan jenazah (3) memiliki asuransi dengan kompensasi yang
cukup, namun lambat dalam proses pencairan. Lembaga ini beralamat
di Jan van Genstraat 140 1171 GN Badhoevedorp Noord-Holland,
The Netherlands., dengan website di 7
2. Pengembangan Bisnis Pemakaman di Indonesia
Pengelola pemakaman (Funeral home) di Asia tenggara, khu-
susnya di Indonesia sudah tumbuh dengan cukup pesat, hal ini dikare-
nakan kebutuhan atas layanan pemakaman di negara-negara di Asia
tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia sema-
kin besar8, diperkirakan total nilai pasar industri ini mencapai $4,1
Milyar dengan Indonesia menduduki peringkat kedua setelah
Thailand. Faktor-faktor yang mendukung meningkatnya kebutuhan
layanan pemakaman secara komersial adalah faktor sosial ekonomi,
seperti pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, kenaikan pendapatan,
7 Berdasarkan hasil wawancara dengan ppme dan sumber informasi
dalam website di www.ppmeaiatakaful.com 8 Frost & Sullivan, 2013.
Dr. Abdul Ghoni | 165
pertumbuhan populasi dan meningkatnya usia manula disuatu negara.
Selain itu juga dipengaruhi oleh peningkatan rate mortality, Indone-
sia sendiri dari 1000 penduduk terjadi 6.4 kematian. Frost & Sullivan
memperkirakan bisnis layanan Pemakaman di Indonesia pada tahun
2013 mencapai $1,7 Milyar dan akan menjadi $ 2,8 Milyar pada
tahun 2018, pangsa pasar tersebut dikuasai oleh pengelola makam
swasta (komersial) diatas 66%, selebihnya ada lebih dari 100 penge-
lola makam yang dikelola pemerintah kota atau biasa di sebut TPU
(Tempat Pemakaman Umum).
Di Indonesia beberapa pengelola makam swasta yang membe-
rikan layanan secara Islam dengan profesional, diantaranya seperti
Sandiego Hills, Al Azhar Memorial Garden dan Firdaus Memorial
Garden. Al-Azhar Memorial Garden sendiri merupakan pengelola
makam pertama yang didedikasikan secara penuh sebagai pengelola
makam syariah (Islamic Funeral full pledge) dan dikelola secara
komersial. Kawasan pemakaman Al-Azhar Memorial Garden memi-
liki kelengkapan fasilitas dan layanan berkualitas, seperti : taman
pemakaman eksklusif, Masjid, padang rumput asri bagi aktivitas
outdoor, parkir yang luas dan walkaway track, Lounge and Playgro-und serta akses utama langsung ke jalan tol Jakarta Cikampek Rest
Area KM 52, sehingga memberikan kemudahan bagi penziarah dan
keluarga untuk berkunjung menuju kawasan tersebut yang memiliki
lahan seluas 25 hektar.9Firdaus Memorial Park dilahirkan atas dasar
pemikiran semakin sempitnya lahan pemakaman serta meningkatnya
biaya pemakaman, khususnya di Kota Bandung, kondisi ini tentunya
sangat memberatkan bagi keluarga kalangan dhuafa. Melalui konsep
sebagai lembaga wakaf produktif, hadirlah Program Firdaus Memo-
rial Park yang dikelola secara wakaf, bukan bisnis ataupun komer-
sial.10
Berbeda halnya dengan Al Azhar Memorial Garden dan Firdaus
Memorial Park yang dikhususkan bagi umat Muslim, San Diego Hill
Memorial Park & Funeral Homes merupakan komplek pemakaman
komersial yang memiliki standar tinggi untuk semua kalangan agama,
namun didalam kawasan tersebut tersedia komplek khusus pemaka-
9 www.alazharmemorialgarden.com
10 www.firdausmemorialpark.org/
Di daerah kota Bandung, biaya pemakaman bisa mencapai Rp 700
ribu hingga Rp 2 Juta.
166 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
man bagi konsumen Muslim. San Diego Hills Memorial Parks and
Funeral Homes menyatakan bahwa mereka merupakan kawasan
pemakaman pertama di dunia yang menawarkan kelengkapan fasilitas
dan layanan berkualitas, meliputi: taman pemakaman eksklusif,
danau seluas 8 Ha., kapel, musholla, restoran Italia, jogging track,
kolam renang, florist & gift shop, padang rumput asri bagi outdoor
activity, hingga gedung serba guna berkapasitas 250 orang. Design
kawasan ini yang memiliki areal seluas 500 Ha diadaptasi dari taman
pemakaman terkemuka dunia, Forest Lawn Memorial Parks & Mor-
tuaries di California Amerika Serikat. Komplek pemakaman Muslim
disebut dengan istilah Five Pillars Garden yang mengadopsi konsep 5
rukun Islam (Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat, dan Haji), Five Pillars
Garden seluas 25 Ha. merupakan taman pemakaman muslim dengan
filosofi Islami yang dirancang Dr. Mona Siddiqui, professor dari
Glasgow University jurusan Islamic Studies and Public Understan-
ding dan Janet Benton, konsultan lansekap dari Skotlandia. Five Pillars Garden terdiri dari lima area, yaitu:
a. Unity Garden (Rukun Islam: Syahadat) yang saat ini memiliki
Wisdom Mansion. Filosofi yang terkandung dalam Syahadat di-
gambarkan melalui desain jalan berbentuk lingkaran spiral di
perbukitan, menunjukkan satu kesatuan alam semesta dalam ke-
kuasaan Allah swt.
b. Prayer Garden (Rukun Islam 2: Sholat) yang saat ini terdapat tiga
mansion yaitu Midday Mansion, Guiding Light Mansion dan
Before Dawn Mansion. Desain terinspirasi salah satu kewajiban
umat Islam yaitu mendirikan sholat 5 waktu.
c. Fasting Garden (Rukun Islam 3: Puasa). Mencoba maknai puasa
sebagai hidup dalam kesederhanaan melalui desain lansekap yang
menggunakan tipikal tanaman gersang berdampingan harmoni
dengan tanaman subur.
d. Benefaction Garden (Rukun Islam 4: Zakat). Saat ini memiliki dua
mansion yaitu Charity Mansion dan Fitrah Mansion. Makna kepe-
dulian sosial yang terkandung dalam ibadah Zakat diaplikasikan
melalui keberadaan air terjun yang mengalirkan air ke seluruh area
sebagai perlambang sederhana dari arti "berbagi".
e. Pilgrimage Garden (Rukun Islam 5: Haji). Tampil dalam lansekap
tanaman gersang yang menggambarkan perjalanan melalui gurun
Dr. Abdul Ghoni | 167
pasir. Di dalam area ini terdapat Pilgrimage Pavilion sebagai
simbol "oasis" dalam perjalanan Haji.11
B. Faktor-faktor Penentu Pengembangan Produk Asuransi Syariah
Pemakaman
Berdasarkan data bank Dunia, Indonesia mengalami pertumbu-
han kelas menengah, dimana pada tahun 1999-2011 sebesar 50 juta
orang (sebagian besar Muslim) menjadi 130 juta orang dan akan
bertambah 50 juta lagi didekade mendatang.
1. Strategi Pengembangan Bisnis Asuransi Syariah Pemakaman
Berdasarkan hasil olah elemen produk Asuransi Syariah Pema-
kaman melalui AHP dan juga wawancara dengan industri Asuransi
Syariah dapat disimpulkan strategi pengembangan bisnis Asuransi
Syariah Pemakaman terdiri dari:
a. Kerjasama dengan lembaga
Pemasaran Asuransi Syariah Pemakaman tidak menyasar target
individu, tapi hanya menyasar target lembaga, yaitu lembaga yang
memberikan layanan Pemakaman, baik itu perusahaan, yayasan, aso-
siasi, organisasi layanan Pemakaman di tingkat nasional, propinsi,
maupun sampai tingkat RT/RW.
b. Skema kumpulan
Skema bisnis yang dijalankan adalah melalui skema kumpulan,
artinya polis Asuransi Syariah Pemakaman adalah polis induk dan
masing-masing individu mendapatkan sertifikat polis.
c. Edukasi Pasar
Meningkat edukasi pasar produk Asuransi Syariah Pemakaman,
baik melalui promosi maupun agenda pemerintah, namun industri
Asuransi Syariah sebaiknya dapat menggunakan jalur keagenan untuk
melakuan edukasi kepada konsumen. Karena jalur keagenan merupa-
kan jalur yang efektif dan efisien untuk saat ini.
11
www.sandiegohills.co.id/
168 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
2. Strategi Pengembangan Produk Asuransi Syariah Pemakaman
Berdasarkan hasil olah elemen produk Asuransi Syariah Pema-
kaman melalui AHP dan juga wawancara dengan industri Asuransi
Syariah dapat disimpulkan strategi pengembangan produk Asuransi
Syariah Pemakaman terdiri dari:
a. Bundling Produk
Karena target market Asuransi Syariah Pemakaman saat ini
adalah lembaga, organisasi, asosiasi dari pelayanan Pemakaman,
maka produknya harus dalam bentuk kerjasama dengan lembaga
tersebut (bundling product). Dengan mekanisme ini diharapkan target
pemasaran menjadi lebih mudah.12
b. Harga kontribusi harus terjangkau
Harga yang ditetapkan dalam menyusun produk Asuransi Sya-
riah Pemakaman harus sangat terjangkau oleh konsumen, agar konsu-
men tidak terlalu dibebankan dan setelah merasakan dan mengetahui
manfaat dari produk ini, maka harga dapat disesuaikan berdasarkan
tingkat resiko dari masing-masing konsumen.13
c. Desain simple
Desain produk Asuransi Syariah Pemakaman, harus simple dan
sesuai dengan manfaat serta kebutuhan konsumen. Hal ini untuk
memudahkan konsumen dalam memahami produk tersebut.14
3. Insiatif Pengembangan dari Pemerintah
Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan dalam mendukung
pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia adalah sebagai berikut:
12
Berdasarkan hasil wawancara dengan Mariana Kusuma Dewi,
General Manager, PT Nusantara Prima Sukses Sejati (Al Azhar Memorial
Garden), Tanggal 2 Maret 2017 13
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sulaiman S. Kom, Direktur
Utama PT Insco Multi Pratama, tertanggal 12 Oktober 2017 dan Berdasar-
kan hasil wawancara dengan Saroyo, SE, AAAIJ, Senior Manager PT
Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi (JMAS), Tanggal 7 September 2017 14
Berdasarkan hasil wawancara dengan Mariana Kusuma Dewi,
General Manager, PT Nusantara Prima Sukses Sejati (Al Azhar Memorial
Garden), Tanggal 2 Maret 2017
Dr. Abdul Ghoni | 169
(1) Memunculkan pengaturan perasuransian syariah ke dalam UU No.
40 Tahun 2014 tentang Perasuransian; (2) Mendorong pemisahan
Unit Usaha Syariah (Spin Off) dalam 10 tahun ke depan. 3. Membuat
Master Plan pengembangan keuangan syariah yang bersifat nasional;
(3) Melakukan sosialisasi mengenai asuransi syariah secara terus
menerus kepada berbagai lapisan masyarakat; (4) Melakukan pengua-
tan industri melalui peningkatan pengawasan.
Permasalahan yang Memengaruhi Pertumbuhan Asuransi Syariah
Pertumbuhan potensial dari sektor Asuransi Syariah di Indo-
nesia sangat menjanjikan karena adanya kemajuan yang stabil dalam
ekonomi Indonesia, dan didukung oleh populasi yang besar, muda,
dan umumnya belum memiliki asuransi. Akan tetapi, terdapat bebera-
pa hambatan yang menghalangi pertumbuhan Asuransi Syariah di
Indonesia sebagaimana diringkas dalam poin-poin berikut: (1) Ku-
rangnya peluang investasi: Saat ini, portofolio investasi di sektor
Asuransi Syariah di Indonesia didominasi oleh deposito berjangka
yang lebih memberikan keuntungan yang lebih stabil dengan risiko
yang relatif rendah, sementara minat investasi dalam sukuk tetap
rendah karena rendahnya likuiditas pasar sekunder. Karena kurangnya
instrumen yang dapat dijadikan investasi, pada tahun 2015, pemain
Asuransi Syariah Jiwa mulai meningkatkan investasi mereka dalam
saham yang berprinsip syariah untuk keuntungan yang lebih tinggi
tetapi dengan risiko yang lebih tinggi pula.
Konsentrasi investasi di pasar saham dapat memberikan risiko
yang tidak diinginkan terhadap industri ini. Oleh karena itu, industri
ini membutuhkan peluang investasi berprinsip syariah yang lebih luas
yang dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dengan risiko
yang relatif rendah, misalnya real estate. (2) Kurangnya dukungan
untuk produk BancaAsuransi Syariah: BancaAsuransi Syariah mewa-
kili suatu segmen yang penting dalam pasar Asuransi Syariah di ting-
kat global. Akan tetapi, pertumbuhan segmen ini di Indonesia mem-
butuhkan tidak hanya sekadar kolaborasi antara bank-bank syariah
dan operator Asuransi Syariah dalam hal penawaran produk bersama,
tetapi juga dukungan peraturan dalam bentuk persyaratan harus me-
miliki perlindungan Asuransi Syariah wajib untuk semua instrumen
syariah; (3) Kurangnya standardisasi: Kurangnya standardisasi mem-
persulit peserta untuk memahami fitur produk Asuransi Syariah yang
170 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
ingin mereka beli, dan lebih sulit lagi bagi mereka untuk memban-
dingkan produkproduk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan
yang berbeda. Karena setiap perusahaan Asuransi Syariah pada saat
ini menggunakan kebijakan mereka sendiri, sangat sulit bagi peserta
untuk mengerti sepenuhnya posisi mereka dalam kontrak dan mem-
bandingkan fitur-fitur pada kebijakan yang berbeda. Oleh karena itu,
pertumbuhan industri Asuransi Syariah membutuhkan suatu lingku-
ngan yang mendukung dengan standardisasi yang lebih besar untuk
model dan kebijakan Asuransi Syariah; (4) Kurang memadainya
kualifikasi profesional: Menyediakan produk dan pelayanan dengan
kualitas tinggi membutuhkan profesionalisme yang juga tinggi.
Tingginya tingkat profesionalisme ini hanya dapat diraih melalui staf
dan agen yang berkeahlian yang memiliki pemahaman penuh akan
konsep Asuransi Syariah dan persyaratan pasar.
Kerangka Kerja Regulasi
Kerangka kerja peraturan perundangan dalam industri asuransi
di Indonesia telah diperbarui dengan menggunakan Undang-Undang
Perasuransian baru No. 40 tahun 2014 mengenai asuransi dan reasu-
ransi, tertanggal 17 Oktober 201415
. Meskipun Undang-Undang Per-
asuransian yang baru tersebut meningkatkan pengelolaan perusahaan
Asuransi Syariah dan reAsuransi Syariah, masih ada beberapa bidang
yang perlu ditingkatkan lebih lanjut. Seperti halnya posisi yang
diambil dalam Undang-Undang Perbankan Syariah, perusahaan
asuransi dan reasuransi yang mengoperasikan Unit Usaha Syariah
harus memisahkan unit tersebut dan mengubahnya menjadi sebuah
perusahaan Asuransi Syariah atau reAsuransi Syariah terpisah jika
dana asuransi syariah mencapai lebih dari 50% atau lebih dari total
usaha, atau dalam jangka waktu satu dekade sejak dikeluarkannya
Undang-Undang Asuransi (yaitu tahun 2024). Akan tetapi, tidak ada
rincian lebih lanjut mengenai langkah-langkah prosedural dan persya-
ratan yang diambil untuk merealisasikan hal tersebut. Pasal 15
Undang-Undang Asuransi juga membebankan tanggung jawab pada
“Pengendali” atas segala kerugian dari perusahaan Asuransi Syariah/
15
Berdasarkan hasil wawancara dengan Alis Subiyantoro, Bagian
Pengembangan dan Kelembagaan Asuransi Jiwa Syariah, Otoritas Jasa Ke-
uangan, tertanggal 15 Januari 2018
Dr. Abdul Ghoni | 171
reAsuransi Syariah yang disebabkan oleh suatu pihak yang berada di
bawah kendalinya. Selain itu, istilah “Pengendali” perlu diklarifikasi
lebih jauh karena definisi yang kurang jelas dan menjadi subyek dari
interpretasi yang berbeda. Dalam Undang-Undang ini, tidak ada
ketentuan atas pengalokasian tanggung jawab untuk anggota Dewan
Direksi atau anggota dari DPS, untuk situasi seperti kelalaian.
Meskipun adanya ketentuan yang melarang monopoli dan
pengendalian pasar oleh sejumlah kecil pelaku pasar merupakan hal
yang penting, ketentuan ini justru berpotensi membatasi pertumbu-
han yang sangat diperlukan di dalam pasar Asuransi Syariah dan
reAsuransi Syariah. Permasalahan lain dalam Undang-Undang Per-
asuransian adalah bahwa UU ini mewajibkan perusahaan asuransi,
reasuransi, Asuransi Syariah, dan reAsuransi Syariah untuk menjadi
anggota lembaga mediasi yang disetujui oleh OJK (Pasal 54(1) dan
(2)). Pasal 54(4) menyatakan bahwa persetujuan mediasi berkekuatan
hukum mengikat dan final antara para pihak. Hal ini membatasi
kebebasan para pihak tersebut untuk memutuskan mekanisme dan
forum yang akan mereka pergunakan untuk menyelesaikan perselisi-
han mereka. Selain itu, Undang-Undang Asuransi tidak memiliki
ketentuan terkait mengenai pemasaran Asuransi Syariah dalam hal
peraturan pemasaran dan pengungkapan untuk materi pemasaran.
Lagipula, meskipun Undang-Undang Asuransi yang baru tersebut
menyatakan bahwa akan ada batasan untuk kepemilikan asing, tidak
ada penjelasan persentasenya secara pasti (yang akan diatur dalam
peraturan lebih lanjut). Negara-negara lain mempunyai peraturan
yang lebih komprehensif. Di Bahrain, Volume 3 “CBB Rulebook”
atau Pedoman CBB khusus didedikasikan untuk sektor asuransi.
Buku Pedoman ini memberikan pandangan umum yang rinci dan
lengkap atas persyaratan teknis untuk sektor asuransi dan menyedia-
kan peraturan yang setara untuk Asuransi Syariah dan reAsuransi
Syariah, termasuk: (i) Standar Bisnis; (ii) Ketentuan Pelaporan; (iii)
Peraturan mengenai Penegakan dan Ganti Rugi, serta; (iv) Panduan
Sektor.
Pada DIFC Dubai, dalam Modul IFR dari DFSA, terdapat pera-
turan untuk pengungkapan spesifik bagi perusahaan Asuransi Syari-
ah, baik dengan memadukan (dengan referensi silang) Perilaku Bisnis
atau Conduct of Business (COB) yang kokoh dari Modul DFSA
maupun dengan cara melengkapi seperlunya. Lebih lanjut lagi, semua
172 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
perusahaan Asuransi Syariah dan reAsuransi Syariah terikat dengan
Modul Bisnis Prudensial-Asuransi atau Prudential–Insurance Busi-
ness (PIN) DFSA yang sangat rinci. Modul PIN memadukan Standar
Akuntansi AAOIFI (Peraturan No. 5.3.2(a)), dan juga mensyaratkan
kewajiban pelaporan yang rinci kepada DFSA atas semua pihak yang
tunduk dalam peraturan tersebut
Rekomendasi dalam pengembangan industri Asuransi Syariah, dapat
meliputi;
1. Memperbaiki Kerangka Kerja Regulasi
Yaitu yang meliputi (a) Menambahkan ketentuan pemberla-
kuan sanksi bagi direktur dan/atau anggota DPS yang terlibat dalam
kasus kelalaian; (b) Mengklarifikasi definisi “Pengendali” (istilah
yang lebih tepat dapat diambil dari Peraturan OJK No. 4 tahun 2013,
yang menentukan batas minimum kepemilikan ekuitas pemegang sa-
ham untuk menjadi Pihak Pengendali ditetapkan sebesar 25%, dengan
kemungkinan mengikutsertakan mereka yang memiliki ekuitas yang
kurang jika pihak tersebut terbukti mengendalikan perusahaan); (c)
Menyamakan ketentuan tentang pembatasan pemegang saham pe-
ngendali dalam hal pertumbuhan pasar dengan Undang-Undang Re-
publik Indonesia No. 5 tahun 1999 mengenai Pelarangan Praktik
Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat, dengan mencakup keten-
tuan tertentu dan menyediakan rujukan kepada Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU);
(d) Menghilangkan persyaratan untuk memilih mediasi sebagai
suatu mekanisme penyelesaian pertikaian (sehingga juga memungkin-
kan dilaksanakannya litigasi dan arbitrase di tempat-tempat seperti
Basyarnas, yang akan mendapatkan keuntungan dari keahlian mere-
ka), atau secara eksplisit menyebutkan Badan Mediasi & Arbitrase
Asuransi Indonesia (BMAI) sebagai pusat penyelesaian pertikaian
untuk Asuransi Syariah. Jika memilih BMAI, maka peraturan BMAI
harus dapat diakses dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris,
melalui laman situs web yang didedikasikan untuk hal ini. Idealnya,
harus ada kebebasan terbimbing dari pihak terkait untuk memilih
jenis mekanisme penyelesaian pertikaian yang ingin diadopsinya.
Alternatifnya, mediasi dapat dipertahankan secara wajib untuk
menyelesaikan pertikaian yang memiliki nilai di bawah batas yang
Dr. Abdul Ghoni | 173
ditetapkan melalui Peraturan Pelaksanaan; (e) Mewajibkan operator
Asuransi Syariah untuk membuat tata tertib/kebijakan yang terkait
dengan pengoperasian akun peserta, pengelolaan surplus, akun Zakat
dan penggunaan akad/perjanjian Qard Hassan dan reAsuransi Syariah,
kecuali bila pasar tidak dapat menyediakan perlindungan (karena
tidak tersedianya produk atau kurangnya kapasitas produk);
(f) Mewajibkan bank syariah untuk menggunakan operator
Asuransi Syariah agar dapat menggerakkan industri Asuransi Syariah
dan merampingkan harmonisasi syariah, kecuali bila pasar tidak
dapat menyediakan perlindungan (karena tidak tersedianya produk
atau kurangnya kapasitas produk); (g) Mensyaratkan operator Asu-
ransi Syariah dan reAsuransi Syariah untuk memenuhi standar akun-
tansi AAOIFI dan juga panduan tata kelola IFSB dengan beberapa
perubahan yang disyaratkan oleh standar akuntansi Indonesia;
2. Memperbaiki Infrastruktur Pasar
Yaitu yang meliputi; (a) Mengembangkan produk Asuransi
Syariah yang berbeda berdasarkan penelitian pasar, agar dapat
memberikan produk yang tepat untuk peserta keuangan mikro syariah
(misalnya para depositor BMT); (c) KNKS memperkenalkan kualifi-
kasi profesional baru yang terstandardisasi untuk Asuransi Syariah,
dan mendorong penerapan standar kualifikasi profesional tersebut ter-
hadap semua profesional di bidang Asuransi Syariah, termasuk agen-
agen unit Asuransi Syariah dari perusahaan asuransi umum. Semua
agen yang menjual produk Asuransi Syariah harus mendapatkan pela-
tihan terlebih dahulu mengenai aspek syariah dari produk Asuransi
Syariah, sehingga mereka memiliki tingkat pemahaman minimum
sebelum mempromosikan produk-produk Asuransi Syariah kepada
peserta potensial. Inisiatif ini dapat dilaksanakan dengan bekerja
sama dengan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI); (d) Men-
dorong konversi perusahaan Asuransi Jiwa Umum BUMN dan/atau
Asuransi Umum BUMN menjadi perusahaan Asuransi Syariah; (e)
Mendorong pendirian perusahaan reAsuransi Syariah dan/atau me-
ngubah perusahaan reasuransi BUMN yang ada menjadi reAsuransi
Syariah; dan (f) Meningkatkan penggunaan perlindungan Asuransi
Syariah dalam proyek-proyek pemerintah. Penggunaan ini diharapkan
mencapai 10% dari semua proyek pemerintah dalam jangka waktu
174 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
lima tahun pertama, kemudian ditingkatkan menjadi 30% dari semua
proyek pemerintah di akhir satu dekade mendatang.16
Berdasarkan kajian dan analisi penulis dari data dan wawancara
yang ada, maka penulis dapat simpulkan bawah produk Asuransi Sya-
riah Pemakaman penting untuk dikembangkan di Indonesia, hal itu
dikarena dari 4(empat) produk asuransi mikro, yaitu asuransi kredit
mikro, asuransi kesehatan, asuransi pertanian dan asuransi Pemaka-
man. Asuransi Pemakaman yang sangat berpotensi sebagai asuransi
syariah (Asuransi Syariah), dengan pertimbangan yaitu bahwa pendu-
duk Indonesia sebagian besar adalah muslim dan yang kedua adalah
sudah menjadi kebiasaan sejak lama di dalam masyarakat Indonesia
untuk mengumpulkan dana kematian melalui organisasi mesjid dan
RT/RW serta organisasi massa, sehingga kebiasaan yang sudah men-
jadi kultur di Indonesia ini dapat ditingkatkan menjadi sebuah produk
Asuransi Syariah Pemakaman yang dapat memberikan layanan yang
lebih baik di masa yang akan datang. Selain itu dengan pengem-
bangan produk Asuransi Syariah mikro ini juga akan meningkatkan
tingkat penetrasi Asuransi Syariah (asuransi syariah) di Indonesia. 17
Adapun Strategi pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman
di Indonesia terbagi menjadi 2 aspek, yaitu Strategi pengembangan
bisnis Asuransi Syariah Pemakaman dan Strategi pengembangan pro-
duk Asuransi Syariah Pemakaman. Untuk strategi pengembangan
bisnis Asuransi Syariah Pemakaman terdiri dari 3 aspek utama, yang
terdiri dari:
a) Bekerjasama dengan lembaga, yaitu dengan melakukan pemasaran
Asuransi Syariah Pemakaman tidak menyasar target individu, tapi
16
Berdasarkan hasil wawancara dengan Alis Subiyantoro, Bagian
Pengembangan dan Kelembagaan Asuransi Jiwa Syariah, Otoritas Jasa Ke-
uangan, tertanggal 15 Januari 2018 dan olahan data dari Otoritas Jasa
Keuangan 17
Berdasarkan hasil wawancara dengan Taufik Marjuniadi, ACII,
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), periode 2014-
2017 tertanggal 14 September 2017, dan Saroyo, SE, AAAIJ, Senior Mana-
ger PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi (JMAS), Tanggal 7 Sep-
tember 2017 serta dengan Mariana Kusuma Dewi, General Manager, PT
Nusantara Prima Sukses Sejati (Al Azhar Memorial Garden), Tanggal 2
Maret 2017
Dr. Abdul Ghoni | 175
hanya menyasar target lembaga, yaitu lembaga yang memberikan
layanan Pemakaman, baik itu perusahaan, yayasan, asosiasi, orga-
nisasi layanan Pemakaman di tingkat nasional, propinsi, maupun
sampai tingkat RT/RW. Dengan bekerjasama dengan lembaga
yang memberikan layanan Pemakaman ini yang memang satu-
satunya lembaga yang sangat membutuhkan layanan Asuransi
Syariah Pemakaman, yaitu layanan perencanaan dan pengelolaan
keuangan dibidang yang sama. Di berbagai negara maju, hal ini
sudah menjadi lumrah bahwa lembaga Pemakaman yang telah
memiliki anggota jutaan dan mengelola dana hingga triliunan
rupiah diwajibkan bekerjasama atau bahkan memiliki unit usaha
sendiri dibidang asuransi.
b) Skema kumpulan, yaitu skema bisnis yang dijalankan adalah me-
lalui skema kumpulan, artinya polis Asuransi Syariah Pemakaman
adalah polis induk dan masing-masing individu mendapatkan
sertifikat polis. Tujuan dari skema kumpulan adalah bahwa akui-
sisi bisnis di Asuransi Syariah mikro menjadi lebih efisien dan
efektif. Karena kecilnya nilai kontribusi, sehingga tidak mungkin
untuk memasarkan ke masing-masing individu, harus dengan
sekumpulan individu, baik itu berupa organisasi, perusahaan, lem-
baga ataupun bentuk kumpulan masyararakat lainnya.
c) Edukasi Pasar. Untuk meningkat edukasi pasar produk Asuransi
Syariah Pemakaman, baik melalui promosi maupun agenda peme-
rintah, namun industri Asuransi Syariah sebaiknya dapat menggu-
nakan jalur keagenan untuk melakuan edukasi kepada konsumen.
Karena jalur keagenan merupakan jalur yang efektif dan efisien
untuk saat ini. Hal ini dikarenakan produk Asuransi Syariah Pema-
kaman merupakan produk yang baru di Indonesia, bahkan untuk di
asuransi konvensional produk asuransi Pemakaman juga merupa-
kan produk yang masih baru, berbeda halnya dengan di negara
maju yang hampir sebagian besar masyarakatnya memiliki polis
asuransi Pemakaman. Karena itu edukasi pasar menjadi hal yang
utama saat ini di Indonesia, baik regulator, perusahaan dan juga
akademisi terus memperkenalkan kepada masyarakat umum pen-
tingnya produk Asuransi Syariah Pemakaman ini sebagai bagian
dari memperkokoh ketahanan finansial dan juga pertumbuhan
serta penetrasi industri Asuransi Syariah di Indonesia
176 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Selain 3 aspek strategi pengembangan bisnis diatas, terdapat
juga 3 aspek strategi pengembangan produk Asuransi Syariah Pema-
kaman, yang terdiri dari sebagai berikut:
a) Bundling Produk, karena target market Asuransi Syariah Pema-
kaman saat ini adalah lembaga, organisasi, asosiasi dari pelayanan
Pemakaman, maka produknya harus dalam bentuk kerjasama
dengan lembaga tersebut (bundling product). Dengan mekanisme
ini diharapkan target pemasaran menjadi lebih mudah. Bundling product artinya setiap penjualan layanan di lembaga Pemakaman
otomatis terdapat juga layanan Asuransi Syariah, begitu juga seti-
ap penjualan Asuransi Syariah Pemakaman oleh marketing perusa-
haan Asuransi Syariah otomatis juga memberikan layanan di
lembaga Pemakaman. Kerjasama sinergi antar dua lembaga ini
dalam bundling product dapat mempercepat proses penjualan dari
masing-masing agen atau marketing di kedua lembaga.
b) Harga kontribusi harus terjangkau, harga yang ditetapkan dalam
menyusun produk Asuransi Syariah Pemakaman harus sangat ter-
jangkau oleh konsumen, agar konsumen tidak terlalu dibebankan
dan setelah merasakan dan mengetahui manfaat dari produk ini,
maka harga dapat disesuaikan berdasarkan tingkat resiko dari ma-
sing-masing konsumen. Hal ini juga sudah menjadi hal yang lazim
bagi produk-produk baru, pihak perusahaan Asuransi Syariah ha-
rus dapat memberikan harga yang sangat terjangkau sebagai
bagian dari strategi pemasaran. Karena fokus awal adalah mem-
perkenalkan kepada masyarakat, sehingga konsumen dapat mera-
sakan layanan terlebih dahulu sampai waktu dimana konsumen
tersebut sudah menjadikan produk tersebut bagian yang semesti-
nya ada.
c) Desain simple, desain produk Asuransi Syariah Pemakaman, harus
simple dan sesuai dengan manfaat serta kebutuhan konsumen. Hal
ini untuk memudahkan konsumen dalam memahami produk terse-
but. Desain produk yang komplek bagi produk baru dapat juga
menjadi barier atau hambatan bagi konsumen untuk mengerti dan
memahami produk tersebut, semakin simple dan sederhana, maka
Dr. Abdul Ghoni | 177
semakin mudah bagi konsumen untuk mengingat dan mengerti
fungsi dan kebutuhan akan produk tersebut.18
Dari uraian deskriptif diatas mengenai penelitian ini tentang
model pengembangan bisnis Asuransi Syariah Pemakaman yang ter-
diri dari 3 aspek strategi pengembangan bisnis dan juga 3 aspek stra-
tegi pengembangan produk Asuransi Syariah di Indonesia, maka
penulis dapat memberikan kesimpulan bawah pengembangan Asuran-
si Syariah Pemakaman lebih efektif dengan kerjasama produk melalui
lembaga Pemakaman dan terdapat 3 (tiga) elemen penting dari pro-
duk Asuransi Syariah Pemakaman adalah edukasi pasar, distribusi
dan harga.
C. Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga
Pemakaman dalam Pengembangan Produk
Sinergi antara perusahaan asuransi syariah dan lembaga pema-
kaman dalam pengembangan produk pada masing-masing institusi
penting dilakukan karena pada dasarnya kedua institusi ini saling
menguatkan, melalui perusahaan asuransi syariah yang merupakan
lembaga keuangan dapat menjadi tahap perkenalan dan edukasi bagi
masyarakat dalam merencanakan keuangan dalam menghadapi
pengelolaan biaya kematian bagi keluarga yang semakin mahal dan
sulit. Lembaga keuangan juga dapat membantu lembaga pemakaman
komersial untuk membangun infrastruktur pemakaman yang lebih
baik juga layanan secara nasional maupun internasional.
Pada tahap awal pengembangan produk dikedua lembaga ini
dapat saling bekerjasama, baik dari sisi pengembangan produk bersa-
ma, kerjasama pemasaran dan edukasi masyarakat serta kerjasama
investasi.
1. Kerjasama produk untuk efisiensi dan efektifitas operasional
usaha
Agar kedua lembaga tersebut dalam memberikan layanan
pengelolaan keuangan dan jasa pemakaman kepada masyarakat lebih
18
Berdasarkan hasil wawancara dengan Mariana Kusuma Dewi,
General Manager, PT Nusantara Prima Sukses Sejati (Al Azhar Memorial
Garden), Tanggal 2 Maret 2017
178 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
efektif dan efisien dapat melalui kerjasama produk bersama, yaitu
dimana produk dari masing-masing lembaga dipadukan, sehingga
peserta mendapatkan satu layanan yang terpadu dan tidak terpisah-
pisah.19
2. Kerjasama pemasaran dan edukasi dimasyarakat
Dengan produk bersama, kedua lembaga tersebut juga dapat
melakukan kerjasama pemasaran bersama, yaitu dengan melakukan
cross selling produk, dimana masing-masing pemasar dari lembaga
tersebut dapat saling menjual produk di data peserta yang ada.20
3. Kerjasama investasi dalam pengembangan infrastruktur layananan
pemakaman
Dengan dana yang terkumpul dari perusahaan asuransi, maka
perusahaan asuransi syariah dapat ikut membantu dalam investasi
infrastruktur pemakaman, seperti kesediaan lahan pemakaman, laya-
nan call center, layanan repatriasi internasional dan lainnya.21
19
Berdasarkan hasil wawancara dengan Taufik Marjuniadi, ACII,
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), periode 2014-
2017 tertanggal 14 September 2017 20
Berdasarkan hasil wawancara dengan Saroyo, SE, AAAIJ, Senior
Manager PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi (JMAS), Tanggal 7
September 2017 dan Berdasarkan hasil wawancara dengan Sulaiman S.
Kom, Direktur Utama PT Insco Multi Pratama, tertanggal 12 Oktober 2017 21
Berdasarkan hasil wawancara dengan Taufik Marjuniadi, ACII,
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), periode 2014-
2017 tertanggal 14 September 2017 dan dengan Muktisjah, PPME- AIA
Amsterdam tertanggal 17 September 2017.
Dr. Abdul Ghoni | 179
BAB VI ANALISIS ELEMEN PRODUK
ASURANSI SYARIAH PEMAKAMAN DI INDONESIA
Analisis terhadap 6 (Enam) Kriteria dari produk Asuransi
Syariah dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu level 1 dan level 2, adapun
level 1 adalah terdiri dari level awal ke-6 kriteria tersebut, seperti pada
Gambar 6.1.
Gambar 6.1 Hirarki Prioritas AHP
Sumber: Data diolah
Dalam analisis ini akan menghasilkan prioritas dari masing-
masing kriteria diatas. Setelah itu dilakukan analisis di level ke-2,
yaitu merupakan analisis dari sub-kriteria/element dari produk Asu-
ransi Syariah mikro tersebut. Level 2, dapat terlihat pada Gambar
6.2.
180 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Gambar 6.2 Hirarki Prioritas AHP-Sublevel
Sumber: Data diolah
Di dalam level 2, maka analisis prioritas AHP dilakukan untuk
setiap sublevel kriteria produk Asuransi Syariah mikro tersebut.
A. Responden AHP
Responden berjumlah 3 (tiga) responden yang merupakan para
pakar yang terlibat di produk Asuransi Syariah Pemakaman di
masing-masing 3 institusi. Adapun responden tersebut merupakan
pihak-pihak yang terlibat secara langsung. Tabel berikut merupakan
unit/institusi di mana responden tersebut bertugas.
Tabel 6.1 Data Responden AHP
Unit/Institusi Jabatan
Responden 1 Al Azhar Memorial
Garden
General Manager
Marketing
Responden 2 PT Insco Multi Pratama
(Insurance Broker &
Consultants)
Direktur
Responden 3 PT Asuransi Syariah
Jiwa Mitra Abadi
Manajemen
Sumber: Data diolah
Dr. Abdul Ghoni | 181
Pada saat pengumpulan data, metode yang digunakan adalah
metode pengisian kuesioner. Metode pengisian kuesioner digunakan
untuk meminta pendapat responden mengenai tingkat kepentingan
masing-masing kriteria dari produk Asuransi Syariah mikro tersebut.
Responden diminta untuk mengisi dan memberikan penilaian masing-
masing kepentingan antara satu faktor dengan faktor lainnya dengan
tingkat/level penilaian.
B. Analisis atas Elemen Utama pada Produk Asuransi Syariah
Pemakaman
1. Perbandingan berpasangan untuk kriteria produk Asuransi Syariah
mikro
Untuk melakukan penilaian dalam teknik AHP, setiap model
dibuat berpasangan. Masing-masing model akan dipasang/disbanding-
kan dengan semua pilihan model. Khusus untuk model yang sama,
maka dinilai 1 (netral).
Tabel 6.2 Perbandingan Berpasangan Kriteria Produk
Asuransi Syariah Mikro
KRITERIA KP DP HP P D EP
KP 1
DP 1
HP 1
P
1
D
1
EP 1
Sumber: Data diolah
Adapun masing-masing kode dalam tabel meliputi: KP (Kebu-
tuhan Pasar), DP (Desain Produk), HP (Harga Premi), P (Proses), D
(Distribusi), dan EP (Edukasi Pasar)
182 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
2. Konsistensi
Mengingat model AHP memakai persepsi manusia sebagai
inputnya maka ketidak-konsistenan mungkin terjadi, karena
manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya
secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak
kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan
persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak.
Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat
ketidak-konsistenan respon yang diberikan responden. Jika CR <
0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria
yang diberikan konsisten. Jika CR > 0,1 maka nilai perbandingan
berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten,
sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada
matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus
diulang.
3. Analisis Jawaban Kuesioner Responden 1
Berikut adalah tabel tentang Kriteria produk Asuransi Syariah
mikro untuk jawaban Responden 1.
Tabel 6.3 Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah Mikro
Responden 1
Kriteria KP DP HP P D EP
KP 1,00 3,00 0,20 0,33 0,20 0,14
DP 0,33 1,00 0,14 0,14 0,14 0,11
HP 3,00 5,00 1,00 3,00 0,33 0,33
P 3,00 3,00 0,33 1,00 0,20 0,20
D 5,00 7,00 3,00 5,00 1,00 0,33
EP 7,00 9,00 3,00 5,00 3,00 1,00
TOTAL 19,33 28,00 7,67 14,47 4,87 2,11
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Tabel di atas merupakan tabel dari responden 1 (pertama)
dengan menggambarkan kecenderungan ke DP (Desain produk)
dengan score tertinggi, dimana setelah dimasukan ke tabel penilaian
bobot dan konsistensi pada Tabel 6.3 mendapatkan penilaian rata-
Dr. Abdul Ghoni | 183
rata tertinggi 2.2620 dan memiliki konsitensi dimana konsistensi
rationya 0,09 (dibawah batas tolerasi 0,1) yang terlihat dari Tabel
6.4. Memperhatikan data penilaian rata-rata tertinggi dan konsistensi
rasionya, maka data responden 1 dapat digunakan pada analisis tahap
berikutnya untuk menentukan prioritas pilihan dari semua responden.
Berikut adalah Tabel 6.4 di bawah adalah tabel untuk menilai
konsistensi jawaban responden 1 terhadap kuesioner yang diajukan.
Tabel 6.4 Penilaian dan Konsistensi
atas Jawaban Responden 1
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
4. Analisis Jawaban Kuesiner Responden 2
Berikut adalah tabel tentang Kriteria produk Asuransi Syariah
mikro untuk jawaban Responden 2.
Tabel 6.5 Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah
Mikro Responden 2
Kriteria KP DP HP P D EP
KP 1,00 1,00 0,33 1,00 0,33 0,14
DP 1,00 1,00 0,33 0,33 0,14 0,14
HP 3,00 3,00 1,00 1,00 1,00 0,20
P 1,00 3,00 1,00 1,00 0,33 0,20
D 3,00 5,00 1,00 3,00 1,00 0,33
EP 7,00 7,00 5,00 5,00 3,00 1,00
TOTAL 16,00 20,00 8,66 11,33 5,80 2,01
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Kriteria KP DP HP P D EP TOTAL AVERAGECONSISTANCY
MEASURE
KP 0,051724 0,107143 0,026066 0,022801 0,041044 0,066351 0,315129 0,052521 5,788008058
DP 0,017241 0,035714 0,018619 0,009871 0,029317 0,052133 0,162894 0,027149 5,981384732
HP 0,155172 0,178571 0,13033 0,207285 0,067722 0,156398 0,895478 0,149246 6,191604576
P 0,155172 0,107143 0,043009 0,069095 0,041044 0,094787 0,510249 0,085042 6,003097465
D 0,258621 0,25 0,390989 0,345474 0,205218 0,156398 1,6067 0,267783 6,465697277
EP 0,362069 0,321429 0,390989 0,345474 0,615655 0,473934 2,509549 0,418258 6,470994959
CI 0,030026236
RI 1,25
Cratio 0,024020988
184 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Tabel di atas merupakan tabel dari responden 2 (kedua) dengan
menggambarkan kecenderungan ke DP (Desain produk) dengan score
tertinggi, dimana setelah dimasukan ke tabel penilaian bobot dan
konsistensi pada Tabel 6.5 mendapatkan penilaian rata-rata tertinggi
2.2620 dan memiliki konsitensi dimana konsistensi rationya 0,09
(dibawah batas tolerasi 0,1) yang terlihat dari Tabel 6.6. Memper-
hatikan data penilaian rata-rata tertinggi dan konsistensi rasionya,
maka data responden 2 dapat digunakan pada analisis tahap berikut-
nya untuk menentukan prioritas pilihan dari semua responden. Berikut
dalah Tabel 6.6 di bawah adalah tabel untuk menilai konsistensi
jawaban responden 2 terhadap kuesioner yang diajukan.
Tabel 6.6 Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban Responden 2
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
5. Analisis Jawaban Kuesiner Responden 3
Berikut adalah tabel tentang Kriteria produk Asuransi Syariah
mikro untuk jawaban Responden 3
Tabel 6.7 Penilaian Kriteria Produk Asuransi
Syariah Mikro Responden 3
Kriteria KP DP HP P D EP
KP 1,00 3,00 0,20 0,20 0,20 0,20
DP 0,33 1,00 0,14 0,14 0,14 0,14
HP 7,00 9,00 1,00 3,00 3,00 0,20
P 5,00 3,00 3,00 1,00 0,14 0,14
DP 7,00 9,00 5,00 3,00 1,00 0,14
Kriteria KP DP HP P D EP TOTAL AVERAGECONSISTANCY
MEASUREKP 0,0625 0,05 0,038106 0,088261 0,056869 0,069553 0,365289 0,060881 6,178582687
DP 0,0625 0,05 0,038106 0,029126 0,024618 0,070972 0,275323 0,045887 6,049271332
HP 0,1875 0,15 0,115473 0,088261 0,172329 0,099361 0,812925 0,135487 6,181692022
P 0,0625 0,15 0,115473 0,088261 0,056869 0,099361 0,572464 0,095411 6,15142388
D 0,1875 0,25 0,115473 0,264784 0,172329 0,163946 1,154032 0,192339 6,141442344
EP 0,4375 0,35 0,577367 0,441306 0,516987 0,496806 2,819966 0,469994 6,274292488
CI 0,032556825
RI 1,25
Cratio 0,02604546
Dr. Abdul Ghoni | 185
EP 7,00 9,00 5,00 3,00 5,00 1,00
TOTAL 27,33 34,00 14,34 10,34 9,49 1,83
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Tabel di atas merupakan tabel dari responden 3 (ketiga) dengan
menggambarkan kecenderungan ke DP (Desain produk) dengan score
tertinggi, dimana setelah dimasukan ke tabel penilaian bobot dan
konsistensi pada Tabel 6.7 mendapatkan penilaian rata-rata tertinggi
2.2620 dan memiliki konsitensi dimana konsistensi rationya 0,09
(dibawah batas tolerasi 0,1) yang terlihat dari Tabel 6.8. Memper-
hatikan data penilaian rata-rata tertinggi dan konsistensi rasionya,
maka data responden 3 dapat digunakan pada analisis tahap beri-
kutnya untuk menentukan prioritas pilihan dari semua responden.
Berikut dalah Tabel 6.8 di bawah adalah tabel untuk menilai konsis-
tensi jawaban responden 3 terhadap kuesioner yang diajukan.
Tabel 6.8 Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban
Responden 3
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
6. Menghitung Bobot/Prioritas Kepentingan
Setelah hasil kuesioner dinilai, maka semua nilai responden
akan dilakukan perhitungan bobot/prioritas kepentingan dari
masing-masing variabel. Setelah penilaian dari 3 responden dida-
patkan, kemudian hasilnya dirata-rata menggunakan rata-rata geo-
metric (geometric mean), maka hasilnya ditunjukkan pada Tabel
6.9 di bawah ini:
Kriteria KP DP HP P D EP TOTAL AVERAGECONSISTANCY
MEASURE
KP 0,036585 0,088235 0,013944 0,019337 0,019337 0,019337 0,196776 0,032796 7,300766331
DP 0,012195 0,029412 0,00996 0,013812 0,013812 0,013812 0,093004 0,015501 9,084621209
HP 0,256098 0,264706 0,069721 0,290055 0,290055 0,019337 1,189972 0,198329 7,879293532
P 0,182927 0,088235 0,209163 0,096685 0,013812 0,013812 0,604635 0,100772 9,703997229
DP 0,256098 0,264706 0,348606 0,290055 0,096685 0,013812 1,269962 0,21166 9,052794273
EP 0,256098 0,264706 0,348606 0,290055 0,483425 0,096685 1,739575 0,289929 10,38622238
CI 1,633760831
RI 0,9
Cratio 1,815289812
186 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Tabel 6.9 Prioritas Kepentingan (Bobot) Prioritas Elemen
TOTAL BOBOT
PERINGKAT
PRIORITAS AVERAGE
KP 0,053257 5,33% 5
DP 0,033737 3,37% 6
HP 0,170168 17,02% 3
P 0,092701 9,27% 4
DP 0,219366 21,94% 2
EP 0,430771 43,08% 1
Total 100,00%
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Tabel 6.9 diatas menunjukkan bobot kepentingan dari prioritas
elemen produk Asuransi Syariah Pemakaman dengan urutan sesuai
prioritas pilihan dari responden sbb:
1) Prioritas I, yaitu Edukasi Pasar dengan nilai 0,4308 atau 43,08%.
2) Prioritas II, yaitu Distribusi dengan nilai 0,2194 atau 21,94%.
3) Prioritas III adalah Harga Premi dengan nilai 0,1702 atau 17,02%.
4) Prioritas IV adalah Proses dengan nilai 0,0927 atau 9,27%.
5) Prioritas V adalah Kebutuhan Pasar dengan nilai 0,0532 atau
5,32%.
6) Prioritas VI adalah Desain Produk dengan nilai 0,0337 atau
3,37%.
Berdasarkan Tabel 6.9. dari tiga responden, maka dapat disim-
pulkan 3 elemen utama yang prioritas adalah Edukasi pasar, distribusi
dan Harga.
Dr. Abdul Ghoni | 187
Gambar 6.3. Hasil Output Prioritas Elemen
Produk Asuransi Syariah Pemakaman
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Berdasarkan hasil output diatas, maka dapat disimpulkan bah-
wa produk Asuransi Syariah Pemakaman masih perlu dilakukan
edukasi kepada masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa produk ini
masih relatif baru dan masih belum banyak yang mengetahui,
sehingga perlu dilakukan edukasi terlebih dahulu. Selama ini memang
produk Pemakaman, masih merupakan perlindungan tambahan dalam
polis Asuransi Syariah kecelakaan ataupun polis Asuransi Syariah
jiwa, bukan produk yang berdiri sendiri (stay alone). Selain edukasi
pasar, produk ini juga masih memerlukan distribusi yang kuat, karena
kebutuhan pasar masih relatif terbatas, distribusi yang utama saat ini
masih melalui LKM. Selain edukasi dan distribusi, tak kalah penting
juga, produk Asuransi Syariah Pemakaman harus menawarkan harga
yang relatif terjangkau atau murah, sehingga peserta tidak perlu
banyak pertimbangan untuk membayar produk ini, dengan harga yang
terjangkau juga, maka produk ini jauh lebih mudah untuk di bundling
dengan produk atau jasa lainnya yang berkaitan, seperti layanan
Pemakaman.
Hal diatas juga sesuai dengan keadaan dan fakta yang terjadi di
industri Asuransi Syariah di Indonesia dan negara lain, seperti Malay-
sia, dimana pengembangan Asuransi Syariah masih terkendala ba-
nyak hal seperti: (1) Kurangnya kesadaran masyarakat akan pen-
tingnya keberadaan Asuransi syariah; (2) Masih terbatasnya produk-
produk yang ditawarkan oleh asuransi syariah; (3) Kurangnya sosiali-
Priorities with respect to:
Goal : Prioritas Elemen Produk Takaful Funeral
Edukasi Pasar 0,431
Distribusi 0,219
Harga Premi 0,170
Proses 0,093
Kebutuhan Pasar 0,053
Desain Produk 0,034
Incosistency = 0.05
with 0 missing judgments
188 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
sasi dan edukasi masyarakat mengenai asuransi syariah. Selain itu
kendala-kendala diatas yang menjadi penyebab relative rendahnya
penetrasi pasar Asuransi Syariah dalam sepuluh tahun terakhir adalah
dikarenakan rendahnya dana yang memback up perusahaan asuransi
syariah, promosi dan edukasi pasar yang relative belum dilakukan
secara efektif (terkait dengan lemahnya dana), belum timbulnya
industri penunjang asuransi syariah seperti broker-broker asuransi
syariah, agen, adjuster, dan lain sebagainya, produk dan layanan
belum diunggulkan diatas produk konvensional, posisi pasar yang
masih ragu antara penerapan konsep syariah yang menyeluruh dengan
kenyataan bisnis di lapangan yang terkadang sangat jauh dari prinsip
syariah, dukungan kapasitas reasuransi yang masih terbatas (terkait
juga dengan dana) dan belum adanya inovasi produk dan layanan
yang benar-benar digali dari konsep dasar syariah1, di Malaysia juga
melakukan terobosan agar penetrasi pasar menjadi meningkat, adalah
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait produk Asuransi
Syariah, selain itu juga distribusi yang belum sebanyak asuransi kon-
vensional, posisi pasar produk Asuransi Syariah yang harus jelas dan
unik, menciptakan produk-produk baru sesuai dengan kebutuhan
peserta, mengembangkan teknologi untuk meningkatkan layanan
peserta, manajemen resiko, reAsuransi Syariah, investasi dan aliansi
strategi dengan organisasi Islam2.
1. Analisis atas Sub-Elemen pada Produk Asuransi Syariah
Pemakaman
Responden dalam hal ini diminta untuk mengisi indikator dari
masing-masing sub-elemen, yaitu:
a. Sub-elemen Kebutuhan Pasar, meliputi: Individu (I) dan
Kumpulan (K);
b. Sub-elemen Desain Produk, meliputi: Penampilan (P), Fungsi
(F), Atribut (A);
c. Sub-elemen Harga Premi, meliputi: Terjangkau (T), Compa-
rabel (C), Sesuai fungsi (Sf);
1 Muhammad Maksum. Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan
Indonesia. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011. 2 Kamaruddin Sharif. Asuransi Syariah – Development and
Challenges Over 20 Years of Its Existence in Malaysia. Jurnal Pengurusan
23(2004) 3-13
Dr. Abdul Ghoni | 189
d. Sub-elemen Proses, meliputi: Akseptasi (A), Klaim (K);
e. Sub-elemen Distribusi, meliputi: Broker (B), Agent (A), LKM;
f. Sub-elemen Edukasi Pasar, meliputi: Promosi (P), Kurikulum
(K), Agent (A).
Untuk mewujudkan prioritas dari setiap indikator sub-element
tersebut, responden diminta untuk memberikan penilaian tingkat
kepentingan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang
lain. Berikut ini hasil dari perbandingan berpasangan dari masing-
masing sub-elemen.
1) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen kebutuhan pasar
Tabel 6.10 Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 1
Kriteria I K
I 1,00 0,20
K 5,00 1,00
TOTAL 6,00 1,20
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.10 terkait elemen kebutuhan pasar dari hasil
responden 1 menyatakan bahwa sub-elemen Kumpulan (K) lebih
prioritas dibandingkan sub-elemen Individu (I) dengan perbandingan
5x atau 1:5.
Tabel 6.11 Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 2
Kriteria I K
I 1,00 0,33
K 3,00 1,00
TOTAL 4,00 1,33
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.11 terkait elemen kebutuhan pasar dari hasil
responden 2 menyatakan bahwa sub-elemen Kumpulan (K) lebih
190 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
prioritas dibandingkan sub-elemen Individu (I) dengan perbandingan
3x atau 1:3.
Tabel 6.12 Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 3
Kriteria I K
I 1,00 0,14
K 7,00 1,00
TOTAL 8,00 1,14
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.12 terkait elemen kebutuhan pasar dari hasil
responden 3 menyatakan bahwa sub-elemen Kumpulan (K) lebih
prioritas dibandingkan sub-elemen Individu (I) dengan perbandingan
7x atau 1:7.
2) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Desain Produk
Tabel 6.13 Sub-elemen Desain Produk Responden 1 Kriteria P F A
P 1,00 0,14 0,33
F 7,00 1,00 5,00
A 3,00 0,20 1,00
TOTAL 11,00 1,34 6,33
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.13 terkait elemen desain produk dari hasil respon-
den 1 menyatakan bahwa sub-elemen fungsi (F) lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen penampilan (P) dengan perbandingan 7x
atau 1:7 dan sub-elemen atribut (A) lebih prioritas dibandingkan sub-
elemen penampilan (P) dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-
elemen fungsi (F) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-
elemen atribut (A) dengan perbandingan 5x atau 1:5.
Dr. Abdul Ghoni | 191
Tabel 6.14 Sub-elemen Desain Produk Responden 2
Kriteria P F A
P 1,00 0,33 0,14
F 3,00 1,00 0,20
A 7,00 5,00 1,00
TOTAL 11,00 6,33 1,34
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.14 terkait elemen desain produk dari hasil respon-
den 2 menyatakan bahwa sub-elemen fungsi (F) lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen penampilan (P) dengan perbandingan 3x
atau 1:3 dan sub-elemen atribut (A) lebih prioritas dibandingkan sub-
elemen penampilan (P) dengan perbandingan 7x atau 1:7 serta sub-
elemen atribut (A) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-
elemen fungsi (F) dengan perbandingan 5x atau 1:5.
Tabel 6.15 Sub-elemen Desain Produk Responden 3
Kriteria P F A
P 1,00 0,14 0,33
F 7,00 1,00 5,00
A 3,00 0,20 1,00
TOTAL 11,00 1,34 6,33
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.15 terkait elemen desain produk dari hasil
responden 3 menyatakan bahwa sub-elemen fungsi (F) lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen penampilan (P) dengan perbandingan 7x
atau 1:7 dan sub-elemen atribut (A) lebih prioritas dibandingkan sub-
elemen penampilan (P) dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-
elemen fungsi (F) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-
elemen atribut (A) dengan perbandingan 5x atau 1:5.
192 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
3) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Harga Premi
Tabel 6.16 Sub-elemen Harga Premi Responden 1
Kriteria T C Sf
T 1,00 7,00 5,00
C 0,14 1,00 0,33
Sf 0,20 3,00 1,00
TOTAL 1,34 11,00 6,33
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.16 terkait elemen harga premi dari hasil responden
1 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau (T) lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 7x
atau 1:7 dan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) lebih prioritas diban-
dingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 3x atau 1:3
serta sub-elemen terjangkau (T) juga lebih prioritas dibandingkan
dengan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) dengan perbandingan 5x atau
1:5.
Tabel 6.17 Sub-elemen Harga Premi Responden 2
Kriteria T C Sf
T 1,00 7,00 5,00
C 0,14 1,00 0,33
Sf 0,20 3,00 1,00
TOTAL 1,34 11,00 6,33
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.17 terkait elemen harga premi dari hasil responden
2 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau (T) lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 7x
atau 1:7 dan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) lebih prioritas diban-
dingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 3x atau 1:3
serta sub-elemen terjangkau (T) juga lebih prioritas dibandingkan
Dr. Abdul Ghoni | 193
dengan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) dengan perbandingan 5x atau
1:5.
Tabel 6.18 Sub-elemen Harga Premi Responden 3
Kriteria T C Sf
T 1,00 3,00 0,20
C 0,33 1,00 0,14
Sf 5,00 7,00 1,00
TOTAL 6,33 11,00 1,34
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.18 terkait elemen harga premi dari hasil responden
3 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau (T) lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 3x
atau 1:3 dan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) lebih prioritas diban-
dingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 7x atau 1:7
serta sub-elemen sesuai fungsi (Sf) juga lebih prioritas dibandingkan
dengan sub-elemen terjangkau (T) dengan perbandingan 5x atau 1:5.
4) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Proses
Tabel 6.19 Sub-elemen Proses Responden 1
Kriteria A K
A 1,00 0,14
K 7,00 1,00
TOTAL 8,00 1,14
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.19 terkait elemen proses dari hasil responden 1
menyatakan bahwa sub-elemen Klaim (K) lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen akseptasi (A) dengan perbandingan 7x atau
1:7.
194 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Tabel 6.20 Sub-elemen Proses Responden 2
Kriteria A K
A 1,00 3,00
K 0,33 1,00
TOTAL 1,33 4,00
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.20 terkait elemen proses dari hasil responden 2
menyatakan bahwa sub-elemen akseptasi (A) lebih prioritas diban-
dingkan sub-elemen Klaim (K) dengan perbandingan 3x atau 1:3.
Tabel 6.21 Sub-elemen Proses Responden 3
Kriteria A K
A 1,00 7,00
K 0,14 1,00
TOTAL 1,14 8,00
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.21 terkait elemen proses dari hasil responden 3
menyatakan bahwa sub-elemen akseptasi (A) lebih prioritas diban-
dingkan sub-elemen Klaim (K) dengan perbandingan 7x atau 1:7.
5) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Distribusi
Tabel 6.22 Sub-elemen Distribusi Responden 1
Kriteria B A LKM
B 1,00 1,00 0,30
A 1,00 1,00 0,20
LKM 3,00 5,00 1,00
TOTAL 5,00 7,00 1,50
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dr. Abdul Ghoni | 195
Dari Tabel 6.22 terkait elemen distribusi dari hasil responden 1
menyatakan bahwa sub-elemen agent (A) sama prioritas dibandingkan
sub-elemen broker (B) dengan perbandingan 1x atau 1:1 dan sub-
elemen LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker (B)
dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-elemen LKM juga lebih
prioritas dibandingkan dengan sub-elemen agent (A) dengan
perbandingan 5x atau 1:5.
Tabel 6.23 Sub-elemen Distribusi Responden 2
Kriteria B A LKM
B 1,00 3,00 0,20
A 0,33 1,00 0,14
LKM 5,00 7,00 1,00
TOTAL 6,33 11,00 1,34
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.23 terkait elemen distribusi dari hasil responden 2
menyatakan bahwa sub-elemen broker (B) lebih prioritas dibanding-
kan sub-elemen agent (A) dengan perbandingan 3x atau 1:3 dan sub-
elemen LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker (B)
dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-elemen LKM juga lebih
prioritas dibandingkan dengan sub-elemen agent (A) dengan
perbandingan 7x atau 1:7.
Tabel 6.24 Sub-elemen Distribusi Responden 3
Kriteria B A LKM
B 1,00 1,00 0,20
A 1,00 1,00 0,14
LKM 5,00 7,00 1,00
TOTAL 7,00 9,00 1,34
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.24 terkait elemen distribusi dari hasil responden 3
menyatakan bahwa sub-elemen agent (A) sama prioritas dibandingkan
196 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
sub-elemen broker (B) dengan perbandingan 1x atau 1:1 dan sub-
elemen LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker (B)
dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-elemen LKM juga lebih
prioritas dibandingkan dengan sub-elemen agent (A) dengan
perbandingan 7x atau 1:7.
6) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Edukasi Pasar
Tabel 6.25 Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 1
Kriteria P K A
P 1,00 0,20 0,14
K 5,00 1,00 0,33
A 7,00 3,00 1,00
TOTAL 13,00 4,20 1,47
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.25 terkait elemen edukasi pasar dari hasil respon-
den 1 menyatakan bahwa sub-elemen kurikulum (K) lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen promosi (P) dengan perbandingan 5x atau
1:5 dan sub-elemen agent (A) lebih prioritas dibandingkan sub-elemen
promosi (P) dengan perbandingan 7x atau 1:7 serta sub-elemen agent
(A) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-elemen kurikulum
(K) dengan perbandingan 3x atau 1:3.
Tabel 6.26 Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 2
Kriteria P K A
P 1,00 3,00 0,20
K 0,33 1,00 0,14
A 5,00 7,00 1,00
TOTAL 6,33 11,00 1,34
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.26 terkait elemen edukasi pasar dari hasil res-
ponden 2 menyatakan bahwa sub-elemen promosi (P) lebih prioritas
Dr. Abdul Ghoni | 197
dibandingkan sub-elemen kurikulum (K) dengan perbandingan 3x
atau 1:3 dan sub-elemen agent (A) lebih prioritas dibandingkan sub-
elemen promosi (P) dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-
elemen agent (A) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-
elemen kurikulum (K) dengan perbandingan 7x atau 1:7.
Tabel 6.27 Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 3
Kriteria P K A
P 1,00 3,00 0,20
K 0,33 1,00 0,14
A 5,00 7,00 1,00
TOTAL 6,33 11,00 1,34
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari Tabel 6.27 terkait elemen edukasi pasar dari hasil respon-
den 3 menyatakan bahwa sub-elemen promosi (P) lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen kurikulum (K) dengan perbandingan 3x
atau 1:3 dan sub-elemen agent (A) lebih prioritas dibandingkan sub-
elemen promosi (P) dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-
elemen agent (A) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-
elemen kurikulum (K) dengan perbandingan 7x atau 1:7.
Berdasarkan hasil perbandingan berpasangan tersebut akan
dihitung konsistensi indeks dan setiap penilaian responden akan
dilihat konsistensi indeks dan rasio konsistensinya. pengisian/peni-
laian untuk semua elemen produk mikro Asuransi Syariah. Indikator
yang penilaiannya tidak konsisten akan dikeluarkan dari perhitungan
rata-rata bobot penilaian. Tabel 6.28 menunjukkan hasil penilaian
untuk konsistensi indeks masing-masing responden dan masing-
masing indikator.
198 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Tabel 6.28 Hasil Perhitungan Konsistensi Index Penilaian
Responden
Kebutuh
an Pasar
Desain
Produk
Harga
Premi Proses Distribusi
Edukasi
Pasar
Responden 1 0,31 0,16 0,89 0,51 0,51 0,51
Responden 2 0,05 0,37 0,06 0,04 0,04 0,04
Responden 3 0,12 0,07 0,06 0,49 0,49 0,49
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Selanjutnya dihitung nilai RI (Random Indeks) dengan hasil
0,9. Untuk kriteria yang berjumlah 4 (empat) faktor dihasilkan dari
tabel Saaty, nilai RI adalah 0,89. Dengan diketahui nilai konsistensi
indeks dan random indeks dihitung rasio konsistensi. Apabila rasio
konsistensi kurang dari 0,1, perhitungan dapat diterima yang selan-
jutnya dapat diperhitungkan dalam mencari rata-rata prosentase
tingkat kepentingan. Rasio konsistensi dapat dilihat di Tabel 6.29.
Tabel 6.29 Hasil Rasio Konsistensi Penilaian Responden
Kebutuh
an Pasar
Desain
Produk
Harga
Premi
Proses Distribusi Edukasi
Pasar
Responden 1 0,31 0,09 0,24 0,24 0,24 0,24
Responden 2 0,05 0,37 0,06 0,04 0,04 0,04
Responden 3 0,12 0,07 0,06 0,49 0,49 0,07
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Hasil penilaian yang konsisten untuk setiap elemen produk
Asuransi Syariah mikro tersebut kemudian dihitung rata-rata hasil
prosentase masing-masing elemen tersebut. Untuk masing-masing
elemen yang akan dihasilkan berapa rata-rata prosentase masing-
masing yang dapat dilihat pada Tabel 6.30 sampai dengan Tabel 6.35.
Dr. Abdul Ghoni | 199
Tabel 6.30 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Kebutuhan Pasar
RESPONDEN KP
I K
Responden 1 0,17 0,83
Responden 2 0,249 0,751
Responden 3 0,12 0,88
Jumlah 0,539 2,461
Rata-Rata 0,179667 0,820333
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara
sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen
kebutuhan pasar di Tabel 6.30, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen
kumpulan (K) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi
dibandingkan dengan sub-elemen individu (I) dengan bobot
prosentase 82 %.
Gambar 6.4. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen
Kebutuhan Pasar
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Ini menunjukkan bahwa target pasar terbesar dari Asuransi
Syariah mikro, khususnya produk Pemakaman adalah dari kumpulan,
yang berupa lembaga keuangan mikro, asosiasi, komunitas, dan
organisasi Islam. Hal ini juga sesuai dengan berbagai penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa produk Asuransi Syariah mikro
masih di dominasi oleh pasar yang sifatnya kelembagaan bukan
Priorities with respect to:
Goal : Kebutuhan Pasar
Kumpulan 0,820
Individu 0,180
Incosistency = 0.05
with 0 missing judgmentsIndiv idu 0,180Kumpulan 0,820
200 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
individu, hal ini karenakan harga yang relatif murah, sehingga lebih
efektif untuk dipasarkan secara kumpulan dibandingkan secara indi-
vidu. Hal ini juga sesuai dengan data yang ada bahwa dari jumlah
pemegang polis asuransi di Indonesia yang hanya 67 juta lebih ba-
nyak asuransi dalam bentuk kumpulan, yaitu di mana 10 juta asuransi
individu dan 57 juta asuransi kumpulan.
Tabel 6.31 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Desain Produk
RESPONDEN DP
P F A
Responden 1 0,08 0,72 0,19
Responden 2 0,083 0,193 0,724
Responden 3 0,08 0,72 0,19
Jumlah 0,243 1,633 1,104
Rata-Rata 0,081 0,544333 0,368
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara
sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen
desain produk di tabel 42, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen
fungsi (F) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi
dibandingkan dengan elemen-elemen lainnya dengan bobot prosentase
54 %. Faktor yang kedua adalah sub-sub-elemen atribut (A) dengan
bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 36 % dan faktor ketiga
dengan memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 8 %
adalah elemen penampilan.
Gambar 6.5. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Desain Produk
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Priorities with respect to:
Goal : Desain Produk
Fungsi 0,544
Atribut 0,368
Penampilan 0,081
Incosistency = 0.05
with 0 missing judgmentsPenampi lan 0,081Atribut 0,368
Fungs i 0,544
Dr. Abdul Ghoni | 201
Hal ini menunjukkan bahwa dalam desain produk Asuransi
Syariah mikro untuk Pemakaman fungsi menjadi lebih penting diban-
dingkan atribut maupun penampilan, karena konsumen merupakan
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan lebih mengedepankan
fungsi saat memutuskan untuk menjadi peserta Asuransi Syariah.
Untuk produk Asuransi Syariah mikro yang merupakan target pasar
menengah kebawah, tidak terlalu melihat penampilan dan atribut
sebagai sesuatu yang penting, namun fungsi menjadi pertimbangan
yang utama dalam menentukan pilihan produk. Selain itu produk
Asuransi Syariah atau asuransi masih merupakan produk yang tergo-
long produk mewah, sehingga fungsi menjadi penekanan diban-
dingkan elemen lainnya.
Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara
sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen harga
premi di tabel 43, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen terjangkau
(T) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-
dingkan dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 54 %.
Faktor yang kedua adalah sub elemen sesuai fungsi (Sf) dengan bobot
prosentase tingkat kepentingan sebesar 36 % dan faktor ketiga dengan
memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 8 % adalah
sub-elemen comparabel.
Tabel 6.32 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Harga Premi
RESPONDEN HP
T C Sf
Responden 1 0,72 0,08 0,19
Responden 2 0,724 0,083 0,193
Responden 3 0,19 0,08 0,72
Jumlah 1,634 0,243 1,103
Rata-Rata 0,544667 0,081 0,367667
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal harga premi produk
Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman terjangkau menjadi lebih
penting dibandingkan sesuai fungsi maupun comparabel, hal ini
dikarenakan konsumen merupakan masyarakat yang berpenghasilan
202 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
rendah dan lebih mengedepankan harga yang terjangkau saat
memutuskan untuk menjadi peserta Asuransi Syariah.
Gambar 6.6. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Harga Premi
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Tabel 6.33 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Proses
RESPONDEN P
A K
Responden 1 0,12 0,88
Responden 2 0,75 0,25
Responden 3 0,88 0,12
Jumlah 1,75 1,25
Rata-Rata 0,583333 0,416667
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara
sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen
proses di tabel 44, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen akseptasi (A)
yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan
dengan sub-klaim (k) dengan bobot prosentase 58 % dan klaim 41%.
Priorities with respect to:
Goal : Harga Premi
Terjangkau 0,545
Sesuai Fungsi 0,368
Comparabel 0,081
Incosistency = 0.05
with 0 missing judgmentsComparabel 0,081Sesuai Fungs i 0,368
Terjangkau 0,544667
Dr. Abdul Ghoni | 203
Gambar 6.7. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Proses
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Hal ini menunjukkan bahwa peserta masih lebih mengedepan-
kan proses akseptasi yang cepat, karena nilai premi yang kecil dan
mungkin bukan suatu kegiatan yang penting, sehingga semakin proses
akseptasinya sederhana menjadi semakin menarik dan tidak perlu
waktu lama dalam mengambil keputusan, selain itu proses akseptasi
yang simple juga pembayaran premi yang simple menjadi hal yang
penting dalam produk Asuransi Syariah Pemakaman.
Tabel 6.34 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Distribusi
RESPONDEN Distribusi
B A LKM
Responden 1 0,18 0,16 0,66
Responden 2 0,19 0,08 0,72
Responden 3 0,13 0,12 0,75
Jumlah 0,5 0,36 2,13
Rata-Rata 0,166667 0,12 0,71
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara
sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen
distribusi di tabel 45, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen LKM
yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan
dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 71%. Faktor
yang kedua adalah sub elemen broker (B) dengan bobot prosentase
tingkat kepentingan sebesar 16 % dan sub-elemen ketiga dengan
Priorities with respect to:
Goal : Proses
Akseptasi 0,583
Klaim 0,417
Incosistency = 0.05
with 0 missing judgmentsKlaim 0,417Akseptasi 0,583
204 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 12 % adalah
sub-elemen agent.
Gambar 6.8. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Distribusi
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal distribusi produk
Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman melalui LKM merupakan
saluran yang utama untuk menjangkau peserta, dibandingkan saluran
distribusi lain, yaitu agent dan broker. Hal ini wajar terjadi, karena
memang target pasar yang ada lebih dominan kumpulan dibandingkan
individu. Distribusi juga merupakan salah satu faktor-faktor yang
mungkin menjadi tantangan industri asuransi Indonesia kedepan
adalah, seperti di bawah ini: 3(a) Perlambatan ekonomi yang akan
menurunkan permintaan (demand) pasar asuransi dan juga kondisi
pasar modal, pertumbuhan asuransi umum tergantung kinerja sektor
riil dengan melambatnya perekonomian pada satu sampai dua tahun
terakhir ini membuat indutri asuransi menghadapi perlambatan per-
tumbuhan karena masyarakat lebih memilh untuk memenuhi kebu-
tuhan pokoknya dahulu ketimbang untuk ikut asuransi; (b) Dari sisi
permodalan industri asuransi dalam hal ini perusahaan asuransi harus
memenuhi kebutuhan modal minimal sekitar Rp. 100 miliar; (c) Ada-
nya kompetisi terbuka untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) dimana Indonesia ikut serta di dalamnya; (d) Kurang-
nya sumber daya manusia yang paham dengan asuransi syariah; (e)
Masih rendahnya kesadaran pentingnya asuransi bagi masyarakat,
rendahnya pertumbuhan asuransi salah satunya diakibatnya rendah
pendidikan masyarakat Indonesia dan juga masyarakat masih anti
3 M. Arif Hakim. Asuransi Mikro Syariah: Kendala Dan Tantangan.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
Priorities with respect to:
Goal : Distribusi
LKM 0,710
Broker 0,167
Agent 0,120
Incosistency = 0.05
with 0 missing judgmentsBroker 0,120Agent 0,167
LKM 0,71
Dr. Abdul Ghoni | 205
dengan asuransi. (f) Banyak produk asuransi yang masih konvensio-
nal;
Tabel 6.35 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat
Kepentingan Sub-Elemen Edukasi Pasar
RESPONDEN EP
P K A
Responden 1 0,07 0,28 0,63
Responden 2 0,19 0,08 0,71
Responden 3 0,21 0,09 0,75
Jumlah 0,47 0,45 2,09
Rata-Rata 0,156667 0,15 0,696667
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
(g) masih kurangnya produk-produk asuransi yang bisa men-
jangkau kelas menengah bawah dan kelas bawah, karena selama ini
asuransi adalah produk yang biayanya sangat mahal inovasi produk-
produk asuransi yang rendah; (h) Terbatasnya kapasitas risk coverage industri asuransi nasional. Kapasitas perusahaan asuransi dan reasu-
ransi nasional kita masih relatif terbatas untuk dapat mencakup risiko
terutama projek-projek berskala besar; (i) Rendahnya aksesibilitas
dan distribusi produk asuransi ditengah-tengah masyarakat. Keha-
diran kantor asuransi di daerah-daerah masih tergolong rendah; (j)
Susah jika melakukan klaim asuransi. Jauhnya masyarakat terhadap
produk asuransi selain dari tingkat literasi keuangan yang masih
kurang. Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara
sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen
edukasi pasar di tabel 46, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen agent
(A) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-
dingkan dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 69%.
Faktor yang kedua adalah sub elemen promosi (P) dan kurikulum (K)
dengan bobot prosentase tingkat kepentingan hampir sama, yaitu
sebesar 12 %.
206 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Gambar 6.9. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Edukasi Pasar
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal edukasi pasar produk
Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman saat ini melalui agent
merupakan pilihan yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Syariah,
karena selain biaya yang murah dibandingkan promosi ataupun
kurikulum yang dibutuhkan kebijakan pemerintah, agen juga lebih
menjangkau luas dalam menggarap potensi pasar yang ada.
Gambar 6.10. Gambar Hirarki Analisa Tingkat Kepentingan
Elemen Produk Asuransi Syariah Pemakaman
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Priorities with respect to:
Goal : Edukasi Pasar
Agent 0,697
Promosi 0,157
Kurikulum 0,150
Incosistency = 0.05
with 0 missing judgmentsKurikulum 0,150Promosi 0,157
Agent 0,696667
Dr. Abdul Ghoni | 207
C. Analisis Sub Elemen-elemen Produk Asuransi Syariah
Pemakaman
1. Kebutuhan pasar
Kebutuhan pasar merupakan bagian dari ke-6 elemen produk
Asuransi Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-5, yaitu
dengan nilai 5,32%, yang terdiri dari 2 elemen, yaitu dari segmen
Individu dan segmen kumpulan. Berdasarkan hasil questioner AHP,
didapat bahwa responden 1 menyatakan bahwa sub-elemen Kumpu-
lan lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Individu dengan perban-
dingan 5x atau 1:5. Untuk hasil responden 2 menyatakan bahwa sub-
elemen Kumpulan lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Individu
dengan perbandingan 3x atau 1:3. Serta untuk hasil responden 3
menyatakan bahwa sub-elemen Kumpulan lebih prioritas dibanding-
kan sub-elemen Individu dengan perbandingan 7x atau 1:7.
Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-
ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari
elemen kebutuhan pasar dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen kum-
pulan yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi
dibandingkan dengan sub-elemen individu dengan bobot prosentase
82 %.
2. Desain produk Desain produk merupakan bagian dari ke-6 elemen produk
Asuransi Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-6, yang
terdiri dari 3 elemen, yaitu penampilan, atribut dan fungsi dengan nilai
3,37%. Berdasarkan hasil questioner AHP, didapat bahwa hasil res-
ponden 1 menyatakan bahwa sub-elemen fungsi lebih prioritas diban-
dingkan sub-elemen penampilan dengan perbandingan 7x atau 1:7
dan sub-elemen atribut lebih prioritas dibandingkan sub-elemen
penampilan dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-elemen fungsi
juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-elemen atribut dengan
perbandingan 5x atau 1:5. Untuk hasil responden 2 menyatakan
bahwa sub-elemen fungsi lebih prioritas dibandingkan sub-elemen
penampilan dengan perbandingan 3x atau 1:3 dan sub-elemen atribut
lebih prioritas dibandingkan sub-elemen penampilan dengan perban-
dingan 7x atau 1:7 serta sub-elemen atribut juga lebih prioritas diban-
dingkan dengan sub-elemen fungsi dengan perbandingan 5x atau 1:5.
208 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Serta untuk hasil responden 3 menyatakan bahwa sub-elemen
fungsi lebih prioritas dibandingkan sub-elemen penampilan dengan
perbandingan 7x atau 1:7 dan sub-elemen atribut lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen penampilan dengan perbandingan 3x atau
1:3 serta sub-elemen fungsi juga lebih prioritas dibandingkan dengan
sub-elemen atribut dengan perbandingan 5x atau 1:5.
Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-
ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari
elemen desain produk, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen fungsi
yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibanding-
kan dengan elemen-elemen lainnya dengan bobot prosentase 54 %.
Faktor yang kedua adalah sub-sub-elemen atribut dengan bobot pro-
sentase tingkat kepentingan sebesar 36 % dan faktor ketiga dengan
memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 8 % adalah
elemen penampilan
3. Harga Premi
Harga premi merupakan bagian dari ke-6 elemen produk Asu-
ransi Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-3, yaitu dengan
nilai 17,02%, %, yang terdiri dari 3 elemen, yaitu terjangkau, compa-
rabel dan sesuai fungsi. Berdasarkan hasil questioner AHP, didapat
bahwa hasil responden 1 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau
lebih prioritas dibandingkan sub-elemen comparabel dengan perban-
dingan 7x atau 1:7 dan sub-elemen sesuai fungsi lebih prioritas diban-
dingkan sub-elemen comparabel dengan perbandingan 3x atau 1:3
serta sub-elemen terjangkau juga lebih prioritas dibandingkan dengan
sub-elemen sesuai fungsi dengan perbandingan 5x atau 1:5. Untuk
hasil responden 2 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau lebih
prioritas dibandingkan sub-elemen comparabel dengan perbandingan
7x atau 1:7 dan sub-elemen sesuai fungsi lebih prioritas dibandingkan
sub-elemen comparabel dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-
elemen terjangkau juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-
elemen sesuai fungsi dengan perbandingan 5x atau 1:5.
Serta untuk hasil responden 3 menyatakan bahwa sub-elemen
terjangkau lebih prioritas dibandingkan sub-elemen comparabel
dengan perbandingan 3x atau 1:3 dan sub-elemen sesuai fungsi lebih
prioritas dibandingkan sub-elemen comparabel dengan perbandingan
7x atau 1:7 serta sub-elemen sesuai fungsi juga lebih prioritas diban-
Dr. Abdul Ghoni | 209
dingkan dengan sub-elemen terjangkau dengan perbandingan 5x atau
1:5.
Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-
ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari
elemen harga, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen terjangkau yang
lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan
dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 54 %. Faktor
yang kedua adalah sub elemen sesuai fungsi dengan bobot prosentase
tingkat kepentingan sebesar 36 % dan faktor ketiga dengan memiliki
bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 8 % adalah sub-elemen
comparabel.
4. Proses
Proses merupakan bagian dari ke-6 elemen produk Asuransi
Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-4, yaitu dengan nilai
9,27% yang terdiri dari 2 elemen, yaitu akseptasi dan klaim. Berda-
sarkan hasil questioner AHP, didapat bahwa hasil responden 1 me-
nyatakan bahwa bahwa sub-elemen Klaim lebih prioritas dibanding-
kan sub-elemen akseptasi dengan perbandingan 7x atau 1:7. Untuk
hasil responden 2 menyatakan bahwa sub-elemen akseptasi lebih
prioritas dibandingkan sub-elemen Klaim dengan perbandingan 3x
atau 1:3. Serta untuk hasil responden 3 menyatakan bahwa sub-ele-
men akseptasi lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Klaim dengan
perbandingan 7x atau 1:7.
Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-
ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari
elemen proses, dapat dilihat bahwa bahwa untuk sub-elemen aksep-
tasi yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-
dingkan dengan sub-klaim dengan bobot prosentase 58 % dan klaim
41%.
5. Saluran Distribusi
Distribusi merupakan bagian dari ke-6 elemen produk Asuransi
Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-2, yaitu dengan nilai
21,94%, yang terdiri dari 3 elemen, yaitu broker, agent dan LKM.
Berdasarkan hasil questioner AHP, didapat bahwa hasil responden 1
menyatakan bahwa sub-elemen agent sama prioritas dibandingkan
sub-elemen broker dengan perbandingan 1x atau 1:1 dan sub-elemen
210 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker dengan perban-
dingan 3x atau 1:3 serta sub-elemen LKM juga lebih prioritas
dibandingkan dengan sub-elemen agent dengan perbandingan 5x atau
1:5. Untuk hasil responden 2 bahwa sub-elemen broker lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen agent dengan perbandingan 3x atau 1:3 dan
sub-elemen LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker
dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-elemen LKM juga lebih
prioritas dibandingkan dengan sub-elemen agent dengan perban-
dingan 7x atau 1:7. Serta untuk hasil responden 3 menyatakan bahwa
sub-elemen agent sama prioritas dibandingkan sub-elemen broker
dengan perbandingan 1x atau 1:1 dan sub-elemen LKM lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen Broker dengan perbandingan 5x atau 1:5
serta sub-elemen LKM juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-
elemen agent dengan perbandingan 7x atau 1:7..
Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-
ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari
elemen distribusi, dapat dilihat dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen
LKM yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-
dingkan dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 71%.
Faktor yang kedua adalah sub elemen broker dengan bobot prosentase
tingkat kepentingan sebesar 16 % dan sub-elemen ketiga dengan
memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 12 % adalah
sub-elemen agent.
6. Edukasi pasar
Edukasi Pasar merupakan bagian dari ke-6 elemen produk Asu-
ransi Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-1, yaitu dengan
nilai 43,08%, yang terdiri dari 3 elemen, yaitu kurikulum, promosi
dan agent. Berdasarkan hasil questioner AHP, didapat bahwa hasil
responden 1 menyatakan bahwa sub-elemen kurikulum lebih prioritas
dibandingkan sub-elemen promosi dengan perbandingan 5x atau 1:5
dan sub-elemen agent lebih prioritas dibandingkan sub-elemen pro-
mosi dengan perbandingan 7x atau 1:7 serta sub-elemen agent juga
lebih prioritas dibandingkan dengan sub-elemen kurikulum dengan
perbandingan 3x atau 1:3. Untuk hasil responden 2 bahwa sub-elemen
promosi lebih prioritas dibandingkan sub-elemen kurikulum dengan
perbandingan 3x atau 1:3 dan sub-elemen agent lebih prioritas diban-
dingkan sub-elemen promosi dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta
Dr. Abdul Ghoni | 211
sub-elemen agent juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-
elemen kurikulum dengan perbandingan 7x atau 1:7. Serta untuk hasil
responden 3 menyatakan bahwa bahwa sub-elemen promosi lebih
prioritas dibandingkan sub-elemen kurikulum dengan perbandingan
3x atau 1:3 dan sub-elemen agent lebih prioritas dibandingkan sub-
elemen promosi dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-elemen
agent juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-elemen kurikulum
dengan perbandingan 7x atau 1:7.
Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-
ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari
elemen distribusi, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen agent yang
lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan
dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 69%. Faktor
yang kedua adalah sub elemen promosi dan kurikulum dengan bobot
prosentase tingkat kepentingan hampir sama, yaitu sebesar 12 %.
212 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Dr. Abdul Ghoni | 213
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa pengembangan Asuransi
Syariah Pemakaman lebih efektif dengan kerjasama produk melalui
lembaga Pemakaman dan elemen penting dari produk Asuransi
Syariah Pemakaman adalah edukasi pasar, distribusi dan harga.
Kesimpulan ini bertentangan dengan hasil penelitian oleh Nitesh
Behare dan Dorothee Crayen yang menyatakan bahwa asuransi mikro
dapat dipasarkan secara sendiri (stand alone). Buku ini juga mem-
perkuat penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Anja Erlbeck dan
Abhijit Banerjee yang menyatakan bahwa takaful(asuransi) mikro
sebaiknya dipasarkan dengan produk bersama (bundling product) dengan lembaga tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Produk Asuransi Syariah Pemakaman penting dikembangkan di
Indonesia, karena dari 4(empat) produk asuransi mikro, yaitu
asuransi kredit mikro, asuransi kesehatan, asuransi pertanian dan
asuransi Pemakaman. Asuransi Pemakaman yang sangat berpo-
tensi sebagai asuransi syariah (takaful) dengan penduduk Indone-
sia yang sebagian besar muslim serta sudah menjadi kebiasaan
sejak lama untuk mengumpulkan dana kematian melalui organi-
sasi mesjid dan RT/RW, sehingga dapat ditingkatkan menjadi
produk Asuransi Syariah Pemakaman di masa yang akan datang.
Selain itu dengan pengembangan produk Asuransi Syariah mikro
inilah akan meningkatkan tingkat penetrasi takaful(asuransi syari-
ah) di Indonesia.
2. Strategi pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indone-
sia terbagi menjadi 2 aspek, yaitu Strategi pengembangan bisnis
Asuransi Syariah Pemakaman dan Strategi pengembangan produk
Asuransi Syariah Pemakaman. Strategi pengembangan bisnis Asu-
ransi Syariah Pemakaman, terdiri dari: (a) Kerjasama dengan
lembaga, yaitu dengan melakukan pemasaran Asuransi Syariah
Pemakaman tidak menyasar target individu, tapi hanya menyasar
214 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
target lembaga, yaitu lembaga yang memberikan layanan Pemaka-
man, baik itu perusahaan, yayasan, asosiasi, organisasi layanan
Pemakaman di tingkat nasional, propinsi, maupun sampai tingkat
RT/RW. (b) Skema kumpulan, yaitu skema bisnis yang dijalankan
adalah melalui skema kumpulan, artinya polis Asuransi Syariah
Pemakaman adalah polis induk dan masing-masing individu men-
dapatkan sertifikat polis. (c) Edukasi Pasar. Untuk meningkat
edukasi pasar produk Asuransi Syariah Pemakaman, baik melalui
promosi maupun agenda pemerintah, namun industri Asuransi
Syariah sebaiknya dapat menggunakan jalur keagenan untuk mela-
kuan edukasi kepada konsumen. Karena jalur keagenan merupakan
jalur yang efektif dan efisien untuk saat ini. Strategi pengemba-
ngan produk Asuransi Syariah Pemakaman, terdiri dari: (a) Bundl-
ing Produk, karena target market Asuransi Syariah Pemakaman
saat ini adalah lembaga, organisasi, asosiasi dari pelayanan Pema-
kaman, maka produknya harus dalam bentuk kerjasama dengan
lembaga tersebut (bundling product). Dengan mekanisme ini diha-
rapkan target pemasaran menjadi lebih mudah. (b) Harga kontri-
busi harus terjangkau, harga yang ditetapkan dalam menyusun
produk Asuransi Syariah Pemakaman harus sangat terjangkau oleh
konsumen, agar konsumen tidak terlalu dibebankan dan setelah
merasakan dan mengetahui manfaat dari produk ini, maka harga
dapat disesuaikan berdasarkan tingkat resiko dari masing-masing
konsumen. (c) Desain simple, desain produk Asuransi Syariah
Pemakaman, harus simple dan sesuai dengan manfaat serta kebu-
tuhan konsumen. Hal ini untuk memudahkan konsumen dalam
memahami produk tersebut
3. Urutan prioritas dari elemen produk Asuransi Syariah Pemakaman
berdasarkan skor dari hasil olehan AHP, adalah sebagai berikut:
a. Prioritas I, Edukasi Pasar.
b. Prioritas II, yaitu Distribusi.
c. Prioritas III adalah Harga Premi.
d. Prioritas IV adalah Proses.
e. Prioritas V adalah Kebutuhan Pasar.
f. Prioritas VI adalah Desain Produk.
Urutan prioritas dari sub-elemen produk Asuransi Syariah
Pemakaman berdasarkan skor dari hasil olehan AHP, adalah seba-
gai berikut: (a) Sub-elemen Kebutuhan Pasar adalah sub-elemen
Dr. Abdul Ghoni | 215
kumpulan (K) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih
tinggi dibandingkan dengan sub-elemen individu (I). Ini menun-
jukkan bahwa target pasar terbesar dari Asuransi Syariah mikro,
khususnya produk Pemakaman adalah dari kumpulan, yang berupa
lembaga keuangan mikro, asosiasi, komunitas, dan organisasi
Islam. (b) Sub-elemen Desain produk adalah sub-elemen fungsi (F)
yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-
dingkan dengan elemen-elemen lainnya. Faktor yang kedua adalah
sub-sub-elemen atribut (A) dan faktor ketiga adalah elemen
penampilan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam desain produk
Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman fungsi menjadi lebih
penting dibandingkan atribut maupun penampilan, karena konsu-
men merupakan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan lebih
mengedepankan fungsi saat memutuskan untuk menjadi peserta
Asuransi Syariah. (c) Sub-elemen Harga Premi adalah sub-elemen
terjangkau (T) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih
tinggi dibandingkan dengan sub-elemen lainnya. Faktor yang
kedua adalah sub elemen sesuai fungsi (Sf) dan faktor ketiga
adalah sub-elemen comparabel. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
hal harga premi produk Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman
terjangkau menjadi lebih penting dibandingkan sesuai fungsi mau-
pun comparabel, hal ini dikarenakan konsumen merupakan masya-
rakat yang berpenghasilan rendah dan lebih mengedepankan harga
yang terjangkau saat memutuskan untuk menjadi peserta Asuransi
Syariah. (d) Sub-elemen Proses adalah sub-elemen akseptasi (A)
yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-
dingkan dengan sub-klaim (k) dan klaim. Hal ini menunjukkan
bahwa peserta masih lebih mengedepankan proses akseptasi yang
cepat, karena nilai premi yang kecil dan mungkin bukan suatu
kegiatan yang penting, sehingga semakin proses akseptasinya
sederhana menjadi semakin menarik. (e) Sub-elemen Distribusi
adalah melalui LKM merupakan saluran yang utama untuk men-
jangkau peserta, dibandingkan saluran distribusi lain, yaitu agent
dan broker. Hal ini wajar terjadi, karena memang target pasar yang
ada lebih dominan kumpulan dibandingkan individu. (f) Sub-
elemen Edukasi Pasar adalah untuk sub-elemen agent (A) yang
lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan
216 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
dengan sub-elemen lainnya. Faktor yang kedua adalah sub elemen
promosi (P) dan kurikulum (K).
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan penelitian diatas, penulis mengemu-
kakan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :
1. Strategi pengembangan bisnis Asuransi Syariah Pemakaman lebih
efektif dengan bekerjasama melalui lembaga Pemakaman, baik
dalam bentuk perusahaan, yayasan, asosiasi, organisasi yang
memberikan layanan Pemakaman di Indonesia. Kerjasama ini
dibangun dalam tahap awal dapat melalui saluran distribusi
keagenan dan juga broker.
2. Strategi pengembangan produk Asuransi Syariah Pemakaman,
dapat dengan mempertimbangkan 3 elemen penting, yaitu edukasi
pasar, distribusi dan harga. Edukasi pasar secara efektif dan efisien
dilakukan melalui keagenan dan saluran distribusi yang efektif
serta harga yang terjangkau bagi konsumen.
3. Pemerintah harus dapat memberikan dorongan dan juga insentif
bagi pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia
melalui promosi, kemudahan perizinan produk dan sinergi dengan
pemerintah daerah untuk membuat terobosan pemasaran bagi
produk Asuransi Syariah Pemakaman.
Dr. Abdul Ghoni | 217
DAFTAR PUSTAKA
Buku
AAOIFI (2004-5), Shari’a Standards, AAOIFI, Bahrain.
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik
Indonesia, Jakarta. 2015
Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya di tengah asuransi konvensional, Elekmediakomputindo, Jakarta
2006
Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani, Fatwa-fatwa Kontemporer. Pustaka progressif, 2004
Billah, M. Ma’sum. (2001). Principles & Practices of Takaful and Insurance Compared. IIUM, Malaysia.
Billah, M. Ma’sum. Principles & Practices of Takaful and Insurance Compared. IIUM, 2001
Billah, M. Ma’sum. Applied Takaful and Modern Insurance. Thomson, 3rd edition, 2007
Coulon, Alain. Etnometodologi. KKSK, Jakarta. 2003, hal 22
DSN-MUI. Himpunan Fatwa DSN, Edisi ke-2, Jakarta, 2003
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta.
Rajawali Pers. Tahun 2012
Fatwa DSN-MUI Nomor: 09 Tahun 2014 tentang Jual Beli Tanah
Untuk Kuburan dan Bisnis Lahan Kuburan Mewah
_____, No: 51/DSN-MUI/III/2006, tentang Akad Mudarabah
mushtarakah pada asuransi Shari’ah.
_____, No: 52/DSN-MUI/III/2006, tentang Akad Wakalah bil Ujrah,
pada Asuransi dan Reasuransi Shari’ah
_____, No: 53/DSN-MUI/III/2006, tentang Akad Tabarru pada
Asuransi Syariah
_____, No: 81/DSN-MUI/III/2011, tentang Pengembalian Dana
Tabarru’ Bagi Peserta Asuransi Yang Berhenti Sebelum masa
Perjanjian Berakhir
_____, No: 21/DSN-MUI/X/2001, Tentang Pedoman Umum Asuransi
Shari’ah.
Firdaus, M. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. 2013
218 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Iqbal, M. (2005). General Takaful Practice. Gema Insani Press,
Jakarta.
Mannan, Abdul. (1997). Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Dana
Bhakti Prima Yasa. Yogyakarta.
Saharuddin, Desmadi. (2014). Aplikasi Claim Settlement pada Asuransi Umum Shari’ah (Studi Analisis terhadap Shari’ah Compliance). Rausyan Fikr Press, Jakarta.
Sula, M. Syakir, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional. Gema Insani Press, Jakarta.
Spradley, J.P. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2007
Wirdaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Penerbit
Kecana, 2005
_____,Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian.
_____, Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
Jurnal
Abdou, Hussein A., Ali, Khurshid and Lister, Roger J. (2014). “A
comparative study of Takaful and conventional insurance:
empirical evidence from the Malaysian market”. Insurance Markets and Companies: Analyses and Actuarial Computations, 4 (1). pp. 22-34. ISSN 2078-2454
Abdullah Ali Abdullah Mohammed. “Business Ethics in Takaful
Industry: Between Myth and Reality”. Global Advanced Research Journal of Engineering, Technology and Innovation
(ISSN: 2315-5124) Vol. 4(5) pp. 190-195, May, 2015 Available
online http://garj.org/garjeti /index.htm Copyright © 2015
Global Advanced Research Journals.
Abdullah Mabruk al-Najar, 'Uqud al-Ta'min wa Mudda Mashru'iyatihi fi al-Fiqh al-Islami Dirasah al-Muqaranah
(Mesir; Dar al-Nahdah al-'Arabiyah, 1994)
Abdul Latif Alhassan. “Insurance market development and economic
growth Exploring causality in 8 selected African countries “.
International Journal of Social Economics Vol. 43 No. 3, 2016
pp. 321-339
Abd al-Razaq al-Sanhuri, al-Wasit fi sharh al-Qanun al-Madani (Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, t.th.), jil. 8
Dr. Abdul Ghoni | 219
Abd al-Sami’ al-Masri, al-Ta’min al-Islami bain al-Nazariyah wa al-Tatbiq (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980), cet. I
Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in
India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No
Demand”. American Economic Review: Papers & Proceedings
2014, 104(5): 291–297
Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi Jiwa
pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013
Agnes Hesz. “The Story of A Funeral Home: Ritual Modernization
and Its Reception in A Transylvanian Village Community”.
Revista română de sociologie”, serie nouă, anul XXVII, nr. 1–
2, p. 39–53, Bucureşti, 2016
Ahmad Basri Ibrahim, Ahmad Fadhil Hamdi Mohd Ali. “Absolute
assignment in takāful industry: Sharī‘ah contracts, issues and
solutions”. Intellectual Discourse, 23: Special Issue (2015)
507-528 Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print);
ISSN 2289-5639.
Ahmad Shukri Yazid, Juliana Arifin, Mohd Rasid, Wan Norhayate.
“Determinants of Family Takaful (Islamic Life Insurance)
Demand: A Conceptual Framework for a Malaysian Study”.
International Journal of Business and Management Vol. 7, No.
6; March 2012. doi:10.5539/ ijbm.v7n6p115
Anne Case/Anu Garrib/Alicia Menendez/Analia Olgiati. “Paying the
Piper: The High Cost of Funerals in South Africa”. Economic Development and Cultural Change, Vol. 62, No. 1 (October
2013), pp. 1-20. The University of Chicago Press.
http://www.jstor.org/stable/ 10.1086/671712.
Anissa Brighet Assous. “Cultural and Islamic Values in Relation with
Death”. European Scientific Journal February 2013 edition
vol.9, No.5 ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431.
Anggun Gunawan. “The Capitalization of Funeral: Case Study in
Indonesia and the United States”. Essay.
Anja Erlbeck. “Microtakaful: Field Study Evidence and Conceptual
Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011.
Asmak Ab Rahman, Wan Marhaini Wan Ahmad, Ahmad Hidayat
Buang. “Can a takaful company reinsure with a reinsurance
220 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
company?”. African Journal of Business Management Vol.
5(30), pp. 11768-11778, 30 November, 2011. Available online
at http://www.academicjournals.org/ AJBM DOI:
10.5897/AJBM10.043 ISSN 1993-8233 ©2011 Academic
Journals.
Akhtarzaite binti Abdulaziz. “Ad-Dhara’I and Maqasid al-Shari’ah:
A case study of Islamic insurance”. Intellectual Discourse,
2010 Vol 18, No 2, 261-281.
Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Peluang
ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika
Volume 3 Nomor 2, Oktober 2016
Aziz Sheikh. “Death and dying-a Muslim perspective”. Journal of The Royal Society of Medicine Volume 91 March 1998.
Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Takaful for
Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in
the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue
(2016) 459–476. Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878
(Print); ISSN 2289-5639
Aznan Hasan. “Shari’ah Issues in The Operation of Retakaful and
Reinsurance: A Preliminary Exploration From Shari’ah
Perspective”. IIUM Law Journal Vol. 19 No. 2, 2011.
Bassam Mohammad, Muhannad Ahmad. “Using social welfare
concepts to guarantee Islamic banks’deposits”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Manage-ment Vol. 8 No. 2, 2015 pp. 134-149© Emerald Group Publis-
hing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/ IMEFM-12-2013-0125.
Badaruddin al-'Aini, Abi Mahmud Ibn Ahmad al-'A'ini, U’mdah al-Qari’ Sharh Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), jil. 13
Bedi Gunter Lackman. “The Six Key Countries Driving Global
Islamic Finance Growth”. Nomura Journal of Capital Markets Autumn 2014 Vol. 6 No. 2.
Beverly Bunch-Lyons. “Ours is a Business of Loyalty: African
American Funeral Home Owners in Southern Cities”. The Southern Quarterly Vol. 53, No. 1 (Fall 2015).
Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Takaful)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December 2013,
291-304
Dr. Abdul Ghoni | 221
Carlton Basmajian, Christopher Coutts. “Planning for the disposal of
the dead”. Florida State University Libraries. 2010.
Cecelia Danna Collier. “Cremation as an Emerging Cultural System”.
The University of Georgia. Athens, Georgia 2007.
Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-
nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi
Indonesia yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol.
5 No. 1 Mei 2014: 18-27
Christine Hougaard, Doubell Chamberlain. “Funeral Insurance”.
Center for Financial Regulation and Inclusion (CENFRI). Copyright © International Labour Organization 2011. ISBN:
9789221251514
Claudia Venhorst. “Islamic Death Rituals in A SmallTown Context
in The Netherlands: Explorations of A Common Praxis for
Professionals”. Omega, Journal of Death and Dying Vol. 65(1)
1-10, 2012-2013. _ 2012, Baywood Publishing Co., Inc. doi:
http://dx.doi.org/10.2190/OM.65.1.a
David E. Harrington. “Preserving Funeral Markets with Ready-to-
Embalm Laws”. Journal of Economic Perspectives—Volume
21, Number 4—Fall 2007—Pages 201–216.
Darla D. Beaty. “Approaches to Death and Dying: A Cultural
Comparison of Turkey and the United States”. OMEGA—Journal of Death and Dying 2015, Vol. 70(3) 301–316. The
Author(s) 2015 Reprints and permissions: sagepub.com/
journalsPermissions.nav DOI: 10.1177/ 0030222815568962.
Dorothee crayen, Christa hainz & Christiane stöh de martínez.
“Remittances, Banking Status and the Usage of Insurance
Schemes”. The Journal of Development Studies, 2013. Germa-
ny Vol. 49, No. 6, 861–875,http://dx.doi.org/10.1080/
00220388.2013.777706
Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-
37, ISSN (cet): 2355-1755 | ISSN (online): 2579-6437
Ekpo, Is’haq. “Islam and the Environment: Implications of Islamic
Funeral Practice on Environmental Sustainability”. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME) e-
222 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X Volume 6, Issue 1 Ver.
I (Jan. - Feb. 2016), PP 58-63
Erlend Bergb. “Securing The Afterlife: The Puzzle Of Funeral
Insurance”. Bristol and Oxford and the Centre for the Study of African Economies Conference. 2011
Erlend Berg, “Funeral insurance”. CSAE Working Paper WPS/2011-
16. September 2011
Ernst & Young. “Global TakafulInsights 2014“. Market updates
Fazrihan. “Islamic Wealth Management in Singapore: Reality &
Challenges”. Singapore Management University. 2015.
Farah Sahul Hamid. “Measuring Service Quality in The Takaful
Industry”. SEGI Review ISSN 1985-5672 Vol. 4, No. 1, July
2011, 118-124.
Fauzilah, Abdul Razak. “The Effects of Personality Factors on Sales
Performance of Takaful (Islamic Insurance) Agents in
Malaysia”. International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 5; [Special Issue -March 2011].
Fakhre Kaunain, ShahNazAkhtar. “Economic Determinant of Family
Takaful: Evidence from Pakistan”. Acta Islamica Vol:4, Issue:2 Economic Determinant. December2016
Firdaus Djaelani. “Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa di Indonesia:
Suatu Kajian dari Sisi Penawaran”. Kawistara Volume 1 No. 3,
22 Desember 2011. Halaman 213-320
Fithriah Ab. Rahim, Hanudin Amin. “Determinants of Islamic
Insurance Acceptance: An Empirical Analysis”. International Journal of Business and Society, Vol. 12 No. 2, 2011, 37 – 54.
Fuusje de Graaff (2016). “End-of-life Care and Beyond”, Journal of Intercultural Studies, 37:2, 133-146, DOI:
10.1080/07256868.2016. 1141754.
Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic
Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30
Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Takaful product in India – Risks
and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries. Hafiza Tahira, ZeeshanArshad. “Comparative performance of Islamic
and conventional insurance companies in Pakistan”. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) e-ISSN:
Dr. Abdul Ghoni | 223
2278-487X, p-ISSN: 2319-7668. Volume 16, Issue 6. Ver. II
(Jun. 2014), PP 33-45.
Hania Masud. “Takaful: An Innovative Approach to Insurance and
Islamic Finance”. University of Pennsylvania Law School. Hala Abdul Kader. “The Cost Efficiency of Takaful Insurance
Companies”. University of Nottingham Centre for Risk & Insurance Studies (CRIS), Nottingham University Business
School, University of Nottingham, Jubilee Campus,
Nottingham,UK. 2009.
Hela Miniaoui, Anissa Chaibi. “Technical Efficiency of Takaful
Industry: A Comparative Study of Malaysia and GCC
Countries”. Working Paper 2014-055. IPAG Business School. Henri Duday, Françoise Le Mort, Anne-Marie Tillier.
“Archaeothanatology and Funeral Archaeology. Application to
The Study of Primary Single Burials”. Anthropologie LII/3. pp.
235–246 .© 2014 Moravian Museum, Anthropos Institute,
Brno. All rights reserved.
Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuransi
Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Hoe Chai, Alex, Mum Wai. “From Traditional Funeral Rites to
Modern Bereavement Care Services in Malaysia: A Blue Ocean
Strategy case Study”. Malaysian Journal of Chinese Studies,
2015, 4(2): 27-43
Husein Hamid Hasan, Hukmu al-Shari'ah al-Islamiyah fi Uqud al-Ta’min (Kairo; t.p, 1976).
Husein Husein Shahatah, Nizam al-Ta’min al-Takafuli: Badil Islami Li Nizam al-Ta’min al-Mua’sirah, Sisilah Dirasat wa Buhus Islami, www.darelmashora.com.
Issa Khan, Noor Naemah, Mohd Yakub Zulkifli, Mohd Roslan.
“History, problems, and prospects of Islamic insurance
(Takaful) in Bangladesh”. SpringerPlus (2016) 5:785. DOI
10.1186/s40064-016-2400-5
Islamic Financial Services Board. “Issues in Regulation and
Supervision of Microtakāful (Islamic Microinsurance)”. 2
November 2015.
James C. Brau. “Insurance Theory and Challenges Facing The
Development of Microinsurance Markets”. Journal of
224 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Developmental Entrepreneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–
440
Januar Eko Prasetio. “Takaful: Opportunities and Challenges In
Indonesia”. Faculty of Economic University of Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
JETRO, “Industrial Report. Trends in the Japanese Funeral Industry”,
Japan Economic Monthly, February 2006.
Johan Camp. “Shari'ah compliant life insurances within the Belgian
legal & regulatory framework”. Faculty of Economics And Business. Leuvan, Belgie. 2014.
Yefri Joni. “Wakaf sebagai alternatif pengelolaan dana tabarru pada
takaful”. Ekonomika Syariah: Journal of Economic Studies
Vol. 1 , No. 2, Januari-Juli 2017.
Judith Chevalier. “Regulating Direct Cremations: The Cost of
Seemingly Small Regulatory Changes”. Yale University and NBER. 2011.
Juliana Arifin, Ahmad Shukri Yazid & Zunaidah Sulong.” A
Conceptual Model of Literature Review for Family Takaful
(Islamic Life Insurance) Demand in Malaysia”. International Business Research; Vol. 6, No. 3; 2013. ISSN 1913-9004 E-
ISSN 1913-9012.Published by Canadian Center of Science and
Education.
Kamaruddin Sharif. “Takaful – Development and Challenges Over 20
Years of Its Existence in Malaysia”. Jurnal Pengurusan
23(2004) 3-13
Kamaruzaman, Mohd. Rizal, Azian. “The Commercialisation of
Modern Islamic Insurance Providers: A Study of Takaful
Business Frameworks in Malaysia”. International Journal of Nusantara Islam
Kazi Md. Mortuza Ali. “Present Scenario and Future Potentials of
Takaful”. Prime Islami Life Insurance Limited, Bangladesh.
Kazi Md. Mortuza Ali. “Past, Present and Future of Islamic
Insurance”. Islamic Economic Research Bureau. Dhaka
Bangladesh. 2006.
Khadija Kadrouch Outmany. “Religion at the cemetery Islamic
Burials in the Netherlands and Belgium”. Department of Cultural Anthropology and Development Sociology, Leiden
Dr. Abdul Ghoni | 225
University, Leiden, Netherlands. 13 October 2015. DOI
10.1007/s11562-015-0341-3.
Khaterine, Joshua. “Rule of Law: Sharia Panic and the US
Constitution in the house of representative”. Cultural Studies,
2014 Vol. 28, Nos. 5-6, 1048-1077,
http://dx.doi.org/10.1080/09502386.2014.886486.
Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in
The Takaful Insurance Industry”. Temple University.
Published by ProQuest LLC (2013).
K Hebbar, Sandeep, Prasad, Santosh. “Feasibility Study of Islamic
Insurance(Takaful) in India: Challenges & Prospects”. Asian Journal of Research in Business Economics & Management. Vol. IV Issue-IX September 2014. ISSN 2250-1673
Khadija Kadrouch-Outmany. “Burial practices and desires among
Muslims in the Netherlands: A matter of belonging”. Can. J. of Netherlandic Studies/Rev. can. d’études néerlandaises
33.2/34.1 (2012-2013): 107-128.
Lukman Ayinde Olorogun. “A proposed contribution model for
general Islamic insurance industry”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 8
No. 1, 2015 pp. 114-131 © Emerald Group Publishing Limited
1753-8394 DOI 10.1108/IMEFM-04-2014-0032.
M. Atho Mudzhar. “Tantangan Studi Hukum Islam Dewasa Ini”.
Makalah pada Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) November 2012. Surabaya.
M. Arif Hakim. “Asuransi Mikro Syariah: Kendala Dan Tantangan”.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
Martina Hupková. “The link between the popularity of cremation in
the Czech Republic and religious faith”. Instytut Geografii i Gospodarki Przestrzennej UJ Kraków 2014, 69 – 90. doi:
10.4467/20833113 PG.14.010.2155.
Mansor, Masduki, Mohamad, Zulkarnain, Aziz. “A Study on Factors
Influencing Muslim’s Consumers Preferences Towards Takaful
Products in Malaysia”. Romanian Statistical Review nr. 2 /
2015.
Madadin Mohammed, Magdy A. “Kharoshah. Autopsy in Islam and
current practice in Arab Muslim countries”. Journal of Forensic and Legal Medicine 23 (2014) 80-83.
226 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Maryam Dikko. “Establishing Construct Validity and Reliability:
Pilot Testing of a Qualitative Interview for Research in
Takaful (Islamic Insurance)”. The Qualitative Report 2016
Volume 21, Number 3, Article 2, 521-528.
Marhanum, Nurdianawati, Siti. “Takaful Agents’ Roles in
Accordance with the Quran and Sunnah”. GJAT. December 2012. Vol 2 Issue 2 page 41. ISSN : 2232-0474 | E-ISSN : 2232-
0482
Maysami, Ramin Cooper and Williams, John Joseph. “Evidence on
the Relationship between Takaful Insurance and Fundamental
Perception of Islamic Principles. (2006)”. Applied Financial Economics Letters, 2(4), 229. Research Collection School Of Accountancy. Available at:
http://ink.library.smu.edu.sg/soa_research/269.
McCrindle, “Australian Bureau of Statistics”. National Convention on Sunday June 1st, 2014.
Mher Mushtaq Hussain, Ahmad Tisman Pasha. “Conceptual and
Operational Differences Between General Takaful and
Conventional Insurance”. Australian Journal of Business and Management Research Vol.1 No.8 [23-28] | November-2011.
Miftahul Ulum. “Prosedur Underwriting Produk Asuransi Kesehatan
Kumpulan pada PT. Asuransi Takaful Keluarga”. Al-Iqtishad:
Vol. II, No. 1, Januari 2010
Mohd. Ma’sum Billah, “Beneficiaries in Family Takaful in The
Global Context”. International Journal of Islamic Financial Services, Volume 3, Number 2
Mohamed, Ataul Huq, Mustafa, Md. Fouad, Aliyu Dahiru.
“Integration of waqf-Islamic microfinance model for poverty
reduction The case of Bangladesh”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 8
No. 2, 2015. pp. 246-270 © Emerald Group Publishing Limited
1753-8394. DOI 10.1108/IMEFM-03-2014-0029
Mohammed Ahmar Uddin, Microinsurance in India: Insurance
literacy and demand. BEH - Business and Economic Horizons
Volume 13. 2017, p.182-191. DOI:
http://dx.doi.org/10.15208/beh.2017.14
Mohamad, Nik Mutasim, Norfaizah. “Leadership behavior and
performance: A case study of Takaful representatives in
Dr. Abdul Ghoni | 227
Malaysia”. African Journal of Business Management Vol. 6(6),
pp. 2291-2298, DOI: 10.5897/ AJBM11.1874 ISSN 1993-8233
©2012 Academic Journals.
Mohd Fauzi, Nasrul Hisyam, Mohd. Yahya. “Takaful (Islamic
Insurance) Industry in Malaysia and the Arab Gulf States:
Challenges and Future Direction”. Asian Social Science; Vol.
10, No. 21; 2014. ISSN 1911-2017 E-ISSN 1911-2025
Published by Canadian Center of Science and Education.
doi:10.5539/ass.v10n21p26
Mohamed Dahlan Ibrahim, Fauzilah, Zainudin. “The Effects of
Financial Factors on Takaful Demand in Malaysia”. Journal of Entrepreneurship and Business E-ISSN: 2289-8298 Vol. 3,
Issue 1, pp. 17 - 29. June, 2015. DOI: 10.17687/JEB.0301.02
Muhammad, Rusni, Syed Musa Alhabshi. “Shariah Governance
Framework For Islamic Co-Operatives As An Integral Social
Insitution In Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue
(2016) 477–500 Copyright © IIUM Press. ISSN 0128-4878
(Print); ISSN 2289-5639.
Muhammed Altuntas, Thomas R. Berry, Anja Erlbeck. “Takaful—
Charity or Business? Field Study Evidence from
Microinsurance Providers”. Journal of Insurance Regulation. ©
2011 National Association of Insurance Commissioners.
Muhammad Amin Mustafa Abu al-Shinqiti, Dirasah Shar'iyah Li Ahammi al-'uqud al-Maliyah al-Mustahdithah (Mesir; Dar al-
Haramain Maktabah al-'ulum wa al-Hukm, 1992)
Muhammad Baltaji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-
Islami", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-
Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min al-Ijtima'i fi al-Islam,
1403 H- 1983 M
Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan
Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011
Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami-Min Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000).
Mustafa Ahmad al-Zarqa’, Nizam al-Ta’min (Beirut: Muasasah al-
Risalah, 1984)
Muhammad Baltaji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-
Islami", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-
228 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min al-Ijtima'i fi al-Islam,
1403 H- 1983 M
Muhammad 'Uthman Shibir, al-Mu'amalat al-Maliyah al-Mu'asirah fi al-Fiqh al-Islami (Yordan; Dar al-Nafa'is, 1999)
Nizar Souiden, Yosr Jabeur. “The impact of Islamic beliefs on
consumers’ attitudes and purchase intentions of life insurance”.
International Journal of Bank Marketing Vol. 33 No. 4, 2015
pp. 423-441 ©Emerald Group Publishing Limited 0265-2323.
DOI 10.1108/IJBM-01-2014-0016
Nikunjkumar Gor. “Microtakaful-Islamic Insurance for Deprived:
Innovation, Sustainability and Inclusive Growth”. International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 3, Issue 2
December 2013. ISSN 2289-1552
Nitesh Behare, Vidula Dharmapurikar.”Funeral Insurance An
Innovative Product A Study With Reference To Pune City”.
International Journal of Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM). 2013. ISSN 2319 -
4847
Nadja Milewski, Danny Otto. “The Importance of a Religious
Funeral Ceremony Among Turkish Migrants and Their
Descendants in Germany: What Role do Socio-demographic
Characteristics Play?”. Journal of Intercultural Studies, 2016
Vol. 37, No. 2, 162–178.
http://dx.doi.org/10.1080/07256868.2016.1141760
Nader Naifar. “Credit Default Sharing Instead of Credit Default
Swaps: Toward a More Sustainable Financial System”. Journal Of Economic Issues. Vol. XLVIII No. 1 March 2014. DOI
10.2753/JEI0021-3624480101.
Nico P. Swartz, Pieter Coetzer. “Takaful: An Islamic insurance
instrument”. Journal of Development and Agricultural Economics Vol. 2(10), pp. 333-339, October, 2010. ISSN 2006-
9774 ©2010 Academic Journals
Nazih Hamad, Mu'jam al-Mustalahat al-Iqtisadiyah fi Lughah al-Fuqaha' (al-Ma'had al-'Alami li al-Fikr al-Islami, USA, 1993),
Cet. I
Nooraslinda, Roszana Tapsir. “Risk and Risk Management of Takaful
Industry”. Journal of Global Business and Economics January
2012. Volume 4. Number 1.
Dr. Abdul Ghoni | 229
Norizan Remli, Wan Norhayate Wan Daud, Fakhrul Anwar Zainol &
Hamizah Muhammad. “A Proposed Conceptual Framework for
Market Orientation and Innovation towards Takaful
Performance in Malaysia”. International Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 7; 2013. ISSN 1833-3850 E-
ISSN 1833-8119. Published by Canadian Center of Science and
Education
Norizan Remli. “unim Demand in Malaysia: Proposed Theoretical
Framework and Hypotheses Developments “. International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 12, Issue 1
(April). ISSN 2289-1552 2017
Nompumelelo. B. Zondi. “Perceptions of cremation as an alternative
burial system among the Zulu People living in KwaZulu-
Natal”. University of Zululand, Department of African Languages and Culture.
Novi Puspitasari. “Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah Pada Bisnis
Asuransi Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia Volume 9 - No. 1, Juni 2012.
Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi
Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2,
September 2016
Nurul Ichsan. “Analisa Swot, Prospek dan Strategi Pengembangan
Asuransi Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam Volume
7, Nomor 2, September 2016
Philippe Lemay-Boucher. “Insurance for the Poor: the Case of
Informal Insurance Groups in Benin”. Journal of Development Studies, Vol. 48, No. 9, 1258–1273, September 2012.
Puteri, Khairuddin, Azila, Sharina, Srazali, Arifin. “Takaful: A
review on performance, issues and challenges in Malaysia”.
Journal of Scientific Research and Development 3 (4): 71-76,
2016. ISSN 1115-7569 © 2016 JSRAD
Rebekah Lee. “Death in Slow Motion: Funerals, Ritual Practice and
Road Danger in South Africa”. African Studies, Vol. 71, No. 2,
August 2012. ISSN 0002-0184 print/ISSN 1469-2872
online/12/020195–17 # 2012 Taylor & Francis Group Ltd on
behalf of the University of itwatersrand.
http://dx.doi.org/10.1080/ 00020184.2012.702965
230 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Renat I. Bekkin. “Islamic Insurance: National Features and Legal
Regulation”. Arab Law Quarterly 21 (2007) 109-134
www.brill.nl/alq. DOI: 10.1163/ 026805507X214415.
Rachel Applebaum. “Spatial Manifestation and Trends of Cremation
in Pennsylvania”. Indiana University of Pennsylvania. May
2015.
Samina Riaz. “Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education &
Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study”.
International Review of Business Research Papers Vol. 5 No. 4
June 2009 Pp. 457‐467
Sarifa Marwa. Bauran Pemasaran Memengaruhi Keputusan
Konsumen Dalam Pembelian Asuransi Jiwa Individu. Jur. Ilm.
Kel. & Kons., September 2014, p : 183-192 Vol. 7, No. 3 ISSN
: 1907 – 6037
Satvinder Singh Juss. “Sikh Cremations and the Re-Imagining of the
Clash of Cultures”. Human Rights Quarterly 35 (2013) 598–
630 © 2013 by The Johns Hopkins University Press
Shamim Ahmad, Alaa-Aldin Abdul Rahim. “Resolving Controversial
Issues and Setting Goals for Islamic Insurance: An Evaluation
of Takaful Companies of Brunei”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance.
Sheila Nu Nu Htay, Syed Ahmed Salman. “Future Outlook of
Takaful (Islamic Insurance) in Canada”. IIUM Institute of Islamic Banking and Finance.
Simon Cox. “The Royal London National Funeral Cost Index Report
2015”. Rising Funeral Cost. Stephen Druce, David Bulbeck and Irfan Mahmud. “A transitional
Islamic Bugis cremation in Bulubangi, South Sulawesi: its
historical and archaeological context”. Review of Indonesian and Malaysian Affairs, vol. 39, no. 1 (2005), pp. 1–22.
Stefan Dercon, Joachim De Weerdt, Tessa Bold, Alula Pankhurst.
“Group-based Funeral Insurance in Ethiopia and Tanzania”.
World Development Vol. 34, No. 4, pp. 685–703, 2006.
Elsevier Ltd. All rights reserved 0305-750X.
Suria Zainuddin, Izyan Nadiah Md Noh. “An overview of the
emergence of Takaful: An Islamic type of insurance policy”.
International Journal of Business and Economics Research
2013; 2(5): 112-115 Published online September 30, 2013
Dr. Abdul Ghoni | 231
(http://www.sciencepublishinggroup.com/ j/ijber)
doi:10.11648/j.ijber. 20130205.13
Suhaili Alma’amun, Mohd Khairy Kamarudin. “Nomination of
Insurance Policy for Singaporean Muslims”. Jurnal Pengurusan
42(2014) 63 – 73.
Slamet Heri Winarno. “Analisis Perbandingan Asuransi Syariah dan
Asuransi Konvensional”. Moneter, Vol. Ii No. 1 April 2015.
Syed Ahmed Salman, Sheila Nu Nu Htay. “Future of Islamic
Insurance (Takaful) in Indian Market”. IIUM Institute of Islamic Banking and Finance.
Syed Ahmed Salman. “Contemporary Issues in Takaful (Islamic
Insurance)”. Asian Social Science; Vol. 10, No. 22; 2014 ISSN
1911-2017 E-ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center
of Science and Education. doi:10.5539/ass.v10n22p210.
Syed Othman Alhabshi, Shaikh Hamzah. “Takāful: Concept, History,
Development, and Future Challenges of Its Industry”. ICR 1.2 Produced and distributed by Pluto Journals.
Sulaiman Muhammad Ahmad, Daman al-Mutalafat fî al-Fiqh al-Islami (Kairo: Matba’ah al-Sa’adah, 1985),
Tahani Coolen-Maturi. “Islamic insurance (takaful): demand and
supply in the UK”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 6 No. 2, 2013 pp. 87-
104 q Emerald Group Publishing Limited 1753-8394. DOI
10.1108/17538391311329806.
Tajudeen Olalekan Yusuf. “Prospects of Takaful’s (Islamic
Insurance) Contributions to the Nigerian Economy”. Journal of Finance and Investment Analysis, vol.1, no.3, 2012, 217-230.
ISSN: 2241-0988 (print version), 2241-0996 (online)
Scienpress Ltd, 2012.
Tajudeen Olalekan, Abdul Hakeem. “The Role of Islamic Micro
Insurance in Economic Growth and Development: The
Nigerian Experience: A Case Study of Al-Barakah
Microfinance Bank, Lagos”. International Journal of Business and Commerce Vol. 1, No.10: Jun 2012[106-122] (ISSN: 2225-
2436)
The NFDA (National Funeral Directors Association). “Cremation
Report”. Research, Statistics and Projections, International Cremation Statistics. 2014
232 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Timothy A. Kohlera, Kelsey M. Reesea. “Long and spatially variable
Neolithic Demographic Transition in the North American
Southwest”. Department of Anthropology, Washington State University, Pullman, WA. March 11, 2014).
Theresa Thompson Chaudhry, Fazilda Nabeel. “Microinsurance in
Pakistan: Progress, Problems, and Prospects”. The Lahore Journal of Economics 18 : SE (September 2013): pp. 335–374.
Thomas L. Muinzer. “The Law of the Dead: A Critical Review of
Burial Law, with a View to its Development”. Oxford Journal of Legal Studies, Vol. 34, No. 4 (2014), pp. 791–818
doi:10.1093/ojls/gqu009.
Tony Walter. “Three Ways to Arrange A Funeral: Mortuary
Variation in The Modern West”. Dept of Sociology, University of Reading, Reading RG6 6AA, UK. Published in Mortality
10(3), August 2005, pp 173-192.
Victoria M. Bryan. “William Faulkner in the Age of the Modern
Funeral Industry.” The Southern Quarterly. Vol. 53, No. 1 (Fall
2015)
Waheed Akhter, Tajammal Hussain. “Takaful standards and customer
perceptions affecting takaful practices in Pakistan: a survey”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 5 No. 3, 2012 pp. 229-240q Emerald
Group Publishing Limited. 1753-8394. DOI 10.1108/
17538391211255214
Waheed Akhter. “Determinants of Takāful and conventional
insurance demand: A regional analysis”. Cogent Economics & Finance (2017), 5: 1291150.
Wan Mohd, Salmy Edawati. “Endowment Takaful at the Syarikat
Takaful Malaysia Berhad: A Literature Review”. Islamiyyat 36(2) (2014): 47 – 56
Yuosef Abdullah Alhumoudi, “Islamic Insurance Takaful and Its
Applications in Saudi Arabia”, Doctoral Thesis. Brunel University, 2012.
Younes Soualhi, Ahmad Al Razni Al Shammari. “Indicators of
Takaful Awareness among Kuwaitis”. Journal of Islamic Banking and Finance. December 2015, Vol. 3, No. 2, pp. 75-89
ISSN 2374-2666 (Print) 2374-2658. Published by American
Dr. Abdul Ghoni | 233
Research Institute for Policy Development. DOI:
10.15640/jibf.v3n2a8.
Younes Soualhi. “Application of Sharī‘ah contracts in contemporary
Islamic finance: A maqāṣid perspective”. Intellectual Discourse, 23: Special Issue (2015) 333-354. ISSN 0128-4878
(Print); ISSN 2289-5639
Zaidi, Rubayah. “Stock return and market risk: A comparison
between conventional insurance and takaful”. African Journal of Business Management Vol. 7(8), pp. 591-597, 28 February,
2013. DOI: 10.5897/AJBM11.416 ISSN 1993-8233©2013
Academic Journals
Zafar Iqbal. “McDonaldization, Islamic Teachings and Funerary
Practices in Kuwait”. Omega, Vol. 63(1) 95-112, 2011. 2011,
Baywood Publishing Co., Inc. doi: 10.2190/OM.63.1.e
Zoheir Berkem. “Effective supervision of Islamic insurance according
to Malaysian experience (1984-2012)”. International Journal of Social Economics Vol. 41 No. 12, 2014 pp. 1220-1242 ©
Emerald Group Publishing Limited 0306-8293 DOI
10.1108/IJSE-08-2013-0182
Zuriah Abdul Rahman. “Takaful: Potential Demand and Growth”.
J.KAU: Islamic Econ., Vol. 22 No. 1, pp: 171-188 (2009
A.D./1430 A.H.)
Website
www.aasi.or.id
www.ojk.go.id
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.cia.gov
www.alazharmemorialgarden.com
www.firdausmemorialpark.org/
http://www.pbs.org/pov/homegoings/economics-of-the-funeral-
industry.php
www.ppmeaiatakaful.com
234 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
GLOSARIUM
al’aqilah adalah saling memikul atau bertanggung jawab untuk kelu-
arganya. Jika salah seorang dari anggota suatu suku terbunuh
oleh anggota satu suku yang lain, maka pewaris korban akan
dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai konpensasi oleh
saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pem-
bunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat
dalam pembunuhan tidak disengaja.
AHP (analytical hierarchy process) adalah metode untuk meme-
cahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam
beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan mem-
beri nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara
relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas
paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Asuransi adalah istilah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggan-
tian kepada tertanggung kerena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita ter-
tanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Aqad adalah ikatan antara beberapa pihak transaksi melalui ijab dan
qabul.
Al-Diyah adalah harta yang wajib dikeluarkan karena tindakan pidana
dan diberikan kepada korban atau keluarganya.
Bancatakaful adalah Metode distribusi penjualan asuransi syariah
menggunakan bank syariah/bank umum sebagai penyalur,
umumnya menggunakan nasabah bank sebagai target pemasa-
ran.
Bundling product adalah penawaran dua produk atau dua layanan
yang dijual sekaligus.
Fidyah adalah tebusan yang wajib laksanakan untuk menebus atau
membayar perkara-perkara yang mubah, makruh atau haram ke
atasnya (yang telah dilakukan).
Dr. Abdul Ghoni | 235
Full fledge adalah lembaga keuangan syariah yang telah beroperasi
menggunakan institusi secara penuh.
Funeral adalah upacara pemakaman.
Funeral home adalah lembaga yang menyediakan layanan berbagai
upacara kematian.
Gharar atau taghrir adalah situasi dimana terjadi incomplete infor-mation (nihil informasi) karena adanya uncertainty of both
parties (ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertran-
saksi).
Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak
lain yang dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pem-
bagiannya dilakukan pada waktu penghibah masih hidup juga.
Islamic Funeral adalah lembaga yang menyediakan layanan berbagai
upacara kematian dengan cara yang sesuai ketentuan syariat
Islam.
Kontribusi (contribution) adalah jumlah bruto yang menjadi kewaji-
ban peserta untuk porsi risiko dan ujrah.
Maisir atau judi adalah suatu kegiatan bisnis yang di dalamnya jelas
bersifat untung-untungan atau spekulasi yang tidak rasional,
tidak logis, tak jelas barang yang ditawarkan baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif.
Mortality table atau table mortalitas adalah salah satu alat yang
praktis digunakan perusahaan asuransi jiwa dalam menghitung
tingkat mortalitas setiap kelompok umur. Semakin tinggi
tinggi mortalitasnya, maka semakin mahal preminya. Umum-
nya usia yang makin tua, memiliki angka mortalitas yang
tinggi.
Mudarabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di
awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi
seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola.
Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya
sebagai kewajiban dari tertanggung atas keikutsertaannya di
asuransi. Besarnya premi atas keikutsertaan di asuransi yang
harus dibayarkan telah ditetapkan oleh perusahaan asuransi
dengan memperhatikan keadaan-keadaan dari tertanggung.
236 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
Risk sharing adalah konsep dalam asuransi syariah dimana antar
peserta asuransi saling tolong – menolong untuk membagi ber-
sama risiko yang akan dihadapi dengan mengumpulkan sejum-
lah premi yang di dalamnya terdapat dana tabaru. Perusahaan
asuransi hanya bertugas sebagai wakil untuk mengelola dana
peserta tersebut. Namun ia mendapatkan ujrah atas jasanya dan
baga hasil dari investasi dana tabaru tersebut.
Risk transfer adalah konsep asuransi konvensional dimana perusahaan
menerima premi dari peserta sebagai kompensasi atas pengali-
han risiko kepadanya. Artinya premi tersebut diakui sebagai
milik perusahaan sepenuhnya. Apabila terjadi klaim maka
perusahaan akan membayarkan sejumlah uang pertanggungan.
Namun bila tidak terjadi klaim, peserta asuransi tidak akan
mendapatkan apapun atau dananya hangus. Manfaat yang
dapat dirasakan olehnya hanyalah rasa aman.
Riba adalah secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Menurut
Abu Hanifah, riba adalah melebihkan harta dalam suatu tran-
saksi tanpa pengganti atau imbalan. Maksudnya, tambahan ter-
hadap barang atau uang yang timbul dari suatu transaksi utang
piutang yang harus diberikan oleh pihak yang berutang kepada
pihak yang berpiutang pada saat jatuh tempo.
Riswah adalah memberi uang dan sebagainya kepada petugas (pega-
wai), dengan harapan mendapatkan kemudahan dalam suatu
urusan.
Spin-off adalah proses pemisahan kepemilikan suatu usaha yang
biasanya dilakukan karena beberapa faktor. Salah satunya ada-
lah bisnis yang makin prospektif ke depannya. Spin-off dila-
kukan oleh unit usaha Syariah dari sebuah Lembaga konven-
sional menjadi usaha yang berdiri penuh (full-pledge).
Stand alone adalah produk asuransi yang berdiri sendiri, seperti
asuransi kesehatan, asuransi kendaraan, dan lainnya.
Syariah complaince atau Kepatuhan Syariah adalah ketaatan Lem-
baga keuangan syariah terhadap prinsip-prinsip Syariah.
Tabarru atau Kebajikan, Derma, Sedekah (charity) adalah jenis akad
yang berorientasi pada kepentingan sosial. Semua bentuk akad
yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong-menolong,
bukan untuk tujuan komersial. Termasuk dalam akad tabarru’
Dr. Abdul Ghoni | 237
adalah qardh al hasan, shadaqah, qardh, hibah, infaq, dan
wakaf.
Tabarru fund atau dana tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal
dari kontribusi peserta, yang dimaksudkan untuk membayar
santunan kepada peserta yang mengalami musibah atau pihak
lain yang berhak, sesuai dengan akad tabarru' yang di sepakati.
Takaful atau menjamin atau saling menanggung adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong antara sejumlah orang atau
tabarru' yang memberikan pola pengambilan untuk menghadapi
risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
Syariah.
Microtakaful adalah alternatif islam untuk asuransi mikro konven-
sional. Seperti mikro konvensional, microtakaful adalah meka-
nisme untuk memberikan perlindungan berbasis syari’ah terha-
dap konsekuensi keuangan dari kematian dan penyakit kepada
orang miskin dengan biaya yang terjangkau.
Kafala adalah (menanggung) merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam penger-
tian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab se-
seorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab
orang lain sebagai penjamin. Pada dasarnya akad kafalah me-
rupakan bentuk pertanggungan yang biasa dijalankan oleh
perusahaan.
Ta'awun adalah suatu kegiatan tolong menolong dalam kebaikan
antar sesama umat muslim.
Ta’min atau asuransi atau penanggungan adalah memberikan perlin-
dungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut.
Ujrah atau upah (fee) atau imbalan yang diberikan atau yang
diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan.
Underwriting surplus adalah selisih lebih dari total kontribusi Peserta
ke dalam Dana Tabarru' setelah dikurangi pembayaran santu-
nan/klaim, kontribusi reasuransi, dan cadangan teknis, dalam
satu periode tertentu.
Wakaf atau waqf atau menahan atau berhenti atau berdiam di tempat
atau tetap berdiri adalah memindahkan hak milik pribadi men-
jadi milik suatu badan yang memberi manfaat bagi masyarakat.
Wakaf menurut hukum Islam dapat juga berarti menyerahkan
238 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seseorang atau
nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun berupa
badan pengelola dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaat-
nya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan syari’at Islam.
Wakala adalah akad penyerahan kekuasaan, yang pada akad itu sese-
orang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam bertin-
dak (bertasharruf).
Dr. Abdul Ghoni | 239
INDEKS
A
Abu Hanifah · 236
AHP · 8, 13, 14, 15, 16, 17, 167, 168,
179, 180, 181, 182, 183, 184, 185,
186, 187, 189, 190, 191, 192, 193,
194, 195, 196, 197, 198, 199, 200,
201, 202, 203, 204, 205, 206, 207,
208, 209, 210, 214, 234
Al Azhar Memorial Garden · 4, 8, 19,
20, 165, 168, 174, 177, 180
al’aqilah · 102, 234
Al-diyah · 102
Al-Diyah · 234
al-kanzu · 234
analytical hierarchy process · 8, 13,
234
Aqad · 234
Arab Saudi · 104, 107, 157
Asuransi · 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55,
56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,
65, 66, 67, 68, 69, 70, 77, 78, 79,
80, 81,82, 83, 84, 85, 86, 87, 88,
89, 90, 91, 93, 95, 96, 97, 99, 101,
102, 103, 104, 105, 106, 107, 108,
110, 111, 112, 113, 115, 116, 117,
118, 119, 120, 121, 122, 123, 124,
125, 126, 127, 128, 129, 130, 131,
132, 133, 134, 135, 136, 137, 138,
139, 140, 141, 142, 143, 144, 145,
146, 147, 148, 149, 150, 151, 152,
153, 154, 155, 156, 157, 158, 163,
167, 168, 169, 170, 171, 172, 173,
174, 175, 176, 177, 178, 179, 180,
181, 182, 183, 184, 186, 187, 188,
197, 198, 199, 201, 202, 203, 204,
206, 207, 209, 213, 214, 216, 217,
218, 219, 220, 221, 222, 223, 225,
226, 227, 229, 230, 231, 234, 244,
245
asuransi kendaraan · 236
asuransi kesehatan · 7, 11, 86, 90,
104, 107, 174, 213, 236
Asuransi Konvensional · 43, 45, 145,
146, 148, 231
Asuransi Syariah · 1, 2, 5, 6, 8, 9, 10,
11, 13, 14, 21, 23, 24, 25, 26, 28,
29, 31, 33, 34, 36, 37, 39, 41, 42,
43, 46, 47, 48, 50, 52, 53, 54, 55,
56, 59, 61, 62, 63, 65, 67, 68, 69,
77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 87,
88, 103, 104, 105, 107, 110, 111,
113, 117, 120, 123, 124, 126, 127,
128, 130, 131, 132, 133, 136, 138,
139, 142, 143, 148, 149, 150, 151,
152, 153, 155, 156, 158, 163, 167,
168, 169, 170, 171, 172, 173, 174,
175, 176, 177, 187, 200, 201, 202,
206, 213, 215, 216, 220, 221, 245
B
Bancatakaful · 234
Bundling product · 176, 234
240 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
C
charity) · 236
D
Derma · 236
Desain Produk · 92, 181, 186, 188,
190, 191, 198, 200, 214
Dewan Pengawas Syariah · 46, 50,
112
Distribusi · 86, 88, 94, 181, 186, 189,
194, 195, 198, 203, 204, 209, 214,
215
diyat · 24, 234
DSN · 6, 20, 24, 25, 29, 34, 36, 49,
50, 51, 60, 66, 67, 111, 112, 156,
217
E
Edukasi Pasar · 95, 167, 175, 181,
186, 189, 196, 197, 198, 205, 206,
210, 214, 215
Elemen Produk · 206
F
Fatwa DSN · 217
Fidyah · 234
Full fledge · 235
full-pledge · 236
Funeral · 1, 2, 4, 11, 71, 72, 73, 74,
75, 87, 161, 162, 163, 164, 165,
219, 220, 221, 222, 223, 224, 228,
230, 231, 232, 235
G
Gharar · 31, 32, 37, 42, 43, 46, 235
H
haram · 5, 24, 27, 53, 144, 234
Harga Premi · 93, 181, 186, 188, 192,
193, 198, 201, 202, 208, 214, 215
Hibah · 63, 69, 235
I
Indonesia · 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 19, 20, 21, 24, 34,
36, 37, 39, 41, 42, 43, 44, 46, 48,
49, 50, 53, 55, 65, 67, 73, 77, 79,
81, 85, 95, 103, 106, 108, 109,
110, 112, 113, 114, 115, 116, 117,
118, 119, 120, 121, 123, 124, 125,
126, 127, 128, 129, 130, 131, 132,
133, 134, 135, 136, 137, 138, 139,
140, 141, 142, 143, 144, 145, 146,
147, 148, 149, 154, 155, 157, 158,
159, 160, 163, 164, 165, 167, 168,
169, 170, 172, 173, 174, 175, 177,
178, 187, 188, 200, 204, 213, 216,
217, 218, 219, 220, 221, 222, 223,
224, 227, 229, 244, 245
Investasi · 47, 79, 80, 151
J
Jenazah · 164
Dr. Abdul Ghoni | 241
K
Kafala · 237
Kebutuhan Pasar · 186, 188, 198,
199, 214
Kepatuhan Syariah · 236
Keuangan Syariah · 28, 51, 107, 158
Klaim · 48, 53, 189, 193, 194, 209
Komersial · 74
Kontribusi · 41, 67, 108, 114, 116,
117, 235
M
Maisir · 31, 37, 41, 43, 46, 235
makruh · 234
Malaysia · 1, 4, 13, 23, 27, 29, 55, 56,
59, 63, 64, 65, 67, 68, 69, 71, 75,
78, 85, 87, 95, 101, 102, 104, 105,
106, 107, 108, 109, 118, 132, 142,
145, 152, 153, 154, 157, 158, 164,
188, 217, 220, 222, 223, 224, 225,
227, 229, 232
Microtakaful · 118, 145, 147, 151,
219, 228, 237
mikro konvensional · 237
Mortality table · 53, 235
mubah · 234
Mudarabah · 58, 59, 68, 217, 235
mudharib · 36, 39, 235
N
nadzir · 64, 70, 238
O
Otoritas Jasa Keuangan · 85, 95, 111,
113, 144, 147, 158, 168, 174
P
Pemakaman · 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 14, 19, 20, 21, 23, 71, 72,
73, 74, 75, 77, 87, 88, 89, 161,
162, 163, 164, 165, 167, 168, 174,
175, 176, 177, 180, 181, 186, 187,
188, 199, 201, 202, 203, 204, 206,
207, 208, 209, 210, 213, 214, 216
Penetrasi · 117, 148
Pengelolaan Dana · 47, 63
Potensi Pasar · 91
Premi · 47, 53, 86, 88, 117, 235
produk asuransi · 1, 4, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 20, 25, 29, 56, 66, 78, 79,
84, 88, 89, 93, 94, 118, 124, 129,
130, 131, 133, 137, 146, 147, 158,
159, 174, 175, 205, 213, 236
Proses · 16, 88, 94, 181, 186, 189,
193, 194, 198, 202, 203, 209, 214,
215
R
Responden · 14, 180, 181, 182, 183,
184, 185, 188, 189, 190, 191, 192,
193, 194, 195, 196, 197, 198, 199,
200, 201, 202, 203, 205
Retakaful · 220
Riba · 32, 37, 41, 43, 46, 236
Risk sharing · 236
Risk transfer · 236
Riswah · 236
242 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
S
Sedekah · 236
shahibul amal · 235
Spin-off · 236
Stand alone · 236
Surplus Underwriting · 67
Syariah · 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55,
56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,
65, 66, 67, 68, 69, 70, 77, 78, 79,
80, 81,82, 83, 86, 87, 88, 89, 93,
95, 96, 97, 99, 101, 102, 103, 104,
105, 106, 107, 108, 110, 111, 112,
113, 114, 115, 116, 117, 118, 120,
121, 122, 123, 124, 125, 126, 127,
128, 129, 130, 131, 132, 133, 134,
135, 136, 138, 139, 140, 142, 143,
144, 145, 146, 147, 148, 149, 150,
151, 152, 153, 154, 155, 157, 158,
163, 167, 168, 169, 170, 171, 172,
173, 174, 175, 176, 177, 178, 179,
180, 181, 182, 183, 184, 186, 187,
188, 197, 198, 199, 201, 202, 203,
204, 206, 207, 208, 209, 210, 213,
214, 216, 217, 218, 219, 220, 221,
223, 224, 225, 227, 229, 231, 236,
237, 244, 245
T
Ta’min · 5, 24, 27, 30, 34, 35, 219,
223, 227, 237
Ta'awun · 237
Tabarru · 29, 58, 59, 63, 65, 66, 67,
68, 83, 217, 229, 236, 237, 245
Takaful · 101, 102, 103, 104, 105,
106, 107, 108, 109, 110, 118, 149,
152, 153, 154, 217, 218, 219, 220,
222, 223, 224, 225, 226, 227, 228,
229, 230, 231, 232, 233, 237, 244
tebusan · 234
U
ujrah · 39, 60, 61, 64, 235, 236
Ujrah · 60, 217, 229, 237
uncertainty of both parties · 235
Underwriting surplus · 66, 68, 69,
237
W
wajib · 23, 24, 54, 62, 77, 85, 169,
172, 234
Wakala · 59, 60, 62, 238
Waqf · 62
Z
ziyadah · 236
Dr. Abdul Ghoni | 243
BIODATA PENULIS
Abdul Ghoni, lahir pada tanggal 2 Juni
1977 di Tanjungkarang, Bandar Lampung yang
merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara dari
Ayahanda Dailami HB, BSc (Alm.) dan Ibunda
Nuraini. Penulis memiliki seorang istri, Erny
Arianty dan 6 orang anak, yaitu Syafiah, Imam,
Rafif, Sayyidah, Hafizhah dan Aulia.
Pendidikan penulis sejak SD s.d SLTA
dijalani di Bandar Lampung, yaitu di SDN 2
Penengahan, (1983 –1989), SMPN 2 (1989 – 1992), dan SMAN 2
(1992 –1995). Untuk tingkat sarjana penulis selesaikan di STIE
Bhakti Pembangunan dengan jurusan akuntansi (1999 – 2002) dan
tingkat Magister di Universitas Mercubuana dengan jurusan manaje-
men (2011 – 2015) serta di tingkat Doktor di Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah dengan konsentrasi Ekonomi Islam (2015-
2018).
Mengenai pekerjaan, penulis sudah menjalani 20 tahun dibi-
dang akuntansi dan keuangan Syariah, baik sebagai praktisi maupun
akademisi. Pekerjaan pertama penulis lakukan tahun 1997-1999
sebagai staf akuntansi di PT Sarana Jaringan Mas dan PT Geobis
Woodward-Clyde Indonesia dan tahun 2000-2007, penulis bekerja
sebagai konsultan, staf dan manager di Lembaga keuangan Syariah,
yaitu di PT Asuransi Takaful Umum, Institut Manajemen Zakat
(IMZ), Karim Business Consulting (KBC), SEBI Consulting, Divisi
Syariah PT Asuransi Adira Dinamika dan Divisi Syariah PT Tugu
Pratama Indonesia, selanjutnya pada tahun 2007-2015 penulis me-
nempati level manajemen, baik sebagai General Manager dan Direk-
tur di PT Insco Multi Pratama, PT Madani Karsa Mandiri, PT Buana
Lintas Persada, PT Amanah Ventura Syariah. Saat ini penulis masih
aktif menjabat sebagai Komisaris di PT Insco Multi Pratama.
Sebagai akademisi penulis mengajar sejak 2007 di berbagai
kampus, yaitu STEI SEBI, STIE Tunas Nusantara, Universitas
Thamrin, dan PKN STAN Kementerian Keuangan RI. Selain itu
penulis juga pernah menulis artikel Internasional dan buku di dalam
negeri, yaitu di Islamic Finance News Kuala Lumpur, Edisi 2nd
Feb
244 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…
2007 berjudul Accounting Differences in Islamic and Conventional
Insurance, Edisi 23rd March 2007 berjudul Wakalah bil Ujara in
Islamic Insurance, Edisi 17th August 2007 berjudul Building a Global Tabarru’ Pool of Funds, Edisi 2nd
March 2011 berjudul Towards The
Maturity of Islamic Insurance Industry in Indonesia. Untuk buku ber-
judul Menjadi Kaya dan Dermawan, STIE SEBI, 2006 dan Akuntansi
Asuransi Syariah: antara teori dan praktik, Insco Consulting, 2007.
Penulis juga aktif sebagai narasumber dan trainer di bidang
akuntansi dan keuangan Syariah di Kementerian keuangan-RI dan di
berbagai Lembaga keuangan Syariah sejak tahun 2002 s.d saat ini,
yaitu di PT Asuransi Binagriya Upakara (2002), University Islam 45
Bekasi (2002), PT MAA General Assurance (2003), PT Tugu Prata-
ma Indonesia (2005), Fakultas Ekonomi – IPB (2007), STIE Perbanas
Jakarta (2007), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007), PT Asuransi
Allianz Life Indonesia (2007), Fakultas Ekonomi Trisakti (2007),
STIAMI – Jakarta (2007), PT Asuransi AIG Life (2008), PT Asuransi
Jiwa Central Asia Raya (2008), PT AXA Life Indonesia (2009),
LPPM Tazkia, Hotel Marcopolo (2011), Kementerian Keuangan-RI
(2011), Kementerian Keuangan-RI (2012), PT Maskapai Asuransi
Sonwelis (2012), Kementerian Keuangan-RI (2013), Kementerian
Keuangan-RI (2015), Kementerian Keuangan-RI (2016), PT Asuransi
Jiwa Generali Indonesia (2017), PT Asuransi Jiwa Sinar Mas Syariah
(2017), Kementerian Keuangan-RI (2017), PT Mandiri AXA General
Insurance (2017), PT Asuransi Syariah Jiwa Bumiputera (2017),
Kementerian Keuangan-RI (2018).