STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni --...

263

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni --...

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,
Page 2: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

i

STRATEGI PENGEMBANGAN

ASURANSI SYARIAH PEMAKAMAN

DI INDONESIA

Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

ii

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

iii

Dr. Abdul Ghoni

STRATEGI PENGEMBANGAN

ASURANSI SYARIAH PEMAKAMAN

DI INDONESIA

Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial

NUSA LITERA INSPIRASI

2018

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

iv

Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia:

Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Nusa Litera Inspirasi

Cetakan pertama Desember 2018

All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang

Penulis: Dr. Abdul Ghoni

Perancang sampul: NLI Team

Penata letak: NLI Team

Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia:

Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial

xviii + 244: 15 cm x 22 cm

ISBN: 978-602-5668-623

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Penerbit Nusa Litera Inspirasi

Jl. KH. Zainal Arifin

Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

[email protected]

www.nusaliterainspirasi.com

HP: 0821-1976-9742

Isi di luar tanggungjawab percetakan.

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Asu-

ransi Syariah Pemakaman di Indonesia: Sinergi antara Perusahaan

Asuransi Syariah dan Lembaga Pemakaman Komersial. Bagi penulis,

penyelesaian penelitian ini merupakan capaian prestasi di bidang

akademik dan merupakan tantangan yang tidak mudah untuk dilalui.

Hanya dengan karunia Allah SWT penulis mampu melewatinya. Sha-

lawat dan Salam semoga senantiasa disampaikan oleh Allah Swt

kepada nabi Muhammad SAW.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang

tua, Ayahanda Dailami HB Bsc (Alm) dan Ibunda Nuraini atas duku-

ngan, motivasi, dan do’a, telah memberikan penulis kekuatan sehing-

ga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini. Kepada kedua mer-

tua, Bapak Herri M.Yasin (Alm), dan Ibu Komariah (Alm), terimaka-

sih atas motivasi, dukungan, dan perhatian yang tinggi, telah membe-

rikan semangat luar biasa bagi penulis dalam menyelesaikan peneliti-

an ini. Kepada seluruh keluarga tercinta penulis haturkan banyak

terimakasih atas perhatian, dorongan serta do’a yang tiada henti,

sehingga membuat hari-hari penulisan disertasi penuh arti dan makna.

Penulisan penelitian ini pada dasarnya untuk memenuhi salah

satu persyaratan dalam memperoleh gelar Doktor Ekonomi Islam

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Sebagai manusia yang tidak luput dari kekura-

ngan dan kesalahan, penelitian ini tentu memiliki terbatasan. Maka

penulis tidak terlepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak

pada penulisan penelitian ini. Untuk itu, penulis menyampaikan

penghargaan serta ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Rektor UIN Syarif Hidaya-

tullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk belajar program doktor pada Sekolah Pascasarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

vi

2. Prof. Dr. Masykuri Abdillah sebagai Direktur Pascasarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan spirit agar

penulisan penelitian ini segera diselesaikan.

3. Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA sebagai promotor yang

telah membimbing, mengayomi, dan memberikan ide dan gagasan

yang konstruktif dalam penyelesaian penelitian ini.

4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM sebagai promotor sekaligus Wakil

Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

mendidik, membimbing, dan memberikan ide kreatif-imajinatif

kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

5. Prof. Dr. Didin Saefuddin, MA sebagai Ketua Prodi Doktor Pasca-

sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Bapak Sigit Budiarso yang menemani penulis ikut dalam pendaf-

taran SPS dan memberikan support dan motivasi kepada penulis.

7. Bapak Desmadi Saharuddin selaku wakil dekan FEB UIN yang

memberikan bantuan besar, saat proses pendaftaran awal penulis

di SPS dan juga bahan-bahan dalam proses penulisan penelitian

ini.

8. Bapak Muktisjah Ramli selaku Group Treasurer di Persatuan Pe-

muda Muslim seEropa (PPME) Masjid Al Ikhlas Amsterdam, yang

memberikan inspirasi awal kepada penulis mengenai topik peneli-

tian ini, yaitu Asuransi Syariah Pemakaman.

9. Ibu Maya Dewi dan Bapak Hendri Risnaldi selaku General Mana-

ger Marketing dan Sales yang bersedia memberikan bantuan, baik

waktu dan support dalam proses penelitian penulis di Al Azhar

Memorial Garden yang merupakan objek penelitian penulis.

10. Bapak Irsyal Ismail dan Bapak Sulaiman selaku komisaris utama

dan direktur utama di PT Insco Multi Pratama Insurance broker

and consultant yang banyak memberikan fasilitas bantuan peneli-

tian keberbagi pihak di Industri Asuransi Syariah di Indonesia

11. Bapak Saroyo selaku manajemen di PT Jasa Mitra Abadi Syariah

selaku perusahaan Asuransi Syariah yang menerbitkan polis perta-

ma terkait Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia dengan Al

Azhar Memorial Garden.

12. Bapak Taufik Marjuniadi, selaku Ketua Umum Asosiasi Asuransi

Syariah Indonesia (AASI) periode 2015-2017 yang bersedia melu-

angkan waktu dan menyumbangkan pemikirannya dalam penuli-

san penelitian ini

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

vii

13. Para kyai di Dewan Syariah Nasional (DSN), baik di Ketua dan

dipengurus harian dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Asuran-

si Syariah.

14. Direktur, kepala divisi, kepala bagian dan seluruh staff di Otoritas

Jasa Keuangan (OJK), khususnya di direktorat keuangan syariah.

15. Seluruh teman-teman di Industri Asuransi Syariah yang tentu

tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan sema-

ngat, bantuan dan dukungan dalam penulisan penelitian ini.

16. Seluruh dosen dan karyawan Pascasarjana UIN Syarif Hidaya-

tullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

pendidikan.

17. Kepala, staff dan karyawan perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

18. Teman-teman tercinta di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu,

berbagi keceriaan, dan berbagi kisah dengan penulis.

19. Untuk keluarga tercinta Istri penulis Erny Arianty yang selalu

memberikan dorongan dan semangat yang tinggi dan anak-anak

penulis yang sholeh dan sholehah, yaitu ananda Syafiah, Imam,

Rafif, Sayyidah, Hafizhah dan Aulia. Terimakasih atas segala

pengertian, bantuan, dan do’a yang tulus untuk mendampingi pe-

nulis dalam segala suka dan duka. Keceriaan dan candatawa mere-

ka memberikan aspirasi dan motivasi yang tak terhingga bagi

penulis.

20. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga kebaikan selalu bersama kita semua.

Pada akhir pengantar ini, penulis mengharapkan saran dan ma-

sukan dari para pembaca agar karya ini lebih baik lagi. Semoga karya

ini memberi kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu pendidi-

kan, terutama pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 15 Oktober 2018

Abdul Ghoni

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

viii

ABSTRAK

Industri Asuransi Syariah memiliki rasio penetrasi yang relatif

masih kecil dibandingkan dengan rasio penetrasi asuransi konvensio-

nal. Untuk meningkatkan penetrasi pasar, industri Asuransi Syariah

perlu melakukan inovasi produk, salah satunya adalah produk Asu-

ransi Syariah mikro, yaitu Asuransi Syariah Pemakaman. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi yang tepat dalam

mengembangkan produk Asuransi Syariah Pemakaman.

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

analisis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, secara kuantita-

tif menggunakan metode AHP (analytical hierarchy process). Teknik

ini digunakan untuk mengetahui prioritas dari elemen-elemen produk

Asuransi Syariah Pemakaman, secara kualitatif penelitian ini meng-

gunakan pendekatan etnometodologi, untuk mengetahui strategi

pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia.

Kesimpulan disertasi adalah bahwa pengembangan Asuransi

Syariah Pemakaman menjadi lebih efektif melalui kerjasama produk

dengan lembaga pemakaman. Strategi pengembangan Asuransi Syari-

ah Pemakaman di Indonesia terbagi menjadi 2 aspek, yaitu strategi

pengembangan bisnis Asuransi Syariah Pemakaman dan strategi pe-

ngembangan produk Asuransi Syariah Pemakaman.Strategi pengem-

bangan bisnis Asuransi Syariah Pemakaman, terdiri dari; (1) Kerjasa-

ma dengan lembaga, baik itu dalam bentuk perusahaan, yayasan, aso-

siasi, dan organisasi yang memberikan layanan pemakaman, (2) mela-

lui skema kumpulan, yaitu skema bisnis dalam bentuk polis induk

Asuransi Syariah Pemakaman, (3) melakukan edukasi pasar dengan

cara yang efektif dan efisien, baik melalui promosi maupun literasi di

kurikulum sekolah, serta khususnya melalui jalur keagenan.

Kesimpulan ini bertentangan dengan hasil penelitian oleh

Erlend Berg yang berjudul Securing The Afterlife: The Puzzle Of Funeral Insurance dan juga oleh Brown yang berjudul Microinsu-rance: The risks, perils and opportunities. yang menyatakan bahwa

asuransi mikro dapat dipasarkan secara sendiri. Penelitian ini juga

memperkuat penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Nitesh Behare

yang berjudul Funeral Insurance an Innovative Product a Study with Reference to Pune City dan Stefan Dercon yang berjudul Group-

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

ix

based Funeral Insurance in Ethiopia and Tanzania, oleh James Brau

dan oleh Muhammed Altuntas serta oleh Abhijit Banerjee yang

berjudul Bundling Health Insurance and Microfinance in India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand yang menyata-

kan bahwa Asuransi Syariah mikro sebaiknya dipasarkan dengan

produk bersama dengan lembaga tertentu.

Key words: Asuransi Syariah, Pemakaman, Pengembangan

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h{ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s{ = ص

d{ = ض

t{ = ط

z{ = ظ

ع = ‘

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ه

w = و

y = ي

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fath}ah A A

Kasrah I I

D}ammah U U

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

xi

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

Fath}ah dan ya Ai a dan i ...ى

Fath}ah dan wau Au a dan w ...و

Contoh:

h}aul : حول H}usain : حسني

C. Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif a> a dan garis di atas ــــا

Kasrah dan ya i> i dan garis di atas ــــي

D}ammah dan wau u> u dan garis di atas ــــو

D. Ta’ Marbu>t}ah (ة) Transliterasi ta’ marbu>t}ah ditulis dengan “h” baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah (مرأة) madrasah

( )مدرسة

Contoh:

al-Madi>nat al-Munawwarah : املدينةاملنورة

E . Shaddah

Shaddah/tashdi>d pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu.

Contoh:

nazzala : نزل

F. Kata Sandang

Kata sandang “الـ” dilambangkan berdasarkan huruf yang me-

ngikutinya, jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai huruf

yang bersangkutan, dan ditulis “al” jika diikuti dengan huruf qamari-yah. Selanjutnyaال ditulis lengkap baik menghadapi al-Qamariyah,

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

xii

contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah seperti kata al-

Rajulu (الرجل)

Contoh:

al-Qalam : القلم al-Shams : الشمس

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

xiii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK viii

PEDOMAN TRASLITERASI x

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xviii

BAB I

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan 7

C. Tujuan Penelitian 9

D. Siginifikansi dan Manfaat Penelitian 9

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 10

F. Metode Penelitian 13

G. Sistematika Penulisan 21

BAB II

DISKURSUS ASURANSI SYARIAH DAN PEMAKAMAN 23

A. Konsep, Prinsip dan Model Operasional

Asuransi Syariah 23

1. Konsep Asuransi Syariah dalam Islam 23

2. Prinsip Asuransi Syariah 36

3. Perbedaan antara Asuransi Syariah dan Asuransi

Konvensional 43

4. Model Operasional Pengelolaan Asuransi Syariah 55

B. Konsep, Layanan dan Model Pengelolaan Pemakaman 71

1. Konsep Pemakaman dalam Islam 71

2. Jenis-jenis Layanan Pemakaman 73

3. Model Pengelolaan Pemakaman 74

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

xiv

BAB III

INOVASI PRODUK DALAM PENGEMBANGAN

INDUSTRI ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA 77

A. Pengembangan Produk Asuransi Syariah 78

1. Klasifikasi Produk Asuransi Syariah 78

2. Pengembangan Asuransi Syariah Mikro 83

3. Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman 87

4. Macam-macam Produk Asuransi Syariah Pemakaman 87

5. Kriteria Produk Asuransi Syariah Pemakaman 88

B. Elemen-elemen Produk Asuransi Syariah Pemakaman 89

1. Kebutuhan Pasar 89

2. Desain Produk 91

3. Harga Premi 93

4. Proses 94

5. Saluran Distribusi 94

6. Edukasi Pasar 95

BAB IV

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS ASURANSI

SYARIAH DI INDONESIA 101

A. Sejarah dan Perkembangan Industri Asuransi Syariah

Secara Global 101

B. Pengembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia 110

1. Regulasi dan Fatwa 110

2. Jenis dan Jumlah Perusahaan 113

3. Total Aset dan Kontribusi 114

4. Rasio Penetrasi dan Pertumbuhan 117

C. Peluang dan Tantangan perkembangan Industri

Asuransi Syariah 118

1. Analisis SWOT Industri Asuransi Syariah

di Indonesia 118

2. Peluang dan Prospek Industri Asuransi Syariah

di Indonesia 138

3. Kendala dan Tantangan Asuransi Syariah Mikro

di Indonesia 144

4. Tahapan Pengembangan Industri Asuransi Syariah

di Indonesia 154

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

xv

BAB V

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PEMAKAMAN

DAN SINERGI DENGAN INDUSTRI ASURANSI SYARIAH 161

A. Pengembangan Industri Pemakaman 161

1. Perkembangan Bisnis Pemakaman di Berbagai

Negara Muslim 161

2. Pengembangan Bisnis Pemakamann di Indonsia 164

B. Faktor-faktor Penentu Pengembangan Produk

Asuransi Syariah Pemakaman 167

1. Strategi Pengembangan Bisnis Asuransi Syariah

Pemakaman 167

2. Strategi Pengembangan Produk Asuransi Syariah

Pemakaman 168

3. Inisiatif Pengembangan dari Pemerintah 168

C. Sinergi Antara Perusahaan Asuransi Syariah dan

Lembaga Pemakaman dalam Pengembangan Produk 177

1. Kerjasama produk untuk efisiensi dan efektifitas

Operasional usaha 177

2. Kerjasama pemasaran dan edukasi dimasyarakat 178

3. Kerjasama investasi dalam pengembangan

Infrastruktur layananan pemakaman 178

BAB VI

ANALISIS ELEMEN PRODUK ASURANSI SYARIAH

PEMAKAMAN DI INDONESIA 179

A. Responden AHP 180

B. Analisis atas Elemen Utama pada Produk Asuransi

Syariah Pemakaman 181

C. Analisis Sub Elemen-elemen Produk Asuransi Syariah

Pemakaman 207

BAB VII

PENUTUP 213

A. Kesimpulan 213

B. Saran 216

DAFTAR PUSTAKA 217

GLOSARIUM 234

INDEKS 239

BIODATA PENULIS 243

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Skala AHP dan Definisinya 15

Tabel 1.2. Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan 16

Tabel 1.3. Nilai Indeks Random 18

Tabel 2.1. Perbedaan antara Asuransi Syariah & Asuransi

Konvensional 45

Tabel 2.2. Perbedaan antara Model Wakalah dan Mudarabah 59

Tabel 3.1. Perbedaan Produk Family Asuransi Syariah dan

General Asuransi Syariah 82

Tabel 3.2. Perbedaan antara Asuransi Mikro dan Bukan Mikro 86

Tabel 4.1. Populasi QISMUT & GDP 109

Tabel 4.2. Jenis dan Jumlah Perusahaan Asuransi Syariah

Indonesia 113

Tabel 6.1. Data Responden AHP 180

Tabel 6.2. Perbandingan Berpasangan Kriteria Produk Asuransi

Syariah Mikro 181

Tabel 6.3. Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah Mikro

Responden 1 182

Tabel 6.4. Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban Responden 1 183

Tabel 6.5. Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah Mikro

Responden 2 183

Tabel 6.6. Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban Responden 2 184

Tabel 6.7. Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah Mikro

Responden 3 184

Tabel 6.8. Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban Responden 3 185

Tabel 6.9. Prioritas Kepentingan (Bobot) Prioritas Elemen 186

Tabel 6.10. Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 1 189

Tabel 6.11.Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 2 189

Tabel 6.12. Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 3 190

Tabel 6.13. Sub-elemen Desain Produk Responden 1 190

Tabel 6.14. Sub-elemen Desain Produk Responden 2 191

Tabel 6.15. Sub-elemen Desain Produk Responden 3 191

Tabel 6.16. Sub-elemen Harga Premi Responden 1 192

Tabel 6.17. Sub-elemen Harga Premi Responden 2 192

Tabel 6.18. Sub-elemen Harga Premi Responden 3 193

Tabel 6.19.Sub-elemen Proses Responden 1 193

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

xvii

Tabel 6.20. Sub-elemen Proses Responden 2 194

Tabel 6.21. Sub-elemen Proses Responden 3 194

Tabel 6.22. Sub-elemen Distribusi Responden 1 194

Tabel 6.23. Sub-elemen Distribusi Responden 2 195

Tabel 6.24. Sub-elemen Distribusi Responden 3 195

Tabel 6.25. Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 1 196

Tabel 6.26. Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 2 196

Tabel 6.27. Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 3 197

Tabel 6.28. Hasil Perhitungan Konsistensi Index Penilaian

Responden 198

Tabel 6.29. Hasil Rasio Konsistensi Penilaian Responden 198

Tabel 6.30. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Kebutuhan Pasar 199

Tabel 6.31. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Desain Produk 200

Tabel 6.32. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Harga Premi 201

Tabel 6.33. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase

Tingkat Kepentingan Sub-Elemen Proses 202

Tabel 6.34. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Distribusi 203

Tabel 6.35. Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Edukasi Pasar 205

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Diagram Pemilihan Kriteria ProdukAsuransi

Syariah Mikro 14

Gambar 2.1. Perbandingan Konsep Asuransi Syariah Vs

Asuransi Konvensional 28

Gambar 2.2. Mudarabah Model 57

Gambar 2.3.Wakala-fee Model 60

Gambar 2.4. Wakala-waqf Model 62

Gambar 3.1. Potensi Pasar Asuransi Mikro Global 91

Gambar 4.1. Share Global Aset Keuangan Syariah 107

Gambar 4.2. Market Share Kontribusi Asuransi Syariah

di Timur Tengah 108

Gambar 4.3. Market Share Kontribusi Asuransi Syariah

di ASEAN 108

Gambar 4.4. Share diantara Negara QISMUT 110

Gambar 4.5. Aset Asuransi Syariah di Indonesia 115

Gambar 4.6. Aset Asuransi Nasional di Indonesia 115

Gambar 4.7. Kontribusi Bruto Asuransi Syariah di Indonesia 116

Gambar 4.8. Premi Bruto Asuransi Nasional di Indonesia 117

Gambar 4.9. Tantangan dalam Pengembangan Industri

Asuransi Syariah 153

Gambar 6.1. Hirarki Prioritas AHP 179

Gambar 6.2. Hirarki Prioritas AHP-Sublevel 180

Gambar 6.3. Hasil Output Prioritas Elemen Produk Asuransi

Syariah Pemakaman 187

Gambar 6.4. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen

Kebutuhan Pasar 199

Gambar 6.5. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Desain Produk 200

Gambar 6.6. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Harga Premi 202

Gambar 6.7. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Proses 203

Gambar 6.8. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Distribusi 204

Gambar 6.9. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Edukasi Pasar 206 Gambar 6.10. Gambar Hirarki Analisa Tingkat Kepentingan

Elemen Produk Asuransi Syariah Pemakaman 206

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri Asuransi Syariah secara umum memiliki aset dan

penetrasi yang relatif masih kecil dibandingkan dengan aset dan

penetrasi asuransi konvensional1. Dengan keuangan syariah global,

Asuransi Syariah hanya memiliki market share sebesar 1% dari total

aset keuangan global dengan nilai diprediksi pada tahun 2018 sebesar

$3 Triliun, yang terdiri dari lebih 600 lembaga keuangan syariah di 75

negara diseluruh dunia. Untuk meningkatkan penetrasi pasar, industri

Asuransi Syariah perlu melakukan banyak terobosan sehingga dapat

mereposisi diri di pasar keuangan, salah satunya adalah membuat pro-

duk-produk baru.2 Salah satu produk yang berpotensi untuk dikem-

bangkan, khususnya dinegara berkembang seperti Indonesia, adalah

produk Asuransi Syariah mikro. Salah satu produk Asuransi Syariah

mikro yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Asuransi Syariah

Pemakaman.3

Produk asuransi syariah (takāful) mikro dalam beberapa peneli-

tian dapat dipasarkan secara sendiri (stand alone)4. Namun banyak

sekali penelitian yang menyatakan bahwa produk asuransi syariah

(takāful) mikro sebaiknya dipasarkan dengan produk bersama (bundl-ing product) dengan lembaga tertentu

5. Asuransi Syariah Pemakaman

1 Puteri and others. “Takāful: A review on performance, issues and

challenges in Malaysia”. Journal of Scientific Research and Development 3

4 (2016): 71-76. 2 Kamaruddin Sharif. “Takāful – Development and Challenges Over

20 Years of Its Existence in Malaysia”. Jurnal Pengurusan 23(2004): 3-13 3 Susan Dingwall. “Microtakāful – Developing the Potential”. Norton

Rose LLP. (2012) 4 Erlend Bergb. “Securing The Afterlife: The Puzzle Of Funeral Insu-

rance”. Bristol and Oxford and the Centre for the Study of African Econo-mies Conference. (2011) dan Brown, W. “Microinsurance: The risks, perils

and opportunities”. Small Enterprise Development, 12(1), (2001) 11–24. 5 Nitesh Behare, Vidula Dharmapurikar.”Funeral Insurance An Inno-

vative Product A Study With Reference To Pune City”. International Jour-

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

2 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

merupakan produk yang masih relatif baru di Indonesia, seiring

dengan berkembangnya layanan komersial maupun sosial lembaga

pemakaman yang bersifat professional di Indonesia, diharapkan pro-

duk Asuransi Syariah Pemakaman juga akan ikut berkembang dengan

baik.

Anne case menyatakan bahwa biaya pemakaman, khususnya

dengan cara dikubur semakin hari semakin tinggi, khususnya di nega-

ra-negara maju, seperti Amerika, Eropa, Australia bahkan di negara

berkembang di Afrika.6 Biaya pemakaman merupakan faktor utama

yang menjadi tantangan umat Islam di dunia, selain faktor-faktor

lain, seperti keterbatasan lahan, ketentuan regulasi disuatu negara

serta budaya dan agama mayoritas. Di DKI Jakarta biaya pemakaman

sebesar Rp 6.000.000, namun di Eropa sebesar € 12.500 dan di

Amerika $ 10.000 serta biaya penguburan di London berkisar € 4.000-

5.000, sedangkan untuk kremasi di London sudah berkisar €2.000-

nal of Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM). (2013). ISSN 2319 – 4847; Stefan Dercon, Joachim De Weerdt, Tessa Bold,

Alula Pankhurst. “Group-based Funeral Insurance in Ethiopia and Tanza-

nia”. World Development Vol. 34, No. 4, (2006):685–703,. Elsevier Ltd. All

rights reserved 0305-750X; James C. Brau. “Insurance Theory and Challe-

nges Facing The Development of Microinsurance Markets”. Journal of Developmental Entrepreneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–440; Muham-

med Altuntas, Thomas R. Berry, Anja Erlbeck. “Takāful—Charity or Busi-

ness? Field Study Evidence from Microinsurance Providers”. Journal of Insurance Regulation. © 2011 National Association of Insurance Commi-

ssioners; Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in

India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand”. Ame-rican Economic Review: Papers & Proceedings, 104(5), (2014): 291–297.

6 Anne Case and others.” Paying the Piper: The High Cost of Funerals

in South Africa”. Economic Development and Cultural Change, Vol. 62, No.

1 (October 2013), 1-20. The University of Chicago Press. http://www.jstor.

org/stable/ 10.1086/671712. Khadija Kadrouch Outmany. “Religion at the

cemetery Islamic Burials in the Netherlands and Belgium”. Department of Cultural Anthropology and Development Sociology, Leiden University,

Leiden, Netherlands. 13 October 2015. DOI 10.1007/s11562-015-0341-3.

McCrindle, Australian Bureau of Statistics. National Convention on Sunday

June 1st, 2014. Anggun Gunawan. The Capitalization of Funeral: Case

Study in Indonesia and the United States. Simon Cox. The Royal London

National Funeral Cost Index Report 2015. Rising Funeral Cost.

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 3

3.000, harga berbeda-beda disetiap daerah dan negara, namun setiap

tahun biaya tersebut terus meningkat. Untuk singapura sendiri biaya

penguburan berkisar SGD 1.200-1.300.

Di Belanda, komunitas muslim keturunan Indonesia juga

mengalami kendala dalam menjalankan syariat Islam, yaitu terkait

pemakaman yang sudah sangat mahal, selain lahan untuk pemakaman

semakin terbatas, bahkan harus sewa lahan dengan jangka waktu 10

sampai dengan 50 tahun ke depan. Adapun biaya pemakaman di

Belanda, dapat dilakukan di negara tersebut dengan biaya mencapai

5.000 euro, namun jika dilakukan repatriasi ke tanah air, biaya

menjadi semakin mahal mencapai 6.000 euro, berbeda hal nya dengan

komunitas muslim lainnya seperti dari maroko dan turki, mereka

melakukan repatriasi pemakaman ke tanah air mereka jauh lebih

murah, dikarenakan jarak yang lebih dekat.7

Pemakaman dalam Islam mengacu pada Al Qur’an dan Al

Hadist secara rinci telah dijelaskan dan menjadi fardhu kifayah bagi

seluruh umat muslim, Islam mengajarkan muslim yang meninggal

harus di mandikan, dikafankan, disholatkan dan dikuburkan. Islam

tidak mengatur tentang kremasi, karena tidak ada nash-nash secara

jelas menyebutkan tentang kremasi.8 Dalam Al Qur’an Allah SWT

telah berfirman tentang pemakanan, yaitu:9

“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di

bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya

menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku,

mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku

7 Berdasarkan hasil wawancara dengan Muktisjah Ramli, pengurus

pemakaman di PPME-AIA yang berlokasi di Amsterdam 8 Fuusje de Graaff. “End-of-life Care and Beyond. Journal of Intercul-

tural Studies, 37:2, 2016,133-146, DOI: 10.1080/07256868.2016.1141754. 9 QS Al Maidah [5] 31 dan QS Thaha [20] 55, serta banyak hadist

yang menjelaskan proses pemakaman dalam Islam.

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

4 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia

seorang diantara orang-orang yang menyesal.”

"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu (menghidupkan

manusia), dan kepadanya (bumi) Kami akan mengembalikan kamu

(ke dalam tanah, mematikan), dan darinya (tanah), Kami akan me-

ngeluarkan kamu pada kali yang lain (menghidupkan generasi manu-

sia berikutnya)."

Industri pemakaman di dunia merupakan industri yang sudah

cukup tua dan besar. Di Amerika, pengelolaan aktivitas pemakaman

merupakan bisnis yang sudah cukup besar bernilai $20,7 Miliar per

tahun yang dijalani oleh 115.547 karyawan dengan 25.429 pengelola

usaha.10

Di Jepang bernilai ¥1.6 Triliun dengan melibatkan 6.500

pengelola11

, di asia tenggara akumulasi bisnis pemakaman di 4 nega-

ra, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand diperkirakan

melebihi $4.16 Milyar. Pengelolaan dana pemakaman ini juga didu-

kung oleh lembaga keuangan asuransi yang turut memasarkan produk

asuransi pemakaman (funeral insurance) yang ikut mengembangkan

industri asuransi di negara maju bernilai milyaran dollar.

Di Indonesia pengelolaan pemakaman merupakan usaha yang

relatif baru berkembang dimulai dengan munculnya kawasan makam

elite oleh group lippo, yaitu Sandiago Hills Memorial Park, setelah

itu muncul juga pengelola makam Islami, yaitu Al Azhar Memorial

Garden, di susul juga pengelola yang lain, yaitu Firdaus Memorial

Park.12

Perkembangan kegiatan pemakaman yang bersifat ekslusif ini

menuai kritik dan kecaman dari masyarakat, yang pada akhirnya

direspon oleh Majelis Ulama Indonesia dengan menerbitkan sebuah

10

http://www.pbs.org/pov/homegoings/economics-of-the-funeral-

industry.php 11

JETRO Japan Economic Monthly, February 2006. Industrial

Report. Trends in the Japanese Funeral Industry 12

www.alazharmemorialgarden.com ; www.firdausmemorialpark.org/

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 5

Fatwa Haram bagi pengelolaan Makam Mewah.13

Dalam fatwa ini

disebutkan bahwa jual-beli makam Mewah hukumnya haram, namun

untuk makam yang bersifat sederhana maka hukumnya boleh, bertu-

juan untuk menjaga agar umat Islam mendapatkan pelayanan yang

layak dan tidak bercampurnya antara makam muslim dan non-

muslim.

Komersialisasi bisnis pemakaman di berbagai negara memberi-

kan tantangan yang berat bagi umat Islam dalam menjalankan penge-

lolaan makam yang sesuai syariah dan dengan cara sosial. Di berbagai

negara maju, seperti di Eropa, Amerika, Jepang dan Australia, masya-

rakat muslim minoritas mendirikan lembaga sosial yang berpusat di

masjid-mesjid untuk mengumpulkan dana-dana wakaf sebagai solusi

bagi pendirian Islamic funeral, namun karena keterbatasan jumlah

dan nilai, menjadikan masih banyak umat muslim yang tidak terla-

yani bahkan ahli warisnya harus menjual barang-barang berharga

untuk biaya penguburan.

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian

mengenai Asuransi Syariah Pemakaman, melalui konsep Asuransi

Syariah, maka solusi biaya pemakaman dapat terpenuhi melalui

perencanaan keuangan yang tepat. Konsep Asuransi Syariah akan

membentuk dana tolong-menolong(tabarru‘ fund) secara bersama-

sama dan teroganisir, sehingga akumulasi dana yang terkumpul akan

cukup untuk memberikan pelayanan pemakaman bagi umat muslim.

Konsep Asuransi Syariah sudah ada sejak masa Rasulullah

SAW yang dikenal dengan konsep al-‘āqilah. Beberapa ketentuan

Aqilah yang merupakan bagian dari konsep asuransi sosial di tuang-

kan oleh Rasulullah SAW dalam Piagam Madinah14

. Istilah Asuransi

Syariah sendiri berarti tanggung jawab bersama, sebagai sebuah

alternatif istilah dari asuransi Islam,15

sedangkan menurut fatwa asu-

ransi syariah (Ta’min, Takāful atau Tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak

melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberi-

13

Nomor: 09 Tahun 2014 tentang Jual Beli Tanah Untuk Kuburan

dan Bisnis Lahan Kuburan Mewah 14

Abdullah Amrin. Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya di tengah asuransi konvensional, Elekmediakomputindo, Jakarta 2006

15 Mohd. Ma’sum Billah. Applied Takāful and Modern Insurance,

Thomson, 3rd edition, 2007

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

6 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

kan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui

aqad(perikatan) yang sesuai dengan syariah.16

Dalam Al-Qur’an,

konsep Asuransi Syariah sesuai dengan firman Allah SWT, yaitu:17

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelang-

garan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah

amat berat siksa-Nya”

Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di berbagai nega-

ra di dunia sudah mulai dilakukan, khususnya di negara-negara maju

seperti di Eropa dan juga dinegara berkembang di Asia, hal ini

dikarenakan keterbatasan layanan pengelolaan funeral secara Islami

dan konsep perencanaan keuangan yang mendukung layanan funeral

juga sangat dibutuhkan. Di Indonesia konsep pengelolaan funeral

yang Islami secara komersial merupakan industri yang baru terbentuk

dan terus berkembang dengan baik dan memiliki potensi pertum-

buhan yang tinggi dimasa yang akan datang. Perencaaan keuangan

bagi masyarakat muslim di Indonesia melalui produk Asuransi Syari-

ah Pemakaman menjadi hal yang turut dibutuhkan untuk mendukung

potensi yang ada.

Pengembangan produk Asuransi Syariah Pemakaman secara

umum diberbagai negara di dunia, selalu melalui kerjasama dengan

organisasi funeral, hal ini juga terjadi di Indonesia pada tahap pe-

ngembangan awal ini. Kerjasama yang semakin intensif dan dengan

skala yang lebih besar sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pe-

ngembangan Asuransi Syariah Pemakaman di masa yang akan

datang.

16

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 17

QS Al Maidah [5] 2

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 7

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Pengembangan asuransi syariah masih banyak mengalami ken-

dala dan permasalahan, khususnya dalam hal pengembangan produk

asuransi syariah mikro. Oleh karena itu peneliti berusaha mengiden-

tifikasi masalah yang terjadi dalam pengembangan asuransi syariah

mikro, khususnya pengembangan asuransi syariah pemakaman. Per-

masalahan-permasalan yang terjadi pada pengembangan asuransi

syariah, khususnya asuransi mikro syariah yaitu sebagai berikut:

a. Dalam pengembangan produk, perusahaan harus dapat mengukur

terlebih dahulu berapa besar potensi pasar yang dapat diperoleh,

semakin besar potensi, maka semakin besar ketertarikan industri

asuransi syariah dalam mengembangkan produk tersebut. Perlu

diukur secara detail dan jelas mengenai potensi dari asuransi

mikro syariah di Indonesia, sehingga dapat menjadi tolak ukur

bagi perusahaan dalam pengembangan produk.

b. Banyak ragam dari produk Asuransi Syariah mikro, yaitu asuransi

pembiayaan mikro syariah, asuransi kesehatan mikro dan lainya.

Dari semua ragam produk asuransi syariah mikro tersebut, produk

mana yang sangat berpotensi untuk dikembangkan dimasa yang

akan datang oleh industri asuransi syariah, pilihan pengembangan

produk yang tepat dapat menjadi faktor penting dalam pengemba-

ngan sebuah industri keuangan, seperti industri asuransi syariah.

c. Industri asuransi syariah masih belum dapat mengukur besaran

potensi dari produk asuransi pemakaman syariah, dikarenakan pro-

duk ini masih produk baru.

d. Belum mengetahui model operasional dari produk Asuransi Sya-

riah Pemakaman yang tepat dijalankan di Indonesia, apakah dalam

bentuk kerjasama produk dengan produk pemakaman atau produk

yang dapat berdiri sendiri.

e. Dalam pengembangan sebuah produk, terdapat kriteria atau fak-

tor-faktor yang menyusun suatu produk tersebut, seperti desain

produk harga, jenis layanan, saluran pemasaran dan lainnya. Krite-

ria-kriteria apa yang tepat agar produk Asuransi Syariah Pemaka-

man di Indonesia sudah sesuai dengan harapan konsumen.

f. Kesuksesan dalam memasarkan sebuah produk baru sangat diten-

tukan dari penerapan strategi yang tepat, kesalahan dalam strategi

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

8 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

pengembangan dapat berakibat fatal dan menjadikan kerugian

bagi perusahaan yang melakukannya. Industri asuransi syariah di

Indonesia perlu mengetahui strategi pengembangan yang tepat

bagi produk asuransi Syariah Pemakaman.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya mengenai produk Asuransi Syariah Pemakaman sebagai

salah satu inovasi produk Asuransi Syariah mikro yang berpotensi

untuk meningkatkan penetrasi pasar Asuransi Syariah di Indonesia,

maka penelitian ini akan menjawab satu pertanyaan mayor dan tiga

pertanyaan minor dalam rumusan masalah pembahasan ini, yaitu:

a. Pertanyaan mayor penelitian ini adalah :

Bagaimana strategi yang tepat dalam mengembangkan produk

Asuransi Syariah Pemakaman?

b. Pertanyaan minor penelitian ini adalah :

Bagaimana strategi yang tepat dalam mengembangkan produk

Asuransi Syariah Pemakaman?

1) Mengapa perlu dikembangkan produk Asuransi Syariah

Pemakaman di Indonesia?

2) Bagaimana strategi pengembangan Asuransi Syariah Pemaka-

man di Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang menduku-

ngnya?

3) Apakah elemen-elemen yang lebih prioritas yang terdapat pada

produk Asuransi Syariah Pemakaman?

Untuk menjawab perumusan masalah perihal prioritas elemen-

elemen produk Asuransi Syariah Pemakaman diatas, penulis menggu-

nakan metode AHP (analytical hierarchy process) yang menyediakan

prosedur untuk mengindentifikasi dan menentukan prioritas pilihan

dalam pengambilan keputusan.

3. Pembatasan Masalah

Penulis dalam penelitian ini memberikan batasan-batasan,

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Secara spesifik terkait dengan produk asuransi syariah mikro, khu-

sus produk Asuransi Syariah Pemakaman yang bekerjasama antara

Al Azhar Memorial Garden sebagai peserta, PT Asuransi Jiwa

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 9

Syariah Jasa Mitra Abadi sebagai pengelola dana takāful, dan PT

Insco Multi Pratama selaku broker dan konsultan asuransi.

b. Objek Penelitian, pengelola funeral Islam, yaitu Al Azhar Memo-

rial Garden, yang merupakan anak usaha Yayasan Pesantren Islam

Al Azhar, memiliki kawasan pemakaman berbasis Syariah perta-

ma di Indonesia yang berlokasi di Tol Jakarta Cikampek Rest

Area KM 52 dengan luas kawasan sebesar 25 hektar. PT Asuransi

Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi yang merupakan perusahaan Asu-

ransi Syariah pertama yang menerbitkan polis khusus Asuransi

Syariah Pemakaman di Indonesia yang bekerjasama dengan penge-

lola pemakaman Islam.

c. Waktu Penelitian, sejak tahun 2015 sampai dengan 2017.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas,

maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mmenjelaskan alasan perlu dikembangkannya produk Asu-

ransi Syariah Pemakaman di Indonesia.

b. Untuk menjelaskan strategi pengembangan Asuransi Syariah Pe-

makaman di Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang mendu-

kungnya

c. Untuk menjelaskan prioritas dari elemen-elemen pada produk

Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia yang sesuai harapan

dari konsumen.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

1. Signifikasi Penelitian

Penelitian ini berusaha menjelaskan strategi pengembangan

yang tepat bagi produk asuransi mikro, yaitu asuransi pemakaman

syariah. Baik itu strategi pemasaran maupun strategi pengembangan

produk, penentuan strategi yang tepat bagi industri asuransi syariah

dalam mengembangkan suatu produk baru menjadi faktor penting,

sehingga pengembangan industri menjadi efektif dan efisien serta

tidak menjadikan sebuah kerugian di masa yang akan datang.

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

10 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan menyumbangkan beberapa temuan terkait

dengan permasalah yang dihadapi saat ini, antara lain:

a. Memberikan penjelasan yang komprehensif tentang strategi pe-

ngembangan produk asuransi syariah pemakaman di Indonesia

b. Memberikan kontribusi yang baik bagi pengembangan usaha bagi

industri asuransi syariah dan juga lembaga pemakaman Islam di

Indonesia

c. Temuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif da-

lam bidang ekonomi Islam, khususnya komunitas akademik untuk

dijadikan acuan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penulis mengambil beberapa penelitian terdahulu yang relevan

dengan topik penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Anja

Erlbeck yang berjudul Microtakāful: Field Study Evidence And Con-ceptual Issues18

, persamaan dalam penelitian ini adalah obyek lokasi

penelitian yang dilakukan di Indonesia dan juga mengkaji terkait

produk Asuransi Syariah mikro, yang membedakan dengan penelitian

ini adalah produk yang dikaji adalah microtakāful jiwa untuk pem-

biayaan di lembaga keuangan mikro Syariah, sedangkan penelitian

yang penulis lakukan terkait produk Asuransi Syariah Pemakaman

yang bekerjasama dengan perusahaan Islamic funeral. Penelitian yang

dilakukan oleh Anja Erlbeck ini, menjadi acuan bagi penulis dalam

melakukan kajian kriteria bagi produk mikro Asuransi Syariah yang

sesuai dengan kebutuhan peserta di Indonesia.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Nikunjkumar Gor

yang berjudul Microtakāful-Islamic Insurance for Deprived: Innova-tion, Sustainability and Inclusive Growth19, di dalam penelitian ini

menjelaskan potensi mikrotakāful di dunia dan hasil penelitian ini

menyebutkan bahwa kesuksesan implementasi microtakāful adalah

18

Anja Erlbeck. “Microtakāful: Field Study Evidence And

Conceptual Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011

19 Nikunjkumar Gor. “Microtakāful-Islamic Insurance for Deprived:

Innovation, Sustainability and Inclusive Growth”. International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 3, Issue 2 December 2013. ISSN 2289-

1552

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 11

membangun delivery channel yang efisien, yaitu disesuaikan dengan

kondisi negara tersebut berdasarkan financial inclusion dan kondisi

pengembangan pasar Asuransi Syariah, distribusi melalui Lembaga

keuangan mikro masih menjadi pilihan yang efektif dan efisien.

Dalam penelitian ini menjadi landasan bagi penulis dalam memba-

ngun konsep pengembangan pasar Asuransi Syariah Pemakaman di

Indonesia. Begitu juga halnya penelitian yang dilakukan oleh Stefan

Dercon, Joachim De Weerdt, Tessa Bold dan Alula Pankhurst yang

berjudul Group-based Funeral Insurance in Ethiopia and Tanzania20, menjelaskan mengenai produk asuransi funeral di Tanzania dan

Ethiopia yang masih dipasarkan melalui bundling product dengan

kredit mikro. Bahkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Abhijit

Banerjee yang berjudul Bundling Health Insurance and Microfinance in India: There Cannot be Adverse Selection if There is No Demand21

, menjelaskan bagaimana produk mikro asuransi kesehatan

dipaksakan dan di-bundling dengan kredit di Lembaga keuangan

mikro. Asuransi mikro di Pakistan juga melakukan hal yang sama

seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Theresa Thompson

Chaudhry dan Fazilda Nabeel yang berjudul Microinsurance in Pakis-tan: Progress, Problems, and Prospects22, dimana pemasaran asuransi

mikro masih ditawarkan melalui Lembaga keuangan mikro dan

asosiasi atau organisasi dengan cara melalui kredit ke masyarakat.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Nitesh Behare dan

Vidula Dharmapurikar yang berjudul Funeral Insurance an Innovative Product a Study with Reference to Pune City23

, yang menjelaskan

20

Stefan Dercon and others. “Group-based Funeral Insurance in

Ethiopia and Tanzania”. World Development Vol. 34, No. 4, pp. 685–703,

2006. Elsevier Ltd. All rights reserved 0305-750X 21

Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in

India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand”. Ameri-can Economic Review: Papers & Proceedings 2014, 104(5): 291–297

22 Theresa Thompson Chaudhry and Fazilda Nabeel. “Microinsurance

in Pakistan: Progress, Problems, and Prospects”. The Lahore Journal of Eco-nomics 18 : SE (September 2013): pp. 335–374

23 Nitesh Behare, Vidula Dharmapurikar.”Funeral Insurance An Inno-

vative Product A Study With Reference To Pune City”. International Jour-nal of Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM). 2013. ISSN 2319 – 4847

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

12 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

tentang pengembangan produk asuransi funeral di sebuah kota di

India, yaitu Pune City, hasil penelitian menyebutkan bahwa produk

asuransi funeral di india, masih merupakan produk baru dan masih

sulit untuk dipasarkan dan sehingga produk funeral tidak direkomen-

dasikan untuk di jual stand alone, melainkan hanya sebagai bagian

tambahan cover dari produk asuransi lainnya. Melalui penelitian ini

dapat menjadi referensi bagi penulis bahwa produk Asuransi Syariah

Pemakaman merupakan produk yang baru di negara-negara berkem-

bang seperti juga halnya terjadi di Indonesia.

Penelitian-penelitian lain yang juga mendukung penelitian

penulis mengenai pengembangan asuransi mikro adalah yang dilaku-

kan oleh James C. Brau dengan judul Insurance Theory and Challe-nges Facing The Development of Microinsurance Markets24, dalam

penelitian ini dipaparkan dengan lengkap mengenai banyak penelitian

tentang asuransi mikro di dunia dan disimpulkan bahwa pengem-

bangan asuransi mikro sangat membutuhkan lingkungan pasar yang

mendukung dari institusi, Lembaga dan asosiasi atau organisasi yang

mendukung keuangan mikro itu sendiri, didalam penelitian ini juga

menjelaskan produk-produk asuransi mikro, yaitu terkait pertanian,

funeral dan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Frank Bassey

Ime yang berjudul Microinsurance and Its Untapped Economic Deve-lopment Potentials in Nigeria25 dan penelitian oleh Mohammed

Ahmar Uddin yang berjudul Microinsurance in India: Insurance lite-racy and demand26

menjelaskan potensi asuransi mikro di Nigeria dan

India yang cukup besar namun masih belum dapat direalisasikan kare-

na sangat tergantung dengan tingkat literasi keuangan dimasyarakat,

khususnya masyarakat kelas bawah.

Penelitian yang dilakukan oleh Frenz, Madhu & Iyer yang

berjudul Developing a Takāful product in India – Risks and

24

James C. Brau. “Insurance Theory and Challenges Facing The

Development of Microinsurance Markets”. Journal of Developmental Entrepreneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–440

25 Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic

Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30

26 Mohammed Ahmar Uddin. “Microinsurance in India: Insurance

literacy and demand”. BEH - Business and Economic Horizons Volume 13.

2017, p.182-191. DOI: http://dx.doi.org/10.15208/beh.2017.14

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 13

Challenges27, juga menjadi acuan bagi penulis dalam menentukan

faktor-faktor apa saja yang menjadi resiko dan tantangan dalam pe-

ngembangan sebuah produk, penelitian ini memiliki persamaan dalam

hal pengkajian sebuah produk disuatu negara, yang berbeda adalah

penelitian ini ditujukan untuk negara India, sedangkan penulis ditu-

jukan untuk negara Indonesia. Ada juga beberapa penelitian terkait

tantangan pengembangan industri Asuransi Syariah yang ada di

negara Malaysia yang dilakukan oleh Puteri28

penelitian ini menyam-

paikan bahwa ada kendala yang hampir sama di hadapi oleh Indone-

sia, yaitu rendahnya penetrasi produk Asuransi Syariah.

Penelitian ini dibandingkan dengan berbagai penelitian terda-

hulu, khususnya penelitian-penelitian yang diuraikan diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat dikategorikan sebagai

penelitian yang memiliki originalitas yang tinggi, dikarenakan belum

ada satupun penelitian baik itu di jurnal nasional dan juga Interna-

sional yang meneliti secara khusus mengenai produk asuransi syariah

pemakaman. Penelitian ini menjadi penelitian pertama yang berpo-

tensi akan dapat dikembangkan lebih mendalam dengan penelitian-

penelitian selanjutnya, seiring dengan meningkat kebutuhan oleh

industri asuransi syariah, baik itu di Indonesia maupun di tingkat

global.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Tempat Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

analisis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif29

, secara kuan-

titatif menggunakan metode AHP (analytical hierarchy process), yaitu teknik yang menyediakan prosedur untuk mengindentifikasi dan

menentukan prioritas pilihan dalam pengambilan keputusan. Teknik

27

Frenz, Madhu & Iyer. Developing a Takāful product in India –

Risks and Challenges. 10th Global Conference of Actuaries. 28

Puteri, Khairuddin, Azila, Sharina, Srazali, Arifin. Takāful: A

review on performance, issues and challenges in Malaysia. Journal of

Scientific Research and Development 3 (4): 71-76, 2016. ISSN 1115-7569 ©

2016 JSRAD 29

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data.

Jakarta: Rajawali Pers

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

14 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

ini menggunakan aplikasi expert choice dalam menganalisa indikator

kualitatif yang dikuantitatifkan.30

Responden yang dipilih merupakan

peserta Asuransi Syariah Pemakaman yang juga terdaftar di lembaga

Islamic funeral di Indonesia, bertujuan untuk mengetahui prioritas

dari peserta Asuransi Syariah Pemakaman terhadap berbagai pilihan

kriteria dari produk Asuransi Syariah mikro yang ada.

Gambar 1.1 Diagram Pemilihan Kriteria Produk

Asuransi Syariah Mikro

Sumber: M. Firdaus. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen

dan Bisnis

Secara kualitatif penelitian ini menggunakan pendekatan etno-

metodologi, yaitu penelitian empirik mengenai metode-metode yang

digunakan individu untuk memaknai dalam penalaranya untuk me-

ngambil keputusan.31

Dari hasil kuantitatif dari peserta Asuransi

Syariah Pemakaman akan dijadikan acuan penulis untuk melakukan

in-depth interview, sehingga diketahui indikator pengembangan

Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia. Tempat penelitian adalah

pengelola Islamic funeral dan asuransi syariah di Indonesia yang ter-

pilih sesuai dengan tema penelitian.

a. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP merupakan suatu model yang digunakan untuk menyeder-

hanakan masalah. AHP merupakan prosedur yang berbasis matematis

yang sangat baik dan sesuai untuk kondisi evaluasi atribut-atribut

30

M. Firdaus. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan

Bisnis. 2013, hal 141 31

Alain Coulon. Etnometodologi. KKSK, Jakarta. 2003, hal 22

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 15

kualitatif. Di dalam AHP, terdapat struktur yang hierarki, sebagai

konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai kepada sub-sub kriteria

yang paling mendekati.

Kriteria-kriteria tersebut kemudian dibandingkan dengan meng-

gunakan tabel skala AHP yang dapat diliihat pada tabel 3.

Tabel 1.1 Skala AHP dan Definisinya

Skala Definisi dari “importance”

1

3

5

7

9

2,4,6,8

Sama pentingnya (Equal Importance)

Sedikit lebih penting (Sightly more importance)

Jelas lebih penting (Materiality more Importance)

Sangat jelas penting (Significantly more Importance)

Mutlak lebih penting

Ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

Sumber: Saaty, TL. Saati, TL, The Analythical Hierarchy Process:

Planning, Priority Setting, Resource Allocation)

Suryadi dan Ramdhani juga memberi definisi AHP sebagai

suatu model pengambilan keputusan yang bersifat komprehensif. AHP

mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-

obyektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan prefe-

rensi dari setiap elemen dalam hirarki. Berikut ini adalah beberapa

kelebihan model AHP, yaitu sebagai berikut:

1) Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang

dipilih, sampai pada subsub kriteria yang paling dalam.

2) Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi

inkonsistensi berbagai kriteria dan altematif yang dipilih oleh para

pengambil keputusan.

3) Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis.

Prinsip kerja AHP32

adalah penyederhanaan suatu persoalan

kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi

bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian

tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara sub-

jektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan

dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian

32

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data.

Jakarta: Rajawali Pers

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

16 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas

tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki dari

permasalahan (dekomposisi), melakukan pembandingan berpasangan

antar variabel, melakukan analisis/evaluasi, dan menentukan altematif

terbaik. Lebih lanjut, Suryadi dan Ramdhani mengemukakan bahwa

pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP diuraikan sebagai

berikut:

1) Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-

unsum yaitu kriteria dan altematif, kemudian disusun menjadi struktur

hierarki yang dapat dilihat pada gambar 2.

2) Penilaian kriteria dan alternatif 33

Kriteria dan altematif dinilai melalui perbandingan berpasa-

ngan. Menurut Saaty untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9

adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Perbandingan

dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai

tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses

perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang

ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil

elemen yang akan dibandingkan, rnisal Al, A2, dan A3. Selanjutnya

susunan elem~nelemen yang dibandingkan tersebut akan tampak

seperti pada tabel matriks di bawah ini:

Tabel 1.2 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 A3

A1 1

A2 1

A3 1

Sumber: M. Firdaus. 2013

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen

digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9. Apabila suatu elemen

33

M. Firdaus. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan

Bisnis. 2013

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 17

dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i

dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka

elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.

Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode

langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan

data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis

sebelumnya atau dan pengalaman dan pengertian yang detail dari

masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki

pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan

yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan

dari setiap alternatif.

3) Penentuan prioritas 34

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandi-

ngan berpasangan (painvise comparisons). Nilai-nilai perbandingan

relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat altematif dari

seluruh altematif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif,

dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan

untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung

dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan

matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan

berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas

melalui tahapantahapan berikut:

a. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan.

b. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan

normalisasi matriks.

4) Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan

secara konsisten sesuai. dengan suatu kriteria yang logis. Matriks

bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan

tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan

tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi dan Ramdhani,

2008):

a) Hubungan kardinal: aij . aik = aik

b) Hubungan ordinal: jika Ai>Aj, Aj>Ak maka Ai>Ak

34

M. Firdaus. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan

Bisnis. 2013

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

18 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Pada keadaan sebenarnya terjadi beberapa penyimpangan se-

hingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi

karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan

konsistensi logis Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian.

b) Menjumlahkan hasil perkalian per baris.

c) Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan

hasilnya dijumlahkan.

d) Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat maks

e) Indeks konsistensi (CI) = (A maks-n) / (n-1)

f) Rasio Konsistensi = CI/RI, di mana RI adalah indeks random

konsistensi.

Jika rasio konsistensi < 0.1, hasil perhitungan data dapat dibe-

narkan. Nilai RI didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Saaty, yang ditunjukkan pada gambar 2.2. sebagai berikut:

Tabel 1.3 Nilai Indeks Random

Ukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0,00 0,00 0,52 0,89 1,11 1,25 1,35 1,40 1,45 1,49

Sumber: M. Firdaus. 2013

b. Metode entometodologi

Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu men-

ciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari, metodenya untuk

mencapai kehidupan sehari-hari. Etnometodologi didasarkan pada ide

bahwa kegiatan sehari-hari dan interaksi sosial yang sifatnya rutin,

dan umum, mungkin dilakukan melalui berbagai bentuk keahlian,

pekerjaan praktis, dan asumsi-asumsi tertentu. Keahlian, pekerjaan

praktis, dan asumsiasumsi itulah yang disebut dalam etnometodologi.

Harold Garfinkel, memperkenalkan istilah etnometodologi dalam bidang penelitian sosial yang merupakan inspirasi atas kreasi

dari sosiologi fenomenologi. Etnometodologi tidak diartikan sebagai

metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data, tetapi

lebih tertuju pada bagaimana memilih pokok permasalahan yang akan

diteliti. Sementara itu dikenal lima prinsip dalam menganalisis perca-

kapan menurut Zimmerman, yakni:

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 19

1) Pengumpulan dan analisis data yang sangat rinci tentang

percakapan;

2) Aspek-aspek kecil percakapan tidak hanya diatur oleh ahli etno-

metodologi akan tetapi pada mulanya oleh aktor sendiri;

3) Interaksi dan percakapan bersifat stabil dan teratur. Peneliti ber-

sifat otonom, terpisah dari aktor;

4) Kerangka percakapan fundamental adalah organisasi yang teratur;

5) Rangkaian interaksi percakapan dikelola atas dasar tempat atau

bergiliran.

Secara metodologis, analisis percakapan berupaya mempelajari

percakapan dalam dalam konteks yang wajar, sering menggunakan

alat perekam. Asumsi dasar analisis percakapan terdiri dari:

1) Percakapan adalah landasan dari bentuk bentuk hubungan antar

personal

2) Merupakan bentuk interaksi yang paling mudah meresap; dan

3) Percakapan terdiri dari matriks prosedur dan praktik komunikasi

yang paling terorganisasi.

2. Objek Penelitian

Penulis mengambil penelitian pengelola funeral syariah terpilih,

yaitu Al Azhar Memorial Garden, merupakan pengelola funeral

syariah pertama di Indonesia dan satu-satunya yang menggunakan

model komersial dan telah menggunakan produk Asuransi Syariah

Pemakaman kepada anggotanya. Untuk perusahaan asuransi syariah

terpilih adalah PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi, merupa-

kan satu-satunya asuransi syariah yang telah menjual produk Asu-

ransi Syariah Pemakaman di lembaga funeral syariah, yaitu Al Azhar

Memorial Garden.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data

dengan cara beriikut:

a. Kuesioner, merupakan pengumpulan data secara langsung ke

peserta dengan mengajukan daftar pertanyaan pada responden.

Pembuatan kuesioner didasarkan pada kriteria-kriteria suatu

produk Asuransi Syariah mikro, yaitu asuransi syariah pemaka-

man, yaitu meliputi kebutuhan pasar, desain produk, harga pre-

mi, proses, distribusi dan edukasi pasar. Kuesioner ini diajukan

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

20 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

kepada beberapa orang yang dinggap ahli dan mengetahui seca-

ra mendalam produk asuransi syariah pemakaman, yaitu pihak

lembaga pemakaman, perusahaan asuransi syariah dan perusa-

haan yang memasarkan produk ini.

b. Indepth interview, yaitu metode pengumpulan data dengan

cara mengadakan wawancara secara mendalam dengan berba-

gai pihak yang terlibat dalam pengembangan Asuransi Syariah

Pemakaman di Indonesia, yaitu pihak manajemen PT Asuransi

Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi, Al Azhar Memorial Garden, PT

Insco Multi Pratama (Pialang Asuransi), Otoritas Jasa Keua-

ngan (OJK), dan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Dalam

wawancara mendalam ini penulis akan menggali strategi yang

tepat dalam pengembangan asuransi pemakaman syariah di

Indonesia.

c. Observasi (observation), untuk mengetahui secara detail lang-

sung aktivitas subjek penelitian, maka penulis telah melakukan

observasi mendalam pada subjek-subjek pada objek penelitian,

yaitu pada lokasi pemakaman di Al Azhar Memorial Garden.

d. Studi dokumentasi, metode ini digunakan untuk memperoleh

data sekunder, yaitu data asuransi syariah dan pengelola pema-

kaman syariah, meliputi gambaran umum perusahaan, kinerja,

kebijakan manajemen dan lainnya.

4. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data sebagai berikut:

a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam

hal ini data primer adalah hasil kuesioner dan wawancara serta

dokumentasi dari obeservasi dengan obyek penelitian.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diusahakan sendiri oleh

penulis dengan memanfaatkan data-data yang telah disediakan

pihak lain, yaitu melalui buku, jurnal, literatur dan arsip yang

ada yang berhubungan dengan obyek penelitian.

5. Teknik Pengolahan Data

Dalam penulisan ini semua data kuesioner akan diolah dengan

menggunakan software expert choice untuk menghasilkan tingkat

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 21

prioritas kriteria dari beberapa variabel produk takāful mikro untuk

memberikan jawaban atas rumusan masalah pertama.

Hasil dari pengolahan dengan menggunakan metode kuantitif

menjadi bahan untuk proses wawancara dengan menggunakan etno-

metodologi secara kualitatif untuk memberikan jawaban kedua atas

rumusan masalah dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terbagai dalam lima bab sebagai berikut:

Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masa-

lah, permasalahan yang berisi identifikasi, pembatasan, dan perumu-

san masalah, tujuan penelitian, signifikansi dan manfaat penelitian,

penelitian terdahulu yang relevan, metodologi penelitian, dan siste-

matika penulisan.

Bab kedua berisi uraian tentang Asuransi Syariah Pemakaman

terdiri dari konsep dan sejarah Asuransi Syariah, konsep dan layanan

funeral serta pengembangan produk Asuransi Syariah.

Bab Ketiga membahas tentang perkembangan industri Asuran-

si Syariah dan funeral terdiri dari perkembangan industri Asuransi

Syariah secara global dan di Indonesia, perkembangan industri fune-

ral serta tantangan dan faktor pendukung dalam pengembangan

industri Asuransi Syariah.

Bab keempat berisi tentang analisi kriteria produk Asuransi

Syariah Pemakaman dan faktor-faktor pententu dari pengembangan

produk Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia

Bab Kelima berisi kajian tentang rumusan akhir sebagai kesim-

pulan dari hasil penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya. Dalam

bab kelima juga berisi implikasi dan saran-saran sebagai masukan

berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

22 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 23

BAB II DISKURSUS ASURANSI SYARIAH

DAN PEMAKAMAN

Konsep Asuransi Syariah merupakan konsep yang sudah ada

sejak lama, konsep Asuransi Syariah menjadi salah satu konsep yang

memberikan solusi dalam kebutuhan masyarakat muslim di bidang

proteksi. Begitu juga halnya dengan pemakaman, layanan pemaka-

man selama ini dijalankan oleh masyarakat muslim melalui organisasi

kemasyarakat dan bersifat sosial, dengan perkembangan kebutuhan

masyarakat modern dalam hal pelayanan yang lebih baik, maka kebu-

tuhan pemakaman yang dijalankan secara professional mulai ada.

Asuransi Syariah Pemakaman merupakan kombinasi dari perencanaan

keuangan syariah bagi masyarakat muslim dalam memenuhi kebutu-

han pelayanan jasa pemakaman yang semakin mahal dimasa yang

depan.

A. Konsep, Prinsip dan Model Operasional Asuransi Syariah

1. Konsep Asuransi Syariah dalam Islam

Istilah Asuransi Syariah berasal dari bahasa Arab dari akar kata

kafalah yang artinya adalah saling menanggung, dalam konteks ini

merupakan asuransi yang sesuai dengan ketentuan syariah.1 Asuransi

1 Puteri and others.” Asuransi Syariah: A review on performance,

issues and challenges in Malaysia”. Journal of Scientific Research and Deve-lopment 3 (4), (2016):71-76.

Yang dimaksud dengan sesuai ketentuan syariah dalam pengelolaan

di Asuransi Syariah, meliputi:

a. Semua subject dan obyek bisnis yang diasuransikan tidak berten-

tangan dengan ketentuan syariah.

b. Perjanjian asuransi harus bebas dengan riba, gharar dan maisir.

c. Perjanjian tidak bertujuan untuk menguntungkan salah satu peser-

ta dan merugikan peserta yang lain.

d. Peserta Asuransi Syariah harus setuju untuk bekerjasama dan ber-

sifat wajib dengan segala konsekuensinya

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

24 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Syariah juga merupakan alternative asuransi yang halal menggantikan

asuransi konvensional yang dinyatakan oleh ulama mengandung

unsur haram. Unsur-unsur yang terdapat dalam asuransi konvensional

tersebut meliputi unsur ketidakpastian yang disebut gharar, unsur

judi yang disebut maisir dan unsur bunga yang disebut riba2. Asuransi

Syariah yang merupakan konsep asuransi yang sesuai dengan keten-

tuan syariah menghilangkan ketiga unsur diatas.3Konsep Asuransi

Syariah bukan merupakan sesuatu yang baru, konsep ini sudah berja-

lan 1400 tahun yang lalu, yaitu pada zaman arab kuno, yang disebut

dengan al-‘āqilah, yaitu perjanjian antar suku arab melalui uang darah

(diyat).4

Di Indonesia sendiri, istilah lain dari Asuransi Syariah adalah

asuransi syariah, yaitu konsep asuransi yang menggunakan prinsip

syariah. Penulis menukil pengertian asuransi syariah dari Fatwa DSN,

yaitu: Asuransi Syariah (Ta’min, Asuransi Syariah atau Tadhamun)

adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejum-

lah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabar-

ru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko

tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.5

e. Peserta Asuransi Syariah wajib membayar kontribusi untuk mem-

bantu peserta lain yang membutuhkan 2 Samina Riaz. “Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education

& Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study”. International Re-view of Business Research Papers Vol. 5 No. 4 June (2009): 457‐467.

3 Syed Othman Alhabshi and Shaikh Hamzah. “Takāful: Concept,

History, Development, and Future Challenges of Its Industry”. ICR 1.2 Pro-duced and distributed by Pluto Journals. Selain ketentuan syariah diatas,

dalam artikel ini juga disebutkan bahwa konsep Asuransi Syariah juga mem-

bagi kerugian/kewajiban yang terjadi diantara peserta. 4 Tahani Coolen-Maturi. “Islamic insurance (Asuransi Syariah): de-

mand and supply in the UK”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 6 No. 2, (2013): 87-104 q Emerald

Group Publishing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/17538391311329806. 5 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001, Tentang

Pedoman Umum Asuransi Shari’ah.

Akad yang sesuai dengan syari’ah yang dimaksud diatas adalah yang

tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm, (pe-

nganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. Sedangkan yang

dimaksud dengan akad tabarru’ adalah semua akad yang dilakukan dengan

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 25

Sedangkan pengertian asuransi syariah berdasarkan Undang-

Undang Perasuransian adalah sebagai berikut:Asuransi Syariah ada-

lah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusa-

haan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara

para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasar-

kan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan

cara: (a) memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang

polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan

keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu

peristiwa yang tidak pasti; atau (b) memberikan pembayaran yang

didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran yang dida-

sarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah

ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.6

Pengertian Asuransi Syariah di Fatwa DSN masih bersifat

umum, yaitu berupa kegiatan saling tolong-menolong melalui dana

tabarru’, sedangkan pengertian Asuransi Syariah pada undang-undang

perasuransian sudah bersifat khusus dalam aspek legal suatu entitas

dan terbagi atas pengelolaan resiko di produk asuransi kerugian dan

jiwa.

Dari pengertian Asuransi Syariah diatas juga, kita dapat meli-

hat bahwa konsep takful merupakan konsep risk sharing antar sesama

peserta7 yang tentunya berbeda dengan konsep di asuransi konven-

sional yang berupa risk transfer.8 Hal ini mengacu pada pengertian

tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan mempe-

roleh keuntungan.

Perusahaan asuransi selaku pengelola menggunakan akad tijari untuk

mendapatkan keuntungan. Akad tijarah adalah bentuk akad yang dilakukan

untuk tujuan komersial yang memperoleh keuntungan. 6 Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

7 Asmak Ab Rahman, Wan Marhaini Wan Ahmad, Ahmad Hidayat

Buang. “Can a Asuransi Syariah company reinsure with a reinsurance com-

pany?”. African Journal of Business Management Vol. 5(30), (2011): 11768-

11778. Available online at http://www.academicjournals.org/ AJBM DOI:

10.5897/AJBM10.043 ISSN 1993-8233 ©2011 Academic Journals. 8 Syed Ahmed Salman and Sheila Nu Nu Htay. “Future of Islamic

Insurance (Asuransi Syariah) in Indian Market”. IIUM Institute of Islamic Banking and Finance

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

26 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

asuransi dalam perundang-undangan, yaitu: Asuransi atau pertanggu-

ngan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana

pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan mene-

rima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertang-

gung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa

yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertang-

gungkan.9

Konsep dasar Asuransi Syariah sangat menekankan pada unsur

ta‘āwun, maka segala bentuk transaksi yang mengarah kepada dua

perbuatan yang terlarang itu benar-benar harus diwaspadai dan dihin-

dari. Kalau seandainya kedua unsur tersebut masih terindikasi dalam

operasional perusahaan asuransi shari'ah, maka ta‘āwun yang diperin-

tahkan oleh Allah belum sepenuhnya dapat diaplikasikan. Dalam

melaksanakan ta‘āwun, Allah tidak mengarahkan manusia kepada

suatu bentuk tertentu saja, akan tetapi semua aktifitas yang dapat

membebaskan dan meringankan orang-orang yang memerlukan perto-

longan masuk kedalam kategori yang diperintahkan. Oleh karena itu

jika kita ingin menerapkan konsep ta'âwun yang sesungguhnya dalam

operasional perusahaan asuransi shari'ah, maka alangkah baiknya jika

konsep risk sharing dan Asuransi Syariah yang ada dalam perusahaan

asuransi shari'ah tidak terkelompok dalam batas-batas tertentu saja,

atau kalaupun dikelompokkan maka ia harus dalam pengertian yang

jelas dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat agar tidak

menimbulkan kesalahpengertian dan kesalahpahaman yang ujungnya

menimbulkan permusuhan.10

Tujuan utama yang ingin dicapai sistim Asuransi Syariah

adalah membina hubungan persaudaraaan dan saling mengasihi atas

sesama kelompok masyarakat, mengembalikan orang-orang yang

ditimpa musibah kepada kondisi yang baik, mewujudkan ketentraman

9 Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 pasal 1 tentang Usaha Perasu-

ransian. 10

Lisan al-'Arab, Bab 'Aun. Muhammad Baltaji Hasan, "'Uqud al-

Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-Islami", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-Shani : al-Ta'min al-Ijtima'i fi al-Islam,

1403 H- 1983 M, 133-134

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 27

dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, dan untuk menyim-

pan harta benda, karena para peserta yang ikut dalam program ini

diminta untuk memberikan/membayarkan sedikit kontribusi yang

akan dikumpulkan bersama peserta yang lain sebagai alat mengha-

dapi risiko besar yang mungkin terjadi.11

Konsep Asuransi Syariah mulai menjadi alternative saat para

ulama menetapkan hukum terkait asuransi konvensional. Penetapkan

hukum ini diadakan melalui evaluasi fiqh terhadap berupa topik dis-

kusi dalam forum internasional12

, di antaranya: (a) Pekan Fiqh Islam

II - Pekan Ibnu Taimiy-yah di Damaskus tahun 1961; (b) Muktamar

II Lembaga Research Islam Di Al-Azhar, Kairo, Mei 1965; (c)

Muktamar Internasional I Ekonomi Islam Di Makkah, Februari 1976;

dan (d) Muktamar Lembaga Fiqh Islam Organisasi Konfrensi Islam

(OKI), Desember 1985 yang akhirnya mengluarkan Fatwa bahwa se-

mua transaksi asuransi konvensional baik asuransi jiwa maupun

kerugian adalah bertentangan dalam ajaran Islam (haram), tetapi de-

wan menyetujui adanya asuransi dengan sistem kooperatif (Coopera-tive Insurance).

13

Berdasarkan fatwa-fatwa ulama diatas, dipelopori oleh Sudan

berdirilah Asuransi Syariah pertama di Sudan, melalui Divisi Faisal

Islamic Bank serta Arab Islamic Insurance Company (AIIC) di Dubai

oleh Dubai Islamic Bank14

dan setelah itu diikuti oleh Malaysia

11

Mustafa Ahmad al-Zarqa’, Nizam al-Ta’min (Beirut: Muasasah al-

Risalah, 1984), cet. I, 99. Abd al-Sami’ al-Masri, al-Ta’min al-Islami bain al-Nazariyah wa al-Tatbiq (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980), cet. I, 14

12 Akhtarzaite binti Abdulaziz. “Ad-Dhara’I and Maqasid al-Shari’ah:

A case study of Islamic insurance”. Intellectual Discourse, Vol 18, No 2,

(2010):261-281. 13

Younes Soualhi, Ahmad Al Razni Al Shammari. “Indicators of

Asuransi Syariah Awareness among Kuwaitis”. Journal of Islamic Banking and Finance. Vol. 3, No. 2, (2015): 75-89 ISSN 2374-2666 (Print) 2374-

2658. Published by American Research Institute for Policy Development.

DOI: 10.15640/jibf.v3n2a8. 14

Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in

The Asuransi Syariah Insurance Industry”. Temple University. Published by

ProQuest LLC (2013).

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

28 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

dengan diterbitkannya undang-undang Asuransi Syariah act.15

Di

indonesia sendiri Asuransi Syariah mulai berdiri di tahun 1994 sete-

lah berdirinya Bank Muamalat, pendirian Asuransi Syariah tanpa

dipayungi oleh undang-undang yang memadai.16

Gambar. 2.1 Perbandingan Konsep Asuransi Syariah

Vs Asuransi Konvensional

Sumber: Diklat Keuangan Syariah Kementerian Keuangan,

2014

Pada gambar 2.1 diatas menjelaskan bahwa pada asuransi kon-

vensional terjadi transfer resiko dari peserta kepada perusahaan asu-

ransi, berbeda dengan konsep pada asuransi syariah, para peserta

saling menanggung sehingga terjadi sharing resiko sesama peserta

dan perusahaan hanya menjalankan fungsi sebagai pengelola saja,

baik itu mengelola dana maupun pembayaran klaim bagi peserta.

15

Fakhre Kaunain, ShahNazAkhtar. Economic Determinant of Fami-

ly Asuransi Syariah: Evidence from Pakistan. Acta Islamica Economic Determinant, Vol:4, Issue:2, (2016).

16 Anja Erlbeck. “MicroAsuransi Syariah: Field Study Evidence and

Conceptual Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011.

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 29

Dikarenakan Asuransi Syariah merupakan kumpulan perjanjian

diantara perusahaan dan peserta serta antar peserta, maka penting

untuk mengetahui macam-macam perjanjian yang ada, dalam istilah

fiqh disebut dengan akad. Secara umum akad antar peserta merupa-

kan akad tabarru’ bil hibah (donation), walaupun hibah disini meru-

pakan hibah bersyarat atau tidak murni hibah17

, dikarenakan peserta

dalam suatu kondisi musibah dapat menerima manfaat, berbeda

dengan hibah yang sebenarnya adalah sepenuhnya diserahkan kepada

pemberi manfaat. Selain hibah ada juga yang menggunakan akad

tabarru’ lainnya, yaitu waqf, dimana banyak pihak berpendapat mo-

del inilah yang paling sesuai dengan ketentuan syariah.18

Akad Tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada se-

mua produk asuransi, akad Tabarru’ pada asuransi adalah semua ben-

tuk akad yang dilakukan antar peserta pemegang polis. Dalam akad

Tabarru’, harus disebutkan sekurang-kurangnya:

a. Hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu;

b. Hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam akun

tabarru’ selaku peserta dalam arti badan/kelompok;

c. Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;

d. Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi

yang diakadkan.19

Akad antara peserta dan perusahaan merupakan akad tijari

(komersial), yaitu untuk pengelolaan resiko dan investasi dana Asu-

ransi Syariah dari peserta. Akad tijari dapat menggunakan akad ijarah

atau mudharabah atau kombinasi dari akad-akad yang lain. Akad

(kontrak) antara peserta dan perusahaan Asuransi Syariah inilah yang

menjadi perbedaan model pengelolaan operasional Asuransi Syariah

17

Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Asuransi

Syariah for Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in

the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue (2016) 459–476.

Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print); ISSN 2289-5639 18

Yuosef Abdullah Alhumoudi. “Islamic Insurance Asuransi Syariah

and Its Applications in Saudi Arabia” Doctoral Thesis. Brunel University,

2012. 19

Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006, ten-

tang Akad Tabarru pada Asuransi Syariah

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

30 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

tersebut, apakah mudharabah model atau wakala model atau model

lainnya.20

Implementasi bisnis perusahaan Asuransi Syariah harus dapat

menjadikan para peserta merasa aman dan tentram terhadap kehidu-

pan yang mereka jalani serta harta benda yang mereka miliki. Penger-

tian asuransi sebagai satu sistim untuk menempatkan seseorang

dalam keadaan aman dan tentram berbeda dengan pengertian asuransi

sebagai transaksi bisnis. Asuransi sebagai satu sistim yang membuat

orang merasa aman adalah bentuk tolong menolong antara sesama

yang dilakukan oleh sekelompok manusia dalam hal mengatasi baha-

ya, musibah dan risiko yang mengancam seseorang. Apabila musibah,

bahaya atau risiko itu terjadi, dengan hanya mengorbankan sedikit

kepentingan saja dari kelompok tersebut, maka akan cukup untuk

mengatasi atau menutupi kemaslahatan yang hilang akibat musibah

yang terjadi pada seseorang.21

Sesungguhnya shari'ah Islam dalam

seluruh sisi-sisi syariatnya sangat memperhatikan aturan-aturan kehi-

dupan, baik yang berkaitan dengan kebersamaan atau kesejahteraan

dengan menitik beratkan aspek tolong menolong apakah itu berhubu-

ngan dengan hak atau kewajiban.22

Adapun sistim tabarru’ yang telah diterapkan oleh lembaga-

lembaga Asuransi Syariah modern, sesungguhnya telah dipraktikan

pada masa-masa lalu dalam berbagai model dan metode. Metode-

metode tersebut telah mapan pada masanya seperti, (1) sistim A’qi-lah; yang diberlakukan terhadap pembunuhan untuk pembayaran

diah, atau yang dipraktikan oleh orang-orang Anshar ketika melindu-

ngi orang-orang Muhajirin pada saat mereka berada di Madinah, (2)

sistim kafalah al-gharimin; bantuan yang diambil dari harta zakat

untuk membayar hutang-hutang, (3) sistim kafalah al-fuqara’ wa al-masakin; bantuan untuk meringankan beban yang dihadapi oleh

20

Suria Zainuddin, Izyan Nadiah Md Noh. “An overview of the emer-

gence of Asuransi Syariah: An Islamic type of insurance policy”. Interna-tional Journal of Business and Economics Research, 2(5), (2013): 112-115

Published (http://www.science-publishinggroup.com/j/ijber) doi:10.11648/j.

ijber. 20130205.13 21

Abd al-Razaq al-Sanhuri, al-Wasit fi sharh al-Qanun al-Madani (Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, t.th.), jil. 8, 1080

22 Husein Hamid Hasan, Hukmu al-Shari'ah al-Islamiyah fi Uqud al-

Ta’min (Kairo; t.p, 1976), Cet. I, 10

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 31

mereka yang tidak mampu, (4) sistim kafalah abna’ al-sabil; bantuan

untuk meringankan beban biaya orang-orang yang sedang dalam

kesulitan akibat situasi tertentu, (5) sistim nafaqat bain al-aqarib: suatu kewajiban berupa bantuan yang diberikan oleh sanak famili

yang mempunyai kesanggupan untuk saudara-saudara mereka yang

tidak mampu/fakir, (6) sistim Asuransi Syariah al-ijtima’i; seperti

yang dilakukan oleh kabilah al-sha’riyun; dalam mengatasi kesulitan

ekonomi yang dihadapi para janda atau pada saat mereka menghadapi

kesulitan kekurangan bahan makanan, lalu mereka mengumpulkan

makanan yang ada pada satu tempat kemudian membaginya kembali

menjadi sama rata.23

Hal ini sebenarnya sudah sejak lama diwanti-wanti oleh ulama

agar konsep dasar operasional asuransi shari'ah yang sarat dengan

prinsip akad tabarru’ dan ta‘āwun itu tidak berubah menjadi ladang

bisnis yang hanya semata-mata mencari profit. 24Larangan terhadap

gharar, maisir, dan riba,25 bertujuan untuk menjauhkan manusia dari

23

Ketika Rasullullah mengetahui apa yang dilakukan oleh orang-

orang al-ash’ariyun ini dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh imam

Bukhari bahwa Rasullullah mendo’akan, semoga mereka mendapat rahmat

Allah atas kebaikan yang telah mereka lakukan. Lihat: Badaruddin al-'Aini,

Abi Mahmud Ibn Ahmad al-'A'ini, U’mdah al-Qari’ Sharh Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), jil. 13, 44. Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami -Min Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is,

2000), 127. 24 Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami -Min

Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000), 126. 25 Al-Gharar; dapat terjadi karena kurangnya informasi atau pengeta-

huan (jahala/ignorance) pada pihak yang melakukan kontrak. Apabila peru-

sahaan asuransi syariah tidak menepati janji-janji indemnitas yang disepa-

kati dengan pesertanya, baik itu karena disebabkan kurang pengetahuan

yang diperoleh pihak peserta atau karena peserta tidak punya pengetahuan

tentang janji-janji itu sama sekali. Dengan demikian pihak penanggung telah

melakukan suatu tindakan pengkhiatan atau penipuan, kedua sifat ini adalah

gharar. Lihat; Abdul Wahab al-Sayid ’Audullah & Muhammad ’Abdul ’Aziz

al-Qalmawi, Al-Mu’jam al-Wasit (tk,. t.t., t, 1985), Jil. II, Cet. 3, 628. Al-Maisir dan al-Qimar termasuk kedalam al-gharar, suatu transaksi atau

tindakan spekulatif yang memberikan efek untung atau rugi terhadap orang

lain dan dirinya sendiri. Menolak sebuah klaim yang diajukan oleh peserta

dengan harapan peserta tersebut tidak mendapatkan haknya berupa ganti

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

32 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

tindakan mengambil harta atau hak milik orang lain dengan jalan

yang tidak baik menurut hukum Islam. Oleh Karena itu, upaya yang

dilakukan oleh perusahaan asuransi shari’ah agar semua praktik-

praktik yang terlarang itu tidak terjadi dalam operasional perusahaan

dibuatlah aturan-aturan mu’amalah yang bersumber dari ajaran

shari’ah Islam. Jika operasional yang berlaku dalam asuransi konven-

sional tidak bisa terpisahkan dari unsur-unsur gharar, maisir, riba, riswah, dan zulm, maka implementasi asuransi shari’ah harus murni

bebas dari hal-hal yang dilarang tersebut, apakah itu dalam unsur

akad, produk, investasi, re-asuransi, polis, marketing dan claim settle-ment, serta aplikasi ketika bermuamalah dengan para stakeholder, seperti transaksi yang mengandung unsur khida', ghaban, tadlis, jahala, khiyanah, riswah, ihtikar, menunda-nunda pembayaran claim

dan lain-lain.26

rugi atau agar tuntutan klaim ganti rugi berakhir di meja peradilan yang

barangkali bisa dimenangkan oleh pihak perusahaan disebabkan oleh kondisi

pihak tertanggung yang lemah. Lihat: Shamsudin ibn Hamzah al-Ramli,

Nihayah al-Muhtaj (Kairo: al-Babi al-Hilbi, 1938), jil. 4, 279. Al-Qurtubi,

al-Jami' li al-Ahkam al-Qur'an (Kairo: Dar al-Sha'ab, 1372 H), jil. 3, 53.

Nazih Hamad, Mu'jam al-Mustalahat al-Iqtisadiyah fi Lughah al-Fuqaha' (al-

Ma'had al-'Alami li al-Fikr al-Islami, USA, 1993), Cet. I, 226.

Al-Riba adalah suatu transaksi yang dapat mengambil harta orang

lain dengan cara yang bathil. Apabila sangketa klaim ganti rugi yang ditun-

tut oleh peserta dapat dimenangkan pihak perusahaan dengan taktik-taktik

yang genius sesuai dengan pengalaman dan posisi mereka yang kuat dalam

undang-undang, dimana seharusnya klaim itu adalah hak peserta. Dengan

demikian pihak perusahaan telah memakan harta orang lain (peserta) dengan

jalan yang batil dan itu adalah riba. Gharar dan riba adalah ibarat dua sisi

mata uang. Begitu juga dalam sistem subrogasi, jika closing contract yang

disepakati dengan jaminan under price, maka sisa ganti rugi yang didapatkan

perusahaan dari pihak ketiga adalah riba. Lihat: Yusuf Kamal Muhammad,

Mustalahat al-Fiqh al-Mali al-Mu’asir-Mu’amalat al-Suq (Kairo: al-Ma’had

al-’Alami Li al-Fikri al-Islami, 1418 H – 1997 M), Cet. I. 128-139. 26

'Abdullah Mabruk al-Najar, 'Uqud al-Ta'min wa Mudda Mashru-'iyatihi fi al-Fiqh al-Islami Dirasah al-Muqaranah (Mesir; Dar al-Nahdah al-

'Arabiyah, 1994), 16-17. Muhammad Amin Mustafa Abu al-Shinqiti, Dira-sah Shar'iyah Li Ahammi al-'uqud al-Maliyah al-Mustahdithah (Mesir; Dar

al-Haramain Maktabah al-'ulum wa al-Hukm, 1992), 592. Muhammad Balta-

ji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-Islami", Mausu'ah al-'Ilmi-yah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min al-

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 33

Pada dasarnya akad tabarru’ juga mempunyai unsur Asuransi

Syariahi, dimana perusahaan menerima amanah dari peserta asuransi

shari’ah untuk mengelola hartanya (premi), dan premi tersebut akan

dikelola dalam dua bentuk rekening yang berbeda oleh perusahaan

yaitu rekening tabungan dan rekening tabarru’. Disisi lain, peserta

memberikan sebagian dana yang telah disetornya untuk digunakan

sebagai santunan kebajikan, apabila ada diantara peserta yang menga-

lami musibah. Rekening tabarru’ khusus untuk pengelolaan kumpulan

dana tabarru’ dari seluruh peserta dan nantinya akan digunakan seba-

gai santunan kebajikan apabila terjadi klaim diantara salah seorang

peserta. Andaikata didapat keuntungan dari pengelolaan dana ini

akan dikembalikan sepenuhnya kedalam rekening tabarru’. Artinya,

dalam tabarru’ lending yourself perusahaan asuransi shari’ah membe-

rikan jasa kepada peserta asuransi berupa keahlian dan skill yang

dipunyainya untuk mengelola premi yang bersumber dari peserta

secara profesional. Pada tabarru’ giving something, sebagian premi

yang diserahkan peserta kepada perusahaan akan digunakan untuk

menyantuni peserta lain yang mengalami musibah. Dengan adanya

tabarru’ lending yourself dan giving something ini mencerminkan

bahwa dalam asuransi shari’ah terdapat risk sharing diantara para

pihak yang terkait. 27

Akad tabarru’ harus bertujuan sosial bukan

sebagai pendapatan perusahaan. 28

Ijtima'i fi al-Islam, 1403 H- 1983 M, jil. 5, 58. Abdul 'Aziz Faraja Muham-

mad, Qadaya Fiqhiyah al-Mu'asirah (Mesir; Universitas Al-Azhar, 2001), jil.

3, 137-142. 'Abdul Majid Mahmud Mazlum, "al-Asuransi Syariah al-Ijtima'i

fi al-Islam wa Dauruhu fi Himayah al-Mal", Majallah al-'Ulum al-Qanuniyah wa al-Iqtisadiyah; Januari-Juli 1980, No. 1 & 2, Tahun 22, 3. Ahmad Saif al-

Islam Muhammad Mansur, "Nahwu Nizam li Ta'minat al-Ijtima'iyah Wifqan

li Ahkam al-Asuransi Syariah al-Ijtima'i fi al-Islam", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min al-Ijtima'i fi

al-Islam, 1403 H- 1983 M, jil. 5, 190. Agus Edi Sumanto, Ernawan Priarto,

dkk, Solusi Berasuransi Lebih Indah dengan Shari'ah (Jakarta: PT. Salama-

dani Pusataka Semesta, April 2009), 163. 27

Delil Khairat, “Konsep dan Operational Asuransi Shari'ah”, Materi Pelatihan Program Sertifikasi Asuransi Shari'ah Tingkat Dasar Angkatan XX, AASI-LPKG BPPK Departemen Keuangan, Jakarta : Tanggal 5 sd 7

Oktober 2006 . 28

Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami -Min Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000), 126. Husein Husein

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

34 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Oleh karena itu pada hakikatnya perusahaan asuransi harus

memberikan ganti rugi kepada setiap peserta yang mengalami musi-

bah, karena mereka telah memberikan amanah kepada perusahaan

untuk menjamin setiap musibah atau bencana yang timbul. Dalam hal

ini amanah yang diberikan peserta ditandai dengan penandatanganan

akad oleh pihak perusahaan dan pembayaran premi dari peserta / pe-

serta asuransi.29

Polis yang digunakan masih belum memperlihatkan

unsur transparansi dalam memberikan informasi (tablig) pada sisi

jaminan pertanggungan (risk sharing/Asuransi Syariah) kepada peser-

ta yang telah memberikan amanah, serta bergesernya tujuan lembaga

ini yang pada awalnya sosial oriented menjadi profit oriented, serta

lemahnya pengawasan dari pihak-pihak yang terkait. 30

Dasar Hukum asuransi Syariah yang terdapat dalam Al-

Qur’an, yaitu Q.S Al Maidah ayat 231

, yang artinya: “…..Dan tolong-

menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…..”, di

dalam hadist yang menjadi landasan Asuransi Syariah seperti di HR.

Muslim dari Abu Hurairah, yang artinya: “Barang siapa melepaskan

dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan

kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong

hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya”.32

Shahatah, Nizam al-Ta’min al-Asuransi Syariahi: Badil Islami Li Nizam al-Ta’min al-Mua’sirah, Sisilah Dirasat wa Buhus Islami, www.darelmasho

ra.com. 29

Sulaiman Muhammad Ahmad, Daman al-Mutalafat fî al-Fiqh al-Islami (Kairo: Matba’ah al-Sa’adah, 1985), 50-51

30 Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami-Min

Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000), 126. 31

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016 32

Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001, Tentang

Pedoman Umum Asuransi Shari’ah. Di dalam fatwa ini juga dikutip hadist-

hadist lain yaitu:

“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi

dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita

sakit maka bagian lain akan turut menderita” (HR. Muslim dari Nu’man bin

Basyir).

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 35

Berdasarkan hukum positif, hingga saat ini asuransi syariah33

mendasarkan legalitasnya pada Undang-Undang No. 40 tahun 2014

tentang perasuransian. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang

Pasal 246, yaitu: ”Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang

penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan

menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya

karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa

“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan,

satu bagian menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al-

Asy’ari).

“Barang siapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaklah

ia perniagakan, dan janganlah membiarkannya (tanpa diperniagakan) hingga

habis oleh sederkah (zakat dan nafakah)” (HR. Tirmizi, Daraquthni, dan

Baihaqi dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Abdullah bin

‘Amr bin Ash).

Selain itu juga terdapat beberapa pendapat ulama sebagai berikut:

Sejumlah dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah

tabarru’ (amal kebajikan) dari peserta kepada (melalui) perusahaan yang di-

gunakan untuk membantu peserta yang memerlukan berdasarkan ketentuan

yang telah disepakati; dan perusahaan memberikannya (kepada peserta)

sebagai tabarru’ atau hibah murni tanpa imbalan. (Wahbah al-Zuhaili, al-

Mu’amalat al-Maliyyah al- Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h.

287). Analisis fiqh terhadap kewajiban (peserta) untuk memberikan tabarru’

secara bergantian dalam akad asuransi ta‘āwuni adalah “kaidah tentang

kewajiban untuk memberikan tabarru’” dalam mazhab Malik. (Mushthafa

Zarqa’, Nizham al-Ta’min, h. 58-59; Ahmad Sa’id Syaraf al-Din, ‘Uqud al-

Ta’min wa ‘Uqud Dhaman al-Istitsmar, h. 244-147; dan Sa’di Abu Jaib, al-

Ta’min bain al-Hazhr wa al-Ibahah, h. 53). Hubungan hukum yang timbul

antara para peserta asuransi sebagai akibat akad ta’min jama’i (asuransi

kolektif) adalah akad tabarru’; setiap peserta adalah pemberi dana tabarru’

kepada peserta lain yang terkena musibah berupa ganti rugi (bantuan, klaim)

yang menjadi haknya; dan pada saat yang sama ia pun berhak menerima

dana tabarru’ ketika terkena musibah (Ahmad Salim Milhim, al-Ta’min al-

Islami, h, 83) 33

Abdullah Ali Abdullah Mohammed. “Business Ethics in Asuransi

Syariah Industry: Between Myth and Reality”. Global Advanced Research Journal of Engineering, Technology and Innovation (ISSN: 2315-5124) Vol.

4(5) pp. 190-195, May, 2015 Available online http://garj.org/garjeti /index.

htm Copyright © 2015 Global Advanced Research Journals.

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

36 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

yang tak tentu”, pengertian diatas tidak dapat dijadikan landasan

hukum yang kuat bagi Asuransi Syariah34

karena tidak mengatur

keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah, serta tidak mengatur

teknis pelaksanaan kegiatan asuransi dalam kaitannya kegiatan admi-

nistrasinya.

Pedoman untuk menjalankan usaha asuransi syariah terdapat

dalam Fatwa Dewan Asuransi Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI) No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman

Umum Asuransi Syariah, fatwa tersebut dikeluarkan kareni regulasi

yang ada tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan kegiatan

Asuransi Syariah. Tetapi fatwa DSN-MUI tersebut tidak memiliki

kekuatan hukum dalam Hukum Nasional karena tidak termasuk

dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Agar ketentuan

Asuransi Syariah memiliki kekuatan hukum, maka perlu dibentuk

peraturan yang termasuk peraturan perundang-undangan yang ada di

Indonesia meskipun dirasa belum memberi kepastian hukum yang

lebih kuat, peraturan tersebut yaitu Keputusan Menteri Keuangan RI

No.426/KMK.06/2003, Keputusan Menteri Keuangan RI No. 424/

KMK.06/ 2003 dan Keputusan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan

No. 4499/LK/ 2000. Semua keputusan tersebut menyebutkan menge-

nai peraturan sistem asuransi berbasis Syariah.

2. Prinsip Asuransi Syariah

Dalam menjalankan usaha asuransi syariah, sangat diperlukan

tegaknya nilai-nilai syariah, agar operasional asuransi syariah benar-

benar mencerminkan ruh syariah yang sesungguhnya35

. Sebagai con-

toh sebuah perikatan dengan menggunakan akad mudarabah, yaitu

antara shahibul maal dan mudharib. Shahibul maal meminta kepada

mudharib untuk mengelola dananya, namun dengan syarat bahwa

nisbah bagi hasil yang akan dihasilkan dibagi dua 90% untuk shahibul

34

Akhtarzaite binti Abdulaziz. “Ad-Dhara’I and Maqasid al-Shari’ah:

A case study of Islamic insurance”. Intellectual Discourse, 2010 Vol 18, No

2, 261-281. 35

Abdullah Ali Abdullah Mohammed. “Business Ethics in Asuransi

Syariah Industry: Between Myth and Reality”. Global Advanced Research Journal of Engineering, Technology and Innovation (ISSN: 2315-5124) Vol.

4(5) pp. 190-195, May, 2015 Available online http://garj.org/garjeti /index.

htm Copyright © 2015 Global Advanced Research Journals.

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 37

maal dan 10% untuk mudharib.36

Secara fiqh, akad mudarabah yang

dilakukan oleh kedua belah pihak di atas adalah sah, karena telah

memenuhi semua rukun dan syarat akad mudarabah. Namun secara

“nilai”, akad tersebut cacat karena tidak memberikan porsi keadilan

bagi mudarabah. Mudharib hanya mendapatkan keuntungan 10%

sementara shahibul maal 90%. Untuk itulah, dalam Asuransi Syariah

terdapat 10 nilai yang mendasar dalam pengelolaan asuransi syariah,

yaitu37

:

a. Prinsip Tauhid

Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syariah38

.

Karena pada hakekatnya setiap muslim harus melandasi dirinya de-

ngan tauhid dalam menjalankan segala aktivitas kehidupannya, tidak

terkecuali dalam bermuamalah (berasuransi syariah). Artinya bahwa

niatan dasar ketika berasuransi syariah haruslah berlandaskan pada

prinsip tauhid, mengharapkan keridhaan Allah SWT. Sebagai contoh

dilihat dari sisi perusahaan, asas yang digunakan dalam berasuransi

syariah bukanlah semata-mata meraih keuntungan, atau menangkap

peluang pasar yang sedang cenderung pada syariah39

.

Namun lebih dari itu, niatan awalnya adalah untuk mengimple-

mentasikan nilai-nilai syariah dalam dunia asuransi. Sedangkan dari

sisi peserta, berasuransi syariah adalah bertujuan untuk bertransaksi

dalam bentuk tolong menolong yang berlandaskan asas syariah, dan

bukan semata-mata mencari “perlindungan” apabila terjadi musibah.

Dengan demikian, maka nilai tauhid terimplementasikan pada indus-

tri asuransi syariah.

36

Ali Zainuddin. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta. Sinar

Grafik 37

Iqbal, Muhaimin. 2005. Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik.

Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir dan Riba. Jakarta. Gema Insani Press 38

Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya

di tengah asuransi konvensional, Elekmediakomputindo, Jakarta 2006 39

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

38 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

b. Prinsip Keadilan

Prinsip kedua yang menjadi nilai-nilai dalam pengimplemen-

tasian asuransi syariah adalah prinsip keadilan40

. Artinya bahwa asu-

ransi syariah harus benar-benar bersikap adil, khususnya dalam mem-

buat pola hubungan antara peserta dengan peserta, maupun antara

peserta dengan perusahaan asuransi syariah, terkait dengan hak dan

kewajiban masing-masing. Asuransi syariah tidak boleh mendzalimi

peserta dengan hal-hal yang akan menyulitkan atau merugikan

peserta. Ditinjau dari sisi asuransi sebagai sebuah perusahaan, potensi

untuk melakukan ketidakadilan sangatlah besar. Seperti adanya unsur

dana hangus (pada saving produk), dimana peserta yang sudah ikut

asuransi (misalnya asuransi pendidikan) dengan periode tertentu,

namun karena suatu hal ia membatalkan kepesertaannya di tengah

jalan.

Pada asuransi syariah, dana saving peserta yang telah dibayar-

kan melalui premi harus dikembalikan kepada peserta bersangkutan,

berikut hasil investasinya. Bahkan terkadang asuransi syariah merasa

kebingungan ketika terdapat dana-dana saving peserta yang telah

mengundurkan diri atau terputus di tengah periode asuransi, lalu

tidak mengambil dananya tersebut kendatipun telah dhubungi baik

melalui surat maupun melalui media lainnya. Mau dikemanakan dana

ini? Karena dana tersebut bukanlah milik asuransi syariah, namun

milik peserta. Namun telah bertahun-tahun diberitahu atau dihubu-

ngi, peserta bersangkutan tidak juga mengambilnya.

c. Prinsip Tolong Menolong

Semangat tolong menolong merupakan aspek yang sangat

penting dalam operasional asuransi syariah41

. Karena pada hekekat-

nya, konsep asuransi syariah didasarkan pada prinsip ini. Dimana

sesama peserta bertabarru’ atau berderma untuk kepentingan peserta

lainnya yang tertimpa musibah. Peserta tidaklah berderma kepada

perusahaan asuransi syariah, peserta berderma hanya kepada sesama

peserta saja. Perusahaan asuransi syariah bertindak sebagai pengelola

40

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,

Gema Insani-Tazkia Cendekia, Depok, 2015 41

M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem

Operasional. Gema Insani Press, Jakarta.

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 39

saja. Konsekwensinya, perusahaan tidak berhak mengklaim atau me-

ngambil dana tabarru’ peserta42

. Perusahaan hanya mendapatkan dari

ujrah (fee) atas pengelolaan dana tabarru’ tersebut, yang dibayarkan

oleh peserta bersamaan dengan pembayaran kontribusi (premi)43

.

Perusahaan asuransi syariah mengelola dana tabarru’ tersebut44

,

untuk diinvestasikan (secara syariah) lalu kemudian dialokasikan

pada peserta lainnya yang tertimpa musibah. Dan dengan konsep

seperti ini, berarti antara sesama peserta telah mengimplementasikan

saling tolong menolong, kendatipun antara mereka tidak saling

bertatap muka.

d. Prinsip Kerjasama

Kerjasama antara peserta dengan perusahaan asuransi syariah

tergantung dari akad apa yang digunakannya45

. Dengan akad mudha-

rabah musytarakah (nanti akan dijelaskan tersendiri mengenai akad

ini dalam pembahasan khusus akad), terjalin kerjasama dimana peser-

ta bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) sedangkan peru-

sahaan asuransi syariah sebagai mudharib (pengelola / pengusaha).

Apabila dari dana tersebut terdapat keuntungan, maka akan dibagi

berdasarkan nisbah yang telah disepakati, misalnya 40% untuk

perusahaan asuransi syariah dan 60% untuk peserta. Ketika kerjasama

terjalin dengan baik, peserta menunaikan hak dan kewajibannya,

demikian juga perusahaan asuransi syariah menunaikan hak dan

kewajibannya secara baik, sehingga terjalin pola hubungan kerjasama

yang baik pula, yang insya Allah akan membawa keberkahan pada

kedua belah pihak.

42

Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |

ISSN (online): 2579-6437 43

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang

Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume

3 Nomor 2, Oktober 2016 44

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December

2013, 291-304 45

Mohd. Ma’sum Billah, Principles & Practices of Asuransi Syariah

and Insurance Compared. IIUM, 2001

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

40 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

e. Prinsip Amanah

Amanah juga merupakan prinsip yang sangat penting46

. Karena

pada hakekatnya kehidupan ini adalah amanah yang kelak harus

dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Perusahaan dituntut

untuk amanah dalam mengelola dana premi. Demikian juga peserta,

perlu amanah47

dalam aspek resiko yang menimpanya. Jangan sampai

peserta tidak amanah dalam artian mengada-ada sesuatu sehingga

yang seharusnya tidak klaim menjadi klaim yang tentunya akan

berakibat pada ruginya para peserta yang lainnya. Perusahaan pun

juga demikian, tidak boleh semena-mena dalam mengambil keuntu-

ngan, yang berdampak pada ruginya peserta.

f. Prinsip Saling Ridha (‘An Taradhin)

Transaksi apapun yang dijalankan, aspek an taradhin atau sa-

ling meridhai harus selalu menyertai48

. Peserta ridha dananya dikelola

oleh perusahaan asuransi syariah yang amanah dan professional,

sementara perusahaan asuransi syariah ridha terahdap amanah yang

diembankan peserta dalam mengelola kontribusi (premi) mereka.

Demikian juga peserta ridha dananya dialokasikan untuk nasbah-

peserta lainnya yang tertimpa musibah, untuk meringankan beban

penderitaan mereka. Dengan prinsip inilah, asuransi syariah menja-

dikan saling tolong menolong memiliki arti yang luas dan mendalam,

karena semuanya menolong dengan ikhlas dan ridha, bekerjasama

dengan ikhlas dan ridha, serta bertransaksi dengan ikhlas dan ridha

pula.

46

Aznan Hasan. Shari’ah Issues in The Operation of ReAsuransi Sya-

riah and Reinsurance: A Preliminary Exploration From Shari’ah Perspective.

IIUM Law Journal Vol. 19 No. 2, 2011. 47

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Sya-

riah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December

2013, 291-304 48

M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-

rasional. Gema Insani Press, Jakarta.

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 41

g. Prinsip Menghindari Riba

Riba merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari sejauh-

jauhnya khususnya dalam berasuransi49

. Karena riba merupakan

sebatil-batilnya transaksi muamalah. Tingkatan dosa paling kecil dari

riba adalah ibarat berzina dengan ibu kandungnya sendiri. Kontribusi

(premi)50

yang dibayarkan peserta, harus diinvestasikan pada inves-

tasi yang sesuai dengan syariah dan sudah jelas kehalalannya. Demi-

kian juga dengan sistem operasional asuransi syariah juga harus

menerapakan konsep sharing of risk yang bertumpu pada akad tabar-

ru’, sehingga menghilangkan unsur riba pada pemberian manfaat

asuransi syariah (klaim) kepada peserta.

h. Prinsip Menghindari Maisir

Asuransi jika dikelola secara konvensional akan memunculkan

unsur maisir (gambling)51

. Karena seorang peserta bisa jadi memba-

yar premi hingga belasan kali namun tidak pernah klaim. Di sisi yang

lain terdapat peserta yang baru satu kali membayar premi lalu klaim.

Hal ini terjadi, karena konsep dasar yang digunakan dalam asuransi

konvensional adalah konsep transfer of risk. Dimana perusahaan

asuransi konvensional ketika menerima premi, otomatis premi

tersebut menjadi milik perusahaan, dan ketika membayar klaim pun

adalah dari rekening perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan

bisa untung besar yaitu ketika premi banyak dan klaim sedikit, atau

bisa rugi besar yaitu ketika premi sedikit dan klaimnya banyak.

49

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,

Gema Insani-Tazkia Cendekia, Depok, 2015. 50

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang

Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume

3 Nomor 2, Oktober 2016 51

Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

42 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

i. Prinsip Menghindari Gharar

Gharar adalah ketidakjelasan52

. Berbicara mengenai resiko,

adalah berbicara tentang ketidakjelasan, karena resiko bisa terjadi

bisa tidak. Dalam syariat Islam, kita tidak diperbolehkan bertransaksi

yang menyangkut aspek ketidakjelasan. Pada asuransi (konvensional),

peserta tidak mengetahui apakah ia mendapatkan klaim atau tidak,

karena klaim sangat bergantung pada resiko yang menimpanya. Jika

ada resiko, maka ia akan dapat klaim, namun jika tidak maka ia tidak

mendapakan klaim. Hal seperti ini menjadi gharar adanya, karena

akad atau konsep yang digunakan adalah transfer of risk. Sedangkan

jika menggunakan aspek sharing of risk, ketidakjelasan tadi tidak

menjadi gharar, namun menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai, yang

apabila terjadi sesama peserta akan saling bantu membantu terhadap

peserta lainnya yang tertimpa musibah, yang diambil dari dana

tabarru’ yang dikelola oleh perusahaan asuransi syariah (bukan dari

dana perusahaan)53

.

j. Prinsip Menghindari Risywah

Pada saat menjalankan bisnisnya, baik pihak asuransi syariah

maupun pihak peserta harus menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari

aspek risywah (sogok menyogok atau suap menyuap) 54

. Apapun da-

lihnya, risywah pasti akan menguntungkan satu pihak dan pasti akan

ada pihak lain yang dirugikan. Peserta umpamanya tidak boleh me-

nyogok oknum asuransi supaya bisa mendapatkan manfaaat (klaim),

atau sebaliknya perusahaan tidak perlu menyogok supaya menda-

patkan premi (kontribusi) asuransi. Namun semua harus dilakukan

52

M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-

rasional. Gema Insani Press, Jakarta. 53

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang

Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume

3 Nomor 2, Oktober 2016. 54

Bouaziz Cheikh. Abstract To Islamic Insurance (Asuransi Syariah).

Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December 2013, 291-

304.

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 43

secara baik, transparan, adil dan dilandasi dengan ukhuwah Islami-

yah.

3. Perbedaan antara Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

Jika Asuransi Syariah dibandingkan dengan perusahaan asuran-

si konvensional, maka akan terdapat beberapa perbedaan yang ber-

sifat esensi. Perbedaan yang utama adalah bahwa peserta melakukan

donasi kedalam dana Asuransi Syariah untuk menyediakan proteksi

kesesama peserta dalam mengelola resiko keuangan, berbeda dengan

asuransi konvensional peserta membayar premi kepada perusahaan

asuransi dimana perusahaan tersebut yang menanggung resiko keua-

ngan peserta.55

Secara konsep perbedaan ini adalah di asuransi

konvensional terjadi transfer risk, sedangkan pada asuransi syariah

terjadi sharing risk.56

Perbedaan dari asuransi syariah dan asuransi konvensional

sendiri mungkin tidak terlalu terlihat namun pada dasarnya perbedaan

tersebut terletak pada perjanjian transaksinya. Peserta akan mengi-

katkan diri pada asuransi syariah dalam suatu komunitas dan mereka

akan saling menanggung apabila terdapat musibah. Sedangkan pada

asuransi konvensional, peserta membeli perlindungan dari perusahaan

asuransi untuk mendapat perlindungan apabila musibah terjadi.57

Produk keuangan yang menjadi trend hingga tahun sekarang ini ada-

lah produk syariah, sehingga banyak sekali pemilik modal yang berin-

vestasi pada produk keuangan ini. Di Indonesia sendiri produk

syariah sudah menjamur karena masyarakat Indonesia yang mayoritas

muslim berminat untuk memiliki produk keungan syariah. Perkemba-

ngan bisnis syariah kini kian menggiurkan dan banyak sekali perusa-

haanperusahaan asuransi yang berbasis pada sistem syariah. Penda-

55

Tahani Coolen-Maturi. Islamic insurance (Asuransi Syariah):

demand and supply in the UK. International Journal of Islamic and Middle

Eastern Finance and Management Vol. 6 No. 2, 2013 pp. 87-104 q Emerald

Group Publishing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/17538391311329806 56

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December

2013, 291-304 57

Iqbal, Muhaimin. 2005. Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik.

Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir dan Riba. Jakarta. Gema Insani Press

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

44 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

patan premi yang kian menaik, menyebabkan banyak sekali perusa-

haan yang berkompetisi dalam mendirikan bisnis syariah.

Tantangan yang dihadapi oleh banyak perusahaan yang berba-

sis syariah sangatlah beragam yang dimulai dari pemberian layanan

yang optimal, peningkatan dan pengembangan sumber daya manu-

sia58

. Selain itu pengembangan produk-produk keuangan syariah yang

sesuai dan dibutuhkan oleh masyarakat juga dapat menjadi tantangan

yang besar. Sebenarnya produk-produk keuangan syariah sendiri

sudah cukup berkembang, namun hal yang sulit yaitu menciptakan

persaingan diantara perusahaan produk keuangan syariah yang tidak

mematikan lawannya. Selain itu, permodalan juga dapat mempenga-

ruhi perkembangan produk keuangan syariah dan hal ini layak untuk

diperhitungkan. 59

Menciptakan produk keuangan syariah menjadi

alternatif pendanaan bukanlah hal yang mudah, karena edukasi kepa-

da masyarakat mengenai keuangan syariah sendiri masihlah kurang.

Memberikan edukasi kepada masyarakat sangatlah penting meskipun

masyarakat Indonesia mayoritas muslim. Dengan menyediakan pro-

duk yang sesuai dengan kebutuhan peserta, industri keuangan syariah

akan lebih berkembang pesat.

Pertumbuhan keuangan syariah sendiri diperkirakan akan lebih

tinggi dari pada pertumbuhan keuangan bank konvensional.60

Keper-

cayaan dan juga optimisme akan kondisi ekonomi ke depan dapat

juga mempengaruhi kinerja sumber daya manusia di industri keua-

ngan syariah. Bisa dikatakan juga bahwa pertumbuhan keuangan

syariah di Indonesia pelan namun pasti karena pangsa pasar asuransi

jiwa syariah sudah dan masih memperlihatkan pertumbuhannya.

Meskipun minat pasar tinggi, namun sayangnya industri tumbuh dan

berkembang lamban. Namun kinerja sumber daya manusia dari indus-

tri syariah sendiri menunjukan performa yang cukup baik. Pangsa

pasar yang besar tersebut mencerminkan bahwa minat masyarakat

Indonesia sangatlah tinggi terhadap asuransi syariah. Sayangnya

minat yang sangat besar akan produk keuangan syariah ini terkadang

58

Perwataatmadja, Karnaen A. 2007. Bank Syariah: Teori, Praktik,

dan Peranannya. Jakarta. Calestial Publishing 59

Frenz, Madhu & Iyer. Developing a Asuransi Syariah product in

India – Risks and Challenges. 10th Global Conference of Actuaries. 60

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,

Gema Insani-Tazkia Cendekia, Depok, 2015.

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 45

kurang direspon oleh industri asuransi syariah dengan melihat keti-

daksungguhan industri syariah dalam memisahkan unit asuransi

syariah dengan konvensional sehingga asuransi syariah menjadi peru-

sahaan sendiri. Dengan adanya asuransi syariah yang berkembang

sendiri tanpa campur tangan dari konvensional akan lebih memung-

kinkan untuk lebih cepat laju pertumbuhannya. Berdasarkan Kenya-

taan tersebut, maka dapatlah dibuat sebuah analisis tentang perbe-

daan antara asuransi syariah dan konvensional. Secara umum terdapat

beberapa hal yang menjadi unsur perbedaan diantara keduanya seperti

tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Perbedaan antara Asuransi Syariah & Asuransi

Konvensional61

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1 Konsep

Perjanjian antara 2

pihak atau lebih,

dengan mana pihak

penanggung

mengikatkan diri

kepada tertanggung,

dengan menerima premi

asuransi, untuk

memberikan pergantian

kepada tertanggung

Sekumpulan orang

yang saling membantu,

saling menjamin, dan

bekerja sama, dengan

cara masing-masing

mengeluarkan dana

tabarru’62

2 Asal-Usul63

.

Dari masyarakat

Babilonia 40003000

SM yang dikenal

dengan perjanjian

Hammurabi. Dan tahun

1668 M di Coffe House

Dari Al-Aqidah,

kebiasaan suku Arab

jauh sebelum Islam

datang. Kemudian

disahkan oleh

Rasulullah menjadi

61

M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-

rasional. Gema Insani Press, Jakarta. 62

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December

2013, 291-304 63

Aznan Hasan. Shari’ah Issues in The Operation of ReAsuransi

Syariah and Reinsurance: A Preliminary Exploration From Shari’ah Perspec-

tive. IIUM Law Journal Vol. 19 No. 2, 2011

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

46 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

London berdirilah

Lloyd of London

sebagai cikal bakal

asuransi konvensional

hukum Islam

3 Sumber

Hukum

Bersumber dari pikiran

manusia dan

kebudayaan,

berdasarkan hukum

positif, hukum alami

dan contoh sebelumnya.

Bersumber dari wahyu

Ilahi. Sumber hukum

dalam syariah Islam

adalah Al-Qur’an.

Sunnah atau kebiasaan

rasul, Ijma’, Fatwa

Sahabat.64

4 “Maghrib”

(Maisir,

Gharar dan

Riba) 65

Tidak selaras dengan

Syariah Islam karena

adanya Maisir, Gharar,

dan Riba; hal yang

diharamkan dalam

muamalah

Bersih dari adanya

praktek Gharar, Maisir

dan Riba

5 DPS (Dewan

Pengawas

Syariah)

Tidak ada, sehingga

dalam banyak

praktiknya

bertentangan dengan

kaidah-kaidah syara’

Ada, yang berfungsi

untuk mengawasi

pelaksanaan

operasional perusahaan

agar terbebas dari

praktek-praktek

muamalah yang

bertentangan dengan

Prinsip-prinsip Syariah

6 Akad 66

Akad jual-beli Akad tabarru’ dan akad

tijarah

7 Jaminan / Transfer of Risk Sharing of Risk.

64

Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |

ISSN (online): 2579-6437 65

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang

Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume

3 Nomor 2, Oktober 2016 66

Mohd. Ma’sum Billah, Principles & Practices of Asuransi Syariah

and Insurance Compared. IIUM, 2001

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 47

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

Risk (Risiko)

8 Pengelolaan

Dana 67

untuk produk saving

life

Sedangkan untuk term

insurance life dan

general insurance

semuanya bersifat

tabarru’

9 Investasi

Bebas melakukan

investasi dalam batas-

batas ketentuan

perundangundangan,

dan tidak terbatasi pada

halal dan haramnya

objek atau sistem

investasi yang

digunakan.

Dapat melakukan

investasi sesuai

ketentuan

perundangundangan,

sepanjang tidak

bertentangan dengan

Prinsipprinsip Syariah

Islam. Bebas dari riba

dan tempat-tempat

investasi yang

terlarang68

.

10 Kepemilikan

Dana

Dana yang terkumpul

dari premi peserta

seluruhnya menjadi

milik perusahaan.

Dana yang terkumpul

dari peserta dalam

bentuk iuran atau

kontribusi, merupakan

milik peserta, asuransi

syariah hanya sebagai

pemegang amanah

dalam mengelola dana

tersebut.

11 Unsur Premi

Unsur premi terdiri dari

tabel mortalita, biaya-

biaya asuransi

Iuran atau kontribusi

terdiri dari unsur

tabarru’ 69

dan

tabungan.

67

Hania Masud. Asuransi Syariah: An Innovative Approach to Insu-

rance and Islamic Finance. University of Pennsylvania Law School. 68

Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |

ISSN (online): 2579-6437 69

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December

2013, 291-304

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

48 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

12 Loading

Loading

pada asuransi

konvensional cukup

besar terutama

diperuntukkan untuk

komisi agen, dapat

menyerap premi tahun

pertama dan kedua.

Pada sebagian asuransi

syariah, loading

(komisi agen) tidak

dibebankan pada

peserta tapi dari dana

pemegang saham.

13 Sumber

Pembayaran

Klaim

Murni bisnis dan tidak

ada nuansa spiritual.

Sumber pembayaran

klaim diperoleh dari

rekening tabarru’.

14 Sistem

Akuntansi

Menganut konsep

akuntansi accrual basis.

Dan, mengakui

pendapatan,

peningkatan aset,

expenses, liabilities

dalam jumlah tertentu

yang baru akan diterima

dalam waktu 70

Menganut konsep

akuntansi cash basis,

mengakui apa yang

benar-benar telah ada,

sedangkan accrual

basis dianggap

bertentangan dengan

Syariah yang akan

datang.

15 Keuntungan

Keuntungan yang

diperoleh dari surplus

underwriting, komisi

reasuransi, dan hasil

investasi seluruhnya

adalah keuntungan

perusahaan.

Profit yang diperoleh

dari surplus

underwriting, komisi

reasuransi, dan hasil

investasi, bukan

seluruhnya menjadi

milik perusahaan.

16 Misi dan Visi

Secara garis besar misi

utama dari asuransi

konvensioanl adalah

misi ekonomi dan misi

sosial.

Misi yang diemban

dalam asuransi syariah

adalah misi aqidah,

misi ibadah, misi

ekonomi, dan misi

pemberdayaan umat

(sosial).

Sumber: Winarno (2015)

70

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang

Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume

3 Nomor 2, Oktober 2016.

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 49

Perbedaan sistem yang paling mendasar antara asuransi syari-

ah dengan sistem asuransi konvensional meliputi hal-hal berikut:71

1) Perbedaan mengenai konsep Asuransi syariah

Perbedaan ini mempunyai 3 pengertian seperti yang telah dike-

mukakan, diantaranya at-ta’min72

. Mu’ammin adalah penangung dan

munta’min diartikan tertanggung. Dalam Al Qur’an Surat Quraisy

ayat :4 terdapat kata aman dari rasa takut, memberi rasa aman. Jadi

istilah at-ta’min, yaitu antara menta’minkan sesuatu yang berarti

seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli

warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah dise-

pakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang,

sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang mempertanggungkan atau

mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau kendaraannya. Dewan

Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) mengeluar-

kan fatwa tentang pedoman umum asuransi syariah. Menurutnya,

asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong

diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk

asset atau tabarru’ yang memberikan pengembalian untuk mengha-

dapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Sedang-

kan asuransi konvensional secara bahasa adalah “pertanggungan”.

Istilah pertanggungan di kalangan orang Belanda disebut verzekering.

Hal dimaksud melahirkan istilah assuradeur, assurantie bagi penang-

gung dan geassureeder bagi tertanggung.

Selain itu, ada definisi yang mengungkapkan bahwa sebenar-

nya assuransi itu merupakan alat atau institusi belaka yang bertujuan

untuk mengurangi resiko dengan mengabungkan sejumlah unit-unit

yang beresiko agar kerugian individu secara olektif dapat diprediksi.

Kerugian yang dapat diprediksi terebut kemudian dibagi dan didistri-

busikan secara proporsional diantara semua unit-unit dalam gabungan

tersebut. Dalam UU RI Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

meupakan petanggungan yang di dalamnya ada perjanjian antara 2

71

Ali Zainuddin. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta. Sinar

Grafik. 72

Syed Ahmed Salman. Contemporary Issues in Asuransi Syariah

(Islamic Insurance). Asian Social Science; Vol. 10, No. 22; 2014 ISSN 1911-

2017 E-ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center of Science and

Education. doi:10.5539/ass.v10n22p210.

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

50 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

pihak atau lebih, yaiut pihak penanggung mengikatkan diri kepada

tettanggung, dengan menerima premi asuransi,untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan.

2) Perbedaan mengenai sumber hukum

Sumber hukum asuransi syariah adalah AlQur’an, sunnah, ijma,

qiyas dan fatwa DSN MUI, hal ini menjadikan modus operandi asu-

ransi syariah selalu sejalan dengan prinsip-prinsip syariah73

. Dalam

menetapkan prinsip-prinsip, praktik dan operasional dari asuransi

syariah74

, parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah syariah

Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, hadits, dan fiqh Islam, hal ini

menjadikan asuransi syariah mendasarkan diri pada prinsip kejelasan

dan kepastian, sehingga kejelasan yang meyakinkan kepada peserta

asuransi dengan akad secara syariah75

antara perusahaan dengan pe-

serta asuransi, baik yang akadnya jual beli ataupun tolong-menolong.

Asuransi konvensional mempunyai sumber hukum yang didasari oleh

pikiran manusia, falsafah, dan kebudayaan, sementara modus operan-

dinya didasarkan atas hukum positif. Hal ini menjadikan asuransi

konvensional tidak memiliki sumber hukum yang jelas, bahkan cen-

derung membuat transaksi yang tidak memiliki kepastian dan kejela-

san kedepan. Seperti halnya dalam akadnya sesuatu yang di akadkan

terjadi cacat secara syariah karena tidak jelas berapa yang akan

dibayar oleh peserta asuransi yang meliputi berapa sesuatu yang akan

diperoleh. Tidak diketahui berapa lama seseorang peserta asuransi

harus membayar premi.

73

Mohd. Ma’sum Billah, Applied Asuransi Syariah and Modern Insu-

rance, Thomson, 3rd edition, 2007 74

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016 75

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December

2013, 291-304

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 51

3) Perbedaan mengenai Dewan Pengawas Syariah

Asuransi syariah mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS)

76 yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan asuransi sya-

riah77

. DPS mengawasi jalannya operasional sehari-hari agar selalu

berjalan sesuai dengan prinsip syariah. Artinya, menghindari adanya

penyimpangan secara hukum Islam yang dapat merugikan orang lain.

DPS berfungsi untuk: (a) Melakukan pengawasan secara periodik

pada Lembaga Keuangan Syariah yang berada dibawah pengawasan-

nya. (b) Berkewajiban mengajukan unsur-unsur pengembangan Lem-

baga Keuangan Syariah kepada pemimpin lembaga yang bersang-

kutan dan dari Dewan Syariah Nasional. (c) Melaporkan Perkemba-

ngan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang menga-

wasinya kepada DSN sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun

anggaran. (d) Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembaha-

san-pembahasan DSN. Sedangkan asuransi konvensional tidak mem-

punyai dewan pengawas dalam melaksanakan perencanaan, proses,

dan praktiknya. Asuransi konvensional tidak memiliki sebuah wadah

control yang independen yang tugasnya mengawasi perjalanan asu-

ransi tersebut sehingga mudah timbul penyimpangan-penyimpangan,

baik penyimpangan administrasi maupun penyimpangan hukum seca-

ra syariah.

4) Perbedaan mengenai Akad Perjanjian

Asuransi syariah mempunyai akad yang di dalamnya dikenal

dengan istilah tabarru’ yang bertujuan kebaikan untuk menolong

diantara sesama manusia, bukan semata-mata untuk komersial dan

akad tijarah78

. Akad tijarah adalah akad atau transaksi yang bertujuan

komersial, misalnya akad mudharabah, wadiah, wakalah dan sebagai-

nya. Dalam bentuk akad tabarru’ mutabari mewujudkan usaha untuk

membantu seseorang dan hal ini di anjurkan oleh syariat Islam,

penderma yang ikhlas akan mendapatkan ganjaran pahala yang besar.

76

M. Iqbal, (2005). General Asuransi Syariah Practice. Gema Insani

Press, Jakarta. 77

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December

2013, 291-304 78

Mohd. Ma’sum Billah, Principles & Practices of Asuransi Syariah

and Insurance Compared. IIUM, 2001

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

52 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Selain itu, akad transaksi asuransi syariah mengandung kepastian dan

kejelasan sehingga peserta asuransi menerima polis asuransi sesuai

dengan apa yang dibayarkan (yang masuk ke rekening peserta)

ditambah dengan dana tabarru’ dari setiap peserta asuransi. Hal ini

menjadikan setiap peserta asuransi yang mendapat musibah atau

kerugian akan menerima bantuan dalam bentuk ganti rugi terhadap

musibah yang dihadapinya. Bantuan dimaksud bersumber dari dana

akad tabarru’. 79

Sedangkan akad pada asuransi konvensional adalah pihak peru-

sahaan asuransi dengan pihak peserta asuransi melakukan akad mufā-waḍah, yaitu masing-masing dari kedua belah pihak yang berakad di

satu pihak sebagai penaggung dan di pihak lainnya sebagai tertang-

gung. Pihak penanggung memperoleh premi-premi asuransi sebagai

pengganti dari uang pertanggungan yang telah dijanjikan pembaya-

rannya. Sedangkan tertangung, memperoleh uang pertanggungan jika

terjadi peristiwa atau bencana sebagai pengganti dari premi-premi

yang dibayarkannya. Sistem kontrak dimaksud, mengandung unsur

untung-untungan, yaitu keuntungan yang diperoleh tergantung bila

terjadi musibah dan penanggung mendapat keuntungan bila tidak

terjadi musibah dan dipandang sebagai hasil dari mengambil resiko,

bahkan sebagai hasil kerja yang nihil.

5) Perbedaan mengenai kepemilikan dan pengelolaan dana

Asuransi syariah menganut sistem kepemilikan bersama. Hal

itu berarti dana yang terkumpul dari setiap peserta asuransi dalam

bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta (shohibul maal)

80. Pihak perusahaan asuransi syariah hanya sebagai penyangga aman

dalam pengelolaannya. Dana tersebut, kecuali tabarru’ dapat diambil

kapan saja dan tanpa dibebani bunga. Di sinilah letak pebedaan men-

79

Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |

ISSN (online): 2579-6437 80

Younes Soualhi, Ahmad Al Razni Al Shammari. Indicators of Asu-

ransi Syariah Awareness among Kuwaitis. Journal of Islamic Banking and

Finance. December 2015, Vol. 3, No. 2, pp. 75-89 ISSN 2374-2666 (Print)

2374-2658. Published by American Research Institute for Policy Develop-

ment. DOI: 10.15640/jibf.v3n2a8.

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 53

dasar pada life insurance apabila seorang peserta karena kebutuhan

yang sangat mendesak boleh mengambil sebagian dari akumulasi

dananya yang ada.81

Selain itu, perlu diungkapkan bahwa pengelolaannaya untuk

produkproduk yang mengandung unsur saving (tabungan), dana yag

dibayarkan oleh peserta langsung dibagi dalam 2 rekening, yaitu

rekening peserta dan rekening tabarru’. Sedangkan kepemilikan harta

dalam asuransi konvensional adalah milik perusahaan, bebas meng-

gunakan dan menginvestasikan pengelolaanya, bersifat tidak ada

pemisahan dana peserta dengan dana tabarru’ sehingga semua dana

bercampur menjadi satu. Status hak kepemilikan dana dimaksud ada-

lah dana perusahaan, sehingga bebas mengelola dan menginvestasi-

kan yang ada pembatasan halal dan haram dalam melakukan pemin-

dahan, bahkan ada kecenderungan yang selalu di praktikkan dalam

asuransi konvensional untuk menginvstasikan dananya ke sistem

bunga. Selain itu, dana yang terkumpul pada sistem asuransi konven-

sional dikelola oleh badan pengelola dan keuntungannya hanya untuk

kepentingan badan pengelola dan membayar polis peserta, pengelola

menganngap mempunyai pertambahan keuntungan sebagai usaha

yang dikelolanya.

6) Perbedaan mengenai Premi dan sumber Pembiayaan Klaim

Unsur-unsur premi82

pada asuransi syariah terdiri dari unsur

tabarru’83

dan tabungan (untuk asuransi jiwa). Selain itu, sumber

pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru’, yaitu rekening

dana tolongmenolong bagi seluruh peserta, yang sejak awal sudah

diakadkan dengan ikhlas oleh setiap peserta untuk keperluan saudara-

saudaranya yang meninggal dunia atau tertimpa musibah materi

seperti, kebakaran, gempa, banjir dan lain-lain. Selain itu, sumber

81

Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |

ISSN (online): 2579-6437 82

M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem

Operasional. Gema Insani Press, Jakarta 83

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang

Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume

3 Nomor 2, Oktober 2016

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

54 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

pembiayaan dalam asuransi syariah adalah dari rekening perusahaan

murni bisnis dan tertentu diperuntukkan sebagai dana tolong-meno-

long. Asuransi konvensional memiliki unsur-unsur premi sebagai

berikut: (a) Mortality table yaitu daftar tabel kematian berguna untuk

mengetahui besarnya klaim yang kemungkinan timbul kerugian yang

di karenakan kematian, serta meramalkan berapa lama batas umur

seseorang bisa hidup. (b) Penerimaan Bunga untuk menetapkan tarif,

perhitungan bunga harus dikalkulasi di dalamnya. (c) Biaya-biaya

asuransi terdiri dari biaya komisi, biaya luar dinas, biaya reklame,

sale promotion, biaya pembuatan polis, dan biaya pemeliharaan

7) Perbedaan mengenai investasi dana dan keuntungan

Asuransi dalam menginvestasikan dana84

yang hanya kepada

bank syariah, BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah), Obligasi

syariah, dan kegiatan lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip sya-

riah. Sementara profit (laba) untuk asuransi kerugian yang di peroleh

dari surplus underwriting bukan menjadi milik perusahaan sebagai-

mana mekanisme dalam asuransi konvensional. Berinvestasi pada

industri perusahaan asuransi syariah, memiliki keunggulan yang

memberi semangat pada pesertanya. Sebab, sistem dimaksud tidak

mengenal sistem dana hangus. Peserta yang baru masuk pun yang

karena sesuatu dan lain hal sehingga mengundurkan diri maka dana /

premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali kecuali

sebagian kecil saja dana yang sudah diniatkan untuk dana tabarru’85

sehingga tidak dapat ditarik kembali. Begitu juga dengan asuransi

Asuransi Syariah umum (asuransi kerugian), jika habis masa kontrak

dan tidak terjadi klaim, maka Asuransi Syariah membagikan sebagian

dana premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai

kesepakatan ketika terjadi di akad. Sedangkan pada asuransi konven-

sional, berdasarkan peraturan pemerintah, investasi wajib dilakukan

oleh asuransi konvensional pada jenis investasi yang akan mengun-

84

Yuosef Abdullah Alhumoudi, Islamic Insurance Asuransi Syariah

and Its Applications in Saudi Arabia, Doctoral Thesis. Brunel University,

2012. 85

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December

2013, 291-304

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 55

tung – kan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban

yang harus dipenuhi oleh perusahaan. 86

Selain itu, harus memperhatikan ketentuan investasi yang ter-

tuang dalam keputusan Menteri Keuangan RI No. 424/KMK.6/2003.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting

menjadi milik perusahaan yang telah terdahulu. Di dalam sistem

asuransi konvensional memiliki sistem dana hangus, yaitu peserta

asuransi yang tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin

mengundurkan diri sebelum akhir periode, maka dana peserta itu

hangus. Begitu juga untuk asuransi non saving jika habis masa kon-

trak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayar oleh pihak

peserta asuransi kepada pihak perusahaan akan hangus atau menjadi

milik perusahaan asuransi.

Selain perbedaan-perbedaan diatas, juga disebutkan perbedaan

lain yaitu bahwa perusahaan Asuransi Syariah bertanggungjawab

sebagai pengelola dari dana Asuransi Syariah dan sekiranya terjadi

defisit, maka perusahaan berkewajiban melakukan pinjaman qardhul

hasan, berbeda dengan perusahaan konvensional bahwa semua resiko

peserta adalah sepenuhnya tanggung jawab perusahaanSelain perbe-

daan-perbedaan, sebenarnya terdapat juga kesamaan antara Asuransi

Syariah dan perusahaan asuransi konvensional, yaitu bahwa peserta

Asuransi Syariah melakukan pembayaran dengan tarif yang sama

seperti premi yang diganti istilah menjadi kontribusi, juga pembaya-

ran klaim yang juga relatif sama dengan konvensional, serta pada

produk Asuransi Syariah jiwa, terdapat komponen investasi atau

tabungan seperti halnya terjadi di asuransi konvensional.87

4. Model Operasional Pengelolaan Asuransi Syariah

Beberapa konsep dan mekanisme yang diterapkan dalam pe-

ngelolaan dana Asuransi Syariah adalah konsep wakalah, mudarabah,

86

M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-

rasional. Gema Insani Press, Jakarta 87

Puteri, Khairuddin, Azila, Sharina, Srazali, Arifin. Asuransi Syari-

ah: A review on performance, issues and challenges in Malaysia. Journal of

Scientific Research and Development 3 (4): 71-76, 2016. ISSN 1115-7569 ©

2016 JSRAD

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

56 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

hybrid model wakalah dan mudarabah, dan wakaf88

. Adapun meka-

nisme yang dipakai di Indonesia adalah wakalah dan mudarabah.

Model pengelolaan dana berdasarkan wakalah; mudarabah maupun

hybrid model wakalah dan mudarabah diterapkan di negara-negara

asia tenggara; yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei

Darussalam.

Pada mekanisme wakalah, perusahaan bertindak sebagai wakil

dari para peserta dalam mengelola dana tabarru’, membayar dan

menjaga ketersediaan dana klaim (manfaat) untuk para peserta, dan

untuk jasa ini, perusahaaan Asuransi Syariah mendapat fee, yang

ditentukan sejak awal akad dengan nominal yang tetap. Selanjutnya

untuk pengelolaan dana untuk tujuan investasi perusahaan mendapat

fee dan dalam keadaan tertentu perusahaan berhak mendapat perfor-mance fee.Adapun pada mekanisme mudarabah, untuk mengelola

dana tabarru’ ini perusahaan mendapat gaji atau upah yang dikate-

gorikan sebagai biaya operasional, yang diambil dari dana tabarru’.

Biaya operasional ini lebih bersifat kondisional dibandingkan fee dari

wakalah, karena disesuaikan dengan biaya operasional perusahaan

untuk pengelolaan dana tabarru’ setiap termin. Selanjutnya pada ta-

hapan investasi dana, perusahaan bertindak sebagai mudarib pengelo-

la dana investasi dan berhak mendapat bagi hasil dari keuntungan

investasi. 89

a. Mudaraba Model

Mudaraba model90

adalah model berbasis profit-sharing, yaitu

mekanisme pengelolaan dimana surplus operasional dibagikan antara

pengelola Asuransi Syariah dengan peserta. Model ini bermula digu-

nakan di Malaysia, hal ini dikarenakan di Malaysia menggunakan sis-

88

Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |

ISSN (online): 2579-6437 89

Samina Riaz. Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education

& Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study. International

Review of Business Research Papers Vol. 5 No. 4 June 2009 Pp. 457‐467 90

Khalid Al-Amri. Essays on Organizational Form and Efficiency in

The Asuransi Syariah Insurance Industry. Temple University. Published by

ProQuest LLC (2013).

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 57

tem composite dimana pengelola Asuransi Syariah dapat mengelola

baik asuransi jiwa maupun asuransi kerugian dan Mudaraba model

dimulai dari produk asuransi jiwa dan akhirnya juga digunakan dalam

asuransi kerugian.

Gambar. 2.2 Muḍarabah Model91

Sumber: Frenz, Madhu & Iyer. Developing a Asuransi Syariah

product in India – Risks and Challenges. 10th Global Conference of

Actuaries.

Dalam mudarabah model terdapat 2 pihak, yaitu pengelola

disebut dengan mudarib dan pemiliki modal (peserta) disebut dengan

shahibul mal. Dua pihak ini akan berbagi keuntungan setelah semua

biaya dikurangi dari pendapatan usaha, walaupun jika terjadi keru-

gian, maka yang menanggung adalah pemilik modal. Dalam praktek-

nya pengelola Asuransi Syariah menggunakan modalnya untuk

pengeluaran perusahaan, sehingga tidak sepenuhnya seperti konsep

mudarabah. Kendala lain dalam model ini adalah pembagian surplus

operasional yang merupakan hibah untuk penggunaan klaim, seharus-

nya tidak diperbolehkan dibagikan, baik ke pengelola Asuransi Sya-

91

Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Asuransi Syariah product in

India – Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries.

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

58 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

riah maupun ke peserta, surplus yang terjadi seharusnya sepenuhnya

dijadikan cadangan dana tabarru untuk klaim periode selanjutnya.92

1) Bagi hasil investasi dana Tabarru’ pada model Mudarabah

Sebagian Ulama berpendapat bahwa bagi hasil dari investasi

dana Tabarru’ tidak boleh dibagikan kepada peserta dan kepada peru-

sahaan Asuransi Syariah93

. Tindakan ini dinilai illegal dan melanggar

aturan syariah. Hal ini dikarenakan karakteristik dari akad tabarru’

seperti hibah dan sedekah adalah akad sepihak yang tidak boleh

mengharapkan keuntungan kembali dari apa yang telah di berikan.

Jika peserta mengambil keuntungan dari apa yang telah diberikan,

maka akad tabarru’ akan menyamai akad tijarah, namun tanpa kejela-

san dari timbal balik, dan ini melanggar aturan Syariah.

Demikian juga halnya dengan perusahaan. Perusahaan bertin-

dak sebagai pihak pemegang amanah dan sebagai manajer pengelola-

an dana; semestinya bertindak sebagai penjaga amanah yang baik,

dimana gaji dan remunerasi telah ditentukan dengan nominal yang

tetap, sehingga perusahaan hanya berhak atas nominal yang tetap

tersebut, bukan atas profit dana Tabarru’. Inilah yang menjadi salah

satu isu pada pengelolaan dana Asuransi Syariah, dalam hal ini hasil

investasi dana tabarru’.

2) Sebagai alternatif untuk mengatasi isu pada Mudarabah

Isu pada model Mudarabah terletak pada profit-sharing dari

keuntunga dana tabarru’. Keuntungan dana tabarru’ berbasis hibah ini

menurut sebagian ulama semestinya kembali ketabung dana tabarru’;

tidak bisa dikembalikan kepada peserta karena dengan demikian

peserta mengambil manfaat dari yang telah di donasikan, dan tidak

pula bisa dibagi kepada perusahaan, karena perusahaan telah menda-

pat biaya operasioanl, dan bagi hasil dari investasi dana saving

peserta.

92

Syed Othman Alhabshi, Shaikh Hamzah. Takāful: Concept, Histo-

ry, Development, and Future Challenges of Its Industry. ICR 1.2 Produced

and distributed by Pluto Journals. 93

M. Syakir Sula, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Ope-

rasional. Gema Insani Press, Jakarta

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 59

Tabel 2.2 Perbedaan antara Model Wakalah dan Mudarabah94

No. Tugas Wakalah Mudarabah

1 Mengelola dana

Tabarru’ untuk

klaim

Fee Management cost

(biaya operasional)

2 Mengelola dana

investasi

Fee dan/atau

Performance fee

Bagi hasil dari

profit investasi

3 Karakteristik

income

Fix Flexible

Sumber : Data di olah

Pada model wakaf, pembagian keuntungan dari hasil investasi

dana wakaf bisa dilakukan tanpa melanggar hukum syar’i. Hal ini

karena fleksibilitas dana wakaf, yang keberadaanya memang dimak-

sudkan untuk diambil manfaatnya, dengan catatan pokok wakaf ter-

jaga. Dengan demikian, apa yang menjadi isu pada model mudarabah,

bisa diatasi dengan menerapkan pengelolaan dana Tabarru’ berbasis

wakaf. Perbedaan Model Wakalah dan Mudarabah dari segi income

untuk perusahaan Asuransi Syariah. Perbedaan income yang di

dapatkan perusahaan dari model bisnis Wakalah dan Mudarabah:

b. Wakala-fee Model95

Wakala model adalah mekanisme dimana pengelola Asuransi

Syariah mendapatkan fee diawal untuk pengelolaan resiko dan inves-

tasi, model ini diformulakan oleh ulama di Timur tengah dan model

inilah yang mendominasi di dunia Asuransi Syariah saat ini.96

Wakala

94

M. Ma’sum Billah, (2001). Principles & Practices of Asuransi Sya-

riah and Insurance Compared. IIUM, Malaysia. 95

Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |

ISSN (online): 2579-6437 96

Samina Riaz. Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education

& Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study. International Revi-

ew of Business Research Papers Vol. 5 No. 4 June 2009 Pp. 457‐467

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

60 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

model menggunakan konsep agency, dimana pengelola Asuransi

Syariah bertindak sebagai wakeel (wakil) dari peserta.

Gambar 2.3 Wakala-fee Model

Sumber: Frenz, Madhu & Iyer. Developing a Asuransi Syariah

product in India – Risks and Challenges. 10th Global Conference of

Actuaries.

Dalam model ini pengelola tidak melakukan alokasi surplus,

surplus yang terjadi dialokasikan sepenuhnya kembali ke dana Asu-

ransi Syariah, pengelola juga tidak bertanggung jawab jika terjadi

defisit dana Asuransi Syariah.97

97

Ketentuan Hukum dalam Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No:

52/DSN-MUI/III/2006, tentang Akad Wakalah bil Ujrah, pada Asuransi dan

Reasuransi Shari’ah, yaitu:

1. Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi

dengan peserta.

2. Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada

perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta denganimbalan

pemberian ujrah (fee).

Objek Wakalah bil Ujrah meliputi antara lain: (a). kegiatan adminis-

trasi; (b). pengelolaan dana; (c). pembayaran klaim; (d). underwriting; (e).

pengelolaan portofolio risiko; (f). pemasaran; g. investasi

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 61

1) Fee atau ujrah pada model Wakalah

Pada model wakalah, perusahaan Asuransi Syariah bertindak

sebagai wakil peserta untuk mengelola dana Asuransi Syariah, untuk

jasanya ini perusahaan mendapat fee/ujrah. Fee atau komisi sebagai

wakil pada pengelolaan dana tabarru’ berdasarkan wakalah, biasanya

di ambil diawal, ketika peserta membayar kontribusi atau premi Asu-

ransi Syariah. Berdasarkan prinsip accrual pada akuntansi syariah,

status fee tersebut adalah unearned fee, dimana akan berubah status

menjadi earned fee di akhir periode tahun yang ditentukan.

Metode pemotongan diawal ini menjadi masalah ketika peserta

hendak membatalkan kontrak ditengah waktu akad. Jika peserta

membatalkan kontrak sebelum masa akad berakhir, maka kontribusi

peserta yang telah dibayarkan akan dikembalikan, namun bagaimana

cara mengembalikan fee yang telah dipotong oleh perusahaan dari

kontribusi peserta yang bersangkutan? Inilah yang menjadi salah satu

isu pada Asuransi Syariah yang menggunakan mekanisme wakalah.

2) Sebagai alternatif untuk mengatasi isu pada wakalah

Pada model wakalah, yang menjadi isu adalah fee atau ujrah

yang diambil dari dana kontribusi peserta sebelum tugas perusahaan

dijalankan, sehingga berstatus unearned fee untuk perusahaan98

. Jika

peserta mengundurkan diri sebelum akad berakhir, fee yang telah

diambil oleh perusahaan dipertanyakan status legalnya untuk perusa-

haan. Pada pengelolaan dana berbasis wakaf, perusahaan juga menda-

pat fee diawal, namun fee yang diterima perusahaan diawal, bisa

tidak dikembalikan kepada peserta meski peserta mundur dari akad

sebelum masa akad berakhir, karena fee tersebut dicharge atas dasar

jasa perusahaan untuk mengelola dana wakaf, dan diambil dari dana

wakaf, bukan dari dana kontribusi seperti pada wakalah, sehingga fee

yang diterima bisa dikategorikan earned fee.

98

Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-37, ISSN (cet): 2355-1755 |

ISSN (online): 2579-6437

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

62 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

c. Wakala-waqf Model

Wakala-Waqf Model, dalam model ini hubungan antara peserta

dan pengelola merupakan hubungan antara pemberi waqf dan penge-

lola dana waqf(nazer-u-alWaqf). Model ini bermula di Afrika selatan yang ditiru dari perusahaan

Asuransi Syariah pertama di Pakistan, konsep ini digunakan karena

dana tabarru dalam Asuransi Syariah digunakan secara spesifik, yaitu

membayar klaim, penggunaan spesifik inilah yang mirip dengan kon-

sep waqf, perbedaan utama dalam konsep waqf adalah dana Asuransi

Syariah digunakan untuk pembayaran klaim dapat berkurang dan juga

terjadi defisit, karena itu pengelola Asuransi Syariah wajib membe-

rikan pinjaman qardhul hasan jika dana Asuransi Syariah terjadi

defisit. Dalam waqf model ini pembayaran dana peserta sudah terbagi

2, yaitu dana waqf dan dana admisnistrasi untuk pengelola.99

Gambar 2.4 Wakala-waqf Model

Sumber: Engku Rabiah, Essential guide to Asuransi Syariah, CERT

Publications

99

Yuosef Abdullah Alhumoudi, Islamic Insurance Asuransi Syariah

and Its Applications in Saudi Arabia, Doctoral Thesis. Brunel University,

2012

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 63

d. Pengelolaan Dana Tabarru’

Selanjutnya pembahasan akan terfokus pada pengelolaan dana

Tabarru’. Secara sederhana, dana Tabarru’ ini adalah dana milik para

peserta100

, bukan milik perusahaan dan perusahaan hanya bertindak

sebagai pengelola dana. Tujuan pengumpulan dana (pembayaran kon-

tribusi) adalah untuk saling tolong menolong diantara peserta, jika

salah seorang diantara peserta terkena musibah yang menyebabkan

kerugian finansial. Namun demikian ketersediaan dana tabarru’ ini

berarti ketersediaan modal bagi perusahaan. Berbeda dengan deposito

dan tabungan pada Bank, yang bisa ditarik kembali oleh peserta, dana

tabarru’ tidak bisa kembali kepada peserta kecuali peserta yang

bersangkutan mendapat musibah dan kemalangan yang menyebabkan

kerugian. Hal ini disebabkan karena akad Tabarru’ adalah akad sosial,

yaitu Hibah101

.

Jika peserta tidak mengalami kerugian apapun hingga akhir

akad Asuransi Syariah, secara teori dana tetap akan berada di pos

dana tabarru’ yang bisa dipergunakan oleh perusahaan sebagai modal

investasi setelah dana klaim (manfaat) mendapat alokasi yang cukup.

Semakin minim klaim terjadi semakin bertambah modal untuk inves-

tasi yang artinya bisa meningkatkan jumlah profit hasil investasi

yang sebagian menjadi hak untuk perusahaan. Oleh karenanya, dana

tabarru’ ini dikelola sedemikian rupa sehingga dapat menguntungkan

peserta dan juga perusahaan Asuransi Syariah. 102

Secara umum pengelolaan dana Tabarru’ dengan mekanisme

wakalah dan mudarabah tidak melanggar aturan Syariah. Namun

mekanisme wakalah dan mudarabah memiliki celah yang dapat men-

100

Aznan Hasan. “Shari’ah Issues in The Operation of ReAsuransi

Syariah and Reinsurance: A Preliminary Exploration From Shari’ah Perspec-

tive”. IIUM Law Journal Vol. 19 No. 2, 2011. 101

Bassam Mohammad, Muhannad Ahmad. “Using social welfare

concepts to guarantee Islamic banks’deposits”. International Journal of Isla-mic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 8 No. 2, 2015 pp.

134-149© Emerald Group Publishing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/

IMEFM-12-2013-0125. 102

Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Asuransi

Syariah for Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in

the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue (2016) 459–476.

Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print); ISSN 2289-5639

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

64 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

datangkan isu, yang hingga saat ini masih diperdebatkan. Celah ini

mengantarkan pada beberapa isu dan masalah yang terkait dengan

pelanggaran aturan syariah, selain itu terkait dengan financial sustai-nability untuk jangka panjang perusahaan.

e. Penerapan Model Wakaf pada Asuransi Syariah

Model wakaf yang telah diterapkan merupakan modifikasi dari

model wakalah, dengan dana tabarru’ berupa wakaf bukan hibah.

Dalam hal ini perusahaan bertindak sebagi wakil untuk mengelola

dana wakaf peserta dan dari pemilik modal. Dengan kata lain peru-

sahaan sebagai nadzir wakaf. Model ini diterapkan di Afrika Selatan,

dan Pakistan. Adapun Malaysia sempat menerapkan dari tahun 2002

hingga 2009, karena Asuransi Syariah Model wakaf dinilai kurang

menguntungkan, yaitu produk tabung wakaf. Produk ini dibentuk

dengan kerjasama pemilik modal dan peserta. Pemilik modal membe-

rikan dana awal sebagai wakaf, diikuti peserta yang bergabung. Fee

atau ujrah untuk wakil (nadzir wakaf) diambil dari tabung wakaf.

Selanjutnya dana yang ada dinvestasikan oleh perusahaan atas dasar

akad mudarabah, dimana hasilnya dibagi antara perusahaan sebagai

operator dan peserta sesuai dengan kesepakan. Selanjutnya klaim,

biaya operasional, dan reAsuransi Syariah diambil dari dana peserta,

dan surplus dari dana tersebut menjadi milik peserta, bisa dibagikan

namun menjadi suatu keharusan. Perusahaan juga bisa menahan

sejumalah dana untuk cadangan untuk antisipasi defisit dana untuk

klaim yang akan datang.

f. Analisis penerapan Asuransi Syariah dengan mekanisme wakaf:

Menurut analisis peneliti, model wakaf yang diterapkan oleh

Pakistan dan Afrika selatan diatas, masih perlu peninjauan ulang,

terutama terkait perbedaan pendapat antara madzhab sunni, dalam

hal detail penerapan103

. Diantaranya adalah perbedaan antara madz-

hab Hanafi dan Syafi’i, Hanbali terkait menarik kembali harta yang

telah diwakafkan. Bagi madzhab Hanafi kapan pun si wakif berke-

inginan bisa menarik kembali harta wakaf, namun tidak bagi madz-

103

Soualhi, Y. (2008). Shariah Inspection in Surplus Distribution:

Shariah Views and Their Current Implementation. ISRA Islamic Finance Seminar (IIFS) (hal. 1-23). Kuala Lumpur: ISRA.

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 65

hab Hambali dan Syafi’i yang mana wakaf itu artinya untuk selama-

nya, adapun pada madzhab Maliki, boleh ditarik kembali jika batas

waktu yang ditentukan di awal akad telah sampai.

Diantara implikasinya adalah ketika peserta mundur dari akad,

sebelum masa akad berakhir, jika pada madzhab maliki, dana tabarru’

berbasis wakaf bisa ditasik kembali, namun berdasarkan madzhab

Maliki, Hanbali, dan Syafi’i tidak. Oleh karenanya ini akan menjadi

salah satu isu yang harus dituntaskan, mengingat wilayah asia teng-

gara; Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam kebanyakan ber-

madzhab Syafi’i.

Pengelolaan dana Tabarru’ berbasis Wakaf sebagai alternatif

mengatasi isu Syariah dan finansial perusahaan104

Dibalik beberapa

isu diatas, menurut analisis peneliti model wakaf masih tetap menjadi

alternatif utama untuk mengatasi isu yang ada pada model wakalah,

mudarabah, maupun mixmodel.

g. Pengelolaan dana Tabarru’ berbasis Wakaf memperkuat finansial

perusahaan Asuransi Syariah

Selain mengatasi isu yang ada pada pengelolaan dana model

wakalah, mudarabah dan mix model, berikut kelebihan yang akan di-

miliki perusahaan jika mengelola dana Tabarru’ yang berbasis wakaf:

Dengan adanya dana wakaf memungkinkan perusahaan untuk

mengatasi longetivity risk, pada produk Asuransi Syariah anuitas,

dan Asuransi Syariah pensiun, dikarenakan perusahaan bisa menggu-

nakan dana wakaf untuk berinvestasi jangka panjang. Perusahaan bisa

berinvestasi pada properti dan sukuk jangka panjang, karena peru-

sahaan mengelola dana yang sifatnya lestari yaitu wakaf.

Selain itu, dengan mengelola dana wakaf yang bersifat lestari

akan memampukan perusahaan untuk menerbitkan sukuk sebagai

tambahan modal untuk investasi perusahaan.

Saat ini ketiga model tersebut digunakan dengan bermacam-

macam variasi dan modifikasi, khususnya di Indonesia, ketiga model

104

Rosele, M. I., & Johari, A. H. (2016). Aplikasi Asuransi Syariah

Model Wakaf di Malaysia: Keperluan dan Permasalahannya. UMRAN – International Journal of Islamic and Civilizational Studies vol. 3, no.1, 28-

38.

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

66 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

tersebut dapat terjadi dalam satu produk pengelolaan Asuransi Syari-

ah, khususnya di produk asuransi jiwa.

h. Pengelolaan Underwriting surplus

Underwriting surplus merupak105

an isu signifikan yang menjadi

salah penekanan pada penelitian ini. Underwriting surplus adalah

surplus dari; dana tabarru’ ditambah profit investasi dana tabarru’

dikurangi klaim, cadangan, management cost pengelolaan dana tabar-

ru’ dan reAsuransi Syariah jika ada. Surplus ini lalu dibagikan kepada

peserta dan perusahaan dengan porsi yang disepakati.

Para ‘ulama berpendapat bahwa baik peserta maupun perusa-

haan Asuransi Syariah tidak berhak atas surplus dari dana tabarru’

yang telah didonasikan. Seperti halnya bagi hasil dari keuntungan

investasi dana Tabarru’ pada model mudarabah. Menurut hemat

peneliti, pembagian underwriting surplus ini merupakan pelanggaran

yang lebih berat dibandingkan pembagian profit dari hasil investasi

dana tabarru’, karena yang dibagi bukan hanya profit dari investasi

dana tabarru’, tapi termasuk dana tabarru’ itu sendiri. Berikut bebe-

rapa alasan underwriting surplus tidak bisa dibagikan kepada peserta

maupun kepada perusahaan:106

1) Dari sisi peserta:Peserta telah mendonasikan dana tabarru’

untuk tujuan tolong menolong, namun pada akhirnya dana

tersebut dikembalikan, ini artinya peseta mengambil kembali

apa yang telah disedekahkannya, dan bertentangan dengan

hadith Nabi saw, yang diriwayatkan Ibnu Abbas r.a (DSN-

MUI, NO: 81/DSN-MUI/III/2011); Selanjutnya dari sisi

peserta, jika peserta berdonasi dengan mengharapkan kem-

bali, maka prinsip tolong menolong disini akan rusak, dan

menghilangkan esensi dari akad tabarru’ itu sendiri.

2) Dari sisi perusahaan: Perusahaan sebagai operator Asuransi

Syariah bertugas sebagai pengelola dana, dan untuk jasa pe-

ngelolaan ini perusahaan mendapat fee107

, dan atau manage-

105

Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Asuransi Syariah product in

India – Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries. 106

Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 107

Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Asuransi

Syariah for Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 67

ment cost, oleh kerananya perusahaan tidak berhak turut serta

menikmati surplus dari dana tabarru’ tersebut

3) Kontribusi yang didonasikan peserta adalah untuk kepenti-

ngan bersama peserta bukan ditujukan untuk perusahaan,

dengan demikian perusahaan tidak berhak atas surplus selain

daripada uang jasa yang telah disepakati. Sebagian Ulama’

berargumentasi, bahwa perusahaan bisa mendapat underwri-

ting surplus jika dengan persetujuan peserta, termasuk di

Indonesia, berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 53 Tahun

20063. Namun jika ditelusuri lebih lanjut ini akan melanggar

esensi dari Asuransi Syariah, yang dicerminkan dari akad

Tabarru’, dimana tujuannya adalah untuk tolong menolong

bukan profit-oriented. Bisnis utama dari Perusahaan adalah

jasa pengelolaan dana tabarru’, bukan mengambil dana itu

sebagai income utama. Jika demikian halnya, maka Asuransi

Syariah Operator dan Asuransi konvensional tidak jauh ber-

beda. Karena underwriting surplus pada asuransi konvensio-

nal merupakan salah satu element utama untuk kepentingan

perusahaan dan untuk mengikat loyalitas peserta asuransi.

4) Ketetapan Keenam Fatwa DSN-MUI, No. 53 tahun 2006

terkait Surplus Underwriting. Jika terdapat surplus underwri-

ting atas dana tabarru’, maka boleh dilakukan beberapa alter-

natif sebagai berikut108

(a) Diperlakukan seluruhnya sebagai

dana cadangan dalam akun tabarru’. (b) Disimpan sebagian

sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepa-

da para peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen

risiko. (c) Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan da-

pat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi

dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.

5) Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus

disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam

akad.

the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue (2016) 459–476.

Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print); ISSN 2289-5639 108

Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Asuransi Syariah product in

India – Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries.

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

68 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Underwriting surplus pada Model Mudarabah, perusahaan men-

dapat dua jenis income yaitu: management cost, untuk mengelola

dana tabarru, dan bagi hasil investasi dana Asuransi Syariah (dana

saving peserta). Namun sebagai tambahan perusahaan juga mendapat

underwriting surplus yang perlu ditinjau ulang penerapannya.

Underwriting surplus pada Model wakalah, perusahaan mendapat fee

untuk jasanya mengelola dana tabarru’, dan fee untuk pengelolaan

investasi. Sebagian menambahkan insentif/performance fee, untuk

jasa pengelolaan investasi dana peserta. Selain daripada itu perusa-

haan juga membagi underwriting surplus untuk perusahaan dan untuk

peserta yang perlu ditinjau ulang kelegalan tindakan ini dari pers-

pektif syariah.

i. Pembahasan terkait underwriting surplus

Sebagaimana yang telah dibahas, baik peserta maupun perusa-

haan tidak berhak atas surplus dari underwrting dana Tabarru’, kare-

na peserta mengambil kembali apa yang telah didonasika, yang

bertentangan dengan hadist Rasulullah saw, dan perusahaan tidak

berhak karena tujuan donasi adalah bukan untuk perusahaan. 109

Masalah berikutnya muncul jika underwriting surplus ini tidak

dibagikan kepada peserta dan perusahaan. Sebagian ulama berpenda-

pat surplus dari underwriting selanjutnya di donasikan sebagai dana

wakaf, untuk keperluan masyarakat yang membutuhkan, selain dari

pada peserta Asuransi Syariah. Pendapat kedua adalah, underwriting

surplus ini bisa dikembalikan kepada peserta sebagai hibah. Pendapat

kedua inilah yang melandasi praktek pembagian surplus underwriting

kepada peserta dan perusahaan yang tengah berkembang saat ini

j. Underwriting surplus sebagai hibah

Peneliti berargumen bahwa pendapat kedua dianggap kurang

kuat, dan memiliki celah untuk diperdebatkan. Meski saat ini praktek

pembagian surplus ini diterapkan, untuk kondisi temporer mungkin

bisa dimaklumi dengan pertimbangan maslahat, namun untuk jangka

109

Waheed Akhter, (Asuransi Syariah Models and Global Practices,

2012, hal. 4), sebagaimana yang dipraktekan oleh Syarikat Asuransi Syariah

Malaysia Bhd., dan keterangan tambahan oleh peneliti

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 69

panjang, sebaiknya perlu ditinjau ulang110

. Underwriting surplus

dibagikan kepada peserta dan perusahaan atas dasar hibah. Hibah

berarti pihak pemberi hibah dan pihak penerima hibah, dalam hal ini

penerima hibah adalah peserta yang tidak memiliki klaim dan peru-

sahaan. Selanjutnya adalah siapa pihak pemberi hibah? Karena dana

didonasikan kepada kepentingan bersama.

Jika dikiaskan bahwa pihak pemberi adalah kesepakatan bersa-

ma, dengan kata lain exchange gift for a gift, maka tidak tercapailah

maksud tabarru; sebagai akad satu arah. Karena jika ada pertukaran

maka itu termasuk jual beli, dan jika jual beli, maka hukum jual beli

yang berlaku; yaitu adanya pembeli, penjual, objek yang jelas, harga

yang jelas, ijab dan qabul. Jika dikiaskan atau dianalogikan kepada

jual beli, pembagian underwriting surplus tidak memenuhi kategori.

Sebagaimana pendapat Prof. Ali Qurrah Daghi, bahwa Asuransi

Syariah berdasarkan konsep tabarru’ dan Taa’wun, bukan jual beli,

seperti yang di praktekkan pada asuransi konvensional.

k. Underwriting surplus untuk wakaf kepentingan masyarakat yang

membutuhkan

Menurut hemat peneliti, pendapat ini patut dipertimbangkan,

meski perlu penelitian lebih lanjut bagaimana mekanisme penerapan

undewriting surplus untuk dijadikan dana wakaf111

. Pendapat ini dini-

lai lebih aman untuk mengantisipasi isu syariah terkait exchange gift for a gift jika underrwriting surplus dibagikan atas dasar hibah, dari

hibah yang telah diberikan peserta. Selanjutnya dana yang disuntik-

kan kepada masyarakat yang membutuhkan, sebagaimana yang kita

ketahui bersama akan mempercepat perputaran ekonomi umat baik

langsung atau tidak, mekanisme ini akan membawa kemaslahatan

bagi peserta Asuransi Syariah, dan perusahaan Asuransi Syariah. Ber-

dasarkan pembahasan diatas, peneliti berargumen bahwa penerapan

model wakaf dinilai lebih aman dari pelanggaran aturan syariah. Dan

110

Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Asuransi

Syariah for Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in

the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue (2016) 459–476.

Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print); ISSN 2289-5639 111

Yuosef Abdullah Alhumoudi, Islamic Insurance Asuransi Syariah

and Its Applications in Saudi Arabia, Doctoral Thesis. Brunel University,

2012

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

70 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

dilihat dari implikasi finansial, wakaf dinilai dapat memberi ketaha-

nan finansial bagi perusahaan dalam jangka waktu panjang, dimana

kemudian akan berimplikasi kepada loyalitas dan kepercayaan peserta

dan serta meningkatkan daya saing perusahaan.

l. Sebagai alternatif mengatasi isu pembagian underwriting surplus

Membagi underwriting surplus antar kepada peserta berarti

peseta mengambil kembali apa yang telah peserta sedekahkan dan

bertentangan dengan hadists Nabi saw yang diriwayatkan oelh Ibnu

Abbas112

. Demikian juga halnya dengan perusahaan; perusahaan tidak

berhak atas underwrting surplus, karena itu adalah dana peserta ynag

ditujukan oleh peserta untuk kepentingan peserta, dan perusahaan

juga telah mendapat fee jasa pengelolaan yang telah diberikan. De-

ngan demikian underwriting surplus harus kembali ke tabung Tabar-

ru’. Namun hal ini menimbulkan isu baru, karena dana berbasis hibah

tersebut memang berstatus kondisional untuk digunakan membayar

klaim, dan ada kemungkinan bersisa.

Isu ini dapat diatasi jika dana tabarru’ berbasis wakaf. Jika

terjadi surplus dana tetaplah dana wakaf yang memang seharusnya

dijaga pokoknya, untuk senantiasa dimanfaatkan buahnya. Jikalaupun

ada sisa, dana wakaf lebih kuat dibanding dana tabarru’ berbasis

hibah, walaupun berada dibawah pengelolaan perusahaan sebagai

nadzir wakaf atau wakil peserta untuk mengelola dana. Celah untuk

menyalahgunakan dana wakaf lebih kecil dibanding mengelolala dana

berbasis hibah, karena pada wakaf, wakil bertanggung jawab untuk

senantiasa menjaga pokok wakaf selalu tersedia, untuk memenuhi

maksud dari adanya dana wakaf tersebut.

112

Syed Ahmed Salman. Contemporary Issues in Asuransi Syariah

(Islamic Insurance). Asian Social Science; Vol. 10, No. 22; 2014 ISSN 1911-

2017 E-ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center of Science and

Education. doi:10.5539/ass.v10n22p210.

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 71

B. Konsep, Layanan dan Model Pengelolaan Pemakaman

1. Konsep Pemakaman dalam Islam

Kata Pemakaman berasal dari bahasa Latin funus, yang

memiliki berbagai makna113

, termasuk jenazah dan ritual penguburan

itu sendiri. Seni pemakaman adalah seni yang berhubungan dengan

penguburan114

, termasuk berbagai jenis makam, dan benda-benda

yang khusus dibuat untuk dimakamkan dengan mayat. Pemakaman

adalah sebuah upacara yang berhubungan dengan pemakaman, kre-

masi, dan lain-lain dari tubuh orang mati, atau penguburan (atau yang

setara) dengan peringatan tentang kebangkitan.115

Pemakaman dalam Islam disebut Janazah116

dalam bahasa Arab

mengikuti ritual yang cukup spesifik, meskipun mereka tunduk pada

interpretasi dan variasi dalam kebiasaan lokal. Namun, dalam semua

kasus, syariah (hukum agama Islam) menyerukan penguburan mayat,

didahului dengan ritual sederhana yang melibatkan mandi dan

menyelimuti tubuh, diikuti dengan salat (sholat), sedangkan untuk

kremasi tubuh dilarang. Ritual pemakaman biasanya berlangsung

sesegera mungkin dan meliputi:117

a. Memandikan mayat, kecuali dalam keadaan luar biasa seperti

dalam Pertempuran Uhud.

b. mengkafani mayat dengan kain katun atau linen putih.

c. Membaca doa pemakaman.

d. Pemakaman mayat di kuburan.

113

Hoe Chai, Alex, Mum Wai. “From Traditional Funeral Rites to

Modern Bereavement Care Services in Malaysia: A Blue Ocean Strategy

case Study”. Malaysian Journal of Chinese Studies, 2015, 4(2): 27-43 114

Anissa Brighet Assous. “Cultural and Islamic Values in Relation

with Death”. European Scientific Journal February 2013 edition vol.9, No.5

ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431. 115

https://en.wikipedia.org/wiki/Funeral 116

Ekpo, Is’haq. “Islam and the Environment: Implications of Islamic

Funeral Practice on Environmental Sustainability”. IOSR Journal of Rese-arch & Method in Education (IOSR-JRME) e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN:

2320–737X Volume 6, Issue 1 Ver. I (Jan. - Feb. 2016), PP 58-63 117

www.alazharmemorialgarden.com

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

72 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

e. Memposisikan almarhum sehingga saat wajah atau badan

diputar ke sisi kanan menghadap Mekkah (Makkah Al-

Mukarramah).118

Kematian merupakan hal yang penting dalam Islam, sangat

jelas disampaikan, baik di dalam Al Qur’an maupun Hadist. Dalam

istilah yang sama, kematian dalam Islam merupakan proses transisi

dari dunia yang fana menuju dunia spiritual dan itu merupakan kehen-

dak dari Allah, sesuai yang tercantum dalam Qur’an surat Ali Imran

ayat 185119

dan surat Al Ankabut ayat 57120

.

Islam mengajarkan untuk melihat secara positif tentang kema-

tian, Islam juga mengharuskan agar jenazah segera dikuburkan. Ter-

kait dengan prosesi pemakaman ini, ide dari Weber dan Ritzer bahwa

proses kebutuhan pemakaman yang cenderung meningkat secara glo-

bal menimbulkan institusi pengelola maka untuk mengadopsi prinsip-

prinsip restoran McDonald. Dimana praktek-praktek tradisional

dalam ritual penguburan akan ditransformasikan menjadi standar

yang baku dan terstruktur, sehingga praktek Pemakaman akan men-

jadi lebih efisien, terukur dan terkendali.121

Skala kebutuhan terkait Pemakaman terus meningkat baik di

perkotaan maupun pedesaan. Kondisi ini terjadi dikarenakan makin

meningkatnya biaya proses pemakaman tersebut, secara global pe-

nguburan merupakan tipe pemakaman yang paling umum dibanyak

negara, terutama dikarenakan ajaran agama samawi, yang melarang

kremasi, yaitu Islam, Yahudi dan Nasrani. Namun karena keterba-

tasan lahan dan harga yang terus meningkat menjadikan praktek kre-

masi semakin meningkat dari waktu-kewaktu, khususnya dinegara-

118

https://en.wikipedia.org/wiki/Funeral#Islamic 119

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya

pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan

dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah berun-

tung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperda-

yakan. QS, 3:185. 120

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah

kepada Kami kamu dikembalikan. QS, 29:57. 121

Zafar Iqbal. McDonaldization, Islamic Teachings and Funerary

Practices in Kuwait. Omega, Vol. 63(1) 95-112, 2011. 2011, Baywood Publi-

shing Co., Inc. doi: 10.2190/OM.63.1.e

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 73

negara maju dan Negara yang menganut agama budha.122

Kondisi

inilah yang menyebabkan banyak sekali warga muslim di Eropa, ham-

pir 90%, melakukan repatriasi ke negara asal mereka di Timur tengah

untuk dapat dilakukan penguburan sesuai ajaran Islam dengan biaya

yang masih terjangkau.123

2. Jenis-jenis Layanan Pemakaman

Di Amerika serikat, setidaknya layanan Pemakaman telah men-

ciptakan pendapatan senilai $20.7 billion pertahun dan mengakomo-

dasi lebih dari 100ribu karyawan dan 25ribu perusahaan. Biaya laya-

nan Pemakaman yang meningkat diberbagai negara dunia, khususnya

negara-negara maju menjadikan pertamabahan dari jenis-jenis laya-

nan Pemakaman, seperti pemulasaran, kavling makam, repatriasi,

prosesi atau seremonial serta perlengkapan pemakaman.124

Di Indonesia, Islamic Funeral125 memberikan lebih banyak

jenis-jenis layanan kepada pelanggannya126

, hal ini dikarenakan pro-

ses pemakaman di Islam yang cukup komplek diantaranya, layanan

rumah duka yang meliputi; memandikan, mengkafani, mensholatkan,

pengantaran ke lokasi makam, persiapan Liang Lahat dan pengubu-

ran. Selain proses penguburan, juga ada layanan tambahan berupa

paket karangan bunga, dokumentasi video shooting, tenda dan podi-

um beserta panggung dan kursi untuk acara besar dan tamu kunju-

ngan. Perlengkapan penguburan juga berupa batu nisan, spanduk duka

cita, papan ari, dan unit kendaraan untuk penjemputan lokasi mayit

122

JETRO Japan Economic Monthly, February 2006. Industrial

Report. Trends in the Japanese Funeral Industry. 123

Khadija Kadrouch Outmany. Religion at the cemetery Islamic

Burials in the Netherlands and Belgium. Department of Cultural Anthropo-

logy and Development Sociology, Leiden University, Leiden, Netherlands.

13 October 2015. DOI 10.1007/s11562-015-0341-3. 124

http://www.pbs.org/pov/homegoings/economics-of-the-Funeral-

industry.php 125

Agnes Hesz. “The Story of A Funeral Home: Ritual Moderni-

zation and Its Reception in A Transylvanian Village Community”. Revista română de sociologie”, serie nouă, anul XXVII, nr. 1–2, p. 39–53, Bucureşti,

2016 126

Aziz Sheikh. “Death and dying-a Muslim perspective”. Journal of

The Royal Society of Medicine Volume 91 March 1998.

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

74 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

diareal kota yang sama dengan komplek pemakamanan. Pengelola

juga memberikan layanan untuk pemindahan jenazah, termasuk pem-

bongkaran serta pengurusan administrasi.127

3. Model Pengelolaan Pemakaman

Secara umum ada tiga model pengelolaan pemakaman di selu-

ruh dunia, yaitu komersial, pemerintah kota dan institusi keagama-

an128

, secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut129

:

a. Model Komersial

Model komersial diperkirakan mulai muncul di Amerika sehu-

bungan dengan kebutuhan repatriasi atas banyaknya kematian dalam

perang dunia serta pengelolaan pemakaman dari para veteran perang.

b. Model Pemerintah kota

Model ini merupakan pemakaman yang dikendalikan oleh

pemerintah kota, dimana komplek pemakaman merupakan dimiliki

dan dikelola oleh instansi publik. Model ini muncul di Prancis dan

sebagian besar negara-negara di Eropa seperti Jerman, Italia dan

lainnya. Pemerintah kota mengambil alih pengelolaan makam dari

organisasi keagamaan dan menjadi milik publik, sedangkan instasi

keagamaan lebih kepada memberikan layanan proses kematian sesuai

dengan ketentuan agamanya masing-masing.

c. Model keagamaan

Model pemakaman ini merupakan jumlah minoritas dari penge-

lolaan makan di seluruh dunia, khususnya untuk agama samawi seper-

127

www.alazharmemorialgarden.com 128

Anissa Brighet Assous. “Cultural and Islamic Values in Relation

with Death”. European Scientific Journal February 2013 edition vol.9, No.5

ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431. 129

Tony Walter. Three Ways to Arrange A Funeral: Mortuary Varia-

tion in The Modern West. Dept of Sociology, University of Reading, Read-

ing RG6 6AA, UK. Published in Mortality 10(3), August 2005, pp 173-192.

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 75

ti Yahudi, Nasrani dan Islam130

. Hal ini dikarenakan agama sangat

mengatur mengenai prosesi dari pemakaman umatnya.

Dari ketiga model pengelolaan Pemakaman diatas, maka terda-

pat juga tiga hubungan, yaitu hubungan peserta bagi model komer-

sial, hubungan warga bagi model pemerintah kota dan hubungan

selaku umat bagi model keagamaan. Selain dari ketiga model, terda-

pat juga jenis model yang jumlahnya sedikit, yaitu model bentuk

koperasi.

130

Hoe Chai, Alex, Mum Wai. “From Traditional Funeral Rites to

Modern Bereavement Care Services in Malaysia: A Blue Ocean Strategy

case Study”. Malaysian Journal of Chinese Studies, 2015, 4(2): 27-43

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

76 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 77

BAB III INOVASI PRODUK

DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI ASURANSI SYARIAH

DI INDONESIA

Pertumbuhan Asuransi Syariah dalam dua dasawarsa ini sudah

cukup menggembirakan, hal ini dikarenakan sudah banyak orang

yang sadar akan pentingnya mempunyai asuransi. Asuransi Syariah

sendiri juga mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan

asuransi konvensional, sehingga banyak sekali peminat yang ber-

minat untuk memiliki produk Asuransi Syariah. Asuransi dapat men-

jadi investasi jangka panjang dan juga proteksi diri akan hal-hal yang

tidak diinginkan. Produk keuangan sendiri sudah menjadi kebutuhan

manusia dan dewasa ini orang orang lebih selekif untuk menggunakan

produk keuangan tersebut dengan menghindari hal hal yang berunsur

riba. bagi masyarakat muslim, menghindari hal-hal yang bersifat riba

itu wajib sehingga hal ini juga mendorong pertumbuhan berbagai

macam produk keuangan syariah termasuk Asuransi Syariah. Seka-

rang ini perusahaan Asuransi Syariah sudah berkembang dengan baik

meskipun tidak terlalu banyak dikenal seperti perbankan syariah.

Industri Asuransi Syariah perlu melakukan banyak terobosan

untuk dapat mereposisi diri di pasar keuangan, yaitu dengan cara

membuat inovasi produk-produk baru. Produk yang berpotensi untuk

dikembangkan dalam rangka peningkatan rasio penetrasi, khususnya

dinegara berkembang seperti Indonesia, adalah produk Asuransi Sya-

riah mikro. Asuransi Syariah Pemakaman merupakan produk Asuran-

si Syariah mikro yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia,

disamping produk Asuransi Syariah mikro yang lain, yaitu Asuransi

Syariah mikro kesehatan, Asuransi Syariah mikro pertanian, Asuransi

Syariah mikro jiwa pembiayaan dan Asuransi Syariah mikro harta

benda atau kebakaran.

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

78 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

A. Pengembangan Produk Asuransi Syariah

1. Klasifikasi Produk Asuransi Syariah Banyaknya produk asuransi syariah membuat Anda harus

mengerti esensi setiap produk yang dipasarkan. Produk asuransi

syariah terdiri dari beberapa produk yang mencakup berbagai macam

aspek kehidupan mulai dari perlindungan atas terjadinya musibah

kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia hingga terjadinya

musibah kebakaran bahkan hingga terjadinya kecelakaan dalam

pengangkutan. Saat ini, ada 2 produk utama yang ditawarkan dari

perusahaan Asuransi Syariah, yaitu: (a) Asuransi Syariah keluarga,

merupakan sebuah produk alternatif dari sistem asuransi jiwa yang

ada, dan; (b) Asuransi Syariah umum, merupakan produk yang meng-

cover hal-hal yang bersifat tangible, seperti kendaraan, rumah, dan

lainya.1

Merupakan hal yang penting untuk dapat mengklasifikasikan

produk Asuransi Syariah, jenis-jenis produk ini baik produk individu,

maupun produk kelompok, serta jenis produk murni resiko maupun

produk yang ditambahkan unsur tabungan atau investasi (unit-link),

seperti halnya produk kebakaran, konstruksi, kargo, pembiayaan, dan

lainnya2. Asuransi Syariah umum menawarkan produk-produk yang

mengcover non-life (tidak berhubungan dengan asuransi jiwa),

sedangkan Asuransi Syariah keluarga berhubungan dengan skema

asuransi jiwa, seperti rencana pendidikan, hari tua, rencana pernika-

han dan lainnya.3 Selain dari 2 jenis klasifikasi produk diatas, ada

1 Mohd Fauzi and others. “Asuransi Syariah (Islamic Insurance)

Industry in Malaysia and the Arab Gulf States: Challenges and Future Direc-

tion”. Asian Social Science; Vol. 10, No. 21, (2014). ISSN 1911-2017 E-

ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center of Science and Education.

doi:10.5539/ass.v10n21p26 2 Younes Soualhi and Ahmad Al Razni Al Shammari. “Indicators of

Asuransi Syariah Awareness among Kuwaitis”. Journal of Islamic Banking and Finance, Vol. 3, No. 2, (2015): 75-89 ISSN 2374-2666 (Print) 2374-

2658. Published by American Research Institute for Policy Development.

DOI: 10.15640/jibf.v3n2a8. 3 Samina Riaz. “Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education

& Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study”. International Review of Business Research Papers Vol. 5 No. 4 (2009):457‐467.

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 79

juga produk yang dikategorikan dengan asuransi/Asuransi Syariah

mikro, yang merupakan 2 jenis produk, namun untuk kalangan ma-

syarakat berpendapatan rendah.

1) Produk Asuransi Syariah Family

Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut

asuransi jiwa dan keluarga, dengan harapan dapat tercapainya masya-

rakat Indonesia yang sejahtera dengan perlindungan asuransi yang

sesuai muamalah syariah Islam4. Produk ini dibagi menjadi: produk

asuransi yang mengandung unsur tabungan dan produk asuransi non-saving.

Produk Asuransi yang mengandung unsur tabungan, seperti;

(a) Dana Investasi.Merupakan bentuk perlindungan untuk perorangan

yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana sebagai

dana investasi. (b) Dana Siswa. Merupakan bentuk perlindungan

untuk perorangan yang bermaksud menyediakan dana pendidikan

hingga sarjana. (c) Dana Haji. Suatu bentuk perlindungan untuk pero-

rangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana

untuk biaya menjalankan haji. (d) Dana Hasanah. Merupakan bentuk

perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencana-

kan pengumpulan dana sebagai modal usaha. (e) Asuransi Syariah

Link. Sarana berinvestasi dan juga berasuransi sesuai Syariah dengan

menawarkan hasil investasi yang optimal.

Produk asuransi non-saving 5, meliputi; (a) Kesehatan Indivi-

du. Program untuk perorangan yang bermaksud menyediakan dana

santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dan kecelakaan

dalam masa perjanjian. (b) Kecelakaan Diri Individu. Program yang

diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan santu-

nan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian kare-

na kecelakaan dalam masa perjanjian. (c) Al-Khirat Individu. Pro-

gram ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud meyediakan

santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian

dalam masa perjanjian.

4 M. Syakir Sula. Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional.

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004) 5 Abdullah Amrin. Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya

di tengah asuransi konvensional. (Jakarta: Elekmediakomputindo, 2006)

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

80 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Produk family Asuransi Syariah6 juga dapat terbagi menjadi

segment individu dan segmen kumpulan.

a) Produk Asuransi Syariah Individu

Produk asuransi syariah ini memberikan perlindungan dan

perencanaan yang bersifat pribadi, dan dibagi menjadi beberapa jenis

berikut ini7: Asuransi Syariah Dana Investasi yang menjamin dan

memberikan perlindungan hari tua atau menjadi jaminan dana bagi

ahli waris bila peserta meninggal dunia lebih awal, Asuransi Syariah

Dana Haji yang dipergunakan sebagai perlindungan dana perorangan

yang berencana menunaikan ibadah haji, Asuransi Syariah Dana

Siswa yang memberikan jaminan dana pendidikan mulai sekolah da-

sar sampai sarjana, Asuransi Syariah Dana Jabatan yang memberikan

jaminan santunan bagi ahli waris dari peserta yang menduduki jaba-

tan penting bila peserta meninggal dunia lebih awal atau tidak beker-

ja lagi dalam masa jabatannya. 8

b) Produk Asuransi Syariah Group

Produk Asuransi Syariah9 ini memberi perlindungan dan peren-

canaan untuk pribadi dan kelompok, misal kelompok dalam sebuah

perusahaan yang dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini: Asuransi

Syariah al-Khairat dan Tabungan Haji sebagai perlindungan bagi

karyawan yang ingin menunaikan ibadah haji, yang didanai iuran

bersama dengan keberangkatan bergilir, Asuransi Syariah Kecelakaan

Siswa yang memberikan proteksi pelajar dari resiko kecelakaan yang

berakibat cacat bahkan yang mengakibatkan meninggal dunia, Asu-

6 Ahmad Shukri Yazid and others. “Determinants of Family Asuransi

Syariah (Islamic Life Insurance) Demand: A Conceptual Framework for a

Malaysian Study”. International Journal of Business and Management Vol.

7, No. 6; (2012). doi:10. 5539/ijbm.v7n6p115 7 Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), (2013):291-304. 8 Muhaimin Iqbal. General Asuransi Syariah Practice. (Jakarta: Gema

Insani Press, 2005). 9 Ahmad Shukri Yazid and Juliana Arifin. “Determinants of Family

Asuransi Syariah (Islamic Life Insurance) Demand: A Conceptual Frame-

work for a Malaysian Study”. International Journal of Business and Manage-ment Vol. 7, No. 6; (2012). doi:10.5539/ ijbm.v7n6p115

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 81

ransi Syariah Wisata dan Perjalanan yang memberikan proteksi

peserta wisata dari resiko kecelakaan yang mengakibatkan meninggal

dunia atau cacat seumur hidup, Asuransi Syariah Kecelakaan Group,

yang memberikan proteksi santunan karyawan dalam perusahan,

organisasi atau perkumpulan lainnya, Asuransi Syariah Pembiayaan,

untuk proteksi pelunasan hutang bagi peserta yang meninggal dalam

masa perjanjian.

2) Produk Asuransi Syariah Umum

Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut

asuransi di bidang kerugian seperti perlindungan10

dari kebakaran,

pengangkutan, niaga, dan kendaraan bermotor, dengan harapan dapat

tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera dengan perlindu-

ngan asuransi yang sesuai dengan muamalah syariah Islam. Yang ter-

masuk ke dalamasuransi Asuransi Syariah Umum11

adalah : Asuransi

Syariah Baituna. Melindungi rumah dari kebakaran yang dilengkapi

dengan perangkat perlindungan ekstra untuk sekeluarga, Asuransi

Syariah Surgaina. Memberikan perlindungan terhadap kerugian finan-

sial dan santunan akibat kecelakaan yang mengakibatkan meninggal

dunia, menderita cacat badan dan atau biaya pemakaman peserta,

Asuransi Syariah Abror. Memberikan gantian kerugian atas kendara-

an bermotor yang disebabkan musibah kecelakaan, pencurian serta

tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga, Asuransi Syariah Ansor.

Asuransi yang diperuntukan untuk sepeda motor atas risiko kehila-

ngan dan kecelakaan dengan tambahan asuransi jiwa, Asuransi Sya-

riah Rekayasa. Memberikan ganti kerugian atas kehilangan atau keru-

sakan dalam sebuah proyek rekayasa (kontruksi dan atau pema-

sangan), peralatan dan mesin akibat kejadian yang tiba-tiba dan tidak

terduga sehingga menyebabkan kerugian kepada peserta (prinsipal,

kontraktor, atau pemilik peralatan), Asuransi Syariah Aneka. Mem-

berikan ganti kerugian atasberbagaimacamresiko, Asuransi Syariah

Kebakaran. Memberikan ganti kerugian atas kerusakan atau kehila-

10

M. Syakir Sula. Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional.

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004) 11

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), (2013): 291-304.

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

82 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

ngan bangunan12

,Asuransi Syariah Pengangkutan dan Rangka Kapal.

Memberikan ganti kerugian pada barang atau alat pengangkutan

selama dalam pengangkutan, Asuransi Syariah Kendaraan Bermotor.

Memberikan ganti kerugian baik kehilangan atau kerusakan secara

menyeluruh dan tuntutan pihak ketiga atas setiap kendaraan bermotor

yang terdaftar akibat risiko-risiko seperti tabrakan, pencurian, dan

kebakaran, Asuransi Syariah Surety Bond. Memberikan ganti keru-

gian pelaksanaan proyek kontraktor.

Tabel 3.1 Perbedaan Produk Family Asuransi Syariah

dan General Asuransi Syariah13

No. Perbedaan Family Asuransi

Syariah General Asuransi Syariah

1 Contoh

produk

Asuransi Syariah

kesehatan dan jiwa;

Asuransi Syariah

pendidikan; Asuransi

Syariah Pensiun,

Asuransi Syariah

pembiayaan, tabunga

haji, dsb.

Asuransi Syariah

kendaraan bermotor,

Asuransi Syariah

kebakaran dan bencana

alam, Asuransi Syariah;

Asuransi Syariah

keselamatan pekerja;

Asuransi Syariah barang

berharga/antik, dsb.

2 Objek Perencanna keuangan

masa depan

Objek selain perencanaan

masa depan, seperti benda,

manusia pada keadaan

tertentu, dan lain

sebagainya

3 Jangka

waktu

Panjang Pendek

Sumber : Data di olah

12

M. Syakir Sula. Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional.

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004) 13

Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya

di tengah asuransi konvensional, Elekmediakomputindo, Jakarta 2006

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 83

Perbedaan karakteristik pada family Asuransi Syariah14

, dan

general Asuransi Syariah memberi implikasi terhadap pengelolaan

dana kontribusi peserta; dana Tabarru’ untuk memenuhi klaim, dan

pengelolaan dana investasi. Pada family Asuransi Syariah, karena

berbasis perencanaan masa depan, maka kontribusi peserta dibagi

menjadi dua bagian yaitu untuk tabungan dan saving pribadi peserta

dan sebagian untuk dana tabarru’. Pada general Asuransi Syariah,

karena jangka waktu singkat dan tidak dalm rangka untuk menabung,

maka kontribusi menjadi satu pos saja, yaitu dana Tabarru’.15

Pada family Asuransi Syariah yang memiliki jangka waktu

yang panjang, maka tendensi investasi ditik beratkan pada jenis

instrumen investasi jangka panjang seperti properti, lalu disusul

saham, sukuk atau listed property. Karakteristik investasi untuk me-

ngelola dana Family Asuransi Syariah adalah tingkat profitabilitas

instrument yang tahan inflasi, meskipun tidak liquid, lalu disusul

jenis investasi yang lebih liquid seperti saham, sukuk atau listed pro-

perty. Pada general Asuransi Syariah, strategi yang diterapkan kebali-

kan dari strategi pada family Asuransi Syariah, karena jangka waktu

akad pada general Asuransi Syariah singkat dan dalam waktu singkat

bisa terjadi banyak klaim, maka jenis instrumen yang diperlukan

diprioritaskan kepada insttrumen liquid seperti saham, sukuk, listed

properties, yang dikombinasikan dengan property.

2. Pengembangan Asuransi Syariah Mikro

Asuransi Syariah mikro diadopsi dari konsep asuransi mikro

yang merupakan perkembangan dari asuransi secara umum, perbe-

daannya adalah dari segi karakteristik asuransi mikro tersebut. Asu-

14

Ahmad Shukri Yazid, Juliana Arifin, Mohd Rasid, Wan Norhayate.

“Determinants of Family Asuransi Syariah (Islamic Life Insurance) Demand:

A Conceptual Framework for a Malaysian Study”. International Journal of Business and Management Vol. 7, No. 6; March 2012. doi:10.5539/

ijbm.v7n6p115 15

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Asuransi Syari-

ah)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December

2013, 291-304

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

84 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

ransi mikro berbicara terkait perlindungan termasuk orang miskin16

,

asuransi mikro memiliki tipikal ditujukan untuk komunitas/group,

dengan premi yang rendah dan biasanya disalurkan melalui yayasan,

dan lembaga keuangan mikro17

. Asuransi mikro diperkirakan telah

mengcover 500 juta penduduk di dunia dan 60% adalah penduduk di

negara India.

1) Karakteristik Asuransi Mikro

Perkembangan asuransi mikro18

yang salah satunya tujuannya

sebagai mekanisme perlindungan atas risiko keuangan yang dihadapi

oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan kepemilikan asuransi,

maka dari itu asuransi mikro mempunyai karakteristik yang disesuai-

kan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat berpenghasilan

rendah, yaitu: (a) Sederhana, bahwa produk asuransi mikro membe-

rikan manfaat perlindungan dasar atas risiko yang umum dihadapi

oleh masyarakat berpenghasilan rendah, serta polis, fitur, dan proses

adminitrasinya harus sederhana dan mudah dipahami oleh semua

masyarakat; (b) Mudah, bahwa masyarakat dapat memiliki produk

asuransi mikro di berbagai macam tempat yang lebih terjangkau yang

sudah ditentukan seperti di kantor pos, outlet pegadaian, minimarket,

supermarket dan lainnya; (c) Ekonomis, bahwa dalam asuransi mikro

besar nilai preminya harus terjangkau oleh masyarakat berpeng-

hasilan rendah dengan manfaat asuransi seoptimal mungkin; dan (d)

Segera, bahwa dalam asuransi mikro pembayaran klaim harus segera

dilakukan setelah terjadinya risiko maksimal 10 (sepuluh) hari setelah

dokumen klaim yang dipersyaratkan diterima oleh perusahaan asuran-

si secara lengkap.

Upaya mendorong ketersediaan produk asuransi mikro bagi

masyarakat berpenghasilan rendah direspon dengan peluncuran pro-

16

Theresa Thompson Chaudhry and Fazilda Nabeel. Microinsurance

in Pakistan: Progress, Problems, and Prospects. The Lahore Journal of Eco-

nomics 18 : SE (September 2013): pp. 335–374 17

James C. Brau. “Insurance Theory and Challenges Facing The

Development of Microinsurance Markets”. Journal of Developmental Entre-preneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–440

18 Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic

Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 85

duk-produk standar asuransi mikro oleh pelaku usaha perasuransian

dengan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan, contohnya seperti19

:

(a) Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengeluarkan produk

standar asuransi mikro berupa “Warisanku”, “Rumahku”, “Stop Usa-

ha Erupsi”, “Stop Usaha Gempa Bumi”, dan “Asuransiku”; (b) Aso-

siasi Asuransi Jiwa Indonesia mengeluarkan produk standar asuransi

mikro berupa asuransi mikro penuh cinta atau “Si Peci”; dan (c) Aso-

siasi Asuransi Syariah Indonesia mengeluarkan produk standar

asuransi mikro syariah “Si Bijak”. (d) Untuk menghindari biaya ma-

hal dan agar dapat dijangkau oleh masyarakat kecil, menurut penda-

pat Firdaus Djaelani maka produk asuransi mikro disarankan untuk

dijual secara massal.

2) Perbedaan Asuransi Mikro dan Asuransi pada umumnya

Asuransi mikro pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan

asuransi pada umumnya20

, tetapi salah satu perbedaannya adalah

karakteristik diantara keduanya. Selama ini masyarakat Indonesia

angka kesadaran berasuransinya belum terlalu tinggi dibanding

dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Hal

tersebut dikarenakan pandangan masyarakat dalam praktek mengenai

asuransi pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut: (a)

Rumit, karena asuransi dijual dengan kontrak yang tebal dan berisi

berbagai persyaratan dan ketentuan yang wajib dipenuhi untuk proses

klaim21

; (b) Susah, karena jika masyarakat ingin mengikuti program

asuransi harus datang ke cabang perusahaan asuransi yang jumlahnya

terbatas; (c) Mahal, karena premi asuransi ditentukan melalui proses

penilaian terhadap objek yang akan diasuransikan dan berdasarkan

kesepakatan bersama, yang umumnya besaran premi mencapai angka

ratusan ribu bahkan bisa hingga jutaan rupiah; dan (d) Lama, karena

dalam asuransi bukan mikro (asuransi umum) proses pembayaran

19

Afrianto Budi, “Dianggap Mahal, Asuransi Mikro Masih Minim”,

www.akademiasuransi.org, diakses pada 5 Juni 2015 20

Ketika Asuransi Mikro Jadi Penopang Ekonomi”, www.neraca.

co.id, diakses pada 2 Juli 2015 21

Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic

Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

86 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

klaim memakan waktu 30 hari setelah semua dokumen diserahkan

secara lengkap.22

Tabel 3.2 Perbedaan antara Asuransi Mikro dan bukan Mikro23

Produk Asuransi Mikro Produk Asuransi Bukan

Mikro

Polisnya berupa voucher atau

sertifikat (maksimal 2 lembar)

Polisnya berlembar-lembar

Bentuk dan jenis santunan

sederhana & tidak rumit

Polis memuat syarat dan

ketentuan yg luas

Sedikit pengecualian Banyak pengecualian

Premi dan santunan sudah

ditetapkan dan jumlahnya sama

bagi setiap tertanggung

Premi dan nilai

pertanggungan tergantung

dari kemampuan dan

permintaan tertanggung

Jangka waktu umumnya tidak

lebih dari 1 tahun

Jangka waktu 1 taahun atau

lebih

Tanpa perlu melakukan cek

kesehatan

Perlunya cek kesehatan

untuk asuransi kesehatan

Distribusi produknya dapat

dibeli secara langsung melalui

swalayan, kios-kios, kantor

kepala desa atau tempat lain

yang ditentukan

Distribusi produk

asuransinya dapat diperoleh

di kantor cabang asuransi

melalui agen atau broker

Santunan diterima tidak lebih

dari 10 hari kerja setelah

dokumen diterima

secara lengkap dan benar oleh

perusahaan asuransi

Ganti rugi diterima dalam 30

hari setelah dokumen

lengkap dan benar di

serahkan langsung di kantor

cabang asuransi

Sumber : Data di olah

22

James C. Brau. “Insurance Theory and Challenges Facing The

Development of Microinsurance Markets”. Journal of Developmental Entre-preneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–440

23 Anja Erlbeck. “MicroAsuransi Syariah: Field Study Evidence and

Conceptual Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011.

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 87

3. Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman

Asuransi Syariah Pemakaman diadopsi dari konsep asuransi

Pemakaman merupakan dokumen pertama dari terbentuk didunia

asuransi, sejarah mencatat bahwa asuransi Pemakaman telah dita-

warkan diberbagai perusahaan asuransi di dunia dan tetap merupakan

asuransi yang populer, khususnya di negara-negara Afrika. Asuransi

Pemakaman sangat erat kaitannya dengan asosiasi Pemakaman yang

ada disuatu daerah, sejak Yunani kuno, melalui abad pertengahan

Eropa, hingga abad modern ini, cara umum untuk mengembangkan

asuransi Pemakaman adalah bekerjasama dengan asosiasi Pemaka-

man. Aspek sosial terpenting dari Pemakaman adalah kebutuhan dari

masyarakat atas layanan kematian, seperti halnya di Afrika selatan

epidemik atas penyakit AIDS tahun 2004 menjadikan hampir 8 juta

warganya, yaitu sekitar 18% merupakan anggota asosiasi Pemakaman

dan 3.5 juta warganya, yaitu sekitar 8% merupakan peserta asuransi

Pemakaman.24

Mekanisme asuransi Pemakaman yang terjadi di Afrika selatan

merupakan suatu kasus yang menarik dijadikan acuan bagi pengem-

bangan asuransi Pemakaman di berbagai belahan dunia, dimana aso-

siasi kematian bekerja sama dengan perusahaan asuransi dalam me-

ngembangkan layanan keuangan bagi anggotanya baik secara indivi-

du maupun kelompok dalam suatu keluarga ataupun komunitas.25

4. Macam-macam Produk Asuransi Syariah Pemakaman

Konsep wakaf merupakan bentuk amal jariah di dalam syariat

Islam, konsep wakaf juga telah digunakan sejak lama dalam mengem-

bangkan pembangunan sarana ibadah, pendidikan, rumah sakit dan

juga layanan pemakaman di komunitas muslim di seluruh dunia.26

24

Erlend Bergb. Securing The Afterlife: The Puzzle Of Funeral

Insurance. Bristol and Oxford and the Centre for the Study of African Eco-

nomies Conference 2011 25

Anne Case/Anu Garrib/Alicia Menendez/Analia Olgiati. Paying the

Piper: The High Cost of Funerals in South Africa. Economic Development

and Cultural Change, Vol. 62, No. 1 (October 2013), pp. 1-20. The Univer-

sity of Chicago Press. http://www.jstor.org/stable/ 10.1086/671712 26

Wan Mohd, Salmy Edawati. Endowment Asuransi Syariah at the

Syarikat Asuransi Syariah Malaysia Berhad: A Literature Review. Islamiy-

yat 36(2) (2014): 47 – 56

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

88 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Produk Asuransi Syariah Pemakaman secara umum merupakan pro-

duk yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan anggota dari organisasi

kematian di masyarakat melalui produk asuransi yang sederhana

dalam mengcover benefit kematian dari meninggal dunia normal dan

kecelakaan. Produk-produk Asuransi Syariah Pemakaman dapat beru-

pa produk murni resiko maupun produk yang dipadukan dengan unsur

tabungan.

5. Kriteria Produk Asuransi Syariah Pemakaman

Produk Asuransi Syariah Pemakaman termasuk kategori Asu-

ransi Syariah mikro, penulis mengutip dari penelitian Consulting Group to Assist the Poor (CGAP), World Bank yang telah berpenga-

laman di 40 provider asuransi mikro diseluruh dunia membuat 6

kriteria dari sebuah produk asuransi mikro, yaitu sebagai berikut27

:

a. Kebutuhan pasar: Perusahaan asuransi tidak begitu familiar dengan kondisi pasar asuransi mikro, mereka harus memahami

terlebih dahulu kebutuhan pasar sehingga dapat membuat target

segmen pasar yang tepat dan sesuai.

b. Desain produk: benefit yang ditawarkan dalam asuransi mikro

harus dibuat sesimple mungkin, sehingga dapat mengurangi biaya

premi dan produk yang menyasar suatu kelompok sangat disaran-

kan.

c. Premi: jumlah premi asuransi mikro dan mekanisme pembayarann-

ya harus disesuaikan dengan cash-flows dari peserta, premi dan

pembayaran terbaik dari asuransi mikro adalah linked dengan

layanan keuangan yang ada.

d. Proses: aplikasi penerbitan polis dan klaim serta dokumen-doku-

men yang dibutuhkan dalam asuransi mikro juga harus sederhana,

selain mengurangi biaya proses juga untuk mempercepat proses.28

e. Distribusi: asuransi mikro harus didistribusikan melalui mitra-

mitra yang mengenal target market dan memiliki hubungan yang

baik dengan potensial peserta.

27

Anja Erlbeck. MicroAsuransi Syariah: Field Study Evidence And Conceptual Issues. University of Cologne Department of Risk Management

and Insurance. 2011. 28

Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic

Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30

Page 108: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 89

f. Edukasi pasar: disebagian besar negara berkembang kultur asu-

ransi belum begitu baik, masyarakat belum begitu familiar dengan

produk asuransi bahkan juga layanan keuangan lainnya. Target

secara kelompok, tidak dibutuhkan bagi peserta untuk mengetahui

bagaimana cara kerja asuransi dan benefitnya, namun staf dan

orang-orang kunci dalam kelompok tetap perlu diberikan edukasi

terkait produk asuransi mikro tersebut.

B. Elemen-elemen Produk Asuransi Syariah Pemakaman

1. Kebutuhan pasar

Studi secara empiris membuktikan bahwa ada hubungan antara

kebutuhan asuransi dengan pertumbuhan ekonomi, khususnya di

negara-negara berkembang. Di Asia, hubungan sebab-akibat terjadi

antara penetrasi asuransi jiwa dengan pertumbuhan ekonomi, khusus-

nya yang terjadi di India. Penelitian ini menggunakan model employ-

ing vector autoregressive (VAR). Di Afrika sendiri, penelitian terbuk-

ti bahwa asuransi terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi, khusus-

nya yang terjadi di Ghana sejak tahun 1990 sampai dengan tahun

2010, penelitian ini menggunakan model auto-regressive distributed

lags (ARDL) 29

.

Kebutuhan asuransi mikro sangat erat dengan pertumbuhan

keuangan mikro, walaupun ada perdebatan, apakah asuransi mikro

dapat dijual secara tersendiri atau di bundling dengan kredit mikro

tersebut. Asuransi mikro setidaknya ditawarkan dalam 4 tipe, yaitu

asuransi jiwa, kesehatan, kecelakaan dan properti30

, Ahmer menyata-

kan dalam penelitiannya bahwa ada pengaruh yang kuat antara

29

Insurance market development and economic growthExploring

causality in 8 selected African Countries. Abdul Latif Alhassan & Nicholas

Biekpe, Graduate School of Business, University of Cape Town, Cape

Town, South Africa. International Journal of Social Economics. Vol. 43 No.

3, 2016 pp. 321-339 ©Emerald Group Publishing Limited 0306-8293. DOI

10.1108/IJSE-09-2014-0182 30

Roth, J., McCord, M.J., & Liber, D. (2007). The landscape of

micro-insurance in the world’s 100 poorest countries (Rep.). The Micro-

insurance Centre.

Page 109: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

90 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

literasi asuransi31

dan demografi terhadap keinginan masyarakat

dalam memiliki asuransi mikro, penelitian ini menunjukan skore ter-

hadap literasi, tingkat pendapatan, pekerjaan dan level pendidikan.32

Dari keempat tipe asuransi mikro, asuransi kesehatan adalah

yang paling populer, diikuti dengan properti dan asuransi kecelaka-

an.33

Cover asuransi mikro lebih ditargetkan kepada pendapatan me-

nengah bawah34

, kekurangan pengetahuan terhadap asuransi menjadi

hal penting dalam keinginan dalam membeli asuransi tersebut35

.

Karena itu pendidikan terkait asuransi dan peningkatan literasi asu-

ransi merupakan faktor utama dan agenda pemerintah dalam mening-

katkan pertumbuhan asuransi mikro di masyarakat36

.

Asuransi mikro merupakan sektor pengembangan yang bersifat

jangka panjang, sehingga investasi dalam pendidikan keuangan men-

jadi sangat penting untuk membangun pertumbuhan asuransi mikro di

suatu negara.37

31

Cole, S., Gine, X., Tobacman, J., Topalova, P., Townsend, R., &

Vickery, J. (2013). Barriers to household risk management: Evidence from

India. American Economic Journal: Applied Economics, 5(1), 104-135. 32

Mohammed Ahmar Uddin, Microinsurance in India: Insurance lite-

racy and demand. BEH - Business and Economic Horizons Volume 13. 2017,

p.182-191. DOI: http://dx.doi.org/10.15208/beh.2017.14 33

Churchill, C. (2007). Insuring the low-income market challenges

and solution for commercial insurers. The Geneva Papers, 32(3), 401-412 34

Munich Re NatCatSERVICE (2005). Natural disasters according to

country income groups 1980-2004, Munich Re, Munich, Germany 35

Gine, X., & Yang, D. (2009). Insurance, credit, and technology

adoption: Field experimental evidence from Malawi? Journal of Develop-

ment Economics, 89, 1-11 36

Cohen, M., & Sebstad, J. (2006). The demand for micro-insurance.

In Churchill, C. (Ed.), Protecting the poor: A microinsurance compendium

(pp. 12-24), International Labour Organization. 37

Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic

Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30

Page 110: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 91

Gambar 3.1 Potensi Pasar Asuransi Mikro Global

Sumber: Swiss Re (2010)

Gambar 3.1. diatas menggambarkan besarnya potensi asuransi

mikro di dunia. Asuransi mikro sendiri memiliki 2 model dalam me-

nyasar target di masyarakat, yaitu melalui produk kumpulan, yang

dimaksudkan untuk organisasi, institusi yang membutuhkan atau

dengan menyasar target individu, melalui agen marketing asuransi

atau penjualan secara langsung (direct marketing). Potensi asuransi

mikro secara global sendiri diprediksi mencapai $ 40 milyar dengan

cakupan peserta sebanyak 2-3 milyar yang merupakan penduduk

dengan pendapatan rendah dibawah $1,25 per hari. Saat ini pasar

asuransi mikro berkisar $1,2 milyar.

2. Desain produk

Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menda-

patkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang

dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan atau suatu produk tidak

Page 111: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

92 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

akan sukses jika tidak didukung oleh harga, distribusi, iklan, dan

penjualan yang tepat.38

Masalah desain dari suatu produk telah menjadi salah satu

faktor yang perlu mendapatkan perhatian serius dari manajemen khu-

susnya team pengembangan produk baru, karena sasaran konsumen

yang dituju tidak sedikit yang mulai mempersoalkan masalah desain

suatu produk yang mampu memenuhi kebutuhan dankeinginan konsu-

men. Hal ini penampilan dan fungsi suatu produk dalam memenuhi

kebutuhan pelanggan. Desain produk (product design) adalah fungsi

dan corak produk yang merupakan proses desain yang dikembangkan

menjadi sebuah produk yang menarik, murah aman dan tidak mahal

untuk digunakan dan pelayanan39

.

Atribut yang berbeda pada dua buah produk akan menimbulkan

persepsi yang berbeda pula di mata konsumen. Keputusan tentang

atribut yang ada sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap

suatu produk. Keunggulan bersaing dapat ditimbulkan melalui atribut

produk atau pembedaan ciri khas suatu produk. Dua produk yang

memiliki fungsi yang sama di mata produsen, belum tentu sama

menurut pandangan konsumen. Karena itu konsumen akan lebih puas

terhadap produk yang memiliki atribut atau ciri khas tertentu yang

dianggapnya lebih bernilai.

Desain produk adalah Totalitas fitur yang mempengaruhi

penampilan, rasa dan fungsi produk berdasarkan kebutuhan pelang-

gan. Parameternya adalah gaya, daya tahan, keandalan, mudah diper-

baiki, indikator desain Produk terdiri dari penampilan, Fungsi suatu

produk, dan atribut-atribut pada suatu produk.40

Desain Produk merupakan desain merupakan totalitas keisti-

mewaan yang mempengaruhi penampilan dan fungsi suatu produk

dari segi kebutuhan konsumen”. Produk hasil desain produk kerajinan

umumnya lebih menitikberatkan pada nilai-nilai keunikan (unique-

38

Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in

India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand”. Ameri-can Economic Review: Papers & Proceedings 2014, 104(5): 291–297

39 Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Edisi millen-

nium 2. Jakarta: Prenhallindo. 40

Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in

India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No Demand”. Ameri-can Economic Review: Papers & Proceedings 2014, 104(5): 291–297

Page 112: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 93

ness), estetika (keindahan), seni (art), adiluhung, berharkat tinggi,

khusus, khas, dan kehalusan rasa sebagai unsur dasar. Sementara

dalam pemenuhan fungsinya lebuh menekankan pada pemenuhan

fungsi pakai yang lebih bersifat fisik (fisiologis), misalnya: benda-

benda pakai, perhiasan, furnitur, atau pun sandang. Dalam hal produk

asuransi, dijelaskan bahwa produk tidak dijelaskan secara spesifik

karena produk pada perusahaan asuransi adalah pelayanan. Indikator

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tersedianya seluruh jenis

produk utama asuransi jiwa dan fitur-fitur tambahan yang sesuai

kebutuhan yang diberikan oleh perusahaan asuransi jiwa sebagai

pelengkap produk utama.41

.

3. Harga Premi

Harga adalah sejumlah uang yang ditentukan untuk mempero-

leh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelanggan yang menyer-

tai42

. Indikator harga adalah: (1). Keterjangkauan harga. (2). Perban-

dingan dengan merek lain. (3). Kesesuaian dengan kualitas. Harga

merupakan sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin)

yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang

beserta pelayanannya43

. Harga merupakan salah satu atribut penting

yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu

benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap

konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga meru-

pakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap

konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk.44

Dalam hak asuransi, variabel harga atau premi merupakan

biaya yang dikeluarkan oleh seseorang untuk memperoleh sejumlah

manfaat yang tertuang dalam polis asuransi jiwa. Indikator yang

41

Sarifa Marwa. Bauran Pemasaran Memengaruhi Keputusan Konsu-

men Dalam Pembelian Asuransi Jiwa Individu. Jur. Ilm. Kel. & Kons.,

September 2014, p : 183-192 Vol. 7, No. 3 ISSN : 1907 - 6037 42

Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi

Jiwa pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Mana-jemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013

43 Kotler and Keller, 2006. Marketing Management. Twelfth edition.

Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prenticehall 44

Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Edisi kedua. Jakarta:

Bumi Aksara.

Page 113: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

94 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

digunakan dalam penelitiannya adalah kesesuaian premi dengan bene-

fit yang diterima, fleksibilitas jangka waktu pembayaran, dan nilai

premi yang lebih murah dibanding kompetitor.

4. Proses

Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelaya-

nan diberikan kepada konsumen selama melakukan pembelian barang.

Pengelola usaha melalui front liner sering menawarkan berbagai

macam bentuk pelayanan untuk tujuan menarik konsumen. Fasilitas

jasa konsultasi gratis, pengiriman produk, credit card, card member

dan fasilitas layanan yang berpengaruh pada image perusahaan.

Proses (Process), adalah semua prosedur aktual, mekanisme,

dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Ele-

men proses ini memiliki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa.

Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran

jasa seperti pelanggan jasa akan senang merasakan sistem penyerahan

jasa sebagai bagian jasa itu sendiri. Dalam hal asuransi, proses

merupakan hal inti dari perusahaan jasa karena dari proses pelayanan

bersumber. Indikator dalam proses ini dimulai dari cara masyarakat

memperoleh informasi mengenai perusahaan dan produk asuransi

jiwa, kemudian dilanjutkan proses seseorang untuk menjadi peserta

asuransi, proses dalam pembayaran premi, dan proses pengajuan

klaim. Mengacu pada standar yang dibuat oleh asosiasi dan otoritas

jasa keuangan dalam design asuransi mikro, maka proses meliputi

proses penutupan, termasuk pembayaran pembayaran dan juga proses

klaim.

5. Saluran Distribusi

Dalam suatu saluran distribusi, anggota saluran distribusi me-

laksanakan sejumlah fungsi45

. Fungsi adalah pekerjaan/jabatan yang

dilaksanakan, tindakan/kegiatan perilaku, atau juga dapat berarti

kategori bagi aktivitas-aktivitas.46

Berdasarkan kedua pengertian ter-

sebut, maka dapat dikatakan bahwa fungsi saluran distribusi adalah

aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan anggota saluran distribusi da-

45

Kotler and Keller, 2006. Marketing Management. Twelfth edition.

Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prenticehall 46

Komaruddin. Ensiklopedia Manajemen. Edisi kedua. (Jakarta:

Bumi Aksara, 1994)

Page 114: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 95

lam memindahkan barang dari produsen ke konsumen dan mencipta-

kan kegunaan produk tersebut bagi konsumen.

Mengacu pada standar yang dibuat oleh asosiasi dan otoritas

jasa keuangan, saluran distribusi asuransi mikro terdiri dari 3 pihak,

yaitu Pialang asuransi, agen asuransi (perusahaan asuransi atau agen

asuransi individu); dan Lembaga selain perusahaan perasuransian

seperti lembaga keuangan mikro, koperasi, perbankan, retailer, orga-

nisasi berbasis komunitas, dan lembaga swadaya masyarakat. 47

Lembaga keuangan mikro memiliki peran yang penting dalam

upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indo-

nesia yang secara khusus berorientasi terkait dengan pengembangan

usaha mikro. Lembaga keuanga mikro juga mendukung Otoritas Jasa

Keuangan dalam pengembangan asuransi mikro di Indonesia karena

dalam konsep asuransi mikro tersebut tujuannya adalah memperbaiki

struktur perekonomian dan meningkatkan taraf hidup masyarakat

Indonesia khususnya masyarakat berpenghasilan rendah.48

6. Edukasi pasar

Edukasi Pasar terdiri dari dua kata yaitu edukasi dan pasar.

Pasar dalam bidang pemasaran diartikan sebagai kumpulan seluruh

pembeli aktual dan potensial suatu tawaran pasar. Pengertian Edukasi

Pemasaran Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Edukasi

artinya pendidikan, atau hal yang berkenaan dengan pendidikan.”

Berdasarkan Kamus The American Heritage, Edukasi adalah “A

knowledge acquired by learning and instruction.” Artinya pengeta-

huan yang didapat dari pembelajaran dan instruksi.” Edukasi muncul

karena konsumen belum berpengalaman dalam memilih dan menggu-

nakan produk yang cocok bagi mereka.

Kondisi inilah yang membuka peluang bagi para pemasar untuk

membuat program promosi. Edukasi Pemasaran adalah cara untuk

menciptakan kandungan merek yang mengikutsertakan konsumen

dengan menyampaikan kegunaan dan informasi yang relevan dan tak

47

Fauzilah, Abdul Razak. “The Effects of Personality Factors on

Sales Performance of Asuransi Syariah (Islamic Insurance) Agents in

Malaysia”. International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No.

5; [Special Issue -March 2011]. 48

“Penyalur Produk Asuransi Mikro”, www.asuransimikroindone

sia.org, diakses pada 30 Juni 2015

Page 115: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

96 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

terbantahkan tentang nilai dan asosiasi merek. Edukasi Pemasaran

merupakan sebuah penghubung antara produk anda dan informasi

yang dicari konsumen untuk memperbaiki hidup mereka. Edukasi

pasar dibutuhkan syarat yang lebih baik untuk melakukan edukasi

konsumen bagi produk-produk yang sulit di gunakan (contohnya:

kamera digital), untuk servis yang kompleks dan untuk pemula diban-

dingkan dengan konsumen yang mahir.

Edukasi pasar, secara global, lebih dikenal dengan Education-

Based Marketing, artinya strategi pemasaran yang kuat, yang mem-

bangun kepercayaan dan kredibilitas menggunakan pesan edukasi.

Strategi pemasaran tersebut adalah kebalikan dari pemasaran trade-

sional, yang menggunakan pesan berbasis penjualan49

. Edukasi pasar

semakin banyak dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi kebosanan

konsumen akan iklan yang dikeluarkan perusahaan. Keuntungan dari

edukasi pasar ini adalah konsumen tidak hanya melihatnya sebagai

usaha pemasaran, tetapi konsumen secara langsung juga akan mera-

sakan nilai yang nyata untuk menjadi seorang pembeli yang lebih

pintar (smarter buyer). Biasanya masyarakat cenderung lebih tertarik

pada fakta-fakta dan informasi penting yang membantu mereka

dalam mengambil keputusan membeli yang baik dari pada mende-

ngarkan rayuan penjualan. 50

Edukasi pasar berarti disamping menjual, seorang pemasar juga

mendidik konsumen. Pemasar dapat berperan sebagai konsultan yang

mendidik konsumen aktual atau konsumen potensial mengenai masa-

lah yang mereka hadapi dan menyediakan solusi untuk mengatasinya. 51

Edukasi pasar menjangkau konsumen potensial pada fase yang lebih

awal dalam proses pengambilan keputusan dan membangun sebuah

hubungan kepercayaan, menghasilkan peningkatan penjualan yang

dramatis dan rasio penutupan penjualan yang lebih tinggi. Berbagai

bisnis di bidang jasa yang mencari pengembangan hubungan berda-

sarkan kepercayaan dengan konsumen menggunakan pesan edukasi

49

Kotler and Keller, 2006. Marketing Management. Twelfth edition.

Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prenticehall 50

Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi

Jiwa pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Mana-jemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013

51 Komaruddin. Ensiklopedia Manajemen. Edisi kedua. (Jakarta:

Bumi Aksara, 1994)

Page 116: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 97

yang tidak memaksa (mengancam) akan memposisikan diri mereka

sebagai pilihan pertama konsumen potensialnya dalam membeli pro-

duk atau jasaKarena edukasi pasar meliputi audience yang cukup

luas, maka dapat digunakan pengertian dari pendidikan massal yaitu:

kegiatan yang bersifat pendidikan yang berskala luas melalui surat

kabar, film, radio, televisi, perpustakaan, dan museum dengan tujuan

menyampaikan informasi dan mempengaruhi opini publik.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa edukasi pasar

merupakan salah satu bentuk pendidikan massal, di mana berisi

kegiatan yang berusaha untuk menyampaikan informasi dan mempe-

ngaruhi opini kumpulan pembeli aktual dan potensial melalui sarana

komunikasi. Menurut Hultsrand, nilai kandungan dari penyampaian

edukasi pemasaran harus termasuk didalamnya, yaitu: Pemahaman

tentang produk Anda dan bagaimana produk tersebut cocok/pas

dengan hidup pelanggan52

. Dapat dilihat dari kejadian atau kebutuhan

konsumen yang sekiranya dapat membuat konsumen ingin menggu-

nakan produk Anda, Edukasi Konsumen Anda. Konsumen saat ini

memiliki waktu yang sangat sempit, tetapi mereka masih ingin tahu

dan ingin membuat pendidikan dalam hidup sehingga dapat membuat

keputusan yang bijak, terutama saat melibatkan pemakaian uang

yang berulang. Menyediakan gambar dan jalur untuk membantu

konsumen merasa nyaman dan mengarahkan mereka untuk belajar

lebih jauh melalui proses. Hubungkan produk yang tepat dengan kan-

dungan edukasi yang tepat pula. Jangan mencoba untuk menjual

setiap produk Anda dalam setiap kesempatan. Berikan pilhan, tetapi

jangan berlebihan. Berikan informasi yang bernilai dimana saat Anda

merasa tidak memiliki produk yang cocok dengan kebutuhan

konsumen. Ini akan meyakinkan kembali konsumen bahwa Anda

tidak hanya mencoba untuk menjual produk pada mereka. Tetapi

disini, Anda membantu mereka dengan menginformasi dan mengedu-

kasi serta lebih penting lagi membiarkan mereka dalam pengaturan

proses pembelajaran dan pembelian mereka.53

52

Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi

Jiwa pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013

53 Komaruddin. Ensiklopedia Manajemen. Edisi kedua. (Jakarta:

Bumi Aksara, 1994)

Page 117: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

98 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Menyediakan cara untuk melakukan feed-back. Feed-back

konsumen membuat Anda mendapatkan informasi berkelanjutan dan

menjawab pertanyaan yang relevan buat mereka dan situasi mereka,

serta memberikan keuntungan bagi konsumen lainnya. Hal ini akan

membantu pertumbuhan kandungan edukasi pemasaran Anda dalam

bentuk/cara yang tidak pernah Anda pikirkan sebelumnya.

Tetapkan sasaran yang dapat diukur. Sasaran menawarkan

alat/cara untuk mengukur kegunaan sebagaimana mengarahkan pada

penjualan. Ingatlah bahwa pengukurannya harus membutuhkan fleksi-

belitas, terutama pada tahap awal. Jangan takut untuk merubah acuan

ukuran anda menjadi lebih akurat untuk mengukur kesuksesan ini.

Tujuan akhir dari pada edukasi pemasaran ini ialah untuk mengajak

konsumen pada saat yang tepat untuk membeli produk/jasa, mencip-

takan kesetiaan merek dan mempertahankan konsumen Anda. Cara

dan alat untuk mengajak ini ialah untuk mengutilisasi semua jalur

penyampaian kandungan edukasi dimana menjadi petunjuk untuk

pembuatan keputusan yang baik dan menjadi salah satu pilihan dalam

perilaku pembelian.

Menurut Mandell dan dijadikan rujukan sebagai rekomendasi

semua komisi asuransi di Eropa, bahwa salah satu jalur edukasi asu-

ransi adalah melalui kurikulum sekolah. Melalui kurikulum sekolah

ini diharapkan pendidikan tentang keuangan dipahami sejak dini,

sehingga perencanaan keuangan sudah menjadi kebiasaan dan penting

untung dilakukan di saat mereka dewasa dan bekerja. Pendidikan

keuangan di usia dini dapat dilakukan melalui game-games keuangan,

sehingga lebih menarik dan mudah untuk dipahami oleh anak didik.

Selain melalui kurikulum sekolah, juga secara traditional dilakukan

promosi atas pengetahuan dasar keuangan, khususnya mengenai pen-

tingnya asuransi bagi individu dan keluarga, termasuk mempersiap-

kan dana untuk pensiun nanti.54

54

Mandell, L. & Klein, L.S. (2009) “The Impact of Financial Literacy

Education on Subsequent Financial Behavior”, Journal of Financial

Counseling and Planning, Vol.20, pp.15-24

Page 118: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 99

Jadi edukasi asuransi dapat melalui 3 cara, yaitu kurikulum

sekolah sejak dini, promosi ke masyarakat secara langsung dan juga

melalui agen-agen pemasaran kepada calon-calon konsumen.55

55

Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi

Jiwa pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013

Page 119: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

100 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Page 120: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 101

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA

A. Sejarah dan Perkembangan Industri Asuransi Syariah secara

Global

Sejarah perkembangan Asuransi Syariah dimulai sejak sebelum

zaman Rasulullah, yaitu tahapan-tahapannya sebagai berikut1:

a. Sejarah doktrin Aqilah

Praktek al-‘aqilah sudah merupakan praktek yang berlaku

umum pada suku arab kuno sejak tahun 570 M, jika ada anggota yang

terbunuh oleh anggota suku lainnya, maka ahli waris dari korban ter-

sebut akan dibayar uang darah sebagai kompensasi. Kompensasi pada

praktek al-‘aqilah dapat disamakan dengan indemnity pada praktek

asuransi sekarang, yang merupakan salah satu jenis proteksi keuangan

untuk ahli waris dari ketidakpastian pada kematian si korban.

b. Sejarah Asuransi Syariah pada zaman Rasulullah SAW2

1. Pengesahan praktek dari al-‘aqilah oleh Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menerima praktek dari Al-‘Aqilah terkait

dengan pertentangan antara dua wanita dari suku Huzail.

2. Konstitusi Madinah pada tahun 622 M

Konstitusi pertama dalam dunia Islam, yang dilakukan oleh

Rasulullah SAW setelah hijrah ke Madinah di antara penduduk

madinah.

Di dalam konstitusi tersebut diperkenalkan semacam asuransi

sosial, yang terlihat dalam 3 aspek, yaitu:

1 M. Ma’sum Billah. Principles & Practices of Takaful and Insurance

Compared. (Malaysia: IIUM,2001). 2 Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in

The Takaful Insurance Industry”. Temple University. Published by ProQuest

LLC (2013).

Page 121: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

102 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

1. Melalui praktek al-Diyah

Al-diyah atau uang darah dibayarkan ke ahli waris sesuai

dengan konsep al’aqilah, seperti tertuang pada pasal 3 dalam kons-

titusi madinah. Sama halnya bagi Bani Awf, Bani Harith dan suku

lainnya, ketika tinggal di Madinah suatu waktu, juga mempunyai

kewajiban untuk membayar uang darah dalam “mutual collaboration”

sesuai dengan regulasi konstitusi.

2. Melalui pembayaran fidyah (ransum) Rasulullah SAW juga

meregulasi kan dalam konstitusi terkait dengan orang yang

ditahan (prisoner), dapat membayar kontribusi (fidyah) ke mu-

suh untuk kebebasannya, seperti yang tercantum dalam kons-

titusi. Hal ini juga diaplikasikan pada bani-bani yang lain,

seperti Bani harith, Bani Najjar, Bani Jusham dan yang lainnya

yang tinggal di Madinah saat itu.

3. Bentuk-bentuk lain dari Asuransi sosial yang terdapat dalam

konstitusi

Pasal 4-20a dari Konstitusi Madinah tercantum bahwa ma-

syarakat harus bertanggung jawab atas kestabilan atas kebersamaan

dalam penyediaan bantuan bagi yang membutuhkan, yang sakit dan

yang miskin.

c. Sejarah Asuransi Syariah pada zaman Shahabat3

Perkembangan praktek transaksi asuransi dapat juga terlihat

pada periode Khalifah ke-2, yaitu Sayyidina Umar, ra. Pada masa

tersebut, pemerintah mendorong masyarakat terhadap praktek al’Aqi-

lah secara nasional. Sayyidina Umar, ra merekomendasikan untuk

berdirinya a Diwan of Mujahidin (Departemen Keuangan) yang meru-

pakan jenis lain dari “mutual co-operation” untuk berkontribusi uang

darah untuk saudaranya pada suku mereka.

d. Sejarah Asuransi Syariah pada abad 14th – 20th

Selama abad 14th – 17th , permintaan seorang sufi Kazeru-

niyya, aktif pada sebuah pelabuhan di Malabar dan China. Meminta

pelayanan semacam asuransi cargo yang merupakan proteksi atas

resiko/bahaya kapalnya selama dalam perjalanan. Pada abad ke-19,

3 M. Ma’sum Billah. Principles & Practices of Takaful and Insurance

Compared. (Malaysia: IIUM, 2001).

Page 122: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 103

Ibn Abidin (1784-1836), mendiskusikan mengenai legalitas terhadap

asuransi. Pada abad ke-20 adalah Muhammad Abduh membuat 2

fatwa pada tahun 1900 – 1901 terkait legalitas praktek asuransi.

Dimana fatwa tersebut membolehkan asuransi jiwa, sedangkan yang

lain terkait dengan mudharabah kontrak pada asuransi.

e. Sejarah Asuransi Syariah abad modern

Saat ini perusahaan Asuransi Syariah sudah berada diberbagi

belahan dunia, baik di Timur tengah, Asia, Eropa, Amerika dan Aus-

tralia, termasuk di Indonesia. Asuransi yang pertama kali didirikan

adalah Asuransi Asuransi Syariah di Sudan pada tahun 19794, yang

dikelola oleh Dar al-Mal al-Islami Group. Dar al-Mal melebarkan

sayap bisnisnya ke negara-negara Eropa dan Asia lainnya. Setidaknya

ada empat asuransi Asuransi Syariah dan reAsuransi Syariah pada

tahun 1983, yang berpusat di Geneva, Bahamas, Luxembourg, dan

Inggris. Padahal secara legalitas keislaman, sistem asuransi syariah

baru baru diakui dan diadopsi oleh ulama dunia pada tahun 1985.

Pada tahun ini, Majma alFiqh al-Islami mengadopsi dan mengesahkan

Asuransi Syariah sebagai sistem asuransi yang sesuai dengan syariah.

Artinya, perkembangan Asuransi Syariah lebih didasarkan atas kreasi

dan kebutuhan umat muslim, ketimbang didorong oleh fatwa5.

Sistem asuransi diadopsi sebagai sistem saling menolong dan

membantu di antara para pesertanya.12 Hingga saat ini, tidak kurang

dari 65 perusahaan asuransi syariah tersebar di seluruh dunia.

Perkembangan asuransi dibilang cukup pesat. Dari asset $550 juta

pada tahun 2000, $193 juta di antara berada di Asia Pasifik, mening-

kat menjadi $1,7 milyar. Angka ini terus meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah asuransi syariah di duni. Pada tahun 2004 aset-

nya sudah mencapai $2 milyar. Angka-angka di atas merupakan

kumulasi untuk asuransi jiwa dan selain jiwa. Asuransi keluarga sya-

4 Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in

The Takaful Insurance Industry”. Temple University. Published by ProQuest

LLC (2013). 55

Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia

dan Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011

Page 123: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

104 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

riah mendominasi perkembangan asuransi dunia, mencapai 75%, di

mana 60%nya berasal dari asuransi jiwa syariah.6

Untuk merespon dan memajukan industri asuransi syariah,

Malaysia mendirikan Lembaga Penelitian dan Pelatihan Bank Syariah

(BIRTI), yang konsen pada bidang pendidikan dan pengembangan

sumber daya manusia. Lembaga ini telah memberi andil dalam

pengembangan industri syariah di belahan asia. Dengan dukungan

BIRTI, Asuransi Syariah Malaysia menjalin kerjasama dengan Sri

Lanka, Arab Saudi, dan pernah pula memberikan dukungan teknis

(technical assistance) untuk operasionalisai Asuransi Syariah Austra-

lia. Selain itu dukungan teknis dilakukan di negara Lebanon, Bang-

ladesh, dan Algeria. Kemudian pada tahun 1997, didirikan lagi The

Asean ReAsuransi Syariah International Labuan Ltd (ARILL).

Perkembangan asuransi syariah yang cukup progressif terjadi di

negaranegara Arab, terutama negara Arab Saudi, Qatar, Kuwait dan

Bahrain. Negara ini pertama kali mendirikan Asuransi Asuransi

Syariah Internasional pada tahun 1989. Pangsa pasar asuransi di Bah-

raian diperkirakan mencapai 65 juta dinar ($172 juta). Produk yang

diluncurkan oleh asuransi Bahrain ini antara lain, Asuransi Haji dan

Umrah yang diperkenalkan pada Januari 2004, asuransi kesehatan

(The Best Doctors Asuransi Syariah Health Care) diluncurkan pada

September 2004, dan Asuransi Syariah pendidikan.

Ketiga produk ini mendominasi dibanding produk lainnya.13

Beberapa industri asuransi syariah yang berkembang di Arab Saudi

antara lain; Islamic Arab Insurance Company (AlBaraka Group)

(1980), Islamic Corporation for teh Insurance, Investment dan Export

Credit (1995), Islamic Insurance Company Ltd., Islamic Insurance

and Reinsurance Company (1985)7, AlAman co-Operative Insurance

(AlRajhi) (1985), Global Islamic Insurance co. (1986), Islamic

6 Hela Miniaoui, Anissa Chaibi. Technical Efficiency of Takaful

Industry: A Comparative Study of Malaysia and GCC Countries. Working

Paper 2014-055. IPAG Business School 7 Issa Khan, Noor Naemah, Mohd Yakub Zulkifli, Mohd Roslan.

“History, problems, and prospects of Islamic insurance (Takaful) in Bangla-

desh”. SpringerPlus (2016) 5:785. DOI 10.1186/s40064-016-2400-5

Page 124: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 105

Takafaul and ReAsuransi Syariah Company (DMI Group) (1986), dan

lain sebagainya. 8

Di belahan Benua Afrika, asuransi syariah pertama kali didi-

rikan di Ghana, tahun 1994, yaitu Metropolitan Insurance Company

Limited (MIT). MIT merupakan satu-satunya asuransi yang berope-

rasi secara syariah di Ghana, dengan menerapkan sistem mudharabah

dan Asuransi Syariahi. Selaian Ghana, di Nigeria, African Alliance

Insurance Company Limited, mendirikan Islamic Life Insurance

System (Asuransi Syariah) pada oktober 2003. Di Senegal didirikan

Islamic Asuransi Syariah and ReAsuransi Syariah Co. dan Sonar

AlAmane (AlBaraka Group). Juga Asuransi Syariah Trinidad and

Tobago Friendly Society didirikan di Trinidad dan Tobago pada

tahun 1999.

Sementara di Eropa, negara Inggris merupakan pelopor pe-

ngembangan asuransi syariah. Melalui HSBS’s Amanah, Inggris ber-

cita-cita menjadi leading sector bagi pengembangan asuransi syariah

di Eropa dan negara lainnya. Di negara ini dirikan pula International

Co-operative and Mutual Insurance Federation (ICMIF), yang meng-

himpun 150 orang dari 82 anggota organisasi dari 52 negara di dunia.

Lembaga ini bertujuan untuk memajukan dan memperkenalkan sitem

asuransi syariah ke berbagai negara.14 Di Amerika, asuransi syariah

pertama kali berdiri pada Desember 1996. Asuransi Syariah USA

Insurance Company, asuransi pertama di Amerika, didirikan untuk

menampung sedikitnya 12 juta penduduk muslim di negara Paman

Sam itu. Demikian pula di Australia telah berdiri Australia Asuransi

Syariah Assosiation Inc. Malaysia dan Bank Pembangunan Islam

(IDB) telah meneken kontrak kerjasama untuk memajukan industri

asuransi syariah ini di negara-negara muslim, terutama di negara-

negara anggota OKI. Perkembangan asuransi syariah ini menunjukan

responsi yang positif dari masyarakat dunia akan sistem asuransi

berbasis syariah. Hal ini menunjukkan bahwa asuransi syariah dapat

diterima dan menjadi alternatif bagi sistem asuransi yang berjalan

selama ini. Berikut data perusahaan asuransi yang ada di dunia9

8 Marhanum, Nurdianawati, Siti. “Takaful Agents’ Roles in Accordan-

ce with the Quran and Sunnah”. GJAT. December 2012. Vol 2 Issue 2 page

41. ISSN : 2232-0474 | E-ISSN : 2232-0482 9 Tahani Coolen-Maturi. “Islamic insurance (takaful): demand and

suply in the UK”. International Journal of Islamic and Middle Eastern

Page 125: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

106 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Kebangkitan keuangan Islam diperkirakan akibat dari kombi-

nasi antara krisis keuangan global yang berpadu dengan kenaikan

harga minyak. Kenaikan harga minyak inilah yang mengakibatkan

terjadinya surplus keuangan di timur tengah, dana surplus tersebut

selanjutnya diinvestasikan kedalam instrumen-instrumen keuangan

Syariah. Berdasarkan data dari Islamic Development Bank (IDB),

total asset industri keuangan Syariah diperkirakan mencapai $1.5

trilliun di tahun 2012, dana tersebut masuk ke negara berkembang

seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Sri Lanka dan Bang-

ladesh, diantara negara-negara tersebut, Malaysia merupakan pioner

dalam membangun infrastruktur keuangan Syariah sehingga surplus

dana timur tengah lebih banyak terserap ke negara tersebut.10

Pada tahun 2014, diperkirakan total aset keuangan syariah

global meningkat menjadi $2 Triliun11

dan diprediksi pada tahun

2018 sudah meningkat lagi menjadi $ 3Triliun12

, yang terdiri dari

lebih 600 lembaga keuangan syariah di 75 negara diseluruh dunia13

.

Dari total aset keuangan syariah global, saat ini masih didominasi

oleh perbankan syariah sebesar 78%, sedangkan Asuransi Syariah

hanya memiliki market share sebesar 1%.

Finance and Management Vol. 6 No. 2, 2013 pp. 87-104 q Emerald Group

Publishing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/17538391311329806. 10

Abdou, Hussein A., Ali, Khurshid and Lister, Roger J. (2014). “A

comparative study of Takaful and conventional insurance: empirical eviden-

ce from the Malaysian market”. Insurance Markets and Companies: Analy-ses and Actuarial Computations, 4 (1). pp. 22-34. ISSN 2078-2454

11 IFSB Stability Report 2015

12 ISRA estimate

13 MIFC Insight report

Page 126: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 107

Gambar 4.1 Share Global Aset Keuangan Syariah

Sumber: Nomura Institute of Capital Markets Research, 2014

Industri Asuransi Syariah global pada tahun 2014 diperkirakan tetap

tumbuh sebesar 14%, dengan kontribusi sebesar $26 milyar diakhir

tahun 2015 dan diprediksi akan mencapai $42 milyar ditahun 2020.14

Sebagai gambaran, pertumbuhan industri Asuransi Syariah terkonsen-

trasi di Saudi Arabia, Malaysia, UEA dan Afrika. Selain itu di negara

timur tengah, pasar Asuransi Syariah sudah mulai menurun, kecuali

Arab Saudi, dikarenakan adanya kewajiban asuransi kesehatan15

,

Arab Saudi sendiri menguasai pangsa pasar di Timur tengah sebesar

77%.

14

Global Takaful Insight, 2014 15

Ahmad Shukri Yazid, Juliana Arifin, Mohd Rasid, Wan Norhayate.

“Determinants of Family Takaful (Islamic Life Insurance) Demand: A Con-

ceptual Framework for a Malaysian Study”. International Journal of Busi-ness and Management Vol. 7, No. 6; March 2012. doi:10.5539/ ijbm.v7n6p

115

Page 127: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

108 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Gambar 4.2 Market Share Kontribusi Asuransi Syariah

di Timur Tengah

Sumber: Global Asuransi Syariah Insight, 2014

Untuk dikawasan Asia tenggara, industri Asuransi Syariah

dikuasi oleh Malaysia yang mendominasi sebesar 71%, Indonesia sen-

diri menempati uruan kedua, dengan market share sebesar 23%.16

Gambar 4.3 Market Share Kontribusi Asuransi Syariah di ASEAN

Sumber: Global Asuransi Syariah Insight, 2014

Ernst & Young menetapkan 25 negara yang memiliki partum-

buhan ekonomi yang tinggi berdasarkan 3 indikator, yaitu pertumbu-

han ekonomi dan potensi masa depan, skala ekonomi dan jumlah

16

Source: Global Takaful Insight, 2014

Page 128: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 109

penduduk, serta strategi mereka dalam menghadapi bisnis global.

Dari 25 negara tersebut terpilihlah 7 negara kunci yang menjadi

pendorong pertumbuhan keuangan syariah global, yang disingkat

sebagai QISMUT (Qatar, Indonesia, Saudi arabia, Malaysia, UEA

dan Turki)17

. Ketujuh negara ini juga merepresentasikan 78% penge-

lolaan aset keuangan syariah global.

Tabel 4.1 Populasi QISMUT & GDP

Sumber: Nomura Institute of Capital Markets Research, 2014

Indonesia, sebagai salah satu negara yang memiliki potensi

pertumbuhan keuangan syariah yang tinggi, saat ini masih memiliki

market share yang relatif kecil, yaitu 4% dibandingkan dengan 6

negara lainnnya di QISMUT.18

17

Bedi Gunter Lackman. “The Six Key Countries Driving Global

Islamic Finance Growth”. Nomura Journal of Capital Markets Autumn 2014

Vol. 6 No. 2 18

Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in

The Takaful Insurance Industry”. Temple University. Published by ProQuest

LLC (2013).

Page 129: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

110 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Gambar 4.4 Share diantara Negara QISMUT

Sumber: Nomura Institute of Capital Markets Research, 2014

B. Pengembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia

Berdasarkan data bank Dunia, Indonesia mengalami partum-

buhan kelas menengah, dimana pada tahun 1999-2011 sebesar 50 juta

orang (sebagian besar Muslim) menjadi 130 juta orang dan akan

bertambah 50 juta lagi didekade mendatang.19

Perkembangan industri asuransi syariah juga terjadi di Indo-

nesia20

. Pertumbuhan asuransi syariah didukung oleh ketentuan

regulasi yang menjamin kepastian hukum kegiatan asuransi syariah.

1. Regulasi dan Fatwa

Pertumbuhan industri Asuransi Syariah di Indonesia, tidak

serta merta diikuti oleh regulasi pemerintah yang memadai, sejak

berdiri pertama kali di tahun 1994, sampai dengan tahun 2014 baru

ada undang-undang yang mengatur industri Asuransi Syariah,

undang-undang tersebut merupakan hasil revisi dari undang-undang

perasuransian di tahun 199221

. Selama belum ada undang-undang

19

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Takaful)”.

Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December 2013,

291-304 20

Berdasarkan hasil wawancara dengan Taufik Marjuniadi, ACII,

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), periode 2014-

2017 tertanggal 14 September 2017 21

Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

Page 130: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 111

yang mengatur, pemerintah menerbitkan Keputusan Menteri Keua-

ngan dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan untuk mengisi kekoso-

ngan regulasi yang ada. Fatwa-fatwa yang diterbitkan terkait dengan

produk Asuransi Syariah pertama kali baru ada di tahun 2001, dan

setelah itu sudah banyak fatwa-fatwa yang diterbitkan oleh Dewan

Syariah Nasional MUI22

.

Saat ini sudah ada 6 fatwa DSN yang diterbitkan khusus

terkait Asuransi Syariah, jumlah fatwa ini relatif sedikit dibanding-

kan fatwa-fatwa yang terkait dengan perbankan syariah. Ketentuan

hukum yang mengatur Asuransi Syariah antara lain23

:

a. Undang undang No.40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian;

b. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelengga-

raan Usaha Perasuransian, sebagaimana telah dirubah dengan

Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1992;

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 421/KMK.06/2003 tanggal

30 September 2003 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan

Bagi Direksi dan Komisaris Perusahaan Perasuransian;

d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 422/KMK.06/2003 tanggal

30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan

Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;

e. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 423/KMK.06/2003 tanggal

30 September 2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuran-

sian;

f. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 424/KMK.06/2003 tanggal

30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan

Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;

g. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 426/KMK.06/2003 tanggal

30 September 2003 tentang Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi

dan Perusahaan Reasuransi.24

22

Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001, Tentang Pedoman Umum

Asuransi Shari’ah. 23

Berdasarkan hasil wawancara dengan Irsyal Ismail, Ak, MM, De-

wan Pengawas Syariah, IAG Parolamas, Dewan Syariah Nasional, tertanggal

5 Oktober 2017 24

Berdasarkan hasil wawancara dengan Alis Subiyantoro, Bagian

Pengembangan dan Kelembagaan Asuransi Jiwa Syariah, Otoritas Jasa Ke-

uangan, tertanggal 15 Januari 2018

Page 131: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

112 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Modus operandi pendirian Asuransi Syariah di Indonesia

Untuk mendirikan perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia,

dapat dilakukan melalui empat bentuk:

a. Pendirian baru;

b. Konversi dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi

konvensional;

c. Pendirian kantor cabang baru dengan prinsip syariah oleh Peru-

sahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi konvensional;

d. Konversi kantor cabang konvensional menjadi kantor cabang

dengan prinsip syariah dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan

Reasuransi konvensional. Untuk pendirian baru tidak terlalu ba-

nyak masalah yang dihadapi terutama terkait dengan peserta.

Sedangkan untuk konversi ada ketentuan yang harus dipenuhi

menyangkut kesediaan pemegang polis. 25

Baik pendirian baru maupun konversi, suatu perusahaan asu-

ransi syariah dapat beroperasi apabila mendapat izin usaha dari

Departemen Keuangan. Izin usaha itu diberikan setelah pengajuan

pendirian atau konversi memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: (a)

Maksud dan Tujuan di dalam anggaran dasar perusahaan; (b) Memi-

liki tenaga ahli; (c) Memiliki Dewan Pengawas Syariah Perusahaan;

(d) Memenuhi minimal modal disetor atau minimal modal kerja (bagi

pendirian cabang); (e) Tingkat Solvabilitas (bagi pendirian cabang);

(f) Tidak sedang dalam pengenaan sanksi administratif (bagi pendi-

rian cabang), dan (g) Persyaratan-persyaratan lainnya, sebagaimana

halnya persyaratan dalam pembukaan kantor cabang konvensional.

Untuk mendukung perkembangan asuransi syariah di Indone-

sia, DSN pada tahun 2001 mengeluarkan fatwa NO: 21/DSN-MUI/

X/2001Tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah, yang menjadi

acuan dari sisi syariah dalam penyelenggaraan kegiatan asuransi sya-

riah di Indonesia.

25

Berikut adalah Ketentuan Khusus Konversi:

a. Tidak merugikan tertanggung atau pemegang polis

b. Memberitahukan konversi tersebut kepada setiap pemegang polis

c. Memindahkan portofolio pertanggungan ke PA konvensional lain

atau membayarkan nilai tunai pertanggungan, bagi tertanggung atau peme-

gang polis yang tidak bersedia menjadi tertanggung atau pemegang polis

dari PA dengan prinsip syariah.

Page 132: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 113

2. Jenis dan Jumlah Perusahaan

Jumlah perusahaan asuransi Syariah yang semula hanya 1

perusahaan di tahun 1994, yaitu PT Asuransi Asuransi Syariah Kelu-

arga, terus mengalami pertumbuhan, khususnya di tahun 2000

menjadi 25 perusahaan. Pada tahun 2011 menjadi 43 perusahaan dan

di tahun 2017 mencapai 63 perusahaan. Total perusahaan asuransi

Syariah tersebut terdiri dari asuransi jiwa 30 perusahaan, asuransi

umum 30 perusahaan dan reasuransi 3 perusahaan. Pemerintah mela-

lui undang-undang perasuransian memaksa perusahaan yang menja-

lankan bisnis Asuransi Syariah, yang saat ini masih di dominasi oleh

unit usaha syariah diwajibkan untuk melakukan spin-off selambat-

lambatnya pada tahun 202426

.

Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Perusahaan Asuransi Syariah Indonesia

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perasuransian 2017. Data

diolah.

Asuransi Syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat.

Persaingan bisnis Asuransi Syariah di Indonesia kian ramai dengan

bermunculannya pemain- pemain baru, baik dari asuransi jiwa mau-

pun asuransi kerugian/umum dengan prinsip syariah. Sementara

reasuransi syariah juga mengalami perubahan komposisi, yaitu dari

26

Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

Page 133: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

114 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

keseluruhan perusahaan yang hanya berbentuk unit usaha syariah,

menjadi ada satu perusahaan yang berbentuk syariah (full fledge)

dengan melakukan spin off27

. Sejak berdirinya asuransi Syariah perta-

ma di Indonesia, Asuransi Asuransi Syariah Keluarga dan Asuransi

Asuransi Syariah Umum di tahun 1994 sampai dengan tahun 2017

jumlah asuransi Syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 63

(enam puluh tiga) industri. Pada tahun 2017, jumlah asuransi syariah

di Indonesia bertambah menjadi 63 di industri. Asuransi yang

bertambah yaitu Asuransi Reliance Indonesia, Asuransi Jiwa Syariah

Keluarga Indonesia dan FWD Life Indonesia. Dapat disimpulkan dari

grafik diatas bahwa jumlah asuransi Syariah di Indonesia relatif terus

bertambah dan perkembangan Syariah pun terus meningkat. Peratu-

ran Pemerintah mengenai modal minimum asuransi, serta rencana

beberapa perusahaan asuransi Syariah untuk melakukan spin-off sesu-

ai peraturan undang-undang tentang Perasuransian, maka dapat dipre-

diksi bahwa hingga tahun-tahun kedepan jumlah asuransi Syariah

akan terus bertambah.28

3. Total Aset dan Kontribusi

Pertumbuhan kontribusi dan asset perusahaan asuransi Syariah

di Indonesia29

, seiiring dengan bertambahnya perusahaan menyebab-

kan kontribusi dan asetpun ikut berkembang, pada tahun 2006

kontribusi mencapai Rp 490 Milyar dan meningkat pesat menjadi

Rp2.7 Triliun dengan pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai

90%, dan di tahun 2017 mencapai Rp33,48 Triliun dengan rata-rata

pertumbuhan menurun menjadi 25%.

Seiring dengan bertambahnya jumlah asuransi Syariah di

Indonesia, jumlah aset industri ini pun ikut bertambah. Tercatat jum-

lah aset asuransi Syariah Indonesia pada akhir tahun 2017 sebesar 33

trilliun.

27

www.ojk.go.id 28

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015 29

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015

Page 134: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 115

Gambar 4.5 Aset Asuransi Syariah di Indonesia

Sumber: Data diolah OJK.2017

Pertumbuhan (growth) aset asuransi Syariah tahun 2013-2017

fluktuatif. Hal ini mengakibatkan market share aset asuransi Syariah

yang naik turun atau fluktuatif sejak tahun 2011.

Gambar 4.6 Aset Asuransi Nasional di Indonesia

Sumber: Data OJK. 2017

Page 135: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

116 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Dari data per Desember 2017, growth asset asuransi Syariah

menurun hingga 3%, dari data tersebut dapat diprediksikan bahwa

pada akhir tahun nanti Aset asuransi Syariah akan turun sedikit atau

naik sedikit. Sementara itu aset asuransi nasional mengalami partum-

buhan yang fluktuatif.

Pada tahun 2011-2012 menurun hingga 14%, kemudian me-

ningkat tahun 2013 sebesar 19% dan kembali menurun lagi tahun

2014 dan meningkat tahun 2017 menjadi sebesar 28%30

Gambar 4.7 Kontribusi Bruto Asuransi Syariah di Indonesia

Sumber : Data OJK. 2017

Tingkat pertumbuhan rata-rata kontribusi bruto Syariah ini

fluktuatif. Terjadi penurunan pada tahun 2011 hingga 2014, kemu-

dian meningkat di tahun 2015 dan kembali menurun di tahun 2016

dan meningkat lagi di tahun 2017.31

30

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015 31

www.ojk.go.id

Page 136: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 117

Gambar 4.8 Premi Bruto Asuransi Nasional di Indonesia

Sumber: Data OJK. 2017

Pertumbuhan Kontribusi Bruto Asuransi Nasional terus menu-

run setiap tahunnya. Penurunan paling buruk terjadi pada tahun 2015

dan meningkat lagi di tahun 2016 dan 2017.

4. Rasio Penetrasi dan Pertumbuhan

Pertumbuhan industri Asuransi Syariah yang sangat signifikan

tetap masih memiliki rate penetrasi yang relative lebih rendah diban-

dingkan penetrasi asuransi konvensional32

. Penetrasi yang rendah ini

disebabkan banyak hal, salah satunya adalah penerapan model

pengelolaan Asuransi Syariah yang tidak sesuai dengan kondisi pasar,

serta standarisasi model pengelolaan diantara pengelola Asuransi

Syariah juga merupakan salah satu penyebab, industry ini belum

maksimal.33

Selain model pengelolaan bisnis Asuransi Syariah juga

32

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-

nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27. 33

Lukman Ayinde Olorogun. “A proposed contribution model for ge-

neral Islamic insurance industry”. International Journal of Islamic and Midd-le Eastern Finance and Management Vol. 8 No. 1, 2015 pp. 114-131 ©

Page 137: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

118 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

perlu melakukan inovasi dan strategi marketing yang baru untuk me-

ningkatkan penetrasi pasar Asuransi Syariah, melalui pengembangan

produk-produk Asuransi Syariah yang dapat menciptakan potensi-

potensi baru pasar Asuransi Syariah di masyarakat muslim, khusus-

nya.34

Di Indonesia tingkat penetrasi asuransi terhadap GDP tahun

2015 mencapai 2,29% dari GDP yang mencapai Rp 11.540,80 triliun,

jauh dibandingkan dengan Eropa 10%, India 5%, dan Jepang 12%.

Hal ini menandakan masih besar potensi pasar asuransi di Indonesia

yang belum digarap.

Rendahnya penetrasi asuransi di negara-negara Muslim, khu-

susnya Indonesia adalah dikarenakan oleh 2 faktor utama, yaitu fak-

tor pertama adalah karena asuransi merupakan produk keuangan dari

barat bukan merupakan produk murni dari Islam, faktor kedua seba-

gian besar populasi Muslim tersebut memiliki pendapatan rendah,

sehingga produk asuransi masih dikategorikan barang mewah.35

C. Peluang dan Tantangan Perkembangan Industri Asuransi Syariah

1. Analisis SWOT Industri Asuransi Syariah di Indonesia36

Pada tahun 2015 diperkirakan bahwa potensi penerimaan premi

syariah di Indonesia akan mencapai US$ 1,20 miliar. Pencapaian po-

sisi ini menempatkan pada posisi terbesar kedua setelah Malaysia

yang diperkirakan oleh penelitian Institute of Islamic Banking and

Emerald Group Publishing Limited 1753-8394 DOI 10.1108/IMEFM-04-

2014-0032. 34

Norizan Remli, Wan Norhayate Wan Daud, Fakhrul Anwar Zainol

& Hamizah Muhammad. “A Proposed Conceptual Framework for Market

Orientation and Innovation towards Takaful Performance in Malaysia”. International Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 7; 2013.

ISSN 1833-3850 E-ISSN 1833-8119. Published by Canadian Center of

Science and Education 35

Anja Erlbeck. Microtakaful: Field Study Evidence and Conceptual Issues. University of Cologne Department of Risk Management and Insu-

rance. 2011. 36

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015

Page 138: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 119

Insurance di London sebesar US$ 1,22 miliar. Tetapi jika disbanding-

kan dengan asuransi konvensional jumlah premi ini sangatlah kecil.

Beberapa hal yang menjadi penyebab relatif rendahnya pene-

trasi pasar asuransi syariah dalam sepuluh tahun terakhir adalah ren-

dahnya dana yang memback up perusahaan asuransi syariah, promosi

dan edukasi pasar yang relatif belum dilakukan secara efektif (terkait

dengan lemahnya dana), belum timbulnya industri penunjang asuransi

syariah seperti broker-broker asuransi syariah, agen, adjuster, dan lain

sebagainya, produk dan layanan belum diunggulkan diatas produk

konvensional, posisi pasar yang masih ragu antara penerapan konsep

syariah yang menyeluruh dengan kenyataan bisnis di lapangan yang

terkadang sangat jauh dari prinsip syariah, dukungan kapasitas reasu-

ransi yang masih terbatas (terkait jua dengan dana) dan belum adanya

inovasi produk dan layanan yang benar-benar digali dari konsep dasar

syariah.

Negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim seperti

Indonesia37

, pada umumnya memiliki tingkat penetrasi dan tingkat

density asuransi yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan nega-

ra-negara lain. Hal ini disebabkan oleh apa yang disebut sebagai hala-

ngan agama yaitu keyakinan agama yang tidak memperkenankan

praktek asuransi konvensional. Selain dapat mengatasi hambatan aga-

ma tersebut, sifat alami asuransi syariah akan berpotensi untuk ber-

kembang di Indonesia karena beberapa alasan antara lain mayoritas

penduduknya beragama Islam akan cenderung menghormati solusi

yang berasal dari agamanya sendiri, ekonomi Indonesia yang secara

signifikan bergantung pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) akan cocok dengan pendekatan pengelolaan risiko melalui

konsep tolong menolong dalam asuransi syariah, sifat alami asuransi

syariah yang memungkinkan peserta mendapatkan bagian hasil akan

lebih adil diterapkan pada masyarakat karena tidak secara berlebihan

menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain, era penerapan

Good Corporate Governance (GCG) akan mendorong proses bisnis

yang bersih sehingga berdampak kondusif bagi timbulnya asuransi

37

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap

Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27

Page 139: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

120 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

syariah dan sifat asuransi Syariah antara lain menghindarkan praktik-

praktik yang mengandung unsur-unsur ketidakpastian dan judi akan

sejalan dengan praktik usaha yang penuh kehati-hatian di lingkungan

ekonomi global.38

Asuransi syariah yang menggunakan Al-Quran dan sunnah nabi

sebagai rujukannya memiliki sumber inspirasi dan inovasi yang tidak

habis-habisnya dalam memberi kemaslahatan pada umat. Konsep

dasar asuransi syariah terutama yang menggunakan system wakalah

merupakan konsep asuransi yang akan terbebas dari ketidakpastian

usaha di sector asuransi, prinsip dasar asuransi syariah yang mendo-

rong orang atau badan untuk saling tolong menolong sesama dengan

bantuan operator asuransi syariah sangat berbeda dengan prinsip

dasar asuransi konvensional yang memposisikan peserta sebagai ter-

tanggung dan perusahaan asuransi sebagai penanggung dan asuransi

syariah memberikan kepastian kehalalan bagi para pesertanya.

Sistem asuransi Islam Asuransi Syariah memiliki dua mekanis-

me utama yang merupakan prinsip dasar operasional perusahaan

Asuransi Syariah yaitu asas al mudharabah dan asas tabarrru’.

Dengan adanya kedua prinisip dasar menjadikan sistem asuransi Asu-

ransi Syariah ini selaras dengan hukum syariat. Selain dari itu, peru-

sahaan Asuransi Syariah juga mempunyai konsep wakalah dan wadi-

ah dalam menljalankan perniagaannya.

a. Kekuatan

Dalam upaya pengembangan operator asuransi syariah baru di

Indonesia, yang dapat menjadi kekuatan positif adalah sebagai

berikut: (1) Tenaga kerja profesional/ sumber daya manusia inti yang

kompeten dan memiliki integritas moral dan ghirah Islam, yang

berada dalam sebuah teamwork yang solid; (2) Pemegang saham yang

memiliki visi dan misi syariah yang jelas; (3) Kelompok pemegang

saham mampu mengusahakan ”captive market” awal; (4) Kelompok

pemegang saham diharapkan memiliki infrastruktur teknologi dan

potensi tenaga ahli (mislanya: Fund manager); (5) Dalam aspek legal,

sifat perjanjian yang memenuhi syarat syariah mampu memberi rasa

38

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015

Page 140: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 121

aman kepaa peserta asuransi syariah, selain unsur duniawi semata; (6)

Adanya unsur dakwah; (7) Produk asuransi bersifat transparan.39

b. Kelemahan

Sistem asuransi syariah dan core team asuransi syariah baru ini

memiliki kelemahan yang masih dalam tahap peningkatan40

yaitu: (1)

SDM pendukung (lapisan kedua,dst) belum banyak memahami bisnis

syariah; (2) Dalam hal pemasaran, alternatif distributif relatif masih

terbatas dibandingkan pola konvensional; (3) Kompleksitas dalam

sistem administrasi syariah (misalnya perhitungan bagi hasil dan

tingkat hasil investasi); (5) Permodalan yang terbatas akan mempe-

ngaruhi; (6) Sistem/teknologi pendukung manajemen; (7) Strategi

bisnis; (8) Ketersediaan infrasturktur (internal, eksternal, customer

support,dll).

Kekuatan dan kelemahan dalam memperluas jaringan bisnis

asuransi syariah terutama di Indonesia, penjelasannya adalah sebagai

berikut: SDM pendukung (lapisan kedua, dst.) belum banyak mema-

hami bisnis syariah, dalam hal pemasaran, alternatif distribusi relati-

ve masih terbatas dibanding pola konvensional, kompleksitas dalam

administrasi Syariah (misalnya: perhitungan bagi hasil dan tingkat

hasil investasi) memerlukan dukungan system yang andal, permo-

dalan yang terbatas akan mempengaruhi: (a) Sistem/teknologi pendu-

kung manajemen; (b) Strategi bisnis; (c) Ketersediaan infrastruktur

(internal, external, customer support, etc.)

Apabila pemegang saham kurang mengharagi pentingnya

investasi di bidang IT sebagai “modelling tools” dan “administration

tools”, pengalaman langsung/penerapan model terhadap bisnis riil

belum cukup (baru pada tahap teoritis), lemahnya”public relations”

untuk mengkomunikasikan keunggulan LKS (ideloanya beralih dari

39

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-

nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27. 40

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asu-

ransi Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015.

Page 141: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

122 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

“short term/hit and run marketing” menjadi “long term marketing/

customer relationship”).41

Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus

berkembang sangat membutuhkan akan sumber daya manusia profe-

sional yang mau terus menerus mengubah diri agar tetap eksis mengi-

kuti perkembangan yang terjadi. Sumber daya manusia yang ada

dalam perusahaan asuransi shari’ah dituntut agar selalu berusaha

menyeimbangkan kemampuan terhadap berbagai tuntutan yang

disebabkan oleh persaingan usaha dan kewajiban untuk menjadi yang

terbaik, agar dapat memberikan layanan yang baik kepada masyara-

kat.42

Perusahaan Asuransi Syariah sebagai produsen yang meng-

hasilkan produk dan jasa, dalam berbisnis seyogyanya tidak hanya

tertumpu pada tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang

selalu berkembang akan tetapi juga harus memenuhi tuntutan shari-

’ah dalam beribadah. 43

Dalam memberikan pelayanan kepada peserta, khususnya pada

saat proses penyelesaian klaim baik yang dilakukan oleh perusahaan

asuransi konvensional ataupun Asuransi Syariah selalu merujuk pada

ketentuan yang terdapat dalam polis. Disini profesioanalisme sangat

dibutuhkan dan bahkan menjadi suatu keharusan yang tidak dapat

ditawar, tanpa adanya profesionalisme maka kejujuran, transparansi,

amanah, kecepatan, dan ketepatan dalam menyelesaikan klaim tidak

akan dapat dilaksanakan, begitu juga dengan pemberian kualitas

41

IRTI (Islamic Research and Training Institute), "Islamic Banking

and Finance, Fundamental and Contemporary Issues". 42

Muhammad 'Uthman Shibir, al-Mu'amalat al-Maliyah al-Mu'asirah fi al-Fiqh al-Islami (Yordan; Dar al-Nafa'is, 1999), 99. Fathi al-Said Lashin,

'Akad al-Ta'min fi al-Fiqh al-Islami (Kairo; Universitas Kairo, t.t), 9.

Muhammad Baltaji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-Islami",

Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-

Shany: al-Ta'min al-Ijtima'i fi al-Islam, 1403 H- 1983 M, 133-134. 43

'Abdullah Mabruk al-Najar, 'Uqud al-Ta'min wa Muda Mashru-'iyatihi fi al-Fiqh al-Islami Dirasah al-Muqaranah (Mesir; Dar al-Nahdah al-

'Arabiyah, 1994), 16-17. Muhammad Amin Mustafa Abu al-Shinqiti, Dira-sah Shar'iyah Li Ahammi al-'uqud al-Maliyah al-Mustahdithah (Mesir; Dar

al-Haramain Maktabah al-'ulum wa al-Hukm, 1992), 592. Muhammad Balta-

ji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-Islami", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min

al-Ijtima'i fi al-Islam, 1403 H- 1983 M, jil. 5, 58.

Page 142: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 123

pelayanan yang baik dan bisa diterima semua pihak yang berkepen-

tingan harus menjadi prioritas. Dalam kitab Mukhtar al-Sihah

disebutkan bahwa ta‘āwun dan Asuransi Syariah hanya akan terbukti

jika pihak yang mempunyai kemampuan mengetahui problema dan

kesulitan yang dihadapi oleh kerabatnya dan segera melakukan ban-

tuan tatkala mengetahuinya.44

Muhammad Rawwas Qal’aji dalam bukunya Mabahis Fi al-Iqtisad al-Islami sangat menekan bahwa salah satu bagian penting

dari misi perusahaan asuransi yang harus dipegang oleh para pejabat-

nya adalah tentang filsafat perusahaan yang harus mengedepankan

unsur-unsur agama yang bebas dari hal-hal yang dilarang oleh syariat,

seperti gharar, maisir dan riba. Dalam istilah yang populer filsafat

perusahaan dikatakan sebagai kredo yang baik, baik secara implisit

atau eksplisit itu dinyatakan sebagai keyakinan dasar, sistim nilai,

aspirasi dan segi-segi lain yang bersifat filsafati untuk menjalankan

roda perusahaan. Filsafat itulah yang digunakan sebagai landasan

prilaku bagi semua orang dalam menjalankan semua bentuk transaksi.

Aksentuasi pada segi-segi tertentu bisa saja ditonjolkan oleh suatu

perusahaan, seperti yang menyangkut dengan prinsip-prinsip dasar,

konsep operasional, dan lain-lain sebagainya. Meskipun demikian

pengawasan adalah suatu hal yang urgent dilakukan oleh ahlinya,

apalagi dengan diatur oleh undang-undang sebagai simbol yang

membedakannya dengan lembaga lain.45

c. Peluang

Asuransi syariah di Indonesia sudah berjalan selama 14 (empat

belas) tahun semenjak pertama kali didirikan pada tahun 199446

yaitu

dengan diresmikannya PT. Asuransi Syariah Keluarga. Dibandingkan

dengan asuransi konvensional yang sudah beroperasi sejak tahun

1912 dengan berdirinya asuransi Bumiputera maka usia asuransi sya-

riah masih tergolong relative muda. Namun dilihat dari jumlah per-

tumbuhan perusahaan, asuransi syariah sangatlah menggembirakan

44

Mukhtar al-Sihah, (t.t, t.p, t.th.) jil.2, 402. 45

Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami -Min Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000), 126. Sondang P. Siagan,

Manajemen Stratejik (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 52. 46

Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan

Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011.

Page 143: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

124 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

yaitu 40 % setiap tahun sementara yang konvensional hanya 25 %.

Melihat pertumbuhan yang pesat ini menunjukkan betapa besar

peluang asuransi syariah untuk lebih berkembang lagi. Setidaknya

ada dua faktor penting yang bisa menjadi momentum berharga bagi

berkembangnya asuransi syariah di Indonesia, yaitu : (1) Ruang

penetrasi produk asuransi di Indonesia masih sangat luas mengingat

persentase pemegang polis individual di Indonesia baru mencapai

kisaran tiga persen (6,6 juta) dari total penduduk sebesar 220 juta

jiwa47

; (2) Mayoritas penduduk Indonesia merupakan umat Islam, dan

kehadiran produk yang sejalan dengan konsep serta nilai-nilai

beragama berpeluang besar untuk bisa diterima oleh masyarakat luas.

Sedikitnya masyarakat Indonesia yang ikut berasuransi menjadi pelu-

ang bagi asuransi syariah untuk meningkatkan pangsa pasar, sejalan

dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa asuransi

misalnya untuk kebutuhan meningkatkan pendidikan anak, mening-

katnya biaya kesehatan dan lain-lainnya.

Di samping itu besarnya penduduk Indonesia yang beragama

Islam menjadikan asuransi syariah berpeluang besar untuk lebih

berkembang lagi. Hal ini karena bagi orang muslim menjalankan

aktifitas yang sesuai dengan tuntunan Islam tentunya akan menjadi

pilihan utama, demikian juga dalam hal pilihan berasuransi tentunya

seorang muslim akan lebih memilih yang sesuai dengan ajaran Islam

yaitu asuransi syariah dari pada asuransi konvensional yang selama

ini masih diragukan kehalalannya.

Keunggulan konsep asuransi syariah yang dapat memenuhi rasa

keadilan juga menjadi peluang bagi berkembangnya asuransi syariah,

misalnya konsep bagi hasil dalam asuransi syariah dimana jumlah

yang dibagi tergantung hasil yang didapat sehingga tidak ada yang

dirugikan. Konsep bagi hasil ini pula yang membuat perusahaan asu-

ransi syariah dapat bertahan terhadap krisis ekonomi tahun 1997,

sehingga banyak perusahaan asuransi konvensional mulai melirik

produk asuransi syariah.48

47

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015 48

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016

Page 144: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 125

Konsep yang sesuai dengan syariah ini pula yang menjadikan

asuransi syariah tidak hanya hadir di negara yang berpenduduk mayo-

ritas muslim melainkan juga di negara-negara yang berpenduduk non

muslim.49

Hingga kini di seluruh dunia sudah ada sekitar 45 (empat

puluh lima) asuransi syariah, misalnya di Singapura, Swiss, Amerika

Serikat, Jeneva, Bahamas dan lain-lain.

Peluang dari bisnis asuransi syariah di Indonesia adalah keung-

gulan konsep asuransi syariah dapat memenuhi peningkatan tuntutan

fairness/rasa keadilan dari masyarakat, jumlah penduduk beragama

Islam di Indonesia lebih dari 180 juta orang, meningkatnya kesadaran

bermuamalah sesuai syariah, tumbuh subur khususnya pada masya-

rakat golongan menengah, meningkatnya kebutuhan jasa suransi

karena perkembangan ekonomi umat, tumbuhnya lembaga keuangan

syariah (LKS) lainnya seperti bank dan reksadana, kompetitor dalam

bisnis asuransi syariah ini masih sedikit, berlakunya undang-undang

ototnomi daerah yang kan memacu perkembangan ekonomi daerah,

kebutuhan meningkatkan pendidikan anak, meningkatnya risiko kehi-

dupan, meningkatnya bea-bea kesehatan (harga obat,dll), menurunnya

rasa tolong menolong di masyarakat (tidak membudaya lagi), globa-

lisasi (teknologi internet sebagai penunjang bisnis), adanya UU Dana

Pensiun, dan “Employee Benefits” sebagai bagian dari paket perusa-

haan dalam rekrutmen karyawan.50

Sedikitnya masyarakat Indonesia yang ikut berasuransi menja-

di peluang bagi asuransi Syariah untuk meningkatkan pangsa pasar,

sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa asu-

ransi misalnya untuk kebutuhan meningkatkan pendidikan anak,

meningkatnya biaya kesehatan dan lain-lainnya. Di samping itu

besarnya penduduk Indonesia yang beragama Islam menjadikan

asuransi syariah berpeluang besar untuk lebih berkembang lagi. Hal

ini karena bagi orang muslim menjalankan aktifitas yang sesuai de-

ngan tuntunan Islam tentunya akan menjadi pilihan utama, demikian

49

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-

nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27. 50

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015.

Page 145: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

126 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

juga dalam hal pilihan berasuransi tentunya seorang muslim akan

lebih memilih yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu asuransi syariah

dari pada asuransi konvensional yang selama ini masih diragukan

kehalalannya. Sebagaimana disebut di atas, ada lebih dari 180 juta

Muslim di Indonesia dan kesadaran akan keislamannya terus mening-

kat, merupakan peluang pasar yang lebar.51

Permintaan terhadap kehadiran lembaga keauangan syariah di

berbagai tempat terus meningkat. Krisis ekonomi dalam dua setengah

tahun terakhir ini memperlihatkan bahwa Indonesia memerlukan kon-

sep lain dalam menata perekonomiannya. Lembaga ekonomi syariah

adalah pilihan yang paling sesuai. Oleh karena itu, untuk memenuhi

kebutuhan pasar, di samping juga mendidik masyarakat, diperlukan

lebih banyak bank syariah, – dan kini telah mulai bermunculan-, serta

asuransi syariah sebagai ‘counterpart’nya. Kehadiran Lembaga

keuangan syariah baru akan memacu persaingan yang sehat untuk

pengembangan kualitas yang pada akhirnya akan menguintungkan

bangsa dan negara.52

Asuransi Syariah di Indonesia merupakan peluang bisnis yang

prospektif karena seiring dengan perkembangan ke arah stabilitas

politik dan ekonomi, dengan jumlah penduduk lebih dari 180 juta

jiwa, Indonesia merupakan salah satu portofolio investasi yang mulai

kembali dilirik para investor manca negara. Kenyataan bahwa sekitar

90% penduduk beragama Islam dan bahwa kesadaran untuk mengeks-

presikan identitas kemuslimannya semakin meningkat, telah menjadi

potensi pasar yang besar. Sebagai contoh, usaha di bidang makanan

dan minuman berlabel halal, pakaian dan asesori muslim dan musli-

mah, perjananan haji dan umroh, pendidikan dan publikasi Islami,

meningkat dengan pesat dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini.53

Di lain pihak, sebagian ummat Islam memerlukan jaminan bah-

wa segala interaksi muamalah yang dilakukannya dalam upaya men-

51

Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan

Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011. 52

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016 53

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015

Page 146: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 127

capai kesejahteraannya, sesuai dengan syariah. Kebutuhan akan

lembaga keuangan Islami bertambah kuat seiring dengan berkem-

bangnya sektor industri jasa keuangan secara umum. Untuk meme-

nuhi permintaan ummat tersebut, diperlukan lebih banyak bank dan

asuransi syariah. Kehadiran Lembaga lembaga keuangan syariah lain-

nya dapat memacu persaingan yang sehat, yang akan meningkatkan

kualitas produk dan pelayanan.54

Beberapa faktor lain yang merupakan peluang dan mendukung

prospek asuransi syariah adalah: (1) Keunggulan konsep asuransi

syariah dapat memenuhi peningkatan tuntutan rasa keadilan dari

masyarakat; (2) Jumlah penduduk beragama Islam di Indonesia lebih

dari 180 Juta orang; (3) Meningkatnya kesadaran bermuamalah sesuai

syariah, tumbuh subur khususnya pada masyarakat golongan mene-

ngah; (4) Meningkatnya kebutuhan jasa asuransi karena perkemba-

ngan ekonomi umat; (5) Tumbuhya lembaga keuangan syraiah (LKS)

lainnya seperti perbankan dan reksadana; (6) Kompetitor dalam bisnis

asuransi syariah masih sedikit; (7) Berlakunya undang-undang otono-

mi daerah yang akan memacu perkembangan ekonomi daerah; (8)

Kebutuhan meningkatkan pendidikan (anak); (9) Meningkatnya resi-

ko kehidupan; (10) Meningkatnya bea-bea kesehatan (harga dolar,

dll); (11) Menurunnya rasa ”tolong menolong” di masyarakat (tidak

membudaya lagi); (12) Globalisasi (teknologi internet sebagai penun-

jang bisnis); (13) Adanya UU Dana Pensiun; (14) ”Employee

Benefits” sebagai bagian dari paket perusahaan dalam rekrutmen

karyawan.

Sebagaimana disebut di atas, ada lebih dari 180 juta Muslim di

Indonesia dan kesadaran akan keislamannya terus meningkat, meru-

pakan peluang pasar yang lebar. Permintaan terhadap kehadiran lem-

baga keauangan syariah di berbagai tempat terus meningkat. Krisis

ekonomi dalam dua setengah tahun terakhir ini memperlihatkan bah-

wa Indonesia memerlukan konsep lain dalam menata perekonomian-

nya. Lembaga ekonomi syariah adalah pilihan yang paling sesuai.

Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pasar, di samping juga

mendidik masyarakat, diperlukan lebih banyak bank syariah, dan kini

54

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang

Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume

3 Nomor 2, Oktober 2016

Page 147: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

128 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

telah mulai bermunculan, serta asuransi syariah sebagai ‘counter-

part’nya. Kehadiran Lembaga keuangan syariah baru akan memacu

persaingan yang sehat untuk pengembangan kualitas yang pada

akhirnya akan menguintungkan bangsa dan negara.55

Persaingan

Pada saat ini, jumlah perusahaan asuransi jiwa di Indonesia ada

5356

. Salah satunya adalah PT Asuransi Asuransi Syariah Keluarga

yang merupakan satu-satunya perusahaan asuransi jiwa syariah di

Indonesia sampai saat ini. Tabel 1 menunjukkan daftar perusahaan

asuransi jiwa secara alfabet. Tiga dari empat perusahaan terbesar

adalah milik negara, yang keempat masih berhubungan dengan pro-

gram pemerintah. Mereka memiliki ‘captive market’ atau pangsa

pasar yang berkaitan dengan pemerintah. Dua diantaranya adalah

perusahaan kawakan yang telah ada sejak jaman kolonial Belanda.

Yang menarik dalah bahwa PT Asuransi Asuransi Syariah Keluarga

ternyata mampu menyisihkan 42 perusahaan lain yang sudah jauh

lebih lama beroperasi.57

d. Ancaman, Tantangan dan Hambatan

Adapun ancaman yang akan dihadapi oleh asuransi Islam di

Indonesia adalah: (1) Globalisasi, masuknya asuransi luar negeri yang

memilki nilai kapital yang lebih besar dan teknologi yang lebig

canggih sehingga membuat premi asuransi menjadi lebih murah; (2)

Asuransi konvensional dan lembaga keuangan lainnya yang lebih

efisien; (3) Langkanya ketersediaan SDM yang qualified dan memilki

semangat syari’ah; (4) Citra lembaga keuangan syariah yang belum

mapan di kalangan masyarakat padahal ekspektasi masyarakat terha-

dap LKS sangat tinggi; (5) Sarana investasi syariah yang yang ada

sekarang belum mendukung secara optimal utuk perkembangan asu-

55

Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan

Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011. 56

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015 57

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang

Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume

3 Nomor 2, Oktober 2016

Page 148: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 129

ransi Islam; Belum ada UU dan PP yang secara khusus mengatur

asuransi Islam; (6) Budaya suap dan kolusi dalam asuransi kumpulan

(group insurance) masih kental; (7) Alokasi pengeluaran masyarakat

untuk asuransi masih sangat terbatas, hal ini tampaknya berkaitan

dengan masalah sosialisasi asuransi dan pengalaman berasuransi.

Prospek asuransi Islam di Indonesia akan cerah dan semakin

prospektif jika umat Islam dapat membaca dan memberdayakan

peluang dan kekuatan yang dimiliki. Di samping itu, asuransi Islam

juga harus bisa meminimalisir ancaman atau tantangan yang sudah

dan akan muncul sekaligus memperbaiki kelemahan atau kekurangan

yang ada.58

Sebagai sebuah lembaga keuangan syariah, asuransi Islam

tidak boleh berkutat pada dataran simbol-simbol keagamaan.

Konsekuensi sebagai bagian dari lembaga keuangan syariah sangat

tinggi. Oleh karena itu, konsistensi menjalankan usaha sesuai dengan

syariah baik dalam manajemen, produk, investasi, promosi dan lain-

lainjuga harus diperhatikan dan diaplikaskan. Sebagai lembaga

keuangan yang tentunya juga berorientasi keutungan (profit orien-ted), asuransi Islam tidak boleh melupakan tujuan awal berdirinya

asuransi Islam yang menggusung semboyan sosial oriented sebagai

wujud ta‘āwun ‘ala al birr wa at taqwa.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri asuransi syari-

ah bersumber pada dua hal utama yaitu permodalan dan sumber daya

manusia. Tantangan-tantangan lain seperti masalah ketidaktahuan

masyarakat terhadap produk asuransi syariah, image dan lain sebagai-

nya merupakan akibat dari dua masalah utama tersebut.

1) Minimnya Modal59

Beberapa hal yang menjadi penyebab relative rendahnya

penetrasi pasar asuransi syariah dalam sepuluh tahun terakhir adalah

rendahnya dana yang memback up perusahaan asuransi syariah, pro-

mosi dan edukasi pasar yang relative belum dilakukan secara efektif

(terkait dengan lemahnya dana), belum timbulnya industri penunjang

asuransi syariah seperti broker-broker asuransi syariah, agen, adjuster,

58

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015 59

Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan

Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011.

Page 149: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

130 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

dan lain sebagainya, produk dan layanan belum diunggulkan diatas

produk konvensional, posisi pasar yang masih ragu antara penerapan

konsep syariah yang menyeluruh dengan kenyataan bisnis di lapangan

yang terkadang sangat jauh dari prinsip syariah, dukungan kapasitas

reasuransi yang masih terbatas (terkait jua dengan dana) dan belum

adanya inovasi produk dan layanan yang benar-benar digali dari

konsep dasar syariah.

2) Kurangnya SDM yang Profesional

Terus bertambahnya perusahaan asuransi syariah merupakan

kabar baik bagi perkembangan industri tersebut60

. Namun, sayangnya

hal itu tidak diimbangi dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia

(SDM) asuransi syariah yang berkualitas. Seringkali, pembukaan

cabang atau divisi asuransi syariah baru hanya didukung jumlah SDM

terbatas. Berdasarkan data Islamic Insurance Society (IIS) per Maret

lalu, sekitar 80 persen dari seluruh cabang atau divisi asuransi syariah

belum memiliki ajun ahli syariah61

. IIS mengestimasi asuransi syariah

Indonesia per Maret lalu memiliki sekitar 200 cabang dan hanya

didukung 30 ajun ahli syariah. Jumlah yang cukup sedikit bila diban-

dingkan kondisi SDM di asuransi konvensional. Per Maret lalu,

sebagian besar cabang asuransi konvensional telah memiliki sedikit-

nya seorang ajun ahli asuransi syariah. Jumlah tersebut sesuai dengan

ketentuan departemen keuangan (Depkeu). Padahal, keahlian ajun

ahli syariah sangat dibutuhkan dalam mendorong perkembangan

inovasi produk asuransi syariah. Hal tersebut berdampak pada kurang

berkembangnya produk inovatif di industri asuransi syariah. Saat ini,

sebagian besar cabang atau divisi asuransi syariah lebih memilih

untuk meniru produk asuransi konvensional lalu dikonversi menjadi

syariah (mirroring).

60

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016 61

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016

Page 150: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 131

3) Ketidaktahuan Masyarakat Terhadap Produk Asuransi

Syariah62

Ketidaktahuan mengenai produk asuransi syariah (Asuransi

Syariah) dan mekanisme kerja merupakan kendala terbesar partum-

buhan asuransi jiwa ini. Akibatnya, masyarakat tidak tertarik meng-

gunakan asuransi syariah, dan lebih memilih jasa asuransi konven-

sional. Itulah hasil riset Synovate mengenai alasan pemilihan asuransi

syariah. Ketua Umum Asuransi Syariah Indonesia mengatakan, dari

hasil survei Synovate, sebagian besar responden tidak tertarik kepada

asuransi jiwa syariah.63

4) Dukungan Pemerintah Belum Memadai

Meski sudah menunjukkan eksistensinya, masih banyak ken-

dala yang dihadapi bagi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.

Soal pemahaman masyarakat hanya salah satunya. Kendala lainnya

yang cukup berpengaruh adalah dukungan penuh dari para pengambil

kebijakan di negeri ini, terutama menteri-menteri dan lembaga

pemerintahan yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan

ekonomi. Pemerintahan menyatakan mendukung ekonomi syariah,

belum sepenuhnya mewujudkan dukungannya itu dalam bentuk pro-

gram kerja tim ekonomi kabinetnya. Kendala lainnya adalah masalah

regulasi. Penerapan Syariah yang makin meluas dari industri keua-

ngan dan permodalan membutuhkan regulasi yang tidak saling

bertentangan atau tumpang tindih dengan aturan sistem ekonomi

konvensional. Para pelaku ekonomi syariah sangat mengharapkan

regulasi untuk sistem ekonomi syariah ini bisa memudahkan mereka

untuk berekspansi bukan malah membatasi. Saat ini, peraturan ten-

tang permodalan masih menjadi kendala perbankan syariah untuk

melakukan penetrasi dan ekpansi pasar.

5) Image

Salah satu tantangan besar bisnis asuransi syariah di Indonesia

dan negara lainnya adalah meyakinkan masyarakat akan keuntungan

62

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015 63

Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan

Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011.

Page 151: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

132 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

menggunakan asuransi syariah. “Perlu sekali mensosialisasikan asu-

ransi syariah bukan saja berasal dari agama, tetapi memperlihatkan

keuntungan.” Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa para

pelaku ekonomi syariah masih menghadapi tantangan berat untuk

menanamkan prinsip syariah sehingga mengakar kuat dalam pere-

konomian nasional dan umat Islamnya itu sendiri. Perkembangan

asuransi syariah di Malaysia bisa disimak sebagai contoh yang bagus.

Asuransi syariah di Malaysia mulai muncul pada tahun 1984,

dimana Pemerintah Malaysia ketika menumbuhkan asuransi syariah

terlebih dahulu membuat Asuransi Syariah Act atau Islamic Banking

Act baru kemudian dikeluarkan license pembukaan perusahaan.

Berbeda dengan Malaysia, di Indonesia asuransi syariah berkembang

dengan cepatnya sedangkan perundang undangan khusus asuransi

syariah belum ada hingga sekarang. Keadaan ini merupakan tanta-

ngan bagi berkembangnya asuransi syariah karena dikhawatirkan

akan menimbulkan kesemrawutan. Di Indonesia, UU No. 40 tahun

2014 tentang perasuransian yang juga mengatur terkait Asuransi

Syariah baru saja diberlakukan.64

Izin pendirian perusahaan asuransi syariah yang mudah menja-

dikan banyaknya perusahaan asuransi syariah yang apabila tanpa

dukungan aturan yang lengkap justru dikhawatirkan membawa dam-

pak negatif. Pasar menjadi sesak dalam waktu singkat, iklim kompe-

tisipun meningkat sehingga dikhawatirkan dalam kondisi ini para

pemain mulai permisif terhadap praktek-praktek yang sesungguhnya

tidak sesuai dengan syariah. Secara stuktural, landasan operasional

asuransi syariah di Indonesia masih menginduk pada peraturan yang

mengatur usaha perasuransian secara umum (konvensional).65

Peraturan asuransi syariah yang masih menginduk kepada pera-

turan asuransi konvensional ini menyebabkan asuransi syariah terben-

tur ketentuan perpajakan yaitu tentang premi, sesuai dengan Undang-

undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perpajakan, penerimaan

premi harus dicatat sebagai pendapatan perusahaan dengan demikian

64

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asu-

ransi Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015 65

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016

Page 152: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 133

premi merupakan objek pajak. Perlakuan ini tidak sejalan dengan

fatwa Dewan Syariah Nasional yang menempatkan premi pada

asuransi syariah bukan milik atau pendapatan perusahaan, melainkan

tetap milik peserta. Perusahaan hanya pemegang amanah untuk

mengelola premi itu sehingga tidak bisa dijadikan objek pajak. Begitu

juga dengan pembayaran bagi hasil kepada peserta oleh Undang-

undang Nomor 17 Tahun 2000 disetarakan dengan dividen perusaha-

an kepada pemegang polis, sehingga terkena ketentuan pajak sebesar

15 %. Padahal bila Dewan Syariah Nasional menetapkan premi asu-

ransi syariah bukan objek pajak maka bagi hasilpun bukan objek

pajak, karena bagi hasil akan menjadi biaya underwriting perusahaan

yang bukan merupakan dividen. 66

Juga menjadi tantangan bagi asuransi Syariah adalah dalam hal

mengembangkan produk asuransi yang memang beda dengan asuransi

konvensional, sehingga adanya anggapan bahwa asuransi syariah ha-

nya mensyariahkan produk asuransi konvensional dapat dieliminasi.

Dalam hal PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Asu-

ransi Syariah sudah memiliki PSAK No. 108 tentang transaksi

asuransi Syariah, setelah hampir 15 tahun beroperasi, padahal PSAK

ini penting untuk dimiliki asuransi syariah untuk membuat penguku-

ran kinerja asuransi syariah menjadi lebih valid.67

Modal yang kecil juga menjadi tantangan bagi perkembangan

asuransi syariah di Indonesia. Pada saat awal bermunculan perusa-

haan Asuransi Syariah di tahun 2003 melalui Keputusan Nomor 426

Tahun 2003, Menteri Keuangan hanya mensyaratkan modal kerja

perusahaan 2 milyar, sehingga banyak perusahaan asuransi yang asal

membuka cabang syariah, padahal dengan dana sekecil itu perhitu-

ngan bisnisnya menjadi kurang masuk akal. Karena itulah Asosiasi

Asuransi Syariah Indonesia (AASI) mendorong pelaku industri

66

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-

nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27. 67

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuran-

si Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY,

Vol. 01, No. 01, Desember 2015.

Page 153: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

134 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

asuransi syariah untuk meningkatkan modal. Saat ini ketentuan mini-

malnya menjadi Rp25 Milyar.68

Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal di bidang asuransi

dan syariah sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan asu-

ransi syariah di Indonesia, salah satu kendala penting yang dihadapi

adalah kurangnya SDM Syariah sehingga salah satu tantangan bagi

perkembangan asuransi syariah di Indonesia adalah langkanya

ketersediaan SDM yang “qualified” dan memiliki semangat syariah.

Kesadaran masyarakat untuk ikut berasuransi juga menjadi kendala

bagi perkembangan asuransi syariah di Indonesia, ini terbukti dari

jumlah total penduduk Indonesia, pemegang polis individual baru

mencapai kisaran 3 %.

Perkembangan asuransi konvensional yang kurang begitu

menggembirakan dibandingkan dengan kemajunan yang dicapai oleh

negara lain walaupun telah dibuat Undang-undang Nomor 2 Tahun

1992 Tentang Perasuransian dan di revisi menjadi UU no, 40 tahun

2014, dengan maksud untuk meningkatkan gairah masyarakat untuk

memanfaatkan jasa asuransi yang sekaligus juga sebagai sarana mobi-

lisasi dana untuk pembangunan. Hal ini karena dipengaruhi adanya

keraguan tentang kehalalan jasa asuransi konvensional.69

Kesadaran masyarakat yang masih rendah ini menjadi tanta-

ngan bagi asuransi Syariah untuk memberikan pemahaman tentang

asuransi syariah yang terlepas dari unsur maisir, gharar dan riba. Tak

dapat dipungkiri bahwa masyarakat umum sampai saat ini masih sulit

menerima keberadaan lembaga asuransi dengan melihat kenyataan

bahwa selain faktor ekonomi, faktor transparansi dan banyaknya

penyimpangan bisnis juga ikut berperan dalam memberikan citra

buruk bagi institusi keuangan ini. Data pengaduan terhadap perkara

asuransi yang masuk ke YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indo-

nesia) maupun YLKAI (Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi Indo-

nesia) menunjukkan angka-angka yang relative masih tinggi. Jenis

68

Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi

Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September

2016. 69

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap

Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27.

Page 154: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 135

pengaduan yang muncul biasanya berkisar pada masalah klaim yang

ditolak, prosedur klaim dipersulit, masalah nilai tunai, dan-lain-lain.

Praktek-praktek seperti inilah yang menurut kacamata konsumen

dipandang sangat merugikan mereka.70

Sumber Daya Manusia dalam bidang Asuransi Syariah masih

sangat rendah. Perkembangan dan pelaksanaan asuransi syariah di

Indonesia masih mengalami kesulitan ataupun kendala sebagai suatu

hambatan dalam asuransi syariah.71

Adapun kendala ataupun kesulitan

yang dihadapi perusahaan asuransi dalam mengembangkan asuransi

syariah adalah:

1) Faktor sumber daya manusia

Masih terbatasnya sumber daya manusia yang benar-benar

mempunyai kualifikasi72

, mengerti mengenai syariah dan asuransi

syariah, serta mempunyai semangat perjuangan dan pengembangan

ekonomi syariah khususnya asuransi syariah. Minimnya sumber daya

manusia ini disebabkan karena sebagian besar dari sumber daya ma-

nusia yang ada merupakan lulusan dari program studi konvensional

dan kurang paham mengenai syariah sehingga menyebabkan ketidak-

cocokan antara pengetahuan yang dipelajari saat di perguruan tinggi

dengan bidang kerja yang dijalaninya dan kondisi ini dapat meng-

hambat perkembangan ekonomi syariah.

70

Kendala-kendala lain dalam pengembangan asuransi syariah dianta-

ranya:

1) Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan

Asuransi syariah.

2) Masih terbatasnya produk-produk yang ditawarkan oleh asuransi

syariah.

3) Kurangnya sosialisasi dan edukasi masyarakat mengenai asuransi

syariah. 71

Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi

Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September

2016. 72

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap

Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27.

Page 155: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

136 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Selain jumlah sumber daya manusia yang minim, kendala dari

segi sumber daya manusia yaitu masih rendahnya motivasi diri dan

belum ada pemahaman yang matang mengenai segmentasi pasar dari

team marketing perusahaan sehingga masih ada kekacauan pasar.

2) Manajemen kantor cabang

Berdasarkan hasil observasi lapangan ditemukan fakta bahwa

manajemen kantor cabang masih tumpang tindih. Kantor cabang

belum mempunyai pemisahan fungsi manajemen layaknya di kantor

pusat sehingga dimungkinkan terjadi tumpang tindih diantara fungsi

manajemen tersebut.

3) Kendala operasional

Kendala operasional ini berkaitan dengan prosedur akseptasi

lebih ketat73

, misalnya untuk dapat mengcover asuransi personal

accident diperlukan list peserta dan jika tidak ada maka berakibat

jatuh ke gharar, sedangkan di asuransi konvensional tanpa list peserta

(no name) sudah bisa di cover.Selain dalam hal prosedur akseptasi,

kendala operasional ini juga dapat terjadi dalam hal pembayaran yang

tidak lancar (macet) karena suatu hal peserta tidak dapat menyetor-

kan premi pada waktunya bahkan dapat mengakibatkan terjadinya

kemacetan dalam pembayaran. Jika terjadi demikian perusahaan

memberikan toleransi kepada peserta sehingga hubungan antara

peserta dengan perusahaan tidak terputus dan tetap dapat proteksi

dengan dana tabarru’ dicover dengan jumlah nilai tunai yang ada dan

apabila pembayaran sudah kembali lancar, nilai tunai yang dipinjam

akan dikembalikan. Namun apabila peserta memutuskan untuk ber-

henti sebelum masa asuransi berakhir maka akan diberikan seluruh

nilai tunai yang sudah terkumpul. Selain itu kendala operasional ini

proses penyelesaian polis yang cenderung lama bisa lebih dari 14

(empat belas) hari sejak surat permintaan diajukan oleh calon peserta

bahkan bisa mencapai 30 (tiga puluh) hari atau lebih, terutama bagi

Kantor Cabang yang belum menggunakan sistem online, belum diberi

kewenangan underwriting oleh Kantor Pusat serta harus melewati

73

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016.

Page 156: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 137

prosedur seleksi field underwriting dan underwriting dimulai dari

kantor cabang ke kantor wilayah baru kemudian diteruskan ke kantor

pusat untuk diproses underwriting.

4) Kurangnya kesadaran berasuransi

Kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi masih

sangat kurang (rendah), untuk jumlah pastinya secara normatif tidak

bisa disebutkan, namun partisipasi ekonomi syariah saat ini baru 2%.

Kurangnya kesadaran ini terbukti dengan ratio asuransi nasional yang

hanya mencapai 12% dari jumlah penduduk Indonesia dan untuk

asuransi syariah sekitar 1,2%.74

5) Ketidaktahuan masyarakat

Pada dasarnya masyarakat belum banyak yang mengetahui me-

ngenai asuransi syariah, operasional maupun produk asuransi syariah

serta keberadaan divisi atau kantor cabang syariah pada perusahaan

asuransi konvensional disebabkan karena sosialisasi yang dilakukan

masih kurang intens dan belum ke semua customer. Akibat ketidak-

tahuan akan asuransi syariah ini, bagi masyarakat yang mempunyai

pengalaman traumatic dengan asuransi konvensional berpendapat

bahwa asuransi ini tidak jauh berbeda dengan asuransi yang pernah

mereka ikuti dimana uang mereka akan hilang dan sulit dalam

prosedural sehingga mereka merasa enggan, cenderung tidak simpatik

dan non kooperatif ketika disinggung mengenai asuransi syariah.

Sedangkan bagi masyarakat yang masih netral, beranggapan

bahwa asuransi itu mahal sehingga diperlukan anggaran khusus dan

ada dana lebih untuk berasuransi, prosedur yang rumit dan masih

binggung dengan produk dalam asuransi syariah yang sekiranya

sesuai dengan kondisi dirinya. Dua kelompok masyarakat ini, setelah

diberi penjelasan singkat mengenai asuransi syariah mulai terbuka

cakrawala pemikirannya.

74

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap

Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27.

Page 157: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

138 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

6) Adanya perasaan traumatik pada asuransi konvensional 75

Perasaan traumatik ini lahir karena mempunyai pengalaman

dengan asuransi konvensional yaitu ketika mereka sebagai peserta

asuransi konvensional dan karena suatu hal tidak dapat menunaikan

kewajibannya membayar premi maka ketika mereka akan mengurus

asuransi tersebut mengalami kesulitan prosedural dan bahkan dalam

polis secara jelas dan terang terdapat klausa bahwa apabila tidak

sanggup melakukan pembayaran maka uang yang sudah dibayar tidak

bisa dikembalikan76

2. Peluang dan Prospek Industri Asuransi Syariah di Indonesia

Berasuransi secara Islam merupakan bagian dari prinsip hidup77

yang berdasarkan tauhid78

. Setiap manusia menyadari bahwa sesung-

guhnya setiap diri tidak memiliki daya apapun ketika datang musibah

dari Allah SWT, apakah itu berupa kecelakaan, kematian, atau terba-

karnya toko yang kita miliki. Ada berbagai cara bagaimana manusia

menangani risiko terjadinya musibah. Cara pertama adalah dengan

menanggungnya sendiri (risk retention), yang kedua, mengalihkan

risiko ke pihak lain (risk transfer), dan yang ketiga, mengelolanya

bersama-sama (risk sharing).

Menarik untuk direnungi bahwa sejak dari awal keberadaan-

nya, mekanisme asuransi Islam senantiasa terkait dengan kelompok.

Ini berarti, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan

kelompok. Sekalipun, misalnya, musibah itu hanya menimpa individu

tertentu (particular risks). Apalagi apabila musibah itu mengenai

75

Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi

Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September

2016. 76

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap

Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27. 77

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016. 78

Abdul Latif Alhassan. “Insurance market development and econo-

mic growth Exploring causality in 8 selected African countries “. Inter-national Journal of Social Economics Vol. 43 No. 3, 2016 pp. 321-339.

Page 158: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 139

masyarakat luas (fundamental risks) seperti gempa bumi dan banjir.

Sehingga esensi keberadaan asuransi dalam kehidupan dinilai pen-

ting.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat umum sampai saat

ini masih sulit menerima keberadaan lembaga asuransi dengan

melihat kenyataan bahwa selain faktor ekonomi, faktor transparansi

dan banyaknya penyimpangan bisnis juga ikut berperan dalam mem-

berikan citra buruk bagi institusi keuangan ini. Data pengaduan

terhadap perkara asuransi yang masuk ke YLKI (Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia) maupun YLKAI (Yayasan Lembaga Konsumen

Asuransi Indonesia) menunjukkan angka-angka yang relative masih

tinggi. Jenis pengaduan yang muncul biasanya berkisar pada masalah

klaim yang ditolak, prosedur klaim dipersulit, masalah nilai tunai,

dan-lain-lain. Praktik-praktik seperti inilah yang menurut kacamata

konsumen dipandang sangat merugikan mereka.79

Asuransi syariah berpeluang sangat besar untuk lebih berkem-

bang lagi karena Masyarakat Indonesia baru sedikit (3 %) yang ikut

berasuransi, Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam yang ten-

tunya akan memilih asuransi syariah dari pada asuransi konvensional

Karena konsep asuransi syariah dapat memenuhi rasa keadilan.

Keberhasilan sistem asuransi tidak sepantasnya diukur berdasarkan

total uang yang dapat dikumpulkan atau keuntungan yang diraih

melalui lembaga dan badan yang telah dibentuknya. Sebaliknya,

keberhasilannya harus diukur dari sudut seberapa besar sumbangan

yang telah diberikannya untuk keselamatan hidup anggota masyara-

kat dan baktinya untuk meringankan beban bencana dan malapetaka

yang dihadapi oleh mereka.80

Indonesia diyakini akan menjadi tren perkembangan asuransi

syariah global dalam beberapa tahun kedepan. Dengan adanya keten-

tuan pemenuhan modal minimum yang semakin besar dan partum-

buhan industri keuangan syariah lainnya seperti perbankan, membuat

Indonesia akan menjadi pemain asuransi syariah terkemuka di Asia

79

Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi

Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September

2016 80

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Pelu-

ang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume 3

Nomor 2, Oktober 2016

Page 159: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

140 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Tenggara. Landasannya, perkembangan perbankan syariah syariah

yang saat ini telah diramaikan oleh sembilan bank umum Syariah,

akan diikuti oleh asuransi syariah.

Ada sejumlah alasan mengapa institusi keuangan konvensional

yang ada sekarang ini mulai melirik sistem syariah, antara lain pasar

yang potensial karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam

dan kesadaran mereka untuk berperilaku bisnis secara Islami. Potensi

ini menjadi modal bagi perkembangan ekonomi umat di masa datang.

Selain itu, terbukti bahwa institusi ekonomi yang menerapkan prinsip

syariah, mampu bertahan di tengah krisis ekonomi yang melanda

Indonesia.

Selain perbankan, sektor ekonomi syariah lainnya yang mulai

berkembang adalah asuransi syariah. Prinsip asuransi syariah pada

intinya adalah kejelasan dana, tidak mengadung judi dan riba atau

bunga. Sama halnya dengan perbankan syariah, melihat potensi umat

Islam yang ada di Indonesia, prospek asuransi syariah sangat

menjanjikan. Dalam sepuluh tahun ke depan diperkirakan Indonesia

bisa menjadi negara yang pasar asuransinya paling besar di dunia. 81

Perbankan dan asuransi, hanya salah satu dari industry keua-

ngan syariah yang kini sedang berkembang pesat. Pada akhirnya, sis-

tem ekonomi syariah akan membawa dampak lahirnya pelaku-pelaku

bisnis yang bukan hanya berjiwa wirausaha tapi juga berperilaku

Islami, bersikap jujur, menetapkan upah yang adil dan menjaga kehar-

monisan hubungan antara atasan dan bawahan. Bisa dibayangkan

kesejahteraan yang bisa dinikmati umat jika penerapan ekonomi

syariah ini sudah mencakup segala aktivitas ekonomi di Indonesia.

Peluang penerapan ekonomi syariah masih terbuka luas Prospek asu-

ransi Islam di Indonesia akan cerah dan semakin prospektif jika umat

Islam dapat membaca dan memberdayakan peluang dan kekuatan

yang dimiliki. 82

81

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap

Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27. 82

Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi

Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September

2016.

Page 160: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 141

Di samping itu, asuransi Islam juga harus bisa meminimalisir

ancaman atau tantangan yang sudah dan akan muncul sekaligus mem-

perbaiki kelemahan atau kekurangan yang ada. Sebagai sebuah lem-

baga keuangansyariah, asuransi Islam tidak boleh berkutat pada

dataran simbol-simbol keagamaan. Konsekuensi sebagai bagian dari

lembaga keuangan syariah sangat tinggi. Oleh karena itu, konsistensi

menjalankan usaha sesuai dengan syariah baik dalam manajemen,

produk, investasi, promosi dan lain-lain juga harus diperhatikan dan

diaplikaskan. Sebagai lembaga keuangan yang tentunya juga bero-

rientasi keutungan (profit oriented), asuransi Islam tidak boleh melu-

pakan tujuan awal berdirinya asuransi Islam yang menggusung sem-

boyan sosial oriented sebagai wujud ta‘āwun ‘ala al birr wa at taqwa.

Selain itu, sebagian ummat Islam memerlukan jaminan bahwa

segala interaksi muamalah yang dilakukannya dalam upaya mencapai

kesejahteraannya, sesuai dengan syariah. Kebutuhan akan lembaga

keuangan Islami bertambah kuat seiring dengan berkembangnya sek-

tor industri jasa keuangan secara umum. Untuk memenuhi permin-

taan ummat tersebut, diperlukan lebih banyak bank dan asuransi sya-

riah. Kehadiran Lembaga lembaga keuangan syariah lainnya dapat

memacu persaingan yang sehat, yang akan meningkatkan kualitas

produk dan pelayanan.83

Kebutuhan akan lembaga keuangan yang bernuansakan Islami

semakin bertambah kuat seiring dengan berkembangnya sektor indus-

tri jasa keuangan secara umum. Untuk memenuhi permintaan umat

Islam dalam bertraksaksi dalam bidang ekonomi agar terhindar dari

perbuatan yang bersifat maysir, ghoror, dan riba diperlukan penge-

lolaan lembaga keuangan syariah, dan salah satu diantaranya adalah

asuransi syariah. Dewasa ini perkembangan lembaga asuransi syariah

mulai menunjukkan kemajuannya, meskipun keberadaannya belum

sepopuler lembaga keuangan syariah yang lain seperti perbankan

syariah.

Asuransi syariah di Indonesia memiliki peluang yang pros-

pektif mengingat jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam

83

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap

Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27.

Page 161: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

142 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

lebih dari 180 Juta. Kenyataannya penduduk yang beragama Islam

tersebut mulai ada kesadaran untuk mengekspresikan identitas ke-

muslimannya melalui berbagai macam cara. Sebagai contoh peru-

sahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman mulai me-

masang label halal pada produknya, pakaian dan asesorinya yang

beridentitaskan Islam, perjalanan haji dan umroh, lembaga pendidi-

kan dan media masa yang Islami terus menerus meningkat utamanya

pada dua decade terakhir ini. 84

Disamping itu sebagian umat Islam menginginkan segala

interaksi muamalah yang dilakukannya dalam upaya mencapai kese-

jahteraannya, sesuai dengan syariah. Firmanzah menyebut mengenai

sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan dalam mendorong eko-

nomi syariah nasional, termasuk di dalamnya asuransi syariah, yaitu:

Pertama, Kesiapan sumber daya manusia yang andal di sektor ini.

Industri ini diperkirakan membutuhkan setidaknya 200.000 tenaga

kerja yang memiliki kompetensi di industri perbankan dan keuangan

syariah. Di beberapa negara bahkan telah diterapkan sertifikasi

Islamic Finance Qualification (IFQ) yang dikeluarkan oleh Inggris,

Libanon, Bahrain, Dubai, dan Malaysia. 85

Kedua, Pemahaman masyarakat terhadap instrumen perbankan

dan keuangan syariah yang relatif rendah. Hal ini diharapkan men-

dorong penetrasi informasi kepada masyarakat luas atas manfaat

ekonomi syariah dan mendorong penggunaan instrumen-instrumen

ekonomi syariah. Ketiga, Masih terbatasnya perguruan tinggi yang

mengajarkan ekonomi Islam akibat kelangkaan ahli-ahli di bidang ini.

Keempat, Koordinasi kelembagaan yang mengatur industri perbankan

dan keuangan nasional yang masih relatif terbatas. Kehadiran OJK

diharapkan mampu membenahi dan meningkatkan koordinasi kelem-

bagaan serta mendorong perkembangan ekonomis syariah di Indone-

84

Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi

Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September

2016 85

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang

Peluang ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika Volume

3 Nomor 2, Oktober 2016

Page 162: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 143

sia. Kelima, Pengembangan ekonomi syariah memerlukan keterpadu-

an seluruh pihak, baik industri, pemerintah dan masyarakat.86

Sedangkan Halim Alamsyah menyebutkan bahwa Indonesia

memiliki potensi untuk menjadi global player keuangan syariah sa-

ngat besar, dengan alasan : Pertama, Jumlah penduduk muslim yang

besar menjadi potensi peserta industri keuangan syariah ; Kedua,

Prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi

yang relatif tinggi (kisaran 6,0% - 6,5%) yang ditopang oleh funda-

mental ekonomi yang solid. Ketiga, Peningkatan sovereign credit

rating Indonesia menjadi investment grade yang akan meningkatkan

minat investor untuk berinvestasi di sektor keuangan domestik,

termasuk industri keuangan syariah; Keempat, memiliki sumber daya

alam yang melimpah yang dapat dijadikan sebagai underlying tran-

saksi industri keuangan Syariah. 87

Beberapa aspek yang dapat menjadi peluang, ancaman

(tantangan), kekuatan dan kelemahan dalam memperluas jaringan

bisnis asuransi Islam di Indonesia. Adapun aspek yang menjadi pelu-

ang diantaranya: (a) Keunggulan konsep asuransi Islam dapat me-

menuhi tuntutan rasa keadilan dari masyarakat; (b) Jumlah penduduk

beragama Islam di Indonesia lebih dari 180 juta orang; (c) Mening-

katnya kesadaran untuk bermuamalah sesuai dengan syariah tumbuh

subur khususnya pada masyarakat golongan menengah; (d) Mening-

katnya kebutuhan jasa asuransi karena perkembangan ekonomi umat;

(e) Tumbuhnya lembaga keuangan syariah (LKS) lainnya seperti

bank dan rekadana.

Asuransi syariah (Asuransi Syariah) di Indonesia masih berada

dalam tahap perkenalan. Umumnya, industri pada tahap ini masih

memperkenalkan disain produk dasar, konsumen masih harus diyakin-

kan untuk membeli produk. Biaya pemasaran untuk membangun

pengetahuan konsumen relatif masih tinggi. Untuk itu sinergi dari

86

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap

Kinerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi Indonesia

yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 18-

27. 87

Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi

Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September

2016.

Page 163: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

144 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

berbagai pihak mulai dari industri asuransi, pemerintah, dan masya-

rakat sangat diharapkan.

3. Kendala dan Tantangan Asuransi Syariah Mikro di Indonesia

Tantangan yang dihadapi oleh dunia asuransi Indonesia makin

menguat dengan banyaknya serbuan asuransi asing sebagai dampak

langsung globalisasi88

. Di era mendatang atau dikenal sebagai era

globalisasi, perusahaan-perusahaan asuransi/reasuransi Indonesia se-

lain menghadapi "serbuan" dari perusahaan-perusahaan asuransi/re-

asuransi asing yang memiliki permodalan yang kuat, serta teknologi

dan sumber daya manusia yang handal, juga berpeluang untuk

beroperasi mengembangkan bisnis asuransi dan reasuransi di negara-

negara lain. Perkembangan ekonomi syariah secara global mulai

meningkat. Semakin banyak bank-bank Islam yang menerapkan prin-

sip syariah, yaitu sistem perbankan yang tidak meminjamkan atau

memungut pinjaman dengan bunga pinjaman (riba) dan memiliki

larangan untuk berinvestasi pada usaha yang berkategori haram

menurut ajaran Islam.

Perkembangan positif ini juga terlihat pada perkembangan

ekonomi syariah di Indonesia dengan meningkatnya aset perbankan

syariah dari Rp49,6 triliun pada 2008 menjadi Rp223 triliun pada

Agustus 2013. Dengan besarnya potensi produk syariah ini, banyak

pula perusahaan asuransi di Indonesia yang menawarkan produk

syariah. Pertumbuhan industri asuransi syariah ditargetkan sebesar

35% per tahun. Bahkan data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan

(OJK), tercatat pertumbuhan asset total perasuransian syariah hingga

Juni 2015 sebesar 24,06 %. Penempatan dana investasi yang dikelola

perasuransian syariah pun mengalami kenaikan sebesar 27,59%. Se-

dangkan kontribusi (premi syariah) naik sebesar 15,59% dibanding-

kan periode yang sama pada tahun 2014 lalu.

Kepercayaan dan juga optimisme akan kondisi ekonomi ke

depan dapat juga memengaruhi kinerja sumber daya manusia di

industri keuangan syariah. Bisa dikatakan juga bahwa pertumbuhan

keuangan syariah di Indonesia pelan tapi pasti karena pangsa pasar

88

Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi

Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September

2016.

Page 164: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 145

asuransi syariah sudah dan masih mem-perlihatkan pertumbuhannya.

Meskipun minat pasar tinggi, sayangnya industri tumbuh dan ber-

kembang lamban. Namun, kinerja sumber daya manusia dari industri

syariah sendiri menunjukkan performa yang cukup baik.

Pangsa pasar yang besar men-cerminkan minat masyarakat

Indonesia sangat tinggi terhadap asuransi syariah. Sayangnya minat

yang sangat besar akan produk keuangan syariah ini terkadang kurang

direspons oleh industri asuransi syariah. Mereka melihat ketidaksung-

guhan industri syariah dalam memisahkan unit asuransi syariah

dengan konvensional sehingga asuransi syariah menjadi perusahaan

sendiri. Dengan adanya asuransi syariah akan lebih memungkinkan

untuk lebih cepat laju pertumbuhannya. Saat ini, sudah terdapat 20

asuransi syariah yang terdiri dari 17 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi

umum syariah, dan tiga reasuransi syariah. Sementara itu, market share industri keuangan syariah sendiri sudah terus berkembang dan

pasar Indonesia masih terbuka luas untuk keuangan syariah. 89

Hal ini berbeda dengan berbagai negara lainnya seperti di

Timur Tengah, Eropa, dan juga Malaysia. Di Timur Tengah, perkem-

bangan keuangan syariah bergantung pada produksi minyak, begitu

pula di Eropa karena banyak sekali perbankan di kawasan itu yang

masih menampung dana dari pengusaha minyak di Timur Tengah.

Sementara itu Malaysia, perkembangan industri syariah didukung

oleh pemerintah sehingga dana yang dikelola lebih banyak berasal

dari dana pemerintah. 90

Dibandingkan dana dari ketiga negara, dana di Indonesia masih

sangat jauh. Namun, Indonesia masih mempunyai peluang yang

cukup tinggi untuk perkembangan dan laju pertumbuhan industri sya-

riah. Banyak sekali pasar di Indonesia yang belum digarap. Indonesia

sebenarnya membutuhkan sistem dan konsep lain dalam keuangan

dan menata perekonomiannya dan lembaga syariah ini merupakan

alternatif yang paling tepat. Sehingga, kontribusi aktif dari investor

baik lokal maupun mancanegara pun sangat diperlukan dalam

meningkatkan pangsa pasar asuransi syariah di Indonesia. Tentunya

89

Slamet Heri Winarno. “Analisis Perbandingan Asuransi Syariah

dan Asuransi Konvensional”. Moneter, Vol. Ii No. 1 April 2015. 90

Anja Erlbeck. “Microtakaful: Field Study Evidence and Conceptual

Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insuran-

ce. 2011

Page 165: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

146 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

dengan dukungan pemerintah dalam membantu perusahaan asuransi

mengembangkan pangsa pasarnya.

Faktor-faktor yang mungkin menjadi tantangan industri asu-

ransi Indonesia kedepan adalah: 91

(a) Perlambatan ekonomi yang

akan menurunkan permintaan (demand) pasar asuransi dan juga

kondisi pasar modal, pertumbuhan asuransi umum tergantung kinerja

sektor riil dengan melambatnya perekonomian pada satu sampai dua

tahun terakhir ini membuat indutri asuransi menghadapi perlambatan

pertumbuhan karena masyarakat lebih memilh untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya dahulu ketimbang untuk ikut asuransi; (b) Dari

sisi permodalan industri asuransi dalam hal ini perusahaan asuransi

harus memenuhi kebutuhan modal minimal sekitar Rp. 100 miliar; (c)

Adanya kompetisi terbuka untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA) dimana Indonesia ikut serta di dalamnya; (d) Kurang-

nya sumber daya manusia yang paham dengan asuransi syariah; (e)

Masih rendahnya kesadaran pentingnya asuransi bagi masyarakat,

rendahnya pertumbuhan asuransi salah satunya diakibatnya rendah

pendidikan masyarakat Indonesia dan juga masyarakat masih anti

dengan asuransi. (f) Banyak produk asuransi yang masih konvensio-

nal; (g) Masih kurangnya produk-produk asuransi yang bisa menjang-

kau kelas menengah bawah dan kelas bawah, karena selama ini

asuransi adalah produk yang biayanya sangat mahal inovasi produk-

produk asuransi yang rendah; (h) Terbatasnya kapasitas risk coverage industri asuransi nasional. Kapasitas perusahaan asuransi dan reasu-

ransi nasional kita masih relatif terbatas untuk dapat mencakup risiko

terutama projek-projek berskala besar; (i) Rendahnya aksesibilitas

dan distribusi produk asuransi ditengah-tengah masyarakat. Kehadi-

ran kantor asuransi di daerah-daerah masih tergolong rendah; (j)

Susah jika melakukan klaim asuransi. Jauhnya masyarakat terhadap

produk asuransi selain dari tingkat literasi keuangan yang masih

kurang.

Latar belakang munculnya Asuransi Syariah mikro di Indonesia

adalah: 92

(a) Jumlah pemegang polis asuransi di Indonesia hanya 67

91

M. Arif Hakim. “Asuransi Mikro Syariah: Kendala Dan Tanta-

ngan”. Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015 92

Slamet Heri Winarno. “Analisis Perbandingan Asuransi Syariah

dan Asuransi Konvensional”. Moneter, Vol. Ii No. 1 April 2015.

Page 166: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 147

juta, di mana 10 juta asuransi individu dan 57 juta asuransi kumpu-

lan; (b)32% masyarakat Indonesia tidak memiliki tabungan atau

asuransi ketika terjadi musibah (berdasarkan survey bank dunia tahun

2013); (c) Ketiadaan perlindungan atas risiko keuangan bagi masya-

rakat berpenghasilan rendah berpotensi mendorong masyarakat terse-

but jatuh ke dalam kemiskinan apabila terjadi musibah.

Tren laju positif industri asuransi syariah ini menjadi bekal

yang bagus untuk menggenjot penetrasi produk asuransi mikro sya-

riah93

dengan premi maksimum Rp. 50 ribu terhadap masyarakat

dengan penghasilan di bawah Rp. 2,5 juta per bulan. Diperkirakan

pertumbuhan aset asuransi mikro syariah dapat mencapai 49% meli-

hat mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim. Tantangan

selanjutnya adalah bagaimana pelaku industri asuransi syariah mam-

pu mengembangkan produk-produk asuransi mikro syariah yang

terjangkau, mudah dimiliki, menarik serta dibutuhkan oleh masyara-

kat.94

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, pada tahun 2014,

jumlah perusahaan yang memasarkan asuransi mikro syariah seba-

nyak 53 perusahaan dengan jumlah peserta 6.619.404 orang dan laba

bersih mencapai Rp. 108 miliar. Saat ini, asuransi mikro syariah

sedang terus dicarikan format terbaik. Selain pertimbangan ekonomi,

penyediaan layanan yang tetap baik juga diperlukan jika perusahaan

asuransi sudah siap masuk ke desa-desa. Pada bulan September 2014,

konsorsium asuransi mikro syariah yang terdiri dari 19 perusahaan,

meluncurkan produk Si Bijak yaitu produk asuransi jiwa mikro untuk

santunan kematian.

Konsorsium juga akan memasarkan produk asuransi kerugian

tempat usaha (Si Abang) sebagai komplemen Si Bijak. Asosiasi Asu-

ransi Syariah Indonesia (AASI) juga mengembangkan asuransi ternak

dan gagal panen. Selain pemahaman masyarakat atas produk asuransi

mikro, apalagi asuransi mikro syariah, belum banyaknya masyarakat

pelosok yang berbank serta tidak adanya bank di semua desa juga jadi

93

M. Arif Hakim. “Asuransi Mikro Syariah: Kendala Dan Tanta-

ngan”. Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015 94

Anja Erlbeck. “Microtakaful: Field Study Evidence and Conceptual

Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insuran-

ce. 2011

Page 167: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

148 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

kendala. Dengan masuk desa, pelayanan klaim dan keluhan juga harus

disediakan perusahaan asuransi di desa sasaran.

Kendala lain adalah masih ada perusahaan asuransi yang belum

mau memasarkan asuransi mikro syariah karena pertimbangan profit

dan skala ekonominya. Karena itu, Si Bijak dibuat dalam konsorsium

agar skala ekonomi dengan jumlah peserta minimum 200 ribu sampai

1 juta orang bisa dicapai. Berdasarkan penelitian perusahaan asuransi

Allianz, jika batas garis kemiskinan pada tingkat biaya hidup 1,25

USD hingga 4 USD per hari per kapita, maka potensi pasar asuransi

mikro Indonesia adalah 114,6 juta orang. Dengan asumsi Muslim

Indonesia adalah 86,1 persen, maka potensi asuransi mikro syariah

adalah 98,6 juta orang. Salah satu keberhasilan pembangunan ekono-

mi adalah terbukanya akses ke masyarakat pendapatan rendah sehing-

ga mereka bisa lebih tahan atas guncangan ekonomi.

Tantangan dan Faktor pendukung perkembangan Industri Asuransi

Syariah

Penetrasi pasar Asuransi Syariah yang masih relatif kecil95

dibandingkan konvensional serta menurunnya prosentase pertumbu-

han kontribusi dibandingkan beberapa dekade belakangan, menjadi-

kan tantangan bagi industri Asuransi Syariah untuk berinovasi dalam

menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan peserta, industri

keuangan syariah akan lebih berkembang pesat.96

Selain itu pemerintah selaku regulator juga sangat dibutuhkan

dalam menciptakan iklim regulasi yang mendukung pertumbuhan

pasar Asuransi Syariah, selain itu juga berkontribusi dalam mening-

katkan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk keuangan

syariah, khususnya Asuransi Syariah. Tantangan-tantangan lainnya

yang muncul dalam industri ini seperti persaiangan dengan industri

asuransi konvensional itu sendiri, keterbatasan pengalaman dan kom-

petensi sumber daya manusia yang memadai serta kapasitas reasu-

ransi Syariah, ketaatan terhadap ketentuan syariah, legalitas, perpa-

jakan, standar akuntansi yang bersifat Internasional sebagai syarat

95

Abdul Latif Alhassan. “Insurance market development and econo-

mic growth Exploring causality in 8 selected African countries “. Inter-national Journal of Social Economics Vol. 43 No. 3, 2016 pp. 321-339

96 Slamet Heri Winarno. “Analisis Perbandingan Asuransi Syariah

dan Asuransi Konvensional”. Moneter, Vol. Ii No. 1 April 2015.

Page 168: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 149

investasi asing untuk masuk dalam industri yang dianggap sudah

memadai (well-established) merupakan pin-poin penting bagi industri

Asuransi Syariah dalam menghadapi tantangan pasar dimasa yang

akan datang.97

Selain dari tantangan diatas yang bersifat global, industri

Asuransi Syariah, khususnya di Indonesia ternyata memiliki potensi

dan faktor-faktor yang mendukung antara lain; (a) Keunggulan kon-

sep asuransi syariah dibandingkan dengan konsep asuransi konven-

sional; (b) Jumlah penduduk beragama Islam di Indonesia yang

mayoritas, yaitu mencapai lebih dari 200juta penduduk;98

(c) Mening-

katnya kesadaran bermuamalah sesuai syariah, tumbuh subur khusus-

nya pada masyarakat golongan menengah; (d) Meningkatnya kebutu-

han jasa asuransi karena perkembangan ekonomi umat. (e) Tumbuhya

lembaga keuangan syraiah (LKS) lainnya seperti perbankan dan

reksadana; (f) Kompetitor dalam bisnis asuransi syariah masih

sedikit; Kebutuhan meningkatkan pendidikan (anak); (g) Meningkat-

nya resiko kehidupan; (h) Meningkatnya biaya kesehatan; (i) Menu-

runnya rasa ”tolong menolong” di masyarakat (tidak membudaya

lagi); (j) Globalisasi (teknologi internet sebagai penunjang bisnis).99

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan masyarakat atas

produk Asuransi Syariah, yaitu 9 faktor ekonomi dan 7 faktor sosial-

ekonomi.100

Untuk meningkatkan pertumbuhan industri Asuransi

Syariah kita harus memahami semua faktor yang mempengaruhi

masyarakat atau konsumen untuk menggunakan produk Asuransi

Syariah tersebut. Banyak sekali penelitian yang mencoba mendalami

97

Syed Ahmed Salman. “Contemporary Issues in Takaful (Islamic

Insurance)”. Asian Social Science; Vol. 10, No. 22; 2014 ISSN 1911-2017

E-ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center of Science and Education.

doi:10.5539/ass.v10n22p210 98

www.cia.gov/indonesia 99

Nurul Ichsan. “Analisa Swot, Prospek dan Strategi Pengembangan

Asuransi Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2,

September 2016. 100

Ahmad Shukri Yazid, Juliana Arifin, Mohd Rasid, Wan Norha-

yate. “Determinants of Family Takaful (Islamic Life Insurance) Demand: A

Conceptual Framework for a Malaysian Study”. International Journal of Business and Management Vol. 7, No. 6; March 2012. doi:10.5539/

ijbm.v7n6p115

Page 169: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

150 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

semua faktor yang mungkin terjadi termasuk benefit-benefit yang

diberikan oleh pengelola terhadap konsumen tidak hanya individu

tapi juga konsumen perusahaan.101

Adapun tantangan-tantangan apa

saja yang akan dihadapi oleh industri atau pengelola Asuransi Syariah

di suatu negara, yaitu sebagai berikut:

a) Stuktur Legal

Ada banyak model pengelolaan operasional Asuransi Syariah

dan setiap model memiliki dampak hukum yang berbeda-beda, baik

bagi perusahaan maupun bagi peserta.

b) Peraturan pemerintah

Peraturan pemerintah merupakan faktor penting yang menjadi

tantangan tersendiri, banyak negara tidak memiliki aturan khusus me-

ngenai Asuransi Syariah, dan hanya sedikit negara yang memilikinya,

atau merupakan aturan yang sifatnya umum ataupun merupakan

addendum dari aturan yang sudah ada. Adanya peraturan pemerintah

yang sudah baik, menjadi syarat penting bagi investor luar negeri

untuk masuk ke suatu industri, khususnya industri keuangan.

c) Keterbatasan Data

Banyak asumsi dari potensi Asuransi Syariah diambil dari data

yang sifatnya umum dan masih diragukan kredibilitasnya. Data yang

memadai dan valid menjadi kunci pengembangan suatu industri,

seperti pengembangan bancaAsuransi Syariah, profiling data peserta

menjadi hal yang mutlak bagi pengelola Asuransi Syariah untuk ma-

suk dan berinvestasi di pasar tersebut.

d) Pendekatan Pasar102

Setiap pasar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, untuk

menggali potensi suatu pasar, tentunya harus memiliki pendekatan

yang berbeda-beda pula.

101

Fithriah Ab. Rahim, Hanudin Amin. “Determinants of Islamic

Insurance Acceptance: An Empirical Analysis”. International Journal of Business and Society, Vol. 12 No. 2, 2011, 37 – 54

102 Anja Erlbeck. “Microtakaful: Field Study Evidence and Concep-

tual Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011

Page 170: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 151

e) Pemasaran

Kendala umum dalam pemasaran produk Asuransi Syariah

adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan produk

keuangan secara umum, juga produk keuangan syariah, khususnya

produk Asuransi Syariah.

f) Model Asuransi Syariah

Pemilikan model pengelolaan Asuransi Syariah berdampak

besar terhadap design produk, pemasaran, dan juga penentuan harga.

Walaupun secara umum model Asuransi Syariah yang digunakan

adalah mudharabah dan wakala.

g) Produk

Secara umum produk Asuransi Syariah hampir sama dengan

produk-produk yang ada di asuransi konvensional, walau ada bebe-

rapa produk yang tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan

ketentuan syariah.

h) Investasi syariah

Kesuksesan industri Asuransi Syariah, khususnya di asuransi

jiwa, adalah kapabilitas perusahaan dan industri dalam mengelola

aset investasi dana peserta. Keterbatasan instrumen investasi syariah

menjadi kendala tersendiri dalam pengembangan industri Asuransi

Syariah.

i) Syariah complaint Pengelolaan Asuransi Syariah yang merupakan bagian dari

produk keuangan syariah, menjadi suatu hal yang mutlak dalam ope-

rasionalnya harus mengikuti semua ketentuan syariah yang ada.

j) ReAsuransi Syariah

Keterbatasan kapasitas perusahaan Asuransi Syariah dalam

mengelola resiko peserta menjadikan kebutuhan penting atas peru-

sahaan reAsuransi Syariah sebagai solusi dalam meningkatkan kapa-

sitas resiko yang dikelola. Masih sedikitnya perusahaan reAsuransi

Syariah, juga menjadi kendala dalam perusahaan Asuransi Syariah

untuk menggarap pasar yang memiliki resiko besar.

Page 171: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

152 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

k) Sistem Aplikasi/IT103

Pengembangan bisnis sangat ditentukan oleh pengembangan

teknologi dari perusahaan, Asuransi Syariah yang merupakan konsep

yang berbeda dan unik menjadikan teknologi yang digunakan juga

berbeda dengan teknologi yang selama ini ada, pengembangan tekno-

logi merupakan investasi modal yang tidak sedikit.

l) Persaingan dengan asuransi konvensional

Perusahaan Asuransi Syariah di dalam memasarkan produknya

ke masyarakat terkadang harus bersaing secara langsung dengan peru-

sahaan asuransi konvensional yang sudah hadir lebih lama di masya-

rakat. Menjual konsep syariah, bukan menjadi alasan kuat bagi peser-

ta untuk menggunakan produk Asuransi Syariah, perusahaan Asuransi

Syariah harus tetap bersaing dalam peningkatan layanan ke peserta.

m) Sumber daya manusia104

Dengan berkembangnya industri Asuransi Syariah, menjadikan

kebutuhan atas sumber daya manusia yang memahami produk dan

operasional Asuransi Syariah menjadi tinggi, baik itu sebagai dewan

pengawas syariah, manajer, aktuari, undewriter, akuntan, marketing

dan investment. Di sisi lain kompetensi yang terkait dengan pema-

haman syariah dan Asuransi Syariah merupakan keahlian khusus yang

harus dipelajari dari awal.

n) Standar akuntansi dan tata kelola

Standar akuntansi dan audit untuk pengelola Asuransi Syariah

serta aturan tata kelola, baik di tingkat nasional dan internasional

merupakan syarat mutlak dibutuhkan bagi industri yang ingin

berkembang cepat. Tanpa standar tersebut, pengelolaan yang tidak

103

Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Takaful product in India –

Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries.. 104

Fauzilah, Abdul Razak. “The Effects of Personality Factors on

Sales Performance of Takaful (Islamic Insurance) Agents in Malaysia”.

International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 5; [Special

Issue -March 2011].

Page 172: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 153

sesuai aturan menjadikan kehilangan kepercayaan bagi peserta dan

juga investor.105

Beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh industri Asuransi

Syariah106

, khususnya di Malaysia agar penetrasi pasar menjadi me-

ningkat, adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terkait produk

Asuransi Syariah, distribusi yang belum sebanyak asuransi konven-

sional, posisi pasar produk Asuransi Syariah yang harus jelas dan

unik, menciptakan produk-produk baru sesuai dengan kebutuhan

peserta, mengembangkan teknologi untuk meningkatkan layanan

peserta, manajemen resiko, reAsuransi Syariah, investasi dan aliansi

strategi dengan organisasi Islam.

Gambar 4.9 Tantangan dalam Pengembangan

Industri Asuransi Syariah

Sumber: Deloitte, The Global Asuransi Syariah Insurance Market

Charting the Road to Mass Market

Dari semua tantangan-tantangan yang dihadapi industri Asu-

ransi Syariah di berbagai negara, inovasi produk merupakan suatu

yang penting dibandingkan dengan tantangan lainnya, karena inovasi

105

Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Takaful product in India –

Risks and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries. 106

Kamaruddin Sharif. Takaful – Development and Challenges Over 20 Years of Its Existence in Malaysia. Jurnal Pengurusan 23(2004) 3-13

Page 173: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

154 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

sangat erat kaitannya dengan peningkatan kinerja perusahaan Asu-

ransi Syariah, khususnya di Malaysia.107

4. Tahapan Pengembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia

Berasuransi secara Islam merupakan bagian dari prinsip hidup

yang berdasarkan tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesung-

guhnya setiap diri tidak memiliki daya apapun ketika datang musibah

dari Allah SWT, apakah itu berupa kecelakaan, kematian, atau terba-

karnya toko yang kita miliki. Ada berbagai cara bagaimana manusia

menangani risiko terjadinya musibah. Cara pertama adalah dengan

menanggungnya sendiri (risk retention), yang kedua, mengalihkan

risiko ke pihak lain (risk transfer), dan yang ketiga, mengelolanya

bersama-sama (risk sharing).

Menarik untuk direnungi bahwa sejak dari awal keberadaan-

nya, mekanisme asuransi Islam senantiasa terkait dengan kelompok.

Ini berarti, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan

kelompok. Sekalipun, misalnya, musibah itu hanya menimpa individu

tertentu (particular risks). Apalagi apabila musibah itu mengenai

masyarakat luas (fundamental risks) seperti gempa bumi dan banjir.

Sehingga esensi keberadaan asuransi dalam kehidupan dinilai

penting.

Berdasarkan konsep Risk Based Capital (RBC) perusahaan asu-

ransi di Indonesia sebenarnya dapat beroperasi dengan modal yang

sangat rendah (diatas Rp 3 milyar) asal sehat dan memenuhi Risk

Based Capital diatas 120%. Asuransi syariah dalam bentuk cabang

atau divisi dari perusahaan asuransi konvensional dapat beroperasi

dengan penyisihan modal minimal Rp 2 milyar. Kemudahan-kemuda-

han permodalan ini disatu sisi baik untuk mendorong timbulnya

perusahaan asuransi/cabang/divisi syariah. Di sisi lain sebenarnya

harus disadari bahwa ketentuan minimum tersebut kurang mendorong

timbulnya perusahaan asuransi yang sehat. Struktur permodalan yang

107

Norizan Remli, Wan Norhayate Wan Daud, Fakhrul Anwar Zainol

& Hamizah Muhammad. A Proposed Conceptual Framework for Market Orientation and Innovation towards Takaful Performance in Malaysia. Inter-

national Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 7; 2013. ISSN

1833-3850 E-ISSN 1833-8119. Published by Canadian Center of Science

and Education.

Page 174: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 155

kuat sangat dibutuhkan untuk mengangkat industri asuransi syariah.

Dengan modal yang kuat perusahaan asuransi syariah akan dapat

melaksanakan fungsi-fungsi yang semestinya, antara lain edukasi

pasar melalui berbagai media komunikasi untuk menjelaskan kebera-

daan asuransi syariah, keunggulannya, manfaatnya serta kebersihan

dari keraguan, pengembangan produk secara berkelanjutan, back-up

keuangan yang kokoh untuk membangkitkan kepercayaan publik.

Untuk Mengatasi kekurangan SDM yang Profesional dapat

diatasi dengan akan mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas

SDM asuransi syariah melalui beberapa program sertifikasi agar

perkembangan industri didukung ketersediaan fellow dan associate

berkualitas. Untuk Memasyarakatkan dan Meningkatkan Asuransi

syariah maka LKS harus mengembangkan teknologi informasi yang

terdepan, serta meningkatkan promosi dan sosialisasi di segala lapi-

san masyarakat. Menurutnya, semua pihak harus bekerja keras untuk

memperkenalkan sistem asuransi syariah di Indonesia agar masyara-

kat mengetahui ada solusi dalam pengelolaan risiko secara Islami

Pemerintah Juga harus lebih mendukung Asuransi Syariah, para

ekonom yang ada di kabinet saat ini sebaiknya meninggalkan sistem

ekonomi kapitalis dan mengikuti aturan main kapitalis, sehingga bisa

keluar dari krisis.

Penerapan syariah yang makin meluas dari industri keuangan

dan permodalan membutuhkan regulasi yang tidak saling bertenta-

ngan atau tumpang tindih dengan aturan sistem ekonomi konvensio-

nal. Para pelaku ekonomi syariah sangat mengharapkan regulasi

untuk sistem ekonomi syariah ini bisa memudahkan mereka untuk

berekspansi bukan malah membatasi. Saat ini, peraturan tentang

permodalan masih menjadi kendala perbankan Syariah untuk melaku-

kan penetrasi dan ekpansi pasar.

Pemerintah sebagai regulator belum mengeluarkan kebijakan di

bidang asuransi syariah sebagaimana halnya pada perbankan syariah

yang memiliki UU Perbankan Syariah. Sekarang ini sudah ada regu-

lasi yang memadai, tapi rasanya belum cukup. Bahkan kalua me-

mungkinkan asuransi juga diberikan insentif, Insentif yang diharap-

kan misalnya dalam bentuk perpajakan atau bentuk lainnya. Dengan

adanya insentif dan regulasi yang memadai, diberharapkan hal terse-

but dapat merangsang industri syariah agar bisa berkembang lebih

Page 175: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

156 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

cepat. Selain pihak regulator, DSN dapat mengeluarkan fatwa yang

dapat mengakselerasi industri asuransi syariah.

Asuransi syariah juga masih menemukan kendala dari masyara-

kat yang memiliki kesalahpahaman atas asuransi syariah. Asuransi

syariah dipandang harus murah, mudah dan untung. Padahal asuransi

juga menghitung bisnis dan laba, Sementara itu lingkungan bisnis

ekonomi saat ini yang rentan terhadap penyogokan membuat asuransi

syariah tak bisa masuk ke dalam bisnis tersebut. Keberhasilan sistem

asuransi tidak sepantasnya diukur berdasarkan total uang yang dapat

dikumpulkan atau keuntungan yang diraih melalui lembaga dan badan

yang telah dibentuknya. Sebaliknya, keberhasilannya harus diukur

dari sudut seberapa besar sumbangan yang telah diberikannya untuk

keselamatan hidup anggota masyarakat dan baktinya untuk meri-

ngankan beban bencana dan malapetaka yang dihadapi oleh mereka.

Inilah sebenarnya esensi dari tujuan Asuransi Syariah.

Pemetaan kendala dan strategi pengembangan

Beberapa kendala pengembangan asuransi syariah adalah seba-

gai berikut: (a) Kurangnya sosialisasi Sosialisasi asuransi syariah

kepada masyarakat masih sangat kurang. Media komunikasi yang

digunakan masih cenderung tradisional, sementara sosialisasi melalui

media massa baik media cetak maupun media elektronik masih

sangat kurang. Hal ini dipengaruhi oleh factor permodalan yang

dimiliki industry asuransi syariah. (b) Kurangnya tenaga ahli asuransi

syariah Tenaga ahli asuransi syariah yang mampu menguasai tehnik

operasional asuransi sekaligus tehnik syariah masih sangat kurang

jumlahnya. Untuk itu, diperlukan pendidikan yang dapat mencetak

praktisi ekonomi syariah, khususnya dalam bidang industri syariah

yang mampu menguasai dua aspek operasional dan syariah sekaligus.

(c) Kurangnya dukungan umat Minimnya partisipasi masyarakat

muslim untuk menjadikan asuransi syariah sebagai kewajiban dalam

praktik mu’amalah. Kepentingan keuangan lebih dominan dibanding-

kan dengan kebutuhan kesesuaian dengan ketentuan hokum Islam. (d)

Kurangnya dukungan pemerintah Terlihat dari perundang-undangan

yang berlaku sehingga belum memfasilitasi perkembangan asuransi

syariah secara optimal.

Sedangkan strategi yang diperlukan untuk mengembangkan

asuransi syariah di antaranya adalah: (a) Perlu strategi pemasaran

Page 176: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 157

yang lebih terfokus kepada upaya untuk memenuhi pemahaman

masyarakat tentang asuransi syariah; (b) Sebagai lembaga keuangan

yang menggunakan system syariah tentunya aspek syiar Islam meru-

pakan bagian dari operasi asuransi tersebut; (c) Dukungan dari berba-

gai pihak terutama pemerintah, ulama, akademisi dan masyarakat

diperlukan untuk memberikan masukan dalam penyelenggaraan ope-

rasi asuransi syariah.

Berdasarkan data perkembangan asuransi di dunia tahun 2015,

Indonesia menempati peringkat 46 dari 53 negara di dunia dalam hal

rasio premium terhadap jumlah GDP (Gross Dometic Product)

dengan jumlah premi 0,33% dibanding jumlah GDP Indonesia pada

tahun tersebut. Nilai ini jauh lebih sedikit dibanding Malaysia 3%,

Macao 12,5%, Qatar 7.54%, Arab Saudi 6,17%, dan negara- negara

lainnya

Di sisi lain, perkembangan premi asuransi di Indonesia terma-

suk yang paling kuat di Asia, dengan pertumbuhan 5 – 10% setiap

tahunnya. Namun perkembangan yang cukup besar ini belum mampu

melampaui besaran dan ratio premi negara – negara lainnya di dunia.

Hal ini berarti, masih banyak sekali pangsa pasar yang belum disen-

tuh oleh perasuransian di Indonesia dan kesempatan untuk berkem-

bang kedepan yang masih sangat besar.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Gunistiyo dan Subekti,

tingkat kesadaran masyarakat tegal dalam berasuransi mencatat bah-

wa tingkat kesadaran masyarakat dalam berasuransi masih rendah.

Kesadaran masyarakat untuk berasuransi dipengaruhi oleh faktor

tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat. Semakin

tinggi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat maka

semakin tinggi juga kesadaran masyarakat untuk berasuransi.

Mohammad Johari dalam penelitiannya yang berjudul Respon

Masyarakat Muslim kota Mataram terhadap Asuransi Syariah juga

mencatat tentang kondisi hubungan masyarakat dengan asuransi

syariah. Disebutkan bahwa dukungan akan asuransi syariah, karena

seorang muslim maka sangat tinggi. Jadi komposisi masyarakat mus-

lim menjadi faktor yang mempengaruhi dukungan terhadap asuransi

syariah. Akan tetapi masyarakat masih ragu untuk menyampaikan

informasi dan mengajak bergabung dengan asuransi syariah atau

dengan kata lain perluasan penyebaran informasi menjadi terhambat.

Page 177: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

158 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Dalam perusahaan asuransi, baik umum maupun umum syariah

diketahui adanya peran seorang agen yang memiliki pengaruh lang-

sung terhadap perusahaan asuransi yang bersangkutan. Sistem pema-

saran yang terdapat dalam perusahaan asuransi dilakukan oleh se-

orang agen. Seorang agen menjadi pemeran utama dalam meningkat-

kan pemasaran asuransi.

Dalam perkembangannya, pada tahun 2011 terdapat sebanyak

21 unit perusahaan agen asuransi. Pada tahun 2013 dan 2014 jumlah

perusahaan agen asuransi bertambah menjadi 25 unit. Keberadaan

perusahaan agen asuransi ini diharapkan dapat membantu meningkat-

kan kualitas daripada agen asuransi. Pada tanggal 21 Oktober tahun

2015 dalam siaran pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan,

pihaknya tengah mempersiapkan 10 juta agen asuransi dan 1.000

sahabat keuangan maritim. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk

meningkatkan akses masyarakat kepada layanan asuransi, asuransi

mikro dan syariah serta memperluas jangkauan layanan keuangan

pelaku industri dan kelautan. Ketua Dewan Komisioner OJK Mulia-

man D Haddad menjelaskan perekrutan 10 juta agen asuransi ini

diharapkan dapat terwujud dalam beberapa tahun sehingga akses dan

transaksi atas produk asuransi, khususnya produk asuransi mikro dan

syariah bisa meningkat.

Kemajuan dan perkembangan Keuangan Syariah semakin

signifikan dari waktu ke waktu. Asset keuangan syariah secara global

tercatat sebesar lebih dari 2 trilliun dolar Amerika, dan diprediksikan

akan mencapai 3.4 triliun dolar Amerika pada tahun 2018. Qatar,

Indonesia, Malaysia, Saudi Arabia, Turkey dan Uni Emirat Arab

memegang lebih kurang 80 persen asset global keuangan syariah

dengan persentase pertumbuhan pertahun sebesar 18% dari tahun

2009-2013, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 19% pertahun

dari tahun 2014-2019.

Salah satu industri keuangan syariah yang berkembang cukup

massive setelah sektor Perbankan Syariah adalah industri Asurani

Syariah atau secara internasional dikenal sebagai industri Asuransi

Syariah. Pada akhir tahun 2014 aset global Asuransi Syariah menca-

pai 33 milyar dolar Amerika. Perusahaan Asuransi Syariah seluruh

dunia tercatat sebanyak 308, dimana hanya 93 perusahaan diantara-

nya beroperasi sebagai unit Syariah dibawah perusahaan Asuransi

Syariah konvensional, dan lainnya sebanyak 215 perusahaan, meru-

Page 178: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 159

pakan full-fledge Asuransi Syariah operator. Sebagian besar perusa-

haan tersebut terkonsentrasi di Timur Tengah dan Asia Tenggara.

Tiga tahap strategi pengembangan asuransi di Indonesia

a) Tahap Pertama (peningkatan SDM tenaga ahli asuransi)

Berdasarkan data PAI (Persatuan Aktuaris Indonesia), jumlah

aktuaris di Indonesia hingga tahun 2016 adalah 400 orang, yaitu 40%

dari target jumlah aktuaris yang dibutuhkan di Indonesia. Beberapa

perguruan tinggi di Indonesia seperti ITB, UI, UGM, IPB, ITS, dan

lain – lain dalam beberapa tahun terakhir semekin gencar memper-

siapkan para lulusan matematika/statistikanya untuk menjadi seorang

aktuaris, namun belum memenuhi target.

Selain itu, mutu dari para aktuaris perlu ditingkatkan dengan

melaksanakan penelitian yang intensif. Salah satu permasalahan

dalam aktuaria adalah penentuan nilai premi dan mengelola risiko.

Pada subbab selanjutnya, suatu pemodelan matematika dibangun

untuk mengatur pengalokasian dana bagi perusahaan asuransi jiwa

syariah.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

terhadap asuransi terutama asuransi syariah, perusahaan asuransi

perlu mengedukasi masyarakat mengenai produk – produk asuransi

yang ditawarkan dan meningkatkan kemampuan literasi keuangan

masyarakat melalui divisi CSR (Corporate Social Responsibility) dan

para agennya. Selain itu, perusahaan asuransi perlu meningkatkan

pelayanan, komitmen, dan kepuasan masyarakat agar bisa menarik

pangsa pasar asuransi syariah di Indonesia yang belum terjangkau

mengingat baru 0,095% populasi yang memiliki polis asuransi

syariah.

b) Tahap Kedua (dukungan pemerintah)

Salah satu yang menyebabkan asuransi kurang diminati masya-

rakat adalah karena premi cendrung lebih tinggi sehingga kurang

menarik bagi kalangan menengah ke bawah. Perusahaan asuransi

secara cermat perlu melihat pasar dan melakukan segmentasi pasar

agar produk – produk yang dikeluarkan tepat sasaran. Artinya, setiap

orang ditawarkan produk sesuai dengan penghasilannya. Tentu, jika

Page 179: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

160 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

penghasilannya kecil, diharapkan premi yang dibayarkan kecil dan

begitu sebaliknya.

Disini, peran pemerintah diperlukan untuk memberikan subsidi

kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah supaya uang pertang-

gungan yang diperoleh ketika meninggal lebih besar dari yang

diharapkan. Akibatnya, jika seseorang tersebut meninggal, keluarga

yang ditinggalkan masih bisa memenuhi kebutuhan hidupnya mini-

mal untuk beberapa tahun ke depan. Subsidi silang juga diperlukan

antara golongan menengah ke atas dengan menengah ke bawah.

Artinya, sebagian premi yang dibayarkan oleh kelompok menengah

ke atas digunakan untuk membantu kalangan menengah ke bawah

yang membutuhkan. Sehingga, dengan mekanisme tersebut, asuransi

syariah dapat menguasai pangsa pasar menengah ke bawah.

c) Tahapan Ketiga (dukungan investor)

Setelah tahap 2 berhasil dilaksanakan, pasar asuransi syariah di

Indonesia diharapkan akan memiliki jumlah peserta yang meningkat

secara signifikan dibandingkan jumlah peserta saat sekarang yang

hanya 0,095%. Tentu, dengan meningkatnya jumlah peserta akan

menarik investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan

asuransi. Selain itu, perusahaan asuransi menarik bagi investor dika-

renakan demografi Indonesia yang berbentuk piramida, dimana jum-

lah usia produktif (66,5 % diantara 25 dan 65 tahun) lebih banyak

dibanding jumlah usia non produktif (27,3 % di bawah 25 tahun dan

6,2% di atas 65 tahun).

Page 180: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 161

BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS

PEMAKAMAN DAN SINERGI DENGAN INDUSTRI ASURANSI SYARIAH

A. Pengembangan Industri Pemakaman

1. Perkembangan Bisnis Pemakaman di Berbagai Negara Muslim

Tradisi pemakaman dalam dunia Islam sangat erat hubungan-

nya dengan keberadaan mesjid dan sumber air. Hal ini tidak meng-

herankan, karena di dalam Al Qur’an air merupakan sumber kehidu-

pan dan disisi lain, air juga digunakan untuk memandikan jenazah,

saat seorang muslim meninggal dunia. Kondisi ini menjadi suatu

tradisi yang mengglobal di dunia muslim bahwa proses kematian

dalam Islam selalu erat kaitan dengan dengan keberadaan mesjid di

tempat pengelolaan makam (Islamic Funeral) atau dengan kata lain,

pengelola pemakaman Islam selalu dikelola oleh pengurus mesjid,

karena proses kematian seorang muslim sangat erat kaitannya dengan

kemampuan dalam mengurus prosesinya dan itu selalu dilakukan oleh

petugas mesjid yang sudah dilatih dan berpengalaman.1

Bisnis Pemakaman atau pemakaman sebagian besar di dunia ini

sangat erat terkait dengan arus ekonomi, namun hal yang menarik

adalah saat ekonomi menurun, permintaan untuk bisnis Pemakaman,

tidak otomatis menurun, hal ini dikarenakan, kebutuhan pemakaman

merupakan hal yang mutlak, pengelola Pemakaman selalu memberi-

kan penawaran yang fleksibel sekiranya konsumen kesulitan dalam

pembayaran atau mengganti layanan Pemakaman yang lebih terjang-

kau.2

1 Anissa Brighet Assous. “Cultural and Islamic Values in Relation

with Death”. European Scientific Journal February 2013 edition vol.9, No.5

ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431 2 Beverly Bunch-Lyons. “Ours is a Business of Loyalty: African

American Funeral Home Owners in Southern Cities”. The Southern Quarter-ly Vol. 53, No. 1 (Fall 2015).

Page 181: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

162 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Di Eropa yang merupakan negara muslim minoritas, salah

satunya seperti di Belanda, sudah mulai banyak bermunculan pema-

kaman Islam (Islamic Funeral). Pemakaman Islam pertama di

Belanda berdiri pada tahun 2007, pemakaman ini merupakan bagian

dari area pemakaman publik yang dikelola oleh pemerintah kota dan

warga muslim yang sebagian besar keturunan Suriname membeli

lahan untuk dijadikan pemakaman khusus Muslim. Dalam sebuah

penelitian menunjukkan bahwa sudah ada 25 % dari pemakaman kota

yang terdapat area khusus Muslim. Area ini terpisah dengan area

lainnya, hal ini dikarenakan ketentuan dalam Islam mengharuskan

Muslim dikuburkan terpisah dengan non muslim dan kuburan harus

menghadap ke Mekkah.3

Berbeda dengan di Jerman, keturunan Muslim dari Turki

merupakan imigran yang mendominasi disana. Komunitas Muslim

Jerman yang sebagian besar beraliran suni sudah ada sejak tahun 2010

saat sudah banyak terjadinya jumlah kematian dalam komunitas Mus-

lim Jerman, sebagian besar mereka menginginkan dikuburkan dinega-

ra asal mereka, yaitu Turki. Hal ini dikarenakan sangat sulit dan

besarnya biaya pengelolaan makam di Jerman, sehingga repratriasi

makam menjadi pilihan yang lebih murah dan mudah, hanya sekitar

2% saja yang dimakamkan di Jerman. Diperkirakan sekitar 70-95%

Muslim yang direpratriasi untuk dikuburkan ke negara asal, kondisi

ini merupakan prosentasi yang umum terjadi di sebagian besar

negara-negara di Eropa. Walaupun begitu sudah ada 250 pemakaman

Islam di negara Jerman yang merupakan hanya 1 persen dari total

pemakaman yang ada di negara tersebut.4

Kondisi yang berbeda terjadi dinegara-negara Muslim mayo-

ritas, seperti di timur tengah, dimana tempat pemakaman (Funeral home) yang dikelola secara Islam bukan menjadi suatu issue. Topik

yang menjadi kebutuhan disana adalah bagaimana pengelolaan

3 Khadija Kadrouch-Outmany. “Burial practices and desires among

Muslims in the Netherlands: A matter of belonging”. Can. J. of Netherlandic Studies/Rev. can. d’études néerlandaises 33.2/34.1 (2012-2013): 107-128.

4 Nadja Milewski, Danny Otto. “The Importance of a Religious

Funeral Ceremony Among Turkish Migrants and Their Descendants in

Germany: What Role do Socio-demographic Characteristics Play?”. Journal of Intercultural Studies, 2016 Vol. 37, No. 2, 162–178. http://dx.doi.org/

10.1080/07256868.2016.1141760

Page 182: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 163

pemakaman yang dilakukan secara Islam dapat dikelola secara profe-

sional, sehingga memiliki standar prosedur yang baku dalam melaku-

kan prosesi pemakaman yang lebih efisien dan biayanya lebih terkon-

trol. Pola yang dilakukan restoran McDonald menjadi sebuah konsep

yang menarik untuk di tiru disana dalam hal konsep pengelolaan

makam Islam yang lebih baik.5

Pengelola makam yang profesional saat ini tergabung dalam

sebuah organisasi Internasional yang berbasis di Amerika, organisasi

tersebut adalah ICCFA (The International Cemetery, Cremation and

Funeral Association). Organisasi ini berdiri pada tahun 1887,

memberikan panduan bagi anggotanya dalam melakukan standar

layanan Pemakaman secara profesional serta mengadakan sertifikasi

internasional untuk menjadi ahli sebagai pengelola makam (Funeral director), saat ini ICCFA memiliki anggota sebanyak 9.100 yang

tersebar diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Organisasi ini juga

dapat menjadi mediasi bagi konsumen yang mengajukan komplain ke

anggota asosiasi.6

Selain itu juga ada Lembaga Pemakaman Islam yang mulai

bertransformasi menjadi Lembaga keuangan, yaitu menjadi Asuransi

Syariah, seperti yang terjadi di belanda, yaitu Onderlinge Uitvaartve-

reniging (OWM) PPME AIA Asuransi Syariah yang didirikan tahun

2015 di Amsterdam, merupakan sebuah badan entitas Asuransi Syari-

ah yang bergerak sebagai penyedia jasa dan dana di sektor penguru-

san jenazah dan pemakaman. Mereka hadir untuk menjawab kebutu-

han komunitas Muslim di Belanda akan pilihan Islami dalam menja-

min masa depan pribadi dan keluarga secara mudah dan terpercaya.

Secara garis besar, produk yang mereka tawarkan terbagi menjadi dua

yaitu jasa layanan, mencakup pengurusan jenazah, reservasi makam

dan repatriasi, serta jasa pendanaan, berupa penyediaan noodfonds

sesuai kebutuhan anggota. Dengan usaha mereka bersama, kedepan-

nya OWM ini akan menjadi Lembaga Asuransi Syariah berfungsi

penuh dengan tawaran produk Asuransi Syariah yang lebih luas dan

variative (saat ini masih dalam proses di Dutch Central Bank).

5 Zafar Iqbal. “McDonaldization, Islamic Teachings and Funerary

Practices in Kuwait”. Omega, Vol. 63(1) 95-112, 2011. 2011, Baywood

Publishing Co., Inc. doi: 10.2190/OM.63.1.e 6 https://www.iccfa.com/about-iccfa

Page 183: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

164 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Adapun jasa pelayanan, yaitu (1)Pengurusan Jenazah, mereka

menyediakan jasa pengurusan jenazah secara menyeluruh, dimulai

dari proses pemandian, transportasi, sholat jenazah, prosesi doa,

penyewaan ruangan hingga penguburan. (2) Reservasi Tanah makam,

Memperhatikan biaya tanah makam yang semakin meningkat tiap

tahunnya, reservasi makam menjadi pilihan yang bijak dan menjamin.

Mereka menyediakan beberapa skema untuk melakukan reservasi

dengan harga tetap dari 20 hingga 50 tahun. (3) Repatriasi Jenazah,

Repatriasi jenazah ke kampung halaman keluarga di tanah air (Indo-

nesia, karena sebagian besar muslim yang tergabung dalam komuni-

tas ini adalah warga keturunan Indonesia, yaitu sebanyak 200.000

penduduk), ini menjadi opsi yang cukup dicari. Selain memulangkan

jenazah serta mengurusi dokumen terkait, kami juga memfasilitasi

keluarga anggota untuk bisa ikut pulang mengantar.

Selain 3 jasa pelayanan diatas, Lembaga ini juga melayani

jasa pendanaan. Mereka menyediakan bagi anggota noodfonds (dana

darurat) sebesar €2,000 secara cepat dan tanggap. Alokasi dana

darurat ini disiapkan bagi anggota yang (1) tidak memiliki asuransi,

(2) memiliki asuransi namun kompensasi tidak menutupi total biaya

pengurusan jenazah (3) memiliki asuransi dengan kompensasi yang

cukup, namun lambat dalam proses pencairan. Lembaga ini beralamat

di Jan van Genstraat 140 1171 GN Badhoevedorp Noord-Holland,

The Netherlands., dengan website di 7

2. Pengembangan Bisnis Pemakaman di Indonesia

Pengelola pemakaman (Funeral home) di Asia tenggara, khu-

susnya di Indonesia sudah tumbuh dengan cukup pesat, hal ini dikare-

nakan kebutuhan atas layanan pemakaman di negara-negara di Asia

tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia sema-

kin besar8, diperkirakan total nilai pasar industri ini mencapai $4,1

Milyar dengan Indonesia menduduki peringkat kedua setelah

Thailand. Faktor-faktor yang mendukung meningkatnya kebutuhan

layanan pemakaman secara komersial adalah faktor sosial ekonomi,

seperti pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, kenaikan pendapatan,

7 Berdasarkan hasil wawancara dengan ppme dan sumber informasi

dalam website di www.ppmeaiatakaful.com 8 Frost & Sullivan, 2013.

Page 184: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 165

pertumbuhan populasi dan meningkatnya usia manula disuatu negara.

Selain itu juga dipengaruhi oleh peningkatan rate mortality, Indone-

sia sendiri dari 1000 penduduk terjadi 6.4 kematian. Frost & Sullivan

memperkirakan bisnis layanan Pemakaman di Indonesia pada tahun

2013 mencapai $1,7 Milyar dan akan menjadi $ 2,8 Milyar pada

tahun 2018, pangsa pasar tersebut dikuasai oleh pengelola makam

swasta (komersial) diatas 66%, selebihnya ada lebih dari 100 penge-

lola makam yang dikelola pemerintah kota atau biasa di sebut TPU

(Tempat Pemakaman Umum).

Di Indonesia beberapa pengelola makam swasta yang membe-

rikan layanan secara Islam dengan profesional, diantaranya seperti

Sandiego Hills, Al Azhar Memorial Garden dan Firdaus Memorial

Garden. Al-Azhar Memorial Garden sendiri merupakan pengelola

makam pertama yang didedikasikan secara penuh sebagai pengelola

makam syariah (Islamic Funeral full pledge) dan dikelola secara

komersial. Kawasan pemakaman Al-Azhar Memorial Garden memi-

liki kelengkapan fasilitas dan layanan berkualitas, seperti : taman

pemakaman eksklusif, Masjid, padang rumput asri bagi aktivitas

outdoor, parkir yang luas dan walkaway track, Lounge and Playgro-und serta akses utama langsung ke jalan tol Jakarta Cikampek Rest

Area KM 52, sehingga memberikan kemudahan bagi penziarah dan

keluarga untuk berkunjung menuju kawasan tersebut yang memiliki

lahan seluas 25 hektar.9Firdaus Memorial Park dilahirkan atas dasar

pemikiran semakin sempitnya lahan pemakaman serta meningkatnya

biaya pemakaman, khususnya di Kota Bandung, kondisi ini tentunya

sangat memberatkan bagi keluarga kalangan dhuafa. Melalui konsep

sebagai lembaga wakaf produktif, hadirlah Program Firdaus Memo-

rial Park yang dikelola secara wakaf, bukan bisnis ataupun komer-

sial.10

Berbeda halnya dengan Al Azhar Memorial Garden dan Firdaus

Memorial Park yang dikhususkan bagi umat Muslim, San Diego Hill

Memorial Park & Funeral Homes merupakan komplek pemakaman

komersial yang memiliki standar tinggi untuk semua kalangan agama,

namun didalam kawasan tersebut tersedia komplek khusus pemaka-

9 www.alazharmemorialgarden.com

10 www.firdausmemorialpark.org/

Di daerah kota Bandung, biaya pemakaman bisa mencapai Rp 700

ribu hingga Rp 2 Juta.

Page 185: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

166 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

man bagi konsumen Muslim. San Diego Hills Memorial Parks and

Funeral Homes menyatakan bahwa mereka merupakan kawasan

pemakaman pertama di dunia yang menawarkan kelengkapan fasilitas

dan layanan berkualitas, meliputi: taman pemakaman eksklusif,

danau seluas 8 Ha., kapel, musholla, restoran Italia, jogging track,

kolam renang, florist & gift shop, padang rumput asri bagi outdoor

activity, hingga gedung serba guna berkapasitas 250 orang. Design

kawasan ini yang memiliki areal seluas 500 Ha diadaptasi dari taman

pemakaman terkemuka dunia, Forest Lawn Memorial Parks & Mor-

tuaries di California Amerika Serikat. Komplek pemakaman Muslim

disebut dengan istilah Five Pillars Garden yang mengadopsi konsep 5

rukun Islam (Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat, dan Haji), Five Pillars

Garden seluas 25 Ha. merupakan taman pemakaman muslim dengan

filosofi Islami yang dirancang Dr. Mona Siddiqui, professor dari

Glasgow University jurusan Islamic Studies and Public Understan-

ding dan Janet Benton, konsultan lansekap dari Skotlandia. Five Pillars Garden terdiri dari lima area, yaitu:

a. Unity Garden (Rukun Islam: Syahadat) yang saat ini memiliki

Wisdom Mansion. Filosofi yang terkandung dalam Syahadat di-

gambarkan melalui desain jalan berbentuk lingkaran spiral di

perbukitan, menunjukkan satu kesatuan alam semesta dalam ke-

kuasaan Allah swt.

b. Prayer Garden (Rukun Islam 2: Sholat) yang saat ini terdapat tiga

mansion yaitu Midday Mansion, Guiding Light Mansion dan

Before Dawn Mansion. Desain terinspirasi salah satu kewajiban

umat Islam yaitu mendirikan sholat 5 waktu.

c. Fasting Garden (Rukun Islam 3: Puasa). Mencoba maknai puasa

sebagai hidup dalam kesederhanaan melalui desain lansekap yang

menggunakan tipikal tanaman gersang berdampingan harmoni

dengan tanaman subur.

d. Benefaction Garden (Rukun Islam 4: Zakat). Saat ini memiliki dua

mansion yaitu Charity Mansion dan Fitrah Mansion. Makna kepe-

dulian sosial yang terkandung dalam ibadah Zakat diaplikasikan

melalui keberadaan air terjun yang mengalirkan air ke seluruh area

sebagai perlambang sederhana dari arti "berbagi".

e. Pilgrimage Garden (Rukun Islam 5: Haji). Tampil dalam lansekap

tanaman gersang yang menggambarkan perjalanan melalui gurun

Page 186: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 167

pasir. Di dalam area ini terdapat Pilgrimage Pavilion sebagai

simbol "oasis" dalam perjalanan Haji.11

B. Faktor-faktor Penentu Pengembangan Produk Asuransi Syariah

Pemakaman

Berdasarkan data bank Dunia, Indonesia mengalami pertumbu-

han kelas menengah, dimana pada tahun 1999-2011 sebesar 50 juta

orang (sebagian besar Muslim) menjadi 130 juta orang dan akan

bertambah 50 juta lagi didekade mendatang.

1. Strategi Pengembangan Bisnis Asuransi Syariah Pemakaman

Berdasarkan hasil olah elemen produk Asuransi Syariah Pema-

kaman melalui AHP dan juga wawancara dengan industri Asuransi

Syariah dapat disimpulkan strategi pengembangan bisnis Asuransi

Syariah Pemakaman terdiri dari:

a. Kerjasama dengan lembaga

Pemasaran Asuransi Syariah Pemakaman tidak menyasar target

individu, tapi hanya menyasar target lembaga, yaitu lembaga yang

memberikan layanan Pemakaman, baik itu perusahaan, yayasan, aso-

siasi, organisasi layanan Pemakaman di tingkat nasional, propinsi,

maupun sampai tingkat RT/RW.

b. Skema kumpulan

Skema bisnis yang dijalankan adalah melalui skema kumpulan,

artinya polis Asuransi Syariah Pemakaman adalah polis induk dan

masing-masing individu mendapatkan sertifikat polis.

c. Edukasi Pasar

Meningkat edukasi pasar produk Asuransi Syariah Pemakaman,

baik melalui promosi maupun agenda pemerintah, namun industri

Asuransi Syariah sebaiknya dapat menggunakan jalur keagenan untuk

melakuan edukasi kepada konsumen. Karena jalur keagenan merupa-

kan jalur yang efektif dan efisien untuk saat ini.

11

www.sandiegohills.co.id/

Page 187: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

168 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

2. Strategi Pengembangan Produk Asuransi Syariah Pemakaman

Berdasarkan hasil olah elemen produk Asuransi Syariah Pema-

kaman melalui AHP dan juga wawancara dengan industri Asuransi

Syariah dapat disimpulkan strategi pengembangan produk Asuransi

Syariah Pemakaman terdiri dari:

a. Bundling Produk

Karena target market Asuransi Syariah Pemakaman saat ini

adalah lembaga, organisasi, asosiasi dari pelayanan Pemakaman,

maka produknya harus dalam bentuk kerjasama dengan lembaga

tersebut (bundling product). Dengan mekanisme ini diharapkan target

pemasaran menjadi lebih mudah.12

b. Harga kontribusi harus terjangkau

Harga yang ditetapkan dalam menyusun produk Asuransi Sya-

riah Pemakaman harus sangat terjangkau oleh konsumen, agar konsu-

men tidak terlalu dibebankan dan setelah merasakan dan mengetahui

manfaat dari produk ini, maka harga dapat disesuaikan berdasarkan

tingkat resiko dari masing-masing konsumen.13

c. Desain simple

Desain produk Asuransi Syariah Pemakaman, harus simple dan

sesuai dengan manfaat serta kebutuhan konsumen. Hal ini untuk

memudahkan konsumen dalam memahami produk tersebut.14

3. Insiatif Pengembangan dari Pemerintah

Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan dalam mendukung

pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia adalah sebagai berikut:

12

Berdasarkan hasil wawancara dengan Mariana Kusuma Dewi,

General Manager, PT Nusantara Prima Sukses Sejati (Al Azhar Memorial

Garden), Tanggal 2 Maret 2017 13

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sulaiman S. Kom, Direktur

Utama PT Insco Multi Pratama, tertanggal 12 Oktober 2017 dan Berdasar-

kan hasil wawancara dengan Saroyo, SE, AAAIJ, Senior Manager PT

Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi (JMAS), Tanggal 7 September 2017 14

Berdasarkan hasil wawancara dengan Mariana Kusuma Dewi,

General Manager, PT Nusantara Prima Sukses Sejati (Al Azhar Memorial

Garden), Tanggal 2 Maret 2017

Page 188: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 169

(1) Memunculkan pengaturan perasuransian syariah ke dalam UU No.

40 Tahun 2014 tentang Perasuransian; (2) Mendorong pemisahan

Unit Usaha Syariah (Spin Off) dalam 10 tahun ke depan. 3. Membuat

Master Plan pengembangan keuangan syariah yang bersifat nasional;

(3) Melakukan sosialisasi mengenai asuransi syariah secara terus

menerus kepada berbagai lapisan masyarakat; (4) Melakukan pengua-

tan industri melalui peningkatan pengawasan.

Permasalahan yang Memengaruhi Pertumbuhan Asuransi Syariah

Pertumbuhan potensial dari sektor Asuransi Syariah di Indo-

nesia sangat menjanjikan karena adanya kemajuan yang stabil dalam

ekonomi Indonesia, dan didukung oleh populasi yang besar, muda,

dan umumnya belum memiliki asuransi. Akan tetapi, terdapat bebera-

pa hambatan yang menghalangi pertumbuhan Asuransi Syariah di

Indonesia sebagaimana diringkas dalam poin-poin berikut: (1) Ku-

rangnya peluang investasi: Saat ini, portofolio investasi di sektor

Asuransi Syariah di Indonesia didominasi oleh deposito berjangka

yang lebih memberikan keuntungan yang lebih stabil dengan risiko

yang relatif rendah, sementara minat investasi dalam sukuk tetap

rendah karena rendahnya likuiditas pasar sekunder. Karena kurangnya

instrumen yang dapat dijadikan investasi, pada tahun 2015, pemain

Asuransi Syariah Jiwa mulai meningkatkan investasi mereka dalam

saham yang berprinsip syariah untuk keuntungan yang lebih tinggi

tetapi dengan risiko yang lebih tinggi pula.

Konsentrasi investasi di pasar saham dapat memberikan risiko

yang tidak diinginkan terhadap industri ini. Oleh karena itu, industri

ini membutuhkan peluang investasi berprinsip syariah yang lebih luas

yang dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dengan risiko

yang relatif rendah, misalnya real estate. (2) Kurangnya dukungan

untuk produk BancaAsuransi Syariah: BancaAsuransi Syariah mewa-

kili suatu segmen yang penting dalam pasar Asuransi Syariah di ting-

kat global. Akan tetapi, pertumbuhan segmen ini di Indonesia mem-

butuhkan tidak hanya sekadar kolaborasi antara bank-bank syariah

dan operator Asuransi Syariah dalam hal penawaran produk bersama,

tetapi juga dukungan peraturan dalam bentuk persyaratan harus me-

miliki perlindungan Asuransi Syariah wajib untuk semua instrumen

syariah; (3) Kurangnya standardisasi: Kurangnya standardisasi mem-

persulit peserta untuk memahami fitur produk Asuransi Syariah yang

Page 189: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

170 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

ingin mereka beli, dan lebih sulit lagi bagi mereka untuk memban-

dingkan produkproduk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan

yang berbeda. Karena setiap perusahaan Asuransi Syariah pada saat

ini menggunakan kebijakan mereka sendiri, sangat sulit bagi peserta

untuk mengerti sepenuhnya posisi mereka dalam kontrak dan mem-

bandingkan fitur-fitur pada kebijakan yang berbeda. Oleh karena itu,

pertumbuhan industri Asuransi Syariah membutuhkan suatu lingku-

ngan yang mendukung dengan standardisasi yang lebih besar untuk

model dan kebijakan Asuransi Syariah; (4) Kurang memadainya

kualifikasi profesional: Menyediakan produk dan pelayanan dengan

kualitas tinggi membutuhkan profesionalisme yang juga tinggi.

Tingginya tingkat profesionalisme ini hanya dapat diraih melalui staf

dan agen yang berkeahlian yang memiliki pemahaman penuh akan

konsep Asuransi Syariah dan persyaratan pasar.

Kerangka Kerja Regulasi

Kerangka kerja peraturan perundangan dalam industri asuransi

di Indonesia telah diperbarui dengan menggunakan Undang-Undang

Perasuransian baru No. 40 tahun 2014 mengenai asuransi dan reasu-

ransi, tertanggal 17 Oktober 201415

. Meskipun Undang-Undang Per-

asuransian yang baru tersebut meningkatkan pengelolaan perusahaan

Asuransi Syariah dan reAsuransi Syariah, masih ada beberapa bidang

yang perlu ditingkatkan lebih lanjut. Seperti halnya posisi yang

diambil dalam Undang-Undang Perbankan Syariah, perusahaan

asuransi dan reasuransi yang mengoperasikan Unit Usaha Syariah

harus memisahkan unit tersebut dan mengubahnya menjadi sebuah

perusahaan Asuransi Syariah atau reAsuransi Syariah terpisah jika

dana asuransi syariah mencapai lebih dari 50% atau lebih dari total

usaha, atau dalam jangka waktu satu dekade sejak dikeluarkannya

Undang-Undang Asuransi (yaitu tahun 2024). Akan tetapi, tidak ada

rincian lebih lanjut mengenai langkah-langkah prosedural dan persya-

ratan yang diambil untuk merealisasikan hal tersebut. Pasal 15

Undang-Undang Asuransi juga membebankan tanggung jawab pada

“Pengendali” atas segala kerugian dari perusahaan Asuransi Syariah/

15

Berdasarkan hasil wawancara dengan Alis Subiyantoro, Bagian

Pengembangan dan Kelembagaan Asuransi Jiwa Syariah, Otoritas Jasa Ke-

uangan, tertanggal 15 Januari 2018

Page 190: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 171

reAsuransi Syariah yang disebabkan oleh suatu pihak yang berada di

bawah kendalinya. Selain itu, istilah “Pengendali” perlu diklarifikasi

lebih jauh karena definisi yang kurang jelas dan menjadi subyek dari

interpretasi yang berbeda. Dalam Undang-Undang ini, tidak ada

ketentuan atas pengalokasian tanggung jawab untuk anggota Dewan

Direksi atau anggota dari DPS, untuk situasi seperti kelalaian.

Meskipun adanya ketentuan yang melarang monopoli dan

pengendalian pasar oleh sejumlah kecil pelaku pasar merupakan hal

yang penting, ketentuan ini justru berpotensi membatasi pertumbu-

han yang sangat diperlukan di dalam pasar Asuransi Syariah dan

reAsuransi Syariah. Permasalahan lain dalam Undang-Undang Per-

asuransian adalah bahwa UU ini mewajibkan perusahaan asuransi,

reasuransi, Asuransi Syariah, dan reAsuransi Syariah untuk menjadi

anggota lembaga mediasi yang disetujui oleh OJK (Pasal 54(1) dan

(2)). Pasal 54(4) menyatakan bahwa persetujuan mediasi berkekuatan

hukum mengikat dan final antara para pihak. Hal ini membatasi

kebebasan para pihak tersebut untuk memutuskan mekanisme dan

forum yang akan mereka pergunakan untuk menyelesaikan perselisi-

han mereka. Selain itu, Undang-Undang Asuransi tidak memiliki

ketentuan terkait mengenai pemasaran Asuransi Syariah dalam hal

peraturan pemasaran dan pengungkapan untuk materi pemasaran.

Lagipula, meskipun Undang-Undang Asuransi yang baru tersebut

menyatakan bahwa akan ada batasan untuk kepemilikan asing, tidak

ada penjelasan persentasenya secara pasti (yang akan diatur dalam

peraturan lebih lanjut). Negara-negara lain mempunyai peraturan

yang lebih komprehensif. Di Bahrain, Volume 3 “CBB Rulebook”

atau Pedoman CBB khusus didedikasikan untuk sektor asuransi.

Buku Pedoman ini memberikan pandangan umum yang rinci dan

lengkap atas persyaratan teknis untuk sektor asuransi dan menyedia-

kan peraturan yang setara untuk Asuransi Syariah dan reAsuransi

Syariah, termasuk: (i) Standar Bisnis; (ii) Ketentuan Pelaporan; (iii)

Peraturan mengenai Penegakan dan Ganti Rugi, serta; (iv) Panduan

Sektor.

Pada DIFC Dubai, dalam Modul IFR dari DFSA, terdapat pera-

turan untuk pengungkapan spesifik bagi perusahaan Asuransi Syari-

ah, baik dengan memadukan (dengan referensi silang) Perilaku Bisnis

atau Conduct of Business (COB) yang kokoh dari Modul DFSA

maupun dengan cara melengkapi seperlunya. Lebih lanjut lagi, semua

Page 191: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

172 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

perusahaan Asuransi Syariah dan reAsuransi Syariah terikat dengan

Modul Bisnis Prudensial-Asuransi atau Prudential–Insurance Busi-

ness (PIN) DFSA yang sangat rinci. Modul PIN memadukan Standar

Akuntansi AAOIFI (Peraturan No. 5.3.2(a)), dan juga mensyaratkan

kewajiban pelaporan yang rinci kepada DFSA atas semua pihak yang

tunduk dalam peraturan tersebut

Rekomendasi dalam pengembangan industri Asuransi Syariah, dapat

meliputi;

1. Memperbaiki Kerangka Kerja Regulasi

Yaitu yang meliputi (a) Menambahkan ketentuan pemberla-

kuan sanksi bagi direktur dan/atau anggota DPS yang terlibat dalam

kasus kelalaian; (b) Mengklarifikasi definisi “Pengendali” (istilah

yang lebih tepat dapat diambil dari Peraturan OJK No. 4 tahun 2013,

yang menentukan batas minimum kepemilikan ekuitas pemegang sa-

ham untuk menjadi Pihak Pengendali ditetapkan sebesar 25%, dengan

kemungkinan mengikutsertakan mereka yang memiliki ekuitas yang

kurang jika pihak tersebut terbukti mengendalikan perusahaan); (c)

Menyamakan ketentuan tentang pembatasan pemegang saham pe-

ngendali dalam hal pertumbuhan pasar dengan Undang-Undang Re-

publik Indonesia No. 5 tahun 1999 mengenai Pelarangan Praktik

Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat, dengan mencakup keten-

tuan tertentu dan menyediakan rujukan kepada Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU);

(d) Menghilangkan persyaratan untuk memilih mediasi sebagai

suatu mekanisme penyelesaian pertikaian (sehingga juga memungkin-

kan dilaksanakannya litigasi dan arbitrase di tempat-tempat seperti

Basyarnas, yang akan mendapatkan keuntungan dari keahlian mere-

ka), atau secara eksplisit menyebutkan Badan Mediasi & Arbitrase

Asuransi Indonesia (BMAI) sebagai pusat penyelesaian pertikaian

untuk Asuransi Syariah. Jika memilih BMAI, maka peraturan BMAI

harus dapat diakses dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris,

melalui laman situs web yang didedikasikan untuk hal ini. Idealnya,

harus ada kebebasan terbimbing dari pihak terkait untuk memilih

jenis mekanisme penyelesaian pertikaian yang ingin diadopsinya.

Alternatifnya, mediasi dapat dipertahankan secara wajib untuk

menyelesaikan pertikaian yang memiliki nilai di bawah batas yang

Page 192: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 173

ditetapkan melalui Peraturan Pelaksanaan; (e) Mewajibkan operator

Asuransi Syariah untuk membuat tata tertib/kebijakan yang terkait

dengan pengoperasian akun peserta, pengelolaan surplus, akun Zakat

dan penggunaan akad/perjanjian Qard Hassan dan reAsuransi Syariah,

kecuali bila pasar tidak dapat menyediakan perlindungan (karena

tidak tersedianya produk atau kurangnya kapasitas produk);

(f) Mewajibkan bank syariah untuk menggunakan operator

Asuransi Syariah agar dapat menggerakkan industri Asuransi Syariah

dan merampingkan harmonisasi syariah, kecuali bila pasar tidak

dapat menyediakan perlindungan (karena tidak tersedianya produk

atau kurangnya kapasitas produk); (g) Mensyaratkan operator Asu-

ransi Syariah dan reAsuransi Syariah untuk memenuhi standar akun-

tansi AAOIFI dan juga panduan tata kelola IFSB dengan beberapa

perubahan yang disyaratkan oleh standar akuntansi Indonesia;

2. Memperbaiki Infrastruktur Pasar

Yaitu yang meliputi; (a) Mengembangkan produk Asuransi

Syariah yang berbeda berdasarkan penelitian pasar, agar dapat

memberikan produk yang tepat untuk peserta keuangan mikro syariah

(misalnya para depositor BMT); (c) KNKS memperkenalkan kualifi-

kasi profesional baru yang terstandardisasi untuk Asuransi Syariah,

dan mendorong penerapan standar kualifikasi profesional tersebut ter-

hadap semua profesional di bidang Asuransi Syariah, termasuk agen-

agen unit Asuransi Syariah dari perusahaan asuransi umum. Semua

agen yang menjual produk Asuransi Syariah harus mendapatkan pela-

tihan terlebih dahulu mengenai aspek syariah dari produk Asuransi

Syariah, sehingga mereka memiliki tingkat pemahaman minimum

sebelum mempromosikan produk-produk Asuransi Syariah kepada

peserta potensial. Inisiatif ini dapat dilaksanakan dengan bekerja

sama dengan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI); (d) Men-

dorong konversi perusahaan Asuransi Jiwa Umum BUMN dan/atau

Asuransi Umum BUMN menjadi perusahaan Asuransi Syariah; (e)

Mendorong pendirian perusahaan reAsuransi Syariah dan/atau me-

ngubah perusahaan reasuransi BUMN yang ada menjadi reAsuransi

Syariah; dan (f) Meningkatkan penggunaan perlindungan Asuransi

Syariah dalam proyek-proyek pemerintah. Penggunaan ini diharapkan

mencapai 10% dari semua proyek pemerintah dalam jangka waktu

Page 193: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

174 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

lima tahun pertama, kemudian ditingkatkan menjadi 30% dari semua

proyek pemerintah di akhir satu dekade mendatang.16

Berdasarkan kajian dan analisi penulis dari data dan wawancara

yang ada, maka penulis dapat simpulkan bawah produk Asuransi Sya-

riah Pemakaman penting untuk dikembangkan di Indonesia, hal itu

dikarena dari 4(empat) produk asuransi mikro, yaitu asuransi kredit

mikro, asuransi kesehatan, asuransi pertanian dan asuransi Pemaka-

man. Asuransi Pemakaman yang sangat berpotensi sebagai asuransi

syariah (Asuransi Syariah), dengan pertimbangan yaitu bahwa pendu-

duk Indonesia sebagian besar adalah muslim dan yang kedua adalah

sudah menjadi kebiasaan sejak lama di dalam masyarakat Indonesia

untuk mengumpulkan dana kematian melalui organisasi mesjid dan

RT/RW serta organisasi massa, sehingga kebiasaan yang sudah men-

jadi kultur di Indonesia ini dapat ditingkatkan menjadi sebuah produk

Asuransi Syariah Pemakaman yang dapat memberikan layanan yang

lebih baik di masa yang akan datang. Selain itu dengan pengem-

bangan produk Asuransi Syariah mikro ini juga akan meningkatkan

tingkat penetrasi Asuransi Syariah (asuransi syariah) di Indonesia. 17

Adapun Strategi pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman

di Indonesia terbagi menjadi 2 aspek, yaitu Strategi pengembangan

bisnis Asuransi Syariah Pemakaman dan Strategi pengembangan pro-

duk Asuransi Syariah Pemakaman. Untuk strategi pengembangan

bisnis Asuransi Syariah Pemakaman terdiri dari 3 aspek utama, yang

terdiri dari:

a) Bekerjasama dengan lembaga, yaitu dengan melakukan pemasaran

Asuransi Syariah Pemakaman tidak menyasar target individu, tapi

16

Berdasarkan hasil wawancara dengan Alis Subiyantoro, Bagian

Pengembangan dan Kelembagaan Asuransi Jiwa Syariah, Otoritas Jasa Ke-

uangan, tertanggal 15 Januari 2018 dan olahan data dari Otoritas Jasa

Keuangan 17

Berdasarkan hasil wawancara dengan Taufik Marjuniadi, ACII,

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), periode 2014-

2017 tertanggal 14 September 2017, dan Saroyo, SE, AAAIJ, Senior Mana-

ger PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi (JMAS), Tanggal 7 Sep-

tember 2017 serta dengan Mariana Kusuma Dewi, General Manager, PT

Nusantara Prima Sukses Sejati (Al Azhar Memorial Garden), Tanggal 2

Maret 2017

Page 194: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 175

hanya menyasar target lembaga, yaitu lembaga yang memberikan

layanan Pemakaman, baik itu perusahaan, yayasan, asosiasi, orga-

nisasi layanan Pemakaman di tingkat nasional, propinsi, maupun

sampai tingkat RT/RW. Dengan bekerjasama dengan lembaga

yang memberikan layanan Pemakaman ini yang memang satu-

satunya lembaga yang sangat membutuhkan layanan Asuransi

Syariah Pemakaman, yaitu layanan perencanaan dan pengelolaan

keuangan dibidang yang sama. Di berbagai negara maju, hal ini

sudah menjadi lumrah bahwa lembaga Pemakaman yang telah

memiliki anggota jutaan dan mengelola dana hingga triliunan

rupiah diwajibkan bekerjasama atau bahkan memiliki unit usaha

sendiri dibidang asuransi.

b) Skema kumpulan, yaitu skema bisnis yang dijalankan adalah me-

lalui skema kumpulan, artinya polis Asuransi Syariah Pemakaman

adalah polis induk dan masing-masing individu mendapatkan

sertifikat polis. Tujuan dari skema kumpulan adalah bahwa akui-

sisi bisnis di Asuransi Syariah mikro menjadi lebih efisien dan

efektif. Karena kecilnya nilai kontribusi, sehingga tidak mungkin

untuk memasarkan ke masing-masing individu, harus dengan

sekumpulan individu, baik itu berupa organisasi, perusahaan, lem-

baga ataupun bentuk kumpulan masyararakat lainnya.

c) Edukasi Pasar. Untuk meningkat edukasi pasar produk Asuransi

Syariah Pemakaman, baik melalui promosi maupun agenda peme-

rintah, namun industri Asuransi Syariah sebaiknya dapat menggu-

nakan jalur keagenan untuk melakuan edukasi kepada konsumen.

Karena jalur keagenan merupakan jalur yang efektif dan efisien

untuk saat ini. Hal ini dikarenakan produk Asuransi Syariah Pema-

kaman merupakan produk yang baru di Indonesia, bahkan untuk di

asuransi konvensional produk asuransi Pemakaman juga merupa-

kan produk yang masih baru, berbeda halnya dengan di negara

maju yang hampir sebagian besar masyarakatnya memiliki polis

asuransi Pemakaman. Karena itu edukasi pasar menjadi hal yang

utama saat ini di Indonesia, baik regulator, perusahaan dan juga

akademisi terus memperkenalkan kepada masyarakat umum pen-

tingnya produk Asuransi Syariah Pemakaman ini sebagai bagian

dari memperkokoh ketahanan finansial dan juga pertumbuhan

serta penetrasi industri Asuransi Syariah di Indonesia

Page 195: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

176 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Selain 3 aspek strategi pengembangan bisnis diatas, terdapat

juga 3 aspek strategi pengembangan produk Asuransi Syariah Pema-

kaman, yang terdiri dari sebagai berikut:

a) Bundling Produk, karena target market Asuransi Syariah Pema-

kaman saat ini adalah lembaga, organisasi, asosiasi dari pelayanan

Pemakaman, maka produknya harus dalam bentuk kerjasama

dengan lembaga tersebut (bundling product). Dengan mekanisme

ini diharapkan target pemasaran menjadi lebih mudah. Bundling product artinya setiap penjualan layanan di lembaga Pemakaman

otomatis terdapat juga layanan Asuransi Syariah, begitu juga seti-

ap penjualan Asuransi Syariah Pemakaman oleh marketing perusa-

haan Asuransi Syariah otomatis juga memberikan layanan di

lembaga Pemakaman. Kerjasama sinergi antar dua lembaga ini

dalam bundling product dapat mempercepat proses penjualan dari

masing-masing agen atau marketing di kedua lembaga.

b) Harga kontribusi harus terjangkau, harga yang ditetapkan dalam

menyusun produk Asuransi Syariah Pemakaman harus sangat ter-

jangkau oleh konsumen, agar konsumen tidak terlalu dibebankan

dan setelah merasakan dan mengetahui manfaat dari produk ini,

maka harga dapat disesuaikan berdasarkan tingkat resiko dari ma-

sing-masing konsumen. Hal ini juga sudah menjadi hal yang lazim

bagi produk-produk baru, pihak perusahaan Asuransi Syariah ha-

rus dapat memberikan harga yang sangat terjangkau sebagai

bagian dari strategi pemasaran. Karena fokus awal adalah mem-

perkenalkan kepada masyarakat, sehingga konsumen dapat mera-

sakan layanan terlebih dahulu sampai waktu dimana konsumen

tersebut sudah menjadikan produk tersebut bagian yang semesti-

nya ada.

c) Desain simple, desain produk Asuransi Syariah Pemakaman, harus

simple dan sesuai dengan manfaat serta kebutuhan konsumen. Hal

ini untuk memudahkan konsumen dalam memahami produk terse-

but. Desain produk yang komplek bagi produk baru dapat juga

menjadi barier atau hambatan bagi konsumen untuk mengerti dan

memahami produk tersebut, semakin simple dan sederhana, maka

Page 196: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 177

semakin mudah bagi konsumen untuk mengingat dan mengerti

fungsi dan kebutuhan akan produk tersebut.18

Dari uraian deskriptif diatas mengenai penelitian ini tentang

model pengembangan bisnis Asuransi Syariah Pemakaman yang ter-

diri dari 3 aspek strategi pengembangan bisnis dan juga 3 aspek stra-

tegi pengembangan produk Asuransi Syariah di Indonesia, maka

penulis dapat memberikan kesimpulan bawah pengembangan Asuran-

si Syariah Pemakaman lebih efektif dengan kerjasama produk melalui

lembaga Pemakaman dan terdapat 3 (tiga) elemen penting dari pro-

duk Asuransi Syariah Pemakaman adalah edukasi pasar, distribusi

dan harga.

C. Sinergi antara Perusahaan Asuransi Syariah dan Lembaga

Pemakaman dalam Pengembangan Produk

Sinergi antara perusahaan asuransi syariah dan lembaga pema-

kaman dalam pengembangan produk pada masing-masing institusi

penting dilakukan karena pada dasarnya kedua institusi ini saling

menguatkan, melalui perusahaan asuransi syariah yang merupakan

lembaga keuangan dapat menjadi tahap perkenalan dan edukasi bagi

masyarakat dalam merencanakan keuangan dalam menghadapi

pengelolaan biaya kematian bagi keluarga yang semakin mahal dan

sulit. Lembaga keuangan juga dapat membantu lembaga pemakaman

komersial untuk membangun infrastruktur pemakaman yang lebih

baik juga layanan secara nasional maupun internasional.

Pada tahap awal pengembangan produk dikedua lembaga ini

dapat saling bekerjasama, baik dari sisi pengembangan produk bersa-

ma, kerjasama pemasaran dan edukasi masyarakat serta kerjasama

investasi.

1. Kerjasama produk untuk efisiensi dan efektifitas operasional

usaha

Agar kedua lembaga tersebut dalam memberikan layanan

pengelolaan keuangan dan jasa pemakaman kepada masyarakat lebih

18

Berdasarkan hasil wawancara dengan Mariana Kusuma Dewi,

General Manager, PT Nusantara Prima Sukses Sejati (Al Azhar Memorial

Garden), Tanggal 2 Maret 2017

Page 197: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

178 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

efektif dan efisien dapat melalui kerjasama produk bersama, yaitu

dimana produk dari masing-masing lembaga dipadukan, sehingga

peserta mendapatkan satu layanan yang terpadu dan tidak terpisah-

pisah.19

2. Kerjasama pemasaran dan edukasi dimasyarakat

Dengan produk bersama, kedua lembaga tersebut juga dapat

melakukan kerjasama pemasaran bersama, yaitu dengan melakukan

cross selling produk, dimana masing-masing pemasar dari lembaga

tersebut dapat saling menjual produk di data peserta yang ada.20

3. Kerjasama investasi dalam pengembangan infrastruktur layananan

pemakaman

Dengan dana yang terkumpul dari perusahaan asuransi, maka

perusahaan asuransi syariah dapat ikut membantu dalam investasi

infrastruktur pemakaman, seperti kesediaan lahan pemakaman, laya-

nan call center, layanan repatriasi internasional dan lainnya.21

19

Berdasarkan hasil wawancara dengan Taufik Marjuniadi, ACII,

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), periode 2014-

2017 tertanggal 14 September 2017 20

Berdasarkan hasil wawancara dengan Saroyo, SE, AAAIJ, Senior

Manager PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi (JMAS), Tanggal 7

September 2017 dan Berdasarkan hasil wawancara dengan Sulaiman S.

Kom, Direktur Utama PT Insco Multi Pratama, tertanggal 12 Oktober 2017 21

Berdasarkan hasil wawancara dengan Taufik Marjuniadi, ACII,

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), periode 2014-

2017 tertanggal 14 September 2017 dan dengan Muktisjah, PPME- AIA

Amsterdam tertanggal 17 September 2017.

Page 198: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 179

BAB VI ANALISIS ELEMEN PRODUK

ASURANSI SYARIAH PEMAKAMAN DI INDONESIA

Analisis terhadap 6 (Enam) Kriteria dari produk Asuransi

Syariah dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu level 1 dan level 2, adapun

level 1 adalah terdiri dari level awal ke-6 kriteria tersebut, seperti pada

Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Hirarki Prioritas AHP

Sumber: Data diolah

Dalam analisis ini akan menghasilkan prioritas dari masing-

masing kriteria diatas. Setelah itu dilakukan analisis di level ke-2,

yaitu merupakan analisis dari sub-kriteria/element dari produk Asu-

ransi Syariah mikro tersebut. Level 2, dapat terlihat pada Gambar

6.2.

Page 199: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

180 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Gambar 6.2 Hirarki Prioritas AHP-Sublevel

Sumber: Data diolah

Di dalam level 2, maka analisis prioritas AHP dilakukan untuk

setiap sublevel kriteria produk Asuransi Syariah mikro tersebut.

A. Responden AHP

Responden berjumlah 3 (tiga) responden yang merupakan para

pakar yang terlibat di produk Asuransi Syariah Pemakaman di

masing-masing 3 institusi. Adapun responden tersebut merupakan

pihak-pihak yang terlibat secara langsung. Tabel berikut merupakan

unit/institusi di mana responden tersebut bertugas.

Tabel 6.1 Data Responden AHP

Unit/Institusi Jabatan

Responden 1 Al Azhar Memorial

Garden

General Manager

Marketing

Responden 2 PT Insco Multi Pratama

(Insurance Broker &

Consultants)

Direktur

Responden 3 PT Asuransi Syariah

Jiwa Mitra Abadi

Manajemen

Sumber: Data diolah

Page 200: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 181

Pada saat pengumpulan data, metode yang digunakan adalah

metode pengisian kuesioner. Metode pengisian kuesioner digunakan

untuk meminta pendapat responden mengenai tingkat kepentingan

masing-masing kriteria dari produk Asuransi Syariah mikro tersebut.

Responden diminta untuk mengisi dan memberikan penilaian masing-

masing kepentingan antara satu faktor dengan faktor lainnya dengan

tingkat/level penilaian.

B. Analisis atas Elemen Utama pada Produk Asuransi Syariah

Pemakaman

1. Perbandingan berpasangan untuk kriteria produk Asuransi Syariah

mikro

Untuk melakukan penilaian dalam teknik AHP, setiap model

dibuat berpasangan. Masing-masing model akan dipasang/disbanding-

kan dengan semua pilihan model. Khusus untuk model yang sama,

maka dinilai 1 (netral).

Tabel 6.2 Perbandingan Berpasangan Kriteria Produk

Asuransi Syariah Mikro

KRITERIA KP DP HP P D EP

KP 1

DP 1

HP 1

P

1

D

1

EP 1

Sumber: Data diolah

Adapun masing-masing kode dalam tabel meliputi: KP (Kebu-

tuhan Pasar), DP (Desain Produk), HP (Harga Premi), P (Proses), D

(Distribusi), dan EP (Edukasi Pasar)

Page 201: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

182 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

2. Konsistensi

Mengingat model AHP memakai persepsi manusia sebagai

inputnya maka ketidak-konsistenan mungkin terjadi, karena

manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya

secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak

kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan

persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak.

Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat

ketidak-konsistenan respon yang diberikan responden. Jika CR <

0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria

yang diberikan konsisten. Jika CR > 0,1 maka nilai perbandingan

berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten,

sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada

matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus

diulang.

3. Analisis Jawaban Kuesioner Responden 1

Berikut adalah tabel tentang Kriteria produk Asuransi Syariah

mikro untuk jawaban Responden 1.

Tabel 6.3 Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah Mikro

Responden 1

Kriteria KP DP HP P D EP

KP 1,00 3,00 0,20 0,33 0,20 0,14

DP 0,33 1,00 0,14 0,14 0,14 0,11

HP 3,00 5,00 1,00 3,00 0,33 0,33

P 3,00 3,00 0,33 1,00 0,20 0,20

D 5,00 7,00 3,00 5,00 1,00 0,33

EP 7,00 9,00 3,00 5,00 3,00 1,00

TOTAL 19,33 28,00 7,67 14,47 4,87 2,11

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Tabel di atas merupakan tabel dari responden 1 (pertama)

dengan menggambarkan kecenderungan ke DP (Desain produk)

dengan score tertinggi, dimana setelah dimasukan ke tabel penilaian

bobot dan konsistensi pada Tabel 6.3 mendapatkan penilaian rata-

Page 202: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 183

rata tertinggi 2.2620 dan memiliki konsitensi dimana konsistensi

rationya 0,09 (dibawah batas tolerasi 0,1) yang terlihat dari Tabel

6.4. Memperhatikan data penilaian rata-rata tertinggi dan konsistensi

rasionya, maka data responden 1 dapat digunakan pada analisis tahap

berikutnya untuk menentukan prioritas pilihan dari semua responden.

Berikut adalah Tabel 6.4 di bawah adalah tabel untuk menilai

konsistensi jawaban responden 1 terhadap kuesioner yang diajukan.

Tabel 6.4 Penilaian dan Konsistensi

atas Jawaban Responden 1

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

4. Analisis Jawaban Kuesiner Responden 2

Berikut adalah tabel tentang Kriteria produk Asuransi Syariah

mikro untuk jawaban Responden 2.

Tabel 6.5 Penilaian Kriteria Produk Asuransi Syariah

Mikro Responden 2

Kriteria KP DP HP P D EP

KP 1,00 1,00 0,33 1,00 0,33 0,14

DP 1,00 1,00 0,33 0,33 0,14 0,14

HP 3,00 3,00 1,00 1,00 1,00 0,20

P 1,00 3,00 1,00 1,00 0,33 0,20

D 3,00 5,00 1,00 3,00 1,00 0,33

EP 7,00 7,00 5,00 5,00 3,00 1,00

TOTAL 16,00 20,00 8,66 11,33 5,80 2,01

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Kriteria KP DP HP P D EP TOTAL AVERAGECONSISTANCY

MEASURE

KP 0,051724 0,107143 0,026066 0,022801 0,041044 0,066351 0,315129 0,052521 5,788008058

DP 0,017241 0,035714 0,018619 0,009871 0,029317 0,052133 0,162894 0,027149 5,981384732

HP 0,155172 0,178571 0,13033 0,207285 0,067722 0,156398 0,895478 0,149246 6,191604576

P 0,155172 0,107143 0,043009 0,069095 0,041044 0,094787 0,510249 0,085042 6,003097465

D 0,258621 0,25 0,390989 0,345474 0,205218 0,156398 1,6067 0,267783 6,465697277

EP 0,362069 0,321429 0,390989 0,345474 0,615655 0,473934 2,509549 0,418258 6,470994959

CI 0,030026236

RI 1,25

Cratio 0,024020988

Page 203: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

184 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Tabel di atas merupakan tabel dari responden 2 (kedua) dengan

menggambarkan kecenderungan ke DP (Desain produk) dengan score

tertinggi, dimana setelah dimasukan ke tabel penilaian bobot dan

konsistensi pada Tabel 6.5 mendapatkan penilaian rata-rata tertinggi

2.2620 dan memiliki konsitensi dimana konsistensi rationya 0,09

(dibawah batas tolerasi 0,1) yang terlihat dari Tabel 6.6. Memper-

hatikan data penilaian rata-rata tertinggi dan konsistensi rasionya,

maka data responden 2 dapat digunakan pada analisis tahap berikut-

nya untuk menentukan prioritas pilihan dari semua responden. Berikut

dalah Tabel 6.6 di bawah adalah tabel untuk menilai konsistensi

jawaban responden 2 terhadap kuesioner yang diajukan.

Tabel 6.6 Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban Responden 2

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

5. Analisis Jawaban Kuesiner Responden 3

Berikut adalah tabel tentang Kriteria produk Asuransi Syariah

mikro untuk jawaban Responden 3

Tabel 6.7 Penilaian Kriteria Produk Asuransi

Syariah Mikro Responden 3

Kriteria KP DP HP P D EP

KP 1,00 3,00 0,20 0,20 0,20 0,20

DP 0,33 1,00 0,14 0,14 0,14 0,14

HP 7,00 9,00 1,00 3,00 3,00 0,20

P 5,00 3,00 3,00 1,00 0,14 0,14

DP 7,00 9,00 5,00 3,00 1,00 0,14

Kriteria KP DP HP P D EP TOTAL AVERAGECONSISTANCY

MEASUREKP 0,0625 0,05 0,038106 0,088261 0,056869 0,069553 0,365289 0,060881 6,178582687

DP 0,0625 0,05 0,038106 0,029126 0,024618 0,070972 0,275323 0,045887 6,049271332

HP 0,1875 0,15 0,115473 0,088261 0,172329 0,099361 0,812925 0,135487 6,181692022

P 0,0625 0,15 0,115473 0,088261 0,056869 0,099361 0,572464 0,095411 6,15142388

D 0,1875 0,25 0,115473 0,264784 0,172329 0,163946 1,154032 0,192339 6,141442344

EP 0,4375 0,35 0,577367 0,441306 0,516987 0,496806 2,819966 0,469994 6,274292488

CI 0,032556825

RI 1,25

Cratio 0,02604546

Page 204: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 185

EP 7,00 9,00 5,00 3,00 5,00 1,00

TOTAL 27,33 34,00 14,34 10,34 9,49 1,83

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Tabel di atas merupakan tabel dari responden 3 (ketiga) dengan

menggambarkan kecenderungan ke DP (Desain produk) dengan score

tertinggi, dimana setelah dimasukan ke tabel penilaian bobot dan

konsistensi pada Tabel 6.7 mendapatkan penilaian rata-rata tertinggi

2.2620 dan memiliki konsitensi dimana konsistensi rationya 0,09

(dibawah batas tolerasi 0,1) yang terlihat dari Tabel 6.8. Memper-

hatikan data penilaian rata-rata tertinggi dan konsistensi rasionya,

maka data responden 3 dapat digunakan pada analisis tahap beri-

kutnya untuk menentukan prioritas pilihan dari semua responden.

Berikut dalah Tabel 6.8 di bawah adalah tabel untuk menilai konsis-

tensi jawaban responden 3 terhadap kuesioner yang diajukan.

Tabel 6.8 Penilaian dan Konsistensi atas Jawaban

Responden 3

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

6. Menghitung Bobot/Prioritas Kepentingan

Setelah hasil kuesioner dinilai, maka semua nilai responden

akan dilakukan perhitungan bobot/prioritas kepentingan dari

masing-masing variabel. Setelah penilaian dari 3 responden dida-

patkan, kemudian hasilnya dirata-rata menggunakan rata-rata geo-

metric (geometric mean), maka hasilnya ditunjukkan pada Tabel

6.9 di bawah ini:

Kriteria KP DP HP P D EP TOTAL AVERAGECONSISTANCY

MEASURE

KP 0,036585 0,088235 0,013944 0,019337 0,019337 0,019337 0,196776 0,032796 7,300766331

DP 0,012195 0,029412 0,00996 0,013812 0,013812 0,013812 0,093004 0,015501 9,084621209

HP 0,256098 0,264706 0,069721 0,290055 0,290055 0,019337 1,189972 0,198329 7,879293532

P 0,182927 0,088235 0,209163 0,096685 0,013812 0,013812 0,604635 0,100772 9,703997229

DP 0,256098 0,264706 0,348606 0,290055 0,096685 0,013812 1,269962 0,21166 9,052794273

EP 0,256098 0,264706 0,348606 0,290055 0,483425 0,096685 1,739575 0,289929 10,38622238

CI 1,633760831

RI 0,9

Cratio 1,815289812

Page 205: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

186 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Tabel 6.9 Prioritas Kepentingan (Bobot) Prioritas Elemen

TOTAL BOBOT

PERINGKAT

PRIORITAS AVERAGE

KP 0,053257 5,33% 5

DP 0,033737 3,37% 6

HP 0,170168 17,02% 3

P 0,092701 9,27% 4

DP 0,219366 21,94% 2

EP 0,430771 43,08% 1

Total 100,00%

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Tabel 6.9 diatas menunjukkan bobot kepentingan dari prioritas

elemen produk Asuransi Syariah Pemakaman dengan urutan sesuai

prioritas pilihan dari responden sbb:

1) Prioritas I, yaitu Edukasi Pasar dengan nilai 0,4308 atau 43,08%.

2) Prioritas II, yaitu Distribusi dengan nilai 0,2194 atau 21,94%.

3) Prioritas III adalah Harga Premi dengan nilai 0,1702 atau 17,02%.

4) Prioritas IV adalah Proses dengan nilai 0,0927 atau 9,27%.

5) Prioritas V adalah Kebutuhan Pasar dengan nilai 0,0532 atau

5,32%.

6) Prioritas VI adalah Desain Produk dengan nilai 0,0337 atau

3,37%.

Berdasarkan Tabel 6.9. dari tiga responden, maka dapat disim-

pulkan 3 elemen utama yang prioritas adalah Edukasi pasar, distribusi

dan Harga.

Page 206: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 187

Gambar 6.3. Hasil Output Prioritas Elemen

Produk Asuransi Syariah Pemakaman

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Berdasarkan hasil output diatas, maka dapat disimpulkan bah-

wa produk Asuransi Syariah Pemakaman masih perlu dilakukan

edukasi kepada masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa produk ini

masih relatif baru dan masih belum banyak yang mengetahui,

sehingga perlu dilakukan edukasi terlebih dahulu. Selama ini memang

produk Pemakaman, masih merupakan perlindungan tambahan dalam

polis Asuransi Syariah kecelakaan ataupun polis Asuransi Syariah

jiwa, bukan produk yang berdiri sendiri (stay alone). Selain edukasi

pasar, produk ini juga masih memerlukan distribusi yang kuat, karena

kebutuhan pasar masih relatif terbatas, distribusi yang utama saat ini

masih melalui LKM. Selain edukasi dan distribusi, tak kalah penting

juga, produk Asuransi Syariah Pemakaman harus menawarkan harga

yang relatif terjangkau atau murah, sehingga peserta tidak perlu

banyak pertimbangan untuk membayar produk ini, dengan harga yang

terjangkau juga, maka produk ini jauh lebih mudah untuk di bundling

dengan produk atau jasa lainnya yang berkaitan, seperti layanan

Pemakaman.

Hal diatas juga sesuai dengan keadaan dan fakta yang terjadi di

industri Asuransi Syariah di Indonesia dan negara lain, seperti Malay-

sia, dimana pengembangan Asuransi Syariah masih terkendala ba-

nyak hal seperti: (1) Kurangnya kesadaran masyarakat akan pen-

tingnya keberadaan Asuransi syariah; (2) Masih terbatasnya produk-

produk yang ditawarkan oleh asuransi syariah; (3) Kurangnya sosiali-

Priorities with respect to:

Goal : Prioritas Elemen Produk Takaful Funeral

Edukasi Pasar 0,431

Distribusi 0,219

Harga Premi 0,170

Proses 0,093

Kebutuhan Pasar 0,053

Desain Produk 0,034

Incosistency = 0.05

with 0 missing judgments

Page 207: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

188 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

sasi dan edukasi masyarakat mengenai asuransi syariah. Selain itu

kendala-kendala diatas yang menjadi penyebab relative rendahnya

penetrasi pasar Asuransi Syariah dalam sepuluh tahun terakhir adalah

dikarenakan rendahnya dana yang memback up perusahaan asuransi

syariah, promosi dan edukasi pasar yang relative belum dilakukan

secara efektif (terkait dengan lemahnya dana), belum timbulnya

industri penunjang asuransi syariah seperti broker-broker asuransi

syariah, agen, adjuster, dan lain sebagainya, produk dan layanan

belum diunggulkan diatas produk konvensional, posisi pasar yang

masih ragu antara penerapan konsep syariah yang menyeluruh dengan

kenyataan bisnis di lapangan yang terkadang sangat jauh dari prinsip

syariah, dukungan kapasitas reasuransi yang masih terbatas (terkait

juga dengan dana) dan belum adanya inovasi produk dan layanan

yang benar-benar digali dari konsep dasar syariah1, di Malaysia juga

melakukan terobosan agar penetrasi pasar menjadi meningkat, adalah

dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait produk Asuransi

Syariah, selain itu juga distribusi yang belum sebanyak asuransi kon-

vensional, posisi pasar produk Asuransi Syariah yang harus jelas dan

unik, menciptakan produk-produk baru sesuai dengan kebutuhan

peserta, mengembangkan teknologi untuk meningkatkan layanan

peserta, manajemen resiko, reAsuransi Syariah, investasi dan aliansi

strategi dengan organisasi Islam2.

1. Analisis atas Sub-Elemen pada Produk Asuransi Syariah

Pemakaman

Responden dalam hal ini diminta untuk mengisi indikator dari

masing-masing sub-elemen, yaitu:

a. Sub-elemen Kebutuhan Pasar, meliputi: Individu (I) dan

Kumpulan (K);

b. Sub-elemen Desain Produk, meliputi: Penampilan (P), Fungsi

(F), Atribut (A);

c. Sub-elemen Harga Premi, meliputi: Terjangkau (T), Compa-

rabel (C), Sesuai fungsi (Sf);

1 Muhammad Maksum. Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan

Indonesia. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011. 2 Kamaruddin Sharif. Asuransi Syariah – Development and

Challenges Over 20 Years of Its Existence in Malaysia. Jurnal Pengurusan

23(2004) 3-13

Page 208: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 189

d. Sub-elemen Proses, meliputi: Akseptasi (A), Klaim (K);

e. Sub-elemen Distribusi, meliputi: Broker (B), Agent (A), LKM;

f. Sub-elemen Edukasi Pasar, meliputi: Promosi (P), Kurikulum

(K), Agent (A).

Untuk mewujudkan prioritas dari setiap indikator sub-element

tersebut, responden diminta untuk memberikan penilaian tingkat

kepentingan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang

lain. Berikut ini hasil dari perbandingan berpasangan dari masing-

masing sub-elemen.

1) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen kebutuhan pasar

Tabel 6.10 Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 1

Kriteria I K

I 1,00 0,20

K 5,00 1,00

TOTAL 6,00 1,20

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.10 terkait elemen kebutuhan pasar dari hasil

responden 1 menyatakan bahwa sub-elemen Kumpulan (K) lebih

prioritas dibandingkan sub-elemen Individu (I) dengan perbandingan

5x atau 1:5.

Tabel 6.11 Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 2

Kriteria I K

I 1,00 0,33

K 3,00 1,00

TOTAL 4,00 1,33

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.11 terkait elemen kebutuhan pasar dari hasil

responden 2 menyatakan bahwa sub-elemen Kumpulan (K) lebih

Page 209: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

190 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

prioritas dibandingkan sub-elemen Individu (I) dengan perbandingan

3x atau 1:3.

Tabel 6.12 Sub-elemen kebutuhan pasar Responden 3

Kriteria I K

I 1,00 0,14

K 7,00 1,00

TOTAL 8,00 1,14

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.12 terkait elemen kebutuhan pasar dari hasil

responden 3 menyatakan bahwa sub-elemen Kumpulan (K) lebih

prioritas dibandingkan sub-elemen Individu (I) dengan perbandingan

7x atau 1:7.

2) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Desain Produk

Tabel 6.13 Sub-elemen Desain Produk Responden 1 Kriteria P F A

P 1,00 0,14 0,33

F 7,00 1,00 5,00

A 3,00 0,20 1,00

TOTAL 11,00 1,34 6,33

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.13 terkait elemen desain produk dari hasil respon-

den 1 menyatakan bahwa sub-elemen fungsi (F) lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen penampilan (P) dengan perbandingan 7x

atau 1:7 dan sub-elemen atribut (A) lebih prioritas dibandingkan sub-

elemen penampilan (P) dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-

elemen fungsi (F) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-

elemen atribut (A) dengan perbandingan 5x atau 1:5.

Page 210: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 191

Tabel 6.14 Sub-elemen Desain Produk Responden 2

Kriteria P F A

P 1,00 0,33 0,14

F 3,00 1,00 0,20

A 7,00 5,00 1,00

TOTAL 11,00 6,33 1,34

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.14 terkait elemen desain produk dari hasil respon-

den 2 menyatakan bahwa sub-elemen fungsi (F) lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen penampilan (P) dengan perbandingan 3x

atau 1:3 dan sub-elemen atribut (A) lebih prioritas dibandingkan sub-

elemen penampilan (P) dengan perbandingan 7x atau 1:7 serta sub-

elemen atribut (A) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-

elemen fungsi (F) dengan perbandingan 5x atau 1:5.

Tabel 6.15 Sub-elemen Desain Produk Responden 3

Kriteria P F A

P 1,00 0,14 0,33

F 7,00 1,00 5,00

A 3,00 0,20 1,00

TOTAL 11,00 1,34 6,33

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.15 terkait elemen desain produk dari hasil

responden 3 menyatakan bahwa sub-elemen fungsi (F) lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen penampilan (P) dengan perbandingan 7x

atau 1:7 dan sub-elemen atribut (A) lebih prioritas dibandingkan sub-

elemen penampilan (P) dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-

elemen fungsi (F) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-

elemen atribut (A) dengan perbandingan 5x atau 1:5.

Page 211: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

192 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

3) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Harga Premi

Tabel 6.16 Sub-elemen Harga Premi Responden 1

Kriteria T C Sf

T 1,00 7,00 5,00

C 0,14 1,00 0,33

Sf 0,20 3,00 1,00

TOTAL 1,34 11,00 6,33

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.16 terkait elemen harga premi dari hasil responden

1 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau (T) lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 7x

atau 1:7 dan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) lebih prioritas diban-

dingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 3x atau 1:3

serta sub-elemen terjangkau (T) juga lebih prioritas dibandingkan

dengan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) dengan perbandingan 5x atau

1:5.

Tabel 6.17 Sub-elemen Harga Premi Responden 2

Kriteria T C Sf

T 1,00 7,00 5,00

C 0,14 1,00 0,33

Sf 0,20 3,00 1,00

TOTAL 1,34 11,00 6,33

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.17 terkait elemen harga premi dari hasil responden

2 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau (T) lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 7x

atau 1:7 dan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) lebih prioritas diban-

dingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 3x atau 1:3

serta sub-elemen terjangkau (T) juga lebih prioritas dibandingkan

Page 212: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 193

dengan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) dengan perbandingan 5x atau

1:5.

Tabel 6.18 Sub-elemen Harga Premi Responden 3

Kriteria T C Sf

T 1,00 3,00 0,20

C 0,33 1,00 0,14

Sf 5,00 7,00 1,00

TOTAL 6,33 11,00 1,34

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.18 terkait elemen harga premi dari hasil responden

3 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau (T) lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 3x

atau 1:3 dan sub-elemen sesuai fungsi (Sf) lebih prioritas diban-

dingkan sub-elemen comparabel (C) dengan perbandingan 7x atau 1:7

serta sub-elemen sesuai fungsi (Sf) juga lebih prioritas dibandingkan

dengan sub-elemen terjangkau (T) dengan perbandingan 5x atau 1:5.

4) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Proses

Tabel 6.19 Sub-elemen Proses Responden 1

Kriteria A K

A 1,00 0,14

K 7,00 1,00

TOTAL 8,00 1,14

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.19 terkait elemen proses dari hasil responden 1

menyatakan bahwa sub-elemen Klaim (K) lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen akseptasi (A) dengan perbandingan 7x atau

1:7.

Page 213: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

194 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Tabel 6.20 Sub-elemen Proses Responden 2

Kriteria A K

A 1,00 3,00

K 0,33 1,00

TOTAL 1,33 4,00

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.20 terkait elemen proses dari hasil responden 2

menyatakan bahwa sub-elemen akseptasi (A) lebih prioritas diban-

dingkan sub-elemen Klaim (K) dengan perbandingan 3x atau 1:3.

Tabel 6.21 Sub-elemen Proses Responden 3

Kriteria A K

A 1,00 7,00

K 0,14 1,00

TOTAL 1,14 8,00

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.21 terkait elemen proses dari hasil responden 3

menyatakan bahwa sub-elemen akseptasi (A) lebih prioritas diban-

dingkan sub-elemen Klaim (K) dengan perbandingan 7x atau 1:7.

5) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Distribusi

Tabel 6.22 Sub-elemen Distribusi Responden 1

Kriteria B A LKM

B 1,00 1,00 0,30

A 1,00 1,00 0,20

LKM 3,00 5,00 1,00

TOTAL 5,00 7,00 1,50

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Page 214: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 195

Dari Tabel 6.22 terkait elemen distribusi dari hasil responden 1

menyatakan bahwa sub-elemen agent (A) sama prioritas dibandingkan

sub-elemen broker (B) dengan perbandingan 1x atau 1:1 dan sub-

elemen LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker (B)

dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-elemen LKM juga lebih

prioritas dibandingkan dengan sub-elemen agent (A) dengan

perbandingan 5x atau 1:5.

Tabel 6.23 Sub-elemen Distribusi Responden 2

Kriteria B A LKM

B 1,00 3,00 0,20

A 0,33 1,00 0,14

LKM 5,00 7,00 1,00

TOTAL 6,33 11,00 1,34

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.23 terkait elemen distribusi dari hasil responden 2

menyatakan bahwa sub-elemen broker (B) lebih prioritas dibanding-

kan sub-elemen agent (A) dengan perbandingan 3x atau 1:3 dan sub-

elemen LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker (B)

dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-elemen LKM juga lebih

prioritas dibandingkan dengan sub-elemen agent (A) dengan

perbandingan 7x atau 1:7.

Tabel 6.24 Sub-elemen Distribusi Responden 3

Kriteria B A LKM

B 1,00 1,00 0,20

A 1,00 1,00 0,14

LKM 5,00 7,00 1,00

TOTAL 7,00 9,00 1,34

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.24 terkait elemen distribusi dari hasil responden 3

menyatakan bahwa sub-elemen agent (A) sama prioritas dibandingkan

Page 215: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

196 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

sub-elemen broker (B) dengan perbandingan 1x atau 1:1 dan sub-

elemen LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker (B)

dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-elemen LKM juga lebih

prioritas dibandingkan dengan sub-elemen agent (A) dengan

perbandingan 7x atau 1:7.

6) Perbandingan berpasangan untuk sub-elemen Edukasi Pasar

Tabel 6.25 Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 1

Kriteria P K A

P 1,00 0,20 0,14

K 5,00 1,00 0,33

A 7,00 3,00 1,00

TOTAL 13,00 4,20 1,47

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.25 terkait elemen edukasi pasar dari hasil respon-

den 1 menyatakan bahwa sub-elemen kurikulum (K) lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen promosi (P) dengan perbandingan 5x atau

1:5 dan sub-elemen agent (A) lebih prioritas dibandingkan sub-elemen

promosi (P) dengan perbandingan 7x atau 1:7 serta sub-elemen agent

(A) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-elemen kurikulum

(K) dengan perbandingan 3x atau 1:3.

Tabel 6.26 Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 2

Kriteria P K A

P 1,00 3,00 0,20

K 0,33 1,00 0,14

A 5,00 7,00 1,00

TOTAL 6,33 11,00 1,34

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.26 terkait elemen edukasi pasar dari hasil res-

ponden 2 menyatakan bahwa sub-elemen promosi (P) lebih prioritas

Page 216: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 197

dibandingkan sub-elemen kurikulum (K) dengan perbandingan 3x

atau 1:3 dan sub-elemen agent (A) lebih prioritas dibandingkan sub-

elemen promosi (P) dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-

elemen agent (A) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-

elemen kurikulum (K) dengan perbandingan 7x atau 1:7.

Tabel 6.27 Sub-elemen Edukasi Pasar Responden 3

Kriteria P K A

P 1,00 3,00 0,20

K 0,33 1,00 0,14

A 5,00 7,00 1,00

TOTAL 6,33 11,00 1,34

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Dari Tabel 6.27 terkait elemen edukasi pasar dari hasil respon-

den 3 menyatakan bahwa sub-elemen promosi (P) lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen kurikulum (K) dengan perbandingan 3x

atau 1:3 dan sub-elemen agent (A) lebih prioritas dibandingkan sub-

elemen promosi (P) dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-

elemen agent (A) juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-

elemen kurikulum (K) dengan perbandingan 7x atau 1:7.

Berdasarkan hasil perbandingan berpasangan tersebut akan

dihitung konsistensi indeks dan setiap penilaian responden akan

dilihat konsistensi indeks dan rasio konsistensinya. pengisian/peni-

laian untuk semua elemen produk mikro Asuransi Syariah. Indikator

yang penilaiannya tidak konsisten akan dikeluarkan dari perhitungan

rata-rata bobot penilaian. Tabel 6.28 menunjukkan hasil penilaian

untuk konsistensi indeks masing-masing responden dan masing-

masing indikator.

Page 217: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

198 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Tabel 6.28 Hasil Perhitungan Konsistensi Index Penilaian

Responden

Kebutuh

an Pasar

Desain

Produk

Harga

Premi Proses Distribusi

Edukasi

Pasar

Responden 1 0,31 0,16 0,89 0,51 0,51 0,51

Responden 2 0,05 0,37 0,06 0,04 0,04 0,04

Responden 3 0,12 0,07 0,06 0,49 0,49 0,49

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Selanjutnya dihitung nilai RI (Random Indeks) dengan hasil

0,9. Untuk kriteria yang berjumlah 4 (empat) faktor dihasilkan dari

tabel Saaty, nilai RI adalah 0,89. Dengan diketahui nilai konsistensi

indeks dan random indeks dihitung rasio konsistensi. Apabila rasio

konsistensi kurang dari 0,1, perhitungan dapat diterima yang selan-

jutnya dapat diperhitungkan dalam mencari rata-rata prosentase

tingkat kepentingan. Rasio konsistensi dapat dilihat di Tabel 6.29.

Tabel 6.29 Hasil Rasio Konsistensi Penilaian Responden

Kebutuh

an Pasar

Desain

Produk

Harga

Premi

Proses Distribusi Edukasi

Pasar

Responden 1 0,31 0,09 0,24 0,24 0,24 0,24

Responden 2 0,05 0,37 0,06 0,04 0,04 0,04

Responden 3 0,12 0,07 0,06 0,49 0,49 0,07

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Hasil penilaian yang konsisten untuk setiap elemen produk

Asuransi Syariah mikro tersebut kemudian dihitung rata-rata hasil

prosentase masing-masing elemen tersebut. Untuk masing-masing

elemen yang akan dihasilkan berapa rata-rata prosentase masing-

masing yang dapat dilihat pada Tabel 6.30 sampai dengan Tabel 6.35.

Page 218: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 199

Tabel 6.30 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Kebutuhan Pasar

RESPONDEN KP

I K

Responden 1 0,17 0,83

Responden 2 0,249 0,751

Responden 3 0,12 0,88

Jumlah 0,539 2,461

Rata-Rata 0,179667 0,820333

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara

sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen

kebutuhan pasar di Tabel 6.30, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen

kumpulan (K) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi

dibandingkan dengan sub-elemen individu (I) dengan bobot

prosentase 82 %.

Gambar 6.4. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen

Kebutuhan Pasar

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Ini menunjukkan bahwa target pasar terbesar dari Asuransi

Syariah mikro, khususnya produk Pemakaman adalah dari kumpulan,

yang berupa lembaga keuangan mikro, asosiasi, komunitas, dan

organisasi Islam. Hal ini juga sesuai dengan berbagai penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa produk Asuransi Syariah mikro

masih di dominasi oleh pasar yang sifatnya kelembagaan bukan

Priorities with respect to:

Goal : Kebutuhan Pasar

Kumpulan 0,820

Individu 0,180

Incosistency = 0.05

with 0 missing judgmentsIndiv idu 0,180Kumpulan 0,820

Page 219: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

200 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

individu, hal ini karenakan harga yang relatif murah, sehingga lebih

efektif untuk dipasarkan secara kumpulan dibandingkan secara indi-

vidu. Hal ini juga sesuai dengan data yang ada bahwa dari jumlah

pemegang polis asuransi di Indonesia yang hanya 67 juta lebih ba-

nyak asuransi dalam bentuk kumpulan, yaitu di mana 10 juta asuransi

individu dan 57 juta asuransi kumpulan.

Tabel 6.31 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Desain Produk

RESPONDEN DP

P F A

Responden 1 0,08 0,72 0,19

Responden 2 0,083 0,193 0,724

Responden 3 0,08 0,72 0,19

Jumlah 0,243 1,633 1,104

Rata-Rata 0,081 0,544333 0,368

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara

sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen

desain produk di tabel 42, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen

fungsi (F) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi

dibandingkan dengan elemen-elemen lainnya dengan bobot prosentase

54 %. Faktor yang kedua adalah sub-sub-elemen atribut (A) dengan

bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 36 % dan faktor ketiga

dengan memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 8 %

adalah elemen penampilan.

Gambar 6.5. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Desain Produk

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Priorities with respect to:

Goal : Desain Produk

Fungsi 0,544

Atribut 0,368

Penampilan 0,081

Incosistency = 0.05

with 0 missing judgmentsPenampi lan 0,081Atribut 0,368

Fungs i 0,544

Page 220: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 201

Hal ini menunjukkan bahwa dalam desain produk Asuransi

Syariah mikro untuk Pemakaman fungsi menjadi lebih penting diban-

dingkan atribut maupun penampilan, karena konsumen merupakan

masyarakat yang berpenghasilan rendah dan lebih mengedepankan

fungsi saat memutuskan untuk menjadi peserta Asuransi Syariah.

Untuk produk Asuransi Syariah mikro yang merupakan target pasar

menengah kebawah, tidak terlalu melihat penampilan dan atribut

sebagai sesuatu yang penting, namun fungsi menjadi pertimbangan

yang utama dalam menentukan pilihan produk. Selain itu produk

Asuransi Syariah atau asuransi masih merupakan produk yang tergo-

long produk mewah, sehingga fungsi menjadi penekanan diban-

dingkan elemen lainnya.

Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara

sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen harga

premi di tabel 43, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen terjangkau

(T) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-

dingkan dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 54 %.

Faktor yang kedua adalah sub elemen sesuai fungsi (Sf) dengan bobot

prosentase tingkat kepentingan sebesar 36 % dan faktor ketiga dengan

memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 8 % adalah

sub-elemen comparabel.

Tabel 6.32 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Harga Premi

RESPONDEN HP

T C Sf

Responden 1 0,72 0,08 0,19

Responden 2 0,724 0,083 0,193

Responden 3 0,19 0,08 0,72

Jumlah 1,634 0,243 1,103

Rata-Rata 0,544667 0,081 0,367667

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal harga premi produk

Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman terjangkau menjadi lebih

penting dibandingkan sesuai fungsi maupun comparabel, hal ini

dikarenakan konsumen merupakan masyarakat yang berpenghasilan

Page 221: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

202 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

rendah dan lebih mengedepankan harga yang terjangkau saat

memutuskan untuk menjadi peserta Asuransi Syariah.

Gambar 6.6. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Harga Premi

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Tabel 6.33 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Proses

RESPONDEN P

A K

Responden 1 0,12 0,88

Responden 2 0,75 0,25

Responden 3 0,88 0,12

Jumlah 1,75 1,25

Rata-Rata 0,583333 0,416667

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara

sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen

proses di tabel 44, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen akseptasi (A)

yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan

dengan sub-klaim (k) dengan bobot prosentase 58 % dan klaim 41%.

Priorities with respect to:

Goal : Harga Premi

Terjangkau 0,545

Sesuai Fungsi 0,368

Comparabel 0,081

Incosistency = 0.05

with 0 missing judgmentsComparabel 0,081Sesuai Fungs i 0,368

Terjangkau 0,544667

Page 222: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 203

Gambar 6.7. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Proses

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Hal ini menunjukkan bahwa peserta masih lebih mengedepan-

kan proses akseptasi yang cepat, karena nilai premi yang kecil dan

mungkin bukan suatu kegiatan yang penting, sehingga semakin proses

akseptasinya sederhana menjadi semakin menarik dan tidak perlu

waktu lama dalam mengambil keputusan, selain itu proses akseptasi

yang simple juga pembayaran premi yang simple menjadi hal yang

penting dalam produk Asuransi Syariah Pemakaman.

Tabel 6.34 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Distribusi

RESPONDEN Distribusi

B A LKM

Responden 1 0,18 0,16 0,66

Responden 2 0,19 0,08 0,72

Responden 3 0,13 0,12 0,75

Jumlah 0,5 0,36 2,13

Rata-Rata 0,166667 0,12 0,71

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara

sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen

distribusi di tabel 45, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen LKM

yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan

dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 71%. Faktor

yang kedua adalah sub elemen broker (B) dengan bobot prosentase

tingkat kepentingan sebesar 16 % dan sub-elemen ketiga dengan

Priorities with respect to:

Goal : Proses

Akseptasi 0,583

Klaim 0,417

Incosistency = 0.05

with 0 missing judgmentsKlaim 0,417Akseptasi 0,583

Page 223: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

204 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 12 % adalah

sub-elemen agent.

Gambar 6.8. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Distribusi

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal distribusi produk

Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman melalui LKM merupakan

saluran yang utama untuk menjangkau peserta, dibandingkan saluran

distribusi lain, yaitu agent dan broker. Hal ini wajar terjadi, karena

memang target pasar yang ada lebih dominan kumpulan dibandingkan

individu. Distribusi juga merupakan salah satu faktor-faktor yang

mungkin menjadi tantangan industri asuransi Indonesia kedepan

adalah, seperti di bawah ini: 3(a) Perlambatan ekonomi yang akan

menurunkan permintaan (demand) pasar asuransi dan juga kondisi

pasar modal, pertumbuhan asuransi umum tergantung kinerja sektor

riil dengan melambatnya perekonomian pada satu sampai dua tahun

terakhir ini membuat indutri asuransi menghadapi perlambatan per-

tumbuhan karena masyarakat lebih memilh untuk memenuhi kebu-

tuhan pokoknya dahulu ketimbang untuk ikut asuransi; (b) Dari sisi

permodalan industri asuransi dalam hal ini perusahaan asuransi harus

memenuhi kebutuhan modal minimal sekitar Rp. 100 miliar; (c) Ada-

nya kompetisi terbuka untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA) dimana Indonesia ikut serta di dalamnya; (d) Kurang-

nya sumber daya manusia yang paham dengan asuransi syariah; (e)

Masih rendahnya kesadaran pentingnya asuransi bagi masyarakat,

rendahnya pertumbuhan asuransi salah satunya diakibatnya rendah

pendidikan masyarakat Indonesia dan juga masyarakat masih anti

3 M. Arif Hakim. Asuransi Mikro Syariah: Kendala Dan Tantangan.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

Priorities with respect to:

Goal : Distribusi

LKM 0,710

Broker 0,167

Agent 0,120

Incosistency = 0.05

with 0 missing judgmentsBroker 0,120Agent 0,167

LKM 0,71

Page 224: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 205

dengan asuransi. (f) Banyak produk asuransi yang masih konvensio-

nal;

Tabel 6.35 Hasil Perhitungan Rata-Rata Prosentase Tingkat

Kepentingan Sub-Elemen Edukasi Pasar

RESPONDEN EP

P K A

Responden 1 0,07 0,28 0,63

Responden 2 0,19 0,08 0,71

Responden 3 0,21 0,09 0,75

Jumlah 0,47 0,45 2,09

Rata-Rata 0,156667 0,15 0,696667

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

(g) masih kurangnya produk-produk asuransi yang bisa men-

jangkau kelas menengah bawah dan kelas bawah, karena selama ini

asuransi adalah produk yang biayanya sangat mahal inovasi produk-

produk asuransi yang rendah; (h) Terbatasnya kapasitas risk coverage industri asuransi nasional. Kapasitas perusahaan asuransi dan reasu-

ransi nasional kita masih relatif terbatas untuk dapat mencakup risiko

terutama projek-projek berskala besar; (i) Rendahnya aksesibilitas

dan distribusi produk asuransi ditengah-tengah masyarakat. Keha-

diran kantor asuransi di daerah-daerah masih tergolong rendah; (j)

Susah jika melakukan klaim asuransi. Jauhnya masyarakat terhadap

produk asuransi selain dari tingkat literasi keuangan yang masih

kurang. Berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepentingan antara

sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari elemen

edukasi pasar di tabel 46, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen agent

(A) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-

dingkan dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 69%.

Faktor yang kedua adalah sub elemen promosi (P) dan kurikulum (K)

dengan bobot prosentase tingkat kepentingan hampir sama, yaitu

sebesar 12 %.

Page 225: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

206 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Gambar 6.9. Hasil Output Prioritas Sub-Elemen Edukasi Pasar

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal edukasi pasar produk

Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman saat ini melalui agent

merupakan pilihan yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Syariah,

karena selain biaya yang murah dibandingkan promosi ataupun

kurikulum yang dibutuhkan kebijakan pemerintah, agen juga lebih

menjangkau luas dalam menggarap potensi pasar yang ada.

Gambar 6.10. Gambar Hirarki Analisa Tingkat Kepentingan

Elemen Produk Asuransi Syariah Pemakaman

Sumber: Hasil Pengolahan AHP

Priorities with respect to:

Goal : Edukasi Pasar

Agent 0,697

Promosi 0,157

Kurikulum 0,150

Incosistency = 0.05

with 0 missing judgmentsKurikulum 0,150Promosi 0,157

Agent 0,696667

Page 226: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 207

C. Analisis Sub Elemen-elemen Produk Asuransi Syariah

Pemakaman

1. Kebutuhan pasar

Kebutuhan pasar merupakan bagian dari ke-6 elemen produk

Asuransi Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-5, yaitu

dengan nilai 5,32%, yang terdiri dari 2 elemen, yaitu dari segmen

Individu dan segmen kumpulan. Berdasarkan hasil questioner AHP,

didapat bahwa responden 1 menyatakan bahwa sub-elemen Kumpu-

lan lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Individu dengan perban-

dingan 5x atau 1:5. Untuk hasil responden 2 menyatakan bahwa sub-

elemen Kumpulan lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Individu

dengan perbandingan 3x atau 1:3. Serta untuk hasil responden 3

menyatakan bahwa sub-elemen Kumpulan lebih prioritas dibanding-

kan sub-elemen Individu dengan perbandingan 7x atau 1:7.

Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-

ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari

elemen kebutuhan pasar dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen kum-

pulan yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi

dibandingkan dengan sub-elemen individu dengan bobot prosentase

82 %.

2. Desain produk Desain produk merupakan bagian dari ke-6 elemen produk

Asuransi Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-6, yang

terdiri dari 3 elemen, yaitu penampilan, atribut dan fungsi dengan nilai

3,37%. Berdasarkan hasil questioner AHP, didapat bahwa hasil res-

ponden 1 menyatakan bahwa sub-elemen fungsi lebih prioritas diban-

dingkan sub-elemen penampilan dengan perbandingan 7x atau 1:7

dan sub-elemen atribut lebih prioritas dibandingkan sub-elemen

penampilan dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-elemen fungsi

juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-elemen atribut dengan

perbandingan 5x atau 1:5. Untuk hasil responden 2 menyatakan

bahwa sub-elemen fungsi lebih prioritas dibandingkan sub-elemen

penampilan dengan perbandingan 3x atau 1:3 dan sub-elemen atribut

lebih prioritas dibandingkan sub-elemen penampilan dengan perban-

dingan 7x atau 1:7 serta sub-elemen atribut juga lebih prioritas diban-

dingkan dengan sub-elemen fungsi dengan perbandingan 5x atau 1:5.

Page 227: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

208 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Serta untuk hasil responden 3 menyatakan bahwa sub-elemen

fungsi lebih prioritas dibandingkan sub-elemen penampilan dengan

perbandingan 7x atau 1:7 dan sub-elemen atribut lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen penampilan dengan perbandingan 3x atau

1:3 serta sub-elemen fungsi juga lebih prioritas dibandingkan dengan

sub-elemen atribut dengan perbandingan 5x atau 1:5.

Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-

ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari

elemen desain produk, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen fungsi

yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibanding-

kan dengan elemen-elemen lainnya dengan bobot prosentase 54 %.

Faktor yang kedua adalah sub-sub-elemen atribut dengan bobot pro-

sentase tingkat kepentingan sebesar 36 % dan faktor ketiga dengan

memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 8 % adalah

elemen penampilan

3. Harga Premi

Harga premi merupakan bagian dari ke-6 elemen produk Asu-

ransi Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-3, yaitu dengan

nilai 17,02%, %, yang terdiri dari 3 elemen, yaitu terjangkau, compa-

rabel dan sesuai fungsi. Berdasarkan hasil questioner AHP, didapat

bahwa hasil responden 1 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau

lebih prioritas dibandingkan sub-elemen comparabel dengan perban-

dingan 7x atau 1:7 dan sub-elemen sesuai fungsi lebih prioritas diban-

dingkan sub-elemen comparabel dengan perbandingan 3x atau 1:3

serta sub-elemen terjangkau juga lebih prioritas dibandingkan dengan

sub-elemen sesuai fungsi dengan perbandingan 5x atau 1:5. Untuk

hasil responden 2 menyatakan bahwa sub-elemen terjangkau lebih

prioritas dibandingkan sub-elemen comparabel dengan perbandingan

7x atau 1:7 dan sub-elemen sesuai fungsi lebih prioritas dibandingkan

sub-elemen comparabel dengan perbandingan 3x atau 1:3 serta sub-

elemen terjangkau juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-

elemen sesuai fungsi dengan perbandingan 5x atau 1:5.

Serta untuk hasil responden 3 menyatakan bahwa sub-elemen

terjangkau lebih prioritas dibandingkan sub-elemen comparabel

dengan perbandingan 3x atau 1:3 dan sub-elemen sesuai fungsi lebih

prioritas dibandingkan sub-elemen comparabel dengan perbandingan

7x atau 1:7 serta sub-elemen sesuai fungsi juga lebih prioritas diban-

Page 228: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 209

dingkan dengan sub-elemen terjangkau dengan perbandingan 5x atau

1:5.

Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-

ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari

elemen harga, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen terjangkau yang

lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan

dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 54 %. Faktor

yang kedua adalah sub elemen sesuai fungsi dengan bobot prosentase

tingkat kepentingan sebesar 36 % dan faktor ketiga dengan memiliki

bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 8 % adalah sub-elemen

comparabel.

4. Proses

Proses merupakan bagian dari ke-6 elemen produk Asuransi

Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-4, yaitu dengan nilai

9,27% yang terdiri dari 2 elemen, yaitu akseptasi dan klaim. Berda-

sarkan hasil questioner AHP, didapat bahwa hasil responden 1 me-

nyatakan bahwa bahwa sub-elemen Klaim lebih prioritas dibanding-

kan sub-elemen akseptasi dengan perbandingan 7x atau 1:7. Untuk

hasil responden 2 menyatakan bahwa sub-elemen akseptasi lebih

prioritas dibandingkan sub-elemen Klaim dengan perbandingan 3x

atau 1:3. Serta untuk hasil responden 3 menyatakan bahwa sub-ele-

men akseptasi lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Klaim dengan

perbandingan 7x atau 1:7.

Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-

ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari

elemen proses, dapat dilihat bahwa bahwa untuk sub-elemen aksep-

tasi yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-

dingkan dengan sub-klaim dengan bobot prosentase 58 % dan klaim

41%.

5. Saluran Distribusi

Distribusi merupakan bagian dari ke-6 elemen produk Asuransi

Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-2, yaitu dengan nilai

21,94%, yang terdiri dari 3 elemen, yaitu broker, agent dan LKM.

Berdasarkan hasil questioner AHP, didapat bahwa hasil responden 1

menyatakan bahwa sub-elemen agent sama prioritas dibandingkan

sub-elemen broker dengan perbandingan 1x atau 1:1 dan sub-elemen

Page 229: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

210 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker dengan perban-

dingan 3x atau 1:3 serta sub-elemen LKM juga lebih prioritas

dibandingkan dengan sub-elemen agent dengan perbandingan 5x atau

1:5. Untuk hasil responden 2 bahwa sub-elemen broker lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen agent dengan perbandingan 3x atau 1:3 dan

sub-elemen LKM lebih prioritas dibandingkan sub-elemen Broker

dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-elemen LKM juga lebih

prioritas dibandingkan dengan sub-elemen agent dengan perban-

dingan 7x atau 1:7. Serta untuk hasil responden 3 menyatakan bahwa

sub-elemen agent sama prioritas dibandingkan sub-elemen broker

dengan perbandingan 1x atau 1:1 dan sub-elemen LKM lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen Broker dengan perbandingan 5x atau 1:5

serta sub-elemen LKM juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-

elemen agent dengan perbandingan 7x atau 1:7..

Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-

ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari

elemen distribusi, dapat dilihat dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen

LKM yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-

dingkan dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 71%.

Faktor yang kedua adalah sub elemen broker dengan bobot prosentase

tingkat kepentingan sebesar 16 % dan sub-elemen ketiga dengan

memiliki bobot prosentase tingkat kepentingan sebesar 12 % adalah

sub-elemen agent.

6. Edukasi pasar

Edukasi Pasar merupakan bagian dari ke-6 elemen produk Asu-

ransi Syariah Pemakaman yang menempati urutan ke-1, yaitu dengan

nilai 43,08%, yang terdiri dari 3 elemen, yaitu kurikulum, promosi

dan agent. Berdasarkan hasil questioner AHP, didapat bahwa hasil

responden 1 menyatakan bahwa sub-elemen kurikulum lebih prioritas

dibandingkan sub-elemen promosi dengan perbandingan 5x atau 1:5

dan sub-elemen agent lebih prioritas dibandingkan sub-elemen pro-

mosi dengan perbandingan 7x atau 1:7 serta sub-elemen agent juga

lebih prioritas dibandingkan dengan sub-elemen kurikulum dengan

perbandingan 3x atau 1:3. Untuk hasil responden 2 bahwa sub-elemen

promosi lebih prioritas dibandingkan sub-elemen kurikulum dengan

perbandingan 3x atau 1:3 dan sub-elemen agent lebih prioritas diban-

dingkan sub-elemen promosi dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta

Page 230: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 211

sub-elemen agent juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-

elemen kurikulum dengan perbandingan 7x atau 1:7. Serta untuk hasil

responden 3 menyatakan bahwa bahwa sub-elemen promosi lebih

prioritas dibandingkan sub-elemen kurikulum dengan perbandingan

3x atau 1:3 dan sub-elemen agent lebih prioritas dibandingkan sub-

elemen promosi dengan perbandingan 5x atau 1:5 serta sub-elemen

agent juga lebih prioritas dibandingkan dengan sub-elemen kurikulum

dengan perbandingan 7x atau 1:7.

Sehingga berdasarkan pada hasil perhitungan tingkat kepenti-

ngan antara sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lain dari

elemen distribusi, dapat dilihat bahwa untuk sub-elemen agent yang

lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan

dengan sub-elemen lainnya dengan bobot prosentase 69%. Faktor

yang kedua adalah sub elemen promosi dan kurikulum dengan bobot

prosentase tingkat kepentingan hampir sama, yaitu sebesar 12 %.

Page 231: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

212 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Page 232: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 213

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini membuktikan bahwa pengembangan Asuransi

Syariah Pemakaman lebih efektif dengan kerjasama produk melalui

lembaga Pemakaman dan elemen penting dari produk Asuransi

Syariah Pemakaman adalah edukasi pasar, distribusi dan harga.

Kesimpulan ini bertentangan dengan hasil penelitian oleh Nitesh

Behare dan Dorothee Crayen yang menyatakan bahwa asuransi mikro

dapat dipasarkan secara sendiri (stand alone). Buku ini juga mem-

perkuat penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Anja Erlbeck dan

Abhijit Banerjee yang menyatakan bahwa takaful(asuransi) mikro

sebaiknya dipasarkan dengan produk bersama (bundling product) dengan lembaga tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Produk Asuransi Syariah Pemakaman penting dikembangkan di

Indonesia, karena dari 4(empat) produk asuransi mikro, yaitu

asuransi kredit mikro, asuransi kesehatan, asuransi pertanian dan

asuransi Pemakaman. Asuransi Pemakaman yang sangat berpo-

tensi sebagai asuransi syariah (takaful) dengan penduduk Indone-

sia yang sebagian besar muslim serta sudah menjadi kebiasaan

sejak lama untuk mengumpulkan dana kematian melalui organi-

sasi mesjid dan RT/RW, sehingga dapat ditingkatkan menjadi

produk Asuransi Syariah Pemakaman di masa yang akan datang.

Selain itu dengan pengembangan produk Asuransi Syariah mikro

inilah akan meningkatkan tingkat penetrasi takaful(asuransi syari-

ah) di Indonesia.

2. Strategi pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indone-

sia terbagi menjadi 2 aspek, yaitu Strategi pengembangan bisnis

Asuransi Syariah Pemakaman dan Strategi pengembangan produk

Asuransi Syariah Pemakaman. Strategi pengembangan bisnis Asu-

ransi Syariah Pemakaman, terdiri dari: (a) Kerjasama dengan

lembaga, yaitu dengan melakukan pemasaran Asuransi Syariah

Pemakaman tidak menyasar target individu, tapi hanya menyasar

Page 233: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

214 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

target lembaga, yaitu lembaga yang memberikan layanan Pemaka-

man, baik itu perusahaan, yayasan, asosiasi, organisasi layanan

Pemakaman di tingkat nasional, propinsi, maupun sampai tingkat

RT/RW. (b) Skema kumpulan, yaitu skema bisnis yang dijalankan

adalah melalui skema kumpulan, artinya polis Asuransi Syariah

Pemakaman adalah polis induk dan masing-masing individu men-

dapatkan sertifikat polis. (c) Edukasi Pasar. Untuk meningkat

edukasi pasar produk Asuransi Syariah Pemakaman, baik melalui

promosi maupun agenda pemerintah, namun industri Asuransi

Syariah sebaiknya dapat menggunakan jalur keagenan untuk mela-

kuan edukasi kepada konsumen. Karena jalur keagenan merupakan

jalur yang efektif dan efisien untuk saat ini. Strategi pengemba-

ngan produk Asuransi Syariah Pemakaman, terdiri dari: (a) Bundl-

ing Produk, karena target market Asuransi Syariah Pemakaman

saat ini adalah lembaga, organisasi, asosiasi dari pelayanan Pema-

kaman, maka produknya harus dalam bentuk kerjasama dengan

lembaga tersebut (bundling product). Dengan mekanisme ini diha-

rapkan target pemasaran menjadi lebih mudah. (b) Harga kontri-

busi harus terjangkau, harga yang ditetapkan dalam menyusun

produk Asuransi Syariah Pemakaman harus sangat terjangkau oleh

konsumen, agar konsumen tidak terlalu dibebankan dan setelah

merasakan dan mengetahui manfaat dari produk ini, maka harga

dapat disesuaikan berdasarkan tingkat resiko dari masing-masing

konsumen. (c) Desain simple, desain produk Asuransi Syariah

Pemakaman, harus simple dan sesuai dengan manfaat serta kebu-

tuhan konsumen. Hal ini untuk memudahkan konsumen dalam

memahami produk tersebut

3. Urutan prioritas dari elemen produk Asuransi Syariah Pemakaman

berdasarkan skor dari hasil olehan AHP, adalah sebagai berikut:

a. Prioritas I, Edukasi Pasar.

b. Prioritas II, yaitu Distribusi.

c. Prioritas III adalah Harga Premi.

d. Prioritas IV adalah Proses.

e. Prioritas V adalah Kebutuhan Pasar.

f. Prioritas VI adalah Desain Produk.

Urutan prioritas dari sub-elemen produk Asuransi Syariah

Pemakaman berdasarkan skor dari hasil olehan AHP, adalah seba-

gai berikut: (a) Sub-elemen Kebutuhan Pasar adalah sub-elemen

Page 234: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 215

kumpulan (K) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih

tinggi dibandingkan dengan sub-elemen individu (I). Ini menun-

jukkan bahwa target pasar terbesar dari Asuransi Syariah mikro,

khususnya produk Pemakaman adalah dari kumpulan, yang berupa

lembaga keuangan mikro, asosiasi, komunitas, dan organisasi

Islam. (b) Sub-elemen Desain produk adalah sub-elemen fungsi (F)

yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-

dingkan dengan elemen-elemen lainnya. Faktor yang kedua adalah

sub-sub-elemen atribut (A) dan faktor ketiga adalah elemen

penampilan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam desain produk

Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman fungsi menjadi lebih

penting dibandingkan atribut maupun penampilan, karena konsu-

men merupakan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan lebih

mengedepankan fungsi saat memutuskan untuk menjadi peserta

Asuransi Syariah. (c) Sub-elemen Harga Premi adalah sub-elemen

terjangkau (T) yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih

tinggi dibandingkan dengan sub-elemen lainnya. Faktor yang

kedua adalah sub elemen sesuai fungsi (Sf) dan faktor ketiga

adalah sub-elemen comparabel. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

hal harga premi produk Asuransi Syariah mikro untuk Pemakaman

terjangkau menjadi lebih penting dibandingkan sesuai fungsi mau-

pun comparabel, hal ini dikarenakan konsumen merupakan masya-

rakat yang berpenghasilan rendah dan lebih mengedepankan harga

yang terjangkau saat memutuskan untuk menjadi peserta Asuransi

Syariah. (d) Sub-elemen Proses adalah sub-elemen akseptasi (A)

yang lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi diban-

dingkan dengan sub-klaim (k) dan klaim. Hal ini menunjukkan

bahwa peserta masih lebih mengedepankan proses akseptasi yang

cepat, karena nilai premi yang kecil dan mungkin bukan suatu

kegiatan yang penting, sehingga semakin proses akseptasinya

sederhana menjadi semakin menarik. (e) Sub-elemen Distribusi

adalah melalui LKM merupakan saluran yang utama untuk men-

jangkau peserta, dibandingkan saluran distribusi lain, yaitu agent

dan broker. Hal ini wajar terjadi, karena memang target pasar yang

ada lebih dominan kumpulan dibandingkan individu. (f) Sub-

elemen Edukasi Pasar adalah untuk sub-elemen agent (A) yang

lebih dominan/tingkat kepentingannya lebih tinggi dibandingkan

Page 235: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

216 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

dengan sub-elemen lainnya. Faktor yang kedua adalah sub elemen

promosi (P) dan kurikulum (K).

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan penelitian diatas, penulis mengemu-

kakan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :

1. Strategi pengembangan bisnis Asuransi Syariah Pemakaman lebih

efektif dengan bekerjasama melalui lembaga Pemakaman, baik

dalam bentuk perusahaan, yayasan, asosiasi, organisasi yang

memberikan layanan Pemakaman di Indonesia. Kerjasama ini

dibangun dalam tahap awal dapat melalui saluran distribusi

keagenan dan juga broker.

2. Strategi pengembangan produk Asuransi Syariah Pemakaman,

dapat dengan mempertimbangkan 3 elemen penting, yaitu edukasi

pasar, distribusi dan harga. Edukasi pasar secara efektif dan efisien

dilakukan melalui keagenan dan saluran distribusi yang efektif

serta harga yang terjangkau bagi konsumen.

3. Pemerintah harus dapat memberikan dorongan dan juga insentif

bagi pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia

melalui promosi, kemudahan perizinan produk dan sinergi dengan

pemerintah daerah untuk membuat terobosan pemasaran bagi

produk Asuransi Syariah Pemakaman.

Page 236: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 217

DAFTAR PUSTAKA

Buku

AAOIFI (2004-5), Shari’a Standards, AAOIFI, Bahrain.

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik

Indonesia, Jakarta. 2015

Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah, keberadaaan dan kelebihannya di tengah asuransi konvensional, Elekmediakomputindo, Jakarta

2006

Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani, Fatwa-fatwa Kontemporer. Pustaka progressif, 2004

Billah, M. Ma’sum. (2001). Principles & Practices of Takaful and Insurance Compared. IIUM, Malaysia.

Billah, M. Ma’sum. Principles & Practices of Takaful and Insurance Compared. IIUM, 2001

Billah, M. Ma’sum. Applied Takaful and Modern Insurance. Thomson, 3rd edition, 2007

Coulon, Alain. Etnometodologi. KKSK, Jakarta. 2003, hal 22

DSN-MUI. Himpunan Fatwa DSN, Edisi ke-2, Jakarta, 2003

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta.

Rajawali Pers. Tahun 2012

Fatwa DSN-MUI Nomor: 09 Tahun 2014 tentang Jual Beli Tanah

Untuk Kuburan dan Bisnis Lahan Kuburan Mewah

_____, No: 51/DSN-MUI/III/2006, tentang Akad Mudarabah

mushtarakah pada asuransi Shari’ah.

_____, No: 52/DSN-MUI/III/2006, tentang Akad Wakalah bil Ujrah,

pada Asuransi dan Reasuransi Shari’ah

_____, No: 53/DSN-MUI/III/2006, tentang Akad Tabarru pada

Asuransi Syariah

_____, No: 81/DSN-MUI/III/2011, tentang Pengembalian Dana

Tabarru’ Bagi Peserta Asuransi Yang Berhenti Sebelum masa

Perjanjian Berakhir

_____, No: 21/DSN-MUI/X/2001, Tentang Pedoman Umum Asuransi

Shari’ah.

Firdaus, M. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. 2013

Page 237: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

218 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Iqbal, M. (2005). General Takaful Practice. Gema Insani Press,

Jakarta.

Mannan, Abdul. (1997). Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Dana

Bhakti Prima Yasa. Yogyakarta.

Saharuddin, Desmadi. (2014). Aplikasi Claim Settlement pada Asuransi Umum Shari’ah (Studi Analisis terhadap Shari’ah Compliance). Rausyan Fikr Press, Jakarta.

Sula, M. Syakir, (2004). Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional. Gema Insani Press, Jakarta.

Spradley, J.P. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2007

Wirdaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Penerbit

Kecana, 2005

_____,Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian.

_____, Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.

Jurnal

Abdou, Hussein A., Ali, Khurshid and Lister, Roger J. (2014). “A

comparative study of Takaful and conventional insurance:

empirical evidence from the Malaysian market”. Insurance Markets and Companies: Analyses and Actuarial Computations, 4 (1). pp. 22-34. ISSN 2078-2454

Abdullah Ali Abdullah Mohammed. “Business Ethics in Takaful

Industry: Between Myth and Reality”. Global Advanced Research Journal of Engineering, Technology and Innovation

(ISSN: 2315-5124) Vol. 4(5) pp. 190-195, May, 2015 Available

online http://garj.org/garjeti /index.htm Copyright © 2015

Global Advanced Research Journals.

Abdullah Mabruk al-Najar, 'Uqud al-Ta'min wa Mudda Mashru'iyatihi fi al-Fiqh al-Islami Dirasah al-Muqaranah

(Mesir; Dar al-Nahdah al-'Arabiyah, 1994)

Abdul Latif Alhassan. “Insurance market development and economic

growth Exploring causality in 8 selected African countries “.

International Journal of Social Economics Vol. 43 No. 3, 2016

pp. 321-339

Abd al-Razaq al-Sanhuri, al-Wasit fi sharh al-Qanun al-Madani (Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, t.th.), jil. 8

Page 238: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 219

Abd al-Sami’ al-Masri, al-Ta’min al-Islami bain al-Nazariyah wa al-Tatbiq (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980), cet. I

Abhijit Banerjee. “Bundling Health Insurance and Microfinance in

India: There Cannot be Adverse Selection if There Is No

Demand”. American Economic Review: Papers & Proceedings

2014, 104(5): 291–297

Abung Fayshal. “Analisis Strategi Pemasaran Produk Asuransi Jiwa

pada Bumi Putera Syariah Cabang Depok” Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko. Vol. 1 No.2 September 2013

Agnes Hesz. “The Story of A Funeral Home: Ritual Modernization

and Its Reception in A Transylvanian Village Community”.

Revista română de sociologie”, serie nouă, anul XXVII, nr. 1–

2, p. 39–53, Bucureşti, 2016

Ahmad Basri Ibrahim, Ahmad Fadhil Hamdi Mohd Ali. “Absolute

assignment in takāful industry: Sharī‘ah contracts, issues and

solutions”. Intellectual Discourse, 23: Special Issue (2015)

507-528 Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878 (Print);

ISSN 2289-5639.

Ahmad Shukri Yazid, Juliana Arifin, Mohd Rasid, Wan Norhayate.

“Determinants of Family Takaful (Islamic Life Insurance)

Demand: A Conceptual Framework for a Malaysian Study”.

International Journal of Business and Management Vol. 7, No.

6; March 2012. doi:10.5539/ ijbm.v7n6p115

Anne Case/Anu Garrib/Alicia Menendez/Analia Olgiati. “Paying the

Piper: The High Cost of Funerals in South Africa”. Economic Development and Cultural Change, Vol. 62, No. 1 (October

2013), pp. 1-20. The University of Chicago Press.

http://www.jstor.org/stable/ 10.1086/671712.

Anissa Brighet Assous. “Cultural and Islamic Values in Relation with

Death”. European Scientific Journal February 2013 edition

vol.9, No.5 ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431.

Anggun Gunawan. “The Capitalization of Funeral: Case Study in

Indonesia and the United States”. Essay.

Anja Erlbeck. “Microtakaful: Field Study Evidence and Conceptual

Issues”. University of Cologne Department of Risk Management and Insurance. 2011.

Asmak Ab Rahman, Wan Marhaini Wan Ahmad, Ahmad Hidayat

Buang. “Can a takaful company reinsure with a reinsurance

Page 239: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

220 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

company?”. African Journal of Business Management Vol.

5(30), pp. 11768-11778, 30 November, 2011. Available online

at http://www.academicjournals.org/ AJBM DOI:

10.5897/AJBM10.043 ISSN 1993-8233 ©2011 Academic

Journals.

Akhtarzaite binti Abdulaziz. “Ad-Dhara’I and Maqasid al-Shari’ah:

A case study of Islamic insurance”. Intellectual Discourse,

2010 Vol 18, No 2, 261-281.

Arif Effendi. “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Peluang

ke Depan Industri Asuransi Syariah)”. Wahana Akademika

Volume 3 Nomor 2, Oktober 2016

Aziz Sheikh. “Death and dying-a Muslim perspective”. Journal of The Royal Society of Medicine Volume 91 March 1998.

Azman Mohd Noor, Muhammad Abd Hadi. “Cooperative Takaful for

Non-Banking Financial Institutions: Islamization of SOCSO in

the case of Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue

(2016) 459–476. Copyright © IIUM Press ISSN 0128-4878

(Print); ISSN 2289-5639

Aznan Hasan. “Shari’ah Issues in The Operation of Retakaful and

Reinsurance: A Preliminary Exploration From Shari’ah

Perspective”. IIUM Law Journal Vol. 19 No. 2, 2011.

Bassam Mohammad, Muhannad Ahmad. “Using social welfare

concepts to guarantee Islamic banks’deposits”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Manage-ment Vol. 8 No. 2, 2015 pp. 134-149© Emerald Group Publis-

hing Limited 1753-8394. DOI 10.1108/ IMEFM-12-2013-0125.

Badaruddin al-'Aini, Abi Mahmud Ibn Ahmad al-'A'ini, U’mdah al-Qari’ Sharh Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), jil. 13

Bedi Gunter Lackman. “The Six Key Countries Driving Global

Islamic Finance Growth”. Nomura Journal of Capital Markets Autumn 2014 Vol. 6 No. 2.

Beverly Bunch-Lyons. “Ours is a Business of Loyalty: African

American Funeral Home Owners in Southern Cities”. The Southern Quarterly Vol. 53, No. 1 (Fall 2015).

Bouaziz Cheikh. “Abstract to Islamic Insurance (Takaful)”. Insurance and Risk Management, vol. 81(3-4), October-December 2013,

291-304

Page 240: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 221

Carlton Basmajian, Christopher Coutts. “Planning for the disposal of

the dead”. Florida State University Libraries. 2010.

Cecelia Danna Collier. “Cremation as an Emerging Cultural System”.

The University of Georgia. Athens, Georgia 2007.

Cecep Hidayat. “Interdependensi Strategi Pemasaran Terhadap Ki-

nerja Perusahaan (Suatu Penelitian pada Perusahaan Asuransi

Indonesia yang sudah go public)”. Binus Business Review Vol.

5 No. 1 Mei 2014: 18-27

Christine Hougaard, Doubell Chamberlain. “Funeral Insurance”.

Center for Financial Regulation and Inclusion (CENFRI). Copyright © International Labour Organization 2011. ISBN:

9789221251514

Claudia Venhorst. “Islamic Death Rituals in A SmallTown Context

in The Netherlands: Explorations of A Common Praxis for

Professionals”. Omega, Journal of Death and Dying Vol. 65(1)

1-10, 2012-2013. _ 2012, Baywood Publishing Co., Inc. doi:

http://dx.doi.org/10.2190/OM.65.1.a

David E. Harrington. “Preserving Funeral Markets with Ready-to-

Embalm Laws”. Journal of Economic Perspectives—Volume

21, Number 4—Fall 2007—Pages 201–216.

Darla D. Beaty. “Approaches to Death and Dying: A Cultural

Comparison of Turkey and the United States”. OMEGA—Journal of Death and Dying 2015, Vol. 70(3) 301–316. The

Author(s) 2015 Reprints and permissions: sagepub.com/

journalsPermissions.nav DOI: 10.1177/ 0030222815568962.

Dorothee crayen, Christa hainz & Christiane stöh de martínez.

“Remittances, Banking Status and the Usage of Insurance

Schemes”. The Journal of Development Studies, 2013. Germa-

ny Vol. 49, No. 6, 861–875,http://dx.doi.org/10.1080/

00220388.2013.777706

Edi Hariyadi. “Peran Agen Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Asuransi Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5. No.1, April, 2017: 19-

37, ISSN (cet): 2355-1755 | ISSN (online): 2579-6437

Ekpo, Is’haq. “Islam and the Environment: Implications of Islamic

Funeral Practice on Environmental Sustainability”. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME) e-

Page 241: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

222 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X Volume 6, Issue 1 Ver.

I (Jan. - Feb. 2016), PP 58-63

Erlend Bergb. “Securing The Afterlife: The Puzzle Of Funeral

Insurance”. Bristol and Oxford and the Centre for the Study of African Economies Conference. 2011

Erlend Berg, “Funeral insurance”. CSAE Working Paper WPS/2011-

16. September 2011

Ernst & Young. “Global TakafulInsights 2014“. Market updates

Fazrihan. “Islamic Wealth Management in Singapore: Reality &

Challenges”. Singapore Management University. 2015.

Farah Sahul Hamid. “Measuring Service Quality in The Takaful

Industry”. SEGI Review ISSN 1985-5672 Vol. 4, No. 1, July

2011, 118-124.

Fauzilah, Abdul Razak. “The Effects of Personality Factors on Sales

Performance of Takaful (Islamic Insurance) Agents in

Malaysia”. International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 5; [Special Issue -March 2011].

Fakhre Kaunain, ShahNazAkhtar. “Economic Determinant of Family

Takaful: Evidence from Pakistan”. Acta Islamica Vol:4, Issue:2 Economic Determinant. December2016

Firdaus Djaelani. “Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa di Indonesia:

Suatu Kajian dari Sisi Penawaran”. Kawistara Volume 1 No. 3,

22 Desember 2011. Halaman 213-320

Fithriah Ab. Rahim, Hanudin Amin. “Determinants of Islamic

Insurance Acceptance: An Empirical Analysis”. International Journal of Business and Society, Vol. 12 No. 2, 2011, 37 – 54.

Fuusje de Graaff (2016). “End-of-life Care and Beyond”, Journal of Intercultural Studies, 37:2, 133-146, DOI:

10.1080/07256868.2016. 1141754.

Frank Bassey Ime. “Microinsurance and Its Untapped Economic

Development Potentials in Nigeria”. Journal of Business and Economic Development 2017; 2(1): 22-30

Frenz, Madhu & Iyer. “Developing a Takaful product in India – Risks

and Challenges”. 10th Global Conference of Actuaries. Hafiza Tahira, ZeeshanArshad. “Comparative performance of Islamic

and conventional insurance companies in Pakistan”. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) e-ISSN:

Page 242: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 223

2278-487X, p-ISSN: 2319-7668. Volume 16, Issue 6. Ver. II

(Jun. 2014), PP 33-45.

Hania Masud. “Takaful: An Innovative Approach to Insurance and

Islamic Finance”. University of Pennsylvania Law School. Hala Abdul Kader. “The Cost Efficiency of Takaful Insurance

Companies”. University of Nottingham Centre for Risk & Insurance Studies (CRIS), Nottingham University Business

School, University of Nottingham, Jubilee Campus,

Nottingham,UK. 2009.

Hela Miniaoui, Anissa Chaibi. “Technical Efficiency of Takaful

Industry: A Comparative Study of Malaysia and GCC

Countries”. Working Paper 2014-055. IPAG Business School. Henri Duday, Françoise Le Mort, Anne-Marie Tillier.

“Archaeothanatology and Funeral Archaeology. Application to

The Study of Primary Single Burials”. Anthropologie LII/3. pp.

235–246 .© 2014 Moravian Museum, Anthropos Institute,

Brno. All rights reserved.

Herry Ramadhani. “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuransi

Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015

Hoe Chai, Alex, Mum Wai. “From Traditional Funeral Rites to

Modern Bereavement Care Services in Malaysia: A Blue Ocean

Strategy case Study”. Malaysian Journal of Chinese Studies,

2015, 4(2): 27-43

Husein Hamid Hasan, Hukmu al-Shari'ah al-Islamiyah fi Uqud al-Ta’min (Kairo; t.p, 1976).

Husein Husein Shahatah, Nizam al-Ta’min al-Takafuli: Badil Islami Li Nizam al-Ta’min al-Mua’sirah, Sisilah Dirasat wa Buhus Islami, www.darelmashora.com.

Issa Khan, Noor Naemah, Mohd Yakub Zulkifli, Mohd Roslan.

“History, problems, and prospects of Islamic insurance

(Takaful) in Bangladesh”. SpringerPlus (2016) 5:785. DOI

10.1186/s40064-016-2400-5

Islamic Financial Services Board. “Issues in Regulation and

Supervision of Microtakāful (Islamic Microinsurance)”. 2

November 2015.

James C. Brau. “Insurance Theory and Challenges Facing The

Development of Microinsurance Markets”. Journal of

Page 243: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

224 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Developmental Entrepreneurship Vol. 16, No. 4 (2011) 411–

440

Januar Eko Prasetio. “Takaful: Opportunities and Challenges In

Indonesia”. Faculty of Economic University of Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

JETRO, “Industrial Report. Trends in the Japanese Funeral Industry”,

Japan Economic Monthly, February 2006.

Johan Camp. “Shari'ah compliant life insurances within the Belgian

legal & regulatory framework”. Faculty of Economics And Business. Leuvan, Belgie. 2014.

Yefri Joni. “Wakaf sebagai alternatif pengelolaan dana tabarru pada

takaful”. Ekonomika Syariah: Journal of Economic Studies

Vol. 1 , No. 2, Januari-Juli 2017.

Judith Chevalier. “Regulating Direct Cremations: The Cost of

Seemingly Small Regulatory Changes”. Yale University and NBER. 2011.

Juliana Arifin, Ahmad Shukri Yazid & Zunaidah Sulong.” A

Conceptual Model of Literature Review for Family Takaful

(Islamic Life Insurance) Demand in Malaysia”. International Business Research; Vol. 6, No. 3; 2013. ISSN 1913-9004 E-

ISSN 1913-9012.Published by Canadian Center of Science and

Education.

Kamaruddin Sharif. “Takaful – Development and Challenges Over 20

Years of Its Existence in Malaysia”. Jurnal Pengurusan

23(2004) 3-13

Kamaruzaman, Mohd. Rizal, Azian. “The Commercialisation of

Modern Islamic Insurance Providers: A Study of Takaful

Business Frameworks in Malaysia”. International Journal of Nusantara Islam

Kazi Md. Mortuza Ali. “Present Scenario and Future Potentials of

Takaful”. Prime Islami Life Insurance Limited, Bangladesh.

Kazi Md. Mortuza Ali. “Past, Present and Future of Islamic

Insurance”. Islamic Economic Research Bureau. Dhaka

Bangladesh. 2006.

Khadija Kadrouch Outmany. “Religion at the cemetery Islamic

Burials in the Netherlands and Belgium”. Department of Cultural Anthropology and Development Sociology, Leiden

Page 244: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 225

University, Leiden, Netherlands. 13 October 2015. DOI

10.1007/s11562-015-0341-3.

Khaterine, Joshua. “Rule of Law: Sharia Panic and the US

Constitution in the house of representative”. Cultural Studies,

2014 Vol. 28, Nos. 5-6, 1048-1077,

http://dx.doi.org/10.1080/09502386.2014.886486.

Khalid Al-Amri. “Essays on Organizational Form and Efficiency in

The Takaful Insurance Industry”. Temple University.

Published by ProQuest LLC (2013).

K Hebbar, Sandeep, Prasad, Santosh. “Feasibility Study of Islamic

Insurance(Takaful) in India: Challenges & Prospects”. Asian Journal of Research in Business Economics & Management. Vol. IV Issue-IX September 2014. ISSN 2250-1673

Khadija Kadrouch-Outmany. “Burial practices and desires among

Muslims in the Netherlands: A matter of belonging”. Can. J. of Netherlandic Studies/Rev. can. d’études néerlandaises

33.2/34.1 (2012-2013): 107-128.

Lukman Ayinde Olorogun. “A proposed contribution model for

general Islamic insurance industry”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 8

No. 1, 2015 pp. 114-131 © Emerald Group Publishing Limited

1753-8394 DOI 10.1108/IMEFM-04-2014-0032.

M. Atho Mudzhar. “Tantangan Studi Hukum Islam Dewasa Ini”.

Makalah pada Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) November 2012. Surabaya.

M. Arif Hakim. “Asuransi Mikro Syariah: Kendala Dan Tantangan”.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

Martina Hupková. “The link between the popularity of cremation in

the Czech Republic and religious faith”. Instytut Geografii i Gospodarki Przestrzennej UJ Kraków 2014, 69 – 90. doi:

10.4467/20833113 PG.14.010.2155.

Mansor, Masduki, Mohamad, Zulkarnain, Aziz. “A Study on Factors

Influencing Muslim’s Consumers Preferences Towards Takaful

Products in Malaysia”. Romanian Statistical Review nr. 2 /

2015.

Madadin Mohammed, Magdy A. “Kharoshah. Autopsy in Islam and

current practice in Arab Muslim countries”. Journal of Forensic and Legal Medicine 23 (2014) 80-83.

Page 245: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

226 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Maryam Dikko. “Establishing Construct Validity and Reliability:

Pilot Testing of a Qualitative Interview for Research in

Takaful (Islamic Insurance)”. The Qualitative Report 2016

Volume 21, Number 3, Article 2, 521-528.

Marhanum, Nurdianawati, Siti. “Takaful Agents’ Roles in

Accordance with the Quran and Sunnah”. GJAT. December 2012. Vol 2 Issue 2 page 41. ISSN : 2232-0474 | E-ISSN : 2232-

0482

Maysami, Ramin Cooper and Williams, John Joseph. “Evidence on

the Relationship between Takaful Insurance and Fundamental

Perception of Islamic Principles. (2006)”. Applied Financial Economics Letters, 2(4), 229. Research Collection School Of Accountancy. Available at:

http://ink.library.smu.edu.sg/soa_research/269.

McCrindle, “Australian Bureau of Statistics”. National Convention on Sunday June 1st, 2014.

Mher Mushtaq Hussain, Ahmad Tisman Pasha. “Conceptual and

Operational Differences Between General Takaful and

Conventional Insurance”. Australian Journal of Business and Management Research Vol.1 No.8 [23-28] | November-2011.

Miftahul Ulum. “Prosedur Underwriting Produk Asuransi Kesehatan

Kumpulan pada PT. Asuransi Takaful Keluarga”. Al-Iqtishad:

Vol. II, No. 1, Januari 2010

Mohd. Ma’sum Billah, “Beneficiaries in Family Takaful in The

Global Context”. International Journal of Islamic Financial Services, Volume 3, Number 2

Mohamed, Ataul Huq, Mustafa, Md. Fouad, Aliyu Dahiru.

“Integration of waqf-Islamic microfinance model for poverty

reduction The case of Bangladesh”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 8

No. 2, 2015. pp. 246-270 © Emerald Group Publishing Limited

1753-8394. DOI 10.1108/IMEFM-03-2014-0029

Mohammed Ahmar Uddin, Microinsurance in India: Insurance

literacy and demand. BEH - Business and Economic Horizons

Volume 13. 2017, p.182-191. DOI:

http://dx.doi.org/10.15208/beh.2017.14

Mohamad, Nik Mutasim, Norfaizah. “Leadership behavior and

performance: A case study of Takaful representatives in

Page 246: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 227

Malaysia”. African Journal of Business Management Vol. 6(6),

pp. 2291-2298, DOI: 10.5897/ AJBM11.1874 ISSN 1993-8233

©2012 Academic Journals.

Mohd Fauzi, Nasrul Hisyam, Mohd. Yahya. “Takaful (Islamic

Insurance) Industry in Malaysia and the Arab Gulf States:

Challenges and Future Direction”. Asian Social Science; Vol.

10, No. 21; 2014. ISSN 1911-2017 E-ISSN 1911-2025

Published by Canadian Center of Science and Education.

doi:10.5539/ass.v10n21p26

Mohamed Dahlan Ibrahim, Fauzilah, Zainudin. “The Effects of

Financial Factors on Takaful Demand in Malaysia”. Journal of Entrepreneurship and Business E-ISSN: 2289-8298 Vol. 3,

Issue 1, pp. 17 - 29. June, 2015. DOI: 10.17687/JEB.0301.02

Muhammad, Rusni, Syed Musa Alhabshi. “Shariah Governance

Framework For Islamic Co-Operatives As An Integral Social

Insitution In Malaysia”. Intellectual Discourse, Special Issue

(2016) 477–500 Copyright © IIUM Press. ISSN 0128-4878

(Print); ISSN 2289-5639.

Muhammed Altuntas, Thomas R. Berry, Anja Erlbeck. “Takaful—

Charity or Business? Field Study Evidence from

Microinsurance Providers”. Journal of Insurance Regulation. ©

2011 National Association of Insurance Commissioners.

Muhammad Amin Mustafa Abu al-Shinqiti, Dirasah Shar'iyah Li Ahammi al-'uqud al-Maliyah al-Mustahdithah (Mesir; Dar al-

Haramain Maktabah al-'ulum wa al-Hukm, 1992)

Muhammad Baltaji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-

Islami", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-

Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min al-Ijtima'i fi al-Islam,

1403 H- 1983 M

Muhammad Maksum. “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan

Indonesia”. Jurnal Al-Iqtishad, Volume 3, No. 1, Januari 2011

Muhammad Rawwas Qal’aji, Mabahith Fi al-Iqtisad al-Islami-Min Usūlih al-Fiqhiyah (Beirut: Dar an-Nafa’is, 2000).

Mustafa Ahmad al-Zarqa’, Nizam al-Ta’min (Beirut: Muasasah al-

Risalah, 1984)

Muhammad Baltaji Hasan, "'Uqud al-Ta'min min Wijhah al-Fiqh al-

Islami", Mausu'ah al-'Ilmiyah Li al-Bunuk al-Islamiyah, al-

Page 247: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

228 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Mujalad al-Shar'i al-Shani: al-Ta'min al-Ijtima'i fi al-Islam,

1403 H- 1983 M

Muhammad 'Uthman Shibir, al-Mu'amalat al-Maliyah al-Mu'asirah fi al-Fiqh al-Islami (Yordan; Dar al-Nafa'is, 1999)

Nizar Souiden, Yosr Jabeur. “The impact of Islamic beliefs on

consumers’ attitudes and purchase intentions of life insurance”.

International Journal of Bank Marketing Vol. 33 No. 4, 2015

pp. 423-441 ©Emerald Group Publishing Limited 0265-2323.

DOI 10.1108/IJBM-01-2014-0016

Nikunjkumar Gor. “Microtakaful-Islamic Insurance for Deprived:

Innovation, Sustainability and Inclusive Growth”. International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 3, Issue 2

December 2013. ISSN 2289-1552

Nitesh Behare, Vidula Dharmapurikar.”Funeral Insurance An

Innovative Product A Study With Reference To Pune City”.

International Journal of Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM). 2013. ISSN 2319 -

4847

Nadja Milewski, Danny Otto. “The Importance of a Religious

Funeral Ceremony Among Turkish Migrants and Their

Descendants in Germany: What Role do Socio-demographic

Characteristics Play?”. Journal of Intercultural Studies, 2016

Vol. 37, No. 2, 162–178.

http://dx.doi.org/10.1080/07256868.2016.1141760

Nader Naifar. “Credit Default Sharing Instead of Credit Default

Swaps: Toward a More Sustainable Financial System”. Journal Of Economic Issues. Vol. XLVIII No. 1 March 2014. DOI

10.2753/JEI0021-3624480101.

Nico P. Swartz, Pieter Coetzer. “Takaful: An Islamic insurance

instrument”. Journal of Development and Agricultural Economics Vol. 2(10), pp. 333-339, October, 2010. ISSN 2006-

9774 ©2010 Academic Journals

Nazih Hamad, Mu'jam al-Mustalahat al-Iqtisadiyah fi Lughah al-Fuqaha' (al-Ma'had al-'Alami li al-Fikr al-Islami, USA, 1993),

Cet. I

Nooraslinda, Roszana Tapsir. “Risk and Risk Management of Takaful

Industry”. Journal of Global Business and Economics January

2012. Volume 4. Number 1.

Page 248: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 229

Norizan Remli, Wan Norhayate Wan Daud, Fakhrul Anwar Zainol &

Hamizah Muhammad. “A Proposed Conceptual Framework for

Market Orientation and Innovation towards Takaful

Performance in Malaysia”. International Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 7; 2013. ISSN 1833-3850 E-

ISSN 1833-8119. Published by Canadian Center of Science and

Education

Norizan Remli. “unim Demand in Malaysia: Proposed Theoretical

Framework and Hypotheses Developments “. International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 12, Issue 1

(April). ISSN 2289-1552 2017

Nompumelelo. B. Zondi. “Perceptions of cremation as an alternative

burial system among the Zulu People living in KwaZulu-

Natal”. University of Zululand, Department of African Languages and Culture.

Novi Puspitasari. “Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah Pada Bisnis

Asuransi Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan Indonesia Volume 9 - No. 1, Juni 2012.

Nurul Ichsan. “Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi

Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2,

September 2016

Nurul Ichsan. “Analisa Swot, Prospek dan Strategi Pengembangan

Asuransi Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam Volume

7, Nomor 2, September 2016

Philippe Lemay-Boucher. “Insurance for the Poor: the Case of

Informal Insurance Groups in Benin”. Journal of Development Studies, Vol. 48, No. 9, 1258–1273, September 2012.

Puteri, Khairuddin, Azila, Sharina, Srazali, Arifin. “Takaful: A

review on performance, issues and challenges in Malaysia”.

Journal of Scientific Research and Development 3 (4): 71-76,

2016. ISSN 1115-7569 © 2016 JSRAD

Rebekah Lee. “Death in Slow Motion: Funerals, Ritual Practice and

Road Danger in South Africa”. African Studies, Vol. 71, No. 2,

August 2012. ISSN 0002-0184 print/ISSN 1469-2872

online/12/020195–17 # 2012 Taylor & Francis Group Ltd on

behalf of the University of itwatersrand.

http://dx.doi.org/10.1080/ 00020184.2012.702965

Page 249: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

230 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Renat I. Bekkin. “Islamic Insurance: National Features and Legal

Regulation”. Arab Law Quarterly 21 (2007) 109-134

www.brill.nl/alq. DOI: 10.1163/ 026805507X214415.

Rachel Applebaum. “Spatial Manifestation and Trends of Cremation

in Pennsylvania”. Indiana University of Pennsylvania. May

2015.

Samina Riaz. “Car Islamic Insurance- Influence of Age, Education &

Income in Pakistan and U.A.E: A Comparative Study”.

International Review of Business Research Papers Vol. 5 No. 4

June 2009 Pp. 457‐467

Sarifa Marwa. Bauran Pemasaran Memengaruhi Keputusan

Konsumen Dalam Pembelian Asuransi Jiwa Individu. Jur. Ilm.

Kel. & Kons., September 2014, p : 183-192 Vol. 7, No. 3 ISSN

: 1907 – 6037

Satvinder Singh Juss. “Sikh Cremations and the Re-Imagining of the

Clash of Cultures”. Human Rights Quarterly 35 (2013) 598–

630 © 2013 by The Johns Hopkins University Press

Shamim Ahmad, Alaa-Aldin Abdul Rahim. “Resolving Controversial

Issues and Setting Goals for Islamic Insurance: An Evaluation

of Takaful Companies of Brunei”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance.

Sheila Nu Nu Htay, Syed Ahmed Salman. “Future Outlook of

Takaful (Islamic Insurance) in Canada”. IIUM Institute of Islamic Banking and Finance.

Simon Cox. “The Royal London National Funeral Cost Index Report

2015”. Rising Funeral Cost. Stephen Druce, David Bulbeck and Irfan Mahmud. “A transitional

Islamic Bugis cremation in Bulubangi, South Sulawesi: its

historical and archaeological context”. Review of Indonesian and Malaysian Affairs, vol. 39, no. 1 (2005), pp. 1–22.

Stefan Dercon, Joachim De Weerdt, Tessa Bold, Alula Pankhurst.

“Group-based Funeral Insurance in Ethiopia and Tanzania”.

World Development Vol. 34, No. 4, pp. 685–703, 2006.

Elsevier Ltd. All rights reserved 0305-750X.

Suria Zainuddin, Izyan Nadiah Md Noh. “An overview of the

emergence of Takaful: An Islamic type of insurance policy”.

International Journal of Business and Economics Research

2013; 2(5): 112-115 Published online September 30, 2013

Page 250: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 231

(http://www.sciencepublishinggroup.com/ j/ijber)

doi:10.11648/j.ijber. 20130205.13

Suhaili Alma’amun, Mohd Khairy Kamarudin. “Nomination of

Insurance Policy for Singaporean Muslims”. Jurnal Pengurusan

42(2014) 63 – 73.

Slamet Heri Winarno. “Analisis Perbandingan Asuransi Syariah dan

Asuransi Konvensional”. Moneter, Vol. Ii No. 1 April 2015.

Syed Ahmed Salman, Sheila Nu Nu Htay. “Future of Islamic

Insurance (Takaful) in Indian Market”. IIUM Institute of Islamic Banking and Finance.

Syed Ahmed Salman. “Contemporary Issues in Takaful (Islamic

Insurance)”. Asian Social Science; Vol. 10, No. 22; 2014 ISSN

1911-2017 E-ISSN 1911-2025 Published by Canadian Center

of Science and Education. doi:10.5539/ass.v10n22p210.

Syed Othman Alhabshi, Shaikh Hamzah. “Takāful: Concept, History,

Development, and Future Challenges of Its Industry”. ICR 1.2 Produced and distributed by Pluto Journals.

Sulaiman Muhammad Ahmad, Daman al-Mutalafat fî al-Fiqh al-Islami (Kairo: Matba’ah al-Sa’adah, 1985),

Tahani Coolen-Maturi. “Islamic insurance (takaful): demand and

supply in the UK”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 6 No. 2, 2013 pp. 87-

104 q Emerald Group Publishing Limited 1753-8394. DOI

10.1108/17538391311329806.

Tajudeen Olalekan Yusuf. “Prospects of Takaful’s (Islamic

Insurance) Contributions to the Nigerian Economy”. Journal of Finance and Investment Analysis, vol.1, no.3, 2012, 217-230.

ISSN: 2241-0988 (print version), 2241-0996 (online)

Scienpress Ltd, 2012.

Tajudeen Olalekan, Abdul Hakeem. “The Role of Islamic Micro

Insurance in Economic Growth and Development: The

Nigerian Experience: A Case Study of Al-Barakah

Microfinance Bank, Lagos”. International Journal of Business and Commerce Vol. 1, No.10: Jun 2012[106-122] (ISSN: 2225-

2436)

The NFDA (National Funeral Directors Association). “Cremation

Report”. Research, Statistics and Projections, International Cremation Statistics. 2014

Page 251: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

232 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Timothy A. Kohlera, Kelsey M. Reesea. “Long and spatially variable

Neolithic Demographic Transition in the North American

Southwest”. Department of Anthropology, Washington State University, Pullman, WA. March 11, 2014).

Theresa Thompson Chaudhry, Fazilda Nabeel. “Microinsurance in

Pakistan: Progress, Problems, and Prospects”. The Lahore Journal of Economics 18 : SE (September 2013): pp. 335–374.

Thomas L. Muinzer. “The Law of the Dead: A Critical Review of

Burial Law, with a View to its Development”. Oxford Journal of Legal Studies, Vol. 34, No. 4 (2014), pp. 791–818

doi:10.1093/ojls/gqu009.

Tony Walter. “Three Ways to Arrange A Funeral: Mortuary

Variation in The Modern West”. Dept of Sociology, University of Reading, Reading RG6 6AA, UK. Published in Mortality

10(3), August 2005, pp 173-192.

Victoria M. Bryan. “William Faulkner in the Age of the Modern

Funeral Industry.” The Southern Quarterly. Vol. 53, No. 1 (Fall

2015)

Waheed Akhter, Tajammal Hussain. “Takaful standards and customer

perceptions affecting takaful practices in Pakistan: a survey”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 5 No. 3, 2012 pp. 229-240q Emerald

Group Publishing Limited. 1753-8394. DOI 10.1108/

17538391211255214

Waheed Akhter. “Determinants of Takāful and conventional

insurance demand: A regional analysis”. Cogent Economics & Finance (2017), 5: 1291150.

Wan Mohd, Salmy Edawati. “Endowment Takaful at the Syarikat

Takaful Malaysia Berhad: A Literature Review”. Islamiyyat 36(2) (2014): 47 – 56

Yuosef Abdullah Alhumoudi, “Islamic Insurance Takaful and Its

Applications in Saudi Arabia”, Doctoral Thesis. Brunel University, 2012.

Younes Soualhi, Ahmad Al Razni Al Shammari. “Indicators of

Takaful Awareness among Kuwaitis”. Journal of Islamic Banking and Finance. December 2015, Vol. 3, No. 2, pp. 75-89

ISSN 2374-2666 (Print) 2374-2658. Published by American

Page 252: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 233

Research Institute for Policy Development. DOI:

10.15640/jibf.v3n2a8.

Younes Soualhi. “Application of Sharī‘ah contracts in contemporary

Islamic finance: A maqāṣid perspective”. Intellectual Discourse, 23: Special Issue (2015) 333-354. ISSN 0128-4878

(Print); ISSN 2289-5639

Zaidi, Rubayah. “Stock return and market risk: A comparison

between conventional insurance and takaful”. African Journal of Business Management Vol. 7(8), pp. 591-597, 28 February,

2013. DOI: 10.5897/AJBM11.416 ISSN 1993-8233©2013

Academic Journals

Zafar Iqbal. “McDonaldization, Islamic Teachings and Funerary

Practices in Kuwait”. Omega, Vol. 63(1) 95-112, 2011. 2011,

Baywood Publishing Co., Inc. doi: 10.2190/OM.63.1.e

Zoheir Berkem. “Effective supervision of Islamic insurance according

to Malaysian experience (1984-2012)”. International Journal of Social Economics Vol. 41 No. 12, 2014 pp. 1220-1242 ©

Emerald Group Publishing Limited 0306-8293 DOI

10.1108/IJSE-08-2013-0182

Zuriah Abdul Rahman. “Takaful: Potential Demand and Growth”.

J.KAU: Islamic Econ., Vol. 22 No. 1, pp: 171-188 (2009

A.D./1430 A.H.)

Website

www.aasi.or.id

www.ojk.go.id

www.bi.go.id

www.bps.go.id

www.cia.gov

www.alazharmemorialgarden.com

www.firdausmemorialpark.org/

http://www.pbs.org/pov/homegoings/economics-of-the-funeral-

industry.php

www.ppmeaiatakaful.com

Page 253: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

234 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

GLOSARIUM

al’aqilah adalah saling memikul atau bertanggung jawab untuk kelu-

arganya. Jika salah seorang dari anggota suatu suku terbunuh

oleh anggota satu suku yang lain, maka pewaris korban akan

dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai konpensasi oleh

saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pem-

bunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat

dalam pembunuhan tidak disengaja.

AHP (analytical hierarchy process) adalah metode untuk meme-

cahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam

beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan mem-

beri nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara

relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas

paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Asuransi adalah istilah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan

mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,

dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggan-

tian kepada tertanggung kerena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab

hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita ter-

tanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,

atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Aqad adalah ikatan antara beberapa pihak transaksi melalui ijab dan

qabul.

Al-Diyah adalah harta yang wajib dikeluarkan karena tindakan pidana

dan diberikan kepada korban atau keluarganya.

Bancatakaful adalah Metode distribusi penjualan asuransi syariah

menggunakan bank syariah/bank umum sebagai penyalur,

umumnya menggunakan nasabah bank sebagai target pemasa-

ran.

Bundling product adalah penawaran dua produk atau dua layanan

yang dijual sekaligus.

Fidyah adalah tebusan yang wajib laksanakan untuk menebus atau

membayar perkara-perkara yang mubah, makruh atau haram ke

atasnya (yang telah dilakukan).

Page 254: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 235

Full fledge adalah lembaga keuangan syariah yang telah beroperasi

menggunakan institusi secara penuh.

Funeral adalah upacara pemakaman.

Funeral home adalah lembaga yang menyediakan layanan berbagai

upacara kematian.

Gharar atau taghrir adalah situasi dimana terjadi incomplete infor-mation (nihil informasi) karena adanya uncertainty of both

parties (ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertran-

saksi).

Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak

lain yang dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pem-

bagiannya dilakukan pada waktu penghibah masih hidup juga.

Islamic Funeral adalah lembaga yang menyediakan layanan berbagai

upacara kematian dengan cara yang sesuai ketentuan syariat

Islam.

Kontribusi (contribution) adalah jumlah bruto yang menjadi kewaji-

ban peserta untuk porsi risiko dan ujrah.

Maisir atau judi adalah suatu kegiatan bisnis yang di dalamnya jelas

bersifat untung-untungan atau spekulasi yang tidak rasional,

tidak logis, tak jelas barang yang ditawarkan baik secara

kuantitatif maupun secara kualitatif.

Mortality table atau table mortalitas adalah salah satu alat yang

praktis digunakan perusahaan asuransi jiwa dalam menghitung

tingkat mortalitas setiap kelompok umur. Semakin tinggi

tinggi mortalitasnya, maka semakin mahal preminya. Umum-

nya usia yang makin tua, memiliki angka mortalitas yang

tinggi.

Mudarabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di

mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah

modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di

awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi

seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari

pengelola.

Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya

sebagai kewajiban dari tertanggung atas keikutsertaannya di

asuransi. Besarnya premi atas keikutsertaan di asuransi yang

harus dibayarkan telah ditetapkan oleh perusahaan asuransi

dengan memperhatikan keadaan-keadaan dari tertanggung.

Page 255: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

236 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

Risk sharing adalah konsep dalam asuransi syariah dimana antar

peserta asuransi saling tolong – menolong untuk membagi ber-

sama risiko yang akan dihadapi dengan mengumpulkan sejum-

lah premi yang di dalamnya terdapat dana tabaru. Perusahaan

asuransi hanya bertugas sebagai wakil untuk mengelola dana

peserta tersebut. Namun ia mendapatkan ujrah atas jasanya dan

baga hasil dari investasi dana tabaru tersebut.

Risk transfer adalah konsep asuransi konvensional dimana perusahaan

menerima premi dari peserta sebagai kompensasi atas pengali-

han risiko kepadanya. Artinya premi tersebut diakui sebagai

milik perusahaan sepenuhnya. Apabila terjadi klaim maka

perusahaan akan membayarkan sejumlah uang pertanggungan.

Namun bila tidak terjadi klaim, peserta asuransi tidak akan

mendapatkan apapun atau dananya hangus. Manfaat yang

dapat dirasakan olehnya hanyalah rasa aman.

Riba adalah secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Menurut

Abu Hanifah, riba adalah melebihkan harta dalam suatu tran-

saksi tanpa pengganti atau imbalan. Maksudnya, tambahan ter-

hadap barang atau uang yang timbul dari suatu transaksi utang

piutang yang harus diberikan oleh pihak yang berutang kepada

pihak yang berpiutang pada saat jatuh tempo.

Riswah adalah memberi uang dan sebagainya kepada petugas (pega-

wai), dengan harapan mendapatkan kemudahan dalam suatu

urusan.

Spin-off adalah proses pemisahan kepemilikan suatu usaha yang

biasanya dilakukan karena beberapa faktor. Salah satunya ada-

lah bisnis yang makin prospektif ke depannya. Spin-off dila-

kukan oleh unit usaha Syariah dari sebuah Lembaga konven-

sional menjadi usaha yang berdiri penuh (full-pledge).

Stand alone adalah produk asuransi yang berdiri sendiri, seperti

asuransi kesehatan, asuransi kendaraan, dan lainnya.

Syariah complaince atau Kepatuhan Syariah adalah ketaatan Lem-

baga keuangan syariah terhadap prinsip-prinsip Syariah.

Tabarru atau Kebajikan, Derma, Sedekah (charity) adalah jenis akad

yang berorientasi pada kepentingan sosial. Semua bentuk akad

yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong-menolong,

bukan untuk tujuan komersial. Termasuk dalam akad tabarru’

Page 256: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 237

adalah qardh al hasan, shadaqah, qardh, hibah, infaq, dan

wakaf.

Tabarru fund atau dana tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal

dari kontribusi peserta, yang dimaksudkan untuk membayar

santunan kepada peserta yang mengalami musibah atau pihak

lain yang berhak, sesuai dengan akad tabarru' yang di sepakati.

Takaful atau menjamin atau saling menanggung adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong antara sejumlah orang atau

tabarru' yang memberikan pola pengambilan untuk menghadapi

risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan

Syariah.

Microtakaful adalah alternatif islam untuk asuransi mikro konven-

sional. Seperti mikro konvensional, microtakaful adalah meka-

nisme untuk memberikan perlindungan berbasis syari’ah terha-

dap konsekuensi keuangan dari kematian dan penyakit kepada

orang miskin dengan biaya yang terjangkau.

Kafala adalah (menanggung) merupakan jaminan yang diberikan oleh

penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi

kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam penger-

tian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab se-

seorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab

orang lain sebagai penjamin. Pada dasarnya akad kafalah me-

rupakan bentuk pertanggungan yang biasa dijalankan oleh

perusahaan.

Ta'awun adalah suatu kegiatan tolong menolong dalam kebaikan

antar sesama umat muslim.

Ta’min atau asuransi atau penanggungan adalah memberikan perlin-

dungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut.

Ujrah atau upah (fee) atau imbalan yang diberikan atau yang

diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan.

Underwriting surplus adalah selisih lebih dari total kontribusi Peserta

ke dalam Dana Tabarru' setelah dikurangi pembayaran santu-

nan/klaim, kontribusi reasuransi, dan cadangan teknis, dalam

satu periode tertentu.

Wakaf atau waqf atau menahan atau berhenti atau berdiam di tempat

atau tetap berdiri adalah memindahkan hak milik pribadi men-

jadi milik suatu badan yang memberi manfaat bagi masyarakat.

Wakaf menurut hukum Islam dapat juga berarti menyerahkan

Page 257: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

238 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seseorang atau

nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun berupa

badan pengelola dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaat-

nya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan syari’at Islam.

Wakala adalah akad penyerahan kekuasaan, yang pada akad itu sese-

orang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam bertin-

dak (bertasharruf).

Page 258: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 239

INDEKS

A

Abu Hanifah · 236

AHP · 8, 13, 14, 15, 16, 17, 167, 168,

179, 180, 181, 182, 183, 184, 185,

186, 187, 189, 190, 191, 192, 193,

194, 195, 196, 197, 198, 199, 200,

201, 202, 203, 204, 205, 206, 207,

208, 209, 210, 214, 234

Al Azhar Memorial Garden · 4, 8, 19,

20, 165, 168, 174, 177, 180

al’aqilah · 102, 234

Al-diyah · 102

Al-Diyah · 234

al-kanzu · 234

analytical hierarchy process · 8, 13,

234

Aqad · 234

Arab Saudi · 104, 107, 157

Asuransi · 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 14, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26,

27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46,

47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55,

56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,

65, 66, 67, 68, 69, 70, 77, 78, 79,

80, 81,82, 83, 84, 85, 86, 87, 88,

89, 90, 91, 93, 95, 96, 97, 99, 101,

102, 103, 104, 105, 106, 107, 108,

110, 111, 112, 113, 115, 116, 117,

118, 119, 120, 121, 122, 123, 124,

125, 126, 127, 128, 129, 130, 131,

132, 133, 134, 135, 136, 137, 138,

139, 140, 141, 142, 143, 144, 145,

146, 147, 148, 149, 150, 151, 152,

153, 154, 155, 156, 157, 158, 163,

167, 168, 169, 170, 171, 172, 173,

174, 175, 176, 177, 178, 179, 180,

181, 182, 183, 184, 186, 187, 188,

197, 198, 199, 201, 202, 203, 204,

206, 207, 209, 213, 214, 216, 217,

218, 219, 220, 221, 222, 223, 225,

226, 227, 229, 230, 231, 234, 244,

245

asuransi kendaraan · 236

asuransi kesehatan · 7, 11, 86, 90,

104, 107, 174, 213, 236

Asuransi Konvensional · 43, 45, 145,

146, 148, 231

Asuransi Syariah · 1, 2, 5, 6, 8, 9, 10,

11, 13, 14, 21, 23, 24, 25, 26, 28,

29, 31, 33, 34, 36, 37, 39, 41, 42,

43, 46, 47, 48, 50, 52, 53, 54, 55,

56, 59, 61, 62, 63, 65, 67, 68, 69,

77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 87,

88, 103, 104, 105, 107, 110, 111,

113, 117, 120, 123, 124, 126, 127,

128, 130, 131, 132, 133, 136, 138,

139, 142, 143, 148, 149, 150, 151,

152, 153, 155, 156, 158, 163, 167,

168, 169, 170, 171, 172, 173, 174,

175, 176, 177, 187, 200, 201, 202,

206, 213, 215, 216, 220, 221, 245

B

Bancatakaful · 234

Bundling product · 176, 234

Page 259: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

240 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

C

charity) · 236

D

Derma · 236

Desain Produk · 92, 181, 186, 188,

190, 191, 198, 200, 214

Dewan Pengawas Syariah · 46, 50,

112

Distribusi · 86, 88, 94, 181, 186, 189,

194, 195, 198, 203, 204, 209, 214,

215

diyat · 24, 234

DSN · 6, 20, 24, 25, 29, 34, 36, 49,

50, 51, 60, 66, 67, 111, 112, 156,

217

E

Edukasi Pasar · 95, 167, 175, 181,

186, 189, 196, 197, 198, 205, 206,

210, 214, 215

Elemen Produk · 206

F

Fatwa DSN · 217

Fidyah · 234

Full fledge · 235

full-pledge · 236

Funeral · 1, 2, 4, 11, 71, 72, 73, 74,

75, 87, 161, 162, 163, 164, 165,

219, 220, 221, 222, 223, 224, 228,

230, 231, 232, 235

G

Gharar · 31, 32, 37, 42, 43, 46, 235

H

haram · 5, 24, 27, 53, 144, 234

Harga Premi · 93, 181, 186, 188, 192,

193, 198, 201, 202, 208, 214, 215

Hibah · 63, 69, 235

I

Indonesia · 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 13, 14, 19, 20, 21, 24, 34,

36, 37, 39, 41, 42, 43, 44, 46, 48,

49, 50, 53, 55, 65, 67, 73, 77, 79,

81, 85, 95, 103, 106, 108, 109,

110, 112, 113, 114, 115, 116, 117,

118, 119, 120, 121, 123, 124, 125,

126, 127, 128, 129, 130, 131, 132,

133, 134, 135, 136, 137, 138, 139,

140, 141, 142, 143, 144, 145, 146,

147, 148, 149, 154, 155, 157, 158,

159, 160, 163, 164, 165, 167, 168,

169, 170, 172, 173, 174, 175, 177,

178, 187, 188, 200, 204, 213, 216,

217, 218, 219, 220, 221, 222, 223,

224, 227, 229, 244, 245

Investasi · 47, 79, 80, 151

J

Jenazah · 164

Page 260: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 241

K

Kafala · 237

Kebutuhan Pasar · 186, 188, 198,

199, 214

Kepatuhan Syariah · 236

Keuangan Syariah · 28, 51, 107, 158

Klaim · 48, 53, 189, 193, 194, 209

Komersial · 74

Kontribusi · 41, 67, 108, 114, 116,

117, 235

M

Maisir · 31, 37, 41, 43, 46, 235

makruh · 234

Malaysia · 1, 4, 13, 23, 27, 29, 55, 56,

59, 63, 64, 65, 67, 68, 69, 71, 75,

78, 85, 87, 95, 101, 102, 104, 105,

106, 107, 108, 109, 118, 132, 142,

145, 152, 153, 154, 157, 158, 164,

188, 217, 220, 222, 223, 224, 225,

227, 229, 232

Microtakaful · 118, 145, 147, 151,

219, 228, 237

mikro konvensional · 237

Mortality table · 53, 235

mubah · 234

Mudarabah · 58, 59, 68, 217, 235

mudharib · 36, 39, 235

N

nadzir · 64, 70, 238

O

Otoritas Jasa Keuangan · 85, 95, 111,

113, 144, 147, 158, 168, 174

P

Pemakaman · 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 14, 19, 20, 21, 23, 71, 72,

73, 74, 75, 77, 87, 88, 89, 161,

162, 163, 164, 165, 167, 168, 174,

175, 176, 177, 180, 181, 186, 187,

188, 199, 201, 202, 203, 204, 206,

207, 208, 209, 210, 213, 214, 216

Penetrasi · 117, 148

Pengelolaan Dana · 47, 63

Potensi Pasar · 91

Premi · 47, 53, 86, 88, 117, 235

produk asuransi · 1, 4, 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 20, 25, 29, 56, 66, 78, 79,

84, 88, 89, 93, 94, 118, 124, 129,

130, 131, 133, 137, 146, 147, 158,

159, 174, 175, 205, 213, 236

Proses · 16, 88, 94, 181, 186, 189,

193, 194, 198, 202, 203, 209, 214,

215

R

Responden · 14, 180, 181, 182, 183,

184, 185, 188, 189, 190, 191, 192,

193, 194, 195, 196, 197, 198, 199,

200, 201, 202, 203, 205

Retakaful · 220

Riba · 32, 37, 41, 43, 46, 236

Risk sharing · 236

Risk transfer · 236

Riswah · 236

Page 261: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

242 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

S

Sedekah · 236

shahibul amal · 235

Spin-off · 236

Stand alone · 236

Surplus Underwriting · 67

Syariah · 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 14, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26,

27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46,

47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55,

56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,

65, 66, 67, 68, 69, 70, 77, 78, 79,

80, 81,82, 83, 86, 87, 88, 89, 93,

95, 96, 97, 99, 101, 102, 103, 104,

105, 106, 107, 108, 110, 111, 112,

113, 114, 115, 116, 117, 118, 120,

121, 122, 123, 124, 125, 126, 127,

128, 129, 130, 131, 132, 133, 134,

135, 136, 138, 139, 140, 142, 143,

144, 145, 146, 147, 148, 149, 150,

151, 152, 153, 154, 155, 157, 158,

163, 167, 168, 169, 170, 171, 172,

173, 174, 175, 176, 177, 178, 179,

180, 181, 182, 183, 184, 186, 187,

188, 197, 198, 199, 201, 202, 203,

204, 206, 207, 208, 209, 210, 213,

214, 216, 217, 218, 219, 220, 221,

223, 224, 225, 227, 229, 231, 236,

237, 244, 245

T

Ta’min · 5, 24, 27, 30, 34, 35, 219,

223, 227, 237

Ta'awun · 237

Tabarru · 29, 58, 59, 63, 65, 66, 67,

68, 83, 217, 229, 236, 237, 245

Takaful · 101, 102, 103, 104, 105,

106, 107, 108, 109, 110, 118, 149,

152, 153, 154, 217, 218, 219, 220,

222, 223, 224, 225, 226, 227, 228,

229, 230, 231, 232, 233, 237, 244

tebusan · 234

U

ujrah · 39, 60, 61, 64, 235, 236

Ujrah · 60, 217, 229, 237

uncertainty of both parties · 235

Underwriting surplus · 66, 68, 69,

237

W

wajib · 23, 24, 54, 62, 77, 85, 169,

172, 234

Wakala · 59, 60, 62, 238

Waqf · 62

Z

ziyadah · 236

Page 262: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

Dr. Abdul Ghoni | 243

BIODATA PENULIS

Abdul Ghoni, lahir pada tanggal 2 Juni

1977 di Tanjungkarang, Bandar Lampung yang

merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara dari

Ayahanda Dailami HB, BSc (Alm.) dan Ibunda

Nuraini. Penulis memiliki seorang istri, Erny

Arianty dan 6 orang anak, yaitu Syafiah, Imam,

Rafif, Sayyidah, Hafizhah dan Aulia.

Pendidikan penulis sejak SD s.d SLTA

dijalani di Bandar Lampung, yaitu di SDN 2

Penengahan, (1983 –1989), SMPN 2 (1989 – 1992), dan SMAN 2

(1992 –1995). Untuk tingkat sarjana penulis selesaikan di STIE

Bhakti Pembangunan dengan jurusan akuntansi (1999 – 2002) dan

tingkat Magister di Universitas Mercubuana dengan jurusan manaje-

men (2011 – 2015) serta di tingkat Doktor di Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah dengan konsentrasi Ekonomi Islam (2015-

2018).

Mengenai pekerjaan, penulis sudah menjalani 20 tahun dibi-

dang akuntansi dan keuangan Syariah, baik sebagai praktisi maupun

akademisi. Pekerjaan pertama penulis lakukan tahun 1997-1999

sebagai staf akuntansi di PT Sarana Jaringan Mas dan PT Geobis

Woodward-Clyde Indonesia dan tahun 2000-2007, penulis bekerja

sebagai konsultan, staf dan manager di Lembaga keuangan Syariah,

yaitu di PT Asuransi Takaful Umum, Institut Manajemen Zakat

(IMZ), Karim Business Consulting (KBC), SEBI Consulting, Divisi

Syariah PT Asuransi Adira Dinamika dan Divisi Syariah PT Tugu

Pratama Indonesia, selanjutnya pada tahun 2007-2015 penulis me-

nempati level manajemen, baik sebagai General Manager dan Direk-

tur di PT Insco Multi Pratama, PT Madani Karsa Mandiri, PT Buana

Lintas Persada, PT Amanah Ventura Syariah. Saat ini penulis masih

aktif menjabat sebagai Komisaris di PT Insco Multi Pratama.

Sebagai akademisi penulis mengajar sejak 2007 di berbagai

kampus, yaitu STEI SEBI, STIE Tunas Nusantara, Universitas

Thamrin, dan PKN STAN Kementerian Keuangan RI. Selain itu

penulis juga pernah menulis artikel Internasional dan buku di dalam

negeri, yaitu di Islamic Finance News Kuala Lumpur, Edisi 2nd

Feb

Page 263: STRATEGI PENGEMBANGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49947/1/Abdul Ghoni -- SPS.pdfNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu, berbagi keceriaan,

244 | Strategi Pengembangan Asuransi Syariah Pemakaman di Indonesia…

2007 berjudul Accounting Differences in Islamic and Conventional

Insurance, Edisi 23rd March 2007 berjudul Wakalah bil Ujara in

Islamic Insurance, Edisi 17th August 2007 berjudul Building a Global Tabarru’ Pool of Funds, Edisi 2nd

March 2011 berjudul Towards The

Maturity of Islamic Insurance Industry in Indonesia. Untuk buku ber-

judul Menjadi Kaya dan Dermawan, STIE SEBI, 2006 dan Akuntansi

Asuransi Syariah: antara teori dan praktik, Insco Consulting, 2007.

Penulis juga aktif sebagai narasumber dan trainer di bidang

akuntansi dan keuangan Syariah di Kementerian keuangan-RI dan di

berbagai Lembaga keuangan Syariah sejak tahun 2002 s.d saat ini,

yaitu di PT Asuransi Binagriya Upakara (2002), University Islam 45

Bekasi (2002), PT MAA General Assurance (2003), PT Tugu Prata-

ma Indonesia (2005), Fakultas Ekonomi – IPB (2007), STIE Perbanas

Jakarta (2007), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007), PT Asuransi

Allianz Life Indonesia (2007), Fakultas Ekonomi Trisakti (2007),

STIAMI – Jakarta (2007), PT Asuransi AIG Life (2008), PT Asuransi

Jiwa Central Asia Raya (2008), PT AXA Life Indonesia (2009),

LPPM Tazkia, Hotel Marcopolo (2011), Kementerian Keuangan-RI

(2011), Kementerian Keuangan-RI (2012), PT Maskapai Asuransi

Sonwelis (2012), Kementerian Keuangan-RI (2013), Kementerian

Keuangan-RI (2015), Kementerian Keuangan-RI (2016), PT Asuransi

Jiwa Generali Indonesia (2017), PT Asuransi Jiwa Sinar Mas Syariah

(2017), Kementerian Keuangan-RI (2017), PT Mandiri AXA General

Insurance (2017), PT Asuransi Syariah Jiwa Bumiputera (2017),

Kementerian Keuangan-RI (2018).